Laporan Studio Rencana
Kota Gombong 2019
Studio Rencana Kota Gombong
1
“Gombong itu Bhinneka” - Pak Sigit, Roemah Martha Tilaar -
2
Studio Rencana Kota Gombong
Kata pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas ber- 3. Segenap Instansi Pemerintahan Kabupaten Kebumen dan Kecakat dan rahmat-Nya kami kelompok Studio Rencana Kota Gombong matan Gombong beserta segenap jajarannya yang telah membandapat menyelesaikan “Laporan Rencana Studio Kota Gombong�. tu selama pelaksanaan survey sekunder dalam pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan pada saat studio analisis kota tahun 2018 Laporan ini menjadi salah satu output dari mata kuliah Studio Rencana Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gadjah Mada sebagai hail akhir dari proses pembelajaran dan kerjasama kelompok studio Kota Gombong selama semester empat, baik itu mengumpulkan data, mengolah data, berkumpul, maupun berdiskusi bersama seluruh anggota kelompok.
4. Teman-teman PWK UGM Angkatan 2017 yang turut memberikan dukungan, bantuan, saran, dan motivasi 5. Seluruh pihak yang terlibat dan memberikan banyak bantuan kepada Studio Rencana Kota Gombong yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Dalam penyusunan laporan ini tentulah kami sebagai manusia punya Laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan kelemahan dan proses ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah mem- berguna dalam rangka penyediaan informasi dan rencana terkait dengan berikan bantuan, sehinga kami ingin menyampaikan terimakasih kepada : Kota Gombong sehingga dapat menambah kebermanfaatan laporan ini. 1. Bapak Antonius Eko Heri S., ST., MT., selaku dosen pembimbing kelom- Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih pok Studio Rencana Kota Gombong yang telah memberikan bimbingan, banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran arahan, saran, dan pandangan baru yang sangat membangun kepada Bapak/Ibu dan segenap pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi. kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. 2. Bapak Ir. Agam Marsoyo, M.Sc, Ph.D, Ibu Yori Herwangi, ST.MURP, Bapak Dr.Eng M. Sani Roychansyah ST., M.Eng., dan Bapak Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP.,M,Sc,Ph.D selaku dosen yang telah memberikan saran, masukan, dan arahan kepada kelompok kami banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran Bapak/Ibu dan segenap pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Yogyakarta, Juni 2019 Penulis
Studio Rencana Kota Gombong
3
Meet The Team
4
Abimanyu Arya Ramadhan
Amin Bahtiar
Nadia Dhiasyifaa
Ridiarini Agfan Putri
17/415087/TK/46376
17/415091/TK/46380
17/410123/TK/45480
17/413493/TK/45933
Mutia Mesanda
Yhona Debora
Dwita Yoanida Yoserizal
17/410121/TK/45478
17/415105/TK/46394
17/410110/TK/45467
Studio Rencana Kota Gombong
Daftar Isi
7
Pendahuluan berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan metodologi penulisan
9
Gambaran Umum berisikan rangkuman analisis sejarah, administrasi, fisik dasar, kependudukan, ekonomi, sarana dan prasarana
18
Profil, Potensi, dan Masalah berisikan profil, potensi dan masalah sebagai dasar konsep perencanaan
22
Konsep, Tujuan dan Alternatif Perencanaan berisikan latar belakang perumusan tujuan perencanaan, proses pemilihan perencanaan, dan alternatif perencanaan
37
Rencana Tata Ruang berisikan peta-peta rencana terdiri atas struktur ruang, pola ruang, intensitas ruang dan sarana prasarana
81
Rencana Pentahapan berisikan tabel tahapan program kegiatan selama 20 tahun kemudian digambarkan dalam pola ruang
115
Peraturan Zonasi berisikan peraturan pemanfaatan ruang, tata massa bangunan, dan sarana prasarana minimal
141
Kawasan Prioritas Pengembangan berisikan pendetailan kawasan rencana setiap individu
Studio Rencana Kota Gombong
5
6
Studio Rencana Kota Gombong
PENDAHULUAN
Studio Rencana Kota Gombong
7
Latar belakang Kota Gombong sebagai salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Kebumen yang secara ekonomi ditopang oleh sektor perdagangan, industri, dan wisata. Sektor-sektor tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang berdampak baik atau buruk bagi perkembangan Kota Gombong dimana permasalahan Kota Gombong ialah pertumbuhan penduduk yang lambat. Dalam laporan rencana kali ini, kami merumuskan rencana untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sambil mempertimbangkan potensi dan masalah dari Kota Gombong.
Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penyusunan Laporan Studio Rencana Kota Gombong adalah sebagai tindak lanjut dari kegiatan studio analisis yang sudah kami lakukan di semester sebelumnya. Sasaran dari dokumen ini adalah para pemangku kepentingan yang dapat menjadikan dokumen perencanaan ini sebagai landasan untuk membuat kebijakan penataan ruang di Kota Gombong.
Ruang Lingkup a. Ruang Lingkup Spasial Kota Gombong Kota Gombong yang menjadi kawasan amatan 8
Studio Rencana Kota Gombong
didelineasi menurut pertimbangan batas fisik yang ada (jalan, sungai) serta batas administrasi kecamatan eksisting, dan beberapa pertimbangan lain seperti arah kemungkinan perkembangan kota. Kota Gombong menjadi kota besar kedua setelah Kota Kebumen di Kabupaten Kebumen yang dalam kawasan kami memiliki luas sebesar 14,8 km2 dengan batas administrasi sebagai berikut:
dan kebutuhan, metode-metode tersebut diantaranya:
Utara : Kecamatan Sempor Timur : Kecamatan Karanganyar Selatan : Kecamatan Buayan Barat : Kecamatan Kuwarasan
yaitu teknik analisis untuk datadata yang bersifat keruangan yang terkait perkembangan tata ruang serta penyebaran dan interaksi.
b. Ruang Lingkup Substansial
a. Deskriptif yaitu teknik analisis data dengan menguraikan secara detail, dapat berupa pengertian ataupun gambaran dari kondisi eksisting dan dijelaskan secara kualitatif. b. Keruangan
c. Eksplorastif yaitu teknik analisis dengan cara menganalisis kondisi eksisting lalu melakukan proyeksi untuk mengetahui kejadian yangmungkin terjadi pada masa akan datang.
Ruang Lingkup Substansi atau non spasial dari Kota Gombong mencakup fisik dasar, fisik ruang, kependudukan, perekonomian,sosial dan budaya, sarana, dan prasarana kemudian d. Normatif dibandingkan. yaitu teknik analisis terhadap keadaan eksisting tertentu yang kemudian dibandingkan dengan aturan-aturan yang telah ada
Metode Penulisan
Proses rencana Kota Gombong menggunakan dua sumber jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil melalui survei langsung di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait yang memiliki data yang dibutuhkan. Data- data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metodemetode yang disesuaikan dengan bentuk data
e. Asumtif teknik analisis berupa gambaran serta anggapan terhadap kondisi yang ada saat ini dengan tujuan memperkirakan kejadian di masa yang akan datang Metode analisis data yang digunakan juga berupa perhitungan kebutuhan standar dan analisis pemilihan multi-kriteria melalui metode analytical hierarchy process
GAMBARAN UMUM
Studio Rencana Kota Gombong
9
Sejarah Kota Gombong Gombong adalah daerah yang diperkirakan terbentuk sekitar abad 18 sebagai hasil interaksi sosial ekonomi berbagai kelompok masyarakatdengan beragam latar belakang. Pada masa Perang Jawa (18251830), nama Gombong bermula dari sebuah dukuh yang dinamakan Dukuh Giyombong. Dimana nama tersebut diadopsi dari nama Kepala Dukuhnya, yaitu Kyai Giyombong Wijaya yang berasal dari Banyumas, yang merupakan salah seorang prajurit Pangeran Diponegoro. Beliau memilih menetap di sebelah barat Kemit yang merupakan daerah tak bertuan bersama dengan para pengikutnya karena daerah Banyumas telah diduduki oleh pasukan Belanda. Sebagai seorang yang dihormati, beliau diangkat sebagai Kepala Dukuh dan diberi panggilan Kyai Giyombong. Dukuh tersebut mulai didatangi oleh para pengungsi dari daerah-daerah sekitar yang terancam karena wilayahnya mulai diduduki oleh Belanda. Seiring perkembangan semakin besar, Belanda memutuskan untuk mendatangkan bala bantuan pasukan dalah jumlah besar dari Batavia. Pasukan ini kemudian menempati kantor Kongsi Dagang VOC yang kemudian diubah menjadi benteng yang dinamakan Benteng Van Der Wijck. Dalam usaha untuk membangun pusat pertahanannya, pasukan Belanda memberlakukan kerja rodi bagi penduduk sekitar. Kyai Giyombong yang tidak tega melihat penderitaan masyarakat lokal saat itu lantas memimpin perlawanan terhadap Belanda. Untuk mengenang jasanya, dukuh yang semakin ramai itu tetap menggunakan namnya, yaitu Giyombong (Gombong).
10 Studio Rencana Kota Gombong
Administrasi Kota Gombong terletak di sebelah barat Kabupaten Kebumen dan dilewati oleh jalan arteri nasional, yaitu Jalan Yos Sudarso yang menghubungkan Yogyakarta dan Kebumen dengan Banyumas dan Cilacap. Adapun batas-batas Kota Gombong secara administrasi adalah sebagai berikut: Utara : Kecamatan Sempor Selatan : Kecamatan Kuwarasan Timur : Kecamatan Karanganyar Barat : Kecamatan Buayan Sedangkan batas-batas Kota Gombong secara fisik adalah sebagai berikut: Utara : Jl. Klampok Gombong dan Sungai Kemit Timur : Jl. Yos Sudarso dan Sungai Kemit Selatan : Jl. Karang Bolong, Jl. Puring Gombong, dan Sungai Wonokriyo Barat : Jalan Yos Sudarso Kota Gombong terdiri dari tiga kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Gombong 2. Kecamatan Sempor 3. Kecamatan Buayan Secara hirarki, Kota Gombong berperan s e bagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang letaknya strategis, dimana jarak antara PKL, PKW, dan PKN di sekitarnya masih dapat dilewati dengan mudah dan cepat. Studio Rencana Kota Gombong
11
Fisik Dasar Kota Gombong memiliki satu jenis tanah yang sama, yaitu tanah glei. Intensitas hujan di Kota Gombong dibedakan menjadi dua kategori, yaitu bagian sebelah barat (Desa Purbowangi dan sekitarnya) masuk dalam kategori rendah dengan intensitas hujan 1.001 – 2.000 mm/tahun dan bagian lainnya masuk dalam kategori tinggi dengan intensitas hujan 2.001 – 3.000 mm/tahun. Sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/ KPTS/UM/11/1980, Kota Gombong dengan kelerengan 0-2 % dikategorikan memiliki kelerengan yang datar. Dari hasil overlay peta jenis tanah, intensitas hujan, dan kelerengan dengan menggunakan analisis skoring, diketahui bahwa kesesuaian lahan di Kota Gombong merupakan kawasan budidaya yang lahannya cocok untuk budidaya tanaman semusim dan permukiman. Dari sudut kebencanaan, Kota Gombong merupakan daerah yang rawan terhadap bencana banjir. Bencana banjir pernah terjadi di Gombong dengan data kejadian, sebagai berikut: 1. Desa Purbowangi, RT 02/RW 05, Buayan (Sabtu, 18 Juni 2016) 2. Desa Klopogodo, RT 2/RW 7, Gombong (Minggu, 16 Oktober 2016) 3. Dusun Golongan, Purbowangi, Buayan (Sabtu,7 Januari 2017). Selain banjir, bencana angin ribut juga pernah terjadi di Kalitengah RT 01/RW 09, Desa Kalitengah, Gombong pada Sabtu, 27 Januari 2018. Namun, tidak berdampak banyak ke daerah Kota Gombong.
Intensitas Hujan
12 Studio Rencana Kota Gombong
Fisik Ruang Pusat kegiatan di Kota Gombong adalah Pasar Wonokriyo. Persebaran fasilitas perdagangan dan jasa terjadi di sekitar pasar, yaitu di sepanjang Jalan Yos Sudarso (Jl. Arteri) yang membentuk garis linear. Pemanfaatan lahan di Kota Gombong banyak didominasi oleh permukiman dan persawahan. Pemanfaatan lahan lain yang terlihat menonjol yaitu pertanian yang terletak di utara dan selatan pusat kota Gombong. Selain itu, pada pusat kota yang terletak di sepanjang Jalan Yos Sudarso terlihat pemanfaatan lahan yang cukup beragam, seperti penggunaan lahan untuk komersil, jasa, pendidikan, pariwisata serta instansi. Mendekati pusat kota, dominasi pola ruang kota adalah permukiman dan di pusat kota adalah kawasan perdagangan dan instansi. Pemanfaatan ruang Kota Gombong didominasi oleh lahan terbangun untuk perumahan penduduk seluas 679 Ha atau sekitar 54 % dari luas total Kota Gombong. Lahan terbangun juga digunakan untuk komersil, jasa, sekoah, kesehatan, industri, hingga pemerintahan yang memiliki luasan terkecil yaitu sebesar 1,2 Ha dari luas Kota Gombong. Sedangkan lahan terbuka Kota Gombong yang berupa lahan pertanian dan RTH seluas 588 Ha atau sekitar 46%. Kota Gombong memiliki Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dengan rentang 0-1. KLB >0,66 berada di pusat kota dan KLB yang paling rendah, yaitu <0,4 berada pada bagian utara kota dan di sekitar perbatasan kota. Sedangkan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di Kota Gombong bervariasi dengan rentang 0%-100%. Pada pusat kota didominasi KDB yang tinggi, yaitu >80%, pada bagian utara Kota Gombong didominasi oleh KDB <60%, sedangkan di bagian selatan kota, tepatnya di sekitar Jl Puring-Gombong didominasi oleh KDB >60%. Kota Gombong mempunyai Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang rendah di pusat kota, yaitu 0-0,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan yang masih banyak terdapat lahan untuk resapan air terdapat di pinggir kota karena terdapat lahan pertanian dan kebun.
Studio Rencana Kota Gombong
13
Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Gombong pada tahun 2017 adalah 44.510 jiwa yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Buayan, Kecamatan Gombong, dan Kecamatan Sempor. Penduduk paling banyak pada tahun 2017 berada di Kelurahan Wonokriyo yaitu 6333 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Desa Kedungpuji dengan 259 jiwa. Dari piramida penduduk Kota Gombong, disimpulkan bahwa jenis piramida penduduk Kota Gombong adalah piramida penduduk konstruktif dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibanding penduduk usia non produktif. Kepadatan bruto di Kota Gombong masih terbilang rendah yaitu 26,46 jiwa/ha. Kepadatan penduduk bruto memusat di pusat kota karena banyak penduduk yang bermukim di pusat kota. Sementara itu, kepadatan penduduk netto Kota Gombong yaitu 59,17 jiwa/ha. jiwa/ha. Selain itu, kepadatan penduduk netto yang tinggi di Kota Gombong terdapat di daerah pusat kota dan sekitarnya, karena terdapat pusat kegiatan ekonomi dengan kemudahan aksesnya. Pusat kota didominasi oleh permukiman, pusat kegiatan ekonomi, daerah industri, dll. Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor Ekonomi Tahun 2016 didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak. Banyak juga penduduk Gombong yang bekerja di sektor pertanian karena kota Gombong masih memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Banyak pula penduduk yang bekerja di industri pegolahan, konstruksi serta angkutan dan transportasi. Dari tabel dan grafik proyeksi penduduk di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan penduduk Kota Gombong akan terus meningkat dengan jumlah penduduk pada tahun 2037 sebanyak 46122 jiwa.
14 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
15
Perekonomian Sistem perekonomian di Kota Gombong dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja di tiap sektornya. Sektor yang memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak di Kota Gombong mencirikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang strategis untuk memenuhi kehidupan penduduknya. Hal ini dapat menjadi salah satu informasi untuk memperoleh potensi sektor basis ekonomi di kota Gombong. Sektor-sektor di Kota Gombong yang menunjang perekonomian masyarakat Kota Gombong menurut ketenagakerjaannya antara lain sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor pariwisata. Ketiga sektor tersebut berpengaruh terhadap tinggi rendahnya perekonomian masyarakat Kota Gombong. Di Kota Gombong terdapat beberapa industri besar yaitu seperti pabrik rokok sintren,industri pengolahan pisang sale, mabel kayu, industri pemuatan batu bata, industri pengelolaan gerabah, dan lainnya. pelayanan sektor industri ini sudah sampai tingkat regional dimana hasil produksi industri diekspor ke luar Kota Gombong seperti Cilacap, Jakarta, Bandung, dan lainnya. Adanya industri-industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang ada sehingga mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi kota. Industri ini juga menambah nilai peranan kota yang berfungsi sebagai tempat pengolahan skala lokal, regional, dan nasional. Untuk sektor perdagangan Kota Gombong memiliki pusat perdagangan yaitu Pasar Wonokriyo sebagai tempat masyarakat dalam menjual-membeli. Pelayanan pasar ini sudah sampai tingkat regional dimana luasnya itu sendiri 53.130 m2 terdiri dari 128 los dan 330 kios. Hal itu dapat menampung kurang lebih 3000 orang pedagang. Selain kedua sektor tersebut, adapula sektor pariwisata sebagai tempat masyarakat dalam maupun luar Kota Gombong berwisata. Tempat wisata yang paling terkenal adalah Roemah Martha Tilaar dan Benteng Van Der Wijck. Selain itu, untuk menambah daya tarik pariwisata, terdapat program wisata jalan-jalan Kota Gombong yang disebut Heritage Trail. Heritage Trail merupakan rangkaian wisata menelusuri Kota Gombong dengan mengunjungi tempat-tempat bernuansa sejarah dan budaya. Benteng Van Der Wijck merupakan tempat wisata yang memiliki nilai sejarah di Kota Gombong. Munculnya Perkembangan Kota Gombong dipengaruhi oleh keberadaan Benteng Van Der Wijck. Berawal dari benteng inilah Kota Gombong mendapatkan stabilitas kegiatan kotanya yang memicu timbulnya perkembangan ekonomi dan sektor lain di sekitarnya.
16 Studio Rencana Kota Gombong
Sarana Menggunakan patokan SNI, Kota Gombong dapat dikatakan masih kurang dalam fasilitas sosial berupa pendidikan (TK/PAUD, SD, SMP), sarana peribadatan (masjid, mushola), sarana instansi, sarana kesehatan, dan sarana RTH. Untuk sarana yang sudah mencukupi ialah sarana perdagangan karena disetiap jalan terdapat toko/warung untuk masyarakat berbelanja. Selain toko, sarana perdagangan yang berskala regional ialah Pasar Wonokriyo yang letaknya di pusat Kota Gombong. Di Kota Gombong terdapat satu stasiun, yaitu Stasiun Gombong dan dua terminal, yaitu terminal bus dan terminal non bus. Stasiun Gombong terletak di Wonokriyo. Namun, letak terminal yang kurang strategis karena jauh dari pusat kegiatan, terminal tersebut seperti lahan kosong.
Prasarana Drainase Sistem jaringan drainase di Kota Gombong menyebar mengikuti jalanan yang ada. Drainase yang ada berupa drainase tertutup dan terbuka dimana drainase tertutup ada di jalan-jalan utama yang fungsinya sebagai saluran air banjir maupun genangan ketika musim hujan. Untuk drainse terbuka terdapat di area permukiman serta di jalan lingkungan yang berfungsi sebagai saluran air banjir sekaligus saluran irigasi pertanian untuk saluran drainase terbuka yang berada di dekat sawah. Persampahan Pengolahan persampahan di Kota Gombong sudah cukup menyebar di seluruh bagian Kota Gombong. terdapat penampungan dan pengolahan awal sampah yang melalui TPS yang tersebar di seluruh kota lalu diangkut ke TPA yang terletak di luar Kota Gombong yaitu TPA Semali Sanitasi Sistem pembuangan air limbah di Kota Gombong masih dikelola secara individu oleh setiap rumah tangga. Air limbah dari setiap rumah tangga kemudian disalurkan menuju selokan/sungai terdekat atau ada rumah tangga yang memiliki sistem pembuangan akhir secara on-site individu. Keadaan tersebut menunjukkan belum terciptanya pengolahan air limbah domestik yang baik dan terintegrasi di Kota Gombong, sehingga kesehatan dan kebersihan lingkungan menjadi kurang. Instalasi. Pengolahan Air limbah (IPAL) yang ada di Kota Gombong masih hanya terdapat di rumah sakit â&#x20AC;&#x201C; rumah sakit, seperti di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, Rumah Sakit Palang Biru dan Rumah Sakit Purbowangi. Air Bersih Berdasarkan PDAM Kabupaten Kebumen, Air Bersih di Kota Gombong dilayani IPA Sempor II dan IV yang berada di Waduk Sempor, Kecamatan Sempor serta air dari Mata Air Banyumudal. Hal tersebut dibuktikan dengan dipasangnya pipa-pipa air di area Kota Fungsional. Jaringan air bersih berpusat pada ruas jalan arteri primer Yos Sudarso yang selanjutnya bercabang pada jalan Kolektor dan Lokal. Secara keseluruhan, Kota Gombong sudah terfasilitasi jaringan air bersih. Namun, masih ada masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air bersih terutama di kawasan dengan kepadatan cukup rendah dengan masih memiliki lahan yang luas sehinga dinilai masih layak dalam pengeluaran terhadap air bersih. Studio Rencana Kota Gombong
17
â&#x20AC;&#x153;Kota Gombong sebagai kota kecil yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah dengan aksesibiltas yang strategis yang bercirikan topografi yang datar dan berperan sebagai kota perdagangan dengan Benteng Van Der Wijck sebagai tonggak awal perkembangan kotaâ&#x20AC;?
Profil Kota Gombong terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Tengah & lokasi nya cukup strategis. Kota ini merupakan kota kecil yang menjadi penghubung menuju kota-kota besar, dengan memiliki waktu tempuh sekitar 1-3 jam, seperti ke Kebumen, Cilacap dan Purwokerto membuat Kota Gombong memiliki peran penting dalam pendistribusian barang bagi daerah sekitarnya. Pemanfaatan Ruang di Kota Gombong cukup banyak yang digunakan di sektor perdagangan, terutama di sepanjang Jalan Yos Sudarso yang merupakan jalan arteri. Jalan tersebut telah menjadi pusat pertumbuhan perdagangan di Kota Gombong. Banyak tumbuh usaha-usaha perdagangan di kanan & kiri Jalan Yos Sudarso dengan berbagai macam dagangan yang disediakan, baik kebutuhan primer, sekunder maupun sekunder. Macam-macam usaha perdaganganyang ada meliputi swalayan, restoran/ tempat makan, toko elektronik, toko pakaian & sepatu, dan lain sebagainya. Selain di jalan arteri, usaha perdagangan juga tumbuh di jalan kolektor, lokal maupun lingkungan yang ada di Kota Gombong. Terlebih lagi dengan keberadaan Pasar Wonokriyo dimana menjadi pusat distribusi komoditas yang dijual bagi wilayah sekitarnya. Komoditas yang merupakan hasil produksi masyarakat Kota Gombong banyak yang dijual di pasar ini, seperti produk hasil industri pengolahan yang tersebar di Kota Gombong. Selain itu, banyak pula masyarakat dari wilayah lain yang menjajakan barang dagangannya maupun membeli barang kebutuhannya di Pasar Wonokriyo. 18 Studio Rencana Kota Gombong
Potensi 1.Industri di Kota Gombong
Didukung oleh letak Kota Gombong yang strategis yang dilewati Jalan Arteri yang menghubungkan Kota besar di Provinsi Jawa Tengah, kemudahan distribusi barang, serta mempunyai pusat perdagangan terbesar di Kabupaten Kebumen mendorong munculnya industri pengolahan di Kota Gombong dari industri rumah tangga hingga industri besar yang mempunyai skala regional hingga internasional. Industri-indutri yang ada di Kota Gombong saat ini antara lain indutri rumah tangga berupa lanting, sale pisang, dan gerabah. Industri sedang berupa rokok historis Sintren, dan kayu/mebel. Hingga industri besar seperti kayu lapis yang distribusinya sudah sampai luar negri. Indutri di Kota Gombong potensial sebagai daya tarik kota Gombong menjadi Kota yang lebih berkembang, menambah lapangan pekerjaan, dan mendorong perpindahan penduduk ke Kota Gombong.
2. Jalan Arteri Membuat Kota Dinamis Kota Gombong mempunyai Jalan Arteri Yos Sudarso yang menghubungkan Kota Gombong dengan kota besar disekitarnya dan wilayah yang lebih besar seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dsb. Jalan Arteri Yos Sudarso tersebut juga merupakan jaringan yang penting dan memiliki peran besar dalam distribusi barang dan kegiatan di Provinsi Jawa Tengah. Dengan letak Kota yang strategis karena dilewati oleh Jalan Arteri menjadikan banyaknya kegiatan seperti komersil, jasa, dan industri yang melayani skala local hingga regional di sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso yang membentuk linear. Pusat kegiatan Gombong berada di pinggir Jalan Arteri Yos Sudarso di kawasan Pasar Wonokriyo dan merupakan pusat kota Gombong. Keberadaan Jalan Arteri yang melewati Kota Gombong menjadi daya tarik kota dan merupakan potensi Kota Gombong untuk menjadikan Kota Gombong yang lebih berkembang.
Studio Rencana Kota Gombong
19
2. Pasar Wonokriyo sebagai Pasar Terbesar di Kabupaten Kebumen
Pasar Wonokriyo merupakan salah satu pasar di Kota Gombong dan merupakan pusat kegiatan komersil yang melayani Kota Gombong dan wilayah sekitarnya hingga skala regional dan sumber perekonomian bagi penduduk Kota Gombong dan sekitarnya. Pasar Wonokriyo mempunyai luas 53.130 m2 yang merupakan pasar terbesar di Kabupaten Kebumen, dan mempunyai 3000 pedagang. Pedagang yang ada bukan hanya berasal dari Kota Gombong sendiri, akan tetapi ada yang berasal dari luar Kota Gombong. Barang yang dijual di Pasar Wonokriyo adalah kebutuhan sehari-hari seperti sayur, dan sembako, kebutuhan sekunder seperti baju dan celana, hingga kebutuhan tersier seperti perhiasan emas, dan perak. Oleh karena itu, pengujung di Pasar Wonokriyo tidak hanya bersalah dari penduduk Kota Gombong, tetapi hingga wilayah sekitarnya.
Keberadaan Pasar Wonokriyo yang berada di pinggir Jalan Arteri Yos Sudarso merupakan daya tarik yang kuat dari Kota Gombong saat ini dan mendorong pertumbuhan kegiatan komersil di sekitarnya. Oleh karena itu, sektor perdagangan merupakan mata pencaharian penduduk kedua terbesar saat ini di Kota Gombong. Jumlah penduduk usia produktif di Kota Gombong adalah 29.957 dimana 8.520 nya bekerja di bidang perdagangan.
Masalah 1. Pertumbuhan Penduduk yang Lambat
Jumlah penduduk Kota Gombong tahun 2017 adalah 44.510 jiwa. Jumlah penduduk Kota Gombong bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Terjadi penurunan penduduk sebanyak 298 jiwa pada tahun 2012-2013 dari 44116 jiwa menjadi 43814 jiwa, dan penurunan sebanyak 126 jiwa pada tahun 2016-2017, akan tetapi jumlah penduduk meningkat antara tahun 2013-2016.
20 Studio Rencana Kota Gombong
Dengan grafik pertumbuhan penduduk yang fluaktif, Kota Gombong mempunyai laju pertumbuhan rata-rata 0% yang mengakibatkan jumlah penduduk cenderung tetap dan tidak bertambah.
Tahun
Laju Pertumbuhan
Persen
2012-2013
-0.00881121
-1%
2013-2014
0.006780448
1%
2014-2015
0.005922113
1%
2015-2016
0.001591312
0%
2016-2017
-0.002725197
0%
â&#x20AC;˘ Kurangnya infrastruktur di kota seperti tidak adanya pedestrian area, kurangnya lampu penerangan disekitar jalan arteri, kolektor, dan lingkungan.
â&#x20AC;˘ Kurangnya fasilitas ruang terbuka baik dari segi kuantitas dan kualitas. Contohnya alunalun kota Gombong yang mati dan tidak dinikmati oleh masyarakat.
Penyebab laju pertumbuhan penduduk yang lambat adalah karena mgrasi keluar yang lebih tinggi dari pada migrasi masuk ke Kota Gombong. Data pada tahun 2017 menyebutkan bahwa migrasi masuk ke Kota Gombong hanya sebesar 58 jiwa, sedangkan migrasi keluar mencapai hingga 642 jiwa.
2. Belum Optimalnya Fungsi Internal Kota Gombong Berikut beberapa hal yang menjadi indikator belum optimalnya fungsi internal Kota Gombong: â&#x20AC;˘ Tidak adanya jaringan pembuangan air limbah off site yang menyebabkan masyarakat â&#x20AC;˘ Sarana pendidikan belum menjangkau seluruh di pinggir sungai masih membuang sampah kota dan belum dapat memenuhi kebutuhan dan limbah rumah tangga di sungai. eksisting sarana pendidikan di Kota Gombong. Fasilitas Kebutuhan lahan Eksisting Jumlah penduduk minimum (m2) pendukung (jiwa)
TK SD SMP SMU
500 2000 9000 12500
14 18 8 13
1250 1600 4800 4800
Kebutuhan eksisting 36 28 9 9
Studio Rencana Kota Gombong
21
KONSEP TUJUAN ALTERNATIF PERENCANAAN
22 Studio Rencana Kota Gombong
Tujuan Kota Gombong â&#x20AC;&#x153;Gombong sebagai Kota Industri yang Kreatif dan Inovatif, Kompetitif dalam bidang perdagangan dengan menjunjung konsep pariwisata kebudayaan pada tahun 2038â&#x20AC;? Latar Belakang Perumusan Tujuan 1. Kota Gombong terdapat potensi industri seperti sale pisang, rokok sintren, lanting, meubel, dan lain-lain 2. Terdapat pusat perdagangan terbesar di Kabupaten Kebumen yaitu Pasar Wonokriyo 3. Adanya jalan arteri primer yang memudahkan akses ke dalam dan ke luar Kota Gombong 4. Laju Pertumbuhan penduduk Kota Gombong yang lambat akibat migrasi 5. Sarana prasarana yang kurang memadai di Kota Gombong 6. Adanya ancaman bencana alam banjir akibat hujan atau meluapnya Waduk Sempor
Studio Rencana Kota Gombong
23
Industri kreatif dan inovatif dengan menjunjung konsep pariwisata kebudayaan
Kompetitif dalam bidang perdagangan menjunjung konsep pariwisata perdagangan
Kreatif dan inovatif dimana ide dan pengetahuan berasal dari Sumber Daya Manusia sebagai penggerak utamanya yang menekankan pada kreativitas, ide, dan inovasi dengan kata kunci Talenta, Teknologi, dan Toleransi (3T) serta dalam pengembangannya juga memperhatikan kegiatan pariwisata yang berbasis kebudayaan. Dari konsep tersebut diharapkan Kota Gombong mampu mengembangkan industri yang kreatif dan inovatif dengan pertimbangan:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetitif adalah berhubungan dengan kompetisi (persaingan); bersifat kompetisi (persaingan), sehingga diharapkan Kota Gombong dapat menghasilkan produk-produk yang unggul dan mampu bersaing di pasaran dengan pertimbangan:
• Terdapat sentra industri lokal sebagai pengembangan kegiatan industri pengolahan di Kota Gombong • Menumbuhkan industri pengolahan yang baru yang menekankan pada inovasi dan kreatifitas masyarakat Kota Gombong • Membuat kampung wisata dari sentra industri yang telah ada • Banyak tenaga kerja dari luar Kota Gombong yang tinggal dan bekerja di Kota Gombong • Membuat sentra industry gerabah dan anyaman bamboo yang terencana sehingga menarik pembeli dan menyediakan fasilitas dalam mengedukasi terkait produk tersebut • Mendirikan pusat oleh-oleh di sekitar Kawasan pariwisata yang strategis yang bertujuan untuk mengenalkan produk khas Gombong
24 Studio Rencana Kota Gombong
• Terdapat aktivitas perekonomian Kota Gombong pada siang maupun malam hari • Produk yang unggul dan mampu bersaing untuk diperdagangkan • Spesialisasi kegiatan perdagangan di Kota Gombong • Adanya pusat-pusat perdagangan yang melibatkan unsur sejarah dan kebudayaan Kota Gombong
Alternatif Rencana Bentuk Kota Gombong
1. Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Radial 2. Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Segmental 3. Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Poros
Studio Rencana Kota Gombong
25
alternatif 1 Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Radial
• Pengembangan pusat kota dengan kegiatan komersil, jasa, dan juga pariwisata • Perluasan zona komersil dan jasa untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat • Adanya pusat kegiatan di setiap jalan besar menarik kegiatankegiatan yang lain dan mendorong pertumbuhan kota • Terintegrasinya kegiatan denga sarana transportasi • Penambahan sektor industri di bagian utara, selatan, timur, dan barat yang disesuaikan dengan lokasi bahan baku
Komersil Perumahan
26 Studio Rencana Kota Gombong
Jasa
Industri
Pariwisata
RTH
Sawah
Pendidikan
Instansi
Studio Rencana Kota Gombong
27
alternatif 2 Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Segmental
• Pemfokusan pengembangan sektor industri, perdagangan serta pariwisata dalam setiap segmen-segmen. • Pusat-pusat kegiatan tersebar dalam setiap segmen, dimana segmen akan berkembang secara sendiri. • Setiap segmen memiliki ciri khas yang berbeda antar segmen yang lain yang akan memudahkan dalam mengingat segmensegmen tersebut. • Memudahkan pengelolaan karena setiap segmen memiliki pengembangan sendiri-sendiri.
Komersil Perumahan
28 Studio Rencana Kota Gombong
Jasa
Industri
Pariwisata
RTH
Sawah
Pendidikan
Instansi
Studio Rencana Kota Gombong
29
alternatif 3 Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Poros
• Pusat kegiatan berada di pusat kota dengan penyedia berbagai fasilitas komersil, pendidikan, kesehatan, instansi, dan jasa. • Kemudahan dalam menjangkau fasilitas karena memiliki orientasi yang jelas. • Permukiman yang sebagian besar berada pada daerah luar pusat kota menimbulkan kenyamanan tempat tinggal • Distrubusi barang & jasa lebih mudah dan aman karena terpusat di kota. • Penyediaan BRT untuk menjangkau daerahdaerah permukiman.
Komersil Perumahan
30 Studio Rencana Kota Gombong
Jasa
Industri
Pariwisata
RTH
Sawah
Pendidikan
Instansi
Studio Rencana Kota Gombong
31
kriteria pemilihan alternatif rencana bentuk Kota Gombong
32 Studio Rencana Kota Gombong
metode kuantitatif
Analytic Hierarchical Process
Kota Industri yang Kreatif dan inovatif, Kompetitif dalam bidang perdagangan dengan menjunjung konsep pariwisata kebudayaan pada tahun 2039
Lingkungan
Ekonomi
Sosial Budaya
Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Radial
Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Poros
Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Segmental
Studio Rencana Kota Gombong
33
metode kuantitatif Perhitungan Analytic Hierarchical Process Ekonomi
Pairwise Comparison : Lingkungan Ekonomi Sosial Budaya
Lingkungan 1.0000 0.6667 0.3333
Ekonomi 1.5000 1.0000 0.5000
Sosial Budaya 3.0000 2.0000 1.0000
SQUARE MATRIX 3.0000 2.0000 1.0000
4.5000 3.0000 1.5000
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
row sums 9.0000 6.0000 3.0000
Lingkungan Alternatif A Alternatif B 1.0000 2.0000 0.5000 1.0000 1.5000 3.0000
16.5000 11.0000 5.5000 33.0000
Alternatif C 0.6667 0.3333 1.0000
SQUARE MATRIX 3.0000 1.5000 4.5000
6.0000 3.0000 9.0000
row sums 2.0000 1.0000 3.0000
34 Studio Rencana Kota Gombong
11.0000 5.5000 16.5000 33.0000
matriks dikuadratkan normalized values/eigenvector 0.5000 0.3333 0.1667 1
lingkungan ekonomi sosial budaya
dikuadratkan
normalized values/eigenvector 0.3333 0.1667 0.5000 1.000
A B C
Alternatif 1
Alternatif A Alternatif B 1.0000 2.5000
Alternatif C 1.6667
Alternatif 2
0.4000
1.0000
0.6667
Alternatif 3
0.6000
1.5000
1.0000
SQUARE MATRIX 3.0000 1.2000 1.8000
7.5000 3.0000 4.5000
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
5.0000 2.0000 3.0000
Sosial Budaya Alternatif A Alternatif B 1.0000 1.3333 0.7500 1.0000 0.5000 0.6667
SQUARE MATRIX 3.0000 2.2500 1.5000
4.0000 3.0000 2.0000
row sums
normalized values/eigenvector
15.5000 6.2000 9.3000 31.0000
0.5000 0.2000 0.3000 1.0000
Alternatif C 2.0000 1.5000 1.0000 row sums
6.0000 4.5000 3.0000
dikuadratkan
13.0000 9.7500 6.5000 29.2500
A B C
dikuadratkan
normalized values/eigenvector 0.4444 0.3333 0.2222 1.0000
A B C
SQUARE MATRIX
row sums
normalized values/eigenvector
3.0000
4.0000
6.0000
13.0000
0.4444
A
2.2500
3.0000
4.5000
9.7500
0.3333
B
1.5000
2.0000
3.0000
6.5000
0.2222
C
29.2500
1.0000
Lingkungan
Ekonomi
Sosial Budaya
Nilai untuk alternatif
Alternatif 1
0.1667
0.1667
0.0741
0.4074
Alternatif 2
0.0833
0.0667
0.0556
0.2056
Alternatif 3
0.2500
0.1000
0.0370
0.3870
Menurut perhitungan AHP, Alternatif 1 yaitu Rencana Kota Gombong dalam bentuk radial
Studio Rencana Kota Gombong
35
metode kualitatif Performance Matrix
Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Radial
Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Segmental
Mengembangkan Industri Perdagangan Pariwisata dalam Bentuk Poros
1. Keteraturan Kota
+++
++
++++
2. Kejelasan Orientasi
+++
++
+++
3. Kualitas Lingkungan
++
++++
+++
1. Banyaknya pusat kegiatan
++++
+++
++
2. Kemudahan distribusi barang/jasa
++++
++
++++
3. Mobilitas penduduk
++++
+++
++
++++
+++
++
24
19
20
KRITERIA Lingkungan
Ekonomi
Sosial Budaya 1. Keterkaitan antar kegiatan
TOTAL
36 Studio Rencana Kota Gombong
RENCANA TATA RUANG
Studio Rencana Kota Gombong
37
struktur ruang Saat ini Struktur ruang Kota Gombong berbentuk linear di sepanjang jalan besar di Gombong (arteri dan kolektor). â&#x20AC;˘ Kegiatan yang ada di sepanjang jalan tersebut adalah perdagangan dan jasa. â&#x20AC;˘ Kegiatan yang ada di Kota Gombong terdiri dari skala regional seperti : 1. Perdagangan: Pasar Wonokriyo 2. Pendidikan : STIKES Muhammadiyah 3. Kesehatan : RS Palang Biru, RS PKU Muhammadiyah, RS Purbowangi 4. Pariwisata : Benteng Van Der Wijck, Roemah Martha Tilaar, Pecinan. 5. Jasa : Stasiun Gombong dan terminal
38 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Dalam 20 tahun ke depan, penambahan fasilitas tersebar menjalar disepanjang jalan-jalan besar di Kota Gombong mengikuti sesuai dengan alternatif perencanaan yang digunakan yaitu mengembangkan dalam bentuk radial. Terdapat penambahan jalan penghubung serta jalanjalan di permukiman. Selain itu, terdapat penambahan fasilitas industri di setiap ujung segmen radial untuk menarik kegiatan segmen radial. Di sisi lain, terdapat pula penambahan fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan, rekreasi dan olahraga, perdagangan dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kota.
Studio Rencana Kota Gombong
39
Saat ini
pola ruang
â&#x20AC;˘ Kota Gombong dilihat dari peta pola ruang banyak didominasi oleh permukiman dan persawahan. â&#x20AC;˘ Pemanfaatan lahan lain yang terlihat menonjol yaitu pertanian yang terletak di utara dan selatan pusat kota Gombong. â&#x20AC;˘ Selain itu, pada area pusat kota yang terletak di sepanjang Jalan Yos Sudarso terlihat pemanfaatan lahan yang cukup beragam sebagaimana terdapat berbagai aktivitas yang muncul secara beragam, hal tersebut seperti penggunaan lahan untuk komersil, jasa, pendidikan, pariwisata serta instansi. Dominasi tersebut terletak di pinggiran Kota Gombong. â&#x20AC;˘ Mendekati pusat kota, dominasi pola ruang kota adalah permukiman dan di pusat kota adalah kawasan perdagangan dan instansi.
pola ruang
Komersil Perumahan
40 Studio Rencana Kota Gombong
Jasa
Industri
Pariwisata
RTH
Sawah
Pendidikan
Instansi
Rencana Hubungan dengan tujuan : - Dengan adanya berbagai macam kegiatan industri disetiap jalan utama akan menarik berbagai macam kegiatan ekonomi di sekitarnya, seperti perdagangan dan jasa. - Adanya sektor perdagangan dan jasa yang tumbuh dari kegiatan industri akan meningkatkan tingkat kekompetitifan kota Gombong. - Sektor industri yang tersebar di Kota Gombong dapat dikembangkan menjadi pariwisata
Komersil Perumahan
Jasa
Industri
Pariwisata
RTH
Sawah
Pendidikan
Instansi
Studio Rencana Kota Gombong
41
334000.000000
335000.000000
336000.000000
337000.000000
338000.000000
9162000.000000
333000.000000
9162000.000000
intensitas ruang
9160000.000000
61% - 80%
81% - 100
ORIENT
Âą
9159000.000000
U
109.473528
109.473528
9158000.000000
LEGENDA Jalan Jalan Arteri Primer Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Sekunder Jalan Lingkungan Rel Rel Kereta Api Sungai Sungai Batas Batas Kota Fungsional KDB
1. OPEN ST 2. GOOGLE 3. BASEMAP 4. SURVEY
0% - 20% 21%-40% 41% - 60% 81% - 100%
334000.000000
ORIENTASI
Âą U
109.473528
1. Abimanyu 2. Amin Bah 3. Nadia Dh 4. Yhona De 5. Dwita Yoa 6. Mutia Me 7. Ridiarini A
PR DEP
61% - 80%
333000.000000
42 Studio Rencana Kota Gombong
-7.746160
PETA KOEFISIEN DASAR BANGUNAN KOTA GOMBONG
9157000.000000
9162000.000000
KDB Kota Gombong saat ini dapat diklasifikasikan dalam range 0-20% , 21% -40%, 41%-60%, 61%-80%, 81%-100%. Dilihat dari persebarannya, kepadatan bangunan terdapat di pusat kota (bagian tengah) dengan KDB 80-100% yang didominasi fungsi bangunan komersial dan jasa. Sementara itu di bagian utara dan selatan kota memiliki kepadatan bangunan yang cenderung rendah 20%-60% karena fungsi lahannya dominan permukiman, kebun warga dan sawah.
9158000.000000
338000
.000000
9161000.000000
337000
.000000
9157000.000000
.000000
9160000.000000
336000
41% - 60%
9159000.000000
335000
21%-40%
9159000.000000
Saat ini .000000
Jalan Jalan Ar Jalan Ar Jalan Ko Jalan Lo Jalan Lin Rel Rel Kere Sungai Sungai Batas Batas K KDB
0% - 20%
9160000.000000
Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah yang dikuasai.
9161000.000000
9161000.000000
KDB
KOEFIS K
SKALA 0 105210
420
PETA INSET
630
840 Meters
335000.000000
336000.000000
337000.000000
338000.000000
Rencana
Rencana KDB Kota Gombong tahun 2039 ditentukan dengan pertimbangan jenis penggunaan lahan, batas KDH minimum, ketersediaan sarana prasarana, lokasi, dan ketersediaan lahan peresapan air. Rincian rencana kepadatan bangunan di Kota Gombong sebagai berikut : â&#x20AC;˘ Persentase KDB pada guna lahan komersil dan jasa di tengah kota dan pusat pengembangan kota yang bersifat radial direncanakan pada kisaran 53%-60%, dengan 10% KDB maksimal untuk area layanan seperti parkir dengan minimum 30% area resapan air. â&#x20AC;˘ Persentase KDB pada guna lahan perkantoran instansi direncanakan pada kisaran 58%-60%, dengan 10% KDB maksimal untuk area layanan seperti parkir dengan minimum 30% area resapan air â&#x20AC;˘ Persentase KDB pada guna lahan perumahan di luar pusat kota direncanakan pada kisaran 48%-52%, dengan 12% KDB maksimal untuk area layanan parkir atau sempadan dan minimal 30% untuk KDH. â&#x20AC;˘ Persentase KDB pada guna lahan industri direncanakan pada kisaran 53%-60% dengan 10% KDB maksimal untuk area layanan dan minimal 30% untuk KDH. Selain dengan pertimbangan pemanfaatan ruangnya dan nilai KDH minimumnya, penentuan KDB juga mempertimbangkan konsep transect dengan kepadatan bangunan di pusat kota dan pusat kegiatan kota mempunyai KDB lebih tinggi (58%-60%) dan semakin ke pinggir kota semakin rendah nilai KDB. Studio Rencana Kota Gombong
43
intensitas ruang KLB Koefisien Lantai Bangunan adalah yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah yang dikuasai.
Saat ini KLB di pusat kota Gombong bervariasi berkisar 1,2-2,7 dan didominasi oleh fungsi bangunan komersial dan jasa dengan dua lantai. Sementara KLB di sebelah utara dan selatan pusat kota mempunyai KLB 0,5-1,6 dengan fungsi bangunan perumahan. Bahkan beberapa area di utara Kota Gombong mempunyai KLB <0,5.
44 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Beberapa area Kota Gombong mengalami kenaikan KLB, terutama di bagian pusat kota, daerah industri, dan area dekat pariwisata (Benteng Van Der Wijck). Pada area tersebut bangunan akan dikembangkan hingga memliki tinggi 3-5 lantai berdasarkan pertimbangan penggunaan lahan, kedekatan dengan sarana prasarana umum, harga lahan, dll. Sedangkan di bagian utara dan selatan Kota Gombong yang berfungsi sebagai perumahan memiliki jumlah lantai 1-2 dengan KLB range 0,5-1,5.
Studio Rencana Kota Gombong
45
intensitas ruang KDH Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah yang dikuasai.
Saat ini Persentase KDH di pusat Kota Gombong dan dipinggir Jalan Arteri Yos Sudarso <20%. Hal ini dapat berpengaruh pada rendahnya tingkat peresapan air di pusat kota yang menambah kemungkinan kuantitas dan lamanya genangan untuk meresap di pusat kota. Sedangkan di pinggir Kota Gombong di bagian utara dan selatan masih terdapat area persawahan dan kebun warga sehingga KDH di bagian utara dan selatan Kota Gombong >40%.
46 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Rencana intensitas ruang KDH Kota Gombong pada tahun 2039 adalah meningkatkan persentase koefisien dasar hijau terutama di pusat Kota Gombong dan pinggir Jalan Arteri Yos Sudarso menjadi >30%. Penetapan besarnya di dasarkan pada tingkat pengisian/ peresapan air, besar pengaliran air (kapasitas drainase), rencana pemanfaatan ruang (RTH, perdagangan, perumahan, dll). Sedangkan pada bagian utara dan selatan Kota Gombong nilai KDH nya 30%-40% untuk perumahan dan 100% untuk รกrea persawahan.
Studio Rencana Kota Gombong
47
KTB
Koefisien Tapak Bangunan yaitu angka persentase perbandingan antara luas tapak besmen dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Saat ini KTB Kota Gombong saat ini dilihat dari persebarannya, kepadatan bangunan terdapat di pusat kota (bagian tengah) dengan KTB 0.8-1 yang didominasi fungsi bangunan komersial, jasa, dan instansi dengan persentase KDH <20%. Sementara itu dibagian utara dan selatan kota memiliki KTB yang cenderung rendah 0.2-0.4 karena fungsi lahannya dominan permukiman, kebun warga dan sawah dengan nilai KDH >30%
48 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Pada rencana KTB Kota Gombong penetapan KTB maksimum berdasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan yaitu 30% (0,3), sehingga KTB maksimumnya 70% (0,7). Nilai KTB 0,63-0,70 berada di sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso (komersial dan jasa )dan pusat-pusat kegiatan seperti pariwisata (Benteng van Der Wijck) dan kawasan industri.
Studio Rencana Kota Gombong
49
sarana kesehatan Saat ini Berdasarkan analisis jumlah sarana kesehatan yang ada di Kota Gombongsaat ini untuk 2 klinik bersalin, 2 Rumah Sakit tipe C, 1 Rumah sakit tipe D,3 puskesmas sudah dapat melayani penduduk Kota Gombong dan proyeksi penduduk 20 tahun kedepan. Namun untuk jumlah 5 balai pengobatan warga dan 4 posyandu masih belum memenuhi kebutuhan saat ini. Berdasarkan analisis keterjangkauannya rumah sakit dan puskesmas sudah menjangkau seluruh Kota namun posyandu dan balai pengobatan warga belum menjangkau seluruh kota.
50 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Berdasarkan kondisi yang ada, tidak diperlukan tambahan sarana kesehatan untuk rumah sakit dan puskesmas. Namun dibutuhkan tambahan sarana kesehatan seperti posyandu di tengah lingkungan masyarakat menjadi 15 buah, dan balai pengobatan warga ditempat yang mudah terakses sebanyak 6 buah.
Studio Rencana Kota Gombong
51
sarana pendidikan Saat ini
Sarana pedidikan di Kota Gombong terdiri dari 15 Taman Kanak-Kanak (TK), 18 Sekolah Dasar (SD), 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 12 SMA/Sederajat dan 1 Perguruan Tinggi. Dari persebaran sarana pendidikan yang ada saat ini telah merata ke seluruh wilayah kota. Akan tetapi, terdapat beberapa kawasan yang belum terjangkau sarana pendidikan terutama TK, dan SMP seperti pada area di dekat kawasan Purbowangi dan Wonosigro.
52 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Pada rencana sarana pendidikan akan terdapat penambahan 23 Taman Kanak-Kanak (TK) untuk menjangkau seluruh masyarakat. Selain itu, terdapat penambahan SMP sebanyak 2 unit di Purbowangi dan Wonosigro yang saat ini belum terjangkau sarana pendidikan SMP.
Studio Rencana Kota Gombong
53
sarana instansi Saat ini
Instansi di Kota Gombong merupakan instansi berskala lokal yang persebarannya lebih banyak berada di pusat kota dan di pinggir jalan arteri sehingga lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.
54 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Penambahan persebaran sarana instansi dan perkantoran di beberapa titik agar persebarannya lebih merata dan tidak terpusat di satu titik saja sehingga masyarakat lebih mudah dalam mengakses sarana tersebut.
Studio Rencana Kota Gombong
55
sarana perdagangan Saat ini
Pada persebaran fasilitas perdagangan di Kota Gombong saat ini dapat dilihat pada peta, persebaran perdagangan masih didominasi di pusat kota secara linear mengikuti jalan utama, yaitu Jalan Yos Sudarso sebagai jalan arteri primer dan beberapa di pinggir kota. Perdagangan dan jasa yang ada ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu skala lokal dan regional. Pusat perdagangan utama di Kota Gombong yaitu Pasar Wonokriyo yang terletak di tengah kota.
56 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Rencana fasilitas perdagangan untuk kedepan, yaitu dengan lebih mengembangkannya ke daerah luar menjauhi pusat kota. Akan tetapi perdagangan dengan skala lokal dan regional di pusat kota tetap dipertahankan. Pengembangan fasilitas perdagangan ini mengikuti struktur ruang Kota Gombong yang direncanakan, yaitu struktur ruang radial. Dengan struktur ini, titik- titik perdagangan lebih mengarah keluar mengikuti jalan-jalan yang ada, seperti Jalan Yos Sudarso, Jalan Puring-Gombong (Kuwarasan-Gombong), Jalan Klampok-Gombong (Sempor-Gombong), dan Jalan Kenanga, yang tentunya hal itu didukung pula dengan jalanjalan baru yang akan dikembangkan.
Studio Rencana Kota Gombong
57
sarana jasa Saat ini Pada persebaran fasilitas jasa di Kota Gombong saat ini dapat dilihat pada peta, persebaran jasa masih didominasi di pusat kota secara linear mengikuti jalan utama, yaitu Jalan Yos Sudarso sebagai jalan arteri primer dan beberapa di pinggir kota.
58 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Rencana fasilitas jasa untuk kedepan, yaitu dengan lebih mengembangkannya ke daerah luar menjauhi pusat kota. Akan tetapi jasa dengan skala lokal dan regional di pusat kota tetap dipertahankan. Pengembangan fasilitas jasa ini mengikuti struktur ruang Kota Gombong yang direncanakan, yaitu struktur ruang radial. Dengan struktur ini, titik- titik jasa lebih mengarah keluar mengikuti jalan-jalan yang ada, seperti Jalan Yos Sudarso, Jalan Puring-Gombong (Kuwarasan-Gombong), Jalan Klampok-Gombong (Sempor-Gombong), dan Jalan Kenanga, yang tentunya hal itu didukung pula dengan jalanjalan baru yang akan dikembangkan.
Studio Rencana Kota Gombong
59
sarana industri Saat ini Industri yang ada di Kota Gombong saat ini masih cukup kecil. Industri yang ada seperti industri rokok sintren, pengolahan makanan sale pisang, mabel kayu. Sementara, berdasarkan jangkauan pelayanan nya industri sudah menjangkau seluruh kota, bahkan ada industri yang hasilnya dipasarkan ke daerah lain, seperti industri rokok sintren. Akan tetapi, masih industri yang ada belum dapat berkembang dan pasar yang ada hanya berada di dalam Kota Gombong.
60 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Berdasarkan kondisi yang ada, akan dilakukan peingkatan serta penambahan industri di Kota Gombong. Penambahan dilakukan seperti industri pengolahaan hasil pertanian, pertambangan, lanting, batu bata, gerabah & anyaman yang nantinya akan dibuat menjadi sentra industri.
Studio Rencana Kota Gombong
61
sarana peribadatan Saat ini
Pada kondisi existing, jumlah sarana peribadatan di Kota Gombong terdapat 23 buah mushola, 31 masjid, 5 buah gereja, dan 1 buah klenteng. Sarana gereja dan klenteng, secara jumlah dan jangkauannya sudah dapat melayani seluruh Kota Gombong. Sedangkan untuk sarana masjid, meskipun secara jumlah belum mencukupi, tetapi jangkauan layanannya sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Gombong. Menurut SNI yang berlaku, masih dibutuhkan beberapa penambahan mushola di beberapa tempat di Kota Gombong supaya sarana peribadatan di Kota Gombong dapat melayani seluruh wilayah dan masyarakatnya.
62 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Berdasarkan analisis kebutuhan menurut SNI yang berlaku, tidak ada penambahan sarana peribadatan berupa gereja, klenteng, dan masjid. Penambahan sarana peribadatan di Kota Gombong hanya terdapat pada mushola karena jumlahnya yang belum memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, dilakukan penambahan jumlah mushola sebanyak 3 buah untuk dapat memenuhi pelayanan masyarakat dan seluruh wilayah di Kota Gombong pada tahun 2039.
Studio Rencana Kota Gombong
63
sarana ruang terbuka hijau Saat ini Sekitar 40 % dari wilayah perkotaan Gombong merupakan ruang terbuka hijau yang berupa sawah, alun-alun, lapangan, taman
64 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Penambahan ruang terbuka hijau di Kota Gombong diwujudkan melalui beberapa perencanaaan, yaitu dengan penambahan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau yang sudah ada. Penambahan RTH meliputi pembangunan taman kota di Kota Gombong serta pembangunan Taman lingkungan yang tersebar di Kota Gombong serta melakukan presevarsi sungai Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
65
sarana transportasi umum Saat ini
Sarana transportasi di Kota Gombong saat ini bisa dikatakan masih belum cukup dan masih belum bisa bekerja secara optimal. Hal ini bisa dilihat dari letak salah satu terminal bus yang dirasa kurang strategis dengan jalan utama di Gombong yaitu Jalan Yos Sudarso sebagai jalan Arteri Primer. Letak terminal yang sekarang ini yaitu di Jalan Klampok-Gombong (Sempor) dan dirasa agak jauh oleh masyarakat terhadap aktivitas di pusat kota Gombong. Selain terminal, sarana halte juga masih sangat minim, dimana halte yang sekarang ini hanya ada 1 di pinggir Jalan Yos Sudarso, yaitu di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gombong atau didekat SMP N 2 Gombong.
66 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Rencana sarana transportasi di Kota Gombong untuk kedepan, direncanakan akan memindahkan terminal yang dirasa terlalu jauh dari pusat kota tadi ke lokasi baru yaitu di depan Pasar Wonokriyo, lebih tepatnya lahan yang dipakai adalah lahan yang saat ini dipakai untuk Pegadaian Gombong. Hal ini juga mempertimbangan kedeketan dengan pusat kota dan Stasiun Gombong agar saling berintegrasi. Tidak hanya itu, tapi dengan adanya integrase antara stasiun dengan terminal juga dapat menghidupkan aktivitas antara stasiun dengan terminal, misalnya peralihan intermoda, pusat jajanan oleh-oleh, sektor jasa, dan lain-lain. Tentunya hal itu juga didukung dengan fasilitas yang memadai. Penambahan halte juga dilakukan dibeberapa titik-titik penting, misalnya didepan Puskesmas Gombong, di depan Kawedanan Gombong, didepan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, didepan Rumah Sakit Purbowangi, didekat kawasan industri di Jalan Klampok-Gombong (Sempor), di kawasan Benteng Van der Wijck, di Jalan Puring Gombong, dan di Jalan Kenanga
Studio Rencana Kota Gombong
67
sarana rekreasi dan olahraga Saat ini Sarana rekreasi dan olahraga di Kota Gombong saat ini sangat terbatas dan kondisinya tidak terawat, akibatnya pemanfaatan area rekreasi dan olahraga saat ini menjadi kurang optimal. Beberapa lapangan dan alun-alun yang tidak berfungsi optimal sebagai ruang publik dan ruang olahraga.
68 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Pada tahun 2039 dilakukan penambahan satu gedung olahraga dan 4 buah lapangan terbuka yang berada di tengah masyarakat. Selain itu penambahan pada tempat rekreasi adalah dibangun gedung bioskop yang dapat dimanfatkan penduduk. Perawatan dan renovasi sarana rekreasi dan olahraga yang sudah ada juga akan dilakukan.
Studio Rencana Kota Gombong
69
prasarana jaringan jalan Saat ini
Hierarki jalan di Kota Gombong saat ini terdiri atas lima klasifikasi jalan, yaitu arteri primer (Jalan Yos Sudarso), arteri sekunder (Jalan Puring), kolektor sekunder (Jalan Klampok-Gombong/Sempor), lokal sekunder, dan lingkungan. Secara keseluruhan jaringan jalan di Kota Gombong kondisinya tergolong baik. Akan tetapi masih ada beberapa jalan yang kondisinya buruk.
70 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Penambahan jaringan jalan baru di lokasi-lokasi yang akan menjadi daerah permukiman baru yang sedang berkembang sehingga membuka dan memudahkan akses masyarakat untuk mencapai daerah tersebut. Memperbaiki kondisi jalan dengan cara merawatnya secara berkala juga mendukung mudahnya akses masyarakat dalam mobilisasi ke mana saja.
Studio Rencana Kota Gombong
71
prasarana jaringan sanitasi Saat ini
Kota Gombong hingga saat ini belum memiliki jaringan sanitasi. Masyarakat masih membuang limbahnya ke sungai karena tidak adanya IPAL on site maupun off site di area mereka bermukim. Namun, untuk rumah sakit yang tingkatannya sudah regional di Kota Gombong sudah memiliki IPAL B3 karena limbah yang diproduksi berbahaya yang perlu penanganan khusus dalam mengolahnya.
72 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Untuk menanggulangi masalah jaringan drainase dan kotornya sungai yang menyebabkan banjir di Kota Gombong, kami melakukan rencana pembangunan IPAL komunal di area permukiman. Namun, masyarakat di permukiman pun harus memiliki septic tank sendiri di tiap rumahnya agar limbah yang disalurkan ke IPAL komunal tidak terlalu berat di tiap rumahnya. Kemudian, kami pun menghimbau kepada seluruh sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, bidan, posyandu untuk memiliki IPAL B3. Kemudian untuk sarana kegiatan industri pun dihimbau untuk memiliki IPAL sendiri untuk penanganan limbah B3 agar tidak merusak lingkungan sekitar.
Studio Rencana Kota Gombong
73
prasarana jaringan drainase Saat ini
Di Kota Gombong terdapat dua jenis drainase, yaitu drainase tertutup dan drainase terbuka. Drainase tertutup banyak terdapat pada jalan-jalan utama serta di pusat kota yang berfungsi sebagai saluran air banjir maupun genangan ketika musim penghujan, seperti drainase di jalan arteri primer (Jalan Yos Sudarso). Sedangkan drainase terbuka banyak terdapat di jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan area permukiman yang berfungsi sebagai saluran air banjir, sedangkan saluran drainase terbuka yang berada di dekat sawah digunakan sebagai saluran irigasi pertanian. Ukuran saluran drainase terbuka di Kota Gombong beragam tergantung dengan lokasinya. Meskipun secara umum fasilitas drainase yang terdapat di Kota Gombong sudah cukup menjangkau seluruh area, tetapi masih terdapat beberapa tempat yang belum terfasilitasi oleh saluran drainase. 74 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Penambahan jaringan drainase dilakukan pada beberapa titik di Kota Gombong yang belum terfasilitasi oleh jaringan drainase. Selain itu, penambahan jaringan drainase juga dilakukan pada pengembangan kawasan-kawasan baru yang membutuhkan jaringan drainase untuk pengaliran air. Jaringan drainase ini dibangun mengikuti jaringan jalan yang baru. Jaringan drainase yang ditambah kebanyakan berupa jaringan drainase terbuka karena berada di jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Dengan adanya penambahan dan pengembangan jaringan drainase di Kota Gombong, diharapkan Kota Gombong dapat memiliki sistem jaringan drainase yang baik, sehingga tujuan perencanaan Kota Gombong dapat terwujud.
Studio Rencana Kota Gombong
75
prasarana jaringan persampahan Saat ini
Pelayanan sampah sudah menyentuh seluruh bagian kota Gombong.Terdapat penampungan dan pengolahan awal sampah di Kota Gombong melalui TPS yang tersebar diseluruh kota lalu diangkut ke TPA Semali yang terletak di Kecematan Sempor kota Gombog. Tetapi masih banyak warga yang membuang sampan di sungai,sehingga membuat sungai kotor dan memicu terjadinya banjir
76 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Untuk mengatasi banyaknya system pembuangan sampah yang tidak ideal,seperti membuang di lahan terbuka atau selokan, perlu adanya rencana penambahan tempat penampungan sementara (TPS) yang lebih menyebar di beberapa kawasan di Kota cilacap sebelum di bawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di kecematan sempor beserta rute pengangkutannya.
Studio Rencana Kota Gombong
77
prasarana jaringan air bersih Saat ini
Berdasarkan PDAM Kabupaten Kebumen, Air Bersih di Kota Gombong dilayani IPA Sempor II dan IV yang berada di Waduk Sempor, Kecamatan Sempor serta air dari Mata Air Banyumudal. Hal tersebut dibuktikan dengan dipasangnya pipa-pipa air di area Kota Fungsional. Jaringan air bersih berpusat pada ruas jalan arteri primer Yos Sudarso yang selanjutnya bercabang pada jalan Kolektor dan Lokal. Secara keseluruhan, Kota Gombong sudah terfasilitasi jaringan air bersih. Namun, masih ada masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air bersih terutama di kawasan dengan kepadatan cukup rendah dengan masih memiliki lahan yang luas sehinga dinilai masih layak dalam pengeluaran terhadap air bersih.
78 Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Penyediaan air bersih Kota Gombong di tahun ini hingga 20 tahun ke depan masih berasal dari Waduk Sempor dan Mata Air Banyumudal. Namun, ada penambahan sumber air yaitu dari Waduk Kemit dan embung-embung di sekitar Kota Gombong. Pemasangan pipapipa air di seluruh area tempat bermukim masyarakat dipasang berdasarkan kelas jalannya. Untuk jalan arteri dipasang jaringan air primer, untuk jalan kolektor dan lokal dipasang jaringan air sekunder, dan jalan lingkungan dipasang jaringan air tersier. Penambahan jalan di area Kota Gombong membuat penambahan jaringan air di Kota Gombong pula. Oleh karena itu, secara keseluruhan Kota Gombong sudah terfasilitasi jaringan air bersih.
Studio Rencana Kota Gombong
79
80 Studio Rencana Kota Gombong
RENCANA PENTAHAPAN
Studio Rencana Kota Gombong
81
Periode 1 (2020-2024) Perencanaan pada periode pertama di Kota Gombong dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun dimulai dari tahun 2020 sampai tahun 2024. Pada perencanaan di periode pertama lebih mengarah kepada pengembangan pusat Kota Gombong (Pasar Wonokriyo Gombong, Instansi Kantor Kecamatan, STIKES PKU Muhammadiyah, alun-alun Kota) dengan program sebagai berikut: 1. Pengembangan dan penataan area komersial dan jasa di sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso 2. Pengembangan sektor industri pengolahan kayu di pinggir Jalan Arteri Yos Sudarso 3. Pemeliharaan/perbaikan sarana dan prasarana seperti terminal, jalan, pasar Gombong, fasilitas kesehatan, persampahan, gedung olahraga, dll. 4. Pembangunan jalur pedestrian di sepanjang Jalan Lokal Sempor Lama dan Jalan Lokal Dewi Sartika 5. Pembangunan dan revitalisasi alun-alun Kota Gombong 6. Pembangunan Instalasi Pengolahan IPAL B3 untuk area sektor industri dan RS PKU Muhammadiyah Gombong 7. Perbaikan dan penambahan jaringan drainase, penambahan TPS, dan penambahan jaringan air bersih 8. Pembangunan halte di pusat Kota Gombong yang dekat dengan pusat kegiatan 9. Pengembangan Kampung Pecinan sebagai destinasi wisata
82 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
83
84 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
85
86 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
87
88 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
89
90 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
91
Periode 2 (2025-2029
Perencanaan pada periode kedua di Kota Gombong dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun dimulai dari tahun 2025 sampai tahun 2029. Pada perencanaan di periode kedua lebih mengarah kepada pengembangan bagian barat dan timur Kota Gombong (sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso) dan bagian selatan Kota Gombong (Jalan Arteri Stasiun dan Jalan Lokal Puring Gombong) dengan program sebagai berikut: 1. Pembangunan halte dan lajur khusus BRT Kota Gombong (Di sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso, Jalan Arteri Stasiun, Jalan Lokal Puring Gombong) 2. Pengembangan dan penataan kawasan komersil (Sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso, Jalan Arteri Stasiun, dan Jalan Lokal Puring Gombong) 3. Pembangunan dan pemeliharaan IPAL Komunal dan IPAL B3 (Di kawasan industri, rumah sakit, Desa Purbowangi, Desa Selokerto, Desa Semondo, Desa Kalitengah, Desa Kemukus, Desa Patemon, Desa Wero, dan Desa Kedungpuji) 4. Pembangunan dan pemeliharaan TPS (Jalan Arteri Yos Sudarso, Jalan Arteri Stasiun, Jalan Lokal Puring Gombong) 5. Pembangunan sarana rekreasi (Sebelah barat dan timur Jalan Arteri Yos Sudarso) 6. Pengembangan, perluasan, dan pembangunan industri (Sebelah barat dan timur Jalan Arteri Yos Sudarso) 7. Pembangunan, perbaikan, pengembangan, pemeliharaan fasilitas kesehatan (Di Desa Selokerto, Desa Semondo, Jalan Arteri Yos Sudarso, Desa Wero, Desa Patemon, Kelurahan Wonokriyo) 8. Pembuatan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan drainase (Di Desa Purbowangi, Desa Selokerto, Desa Semondo, Desa Kalitengah, Desa Kemukus, Desa Patemon, Desa Wero, dan Desa Kedungpuji) 9. Pembangunan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan jalan (Di sebelah barat dan timur Jalan Arteri Yos Sudarso dan bagian selatan Kota Gombong) 10. Peningkatan penerangan jalan (Jalan Arteri Yos Sudarso, Jalan Arteri Stasiun, dan Jalan Lokal Puring Gombong) 11. Penghijauan (Di sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso, Jalan Arteri Stasiun, dan Jalan Lokal Puring Gombong) 12. Pembuatan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan air bersih (Di jaringan jalan baru, Desa Purbowangi, Desa Selokerto, Desa Semondo, Desa Kalitengah, Desa Kemukus, Desa Patemon, Desa Wero, dan Desa Kedungpuji) 13. Pembangunan sarana Pendidikan TK (Di Desa Purbowangi, Desa Wero, Desa Patemon, Desa Kedungpuji, Desa Kemukus, dan Kelurahan Gombong) 14. Pembangunan dan pemeliharaan jalur pedestrian (Jalan Arteri Stasiun dan Jalan Lokal Puring Gombong) 15. Penataan dan penyediaan perumahan (Di Desa Purbowangi, Desa Selokerto, Desa Semondo, Desa Kalitengah, Desa Kemukus, Desa Patemon, Desa Wero, dan Desa Kedungpuji) 92 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
93
94 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
95
96 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
97
98 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
99
100 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
101
Periode 3 (2030-2034)
Perencanaan pada periode ketiga di Kota Gombong dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun dimulai dari tahun 2030 sampai tahun 2034. Pada perencanaan di periode ketiga lebih mengarah kepada pengembangan area barat desa Selokerto ke utara Kota Gombong dengan program sebagai berikut : 1. Pengembangan sektor industri pengolahan makanan yaitu sale pisang di desa semanding (I.2), sektor industri pengolahan pertanian di desa bejiruyung, dan sektor industri rokok sampoerna di desa jatinegoro. 2. Pengembangan area komersial dan jasa di sepanjang jalan kolektor sekunder (Jalan Klampok-Sempor). 3. Pembangunan jalur pedestrian di ruas jalan kolektor sekunder (Jalan Klampok-Sempor). 4. Perbaikan lingkungan di Kawasan perumahan desa Selokerto, Desa Sidoharum, Desa Jatinegoro, Desa Bejiruyung, dan Desa Semanding. 5. Pembangunan fasilitas sosial berupa masjid, mushola, taman lingkungan, ruang publik, dan dilengkapi ruas komersial. 6. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal untuk Desa Selokerto, Desa Sidoharum, Desa Jatinegoro, Desa Bejiruyung, dan Desa Semanding. Lalu pembangunan IPAL B3 untuk area sektor industri. 7. Revitalisasi jaringan drainase, Penambahan bangunan lima TPS di sekitar permukiman, dan penambahan jaringan air bersih. 8. Pembangunan sistem dan fasilitas BRT Kota Gombong yang mencakup pembangunan lajur khusus untuk bus di Jalan Kolektor Sekunder (Jalan Klampok-Sempor) dan halte yang ditempatkan pada titik yang menghubungkan perumahan dengan pusat kegiatan.
102 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
103
104 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
105
106 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
107
Periode 4 (2034-2039)
Perencanaan pada periode keempat di Kota Gombong dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun dimulai dari tahun 2035 sampai tahun 2039. Pada perencanaan di periode ketiga lebih mengarah kepada pengembangan area utara sebelah timur Kota Gombong dengan program sebagai berikut : 1. Pembangunan halte dan lajur khusus BRT Kota Gombong (Jalan menuju Benteng Van der Wijck, Desa Sidayu, Desa Klopogodo, Desa Wonosigro) 2. Pengembangan dan penataan kawasan komersil (Di kawasan Benteng Van der Wijck, Desa Sidayu, Desa Klopogodo, Desa Wonosigro, Desa Semondo) 3. Pembangunan jalur pedestrian dan penambahan vegetasi unsur estetika, serta pemeliharaan jalur pedestrian (Di kawasan Benteng Van der Wijck dan Desa Semondo) 4. Pembangunan dan pemeliharaan IPAL komunal (Di kawasan industri, kawasan wisata benteng, Desa Semondo, Desa Klopogodo, Desa Sidayu, dan Desa Wonosigro) 5. Pembangunan dan pemeliharaan TPS (Di kawasan wisata benteng, Desa Semondo, Desa Klopogodo, Desa Sidayu, dan Desa Wonosigro) 6. Revitalisasi, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan obyek wisata (Benteng Van der Wijck, kawasan industri gerabah dan anyaman) 7. Pengembangan dan perluasan Industri (Di Desa Klopogodo) 8. Pembuatan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan drainase 9. Pembangunan, perbaikan, dan pemeliharaan jaringan jalan 10. Optimalisasi fungsi lahan (Di daerah benteng, di Desa Semondo, Desa Sidayu, Desa Klopogodo, Desa Wonosigro) 11. Perbaikan lingkungan perumahan (Di tepi sungai Gombong dan di dekat industri anyaman & gerabah) 108 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
109
110 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
111
112 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
113
Tahap 1 (2024-2024)
Tahap 2 (2025-2029)
Tahap 3 (2030-2034)
Tahap 4 (2035-2039)
114 Studio Rencana Kota Gombong
PERATURAN ZONASI
Studio Rencana Kota Gombong
115
peta rencana zonasi
116 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
117
118 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
119
Peraturan Zonasi
120 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
121
122 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
123
124 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
125
Zoning Text
126 Studio Rencana Kota Gombong
Zoning Text
‘
Zona Industri – Subzona Industri Besar (I.1) Kegiatan dan penggunaan lahan
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang (KDB; KLB; KDH; KTB) KDB maksimal: 60% KLB maksimal: 1,8 KDH minimal: 30% KTB maksimal: 70 %
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 3 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau : - taman; taman bermain; peresapan air; lapangan • Ruang terbuka non-hijau : - tempat parkir; jalan/trotoar; lapangan olahraga • Utilitas perkotaan : - jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan - jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah • Fasilitas pendukung : - poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan ; balai/gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan Studio Rencana Kota Gombong
127
Zoning Text
Zona Industri – Subzona Industri Kecil dan Menengah (I.2) Kegiatan dan penggunaan lahan
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang (KDB; KLB; KDH; KTB) KDB maksimal: 60% KLB maksimal: 1,8 KDH minimal: 30% KTB maksimal: 70 %
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan 128 Studio Rencana Kota Gombong
‘
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 3 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau : - taman; taman bermain; peresapan air; lapangan • Ruang terbuka non-hijau : - tempat parkir; jalan/trotoar; lapangan olahraga • Utilitas perkotaan : - jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan - jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah • Fasilitas pendukung : - poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan ; balai/gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
Zoning Text
‘
Kegiatan dan penggunaan lahan
c) Sempadan antar bangunan
Pertanian PL.1
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang (KDB; KLB; KDH; KTB) KDB maksimal : 0 % KDH minimal : 100% KLB makasimal : 0 KTB maksimal : 0
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan
• Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 0 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan : jaringan jalan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; tempat sampah
• Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan Studio Rencana Kota Gombong
129
Zoning Text
‘
Kegiatan dan penggunaan lahan
c) Sempadan antar bangunan
Pariwisata PL.2
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang (KDB; KLB; KDH; KTB) KDB maksimal : 60 % KDH minimal : 30% KLB maksimal : 3 KTB maksimal : 70 %
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan 130 Studio Rencana Kota Gombong
• Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 4 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau : taman; taman bermain; peresapan air • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah • Fasilitas pendukung : warung/toko; pos keamanan; sarana ibadah; halte angkutan umum; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan.
Zoning Text
‘
Kegiatan dan penggunaan lahan
c) Sempadan antar bangunan
Perkantoran (K1)
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal : 60% KDH minimal : 30% KLB maksimal : 3 KTB maksimal : 0,7 Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan
• Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 5 lantai
Sarana prasarana minimal
• Jalur pejalan kaki/ jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau taman; peresapan air; • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah. • Fasilitas pendukung : • pos keamanan;; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan; balai/ Gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
Studio Rencana Kota Gombong
131
Zoning Text
‘
Perdagangan dan Jasa KDB Tinggi (K2) Kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal : 60% KDH minimal : 30% KLB makasimal : 3 KTB maksimal : 0,7
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan 132 Studio Rencana Kota Gombong
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 5 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/ jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau taman; taman bermain; peresapan air; lapangan hijau • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; plasa • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah. • Fasilitas pendukung : pasar; pusat pertokoan; pusat perbelanjaan atau niaga; poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan; balai/Gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
Zoning Text
‘
Kegiatan dan penggunaan lahan
c) Sempadan antar bangunan
Perdagangan dan Jasa KDB Rendah (K3)
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal : 40% KDH minimal : 50% KLB maksimal : 1,6 KTB maksimal : 0,5
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan
• Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 4 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/ jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau taman; taman bermain; peresapan air; lapangan hijau • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; plasa • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah. • Fasilitas pendukung : pasar; pusat pertokoan; pusat perbelanjaan atau niaga; poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan; balai/Gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan Studio Rencana Kota Gombong
133
Zoning Text
‘
Kegiatan dan penggunaan lahan
c) Sempadan antar bangunan
Zona Industri – Subzona Industri Besar (I.1)
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal: 60% KLB maksimal: 1,8 KDH minimal: 30% KTB maksimal: 70 %
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan 134 Studio Rencana Kota Gombong
• Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 3 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau : taman; taman bermain; peresapan air; lapangan • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; lapangan olahraga • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah • Fasilitas pendukung : poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan ; balai/gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
Zoning Text
Zona Industri – Subzona Industri Kecil dan Menengah (I.2) Kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal: 60% KLB maksimal: 1,8 KDH minimal: 30% KTB maksimal: 70 %
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan
‘
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 3 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau : taman; taman bermain; peresapan air; lapangan • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; lapangan olahraga • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah • Fasilitas pendukung : poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan ; balai/gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan Studio Rencana Kota Gombong
135
Zoning Text
Zona Perumahan – Subzona Perumahan Kepadatan Tinggi (R.1) Kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal: 60% KLB maksimal: 3,0 KDH minimal: 30% KTB maksimal: 70 %
‘
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 5 lantai
Tata masa bangunan
Sarana prasarana minimal
a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai
• Jalur pejalan kaki/jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau : taman; taman bermain; peresapan air; lapangan • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; lapangan olahraga • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah • Fasilitas pendukung : poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan ; balai/gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan 136 Studio Rencana Kota Gombong
Zoning Text
Zona Perumahan – Subzona Perumahan Kepadatan Sedang (R.2) Kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal : 40% KDH minimal : 50% KLB maksimal : 1,6 KTB maksimal : 0,5
‘
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 4 lantai
Tata masa bangunan
Sarana prasarana minimal
a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai
• Jalur pejalan kaki/ jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau taman; taman bermain; peresapan air; lapangan hijau • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; plasa • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah. • Fasilitas pendukung : pasar; pusat pertokoan; pusat perbelanjaan atau niaga; poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan; balai/Gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan
Studio Rencana Kota Gombong
137
Zoning Text
‘
Kegiatan dan penggunaan lahan
c) Sempadan antar bangunan
Perdagangan dan Jasa KDB Rendah (K3)
Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal : 40% KDH minimal : 50% KLB maksimal : 1,6 KTB maksimal : 0,5
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan 138 Studio Rencana Kota Gombong
• Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 4 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/ jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau taman; taman bermain; peresapan air; lapangan hijau • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; plasa • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah. • Fasilitas pendukung : pasar; pusat pertokoan; pusat perbelanjaan atau niaga; poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan; balai/Gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan
Zoning Text Pendidikan (S.1)
Kegiatan dan penggunaan lahan Kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada matriks ITBX.
Intensitas pemanfaatan ruang KDB maksimal 60% KDH minimal 30% KLB maksimal 1,8-2,4 KTB maksimal 70%
Tata masa bangunan a)Sempadan Sungai Bertanggul : 3 m dari tepi sungai • Tidak Bertanggul : 15 m dari tepi sungai b)Sempadan Jalan • Arteri primer : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 8 m dari as jalan • Arteri sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 7m dari as jalan • Kolektor sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 5 m dari as jalan • Lokal sekunder : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 3,25 m dari as jalan • Lingkungan : Bangunan dibangun dengan jarak minimal 2,25 m dari as jalan
c) Sempadan antar bangunan • Pada area dengan kepadatan tinggi bangunan dapat berhimpitan dengan bangunan dari kapling tetangga • Pada area dengan kepadatan yang relatif rendah jarak bangunan minimal 1,5 m dari kapling tetangga atau disesuaikan dengan kesepakatan tetangga yang berbatasan • Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 m d) Ketinggian bangunan Ketinggian maksimal yang diperbolehkan adalah 4 lantai
Sarana prasarana minimal • Jalur pejalan kaki/ jalur pesepeda • Ruang terbuka hijau taman; taman bermain; peresapan air; lapangan hijau • Ruang terbuka non-hijau : tempat parkir; jalan/trotoar; plasa • Utilitas perkotaan : jaringan jalan; jaringan telekomunikasi dan listrik; hidran umum; jaringan air bersih • Prasarana lingkungan jaringan jalan; lahan parkir; sumur resapan; saluran drainase; saluran pembuangan air limbah; penerangan; unit pemadam kebakaran; tempat sampah. • Fasilitas pendukung : poliklinik atau apotek; warung/toko; pos keamanan; sarana olahraga; sarana ibadah; halte angkutan umum; balai pertemuan ; balai/gedung serbaguna; sarana penunjang lain yang sesuai dengan kebutuhan. Studio Rencana Kota Gombong
139
140 Studio Rencana Kota Gombong
KAWASAN PRIORITAS PENGEMBANGAN
Studio Rencana Kota Gombong
141
142 Studio Rencana Kota Gombong
PENGINTEGRASIAN TERMINAL DAN STASIUN GOMBONG
Abimanyu Arya Ramadhan 17/415087/TK/46376 Studio Rencana Kota Gombong
143
Latar belakang Gombong terletak dibagian barat Kabupaten Kebumen. Gombong juga dilewati jalur darat berupa jalan raya yang menghubungkan Kebumen dengan Kabupaten disebelahnya, yaitu Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap. Selain itu, jalur darat lainnya yang dinilai strategis adalah perlintasan kereta api. Sarana tranportasi umum yang melewati Kota Gombong sendiri antara lain adalah angkutan kota, bus, dan kereta api. Kota Gombong memiliki prasarana transportasi umum yang mendukung masyarakat dalam melakukan mobilitas setiap harinya, yaitu memiliki 2 terminal (bus dan non bus), 1 stasiun, dan ada 1 halte. Untuk terminal bus saat ini terletak di Jalan
144 Studio Rencana Kota Gombong
Klampok-Gombong (Sempor), terminal non bus disebelah utara atau dibelakang Pasar Wonokriyo, dan stasiun disebelah selatan Pasar Wonokriyo, serta halte yang berada di pinggir Jalan Yos Sudarso yang lebih tepatnya di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gombong atau didekat SMP N 2 Gombong. Prasarana transportasi di Kota Gombong saat ini bisa dikatakan masih belum cukup dan masih belum bisa bekerja secara optimal. Hal ini bisa dilihat dari letak salah satu terminal bus yang dirasa kurang strategis dengan jalan utama di Gombong yaitu Jalan Yos Sudarso sebagai jalan Arteri Primer. Letak terminal yang sekarang ini yaitu di Jalan Klampok-Gombong (Sempor) dan dirasa agak jauh oleh masyarakat
terhadap aktivitas dipusat Kota Gombong. Maka dari itu, rencana kedepan terkait prasarana transportasi di Kota Gombong, yaitu dengan memindahkan terminal bus disebelah selatan Pasar Wonokriyo. Hal ini dimaksudkan agar nantinya terminal dan stasiun dapat terintegrasi dengan baik sebagai objek perencanaan dan perancangan pergerakan yang dapat meningkatkan pelayanan jaringan transportasi di Kota Gombong dan ke luar Kota Gombong. Selain itu lokasi penempatan juga berperan penting karena dinilai strategis yaitu dipusat Kota Gombong yang dimana aktivitas sehari-hari dari warga masyarakat ada disini.
Gambaran Umum Kawasan Rencana Integrasi Prasarana Transportasi Umum antara terminal dan stasiun ini terletak di Kelurahan Wonokriyo, Kota Gombong dengan luas area sebesar 9,36 hektar. Di sekitar kawasan rencana ini didominasi aktivitas perdagangan dan jasa.
Potensi
Pemindahan terminal menjadi lebih dekat ke stasiun ini karena adanya faktor letak yang strategis dipusat, hal ini juga adanya aktivitas di Pasar Wonokriyo dan sekitarnya, sehingga dapat mendukung dan mempermudah para pengguna transportasi umum yang menggunakannya untuk aktivitas sehari hari
Terminal lama
Masalah Terminal baru
Luas terminal eksisting : 0,78 ha
Beberapa bus kadang masih berhenti disembarang tempat yang tidak seharusnya untuk berhenti karena juga dapat mengganggu akses lalulintas disekitarnya. Selain itu, prasarana lampu lalulintas, lampu penerang jalan, rambu, dan marka jalan juga diperhatikan lagi sesuai kebutuhan.
Luas terminal rencana : 1,2 ha
Studio Rencana Kota Gombong
145
Rencana Pengembangan Tujuan Perencanaan
Detail Rencana
Untuk memudahkan pengguna transportasi umum dalam perpindahan moda transportasi agar lebih efektif dan efisien dengan jarak yang relatif dekat, serta meningkatkan pelayanan jaringan transportasi di Kota Gombong.
1. Land Use (Guna Lahan)
Konsep Perencanaan Pengintegrasian prasarana moda transportasi umum ini yaitu dengan memindahkan terminal bus yang ada agar lebih dekat dengan stasiun dan letaknya yang strategis dipusat kota. Terminal dan Stasiun Gombong ini sebagai objek perencanaan dan perancangan harus dapat memudahkan para penggunanya dalam melakukan pergerakan dan perpindahan, serta dapat meminimalisir cross circulation. Maka dari itu dalam pengintegrasian ini akan menggunakan konsep wayfinding, yang bertujuan agar para pengguna transportasi umum dapat dengan mudah, aman, dan lancar untuk menuju suatu lokasi didalam bangunan, sehingga nantinya dapat terakomodasi dengan baik dalam building system nya. Konsep ini diterapkan dalam sistem sirkulasi dan sistem penanda didalam bangunan. Konsep sistem sirkulasi yaitu dengan membedakan area kedatangan dan keberangkatan pada terminal dan stasiun. Hal ini untuk memudahkan pengguna dalam pergerakan dan perpindahan moda transportasi. Penggunaan sistem penanda ini yaitu dengan penanda-penanda yang diatur sedemikian karena juga merupakan sarana dari objek rancangan yang memudahkan pengguna dalam berpindah menuju ke lokasi tertentu didalam suatu bangunan. 146 Studio Rencana Kota Gombong
Guna lahan yang ada di area terminal dan stasiun ini yaitu diperuntukkan sebagai perdagangan, jasa, dan permukiman. Hal ini tidak terlepas dari letaknya dipusat Kota Gombong yang selalu digunakan untuk aktivitas sehari oleh masyarakat. Komersil Jasa Permukiman
Untuk masa bangunan, area terminal berdekatan dengan area stasiun dengan dihubungkan oleh koridor jalan sebagai penghubung untuk memudahkan pengguna bergerak dan berpindah dalam area integrasi. KDB di area ini antara 81-100 %, sedangkan KLB antara 0,86-1.
3. Activity Support (Kegiatan Pendukung) Kegiatan pendukung dalam area integrasi transportasi ini yaitu kegiatan lalulintas di Jalan Yos Sudarso, Pasar Wonokriyo, beberapa jasa dan komersil (pertokoan) yang ada di pinggir jalan, dan permukiman masyarakat.
2. Building Form dan Massing (Bentuk dan Massa Bangunan) Bentuk bangunan terminal baru yaitu memanjang dengan bentang panjang 36 m, stasiun juga memanjang dengan bentang panjang 40 m. Atap juga berbentuk sama seperti bangunan pada umumnya. Bentuk seperti ini kurang lebih sama dengan bentuk terminal dan stasiun pada umumnya.
4. Preservation (Preservasi) Upaya preservasi atau perlindungan dikawasan integrasi prasarana transportasi ini yaitu disepanjang koridor Jalan Yos Sudarso dan Jalan Stasiun, hal ini dimaksudkan agar dipinggir jalan tersebut nilai guna lahan dan kegiatan tetap terjaga dan dapat mendorong perekonomian daerah.
5. Open Space (Ruang Terbuka) Dikawasan rencana integrasi prasarana transportasi umum ini juga ada 3 titik yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka yang bertujuan untuk keseimbangan lingkungan dan penunjang kegiatan. 3 titik ruang terbuka yaitu disebelah timur terminal, disebelah utara stasiun, dan disebelah timur stasiun.
6. Circulation & Parking (Sirkulasi dan Parkir)
7. Pedestrian Ways (Jalur Pedestrian)
Pola sirkulasi untuk pengguna moda transportasi umum yaitu dari arah utara menuju terminal lalu turun dan melewati Jalan Stasiun untuk menuju stasiun dalam perpindahan moda atau dari arah selatan yaitu dimulai dari pengguna yang turun dari stasiun melewati Jalan Stasiun menuju terminal untuk naik moda transportasi bus, pejalan kaki bisa memanfaatkan jalur pedestrian yang ada. Sedangkan pola sirkulasi bus dari Jalan Yos Sudarso lalu menuju terminal dan keluar melalui Jalan Stasiun ke arah utara. Untuk pola sirkulasi kereta dari perintasan rel kereta lalu menuju stasiun dan keluar ke arah utara menuju Jalan Stasiun. Tempat parkir di stasiun disediakan tepat persis dibagian depan stasiun yang dapat menampung sepeda motor dan mobil. Sedangkan tempat parkir di terminal disediakan dibagian samping timur terminal yang dapat menampung bus.
Jalur pedestrian terletak dipinggir Jalan Yos Sudarso dan Jalan Stasiun agar pejalan kaki bisa lebih mudah untuk bergerak, lebih aman dan nyaman. Hal ini juga mendukung sebagai jalur perpindah moda transportasi dari bus ke kereta atau sebaliknya.
8. Signage (Penanda) Penanda yang menjadi fokus utama di area ini yaitu keberadaan Terminal dan Stasiun Gombong. Penandapenanda lainnya yaitu berupa lampu lalulintas, rambu lalulintas, papan iklan dan petunjuk-petunjuk lainnya yang dapat mempunyai fungsi sebagai tanda.
Studio Rencana Kota Gombong
147
Pentahapan dan Pembiayaan
148 Studio Rencana Kota Gombong
PENGEMBANGAN KAWASAN PASAR WONOKRIYO
Amin Bahtiar 17/415091/TK/46380 149
Studio Rencana Kota Gombong
Latar belakang
Perekonomian di Kota Gombong saat ini paling menonjol ditunjang oleh sektor perdagangan. Keberadaan Pasar Wonokriyo menjadi magnet penting bagi perkonomian di Kota Gombong. Dengan luas 53.130 m2, kurang lebih terdapat 3000 orang pedagang yang berjualan di pasar ini dengan keragaman barang dagangannya, mulai dari kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Hal ini sesuai dengan mayoritas penduduk Kota Gombong yang bekerja sebagai pedagang terutama di Pasar Wonokriyo. Hingga saat ini, Pasar Wonokriyo terus ramai dikunjungi masyarakat yang membutuhkan berbagaI barang, bahkan penduduk di luar Kota Gombong juga sering pergi ke Pasar Wonokriyo baik untuk berjualan maupun membeli barang kebutuhan. Akan tetapi, berbagai permasalahan timbul di Pasar Wonokriyo terutama setelah peristiwa kebakaran yang terjadi pada tahun 2017. 150
Studio Rencana Kota Gombong
Masalah yang timbul seperti kurang optimalnya penggunaan pasar (tidak digunakannya lantai 2 pasar), belum tertatanya parkir, sirkulasi jalan, terminal non bus, dan TPS. Hal tersebut pastinya menggangu kegiatan perdagangan di Pasar Wonokriyo. Padahal, jika dilakukam pengintegrasian dapat meningkatkan peran Pasar Wonokriyo lebih jauh lagi di luar Kota Gombong, dan akan meningkatkan pendapatan Kota Gombong. Maka dari itu, akan dilakukan penataan dan pengembangan kawasan Pasar Wonokriyo dimaksudkan agar dapat memfasilitasi dan mempermudah pengunjung ketika berada di Pasar Wonokriyo. Hal ini dilakukan juga sejalan dengan tujuan kota Gombong dimana dalam mewujudkan kota yang kompetitif dalam bidang perdagangan melalui pengembangan Pasar Wonokriyo yang nantinya dapat menjadi tumpuan paling besar bagi sektor perdagangan di Kota Gombong. Kawasan ini akan dikembangkan dengan fokus pengembangan kawasan perdagangan yang berdaya saing dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik di dalam maupun luar Gombong serta menjadi pusat pemasaran produk hasil industri di Kota Gombong yang terintegrasi dengan layanan transportasi melalui keberadaan terminal non bus.
Adapun pengembangan kawasan Pasar Wonokriyo yand dilakukan seperti renovasi bangunan pasar, penggunaan lantai dua pasar, pengadaan pusat oleh-oleh & foodcourt (produk dari hasil industri di Kota Gombong), ruang terbuka hijau (Taman Wonokriyo), penataan terminal non bus, serta penataan parkir dan TPS
Gambaran Umum Pasar Wonokriyo terletak di Kelurahan Wonokriyo yang merupakan pasar terbesar di Kota Gombong. Kawasan ini memiliki luas sekitar 10 hektar. Kawasan ini berada di pusat Kota Gombong serta di depan Pasar Wonokriyo sendiri dilalui jalan arteri primer yaitu Jalan Yos Sudarso, sehingga ramai dilalui kendaraan. Selain itu, kawasan ini dekat dengan stasiun Gombong. Kawasan ini di dominasi oleh bangunan komersil dan menjadi pusat perekonomian sektor perdagangan di Kota Gombong. Banyak masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pedagang yang datang ke kawasan ini untuk berjualan. Kondisi kawasan Pasar Wonokriyo saat ini tidak terencana dengan baik. Semenjak peristiwa kebakaran yang terjadi di Pasar Wonokriyo pada tahun 2017, tidak adanya perbaikan di beberapa tempat membuat banyak pedagang yang berjualan di luar pasar dengan mendirikan bangunan tidak permanen. Selain itu, pedagang juga berjalan di pinggir pasar membuat kondisi sirkulasi kendaraan menjadi terganggu sehingga kerap kali terdapat penumpukan kendaraan yang masuk dan keluar kawasan ini. Sistem parkir yang tidak tertata juga membuat banyak kendaraan yang sembarangan parkir di berbagai tempat, bahkan terdapat pengendara sepeda motor yang masuk dan parkir di dalam Pasar Wonokriyo. Bangunan Pasar Wonokriyo sendiri kurang terawat terutama pada bagian lantai dua yang saat ini tidak digunakan untuk lokasi berjualan. Selain itu, terdapat pasar pagi di belakang pasar yang aktif di pagi hari, akan tetapi kondisinya para pedagang hanya beralaskan tikar dan dilindungi payung saja sehingga disaat musim hujan mengganggu operasional pasar ini. Terdapat pula terminal non bus yang melayani perjalanan jarak dekat bagi masyarakat maupun pedagang yang ingin pergi ke kawasan Pasar Wonokriyo walau kondisinya kurang terpelihara.
Analisis Potensi Masalah Potensi
- Pasar Wonokriyo sebagai pusat perekonomian sektor perdaganganga di Kota Gombong - Terintegrasi dengan sarana transportasi - Dilalui jalan arteri dan terletak di pusat kota - Lantai dua bangunan pasar yang belum digunakan untuk berjualan - Melimpahnya produk hasil kegiatan industri di Kota Gombong 151
Studio Rencana Kota Gombong
Masalah
- Banyak pedagang yang berjualan di luar pasar dan mendirikan bangunan tidak permanen - Sistem sirkulasi kendaraan yang kurang terencana membuat penumpukan kendaraan - Parkir sembarangan pengunjung dan pedagang - Belum adanya sarana pusat pemasaran hasil industri di Kota Gombong - Tidak adanya bangunan perdagangan yang layak di pasar pagi - Kawasan yang hanya hidup sampai sore dan akan mati di malam hari - TPS yang kurang terpelihara - Tidak adanya jalur pedestrian sert kurangnya ruang terbuka hijau publik
Rencana Pengembangan Tujuan Perencanaan
Mendukung terwujudnya tujuan kota : â&#x20AC;&#x153;Kota Gombong sebagai kota industri yang kreatif dan inovatif, kompetitif dalam bidang perdagangan dengan menjunjung konsep pariwisata kebudayaan pada tahun 2039â&#x20AC;?, tujuan perencanaan pengembangan Pasar Wonokriyo yaitu terwujudnya kawasan Pasar Wonokriyo sebagai pusat perdagangan yang kompetitif dan terintegrasi dengan sarana transportasi, berkarakter aman, nyaman dan hidup bagi pengujung menjadi kawasan perdagangan yang berkelanjutan di Kota Gombong.
Konsep Perencanaan Inti konsep pengembangan kawasan Pasar Wonokriyo adalah menjadikan Pasar Wonokriyo sebagai trade center di Kota Gombong maupun daerah disekitarnya dengan tetap mengedepankan tiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan ekologi. Trade center dikembangkan untuk menciptakan kawasan Pasar Wonokriyo sebagai pusat perdagangan yang kompetitif di Kota Gombong. Sementara itu, ketiga aspek ekonomi, sosial dan ekologi digunakan untuk menjadikan kawasan Pasar Wonokriyo sebagai kawasan perdagangan yang bekelanjutan. 152
Studio Rencana Kota Gombong
Nantinya pengembangan yang akan dilakukan di kawasan Pasar Wonokriyo yaitu : 1. Renovasi Pasar Wonokriyo dan penggunaan lantai dua sebagai tempat berjualan untuk meningkatkan daya saing serta memanfaatkan sarana yang ada secara optimal. 2. Pembangunan bangunan pasar pagi untuk memberikan aspek aman dan nyaman bagi para pedagang yang selama ini hanya beralaskan lantai dan payung. 3. Pembangunan Pusat Oleh-Oleh dan Foodcourt untuk memasarkan hasil produksi di Kota Gombong yang buka selama 24 jam. Hal ini akan menghidupkan kawasan Pasar Wonokriyo yang saat ini hanya hidup sampai sore hari. 4. Penataan Terminal Non Bus serta parkir yang selama ini tidak tertata dan banyak kendaraan maupun angkot yang sering berhenti/parkir sembarangan yang berakibat pada penumpukan kendaraan yang masuk dan keluar pasar. 5. Penataan sistem sirkulasi kendaraan agar tidaak terjadi penumpukan diberbagai tempat disaat banyak pengunjung. Sistem sirkulasi kendaraan yang akan dilakukan yaitu melalui sistem satu arah disaat masuk dan keluar dari kawasan Pasar Wonokriyo.
6. Penataan TPS Pasar Wonokriyo untuk menampung dan mengelola sampah yang berada di pasar serta memudahkan dalam proses pengangkutan sampah ke TPA. 7. Pembangunan Taman Wonokriyo sebagai tempat bersosialisasi, tempat bermain dan istirahat pengunjung maupun masyarakat di sekitar pasar. 8. Pemberian vegetasi berupa pohon-pohon yang berada di tepi jalan juga ditambahkan agar aspek ekologi dapat terjaga. 9. Pemberian jalur pejalan kaki di tepi setiap jalan untuk menciptakan kenyamanan saat berada di kawasan Pasar Wonokriyo.
Site Plan (Kawasan Rencana)
TAMAN WONOKRIYO
PASAR WONOKRIYO
TERMINAL NON BUS
PUSAT OLEH-OLEH & FOODCOURT
TPS PASAR WONOKRIYO 153
Studio Rencana Kota Gombong
PASAR PAGI
TEMPAT PARKIR
Detail Rencana (Hamid Shirvani)
2. Building Form and Massing (Bentuk dan Massa Bangunan)
1. Land Use (Guna Lahan)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Dasar Bangunan di kawasan Pasar Wonokriyo mengacu pada KDB Rencana Kota Gombong yaitu maksimal 60%.
Koefisien lantai bangunan makro di kawasan Pasar Wonokriyo dalam rencana koefisien dasar bangunan kota Gombong adalah maksimal 3. Dari persil-persil yang ada memiliki KLB mikro yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.
Eksisting
Eksisting
Peruntukan Lahan Makro Peruntukan Lahan Makro pada kawasan Pasar Wonokriyo yaitu sebagai perdaganga dan jasa, dimana merupakan kawasan komersil tingkat regional.
1,8
90%
Peruntukan Lahan Mikro Peruntukan Lahan Mikro pada kawasan Pasar Wonokriyo terdiri dari 2 guna lahan industri, 1 guna lahan wisata, 1 guna lahan perdagangan dan jasa, 1 guna lahan RTH, 1 guna lahan lahan parkir, dan 1 guna lahan tempat ibadah. Rencana
154
Studio Rencana Kota Gombong
Rencana
Bentuk Bangunan
Koefisien Dasar Hijau (KDH) Koefisien hijau bangunan makro di kawasan Pasar Wonokriyo dalam rencana koefisien dasar bangunan kota Gombong adalah minimal 0,3. Hal tersebut didapat dengan adanya taman di belakang bangunan Pasar Wonokriyo serta tanaman-tanaman yang ditanam sekitar jalan-jalan di kawasan Pasar Wonokriyo.
Bangunan yang ada di kawasan Pasar Wonokriyo memperhatikan keserasian dengan lingkungan sekitar, serta memperbanyak vegetasi berupa pepohonan agar melestarikan lingkungan.
Jalan Arteri Jalan arteri (lebar 12m) yang ada di kawasan Pasar Wonokriyo yaitu Jalan Yos Sudarso (Arteri Primer). Dengan adanya jalan ini dapat mempermudah akses menuju pasar serta dalam pemasokan dan pendistribusian produk pasar ke daerah lain sehingga akan meningkatkan produktivitas.
Eksisting 10%
Rencana
3. Circulation and Parking (Sirkulasi dan Parkir)
155
Studio Rencana Kota Gombong
Jaringan Jalan
Jaringan Jalan Jaringan jalan pada kawasan Pasar Wonokriyo harus mampu mendukung kegiatan di dalamnya. Terlebih lagi Pasar Wonokriyo yang menjadi pusat perdagangan di Kota Gombong harus ditunjang oleh jaringan jalan yang baik. Jaringan jalan yang berada pada kawasan Pasar Wonokriyo terdiri dari jalan arteri primer serta jalan lokal sekunder.
Jalan Lokal Jalan lokal (lebar 8m) diharapkan dapat mengakomodasi pergerakan kendaraan yang masuk serta keluar dari kawasan Pasar Wonokriyo sehingga tidak terjadi kemacetan, serta jalan harus dapat dilewati kendaraan bus sedang, angkot, truk pengangkut sampah, ambulans, dan mobil.
Sistem Sirkulasi Kendaraan
4. Open Space (Ruang Terbuka)
Sistem Tata Hijau
Sistem Ruang Terbuka
Sistem sirkulasi kendaraan di dalam kawasan Pasar Wonokriyo seluruh jaringan dapat dilalui kendaraan umum dan pribadi, akan tetapi kendaraan kelas berat tidak diperkenankan melalui jalan lokal sekunder. Arah jalan terdiri dari sistem 1 arah dan 2 arah. Sistem 1 arah diterapkan di kawasan Pasar Wonokriyo untuk memudahkan jalur masuk-keluar kendaraan, serta menghindari kemacetan. Parkir
Area parkir di kawasan Pasar Wonokriyo didesain berada di belakang Pasar Wonokriyo dan menempati tempat di samping Terminal Non Bus Kota Gombong. Keberadaan tempat parkir penting mengingat dari kondisi yang ada, parkir kendaraan tidak tertata bahkan terdapat sepeda motor yang parkir di dalam bangunan Pasar Wonokriyo. Sistem parkir ditunjang dengan adanya sistem satu arah sehingga kendaraan dapat masuk-keluar dengan mudah. 156
Studio Rencana Kota Gombong
Ruang terbuka di kawasan Pasar Wonokriyo yaitu jalan, jalur pejalan kaki serta taman yang berada di belakang Pasar Wonokriyo. Keberadaan taman dan jalur pejalan kaki dirancang untuk memberikan ruang yang nyaman bagi masyarakat yang berada di kawasan Pasar Wonokriyo. Selain itu, terdapat tempat duduk yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat pengunjung.
Kawasan Pasar Wonokriyo dilengkapi tata hijau berupa pepohonan berupa pohon tanjung, angsana, dan akasia. Selain itu, terdapat bunga maupun semak yang ditanam di taman serta ruas terluar ruang milik jalan di depan Pasar Wonokriyo. Pola penanaman pepohonan di jalan-jalan kawasan Pasar Wonokriyo yaitu pola berbaris. Jarak antar tanaman sekitar 10 meter dan ditanam di ruas terluar rumija.
5. Pedestrian Ways (Jalur Pejalan Kaki)
Jalur pejalan kaki di kawasan Pasar Wonokriyo mengedepankan pejalan kaki yang menjadi pengunjung di kawasan Pasar Wonokriyo. Selain itu, jalur pedestrian juga tetap memperhatikan penyandang disabilitas. Pengadaan serta perbaikan jalur pejalan kaki yang teduh dan nyaman diutamakan dalam jalur pejalan kaki yang ada.
6. Activity Support (Penunjang Kegiatan)
Pendukung Aktivitas kegiatan perdagangan di Pasar Wonokriyo yaitu: 1) Pasar Pagi
Dari kondisi yang ada, Pasar Wonokriyo telah memiliki terminal non bus yang berada di belakang pasar, akan tetapi terminal tersebut tidak tertata dan terencana. Oleh karena itu . penunjang aktivitas di Pasar Wonokriyo ini dilakukan pemindahan tempat dan didesain lebih baik lagi. Hal ini didukung dengan sistem satu arah yang membuat sirkulasi kendaraan lebih terarah dan dapat mengurangi penumpukan kendaraan yang sering terjadi. 3) Taman Wonokriyo
Pengembangan Kota Gombong di sektor industri berakibat terhadap hasil produksi yang ada. Keberadaan hasil produksi yang banyak haus dipasarkan dengan baik. Pada kawasan Pasar Wonokriyo nantinya akan dibangun pusat oleh-oleh yang memasarkan produksi industri di Kota Gombong sendiri. Selain itu, terdapat foodcourt yang bersatu dengan pusat oleh-oleh. Pusat oleh-oleh dan foodcourt tersebut akan buka 24 jam, hal ini nantinya akan menghidupkan kawasan Pasar Wonokriyo yang kegiatannya sampai sore saja. Pusat oleh-oleh dan foodcourt dapat menjadi tempat bagi penumpang bus jarak jauh yang berhenti di terminal bus Kota Gombong yang berada di depan Pasar Wonokriyo.
7. Signage (Penanda) Pasar pagi berada di belakang Pasar Wonokriyo sebelah timur. Kondisi saat ini pasar pagi belum tertata dan tidak memiliki bangunan. Pedagang hanya beralaskan tikar dan terlindungi payung saja, oleh karena itu akan dibuat bangunan pasar pagi. Pasar pagi akan mulai terlihat kegiatannya pada pukul tiga pagi dan akan ramai di setiap pagi. Kegiatan di pasar pagi akan berhenti biasanya pada siang hari. 2) Terminal Non Bus Kota Gombong
Penanda yang ada di kawasan Pasar Wonokriyo menyesuaikan dengan bangunan yang ada. Penanda ditempatkan di depan bangunan. Penanda satu bangunan dengan bangunan yang lain diusahakan memiliki keseragaman.
Taman Wonokriyo merupakan taman yang berada di belakang Pasar Wonokriyo yang sebelumnya digunakan sebagai terminal non bus. Keberadaan taman ini bertujuan untuk menjadi daerah resapan air serta aktivitas pendukung di Pasar Wonokriyo. Tempat ini akan ditambah sarana penunjang seperti tempat duduk yang nantinya dapat digunakan istirahat bagi pengunjung yang lelah berkeliling di Pasar Wonokriyo. 4) Pusat Oleh-Oleh dan Foodcourt Papan Iklan Papan iklan dapat dipasang di kawasan Pasar Wonokriyo dibatasi dan berada baik di area Pasar Wonokriyo serta dapat pula di tepi jalan (jalur pejalan kaki) dengan syarat keberadaannya tidak mengganggu lalu lintas jalan dan pandangan pengendara. Peletakan serta ukuran papan iklan menyesuaikan ruang yang ada sehingga tidak mengganggu pejalan kaki.
157
Studio Rencana Kota Gombong
Lampu Penerangan Jalan Lampu penerangan jalan di kawasan Pasar Wonokriyo dipasang pada tepi jalan (jalur pejalan kaki) dan lampu yang ada diseragamkan untuk memunculkan ciri khas di Pasar Wonokriyo. Pencahayaan diberikan untuk penerangan bagi pejalan kaki dan pengendara, selain itu agar kawasan ini dapat tetap hidup, hal ini ditunjang keberadaan pusat oleh-oleh dan foodcourt yang buka 24 jam.
Pentahapan
8. Preservation (Preservasi)
Pembiayaan Di dalam kawasan Pasar Wonokriyo yanh harus selalu dijaga adalah area peresapan air termasuk vegetasi yang ada. Keberadaan area tangkapan air harus tetap dijaga, dimana kawasan ini harus memiliki KDH minimal 0,3. Preservasi dilakukan melalui Taman Wonokriyo yang memiliki area resapan air berupa taman, serta banyaknya pepohonan yang berada di kawasan Pasar Wonokriyo.
158
Studio Rencana Kota Gombong
REVITALISASI ALUN-ALUN KOTA GOMBONG
Mutia Mesanda 17/410121/TK/45478 Studio Rencana Kota Gombong
159
Latar Belakang
Gambaran Umum
Kota Gombong merupakan kota kecil karena jumlah penduduknya kurang dari 50.000 jiwa. Kompleksitas kegiatan di Kota Gombong membuat kota ini menjadi kota fungsional untuk wilayah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Menururt RTRW Jawa Tengah, Hierarki Kota Gombong adalah sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang letaknya strategis dimana jarak antara PKL, PKW, dan PKN di sekitarnya masih dapat dilewati dengan cepat. Tujuan dari Kota Gombong adalah Gombong sebagai Kota Industri yang Kreatif dan inovatif serta Kompetitif dalam bidang perdagangan dengan menjunjung konsep pariwisata kebudayaan pada tahun 2039. Oleh karena itu perlu dilakukan pegoptimalan kota yang mana Kota Gombong mampu melayani masyarakat di dalamnya, sekaligus masyarakat di seluruh kabupaten Kebumen di berbagai sektor kegiatan. Ruang publik berperan dalam pengoptimalan kota serta dapat mendefinisikan karakter suatu kota sekaligus bernilai sebagai aset bagi suatu kota. Karenanya, ruang publik adalah elemen kota yang menjadi salah satu indikator dalam menilai apakah suatu kota dianggap sebagai kota yang sukses atau tidak. Pada Kota Gombong terdapat suatu kawasan yang menjadi ruang publik untuk masyarakat sekitar,yaitu AlunAlun Kota Gombong, namun pada saat ini fungsi alun-alun di rasa belum maksimal karena kurangnya berbagai infrastruktur dan daya tarik pada alun alun itu sendiri. Alunâ&#x20AC;&#x201C;alun Kota Gombong berada di kawasan yang sangat strategis karena berada di pusat Kota Gombong. Alun-alun ini digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berolahraga dan untuk melaksanakan berbagai acara.Namun karena keterbatasan infrastruktur dan desain Alunalun saat ini kurang memfasilitasi aktifitas masyarakat serta Alun-alun ini terkesan seperti lapangan kosong saja, oleh karena itu alun-alun ini sepi di kunjungi dan tidak menjadi daya tarik kota. Maka dari itu untuk menjadikan alun alun sebagai pusat kegiatan kota serta sebagai ruang terbuka bagi masyarakat perlu dilakukan revitalisasi agar dapat menjadi ruang yang nyaman dan menarik bagi masyarakat.
Alun-alun Kota Gombong tereletak pada Jalan Manunggal, Kawo, Gombong, Kec. Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
160 Studio Rencana Kota Gombong
Kawasan ini memiliki luas sebesar 16 Hektar. Kawasan alun-alun Kota Gombong ini memiliki beberapa sector kegiatan. Dengan adanya alunalun yang menjadi pusat dari Kota Gombong, diharapkan sector-sektor disekitarnya memiliki kelarasan yang baik agar saling mendukung dan menciptakan system yang baik antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya,sekaligus dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota Gombong. Namun pada kenyataannya, masih terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala pengembangan kawasan ini. Oleh karna itu sebuah rencana diperlukan sebagai usaha mengakomodir masalah agar terciptanya kawasan yang saling menunjang dan melengkapi satu dengan yang lainnya.
Analisis Kawasan Masalah Kawasan
Potensi Kawasan
• Kurangnya insfrastruktur yang mendukung Pada alun-alun Gombong sehingga menyebabkan alun alun sepi pengunjung • Kurangnya lahan parkir di daerah alun-alun • Letak alun alun yang kurang terlihat karena terhalang bangunan • Fungsi alun-alun yang kurang maksimal yaitu hanya sebagai lapangan olahraga • Banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan sembarangan dan tidak ditata, sehingga mengambil ruang jalan di Alun-alun • Kurangnya vegetasi sehingga suhu panas membuat pejalan kaki tidak merasa nyaman • Tidak adanya pedestrian area yang menunjang kawasan alun alun menjadi pusat kegiatan kota dan public space • Matinya Alun-alun pada malam hari • Kondisi alun alun yang belum bisa mendukung dan menampung berbagai kegaiatan di sekitarnya
• Termasuk ke dalam kawasan strategis di Kota Gombong • Lokasi kawasan berada di pusat Kota gombong • Dapat dijadikan sebagai landmark Kota Gombong • Dapat dijadikan sebagai objek wisata Kota Gombong • Sesuai dengan Tujuan Kota Gombong yang akan menjunjung Pariwisata Kebudayaan di Kota Gombong • Memiliki lahan yang cukup luas • Berpotensi menjadi salah satu pusat kegiatan kota dan ruang public yang nyaman bagi masyarakat • Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya • Memiliki berbagai sector kegaitan yang dapat melayani masyarakat Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong
161
Tujuan Perencanan
Konsep Rencana
• Menjadikan alun-alun Kota Gombong sebagai pusat kegiatan kota serta sebagai ruang terbuka bagi masyarakat • Menarik pengunjung untuk datang ke alun-alun, baik itu dari kota Gombong maupun dari luar kota • Menambah fasilitas publik dan pusat kegiatan kota serta tempat rekreasi yang nyaman • Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya • Menciptakan ruang berekspresi bagi masyarakat • Mendukung fasilitas komersil dan jasa yang ada di sekitar alun-alun tersebut
Menjadikan kawasan Alun-Alun Kota Gombong sebagai pusat kegiatan kota yang terintegrasi, hijau dan walkable serta sebagai sarana ruang public yang nyaman dan aman bagi seluruh masyarakat
Konsep ini diangkat untuk mendesain ulang kawasan Alun-alun Kota Gombong menjadi Ruang terbuka yang dapat memfasilitasi semua kegiatan tidak hanya digunakan sebagai lapangan olahraga namun menjadikan Alun-Alun ini menjadi kawasan yang ramah pejalan kaki ,hijau, dan terintegrasi dan dapat terjangkau oleh semua kalangan. Konsep ini juga bertujuan untuk memaksimalkan fungsi alun-alun Kota Gombong sebagai pusat kota menjadi pusat kegiatan yang strategis dan saling terhubung antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. Revitalisasi kembali kawasan alun-alun Kota Gombong ini merupakan bentuk pengembangan kawasan dengan tujuan untuk mengembangkan dan lebih menghidupkan kembali kawasan Alun-alun Kota • Merancang alun-alun sehingga menjadi pusat kegiatan kota dan ruang Gombong public yang nyaman bagi masyarakat • Membuat lahan parkir untuk pengunjung alun-alun • Terintergrasi : Karena pada alun-alun kota gombong terdapat beber• Menambah vegetasi perindang dan street furniture pada alun-alun apa sector kegiatan, maka nantinya akan di fasilitasi oleh berbagai sa• Merancang jalur pedestrian di sekitar alun-alun rana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pada kawasan ini • Adanya pusat aktivitas dan kuliner pada alun-alun • Hijau : Kawasan Alun-alun diharapkan memberikan suasana yang se• Pengembangan kawasan alun-alun dengan kegiatan komersil, jasa, juk dan nyaman dengan memiliki potret yang hijau dan menambahkan dan juga pariwisata berbagai macam vegetasi yang menarik • Adanya pusat kegiatan di alun-alun yang dapat menarik orang –orang • Walkable : Selain hijau ,kawasan alun-alun akan dibentuk sedemikian untuk beraktivitas disana dan mendorong pertumbuhan kota rupa agar tercitpanya ruas-ruas jalan yang aman,nyaman dan mengako• Membuat gapura Alun-alun kota gombong sehingga dapat menjadi modasi pejalan kaki . landmark dan ciri khas kota gombong
Strategi Kawasan
162 Studio Rencana Kota Gombong
Site Plan
TAMAN BERMAIN
FOOD COURT
TEMPAT DUDUK BERSANTAI
LANDMARK ALUN-ALUN
MASJID
TAMAN
GAZEBO TAMAN PANGGUNG
JALUR PEDESTRIAN
PARKIR
Studio Rencana Kota Gombong
163
Elemen Rancang Kota Hamid Shirvani
Intensitas Pemanfaatan Ruang 1.Koefisien Dasar Bangunan
Struktur Penataan Lahan Peruntukan Lahan Secara Makro Mengacu pada rencana peruntukan lahan kota gombong pada tahun 2039, maka peruntukan lahan kawasan ini secara makro adalah sebagai pusat kegiatan rth,komersil dan permukiman
Peruntukan Lahan secara Mikro Sedangkan secara lebih detail,jika dilihat secara mikro kawasan alunalun ini memliki peruntukan lahan berupa taman,tempat makan,tempat ibadah,pendidikan,jasa,komersil
164 Studio Rencana Kota Gombong
Koefisien dasar bangunan kawasan ini mengacu pada rencana Koefisien Dasar Bangunan kota Gombong pada tahun 2039 memilik batas maksimum KDB adalah 60% bagi area komersil , jasa, perkantoran instansi, dan induatri dengan 10% KDB maksimal untuk area layanan seperti parkir dengan minimum. 52% bagi area perumahan dengan 12% KDB maksimal untuk area layanan parkir atau sempadan. Serta 35% bagi area alun-alun Kota Gombong, Hal tersebut dikarenakan kawasan alun-alun merupakan pusat kegiatan sehingga akan memiliki nilai dan harga lahan yang tinggi.Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan lahan yang ada pada kawasan ini
2 .Koefisien Lantai Bangunan
Koefisien Lantai bangunan kawasan merupakan hasil yang didapat mel- 4. Koefisien Tapak Basement alui hasil perkalian Koerfisien Dasar Bangunan dalam bentuk decimal dengan jumlah lantai yang ada pada bangunan tersebut. Pada kawasan ini akan di dominasi oleh bangunan-bangunan yang memiliki jumlah 1 lantai. untuk memaksimalkan penggunaan kawasan tersebut, dengan demikian Koefisien Lantai Bangunan maksimal pada kawasan Alun-Alun kota Gombong adalah 0,35
3 .Koefisien Dasar Hijau Pada rencana KTB Kota Gombong penetapan KTB maksimum berdasarkan pada batas KDH minimum yang ditetapkan yaitu 30% (0,3), sehingga KTB maksimumnya 70% (0,7). Nilai KTB 0,63-0,70 berada di sepanjang Jalan Arteri Yos Sudarso (komersial dan jasa )dan pusat-pusat kegiatan seperti pariwisata (Benteng van Der Wijck) dan kawasan industri. Sedangkan KTB untuk kawasan alun-alun sebesar 35%
Rencana intensitas ruang KDH Kota Gombong pada tahun 2039 adalah meningkatkan persentase koefisien dasar hijau terutama di pusat Kota Gombong dan pinggir Jalan Arteri Yos Sudarso menjadi >30%. Penetapan besarnya di dasarkan pada tingkat pengisian/peresapan air, besar pengaliran air (kapasitas drainase), rencana pemanfaatan ruang (RTH, perdagangan, perumahan, dll). Pada bagian utara dan selatan Kota Gombong nilai KDH nya 30%-40% untuk perumahan dan 100% untuk area persawahan. Sedangkan Koefisien Dasar Hijau pada alun-alun adalah 65%
Studio Rencana Kota Gombong
165
Tata bangunan
TataGuna Lahan
Pengaturan peletakan massa bangunan di kawasan alun-alun kota gombong umumnya membuat blok-blok dengan dibatasi jalan. Ketinggian bangunan bervariasi,di dominasi dengan 1 lantai . Sempadan jalan pada kawasan alun alun ini berbeda-beda sehingga menimbulkan kesan ketidakteraturan massa bangunan dan menimbulkan tekstur yang beragam, mulai dari tekstur halus-kasar.
Tata guna lahan di kawasan alun-alun kota gombong dan sekitarnya berupa mixed-used area yang berisi bermacam-macam bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Selain berada di pusat kota Penataan kawasan Alun-alun ini jadi bagian dari perencanaan pembangunan wilayah perkotaan. Di manapun, alun-alun selalu menjadi ikon wilayah tersebut. Demikian juga yang ingin diwujudkan di Kota Gombong.
Orientasi Bangunan Pada kawasan ini, bangunan-bangunan yang terdapat disekitar atau mengelilingi Alun-alun Kota Gombong menghadap atau mengorientasi kearah alun-alun juga, sedangkan untuk bangunan-bangunan yang berada di sekitar jalan dekat alun alun berorientasi menghadap kearah jalan. Bangunan yang ,enghadap kearah alun-alun merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagaiperumahan,instansi,pendidkikan,serta beberapa komersildan untuk yang berorientasi ke jalan merupakan bangunan komersil, maka dari itu bangunan yang berorientasi kea rah alun-alun menunjukan bahwa alun-alun sebagai pusat dari kawasan tersebut bahkan pusat dari Kota Gombong. 166 Studio Rencana Kota Gombong
Sirkulasi dan Parkir Sistem Jaringan Jalan dan pergerakan yang terjadi di jalan meru Jaringan jalan pada Alun-Alun Gombong memiliki lebar 6m,dan pakan dua buah hal yang salin terintegrasi oleh jalur pergerakan. Jalan lebar jalur pedestriannya 3m, serta dilengkapi dengan vegetasi dan lampu yang berada di depan alun-alun merupakan jalan arteri primer. Jalan Yos jalan untuk memperindah kawasan alun-alun. Sudarso merupakan jalan arteri primer yang memiliki lebar 10m terdiri dari 1 jalur dan 2 lajur.
Studio Rencana Kota Gombong
167
Sistem Parkir
Sirkulasi
Parkir pada Kawasan Alun-Alun terletak di depan alun-alun. Parkir terbagi 2 yaitu pada sebelah kiri terdapat parkir kendaraan roda empat dan sebelah kanan terdapat parkir kendaraan roda dua. Parkir kendaraan roda 4, lebar 2 m, panjang 4,5 m Parkir kendaraan roda 2, lebar 1 m, panjang 2 m.
Dalam perencanaan di sepanjang koridor kawasan Jalan Yos Sudarso,sirkulasi atau aliran pergerakan kendaraan harus sangat di perhatikan agar tidak terjadi permasalahan lalu lintas. Sirkulasi perjalanan pada kawasan alun alun berorientasi memutari alun-alun sehingga alur pergerakan alun alun terlihat jelas.
168 Studio Rencana Kota Gombong
Open Space Ruang terbuka merupakan suatu komponen kota berwawasan lingkungan yang memiliki fungsi sebagai suatu taman,tempat rekreasi dan ruang publik. Keberadaan ruang terbuka disuatu kota sangat dibutuhkan oleh suatu kota. Ruang terbuka pada alun-alun ini dilengkapi dengan taman, taman yang membuat suasana menjadi nyaman. Pada alun alun ditambahkan vegetasi peneduh sehingga membuat alun alun menjadi sejuk,serta penambahan vegetasi di tepi jalan yos sudarso dan di jalur pedestrian alun-alun Kota Gombong. Serta pada bagian alun alun terdapat open space berupa lapangan-lapangan yang dapat menunjang serta menigkatkan aktifitas dan kegiatan pada Alun-Alun Kota Gombong tersebut
Studio Rencana Kota Gombong
169
Pedestrian Jalur Pedestrian di kawasan Alun Alun ini terletak mengikuti jalan lingkungan mengelilingi Alun-Alun dimana masyarakat dapat berjalan di sepanjang Alun-Alun tersebut, dan pada jalur pedestrian ini juga di lengkapi oleh vegetasi serta lampu jalan,ditambah dengan adanya street furniture lainnya maka dapat memberi kenyaman pada penggunanya,sehingga membuat masyarakat merasa nyaman dan aman melewati jalur pedestrian ini. Lebar jalur pedestrian adalah 3m.
170 Studio Rencana Kota Gombong
Activity Support Kegiatan yang mendukung pada kawasan Alun-Alun Kota Gombong antara lain adanya lahan parkir bagi pengunjung kawasan,food court ,taman bermain anak-anak,taman bersantai,masjid,vegetasi vegetasi di sekitar alun alun yang menunjang kesejukan di alun-alun,serta hiasan air mancur yang menjadi daya tarik dari alun-alun, dan dengan adanya tulisan alun-alun kota gombong dapat menimbulkan kegiatan baru dan dapat menjadi sebagai landmark Kota Gombong ditambah juga dengan adanya gapura sebagai icon alun alun Kota Gombong menjadi salah satu aspek yang mendukung pada kawasan alun-alun ini.
Studio Rencana Kota Gombong
171
Signage Kawasan alun alun ini dItandai dengan adanya gapura serta tulisan AlunAlun Kota Gombong, Hal ini bertujuan agar Alun-alun terlihat jelas, dan dapat menjadi icon kota.Ketika para pengunjung mengunjungi AlunAlun maka tulisan dan gapura ini telah menjadi tanda dari alun-alun Kota Gombong. Keberadaan penandaan akan sangat mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro.
172 Studio Rencana Kota Gombong
Signage atau penanda merupakan aspek yang penting karena mempengaruhi visualisasi perkotaan (fasad). Penanda yang dimaksud adalah penunjuk jalan, media iklan, rambu lalu lintas, dan bentuk penanda lainnya. Pada alun alun kota gombong terdapat penanda arah jalan.`
Preservasi Di dalam kawasan Alun-Alun Kota Gombong yang harus selalu dijaga adalah area peresapan air termasuk vegetasi yang ada. Keberadaan area tangkapan air harus tetap dijaga, dimana kawasan ini harus memiliki KDH minimal 0,3. Preservasi dilakukan melalui alun-alun yang memiliki area resapan air berupa taman, serta banyaknya pepohonan yang berada di kawasan Alun-Alun Kota Gombong.
Studio Rencana Kota Gombong
173
Pentahapan
174 Studio Rencana Kota Gombong
Pembiayaan
Studio Rencana Kota Gombong
175
Eksisting
Rencana
176 Studio Rencana Kota Gombong
REVITALISASI KAWASAN BENTENG VAN DER WIJCK
Nadia Dhiasyifaa 17/410123/TK/45480 Studio Rencana Kota Gombong
177
Latar belakang
Kota Gombong merupakan salah satu kota yang memiliki nilai sejarah di Jawa Tengah. Di Kota Gombong, terdapat beberapa tempat-tempat peninggalan sejarah, salah satunya adalah Benteng Van Der Wijck. Keberadaan Benteng Van Der Wijck sebagai peninggalan sejarah di Kota Gombong sudah seharusnya dipertahankan dan dilestarikan. Selain itu, Benteng Van Der Wijck juga memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan, sesuai dengan tujuan Kota Gombong pada tahun 2039. Saat ini, semakin memudarnya daya tarik benteng yang menjadikan Benteng Van Der Wijck sepi pengunjung. Selain itu, masyarakat dan pengunjung juga tidak banyak yang tahu tentang cerita Benteng Van Der Wijck. Hal ini tentu saja membuat keberadaan Benteng Van Der Wijck rawan untuk dilupakan, baik oleh masyarakat Kota Gombong sendiri maupun masyarakat dari luar Kota Gombong.
Gambaran Umum
Kawasan Rencana Revitalisasi Kawasan Benteng Van Der Wijck terletak di Jalan Secata, Desa Sedayu, Kota Gombong dengan luas kawasan sebesar 12,5 hektar. Kawasan ini merupakan zona peruntukkan pariwisata.
Potensi dan Masalah
Potensi 1. Benteng Van Der Wijck merupakan warisan budaya yang memiliki nilai sejarah dan dapat dikembangkan menjadi daya tarik pariwisata Kota Gombong 2. Benteng Van Der Wijck merupakan satu-satunya benteng yang berada di sepanjang jalan arteri Yogyakarta-Banyumas Masalah 1. Benteng Van Der Wijck sepi pengunjung dan tidak terawat (gersang) 2. Matinya Kawasan benteng pada malam hari
Konsep Perencanaan Konsep rencana yang akan diterapkan pada revitalisasi Benteng Van Der Wijck adalah konsep ‘infill design’. Konsep ‘infill design’ yang dimaksud pada revitalisasi Benteng Van Der Wijck adalah dengan menambahkan design atau ruang baru pada bangunan lama tanpa merusak struktur dan fungsi bangunan tersebut. Konsep infill design ini memanfaatkan ruang-ruang yang ada di sekitar Benteng Van Der Wijck untuk menghidupkan kembali nilainilai pada benteng dengan menjadikan benteng sebagai ruang publik dan menambah penghijauan di Kawasan Benteng Van Der Wijck
Konsep peruntukan ruang
178 Studio Rencana Kota Gombong
1. Terdapat ruang parkir sebelum memasuki gapura ‘Kawasan Wisata Benteng Van Der Wijck’ bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor.
2. Jalan lurus dari gapura â&#x20AC;&#x2DC;Kawasan Wisata Benteng Van Der Wijckâ&#x20AC;&#x2122; menuju benteng agar dapat melihat secara lurus pandangan ke arah benteng yang hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan jalur pesepeda. 3. Terdapat kursi duduk dan peminjaman sepeda yang dapat digunakan di Kawasan Benteng Van Der Wijck. 4. Hotel Benteng Van Der Wijck dengan konsep pintu masing-masing kamar langsung ke arah luar untuk dapat menikmati view benteng 5. Terdapat taman dengan kursi-kursi denga view ke benteng. Pada taman tersedia wifi dan layar view dengan konsep outdoor movie untuk menghidupkan benteng pada sore dan malam hari. 6. Terdapat pusat informasi yang digunakan sebagai tempat untuk membeli tiket masuk ke benteng dan informasi mengenai pariwisata di Kota Gombong, serta fasilitas tour guide. 7. Terdapat mushola sebagai sarana peribadatan
Tujuan Perencanaan Tujuan utama dalam perencanaan revitalisasi Benteng Van Der Wijck adalah untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai sejarah Benteng Van Der Wijck dan menghidupkan kembali Kawasan Benteng Van Der Wijck dengan kegiatan dan fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Studio Rencana Kota Gombong
179
Movie Park
Site Plan Rencana Kawasan Benteng Van Der Wijck
Pusat Informasi
Benteng Van Der Wijck
Parkiran Sepeda
Hotel Benteng Van Der Wijck
180 Studio Rencana Kota Gombong
Jalur Pedestrian dan Pesepeda
Ruang Parkir Kendaraan Bermotor
Elemen Rancang Kota Hamid Shirvani 1. Landuse
Secara makro, Kawasan Benteng Van Der Wijck merupakan fungsi pariwisata. Sedangkan secara mikro, peruntukan lahan dibagi menjadi fungsi hunian, fungsi rekreasi, fungsi perdagangan, fungsi RTH. Adapun peruntukan lahan pada Kawasan Rencana Benteng Van Der Wijck secara rinci adalah sebagai berikut: a. Lahan Parkir b. Jalur Pedestrian dan jalur pesepeda c. Hotel Benteng Van Der Wijck d. Pusat Informasi e. Mushola f. Taman dengan konsep outdoor movie g. Benteng Van Der Wijck h. Kolam Renang i. Gedung pertemuan
RTH
Komersial
Permukiman
Pariwisata
2. Building Form and Massing
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB rencana untuk Kawasan Benteng Van Der Wijck adalah 0 % pada RTH dan 60% di bangunan Kawasan Benteng Van Der Wijck. Hal ini berdasarkan pertimbangan daerah resapan air dan ruang terbuka hijau.
c. Koefisien Dasar Hijau (KDH) KDH rencana untuk Kawasan Benteng Van Der Wijck tertinggi adalah 100% (RTH) dan bangunan lainnya adalah 30%.
KDH 100 % KDB 60% KDB 0 %
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) KLB rencana untuk Kawasan Benteng Van Der Wijck dibagi menjadi tiga. KLB terendah 0 (RTH) dan tertinggi 1,2 (Benteng Van der Wijck). Sedangkan bangunan yang lain memiliki KLB 0,6 yang bertujuan tidak melebihi tinggi benteng.
KLB 1,2 KDB 0,6 KDB 0
KDH 30 %
d. Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan pada rencana Kawasan Benteng Van Der Wijck adalah 4 meter di setiap lantainya. Pada kawasan ini Bangunan paling tinggi yaitu Benteng Van Der Wijck yang memiliki ketinggian 8 meter. Sedangkan bangunan lainnya memiliki ketinggian 4 meter.
4 meter 8 meter Studio Rencana Kota Gombong
181
3. Circulation and Parking
Sistem sirkulasi yang direncanakan tidak berbeda jauh dengan kondisi eksisting. Perbedaannya terletak pada beberapa jalan yang dibuka aksesnya menuju benteng. Kelas jalan yang berada di Kawasan Benteng Van Der Wijck adalah kelas jalan lingkungan dan jalan lokal. Di sepanjang jalan pada kawasan benteng dilengkapi dengan penghijauan dan lampu jalan. Jalan lurus dari gapura ‘Kawasan Wisa
182 Studio Rencana Kota Gombong
ta Benteng Van Der Wijck’ menuju benteng hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan jalur pesepeda. Selain itu, terdapat kursi duduk dan peminjaman sepeda yang dapat digunakan di Kawasan Benteng Van Der Wijck. Terdapat ruang parkir yang terletak di sebelah kiri jalan sebelum memasuki gapura ‘Kawasan Wisata Benteng Van Der Wijck’ bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor.
4. Open Space
Sistem ruang terbuka hijau pada Kawasan Benteng Van Der Wijck adalah pepohonan di sepanjang jalan dan pepohonan di ruang parkir. Selain itu, terdapat taman yang merupakan ruang terbuka hijau dan ruang publik di bagian depan benteng.
5. Pedestrian
Pedestrian di Kawasan Rencana Benteng Van Der Wijck terletak mengikuti jalan lingkungan dimana masyarakat dapat menelusuri segala tempat yang ada di Kawasan Benteng Van Der Wijck. Besar jalur pedestrian pada kawasan Benteng Van Der Wijck adalah 1,8 meter.
6. Activity Support
Pendukung kegiatan pada kawasan ini adalah adanya taman yang terdapat wifi dan outdoor movie sebagai penarik masyarakat sekitar dan wisatawan luar Kota Gombong. Selain itu, terdapat jalur pesepeda dan penyewaan sepeda di sepanjang Kawasan Benteng Van Der Wijck yang dapat dijadikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi.
7. Signage
Penanda pada Kawasan Benteng Van Der Wijck terdapat pada gapura â&#x20AC;&#x2DC;Kawasan Wisata Benteng Van Der Wijckâ&#x20AC;&#x2122;, penanda ruang parkir, serta penanda pada jalur sepeda dan jalur pedestrian.
Studio Rencana Kota Gombong
183
8. Preservation
Preservasi yang dilakukan pada Kawasan Benteng Van Der Wijck adalah revitalisasi. Revitalisasi dilakukan dengan memanfaatkan ruang di sekitar benteng menjadi ruang publik untuk menghidupkan benteng. Revitalisasi dilakukan dengan tanpa merusak dan merubah sedikitpun bentuk bangunan dan nilai sejarah pada Benteng Van Der Wijck.
184 Studio Rencana Kota Gombong
Pentahapan dan Pembiayaan
REVITALISASI KAMPUNG PECINAN GOMBONG
Ridiarini Agfan Putri 17/413493/TK/45933 Studio Rencana Kota Gombong
185
Latar Belakang
Gombong adalah kota yang terkenal dengan wisata sejarahnya. Banyak peninggalan bernilai historis dari Kota Gombong yang berupa bangunan yang mempunyai keterikatan kuat dengan Kota Gombong antaralain Benteng Van Der Wijck, Stasiun Kota Gombong, dan Kampung Pecinan. Salah satu yang menjadi peninggalan bernilai historis di Kota Gombong adalah kampung pecinan. Kampung ini mempunyai keterikatan dengan Kota Gombong karena munculnya pusat Kota Gombong salah satunya karena banyaknya permukiman etnis China yang berdagang di antara Stasiun Kereta Api Gombong sebagai lalulintas distribusi barang dan Benteng Van Der Wijck sebagai tempat penyimpanan logistik. Saat ini peninggalan bangunan bergaya china di Kota Gombong hanya tersisa beberapa buah saja. Padahal peninggalan historis dapat menjadi salah satu ciri khas Kota Gombong dan mempunyai potensi untuk pariwisatanya. Pemilihan kampung pecinan sebagai salah satu kawasan prioritas Kota Gombong didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai Kota Gombong pada tahun 2039 yaitu â&#x20AC;&#x153;Gombong sebagai Kota Industri yang Kreatif dan Inovatif, Kompetititif dalam Bidang Perdagangan dengan Menjunjung Konsep Pariwisata Kebudayaan pada Tahun 2039â&#x20AC;? dan analisis potensi masalah Kampung Pecinan. 186 Studio Rencana Kota Gombong
Gambaran Umum Kawasan
Potensi Masalah Potensi
1. Dekat dengan pusat kota dan pusat kegiatan Kota (Pasar Wonokriyo, Instansi Pemerintah) dan berbatasan dengan Jalan Arteri Yos Sudarso merupakan tempat yang strategis untuk tempat wisata dan komersial. 2. Pecinan di Kota Gombong mempunyai sejarah terhadap munculnya Kota Gombong serta keberadaan Klenteng memperkuat identitas kampung pecinan yang dapat menjadi obyek wisata dan sejarah. 3. Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Kawasan kampungPecinan Gombong terletak di Kelurahan Wonokriyo Kota Gombong dengan luas area sebesar 14,29 hektar. Kawasan ini didominasi oleh kegiatan perdagangan dan permukiman. Kampung Pecinan Gombong berbatasan dengan : 1. Pasar Wonokriyo Gombong di bagian Barat 2. Jalan Arteri Yos Sudarso dibagian Selatan. 3. Sungai Gombong di bagian Timur. 4. Jl. Potongan di bagian Utara.
Klenteng Hok Tek Bio
Masalah
1. Bangunan dan lingkungan “bergaya china” di kawasan pecinan Gombong mulai tergerus padahal pecinan mempunyai sejarah yang penting terhadap Kota Gombong.
Tujuan Perencanaan Menjadikan Kampung Pecinan Gombong sebagai salah satu wisata sejarah dan budaya Kota Gombong yang mampu menunjang perekonomian warga sekitar serta mendukung terwujudnya Tujuan Kota Gombong tahun 2039.
Konsep Pengembangan
Bangunan Bercorak China di Gombong 2. Bangunan kurang tertata dan terawat padahal Pecinan Gombong mempunyai potensi menjadi daya tarik wisata dan sejarah.
Bangunan di Gombong
Berdasarkan analisis potensi masalah dan kondisi eksisting Kampung Pecinan, konsep yang akan dikembangkan adalah Heritage yang menonjolkan wisata sejarah dan Trade yang menonjolkan koridor perdagangan dengan suasana “pecinan”. HERITRADE Pengembangan kawasan pecinan di Kota Gombong sebagai wisata sejarah dan komersial Beberapa strategi yang dilakukan adalah : 1. Menciptakan koridor komersial dan wisata sejarah di dalam Kawasan Pecinan Gombong dengan penambahan ornament china, dan elemen penunjang kenyamanan pedestrian seperti lampu, kursi, pohon, dll. 2. Memberi identitas di Kampung Pecinan dengan menambahkan “ciri” yang sama untuk bangunan dan elemen lain. 3. Memberi landmark sebagai identitas kawasan. 4. Penambahan ruang publik dan tempat parkir sekaligus ruang terbuka hijau.
Studio Rencana Kota Gombong
187
Site Plan
Revitalisasi Kampung Pecinan Gombong
Landmark Kampung Pecinan
Permukiman
Pedestrian area
Klenteng Hok Tek Bio Gombong
Tampak Samping
Tampak Atas
Permukiman
Suasana Pecinan Koridor Jalan
188 Studio Rencana Kota Gombong
Landmark Kampung Pecinan
Elemen Rancang Kota Hamid Shirvani
Land Use(Guna Lahan)
Building Form and Massing Koefisien Dasar Bangunan Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KDB 80-100%, sedangkan pada rencana untuk kawasan kampung industri wisata pengelolaan gerabah diturunkan menjadi 60%. Hal ini dikarenakan pada eksisting, masyarakat kekurangan lahan untuk ruang tungku pembakaran. Koefisien Lantai Bangunan Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KLB 0,85-1, sedangkan pada rencana untuk kawasan kampung pecinan dinaikkan menjadi 1,8 dimana bangunan direncanakan berlantai 3.
Peruntukan Lahan pada Kawasan Rencana Kampung Pecinan terdiri dari perdagangan dan jasa, perumahan, ruang terbuka hijau, tempat ibadah, dan lahan parkir
Koefisien Dasar Hijau Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KDH 0,0-0,2 , sedangkan pada rencana untuk kawasan kampung Pecinan dinaikkan menjadi 0,3.
Studio Rencana Kota Gombong
189
Circulation and Parking (Sirkulasi dan Parkir)
Jaringan sirkulasi mempunyai pola grid yang memudahkan pergerakan dan dapat mendukung kegiatan didalamnya.
Tempat parkir untuk kendaraan berada di pinggir jalan lokal dimana selain sebagai tempat parkir juga sebagai RTH dan taman. 190 Studio Rencana Kota Gombong
Open Space (Ruang Terbuka)
Pedestrian Area
Taman berada di tengah lingkungan masyarakat dan menjadi RTH di Kawasan Pecinan.
Pedestrian area yang berada di Jalan Lokal dibuat senyaman mungkin dengan pohon besar di pinggirnya, street furniture berupa kursi dan lampu taman serta guiding block untuk menciptakan pedestrian area yang inklusif.
Tempat Parkir untuk memfasilitasi kendaraan dari pengunjung atau masyarakat sekitar. dilegkapi taman dan stasiun sepeda.
Activity Support
Signane
Adanya kegiatan perdagangan yang bersebelahan dengan Kampung Pecinan menjadi kegiatan yang mendukung menghidupkan Kampung Pecinan.
Preservasi Preservasi di Kampung Pecinan dilakukan dengan menjaga bangunan historis bergaya china dan menciptakan ciri â&#x20AC;&#x153;arsitektur chinaâ&#x20AC;? yang sama untuk setiap elemen dan bangunan di Kampung Pecinan.
Penanda di Kampung Pecinan juga merupakan identitas kampung Pecinan Gombong. Terdapat dua gerbang bergaya china yang berada di Pingggir Jalan Arteri Yos Sudarso dan berada di Jalan Lokal yang berfungsi sebagai penanda awal dan akhir Kampung Pecinan.
Studio Rencana Kota Gombong
191
Pentahapan dan Pembiayaan Pentahapan
Pembiayaan
192 Studio Rencana Kota Gombong
PENGEMBANGAN KAMPUNG INDUSTRI WISATA PENGELOLAAN GERABAH
Yhona Debora 17/415105/TK/46394 193
Studio Rencana Kota Gombong
Latar belakang Masalah utama Kota Gombong adalah laju pertumbuhan penduduk yang lambat yang disebabkan karena beberapa faktor yaitu kurangnya lapangan pekerjaan di Kota Gombong yang mengakibatkan masyarakat memilih bekerja di luar Kota Gombong. Di sisi lain, potensi Kota Gombong yaitu adanya industri pengolahan gerabah yang sebenernya mampu membuka banyak lapangan pekerjaan. Namun dua tahun terakhir ini, industri pengolahan gerabah tersebut semakin lama semakin menghilang karena tidak adanya ruang untuk pembakaran dalam pembuatan gerabah. Padahal masyarakat di area tersebut memiliki keterampilan dalam pengolahan gerabah yang nantinya dapat diekspor ke luar kota dan itu dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, alternatif rencana yang terpilih adalah ‘Pengembangan Kampung Industri
194
Studio Rencana Kota Gombong
Wisata Pengelolaan Gerabah’ untuk menjawab masalah serta mencapai tujuan Kota Gombong yaitu ‘Gombong sebagai Kota Industri yang Kreatif dan Inovatif, Kompetitif dalam perdagangan dengan menjunjung konsep pariwisata kebudayaan pada tahun 2039’. Dengan fokus rencana yaitu mengembangkan kampung industri wisata pengelolaan gerabah diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya masyarakat dalam sektor industri di Kota Gombong. Kawasan yang cocok untuk dijadikan kampung industri wisata gerabah tersebut berada di bagian utara Kota Gombong tepatnya dekat dengan Benteng Van der Wijck, Desa Sidayu. Hal itu dilihat dari eksisting pada area tersebut pada dasarnya masyarakatnya bertempat tinggal sekaligus tempat mereka bekerja sebagai
pengrajin gerabah yang saat ini sudah berkurang. Oleh sebab itu, kawasan ini dikembangkan dengan fokus pengembangan kampung industri wisata yang ‘nyaman dan hijau’ dimana tiap persil bangunan industri pada kampung tersebut memiliki komponen yang sama yaitu terdapat ruang terbuka dan ruang tungku pembakaran dimana hal ini memudahkan pengrajin dalam proses pembakaran di depan rumahnya. Kemudian terdapat ruang terbuka hijau di dalam kampung untuk tempat bermain anak, berkumpul warga, dan taman bagi pengunjung wisata industri. Adapula area masjid sebagai sarana ibadah penghuni kampung dan pengunjung, parkiran, dan area komersil untuk tempat penjualan hasil produksi gerabah yang sudah di kelola.
Gambaran Umum Kawasan Rencana kampung industri wisata gerabah terletak di Desa Sidayu, Kota Gombong dengan luas area sebesar 13,5 hektar. Kawasan ini didominasi oleh kegiatan industri pengelolaan gerabah yang sekaligus tempat tinggal penduduk Desa Sidayu. Adapula beberapa komersil yang menyebar di kawasan tersebut.
Analisis Potensi Masalah Potensi
- Lahan didominasi oleh bangunan industri pengelolaan gerabah yang masyarakatnya sekaligus bekerja disana - Lokasi industri dekat dengan wisata Benteng Van Der Wijck - Masyarakatnya memiliki kemampuan dalam membuat pengelolaan gerabah - Pembangunan industri dapat menarik orang-orang untuk datang ke Kota Gombong yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Masalah
- Belum ada ruang untuk menspesialisasikan semua kegiatan industri - Jauh dari pusat Kota Gombong - Kawasan hanya sebagai tempat tinggal sekaligus tempat produksi industri - Tidak adanya ruang untuk tungku pembakaran gerabah - Dekat dengan sungai yang sewaktu-waktu menyebabkan banjir - Belum ada sistem pengelolaan air limbah pada area industri
195
Studio Rencana Kota Gombong
Rencana Pengembangan Tujuan Perencanaan
Menjadikan daerah industri pengelolaan gerabah yang nyaman dan berintegritas satu sama lain dengan memberikan ruang hijau kepada masyarakat Kampung Industri sekaligus tempat kegiatan wisata yang berbudaya.
Konsep Perencanaan Inti dari konsep pengembangan kampung industri wisata pengelolaan gerabah adalah menata ruang sirkulasi jalan dan bangunan serta menambah ruang terbuka dalam permukiman dengan konsep orientasi â&#x20AC;&#x2DC;Inside Out Cityâ&#x20AC;&#x2122; dimana konsep ini menata pola ruang tiap blok bangunan untuk memiliki ruang terbuka. Sama halnya seperti sebuah kota yang memiliki ruang terbuka di setiap kegiatan untuk menunjang kegiatan yang ada. Penataan tersebut untuk pengelolaan gerabah itu sendiri dimana dibutuhkan ruang terbuka dalam permukiman untuk area tungku pembakaran, tempat penyimpanan jerami, dan tikar anyaman bambu sebagai bahan baku industri. Konsep ini menggambarkan tiap blok industri memiliki ruang terbuka untuk tungku pembakaran, penjemuran gerabah, dan tempat penyimpanan jerami yang mempermudah akses pengrajin menuju pembakaran. Sedangkan ruang terbuka untuk tempat bermain dan bersantai masyarakat diletakkan terpisah agar keamanan dan kenyamanan dalam beraktivitas tidak terganggu. Lalu terdapat ruang-ruang pendukung seperti bangunan komersil yang integrated sebagai tempat penjualan hasil produksi industri, dan sarana prasarana lainnya. 196
Studio Rencana Kota Gombong
Detail Rencana (Hamid Shirvani) 1. Land Use (Guna Lahan) Peruntukan Lahan Makro Peruntukan Lahan Makro pada kawasan rencana Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah ialah sebagai lahan industri rumahan, tepatnya industri pengelolaan gerabah
Peruntukan Lahan Mikro Peruntukan Lahan Mikro pada kawasan rencana Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah terdiri dari 2 guna lahan industri, 1 guna lahan wisata, 1 guna lahan perdagangan dan jasa, 1 guna lahan RTH, 1 guna lahan lahan parkir, dan 1 guna lahan tempat ibadah.
2. Building Form dan Massing (Bentuk dan Massa Bangunan) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KDB 80-100%, sedangkan pada rencana untuk kawasan kampung industri wisata pengelolaan gerabah diturunkan menjadi maksimal 60%. Hal ini dikarenakan pada eksisting, masyarakat kekurangan lahan untuk ruang tungku pembakaran.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KLB 0,8-1, sedangkan pada rencana untuk kawasan kampung industri wisata pengelolaan gerabah dinaikkan menjadi maksimal 1,2 dimana bangunan industri yang direncanakan memiliki 2 lantai untuk mencukupi kebutuhan penghuni.
197
Studio Rencana Kota Gombong
Koefisien Dasar Hijau (KDH) Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KDH 0,0-0,2 , sedangkan pada rencana untuk kawasan kampung industri wisata pengelolaan gerabah dinaikkan menjadi minimal 0,3 dimana lahan-lahan hijau banyak ditambahkan di dalam industri untuk ruang tungku pembakaran. Lalu terdapat RTH bagi masyarakat dan pengunjung untuk menikmati suasana kampung.
Bentuk Bangunan Bentuk bangunan untuk penghuni/pengrajin memiliki luas sekitar 90m2 dengan 2 lantai dimana lantai dasar dipakai sebagai tempat penyimpanan gerabah (lingkaran merah) dan area penjemuran gerabah (garis biru). Kemudian untuk lantai atas sebagai ruang tinggal pengrajin. Untuk bangunan bagi kegiatan wisata (lingkaran kuning), bangunan hanya memiliki 1 ruang besar bagi para pengunjung yang ingin belajar dalam pembuatan gerabah dimana lahan hijau di depannya merupakan ruang untuk tungku pembakaran gerabah.
Site Plan (Kawasan Rencana)
RUMAH PENDUDUK
PENANDA
MASJID
TAMAN KAMPUNG
KOMERSIL
198
Studio Rencana Kota Gombong
WISATA INDUSTRI
3. Circulation and Parking (Sirkulasi dan Parkir)
4. Open Space (Ruang Terbuka)
Jaringan jalan pada kawasan rencana Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah yang direncanakan harus mampu mendukung kegiatan di dalamnya. Maka dari itu, jalan yang direncanakan berbentuk grid dimana jalan berbentuk grid dapat memudahkan navigasi sehingga dapat memperlancar sirkulasi jalan. Kategori jalan pada pada kawasan rencana didominasi oleh jalan lingkungan (kuning) dan 1 jalan lokal (biru) dimana lebar jalan lingkungan 4 meter yang dapat dilalui kendaraan dua arah.
Sistem ruang terbuka hijau pada kawasan rencana Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah terdiri dari taman kampung, ruang hijau dalam perdagangan dan jasa, lahan parkir, jalan pedestrian. Taman kampung sebagai ruang terbuka umum dapat digunakan sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi oleh seluruh masyarakat. Lahan parkir sebagai tempat untuk memarkirkan kendaraan para pengunjung. Selain ruang terbuka umum, adapula ruang terbuka khusus yang berada di tiap blok industri wisata yaitu sebagai tempat tungku pembakaran bagi pengrajin gerabah.
Parkir pada Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah diletakkan di belakang area kawasan kampung. Luas parkiran sekitar 0,5 hektar dimana lahan tersebut diperuntukan untuk penghuni maupun pengunjung kampung industri wisata.
199
Studio Rencana Kota Gombong
Kemudian terdapat ruang terbuka di area perdagangan dan jasa sebagai tempaat berkumpul bagi pengunjung maupun penghuni kampung karena terdapat cafe. Adapula ruang hijau di area masjid agar terkesan sejuk dan luas saat memasuki ruang ibadah.
5. Pedestrian Ways (Jalur Pedestrian)
7. Signage (Penanda)
Pedestrian di kawasan rencana Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah terletak mengikuti jalan lingkungan dimana masyarakat dapat menelusuri segala tempat yang ada di kampung industri di setiap blok dengan mudah dan tidak jauh yaitu 120 meter setiap jalan di pinggir blok bangunan.
Penanda pada kampung industri wisata pengelolaan gerabah berada di pintu masuk kampung dimana saat memasuki area ini pengunjung harus berlapor kepada pos satpam agar keamanan tetap terjaga.
8. Preservation (Preservasi) 6. Activity Support (Penunjang Kegiatan) Kegiatan yang mendukung Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah antara lain lahan parkirbagi penghuni maupun pengunjung kampung, WC umum yang terletak dekat dengan komersial dan RTH, pos satpam sebagai sarana keamanan kampung, serta ATM sebagai tempat penarikan dan pengiriman uang bagi pengunjung dan penghuni kampung.
Di dalam kawasan Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah yang harus selalu dijaga adalah area peresapan air termasuk vegetasi yang ada. Keberadaan area tangkapan air harus tetap dijaga, dimana kawasan ini harus memiliki KDH minimal 0,3. Preservasi dilakukan melalui Taman Kampung yang memiliki area resapan air berupa taman, serta banyaknya pepohonan yang berada di kawasan Kampung Industri Wisata Pengelolaan Gerabah.
Sistem Prasarana dan Utilitas 1. Sistem Jaringan Air Bersih Sistem jaringan air bersih pada kawasan kampung industri wisata terintegrasi dengan rencana jaringan air bersih Kota Gombong. 2. Sistem Jaringan Sanitasi Sistem jaringan air bersih pada kawasan kampung industri wisata terintegrasi dengan rencana jaringan air bersih Kota Gombong dimana terdapat 1 IPAL Komunal yang terletak di area lahan parkir
3. Sistem Jaringan Drainase Sistem jaringan drainase pada kampung industri wisata mengikuti jalan kendaraan.
200
Studio Rencana Kota Gombong
4. Sistem Persampahan Sistem persampahan di kampung ini memuat 2 tempat sampah pada setiap blok dimana warganya akan mennyalurkan sampah yang ada pada tiap blok ke TPS yang ada di area lahan parkir. 5. Sistem Jaringan Listrik Sistem jaringan listrik mengikuti rencana jaringan listrik Kota Gombong 6. Toilet Terdapat toilet umum bagi pengunjung kampung industri wisata yang terletak di dekat komersil dan taman kampung.
Pentahapan
201
Studio Rencana Kota Gombong
Pembiayaan
202
Studio Rencana Kota Gombong
REVITALISASI SUNGAI GOMBONG
Dwita Yoanida Yoserizal 17/410110/TK/45467 Studio Rencana Kota Gombong 203
Latar belakang Sungai semestinya dapat memberikan banyak manfaat dan dijaga oleh semua lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin tinggi, kebutuhan akan lahan untuk dijadikan sebagai tempat tinggal semakin tinggi, berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan yang ada pada saat ini yang semakin berkurang. Hal ini menyebabkan masyarakat memilih alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan akan lahan yang semakin sempit, salah satunya adalah mendirikan tempat tinggal di pinggiran sungai. Saat ini sungai di Kota Gombong memiliki kondisi yang tidak layak ditandai dengan banyaknya sampah yang mengotori sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh dan tidak terawat. Hal tersebut salah satunya bermula dari banyaknya bangunan yang menyalahi aturan pembangunan yaitu tata letak bangunan yang membelakangi sungai dan berada di area sempadan yang seharusnya berfungsi untuk menjaga kelestarian sungai, juga kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah ke sungai memperburuk keadaan Sungai Gombong. Tentunya diperlukan usaha pencegahan melalui berbagai kegiatan perencanaan agar kondisi seperti ini dapat segera teratasi.
204 Studio Rencana Kota Gombong
Gambaran Umum Kawasan Rencana Sungai Gombong terletak di Desa Bonosari, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Hulu sungai ini berada di Bukit Gadungan yang memiliki ketinggian sekitar 300 mdpl dan hilir sungai berada di Sungai Jatinegara. Daerah Aliran Sungai berada di Telomoyo. Kawasan amatan rencana memiliki luas 14 Hektar dan berada di bagian utara Kota Gombong. Kawasan ini berbatasan dengan lahan hijau berupa sawah dan dilalui oleh Jalan Raya Bejiruyung, dan Jalan Raya Bonosari.
Analisis Potensi Masalah Potensi - Saluran irigasi masyarakat - Kawasan ruang terbuka - Lokasi masyarakat berinteraksi
Masalah - Kurangnya penerapan tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya - Banyak masyarakat di sekitar bantaran sungai yang masih membuang sampah ke sungai sehingga sungai menjadi keruh dan dipenuhi oleh sampah - Orientasi perumahan yang membelakangi sungai - Kurangnya Ruang Terbuka Publik - Kualitas lingkungan kurang baik Studio Rencana Kota Gombong 205
Rencana Pengembangan Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan ini adalah â&#x20AC;&#x153;Meningkatkan kualitas lingkungan Sungai Gombong Melalui Kegiatan Revitalisasi dan Program Kali Bersih Sehingga Terciptanya Lingkungan Hijau, Bersih dan Mampu Mendukung Kegiatan Masyarakat Secara Berkelanjutanâ&#x20AC;?
Konsep Perencanaan Konsep ini diterapkan pada area sungai dan sekitarnya untuk mengembalikan fungsi sungai yang sudah tercemar. Nantinya Kawasan sempadan sungai akan dilakukan pembebasan sempadan sungai dari kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu fungsi sungai, membuat beton pengendali saluran air, dan pembuatan jalan inspeksi dalam bentuk bicycle track dan pedestrian ways dilengkapi dengan pagar pembatas yang bertujuan untuk memantau perkembangan sungai, pembangunan rumah susun sebagai relokasi perumahan warga yang selama ini menggunakan kawasan sempadan Sungai Gombong. Selain itu konsep ini juga didukung oleh Program Kali Bersih (PROKASIH) sebagai kegiatan pembersihan sungai dengan mengadakan kegiatan seperti Pengerukan/pendalaman sungai untuk mengurangi sedimentasi dan memperbesar daya tampung air, Pembersihan sungai setiap 2 minggu sekali yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, Mendatangkan petugas pengangkut sampah ke tiap rumah warga dan meletakkan tempat sampah sementara untuk mengurangi kuantitas penumpukan sampah di sekitar sungai, Pembuatan bank sampah untuk sampah botol dan plastik kering untuk dijadikan ecobrick dan kerajinan),
Detail Rencana Land Use (Guna Lahan) Peruntukan Lahan Makro Peruntukan lahan makro pada Kawasan rencana Revitalisasi Sungai Gombong saat ini adalah sebagai Lahan Perumahan warga dan Ruang Terbuka Hijau berupa sawah.
Pembibitan ikan sebagai upaya pembudidayaan. 206 Studio Rencana Kota Gombong
Peruntukan Lahan Mikro Secara mikro, pada lahan perumahan tersebut terletak di sempadan sungai dibangun Ruang Terbuka Hijau baru sebagai tempat masyarakat berinteraksi dan bersosialisasi dan perumahan berkepadatan tinggi diubah menjadi perumahan berkepadatan rendah.
Building Form dan Massing (Bentuk dan Massa Bangunan) 1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KDB 61-100% yang merupakan kawasan padat bangunan, untuk rencana pada kawasan Sungai Gombong diturunkan menjadi 42-53% karena kawasan tersebut akan ditata dari segala bentuk kegiatan yang menggunakan sempadan sungai. 2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KLB 0.55-1.1 , untuk rencana pada kawasan Sungai Gombong diturunkan menjadi 0.21 -0.52 dimana kawasan tersebut direncanakan menjadi kawasan perumahan berkepadatan rendah 3. Koefisien Dasar Hijau (KDH) Pada kondisi eksisting kawasan tersebut memiliki range KDH 0.11-0.3 karena merupakan kawasan yang padat , suntuk rencana pada kawasan Sungai Gombong diturunkan menjadi 0,34-0.55 dimana lahan padat yang berada di kawasan ini ditata menjadi kawasan yang lebih hijau dan asri
Open Space (Ruang Terbuka)
Bentuk Bangunan Bentuk bangunan bangunan perumahan yang berada di sekitaran sungai diposisikan meghadap ke sungai agar masyarakat sadar akan pentingnya menjaga sungai. Lalu bangunan sungai dengan lebar 6 meter dibangun dengan menggunakan beton penahan air dan diberi pagar pembatas dan vegetasi sebagai kesan teduh dan asri
Circulation and Parking (Sirkulasi dan Parkir) sirkulasi kendaraan di kawasan rencana Sungai Gombong ialah bicycle track dan pedestrian ways yang saling terhubung satu sama lain. Juga terdapat parkiran sepeda dan parkiran kendaraan di sekitas sisi rusun sebagai tempat parkir warga dan masyarakat yang ingin berkunjung ke Sungai Gombong
Di sepanjang jalan sekitar Sungai Gombong tersebar sarana Ruang Terbuka Hijau yang memberikan suasana asri dan sebagai tempat masyarakat berinteraksi dan melakukan kegiatan sosial. ruang terbuka tersebut dilengkapi dengan vegetasi peneduh, utilitas pendukung seperti kursi, penerangan jalan, tempat sampah sementara, dan parkiran sepeda.
Jalan Pedestrian Jalur pedestrian di kawasan Sungai Gombong terletak di sepanjang sungai mengikuti alur sungai dengan lebar 2 meter dari pinggir sungai sebagai sarana pergerakan masyarakat yang berada di kawasan ini untuk berkunjung maupun penduduk sekitar kawasan pinggir Sungai Gombong Studio Rencana Kota Gombong 207
Preservasi Pada Kawasan Sungai Gombong, yang harus dijaga adalah kawasan sempadan sungai, karena pada dasarnya tidak boleh ada bangunan yang berdiri diatas kawasan sempadan sungai kecuali vegetasi dan utilitas pendukung seperti jaringan listrik
Activity Support (Penunjang Kegiatan) Aktivitas yang menunjang kegiatan dari Sungai Gombong yaitu terdapat Bank Sampah sebagai pendukung kegiatan pembersihan sungai gombong dimana masyarakat sekitar dapat menyumbangkan sampah botol dan plastik yang dimiliki untuk kemudian digunakan untuk pembuatan ecobrick yang akan digunakan sebagai pengganti bahan baku pembuatan furniture.
Signage (Penanda) Terdapat penanda berupa jalur untuk sepeda. Selain itu pada rusunawa dan bank sampah terdapat penanda sebagai identitas dari bangunan tersebut.
208 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong 209
Pentahapan dan Pembiayaan
210 Studio Rencana Kota Gombong
Studio Rencana Kota Gombong Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2019