Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

Page 1

Laporan Akhir Mata Kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan

PROYEKSI GUNA LAHAN KOTA GOMBONG


OUR TEAM Amin Bahtiar Abimanyu Arya R. Nadia Dhiasyifaa Yhona Debora Mutia Mesanda Dwita Yoanida Ridiarini Agfan P

17/415091/TK/46380 17/415087/TK/46376 17/410123/TK/45480 17/415105/TK/46394 17/410121/TK/45478 17/410110/TK/45467 17/413493/TK/45933


DAFTAR ISI 1 5 GAMBARAN UMUM 7 metodologi KONSEP PERENCANAAN 9 ANALISIS 11 LATAR BELAKANG

TATA GUNA LAHAN KRITERIA TATA GUNA LAHAN PETA TATA GUNA LAHAN KESIMPULAN & SARAN DAFTAR PUSTAKA

30 36 47 49


BAB I latar BELAKANG


1.1

LATAR BELAKANG

Kota merupakan tempat bagi sejumlah manusia yang melakukan berbagai aktivitas untuk kelangsungan hidup. Semakin banyak jumlah manusia yang beraktivitas, kota tersebut semakin berkembang baik dikarenakan perpindahan penduduk (migrasi), tingkat kelahiran suatu kota, dan hal lainnya yang mempengaruhi kota tersebut semakin berkembang. Perkembangan kota juga akan meningkatkan jumlah kebutuhan sarana dan prasarana dimana hal ini akan mempengaruhi jumlah penggunaan lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana dan prasana. Namun lahan yang terbatas mengakibatkan adanya persaingan yang tinggi dimana semua orang mencari cara agar lahan tersebut menjadi miliknya. Karena itulah perlunya perencanaan dalam menata lahan agar penggunaannya digunakan secara merata untuk seluruh masyarakat di dalam kota. Perencanaan guna lahan diperlukan agar kita tahu kota tersebut mau dibawa kemana dengan menentukan konsep apa yang digunakan dan melakukan proyeksi jangka panjang untuk menjadikan kota tersebut layak dihuni.

RUMUSAN MASALAH 1.2 a) Apa konsep dan rencana yang akan digunakan dalam memproyeksikan Kota Gombong 20 tahun ke depan? b) Bagaimana proyeksi guna lahan Kota Gombong 20 tahun ke depan?

1.3 TUJUAN PENULISAN a) Mengetahui konsep dan rencana yang akan digunakan dalam memproyeksikan Kota Gombong 20 tahun ke depan b) Mengetahui proyeksi guna lahan Kota Gombong 20 tahun ke depan

MANFAAT PENULISAN 1.4 a) Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam Mata Kuliah Perencanaan Tata Guna Lahan. b) Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung proyeksi guna lahan pada suatu kota.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

02


1.3 RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Areal Secara administratif kota kami terletak di Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah yang mencakup 15 desa dan 2 kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut : Utara

: Kecamatan Sempor

Barat

: Kecamatan Buayan

Selatan

: Kecamatan Kuwarasan

Timur

: Kecamatan Karanganyar

Ruang Lingkup Temporal Ruang lingkup temporal dalam Laporan Tata Guna Lahan mulai dari tahun 2017 sampai 20 tahun ke depan yaitu tahun 2037 Ruang Lingkup Subtansial Lingkup bahasan subtansional yang diteliti adalah perencanaan guna lahan jangka panjang Kota Gombong terkait dengan : 1. Konsep yang digunakan untuk merencanakan guna lahan Kota Gombong. 2. Proyeksi guna lahan 20 tahun ke depan Kota Gombong.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

03


BAB iI GAMBARAN UMUM


2.1

GAMBARAN UMUM

Kota Gombong dengan luas wilayah 16,06 km2 merupakan salah satu kota yang terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Tengah dimana menurut RTRW Kabupaten Kebumen, Kota Gombong termasuk kota yang berperan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal) bagi kota – kota disekitarnya. Menurut PP no. 26 tahun 2006, Kota Gombong termasuk kota kecil karena memiliki jumlah penduduk kurang dari 100.000 jiwa penduduk yaitu 44.510 jiwa dimana terdiri dari 3 Kecamatan (Buayan, Gombong, dan Sempor), 2 kelurahan (Gombong dan Wonokriyo), dan 15 desa (Bejiruyung, Jatinegoro, Kalitengah, Kedungpuji, Kemukus, Klopogodo, Patemon, Purbowangi, Semanding, Selokerto, Semondo, Sidayu, Sidoharum, Wero, dan Wonosigro). Kota Gombong memiliki batas sebagai berikut : Utara

: Kecamatan Sempor

Barat

: Kecamatan Buayan

Selatan : Kecamatan Kuwarasan Timur

: Kecamatan Karanganyar

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

05


2.2

FISIK DASAR Kelerengan Kelerengan yang ada di Kota Gombong seluruhnya termasuk dalam 0-2 %, oleh karena itu kelerengan yang ada termasuk dalam kategori datar.

PETA JENIS TANAH KOTA GOMBONG

Jenis Tanah Jenis tanah yang ada di Kota Gombong seluruhnya memiliki jenis tanah berupa Glei, tanah glei merupakan tanah yang tidak peka terhadap erosi.

Intensitas Hujan Intensitas hujan di Kota Gombong terbagi menjadi dua yaitu 1001-2000 mm/tahun yang masuk dalam kategori tinggi dan 2001-3000 mm/tahun yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Sebagian besar, Kota memiliki intensitas hujan dengan kategori tinggi, akan tetapi di bagian barat Kota Gombong intensitas hujan nya berada pada kategori sangat tinggi.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

06


BAB Iii METODOLOGI


METODOLOGI

Guna Lahan

Intensitas Hujan

Kelerengan

Intensitas Hujan

Rawan Banjir

2018

Jenis Tanah

Kesesuaian Lahan Rawan Bencana

Pariwisata

Fungsi Perkotaan

Komersial

Fungsi Perkotaan

MASUKAN Variabel-variabel yang menjadi bahan pertimbangan

Proses Menggunakan

software ArcGIS

Proyeksi Guna Lahan 2038


BAB Iv KONSEP PERENCANAAN


Tourist-historic city (kota wisata sejarah)

Konsep dari Tourist-Historic City (kota wisata sejarah) adalah konsep pariwisata perkotaan yang menjadikan sejarah sebagai daya tarik wisata dalam sebuah kota. Pengembangan konsep ini juga memperhatikan upaya konservasi aset dari sejarah tersebut. Konsep ini sangat cocok dengan apa yang ada di kota kami, yaitu terdapatnya wisata Benteng Van Wijck, Roemah Martha Tilaar, dan beberapa wisata lainnya. Guna lahan yang akan diprioritaskan disekitar kawasan wisata ini adalah komersil, dimana dengan adanya tempat wisata akan menumbuhkan aktivitas disekitarnya dengan adanya kegiatan komersil untuk mendukung aktivitas wisata. Dengan adanya guna lahan yang diperuntukkan untuk komersil juga akan menjadikan kegunaan lahan menjadi lebih bermanfaat yang dimana selama ini kurang dimaksimalkan untuk aktivitas tertentu.

Kerangka Perencanaan Proses

Dasar Pertimbangan Kondisi Existing Kondisi Fisik Ruang

Fungsi perkotaan : komersial perdagangan, industri dan pariwisata Membentuk fungsi perkotaan pariwisata yang mempunyai ciri atau karakter khas

Perpaduan wisata sejarah dan aktivitas komersial

Kegiatan pariwisata yang didukung aktivitas komersial

Pembangunan fungsi komersil yang mendukung kegiatan pariwisata

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

10


BAB v ANALISIS TATA GUNA LAHAN


5.1

KONDISI EKSISTING GUNA LAHAN

5.1.1 ANALISIS PEMANFAATAN LAHAN Pemanfaatan lahan kota Gombong menggambarkan kegiatankegiatan yang terdapat dalam area perkotaan. Peta pemanfaatan lahan didapatkan dari data fungsi bangunan yang diperoleh melalui survey lapangan yang telah dilakukan. Dari peta, secara keseluruhan pemanfaatan lahan digunakan sebagai permukiman. Pemanfaatan lahan lain yang terlihat menonjol yaitu pertanian yang terletak di utara dan selatan pusat kota Gombong. Selain itu, pada area pusat kota yang terletak di sepanjang Jalan Yos Sudarso terlihat pemanfaatan lahan yang cukup beragam sebagaimana terdapat berbagai aktivitas yang muncul secara beragam, hal tersebut seperti penggunaan lahan untuk komersil, jasa, pendidikan, pariwisata serta instansi.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

12


5.1.2 ANALISIS iNteNsitas PEMANFAATAN ruaNg 5.1.2.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Koefisien dasar bangunan (KDB) merupakan koefisien yang didapat dari perbandingan luas lantai dasar bangunan terhadap luas lahan yang ada. Hal tersebut menunjukkan luas lahan terbangun dengan lahan terbuka dimana dapat menentukan daya lahan dalam melalukan penyerapan air. KDB yang telah dihitung kemudian diklasifikasikan kedalam 5 kelas yaitu 0%-20%, 21%-40%, 41%-60%, 61%-80%, dan 81%-100%. Pada peta menunjukkan bahwa semakin tua warna nya, maka semakin tinggi KDB yang dimiliki. Warna yang semakin tua akan menunjukkan bahwa lahan yang ada memiliki proporsi penggunaan lahan terbangun yang tinggi serta memiliki lahan terbuka sedikit. Hal tersebut berakibat terhadap area lahan untuk penyerapan air yang sedikit. Pada Kota Gombong, area pusat kota memiliki KDB yang cukup tinggi dari daerah lainnya, hal ini menggambarkan di area pusat kota memiliki kepadatan bangunan yang tinggi dimana dapat dilihat dari perumahan yang ada serta fasilitas-fasilitas pendukung yang dibangun di area pusat kota.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

13


5.1.2.2 Koefisien Tapak Bangunan (KTB) KTB merupakan perbandingan antara area perkerasan dan bangunan dengan area tidak terbangun dalam suatu lahan. Dari nilai KTB dapat dilihat luasan area yang tidak dapat menyerap air dikarenakan tertutup oleh perkerasan. KTB yang ada di Kota Gombong kemudian diklasifikasikan dalam 5 kelas yaitu 0-20%, 21-40%, 41-60%, 61-80% serta 81-100%. Di Kota Gombong sendiri nilai KTB tinggi di area perkotaan Gombong yaitu di sekitar Kantor Kecamatan serta Pasar Wonokriyo maupun pariwisata sejarah yang ada. Hal tersebut dikarenakan area tersebut merupakan pusat kegiatan masyarakat dimana banyak pembangunan terjadi.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

14


5.1.2.3 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Koefsien lantai bangunan (KLB) merupakan angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas lahan. Perhitungan koesfsien lantai bangunan bertujuan untuk dapat mengetahui intensitas ruang secara vertical. Dari angka koefsien lantai bangunan yang telah dihitung maka dapat diketahui dominasi lantai bangunan yang ada di Kota Gombong. Dalam perhitungan KLB di Kota Gombong maka diklasifikasikan kedalam lima kelas KLB, yaitu 0.00-0.20, 0.21-0.40, 0.41-0.60, 0.61-0.80, 0.81-1.00. Kota Gombong memiliki KLB yang beragam, walaupun semua bangunan yang ada di kota tersebut hampir seluruhnya dua lantai. Oleh karena itu, KLB yang ada tidak begitu jauh dengan KDB nya.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

15


5.1.2.4 Koefisien Dasar Hijau (KDH) Koefisien Dasar Hijau adalah adalah angka persentase yang menunjukkan perbandingan antara jumlah seluruh luas seluruh ruang terbuka yang diperuntukkan sebagai penghijauan terhadap seluruh luas lahan perpetakan. Perhitungan KDH menunjukkan besarnya proporsi area hijau pada lahan perkotaan. Koefisien dasar hijau untuk Kota Gombong sendiri diklasifikasikan ke dalam lima kelas, yaitu 0%-20%, 21%-40%, 41%60%, 61%-80%, 81%-100%. Pada area pusat kota dapat dilihat KDH yang lebih rendah dari daerah lain. Hal ini dikarenakan kepadatan bangunan di area tersebut lebih tinggi di antara area yang lain. Selain itu, terdapat beberapa titik dengan kepadatan bangunan yang masih rendah dan ada pula area sawah yang cukup luas mengakibatkan KDH yang ada tinggi.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

16


5.2

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN Menurut SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1980, kesesuaian lahan dapat diukur melalui 3 variabel utama yaitu kelerengan lahan, curah hujan dan jenis tanah. Ketiga variabel tersebut kemudian dioverlay dan dilakukan metode skoring untuk mendapatkan penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk fungsi pelindung, penyangga dan budidaya. Peta yang dioverlay untuk menentukan kesesuaian lahan adalah : 1. Peta kelerengan, 2. Peta jenis tanah, dan 3. Peta curah hujan.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

17


PETA JENIS TANAH KOTA GOMBONG

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

18


KLASIFIKASI PARAMETER KESESUAIAN LAHAN Kelas Lereng 1 2 3 4 5

Kelas Tanah

1 2 3 4 5

Kelas Intensitas Hujan 1 2 3 4 5

Kisaran Lereng

Keterangan

Harkat

0–8 8 – 15 15 – 25 25 – 45 > 45

Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam

20 40 60 80 100

Jenis Tanah

Keterangan (Kepekaan terhadap Erosi)

Harkat

Tidak Peka

15

Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita Air Tanah Latosol Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Mediteran Andosol, Laterit, Grumosol, Podsolik Regosol, Litosol, Organosol, Renzina

Agak Peka

30

Kurang Peka

45

Peka

60

Sangat Peka

75

Kisaran Curah Hujan (mm/tahun)

Keterangan

Harkat

8 – 13,6 13,6 – 20,7 20,7 – 27,7 27,7 – 34,8 > 34,8

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

10 20 30 40 50

Total = 75

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

19


OVERLAY PARAMETER KESESUAIAN LAHAN PETA JENIS TANAH KOTA GOMBONG

Kelerengan

Jenis Tanah

Curah Hujan

PETA JENIS TANAH KOTA GOMBONG

Overlay

Melalui ketiga parameter kesesuaian lahan yaitu kelerengan, jenis tanah dan curah hujan dilakukan overlay. Maka didapatkan skor kesesuaian lahan di Kota Gombong dimana terdapat dua daerah yang memiliki skor yang berbeda. Kedua daerah memiliki kelerengan & jenis tanah yang sama, akan tetapi untuk curah hujan memiliki perbedaan. Daerah pertama dengan daerah cukup luas memiliki curah hujan dengan klasifikasi tinggi sehingga total skor nya 75. Sedangkan daerah kedua yang terletak di sebelah barat Kota Gombong memiliki curah hujan sangat tinggi sehingga mendapat total skor 85. Secara keseluruhan Kota Gombong didominasi lahan dengan total skor 75. Selain itu, di Kota Gombong terdapat tiga sungai yang melintas kota. Sungai tersebut pasti nya memiliki sempadan sungai yang tidak boleh dibangun 15 meter dari sungai. Oleh karena itu, dari kesesuaian lahan yang didapat, kawasan sempadan sungai tetap tidak boleh dibangun.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

20


KESESUAIAN LAHAN KOTA GOMBONG

Totak Skor >174 125-174 < 125, lereng < 15%

< 125, lereng < 8%

Keterangan Kawasan Lindung, termasuk hutan lindung Kawasan Penyangga atau hutan produksi terbatas Kawasan Budidaya, hutan produksi tetap Kawasan Budidaya, hutan produksi yang dapat dikonversi Kawasan Budidaya, tanaman tahunan Kawasan tanaman semusim dan permukiman

Berdasarkan metode skoring yang telah digunakan, Kota Gombong memiliki kesesuain lahan yang diperuntukan sebagai kawasan tanaman semusim dan permukiman. Akan tetapi, dari kesesuaian lahan Kota Gombong tersebut tetap ada kawasan yang tidak boleh dibangun yaitu kawasan sempadan sungai yang ada di Kota Gombong.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

21


PROYEKSI PENDUDUK

5.3

Jumlah penduduk Kota Gombong pada tahun 2017 adalah 44510 jiwa dengan penduduk paling banyak berada di Kelurahan Wonokriyo yaitu 6333 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Desa Kedungpuji dengan 259 jiwa. Kota Gombong terdiri dari 2 kelurahan dan 15 desa dengan penduduk yang tersebar tersebar di 3 kecamatan yaitu kecamatan Buayan, kecamatan Sempor, dan Kecamatan Gombong.

NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kalitengah Kemukus Patemon Kedungpuji Wero Gombong Wonokriyo Semondo Semanding Sidayu Wonosigro Klopogodo Kec. GOMBONG

NO. 1

NO. 1 2 3 4

Desa/Kelurahan

Desa/Kelurahan Purbowangi Kec. BUAYAN Desa/Kelurahan Sidoharum Selokerto Bejiruyung Jatinegoro Kec. SEMPOR TOTAL

Jumlah Penduduk 2012 2013 2014 2015 2016 2347 2332 2340 2356 2365 1642 1631 1637 1646 1654 726 722 722 727 730 249 247 248 249 250 3453 3430 3463 3467 3472 5103 5070 5092 5119 5132 6285 6243 6270 6306 6322 1158 1151 1155 1163 1164 5599 5562 5581 5616 5634 2218 2204 2211 2222 2234 1433 1424 1429 1438 1442 1922 1900 1907 1918 1922 32135 31916 32055 32227 32321 Jumlah Penduduk 2012 2013 2014 2015 2016 1121 1114 1118 1125 1127 1121 1114 1118 1125 1127 Jumlah Penduduk 2012 2013 2014 2015 2016 1448 1438 1444 1452 1458 4403 4374 4391 4418 4433 1224 1216 1222 1231 1233 3787 3762 3786 3800 3812 10862 10790 10843 10901 10936 44118 43820 44016 44253 44384

2017 2369 1659 734 259 3474 5137 6333 1168 5648 2247 1447 1930 32405 2017 1131 1131 2017 1466 4444 1241 3823 10974 44510

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

22


Pertumbuhan Penduduk

Dari grafik tersebut terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Gombong cenderung meningkat, akan tetapi terjadi penurunan pada tahun 2012-2013 dari 44116 jiwa menjadi 43814 jiwa.

Pertumbuhan Penduduk Kota Gombong 20 Tahun Yang Akan Datang Proyeksi Geomertik Proyeksi Aritmatik 2022 2027 2032 2037 2022 2027 2032 2037

Tahun Jumlah 44908 45309 45713 Penduduk

46122 44908 45305 45703

46100

Dari tabel proyeksi penduduk diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan penduduk Kota Gombong akan terus meningkat ditandai dengan data perhitungan proyeksi penduduk baik secara geometrik maupun secara aritmatik dengan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2037 sebanyak 46122 jiwa.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

23


5.4

ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN

5.4.1 Perumahan 2017 44.510 100 8.902

2037 46.122 100 9.224

Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas lahan minimal (m2) KK (5 orang/KK) Asumsi 1. 1 rumah dihuni oleh 1 KK (5 orang/ KK) 2. Luas kavling minimum 100 m2.

Pada Tahun 2037 1. Dibutuhkan rumah sebanyak 322 rumah 2 2. Dibutuhkan lahan seluas 32.200 m

5.4.2 Komersil & Jasa

Sarana komersil & jasa di Kota Gombong pada saat ini telah terpenuhi jumlah nya, kemudian setelah diproyeksikan untuk 20 tahun ke depan masih dapat terpenuhi dari kondisi yang ada, sehingga tidak perlu adanya penambahan. Akan tetapi dengan adanya perkembangan kota, pasti akan terdapat komersil & jasa baru serta dengan pertumbuhan penduduk yang ada diperlukan tambahan sarana komersil & jasa. Penambahan dilakukan pada area-area yang berpotensi muncul komersil & jasa serta melihat dari kriteria-kriteria lahan yang baik untuk komersil & jasa.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

24


5.4.3 Industri Industri yang ada di Kota Gombong memiliki luas 10,1986 ha, dimana tersebar di dalam 8 tempat. Menurut Permenperin No. 35/MIND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan terdapat peraturan mengenai luas lahan kawasan industri minimal 50 hektar (PP No. 24 tahun 2009) pada suatu wilayah atau kota. Oleh karena itu, lahan industri di Kota Gombong masih kurang banyak. Maka, pada tahun 2037 kekurangan industri tersebut sudah disediakan lahan seluas 39,8014 ha/398.014 m2.

5.4.4 Sarana Pendidikan

Kebutuhan Sarana Pendidikan x Luas Lahan (m2) : 1. TK : 23 unit x 500 2. SD : 11 unit x 2.000 3. SMP : 2 unit x 9.000

= 11.500 = 22.000 = 18.000 51.500 m2

5.4.5 Sarana Kesehatan

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

25


5.5

FAKTOR LIMITASI DAYA DUKUNG & DAYA TAMPUNG

Pada sebuah perencanan dan dalam melakukan suatu proyeksi penting untuk memerhatikan daya dukung dan daya tampung suatu kota hal ini untuk menjamin ketersediaan kebutuhan dasar penduduknya dan untuk mengidentifikasi jumlah penduduk yang masih dapat ditampung kota. Untuk menentukan Faktor Limitasi kota dilakukan analisis ketersediaan lahan sarana dan prasarana yang meliputi:

5.5.1 Air Air merupakan salah satu kebutuhan yang harus tersedia bagi mahkluk hidup serta merupakan kebutuhan pokok kota sehingga dengan ketersediaan air di kota dapat menentukan banyaknya penduduk yang dapat ditampung. Ketersediaan Air 4.665.600 Liter = = 27.444Jiwa 170 Liter/Jiwa 170 Liter/Jiwa

Kota Gombong memiliki beberapa sumber air yaitu IPA 2 di Sempor, IPA 4 di Sempor dan mata air Banyumudal. Air yang berasal dari sumber mata air tersebut kemudian dikelola oleh PDAM Kabupaten Kebumen untuk dialirkan kepada warga. Dari sumber air tersebut air yang tersedia sebanyak 4.665.600 liter yang mana 3.732.480 liter berasal dari Waduk Sempor dan 933.120 liternya berasal dari mata air banyumudal. Air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kota Gombong serta kecamatan yang ada disekitarnya. Dengan asumsi bahwa setiap penduduk membutuhkan air sebanyak 170 liter/hari maka air yang mengalir dapat menampung 27.444 jiwa, hal tersebut berarti jumlah air masih belum dapat mendukung penduduk Kota Gombong yang berjumlah 44.510 jiwa. Walaupun angka ini jauh dari angka total jumlah penduduk Kota Gombong namun harus diingat bahwa tidak semua penduduk kota menggunakan PDAM melainkan banyak juga yang masih menggunakan air sumur. Data ketersediaan air tersebut merupakan data yang diperoleh dari PDAM Kabupaten Kebumen yang tentu saja cakupan layanannya belum 100%.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

26


5.5.2 Lahan Nilai daya dukung lahan yang ditunjukkan dengan konsumsi lahan per jiwa. Untuk Kota Gombong faktor limitasi dari lahan, dihitung dengan membandingkan ketersedian lahan yaitu berupa luas area terbangun di Kota Gombong dibagi dengan standard Kebutuhan Luas minimium Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat Standard Indonesia yang berpedoman pada Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Ketersediaan Lahan 7.684.448 m2 = 9 m2/Jiwa 9 m2/Jiwa

= 853.827 Jiwa

Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Gombong hanya berjumlah 44.510 jiwa sehingga peyediaan lahan masih memenuhi permintaan lahan. Hal ini memungkinkan untuk diadakannya pembangunan di Kota Gombong.

5.5.3 Sarana Kebutuhan sarana dianalisis dengan membandingkan jumlah eksisting yaitu hasil survey primer dengan SNI Tata Cara Perencanaan Perumahan di Lingkungan Perumahan. Analisis kebutuhan sarana eksisting maupun proyeksi 20 tahun mendatang ditampilkan sebagai berikut.

Fasilitas

Kebutuhan Lahan Minimum (m2)

Eksi stin g

Jumlah Penduduk Pendukun g (jiwa)

Kebutu han Eksistin g

Proyeksi Kebutuha n 2037

Tambahan unit 2037

Jumlah Kebutuhan lahan Minimum (m2)

Klinik Bersalin

3000

2

2.500

1

1

0

0

Klinik

300

5

2.500

17

18

13

3.900

Puskesmas

1000

2

120.000

1

1

0

0

Puskesmas Pembantu

300

1

30.000

1

1

0

0

Apotek

250

5

30.000

1

1

0

0

Posyandu TK SD SMP SMU Toko/warung Pertokoan Pusat Pertokoan Niaga

60

4

1.250

35

37

33

1.980

500 2.000 9.000 12.500

14 18 8 13

1.250 1.600 4.800 4.800

36 28 9 9

37 29 10 10

23 11 2 0

11.500 22.000 18.000 0

100

443

250

178

184

0

0

3.000

95

6.000

7

8

0

0

13.500

2

30.000

1

1

0

0

36.000

37

120.000

1

1

0

0

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

27


Fasilitas

Kebutuhan Lahan Minimum (m2)

Eksi stin g

Jumlah Penduduk Pendukun g (jiwa)

Kebut uhan Eksisti ng

Proyeksi Kebutuh an 2037

Tambahan unit 2037

Jumlah Kebutuhan lahan Minimum (m2)

Mesjid Warga

600

30

2.500

18

18

12

7.200

Mesjid Kecamatan

5.400

1

120.000

1

1

0

0

Lapangan

1.250

1

120.000

1

1

0

0

4

120.000

1

1

0

0

Kuburan

Dari hasil analisis diketahui bahwa ketersediaan sarana perdagangan telah mencukupi di kota Gombong bahkan hingga 20 tahun mendatang. Sementara untuk sarana kesehatan yaitu klinik, RTH dan masih membutuhkan tambahan beberapa unit baik untuk kondisi eksisting dan proyeksi 20 tahun lagi. Untuk sarana peribadatan masih diperlukan tambahan mushola dan masjid warga yang cukup banyak sementara itu untuk klenteng, dan gereja kebutuhannya mengikuti populasi penduduk penganut agama tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa Kota Gombong harus memenuhi beberapa kebutuhan sarananya lagi sementara untuk sarana perdagangan sebenarnya sudah cukup bahkan melewati limiting faktor.

5.5.4 Listrik/Energi Listrik merupakan kebutuhan yang saat ini harus dipenuhi dalam kehidupan. Listrik menjadi kebutuhan yang juga bisa dikatakan primer dalam kehidupan perkotaan sehingga ketersediaan listrik menentukan daya dukung kota. Daya dukung listrik dihitung dengan :

Ketersediaan Listrik 11.093.000 VA = = 12.325 KK 900 VA/KK 900 VA/KK Ketersedian listrik Kota Gombong diperuntukkan 12.325 KK sementara jumlah KK (dengan asumsi 1 rumah terdapat 5 orang) di Kota Gombong ada 8.902 KK. Maka ketersedian listrik masih mencukupi dan masih mendukung Kota Gombong.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

28


AREA RAWAN BENCANA

Sebagian besar Area di Kota Gombong merupakan area rawan bencana banjir hal tersebut dikarenakan di bagian utara kota ini terdapat waduk sempor maka potensi banjir dari waduk cukup tinggi.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

29


BAB vI KRITERIA TATA GUNA LAHAN


6.1

No

LAHAN PERMUKIMAN - TOURIST HISTORIC CITY Kriteria spasial

Fungsi Topologi

Parameter

Referensi

Faktor pendefinisi (defining factors)

1

Jarak ke community center berupa balai warga, balai desa, kantor desa

2

Jarak ke simpul transportasi

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

Jarak ke sarana komersil

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

4

Jarak ke Jalan Lokal

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

5

Jarak ke pusat pariwisata

3

Distance to à Semakin dekat semakin sesuai

Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2400m dll. Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2400m dll. Radius capaian 200 m, 400 m, 600m, 800 m, 100m

New Urbanism, Urban design reclaim

New Urbanism, Urban design reclaim

SNI 03-1733-2004, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Radius capaian 100 m, 200 m, 300m, 400 m, 500m Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2400m

Faktor limitasi (limitation factors)

1

Tidak berada pada kawasan rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)

Overlay to à Tidak berada pada kawasan rawan bencana

2

Topografi datar sampai bergelombang

Overlay to à Semakin landai semakin sesuai

3

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai dan rel kereta api

Distance to à Semakin jauh semakin sesuai

Pada kawasan rawan bencana à tidak sesuai Tidak berada pada kawasan bencana à sesuai Kelerengan lahan 0 - 25% à sesuai Sempadan sungai: -kedalaman < 3 m = min. 10 m

Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.41/PRT/M/2007

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2015

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

31


6.2

No

LAHAN KOMERSIL & JASA - TOURIST HISTORIC CITY Kriteria spasial

Fungsi Topologi

Parameter

Referensi

Faktor pendefinisi (defining factors)

1

Jarak ke pusat permukiman

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

2

Jarak ke pusat perekonomian (Pasar)

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

3

Jarak ke simpul transportasi

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

4

Jarak ke pusat pariwisata

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

- Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m dll. -Dapat dijangkau dengan jalan kaki - Radius capaian 500m, 1000m, 1500m, 2000m, 2500m Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m dll. Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m dll.

New Urbanism, Urban design reclaim

New Urbanism, Urban design reclaim

Faktor limitasi (limitation factors)

1

Tidak berada pada kawasan rawan bencana

Overlay to à tidak berada pada kawasan rawan bencana

2

Topografi datar sampai bergelombang

Overlay to à Semakin landai semakin sesuai

3

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai dan rel kereta api

Distance to à Semakin jauh semakin sesuai

Pada kawasan rawan bencana à tidak sesuai Tidak berada pada kawasan bencana à sesuai Kelerengan lahan 0 - 25% à sesuai Sempadan sungai: -kedalaman < 3 m = min. 10 m

Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.41/PRT/M/2007

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2015

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

32


6.3 No

LAHAN INDUSTRI - TOURIST HISTORIC CITY Kriteria spasial

Fungsi Topologi

Parameter

Referensi

Faktor pendefinisi (defining factors)

1

Jarak ke pusat kota

Distance to à semakin jauh semakin sesuai

2

Jarak ke permukiman

Distance to à semakin jauh semakin sesuai

3

Jarak ke jalan arteri

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

4

Jarak ke sungai

Distance to à semakin jauh semakin sesuai

Min. 10 km Radius capaian 2km, 4km, 6km, 6km, 10km Min. 2 km Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m Radius capaian 500m, 1000m, 1500m, 2000m, 2500m Min. 5 km Radius capaian 1km, 2km, 3km, 4km, 5km

Permenperin No. 35/MIND/PER/3/2010

Permenperin No. 35/MIND/PER/3/2010

Permenperin No. 35/MIND/PER/3/2010

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.41/PRT/M/2007

Faktor limitasi (limitation factors)

1

Tidak berada pada kawasan rawan bencana

Overlay to à tidak berada pada kawasan rawan bencana

2

Topografi datar

Overlay to à Semakin landai semakin sesuai

3

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai dan rel kereta api

Distance to à Semakin jauh semakin sesuai

Pada kawasan rawan bencana à tidak sesuai Tidak berada pada kawasan bencana à sesuai Kelerengan lahan 0 - 15% à sesuai Sempadan sungai: -kedalaman < 3 m = min. 10 m -kedalaman 320 m = min. 15 m -kedalaman > 20 m = min. 30 m Sempadan rel kereta api 5 – 10 m

Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll

Permenperin No. 35/MIND/PER/3/2010

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2015

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

33


6.4

No

LAHAN pENDIDIKAN - TOURIST HISTORIC CITY Kriteria spasial

Fungsi Topologi

Parameter

Referensi

Faktor pendefinisi (defining factors) Max. 2500m SNI 03-1733-2004, Tata Radius cara perencanaan pencapaian kawasan perumahan 500m, 1000m, kota 1500m, 2000m, 2500m Max. 500m Radius SNI 03-1733-2004, Tata pencapaian cara perencanaan 100m, 200m, kawasan perumahan 300m, 400m, kota 500m

1

Jarak ke permukiman

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

2

Jarak ke jalan lokal

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

3

Jarak ke simpul transportasi

Distance to à Semakin mudah akses semakin sesuai

Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m dll.

4

Jarak ke pusat pariwisata

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m dll.

New Urbanism, Urban design reclaim

Faktor limitasi (limitation factors)

1

2

3

Tidak berada pada kawasan rawan bencana

Overlay to à tidak berada pada kawasan rawan bencana

Topografi datar

Overlay to à Semakin landai semakin sesuai

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai dan rel kereta api

Distance to à Semakin jauh semakin sesuai

Pada kawasan rawan bencana à tidak sesuai Tidak berada pada kawasan bencana à sesuai Kelerengan lahan 0 - 15% à sesuai Sempadan sungai: -kedalaman < 3 m = min. 10 m -kedalaman 320 m = min. 15 m -kedalaman > 20 m = min. 30 m

Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24 Tahun 2007 tentang sarana

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2015

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

34


6.5

No

LAHAN KESEHATAN - TOURIST HISTORIC CITY Kriteria spasial

Fungsi Topologi

Parameter

Referensi

Faktor pendefinisi (defining factors)

1

Jarak ke permukiman

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

2

Jarak ke jalan

Distance to à semakin dekat jalan semakin sesuai

3

Jarak ke simpul transportasi

Distance to à Semakin mudah akses semakin sesuai

4

Jarak ke pusat pariwisata

Distance to à semakin dekat semakin sesuai

Max. 2500m SNI 03-1733-2004, Tata Radius cara perencanaan pencapaian kawasan perumahan 500m, 1000m, kota 1500m, 2000m, 2500m Max. 500m SNI 03-1733-2004, Tata Radius cara perencanaan pencapaian kawasan perumahan 100m, 200m, kota 300m, 400m, 500m Radius capaian 400m, 800m, New Urbanism, Urban 1200m, design reclaim 1600m, 2000m dll. Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2000m dll.

Faktor limitasi (limitation factors)

1

2

3

Tidak berada pada kawasan rawan bencana

Overlay to à tidak berada pada kawasan rawan bencana

Topografi datar

Overlay to à Semakin landai semakin sesuai

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai dan rel kereta api

Distance to à Semakin jauh semakin sesuai

Pada kawasan rawan bencana à tidak sesuai Tidak berada pada kawasan bencana à sesuai Kelerengan lahan 0 - 15% à sesuai Sempadan sungai: -kedalaman < 3 m = min. 10 m -kedalaman 320 m = min. 15 m

Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24 Tahun 2007 tentang sarana

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2015

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

35


BAB viI PETA TATA GUNA LAHAN


7.1

EKSISTING Pemanfaatan Lahan di Kota Gombong dapat dilihat pada peta dibawah ini. Peta tersebut menunjukkan kegiatan/aktivitas dalam kota yang disusun berdasarkan pada fungsi bangunan & persebaran pemanfaatan lahan di Kota Gombong serta survei lapangan oleh kelompok pada tahun 2018.

Dari peta telah ditunjukkan pemanfaatan lahan di dominasi oleh permukiman, kemudian dilanjut ruang terbuka hijau berupa sawah. Komersil & jasa banyakberada di sepanjang jalan arteri Yos Sudarso.Selain itu, di area sekitar pusat kota juga terdapat pemanfaatan lahan sebagai pariwisata dimana berbasis nilai sejarah. Namun juga terdapat variasi landuse di area sekitar pusat kota, baik itu pendidikan, kessehatan maupun instansi

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

37


7.2

KLASIFIKASI PEMANFAATAN LAHAN Dalam memproyeksikan pemanfaatan guna lahan di Kota Gombong pada tahun 2038, kami melakukan pengolahan data dan proyeksi menggunakan software ArcGIS serta dengan beberapa faktor yang dijadikan variabel sebagai dasar skenario potensi guna lahan. Terdapat beberapa macam fungsi lahan yang diperhatikan, yaitu Permikiman, Komersil & Jasa, Industri, Pendidikan serta Kesehatan. Serta menggunakan variabel sebagai dasar perhitungan potensi yaitu dengan jarak fungsi lahan antara satu fungsi dengan fungsi yang lain. Untuk mendapatkan hasil potensi guna lahan, maka kami membuat indikator/kriteria berdasarkan konsep pengembangan kota yaitu HistoricTourism City.

7.2.1 KlasiďŹ kasi Pemanfaatan Lahan Permukiman

Community Center 25

Jalan Lokal 15

Komersil 15

Simpul Transportasi 15

Pariwisata 30

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

38


Dari kriteria-kriteria yang mendukung konsep Historic-Tourism City dalam segi permukiman kemudian di-reclassify dalam aplikasi ArcGIS. Kemudian, di overlay sesuai pembobotan yang ada yaitu community center (25), jalan lokal (15), komersil (15), simpul transportasi (15) dan yang paling besar pariwisata (30). Hasil dari overlay dapat dilihat bahwa lahan yang paling ssesuai dijadikan permukiman yaitu lahan sekitar pusat kota, terutama yang dekat dengan kategori-kategori yang ada karena terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan untuk permukiman.

7.2.2 KlasiďŹ kasi Pemanfaatan Lahan Komersil & Jasa

Permukiman 25

Pusat Perekonomian 15

Simpul Transportasi 25

Pariwisata 35

Melalui kriteria-kriteria yang mendukung konsep Historic-Tourism City dalam komersil & jasa kemudian di-reclassify di aplikasi ArcGIS. Kemudian, di overlay sesuai pembobotan yang ada dimana permukiman (25), pusat perekonomian (15), simpul transportasi (25) serta paling besar pariwisata (35). Hasil dari overlay dapat dilihat bahwa lahan yang paling sesuai dijadikan komersil & jasa yaitu lahan sekitar pusat kota, terutama yang dekat dengan pasar Wonokriyo, simpul transportasi serta pariwisata yang ada. Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

39


7.2.3 KlasiďŹ kasi Pemanfaatan Lahan Industri

Pusat Kota 20

Permukiman 20

Jalan Arteri 40

Sungai 20

Kriteria-kriteria yang digunakan untuk kesesuaian pemanfataan lahan industri kemudian di-reclassify melalui software ArcGIS. Kemudian, di overlay sesuai pembobotan yang ada dimana pusat kota (20), permukiman (20), jalan arteri (40) serta sungai (20). Hasil dari overlay dapat dilihat bahwa lahan yang paling sesuai dijadikan industri yaitu yang berada di timur Kota Gombong dimana jumlah permukiman yang ada masih sedikit, dekat dengan jalan arteri serta jauh dari pusat kota & sungai. Kawasan tersebut didominasi oleh ruang terbuka hijau berupa sawah.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

40


7.2.4 KlasiďŹ kasi Pemanfaatan Lahan Pendidikan

Permukiman 35

Jalan Lokal 35

Simpul Transportasi 20

Pariwisata 10

Proyeksi pemanfataan lahan untuk pendidikan dilihat melalui kategori-kategori yaitu permukiman, jalan lokal, simpul transportasi serta pariwisata dimana setiap kategori selanjutnya di-reclassify menggunakan aplikasi ArcGIS. Kemudian, dilakukan overlay dengan mempertimbangkan bobot masing-masing yaitu permukiman (35), jalan lokal (35), simpul transportasi (20) serta pariwisata (10). Maka didapat hasil, kawasan yang sangat baik digunakan sebagai pendidikan. Lahan yang sangat baik digunakan yaitu yang berada di sekitar pusat kota dimana konsentarasi penduduk berada di tempat tersebut.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

41


7.2.5 KlasiďŹ kasi Pemanfaatan Lahan Kesehatan

Permukiman 35

Jalan 25

Simpul Transportasi 25

Pariwisata 15

Proyeksi pemanfataan lahan untuk kesehatan dilihat melalui kategori permukiman, jalan lokal, simpul transportasi serta pariwisata dimana setiap kategori kemudian di-reclassify melalui aplikasi ArcGIS. Selanjutnya, dilakukan overlay dengan mempertimbangkan bobot masing-masing yaitu permukiman (35), jalan lokal (25), simpul transportasi (25) serta pariwisata (15). Maka didapatkan hasil, kawasan yang sangat baik digunakan sebagai kesehatan yaitu yang berada di sekitar pusat kota dimana penduduk terkonsentarsi tinggal di tempat tersebut, sehingga memang memerlukan adanya sarana kesehatan secara memadai.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

42


7.3

RENCANA PEMANFAATAN LAHAN

Rencana penambahan lahan sesuai dengan kebutuhan pemanfaatan yang ada di Kota Gombong pada tahun 2037 dilakukan dengan cara memberikan hexagon. Hexagon yang kami gunakan dalam proyeksi guna lahan Kota Gombong yaitu dengan sisi 7 cm. Hal tersebut dikarenakan mendekati dengan luas lahan permukiman setiap satu bangunannya yaitu sekitar 100 m2 walaupun begitu kami tetap menggunakan luas sesungguhnya hexagon, yaitu yang dihitung melalui cara berikut. akhirnya luas yang kami pakai yaitu. Hal tersebut sesuai dengan perhitungan luas hexagon yaitu 2 2 L = 3 3 s = 3 3 7 = 127.305734 m2

2

2

Maka luas setiap hexagon yang dipakai yaitu 127,305734 m.. Selanjutnya dilakukan penambahan lahan sesuai proyeksi kebutuhan di tahun 2038. Penambahan dilakukan dengan cara membagi luas kebutuhan lahan yang diperlukan pada tahun 2038 dengan luas hexagon yang ada (127,305734 m2), maka didapatkan jumlah hexagon yang perlu ditambahkan dalam pemanfaatan lahan yang ada. Kemudian, penambahan dilakukan pada area-area yang memiliki klasifikasi paling baik di kategori-nya dan menyesuaikan dengan kondisi pemanfaatan lahan eksisting.

7.3.1 Rencana Pemanfaatan Lahan Permukiman

Penambahan lahan untuk permukiman diberikan pada tempat-tempat yang masih belum terdapat bangunan, seperti sawah dimana penempatannya mempertimbangkan kesesuaian terhadap klasifikasi yang ada. Penambahan diberikan pada lahan dengan klasifikasi sangat baik. Dikarenakan luas lahan pemukiman yang dibutuhkan seluas 32.200 m2 maka diperlukan 253 hexagon untuk memenuhi kebutuhan pada tahun 2037 mendatang. Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

43


7.3.2 Rencana Pemanfaatan Lahan Komersil & Jasa

Walau pada tahun 2037 jumlah komersil yang ada telah mencukupi akan tetapi tetapi kami berasumsi dengan adanya pertumbuhan penduduk serta adanya jalan yang selalu berkembang maka akan tumbuh komersil & jasa baru. Kami berasumsi pertumbuhan komersil & jasa berada pada area dengan klasifikasi sangat baik & baik, dimana penambahan bukan hanya di lahan belum terbangun seperti sawah, akan tetapi permukiman yang dekat jalan besar juga berpotensi menjadi komersil & jasa. Penambahan komersil & jasa yang kami perkirakan yaitu 77.275 m2 dengan 370 hexagon komersil & 237 hexagon jasa.

7.3.3 Rencana Pemanfaatan Lahan Industri

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

44


Penambahan lahan industri untuk tahun 2037 yaitu seluas 39.8014 ha untuk memenuhi lahan eksisting yang hanya terdapat 10.1986 ha. Maka diperlukan penambahan hexagon sebanyak 3127 buah di sekitar kawasan dengan klasifikasi baik untuk pemanfaatan lahan industri dimana sebagian besar penambahan industri berada di timur Kota Gombong.

7.3.4 Rencana Pemanfaatan Lahan Pendidikan

Penambahan lahan pendidikan di Kota Gombong untuk memenuhi kebutuhan sarana pendidikan TK, SD & SMP untuk tahun 2037 mendatang. Luas lahan yang diperlukan yaitu 51.500 m2, maka diperlukan hexagon sebanyak 405 buah dimana diberikan pada kawasan dengan klasifikasi sangat baik yang dimana lahan eksistingnya belum menjadi area terbangun.

7.3.5 Rencana Pemanfaatan Lahan Kesehatan

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

45


Penambahan lahan sarana kesehatan diperlukan untuk memenuhi jumlah sarana posyandu serta klinik yang saat ini masih kurang maupun memerlukan penambahan pada tahun 2037. Luas lahan yang diperlukan yaitu 5.880 m2, sehingga diperlukan penambahan hexagon sebanyak 47 buah. Hexagon diberikan pada area dengan klasifikasi sangat baik dimana dekat dengan permukiman, jalan, simpul transportasi serta pariwisata yang ada.

7.4

OVERLAY RENCANA PEMANFAATAN LAHAN

Dari kelima rencana pemanfaatan lahan yang ada, kemudian dilakukan overlay, sehingga didapatkan overlay rencana pemanfaatan lahan Kota Gombong pada tahun 2037 yang telah digabungkan dengan guna lahan lain yang ada. Dapat dilihat, terjadi penambahan sarana baik permukiman, komersil & jasa, industri, pendidikan serta kesehatan. Dari kelima pemanfaatan lahan yang ada sektor industri paling terlihat perubahannya karena memang menambah lahan cukup luas serta komersil & jasa dikarenakan terjadi penambahan di jalan arteri maupun jalan besar lainnya.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

46


BAB VIII KESIMPULAN & SARAN


8.1

KESIMPULAN

Kota Gombong merupakan kota yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya. Banyak terdapat peninggalan sejarah berupa bangunan cagar budaya yang dapat dikembangkan sebagai pariwisata berbasis budaya sejarah. Dilihat dari kondisinya, pemanfaatan lahan Kota Gombong dapat dioptimalkan dengan kawasan tanaman semusim & permukiman, selain itu juga lokasi nya yang strategis serta terdapat Jalan Arteri di dalamnya membuat kota menuntut untuk dikembangkan. Akan tetapi, Kota Gombong memiliki daerah rawan bencana terutama banjir waduk karena dekat dengan Waduk Sempor, oleh karena itu pembangunan akan optimal jika memanfaatkan lahan yang tidak terdampak dari hal tersebut. Selain itu, dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang selalu bertambah diperlukan pengembangan dari berbagai aspek untuk mendukung kenyamanan penduduk yang ada.

SARAN

8.2

Kota Gombong memang merupakan kota yang kaya akan nilai sejarah, terutama dilihat dari bangunan nya seperti Benteng Van Der Wijck, Roemah Martha Tilaar serta bangunan cagar budaya lain yang besar potensinya dikembangkan sebagai kota wisata. Akan tetapi diperlukan usaha keras masyarakat dalam mendukung dan mempromosikannya. Cagar Budaya dalam bentuk bangunan tersebut haruslah tetap dijaga keberadaannya dan jangan sampai hilang dengan adanya bangunan-bangunan baru yang muncul. Kota Gombong juga memerlukan penambahan sarana pendukung kota. Kota Gombong memiliki daerah rawan banjir yang hampir seluruhnya merupakan daerah rawan banjir. Akan tetapi kenyataannya tidak setiap tahun Kota Gombong terkena banjir. Walau terkena banjir, hanya terdapat di beberapa daerah saja tidak secara keseluruhan. Sehingga lahan di Kota Gombong aman untuk dijadikan tempat tinggal maupun untuk pemanfaatan lain terutama menghindari pembangunan kawasan dekat dengan waduk Sempor. Selain itu, masyarakat harus menjaga kondisi lingkungan yang ada yaitu dengan tidak membuang sampah di sungai karena masih banyak dijumpai sampah di sungai-sungai Kota Gombong sehingga dapat menyebabkan banjir.

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

48


BAB IX DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat New Urbanism, Urban Design Reclaim PDAM Kabupaten Kebumen Permenperin No. 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.41/PRT/M/2007 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2015 Permenperin No. 35/M-IND/PER/3/2010 Permen ATR No. 1 Tahun 2018 PP No. 26 tahun 2006 SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1980 SNI Tata Cara Perencanaan Perumahan di Lingkungan Perumahan SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota

Proyeksi Guna Lahan Kota Gombong

50


STUDIO 3 ANALISIS KOTA GOMBONG PWK UGM 2018


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.