Majalah AKLaMASI Edisi IV

Page 1

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


SURAT KEPUTUSAN (SK) REKTOR No. 365/TAHUN 1993 ISSN: 0853-8883

Laporan Utama 6-9

Sikat-sikut BEM FAkultas Hukum

Pelindung: Rektor Universitas Islam Riau Penasehat: Pembantu Rektor III Univ. Islam Riau Dewan Pertimbangan: Drs Supriyadi MPd, Zainul Ikhwan SP, M Badri SP MSi, M Sabarudi ST, Wahyu Awaludin SH, Sobirin Zaini SPi, Hasbullah Zaini SH, Husnu Abadi MHum, Dewan Redaksi: Muhtarom SSos, Julisman SPd, Edi Efendi SSos, Desi Sommalia Gustina SH MH

2

Desain Sampul: Barry Eko Lesmana Tata Letak : Barry Eko Lesmana

Feature 16-17

Kampung Muara Kampe

Opini-4 Surat Pembaca-5 Laporan Utama-6 Tamu-10

Bono memang menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta selancar. Dengan gelombang hampir setinggi enam meter membuat wisatawan asing berdatangan ke kampung Muara Kampe, Teluk Meranti tempat sang ombak bersarang.

Munawaroh-12 Agenda Kampus-13 English Flash-14

Laporan Khusus 22-23

Feature-16 Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) AKLaMASI Universitas Islam Riau. Alamat: Jl Kaharuddin Nasution No 113 Kampus Darussalam Marpoyan Pekanbaru-Riau 28284. HP:085274550355 Email: aklamasiuir@gmail.com Website: www.aklamasi.co Facebook: Lpm Aklamasi Uir Twitter: @aklamasiuir Percetakan: CV Witra Irzani Pekanbaru (Isi di luar tanggung jawab percetakan).

Profil Kru-20 Laporan Khusus- 22 Seputar Kampus- 24 Almamater- 27 Tuah Negeri- 28 Resensi- 30 Emper Langit- 31

Redaksi terima foto juga tulisan berupa surat pembaca, opini, cerpen, puisi, esai, rilis berita, atau liputan juga kritikan dan saran untuk AKLaMASI dari pembaca. Kirimkan ke kantor Redaksi atau lewat email: aklamasiuir@gmail.com. Redaksi berhak menyunting selama tidak mengubah maksud tulisan. Tulisan yang masuk jadi hak milik redaksi. Ayo... Buruan kirim....

2

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

Pedagang Kaki Lima Digusur “Singa�

Suplemen Toga- 32 Sastra- 36 Profil Kru Magang- 38 Senggang- 39 Fotografi- 40

Dilema memang, jika pedagang berjualan di tempat yang sudah ditentukan tapi pembeli tidak ada. namun saat mereka berjualan ditempat yang dilarang justru ada pembeli. akhirnya mereka hanya main kucingkucingan dengan aparat penertiban.

KONTEN

Pemimpin Umum : Yosa Satrama Putra Sekretaris Umum : Jimmi Z akaria Pemimpin Redaksi : Rahmi Carolina Redaktur Pelaksana : Wahid Irawan Perwajahan : Barry Eko Lesmana Fotografer : Tahnia Dwi Sari Reporter: Seluruh Pengurus dan Kru Magang Pemimpin Usaha : Oka Pringga Al-Ghifari Manejer Keuangan : Tahnia Dwi Sari Iklan dan Sirkulasi : Evi Winda Sari

Sejak terpilih pada bulan juli tahun lalu,beberapa mahasiswa Fakultas Hukum menilai BEM jalan ditempat.BEM lebih banyak gerak keluar daripada mengurus internal hukum. Tapi Alben punya program enam bulan kegiatan diluar, enam bulan lagi internal.


TERAS

Dari redaksi

Pengurus dengan Semangat Baru Assalamu’alaikum Salam Pers. Salam Kebenaran. Alhamdulillah rasa syukur kita ucapkan kepada Allah. Ia menganugerahkan dan menjamin rezeki, kes ehatan serta keselamatan setiap masa bagi makhluknya. Walau deadline demi deadline ditabrak tanpa takut berdosa, akhirnya s etelah melawan kepayahan majalah AKLaMASI edisi ke-04 dapat hadir kembali. Beragam bentuk payah tadi dapat terlewati berkat kerjas ama dan komitmen pejuang pena AKLaMASI dalam menyelesaikan majalah kali ini. Mulai dari menguliti, membumbui, menggoreng hingga menghidangnya untuk para pengkonsumsi berita. Maret lalu AKLaMASI adakan Musyawarah Redaksi (Musred). Musyawarah ini adalah agenda tahunan untuk memilih pengurus baru. Kita berharap selalu ada perubahan-perubahan positif di s etiap kepengurusan. Tegas dan harus berani. Pembaca, 29 Maret kemarin AKLaMASI istitut-lembaga otonom di AKLaMASI kembali adakan Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) ke XIV. Pesertanya ada 14 orang dari berbagai fakultas di UIR. Setelah magang dan menjadi kru tetap, merekalah yang akan

EDITORIAL

pegang kemudi AKLaMASI, mau jadi apa dan dibawa kemana AKLaMASI di masa yang akan datang. Selamat ya, s emoga kengkawan bertahan. Selain Kru magang baru, tanggal 27 April lalu AKLaMASI adakan Rapat Kerja (Raker) sekaligus pengangkatan Juliana Dian KS sebagai Kru tetap AKLaMASI. Tahniah semoga makin semangat nulisnya. Pembaca setia, di edisi ini AKLaMASI menyuguhkan beberapa tampilan baru juga liputan menarik seperti Mandi Basuluoh salah s atu tradisi masyarakat pinggiran s ungai Kampar yang kini punah, KampungMuara Kampe yang akhir-akhir ini jadi empat wisata menarik karena Bono,

Kerja dan Kru Baru Suasana pengangkatan Julian Dian Komalasari sebagai kru baru AKLaMASI, di Rumah Jimmi Zakaria (Sekretaris Umum AKLaMASI) April lalu setelah rapat program kerja.

Pedagang Kaki Lima Digusur ‘Singa’, Cobacoba Jadi Pengusaha, dan masih banyak lagi yang lainnya. Nak tau? Jom tengok. Selamat membaca. Jangan lupa sampaikan kritik dan saran ke Redaksi AKLaMASI ya.. See you at the next edition. Berpikir Merdeka Bersuara Merdeka! Wassalam.  Redaksi

EDITORIAL

Beda Umat, Beda Perangai Semarak pes ta Pemilahan Raya Mahasiswa (Pemira) Fakultas Hukum (FH) memang sudah berlalu satu tahun lalu. Mungkin masih ada sebagian mahasiswa Hukum yang masih ingat dengan euforia bagaimana Alben dan Fiil Heples terpilih. Kesenangan dan senyum bahagia terpancar dari pendukung mereka, dan mahasiswa lainnya, berharap akan ada perubahan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa hukum saat Alben menjabat sebagai Gubernur Mahasiswa FH periode 2012-2013. Namun setengah tahun berjalan, Alben dan konco-konconya, dinilai ada saja cacat organisasi oleh mahasiswa FH, seperti BEM tidak pernah membuat kegiatan yang bersentuhan langsung dengan mahasiswa Hukum. Mereka banyak bikin kegiatan yang seremonial saja dan kondisional, seperti buka bersama dengan anak-anak yatim, sahur on the road dan mengutus mahasiswa Hukum ikut perlombaan. Alben beralasan, kegiatan BEM FH enam bulan pertama memang untuk kegiatan diluar kampus saja dan enam bulan berikutnya internal. Rencana ini banyak mengundang kesalahpahaman. Tak heran, awal tahun

2013 lalu mahasiswa FH melakukan aksi protes kepada BEM karena dianggap tak jalan, hanya bikin kegiatan diluar saja. Tak BEM Hukum saja, BEM Fakultas Teknik (FT), sampai saat ini belum ada pengesahan untuk kepengurusan BEM periode 2013-2014. Pemilihan telah dilaksanakan, masalahnya ketika pemilihan,

Panitia Pemilihan Raya Mahasiswa (PPRM) membolehkan mahasiswa yang tidak punya identitas, seperti : KTM, KRS atau Kartu HER boleh memilih, padahal sebelumnya diumumkan yang boleh memilih hanya mahas is wa yang ada identitas saja. Karenanya ada persoalan panjang hingga belum disahkan BEM FT yang baru. BEM FAI lain lagi, gubernur mereka jadi Kepala Desa Pangkalan Baru, Siak Hulu, Kampar. Sehingga vakum beberapa bulan. Lantas dicarilah Pelaksana tugas (Plt) untuk memimpin BEM FAI. Ada apa sebenarnya dengan roda organisasi kampus ini hingga banyak persoalan yang mengakibatkan compangc ampingnya organis as i kampus . Apa permas alahan pemimpin tidak menjalankannya. Apalagi mereka dipercaya dan dipilih sebagai, suara, tangan dan kaki mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi kepada petinggi UIR. Kita sebagai insan akademis i harus lah membuat suatu pemikiran atau metode-metode baru yang bisa di bawa ke masyarakat. Bukan malah mendikte kelakuan pemimpin kita yang rusak. Sehingga mereka yang diluar sana dapat mencontoh kita, insan akademisi. Redaksi AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

3

3


OPINI

MENCARI ARAH IDEAL MEDIA MASSA EKO HERO M.Soc.Sc Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau

4

D

inamika kehidupan sosial, ekonomi dan politik pada saat ini membawa masyarakat kepada sebuah transformasi sosial yang unpredictable. Paparan sisi kehidupan yang kita temui ditengah-tengah masyarakat mengikut pada apa yang dipaparkan oleh media massa belakangan ini. Beragam isu-isu diatas kemudian dikonsumsi oleh masyarakat sehingga membuat masyarakat mengalami suatu kondisi psikis dengan nama ANDI LAU (Antara Dilema dan Galau). Betapa tidak, sebagai agent of social control and agent of social change, masyarakat memerlukan seluruh bentuk informasi yang terjadi di belahan dunia ini terutama informasi yang terjadi di Indonesia. Namun disisi lain informasi-informasi yang diterima selalu mengarah kepada beberapa kasus – kasus negatif. Misalnya pertikaian antar kelompok, narkoba, korupsi, pelecehan dan sebagainya. Jika hal – hal ini terjadi terus menerus tentunya ini yang akan membuat transformasi sosial mengarah kepada hal yang negatif. Kondisi ini sangat mungkin terjadi, mengingat masyarakat merupakan sebuah kompleksitas tatanan sosial yang di dalamnya terkandung aspekaspek politik, budaya, serta keagamaan dengan tataran dan takaran yang berbeda pada setiap individunya. Belum lagi kemampuan secara pendidikan dan pengetahuan yang tergolong masih lemah, membuat masyarakat menjadi sangat mudah terkontaminasi pada konstruksi-konstruksi yang coba dibangun dan terbangun oleh media massa. Tidak ada yang menyangkal bahwa media massa di Indonesia memiliki fungsi yang begitu strategis dalam membentuk pembangunan manusia Indonesia yang utuh. Fungsi media massa yang d imaksud adalah fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi hiburan dan fungsi kontrol / kritik sosial. Kemudian persoalan lain kembali muncul, ketika kran kebebasan media massa dibuka pada awal orde reformasi. Dibukanya kran kebebasan media massa, sebenarnya sebuah hal yang sangat baik. Dampaknya adalah masyarakat dapat mencari, menyimpan, mengolah, dan menditribusikan informasi yang diperoleh sesuai dengan peraturan

AKLaMASI AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

yang ada. Akan tetapi, kebebasan media massa dalam perhelatannya kemudian menjadi kebablasan. Fungsi ideal media massa tadi tidak lagi berjalan sesuai alur. Informasi-informasi yang disuguhkan lebih berorientasi kepada profit dan rating. Dan hingga saat ini belum kelihatan lembaga-lembaga independen maupun pemerintah yang memiliki “kuku begitu tajam” untuk membatasi segala bentuk siaran yang melanggar etika. Dalam pandangan penulis, tumpulnya kuku-kuku lembaga-lembaga yang ada karena para pemain dalam industri media massa adalah para pemilik uang dan pemilik kekuasaan. Kecuali protes dan kritik datang dari masyarakat luas yang dilakukan secara agak ekstrim (ex ; demonstrasi) seperti yang pernah terjadi pada salah satu stasiun TV swasta nasional yang menayangkan reality show SMACKDOWN. Dari tayangan tersebut menyebabkan seorang anak meninggal dunia akibat menirukan adegan dalam tayangan yang dimaksud. Dalam menjalankan industrinya sebagai dampak dari kebebasan media, membuat industri media massa di Indonesia tumbuh bagaikan jamur dimusim penghujan. Meskipun dikatakan sebagai industri padat modal, tetapi industri ini merupakan salah satu bentuk industri yang paling menjamin kemakmuran ketika pemilik modal melewati masa-masa uji coba. Namun Baran, (2006) telah jauh-jauh hari mengatakan bahwa “Media adalah ladang bisnis”. Sehingga sangat dapat dipast ikan akan berlakunya konglomerasi media. Buktinya hari ini kita lihat, berapa banyak stasiun TV, media cetak dan lainnya yang bernaung dibawah MNC Group, Kompas group, Media Indonesia Group, Trans Corp dan lain sebagainya. Di belahan bumi manapun yang namanya industri pasti didalamnya terkandung unsur persaingan usaha. Persaingan usaha tentunya membutuhkan produkproduk yang kreatif dalam usaha menarik minat dan simpati masyarakat. Nah, selalunya produk-produk yang dihasilkan inilah terkadang tidak begitu menghiraukan seberapa besar dampak yang mungkin timbul. Informasiinformasi yang dipublikasikan kerap menimbulkan pertikaian (internal diri maupun eksternal diri) didalam diri masyarakat itu sendiri. Tentunya mudah bagi mereka menentukan kemana arah konstruksi media akan mereka arahkan. Jika arah konstruksi media memiliki kecenderungan negatif maka arah konstuksi sosial yang akan terbangun maka cenderung kearah negatif pula begitu juga sebaliknya. Sebab siapa yang mampu menguasai dan mengendalikan media, dialah yang akan menguasai dunia. Hal itu juga terbukti hari ini, bagaimana kita dapat


merefleksikan pikiran kita ke lingkungan sekitar kita bagaimana power yang dimiliki oleh pemilik media. Dampak yang Muncul Melihat fenomena kehidupan sosial masyarakat yang ada hari ini, tidak terlepas dari konstruksi yang dibangun oleh media. Tindakan – tindakan kriminal yang d ilakukan oleh anak-anak dan remaja semakin beragam, penulis menilai ada kaitannya dengan maraknya pemberitaan kriminal. Meningkatnya individualitis dikalangan masyarakat merupakan copy paste dari maraknya tayangan sinetron remaja yang menampilakn sikap ego dan individualistis. Belum lagi reality show yang sama sekali tidak memiliki unsurunsur pendidikan didalamnya (Take Me Out Indonesia, misalnya). Meskipun media massa sudah mencoba melakukan klasifikasi khalayak pada setiap tayangan yang mereka tampilkan, tetapi waktu tayangnya tidak sesuai. Sehingga anak – anak dan remaja masih berkesempatan untuk menyaksikannya. Misalnya tayangan “Jakarta Belum Tidur” ataupun Talkshow yang narasumbernya kerap menggunakan pakaian – pakaian yang vulgar. Bahasa yang mereka ucapkan

Pelayanan Klinik UIR

mungkin tidak mencolok, tetapi jika pakaian mereka gunakan vulgar dan ditonton anak-anak dan remaja yang rata-rata secara hormon biologis masih labil tetap saja akan mengarahkan pikiran khalayak kearah negatif. Dampak – dampak kecil yang terus menerus ada, lambat laun akan terbentuk sebuah patologi didalam masyarakat. Arah Ideal Media Lintang Pukangnya arah media massa di Indonesia telah membawa dampak yang begitu signifikan bagi masyarakat. Untuk itu sebenarnya diperlukan sebuah pembenahan yang utuh. Sebuah arah yang mengembalikan kedudukan idealnya sebagai sumber informasi masyarakat. Namun tanpa melepaskan pundi-pundi rupiah bagi para pemilik industri. Para pemilik industri media dituntut lebih kreatif dalm memproduksi tayangan-tanyan yang akan disiarkan. Edukasi dan Informasi harus menjadi prioritas utama dalam setiap tayangan. Boleh-boleh saja kedua hal tersebut dibaluti dengan nuansa hiburan untuk menghilangkan kesan “kaku”. Akan tetapi persentase hiburan yang membalutinya tidak melebihi pesan-pesan edukasi dan informasi itu sendiri. Arah media di Indonesia harus

mengarah pada pembangunan manusia Indonesia yang utuh. Tentunya komunikasi pembangunan yang disampaikan hendaknya selaras dengan situasi dan kondisi nilai, norma dan adat istiadat masyarakat Indonesia. Sehingga peran tanggung jawab sosial sebagai mana yang digadang-gadangkan oleh sistem pers Indonesia dapat terwujud secara maksimal. Selanjutnya media massa harus mulai merancang konten med ianya bagaimana seluruh informasi tetap disampaikan tetapi dapat meminimalisir dampak yang mungkin ditimbulkan. Ini perkerjaan sulit terutama dalam informasi-informasi dalam konteks tertentu, tetapi tentu saja hal tersebut dapat diupayakan. Setidaknya dari setiap pesan yang dipaparkan ada pesan moral yang turut serta disampaikan secara lisan agar dapat dijadikan sebagai bahan renungan dan pembelajaran oleh masyarakat. Disamping itu, tidak dapat dipungkiri kemajuan dan perkembangan Indonesia dikancah Internasional salah satunya peran media massa. Maka dari media massa mesti berupaya untuk menggali seluruh potensi alam dan potensi masyarakat Indonesia agar Indonesia lebih diperhitungkan.

Tindak Dosen yang Ubah Jadwal

Tambahin Dosen Penjas

Tolong kepada pihak klinik UIR agar melayani pasien itu lebih ramah lagi. Jadi, walaupun gratis tapi pelayanannya tidak bagus sama saja bikin orang makin menderita, termasuk menderita batin. Terimakasih

Pak Dekan, Tolong ditindak lanjutin dong dosen-dosen yang mengubah jadwal dan masuk semaunya saja. kami para mahasiswa sangan merasa dirugikan. Terimakasih

Mimi, Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FKIP UIR.

Mulyana, Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FKIP UIR.

Usul untuk Kemajuan UIR

Jurusan Pendidikan Kok Nunggu Berbulan- Buka S2 bulan?

Sepetik usulan buat kemajuan UIR. Tolong di UIR menerapkan peraturan yang ada. Pihak universitas bukan hanya memajukan pikiran mahasiswa, tapi akhlak dan moral juga perlu. Contoh sederhananya dari segi pakaian, biar bisa mengurangi lebel-lebel negatif di UIR tercinta. Terimakasih.

Saran saya, tambah donk dosen tetap Jurusan Penjaskes. Biar teman-teman kita yang lagi nyusun gak susah-susah. nyari dosen pembimbing. Satu lagi, kenapa di Penjaskes kalau mau ujian proposal dan ujian skripsi harus nunggu berbulan-bulan dulu? Sekian terimakasih.

Siti Almakmur, Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia FKIP UIR.

Tamrin Amiru, Mahasiswa UIR.

Salam. Bapak Rektor yang Terhormat. Saya ingin dosen tetap Jurusan Penjas ditambah. Karena saat ini dosen tidak sesuai lagi dengan jumlah mahasiswa sekarang. Iman Jwo, Mahasiswa Penjas FKIP UIR

Salam. Saran saya agar di UIR membuka untuk jurusan pendidikan S2. Terimakasih. Lenni Widya Fatchrurozi, L, Alumnus FKIP UIR Jika anda punya keluhan dan saran seputar kampus UIR, silahkan kirim tulisan berupa surat pembaca ke aklamasiuir@gmail.com dengan subjek “surat pembaca” AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

5


um’at minggu pertama bulan Januari. Di sekitar Gedung Fakultas Hukum (FH) depan Tata Usaha sampai kantin, segerombolan mahasiswa berorasi. Gerakan ini mereka beri nama Suara Hati Mahasiswa. Mereka lakukan aksi protes terhadap Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH. Tuntutannya Alben dan Fiil Heples diturunkan dari jabatan sebagai ketua BEM FH periode 2013/2014. Tampak kain putih berukuran 3x3 meter dibentang. Kain putih tersebut berisi tanda tangan pendukung gerakan Suara Hati. Suara Hati dikoordinasikan oleh Irwan Budiyana. Menurut mahasiswa FH yang akrab dipanggil Budi Anduk ini mengatakan, ada tiga tuntutan yang ingin mereka sampaikan kepada Gubernur FH. Ingin struktur organisasi BEM FH yang benar, program kerja selama setahun dan laporan pertanggungjawaban enam bulan

J

6

AKLaMASI AKLaMASI| Edisi | Edisi0404| Juni | Juni2013 2013

yang lalu. Adi Rahman, Vernando, Ari wibowo, Jhon dan Irwan Budiyana adalah orang-orang yang membentuk pergerakan Suara Hati ini. “Awalnya dari perbincangan di kantin tentang vakumnya BEM FH, lalu kami berencana membuat satu gerakan untuk menegur Gubenur dan Wakil Gubenur FH agar kembali menjalankan roda organisasi,” kata Adi. Suara Hati Mahasiswa, juga terbentuk atas dasar kesadaran beberapa mahasiswa hukum yang merasa semenjak dilantik, BEM FH tidak ada membuat kegiatan-kegiatan di dalam kampus. “Terkadang harimau itu kalau lagi tidur harus dibangunkan,” sindir Adi lagi. Menurut mahasiswa jurusan Hukum Acara ini, aksi protes tersebut merupakan bentuk teguran untuk Alben dan Fiil sebagai Gubenur dan Wakil. Selain aksi protes mereka juga bikin gambar kartun di kertas warna

kuning. Gambarnya BEM FH telah mati. Aksi berlangsung aman. Tak ada bentrokan yang terjadi. Alben dan Frengki selaku Sekretaris Jendral BEM FH ada disana. Mereka hanya melihat. Persoalannya semenjak BEM FH terpilih 6 Juli 2012, Suara Hati yang mewakili mahasiswa FH merasa mereka tak pernah ada bikin kegiatan di dalam kampus. Mereka merasa kegiatan BEM FH hanya di luar saja. Seperti kegiatan buka bersama, sahur bareng dan mengirim mahasiswa hukum dalam perlombaan debat serta karya ilmiah. Aksi dilakukan karena BEM FH tidak pernah bikin kegiatan didalam kampus. “Hanya kegiatan di luar, dan kegiatan yang kondisional saja,” kata Budi. Artinya, kegiatan yang dilakukan tanpa ada rapat Paripurna ke Dewan Mahasiswa (Dema) FH tentang kegiatan yang mereka lakukan. Sebelum aksi protes berlangsung, sebenarnya Suara Hati sudah melakukan pendekatan persuasif,


LAPORAN UTAMA dengan cara menegur. Tapi tidak ditanggapi oleh BEM FH. Lalu Suara Hati juga pernah menyurati Dema FH berulang kali, tapi tak ada tanggapan. Lalu Suara Hati minta bikin forum untuk diskusi dipertemukannya BEM FH dan Suara Hati agar terjadi kesepakatan bersama. Awalnya Suara Hati minta dimediasi oleh Dema FH. “Mereka minta hari itu juga mediasi namun BEM FH menolak untuk Dema yang mediasi,” Kata Arlen selaku Ketua Dema FH. BEM FH menolak dimediasi oleh Dema. Menurut Alben, kalau mediasi tidak ada sangkut pautnya dengan Dema FH. Harus ada tertib administrasi kepada BEM FH. BEM FH mau memfasilitasi tapi Suara Hati tetap bersikeras ingin Dema FH yang mediasi. Akhirnya setelah ada perundingan BEM FH mau dimediasi oleh Dema FH. Mediasi dilakukan hari itu juga sekitar jam tiga sore di Ruangan Sidang, lantai dua Gedung FH. Semua massa yang tergabung di Suara Hati beserta beberapa anggota BEM FH dan Dema FH memenuhi ruangan tersebut untuk bikin forum diskusi. Dalam Forum tersebut Suara Hati menyampaikan tuntutan-tuntutan mereka. Awalnya BEM FH yang buka mediasi dan Dema FH hanya memantau saja. Tapi Suara Hati ingin Dema FH yang menjadi mediator dalam forum tersebut. Akhirnya Dema FH yang diwakili Arlen menjadi mediator. Kemudian BEM FH mengklarifikasi apa yang menjadi tuntutan mereka dengan penyampaian secara lisan. Masih terjadi perdebatan saat forum. BEM FH sampaikan klarifikasi mereka bahkan ada yang bilang dalam forum “BEM mati suri.” Lepas itu Suara Hati pemaparan secara tertulis dari BEM FH terkait tiga

hal tuntutan mereka. Sehingga Forum sepakat untuk melanjutknya esok hari. Namun BEM FH tak sanggup bikin laporan dengan waktu sehari. “Karena idealnya laporan itu bisa diberikan 3x24 jam,” jelas Arlen. Sehingga waktu itu juga mereka sepakat laporan diselesaikan dalam kurun waktu tiga hari. Beberapa hari setelah itu Suara Hati dan BEM FH kembali bertemu untuk melanjutkan forum. Masih di tempat yang sama, tapi peserta yang hadir tak seramai mediasi pertama. Kali ini

belakangan. Kebanyakan memang kegiatan di luar seperti memberi santunan anak yatim di panti Asuhan Harapan Fajar dibulan puasa, mengikuti seminar nasional yang diundang dari Universitas Trisakti dan mengirim peserta ke lomba debat nasional. Selebihnya kegiatan di dalam kampus seperti buka bersama di Mesjid Munawaroh UIR beserta anak jalanan tahun lalu. Terkait masalah yang dituntut Suara Hati, menurut Frengki apa yang dilakukan Suara Hati itu karena

“Terkadang harimau itu kalau lagi tidur harus dibangunkan,” Adi Rahman, Koordinator Suara Hati

hanya beberapa orang yang hadir dari perwakilan Suara Hati. Namun Budi dan keempat rekannya masih hadir ditambah kedatangan dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FH. Di hari kedua ini BEM FH hanya menyampaikan klarifikasi pembelaan diri mereka terhadap apa yang dituntut Suara Hati. Semua laporan yang diminta dibacakan oleh Sekjen BEM FH. Mengenai masalah struktur organisasi, BEM FK katakan memang banyak kesalahan. “Mereka akui bahwa manajemen kepemimpinan agak kurang,” ucap Budi. Kemudian BEM FH juga paparkan kegiatan mereka selama enam bulan

cintanya mereka kepada BEM FH. Alben menananggapi masalah ini karena terjadinya miscommunication. Menurutnya, BEM FH enam bulan pertama memang bikin kegiatan di luar kampus (eksternal) dan enam bulan lagi baru di dalam kampus (internal). “Jadi ini hanya salah paham saja,” kata Alben. Mereka akan berbenah diri. Hal ini dianggap positif dan mereka akan coba perbaiki program kerja seperti yang mereka tuntut. Akhirnya Suara Hati menerima semua isi klarifikasi BEM FH dengan catatan BEM FH dianggap cacat apabila tidak ada kegiatan dalam satu minggu kedepan. 

IKLAN

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

7


LAPORAN UTAMA

Rupa-rupa “Pasal” BEM Fakultas Indra Maulid lebih memilih menjadi Kepala Desa. Padahal waktu itu ia masih menjabat sebagai Gubernur Mahasiswa FAI, tapi itulah jalan yang dipilihnya. Kemudian ada juga gubernur-gubernur mahasiswa yang belum dilantik. Sebenarnya siapa yang salah? dan apa yang bermasalah? Bukankah BPRM telah dibentuk MKM dan telah disahkan?

Oleh Yosa Satrama Putra

8

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

S

abtu, 29 April lalu, Ahmad Furqon dapat surat dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIR, isinya untuk hadir rapat koordinasi organisasi internal. Surat itu sebenarnya ditujukan kepada BEM Fakultas Teknik (FT) UIR. Namun Furqon yang mewakili rapat tersebut. Ahmad Furqon merupakan calon Gubernur Mahasiswa FT periode 20132014 bersama pasangannya Didi Bayu. Ia merupakan kandidat yang memperoleh suara terbanyak saat Pemilahan Raya Mahasiswa (Pemira) FT. Sebenarnya Furqon sudah bisa menjabat gubernur mahasiswa periode 2013/2014 namun pada Pemilahan FT, 28 Maret lalu Panitia Pemilihan Raya Mahasiswa (PPRM) belum menyatakan siapa yang dapat menduduki posisi BEM yang baru.

Sebab ada beberapa suara yang belum ditentukan keabsahannya. Dikarenakan sewaktu pemilihan, PPRM membolehkan bagi yang tidak membawa identitas, seperti : KTM, KRS ataupun kartu Her untuk memilih. PadahalPPRM telah menginformasikan sebelum pemilihan bahwa yang berhak memilih adalah mahasiswa teknik yang mempunyai persyaratan tersebut. Tim sukses nomor urut dua Ahmad Furqon dan wakilnya Didi Bayu tak terima dengan keputusan PPRM. Namun tim sukses nomor urut satu Rizki Anan dan Dharfrinaldi inginkan suara yang tidak memiliki identitas itu tetap dihitung. (Baca beritanya di aklamasi.co “Pemira Teknik Gontokgontokan.”) Namun sebenarnya pasangan Ahmad Furqon dan Didi Bayu CS telah menang mutlak dengan perolehan 438 suara dan Rizki Anan CS memperoleh 344 suara. Lantas Ari Perdana ketua PPRM memutuskan hanya menghitung surat suara saja dan belum mengumunkan siapa yang menang. Dikarenakan panitia akan mencek suara-suara yang tidak memiliki identitas tersebut benar mahasiswa teknik atau tidak. Hingga sampai sekarang PPRM belum juga memberikan klarifikasi untuk memutuskan siapa yang berhak menenpati Ketua BEM FT. “Rencananya sehabis ujian ini; akhir bulan April mau jumpa dengan ketua Dema FT untuk menententukan


dilantik atau tidaknya ,” kata Ari Perdana Ketua PPRM FT. Ari mengatakan pasangan nomor satu ingin mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM). Namun sampai saat ini belum juga ada laporan yang datang. “Sebenarnya secara defacto kitakan sudah menang mutlak. Sekarang tunggu pengesahannya aja,” Kata Furqon. Ia memaparkan saat ini mereka masih tetap menunggu dari MKM tentang keputusanya. Katanya, pihak nomor satu juga menggugat. Johan Danu Wijaya, anggota Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) UIR mengklarifikasi, memang ada penggugatan dari nomor urut satu Rizki Anan. “Tinggal kita pelajari dulu berkasnya. Layak atau tidak diajukan,” Ucap Johan. Kira-kira bulan ini (Mei) akan diselesaikan. Hal serupa juga dialami oleh BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol). Karena saat ini BEM Fisipol masih juga belum dilantik. Padahal Pemira dan penghitungan suara telah dilakukan. Menurut Guruh, seorang mahasiswa Fisipol saat ini BEM Fisipol belum dilantik karena ada gugatan yang akan disampaikan ke MKM terhadap Pemira ini. Wahyudin, seorang kandidat calon Ketua BEM Fisipol, katakan bulan April lalu diadakannya pemilihan BEM. Kemudian telah terpilih Andika dan Fitri dari pasangan nomor urut 1. “Sampai sekarang belum dilantik juga,” kata Wahyudin. *** Beda atap beda isi, BEM Fakultas Agama Islam juga pernah dapat problema karena ketua BEM-nya ternyata menjadi Kepala Desa di Pangkalan Baru, Siak Hulu, Kampar. Sekira medio bulan Mei 2012 Panitia Pemilihan Raya Mahasiswa (PPRM) Fakultas Agama Islam (FAI) gelar pemilihan Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2012-2013. Ada dua calon yang ikut pemilihan itu. Dabo Dawandro berpasangan dengan Suwandi. Calon berikutnya Indra Maulid berpasangan dengan Muhammad Iqral. Di FAI ada kecenderungan untuk memajukan masing-masing Program Studi (Prodi). Karena rata-rata calon biasanya mengusung ketua dan wakilnya dari Prodi yang sama. Dari prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) ada Dabo Dawandro dan suwandi. Hal itu yang ingin coba diubah oleh pasangan Indra Maulid dan Muhammad Iqral. Indra Maulid sendiri dari Ekonomi Islam (Ekis), Muhammad Iqral dari PAI.

Tanda Tangani BPRM menandatangani pengesahan penghitungan suara pada Pemira Fakultas Teknik

PPRM menyediakan 350 surat suara untuk pemilihan itu. Tapi hanya 205 surat suara yang digunakan. Hasil pemilihan pun keluar, Indra Maulid dan Muhammad Iqral keluar sebagai gubernur baru FAI periode 2012/2013 dengan 105 suara. Unggul lima suara dari calon pasangan nomor urut satu. Beberapa hari setelah pemilihan tanggal 25 Mei di bulan yang sama mereka resmi dilantik. Lima bulan masa jabatan mereka, mulai dengan program kerja turnamen futsal. Itulah satu-satunya program kerja yang dijalankan. Setelah jalan lima bulan masa Indra Maulid dengan Muhammad Iqral. Mereka mulai dirundung masalah. Indra Maulid mulai tak aktif lagi dengan BEM. “Karena mencalonkan Kepala Desa di Pangkalan Baru, Siak Hulu, Kampar,” kata Iqral wakil ketua BEM. Tak hanya itu, alasan Indra mengundurkan diri karena semester 7 sibuk untuk skripsi. Terkait pencalonan dirinya sebagai Kepala Desa di kampungnya. “Benar adanya, terkait pencalonan saya sebagai Kades,” kata Muhammad Iqral melalui telephone. Karena sesuai dengan peraturan organisasi kampus

yang melarang mahasiswa untuk ikut menjabat suatu jabatan pemerintah di luar kampus, Muhammad Iqral mengambil sikap untukmengundurkan diri. Tapi mengenai sibuk skripsi juga ia benarkan adanya. Lebih tepatnya karena aturan kampuslah ia mengudurkan diri. Karena ditinggalkan Indra Maulid, BEM FAI akhirnya vakum dari bulan November hingga Februari. Setelah vakum selama tiga bulan, akhirnya tanggal 25 maret BEM FAI mulai bergerak lagi. Ditandai, di sebuah ruang fakultas mereka adakan rapat. Isinya mengisi kekosongan BEM FAI setelah ditinggal Indra Maulid. Alhasil dipilihlah Muhammad Iqral dan Mulkan Syahputra secara aklamasi sebagai penyambung estafet BEM FAI sebelumnya. Menanggapi permasalahanpermasalahan BEM yang ada di fakultas, Yusroni selaku Ketua BEM UIR katakan, mereka sudah berkomunikasi dengan Dema UIR, karena sebenarnya ini bukan ranahnnya badan eksekutif tapi lebih ke ranah legislatif. “Tapi karena ketua Dema UIR-nya juga mau selesai (wisuda) makanya kita sudah berkoordinasi dengan BEM fakultas dan organisasi internal,”katanya. Sekarang BEM UIR telah mendata BEM disetiap fakultas dan Himpunan Mahasiswa. “Dan nanti kita akan sampaikan kepada Dema fakultas apa saja permasalahannya. Bahkan kita sudah dua kali melakukan koordinasi dengan seluruh organisasi internal tentang apa saja permasalahannya dan tanggal 27 Mei ini kita akan audeiensi dengan PR III untuk menyampaikan semua permasalahan kita,” ucap Roni. Wawan AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

9


TAMU ENDY M BAYUNI :

PEKERJA MEDIA PROFESI MULIA Minggu (3/2), Launching dan bedah buku “BLUR” , serta bedah hasil survei Pantau : Persepsi Wartawan Mengenai Agama. Lelaki berkacamata itu duduk diantara tamu undangan dibarisan pertama. Ia mengenakan kemeja abu-abu gelap dengan celana panjang hitam. Lelaki kelahiran 3 Mei 1957 itu adalah satu diantara dua pembedah yang hadir. Endy Mouzardi Bayuni, sekarang ia menjabat sebagai senior editor The Jakarta Post. Sebelumnya ia juga pernah diangkat menjadi Pimpinan Redaksi pada tahun 2004 disurat kabar berbahasa Inggris tersebut. Sudah 30 tahun bergelut di dunia Jurnalistik, “it’s very a nobel profession, we serve to public,” ucapnya ketika Tahnia Dwi Sari mendapat kesempatan untuk menggali seputar pengalaman Endy didunia Jurnalistik, perkembangan The Jakarta Post, serta bagaimana penulisan suratkabar berbahasa Inggris dibanding suratkabar berbahasa Indonesia. Berikut petikan wawancaranya. Bagaimana Anda melihat perkembangan pers di masa orde lama dan orde baru? Orde lama saya belum mengalami. hehehe.... Saya masuk jurnalistik tahun ‘83, itu lagi puncak-puncaknya rezim Soeharto lho, jadi saya bisa bandingkan waktu zaman orde baru dan reformasi. Kalau sekarang saya sudah 30 tahun jadi jurnalis, itu 15 tahun pertama adalah zamannya Soeharto, dimana tidak ada kebebasan. Tentunya jauh lebih bagus sekarang, karena ada kebebasan kita bisa laksanakan tugas kita dengan baik. Waktu zaman Soeharto, banyak batas-batasan yang membuat kita itu kurang dipercaya oleh masyarakat, Oo..ini propaganda ! Ooo.. ini cuma corong daripada pemerintah ! , kredibilitas kita sangat rendah, tetapi sejak ada kebebasan itu kita bisa membangun kredibilitas kita, dan masyarakat bisa menilai media mana yang bagus dan media mana yang jelek. Bagaimana The Jakarta Post bertahan saat orde baru, sedangkan media banyak dibredel? Aturan mainnya ada, itu melalui izin penerbitan. Kalau kita menyinggung perasaan Presiden, izin penerbitan itu dicabut dan kita dibredel, kita tutup

10

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


toko. Kita sudah tahu batasan-batasan dimana yang kira-kira Pak Harto akan marah. Ada juga media yang bermain aman, jadi jangan ambil resiko, pokoknya yang bagus-bagus aja, tapi jangan menyelewengi. Tetapi Koran seperti The Jakarta Post dan Tempo, kita berada diperbatasan mana yang boleh, mengambil sedikit resiko. Jadi dizamannya Soeharto itu tidak ada penyensoran, yang ada hanya mekanisme izin penerbitan, jadi kita harus melakukan sensor sendiri. Kita mengambil resiko menebak-nebak, mana yang boleh dan yang tidak, kita harus melihat mood daripada Soeharto, Kayaknya moodnya lagi bagus nih, kita kritik dikit ga papa kali ya, tapi kalau moodnya lagi jelek, sekitar Pemilu, kita juga hatihati. Jadi harus pintar-pintarnya kita membaca situasi, itu yang kita lakukan. Kenapa Anda tertarik dengan jurnalistik? Awalnya saya masuk itu kebetulan. Jadi saya lulusan S1 Ekonomi dari Inggris, kemudian saya pulang tahun ‘82, dengan pemikiran saya ingin bekerja di Bank Asing atau di perusahaan minyak. Kebetulan waktu saya mengirim puluhan lamaran itu saya lihat ada iklan di Kompas, yang mencari reporter yang menulis disebuah Koran bahasa Inggris baru, saya kirim lamaran, kemudian saya dipanggil tes dan diterima, jadi sebelum perusahaanperusahaan asing, perusahaan minyak, atau bank ini memanggil saya, saya sudah dapat tawaran dari The Jakarta Post dan saya coba-coba. Salah saya waktu itu coba-coba, keenakan, terus ga pernah mau lihat kebidang yang lain. Walaupun sudah tahu bahwa gaji Jurnalis itu rendah, tetapi cukuplah untuk membesarkan keluarga. Apa beda menulis bahasa Inggris dalam karya tulis umum, dengan menulis karya jurnalistik? Dalam menulis biasa, tentu dengan bahasa sehari-hari, dalam jurnalistik itu kita bisa bercerita seringkas mungkin, terkadang kita dikasih ruang 200 atau 300 kata untuk menulis berita, kita harus pintar-pintar bisa menyampaikan pesan atau berita kita dalam batasannya itu. Disitulah diperlukan kreatifitas kita sebagai wartawan bisa bercerita. Bahasa Jurnalistik harus jelas, tidak ada menimbulkan pertanyaan dan harus bisa disampaikan dengan kata-kata yang seringkas-ringkasnya. Beda penulisan jurnalistik berbahasa Inggris dengan berbahasa Indonesia? Perbedaannya cukup besar. Bahasa Inggris itu bahasa yang lebih exact, kalau hitam, hitam, kalau putih, putih. Bahasa Indonesia seperti Bahasa Perancis itu abu-abu, tidak pernah hitam atau putih tapi selalu abu-abu, gelap dikit atau agak terang. Jadi bahasa Indonesia cocok untuk bahasa puisi, novel. Tapi kurang tepat untuk bahasa ilmu. Dan itulah kenapa disebagian besar buku-buku mengenai ilmu ditulis dalam bahasa Inggris. Karena bahasa itu paling

cocok. Bagaimana media berbahasa Inggris dapat bertahan, apalagi sekarang banyak media baru, tapi tak bertahan lama? Kalau untuk eksistensi sebagai Koran cetak, saya pikir semuanya akan mati ya dalam waktu mungkin lima atau sepuluh tahun. Tetapi kita bergerak dimedia yang berbahasa Inggris, pemberitaan mengenai Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Kita juga masuk ke Internet dan kita punya pembaca yang pertamatama tentu pembaca orang asing yang minat terhadap Indonesia, mereka akan baca The Jakarta Post, apakah itu cetaknya atau onlinenya. Tapi kita juga berhasil membangun pembaca masyarakat Indonesia yang dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa Inggris. Mereka juga suka dengan model pemberitaan The Jakarta Post bahasa Inggris lebih jelas hitam putih. Jadi kita berhasil membangun pembaca yang cukup besar di Indonesia dan diluar negeri. Bagaimana anda melihat pengaruh new media seperti facebook terhadap jurnalisme ? Awalnya saya sama dengan temen-temen seprofesi. Ini temporer pasti akan hilang, karena kita melihat temen-temen yang bergerak di sosial media seperti Facebook atau mereka yang mengaku jurnalis warga (Citizen Journalist), mereka tidak mempraktekkan ketentuan-ketentuan jurnalis yang kita lakukan. Kita pikir ini tidak akan laku dan mungkin dua atau tiga tahun akan hilang. Ternyata kita salah, 10 tahun kemudian Facebook, Twitter semakin laku dan sekarang menjadi sumber utama masyarakat, terutama generasi kalian. Mereka yang Facebook, Twitter, atau blognya yang populer itu karena melakukan praktekpraktek jurnalisme yang baik, dan mereka diterima oleh masyarakat, malah sering kali mereka dianggap lebih baik daripada kita-kita yang katanya professional dalam jurnalisme. Bagaimana cara untuk bergabung dengan The Jakarta Post ? Setiap tahun kita merekrut sepuluh wartawan lulusan S1 dari seluruh Indonesia. Kita memasang iklan sekitar bulan AgustusSeptember. Sebenarnya kalian-kalian ini kalau sudah pernah bekerja di pers kampus punya keunggulan, karena itulah yang kami cari. Jadi yang kita tes yaitu ketrampilan menulis bahasa Inggris, karena kita Koran berbahasa Inggris TOEFLnya harus 550, kemudian tes sikap, psikotes, wawancara. Wartawan yang kita rekrut mendapatkan pendidikan wartawan satu tahun, dimana mereka digaji, dan gajinya lumayan tiga atau empat juta perbulan. Kemudian setelah satu tahun kalau memenuhi syarat, kita angkat jadi wartawan The Jakarta Post. Karena kita kasih pendidikan satu tahun, maka ada ikatan dinas dua tahun, sesudah itu mereka bebas. Ada satu hal yang kita tidak tawarkan, tetapi mahasiswa di Jakarta pada tahu. Bahwa masuk The Jakarta Post sudah mendapatkan pelatihan menulis bahasa Inggris, dan kemudian sudah dua tahun kerja disana dengan praktek. Keterampilan menulis kita akan bagus, itu makanya banyak wartwan The Jakarta Post setelah tiga atau empat tahun bekerja mereka menagajukan beasiswa untuk diluar. Dari Pemerintah Amerika, Inggris, Australia, Jepang banyak tawaran. Hampir setiap wartawan The Jakarta Post yang mengajukan mereka dapat, mereka punya keunggulan. Kalau punya niat untuk melanjutkan S2 dan kondisi ekonomi tidak memungkinkan, kita cari beasiswa, Masuk The Jakpost salah satu cara mendapatkannya.

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

11


MUNAWARAH

TIGA HAL SYARAT HIDUP BERSAMA Dr Saproni M Samin, MEd Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UIR

D

ALAM Alquran Allah menyebutkan satu hukum yang berlaku di akhirat yang berbeda dengan yang seharusnya kita lakukan di dunia. Dalam Surah Maryam ayat 95, Allah berfirman yang artinya: “Dan masing-masing kalian akan menghadap-Nya (Allah) dalam kondisi sendiri”. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa di akhirat urusan kita adalah nafsi-nafsi. Meskipun demikian, lain halnya dengan apa yang harus berlaku di dunia, dimana Allah tidak suka orang hidup dalam kondisi kesendirian atau nafsi nafsi. Bahkan dalam urusan pribadi ritual hubungan kita dengan Allah. Allah mengajarkan kita untuk mengatakan “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.” Artinya: “Hanya kepadaMu lah kami menyembah dan hanya kepadaMu lah kami meminta”. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita beribadah kepada Allah pun harus bersama sama, begitupun dalam urusan doa. Meskipun urusannya antara masing-masing hamba dengan Allah, namun meskipun demikian, kalau kita amati, dalam Al Quran Allah memerintahkan kita untuk selalu berdoa dengan menyertakan orang lain dalam doa kita. Jika ini dalam urusan ibadah bagaimana jika urusan kehidupan secara umum. Oleh karenanya Allah mencintai hambaNya jika berjuang di jalanNya dalam keadaan bersama laksana sebuah bangunan yang kokoh. hal ini menegaskan kepada kita bahwa ketika ber-Islam kita harus ber-Islam dalam keadaan berjamaah, atau dengan istilah lain harus dalam bentuk kebersamaan. Dalam hal ini tiga hal yang menjadi pilar dalam hidup dalam kebersamaan. Mengenal Saling mengenal ini adalah pilar pertama dan terpenting dalam hidup bermasyarakat. Hal ini karena beragamnya manusia dari sisi sosial budaya, intelektual, suku, ras dan lain-lainnya. Ini jelas diterangkan Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling kenal mengenal”. Meskipun demikian banyak manusia yang tidak bisa mensikapi perbedaan-perbedaan ini dengan bijaksana, alih-alih menjadikan keanekaragaman dan kekayaan khasanah, sehingga banyak potensi yang bisa dijadikan modal kebersamaan, namun sebagian masyarakat menjadikannya sebagai pintu perselisihan dan saling bangga-membanggakan

12 AKLaMASI AKLaMASI| E | Edisi 04 | Juni 2013

suku atau bangsanya. Misalnya yang Melayu membanggakan dirinya atas orang Jawa atau orang Minang. Dengan sangat jelas Allah larang hal ini dalam Al Quran Surah Al-Hujurat ayat 11: “Hai orang orang yang beriman tidaklah suatu kaum merendahkankan kaum yang lainnya, boleh jadi yang di rendahkan lebih baik dari yang merendahkan.” Memahami Ada tahapan yang harus ditingkatkan lagi, tidak sekedar cukup dengan sal ing kenal mengenal, yaitu saling memahami. Maksudnya memahami kekurangan orang lain, kelemahan mereka. Rasulullah megatakan: “Siapa menutupi aib saudaranya, Allah akan tutupi aibnya di hari kiamat.” Bahkan ada seorang ulama yang mengatakan: “Siapa mencari kawan yang tak ada aib dan kekurangannya, ia akan mati tanpa mempunyai kawan”. Saling memahami ini menjadi parameter kedewasaan kita dalam hidup bersama. Kebanyakan diantara kita adalah orang yang selalu ingin di pahami. Hal ini tidaklah menjadi sesuatu yang baik. Karena seharusnya kita yang mencoba memahami orang lain, dan menjadi kesempurnaan dalam kebersamaan jika masing masing anggota belajar untuk saling memahami. Solidaritas antar Sesama Tingkatan tertinggi dari suatu kebersamaan adalah apabila dalam komunitas tertentu atau perkumpulan tertentu sampai pada tahapan saling bantu membantu dan saling tolong menolong. Yang kaya merasakan kekurangan si papa, yang sehat ikut merasakan penderitaan yang lainnya. Dan inilah nilai-nilai tinggi yang diajarkan Islam untuk menjadi pondasi kebersamaan. Hal ini dengan sangat jelas Allah terangkan dalam Surah Al Maidah ayat 2: “Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan saling tolong nenolong dalam hal dosa dan permusuhan”. Jika suatu kebersamaan baik itu keluarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan dalam berorganisasi atau yang lainnya, telah terpenuhi ti ga pilar pent ing ini maka akan menjadi lingkungan yang menggairahkan, dalam rangka kita mengaktualisasikan diri, kontribusi, produktivitas dalam suatu kebersamaan tersebut. sebal iknya jika tidak terbentuk, maka kebersamaan tersebut akan menjadi seolah neraka yang tidak bisa memberikan kesejukan. Hanya aturan-aturan kaku yang mengatur satu dengan yang lainnya. seolah mereka bukanlah bagian dari keluarga kebersamaan.


AGENDA KAMPUS

Terpilih lagi, Detri Lanjutkan Visi Misi

S

etelah berakhirnya masa kepemimpinan Prof Detri Karya, untuk periode 2009-2013 sebagai rektor Universitas Islam Riau (UIR). Tanggal enam April berlangsung pemilihan rektor di ruang sidang rektor lantai empat. Pemilihan diikuti 36 anggota senat dari 41 anggota yang terdiri dari guru besar, direktur yang ada di UIR, dan 3 utusan senat dari setiap fakultas. “Nuansa pemilihannya dilakukan secara akademis, tidak ada unsur politik dan pemilihannya dilakukan dengan penggunaan contreng,” kata Syahrul Akmal Latif sekretaris panitia pemilihan rektor. Hasil pemilihan hari itu dimenangkan Detri Karya, untuk kedua kalinya, periode 2013-2017. Dengan rekapitulasi suara Detri Karya, memperoleh 31 suara, Dr Syafhendri, tiga suara, dan Prof Seno Himala Putra, dua suara. Sebelumnya (25/3) panitia pemilihan rektor lakukan pengiri-

Pemilihan Rektor Suasana pemilihan Rektor Universitas Islam Riau yang baru periode 2013-2016 pada Maret lalu di Ruang Sidang Gedung Rektorat Lantai IV. Hasilnya Prof Dr Detri Karya SE MA terpilih.

man nama bakal calon rektor kepada Yayasan. Tanggal 28 sampai 30 Maret masa seleksi nama calon rektor setelah di audit. Pada kamis (4/4), calon rektor menyampaikan visi dan misinya di auditorium Soeman HS UIR. Dalam pengiriman bakal calon rektor, ada lima nama yang dikirim, setelah proses audit, tiga calon yang dinyatakan lulus, Detri Karya, Syafhendri, dan Seno Himala Putra, “Untuk menjadi calon rektor, kriteria yang harus dipenuhi, pendidikan minimal strata tiga (S3), lektor kepala, telah 5 tahun

mengabdi di UIR, beragama islam, berakhlak mulia, tidak pernah dipidana, dan didukung anggota senat,” ucap Syahrul Akmal Latif. Untuk empat tahun kedepan, Visi Misi yang diusung Detri Karya masih akan melanjutkan program periode 2009-2013. “Visi dan misi untuk empat tahun kedepan masih sama dengan visi dan misi sebelumnya,” katanya. Jika program sebelumnya lebih menekankan pada fisik, untuk empat tahun kedepan, Detri ingin menekankan pada fasilitas, kerjasama civitas akademika, teknologi dan informasi. Ia ingin menciptakan knowledge society, yaitu menjadikan UIR tempat masyarakat yang berpengetahuan dan Madani, dimana program di dalam kelas seimbang dengan program ekstra, sehingga mahasiswa bisa lebih aktif di kampus. Kedepannya Detri ingin membangun pendopo di setiap fakultas untuk tempat belajar dan diskusi mahasiswa dan ingin mengembangkan program Strata Dua (S2) secara Internasional. “Saat ini UIR telah bekerjasama dengan Korea Selatan, Australia, dan Eropa,” ujar Detri. Pengembangan program S2 ini adalah lanjutan visi dan misi sebelumnya, karena sebelumnya Detri punya target sepuluh prodi S2, dan kini hanya tercapai enam prodi. Menurut Detri untuk kemahasiswaan, mahasiswa UIR telah banyak membantu dan bisa diajak kerjasama. Satu harapanya kedepan, mahasiswi bisa berpakaian muslimah, karena kampus ini adalah kampus yang berlandasan Islam. Rencananya satu Juli nanti akan dilakukan pelantikan. Dan bulan Agustus menetapkan wakil rektor, untuk pemilihan wakil rektor, akan dirundingkan bersama anggota senat. Detri ingin wakil rektor yang bisa mendukung dan mewujudkan visi dan misinya.  Jimmi & Tahnia AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

13


ENGLISH FLASH

Some Faculties Have it, Some Don’t Oleh Jimmi Zakaria

T

hat door is always closed. The library on ground floor under the administration room of the Faculty of Teacher Training and Education (FKIP) is never opened. Some students aren’t even aware that the faculty had a library. “What? The faculty has a library?” Hafidh, an English program student, four semester, asked sarcastically when asked about the library’s existence. His colleague Rahmad, doesn’t even know where the FKIP Library is located. He is an English program student, four semester. “Someone should spread the word around,” Rahmad said, adding that library is indispensable for any student. “Students need the library to look for references when writing their thesis,” Juliana, a Student of Sendratasik (Seni Drama Tari Musik), four semester said. But the faculty promises that improvement is on the way, especially when it moves to a new two-story building behind the Pendopo later of 2013. The ground floor will be used as the library. “The new a library will have media room,” Dr Sudirman Shomari MA, FKIP one assistant dean said. Sudirman recalled that 10 years ago, the FKIP library shifted places often because the room it used was being used for teaching class. The library was also opened only during the facultywon accreditation. The FKIP isn’t the only one currently without an operating library. Students of the Faculty of Law too had been studying without the support of a library, at least momentarily while it is undergoing renovation, which began in October. The library will be in a new building, and will have a collection of 6,000 books, Dean Prof. Syafrinaldi, said. “This new library will be of international standard,” he promised.

14

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

The library will reopen in march 0f 2013. Students of the Faculty of Mass Communicationare a little luckier for they have access to a modest 3 X 3 meter library located in the same room as assistant dean and the administration office. Saheruddin, the library staff who oversees the neatly arranged books on L-letter shelves, says the faculty has a huge collection of reference books for mass communication. And addition of new books waiting for donations from students. During a recent visit, a student was flipping through a book, with thesis papers scattered on the desk, in the small reading section. The room was a little hot from the piercing sun outside. Annisa Rahmina, a Management Program student, complained that the library in the Faculty of Economics was not clean and thick dust piled on the books and shelves. The collection is also incomplete and she said she has trouble finding reference books she needed. “It’s stuffy and hot,” she said, noting also that the library’s opening hours is unpredictable. “It only has one employee. So sometimes it closed,” Second Assistant to the Dean DrsAsril MM said explaining the inconsistency.

Plan is on the way to add a second employee and build a digital library, and to add more books to the collection when the library move to a new building, Asri said. A common complaint even when a library is available is finding the books students want. Ica Herawati said she couldn’t find the book Psikologi Perkembangan in the library of the Faculty of Psychology. When asked how many books there are in the collection, librarian Weni Siska Juliana couldn’t answer, saying she was fairly new to the job. The university is struggling to comply with the 2007 Law on Library that requires all the faculties to have a library that meets a national standard and keeps abreast with the library technology. Some of the faculties however are already ahead, including the Faculty of Social and Political Sciences, the Faculty of Islamic Religious Studies, the Faculty of Agriculture, and the Faculty of Engineering Faculty. Not only do their libraries offer a huge collection of books, but they also provide ample reading rooms with tables and chairs, and the comfort of airconditioned rooms. And they open every weekday. And students, any student, depend on the support of a good library to study and learn effectively. 


Response of ESA About Change of Curriculum 2013 In Soeman HS Auditorium Islamic University of Riau, (27/3) English Student Association (ESA) organized a national seminar entitled “English as Extracurricula Activities for Elementary School”. Fitra Elia, M. Hum as chairman of committee said that the seminar aimed to respond change of curriculum English for Elementary School (SD) 2013. ESA presented two speakers, Yustina Ries Sunarti, S.Pd, M.Sc, a Director of Victory Plus School and H. Mardalis, S.Pd, M.Pd, a representative of the local education of Pekanbaru. Mardalis praised ESA because could hold a seminar change of curriculum.

Mardalis said that change of curriculum 2013 was still discourse. “Change of curriculum 2013 has not been socialized,” Mardalis said. Yustina

‘Blur’ Clarifies ICT Challenges for Media and The Public On Sunday, (3/2) the Forum Pers Mahasiswa (Fopersma) Riau and the Kelompok Kerja Riau Narasi Sumatera jointly launched the Indonesian translation of the book “Blur (Bagaimana Mengetahui Kebenaran Di Era Banjir Informasi)” by Bill Kovach and Tom Resenstiel. The launch combined with the presentation of the latest survey by Pantau Foundation on “How to Cover Religion and Information Overload”. The event culminated with a

workshop on “Lancang Kuning Berlayar Narasi” on 30 January to 2 February. The event, held at the Soeman HS Pekanbaru Public Library Soeman HS, brought a panel comprising Imam Shofwan, chairman of the Pantau Foundation, Jakarta Post senior editor Endy M. Bayuni, and Riau Tribune Editor-in-Chief Dodi Sarjana. Ilham (pls get his full name), chairman of the Aliansi Jurnalis Independen (AJI), moderated the discussion.

define how to be a good teacher for Elementary School, and the seminar was closed with some questions from participants. Jimmi

The event opened with a parody by two reporters debating about the best of way reporting, one arguing for relying on the Internet, the other for the traditional field reporting. A plaque of the giant Blur cover was then opened for the three panelists and moderator to sign. The morning session discussed Pantau’s latest survey about the attitude of journalists in reporting religion and how best to cover this important but often neglected issue. After lunch and afternoon prayers, the afternoon session discussed the seminal work of Kovach and Rosenstiel, authors of the “Elements of Journalism”. The book was translated by Imam and Arif Gunawan Sulistiyono, supervised Andreas Harsono and Budi Setiyono. The book was published by Dewan Pers in 2012. Imam recalled that when Andreas came to Pantau to ask if anyone would translate Blur, he took up the challenge even though he was in the middle of a research project. “I translated the book in two months, working 14 to 17 hours a day. I confined myself,” Imam said. Arif Gunawan Sulistiyono of Bisnis Indonesia daily edited the book. Dewan Pers printed 5,000 copies and the book is distributed for free to journalists and students. Dodi and Endy reviewed and analysed the book and its relevance to the Indonesian media situation. Jimmi AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

15

15


Oleh Rahmi Carolina

J

umat, minggu kedua Februari. Jam mengarah pada angka 12 menuju menit ke 45. Siang itu saya dan 11 orang lainnya bertemu di bawah Jembatan Pangkalan Kerinci. Semua bersiap. Barang bawaan dan beberapa papan selancar diikat di atap speedboat—milik Pemerintah Kabupaten Pelalawan. Mesin dihidupkan. Perjalanan pun dimulai. Kami bertolak ke Teluk Meranti— sebuah desa di tepi muara Sungai Kampar. Perjalanan perlu waktu 3 jam. Hujan menemani perjalanan kami siang itu. Selain orang Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan, pihak kepolisian dan supir ada tiga Warga Negara Inggris; Nathan Febrice, Steve King dan Sephen Holmes bersama kami. Mereka bertiga hobi berselancar. Sangking hobinya di tahun 2006, Steve King bahkan berhasil memecahkan Guinness World of Records berselancar di atas gelombang sungai dengan waktu terlama dan jarak terpanjang. Ia memecahkan rekor tersebut di atas gelombang Sungai Severn Bore, Inggris. Kali ini mereka datang ke Indonesia karena ingin berselancar di atas gelombang Bono di Pelalawan. Sebelum speedboat melaju menerobos hujan, pagi tadi bule itu | Edisi 04 | Juni 2013 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013 16 AKLaMASI

dijemput Muhtar Sanusi—transleter dari Dinas Pariwisata—di Bandara Internasional SSQ II Pekanbaru. Dari bandara mereka langsung menuju kantor bupati Pelalawan. Wakil Bupati Pelalawan, Marwan Ibrahim menyambut kedatangan di depan pintu. Mereka sempat bercakap-cakap di ruangan Marwan ditemani kopi ginseng. Marwan bercerita tentang kebudayaan serta objek wisata apa saja yang ada di Pelalawan. Salah satu diantaranya Bono. Bono memang menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta selancar, seperti tiga bule itu. Bahkan tahun lalu, Rip Curl salah satu perusahaan jaringan penyedia perlengkapan surfing terbesar di dunia mengirim tim ekspedisi ke Teluk Meranti. Simpulannya, gelombang besar di Sungai Kampar tersebut merupakan sebuah penemuan lokasi surfing terbaik selama beberapa tahun terakhir. Bono termasuk Gelombang Tidal Bore, yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pertemuan serta perbedaan tekanan air. Gelombang itu terbentuk dari benturan arus laut dengan arus di muara sungai. Ketinggiannya bisa mencapai enam meter lebih, tergantung perhitungan Bulan Arab. Usai bercakap-cakap sempat pula foto bersama. Dilanjutkan menuju Restoran Sederhana Masakan Padang di KM 55 Pangkalan Kerinci. Tidak begitu jauh dari kompleks perkantoran. Wajah Nathan mulai memerah, rambutnya basah. Memang, hari terasa sangat panas, padahal matahari tidak sepenuhnya menampakkan diri. Pun butiran keringat mampu membanjiri siapa saja saat itu. Meja makan dipilih

di lantai dua dan terbuka. Biar agak santai sambil lihat-lihat. Saya mendekati tepi. Berusaha untuk melihat Pangkalan Kerinci— Kota Kabupaten Pelalawan. Tapi tak berhasil. Sebab sejauh apa mata memandang hanya pohonan sawit yang terbentang. Rata seperti lautan. Meja makan dibagi dua. Kepala Dinas Pariwisata semeja dengan bulebule itu. Saya di samping, di meja satunya lagi. Lama mengamati, Steve King ternyata tak biasa makan nasi. Dia vegetarian. “Mano ado sayur. Jengkol tu ajolah dibagi. Dio kan tak tau,” kata Heri Abrar. Sontak suasana pecah. Saya, juga beberapa orang yang semeja dengannya pun tertawa. *** “Elok Kampung Tolong Menolong, Elok Negeri Beri Memberi” Sebuah plang berdiri kokoh terlihat dari kaca speedboat. Kami telah tiba. Inilah Teluk Meranti. Beban-beban dan papan selancar tadi diturunkan. Di dermaga, berdiri dua orang lelaki tinggi. Kulitnya terang dengan rambut sedikit kecoklatan. Fabrice Colas dan Dominique Avrilleau namanya. Mereka warga Perancis. Sejak tadi mereka sudah menunggu kami. Rumah kayu bersanding-sanding. Hampir kesemuanya berpanggung. Ia berdiri tegak tanpa tata ruang yang dirancang. Tanah di sini setengah basah dengan warna coklat terang. Sebagian ditumbuhi rumput dan pohon Babuto. Di kolongan rumah warga nampak sangkutan sampah. Haji Hasan, lurah di Teluk Meranti bilang, setiap hari sampah itu datang bersama air pasang Bono, ketika surut sampah tak ikut. Itulah sebab selalu banyak sampah. Kampung ini dilengkapi pasar


Kampung Bono memiliki kamar mandi memang difungsikan untuk itu. Entah dari mana mulanya. Saat berkunjung ke rumah Haji Hasan, ia nyatakan tidak sependapat dengan pemerintah tentang inapan di rumah-rumah warga. “Sebab agama sangat dangkal. Tipis. Ibarat kulit bawang, itulah lapisan luarnya. Lebih baik penginapan diperbanyak saja.” *** Hari mulai petang. Anak-anak dan ibunya menuju laut untuk mandi. Maksudnya laut adalah sungai Kampar. Orang sini bilang sungai Kampar itu laut. Air tak begitu dalam, sebab Bono yang lewat hari ini kecil. Sehingga air pasang Bono pun tak banyak melebari sungai. Sungai Kampar memang sumber kehidupan. Mulai dari mandi, masak, mencuci, buang air, menangkap ikan dan kegiatan lainnya bersumber dari sini. “Aku juga besarnya minum air sungai ni,” jelas Fandi, pemuda asal Teluk Meranti. Bono tentu saja erat hubungannya dengan sungai ini. Di dalam buku Sari Sejarah Kampar, Pekantua dan Pelalawan, sungai Kampar dulunya dinamai sungai Embun. Di dalam prasasti tertua Sriwijaya; Kedukan Bukit (683 M), tertulis dalam bahasa melayu kuno, ada disebutkan seorang Yang Dipertuan Hiyang berangkat dari Minanga Tamwan naik perahu membawa balatentara. Menurut Prof Dr Poerbatjaraka, kata Tamwan sama dengan Jawa Kuno Tamwan, Jawa Kuno Muda Tamwan, Jawa zaman sekarang temon. Adapun yang dinamakan Minanga Tamwan adalah pertemuan dua buah sungai yang sama besarnya bertemu satu dengan yang lain yaitu, sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Pertemuan dua buah sungai yang sama besarnya itu dinamakan Minanga Kanwar, yakni Minanga Kembar. Nama sungai Kembar sampai sekarang masih digunakan, akan tetapi bunyi

huruf “b” diubah menjadi “p” sehingga menjadi Kampar. Dulu masyarakat di Semenanjung Kampar percaya, Bono yang memiliki tujuh gelombang ini adalah jelmaan tujuh jin. Bono menjadi terkenal karena telah banyak memakan korban. Ia merusak apa saja yang melintas. Bono selalu menjadi alasan terjadinya kecelakaan kapal motor, speedboat, perahu bermotor, perahu dayung dan tongkang hingga muncul istilah Bono makan orang. Namun Dedy Endoni, membantah pernyataan tersebut. Di catatan facebook ia mengatakan, “kecelakaan yang selama ini sering terjadi merupakan kelalaian dan tanpa perhitungan manusia itu sendiri. Pada dasarnya kita sama tahu, bahwa Bono adalah satu gelombang pasang yang pasti dan punya jadwal kedatangan yang sangat akurat.” Kecelakaan tersebut bisa saja dihindari jika si pengemudi kapal, speedboat, dan perahu motor punya perhitungan yang tepat dan tidak terlalu berani mengambil resiko untuk membawa kapal mereka di tempattempat dangkal dan berbahaya. Setidaknya memperkecil jumlah korban jiwa bahkan mengubah pandangan warga yang selalu menyalahkan Bono. “Istilah Bono sudah ada sejak tahun 1882,” kata Zulkifli, kepala dinas pariwisata Pelalawan. Bono berasal dari bahasa Pelalawan. Artinya benar. Maksudnya benar bahwa saat itu air sedang naik. Setelah banya orang asing berselancar di atas gelombang Bono, perlahan persepsi masyarakat berubah. Bono tak lagi menakutkan. Buktinya beberapa pemuda dan seorang gadis asli Teluk Meranti juga mencoba menakhlukkan Bono dengan berselancar di atasnya. Teluk Meranti kini menjadi salah satu tempat wisata yang dipertimbangkan untuk dikunjungi, terutama bagi para peselancar. Walaupun infrastruktur belum begitu memadai. 

Foto: Dinas Pariwisata Pelelawan

yang hanya buka pada hari minggu. Letaknya tak jauh dari dermaga. Di sebelah pasar berjejer kantor camat, Puskesmas, Pos Polisi dan bangunan lain. Semuanya memang tak jauh dari sungai. Mata pencarian warga di Teluk Meranti berkebun sawit, karet, berladang padi dan sayur. Sebagian ada juga yang mencari ikan sungai dan rawa. ­Gumpalan awan hitam menghalangi matahari sore itu. Angin menghantarkan bau kering. Berangin tapi tetap panas. Gerimis mulai menitik. Bergegas Kami menuju penginapan Lestari. Satu-satunya penginapan yang ada di kampung itu. Febrice Colas sempat bercerita tentang pengalamannya sampai di Teluk Meranti. Dia bilang mobil travel yang mereka tumpangi terpuruk karena jalan berlumpur setelah hujan. Mobil itu akhirnya ditarik pakai tali. Sebenarnya ada dua jalur untuk sampai ke Teluk Meranti. Darat dan air. Hanya saja jalur air satu jam lebih cepat dari jalur darat. Sedangkan jalur darat masih setengah beraspal. Selebihnya tanah kuning dan pasir. Febrice Colas bercerita ia melewati sebuah simpang tanpa petunjuk arah yang jelas. Simpang tersebut merupakan titik temu jalan-jalan kecil. Memang beraspal tapi hanya muat untuk satu mobil. Asyik bercerita, tak terasa akhirnya sampai di penginapan Lestari. Tepat di sebelah dermaga dengan posisi memantat sungai. Tempat inap yang hampir keseluru-hannya dari kayu tersebut bertarif lima puluh ribu per malam. Febrice Colas dan Dominique Avrilleau yang telah dulu sampai ternyata sudah pesankan kamar untuk tiga orang Inggris itu. Sementara saya bersama rombongan Dinas Pariwisata memilih rumah warga jadi tempat inap dadakan. Beberapa rumah yang

FEATURE

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

17


RESENSI

Buku Blur

BLUR Petunjuk Bagi yang Bersentuhan dengan Media Oleh Jimmi Zakaria Kini informasi mudah diakses di mana saja dan setiap saat, media cetak, radio, televisi, dan jutaan informasi mengisi ruang publik setiap menit melalui New Media Online, tetapi informasi yang disampaikannya cenderung dangkal dan belum pasti kebenarannya. Pembaca jadi korban kebohongan yang diinformasikan. Kecelakaan nuklir Three Mile Island di Amerika Serikat. Semua media, baik cetak, elektronik, dan online. Semua isi media menuliskan problem inti reaktor, bisa memuntahkan partikel radioaktif ke udara, mengubah pembangkit listrik lokal jadi mimpi 26 buruk internasional. Seluruh wilayah AtlantikTengah di Amerika Serikat terancam. Sepertiga penduduk Amerika bisa terkontaminasi dan berita itu terus berubah-ubah, situasi krisis dimulai pukul 04.00, Rabu 28 Maret 1979. Sebuah klep di system pendingin reaktor nuklir macet pada posisi terbuka, menyebabkan air pendingin reaktor merembes keluar. Tanpa pendingin, inti reaktor menjadi terlalu panas dan butir-butir bahan bakar nuklir mulai bocor. Laporan-laporan berita juga menampilkan adegan horor film The China Syndrom. Film itu, orang tahu kemungkinan dampak kebocoran pembangkit nuklir. Adegan film sama persis dengan kejadian yang dijelaskan dalam berita. Berita yang disiarkan cenderung tak lengkap dan seringkali bertentangan, pembaca bingung dan merasakan ketakutan dengan apa yang diberitakan. Faktanya, Minggu, 1 April, para ahli menyimpulkam gelembung hydrogen dalam pembangkit tak terbakar atau meledak. Tak ada oksigen dalam bejana yang bisa membuat terbakar. Perusahaan pembangkit listrik berhasil mengurangi volume gelembung. Hal-hal seperti diatas dibahas buku Blur yang ditulis duet media Bill Kovach dan Tom Rosentiel. Buku ini ditulis berbahasa Inggris, diterjemahkan oleh Imam Shofwan dan Arif Gunawan Sulistiyono. Dari covernya, kita dapat melihat ke tidakjelasan cover, sesuai judulnya Blur. Blur menceritakan bagaimana pembaca dapat memilahmilah berita yang benar dari banjir informasi saat ini. Buku ini mengingatkan pembaca untuk tidak mudah percaya dengan berita yang dangkal dan tidak jelas sumbernya, sehingga pembaca harus berdiet informasi. Buku Blur juga berisi sejarah berkembangnya media, dari kata tertulis, mesin cetak, telegraf, radio, televisi, koran, tv kabel, hingga teknologi

18 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

Judul: BLUR Penulis: B.Kovach & T.Rosenstiel Penerbit: Dewan Pers Terbit: November 2012 Tebal: 225 Halaman

digital yang mengakibatkan banjir informasi saat ini. Buku ini juga mengajarkan menjadi seorang wartawan yang benar, yaitu harus melakukan verifikasi langsung kelapangan, karena banyak informasi saat ini, wartawan tidak langsung mengverifikasi kelapangan, seperti berita Associated Press yang muncul pada 9 Maret dari Saigon : Pesawat pengebom Vietnam hari ini menggempur delta Sungai Mekong sementara pasukan darat menekan melalui rawa dekat laut Cina Selatan memburu para gerilyawan. Sumber militer mengatakan pasukan Vietnam membunuh 33 gerilyawan dan empat di antaranya tertangkap dalam sebuah operasi pada Kamis, yang didukung helikopter Amerika di Provinsi An Xuyen paling Selatan. Berita yang disampaikan hanya rekayasa, karena wartawannya tidak verifikasi ke lokasi, sedangkan Bigart yang verifikasi langsung kelapangan, menuliskan : Namun seperti biasa pasukan utama musuh lolos. Mereka lepas dari perangkap meski pesawatpesawat penggempur memberikan kejutan

sempurna dengan mengurung mereka di desa itu. Buku Blur juga mengajarkan konsumen berita bisa memakai tradecraft -keteramplian berbasis pengalaman- jurnalistik untuk dirinya sendiri, jadi konsumen mempunyai keterampilan sendiri di era terknologi, untuk bisa belajar mengadopsi informasi yang baik, seperti: konten berita, apakah informasinya komplit, siapa dan apa sumbernya, apa buktinya, dan apa penjelasannya. Buku ini juga ajarkan wartawan menulis berita. Berita tidak hanya menyampaikan fakta tetapi juga kebenaran. Oleh karena itu wartawan dalam meliput harus mencari bukti yang jelas dan detail, dan dalam mewawancara harus tau apa yang ada dan apa yang masih kurang dalam daftar wawancara. Blur juga menuliskan jurnalistik dan reportase terbaru untuk wartawan dan pemantau media, agar mengikuti perkembangan. Penulis juga tidak luput dari kekurangan. Bahasa yang digunakan sulit untuk dimengerti membuat butuh pemahaman ekstra dalam membacanya, kata-kata yang digunakan banyak campuran bahasa, bahasa inggris dan juga bahasa ilmu psikologi yang kurang dimengerti pembaca. Buku ini bagus untuk konsumen berita dan wartawan, agar konsumen berita tau mana benarbenar berita, dan berita sampah. Mengajarkan bagaimana jadi wartawan yang baik dalam meliput dan menulis berita. Buku ini patut diacungi jempol karena berikan langkah-langkah untuk pembaca bagaimana memilih berita yang benar dari berita berisi prasangka, retorika, dan rekayasa untuk menaikkan nilai jual medianya, dan memberikan contoh-contoh berita yang benar dan tidak benar, agar pembaca dapat membedakan. Dan juga memberikan pengetahuan sejarah media, hingga terbaru dan langkah-langkah meliput dan menulis berita yang benar, agar media dapat dipercayai konsumen berita.


Foto:B.E Lesmana

EMPER LANGIT

Coba-coba, Jadi Pengusaha Oleh Jimmi Zakaria

H

ujan baru saja reda. Dingin masih menjelajah pori-pori hingga ke tulang. Meski dengan suasana seperti ini, beberapa pembeli menunggu pesanannya, es Durian KuLeLaKu. Minggu sore pertengahan Februari, Ari tampak sibuk mengelap kursi dan meja yang basah akibat tempias hujan. Sedangkan Arief masukkan agar-agar, es, dan roti ke mangkok, untuk pelanggan yang menunggu pesanan es durian. Es Durian KuLeLaKu disajikan di mangkok berkaki satu yang berisi cincau, jelly, karamel, jagung, susu, es durian, dan roti. Di gerobak tampak tulisan “Terenak di Pekanbaru.” “Es Durian KuLeLaKu ini, es durian terenak di Pekanbaru, karena cara penyajian duriannya beda dengan es durian lain,” ujar Ari. Pada Desember 2012 tahun lalu Azhari Refni atau Ari, dan kedua temanya Arief Zola Putra dan Stevent Lois buka usaha es durian di Panam dekat kampus Universitas Riau (UR). Tapi pasarannya kurang, lalu mereka pindah pada Januari 2013 di Jalan Utama Simpang Tiga. “Disini tempatnya strategis karena di tengah perumahan dan juga dekat dengan kampus,” kata Ari. Mereka sudah coba buat berulang kali untuk mendapatkan hasil yang layak jual. Berawal modal 20 juta rupiah, Ari dan kedua temanya buka usaha Es Durian KuLeLaKu . Modal 20 juta tersebut dibagi rata dari mereka bertiga. Ari dibantu dana dari orang tuanya sebesar empat juta rupiah, sisanya dari uang pribadi sendiri. Dari usaha karikatur. Awalnya Ari, Arief dan Stevent ingin buka usaha celana jeans, tapi

pasarannya masih sedikit. Akhirnya mereka berpaling ke es durian. Es Durian KuLeLaKu artinya Es Durianku Lebih Laku. Inspirasi buka usaha dapat ketika mereka ke Padang dan minum es durian. Rasanya enak. Dari situ mereka coba untuk buka usaha es durian. Ari mahasiswa Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi, Stevent mahasiswa Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen dan Arief mahasiswa Teknik Sipil. Mereka kuliah di Universitas Islam Riau. Tiap pagi, pukul 10.00, Es Durian KuLeLaku buka dan tutup pukul 22.00. Setelah tutup, ari dan temanteman buat adonan es durian, untuk dijual esok harinya. Mereka beli bahan-bahanya tidak tiap hari, karena tiap belanja, mereka beli sekalian untuk stock. Di Pasar Pagi Arengka mereka beli durian langsung pada agennya. Bahan-bahan lain, mereka beli di Pasar Pusat. Ia mengatakan usahanya ini tidak mengganggu efektivitas kuliahnya, karena ia dan dua temannya punya strategi untuk ambil mata kuliah dengan jam berbeda, sehingga dapat berjualan bergantian, tetapi jika punya jadwal kosong bersama, mereka berjualan bersama-sama. Refiza Antoni, 50 tahun, pengusaha laundry, papa dari ari. Ia sangat mendukung usaha yang dibuka Ari dan teman-temannya. “Saya akan menbatu dari segi apapun, seperti materi,” Ujar Refiza. Refiza mengatakan, semenjak Ari buka usaha, Ari banyak perubahan. “Sekarang Ari mandiri, sudah bisa makan dan belanja sendiri, tanpa meminta lagi,” beber Refiza lagi. Alkundri, Siswa kelas 1 SMP Negeri 35 mengatakan Es Durian KuLeLaKu enak, karena manisnya pas dilidah. Ia sudah tiga kali beli es durian ini. RM. Yusuf Trisna Jaya,

Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum UIR mencuci mobilnya di cucian mobil Tirta Mitra, sambil menunggu, ia dan Dewi Maya Utami, Seorang Wiraswasta, mengunjungi Es Durian KuLeLaKu, mereka mengatakan Es Durian KuLeLaKu enak. “Enak dilidah, bisa menikmati, dan rasanya itu tidak mengecewakan,” ujar Yusuf. “Es Durian KuLeLaKu ini unik ya, karena jarang banget di Pekanbaru ada tempat yang khusus berjualan dengan semua menu durian,” ujar Dewi. Es Durian KuLeLaKu punya menu top. Es Durian, Es Durian Tok, dan Es Krim Durian. 40 porsi habis terjual setiap harinya. Sekitar 500 ribu rupiah omset perhari. Dan untung yang mereka dapatkan 60 persen dari total penjualan, tetapi jika cuaca dingin, omset mereka turun jadi 20 sampai 25 porsi perhari. Hasil dari usahanya, mereka bagi rata bertiga, uangnya mereka gunakan bantu orang tua, biaya kuliah dan kebutuhan seharihari. “Baru beberapa hari ini, saya membayar uang kuliah saya dengan hasil usaha ini,” Ucap Ari. Ari sarankan pada mahasiswa, jika kuliah itu yang dicari ilmunya jangan gelarnya. “Dengan ilmu kita bisa menghasilkan uang, kalau hanya gelar kita tidak ada apa-apanya,” kata Ari. Ia juga sarankan pada mahasiswa untuk mencoba buka usaha, ia mengatakan sabda Rasulullah, sebaikbaiknya manusia, adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. “Jika kita jadi pengusaha, kita bebas waktu, uang, dan dapat berbagi kebahagiaan, dan pekerjaan dengan orang lain,” kata Ari. Ari berharap semoga usahanya ini terus berkembang. “Kalau bisa usaha ini punya ratusan outlet di Indonesia,” ujar Ari. Pada April nanti, mereka akan buka cabang di Rumbai. “Tempat sudah oke, hanya menunggu waktu saja,” ucap Ari lagi.  AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

19


AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


Foto: Wawan dan Eko

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


LAPORAN KHUSUS

PEDAGANG KAKI LIMA DIGUSUR “SINGA” Oleh Tahnia Dwi Sari dan Jimmi Zakaria

L

ampu gemerlapan, motor dan mobil parkir di pinggir jalan. Pedagang Kaki Lima (PKL) tersusun rapi sepanjang jalan, dari pedagang pakaian, mainan, makanan hingga hiburan untuk anak-anak. Pembeli ramai memenuhi jalan untuk cari hiburan, dari anak kecil, remaja hingga orang tua. Begitulah suasana akhir Januari 2013 di Jalan Cut Nyak Dien, jalan yang diapit Gedung Badan Pustaka Wilayah (Puswil), Arsip dan Dokumentasi, dengan bangunan Rehal -tempat meletakkan kitab suci bagi umat Muslim- dan Kantor Gubernur Provinsi Riau. Masuk Februari 2013, malam itu suasana berubah. Gemerlapan cahaya lampu tak lagi terlihat. Jalan itu hanya diterangi dari pancaran cahaya lampu bangunan gedung Puswil dan Kantor Gubernur. Pedagang yang berjualan memenuhi jalan pun tak lagi nampak. Setiap ujung jalan Cut Nyak Dien dijaga Polisi, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Perhubungan (Dishub). “Satu! dua! tiga! empat! Lima! enam! Tujuh!” Suara berhitung dengan lantang bergantian terdengar di depan taman kota dekat

22 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

jalur hijau, jalan Cut Nyak Dien, Pekanbaru. Ternyata ada sekelompok orang berseragam berbaris teratur yang bertuliskan POL PP (Polisi Pamong Praja) di tameng yang diletakkan teratur didepan mereka. Di sebelah kanan Kantor Gubernur, di jalan Cut Nyak Dien ada sebuah tugu count down Pekan Olahraga Nasional (PON), tidak jauh dari Satpol PP berbaris, saya melihat sekitar puluhan para Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) berkumpul. Tetapi pedagang tersebut tak membawa dagangannya, mereka hanya berkumpul dan berdiskusi sesama. Pukul 20.00, suara keributan terdengar dari kumpulan itu, “Bubar…Bubar.” Mereka semua tinggalkan lokasi. Kini PKL tidak dibolehkan berjualan di sana. Pada hari Rabu, sejak 30 Januari terjadi penggusuran PKL yang dilakukan oleh Satpol PP agar

pedagang tidak berjualan di sekitar jalur hijau di jalan Cut Nyak Dien. Yusamra Fadli salah satunya, saya sempat menghampirinya, ketika ia berada dipinggir jalan menunggu teman-teman PKL lain yang sedang berkumpul di tengah jalan. Ia menggunakan sepeda motor berboncengan dengan temannya. Ia sudah beberapa hari ini tidak berjualan kaset di area taman kota. Mereka sempat dipindahkan ke Pusat Jajanan Selera Rakyat (Pujasera) jalan Arifin Ahmad dulu, karena ada penertiban kota sewaktu Riau menjadi tuan rumah PON tahun 2012. Tetapi hanya bertahan selama 6 bulan, “Pengelolaan pasarnya ga bagus, lagian orang sepi disana,” ujar Yusamra. Sewaktu disana banyak sekali masalah yang mereka temui katanya, masalah pembayaran tempat, masalah kutipan. Kalau disini mereka

Ilustrasi : Sholihin

18


tidak ada kutipan, hanya uang kebersihan yang setiap pedagang membayar seribu rupiah setiap hari. Terkadang juga ada kutipan dari kecamatan Sukajadi yang setiap saat meningkat bahkan sampai tiga ribu rupiah setiap hari. “Kami disini semata-mata untuk mencari hidup, disini kami pun bukan merampok,” sahut temannya yang dari tadi memperhatikan saya wawancarai Yusamra. “Penggusuran ini tidak pertama kali terjadi tetapi sudah enam kali selama saya berjualan,” ujar Naswar, seorang pedagang yang sudah jualan selama enam tahun disana. Peni, wanita usia 27 tahun, dagang pakaian dalam, bertempat tinggal di Jalan Pangeran Hidayat adalah salah satu korban penggusuran. Tetapi ia bukanlah korban penggusuran pada tanggal 30 Januari ini, melainkan satu tahun lalu. Penggusuran yang ia alami juga tidak ada solusi dari pemerintah, sehingga ia harus mencari sendiri lahan dimana ia harus mencari nafkah. Kini ia telah berdagang kembali di sekitar Pusat Koperasi Angkatan Udara (Puskopau). “Tempat ini sudah bisa dikatakan resmi, karena kami membayar tujuh ribu rupiah per malamnya, kecuali malam minggu sepuluh ribu,” ujar Peni yang duduk di dagangannya. Kemudian di sisi depan Satpol PP saya lihat ada sekumpulan orang sekitar belasan, saya dekati mereka. Ternyata mereka berasal dari Ormas Pemuda Pancasila. “Kami sebagai ormas pemuda pancasila, mendukung penuh program pemerintah,” ujar ajudan ketua dewan pimpinan cabang pemuda pancasila kecamatan Tenayan raya. “Ini bukan penggusuran, tetapi penertiban,” kata Hasbi dengan tegas selaku Kepala Satpol PP. Penertiban ini dilakukan karena telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 tahun 2002, tidak boleh berjualan di sepanjang jalan protokol, karena menghambat arus lalu lintas. Penertiban ini juga tidak ada kekerasan. “Gerobak PKL yang rusak diakibatkan karena mereka sendiri yang tolak-menolak, bukan dari pihak Satpol PP,” tambah Hasbi. Konsumen pun merasa kehilangan. Romi jauh-jauh datang dari rumbai ke jalan Cut Nyak Dien, sayang dia malam itu tak jumpa dengan seorang pedagang pun di sana. Yang ia temui hanya para aparat yang jaga-jaga di

setiap sudut jalan itu. Pukul setengah sepuluh Satpol PP dan Polisi tinggalkan taman kota, karena sudah tidak ada lagi terlihat PKL yang berkeliaran, situasi sudah aman dan sepi. Mereka pergi dengan meninggalkan sampah plastik, bekas nasi bungkus, kotak rokok, dan botol minuman yang berserakan. Banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan pada malam hari, bukan hanya di jalan Cut Nyak Dien, tetapi di depan MTQ dan di Pasar Jongkok Panam,. Fitri Yeni, warga Solok yang merantau di Pekanbaru sejak tahun 2002, ia jual jagung bakar sudah tujuh tahun di depan MTQ, pukul tujuh ia sudah keluar jualan, menyusun kursi dan meja untuk para pembeli. Di pinggir jalan Sudirman biasanya sering setiap malam dijadikan tempat nongkrong anak muda maupun dewasa, duduk-duduk makan jagung bakar menikmati pemandangan dari pinggir jalan Sudirman. “Kalau untuk saat ini belum ada kabar berita penggusuran disini, makanya kami masih berjualan seperti biasa semua, kalau penggusuran itu hanya di pasar Cut Nyak Dien dan Pasar Jongkok Panam,” ujar Fitri. Hafi mahasiswa UIN Suska salah satu pengunjung MTQ mengatakan, kalau pedagang disini ditertibkan lebih baik, karena sebenarnya ini bukan fasilitas untuk jualan, disini wisatanya untuk seni, bukan kuliner. Karena ini merupakan pintu masuk MTQ, jadi karena ada pedagang yang ramai jualan didepan, sehingga gedung MTQ yang dibelakangnya ini tertutup. Pemerintah siapkan lahan untuk menampung para pedagang di pasar Cut Nyak Dien dan pasar Jongkok, yaitu di belakang Giant, tetapi karena tidak mencukupi kapasitas jumlah pedagang akhirnya Pemerintah menyiapkan lahan alternatif di Jalan Purwodadi. 18 Februari kami berkunjung ke pasar jongkok. Disana kami bertemu dengan Adi, salah satu pedagang usia 40 tahun yang berjualan disana. Ia mengatakan sebelumnya pernah terjadi penggusuran sehabis PON, sampai delapan orang kepalanya bocor, dan langsung dilapor ke Polda, tetapi tidak ada tanggapan. Ia sudah empat tahun berjualan pakaian di pasar jongkok ini bersama istrinya Eni. “Dulu katanya mau ditertibkan, ditata, tetapi tiba-tiba mau digusur katanya diberita , tapi belum ada

penggusuran langsung sampai sekarang” ujar Istrinya. Adanya penggusuran dulu terjadi karena para pedagang berjualan sampai ke trotoar dan badan jalan, tetapi sekarang sudah tidak. “Orang disana sudah ngeluh itu, kalau disinikan kita harapkan orang yang di jalan,” kata Adi ketika ditanya mengenai lahan yang telah disediakan Pemerintah di belakang Giant. Kemudian kami menghampiri Heni Sukmawati salah satu pembeli yang baru saja selesai belanja dari pasar jongkok. Saat ditanya tanggapan tentang pasar ini, ia mengatakan ada dampak positif dan negatif, positifnya kalau dibanding di mall lebih terjangkau disini apalagi untuk mahasiswa sepertinya. Kalau negatifnya mengganggu, sampah-sampahnya, apalagi kalau siang hari dilihat, kayu-kayu yang digunakan sebagai penyangga saat berjualan pada malam hari ini bertengger berserakan. Ia berharap kalau memang terjadi penggusuran, sebaiknya Pemerintah sediakan tempat yang layak, dengan biaya pajak yang murah, karena disini yang berjualan kalangan kelas bawah. Di akhir Desember lalu Para pedagang bersama SRMI dan Forum Pers Mahasiswa (Fopersma) adakan diskusi dan bikin semacam forum. Forum ini diadakan untuk menanggapi sikap dari walikota pekanbaru yang akan menggusur pedagang kaki lima. Penggusuran ini dilakukan karena alasan pemerintah kota Pekanbaru menjaga kebersihan dan ketertiban. Karena banyak para pedagang yang berjualan di tempat yang dilarang. Padahal ada masalah yang lebih penting lagi yaitu dengan masuknya Indomaret, Alfamart secara tidak langsung menggusur para pedagang kecil. Yang rencananya akan ada sekitar 200an outlet di seluruh kota Pekanbaru. Bila melihat data SRMI, di MTQ ada 200 anggota di taman kota 218 dan tenayan raya 200 belum lagi di pasar jongkok bakal akan digusur. Pasar sukaramai sampai 1100 orang. Berapa banyak pedagang yang akan digusur. Belum lagi pedagang-pedagang di pinggir jalan. Di akhir diskusi para peserta yang hadir seperti SRMI,Fopersma, dan organisasi lain yang hadir bersepakat membuat petisi. Yang tujuannya menolak penggusuran Pedagang Kaki Lima.  AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

23

19


SEPUTAR KAMPUS

INDAK JALEH,

TAPI DILANTIK Oleh Tahnia Dwi Sari

24 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

lagi sebagai Ketua BPRM. Setelah itu BPRM loloskan empat pasang Calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa. Nomor urut satu, Anggara Nopria Densi dan Herning Perwira, diurutan kedua Khairunnas dan Defriandi, nomor urut tiga M Himsar dan M Ridwan dan nomor urut empat Yusroni Tarigan dan Sadam Dewana. Pemilihan Presma dan Wapresma UIR berlangsung 30 Oktober 2012. Setelah diberi masa kampanye mulai

11 hingga 21 Oktober 2012. Setelah penghitungan suara dilakukan, akhirnya Roni dan Adam terpilih sebagai Presma dan Wapresma UIR dengan peroleh 1196 suara. Empat hari setelah Yusroni terpilih se-bagai Presma, diurutan kedua calon Presma dan Wapresma Khairunnas dan Defriandi diwakili kuasa hukumnya Indra Maulid ajukan permohonan keberatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) atas hasil Penghitungan suara Pemira, dengan landasan pasal 17 Dauma UIR dan Peraturan Mahkamah Konstitusi UIR, salah satu kewenangan MK adalah memutuskan Perselisihan Hasil Pemira.

Dalam pokok permohonan yang diajukan oleh pemohon –no. urut 2berdasarkan berita acara rekapitulasi

Ilustrasi : Sholihin

S

etelah lakukan beberapa kali rapat dan tidak menghasilkan kejelasan. Dalam edisi 82 Tabloid AKLaMASI menuliskan bahwa Eko Fambudi, Presiden Mahasiswa tahun 2010-2011 nyatakan tak sanggup gelar Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira), lantaran SK k epen gur us an ny a telah berakhir dan studinya telah habis 3 Juni lalu. Ak hi rn ya Dewan Mahasiswa (Dema) ambil alih pelaksanaan Pemi-ra setelah komu-nikasi dengan Pembantu Rektor Tiga. Kemudian Dema bentuk Badan Pemilihan Raya Mahasiswa (BPRM), pemilihan anggota Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM), pemilihan anggota DEMA dan Pemilihan Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa UIR, sesuai dengan surat tugas yang diberikan Pembantu Rektor III tertanggal 17 Oktober 2012. Surat nomor : 4976/ AUIR/5-2012. Awalnya pemilihan BPRM dibentuk oleh Eko Fambudi, tapi tak jalan. Dan akhirnya diambil alih juga oleh Rico Febputra selaku Ketua Dema 2012, dan terpilihlah Rudy Gunawan


hasil penghitungan suara Pemira oleh BPRM tanggal 12 November 2012, bahwa mereka mengatakan BPRM dinilai tidak mampu melaksanakan Pemira secara demokrasi, dan pasangan nomor urut empat Yusroni dan Saddam Dewana tidak layak ditetapkan menjadi pemenang dalam Pemira Presma dan Wapresma karena cacat hukum. Selanjutnya dalam petitum -tuntutan- yang mereka ajukan, pertama, BPRM segera membatalkan Surat Keputusan tentang penetapan hasil dan calon terpilih Pemira Presma UIR nomor urut empat Yusroni dan Saddam. Kedua, Pembubaran Ketua dan Anggota BPRM tahun 2012, ketiga Pembentukan BPRM yang baru, dan keempat Melaksanakan Pemira ulang. Untuk memperkuat dalil-dalil permohonannya, Pemohon ajukan bukti tertulis. Selanjutnya pada persidangan tanggal empat Desember 2012 pemohon menghadirkan dua orang saksi. Dan dipihak termohon no.urut 4- menghadirkan empat orang saksi dan bukti tertulis. Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum, menurut MK permohonan Keberatan yang diajukan oleh pemohon kabur (obscuur libel) karena tidak mencantumkan bukti-bukti yang jelas. “Sekitar 3-4 kali adakan sidang, tapi sidang terakhir tak satupun dari pihak penggugat hadir, bahkan kuasa hukumnya,” ujar Dian Triska selaku ketua MK. Dalam amar putusan MK Permohonan Pemohon tidak dapat diterima, sehingga Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Universitas Islam Riau Menetapkan putusan Mahkamah atas Yusroni Tarigan dan Saddam Dewana Sah sebagai Presiden dan Wakil presiden mahasiswa Universita Islam Riau. Selanjutnya, Irmasolina Ketua Dema UIR jelaskan pelantikan DEMA dijalankan tanpa sidang Daulah Mahasiswa (Dauma). Rencana awal, BEM dan DEMA ingin lakukan pelantikan setelah sidang Daulah, kemudian mereka tunggu kejelasan dari BPRM. Sudah tiga bulan belum juga ada kepastian, akhirnya BEM dan DEMA tidak bisa undur waktu lagi. Karena menurut Irma, roda organisasi harus tetap berjalan sehingga BEM dan DEMA ambil inisiatif pelantikan tetap

dilaksanakan. “Sebenarnya, secara konstitusi itukan salah, yang namanya pelantikan itu setelah sidang umum,” kata Irma. Lantaran sidang umum itu adalah sidang Daulah Mahasiswa aturan tertinggi untuk seluruh organisasi yang ada di kampus ini, baik masalah rekomendasi, program kerja, Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), semuanya ada disitu, “Tapi balik lagi tujuan kita melakukan itu hanya untuk penyelamatan organisasi saja.” “Kalau secara keabsahan ditanya, menurut kami itu sah, karena sudah ada SK dan Pelantikan secara de facto dan de jure,” ujar Yusroni selaku Presiden Mahasiswa. Kemudian ia menjelaskan setelah pemilihan Presma selama tiga bulan belum juga ada sidang Dauma, sehingga BEM tidak bisa adakan kegiatan karena belum ada pelantikan dan keabsahan. Ia sudah dua kali menghubungi ketua BPRM, alasannya sedang menunggu konfirmasi dana keluar. Selanjutnya dalam pembahasan pelantikan. BEM langkahi DEMA. Pada 13 Februari BEM dilantik, kemudian DEMA tanggal 21 Februari. Yusroni nyatakan, sebelumnya mereka dapat informasi dari DEMA rencana sidang Dauma yaitu pada 9-10 Februari, kemudian BEM siasati setelah sidang Dauma selesai bisa langsung pelantikan tanggal 13 Februari agar tidak undur waktu, tetapi sampai tanggal yang telah ditentukan tersebut tidak ada konfirmasi lagi, dan rencana pelantikan harus tetap dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat, karena mereka sudah menunggu cukup lama, tetapi sidang Dauma belum digelar juga oleh BPRM. Riko Febputra mantan ketua Dema katakan, ia secara pribadi sudah mendesak Rudi lakukan Dauma, sudah dua kali Rudi menjanjikan, tetapi karena belum ada dana alasannya sehingga BPRM belum adakan Dauma. “Dulu saya yang ajukan proposal, saya satukan proposal mengenai Sidang umum, Pemira, Pelantikan ke PR III, tetapi PR III tidak bisa mencairkan dana sekaligus, hanya sebagian, sehingga harus ajukan 2 proposal, dan yang satu untuk sidang Dauma yang belum cair.” Ketika ditemui Rudi Gunawan selaku ketua BPRM ia membenarkan

rencana rapat Daulah tanggal 9-10, tetapi karena ada masalah finansial, tersangkut libur juga, dan menunggu konfirmasi PR III sehingga sidang Dauma diundur. “Insyallah secepatnya dalam waktu dekat ini akhir bulan Februari bisa sidang Dauma, ini juga dalam proses” ujar mahasiswa Teknik Perminyakan ini. Tetapi setelah ditunggu akhir bulan Februari pun, BPRM tidak adakan Dauma. Saat dikonfirmasi proposal untuk sidang Dauma ke BPRM, Debby Risca Shintia selaku sekretaris BPRM berkilah mengatakan bahwa Proposal dan AD/ART hilang, dia mengaku sudah tidak memiliki lagi data tersebut. Selanjutnya, Rudi mengatakan dana sudah cair 1 Maret lalu. Tapi BPRM masih belum selenggarakan Dauma. Pertama, Rencana BPRM gagal selenggarakan Dauma, setelah BPRM menyebarkan undangan ke setiap UKM dan HMJ dengan nomor surat : 031/B/BPRM/II/2013, BPRM akan selenggarakan Dauma pada 4 sampai 5 Maret, karena terlambat kirim surat pinjaman tempat ke Fakultas Agama Islam (FAI) akhirnya dibatalkan. Sempat beberapa kali berencana selenggarakan Dauma, alasan lainnya BPRM belum siap, karena kekurangan anggota yang semula anggotanya 25 orang, tetapi tak sampai 10 orang lagi. “Insyallah, Rabu-kamis minggu ini kita akan Dauma di Aula Fakultas Teknik.” ujar Rudi Maret lalu. Pada 13 Maret 2013 BPRM dengan no surat : 031/B/BPRM/III/2013 sebarkan undangan kesetiap UKM dan HMJ se-UIR, yaitu undangan Dauma pada tanggal 16-17 Maret, dari pukul tujuh lewat tiga puluh sampai selesai, di tempat Aula Fakultas Teknik (FT). Tetapi ternyata Dauma bisa dimulai pada pukul sepuluh lewat tiga puluh menit, yang dihadiri oleh beberapa UKM se-UIR, dan dibuka oleh PR III. Yusroni berharap bagi alumni yang tahu seluk-beluk organisasi agar dapat terjun lagi ke bawah, jika adik-adiknya dalam suatu organisasi melakukan kesalahan, silahkan ditegur, tidak hanya komentar-komentar saja. Jika ada salah bisa diperbaiki bersama, saling membantu, untuk kemajuan UIR kedepannya. “Mari kita ciptakan organisasi yang cerdas dan marwah di UIR,” sarannya.  AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

25

13


Pelantikan Dema Saat pelantikan Dewan Mahasiswa Universitas Silam Riau, Rico Febputra (Ketua Dewan Mahasiswa sebelumnya) menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Irmasolina sebagai Ketua Dewan Mahasiswa baru periode 2013-2014 pada Maret lalu di Convention Hall Soeman Hs Universitas Islam Riau.

PERGI SEBELUM MASANYA Oleh Tahnia Dwi Sari

S

etelah jalan sekira setengah periode masa jabatan, Irmasolina ketua Dema (Dewan Mahasiswa) UIR 2012-2013 nampaknya bakalan meninggalkan jabatan tersebut, rupanya ia telah daftarkan dirinya sebagai wisudawati untuk satu Juni. Berarti secara struktural ia meninggalkan jabatannya sebagai ketua Dema. Mengenai Program kerja, masih banyak yang belum dijalankan, dan Dema masih mencari pengganti ketua yang baru. “Dilematis sebenarnya kalau dibahas masalah itu,” kata Irma. Selanjutnya ia mengatakan, telah konsultasi dengan Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, mengingat ia sudahsemester 12, dan jika harus meninggalkan jabatannya, itu tidak jadi masalah, karena masih ada jajaran lainnya. “Toh Dema kan tidak seperti executive penyelenggara acara, cuma hanya sekedar mengawasi program yang ada di BEM, bisa dikatakan seperti itu,” tambahnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia ini jelaskan aturan Dalam AD/ART Daulah Mahasiswa, ketika seseorang yang menjabat di organisasi itu wisuda, otomatis akan Demisioner. Berbeda konsepnya dengan Riko Febputra mantan ketua Dema sebelumnya, ia memiliki SK tambahan menjelang kepengurusan BEM

26 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

terbentuk kemudian baru Demisioner. Saat AKLaMASI konfirmasi ke Tata Usaha Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), dalam surat Nomor : 2456/D-UIR/20-Fk/2013, mengenai Laporan Peserta Wisuda Mahasiswa FKIP Periode Juni 2013. Ternyata ada nama lagi pengurus organisasi yang akan wisuda satu juni ini : Sadam Dewana, Wakil Presiden UIR, yang baru dilantik 13 Februari lalu. Setelah dihubungi untuk wawancara, ia bersedia pada sore hari 22 Mei. Tapi Mahasiswa Penjaskersek ini tak kunjung datang memenuhi janji tersebut. Saat ditemui, Presiden UIR, Yusroni Tarigan ternyata masih menunggu konfirmasi Badan Pemilihan Raya Mahasiswa (BPRM) ada atau tidaknya surat pernyataan di atas materai mengenai tidak boleh wisuda sebelum masa kepengurusan habis. Sampai saat ini belum ada konfirmasi balik dari BPRM. Tetapi ia menjelaskan, secara konstitusi tidak ada aturan Wakil Presiden tidak boleh wisuda, terkecuali kalau Presiden yang wisuda tidak dibenarkan sebelum masa jabatannya habis. “Tentu tujuan pertama kita kan kuliah, terkait dengan komitmen, saya berharapnya Saddam bisa menyelesaikan kepengurusan ini,” ujar Yusroni. Sebelumnya Saddam sempat konsultasi ke Yusroni, dan Saddam nyatakan ada desakan dari Orang tuanya untuk segera wisuda, karena ia sudah

semester sepuluh, dan ingin melanjutkan S2 di Program Pasca Sarjana UIR. Yusroni sarankan Saddam untuk terlebih dahulu konfirmasi ke Wakil Rektor. “Tapi ntah ada ntah tidak sampai ke PR III,” tambah mahasiswa Fisipol ini. Selanjutnya Yusroni menjelaskan, sebenarnya ada dua permasalahan saat ini mengenai petinggi kampus, situasi saat ini sangat meriskankan organisasi internal, yang pertama adalah ketua Dema yang akan wisuda. Irma pernah menjelaskan ke Yusroni alasannya mau menjabat sebagai ketua Dema, karena saat itu tidak banyak orang yang peduli dengan Dema, jadi kesepakatan forum memilihnya menjadi ketua Dema. Dan yang kedua ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang sekarang merupakan bakal calon legislatif, Dian Triska, sebenarnya ia sudah harus mengundurkan diri sewaktu mencalon. “Anggota organisasi internal ini belum tertata rapi, bukan hanya diketua Dema, ke MK juga seperti itu,” ujar Yusroni. Meskipun tak ada wakil, Yusroni merasa BEM untuk berkreasi tidak terhalang, karena Saddam sudah dua atau tiga bulan ini ia disibukkan dengan urusan skripsinya, juga dengan organisasinya yang lain. Jadi kontribusi yang benar-benar ada untuk membangun organisasi internal sangat kurang, daripada dipaksakan tentu BEM harus cari solusi alternatif untuk mencari penggantinya. 


ALMAMATER

BERHARAP UIR BEBAS KENDARAAN Oleh Oka Al-Ghifari

merusak sistem saraf dan dapat menimbulkan kematian. Nitrogen (NO2) dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, kelumpuhan, dan kematian. Andai saja ada 6.000 kendaraan lalu-lalang dengan serentak berkecepatan rata-rata 40 kilometer per jam maka akan didapat gas karbondiokasida lebih dari 100 ppm di udara. Hal ini menarik bagi AKLaMASI, kami lakukan Survey dengan mengunakan angket yang disebar sebanyak 300 lembar dan telah diisi mulai dari pedangan, mahasiswa, karyawan, dosen dan Pimpinan lembaga di UIR. Survey dilakukan mulai 18-23 Februari. cukup meyakinkan 75% menyatakan setuju dengan CDF dengan opsi 1 kali sebulan. Semoga survey ini menjadi pertimbangan bagi kita semua untuk mewujudkan kampus Go Green. Selama survey dilakukan banyak tangapan dan saran. Asril staff TU di Faperta merupakan orang yang tidak setuju jika CFD dilakukan “ Kalo ada CFD nanti saya mau antar surat gimana? Satu di teknik, satu ke Fisipol jauh-jauh gitu. Apa UIR mau kasih Sepeda,” ujarnya. Kemudian Agusnimar Direktur Lembaga Penelitian LP UIR mengatakan “Saya

setuju, tapi harus ada kegiatan di kampus yang mendukung CFD, agar orang tidak malas ke kampus.” Lalu Junelda saffina mahasiswi FKIP “Gak setuju dengan CFD, semoga lapangan parkir diperluas aja,” ujarnya. UIR mungkin dapat mencontoh UGM dan Universitas Negeri Semarang (Unnes), TEMPO.CO menulis UGM larang mahasiswa baru memakai sepeda motor dan mobil ke kampus sejak tahun lalu. Peraturan itu dikeluarkan untuk merealisasikan kampus educopolis.“Penerimaan mahasiswa bagus. Naik sepeda ke kampus mulai jadi tren,” ujar Kepala Bagian Humas UGM, Wijayanti. Kemudian Unnes mendeklarasi sebagai kampus konservasi lingkungan dan budaya. Guna mendukung kampanye go green, Unnes berusaha menekan polusi udara di kampus dengan cara disediakan sepeda, dan angkutan kampus berbahan bakan listrik yang siap antar mahasiswa, dosen, dan karyawan tiap jam. Calon maha-siswa Unnes 2013 diwajibkan meneken pernyataan tidak memakai kendaraan bermotor di lingkungan kampus. Ketentuan ini dibuat untuk menghindarkan kampus dari polusi. Semoga pimpinan UIR dapat memberikan pertimbangan ini. AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

27

Ilustrasi : Sholihin

G

iovanni mahasiswi FKIP Biologi. Tampak bingung melihat areal parkir belakang rektorat yang sudah penuh di jam 9 pagi. “Biasanya jarang yang parkir di sini, tapi sekarang udah penuh aja,” katanya. Saat ditanya dengan program CFD (Car Free Day) ­­ dia setuju jika itu terealisasi “Tapi ada sarana penganti selama CFD Seperti Bus kampus.” Tambahnya Ada sekitar 20.000an mahasiswa kuliah di UIR dan 800an bekerja di UIR (Dosen, karyawan, dan pedangang). Ada sekitar 3.000 sepeda motor dan 300 mobil lalu lalang di UIR. Puluhan motor antri silih berganti keluar area parkir pemandangan ini selalu tampak saat jam kuliah usai, udara di UIR terasa kotor dalam sekejap.Tiap tahun penguna kendaraan di UIR terus meningkat. Di Journal penelitian Suriansyah (2011), PROTON, Vol. 3 No. 1/Hal 19 – 24 disimpulkan komposisi gas pembuangan kendaraan yaitu pertama karbondioksida (CO2) maksimal 2.5 persen (1.5persen maksimal diberlakukan untuk kendaraan injeksi), kedua Hidrogen Karbon (HC) kecil dari 300ppm, Ketiga karbondioksida lebih besar dari 12 persen pembuangan gas diudara (maksimum teoritis 15.5 persen) dan empat oksigen kecil dari 2 persen . Sementara pembakaran ideal akan menghasilkan Air (H2O), karbondiokasida 4 persen serta Nitrogen (N2). Namun secara praktis pembakaran pada mesin tidaklah sempurna walau pada mesin dengan teknologi tinggi sekalipun.Pemaparan Suriansyah sejalan dengan Blog tentang lingkungan hend-learning.blogspot. com/2009/04/pencemaranlingkungan.htmlKadar menyebutkan pembuangan gas karbondioksida lebih dari 100 ppm, atau lebih dari 16 persen jika terhirup akan


24

D

i rumah bercat hijau sederhana. Yang berada di antara rumahrumah dan tanah kosong yang ditumbuhi pohon karet. Sesosok ibu paruh baya menyambut kedatangan saya, Mimi dan Yosi minggu pagi medio februari. Lokasinya berada di desa Kuapan Kecamatan Tambang, Kampar. Sebelah utara kota Pekanbaru. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai kesana. Keseharian masyarakat Kuapan dihabiskan untuk berkebun sayur, karet, durian, berladang dan sebagian mencari ikan. Ada satu budaya unik di Kuapan. Masyarakat sekitar biasa menyebut turun mandi Basuluoh. Mandi Basuluoh merupakan tradisi untuk bayi yang baru lahir. Bayi itu dimandikan di sungai Kampar. Kegiatan ini dulu dilakukan sebelum ada dokter atau bidan desa. Karena dahulu masyarakat Kuapan lebih percaya pada bidan kampung untuk menangani kelahiran. Dan disini rencananya saya akan bertemu dengan seorang bidan bayi— oleh masyarakat sekitar dipanggil niniok. Di desa Kuapan sendiri tradisi mandi basuluoh sudah dikatakan jarang yang mau melakukannya lagi. Tradisi ini pudar perlahan-lahan. Masyarakat desa Kuapan lebih tertarik menggunakan dokter umum daripada harus menggunakan bidan kampung. “Peralatan dokter sudah lebih canggih,” ucap Iyek, masyarakat desa Kuapan. Iyek tidak melakukan tradisi tersebut semenjak kelahiran anak

28 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

pertamanya. “Biasanya untuk mengurut aja baru pakai dukun,” katanya. Hal lain yang semakin menguatkan pudarnya tradisi mandi basuluoh di desa Kuapan yaitu tidak adanya bidan kampung yang mau melakukan tradisi tersebut. Mereka pada umumnya sudah tua. Sewaktu mengunjungi desa Kuapan terbukti tidak ada lagi bidan kampung yang bisa ditemui. Untung saja di desa kampung Tarandam masih ada bidan yang menjaga tradisi mandi basuluoh. Syariah nama bidan bayi tersebut. Minggu pagi itu ia tampil sederhana dengan mengenakan kaos coklat motif renda dipadukan dengan celana jeans biru. Bagian kepala ia tutupi dengan penutup kepala warna hijau tua. Tak ketinggalan kalung emas teruntai panjang dileher. Syariah orang periang. Terbukti dalam setiap perbincangan ia selalu membuat suasana cair. “Saya ni orang nya humoris.”katanya sambil tertawa kecil. Pagi itu ia bercerita bagaimana awal mulanya ia bisa menjadi bidan bayi kampung. Di suatu malam penghujung tahun menuju awal millenium. Di dalam tidurnya, Syariah mimpi bertemu dengan almarhum neneknya yang telah meninggal. Mengajak ia untuk bekerjasama dalam meneruskan sang nenek sebagai bidan bayi. “Saya tak mau nek,” ucap Syariah dalam mimpinya. “Kalau tak mau,ku bawa kamu,” sang nenek menimpali. Saat itu semua keluarga dikumpulkan sang nenek untuk disalami. Tapi sang nenek belum

“sreg” melihat keluarga lain yang akan meneruskannya. Pilihannya jatuh ke Syariah untuk diajak kerja sama. Setelah tiga kali didatangi dalam mimpi,akhirnya Syariah luluh dan bersedia meneruskan profesi sang nenek sebagai dukun bayi. Sebelumnya Syariah juga pernah menawarkan diri pada sang nenek agar diwariskan ilmu tersebut. Tapi sang nenek belum ingin mewariskannya. “Kasih lah nenek samo awak yang nenek pakai tu,” ucap Syariah pada sang nenek. Sang nenek urung memberikan dengan alasan belum dua tahun. Belum genap dua tahun. Dua bulan kemudian perempuan 47 tahun itu sudah didatangi lagi sang nenek. Syariah mendapatkan ilmunya bukan hanya dari sang nenek, ia juga pernah belajar ilmu bidan saat pelatihan yang diadakan pemerintah . Ia masih urungkan niatnya. Tapi ketika didatangi sang nenek dengan sosok yang membuat bulu kuduk merinding, mau tak mau ia harus bersedia. “Takut mengerikan,” kata Syariah bergidik jika mengingat masa-masa itu. Sejak kejadian itu ia mulai menjalani aktivitas sebagai bidan kampung. Sudah hampir ratusan bayi ia tangani. Yang terakhir ditangani nya sudah berada di bangku SMP. Sebelum turun mandi basuluoh si bayi tersebut haruslah menjalani ritual terlebih dahulu. Yang gunanya untuk mendoakan agar kelak ketika dewasa ia dijauhi dari kejahatan dan patuh pada kedua orang tuanya. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mari sejenak kita ikuti bagaimana ritual itu dijalankan.

Foto: Mimi

Oleh : Wahid Irawan


TUAH NEGERI Untuk memulai ritual tersebut, niniok biasanya menyiapkan beberapa perlengkapan yang digunakan untuk menjalankan ritual. Seperti, canduang—parang , jantung pisang, dua buah batu,kemenyan,daun kelapa yang telah kering,dan sebuah kain hitam digunakan sebagai gelang— masyarakat menyebutnya tangke yang akan diisi dengan cikbosi, inggu, cocang, toedidaek, toediayu, kemenyan, dasun dan timah hitam. Sebelum diposisikan di bawah buai, badan canduang akan dibentuk suatu gambar garis membentuk seperti gambar anak kecil, bulatan dan garis panjang di lengan dan kaki dengan kapur sirih yang berguna agar sang bayi mempunyai semangat. Canduang dan batu ini nantinya akan diletakkan dibawah buai. Sambil mengoleskan kapur sirih tersebut cukup hanya dengan membaca sholawat tiga kali. “Allah humma solli ala saidina muhamad waala ali saidina muhammad,allah humma solli ala saidina muhammad waala ali saidina muhammad,allah humma solli ala saidina muhammad waala ali saidina muhammad, ya allah jauhkan lah dari bahaya (sambil menyebut nama bayi) ini ya allah,” niniok membaca mantra dalam hati. Setelah batu dan canduong diletakkan dibawah buai. Baru lah kemudian sang bayi dipasangkan gelang—orang kampung menyebutnya dengan tangke. Gelang ini sendiri dibuat dari kain hitam yang kemudian dililitkan dengan beberapa bahan seperti cikbosi, inggu, cocang, toedidaek, toediayu, kemenyan, dasun dan timah hitam. Timah ini nantinya dicampur dengan semua bahan lainnya dan dibalut kain hitam kemudian dijahit dengan benang hitam. Dan sebelum “turun mandi” ke sungai. Di jidad sang bayi dioleskan arang. “Supaya agar bayinya tak ketegur,” kata niniok. Jadi fungsinya agar sang bayi terhindar dari gangguan setan. “Jadi nanti bukan bayi ni lagi yang diganggunya, tapi arang ini karena setan tu takut sama arang ni.” Kemudian barulah menyiapkan sang bayi untuk dibawa mandi basuluoh. Dalam iringan perjalanan menuju sungai jantung,batu, dan suluoh—daun kelapa kering tak lupa dibawa. Kemudian Suluoh ini dibakar dari rumah sampai menuju ke sungai. Suluoh ini berguna sebagai

penyemangat untuk sang bayi dan sebagai penerang hati agar terang benderang. Setelah tiba disungai, batu yang dibawa tadi diletakkan di tepi sungai. Dan suluoh tadi bersama jantung mulai lah dilepas perlahan ke sungai. Barulah sang bayi dimandikan dengan air sungai tersebut. Dengan mengusap air ke kepalanya sambil membaca sholawat dan menyebut nama sang bayi. Setelah selesai mandi, dirumah sang bayi akan diasapi dengan kemenyan. Sampai ia bosin—bersin, tujuan bosin ini sendiri agar sang bayi tak nakal bila ia besar apabila ia tak bosin besar kemungkinan ia akan nakal. Sholawat nabi kembali di dengung kan dan doa agar sang bayi terhindar dari marabahaya. Setelah itu sang bayi dimasukkan kedalam buaian untuk ditidurkan. Tak ketinggalan lafaz alfatihah,an-nas kembali didengungkan dan diteruskan dengan. “Hai ya allah tecampakkan lah sekali penyakit di badan (nama bayi) ya Allah…. Orang menuju orang mati kalau ku memakai doa perbuatan anak sedang mengecil hai lailahaillallah astagfirullah alazim.” Untuk pembacaan sholawat sendiri terdapat perbedaan antara dulu dan kini. Jika dulu sewaktu bayi akan

Cungak Bayi Syariah (kiri) Iyek (kanan) turun ke sungai kampar peragakan mencungak bayi dalam tradisi mandi basuluoh.

dimasukkan ke dalam buai tinggal dimasukkan saja. Tapi sekarang ada sedikit syair nyanyian untuk sang bayi. Niniok Syariah mencoba melagukan sholawat tersebut. kalau dulu supaya agar ia nurut kepada orang tuanya dan jangan nakal. “Dimulai doa nak dengan bismillah diakhiri puji nak dengan alhamdulliah sholawat dan salam sayang pesuruh allah kepada nabi nak utusan allah,” ucap niniok Syariah sambil melagukan. Selesailah tradisi mandi basuluoh itu. Tapi tradisi mandi basuluoh yang sekarang juga sudah banyak perubahan. Jika dulu bayi mandi di sungai Kampar, sekarang sang bayi cukup mandi di ember yang sudah disediakan. Hal itu karena air sungai Kampar sendiri yang sudah tidak bagus lagi untuk mandi. Ada perbedaan antara dukun kampung dengan bidan dalam hal penanganan biaya. Pada bidan untuk pembayaran dilakukan saat itu juga. Bayi lahir dan langsung dibayar kan semua masalah keuangan. Tapi untuk dukun kampung tidak seperti itu. Jika pihak keluarga belum mempunyai uang untuk membayar persalinan kepada sang dukun maka bisa berhutang dahulu kepada sang dukun. Sampai pihak keluarga mempunyai uang untuk membayar. “Untuk pembayaran dukun kampung tidak ditarifkan,berapa dia mau kasih saja.” ucap niniok Syariah. Setelah selesai berbagi cerita mengenai proses mandi basuluoh siang itu, Syariah mohon diri untuk pulang. Dengan sepeda motor suzuki ia pun melaju meninggalkan desa Kuapan. 

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

29


ISOLATIPS

Mata Panda, Oh No! SAAT mengalami stress karena beban pikiran, kurang tidur karena pekerjaan, atau saat terlalu lama berada di depan komputer yang menyala, maka secara otomatis mata akan mengalami kelelahan. Kelelahan tersebut menimbulkan kantung mata di bagian bawah mata berwana gelap dan mengganggu penampilan. Menghilangkan warna gelap pada kantung mata dapat menggunakan cara yang alami sehingga wajah tetap aman. Berikut tipsnya : CUCI MUKA Menjaga mata dari warna gelap kantung mata salah satunya dengan rajin mencuci muka. Mencuci muka dapat membuat wajah dan mata segar kembali. Cara ini dapat dicoba pada pagi hari saat bangun tidur, saat terlalu lama di depan komputer dan saat selesai berkendara dengan jarak yang jauh. GUNAKAN MENTIMUN ATAU ES BATU Sesekali cobalah meletakkan irisan mentimun segar di atas mata selama 30 menit. Hal ini sangat efektif untuk menyegarkan mata. Gunakan pada malam hari sebelum tidur. Jika tidak ada mentimun bisa mengkompres mata menggunakan es batu, sensasi dinginnya membantu menghilangkan kantung gelap pada mata. KONSUMSI JUS LEMON Jus lemon mengandung banyak vitamin C dan antioksidan yang membantu meremajakan kulit.

38

Konsumsilah lemon setiap pagi, selain itu dengan menggosokkan air perasan lemon di bawah mata dapat membantu bagian bawah mata menjadi cerah dan tidak gelap lagi. MENJAGA POLA HIDUP SEHAT Membiasakan pola hidup sehat sangatlah penting. Jika tidak dijaga maka akan berpengaruh dengan kesehatan terutama pada mata. Usahakan jam tidur sesuai jadwal paling tidak 8 jam. Tubuh memerlukan istirahat untuk mengecas kembali energi setelah seharian bekerja. Jika bekerja di depan komputer maka usahakan menjaga jarak pandang dengan komputer, jangan terlalu dekat. Olahraga mata perlu dilakukan setiap 2 jam sekali saat berada di depan komputer, hal ini membuat mata tetap tidak kering dan mudah lelah. ď ˛ď€ Dari Berbagai Sumber Iklan

30 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


Suplemen Khusus Edisi Wisuda Sarjana

i. n. d. e. k. s Pemuncak [halaman 32-33] Ucapan Tahniah [halaman 34-35]

AKLaMASI/ EDISI: 04 [JUNI 2013] HALAMAN 31

MIMBAR TOGA

Yudisium dan Intelektual Baru Syahraini Tambak, M.A Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau

B

agi mahasiswa calon wisudawan Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru periode Juni 2013, prosesi yudisium merupakan momentum yang ditunggu-tunggu. Tak dapat dipungkiri, perasaan bahagia tentulah mengisi hati dan pikiran seluruh calon wisudawan. Hal itu, karena seluruh proses akademik telah selesai dilewati, mulai dari kesabaran dalam menyelesaikan perkuliahan sampai pada ujian skripsi yang menegangkan. Semua telah direngguh berada dalam genggaman, hingga kini sampailah saatnya pada momentum prosesi yudisium. Bila melacak secara terminologis, kata yudisium, sesungguhnya adalah penentuan nilai (lulus) suatu ujian sarjana lengkap (di perguruan tinggi). Term ini mengindikasikan bahwa yudisium merujuk pada proses akademik yang menyangkut penerapan nilai dan kelulusan mahasiswa dari seluruh proses akademik. Yudisium juga menggambarkan sebuah pengumuman nilai kepada mahasiswa sebagai proses penilaian akhir dari seluruh mata kuliah yang telah di ambil mahasiswa dan penetapan nilai dalam transkrip akademik. Juga terkait dengan kegiatan untuk memutuskan lulus atau tidaknya mahasiswa dalam menempuh studi selama jangka waktu tertentu, yang ditetapkan oleh pejabat berwenang yang dihasilkan dari keputusan rapat yudisium. Rapat yudisium diselenggarakan oleh Senat Fakultas atau Program Pascasarjana. Keputusan yudisium dinyatakan dengan keputusan Dekan atau Direktur

Program Pascasarjana. Dalam perjalannya, secara filosofis, makna yudisium haruslah secara integral dan komprehensif dapat dimaknai oleh seluruh calon wisudawan pada semua fakultas di UIR Pekanbaru. Ujung dari pemaknaan itu sejatinya haruslah diambil “ibrah” sekaligus implementasi dalam proses perjalanan sebagai insan yang menerima amanah Allah SWT yaitu khalifah fi al-ardh. Momentum yudisium tidaklah sekedar kebahagian untuk memiliki nilai secara kuantitatif (memuaskan atau cumlaude). Tapi juga adalah pemaknaan terhadap kualitas kemampuan akademik berupa soft skill, kemandirian, ketangguhan dan lainnya untuk menunjang kesuksesan masa depan. Namun jauh yang lebih penting lagi adalah kesiapan untuk menjadi intelektual baru yang berkarakter. Mengutip pendapat Azyumardi Azra (2011), kaum intelektual sangat dibutuhkan karena mereka merupakan elan vital bagi perubahan masyarakatnya. Berkat ilmu dan kemampuan, mereka mampu melakukan refleksi terhadap kondisi masyarakat dan menawarkan langkah serta terobosan untuk perbaikan dan kemajuan. Di sinilah sesungguhnya kaum intelektual dibutuhkan. Dan, intelektual memiliki keberanian—dan sering berbicara lantang—baik pada tingkat ide maupun praksis untuk perubahan tersebut. Inilah yang membedakan intelektual dengan inteligensia, orang terpelajar, yang lebih sibuk dan terkurung dalam ilmu dan kepakarannya yang sempit dan teknikal.

Kaum intelektual baru harus mampu menawarkan gagasan dan konsep, walau terkadang mendapat tantangan di masyarakat. Hal itu mungkin karena pemikiran perubahan yang ditawarkan terlalu abstrak bagi kalangan publik. Di sinilah tantang bagi intelektual baru agar perubahan tersebut dapat diterima oleh logika masayarakat. Karena itu, intelektual sering berada dalam dilema dan posisi sulit, pada satu pihak ia memiliki tanggung jawab moral publik untuk menyerukan dan mendorong perubahan, tetapi pada pihak lain ia mendapat tantangan yang tidak jarang sangat sengit dan bermusuhan dari kalangan masyarakat. Tetapi, justru di sinilah terletak integritas intelektual; tidak cepat menyerah pada berbagai tantangan. Oleh karena itu, kesuksesan masa depan, tidaklah saja diukur dengan kebanggaan terhadap nilai tinggi yang diperoleh secara akademik. Akan tetapi kemampuan untuk memberikan perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat. Memberikan perubahan berarti berkarya secara universal bersama dalam membangun masyarakat. Membangun masyarakat berarti bekerja tidak saja untuk kepentingan diri sendiri, tapi juga orang lain. Nilai tak lagi menjadi ukuran ideal, tapi skill yang mumpuni dimana sesorang memiliki kompetensi dan profesionalitas sesuai dengan profesi. Koherensi nilai dan soft skill sejatinya saling mengikut secara bersamaan tertanam dalam diri. Hal itu semua sebagai bekal dalam kehidupan kelak. Kebahagiaan saat yudisium dan akan mendekati pada prosesi wisuda dengan menggenggam gelar baru, harus diikuti dengan perenungan atas masa depan sebagai intelaktual baru yang mampu memberikan perubahan. Tak saja itu tapi menjadi intelaktual baru yang sukses secara material maupun religius di dunia dan juga akhirat. Selamat yudisium. Selamat wisuda. Selamat datang intelektual baru. AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

31


PEMUNCAK

Man Jadda Wa Jada

Oleh Juliana Dian Komalasari

A

da sebuah kisah tentang seorang pemuda yang kuat, ia disuruh menebang hutan oleh pemiliknya. Orangnya sangat bersemangat dan mempunyai kualitas kerja bagus. Namun hari ke hari banyak jumlah pohon yang ditebang selalu

32 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

menurun, dengan berat hati pemilik hutan itu bertanya, “Kenapa kualitas kerjamu berkurang?” penebang pohon itu tidak menjawab, pemilik hutan meneruskan, “Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita, jika lelah maka kita harus beristirahat untuk nantinya bisa mendapatkan kerja yang maksimal.” Akhirnya si pemuda itu paham bahwa pekerjaaan yang dipaksakan itu tidak membuahkan hasil. Kisah tersebut diceritakan Dede Rasid, pemuncak wisudawan universitas periode ini. Sebuah kisah yang membuatnya paham, apapun yang diinginkan tidak harus memaksakan kehendak, cukup berdoa dan optimal dalam mengerjakan tugas tersebut. Dede jadi pemuncak wisuda universitas Juni ini dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,97 mengalahkan 1168 wisudawan lainnya. Ia dinyatakan lulus ujian skripsi pada 28 Februari lalu dengan judul Implementasi Peraturan Bupati No 68 Tahun 2011 tentang kawasan tanpa rokok di kabupaten Kepulauan Meranti. Walau begitu Dede tak pernah sombong, “Dia nggak pernah liatin kepintarannya, walaupun banyak dosen yang memujinya ketika ujian kompre,” kata Ayu teman sekelasnya. Bahkan saat ditanya melalui telepon bagaimana perasaannya menjadi pemuncak universitas, nada bicaranya terkesan biasa, tak ada euforia berlebihan. “Biasa aja sih,” katanya menjawab. Dimata kawan-kawannya Dede adalah sosok yang pendiam namun baik dan ramah pergaulan, “Awalnya dede sangat pendiam, tapi ketika sudah dekat, dede sangat baik dan ramah.” ujar Ayu lagi. Dede merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara, pasangan Lukman dan Kartini. Pendidikannya diawali di Sekolah Dasar di Selatpanjang, setelah itu ia meneruskan ke SMP di Padang Panjang, sekolah lanjutnya SMA N 1 di Selatpanjang.

Tahun 2008 setelah tamat SMA, ia mencoba mendaftar di Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR), tapi saat membayar pendaftaran, ia merasa tak sanggup. Batal lah kuliah itu. Lalu Dede pun pergi ke Batam. Bekerja disebuah PT dengan harapan kuliah sambil kerja. Padahal waktu itu, ada beberapa hal yang membuatnya sangat terpukul, tahun 2008 ayahnya meninggal dunia, selang beberapa bulan ibunya pun turut menyusul ayahnya. Namun tekadnya pantang padam untuk tetap bekerja di Batam. Karena kerja kerasnya, pada tahun 2009 Dede didaftarkan kembali oleh kakaknya di UIR. Waktu itu ia masih di Batam. Ia pun mengambil cuti kerja, untuk mengurus kuliah tersebut. Dengan resiko gaji dipotong, lalu kakaknya lah yang mengurus pendaftaran itu. Karena tak ingin mengecewakan keluarganya, sejak itu prioritas kuliah adalah hal utama baginya. Ia juga pernah menggeluti organisasi kampus, namun hanya sebentar. Ia tak terlalu berminat. Berbekal tekad awal untuk kuliah, Dede berupaya seoptimal mungkin dalam menjalani kegiatannya. Ia merasa sangat berhutang budi pada kakaknya, ia tak mau pengorbanan kakaknya yang menguliahkannya siasia. Jika seseorang sudah berusaha bekerja keras semaksimal mungkin, maka hasilnya yang didapat pun akan baik. Hal itu lah yang diyakini Dede. Walau ada rintangan saat pembuatan skripsi, tapi dengan semangat dan tekad yang kuat, akhirnya Dede mampu mencapai keinginannya, Ia selalu berharap pengorbanan keluarga untuk meng-kuliahkannya tidak siasia,”Jika sudah melakukan yang terbaik maka hasilnya pasti terbaik juga, setelah ini saya tidak berharap lebih hanya ingin pengorbanan keluar tidak sia-sia tak ada kata selain terimakasih untuk semua keluarga yang telah memberikan semangat serta dukungan,” ujarnya menutup pembicaraan. 


PARA PEMUNCAK WISUDAWAN TINGKAT MAGISTER, FAKULTAS DAN UNIVERSITAS PADA WISUDA KE-60 DAN PASCASARJANA KE-23 UNIVERSITAS ISLAM RIAU 1 Juni 2013

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

TINGKAT UNIVERSITAS

NAMA: EKA KOMALASARI Tempat/Tgl. Lahir: Pekanbaru, 11 Juli 1986 NPM: 097120010 Program studi: Ilmu Administrasi IPK: 3,86 Predikat Kelulusan: Sangat Memuaskan Nama Orang Tua: H. Usman

NAMA: DEDE RASID Tempat/Tgl. Lahir: Selat Panjang, 7 Oktober 1990 NPM: 097310001 Program studi: Ilmu Pemerintahan IPK: 3,97 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Lukman

PEMUNCAK TINGKAT FAKULTAS FAKULTAS HUKUM Nama: ASMALINDO Tempat/Tgl.Lahir: Medan, 10 Januari 1990 NPM: 091010222 Program studi: Ilmu Hukum IPK: 3,77 Predikat Kelulusan: Sangat Memuaskan Nama Orang Tua: Muslim

FAKULTAS AGAMA ISLAM Nama: EKA SURTIKA DEWI Tempat/Tgl.Lahir: Sei Silau Tua, 13 Juli 1991 NPM: 092410123 Program studi: Pendidikan Islam IPK: 3,97 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Sard

FAKULTAS TEKNIK Nama: ADE WAHYUDI Tempat/Tgl.Lahir: Pekanbaru, 18 Januari 1991 NPM: 093410407 Program studi: Teknik P. Wilayah Dan Kota IPK: 3,89 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Poniman

FAKULTAS PERTANIAN Nama: SRI MULYANI Tempat/Tgl.Lahir: Selat Panjang, 13 Maret 1990 NPM: 094110101 Program studi: Agroteknologi IPK: 3,97 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Sagiman Subroto

FAKULTAS EKONOMI Nama: PUSVITA ANGGA SARI Lahir: Kisaran, 4 Desember 1990 NPM: 095210120 Program Studi: Manajemen IPK: 3,83 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: M. Masa Malabar

35

FAK .KEG. DAN ILMU PENDIDIKAN Nama: HABIBULLAH Tempat/Tgl.Lahir: Enok, 3 Februari 1992 NPM: 096410973 Program studi: Pendidikan Matematika IPK: 3,89 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Nazaruddin

FAK. SOSIAL DAN ILMU POLITIK Nama: DEDE RASID Tempat/Tgl.Lahir: Selatpanjang, 7 Oktober 1990 NPM: 097310001 Program studi: Ilmu Pemerintahan IPK: 3,97 Predikat Kelulusan: Dengan Pujian Nama Orang Tua: Lukman

FAKULTAS PSIKOLOGI Nama: ANDRI YAYANDA ARMALI Tempat/Tgl.Lahir: Dumai, 4 Januari 1989 NPM: 088110025 Program studi: Psikologi IPK: 3,13 Predikat Kelulusan: Sangat Memuaskan Nama Orang Tua: Syofian Suri

Sampai pada wisuda ke-60 ini, Alumni Universitas Islam Riau berjumlah 29.966. Terdiri dari 4.509 lulusan Fakultas Hukum, 1020 lulusan Fakultas Agama Islam, 2.614 lulusan Fakultas Teknik, 1.616 lulusan Fakultas Pertanian, 7.323 lulusan Fakultas Ekonomi, 6.746 lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2.691 lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 247 lulusan Fakultas Psikologi, dan 1.319 lulusan Pascasarjana. AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

33


SEGENAP CIVITAS AKADEMIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI PASCA SARJANA UIR yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 23 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013

“Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” Dr. Hj. Sri Wahyuni A Kadir, SH. M. Si Direktur Pasca Sarjana Universitas Islam Riau

CIVITAS AKADEMIKA FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI FAKULTAS AGAMA ISLAM UIR yang dilantik pada rapat senat terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 23 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013 “Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama”

Drs. M. Yusuf Ahmad, MA Dekan

CIVITAS AKADEMIKA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI FAKULTAS PSIKOLOGI UIR yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 23 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013

“Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” SIGIT NUGROHO, M. Psi Dekan

CIVITAS AKADEMIKA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI FAKULTAS EKONOMI UIR yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 23 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013

“Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” Drs. Abrar, M.Si.Ak Dekan

34

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


CIVITAS AKADEMIKA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 22 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013 “Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” Ir. U.P. Ismail, M.Agr Dekan

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI UNIVERSITAS ISLAM RIAU yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 23 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013 “Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” YUSRONI TARIGAN Presiden Mahasiswa Universitas Islam Riau

CIVITAS AKADEMIKA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 22 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013 “Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” Drs. Zulkifli, M.Si Dekan

CIVITAS AKADEMIKA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM RIAU mengucapkan

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA

WISUDAWAN/TI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM RIAU yang dilantik pada Rapat Senat Terbuka pada wisuda Sarjana ke 60 dan Pascasarjana ke 22 Universitas Islam Riau tanggal 1 Juni 2013 “Semoga Ilmu yang Diberikan Berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama” Prof. DR. Syafrinaldi, SH., MCL Dekan

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

35


SASTRA

Cerpen

Oleh Delvi Adri

Pekanbaru, 2012 “Pergilah, tapi Abang harus janji akan pulang.” Itu kalimat terakhir yang kudengar dari bibir manisnya beberapa tahun yang lalu. Namanya Anita, dan dia kekasihku. Dulu sewaktu masih di kampung, aku dan Anita hampir setiap sore menghabiskan waktu bersama. Banyak hal yang kami lakukan. Bernyanyi dengan petikan gitar yang kumainkan, tertawa dan bersenda-gurau. terkadang membuat lelucon-lelucon aneh. tak jarang pula kami menghayal tentang kehidupan kami di masa yang akan datang. Anita ingin mempunyai dua orang anak dariku, sedangkan aku ingin memiliki empat orang anak darinya. Jika sudah menghayal seperti itu, Anita selalu merebahkan kepalanya di pundakku. Aku rindu masa-masa bersamanya. Namun, yang tidak pernah kami lewatkan setiap sore adalah memperhatikan tingkah beberapa pasang burung enggang yang bersarang di pohon besar di sisi kiri rumah Anita. Pernah Anita berkata padaku: “Bang, lihat enggang-enggang jantan itu. Begitu setia pada betinanya, selalu mengantar dan memberi makan ketika sang betina mengerami telur-telur mereka.” Aku hanya tersenyum sembari memandangi tingkah beberapa pasang enggang yang bersarang di pohon besar itu. “Bang, aku ingin abang selalu setia, abang janji ya?” Anita memandangku dalam, aku hanya bisa tersenyum, mengangguk, dan berusaha meyakinkannya. Lalu, apakah enggang benar-benar setia pada pasangannya? Anita pernah mengatakan hubungan kami persis seperti pasangan enggang. Karena kesetiaan enggang menurut Anita sama dengan kesetiaanku yang selalu menemaninya setiap sore. Setiap kali kami memperhatikan tingkah enggang-enggang itu, Anita selalu saja memintaku agar berjanji untuk selalu setia padanya. Seperti biasa, aku hanya tersenyum, mengangguk, dan berusaha meyakinkannya. Sebenarnya aku ragu apakah aku bisa menepati janji-janji yang diminta oleh Anita. Bukan karena

36 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

aku tidak sungguh-sungguh padanya. Namun sebaliknya, aku ragu apakah Anita sungguh-sungguh ingin hidup bersamaku. Ada satu hal yang ingin aku sampaikan pada Anita. Aku ingin sekali merubah kehidupanku. Sudah lama aku berkeinginan untuk mencari kehidupan yang lebih layak di kota. Aku belum bisa mengatakan keinginanku itu pada Anita, takut dia akan kecewa. Dan itu juga kenapa janji-janji itu begitu berat kurasakan. bisa saja jika aku sudah berhasil di kota, aku jadi lupa diri, lupa semua janji-janjiku pada Anita. Atau sebaliknya, jika aku tidak berhasil di kota, bagaimana mungkin aku bisa melamar Anita. Aku ragu meninggalkan Anita. Aku pun takut Anita tidak bisa menungguku untuk waktu yang lama, apalagi hubunganku dengan Anita hanya sebatas sepasang kekasih. Pernah suatu malam aku bermimpi. Di dalam mimpiku itu Anita dilamar seorang pemuda yang jelas sekali status ekonominya melebihi yang aku punya. Namun, karena Anita bersikeras hanya ingin menikah denganku, maka pemuda itu berupaya untuk menyingkirkan ku. Pemuda itu mencelakaiku dengan sebilah pisau, ia menghujamkan sebilah pisau tepat di perutku. Melihat tubuhku yang bersimbah darah dan kritis, Anita berlari menghampiri dan memangku kepalaku. Saat pandanganku mulai gelap, aku melihat Anita mengiris nadi tangannya dengan pisau. Terakhir sebelum terbangun dari mimpi, aku melihat Anita terkapar di sampingku. Sekilas mimpi yang pernah kualami itu hampir mirip dengan kisah percintaan Jayaprana dan Nyoman Layonsari. Dalam legenda Bali itu, Layonsari memilih bunuh diri karena tidak mau dinikahi penguasa yang telah membunuh Jayaprana suaminya. Sungguh aku ingin sekali Anita memiliki kesetiaan yang dimiliki Layonsari. Sore itu aku kembali menemui Anita dengan maksud menyampaikan keinginanku untuk merantau. Mencari kehidupan yang layak di kota dan merancang kehidupanku


Puisi di masa depan bersama Anita. Sebenarnya aku tidak tega mengatakannya. Namun, tekatku yang telah bulat memaksaku untuk mengatakannya. Walau pun aku tahu, Anita pasti kecewa. “Bang, apa ada sesuatu yang membuat abang begini?” “Tidak Anita, abang hanya...” “Apa abang sakit?” sangat jelas sekali seraut kecemasan terpancar dari wajah Anita. “Anita sayang...” Aku menatap dalam mata Anita dan mengatakan keinginanku padanya. Sungguh berat meninggalkan Anita, apa lagi melihat air mata yang menggenang di kedua matanya. *** Pekanbaru, 2000 Hari itu aku mendapat surat dari Anita tertanggal 26 November 2000. Semenjak aku tinggal dan bekerja di kota, Anita Untuk, Bang Amran:

Cinta di Ujung Sejadah

Assalamualaikum wr. wb. Apa kabar bang Amran? Semoga Abang dalam keadaan sehat. Bang, Kapan abang akan pulang? Sudah terlalu lama rasanya Anita menunggu abang. Sudalah, Anita tidak mau berharap terlalu banyak bang. Bang, beberapa pejantan enggang sudah tidak pernah lagi datang mengantarkan makanan untuk betinanya. Anita juga melihat beberapa betina tak lagi mengerami telur-telur mereka. Apakah kesetiaan enggang-enggang yang kita agungagungkan itu bisa memudar? akhir-akhir ini Anita selalu memikirkan abang setiap kali melihat satu persatu enggang di pepohonan mulai meninggalkan sarangnya. Entah apa yang terjadi, apakah mereka sudah mendapatkan persinggahannya yang baru? Bang, Ada hal yang ingin Anita bicarakan. Sebenarnya ingin sekali Anita bertemu dengan abang untuk membicarakan ini. Namun, Anita pikir tidak mungkin rasanya untuk kita bertemu. Bang, dua hari yang lalu bang Asrul datang ke rumah. Bang Asrul bicara pada Bapak perihal keinginannya untuk melamar Anita. Anita harap abang bisa pulang.

Nia Yelpa, Mahasiswi Universitas Islam Riau Karyanya sudah menghiasi media Metro Riau,Blog Albratva, Puisi.com,dan Antologi Sepotong Rindu Dalam Sarung.

Tanjung Harapan, 26 November 2000 Salam hangat, Anita Itulah surat terakhir yang kuterima darinya. Bukan aku tidak mau pulang untuk menemui Anita. Hanya saja saat itu, sangat tidak memungkinkan bagiku untuk pulang. *** Tanjung Harapan, 2012 Amran tumbuh menjadi anak yang nakal, namun Amran adalah anak yang pintar. Kenakalannya mungkin disebabkan karena tidak adanya sosok ayah yang memperhatikannya sehari-hari. Karena memang sewaktu Amran masih berumur delapan bulan dalam ka Kamar Klasik Februari-April 2012 *Tanjung Harapan adalah nama sebuah dusun di sebuah desa yang terletak di Hulu Sungai Subayang. Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Kabupaten Kampar. Delvi Adri, Peminat dan penikmat Sastra. Alumni program studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UIR. Sekarang bekerja sebagai wartawan. Bermastautin di Pekanbaru.

Panasnya mentari tak mampu menghangatkan raga ini Terlalu lelah dan letih tubuh ini Seakan harus merangkak menghadapi hari esok Dinginnya malam tak akan mampu menyejukkan hatiku Saat rasa rindu mulai datang menghujam jantungku Bayang wajahmu seakan menjelma disetiap sujudku Dan riak butiran bening perlahan membanjiri malam malamku Ya Rabbi,aku merintih dalam kehingan malam ini Berharap cinta itu datang menggelar sejadah bersamanya.

Kepada: Ja Biar ilalang hujan basah oleh gigilnya sendiri, Ja Setelah itu kau boleh memberinya handuk pilu Agar saat angin menghalimbubu Tubuhnya semakin ngilu Dan tulang belulang tersusun menjadi aku Lalu jangan sesekali coba memelukku! Seperti yang kau tahu, Tubuhku tak seutuh rindu yang pernah kukirim Padamu Pergelangan nyawa sudah renta Airmata juga buta Malah nyebur kau nanti di goa luka Dan nyumbul di pinggir pusara Lihat! ada namaku disana, Ja Tepat di nisannya cinta Apa kau yang membunuhku? Tidak, sepertinya! Sini, kubisikkan penyebabnya Ketika hujan turun panah di kepalaku Aku lupa pada siapa menjatuhkan cinta Akibatnya, menancap basah kekecewaan di sekujur dada Dan nyawa? Entah minggat kemana Begitulah, Ja Jadi kau tak perlu meronta Dan membuangbuang doa Ya? pekandendam, awal 2013 Makmur HM, Sudah menerbitkan 3 buku antologi tunggal dan 9 antologi bersama. Mahasiswa Universitas Abdurrab Pekanbaru Jurusan Ilmu Komunikasi. AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

37


Maret lalu dari tanggal 29-31 AKLaMASI adakan Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) XIV. Sekira 14 mahasiswa yang ikut. Mereka datang dari berbagai latarbelakang disiplin ilmu. Bermacam alasan dikemukakan. Ada yang karena ingin memperdalam fotografi, ingin belajar jurnalistik. Pokoknya apa pun alasan kalian, tempat ini adalah tempat yang cocok untuk kalian belajar. Semoga kalian mencintai tempat ini dan bertahan hingga masanya. Teruslah mencari kebenaran.

38

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013 AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


TTS edisi Majalah 04

SENGGANG MENDATAR 1. 4. 6. 9. 11. 12.

Jamur Kepala Berantakan Ca ba i Sejenis Monyet Sombong Tidak Jujur

MENURUN 1. 2. 3. 5. 7. 8. 9.

Bunyi di tepi suku kata Percaya diri J anin Kostum jepang Gumpal Bangunan khusus berpanggung Jenis Gendang; Alat musik tradisonal melayu 10. Kurang Pergaulan

Foto: internet

Tuliskan jawaban Anda di kertas selembar. Kirimkan ke Kantor Redaksi AKLaMASI di samping Gedung Klinik UIRA. Sertakan foto copy KTM Anda. Pemenang diberikan hadiah.

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013

39


FOTOGRAFI

Plank Bertulis “ Kawasan Bebas Asap Rokok� terpampang jelas dibeberapa Titik Keramaian Kampus. Setiap hari mahasiswa lalu-lalang tanpa mampu mengindahkan peraturan yang ada. Tidak hanya dengan diam-diam, bahkan terang-terangan merokok disudut-sudut kampus ; area parkir, taman, kantin dan ruang terbuka lainnya. Mereka acuh seolah tak pernah tau tentang keberadaan plang atau maksud plang tersebut. lantas mau dibawa kemana peraturan itu?

Narasi dan Foto : Rahmi Carolina

AKLaMASI | Edisi 04 | Juni 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.