INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 2014
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 2014
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Disusun oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi. Diterbitkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi.
ISBN 978-602-17231-6-6 Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2013 Fakta Korupsi dalam Layanan Publik 188 hlm + viii
Kegiatan Survei Integritas Sektor Publik 2013 didanai oleh APBN www.kpk.go.id Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan - Indonesia Telp. (021) 2557 8300 Fax. (021) 5289 2456
Kata Pengantar P
uji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya buku Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2013: Fakta Korupsi dalam Layanan
Publik. Buku ini adalah bagian dari rangkaian survei integritas sektor publik yang telah rutin dilaksanakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak tahun 2007. Survei tahun 2013 dilakukan terhadap 20 instansi pusat, 5 instansi vertikal pada 33 kota/ibu kota provinsi dan 60 pemerintah daerah kabupaten/kota dengan total 484 unit layanan yang memberikan pelayanan kepada publik (masyarakat, perusahaan, maupun layanan antar-lembaga). Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan langsung (bukan calo atau biro jasa) dari layanan yang disediakan dari instansi tersebut. Survei dilaksanakan pada Mei–September 2013. Seluruh data yang diperoleh dalam laporan survei ini adalah data primer yang bersumber dari hasil wawancara secara langsung dengan responden di lapangan. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun bantuan dalam pelaksanaan survei serta dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini memberikan dampak yang bermanfaat bagi peningkatan integritas sektor publik di Indonesia.
Jakarta, Mei 2014 Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
iv
Daftar Isi Kata Pengantar 1 PENDAHULUAN
iii 1
1.1 LATAR BELAKANG
2
1.2 TUJUAN
3
1.3 METODOLOGI
4
1.3.1 Unit Layanan dan Lokasi
6
1.3.2 Karakteristik Responden
9
1.3.3 Variabel, Indikator, Sub-Indikator, dan Struktur Pertanyaan
1.4 ANALISIS DATA
2 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL 2.1 INDEKS INTEGRITAS TINGKAT NASIONAL (IIN)
10
12
13 14
2.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL 17 2.2.1
Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional
19
2.2.2
Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional
21
2.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL
24
2.3.1
Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Nasional
26
2.3.2
Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
30
2.3.3
Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Nasional
32
2.3.4
Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional
35
2.4 INDEKS INTEGRITAS TOTAL PUSAT
38
2.5 INDEKS INTEGRITAS TOTAL DAERAH
39
3 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
41
3.1 INDEKS INTEGRITAS TINGKAT PUSAT
42
3.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT
45
3.2.1
Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat
46
3.2.2
Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat
50
v
3.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT
54
3.3.1
Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Pusat
56
3.3.2
Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Pusat
62
3.3.3
Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Pusat
66
3.3.4
Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat
69
4 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL 4.1 INDEKS INTEGRITAS LEMBAGA VERTIKAL
73 74
4.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL 77 4.2.1
Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
78
4.2.2
Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
82
4.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
85
4.3.1
Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Vertikal
87
4.3.2
Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
93
4.3.3
Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Vertikal
96
4.3.4
Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
99
5 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH 5.1 INDEKS INTEGRITAS TINGKAT DAERAH
103 104
5.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH 107 5.2.1
Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah
108
5.2.2
Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah
112
5.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH
vi
115
5.3.1
Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Daerah
117
5.3.2
Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Daerah
123
5.3.3
Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Daerah
127
5.3.4
Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah
131
6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
135
LAMPIRAN
139
1. Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
140
2. Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
142
3. Indeks Integritas Total Pusat (IITP), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
153
4. Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
154
5. Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
154
6. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
156
7. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
156
8. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Kota
156
9. Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Kota
157
10. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Kepolisian Republik Indonesia
163
11. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Badan Pertanahan Nasional
164
12. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Kementerian Hukum dan HAM
165
13. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Kementerian Agama
166
14. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Mahkamah Agung
167
15. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Surat Izin Mengemudi (SIM)
168
16. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
169
17. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Peningkatan Hak atas Tanah
170
18. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Peralihan Hak atas Tanah
171
19. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Paspor
172
20. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan
173
21. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Pernikahan KUA
174
vii
viii
22. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Sidang Peradilan Agama
175
23. Indeks Integritas Total Daerah (IITD), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas
176
24. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
177
25. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
179
26. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
183
27. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Kesehatan Dasar Puskesmas
185
28. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
186
PENDAHULUAN
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
1.1 LATAR BELAKANG
O
utput dari tugas pokok dan fungsi Fakta layanan publik di Indonesia menunjukkan instansi/lembaga pemerintah adalah bahwa sektor ini masih rawan korupsi dalam
layanan yang diberikan kepada masyarakat. bentuk penyuapan, pemerasan, gratifikasi ataupun penyalahgunaan wewenang. Instansi/lembaga pemerintah yang dalam Walaupun nilai korupsi tidak selalu besar, melaksanakan tugas dan fungsinya dibiayai korupsi yang terjadi pada layanan publik oleh pajak masyarakat sudah sewajarnya akan memengaruhi citra instansi/lembaga untuk selalu berusaha memberikan layanan pemerintah di mata masyarakat luas. Tingkat publik yang sesuai harapan masyarakat. kepercayaan masyarakat akan jatuh kepada Transparansi dan akuntabilitas dalam proses lembaga pemerintah yang memiliki layanan layanan menjadi keharusan.
2
publik yang buruk dan koruptif. Apabila tingkat
1. PENDAHULUAN
kepercayaan masyarakat sudah rendah,
yang dilakukan juga dapat menggambarkan
memulihkan nama baik instansi/lembaga
sifat-sifat korupsi di layanan publik tersebut.
pemerintah di mata masyarakat bukanlah hal
Hasil dari indeks integritas mencerminkan
yang mudah.
apakah unit layanan pada lembaga/instansi
Dalam rangka mencegah secara efektif terjadinya korupsi, hendaknya tidak cukup dilakukan
pengukuran
yang
semata-
mata bertujuan untuk mendeteksi pelaku korupsi dan menghukumnya. Penting untuk
pemerintah sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Survei Integritas Sektor Publik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dilakukan dalam rangka hal tersebut.
menempatkan strategi pencegahan korupsi
Penilaian yang dilakukan berdasarkan sudut
dengan tujuan untuk mengeliminasi faktor-
pengguna layanan publik diharapkan mampu
faktor penyebab terjadinya korupsi sejak
mengubah perspektif layanan dari orientasi
awal. Demikian halnya pada sektor publik,
pada penyedia layanan (supply) menjadi
dalam menetapkan strategi pencegahan
perspektif pengguna layanan (demand). Hasil
korupsi, perlu diidentifikasi dan dianalisis
ini juga diharapkan akan mendorong sektor
faktor-faktor yang menjadi akar penyebab yang berkontribusi menimbulkan korupsi pada layanan publik.
publik secara sukarela melakukan upayaupaya pemberantasan korupsi dalam layanan publiknya. Upaya tersebut bila dilakukan
Menilai tingkat integritas layanan publik
secara komprehensif pada akhirnya akan
merupakan salah satu upaya yang perlu
menaikkan integritas layanan publik yang
dilakukan untuk memastikan faktor penyebab
bersangkutan dan meningkatkan kepercayaan
terjadinya korupsi di layanan publik. Penilaian
masyarakat pada sektor publik.
1.2 TUJUAN
S
urvei Integritas Sektor Publik dilakukan diterapkan oleh layanan publik menurut dalam rangka mendapatkan data primer penilaian pengguna layanan publik.
terkait unsur-unsur integritas sektor publik Tujuan dari Survei Integritas Sektor Publik dan bagaimana unsur tersebut dimiliki dan adalah sebagai berikut.
3
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
1. Memetakan tingkat integritas layanan publik.
3. Menyampaikan rekomendasi perbaikan
2. Menyampaikan tingkat integritas tersebut kepada
lembaga/instansi
pemerintah
yang memiliki layanan publik tersebut dan
kepada tiap-tiap unit layanan publik berdasarkan nilai indeks integritas yang dicapainya.
masyarakat luas.
1.3 METODOLOGI
S
urvei Integritas Sektor Publik 2013 ditetapkan pakar yang berlatar belakang sosial merupakan
upaya
mendapatkan politik, kebijakan publik, sosiologi, psikologi,
penilaian dari masyarakat pengguna layanan komunikasi sosial, statistik, dan praktisi. terhadap
unsur-unsur
integritas
dalam Variabel, indikator, dan sub-indikator yang layanan publik. Penilaian diarahkan untuk telah ditetapkan selanjutnya diterjemahkan menjaring pengalaman langsung responden ke dalam pertanyaan-pertanyaan tertutup selama mengurus layanan. Oleh karena itu, yang dituangkan dalam kuesioner. Sebelum responden yang dipilih adalah yang mengurus survei dilakukan ke semua daerah penelitian, langsung layanan dalam kurun waktu satu terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner tahun terakhir. untuk melihat validasi dan keandalannya. Isian Pelaksanaan kegiatan didahului dengan kuesioner yang ditanyakan kepada responden penentuan variabel, indikator, dan sub- adalah kuesioner yang telah disesuaikan indikator penyusun nilai integritas. Acuan berdasarkan hasil uji coba. yang dipakai berasal dari Anti-Corruption and Civil Rights Commission of Korea (dahulu Korea
Nilai integritas dalam survei ini berkisar antara
Independent Commission Against Corruption- 0–10. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin KICAC). Dalam perkembangannya, instrumen mendekati 10, integritas untuk layanan tersebut dikembangkan oleh KPK sesuai semakin baik dan sebaliknya jika mendekati 0, dengan kebutuhan dan kondisi pelayanan integritas layanan semakin buruk. Penjelasan publik di Indonesia. Bobot variabel, indikator, umum mengenai metodologi pelaksanaan dan sub-indikator mengacu pada bobot yang survei dijelaskan pada tabel berikut.
4
1. PENDAHULUAN
Tabel 1.1 Metodologi Pelaksanaan Survei Integritas Sektor Publik No.
Item
1
Waktu pelaksanaan survei
2
Lokasi survei
3
Jumlah instansi dan unit layanan yang disurvei
4
Responden
5
Komponen yang dinilai
Uraian Survei dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2013 Unit layanan instansi pusat dilakukan di Jakarta dan sekitarnya Unit layanan instansi vertikal dilakukan di 33 kota/ibu kota provinsi Unit layanan pemerintah daerah dilakukan di 60 kabupaten/kota Instansi pusat : 40 unit layanan pada 20 instansi pusat Instansi vertikal : 264 unit layanan pada 5 instansi vertikal Pemerintah daerah : 180 unit layanan pada 60 kabupaten/kota Pengguna layanan yang merasakan langsung layanan dalam 1 tahun terakhir dan telah menjalani seluruh prosedur layanan, individu/mewakili perusahaan/instansi. Khusus responden pada unit layanan Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) ditambahkan kriteria bahwa responden adalah perusahaan yang pernah mengikuti tender/lelang di instansi/pemerintah daerah dan memiliki peringkat 3 besar pada tahapan akhir proses tender/lelang. Total Responden : 15.000 dengan jumlah minimal responden per unit layanan 30 a. Instansi pusat : 1.200 responden b. Instansi vertikal : 8.160 responden c. Pemerintah daerah : 5.640 responden 1. Pengalaman Integritas Variabel 2 . Potensi Integritas 1. Pengalaman Korupsi 2 . Cara Pandang Terhadap Korupsi 3. Lingkungan Kerja Indikator 4. Sistem Administrasi 5. Perilaku Individu 6. Pencegahan Korupsi 1. Jumlah/Besaran Gratifikasi 2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi 3. Waktu Pemberian Gratifikasi 4. Arti Pemberian Gratifikasi 5. Tujuan Pemberian Gratifikasi 6 Kebiasaan Pemberian Gratifikasi 7. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur 8. Keterlibatan Calo 9. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Sub-Indikator 10. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan 11. Kepraktisan SOP 12. Keterbukaan Informasi 13. Pemanfaatan Teknologi Informasi 14. Keadilan dalam Layanan 15. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi 16. Perilaku Pengguna Layanan 17. Tingkat Upaya Anti-Korupsi 18. Mekanisme Pengaduan Masyarakat
5
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Item
Uraian
6
Metode pengukuran
7
Instrumen pengumpulan data
8
Nilai
Pembobotan variabel, indikator, dan sub-indikator oleh pakar melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan menggunakan metode Analytical Hierarchical Process (AHP) Penilaian dengan instrumen pertanyaan dalam kuesioner yang dijawab langsung oleh responden 1 . Wawancara 2 . Pengamatan deskriptif unit layanan Sebaran : 0 –10 Arti : Semakin mendekati nilai 10, maka indeks integritas semakin baik
1.3.1 UNIT LAYANAN DAN LOKASI Penilaian integritas sektor publik tahun 2013 Di tingkat pusat, survei dilakukan terhadap dilakukan terhadap 484 unit layanan dengan unit layanan instansi/lembaga yang berlokasi di Jakarta dan sekitarnya. Pada lembaga/ perincian sebagai berikut: instansi vertikal, survei dilakukan terhadap
Tabel 1.2 Jumlah Unit Layanan Survei Integritas Sektor Publik 2013
5 unit layanan yang berlokasi di 33 kota/ ibu kota provinsi. Di instansi daerah, survei
No.
Instansi
Jumlah Unit Layanan
dilakukan pada 3 unit layanan, yaitu SIUP, layanan kesehatan dasar, dan layanan
1
Pusat
40 unit layanan Kementerian/ Lembaga
2
Vertikal
264 unit layanan
pengadaan barang dan jasa yang tersebar di
3
Pemerintah Daerah
180 unit layanan
60 pemerintah kabupaten/kota.
Tabel 1.3 Unit Layanan Survei Integritas Sektor Publik 2013 No. 1
Instansi Pusat
Unit layanan 1
Kementerian
2
Lembaga Non-Kementerian
Catatan: Nama Unit layanan berbeda setiap instansi
2
3
6
Vertikal
Pemerintah Daerah
Pembuatan SIM
1
Kepolisian RI
2
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pembuatan dan Perpanjangan Paspor
3
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan di KUA
4
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang di Pengadilan Agama
5
Badan Pertanahan Nasional
1
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
2
Layanan Kesehatan Dasar di Puskesmas
3
Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Pembuatan SKCK Layanan Lembaga Pemasyarakatan
Peningkatan Hak Atas Tanah Peralihan Hak Atas Tanah
1. PENDAHULUAN
Nama unit layanan sampel tingkat pusat ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 1.4 Nama Instansi dan Unit Layanan Sampel Tingkat Pusat pada Survei Integritas 2013 No.
Instansi
1
Kementerian Perdagangan
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
3
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
4
Kementerian Keuangan
5
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
6
Kementerian Perhubungan
7
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8
Kementerian Perindustrian
9
Kementerian Kelautan dan Perikanan
10
Kementerian Kesehatan
11
Kementerian Pertanian
12
Kementerian Kehutanan
13
Kementerian Lingkungan Hidup
14
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
15
Kementerian Luar Negeri
16
Badan Pengawas Obat dan Makanan
17
Badan Koordinasi Penanaman Modal
18
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
19
RSUP Fatmawati
20
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
No. 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Unit Layanan Nomor Pengenal Importir Khusus Pengadaan Barang dan Jasa Bantuan Penelitian Pengadaan Barang dan Jasa Surat Keterangan Terdaftar Pengadaan Barang dan Jasa Administrasi Sengketa Pajak Pengadaan Barang dan Jasa Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Pengadaan Barang dan Jasa Izin Penyelenggaraan Angkutan Pariwisata Pengadaan Barang dan Jasa Pengujian Perangkat Telekomunikasi Pengadaan Barang dan Jasa LS Pro Pustan SNI Pengadaan Barang dan Jasa Izin Penangkapan Ikan Pengadaan Barang dan Jasa Izin Edar Alat Kesehatan Pengadaan Barang dan Jasa Rekomendasi Izin Impor Beras Jenis Tertentu Pengadaan Barang dan Jasa Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pengadaan Barang dan Jasa Jasa Pengolahan Limbah B3 Pengadaan Barang dan Jasa Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan Pengadaan Barang dan Jasa Izin Exit Permit Pengadaan Barang dan Jasa Pendaftaran Izin Edar Makanan Pengadaan Barang dan Jasa Izin Usaha Pengadaan Barang dan Jasa Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) Pengadaan Barang dan Jasa Layanan Rawat Inap Non-Jaminan Pengadaan Barang dan Jasa Layanan Rawat Inap Non-Jaminan Pengadaan Barang dan Jasa
Di tingkat vertikal, unit layanan yang disurvei layanan vertikal di 33 ibu kota provinsi, mencakup 33 provinsi yang diwakili oleh yaitu Samarinda, Denpasar, Tanjungpinang,
7
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Gorontalo, Mamuju, Bandar Lampung, Mataram, antaranya adalah ibu kota provinsi yang juga Manado, Palu, Ternate, Padang, Banda Aceh, dijadikan lokasi sampel unit layanan vertikal. Banjarmasin, Kupang, Ambon, Jambi, Makassar, Dua puluh tujuh lainnya merupakan pemko/ Surabaya, Yogyakarta, Kendari, Pangkalpinang, pemkab yang dipilih dengan alasan intensitas Pontianak, Palangkaraya, Semarang, Serang, pelayanan publik yang tinggi di kota/ Pekanbaru, Bandung, DKI Jakarta, Palembang, kabupaten tersebut. Tabel berikut menjelaskan Bengkulu, Medan, Manokwari, Jayapura. nama 60 pemerintah kota/kabupaten yang Pada tingkat daerah, survei dilakukan di menjadi sampel survei integritas sektor 60 pemerintah kota/kabupaten. Dari 60 publik, spesifik pelayanan publik SIUP, layanan pemerintah kota/kabupaten tersebut, 33 di kesehatan dasar, dan layanan PBJ. Tabel 1.5 Lokasi Survei Integritas Sektor Publik 2013 Korwil
I
II
III
IV
8
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi Aceh Aceh Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Riau Riau Sumatera Barat Sumatera Barat Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Sumatera Selatan Sumatera Selatan Jambi Lampung Lampung DKI Jakarta Banten Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah DI Yogyakarta
Pemerintah Daerah Pemko Banda Aceh Pemko Lhokseumawe Pemko Medan Pemko Binjai Pemko Pematangsiantar Pemko Dumai Pemko Pekanbaru Pemko Bukittinggi Pemko Padang Pemko Tanjungpinang Pemko Batam Pemko Pangkalpinang Pemko Bengkulu Pemko Lubuklinggau Pemko Palembang Pemko Jambi Pemko Metro Pemko Bandar Lampung Pemko Jakarta Pemko Serang Pemko Cilegon Pemko Tangerang Pemko Depok Pemko Bandung Pemko Bogor Pemko Cirebon Pemko Bekasi Pemko Semarang Pemko Surakarta Pemko Pekalongan Pemkab Banyumas Pemko Yogyakarta
Korwil
V
VI
VII
VIII
No.
Provinsi
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sulawesi Utara Gorontalo Maluku Utara Maluku Papua Papua Barat
Pemerintah Daerah Pemko Surabaya Pemkab Sidoarjo Pemko Malang Pemkab Jember Pemko Kediri Pemko Madiun Pemko Pontianak Pemko Samarinda Pemko Balikpapan Pemko Palangkaraya Pemko Banjarmasin Pemko Banjarbaru Pemko Denpasar Pemko Mataram Pemko Bima Pemko Kupang Pemko Makassar Pemko Parepare Pemkab Mamuju Pemko Palu Pemko Kendari Pemko Manado Pemko Bitung Pemko Gorontalo Pemko Ternate Pemko Ambon Pemko Jayapura Pemkab Manokwari
1. PENDAHULUAN
1.3.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN Total jumlah responden pada survei integritas instansi vertikal, maupun instansi pusat tahun 2013 adalah 15.000 orang. Responden dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jumlah tersebut merupakan individu atau perwakilan responden di setiap unit layanan adalah 30 suatu institusi yang mengurus layanan secara responden. Profil responden ditunjukkan pada langsung pada unit layanan di instansi daerah, tabel berikut. Tabel 1.6 Profil Responden Nasional Gender
Kelompok Umur 17–19 tahun
4,7%
20–29 tahun
32,3%
30–39 tahun
32,2%
40–49 tahun
21,9%
50 tahun ke atas
Laki-laki
55,3%
Perempuan
44,7% Total Pendidikan yang Ditamatkan
8,9% Total
100,0%
Status dalam Rumah Tangga
100,0%
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
0,6%
SD
3,6%
SLTP
8,0% 52,1%
Kepala Rumah Tangga
40,7%
SLTA
Istri Kepala Rumah Tangga
33,1%
Akademi/Diploma
Anak
26,2%
D-4/Sarjana
24,3%
Pasca-Sarjana
2,3%
Total
100,0%
9,1%
Total
100,0%
Pekerjaan Saat Ini Kelompok Pengeluaran
Wiraswasta
31,5%
Karyawan Swasta
29,7%
Kurang dari Rp750.000
Ibu Rumah Tangga
15,3%
Rp750.000 s.d. Rp1.250.000
29,7%
Pelajar/Mahasiswa
9,1%
Rp1.250.001 s.d. Rp2.000.000
13,8%
PNS/TNI/Polri
4,4%
Rp2.000.001 s.d. Rp3.500.000
1,0%
Buruh/Petani/Nelayan
2,7%
Rp3.500.001 s.d. Rp5.000.000
14,1%
Pengajar/Dosen
1,8%
Rp5.000.001 s.d. Rp7.500.000
32,0%
Profesional
1,0%
Rp7.500.001 s.d. Rp10.000.000
4,0%
Pensiunan/Purnawirawan
0,8%
Lebih dari Rp10.000.000
0,3%
Lainnya
3,7% Total
5,1%
Total
100,0%
100,0%
Persentase responden secara nasional lebih (52,1%), pekerjaan wiraswasta (31,5%), dan didominasi laki-laki (55,3%), usia 20–29 tahun rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan (32,3%), pendidikan yang ditamatkan SLTA Rp5.000.001 s.d. Rp7.500.000 (32,0%).
9
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
1.3.3 VARIABEL, INDIKATOR, SUB-INDIKATOR, DAN STRUKTUR PERTANYAAN Terdapat
dua
variabel
utama
dalam utama tersebut diturunkan ke dalam beberapa
menentukan tingkat integritas suatu unit indikator dan sub-indikator untuk kemudian layanan dan instansi, (1) Pengalaman Integritas dijabarkan ke dalam 26 pertanyaan tertutup. dan (2) Potensi Integritas. Kedua variabel Tabel 1.7 Variabel, Indikator, dan Sub-Indikator berdasarkan Bobot Penilaian Integritas
Variabel
Indikator
Sub-Indikator Jumlah/Besaran Gratifikasi (0,210)
Pengalaman Korupsi (0,250) Pengalaman Integritas (0,667)
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550) Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250) Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750) Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392) Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
Lingkungan Kerja (0,127)
Keterlibatan Calo (0,221) Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
Integritas Total (1,00) Suasana Kondisi di Sekitar Pelayaan (0,123) Kepraktisan SOP (0,281) Potensi Integritas (0,333)
Sistem Administrasi (0,280)
Keterbukaan Informasi (0,584) Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) Keadilan dalam Layanan (0,413)
Perilaku Individu (0,280)
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi (0,327) Perilaku Pengguna Layanan (0,260) Tingkat Upaya Anti-Korupsi (0,750)
Pencegahan Korupsi (0,313) Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
Keterangan: (...) adalah bobot
10
1. PENDAHULUAN
Struktur pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner Survei Integritas 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.8 Struktur Pertanyaan dalam Kuesioner Survei Integritas Sektor Publik 2013
A. Identifikasi/Pengenal Kuesioner
8
Berapa jumlah perantara di luar prosedur di unit layanan
1
Nomor kuesioner
9
Pengaruh dari keberadaan perantara di luar prosedur dalam unit layanan
2
Unit layanan
10
Bagaimana cara perantara di luar prosedur beroperasi
3
Kode instansi
11
Bagaimana kondisi fasilitas (sarana dan prasarana) di lingkungan layanan
12
Bagaimana suasana/kondisi fasilitas di lingkungan layanan
B. Identitas Responden 1
Nama
G. Sistem Administrasi
2
Pekerjaan
1
Mudah/sulit prosedur (tahapan) pengurusan layanan
3
Pendidikan
2
Mudah/sulit persyaratan pengurusan layanan
C. Identitas Perusahaan
3
Tepat waktu/lambat waktu penyelesaian pengurusan layanan
1
Nama
4
Bagaimana biaya yang dibayar dalam pengurusan layanan
2
Alamat
5
Tingkat keterbukaan informasi di unit layanan
D. Pengalaman Korupsi
6
Kejelasan informasi yang diperoleh di layanan
7
Kondisi dari sistem teknologi informasi (sistem antrean, sistem informasi) pada unit layanan
8
Tujuan utama menggunakan teknologi informasi
9
Kapan teknologi informasi tersebut digunakan
1
Sesuai/tidaknya biaya dengan ketentuan/biaya resmi
2
Jumlah biaya tambahan yang dibayarkan
3
Berapa kali memberikan biaya tambahan
4
Kapan biaya tambahan diberikan
5
Bentuk-bentuk biaya tambahan yang diberikan
E. Cara Pandang Terhadap Korupsi 1
Pendapat tentang biaya tambahan/gratifikasi
2
Tujuan memberikan biaya tambahan
3
Alasan utama memberikan biaya tambahan
F. Lingkungan Kerja 1
Intensitas praktik pemberian uang tambahan di unit layanan
2
Bagaimana pemberian uang tambahan di unit layanan
3
Pernah/tidak melakukan pertemuan di luar prosedur saat mengurus layanan
4
Berapa kali pertemuan di luar prosedur dilakukan
5
Tujuan melakukan pertemuan di luar prosedur
6
Melihat ada/tidaknya keberadaan perantara di luar prosedur beroperasi
7
Siapakah yang menjadi perantara di luar prosedur
H. Perilaku Individu 1
Penilaian pengguna layanan terhadap petugas yang melayani
2
Ada/tidaknya pembedaan perlakukan petugas dalam memberi layanan
3
Dasar pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan
4
Siapa berinisiatif memberikan uang tambahan
5
Cara petugas meminta uang tambahan
I. Pencegahan Korupsi 1
Ada/tidaknya kampanye/media antikorupsi di layanan
2
Bentuk kampanye/media antikorupsi yang tersedia
3
Berapa banyak kegiatan/media antikorupsi di layanan
4
Tingkat aksesibilitas media pengaduan/pengajuan komplain
5
Media pengaduan apa yang ada di unit layanan
6
Tindak lanjut/respons petugas dari pengaduan yang disampaikan
11
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
1.4 ANALISIS DATA
P
roses pengolahan data menggunakan selanjutnya diolah secara bertahap ke dalam aplikasi R-Statistical Analysis Package, sub-indikator, indikator, dan variabel hingga
SPSS for Advanced Analysis, dan Excel. Aplikasi menghasilkan indeks integritas unit layanan, ini digunakan untuk membantu menerapkan pemda, instansi vertikal, instansi pusat, sampai formula sesuai dengan ketentuan skoring yang nasional. Hasil pengolahan data disajikan telah ditetapkan. Hasil dari pengolahan data dalam skala nilai 0–10, menunjukkan bahwa adalah nilai-nilai yang telah diproses mengikuti semua formula yang telah ditentukan.
semakin mendekati nilai 10 maka indeks integritas semakin baik yang menggambarkan
Sumber data adalah file SPSS yang merupakan baiknya pelayanan sektor publik terhadap hasil inputan dari jawaban responden. Data masyarakat saat pengurusan layanan.
12
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
2.1 INDEKS INTEGRITAS TINGKAT NASIONAL (IIN)
T
ahun 2013 Indeks Integritas Nasional tahun sebelumnya. Pada skala 0–10, indeks yang menunjukkan nilai integritas integritas nasional tahun 2013 sudah berada
layanan publik secara nasional berada di posisi di atas nilai standar minimal yang ditetapkan 6,80. Nilai ini meningkat dibandingkan tahun- KPK (6,00).
8
7,21
7,19
7
6,71
5,53 5
6,50
6,00
6
5,96
6,37
6,31 5,70
5,87
6,80 6,02
Pengalaman Integritas Nilai IIN
5,97
5,42
5,34
6,89
6,48
6,84
Potensi Integritas 5,34
4,86 4 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 2.1 Perkembangan Indeks Integritas Nasional (IIN) Tahun 2007–2013
Dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, IIN Indeks
Integritas
Nasional
disusun
mengalami fluktuasi pada range nilai antara berdasarkan variabel, indikator, dan sub5,42–6,84. Nilai IIN sempat meningkat pada indikator komponen integritas dari 40 unit tahun 2008, kemudian menurun sampai layanan di 20 instansi pusat, 264 unit layanan tahun 2010. Pada tahun 2011, IIN kemudian pada 5 instansi vertikal, dan 180 unit layanan mengalami peningkatan hingga tahun 2013. pada 60 instansi pemerintah daerah. (Gambar 2.1)
14
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
7,19
7,25
Pengalaman Korupsi
6,93 7,36 7,29
Jumlah/Besaran Gratifikasi Frekuensi Pemberian Gratifikasi Waktu Pemberian Gratifikasi
7,17
Cara Pandang Terhadap Korupsi
7,05 7,22
Arti Pemberian Gratifikasi Tujuan Pemberian Gratifikasi
Lingkungan Kerja
6,62 9,70 8,22 7,65 7,58
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Sistem Administrasi
7,04 6,20 5,56
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
7,42 6,32
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
5,64
Perilaku Pengguna Layanan
4,55
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,51
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pengalaman Integritas
INDEKS 6,80 INTEGRITAS
7,70
6,02
Potensi Integritas
6,35
6,60
4,54
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.2 Indeks Integritas Nasional (IIN) dan Komponen Penyusunnya
Dari 18 sub-indikator penyusun IIN, hanya 4 Pada potensi integritas, nilai yang masih sub-indikator yang nilainya di bawah 6,00. rendah terdapat pada indikator Pencegahan Empat belas sub-indikator sudah berada di Korupsi (4,54), dan sub-indikator Pemanfaatan atas standar 6,00. Peningkatan skor IIN pada Teknologi Informasi (5,56), Perilaku Pengguna tahun ini menunjukkan telah ada upaya- Layanan (5,64), Tingkat Upaya Anti-Korupsi upaya perbaikan layanan sektor publik yang (4,55), dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat dilakukan oleh layanan publik di daerah, (4,51). vertikal, maupun pusat.
Peringkat indeks integritas tingkat nasional
Nilai Pengalaman Integritas memberikan Tahun 2013 dari 60 pemerintah daerah, 5 kontribusi yang baik dalam meningkatkan nilai instansi vertikal, dan 20 instansi pusat yang IIN, sedangkan nilai Potensi Integritas hanya disurvei KPK ditunjukkan pada Tabel 2.1. sedikit berada di atas nilai standar minimal.
15
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 2.1 Peringkat Nasional Integritas Tingkat Nasional Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
16
Instansi/Pemda Pemko Parepare Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Lingkungan Hidup Pemko Surabaya RS Fatmawati Badan Koordinasi Penanaman Modal Pemko Bitung Pemko Tanjungpinang Pemko Gorontalo Kementerian Pertanian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan Kementerian Komunikasi dan Informatika Pemko Pematangsiantar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Keuangan Pemko Mataram Kementerian Perindustrian Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Pemko Denpasar Pemko Bogor Kementerian Perdagangan Pemko Yogyakarta Pemko Samarinda Kementerian Luar Negeri Kementerian Perhubungan Pemko Cilegon Pemkab Sidoarjo Pemko Pekalongan Kementerian Kehutanan Pemko Lhokseumawe Kementerian Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta Mahkamah Agung BNP2 – TKI Pemko Pangkalpinang Pemko Bandung Pemko Makassar Pemko Kupang Pemko Serang Pemko Padang Kementerian Hukum dan HAM
Integritas 7,71 7,69 7,64 7,61 7,58 7,57 7,54 7,50 7,49 7,49 7,46 7,45 7,41 7,41 7,41 7,40 7,38 7,36 7,32 7,31 7,30 7,29 7,28 7,28 7,27 7,24 7,23 7,20 7,20 7,18 7,17 7,13 7,12 7,10 7,10 7,09 7,05 7,01 7,00 7,00 6,99 6,99 6,99
No. 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Instansi/Pemda Pemko Bekasi Pemko Banjarmasin Pemko Banda Aceh Pemko Jambi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemko Bukittinggi Pemko Depok Pemko Madiun Pemko Metro Pemko Manado Pemko Batam Pemko Binjai Pemko Cirebon Pemko Palembang Pemkab Banyumas Pemko Ambon Pemko Medan Kepolisian Republik Indonesia Pemko Malang Pemko Tangerang Pemko Kendari Pemko Dumai Pemkab Mamuju Pemko Pontianak Kementerian Agama Pemko Kediri Pemkab Manokwari Pemko Lubuklinggau Pemko Ternate Pemko Surakarta Pemko Banjarbaru Pemko Bandar Lampung Badan Pertanahan Nasional Pemkab Jember Pemko Semarang Pemko Balikpapan Pemko Palu Pemko Bima Pemko Pekanbaru Pemko Bengkulu Pemko Palangkaraya Pemko Jayapura
Integritas 6,97 6,94 6,93 6,90 6,88 6,83 6,82 6,81 6,79 6,75 6,74 6,73 6,72 6,72 6,70 6,67 6,65 6,63 6,63 6,60 6,59 6,59 6,58 6,58 6,54 6,53 6,50 6,47 6,47 6,41 6,40 6,38 6,36 6,31 6,29 6,19 6,16 6,10 6,05 6,04 5,97 5,66
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
Peringkat terbaik integritas di tingkat nasional di bawah standar minimal yang ditetapkan Tahun 2013 dicapai oleh Pemko Parepare. KPK adalah Pemko Palangkaraya dan Pemko Sementara itu, dua instansi yang memiliki nilai Jayapura.
2.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL
P
engalaman Integritas memiliki bobot disusun dari indikator Pengalaman Korupsi lebih tinggi (0,667) dibandingkan potensi dan Cara Pandang terhadap Korupsi.
integritas (0,333). Nilai pengalaman integritas
7,25 7,19
Pengalaman Korupsi
Pengalaman Integritas 7,17
6,93
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,36
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,29
Waktu Pemberian Gratifikasi
7,05
Arti Pemberian Gratifikasi
7,22
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang terhadap Korupsi
Gambar 2.3 Nilai Variabel Pengalaman Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai variabel Pengalaman Integritas Nasional standar minimal (6,00). Nilai Pengalaman adalah 7,19. Nilai tersebut dan komponen Integritas secara nasional ditunjukkan pada penyusunnya berada pada posisi di atas nilai Tabel 2.2 berikut.
17
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 2.2 Peringkat Nasional Berdasarkan Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Nasional Tahun 2013
No.
Instansi/Pemda
1 RS Fatmawati 2 Pemko Lhokseumawe 3 Badan Pengawas Obat dan Makanan 4 Pemko Surabaya 5 Pemkab Sidoarjo 6 Pemko Gorontalo 7 Pemko Tanjungpinang 8 Kementerian Lingkungan Hidup 9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 10 Pemko Parepare 11 Badan Koordinasi Penanaman Modal 12 Pemko Pematangsiantar 13 RS Cipto Mangunkusumo 14 Kementerian Kesehatan 15 Pemko Mataram 16 Pemko Pekalongan 17 Kementerian Pertanian 18 Pemko Denpasar 19 Pemko Bogor 20 Pemko Bitung 21 Pemkab Mamuju 22 Kementerian Keuangan 23 Pemko Cilegon 24 Pemko Samarinda 25 Mahkamah Agung 26 Pemko Padang 27 Kementerian Energi Sumber Daya Mineral 28 Kementerian Kehutanan 29 Kementerian Komunikasi dan Informatika 30 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 31 Pemko Jambi 32 Pemko Yogyakarta 33 Pemko Pangkalpinang 34 Kementerian Luar Negeri 35 Pemko Serang 36 Pemko Makassar 37 Kementerian Perindustrian 38 DKI Jakarta 39 Pemko Banda Aceh 40 Pemko Kupang 41 Kementerian Perdagangan 42 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI 43 Kementerian Hukum dan HAM
18
Pengalaman Integritas
No.
7,99 7,95 7,95 7,93 7,90 7,89 7,87 7,85 7,85 7,83 7,80 7,79 7,79 7,75 7,75 7,73 7,71 7,67 7,66 7,66 7,66 7,64 7,64 7,62 7,62 7,60 7,60 7,60 7,58 7,57 7,57 7,56 7,56 7,52 7,51 7,51 7,49 7,47 7,46 7,43 7,42 7,41 7,40
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Instansi/Pemda Pemko Bandung Pemko Cirebon Pemko Banjarmasin Pemko Madiun Pemko Medan Pemko Bukittinggi Kementerian Perhubungan Pemko Bekasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Pemko Binjai Pemko Depok Pemko Metro Pemkab Banyumas Pemko Lubuklinggau Pemkab Manokwari Pemko Ambon Pemko Malang Pemko Palembang Pemko Batam Kementerian Agama Pemko Dumai Kepolisian Republik Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemko Kendari Pemko Manado Pemko Ternate Pemko Kediri Pemko Tangerang Pemko Pontianak Pemko Palu Pemko Bima Pemko Bandar Lampung Badan Pertanahan Nasional Pemko Banjarbaru Pemkab Jember Pemko Bengkulu Pemko Surakarta Pemko Semarang Pemko Pekanbaru Pemko Balikpapan Pemko Palangkaraya Pemko Jayapura
Pengalaman Integritas 7,39 7,39 7,38 7,38 7,32 7,31 7,30 7,27 7,24 7,19 7,19 7,19 7,18 7,15 7,12 7,09 7,06 7,04 7,04 7,03 7,03 6,99 6,96 6,96 6,96 6,95 6,89 6,88 6,83 6,80 6,77 6,75 6,67 6,62 6,58 6,51 6,46 6,39 6,34 6,31 6,28 5,80
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
Peringkat terbaik nilai Pengalaman Integritas masih di bawah standar minimal integritas di tingkat nasional adalah RS Fatmawati. adalah Pemko Jayapura. Adapun yang nilai pengalaman integritasnya
2.2.1 PENGALAMAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL Pengalaman
Korupsi
yang
merupakan tambahan (gratifikasi) yang harus dibayarkan
indikator dari pengalaman integritas adalah oleh pengguna layanan di luar biaya praktik atau kejadian korupsi di unit layanan resmi yang ditetapkan. Tiga sub-indikator publik
yang
dirasakan
langsung
oleh pengalaman korupsi adalah Jumlah/Besaran
masyarakat pengguna layanan. Pengalaman Gratifikasi, Frekuensi Pemberian Gratifikasi, korupsi ditunjukkan dalam bentuk biaya-biaya serta Waktu Pemberian Gratifikasi.
7,25
Pengalaman Korupsi
6,93
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,36
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,29
Waktu Pemberian Gratifikasi
Gambar 2.4 Nilai Indikator Pengalaman Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai indikator Pengalaman Korupsi di tingkat sebesar 6,0. Bagian selanjutnya menjelaskan nasional adalah 7,25 yang disusun dari 3 sub- detail sub-indikator dari indikator Pengalaman indikator dengan nilai masing-masing sudah di Korupsi. atas standar minimal yang ditetapkan oleh KPK
A. Jumlah/Besaran GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Nilai sub-indikator Jumlah/Besaran Gratifikasi sesuai dengan biaya resmi. Biaya tambahan yang adalah 6,93. Dengan nilai ini, masih ada pengguna dikeluarkan cukup bervariasi, namun sebagian layanan yang mengeluarkan biaya tidak resmi besar mengeluarkan biaya tambahan lebih dari dalam mengurus layanan. Berdasarkan hasil 50% dari biaya resmi yang ditetapkan (Gambar survei, terdapat 15% pengguna layanan publik 2.5). menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan tidak
19
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Memberi dengan nilai > 50% dari biaya resmi 86% Tidak memberi 85%
Memberi 15%
Tidak sesuai
14% Memberi dengan nilai < 50% dari biaya resmi
Gambar 2.5 Jumlah/Besaran Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
B. Frekuensi Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Nilai sub-indikator Frekuensi Pemberian Gratifikasi Sebagian besar (66%) di antaranya melakukan hal adalah 7,36. Nilai ini menunjukkan seberapa sering itu setidaknya satu kali pada saat proses pengurusan pemberian uang tambahan dilakukan oleh 15% layanan. Sisanya mengaku memberikan 2 kali, pengguna layanan yang memberikan gratifikasi. bahkan lebih dari 2 kali (19%). (Gambar 2.6)
Tidak memberi 85%
Memberi 15%
2 kali 15%
Memberi
Lebih dari 2 kali 19%
1 kali 66%
Gambar 2.6 Frekuensi Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
20
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
C. Waktu Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Sub-indikator Waktu Pemberian Gratifikasi meng- responden yang menyatakan pernah memberikan informasikan kapan pemberian biaya tambahan biaya tambahan, 40%-nya mengaku memberikan dilakukan oleh pengguna layanan. Dengan nilai 7,29, pada saat akhir pengurusan. (Gambar 2.7)
24% Tidak memberi 85%
Memberi 15%
Memberi
Pada awal pengurusan layanan 40%
26%
Pada saat pengurusan layanan Pada akhir pengurusan layanan
10%
Kombinasi 2 atau 3 tahap
Gambar 2.7 Waktu Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
Gambar 2.7 juga menjelaskan bahwa terdapat terdapat gratifikasi antara pengguna dan 26% pengguna layanan yang memberi biaya petugas layanan terkait pengurusan layanan tambahan pada awal pengurusan layanan publik. Bahkan, 10% pengguna layanan dan 24% di tengah/pada saat pengurusan menyatakan memberi biaya tambahan lebih dari layanan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 1 kali.
2.2.2 CARA PANDANG TERHADAP KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL Upaya
meningkatkan
integritas
tidak terhadap korupsi, khususnya terhadap praktik
hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi pemberian gratifikasi. Cara pandang terhadap layanan, tetapi bisa juga memerlukan peran gratifikasi ini akan memengaruhi sikap dan pengguna layanan. Masyarakat sebagai keputusan seseorang untuk tidak memberi pengguna layanan seharusnya mengubah gratifikasi. atau memperbaiki cara pandang mereka
21
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
7,17
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
7,05
Arti Pemberian Gratifikasi
7,22
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang terhadap Korupsi
Gambar 2.8 Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai indikator Cara Pandang terhadap Korupsi (7,22) (Gambar 28). Bagian selanjutnya akan di tingkat nasional adalah 7,17, disusun dari menjelaskan tiap sub-indikator dari indikator sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi Cara Pandang terhadap Korupsi. (7,05) dan Tujuan Pemberian Gratifikasi
A. Arti Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Arti
Pemberian
Gratifikasi
menunjukkan dan tercela (74,0%). Namun, masih terdapat
bagaimana masyarakat mengartikan biaya 23,7% yang menyatakan bahwa gratifikasi boleh tambahan atau imbalan yang mereka keluarkan, dilakukan kalau terpaksa dan boleh dilakukan apakah tergolong gratifikasi atau tidak. Dengan asal tidak terlalu sering. Yang harus mendapat nilai 7,05 menunjukkan bahwa secara umum perhatian adalah masih terdapat 2,3% pengguna masyarakat memahami bahwa tindakan memberi layanan yang menyatakan bahwa gratifikasi dan gratifikasi kepada petugas layanan publik layanan publik adalah perbuatan yang harus adalah sesuatu yang melanggar hukum, harus dilakukan dalam setiap layanan serta boleh dan dilaporkan serta perbuatan yang memalukan sering dilakukan.
Perbuatan yang melanggar hukum dan harus dilaporkan
43,0%
Perbuatan yang memalukan dan tercela
31,0%
Perbuatan yang hanya boleh dilakukan kalau terpaksa
14,2%
Perbuatan yang boleh dilakukan asalkan tidak terlalu sering
9,5%
Perbuatan yang harus dilakukan dalam setiap layanan
1,2%
Perbuatan yang boleh dan sering dilakukan
1,1%
Gambar 2.9 Arti Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
22
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
B. Tujuan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Nilai sub-indikator Tujuan Pemberian Gratifikasi tambahan, sebagian besar tujuannya adalah adalah 7,22, menggambarkan tujuan dan alasan untuk mempercepat waktu pengurusan (40,2%). yang membuat pengguna layanan memberikan Selain itu, responden beralasan biaya tambahan uang tambahan kepada petugas. Dari responden tersebut diberikan karena merasa puas dengan yang mengaku pernah memberikan biaya layanan petugas (34,3%). (Gambar 2.10)
TUJUAN PEMBERIAN GRATIFIKASI Mempercepat waktu pengurusan
40,2%
Tidak ada tujuan tertentu
19,6%
Memastikan pengurusan tepat waktu
19,5%
Menghindarkan perlakuan semena-mena petugas
11,1%
Meluluskan pengurusan walaupun syarat tidak terpenuhi
9,6%
ALASAN PEMBERIAN GRATIFIKASI Karena merasa puas dengan layanan petugas
34,3%
Karena petugas meminta kepada saya
27,6%
Karena petugas mempersulit saya
18,6%
Karena petugas bersikap ramah kepada saya
10,0%
Karena petugas malas-malasan melayani saya Karena kasihan kepada petugas yang gajinya kecil
7,1% 2,4%
Gambar 2.10 Tujuan dan Alasan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
Alasan pemberian gratifikasi oleh 34,3% atau bermalas-malasan melayani. Data tentang pengguna layanan adalah karena merasa pengalaman integritas yang dihasilkan dalam puas dengan layanan petugas. Yang harus survei ini mencerminkan kondisi riil dari unit menjadi perhatian adalah alasan pemberian layanan berdasarkan pengalaman yang langsung yang dilakukan karena berdasar permintaan dirasakan pengguna layanan saat mengurus petugas, yaitu karena petugas mempersulit layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
23
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
2.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL
P
otensi Integritas merupakan variabel pada masa mendatang. Potensi Integritas yang memberikan bobot kontribusi disusun dari indikator Lingkungan Kerja,
sebesar 0,333 terhadap indeks integritas. Sistem Administrasi, Perilaku Individu, dan Variabel Potensi Integritas penting dinilai Pencegahan Korupsi. Nilai setiap indikator dalam rangka mencegah atau memperkecil dan sub-indikator ditunjukkan pada Gambar peluang terjadinya tindak pidana korupsi 2.11.
7,70
6,35 6,02
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
POTENSI INTEGRITAS
6,60
4,54
Perilaku Individu
6,62
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi
9,70
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur
8,22
Keterlibatan Calo
7,65
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,58
Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,04
Kepraktisan SOP
6,20
Keterbukaan Informasi
5,56
Pemanfaatan Teknologi Informasi
7,42
Keadilan dalam Layanan
6,32
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
5,64
Perilaku Pengguna Layanan
4,55
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,51
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pencegahan Korupsi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.11 Nilai Variabel Potensi Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai variabel Potensi Integritas Nasional yaitu dengan meningkatkan Pemanfaatan adalah 6,02. Nilai ini menunjukkan bahwa Teknologi Informasi (5,56), mengubah Perilaku peluang korupsi pada layanan publik di Pengguna Layanan (5,64), meningkatkan Indonesia masih rawan terjadi apabila tidak Upaya Anti-Korupsi (4,55), dan memperjelas ada program-program pencegahan korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat (4,51). yang dilakukan oleh pemerintah daerah, Tabel 2.3 berikut menjelaskan urutan instansi vertikal, maupun instansi pusat dalam nilai Potensi Integritas Tahun 2013 dari 60 layanan publiknya. Berdasarkan Gambar pemerintah daerah, 8 instansi vertikal, dan 20 2.11, hal yang perlu diperhatikan untuk instansi pusat yang disurvei KPK. memperkecil peluang terjadinya korupsi,
24
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
Tabel 2.3 Peringkat Nasional Berdasarkan Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Nasional Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Instansi/Pemda Pemko Parepare Pemko Bitung Kementerian Lingkungan Hidup Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Perhubungan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pertanian Kementerian Perdagangan Kementerian Perindustrian Pemko Surabaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Keuangan RS Fatmawati Pemko Tanjungpinang RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Pemko Yogyakarta Pemko Gorontalo Kementerian Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemko Pematangsiantar Pemko Samarinda Pemko Denpasar Pemko Mataram Pemko Bogor Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI DKI Jakarta Pemko Bekasi Pemko Cilegon Pemko Manado Kementerian Kehutanan Pemko Surakarta Pemko Bandung Kementerian Hukum dan HAM Pemko Kupang Pemko Batam Pemko Semarang Pemko Pekalongan Pemko Pontianak
Potensi Integritas 7,46 7,29 7,23 7,17 7,11 7,09 7,07 7,06 7,03 6,99 6,99 6,98 6,88 6,86 6,77 6,77 6,75 6,73 6,73 6,73 6,71 6,70 6,70 6,69 6,63 6,57 6,56 6,56 6,54 6,45 6,36 6,36 6,34 6,34 6,32 6,31 6,26 6,17 6,14 6,14 6,10 6,08 6,08
No. 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Instansi/Pemda Pemko Depok Mahkamah Agung Pemko Palembang Pemko Banjarmasin Pemko Tangerang Pemko Pangkalpinang Pemko Metro Pemko Makassar Pemko Serang Pemko Balikpapan Pemko Banjarbaru Kepolisian Republik Indonesia Pemko Bukittinggi Pemko Banda Aceh Pemko Kendari Pemko Ambon Pemko Kediri Pemkab Sidoarjo Pemko Binjai Pemko Padang Pemkab Jember Pemko Malang Pemkab Banyumas Badan Pertanahan Nasional Pemko Dumai Pemko Madiun Pemko Bandar Lampung Kementerian Agama Pemko Jambi Pemko Ternate Pemko Lhokseumawe Pemko Pekanbaru Pemko Cirebon Pemko Jayapura Pemko Palangkaraya Pemko Medan Pemkab Manokwari Pemko Lubuklinggau Pemko Bengkulu Pemko Palu Pemko Bima Pemkab Mamuju
Potensi Integritas 6,08 6,06 6,06 6,05 6,05 6,02 6,00 5,99 5,96 5,96 5,95 5,90 5,88 5,86 5,85 5,84 5,82 5,79 5,79 5,77 5,76 5,76 5,76 5,72 5,70 5,68 5,64 5,55 5,55 5,51 5,47 5,46 5,39 5,36 5,35 5,30 5,26 5,12 5,09 4,88 4,74 4,42
25
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 2.3 menjelaskan terdapat 58,8% (6,00). Dari 41,2% atau 35 instansi/pemerintah atau 50 instansi/pemerintah daerah yang daerah yang masih di bawah standar minimal memiliki nilai variabel Potensi Integritas di integritas, 32 di antaranya adalah pemerintah atas standar minimal yang telah ditetapkan daerah dan 3 lainnya adalah instansi vertikal.
2.3.1 LINGKUNGAN KERJA DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL Lingkungan kerja yang baik tentu saja akan mendorong responden untuk melakukan menimbulkan suasana kerja yang baik pula. penyimpangan dalam proses layanan. Jenis Apabila lingkungan kerja tidak didukung oleh penyimpangan bisa dalam bentuk pertemuan fasilitas yang memadai, suasana pelayanan di luar prosedur dan pemberian gratifikasi yang tidak nyaman bahkan jika ditambah untuk memperlancar proses pengurusan. dengan prosedur yang berbelit-belit akan
7,70
Lingkungan Kerja
6,62
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi
9,70
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur
8,22
Keterlibatan Calo
7,65
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,58
Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Gambar 2.12 Nilai Indikator Lingkungan Kerja dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai indikator Lingkungan Kerja di tingkat Hanya sub-indikator Kebiasaan Pemberian nasional adalah 7,70. Dibanding dengan Gratifikasi yang nilainya di bawah 7, sedangkan indikator lain, lingkungan kerja mendapatkan lainnya mendekati 8. Bagian selanjutnya akan skor yang lebih baik. Lima sub-indikatornya menjelaskan tiap sub-indikator dari indikator juga mendukung perolehan nilai tersebut. Lingkungan Kerja.
26
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
A. Kebiasaan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Kebiasaan pengguna dan petugas layanan menunjukkan
masih
terdapat
39,4%
dalam memberi maupun meminta biaya pengguna layanan publik mengetahui tambahan
(gratifikasi)
dalam
layanan ada praktik pemberian uang tambahan/
publik masih saja terjadi. Nilai sub-indikator gratifikasi (Gambar 2.13). Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (6,62) 60,6%
27,9%
9,0% 2,5% Tidak pernah Kadang-kadang Sering terjadi terjadi terjadi
Selalu terjadi
Gambar 2.13 Kebiasaan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
B. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Nasional Secara umum, kebutuhan pengguna layanan Pertemuan di luar prosedur dilakukan oleh untuk melakukan pertemuan di luar prosedur pengguna layanan dengan tujuan untuk sudah sangat baik. Nilai sub-indikator yang mempercepat waktu pengurusan (31,7%) 9,70 menunjukkan hal tersebut. Namun, (Gambar 2.15). masih ada 4% yang mengaku pernah melakukannya dengan intensitas paling dominan 1 kali (42,2%). (Gambar 2.14) 42,2% 32,6% Pernah Tidak pernah 96%
4%
25,2% Pernah
1 kali
2 kali
Lebih dari 2 kali
Gambar 2.14 Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Nasional
27
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Mempercepat waktu pengurusan
31,7%
Melengkapi sejumlah persyaratan
26,8%
Menegosiasikan persyaratan yang tidak bisa dipenuhi
24,3%
Menegosiasikan biaya yang harus dibayar
17,2%
Gambar 2.15 Tujuan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Nasional
C. Keterlibatan Perantara Tidak Resmi di Layanan Publik Tingkat Nasional Nilai sub-indikator Keterlibatan Calo adalah sebagai perseorangan). Apabila dilihat 8,22. Berdasarkan hasil survei, terdapat 14% cara kerja calo beroperasi, sebagian besar pengguna layanan publik yang menyatakan melakukannya dengan cara sembunyipernah melihat calo saat mengurus layanan. sembunyi. (Gambar 2.16) Dari responden yang mengaku pernah melihat calo, 49,6%-nya menyatakan calo yang dilihat adalah orang luar (eksternal Orang luar Tidak melihat calo 86%
MELIHAT CALO
Kombinasi 2 atau lebih perantara/calo Petugas lain yang bekerja di instansi tersebut
Melihat calo 14%
Orang yang bekerja di sekitar unit layanan Petugas langsung yang mengurus layanan Sembunyi-sembunyi
8%
Terang-terangan
6%
Tidak melihat calo
49,6%
20,3%
11,8%
10,3%
8,0%
86%
Gambar 2.16 Pengalaman Melihat Calo dan Cara Calo Beroperasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
28
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
D. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Nasional Keberadaan fasilitas dalam unit layanan
83,7%
merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri
layanannya
atau
memilih
menggunakan jasa calo. Sebagian besar
7,6%
1,7%
7,0%
pengguna layanan (90,7%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang didatangi sudah memadai dan 9,3% yang menyatakan sebaliknya. (Gambar 2.18)
Tidak memadai
Kurang memadai
Memadai
Sangat memadai
Gambar 2.18 Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Nasional
E. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Nasional Suasana/kondisi sekitar pelayanan di tingkat suasana/kondisi sekitar pelayanan sudah nasional oleh lebih dari 85,0% pengguna cukup mendukung dalam menciptakan layanan dinilai sudah cukup baik. Kondisi layanan yang bersih dan transparan, instansi/ tersebut ditunjukkan oleh tahapan layanan pemerintah daerah tetap perlu melakukan yang teratur, ruangan yang teratur dan rapi, peningkatan kualitas lingkungan kerja untuk serta suasana yang tenang dan nyaman. semakin meminimalisasi potensi korupsi di Meski secara dominan responden menilai layanan publik. 20%
0% Nyaman Tenang
40%
60%
14,9%
100%
85,1%
11,7%
88,3%
Ruangan teratur dan rapi 8,8% Tahapan layanan teratur 7,0%
80%
91,2% 93,0% Tidak
Ya
Gambar 2.19 Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Nasional
29
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
2.3.2 SISTEM ADMINISTRASI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL Sistem administrasi yang baik dan transparan disusun dari 3 sub-indikator, yakni Kepraktisan akan memudahkan pengguna layanan dalam SOP, Keterbukaan Informasi, dan Pemanfaatan mengurus layanan. Sistem Administrasi Teknologi Informasi.
6,35
Sistem Administrasi
7,04
Kepraktisan SOP
6,20
Keterbukaan Informasi
5,56
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.20 Nilai Indikator Sistem Administrasi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai indikator Sistem Administrasi di tingkat di bawah standar minimal. Walaupun demikian, nasional adalah 6,35. Dari 3 sub-indikator nilai keterbukaan informasi juga masih perlu pembentuknya,
Pemanfaatan
Teknologi untuk ditingkatkan. Bagian selanjutnya akan
Informasi merupakan sub-indikator yang menjelaskan tiap sub-indikator dari indikator masih memerlukan perbaikan karena nilainya Sistem Administrasi.
A. Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Nasional Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat kesulitan dan tidak jelas prosedur layanan efektivitas prosedur pengurusan layanan, (7,8%), persyaratannya (7,1%), lambat dan syarat, biaya, dan waktu pengurusan tidak jelas waktu pengurusan (16,8%), serta layanan. Berdasarkan hasil survei, terdapat mahal dan tidak jelas biaya pengurusan pengguna layanan yang menyatakan (11,3%). (Gambar 2.21) 72,9%
65,8%
63,7%
28,5%
27,1% 18,0%
Prosedur
Waktu
Gambar 2.21 Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Nasional
30
Biaya
Murah
Tidak jelas
Lebih cepat
Tepat waktu
Lambat
Tidak jelas
Mudah
Persyaratan
2,5%
8,8% Wajar
10,3%
2,5% Wajar
Sulit
Tidak jelas
Mudah
1,3% Wajar
Sulit
Tidak jelas
1,5%
5,8%
Mahal
14,3% 6,3%
70,7%
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
B. Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Dalam rangka memberikan informasi terkait informasi di setiap unit layanan menjadi prosedur, persyaratan, biaya, dan waktu penting. Tingkat keterbukaan informasi
Biaya
Waktu
Persyaratan
Prosedur
pengurusan layanan, maka ketersediaan layanan dijelaskan pada Gambar 2.22.
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
8,4% 20,6% 21,1% 37,4% 12,5%
4,5% 22,1% 22,9% 38,5% 12%
7,0% 18,8% 20,8% 41,5% 11,9%
13,8% 22,4% 19,3% 31,7% 12,8%
Gambar 2.22 Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
Berdasarkan informasi pada Gambar 2.22, layanan. Kondisi ini akan membuka peluang terlihat bahwa masih terdapat unit layanan pengguna layanan ataupun petugas untuk yang tidak mengumumkan/menjelaskan melakukan pengurusan di luar prosedur biaya, waktu, persyaratan, dan prosedur yang sarat dengan peluang penyuapan dan la yanan publiknya kepada pengguna pemerasan.
31
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
C. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Nilai sub-indikator Pemanfaatan Teknologi layanan
yang
menyatakan
pernah
Informasi adalah 5,56. Nilai ini berada memanfaatkan teknologi informasi di unit di bawah standar minimal KPK dan layanan. Bagi yang pernah menggunakan menunjukkan bahwa teknologi informasi Teknologi
informasi,
oleh
responden
belum banyak dimiliki dan dimanfaatkan digunakan dengan tujuan utama untuk layanan publik di Indonesia. Berdasarkan memproses layanan (55,7%). hasil survei, hanya terdapat 12% pengguna
Tidak pernah 88%
Pernah 12%
Memproses layanan
55,7%
Mengetahui informasi yang diurus Mengetahui status penyelesaian pengurusan
31,5%
12,8%
54,5%
Tidak memerlukan Tidak ada teknologi informasi Tidak tahu cara penggunaannya Tidak berfungsi
39,7%
4,3%
1,5%
Gambar 2.23 Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
2.3.3 PERILAKU INDIVIDU DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL Peran individu dalam upaya pencegahan dan individu yang berasal dari eksternal unit korupsi sangat penting. Hal ini karena layanan yaitu masyarakat pengguna unit sebagus apa pun sistem dibuat tidak akan layanan. Perilaku Individu disusun dari 3 subdigunakan sesuai dengan tujuan jika terdapat indikator, yakni Keadilan dalam Layanan, penyimpangan dari individu yang berada Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi, dan dalam sistem tersebut. Individu yang dimaksud Perilaku Pengguna Layanan. adalah individu internal, yaitu petugas layanan
32
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
6,60
Perilaku Individu
7,42
Keadilan dalam Layanan
6,32
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
5,64
Perilaku Pengguna Layanan
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.24 Nilai Indikator Perilaku Individu dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Walaupun nilai indikator perilaku individu gratifikasi juga masih memerlukan perhatian (6,60) berada di atas standar minimal, masih karena nilainya masih 6,32. Bagian berikut terdapat sub-indikator yang nilainya rendah menjelaskan
lebih
rinci
sub-indikator
yaitu Perilaku Pengguna Layanan dengan penyusun Perilaku Individu. nilai 5,64. Ekspektasi petugas terhadap
A. Keadilan dalam Layanan di Layanan Publik Tingkat Nasional Keadilan dalam layanan didefinisikan survei, terdapat 22,7% pengguna layanan sebagai
tindakan/sikap
petugas
unit publik menyatakan bahwa petugas layanan
layanan dalam memberikan layanan tanpa membedakan saat melayani masyarakat. membeda-bedakan pengguna
layanan.
perlakuan
terhadap (Gambar 2.25)
Berdasarkan
hasil
1,9% Ya, Selalu 77,3%
20,8%
Ya, kadang-kadang Tidak membedakan
Gambar 2.25 Perbedaan Perlakuan Petugas di Layanan Publik Tingkat Nasional
33
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
B. Ekspektasi Petugas Terhadap GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Sub-indikator ekspektasi petugas terhadap nilai ini berada di atas standar minimal, gratifikasi didefinisikan sebagai tindakan/ berdasarkan hasil survei masih terdapat sikap petugas unit layanan terhadap 14,7% pengguna layanan yang menyatakan pengguna layanan yang dapat diindikasikan petugas meminta uang tambahan saat sebagai sinyal mengharapkan gratifikasi. memberikan layanan, 52,9% di antaranya Nilai sub-indikator Ekspektasi Petugas meminta secara langsung namun tidak terhadap Gratifikasi adalah 6,32. Meski terbuka. (Gambar 2.26)
52,9% Tidak ada yang berinisiatif 60,9%
Inisiatif Petugas 14,7%
32,6%
CARA MEMINTA
Inisiatif Pengguna Layanan 24,4%
14,5%
Langsung tidak terbuka
Langsung terbuka
Melalui pihak lain
Gambar 2.26 Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Nasional
C. Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Nasional Inisiatif adanya uang tambahan dalam tambahan kepada petugas saat mengurus layanan publik bukan semata-mata dari layanan. Inisiatif tersebut muncul lebih petugas layanan, namun pengguna layanan dominan disebabkan perilaku pengguna juga berperan dalam suburnya praktik layanan sendiri (63,6%), sedangkan yang gratifikasi. Data menunjukkan bahwa 24,3% disebabkan karena adanya sinyal petugas pengguna layanan mengaku merekalah hanya 36,4%. (Gambar 2.27) yang
34
berinisiatif
memberikan
uang
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
Inisiatif petugas 14,8%
63,6%
36,4% Tidak ada yang berinisiatif 60,9%
CARA MEMBERI
Inisiatif pengguna layanan 24,3%
Inisiatif saya sendiri
Sinyal dari petugas
Gambar 2.27 Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Nasional
2.3.4 PENCEGAHAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT NASIONAL Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan mengatasi masalah gratifikasi dalam layanan mekanisme pengaduan pengguna layanan publik adalah dengan melakukan tindakan yang dilakukan oleh unit layanan seperti pencegahan. Upaya tersebut salah satunya ditunjukkan pada Gambar 2.28.
4,54
4,55
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,51
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pencegahan Korupsi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.28 Nilai Indikator Pencegahan Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Nasional
Dibanding dengan indikator lainnya, indikator ini menunjukkan Tingkat Upaya Anti-Korupsi Pencegahan Korupsi di layanan publik (4,55) dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat nasional memiliki nilai yang paling rendah (4,51) masih kurang dan perlu dibenahi. (4,54). Nilai tersebut jauh di bawah standar Dua sub-indikator dari Pencegahan Korupsi minimal yang ditetapkan KPK (6,00). Kondisi dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut.
35
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
A. Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional Tingkat Upaya Anti-Korupsi merupakan salah satu sub-indikator di pencegahan korupsi yang nilainya masih rendah. 65,6%
Tidak ada 38%
Ada 62%
32,2% JUMLAH 2,2% Satu
2â&#x20AC;&#x201C;5 kegiatan/ Lebih dari lima media
Gambar 2.29 Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional
Nilai 4,55 menunjukkan bahwa layanan melakukan program kampanye, umumnya publik
kurang
melakukan
kegiatan/ (65,6%) menyatakan hanya satu media
kampanye antikorupsi di layanan publiknya. antikorupsi yang terlihat di unit layanan Berdasarkan hasil survei, terdapat 38,0% tersebut.
Stiker/poster/spanduk
adalah
pengguna layanan publik di tingkat nasional bentuk kampanye/media antikorupsi yang menyatakan
tidak
melihat
kegiatan/ lebih banyak dilihat oleh pengguna layanan
media antikorupsi. Bagi unit layanan yang publik di tingkat nasional (Gambar 2.30).
Stiker/poster/spanduk/standing banner
94,7%
Petugas memakai atribut (pin, baju, topi, dll.)
23,3%
Terdapat buku/modul/komik antikorupsi
13,4%
Pemutaran video/film/iklan
12,4%
Kegiatan workshop/seminar masyarakat
10,8%
Kegiatan workshop/seminar
10,8%
Gambar 2.30 Bentuk Kampanye/Media Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional
36
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
B. Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Nasional Selain kampanye antikorupsi, faktor lain petugas unit layanan terhadap pengaduan yang menjadi ukuran sebuah instansi/ yang disampaikan oleh masyarakat. Dari pemerintah daerah telah melaksanakan pengaduan yang masuk, diharapkan unit pencegahan
korupsi
adalah
mekanisme
pengaduan
adanya layanan dapat melakukan pembenahan
masyarakat. yang pada akhirnya meningkatkan kualitas
Sub-indikator ini menunjukkan respons layanan. 48,5% 42,1%
8,4% 1,0% Sulit
Mudah
Sangat mudah
Tidak tersedia
Gambar 2.31 Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Nasional
Keberadaan media pengaduan di unit pengaduan
yang
masuk
tersebut.
layanan diakui oleh sekitar 57,9% dari Berdasarkan pengalaman responden, dari pengguna layanan. Kemudahan dalam 6,0% yang pernah mengadu hanya 58,3% mengakses
pengaduan
masyarakat saja yang mendapat respons (ditanggapi
harusnya diikuti dengan tanggapnya dan ditindaklanjuti) (Gambar 2.32). petugas
dalam
menindaklanjuti Ditanggapi
40,1%
Ditampung Tidak pernah 94%
PERNAH
32,2%
Ditindaklanjuti
18,2%
Pernah 6% Diabaikan
Ditolak
8,1%
1,4%
Gambar 2.32 Tindak Lanjut/Respons Petugas dari Pengaduan yang Disampaikan oleh Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Nasional
37
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
2.4 INDEKS INTEGRITAS TOTAL PUSAT
I
ndeks Integritas Total Pusat (IITP) diperoleh pokok dan fungsi dari instansi yang induknya dari gabungan antara Indeks Integritas ada di pemerintah pusat.
Pusat (IIP) dengan Indeks Integritas Vertikal (IIV). Indeks Integritas Pusat (IIP) didefinisikan sebagai indeks integritas dari instansi pusat
Indeks Integritas Total Pusat (IITP) disusun berdasarkan nilai dari sub-indikator pada 40
yang memiliki unit layanan di bawah tanggung unit layanan dari 20 instansi pusat dengan total jawab langsung instansi di tingkat pusat responden 1.200 orang dan 8 unit layanan pada tersebut. Sementara itu, Indeks Integritas 5 instansi vertikal di 33 pemerintah daerah (ibu Vertikal (IIV) adalah indeks integritas dari kota provinsi) dengan total responden 8.160 instansi vertikal yang mengelola unit layanan orang. Nilai IITP ditunjukkan pada Gambar di daerah yang merupakan pelaksana tugas 2.33.
7,17
6,80
Pengalaman Korupsi
6,90 7,37 7,26
Jumlah/Besaran Gratifikasi Frekuensi Pemberian Gratifikasi Waktu Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang Terhadap Korupsi
7,08 7,17
Arti Pemberian Gratifikasi Tujuan Pemberian Gratifikasi
Lingkungan Kerja
6,49 9,79 8,09 7,65 7,57
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
6,30
Sistem Administrasi
6,93 6,17 5,58
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
7,38
Keadilan dalam Layanan
6,43
Perilaku Individu
6,08 5,34
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku Pengguna Layanan
4,83
Pencegahan Korupsi
4,90
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,64
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
7,24
7,14
Pengalaman Integritas
INDEKS INTEGRITAS
7,63
6,05
Potensi Integritas
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.33 Indeks Integritas Total Pusat (IITP) dan Komponen Penyusunnya
38
2. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT NASIONAL
Indeks Integritas Total Pusat (IITP) sebesar rendah. Indikator yang nilainya rendah adalah 6,80, nilai ini berada pada posisi di atas Pencegahan Korupsi (4,83), sedangkan substandar minimal integritas (6,00). Pengalaman indikator yang nilainya masih rendah terdiri Integritas
memberikan
kontribusi
lebih atas Pemanfaatan Teknologi Informasi (5,58),
baik dibandingkan Potensi Integritas. Nilai Perilaku Pengguna Layanan (5,34), Tingkat Potensi Integritas yang masih sedikit di atas Upaya Anti-Korupsi (4,90), dan Mekanisme standar minimal menunjukkan masih terdapat Pengaduan Masyarakat (4,64). indikator dan sub-indikator yang nilainya
2.5 INDEKS INTEGRITAS TOTAL DAERAH
I
ndeks IntegritasTotal Daerah (IITD) diperoleh seperti SIUP, Kesehatan Dasar Puskesmas, dan
dari gabungan antara Indeks Integritas Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ). Vertikal (IIV) dan Indeks Integritas Daerah (IID). Integritas Vertikal (IIV) adalah indeks integritas Indeks Integritas Total Daerah (IITD) disusun dari instansi vertikal yang mengelola unit berdasarkan nilai dari sub-indikator pada 8 layanan di daerah yang merupakan pelaksana unit layanan pada 5 instansi vertikal di 33 tugas pokok dan fungsi dari instansi yang pemerintah daerah (ibu kota provinsi) dengan induknya ada di pemerintah pusat. Adapun total responden 8.160 orang dan 3 unit Indeks Integritas Daerah (IID) adalah indeks layanan di 60 pemerintah daerah dengan total integritas dari pemerintah daerah yang memiliki unit layanan di bawah tanggung responden 5.640 orang. Nilai IITD ditunjukkan jawab pemerintah daerah masing-masing, pada Gambar 2.34.
39
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
7,16
7,22
Pengalaman Korupsi
6,89 7,34 7,26
Jumlah/Besaran Gratifikasi Frekuensi Pemberian Gratifikasi Waktu Pemberian Gratifikasi
7,13
Cara Pandang Terhadap Korupsi
6,99 7,18
Arti Pemberian Gratifikasi
Lingkungan Kerja
6,49 Kebiasaan Pemberian Gratifikasi 9,68 Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur 8,21 Keterlibatan Calo 7,64 Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan 7,57 Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Sistem Administrasi
7,03 6,15 5,53
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
6,51
Perilaku Individu
7,38 6,22 5,51
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku Pengguna Layanan
4,41
Pencegahan Korupsi
4,40 4,46
Tingkat Upaya Anti-Korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pengalaman Integritas
INDEKS 6,75 INTEGRITAS
7,64
6,31 5,94
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Potensi Integritas
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 2.34 Indeks Integritas Total Daerah (IITD) dan Komponen Penyusunnya
Indeks Integritas Total Daerah (IITD) sebesar (4,40), dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat 6,75. Nilai ini berada pada posisi di atas standar (4,46). minimal integritas (6,00). Variabel Pengalaman Intensifnya usaha-usaha yang dilakukan untuk Integritas memberikan kontribusi lebih baik dibandingkan Potensi Integritas. Nilai Potensi meningkatkan potensi integritas merupakan Integritas yang di bawah standar minimal bentuk keseriusan instansi/pemerintah daerah menunjukkan masih terdapat indikator dan dalam upaya memerangi korupsi. Sebagai sub-indikator yang nilainya rendah. Indikator trigger mechanism, KPK sangat mendorong yang nilainya rendah adalah Pencegahan upaya-upaya tersebut, khususnya terkait Korupsi (4,41), sedangkan sub-indikator yang dengan unsur-unsur transparansi, suap, nilainya masih rendah terdiri atas Pemanfaatan pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, Teknologi Informasi (5,53), Perilaku Pengguna perilaku individu, serta lingkungan kerja di Layanan (5,51), Tingkat Upaya Anti-Korupsi sektor layanan publik.
40
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3.1 INDEKS INTEGRITAS TINGKAT PUSAT
S
urvei Integritas Sektor Publik tingkat memiliki potensi korupsi pada layanan publik pusat tahun 2013 dilakukan terhadap di tingkat pusat yang didatanginya.
40 unit layanan pada 20 instansi tingkat pusat, dengan responden secara keseluruhan adalah 1.200 orang. Dengan menggunakan
Nilai Indeks Integritas Tingkat Pusat meningkat dibandingkan Indeks Integritas Pusat (IIP)
skala 0â&#x20AC;&#x201C;10, Indeks Integritas Pusat (IIP) Tahun Tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,86. Kondisi 2013 adalah 7,37. Indeks Integritas Tingkat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013 Pusat yang disusun dari variabel Pengalaman telah ada upaya perbaikan layanan publik oleh Integritas dan Potensi Integritas merefleksikan instansi pusat yang mengarah pada semakin pengalaman pengguna layanan terhadap berkurangnya praktik dan potensi korupsi. korupsi yang dialaminya dan faktor-faktor Nilai IIP dan seluruh komponen penyusunnya yang menurut penilaian pengguna layanan ditunjukkan pada Gambar 3.1.
7,61
6,91
Pengalaman Korupsi
7,38 7,59 7,67
Jumlah/Besaran Gratifikasi Frekuensi Pemberian Gratifikasi Waktu Pemberian Gratifikasi
7,62
Cara Pandang Terhadap Korupsi
7,70 7,59
Arti Pemberian Gratifikasi Tujuan Pemberian Gratifikasi
8,34
Lingkungan Kerja
8,04 9,95 8,34 7,76 7,60
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
6,74
Sistem Administrasi
7,15 6,74 5,90
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
7,51
Perilaku Individu
7,81 7,42 7,14
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku Pengguna Layanan
5,94
Pencegahan Korupsi
6,28 4,91
Tingkat Upaya Anti-Korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pengalaman Integritas
INDEKS INTEGRITAS
7,37
7,57
Potensi Integritas
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 3.1 Indeks Integritas Pusat (IIP) dan Komponen Penyusunnya
42
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Pada tahun 2013, nilai integritas pusat yang potensi integritas berikut sub-indikatornya tinggi disebabkan nilai Pengalaman Integritas yang masih rendah. Nilai indikator dan subyang tinggi. Sementara itu, nilai variabel indikator yaitu Pencegahan Korupsi (5,94), Potensi Integritas hanya berada sedikit di atas dan Pemanfaatan Teknologi Informasi (5,90), nilai standar minimal. Karena bobot variabel serta dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat pengalaman integritas yang lebih dominan (4,91). dibandingkan potensi integritas, maka indeks Peringkat nasional dan indeks integritas integritas tingkat pusat sangat ditentukan tingkat pusat Tahun 2013 dari 20 instansi oleh nilai pengalaman integritas tersebut. Nilai pusat dan 40 unit layanannya ditunjukkan ini sekaligus menunjukkan indikator dalam pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Tabel 3.1 Peringkat Integritas Tingkat Pusat Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Instansi Pusat Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Lingkungan Hidup RS Fatmawati Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Pertanian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Integritas
No.
7,69 7,64 7,58 7,57
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
7,49 7,46 7,45 7,41 7,41 7,40
Instansi Pusat Kementerian Keuangan Kementerian Perindustrian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementerian Perhubungan Kementerian Kehutanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Integritas 7,38 7,32 7,31 7,28 7,24 7,23 7,17 7,12 7,09 6,88
Secara umum indeks integritas instansi berikut baik, ditunjukkan oleh nilainya yang lebih unit layanannya yang ada tingkat pusat relatif dari 6. Tabel 3.2 Peringkat Integritas Unit Layanan Tingkat Pusat Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Instansi Pusat Kementerian Perindustrian Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Lingkungan Hidup Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RS Fatmawati RS Fatmawati Kementerian Pertanian Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Lingkungan Hidup Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Perdagangan RS Cipto Mangunkusumo
Unit Layanan Pusat LS Pro Pustan SNI Pengadaan Barang dan Jasa Jasa Pengolahan Limbah B3 Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pendaftaran Izin Edar Makanan Rawat Inap Non-Jaminan Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Izin Usaha Bantuan Penelitian Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa
Integritas 7,77 7,76 7,73 7,64 7,63 7,63 7,60 7,59 7,57 7,57 7,56 7,55 7,51 7,49 7,48 7,46
43
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No. 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Instansi Pusat Kementerian Luar Negeri Kementerian Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Kesehatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Kementerian Kesehatan RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Pertanian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Perhubungan Kementerian Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Kehutanan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementerian Perhubungan Kementerian Kehutanan Kementerian Perindustrian Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Unit Layanan Pusat Pengadaan Barang dan Jasa Administrasi Sengketa Pajak Pengadaan Barang dan Jasa Izin Edar Alat Kesehatan Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Rawat Inap Non-Jaminan Rekomendasi Izin Impor Beras Tertentu Pengadaan Barang dan Jasa Surat Keterangan Terdaftar Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pengadaan Barang dan Jasa Pengujian Perangkat Telekomunikasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) Izin Exit Permit Izin Penyelenggara Angkutan Pariwisata Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pengadaan Barang dan Jasa Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) Izin Penangkapan Ikan Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan
Integritas 7,46 7,45 7,44 7,44 7,43 7,38 7,37 7,37 7,33 7,33 7,32 7,31 7,29 7,26 7,18 7,16 7,09 7,06 7,06 6,87 6,87 6,73 6,68 6,45
Dengan nilai rata-rata Integritas Tingkat Pusat atas rata-rata dan sebagian lainnya di bawah 7,37, terdapat 8 instansi pusat yang indeks rata-rata. Sisanya terdapat 4 instansi pusat integritas semua unit layanannya di atas rata- yang indeks integritas seluruh unit layanannya rata tingkat pusat, serta 8 instansi pusat yang di bawah rata-rata (lihat Tabel 3.3). indeks integritas sebagian unit layanannya di Tabel 3.3 Kelompok Instansi Pusat Berdasarkan Indeks Integritas Keterangan
Jumlah Instansi Pusat
Indeks integritas semua unit layanan di atas nilai rata-rata (7,37)
8
Indeks integritas unit layanan sebagian di atas nilai rata-rata dan sebagian di bawah rata-rata (7,37)
8
Indeks integritas semua unit layanan di bawah nilai rata-rata (7,37)
4
44
Instansi Pusat Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Lingkungan Hidup RS Fatmawati Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Pertanian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Keuangan Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Kementerian Perhubungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Kehutanan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
3.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Pengalaman integritas tingkat pusat dengan komponen penyusunnya berada pada posisi nilai 7,61 disusun dari indikator Pengalaman di atas standar minimal, dengan nilai indikator Korupsi dan Cara Pandang terhadap Korupsi Cara Pandang terhadap Korupsi lebih tinggi dengan nilai masing-masing 7,57 dan 7,62. dibandingkan Pengalaman Korupsi. Nilai variabel Pengalaman Integritas dan 7,57
Pengalaman Korupsi
Pengalaman Integritas
7,61
7,62
7,38
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,59
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,67
Waktu Pemberian Gratifikasi
7,70
Arti Pemberian Gratifikasi
7,59
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang Terhadap Korupsi
Gambar 3.2 Nilai Variabel Pengalaman Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Nilai variabel Pengalaman Integritas tingkat Integritas di atas standar minimal yang telah pusat Tahun 2013 dari 20 instansi pusat yang ditetapkan (6,00), dengan peringkat terbaik disurvei KPK menunjukkan bahwa semua dicapai oleh RS Fatmawati (Tabel 3.4). instansi pusat mendapatkan nilai Pengalaman Tabel 3.4 Peringkat Nilai Variabel Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Pusat Tahun 2013 No.
Instansi Pusat
Nilai
No.
Instansi Pusat
Nilai
1 RS Fatmawati
7,99
11 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,60
2 Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,95
12 Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,58
3 Kementerian Lingkungan Hidup
7,85
13 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,57
4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7,85
14 Kementerian Luar Negeri
7,52
5 Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,80
15 Kementerian Perindustrian
7,49
6 RS Cipto Mangunkusumo
7,79
16 Kementerian Perdagangan
7,42
7 Kementerian Kesehatan
7,75
17 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,41
8 Kementerian Pertanian
7,71
18 Kementerian Perhubungan
7,30
9 Kementerian Keuangan
7,64
19 Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,24
10 Kementerian Kehutanan
7,60
20 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6,96
Gambar 3.3 berikut menunjukkan unit nilai Pengalaman Integritas tinggi juga dan layanan dengan nilai pengalaman integritas sebaliknya. Hal tersebut disebabkan bobot 5 tertinggi dan 5 terendah. Unit layanan yang Pengalaman Integritas (0,667) lebih dominan mendapatkan nilai tinggi umumnya memiliki dibandingkan Potensi Integritas (0,333). 45
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
8,01
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin)
8,00
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
8,00
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
7,99
Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati)
7,99
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
7,14
Izin Penyelenggara Angkutan Pariwisata (Kemenhub)
7,04
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin)
6,97
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
6,76
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf)
6,33
Gambar 3.3 Nilai Variabel Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Pusat (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah)
Secara berturut-turut unit layanan dengan nilai integritas terendah adalah Tanda Pendaftaran pengalaman integritas tertinggi didapatkan Pembuatan Film Iklan (Kementerian Pariwisata unit layanan Pengadaan Barang dan Jasa dan Ekonomi Kreatif), Izin Penangkapan (BPOM), LS Pro Pustan SNI (Kementerian Ikan (Kementerian Kelautan dan Perikanan), Perindustrian), Bantuan Penelitian (Kementerian Pengadaan Barang dan Jasa (Kementerian Pendidikan
dan
Kebudayaan),
Rawat Perindustrian), Izin Penyelenggaraan Angkutan
Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati), dan Pariwisata (Kementerian Perhubungan), dan Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati). Lima Pembuatan Kartu Tanda Kerja Luar Negeri unit layanan tersebut memiliki nilai pengalaman (BNP2TKI). Tiga dari 5 unit layanan tersebut integritas rata-rata di atas 7,90. Sementara itu, memiliki nilai pengalaman integritas kurang 5 unit layanan yang memiliki nilai pengalaman dari 7,00.
3.2.1 PENGALAMAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Nilai indikator Pengalaman Korupsi di instansi Nilai ketiga sub-indikator yang berada di pusat adalah 7,57. Nilai ini terbentuk dari sub- atas standar minimal menunjukkan bahwa indikator Jumlah/Besaran Gratifikasi dengan pengendalian gratifikasi pada layanan tingkat nilai 7,38, Frekuensi Pemberian Gratifikasi pusat sudah membaik. (7,59), dan Waktu Pemberian Gratifikasi (7,67).
46
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
7,57
Pengalaman Korupsi
7,38
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,59
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,67
Waktu Pemberian Gratifikasi
Gambar 3.4 Nilai Indikator Pengalaman Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Semua instansi pusat memiliki nilai indikator yang memiliki nilai Pengalaman Korupsi di Pengalaman Korupsi di atas standar minimal. bawah nilai 7,00, seperti ditunjukkan pada Hanya terdapat 1 instansi pusat yaitu Tabel 3.5 berikut. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tabel 3.5 Peringkat Nilai Indikator Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat No.
Instansi
Nilai
No.
Instansi
Nilai
1 Badan Pengawas Obat dan Makanan
8,00
11 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,53
2 RS Fatmawati
8,00
12 Kementerian Keuangan
7,53
3 RS Cipto Mangunkusumo
7,88
13 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,50
4 Kementerian Lingkungan Hidup
7,87
14 Kementerian Perindustrian
7,42
5 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7,80
15 Kementerian Luar Negeri
7,37
6 Kementerian Kesehatan
7,79
16 Kementerian Perdagangan
7,34
7 Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,76
17 Kementerian Kehutanan
7,26
8 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,72
18 Kementerian Perhubungan
7,16
9 Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,71
19 Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,10
10 Kementerian Pertanian
7,62
20 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6,68
A. Jumlah/Besaran GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Nilai integritas sub-indikator Jumlah/Besar dengan biaya resmi (92%). Meskipun nilai Gratifikasi adalah 7,38. Nilai ini menunjukkan ini cukup baik, pada kenyataannya masih biaya total pengurusan layanan yang ada 8% pengguna layanan yang membayar dikeluarkan oleh sebagian besar pengguna lebih dari biaya resmi. layanan sebagian besar sudah sesuai
47
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
60% 100
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin)
100
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati)
100
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
100%
83
Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag)
77
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
77
92%
80%
NILAI TINGGI
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
1% 7%
40%
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin)
17 23 3
20
77
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf)
23
60
Sesuai biaya resmi
NILAI RENDAH
20%
0% INSTANSI TINGKAT PUSAT
23
17
> 50% dari biaya resmi
< 50% dari biaya resmi
Gambar 3.5 Jumlah/Besaran Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub-indikator dan Perikanan), dan Nomor Pengenal Importir Jumlah/Besaran Gratifikasi rendah, pemberian Khusus (Kementerian Perdagangan). Bahkan, uang tambahan dilakukan oleh lebih dari pada layanan Tanda Pendaftaran Pembuatan 20% terjadi di 4 unit layanan, yaitu Tanda Film Iklan masih terdapat 17% pengguna Daftar Pembuatan Film Iklan (Kementerian layanan yang mengaku membayar lebih dari Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Pengadaan 50% dari biaya resmi. Barang dan Jasa (Kementerian Perindustrian), Izin Penangkapan Ikan (Kementerian Kelautan
B. Frekuensi Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Nilai sub-indikator Frekuensi Pemberian 8% pengguna layanan yang mengaku Gratifikasi adalah 7,59. Nilai tersebut pernah memberikan uang tambahan saat menunjukkan seberapa sering/frekuensi pengurusan layanan, 4% mengaku memberi pemberian uang tambahan yang dilakukan 1 kali, 2% memberi 2 kali, dan 2% lebih dari pernah
memberikan
Hasilnya INSTANSI TINGKAT PUSAT
2% 4% 2%
92%
yang
menyatakan 2 kali pada saat mengurus layanan (lihat
uang
menunjukkan
tambahan. Gambar 3.6).
bahwa
dari 0%
20%
40%
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM) LS Pro PustanSNI (Kemenperin) Bantuan Penelitian (Kemendikbud) Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM) Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati)
80%
100%
100 100 100 100 100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin) Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut) Izin Penyelenggaran Angkutan Pariwisata (Kemenhub) Izin Penangkapan Ikan (KKP) Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) Tidak pernah
60%
NILAI TINGGI
responden
77
17 83 83
7 4
77 60 1 kali
7 2 kali
6 23
7
33 10 13 10 10
NILAI RENDAH
oleh
Lebih dari 2 kali
Gambar 3.6 Frekuensi Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
48
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) yang indikator Frekuensi Pemberian Gratifikasi mengaku memberikan gratifikasi 2 kali rendah, pengguna layanan umumnya atau lebih dari 2 kali cukup banyak (33%). cenderung memberikan uang tambahan Demikian juga pada Izin Penangkapan Ikan 1 kali dalam proses pengurusan layanan. (17%) dan Izin Penyelenggaraan Angkutan Namun, pengguna layanan pada Tanda Pariwisata (17%). Daftar Pembuatan Film Iklan (Kementerian
C. Waktu Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Nilai
sub-indikator
Pemberian nya mengaku memberikannya saat akhir
Waktu
Gratifikasi adalah 7,67. Waktu Pemberian proses pengurusan. Sisanya memberikan Gratifikasi menunjukkan kapan pemberian pada awal pengurusan (11%) atau pada saat uang tambahan dilakukan oleh pengguna proses pengurusan (17%), bahkan kombinasi layanan. Pada responden yang menyatakan 2 atau 3 tahap proses pengurusan (4%). pernah memberikan uang tambahan, 68%-
4%
20%
40%
60%
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
LS Pro PustanSNI (Kemenperin)
100
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati)
100
11%
80%
100% NILAI TINGGI
0% INSTANSI TINGKAT PUSAT
68%
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
83
10
Izin Penyelenggaran Angkutan Pariwisata (Kemenhub)
83
7
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
77
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin)
77
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) Tidak memberi
Awal proses
Saat proses
3
60 Akhir proses
13 7
7 10
13
7 3
40
NILAI RENDAH
17%
Kombinasi 2 atau 3 proses
Gambar 3.7 Waktu Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- memperlancar dan atau mempercepat indikator Waktu Pemberian Gratifikasi proses layanan. Terlihat bahwa pada unit rendah, responden yang pernah melakukan layanan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, gratifikasi
pada
pengurusan
layanan Izin Penyelenggaraan Angkutan Pariwisata,
umumnya memberikan uang tambahan Izin Penangkapan Ikan, Pengadaan Barang pada akhir pengurusan layanan. Pemberian dan Jasa (Kemenperin), Tanda Pendaftaran yang dilakukan pada akhir proses layanan Pembuatan Film Iklan, usaha pengguna biasanya dilakukan dalam rangka ucapan layanan dan petugas layanan memperlancar/ terima kasih. Adapun pemberian pada mempercepat proses layanan di luar awal, pertengahan, bahkan lebih dari 1 prosedur dengan memberi/meminta biaya kali umumnya dilakukan dalam rangka tambahan masih terjadi. 49
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3.2.2 CARA PANDANG TERHADAP KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Upaya meningkatkan nilai integritas tidak mereka terhadap korupsi, khususnya terhadap hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi praktik pemberian gratifikasi. Cara pandang layanan, tetapi juga oleh pengguna layanan. terhadap gratifikasi ini akan memengaruhi Masyarakat
sebagai
pengguna
layanan sikap dan keputusan seseorang untuk
seharusnya dapat diberdayakan dengan memberikan atau tidak memberikan gratifikasi mengubah atau memperbaiki cara pandang termasuk di layanan publik.
7,62
7,70
Arti Pemberian Gratifikasi
7,59
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang Terhadap Korupsi
Gambar 3.8 Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Dua sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi pandang yang baik terkait gratifikasi dalam dan Tujuan Pemberian Gratifikasi mulai layanan publik. memberikan kontribusi yang cukup baik pada indikator Cara Pandang Terhadap Gratifikasi. Apabila dilihat berdasarkan instansi, nilai Dengan nilai masing-masing di atas 7 indikator Cara Pandang terhadap Korupsi menunjukkan bahwa masyarakat pengguna di tingkat pusat bervariasi dengan rentang layanan publik di tingkat pusat memiliki cara antara 7,06 sampai 7,98. (Tabel 3.6) Tabel 3.6 Peringkat Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat No.
Nilai
No.
1 RS Fatmawati
7,98
11 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,63
2 Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,93
12 Kementerian Luar Negeri
7,57
3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7,87
13 Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,53
4 Kementerian Lingkungan Hidup
7,85
14 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,52
5 Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,81
15 Kementerian Perindustrian
7,51
6 RS Cipto Mangunkusumo
7,76
16 Kementerian Perdagangan
7,45
7 Kementerian Pertanian
7,75
17 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,36
8 Kementerian Kesehatan
7,74
18 Kementerian Perhubungan
7,35
9 Kementerian Kehutanan
7,71
19 Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,28
10 Kementerian Keuangan
7,68
20 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
7,06
50
Instansi
Instansi
Nilai
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
A. Arti Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Arti Pemberian Gratifikasi menunjukkan bahwa tindakan memberi gratifikasi kepada bagaimana masyarakat mengartikan biaya petugas layanan publik adalah sesuatu yang atau imbalan yang mereka keluarkan. Nilai melanggar hukum dan harus dilaporkan sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi serta perbuatan yang memalukan dan adalah 7,70 yang menunjukkan bahwa tercela (83,9%). Sayang sekali, masih terdapat secara umum masyarakat memahami 16,1% yang menyatakan sebaliknya. Melanggar hukum dan harus dilaporkan
57,5%
Memalukan dan tercela
26,4%
Boleh dilakukan kalau terpaksa
10,7% 4,5% 0,1%
Harus dilakukan
0,8% 20%
0% Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenlu)
40%
60%
13
90 13
80
Pengadaan Barang dan Jasa (BKPM) 3
30
Pengadaan Barang dan Jasa (BNP2TKI) 7
27
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
67 64
23
Tanda Pendaftar Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) 3
13
17
13
17
47 33
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo)
11
34
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans)
11
37
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
100%
87
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemendikbud) 3 7 Pengadaan Barang dan Jasa (Kemendag) 7
80%
NILAI TINGGI
Boleh dan sering dilakukan
23
34
29
26 29
47
NILAI RENDAH
Boleh dilakukan asal tidak terlalu sering
24 17
13
Harus dilakukan
Boleh dan sering dilakukan
Boleh dilakukan asal tidak terlalu sering
Boleh dilakukan kalau terpaksa
Memalukan dan tercela
Melanggar hukum dan harus dilaporkan
Gambar 3.9 Arti Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- dan
Informatika),
indikator Arti Pemberian Gratifikasi rendah, Pembuatan
Film
Tanda Iklan
Pendaftaran (Kementerian
yaitu Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan Izin Negeri (BNP2TKI), Rencana Penggunaan Penangkapan Ikan (Kementerian Kelautan Tenaga Kerja Asing (Kementerian Tenaga dan Perikanan) terlihat bahwa lebih dari Kerja dan Transmigrasi), Pengujian Perangkat 40% respondennya menganggap bahwa Telekomunikasi (Kementerian Komunikasi pemberian
uang
tambahan/gratifikasi
51
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
boleh dilakukan. Variasi jawaban yang 0,8% pengguna layanan yang menyatakan diberikan yaitu gratifikasi boleh dilakukan bahwa gratifikasi dalam layanan publik kalau terpaksa dan boleh dilakukan asal harus dilakukan apabila ingin mendapatkan tidak terlalu sering. Bahkan, masih terdapat layanan. (Gambar 3.9)
B. Tujuan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Berdasarkan fakta yang dijumpai di unit indikator Tujuan Pemberian Gratifikasi rendah layanan tingkat pusat, tujuan utama terlihat bahwa tujuan utama pemberian pengguna layanan memberikan uang gratifikasi pada layanan publik adalah untuk tambahan adalah untuk mempercepat waktu mempercepat waktu pengurusan layanan pengurusan layanan (37%), sisanya untuk dan memastikan waktu pengurusannya memastikan pengurusan tepat waktu (16%), tepat waktu. menghindarkan tindakan semena-mena Namun, perlu mendapat perhatian dari oleh petugas (16%) dan untuk meluluskan penyelenggara layanan publik bahwa tujuan syarat pengurusan layanan (6%). (Gambar memberi dalam rangka menghindarkan diri 3.10). dari tindakan semena-mena petugas masih Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- saja terjadi. Mempercepat waktu
37%
Tidak ada tujuan tertentu
26%
Memastikan tepat waktu
16%
Menghindarkan petugas semena-mena
16% 6% 40%
60%
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin)
100
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati)
100
Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag)
9
Izin Penyelenggaran Angkutan Pariwisata (Kemenhub)
14 14
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin) 3 Izin Penangkapan Ikan (KKP) 3 Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) 3 3
14 13
100%
77
3 17
80%
NILAI TINGGI
20%
0%
NILAI RENDAH
Meluluskan syarat pengurusan
83 3
77
33
77 21
60
Menghindarkan petugas semena-mena
Meluluskan syarat pengurusan
Memastikan tepat waktu
Mempercepat waktu
Tidak ada tujuan tertentu
Tidak memberikan
Gambar 3.10 Tujuan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
52
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Alasan utama yang diakui pengguna publik responden adalah rasa puas layanan memberikan uang tambahan/ terhadap kualitas layanan yang diberikan gratifikasi dalam pengurusan layanan oleh petugas. (Gambar 3.11) Puas dengan layanan petugas
47%
Petugas ramah
13%
Petugas mempersulit
13%
Petugas meminta
13%
Kasihan gaji petugas kecil
8% 6%
40%
60%
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin)
100
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati)
100
Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag)
9
14
Izin Penyelenggaraan Angkutan Pariwisata (Kemenhub)
7
7 3
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin)
7
16
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
7
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf)
Petugas meminta Puas dengan layanan petugas
13 23
Petugas mempersulit Petugas ramah
80%
100%
NILAI TINGGI
20%
0%
77 NILAI RENDAH
Petugas malas melayani
83 77 3
77 4
13
Petugas malas melayani Tidak memberi
60
Kasihan gaji petugas kecil
Gambar 3.11 Alasan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- layanan Tanda Pendaftaran Pembuatan Film indikator alasan pemberian gratifikasi Iklan (Kemenparekraf) terlihat bahwa alasan rendah, terlihat bahwa alasan puas dengan karena kasihan gaji petugas kecil cukup layanan
petugas
mendominasi.
Pada dominan (23%).
53
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT
P
otensi integritas tingkat pusat dengan Lingkungan Kerja dengan nilai 8,34, Sistem nilai 6,91 memberikan kontribusi sebesar Administrasi dengan nilai 6,74, Perilaku
0,333 terhadap indeks integritas. Potensi Individu dengan nilai 7,51, dan Pencegahan integritas yang merupakan variabel penting Korupsi dengan nilai 5,94. Setiap indikator dalam memperkecil peluang korupsi dalam terdiri dari 2â&#x20AC;&#x201C;5 sub-indikator, layanan publik disusun oleh 4 indikator, yaitu ditunjukkan oleh Gambar 3.12.
8,34
6,74
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
POTENSI INTEGRITAS
6,91
7,51
5,94
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
seperti
8,04
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi
9,95
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur
8,34
Keterlibatan Calo
7,76
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,60
Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,15
Kepraktisan SOP
6,74
Keterbukaan Informasi
5,90
Pemanfaatan Teknologi Informasi
7,81
Keadilan dalam Layanan
7,42
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
7,14
Perilaku Pengguna Layanan
6,28
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,91
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 3.12 Nilai Variabel Potensi Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Nilai potensi integritas tingkat pusat dari 20 Informasi
dan
Mekanisme
Pengaduan
instansi adalah 6,91. Walaupun nilai tersebut Masyarakat juga masih rendah. berada di atas nilai standar minimal KPK, masih terdapat indikator dengan nilai di bawah Nilai Potensi Integritas dari 20 instansi pusat 6. Pencegahan Korupsi masih memerlukan berada pada rentang 6,32 sampai 7,23. Apabila penguatan karena nilainya masih di bawah dibandingkan pengalaman integritas, nilai standar minimal. Apabila dilihat dari sub- potensi integritas secara umum lebih rendah indikatornya, nilai Pemanfaatan Teknologi (Tabel 3.7).
54
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Tabel 3.7 Peringkat Nilai Variabel Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Pusat Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Instansi Kementerian Lingkungan Hidup Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Perhubungan Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Pertanian Kementerian Perdagangan Kementerian Perindustrian Kementerian Kelautan dan Perikanan
Nilai
No.
7,23 7,17 7,11 7,09 7,07 7,06 7,03 6,99 6,99 6,88
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Instansi
Nilai
Kementerian Keuangan RS Fatmawati RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Kementerian Kehutanan
6,86 6,77 6,75 6,73 6,73 6,73 6,70 6,69 6,45 6,32
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa walaupun Keuangan (6,86), RS Fatmawati (6,77), RS Cipto semua instansi pusat mendapatkan nilai Mangunkusumo (6,75), Kementerian Kesehatan Potensi Integritas di atas standar minimal (6,00), (6,73), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi hanya 7 (tujuh) instansi yang nilai potensi Kreatif (6,73), Kementerian ESDM (6,73), integritasnya di atas 7,00. Adapun 13 instansi Kementerian Luar Negeri (6,70), Kementerian pusat, yaitu Kementerian Perdagangan (6,99), Pendidikan dan Kebudayaan (6,69), BPN2TKI Kementerian Perindustrian (6,99), Kementerian (6,45), dan Kementerian Kehutanan (6,32) nilai Kelautan dan Perikanan (6,88), Kementerian potensi integritasnya masih di bawah 7,00. Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
7,36
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin)
7,31
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
7,26
Pengadaan Barang dan Jasa (KKP)
7,25
Izin Usaha (BKPM)
7,15
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut)
6,47
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
6,45
Rawat Inan Non-Jaminan (RSCM)
6,41
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut) Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
6,00 5,91
Gambar 3.13 Nilai Variabel Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Pusat (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah)
Unit layanan dengan nilai Potensi Integritas Sementara itu, nilai potensi integritas terendah tertinggi dicapai oleh unit layanan Jasa adalah unit layanan Pembuatan Kartu Tenaga Pengolahan
Limbah
B3
(Kementerian Kerja Luar Negeri (BNP2TKI) dengan nilai 5,91.
Lingkungan Hidup) dengan nilai 7,36. (Gambar 3.13)
55
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3.3.1 LINGKUNGAN KERJA DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Lingkungan kerja yang baik merupakan salah
untuk melakukan penyimpangan dalam
satu faktor peningkatan kinerja layanan.
proses layanan. Penyimpangan tersebut bisa
Apabila lingkungan kerja tidak didukung
dalam bentuk pertemuan di luar prosedur
oleh fasilitas yang memadai, suasana
pemberian gratifikasi untuk memperlancar
pelayanan yang tidak nyaman bahkan jika
prosedur pengurusan, ataupun bentuk
ditambah dengan prosedur yang berbelit-
penyimpangan lainnya.
belit akan mendorong pengguna layanan
8,34
Lingkungan Kerja
8,04
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi
9,95
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur
8,34
Keterlibatan Calo
7,76
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,60
Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Gambar 3.14 Nilai Indikator Lingkungan Kerja dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Gambar 3.14 menjelaskan bahwa pencapaian di Lingkungan Pelayanan dan Suasana/Kondisi nilai Lingkungan Kerja sebesar 8,34 didukung di Sekitar Lingkungan Pelayanan nilainya oleh tingginya nilai Kebutuhan Pertemuan di tidak terlalu tinggi. Gambaran peringkat nilai Luar Prosedur (9,95). Artinya, pengguna layanan indikator Lingkungan Kerja dapat dilihat pada yang melakukan pertemuan di luar prosedur Tabel 3.8 berikut. sangat rendah. Namun, sub-indikator Fasilitas Tabel 3.8 Peringkat Nilai Indikator Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Pusat Tahun 2013
No.
Instansi
Nilai
No.
Instansi
Nilai
1
RS Fatmawati
8,86
11
Kementerian Perhubungan
8,42
2
Kementerian Lingkungan Hidup
8,75
12
Kementerian Perdagangan
8,40
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
8,71
13
Badan Koordinasi Penanaman Modal
8,37
4
RS Cipto Mangunkusumo
8,63
14
Kementerian Kehutanan
8,35
5
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
8,62
15
Kementerian Luar Negeri
8,28
6
Kementerian Perindustrian
8,58
16
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
8,13
7
Kementerian Pertanian
8,57
17
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8,11
8
Kementerian Keuangan
8,49
18
Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,78
9
Badan Pengawas Obat dan Makanan
8,49
19
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,74
10
Kementerian Kesehatan
8,47
20
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,43
56
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Nilai Lingkungan Kerja semua instansi pusat di Penjelasan lebih lanjut mengenai 5 sub-indikator atas standar yang ditetapkan bahkan terdapat yang mendukung indikator Lingkungan Kerja 17 instansi pusat yang memiliki nilai di atas 8,00. ditunjukkan pada bagian berikut.
A. Kebiasaan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Kebiasaan pengguna dan petugas layanan minimal, masih terdapat 16% pengguna dalam memberi maupun meminta uang layanan yang mengetahui/melihat adanya tambahan (gratifikasi) dalam layanan publik praktik
pemberian
uang
tambahan/
masih saja terjadi. Hal ini ditunjukkan oleh gratifikasi pada layanan publik yang mereka nilai sub-indikator Kebiasaan Pemberian datangi (Gambar 3.15). Gratifikasi yang meski di atas standar
2% 1%
13%
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut) 3
84%
60%
5
24
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) 5
5
24
Tanda Pendaftar Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) 3 3
Sering terjadi
66 66 47
9
47 48
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI) 7 Selalu terjadi
100%
97
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo) 5
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
80%
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT PUSAT
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
43 60
33
Kadang-kadang terjadi
Tidak pernah terjadi
Gambar 3.15 Kebiasaan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada unit layanan dengan nilai kebiasaan praktik pemberian uang tambahan selalu pemberian gratifikasi yang rendah, terlihat terjadi. Sementara itu, pada unit layanan bahwa unit layanan Izin Pinjam Pakai Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri Kawasan Hutan (Kementerian Kehutanan), (BNP2TKI),
7%
menyatakan
intensitas
9% pengguna layanannya menjawab bahwa pemberian sering terjadi.
B. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Pusat Secara umum, kebutuhan pengguna layanan sudah sangat minimal. Nilai 9,95 meuntuk melakukan pertemuan di luar prosedur nunjukkan hal tersebut (Gambar 3.16).
57
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tidak pernah 99%
Pernah 1%
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkominfo)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenlu) 3
97
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin) 3
97
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin) 3
97
Izin Edar Alat Kesehatan (Kemenkes) 3
97
Pengadaan Barang dan Jasa (BNP2TKI)
7 3
Lebih dari dua kali
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT PUSAT
NILAI TINGGI
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
90
Dua kali
Satu kali
Tidak pernah
Gambar 3.16 Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Gambar 3.16 menjelaskan bahwa dari dan Jasa di BNP2TKI. Secara umum, pada seluruh responden, terdapat 99% yang seluruh unit layanan yang disurvei di tingkat tidak pernah melakukan pertemuan di luar pusat, layanan Pengadaan Barang dan Jasa prosedur. Hanya 1% yang mengaku pernah merupakan layanan yang masih terjadi melakukan pertemuan di luar prosedur pertemuan di luar prosedur. Padahal, proses saat
pengurusan
layanan.
Persentase pengadaan barang dan jasa pemerintah saat
tinggi pengguna layanan yang mengaku ini sudah melakukan prosedur e-procurement melakukan pertemuan di luar prosedur dalam rangka mengurangi peluang tatap adalah pada layanan Pengadaan Barang muka antara panitia dengan peserta tender. Mempercepat waktu
34%
Melengkapi persyaratan
22%
Negosiasi biaya yang dibayar
22%
Negosiasi persyaratan
22% 40%
60%
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkominfo)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenlu) 3
97
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin) 3
97
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenperin) 3
97
Izin Edar Alat Kesehatan (Kemenkes) 3
97
Pengadaan Barang dan Jasa (BNP2TKI) 3 7 Negosiasi persyaratan Melengkapi persyaratan
Mempercepat waktu Tidak melakukan pertemuan
80%
100%
NILAI TINGGI
20%
NILAI RENDAH
0%
90 Negosiasi biaya yang dibayar
Gambar 3.17 Tujuan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
58
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Tujuan yang lebih dominan melatarbelakangi layanan umumnya adalah untuk mempercepat pengguna layanan melakukan pertemuan waktu pengurusan (34%). Tujuan lain adalah di luar prosedur dalam proses pengurusan untuk negosisasi biaya maupun persyaratan.
C. Keterlibatan Calo di Layanan Publik Tingkat Pusat Peran calo/perantara dalam pengurusan dilihat adalah orang luar (eksternal sebagai layanan dianggap sebagian pengguna perseorangan). layanan masih cukup signifikan. Berdasarkan
Namun, yang harus mendapat perhatian
hasil survei, terdapat 13% pengguna layanan
serius adalah terdapat petugas, baik yang
yang menyatakan pernah melihat calo/ memberi layanan langsung maupun perantara di luar prosedur saat mengurus pegawai lain di instansi yang berperan layanan. Dari pengguna layanan yang sebagai calo (Gambar 3.18). Apabila dilihat mengaku pernah melihat calo/perantara cara kerja calo/perantara di luar prosedur di luar prosedur, 77%-nya menyatakan beroperasi mendekati responden, sebagian calo/perantara di luar prosedur yang besar dengan cara terang-terangan.
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkominfo)
100
3% 77%
60%
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
INSTANSI TINGKAT PUSAT
5%
40%
80%
100%
NILAI TINGGI
20%
0%
15% 27
6
Izin Usaha (BKPM) 3
47
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI) 3
47
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo) Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans) 8
67 50 7
61
NILAI RENDAH
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
43 21
55
19
18 18
Petugas langsung
Petugas lain
Orang yang bekerja di sekitar unit
Orang luar
Kombinasi 2 atau lebih perantara
Tidak pernah
Gambar 3.18 Pengalaman Melihat Calo di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai rendah, di luar prosedur umumnya melakukan sebagian
besar
pengguna
layanan pendekatan kepada pengguna layanan secara
menginformasikan bahwa calo/perantara terang-terangan. Namun, di unit layanan
59
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (BNP2TKI), dan Izin Penangkapan Ikan (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi), (Kementerian Kelautan dan Perikanan) ada Pengujian
Perangkat
Telekomunikasi juga yang menyebutkan cara calo/perantara di
(Kementerian Komunikasi dan Informatika), luar prosedur beroperasi dengan pendekatan Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri secara sembunyi-sembunyi (Gambar 3.19).
INSTANSI TINGKAT PUSAT
3% 10%
40%
60%
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkominfo)
100
80%
100%
NILAI TINGGI
20%
0%
87% 23
10
Izin Usaha (BKPM)
50
Pembuatan kartu Tenaga Kerja Luar Negri (BNP2TKI)
47
67 50 10
NILAI RENDAH
Izin Penangkapan Ikan (KKP)
43
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo)
71
11
18
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans)
71
11
18
Tidak pernah melihat calo
Secara sembunyi-sembunyi
Secara terang-terangan
Gambar 3.19 Cara Calo Beroperasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
D. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Pusat Keberadaan fasilitas dalam unit layanan pengguna layanan (92,9%) menyatakan merupakan salah satu sebab pengguna bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan layanan mengambil keputusan mengurus yang didatangi sudah memadai dan 7,1% sendiri layanannya atau memilih mengurus yang menyatakan sebaliknya. layanan di luar prosedur. Sebagian besar Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag)
83
Administrasi Sengketa Pajak (Kemenkeu)
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenlu)
17
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans) 3 Pengadaan Barang dan Jasa (BNP2TKI) Tidak memadai
7 20
93 13
7 87
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo) 3 13 Rekomendasi Izin Impor Beras Tertentu (Kementan)
10
77
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
87,6%
100%
93
Izin Edar Alat Kesehatan (Kemenkes) 3
6,9%
80%
90
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
0,2% 5,3%
60%
81
3
20
77
3
16
79
2
20
Kurang memadai
80 Memadai
Sangat memadai
Gambar 3.20 Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
60
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT PUSAT
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Meskipun sebagian besar pengguna layanan pada unit layanan Pengujian Perangkat menyatakan kondisi fasilitas memadai, Telekomunikasi (Kementerian Komunikasi pada 5 unit layanan dengan nilai sub- dan Informatika) dan Rencana Penggunaan indikator Kondisi Fasilitas rendah, masih Tenaga Kerja Asing (Kementerian Tenaga banyak fasilitas yang dianggap kurang Kerja dan Transmigrasi). memadai, bahkan tidak memadai, terutama
E. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Pusat Suasana/kondisi
sekitar
pelayanan
di pelayanan
sudah
cukup
mendukung
tingkat pusat oleh lebih dari 83,0% dalam menciptakan layanan yang bersih pengguna layanan dinilai teratur tahapan dan transparan, instansi pusat tetap perlu layanannya, ruangan teratur dan rapi, serta melakukan peningkatan kualitas lingkungan tenang, dan nyaman. Meski secara dominan kerja agar semakin meminimalisasi potensi responden menilai suasana/kondisi sekitar korupsi di layanan publik. Tahapan layanan teratur
92,5%
Tenang
92,3%
Ruangan teratur dan rapi
92,0%
100
100
100
100
Izin Usaha (BKPM)
97
100
100
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
97
100
100
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenparekraf)
97
100
100
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkeu)
93
100
100
100
Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag)
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf)
77
83
Pendaftaran Izin Edar Makanan (BPOM)
79
76
Pengadaan Barang dan Jasa (RSCM)
87
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo)
58
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
55
Nyaman
Tenang
87
61 53
87
88 93
88 67
79 71
Ruangan teratur dan rapi
NILAI TINGGI
83,5%
67 89
NILAI RENDAH
Nyaman
74 Tahapan layanan teratur
Gambar 3.21 Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
61
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3.3.2 SISTEM ADMINISTRASI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Sistem administrasi yang transparan akan disusun dari 3 sub-indikator, yakni Kepraktisan memudahkan pengguna layanan dalam SOP, Keterbukaan Informasi, dan Pemanfaatan mengurus layanan. Sistem Administrasi Teknologi Informasi.
6,74
Sistem Administrasi
7,15
Kepraktisan SOP
6,74
Keterbukaan Informasi
5,90
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 3.22 Nilai Indikator Sistem Administrasi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Nilai indikator Sistem Administrasi di tingkat Nilai indikator Sistem Administrasi pada pusat adalah 6,74. Nilai ini berada pada posisi instansi pusat berkisar antara 6,23 sampai 7,50. di atas standar minimal yang ditetapkan KPK Semua instansi mendapatkan nilai indikator (6,00). Pemanfaatan Teknologi Informasi Sistem Administrasi di atas standar minimal, merupakan
sub-indikator
yang
masih seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.9 berikut.
memerlukan perbaikan karena nilainya di bawah standar minimal (5,90). Tabel 3.9 Peringkat Nilai Indikator Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Tahun 2013
No.
Instansi
Nilai
No.
Instansi
Nilai
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,50
11
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
6,74
2
Kementerian Perdagangan
7,04
12
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
6,74
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7,03
13
Kementerian Komunikasi dan Informatika
6,74
4
Kementerian Pertanian
6,97
14
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6,63
5
Kementerian Lingkungan Hidup
6,92
15
Kementerian Luar Negeri
6,52
6
Kementerian Perhubungan
6,85
16
Kementerian Kesehatan
6,51
7
Kementerian Kehutanan
6,85
17
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
6,47
8
Badan Pengawas Obat dan Makanan
6,83
18
Kementerian Kelautan dan Perikanan
6,38
9
Kementerian Perindustrian
6,81
19
RS Cipto Mangunkusumo
6,27
10
Kementerian Keuangan
6,77
20
RS Fatmawati
6,23
62
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
A. Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Pusat Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat dalam prosedur (6%), kesulitan dan efektivitas prosedur pengurusan layanan, ketidakjelasan dalam persyaratan (5%), syarat, biaya, dan waktu pengurusan kelambatan dan ketidakjelasan dalam layanan.
Berdasarkan
hasil
survei, waktu (14%), serta mahal dan tidak jelasnya
masih terdapat pengguna layanan yang biaya (3%). (Gambar 3.23) menyatakan kesulitan dan ketidakjelasan
68%
Prosedur
Persyaratan
Waktu
Murah
1%
Wajar
13% 2% Mahal
Lebih cepat
Tepat waktu
Lambat
Tidak Jelas
Mudah
Sulit
18%
13% 1%
Wajar
1%
4%
Tidak Jelas
Mudah
Wajar
Sulit
Tidak Jelas
5%
19%
Tidak Jelas
20% 1%
84%
76%
74%
Biaya
Gambar 3.23 Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Pusat
B. Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, menjadi penting dan sangat membantu persyaratan, biaya, dan ketidaktepatan pengguna layanan saat mengurus layanan. waktu dalam pengurusan layanan, maka Tingkat keterbukaan informasi layanan ketersediaan informasi di setiap unit layanan dijelaskan pada Gambar 3.24.
63
Persyaratan
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Biaya
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Waktu
Prosedur
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
8% 23% 24% 33% 12% 5% 23% 25% 35% 12% 8%
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
21% 22% 37% 12% 14% 24% 22% 28% 12%
Gambar 3.24 Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Pusat
Gambar 3.24 menunjukkan bahwa tingkat waktu (21%), dan biaya (24%) yang dijelaskan keterbukaan informasi unit layanan di tingkat petugas jika pengguna layanan bertanya. pusat ditunjukkan melalui pengumuman Bahkan, masih ada unit layanan yang tidak terbuka,
informasi
terkait
prosedur, transparan
mengumumkan/menjelaskan
persyaratan, waktu dan biaya layanan oleh informasi terkait prosedur (8%), persyaratan unit layanan. Yang harus menjadi perhatian (5%), waktu (8%), dan biaya (14%). unit layanan adalah masih adanya informasi terkait prosedur (23%), persyaratan (23%),
C. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Pemanfaatan teknologi informasi juga layanan. Tujuan utama pengguna layanan menjadi dasar pengukuran dalam sistem menggunakan teknologi informasi adalah administrasi. Dari total pengguna layanan untuk mengetahui informasi terkait layanan yang disurvei, hanya 19% pengguna layanan yang diurus (38%). (Gambar 3.25) yang menjawab pernah menggunakan teknologi
64
informasi
saat
pengurusan
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus Tidak pernah 81%
Pernah 19%
38%
Untuk memproses layanan (nomor antrian, entry biodata, dsb.)
PERNAH
36%
Untuk mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan
26%
Gambar 3.25 Pengalaman Memanfaatkan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Pusat
Sementara itu, pengguna layanan yang tidak menyediakan teknologi informasi mengaku tidak pernah memanfaatkan (30,0%). Pada 5 unit layanan dengan nilai teknologi
informasi
beralasan
karena pemanfaatan teknologi rendah, semua
merasa tidak memerlukannya (50,2%) dan responden di unit layanan tersebut mengaku sebagian lainnya menyatakan bahwa di tidak pernah memanfaatkan teknologi unit layanan pusat yang mereka datangi informasi. (Gambar 3.26)
Tidak pernah karena tidak memerlukan
50,2%
Tidak pernah karena tidak ada teknologi informasi
30,0%
Tidak pernah karena tidak tahu cara penggunaannya
0,7%
Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi
0,3%
Pernah 20%
0%
40%
Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag) 3 11 NILAI TINGGI
Pendaftaran Izin Edar Makanan (BPOM)
24
2
80%
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemendikbud)
47
57 50
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM) 7
3
40
10
40
40
Administrasi Sengketa Pajak (Kemenkeu)
53
40
Rawat Inap-Jaminan (RS Fatmawati)
60
27
Pengadaan Barang dan Jasa (RS Fatmawati) 3
73
17 16
100%
74
53
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkeu)
NILAI RENDAH
60% 86
Izin Edar Alat Kesehatan (Kemenkes)
Izin Exit Permit (Kemenlu)
18,8%
80 82
Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi Tidak pernah karena tidak tahu cara penggunaannya Tidak pernah karena tidak memerlukan Tidak pernah karena tidak ada teknologi informasi Pernah
Gambar 3.26 Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
65
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3.3.3 PERILAKU INDIVIDU DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Terjadinya gratifikasi pada unit layanan tidak bedakan layanan, mendorong pengguna hanya disebabkan oleh sistem yang ada, layanan untuk memberikan uang tambahan tetapi ditentukan oleh individu-individu yang pada petugas tersebut agar mendapat terlibat dalam suatu proses layanan. Individu perlakuan sesuai dengan yang diinginkan yang dimaksud bisa dari internal unit layanan, pengguna dari petugas unit layanan. Tiga yaitu petugas yang memberikan layanan sub-indikator penyusun indikator Perilaku dan individu yang berasal dari eksternal unit Individu (7,51), yaitu Keadilan dalam Layanan layanan, yaitu masyarakat pengguna unit (7,81), Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi layanan. Salah satu faktor internal adalah sikap (7,42), dan Perilaku Pengguna Layanan (7,14). atau perlakuan petugas dalam memberikan (Gambar 3.27) layanan. Petugas yang cenderung membeda-
7,51
Perilaku Individu
7,81
Keadilan dalam Layanan
7,42
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
7,14
Perilaku Pengguna Layanan
Gambar 3.27 Nilai Indikator Perilaku Individu dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Nilai Indikator Perilaku Individu dalam pada RS Fatmawati (Tabel 3.10). Penjelasan Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat lebih lanjut mengenai 3 sub-indikator menunjukkan rentang yang tidak lebar, penyusun
indikator
Perilaku
Individu
berkisar dari 6,80 pada BNP2TKI sampai 7,89 disampaikan pada bagian berikut. Tabel 3.10 Peringkat Nilai Indikator Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Pusat Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
66
Instansi RS Fatmawati Kementerian Lingkungan Hidup Badan Pengawas Obat dan Makanan RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Pertanian Kementerian Perindustrian Kementerian Kesehatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nilai
No.
7,89 7,87 7,78 7,78 7,71 7,69 7,66 7,63 7,58 7,55
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Instansi Kementerian Kehutanan Kementerian Perdagangan Kementerian Keuangan Kementerian Luar Negeri Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perhubungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
Nilai 7,55 7,46 7,45 7,43 7,42 7,41 7,39 7,29 7,05 6,80
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
A. Keadilan dalam Layanan di Layanan Publik Tingkat Pusat Keadilan dalam layanan didefinisikan hasil survei, terdapat 8% pengguna layanan sebagai
tindakan/sikap
petugas
unit publik di tingkat pusat yang menyatakan
layanan dalam memberikan pelayanan bahwa perbedaan perlakuan petugas tanpa
membeda-bedakan
perlakuan kepada pengguna layanan masih terjadi
terhadap pengguna layanan. Berdasarkan saat melayani masyarakat. (Gambar 3.28)
1%
Izin Usaha (BKPM)
100
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
100
7% 92%
60%
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkeu)
100
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo) 5 Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenlu) Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans) 5 Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) Izin Penangkapan Ikan (KKP)
Ya, selalu
8
80%
100%
87
23
77
11
84
27
73
23
77
Ya, kadang-kadang
Tidak membedakan
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT PUSAT
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
Gambar 3.28 Perbedaan Perlakuan Petugas di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada
layanan
Rencana
Penggunaan Kreatif), Izin Penangkapan Ikan (Kementerian
Tenaga Kerja Asing (Kementerian Tenaga Kelautan dan Perikanan), dan Pengadaan Kerja dan Transmigrasi) dan Pengujian Barang dan Jasa (Kementerian Luar Negeri), Perangkat Telekomunikasi (Kementerian sekitar
23â&#x20AC;&#x201C;27
persen
respondennya
Telekomunikasi dan Informatika), sekitar merasakan kadang-kadang ada perbedaan 13â&#x20AC;&#x201C;16 persen respondennya mengaku perilaku petugas layanan. Namun, pada 5 unit mendapat perlakuan yang berbeda dari layanan dengan nilai tinggi pada sub-indikator petugas, bahkan merasa selalu dibedakan ini, seluruh responden (100%) menjawab (5%). Adapun pada unit layanan Tanda tidak pernah merasakan perbedaan perlakuan Pendaftaran
Pembuatan
Film
Iklan petugas layanan saat proses pengurusan
(Kementerian Pariwisata dan Ekonomi layanan. (Gambar 3.28)
67
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
B. Ekspektasi Petugas Terhadap GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Perilaku petugas layanan lainnya yang juga terjadi salah satunya karena petugas berpengaruh terhadap integritas layanan meminta. Gambar berikut menjelaskan cara adalah
ekspektasi
petugas
terhadap petugas meminta uang tambahan kepada
gratifikasi. Artinya, petugas layanan melalui pengguna layanan. Dari 5% responden yang sinyal-sinyal
tertentu,
baik
langsung mengaku memberikan gratifikasi kepada
maupun tidak langsung mengharapkan petugas, 3% di antaranya menjawab karena imbalan dari pengguna layanan. Hasil survei petugas layanan meminta uang tambahan menunjukkan bahwa 5% pengguna layanan secara langsung, tetapi tidak terbuka. menjawab pemberian uang tambahan (Gambar 3.29)
1% 3% 1%
12%
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut) 3
83%
60%
29
Izin Penangkapan Ikan (KKP) 3 4 Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf) 3
65
30
63 50
15
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negri (BNP2TKI) 3 3 3 Langsung terbuka Inisiatif pengguna layanan
100%
97
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans) 3 3
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
80%
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT PUSAT
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
47 40
45
56
33
Langsung tidak terbuka Tidak ada yang berinisiatif
Melalui pihak lain
Gambar 3.29 Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- permintaan secara langsung tidak terbuka indikator Ekspektasi terhadap Gratifikasi terlihat dominan, sedangkan pada layanan rendah, terlihat bahwa cara petugas meminta Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri dan menerima uang tambahan cukup (BNP2TKI) dilakukan dengan cara melalui bervariasi. Pada layanan Izin Pinjam Pakai pihak lain, secara langsung tidak terbuka, Kawasan Hutan (Kementerian Kehutanan) dan secara langsung terbuka.
C. Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Pusat Inisiatif adanya uang tambahan dalam pengguna layanan mengaku merekalah layanan publik bukan semata-mata dari yang
berinisiatif
memberikan
uang
petugas layanan, namun pengguna layanan tambahan kepada petugas saat mengurus juga berperan dalam suburnya praktik layanan. (Gambar 3.30) gratifikasi. Data menunjukkan bahwa 9%
68
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Pengadaan Barang dan Jasa (BPOM)
100
Jasa Pengolahan Limbah B3 (KLH)
100
4% 9%
60%
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
100
Rawat Inap Non-Jaminan (RS Fatmawati)
100
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut) 3
4%
27
Pengadaan Barang dan Jasa (BNP2TKI) 3
63 77
13
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
Sinyal dari petugas
7
20
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparektraf)
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
100%
97
Izin Penangkapan Ikan (KKP) 3
83%
80%
37 40
7
Inisiatif pengguna sendiri
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT PUSAT
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
3
47
15 50
45 10
Petugas yang berinisiatif
33 Tidak ada yang berinisiatif
Gambar 3.30 Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
3.3.4 PENCEGAHAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT PUSAT Salah satu upaya yang dapat dilakukan dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan untuk mengatasi masalah gratifikasi adalah mekanisme pengaduan pengguna layanan dengan melakukan pencegahan korupsi pada yang dilakukan oleh unit layanan sebagaimana layanan publik. Upaya tersebut salah satunya dapat dilihat pada Gambar 3.31.
5,94
6,28
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,91
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pencegahan Korupsi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 3.31 Nilai Indikator Pencegahan Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Pusat
Dibanding dengan indikator lainnya, indikator yang ditetapkan KPK (6,00). Hal ini berarti Pencegahan Korupsi di layanan publik pusat bahwa Tingkat Upaya Anti-Korupsi (6,28) dan memiliki nilai yang paling rendah (5,94). Mekanisme Pengaduan Masyarakat (4,91) Nilai tersebut di bawah standar minimal masih menyediakan ruang pembenahan.
69
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 3.11 Peringkat Nilai Indikator Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Instansi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Perhubungan Kementerian Kelautan dan Perikanan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Perdagangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perindustrian Kementerian Pertanian
Nilai
No.
6,76 6,76 6,48 6,45 6,41 6,32 5,97 5,96 5,95 5,91
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Instansi
Nilai
Badan Koordinasi Penanaman Modal Kementerian Keuangan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Kementerian Luar Negeri RS Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan RS Fatmawati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Kehutanan
5,74 5,74 5,73 5,57 5,49 5,48 5,42 5,06 4,80 3,93
Tabel 3.11 menjelaskan bahwa hanya 6 Kebudayaan dan Kementerian Kehutanan instansi yang memiliki nilai Pencegahan dengan nilai Pencegahan Korupsi di bawah Korupsi di atas standar minimal yang 5,00. Penjelasan lebih lanjut mengenai 2 subditetapkan KPK. Adapun 14 yang lain berada indikator penyusun indikator Pencegahan di bawah standar minimal, bahkan terdapat Korupsi dijelaskan dalam bagian berikut. instansi yaitu Kementerian Pendidikan dan
A. Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat dengan nilai Tingkat Upaya Anti-Korupsi rendah, keberadaan program kampanye antikorupsi di unit layanan publiknya diakui oleh tidak lebih dari 70% responden. Stiker/ poster/spanduk adalah bentuk kampanye/ media antikorupsi yang lebih banyak dilihat oleh pengguna layanan publik di tingkat pusat. (Gambar 3.32 dan Gambar 3.33)
INSTANSI TINGKAT PUSAT
80%
100%
Pengujian Pernagkat Telekomunikasi (Kemenkominfo)
2
24
71
3
2
24
71
3
LS Pro Pustan SNI (Kemenperin)
49% 33%
60%
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans)
Pengadaan Barang dan Jasa (RSCM) Izin Edar Alat Kesehatan (Kemenkes)
3%
40%
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemen ESDM)
15%
34 7
63
23
3
41 30
43
Rawat Inap Non-Jaminan (RSCM)
50
7
48
10
Bantuan Penelitian (Kemendikbud)
Tidak ada
1 kegiatan/media
10 13
43
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut) Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kemenhut)
3
60
44
27 37
2 â&#x20AC;&#x201C; 5 kegiatan/media
6 42
40 52
13 38
3 10
> 5 kegiatan/media
Gambar 3.32 Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
70
NILAI TINGGI
20%
0%
NILAI RENDAH
Program kampanye antikorupsi di unit layanan saat ini masih rendah. Sebanyak 15% pengguna layanan menyatakan tidak melihat adanya media/kegiatan antikorupsi. Bagi pengguna layanan yang melihat ada media/kegiatan antikorupsi, umumnya menyatakan bahwa hanya satu media/ kegiatan antikorupsi yang terlihat pada unit layanan tersebut. Dari 5 instansi pusat
3. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT PUSAT
Stiker/poster/spanduk/standing banner
77,1%
Petugas memakai atribut (pin, baju, topi, dll.)
25,8%
Pemutaran video/film/iklan
18,5%
Terdapat buku/modul/komik anti korupsi
17,5%
Kegiatan workshop/seminar masyarakat
17,1%
Kegiatan workshop/seminar petugas
10,2%
Gambar 3.33 Bentuk Kampanye/Media Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat
B. Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Pusat Selain kampanye antikorupsi, faktor lain yang
disampaikan
oleh
masyarakat.
yang menjadi ukuran sebuah instansi telah Pengaduan masyarakat merupakan salah melaksanakan pencegahan korupsi adalah satu cara mengontrol unit layanan. Dari adanya mekanisme pengaduan masyarakat. pengaduan yang masuk, diharapkan unit Sub-indikator ini menunjukkan respons layanan dapat melakukan pembenahan yang petugas unit layanan terhadap pengaduan pada akhirnya meningkatkan kualitas layanan.
40% 31% 18%
Dua media pengaduan
Lebih dari dua media pengaduan
20%
0%
40%
Izin Penyelenggaraan Angkutan Pariwisata (Kemenhub)
INSTANSI TINGKAT PUSAT
3
Pengujian Perangkat Telekomunikasi (Kemenkominfo) 5 38
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemen ESDM)
20
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenkes)
17
Sulit
Mudah
7 16
5
56
43
57
23
20 12
79
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhut) Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenlu)
26
79
Pengadaan Barang dan Jasa (Kemenhub) 40%
14 77
Pendaftaran Izin Edar Makanan (BPOM) 2
5%
100% 13
57
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan (Kemenparekraf)
1%
80%
87
Nomor Pengenal Importir Khusus (Kemendag) 3
54%
60%
NILAI TINGGI
Satu media pengaduan
77 80
NILAI RENDAH
Tidak ada media pengaduan
11%
83 Sangat mudah
Tidak ada media pengaduan
Gambar 3.34 Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Pusat pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
71
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Keberadaan media pengaduan di unit Berdasarkan pengalaman responden, dari layanan diakui oleh sekitar 60% pengguna 12% yang pernah mengadu terdapat 28% layanan tingkat pusat, dan 54%-nya yang tidak mendapatkan respons seperti menyatakan bahwa media pengaduan yang mereka inginkan. Mereka masingtersebut mudah untuk diakses. Namun, masing menyatakan pengaduan diabaikan kemudahan aksesibilitas media pengaduan (14%), sekadar ditampung (13%), bahkan tersebut akan efektif apabila petugas ditolak (1%). menindaklanjuti pengaduan yang masuk.
38% 34%
Tidak pernah 88%
Pernah 12%
14% PERNAH
13% 1%
Pengaduan ditanggapi
Pengaduan ditindaklanjuti
Pengaduan diabaikan
Pengaduan ditampung
Pengaduan ditolak
Gambar 3.35 Tindak Lanjut/Respons Petugas dari Pengaduan yang Disampaikan oleh Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Pusat
Upaya menaikkan nilai potensi integritas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menunjukkan keseriusan unit layanan perannya sebagai trigger mechanism sangat dan instansi di sektor layanan publik mendorong upaya-upaya pemberantasan dalam
memerangi
korupsi
secara korupsi melalui perbaikan layanan publik.
komprehensif di luar upaya penindakan Potret kondisi aktual pelayanan publik yang dilakukan. Semakin intensif usaha- terkait dengan transparansi, suap, pungutan usaha dilakukan untuk meningkatkan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku potensi integritas, maka semakin efektif individu, lingkungan kerja, dan upayapula upaya pemberantasan korupsi bisa upaya pencegahan korupsi ini dilakukan dilakukan di unit layanan dan instansi yang juga dalam upaya meningkatkan efektivitas bersangkutan.
pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
72
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
4.1 INDEKS INTEGRITAS LEMBAGA VERTIKAL
S
urvei integritas sektor publik di Tingkat keseluruhan yaitu 264 layanan yang tersebar Vertikal dilakukan terhadap 8 unit di 33 kota yang menjadi ibu kota provinsi
layanan dari 5 Instansi Vertikal, yaitu Surat dengan total responden 8.160 orang. Izin Mengemudi (SIM), Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Peningkatan Hak Atas Tanah, Peralihan Hak Atas Tanah, Paspor, Lembaga
Pemasyarakatan,
Administrasi
Pernikahan KUA, dan Administrasi Sidang Peradilan Agama. Jumlah unit layanan secara
7,10
6,71
unsur penyusun indeks integritas nasional. Nilai tiap-tiap variabel, indikator, dan subindikator tingkat vertikal ditunjukkan dalam Gambar 4.1.
7,19
Pengalaman Korupsi
7,07
Cara Pandang Terhadap Korupsi
Pengalaman Integritas
INDEKS INTEGRITAS
5,91
Indeks Integritas Vertikal merupakan satu dari
6,82 7,33 7,20
Jumlah/Besaran Gratifikasi Frekuensi Pemberian Gratifikasi Waktu Pemberian Gratifikasi
6,98 7,10
Arti Pemberian Gratifikasi Tujuan Pemberian Gratifikasi Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,52
Lingkungan Kerja
6,24 9,77 8,05 7,63 7,56
6,24
Sistem Administrasi
6,89 6,08 5,53
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Perilaku Individu
7,32 5,89 5,09
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
4,68 4,58
Tingkat Upaya Anti-Korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Potensi Integritas 6,27
4,66
Pencegahan Korupsi
Perilaku Pengguna Layanan
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 4.1 Indeks Integritas Vertikal (IIV) dan Komponen Penyusunnya
Nilai Indeks Integritas Vertikal (IIV) sebesar 6,71 integritas (0,333), sehingga nilai pengalaman diakibatkan bobot pengalaman integritas yang integritas sebesar 7,10 meningkatkan nilai cukup tinggi (0,667) dibandingkan nilai potensi integritas tingkat vertikal.
74
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
Meskipun demikian, nilai potensi integritas Korupsi membuat nilai Pencegahan Korupsi berada di bawah standar minimal (6,00). Nilai menjadi rendah (4,66). yang masih rendah terdapat pada sub-indikator Pemanfaatan Teknologi Informasi (5,53),
Tabel 4.1 menunjukkan semua Instansi Vertikal memiliki indeks integritas di atas
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi (5,89), standar minimal (6,00). Peringkat terbaik Perilaku Pengguna Layanan (5,09), Tingkat integritas secara nasional tahun 2013 diperoleh Upaya Anti-Korupsi (4,68), dan Mekanisme Mahkamah Agung dengan indeks integritas Pengaduan Masyarakat (4,58). Rendahnya nilai mencapai 7,10 dan menjadi satu-satunya pada 2 sub-indikator di indikator Pencegahan instansi vertikal yang nilainya di atas 7,00. Tabel 4.1 Peringkat Integritas Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi Vertikal
Integritas
1
Mahkamah Agung
7,10
2
Kementerian Hukum dan HAM
6,99
3
Kepolisian Republik Indonesia
6,63
4
Kementerian Agama
6,54
5
Badan Pertanahan Nasional
6,36
Dengan nilai rata-rata instansi vertikal 6,71, Hukum dan HAM memiliki nilai di atas ratamaka Mahkamah Agung dan Kementerian rata. 7,2 7,10 7,03 7
6,38 6,33 Peningkatan Hak atas Tanah
Peralihan Hak atas Tanah
6,43
Administrasi Pernikahan KUA
6
6,54
Surat Izin Mengemudi
6,2
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,4
Lembaga Pemasyarakatan
6,6
6,79
Paspor
6,8
Administrasi Sidang Peradilan Agama
6,91
5,8 Mahkamah Agung
Kementerian Hukum dan HAM
Kepolisian Republik Indonesia
Kementerian Agama
Badan Pertanahan Nasional
Gambar 4.2 Indeks Integritas Unit Layanan Vertikal
75
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Dari 8 unit layanan yang disurvei di Tingkat Apabila dibandingkan di tiap daerah, unit Vertikal, Indeks Integritas Unit Layanan layanan vertikal dengan indeks integritas 10 Administrasi Persidangan di Pengadilan tertinggi didominasi oleh layanan Administrasi Agama adalah yang tertinggi (7,10). Jika Sidang
Peradilan
Agama
dan
Paspor,
dibanding dengan indeks rata-rata Tingkat kemudian disusul SKCK. Administrasi Sidang Vertikal, layanan SKCK, Paspor, Lembaga Peradilan Agama di Manado (7,77) merupakan Pemasyarakatan, dan Administrasi Sidang unit layanan yang memperoleh nilai tertinggi. Peradilan Agama memiliki indeks di atas rata- Sementara itu, sepuluh terendah semuanya rata. Adapun layanan SIM, Peningkatan Hak memperoleh nilai di bawah standar minimal Atas Tanah, Peralihan Hak Atas Tanah, dan dan didominasi unit layanan Peningkatan Hak Administrasi Pernikahan KUA memiliki indeks Atas Tanah. Indeks integritas terendah terjadi pada layanan Peningkatan Hak Atas Tanah di
di bawahnya.
Manokwari dengan indeks sebesar 3,54. Tabel 4.2 Peringkat Integritas Unit Layanan Tingkat Vertikal Tahun 2013 (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah) No.
Integritas
Manado
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,77
2
Tanjungpinang
Peralihan Hak atas Tanah
7,74
3
Mataram
Lembaga Pemasyarakatan
7,72
4
Samarinda
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,69
Gorontalo
Paspor
7,65
Mataram
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,64
Samarinda
Paspor
7,62
8
Palangkaraya
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,60
9
Surabaya
Paspor
7,60
10
Kendari
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,58
11
Jayapura
Peralihan Hak atas Tanah
5,15
12
DKI Jakarta
Peningkatan Hak atas Tanah
5,14
13
Medan
Lembaga Pemasyarakatan
5,05
14
Manokwari
Surat Izin Mengemudi
4,82
Jayapura
Surat Izin Mengemudi
4,70
Pekanbaru
Peningkatan Hak atas Tanah
4,55
Surabaya
Administrasi Pernikahan KUA
4,52
18
Serang
Administrasi Pernikahan KUA
4,39
19
Manokwari
Peralihan Hak atas Tanah
3,65
20
Manokwari
Peningkatan Hak atas Tanah
3,54
7
15 16 17
Nilai Terendah
6
Nilai Tertinggi
1
5
76
Unit Layanan Vertikal
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
4.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
P
engalaman integritas Tingkat Vertikal Terhadap Korupsi dengan nilai masing-masing dengan nilai 7,10 disusun dari indikator 7,19 dan 7,07.
Pengalaman Korupsi dan Cara Pandang
7,19 7,10
Pengalaman Korupsi
Pengalaman Integritas 7,07
Cara Pandang Terhadap Korupsi
6,82
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,33
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,20
Waktu Pemberian Gratifikasi
6,98
Arti Pemberian Gratifikasi
7,10
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Gambar 4.3 Nilai Variabel Pengalaman Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Peringkat terbaik nilai Pengalaman Integritas terendah oleh Badan Pertanahan Nasional diperoleh Mahkamah Agung (7,62) dan nilai (6,67). Tabel 4.3 Peringkat Nilai Variabel Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi Vertikal
Nilai
1
Mahkamah Agung
7,62
2
Kementerian Hukum dan HAM
7,40
3
Kementerian Agama
7,03
4
Kepolisian Republik Indonesia
6,99
5
Badan Pertanahan Nasional
6,67
Di tingkat daerah, layanan Administrasi Sidang juga di Kota Manokwari (3,38). Layanan Badan Peradilan Agama di Manokwari berada pada Pertanahan Nasional mendominasi nilai 5 peringkat tertinggi, sedangkan nilai terendah terendah variabel Pengalaman Integritas. ada pada layanan Peralihan Hak atas Tanah (Gambar 4.4)
77
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
8,19
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
8,19
Paspor - Palu
8,15
Lembaga Pemasyarakatan - Surabaya
8,14
Sidang Peradilan Agama - Palu
8,13 4,49
Surat izin Mengemudi - Jayapura
NILAI TERENDAH
Peningkatan Hak atas Tanah - Pekanbaru
NILAI TERTINGGI
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
4,14
Administrasi Pernikahan KUA - Surabaya
4,00
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
3,39
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
3,38
Gambar 4.4 Nilai Variabel Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Vertikal (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah)
4.2.1 PENGALAMAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan Nilai Pengalaman Korupsi di tingkat Vertikal masyarakat pada saat proses pengurusan adalah 7,19. Nilai ini menunjukkan bahwa layanan ditunjukkan dalam bentuk uang jumlah pengguna layanan yang membayar tambahan
(gratifikasi)
yang
dibayarkan lebih daripada biaya resmi sudah mulai
pengguna layanan di luar biaya resmi, berapa menurun. kali diberikan, berapa besarnya, serta kapan gratifikasi tersebut diberikan.
7,19
Pengalaman Korupsi
6,82
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,33
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,20
Waktu Pemberian Gratifikasi
Gambar 4.5 Nilai Indikator Pengalaman Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Dari 5 instansi vertikal yang disurvei semuanya (Badan Pertanahan Nasional) masih di bawah memiliki nilai indikator Pengalaman Korupsi 7,00. Kondisi ini menunjukkan standar layanan di atas standar minimal, yaitu 4 instansi publik di Badan Pertanahan Nasional masih memiliki nilai di atas 7,00 dan 1 instansi berada di bawah instansi vertikal lainnya.
78
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
Tabel 4.4 Peringkat Nilai Indikator Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal No.
Instansi
Nilai
1
Mahkamah Agung
7,67
2
Kementerian Hukum dan HAM
7,51
3
Kementerian Agama
7,22
4
Kepolisian Republik Indonesia
7,11
5
Badan Pertanahan Nasional
6,68
Penjelasan 3 sub-indikator penyusun Indikator Pengalaman Korupsi akan dijelaskan pada bagian berikut.
A. Jumlah/Besaran GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
84,0%
60%
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Paspor - Palu
100
Lembaga Pemasyarakatan - Surabaya
100
Sidang Peradilan Agama - Palu
100
2,5%
13,5%
40%
SIM - Jayapura
70
Peralihan Hak atas Tanah - Manado
70
100%
30 3
27
87
Administrasi Pernikahan KUA - Surabaya
13
83
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
10 93
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari >50% dari biaya resmi
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
<50% dari biaya resmi
7
NILAI RENDAH
0%
43 Sesuai biaya resmi
Gambar 4.6 Jumlah/Besaran Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Nilai integritas sub-indikator Jumlah/Besar terdapat 16,0% pengguna layanan yang Gratifikasi adalah 6,82. Nilai jumlah/besaran membayar lebih dari biaya resmi dengan gratifikasi menunjukkan jumlah/besaran rincian 13,5%-nya membayar lebih dari 50% gratifikasi/biaya tambahan yang diberikan dan 2,5% membayar kurang dari 50% dari pengguna layanan kepada petugas. Fakta biaya resmi. (Gambar 4.6) menunjukkan, di tingkat vertikal masih
79
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pada 5 unit layanan dengan nilai jumlah/ resmi. Kondisi tersebut terjadi di layanan besaran gratifikasi rendah, lebih dari 70% Peningkatan Hak Atas Tanah di Manokwari, pengguna layanan menyatakan memberikan Peralihan Hak Atas Tanah di Manokwari, dan biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya Administrasi Pernikahan KUA di Surabaya.
B. Frekuensi Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Nilai sub-indikator Frekuensi Pemberian pernah memberikan uang tambahan saat Gratifikasi adalah 7,33. Nilai tersebut pengurusan layanan, 11,4% memberikan menunjukkan seberapa sering/frekuensi biaya tambahan satu kali dalam satu pemberian
uang
tambahan
yang pengurusan, 2,0% memberikannya dua kali
dilakukan oleh pengguna layanan yang dalam satu pengurusan, dan sisanya 2,6% menyatakan pernah memberikan uang memberikan lebih dari dua kali dalam satu tambahan. Hasilnya menunjukkan bahwa pengurusan layanan. (Gambar 4.7) dari 16,0% pengguna layanan mengaku
11,4%
2,0%
40%
60%
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Paspor - Palu
100
Lembaga Pemasyarakatan - Surabaya
100
Sidang Peradilan Agama - Palu
100
2,6%
47
Peralihan Hak atas Tanah - Jayapura 30
SIM - Jayapura
84,0%
13
1 kali
2 kali
13 33
87
7 3
70
7 45
SIM - Manokwari Tidak pernah
100%
27
37
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari 3 Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
13 7
10
NILAI RENDAH
0%
48
Lebih dari 2 kali
Gambar 4.7 Frekuensi Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai Frekuensi kali. Empat puluh delapan persen pengguna Pemberian Gratifikasi rendah, pengguna layanan SIM di Manokwari mengaku layanan
mengaku
memberikan
uang memberikan gratifikasi lebih dari 2 kali pada
tambahan bervariasi 1 sampai lebih dari 2 saat mengurus layanan.
80
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
C. Waktu Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Nilai
sub-indikator
Waktu
Pemberian Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
Gratifikasi adalah 7,20. Waktu Pemberian masih
terdapat
indikasi
suap
yang
Gratifikasi menunjukkan kapan pemberian ditunjukkan dari waktu dominan pengguna uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan yang memberikan gratifikasi. layanan.
Umumnya
pemberian
uang Pemberian gratifikasi pada awal, tengah,
tambahan layanan di tingkat vertikal maupun
kombinasi
keduanya
saat
dilakukan pada awal dan akhir proses mengurus layanan menunjukkan indikasi pengurusan dengan persentase masing- suap. Sementara itu, pemberian pada akhir masing sebesar 34%. (Gambar 4.8)
layanan walaupun tidak menunjukkan prinsip antikorupsi, umumnya merupakan bentuk ucapan terima kasih.
7% 34% 34%
60%
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Paspor - Palu
100
Lembaga Pemasyarakatan - Surabaya
100
Sidang Peradilan Agama - Palu
100
SKCK - Surabaya
7
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
3
Awal proses
Saat proses
53
13
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
100%
3
53
30
Administrasi Pernikahan KUA - Surabaya
80%
60
37
Administrasi Pernikahan KUA - Serang 25%
Tidak memberi
40%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
17 28
71
6 22
94 Akhir proses
NILAI RENDAH
0%
3
Kombinasi 2 atau 3 proses
Gambar 4.8 Waktu Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai Waktu dicurigai sebagai bentuk penyuapan. Tujuan Pemberian Gratifikasi rendah, pengguna pengguna layanan memberi gratifikasi layanan yang pernah melakukan gratifikasi umumnya dalam rangka memperlancar dan lebih banyak memberikan uang tambahan atau mempercepat proses layanan. pada awal pengurusan layanan sehingga
81
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
4.2.2 CARA PANDANG TERHADAP KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL Upaya meningkatkan integritas tidak hanya mereka terhadap korupsi, dalam hal ini terkait dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, praktik pemberian gratifikasi di layanan publik. tetapi juga oleh pengguna layanan. Masyarakat Cara pandang terhadap gratifikasi ini akan sebagai pengguna layanan seharusnya dapat memengaruhi sikap dan keputusan seseorang mengubah atau memperbaiki cara pandang dalam memberikan gratifikasi. 7,07
6,98
Arti Pemberian Gratifikasi
7,10
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang Terhadap Korupsi
Gambar 4.9 Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Nilai indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi Cara Pandang Terhadap Korupsi di atas 7,00, di Tingkat Vertikal adalah 7,07. Nilai tersebut yaitu Mahkamah Agung dan Kementerian pada tingkat instansi bervariasi dengan Hukum dan HAM. Tiga instansi lainnya di rentang antara 6,67 dan 7,60. Terdapat 2 bawah 7,00. (Tabel 4.5) Instansi Vertikal yang memiliki nilai indikator Tabel 4.5 Peringkat Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal No.
Instansi
Nilai
1
Mahkamah Agung
7,60
2
Kementerian Hukum dan HAM
7,36
3
Kementerian Agama
6,97
4
Kepolisian Republik Indonesia
6,95
5
Badan Pertanahan Nasional
6,67
Bagian berikut menjelaskan sub-indikator penyusun Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi.
A. Arti Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Arti Pemberian Gratifikasi menunjukkan sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi bagaimana masyarakat mengartikan biaya di tingkat vertikal adalah 6,98. Pengguna atau imbalan yang mereka keluarkan, layanan
vertikal
belum
sepenuhnya
apakah tergolong gratifikasi atau tidak. Nilai memahami bahwa tindakan memberi
82
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
gratifikasi kepada petugas layanan adalah sering. Yang lebih memprihatinkan 3% sesuatu yang melanggar hukum. Masih pengguna layanan menyatakan bahwa terdapat 24,5% pengguna layanan yang gratifikasi dalam layanan publik boleh dan menyatakan
bahwa
gratifikasi
boleh sering dilakukan, bahkan harus dilakukan
dilakukan jika terpaksa dan tidak terlalu dalam setiap layanan. (Gambar 4.10) 40%
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
100
30,4%
1,5% 1,5%
Administrasi Pernikahan KUA - Kendari
4
30
Peningkatan Hak atas Tanah - Mataram
8,9%
100%
7 3
97
Paspor - Palu
15,6%
80%
93
SKCK - Surabaya
42,1%
60%
4
SIM - Kendari
4
SIM - Jayapura
3
13
40 31
55 20
Peralihan Hak atas Tanah - Mataram
13
10 4
13
3 7
53 50
39 20
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
NILAI RENDAH
0%
7
57
20
Melanggar hukum dan harus dilaporkan Boleh dilakukan jika terpaksa Boleh dan sering dilakukan
Memalukan dan tercela Boleh dilakukan asalkan tidak terlalu sering Harus dilakukan dalam setiap layanan
Gambar 4.10 Arti Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada layanan SIM di Jayapura, SIM di pemberian
uang
tambahan/gratifikasi
Kendari, Peralihan Hak atas Tanah di boleh dilakukan. Variasi jawaban yang Mataram, Administrasi Pernikahan KUA di diberikan yaitu gratifikasi boleh dilakukan Kendari, dan Peningkatan Hak atas Tanah jika terpaksa, boleh asal tidak terlalu sering, di Mataram terlihat bahwa lebih dari bahkan ada yang menyatakan boleh dan 66% respondennya menganggap bahwa sering dilakukan.
B. Tujuan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Nilai
sub-indikator
Tujuan
Pemberian Berdasarkan fakta yang dijumpai di unit
Gratifikasi adalah 7,10. Sub-indikator ini layanan Tingkat Vertikal, tujuan utama menggambarkan tujuan dan alasan yang responden memberikan uang tambahan membuat pengguna layanan memberikan adalah
untuk
mempercepat
waktu
uang tambahan saat mengurus layanan. pengurusan layanan (39%). (Gambar 4.11)
83
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Paspor - Palu
100
Lembaga Pemasyarakatan - Surabaya
100
Sidang Peradilan Agama - Palu
100
18%
Peningkatan Hak atas Tanah - Pekanbaru
8%
10%
60%
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
39% 25%
40%
Administrasi Pernikahan KUA - Serang
7
17
72 19
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
37
60
Administrasi Pernikahan KUA - Surabaya
13
15 61
3
10
41
7
100%
31
7
38
3
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
7
48
NILAI RENDAH
0%
4
Menghindarkan petugas semena-mena
Meluluskan syarat pengurusan
Memastikan tepat waktu Tidak ada tujuan tertentu
Mempercepat waktu Tidak memberikan
Gambar 4.11 Tujuan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai rendah Apabila dikaji lebih dalam, alasan utama terlihat bahwa alasan utama pengguna pengguna
layanan
memberikan
uang
layanan memberikan gratifikasi adalah tambahan/gratifikasi saat proses pengurusan untuk memastikan tepat waktu pengurusan layanan adalah karena petugas meminta layanan.
(41%), puas dengan layanan petugas (27%), dan petugas mempersulit (22%).
27%
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Paspor - Palu
100
Lembaga Pemasyarakatan - Surabaya
100
Sidang Peradilan Agama - Palu
100 35
Peningkatan Hak atas Tanah - Pekanbaru
41%
60%
Pernikahan KUA - Manokwari
7% 3% 22%
40%
16
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
37 23
77
Petugas mempersulit Puas dengan layanan petugas
13 7
89
7
100%
31
3
64
Pernikahan KUA - Surabaya
Petugas meminta Kasihan gaji petugas kecil
14
14
60
Pernikahan KUA - Serang
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
33
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
NILAI RENDAH
0%
4 Petugas malas melayani Petugas ramah
Tidak memberi
Gambar 4.12 Alasan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai alasan dikemukakan adalah petugas meminta, pemberian gratifikasi rendah menunjukkan petugas mempersulit, dan puas dengan bahwa
84
alasan
yang
paling
sering layanan petugas. (Gambar 4.12)
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
4.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
P
otensi Integritas Tingkat Vertikal dengan dengan nilai 7,52, Sistem Administrasi dengan nilai 5,91 memberikan kontribusi sebesar nilai 6,24, Perilaku Individu dengan nilai
0,333 terhadap indeks integritas. Potensi 6,27 dan Pencegahan Korupsi dengan nilai integritas yang merupakan variabel penting 4,66. Tiap-tiap indikator terdiri dari 2â&#x20AC;&#x201C;5 subdalam memperkecil peluang korupsi disusun indikator, seperti ditunjukkan oleh Gambar oleh 4 indikator, yaitu Lingkungan Kerja 4.13.
Lingkungan Kerja
6,24 9,77 8,05 7,63 7,56
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Sistem Administrasi
6,89 6,08 5,53
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
6,27
Perilaku Individu
7,32 5,89 5,09
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku Pengguna Layanan
4,66
Pencegahan Korupsi
4,68 4,58
Tingkat Upaya Anti-Korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat
7,52
6,24 Potensi Integritas
5,91
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 4.13 Nilai Variabel Potensi Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Indikator Pencegahan Korupsi dengan 2 sub- Nilai Potensi Integritas dari 5 Instansi Vertikal indikatornya, yaitu Tingkat Upaya Anti-Korupsi berkisar antara 5,55 sampai 6,17. Nilai Potensi dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat masih Integritas lebih rendah dari nilai Pengalaman memiliki nilai di bawah standar. Ke depan, Integritas. Artinya, sebagian besar instansi indikator ini memerlukan penguatan, termasuk di Tingkat Vertikal kurang memprioritaskan juga penguatan pada 3 sub-indikator yang upaya-upaya menutup potensi korupsi di nilainya masih di bawah standar minimal, yaitu layanan publiknya, dibandingkan upaya yang Pemanfaatan Teknologi Informasi, Ekspektasi sifatnya langsung mendeteksi korupsi dalam Petugas Terhadap Gratifikasi, dan Perilaku layanan publik (contoh: melarang suap dan Pengguna Layanan.
pungli).
85
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 4.6 Peringkat Nilai Variabel Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi
Nilai
1
Kementerian Hukum dan HAM
6,17
2
Mahkamah Agung
6,06
3
Kepolisian Republik Indonesia
5,90
4
Badan Pertanahan Nasional
5,72
5
Kementerian Agama
5,55
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya 2 Instansi Badan Pertanahan Nasional, dan Kepolisian Vertikal yang memiliki nilai Potensi Integritas Republik Indonesia masih perlu meningkatkan di atas standar minimal (6,00). Tiga Instansi upaya untuk meminimalkan potensi korupsi Vertikal lainnya, yaitu Kementerian Agama, yang ada di layanan publiknya.
NILAI TER ENDAH
NILAI TERTINGGI
Sidang Peradilan Agama - Manado
7,34
Surat Keterangan Catatan Kepolisian - Samarinda
7,19
Paspor - Samarinda
7,15
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
7,13
Peralihan Hak atas Tanah - Tanjungpinang
7,11
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
4,20
Sidang Peradilan Agama - Ambon
4,19
Lembaga Pemasyarakatan - Medan
3,88
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
3,85
Administrasi Pernikahan KUA - Serang
3,58
Gambar 4.14 Nilai Variabel Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Vertikal (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah)
Pada tingkat unit layanan, nilai Potensi potensi integritas terendah adalah unit Integritas tertinggi dicapai oleh unit layanan layanan Administrasi Pernikahan KUA di Administrasi Sidang Peradilan Agama di Serang dengan nilai 3,58. (Gambar 4.14) Manado dengan nilai 7,34. Adapun nilai
86
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
4.3.1 LINGKUNGAN KERJA DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL Lingkungan kerja yang baik akan menciptakan pengguna suasana
kerja
yang
kondusif.
layanan
untuk
melakukan
Apabila penyimpangan dalam proses layanan. Bentuk
lingkungan kerja tidak didukung oleh fasilitas penyimpangan tersebut di antaranya adalah yang memadai, suasana pelayanan yang pertemuan di luar prosedur dan pemberian tidak nyaman, apalagi jika ditambah dengan gratifikasi untuk memperlancar prosedur prosedur yang berbelit-belit, akan mendorong pengurusan.
7,52
Lingkungan Kerja
6,24
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi
9,77
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur
8,05
Keterlibatan Calo
7,63
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,56
Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Gambar 4.15 Nilai Indikator Lingkungan Kerja dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Nilai indikator Lingkungan Kerja di tingkat Luar Prosedur yang tinggi (9,77). Gambaran vertikal adalah 7,52. Pencapaian ini terutama peringkat nilai indikator Lingkungan Kerja didukung oleh nilai Kebutuhan Pertemuan di dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Peringkat Nilai Indikator Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi
Nilai
1
Mahkamah Agung
8,11
2
Kementerian Agama
7,79
3
Kementerian Hukum dan HAM
7,77
4
Kepolisian Republik Indonesia
7,18
5
Badan Pertanahan Nasional
7,18
Semua Instansi Vertikal mendapatkan nilai lebih lanjut mengenai 5 sub-indikator yang Lingkungan Kerja di atas standar yang mendukung nilai indikator Lingkungan Kerja ditetapkan, bahkan terdapat 1 instansi ditunjukkan pada bagian berikut. yang memiliki nilai di atas 8,00. Penjelasan
87
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
A. Kebiasaan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
3% 11% 32%
54%
Sidang Peradilan Agama - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Mataram
100
Sidang Peradilan Agama - Kendari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Administrasi Pernikahan KUA - Manokwari
100 67
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari 3 Peralihan Hak atas Tanah - Medan
7
35
41
27
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
Kadang-kadang terjadi
3
73
34
Lembaga Pemasyarakatan - Medan
17 57
40
SIM - Medan
Tidak pernah terjadi
30
43 Sering terjadi
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
NILAI TINGGI
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
23 Selalu terjadi
Gambar 4.16 Kebiasaan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Kebiasaan pengguna dan petugas layanan Pada unit layanan Lembaga Pemasyarakatan dalam memberi maupun meminta uang di Medan, 23% responden menjawab tambahan (gratifikasi) dalam layanan publik intensitas
praktik
pemberian
uang
masih sulit diubah. Hal ini ditunjukkan oleh tambahan selalu terjadi. Adapun pada nilai sub-indikator Kebiasaan Pemberian unit layanan Peningkatan Hak Atas Tanah Gratifikasi (6,24) yang meskipun di atas di Manokwari, 73% menyatakan intensitas standar minimal, masih terdapat 46% pemberian sering terjadi. Namun pada yang mengetahui praktik pemberian uang 5 unit layanan dengan nilai tinggi, tambahan/gratifikasi di unit layanan yang 100% responden mengaku tidak pernah mereka datangi. (Gambar 4.16)
melakukan pemberian gratifikasi.
B. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Vertikal Secara
umum,
kebutuhan
pengguna saat pengurusan layanan, sedangkan 3,3%
layanan untuk melakukan pertemuan di luar lainnya mengaku pernah melakukannya. prosedur sudah sangat minim. Nilai 9,77 Persentase tertinggi pengguna layanan menunjukkan hal tersebut. Gambar 4.17 yang mengaku melakukan pertemuan menjelaskan bahwa dari seluruh pengguna di luar prosedur satu kali yaitu pada unit layanan, terdapat 96,7% yang tidak pernah layanan Peningkatan Hak Atas Tanah di melakukan pertemuan di luar prosedur pada Manokwari dengan persentase sebesar
88
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
31%. Adapun persentase tinggi pengguna lebih dari 2 kali yaitu pada layanan layanan yang melakukan pertemuan di Administrasi Sidang Peradilan Agama di luar prosedur 2 kali, ada pada unit layanan Jayapura dengan persentase 10%. Pada Peralihan Hak Atas Tanah di Manokwari 5 unit layanan dengan nilai sub-indikator dengan persentase 37%. Sementara itu, Pertemuan di Luar Prosedur tinggi, 100% persentase tinggi pengguna layanan yang responden
menyatakan
tidak
pernah
melakukan pertemuan di luar prosedur melakukan pertemuan di luar prosedur.
Sidang Peradilan Agama - Manado
100
SKCK - Samarinda
100
Paspor - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
Peralihan Hak atas Tanah - Tanjungpinang
100
0,9% 1,6%
0,8%
Sidang Peradilan Agama - Jayapura
96,7%
60%
67
Peralihan Hak atas Tanah - Jayapura
60
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
61
SIM - Jayapura
3
37
11
30 31
Pernah, dua kali
10 10
2
52
Pernah, satu kali
100%
20 23
55
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari Tidak pernah
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
40%
7
4 13
NILAI RENDAH
20%
0%
4
Pernah, lebih dari dua kali
Gambar 4.17 Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Tujuan yang lebih dominan melatar- pengurusan layanan umumnya adalah belakangi pengguna layanan melakukan untuk mempercepat waktu pengurusan pertemuan di luar prosedur dalam proses layanan (50,0%). (Gambar 4.18)
18,3%
12,6%
19,1% 50,0%
60%
Sidang Peradilan Agama - Manado
100
SKCK - Samarinda
100
Paspor - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
Peralihan Hak atas Tanah - Tanjungpinang
100
Peningkatan Hak atas Tanah - Mataram
24
SKCK - Jayapura
13
Peningkatan Hak atas Tanah - Jayapura
13
Peralihan Hak atas Tanah - Jayapura
73 73
14 10 20
100%
73
3 14
Sidang Peradilan Agama - Jayapura 3 7
80%
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
67
13 20
Negosiasi persyaratan
Mempercepat waktu
Melengkapi persyaratan
Tidak melakukan pertemuan
4
60 Negosiasi biaya yang dibayar
Gambar 4.18 Tujuan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
89
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
C. Keterlibatan Calo di Layanan Publik Tingkat Vertikal Peran calo/perantara di luar prosedur dalam orang luar (eksternal sebagai perseorangan). pengurusan layanan masih ada. Berdasarkan Namun, masih terdapat 29% pengguna hasil survei, terdapat 17% pengguna layanan yang menyatakan bahwa calo yang layanan publik yang menyatakan pernah mereka lihat adalah bagian dari pegawai/ melihat calo/perantara di luar prosedur saat petugas di instansi tersebut, baik petugas mengurus layanan. Dari pengguna layanan langsung maupun petugas/pegawai lain yang mengaku pernah melihat calo, 48%- dan orang yang bekerja di sekitar unit nya menyatakan calo yang dilihat adalah layanan. (Gambar 4.19)
0% 23%
8% 12%
48%
9%
60%
Sidang Peradilan Agama - Manado
100
SKCK - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
Peralihan Hak atas Tanah - Tanjungpinang
100
Sidang Peradilan Agama - Samarinda
100 17 23
Peralihan Hak atas Tanah - Manado
13
Paspor - Mataram
17
SIM - Makassar Paspor - Pontianak
7
45 83
5 17
2323
SIM - Pontianak
7
80%
17 7 17
27 50
13 36 10
100% NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
40%
7
3 4441
3 59
40
NILAI RENDAH
20%
0%
47
Tidak pernah melihat calo
Petugas langsung
Petugas lain Orang luar
Orang yang bekerja di sekitar unit Kombinasi 2 atau lebih perantara/calo
Gambar 4.19 Pengalaman Melihat Calo di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Cara calo beroperasi, sebagian besar pengguna layanan secara terang-terangan. dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Pada Namun, di unit layanan peralihan hak 4 unit layanan dengan nilai rendah, sebagian atas tanah di Manado lebih banyak yang besar pengguna layanan menginformasikan menyebutkan cara calo beroperasi dengan bahwa perantara di luar prosedur/calo pendekatan secara sembunyi-sembunyi. umumnya melakukan pendekatan ke (Gambar 4.20)
90
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
40%
60%
Sidang Peradilan Agama - Manado
100
SKCK - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
Peralihan Hak atas Tanah - Tanjungpinang
100
9% 8%
Sidang Peradilan Agama - Samarinda
100 1717
Peralihan Hak atas Tanah - Manado
83%
Paspor - Mataram
53 66
17 23
SIM - Makassar
17
44
26
57
33
63
20 30
7
Tidak pernah melihat calo
30 17 80
7
13
SIM - Pontianak
Paspor - Pontianak
100%
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
80%
NILAI TINGGI
20%
0%
63
Secara sembunyi-sembunyi
Secara terang-terangan
Gambar 4.20 Cara Calo Beroperasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
D. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal Keberadaan fasilitas dalam unit layanan luar prosedur. Hampir seluruh pengguna merupakan salah satu sebab pengguna layanan (90%) menyatakan bahwa fasilitas layanan mengambil keputusan mengurus yang tersedia di unit layanan yang didatangi menggunakan
jasa
atau
memilih sudah memadai. (Gambar 4.21)
calo/perantara
di
0% INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
Paspor - Kupang
Peningkatan Hak atas Tanah - Padang
3
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
80%
100%
40
66
34
54
43
71 73
SKCK - Kupang
83%
60%
60
SKCK - Samarinda
7% 1% 9%
40%
NILAI TINGGI
layanannya
SKCK - Mamuju
13
87
Administrasi Pernikahan KUA - Mamuju
93
7
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
93
7
44
Peralihan Hak atas Tanah - Jayapura Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari Tidak memadai
30
4
Kurang memadai
13
13
NILAI RENDAH
sendiri
96 Memadai
Sangat memadai
Gambar 4.21 Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
91
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Meskipun sebagian besar pengguna layanan terutama pada unit layanan Peningkatan Hak menyatakan kondisi fasilitas memadai, Atas Tanah di Manokwari, Peralihan Hak Atas pada 5 unit layanan dengan nilai Kondisi Tanah di Jayapura, Peralihan Hak Atas Tanah Fasilitas rendah, masih terdapat fasilitas di Manokwari, Administrasi Pernikahan KUA yang dianggap kurang dan tidak memadai, di Mamuju, dan SKCK di Mamuju.
E. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal Suasana/kondisi sekitar pelayanan di Tingkat dalam menciptakan layanan yang bersih Vertikal oleh lebih dari 85% pengguna dan transparan, Instansi Vertikal di daerah layanan dinilai teratur tahapan layanannya, tetap
perlu
melakukan
peningkatan
ruangan teratur dan rapi, serta tenang, kualitas lingkungan kerja agar semakin dan nyaman. Meskipun secara dominan meminimalisasi potensi korupsi di layanan pengguna layanan menilai suasana/kondisi publik. sekitar pelayanan sudah cukup mendukung 93%
Tahapan layanan teratur 91%
Ruangan teratur dan rapi Tenang
87%
NILAI TINGGI
Nyaman
85%
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
100
100
100
Paspor - Serang
100
100
100
100
Paspor - Surabaya
100
100
100
100
Administrasi Pernikahan KUA - Manado
100
100
100
100
Sidang Peradilan Agama - Yogyakarta
100
100
100
100
NILAI RENDAH
SIM - Manokwari 10 Peningkatan Hak atas Tanah - Jayapura
90 38
30
41
41
SIM - Mamuju 1313 20 Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari 3 Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
Nyaman
Tenang
60 41
33 41
90 17 17 22 19
Ruangan teratur dan rapi
Tahapan layanan teratur
Gambar 4.22 Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
92
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
4.3.2 SISTEM ADMINISTRASI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL Sistem administrasi yang baik dan transparan Nilai
indikator
Sistem
Administrasi
di
akan memudahkan pengguna layanan dalam tingkat vertikal adalah 6,24. Gambar 4.23 mengurus layanan. Sistem Administrasi menunjukkan bahwa Pemanfaatan Teknologi disusun dari 3 sub-indikator, yakni Kepraktisan Informasi merupakan sub-indikator yang SOP, Keterbukaan Informasi, dan Pemanfaatan masih memerlukan perbaikan karena nilainya Teknologi Informasi.
di bawah standar minimal.
6,24
Sistem Administrasi
6,89
Kepraktisan SOP
6,08
Keterbukaan Informasi
5,53
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 4.23 Nilai Indikator Sistem Administrasi dan Sub Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Nilai indikator Sistem Administrasi pada nilai Sistem Administrasi di atas standar Instansi Vertikal berkisar antara 5,96 sampai minimal, seperti ditunjukkan oleh Tabel 4.8 6,44. Terdapat 4 Instansi Vertikal mendapatkan berikut. Tabel 4.8 Peringkat Nilai Indikator Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi
Nilai
1
Kementerian Hukum dan HAM
6,44
2
Kepolisian Republik Indonesia
6,28
3
Mahkamah Agung
6,23
4
Kementerian Agama
6,00
5
Badan Pertanahan Nasional
5,96
A. Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Vertikal Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat dalam prosedur (9%), kesulitan dan kemudahan
dan
kejelasan
prosedur ketidakjelasan dalam persyaratan (8%),
pengurusan layanan, syarat, biaya, dan kelambatan dan ketidakjelasan dalam waktu pengurusan layanan. Berdasarkan waktu (19%), serta mahal dan tidak jelasnya hasil survei, terdapat responden yang biaya (15%). (Gambar 4.24) menyatakan kesulitan dan ketidakjelasan 93
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
76%
73%
67%
64%
27%
25% 16%
Prosedur
12%
Waktu
Murah
Wajar
Mahal
Lebih cepat
Tepat waktu
Lambat
Tidak jelas
Mudah
Persyaratan
12%
3% Tidak jelas
5%
3% Wajar
Tidak jelas
Mudah
Wajar
2% Sulit
Tidak jelas
2%
6% Sulit
7%
Biaya
Gambar 4.24 Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Vertikal
B. Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, menjadi penting saat mengurus layanan. persyaratan, biaya, dan ketidaktepatan Tingkat keterbukaan informasi layanan waktu dalam pengurusan layanan, maka dijelaskan pada Gambar 4.25. ketersediaan informasi di setiap unit layanan
Prosedur
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas
8% 23%
Dijelaskan petugas hanya jika ditanya
24%
Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka
33% 12%
Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Persyaratan
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas
5%
Dijelaskan petugas hanya jika ditanya
23%
Dijelaskan petugas tanpa ditanya
25%
Diumumkan terbuka
35%
Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Waktu
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas
12%
8%
Dijelaskan petugas hanya jika ditanya
21%
Dijelaskan petugas tanpa ditanya
22%
Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas
37% 12%
14%
Biaya
Dijelaskan petugas hanya jika ditanya
24%
Dijelaskan petugas tanpa ditanya
22%
Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
28% 12%
Gambar 4.25 Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
94
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
Gambar 4.25 menunjukkan yang harus bertanya. Bahkan, masih ada unit layanan menjadi perhatian unit layanan di tingkat yang tidak transparan mengumumkan/ vertikal adalah masih adanya informasi menjelaskan informasi terkait prosedur terkait prosedur (23%), persyaratan (23%), (8%), persyaratan (5%), waktu (8%), dan waktu (21%), dan biaya (24%) yang baru biaya (14%). dijelaskan petugas jika pengguna layanan
C. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Pemanfaatan teknologi informasi juga pengguna layanan menggunakan teknologi menjadi dasar pengukuran dalam sistem informasi adalah untuk memproses layanan administrasi. Dari total pengguna layanan seperti nomor antrean, memasukkan/entry yang disurvei, hanya 10,3% yang menjawab biodata, dan lain-lain (66,2%). Hal ini seperti pernah menggunakan teknologi informasi ditunjukkan oleh Gambar 4.26. saat pengurusan layanan. Tujuan utama
Untuk memproses layanan (nomor antrean, entry biodata, dsb.)
Tidak pernah 89,7%
Pernah 10,3% PERNAH
Untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus Untuk mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan
66,2%
23,5%
10,3%
Gambar 4.26 Pengalaman Memanfaatkan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Sementara itu, responden yang mengaku (35%). Pada 4 unit layanan dengan nilai tidak pernah memanfaatkan teknologi pemanfaatan teknologi rendah, semua informasi beralasan karena merasa tidak pengguna layanan di unit layanan tersebut memerlukannya (49%) dan sebagian lainnya mengaku tidak pernah memanfaatkan menyatakan bahwa di unit layanan daerah teknologi informasi. tersebut tidak tersedia teknologi informasi
95
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
20%
0%
Peralihan Hak atas Tanah - Yogyakarta
10%
35%
Peningkatan Hak atas Tanah - Yogyakarta Paspor - Yogyakarta 3
49%
77
23 10
17 17 17
70
3
76
7 10
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari Lembaga Pemasyarakatan - Yogyakarta
100%
94
6
Sidang Peradilan Agama - Gorontalo
2% 4%
80%
NILAI TINGGI
Lembaga Pemasyarakatan - Mataram
60%
100 100
17
SIM - Palu
100
Paspor - Palu
100
Pernikahan KUA - Serang
100
Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi Tidak pernah karena tidak memerlukan Pernah
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
40%
63
Tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah dijelaskan Tidak pernah karena tidak ada teknologi informasi
Gambar 4.27 Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
4.3.3 PERILAKU INDIVIDU DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL Perilaku individu dalam upaya pencegahan penyusun
indikator
Perilaku
Individu
korupsi sangat penting, karena sebagus (6,27), yaitu Keadilan dalam Layanan (7,32), apapun sistem dibuat tidak akan maksimal Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi tanpa didukung oleh perilaku individu yang (5,89), dan Perilaku Pengguna Layanan (5,09). terlibat dalam layanan. Tiga sub-indikator (Gambar 4.28)
6,27
Perilaku Individu
7,32
Keadilan dalam Layanan
5,89
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
5,09
Perilaku Pengguna Layanan
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 4.28 Nilai Indikator Perilaku Individu dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Nilai Indikator Perilaku Individu dalam Instansi Vertikal, yaitu Badan Pertanahan Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal Nasional dan Kepolisian Republik Indonesia memiliki rentang 5,90 sampai 6,93. Dua nilainya masih di bawah 6. (Tabel 4.9)
96
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
Tabel 4.9 Peringkat Nilai Indikator Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi
Nilai
1
Mahkamah Agung
6,93
2
Kementerian Hukum dan HAM
6,55
3
Kementerian Agama
6,41
4
Badan Pertanahan Nasional
5,97
5
Kepolisian Republik Indonesia
5,90
Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub-indikator penyusun indikator Perilaku Individu disampaikan pada bagian berikut.
A. Keadilan dalam Layanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal Keadilan dalam layanan didefinisikan sebagai layanan. Berdasarkan hasil survei, terdapat tindakan/sikap petugas unit layanan dalam 26,3% pengguna layanan publik di Tingkat memberikan pelayanan tanpa membeda- Vertikal menyatakan bahwa petugas layanan bedakan perlakuan terhadap penguna membedakan saat melayani masyarakat. 50%
Administasi Pernikahan KUA - Denpasar
100
Administasi Pernikahan KUA - Palangkaraya
97
SKCK - Samarinda
100
Administasi Pernikahan KUA - Kupang
100
Paspor - Samarinda
100
2,4% 23,9%
73,7%
Sidang Peradilan Agama - Jayapura
30
Peningkatan Hak atas Tanah - Jayapura
33
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari
3
Peralihan Hak atas Tanah - Jayapura Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari Tidak membedakan
3
47
23 30
37 97
23 3
Ya, kadang-kadang
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
100%
NILAI RENDAH
0%
27
50
3
94 Ya, selalu
Gambar 4.29 Perbedaan Perlakuan Petugas di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada layanan Peningkatan Hak Atas Tanah persen pengguna layanannya mengaku di Jayapura, Peralihan Hak Atas Tanah di selalu mendapat perlakuan yang berbeda Jayapura, Administrasi Sidang Peradilan dari petugas. Sementara itu, pada unit Agama di Jayapura, dan Peningkatan Hak layanan Peralihan Hak Atas Tanah di Atas Tanah di Manokwari sekitar 3â&#x20AC;&#x201C;30 Manokwari, Peningkatan Hak Atas Tanah
97
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
di Manokwari, Peralihan Hak Atas Tanah di Namun pada 4 unit layanan dengan nilai Jayapura, Peningkatan Hak Atas Tanah di tinggi pada sub-indikator ini, seluruh Jayapura, dan Administrasi Sidang Peradilan pengguna layanan menjawab tidak pernah Agama di Jayapura, sekitar 37â&#x20AC;&#x201C;97 persen merasakan perbedaan perlakuan petugas respondennya merasakan kadang-kadang layanan saat proses pengurusan layanan. ada perbedaan perilaku petugas layanan.
B. Ekspektasi Petugas Terhadap GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Perilaku petugas layanan lainnya yang juga terjadi salah satunya karena petugas berpengaruh terhadap integritas layanan memintanya. Gambar berikut menjelaskan adalah
eskpektasi
petugas
terhadap cara petugas meminta uang tambahan
gratifikasi. Artinya, petugas layanan melalui kepada pengguna layanan. Dari 50% sinyal-sinyal
tertentu,
baik
langsung responden yang mengaku memberikan
maupun tidak langsung mengharapkan gratifikasi kepada petugas, 4% di antaranya imbalan dari pengguna layanan. Hasil menjawab karena petugas layanan meminta survei menunjukkan bahwa 26% responden uang tambahan melalui pihak lain. menjawab pemberian uang tambahan 40%
60%
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
4%
Sidang Peradilan Agama - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Mataram
100
Sidang Peradilan Agama - Kendari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
13% 24%
9% 50%
Administasi Pernikahan KUA - Kendari
24 15
11
4
Lembaga Pemasyarakatan - Medan
17
3
17
SKCK - Surabaya
17
Administasi Pernikahan KUA - Surabaya
39
37
SKCK - Medan
100%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
80%
11
NILAI RENDAH
20%
0%
59 63 83
7
93
Tidak ada yang berinisiatif
Inisiatif pengguna layanan
Langsung tidak terbuka
Langsung terbuka
Melalui pihak lain
Gambar 4.30 Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- Pemasyarakatan di Medan permintaan indikator Ekspektasi Terhadap Gratifikasi secara langsung terbuka terlihat dominan, rendah, terlihat bahwa cara petugas namun cara lain, seperti secara langsung meminta dan menerima uang tambahan tidak terbuka dan melalui pihak lain juga cukup bervariasi. Pada layanan Lembaga dilakukan di unit layanan ini. (Gambar 4.30) 98
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
C. Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal Inisiatif adanya uang tambahan dalam gratifikasi. Data menunjukkan bahwa 19% layanan publik tidak semata-mata dari pengguna layanan mengaku merekalah yang petugas layanan, namun pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan juga berperan dalam suburnya praktik kepada petugas saat mengurus layanan.
19% 18%
13% 50%
40%
60%
Lembaga Pemasyarakatan - Kendari
100
Sidang Peradilan Agama - Samarinda
100
Lembaga Pemasyarakatan - Mataram
100
Sidang Peradilan Agama - Kendari
100
Sidang Peradilan Agama - Manokwari
100
Peralihan Hak atas Tanah - Manokwari 3740
Peningkatan Hak atas Tanah - Manokwari
Lembaga Pemasyarakatan - Medan
21 60
30
42
56
3
Sinyal dari petugas Petugas yang berinisiatif
65 2
3 4
38
2
42
100%
17
80
Administasi Pernikahan KUA - Kendari
Administasi Pernikahan KUA - Serang
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
20%
3
NILAI RENDAH
0%
56 Inisiatif saya sendiri Tidak ada yang berinisiatif
Gambar 4.31 Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Gambar 4.31 menjelaskan bahwa pada unit publik. Oleh karena itu, diperlukan upaya layanan dengan nilai perilaku pengguna intervensi kepada pengguna layanan dalam layanan rendah, inisiatif pengguna layanan hal mencegah gratifikasi dalam layanan dalam memberikan gratifikasi turut menjadi publik. pemicu terjadinya gratifikasi dalam layanan
4.3.4 PENCEGAHAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT VERTIKAL Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan mengatasi masalah gratifikasi adalah dengan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit melakukan tindakan pencegahan. Upaya layanan sebagaimana dapat dilihat pada tersebut salah satunya dapat diukur melalui Gambar 4.32.
99
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
4,66
Pencegahan Korupsi
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
4,68
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,58
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 4.32 Nilai Indikator Pencegahan Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Dibanding dengan indikator lainnya, indikator ditetapkan KPK (6,00). Artinya, Tingkat Upaya Pencegahan Korupsi di layanan publik vertikal Anti-Korupsi (4,68) dan Mekanisme Pengaduan memiliki nilai yang paling rendah (4,66). Nilai Masyarakat (4,58) masih kurang sehingga ke tersebut di bawah standar minimal yang depan perlu menjadi perhatian utama. Tabel 4.10 Peringkat Nilai Indikator Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Tahun 2013 No.
Instansi
Nilai
1
Kepolisian Republik Indonesia
5,06
2
Kementerian Hukum dan HAM
4,94
3
Badan Pertanahan Nasional
4,70
4
Mahkamah Agung
4,31
5
Kementerian Agama
3,47
Tabel 4.10
menjelaskan
bahwa
tidak Pertanahan Nasional, Mahkamah Agung, dan
ada Instansi Vertikal yang memiliki nilai Kementerian Agama memiliki nilai di bawah Pencegahan Korupsi di atas standar minimal 5,00. Penjelasan lebih lanjut mengenai 2 subyang ditetapkan KPK. Bahkan, 4 instansi, indikator penyusun indikator Pencegahan yaitu Kementerian Hukum dan HAM, Badan Korupsi dijelaskan dalam bagian berikut.
A. Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Program kampanye antikorupsi di unit dinyatakan tidak ada oleh semua pengguna layanan Publik Vertikal masih rendah. layanan di unit layanan tersebut. Bagi yang Sebanyak
35%
pengguna
layanan memilih media antikorupsi, stiker/poster/
menyatakan tidak melihat adanya media/ spanduk adalah bentuk kampanye/media kegiatan antikorupsi. Dari 5 Instansi Vertikal antikorupsi yang lebih banyak dilihat oleh dengan nilai Tingkat Upaya Anti-Korupsi pengguna layanan publik di Tingkat Vertikal. rendah, program kampanye antikorupsi
100
4. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT VERTIKAL
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
45,8%
Stiker/poster/spanduk Atribut antikorupsi (pin, baju, topi, dll.)
46% 18%
Buku/modul/komik, dll. tentang antikorupsi
5,5%
Memutar video/film/iklan antikorupsi
5,1%
1%
35%
10,1%
Tidak ada 1 kegiatan/media 2â&#x20AC;&#x201C;5 kegiatan/media > 5 kegiatan/media
Workshop/seminar petugas
4,3%
Workshop/seminar masyarakat
4,1%
Gambar 4.33 Bentuk Kampanye/Media Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal
B. Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Vertikal Selain
kampanye
antikorupsi,
faktor disampaikan oleh pengguna layanan. Dari
lain yang menjadi ukuran pelaksanaan pengaduan yang masuk, diharapkan unit pencegahan
korupsi
adalah
adanya layanan dapat melakukan pembenahan
mekanisme pengaduan masyarakat. Sub- yang pada akhirnya meningkatkan kualitas indikator ini menunjukkan respons petugas layanan. unit layanan terhadap pengaduan yang 43%
41%
11% 5% Dua media pengaduan
20%
0%
INSTANSI TINGKAT VERTIKAL
Sidang Peradilan Agama - Manado 3
1%
41%
60%
Administasi Pernikahan KUA - Denpasar
77 50 30
40 13
60
Administasi Pernikahan KUA - Ambon
100
Administasi Pernikahan KUA - Manokwari
100
Sidang Peradilan Agama - Ambon
100
Administasi Pernikahan KUA - Serang
100 Mudah
10 30 27
100
Sulit
100% 14
SIM - Pangkalpinang
Tidak ada media pengaduan
80%
83
33
Peningkatan Hak atas Tanah - Yogyakarta 9%
40%
23
Sidang Peradilan Agama - Mataram Paspor - Ambon
49%
Lebih dari dua media pengaduan
NILAI TINGGI
Satu media pengaduan
NILAI RENDAH
Tidak ada media pengaduan
Sangat mudah
Gambar 4.34 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (Aksesibilitas Pengaduan) di Layanan Publik Tingkat Vertikal pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
101
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengguna layanan sebanyak 41% mengakui pengaduan
yang
mereka
sampaikan
bahwa tidak ada media pengaduan di unit hanya sekadar ditampung, bahkan 7,5% layanan yang mereka datangi. Berdasarkan menyatakan pengaduan diabaikan dan pengalaman pengguna layanan yang ditolak. (Gambar 4.35) pernah mengadu, 35% menyatakan bahwa 39% 35%
Tidak pernah 92,3%
Pernah 7,7%
18,5% PERNAH
6,9% 0,6% Pengaduan ditanggapi
Pengaduan ditampung
Pengaduan ditindaklanjuti
Pengaduan diabaikan
Pengaduan ditolak
Gambar 4.35 Tindak Lanjut/Respons Petugas dari Pengaduan yang Disampaikan oleh Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Vertikal
Upaya menaikkan nilai potensi integritas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menunjukkan keseriusan unit layanan perannya sebagai trigger mechanism sangat dan instansi di sektor layanan publik mendorong upaya-upaya pemberantasan dalam
memerangi
korupsi
secara korupsi melalui perbaikan layanan publik.
komprehensif di luar upaya penindakan Potret kondisi aktual pelayanan publik yang dilakukan. Semakin intensif usaha- terkait dengan transparansi, suap, pungutan usaha dilakukan untuk meningkatkan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku potensi integritas, maka semakin efektif individu, lingkungan kerja, dan upayapula upaya pemberantasan korupsi bisa upaya pencegahan korupsi ini dilakukan dilakukan di unit layanan dan instansi yang juga dalam upaya meningkatkan efektivitas bersangkutan.
pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
102
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
5.1 INDEKS INTEGRITAS TINGKAT DAERAH
S
berpotensi menjadi penyebab terjadinya
daerah dilakukan terhadap 3 unit layanan korupsi berdasarkan pengalaman/penilaian pengguna layanan. Indeks Integritas Daerah ! (IID) Tahun 2013 adalah 6,82. Nilai ini berada " # pada posisi di atas standar minimal yang "# $ # % ditetapkan KPK (6,00) dan meningkat &'( )( dibandingkan Indeks Integritas Daerah (IID) Tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,32. Kondisi
*$)+( $
ini memberikan indikasi bahwa pada tahun
Indeks Integritas Tingkat Daerah disusun 2013 telah ada upaya perbaikan layanan publik berdasarkan variabel Pengalaman Integritas oleh Pemerintah Daerah yang mengarah pada yang merefleksikan pengalaman pengguna semakin berkurangnya praktik korupsi. Nilai layanan terhadap tingkat korupsi yang IID dan seluruh komponen penyusunnya dialaminya dan variabel Potensi Integritas ditunjukkan pada Gambar 5.1. yang
merefleksikan
7,23
6,82
faktor-faktor
7,27
Pengalaman Korupsi
6,98 7,35 7,34
Jumlah/Besaran Gratifikasi Frekuensi Pemberian Gratifikasi Waktu Pemberian Gratifikasi
7,22
Cara Pandang Terhadap Korupsi
7,00 7,29
Arti Pemberian Gratifikasi Tujuan Pemberian Gratifikasi
7,81
Lingkungan Kerja
6,83 9,57 8,45 7,65 7,59
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
6,42
Sistem Administrasi
7,24 6,24 5,54
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
6,88
Perilaku Individu
7,48 6,72 6,14
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku Pengguna Layanan
4,09
Pencegahan Korupsi
4,01
Tingkat Upaya Anti-Korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pengalaman Integritas
INDEKS INTEGRITAS
6,00
yang
Potensi Integritas
4,33
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 5.1 Indeks Integritas Daerah (IID) dan Komponen Penyusunnya
104
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Nilai Pengalaman Integritas memberikan adalah Pencegahan Korupsi (4,09), sedangkan kontribusi dalam meningkatkan nilai IID, sub-indikator yang nilainya masih rendah sedangkan nilai Potensi Integritas berada terdiri dari Pemanfaatan Teknologi Informasi pada nilai standar minimal. Indikator yang (5,54), Tingkat Upaya Anti-Korupsi (4,01), dan nilainya rendah pada potensi integritas Mekanisme Pengaduan Masyarakat (4,33). Tabel 5.1 Peringkat Integritas Tingkat Daerah Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pemerintah Daerah Pemko Parepare Pemko Surabaya Pemko Bitung Pemko Tanjungpinang Pemko Gorontalo Pemko Pematangsiantar Pemko Mataram Pemko Denpasar Pemko Bogor Pemko Yogyakarta Pemko Samarinda Pemko Cilegon Pemkab Sidoarjo Pemko Pekalongan Pemko Lhokseumawe DKI Jakarta Pemko Pangkalpinang Pemko Bandung Pemko Makassar Pemko Kupang Pemko Serang Pemko Padang Pemko Bekasi Pemko Banjarmasin Pemko Banda Aceh Pemko Jambi Pemko Bukittinggi Pemko Depok Pemko Madiun Pemko Metro
Integritas
No.
7,71 7,61 7,54 7,50 7,49 7,41 7,36 7,30 7,29 7,28 7,27 7,20 7,20 7,18 7,13 7,10 7,05 7,01 7,00 7,00 6,99 6,99 6,97 6,94 6,93 6,90 6,83 6,82 6,81 6,79
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemerintah Daerah
Integritas
Pemko Manado Pemko Batam Pemko Binjai Pemko Cirebon Pemko Palembang Pemkab Banyumas Pemko Ambon Pemko Medan Pemko Malang Pemko Tangerang Pemko Kendari Pemko Dumai Pemkab Mamuju Pemko Pontianak Pemko Kediri Pemkab Manokwari Pemko Lubuklinggau Pemko Ternate Pemko Surakarta Pemko Banjarbaru Pemko Bandar Lampung Pemkab Jember Pemko Semarang Pemko Balikpapan Pemko Palu Pemko Bima Pemko Pekanbaru Pemko Bengkulu Pemko Palangkaraya Pemko Jayapura
6,75 6,74 6,73 6,72 6,72 6,70 6,67 6,65 6,63 6,60 6,59 6,59 6,58 6,58 6,53 6,50 6,47 6,47 6,41 6,40 6,38 6,31 6,29 6,19 6,16 6,10 6,05 6,04 5,97 5,66
Tabel 5.1 menunjukkan hanya terdapat 2 secara nasional tahun 2013 dicapai oleh Pemerintah Daerah, yaitu Pemko Palangkaraya Pemko Parepare, kemudian disusul oleh dan Pemko Jayapura, dengan indeks integritas Pemko Surabaya dan Pemko Bitung. di bawah 6,00. Peringkat terbaik integritas
105
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Dari 3 unit layanan daerah yang disurvei di daerah, maka layanan SIUP dan layanan tingkat daerah, Indeks Integritas Unit Layanan Kesehatan Dasar memiliki indeks di atas rataKesehatan Dasar adalah yang tertinggi (7,08). rata, sedangkan layanan PBJ memiliki indeks Jika dibanding dengan indeks rata-rata tingkat di bawahnya. 6,82 Indeks Integritas Daerah (IID)
6,84
7,08
6,50
Indeks Integritas Unit Layanan SIUP
Indeks Integritas Unit Layanan Kesehatan Dasar
Indeks Integritas Unit Layanan PBJ
Gambar 5.2 Indeks Integritas Unit Layanan Daerah
Unit layanan dengan indeks integritas 10 Puskesmas di Pemko Gorontalo (7,78) tertinggi di daerah didominasi oleh layanan merupakan unit layanan dengan integritas SIUP, kemudian disusul Kesehatan Dasar Kesehatan Dasar Puskesmas tertinggi, dan PBJ Puskesmas. SIUP di Pemko Parepare (7,92) di Pemko Pematangsiantar (7,84) adalah yang merupakan unit layanan yang memperoleh tertinggi untuk layanan PBJ. nilai tertinggi. Layanan Kesehatan Dasar Tabel 5.2 Peringkat Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah Tahun 2013 (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah) Integritas
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SIUP – Pemko Parepare PBJ – Pemko Pematangsiantar PBJ – Pemko Parepare Kesehatan Dasar Puskesmas – Pemko Gorontalo SIUP – Pemko Tanjungpinang Kesehatan Dasar Puskesmas – Pemko Surabaya Kesehatan Dasar Puskesmas – Pemko Banjarbaru SIUP – Pemko Gorontalo SIUP – Pemko Bitung SIUP – Pemko Samarinda
7,92 7,84 7,84 7,78 7,77 7,72 7,67 7,66 7,64 7,61
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Unit Layanan Daerah
Nilai Terendah
Unit Layanan Daerah
Nilai Tertinggi
No.
SIUP – Pemko Jayapura PBJ – Pemko Jember PBJ – Pemko Bandar Lampung PBJ – Pemko Pontianak PBJ – Pemko Kediri PBJ – Pemko Banjarbaru PBJ – Pemko Bima PBJ – Pemko Pekanbaru PBJ – Pemko Palangkaraya PBJ – Pemko Palu
Integritas 5,23 5,20 5,16 5,10 5,09 5,07 4,84 4,73 4,42 4,24
Sementara itu, sepuluh indeks integritas 4,24, disusul oleh PBJ di Pemko Palangkaraya terendah hampir keseluruhannya adalah (4,42), PBJ di Pemko Pekanbaru (4,73), dan PBJ layanan PBJ. Indeks integritas terendah adalah di Pemko Bima (4,84). pada layanan PBJ di Pemko Palu dengan nilai
106
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
5.2 PENGALAMAN INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH
P
engalaman integritas tingkat daerah Integritas dan komponen penyusunnya secara dengan nilai 7,23 disusun oleh indikator keseluruhan sudah berada pada posisi di
Pengalaman Korupsi dan Cara Pandang atas standar minimal, dengan nilai indikator Terhadap Korupsi dengan nilai masing-masing Pengalaman Korupsi yang lebih tinggi 7,27 dan 7,22. Nilai variabel Pengalaman dibandingkan Cara Pandang Terhadap Korupsi. Pengalaman Korupsi
7,27 7,23
Pengalaman Integritas 7,22
6,98
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,35
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,34
Waktu Pemberian Gratifikasi
7,00
Arti Pemberian Gratifikasi
7,29
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang Terhadap Korupsi
Gambar 5.3 Nilai Variabel Pengalaman Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Nilai variabel Pengalaman Integritas tingkat integritasnya di bawah 6,00. Peringkat terbaik daerah Tahun 2013 dari 60 Pemerintah Daerah diperoleh Pemko Lhokseumawe (7,95) dan ditunjukkan pada Tabel 5.3. Hanya satu terendah 5,80 yaitu Pemko Jayapura. pemerintah daerah yang nilai pengalaman Tabel 5.3 Peringkat Nilai Variabel Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Daerah Tahun 2013 No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemko Lhokseumawe Pemko Surabaya Pemkab Sidoarjo Pemko Gorontalo Pemko Tanjungpinang Pemko Parepare Pemko Pematangsiantar Pemko Mataram Pemko Pekalongan Pemko Denpasar Pemko Bogor Pemko Bitung Pemkab Mamuju Pemko Cilegon Pemko Samarinda Pemko Padang Pemko Jambi Pemko Yogyakarta Pemko Pangkalpinang Pemko Serang
7,95 7,93 7,90 7,89 7,87 7,83 7,79 7,75 7,73 7,67 7,66 7,66 7,66 7,64 7,62 7,60 7,57 7,56 7,56 7,51
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pemerintah Daerah Pemko Makassar DKI Jakarta Pemko Banda Aceh Pemko Kupang Pemko Bandung Pemko Cirebon Pemko Banjarmasin Pemko Madiun Pemko Medan Pemko Bukittinggi Pemko Bekasi Pemko Binjai Pemko Depok Pemko Metro Pemkab Banyumas Pemko Lubuklinggau Pemkab Manokwari Pemko Ambon Pemko Malang Pemko Palembang
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
7,51 7,47 7,46 7,43 7,39 7,39 7,38 7,38 7,32 7,31 7,27 7,19 7,19 7,19 7,18 7,15 7,12 7,09 7,06 7,04
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemko Batam Pemko Dumai Pemko Kendari Pemko Manado Pemko Ternate Pemko Kediri Pemko Tangerang Pemko Pontianak Pemko Palu Pemko Bima Pemko Bandar Lampung Pemko Banjarbaru Pemkab Jember Pemko Bengkulu Pemko Surakarta Pemko Semarang Pemko Pekanbaru Pemko Balikpapan Pemko Palangkaraya Pemko Jayapura
7,04 7,03 6,96 6,96 6,95 6,89 6,88 6,83 6,80 6,77 6,75 6,62 6,58 6,51 6,46 6,39 6,34 6,31 6,28 5,80
107
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pada kombinasi unit layanan di tingkat daerah Manokwari merupakan unit layanan yang dengan nilai tertinggi dan terendah, terlihat nilai Pengalaman Integritasnya tertinggi. Nilai bahwa SIUP dan Kesehatan Dasar Puskesmas pengalaman integritas 5 terendah semuanya mendominasi
peringkat
tertinggi.
Nilai diperoleh unit layanan PBJ. Pengadaan Barang
Pengalaman Integritas 5 tertinggi semuanya Jasa di Pemko Palu merupakan unit layanan di atas 8,00, sedangkan 5 terendah semuanya dengan nilai Pengalaman Integritas terendah. jauh di bawah standar minimal (6,00). Gambar 5.4 menjelaskan kondisi tersebut.
NILAI TERENDAH
NILAI TERTINGGI
Surat Izin Usaha Perdagangan di Pemkab SIUP-Pemkab Manokwari
8,18
Puskesmas-Pemko Gorontalo
8,15
SIUP-Pemko Palu
8,14
Puskesmas-Pemko Pontianak
8,11
Puskesmas-Pemko Mataram
8,11
PBJ-Pemko Bima
4,81
PBJ-Pemko Kediri
4,71
PBJ-Pemko Pekanbaru
4,51
PBJ-Pemko Palangkaraya
4,21
PBJ-Pemko Palu
4,21
Gambar 5.4 Nilai Variabel Pengalaman Integritas di Layanan Publik Tingkat Daerah (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah)
5.2.1 PENGALAMAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan disusun dari sub-indikator Jumlah/Besaran masyarakat pada saat proses pengurusan Gratifikasi dengan nilai 6,98, Frekuensi layanan adalah dalam bentuk uang tambahan Pemberian Gratifikasi dengan nilai 7,35, dan (gratifikasi) yang biasanya dibayarkan oleh Waktu Pemberian Gratifikasi dengan nilai 7,34. Ketiga nilai ini menunjukkan bahwa pengguna layanan di luar biaya resmi. pengendalian gratifikasi pada layanan publik Nilai indikator Pengalaman Korupsi di tingkat daerah menunjukkan progres yang Pemerintah Daerah adalah 7,27. Nilai ini positif.
108
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
7,27
Pengalaman Korupsi
6,98
Jumlah/Besar Gratifikasi
7,35
Frekuensi Pemberian Gratifikasi
7,34
Waktu Pemberian Gratifikasi
Gambar 5.5 Nilai Indikator Pengalaman Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Pengalaman Korupsi pada Pemerintah Daerah nilai terendah, yaitu Pemko Jayapura (5,85) memiliki rentang nilai yang cukup lebar. Tiga dan Pemko Balikpapan (5,93). Kondisi ini Pemerintah Daerah dengan nilai tertinggi menunjukkan tidak adanya standar layanan 8,00 dicapai Pemko Pematangsiantar, Pemko publik yang sama antardaerah. Tanjungpinang, dan Pemko Bitung. Adapun Tabel 5.4 Peringkat Nilai Indikator Pengalaman Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemko Pematangsiantar Pemko Tanjungpinang Pemko Bitung Pemko Lhokseumawe Pemko Denpasar Pemko Parepare Pemko Surabaya Pemkab Sidoarjo Pemko Gorontalo Pemko Cilegon Pemko Pekalongan Pemko Padang Pemko Bogor Pemko Pangkalpinang Pemko Banjarmasin Pemko Samarinda Pemkab Mamuju Pemko Yogyakarta Pemko Mataram Pemko Cirebon
8,00 8,00 8,00 7,92 7,91 7,87 7,85 7,85 7,83 7,82 7,81 7,80 7,77 7,75 7,71 7,70 7,69 7,67 7,65 7,65
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pemerintah Daerah Pemko Medan DKI Jakarta Pemko Serang Pemko Kupang Pemko Makassar Pemko Jambi Pemko Bukittinggi Pemko Madiun Pemko Bandung Pemkab Banyumas Pemko Banda Aceh Pemko Metro Pemko Palembang Pemko Depok Pemko Bekasi Pemko Malang Pemko Lubuklinggau Pemko Batam Pemko Dumai Pemko Ternate
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
7,59 7,58 7,57 7,55 7,53 7,50 7,49 7,48 7,41 7,40 7,31 7,30 7,29 7,23 7,21 7,19 7,15 7,14 7,02 7,00
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemko Kendari Pemko Binjai Pemko Bengkulu Pemko Kediri Pemko Ambon Pemko Manado Pemkab Manokwari Pemko Tangerang Pemko Pontianak Pemkab Jember Pemko Semarang Pemko Bima Pemko Surakarta Pemko Bandar Lampung Pemko Palu Pemko Palangkaraya Pemko Pekanbaru Pemko Banjarbaru Pemko Balikpapan Pemko Jayapura
6,96 6,96 6,95 6,94 6,92 6,90 6,88 6,85 6,74 6,64 6,61 6,54 6,53 6,45 6,42 6,41 6,33 6,14 5,93 5,85
A. Jumlah/Besaran GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Nilai sub-indikator Jumlah/Besar Gratifikasi menjawab
membayar
sesuai
dengan
adalah 6,98. Nilai ini menunjukkan unit ketentuan saat pengurusan layanan. Masih layanan yang menerima biaya layanan terdapat 14% pengguna layanan yang yang melebihi biaya resmi yang telah membayar lebih dari biaya resmi dengan ditetapkan semakin berkurang. Dari total dominasi jumlah pembayaran lebih dari 5.640 responden, 86% pengguna layanan 50% dari biaya resmi.
109
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
2%
60%
SIUP - Pemkab Manokwari
100
Puskesmas - Pemko Gorontalo
100
SIUP - Pemko Palu
100
Puskesmas - Pemko Pontianak
100
Puskesmas - Pemko Mataram
100
12%
PBJ - Pemko Bima
86%
80%
63
37 33
PBJ - Pemko Palangkaraya
67
PBJ - Pemko Kediri
27
73
PBJ - Pemko Pekanbaru
27
73
7
PBJ - Pemko Palu Sesuai biaya resmi
100%
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
93
<50% dari biaya resmi
>50% dari biaya resmi
Gambar 5.6 Jumlah/Besaran Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- lebih dari 60% pengguna layanan terjadi pada indikator Jumlah/Besaran Gratifikasi rendah, 5 unit layanan di Pemko Palu, Pekanbaru, pemberian uang tambahan dilakukan oleh Kediri, Palangkaraya, dan Bima.
B. Frekuensi Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Nilai sub-indikator Frekuensi Pemberian masih terdapat 14% pengguna layanan Gratifikasi adalah 7,35. Nilai tersebut mengaku
pernah
memberikan
uang
menunjukkan frekuensi pemberian uang tambahan saat pengurusan layanan, seperti tambahan yang dilakukan oleh pengguna terlihat pada Gambar 5.7. layanan sudah semakin berkurang. Namun, INSTANSI TINGKAT DAERAH
8%
3% 3%
40%
60%
SIUP - Pemkab Manokwari
100
Puskesmas - Pemko Gorontalo
100
SIUP - Pemko Palu
100
Puskesmas - Pemko Pontianak
100
Puskesmas - Pemko Mataram
100
80%
100%
NILAI TINGGI
20%
0%
86% 7
PBJ - Pemko Binjai
53
PBJ - Pemko Bandar Lampung
50
PBJ - Pemko Balikpapan PBJ - Pemko Banjarbaru Tidak pernah
1 kali
30
63
43
47
7
17
33 63
37 2 kali
37
13
NILAI RENDAH
PBJ - Pemko Palu
Lebih dari 2 kali
Gambar 5.7 Frekuensi Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
110
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- satu kali. Namun, pengguna layanan pada indikator Frekuensi Pemberian Gratifikasi PBJ Pemko Banjarbaru sebagian besar (63%) rendah, pengguna layanan umumnya mengaku memberikan gratifikasi lebih dari menyatakan memberikan uang tambahan 2 kali pada saat mengurus layanan.
C. Waktu Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Nilai sub-indikator Waktu Pemberian Gratifikasi
Pemberian pada akhir layanan biasanya dilakukan
adalah 7,34. Waktu Pemberian Gratifikasi sebagai wujud ucapan terima kasih atas layanan yang menunjukkan kapan pemberian uang tambahan
diberikan. Namun, Gambar 5.8 juga menjelaskan
dilakukan oleh pengguna layanan. Terdapat 14% masih terdapat indikasi suap pada layanan publik pengguna layanan yang mengaku memberikan yang ditunjukkan dari waktu pemberian gratifikasi uang tambahan/gratifikasi. Pada pengguna yang dilakukan pengguna layanan pada awal, layanan yang menyatakan pernah memberikan tengah, maupun kombinasi di antara waktu-waktu uang tambahan, 44%-nya mengaku memberikan
tersebut (pemberian gratifikasi 2 atau 3 kali).
saat pada akhir proses pengurusan.
INSTANSI TINGKAT DAERAH
15%
60%
SIUP - Pemkab Manokwari
100
Puskesmas - Pemko Gorontalo
100
SIUP - Pemko Palu
100
Puskesmas - Pemko Pontianak
100
Puskesmas - Pemko Mataram
100
17% 24%
40%
80%
100%
NILAI TINGGI
20%
0%
44%
33
PBJ - Pemko Balikpapan
27
Tidak memberi Pada akhir pengurusan layanan
7
20
Pada awal pengurusan layanan Kombinasi 2 atau 3 tahap
40
17
37
PBJ - Pemko Pekanbaru
24
30
43
PBJ - Pemko Bima
PBJ - Pemko Palu
13
43
20 7
17
10 33
NILAI RENDAH
PBJ - Pemko Palangkaraya
39 17
23
Pada saat pengurusan layanan (di tengah proses)
Gambar 5.8 Waktu Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- pada saat proses pengurusan juga masih indikator Waktu Pemberian Gratifikasi terjadi. Pemberian pada awal, pertengahan rendah, sebagian besar pengguna layanan bahkan lebih dari 1 kali umumnya dilakukan menyatakan lebih banyak memberikan dalam rangka memperlancar dan atau uang tambahan di akhir pengurusan mempercepat proses layanan. layanan. Namun, pemberian pada awal atau 111
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
5.2.2 CARA PANDANG TERHADAP KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH Upaya meningkatkan integritas tidak hanya terhadap korupsi, khususnya terhadap praktik dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, pemberian gratifikasi. Cara pandang terhadap tetapi juga oleh pengguna layanan. Masyarakat gratifikasi ini akan memengaruhi sikap dan sebagai
pengguna
layanan
seharusnya keputusan seseorang untuk mau atau tidak
dapat diberdayakan dengan mengubah memberi gratifikasi. atau memperbaiki cara pandang mereka 7,22
7,00
Arti Pemberian Gratifikasi
7,29
Tujuan Pemberian Gratifikasi
Cara Pandang Terhadap Korupsi
Gambar 5.9 Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Nilai indikator cara pandang terhadap 59 Pemerintah Daerah yang memiliki nilai korupsi adalah 7,22. Nilai ini di tingkat daerah indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi di bervariasi dengan rentang yang sempit atas standar minimal. (Gambar 5.9) antara 7,00 sampai 7,29. Terdapat 98,3% atau Tabel 5.5 Peringkat Nilai Indikator Cara Pandang Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemko Lhokseumawe Pemko Surabaya Pemkab Sidoarjo Pemko Gorontalo Pemko Tanjungpinang Pemko Parepare Pemko Mataram Pemko Pematangsiantar Pemko Pekalongan Pemkab Mamuju Pemko Bogor Pemko Jambi Pemko Denpasar Pemko Samarinda Pemko Cilegon Pemko Bitung Pemko Padang Pemko Yogyakarta Pemko Banda Aceh Pemko Makassar
7,96 7,95 7,92 7,90 7,82 7,82 7,79 7,73 7,70 7,65 7,63 7,59 7,59 7,59 7,57 7,55 7,54 7,53 7,51 7,50
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
112
Pemerintah Daerah Pemko Pangkalpinang Pemko Serang DKI Jakarta Pemko Kupang Pemko Bandung Pemko Madiun Pemko Cirebon Pemko Bekasi Pemko Banjarmasin Pemko Binjai Pemko Bukittinggi Pemko Medan Pemkab Manokwari Pemko Depok Pemko Metro Pemko Lubuklinggau Pemko Ambon Pemkab Banyumas Pemko Dumai Pemko Malang
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
7,50 7,49 7,44 7,38 7,38 7,35 7,30 7,29 7,28 7,27 7,25 7,23 7,20 7,18 7,15 7,14 7,14 7,10 7,03 7,02
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemko Batam Pemko Manado Pemko Palembang Pemko Kendari Pemko Ternate Pemko Palu Pemko Tangerang Pemko Kediri Pemko Pontianak Pemko Bima Pemko Bandar Lampung Pemko Banjarbaru Pemkab Jember Pemko Surakarta Pemko Balikpapan Pemko Bengkulu Pemko Pekanbaru Pemko Semarang Pemko Palangkaraya Pemko Jayapura
7,01 6,98 6,96 6,96 6,93 6,93 6,89 6,87 6,86 6,85 6,85 6,78 6,56 6,44 6,44 6,37 6,35 6,32 6,23 5,79
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
A. Arti Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Arti Pemberian Gratifikasi menunjukkan secara umum masyarakat memahami bagaimana masyarakat mengartikan biaya bahwa tindakan memberi gratifikasi kepada atau imbalan yang mereka keluarkan, petugas layanan publik adalah sesuatu yang apakah tergolong gratifikasi atau tidak. Nilai tidak dibenarkan dan menyalahi aturan sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi (74,0%). Namun, masih terdapat 26,0% yang adalah 7,00. Nilai ini menunjukkan bahwa menyatakan sebaliknya.
33% 41% 11%
100%
97
3
SIUP - Pemko Gorontalo
97
3
Puskesmas - Pemko Gorontalo
94
3 3
94
3 3
SIUP - Pemko Palu 23
PBJ - Pemko Pontianak
17
PBJ - Pemko Banjarbaru
13
7
Melanggar hukum dan harus dilaporkan Boleh dilakukan jika terpaksa Boleh dan sering dilakukan
20
37
17 47
70 3
30 3
10 33
3 10
13
PBJ - Pemko Kediri PBJ - Pemko Ternate
7 3
90
PBJ - Pemkab Jember
1% 1%
80%
SIUP - Pemkab Manokwari
PBJ - Pemkab Manokwari
13%
60%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
67
NILAI RENDAH
20%
0%
70
7
Memalukan dan tercela Boleh dilakukan asalkan tidak terlalu sering Harus dilakukan dalam setiap layanan
Gambar 5.10 Arti Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- dalam pengurusan layanan publik boleh indikator Arti Pemberian Gratifikasi nilai dilakukan. Variasi jawaban yang diberikan rendah, yaitu pada layanan PBJ di Pemko mulai dari gratifikasi boleh dilakukan kalau Ternate, Kediri, Banjarbaru, Pontianak, dan terpaksa asal tidak terlalu sering, sampai Pemkab Jember terlihat bahwa lebih dari ada yang menyatakan gratifikasi boleh dan 60% pengguna layanannya menganggap sering dilakukan. (Gambar 5.10) bahwa pemberian uang tambahan/gratifikasi
B. Tujuan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Nilai
sub-indikator Tujuan
Pemberian fakta yang dijumpai di unit layanan tingkat
Gratifikasi adalah 7,29, menggambarkan daerah, tujuan utama pengguna layanan tujuan
dan
alasan
yang
membuat memberikan uang tambahan adalah untuk
pengguna layanan memberikan uang mempercepat waktu pengurusan layanan tambahan kepada petugas. Berdasarkan (42,0%).
113
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pada 5 unit layanan dengan nilai sub- adalah mempercepat waktu pengurusan indikator Tujuan Pemberian Gratifikasi layanan dan menghindarkan diri dari rendah terlihat bahwa tujuan utama perlakuan petugas yang semena-mena. pemberian gratifikasi pada layanan publik (Gambar 5.11)
22%
16% 9% 11%
42%
60%
SIUP - Pemkab Manokwari
100
Puskesmas - Pemko Gorontalo
100
SIUP - Pemko Palu
100
Puskesmas - Pemko Pontianak
100
Puskesmas - Pemko Mataram
100
PBJ - Pemko Kediri
80%
27
73
PBJ - Pemko Semarang
43
PBJ - Pemko Pekanbaru PBJ - Pemko Palu
27
3
3
27 23
43
27 40
Menghindarkan petugas semena-mena Mempercepat waktu
4
10
40
PBJ - Pemko Palangkaraya
100% NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
13
7
7
7
NILAI RENDAH
20%
0%
33
Meluluskan syarat pengurusan Tidak ada tujuan tertentu
Memastikan tepat waktu Tidak memberikan
Gambar 5.11 Tujuan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Apabila dikaji lebih dalam, alasan pengguna lain yang negatif, yaitu karena petugas layanan memberikan uang tambahan/ meminta, mempersulit, atau malas melayani gratifikasi saat proses pengurusan layanan juga menjadi alasan pengguna layanan karena rasa puas terhadap layanan yang memberikan uang tambahan saat mengurus diberikan oleh petugas. Namun, perlu layanan. (Gambar 5.12) juga mendapat perhatian bahwa alasan
11%
15% 17%
47% 9% 1%
60%
SIUP - Pemkab Manokwari
100
Puskesmas - Pemko Gorontalo
100
SIUP - Pemko Palu
100
Puskesmas - Pemko Pontianak
100
Puskesmas - Pemko Mataram
100
PBJ - Pemko Kediri
66
PBJ - Pemko Semarang PBJ - Pemko Pekanbaru PBJ - Pemko Palu PBJ - Pemko Palangkaraya Petugas meminta Kasihan gaji petugas kecil Tidak memberi
27 17
7
7
3
43 33
27
3
10
63 57
Petugas mempersulit Puas dengan layanan petugas
100%
27
20
37 3
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
3 4 3
7
NILAI RENDAH
20%
0%
33 Petugas malas melayani Petugas ramah
Gambar 5.12 Alasan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
114
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
5.3 POTENSI INTEGRITAS DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH
P
otensi Integritas tingkat daerah dengan Lingkungan Kerja dengan nilai 7,81, Sistem nilai 6,00 memberikan kontribusi sebesar Administrasi dengan nilai 6,42, Perilaku Individu
0,333 terhadap indeks integritas. Potensi dengan nilai 6,88, dan Pencegahan Korupsi integritas yang merupakan variabel penting dengan nilai 4,09. Setiap indikator terdiri dari dalam memperkecil peluang korupsi pada 2â&#x20AC;&#x201C;5 sub-indikator, seperti ditunjukkan oleh layanan publik disusun oleh 4 indikator, yaitu Gambar 5.13.
6,00
7,81
Lingkungan Kerja
6,83 9,57 8,45 7,65 7,59
6,42
Sistem Administrasi
7,24 6,24 5,54
Kepraktisan SOP Keterbukaan Informasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
7,48 6,72 6,14
Keadilan dalam Layanan Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku Pengguna Layanan
4,01 4,33
Tingkat Upaya Anti-Korupsi Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Potensi Integritas 6,88
Perilaku Individu
4,09
Pencegahan Korupsi
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Keterlibatan Calo Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 5.13 Nilai Variabel Potensi Integritas dan Komponen Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Nilai potensi integritas tingkat daerah adalah Nilai Potensi Integritas dari 60 Pemerintah 6,00. Nilai tersebut menunjukkan indikator Daerah berkisar antara 4,42 sampai 7,46. Pencegahan
Korupsi
masih
memerlukan Apabila dibanding dengan pengalaman
penguatan karena nilainya yang di bawah integritas, nilai Potensi Integritas secara standar minimal. Masih terdapat 3 sub-indikator, umum lebih rendah. Artinya, sebagian besar yaitu Pemanfaatan Teknologi Informasi, Tingkat Pemerintah Daerah masih kurang maksimal Upaya Anti-Korupsi, dan Mekanisme Pengaduan menyiapkan upaya-upaya untuk menutup Masyarakat yang nilainya di bawah 6,00.
potensi korupsi pada layanan publiknya.
115
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 5.6 Peringkat Nilai Variabel Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Daerah Tahun 2013 No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemko Parepare Pemko Bitung Pemko Surabaya Pemko Tanjungpinang Pemko Yogyakarta Pemko Gorontalo Pemko Pematangsiantar Pemko Samarinda Pemko Denpasar Pemko Mataram Pemko Bogor DKI Jakarta Pemko Bekasi Pemko Cilegon Pemko Manado Pemko Surakarta Pemko Bandung Pemko Kupang Pemko Batam Pemko Semarang
7,46 7,29 6,98 6,77 6,71 6,70 6,63 6,57 6,56 6,56 6,54 6,36 6,36 6,34 6,34 6,31 6,26 6,14 6,14 6,10
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pemerintah Daerah Pemko Pekalongan Pemko Pontianak Pemko Depok Pemko Palembang Pemko Banjarmasin Pemko Tangerang Pemko Pangkalpinang Pemko Metro Pemko Makassar Pemko Serang Pemko Balikpapan Pemko Banjarbaru Pemko Bukittinggi Pemko Banda Aceh Pemko Kendari Pemko Ambon Pemko Kediri Pemkab Sidoarjo Pemko Binjai Pemko Padang
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
6,08 6,08 6,08 6,06 6,05 6,05 6,02 6,00 5,99 5,96 5,96 5,95 5,88 5,86 5,85 5,84 5,82 5,79 5,79 5,77
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemkab Jember Pemko Malang Pemkab Banyumas Pemko Dumai Pemko Madiun Pemko Bandar Lampung Pemko Jambi Pemko Ternate Pemko Lhokseumawe Pemko Pekanbaru Pemko Cirebon Pemko Jayapura Pemko Palangkaraya Pemko Medan Pemkab Manokwari Pemko Lubuklinggau Pemko Bengkulu Pemko Palu Pemko Bima Pemkab Mamuju
5,76 5,76 5,76 5,70 5,68 5,64 5,55 5,51 5,47 5,46 5,39 5,36 5,35 5,30 5,26 5,12 5,09 4,88 4,74 4,42
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa 46,7% atau yang ada di layanan publiknya. Nilai Potensi 28 Pemerintah Daerah memiliki nilai Potensi Integritas 32 Pemerintah Daerah tersebut Integritas di atas standar minimal (6,00). masih di bawah standar minimal, terlebih pada Sementara itu, 53,3% atau 32 Pemerintah 3 Pemerintah Daerah, yaitu Pemko Palu (4,88), Daerah lainnya masih perlu meningkatkan Pemko Bima (4,74), dan Pemkab Mamuju
NILAI TERENDAH
NILAI TERTINGGI
upaya untuk meminimalkan potensi korupsi (4,42). PBJ-Pemko Pematangsiantar
7,75
PBJ-Pemko Parepare
7,67
SIUP-Pemko Bitung
7,63
SIUP-Pemko Parepare
7,59
SIUP-Pemko Tanjungpinang
7,58
PBJ-Pemko Bandar Lampung
4,61
SIUP-Pemkab Mamuju
4,55
PBJ-Pemko Palu PBJ-Pemkab Mamuju SIUP-Pemko Bima
4,30 3,93 3,71
Gambar 5.14 Nilai Variabel Potensi Integritas di Layanan Publik Tingkat Daerah (Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah)
116
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Unit layanan dengan nilai Potensi Integritas Adapun nilai potensi integritas terendah tertinggi dicapai oleh unit layanan PBJ di adalah unit layanan SIUP di Pemko Bima Pemko Pematangsiantar dengan nilai 7,75. dengan nilai 3,71.
5.3.1 LINGKUNGAN KERJA DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH Lingkungan kerja yang baik tentunya akan mendorong
pengguna
layanan
untuk
menimbulkan suasana kerja yang baik pula. melakukan penyimpangan dalam proses Apabila lingkungan kerja tidak didukung oleh layanan, seperti pertemuan di luar prosedur fasilitas yang memadai, suasana pelayanan dan pemberian gratifikasi untuk memperlancar yang tidak nyaman, bahkan jika ditambah prosedur pengurusan. dengan prosedur yang berbelit-belit akan
7,81
Lingkungan Kerja
6,83
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi
9,57
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur
8,45
Keterlibatan Calo
7,65
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan
7,59
Suasana/Kondisi di Sekitar Lingkungan Pelayanan
Gambar 5.15 Nilai Indikator Lingkungan Kerja dan Sub Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Nilai integritas indikator Lingkungan Kerja prosedur sangat rendah. Gambaran peringkat adalah 7,81. Pencapaian ini terutama didukung nilai indikator Lingkungan Kerja pada tiap oleh tingginya nilai Kebutuhan Pertemuan pemerintah daerah dapat dilihat pada Tabel di Luar Prosedur (9,57), artinya pengguna 5.7 berikut. layanan yang melakukan pertemuan di luar Tabel 5.7 Peringkat Nilai Indikator Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Daerah Tahun 2013 No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemko Parepare Pemko Pekalongan Pemko Cilegon Pemko Lhokseumawe Pemko Pematangsiantar Pemko Bogor Pemko Gorontalo Pemko Banjarmasin Pemko Bitung Pemko Serang
8,85 8,76 8,73 8,70 8,67 8,65 8,63 8,54 8,54 8,52
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemerintah Daerah Pemko Yogyakarta Pemko Samarinda Pemko Tanjungpinang DKI Jakarta Pemko Pangkalpinang Pemkab Sidoarjo Pemko Jambi Pemko Bekasi Pemko Mataram Pemko Denpasar
Nilai
No.
8,48 8,41 8,40 8,36 8,34 8,32 8,30 8,22 8,17 8,15
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pemerintah Daerah Pemko Surabaya Pemko Madiun Pemko Kupang Pemko Banda Aceh Pemko Makassar Pemkab Banyumas Pemko Bandung Pemko Malang Pemko Metro Pemko Surakarta
Nilai 8,14 8,13 8,12 8,08 7,91 7,90 7,89 7,88 7,81 7,80
117
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pemerintah Daerah Pemko Depok Pemko Batam Pemkab Manokwari Pemko Binjai Pemko Semarang Pemko Ambon Pemko Cirebon Pemko Manado Pemko Ternate Pemko Dumai
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
7,75 7,74 7,74 7,72 7,72 7,66 7,66 7,64 7,62 7,56
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Pemko Palembang Pemko Balikpapan Pemko Bengkulu Pemko Kediri Pemkab Jember Pemko Banjarbaru Pemko Padang Pemko Bandar Lampung Pemko Palu Pemko Palangkaraya
7,53 7,52 7,50 7,47 7,29 7,29 7,25 7,19 7,17 7,14
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemerintah Daerah
Nilai
Pemko Pontianak Pemko Bukittinggi Pemko Tangerang Pemko Lubuklinggau Pemko Pekanbaru Pemko Medan Pemko Kendari Pemkab Mamuju Pemko Bima Pemko Jayapura
7,07 7,04 7,01 6,99 6,99 6,93 6,86 6,54 6,13 5,95
Penjelasan lebih lanjut mengenai 5 sub-indikator yang mendukung indikator Lingkungan Kerja ditunjukkan pada bagian berikut.
A. Kebiasaan Pemberian GratiďŹ kasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Kebiasaan pengguna dan petugas layanan yang meski di atas standar minimal namun dalam memberi maupun meminta uang masih terdapat 35% pengguna layanan tambahan (gratifikasi) dalam layanan publik publik di tingkat daerah yang mengetahui/ masih memerlukan waktu untuk berubah. melihat praktik pemberian uang tambahan/ Hal ini ditunjukkan oleh nilai sub-indikator gratifikasi di layanan publik yang mereka Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (6,83) datangi.
25%
2%
60%
Puskesmas - Pemko Manado
100
Puskesmas - Pemko Surabaya
100
Puskesmas - Pemko Banjarbaru
3
100
Puskesmas - Pemko Samarinda
100
SIUP - Pemko Bima
17
PBJ - Pemko Pontianak 13
43
10
10
63
27
Kadang-kadang terjadi
74
3
10
PBJ - Pemko Bima Tidak pernah terjadi
14
33
3
63
17
PBJ - Pemko Palangkaraya
PBJ - Pemko Kediri
100%
97
Puskesmas - Pemko Binjai
65%
80%
43
NILAI TINGGI
8%
40%
NILAI RENDAH
20%
0% INSTANSI TINGKAT DAERAH
57 Sering terjadi
Selalu terjadi
Gambar 5.16 Kebiasaan Pemberian Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
118
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Pada unit layanan PBJ Pemko Kediri, 74% PBJ Pemko Pontianak dan SIUP Pemko Bima, pengguna layanan menjawab intensitas 63% menyatakan intensitas pemberian praktik pemberian uang tambahan selalu sering terjadi. (Gambar 5.16) terjadi. Sementara itu, pada unit layanan
B. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Daerah Secara
umum,
kebutuhan
pengguna masih ada 6% dari pengguna layanan yang
layanan untuk melakukan pertemuan di mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai luar prosedur. 9,57 menunjukkan hal tersebut. Namun,
2%
60% 100
PBJ - Pemko Pare Pare
100
SIUP - Pemko Bitung
100
SIUP - Pemko Pare pare
100
SIUP - Pemko Tanjung Pinang
100
2%
PBJ - Pemko Pekanbaru
40
PBJ - Pemkab Jember
47
PBJ - Pemko Palangkaraya
40
94%
PBJ - Pemko Dumai PBJ - Pemko Bima Tidak pernah
37 13
Pernah, satu kali
7
13
17 10 30
6
7
63 Pernah, dua kali
100%
80%
NILAI TINGGI
2%
40%
PBJ - Pemko Pematang Siantar
30
10
NILAI RENDAH
20%
0% INSTANSI TINGKAT DAERAH
33 3
27
50 17 Pernah, lebih dari dua kali
Gambar 5.17 Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Gambar 5.17 menjelaskan bahwa dari melakukan pertemuan di luar prosedur 2 seluruh pengguna layanan, terdapat 94% kali, persentase tertinggi ada pada layanan yang tidak pernah melakukan pertemuan PBJ Pemko Bima (63%) dan persentase di luar prosedur. Sementara itu, 6% lainnya tertinggi melakukan pertemuan di luar mengaku pernah melakukan pertemuan prosedur lebih dari 2 kali yaitu pada layanan di luar prosedur saat pengurusan layanan. PBJ Pemko Dumai dengan persentase Persentase tertinggi pengguna layanan 50%. Pada 5 unit layanan dengan nilai subyang mengaku melakukan pertemuan indikator Pertemuan di Luar Prosedur tinggi, di luar prosedur satu kali yaitu pada unit 100% responden menyatakan tidak pernah layanan PBJ Pemko Palangkaraya dengan melakukan pertemuan di luar prosedur. persentase sebesar 30%. Adapun yang
119
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
18% 32%
16% 34%
60%
PBJ - Pemko Pematangsiantar
100
PBJ - Pemko Parepare
100
SIUP - Pemko Bitung
100
SIUP - Pemko Parepare
100
SIUP - Pemko Tanjungpinang
100
PBJ - Pemko Pekanbaru
7
7
10
36 37
PBJ - Pemkab Jember PBJ - Pemko Palangkaraya
47 10
7
30
PBJ - Pemko Bima
26 3
64
Negosiasi persyaratan Melengkapi persyaratan
100%
40
3
13 50
PBJ - Pemko Dumai
80%
NILAI TINGGI
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
NILAI RENDAH
20%
0%
Mempercepat waktu Tidak melakukan pertemuan
13
13
7
Negosiasi biaya yang dibayar
Gambar 5.18 Tujuan Pertemuan di Luar Prosedur di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Tujuan yang lebih dominan melatarbelakangi layanan umumnya adalah untuk melengkapi pengguna layanan melakukan pertemuan persyaratan pengurusan layanan (34%). di luar prosedur dalam proses pengurusan (Gambar 5.18)
C. Keterlibatan Calo di Layanan Publik Tingkat Daerah
16%
11% 14%
45% 14%
60%
PBJ - Pemko Pematangsiantar
100
PBJ - Pemko Parepare
100
SIUP - Pemko Parepare
100
SIUP - Pemko Tanjungpinang
100
Puskesmas - Pemko Bitung
30
40
SIUP - Pemko Kendari SIUP - Pemko Surabaya
30
3
27 18
70 40
10
3 27
50
SIUP - Pemko Banjarbaru
Tidak pernah melihat calo Petugas lain Orang luar
100%
100
PBJ - Pemko Palangkaraya
SIUP - Pemko Bima
80%
13
17 27
3
30
27
5
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
30
Petugas langsung Orang yang bekerja di sekitar unit Kombinasi 2 atau lebih perantara/calo
Gambar 5.19 Pengalaman Melihat Calo di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
120
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Peran calo dalam pengurusan layanan publik Pada 4 unit layanan dengan nilai rendah, masih terjadi. Berdasarkan hasil survei, terdapat sebagian
besar
pengguna
11% pengguna layanan yang menyatakan menginformasikan
bahwa
layanan perantara/
pernah melihat calo saat mengurus layanan. calo umumnya melakukan pendekatan Dari yang mengaku pernah melihat calo, 45%- ke pengguna layanan secara sembunyinya menyatakan calo yang dilihat adalah orang sembunyi. Namun, di unit layanan SIUP luar (eksternal sebagai perseorangan). Apabila Pemko Bima ada juga yang menyebutkan dilihat cara kerjanya, calo biasanya berinisiatif cara calo beroperasi dengan pendekatan mendekati pengguna layanan, sebagian besar secara terang-terangan. (Gambar 5.20) dengan cara sembunyi-sembunyi. (Gambar 5.19)
7%
60%
PBJ - Pemko Pematangsiantar
100
PBJ - Pemko Parepare SIUP - Pemko Parepare
100 47 100
SIUP - Pemko Tanjungpinang
100
Puskesmas - Pemko Bitung
100
4%
PBJ - Pemko Palangkaraya
80%
100%
40
60
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
89% SIUP - Pemko Kendari SIUP - Pemko Surabaya
Tidak pernah melihat calo
27
50
30
SIUP - Pemko Banjarbaru SIUP - Pemko Bima
23
50
40 10
20 50
10
90 Secara sembunyi-sembunyi
Secara terang-terangan
Gambar 5.20 Cara Calo Beroperasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
D. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Daerah Keberadaan fasilitas dalam unit layanan menggunakan jasa calo. Sebagian besar merupakan salah satu sebab pengguna pengguna layanan (98%) menyatakan layanan mengambil keputusan mengurus bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan sendiri
layanannya
atau
memilih yang didatangi sudah memadai.
121
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
20%
60%
100%
73
27
PBJ - Pemko Pematangsiantar
80%
33
NILAI TINGGI
2%
8%
Puskesmas - Pemko Banjarbaru
40%
67
6% Puskesmas - Pemko Manado
53
PBJ - Pemko Cilegon Puskesmas - Pemko Tanjungpinang PBJ - Pemko Palu
84%
47 57
43
40
3
57
PBJ - Pemko Jayapura
10
41
35
PBJ - Pemko Kediri
67
PBJ - Pemko Malang
64
14 33
13
PBJ - Pemko Pontianak Tidak memadai
20
67
13
23
NILAI RENDAH
0% INSTANSI TINGKAT DAERAH
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
100 Kurang memadai
Memadai
Sangat Memadai
Gambar 5.21 Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Meskipun sebagian besar pengguna layanan yang dianggap kurang memadai bahkan tidak menyatakan kondisi fasilitas memadai, pada memadai, terutama pada unit layanan PBJ di 5 unit layanan dengan nilai sub-indikator Pemko Pontianak, Palu, Malang, Jayapura, dan Kondisi Fasilitas rendah, masih banyak fasilitas Kediri. (Gambar 5.21)
E. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Daerah Suasana/kondisi sekitar pelayanan di tingkat sekitar pelayanan sudah cukup mendukung daerah oleh lebih dari 85% pengguna dalam menciptakan layanan yang bersih dan layanan dinilai teratur tahapan layanannya, transparan, Pemerintah Daerah tetap perlu ruangan teratur dan rapi, serta tenang, melakukan peningkatan kualitas lingkungan dan nyaman. Meskipun secara dominan kerja agar semakin meminimalkan potensi pengguna layanan menilai suasana/kondisi korupsi di layanan publik. (Gambar 5.22)
122
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Tahapan layanan teratur
93
Ruangan teratur dan rapi
92
Tenang
89
Nyaman
PBJ - Pemko Parepare
100
100
100
100
SIUP - Pemko Parepare
100
100
100
100
SIUP - Pemko Gorontalo
100
100
100
100
PBJ - Pemko Pekalongan
100
100
100
100
Puskesmas - Pemko Surabaya
100
100
100
100
PBJ - Pemko Pontianak
3
57
PBJ - Pemko Cilegon
20 20 23
PBJ - Pemko Kediri
27 310
PBJ - Pemko Malang Nyaman
43
40
17
57
NILAI RENDAH
43
PBJ - Pemko Lubuklinggau
NILAI TINGGI
85
77 70
70
10 20 23 27
Tenang
Ruangan teratur dan rapi
Tahapan layanan teratur
Gambar 5.22 Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
5.3.2 SISTEM ADMINISTRASI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH Sistem administrasi yang baik dan transparan disusun dari 3 sub-indikator, yakni Kepraktisan akan memudahkan pengguna layanan dalam SOP, Keterbukaan Informasi, dan Pemanfaatan mengurus layanan. Sistem Administrasi Teknologi Informasi.
6,42
Sistem Administrasi
7,24
Kepraktisan SOP
6,24
Keterbukaan Informasi
5,54
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 5.23 Nilai Indikator Sistem Administrasi dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
123
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Nilai indikator Sistem Administrasi di tingkat Nilai indikator Sistem Administrasi pada daerah adalah 6,42. Nilai ini berada pada Pemerintah Daerah berkisar antara 4,43 sampai posisi di atas standar minimal yang ditetapkan 7,56. Terdapat 90% atau 54 Pemerintah Daerah KPK (6,00). Pemanfaatan Teknologi Informasi mendapatkan nilai di atas standar, seperti merupakan
sub-indikator
yang
masih ditunjukkan oleh Tabel 5.8 berikut.
memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal. Tabel 5.8 Peringkat Nilai Indikator Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemerintah Daerah Pemko Bitung Pemko Banjarbaru Pemko Manado Pemko Mataram Pemko Parepare Pemko Yogyakarta Pemko Gorontalo Pemko Surabaya Pemko Kediri Pemko Bogor Pemko Pangkalpinang Pemkab Banyumas Pemko Kupang Pemko Tangerang Pemko Bekasi Pemko Dumai Pemko Banjarmasin Pemko Ambon Pemko Malang Pemko Tanjungpinang
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
7,56 7,18 7,09 7,07 7,04 6,98 6,95 6,81 6,77 6,76 6,74 6,73 6,67 6,66 6,64 6,63 6,62 6,62 6,58 6,57
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pemko Surakarta DKI Jakarta Pemko Kendari Pemko Bandung Pemko Makassar Pemko Balikpapan Pemko Pontianak Pemko Pekalongan Pemkab Sidoarjo Pemko Binjai Pemko Pematangsiantar Pemko Samarinda Pemko Lhokseumawe Pemko Medan Pemkab Jember Pemko Banda Aceh Pemko Semarang Pemko Palembang Pemkab Manokwari Pemko Batam
6,56 6,54 6,53 6,53 6,47 6,47 6,47 6,47 6,45 6,44 6,43 6,41 6,41 6,40 6,39 6,38 6,38 6,36 6,34 6,34
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Pemko Jambi Pemko Padang Pemko Bukittinggi Pemko Metro Pemko Palangkaraya Pemko Serang Pemko Pekanbaru Pemko Bengkulu Pemko Cirebon Pemko Denpasar Pemko Palu Pemko Madiun Pemko Depok Pemko Bandar Lampung Pemko Cilegon Pemkab Mamuju Pemko Bima
6,32 6,30 6,28 6,23 6,23 6,21 6,20 6,18 6,16 6,15 6,15 6,12 6,10 6,09 5,97 5,78 5,71
58 59 60
Pemko Ternate
5,65 5,23 4,43
Pemko Lubuklinggau Pemko Jayapura
Penjelasan terkait 3 sub-indikator dari Sistem Administrasi disampaikan pada bagian berikut.
A. Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Daerah Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat tidak jelas dalam prosedur (6%), kesulitan efektivitas prosedur pengurusan layanan, dan tidak jelas dalam persyaratan (6%), syarat, biaya, dan waktu pengurusan kelambatan dan tidak jelas dalam waktu layanan. Berdasarkan hasil survei, terdapat (15%), serta mahal dan tidak jelasnya biaya responden yang menyatakan kesulitan dan (7%). (Gambar 5.24)
124
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
69%
65%
63%
33%
31%
28% 16%
Prosedur
Persyaratan
Tidak jelas
Tepat waktu
Lebih cepat
2% Lambat
Tidak jelas
Mudah
3%
Waktu
5% Wajar
5% Wajar
Tidak jelas
Mudah
Wajar
1%
Sulit
5% Sulit
Tidak jelas
1%
Mahal
12%
Murah
61%
Biaya
Gambar 5.24 Kepraktisan SOP di Layanan Publik Tingkat Daerah
B. Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, menjadi penting dan sangat membantu persyaratan, biaya, dan ketidaktepatan pengguna layanan saat mengurus layanan. waktu dalam pengurusan layanan, maka Tingkat keterbukaan informasi layanan
Biaya
Waktu
Persyaratan
Prosedur
ketersediaan informasi di setiap unit layanan dijelaskan pada Gambar 5.25. Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas Dijelaskan petugas hanya jika ditanya Dijelaskan petugas tanpa ditanya Diumumkan terbuka Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
7% 19% 21% 42% 11% 5% 21% 23% 41% 10% 6% 6% 18% 21% 45% 10% 15% 22% 18% 33% 12%
Gambar 5.25 Keterbukaan Informasi di Layanan Publik Tingkat Daerah
125
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
Gambar
5.25
menunjukkan
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
tingkat informasi terkait prosedur (7%), persyaratan
keterbukaan informasi unit layanan di (5%), waktu (6%), dan biaya (15%). Hal lain tingkat daerah berdasarkan informasi adalah petugas baru menjelaskan hanya prosedur, persyaratan, waktu, dan biaya jika ditanya oleh pengguna layanan tentang layanan. Yang harus menjadi perhatian prosedur (19%), persyaratan (21%), waktu adalah masih adanya unit layanan yang tidak (18%), dan biaya (22%). transparan
mengumumkan/menjelaskan
C. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Pemanfaatan teknologi informasi juga menggunakan teknologi informasi adalah menjadi dasar pengukuran dalam sistem untuk memproses layanan, seperti nomor administrasi. Hanya 12% pengguna layanan antrean, memasukkan/entry biodata, dan yang menjawab pernah menggunakan lain-lain (49,9%). Hal ini seperti ditunjukkan teknologi informasi saat pengurusan oleh Gambar 5.26. layanan. Tujuan utama pengguna layanan
Untuk memproses layanan (nomor antrean, entry biodata, dsb.) Tidak pernah 88%
PERNAH Pernah 12%
49,9%
Untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus Untuk mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan
38,8%
11,3%
Gambar 5.26 Pengalaman Memanfaatkan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Daerah
Adapun pengguna layanan yang mengaku informasi (36,3%). Pada 5 unit layanan tidak pernah memanfaatkan teknologi dengan
nilai
pemanfaatan
teknologi
informasi, beralasan karena merasa tidak rendah, semua pengguna layanan di unit memerlukannya (46,6%) dan sebagian layanan tersebut mengaku tidak pernah lainnya menyatakan bahwa di unit layanan memanfaatkan daerah tersebut tidak tersedia teknologi (Gambar 5.27)
126
teknologi
informasi.
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
Tidak pernah karena tidak memerlukan
46,6%
Tidak pernah karena tidak ada teknologi informasi
36,3%
Tidak pernah karena tidak tahu cara penggunaannya
4,2%
Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi
1,2%
Pernah
11,7%
20%
0%
NILAI TINGGI
SIUP - Pemko Gorontalo
60%
3
SIUP - Pemko Yogyakarta
17
SIUP - Pemko Tanjungpinang
17
80%
100%
87 70
30
PBJ - Pemko Banjarbaru
PBJ - Pemko Mataram
NILAI RENDAH
10
40%
77
6 83 53
47
Puskesmas - Pemko Mataram
100
Puskesmas - Pemko Metro
100
Puskesmas - Pemko Palu
100
Puskesmas - Pemko Pekalongan
100
SIUP - Pemko Pekalongan
100
Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi Tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah dijelaskan Tidak pernah karena tidak memerlukan Tidak pernah karena tidak ada teknologi informasi Pernah
Gambar 5.27 Pemanfaatan Teknologi Informasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
5.3.3 PERILAKU INDIVIDU DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH Terjadinya gratifikasi pada unit layanan tidak terutama apabila berdasarkan pemberian hanya disebabkan oleh faktor kelembagaan, yang diterima dari pengguna layanan, tetapi ditentukan oleh individu-individu yang mendorong
pengguna
layanan
untuk
terlibat dalam proses layanan. Individu berasal memberikan uang tambahan pada petugas dari internal unit layanan, yaitu petugas yang tersebut agar mendapat perlakuan istimewa/ memberikan layanan, dan individu eksternal, semestinya dari petugas unit layanan. Tiga yaitu masyarakat pengguna unit layanan. sub-indikator penyusun indikator Perilaku Salah satu faktor yang berasal dari individu Individu (6,88), yaitu Keadilan dalam Layanan internal adalah sikap atau perlakuan petugas (7,48), Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi dalam memberikan pelayanan. Petugas yang (6,72), dan Perilaku Pengguna Layanan (6,14). cenderung membeda-bedakan pelayanan,
127
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
6,88
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Perilaku Individu
7,48
Keadilan dalam Layanan
6,72
Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi
6,14
Perilaku Pengguna Layanan
Gambar 5.28 Nilai Indikator Perilaku Individu dan Sub-Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Terdapat rentang yang cukup lebar di antara berkisar 5,18 pada Pemko Jayapura sampai nilai Perilaku Individu Tingkat Daerah, yaitu 7,93 pada Pemko Cilegon (Tabel 5.9). Tabel 5.9 Peringkat Nilai Indikator Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Daerah Tahun 2013 No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemko Cilegon Pemko Bitung Pemko Bogor Pemko Pekalongan Pemko Parepare Pemko Pematangsiantar Pemko Gorontalo Pemko Banjarmasin Pemko Samarinda Pemko Serang Pemko Bekasi Pemko Yogyakarta Pemko Surabaya DKI Jakarta Pemko Tanjungpinang Pemko Pangkalpinang Pemko Mataram Pemkab Banyumas Pemko Lhokseumawe Pemko Denpasar
7,93 7,83 7,80 7,74 7,72 7,72 7,67 7,67 7,62 7,52 7,42 7,38 7,35 7,35 7,35 7,33 7,28 7,26 7,24 7,23
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pemko Malang Pemkab Sidoarjo Pemko Banda Aceh Pemko Kediri Pemko Makassar Pemko Madiun Pemko Ambon Pemko Jambi Pemko Bandung Pemko Manado Pemko Kupang Pemko Bandar Lampung Pemko Depok Pemko Banjarbaru Pemko Pontianak Pemko Metro Pemko Dumai Pemko Surakarta Pemko Batam Pemko Palembang
7,20 7,15 7,09 7,07 7,05 7,03 7,03 7,02 6,98 6,93 6,92 6,90 6,88 6,85 6,84 6,83 6,78 6,77 6,76 6,68
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemerintah Daerah Pemko Semarang Pemko Binjai Pemko Ternate Pemko Balikpapan Pemkab Jember Pemko Cirebon Pemko Bima Pemkab Manokwari Pemko Tangerang Pemko Bukittinggi Pemko Palangkaraya Pemko Bengkulu Pemko Padang Pemko Pekanbaru Pemko Lubuklinggau Pemko Kendari Pemko Palu Pemko Medan Pemkab Mamuju Pemko Jayapura
Nilai 6,68 6,66 6,65 6,55 6,50 6,40 6,40 6,37 6,32 6,29 6,19 6,03 5,96 5,92 5,91 5,81 5,67 5,44 5,40 5,18
Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub-indikator penyusun indikator Perilaku Individu disampaikan pada bagian berikut.
A. Keadilan dalam Layanan di Layanan Publik Tingkat Daerah Keadilan dalam layanan didefinisikan hasil survei, terdapat 21,1% pengguna sebagai tindakan/sikap petugas unit layanan
publik
di
tingkat
daerah
layanan dalam memberikan pelayanan menyatakan bahwa petugas layanan tanpa
membeda-bedakan
perlakuan membedakan saat melayani masyarakat.
terhadap penguna layanan. Berdasarkan (Gambar 5.29)
128
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
20%
0%
60%
3 100
PBJ - Pemko Cilegon
100
SIUP - Pemko Tanjungpinang
100 100
SIUP - Pemko Samarinda 36
PBJ - Pemko Palangkaraya
78,9%
Puskesmas - Pemko Jayapura
57
33
39
10
PBJ - Pemko Jayapura Tidak membedakan
7 21
41
38
SIUP - Pemko Jayapura Puskesmas - Pemkab Manokwari
NILAI TINGGI
Puskesmas - Pemko Banjarbaru
19,7%
100%
97
PBJ - Pemko Pematangsiantar
1,4%
80%
28
90 29
57 Ya, kadang-kadang
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
14 Ya, selalu
Gambar 5.29 Perbedaan Perlakuan Petugas di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada layanan SIUP Pemko Jayapura, Manokwari, PBJ Pemko Jayapura, PBJ Pemko layanan Kesehatan Dasar Puskesmas Pemko Palangkaraya, Kesehatan Dasar Puskesmas Jayapura, layanan PBJ Pemko Jayapura, Pemko Jayapura, dan SIUP Pemko Jayapura, dan PBJ Pemko Palangkaraya, sekitar 7–28 sekitar 39–90 persen pengguna layanan persen pengguna layanannya mengaku merasakan kadang-kadang ada perbedaan selalu mendapat perlakuan yang berbeda perlakuan dari petugas layanan kepada dari petugas. Sementara itu, pada unit mereka. layanan Kesehatan Dasar Puskesmas Pemko
B. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Perilaku petugas layanan lainnya yang juga terjadi salah satunya karena petugas berpengaruh terhadap integritas layanan memintanya. Gambar berikut menjelaskan adalah
ekspektasi
petugas
terhadap cara petugas meminta uang tambahan
gratifikasi. Artinya, petugas layanan melalui kepada pengguna layanan. Dari 11% sinyal-sinyal
tertentu,
baik
langsung responden yang mengaku memberikan
maupun tidak langsung, mengharapkan gratifikasi kepada petugas, 6% di antaranya imbalan dari pengguna layanan. Hasil survei menjawab karena petugas layanan meminta menunjukkan bahwa 11% responden uang tambahan secara langsung, tetapi menjawab pemberian uang tambahan tidak terbuka. (Gambar 5.30)
129
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
3%
24% 65%
60%
Puskesmas - Pemko Bitung
100
Puskesmas - Pemko Surabaya
100
Puskesmas - Pemko Banjarbaru
100
Puskesmas - Pemko Cilegon
100
Puskesmas - Pemko Manado
100
PBJ - Pemko Jayapura SIUP - Pemko Padang
42
24 10
80%
SIUP - Pemko Medan
27
20
3 27
13
17
Tidak ada yang berinisiatif Langsung tidak terbuka
27
13
33
10
12
5
70
PBJ - Pemko Palangkaraya
17
10
7
63
PBJ - Pemko Palu
100%
NILAI TINGGI
2% 6%
40%
NILAI RENDAH
20%
0% INSTANSI TINGKAT DAERAH
43
Inisiatif pengguna layanan Langsung terbuka
Melalui pihak lain
Gambar 5.30 Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
Pada 5 unit layanan dengan nilai rendah, dominan, namun cara lain seperti secara terlihat bahwa cara petugas meminta dan langsung tetapi tidak terbuka dan meminta menerima uang tambahan cukup bervariasi. melalui pihak lain juga dilakukan di unit Pada layanan SIUP Pemko Medan misalnya, layanan ini. permintaan secara langsung terbuka terlihat
C. Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Daerah Inisiatif adanya uang tambahan dalam pengguna layanan mengaku merekalah layanan publik bukan semata-mata dari yang
berinisiatif
memberikan
uang
petugas layanan, namun pengguna layanan tambahan kepada petugas saat mengurus juga berperan dalam suburnya praktik layanan. (Gambar 5.31) gratifikasi. Data menunjukkan bahwa 18%
18% 10%
65%
Puskesmas - Pemko Surabaya
100
Puskesmas - Pemko Banjarbaru
100
Puskesmas - Pemko Cilegon
100
Puskesmas - Pemko Manado
100
PBJ - Pemko Dumai
13
20
PBJ - Pemko Palu 23
SIUP - Pemko Medan Inisiatif pengguna sendiri
7
30 43
67 10
100%
17
40 24
PBJ - Pemko Metro
80%
50
30
PBJ - Pemko Pekanbaru
Sinyal dari petugas
60% 100
NILAI TINGGI
7%
40%
Puskesmas - Pemko Bitung
10 7
63 Petugas yang berinisiatif
13
13
NILAI RENDAH
20%
0% INSTANSI TINGKAT DAERAH
20 Tidak ada yang berinisiatif
Gambar 5.31 Perilaku Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
130
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
5.3.4 PENCEGAHAN KORUPSI DI LAYANAN PUBLIK TINGKAT DAERAH Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan mengatasi masalah gratifikasi dalam layanan mekanisme pengaduan pengguna layanan publik adalah dengan melakukan tindakan yang dilakukan oleh unit layanan sebagaimana pencegahan. Upaya tersebut salah satunya dapat dilihat pada Gambar 5.32. 4,09
Pencegahan Korupsi
4,01
Tingkat Upaya Anti-Korupsi
4,33
Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Keterangan: Nilai di bawah 6 (di bawah standar minimum integritas)
Gambar 5.32 Nilai Indikator Pencegahan Korupsi dan Sub Indikator Penyusunnya di Layanan Publik Tingkat Daerah
Dibanding dengan indikator lainnya, indikator Pengaduan Masyarakat (4,33) masih harus Pencegahan Korupsi di layanan publik daerah terus dibenahi untuk mewujudkan upaya memiliki nilai yang paling rendah (4,09). Tingkat pencegahan korupsi pada layanan publik di Upaya Anti-Korupsi (4,01) dan Mekanisme daerah. Tabel 5.10 Peringkat Nilai Indikator Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah Tahun 2013 No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
No.
Pemerintah Daerah
Nilai
1
Pemko Parepare
7,06
21
Pemko Palembang
4,65
41
Pemko Ambon
3,34
2
Pemko Surabaya
6,32
22
Pemko Manado
4,60
42
Pemko Serang
3,31
3
Pemko Jayapura
6,12
23
Pemko Padang
4,53
43
Pemko Pangkalpinang
3,25
4
Pemko Bitung
6,05
24
DKI Jakarta
4,50
44
Pemko Kediri
3,19
5
Pemko Tanjungpinang
5,77
25
Pemko Bekasi
4,40
45
Pemko Pekalongan
3,17
6
Pemko Denpasar
5,69
26
Pemko Bogor
4,35
46
Pemko Dumai
3,15
7
Pemko Yogyakarta
5,15
27
Pemko Balikpapan
4,34
47
Pemko Madiun
3,10
8
Pemko Surakarta
5,07
28
Pemko Metro
4,31
48
Pemko Palangkaraya
3,09
9
Pemko Samarinda
5,02
29
Pemko Cilegon
4,28
49
Pemko Banjarmasin
3,09
10
Pemko Pematangsiantar
5,01
30
Pemko Kupang
4,18
50
Pemkab Sidoarjo
2,95
11
Pemko Tangerang
4,87
31
Pemkab Jember
3,91
51
Pemko Cirebon
2,89
12
Pemko Kendari
4,86
32
Pemko Makassar
3,84
52
Pemko Malang
2,87
13
Pemko Gorontalo
4,83
33
Pemko Pekanbaru
3,75
53
Pemkab Banyumas
2,67
14
Pemko Mataram
4,81
34
Pemko Binjai
3,65
54
Pemko Jambi
2,41
15
Pemko Batam
4,75
35
Pemko Lubuklinggau
3,56
55
Pemko Bengkulu
2,30
16
Pemko Bandung
4,73
36
Pemko Medan
3,51
56
Pemkab Manokwari
2,27
17
Pemko Semarang
4,68
37
Pemko Ternate
3,50
57
Pemko Palu
2,12
18
Pemko Bukittinggi
4,68
38
Pemko Banjarbaru
3,50
58
Pemko Bima
1,83
19
Pemko Depok
4,65
39
Pemko Bandar Lampung
3,49
59
Pemko Lhokseumawe
1,73
20
Pemko Pontianak
4,65
40
Pemko Banda Aceh
3,40
60
Pemkab Mamuju
1,46
131
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Tabel 5.10 menjelaskan bahwa hanya 4 Mamuju, Pemko Lhokseumawe, dan Pemko Pemerintah Daerah yang memiliki nilai Bima nilainya di bawah 2,00. Penjelasan lebih Pencegahan Korupsi di atas standar minimal lanjut mengenai 2 sub-indikator penyusun yang ditetapkan KPK. Sementara itu, 56 yang indikator Pencegahan Korupsi dijelaskan lain berada di bawah standar minimal, bahkan dalam bagian berikut. terdapat 3 Pemerintah Daerah, yaitu Pemkab
A. Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah Program kampanye antikorupsi di unit dengan nilai Tingkat Upaya Anti-Korupsi layanan saat ini masih rendah. Sebanyak rendah, program kampanye antikorupsi 47% pengguna layanan menyatakan tidak dinyatakan tidak ada oleh semua penerima melihat adanya media/kegiatan antikorupsi. layanannya. Dari bentuk kampanye yang Bagi pengguna layanan yang melihat ada dijumpai, media/kegiatan
antikorupsi,
stiker/poster/spanduk
adalah
umumnya bentuk kampanye/media antikorupsi yang
menyatakan bahwa hanya satu media/ lebih banyak dilihat oleh pengguna layanan kegiatan antikorupsi yang terlihat pada unit publik di tingkat daerah. (Gambar 5.34) layanan tersebut. Dari 5 Pemerintah Daerah
36%
16% 1%
Tidak ada kegiatan/media
100%
97
3
SIUP - Pemko Tanjungpinang
7
PBJ - Pemko Jayapura
8
SIUP - Pemko Parepare
47%
80% 43
57
PBJ - Pemko Pematangsiantar PBJ - Pemko Parepare
60%
86
8
84 13
87
SIUP - Pemko Pekalongan
100
Puskesmas - Pemkab Sidoarjo
100
Puskesmas - Pemkab Mamuju
100
SIUP - Pemkab Mamuju
100
PBJ - Pemkab Mamuju
100
1 kegiatan/media
7
2â&#x20AC;&#x201C;5 kegiatan/media
NILAI RENDAH
INSTANSI TINGKAT DAERAH
40%
NILAI TINGGI
20%
0%
> 5 kegiatan/media
Gambar 5.33 Tingkat Upaya Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
132
5. INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK TINGKAT DAERAH
48,4%
Stiker/poster/spanduk/standing banner 12,5%
Petugas memakai atribut (pin, baju, topi, dll.) Terdapat buku/modul/komik antikorupsi
7,1%
Kegiatan workshop/seminar petugas
6,9%
Pemutaran video/film/iklan
6,2%
Kegiatan workshop/seminar masyarakat
5,7%
Gambar 5.34 Bentuk Kampanye/Media Anti-Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah
B. Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Daerah Selain kampanye antikorupsi, faktor lain Pengaduan masyarakat merupakan salah yang menjadi ukuran layanan publik telah satu cara mengontrol unit layanan. Dari melaksanakan pencegahan korupsi adalah pengaduan yang masuk, diharapkan unit adanya mekanisme pengaduan masyarakat. layanan dapat melakukan pembenahan Sub-indikator ini menunjukkan respons yang pada akhirnya meningkatkan kualitas petugas unit layanan terhadap pengaduan layanan. oleh
masyarakat. 44,4%
42,7%
8,5% Tidak ada media pengaduan
Satu media pengaduan
20%
3
73
SIUP - Pemko Bitung
3
70
PBJ - Pemko Semarang
16% 47%
SIUP - Pemko Yogyakarta
1%
40%
SIUP - Pemko Denpasar
10
Puskesmas - Pemko Gorontalo
36%
Lebih dari dua media pengaduan
Dua media pengaduan
0%
INSTANSI TINGKAT DAERAH
4,4%
17
60%
100% 24 27 13
77 3
50
30
87
7
Puskesmas - Pemko Banjarbaru
100
Puskesmas - Pemko Manado
100
Puskesmas - Pemko Bima
100
SIUP - Pemko Pekalongan
100
Puskesmas - Pemkab Manokwari
100
Tidak ada media pengaduan
80%
Sulit
NILAI TINGGI
disampaikan
Mudah
6
NILAI RENDAH
yang
Sangat mudah
Gambar 5.35 Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Layanan Publik Tingkat Daerah pada Sebagian Instansi dengan Nilai Tinggi dan Nilai Rendah
133
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Keberadaan media pengaduan di unit menindaklanjuti pengaduan yang masuk. layanan diakui oleh sekitar 53% pengguna Berdasarkan pengalaman responden, dari layanan, dan 17%-nya menyatakan bahwa 13% yang pernah mengadu terdapat 44% media pengaduan tersebut mudah (16%) dan yang menyatakan bahwa pengaduan mereka sangat mudah (1%) untuk diakses. Namun, tidak ditanggapi dan ditindaklanjuti, tetapi kemudahan aksesibilitas media pengaduan hanya ditampung bahkan diabaikan atau tersebut akan efektif apabila petugas ditolak. (Gambar 5.36) 41% 34%
Tidak pernah 87%
Pernah 13%
15%
PERNAH
8% 2%
Pengaduan ditanggapi
Pengaduan ditampung
Pengaduan ditindaklanjuti
Pengaduan diabaikan
Pengaduan ditolak
Gambar 5.36 Tindak Lanjut/Respons Petugas dari Pengaduan yang Disampaikan oleh Pengguna Layanan di Layanan Publik Tingkat Daerah
Upaya menaikkan nilai potensi integritas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menunjukkan keseriusan unit layanan perannya sebagai trigger mechanism sangat dan Pemerintah Daerah di sektor layanan mendorong upaya-upaya pemberantasan publik dalam memerangi korupsi secara korupsi melalui perbaikan layanan publik. komprehensif di luar upaya penindakan Potret kondisi aktual pelayanan publik yang dilakukan. Semakin intensif usaha- terkait dengan transparansi, suap, pungutan usaha dilakukan untuk meningkatkan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku potensi integritas, maka semakin efektif individu, lingkungan kerja, dan upayapula upaya pemberantasan korupsi bisa upaya pencegahan korupsi ini dilakukan dilakukan di unit layanan dan Pemerintah juga dalam upaya meningkatkan efektivitas Daerah yang bersangkutan.
pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
134
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
I
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
ndeks Integritas Nasional pada tahun 2013 adalah 6,80, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,37. Namun, unit layanan tetap perlu secara terus-menerus melakukan
perbaikan dan berorientasi pada peningkatan integritas layanan yang diberikan kepada pengguna layanan. Simpulan dan rekomendasi kepada pimpinan unit layanan berdasarkan Survei Integritas Sektor Publik yang dilakukan KPK adalah sebagai berikut: Kesimpulan Indeks Integritas Sektor Publik di Indonesia tahun 2013 adalah 6,80.
Hasil Survei Rata-rata Indeks Integritas Sektor Publik: t Indeks Integritas Nasional (IIN): 6,80 t Indeks Integritas Pusat (IIP): 7,37 t Indeks Integritas Vertikal (IIV): 6,71 t Indeks Integritas Daerah (IID): 6,82
Rekomendasi Instansi di tingkat Pusat, Vertikal, dan Daerah yang membawahkan unit layanan publik melakukan peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat dengan memperhatikan komponen penyusun integritas, yaitu Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas. 1. Pengalaman Korupsi Unit layanan perlu melakukan sosialisasi besaran biaya resmi/sesuai dengan peraturan yang berlaku, melarang petugas dan pengguna layanan meminta dan memberikan biaya tambahan di luar biaya resmi, serta menerapkan sanksi tegas kepada petugas layanan yang menerima atau meminta imbalan/tips/biaya tambahan dalam melayani masyarakat pengguna layanan. 2. Cara Pandang Terhadap Korupsi Pimpinan unit layanan/instansi harus menanamkan dan mempraktikkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat serta melakukan sosialisasi antikorupsi kepada petugas layanan dan pengguna layanan. 3. Lingkungan Kerja Unit layanan harus menciptakan suasana, desain, dan layout ruangan yang memungkinkan tidak terjadi kontak antara petugas dan pengguna layanan. Jikalau harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang sehingga jika terjadi pemberian suap dapat segera terlihat. Unit layanan perlu menyediakan fasilitas yang memadai dan menciptakan suasana lingkungan kerja yang nyaman, tenang, rapi, dan tahapan yang teratur untuk meminimalkan penggunaan calo. 4. Sistem Administrasi Unit layanan/instansi harus melakukan perbaikan sistem administrasi dan mengevaluasinya secara berkala dan menciptakan mekanisme yang dapat memastikan bahwa seluruh perangkat yang berupa SOP/sistem/aturan maupun fasilitas yang telah ada dijalankan oleh petugas layanan dan dimanfaatkan oleh pengguna layanan. SOP/sistem/aturan mengenai prosedur, waktu, dan biaya harus dapat diketahui/diumumkan kepada pengguna layanan sehingga mempermudah pengguna layanan saat mengurus layanan.
136
6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Hasil Survei
Rekomendasi 5. Perilaku Individu Unit layanan/instansi memastikan bahwa terdapat keadilan dalam layanan dan tidak ada perbedaan perlakuan petugas dalam memberi layanan sehingga memicu pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan, salah satunya dengan cara menerapkan sistem antrean. Unit layanan memastikan petugas siap melayani , berpenampilan rapi dan sopan, serta menguasai tugas dan tanggung jawabnya. 6. Pencegahan Korupsi Unit layanan/instansi meningkatkan kegiatan kampanye antikorupsi yang efektif kepada petugas dan pengguna layanan serta menyediakan sarana pengaduan yang mudah diakses. Setiap pengaduan yang masuk ditindaklanjuti oleh petugas dan disampaikan hasilnya kepada pengadu. Sosialisasi kepada pengguna layanan terhadap upaya pencegahan yang dilakukan menjadi bagian penting yang harus ditindaklanjuti.
Nilai Pengalaman Integritas Sektor Publik di Indonesia tahun 2013 adalah 7,19.
Nilai Pengalaman Integritas Sektor Publik: t Tingkat Nasional: 7,19 t Tingkat Pusat: 7,61 t Tingkat Vertikal: 7,10 t Tingkat Daerah: 7,23
Perlu dilakukan perbaikan pada: 1.
Jumlah/Besaran Gratifikasi Unit layanan perlu melakukan sosialisasi besaran biaya resmi/sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan mengumumkan daftar biaya pengurusan layanan di loket/unit layanan yang dapat dengan mudah diakses pengguna layanan. Petugas layanan dapat menjelaskan besaran dan dasar perhitungan/rincian biaya layanan.
2. Arti Pemberian Gratifikasi Pimpinan unit layanan/instansi harus menanamkan dan mempraktikkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat serta melakukan sosialisasi dalam kurun waktu tertentu untuk mengingatkan kepada petugas layanan dan pengguna layanan tentang arti pemberian gratifikasi. Nilai Potensi Integritas Sektor Publik di Indonesia tahun 2013 adalah 6,02.
Nilai Potensi Integritas Sektor Publik: t Tingkat Nasional: 6,02 t Tingkat Pusat: 6,91 t Tingkat Vertikal: 5,91 t Tingkat Daerah: 6,00
Perlu dilakukan perbaikan pada: 1. Pemanfaatan Teknologi Informasi Unit layanan/instansi menyediakan fasilitas berbasis IT untuk memudahkan pengguna layanan dalam mengakses data, jenis layanan, dan berbagai informasi seputar layanan (biaya, waktu, prosedur, dan alur) serta informasi yang berkaitan dengan pengurusan layanan. Unit layanan/instansi menggunakan sistem antrean untuk memberi keadilan bagi pengguna layanan yang datang lebih dulu ke lokasi layanan. 2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Instansi perlu membangun mekanisme reward dan punishment terhadap kinerja petugas unit layanan, misalnya memberikan sanksi bagi petugas layanan yang meminta imbalan dan menerima suap.
137
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
Kesimpulan
Hasil Survei
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Rekomendasi 3. Perilaku Pengguna Layanan Pimpinan unit layanan/instansi menanamkan kepada petugas dan mempraktikkan bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat, melakukan sosialisasi kepada pengguna layanan untuk tidak melakukan pemberian imbalan/tips/biaya tambahan kepada petugas. 4. Tingkat Upaya Antikorupsi Melakukan sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan dengan cara menempelkan stiker/poster/spanduk/ antikorupsi di area sekitar loket pelayanan, menyebarkan buku/modul tentang antikorupsi, memutar video/film/iklan antikorupsi di monitor di sekitar unit layanan, mengadakan workshop/seminar tentang antikorupsi kepada petugas dan melibatkan masyarakat secara aktif atau dengan cara lain yang dianggap efektif oleh unit layanan. 5. Mekanisme Pengaduan Masyarakat Menyediakan fasilitas/media pengaduan yang mudah diakses oleh masyarakat pengguna layanan (baik melalui kotak pengaduan, sms pengaduan, saluran [hotline] pengaduan, email, dan sebagainya), serta membuat mekanisme/alur penanganan yang ditempel di unit pengaduan layanan. Pengaduan tersebut harus direspons dan ditindaklanjuti oleh petugas dan disampaikan hasilnya kepada pengadu.
138
LAMPIRAN
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
Lampiran 1
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
No.
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Parepare
7,83
7,46
7,71
2
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,95
7,17
7,69
3
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
7,85
7,23
7,64
4
Pemko Surabaya
7,93
6,98
7,61
5
RS Fatmawati
7,99
6,77
7,58
6
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,80
7,11
7,57
7
Pemko Bitung
7,66
7,29
7,54
8
Pemko Tanjungpinang
7,87
6,77
7,50
9
Pemko Gorontalo
7,89
6,70
7,49
10
Kementerian Pertanian
7,71
7,03
7,49
11
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7,85
6,69
7,46
12
RS Cipto Mangunkusumo
7,79
6,75
7,45
13
Kementerian Kesehatan
7,75
6,73
7,41
14
Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,58
7,07
7,41
15
Pemko Pematangsiantar
7,79
6,63
7,41
16
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,57
7,06
7,40
17
Kementerian Keuangan
7,64
6,86
7,38
18
Pemko Mataram
7,75
6,56
7,36
19
Kementerian Perindustrian
7,49
6,99
7,32
20
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,60
6,73
7,31
21
Pemko Denpasar
7,67
6,56
7,30
22
Pemko Bogor
7,66
6,54
7,29
23
Kementerian Perdagangan
7,42
6,99
7,28
24
Pemko Yogyakarta
7,56
6,71
7,28
25
Pemko Samarinda
7,62
6,57
7,27
26
Kementerian Luar Negeri
7,52
6,70
7,24
27
Kementerian Perhubungan
7,30
7,09
7,23
28
Pemko Cilegon
7,64
6,34
7,20
29
Pemkab Sidoarjo
7,90
5,79
7,20
30
Pemko Pekalongan
7,73
6,08
7,18
31
Kementerian Kehutanan
7,60
6,32
7,17
32
Pemko Lhokseumawe
7,95
5,47
7,13
33
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,24
6,88
7,12
34
DKI Jakarta
7,47
6,36
7,10
35
Mahkamah Agung
7,62
6,06
7,10
36
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,41
6,45
7,09
37
Pemko Pangkalpinang
7,56
6,02
7,05
38
Pemko Bandung
7,39
6,26
7,01
39
Pemko Makassar
7,51
5,99
7,00
40
Pemko Kupang
7,43
6,14
7,00
41
Pemko Serang
7,51
5,96
6,99
140
LAMPIRAN
No.
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
42
Pemko Padang
7,60
5,77
6,99
43
Kementerian Hukum dan HAM
7,40
6.17
6,99
44
Pemko Bekasi
7,27
6,36
6,97
45
Pemko Banjarmasin
7,38
6,05
6,94
46
Pemko Banda Aceh
7,46
5,86
6,93
47
Pemko Jambi
7,57
5,55
6,90
48
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6,96
6,73
6,88
49
Pemko Bukittinggi
7,31
5,88
6,83
50
Pemko Depok
7,19
6,08
6,82
51
Pemko Madiun
7,38
5,68
6,81
52
Pemko Metro
7,19
6,00
6,79
53
Pemko Manado
6,96
6,34
6,75
54
Pemko Batam
7,04
6,14
6,74
55
Pemko Binjai
7,19
5,79
6,73
56
Pemko Cirebon
7,39
5,39
6,72
57
Pemko Palembang
7,04
6,06
6,72
58
Pemkab Banyumas
7,18
5,76
6,70
59
Pemko Ambon
7,09
5,84
6,67
60
Pemko Medan
7,32
5,30
6,65
61
Kepolisian Republik Indonesia
6,99
5,90
6,63
62
Pemko Malang
7,06
5,76
6,63
63
Pemko Tangerang
6,88
6,05
6,60
64
Pemko Kendari
6,96
5,85
6,59
65
Pemko Dumai
7,03
5,70
6,59
66
Pemkab Mamuju
7,66
4,42
6,58
67
Pemko Pontianak
6,83
6,08
6,58
68
Kementerian Agama
7,03
5,55
6,54
69
Pemko Kediri
6,89
5,82
6,53
70
Pemkab Manokwari
7,12
5,26
6,50
71
Pemko Lubuklinggau
7,15
5,12
6,47
72
Pemko Ternate
6,95
5,51
6,47
73
Pemko Surakarta
6,46
6,31
6,41
74
Pemko Banjarbaru
6,62
5,95
6,40
75
Pemko Bandar Lampung
6,75
5,64
6,38
76
Badan Pertanahan Nasional
6,67
5,72
6,36
77
Pemkab Jember
6,58
5,76
6,31
78
Pemko Semarang
6,39
6,10
6,29
79
Pemko Balikpapan
6,31
5,96
6,19
80
Pemko Palu
6,80
4,88
6,16
81
Pemko Bima
6,77
4,74
6,10
82
Pemko Pekanbaru
6,34
5,46
6,05
83
Pemko Bengkulu
6,51
5,09
6,04
84
Pemko Palangkaraya
6,28
5,35
5,97
85
Pemko Jayapura
5,80
5,36
5,66
141
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
Lampiran 2
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
1
Parepare
Pemko Parepare
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,09
7,59
7,92
2
Pematangsiantar
Pemko Pematangsiantar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,89
7,75
7,84
3
Parepare
Pemko Parepare
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,67
7,84
4
Gorontalo
Pemko Gorontalo
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,15
7,03
7,78
5
Jakarta
Kementerian Perindustrian
LS Pro Pustan SNI
8,00
7,31
7,77
6
Tanjungpinang
Pemko Tanjungpinang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7.86
7,58
7,77
7
Manado
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,98
7,34
7,77
8
Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Pengadaan Barang dan Jasa
8,01
7,26
7,76
9
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
8,05
7,11
7,74
10
Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Jasa Pengolahan Limbah B3
7,91
7,36
7,73
11
Surabaya
Pemko Surabaya
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,04
7,07
7,72
12
Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
8,08
6,99
7,72
13
Samarinda
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,01
7,04
7,69
14
Banjarbaru
Pemko Banjarbaru
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,10
6,81
7,67
15
Gorontalo
Pemko Gorontalo
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,90
7,17
7,66
16
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,08
6,81
7,65
17
Bitung
Pemko Bitung
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,65
7,63
7,64
18
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
8,00
6,92
7,64
19
Jakarta
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Pengadaan Barang dan Jasa
7,91
7,09
7,64
20
Jakarta
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,07
7,63
21
Jakarta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,05
7,63
22
Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,85
7,15
7,62
23
Samarinda
Pemko Samarinda
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,88
7,09
7,61
24
Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Pendaftaran Izin Edar Makanan
7,90
7,01
7,60
25
Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
8,06
6,69
7,60
26
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,05
6,70
7,60
27
Surabaya
Pemko Surabaya
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,04
6,71
7,60
28
Pontianak
Pemko Pontianak
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,11
6,55
7,59
29
Mataram
Pemko Mataram
Pengadaan Barang dan Jasa
7,71
7,35
7,59
30
Jakarta
RS Fatmawati
Rawat Inap Non-Jaminan
7,99
6,79
7,59
31
Bitung
Pemko Bitung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,73
7,30
7,58
32
Kendari
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,07
6,59
7,58
33
Denpasar
Pemko Denpasar
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,05
6,64
7,58
34
Jakarta
RS Fatmawati
Pengadaan Barang dan Jasa
7,99
6,74
7,57
35
Jakarta
Kementerian Pertanian
Pengadaan Barang dan Jasa
7,83
7,04
7,57
36
Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,75
7,19
7,56
37
Jakarta
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,72
7,25
7,56
38
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,88
6,92
7,56
39
Gorontalo
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,85
6,95
7,55
40
Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Pengadaan Barang dan Jasa
7,79
7,07
7,55
142
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
41
Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,95
6,74
7,55
42
Denpasar
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,06
6,50
7,54
43
Bogor
Pemko Bogor
Pengadaan Barang dan Jasa
7,76
7,08
7,54
44
Manado
Pemko Manado
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,06
6,45
7,53
45
Jakarta
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Izin Usaha
7,69
7,15
7,51
46
Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
7,13
7,50
47
Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,92
6,65
7,50
48
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,84
6,79
7,49
49
Manado
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,81
6,83
7,49
50
Jakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Bantuan Penelitian
8,00
6,45
7,49
51
Bandar Lampung
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,00
6,45
7,48
52
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,77
6,91
7,48
53
Jakarta
Kementerian Perdagangan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,75
6,93
7,48
54
Jakarta
RS Cipto Mangunkusumo
Pengadaan Barang dan Jasa
7,74
6,91
7,46
55
Jakarta
Kementerian Luar Negeri
Pengadaan Barang dan Jasa
7,82
6,75
7,46
56
Binjai
Pemko Binjai
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
6,39
7,45
57
Serang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,73
6,90
7,45
58
Jakarta
Kementerian Keuangan
Administrasi Sengketa Pajak
7,77
6,80
7,45
59
Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,84
6,67
7,45
60
Jakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,70
6,93
7,44
61
Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,89
6,53
7,44
62
Jakarta
Kementerian Kesehatan
Izin Edar Alat Kesehatan
7,67
6,96
7,44
63
Manokwari
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,19
5,92
7,43
64
Manokwari
Pemkab Manokwari
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,18
5,94
7,43
65
Jakarta
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Pengadaan Barang dan Jasa
7,68
6,93
7,43
66
Cilegon
Pemko Cilegon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,88
6,52
7,42
67
Sidoarjo
Pemkab Sidoarjo
Pengadaan Barang dan Jasa
8,09
6,06
7,41
68
Surabaya
Pemko Surabaya
Pengadaan Barang dan Jasa
7,70
6,78
7,40
69
Tanjungpinang
Pemko Tanjungpinang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,85
6,47
7,39
70
Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,73
6,68
7,38
71
Jakarta
Kementerian Kesehatan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,83
6,47
7,38
72
Yogyakarta
Pemko Yogyakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
7,57
6,98
7,37
73
Jakarta
RS Cipto Mangunkusumo
Rawat Inap Non-Jaminan
7,85
6,41
7,37
74
Jakarta
Kementerian Pertanian
Rekomendasi Izin Impor Beras Tertentu
7,56
6,99
7,37
75
Makassar
Pemko Makassar
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,03
6,03
7,36
76
Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,72
6,62
7,36
77
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
8,14
5,79
7,36
78
Ternate
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,79
6,47
7,35
79
Ternate
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,80
6,43
7,35
80
Jakarta
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pengadaan Barang dan Jasa
7,59
6,81
7,33
81
Bekasi
Pemko Bekasi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,48
7,04
7,33
82
Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,79
6,40
7,33
83
Jakarta
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surat Keterangan Terdaftar
7,52
6,96
7,33
143
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
84
Pekalongan
Pemko Pekalongan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,45
7,08
7,33
85
Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,11
5,76
7,33
86
Samarinda
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,70
6,59
7,33
87
Surabaya
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,01
5,96
7,33
88
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,69
6,57
7,32
89
Jakarta
Kementerian Perhubungan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,57
6,82
7,32
90
Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,99
5,99
7,32
91
Parepare
Pemko Parepare
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,49
6,97
7,31
92
Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,84
6,25
7,31
93
Jakarta
Kementerian Keuangan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
6,91
7,31
94
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,61
6,67
7,29
95
Tanjungpinang
Pemko Tanjungpinang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,89
6,10
7,29
96
Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,72
6,43
7,29
97
Padang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,87
6,14
7,29
98
Denpasar
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,76
6,35
7,29
99
Kediri
Pemko Kediri
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,06
5,73
7,29
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Pengadaan Barang dan Jasa
7,68
6,50
7,29
100 Jakarta 101 Mataram
Pemko Mataram
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,11
5,63
7,29
102 Pangkalpinang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,88
6,10
7,28
103 Ambon
Pemko Ambon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
5,85
7,28
104 Bandar Lampung
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,77
6,29
7,28
105 Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,83
6,16
7,27
106 Binjai
Pemko Binjai
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,08
5,67
7,27
107 Jakarta
Kementerian Kehutanan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,65
6,47
7,26
108 Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,69
6,40
7,26
109 Yogyakarta
Pemko Yogyakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,44
6,86
7,25
110 Bandung
Pemko Bandung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,85
6,03
7,25
111 Padang
Pemko Padang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,67
6,37
7,24
112 Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,83
6,05
7,24
113 DKI Jakarta
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,49
6,73
7,24
114 Palu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,74
6,21
7,23
115 Denpasar
Pemko Denpasar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,59
6,49
7,22
116 Balikpapan
Pemko Balikpapan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,65
6,37
7,22
117 Kupang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,79
6,08
7,22
118 Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,66
6,34
7,22
119 Palu
Pemko Palu
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,05
5,56
7,22
120 Bitung
Pemko Bitung
Pengadaan Barang dan Jasa
7,61
6,42
7,21
121 Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
6,27
7,21
122 Pematangsiantar
Pemko Pematangsiantar
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,58
6,44
7,20
123 Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,64
6,32
7,20
124 Gorontalo
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,51
6,57
7,20
125 Padang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,79
6,00
7,20
126 Banda Aceh
Pemko Banda Aceh
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,72
6,14
7,19
144
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
127 Manado
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,71
6,15
7,19
128 Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,76
6,05
7,19
129 Manokwari
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
8,19
5,19
7,19
130 Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,68
6,20
7,19
131 Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,58
6,42
7,19
132 Jakarta
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pengujian Perangkat Telekomunikasi
7,30
6,94
7,18
133 Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,71
6,12
7,18
134 Pontianak
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,65
6,22
7,18
135 Yogyakarta
Pemko Yogyakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,68
6,18
7,18
136 Banda Aceh
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,68
6,16
7,18
137 Lhokseumawe
Pemko Lhokseumawe
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,96
5,60
7,18
138 Kediri
Pemko Kediri
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,89
5,75
7,18
139 Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,60
6,34
7,18
140 Ternate
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,66
6,19
7,17
141 Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,68
6,15
7,17
142 Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,24
7,03
7,17
143 Bogor
Pemko Bogor
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,75
6,02
7,17
144 Mataram
Pemko Mataram
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,43
6,63
7,16
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
7,28
6,92
7,16
146 Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,86
5,75
7,16
147 Sidoarjo
Pemkab Sidoarjo
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,08
5,32
7,16
148 Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,85
5,77
7,16
149 Medan
Pemko Medan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,60
6,25
7,15
150 Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,74
5,97
7,15
151 DKI Jakarta
DKI Jakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
7,38
6,69
7,15
152 Banda Aceh
Pemko Banda Aceh
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,90
5,63
7,15
153 Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,82
5,80
7,15
154 Ternate
Pemko Ternate
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,83
5,78
7,15
155 Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,63
6,16
7,14
156 Banjarmasin
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,63
6,16
7,14
157 Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,41
6,59
7,14
145
Jakarta
158 Tangerang
Pemko Tangerang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,94
5,54
7,14
159 Makassar
Pemko Makassar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,62
6,17
7,14
160 Serang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,65
6,10
7,14
161 Palu
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,79
5,83
7,14
162 Depok
Pemko Depok
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,57
6,26
7,14
163 Mamuju
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,81
5,77
7,13
164 Kupang
Pemko Kupang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,45
6,49
7,13
165 Bogor
Pemko Bogor
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,48
6,43
7,13
166 Mataram
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,56
6,27
7,13
167 Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,42
6,55
7,13
168 Pematangsiantar
Pemko Pematangsiantar
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,91
5,55
7,13
145
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
169 Denpasar
Pemko Denpasar
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,37
6,62
7,12
170 Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,85
5,65
7,12
171 Yogyakarta
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,39
6,58
7,12
172 Lhokseumawe
Pemko Lhokseumawe
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,03
5,30
7,12
173 Kupang
Pemko Kupang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
5,37
7,11
174 Serang
Pemko Serang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,98
5,38
7,11
175 Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,50
6,32
7,11
176 Jember
Pemkab Jember
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,72
5,86
7,10
177 Samarinda
Pemko Samarinda
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,44
6,42
7,10
178 Cilegon
Pemko Cilegon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,66
5,98
7,10
179 Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,88
5,54
7,10
180 Gorontalo
Pemko Gorontalo
Pengadaan Barang dan Jasa
7,60
6,08
7,10
181 Padang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,46
6,36
7,10
182 Pekalongan
Pemko Pekalongan
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,94
5,41
7,10
183 Samarinda
Pemko Samarinda
Pengadaan Barang dan Jasa
7,54
6,20
7,10
184 Metro
Pemko Metro
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,85
5,57
7,09
185 Pangkalpinang
Pemko Pangkalpinang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,64
6,00
7,09
186 Bandar Lampung
Pemko Bandar Lampung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,69
5,90
7,09
187 Cilegon
Pemko Cilegon
Pengadaan Barang dan Jasa
7,37
6,52
7,09
188 Banjarmasin
Pemko Banjarmasin
Pengadaan Barang dan Jasa
7,49
6,28
7,09
189 Jakarta
Kementerian Perdagangan
Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK)
7,14
6,99
7,09
190 Palu
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,13
5,01
7,09
191 Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,31
6,64
7,09
192 Pangkalpinang
Pemko Pangkalpinang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,60
6,04
7,08
193 DKI Jakarta
DKI Jakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,61
6,01
7,08
194 Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,90
5,43
7,08
195 Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,39
6,45
7,08
196 Pekanbaru
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,62
5,98
7,07
197 Lhokseumawe
Pemko Lhokseumawe
Pengadaan Barang dan Jasa
7,87
5,47
7,07
198 Malang
Pemko Malang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,65
5,91
7,07
199 DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,41
6,38
7,07
200 Padang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,30
6,60
7,06
201 Jakarta
Kementerian Luar Negeri
Izin Exit Permit
7,32
6,55
7,06
202 Jakarta
Kementerian Perhubungan
Izin Penyelenggara Angkutan Pariwisata
7,04
7,11
7,06
203 Bukittinggi
Pemko Bukittinggi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
6,16
7,06
204 Palembang
Pemko Palembang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,53
6,11
7,06
205 Jambi
Pemko Jambi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,88
5,42
7,06
206 Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,46
6,25
7,06
207 Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,67
5,82
7,06
208 Kendari
Pemko Kendari
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,30
6,57
7,06
209 Serang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,53
6,10
7,05
210 Dumai
Pemko Dumai
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,70
5,76
7,05
211 Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,76
5,65
7,05
146
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
212 Serang
Pemko Serang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,24
6,68
7,05
213 Makassar
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,59
5,98
7,05
214 Palangkaraya
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,71
5,71
7,05
215 Palu
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,15
4,83
7,04
216 DKI Jakarta
DKI Jakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,43
6,25
7,04
217 Ambon
Pemko Ambon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,44
6,22
7,03
218 Bekasi
Pemko Bekasi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,54
6,00
7,03
219 Pekanbaru
Pemko Pekanbaru
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,55
5,98
7,03
220 Dumai
Pemko Dumai
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,44
6,20
7,03
221 Palu
Pemko Palu
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,14
4,80
7,03
222 Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,31
6,43
7,02
223 Pekalongan
Pemko Pekalongan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,80
5,44
7,02
224 Surakarta
Pemko Surakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,40
6,20
7,00
225 Pontianak
Pemko Pontianak
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,52
5,95
7,00
226 Banjarmasin
Pemko Banjarmasin
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,64
5,71
7,00
227 Bandung
Pemko Bandung
Pengadaan Barang dan Jasa
7,43
6,12
6,99
228 Palu
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,77
5,44
6,99
229 Serang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,75
5,45
6,98
230 Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,41
6,11
6,98
231 Jambi
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,58
5,77
6,97
232 Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,82
5,27
6,97
233 Palangkaraya
Pemko Palangkaraya
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,62
5,68
6,97
234 Bima
Pemko Bima
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,70
5,52
6,97
235 Padang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,59
5,71
6,96
236 Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,64
5,61
6,96
237 Tanjungpinang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,49
5,88
6,95
238 Jambi
Pemko Jambi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,67
5,53
6,95
239 Ternate
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,38
6,09
6,95
240 Bukittinggi
Pemko Bukittinggi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,71
5,40
6,94
241 Ambon
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,77
5,27
6,94
242 Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,20
6,41
6,94
243 Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,37
6,09
6,94
244 Tanjungpinang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,64
5,52
6,93
245 Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,65
5,49
6,93
246 Pangkalpinang
Pemko Pangkalpinang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,45
5,89
6,93
247 Madiun
Pemko Madiun
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
5,77
6,92
248 Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,22
6,32
6,92
249 Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,48
5,80
6,92
250 Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,57
5,61
6,91
251 Banyumas
Pemkab Banyumas
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,51
5,72
6,91
252 Padang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,46
5,81
6,91
253 Sidoarjo
Pemkab Sidoarjo
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,54
5,64
6,91
254 Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,54
5,64
6,90
147
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
255 Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,69
5,32
6,90
256 Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,48
5,73
6,90
257 Jambi
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,72
5,26
6,90
258 Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,31
6,06
6,90
259 Manado
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,04
6,61
6,89
260 Banyumas
Pemkab Banyumas
Pengadaan Barang dan Jasa
7,40
5,87
6,89
261 Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,59
5,48
6,88
262 Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
5,30
6,88
263 Metro
Pemko Metro
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
6,69
6,88
264 Padang
Pemko Padang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,59
5,46
6,88
265 Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,15
6,32
6,88
266 Jakarta
Kementerian Kehutanan
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
7,31
6,00
6,87
267 Jakarta
Kementerian Perindustrian
Pengadaan Barang dan Jasa
6,97
6,67
6,87
268 Batam
Pemko Batam
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,58
5,46
6,87
269 Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,37
5,88
6,87
270 Palu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,65
5,31
6,87
271 Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,10
6,41
6,87
272 Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,42
5,74
6,86
273 Lubuklinggau
Pemko Lubuklinggau
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,77
5,03
6,86
274 Banda Aceh
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,30
5,98
6,86
275 Medan
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,82
4,92
6,85
276 Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,94
4,68
6,85
277 Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,15
6,26
6,85
278 Semarang
Pemko Semarang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
6,58
6,84
279 Jayapura
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,58
5,38
6,84
280 Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,34
5,85
6,84
281 Madiun
Pemko Madiun
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,33
5,87
6,84
282 Bandar Lampung
Pemko Bandar Lampung
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,13
6,25
6,84
283 Mamuju
Pemkab Mamuju
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,86
4,77
6,83
284 Mataram
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,30
5,87
6,83
285 Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,59
5,33
6,83
286 Batam
Pemko Batam
Pengadaan Barang dan Jasa
6,93
6,61
6,82
287 Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,18
6,12
6,82
288 Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,86
4,74
6,82
289 Serang
Pemko Serang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,31
5,83
6,82
290 Cirebon
Pemko Cirebon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,61
5,23
6,82
291 Padang
Pemko Padang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,54
5,36
6,81
292 Malang
Pemko Malang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,28
5,88
6,81
293 Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,18
6,07
6,81
294 Cirebon
Pemko Cirebon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,49
5,43
6,81
295 Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,23
5,96
6,80
296 Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,91
6,59
6,80
297 Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,30
5,79
6,80
148
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
298 Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,43
5,50
6,79
299 Semarang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,26
5,83
6,79
300 Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,33
5,69
6,78
301 Banjarmasin
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,41
5,52
6,78
302 Kupang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,63
5,06
6,77
303 Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,92
6,45
6,76
304 Palembang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,02
6,23
6,76
305 Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,24
5,80
6,76
306 Mamuju
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,85
4,55
6,75
307 Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,11
6,03
6,75
308 Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,89
6,46
6,75
309 Yogyakarta
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,97
6,28
6,74
310 Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,08
6,05
6,74
311 Banjarmasin
Pemko Banjarmasin
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,02
6,17
6,74
312 Madiun
Pemko Madiun
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,30
5,59
6,73
313 Depok
Pemko Depok
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,08
6,03
6,73
314 Jakarta
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
7,14
5,91
6,73
315 Makassar
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,29
5,60
6,73
316 Mamuju
Pemkab Mamuju
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,80
4,55
6,72
317 Bandung
Pemko Bandung
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,89
6,38
6,72
318 Palu
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,39
5,37
6,72
319 Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,19
5,76
6,71
320 Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,11
5,91
6,71
321 Bandung
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,33
5,46
6,71
322 Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,97
6,18
6,70
323 Ambon
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,43
5,24
6,70
324 Semarang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,30
5,50
6,70
325 Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,99
6,11
6,69
326 Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,07
5,93
6,69
327 Bengkulu
Pemko Bengkulu
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,39
5,29
6,69
328 Kupang
Pemko Kupang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,82
6,42
6,69
329 Jambi
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,58
4,89
6,68
330 Palembang
Pemko Palembang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,93
6,17
6,68
331 Jambi
Pemko Jambi
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,17
5,69
6,68
332 Jakarta
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Izin Penangkapan Ikan
6,76
6,51
6,68
333 Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,97
6,10
6,68
334 Pangkalpinang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,17
5,60
6,65
335 Pekanbaru
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,25
5,43
6,64
336 Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,76
6,40
6,64
337 Depok
Pemko Depok
Pengadaan Barang dan Jasa
6,93
6,06
6,64
338 Kupang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,10
5,70
6,64
339 Palembang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,04
5,82
6,64
149
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
340 Serang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,72
6,42
6,62
341 Tangerang
Pemko Tangerang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,99
5,85
6,61
342 Palangkaraya
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,18
5,46
6,60
343 Makassar
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,24
5,30
6,59
344 Ternate
Pemko Ternate
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,52
4,73
6,59
345 Lubuklinggau
Pemko Lubuklinggau
Pengadaan Barang dan Jasa
7,15
5,43
6,58
346 Serang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,98
5,72
6,56
347 Semarang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,01
5,62
6,55
348 Bekasi
Pemko Bekasi
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,80
6,03
6,54
349 Jember
Pemkab Jember
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,01
5,60
6,54
350 Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,14
5,31
6,53
351 Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,01
5,56
6,53
352 Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,52
6,52
6,52
353 Cirebon
Pemko Cirebon
Pengadaan Barang dan Jasa
7,06
5,45
6,52
354 Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,88
5,79
6,52
355 Manado
Pemko Manado
Pengadaan Barang dan Jasa
6,66
6,22
6,51
356 DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,88
5,78
6,51
357 Medan
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,28
4,91
6,49
358 Jambi
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,02
5,42
6,49
359 DKI Jakarta
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,94
5,57
6,48
360 Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,87
5,71
6,48
361 DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,77
5,92
6,48
362 Bukittinggi
Pemko Bukittinggi
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,71
6,00
6,48
363 Medan
Pemko Medan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,28
4,85
6,47
364 Ambon
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,60
4,19
6,46
365 Batam
Pemko Batam
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,61
6,15
6,46
366 Padang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,05
5,28
6,46
367 Makassar
Pemko Makassar
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,87
5,63
6,46
368 Semarang
Pemko Semarang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,17
5,02
6,46
369 Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,62
6,12
6,45
370 Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,87
5,62
6,45
371 Bima
Pemko Bima
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,82
3,71
6,45
372 Jakarta
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan
6,33
6,69
6,45
373 Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,72
5,87
6,44
374 Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,73
5,84
6,43
375 Metro
Pemko Metro
Pengadaan Barang dan Jasa
6,74
5,78
6,42
376 Medan
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,18
4,91
6,42
377 Banda Aceh
Pemko Banda Aceh
Pengadaan Barang dan Jasa
6,76
5,73
6,42
378 Palangkaraya
Pemko Palangkaraya
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,00
5,24
6,42
379 Medan
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,18
4,89
6,41
380 Medan
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,28
4,67
6,41
381 Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,49
6,25
6,41
382 Palu
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,32
4,52
6,39
150
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
383 Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,52
6,14
6,39
384 Bengkulu
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,16
4,82
6,38
385 Kendari
Pemko Kendari
Pengadaan Barang dan Jasa
6,84
5,46
6,38
386 Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,35
6,43
6,37
387 Palembang
Pemko Palembang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,67
5,75
6,37
388 Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,66
5,76
6,36
389 Banjarbaru
Pemko Banjarbaru
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,94
5,18
6,36
390 Banyumas
Pemkab Banyumas
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,62
5,68
6,31
391 Medan
Pemko Medan
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,08
4,74
6,30
392 Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,99
4,92
6,30
393 DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,63
5,65
6,30
394 Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,59
5,68
6,29
395 Pekanbaru
Pemko Pekanbaru
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
4,88
6,28
396 Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,77
5,30
6,28
397 Surakarta
Pemko Surakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
6,12
6,54
6,26
398 Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,70
5,36
6,25
399 Kendari
Pemko Kendari
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,65
5,40
6,24
400 Ambon
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,89
4,90
6,23
401 Manokwari
Pemkab Manokwari
Pengadaan Barang dan Jasa
6,92
4,81
6,22
402 Makassar
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,63
5,39
6,22
403 Manado
Pemko Manado
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,15
6,35
6,22
404 Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,47
5,69
6,21
405 Padang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,23
6,15
6,20
406 Mamuju
Pemkab Mamuju
Pengadaan Barang dan Jasa
7,33
3,93
6,20
407 Kendari
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,55
5,47
6,19
408 Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,11
6,35
6,19
409 Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,32
5,88
6,17
410 Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,53
5,45
6,17
411 Bengkulu
Pemko Bengkulu
Pengadaan Barang dan Jasa
6,55
5,29
6,13
412 Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,25
5,81
6,10
413 Semarang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,57
5,12
6,09
414 Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,43
5,28
6,05
415 Palembang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,13
5,86
6,04
416 Mataram
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,26
5,61
6,04
417 Bengkulu
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,52
5,07
6,04
418 Bandung
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,08
5,92
6,03
419 Palembang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,09
5,89
6,02
420 Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,05
5,81
5,97
421 Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
5,81
6,29
5,97
422 Surakarta
Pemko Surakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,86
6,19
5,97
423 Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,43
5,03
5,96
424 Tangerang
Pemko Tangerang
Pengadaan Barang dan Jasa
5,70
6,45
5,95
425 Lubuklinggau
Pemko Lubuklinggau
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,52
4,81
5,95
151
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
Instansi
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
426 Malang
Pemko Malang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,26
5,32
5,95
427 Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,08
5,67
5,94
428 Pontianak
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,26
5,20
5,91
429 Mataram
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,90
5,90
5,90
430 Serang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,20
5,25
5,89
431 Jayapura
Pemko Jayapura
Pengadaan Barang dan Jasa
6,22
5,19
5,88
432 Kupang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,13
5,33
5,86
433 Manado
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,86
5,74
5,82
434 Balikpapan
Pemko Balikpapan
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,99
5,45
5,81
435 Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,17
5,08
5,81
436 Jayapura
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
5,97
5,47
5,80
437 Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,31
4,71
5,78
438 Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,30
4,72
5,78
439 Jayapura
Pemko Jayapura
Kesehatan Dasar Puskesmas
5,83
5,66
5,77
440 Manokwari
Pemkab Manokwari
Kesehatan Dasar Puskesmas
6,25
4,76
5,76
441 Bandung
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,79
5,66
5,75
442 Bandung
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,06
5,08
5,73
443 Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,89
5,39
5,72
444 Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,00
5,15
5,71
445 Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,10
4,90
5,70
446 Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,10
4,82
5,67
447 Ambon
Pemko Ambon
Pengadaan Barang dan Jasa
5,83
5,28
5,65
448 Dumai
Pemko Dumai
Pengadaan Barang dan Jasa
5,95
4,98
5,63
449 Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,81
5,22
5,61
450 Manado
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,47
5,86
5,60
451 DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,41
5,97
5,60
452 Ternate
Pemko Ternate
Pengadaan Barang dan Jasa
5,49
5,78
5,59
453 Kendari
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,96
4,70
5,54
454 Balikpapan
Pemko Balikpapan
Pengadaan Barang dan Jasa
5,29
5,93
5,50
455 Semarang
Pemko Semarang
Pengadaan Barang dan Jasa
5,02
6,44
5,49
456 Medan
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
5,80
4,63
5,41
457 Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,27
5,64
5,39
458 Medan
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,71
4,76
5,39
459 Binjai
Pemko Binjai
Pengadaan Barang dan Jasa
5,52
4,98
5,34
460 Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,52
4,96
5,33
461 Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
5,41
5,12
5,31
462 Kendari
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
5,77
4,39
5,31
463 Bengkulu
Pemko Bengkulu
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,60
4,69
5,30
464 Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
5,13
5,63
5,29
465 Jayapura
Pemko Jayapura
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,23
5,24
5,23
466 Jember
Pemkab Jember
Pengadaan Barang dan Jasa
5,02
5,57
5,20
467 Bandar Lampung
Pemko Bandar Lampung
Pengadaan Barang dan Jasa
5,43
4,61
5,16
468 Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,24
4,98
5,15
152
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
469 DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
4,89
5,63
5,14
470 Pontianak
Pemko Pontianak
Pengadaan Barang dan Jasa
4,86
5,57
5,10
471 Kediri
Pemko Kediri
Pengadaan Barang dan Jasa
4,71
5,84
5,09
472 Banjarbaru
Pemko Banjarbaru
Pengadaan Barang dan Jasa
4,83
5,56
5,07
473 Medan
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
5,63
3,88
5,05
474 Bima
Pemko Bima
Pengadaan Barang dan Jasa
4,81
4,89
4,84
475 Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
4,88
4,69
4,82
476 Pekanbaru
Pemko Pekanbaru
Pengadaan Barang dan Jasa
4,51
5,17
4,73
477 Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
4,14
5,82
4,70
478 Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
4,49
4,69
4,55
479 Surabaya
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
4,00
5,56
4,52
480 Palangkaraya
Pemko Palangkaraya
Pengadaan Barang dan Jasa
4,21
4,82
4,42
481 Serang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
4,80
3,58
4,39
482 Palu
Pemko Palu
Pengadaan Barang dan Jasa
4,21
4,30
4,24
483 Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
3,38
4,20
3,65
484 Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
3,39
3,85
3,54
Lampiran 3
Pengalaman Potensi
Integritas
Indeks Integritas Total Pusat (IITP), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
No.
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,95
7,17
7,69
2
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
7,85
7,23
7,64
3
RS Fatmawati
7,99
6,77
7,58
4
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,80
7,11
7,57
5
Kementerian Pertanian
7,71
7,03
7,49
6
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
7,85
6,69
7,46
7
RS Cipto Mangunkusumo
7,79
6,75
7,45
8
Kementerian Kesehatan
7,75
6,73
7,41
9
Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,58
7,07
7,41
10
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,57
7,06
7,40
11
Kementerian Keuangan
7,64
6,86
7,38
12
Kementerian Perindustrian
7,49
6,99
7,32
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,60
6,73
7,31
14
Kementerian Perdagangan
7,42
6,99
7,28
15
Kementerian Luar Negeri
7,52
6,70
7,24
16
Kementerian Perhubungan
7,30
7,09
7,23
17
Kementerian Kehutanan
7,60
6,32
7,17
18
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,24
6,88
7,12
19
Mahkamah Agung
7,62
6,06
7,10
20
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,41
6,45
7,09
21
Kementerian Hukum dan HAM
7,40
6,17
6,99
153
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Instansi
22
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6,96
6,73
6,88
23
Kepolisian Republik Indonesia
6,99
5,90
6,63
24
Kementerian Agama
7,03
5,55
6,54
25
Badan Pertanahan Nasional
6,67
5,72
6,36
Lampiran 4
Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
No.
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1 2
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,95
7,17
7,69
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
7,85
7,23
7,64
3
RS Fatmawati
7,99
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,80
Kementerian Pertanian RS Cipto Mangunkusumo
7,71 7,85 7,79
Kementerian Kesehatan
7,75
Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Keuangan
7,58 7,57 7,64
6,77 7,11 7,03 6,69 6,75 6,73 7,07 7,06 6,86
7,58 7,57 7,49 7,46 7,45 7,41 7,41 7,40 7,38
Kementerian Perindustrian
7,49
6,99
7,32
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
14 15 16 17 18 19 20
Kementerian Perdagangan Kementerian Luar Negeri
7,60 7,42 7,52
Kementerian Perhubungan
7,30
Kementerian Kehutanan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
7,60 7,24 7,41
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
6,96
6,73 6,99 6,70 7,09 6,32 6,88 6,45 6,73
7,31 7,28 7,24 7,23 7,17 7,12 7,09 6,88
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Lampiran 5
Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
No
Kota
Instansi
1
DKI Jakarta
Kementerian Perindustrian
2
DKI Jakarta
3
Pengalaman
Potensi
Integritas
LS Pro Pustan SNI
8,00
7,31
7,77
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Pengadaan Barang dan Jasa
8,01
7,26
7,76
DKI Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Jasa Pengolahan Limbah B3
7,91
7,36
7,73
4
DKI Jakarta
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Pengadaan Barang dan Jasa
7,91
7,09
7,64
5
DKI Jakarta
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,07
7,63
6
DKI Jakarta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,05
7,63
154
Unit Layanan
LAMPIRAN
No
Kota
Instansi
7
DKI Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan
8
DKI Jakarta
9
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
Pendaftaran Izin Edar Makanan
7,90
7,01
7,60
RS Fatmawati
Rawat Inap Non-Jaminan
7,99
6,79
7,59
DKI Jakarta
RS Fatmawati
Pengadaan Barang dan Jasa
7,99
6,74
7,57
10
DKI Jakarta
Kementerian Pertanian
Pengadaan Barang dan Jasa
7,83
7,04
7,57
11
DKI Jakarta
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,72
7,25
7,56
12
DKI Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Pengadaan Barang dan Jasa
7,79
7,07
7,55
13
DKI Jakarta
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Izin Usaha
7,69
7,15
7,51
14
DKI Jakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Bantuan Penelitian
8,00
6,45
7,49
15
DKI Jakarta
Kementerian Perdagangan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,75
6,93
7,48
16
DKI Jakarta
RS Cipto Mangunkusumo
Pengadaan Barang dan Jasa
7,74
6,91
7,46
17
DKI Jakarta
Kementerian Luar Negeri
Pengadaan Barang dan Jasa
7,82
6,75
7,46
18
DKI Jakarta
Kementerian Keuangan
Administrasi Sengketa Pajak
7,77
6,80
7,45
19
DKI Jakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,70
6,93
7,44
20
DKI Jakarta
Kementerian Kesehatan
Izin Edar Alat Kesehatan
7,67
6,96
7,44
21
DKI Jakarta
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
Pengadaan Barang dan Jasa
7,68
6,93
7,43
22
DKI Jakarta
Kementerian Kesehatan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,83
6,47
7,38
23
DKI Jakarta
RS Cipto Mangunkusumo
Rawat Inap Non-Jaminan
7,85
6,41
7,37
24
DKI Jakarta
Kementerian Pertanian
Rekomendasi Izin Impor Beras Tertentu
7,56
6,99
7,37
25
DKI Jakarta
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pengadaan Barang dan Jasa
7,59
6,81
7,33
26
DKI Jakarta
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surat Keterangan Terdaftar
7,52
6,96
7,33
27
DKI Jakarta
Kementerian Perhubungan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,57
6,82
7,32
28
DKI Jakarta
Kementerian Keuangan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
6,91
7,31
29
DKI Jakarta
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Pengadaan Barang dan Jasa
7,68
6,50
7,29
30
DKI Jakarta
Kementerian Kehutanan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,65
6,47
7,26
31
DKI Jakarta
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pengujian Perangkat Telekomunikasi
7,30
6,94
7,18
32
DKI Jakarta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
7,28
6,92
7,16
33
DKI Jakarta
Kementerian Perdagangan
Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK)
7,14
6,99
7,09
34
DKI Jakarta
Kementerian Luar Negeri
Izin Exit Permit
7,32
6,55
7,06
35
DKI Jakarta
Kementerian Perhubungan
Izin Penyelenggara Angkutan Pariwisata
7,04
7,11
7,06
36
DKI Jakarta
Kementerian Kehutanan
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
7,31
6,00
6,87
37
DKI Jakarta
Kementerian Perindustrian
Pengadaan Barang dan Jasa
6,97
6,67
6,87
38
DKI Jakarta
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
7,14
5,91
6,73
39
DKI Jakarta
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Izin Penangkapan Ikan
6,76
6,51
6,68
40
DKI Jakarta
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film Iklan
6,33
6,69
6,45
155
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
Lampiran 6
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
No.
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
7,62
6,06
7,10
1
Mahkamah Agung
2
Kementerian Hukum dan HAM
7,40
6,17
6,99
3
Kepolisian Republik Indonesia
6,99
5,90
6,63
4
Kementerian Agama
7,03
5,55
6,54
5
Badan Pertanahan Nasional
6,67
5,72
6,36
Lampiran 7
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
No.
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
7,62
6,06
7,10
1
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
2
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,52
6,06
7,03
3
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,28
6,17
6,91
4
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,18
6,00
6,79
5
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,03
5,55
6,54
6
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,81
5,69
6,43
7
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,71
5,71
6,38
8
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,63
5,73
6,33
Lampiran 8
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Kota
No
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Samarinda
7,46
6,78
7,23
2
Denpasar
7,58
6,36
7,17
3
Tanjungpinang
7,61
6,08
7,10
4
Gorontalo
7,39
6,47
7,09
5
Mamuju
7,81
5,62
7,08
6
Bandar Lampung
7,61
5,96
7,06
7
Mataram
7,26
6,53
7,02
8
Manado
7,15
6,62
6,97
9
Palu
7,75
5,33
6,94
10
Ternate
7,35
6,12
6,94
11
Padang
7,34
6,08
6,92
12
Banda Aceh
7,29
6,16
6,91
13
Banjarmasin
7,35
5,93
6,87
14
Kupang
7,39
5,78
6,86
156
LAMPIRAN
No
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
15
Ambon
7,43
5,63
6,83
16
Jambi
7,47
5,53
6,83
17
Makassar
7,21
5,89
6,77
18
Surabaya
7,00
6,31
6,77
19
Yogyakarta
6,91
6,47
6,76
20
Kendari
7,02
6,02
6,69
21
Pangkalpinang
6,98
6,09
6,69
22
Pontianak
6,94
5,95
6,61
23
Palangkaraya
6,97
5,86
6,60
24
Semarang
7,01
5,71
6,58
25
Serang
6,92
5,76
6,53
26
Pekanbaru
6,97
5,60
6,52
27
Bandung
6,72
5,86
6,43
28
DKI Jakarta
6,57
6,02
6,38
29
Palembang
6,43
5,86
6,24
30
Bengkulu
6,61
5,34
6,19
31
Medan
6,74
4,68
6,06
32
Manokwari
6,37
5,19
5,98
33
Jayapura
6,20
5,46
5,96
Lampiran 9
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Kota
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
1
Manado
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,98
7,34
7,77
2
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
8,05
7,11
7,74
3
Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
8,08
6,99
7,72
4
Samarinda
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,01
7,04
7,69
5
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,08
6,81
7,65
6
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
8,00
6,92
7,64
7
Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,85
7,15
7,62
8
Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
8,06
6,69
7,60
9
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,05
6,70
7,60
10
Kendari
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,07
6,59
7,58
11
Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,75
7,19
7,56
12
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,88
6,92
7,56
13
Gorontalo
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,85
6,95
7,55
14
Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,95
6,74
7,55
15
Denpasar
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,06
6,50
7,54
16
Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
7,13
7,50
17
Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,92
6,65
7,50
18
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,84
6,79
7,49
19
Manado
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,81
6,83
7,49
157
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No. 20
Kota Bandar Lampung
Instansi Mahkamah Agung
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,00
6,45
7,48
21
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,77
6,91
7,48
22
Serang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,73
6,90
7,45
23
Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,84
6,67
7,45
24
Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,89
6,53
7,44
25
Manokwari
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,19
5,92
7,43
26
Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,73
6,68
7,38
27
Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,72
6,62
7,36
28
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
8,14
5,79
7,36
29
Ternate
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,79
6,47
7,35
30
Ternate
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,80
6,43
7,35
31
Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,79
6,40
7,33
32
Surabaya
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,01
5,96
7,33
33
Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,11
5,76
7,33
34
Samarinda
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,70
6,59
7,33
35
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,69
6,57
7,32
36
Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,99
5,99
7,32
37
Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,84
6,25
7,31
38
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,61
6,67
7,29
39
Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,72
6,43
7,29
40
Padang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,87
6,14
7,29
41
Denpasar
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,76
6,35
7,29
42
Pangkalpinang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,88
6,10
7,28
43
Bandar Lampung
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,77
6,29
7,28
44
Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,83
6,16
7,27
45
Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,69
6,40
7,26
46
Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,83
6,05
7,24
47
DKI Jakarta
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,49
6,73
7,24
48
Palu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,74
6,21
7,23
49
Kupang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,79
6,08
7,22
50
Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,66
6,34
7,22
51
Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
6,27
7,21
52
Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,64
6,32
7,20
53
Gorontalo
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,51
6,57
7,20
54
Padang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,79
6,00
7,20
55
Manado
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,71
6,15
7,19
56
Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,76
6,05
7,19
57
Manokwari
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
8,19
5,19
7,19
58
Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,68
6,20
7,19
59
Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,58
6,42
7,19
60
Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,71
6,12
7,18
61
Pontianak
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,65
6,22
7,18
62
Banda Aceh
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,68
6,16
7,18
63
Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,60
6,34
7,18
158
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi Badan Pertanahan Nasional
Unit Layanan Peningkatan Hak atas Tanah
Pengalaman Potensi 7,66
6,19
Integritas
64
Ternate
7,17
65
Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,68
6,15
7,17
66
Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,24
7,03
7,17
67
Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,86
5,75
7,16
68
Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,85
5,77
7,16
69
Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,74
5,97
7,15
70
Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,82
5,80
7,15
71
Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,63
6,16
7,14
72
Banjarmasin
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,63
6,16
7,14
73
Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,41
6,59
7,14
74
Serang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,65
6,10
7,14
75
Palu
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,79
5,83
7,14
76
Mamuju
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,81
5,77
7,13
77
Mataram
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,56
6,27
7,13
78
Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,42
6,55
7,13
79
Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,85
5,65
7,12
80
Yogyakarta
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,39
6,58
7,12
81
Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,50
6,32
7,11
82
Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,88
5,54
7,10
83
Padang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,46
6,36
7,10
84
Palu
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,13
5,01
7,09
85
Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,31
6,64
7,09
86
Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,90
5,43
7,08
87
Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,39
6,45
7,08
88
Pekanbaru
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,62
5,98
7,07
89
DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,41
6,38
7,07
90
Padang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,30
6,60
7,06
91
Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,46
6,25
7,06
92
Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,67
5,82
7,06
93
Serang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,53
6,10
7,05
94
Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,76
5,65
7,05
95
Makassar
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,59
5,98
7,05
96
Palangkaraya
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,71
5,71
7,05
97
Palu
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,15
4,83
7,04
98
Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,31
6,43
7,02
99
Palu
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,77
5,44
6,99
100
Serang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,75
5,45
6,98
101
Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,41
6,11
6,98
102
Jambi
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,58
5,77
6,97
103
Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,82
5,27
6,97
104
Padang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,59
5,71
6,96
105
Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,64
5,61
6,96
106
Tanjungpinang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,49
5,88
6,95
107
Ternate
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,38
6,09
6,95
159
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
Instansi
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Unit Layanan
Pengalaman Potensi 7,77
5,27
Integritas
108
Ambon
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,94
109
Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,20
6,41
6,94
110
Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,37
6,09
6,94
111
Tanjungpinang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,64
5,52
6,93
112
Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,65
5,49
6,93
113
Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,22
6,32
6,92
114
Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,48
5,80
6,92
115
Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,57
5,61
6,91
116
Padang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,46
5,81
6,91
117
Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,54
5,64
6,90
118
Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,69
5,32
6,90
119
Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,48
5,73
6,90
120
Jambi
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,72
5,26
6,90
121
Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,31
6,06
6,90
122
Manado
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,04
6,61
6,89
123
Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,59
5,48
6,88
124
Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
5,30
6,88
125
Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,15
6,32
6,88
126
Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,37
5,88
6,87
127
Palu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,65
5,31
6,87
128
Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,10
6,41
6,87
129
Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,42
5,74
6,86
130
Banda Aceh
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,30
5,98
6,86
131
Medan
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,82
4,92
6,85
132
Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,94
4,68
6,85
133
Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,15
6,26
6,85
134
Jayapura
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,58
5,38
6,84
135
Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,34
5,85
6,84
136
Mataram
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,30
5,87
6,83
137
Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,59
5,33
6,83
138
Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,18
6,12
6,82
139
Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,86
4,74
6,82
140
Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,18
6,07
6,81
141
Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,30
5,79
6,80
142
Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,23
5,96
6,80
143
Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,91
6,59
6,80
144
Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,43
5,50
6,79
145
Semarang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,26
5,83
6,79
146
Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,33
5,69
6,78
147
Banjarmasin
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,41
5,52
6,78
148
Kupang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,63
5,06
6,77
149
Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,92
6,45
6,76
150
Palembang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,02
6,23
6,76
151
Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,24
5,80
6,76
160
LAMPIRAN
No.
Kota
152
Mamuju
153 154
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,85
4,55
6,75
Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,11
6,03
6,75
Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,89
6,46
6,75
155
Yogyakarta
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,97
6,28
6,74
156
Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,08
6,05
6,74
157
Makassar
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,29
5,60
6,73
158
Palu
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,39
5,37
6,72
159
Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,19
5,76
6,71
160
Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,11
5,91
6,71
161
Bandung
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,33
5,46
6,71
162
Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,97
6,18
6,70
163
Ambon
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,43
5,24
6,70
164
Semarang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,30
5,50
6,70
165
Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,99
6,11
6,69
166
Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,07
5,93
6,69
167
Jambi
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,58
4,89
6,68
168
Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,97
6,10
6,68
169
Pangkalpinang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,17
5,60
6,65
170
Pekanbaru
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,25
5,43
6,64
171
Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,76
6,40
6,64
172
Kupang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,10
5,70
6,64
173
Palembang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,04
5,82
6,64
174
Serang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,72
6,42
6,62
175
Palangkaraya
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,18
5,46
6,60
176
Makassar
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,24
5,30
6,59
177
Serang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,98
5,72
6,56
178
Semarang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,01
5,62
6,55
179
Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7,14
5,31
6,53
180
Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,01
5,56
6,53
181
Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,52
6,52
6,52
182
Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,88
5,79
6,52
183
DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,88
5,78
6,51
184
Medan
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,28
4,91
6,49
185
Jambi
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,02
5,42
6,49
186
DKI Jakarta
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,94
5,57
6,48
187
Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,87
5,71
6,48
188
DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,77
5,92
6,48
189
Ambon
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,60
4,19
6,46
190
Padang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,05
5,28
6,46
191
Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,62
6,12
6,45
192
Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,87
5,62
6,45
193
Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,72
5,87
6,44
194
Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,73
5,84
6,43
195
Medan
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,18
4,91
6,42
161
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
196
Medan
197 198
Instansi
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Unit Layanan
Pengalaman Potensi 7,18
4,89
Integritas
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,41
Medan
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,28
4,67
6,41
Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,49
6,25
6,41
199
Palu
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,32
4,52
6,39
200
Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
Administrasi Sidang Peradilan Agama
6,52
6,14
6,39
201
Bengkulu
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,16
4,82
6,38
202
Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,35
6,43
6,37
203
Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,66
5,76
6,36
204
Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,99
4,92
6,30
205
DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,63
5,65
6,30
206
Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,59
5,68
6,29
207
Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,77
5,30
6,28
208
Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,70
5,36
6,25
209
Ambon
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,89
4,90
6,23
210
Makassar
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,63
5,39
6,22
211
Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,47
5,69
6,21
212
Padang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,23
6,15
6,20
213
Kendari
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,55
5,47
6,19
214
Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,11
6,35
6,19
215
Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,32
5,88
6,17
216
Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,53
5,45
6,17
217
Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,25
5,81
6,10
218
Semarang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,57
5,12
6,09
219
Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,43
5,28
6,05
220
Palembang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,13
5,86
6,04
221
Mataram
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,26
5,61
6,04
222
Bengkulu
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,52
5,07
6,04
223
Bandung
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,08
5,92
6,03
224
Palembang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,09
5,89
6,02
225
Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,05
5,81
5,97
226
Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
5,81
6,29
5,97
227
Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,43
5,03
5,96
228
Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,08
5,67
5,94
229
Pontianak
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,26
5,20
5,91
230
Mataram
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,90
5,90
5,90
231
Serang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,20
5,25
5,89
232
Kupang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,13
5,33
5,86
233
Manado
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,86
5,74
5,82
234
Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,17
5,08
5,81
235
Jayapura
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
5,97
5,47
5,80
236
Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,31
4,71
5,78
237
Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,30
4,72
5,78
238
Bandung
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,79
5,66
5,75
239
Bandung
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,06
5,08
5,73
162
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman Potensi
Integritas
240
Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,89
5,39
5,72
241
Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,10
4,90
5,70
242
Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,00
5,15
5,71
243
Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,10
4,82
5,67
244
Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,81
5,22
5,61
245
Manado
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,47
5,86
5,60
246
DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,41
5,97
5,60
247
Kendari
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,96
4,70
5,54
248
Medan
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
5,80
4,63
5,41
249
Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,27
5,64
5,39
250
Medan
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,71
4,76
5,39
251
Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,52
4,96
5,33
252
Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
5,41
5,12
5,31
253
Kendari
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
5,77
4,39
5,31
254
Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
5,13
5,63
5,29
255
Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,24
4,98
5,15
256
DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
4,89
5,63
5,14
257
Medan
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
5,63
3,88
5,05
258
Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
4,88
4,69
4,82
259
Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
4,14
5,82
4,70
260
Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
4,49
4,69
4,55
261
Surabaya
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
4,00
5,56
4,52
262
Serang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
4,80
3,58
4,39
263
Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
3,38
4,20
3,65
264
Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
3,39
3,85
3,54
Lampiran 10 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Kepolisian Republik Indonesia No
Kota
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
7,94
6,92
7,60
2
Manado
Kepolisian Republik Indonesia
7,76
6,52
7,35
3
Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
7,38
6,88
7,21
4
Palu
Kepolisian Republik Indonesia
7,73
5,76
7,07
5
Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
7,61
5,98
7,07
6
Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
7,37
6,44
7,06
7
Padang
Kepolisian Republik Indonesia
7,63
5,90
7,05
8
Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
7,75
5,45
6,99
9
Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
7,45
5,91
6,94
10
Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
7,37
5,99
6,91
11
Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
7,90
4,79
6,86
12
Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
7,35
5,86
6,85
13
Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
7,24
6,06
6,85
163
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No
Kota
Instansi
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
14
Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
7,11
6,28
6,83
15
Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
7,42
5,65
6,83
16
Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
7,19
6,09
6,83
17
Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
6,87
6,53
6,76
18
Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
6,85
6,44
6,71
19
Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
6,90
6,06
6,62
20
Serang
Kepolisian Republik Indonesia
6,94
5,80
6,56
21
Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
6,79
5,97
6,52
22
Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
6,92
5,48
6,44
23
Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
6,77
5,78
6,44
24
DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
6,75
5,76
6,42
25
Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
6,57
6,08
6,41
26
Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
6,89
5,40
6,40
27
Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
6,40
5,76
6,19
28
Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
6,44
5,41
6,10
29
Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
6,48
5,26
6,07
30
Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
6,29
5,38
5,98
31
Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
6,01
5,21
5,74
32
Medan
Kepolisian Republik Indonesia
5,75
4,69
5,40
33
Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
5,14
5,47
5,25
Lampiran 11 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Badan Pertanahan Nasional No.
Kota
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
7,91
7,00
7,61
2
Ternate
Badan Pertanahan Nasional
7,73
6,31
7,26
3
Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
7,75
5,96
7,15
4
Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
7,42
6,41
7,08
5
Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
7,50
6,12
7,04
6
Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
7,43
6,20
7,02
7
Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
7,24
6,50
7,00
8
Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
7,79
5,39
6,99
9
Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
7,56
5,83
6,98
10
Serang
Badan Pertanahan Nasional
7,12
6,36
6,87
11
Palu
Badan Pertanahan Nasional
7,58
5,40
6,86
12
Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
6,79
6,81
6,79
13
Jambi
Badan Pertanahan Nasional
7,33
5,34
6,67
14
Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
7,08
5,82
6,66
15
Semarang
Badan Pertanahan Nasional
7,15
5,56
6,62
16
Padang
Badan Pertanahan Nasional
6,91
5,93
6,58
17
Ambon
Badan Pertanahan Nasional
7,17
5,08
6,47
164
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
18
Medan
Badan Pertanahan Nasional
7,28
4,79
6,45
19
Makassar
Badan Pertanahan Nasional
6,93
5,45
6,44
20
Kupang
Badan Pertanahan Nasional
6,65
5,51
6,27
21
Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
6,39
5,93
6,24
22
Palembang
Badan Pertanahan Nasional
6,12
5,88
6,04
23
Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
6,43
5,14
6,00
24
Mataram
Badan Pertanahan Nasional
6,08
5,80
5,99
25
Kendari
Badan Pertanahan Nasional
6,32
5,12
5,92
26
Bandung
Badan Pertanahan Nasional
5,93
5,85
5,91
27
Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
5,87
5,67
5,80
28
Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
6,31
4,71
5,78
29
Manado
Badan Pertanahan Nasional
5,66
5,80
5,71
30
Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
5,70
5,03
5,48
31
Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
5,76
4,79
5,44
32
DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
5,15
5,80
5,37
33
Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
3,39
4,10
3,63
Lampiran 12 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Kementerian Hukum dan HAM No.
Kota
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
7,96
6,88
7,60
2
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
8,09
6,24
7,48
3
Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
7,61
6,75
7,33
4
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
7,65
6,66
7,32
5
Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
7,72
6,37
7,27
6
Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
7,97
5,78
7,24
7
Padang
Kementerian Hukum dan HAM
7,67
6,38
7,24
8
Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
7,73
6,18
7,21
9
Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
7,76
6,09
7,21
10
Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
7,63
6,33
7,19
11
Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
7,64
6,31
7,19
12
Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
7,56
6,41
7,18
13
Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
7,58
6,36
7,17
14
Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
7,35
6,78
7,16
15
Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
7,68
6,06
7,14
16
Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
7,46
6,44
7,12
17
Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
7,54
6,22
7,10
18
Palu
Kementerian Hukum dan HAM
7,97
5,33
7,09
19
Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
7,30
6,63
7,08
20
Serang
Kementerian Hukum dan HAM
7,36
6,36
7,03
21
Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
7,66
5,49
6,93
165
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
Instansi
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
22
Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
7,59
5,59
6,93
23
Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
7,14
6,41
6,89
24
Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
7,28
5,95
6,83
25
Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
7,31
5,79
6,80
26
DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
7,09
6,18
6,79
27
Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
6,94
6,43
6,77
28
Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
7,02
6,12
6,72
29
Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
6,87
6,34
6,70
30
Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
6,77
6,33
6,62
31
Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
6,92
5,57
6,47
32
Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
6,12
5,46
5,90
33
Medan
Kementerian Hukum dan HAM
6,40
4,38
5,73
Lampiran 13 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Kementerian Agama No.
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Samarinda
Kementerian Agama
7,70
6,59
7,33
2
Denpasar
Kementerian Agama
7,76
6,35
7,29
3
Pangkalpinang
Kementerian Agama
7,88
6,10
7,28
4
Bandar Lampung
Kementerian Agama
7,77
6,29
7,28
5
Gorontalo
Kementerian Agama
7,51
6,57
7,20
6
Manokwari
Kementerian Agama
8,19
5,19
7,19
7
Jambi
Kementerian Agama
7,58
5,77
6,97
8
Tanjungpinang
Kementerian Agama
7,49
5,88
6,95
9
Ternate
Kementerian Agama
7,38
6,09
6,95
10
Ambon
Kementerian Agama
7,77
5,27
6,94
11
Manado
Kementerian Agama
7,04
6,61
6,89
12
Banda Aceh
Kementerian Agama
7,30
5,98
6,86
13
Jayapura
Kementerian Agama
7,58
5,38
6,84
14
Mataram
Kementerian Agama
7,30
5,87
6,83
15
Banjarmasin
Kementerian Agama
7,41
5,52
6,78
16
Kupang
Kementerian Agama
7,63
5,06
6,77
17
Mamuju
Kementerian Agama
7,85
4,55
6,75
18
Yogyakarta
Kementerian Agama
6,97
6,28
6,74
19
Makassar
Kementerian Agama
7,29
5,60
6,73
20
Pekanbaru
Kementerian Agama
7,25
5,43
6,64
21
Palembang
Kementerian Agama
7,04
5,82
6,64
22
Palangkaraya
Kementerian Agama
7,18
5,46
6,60
23
DKI Jakarta
Kementerian Agama
6,94
5,57
6,48
24
Padang
Kementerian Agama
7,05
5,28
6,46
25
Medan
Kementerian Agama
7,18
4,91
6,42
26
Palu
Kementerian Agama
7,32
4,52
6,39
27
Semarang
Kementerian Agama
6,57
5,12
6,09
166
Kota
Instansi
LAMPIRAN
No.
Kota
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
28
Bengkulu
Kementerian Agama
6,52
5,07
6,04
29
Pontianak
Kementerian Agama
6,26
5,20
5,91
30
Bandung
Kementerian Agama
6,06
5,08
5,73
31
Kendari
Kementerian Agama
5,77
4,39
5,31
32
Surabaya
Kementerian Agama
4,00
5,56
4,52
33
Serang
Kementerian Agama
4,80
3,58
4,39
Lampiran 14 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Mahkamah Agung No.
Kota
Instansi
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Manado
Mahkamah Agung
7,98
7,34
7,77
2
Samarinda
Mahkamah Agung
8,01
7,04
7,69
3
Kendari
Mahkamah Agung
8,07
6,59
7,58
4
Gorontalo
Mahkamah Agung
7,85
6,95
7,55
5
Denpasar
Mahkamah Agung
8,06
6,50
7,54
6
Bandar Lampung
Mahkamah Agung
8,00
6,45
7,48
7
Manokwari
Mahkamah Agung
8,19
5,92
7,43
8
Ternate
Mahkamah Agung
7,79
6,47
7,35
9
Surabaya
Mahkamah Agung
8,01
5,96
7,33
10
DKI Jakarta
Mahkamah Agung
7,49
6,73
7,24
11
Kupang
Mahkamah Agung
7,79
6,08
7,22
12
Pontianak
Mahkamah Agung
7,65
6,22
7,18
13
Banda Aceh
Mahkamah Agung
7,68
6,16
7,18
14
Banjarmasin
Mahkamah Agung
7,63
6,16
7,14
15
Mamuju
Mahkamah Agung
7,81
5,77
7,13
16
Mataram
Mahkamah Agung
7,56
6,27
7,13
17
Yogyakarta
Mahkamah Agung
7,39
6,58
7,12
18
Palu
Mahkamah Agung
8,13
5,01
7,09
19
Pekanbaru
Mahkamah Agung
7,62
5,98
7,07
20
Padang
Mahkamah Agung
7,30
6,60
7,06
21
Makassar
Mahkamah Agung
7,59
5,98
7,05
22
Palangkaraya
Mahkamah Agung
7,71
5,71
7,05
23
Serang
Mahkamah Agung
7,75
5,45
6,98
24
Tanjungpinang
Mahkamah Agung
7,64
5,52
6,93
25
Medan
Mahkamah Agung
7,82
4,92
6,85
26
Semarang
Mahkamah Agung
7,26
5,83
6,79
27
Palembang
Mahkamah Agung
7,02
6,23
6,76
28
Bandung
Mahkamah Agung
7,33
5,46
6,71
29
Jambi
Mahkamah Agung
7,58
4,89
6,68
30
Pangkalpinang
Mahkamah Agung
7,17
5,60
6,65
31
Ambon
Mahkamah Agung
7,60
4,19
6,46
32
Bengkulu
Mahkamah Agung
7,16
4,82
6,38
33
Jayapura
Mahkamah Agung
5,97
5,47
5,80
167
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Lampiran 15 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Surat Izin Mengemudi (SIM) No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,88
6,92
7,56
2
Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,89
6,53
7,44
3
Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,99
5,99
7,32
4
Padang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,79
6,00
7,20
5
Manado
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,71
6,15
7,19
6
Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,76
6,05
7,19
7
Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,88
5,54
7,10
8
Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,37
6,09
6,94
9
Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,22
6,32
6,92
10
Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,48
5,73
6,90
11
Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,59
5,48
6,88
12
Palu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,65
5,31
6,87
13
Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,94
4,68
6,85
14
Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,91
6,59
6,80
15
Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,30
5,79
6,80
16
Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,11
5,91
6,71
17
Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,99
6,11
6,69
18
Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,97
6,10
6,68
19
Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
7,01
5,56
6,53
20
Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,73
5,84
6,43
21
Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,66
5,76
6,36
22
DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,63
5,65
6,30
23
Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,25
5,81
6,10
24
Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,05
5,81
5,97
25
Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,08
5,67
5,94
26
Serang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,20
5,25
5,89
27
Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,89
5,39
5,72
28
Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
6,00
5,15
5,71
29
Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,81
5,22
5,61
30
Medan
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,71
4,76
5,39
31
Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
5,52
4,96
5,33
32
Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
4,88
4,69
4,82
33
Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
Surat Izin Mengemudi
4,14
5,82
4,70
168
LAMPIRAN
Lampiran 16 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Mataram
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
8,00
6,92
7,64
2
Palangkaraya
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
8,06
6,69
7,60
3
Samarinda
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,75
7,19
7,56
4
Manado
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,81
6,83
7,49
5
Denpasar
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,73
6,68
7,38
6
Pekanbaru
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,72
6,43
7,29
7
Palu
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,74
6,21
7,23
8
Pontianak
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,66
6,34
7,22
9
Kupang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,64
6,32
7,20
10 Serang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,65
6,10
7,14
11 Makassar
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,85
5,65
7,12
12 Yogyakarta
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,50
6,32
7,11
13 Banjarmasin
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,41
6,11
6,98
14 Jambi
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,82
5,27
6,97
15 Padang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,46
5,81
6,91
16 Semarang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,37
5,88
6,87
17 Tanjungpinang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,34
5,85
6,84
18 Bandar Lampung
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,59
5,33
6,83
19 Mamuju
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,86
4,74
6,82
20 Ambon
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,11
6,03
6,75
21 Manokwari
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,19
5,76
6,71
22 Ternate
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
7,14
5,31
6,53
23 Kendari
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,52
6,52
6,52
24 Bandung
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,88
5,79
6,52
25 DKI Jakarta
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,88
5,78
6,51
26 Palembang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,72
5,87
6,44
27 Banda Aceh
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,59
5,68
6,29
28 Bengkulu
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,70
5,36
6,25
29 Gorontalo
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
5,81
6,29
5,97
30 Pangkalpinang
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,10
4,90
5,70
31 Jayapura
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
6,10
4,82
5,67
32 Medan
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
5,80
4,63
5,41
33 Surabaya
Kepolisian Republik Indonesia
SKCK
5,13
5,63
5,29
169
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Lampiran 17 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Peningkatan Hak atas Tanah No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,77
6,91
7,48
2
Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,68
6,20
7,19
3
Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,58
6,42
7,19
4
Ternate
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,66
6,19
7,17
5
Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,68
6,15
7,17
6
Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,24
7,03
7,17
7
Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,63
6,16
7,14
8
Serang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,53
6,10
7,05
9
Palu
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,77
5,44
6,99
10 Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,69
5,32
6,90
11 Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,15
6,32
6,88
12 Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,10
6,41
6,87
13 Ambon
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,43
5,24
6,70
14 Semarang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,30
5,50
6,70
15 Kupang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,10
5,70
6,64
16 Makassar
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,24
5,30
6,59
17 Medan
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,28
4,91
6,49
18 Jambi
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
7,02
5,42
6,49
19 Padang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,23
6,15
6,20
20 Kendari
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,55
5,47
6,19
21 Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,11
6,35
6,19
22 Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,32
5,88
6,17
23 Palembang
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,13
5,86
6,04
24 Mataram
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,26
5,61
6,04
25 Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,43
5,03
5,96
26 Manado
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,86
5,74
5,82
27 Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,17
5,08
5,81
28 Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
6,31
4,71
5,78
29 Bandung
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,79
5,66
5,75
30 Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
5,27
5,64
5,39
31 DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
4,89
5,63
5,14
32 Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
4,49
4,69
4,55
33 Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
Peningkatan Hak atas Tanah
3,39
3,85
3,54
170
LAMPIRAN
Lampiran 18 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Peralihan Hak atas Tanah No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Tanjungpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
8,05
7,11
7,74
2
Ternate
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,80
6,43
7,35
3
Surabaya
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,69
6,40
7,26
4
Mamuju
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,86
5,75
7,16
5
Gorontalo
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,85
5,77
7,16
6
Samarinda
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,31
6,64
7,09
7
Bandar Lampung
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,90
5,43
7,08
8
Padang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,59
5,71
6,96
9
Jambi
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,72
5,26
6,90
10 Banjarmasin
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,42
5,74
6,86
11 Denpasar
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,18
6,12
6,82
12 Banda Aceh
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,43
5,50
6,79
13 Palu
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,39
5,37
6,72
14 Serang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,72
6,42
6,62
15 Semarang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,01
5,62
6,55
16 Medan
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
7,28
4,67
6,41
17 Yogyakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,35
6,43
6,37
18 Pekanbaru
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,99
4,92
6,30
19 Pangkalpinang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,77
5,30
6,28
20 Ambon
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,89
4,90
6,23
21 Makassar
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,63
5,39
6,22
22 Pontianak
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,47
5,69
6,21
23 Palangkaraya
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,43
5,28
6,05
24 Bandung
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,08
5,92
6,03
25 Palembang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,09
5,89
6,02
26 Mataram
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,90
5,90
5,90
27 Kupang
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,13
5,33
5,86
28 Bengkulu
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
6,30
4,72
5,78
29 Manado
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,47
5,86
5,60
30 DKI Jakarta
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,41
5,97
5,60
31 Kendari
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,96
4,70
5,54
32 Jayapura
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
5,24
4,98
5,15
33 Manokwari
Badan Pertanahan Nasional
Peralihan Hak atas Tanah
3,38
4,20
3,65
171
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Lampiran 19 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Paspor No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,08
6,81
7,65
2
Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,85
7,15
7,62
3
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,05
6,70
7,60
4
Serang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,73
6,90
7,45
5
Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,84
6,67
7,45
6
Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,11
5,76
7,33
7
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,61
6,67
7,29
8
Padang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,87
6,14
7,29
9
Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,83
6,16
7,27
10 Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,83
6,05
7,24
11 Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,60
6,34
7,18
12 Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,74
5,97
7,15
13 Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,39
6,45
7,08
14 DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,41
6,38
7,07
15 Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,46
6,25
7,06
16 Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,67
5,82
7,06
17 Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,76
5,65
7,05
18 Palu
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
8,15
4,83
7,04
19 Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,64
5,61
6,96
20 Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,20
6,41
6,94
21 Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,48
5,80
6,92
22 Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,57
5,61
6,91
23 Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,54
5,64
6,90
24 Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,31
6,06
6,90
25 Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,15
6,26
6,85
26 Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,18
6,07
6,81
27 Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,23
5,96
6,80
28 Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,33
5,69
6,78
29 Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,92
6,45
6,76
30 Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,07
5,93
6,69
31 Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,87
5,71
6,48
32 Medan
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
7,18
4,89
6,41
33 Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
Paspor
6,52
6,14
6,39
172
LAMPIRAN
Lampiran 20 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Mataram
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
8,08
6,99
7,72
2
Makassar
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,95
6,74
7,55
3
Kendari
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
7,13
7,50
4
Pontianak
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,92
6,65
7,50
5
Gorontalo
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,84
6,79
7,49
6
Bandar Lampung
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,72
6,62
7,36
7
Surabaya
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
8,14
5,79
7,36
8
Ternate
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,79
6,40
7,33
9
Manado
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,69
6,57
7,32
10 Kupang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,84
6,25
7,31
11 Ambon
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
6,27
7,21
12 Mamuju
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,71
6,12
7,18
13 Manokwari
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,82
5,80
7,15
14 Banda Aceh
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,41
6,59
7,14
15 Palu
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,79
5,83
7,14
16 Semarang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,42
6,55
7,13
17 Padang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,46
6,36
7,10
18 Denpasar
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,31
6,43
7,02
19 Jambi
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,65
5,49
6,93
20 Tanjungpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,68
5,30
6,88
21 Jayapura
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,24
5,80
6,76
22 Samarinda
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,89
6,46
6,75
23 Bandung
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
7,08
6,05
6,74
24 Bengkulu
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,97
6,18
6,70
25 Pangkalpinang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,76
6,40
6,64
26 Serang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,98
5,72
6,56
27 DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,77
5,92
6,48
28 Yogyakarta
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,62
6,12
6,45
29 Pekanbaru
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,87
5,62
6,45
30 Palangkaraya
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,49
6,25
6,41
31 Banjarmasin
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
6,53
5,45
6,17
32 Palembang
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
5,41
5,12
5,31
33 Medan
Kementerian Hukum dan HAM
Lembaga Pemasyarakatan
5,63
3,88
5,05
173
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Lampiran 21 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Pernikahan KUA No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Samarinda
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,70
6,59
7,33
2
Denpasar
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,76
6,35
7,29
3
Pangkalpinang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,88
6,10
7,28
4
Bandar Lampung
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,77
6,29
7,28
5
Gorontalo
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,51
6,57
7,20
6
Manokwari
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
8,19
5,19
7,19
7
Jambi
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,58
5,77
6,97
8
Tanjungpinang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,49
5,88
6,95
9
Ternate
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,38
6,09
6,95
10 Ambon
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,77
5,27
6,94
11 Manado
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,04
6,61
6,89
12 Banda Aceh
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,30
5,98
6,86
13 Jayapura
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,58
5,38
6,84
14 Mataram
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,30
5,87
6,83
15 Banjarmasin
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,41
5,52
6,78
16 Kupang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,63
5,06
6,77
17 Mamuju
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,85
4,55
6,75
18 Yogyakarta
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,97
6,28
6,74
19 Makassar
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,29
5,60
6,73
20 Pekanbaru
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,25
5,43
6,64
21 Palembang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,04
5,82
6,64
22 Palangkaraya
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,18
5,46
6,60
23 DKI Jakarta
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,94
5,57
6,48
24 Padang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,05
5,28
6,46
25 Medan
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,18
4,91
6,42
26 Palu
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
7,32
4,52
6,39
27 Semarang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,57
5,12
6,09
28 Bengkulu
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,52
5,07
6,04
29 Pontianak
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,26
5,20
5,91
30 Bandung
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
6,06
5,08
5,73
31 Kendari
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
5,77
4,39
5,31
32 Surabaya
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
4,00
5,56
4,52
33 Serang
Kementerian Agama
Administrasi Pernikahan KUA
4,80
3,58
4,39
174
LAMPIRAN
Lampiran 22 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Sidang Peradilan Agama No.
Kota
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Manado
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,98
7,34
7,77
2
Samarinda
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,01
7,04
7,69
3
Kendari
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,07
6,59
7,58
4
Gorontalo
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,85
6,95
7,55
5
Denpasar
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,06
6,50
7,54
6
Bandar Lampung
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,00
6,45
7,48
7
Manokwari
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,19
5,92
7,43
8
Ternate
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,79
6,47
7,35
9
Surabaya
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,01
5,96
7,33
10 DKI Jakarta
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,49
6,73
7,24
11 Kupang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,79
6,08
7,22
12 Pontianak
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,65
6,22
7,18
13 Banda Aceh
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,68
6,16
7,18
14 Banjarmasin
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,63
6,16
7,14
15 Mamuju
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,81
5,77
7,13
16 Mataram
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,56
6,27
7,13
17 Yogyakarta
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,39
6,58
7,12
18 Palu
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
8,13
5,01
7,09
19 Pekanbaru
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,62
5,98
7,07
20 Padang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,30
6,60
7,06
21 Makassar
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,59
5,98
7,05
22 Palangkaraya
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,71
5,71
7,05
23 Serang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,75
5,45
6,98
24 Tanjungpinang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,64
5,52
6,93
25 Medan
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,82
4,92
6,85
26 Semarang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,26
5,83
6,79
27 Palembang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,02
6,23
6,76
28 Bandung
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,33
5,46
6,71
29 Jambi
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,58
4,89
6,68
30 Pangkalpinang
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,17
5,60
6,65
31 Ambon
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,60
4,19
6,46
32 Bengkulu
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
7,16
4,82
6,38
33 Jayapura
Mahkamah Agung
Administrasi Sidang Peradilan Agama
5,97
5,47
5,80
175
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Lampiran 23 Indeks Integritas Total Daerah (IITD), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas No.
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Parepare
7,83
7,46
7,71
2
Bitung
7,66
7,29
7,54
3
Pematangsiantar
7,79
6,63
7,41
4
Bogor
7,66
6,54
7,29
5
Samarinda
7,48
6,72
7,22
6
Cilegon
7,64
6,34
7,20
7
Tanjungpinang
7,67
6,26
7,20
8
Sidoarjo
7,90
5,79
7,20
9
Denpasar
7,57
6,40
7,18
10
Pekalongan
7,73
6,08
7,18
11
Gorontalo
7,46
6,52
7,15
12
Lhokseumawe
7,95
5,47
7,13
13
Mataram
7,35
6,52
7,07
14
Bekasi
7,27
6,36
6,97
15
Mamuju
7,77
5,34
6,96
16
Surabaya
7,17
6,44
6,92
17
Padang
7,39
5,98
6,92
18
Banda Aceh
7,31
6,07
6,90
19
Banjarmasin
7,34
5,97
6,89
20
Bandar Lampung
7,37
5,85
6,86
21
Yogyakarta
7,03
6,52
6,86
22
Manado
6,98
6,58
6,85
23
Kupang
7,34
5,87
6,85
24
Jambi
7,48
5,56
6,84
25
Bukittinggi
7,31
5,88
6,83
26
Pangkalpinang
7,21
6,04
6,82
27
Depok
7,19
6,08
6,82
28
Madiun
7,38
5,68
6,81
29
Metro
7,19
6,00
6,79
30
Makassar
7,21
5,92
6,78
31
Ternate
7,16
5,97
6,77
32
Batam
7,04
6,14
6,74
33
Ambon
7,27
5,68
6,74
34
Binjai
7,19
5,79
6,73
35
Cirebon
7,39
5,39
6,72
36
Banyumas
7,18
5,76
6,70
37
Palu
7,44
5,19
6,69
38
DKI Jakarta
6,88
6,15
6,64
39
Malang
7,06
5,76
6,63
40
Kendari
6,97
5,94
6,63
176
LAMPIRAN
No.
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
41
Serang
7,01
5,85
6,63
42
Tangerang
6,88
6,05
6,60
43
Dumai
7,03
5,70
6,59
44
Pontianak
6,85
5,98
6,56
45
Bandung
6,85
5,95
6,55
46
Kediri
6,89
5,82
6,53
47
Lubuklinggau
7,15
5,12
6,47
48
Semarang
6,75
5,84
6,45
49
Surakarta
6,46
6,31
6,41
50
Banjarbaru
6,62
5,95
6,40
51
Palangkaraya
6,72
5,70
6,38
52
Pekanbaru
6,73
5,56
6,34
53
Palembang
6,52
5,89
6,31
54
Jember
6,58
5,76
6,31
55
Balikpapan
6,31
5,96
6,19
56
Medan
6,81
4,86
6,16
57
Bima
6,77
4,74
6,10
58
Bengkulu
6,49
5,27
6,08
59
Manokwari
6,50
5,20
6,07
60
Jayapura
6,06
5,43
5,85
Lampiran 24 Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi No.
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Parepare
7,83
7,46
7,71
2
Pemko Surabaya
7,93
6,98
7,61
3
Pemko Bitung
7,66
7,29
7,54
4
Pemko Tanjungpinang
7,87
6,77
7,50
5
Pemko Gorontalo
7,89
6,70
7,49
6
Pemko Pematangsiantar
7,79
6,63
7,41
7
Pemko Mataram
7,75
6,56
7,36
8
Pemko Denpasar
7,67
6,56
7,30
9
Pemko Bogor
7,66
6,54
7,29
10
Pemko Yogyakarta
7,56
6,71
7,28
11
Pemko Samarinda
7,62
6,57
7,27
12
Pemko Cilegon
7,64
6,34
7,20
13
Pemkab Sidoarjo
7,90
5,79
7,20
14
Pemko Pekalongan
7,73
6,08
7,18
15
Pemko Lhokseumawe
7,95
5,47
7,13
16
DKI Jakarta
7,47
6,36
7,10
17
Pemko Pangkalpinang
7,56
6,02
7,05
177
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
18
Pemko Bandung
7,39
6,26
7,01
19
Pemko Makassar
7,51
5,99
7,00
20
Pemko Kupang
7,43
6,14
7,00
21
Pemko Serang
7,51
5,96
6,99
22
Pemko Padang
7,60
5,77
6,99
23
Pemko Bekasi
7,27
6,36
6,97
24
Pemko Banjarmasin
7,38
6,05
6,94
25
Pemko Banda Aceh
7,46
5,86
6,93
26
Pemko Jambi
7,57
5,55
6,90
27
Pemko Bukittinggi
7,31
5,88
6,83
28
Pemko Depok
7,19
6,08
6,82
29
Pemko Madiun
7,38
5,68
6,81
30
Pemko Metro
7,19
6,00
6,79
31
Pemko Manado
6,96
6,34
6,75
32
Pemko Batam
7,04
6,14
6,74
33
Pemko Binjai
7,19
5,79
6,73
34
Pemko Cirebon
7,39
5,39
6,72
35
Pemko Palembang
7,04
6,06
6,72
36
Pemkab Banyumas
7,18
5,76
6,70
37
Pemko Ambon
7,09
5,84
6,67
38
Pemko Medan
7,32
5,30
6,65
39
Pemko Malang
7,06
5,76
6,63
40
Pemko Tangerang
6,88
6,05
6,60
41
Pemko Kendari
6,96
5,85
6,59
42
Pemko Dumai
7,03
5,70
6,59
43
Pemkab Mamuju
7,66
4,42
6,58
44
Pemko Pontianak
6,83
6,08
6,58
45
Pemko Kediri
6,89
5,82
6,53
46
Pemkab Manokwari
7,12
5,26
6,50
47
Pemko Lubuklinggau
7,15
5,12
6,47
48
Pemko Ternate
6,95
5,51
6,47
49
Pemko Surakarta
6,46
6,31
6,41
50
Pemko Banjarbaru
6,62
5,95
6,40
51
Pemko Bandar Lampung
6,75
5,64
6,38
52
Pemkab Jember
6,58
5,76
6,31
53
Pemko Semarang
6,39
6,10
6,29
54
Pemko Balikpapan
6,31
5,96
6,19
55
Pemko Palu
6,80
4,88
6,16
56
Pemko Bima
6,77
4,74
6,10
57
Pemko Pekanbaru
6,34
5,46
6,05
58
Pemko Bengkulu
6,51
5,09
6,04
59
Pemko Palangkaraya
6,28
5,35
5,97
60
Pemko Jayapura
5,80
5,36
5,66
178
LAMPIRAN
Lampiran 25 Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan No.
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Parepare
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,09
7,59
7,92
2
Pemko Pematangsiantar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,89
7,75
7,84
3
Pemko Parepare
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,67
7,84
4
Pemko Gorontalo
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,15
7,03
7,78
5
Pemko Tanjungpinang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,86
7,58
7,77
6
Pemko Surabaya
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,04
7,07
7,72
7
Pemko Banjarbaru
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,10
6,81
7,67
8
Pemko Gorontalo
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,90
7,17
7,66
9
Pemko Bitung
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,65
7,63
7,64
10
Pemko Samarinda
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,88
7,09
7,61
11
Pemko Surabaya
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,04
6,71
7,60
12
Pemko Pontianak
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,11
6,55
7,59
13
Pemko Mataram
Pengadaan Barang dan Jasa
7,71
7,35
7,59
14
Pemko Bitung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,73
7,30
7,58
15
Pemko Denpasar
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,05
6,64
7,58
16
Pemko Bogor
Pengadaan Barang dan Jasa
7,76
7,08
7,54
17
Pemko Manado
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,06
6,45
7,53
18
Pemko Binjai
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
6,39
7,45
19
Pemkab Manokwari
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,18
5,94
7,43
20
Pemko Cilegon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,88
6,52
7,42
21
Pemkab Sidoarjo
Pengadaan Barang dan Jasa
8,09
6,06
7,41
22
Pemko Surabaya
Pengadaan Barang dan Jasa
7,70
6,78
7,40
23
Pemko Tanjungpinang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,85
6,47
7,39
24
Pemko Yogyakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
7,57
6,98
7,37
25
Pemko Makassar
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,03
6,03
7,36
26
Pemko Bekasi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,48
7,04
7,33
27
Pemko Pekalongan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,45
7,08
7,33
28
Pemko Parepare
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,49
6,97
7,31
29
Pemko Tanjungpinang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,89
6,10
7,29
30
Pemko Kediri
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,06
5,73
7,29
31
Pemko Mataram
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,11
5,63
7,29
32
Pemko Ambon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
5,85
7,28
33
Pemko Binjai
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,08
5,67
7,27
34
Pemko Yogyakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,44
6,86
7,25
35
Pemko Bandung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,85
6,03
7,25
36
Pemko Padang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,67
6,37
7,24
37
Pemko Denpasar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,59
6,49
7,22
38
Pemko Balikpapan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,65
6,37
7,22
39
Pemko Palu
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,05
5,56
7,22
40
Pemko Bitung
Pengadaan Barang dan Jasa
7,61
6,42
7,21
179
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Instansi
Unit Layanan
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
41
Pemko Pematangsiantar
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,58
6,44
7,20
42
Pemko Banda Aceh
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,72
6,14
7,19
43
Pemko Yogyakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,68
6,18
7,18
44
Pemko Lhokseumawe
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,96
5,60
7,18
45
Pemko Kediri
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,89
5,75
7,18
46
Pemko Bogor
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,75
6,02
7,17
47
Pemko Mataram
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,43
6,63
7,16
48
Pemkab Sidoarjo
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,08
5,32
7,16
49
Pemko Banda Aceh
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,90
5,63
7,15
50
Pemko Medan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,60
6,25
7,15
51
DKI Jakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
7,38
6,69
7,15
52
Pemko Ternate
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,83
5,78
7,15
53
Pemko Tangerang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,94
5,54
7,14
54
Pemko Makassar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,62
6,17
7,14
55
Pemko Depok
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,57
6,26
7,14
56
Pemko Kupang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,45
6,49
7,13
57
Pemko Bogor
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,48
6,43
7,13
58
Pemko Pematangsiantar
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,91
5,55
7,13
59
Pemko Denpasar
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,37
6,62
7,12
60
Pemko Lhokseumawe
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,03
5,30
7,12
61
Pemko Kupang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
5,37
7,11
62
Pemko Serang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,98
5,38
7,11
63
Pemkab Jember
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,72
5,86
7,10
64
Pemko Samarinda
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,44
6,42
7,10
65
Pemko Cilegon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,66
5,98
7,10
66
Pemko Gorontalo
Pengadaan Barang dan Jasa
7,60
6,08
7,10
67
Pemko Pekalongan
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,94
5,41
7,10
68
Pemko Samarinda
Pengadaan Barang dan Jasa
7,54
6,20
7,10
69
Pemko Metro
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,85
5,57
7,09
70
Pemko Pangkalpinang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,64
6,00
7,09
71
Pemko Bandar Lampung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,69
5,90
7,09
72
Pemko Cilegon
Pengadaan Barang dan Jasa
7,37
6,52
7,09
73
Pemko Banjarmasin
Pengadaan Barang dan Jasa
7,49
6,28
7,09
74
Pemko Pangkalpinang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,60
6,04
7,08
75
DKI Jakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,61
6,01
7,08
76
Pemko Lhokseumawe
Pengadaan Barang dan Jasa
7,87
5,47
7,07
77
Pemko Malang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,65
5,91
7,07
78
Pemko Bukittinggi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
6,16
7,06
79
Pemko Palembang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,53
6,11
7,06
80
Pemko Jambi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,88
5,42
7,06
81
Pemko Kendari
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,30
6,57
7,06
82
Pemko Dumai
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,70
5,76
7,05
83
Pemko Serang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,24
6,68
7,05
180
LAMPIRAN
No.
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
84
DKI Jakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,43
6,25
7,04
85
Pemko Ambon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,44
6,22
7,03
86
Pemko Bekasi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,54
6,00
7,03
87
Pemko Pekanbaru
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,55
5,98
7,03
88
Pemko Dumai
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,44
6,20
7,03
89
Pemko Palu
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,14
4,80
7,03
90
Pemko Pekalongan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,80
5,44
7,02
91
Pemko Surakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,40
6,20
7,00
92
Pemko Pontianak
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,52
5,95
7,00
93
Pemko Banjarmasin
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,64
5,71
7,00
94
Pemko Bandung
Pengadaan Barang dan Jasa
7,43
6,12
6,99
95
Pemko Palangkaraya
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,62
5,68
6,97
96
Pemko Bima
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,70
5,52
6,97
97
Pemko Jambi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,67
5,53
6,95
98
Pemko Bukittinggi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,71
5,40
6,94
99
Pemko Pangkalpinang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,45
5,89
6,93
100
Pemko Madiun
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
5,77
6,92
101
Pemkab Banyumas
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,51
5,72
6,91
102
Pemkab Sidoarjo
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,54
5,64
6,91
103
Pemkab Banyumas
Pengadaan Barang dan Jasa
7,40
5,87
6,89
104
Pemko Metro
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
6,69
6,88
105
Pemko Padang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,59
5,46
6,88
106
Pemko Batam
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,58
5,46
6,87
107
Pemko Lubuklinggau
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,77
5,03
6,86
108
Pemko Semarang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
6,58
6,84
109
Pemko Madiun
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,33
5,87
6,84
110
Pemko Bandar Lampung
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,13
6,25
6,84
111
Pemkab Mamuju
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,86
4,77
6,83
112
Pemko Batam
Pengadaan Barang dan Jasa
6,93
6,61
6,82
113
Pemko Serang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,31
5,83
6,82
114
Pemko Cirebon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,61
5,23
6,82
115
Pemko Padang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,54
5,36
6,81
116
Pemko Malang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,28
5,88
6,81
117
Pemko Cirebon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,49
5,43
6,81
118
Pemko Banjarmasin
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,02
6,17
6,74
119
Pemko Madiun
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,30
5,59
6,73
120
Pemko Depok
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,08
6,03
6,73
121
Pemkab Mamuju
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,80
4,55
6,72
122
Pemko Bandung
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,89
6,38
6,72
123
Pemko Bengkulu
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,39
5,29
6,69
124
Pemko Kupang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,82
6,42
6,69
125
Pemko Palembang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,93
6,17
6,68
126
Pemko Jambi
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,17
5,69
6,68
181
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Instansi
Unit Layanan
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
127
Pemko Depok
Pengadaan Barang dan Jasa
6,93
6,06
6,64
128
Pemko Tangerang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,99
5,85
6,61
129
Pemko Ternate
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,52
4,73
6,59
130
Pemko Lubuklinggau
Pengadaan Barang dan Jasa
7,15
5,43
6,58
131
Pemko Bekasi
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,80
6,03
6,54
132
Pemkab Jember
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,01
5,60
6,54
133
Pemko Cirebon
Pengadaan Barang dan Jasa
7,06
5,45
6,52
134
Pemko Manado
Pengadaan Barang dan Jasa
6,66
6,22
6,51
135
Pemko Bukittinggi
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,71
6,00
6,48
136
Pemko Medan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,28
4,85
6,47
137
Pemko Batam
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,61
6,15
6,46
138
Pemko Makassar
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,87
5,63
6,46
139
Pemko Semarang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,17
5,02
6,46
140
Pemko Bima
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,82
3,71
6,45
141
Pemko Metro
Pengadaan Barang dan Jasa
6,74
5,78
6,42
142
Pemko Banda Aceh
Pengadaan Barang dan Jasa
6,76
5,73
6,42
143
Pemko Palangkaraya
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,00
5,24
6,42
144
Pemko Kendari
Pengadaan Barang dan Jasa
6,84
5,46
6,38
145
Pemko Palembang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,67
5,75
6,37
146
Pemko Banjarbaru
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,94
5,18
6,36
147
Pemkab Banyumas
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,62
5,68
6,31
148
Pemko Medan
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,08
4,74
6,30
149
Pemko Pekanbaru
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
4,88
6,28
150
Pemko Surakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
6,12
6,54
6,26
151
Pemko Kendari
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,65
5,40
6,24
152
Pemkab Manokwari
Pengadaan Barang dan Jasa
6,92
4,81
6,22
153
Pemko Manado
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,15
6,35
6,22
154
Pemkab Mamuju
Pengadaan Barang dan Jasa
7,33
3,93
6,20
155
Pemko Bengkulu
Pengadaan Barang dan Jasa
6,55
5,29
6,13
156
Pemko Surakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,86
6,19
5,97
157
Pemko Tangerang
Pengadaan Barang dan Jasa
5,70
6,45
5,95
158
Pemko Lubuklinggau
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,52
4,81
5,95
159
Pemko Malang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,26
5,32
5,95
160
Pemko Jayapura
Pengadaan Barang dan Jasa
6,22
5,19
5,88
161
Pemko Balikpapan
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,99
5,45
5,81
162
Pemko Jayapura
Kesehatan Dasar Puskesmas
5,83
5,66
5,77
163
Pemkab Manokwari
Kesehatan Dasar Puskesmas
6,25
4,76
5,76
164
Pemko Ambon
Pengadaan Barang dan Jasa
5,83
5,28
5,65
165
Pemko Dumai
Pengadaan Barang dan Jasa
5,95
4,98
5,63
166
Pemko Ternate
Pengadaan Barang dan Jasa
5,49
5,78
5,59
167
Pemko Balikpapan
Pengadaan Barang dan Jasa
5,29
5,93
5,50
168
Pemko Semarang
Pengadaan Barang dan Jasa
5,02
6,44
5,49
169
Pemko Binjai
Pengadaan Barang dan Jasa
5,52
4,98
5,34
182
LAMPIRAN
No.
Instansi
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
170
Pemko Bengkulu
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,60
4,69
5,30
171
Pemko Jayapura
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,23
5,24
5,23
172
Pemkab Jember
Pengadaan Barang dan Jasa
5,02
5,57
5,20
173
Pemko Bandar Lampung
Pengadaan Barang dan Jasa
5,43
4,61
5,16
174
Pemko Pontianak
Pengadaan Barang dan Jasa
4,86
5,57
5,10
175
Pemko Kediri
Pengadaan Barang dan Jasa
4,71
5,84
5,09
176
Pemko Banjarbaru
Pengadaan Barang dan Jasa
4,83
5,56
5,07
177
Pemko Bima
Pengadaan Barang dan Jasa
4,81
4,89
4,84
178
Pemko Pekanbaru
Pengadaan Barang dan Jasa
4,51
5,17
4,73
179
Pemko Palangkaraya
Pengadaan Barang dan Jasa
4,21
4,82
4,42
180
Pemko Palu
Pengadaan Barang dan Jasa
4,21
4,30
4,24
Lampiran 26 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No.
Kota
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Parepare
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,09
7,59
7,92
2
Pemko Tanjungpinang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,86
7,58
7,77
3
Pemko Gorontalo
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,90
7,17
7,66
4
Pemko Bitung
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,65
7,63
7,64
5
Pemko Samarinda
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,88
7,09
7,61
6
Pemko Surabaya
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,04
6,71
7,60
7
Pemkab Manokwari
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,18
5,94
7,43
8
Pemko Binjai
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,08
5,67
7,27
9
Pemko Yogyakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,44
6,86
7,25
10
Pemko Pematangsiantar
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,58
6,44
7,20
11
Pemko Banda Aceh
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,72
6,14
7,19
12
Pemko Kediri
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,89
5,75
7,18
13
Pemko Mataram
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,43
6,63
7,16
14
Pemko Kupang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,45
6,49
7,13
15
Pemko Bogor
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,48
6,43
7,13
16
Pemko Denpasar
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,37
6,62
7,12
17
Pemko Lhokseumawe
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,03
5,30
7,12
18
Pemko Cilegon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,66
5,98
7,10
19
Pemko Pekalongan
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,94
5,41
7,10
20
Pemko Pangkalpinang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,64
6,00
7,09
21
Pemko Dumai
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,70
5,76
7,05
22
Pemko Serang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,24
6,68
7,05
23
DKI Jakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,43
6,25
7,04
183
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
Unit Layanan
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
24
Pemko Ambon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,44
6,22
7,03
25
Pemko Palu
Surat Izin Usaha Perdagangan
8,14
4,80
7,03
26
Pemko Pontianak
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,52
5,95
7,00
27
Pemkab Sidoarjo
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,54
5,64
6,91
28
Pemko Metro
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
6,69
6,88
29
Pemko Padang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,59
5,46
6,88
30
Pemko Semarang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
6,58
6,84
31
Pemko Bandar Lampung
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,13
6,25
6,84
32
Pemko Cirebon
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,61
5,23
6,82
33
Pemko Malang
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,28
5,88
6,81
34
Pemko Banjarmasin
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,02
6,17
6,74
35
Pemko Madiun
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,30
5,59
6,73
36
Pemko Depok
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,08
6,03
6,73
37
Pemkab Mamuju
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,80
4,55
6,72
38
Pemko Bandung
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,89
6,38
6,72
39
Pemko Palembang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,93
6,17
6,68
40
Pemko Jambi
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,17
5,69
6,68
41
Pemko Tangerang
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,99
5,85
6,61
42
Pemko Ternate
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,52
4,73
6,59
43
Pemko Bekasi
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,80
6,03
6,54
44
Pemkab Jember
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,01
5,60
6,54
45
Pemko Bukittinggi
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,71
6,00
6,48
46
Pemko Batam
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,61
6,15
6,46
47
Pemko Makassar
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,87
5,63
6,46
48
Pemko Bima
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,82
3,71
6,45
49
Pemko Palangkaraya
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,00
5,24
6,42
50
Pemko Banjarbaru
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,94
5,18
6,36
51
Pemkab Banyumas
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,62
5,68
6,31
52
Pemko Medan
Surat Izin Usaha Perdagangan
7,08
4,74
6,30
53
Pemko Pekanbaru
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,98
4,88
6,28
54
Pemko Kendari
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,65
5,40
6,24
55
Pemko Manado
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,15
6,35
6,22
56
Pemko Surakarta
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,86
6,19
5,97
57
Pemko Lubuklinggau
Surat Izin Usaha Perdagangan
6,52
4,81
5,95
58
Pemko Balikpapan
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,99
5,45
5,81
59
Pemko Bengkulu
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,60
4,69
5,30
60
Pemko Jayapura
Surat Izin Usaha Perdagangan
5,23
5,24
5,23
184
LAMPIRAN
Lampiran 27 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Kesehatan Dasar Puskesmas No.
Kota
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Gorontalo
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,15
7,03
7,78
2
Pemko Surabaya
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,04
7,07
7,72
3
Pemko Banjarbaru
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,10
6,81
7,67
4
Pemko Pontianak
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,11
6,55
7,59
5
Pemko Bitung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,73
7,30
7,58
6
Pemko Denpasar
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,05
6,64
7,58
7
Pemko Manado
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,06
6,45
7,53
8
Pemko Binjai
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
6,39
7,45
9
Pemko Cilegon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,88
6,52
7,42
10
Pemko Makassar
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,03
6,03
7,36
11
Pemko Parepare
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,49
6,97
7,31
12
Pemko Tanjungpinang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,89
6,10
7,29
13
Pemko Kediri
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,06
5,73
7,29
14
Pemko Mataram
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,11
5,63
7,29
15
Pemko Ambon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
5,85
7,28
16
Pemko Bandung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,85
6,03
7,25
17
Pemko Balikpapan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,65
6,37
7,22
18
Pemko Palu
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,05
5,56
7,22
19
Pemko Yogyakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,68
6,18
7,18
20
Pemko Lhokseumawe
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,96
5,60
7,18
21
Pemko Bogor
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,75
6,02
7,17
22
Pemkab Sidoarjo
Kesehatan Dasar Puskesmas
8,08
5,32
7,16
23
Pemko Banda Aceh
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,90
5,63
7,15
24
Pemko Ternate
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,83
5,78
7,15
25
Pemko Tangerang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,94
5,54
7,14
26
Pemko Depok
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,57
6,26
7,14
27
Pemko Pematangsiantar
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,91
5,55
7,13
28
Pemko Kupang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,99
5,37
7,11
29
Pemko Serang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,98
5,38
7,11
30
Pemkab Jember
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,72
5,86
7,10
31
Pemko Samarinda
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,44
6,42
7,10
32
Pemko Metro
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,85
5,57
7,09
33
Pemko Bandar Lampung
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,69
5,90
7,09
34
Pemko Pangkalpinang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,60
6,04
7,08
35
DKI Jakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,61
6,01
7,08
36
Pemko Malang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,65
5,91
7,07
185
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
Unit Layanan
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
37
Pemko Palembang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,53
6,11
7,06
38
Pemko Jambi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,88
5,42
7,06
39
Pemko Kendari
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,30
6,57
7,06
40
Pemko Bekasi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,54
6,00
7,03
41
Pemko Pekanbaru
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,55
5,98
7,03
42
Pemko Dumai
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,44
6,20
7,03
43
Pemko Pekalongan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,80
5,44
7,02
44
Pemko Surakarta
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,40
6,20
7,00
45
Pemko Banjarmasin
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,64
5,71
7,00
46
Pemko Palangkaraya
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,62
5,68
6,97
47
Pemko Bima
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,70
5,52
6,97
48
Pemko Bukittinggi
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,71
5,40
6,94
49
Pemkab Banyumas
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,51
5,72
6,91
50
Pemko Batam
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,58
5,46
6,87
51
Pemko Lubuklinggau
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,77
5,03
6,86
52
Pemko Madiun
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,33
5,87
6,84
53
Pemkab Mamuju
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,86
4,77
6,83
54
Pemko Padang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,54
5,36
6,81
55
Pemko Cirebon
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,49
5,43
6,81
56
Pemko Bengkulu
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,39
5,29
6,69
57
Pemko Medan
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,28
4,85
6,47
58
Pemko Semarang
Kesehatan Dasar Puskesmas
7,17
5,02
6,46
59
Pemko Jayapura
Kesehatan Dasar Puskesmas
5,83
5,66
5,77
60
Pemkab Manokwari
Kesehatan Dasar Puskesmas
6,25
4,76
5,76
Lampiran 28 Indeks Integritas, Pengalaman Integritas, dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa No.
Kota
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Pematangsiantar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,89
7,75
7,84
2
Pemko Parepare
Pengadaan Barang dan Jasa
7,92
7,67
7,84
3
Pemko Mataram
Pengadaan Barang dan Jasa
7,71
7,35
7,59
4
Pemko Bogor
Pengadaan Barang dan Jasa
7,76
7,08
7,54
5
Pemkab Sidoarjo
Pengadaan Barang dan Jasa
8,09
6,06
7,41
6
Pemko Surabaya
Pengadaan Barang dan Jasa
7,70
6,78
7,40
7
Pemko Tanjungpinang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,85
6,47
7,39
8
Pemko Yogyakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
7,57
6,98
7,37
9
Pemko Bekasi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,48
7,04
7,33
186
LAMPIRAN
No.
Kota
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
10
Pemko Pekalongan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,45
7,08
7,33
11
Pemko Padang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,67
6,37
7,24
12
Pemko Denpasar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,59
6,49
7,22
13
Pemko Bitung
Pengadaan Barang dan Jasa
7,61
6,42
7,21
14
Pemko Medan
Pengadaan Barang dan Jasa
7,60
6,25
7,15
15
DKI Jakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
7,38
6,69
7,15
16
Pemko Makassar
Pengadaan Barang dan Jasa
7,62
6,17
7,14
17
Pemko Gorontalo
Pengadaan Barang dan Jasa
7,60
6,08
7,10
18
Pemko Samarinda
Pengadaan Barang dan Jasa
7,54
6,20
7,10
19
Pemko Cilegon
Pengadaan Barang dan Jasa
7,37
6,52
7,09
20
Pemko Banjarmasin
Pengadaan Barang dan Jasa
7,49
6,28
7,09
21
Pemko Lhokseumawe
Pengadaan Barang dan Jasa
7,87
5,47
7,07
22
Pemko Bukittinggi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
6,16
7,06
23
Pemko Bandung
Pengadaan Barang dan Jasa
7,43
6,12
6,99
24
Pemko Jambi
Pengadaan Barang dan Jasa
7,67
5,53
6,95
25
Pemko Pangkalpinang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,45
5,89
6,93
26
Pemko Madiun
Pengadaan Barang dan Jasa
7,50
5,77
6,92
27
Pemkab Banyumas
Pengadaan Barang dan Jasa
7,40
5,87
6,89
28
Pemko Batam
Pengadaan Barang dan Jasa
6,93
6,61
6,82
29
Pemko Serang
Pengadaan Barang dan Jasa
7,31
5,83
6,82
30
Pemko Kupang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,82
6,42
6,69
31
Pemko Depok
Pengadaan Barang dan Jasa
6,93
6,06
6,64
32
Pemko Lubuklinggau
Pengadaan Barang dan Jasa
7,15
5,43
6,58
33
Pemko Cirebon
Pengadaan Barang dan Jasa
7,06
5,45
6,52
34
Pemko Manado
Pengadaan Barang dan Jasa
6,66
6,22
6,51
35
Pemko Metro
Pengadaan Barang dan Jasa
6,74
5,78
6,42
36
Pemko Banda Aceh
Pengadaan Barang dan Jasa
6,76
5,73
6,42
37
Pemko Kendari
Pengadaan Barang dan Jasa
6,84
5,46
6,38
38
Pemko Palembang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,67
5,75
6,37
39
Pemko Surakarta
Pengadaan Barang dan Jasa
6,12
6,54
6,26
40
Pemkab Manokwari
Pengadaan Barang dan Jasa
6,92
4,81
6,22
41
Pemkab Mamuju
Pengadaan Barang dan Jasa
7,33
3,93
6,20
42
Pemko Bengkulu
Pengadaan Barang dan Jasa
6,55
5,29
6,13
43
Pemko Tangerang
Pengadaan Barang dan Jasa
5,70
6,45
5,95
44
Pemko Malang
Pengadaan Barang dan Jasa
6,26
5,32
5,95
45
Pemko Jayapura
Pengadaan Barang dan Jasa
6,22
5,19
5,88
46
Pemko Ambon
Pengadaan Barang dan Jasa
5,83
5,28
5,65
47
Pemko Dumai
Pengadaan Barang dan Jasa
5,95
4,98
5,63
187
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2013
No.
Kota
Unit Layanan
FAKTA KORUPSI DALAM LAYANAN PUBLIK
Pengalaman
Potensi
Integritas
48
Pemko Ternate
Pengadaan Barang dan Jasa
5,49
5,78
5,59
49
Pemko Balikpapan
Pengadaan Barang dan Jasa
5,29
5,93
5,50
50
Pemko Semarang
Pengadaan Barang dan Jasa
5,02
6,44
5,49
51
Pemko Binjai
Pengadaan Barang dan Jasa
5,52
4,98
5,34
52
Pemkab Jember
Pengadaan Barang dan Jasa
5,02
5,57
5,20
53
Pemko Bandar Lampung
Pengadaan Barang dan Jasa
5,43
4,61
5,16
54
Pemko Pontianak
Pengadaan Barang dan Jasa
4,86
5,57
5,10
55
Pemko Kediri
Pengadaan Barang dan Jasa
4,71
5,84
5,09
56
Pemko Banjarbaru
Pengadaan Barang dan Jasa
4,83
5,56
5,07
57
Pemko Bima
Pengadaan Barang dan Jasa
4,81
4,89
4,84
58
Pemko Pekanbaru
Pengadaan Barang dan Jasa
4,51
5,17
4,73
59
Pemko Palangkaraya
Pengadaan Barang dan Jasa
4,21
4,82
4,42
60
Pemko Palu
Pengadaan Barang dan Jasa
4,21
4,30
4,24
188
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan 12920 Telp. 021 2557 8300 Fax. 021 5289 2456
www.kpk.go.id
TAHUN 2013
,6%1