THERAPEUTIC ENVIRONMENT PERMUKIMAN TEPI SUNGAI GAJAH WONG
ADITYA ARYA WIRAWAN
PENATAAN PERMUKIMAN TEPI SUNGAI GAJAH WONG BERBASIS PENDEKATAN CO-DESIGN
Dosen Ir. Fajriyanto, M.,T.
Perancang & Penulis Aditya Arya Wirawan
Cover dan Layout Aditya Arya Wirawan
Editor Aditya Arya Wirawan
i
CO - DESIGN
DAFTAR ISI 01-04 INFORMASI KAWASAN Abstrak Latar Belakang Informasi Umum Lokasi Peta Lokasi Perancangan
05-10 METODE PERANCANGAN Pendekatan Teoritis Co-Design Strategi Perancangan Co-Design Studi Preseden Co-Design
11-13 TEMA PERANCANGAN MIKRO Pendekatan Tema Therapeutic Environment Studi Preseden Therapeutic Environment
14-22 DATA, ANALISIS, & REKOMENDASI Aktor & Perannya Data Kawasan Analisis Kawasan Rekomendasi Kawasan
ii
CO - DESIGN
DAFTAR ISI PROGRAM RANCANGAN KAWASAN 23-29 Teori Tema Perancangan Variabel Perancangan Sttrategi, Tujuan, & Sasaran Rancangan
KONSEP & RENCANA PERANCANGAN 30-49 Rencana Land Use
Konsep Land Use
Masterplan
Tahap Perancangan Kawasan
Rencana Zonasi
Konsep Waterfront
Perspektif Kawasan
Konsep Hunian Vertikal
Rencana Therapeutic Garden
Konsep Therapeutic Environment
SuasanaTherapeutic Garden
Konsep Sirkulasi
Rencana Sirkulasi
Konsep Infrastruktur
Rencana Infrastruktur
Perencanaan Kawasan
Rencana Fasum & Fasos
Penataan Kawasan Tahap Awal
PEDOMAN PERANCANGAN URBAN 50-62 Pengembangan Rancangan Struktur Peruntukan Lahan Intensitas Pemanfaatan Lahan Tata Bangunan Sistem Sirkulasi & Jalur Pedestrian Sistem Ruang Terbuka & Tata Hijau Tata Kualitas Lingkungan Prasarana & Utilitas Lingkungan
CO - DESIGN
iii
ABSTRAK Dari waktu ke waktu, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendatang di Kota Yogyakarta, kebutuhan terhadap tempat tinggal sebagai kebutuhan primer ikut mengalami peningkatan. Penyediaan terhadap kebutuhan tempat tinggal pun menjadi suatu persoalan, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah karena keterbatasan lahan di perkotaan telah memengaruhi tingginya harga lahan yang tersedia. Akibatnya, tidak sedikit warga yang memanfaatkan ruang-ruang yang dapat dikatakan tidak ideal sebagai tempat bermukim, misalnya kawasan rawan bencana, dan kawasan yang lahannya dimiliki oleh pihak pemerintah. Salah satu kawasannya, yaitu di bantaran Sungai Gajah Wong. Berkembangnya kawasan permukiman di bantaran sungai membawa dampak menurunnya fungsi bantaran sungai. Kawasan permukiman bantaran sungai saat ini menjadi bagian dari kota yang memiliki persepsi negatif dari masyakat. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan permukiman tepi sungai dilakukan berdasar pendekatan co-design agar masyarakat setempat dapat berpartisipasi langsung dalam proses perencanaan. Tujuan perancang adalah menciptakan kawasan permukiman di tengah kota yang ideal dan baik untuk dihuni dan mengakomodasi kegiatan dan interaksi sosial warga bantaran Sungai Gajah Wong.
01 CO - DESIGN
LATAR BELAKANG Latar Belakang Kawasan Kota Yogyakarta terkenal dengan suasananya yang damai, tentram, nyaman, dan ramah. Para penduduk dari berbagai desa dan kota-kota besar datang untuk mencari peluang kerja. Hal tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan daerah, di sisi lain juga menambah permasalahan untuk kota, yaitu meningkatnya kepadatan penduduk. Hal ini menuntut kota untuk bisa menyediakan fasilitas bagi warganya, salah satunya adalah penyediaan lahan hunian. Pemekaran permukiman baru menyebabkan padatnya kawasan kota, biasanya masyarakat kelas menengah keatas menempati daerah pingiran kota karena harga tanah masih terjangkau / murah dan nyaman. Tetapi masyarakat kelas bawah / penghasilan rendah lebih senang tinggal di pusat kota karena dekat dengan tempat mereka mencari nafkah, daerah yang mereka minati di daerah aliran sungai. Hal tersebut timbul karena masalah keterbatasan ruang yang tersedia untuk mewadahi kaum urban,yang merupakan pelaku pendukung kegiatan di pusat kota. Salah satu sungai besar di Yogyakarta adalah Sungai Gajah Wong.
Permasalahan di Permukiman Bantaran Sungai
Permukiman Padat
Kualitas Lingkungan Kurang Baik
Rawan Bencana Banjir
Masalah Sosial & Ekonomi
Ruang Hijau
Penataan Area Tepi Sungai
Ruang Publik
Respon Permasalahan
Hunian Vertikal
CO - DESIGN 02
INFORMASI UMUM KAWASAN Sungai Gajah Wong Sungai Gajah Wong adalah salah satu sungai yang membelah kota Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng merapi Kabupaten Sleman, sedangkan bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai Gajah Wong merupakan ekosisten aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS). Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, peruntukkan Sungai Gajah Wong dimasukkan dalam golongan B, yaitu sebagai sumber air minum dengan diolah terlebih dahulu (Purnomo, 1985).
Lokasi Perancangan Lokasi yang dipilih yaitu berada di permukiman bantaran Sungai Gajah Wong, tepatnya di Dusun Ambarukmo, Caturtunggal, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dipilih kawasan tersebut karena cukup berpotensi untuk dikembangkan serta masih banyaknya permasalahan di bidang arsitektur, lingkungan, maupun sosial yang perlu dicari solusinya dengan perancangan menggunakan pendekatan Co-Design.
source : google.co.id. Situasi Dusun Ambarukmo RT 01 dari Sisi Jalan Laksda Adisucipto
03 CO - DESIGN
Su
ng
ai
Ga
jah
Wo n
g
PETA LOKASI PERANCANGAN
Jalan Laksda Adisucipto
KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI GAJAH WONG Dsn. Ambarukmo, Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta CO - DESIGN 04
METODE PERANCANGAN CO - DESIGN
CO-DESIGN WHAT?
Designers/Researchers
Users/Stakeholders
Co-design membangun upaya negosiasi perbedaan perspektif dan harapan dalam proses perancangannya dan upaya mengkreasikan konsep maupun rancangan melaui berbagi visi, pembelajaran sosial, dan kepahaman aktor. Dalam pendekatan ini perancang berusaha untuk mendorong agar proses dan produk perancangan benar-benar berpusat pada klien dan pengguna (client/user centred design). Inti dari CoDesign yaitu mencari solusi di daerah konflik. Menurut Penny (2013) dalam co-design yang menjadi client diundang untuk menjadi peserta aktif dalam proses perancangan. Client dapat berkontribusi pada bentuk dan arahan desain, terlepas dari keahlian desain mereka. Dengan cara ini co-design bisa dianggap demokratisasi proses perancangannya. Desain dibuka untuk mencakup pengguna dan pemangku kepentingan lainnya sebagai generator ide, pengambil keputusan dan mitra. http://www.smallďŹ re.co.nz/2013/09/27/doing-co-design-ux-australia-2013/
CO-DESIGN WHO? Aktor yang terlibat dalam co-design adalah masyarakat sebagai klien dan perencana sebagai perancang. Seorang perancang harus paham dengan situasi lokasi yang akan dirancang dengan tambahan masukan ide-ide dari aspirasi masyarakat (klien). Perancang mendengarkan ide-ide dari masyarakat dan memberikan solusi terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu perancang berusaha untuk mendorong agar proses dan produk perancangan benar-benar berpusat pada klien.
Adapted from Greenbaum, J. & Madsen, K.H. (1993). PD a personal statement. Which Describes Three Arguments for Participatory Design, Pragmatic, Theorytical and Political.
05 CO - DESIGN
CO-DESIGN WHY? Pemilihan Co-Design didasari beberapa hal :
PRAGMATIC Co-design dapat memandang menurut kegunaannya (pragmatic) hal ini dimaksudkan apabila menggunakan metode Co-design masyarakat sebagai klien dapat menjelaskan wilayah yang akan direncanakan sesuai dengan kegunaan semestinya. Dengan begitu apabila melibatkan masyarakat dapat mencapai hasil yang lebih baik.
INNOVATION Dengan menggunakan metode Co-design, perancang dapat mendapatkan inovasi baru untuk memperoleh perspektif baru dan alternatif desain pada kawasan tersebut.
POLITICAL Menggunakan teori Co-design juga dapat membuat masyarakat sebagai klien berhak berpartisipasi dalam merancang hal-hal yang diinginkan masyarakat.
CO-DESIGN HOW? Dengan bekerja sama antara perancang dan masyarakat sebagai klien dapat terwujud suatu pemahaman yang sama dan hasil perancangan yang baik dan sesuai dengan harapan klien.
Adapted from Greenbaum, J. & Madsen, K.H. (1993). PD a personal statement. Which Describes Three Arguments for Participatory Design, Pragmatic, Theorytical and Political.
CO - DESIGN 06
CO-DESIGN STAGES MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang ada di lokasi perancangan harus adanya tujuan yang akan dicapai berdasarkan kondisi saat ini , maka harus melakukan pencarian data sebagai berikut : Ÿ Melakukan Observasi
Mengamati apa yang dilakukan oleh warga sekitar dan cara mereka berinteraksi dengan lingkungannya membantu dan memahami kebutuhan warga yang ada di lokasi perancangan. Ÿ Terlibat
Te r l i b a t s e c a r a l a n g s u n g d a p a t m e m b a n t u d a l a m mengungkapkan cara berpikir dan nilai-nilai yang mereka pegang. Kita dapat mengerti pandangan warga melalui cerita dan hal-hal yang mereka lakukan. Ÿ Rasakan Langsung
Setelah mengamati diri dengan user, penting untuk merasakan langsung pengalaman user.
MERANCANG SESUAI KEBUTUHAN Ÿ Merancang desain alternative dengan menyesuaikan
spesifikasi/kebutuhan yang telah disepakati oleh warga. Ÿ Desain konseptual mendeskripsikan pada apa dan bagaimana
seharusnya produk bekerja begitu juga dengan tampilannya.
http://co-imaginepeckhamryestation.tumblr.com/
07 CO - DESIGN
Adapted from Greenbaum, J. & Madsen, K.H. (1993). PD a personal statement. Which Describes Three Arguments for Participatory Design, Pragmatic, Theorytical and Political.
STRATEGI PERANCANGAN Untuk melakukan proses perencanaan kawasan, mencapai tujuan berdasarkan keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam kondisi saat ini, maka strategi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
3
2
4 WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT
OBSERVASI LAPANGAN
5
MENENTUKAN LOKASI YG INGIN DIRANCANG
MENGOLAH DATA SURVEI & ANALISIS
1
6 MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN POTENSI KAWASAN
MENGKAJI STUDI LITERATUR & PRESEDEN MENGENAI CO-DESIGN
10
EKSPLORASI DESAIN
7
9 KAJIAN LOKASI & ANALISIS DATA LEBIH MENDALAM
11
8
MENENTUKAN TEMA RANCANGAN
MENGKAJI STUDI LITERATUR & PRESEDEN MENGENAI TEMA RANCANGAN
MEMPEROLEH HASIL AKHIR RANCANGAN
CO - DESIGN 08
STUDI PRESEDEN CO-DESIGN Kampung Susun Manusiawi di Kampung Pulo
Konsep Dasar + ON-SITE warga tidak dipindahkan jauh dari tempat semula, juga sedapat mungkin ikatan sosial tidak dipecah Arsitek (Yu Sing) melakukan pendekatan dengan masyarakat Kampung Pulo serta memahami keinginan mereka.
Prinsip Compact City dengan pola guna lahan campuran/mixed uses Yu Sing mencari literatur teori dan referensi mengenai tema perancangan yang akan direalisasikan, serta mengutip Dr. M. Sani Rochmansyah, arsitek muda dari Bandung bahwa kampung mengikuti prinsip compact city.
Mendesain Hunian Vertikal dengan prinsip Mixed use. Satu ruang digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti jalanan di perkampungan yang digunakan untuk kendaraan lewat, bermain, nongkrong, sampai mencari nafkah Yu Sing menetapkan konsep desain berdasarkan literatur teori dan referensi, serta hasil observasi di lapangan.
http://medium.com/forumkampungkota/kampung-susun-manusiawi-kampung-pulo-4eb363c74b31
09 CO - DESIGN
STUDI PRESEDEN CO-DESIGN Kampung Susun Manusiawi di Kampung Pulo
SELURUH RUMAH DALAM SATU RT didesain menjadi satu bangunan kampung susun Arsitek mendesain hunian vertikal tersebut berdasarkan hasil observasi keadaan eksisting yang dilakukan. Sehingga, jumlah rumah disediakan sejumlah kepala keluarga, bukan sejumlah rumah eksisting (dalam satu rumah eksisting dapat terdiri dari beberapa KK), sehingga rumah lebih nyaman.
KONEKSI ANTAR BANGUNAN disediakan oleh jembatan-jembatan penghubung. meski pemukiman menjadi bertingkat, desain mengupayakan keterhubungan Antar blok bangunan dihubungkan oleh jembatan-jembatan dengan material expanded metal agar tidak menghalangi aliran udara dan cahaya matahari ke ruang-ruang di bawahnya. Jaringan jalan dan jembatan itu merupakan representasi jalan kampung yang menyatu dengan ruang-ruang sosial di semua lantai,� demikian keterangan Yu Sing. Meski pemukiman menjadi bertingkat, desain
http://medium.com/forumkampungkota/kampung-susun-manusiawi-kampung-pulo-4eb363c74b31
CO - DESIGN 10
THERAPEUTIC ENVIRONMENT CO - DESIGN
THERAPEUTIC ENVIRONMENT Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bila disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”
Hubungan Permukiman dan Kesehatan Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman beserta lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia.
Perencanaan Lanskap Kawasan Permukiman di Bantaran Sungai Area lanskap pada pemukiman berpengaruh besar terhadap kesehatan lingkungan kawasan di bantaran sungai. Oleh karena itu, dipilihnya tema perancangan tersebut untuk pengembangan pemukiman tersebut.
Permasalahan di Lokasi Ÿ Sebagian besar ruang terbuka publik belum dimanfaatkan dengan baik Ÿ Adanya penumpukan sampah di beberapa lahan yang tidak terpakai Ÿ Sistem drainase & resapan air di beberapa jalan lingkungan tidak ada serta jalan tertutup penuh oleh perkerasan paving Ÿ Masih minimnya area hijau di sepanjang bantaran sungai karena KDB rumah warga yang melebihi standar regulasi pemerintah
Tujuan Perencanaan Kesehatan Lingkungan pada Kawasan Pemukiman Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman beserta lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia. Dilakukan perencanaan ini untuk kenyamanan dan kesehatan penghuni pemukiman tersebut.
Perencanaan Lanskap pada Lokasi Site Ÿ Merencanakan sistem drainase pemukiman Ÿ Mengoptimalisasikan kawasan pinggiran sungai untuk RTH publik Ÿ Menciptakan ruang-ruang terbuka yang terintegrasi dengan ruang-ruang hunian dalam komplek tersebut
11 CO - DESIGN
STUDI PRESEDEN Lokasi perencanaan terletak di Kelurahan Tanjung Mas, Kota Semarang dengan total luas wilayah 34,25 Ha. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan strategis Kota Semarang dan Jawa Tengah dikarenakan adanya fasilitas Pelabuhan Tanjung Emas yang memiliki pelayanan regionalnasional. Green Waterfront merupakan konsep pengembangan kawasan tepian air menggunakan cara dan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, diharapkan bisa mengatasi permasalahan yang ada di lokasi perencanaan sperti permukiman kumuh, ancaman banjir rob, dan minimnya ketersediaan vegetasi dan RTH.
https://issuu.com/hijrahananta/docs/tanjung_mas_green_waterfront_ďŹ nal_
CO - DESIGN 12
STUDI PRESEDEN Kampung Hijau Banjarsari Kampung Banjarsari, Cilandak, Jakarta Selatan, pada tahun 2005. Lingkungan di kampung itu benar-benar hijau dan asri. Ada yang menyebut kampung yang penuh dengan pepohonan rindang dengan warna dominasi hijau itu sebagai kampung ďŹ rdaus. (KOMPAS/LUSIANA INDRISARI). Pada tahun 1996, UNESCO, lembaga Perserikatan BangsaBangsa yang mengurusi masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, memilih kampung itu sebagai lokasi proyek percontohan pengelolaan limbah rumah tangga. Lembaga internasional itu juga memfasilitasi warga kampung sumber : http://kompas.com
untuk menularkan aktivitas ramah lingkungan ke masyarakat lain di kelurahan yang sama.
Warga kampung tersebut memanfaatkan lahan yang ada semaksimal mungkin untuk penghijauan kawasannya. Tanamantanaman diletakkan di pot yang berasal dari pemanfaatan barang bekas, seperti ember dan wadah plastik lainnya. Tanaman biasanya berupa apotek hidup, tanaman buah, dan sayur. Permukiman yang hijau memberi manfaat yang besar bagi warganya, yaitu hasil dari penanaman vegetasi dapat dinikmati sendiri oleh warga, menumbuhkan kesadaran warga untuk menjaga kebersihan dan keasrian kawasannya, serta lingkungan permukiman menjadi rindang dan sehat, serta menambah nilai estetika kawasan tersebut.
Image by : http://google.co.id
13 CO - DESIGN
DATA, ANALISIS, & REKOMENDASI CO - DESIGN
AKTOR DAN PERANNYA Keterlibatan masyarakat atau pengguna adalah syarat penting design approach dengan metode co-design. Dalam kasus nyata ini, warga dilibatkan secara langsung terkait perencanaan hingga proses perancangan. Berikut beberapa tokoh yang terlibat dalam proses pengumpulan data, analisis, dan perancangan kawasan.
Peran arkom dalam perencanaan dengan pendekatan co-design adalah sebagai fasilitator. Arkom masuk perkampungan untuk berdiskusi dengan warga mengenai masalah-masalah yang ada di masyarakat yang belum disadari. Arkom memberi pengertian dan mengajak masyarakat/ warga untuk bergerak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki lingkungan. Kemudian arkom memperkasai terbentuknya Paguyuban Kalijawi sehingga warga dapat terorganisir dan lebih mudah untuk bergerak mandiri. Paguyuban Kalijawi saat ini sudah bergerak mandiri dan arkom membantu dalam hal-hal teknis seperti perancangan bangunan.
Pak Tirtonindro Ketua RT 01 Dsn. Ambarukmo Permasalahan yang paling utama di RT ini yaitu kerap terjadi banjir hingga ketinggian 60cm ketika musim hujan datang. Masalah utamanya, yaitu karena penyempitan sungai oleh warga demi terciptanya lahan hunian tambahan. Faktor lainnya karena level jaringan drainase dan sanitasi warga kawasan ini lebih rendah daripada ketinggian permukaan air sungai ketika musim penghujan, sehingga rumah warga yang khususnya berada di tepi sungai sering mengalami luapan air dari sistem sanitasinya. Open space di kawasan ini juga masih belum dimanfaatkan dengan baik dan permukiman tersebut masih minim RTH. Visi untuk RT ini yaitu lingkungan permukiman RT 01 bebas dari banjir, zona hijau lebih dimaksimalkan lagi, dan lebih ditingkatkan lagi sosial antar warganya.
Bu Is Anggota Kalijawi Bu Is merupakan pengurus di bidang indeks pembangunan manusia. Ibu ini peduli terhadap peningkatan pengetahuan warga khususnya yang terkait dengan lingkungan, sehingga akan timbul kesadaran terhadap lingkungan, khususnya di tempat mereka tinggal.
Paguyuban Kalijawi adalah perkumpulan masyarakat bantaran Sungai Winongo dan Gajahwong yang mayoritas anggotanya adalah ibu-ibu. Paguyuban ini berdiri atas latar belakang masyarakat bantaran sungai. Secara garis besar paguyuban ini memiliki tujuan untuk memperbaiki lingkungan mereka untuk menghapuskan kesan kumuh dan permukiman mereka aman terhadap bencana.
14 CO - DESIGN
DATA KAWASAN Data Penduduk RT 01 Dsn. Ambarukmo, Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
II Wo ng
I Penduduk
Mayoritas Pekerjaan
Status Tanah
ng ai
Ga
jah
III
Su
IV Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Jumlah KK Âą40
Pedagang Pasar
Wiraswasta
Buruh
Tanah Magersari
Data Land Use
I Hunian Tepi Sungai yang melanggar sempadan sungai.
III
II
II
Area Terbuka Hijau yang tidak dimanfaatkan dengan baik & merupakan salah satu faktor penyebab kualitas lingkungan permukiman yang kurang sehat.
III
Area Permukiman Dengan ruang hijau yang minim & kualitas ruang sirkulasi kurang baik.
IV
IV
Area Komersial yang Berorientasi ke jalan laksda adisucipto & sebagai pembatas antara area permukiman warga dengan area kota. CO - DESIGN 15
DATA KAWASAN Data Sirkulasi I
Wo ng
VI II
Su
ng ai
Ga
jah
III
V I Sirkulasi 1m dengan material perkerasan beton yang minim penerangan.
II Sirkulasi 2m dengan material perkerasan paving block & infrastruktur sepanjang jalan minim.
III Sirkulasi 1m - 1.5m yang masih belum ada perkerasan dan minim infrastruktur.
IV Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Jembatan 2m
IV
Jalan Kampung 1 - 2m
IV
IV
Sirkulasi 1m - 1.5m yang merupakan salah satu akses masuk rt 01 dsn. ambarukmo dengan perkerasan paving block.
Data Sarana
V Jalan Laksda Adisucipto merupakan jalan utama. lebar jalan 20 meter. pedestrian berada di kedua sisi jalan dengan lebar 1.5 m.
16 CO - DESIGN
VI MCK Umum pada dusun ini tidak berfungsi dengan baik & tidak terawat.
VI Cakruk, yaitu sebuah pos keamanan kawasan rt 01 dusun ini.
DATA KAWASAN Data Infrastruktur V I IV
II
Su
ng ai
Ga
jah
Wo ng
III
Jl. Laksda Adisucipto
I
Area Kampus UIN
II
Sistem Drainase pada dusun ini hanya mengandalkan saluran air bawah tanah kota, pada jalur sirkulasi kampung hampir tidak ada jaringan drainase.
II
III
IV
Infrastruktur Jalan, seperti lampu penerangan sangat minim jumlahnya sehingga memanfaatkan penerangan luar tiap rumah, begitu juga signage & tempat sampah.
Sanitasi warga pada dusun ini menggunakan septic tank dan tidak dibuang langsung ke sungai.
Data Ruang Terbuka
V
V
V
V
Ruang Terbuka Hijau pada dusun ini kurang dimanfaatkan & dirawat dengan baik. Terdapat 2 ruang publik untuk kegiatan warga rt 01, yaitu lapangan voli dan area tenis meja. CO - DESIGN 17
ANALISIS KAWASAN Area Komersial Area Permukiman Area Tepi Sungai Ruang Terbuka
Area RT 01 Dsn. Ambarukmo merupakan kawasan mikro perancangan penulis yang terletak di sebelah utara Jalan Laksda Adisucipto. Permukiman berada di kawasan bantaran Sungai Gajah Wong yang memiliki banyak permasalahan ďŹ sik maupun nonďŹ sik, sehingga perlu dilakukan perancangan untuk solusi dari isu-isu kawasan tersebut.
Jalan lingkungan Jembatan Sungai Gajah Wong
2
jah
Ga
ai
ng
Su
Su
ng
ai
Ga
jah
Wo Wo ng ng
1
Semua rumah di sepanjang tepi sungai menempati sempadan sungai (3m) dan sebagian besar merupakan bangunan permanen. Area resapan air di tepi sungai sangat kecil sekali, sehingga daya serap air hujan pada kawasan ini rendah. Area ini sebenarnya hasil urugan tanah oleh warga pada tahun 2008, sehingga area sungai menjadi sempit dan dangkal.
1
18 CO - DESIGN
Jl. Laksda Adisucipto Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Tidak sedikit bangunan pada kawasan permukiman ini bertingkat lebih dari satu lantai. Warga memanfaatkan lahan yang ada untuk fungsi massa bangunan 80-95%. Hal ini tentu berdampak pada potensi bencana banjir karena kurangnya resapan air dan lahan hijau.
2
Banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan dengan baik dan tidak terawat. Area terbuka pada kawasan RT 01 ini cukup luas untuk dijadikan area parkir motor umum warga setempat dan area hijau yang tertata sebagai ruang terbuka publik.
ANALISIS KAWASAN Area Komersial Area Permukiman Area Tepi Sungai Ruang Terbuka Jalan lingkungan Jembatan Sungai Gajah Wong
1
Wo n
g
3
jah
2
Su
ng
ai
Ga
2 1 Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
3
Analisis Sistem Drainase
Bangunan komersial yang masuk kawasan RT 01 ini dapat dilihat pada gambar disamping. Pemilik bangunan-bangunan tersebut tentu tidak menempati bangunan tersebut dan hanya aktif pada jam kerja saja.
Masalah utama RT 01 ini yaitu banjir yang terjadi ketika musim penghujan. Debit air sungai meluap karena tidak mampu menampung limpasan air drainase dari kawasan sekitar, sehingga air masuk ke area permukiman tersebut yang memiliki level tanah rendah karena dan sungai mengalami penyempitan dan pendangkalan sejak adanya penambahan lahan di tepi sungai.
Lebar sirkulasi jalan masuk hanya 1 - 1.5m dengan infrastruktur jalan yang masih minim, seperti lampu jalan, signage, dan selokan (sistem drainase). Tidak adanya ruang untuk pejalan kaki karena lebar jalan yang sempit dan di kiri & kanan jalan terdapat tebing serta tembok bangunan komersial yang cukup tinggi. Di dalam area permukiman ada beberapa jalan yang lebih lebar dan nyaman untuk pejalan kaki, namun infrastruktur jalannya pun masih minim. CO - DESIGN 19
ANALISIS SWOT ❶ Dusun ini memiliki karakteristik kawasan waterfront.
Ga ja
hW on
g
❶ Sebagian besar sirkulasi jalan, udara, dan pencahayaan kurang baik karena kepadatan hunian warga.
Su
ng
ai
❷ Kurangnya infrastruktur jalan menimbulkan rasa kurang nyaman dan aman bagi pengguna jalan.
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
❶ Terdapat lahan terbuka yang dapat dirancang dan dimanfaatkan lebih baik lagi agar terciptanya kawasan yang ekologis.
❶ Adanya pengerukan tanah dan penyempitan badan sungai secara ilegal menciptakan kawasan berpotensi bencana banjir.
20 CO - DESIGN
S
W
O
T
REKOMENDASI THERAPEUTIC ENVIRONMENT Area Permukiman RT 01 Dsn. Ambarukmo
Therapeutic Environment Urban Design menunjukkan perencanaan dan perancangan kawasan dapat berdampak pada kesehatan publik dan pengembangan kawasan sustainable.
Jalan lingkungan Jembatan Sungai Gajah Wong
Konsep therapeutic environment pada rancangan arsitektural dapat menciptakan lingkungan yang memberikan pengguna kawasan tersebut rasa nyaman secara fisik dan psikis.
ng
ai
Ga
jah
Wo n
g
Pada kasus ini, nyaman secara fisik dan psikis yaitu si pengguna (warga permukiman bantaran sungai) dapat nyaman tinggal di lingkungan tepi sungai yang sehat, tertata rapi, serta dapat mengurangi masalah utama yaitu bencana banjir.
Su
SIRKULASI Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
SIRKULASI
Image by : http://google.co.id
Berikut adalah desain pedestrian pada sempadan sungai dan terdapat cukup banyak area hijau yang dapat dijadikan referensi desain dengan konsep kawasan therapeutic environment. Dengan memanfaatkan garis sempadan sungai sebagai area hijau dapat menambah daya dukung resapan tanah, lingkungan yang bersih, tertata, dan nyaman, serta menambah keindahan kawasan waterfront ini.
Referensi desain koridor permukiman yang tertata rapi serta memaksimalkan ruang yang ada untuk penghijauan kawasan dan dengan lebar jalan yang kecil membuat orang yang melewatinya saling bertegur sapa. Ide ini dapat meningkatkan sosial warga serta kepedulian terhadap lingkungan, sehingga menciptakan kawasan permukiman yang asri, sehat, dan nyaman.
CO - DESIGN 21
REKOMENDASI THERAPEUTIC ENVIRONMENT
Wo n
g
1
3
Su
2
2
jah
Adanya pemanfaatan RTH sebagai lapangan umum bagi warga berdampak besar pada aktivitas sosial antar warga, khususnya bagi anak-anak yang sering digunakan untuk bermain bersama.
RTH Kurang Tertata
Ruang Terbuka
Ga
1
Sebagian area RTH yang tidak terpakai dijadikan warga sebagai pembuangan sampah sementara. Perlu adanya penataan kawasan agar tidak menjadi lingkungan yang kotor dan tercemar.
Area permukiman RT 01 Dsn. Ambarukmo
ai
RUANG HIJAU
Rumah warga di area sempadan sungai
ng
Jalan lingkungan Jembatan Sungai Gajah Wong
Area Lapangan
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Sketsa skematik desain lanskap taman di tengah permukiman yang terintegrasi ruang-ruang hunian dalam komplek.
22 CO - DESIGN
3 Sirkulasi Jalan Sempit & Diapit Dinding Tinggi
Hydroponic Vertical Garden
PROGRAM RANCANGAN KAWASAN CO - DESIGN
TEORI TEMA PERANCANGAN Therapeutic Environment Arti kata lingkungan terapik (therapeutic environment) lebih dari sekedar lingkungan rumah sakit beserta peralatan medisnya. Dalam kasus ini, kita akan mengetahui tentang lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan, mengurangi kecemasan, dan terbebas dari pencemaran lingkungan. Konsep ini sangat cocok dalam kasus permukiman bantaran sungai yang membutuhkan lingkungan rumah yang standar, nyaman, serta terbebas dampak negatif dari kepadatan kampung kota yang tinggi khususnya pada permukiman di bantaran sungai yang memiliki banyak permasalahan lingkungan.
Therapeutic Environment Therapeutic environment dapat mengacu pada ruang fisik, sosial, serta psikologis yang aman dan dirancang khusus untuk penyembuhan. Namun yang paling sering, istilah therapeutic environment mengacu pada ruang fisik yang dibentuk untuk memungkinkan individu agar bekerja melalui dan mengatasi masalah medis. http://study.com/academy/lesson/therapeutic-environments-definition-history-principles.html
Lingkungan Pengertian Definisi Lingkungan Menurut Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. http://www.budidayapetani.com/2016/01/10-pengertian-definisi-lingkungan.html
Kesehatan Lingkungan Menurut WHO (World Health Organization) Kesehatan lingkungan ialah sebuah kondisi lingkungan yang bisa menopang keseimbangan ekologi yang harus ada diantara manusia dan juga lingkungan supaya bisa menjamin keadaan sehat dari setiap manusia. http://www.spengetahuan.com/2016/11/4-pengertian-kesehatan-lingkungan-menurut-para-ahli-dan-tujuannya.html
Tujuan Kesehatan Lingkungan ❶ Melakukan koreksi terjadinya bahaya dari lingkungan pada kesehatan, ❷ Memperkecil ataupun memodifikasi dari terjadinya bahaya yang disebabkan oleh lingkungan bagi kesehatan dan juga kesejahteraan dari hidup manusia, ❸ Melakukan pencegahan dan juga mengefisiensikan pengaturan dari berbagai sumber lingkungan agar dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dari hidup manusia, ❹ Untuk menghindari berbagai penyakit atau bahaya penyakit. http://www.spengetahuan.com/2016/11/4-pengertian-kesehatan-lingkungan-menurut-para-ahli-dan-tujuannya.html
23 CO - DESIGN
TEORI TEMA PERANCANGAN Therapeutic Environment Desain Therapeutic Environment Menurut Murphy (2008) ada tiga unsur yang saling mempengaruhi yang digunakan dalam mendesain healing environment, yaitu unsur alam, indera, dan psikologis, yang diuraikan sebagai berikut. â?ś Alam (Nature) Alam merupakan sesuatu yang mudah diakses dan melibatkan panca indera, memiliki efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan kontribusi bagi keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi. Unsur alam yang ditempatkan dalam pengobatan pasien dapat membantu menghilangkan stres yang diderita pasien. Salah satu contoh unsur alam adalah taman. Berikut beberapa jenis taman di dalam rumah sakit (Kochnitzki, 2011): a. Contemplative garden, bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan memperbaiki semangat. b. Restorative garden, bermanfaat untuk kesehatan dan membuat perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik. c. Healing garden, mengacu pada berbagai fitur taman yang memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan stres dan memiliki pengaruh positif pada pasien, pengunjung, dan staf rumah sakit. d. Enabling garden, adalah taman yang memungkinkan semua orang dari berbagai usia dan kemampuan dapat saling menikmati dan berinteraksi. e. Therapeutic garden, adalah taman yang menerapkan terapi medis lingkungan di dalam kondisi pengobatan medis. â?ˇ Indra (Sense) Indera (senses) terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Indera penglihatan, dalam penerapan desainnya dibutuhkan sesuatu yang dapat membuat mata merasa santai, seperti pemandangan, cahaya alami, karya seni, dan penggunaan warna tertentu. b. Indera pendengaran, suara yang menyenangkan dan menenangkan dapat membantu mengurangi tekanan darah dan detak jantung yang mempengaruhi sistem saraf. Suara yang menenangkan antara lain, suara musik, suara hujan, angin, air yang bergerak, dan burung, serta suara air mancur. c. Indera penciuman, bau yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung. Sedangkan bau yang tidak menyenangkan akan meningkatkan detak jantung dan pernapasan. d. Indera perasa, mudah terganggu saat pasien mengalami sakit atau menerima pengobatan. Biasanya ditunjukkan dengan berubahnya rasa makanan atau minuman saat dikonsumsi. Karena itu kualitas makanan dan minuman harus diperhatikan. e. Indera peraba, sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam indra, karena sentuhan menegaskan apa yang kita lihat, dengar, cium, dan rasakan. â?¸ Psikologis Secara psikologis, healing environment dapat membantu proses pemulihan penyakit pasien menjadi lebih cepat, mengurangi stres dan rasa sakit. Unsur alam dapat dirasakan langsung dengan indera yang secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologis pasien. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi dalam merancang therapeutic environment. CO - DESIGN 24
TEORI TEMA PERANCANGAN Therapeutic Environment Kriteria Desain Therapeutic Garden Kriteria desain menurut Marcus (dalam Hidayah, 2010:7-10): a. Kesempatan untuk mendapatkan ruang privasi Hal ini dapat membantu dalam menurunkan tingkat stres dan menciptakan pengalaman dalam perbedaan susunan elemen taman. b. Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi Dapat ditingkatkan dengan menyediakan sub ruang dengan susunan tempat duduk bagi pengunjung yang mendukung terjadinya sosialisasi c. Kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh Dapat dibuat dengan sistem sirkulasi loop/melingkar dengan beragam jalur, yang dilengkapi dengan pemandangan alami sehingga menarik minat pengunjung untuk masuk ke dalam taman. Jalur pedestrian dan jalur ruang rehabilitasi harus dilengkapi dengan standard keamanan yang baik. d. Berinteraksi dengan alam Taman memiliki beraneka ragam tanaman yang dapat menarik satwa liar. Selain itu taman juga menghadirkan unsur alam lain seperti angin dan pemandangan alami. e. Menyediakan jarak penglihatan taman yang jelas Ada dua jenis visibilitas, yaitu pergerakan pengunjung selama memasuki jalur utama baik pada ruang terbuka atau tertutup sehingga dapat melihat ke arah taman/alam dan akses visual dari ruang pasien, ruang tunggu, dsb. f. Menyediakan kenyamanan fisiologis Kenyamanan dalam pemanfaatan ruang yang disediakan seperti ruang taman dengan cahaya matahari penuh, atau ruang taman dengan shading. g. Menciptakan ketenangan dan keakraban Dapat ditunjang dari keamanan fasilitas taman. h. Menyediakan kemudahan aksesibilitas Kemudahan dalam mencapai taman dan bergerak/beraktivitas dalam taman. Dilengkapi dengan kondisi akses/jalur pencapaian yang nyaman dengan lebar dan panjang jalur yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung. i. Menyediakan desain yang jelas dan tidak abstrak Desain yang abstrak dapat menyebabkan ambiguitas dan tidak membantu dalam mengurangi stres.
25 CO - DESIGN
VARIABEL PERANCANGAN Therapeutic Environment Variabel Perancangan
Indera Manusia
Vegetasi
Sirkulasi Jalan
Kualitas Lingkungan
Sistem Drainase
Tingkat Sosial Warga yang Tinggi
Permukiman yang Lebih Tertata
Kebutuhan & Harapan Masyarakat RT 01 Dsn. Ambarukmo, Sleman Harapan Masyarakat RT 01 Dsn. Ambarukmo, Sleman
Kawasan Bebas Banjir
Lingkungan yang Bersih dan Hijau
Bebas Pencemaran Air Bersih
Kebutuhan Masyarakat RT 01 Dsn. Ambarukmo, Sleman
Sistem Drainase Sungai yang Baik
Ruang Hijau yang Terencana
Sirkulasi Jalan Nyaman & Aman
Area Parkir Umum Warga yang Tertata
Harapan dan keinginan warga yang paling utama, yaitu terbebas dari banjir ketika musim penghujan tiba. Faktor utama penyebab banjir di daerah tersebut, yaitu adanya pendangkalan dan penyempitan area sungai karena pengurugan tanah oleh warga setempat demi mendapat tambahan lahan hunian di daerah tersebut. Perlu adanya perancangan dengan kurun waktu yang panjang agar sungai dapat berfungsi seperti dulu, yaitu dilakukan pengerukan & pelebaran sungai, merelokasi bangunan yang melanggar sempadan sungai, serta perbaikan sistem drainase bawah tanah pada kawasan tersebut. CO - DESIGN 26
VARIABEL PERANCANGAN Therapeutic Environment Indera Visual : Dibutuhkan sesuatu (desain) yang dapat membuat mata rileks dan nyaman untuk dilihat. Indera Pendengaran : Suara yang tenang dan nyaman dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan penghuni permukiman, contohnya suara alam seperti air mengalir, desiran daun pepohonan akibat angin, kicauan burung, dll. Indera Penciuman : Bau atau aroma lingkungan yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung.
Indera Manusia
Indera Perasa : Lingkungan yang bersih dan hijau akan membuat rasa nyaman dan berdampak pada kesehatan jasmani penghuni permukiman tersebut. Indera Peraba : Sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam indra, karena sentuhan menegaskan apa yang kita lihat, dengar, cium, dan rasakan.
Dengan variasi tanaman yang rimbun, variasi tekstur, bentuk, dan warna tanaman, dapat membantu menstimulasi indera peraba, penciuman, dan visual manusia, khususnya yang memiliki penglihatan lemah. Namun tanaman yang dapat menarik perhatian lebah perlu dihindari. Penempatan pohon juga perlu diperhatikan sebagai permainan cahaya dan bayangan, serta sebagai peredam kebisingan. Pohon selain untuk meredam kebisingan juga untuk memberi kesejukan, sebagai peneduh, sebagai pembatas, dan sebagai pengarah. Vegetasi yang diterapkan disesuaikan dengan ruang dan fungsi vegetasi. Vegetasi
Contoh tanaman yang memiliki daya tarik perubahan warna bunga yaitu Wera (Hibiscus mutabilis) yang berubah warna pada pagi hari. Contoh tanaman aroma yang berasal dari bunga yaitu tanaman Cempaka (Michelia champaca), berasal dari daun yaitu tanaman Pala (Ministica fragraus), dan berasal dari batang yaitu tanaman Kayu Manis (Cinnamon burmanii). Contoh lainnya adalah Pandan Wangi (Pandanus odorus). Tanaman estetika yang dapat memberi kesan nyaman, diantaranya Chrysanthemum sp, Celosia sp, Cycas revoluta.
Demi menciptakan sirkulasi yang nyaman dan aman, perlu adanya strategi-strategi perancangan yang terkait tema therapeutic environment ini. Memanfaatkan ruang sirkulasi semaksimal mungkin untuk fungsi penghijauan, seperti tanaman hias vertikal. Serta dilakukan pelebaran jalan utama kampung untuk sirkulasi kendaraan agar dapat memberi rasa aman bagi pejalan kaki. Ruang sirkulasi jalan dalam kampung yang relatif sempit dapat berpengaruh pada sosial penggunanya karena dapat terjalin suatu interaksi antar pengguna jalan tersebut. Sirkulasi Jalan
27 CO - DESIGN
VARIABEL PERANCANGAN Therapeutic Environment
Seiring dengan perkembangan kegiatan perkotaan salah satu dampak yang timbul adalah masalah permukiman di daerah perkotaan. Berbagai parameter yang mengakibatkan terjadinya masalah permukiman adalah tingginya angka kepadatan penduduk. Tingginya angka kepadatan penduduk di perkotaan disebabkan oleh pertumbuhan alami, urbanisasi dan migrasi. Kota mempunyai daya tarik sendiri bagi kebanyakan penduduk untuk menetap di kota.
Kualitas Lingkungan
Istilah kualitas lingkungan memang belum begitu familiar di masyarakat, namun impact dari penurunan kualitas lingkungan tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Menurut Dirjen Penataan Ruang (2006:2), dampak dari penurunan kualitas lingkungan dapat dirasakan melalui tingginya intensitas terjadinya banjir, tingginya polusi udara, dan peningkatan kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial). Konsep ideal lingkungan permukiman yang diinginkan oleh masyarakat perkotaan adalah perumahan yang nyaman, aman sebagai tempat tinggal, dan memenuhi standar perencanaan lingkungan (Suprayoga, 2009). Standar perencanaan tersebut mencakup akses kemudahan, keamanan, kenyamanan, fasilitas pejalan kaki, kelengkapan infrastruktur yang menciptakan interaksi diantara penghuninya. Menurut Suhendar (2005:6), kualitas lingkungan hidup dapat ditinjau dari lingkungan biofosik seperti ruang terbuka hijau yang terdapat komponen biotik (vegetasi) dan abiotik (aktivitas manusia) yang saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini juga didukung oleh prinsip neighborhood konsep yang dikemukakan oleh Pery dalam Rohe, dimana ruang terbuka hijau merupakan bagian dari ruang terbuka (open space) yang memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial.
Pada permukiman RT 0 1 Dusun Ambarukmo ini telah terjadi penyalahgunaan ruang tepi sungai, yaitu warga melakukan pengurugan atau penambahan tanah pada tepi sungai, sehingga menyebabkan penyempitan dan pendangkalan sungai yang berdampak pada permukiman yang rentan terkena banjir ketika musim penghujan tiba. Perlu adanya penataan skala besar pada kawasan tepi Sungai Gajah Wong ini agar dapat kembali ke keadaan semula, yaitu permukiman yang bebas banjir walau terjadi hujan berkepanjangan sekalipun.
Sistem Drainase
Fungsi dari drainase antara lain adalah : Ÿ Membebaskan suatu wilayah terutama pemukiman yang padat dari genangan air, erosi dan banjir. Ÿ Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan
melalui air (water borne disease) dan penyakit lainnya.
CO - DESIGN 28
STRATEGI, TUJUAN, & SASARAN RANCANGAN health - human well-being - social - aesthetics - green riparian Strategi Perancangan Untuk mencapai hasil akhir perancangan, perlu adanya sebuah strategi desain yang didasari oleh analisis, aspirasi masyarakat, dan tema perancangan kawasan tersebut. ENVIRONMENT
Ÿ Lingkungan (Environment)
Ruang hijau di dusun ini masih sangat minim dan cukup banyak pencemaran sampah warga pada ruang-ruang terbuka yang tidak dimanfaatkan, sehingga perlu adanya perencanaan landskap agar lingkungan dusun bantaran sungai ini menjadi sehat dan nyaman untuk dihuni.
Therapeutic Garden Green Corridor Green Riverside
Ÿ Ekonomi (Economic)
Strategi untuk mengatasi permasalahan ekonomi tentu sesuai dengan tema perancangan yang diangkat, yaitu hidroponik dan garden housing (vegetasi di tiap rumah) yang bermanfaat. Di sepanjang lorong-lorong jalan yang sempit akan dimanfaatkan untuk tanaman hidroponik yang yang hasilnya dapat dikonsumsi, yaitu buah dan sayu-sayuran.
Social Pathway
THERAPEUTIC ENVIRONMENT
Green Public Space
SOCIAL
Ÿ Sosial (Social)
Garden Housing
ECONOMIC
Perencanaan pedestrian yang rindang dapat memberi rasa nyaman penggunanya sehingga akan terjadi interaksi antar pengguna jalan, serta fasilitas RTH publik di dalam permukiman dapat mewadahi berbagai aktivitas sosial warganya.
Tujuan Umum Perancangan
Sasaran Perancangan
Menciptakan lingkungan permukiman tepi sungai yang hijau, sehat, dan aman untuk dihuni.
❶ Menjadikan lahan yang kurang dimanfaatkan sebagai taman di tengah area permukiman guna menambah daya resap air hujan, fungsi estetika kawasan, fungsi penghijauan, wadah untuk aktivitas sosial warga, dan meminimalisir penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan.
Tujuan Khusus Perancangan Membangun lingkungan permukiman berkelanjutan yang berpengaruh baik pada kesehatan fisik maupun psikologis penghuninya dalam konteks kebutuhan permukiman di kawasan kota dengan kompleksitas masalah yang tinggi.
29 CO - DESIGN
❷ Memanfaatkan sirkulasi jalan dan halaman rumah untuk ruang hijau semaksimal mungkin. ❸ Memanfaatkan area sempadan sungai untuk ruang hijau dan sirkulasi jalan. ❹ Memperbaiki dan menata sistem drainase kota.
KONSEP & RENCANA PERANCANGAN CO - DESIGN
KONSEP LAND USE KAWASAN Tercapainya suatu penataan permukiman yang baik dan dapat diterima warga, diperlukan strategi dan tahapan perancangan yang berdasar pada aspirasi dan kebutuhan warga, serta tema dasar perancangan.
Faktor mendasar bencana banjir yang kerap melanda kawasan dusun ini, yaitu karena penyempitan dan pendangkalan sungai. Oleh karena itu, area lahan ilegal ini akan dikembalikan fungsinya yaitu sebagai sistem drainase kota dengan kapasitas debit air yang besar.
V II III V IV
I
Rumah-rumah di bantaran sungai yang terkena penataan kawasan akan direlokasi ke hunian vertikal ini yang berada pada zona hijau tersebut.
Su
ng
ai
Ga
jah
Wo n
g
V
Sesuai tujuan perancangan ini yang ingin menciptakan kawasan nyaman dan aman, maka area ini akan dimanfaatkan sebagai sirkulasi bagi jalur inspeksi dan pedestrian dengan lebar 5 m.
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Tahap Perancangan Kawasan II Rumah tepi sungai yang terkena penggusuran, dipindahkan ke hunian vertikal yang lebih layak huni.
Dilakukan peremajaan lahan untuk pelebaran area sungai dan sirkulasi jalan.
III Merancang taman terapik sebagai
IV Pe n a t a a n p e r m u k i m a n k u m u h
ruang publik hijau yang dapat memberi efek positif bagi warga, k h u s u s n y a pa d a ke n y a m a n a n lingkungan hunian.
dengan cara memberi elemenelemen alam.
30 CO - DESIGN
I
V Lahan-lahan kosong akan dimanfaatkan untuk pembangunan fasum dan fasos permukiman yang belum ada.
Tema perancangan therapeutic environment ini akan dibuktikan pada salah satu titik pada kawasan dimana akan dirancang sebuah taman dengan elemen-elemen yang mendukung tema tersebut, yaitu desain lanskap yang dapat menstimulasi panca indera manusia serta memberi dampak p o s i t i f pa d a k a w a s a n , y a i t u ke s e h a t a n , kenyamanan, dan keindahan lingkungan permukiman tersebut. Pada area ini komposisi dan tata letak rumah tetap dipertahankan, serta diberi elemen-elemen alam sebagai fungsi penghijauan dan keindahan permukiman. Sirkulasi jalan kampung akan ditambah untuk lebih memudahkan aksesibilitas warga. Zona komersial akan tetap berada di jalan Laksda Adisucipto, serta dapat menjadi barrier kawasan permukiman tersebut dari kebisingan dan polusi pada jalan arteri.
KONSEP WATERFRONT I
Area Sungai & Tepi Sungai
jah
Wo n
g
Area ini merupakan tahap paling pertama dalam perancangan kawasan dusun tersebut, karena permasalahan utama ada pada area ini. Lebar sungai akan dikembalikan seperti semula sebesar 5m + sirkulasi tepi sungai 5m.
ai
Ga
Pelebaran sungai 5m
Su
ng
Sirkulasi tepi sungai 5m Jl. Laksda Adisucipto
Hunian yang terkena relokasi
Area Kampus UIN
CO - DESIGN 31
KONSEP HUNIAN VERTIKAL II Hunian Vertikal Warga Ada 13 hunian yang terkena peremajaan lahan, dan akan direlokasi ke hunian vertikal yang memiliki lingkungan taman terapik yang bersih, nyaman, hijau, dan indah. Letak massa rusun
Su
ng
ai
Ga
jah
Wo n
g
Hunian yang terkena relokasi
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Orientasi massa ini dapat terhindar dari panas matahari barat, tetapi view yang didapat tidak baik dan memberi kesan sesak atau sempit.
View bangunan mengarah ke sungai dan taman, tetapi menerima intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi.
Orientasi massa ini sudah dapat memberi view yang baik dan meminimalkan panas matahari.
Skema Potongan Kawasan Rusun
32 CO - DESIGN
Sketsa Perspektif Lingkungan Rusun
ai ng
U
Su
ai ng
U
Su
ai ng
U
Su
U
Su
ng
ai
Eksplorasi Massa Bangunan Rusun
Demi terciptanya rusun yang memiliki view yang baik dan kenyamanan di dalam maupun di luar bangunan, maka diperolehnya orientasi massa ini.
KONSEP THERAPEUTIC GARDEN III Therapeutic Garden
Su
ng
ai
Ga
jah
Wo n
g
Area yang berwarna hijau pada peta akan dimanfaatkan sebagai therapeutic garden. Ada 3 rumah pada area ini yang direlokasi ke rusun agar terciptanya lahan hijau yang cukup luas, tentunya hal ini sudah disetujui oleh warga yang bersangkutan.
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Tiap taman memiliki jenis vegetasi dan bunga yang berbeda. Dengan variasi tanaman yang rimbun, variasi tekstur, bentuk, dan warna tanaman, dapat membantu menstimulasi indera peraba, penciuman, dan visual manusia, khususnya yang memiliki penglihatan lemah.
Referensi Therapeutic Garden yang sebagian besar lahan dimanfaatkan sebagai vegetasi hijau dan taman bunga. CO - DESIGN 33
KONSEP SIRKULASI Sirkulasi Dalam Kampung Tujuan perancangan ini, yaitu menjadikan sirkulasi dalam kampung yang hijau dan nyaman bagi pejalan kaki. Dikarenakan lebar sebagian besar jalan kampung 1.5m - 2m dan sudah tidak memungkinkan lagi untuk pelebaran jalan karena padatnya permukiman, maka diberlakukan sistem jalan satu arah pada jalur sirkulasi tertentu. Sirkulasi kampung eksisting Skema Potongan Sirkulasi Kampung
Wo ng
Rencana sirkulasi tepi sungai 5m
Su ng ai Ga jah
Rencana penambahan sirkulasi 2m Rencana pelebaran jalan 3m
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Referensi jalan kampung hijau yang dapat diaplikasikan ke dalam desain kawasan RT 01 ini.
34 CO - DESIGN
KONSEP SIRKULASI Jalur Sirkulasi Sistem jalur sirkulasi diatur seperti berikut demi terciptanya kenyamanan dan keamanan pejalan kaki yang melintas terhadap kendaraan bermotor. Rencana ini merupakan alternatif solusi meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, karena pelebaran jalan yang tidak mungkin dilakukan sebab jarak jalan lingkungan dengan sebagian besar rumah warga berdekatan. Sirkulasi kampung eksisting 1.5 - 2m Rencana sirkulasi tepi sungai 5m Rencana penambahan sirkulasi 2m Rencana pelebaran jalan 3m
Su
ng
ai G
aja
hW on
g
Arah Jalur Kendaraan
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
CO - DESIGN 35
KONSEP INFRASTRUKTUR Titik Penerangan Jalan Penerangan pada jalan sangat penting sekali keamanan dan kenyamanan penggunanya. Pada dusun ini masih ada beberapa spot jalan yang kurang mendapat penerangan. Kualitas dan kuantitas titik lampu jalan pada RT ini akan lebih ditingkatkan lagi. Lampu jalan tepi sungai ( jarak 10m) Lampu jalan lingkungan ( jarak 5m)
Sistem Resapan Air Hujan & Drainase
Wo n jah Ga ai ng Su
Sistem drainase bawah tanah di sepanjang jalan lingkungan akan direncanakan yang mengarah pada drainase kota, lalu diteruskan ke Sungai Gajah Wong.
g
Dengan adanya infrastruktur jalan ini, maka genangan ataupun banjir ketika turun hujan akan teratasi. Pada kawasan ini akan ditambah sumur resapan pada lahan terbuka dan jalan lingkungan.
Jl. Laksda Adisucipto
Area Kampus UIN
Skema Potongan Drainase
Infrastruktur Taman
Pembuangan Sampah Sementara
Sebuah ruang publik yang baik, khususnya taman, perlu adanya infrastruktur pelengkap yang berfungsi memfasilitasi penggunanya. Contohnya, yaitu lampu, furniture taman, dan pembuangan sampah.
Kurangnya tempat sampah pada area permukiman ini menyebabkan warga melakukan penumpukan sampah di beberapa area lahan kosong. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kuantitas tempat pembuangan sampah sementara warga RT 01 tersebut.
Sketsa Konsep Furniture Taman
36 CO - DESIGN
Titik tempat sampah sementara
MASTERPLAN
PERSPEKTIF KAWASAN
PERENCANAAN KAWASAN I
Green Riverside
II
Pada tepi sungai dilakukan pelebaran area sungai hingga 5m ditambah sirkulasi kendaraan dan pedestrian selebar 5m dan menjadikan area tanggul sebagai area hijau. Rancangan ini dilakukan agar memberi akses bagi kendaraan inspeksi serta menciptakan area tepi sungai yang ramah terhadap manusia dan hijau.
III
Vertical Housing Hunian yang melanggar sempadan sungai dialokasikan ke rumah susun yang berada di kawasan taman terapik tersebut. Dengan memberi lingkungan hunian yang hijau, rindang, bersih, nyaman, dan indah diharapkan dapat menarik perhatian dan memberi kesadaran penguni permukiman padat untuk memiliki lingkungan nyaman seperti perancangan dibawah ini.
Therapeutic Garden Menciptakan sebuah lingkungan permukiman yang nyaman dan hijau dengan cara mendesain taman terapik yang dapat menstimulasi panca indera manusia dan memberi efek kesehatan ďŹ sik maupun psikis.
Dsn. Ambarukmo RT 01, Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
37 CO - DESIGN
PENATAAN KAWASAN TAHAP AWAL
Hunian warga yang terkena peremajaan lahan
Hasil peremajaan lahan akan dirancang sebagai sirkulasi dan ruang hijau tepi sungai, serta therapeutic garden seperti pada gambar diatas.
Suasana eksterior hunian vertikal
Hunian warga yang melanggar peraturan pemerintah dan menyebabkan permasalahan utama pada kawasan dusun ini akan direlokasi ke hunian vertikal dengan lingkungan yang nyaman dan bersih yang terletak di sisi paling utara kawasan. CO - DESIGN 38
RENCANA LAND USE
Keyplan Waterfront Lahan ini merupakan hasil pelebaran sungai 5m dan peremajaan lahan 5m, yang dimanfaatkan sebagai sirkulasi dan ruang hijau tepi sungai. Therapeutic Garden Ruang terbuka yang cukup luas dirancang untuk lahan hunian vertikal dan taman terapik. Permukiman Warga Tidak ada perubahan atau penataan yang signiďŹ kan pada zona tersebut, karena pembangunan hunian warga yang sudah permanen. Pelebaran & penambahan sirkulasi di beberapa ruas jalan, serta penambahan unsur alam, seperti pergola kayu dengan vegetasi, beberapa vegetasi peneduh, dan pengarah. Zona Komersial Pada zona ini tidak ada yang perlu perubahan karena merupakan zona komersial yang cukup tertata dan tidak menimbulkan permasalahan pada kawasan dusun tersebut.
39 CO - DESIGN
MASTERPLAN Rumah susun Taman bunga Rumah susun Jembatan Taman bunga Taman bunga Taman bunga Gazebo
Keyplan
MCK umum Lapangan voli Parkir motor umum Ruang hijau + tanggul sungai Pedestrian Sirkulasi kendaraan Pergola kayu + vegetasi Ruang hijau Jalan kampung Permukiman warga Bangunan komersial
CO - DESIGN 40
RENCANA ZONASI
Keyplan
ZONA I Green riverside, pedestrian, jalan inspeksi ZONA II Therapeutic garden, rumah susun, parkir motor umum, lapangan voli, gazebo ZONA III Permukiman warga ZONA IV Bangunan komersial
41 CO - DESIGN
PERSPEKTIF KAWASAN ZONA I & II C D A
B E
C
D
A
E B CO - DESIGN 42
PERSPEKTIF KAWASAN ZONA III & IV C
A B
D
A
E
B
D
C
E
43 CO - DESIGN
RENCANA THERAPEUTIC GARDEN
Pohon Lemon Citrus limon
Cemara Kipas Acacia dealbata
Cempaka Merah Cempaka Putih Magnolia liliiflora Magnolia x alba
Vegetasi Aromatik membuat udara sekitar menjadi nyaman. Terapi aroma dapat membuat tubuh menjadi sehat dan bugar. Bahkan tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga secara psikis.
Pohon Angsana Kenanga Pterocarpus indicus Cananga odorata
Lavender Lavandula
Kemuning Murraya paniculata
Bunga Angelonia Angelonia angustifolia
Vegetasi Aromatik & Beraneka Warna menciptakan suasana sekitar menjadi nyaman dan cerah. Dapat memberi efek positif bagi kesehatan fisik, psikis, dan menstimulasi visual manusia.
Pohon Akasia Acacia dealbata
Amaryllis Amaryllis
Amaryllis Amaryllis
Pohon Kersen Muntingia calubura L.
Wera Kenanga Pucuk Merah Hibiscus Mutabilis Cananga odorata Syzygium oleana
Cempaka Merah Magnolia liliiflora
Cempaka Putih Magnolia x alba
Lavender Lavandula
Bunga Angelonia Angelonia angustifolia
Pohon Kiara Payung Filicium decipiens
CO - DESIGN 44
SUASANA THERAPEUTIC GARDEN A B C D E
Taman Bunga
Taman Bunga
Gazebo
45 CO - DESIGN
A
B
Ruang Hijau Tepi Sungai
D
Pos Kemanan
E
C
RENCANA SIRKULASI
A
A A
C
C B
B B
C
Pedestrian Tepi Sungai (2m) Sirkulasi Kendaraan (5m) Sirkulasi Eksisting (1.5 - 2m) Pelebaran Sirkulasi (3m) Penambahan Sirkulasi (2m)
Tanggul + ruang hijau
B
3m
1m Permukiman
Jalan ini telah dilakukan pelebaran hingga 3m. Semua jalan kampung menggunakan perkerasan paving karena material ini cepat menyerap air, serta jalan dilengkapi pergola dan vegetasi pengarah menunjukkan citra kawasan permukiman yang ekologis.
Ruang hijau
Pedestrian
Sirkulasi kendaraan 3.8m dengan perkerasan paving dan pedestrian 1.2m dengan perkerasan batu alam agar lebih menambah unsur alam pada kawasan.
Potongan Sirkulasi A
1.2m3.25m
Sirkulasi kendaraan
Permukiman
Potongan Sirkulasi B
2m Permukiman
1m
Sirkulasi
Permukiman
C
Ruang hijau
Taman
Sirkulasi kendaraan
3.8m
A
Penambahan sirkulasi dengan lebar 2m untuk lebih memudahkan aksesibilitas warga. Potongan Sirkulasi C CO - DESIGN 46
RENCANA INFRASTRUKTUR Penerangan Jalan & Taman Infrastruktur sangat penting bagi keamanan dan kenyamanan penggunanya, seperti penerangan jalan dan taman. Kurangnya kualitas dan kuantitas penerangan berpengaruh pada kegagalan sasaran desain itu sendiri.
10 m 5m
m
5m
5
m
10
5m
5m
Jarak antar lampu pada jalan kendaraan adalah 10m yang memiliki intensitas cahaya cukup besar, sedangkan lampu untuk jalur pedestrian berjarak 5m.
Pada area taman, titik lampu taman disebar merata di setiap landskap taman.
47 CO - DESIGN
Lampu penerangan di sepanjang jalan permukiman berjarak 10 m.
RENCANA INFRASTRUKTUR Sistem Drainase Pemukiman & Resapan Air Hujan Sistem drainase yang terencana dan terawat dengan baik akan sangat dapat membantu sirkulasi air hujan menuju drainase kota, yaitu sungai sehingga genangan air maupun banjir tidak akan terjadi pada kawasan permukiman tersebut. Sistem drainase direncanakan akan berada di bawah tanah, lalu diteruskan ke Sungai Gajah Wong. Pada area padat penduduk, jalur drainase mengikuti sirkulasi yang ada.
A
A
1.5 m 0.5 m Jalur Drainase Titik Tempat Sampah
1.5 m
Pembuangan Sampah Sementara
0.5 m
Salah satu permasalahan infrastruktur pada dusun ini, yaitu kurangnya tempat penampungan sampah sementara sehingga sering terlihat penumpukan sampah di beberapa titik dalam permukiman. Lingkungan permukiman yang bersih dan sehat merupakan harapan semua warga permukiman di tengah kota. Salah satu cara mewujudkan keinginan warga tersebut, yaitu adanya penungkatan kuantitas tempat sampah di seluruh sudut jalan dan ruang-ruang pada permukiman. Dengan banyaknya tempat sampah, maka warga atau masyarakat luar yang membuang sampah sembarang pelanpelan akan semakin berkurang. Tempat sampah di salah satu titik pada jalan lingkungan
CO - DESIGN 48
RENCANA FASUM & FASOS Rencana penempatan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) pada kawasan permukiman RT 01 Dusun Ambarukmo terpusat pada satu area, yaitu area terbuka publik seperti pada gambar di samping. Pengembangan fasum dan fasos dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan warga maupun masyarakat umum dan merupakan salah satu kelengkapan suatu ruang publik (therapeutic garden). A B
GAZEBO
A
PARKIR MOTOR UMUM
B
LAPANGAN (VOLI)
49 CO - DESIGN
E
C D
MCK
D
POS KEAMANAN / FASILITAS SOSIAL
E
C
PEDOMAN PERANCANGAN URBAN CO - DESIGN
PENGEMBANGAN RANCANGAN
Pengembangan sebagai kampung hijau Pengembangan sebagai green riverside Pengembangan sebagai therapeutic garden Pengembangan sebagai hunian vertikal
Hunian Vertikal
Therapeutic Environment
Kampung Hijau
Desain ini merupakan pengganti hunian warga yang terkena penataan lahan yang berlokasi di atas lahan kosong yang cukup luas. Hunian vertikal terdiri dari 2 massa bangunan dan dapat menampung 18 KK.
Ruang terbuka hijau yang cukup luas dimanfaatkan sebagai taman di tengah perkampungan yang memiliki fungsi peningkatan kualitas lingkungan, penghijauan, dan estetika.
Tata massa maupun bentuk ďŹ sik bangunan pada area ini tidak mengalami perubahan, Perancang memanfaatkan ruang hijau semaksimal mungkin untuk fungsi peneduh dan penghijauan kawasan.
Green Riverside Area ini mengalami perubahan ďŹ sik hingga 90%. Mulai dari pelebaran badan sungai hingga 5m, perbaharuan tanggul menjadi ruang hijau yang berhirarki, dan peremajaan lahan hunian warga yang berubah fungsi menjadi sirkulasi kendaraan dan pedestrian 5m.
50 CO - DESIGN
STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN
Waterfront Zona ini merupakan area tepi sungai setelah adanya peremajaan lahan. Dengan menciptakan ruang hijau semaksimal mungkin pada area ini, maka akan menjadi ruang publik yang akan mengurangi pencemaran sampah, sehingga lingkungan sungai menjadi bersih dan dapat menciptakan kawasan permukiman tepi sungai yang sehat. Perencanaan ini merupakan tujuan tema perancangan penulis, yaitu therapeutic environment.
Situasi tepi Sungai Gajah Wong
Therapeutic Garden Awalya area ini merupakan lahan terbuka hijau yang kurang dimanfaatkan dengan baik dan awalnya area ini merupakan sumber dari lingkungan permukiman yang kurang sehat. Berdasar teori, data, dan analisis mengenai tema perancangan terhadap kawasan dusun tersebut, maka merancang lanskap ini menjadi taman terapik merupakan solusi yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan lingkungan permukiman ini. Hunian warga yang terkena dampak peremajaan lahan akan direlokasi ke hunian vertikal (rusun) yang letaknya berada di blok ini. Dengan membangun suatu hunian beserta lingkungan yang berkualitas baik, secara tidak langsung akan menyadarkan warga yang tinggal di permukiman padat untuk sadar kesehatan lingkungan dan diharapkan mempunyai keinginan untuk tinggal di rusun ini, sehingga tingkat kepadatan permukiman pada kawasan ini menjadi berkurang.
Permukiman & Komersial Blok ini terdiri dari permukiman padat penduduk dan beberapa bangunan komersial di tepi jalan utama. Tujuan perencanaan pada blok ini, yaitu memperbaiki kualitas lingkungan. Adanya permasalahan penumpukan sampah di beberapa lahan kosong dan minimnya ruang hijau di dalam area permukiman, sehingga perlu adanya suatu perancangan lingkungan permukiman dengan tingkat perubahan ďŹ sik bangunan yang minimal atau tidak ada perubahan pada bangunan sama sekali.
CO - DESIGN 51
INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
3.25m
Sungai
Tanggul
1.2m
3.8m
Sirkulasi
Waterfront
3.25m 5m
Sungai
Sirkulasi
7m
Taman
1m 2m
Sirkulasi
Therapeutic Garden
Hunian Warga
Sirkulasi Hunian Warga
Permukiman & Komersial
Aturan Wajib :
Aturan Wajib :
Aturan Wajib :
Garis sempadan sungai = Min. 3 m dari sebelah luar tanggul.
Tinggi tanaman peneduh > 2m
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) = 80%
Jarak titik pohon dengan tepi perkerasan ≤ 3m
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) = 1.3
Aturan Anjuran : Area tepi sungai dijadikan ruang hijau yang dapat mewadahi warga sekitar maupun masyarakat umum untuk berkumpul, berinteraksi, maupun hanya bersantai saja. Area tepi sungai dapat didukung oleh vegetasi pendukung perkerasan tanah.
Jarak titik perdu/semak dengan tepi perkerasan ≤ 50cm
Koefisien Dasar Hijau (KDH) = 15% Garis sempadan bangunan = 1.5m
Jarak antar vegetasi = 5 - 10m Aturan Anjuran : Aturan Anjuran : Persebaran vegetasi peneduh merata pada kawasan taman, khususnya pada jalur pedestrian.
Ruang 5% yang tersedia dapat digunakan secara opimal sebagai tempat parkir, sehingga tidak mengganggu area sirkulasi.
Adanya vegetasi hias dengan beraneka ragam warna, bentuk, dan mempunyai aroma yang membuat nyaman pengguna.
Area KDH dapat menggunakan grass blok untuk mengoptimalkan lahan parkir.
Lahan memiliki panorama yang indah.
52 CO - DESIGN
Jumlah lantai bangunan = 2 lantai
Lansekap jalan memiliki ciri khas yang diperuntukan untuk kenyamanan pengguna.
Ruang hijau tiap rumah dapat dimanfaatkan untuk penanaman vegetasi yang berguna, seperti aneka sayur atau apotek hidup.
TATA BANGUNAN Area Permukiman Peningkatan kualitas fisik lingkungan yang tidak merubah bentuk fisik hunian warga dilakukan dengan memberi beberapa vegetasi peneduh pada luas lahan yang memungkinkan, memberi vegetasi pengarah di sepanjang jalan kampung, serta elemen peneduh sirkulasi, seperti pergola. Dilakukan penataan pada blok ini menjadi fungsi permukiman yang memiliki area sirkulasi yang nyaman dan aman. Hunian warga berorientasi ke sirkulasi kampung.
A
A
B
Area Komersial B
Aturan Area Permukiman & Komersial Aturan Wajib : Ÿ Fasad bangunan hunian warga berorientasi pada jalur sirkulasi
kampung. Ÿ Bangunan pertokoan berorientasi ke jalan utama, yaitu Jl. Laksda
Adisucipto Ÿ Maksimal tinggi bangunan permukiman padat & komersial 2 lantai.
Aturan Anjuran : Ÿ Massa bangunan eksisting tidak dilakukan penambahan luas atau
tinggi bangunan karena area ini sudah tergolong area padat penduduk.
Bangunan komersial yang didominasi bangunan pertokoan mengarah pada muka jalan utama, yaitu Jl. Laksda Adisucipto.
CO - DESIGN 53
TATA BANGUNAN Area Therapeutic Garden Pada blok ini terdapat beberapa massa bangunan, yaitu hunian vertikal, gazebo, dan mck umum. Serta ruang publik, seperti lapangan tennis, beberapa taman bunga, dan lahan parkir. Seluruh massa bangunan terintegrasi dengan area lanskap therapeutic garden. Aturan Wajib : Ÿ Tinggi bangunan pada area ini maksimal 3 lantai. Ÿ Koefisien Dasar Hijau 70%
Aturan Anjuran : Ÿ Memaksimalkan lahan terbuka sebagai ruang hijau. Ÿ Tidak ada penambahan massa bangunan karena fungsi utama area ini adalah
taman ditengah perkampungan.
Hunian vertikal 3 lantai yang berorientasi menghadap sungai dengan KDH yang cukup luas. Bangunan rusun ini mampu menampung hingga 18 KK.
54 CO - DESIGN
SISTEM SIRKULASI & JALUR PENGHUBUNG
Sirkulasi kendaraan
A
Taman
3.8m
Pedestrian
3.25m 1.2m Tanggul + ruang hijau
Potongan Sirkulasi A
A
Tanggul sungai dimanfaatkan sebagai area hijau, yaitu menggunakan vegetasi penutup lahan breupa rumput.
Pe d e s t r i a n te p i s u n g a i mengunakan perkerasan batu alam agar menampilkan citra kawasan yang ekologis.
Aturan Wajib : Ÿ Lebar badan jalan inspeksi desa (Kelas III) minimal 3m. Ÿ Sirkulasi kendaraan boleh dilalui kendaraan umum dua arah. Ÿ Lebar pedestrian minimal 1m.
Material sirkulasi kendaraan menggunakan perkerasan pa v i n g b e r w a r n a , s e s u a i konsep therapeutic environment yang menstimulasi indera dan kesehatan psikis manusia dengan varian warna, aroma, maupun tekstur.
Perkerasan batu alam dengan bentuk, ukuran, dan warna yang berbeda dari pedestrian tepi sungai dapat menampilkan citra kawasan taman yang alami.
Aturan Anjuran : Ÿ Sirkulasi dilengkapi dengan infrastruktur dan drainase jalan yang lengkap dan terencana dengan baik. Ÿ Ruang terbuka di tepi jalan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk fungsi perindang dan penghijauan.
CO - DESIGN 55
SISTEM SIRKULASI & JALUR PENGHUBUNG
4.5m 3m
Potongan Sirkulasi B Hunian Warga
Ruang hijau
Sirkulasi
Hunian Warga
3m
B
Aturan Wajib : Ÿ Lebar jalan lingkungan 2 arah minimal 3m. Ÿ Material sirkulasi pada permukiman padat mudah menyerap air
karena terbatasnya lahan resapan air. Ÿ Garis sempadan jalan minimal 3m dari as jalan. Ÿ Parkir kendaraan pribadi di luar area sirkulasi.
Aturan Anjuran : Ÿ Sirkulasi tidak diakses kendaraan roda 4. Ÿ Jalan kampung dilengkapi infrastruktur jalan yang memadai demi
Ruang hijau di tepi jalan dimanfaatkan untuk garden h o u s i n g w a rg a s e k a l i g u s sebagai vegetasi pengarah pada jalan.
Di beberapa sirkulasi kampung yang kurang mendapat naungan, didesain pergola kayu dengan tanaman rambat.
kenyamanan dan keamanan penggunanya. Ÿ Sirkulasi dilengkapi naungan berupa pohon rindang dan pergola.
56 CO - DESIGN
Material jalan kampung menggunakan perkerasan paving blok karena mudah menyerap air.
SISTEM SIRKULASI & JALUR PENGHUBUNG
Ruang hijau
Sirkulasi
Ruang hijau
Hunian Warga
Potongan Sirkulasi C Hunian Warga
2m 2m
C
Aturan Wajib : Ÿ Lebar jalan lingkungan satu arah minimal 1.5m Ÿ Material sirkulasi pada permukiman padat mudah
menyerap air karena terbatasnya lahan resapan air. Material jalan kampung menggunakan perkerasan paving blok karena mudah menyerap air.
Ÿ Garis sempadan jalan pada permukiman padat minimal
1.5m dari as jalan. Ÿ Parkir kendaraan pribadi di luar area sirkulasi.
Aturan Anjuran : Ÿ Sirkulasi tidak diakses kendaraan roda 4. Ÿ Jalan kampung dilengkapi infrastruktur jalan yang memadai demi kenyamanan dan
keamanan penggunanya.
Jarak sirkulasi dengan bangunan yang berdekatan memiliki satu keuntungan, yaitu area sirkulasi dapat ternaungi dari panas matahari oleh atap rumah warga.
Ÿ Sirkulasi lingkungan permukiman padat dengan lebar < 3m, diberlakukan sistem jalur satu
arah. CO - DESIGN 57
SISTEM RUANG TERBUKA & TATA HIJAU Sistem ruang terbuka dan tata hijau merupakan komponen rancang kawasan yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas.
A
A Therapeutic garden pada kawasan ini merupakan ruang publik yang didesain berdasar konsep perancangan. Manfaat desain tersebut, yaitu meningkatkan kualitas kehidupan permukiman melalui penciptaan lingkungan yang nyaman, sehat, menarik, dan berwawasan ekologis. Serta dapat mendorong terciptanya integrasi ruang sosial antar penggunanya. Area therapeutic garden sudah terintegrasi dengan baik antara ruang publik dan bangunan hunian yang didukung oleh persebaran variasi vegetasi yang menghiasi seluruh area ini. Perencanaan lingkungan memenuhi kriteria kenyamanan bagi pemakai, yaitu kelancaran sirkulasi udara, pancaran sinar matahari, tingkat kebisingan, dan tingkat polusi udara dan air yang diminimalisir dengan adanya berbagai macam vegetasi beserta fungsinya masing-masing. Vegetasi peneduh berada di tiap sudut ruang terbuka dengan jarak 5-10m, vegetasi penghias (aneka jenis bunga tertentu) yang menghiasi kawasan taman, vegetasi penutup lahan yang menutupi sebagian besar kawasan dusun ini, serta tanaman rambat pada tiap desain pergola. Menciptakan kawasan yang terintegrasi sosial secara keruangan bagi semua pengguna pada berbagai ruang publik yang ada pada area taman tersebut.
58 CO - DESIGN
TATA KUALITAS LINGKUNGAN Therapeutic Garden Aturan Wajib : Ÿ Jarak antar pohon peneduh minimal 10m. Ÿ Tinggi pohon peneduh minimal 3m. Ÿ Penanaman vegetasi sebanyak 70% dari seluruh kawasan taman baik pohon
maupun groundcover. Ÿ Penanaman vegetasi hias bersifat aromatik dan estetis.
Aturan Anjuran : Ÿ Vegetasi yang diterapkan disesuaikan dengan ruang dan fungsi vegetasi. Ÿ Penanaman vegetasi yang memiliki daya tarik warna bunga, vegetasi aromatik,
serta tanaman estetika yang dapat memberi kesan nyaman. Ÿ Penanaman vegetasi bunga yang tidak mengundang serangga mematikan,
seperti lebah.
Rekomendasi Vegetasi Vegetasi Perdu
Vegetasi Aromatik
Kenanga Lavender Cananga odorata Lavandula
Pohon Lemon Citrus limon
Cempaka Merah Cempaka Putih Magnolia liliiflora Magnolia x alba
Vegetasi Hias
Kemuning Murraya paniculata
Vegetasi Rambat
Wera Pucuk Merah Hibiscus Mutabilis Syzygium oleana
Amaryllis Amaryllis
Bunga Angelonia Angelonia angustifolia
Groundcover
Pohon Hias
Cemara Kipas Acacia dealbata
Pohon Peneduh
Pohon Kersen Muntingia calubura L.
Pohon Angsana Pterocarpus indicus
Pohon Kiara Payung Filicium decipiens
Pohon Akasia Acacia dealbata
CO - DESIGN 59
TATA KUALITAS LINGKUNGAN Waterfront Aturan Wajib : Ÿ Garis sempadan sungai dimanfaatkan menjadi ruang terbuka hijau untuk
mencegah erosi dan penyerapan air hujan. Ÿ Vegetasi penguat tanah ditanam sepanjang area sempadan dengan jarak maksimal
15m.
B
A
C
Ÿ Penanaman vegetasi sebanyak 70% baik pohon maupun vegetasi penutup lahan.
Aturan Anjuran : Ÿ Penanaman pohon tepi sungai sebaiknya memiliki akar yang mampu menahan
longsor, seperti pohon ketapang kencana dan kiara payung. Ÿ Penanaman vegetasi yang bersifat aromatic dan memiliki visual yang menarik
merupakan jenis tanaman therapeutic yang dapat menyegarkan aroma udara serta menstimulasi visual manusia.
A Adanya ruang publik berupa sirkulasi kendaraan dan pedestrian tepi sungai yang cukup lebar di sepanjang dusun tersebut memperkuat karakteristik kawasan waterfront.
B Tanggul sungai dimanfaatkan sebagai ruang hijau dan menciptakan ruang sosial di tepi sungai dengan vegetasi groundcover serta beberapa pohon peneduh di sepanjang area tepi sungai.
C
Rekomendasi Vegetasi Pohon Peneduh
Pohon Kersen Muntingia calubura L.
60 CO - DESIGN
Groundcover
Pohon Kiara Payung Filicium decipiens
Pohon Ketapang Kencana Terminalia mantaly
TATA KUALITAS LINGKUNGAN Area Permukiman & Komersial Aturan Wajib : Ÿ Pada lingkungan permukiman padat, ruang terbuka kepemilikan pribadi dapat
diakses oleh publik. Ÿ Adanya penambahan desain pergola dengan tanaman rambat sebagai fungsi
peneduh sirkulasi. Ÿ Menciptakan koridor hijau di sepanjang sirkulasi kampung dengan cara
menanam vegetasi di tepi jalan. Ÿ Lebar minimum jalur hijau 0.50m. Ÿ Jarak lampu jalan minimal 5-10 m. Ÿ Jarak penempatan tempat sampah maksimal 20m.
A
Aturan Anjuran : Ÿ Mempertahankan lingkungan asli permukiman padat ini. Ÿ Menerapkan konsep garden housing pada tiap rumah dengan menyediakan
lahan bercocok tanam yang dapat berupa tanaman obat maupun sayuran.
Rekomendasi Vegetasi Pohon Peneduh
Pohon Kersen Muntingia calubura L.
Pohon Kiara Payung Filicium decipiens
Vegetasi Rambat A
Vegetasi Perdu
Sirkulasi pada permukiman didesain dengan konsep green corridor, yaitu dengan menambahkan vegetasi peneduh, perdu hias, pengarah, garden housing, serta didukung infrastruktur jalan yang terencana.
CO - DESIGN 61
PRASARANA & UTILITAS LINGKUNGAN Therapeutic Garden Aturan Wajib : Ÿ Penempatan lampu taman disebar merata pada area taman berdasar
fungsinya masing-masing. Ÿ Tinggi lampu taman 0.50m - 2.5m. Ÿ Jarak persebaran tempat sampah pada area ini minimal 10m.
Aturan Anjuran : Ÿ Penempatan persebaran lampu taman harus terencana dengan baik
agar tercipta visual kawasan yang nyaman, khususnya pada area ruang sosial, seperti area gazebo.
Waterfront Aturan Wajib : Ÿ Penempatan jarak lampu di sepanjang sirkulasi kendaraan 10m. Ÿ Jarak antar lampu di sepanjang pedestrian tepi sungai 5m. Ÿ Tinggi lampu sirkulasi kendaraan 5m. Ÿ Tinggi lampu pedestrian 2.5m. Ÿ Jarak persebaran tempat sampah pada area ini minimal 30m. Ÿ Papan nama jalan ditempatkan pada awal sisi ruas jalan dengan
tinggi 2m. Aturan Anjuran : Ÿ Sebaiknya terdapat tempat pembuangan sampah sementara di
beberapa titik di sepanjang tepian sungai.
Area Permukiman & Komersial Aturan Wajib : Ÿ Penempatan jarak lampu di sepanjang sirkulasi kendaraan 10m. Ÿ Tinggi lampu sirkulasi kendaraan 5m. Ÿ Jarak persebaran tempat sampah pada area ini minimal 20m. Ÿ Papan nama jalan ditempatkan pada awal sisi ruas jalan dengan
tinggi 2m. Ÿ Signage ditempatkan di setiap ujung jalan kampung.
Aturan Anjuran : Ÿ Penempatan lampu jalan menggunakan modul selang-seling karena
62 CO - DESIGN
ruang jalan yang sempit.
“I DON’T BUILD IN ORDER TO HAVE CLIENTS, I HAVE CLIENTS IN ORDER TO BUILD” Ayn Rand
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA