AW Bahasa - October 2018

Page 1

Halaman 9

Halaman 10

Halaman 16

Jangan Biarkan Anak Muda Membaca Ini

Umat Sisa yang Dipilih Karena Anugerah

Yunus dan Ikan Besar

10 - 2018

AdventistWorld.org 10 -2018

1


Dipanggil untuk Dimiliki Oleh: Bill Knott

S

A m e r i k a s e r i k at

Cerita Sampul Tsega Sileshi T. lahir di sebuah rumahtangga Advent di Ethiopia dan pindah ke Amerika Serikat tujuh tahun lalu. Dia saat ini sedang mengejar gelar B.Sc. Biologi di Chattanooga, Tennessee, di mana ia menghadiri Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh East Ridge. Tsega senang membantu orang dan menikmati alam bebas. Impiannya adalah melayani di bidang medis dan ia bersemangat menantikan kedatangan Yesus. Foto Sampul: Tim Pethel

Fokus 10 Umat Sisa yang Dipilih Karena Anugerah 14 Setia pada Firman-Nya 16 Yunus dan Ikan Besar 18 Hidup dengan Umat Sisa yang Tidak Sempurna 22 Yesus Memiliki Alasan-alasan-Nya Firman 26 Pertanyaan dan Jawaban Alkitab Gereja Saya 13 Suara Milenium 20 Wawasan Global 24 Menemukan Kembali Roh Nubuat Iman yang Hidup 27 Kesehatan dan Kebugaran 28 Bolehkah Saya Menceritakan Sebuah Kisah? 30 Iman yang Bertumbuh—Halaman Khusus untuk Anak-anak

ebelum mencapai usia 6 tahun, saya sudah belajar kebenaran penting tentang umat yang sisa. Bibi saya, Gladys, adalah salah satu wanita luar biasa yang mampu bekerja “multi-tasking” jauh sebelum istilah itu terkenal, karena beliau tidak pernah hanya melakukan satu hal saja. Sambil menceritakan kisah-kisah yang panjang dan menarik atau bermain kata-kata yang rumit, dia selalu merajut, menganyam permadani, atau menjahit kemeja yang dengan bangga dipakai oleh para anak lelaki. Menghabiskan sore bersama Bibi Gladys berarti memasuki dunia proyek, termasuk kunjungan rutin ke “kumpulan umat sisa.” Di antara gulungan katun dan lembaran tekstil warna-warni, Bibi Gladys mencari-cari potongan kain—sisa-sisa dan serpihan—yang melalui matanya yang terlatih bisa berguna untuk proyek berikutnya. Kami akan kembali dengan tas plastik yang berisi “sisa-sisa” itu—serpihan kain yang tak lama kemudian teranyam indah dalam permadani buatan tangannya. Definisi dan pengamatan menyimpulkan bahwa, “sisa” adalah sesuatu yang berasal dari pilihan orang lain—sesuatu yang ditinggalkan ketika potongan yang lebih besar menemukan bentuknya. Tidak ada kain motif kotak atau motif bunga yang sengaja dipilih untuk menjadi sisa. Sisa adalah sesuatu yang menjadi berharga karena seorang seniman dan pencipta melihat sebuah kemungkinan dalam serpihan. Pemahaman itu, yang tertanam dalam pikiran saya bahkan sebelum usia sekolah, telah menolong saya ketika retorika “sisa” nampak seperti identitas yang dipilih sendiri atau eksklusif bagi mereka yang secara bangga menyebut diri mereka “umat Tuhan yang sisa di akhir zaman.” Alkitab sangat jelas: Kita tidak memilih untuk menjadikan diri kita sebagai sisa seperti halnya kita tidak dapat mengklaim jasa untuk keselamatan kita. Undangan kasih karunia untuk mengikuti Yesus itulah yang menciptakan identitas dan tujuan bagi umat-Nya yang sisa. Dialah yang mengumpulkan serpihan-serpihan kecil dan terbuang dari kelompok-kelompok orang beriman lainnya, dan menyusunnya sesuai pola yang hanya Dia yang dapat melihatnya. Kemuliaan bagi Juruselamat kita bahwasanya “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pkh. 3: 11), termasuk apa yang dihasilkan-Nya dari orang-orang yang ditolak atau dianiaya oleh dunia. Kerumunan besar dan tak terhitung yang dilihat oleh Rasul Yohanes dalam penglihatannya, dikumpulkan dari serpihan-serpihan yang ditolak atau dianggap tidak berharga—seumpama sebuah selimut, dengan corak dan pola yang menyenangkan bagi seniman yang menggubahnya. Panggilan-Nya menciptakan umat-Nya yang sisa: Anugerah-Nyalah yang mengikat kita bersama jutaan orang percaya lainnya yang berbeda-beda tetapi menemukan tempat yang memuaskan dalam rancangan-Nya. Bersukacitalah dalam hal ini: Bahwa Anda telah diundang oleh kasih karunia Allah untuk menjadi sisa milik yang berharga bagi Tuhan, mereka yang “menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus” (Why. 12: 17).

Kami percaya akan kuasa doa, dan mempersilakan bila ada permintaan doa yang dapat kami sampaikan pada ibadah mingguan khusus staf setiap rabu pagi. Kirimkan permohonan doa Anda ke prayer@adventistworld.org, dan doakan juga kami dalam pekerjaan memperluas kerajaan Allah. 2

10 - 2018 AdventistWorld.org


Pedro Valenรงa, seorang peserta ADRA Connections Extreme dari UNASP-Brazil, membawa persediaan saat bekerja di sebuah sekolah Sungai Amazon. Foto: ADRA Internasional

AdventistWorld.org 10 -2018

3


“Ini adalah peristiwa yang mengharukan. Banyak anggota masyarakat dan gereja yang hadir dalam acara ini.” —Apisalome Seru, Kepala Keuangan Misi Advent Vanuatu, yang berpartisipasi dalam peluncuran proyek renovasi sekolah yang dibantu pemerintah di pulau Tanna di Vanuatu. Ini adalah pertama kalinya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di wilayah trans-Pasifik menerima dana pemerintah untuk merenovasi sebuah sekolah Advent. Total pendanaan untuk proyek ini yaitu 1,48 juta dolar AS. Berbicara di depan mereka yang hadir, Jean-Pierre Nirua, menteri pendidikan Vanuatu, berterima kasih kepada anggota masyarakat atas kesabaran, doa, dan komitmen mereka terhadap proyek tersebut.

Dalam jumlah hektar (setara dengan 80.937 hektar atau 809 kilometer persegi) yang terbakar di California sehingga Konferens California Tengah membatalkan acara perkemahan musim panas Camp Wawona untuk sisa musim ini. Keputusan itu dibuat karena indeks kualitas udara telah mencapai tingkat yang sangat tidak sehat. Beberapa hari kemudian perintah evakuasi diberikan bagi mereka yang berada di daerah tersebut. 4

10 - 2018 AdventistWorld.org

36% 31%

Saya merasakan tanggung jawab yang mendalam untuk mengurangi penderitaan.

200.000

Sumber: Kantor Arsip, Statistik, dan Penelitian Survey Keanggotaan Global 2013.

Saya memberikan sebagian besar waktu / uang untuk membantu orang.

Tahap pertama sekolah kedokteran EastCentral Africa Division (ECD) di Rwanda diperkirakan akan selesai pada Maret 2019, para pemimpin Advent setempat melaporkan. Setelah itu, sekolah akan menghadapi beberapa tantangan kesehatan paling mendesak di Afrika. Rasio dokter untuk pasien di seluruh wilayah ECD sangat rendah. Di Rwanda hanya ada satu dokter untuk 15.625 jiwa. Para pemimpin juga berharap bahwa program pendidikan kedokteran yang baru itu akan mendukung 10 rumah sakit misi dan 166 klinik gereja Advent di seluruh wilayah ECD.

Kemanusiaan Anggota Advent Saya sangat peduli tentang bagaimana mengurangi kemiskinan di negara saya / di seluruh dunia.

Tahap Pertama Sekolah Kedokteran di Rwanda akan selesai pada tahun 2019

47%

“Pemuda Kristen hari ini ingin memahami iman dan asal-usul mereka, dan perlu mendengar bagaimana para ilmuwan top seperti Walton telah mengembangkan rasa ingin tahu mereka akan ciptaan Tuhan.” —Victor

Hulbert, Direktur Komunikasi Divisi TransEropa, mengomentari peluncuran episode baru serial Seeking Understanding. Episode ini menampilkan profesor kimia dari Universitas Andrews, John Walton, dan menyoroti pandangan ilmuwan tentang asal mula kehidupan. Hulbert mengadakan pra-tayang film ini di kampus Newbold College.


“Kami belum dapat mengirimkan pesan keselamatan, tetapi hal itu akan berubah.” —Dany Perla, Ketua Konferens Metropolitan El Salvador, memberi selamat kepada sekelompok pemuda Advent di San Salvador yang mengikuti kursus bahasa isyarat dasar untuk dapat melayani individu penderita tuna rungu. Perla mengatakan kepada kelompok tersebut bahwa gereja memiliki sangat sedikit anggota dengan ketidakmampuan mendengar “semata-mata karena kita belum dapat berkomunikasi dengan mereka.”

350 Jumlah korban pemotongan alat kelamin wanita (Female Genital Mutilation) telah menerima perawatan medis dan bedah rekonstruktif di Desert Flower Centre yang terletak di Rumah Sakit Advent Waldfriede di Zehlendorf, Berlin, Jerman. Pusat perawatan ini diluncurkan pada tahun 2013 dengan dukungan dari mantan model papan atas Waris Dirie. Menurut statistik Perserikatan Bangsa Bangsa, lebih dari 250 juta wanita di seluruh dunia dipengaruhi oleh tindakan sunat yang merusak ini.

8.742 Jumlah pasien yang dilayani selama tiga hari oleh sebuah mega klinik yang diselenggarakan di Palawan, Filipina. Klinik tersebut merupakan upaya bersama Adventist World Radio dan LifeSource International Medical Clinics, sebuah layanan kemanusiaan yang terkait dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Pasien ditawari berbagai layanan medis gratis termasuk akses ke perawatan gigi, konsultasi medis, operasi kecil, layanan optik, tes laboratorium, apotek, dan konseling.

Para praktisi kesehatan gigi merawat salah satu dari 8.742 pasien di mega klinik yang diselenggarakan di Palawan, Filipina.

Foto: Divisi Asia Pasifik Selatan AdventistWorld.org 10 -2018

5


Komite Administratif Mengambil Langkah Maju dalam Proses Persatuan

Dokumen akan dipertimbangkan di sidang tahunan 2018.

Oleh: Adventist World dan ANN

Komite Administrasi General Conference Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (ADCOM) melakukan pemungutan suara pada hari Selasa, 17 Juli, untuk mengesahkan sebuah dokumen yang direkomendasikan oleh Komite Pengawas Persatuan (Unity Oversight Committee). Rekomendasi tersebut muncul setelah sembilan bulan mendengarkan dan berkonsultasi dengan lembaga gereja di seluruh dunia, yang berisi pedoman proses penanganan lembaga yang tidak sesuai dengan kebijakan General Conference (GC), Komite Eksekutif GC, atau aturan pelaksanaanya. Proses tersebut meliputi pembentukan sejumlah komite peninjau kepatuhan yang akan menangani isu-isu ketidakpatuhan tertentu dan membuat

rekomendasi kepada Komite Administrasi General Conference. Komite Pengawas Persatuan mendapatkan informasi dari data kuantitatif dan kualitatif yang dikumpulkan dari para pemimpin gereja di seluruh dunia serta dialog dengan 13 Divisi sedunia, Dewan Pimpinan General Conference, dan lembaga-lembaga GC. Komentar dari anggota komite eksekutif dalam Sidang Tahunan sebelumnya juga dipertimbangkan. Kantor Arsip, Statistik, dan Riset ditugaskan untuk membuat kuesioner dan mengadakan survei ke semua ketua uni dan divisi di seluruh dunia. Semua responden memberikan tanggapan, meskipun dalam beberapa kasus mereka memilih untuk tidak menjawab semua pertanyaan. Hasil survei tersebut

diterbitkan dalam artikel sebelumnya, dan menunjukkan bahwa mayoritas ketua uni gereja sedunia menyarankan adanya suatu proses dalam menangani ketidakpatuhan. Mengikuti proses standar dan protokol, dokumen yang diputuskan pada 17 Juli oleh GC ADCOM juga akan dibahas oleh General Conference dan Komite Pejabat Divisi. Hasilnya akan dikirim ke Komite Eksekutif GC dalam Sidang Tahunan pada Oktober ini sebagai rekomendasi. Dokumen lengkap yang dikeluarkan oleh Komite Administrasi General Conference dapat dibaca di www.AdventistWorld.org/ UnityOversightCommittee.

Foto: Brandon Roberts/Komunikasi GC 6

10 - 2018 AdventistWorld.org


Jerman Menyelenggarakan Global Youth Leaders Congress 2018

Para pemimpin ditantang untuk “mewariskan” ke generasi selanjutnya.

Oleh: Costin Jordache, Direktur, Adventist World

Lebih dari 1.600 Direktur Pelayanan Pemuda Advent dari seluruh dunia berkumpul di Kassel, Jerman, di dalam Global Youth Leaders Congress 2018. Dari tanggal 31 Juli hingga 4 Agustus 2018, para peserta membahas tantangan dan peluang yang signifikan dalam melayani remaja dan dewasa muda di pelbagai konteks budaya. Para peserta berasal dari 120 daerah dengan bahasa yang berbeda-beda. Jika sebelumnya terbuka untuk para pemuda dan pemimpin mereka, acara tahun ini dibuat khusus untuk para pemimpin pelayanan pemuda saja, perubahan fokus yang dalam skala tertentu menimbulkan kekecewaan dari beberapa orang yang tidak berhak hadir. Dalam sebuah surat kepada para peserta yang lalu, Gary Blanchard, Direktur Pelayanan Pemuda Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menjelaskan: “Apa yang tidak kita miliki tetapi sangat dibutuhkan adalah kongres bagi para Direktur Pelayanan Pemuda dan Remaja.” Sambil meminta maaf kepada mereka yang kecewa, Blanchard menekankan bahwa gereja sedunia menyelenggarakan acara IMPACT bekerja sama dengan General Conference, yang berfungsi sebagai kongres pemuda sedunia. Acara berikutnya dijadwalkan di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, pada tahun 2020. Dalam konferensi pers yang diadakan pada hari pembukaan, Jonatán Tejel, Direktur Pemuda Divisi InterEropa (EUD), menjelaskan bahwa divisi-divisi biasanya sudah mengadakan kongres pemuda mereka sendiri, dan menekankan kembali perlunya pelatihan khusus kepemimpinan pemuda dalam skala sedunia. Blanchard mengatakan bahwa dalam perhelatan di Jerman ini, para pemimpin pelayanan pemuda di semua divisi akan mendiskusikan rencana mereka untuk masa depan.

Photo: Dejan Stojkovic

Tema Segi Banyak Kongres kepemimpinan diorganisasikan dengan tema “Wariskanlah,” dan bertujuan untuk “memperlengkapi, melibatkan, dan memberda­ yakan generasi pemimpin yang dipenuhi Roh untuk mewariskan warisan reformasi,” demikian dijelaskan oleh penyelenggara. Pada malam pembukaan, tema itu diperluas oleh Blanchard, bersama dengan Associate Direktur Pemuda gereja sedunia, Andrés Peralta. “Identitas, misi, dan kepemimpinan,” kata Blanchard, adalah tiga dari nilai-nilai spesifik yang harus diwariskan oleh para pemimpin pemuda kepada generasi mendatang. Penyelenggara berfokus pada model kepemimpinan pemuda yang spesifik, untuk diwariskan dan diwujudkan tidak hanya ke generasi mendatang tetapi ke gereja-gereja lokal saat ini di seluruh dunia. Dikembangkan dalam kemitraan dengan Center for Youth Evangelism (CYE), EUD, dan Trans-European Division (TED), model Intergenerational Churches of Refuge (iCOR) tersebut berupaya menciptakan lingkungan rohani yang “inklusif, merangkul, berorientasi komunitas, strategis, dan aman bagi para dewasa muda,” demikian Ron Whitehead, direktur eksekutif CYE menyatakan. Pada TED dan EUD mengambil konsep selangkah lebih maju dalam mengembangkan dan menekankan

aspek antar generasi dari model tersebut. iCOR “dimaksudkan untuk memberikan dukungan nilai bagi gereja-gereja dengan menjadikan rumah rohani ini sebagai sesuatu yang nyata bagi semua generasi, semua budaya, dan semua kelas sosial,” jelas situs web mereka.“ ‘i’ dalam iCOR berarti kebersamaan,” tegas Stephan Sigg, Ketua Konferens Persatuan Swiss dan salah satu pembicara utama acara tersebut. “Yang terpenting adalah bahwa kita bertumbuh, melayani, dan belajar bersama.” Pada tahun 2016, gereja sedunia mengadopsi iCOR sebagai strategi utamanya dalam menyasar gerejagereja lokal sebagai “target utama dari pelayanan kepemudaan global.” Dengan demikian, semua aspek dari kongres pemuda diorganisasikan menjadi komponen-komponen seperti iGrow, iCare, iLearn, dan iThink. Para pembicara utama lainnya adalah David Assherick dan Ty Gibson, yang masing-masing memberikan khotbah berseri di sepanjang acara; Ketua gereja Advent sedunia Ted N. C. Wilson, yang berbicara pada hari Sabat pagi; A. Allan Martin, pendeta pengajar dari Younger Generation Church; dan Gilbert Canadvent sedunia. Untuk membaca lebih banyak tentang Global Youth Leaders Congress, kunjungi halaman berita di AdventistWorld.org. AdventistWorld.org 10 -2018

7


Fokus Berita Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA)

4.026 Keanggotaan MENA per 31Maret 2018 “Kami melayani di daerah di mana perang membuat perubahan demografis yang besar. Siswa-siswi kami saat ini kebanyakan bukan Kristen. Amanat yang kami terima dari para orang tua dan masyarakat membuat kami terus menggarap potensi yang menjanjikan ini.” —Elias Choufani, Kepala Sekolah Menengah Advent di Mouseitbeh (MASS) di Beirut Barat, Libanon. Anggota staf MENA baru-baru ini melakukan kunjungan pelayanan ke sekolah. Mereka bercerita di ruang kelas, melukis mural di taman bermain, bermain sepak bola dengan anak-anak, dan melakukan perbaikan-perbaikan. MASS menyediakan pendidikan untuk sekitar 700 siswa di kelas K-12, di mana 99,9 persennya berasal dari latar belakang Muslim.

“Untuk dapat melayani populasi yang lebih besar dan segala kebutuhan mereka adalah kembali kepada cara yang digunakan Yesus untuk menolong orang.” —Myron Iseminger, Mantan Sekretaris General Conference yang menerima undangan untuk melayani sebagai Ketua Urusan Mesir-Sudan. Iseminger sebelumnya menjabat sebagai bendahara di departemen itu sebelum bekerja di sekretariat gereja sedunia.

96

Jumlah kota yang termasuk dalam wilayah MENA memiliki populasi 500.000 jiwa atau lebih, di mana banyak di antaranya sama sekali tidak terdapat orang Advent.

19,5 Miliar Dolar Prediksi pasar perawatan kesehatan di Uni Emirat Arab pada tahun 2020. Di seluruh negeri, kesadaran kesehatan meningkat pesat seiring dengan penyakit pola hidup seperti obesitas, diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit pembuluh darah jantung. Gereja Advent di Dubai baru-baru ini menyelenggarakan acara kesehatan yang dihadiri oleh 200 orang. Pengunjung berkesempatan untuk melakukan pemeriksaan kadar kolesterol dan glukosa mereka, pemeriksaan mata, tes kebugaran, dan konsultasi kesehatan.

“Sebagai sebuah gereja, kami percaya ada-

lah tugas kami untuk menjadi berkat bagi masyarakat dan membantu orang untuk hidup utuh. Pembukaan Pusat Kebudayaan Ramses adalah cara kami memenuhi nilainilai kami sebagai sebuah organisasi, dengan mengangkat martabat manusia dan menyalurkan kasih Allah bagi semua orang.” —Rick McEdward, Ketua MENA, dalam peresmian kembali gereja Advent yang telah direnovasi di Kairo, Mesir, yang kini berfungsi juga sebagai fasilitas pelayanan masyarakat. Fasilitas ini menawarkan pendidikan prasekolah, klinik gigi, pusat kebugaran, kamar pijat, apartemen, dapur untuk pelajaran memasak sehat, dan tujuh ruang kelas untuk pelajaran kesehatan dan kelas bahasa Inggris. Gereja Advent memiliki 800 anggota di Mesir, sebuah negara dengan populasi 100 juta jiwa. Ketua gereja Advent sedunia Ted N.C. Wilson meresmikan kembali bangunan empat lantai tersebut dan meminta anggota gereja untuk mengingat bahwa bagian penting dari misi gereja adalah membantu orang di kota-kota besar. (^-)

Para pemimpin Gereja Advent memotong pita merah pada pembukaan Pusat Kebudayaan Ramses di Kairo. Dari kiri: Ted N. C. Wilson, Ketua Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh; Rick McEdward, Ketua MENA; Johnny N. Salib, Sekretaris Urusan Mesir-Sudan; dan Kheir Boutros, Associate Bendahara MENA.

Foto: Chan Min Chung, MENA News 8

10 - 2018 AdventistWorld.org


Oleh: Jared Thurmon, penanggung-jawab kemitraan strategis untuk Adventist Review Ministries

Foto: Hal Gatewood

Jangan Biarkan Anak Muda Membaca Ini Paparan layar mengikis kreativitas anakanak, dan mungkin juga kita. Ketika Steve Jobs, salah satu pendiri Apple, ditanya apa pendapat anakanaknya tentang iPhone, dia berkata: “Anak-anak tidak menggunakannya. Kami tidak mengizinkannya di rumah.” Sebelum Anda menganggapnya sebagai respons anomali dari seorang petinggi teknologi, perhatikan bahwa ada sebuah sekolah di dekat San Francisco, California, Amerika Serikat, yang hampir sepenuhnya bebas teknologi. Waldorf School of the Peninsula tidak mengizinkan iPhone, iPad, ataupun komputer di sekolah mereka. Pihak sekolah menyatakan bahwa 75 persen anak-anak di sana memiliki orang tua eksekutif di bidang teknologi. Ada apa di layar perangkat canggih itu sehingga salah satu orang terkaya di dunia mencegah anak-anak mereka dari paparan sinarnya? Kita diberitahu bahwa Nabi Samuel pergi ke rumah Isai untuk mengurapi raja Israel berikutnya. Ketika tiba di sana, dia melihat tujuh pemuda tampan, yang semuanya siap menjadi raja. Tetapi yang dipilih Tuhan bukanlah yang dia pikirkan. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1 Sam. 16: 7). Jadi apakah yang membuat Daud

siap untuk memimpin lebih baik daripada saudara-saudaranya? Dari Alkitab kita mengetahui bahwa ia menghabiskan banyak waktu di alam untuk menjaga ternak, dan menggunakan kreativitasnya untuk menulis dan bermain musik. Ketika menulis tentang Adam dan Hawa di Eden, Ellen White menulis bahwa mereka diberi “pekerjaan yang paling sesuai dengan perkembangan—memelihara tanam-tanaman dan hewan.”1 Memelihara tanaman dan hewan serta menghabiskan waktu di alam terbuka terdengar revolusioner di dunia gadget saat ini. Jadi apa masalahnya dengan layar? ”Saya telah bekerja dengan ratusan pecandu heroin dan narkoba, dan saya dapat mengatakan bahwa lebih mudah mengobati pecandu heroin daripada pecandu layar sejati,” kata pakar kecanduan Nicholas Kardaras. Ia menjelaskan bagaimana teknologi kompulsif yang digunakan dan kemelekatan pada layar secara neurologis dapat merusak perkembangan otak seorang anak dengan cara yang sama seperti kecanduan narkoba.2 Jika Anda adalah orang tua, atau calon orang tua, kalimat terakhir itu seharusnya menarik perhatian Anda. Dapatkah waktu intim dengan layar di tahun-tahun formatif mengerdilkan potensi kehidupan seorang anak? Nampaknya jawabannya adalah “Ya.” Kardaras melanjutkan: “Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan narkoba dan penggunaan layar yang

berlebihan menghambat frontal cortex dan mengurangi sel-sel kelabu di bagian otak tersebut. Sebuah permainan (games) yang menggairahkan menciptakan kerugian ganda. Mereka bukan hanya ketagihan, tetapi kemudian kecanduan itu berdampak negatif pada bagian otak yang bertugas mengontrol impulsivitas dan pengambilan keputusan yang baik.”3 Seringkali dalam Alkitab kita menemukan rujukan tentang dahi. Tuhan menaruh meterai atau tanda-Nya di sana; atau Lucifer menempatkan tandanya di sana. Konsep yang mendasari berbicara tentang pre-frontal cortex (yaitu, lobus frontal). Ini adalah pusat penilaian, moralitas, dan karakter selain kreativitas dan pemikiran kritis. “Umat Tuhan dimeteraikan di dahi mereka,” tulis Ellen White. “Ini bukan segel atau tanda yang dapat dilihat, tetapi sebuah penanaman kebenaran, baik secara intelektual maupun rohani, sehingga mereka tidak dapat digoyahkan.”3 Karena kita semua menaruh harapan pada generasi berikutnya untuk memberikan tongkat estafet pengharapan, mari kita seinovatif mungkin, meskipun itu berarti kita harus mengemas ulang kebijakan kuno untuk masa kini. Ellen G. White, Seri Membina Keluarga (Bandung, Indonesia Publishing House),jld. 2 hlm. 38. 2 www.vice.com/en_us/article/how-screenaddiction-is-ruining-the-brains-of-children. 3 Ibid. 4 Ellen G. White, Maranatha (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1976), p. 200. 1

AdventistWorld.org 10 -2018

9


Fokus

Umat Sisa yang Dipilih karena Anugerah

OLEH: FELIX H. CORTEZ

10

10 - 2018 AdventistWorld.org

Foto: Javardh


P

ada tahun 1926 Nikolai Vavilov mungkin memiliki “keajaiban ilmiah yang paling sedikit diketahui di zaman modern.”1 Ia mengerti perlunya memelihara benih dari jenis dan variasi tanaman pangan yang liar dan tidak diketahui, untuk mempertahankan gen-gen yaitu di masa depan kita dapat menghasilkan karakteristik penting yang dibutuhkan tanaman untuk melawan penyakit, mengembangkan ketahanan terhadap hama, dan kemampuan untuk bertahan terhadap kondisi iklim yang ekstrem. Apa yang Vavilov buat adalah menciptakan padanan bahtera Nuh untuk melindungi sisa benih dunia, sebuah bank benih yang, jika terjadi bencana, akan melindungi benih yang dapat melestarikan tanaman pangan di masa depan. Vavilov dan timnya menganggap bank ini sangat penting sehingga mereka melindunginya dengan hidup mereka. Sembilan rekannya meninggal karena kelaparan selama pengepungan Stalingrad selama Perang Dunia II—untuk melindungi 400.000 bibit, akar, dan buah yang disimpan di bank mereka. Salah satu dari mereka meninggalkan sebuah surat bersama koleksi benih yang besar dan belum tersentuh: “Ketika seluruh dunia berada dalam api peperangan, kami menyimpan koleksi ini untuk masa depan umat manusia.”2 Saat ini, ada sekitar 1.400 bank benih di seluruh dunia. Janji Terhadap Umat yang Sisa Tertipu oleh Iblis, sang ular (Why. 12: 9), kejatuhan Adam dan Hawa di Taman Eden adalah bencana besar yang tak terbayangkan yang mengancam masa depan umat manusia. Iblis telah merebut kekuasaan dunia ini (Yohanes 12: 31; 14: 30; 16: 11) dan umat manusia harus dihancurkan, agar Iblis memperoleh kekuasaan penuh (Rm. 6: 23; 5: 12—14). Untuk menjamin kelangsungan hidup umat manusia, Tuhan memutuskan untuk mempertahankan suatu “benih” yang akan menantang kekuasaan ular dan akhirnya mengalahkannya, bahkan jika harus mengorbankan nyawa-Nya sendiri. Jadi Tuhan mengumumkan bahwa Dia akan mengadakan “permusuhan” antara ular dan “benih”3 dari wanita itu, dan bahwa “benih” itu akhirnya akan meremukkan kepala ular (Kej. 3: 15). Allah akan melestarikan sisa umat manusia yang akan bersumpah setia kepada-Nya dan menantang kekuasaan Iblis, serta menyediakan seorang Keturunan, Dia yang akan menghancurkan kuasa Iblis.4 Penebusan umat manusia berisi kisah permusuhan ini. Kisah tersebut adalah kelanjutan dari tindakan Allah untuk melestarikan umat yang sisa sebagai anggota kerajaanNya dan pembawa pengetahuan tentang Dia untuk menghadapi upaya setan yang terus-menerus hendak

menghancurkan dan menguasai sepenuhnya umat manusia.5 Tujuan dari Umat yang Sisa Alkitab mengidentifikasi Nuh dan keluarganya sebagai umat sisa yang pertama (Kej. 7: 23). Ketika umat manusia menjadi rusak sampai-sampai setiap niat dari hati mereka “selalu membuahkan kejahatan sematamata,” (Kej. 6: 5, 11), Tuhan memelihara masa depan bagi umat manusia dan hewan-hewan melalui Nuh, seorang yang saleh (Kej. 6: 8; 7: 1). Dia memercayakan Nuh dengan sebuah pesan peringatan kepada dunia tentang kehancuran yang merusak, dan memintanya untuk membangun sebuah bahtera untuk melindungi mereka yang mendengar seruannya (Ibr. 11: 7; 1 Ptr. 3: 20; 2 Ptr. 2: 5). Tujuan Tuhan bukan hanya untuk mempertahankan sisa umat manusia tetapi juga untuk melestarikan pengetahuan tentang Dia bagi generasi mendatang. Memang tidak semua anak-anak Nuh tetap setia kepada Allah (Kej. 9: 25). Namun pengetahuan tentang Tuhan dipertahankan melalui garis Sem, yang mengakui Allah yang berdaulat atas mereka dan tinggal di antara mereka (Kej. 9: 27). Maka umat yang sisa bukan semata-mata mereka yang diselamatkan Tuhan dari malapetaka, tetapi alat yang nyata, yang dipakai-Nya untuk melestarikan pengetahuan tentang Dia dan untuk memanggil dunia kembali kepada-Nya. Tuhan terus mempertahankan suatu sisa dalam krisis-krisis kemudian.6 Menyusul pemberontakan bangsa-bangsa di bumi di Menara Babel, Allah memilih Abraham—yang berasal dari garis keturunan Sem dan tetap setia kepada panggilan Allah yang sejati (Kej. 11: 31 )—untuk memberkati dia dan melalui keturunannya memberkati semua bangsa di bumi (Kej. 12: 1—3; 22: 16­—18). Allah menginginkan benih Abraham, bangsa Israel, untuk menjadi milik-Nya yang berharga kepada siapa Dia akan memercayakan hukum-Nya dan kepada siapa Dia akan memberikan berkat-Nya (Kel. 19: 5; Ul. 4: 5—8; 28: 1—4). Mereka akan menjadi “imamat rajani,” yang pekerjaannya adalah untuk menyebarkan pengetahuan tentang Allah kepada bangsa-bangsa (Kel. 19: 6; Mal. 2: 7). Dengan demikian, Allah melindungi Israel baik sebagai umat yang tersisa dari bangsa-bangsa dan alat yang melaluinya Dia ingin memanggil bangsabangsa kembali kepada-Nya (Kej. 45: 7; Am. 5:15). Namun sayangnya, Israel gagal memuliakan Tuhan dan bahkan mencemarkan nama-Nya di antara bangsabangsa (Yeh. 36: 20—23; 39: 7). Umat Sisa yang Bercela dan Pemurnian di Masa Depan Sepanjang sejarah Allah telah bekerja melalui mereka yang tetap setia kepada-Nya di tengah-tengah kemurtadan yang meruyak. Tetapi kelompok sisa ini selalu terdiri atas individu-individu dan kelompok orang AdventistWorld.org 10 -2018

11


Allah memberikan solusi yang dibutuhkan oleh umat yang sisa dan bangsabangsa, di dalam Yesus. berdosa yang membutuhkan kasih karunia Allah sama seperti orang-orang yang hendak diselamatkan Tuhan melalui mereka. Nuh dan anak-anaknya, Abraham dan keturunannya, Yehuda dan mereka yang dibawa ke Babel, semuanya melakukan kesalahan besar. Paradoks alat yang cacat paling nyata terungkap dalam perumpamaan Allah tentang umat-Nya sebagai anggur atau kebun anggur milik-Nya. Tuhan membawa “anggur pilihan” “dari Mesir” dan menanamnya “di bukit yang sangat subur” agar dapat mengirimkan cabang-cabangnya kepada bangsa-bangsa, tetapi Israel menjadi “pohon anggur liar” yang menghasilkan “buah anggur liar.”7 Masalah Israel tertanam dalam. Alasan kegagalannya yang berulang adalah bahwa mereka telah menjadi “pohon anggur liar.” Lebih dari sekadar mengubah tindakan mereka, umat yang sisa membutuhkan perubahan kodrati. Ini berlaku untuk semua umat yang sisa di sepanjang sejarah. Namun, para nabi meramalkan bahwa Allah akan menyucikan umat-Nya yang sisa seperti perak yang dimurnikan (Zakharia 13: 8, 9). Keangkuhan, tipu daya, kecemburuan, jegal-menjegal, dan perbuatan jahat akan disingkirkan dari mereka dan Allah akan menaruh hukum dan Roh-Nya di dalam hati mereka.8 Sisa yang disucikan ini akan mencakup orang-orang dari banyak bangsa (Zak. 8: 20—23; 14: 16). ) dan akan menarik dunia kembali kepada Tuhan (Yes. 2: 2—4; 60: 1—3). Yesus dan 144.000 Namun demikian, sejak awal Tuhan telah mengungkapkan solusi untuk misteri dari umat sisa yang rapuh ini. “Benih” perempuan itu memiliki arti sekelompok orang dan satu orang. Tuhan menubuatkan adanya “permusuhan” antara ular dan “benih” perempuan itu sepanjang sejarah, tetapi hanya “Satu,” “Dia,” yang akan menghancurkan kepala ular (Kej. 3: 15).9 Paulus juga menjelaskan bahwa “benih” Abraham adalah Satu, Kristus (Gal. 3: 16).10 Yesus sendiri menegaskan hal ini ketika Dia berkata, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya” (Yoh. 15: 1). Yesus memiliki kesetiaan yang sempurna,11 mengungkapkan Bapa dan menjelaskan arti yang sejati dan mendalam dari hukum Allah,12 serta menarik semua umat manusia

12

10 - 2018 AdventistWorld.org

kembali kepada Tuhan.13 Allah memberikan solusi yang dibutuhkan oleh umat yang sisa dan bangsa-bangsa, di dalam Yesus. Mereka yang bersumpah setia kepada Allah menjadi satu dengan Kristus. Mereka adalah “carang/dahan” yang terlepas dari pohon anggur liar yang dicangkokkan ke “pokok anggur yang sejati.” Ketika mereka membuka diri ke pokok itu dan minum dari getahnya, mereka mengambil bagian dalam kehidupan pokok anggur dan kodratnya (2 Petrus 1: 4). Ini adalah mukjizat kelahiran baru bagi dahan, yang tumbuh ke semua bangsa sehingga buahnya dapat membawa kemuliaan bagi “pengusaha anggur” Ilahi (Mat. 28: 18-20; Yoh. 15: 8). Karya Kristus akan mencapai kepenuhannya dalam generasi terakhir orang percaya di bumi ini. Nubuat Alkitab tentang umat sisa yang disucikan di masa depan akan digenapi di dalam diri mereka.14 Mereka adalah orang-orang dari kalangan gereja-gereja yang akan “menang” (Why. 2; 3). Wahyu menunjuk kepada mereka sebagai 144.000 orang yang dimeteraikan, yang tetap setia, dari antara umat Allah yang tercatat.15 Mereka telah dimurnikan di dalam darah Anak Domba (Why. 7: 4—14). Di momen tergelap dalam sejarah, menghadapi ancaman naga dan binatang (Why. 13), mereka akan tetap murni, karena mereka “mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.” (Why. 14: 1—5). Mereka terus menyaksikan kebenaran dengan menjaga “menuruti hukum-hukum Allah” dan memiliki “kesaksian Yesus,” dan memanggil “mereka yang diam di atas bumi” kembali kepada Allah (Why. 14: 6—12, 12: 17). Mereka akan berhasil, karena batang di mana mereka telah dicangkokkan dengan kuat tidak akan pernah mengecewakan. Charles Siebert, “Food Ark,” National Geographic 220, no. 1 (Juli 2011): 108—131. In Al Gore, “The Edge,” The Future: Six Drivers of Global Change (Kindle ed. (New York: Random House, 2013), jld. 6.3 The Hebrew world translated “offspring” also means “seed” (zera‘). 4 Lihat juga analisis Jacques Doukhan, “The Seed,” On the Way to Emmaus: Five Major Messianic Prophecies Explained (Clarksville, Md: Lederer, 2012), jld. 1. 5 Gagasan suatu umat sisa yang menyelamatkan umat manusia dari kepunahan, lihat Angel M. Rodríguez, ed., Toward a Theology of the Remnant: An Adventist Theological Perspective (Silver Spring, Md: Biblical Research Institute, 2009), hlm. 24. 6 Elia dan 7. 000 orang setia (1 Raj. 19:14, 18); Yehuda (2 Raj. 17: 18); bangsa yang dibuang ke Babel (2 Raj. 25: 11); Mereka yang kembali dari pembuangan (Yer. 31: 7—9, 31—34); lihat Rodríguez, hlm. 25—33. 7 Ini adalah rangkuman gambar yang diambil dari Mazmur 80: 8—18; Yesaya 50: 1—7; Yeremia 2: 21; 5: 10; 6: 9; Yehezkiel 15: 1—5; 17: 1—21; 19: 10—14; Hosea 10: 1, 2; Joel 1: 7. 8 Yesaya 11: 10—13; Yeremia 31: 7—9, 31—34; Yehezkiel 36: 22—32; Zefanya 3: 11—13; Maleakhi 3: 16—4: 3; Matius 13: 24—30, 37—43; 25: 1—4, 31—33. 9 Lihat Doukhan. 10 Lihat juga Rodríguez, hlm. 201—203. 11 Ibrani 4: 15; 7: 26—28. 12 Yohanes 1: 14—18; Matius 5: 17—48. 13 Yohanes 12: 32; 17: 4, 6. 14 Lihat catatan 8 di atas. 15 Rodríguez, hlm. 91—94. 1 2

Felix H. Cortez, Ph.D., adalah profesor pendamping dalam sastra Perjanjian Lama di Seventh-day Adventist Theological Seminary di Andrews University, Berrien Springs, Michigan, Amerika Serikat.


Suara Milenium

“Akhirnya Anda Mengerti Saya”

B

agaimanakah Anda bisa benar-benar melihat Tuhan?” Pertanyaan itu menggema dalam hati saya, terinspirasi oleh pernyataan pembuka sebuah buku: “Bayangkan Tuhan sedang memikirkan Anda. Menurut Anda, apakah yang dirasakan Tuhan ketika memikirkan Anda?”1 Saya menggeliat ketika penulis melanjutkan bahwa jawaban kita terhadap pertanyaan itu mengungkap banyak hal tentang sifat perjalanan spiritual kita dan pengetahuan kita tentang Allah. Harus saya akui bahwa ketika saya berpikir tentang Tuhan, saya sering membayangkan Dia kecewa pada saya. Jauh. Tidak tertarik. Ada celah antara apa yang saya baca tentang Tuhan dan pengetahuan saya yang sebenarnya tentang Dia. Saya belum sepenuhnya mengerti bahwa Tuhan ingin dikenal. Saya telah berkhotbah tentang “hubungan pribadi” dengan Tuhan, tetapi ada keterpu­ tusan antara kepala dan hati saya. Ini adalah sesuatu yang terus diingatkan oleh Tuhan, khususnya ketika saya melewati periode yang sulit dalam hidup saya. Sebuah hubungan baru saja berakhir, saya tidak tahu apa yang saya lakukan dengan karier saya, dan kehidupan saya pada umumnya terasa berantakan. Tuhan mulai berbicara kepada saya, dalam banyak cara, tentang harapan dan pemulihan, tetapi juga tentang sesuatu yang lebih dalam yang ingin dilakukan-Nya pada masa kini. Ketika saya berbaring terisak di lantai kamar tidur pada suatu malam, Tuhan menarik perhatian saya pada sebuah bagian pada kitab Hosea. Di dalamnya Allah mengatakan kepada Israel bahwa Dia dapat mengubah lembah kesulitan mereka menjadi gerbang harapan. “Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku! .... Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN” (Hos. 2: 14—20). Saya mendengar kerinduan hati Tuhan dalam kata-kata itu. Melalui bahasa

metaforis pernikahan, Dia menawarkan bagi umat-Nya keintiman terdalam yang pernah ada. Sejak malam itu, konsep mengenal Tuhan terus bermunculan di mana-mana. Tuhan berbisik kepada saya melalui khotbah, media, orang asing. Gereja saya mengadakan seri khothbah bersama Tim Jennings, seorang psikiater dan penulis, tentang bagaimana pandangan kita tentang Tuhan membentuk otak kita dan akan memengaruhi kehidupan kita. Di tempat kerja, saya mewawancarai seorang seniman Injil yang menggambarkan Tuhan yang terlibat dalam kehidupannya seolah-olah dia sedang berbicara tentang seorang sahabat yang nyata. Dalam setiap situasi, Tuhan memanggil saya. “Engkau bisa mengenal-Ku secara mendalam. Aku menginginkannya.” Mengenal Tuhan tampaknya ide yang sederhana, tetapi saya percaya hal ini adalah unsur penting untuk bisa menjadi bagian dari umat-Nya yang sisa. Ellen White menulis bahwa tujuan Allah bagi gereja pada dasarnya adalah untuk mengenal Tuhan sebagaimana Dia sebenarnya dan untuk secara bebas berbagi maknanya dengan dunia.2 Kita harus menjadi duta Tuhan, yang berarti bahwa kita harus mengenal Dia, bukan hanya sebatas kebenaran intelektual. Daud mengalami tarikan keinginan Allah untuk membina hubungan, seperti dicatatnya dalam salah satu ayat favorit saya yang baru: “Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN” (Mzm. 27: 8). Tuhan merindukan kita untuk mengenalNya. Bagaimanakah kita akan menanggapi panggilan-Nya? David G. Benner, Surrender to Love (Downers Grove, Ill.: IinterVarsity Press, 2015), hlm. 19. Lihat khususnya bab pertama yang berjudul “God’s Purpose for His Church,” dalam Ellen G. White, The Acts of the Apostles (Boise, Idaho: Pacific Press Pub. Assn., 1911), hlm. 9—16. 1

2

Lynette Allcock, lulusan Southern Adventist University, tinggal di Watford, Inggris Raya, di mana ia menjadi produsen dan penyiar di Adventist Radio London. AdventistWorld.org 10 -2018

13


Fokus

Setia pada Firman-Nya Alkitab selalu menjadi fokus umat Allah yang sisa.

S

epanjang masa, Allah selalu memiliki umat sisa yang tetap setia kepada-Nya dan Firman-Nya, terlepas dari keadaan zaman. Misalnya, di dunia kuno yang terdegradasi, Nuh dan keluarganya memercayai dan mematuhi Firman Allah, yang tampaknya tidak logis dan tidak dapat dipenuhi (Kej. 6—9: 29; Ibr. 11: 7). Ketika Raja Ahab dan istrinya yang kafir, Izebel, membawa Israel ke dalam penyembahan berhala yang parah, Elia, Elisa, dan 7.000 orang lainnya tetap berada di sisi Allah dan tidak menyembah Baal (1 Raj. 16—19). Di istana Babel, di bawah tekanan sosiopolitik yang terberat, Daniel dan ketiga temannya tetap setia kepada Tuhan (Dan. 1; 3; 6). Ibrani 11 menyajikan inspirasi dari beberapa teladan kesetiaan lainnya. Kristus sendiri pun “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp. 2: 8; Mat. 26: 39, 42, 44). Banyak dari murid-murid dan para pengikut kemudian yang memilih untuk mati daripada mengkhianati Guru dan ajaran-ajaran-Nya. Selama abad pertengahan, para petinggi Katolik Roma menyingkirkan Alkitab dari para anggota awam dan mengakomodasi isinya ke dalam extrabiblical traditions. Tetapi para reformator yang tidak kenal takut seperti John Wycliffe, John Hus, Jerome dari Praha, dan kaum Waldensia mencoba untuk memulihkan keutamaan Kristus dan otoritas eksklusif Alkitab. Mereka membuka jalan bagi pembaruan Protestan mengenai otoritas Alkitab sebagai Firman Tuhan yang dapat dipercaya. Reformasi Protestan Reformasi pada abad 16 adalah pertama-tama dan terutama mengenai reformasi tafsir Alkitab yang mengguncang otoritas Gereja Katolik Roma dan mengembalikan hak Alkitab untuk berbicara langsung kepada

14

10 - 2018 AdventistWorld.org

Foto: Nguyen Nguyen


Reformasi pada abad keenam belas adalah pertama-tama dan terutama mengenai reformasi tafsir Alkitab.

setiap orang percaya. Alkitab dipulihkan ke tempat utamanya melalui prinsip-prinsip sola scriptura (eksklusivitas Alkitab) dan tota scriptura (totalitas Alkitab). Namun setelah prinsip keselamatan oleh kasih karunia melalui iman (Ef. 2: 8—10), para hakim reformator (termasuk Luther, Zwingli, dan Calvin) tidak melangkah lebih lanjut untuk memulihkan doktrin-doktrin utama Alkitab lainnya yang telah menjadi kabur di Era post-Apostolik. Meskipun demikian, para reformis meletakkan fondasi untuk menemukan kembali prinsip-prinsip kunci hermeneutic yang pada waktunya akan mengarah pada restorasi doktrinal yang lebih menyeluruh.1 Lebih jauh dari sekadar suatu peristiwa dalam sejarah, reformasi harus dilihat sebagai proses abadi yang selalu melepaskan diri dari kesalahan dan bergerak semakin dekat dengan ajaran-ajaran Alkitab, yang diungkapkan dalam moto “Gereja yang dibarui (reformed), selalu dibaharui seturut Firman Tuhan.”2 Sayangnya, jiwa reformasi itu sebagian besar hilang di bawah kecenderungan post-reformasi yang

melabuhkan pemahaman Alkitab kepada otoritas kredo gerejawi. Namun gerakan pemulihan yang baru pun bermunculan, menekankan kembali otoritas Alkitab dan mengungkapkan beberapa ajaran pentingnya. Banyak dari mereka yang memegang prinsip sola scriptura, tetapi tidak ada gerakan kontemporer lain yang mengambil prinsip tota scriptura seserius yang dilakukan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Reformasi Advent Kita biasanya berbicara tentang gerakan Advent mula-mula sebagai gerakan nubuatan yang akhirnya mengorganisasikan diri menjadi sebuah gereja. Dari sudut pandang sejarah gereja, ini memang benar. Tetapi dari sudut pandang tafsir Alkitab, kita dapat melihat gerakan Advent sebagai reformasi utama abad kesembilan belas, yang menggunakan prinsip-prinsip tafsir Alkitab Protestan dan menerapkannya secara lebih konsisten dan lebih ekstensif pada Alkitab. Oleh karenanya, beberapa ajaran alkitabiah yang penting ditemukan kembali dan diintegrasikan ke dalam landasan kebenaran yang kokoh.3 Menurut Ellen White: “Dari semua pergerakan besar sejak zaman rasul-rasul, tidak ada yang lebih terbebas dari ketidaksempurnaan manusia dan tipu muslihat Setan daripadatahunmusim gugus 1844 itu.”4 Tahun 1894, Ellen White menyatakan: “Kebenaran untuk masa kini begitu luas lingkupnya, jauh jangkauannya, meliputi banyak doktrin; tetapi doktrin-doktrin ini tidaklah terpisah-pisah, yang kecil artinya; mereka disatukan oleh benangbenang emas, membentuk kesatuan yang lengkap, dengan Kristus sebagai pusat yang hidup. Kebenaran Alkitab yang kami sajikan sama

kuat dan tak tergoyahkan seperti takhta Allah.”5 Namun, keyakinan ini tidak boleh menjadi alasan untuk berhenti menggali kebenaran alkitabiah. Ia pun menulis: “Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menyatakan bahwa tidak ada lagi kebenaran yang akan terungkap, dan bahwa semua kajian kita atas Alkitab bebas dari kesalahan.”6 Demikianlah, sejak awal sejarah manusia, umat Allah selalu dikenal melalui kesetiaan tanpa syarat kepada Allah dan “setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4: 4). Tidak mengherankan bahwa pada hari-hari terakhir (Why. 12: 17; 14: 12), Allah juga akan memiliki “suatu umat di atas dunia ini yang mempertahankan Alkitab, dan hanya Alkitablah, sebagai standar semua doktrin, dan dasar dari segala pembaharuan.”7 Menyadari bahwa pencarian kebenaran adalah proses tanpa akhir, kita dapat meyakini bahwa anggota sejati umat Allah adalah seseorang yang hidup sesuai dengan terang yang telah dipahami dari Firman Allah dan yang terus mencari kilasan cahaya yang baru. Alberto R. Timm, “Historical Background of Adventist Biblical Interpretation,” in George W. Reid, ed., Understanding Scripture: An Adventist Approach (Silver Spring, Md: Biblical Research Institute, 2005), hlm. 3, 4. 2 Edward A. Dowey, “Always to Be Reformed,” in John C. Purdy, ed., Always Being Reformed: The Future of Church Education (Philadelphia, PA: Geneva Press, 1985), hlm. 9, 10.Lihat juga Michael Bush, “Calvin and the Reformanda Sayings,” dalam Herman J. Selderhuis, ed., Calvinus sacrarum literarum interpres: Papers of the International Congress on Calvin Research (Göttingen: Vandenhoeck & Ruprecht, 2008), hlm. 285—299. 3 Lihat Alberto R. Timm, The Sanctuary and the Three Angels’ Messages: Integrating Factors in the Development of Seventh-day Adventist Doctrines (Berrien Springs, Mich.: Adventist Theological Society Publications, 1995). 4 Ellen G. White, Alfa dan Omega (Bandung, Indonesia Publishing House, 1999), jld. 8, hlm. 419. 5 Ellen G. White, Selected Messages (Washington, D.C.: Review and Herald Publ. Assn., 1958, 1980), jld. 2, hlm. 87. 6 Ellen G. White, Counsels to Writers and Editors (Nashville, Tenn.: Southern Publ. Assn., 1946), hlm. 35; lihat juga hlm. 28—54. 7 E. G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 626. 1

Alberto R. Timm, berasal dari Brazil, melayani sebagai salah satu direktur di Ellen G. White Estate. .

AdventistWorld.org 10 -2018

15


Fokus

Yunus dan Ikan Besar Misi dan Umat Allah yang Sisa

Y

unus dan ikan besar, yang menelannya lalu memuntahkannya di pantai tiga hari kemudian adalah kisah favorit di kalangan anak-anak dan orang dewasa. Kisah ini melukiskan kuasa Allah dan kemampuan-Nya untuk memelihara makhluk-Nya, tetapi juga sarat akan pesan tentang misi Allah bagi umat manusia yang terhilang. Artikel ini akan mengupas kisah itu untuk mencari wawasan mendalam tentang misi Tuhan dan umat-Nya yang sisa. Yunus adalah nabi Israel asli, keturunan Abraham, yang telah dipilih sebagai bangsa istimewa bagi misi Allah untuk semua bangsa (Kej. 12: 1—3). Sebagai misionaris Allah, Israel akan menjadi kerajaan para imam dan bangsa yang kudus (Kel. 19: 6). Israel berfungsi sebagai magnet spiritual, yang menarik bangsa-bangsa untuk mengamati, belajar, dan berpartisipasi dalam penyembahan Yahweh di Yerusalem. Lokasi Israel di pusat lalu lintas antara Afrika, Asia, dan Eropa memungkinkan hal itu. Kadang-kadang misionaris seperti Yunus keluar dari wilayah Israel ke wilayah bangsa lain. Kata “sisa� tidak muncul di Kitab Yunus. Namun konsep tentang umat yang sisa tersirat di seluruh Perjanjian Lama, termasuk dalam kitab ini. Umat yang sisa adalah kelompok yang dipilih oleh kasih karunia Allah untuk memenuhi misi Allah seturut petunjuk-Nya.1 Jadi, Yunus adalah seorang dari umat yang sisa yang dikirim sebagai misionaris oleh Allah ke Niniwe. Kisah Yunus adalah satu bab dalam narasi yang lebih besar dari misi Allah tritunggal bagi umat manusia. Allah Bapa memulai misi ini bagi umat manusia yang terhilang setelah kejatuhan (Kej. 3: 15). Allah Anak mewujudkan misi Allah di dalam diri-Nya dan melaksanakan penebusan guna tercapainya pendamaian (Rm. 3: 25). Allah Roh Kudus memberdayakan dan mengawasi misi (Kis. 2: 1—4). Allah akan membawa misi-Nya menuju akhir yang mulia pada waktu-Nya (Kisah Para Rasul 1: 7). Umat Allah yang sisa dari segala usia adalah agen misi-Nya, dan Yunus adalah salah satu dari agen itu. Gerakan Allah dalam Kisah Yunus Kisah ini dimulai dengan perintah Allah kepada Yunus untuk memberitakan penghakiman terhadap Niniwe, kota modern Mosul di Irak (Yun. 1: 2). Betapa pun kuatnya komitmen Yunus kepada Tuhan, ia tidak mau pergi. Perjalanan dari Israel ke Niniwe akan panjang dan sulit, dan bayangan menghadapi kota kafir saja sudah pasti menakutkan. Niniwe adalah salah satu Ibu Kota Asyur, musuh bebuyutan Israel. Unsur terpenting di sini adalah, Yunus tahu bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan pengampun, tetapi dia berpikir bahwa orang-orang Niniwe seha-

16

10 - 2018 AdventistWorld.org

Foto: Christopher Michel


rusnya tidak mendapat pengampunan Tuhan (Yun. 4: 1—3). Dalam gerakan kedua dari kisah ini, Yunus melarikan diri ke Tarsis menaiki sebuah kapal; dan Tuhan menghalanginya dengan badai, menyelamatkan hidupnya dengan bantuan ikan besar, dan mengembalikan nabi itu ke jalurnya (Yun. 1: 4—3: 10). Doa Yunus dari perut ikan adalah sebuah mahakarya. Dalam gerakan ketiga, Allah memanggil Yunus untuk kedua kalinya, dan kali ini ia taat (Yun. 3: 1—3). Yunus pun menempuh perjalanan panjang dari suatu tempat di Timur Tengah ke Niniwe. Setibanya di Niniwe, ia mengabarkan penghakiman Allah yang akan datang, dan orang-orang itu percaya kepada Allah serta berseru kepada-Nya, Allah pun menunda azab-Nya (ay. 4—10). Gerakan keempat seharusnya menggambarkan Yunus yang sedang memuji Tuhan. Namun sebaliknya, nabi ini tidak senang melihat Allah menunjukkan kasih karunia dan belas kasihan kepada Niniwe, dan ia pun meminta Tuhan untuk mengambil nyawanya (Yun. 4: 1—3). Yunus menyatakan: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis.” Adegan berikutnya menunjukkan Yunus duduk sambil memandang dari luar tembok kota dan menunggu apa yang akan terjadi pada kota itu (ay. 5—11). Bisa jadi ia menunggu karena menganggap bahwa satu pertobatan tidak akan menghasilkan perubahan yang langgeng dalam sebuah budaya yang rusak. Sepertinya ia yakin bahwa kota itu masih layak dihancurkan. Dan ketika ia menunggu sambil memandang kota itu, Tuhannya yang penuh belas kasihan menumbuhkan sebuah tanaman untuk melindungi dia dari sinar mentari yang menyengat. Tetapi Tuhan juga mengirimkan cacing untuk mematikan tanaman itu. Sekali lagi, Yunus menjadi marah dan berharap mati. Dalam adegan terakhir, Allah menantang Yunus. “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Ay. 10, 11). Allah adalah Pencipta semuanya: Yunus, tanaman yang menaungi nabi itu, orang-orang yang bodoh dan sesat, serta hewan-hewan di Niniwe. Kemarahan Tuhan terhadap Niniwe, yang turut dirasakan oleh Yunus, adalah hal yang benar, tetapi karakter Allah juga murah hati dan belas kasihan, seturut kehendak-Nya. Baik Yunus maupun bangsa Israel tidak memiliki klaim eksklusif atas kasih karunia Allah, dan limpahan kasih karunia kepada Niniwe itu tidak-

lah mengecilkan arti Israel.

Kisah Yunus adalah satu bab dalam narasi yang lebih besar dari misi Allah tritunggal bagi umat manusia.

Pelajaran bagi Umat yang Sisa Umat yang sisa sebagai misionaris Allah, betapa pun sarat dengan pengetahuan tentang Dia dan penuh dengan niat untuk memenuhi misi-Nya, tidak boleh lupa bahwa misi itu adalah tentang kasih karunia Allah. Baik Yunus maupun orang Israel yang paling taat pada zamannya tidak lebih layak menerima kasih sayang dan keselamatan Allah ketimbang orang Niniwe. Jika setiap orang mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan, maka semua orang akan dikuasai oleh murka Allah atas dosa. Umat yang sisa adalah milik Allah, dengan ketekunan mereka terhadap kepercayaan, perilaku, dan pola hidup, namun mereka tidak boleh lupa bahwa “karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Ef. 2: 8). Umat yang sisa terkadang bisa merasa eksklusif dan berpusat pada diri sendiri. Yunus menunjukkan ekslusi­ visme yang berpusat pada bangsanya sendiri, Israel. Yesus menunjuk pada eksklusivisme yang sama dengan mengatakan kepada orang-orang Farisi untuk tidak menyombongkan diri bahwa “Abraham adalah bapa kami!” (Mat. 3: 9). Israel memiliki pesan bagi segala bangsa dan karena itu mengira bahwa kasih dan belas kasihan Tuhan eksklusif untuk mereka. Umat yang sisa perlu mengingat bahwa misi Allah adalah milik Allah. Misi-Nya jauh lebih besar dari Yunus, dan selalu lebih besar daripada gereja. Yunus tidak berserah diri sepenuhnya kepada misi Allah, bahkan setelah ia berhasil mengabarkan penghakiman di Niniweh. Kitab ini berakhir tanpa status yang jelas tentang hubungan Yunus dengan Tuhan, dan tentang misi Tuhan itu sendiri. Kita bisa berharap, untuk kebaikan Yunus dan misinya, hatinya berubah dan akhirnya dia berkata kepada Tuhan: “Ya, Allah. Engkau memiliki hak untuk mengasihi dan berbelas kasihan kepada siapa pun seturut kehendakMu. Aku adalah hamba-Mu yang rendah. Utus aku ke mana pun Engkau mau dan pakai aku sesuka hati-Mu.” Tarsee Li, “The Remnant in the Old Testament,”dalam buku berjudul Toward a Theology of the Remnant, ed. Ángel Manuel Rodríguez (Silver Spring, MD: Biblical Research Institute, 2009), hlm. 25—32.

1

Gorden R. Doss, Ph.D., mengajar mata kuliah world missiond di Seventh-day Adventist Theological Seminary di Andrews University dan tinggal di Berrien Springs, Michigan, Amerika Serikat.

AdventistWorld.org 10 -2018

17


Fokus

Hidup dengan Umat Sisa yang Tidak Sempurna

I

tu adalah salah satu foto luar biasa di mana sang fotografer memotret semuanya pada mili detik yang tepat. Waktu saya mengatakannya, fotografer itu menjelaskan sambil tertawa: “Foto ini diambil pada hari yang suram dan menyedihkan; saya hanya bermainmain dengan Photoshop hingga mendapatkan keseimbangan warna yang tepat. Tentunya Anda tidak begitu naif untuk percaya bahwa setiap gambar yang Anda lihat adalah asli. Ini bukan tentang asli atau tidak; tetapi tentang bagaimana menyajikan gambar yang sempurna.” Dalam dunia yang terobsesi untuk menghadirkan kehidupan “sempurna,” melalui gambar “sempurna” ini, kita seolah ditantang ketika dihadapkan pada realitas yang kurang sempurna, di rumah, di tempat kerja atau di sekolah, dan di gereja. Bertanyalah kepada anggota gereja, tua ataupun muda, bagaimana pandangan mereka tentang gereja, maka cepat atau lambat kritikan akan merayap keluar. “Saatnya untuk peningkatan. Inilah waktunya bagi gereja untuk masuk ke abad dua puluh satu. Struktur kita sudah ketinggalan zaman. Mengapa gereja tidak bisa lebih. . . ?” Dan masih banyak lagi. Jika saja semua orang bisa melihat dunia dari sudut pandang kita, maka kita akan memi18

10 - 2018 AdventistWorld.org

liki gereja yang sempurna. Benarkah demikian? Lima Poin Gereja adalah rumah bagi orangorang berdosa yang, menurut definisi, adalah orang-orang bercela yang hidup di dunia yang tak sempurna. Ini bukanlah situasi yang mudah untuk dijalani, dan cepat atau lambat ketegangan akan menyeruak. Dan ini juga bukan masalah baru. Yesus mengalami masalah yang sama dengan para murid-Nya. Setelah tiga tahun bersama Yesus, para murid masih bertengkar tentang siapa yang terbesar, dan siapa yang seharusnya mendapat posisi terbaik di kerajaan Yesus. Jadi sebagai bagian dari umat Allah yang sisa mestinya kita tidak perlu terkejut bila 2.000 tahun kemudian masih muncul ketegangan dan tantangan hidup. Kelima poin ini dapat menjadi kunci untuk dapat lebih dari sekadar bertahan: Pilihan, sudut pandang, prasangka, kebiasaan, dan prinsip. Pilihan Beberapa hal merupakan masalah pilihan. Tidak ada yang benar atau salah, hanya pilihan. Misalnya, kita seharusnya mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran setiap hari. Saya lebih menyukai buah dan sayuran

daripada yang lain: Itu adalah pilihan saya. Hal yang sama berlaku di gereja. Saya mungkin lebih suka karpet merah, saudara saya biru. Tidak ada yang benar atau salah atau lebih baik dari yang lain. Ini adalah masalah pilihan, namun gereja menjadi terbelah karena warna karpet atau perabotan lainnya. Sebelum memulai sebuah program baru, selalu layak untuk ditanyakan: Apakah ini kebenaran alkitabiah atau sekadar pilihan? Jika kita jujur, setelah beberapa minggu kita bahkan tidak memperhatikan karpet biru yang sangat tidak kita sukai. Sudut Pandang atau Prasangka Katedral Coventry di Inggris di bom dalam Perang Dunia II. Setelah perang, sebuah kapel persatuan dibangun dalam bentuk tenda. Bekas “lipatan” tenda membentuk garis-garis di sekitar dinding. Adalah mungkin untuk melihat semua garis hanya dengan berdiri di posisi tengah kapel dan perlahan memutar tubuh. Jika melihat dari posisi lain, selalu ada sesuatu yang mengaburkan pandangan Anda. Kita semua memiliki titik buta (blind spot) atau prasangka; pendapat atau perasaan yang tidak didasarkan pada fakta, logika, atau pengalaman. Hal-hal yang mengaburkan pandangan itu, menyulitkan kita untuk melihat dan Foto: Ivan Vranic


Tidak ada jalan pintas ke surga, tidak ada beberapa titik masuk, namun perjalanan kita bisa sangat berbeda. memahami berbagai hal dari sudut pandang orang lain. Melepaskan prasangka dan sudut pandang kita membuka kemungkinan yang tak terhingga. Yesus mendemonstrasikan ini di sumur Yakub, di mana Dia berbicara dengan seorang wanita yang tidak terhormat. Meruntuhkan prasangkanya, mengubah sudut pandangnya tentang dirinya sendiri, mengakibatkan seluruh desa belajar tentang Yesus, dan benih telah ditanamkan bagi para murid untuk memahami misi dengan lebih baik. Kebiasaan Waktu anak-anak tumbuh besar, ada suatu titik ketika mereka bertanya “Mengapa?” Mengapakah saya harus menggosok gigi? Mengapakah saya harus pergi ke sekolah? Kenapa begini? Kenapa begitu? Seribu kenapa? Ini adalah bagian alami yang normal dari pertumbuhan. Setiap generasi baru mengajukan pertanyaan yang sama di gereja. Mereka menantang generasi yang lebih tua. Ini dapat menyebabkan konflik. Kita harus mendorong pengkajian ulang tentang bagaimana kita melakukan sesuatu dan tidak dengan keras kepala berpegang pada sebuah pilihan. Kita harus bertanya dan berdiskusi: Apakah kebiasaan ini, atau cara kita melakukan sesuatu, hanya pilihan saya saja, cara kita biasa mela-

kukan hal-hal tersebut, atau apakah itu prinsip? Prinsip-prinsip Beberapa hal tidak dapat dinegosiasikan. Mereka adalah inti dari identitas kita. Keselamatan dengan iman. Sabat. Bait Allah. Kedatangan Kedua. Hukum suci Tuhan. Ini adalah kebenarankebenaran kekal yang mengidentifikasi umat yang sisa, namun terkadang kita membungkusnya dalam pilihan dan kebiasaan kita sendiri, yang menyulitkan orang lain untuk memahami. Yesus memberi tahu para murid-Nya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14: 6). Dia masih jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada jalan pintas ke surga, tidak ada beberapa titik masuk, namun perjalanan kita bisa sangat berbeda. Waktu kami berkendara dari bandara, mata orang barat saya melihat suatu kekacauan, tetapi bagi pengemudi saya itu adalah sesuatu yang normal. Mobil, keledai, sepeda, unta, truk, dan pejalan kaki semua berbagi jalan. Semua berjalan ke arah yang sama, tetapi pengalaman kami sangat berbeda. Duduk di dalam mobil ber-AC, kami terlindung dari panas dan debu. Mengendarai keledai atau unta relatif

lebih nyaman daripada berjalan kaki. Pengendara sepeda dapat bergerak cepat berkelak-kelok di antara lalu lintas, dan pejalan kaki entah bagaimana berbagi jalan dengan itu semua. Kita semua berada di perjalanan yang sama. Tempat di mana kita tinggal, pengalaman hidup dan peluang kita mewarnai bagaimana kita memandang dunia. Ada yang bepergian dengan mobil ber-AC, sementara yang lain berjalan dengan beban berat dalam panas dan debu. Sepanjang jalan kita perlu bertanya pada diri sendiri apakah sesuatu itu pilihan, sudut pandang, prasangka, kebiasaan, atau prinsip. Jika ia merupakan salah satu dari empat yang pertama, mungkin kita perlu menerima bahwa kita bisa jadi memiliki pandangan yang tidak sempurna. Yang terpenting adalah Yesus. Dengan Dia di pusat kehidupan kita dan di gereja kita, kita dapat melihat lebih banyak dan menjadi lebih menerima satu sama lain. Kita semua bercela. Seperti kata-kata seorang bijak: “Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia” (Ams. 16: 7).

Audrey Andersson, berasal dari Irlandia, melayani sebagai Sekretaris Eksekutif Divisi Trans-Eropa dan tinggal di St. Albans, Inggris. AdventistWorld.org 10 -2018

19


Wawasan Global

Kebenaran untuk Masa Kini Peninggalan masa lalu?

B

adai sedang terjadi di Buffalo, New York. Terletak di sisi timur laut Danau Erie, kota ini tidak pernah merasakan angin kencang dan kuat seperti pada awal Oktober 1844 itu.1 Namun di tengah cuaca buruk tersebut, orang banyak berdatangan untuk mendengar Charles Fitch menjelaskan mengapa Yesus akan segera datang. Dengan bantuan bagan nubuatan yang telah ia rancang beberapa tahun sebelumnya, Fitch membimbing para pendengar melalui nubuatan Daniel dan Wahyu, menunjukkan kepada mereka nubuatan tentang binatang buas satu per satu, dan bagaimana mereka secara akurat digenapi. Fitch, seorang pengkhotbah yang terpelajar, telah bekerja bersama penginjil terkenal Charles G. Finney. Ia juga telah menggembalakan beberapa gereja di New England, termasuk Marlboro Street Congregational Church yang terkenal di Boston. Dikenal sebagai abolisionis, Fitch menulis sebuah pamflet pada tahun 1837 berjudul Slaveholding Weighed in the Balance of Truth, dan Its Comparative Guilt Illustrated. Dalam upaya menggambarkan ngerinya perbudakan, Fitch mengaku: “Kejahatan itu memiliki kekuatan yang tidak mampu saya jelaskan; dan rasa bersalah adalah kekelaman yang tidak pernah bisa dilukiskan, kecuali oleh pensil yang dicelupkan di tengah gelapnya jurang maut.”2

Minat yang Membeludak Sementara Fitch berada di Boston, seseorang memberinya salinan khotbah William Miller berjudul Evidence From Scripture and History of the Second Coming of Christ.3 Fitch mempelajarinya dengan semangat dan, yang ditulisnya dalam sebuah surat untuk Miller, “minat luar biasa, yang tidak pernah saya rasakan terhadap buku lain kecuali Alkitab.”4 Di gerejanya, Fitch berkhotbah tentang Kedatangan Yesus kedua kali, yang menciptakan minat mendalam di antara jemaatnya. Tiga hari kemudian ia mempresentasikan topik tersebut kepada rekan-rekannya di persekutuan pendeta di Boston. Mengharapkan sambutan yang hangat, Fitch membawa 12 salinan buku Miller Evidence untuk dibagikan. Sayangnya, reaksi rekan-rekannya sangat negatif dan disertai dengan “cemoohan dan ejekan menyengat sehingga untuk sementara waktu [Fitch] kehilangan keyakinannya pada [pekabaran Advent], dan menyerah pada pandangan-pandangannya yang lama.... ”5 Pandangan tentang Pengudusan Meskipun Fitch tunduk pada tekanan rekan sejawatnya, ia terus rajin mempelajari Alkitabnya. Pada tahun 1839, ketika menggembalakan Free Presbyterian Church di Newark, New Jersey, Fitch menulis Views of Sanctification6—berisi pernyataan imannya dan penekan akan pengudusan oleh kasih karunia Ilahi melalui Alkitab. Buku Fitch membuat beberapa orang memberinya cap “perfeksionis.” Sebuah komite ditunjuk untuk “menasihati” Fitch atas pandangannya, yang menelurkan Resolution of Censure, yang menyatakan pandangannya sebagai “kekeliruan berbahaya” dan mengharuskan dia untuk berhenti berkhotbah tentang topik ini. Menolak tuduhan tersebut, Fitch menulis: “Dapatkah saya memberi tahu umat Allah bahwa mereka tidak memiliki Juruselamat dari dosa yang dilakukan sepanjang hidup mereka; bahwa seumur hidup 20

10 - 2018 AdventistWorld.org

Gambar: Center for Adventist Research


mereka, betapa pun keras mereka berusaha untuk menemukan jalan kehidupan, berdoa setekun mungkin, dan percaya sepenuhnya bahwa Juruselamat mereka akan memenuhi janji-janjiNya, mereka ditakdirkan untuk sedikit atau banyak akan tetap berbuat dosa terhadap Penebus yang mereka cintai, bahkan saat ajal mereka; bahwa semua jerit dan permintaan tolong mereka siasia, dan bahwa mereka harus, sampai di titik tertentu, memberontak terhadap kasih Allah, sampai monster kematian yang kelam muncul untuk membebaskan mereka?”7 Fitch bergeming. Ia tak lagi takut pada ejekan atau kecaman. Ia percaya telah dipanggil untuk mengabarkan “doktrin agung tentang pengudusan oleh iman kepada Kristus,”8 Fitch segera mundur dari Newark Presbytery. Pengharapan dan Pengudusan Advent Pada tahun 1841 Josiah Litch, seorang dokter dan pengkhotbah aliran Millerite, mendesak Fitch untuk mempertimbangkan kembali kebenaran Advent dengan menyatakan: “Apakah yang Anda butuhkan adalah doktrin kedatangan Yesus kedua kali untuk disandingkan dengan doktrin kekudusan.”9 Setelah belajar lebih lanjut dan berdoa, Fitch sepenuhnya menerima pekabaran kedatangan Kristus yang segera. Dia menjadi salah satu pengkhotbah Millerite yang paling dihormati dan dikasihi, dikenal karena belas kasihannya bagi orang-orang, kesungguhannya untuk keselamatan mereka, dan kedalamannya dalam pelajaran Alkitab. Pada 1843 Fitch menyadari dari studinya tentang Wahyu 14 dan 18 bahwa Babel yang “sudah rubuh” tidak hanya mencakup Gereja Katolik Roma tetapi gereja Protestan yang murtad juga. Dia membawakan khotbah berwibawa: “Hai Umatku, Pergilah Daripadanya”10 yang segera dipublikasikan. Ribuan orang menjawab, meninggalkan gereja-gereja masa kecil mereka dan bergabung dengan umat berlandaskan Alkitab yang menantikan kedatangan Yesus kedua kali.

Baptisan di Danau Erie Ketika Charles Fitch berkhotbah di hari yang berangin kencang di Buffalo, New York, banyak hati yang percaya bahwa pria ini mengajarkan kebenaran Alkitab. Para petobat baru meminta baptisan dan dibaptis di Danau Erie. Angin bertiup ketika Fitch pulang ke rumah dengan pakaian basah setelah pembaptisan. Dia belum pergi jauh, ketika bertemu dengan kelompok lain yang menginginkan baptisan. Fitch kembali ke danau dan membaptis mereka. Kembali ke rumah, Fitch disambut oleh kelompok ketiga yang memohon untuk dibaptis. Meskipun kedinginan karena angin dan pakaiannya yang basah, Fitch kembali ke danau dan membaptis mereka.11 Dalam keadaan sakit, Fitch berkendara beberapa mil keesokan harinya untuk memenuhi sebuah janji. Sayangnya, karena itu dia terjangkit pneumonia dan meninggal pada 14 Oktober 1844, pada usia 39 tahun.12 Meskipun ia tidak hidup cukup lama untuk menjadi bagian dari “kawanan kecil” yang bergabung menjadi anggota gereja Advent, Charles Fitch menunjukkan kualitas karakter yang sama dan ketabahan spiritual, dan mengkhotbahkan pesan yang sama, seperti para perintis Advent yang terus menyelidiki Alkitab, berbagi cahaya dengan orang lain, dan akhirnya mendirikan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Sebenarnya, Charles Fitch adalah satu dari segelintir nama yang disebut oleh Ellen White dilihatnya akan berada di surga.13 Dongeng atau Fakta? Apakah kita masih percaya saat ini pesan Alkitab yang membimbing jiwa yang jujur untuk “pergi dari Babel” dan menjadi bagian dari umat yang sisa “yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus” (Why. 12: 17)? Apakah kita masih percaya pada “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi” (2 Petrus 1: 19)? Apakah nubuatan Daniel dan Wahyu masih relevan saat ini, atau hanya peninggalan masa lalu? Apakah kita menerima ajaran ten-

Fitch bergeming. Ia tak lagi takut pada ejekan atau kecaman. tang pelayanan Kristus di bait suci surgawi? Apakah kita masih percaya bahwa Tuhan selain cukup murah hati untuk membenarkan kita, juga cukup kuat untuk menguduskan kita? Apakah kita masih bersemangat menantikan dan “mempercepat... hari” (2 Ptr. 3: 12) kedatangan Kristus yang kedua kali? Apakah kebenaran Allah, sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab, masih lebih penting daripada pendapat orang-orang? Adalah doa saya bahwa kita masing-masing menyadari bahwa kita tidak mengikuti “dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus” (2 Ptr. 1: 16), tetapi akan “teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” (Ibr. 10: 23). Maranata! Yesus segera datang! “The ‘October Surprise’ of 1844”, www.buffalohistorygazette. net/2010/09/the-lake-erie-seiche-disaster-of-1844.html. Charles Fitch, Slaveholding Weighed in the Balance of Truth, and Its Comparative Guilt Illustrated (Boston: Isaac Knapp, 1837), hlm. 3, https://ia802502.us.archive.org/28/items/ASPC0001888700/ ASPC0001888700.pdf. 3 Tersedia di https://m.egwwritings.org/en/book/1321.13#13. 4 Surat dari Charles Fitch kepada William Miller, 5 Maret 1838, www.earlysda.com/miller/william-miller-biography-5.html. 5 LeRoy Edwin Froom, The Prophetic Faith of Our Fathers (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1954, 1982), jld. 4, hlm. 534, m.egwwritings.org/en/book/1583.3109. 6 Tersedia di m.egwwritings.org/en/book/1259.7#7. 7 Charles Fitch, “Letter to the Presbytery of Newark” (1840), hlm. 19, m.egwwritings.org/en/book/1014.95#95. 8 Charles Fitch, “Reasons for Withdrawing From the Newark Presbytery,” 1845, hlm. 1, play.google.com/store/books/details/ Reasons_for_withdrawing_from_the_Newark_Presbytery?id=Hoc xBHexWocC&hl=en. 9 Di dalam Froom, hlm. 536. 10 Charles Fitch, “Come Out of Her My People” (Rochester, N.Y.: J. V. Himes, 1843), m.egwwritings.org/en/book/2006.2#0. 11 Lihat Froom, hlm. 545. 12 Ibid. 13 Ellen G. White, Early Writings (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1882, 1945), hlm. 17. 1

2

Ted N. C. Wilson adalah Ketua Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sedunia. AdventistWorld.org 10 -2018

21


Apa yang Kita Yakini

Gereja

Yesus Memiliki Alasan-alasan-Nya

H

ampir semua hal yang dipertahankan oleh gereja Allah nampaknya sejak awal telah mengalami kemerosotan. Namun mengetahui semua itu akan terjadi, Yesus pun mendirikan gereja-Nya.

Gereja Mula-mula Di Kaisarea Filipi pada musim panas tahun 30, Yesus menjanjikan: ”alam maut tidak akan menguasai” gerejaNya (Mat. 16: 18). Dia mengatakan ini kepada 12 orang yang dipanggil-Nya dari sekelompok “orang-orang yang dikehendaki-Nya” (Markus 3: 13). Dari kelompok itu Dia memilih 12 orang untuk “menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan” (ayat 14, 15). Ini adalah langkah pertama-Nya “dalam mengorganisasikan gereja yang setelah kepergian Kristus menjadi wakil-Nya di bumi.”1 Dan pengakuan iman salah seorang dari mereka yang dikehendaki-Nya, dipanggil-Nya, dan dipilih-Nya, yang menimbulkan jawaban mencengangkan dari Kristus bahwa gereja-Nya 22

10 - 2018 AdventistWorld.org

tidak akan terhentikan. Menanggapi pertanyaan tentang siapa Yesus, murid-murid menyodorkan kepada-Nya daftar yang bagus: Orang-orang mengira mungkin Dia adalah Yohanes atau Elia atau Yeremia, yang semuanya adalah nabi; daftar yang buruk [pelahap, peminum, sahabat orang berdosa (Mat. 11: 19; Luk. 15: 1)] tidak muncul. Lalu Yesus bertanya bagaimana anggapan mereka sendiri. Petrus pun sigap menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16: 16). Pengakuannya adalah “landasan iman [setiap] orang percaya.”2 Gereja Salah Mengerti Mengecewakan semua orang, wawasan rohani yang mendalam dari Petrus hanya berlangsung beberapa saat. Tak lama kemudian ia bertentangan dengan Yesus ketika sang Guru berbicara tentang penderitaan-Nya yang akan datang (ay. 21). Petrus merasa terdorong untuk membantu Yesus. Secara diam-diam. Ia membawa Yesus ke samping untuk menegur Dia karena

Dia mengetahui bagaimana membangun gereja-Nya.

berbicara omong kosong seperti itu: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (ay. 22). Petrus berbicara langsung mewakili Iblis, sehingga Yesus menanggapi langsung kepada si Iblis: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (ay. 22). Terlepas dari pengakuan Petrus sebelumnya, tegurannya terhadap Yesus mencerminkan keterbatasan yang sama menyedihkannya dengan jawaban para murid terhadap pertanyaan Yesus sebelumnya. Memberi label nabi kepada seseorang meneguhkan mereka secara rohani. Dan Petrus menginginkan yang terbaik bagi Yesus sebagai seorang tokoh politik. Namun demikian, baik Petrus maupun murid-murid lainnya sama-sama menunjukkan “gagal paham” rohaniah yang menyedihkan, bahkan jika itu datang dari bibir orangorang yang Yesus kehendaki, panggil, dan pilih untuk memimpin gereja-Nya di bumi. Foto: Mike Kenneally


Tujuan Gereja “Tujuan” di sini adalah sinonim dari “sasaran” dan “maksud.” Gereja Allah memang terdiri dari manusia, tetapi tujuan dan maksudnya tidak dibatasi secara manusiawi. Namun yang cukup mencengangkan, ketika Allah menabrak gerbang neraka untuk menyelamatkan anak-anak-Nya dari Iblis, Dia menggunakan banyak manusia bercela yang nampak amat memalukan bagi tujuanNya. Syukurlah, demi kemaslahatan semua orang, sejak masa Petrus sampai sekarang, Yesus telah mengklarifikasi apa yang Dia rencanakan, atau tidak, dalam membangun gereja-Nya. Pemisahan: Dia membangun pembedaan, tetapi tanpa diskriminasi yang angkuh atau eksploitatif. Istilah bahasa Yunani untuk “gereja” membutuhkan “pemisahan:” Kumpulan kacau-balau di gedung kesenian di Efesus itu berteriak selama dua jam, tidak mengetahui “untuk apa mereka berkumpul” (Kisah 19: 32), diidentifikasi dengan kata yang sama, ekklesia, yang menamakan tubuh Kristus, penerima semua karunia rohani-Nya (1 Kor. 12: 28). Entah berangkat dari rumah masing-masing,

atau dari jalanan kota, atau dari kesatuan pemikiran dan tindakan, mereka datang. Secara konsisten, terhadap metafora lain seperti garam yang harus bercampur, gereja Allah mendengar metafora dari suara nyaring malaikat yang bersikeras “pergilah” (Wahyu 18: 1—4), keluar dari kegelapan ke dalam cahaya terang kebenaran yang menyelamatkan (1 Ptr. 2: 9; Yoh. 8: 32; 14: 6). Terhadap ambisi seorang ibu untuk anak-anaknya (Mat. 20: 20, 21), terhadap fokus selintas teman mereka, ada fokus pada kekudusan, kesalehan, tujuan yang dipilih oleh Dia yang “saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibr. 7: 26); karena, bertentangan dengan logika kita, tidak akan ada kesinambungan antara cahaya terang rohani dari-Nya dan kegelapan yang memfasilitasi kejahatan, tidak ada pertemanan antara kebenaran dan kejahatan (2 Kor. 6: 14, 15). Sebaliknya, gereja Kristus benar-benar berbeda dari dunia di sekitarnya: “terpilih,” “rajani,” “kudus,” “kepunyaan Allah” (1 Petrus 2: 9; Kel 19: 6). Keselamatan: Dia ada untuk keselamatan, bukan untuk ketenaran politik: Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh. 18: 36). Kasih karunia yang menawarkan keselamatan bagi semua orang (Tit. 2: 11) akan segera memberi jalan bagi kemuliaan yang melimpah (Why. 1: 7). Sementara itu, gereja adalah agen Allah, yang membawa kabar baik tentang kerajaan-Nya yang sekarang dan yang akan datang (Mat. 28: 18—20). Bertentangan dengan kisah sedih tentang orang-orang yang dikehendaki-Nya, dipanggil-Nya, dan dipilih-Nya yang dengan pengecut meninggalkan-Nya di Getsemani, ada keajaiban jutaan orang dari segala penjuru yang datang untuk “duduk makan di dalam kerajaan Allah” (Lukas 13: 29). Bertentangan dengan suasana kocar-kacir yang memalukan di malam penyaliban, selama berabadabad Yesus menyaksikan pertumbuhan anggota keluarga-Nya (Ef. 1: 5), mereka yang sekarang akan menjadi milik-Nya dan satu sama lain untuk selamalamanya. Keabadian: Dia membangun untuk kekekalan: kerajaan-Nya “tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: ... akan tetap untuk selama-lamanya” (Dan. 2: 44). Konstruksi dimulai dengan

Yesus telah mengklarifikasi apa yang Dia rencanakan, atau tidak, dalam membangun gereja-Nya. memanggil 12 rasul (Lukas 6: 13). Dan itu dilakukan oleh pimpinan Roh (Rm. 8: 14). Kemajuan ini mengacaukan setiap strategi yang dirancang oleh para sesepuh yang berkumpul di gerbang neraka yang berunding bersama di mana sang Iblis pemimpin mereka harus meletakkan klaim teritorial. Seseorang yang lebih kuat darinya selalu melanggar klaim itu dengan “menyerang dan mengalahkannya,” dan terus-menerus membebaskan para tawanan dosa (Luk. 11: 22; Yoh. 8: 36). Reliabilitas: Pernyataan Yesus kepada 12 murid bahwa Dia sedang membangun gereja-Nya di atas batu karang yang tak tergoyahkan yaitu diri-Nya yang tidak berubah. Mengantisipasi pengabaian dan penyangkalan oleh salah satu milik-Nya, Dia telah mendirikan gereja-Nya dengan integritas-Nya sendiri. Sebagaimana Paulus bersaksi, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Yesus (lihat Rm. 8: 35—39). Tidak ada yang mengintimidasi-Nya. Tuhan kita yang tidak berubah akan selalu berada di sisi kita untuk memperhatikan kita (Mal. 3: 6). Tidak ada yang akan mengalahkan gereja Kristus, karena meskipun terdiri dari manusia yang lemah dan bercela, itu lebih daripada sebuah institusi manusia. Kredibilitas, ketahanan, dan keuniversalannya adalah milik-Nya, bersifat Ilahi. Kita dapat yakin bahwa itu akan bertahan selama-lamanya. Ellen G. White, The Desire of Ages (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1898, 1940), hlm. 291. Ibid., hlm. 412.

1

2

Lael Caesar, salah seorang associate editor di Adventist World, merasa aman dalam kenyataan bahwa gereja Tuhan bersifat Ilahi.

Baca lebih lanjut tentang Apa yang Kita Percayai di

www.adventist.org/en/beliefs/ AdventistWorld.org 10 -2018

23


Menemukan Kembali Roh Nubuat

Kesaksian Yesus Dan Arti Pentingnya untuk Masa Kini

W

ahyu 12: 1—6; 13—17 menyajikan garis besar sejarah gereja dari zaman Yesus (ay. 5) sampai zaman akhir (ay. 17), ketika naga, si setan (ay. 9), “memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus” (ay. 17). “Keturunannya yang lain” adalah anggota setia dari gereja Allah di akhir zaman. Naga yang berusaha untuk menghancurkan perempuan (gereja Allah yang sejati) sepanjang periode 1.260 tahun (ay. 6), sekarang mengalihkan kemarahannya terhadap umat sisa yang setia. Sisa ini bercirikan dua karakteristik khusus: Mereka “menuruti hukumhukum Allah” dan mereka memiliki “kesaksian Yesus.” Apa pun hukum yang kita pikir mungkin untuk dimasukkan ke dalam ciri pertama, sudah pasti kita harus memasukkan Sepuluh Hukum. Jadi, tanda pertama yang menjadi ciri dari gereja yang 24

10 - 2018 AdventistWorld.org

sisa adalah kesetiaannya kepada hukum-hukum Allah—semua perintah-Nya, termasuk yang keempat, perintah Sabat. Dalam Wahyu 12: 17 Tuhan pada dasarnya mengatakan: “Pada akhir zaman Aku akan memiliki sebuah gereja yang tampak—gereja yang sisa—yang akan dikenali oleh fakta bahwa mereka menaati semua perintah yang Kuberikan sejak mulanya, termasuk perintah Sabat.” Ciri yang kedua dijelaskan dalam suatu penglihatan di mana Yohanes jatuh di kaki malaikat untuk menyembahnya. Tetapi malaikat itu berkata: “Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.” (Why. 19: 10). Roh Nubuat Apakah “Roh nubuat” itu? Frasa ini hanya muncul sekali di dalam

Alkitab, hanya dalam ayat tersebut di atas. Paralel terdekat ditemukan dalam 1 Korintus 12: 8—10. Di sana Paulus menunjuk pada Roh Kudus, yang, di antara karunia-karunia lain, memberikan karunia nubuatan. Orang yang menerima karunia ini disebut seorang nabi (1 Kor. 12: 28; Ef. 4: 11). Dalam Kitab Wahyu, seperti dalam 1 Korintus 12: 28, mereka yang memiliki karunia nubuatan disebut nabi, demikian pula dalam Wahyu 22: 8, 9, mereka yang memiliki Roh Nubuat dalam Wahyu 19: 10 juga disebut nabi. Situasi di kedua pasal itu sama. Yohanes jatuh di kaki malaikat untuk menyembah dia. Kata-kata jawaban malaikat hampir sama, namun perbedaannya signifikan. Dalam Wahyu 19: 10 orang percaya diidentifikasi dengan frasa “yang memiliki kesaksian Yesus.” Dalam Wahyu 22: 9, orang percaya hanya disebut “nabi.” Menerapkan prinsip Protestan yaitu Alkitab menafsirkan Alkitab membawa pada kesimpulan Foto: Anja Osenberg


Why. 19: 10

Why. 22:8, 9

Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: “Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.

Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya. Tetapi ia berkata kepadaku: “Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!”

bahwa “Roh nubuat” dalam Wahyu 19: 10 bukanlah milik semua anggota gereja secara umum, tetapi hanya mereka yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi nabi. Bahwa ini bukan hanya penafsiran Advent dapat dilihat dari tulisan-tulisan cendekiawan lainnya. Sarjana Lutheran, Hermann Strathmann, misalnya, mengatakan tentang Wahyu 19: 10: “Menurut ayat paralel 22: 9, ‘saudara-saudara’ yang dimaksud bukanlah orang percaya pada umumnya, tetapi para nabi. Di sini juga mereka memiliki ciri seperti itu. Ini adalah poin dari ayat 10: “Jika mereka memiliki marturia Iesou [kesaksian Yesus], mereka memiliki roh nubuat, yaitu, mereka adalah para nabi, seperti malaikat, yang hanya berdiri untuk melayani marturia Iesou.”1 Saksi dari Perjanjian Lama Para pembaca Yahudi di zaman Yohanes tahu apa yang dimaksud dengan ungkapan “roh nubuat,” karena mereka akrab dengan frasa ini dari Targum (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Aram), di mana itu sering muncul. Misalnya, di mana teks Ibrani dalam Kejadian 41: 38 mengatakan: “Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: ‘Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?’” Targum menerjemahkannya, “Berkatalah Firaun kepada para pegawainya, ‘Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini,

seorang yang penuh dengan Roh Nubuat dari Tuhan?’” Orang Yahudi memahami ungkapan “Roh Nubuat ”sebagai referensi kepada Roh Kudus, yang memberikan karunia nubuatan. Sarjana Perjanjian Baru F.F. Bruce sampai pada kesimpulan yang sama: “Ungkapan‘ Roh Nubuat’ adalah umum dalam Yudaisme pascaalkitabiah: Itu digunakan, misalnya, dalam ungkapan Targum untuk Roh Yahweh yang datang kepada nabi ini atau itu. Demikianlah Targum Yonatan menjadikan kata-kata pembuka dari Yesaya 61: 1 sebagai ‘Roh nubuat dari hadirat Tuhan Allah ada padaku.’...Namun, dalam Wahyu 19:10, melalui para nabi Kristenlah Roh Nubuat bersaksi. Apa yang diramalkan para nabi dari zaman pra-Kristen dinyatakan sebagai fakta yang digenapi oleh para nabi zaman baru, di mana Yohanes menjadi yang pertama.”2 Jadi kita dapat mengatakan bahwa gereja sisa yang kelihatan, yang menurut nubuat ada setelah periode 1.260 hari/tahun (setelah 1798), memiliki dua ciri khusus: (1) Memelihara Hukum-hukum Allah, termasuk perintah Sabat yang diberikan oleh-Nya; dan (2) memiliki kesaksian Yesus, Roh nubuat atau karunia bernubuat, di dalamnya. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Sejak awal berdirinya pada tahun 1863, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh selalu mengklaim ciri-ciri

pengenal ini ada pada dirinya. Kita orang Advent mengajarkan Sepuluh Hukum, termasuk hari Sabat; dan kita percaya bahwa sebagai gereja kita memiliki kesaksian Yesus, bahwa Allah memanifestasikan diriNya dalam hidup dan karya Ellen G. White. Jadi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah gereja yang telah dinubuatkan, bukan sekadar satu gereja di antara banyak gereja. Kita jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah anggota dari gereja Allah yang sisa. Tetapi identifikasi sebagai gereja sisa ini tidak memberi kita status eksklusif di mata Tuhan. Keselamatan tidak dijamin melalui keanggotaan di gereja mana pun; orang diselamatkan sebagai individu, bukan sebagai gereja. Namun demikian, adalah hak istimewa untuk menjadi bagian dari gereja yang dipanggil Allah untuk mengabarkan pekabaran tiga malaikat kepada dunia yang sedang sekarat ini. Hermann Strathmann, “Martyrs,” Theological Dictionary of the New Testament, trans. G. W. Bromiley, 10 vols. (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1964-1974), jld. 4, hlm. 501. 2 F. F. Bruce, The Time Is Fulfilled (Grand Rapids: Eerdmans, 1978), hlm. 105, 106. 1

Gerhard Pfandl, Ph.D.,pensiun setelah melayani sebagai salah seorang Direktur Biblical Research Institute di General Conference.

AdventistWorld.org 10 -2018

25


Pertanyaan dan Jawaban Alkitab

Tiga Serangkai tentang Kasih P

Apakah hubungan antara iman, pengharapan, dan kasih dalam 1 Korintus 13: 13?

J

Paulus menulis: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Kor. 13: 13). Tiga serangkai kebajikan Kristiani ini sering disebutkan dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan arti penting mereka bagi kehidupan Kristen (1 Tes. 1: 3; 5: 8; Gal. 5: 5, 6; Ibr. 6: 10—12; 1 Ptr. 1: 21, 22). Di tengah-tengah tiga serangkai itu ada “harapan,” seolah-olah itu memegang dua lainnya bersama-sama, atau setidaknya membentuk jembatan antara “iman” dan “kasih.” Harapan mengarahkan orang Kristen ke masa depan, iman menyediakan isi untuk harapan, dan kasih memberi energi untuk melayani. Saya akan membahas hubungan antara ketiganya, dan aplikasi dari tiga serangkai itu sendiri. 1. Iman dan Harapan Harapan mengarahkan iman ke masa depan dan menantangnya untuk bertahan di tengah-tengah kesengsaraan besar dengan mengingatkan iman bahwa ada lebih banyak yang akan datang daripada apa yang sekarang kita saksikan dan alami. Masa kini bukanlah kenyataan akhir dari realitas kosmik. Sesuatu yang baru dan indah akan datang; karena itu, harapan menginspirasikan iman dengan harapan. Harapan selalu bersedia menunggu, yakin, dan bertahan, menyokong keteguhan iman; harapan itu seperti jangkar (Ibr. 6: 19, 20). Karena harapan terdiri dari memercayai sepenuhnya janji-janji Allah, mengakui kesetiaan-Nya, iman sebagai kepercayaan dan ketergantungan pada Allah tidak dapat dipisahkan dari harapan. Iman memberi tahu harapan bahwa Yesus bukan hanya Dia yang akan datang, tetapi juga Dia yang telah datang, membawa pendamaian bagi kita, dan dalam prosesnya memberikan landasan kuat dan kokoh bagi harapan untuk menunggu. Iman dan harapan bersama mengingatkan orang-orang percaya 26

10 - 2018 AdventistWorld.org

bahwa mereka adalah peziarah yang sedang menuju ke kota surgawi (Ibr. 11). 2. Harapan dan Kasih Harapan bersifat dinamis, dan karena itu tidak membiarkan kasih menjadi sentimental dan terobsesi dengan tujuan jangka pendek—kebutuhan manusia saat ini—dan melupakan tujuan akhir keselamatan. Tetapi kasih menantang harapan untuk bertindak di masa kini. Ia akan menghadirkan di masa kini ciri-ciri kehidupan masa depan yang bebas dari egoisme dan penderitaan, dalam bentuk pelayanan tanpa pamrih bagi sesama (Ibr. 6: 10, 11). Dengan kata lain, kasih membuat harapan terwujud dalam keberadaan manusia saat ini. Model untuk jenis kehidupan ini adalah Yesus sendiri (Mat. 4: 23). Unsur-unsur harapan masa depan (misalnya, bebas dari penyakit dan kejahatan) dihadirkan dalam pelayanan Yesus sebagai gambaran kualitas kehidupan di kerajaan Allah di masa depan. 3. Iman, Harapan, Kasih Tiga kebajikan teologis ini bukan sifat alami manusia. Itu adalah buah kehadiran Allah dalam kehidupan kita melalui kuasa Roh. Yang terbesar dari ketiganya adalah kasih, karena selama masa penantian, iman dan harapan yang tidak disertai kasih bisa berubah menjadi, kekuatan yang menindas di tangan manusia yang korup. Dalam tiga kebajikan ini, kasih meyakinkan kita bahwa iman dan harapan menemukan sumber mereka di dalam Tuhan, yang adalah kasih dalam hakikat-Nya. Kita bahkan dapat menyatakan bahwa iman, harapan, dan kasih bersama-sama membentuk ciri-ciri dasar orang percaya. Dengan kata lain, mereka yang dipersatukan dengan Allah melalui Kristus menjadikan iman akan karya Kristus sebagai pusat pengalaman religius mereka, dengan harapan akan keselamatan yang teramat agung itu, dan kasih yang mematahkan perbudakan mereka terhadap keegoisan serta mendorong mereka untuk melayani Tuhan dan orang lain.

Angel Manuel Rodríguez pensiun setelah melayani sebagai pendeta, profesor, dan teolog.


Kesehatan dan Kebugaran

Diselamatkan oleh Kesehatan? Klarifikasi Peranan Pekabaran Kesehatan Dalam survei anggota gereja baru-baru ini, pernyataan “setuju/tidak setuju” ini mengganggu saya: “Mengikuti pekabaran kesehatan memastikan keselamatan saya.” Apakah benar?

T

idak. Keselamatan kita diperoleh dengan menerima Yesus, kebenaranNya, dan kematian-Nya di kayu salib menggantikan kita: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Ef. 2: 8, 9). Syukurlah, hal itu juga mencakup semua bentuk perbuatan dan tindakan—termasuk kebiasaan dan perilaku yang sehat. Keselamatan kita tidak diperoleh melalui latihan, istirahat, atau bahkan diet. Keselamatan adalah sebuah anugerah! Sejumlah besar responden dalam survei gereja sedunia yang dikutip di atas, menunjukkan anggapan bahwa dengan mengikuti pesan kesehatan akan memastikan keselamatan mereka. Kejelasan tentang pertanyaan ini amat sangat penting. Sebagai gereja dan sebagai individu, kita telah diberkati dengan pesan kesehatan penuh berkat yang indah, holistik, preventif, preservatif, dan terkadang bahkan menyembuhkan. Setelah penglihatan di Otsego, Michigan, Amerika Serikat, pada bulan Juni 1863, Ellen White menyatakan bahwa kita diberi pesan kesehatan karena pekerjaan kita belum selesai. Singkatnya, kita diselamatkan agar bisa melayani, bukannya sehat agar dapat diselamatkan! Mari kita izinkan tulisan-tulisan Ellen White untuk menjelaskan tujuan hidup sehat dengan menanyakan apa, mengapa, dan bagaimana itu semua. Pesan kesehatan bersifat holistik dan membahas semua aspek keberadaan Foto: Emma Simpson

kita—fisik, mental, rohani, sosial, dan emosional. “Dalam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, tetaplah diingat tujuan utama dari reformasi ini—bahwa maksudnya adalah untuk menghasilkan perkembangan tubuh, pikiran dan jiwa. Tunjukkan bahwa hukum alam yang juga menjadi hukum Allah, dirancang untuk kebaikan kita; agar penurutan terhadap hukum-hukum itu akan meningkatkan kebahagiaan hidup saat ini, dan menolong dalam menyiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang.”1 Melalui pelayanan kesehatan yang komprehensif, kita dapat mengajar tentang kesehatan, memenuhi kebutuhan orang dengan cara yang praktis, dan menunjukkan kasih Tuhan. “Sebagai jemaat, kita telah diberi tugas untuk memperkenalkan prinsip-prinsip reformasi kesehatan. Ada yang berpikir bahwa masalah diet tidak cukup penting untuk dimasukkan dalam pekerjaan penginjilan mereka. Tetapi itu adalah kesalahan besar. Firman Tuhan menyatakan: ‘Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.’ 1 Kor. 10: 31. Masalah pertarakan, dalam segala hal, memiliki tempat yang penting dalam pekerjaan keselamatan.”2 Dalam kehidupan sehari-hari, pilihan kesehatan yang saksama dan hidup bertarak dapat meningkatkan komunikasi kita dengan Tuhan dan hubungan dengan-Nya. “Saraf otak yang berkomunikasi dengan seluruh sistem adalah satu-satunya alat melalui mana surga dapat berkomunikasi kepada manusia dan mempengaruhi jiwanya. Apa pun yang mengganggu sirkulasi arus listrik dalam sistem saraf akan mengurangi kekuatankekuatan vital, dan akibatnya adalah satu kelumpuhan pada kepekaan pikiran.”3 Kabar baik! Diselamatkan oleh kasih karunia-Nya, kita boleh menyampaikan prinsip-prinsip holistik itu sebagai pelayanan bagi sesama. Ellen G. White,Seri Membina Keluarga (Bandung, Indonesia Publishing House), jld. 4 hlm. 125. Ellen G. White, Counsels on Health (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1923) hlm. 443. 3 Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 2, hlm. 474. 1

2

Peter N. Landless, ahli kedokteran jantung nuklir bersertifikat, Direktur Adventist Health Ministries di General Conference Zeno L. Charles-Marcel, ahli penyakit dalam bersertifikat, Associate Direktur Adventist Health Ministries di General Conference. AdventistWorld.org 10 -2018

27


Doa Ibu P

“Bolehkah Saya Menceritakan Sebuah Kisah?” OLEH: DICK DUERKSEN

28

10 - 2018 AdventistWorld.org

ermintaan editor itu sederhana namun menantang: “Tolong berikan kami foto kambing gunung yang berdiri di atas batu besar yang menghadap ke sebuah ngarai hitam.” Oke, saya pikir. Tidak masalah. Masalah besar. Saya memiliki foto-foto induk kambing, kambing jantan, anak kambing, gerombolan kambing, dan seekor kambing yang tidur di batu-batu granit. Tidak ada foto kambing yang melihat ke arah ngarai hitam. Saya meminta waktu kepada penerbit untuk beberapa minggu lagi dan mulai berdoa agar bisa mendapatkan foto yang sempurna. Kami sedang merencanakan perjalanan melalui Glacier National Park di Montana, jadi mungkin kami bisa menemukan seekor kambing di suatu tempat di Going-to-the-Sun Road dan menempatkannya untuk berdiri di atas batu dan menatap ke sebuah ngarai hitam. Menarik untuk dicoba, kami mengendarai jalan berkelok yang luar biasa dari barat ke timur di atas puncak Glacier National Park. Kami mengendarai mobil Dodge tua, kendaraan yang tepat untuk ibu, ayah, dan tiga anak di bawah usia 8 tahun. Mobil kami dipenuhi makanan, pakaian, buku, doa-doa, dan kamera. *** Di dekat puncak, di mana jalan menyempit dan ada jurang yang langsung menuju Arizona, saya melihat seekor kambing jauh tinggi di atas gunung. Saya mundur ke tempat yang lebih luas untuk memarkirkan

mobil pintar saya yang kecil, mengumpulkan perlengkapan kamera, dan berjanji pada keluarga saya untuk “segera kembali.” Ibu dan anak-anak melambaikan tangan, dan saya menuju air terjun granit mendekati sasaran saya. Ibu, mengetahui bahwa “segera” saya mendapatkan gambar itu namun hingga satu jam, mengeluarkan bahan-bahan homeschooling dan mengadakan sekolah di mobil. “Saya tidak bisa membiarkan siapa pun pergi ke luar mobil,” kenang ibu. “Ada jurang sedalam satu juta kaki di luar pintu mobil!” Saya mendaki sampai lutut saya hampir menyerah. Lalu saya mendaki lagi, mengikuti kambing gunung yang sulit diterka gerakannya. Dia ada di sana, tetapi selalu di atas ketinggian berikutnya. Setelah satu jam mendaki, kambing dan saya akhirnya berteman. Dia bertanyatanya apa yang saya inginkan, dan saya berdoa kepada Tuhan agar bisa berbicara bahasa “kambing.” “Tolong,” kataku pada kambing itu, “berjalanlah ke batu granit itu dan pandanglah ke ngarai hitam di sebelah kirimu.” Kambing itu terus mengunyah buket bunga musim semi yang berwarna kuning cerah. Aku melompat-lompat, memohon, menunjuk ke batu karang. Jika saja dia mengerti kebutuhan saya. Saya mengatur tripod dan bersiap untuk pengambilan gambar 400 milimeter yang sempurna. *** Foto: Dick Duerksen


Di mobil, istri saya mulai khawatir. Sembilan puluh menit agak lebih lama dari yang diharapkannya. Khawatir, bercampur dengan rasa frustrasi yang besar dan di tingkah suara tiga anak, benar-benar momen seorang ibu. “Aku berharap dia tidak terbaring di sana dengan kaki patah,” kenang Brenda. “Saya sudah menunggunya kembali, dan bersiap untuk membunuhnya saat itu juga.” Kambing gunung akhirnya mendengar saya, atau setidaknya melihat saya, menunjuk ke ngarai hitam, dan berjalan menuju ngarai untuk melihat apa yang ada di sana. Dia berdiri tepat di bingkai foto “impian” saya, terfokus, memandang ke air hitam di ngarai. Sempurna. Kecuali bahwa kepalanya kelihatan menunduk dan tampak seperti sangat tertekan seolah-olah akan melompat. “Tolong, Tuhan, suruh dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku.” Gambar selanjutnya sempurna. Saya percaya Tuhan menjawab doa saya ketika melihat Brenda sedang berlutut di dalam van, memohon agar Tuhan membawa saya kembali ke gunung. Saya mengemasi perlengkapan saya, berbalik, dan menyadari bahwa akan lebih sulit untuk turun daripada naik ke atas. Jam tangan saya mengatakan saya telah pergi lebih dari lima jam. Terlalu lama! Tidak adil bagi Brenda dan anak-anak. Cepatlah turun. *** Sepuluh menit kemudian, saya tersandung pada sebuah batu granit, jatuh berlutut, dan memandang tepat ke wajah seekor beruang raksasa, yang hanya berjarak 30 kaki. Beruang yang sangat tinggi dan tidak bahagia itu berdiri tegak di belakang semak-semak kecil dan berteriak ke arah saya: “PERGI!” Saya akan dengan senang hati mematuhi, tetapi raungannya telah mengubah lutut saya menjadi tak kuat. “Anak-anak,” kata ibu di mobil 1.000 kaki di bawah bukit, “kita harus berdoa untuk ayah. Ibu merasa beliau sedang berada dalam kesulitan sekarang.” “Tuhan Yesus,” salah satu dari anak-anak itu berdoa, “tolong jaga Ayah agar selamat.” Beruang itu jatuh pada ke keempat

kakinya dan berjalan keluar dari balik semak-semak willow, tepat ke arahku. Angin bertiup ke arah saya, dan beruang itu berbau mengerikan. Saya memohon bantuan Tuhan, tetapi tidak dapat mengingat apa yang seharusnya saya lakukan jika saya bertemu dengan beruang. Apakah seharusnya saya berdiri diam atau melompat ke atas dan ke bawah sambil membuat banyak suara? Karena saya terlalu lemah dan takut untuk melakukan apa pun, saya berdiri diam dan mencoba sekuat tenaga untuk nampak sebagai mangsa yang tidak enak dimakan. Beruang itu berdiri lagi, mengendus embusan angin, meraung seperti gajah jantan, lalu turun ke posisi merangkak dan perlahan berjalan di atas bukit. “Terima kasih sudah menjaga ayah,” ibu berdoa. Lima belas menit kemudian lututku akhirnya bisa menopangku. Saya berdiri, terbata-bata, menggunakan tripod saya sebagai bantuan, dan perlahan-lahan turun ke bawah. Lima jam di atas bukit menyisakan bagi saya sebuah kaki pincang yang menyakitkan, dan hati yang khawatir. Saya sudah terlalu lama pergi! “Lihat, bu,” kata salah satu dari anakanak itu. “Itu ayah! kelihatannya kakinya sakit. “ Brenda berlari untuk menemuiku, siap berteriak karena aku sudah pergi lama sekali, sambil tak sabar memelukku karena masih hidup, dan mengkhawatirkan kakiku. “Saya sudah siap untuk memanggil petugas taman nasional,” katanya sambil membantuku kembali ke mobil. “Jam berapa saat kakimu terluka?” Saya memberitahunya, dan dia tersenyum. Senyumnya membuat saya merasa lebih baik, meskipun saya belum diampuni. “Itu persis saat kami berdoa khusus untukmu.” Lalu aku memberitahunya tentang beruang grizzly.

Penerbit Adventist World adalah majalah periodik internasional milik Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Sedunia. Divisi Asia-Pasifik Utara adalah penerbitnya. Penerbit Eksekutif dan Pemimpin Redaksi Bill Knott Manajer Percetakan Internasional Chun, Pyung Duk Komite Koordinasi Adventist World Si Young Kim, ketua; Yutaka Inada, German Lust, Chun Pyung Duk; Han, Suk Hee; Lyu, Dong Jin Associate Editors/Directors, Adventist Review Ministries Lael Caesar, Gerald A. Klingbeil, Greg Scott Redaksi Bertempat di Silver Spring, Maryland Sandra Blackmer, Stephen Chavez, Costin Jordache, Wilona Karimabadi Redaksi Bertempat di Seoul, Korea Pyung Duk Chun, Jae Man Park, Hyo Jun Kim Manajer Operasional Merle Poirier Editor-at-large /advisors Mark A. Finley, John M. Fowler, E. Edward Zinke Manajer Keuangan Kimberly Brown Dewan Managemen Si Young Kim, ketua; Bill Knott, sekretaris; P. D. Chun, Karnik Doukmetzian, Suk Hee Han, Yutaka Inada, German Lust, Ray Wahlen, Ex-officio: Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Ted N. C. Wilson Pengarah Seni and Desain Jeff Dever, Brett Meliti

Kepada para Penulis: Silakan mengirimkan naskah yang siap diterbitkan, melalui alamat redaksi 12501Old Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904-6600, U.S.A. Atau melalui fax: +1 (301) 680-6638 Surel: worldeditor@gc.adventist.org Situs: www.adventistworld.org Kecuali diberitahu, semua kutipan ayat Alkitab diambil dari ALkitab Terjemahan Baru. © 1974 Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Digunakan dengan izin. Adventist World diterbitkan setiap bulan dan dicetak secara berkala di Korea, Brazil, Indonesia, Australia, Jerman, Austria, Argentina, Meksiko dan Amerika Serikat.

Dick Duerksen, seorang pendeta dan pendongeng yang tinggal di Portland, Oregon, Amerika Serikat, dikenal di seluruh dunia sebagai “penyebar anugerah keliling.”

AdventistWorld.org 10 -2018

29


Iman yang Bertumbuh

Halaman Khusus untuk Anak-anak

Yesus adalah Sahabat yang Kekal

K

etika Brawn Kyan berusia 6 tahun, orang tuanya yang beragama Buddha mengirimnya ke sekolah Advent untuk belajar bahasa Inggris. Dan ia belajar lebih dari itu! Ini sekolah yang sangat berbeda, pikir Brawn Kyan. Guru-gurunya sabar dan baik hati, dan mereka selalu berbicara tentang seorang pria bernama Yesus. Brawn belum pernah mendengar tentang Yesus, dan setiap hari ia belajar lebih banyak tentang Yesus dari sebuah buku khusus yang disebut Alkitab. Dia menyukai kisah-kisah Alkitab seperti Daud dan Goliat, Yusuf, Daniel di gua singa, dan banyak lainnya. Tak lama kemudian ia mulai menghadiri gereja dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan anak-anak. Ia sangat menyukainya! “Jawablah, Brawn, sekarang kamu telah berada di sekolah kami selama 30

10 - 2018 AdventistWorld.org

beberapa tahun, apakah kamu ingin belajar Alkitab untuk lebih mengenal Yesus?”, tanya gurunya dengan sungguh-sungguh. “Yesus dapat membuat hidupmu bahagia, dan Dia akan memberimu damai yang tidak dapat diberikan oleh siapa pun di bumi.” “Saya mau sekali,” jawab Brawn penuh semangat. “Kapan kita mulai?” Brawn mempelajari Alkitab bersama gurunya dengan setia selama satu tahun penuh. Ia belajar banyak tentang Yesus sehingga dia ingin mengikuti Dia selama-lamanya. Ia memberi tahu orang tuanya tentang penemuan barunya, tetapi mereka tidak senang. Suatu hari di tahun 2016, guru memberitahunya beberapa berita menarik. “Brawn, kami akan mengadakan pertemuan KKR untuk anak-anak selama 10 malam. Ibu ingin kamu menjadi salah satu pembicara.” “Apa, saya?” jawab Brawn terke-

jut. “Oh, tidak, saya tidak cukup tahu Alkitab untuk berkhotbah kepada anak-anak, atau kepada siapa pun!” “Jangan khawatir, Yesus akan memberimu kekuatan untuk berbicara,” gurunya meyakinkan. “Selain itu, ibu akan membantumu mempersiapkan khotbah. Hanya tiga, kok.” “Oke, saya akan mencoba,” Brawn menanggapi. “Saya akan berdoa setiap hari agar Yesus memberi saya pengertian untuk berbicara bagi Dia.” Lima ratus anak menghadiri pertemuan penginjilan setiap malam. Para sahabat dan teman sekelas Brawn membantu dengan menyanyi dan memberikan topik kesehatan. Brawn membawakan khotbah pertamanya tentang Yohanes 3: 16. Setiap kali dia berkhotbah dia merasakan Roh Kudus menarik hatinya untuk mengasihi Yesus lebih dan lebih lagi.

Ilustrasi: Xuan Le


OLEH: WILONA KARIMABADI

Teka-teki Apakah yang kita butuhkan untuk menjadikan Yesus sebagai sahabat kita selamanya? Coret huruf-huruf yang di bawah ini, mulai dari baris 1-11 (ACZXDK, KWDV, MRKT, VGLMB, PAYPNOQT, KIXZQ, TZDGJ, RFS, WPCUI, YYZHM, MLKT), di jawab dalam bahasa Inggris.

Akhirnya Brawn mengkhotbahkan khotbah terakhirnya tentang mengikut Yesus untuk selamanya. Saat penutupan, Brawn mengajukan tawaran bagi semua orang yang ingin mengikuti Yesus dan dibaptis untuk maju. Banyak anak-anak maju. Brawn merasakan Roh Kudus berbicara kepadanya dengan kuat, sehingga ia turun dari panggung dan turun untuk berbaris bersama anak-anak lain, menunjukkan bahwa ia pun ingin dibaptis. Ada sukacita di surga pada hari Sabat itu ketika 104 anak-anak dan beberapa orang dewasa dibaptis. Brawn secara khusus dipenuhi dengan sukacita sewaktu pendeta membaptisnya di dalam air. “Yesus adalah sahabatku selamalamanya! Dia tidak akan pernah meninggalkanku!� Teriak Brawn dengan gembira.

ACZXRDEK KPEWNDVT M A R K N T D V G B L M E B PAY S P N O Q T KIAXVZQE TDZDGIJN T R F H S E N WAPCUMIE YYOFZHJM MELSKTUS AdventistWorld.org 10 -2018

31


dari INDONESIA

Pathfinder—Acara Pelantikan Kelas Kepahaman di SLA Purwodadi

P

ada hari Sabat sore 11 Agustus 2018 jemaat dan lembaga Tuhan Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi dipenuhi dengan sukacita karena kelas VII sampai dengan kelas XI tahun ajaran 2017—2018 siap mengikuti pelantikan Pathfinder kelas penyelidik dan pemimpin yang dihadiri kurang lebih 350 siswa/ siswi. Master guide Eben E. Sembiring, Direktur Pemuda GMAHK Konferens Jawa Kawasan Timur di dalam amanatnya memberikan pesan kepada orang-orang muda yang dilantik bahwa ada dua hal yang perlu dikembangkan: Bertumbuh di dalam karakter/kepribadian yang lebih baik dan bertumbuh dalam kesanggupan. Karakter yang baik perlu kita miliki dan diimbangi dengan pengetahuan yang ada. Di akhir amanatnya Master guide Eben E. Sembiring memberikan contoh kehidupan Daniel dalam Kitab Daniel pasal 6. Beberapa demonstrasi kelas kepahaman ditampilkan dalam acara pelantikan dari kelas penyelidik maupun dari kelas pemimpin yang boleh memberikan inspirasi dan motivasi kepada adik-adik kelas atau siswa yang baru. Pekabaran Firman Tuhan pada acara tutup Sabat disampaikan oleh Master guide Glenni Bolang yang menekankan pentingnya orang-orang muda memiliki hikmat–Amsal 1: 7 “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”

Kiranya pengalaman rohani dan pengetahuan yang bertambah boleh memberikan dampak yang positif bagi orang lain dan teristimewa nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan.

­­—Dilaporkan oleh Petrus Souisa, Ketua Jemaat dan Wakasek Humas SLA Purwodadi.

32

10 - 2018 AdventistWorld.org


“Mari Membangun Mental dan Kerohanian Melalui Perkemahan Gembira”

D

ua hari yang penuh dengan sukacita karena setiap siswa-siswi Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi menikmati kegiatan Pathfinder Fair Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi yang dilaksanakan pada tanggal 3—4 September 2018 yang berlokasi di kampus Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi. Kegiatan ini diikuti oleh 357 siswa, di buka oleh pembina upacara Master guide David Maart—Direktur Pendidikan GMAHK Konferens Jawa Kawasan Timur tepat pukul 06.00 WIB, dengan satu pesan yang diambil dari Amsal 22: 6 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Selama dua hari perkemahan sekolah yang mengambil tema: “Mari Membangun Mental dan Kerohanian Melalui Perkemahan Gembira” semua peserta telah dibekali dengan berbagai keterampilan melalui kelaskelas kepahaman yaitu: Pemasangan tenda yang benar, bag packing, perbintangan, tali-temali, pembuatan tandu, semaphore, baris-berbaris, batu-batuan. Tim pembina dari KJKT yaitu: MG Eben Ezer Sembiring, MG Herry Prasetyo, MG Ekky, MG Tanuarto Simatupang. Sementara pembina dari SLA Purwodadi adalah semua guru dan staf dari kelas VII—kelas XII. Senin malam dengan penuh sukacita para siswa-siswi

peserta perkemahan mengikuti acara pentas talenta dan api unggun yang didampingi oleh kakak-kakak pembina. Di hari kedua, Selasa 4 September 2018 semua yang sudah diajarkan oleh kakak-kakak pembina dilombakan antara lain: Semaphore (kelas X, XI), pembuatan tandu (kelas X, XI), baris-berbaris (semua kelas dari kelas VII—XII). Pada pukul 12.00 WIB, Selasa siang kegiatan Pathfinder Fair SLA Purwodadi ditutup oleh pembina upacara mewakili sekolah yaitu MG Petrus Souisa—Kepala SMP Advent Purwodadi/Wakasek Humas SLA Purwodadi dengan menitipkan satu ayat kepada peserta perkemahan yang tertulis dalam Roma 1: 16 “...Injil adalah kekuatan yang menyelamatkan...,” diharapkan dengan kegiatan perkemahan sekolah merupakan kekuatan yang menyelamatkan bagi orangorang muda dengan berbagai kegiatan positif.

­­—Dilaporkan oleh Petrus Souisa, Ketua Jemaat dan Wakasek Humas SLA Purwodadi.

AdventistWorld.org 10 -2018

33


dari INDONESIA

“Kasih Yesus Itu Nyata” Orang Muda Jemaat Padang Sidempuan Semangat Melayani

P

ada hari Sabat tanggal 11 Agustus 2018 Pathfinder Club dari Jemaat Padang Sidempuan melayani ke Sipagabu. Sipagabu adalah salah satu cabang Sekolah Sabat di Distrik Madina, Daerah Sumatera Kawasan Tengah. Cabang ini didirikan pada awal tahun 2000 yang dipelopori oleh pdt. Paul Hutapea dan Bpk. Gea. Cabang Sekolah Sabat Sipagabu ini berada di atas bukit yang butuh waktu 3 jam perjalanan mendaki. Pada hari Sabat itu merupakan suatu tantangan bagi Pathfinder Padang Sidempuan karena harus mendaki bukit itu meskipun hujan sangat deras dan jalan licin tetapi dengan semangat pelayanan, hujan dan jalan lincin bukan menjadi suatu penghalang. Perjalanan ke Sipagabu dipimpin oleh Gembala Jemaat Madina yaitu Pdtm. Erwin Donal Purba. Sesampainya di atas bukit Sipagabu, anggota jemaat sangat antusias dan bersemangat menyambut rombongan Pathfinder Padang Sidempuan. Melihat antusias jemaat, maka orang mudah tidak menghiraukan capek karena perjalanan sulit yang baru saja mereka tempuh. Acara kebaktian dimulai pukul 11.30 sampai pukul 14.30 WIB. Khotbah dipimpin oleh Johnledon Tambunan selaku Ketua PA Padang Sidempuan. Acara kebaktian berjalan dengan sangat nikmat dan jemaat terharu atas khotbah yang disampaikan. Makan siang dijamu oleh jemaat dan semua jemaat makan bersama sebagaimana dalam pesta besar. Selesai

makan siang Pathfinder Sidempuan dengan semangat mengikuti acara selanjutnya yaitu Acara PA melalui lagu pujian, energizer, games dll. Pada pukul 16.30 semua acara harus diakhiri karena ingin turun bukit sebelum hari gelap. Ungkapan perpisahan disampaikan oleh Ketua Cabang Sekolah Sabat Si­pagabu dan anggota jemaat sangat berterima kasih dengan menggunakan bahasa setempat artinya yaitu bahwa mereka melihat kasih Yesus itu nyata. Seminggu sebelum pelayanan berlangsung sang pelopor yaitu Bpk. Gea meninggal dunia. Dan mereka berkomitmen akan menjaga iman mereka. Rombongan Pathfinder meninggalkan tempat itu pukul 17.00 dan sampai di bawah bukit pukul 19.00. Cabang Sekolah Sabat Sipagabu beranggotakan 15 keluarga dan anggota Sekolah Sabat berjumlah 68 orang. Suku asli jemaat di sana adalah Suku Nias. Di tahun 2019 gembala dan anggota jemaat akan membangun gereja di sana. Mari kita bantu dengan doa dan sumbangan kita, agar anggota jemaat di sana semakin semangat dalam mengikuti setiap ibadah dan mendapatkan tempat ibadah yang lebih baik lagi.

­­—Dilaporkan oleh Pdtm. Erwin Donal Purba, Gembala Jemaat Distrik Madina, DSKT.

34

10 - 2018 AdventistWorld.org


“Rahasia Allah untuk Umat-Nya”

Kesetiaan Terhadap Firman-Nya

W

alaupun sempat tertunda tetapi dengan pertolongan Tuhan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) “Rahasia Allah untuk UmatNya” boleh terlaksana dengan baik. Bulan Juli dan Agustus merupakan tanggal yang ditetapkan di setiap daerah GMAHK Uni Konferens Indonesia Kawasan Timur (UKIKT) bahwa setiap pendeta dan istri harus melaksanakan KKR. Pada tanggal 06—11 Agustus 2018 adalah tanggal yang tepat untuk pendeta dengan Jemaat Teep melaksanakan KKR yang telah diprogramkan oleh Daerah. Kepala Desa Teep, Bpk. Alex Mamahit membuka acara KKR dan memberikan sambutan dan dilanjutkan oleh Pdt. F. Bangun M.Th, mewakili Badan Kerja Sama Antar Umat beragama (BKSAUA). Acara KKR berakhir dengan baik dan Firman Tuhan disampaikan dengan menarik bahkan ada yang suka bertanya dalam sesi tanya jawab, baik sebelum acara khotbah atau tanya jawab pada kunjungan ke rumahrumah tamu yang telah hadir dari malam ke malam. Pada hari Sabat, penutupan KKR, ada satu anak yang menyerahkan diri untuk dibaptis.

­­—Dilaporkan oleh Pdt. Sembly Rompis S.Ag, Pendeta Wilayah Talawaan II, DMMUB, UKIKT.

Gmahk Jemaat Muka Kuning Batam Berkurban

S

ebagai bentuk membangun hubungan yang lebih baik dengan warga yang ada di sekitar lingkungan gereja, Jemaat Muka Kuning Batam menyumbangkan satu ekor kambing kurban kepada Mesjid Al-Ma’ruf. Mewakili GMAHK Jemaat Muka Kuning, Pdt. Parsaoran Barutu, R. Munthe (ketua), S. Simalango (bendahara) dan K. Sirait (ketua diakon) menyerahkan secara langsung kambing kurban kepada pengurus mesjid. Melalui kata sambutan Ust. Sulaiman, mereka sangat senang dengan kegiatan tersebut. Berharap bahwa hubungan kedua agama ini dapat terjalin dengan baik. Semoga keberadaan gereja dapat membawa berkat bagi warga di sekitarnya. ­­—Dilaporkan oleh Pdt. Parsaoran Barutu, Gembala Jemaat Muka Kuning. AdventistWorld.org 10 -2018

35


dari INDONESIA

Tuhan Berkarya di Kota Bima, Dompu, Tambora Ada 76 Jiwa-jiwa dibaptiskan

T

anggal 15 November 2014 cab. SS Sumbawa Besar diorganisasikan menjadi GMAHK Sumbawa Besar dengan jumlah keanggotaan 27 orang. Organisasi GMAHK menempatkan gembala jemaat dan misionaris di wilayah NTB ini. Pada bulan Oktober 2017, gembala jemaat dan dua misionaris mengadakan satu program yang namanya ACS (Adventist Community Service) dari pintu ke pintu di Kota Dompu dengan membawa alat periksa kesehatan yang sederhana dan melayani orang-orang yang sakit dengan tujuan mendata komunitas yang ada dan menjaring simpatisan. Dengan diadakannya ACS tersebut, ada beberapa orang yang menjadi simpatisan dan tertarik untuk bible study dan bahkan minta dibaptiskan di GMAHK. Pelayanan tersebut berkembang hingga ke Kota Bima kira-kira dua jam perjalanan kendaraan mobil pribadi dari Kota Dompu. Kemudian berkembang sampai ke Desa Pancasila Tambora kira-kira lima jam perjalanan dengan kendaraan sepeda motor dari Kota Dompu. Sebenarnya orang Sumba sangat sukar berpindah agama, namun ada satu budaya mereka bahwa kalau ada salah satu dari mereka yang sudah percaya dan menjadi simpatisan GMAHK, maka yang lain dari kalangan keluarga atau teman akan turut menjadi simpatisan dan merespons siapa pun yang membawakan kabar baik kepada mereka. Pada tanggal 19 Juli 2018 ada 6 jiwa dibaptiskan di Pantai Kempo, Dompu dan pada tanggal 20 Juli 2018 ada 23 jiwa dibaptiskan di Pantai Lakey, Dompu, dan tanggal 21 Juli 2018 ada 1 jiwa dibaptiskan di Pantai Sumbawa sehingga total baptisan pada bulan Juli 2018 berjumlah 30 jiwa. Bap-

tisan dilaksanakan oleh Pdt. Leonard Mamentu dari KJKT dan yang menjadi gembala Jemaat Sumbawa adalah Pdtm. Suba­ gio. Selain baptisan juga ada pengukuhan keluarga-keluarga baru dan penyerahan anak-anak. Pada tanggal 9 Agustus 2018 ada 16 jiwa dibaptiskan di Pantai Lawata, Kota Bima, dan malam harinya sekitar pukul 21.00 WIT ada 5 jiwa dibaptiskan di Pantai Jambu, Desa Ranggo, Dompu. Besoknya 10 Agustus 2018 ada 21 jiwa dibaptiskan di Pantai Lakey, Dompu. Diantara yang baru dibaptiskan ada 5 jiwa yang berasal dari Desa Pancasila, Tambora. Besoknya pada hari Sabat, 11 Agustus 2018 ada 4 jiwa dibaptiskan di Pantai Sumbawa. Baptisan dilaksanakan oleh Pdt. Ranap Situmeang dari KJKT dan Pdtm. Subagio, gembala Jemaat Sumbawa dan Pangihutan Rambe, misionaris dan anggota-anggota Jemaat Sumbawa. Selain baptisan juga ada pengukuhan keluarga-keluarga baru dan penyerahan anakanak. Total baptisan dari bulan Juli—Agustus 2018 berjumlah 76 jiwa. Dan sebenarnya masih ada puluhan jiwa lagi yang sudah siap dibaptiskan, tetapi oleh karena berbagai halangan dan rintangan termasuk tantangan dari gereja yang sedang mereka anut sekarang melarang mereka dibaptis atau masuk ke gereja Advent. Semoga jiwa-jiwa yang sudah komitmen mau dibaptis namun ada hambatan itu akan mendapat kesempatan dari pihak gerejanya agar bisa dibaptiskan menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka. Rencana ke depan adalah pada bulan Oktober 2018 akan ada lagi baptisan di Kota Bima, Kota Dompu. Kita doakan semua jiwa-jiwa ini tetap setia dan menjadi saksi Tuhan membawa yang lain kepada Yesus.

­­—Dilaporkan oleh Pdt. Ranap Situmeang, Direktur Adventist Mission, NDR, AMR, KJKT.

36

10 - 2018 AdventistWorld.org


“Honor, Dignity and Respect”

Sukacita Luar Biasa dari Peserta Youth Alive Jemaat SLA-PTASN

D

engan tema “Honor, Dignity and Respect”, acara Youth Alive yang dilaksanakan di kampus Perguruan Tinggi Advent Sumatera Kawasan Utara berlangsung dengan baik. Acara ini dilaksanakan pada hari Jumat sampai dengan hari Minggu tanggal 24—26 Agustus 2018, dengan pembawa materi adalah Pdt. Dr. Jimmy Havelaar, Direktur Kesehatan Uni Indonesia Kawasan Barat dan dr. Gabriella Havelar, bekerja sama dengan Pdt. Roiman Siagian, M.Fil, Departemen Kesehatan Sumatera Kawasan Utara dan Dr. Jeannie Manafe, Dosen senior di Akademi Keperawatan Surya Nusantara. Para peserta yang hadir adalah para mahasiswa di Perguruan Tinggi Advent Surya Nusantara, bergabung dengan para pemuda Advent dari jemaat-jemaat di Pematangsiantar. Salah satu peserta yang datang dari Jemaat Rambung Merah yaitu Wulan Hutagalung mengatakan: “Acara ini sungguh menarik, banyak hal baru yang kami pelajari di sini, bahkan saya akhirnya mengenal seperti apa bentuk ekstasi dan narkotika lainnya. Dengan mengenal, maka akan mudah menghindarinya!” Di lain tempat, Ibu Eva Solichin salah satu panitia yang bekerja keras untuk semua persiapan acara ini, juga turut memberikan kesaksiannya yaitu “Pada awalnya saya pikir acara Youth Alive adalah seminar-seminar yang akan membosankan tetapi ternyata tidak, selain pelajaran kesehatan yang dibagikan, dalam acara friendship group development peserta diajarkan untuk saling berbagi pengalaman kerohanian, dan para peserta juga banyak mengikuti permainan yaitu mereka belajar untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan, belajar untuk tidak mementingkan diri, belajar saling menga-

sihi dan belajar saling berbagi dan sportif dalam permainan. Semoga acara ini akan memberikan semangat khususnya anakanak muda dalam melakukan penginjilan melalui persahabatan dan menjauhkan diri dari obat-obatan terlarang.” Ketika Pdt. Dr. Jimmy Havelaar membawakan acara Friendship Group Development dengan membagikan beberapa kertas bergambar, yaitu para peserta dalam group-group kecil tersebut diminta untuk memilih gambar yang ada, lalu menceritakan berbagai pengalaman kehidupan mereka, baik kesaksian kehidupan bersama kristus, juga masa-masa yang dianggap kelam dalam kehidupan mereka, maka beberapa peserta ada yang sampai menangis. Tetapi teman-teman dikelompok tersebut dapat saling menguatkan dan saling mendoakan, sehingga semua berjalan dengan baik. Ada janji Youth Alive yang selalu dibacakan bersama baik saat acara dimulai dan juga saat acara ditutup dengan menyilangkan tangan di dada yaitu “Saya berjanji untuk memilih Yesus Kristus sebagai kekuatan tertinggi saya karena saya ingin menjadi sehat dan bahagia, saya akan berkata “Tidak pada alkohol,” saya akan berkata “Tidak pada tembakau,” saya akan berkata “Tidak pada obat-obatan terlarang,” saya akan berkata “Tidak pada perilaku yang tidak dipikir panjang,” saya akan menolong teman saya untuk berkata “Tidak untuk hal-hal yang sama,” saya berjanji untuk berdiri teguh bagi apa yang saya tahu itu benar. Semoga, dengan acara ini, walau pesertanya tidak banyak, tetapi para orang muda Advent di Daerah Sumatera Kawasan Utara dapat menghidupkan kehidupan yang sehat, berbahagia dan jauh dari segala dosa dan kecemaran.

­­—Dilaporkan oleh Harmon Vickler D. Lumbanraja, Departemen Komunikasi Jemaat SLA-PTASN dan ketua pelaksanan acara Youth Alive PTASN dan NSM.

AdventistWorld.org 10 -2018

37


dari INDONESIA “Penginjilan Melalui Care Group” Ada 3 Jiwa yang Menerima Yesus sebagai Juruselamat Pribadi Mereka

D

epartemen Pelayanan Perorangan GMAHK Jemaat Teratai Batam yang sedang bertumbuh dengan penuh semangat dalam melakukan penjangkauan keluar (Reach Out) melalui sarana Care Group yang aktif saat ini berjumlah 6 Care Group yaitu Care Group Tiban Sekupang, Care Group Baloi Kolam— Lubuk Baja, Care Group Melcem-bengkong, Care Group Batam Center—Legenda, Care Group Saguba serta Care Group Bandara—Nongsa. Oleh pertolongan Tuhan melalui kerjasama anggota jemaat beserta gembala jemaat Pdt. E. Pakpahan dan Pemimpin SS/PP & NDR/ Care Group sehingga 3 jiwa yang telah menemukan kebenaran Sabat. Ada pun 3 jiwa yang telah dimenangkan kepada Tuhan adalah satu keluarga. Menurut kesaksian mereka, selama ini mereka telah banyak mengikuti gereja di luar GMAHK sehingga dengan membaca Alkitab dapat menerima akan kebenaran hari Sabat sehingga mereka dapat memahami arti hari Sabat yang sesungguhnya. Maka selaku Pemimpin Pelayanan Perorangan membuat suatu apresiasi serta dorongan semangat dengan mengadakan retreat “lintas alam” bersama salah satu Care Group Saguba GMAHK Jemaat Teratai Batam pada

tanggal 2 September 2018 di Pantai Kalat Batam. Kita doakan untuk 3 jiwa serta yang lain yang baru menerima baptisan kudus serta kebenaran Sabat dapat bertahan sampai Maranata. —Dilaporkan oleh Parulian Sinaga, Pemimpin Departemen Pelayanan SS/PP/NDR Jemaat Teratai Batam.

Kami berterima kasih kepada para penulis setia, dari setiap

konferens/daerah/wilayah di seluruh tanah air Indonesia. Kami ingin

agar proses redaksi majalah Adventist World Indonesia (AWI) yang setiap bulan diterbitkan, yang membutuhkan waktu yang sangat ketat dalam prosesnya, dapat dilaksanakan dengan lancar. Untuk itu kami berharap untuk edisi berikutnya, setiap TEKS atau naskah berita yang kami terima diketik rapi (sesuai misi majalah ini) dalam format Microsoft Word/Word Perfect, TANPA ADA GAMBAR/FOTO/IMAGE DI DALAM FILE DOKUMEN TERSEBUT (Karena perlu waktu untuk proses pengeluaran gambar/foto/image dari dalam file teks dokumen tersebut). GAMBAR/FOTO/IMAGE untuk naskah berita tersebut kami harapkan TERPISAH DARI DALAM FILE dokumen teks naskah berita. Lebih disukai dalam format jpeg tetapi jelas, terang dan jernih serta bere­solusi minimal 640x428 (lebih besar lebih baik). Jika ada keterangan gambar/foto/image yang penulis ingin sertakan, ketiklah keterangannya menjadi file name gambar tersebut (dengan cara rename file name gambar tersebut) atau informasikan keterangan gambar tersebut di dalam teks naskah berita tersebut. Maksimal 500 kata. Tim redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah isi dan maksud penulis. Berita akan diterbitkan bilamana dilengkapi dengan nama dan alamat pengirim yang jelas. Naskah tidak akan dikembalikan. Walaupun kami berusaha untuk menerbitkan seluruh berita yang masuk, tetapi atas pertimbangan tim redaksi, ada kemungkinan tidak semua naskah berita yang masuk akan diterbitkan. Kirimkan ke: adventistworld_indonesia@yahoo.co.id paling lambat tanggal 15 setiap bulan untuk diterbitkan ke edisi bulan berikutnya. Terima kasih, Tuhan memberkati kita pada saat kita menyiapkan berita baik yang menguatkan umat Tuhan khususnya di Indonesia. 38

10 - 2018 AdventistWorld.org

Info Penting! Bagi Para Penulis Setia Adventist World Indonesia


WARTA

GEREJA ADVENT

“Lihatlah, Aku Datang Segera” Misi kami adalah untuk meninggikan Yesus Kristus, mempersatukan umat Advent di mana saja dalam iman, misi, kehidupan, dan pengharapan.

Batam Menuai 47 Jiwa

Penerbit Penerbit Advent Indonesia (anggota IKAPI Jawa Barat) Jalan Raya Cimindi 72 Bandung, 40184 Ketua Yayasan R. Situmorang Ketua Bidang Usaha S. Manueke

K

ebaktian Kebangunan Rohani(KKR) yang berlangsung selama tiga malam yaitu tanggal 25—28 Juli 2018 ini berjalan dengan lancar berkat kerja sama seluruh anggota se-Batam, serta seluruh panitia dan juga pembicara KKR. Kebaktian Kebangunan Rohani ini dilayani oleh pimpinan Pdt. Edwin Gulfan, Pdt. Sanny Manopo, Pdt. S.G. Manik. Sukacita besar dirasakan oleh seluruh anggota jemaat oleh karena di akhir KKR ada 47 jiwa yang dibaptis untuk Tuhan. Mari kita doakan ke-47 jiwa ini kiranya setia sampai Maranata.

—Dilaporkan oleh Pdt. Erlingson Pakpahan, Ketua Wilayah Kepulauan Riau.

Bendahara W. Purba Pemimpin Redaksi J. Pardede Redaksi Pelaksana dan Desain Isi Angky Tumbal Tim Redaksi S.P. Silalahi F. Parhusip F. Ngantung S.Susanto F. Manurung Komunikasi Uni D. Panjaitan, Uni Indonesia Kawasan Barat H. Waworuntu, Uni Konferens Indonesia Kawasan Timur Komunikasi Konferens/Daerah/Wilayah M. Tambunan, Sumatera Kawasan Utara P. Hutapea, Sumatera Kawasan Tengah V. J. Sinaga, Sumatera Kawasan Selatan S. Simorangkir, DKI Jakarta dan Sekitarnya A. Naibaho, Jawa Kawasan Barat S. Simangunsong, Jawa Kawasan Tengah E. Sembiring, Jawa Kawasan Timur D. Kana Djo, Nusa Tenggara W. Tulong, Kalimantan Kawasan Timur B. Simanungkalit, Kalimantan Barat J. Tendean, Minahasa H. Wambrauw, Papua N. Lumoindong, Sulawesi Selatan Ch. Muaya, Sulawesi Tengah R. Pelafu, Nusa Utara D. Supit, Manado I. Lisupadang, Luwu Tana Toraja R. Frans, Minahasa Utara dan Kota Bitung T. Mayai, Papua Barat J. Frans, Bolaang Mongondow dan Gorontalo H. Ramba, Maluku Izin Departemen Penerangan RI No. 1167/SK Ditjen PPG/STT/1987 Alamat Redaksi Jalan Raya Cimindi 72 Bandung, 40184 Telp. (022) 6030392; Fax. (022) 6027784 Email: adventistworld_indonesia@yahoo.co.id Pemasaran Tlp/Fax: 022-86062842

Redaksi menerima naskah berita dan foto sesuai dengan misi majalah ini, maksimal 500 kata. Tim redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah isi dan maksud penulis. Berita akan dimuat bilamana dilengkapi dengan nama dan alamat pengirim yang jelas. Naskah tidak akan dikembalikan. Walaupun kami berusaha untuk memasukkan seluruh berita yang masuk, tetapi atas pertimbangan tim redaksi, ada kemungkinan tidak semua naskah berita yang masuk dapat dipublikasikan.

AdventistWorld.org 10 -2018

39


dari INDONESIA

40

10 - 2018 AdventistWorld.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.