Laporan Perancangan Arsitektur Studio Tugas Akhir-158
Muhammad Ahda Sabila I0216053 Dosen Pembimbing
Dr. Yosafat Winarto, S.T., M.T. Amin Sumadyo, S.T., M.T.
Program Studi Program Arsitektur Studi Arsitektur Fakultas Fakultas Teknik Teknik Universitas Sebelas Universitas Maret Sebelas Maret 2020 2020
Kawasan Berorientasi Transit
Solobalapan Pengembangan kawasan yang mengintegrasikan moda angkutan massal berupa stasiun, bandara melalui kereta bandara, serta bus dalam kota dan antarkota di dalam satu kawasan aksesibel fungsi terpadu sehingga tercapai tata rencana kota yang berkelanjutan.
“
“
ning Setasiun mBalapan kutha Sala sing dadi kenangan kowe karo aku...
As an architect,
present, with awareness of the past, for a future,
you design for the
which is essentially unknown -Norman Foster
Laporan Perancangan Tugas Akhir Arsitektur
Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Solobalapan Muhammad Ahda Sabila NIM I0216053 Dosen Pembimbing: Dr. Yosafat Winarto, S.T., M.T. Amin Sumadyo, S.T., M.T.
Program Studi Program Arsitektur Studi Arsitektur Fakultas Fakultas Teknik Teknik Universitas Sebelas Universitas Maret Sebelas Maret 2020 2020
Abstrak Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Solobalapan, mengusung shift, living, leisure sebagai tagline kawasan: menjadi surga singgah bagi para pejalan, pelanjut untuk pencari penghidupan, penyalur damba para insan kesenian, serta pelepas penat bagi pencari pengiburan. Lokasi yang menjadi pertemuan berbagai moda angkutan ini diharapkan menjadi perintis pembangunan kota yang berkelanjutan, kota yang membangun infrastruktur untuk manusianya, bukan untuk kendaraannya. Keberadaan kawasan transit ini memberi pengalaman baru bagi masyarakat dalam menggunakan angkutan massal dengan menghadirkan ruangan spektakular, dengan keindahan struktur metafora yang dupadukan dengan bangunan cagar budaya, sehingga menjadi modal sarana menarik mentransformasi pola pikir masyarakat dari private oriented transportation menjadi public, walking, and cycling oriented transportation. Pengembangan juga mengemban visi merancang infrastruktur yang berkelanjutan, jangka pendek maupun jangka panjang serta meliputi semua aspek sosial maupun lingkungan, sehingga didapat perancangan yang mencapai win-win dolution design bagi semua kalangan.
Daftar Isi
I
Pendahuluan Ÿ Isu Perencanaan Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
dan Perancangan Diagram Pola Pikir Fenomena Urban Fenomena SosialLingkungan Strategi Desain Tinjauan Teori
II
Kajian Tapak Ÿ Lokasi Tapak Ÿ Analisis Penyinaran Ÿ Analisis Penghawaan Ÿ Analisis Pemandangan Ÿ Analisis Gangguan
III
Program Perencanaan Ÿ Gambaran Umum
Obyek Perancangan Ÿ Kelembagaan Ÿ Kajian Pengguna Ÿ Kajian Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
IIII
V
Konsep Perancangan
Gambar Perancangan
Ÿ Konsep Respon Tapak
Ÿ Situasi
Ÿ Konsep Penzoningan
Ÿ Rencana Tapak
Ÿ Konsep Sirkulasi Kawasan
Ÿ Tampak
Ÿ Konsep Gubahan Massa
Ÿ Denah Stasiun
Ÿ Implementasi Teori &
Ÿ Denah Plaza dan Parkir
Strategi Desain Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Rubanah Denah Hotel Transit Potongan Detail Penanda (Signage) Perspektif Eksterior Perspektif Interior
I Pendahuluan
Latar Belakang Solobalapan dan sekitarnya secara eksisting menjadi lokasi pertemuan beberapa moda yang menjadi pintu gerbang Kota Surakarta. Namun demikian, pembangunan infrasturuktur dan fasilitas umum yang sedang dan telah terjadi di kawasan tersebut dilakukan dengan kurangnya perhatian terhadap dampak urban dan lingkungan. Akibatnya ketika satu pembangunan untuk mengurai satu masalah telah selesai, muncul problema baru setelahnya. Kondisi demikian ini yang menjadi isu utama yang diangkat dalam Perancangan Kawasan Berorientasi Transit Solobalapan ini. Perancangan Kawasan Berorientasi Transit Solobalapan merupakan perancangan kawasan terpadu yang meliputi berbagai macam fungsi objek rancang, dengan fokus utama peracangan simpul transit anarmoda yang memudahkan pengguna moda dapat melakukan perpindahan antar moda secara efektif dan eďŹ sien. Selain itu kawasan dilengkapi dengan area komersial, area co-working, ruang ekspresi, dan rekreasi, yang dapat menarik minat masyarakat dalam merasakan pengalaman baru dalam bertransportasi massal, atau dalam kata lain memenuhi kebutuhan pengguna dalam shifting, living, leisure dalam satu kawasan transit. Perancangan ini juga menggunakan perancangan yang berkelanjutan serta ramah bagi aspek sosial maupun lingkungan, melalui perancangan yang menggunakan pendekatan jangka panjang dengan tidak mengorbankan ruang terbuka hijau maupun mematikan ruang ekonomi yang telah ada.
Isu Perencanaan dan Perancangan Rumusan Masalah Bagaimana merancang kawasan transit yang mengintegrasikan antar moda angkutan sehingga para pengguna dapat menemukan tujuannya secara efektif dan eďŹ sien serta membuat daya tarik kawasan transit untuk masyarakat menggunakan angkutan umum dengan memaksimalkan berbagai fungsi guna dan tata lahan dalam kawasan?
Tujuan Mendapatkan rancangan kawasan berorientasi transit Solobalapan dengan simpul moda antarangkutan terintegrasi efektif dan dapat menarik masyarakat menggunakan angkutan umum melalui perancangan kawasan fungsi campuran terpadu.
Batasan Perancangan ini meliputi Stasiun Solobalapan sebagai tapak eksisting utama serta tapak sisi Utara stasiun yang berbatasan langsung dengan Jalan S. Parman. Perancangan juga dibatasi pada rumusan masalah yang telah ditentukan serta strategi desain perancangan yang dirumuskan.
Diagram Pola Pikir
Fenomena Urban: Kemacetan Kemacetan terjadi karena beberapa faktor: Perlintasan Kereta Api Lalu lintas kereta api yang terjadi di Stasiun Solobalapan selalu mengalami kenaikan intensitas, terakhir dengan dioperasikannya kereta bandara BIAS membuat kemacetan semakin menjadi. Hal ini diperparah dengan jarak stasiun dengan perlintasan jalan yang sangat dekat, yakni perlintasan S. Parman, sehingga seringkali terjadi antrean kendaraan yang mengular sampai perempatan S.Parman-Monginsidi.
Lalu Lintas Bus Terminal Jalan S. Parnan merupakan jalan akses utama bus pintu Timur Terminal Tirtonadi. Seringkali terjadi simpul kemacetan ketika bus hendak masuk ke Jalan Setiabudi sebagai Pintu Timur terminal. Selain bus antarkota, bus trans BST serta angkutan kota juga melewati jalan ini, yang ikut serta memperburuk kondisi kemacetan apabila terjadi perlintasan kereta seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya.
Pangkalan Taksi Sembarangan Banyak taksi daring yang memarkirkan kendaraan menunggu penumpang di sepanjang bahu Jalan Monginsidi, yang semakin mempersempit arus sirkulasi kendaraan.
Meningkatnya Penggunaan Kendaraan Pribadi Arus keluar masuk kendaraan pribadi terutama mobil pada eksisting Stasiun Solobalapan yang melakukan aktivitas dropo, terutama pada jam sibuk dan ketika kondisi cuaca hujan. Selain itu pengguna sepeda motor yang berkendara tidak tertib juga memperburuk kemacetan.
Pertemuan Berbagai Moda Mulai dari kereta api antarkota, kereta bandara, KRL, bus antarkota, bus kota, angkutan umum, hingga kendaraan pribadi melewati jalur yang sama.
Polusi Apabila tren penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat, tidak hanya berdampak pada kemacetan, namun juga linear berdampak pada pencemaran udara dan suara.
Fenomena Sosial-Lingkungan Pembangunan infrastruktur di Kota Surakarta sebagai kota lokasi perancangan terjadi secara masif namun kurang memikirkan dampak jangka panjang tata kota maupun dampak jangka pendek bagi perekonomian masyarakat. Infrastruktur Solusi Lokal Pembangunan jalan layang untuk menghindari perlintasan sebidang dengan kereta api hanyalah solusi lokal. Selain itu, akan lebih banyak jalan layang maupun jalan lintas bawah yang akan dibangun untuk menjadi solusi menghindari perlintasan sebidang dengan kereta api. Pembangunan yang demikian juga berdampak lebih lanjut seperti poin yang dijelaskan setelah ini.
Mematikan Usaha Dengan adanya jalan layang maupun jalan lintas bawah, jalan yang seharusnya menjadi akses ke bangunan usaha menjadi kurangterlewati bahkan tertutup, sehingga banyak pelaku usaha yang harus menutup usahanya di jalan yang terdampak.
Kurangnya RTH Pembangunan infrastruktur memakan lahan peruntukan terbuka hijau, terutama apabila infrastruktur tersebut tidak menyisakan kolong jalan.
Masalah Lingkungan Pembangunan tanpa memperhatikan RTH berdampak pada banjir ketika intensitas hujan tinggi, seperti yang terjadi pada underpass Gilingan.
Potensi Disamping fenomena permasalahan eksisting yang ada di tapak, lebih banyak potensi yang ada pada Solobalapan.. Kereta Antarkota Stasiun yang menjadi pertemuan tiga persimpangan utama jalur kereta yang menghubungkan kota-kota di Pulau Jawa.
Hub Bandara Adisoemarmo Kereta BIAS yang baru saja dioperasikan menjadi pintu gerbang baru Bandara Adisoemarmo yang berada di tengah kota.
KRL Solo-Yogya Kereta Solo-Yogya yang telah terelektriďŹ kasi membuat mobilitas masyarakat antar kedua kota semakin besar.
Batik Solo Trans Kawasan Solobalapan dilewati oleh empat trayek Batik Solo Trans (BST) koridor 1,2,6,8 yang meliputi empat penjuru utama kota, yakni Utara-Selatan dan Barat-Timur.
Terminal Tirtonadi Simpul bus antarkota dan antardaerah yang menjangkau lebih banyak titik tujuan trayek.
Angkutan Kota Angkutan kota koridor 6 dan 7 yang telah terintegrasi dengan jaringan BST
Sesuai Regulasi Peruntukan Wilayah Perda RTRW, RPJMD, RPJPD Kota Surakarta
Pencanangan PKN Kota Surakarta dicanangkan menjadi salah satu kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Walk & Cycle
Commerce
Membuat jalur yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki dan pesepeda
Penyediaan ruang ekonomi serta penarik atraksi lainnya yang dapat memberdayakan masyarakat
Shift
Leisure
Menerapkan prinsip park and ride, serta menerapkan desain sirkulasi yang memudahkan pengguna menemukan tujuannya
Connect Menghubungkan berbagai moda transportasi sehingga menjadikan kawasan sebagai gateway one stop transit Kota Solo
Pe n y e d i a a n r u a n g u n t u k p e n y i n g g a h s e r t a masyarakat umum untuk bersantai serta pemenuhan gaya hidup
Sustainable Design Desain infrastruktur yang berkelanjutan serta ramah bagi lingkungan alam maupun lingkungan sosial-ekonomi masyarakat
Strategi Desain
Walk
Mix
Cycle
Transit
Densify
Tinjauan Teori
Connect
Compact
Shift
Institute for Transportation and Development Policy Prinsip Pengembangan Kawasan TOD
Peter Calthorpe dalam The Next American Metropolis
Fungsi Publik Public Uses
Pusat Komersial Core Commercial
Area Tinggal Residential Area
Area Sekunder Secondary Area
Fungsi Lain Other Fuctions
Dontan Central Business City Korea Selatan
Kajian Preseden
Ÿ Pengaturan sirkulasi yang mengintegrasikan antara moda Ÿ Pengembangan yang plaza ruang terbuka, ruang kebudayaan, ruang perekonomian Ÿ Desain yang memanfaatkan potensi eksisting dengan optimal Ÿ Kawasan tidak hanya berfungsi tunggal transit, lebih dari itu dapat digunakan sebagai pusat kebudayaan dan rekreasional Ÿ Prioritas pejalan khaki dan pesepeda
Västerås Travel Center Swedia Ÿ Menerapkan prinsip form following flow Ÿ Desain berorientasi pada kebutuhan fungsi penggunanya Ÿ Penerapan redesain terhadap tapak eksisting yang telah digunakan Ÿ Kawasan transit berfugsi sebagai katalisator pengembangan daerah Ÿ Prioritas pejalan khaki dan pesepeda
II Kajian Tapak
Jawa Tengah
Kota Surakarta
Kecamatan Banjarsari
Lokasi Tapak
Lokasi
tapak terpilih yakni
eksisting Stasiun Solobalapan sebagai titik simpul pertemuan transit antarmoda angkutan yang
Jenis Perancangan : Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Lokasi Tapak : Jalan Kolektor Letjen S. Parman Luas Tapak : +- 80.000 m2 KLB : max 1800% GSB : min 6 m KDH : min 20% (16.000 m2) KDB : max 60% (48.000 m2)
meliputi kereta api, kereta bandara, kereta komuter, bus antarkota, dan bus dalam kota Arah Semarang, Jakarta
pengembangan kawasan fungsi campuran terpadu di sisi Utara stasiun dengan
Arah Yogyakarta, Bandung
Terminal Tirtonadi
Arah interchange Tol Solo-Kertosono, Jalan Lingkar Utara, Sragen, Purwodadi
Jalan Lingkungan lebar 4 meter
Stasiun Solobalapan
Batas Utara
Jalan Dr Setiabudi Jalan kolektor, lebar 8 meter tidak terdapat jalur pedestrian, pintu Timur terminal
Jalan Kutilang IV, pemukimanwarga, Jalan A. Yani
Batas Barat Pemukiman padat penduduk, jalan lokal, perhotelan melati Arah Pusat Kota
BST Koridor 2 & 6
BST Koridor 1 & 8
Pengembangan Kawasan
Pangkalan Taksi
93 m dpl
Jalan Monginsidi
Jalan arteri, lebar 25 meter tidak terdapat jalur pedestrian
Jalan arteri, lebar 15 meter Batas Selatan tidak terdapat jalur pedestrian Jalan Monginsidi, pemukiman warga, kawasan perhotelan melati
Batas Timur Jalan S. Parman, pemukiman Warga, kawasan komersial, persimpangan jalur kereta
Arah Surabaya Jalan A. Yani
Arah Bandara Adisoemarmo, Jakarta, Surabaya Jalan S. Parman
Jalan kolektor, lebar 12 meter tidak terdapat jalur pedestrian
Analisis Penyinaran sisi Barat mendapatkan sinar dan cahaya berlebih, dengan demikian, terdapat perlakuan desain khusus berupa penggunaan secondary skin serta tidak banyak menggunakan material transparan
sore 14.00-17.00
Ut
ar
a
n la Ja d a m h A i n a Y
siang 10.00-14.00 Ja lan S .P ar ma n
terpapar intensitas tinggi
terpapar intensitas rendah
pagi 06.00-10.00
Objek bangunan eksisting di sekitar tapak ratarata merupakan bangunan satu hingga tiga lantai dengan ketinggian rata-rata 5-10 m, dimana dengan ketinggian ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pembayangan yang jatuh pada kawasan perancangan yang juga mempunyai sempadan yang relatif tidak terlalu dekat. Untuk bangunan eksisting tertinggi yakni Hotel Swissbelin 21 lantai, namun pembayangan tidak sampai menyentuh kawasan, mengingat jarak antara bangunan ke kawasan sejauh 130 m
Analisis Penghawaan Suhu udara di Kota Surakarta relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan terendah adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS Ut ar dengan kelembaban a udara 75%.
Objek perancangan yang berupa stasiun membujur Barat-Timur, di sisi lain arah angin utama berhembus dari sisi Utara. Hal ini dimanfaatkan dengan memaksimalkan bukaan untuk penghawaan alami angin utama
Ja lan S .P ar ma n
terpapar intensitas tinggi
terpapar intensitas rendah
Lokasi tapak yang berada di lintasan jalur angin muson membuat angin rata-rata bertiup ke arah 240 derajat. Kondisi eksisting tapak juga berada di dataran dengan sedikit barrier alami berupa pepohonan besar, sehingga angin bertiup langsung mengarah masuk ke tapak kawasan. Barrier yang berpengaruh ada di struktur-struktur bangunan di sekeliling eksisting tapak. Selain angin muson, angin gunung juga bertiup dari arah Timur dan Barat, mengingat letak geograďŹ s Kota Surakarta berada di antara Gunung Merapi-Merbabu dan Gunung Lawu.
Analisis Pemandangan Alokasi hotel transit di sebelah Barat tapak mendapatkan view luar yang maksimal, sedangkan untuk stasiun dan area komersial view diarahkan ke dalam berupa perancangan taman dan ekspos bangunan cagar budaya Skyline Kota Solo, Gunung Merapi & Gunung Merbabu
Ut
Skyline Kota Solo Pemukiman
ar
a
Skyline Kota Solo Pemukiman Gunung Lawu
Skyline Kota Solo Solo Baru pemandangan bagus
Timur
Selatan
Utara
Ja lan S .P ar ma n
Cagar Budaya
Barat
pemandangan kurang
Analisis Gangguan Salah satu faktor kenyamanan suatu kawasan adalah ketenangan dari hiruk pikuk suara yang kurang nyaman. Sumber dari polusi ini berasal dari klakson dan deru kendaraan dari jalanan, serta yang paling dominan adalah suara klakson dari lokomotif kereta sesaat dan ketika memasuki stasiun. Namun demikian, suara klakson tersebut justru lebih baik dimanfaatkan sebagai salah satu penanda khas stasiun untuk para pengguna angkutan agar selalu waspada.
Polusi udara berasal dari dalam dan luar kawasan, tepatnya terkonsentrasi pada sepanjang jalur yang cenderung dilewati oleh kendaraan berat, yakni bus dan truk, seperti di Ut ar Jalan Dr Setiabudi, a Jalan S. Parman, dan Jalan A. Yani.
Ja lan S .P ar ma n
Polusi ini dapat diredam dan dikurangi dampaknya dengan menambahkan vegetasi di sepanjang jalur tersebut. Polusi udara juga datang dari jalan-jalan lainnya di sekitar dan dalam tapak, namun dengan intensitas yang lebih rendah, tergantung kepadatan dan jenis kendaraan yang menjadi sumber emisi polusi.
polusi rendah
polusi tinggi
gangguan rendah
gangguan tinggi
gangguan rendah
gangguan tinggi
III Program Perencanaan
Gambaran Umum Perancangan Kawasan Berorientasi Transit Solobalapan merupakan pengembangan kompleks kawasan Stasiun Solobalapan sebagai lokasi titik simpul transit moda angkutan berbasis rel yang terintegrasi dengan moda angkutan umum lainnya, seperti dengan adanya Terminal Tirtonadi yang terhubung dengan eksisting skybridge, Bandara Adisoemarmo yang terhubung dengan Kereta BIAS, dan jaringan dalam kota yang terhubung dengan adanya Batik Solo Trans (BST). serta terintegrasi pada kawasan dengan tata ruang padat dan mixed-use yang menekankan pada kemudahan aksesibilitas pengguna jasa angkutan simpul transit untuk menemukan tujuannya secara efektif efisien pada khususnya dan pengguna kawasan pada umumnya untuk menikmati fasilitas yang ada pada kawasan, yang mana juga diharapkan menjadi daya tarik masyarakat untuk semakin menggunakan angkutan umum.
Visi
Menjadikan Kawasan Solobalapan sebagai kawasan yang berorientasi transit berbagai moda angkutan umum massal dengan tatanan ruang dan kawasan yang terencana serta mencakup berbagai fungsi bangunan yang saling terintegrasi sehingga tercapai efisiensi di segala aspek dalam beraktivitas.
· Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi bermotor dengan mendorong kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda serta penggunaan angkutan umum massal melalui penyediaan fasilitas pendukung yang optimal · Membuat suatu kawasan yang mengintegrasikan berbagai objek simpul transit angkutan umum sehingga memudahkan pengguna menemukan kelanjutan angkutannya dengan mudah · Memberikan kemudahan pengguna kawasan maupun masyarakat umum dengan memberi pengalaman one stop living yang terkemas dalam stau komplek kawasan · Meningkatkan aktivitas ekonomi dan pariwisata pada Kota Surakarta khususnya dan daerah satelit di sekelilingnya pada umumnya sebagai rujukan kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Menyukseskan Kota Surakarta sebagai kota dengan konsep eco-cultural city
Misi
Kelembagaan Menurut Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Pasal 23, disebutkan bahwa suatu kawasan yang dikembangkan berorientasi transit diwajibkan mempunyai suatu kelembagaan dalam melakukan fungsi pengelolaan dengan menunjuk operator dari Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah melalui kewenangan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah setempat.
Kajian Pengguna PengidentiďŹ kasian pelaku yang berperan dalam kegiatan dalam Kawasan Berorientasi Transit Solobalapan terbagi menjadi lima komponen pelaku, yakni pengguna tetap, pengguna sementara, pengelola kawasan, pengelola moda transportasi, dan penyedia angkutan daring. Munculnya lima komponen tersebut didasari pada fungsi dan aktivitas yang dilakukan terhadap kawasan. Hasil dari analisis pelaku akan menurunkan identiďŹ kasi terhadap kegiatan yang dilakukan yang selanjutnya berpengaruh terhadap pemrograman ruang dan penzoningan.
Pelaku Transit Keberangkatan Boarding Singkat-Lama Lelah Cepat Koper & tas
Kedatangan Keluar/berpindah moda Singkat-lama Lelah Lambat-cepat Koper & tas
Pengelola Kawasan Mengelola/servis Jam kerja Normal Lambat Barang gudang
Penyewa/Pengisi Mengelola tenan/berkesenian Jam kerja Normal Normal Bahan baku/barang seni
Masyarakat Kota Leisure Sewaktu-waktu Normal Lambat -
Pengelola Angkutan Memberi jasa angkutan 24 jam Lelah Normal Kendaraan
Kajian Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Berdasarkan data pelaku yang berkegiatan di kawasan, maka dapat diidentiďŹ kasi kegiatan yang dilakukan untuk kemudian dapat ditentukan kebutuhan ruang yang dapat mewadahi kegiatan tersebut.
Kebutuhan Ruang Pelaku Transit Keberangkatan datang check in makan istirahat rekreasi belanja peron
datang BOH
datang
manajemen istirahat
makan
BOH
datang peron check in makan istirahat rekreasi belanja
pulang
datang keluar
datang bongkar datang muat beraktivitas istirahat
makan
pulang
Masyarakat Kota datang belanja
Penyewa/Pengisi
Kedatangan
datang transit
Pengelola Kawasan
rekreasi
makan
pulang
Pengelola Angkutan check datang in datang mengemudi transit
makan
check out pulang
Stasiun -Lounge -Concourse -Area check in
-Dining area -Peron -Kantor pengelola -Gudang -Servis -Taman indoor
Plaza -Area Servis -Taman -Parkir sepeda -AmďŹ teater -Jalan pejalan kaki -Gudang -Parkir rubanah -Penghubung
Penghubung Terminal -Aisle -Tenant Area -Outdoor dining
Hotel Transit -Lounge -Dining Area
-Ruang pengelola -Ruang Servis
-Kamar
IIII Konsep Perancangan
sore 14.00-17.00 Skyline Kota Solo Pemukiman
Ut
Skyline Kota Solo, Gunung Merapi & Gunung Merbabu
ar
a
siang 10.00-14.00
Konsep Respon Tapak
Ja lan S. Pa rm an
pagi 06.00-10.00 Skyline Kota Solo Solo Baru
Skyline Kota Solo Pemukiman Gunung Lawu
respon alam potensial
respon alam kurang potensial
Memperbanyak pohon peneduh di ruang terbuka hijau
Peletakan massa bangunan tidak mengarah langsung menghadap jalur gerak matahari harian
Orientasi Keluar Tapak: untuk bangunan berlapis banyak dengan pemandangan pegunungan di Timur dan Barat tapak
Bidang memanjang bangunan tidak terkonfrontasi dengan datangnya angin mayor
Penggunaan lapis kedua fasad secondary skin dan kaca tempered untuk memberi cahaya masuk
Penerapan bukaan sehingga memungkinkan pencahayaan alami masuk dengan optimal
View ke dalam kawasan dibentuk dari pemassaan dan fasad bangunan dalam kawasan, dan memanfaatkan bangunan cagar budaya sebagai landmark kawasan
Penerapan bukaan yang memungkinkan penghawaan alami
Respon Desain Penyinaran Matahari
Respon Desain Orientasi View
Respon Desain Arah Angin
Respon terhadap desain perancangan yang didapat dari rumusan pemetaan aspek-aspek alam, seperti penyinaran matahari, arah angin, dan orientasi view terhadap kawasan untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai keuntungan desain maupun dapat dikurangi efek buruknya melalui perancangan tata massa serta penentuan fasad.
Lengkingan klakson kereta api dibiarkan menggema di kawasan, sebagai salah satu penanda datangnya kereta api. Untuk meredam agar tidak telalu keluar kawasan, ditanam beberapa vegetasi rimbun.
Konsep Penzoningan Public User
Resdiential Area
Core Commercial Area
Secondary Area
C B
1 8
E
KonďŹ gurasi Linear mengikuti jalur kereta api
T
D
Hotel
C B
B
T
A 2 6
A
Sirkulasi dalam Kawasan
06
A
Akses inti kawasan transit
B
Akses Stasiun Solobalapan
C
Akses Terminal Tirtonadi
07 Sky Bridge
6 8
Residential Area Jalan S. Parman
Privat perkantoran, hotel transit, ruang VIP
Semi Privat co-working, convention, private exhibition
Semi Publik
Elevated Railway Mengurangi dampak matinya bisnis dibandingkan metode y over ataupun underpass jalan umum
Publik
area peron stasiun, exhibition ruang publik, tenant area, hall concourse, skybridge
Komersial retail, tenant
Konsep Sirkulasi Kawasan Keterangan
Jalan A. Yani Jalan dr Setiabudi
H
A Kereta Antar Kota 5
B Kereta Bandara C
Kereta Komuter
Kereta antarkota Stasiun Solobalapan
Kereta bandara Stasiun Solobalapan
Bus antarkota Terminal Tirtonadi
Bus trans BST koridor 1, 2, 8, 6
Area Dining
Galeri seni heritage Retail-tenant
2
Sky Bridge
Pangkalan taksi, ojek dan becak
Parkir-penyewaan sepeda
Angkutan kota koridor 6 dan 7
Park and Ride
Hotel
J
Hotel
B 1 Jalan Monginsidi Keterangan Fasilitas Park and Ride 1 Timur Stasiun Fasilitas Park and Ride 2 Simpul Transit Pangkalan Terpusat 1 Simpul Transit S. Parman Pangkalan Taksi Pembantu 2 Tirtonadi
Bangunan cagar budaya
C D 4 3
E
taman transit
A
2
2
Kawasan Transit
Halte BST Monginsidi
1
Jalan S. Parman
F Pangkalan Ojek dan Taksi 1 Halte S. Parman
G
Ruang publik
Desain Signage
3
4
5
2
Peta Skematik Kawasan
1
Estimasi Waktu Perpindahan Moda B
150 meter 5 menit
140 meter 5 menit
450 meter 15 menit
0 meter
Konsep Gubahan Massa
Massa Utama: Stasiun 7
A
6 A
1
B
B
2
3
1
9 7
2 4 9
8
3 4
5 8 5
6
7
Massa Utama: Stasiun X
X
X Gubahan massa awal atap berupa prisma segitiga. Gubahan prisma ini yang selanjutnya dimodiďŹ kasi sesuai fungsi serta metafora
Konsep Gubahan Massa
Massa Hotel dan Skybridge
X X
X X 1 2
1
2
Massa Plaza & Parkir
Implementasi Teori dan Strategi Desain
Demi mencapai tujuan desain yang berkelanjutan, perancangan menggunakan
elevated railway,
Apabila terbangun sepanjang kota, tidak ada lagi persimpangan sebidang dengan jalan raya yang dapat menyebabkan kemacetan, terutama di Jalan R.M. Said (Pasar Nongko) dan Jalan S. Parman (Timur stasiun) dan dapat diteruskan sampai perlintasan Joglo Tidak mematikan bisnis yang berada di sisi jalan raya Masalah lingkungan yang disebabkan lebih sedikit (kolong rel dapat sebagai RTH) Desain sirkulasi internal stasiun lebih ramah untuk desain wayďŹ nding, baik untuk pejalan kaki, pengguna komuter, dan pengguna park and ride
Privat perkantoran, hotel transit, ruang VIP
Publik ruang publik, RTH
Semi Privat co-working, convention, private exhibbition
Semi Publik area peron stasiun, exhibition hall
Komersial retail, tenant
living and transit
connect and shift
mix and densify
commerce and leisure
walkability
sustainability
V Gambar Perancangan
Situasi
Siteplan Keterangan: 1. Parkir Basement 2. Lobby Stasiun, Pangkalan Ojek dan Taksi 3. Plaza Transit 4. AmďŹ teater 5. Lounge Stasiun 6. Concourse 7. Check In Peron 8. Sky Bridge ke Terminal Tirtonadi dan CafĂŠ 9. Ruang Pameran Besar 10. Tenant 11. Ruang Pemran Kecil 12. Kantor Pengelola 13. Hotel Transit 14. Plaza/Pameran Terbuka
8
3
4
1
7 10
12 13
9
11
14
6
7
5
2
Tampak Tampak Selatan
Tampak Timur
Tampak Utara
Tampak Barat
Denah Stasiun
Denah Plaza dan Parkir Rubanah
Denah Hotel
Potongan
Detail Penanda (Signange)
Perspektif Eksterior
Plaza Transit
atap stasiun sengaja diberi banyak bukaan cahaya untuk memaksimalkan pencahayaan dalam bangunan, memberi kesan masif, serta memberi pengalaman “kecepatan cahaya� pada pengguna kereta api yang tengah melaju
Detail Atap
motif kawung dipilih karena berbentuk geometris yang cocok masuk ke berbagai gaya bangunan
Detail Atap
kolong jalur layang rel dimanfaatkan sebagai peneduh sekaligus atap pada ruangan di bawahnya, yakni simpul taksi/ojek dan ruang tunggu bus trans
Halte Bus Trans Solo dan Ruang Tunggu Taksi/Ojek
gerbang main entrance mengambil bentuk senada dengan atap stasiun
Jalur Rel Layang
amďŹ teater pada plaza transit sebagai sarana masyrakat umum menyalurkan bakat
AmďŹ teater Plaza Transit
sisi Selatan stasiun dimanfaatkan sebagai ruang publik dengan daya tarik bangunan cagar budaya eksisting Stasiun Solobalapan, karya arsitek kenamaan Belanda Thomas Karsten
Pintu Selatan Stasiun-Galeri Seni
akses stasiun-terminal dilengkapi dengan area komersial dan dining tenants, sebagai daya tarik kawasan baik dan menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar
Dining Area Skybridge Terminal Tirtonadi
akses langsung dari plaza menuju skybridge penghubung ke Terminal Tirtonadi yang berupa ramp, sebagai upaya desain universal yang ramah semua kalangan
Ramp Akses Skybridge
lokasi parkir sepeda yang dibuat sedekat mungkin dengan akses simpul transit, untuk menarik masyarakat menggunakan kendaraan pribadi nonmotor
Parkir Sepeda
penggunaan penanda di berbagai sudut kawasan untuk semakin memudahkan pengguna simpul transit menemukan tujuannya
Penanda Kawasan (Signage)
pintu utama stasiun yang berada di sisi Timur pada kompleks plaza transit
Perspektif Interior Akses Timur Stasiun
atap yang berestetika dan memberi kesan masif pada bangunan stasiun
Welcoming Area
penanda jalur kereta
Argo
Jalusindoro r 2
tjn
sby Argo
law
u t
Jalu jn jkt r 3
Sirkulasi Peron
Peron stasiun yang dibuat lebar dan menerapkan unsur safety
Peron
bukaan pada bagian tengah stasiun yang menjadi void bagi bangunan cagar budaya sebagai view dalam bangunan
Peron
papan penunjuk yang informatif
Peron
terdapat dining area di dalam stasiun, yang dapat dimanfaatkan sebagai ajang leisure
Dining Area
hotel transit untuk para pesinggah istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan maupun memulai aktivitas di Kota Solo dan sekitarnya
area concourse yang digunakan sebagai area pameran maupun galeri dan pertunjukan seni lainnya
Bangunan Cagar Budaya
fungsi campuran pada bangunan stasiun yang semakin menguatkan prinsip TOD
Galeri Seni
aksesibilitas yang menerapkan universal design
in a room full of art, I'd still stare at you
Akses rubanah Park & Ride
bukaan pada taman plaza transit yang digunakan sebagai sumber pencahayaan alami pada ruang parkir rubanah
Parkir Rubanah Park & Ride
“
“
ning Setasiun mBalapan kutha Sala sing dadi kenangan
Terima Kasih,