INVESTASI MUDAH ? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014-2016 Cetakan ke -2
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kepada Alloh Yang Maha Esa atas karunia Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Buku INVESTASI MUDAH?: Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014-2016. Buku ini merupakan persembahan INDEF kepada masyarakat luas dalam rangka memberikan informasi terkait berbagai capaiancapaian terhadap terobosan, strategi, dan upaya-upaya kemudahan investasi guna percepatan investasi di Indonesia. Penyebarluasan informasi tersebut penting dilakukan, karena INDEF menilai bahwa investasi memiliki peran vital dalam percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini percepatan investasi juga sangat penting untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Investasi dibutuhkan pada sektor-sektor yang menciptakan nilai tambah dan perluasan kesempatan kerja. Apalagi, pemerintah telah berkomitmen melakukan berbagai terobosan dan strategi percepatan investasi. Termasuk mengeluarkan 14 paket stimulus ekonomi, baik berupa deregulasi, debirokratisasi maupun berbagai insentif kemudahan investasi. Buku cetakan ke-2 dengan tambahan beberapa data ini terdiri 9 bab, di mana Bab 1 diawali dengan membahas mengenai perkembangan dan tantangan perekonomian global dan domestik. Utamanya dalam kaitannya dengan kebutuhan akan kegiatan investasi di Indonesia. Bab 2 membahas mengenai urgensi percepatan investasi di Indonesia. Urgensi percepatan investasi berhubungan dengan target pengurangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja serta usaha Indonesia dalam menghindari jebakan kelas menengah. Bab 3 membahas permasalahan dan kendala percepatan investasi di Indonesia. Terdapat 3 hal utama yang dibahas yakni kemudahan memulai usaha (EoDB), persoalan ii|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
infrastruktur dan persoalan tenaga kerja. Bab 4 membahas mengenai paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk mengatasi permasalahan investasi yang ada. Bab 5 membahas mengenai strategi pemasaran investasi sebagai awalan dalam menarik investor ke Indonesia. Bab 6 membahas mengenai lanjutan dari strategi pemasaran investasi yakni strategi dan terobosan percepatan investasi, terutama dalam hal perizinan. Bab 7 membahas mengenai kebijakan lanjutan dari perizinan yakni debottlenecking dan pengawalan investasi. Bab ini bertujuan untuk membahas strategi dan terobosan guna meningkatkan realisasi investasi. Kegiatan perbaikan iklim investasi tidak hanya berkutat dalam mempermudah perizinan, namun juga kemudahan dalam eksekusi proyek investasi. Bab 8 membasah investasi untuk rakyat. Program yang salah satunya bekerja sama dengan pondok pesantren ini bertujuan agar kegiatan investasi juga memiliki dampak langsung terhadap masyarakat. Terakhir, bab 9 merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi. Akhirnya, atas nama Tim Penulis INDEF, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada BKPM serta pihak-pihak lain yang telah bersedia menjadi narasumber. Informasi dan data-data yang diberikan memberikan telah memperkaya perspektif dalam penulisan buku ini. INDEF berharap informasi dari buku ini dapat menjadi masukan dan panduan, terutama bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Jakarta, Maret 2017
Dr. Enny Sri Hartati Direktur INDEF
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| iii
DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................. Kata Pengantar ................................................................. Daftar Isi ............................................................................ Daftar Tabel ...................................................................... Daftar Gambar .................................................................. Keterangan Box ................................................................ Bab 1. Tantangan Ekonomi Global dan Domestik ........ 1.1. Tantangan Ekonomi Global ............................................. 1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Global Masih Lambat ................................................................................. 1.1.2. Harga Komoditas Dunia Cenderung Menurun ................................................................................. 1.2. Tantangan Ekonomi Domestik ....................................... 1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ..................... 1.2.2. Peranan Investasi ..................................................... 1.2.3. Peranan Investasi terhadap Perekonomian Indonesia .................................................................... 1.3. Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik Investasi .............. Bab 2. Urgensi Percepatan Investasi .............................. 2.1. Investasi Menciptakan Lapangan Kerja .................. 2.2. Menekan Pengangguran dan Kemiskinan ................ 2.3. Pemerataan Investasi ......................................................... 2.4. Mengatasi Deindustrialisasi ............................................. 2.5. Menghindari Middle Income Trap (MIT) .................... 2.6. Kompetisi dengan Negara Lain .................................... Bab 3. Permasalahan dan Kendala Percepatan Investasi ............................................................................. 3.1. Ease of Doing Business .................................................... 3.2. Persoalan Infrastruktur ...................................................... 3.3. Persoalan Tenaga Kerja ..................................................... Bab 4. Deregulasi dan Debirokratisasi Kebijakan Investasi.......................................................................... 4.1. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I: Deregulasi dan Debirokratisasi untuk Mendorong Daya Saing Nasional ..............................................................................................
iv|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
i ii iv vi ix x 2 2 4 8 17 17 21 24 26 33 34 37 39 40 44 47 53 54 68 71 76
76
4.2. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II: Kemudahan Izin Investasi dan Insentif Fiskal ................................................ 80 4.3. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III: Penyederhanaan Izin Pertanahan dan Insentif Bea Masuk Mesin Industri ........................................................................................... 88 4.4. Kebijakan Ekonomi Jilid VI: Mendorong Investasi Pe-
ngembangan Kawasan Ekonomi Khusus ..................... 91 4.5. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X: Revisi Daftar Nega-
tif Investasi (DNI) .................................................................... 96 Bab 5. Strategi Pemasaran Investasi ......................................... 106 5.1. Pemasaran Investasi dan Target Peningkatan Realisasi Investasi di Indonesia ................................................... 106 5.2. Strategi Pemasaran Investasi ............................................. 112 5.2.1. Pembentukan Tim Marketing Officer .................. 112 5.2.2. Pemasaran Investasi Secara Proaktif ................... 115 5.2.3. Kerjasama dengan Lembaga-Lembaga di Negara Calon Investor.................................................... 117 Bab 6. Strategi dan Terobosan Percepatan Investasi ....... 122 6.1. Pembentukan PTSP................................................................ 123 6.2. Perizinan 3 (Tiga) Jam ........................................................... 128 6.3. Investment Relation Officer (IRO) .................................... 134 Bab 7. Percepatan Realisasi Investasi............................... 138 7.1. Debottlenecking dan Pengawalan Kegiatan Investasi ................................................................................................ 138 7.2. Jalur Hijau ................................................................................. 142 7.3. KLIK (Kemudahan Langsung Investasi Konstruksi) .... 148 7.4. Desk Khusus Investasi Tekstil dan Sepatu (DKI-TS) ... 150 7.5. Jaminan Keamanan Investasi ............................................ 152 Bab 8. Investasi Untuk Rakyat .......................................... 158 8.1. Sinergi Investasi dengan Pesantren................................. 158 8.2. Investasi yang Menciptakan Lapangan Kerja............... 160 Bab 9. Kesimpulan dan Rekomendasi .............................. 162 9.1. Kesimpulan ............................................................................... 162 9.2. Rekomendasi ........................................................................... 165 DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 166
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Tabel 1.7. Tabel 1.8. Tabel 1.9. Tabel 1.10. Tabel 1.11. Tabel 1.12. Tabel 2.1 Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia .......... Produksi - Konsumsi Minyak Mentah Dunia 2015 .............................................................................. Pertumbuhan Konsumsi Minyak Mentah Beberapa Konsumen Utama Dunia .................. Pertumbuhan Produksi dan Konsumsi Gas 2010-2015 .................................................................. Proyeksi Harga Komoditas Dunia...................... Pertumbuhan Indonesia Sisi Permintaan ....... Nilai Ekspor 10 Golongan Barang JanuariAgustus 2016 ............................................................ Target Pertumbuhan Ekonomi Jangka Menengah Tahun 2015-2019 ......................................... Kebutuhan Investasi Periode 2015-2019 (Rp Triliun) .......................................................................... Struktur Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaSisiPermintaan (%) ...................................................... PDB Negara-Negara G-20 Tahun 2016 ........... Rincian PeringkatEase of Doing Business Indonesia 2016-2017 ................................................. Perkembangan Kemiskinan Indonesia Tahun 2012-2016 .................................................................. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Beberapa Sektor Manufaktur Triwulan II 2015-2016 .................................................................. Perkembangan Realisasi Investasi PMA Bebera-pa Sektor Manufaktur Triwulan II 20152016 .............................................................................. Ranking Ease of Doing Bussiness Indonesia danBeberapa Negara Kawasan Tahun 20112016 .............................................................................. Aspek Memulai Usaha Investasi di Indonesia Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat ................................................................
vi|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
7 12 12 14 16 18 20 21 24 24 27 30 38
42
43
55
57
Tabel 3.3. Tabel 3.4.
Tabel 3.5. Tabel 3.6.
Tabel 3.7.
Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel 3.10.
Tabel 3.11. Tabel 3.12. Tabel 3.13. Tabel 3.14. Tabel 3.15. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 5.1. Tabel 5.2.
Aspek Pendaftaran Properti Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat........... 59 Aspek Perizinan terkait Pendirian Bangunan Pra Dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat ................................................................ 60 Aspek Penyambungan Listrik Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat........... 61 Aspek Perdagangan Lintas Negara Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat ........................................................................................ 62 Aspek Perlindungan Investor Minoritas Pra dan Pasca PerbaikanIzin Investasidi BKPM Pusat ............................................................................. 63 Aspek Penanganan Kepailitan PraPerbaikan IzinInvestasi di BKPM Pusat ................................. 65 Aspek Akses Kredit Pra Perbaikan Izin Investasi DiBKPM Pusat ................................................... 66 Aspek Pelaporan dan Pembayaran Perpajakan Pra Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat .................................................................................. 67 Aspek Penegakan Kontrak Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM ....................... 68 Indeks Daya Saing Pilar Infrastruktur ............... 70 Detail Indeks Daya Saing Pilar Infrastruktur Indonesia .................................................................... 71 Indeks Daya Saing Pilar Efisiensi Pasar Tenaga Kerja........................................................................ 72 Detail Indeks Daya Saing Pilar Efisiensi Pasar Tenaga Kerja ................................................................. 73 Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I ....... 78 Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II...... 84 Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI .... 93 Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X ..... 99 Negara Paling Prospektif SebagaiTujuan Investasi Lima Tahun Ke Depan ................................ 109 Negara Utama FDI di Indonesia Lima Tahun Terakhir........................................................................... 111
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| vii
Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 6.1. Tabel 6.2.
Tabel 6.3. Tabel 7.1. Tabel 7.2. Tabel 7.3. Tabel 7.4. Tabel 7.5. Tabel 7.6. Tabel 7.7. Tabel 7.8. Tabel 8.1.
Negara Utama FDI di Dunia Lima Tahun Terakhir ................................................................................. 111 Daftar Bank yang Memiliki Kerjasama PemasaranInvestasi dengan BKPM ................................ 118 Jenis Fasilitas Pada Perizinan Investasi Online 123 Daftar Kementerian/Lembaga yang telah BeKerjasamadengan BKPM Pusat dalam Kemudahan Perizinan ........................................................... 124 Capaian PenyederhanaanPerizinanPTSP BKPM Pusat, Juli2016 ................................................ 130 Perkembangan Proyek PMA/PMDN Tahap 1,2 dan 3 per Juli 2016.............................................. 139 Perkembangan Proyek Masa Konstruksi Tahap I dan II – Berdasarkan Lokasi ......................... 140 Perkembangan Proyek Masa Konstruksi Tahap I dan II – Berdasarkan Asal Negara ............. 140 Perkembangan Proyek Masa Konstruksi Tahap I dan II – Berdasarkan Sektor......................... 141 Perkembangan Pengawalan ProyekTahap I dan II berdasar Status .............................................. 142 Tabel Ringkasan Proses Impor Barang Modal Jalur Merah dan Jalur Hijau .................................... 145 Daftar Kawasan Industri Peruntukkan Program KLIK ...................................................................... 148 Daftar 71 Proyek KLIK ............................................... 150 Tahapan Implementasi Investasi yang Menciptakan Lapangan Kerja................................. 161
viii|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia....... 8 Gambar 1.2. Profil Konsumsi China ................................................ 9 Gambar 1.3. Pertumbuhan Ekonomi BRIC, 2010-2016 ........... 10 Gambar 1.4. Kondisi Minyak Dunia 2005-2015 (Juta ton) ..... 11 Gambar 1.5. Kondisi Gas Dunia 2005-2015 (Juta ton) ............ 14 Gambar 1.6. Kondisi Batubara Dunia 2005-2015 (Juta ton).. 15 Gambar 1.7. Penyerapan Tenaga Kerja dari PMDN dan PMA Tahun 2010-2015............................................. 25 Gambar 1.8. Permasalahan Daya Saing di Indonesia 20162017 ................................................................................. 29 Gambar 2.1. Kontribusi Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja...................................................................... 35 Gambar 2.2. Elastisitas Tenaga Pertumbuhan Ekonomi dalam Penyerapan Tenaga Kerja ............................... 37 Gambar 2.3. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia di Industri Sektor Manufaktur ............................................... 38 Gambar 2.4. Share Investasi berdasarkan Provinsi ................... 40 Gambar 2.5 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal hingga Triwulan II Tahun 2016 .............................. 44 Gambar 2.6. Perkembangan Gross National Income (GNI) Indonesia Tahun 2011 – 2015 ................................ 46 Gambar 2.7.Perkembangan Global Competitiveness Index Indonesia, Vietnam, Thailand, India 20132016 ................................................................................. 48 Gambar 2.8. Foreign Direct Investment ke Negara CLMV* (US$ Miliar) ................................................................... 49 Gambar 6.1. Alur Perizinan Investasi Asing di PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat .................. 128 Gambar 6.2. Alur Kerja IRO ................................................................ 135
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| ix
KETERANGAN BOX Box 6.1. Kunjungan Presiden Jokowi ke BKPM dalam rangka Peresmian Pelayanan Terpadu Satu Pintu(PTSP)126 Box 6.2. Testimoni Investor Terhadap Fasilitas Pelayanan 3 (Tiga) Jam ............................................................................... 132 Box 7.1. Fasilitas Pelayanan Jalur Hijau ......................................... 147
x|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Bab 1 Tantangan Ekonomi Global dan Domestik 1.1.
Tantangan Ekonomi Global Dalam
satu
dekade
terakhir,
ekonomi
global
dihadapkan pada berbagai kejutan. Kejutan pertama muncul dari krisis kredit perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat (AS) pada 2007. Krisis kredit ini tidak saja mengguncang perekonomian negara-negara industri dunia, tetapi juga menjalar ke seluruh negara. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Tingkat pengangguran dan kemiskinan pun melonjak. Setahun berikutnya, guncangan baru hadir dari harga komoditas. Harga minyak mentah melejit hingga mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah (US$145 per barel). Dampak nyata dari lonjakan harga minyak mentah tersebut tergambar dari biaya transportasi yang memicu inflasi tinggi. Pimpinan di berbagai negara pun mengeluarkan stimulus fiskal untuk menahan perlambatan ekonomi yang semakin dalam. Ketika dampak krisis keuangan global dan krisis minyak yang belum selesai, ekonomi dunia kembali dikejutkan oleh krisis fiskal di Uni Eropa. Beberapa negara (seperti Yunani) mengalami
2|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
persoalan fiskal yang cukup hebat sehingga memerlukan penanganan International Monetary Fund (IMF). Kurang lebih delapan tahun sejak krisis keuangan global, ekonomi AS mulai menunjukkan perbaikan. Alhasil, dana investor global ‘pulang kampung’. Berbagai indikator makro ekonomi AS memberikan optimisme pada pemulihan krisis yang telah berlangsung kurang lebih lima tahun. Sayangnya, akselerasi di AS bertolak belakang dengan negaranegara lainnya. Tiongkok, Jepang, dan Kawasan Uni Eropa masih berupaya ke luar dari kubangan krisis. Tiongkok saat itu dalam proses strukturisasi perekonomian guna memperbaiki formasi pertumbuhan ekonomi dari motor penggerak investasi (investment driven) ke arah konsumsi (consumption driven). Sedangkan Jepang berupaya mengelola perlambatan ekonomi melalui Quantitative Easing(QE) serta menangkal penurunan produktivitas karena persoalan usia tenaga kerja (aging
population). Uni Eropa bergerak mengelola sektor fiskal agar jerat hutang dapat ditekan dan sekaligus memompa likuiditas ke
perekonomian,
sebagai
upaya
menekan
tingkat
pengangguran. Rangkaian peristiwa dalam perkembangan ekonomi global memberikan beberapa pelajaran bagi individu-individu negara. Bagi Indonesia, pelajaran tersebut terutama pada bagaimana memperkuat fundamental ekonomi domestik. Krisis yang ditandai dengan tingginya aliran modal ke negara-negara pasar berkembang (emerging market economy) memberikan peluang dan tantangan bagi Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup menarik dan menjadi tujuan investor global karena mampu tumbuh positif di tengahtengah krisis. Pada 2008 dan 2009 misalnya, Indonesia tumbuh masing-masing 6,1 persen dan 4,5 persen di saat ekonomi INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 3
negara lain tumbuh negatif. Hanya saja, kesiapan iklim investasi masih menjadi tantangan utama untuk memanfaatkan dana investor global. Bagian berikut ini akan mengulas perkembangan terkini ekonomi dan harga komoditas global untuk memberikan gambaran terbaru terhadap peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia. Berbagai peluang dan tantangan tersebut akan menentukan pencapaian target-target yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. 1.1.1.
Pertumbuhan Ekonomi Global Masih Lambat
Proses pemulihan ekonomi global masih memerlukan waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan karena perlambatan pertumbuhan yang tidak saja dialami oleh negara-negara industri maju, tetapi juga negara-negara pasar berkembang
(emerging
market
economy).
Realisasi
pertumbuhan PDB AS pada Triwulan II-2016 tercatat 1,4 persen
(yoy); meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 0,8 persen. Sayangnya, struktur PDB yang terbentuk masih cukup rapuh sehingga menghambat perbaikan angka pengangguran. Realisasi investasi swasta dan pemerintah tumbuh negatif masing-masing 7,9 persen dan 1,7 persen. Sementara itu, ekspor dan impor masing-masing naik di bawah 2 persen (US
Bureau of Economic Analysis, 2016). Realisasi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan tercatat 0,3 persen (mom) sedangkan secara tahunan hanya 1,5 persen (yoy) pada September 2016. Angka tersebut masih jauh di bawah target bank sentral sebesar 2 persen. Tingkat pengangguran pada Agustus 2016 sebesar 4,9 persen dan meningkat menjadi 5 persen pada September 2016.
4|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Sementara itu angka partisipasi angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 62,8 persen dan meningkat menjadi 62,9 persen pada September 2016 (US Bureau of Labor Statistics, 2016). Adapun tantangan yang dihadapi AS ke depan adalah: (i) Kebijakan yang akan diambil oleh Donald Trump sebagai presiden terpilih akan sangat menentukan arah perekonomian AS ke depan (ii) potensi apresiasi dolar karena the Fed diproyeksi akan menaikkan suku bunga kebijakan (minimal sekali sepanjang 2016); (iii) risiko dari sektor ketenagakerjaan karena upah masih cenderung stagnan, yang pada gilirannya memengaruhi konsumsi rumah tangga sebagai penopang utama PDB AS, (iv) persoalan dari eksternal terutama dampak dari Brexit dan kemungkinan negara-negara UE lainnya untuk mengambil tindakan yang sama. Tiongkok, yang merupakan perekonomian terbesar ke dua di dunia, belum mampu tumbuh lebih cepat karena proses
rebalancing
yang
belum
berakhir.
Tiongkok
berupaya
mentransformasi ekonominya dari topangan sektor investasi (investment driven) menjadi konsumsi (consumption driven). Hal tersebut menyebabkan permintaan Tiongkok terhadap komoditas dunia cenderung menurun. Realisasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada Triwulan I-2016 hanya 6,7 persen. Sektor primer tumbuh 3,1 persen; sekunder 6,1 persen; dan tersier 7,5 persen. Tiongkok berada pada fase “wo-speed
economy� di mana sektor jasa dalam tren penguatan sedangkan sektor primer dan sekunder (termasuk sektor ekspor) cenderung melambat (Bank Indonesia, 2016). Tidak berbeda dengan Tiongkok, ekonomi Uni Eropa (UE) dan Jepang juga belum menunjukkan perbaikan berarti.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 5
UE berupaya menggerakkan perekonomian domestiknya di tengah-tengah pergerakan harga rendah. European Central
Bank (ECB) melanjutkan kebijakan QE serta suku bunga rendah. Suku bunga deposit facility ditetapkan -0,4 persen; sedangkan
marginal lending facility dan main refinancing operation (fixed rate) masing-masing 0,25 persen dan 0 persen (European Central Bank, 2016). ECB menjelaskan perlunya peran kebijakan fiskal dan reformasi struktural untuk mempercepat pemulihan. Ekonomi Jepang memiliki gambaran yang tidak jauh berbeda dengan UE, di mana deflasi terus terjadi, kebijakan suku bunga negatif, hingga QE. Selain perkembangan ekonomi negara-negara maju yang belum membaik,
dunia
juga
dikejutkan
dengan
keputusan Inggris keluar dari UE. Inggris yang merupakan perekonomian terbesar ke lima di dunia berani mengambil keputusan keluar dari UE di tengah-tengah pemulihan ekonomi global dan risiko yang akan dihadapi. Dengan hasil referendum tersebut,
Inggris
menambah
ketidakpastian
pemulihan
ekonomi dunia. Keputusan tersebut pada gilirannya bukan hanya menekan ekonomi Inggris tetapi juga UE, baik perdagangan, investasi maupun nilai tukar. Mengamati berbagai perkembangan ekonomi global, IMF kembali mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia dari posisi 3,2 persen pada publikasi April menjadi 3,1 persen pada rilis Juli 2016. Koreksi pertumbuhan ke bawah tersebut salah satunya dipengaruhi keputusan Inggris untuk ke luar dari Uni Eropa. IMF juga mengoreksi pertumbuhan ekonomi negaranegara maju menjadi 1,8 persen dari posisi 1,9 persen karena memiliki integrasi yang tinggi dengan ekonomi Inggris. Adapun pertumbuhan ekonomi negara-negara maju adalah sebagai berikut: AS 2,2 persen; UE 1,6 persen; Jerman 1,6 6|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
persen; Perancis 1,5 persen. Dilain sisi pertumbuhan ekonomi negara-negara pasar berkembang adalah sebagai berikut : Tiongkok (6,6 persen); India (7,4 persen); dan ASEAN +5 (4,8 persen). Tabel 1.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan PDB (%)
2016
2017
Dunia
3,1
3,4
Negara maju
1,8
1,8
AS
2,2
2,5
UE
1,6
1,4
Jerman
1,6
1,2
Perancis
1,5
1,2
Italia
0,9
1
Spanyol
2,6
2,1
Jepang
0,3
0,1
UK
1,7
1,3
Kanada
1,4
2,1
Negara Pasar Berkembang
6,4
6,3
Rusia
-1,2
1
Tiongkok
6,6
6,2
India
7,4
7,4
4,8
5,1
ASEAN +5 Sumber: IMF, 2016, diolah
Perkembangan lalu lintas perdagangan dunia juga belum menunjukkan perbaikan. Volume perdagangan dunia baik barang maupun jasa diprediksi tumbuh 2,7 persen (yoy) sedangkan pada 2017 diperkirakan tumbuh 3,9 persen (yoy). Volume perdagangan di negara maju dan negara pasar
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 7
berkembang tumbuh 2,6 persen dan 2,9 persen pada 2016; sedangkan pada 2017 tumbuh 3,9 persen. Gambar 1.1. Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia
5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
4,6 4,4 3,9 2,7
3,9
2,6
3,9 2,9 2016
1,6
2017
0,7
Volume Perdagangan Dunia (barang dan jasa)
Negara Maju
Negara Inflasi Inflasi Pasar Negara Maju Negara Pasar Berkembang Berkembang
Sumber: IMF, 2016, diolah
1.1.2. Harga Komoditas Dunia Cenderung Menurun Prospek harga komoditas masih buram. Keberlanjutan koreksi harga komoditas disebabkan oleh lonjakan penawaran (supply) yang tidak diikuti dengan perbaikan permintaan (demand). Beberapa komoditas seperti minyak dan logam memperoleh realisasi investasi cukup tinggi pasca lonjakan harga pada 2008. Hal itu menyebabkan kapasitas produksi meningkat. Namun demikian, koreksi permintaan global terutama
karena
perlambatan
ekonomi
Tiongkok
menyebabkan permintaan komoditas turun signifikan. Sebelum krisis keuangan terjadi Tiongkok mencatat pertumbuhan fantastis dengan rata-rata di atas 10 persen per tahun. Sejak 2000-2007 Tiongkok tumbuh rata-rata 10,5 persen
8|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
per tahun, sedangkan sepanjang 2008-2015 negara Tirai Bambu ini tetap tumbuh hingga 8,5 persen per tahun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi Tiongkok menjadi konsumen utama di dunia. Data World Economic Forum (WEF) merinci pangsa konsumsi Tiongkok pada beberapa komoditas dunia. Konsumsi aluminium mencakup 54 persen dari total dunia; nikel 50 persen; tembaga 48 persen; dan zinc 46 persen. Adapun
detail
beberapa
komoditas
tersebut
adalah
ditampilkan dalam Gambar 1.2. Gambar 1.2. Profil Konsumsi Tiongkok
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 9
Bukan
hanya
Tiongkok,
ekonomi
pasar-pasar
berkembang seperti Brasil, India, dan Rusia juga melambat. Padahal keempat negara yang tergabung dalam BRIC tersebut menjadi konsumen utama komoditas dunia. Sekitar 20 persen gas dan minyak dunia; 40 persen batubara dan gandum terserap oleh BRIC. Pertumbuhan ekonomi BRIC sepanjang 2010-2012 menembus 6,84 persen; dan melambat menjadi 2,87 persen dalam periode 2013-2015. Bahkan, pada Triwulan I-2016, Rusia dan Brasil tumbuh negatif masing-masing 3,7 persen (yoy) dan 3,84 persen (yoy). Gambar 1.3. Pertumbuhan Ekonomi BRIC, Tahun 2010-2016
Sumber: Bank Indonesia, 2016, diolah Pada bagian lain, produksi beberapa komoditas dunia cenderung meningkat di tengah-tengah konsumsi yang menurun. Adapun komoditas yang dimaksud adalah: a. Minyak Mentah Data British Petrolium Statistical Review of World Energy (Juni 2016) menjelaskan bahwa produksi minyak mentah dunia pada 2015 surplus hingga 30 juta ton. Pangsa produksi dari kelompok produsen terhadap produksi 10|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
dunia adalah: OECD 24,9 persen; non OECD 75,1 persen; OPEC 41,4 persen; Non-OPEC 58,6 persen; UE 1,6 persen; dan Commonwealth of Independent States (CIS) 15,6 persen1. Gambar 1.4. Kondisi Minyak Dunia 2005-2015 (Juta ton)
Sumber: BP Statistical Review of World Energy, 2016, diolah
Sepanjang 2010-2015, rata-rata produksi minyak mentah dunia tumbuh 1,95 persen per tahun; sedangkan konsumsi tumbuh rata-rata 1,56 persen per tahun. Pada periode yang sama, pertumbuhan produksi minyak mentah OECD rata-rata 4,17 persen; non-OECD 1,29 persen; OPEC 1,83 persen; non-OPEC 2,05 persen; EU -5,16 persen; dan
Commonwealth of Independent State (CIS) 0,83 persen. Sementara itu, konsumsi minyak mentah OECD turun rata-rata 0,34 persen per tahun; non-OECD naik 3,52 persen; UE turun 1,8 persen dan CIS naik 1,28 persen.
1
Sebagian besar negara produsen minyak masuk dalam beberapa kategori, sehingga menyebabkan total pangsa melebihi 100 persen. INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 11
Tabel 1.2. Produksi - Konsumsi Minyak Mentah Dunia 2015 Ket
OECD
Non-OECD
OPEC
Non-OPEC
EU
CIS
Dunia
Produksi
4,17
1,29
1,83
2,05
-5,16
0,83
1,95
Konsumsi
-0,34
3,52
-
-
-1,80
1,28
1,56
Sumber: BP Statistical Review of World Energy Konsumen utama minyak mentah dunia adalah AS sebesar 19,7 persen; disusul Tiongkok 12,9 persen. Pangsa konsumsi minyak India; Jepang; Brasil; Rusia; Jerman, masingmasing di bawah 5 persen terhadap konsumsi minyak dunia. Sepanjang 2010-2015, konsumsi minyak AS hanya tumbuh rata-rata 0,38 persen per tahun dan sempat turun pada 2011 dan 2012. Konsumsi minyak Tiongkok masih tumbuh rata-rata 6 persen; sedangkan Jepang dan Jerman menunjukkan penurunan masing-masing 0,84 persen dan 0,53 persen. Konsumsi minyak Brasil dan India rata-rata tumbuh di bawah 5 persen per tahun. Pada 2015, konsumsi minyak Jepang, Brasil, Jerman, dan Rusia telah turun masing-masing 3,9 persen (yoy); 4,25 persen (yoy); 0,18 persen (yoy); dan 5,17 persen (yoy). Tabel 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Minyak Mentah Beberapa Konsumen Utama Dunia (%) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010-2015 Pangsa 2015
Tiongkok 14,20 3,64 4,76 4,30 3,86 6,25 6,17 12,9
Jepang 1,15 0,44 6,58 -4,15 -5,14 -3,90 -0,84 4,4
US 2,03 -1,79 -2,14 1,85 0,72 1,61 0,38 19,7
Brasil 8,79 4,92 2,30 6,68 4,37 -4,25 3,80 3,2
Jerman 1,32 -2,95 -0,54 1,80 -2,65 -0,18 -0,53 2,5
Rusia 3,98 6,68 1,69 0,21 4,07 -5,17 1,91 3,3
India 1,83 4,89 6,50 0,98 3,14 8,13 4,25 4,5
Sumber: BP Statistical Review of World Energy, 2016, diolah
12|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
b. Gas Produksi gas dunia pada 2015 mencapai 3.538 juta ton sedangkan konsumsi mencapai 3.468 juta ton. Artinya, surplus produksi gas sepanjang 2015 mencapai 70 juta ton. Produk gas dunia sepanjang 2010-2015 tumbuh rata-rata 2,91 persen per tahun; sedangkan konsumsi gas tumbuh lebih rendah sebesar 2,64 persen per tahun. Adapun produsen gas dunia adalah negara-negara non-OECD mencapai 63,2 persen dari total produksi gas dunia; disusul OECD 36,9 persen; UE 3,4 persen; dan CIS 21,1 persen. Pertumbuhan produksi gas OECD sepanjang 2010-2015 rata-rata tumbuh 2,22 persen; non-OECD 3,35 persen; UE turun 5,75 persen; dan CIS tumbuh 2,16 persen. Sementara itu konsumsi gas dunia berasal dari negaranegara non-OECD 53,5 persen; OECD 46,5 persen; CIS 15,7 persen; dan EU 11,5 persen. Konsumsi gas secara rata-rata selama 2010-2015 di OECD tumbuh 1,56 persen; non-OECD 3,65 persen; UE turun 2,13 persen; dan CIS tumbuh 0,49 persen.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 13
Gambar 1.5. Kondisi Gas Dunia 2005-2015 (Juta ton)
Sumber: BP Statistical Review of World Energy, 2016, diolah
Tabel 1.4. Pertumbuhan Produksi dan Konsumsi Gas 2010-2015 Keterangan Konsumsi Produksi
OECD 1,56 2,22
Non-OECD 3,65 3,35
EU -2,13 -5,75
CIS 0,49 2,16
Sumber: BP Statistical Review of World Energy, 2016, diolah
Secara individu, konsumen utama gas dunia adalah AS, mencapai 22,8 persen dari konsumsi gas dunia pada 2015. Rusia, Tiongkok, dan Iran masing-masing mengonsumsi 11,2 persen; 5,7 persen; dan 5,5 persen dari gas dunia. Konsumsi gas AS tumbuh rata-rata 3,08 persen per tahun sepanjang 20102015; sedangkan Iran dan Tiongkok masing-masing tumbuh 5,06 persen dan 13,61 persen. Konsumsi gas Rusia hanya tumbuh rata-rata 0,14 persen per tahun di mana pada 2015 telah menunjukkan pertumbuhan negatif sekitar 5 persen.
14|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
c. Batubara Produksi batu bara dunia pada 2015 mencapai 3.830 juta ton dengan konsumsi 3.839 juta ton, sehingga mencetak defisit hingga 9,8 juta ton. Pertumbuhan produksi batu bara dunia dalam lima tahun terakhir naik 1,9 persen; sedangkan pertumbuhan konsumsi rata-rata 1,71 persen per tahun (20102015). Produksi batu bara sebagian besar bersumber dari negara-negara non-OECD dengan kontribusi mencapai 75,9 persen. Sedangkan negara-negara OECD menyumbang sekitar 24,1 persen; EU 3,8 persen; dan CIS 6,5 persen. Sementara itu, konsumsi batu bara terbesar berasal dari non-OECD mencapai 74,5 persen; OECD 25,5 persen; UE 6,8 persen; dan CIS 4 persen. Pertumbuhan konsumsi batu bara OECD turun rata-rata 1,11 persen per tahun; non-OECD tumbuh 2,84 persen; UE dan CIS turun rata-rata 0,21 persen dan 0,66 persen per tahun. Gambar 1.6. Kondisi Batubara Dunia 2005-2015 (Juta ton)
Sumber: BP Statistical Review of World Energy, 2016,diolah
Konsumen utama batu bara dunia adalah Tiongkok dengan
konsumsi
hingga
50
persen.
India
dan
AS
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 15
mengonsumsi rata-rata 10 persen. Sepanjang 2010-2015, pertumbuhan konsumsi batu bara AS turun rata-rata 3,41 persen per tahun. Penurunan tersebut telah terjadi sejak 2014. Pada 2015, konsumsi batu bara di AS turun hingga 12 persen. Sementara itu, konsumsi batu bara Tiongkok pada 2010-2015 masih tumbuh 2,3 persen sedangkan India naik 6,3 persen. Tabel 1.5. Proyeksi Harga Komoditas Dunia Spot 2016 I Minyak kelapa sawit
Proyeksi 2016 II
III
Kecenderu ngan
2017 IV
I
II
III
IV
586.9
647.8
566.9
558.4
563.7
567.0
569.1
571.2
Turun
Kakao Karet Tembaga
2980.8 59.3 4674.7
3099.8 75.2 4736.4
3253.6 74.2 4909.8
3160.3 67.2 4941.8
3110.8 67.8 4950.1
3093.6 69.3 4957.4
3077.1 69.3 4963.8
3057.8 69.3 4969.7
Turun Turun Naik
Aluminium Bijih besi
1514.5 47.7
1571.8 55.3
1663.0 54.9
1681.0 48.1
1687.5 46.0
1695.5 44.0
1704.0 42.6
Naik Turun
Timah
15438.6
16902.1
17948.9
17943.0
17913.0
17865.0
17827.0
Naik
Nikel
8507.7 32.8
8822.5 44.8
10279.3 45.0
1676.0 50.9 17967. 7 10367. 3 46.6
10406.8 48.1
10444.5 49.1
10476.5 49.8
10506.5 50.7
Naik Naik
4.7
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0
Turun
8.2
7.2
6.8
6.8
6.8
6.8
6.8
6.8
Turun
2.0
2.1
2.7
3.0
3.3
3.0
3.1
3.2
Naik
54.5
55.6
58.1
58.9
57.8
57.0
56.7
56.7
Turun
Spot Crude Natural Gas Russian in Germany Indonesian in Japan (LNG) US, domestic market Coal Australian, export markets
Sumber: IMF, 2016, diolah
IMF
(2016)
memproyeksi
perkembangan
harga
beberapa komoditas utama dunia masih cenderung melambat. Minyak kelapa sawit diproyeksi cenderung turun pada 2017 dari posisi 2016. Komoditas kakao dan karet mengikuti kecenderungan yang serupa dengan minyak kelapa sawit. Sementara itu tembaga, aluminium, timah, nikel, dan minyak dunia diperkirakan menguat tipis. Sedangkan harga gas dan batu bara masih cenderung turun.
16|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Di tengah perlambatan ekonomi global yang ada, Indonesia menjadi negara nomor ketiga terbesar di Asia Pasifik penerima aliran investasi global tahun 2015 sebesar US$ 38,5 miliar (12%). Selain Indonesia, negara Asia Pasifik lainnya yang menerima aliran dana FDI besar antara lain India sebesar US$63 miliar (20%), China sebesar US$56,6 miliar (18%), Vietnam sebesar US$ 21,1 miliar (7%) dan Pakistan US$18,9 miliar. 1.2.
Tantangan Ekonomi Domestik Perkembangan
ekonomi
global
yang
belum
menjanjikan, berdampak cukup nyata bagi ekonomi Indonesia. Pertumbuhan
ekonomi
nasional
yang
melambat
mempengaruhi upaya-upaya percepatan penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. 1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam beberapa tahun terakhir ekonomi Indonesia cukup tertekan. Sejak 2015, realisasi pertumbuhan rata-rata di bawah 5 persen, walaupun pada Triwulan II-2016 mampu menembus 5,18 persen. Pada triwulan tersebut, pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 5 persen; dengan kontribusi 2,7 persen terhadap pertumbuhan. Belanja pemerintah tumbuh 6 persen; Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 5 persen; sedangkan ekspor dan impor tumbuh negatif 2,7 persen (yoy) dan 3 persen (yoy).
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 17
Tabel 1.6. Pertumbuhan Indonesia Sisi Permintaan Tw II-2016 terhadap Tw II-2015
Semester I2016 terhadap Semester I2015
Sumber Pertumbuhan TW II-2016 (yoy)
Konsumsi RT
5,04
4,99
2,71
Konsumsi LNPRT
6,72
6,56
0,07
Konsumsi Pemerintah
6,28
4,84
0,50
PMTB
5,06
5,31
1,61
Ekspor Barang dan Jasa
-2,73
-3,13
-0,62
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
-3,01
-4,04
-0,64
PDB
5,18
5,04
5,18
Komponen
Sumber: BPS, 2016, diolah
Persoalan
domestik
terpengaruh
oleh
tingginya
ketergantungan beberapa regional terhadap harga komoditas dunia, misalnya Kalimantan dan Sumatera. Kecenderungan penurunan
harga
komoditas
yang
terus
berlanjut
menyebabkan ekonomi regional tersebut tertekan cukup tajam. Kalimantan Timur misalnya, telah tumbuh negatif dalam beberapa periode laporan padahal pangsa PDRB Kalimantan Timur terhadap PDB cukup tinggi. Pada bagian lain, upaya meningkatkan peranan belanja pemerintah terkendala buruknya realisasi anggaran di awalawal
pemerintahan
Jokowi-JK.
Proses
penyesuaian
nomenklatur hingga konsolidasi antara pusat dan daerah menyita waktu yang cukup panjang sehingga peranan belanja pemerintah masih rendah. Memasuki 2016 sektor fiskal Indonesia tertekan cukup tajam, karena penurunan harga komoditas
dunia
yang
berdampak
signifikan
terhadap
penerimaan perpajakan maupun non-perpajakan. Padahal, pemerintah menetapkan target penerimaan yang cukup tinggi sebagai amunisi untuk mencapai pertumbuhan di atas 5 persen. Pada akhirnya, dengan pertimbangan penghematan 18|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
anggaran pemerintah memotong belanja negara hingga Rp137 triliun. Ekonomi nasional pun belum dapat berharap banyak terhadap peranan transaksi internasional. Kinerja ekspor masih cenderung menurun karena koreksi permintaan dunia yang diikuti oleh penurunan harga. Ketergantungan yang tinggi terhadap komoditas dunia memberikan dampak yang luar biasa bagi Indonesia. Sepanjang Januari hingga Agustus 2016, nilai ekspor Indonesia turun 10 persen (yoy) di mana ekspor migas turun hingga 33 persen (yoy) dan nonmigas 7,3 persen (yoy). Rata-rata harga agregat barang ekspor Indonesia pada Agustus turun 7,7 persen (yoy). Harga komoditas migas turun 2,4 persen (yoy) dan nonmigas turun 5,34 persen (yoy). Menurut negara tujuan ekspor, nilai ekspor ke 13 negara tujuan utama turun 9 persen (yoy) sepanjang JanuariAgustus 2016. Beberapa penurunan yang paling tinggi berada di Malaysia (14 persen); Belanda (14 persen); Italia (20 persen); India (25 persen); dan Taiwan (35 persen). Pada bagian lain, nilai ekspor 10 golongan barang pada Januari-Agustus 2016 turun sekitar 5 persen (yoy). Penurunan tertinggi pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 16 persen (yoy); hasil penggilingan 15 persen (yoy); dan benda-benda dari besi dan baja turun 13 persen (yoy).
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 19
Tabel 1.7. Nilai Ekspor 10 Golongan Barang Januari-Agustus 2016 Januari-Agustus
Peran (%)2016
Golongan Barang (HS) 2015
2016
Δ%
Lemak & minyak hewan/nabati
12 617,5
10 571,7
-16,21
12,72
Perhiasan/permata
4 059,8
4 949,8
21,92
5,96
Kendaraan dan bagiannya
3 662,3
3 716,3
1,48
4,47
Mesin-mesin/pesawat mekanik
3 534,3
3 578,8
1,26
4,31
Bijih, kerak, dan abu logam
2 360,3
2 093,9
-11,28
2,52
1 343,8
1 159,7
-13,70
1,40
375,7
350,8
-6,62
0,42
181,8 87,1 41,6
195,9 112,6 35,0
7,75 29,25 -15,83
0,24 0,14 0,04
Total 10 Golongan Barang
28 264,2
26 764,5
-5,31
32,22
Lainnya Total Ekspor Nonmigas
61 407,9 89 672,1
56 341,6 83 106,1
-8,25 -7,32
67,78 100,00
Benda-benda dari besi dan baja Ampas/sisa industri makanan Pupuk Minuman Hasil penggilingan
Sumber: BPS, 2016, diolah
20|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
1.2.2. Peranan Investasi Investasi menjadi salah satu komponen utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Akumulasi investasi, baik dari bentuk tanah, peralatan, modal, maupun sumber daya manusia berkolaborasi untuk menopang aktivitas ekonomi sehingga target-target pembangunan terutama penurunan angka tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin dapat tercapai. Mengingat peranannya yang sangat berarti bagi perekonomian, topik investasi menjadi sangat menarik dan jamak diperbincangkan, baik oleh akademisi, ekonom, regulator, hingga dunia usaha. Dalam
cakupan
teori,
beberapa
ekonom
telah
mengakomodasi keberadaan investasi dalam tinjauan empiris yang mereka hasilkan. Salah satu pemikiran tersebut berasal dari
teori
pertumbuhan
Harrod-Domar.
Harrod-Domar
meyakini akumulasi modal menjadi salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang. Dari sisi permintaan, investasi memberikan peluang kepada masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya yang pada akhirnya berperan besar terhadap perbaikan tingkat kesejahteraan. Sementara itu, dari sisi penawaran peranan investasi tergambar
dari
kemampuannya untuk meningkatkan dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, investasi
didefinisikan
sebagai
segala
bentuk
kegiatan
menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Adapun definisi investasi
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 21
dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Investasi asing merupakan kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
asing,
baik
yang
menggunakan
modal
asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Dalam Menengah
dokumen
Nasional
Rencana
(RPJMN)
Pembangunan 2015-2019
Jangka
Pemerintah
menetapkan target-target pertumbuhan ekonomi yang cukup fantastis.
Sepanjang
2015-2019,
pertumbuhan
ekonomi
ditargetkan tumbuh pada kisaran 7 persen. Target tersebut ditetapkan bertahap dari 5,8 persen pada 2015 hingga menjadi 7,9 persen pada 2019. Dengan target pertumbuhan tersebut, pendapatan per kapita diharapkan meningkat dari Rp45 juta per penduduk per tahun menjadi Rp72 juta per penduduk per tahun. Konsumsi rumah tangga diharapkan tumbuh rata-rata di atas 5 persen sepanjang 2015-2019; konsumsi pemerintah ditargetkan tumbuh rata-rata 3,6 persen; PMTDB ditargetkan tumbuh rata-rata 8 persen; ekspor dan impor masing-masing dipatok tumbuh rata-rata 8,6 persen dan 7,2 persen per tahun selama 2015-2019. Pada bagian lain, Pemerintah menargetkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari level 5,5-5,8 persen pada 2015 menjadi 5-5,5 persen pada 2019. Persentase
22|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
penduduk miskin ditargetkan turun menjadi 6-8 persen pada 2019 dari posisi 9-10 persen pada 2015. Tabel 1.8. Target Pertumbuhan Ekonomi Jangka Menengah Tahun 2015-2019 Keterangan Pertumbuhan PDB Konsumsi rumah tangga Konsumsi pemerintah PMTDB Ekspor Impor Tingkat Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin
2015
2016
2017
2018
2019
5,8 5,1 1,8 5,5 4,6 1,6 5,55,8
6,4 5,3 2,0 6,7 6,7 4,3 5,35,6 8,59,5
7 5,4 4,0 8,1 9,0 7,4 5,25,5 7,58,5
7,4 5,5 4,2 9,3 10,5 9,6 5,15,4
7,9 5,6 6,2 11,3 12,5 13,3 5,05,5
7-8
6-8
9-10
Ratarata 6,9 5,38 3,64 8,18 8,66 7,24 -
Sumber: Bappenas, 20132
Dalam upaya mencapai berbagai target di atas, Indonesia membutuhkan investasi yang cukup besar. Selama periode 2015 hingga 2019, kebutuhan investasi diperkirakan mencapai Rp26.809 triliun. Dari jumlah tersebut pemerintah diharapkan berkontribusi sekitar Rp3.949 triliun atau 15 persen dari kebutuhan investasi. Peranan investasi pemerintah terhadap PDB rata-rata 5,3 persen. Sebagian besar kebutuhan investasi berasal dari sektor swasta. Pemerintah menargetkan realisasi investasi sektor swasta mencapai Rp22.860 triliun atau 85 persen dari kebutuhan. Target investasi swasta diproyeksi menyumbang 30,5 persen terhadap PDB selama 2015-2019.
2
Bappenas. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019: Rancangan Teknokratik INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 23
Tabel 1.9. Kebutuhan Investasi Periode 2015-2019 (Rp Triliun)
Kebutuhan investasi Pemerintah (% PDB) Masyarakat (% PDB)
2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah (2015-2019)
3.848
4.506
5.182
6.096
7.177
26.809
480 4,2 3.368 29,3
631 4,9 3.875 29,8
770 5,2 4.412 29,9
951 5,7 5.145 30,7
1.117 5,9 6.060 31,7
3.949 5,3 22.860 30,5
Sumber: Bappenas, 2013, diolah
1.2.3. Peranan
Investasi
terhadap
Perekonomian
Indonesia Secara umum, peranan langsung investasi terhadap perekonomian dapat dilihat dari dua hal. Pertama, kontribusi investasi terhadap PDB. Dalam struktur PDB di Indonesia, kontribusi sektor investasi (PMTDB) cukup dominan. Sepanjang 2008-2016, peranan PMTDB bergerak dari level 27 persen hingga 33 persen terhadap PDB. Proporsi sektor investasi cukup besar mengingat kontributor utama terhadap PDB nasional bersumber dari konsumsi rumah tangga dengan ratarata di atas 55 persen. Pada bagian lain, belanja pemerintah hanya mengisi sekitar 9 persen per tahun; sedangkan ekspor dan impor masing-masing 24 persen dan 23 persen. Tabel 1.10. Struktur Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sisi Permintaan (%) Keterangan
2008
2010
2012
2014
2015
2016:II
Konsumsi Rumah Tangga
60,6
56,7
54,64
55,97
55,91
55,23
Konsumsi Pemerintah
8,4
9,1
8,91
9,43
9,75
9,44
PMTBD
27,7
32,2
32,67
32,58
33,19
32,45
Ekspor
29,8
24,6
24,29
23,63
21,09
18,88
Impor
28,7
23
25,86
24,42
20,85
18,64
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016, diolah, Tahun 2013-2016 menggunakan tahun dasar 2010
24|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Kedua, peranan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja. Sepanjang 2010-2015, penyerapan tenaga kerja rata-rata 1,36 juta per tahun. Sepanjang periode tersebut, penyerapan tenaga kerja tumbuh rata-rata 8,5 persen per tahun. Penyerapan tenaga kerja pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) rata-rata 492 ribu per tahun sepanjang 20102015; dengan pertumbuhan rata-rata 9,72 persen per tahun. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja pada Penanaman Modal Asing (PMA) rata-rata 874 ribu per tahun; dengan pertumbuhan rata-rata 9,32 persen per tahun. Gambar 1.7. Penyerapan Tenaga Kerja dari PMDN dan PMA Tahun 2010-2015
Sumber: BKPM, 2016, diolah
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 25
1.3.
Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik Investasi Ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik investasi
di Indonesia yaitu: a. Indonesia memiliki kapasitas ekonomi besar. Indonesia menjadi salah satu anggota G-20. G-20 merupakan kumpulan negara-negara yang memiliki PDB terbesar di dunia. Secara historis, G-20 sudah memulai aktivitas pada 1999 saat dibentuk di Jerman. Akan tetapi, aktivitas G-20 mulai intens pada 2008 ketika krisis keuangan
global
menyeruak.
Pemimpin
G-20
meningkatkan level pertemuannya dari menteri menjadi kepala negara. Negara-negara ini menguasai hingga 80 persen dari PDB dunia, aliran investasi asing, pasar, perdagangan, hingga populasi3 sehingga perkembangan kelompok negaranegara tersebut sangat menentukan ekonomi dunia. Posisi Indonesia di G-20 memiliki daya tawar tinggi karena pertumbuhan ekonomi tinggi dibandingkan negara-negara lain di dalam G-20 tersebut. Selain itu, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan pasar penting bagi perekonomian dunia. Penduduk Indonesia juga ditopang oleh usia produktif (middle income) yang dicirikan memiliki daya beli serta etos kerja yang kuat.
3
Hermawan et al. 2011. Proyek Riset G-20 Peran Indonesia dalam G-20:
Latarbelakang, Peran dan Tujuan Keanggotaan Indonesia. Friedrich Ebert Stiftung, Kantor Perwakilan Indonesia bekerjasamadengan Departemen Hubungan Internasional Universitas Parahyangan
26|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Pada 2016, peringkat PDB Indonesia berada pada posisi 16 dunia, persis di bawah Meksiko. Indonesia mengisi sekitar 1,25 persen dari PDB dunia. Tiga negara pemilik PDB terbesar di dunia adalah AS, Tiongkok, dan Jepang masing-masing 24,7 persen; 15,1 persen; dan 6,29 persen terhadap PDB dunia. Tabel 1.11. PDB Negara - Negara G-20 Tahun 2016
No.
Negara
GDP Nominal (Billions of US$) 2016
Share
Rank
2020
1.
United States
18,561.93
24.7
1
21,927
1
2.
Tiongkok
11,391.62
15.1
2
16,458
2
3.
Japan
4,730.30
6.29
3
5,506
3
4.
Germany
3,494.90
4.65
4
4,008
4
5.
United Kingdom
2,649.89
3.52
5
2,928
6
6.
France
2,488.28
3.31
6
2,851
7
7.
India
2,250.99
2.99
7
3,297
5
8.
Italy
1,852.50
2.46
8
2,046
9
9.
Brazil
1,769.60
2.35
9
2,214
8
10.
Canada
1,532.34
2.04
10
1,856
10
11.
Korea
1,404.38
1.87
11
1,747
11
12.
Russia
1,267.75
1.69
12
1,698
12
13.
Australia
1,256.64
1.67
13
1,574
13
14.
Spain
1,252.16
1.66
14
1,457
14
15.
Mexico
1,063.61
1.41
15
1,325
15
16.
Indonesia
940.953
1.25
16
1,274
16
17.
Netherlands
769.93
1.02
17
893.2
18
18.
Turkey
735.716
0.978
18
912.5
17
19.
Switzerland
662.483
0.881
19
744.8
21
20.
Saudi Arabia
637.785
0.848
20
816.6
19
Sumber: http://statisticstimes.com/
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 27
b. Kekayaan sumber daya alam Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah. Sayangnya, sebagian besar sumber daya tersebut diekspor dalam bentuk komoditas mentah sehingga bukan hanya memindahkan nilai tambah komoditas tersebut ke negara lain, tetapi juga menyebabkan daya saing Indonesia tidak kunjung membaik. Studi Hermawan et. al (2011) menyimpulkan bahwa salah satu pendekatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia adalah perbaikan kualitas produk-produk ekspor yang memenuhi standar internasional dan mampu bersaing dengan produk negara lain. Ironisnya, produk-produk olahan dari komoditas ekspor mentah masuk lagi ke Indonesia dengan kualitas yang lebih tinggi. Upaya untuk mengelola sumber daya alam di dalam negeri bertujuan menghindari kutukan sumber daya alam (natural resource curse). Kondisi tersebut digambarkan oleh buruknya kondisi sosial di negara-negara pemilik SDA. Hal itu tergambar dari pertumbuhan ekonomi rendah serta tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi.
Pada
gilirannya
menyebabkan
tingkat
kesejahteraan buruk. Situasi yang demikian dialami oleh beberapa negara di Afrika. Karena hal tersebutlah investasi sangat dibutuhkan untuk mengelola komoditaskomoditas
unggulan
nasional
sehingga
dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat dan sekaligus menghindari urusan sumber daya alam.. Indonesia harus memperbaiki daya saing dan iklim investasi dalam upaya memperbaiki persepsi investor. Menurut publikasi World Economic Forum (WEF) tiga masalah utama 28|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
daya saing di Indonesia adalah korupsi (11,8 persen); inefisiensi birokrasi pemerintah (9,3 persen); ketiadaan infrastruktur (9 persen). Pada 2016-2017, peringkat daya saing Indonesia turun ke peringkat 41 dari peringkat 37 pada 2015-2016. Hal ini merupakan penurunan lanjutan dari periode 2014-2015 di mana Indonesia berada pada peringkat 34 dari 144 negara yang disurvei. Gambar 1.8. Permasalahan Daya Saing di Indonesia 2016-2017
Sumber: World Economic Forum, 2016
Peringkat ease of doing business Indonesia juga masih belum membaik. Peringkat ease of doing business Indonesia pada 2017 berada pada peringkat 91 dari 190. Beberapa peringkat negara sekawasan adalah: Brunei (72); India (130); Laos (139); Malaysia (23); Vietnam (82); Thailand (46); Korea Selatan (5); dan Singapura (2). Secara umum, peringkat ease of doing business di Indonesia pada 2017 membaik hingga 15 level dari posisi 106 pada 2016. Pada indikator starting a business, peringkat Indonesia melonjak hingga 16 level; sedangkan pada indikator INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 29
memperoleh listrik naik 12 peringkat; dan pembayaran pajak naik 11 peringkat. Hanya saja, beberapa indikator masih menunjukkan penurunan, yaitu izin membangun (turun 3 peringkat); perlindungan terhadap investor minoritas (turun 1 peringkat); dan penyelesaian kebangkrutan (turun 2 peringkat).
Tabel 1.12. Rincian Peringkat Ease of Doing Business Indonesia 2016-2017 Topik
Overall Starting a Business Dealing with Construction Permits Getting Electricity Registering Property Getting Credit Protecting Minority Investors Paying Taxes Trading across Borders Enforcing Contracts Resolving Insolvency
DB 2017 Rank 91 151 116 49 118 62 70 104 108 166 76
DB 2016 Rank 106 167 113 61 123 70 69 115 113 171 74
Change in Rank -15 -16 3 -12 -5 -8 1 -11 -5 -5 2
Sumber: World Bank, 2016
30|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Halaman ini sengaja dikosongkan
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 31
32|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Bab 2 Urgensi Percepatan Investasi Kontribusi investasi dalam perekonomian nasional menempati peringkat kedua setelah konsumsi rumah tangga. Apabila terjadi penurunan kinerja investasi maka akan sangat berdampak pada perekonomian nasional. Oleh sebab itu, agar dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, perlu adanya dukungan percepatan investasi di berbagai sektor. Dalam kurun 2014-2016, BKPM telah melakukan beberapa kebijakan dalam rangka percepatan investasi, misalnya: 1) Mempercepat proses perizinan dalam membentuk perusahaan, 2) Koordinasi dengan kementerian teknis, 3) Mendorong investasi sektor manufaktur, 4) Membentuk fasilitas importasi barang melalui percepatan jalur hijau, 5) Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), 6) Insentif bagi industri tekstil dan sepatu. Evaluasi dan pemetaan antara kebutuhan dan realisasi investasi harus dilakukan agar proses percepatan investasi dapat optimal. Investasi yang masuk perlu diarahkan ke dalam sektor-sektor unggulan yang berpotensi menciptakan nilai tambah dan produktivitas nasional. Selain itu, investasi perlu didorong ke sektor-sektor padat karya agar menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru. Hal ini perlu dilakukan dalam
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 33
rangka mendukung percepatan dan memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Investasi yang memberikan manfaat sebesar-besarnya adalah investasi yang tidak hanya memberikan kontribusi masuknya modal dan penyerapan tenaga kerja saja, namun juga investasi yang bisa menguatkan sektor riil, baik langsung maupun tidak langsung. 2.1. Investasi Menciptakan Lapangan Kerja Bagi masyarakat awam, investasi identik dengan modal atau kapital. Padahal tidaklah demikian. Investasi tidak akan berjalan apabila input produksi lain berupa tenaga kerja tidak tersedia.
BKPM
sangat
memberi
perhatian
dengan
permasalahan ini. Selain
mempertimbangkan
besaran
modal
yang
diinvestasikan, BKPM juga fokus terhadap berapa tenaga kerja yang terdampak dari kegiatan investasi yang dilakukan oleh para investor. Pertambahan angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh jumlah tambahan angkatan kerja baru, sedangkan pertambahan kesempatan kerja sangat dipengaruhi oleh besarnya investasi serta sifatnya, padat modal atau padat karya. Berbekal seperangkat kewenangan dan kebijakan yang diambil oleh BKPM, hingga Juli 2016, BKPM pusat berhasil merealisasikan 16 proyek investasi padat karya yang tersebar di Provinsi Jawa Barat sebanyak 5 perusahaan dengan nilai investasi Rp18,9 triliun dan di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 11 perusahaan. Total rencana investasi yang ditanamkan bernilai Rp18,9 triliun. Dengan total realisasi investasi yang sudah berjalan hingga Juli 2016 sebesar Rp11,4 triliun.
34|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Penyerapan tenaga kerja dari 16 proyek tersebut ditargetkan sebesar 73.885 orang. Dilihat dari kemampuan menyerap tenaga kerjanya, realisasi investasi belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selama periode 2014-2016 penyerapan tenaga kerja masih cenderung fluktuatif dan sempat mengalami penurunan. Terutama dari triwulan IV 2014 ke triwulan I 2015 yang menurun cukup signifikan. Meskipun demikian, selama TW-1 2016 hingga TW-2 2016, tren penyerapan tenaga kerja dari kegiatan investasi mulai terjadi peningkatan. Pada triwulan IV 2014 total penyerapan tenaga kerja dari PMDN dan PMA berkisar 470 ribu orang, turun menjadi 315 ribu orang pada triwulan I 2015. Penyerapan tenaga kerja masih menunjukkan fluktuasi hingga triwulan II 2016. Dalam fase fluktuasi tersebut, peningkatan penyerapan tenaga kerja terjadi pada triwulan IV 2015 di mana penyerapan tenaga kerja mencapai 375 ribu orang, namun menurun kembali di triwulan II menjadi 354 ribu orang.
Ribu Orang
Gambar 2.1. Kontribusi Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
TW I
TW II
TW III TW IV
TW I
2014
TW II
TW III TW IV
2015
TW I
TW II
2016
PMDN 67,69
82,25
84,55
180,6
113,3
147,8
132,5
111
136,5
87,03
PMA
192,4
268,5
264,8
289,8
201,8
223
240,9
264,9
190,6
267,7
Total
260,1
350,8
349,3
470,5
315,2
370,9
373,5
375,9
327,1
354,7
Sumber : BKPM Pusat 2016
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 35
Dilihat dari jenisnya, Penanaman Modal Asing (PMA) juga masih menunjukkan dominasi dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Selama periode 2014 – 2016, kontribusi rata-rata PMA terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 68,07 persen. Sisanya, 31,91 persen merupakan penyerapan tenaga kerja dari kegiatan investasi PMDN. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun telah terjadi perkembangan yang lebih baik, penyerapan tenaga kerja oleh kegiatan PMDN masih belum lebih besar dibandingkan dengan kegiatan investasi PMA. Selain dari kegiatan investasi, penyerapan tenaga kerja juga merupakan imbas dari kegiatan pasca investasi yakni kegiatan produksi. Setelah pembangunan proyek investasi selesai semisal pembangunan pabrik, maka akan ada tenaga kerja
tetap
yang
terserap
dalam
hal
ini
karyawan
pabrik/perusahaan. Agregat penyerapan tenaga kerja pasca kegiatan investasi tercatat sebagai penyerapan tenaga kerja akibat pertumbuhan ekonomi. Data tahun 2010 hingga proyeksi 2016, kemampuan menyerap tenaga kerja dari pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari angka elastisitas penyerapan tenaga kerja yang semakin menurun. Diproyeksikan pada 2016, pertumbuhan 1% hanya mampu menyerap 110 ribu tenaga kerja. (Bappenas, 2016). Hal tersebut berbeda dengan tahuntahun sebelumnya di mana 1% pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 225 ribu tenaga kerja di 2011.
36|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Gambar 2.2. Elastisitas Tenaga Pertumbuhan Ekonomi dalam Penyerapan Tenaga Kerja 260.000 210.000
200.000
225.000
160.000
180.000 184.000
160.000 130.000 110.000
110.000 60.000 10.000 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016*
*) Proyeksi Sumber : Bappenas, 2016
2.2. Menekan Pengangguran dan Kemiskinan Menurut John Maynard Keynes, pengangguran tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi. Pengurangan pengangguran
dapat
dilakukan
dengan
memperluas
kesempatan kerja dan untuk memperluas kesempatan kerja diperlukan modal. Modal yang diperlukan bisa diperoleh dari kegiatan investasi. BKPM, sebagai tonggak aktivitas perekonomian dalam bidang penanaman modal memberi atensi yang cukup tinggi dalam upaya pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Dua tahun terakhir, BKPM telah memprioritaskan sektor industri padat karya ataupun manufaktur, yang mana dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Upaya BKPM tersebut menuai hasil yang cukup manis terbukti dengan naiknya tren penyerapan tenaga kerja di industri sektor manufaktur (Gambar 2.3). Sejak 2014, 2015 dan Juli 2016, tenaga kerja yang terserap dari kegiatan investasi sebanyak masing-masing sebesar 15,3; 15,3; dan 16 (juta tenaga kerja).
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 37
17
dalam juta
16
15,6
15 14
16 15,3 15,3
15 13,7
13 12 2011
2012
2013
Tenaga Kerja Indonesia
2014
2015
130 128 126 124 122 120 118 116 114
dalam juta
Gambar 2.3. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia di Industri Sektor Manufaktur
2016
Tenaga Kerja Sektor Manufaktur
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Implikasi dari naiknya serapan tenaga kerja di industri sektor manufaktur berdampak pada kondisi kemiskinan nasional yang tereduksi secara gradual. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase penduduk miskin periode Maret 2016 yang turun ke level 10,86 persen. Persentase tersebut lebih baik dibanding periode yang sama tahun 2015 (11,22 persen). Tabel 2.1. Perkembangan Kemiskinan Indonesia Tahun 2012-2016 Jumlah Persentase Garis Tahun Penduduk Penduduk Miskin Kemiskinan Miskin (%) (Rp/Kapita/Bln) Mar-12
29,25
11,96
248.707
Sep-12
28,71
11,66
259.520
Mar-13
28,17
11,36
271.626
Sep-13
28,6
11,46
292.951
Mar-14
28,28
11,25
302.735
Sep-14
27,73
10,96
312.328
Mar-15
28,59
11,22
330.776
Sep-15
28,51
11,13
344.809
Mar-16
28,01
10,86
354.386
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
38|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
2.3. Pemerataan Investasi Selain mampu menyerap tenaga kerja yang besar, menggerakkan sektor riil, investasi akan terasa manfaatnya apabila mampu mereduksi ketimpangan. Indikator yang bisa digunakan untuk menilainya adalah persebaran investasi yang tidak hanya terkonsentrasi di Jawa saja, namun juga tersebar ke luar Pulau Jawa. Investasi, baik PMDN dan PMA telah turut berkontribusi dalam mendorong pemerataan pembangunan ekonomi. Tren pergeseran investasi ke luar Jawa terus menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 hingga triwulan II 2016. Label
“lainnya� dalam Gambar 2.2 menggambarkan penanaman investasi baik PMDN dan PMA di luar pulau Jawa dan kota besar di luar pulau Jawa. Share investasi di daerah tersebut terus meningkat dari 39,7 persen pada 2013 menjadi 43,4 persen di 2015. Hingga Juni 2016, share investasi di daerah tersebut sudah mencapai 35,3 persen.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 39
Gambar 2.4. Share Investasi berdasarkan Provinsi
Sumber : BKPM Pusat, 2016
2.4. Mengatasi Deindustrialisasi Beberapa indikator penting yang dijadikan sebagai ukuran untuk menilai terjadinya deindustrialisasi adalah (i) tren pertumbuhan investasi, (ii) peranan sektor industri terhadap produk domestik bruto, (iii) penyerapan tenaga kerja, serta (iv) nilai ekspor hasil industri. Hal tersebut mencerminkan bahwa pertumbuhan
investasi
memiliki
arti
penting
bagi
perekonomian sebuah negara karena kemampuannya dalam membendung fenomena deindustrialisasi. 40|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Deindustrialisasi diartikan sebagai situasi di mana kontribusi sektor manufaktur atau industri pengolahan nonmigas terhadap PDB mengalami penurunan sebelum mencapai titik ‘mature’. Dalam konteks ini, penurunan juga terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja sehingga kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah. Ketika individu, badan atau pemerintah melakukan investasi, maka akan ada sejumlah modal yang ditanam. Kemudian, ada sejumlah pembelian barang-barang yang tidak dikonsumsi, tetapi digunakan untuk produksi. Tindakan ini yang akan menghasilkan tambahan ketersediaan barang dan jasa di masa akan datang. Industri meningkatkan produktivitas
output
dan
deindustrialisasi
tenaga bisa
kerja.
Sebaliknya,
mengakibatkan
fenomena
penurunan
tingkat
penyerapan tenaga kerja karena terjadi penurunan output dan penggunaan input. Dalam kurun dua tahun terakhir, BKPM telah melakukan upaya terobosan untuk meningkatkan investasi agar iklim industri
nasional
terus
stabil.
BKPM
telah
berupaya
meningkatkan proporsi investasi sektor manufaktur dalam rangka mendorong transformasi ekonomi Indonesia dari berbasis
konsumsi
menargetkan
menjadi
peningkatan
berbasis proporsi
produksi.
BKPM
investasi
sektor
manufaktur hingga 52,7 persen atau senilai Rp313,5 triliun dari keseluruhan realisasi investasi pada 2016 yang ditargetkan mencapai Rp594,8 triliun. Sektor manufaktur unggulan yang menjadi target untuk mendorong pertumbuhan realisasi investasi antara lain industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik; industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi; industri makanan;
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 41
industri kertas, barang dari kertas dan percetakan; serta industri manufaktur lainnya. Adapun industri yang perlu mendapat perhatian lebih, sehingga BKPM memberikan kebijakan khusus (dorongan dan kemudahan), seperti pada industri tekstil dan alas kaki. Tabel 2.2. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Beberapa Sektor Manufaktur Triwulan II 2015-2016 PMDN TW II 2015 No
Bidang
1
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik
2
Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi Industri Makanan Industri Kayu Industri Kertas, Barang dari Kertas, dan Percetakan Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik Industri Tekstil Industri Alat Angkut dan Transportasi Lainnya Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu Industri Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam
3 4 5 6 7 8 9 10
TW II 2016 Investasi (Rp Proyek Milyar)
Investasi (Rp Milyar)
Proyek
3,337.30
110
1,549.94
155
7,043.64
95
3,341.59
153
7,972.81 28.67
292 25
7,731.84 2,270.82
339 32
655.8
32
1,577.87
134
1,333.62
89
441.77
141
1,688.75
64
225.88
94
701.66
27
35.54
32
5.4
6
0.01
7
0
3
0.00
3
Sumber: BKPM Pusat 2016
42|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 2.3. Perkembangan Realisasi Investasi PMA Beberapa Sektor Manufaktur Triwulan II 2015-2016
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PMA TW II 2015 TW II 2016 Investasi Investasi Proyek Proyek (US$ Juta) (US$ Juta)
Bidang Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi Industri Makanan Industri Kayu Industri Kertas, Barang dari Kertas, dan Percetakan Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik Industri Tekstil Industri Alat Angkut dan Transportasi Lainnya Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu
609.93
541
893.54
793
412.75
193
591.66
413
174.36 12.28
158 27
519.77 94.20
630 85
134.33
54
450.60
97
165.40
277
139.37
249
70.61
195
96.19
352
373.43
206
475.40
325
55.35
55
61.39
94
4.07
9
8.40
10
Industri Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam
Sumber: BKPM Pusat 2016
Ditinjau secara keseluruhan, hingga Juni 2016 realisasi investasi total telah mencapai Rp298,1 triliun. Catatan tersebut mencapai 50,19 persen dari target investasi tahun, Rp594,8 triliun.
Sementara
itu,
sektor
manufaktur
merupakan
kontributor terbesar dengan nilai investasi Rp180,26 triliun atau berkontribusi hingga 60,5 persen dari total investasi yang diperoleh pada periode Januari-Juni 2016. Posisi tersebut berarti ada kenaikan 59,8 persen dibandingkan capaian investasi sektor manufaktur di periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level Rp112,8 triliun. Geliat investasi sektor manufaktur semakin terasa di aktivitas perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kinerja industri
manufaktur
sepanjang
2015
yang
mencapai
Rp2.097,71 triliun atau berkontribusi 18,1 persen terhadap PDB INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 43
nasional. Kementerian perindustrian menargetkan kontribusi tersebut naik menjadi 18.5 persen pada tahun 2016. Gambar 2.5 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal hingga Triwulan II Tahun 2016 1400
Rp Triliun
1200 1000 800 600 400 200 0 TW I 2015
TW II 2015
Jan-Jun 2015
TW I 2016
TW II 2016
Jan Jun 2016
Target 2016*)
Capaia n **)
PMDN
42,5
42,9
85,5
50,4
52,2
102,6
208,4
49,20%
PMA
82,1
92,2
174,2
96,1
99,4
195,5
386,4
50,60%
Total
124,6
135,1
259,7
146,5
151,6
298,1
594,8
50,10%
Total BKPM PMA PMDN *) Revisi Target Penanaman Modal 2016 Renstra 2015 – 2019 **) Capaian Januari-Juni 2016 terhadap target 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
2.5. Menghindari Middle Income Trap (MIT) Investasi merupakan salah satu mata kunci keberhasilan negara untuk memajukan level perekonomian suatu negara. Sebagai
negara
berkembang,
Indonesia
sangat
rentan
terjerembab ke dalam zona Middle Income Trap (MIT). Bahkan, banyak kajian yang menyimpulkan bahwa Indonesia telah terjebak dalam MIT dan sulit untuk menjadi negara maju. Hal itu dibuktikan dengan kualitas (a) SDM yang masih rendah, (b) infrastruktur yang kurang memadai, dan (c) sektor industri yang tidak tumbuh optimal.
Middle Income Trap atau perangkap pendapatan menengah didefinisikan sebagai kondisi sebuah negara 44|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
berpendapatan menengah (Middle Income Country-MIC) yang tidak mampu meningkatkan perekonomiannya menuju High
Income Countries. Fenomena tersebut pada umumnya disebabkan sektor industri bernilai tambah, misal: manufaktur, menjadi tidak kompetitif pada level tertentu. Industri padat karya akan mulai berpindah ke negara berupah rendah sehingga pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut akan cenderung
stagnan
atau
bahkan
menurun.
Negara
berpenghasilan menengah tidak hanya mengalami kesulitan untuk bersaing dengan low-wage countries, tapi juga kesulitan untuk bersaing dengan high-technology countries (Setyawan, 2014). Di lihat dari pendapatan perkapitanya, negara-negara dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok (Bank Dunia). Pembagian ini didasarkan pada tingkat pendapatan nasional kotor (Gross National Income-GNI) per kapita. Empat kelompok tersebut antara lain: (i) negara miskin (low income countries), dengan GNI hingga US$1.035, (ii) negara lower middle income, dengan GNI antara US$1.036 hingga US$4.085, (iii) negara
upper middle income, dengan GNI antara US$4.086 hingga US$21.615, dan (iv) negara kaya (high income countries), dengan GNI per kapita di atas US$21.616. Sementara itu, hingga tahun 2015 GNI per kapita Indonesia masih berada pada angka US$3.440. Perlu diperhatikan, dalam kurun tiga tahun terakhir (2013-2015) nilai GNI per kapita menunjukkan penurunan tren (Gambar 2.5). Dengan besaran GNI tersebut, Indonesia masuk dalam kategori negara lower middle income.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 45
Gambar 2.6. Perkembangan Gross National Income (GNI) Indonesia Tahun 2011 - 2015 3740 3630
US$
3580
3440
3000
3010 2011 2012
2013
2014
2015
Sumber: World Bank,2016
Di sisi lain, data World Bank (2016) menyatakan bahwa walau terjadi peningkatan, Indonesia saat ini masih berada pada peringkat 109 dalam kriteria kemudahan melakukan bisnis (ease of doing business). Peringkat tersebut masih jauh tertinggal dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (peringkat 18), Thailand (peringkat 49), dan Vietnam (peringkat 90). Mengacu pada kondisi tersebut di atas, BKPM memberikan perhatian dan upaya untuk meningkatkan investasi agar Indonesia dapat meningkatkan daya saing dan terlepas dari MIT. Dalam beberapa hal, Indonesia telah terbukti berhasil dan mampu menarik sejumlah investor. BKPM mencatat besaran investasi asing langsung (Foreign Direct
Investment) telah meningkat hampir dua kali lipat pada periode 2015. Melihat prestasi tersebut, lembaga pemeringkat kredit seperti Fitch Ratings dan Moody`s telah menaikkan status Indonesia menjadi investment grade.
46|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Beberapa
langkah
telah
dilakukan
BKPM
untuk
memperbaiki iklim investasi di berbagai daerah di Indonesia. Antara lain melalui penyederhanaan prosedur bisnis, perbaikan peraturan dan kebijakan terkait investasi, pengembangan sistem logistik nasional, perbaikan sistem informasi untuk proses ekspor dan impor, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Selain itu, Pemerintah Indonesia juga telah menyusun berbagai paket insentif dalam bentuk tax allowance dan tax
holiday untuk beberapa sektor usaha strategis yang dianggap penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing (Setyawan, 2014). 2.6. Kompetisi dengan Negara Lain Hubungan antara investasi dan daya saing berkorelasi satu sama lain. Kualitas daya saing yang baik akan menarik investor untuk berinvestasi di negara tersebut. Melalui sirkumstansi tersebut, daya saing menjadi isu yang sangat penting bagi Indonesia untuk berkompetisi dengan negara lain dalam menarik investor. Terlebih, beberapa tahun terakhir negara-negara tetangga telah menunjukkan improvisasi yang sangat cepat dalam membenahi daya saingnya. BKPM mempunyai pekerjaan rumah yang tidak sedikit terhadap isu ini. Dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, daya saing
Indonesia
belum
mengalami
perbaikan,
bahkan
menurun. Menurut laporan World Economic Forum dalam
Global Competitiveness Index (GCI), pada periode 2016-2017 peringkat daya saing Indonesia berada pada peringkat 41. Memang masih lebih baik jika dibandingkan dengan Vietnam
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 47
(60). Namun kondisi ini tidak lebih baik dibanding Thailand (34), apalagi dengan India yang naik drastis (33). Gambar 2.7.Perkembangan Global Competitiveness Index Indonesia, Vietnam, Thailand, India 2013-2016
Sumber: World Economic Forum
Sungguh pun demikian, dalam beberapa waktu terakhir, Vietnam menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada pertumbuhan sektor manufakturnya. Walaupun upaya
dalam
mendorong
investasi
sektor
manufaktur
menunjukkan perkembangan yang cukup baik, namun kondisi industri manufaktur Indonesia masih belum lebih baik dengan negara Vietnam. Pertumbuhan sektor manufaktur Vietnam
48|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
melonjak hingga 12 persen dalam kuartal II 2016, dibandingkan 8 persen pada kuartal sebelumnya. Meskipun
Vietnam
dan
Indonesia
sama-sama
mengalami penurunan peringkat GCI, Vietnam tetap menjadi incaran para investor asing untuk menanamkan investasinya di Vietnam. Bersama dengan negara-negara CLMV (Kamboja, Laos. Myanmar dan Vietnam) Vietnam menjadi negara paling atraktif bagi investor. Pada 2015, jumlah FDI yang masuk Vietnam sebesar 11,8 Miliar US dolar. Angkanya meningkat dari 9,2 US dolar di tahun 2014. Gambar 2.8. Foreign Direct Investment ke Negara CLMV* (US$ Miliar)
CLMV : Kamboja, Laos. Myanmar dan Vietnam Sumber : ASEAN Investment Report 2016, www.asean.org
Vietnam menjadi negara dengan FDI manufaktur yang besar dibandingkan dengan negara CLMV lainnya. Keberadaan investasi dari Korea adalah penyebabnya. Porsi investasi dari Korea di Vietnam pada 2015 mencapai 67 persen. Sebagian besar investasi tersebut datang dari Samsung, LG Electronics, Kumho Tire dan Lotte. Samsung dan LG masing-masing INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 49
merencanakan untuk menambah investasi sebesar 3 miliar US$ dan 1,5 miliar US$. Perusahaan LG juga merencanakan akan menambah investasinya sebesar 1,5 miliar US$. Bagi investor Korea, Vietnam akan dijadikan hub produksi elektronik dari Korea. Vietnam, negara dengan populasi lebih dari 87 juta penduduk merupakan negara dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Vietnam menjadi salah satu negara favorit para investor untuk menanamkan modal. Dalam dua dekade terakhir, perekonomian Vietnam berkembang pesat sebagai hasil dari keberhasilan kebijakan “Doi moi� (renovasi) dan effort negara tersebut untuk berekspansi ke pasar global. Dengan kondisi iklim politik yang stabil dan potensi ekonomi yang cukup
besar,
Vietnam
berhasil
memompa
investasi,
industrialisasi, dan modernisasi. Para investor merangkum beberapa alasan mengapa Vietnam menjadi negara yang cocok untuk berinvestasi, antara lain: (1) Posisi geografis Vietnam yang dekat dengan Global
Supply Chains, (2) Pasar konsumen yang semakin berkembang, (3) Ekspektasi terhadap perkembangan positif iklim bisnis saat
Trans-Pacific Partnership (TPP) telah terlaksana, (4) Kondisi politik dan ekonomi yang relatif stabil, dan (5) Meningkatnya keinginan untuk diversifikasi basis manufaktur di Asia, namun jauh dari Tiongkok. Pemerintah negara Vietnam mendorong investasi langsung
asing
pembangunan.
(FDI) Selain
sebagai itu,
bagian
pemerintah
dari
strategi
Vietnam
juga
berkomitmen untuk meningkatkan iklim usaha dan investasi agar menjadi yang terdepan di antara negara-negara ASEAN sejak tahun 2015. Peran FDI menjadi sangat penting dalam
50|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
perekonomian Vietnam. Ekspor yang bersumber dari FDI telah mencapai 67% dari total ekspor negara pada tahun 2013, naik dari 47% pada tahun 2000. Vietnam telah berhasil menarik FDI dan mempertahankan tingkat FDI di level US$10-20 miliar per tahun selama lima tahun terakhir.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 51
Bab 3 Permasalahan dan Kendala Percepatan Investasi Terdapat dua hal krusial yang menjadi kendala dan permasalahan terkait dengan usaha percepatan investasi. Kendala-kendala tersebut di antaranya adalah: (1) Masih kurangnya komitmen kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah dalam memperbaiki kemudahan berusaha, (2) Relatif lambatnya perbaikan kemudahan berusaha di Indonesia. Kurangnya komitmen kementerian/lembaga sejak dulu menjadi hal umum yang dilatarbelakangi oleh tingginya ego sektoral. Terdapat dua hal yang menjadikannya demikian,
pertama merasa kewenangannya dilucuti oleh lembaga lain, dalam hal ini BKPM; kedua, merupakan ujung dari sebab pertama, objek untuk mendapatkan PNBP (pendapatan negara bukan pajak) dan pungutan lainnya menjadi berkurang. Seharusnya apabila pengurusan perizinan tidak lagi dipungut biaya, kenapa K/L masih mempersulit? Tidak jauh berbeda dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah sebagai ujung tombak investasi di daerah
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 53
masih belum bisa mengimbangi gerak langkah pusat, dalam hal ini BKPM. Kendala berupa lag jarak dan waktu serta sumber daya manusia menjadi salah satu sebab realisasi investasi menjadi lambar. Pemerintah daerah membutuhkan waktu untuk menerjemahkan kebijakan pemerintah pusat. Hal krusial kedua yang menjadi permasalahan dan kendala dalam perbaikan investasi di Indonesia adalah relatif lambatnya perbaikan kemudahan berusaha di Indonesia itu sendiri.
Lambatnya
perbaikan
kemudahan
berusaha
di
Indonesia bisa terlihat dari capaian Ease of Doing Business
(EODB) di Indonesia yang relatif lambat dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN misalnya Vietnam, Thailand, dan Malaysia. 3.1. Ease of Doing Business Perizinan menjadi aspek penting dalam investasi. Ibarat botol air mineral, apabila tempat lubang untuk mengisi air tertutup, maka air dari luar tidak bisa dimasukkan ke dalam botol. Apabila tutup botol dibuka, maka air dari luar akan bisa mudah dimasukkan ke dalam botol. Meskipun tutup botol sudah dibuka, proses memasukkan air ke dalam botol akan memerlukan waktu lama dikarenakan lubang yang kecil. Untuk mempermudah air masuk ke dalam botol, maka lubang dalam botol air mineral harus diperbesar. Analogi di atas sama dengan proses perizinan dalam investasi. Perizinan yang lancar ibarat lubang air dalam botol lebar. Akibatnya akan mempermudah arus investasi masuk ke dalam sektor ekonomi. Sebaliknya, apabila proses perizinan tidak lancar, maka arus investasi akan sulit untuk masuk ke dalam perekonomian Indonesia.
54|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Perizinan juga terkait erat dengan birokrasi. Hal ini wajar mengingat proses perizinan investasi di Indonesia dilakukan oleh aparatur pemerintah. Dalam tataran perspektif dunia usaha secara global, penilaian mengenai proses perizinan dalam berusaha bisa dilihat dari laporan Ease of Doing
Business. Secara perlahan dan pasti, tingkat kemudahan berusaha di Indonesia selama kurun waktu 2011-2016 mengalami perbaikan yang signifikan dibandingkan dengan Thailand, Malaysia dan Vietnam, meskipun peringkat Indonesia jauh dari ketiga negara tersebut. Ketiga negara tersebut merupakan rival berat Indonesia dalam hal investasi di kawasan ASEAN. Indonesia pada kurun waktu 2011-2016 mampu memperbaiki peringkat kemudahan berusaha dari peringkat 126 menjadi peringkat 109, naik 15 peringkat. Pada kurun waktu yang sama, Malaysia naik dari peringkat 23 menjadi peringkat 18, Thailand merosot dari peringkat 16 menjadi 49 dan Vietnam tetap di peringkat 90. Tabel 3.1. Peringkat Ease of Doing Bussines Indonesia dan Beberapa Negara ASEAN Tahun 2011-2017 Tahun
Indonesia
Malaysia
Thailand
Vietnam
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
126 129 128 120 114 106 91
23 18 12 6 18 22 23
16 17 18 18 26 46 46
90 89 99 99 78 91 82
Jumlah Negara 182 183 185 189 189 189 190
Sumber : Doing Business Report 2011 - 2017
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 55
Lebih lanjut pada kurun waktu 2011-2016, bisa dibedakan menjadi dua periode dengan melihat tingkat percepatan kenaikan peringkat kemudahan berusaha dari tahun ke tahun. Pada kurun waktu 2011-2014, terjadi peningkatan 6 tingkat dari 126 di tahun 2011 menjadi 120 di tahun 2014. Di sisi lain, selama kurun waktu 2014 hingga 2016, terjadi peningkatan tingkat sebesar 11 tingkat. Peningkatan peringkat
ini
jauh
lebih
besar
dibandingkan
dengan
peningkatan peringkat selama 2011 hingga 2014 yang notabene rentang waktunya lebih panjang dibandingkan dengan periode 2014-2016. Terdapat beberapa permasalahan dan kendala dalam percepatan realisasi investasi di Indonesia yang masuk dalam indikator penilaian Ease of Doing Business (EoDB) yakni: (a) Memulai usaha, (b) Pendaftaran Properti, (c) Perizinan terkait Pendirian
Bangunan,
Perdagangan
Lintas
(d) Negara,
Penyambungan (f)
Listrik,
Perlindungan
(e)
Investor
Minoritas, (g) Penanganan Kepailitan, (h) Akses Kredit, (i) Pelaporan dan Pembayaran Perpajakan, serta (j) Penegakan Kontrak. a.
Memulai Usaha Memulai usaha menjadi indikator pertama yang dinilai
dalam EoDB. Seperti etalase, aspek memulai usaha menjadi penilaian untuk masuk kepada aspek-aspek lainnya. Terdapat 4 aspek yang menjadi poin krusial dalam hal memulai usaha sebelum adanya deregulasi dan debirokratisasi investasi di Indonesia, yakni modal, surat izin usaha, surat keterangan domisili, proses pendaftaran dan pengurusan jaminan sosial karyawan.
56|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 3.2. Aspek Memulai Usaha Investasi di Indonesia Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek Prosedur
Sebelum 13 prosedur
Lama hari
48 hari
Biaya Modal
Rp5,7 juta Minimal Rp50 miliar (untuk PT) Diajukan melalui dua prosedur dan aplikasi yang berbeda
Surat Izin Usaha
Surat Keterangan Domisili
Pendaftaran Pembayaran BPJS
Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) & Surat Keterangan Domisili dari Pengelola Gedung untuk pengurusan SIUP dan TDP Offline/Manual Offline/Manual
Sesudah Jakarta 5 prosedur, Surabaya 4 prosedur Jakarta 5 hari, Surabaya 4 hari Rp1,2 juta Tidak dipersyaratkan Pengajuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) digabung
Cukup Surat keterangan Domisili dari Pengelola Gedung untuk SIUP dan TDP
Online Online
Sumber : BKPM Pusat, 2016
Pasca
perbaikan
perizinan
investasi,
terdapat
pergeseran cara aplikasi perizinan yakni dari yang manual menjadi perizinan online. Selain itu, progres perizinan juga bisa dipantau online dari luar kantor BKPM. Selain perizinan yang sifatnya online, perbaikan lama hari dan prosedur perizinan juga menjadi salah satu poin penting reformasi birokrasi BKPM dalam rangka kemudahan investasi di Indonesia.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 57
b.
Pendaftaran Properti Pendaftaran properti di Indonesia merupakan salah
satu proses perizinan berbiaya tinggi. Padahal, pendaftaran properti merupakan salah satu indikator penilaian kemudahan menjalankan usaha di dunia. Pendaftaran properti di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Angkanya lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendaftaran global (posisi 2012). Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura, biaya balik nama kepemilikan hak atas properti berkisar antara 0,6 persen hingga 6,3 persen dari nilai properti. Sementara itu, biaya ratarata pendaftaran properti global sebesar 5,7 persen dari nilai properti. Di Indonesia (Jakarta) biaya yang dibutuhkan sebesar 10,8 persen nilai properti dan Batam yakni 13,3 persen dari nilai properti. Pendaftaran properti di Indonesia juga memakan waktu lama selama waktu 33 hari dengan harus melewati 6 prosedur. Rata-rata pendaftaran properti di kawasan Asia Timur dan Pasifik hanya melalui lima prosedur. Namun, pendaftaran membutuhkan waktu 81 hari dan biaya 4,1 persen dari nilai properti.
58|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 3.3. Aspek Pendaftaran Properti Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek Pengecekan Sertifikat Tanah Prosedur Biaya Bea Balik Nama (BPHTB) dan Akta Jual Beli Pendaftaran Peralihan Hak dan Pembayaran PBB
Sebelum 3 hari
Sesudah 1 hari
5 prosedur, 25 hari 10,9% biaya dari nilai properti Terpisah
3 prosedur, 5 hari 5% biaya dari nilai properti Digabung
Sebelumnya dilakukan di dua kantor berbeda yaitu kantor pertanahan dan kantor pajak
Dilakukan dalam satu prosedur di kantor pertanahan
Sumber : BKPM Pusat, 2016
c.
Perizinan terkait Pendirian Bangunan Seperti pada poin sebelumnya, kemudahan perizinan
pendirian
bangunan
dimaksudkan
untuk
mendorong
pertumbuhan ekonomi di mana saat ini sektor properti menjadi salah satu leading sektor pertumbuhan ekonomi. Terdapat 6 aspek yang direformasi terkait dengan pendirian bangunan. Ke enam aspek tersebut antara lain adalah persyaratan UKL/UPL, prosedur dari 17 prosedur menjadi 5 prosedur (Jakarta) dan 3 prosedur (Surabaya), lama hari, biaya frekuensi inspeksi bangunan dan terakhir Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan Tanda Daftar Gudang (TDG) yang bisa diproses bersamaan.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 59
Tabel 3.4. Aspek Perizinan terkait Pendirian Bangunan Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Syarat UKL/UPL
Prosedur
Lama hari Biaya
Sebelum
Tidak lagi Sebelumnya dipersyaratkan dipersyaratkan dan tidak ada SOP yang jelas UKL/UPL untuk bangunan tidak sederhana 2 lantai 17 prosedur Jakarta 5 prosedur, Surabaya 3 prosedur 210 hari 35 hari Rp86.888.500 Rp70.281.200,berkurang 19 persen 4 kali inspeksi 1 kali inspeksi
Inspeksi Bangunan Sertifikat Laik Diproses terpisah Fungsi (SLF) dan Tanda Daftar Gudang (TDG) Sumber : BKPM Pusat, 2016 d.
Sesudah
Diproses bersamaan
Penyambungan Listrik Lamanya pengajuan penyambungan listrik di Indonesia
bisa digolongkan sangat lambat. Hal ini bisa dilihat dari peringkat aspek penyambungan listrik dalam EoDB. Pada 2013, penyambungan listrik di Indonesia menempati peringkat 121. Angkanya tetap pada 2014 dan ada peningkatan peringkat menjadi 75. Terdapat satu hal yang dianggap menjadi penyebab
rendahnya
peringkat
Indonesia
dalam
penyambungan listrik di EoDB yakni prosedur external works
60|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
by electrical contractor dan final connection by PLN. Prosedur di atas menyiratkan bahwa penyambungan listrik untuk kegiatan industri di Indonesia belum sepenuhnya disediakan oleh PLN. Selain itu, terdapat beberapa hal yang menjadi sorotan dalam penilaian EoDB di Indonesia yakni pengajuan permohonan, biaya sambungan serta biaya sertifikat laik operasi (SLO). Tabel 3.5. Aspek Penyambungan Listrik Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Sebelum
Pengajuan Permohonan Biaya sambungan Penurunan biaya Sertifikat Laik Operasi/SLO Total Prosedur
Sesudah
9 hari Rp969/VA Rp.17,5/VA
Online 1 hari Rp775/VA Rp15/VA
5 Prosedur, 80 hari, Rp.154,5 juta
3 prosedur, Rp142,6 juta
Sumber : BKPM Pusat, 2016
Pasca adanya deregulasi terkait dengan kemudahan penyambungan listrik, sekarang investor menikmati tarif yang rendah, pengajuan permohonan online dalam satu hari serta prosedur yang semakin simple. e.
Perdagangan Lintas Negara Sebelum adanya perbaikan iklim investasi, rata-rata
waktu proses ekspor dan impor di Indonesia mencapai 3,5 hari berbiaya
US$573.
Sementara
itu
di
Singapura
hanya
membutuhkan waktu 2 hari berbiaya separuh dari Indonesia dan 1 hari di Vietnam berbiaya 45% nya dari Indonesia. Data Bank Dunia menyebutkan pada 2015, Ease of
Doing Business Indonesia 2015, menunjukkan indikator
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 61
perdagangan lintas negara yang menilai kinerja prosedur ekspor dan impor, Indonesia berada di peringkat ketujuh di ASEAN. Tabel 3.6. Aspek Perdagangan Lintas Negara Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Aplikasi Impor
Sebelum
Ekspor Dokumen diserahkan secara manual, 4 dokumen ekspor dan 8 dokumen impor
Sesudah
Aplikasi Online untuk ekspor dan impor dengan aplikasi National
Single Window Dwelling Time
9.3 hari (Jakarta)
Pengecekan Dokumen Ekspor-Impor
Tiga hari
Biaya
Biaya Ekspor US$424, Impor US$523
(NSW) 3,01 hari di Jakarta, dan 5,08 hari di Surabaya Waktu pelayanan dokumen ekspor adalah 0.06 jam dan dokumen impor adalah 0.12 jam oleh Bea Cukai Tidak terdapat biaya ekspor dan impor terkait Bea Cukai di seluruh pelabuhan di Indonesia
Sumber : BKPM Pusat, 2016
Terdapat 4 aspek yang menonjol dalam perbaikan perdagangan antar negara. Pertama aplikasi ekspor-impor
online, dwelling time berkurang, waktu yang semakin singkat dalam pengecekan dokumen ekspor-impor serta ketiadaan biaya administrasi di bea cukai.
62|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
f.
Perlindungan Investor Minoritas Indikator perlindungan investor minoritas berfokus
pada aturan/praktik perlindungan terhadap pemegang saham minoritas di suatu negara. Indikator ini menjadi penjelas bahwa kepastian berusaha di setiap negara harus memberikan perlindungan dan rasa aman bagi pemegang saham minoritas. Terdapat tiga aspek yang menjadi perhatian atau penilaian dalam indikator ini yakni conflict of interest regulation dan
shareholder governance. Tabel 3.7. Aspek Perlindungan Investor Minoritas Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Conflict interest regulation Shareholder Governance
Sebelum
of Conflict of Interest Regulation Index: 5.7
Sesudah
Conflict of Interest Regulation Index:
(Skala 0-10)
8 (Skala 0-10)
Shareholder Governance Index: 5
Minority Investor Protection Index:
(Skala 0-10)
7.5 (Skala 0-10)
Minority Investor Minority Investor Protection Index Protection Index: 5.3 (Skala 0-10) Sumber : BKPM Pusat, 2016
Perlindungan terhadap investor minoritas di Indonesia semakin baik dan memberikan kepastian berusaha kepada mereka. Perbaikan beberapa aspek yang mengukur tentang perlindungan terhadap investor minoritas di atas sebagai akibat dari beberapa perbaikan/perwujudan hal-hal berikut :
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 63
a. Shareholder mendapatkan hak pertama kali untuk membeli saham perusahaan, b. Shareholder memberikan persetujuan atas external
auditor, c. Perubahan terkait hak voting harus disetujui oleh
shareholder terkait, d. Presiden Direktur tidak dapat menjabat sebagai Dewan Komisaris, e. Dewan Komisaris harus terdiri dari anggota yang independen dan bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan, f.
Komite audit tersendiri untuk buyer,
g. Bila ada pemegang saham lebih dari 50% harus membuat tender penawaran, h. Pemegang saham sebesar 5% berhak mengajukan usulan, agenda pertemuan pemegang saham, i.
Pertemuan pemegang saham harus diumumkan 37 hari sebelumnya,
j.
Informasi pemegang saham 5% atau lebih harus dicantumkan dalam laporan tahunan,
k. Ganti rugi finansial dapat diberikan tergantung putusan pengadilan. g.
Penanganan Kepailitan Ketika memulai usaha, ada kemudahan memulai usaha
yang dinilai. Pun ketika usaha seorang investor mengalami pailit perlu adanya kepastian yang jelas, terlebih dari segi hukum. Pengurusan pailit di Indonesia terbilang rumit, berbiaya mahal dan memerlukan waktu yang lama. Terdapat 3 aspek yang menjadi penilaian dalam kepengurusan pailit di Indonesia
64|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
yakni biaya kurator, rencana kerja kurator, dan proses penanganan kepailitan. Pasca adanya deregulasi dalam rangka peningkatan
Ease of Doing Business, beberapa peraturan terkait dengan kepailitan diubah menuju proses yang lebih sederhana dan transparan. Ada 3 aspek dalam hal kepailitan yang direformasi yakni biaya kurator yang semakin rendah, rencana kerja kurator yang dipantau hakim, dan proses lama hari dari 730 hari menjadi 240 hari. Tabel 3.8. Aspek Penanganan Kepailitan Pra Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Biaya Kurator
Rencana Kurator Proses Penanganan Kepailitan
Sebelum
Sesudah
Berdasarkan % dari nilai aset; Biaya kurator sebesar 2.5 % nilai aset yang dijual kreditur
Berdasarkan % dari nilai hutang atau tarif jam pakai; Biaya kurator sebesar 1 % untuk nilai hutang Rp 500 miliar atau maksimum Rp 4 juta/jam Dipantau hakim dan dilaporkan kepada Hakim
Kerja Sebelumnya pelaporan rencana kerja kurator tidak diatur Sebelumnya 730 hari
240 ri
Sumber : BKPM Pusat, 2016
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 65
h. Akses Kredit Akses kredit menjadi hal penting dalam penanaman modal. Tanpa akses kredit, investor tidak akan bisa melakukan ekspansi usahanya. Artinya, usaha yang dijalankan tidak akan bisa berkembang (meningkat skala produksinya). Keberadaan akses kredit, akan menjadi salah satu hal yang menjadikan investor menjadi nyaman dalam berproduksi. Terdapat 3 aspek yang menjadi penilaian dalam aspek akses kredit dalam EoDB, yakni lembaga pengelola informasi perkreditan (LPIP), Data Kredit dan Akses Jaminan Fidusia. Terdapat beberapa perbaikan dalam akses kredit bagi para pengusaha adanya Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) sebanyak 2 lembaga dan adanya akses terhadap jaminan fidusia. Tabel 3.9. Aspek Akses Kredit Pra Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) Akses Fidusia
Sebelum
Sesudah
Tidak ada
Ada 2 lembaga LPIP yang izinnya telah diterbitkan OJK Akses jaminan Fidusia terbuka untuk umum
Jaminan Sebelumnya hanya terbuka untuk notaris
Sumber : BKPM Pusat, 2016 i.
Pelaporan dan Pembayaran Perpajakan
Ease of Doing Business (EoDB) sangat mengakomodasi segala sesuatu yang berhubungan dengan birokrasi yang bersifat
online.
Salah
satunya
adalah
perihal
pembayaran/pelaporan pajak dan pembayaran jaminan sosial tenaga kerja. Selama metode pembayaran atau pelaporan
66|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
masih bersifat manual, meskipun sudah baik, tetap belum bisa diperhitungkan sebagai perbaikan Ease of Doing Business. Salah satu kendala di Indonesia yang menjadikan item ini susah naik peringkat dalam EoDB adalah masih terteranya ketentuan pelaporan pajak secara mailing dan dropbox. Meski sudah ada ketentuan online, tetap saja hal ini mengurangi penilaian EoDB di komponen pelaporan dan pembayaran pajak. Pasca reformasi deregulasi investasi, pelaporan pajak sudah bisa dilakukan secara online. Tabel 3.10. Aspek Pelaporan dan Pembayaran Perpajakan Pra Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
PPh Badan BPJS Kesehatan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pendapatan Pekerja
Sebelum
Sesudah
13 kali secara manual 12 kali secara manual 12 kali secara manual
Online Online Online
12 kali secara manual
Online
Sumber : BKPM Pusat, 2016 j.
Penegakan Kontrak Penegakan kontrak menjadi salah satu hal yang
diperhatikan dalam penilaian EoDB. Kontrak yang firm, baik isi dan implementasinya menjadi salah satu aspek penting yang diperhatikan oleh pengusaha dalam berusaha. Apabila penegakan kontrak jelas, maka muncul kepastian hak dan kewajiban antaran pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Terdapat tiga aspek yang diperhatikan dalam penegakan kontrak yakni prosedur, proses peradilan dan biaya. Prosedur, proses peradilan dan biaya dalam penegakan kontrak pasca adanya reformasi dilakukan secara lebih transparan, singkat dan murah. Prosedur yang sebelumnya INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 67
tidak ada pengadilan gugatan yang bersifat sederhana, saat ini lebih ringkas dan sederhana. Proses pengadilan dari 471 hari menjadi hanya 25 hari (tidak banding); 38 hari (banding). Sedangkan biaya turun dari Rp1.534.000,- menjadi Rp992.000,(Jakarta)
dan
dari
Rp1.391.000,-
menjadi
Rp786.000,-
(Surabaya). Tabel 3.11. Aspek Penegakan Kontrak Pra dan Pasca Perbaikan Izin Investasi di BKPM Pusat Aspek
Sebelum
Sesudah
Prosedur
Sebelumnya tidak ada pengadilan gugatan sederhana
Proses Pengadilan
471 hari
Biaya
Jakarta Rp. 1,534,000 dan Surabaya Rp. 1,391,000
Prosedur yang jelas dan ringkas untuk pengadilan gugatan sederhana 25 hari (tidak banding); 38 hari (banding) Jakarta Rp. 922,000 Surabaya Rp. 786,000
Sumber : BKPM Pusat, 2016
3.2. Persoalan Infrastruktur Infrastruktur
memainkan
peran
penting
dalam
perwujudan iklim investasi yang baik. Infrastruktur yang baik akan menghasilkan kegiatan investasi yang optimal dan sebaliknya.
Infrastruktur
yang
mendukung
investasi
di
antaranya adalah jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik. Infrastruktur jalan dan pelabuhan memiliki korelasi dengan biaya angkutan dan logistik. 68|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Infrastruktur yang baik akan menghasilkan arus barang dan faktor produksi (bahan baku) menjadi lebih lancar. Alhasil, biaya distribusi dan logistik akan menurun. Sebaliknya, apabila infrastruktur belum baik, maka biaya pengangkutan dan biaya logistik tinggi. Salah satu indikator untuk melihat kondisi infrastruktur di Indonesia dalam kaitannya dengan kegiatan investasi adalah peringkat Global Competitiveness Index (GCI) pilar indikator infrastruktur. Pilar infrastruktur Indonesia pada indikator GCI mengalami fluktuasi dalam hal peringkat dan skor nilai. Pada GCI 2013-2014, peringkat pilar infrastruktur dalam GCI Indonesia berada pada peringkat 61 dengan skor 4,17. Pada 2014-2015, peringkatnya meningkat menjadi 56 dengan skor 4,37. Terakhir, pada 2015-2016, peringkatnya menurun menjadi 62 dengan skor 4,2, lebih buruk dibandingkan dengan GCI 2013-2014. Malaysia sebagai negara tetangga dan merupakan salah satu pesaing berat dalam hal investasi, memiliki peringkat GCI pilar infrastruktur pada peringkat 29 dan skor 5,19 pada 2013-2014
dan
terus
konsisten
menuju
perbaikan.
Peringkatnya membaik menjadi peringkat 24 dan skor 5,5 pada GCI 2015-2016. Hal tersebut juga terjadi dengan Vietnam. Meskipun peringkat dan skornya masih jauh dari Indonesia, namun selama kurun 2013-2016, peringkat GCI pilar infrastruktur Vietnam menunjukkan perbaikan yang konsisten. Pada 20132014, GCI pilar infrastruktur Vietnam berada pada peringkat 82 dengan skor 3,69. Pada GCI 2015-2016, peringkatnya membaik menjadi peringkat 76 dengan skor 3,84.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 69
Tabel 3.12. Indeks Daya Saing Pilar Infrastruktur Indonesia Malaysia Vietnam Tahun Rank Skor Rank Skor Rank Skor 2015-2016 62 4,2 24 5,5 76 3,84 2014-2015 56 4,37 25 5,46 81 3,74 2013 – 2014 61 4,17 29 5,19 82 3,69 Sumber: Global Competitiveness Index 2013 – 2016, WEF.
Apabila dilihat lebih detail pada pilar infrastruktur, kualitas infrastruktur
Indonesia
mengalami
fluktuasi
dalam
hal
peringkat dan skornya. Pada GCI 2013-2014, peringkat GCI pilar infrastruktur untuk kualitas infrastruktur secara keseluruhan berada pada peringkat 82 dengan skor 4,00. Pada GCI 20152016, peringkatnya meningkat menjadi 81 dengan skor 3,8. Perbaikan tersebut perlu diapresiasi. Namun demikian, terdapat sub pilar yang kualitasnya semakin memburuk dari tahun ke tahun, baik peringkat dan skornya. Sub pilar tersebut adalah kualitas jalan. Sejak 2013 hingga 2016, peringkatnya memburuk dari peringkat 78 di GCI 2013-2014 menjadi peringkat 80 di GCI 2015-2016. Sub-pilar yang lain menunjukkan perbaikan, dengan perbaikan terbaik ada di kualitas pelabuhan Indonesia. Pada GCI 2013-2014, sub pilar kualitas pelabuhan Indonesia berada pada peringkat 89 dengan skor 3,7. Pada GCI 2015-2016, peringkatnya meningkat 7 menjadi peringkat 82 dengan skor 3,8. Peningkatan tersebut merupakan peningkatan peringkat tertinggi dibandingkan dengan sub-pilar kualitas kereta api, kualitas bandara dan kualitas suplai listrik.
70|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 3.13. Detail Indeks Daya Saing Pilar Infrastruktur Indonesia 2013-2014 2014-2015 2015-2016 Sub Pilar Rank Skor Rank Skor Rank Skor Kualitas Infrastruktur 82 4 72 4,2 81 3,8 Kualitas Jalan 78 3,7 72 3,9 80 3,7 Kualitas Rel Kereta Api 44 3,5 41 3,7 43 3,6 Kualitas Pelabuhan 89 3,7 77 4 82 3,8 Kualitas Bandara 68 3,9 64 4,5 66 4,4 Kualitas Suplai Listrik 89 4,3 84 4,3 86 4,1 Sumber: Global Competitiveness Index 2013 – 2016, WEF.
3.3. Persoalan Tenaga Kerja Tenaga kerja memiliki peranan penting dalam hal penciptaan pertumbuhan ekonomi. Bersama modal dan teknologi, tenaga kerja menjadi faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja yang melimpah,
produktif
dan
murah
menjadi
salah
satu
keuntungan (advantage) yang dimiliki oleh sebuah negara dalam perwujudan pertumbuhan yang kompetitif. Namun sayang, hampir tidak ada di dunia ini dalam satu perekonomian terdapat tenaga kerja yang melingkupi tiga hal tadi. Paling tidak melingkupi satu atau dua di antara ketiganya. Kondisi di Indonesia saat ini adalah tenaga kerja yang tersedia
melimpah,
namun
tidak
semuanya
memiliki
produktivitas yang tinggi. Dikatakan murah, tidak juga. Banyak keluhan pengusaha akan mahalnya tenaga kerja di Indonesia. Secara umum, peringkat GCI untuk pilar efisiensi pasar tenaga kerja di Indonesia menurun dari peringkat 103 di GCI 2013-2014 menjadi peringkat 115 di GCI 2015-2016. Kondisi tersebut berkebalikan dengan Malaysia dan Vietnam. Pada INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 71
periode yang sama, peringkat kedua negara itu membaik. Pada GCI 2013-2014, peringkat Malaysia 25 membaik menjadi peringkat 19 pada GCI 2015-2016, sedangkan Vietnam membaik dari peringkat 56 di GCI 2013-2014 menjadi peringkat 52 di GCI 2015-2016. Tabel 3.14. Indeks Daya Saing Pilar Efisiensi Pasar Tenaga Kerja Tahun 2015 - 2016
Indonesia Ranking Skor 115 3,74
Malaysia Vietnam Ranking Skor Ranking Skor 19 4,86 52 4,38
2014 - 2015
110 3,81 19 4,8 49 103 4,04 25 4,79 56 2013 – 2014 Sumber: Global Competitiveness Index 2013 – 2016, WEF.
4,37 4,4
Apabila dilihat lebih detail pada sub pilar efisiensi pasar tenaga kerja, hanya sub pilar praktik penerimaan kerja dan PHK; Biaya Pesangon, gaji mingguan serta rasio pekerja wanita terhadap laki-laki yang mengalami perbaikan peringkat. Subpilar
lainnya
semisal
relasi
antara
pekerja-pengusaha,
fleksibilitas penentuan upah, efek pajak terhadap insentif untuk bekerja, serta metode pembayaran dan tingkat produktivitas tenaga kerja peringkatnya menurun selama periode 2013-2014 hingga periode 2015-2016.
72|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 3.15. Detail Indeks Daya Saing Pilar Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 2013-2014 2014-2015 2015-2016 Item Rank Skor Rank Skor Rank Skor Relasi antara Pekerja Pengusaha 49 4,6 46 4,6 49 4,6 Fleksibilitas dalam Penentuan Upah 106 4,6 114 4,4 112 4,3 Praktik Penerimaan Kerja dan PHK 39 4,3 32 4,3 34 4,3 Biaya Pesangon, gaji mingguan 141 57,8 139 57,8 135 57,8 Efek pajak terhadap insentif untuk bekerja 27 4,3 31 4,1 43 4 Pembayaran dan Produktivitas 29 4,4 30 4,5 33 4,5 Rasio tenaga kerja wanita terhadap lakilaki 115 0,62 112 0,62 112 0,62 Sumber: Global Competitiveness Index 2013 – 2016, WEF.
3.5. Persoalan Kepastian Hukum dan Kepastian Berusaha Konsistensi kebijakan, kepastian hukum dan kepastian berusaha di Indonesia masih menjadi persoalan yang menghadang perbaikan iklim investasi di Indonesia. Meskipun di tingkat pusat terdapat beragam deregulasi seperti pelayanan perizinan 3 jam, dalam eksekusi di daerah, tidak semua pemda/pemkot bisa mengimbangi akselerasi BKPM pusat. Hal ini dikarenakan perbedaan kapasitas sumber daya manusia di pusat dan daerah. Sumber daya manusia di daerah terbatas. Selain menjadikan
itu,
pelaksanaan
Pemerintah
pusat
otonomi kurang
daerah
berkuasa
juga dalam
memengaruhi kebijakan-kebijakan yang kurang mendukung investasi Pemerintah. Meskipun Pemerintah Pusat telah INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 73
membatalkan ratusan perda yang tidak ramah investasi, tetap saja gangguan kepastian berusaha tetap saja masih ada seperti ancaman sweeping terkait dengan isu tenaga kerja asing dari Tiongkok. Contoh lain yang menunjukkan kepastian berusaha di Indonesia labil adalah ketentuan sertifikasi halal bagi usaha kecil mikro yang skala produksinya meningkat menjadi usaha kecil menengah. Akibatnya, perusahaan usaha kecil yang hendak naik kelas tidak terkendala pada aspek sertifikasi halal. Ukuran lain bisa dijadikan untuk mengetahui bahwa kepastian hukum dan kepastian berusaha masih membayangi dunia investasi di Indonesia adalah perbedaan capaian peringkat competitiveness index dan peringkat ease of doing
business (eodb). Peringkat EoDB Indonesia meningkat di 2016, namun di sisi lain, competitiveness index Indonesia pada periode sama menurun. Hal ini menandakan bahwa dalam hal pengurusan bisnis di awal mudah, namun dalam pelaksanaan bisnisnya masih ada banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh pengusaha di lapangan.
74|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Salah satu tujuan utama dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi semenjak 9 September 2015 adalah untuk i menderegulasi dan debirokra�sas kebijakan Investasi. (sumber gambar : hukumonline.com)
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 75
Bab 4 Deregulasi dan Debirokratisasi Kebijakan Investasi 4.1.
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I: Deregulasi dan Debirokratisasi untuk Mendorong Daya Saing Nasional Secara formal, Presiden meluncurkan paket kebijakan
ekonomi jilid 1 pada 9 September 2015. Munculnya paket perdana kebijakan ekonomi ini setidaknya menyangkut pada tiga langkah strategis. Pertama, mendorong daya saing nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha. Kedua, mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan dan sumbatan dalam pelaksanaan serta penyelesaian proyek strategis nasional. Ketiga, meningkatkan investasi di sektor properti. Jika dilihat secara khusus, terdapat sepuluh kebijakan pokok di antaranya penguatan pembiayaan ekspor melalui
National Interest Account, penetapan harga gas untuk industri tertentu dalam negeri, dan kebijakan pengembangan kawasan
76|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
industri. Lebih lanjut, penguatan fungsi ekonomi koperasi, simplifikasi perizinan perdagangan, dan simplifikasi visa kunjungan dan peraturan pariwisata. Paket ini juga mencakup kebijakan elpiji bagi para nelayan, stabilitas harga komoditas pangan, melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakkan ekonomi pedesaan, serta pemberian raskin (beras miskin) atau beras kesejahteraan untuk bulan ke-13 dan ke-14. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan kebijakan ini diarahkan untuk memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri atau utilisasi kapasitas industri, serta menghilangkan distorsi industri yang membebani investor dan pelaku usaha dengan melepas tambahan beban regulasi dan birokrasi untuk mendorong percepatan investasi dan industrialisasi.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 77
Tabel 4.1. Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I No
Fasilitas/Insentif
Keterangan
1
Deregulasi
2
Debirokratisasi
3
Penegakan Hukum dan Kepastian Usaha
a) Rasionalisasi segala peraturan yang tidak relevan dan duplikasi atau redundansi di antara peraturan yang menghambat proses perizinan investasi b) Melakukan penyelarasan dan konsistensi peraturan di antara Kementerian/Lembaga a) Penyederhanaan perizinan seperti satu identitas pelaku usaha dan sedikit minimalisasi syarat perizinan b) Pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) dan Service Level Agreements (SLA) yang jelas dan tegas dalam mekanisme dan prosedur perizinan serta penyediaan help desk dan pengawasan internal yang berkelanjutan c) Pelimpahan kewenangan kepada sistem Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) baik dari tempat, bentuk, waktu, dan biaya. d) Penerapan manajemen risiko yang selaras dengan proses perizinan dan pelayanan melalui sistem elektronik a) Penyelesaian permasalahan regulasi dan birokrasi serta membangun ketentuan sanksi yang tegas dan tuntas dalam setiap peraturan b) Pengawasan, pengamanan, kenyamanan dan pemberantasan pungutan liar (pungli)
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian, 2015 INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|78
Regulasi BKPM yang telah diterbitkan: 1.
Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal. Penyusunan
perka
(peraturan
kepala)
ini
dimaksudkan sebagai panduan pelaksanaan pelayanan Penanaman Modal terkait prosedur pengajuan dan persyaratan permohonan Perizinan dan nonperizinan Penanaman Modal, yang ditujukan bagi para pejabat BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP KPBPB, PTSP KEK, para pelaku usaha serta masyarakat umum lainnya. Tujuan dari dikeluarkannya Perka no 15 ini adalah a) terwujudnya kesamaan dan keseragaman prosedur pengajuan permohonan, persyaratan dan tata cara Perizinan dan Non perizinan Penanaman Modal di instansi BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP KPBPB, PTSP KEK di seluruh Indonesia; b) memberikan informasi kepastian waktu penyelesaian permohonan Perizinan dan Non perizinan Penanaman Modal; dan c) tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, akurat, transparan dan akuntabel. 2.
Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Peraturan tersebut dimaksudkan sebagai landasan pelaksanaan Pemantauan, Pembinaan, dan Pengawasan terhadap pelaksanaan Penanaman Modal sesuai dengan hak, kewajiban dan tanggung jawab Penanam Modal serta ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Harapan
akhirnya adalah tercapainya realisasi Penanaman Modal INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|79
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan. Sedangkan tujuannya adalah: a. memperoleh
data
perkembangan
realisasi
Penanaman Modal dan informasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan; b. melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan; c. melakukan
Pengawasan
pelaksanaan
Penanaman Modal, penggunaan fasilitas fiskal dan non fiskal serta melakukan tindak lanjut atas hasil
pemeriksaan
lapangan
terhadap
perusahaan.
4.2.
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II: Kemudahan Izin Investasi dan Insentif Fiskal Kurang dari satu bulan paket kebijakan ekonomi jilid 1
dirilis,
pada
29
September
2015
pemerintah
kembali
meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid 2. Jika paket ekonomi jilid 1 terdiri dari banyak regulasi dan menyasar banyak indikator, pada paket kali ini pemerintah fokus pada upaya
peningkatan
investasi
melalui
deregulasi
dan
debirokratisasi peraturan, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Salah satu terobosan kebijakan yang dihasilkan adalah layanan cepat izin investasi dalam waktu 3 (tiga) jam. Investor yang mengantongi izin tersebut, dapat langsung melakukan kegiatan investasi di Kawasan Industri. Dasar regulasi yang dibutuhkan untuk layanan tersebut adalah Peraturan Kepala BKPM, Peraturan Pemerintah mengenai Kawasan Industri serta Peraturan Menteri Keuangan.
80|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Klausul untuk mendapatkan layanan cepat ini antara lain investor harus memiliki rencana investasi minimal Rp100 miliar dan/atau rencana penyerapan tenaga kerja di atas 1.000 orang. Permohonan dapat disampaikan oleh calon pemegang saham dengan cara datang langsung ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM. Satu calon pemegang saham boleh mewakili calon pemegang saham lainnya sepanjang membawa lampiran surat kuasa. Layanan cepat Pendirian Badan Hukum Investasi melalui PTSP Pusat di BKPM meliputi izin investasi, akta pendirian perusahaan, dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai badan hukum Indonesia serta NPWP. Izin investasi yang diberikan sekaligus berfungsi sebagai izin konstruksi untuk memulai kegiatan investasi di Kawasan Industri. Meski demikian, perusahaan harus tetap memenuhi norma atau standar dalam berinvestasi sesuai dengan ketentuan Kawasan Industri. Seperti diketahui bahwa selama ini masalah panjangnya waktu dan banyaknya izin yang dibutuhkan untuk berinvestasi menjadi kendala besar bagi terlaksananya kegiatan usaha. Kondisi itu menjadi pertimbangan investor ketika hendak berinvestasi di Indonesia. Investor di luar Kawasan Industri selama ini membutuhkan waktu mencapai 8 hari untuk mengurus perizinan badan usaha, belum lagi pengurusan 11 izin untuk melakukan konstruksi yang membutuhkan waktu 526 hari (Kementerian Perindustrian, 2015). Namun, jika investasi dilakukan dalam Kawasan Industri, waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan badan usaha yaitu 8 hari, sedangkan 11 perizinan lainnya tidak diperlukan karena perizinan
tersebut
dikecualikan
bagi
perusahaan
yang
beroperasi di wilayah Kawasan Industri. INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 81
Pada paket kebijakan ini juga difokuskan pada pengembangan kawasan industri yang atraktif bagi para investor untuk mau melakukan investasi. Langkah yang diambil pemerintah adalah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Sarana Penunjang Pengembangan Industri (Kawasan Industri) yang nyaman, aman, efisien melalui penyediaan kawasan yang terintegrasi. Upaya itu dilakukan dengan penguatan jalur distribusi dan logistik serta infrastruktur juga menjadi faktor percepatan pembangunan kawasan industri. Di samping itu, keberadaan Kawasan Industri di luar Pulau Jawa juga terus didorong untuk memproduksi barang substitusi impor serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi di daerah. Tidak hanya itu, pada paket ini juga diatur mengenai investasi di sektor kehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setidaknya merevisi 9 peraturan sehingga proses perizinan
menjadi
lebih
cepat
karena
berkurang
dari
sebelumnya membutuhkan 14 izin menjadi cukup 6 izin saja. Terobosan
selanjutnya
dalam
paket
ini
adalah
pengurusan tax allowance dan tax holiday yang lebih cepat melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Persetujuan pemberian insentif fiskal tersebut dilakukan
setelah
semua
persyaratan
terpenuhi
yang
melibatkan BKPM dan Direktorat Jenderal Pajak. Proses permohonan tax allowance dapat diselesaikan maksimal dalam 25 hari, sedangkan tax holiday proses penyelesaiannya paling lama 45 hari karena memerlukan verifikasi yang lebih tajam. Akselerasi insentif fiskal ini diajukan karena selama ini membutuhkan waktu yang berlarut-larut hingga bisa mencapai tahunan akibat banyak persyaratan dan birokrasi yang harus dipenuhi. Sebagaimana diketahui, tax holiday merupakan pengurangan pajak penghasilan (PPh) badan selama periode 82|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
tertentu, sementara tax allowance adalah pengurangan pajak untuk bidang usaha tertentu. Fasilitas itu umumnya diberikan kepada industri pionir dengan nilai investasi yang cukup besar. Percepatan proses pengurusan insentif dilakukan dalam menjaring investasi jangka panjang, khususnya bagi industri pionir yang memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional, memunculkan teknologi dan inovasi, serta memiliki nilai tambah yang tinggi. Terdapat lima cakupan industri pionir yang berhak menerima tax holiday yaitu logam dasar, pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, permesinan, industri di bidang sumber daya terbarukan, dan industri peralatan komunikasi. Pemerintah kemudian menambah empat sektor industri lagi yaitu industri pengolahan berbasis hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan, transportasi kelautan, pengolahan yang merupakan industri utama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta infrastruktur ekonomi selain yang menggunakan skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sementara itu, fasilitas tax allowance yang diatur dalam PP Nomor 18 tahun 2015 ini juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta pemerataan dan percepatan pembangunan bagi bidang-bidang usaha tertentu khususnya di daerahdaerah luar Jawa.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 83
Tabel 4.2. Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II No 1
Fasilitas/ Keterangan Insentif Kemudahan a) Memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu tiga layanan investasi jam, 3 jam di b) Pemegang Izin Investasi sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi di Kawasan Kawasan Industri Industri. c) Kriteria untuk mendapatkan layanan cepat investasi 3 jam adalah para investor memiliki rencana investasi minimal Rp100 miliar dan/atau rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia di atas 1,000 (seribu) orang. d) Permohonan disampaikan langsung oleh calon pemegang saham ke PTSP Pusat di BKPM. Satu calon pemegang saham boleh mewakili calon pemegang saham lainnya sepanjang membawa lampiran surat kuasa. e) Layanan cepat Pendirian Badan Hukum Investasi melalui PTSP Pusat di BKPM ini meliputi izin penanaman modal (investasi), akta pendirian perusahaan, dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai badan hukum Indonesia, serta NPWP. f) Izin investasi yang diberikan sekaligus akan berfungsi sebagai izin konstruksi untuk memulai kegiatan investasi di Kawasan Industri. Tapi sebelumnya, perusahaan tersebut INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|84
No
2
3
4
Fasilitas/ Insentif
Pengurusan Tax a) Allowance dan Tax Holiday b) Lebih Cepat Pungutan PPN a) untuk alat transportasi b) ditiadakan Insentif fasilitas a) di Kawasan Pusat Logistik b) Berikat
Keterangan harus memenuhi norma/standar dalam berinvestasi yang harus dipenuhi sesuai ketentuan Kawasan Industri, antara lain pajak, TDP, Izin Gangguan/SITU, IMB, Izin Lokasi, Pertimbangan Teknis Pertanahan, HGB, Izin Lingkungan dan Amdal, Amdal Lalin, ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dan lain-lain. Tax Allowance Pemerintah memberikan atau menolak tax allowance kepada investor, setelah 25 hari syarat dan aplikasi dipenuhi. Tax Holiday Pemerintah mengesahkan pemberian tax holiday, maksimum 45 hari setelah semua persyaratan dipenuhi. Tidak memungut PPN untuk beberapa alat transportasi, terutama adalah galangan kapal, kereta api, pesawat, dan termasuk suku cadangnya Kebijakan ini telah tertuang dalam PP No. 69/2015 tentang impor dan penyerahan alat angkutan tertentu dan penyerahan jasa kena pajak, terkait angkutan tertentu yang tidak dipungut PPN. Pembangunan dua pusat logistik berikat, di Cikarang terkait sektor manufaktur dan di Merak terkait BBM, yang direncanakan siap beroperasi menjelang akhir tahun. Manfaat: perusahaan manufaktur tidak perlu impor dan tidak perlu mengambil barang dari luar negeri, cukup mengambil dari gudang berikat.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 85
No
Fasilitas/ Keterangan Insentif 5 Insentif a) Pengurangan pajak bunga deposito diberikan kepada Eksportir yang berkewajiban pengurangan melaporkan devisa hasil ekspor (DHE) ke BI. pajak bunga b) DHE yang disimpan dalam bentuk deposito: (i) 1 bulan diturunkan 10 persen, (ii) 3 deposito bulan menjadi 7,5 persen, (iii) 6 bulan menjadi 2,5 persen dan (iv) di atas 6 bulan 0 persen. c) Jika dikonversi ke rupiah: (i) 1 bulan 7,5 persen, (ii) 3 bulan 5 persen, dan (iii) 6 bulan langsung 0 persen. 6 Perampingan Mempercepat Izin investasi dan produksi sektor kehutanan dengan mengurangi dari 14 izin sektor izin menjadi 6 izin kehutanan Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian (2015)
86|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Regulasi BKPM yang telah diterbitkan dalam Paket Ekonomi Jilid II adalah: (a) Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, (b) Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non perizinan Penanaman Modal, (c) Peraturan Kepala BKPM Nomor 16 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal dan (d) Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Pengeluaran Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal dimaksudkan sebagai panduan bagi para pejabat PTSP Pusat di BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP KPBPB, PTSP KEK, dan para pelaku usaha serta masyarakat umum lainnya. Sedangkan
tujuan
dari
perka
tersebut
adalah
mewujudkan kesamaan dan keseragaman prosedur pengajuan dan persyaratan permohonan Izin Prinsip pada PTSP Pusat di BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP KPBPB, dan PTSP KEK, di seluruh Indonesia, memberikan informasi kepastian waktu penyelesaian permohonan Izin Prinsip; dan sebagai sarana tercapainya pelayanan yang cepat, sederhana, transparan dan terintegrasi. Di sisi lain, Perka No 16 tahun 2016 dimaksudkan sebagai panduan pelaksanaan pelayanan fasilitas Penanaman Modal yang merupakan prosedur pengajuan dan persyaratan permohonan Fasilitas Penanaman Modal yang ditujukan bagi para pejabat PTSP Pusat di BKPM dan para pelaku usaha serta masyarakat umum lainnya.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|87
Tujuan dari perka tersebut adalah ditujukan untuk: (a) menyediakan informasi tentang persyaratan dan waktu penyelesaian permohonan Fasilitas Penanaman Modal dan (b) memberikan pelayanan yang
mudah, cepat, tepat, akurat,
transparan dan akuntabel. 4.3.
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III: Penyederhanaan Izin Pertanahan dan Insentif Bea Masuk Mesin Industri Dalam rangka memacu investasi sektor riil, pemerintah
mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid 3 yang salah satunya berisi pemangkasan perizinan di bidang pertanahan melalui revisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No. 2 Tahun 2015 tentang standar dan pengaturan agraria. Aturan baru tersebut menyangkut pemberian hak atas tanah, khususnya hak guna usaha. Selain itu juga terdapat perpanjangan hak dan pembaruan hak yang keseluruhan perizinannya disederhanakan sehingga layanan jauh lebih cepat. Sebagai contoh, Hak Guna Usaha (HGU) dari 30-90 hari diperpendek menjadi 20 hari kerja untuk lahan sampai dengan 200 hektar, sedangkan untuk lahan di atas 200 hektar menjadi 45 hari kerja. Untuk perpanjangan, waktunya dapat lebih dipersingkat lagi. Perpanjangan HGU yang semula butuh waktu 20-50 hari menjadi 7 (tujuh) hari kerja untuk lahan sampai dengan 200 hektar, atau 14 hari kerja untuk yang di atas 200 hektar. Perpanjangan HGU yang biasanya membutuhkan banyak persyaratan kembali disederhanakan. Selanjutnya, terkait permohonan hak atas tanah, para pemohon tidak perlu direpotkan dengan kelengkapan syarat-syarat dokumen yang terlalu banyak. Layanan tersebut terintegrasi dengan fasilitas
88|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
PTSP dan dalam waktu 3 jam sudah mendapat informasi tentang pertanahan mengingat sebelumnya prosedur itu dapat menelan hingga waktu hingga 70 hari. Contoh
lain,
pengukuran
bidang
tanah
yang
sebelumnya sampai 30 hari, kini untuk luas tanah hingga 200 hektar hanya dibutuhkan waktu 15 hari, sementara untuk luas tanah lebih dari 200 hektar selama 20 hari. Kementerian ATR/BPN memberi dukungan untuk pencapaian target tersebut dengan memberlakukan sistem BKO (Bawah Kendali Operasi) dari juru ukur yang tersedia di seluruh kantor pertanahan Indonesia. Lebih lanjut, untuk izin perpanjangan hak tidak perlu lagi memerlukan persyaratan yang sama seperti permohonan baru. Cukup dilakukan evaluasi dan pemeriksaan (audit) lahan. Dokumen evaluasi tersebut selanjutnya akan diperiksa apakah terdapat perubahan, koreksi dan sebagainya diselesaikan dalam waktu 7 hari untuk luas tanah hingga 200 hektar, dan 14 hari untuk luas tanah lebih dari 200 hektar dari yang sebelumnya mencapai 70 hari. Sedangkan, untuk Hak Guna Bangunan (HGB) dari sebelumnya memakan waktu 50 hari, dipercepat menjadi 30 hari.
Perpanjangan HGB juga
dipersingkat dari sebelumnya 50 hari menjadi cukup 5 hari saja untuk luasan 200 hektar dan 7 hari untuk luasan di atas 200 hektar. Lebih lanjut, dalam paket ini pemerintah melalui Kementerian Keuangan memberikan kebebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal. Ketentuan insentif tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 188/PMK.010/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/ PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 89
Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam Rangka Penanaman Modal. Dalam PMK tersebut disebutkan, pembebasan bea masuk dapat diberikan terhadap mesin, barang dan bahan yang berasal dari Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas, Kawasan Ekonomi Khusus, atau Tempat Penimbunan Berikat.
Adapun
jangka
waktu
pengimporan
dapat
diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pembangunan industri sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan penanaman modal. Perusahaan yang telah menyelesaikan pembangunan industri serta siap produksi, kecuali bagi industri yang menghasilkan jasa, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan produksi paling lama 2 (dua) tahun, sesuai kapasitas terpasang dengan jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Selanjutnya, bagi perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk tetapi belum merealisasikan seluruh importasi barang dan bahan dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun,
menurut
PMK
tersebut
dapat
diberikan
perpanjangan waktu importasi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal berakhirnya fasilitas pembebasan bea masuk. PMK ini juga menegaskan, pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka pengembangan industri, diberikan untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Sementara, bagi perusahaan yang telah menyelesaikan pengembangan
industri,
kecuali
bagi
industri
yang
menghasilkan jasa, sepanjang menambah kapasitas paling sedikit 30 persen dari kapasitas terpasang, dapat diberikan
90|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
pembebasan bea masuk atas barang dan bahan untuk keperluan tambahan produksi paling lama 2 (dua) tahun; untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Lebih dari itu, bagi perusahaan yang melakukan pengembangan, kecuali bagi industri yang menghasilkan jasa, dengan menggunakan mesin produksi asal impor yang dibeli di dalam negeri, sepanjang menambah kapasitas paling sedikit 30 persen, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan tambahan produksi selama 2 (dua) tahun sesuai kapasitas terpasang, dengan jangka waktu impor selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. 4.4.
Kebijakan Ekonomi Jilid VI: Mendorong Investasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pada dasarnya, pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI dititikberatkan
pada
perekonomian
di
upaya wilayah
untuk pinggiran.
menggerakkan Selama
ini,
pengembangan KEK dinilai belum sesuai dengan semangat dan harapan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009. UU tentang KEK bertujuan menciptakan kawasan yang menarik sebagai tujuan investasi dan penggerak perekonomian di wilayah-wilayah yang belum berkembang. Meski begitu, tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai akibat minimnya insentif dan kemudahan berinvestasi di KEK. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan delapan KEK yaitu, Tanjung Lesung (Banten), Sei Mangkei (Sumatera Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Bitung (Sulawesi Utara), Mandalika (NTB), Morotai (Maluku Utara), Tanjung ApiINVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 91
Api
(Sumatera
Selatan),
dan
Maloi
Batuta
Trans
Kalimantan/MBTK (Kalimantan Timur). Dari delapan KEK tersebut,
baru
dua
KEK
yang
beroperasi
dan
sudah
dicanangkan Presiden pada awal 2015, sedangkan sisanya masih dalam tahap pembangunan. Dalam rangka mendorong investasi di kawasan tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk memberikan kepastian sekaligus daya tarik bagi investor, serta memberikan kesempatan kerja untuk mendongkrak penghasilan masyarakat di wilayah masing-masing. Fasilitas insentif KEK tertuang dalam PP Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus. Adanya insentif tersebut nantinya dapat memacu pengembangan dan pendalaman klaster industri berbasis sumber daya lokal di setiap lokasi KEK. Di samping itu, regulasi tersebut juga akan mendorong sinergi
antara
menciptakan
pemerintah iklim
investasi
pusat yang
dan
daerah
kondusif.
dalam Namun,
pelaksanaan PP tersebut akan efektif jika Pemerintah Daerah (Pemda) setempat juga berkomitmen untuk memberikan fasilitas yang diperlukan bagi investor di daerahnya masingmasing. Adapun materi yang diatur dalam PP itu mencakup bentuk dan besaran insentif fiskal, serta berbagai fasilitas dan kemudahan di bidang ketenagakerjaan, imigrasi, pertanahan, serta perizinan. Investasi pada rantai produksi yang menjadi fokus
KEK
juga
diberikan
insentif
yang
lebih
besar
dibandingkan dengan investasi yang bukan menjadi fokus KEK.
92|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 4.3. Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI No 1.
Fasilitas/Insentif Pajak Penghasilan (PPh)
2.
PPN dan PPn BM
3
Kepabeanan
Keterangan a) Kegiatan Utama (Tax Holiday): pengurangan PPh sebesar 20-100% selama 10-25 tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp1 triliun. pengurangan PPh sebesar 20-100% selama 5-15 tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp500 milyar. b) Kegiatan di luar Kegiatan Utama (Tax Allowance) : Pengurangan penghasilan bersih sebesar 30% selama 6 tahun; Penyusutan yang dipercepat; c) PPh atas dividen sebesar 10% Kompensasi kerugian 5-10 tahun. a) Impor: tidak dipungut b) Pemasukan dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP) ke KEK tidak dipungut c) Pengeluaran dari KEK ke TLDDP tidak dipungut d) Transaksi antar pelaku di KEK: tidak dipungut e) Transaksi dengan pelaku di KEK lain: tidak dipungut Dari KEK ke pasar domestik: tarif bea masuk memakai ketentuan Surat Keterangan Asal (SKA)
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|93
No 4
Fasilitas/Insentif Pemilikan Properti bagi Orang Asing
5 6
Kegiatan Utama Pariwisata Ketenagakerjaan
7
Keimigrasian
8
Pertanahan
Keterangan a) Orang asing/badan usaha asing dapat memiliki hunian/properti di KEK (Rumah Tapak atau Satuan Rumah Susun) b) Pemilik hunian/properti diberikan izin tinggal dengan Badan Usaha Pengelola KEK sebagai penjamin c) Dapat diberikan pembebasan PPn BM dan PPn atas barang sangat mewah (luxury) a) b) a) b) c) d) a)
Dapat diberikan pengurangan Pajak Pembangunan I sebesar 50-100% Dapat diberikan pengurangan Pajak Hiburan sebesar 50- 100% Di KEK dibentuk Dewan Pengupahan dan LKS Tripartit Khusus Hanya 1 Forum SP/SB di setiap perusahaan Pengesahan dan perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) di KEK Perpanjangan Izin Menggunakan Tenaga kerja Asing (IMTA) di KEK Fasilitas Visa Kunjungan Saat Kedatangan selama 30 hari dan dapat diperpanjang 5 (lima) kali masing-masing 30 hari b) Visa kunjungan beberapa kali (multiple visa) yang berlaku 1 tahun c) Izin tinggal bagi orang asing yang memiliki properti di KEK d) Izin tinggal bagi orang asing lanjut usia yang tinggal di KEK Pariwisata a) Untuk KEK yang diusulkan Badan Usaha Swasta diberikan HGB dan perpanjangannya diberikan langsung bersamaan dengan proses pemberian haknya. b) Administrator KEK dapat memberikan pelayanan pertanahan
94|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
No 9
Fasilitas/Insentif Keterangan Perizinan a) Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin usaha melalui pelayanan terpadu satu pintu di KEK. b) Percepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi) c) Penerapan perizinan dan non perizinan daftar pemenuhan persyaratan (check list) d) Proses dan penyelesaian perizinan dan non perizinan keimigrasian, ketenagakerjaan, dan pertanahan di Administrator KEK
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian (2015)
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 95
4.5.
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X: Revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) Pada 11 Februari 2016, pemerintah mengeluarkan
paket kebijakan ekonomi yang kesepuluh dengan fokus pada revisi DNI untuk memberikan kesempatan lebih bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Revisi DNI dilakukan melalui Peraturan Presiden Nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Dalam revisi itu, pemerintah mengeluarkan 35 bidang usaha dari DNI, menghapus rekomendasi pada 83 bidang usaha, serta membuka 20 bidang usaha untuk asing dengan besaran saham tertentu. Bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar negatif, di antaranya industri crumb rubber, cold storage, pariwisata (restoran, bar, kafe, usaha rekreasi, seni, dan hiburan: gelanggang olah raga), industri perfilman, dan penyelenggara transaksi perdagangan secara elektronik (market place) bernilai Rp100 miliar ke atas, pembentukan lembaga pengujian perangkat telekomunikasi, pengusahaan jalan tol, pengelolaan dan pembuangan sampah tidak berbahaya, dan industri bahan baku
obat.
Selanjutnya,
bidang
usaha
yang
dihapus
rekomendasinya, seperti hotel (non bintang, bintang satu, bintang dua); motel; usaha rekreasi, seni, dan hiburan; biliar, bowling, dan lapangan golf. Perubahan lain yang cukup mendasar dari revisi DNI adalah dibukanya 20 (dua puluh) bidang usaha untuk asing, yang sebelumnya hanya boleh dikuasai 100 persen oleh PMDN. Bidang usaha itu antara lain jasa pelayanan penunjang kesehatan (67 persen), angkutan orang dengan moda darat (49
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|96
persen), instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi atau ekstra tinggi (49 persen), dan industri perfilman termasuk peredaran film (100 persen). Lebih lanjut, pemerintah menjamin revisi DNI dibarengi dengan upaya untuk melindungi UMKMK yang dibuktikan dengan penambahan 19 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK. Bidang usaha itu tercakup dalam kegiatan jenis usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atau risiko kecil/sedang dan/atau nilai pekerjaan yang kurang dari Rp 10 miliar. Dalam DNI sebelumnya, dipersyaratkan saham asing 55 persen di bidang-bidang usaha seperti jasa pra desain dan konsultasi, jasa desain arsitektur, jasa administrasi kontrak, jasa arsitektur lainnya, dan sebagainya. Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan, untuk UMKMK diperluas nilai pekerjaannya dari semula sampai dengan Rp 1 miliar menjadi sampai dengan Rp 50 miliar. Kegiatan itu mencakup jenis usaha jasa konstruksi, seperti pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial, bangunan sarana
kesehatan,
dan
lain-lain.
Untuk
memperluas
kegiatan
usaha UMKMK, bidang usaha disederhanakan melalui reklasifikasi, misalnya 19 bidang usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi dijadikan 1 jenis usaha. Dengan demikian, jenis/bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK menjadi lebih sederhana dari 139 menjadi 92 kegiatan usaha. Adapun untuk kemitraan yang ditujukan agar PMDN dan PMA bekerja sama dengan UMKMK yang semula 48 bidang usaha, bertambah 62 bidang usaha sehingga menjadi 110 bidang usaha. Bidang usaha itu antara lain usaha perbenihan perkebunan dengan luas 25 hektar atau lebih,
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 97
perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet, dan lain sebagainya. UMKMK juga tetap dapat menanam modal, baik di bidang usaha yang tidak diatur dalam DNI maupun bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan lainnya.
98|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Tabel 4.4. Ringkasan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid X No 1
Fasilitas/Insentif Memperkuat efektivitas pelaksanaan DNI
2
Terdapat 35 bidang usaha dikeluarkan dari DNI
3
Jenis atau bidang usaha yang tertutup
Keterangan a) Menegaskan definisi kemitraan sesuai dengan sektor, seperti 20% plasma; b) Peningkatan kepastian usaha, seperti mengawasi pelaksanaan bidang usaha yang telah disetujui investasinya tetap berjalan meskipun terjadi perubahan DNI; c) Peningkatan kepatuhan kementerian/lembaga dan pemda dalam pelaksanaan DNI; d) Memberikan saluran penyelesaian cepat permasalahan pelaksanaan DNI melalui Tim Nasional Peningkatan Investasi dan Peningkatan Ekspor. antara lain: industri crumb rubber; cold storage; pariwisata (restoran; bar; kafe; usaha rekreasi, seni, dan hiburan: gelanggang olah raga); industri perfilman; penyelenggara transaksi perdagangan secara elektronik (market place) yang bernilai di atas Rp100 milyar; pembentukan lembaga pengujian perangkat telekomunikasi; pengusahaan jalan tol; pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya; industri bahan baku obat. a) Berdasarkan UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal, bidang usaha yang tertutup terdiri dari:  tertutup untuk PMA, yaitu produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang;  bidang usaha yang secara tegas dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang;  bidang usaha yang tertutup berdasarkan Perpres No. 39 Tahun 2014. b) Dalam DNI saat ini terdapat 20 bidang usaha yang tertutup untuk semua penanaman modal, seperti: budi daya ganja, penangkapan spesies ikan yang dilarang berdasarkan INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|99
No
Fasilitas/Insentif
4
Kelonggaran Investasi
5
Peningkatan alokasi modal asing (PMA)
Keterangan peraturan internasional (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora/CITES), bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan keamanan, perjudian/kasino. c) Di dalam DNI yang baru ditambah lagi 1 bidang usaha yang tertutup dengan alasan kelestarian lingkungan, yaitu pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan suvenir/ perhiasan, serta koral hidup atau koral mati dari alam. a) Menghapus rekomendasi 83 bidang usaha, antara lain hotel (non-bintang, bintang satu, bintang dua); motel; usaha rekreasi, seni, dan hiburan; biliar, bowling, lapangan golf. b) Penyatuan bidang usaha menjadi 1 jenis usaha untuk mempermudah perizinan investasi, misalnya 39 bidang usaha seperti membangun gudang, membuat bangunan, reparasi bangunan menjadi 1 jenis usaha, yaitu jasa konstruksi. a) Komposisi saham PMA dalam DNI:  30% sebanyak 32 bidang usaha, antara lain budi daya dan perbenihan hortikultura, dsb, tetapi tidak berubah karena UU.  33% sebanyak 3 bidang usaha, yaitu distributor dan pergudangan meningkat menjadi 67%, serta cold storage meningkat menjadi 100%.  49% sebanyak 54 bidang usaha, di mana 14 bidang usaha meningkat menjadi 67% (seperti pelatihan kerja, biro perjalanan wisata, lapangan golf, jasa penunjang angkutan udara, dsb); dan 8 bidang usaha meningkat menjadi 100% (seperti: sport center, laboratorium pengolahan lm, industri crumb rubber, dsb); serta 32 bidang
100|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
No
Fasilitas/Insentif
Keterangan usaha tetap 49%, seperti fasilitas pelayanan akupunktur. 51% sebanyak 18 bidang usaha, dimana 10 bidang usaha meningkat menjadi 67% (seperti: museum swasta, jasa boga, jasa konvensi, pameran dan perjalanan insentif, dsb); dan 1 bidang usaha meningkat menjadi 100%, yaitu restoran; serta 7 bidang usaha tetap 51%, seperti pengusahaan pariwisata alam. 55% sebanyak 19 bidang usaha, di mana semuanya bidang usaha meningkat menjadi 67%, yaitu jasa bisnis/jasa konsultan konstruksi dengan nilai pekerjaan di atas Rp10 miliar. 65% sebanyak 3 bidang usaha, dimana 3 bidang usaha meningkat menjadi 67%, seperti penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa telekomunikasi, dsb. 85% sebanyak 8 bidang usaha, dimana 1 bidang usaha meningkat menjadi 100%, yaitu industri bahan baku obat; dan 7 bidang usaha lainnya tetap karena UU, seperti sewa guna usaha, dsb. 95% sebanyak 17 bidang usaha, dimana 5 bidang usaha meningkat menjadi 100% (seperti pengusahaan jalan tol, pembentukan lembaga pengujian perangkat telekomunikasi/tes laboratorium, dsb); dan 12 bidang usaha tetap 95% karena UU seperti usaha perkebunan dengan luas 25 ha atau lebih yang terintegrasi dengan unit pengolahan dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu, dsb. b) Dari PMDN 100%, asing kini boleh menguasai instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan jasa pelayanan penunjang kesehatan (67%); saham dengan besaran tertentu INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 101
No
Fasilitas/Insentif
6
Perlindungan dan pengembangan UMKMK
Keterangan pada 20 bidang usaha, antara lain tinggi/ekstra tinggi (49%); angkutan orang dengan moda darat (49%); industri perfilman termasuk peredaran film (100%). a) Dalam DNI sebelumnya bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK sebanyak 139, antara lain usaha budi daya tanaman pangan pokok dengan luas kurang dari 25 ha, usaha pembenihan perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha, usaha pengolahan hasil perikanan secara terpadu dengan penangkapan ikan di perairan umum, agen perjalanan wisata. b) Dalam DNI baru bertambah 19 bidang usaha yang tercakup dalam kegiatan jenis usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atau risiko kecil/sedang dan/atau nilai pekerjaan di bawah Rp10 miliar, yang sebelumnya dipersyaratkan saham asing 55 persen, seperti jasa pra desain dan konsultasi, jasa desain arsitektur, jasa administrasi kontrak, jasa arsitektur lainnya. c) Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK ditingkatkan nilai pekerjaannya dari semula hingga Rp1 miliar menjadi hingga Rp50 miliar, yaitu kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi, seperti pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial, pekerjaan konstruksi untuk bangunan sarana kesehatan, pekerjaan konstruksi lainnya, dsb. d) Untuk memperluas kegiatan usaha UMKMK dilakukan reklasifikasi yang menyederhanakan bidang usaha, misalnya 19 bidang usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi dijadikan 1 jenis usaha yang dapat dilakukan oleh UMKMK untuk 19 bidang kegiatan. Oleh karena itu jenis/bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK menjadi lebih sederhana dari 139 menjadi 92 kegiatan usaha
102|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
No
Fasilitas/Insentif
Keterangan e) Kemitraan yang ditujukan agar PMDN dan PMA bekerja sama dengan UMKMK yang semula 48 bidang usaha, bertambah 62 bidang usaha sehingga menjadi 110 bidang usaha, antara lain usaha perbenihan perkebunan dengan luas 25 ha atau lebih, perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet. f) Di samping yang tegas diatur untuk perlindungan dan pengembangan UMKMK melalui cadangan investasi dan kemitraan, UMKMK juga tetap dapat melakukan penanaman modal, baik yang tidak diatur dalam DNI maupun bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan lainnya.
Sumber: Revisi Perpres No 39 tahun 2014 (diolah)
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 103
Halaman sengaja dikosongkan.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016|104
Bab 5 Strategi Pemasaran Investasi 5.1.
Pemasaran
Investasi
dan
Target
Peningkatan
Realisasi Investasi di Indonesia Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah telah menetapkan target untuk meningkatkan investasi PMA dan PMDN menjadi Rp933 triliun pada tahun 2019 dengan kontribusi PMDN yang meningkat menjadi 38,9 persen. Dalam rangka mencapai target tersebut, pemerintah juga sudah menetapkan strategi investasi. Terdapat enam langkah dalam strategi investasi tersebut yaitu: Peningkatan kepastian hukum terkait investasi dan usaha, Pengembangan
layanan
investasi
yang
memberikan
kemudahan, kepastian, dan transparansi proses perizinan bagi investor dan pengusaha. Pemberian insentif dan fasilitasi investasi, Pendirian Forum Investasi, yang beranggotakan lintas kementerian
dan
memonitor
dan
lintas
pemangku
mengatasi
kepentingan,
permasalahan
untuk
investasi,
peningkatan iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif, peningkatan persaingan usaha yang sehat.
106|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai garda terdepan dalam investasi Indonesia mengejawantahkan strategi investasi yang sudah tercantum dalam RPJMN 20152019 menjadi tiga strategi inti yaitu penyederhanaan perizinan, memfasilitas investasi yang terhambat, serta peningkatan investasi. Dalam konteks peningkatan investasi di Indonesia, salah satu strategi yang diterapkan oleh BKPM adalah pemasaran investasi dengan fokus negara tujuan pemasaran dan marketing officer berbasis negara. Pemasaran investasi menjadi penting karena tidak ada artinya jika pemerintah sudah memperbaiki iklim investasi di Indonesia melalui berbagai program
seperti
percepatan
perizinan
tanpa
disertai
pemasaran dari pemerintah kepada para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Oleh sebab itu, strategi ini merupakan satu bagian yang terintegrasi dengan strategistrategi BKPM lainnya dalam meningkatkan investasi di Indonesia. Setidaknya terdapat tiga faktor utama yang mendasari pemerintah untuk melakukan pemasaran investasi dengan membuat ketiga program tersebut. Pertama adalah besarnya potensi Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Indonesia memiliki berbagai faktor produksi dalam sebuah investasi. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah mulai dari migas, barang tambang dan mineral, energi alternatif lainnya seperti panas bumi, hingga komoditas-komoditas dari pertanian seperti komoditas perikanan, kelautan, hingga perkebunan. Berbagai komoditas tersebut tidak hanya menjadi sumber energi untuk menggerakkan bisnis tetapi juga sebagai bahan baku dalam proses produksi. Selain sumber daya alam yang melimpah Indonesia juga sumber daya manusia yang besar. Besarnya sumber daya manusia membuat biaya tenaga
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 107
kerja di Indonesia cenderung lebih murah dibandingkan biaya tenaga kerja di negara-negara lainnya. Lebih dari itu, pertumbuhan kelas menengah yang sangat pesat sebagai akibat dari bonus demografi yang sedang dinikmati oleh Indonesia membuat investor tidak perlu lagi mencari pasar konsumen luar negeri jika berinvestasi di Indonesia. Faktor kedua adalah perkembangan geoekonomi di level dunia yang membuat Indonesia masuk dalam radar investor dunia. Perkembangan geoekonomi terpenting yang mempengaruhi dari pandangan para investor luar negeri adalah resesi ekonomi yang dihadapi oleh sejumlah negaranegara ekonomi baru seperti Afrika Selatan, Brasil, Tiongkok dan Rusia. Pada awalnya, negara-negara tersebut yang tergabung dalam kelompok negara BRICS dianggap sebagai motor penggerak ekonomi dunia. Pandangan tersebut tidak mengherankan
karena
kelompok
negara
tersebutlah
penyelamat ekonomi dunia ketika negara-negara maju sedang mengalami resesi ekonomi pada tahun 2008 sebagai akibat dari krisis keuangan global. Oleh sebab itu, dana-dana investasi mulai berpindah dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang terutama negara-negara BRICS. Namun resesi ekonomi yang terjadi di negara-negara BRICS pada beberapa tahun terakhir membuat para investor mulai mencari negaranegara berkembang lainnya sebagai tujuan investor lainnya. Dalam konteks tersebut, Indonesia dipersepsikan sebagai salah satu negara tujuan investasi yang potensial. Hal tersebut tercermin dari hasil survei yang dikeluarkan oleh United
Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) terhadap
para
pimpinan
perusahaan
Multinational
Coorporation (MNC). Dalam survei yang dilakukan pada tahun 2016, Indonesia termasuk 10 besar negara paling prospektif
108|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
untuk investasi pada tahun 2016-2018. Walaupun peringkat Indonesia pada tahun 2016 lebih rendah dibandingkan tahun 2014 dimana pada saat itu Indonesia berada di peringkat 3, namun peringkat Indonesia pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 dimana pada saat itu Indonesia tidak masuk 10 negara paling prospektif. Jika dibandingkan dengan negara-negara di level ASEAN, Indonesia masih menjadi negara yang paling atraktif sebagai negara tujuan investasi. Tabel 5.1. Negara Paling Prospektif Sebagai Tujuan Investasi Lima Tahun Ke Depan
Negara Amerika Serikat Tiongkok India Inggris Jerman Jepang Brasil Meksiko Indonesia Malaysia
Peringkat Laporan 2015 2 1 3 4 7 10 4 8 14 14
Laporan 2014 2 1 4 7 6 16 5 14 3 15
Laporan 2016 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: UNCTAD (2014-2016)
Lebih dari itu, perkembangan politik terkini dari negaranegara
tetangga
seperti
Malaysia
dan
Thailand
ikut
memperbaiki posisi Indonesia di mata investor dunia. Dalam dua tahun terakhir, Malaysia belum mampu keluar dari krisis politik yang terjadi di negaranya. Skandal 1MDB yang diduga melibatkan para pemimpin di negara Malaysia mempengaruhi stabilitas politik di negara tersebut. Kondisi sama juga terjadi di Thailand di mana kudeta terhadap Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada tahun 2014 memunculkan kekhawatiran para
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 109
investor akan stabilitas politik di negara Thailand. Di saat yang bersamaan, Indonesia mampu menuntaskan transisi politik secara aman dan damai sehingga stabilitas politik yang merupakan komponen penting dalam menjalankan usaha dapat dicapai dalam beberapa tahun terakhir Faktor ketiga adalah masih besarnya potensi investasi dari luar negeri. Potensi meningkatkan investasi Indonesia dapat dilakukan baik dengan cara ekstensifikasi ke negaranegara sumber investasi lain yang belum dioptimalkan oleh Indonesia maupun intensifikasi investasi dari negara-negara yang selama ini sudah menjadi negara utama. Dari sisi peluang ekstensifikasi, terdapat sejumlah negara besar yang selama ini menjadi penyumbang utama Penanaman Modal Asing (PMA) tetapi belum menjadi negara utama PMA di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Beberapa negara tersebut antara lain adalah Tiongkok, Irlandia, Jerman, Swiss, Kanada, dan Luxembourg. Khusus untuk kasus Tiongkok, memang terjadi tren peningkatan FDI ke Indonesia dalam dua tahun terakhir dimana nilainya mencapai Rp1.428 triliun dan berada pada posisi ke sembilan. Oleh sebab itu, potensi untuk meningkatkan investasi PMA dari Tiongkok terlebih Tiongkok adalah negara terbesar ketiga dalam FDI outflow. Besarnya Tiongkok sebagai negara utama FDI outflow juga tidak dapat dilepaskan dari transisi ekonomi yang terjadi di negara tersebut yang mulai bergeser dari ekonomi berbasis manufaktur menjadi negara berbasis
jasa.
Oleh
sebab
itu,
perusahaan-perusahaan
manufaktur Tiongkok mulai mencari negara baru sebagai basis produksi. Lebih dari itu, perlambatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok juga membuat Tiongkok mulai mencari negaranegara lain untuk menjadi tujuan investasi. Salah satu sektornya adalah sektor infrastruktur. Selama puluhan tahun
110|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
infrastruktur menjadi penggerak utama ekonomi Tiongkok. Namun melambatnya prospek pembangunan infrastruktur di Tiongkok menjadi pendorong bagi perusahaan-perusahaan konstruksi di Tiongkok untuk berpindah ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Tabel 5.2. Negara Utama FDI di Indonesia Lima Tahun Terakhir No Negara 1 Singapura 2 Jepang 3 Amerika Serikat 4 Korea Selatan 5 Malaysia 6 Belanda 7 British Virgin Islands 8 Inggris 9 Hong Kong 10 Mauritius Sumber: BKPM (2016)
Tabel 5.3. Negara Utama FDI di Dunia Lima Tahun Terakhir No Negara 1 Amerika Serikat 2 Jepang 3 Tiongkok 4 Belanda 5 Irlandia 6 Jerman 7 Swiss 8 Kanada 9 Hong Kong 10 Luxemburg Sumber: UNCTAD (2016)
Dari sisi intensifikasi, Indonesia dapat mendorong peningkatan investasi dari negara-negara yang selama ini sudah menjadi negara utama sumber PMA Indonesia. Salah satunya ada Amerika Serikat yang sudah masuk dalam 10 negara dengan PMA terbesar di Indonesia tetapi potensinya dapat ditingkatkan karena Amerika Serikat adalah negara dengan FDI outflow terbesar di dunia. Pada tahun 2016, nilai FDI outflow AS mencapai USD 300 miliar. Terlebih, Indonesia sudah menandatangani kemitraan strategis dengan Amerika Serikat di mana salah satu poin kesepakatannya adalah peningkatan investasi antara Indonesia dan Amerika Serikat
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 111
5.2. Strategi Pemasaran Investasi Dalam mencapai target investasi yang sudah ditentukan dalam RPJMN 2015-2019, BKPM mengubah paradigma dan orientasi dari strategi promosi menjadi strategi pemasaran (marketing). Dalam menjalankan strategi pemasaran, BKPM menjalankan
sejumlah
program
dan
kegiatan
seperti
pembentukan tim Marketing Officer, pemasaran investasi proaktif melalui One-on-One Meeting dan Business Forum, dan kerjasama
dengan
lembaga-lembaga
di
negara-negara
investor seperti perbankan, kedutaan-kedutaan, dan kamar dagang. Ketiga program ini ditujukan untuk mendekatkan BKPM selaku garda terdepan investasi di Indonesia dengan para investor. Penjelasan lebih rinci dari ketiga program BKPM tersebut adalah sebagai berikut. 5.2.1. Pembentukan Tim Marketing Officer Dalam mengimplementasikan strategi pemasaran, pada tahun 2015 BKPM secara khusus membentuk tim ad hoc yang diberi nama marketing officer yang bertugas untuk membantu investor
yang
berminat
untuk
berinvestasi
merealisasikan investasinya di Indonesia.
hingga
Walaupun pada
akhirnya marketing officer diubah menjadi Tim Promosi Terpadu (TPT), namun secara garis besar tugas dan fungsi dari unit ini tetaplah sama. Pembentukan tim ini dilakukan karena besarnya biaya informasi yang harus dikeluarkan oleh para investor yang dapat membuat para calon investor potensial menunda atau bahkan membatalkan rencananya untuk berinvestasi di Indonesia. Pada satu sisi, para investor memang secara otomatis akan aktif mencari tempat atau negara yang potensial bagi mereka untuk menanamkan modalnya. Investor sangat berkepentingan
112|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
terhadap lokasi investasi yang dapat menguntungkan mereka. Tetapi dengan adanya pemasaran investasi, maka pemerintah secara aktif mendekatkan informasi mengenai berbagai potensi dan kemudahan yang ditawarkan oleh Indonesia bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Bagi banyak kalangan, mendekatkan informasi mengenai investasi di Indonesia kepada para investor potensial melalui strategi pemasaran investasi ini menjadi sangat penting karena banyak investor potensial yang menghadapi berbagai kendala teknis seperti bahasa maupun keterbatasan pemahaman mengenai alur proses pengurusan pembukaan investasi di Indonesia. Oleh sebab itu, melalui pembentukan marketing
officer, biaya transaksi dalam mencari berbagai informasi mengenai investasi di Indonesia yang harus dikeluarkan oleh investor dapat ditekan sehingga menjalankan investasi di Indonesia pun dapat lebih murah. Lebih dari itu, pembentukan marketing officer penting karena banyak investor yang tidak menemukan partner domestik yang tepat dalam memulai investasi di Indonesia. Pada akhirnya, para calon investor batal menginvestasikan dananya di Indonesia karena mendapatkan informasi yang salah dari para partner domestik. Oleh sebab itu, adanya
marketing officer diharapkan dapat membantu para investor untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai cara memulai investasi di Indonesia. Selain bertugas untuk memberikan informasi yang tepat kepada para calon investor, marketing officer dari BKPM bertugas melakukan end-to-end service sampai para investor dapat memulai bisnisnya di Indonesia. Dengan kata lain, para
marketing officer tidak hanya membantu memasarkan
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 113
informasi dan membantu pengurusan terkait perizinan di sejumlah kementerian/lembaga terkait di tingkat pusat. Hal ini karena dalam menjalankan investasi, para investor harus mengurus perizinan di kementerian terkait tenaga kerja, izin impor, dan lain sebagainya. Selain membantu memfasilitasi proses pengurusan izin di tingkat pusat, tim ini juga menghubungkan dengan BKPM daerah ketika investor akan mengurus perizinan di daerah. Hal ini mengingat desentralisasi yang dijalankan oleh Indonesia pasca reformasi memberikan konsekuensi terhadap perubahan rezim perizinan. Jika sebelumnya perizinan terpusat di pemerintah pusat, namun pasca reformasi sejumlah perizinan harus dilakukan di tingkat daerah. Beberapa izin tersebut antara lain izin konstruksi dan izin mendirikan pabrik. Mengingat belum terstandarnya proses perizinan di daerahdaerah di Indonesia, dalam berbagai kasus, banyak investor yang
kesulitan
mendapatkan
informasi
dan
mengurus
perizinan di tingkat daerah. Oleh sebab itu, melalui pelayanan
end-to-end service diharapkan para investor tidak lagi kesulitan untuk mengurus segala perizinan dari tingkat pusat hingga tingkat daerah untuk memulai bisnisnya. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, maka tim
marketing officer dibentuk berdasarkan kawasan atau negara utama. Sampai saat ini terdapat 14 marketing officer khusus untuk 19 negara-negara yang outward investasinya terbesar di dunia seperti Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok, juga negaranegara yang selama ini sudah menjadi investor utama di Indonesia. Negara-negara tersebut adalah:
114|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Asia Timur: Jepang, Korea Selatan, RRT, Taiwan, Hong Kong, India
Asia Tenggara: Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam
Eropa: Inggris, Jerman, Belanda, Italia
Amerika Utara: Amerika Serikat dan Kanada Khusus untuk RRT, BKPM menyediakan desk khusus
karena berdasarkan keluhan para calon investor dari Tiongkok, ditemukan bahwa investasi Tiongkok ke Indonesia sering kali gagal karena mereka sering kurang mendapatkan informasi dan mengalami kesulitan bahasa. Dengan dibuatnya desk khusus Tiongkok dengan kerjasama dengan Kedubes Tiongkok dan Kadin Tiongkok(China Chamber of Commerce), maka diharapkan
berbagai
permasalahan
teknis
yang
dapat
menyebabkan gagalnya investasi dari Tiongkok di Indonesia dapat diselesaikan. 5.2.2. Pemasaran Investasi Secara Proaktif Selain membentuk tim ad hoc, BKPM juga menerapkan pendekatan dan strategi proaktif dalam rangka menggaet para investor asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Ikmal Lukman, Direktur Promosi Sektor BKPM, strategi pemasaran secara proaktif dilakukan dengan mulai mencari para calon di berbagai negara. Hal tersebut
dilakukan
dengan
memanfaatkan
Indonesia
Investment Promotion Center (IIPC). Hingga saat ini, terdapat delapan IIPC yang terletak di sejumlah kota-kota besar di dunia seperti New York, London, Sydney, Tokyo, Singapura untuk mendapatkan informasi mengenai para calon investor maupun sebagai garda terdepan untuk mendapatkan informasi mengenai investasi di Indonesia.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 115
Selain mencari secara langsung para calon investor, BKPM juga melakukan sejumlah kunjungan dan pertemuan dengan para investor yang ditujukan untuk memasarkan secara langsung investasi di Indonesia. Beberapa format pertemuan dengan para investor adalah business meeting, small group
meeting, dan one on one meeting. Ketiga model pertemuan tersebut secara aktif diinisiasi oleh BKPM ke negara-negara yang menjadi fokus utama dari BKPM. Pemilihan format pertemuan diserahkan kepada para calon investor karena beberapa investor ada yang lebih memilih untuk melakukan
one on one meeting dengan BKPM karena pembahasannya terkait dengan rahasia dan strategi dari masing-masing perusahaan sehingga tidak menginginkan hal ini didengar oleh para kompetitornya jika pertemuan dilakukan secara lebih luas. BKPM sendiri selama ini memfasilitasi seluruh permohonan pertemuan yang diajukan oleh para calon investor sebagai bentuk komitmen dari strategi pemasaran investasi yang sudah ditetapkan oleh BKPM. Walaupun demikian, tetap ada prioritas dalam pelaksanaan meeting dengan para calon investor. Selain pertemuan yang diinisiasi antara BKPM dengan para calon investor, pemerintah secara aktif melakukan pemasaran
investasi
di
Indonesia
melalui
serangkaian
kunjungan presiden. Berdasarkan laporan dari BKPM, berbagai kunjungan kenegaraan Presiden RI ke sejumlah negara seperti AS, Belanda, Belgia, Inggris, Jerman, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Tiongkok, memberikan hasil yang signifikan dimana BKPM mengidentifikasi terdapat 110 minat investasi yang sudah dikemukakan oleh para calon investor. Nilai dari 110 minat investasi yang berhasil diidentifikasikan oleh BKPM mencapai US$201 miliar. Meskipun demikian, dari total US$201 miliar, baru US$32 miliar atau 16 persen dari total minat
116|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
investasi yang sudah mendapatkan izin investasi dan saat ini dalam proses realisasi investasi di Indonesia. Sedangkan US$169 atau 84 persen dari total minat investasi belum menyelesaikan proses perizinan. Terdapat sejumlah faktor yang membuat minat investasi ini belum terlaksana dalam bentuk penyelesaian izin investasi antara lain adalah penyusunan rencana proyek maupun feasibility study yang memakan waktu yang lama maupun kendala di internal perusahaan yang membuat proses perizinan di Indonesia belum dapat dimulai. 5.2.3. Kerja Sama dengan Lembaga-Lembaga di Negara Calon Investor Strategi lain yang dilakukan oleh BKPM dalam rangka pemasaran investasi di Indonesia adalah dengan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga di negara calon investor. Berbagai kerjasama tersebut disepakati antara BKPM dengan lembaga lain dalam sebuah Nota Kesepahaman (Memorandum
of Understanding). BKPM melakukan kerjasama dengan lembaga
perbankan,
kamar
dagang,
maupun
dengan
pemerintah daerah di negara-negara calon investor. Dalam konteks kerjasama dengan lembaga perbankan, BKPM sudah menandatangani MoU dengan 14 bank. Daftar bank yang memiliki kerjasama dengan BKPM dapat dilihat pada tabel 5.4. Walaupun setiap MoU dengan perbankan mencakup poin-poin yang berbeda, namun secara umum, kerjasama dengan perbankan ditujukan untuk meningkatkan pemasaran investasi di Indonesia. Melalui kerjasama dengan perbankan, maka BKPM mendapatkan informasi nasabah yang potensial untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Lebih dari itu, para nasabah bank asing yang ingin menanamkan investasinya
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 117
di Indonesia tidak perlu mengurus izin prinsip di Indonesia tetapi di negara asalnya. Sebagai contoh, nasabah korporasi UOB dapat mengajukan izin prinsip di Singapura tanpa harus berkunjung ke Indonesia. Selain kemudahan perizinan, beberapa bank juga akan menyediakan berbagai pelayanan antara lain kemudahan pembukaan rekening di negara asal dan Indonesia, penyetoran dari dana investasi atau pembayaran saham, notifikasi investasi asing atau pendaftaran pendirian usaha, serta fasilitasi pelanggan lokal termasuk pelayanan
escrow dan pelayanan terkait IPO. Tabel 5.4. Daftar Bank yang Memiliki Kerja Sama Pemasaran Investasi dengan BKPM No Nama Bank Negara 1 Citibank USA 2 Australia and New Zealand Bank Australia 3 Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Jepang 4 Mizhuo Bank Jepang 5 Hyakugo Bank Jepang 6 Akita Bank Jepang 7 Johnan Bank Jepang 8 Hokuriku Bank Jepang 9 Sumitomo Mitsui Banking Corporation Jepang 10 Woori Bank Korsel 11 Hana Bank Korsel 12 United Overseas Bank (UOB) Singapura 13 China Trust Bank Taiwan 14 Cathay United Bank Taiwan 15 Bank of China Tiongkok 16 Industrial and Commercial Bank of China Tiongkok (ICBC)
Sumber: BKPM (2016) Selain kerja sama dengan perbankan, BKPM juga melakukan kerjasama dengan kamar dagang-kamar dagang dari negara-negara calon investor seperti AMCHAM, US-Asian
118|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Business
Council,
BRITCHAM,
Indonesia-Netherland
Association, Ekonid, Italian Trade Agency dan lain sebagainya Kerja sama dengan BKPM dengan jaringan investor yang dimiliki oleh lembaga-lembaga bisnis tersebut dalam rangka menarik para calon investor untuk melakukan investasi di Indonesia. Hal tersebut dilakukan secara aktif dengan mengkomunikasikan perkembangan terkini terkait kebijakan dan regulasi investasi di Indonesia. Lembaga lainnya yang sudah menandatangani kerjasama dengan BKPM adalah pemerintah daerah di negara-negara calon investor. Salah satu contoh pemerintah daerah yang sudah melakukan kerja sama dengan Indonesia adalah pemerintah daerah di Hamamatsu, Jepang. Melalui kerjasama dengan pemerintah daerah di Hamamatsu, BKPM dapat menyampaikan informasi terkait investasi di Indonesia dengan para calon investor dari Hamamatsu.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 119
Halaman ini sengaja dikosongkan
120|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 121
Bab 6 Strategi dan Terobosan Percepatan Investasi
Terdapat beberapa kemudahan izin investasi yang telah dikeluarkan oleh BKPM pada kurun waktu 2014-2016, diantaranya adalah perizinan online. Pelayanan perizinan
online di BKPM mencakup izin prinsip dan izin usaha. Investor yang melakukan perizinan online di BKPM berhak untuk mengajukan pembebasan bea masuk impor, tax allowance dan
tax holiday. Ketentuan mengenai pengajuan izin secara online untuk pengajuan izin prinsip/investasi diatur dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Perka BKPM) No 14/2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penamanan Modal. Peraturan tersebut dikeluarkan pada tanggal Oktober 2015 bersamaan dengan Peluncuran Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II. Implementasi kebijakan yang terimplementasi beberapa hari kemudian, tepatnya 26 Oktober 2016 dan diresmikan pada 11 Januari 2016 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, berhasil mendorong peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja.
122|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Sedangkan untuk izin usaha diatur dalam Perka Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) No 15 Tahun 2015 tentang Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal. Di sisi lain, fasilitas-fasilitas yang bisa diajukan oleh para investor masing-masing diatur dalam peraturan kepala BKPM yang terpisah. Tabel 6.1. Jenis Fasilitas Pada Perizinan Investasi Online No 1
Fasilitas Pembebasan Masuk Impor
Peraturan Bea Perka BKPM No 16 Tahun 2015 2 Tax Allowance Perka BKPM No 18 Tahun 2015 3 Tax Holiday Perka BKPM No 19 Tahun 2015 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat, 2016 6.1. Pembentukan PTSP Salah satu keluaran dari perka BKPM tersebut adalah implementasi PTSP (pelayanan terpadu satu pintu) dalam proses perizinan investasi. PTSP di sini bukan berupa perizinan yang melalui satu pintu dengan banyak pintu di dalamnya. Namun PTSP ini benar-benar melayani perizinan berinvestasi di satu kantor yakni kantor BKPM. Output nyatanya adalah layanan perizinan 3 jam. Pelaksanaan PTSP dilakukan oleh BKPM dengan berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga yang berwenang untuk menempatkan liaison officer (LO) mereka di BKPM. Fungsi LO bertugas sebagai wakil kementerian/lembaga di BKPM dalam hal pengurusan perizinan. Apabila perizinan hanya
cukup
sampai
pada
LO
masing-masing
kementerian/lembaga, maka calon investor tidak perlu datang INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 123
langsung ke kementerian/lembaga terkait. Hingga Juli 2016, terdapat 22 kementerian/lembaga yang menempatkan LO mereka dalam rangka partisipasi PTSP. Tabel 6.2 Daftar Kementerian/Lembaga yang telah Bekerjasama dengan BKPM Pusat dalam Kemudahan Perizinan 1
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Perindustrian,
11
Kementerian Komunikasi dan Informatika,
12
14
5
Kementerian Agraria, Tata Ruang dan Badan Pertanahan Nasional Kementerian Perdagangan,
Kementerian Ketenagakerjaan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Kementerian Kelautan dan Perikanan
6
Kementerian Pertanian,
16
7
Kementerian Keuangan,
17
8
Kementerian Perhubungan,
18
9
19
10
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Kesehatan,
11
Kementerian Pariwisata
21
2 3 4
13
15
20
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pertahanan Kepolisian Republik Indonesia Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Badan Standarisasi Nasional (BSN) Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara) PT Perusahaan Listrik Persero
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat, 2016
Format PTSP yang diberlakukan di BKPM pusat telah banyak diadopsi oleh BKPM di daerah. Hingga Juli 2016, terdapat 90% BKPM daerah yang sudah terbentuk. Dari 90 % tersebut, sebanyak 61 % nya telah mengimplementasikan
124|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
SIPIPISE (Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik). Hingga Juli 2016, implementasi kebijakan PTSP telah membuahkan hasil. Outputnya, berbagai jenis perizinan dipangkas, baik dalam jumlah kuantitas jenis izinnya maupun kuantitas jenis harinya. Ada beberapa investor dari Korea yang awalnya hanya ingin mencari distributor di Indonesia, namun demikian melihat berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh pemerintah maka mereka tertarik untuk membuka pabrik4, Sudah terdapat 160 jenis izin yang didelegasikan ke BKPM. Hasilnya, pada 2015, terdapat rata-rata 1.400 izin per bulan dikeluarkan. Angkanya meningkat menjadi 2.000 izin per bulan di tahun 2016. Sebelum ada PTSP di BKPM pusat, penerbitan izin prinsip/investasi rata-rata hanya 200 izin per bulan (tahun 2014).
Sumber : suaranews.com
Pengunjung mengambil nomor antrean di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BKPM Pusat Jakarta.
4
Siaran Pers Ka BPKM, 6 April 2016. INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 125
Box 6.1. Kunjungan Presiden Jokowi ke BKPM dalam rangka Peresmian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Dalam kunjungannya untuk meresmikan secara formal PTSP, ‌.lanjutan . Presiden Jokowi bersama beberapa Menteri diajak berkeliling oleh Kementerian/Lembaga sudah melihat tidak boleh adaPTSP. ego Di sektoral Kepala BKPM, Franky Sibarani untuk proses awal tetapi harus saling membantu untuk menyerap investasi yang lokal maupun kunjungan, Presiden mencoba desk informasi sudah investasi asing. teknologi Adanya investasi dapatdan mendongkrak pertumbuhan menggunakan layar sentuh mudah digunakan serta ekononi dalam kurun waktu tiga tahun ke depan menjadi 7 persen. dimengerti oleh para tamu atau investor. Desk informasi tersebut Saat ini pertumbuhan ekonomi di angka izin 5,1 investasi persen dari dan berisi semua informasi detail perihalberada untuk mengurus ditargetkan pada tahun dapat ).tumbuh persen, proses awal hingga akhir (selanjutnya end to end process Investor5,6-5,8 dapat melihat sehingga macam setiap tahun pertumbuhan Kuncinya berbagai izin, yaitu sekitar 130ekonomi total izinharus yang naik. tersebar di 22 ada di realisasi APBN dan perkembangan investasi yang masuk ke Kementerian/Lembaga serta rangkaian layanan (service level) yang Indonesia sehingga dapat meningkatkan daya saing dengan harus mereka lalui untuk mendapat perizinan tersebut. Melalui desk pelayanan ini, PTSP Pusat sehingga peringkat saing perizinan Nasional informasi untuk pertama kalinya layanandaya informasi menjadi lebih baik. disajikan dengan transparan. Lebih lanjut, juga Presiden menekankan bahwa Selanjutnya, dalamPresiden kunjugan tersebut menghampiri mengumpulkan semua merupakan langkah awal. Langkah satu per satu front officeperizinan masing-masing Kementerian/Lembaga dan berikutnya adalah penyederhanaan sehingga yang menjadi lebih berinteraksi dengan para petugasperizinan serta investor sedang ringkas danizin tidak terlalu sulit. mencontohkan, perizinan mengurus investasi. PadaPresiden booth call centre dijelaskan bahwauntuk total pembangkitkonsultansi listrik memerlukan 52 izin yang dianggap terlalu banyak kunjungan dapat mencapai 150 per hari yang umumnya dan menghambat realisasi investasi lebih menanyakan Daftar Negatif Investasi (DNI). sehingga Selanjutnyaharus pada booth disederhanakan. Izin yang terlalu banyak menyebabkan Dirjen Pajak, pengurusan NPWP dapat dilakukan dalam satuwaktu hari. pengurusan yangKementerian panjang dan Pengerjaan investor harus menunggu hingga 930 Petugas booth Umum dan Perumahan hari. Implikasinya listrik yang terjadisambutan di desa, kabupaten dan (Kemen PU-Pera) krisis menjelaskan bahwa dari para kota, investor daerahcukup terluarbaik tidak dapatyang cepatbiasanya teratasi. harus diurus dalam 3-4 hari asing karena dapat diurus hanya dalam satu hari. Selain listrik, Presiden juga menekankan fokus investasi akan diarahkan pada kesempatan konsesi batuitu bara, berkaitan bahan mentah Dalam pulaindustri terdapat beberapa perusahaan untuktelah diolah di dalam izin negeri jadimenggunakan barang jadi/setengah jadi,yaitu dan yang memperoleh seletah fasilitas PTSP industri maritim. Oleh sebab itu, dengan secara resmi PTSP PT Raja Mandala dan PT Tri Degra Power dibuka untuk penyediaan tenaga diharapkan realisasi investasi akanuntuk meningkat dan penyederhanaan listrik, PT Tropic Energy Pandan Izin Pinjam Pakai Kawasan izin antara K/LEthernal juga akan terus dilakukan sehingga investor terlayani Hutan dan PT Ridgeway untuk investasi semen. dari Pusat hingga ke Daerah. Pada akhir kunjungan Presiden Jokowi mengatakan bahwa PTSP sudah sesuai dengan target yang diberikan untuk membangun kantor pusat perizinan terpadu dan sudah selesai. Perkembangan PTSP secara detail akan diikuti terus oleh Presiden sehingga pelayanan dapat lebih maksimal. Presiden mengapresiasi komitmen Kementerian/Lembaga yang sudah masuk di PTSP.
126|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Sumber : twitter BKPM
Presiden Joko Widodo bersama Kepala BKPM Periode November 2014-Juli 2016, Franky Sibarani meresmikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Kantor BKPM Pusat, Jakarta, 26/01/2015.
"Kita perlu menyampaikan bahwa ini adalah langkah awal, karena selanjutnya memangkas izin yang masih terlalu banyak. Sehingga masyarakat yang ingin berinvestasi terlayani. Dari desa hingga kota. Semua punya standar yang sama.� -Presiden Joko Widododalam Peresmian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Kantor BKPM Jakarta, (26/01/2015)
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 127
6.2. Perizinan 3 (Tiga) Jam Salah satu hal yang paling dikeluhkan oleh para investor ketika hendak menamankan modalnya di Indonesia adalah masalah perizinan yang lama. Sebagai salah satu tahapan investasi, perizinan seharusnya menjadi etalase investasi Indonesia. Semakin baik etalase yang ada, akan semakin banyak
menarik
investor
yang
hendak
menanamkan
investasinya di Indonesia. Perizinan investasi 3 jam (123-J) merupakan salah satu produk terpenting dari implementasi PTSP di BKPM pusat. Alur dari izin investasi 3 jam ini adalah seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut. Gambar 6.1. Alur Perizinan Investasi 3 Jam di PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat
BK
• Mendatangi • Berkonsultasi • Menyerahkan dokumen
Menunggu
Izin 8+1 didapat
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2016
Investor yang menggunakan layanan izin investasi 3 jam akan menerima 8 produk perizinan plus 1 surat booking tanah (apabila diperlukan). Keterangan lebih lanjut mengenai proses perizinan seperti yang digambarkan di atas adalah sebagai berikut :
128|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
a. Investor asing (PMA) mendatangi PTSP di Kantor Pusat BKPM, b. Calon
investor
berkonsultasi
dengan
Direktur
Pelayanan, c. Menyerahkan dokumen persyaratan, d. Menunggu
di
lounge
yang
sudah
disediakan.
Sementara itu, Investment Priority Officer berkoordinasi dengan K/L yang terlibat di PTSP Pusat, e. Mendapatkan 8+1 produk perizinan dan informasi dalam waktu 3 jam. Adapun ke 9 izin tersebut adalah : i.
Izin investasi,
ii.
Akta Perseroan Terbatas dan Surat Keputusan Pengesahan badan hukum usaha,
iii.
Nomor Pokok Wajib Pajak,
iv.
Tanda Daftar Perusahaan,
v.
RPTKA,
vi.
IMTA,
vii.
API-P,
viii.
NIK,
ix.
Surat Informasi Lahan.
Investor yang berhak mendapatkan pelayanan cepat 3 jam tersebut di atas adalah investor dengan: (a) nilai modal/nilai investasi minimal Rp10 miliar, (b) menyerap tenaga kerja minimal 1.000 orang tenaga kerja dalam negeri, (c) industri tertentu yang mendapat fasilitas Inland FTA, (d) Industri yang masuk dalam mata rantai produksi (supply chain), (e) perusahaan yang berlokasi di KEK, (f) perusahaan yang mengikuti program tax amnesty, (g) investasi di bidang infrastruktur, dan (h) investasi di bidang migas.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 129
Tabel 6.3. Capaian Penyederhanaan Perizinan 3 Jam BKPM Pusat, Juli 2016
No 1 2 3
4 5 6 7
8
Jenis Izin Perizinan Listrik Perizinan Pertanian Perizinan Perindustrian Perizinan Kawasan Pariwisata Perizinan Pertanahan Perizinan Kehutanan Perizinan Perhubungan Proses tax
Sebelum Jumlah Izin/Keterangan
Lama Hari
Sesudah Jumlah Izin/Keterangan
Lama Hari
49
923
25
256
20
751
12
182
19
672
11
152
17
661
11
188
HGU 3.000 – 6.000 ha Izin pelepasan kawasan hutan Izin terminal khusus
allowance lebih pasti dan sederhana
123
90
111
47
30
5
Lama proses tidak jelas
28
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2016
Sejauh ini, konsep PTSP dan perizinan 3 jam sangat membantu investor dalam melakukan perizinan penanaman modal di Indonesia. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki ke depan guna optimasi PTSP dan perizinan 3 jam, yakni: a. Peningkatan SDM untuk aparatur PTSP daerah dan kebijakan
pemimpin
penyelenggaraan
daerah
PTSP
dalam
melalui
mendukung pelimpahan
kewenangan seluruh perizinan serta penyediaan sarana dan prasarana yang mencukupi, b. Penerbitan Peraturan Kepala (Perka) BKPM No 7 tahun 2015 tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan
130|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
# ' $ 3
+
. '
' /0
/ $ 6 . $ 3 $ . ' ++ $ + ' $ . ' ' / $ . + / ' + # # ' / / . ' # ' / # # . .$ . M 0
"
!
S ' $ . $ 6 +
' 6 A .$ ' .$ 6 ' $ . 9 $' . $ 3 $ ' $ +$ $ ? +0F
@ 5 . & 6 & ) < ! 0/ 2 ! ". 6 6 E , ( B! B ! " 5 ? + 7
! "
Box 6.2. Testimoni Investor Terhadap Fasilitas Pelayanan 3 (Tiga) Jam 16 Februari 2016. Eric Wijaya, Direktur Utama PT Haixing Nickel Smelter (China) Eric Wijaya selaku Direktur Utama mengaku terkejut dengan pelayanan PTSP Pusat BKPM terutama fasilitas izin investasi dalam waktu 3 jam yang dapat memberikan 8 produk perizinan dan 1 surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan. Padahal berdasarkan pengalamannya, mengurus perizinan memakan waktu yang sangat lama hingga berbulan-bulan. Namun dengan PTSP, mereka mendapat semua yang diinginkan dan berharap investasi di Indonesia dapat berkembang dengan pesat. 11 April 2016. Hans Jacob Hvide, President Commissioner PT LNG Easy Indonesia (Singapura) PT LNG Easy Indonesia merupakan perusahaan yang berpusat di Singapura, dan bergerak dalam perdagangan, distribusi, regasifikasi dan infrastruktur pelabuhan. Perusahaan tersebut akan memulai bisnis di Indonesia dengan rencana investasi total sebesar US$500 juta. Hans Jacob mengapresiasi layanan perizinan 3 Jam di BKPM. Pelayanan tersebut dirasa luar biasa karena investor mendapatkan seluruh perizinan yang diperlukan untuk mendirikan sebuah perusahaan hanya dalam waktu 3 jam. Efisiensi yang dilakukan BKPM menunjukkan perubahan yang terjadi di Indonesia. BKPM dapat membantu para investor dan pengusaha untuk melakukan bisnis di Indonesia dan diharapkan kerjasama akan terus terjalin di masa mendatang. 13 Maret 2016. Wan William, PT Huadian Bukit Asam Power (Indonesia) PT Huadian Bukit Asam Power merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor ketenagalistrikan telah merasakan manfaat PTSP Pusat BKPM dalam mengurus IUPTL dan sertifikasi lahan. William mengungkapkan bahwa perusahaan tidak perlu datang ke kantor PLN dan ke daerah, hanya perlu datang ke BKPM untuk mendapatkan surat-surat tersebut.
132|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
â&#x20AC;Śâ&#x20AC;Ś.lanjutan 19 Februari 2016 Uday Kumar, Direktur PT Adani Global (India) PT Adani Global merupakan salah satu perusahaan pembangkit listrik terbesar di India dengan kapasitas operasional lebih dari 12.000 MW. Perusahaan itu juga mengelola pelabuhan swasta terbesar di India dan pelabuhan lain sepanjang pesisir India serta ikut mengelola pertambangan batu bara di India. Adani mencari peluang bisnis di Indonesia sesuai dengan keunggulan mereka. Perusahaan menjalin komunikasi secara konsisten dengan BKPM dan sangat senang dengan adanya PTSP Pusat karena dapat langsung datang ke BKPM dan mendapat bantuan mengenai informasi proyek yang sesuai dengan minat perusahaan. Uday mengapresiasi kerja keras BKPM. Dengan informasi dan dukunga BKPM, perusahaan berharap dapat memajukan dan memperkuat kehadiran perusahaan tersebut di Indonesia. 10 Maret 2016. Fara Luwia, President Director PT Lumbung Padi Indo Barat (Indonesia) PT Lumbung Padi Indo Barat adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri penggilingan beras yang memanfaatkan layanan Izin Investasi 3 Jam di PTSP Pusat BKPM. Menurut Presiden Fara Luwia mengungkapkan bahwa layanan 3 jam memudahkan investor dalam mengurus perizinan karena sangat efisien dan tidak memakan waktu yang lama. Diharapkan agar BKPM tetap memberikan pelayanan maksimal kepada investor. 21 April 2016 Tom, PT Wulling Motors (China) PT Wulling Motors berpusat di Guangxi, Kota Liuzhou, China bermaksud untuk membangun industri kendaraan bermotor di Indonesia. Tom, selaku perwakilan PT Wulling Motors mengatakan bahwa sebelum adanya PTSP, proses perizinan sangat membutuhkan waktu yang lama karena kesulitan dalam mengajukan izin dan membutuhkan banyak persiapan yang harus dilakukan. Namun, dengan adanya PTSP, proses perizinan menjadi lebih cepat melebihi perkiraannya. INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 133
6.3.
Investment Relation Officer (IRO) Tahap selanjutnya pasca kemudahan perizinan, fasilitasi
jalur hijau, maka tahap selanjutnya adalah mengawal proyek investasi hingga benar-benar siap menghasilkan barang dana atau jasa. Pengawalan proyek investasi dilakukan dengan membentuk Investor Relation Officer (IRO) sebagai bentuk layanan end-to-end kepada investor yang sedang melakukan realisasi investasi. IRO berfungsi untuk mengawal realisasi investasi di daerah. Tugas pokoknya adalah mengidentifikasi berbagai kendala-kendala teknis maupun non teknis yang menjadi hambatan investor dalam eksekusi investasi. Hasil identifikasi berupa hambatan-hambatan kemudian dibahas dengan
stakeholder terkait (kementerian/lembaga, pemerintah daerah) guna dicarikan solusinya. Gambar 6.2. Alur Kerja IRO
Pendataan
Fasilitasi
Informasi
Permasalahan
Langsung
Proyek Berjalan Kembali
Sumber : BKPM, 2016
Hingga Juli 2016, sudah terdapat 88 perusahaan yang ditangani BKPM melalui fasilitas IRO total dengan nilai investasi Rp463 triliun. Hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan oleh BKPM, menemukan terdapat setidaknya 24 jenis permasalahan yang telah berhasil ditangani oleh BPKM. Delapan permasalahan yang dominan di antaranya adalah: a. Ketersediaan listrik, b. Gangguan keamanan, 134|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
c. Penyalahgunaan izin, d. Sewa menyewa properti, e. Permasalahan lahan, f.
Permasalahan perpanjangan pinjaman modal,
g. Penolakan oleh masyarakat sekitar, h. Permasalahan tenaga kerja, i.
Larangan ekspor barang mentah.
Investment relation officer (IRO) bertugas sebagai koordinator di dalam fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan di daerah dalam eksekusi investasi mereka.
Penyelesaian
permasalahan
perusahaan
membutuhkan kerjasama dan sinergi antar stakeholder baik kementerian/lembaga tingkat pusat, pemerintah daerah dan pengusaha itu sendiri. IRO berfungsi menjembatani kegiatan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi tersebut. Kendala implementasi IRO: a. Ego
sektoral
masing-masing
instansi
terkait
kewenangannya, b. IRO tidak dapat memberikan sanksi, hanya sebatas himbauan kepada instansi daerah (pejabat dan SKPD daerah) apabila kebijakan di daerah menghambat kegiatan investasi. Kelembagaan IRO hanya sebatas garis koordinasi kerja, bukan garis kewenangan, c. Lokasi proyek yang sulit dijangkau untuk melakukan kegiatan pengawasan. Perbaikan tugas IRO ke depan adalah pemantapan fungsi koordinasi dan kelembagaan antar instansi baik pusat maupun daerah. Adanya perubahan kepemimpinan (dari Bapak Franky Sibarani ke Bapak Thomas Lembong), IRO ditiadakan, peran, fungsi dan tugasnya dikembalikan ke unit deputi Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal. INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 135
Halaman sengaja dikosongkan.
136|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Kepala BKPM 2014-2016, Franky Sibarani, melakukan sosialisasi Desk Khusus Investasi Teks�l dan Sepatu (Sumber gambar : kemendag.go.id)
Bab 7 Percepatan Realisasi Investasi 7.1.
Debottlenecking dan Pengawalan Kegiatan Investasi Kegiatan
investasi
tidak
cukup
hanya
dengan
mengeluarkan kebijakan percepatan perizinan investasi saja seperti perizinan 3 jam, jalur hijau serta program KLIK (Kemudahan Langsung Investasi Konstruksi). Dibutuhkan kebijakan yang melebihi itu semua terlebih pada tahap implementasi di lapangan. Ketika proyek investasi sudah sampai pada tahap eksekusi investasi, belum cukup dikatakan bahwa investasi tersebut berhasil. Hal ini dikarenakan banyaknya gangguan dan kendala yang sifatnya berada di luar kuasa BKPM. Kendala dan gangguan tersebut di antaranya adalah : pembebasan lahan, keamanan dan ketertiban, sambungan listrik, dan ketersediaan tenaga kerja. Untuk mengatasi hal tersebut,
BKPM
melakukan
aksi
debottlenecking
dan
pengawalan atas kegiatan investasi di Indonesia. Mulai awal 2015 hingga menjelang akhir 2016, terdapat target 300 proyek investasi yang dikawal oleh pemerintah hingga tahap implementasi proyek. Ke 300 proyek tersebut, terbagi ke dalam 3 tahap yakni tahap 1, tahap 2 dan tahap 3. 138|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Nilai komitmen investasi 100 perusahaan PMA/PMDN tahap 1,2 dan 3 mencapai 724 triliun rupiah. Kendala terbesar dalam pelaksanaan pengawasan 100 proyek adalah jumlah sumber daya manusia dan anggaran di Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang terbatas. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang harus diawasi.
Disamping
perusahaan
yang
itu sulit
juga,
beberapa
dijangkau
lokasi
(remote
proyek
area)
juga
menyulitkan tim untuk melakukan kegiatan pengawasan. Berikut tabel perkembangan masing-masing proyek sesuai dengan tahapannya. Tabel 7.1. Perkembangan Proyek PMA/PMDN Tahap 1,2 dan 3 per Juli 2016 Tahap Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Total
Jumlah Proyek 100 100 100 300
Rencana (Rp Triliun) 275,8 236,8 212,1 724,7
Realisasi (Rp. Triliun) 142 122,8 46,1 310,9
Selesai Konstruksi 35 24 2 61
Masih Konstruksi 65 76 98 239
Sumber : BKPM, 2016 Pengawalan proyek tahap 1 dan 2 menghasilkan realisasi investasi sebesar Rp264,76 triliun dari rencana investasi sebesar Rp512,62 triliun. Total proyek investasi sebanyak 200 proyek yang tersebar di berbagai daerah. Pulau Jawa menjadi pulau dengan tujuan proyek investasi terbesar sejumlah 97 proyek investasi. Sedangkan wilayah Bali dan Nusa Tenggara merupakan wilayah dengan jumlah proyek terkecil sebanyak 13 proyek investasi. Informasi lebih lanjut mengenai perkembangan proyek investasi yang memasuki tahapan konstruksi tersaji dalam Tabel 7.2 berikut
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 139
Tabel 7.2. Perkembangan Proyek Masa Konstruksi Tahap I dan II – Berdasarkan Lokasi Pulau
Jumlah
Rencana Investasi (Rp)
Realisasi Investasi (Rp)
Jawa
97
238.784.072.335.833
143.523.500.363.890
Sumatera
42
129.012.591.161.465
57.962.201.453.286
Kalimantan
15
36.525.706.445.606
22.524.598.641.583
Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Maluku dan Papua
19
55.715.271.653.598
20.598.708.603.403
13
15.256.542.321.219
11.643.595.717.345
14
37.326.262.812.295
8.515.651.707.071
Total
200
512.620.446.730.016
264.768.256.486.578
Sumber : BKPM, 2016
Apabila dilihat berdasarkan asal negara/benua, maka sebagian besar investasi yang masuk dalam program pengawalan investasi Indonesia berasal dari Asia yakni sebanyak 94 investor. Sebagian besar investor Asia berasal dari Singapura sebanyak 38 investor disusul investor dari Jepang sebanyak 23 investor dan Tiongkok 16 investor. Tabel 7.3. Perkembangan Proyek Masa Konstruksi Tahap I dan II – Berdasarkan Asal Negara Negara
Jumlah
Rencana Investasi (Rp)
Realisasi Investasi (Rp)
Indonesia
42
140.892.729.223.492
87.858.327.284.700
Asia Eropa British Islands
94 11
267.583.470.778.478 19.275.463.769.000
115.689.541.803.209 17.790.354.734.540
9
9.035.925.000.000
5.473.819.484.666
Selandia Baru
2
392.500.000.000
386.856.250.000
Mauritius Uni Emirat Arab
1 1
253.500.000.000 245.000.000.000
253.500.000.000 140.000.000.000
Amerika Serikat
2
466.731.250.000
125.120.762.500
1 37
405.059.817.000 107.323.933.517.046
118.096.382.443 44.751.518.924.388
Virgin
Australia Gabungan Negara
Sumber : BKPM, 2016
140|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
Sektor industri menjadi sektor terbesar yang dituju investor dalam program pengawalan investasi. Dari 200 proyek di tahap 1 dan 2, sebanyak 125 proyek investasi merupakan proyek investasi di sektor industri dengan realisasi investasi sebesar Rp174,20 triliun. Pembangkit tenaga listrik menjadi jenis proyek terbesar ke dua yang masuk dalam list program pengawalan investasi. Terdapat 22 proyek investasi di sektor pembangkit listrik dengan nilai realisasi proyek sebesar Rp41,53 triliun. Sedangkan sektor transportasi, pergudangan, pertambangan dan perikanan hanya ada masing-masing investasi yang masuk dalam program pengawalan investasi. Tabel 7.4. Perkembangan Proyek Masa Konstruksi Tahap I dan II â&#x20AC;&#x201C; Berdasarkan Sektor Sektor Industri Pembangkit Tenaga Listrik Perkebunan Kawasan Industri Jalan Tol Real Estate Pariwisata Jasa Pelabuhan Transportasi Pertambangan Peternakan Perikanan Pergudangan Total
Jumlah Proyek
Rencana Investasi (Rp.)
Realisasi Investasi (Rp.)
125
356.309.589.704.750
174.204.374.211.013
22
65.544.205.045.602
41.530.049.603.761
15
20.676.194.948.400
14.883.598.136.443
7
22.653.716.324.834
10.933.605.924.643
2 5 16 2 1 1 2 1 1 200
8.855.942.947.750 15.736.606.694.692 11.218.798.563.988 4.580.412.500.000 1.029.325.000.000 450.000.000.000 611.700.000.000 823.200.000.000 4.130.755.000.000 512.620.446.730.016
7.604.529.308.038 6.729.988.085.795 5.115.235.859.912 1.847.838.594.406 1.029.325.000.000 354.625.000.000 307.707.474.567 122.787.000.000 104.592.288.000 264.768.256.486.579
Sumber : BKPM, 2016
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 141
Lebih lanjut, hingga Maret 2016, dari 200 proyek tahap 1 dan 2, terdapat 69 proyek yang masih dalam proses konstruksi dengan nilai potensi ekspor sebesar 5,6 miliar US$ dan substitusi impor senilai 181,03 juta US$. Proyek investasi yang sudah selesai masa konstruksinya sebanyak 39 proyek dengan nilai ekspor sebesar 7,09 miliar US$ dan nilai substitusi impornya sebesar 453,2 juta US$. Total listrik yang dihasilkan dari proyek investasi pembangkit listrik sebesar 3,06 MW. Lebih lanjut, total tenaga kerja yang dihasilkan oleh kegiatan proyek investasi yang masih berlangsung masa konstruksinya maupun yang sudah sebanyak 56.209 tenaga kerja. Tabel 7.5. Perkembangan Pengawalan Proyek Tahap I dan II berdasar Status Progres
Jumlah
Sedang Konstruksi Selesai Konstruksi Total
Substitusi Impor (US$)
Nilai Ekspor (US$)
Pembangkit Listrik (MW)
69
181.031.035
5.626.367.568
2.318,80
39
453.217.870
7.092.393.002
743,48
108
634.248.905
12.718.760.571
3.062,28
Sumber : BKPM, 2016 7.2.
Jalur Hijau Pasca dikeluarkannya izin investasi dan investor siap
menanamkan modalnya di Indonesia berupa pembangunan pabrik misalnya, ada kendala mendasar yang biasanya dihadapi para investor. Kendala tersebut berupa ketiadaan barang modal penunjang kegiatan investasi. Contohnya adalah mesinmesin yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Ketiadaan mesin-mesin yang bisa menunjang kegiatan operasi pabrik akan memperlama proses realisasi investasi. Oleh karenanya. Pemerintah melalui BKPM merilis fasilitasi percepatan impor barang modal melalui jalur hijau.
142|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Fasilitasi impor barang modal melalui jalur hijau adalah kebijakan dalam rangka mempercepat proses pendatangan barang-barang modal semisal mesin-mesin dan peralatan yang dibutuhkan
oleh
investor
dalam
realisasi
investasinya.
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai No. P-42/BC/2008, importir baru dikategorikan sebagai importir berisiko
tinggi
(high
risk),
sehingga
dikategorikan
perusahaannya dimasukkan ke dalam importir jalur merah. Tujuan fasilitas importasi barang modal melalui jalur hijau adalah memberikan layanan percepatan pemasukan barang modal bagi investor untuk mendorong percepatan realisasi investasi. Bagi perusahaan yang masuk ke dalam kategori jalur hijau akan diberikan kemudahan-kemudahan seperti tidak dilakukannya pemeriksaan fisik terhadap barang-barang yang diimpor. Pemeriksaan cukup sekadar penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) ketika melakukan proses kepabeanan. Waktu yang diperlukan tidak lama, hanya sekitar 30 menit. Sedangkan bagi perusahaan yang masuk ke dalam kategori jalur merah, maka perusahaan dikenakan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB. Waktu yang dibutuhkan untuk melalukan pemeriksaan (fisik dan dokumen) memerlukan waktu tiga hari hingga lima hari. Terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang hendak mengajukan perusahaannya ke dalam jalur hijau, yakni : a. Pertama, perusahaan yang mengajukan harus sudah memulai proses konstruksi, b. Kedua,
perusahaan
mengajukan
permohonan
rekomendasi kepada kantor BKPM Pusat. Proses
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 143
permohonan dilampiri Laporan Kegiatan Penanaman Modal
(LKPM)
terakhir
dengan
konsistensi
penyampaian LKPM sebelumnya, c. Ketiga,
pemohon
wajib
melampirkan
rencana
pembangunan pabrik. Rencana tersebut dimulai dari rencana dan tahapan impor mesin atau peralatan sampai selesainya pembangunan pabrik, d. Keempat, pemohon membuat pernyataan jika barangbarang yang diimpor sesuai dengan dengan dokumen impor dan digunakan untuk implementasi izin prinsip penanaman modal. e. Perusahaan yang melanggar segala ketentuan jalur hijau dikenai sanksi berupa pencabutan izin impor jalur hijau dan dikembalikan kembali ke status jalur merah.
144|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Tabel 7.6. Tabel Ringkasan Proses Impor Barang Modal Jalur Merah dan Jalur Hijau Proses Pemutakhiran
profiling perusahaan
Cek Fisik lokasi
di
Lama waktu proses pengeluaran barang impor
Jalur Merah Perusahaan baru dikategorikan sebagai jalur merah. Untuk mengupdateprofiling perusahaan menjadi jalur hijau bea cukai biasanya melakukan penilaian pada perusahaan berdasarkan skoring aktivitas impor. Minimal dibutuhkan 9 bulan Wajib pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen sebelum penerbitan (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang) SPPB
3-5 hari setelah kesiapan barang untuk diperiksa
Jalur Hijau Dengan rekomendasi BKPM, pemutakhiran
profiling perusahaan menjadi jalur hijau akan berlangsung lebih cepat Tidak dilakukan pemeriksaan fisik, cukup penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Dalam beberapa menit proses dapat selesai
Sumber : Bahan Wawancara Franky Sibarani : Sosok Peduli terhadap Perkembangan Industri Nasional, 23 Agustus 2016
Hingga Juli 2016, realisasi dari implementasi jalur hijau impor barang modal adalah sebagai berikut : a. Terdapat 66 perusahaan yang mendapatkan fasilitas jalur hijau. Sebanyak 62 perusahaan (94%) yang telah mendapat fasilitas sudah merealisasikan impor, b. Jumlah impor barang modal sebanyak 10.749 TEUâ&#x20AC;&#x2122;s dengan total nilai impor Rp15,9 triliun, c. Terdapat 14 industri yang sudah memanfaatkan fasilitas jalur hijau ini yakni : (i) industri kertas, barang dari kertas dan percetakan; (ii) industri kimia dasar, barang kimia INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 145
dan farmasi; (iii) industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik; (iv) industri alat angkutan dan transportasi lainnya; (v) industri mineral non logam; (vi) listrik, gas dan air; (vii) industri makanan; industri karet, barang dari karet dan plastik; (viii) perumahan, kawasan industri dan perkantoran; (ix) pertambangan; (x) tanaman pangan dan perkebunan;
(xi) hotel dan
restoran; transportasi, gudang dan telekomunikasi; (xi) industri tekstil; dan (xiv) industri kulit, barang dari kulit dan sepatu. Manfaat
yang
telah
dirasakan
oleh
berbagai
stakeholder yang terdampak pada kebijakan ini antara lain : a. Berkurangnya total clearance time dari 5-6 minggu menjadi hanya 2 hari, b. Berkurangnya custom clearance time dari 6 hari menjadi kurang dari setengah hari.
146|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Box 7.1. Fasilitas Pelayanan Jalur Hijau 9 Maret 2016. Nelson Sihotang, President Director PT AEK Simonggo Energy (Australia) PT Aek Simonggo Energy merupakan perusahaan asal Australia yang bergerak di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Nelson Sihotang selaku Presiden Direktur mengapresiasi layanan jalur hijau yang diterima oleh perusahaan dimana proses impor mesin turbin dapat berjalan lancar karena kemudahan proses clearance di pelabuhan sehingga jadwal pengerjaan proyek dapat tepat dilaksanakan. Selain itu, Nelson mengungkapkan bahwa dalam prosesnya, tidak ada biaya-biaya yang tidak perlu untuk mereka bayarkan dan mengapresiasi transparansi dari pelayanan jalur hijau PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) sehingga dunia usaha sangat tertolong dan suasana investasi dalam negeri lebih meningkat. 21 Juni 2016 Dean Patrick Stuart, Director PT Batutua Tembaga Raya. PT Batutua Tembaga Raya adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih besi dan sedang dalam tahap pengembangan proyek baru di Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. PT Batutua mendapatkan fasilitas jalur hijau dari BKPM sehingga proses importasi berjalan lebih cepat. Mereka percaya adanya PTSP akan memberikan banyak kesempatan kepada investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 147
7.3.
KLIK (Kemudahan Langsung Investasi Konstruksi) Langkah
terobosan
investasi
berikutnya
adalah
program KLIK (Kemudahan Langsung Investasi Konstruksi). Program ini termasuk dalam Paket Kebijakan Ekonomi III. Program KLIK ini merupakan kemudahan dari pemerintah untuk memberikan kemudahan kepada perusahaan untuk segera melaksanakan realisasi investasinya. Hal tersebut karena adanya jaminan ketersediaan lahan yang siap bangun di Kawasan Industri yang ditentukan. Terdapat 14 kawasan industri untuk program KLIK yang tersebar di 6 provinsi.
Tabel 7.7. Daftar Kawasan Industri Peruntukan Program KLIK No 1
Provinsi Jawa Tengah
2 3 4
Jawa Timur Sulawesi Selatan Banten
5 6
Sumatera Utara Jawa Barat
Kawasan Industri (1) Kawasan Industri Kendal, (2) Kawasan Industri Bukit Semarang Baru, dan (3) Kawasan Industri Wijayakusuma. Kawasan Industri JIIPE Kawasan Industri Bantaeng (1) Modern Cikande Industrial Estate, (2) Kawasan Terpadu Wilmar, (3) Krakatau Industrial Estate Cilegon. Kawasan Industri Medan (1) Bekasi Fajar Industrial Estate, (2) Kawasan Industri Delta Silicon, (3) Karawang Internasional Industrial City, (4) Suryacipta City of Industry, (5) GT Tech Park.
Sumber : BKPM Pusat, 2016 Melalui program ini investor dapat langsung melakukan konstruksi proyek, sembari secara paralel mengurus izin mendirikan bangunan untuk kawasan industri. Layanan ini
148|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
merupakan kerjasama dan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Persyaratan KLIK yang disyaratkan pemerintah adalah: a. Tidak ada minimal besar investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap, b. Berlaku untuk 14 kawasan industri tertentu. c. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pembangunan pabrik dapat diperoleh bersamaan dengan proses konstruksi. Hal ini sehubungan dengan alasan bahwa Kawasan Industri yang menjadi tempat diimplementasikannya KLIK merupakan kawasan yang sudah memiliki IMB. Tahapan pemanfaatan program KLIK adalah sebagai berikut:
Memperoleh izin investasi dari PTSP Pusat maupun Daerah
Survei ketersediaan lahan pada kawasan industri tertentu, Memesan dan Memperoleh lahan di kawasan industri.
•
•
Memulai konstruksi proyek. Tidak terdapat perizinan yang dibutuhkan. Mengajukan IMB serta UKL/UPL, secara paralel dengan proses konstruksi.
Sumber : BKPM Pusat, 2016
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016| 149
Hingga Oktober 2016, jumlah perusahaan yang sudah memanfaatkan KLIK sudah mencapai 71 perusahaan yang tersebar di 11 kawasan industri dengan nilai investasi Rp70,54 triliun dan luas lahan 855,93 ha. Tabel 7.8. Daftar 71 Proyek KLIK No 1 2 3 4 5 Total
Provinsi Jawa Barat Banten Jawa Tengah Sulawesi Selatan Jawa Timur
Jumlah Proyek 36 13 9 7
Nilai Rencana (Rp Triliun) 8,6 5,1 0,5 43,6
Luas Lahan (Ha) 109,5 31,5 11,9 680
6 71
12,7 70,5
23,1 855,9
Sumber : BKPM Pusat, 2016
Kebijakan KLIK sangat membantu pengusaha dalam eksekusi investasi mereka. Ke depan diharapkan cakupan KLIK yang saat ini mencakup 14 kawasan industri bisa diperluas dengan menambah jumlah kawasan industri, baik lama maupun baru melalui pendekatan dan koordinasi dengan kepala daerah.
7.4.
Desk Khusus Investasi Tekstil dan Sepatu (DKI-TS) Sebagai industri yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja, keberadaan industri tekstil dan sepatu patut dilindungi. Selain melindungi usaha yang sudah ada, diperlukan juga perlindungan bagi investasi di bidang ini. Namun demikian, terdapat beberapa persoalan yang dihadapi oleh industri tekstil dan sepatu di Indonesia. Permasalahan tersebut di antaranya adalah :
150|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
a. Kenaikan biaya produksi akibat bahan baku sebagian besar masih impor (imbas kenaikan nilai tukar dolar AS); b. Menurunnya permintaan pasar dalam negeri karena turunnya daya beli masyarakat; c. Banyaknya produk bekas yang masuk ke Indonesia dari luar negeri baik legal maupun ilegal; d. Permasalahan
hubungan
'industrial'
sehingga
mengurangi produktivitas perusahaan; e. Formula upah minimum seperti yang tertuang dalam PP 78 tahun 2015, f.
Kenaikan tarif listrik,
g. Restitusi PPN, h. Bahan baku impor, i.
Pembiayaan dan perpajakan. Guna mengatasi berbagai permasalahan tersebut,
BKPM membentuk Desk Khusus Investasi Tekstil dan Sepatu (DKI-TS). Desk Khusus ini merupakan upaya pemerintah menjembatani adanya minat investasi dari investor baru di sektor padat karya tersebut serta concerns yang dialami oleh investor yang ada (existing). Desk Khusus Investasi tersebut memiliki peran sentral yang diharapkan mampu mendorong percepatan realisasi investasi dari sektor industri sepatu dan tekstil.
Cantolan desk khusus tersebut ada pada paket
kebijakan ekonomi jilid III, jilid IV dan Jilid VII. a.
Paket jilid III salah satunya berisi tentang discount tariff hingga 30% untuk pemakaian pukul 23.00-08.00 dan penundaan pembayaran hingga 40% untuk industri padat karya dan industri berdaya saing lemah,
b. Paket jilid IV tentang PP 78/2015 yang memberikan kepastian
formula
pengupahan
bagi
investor.
Ketentuan formula UMK di atas menjadi dasar pengupahan yang lebih pasti dibandingkan dengan INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 151
formula upah sebelum ada PP tersebut. Pada PP 78/2015, pengusaha bisa memprediksikan lebih pasti mengenai tingkat upah yang harus diberikan ke pekerja pada tahun t+1 dengan melihat target inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang dipatok oleh pemerintah dalam APBN, c. Paket jilid VII tentang tax allowance serta subsidi PPh 21 sebesar 50% untuk sektor padat karya dengan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan. Contoh dari implementasi kebijakan tersebut adalah perusahaan tekstil dari Jawa Tengah yang mengalami permasalahan
pembengkakan
biaya
operasional
listrik.
Perusahaan mengharapkan PLN dapat menetapkan tarif I-4 pada perusahaan dan penghapusan faktor 1,5x tarif LWBP untuk jam WBP dari tarif I-3, serta diberikan diskon tarif sebesar 30 % untuk pemakaian sumber listrik mulai jam malam yaitu sejak pukul 23.00 s/d 08.00 WIB pagi hari. Keringanan yang diberikan oleh PLN sebagai wujud dari desk tekstil dan industri tekstil, PLN memberikan diskon tarif 30% dan serta persetujuan mencicil tunggakan selama 10 bulan. 7.5.
Jaminan Keamanan Investasi Isu
keamanan
menjadi
hal
yang
sensitif
bagi
berlangsungnya kegiatan investasi di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sekali keamanan terganggu, maka pemulihan kepercayaan terhadap investor akan lebih sulit dan lama dibandingkan dengan kejadian tindak pelanggaran keamanan yang terjadi. Salah satu ciri gangguan keamanan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam konteks investasi adalah demo buruh yang anarkis. Demo buruh anarkis memiliki dua kerugian. Pertama bagi buruh. Bagi negara yang memiliki eksponen buruh dengan 152|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
frekuensi demo anarkis yang banyak, menjadi pertanda bahwa buruh di negara tersebut kurang produktif dibandingkan dengan dengan buruh negara lain yang lebih mengedepankan negosiasi dalam menuntut hak-hak mereka. Kedua, demo anarkis buruh menjadi pertanda bahwa kondisi iklim investasi di negara tersebut tidaklah bagus sebagai akibat dari minimnya kemampuan pemerintah dan aparat
keamanan
dalam
mengendalikan
situasi
serta
perwujudan rasa aman dan nyaman. Selain demo anarkis yang pernah mewarnai dunia investasi di Indonesia, sweeping terhadap berbagai perusahaan yang menjadi mendatangkan tenaga kerjanya dari negara asal juga menjadi isu yang hangat di Indonesia beberapa waktu lalu di tengah usaha pemerintah Indonesia mewujudkan iklim investasi yang kondusif. Apabila ditelusuri lebih lanjut, sweeping terhadap tenaga kerja asing yang berada di Indonesia diakibatkan oleh longgarnya aturan imigrasi pengajuan visa turis ke Indonesia. Tidak sedikit tenaga kerja asing yang memanfaatkan visa turis sebagai bekal ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan asing di Indonesia dengan masa kerja 3 bulan saja. Setelah itu, mereka kembali ke negara asal dan digantikan dengan tenaga kerja baru dengan modus visa yang sama. Guna mengatasi permasalahan tersebut, pihak BKPM melakukan kerjasama dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia. Kerjasama yang dimulai dari kerjasama antara BKPM dengan Polda Metro Jaya, pada September 2016, dilanjutkan MoU pada tingkat Kepolisian Pusat yang artinya MoU tersebut berlaku pada jaminan keamanan investasi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerja sama tersebut berbentuk dukungan terhadap Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) yang INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 153
ditandatangani oleh Kepala BKPM dan Kapolri pada 22 Februari 2016. Program KLIK yang sudah berjalan dengan dukungan dari Kementerian dan Lembaga, Pemerintah daerah yang kemudian ditambah kepolisian telah berhasil mewujudkan realisasi investasi KLIK yang tidak mengecewakan5. Kerja sama berupa MoU yang dilakukan oleh Kepala BKPM saat itu, Franky Sibarani, diteruskan oleh Kepala BKPM selanjutnya yakni Thomas Lembong dengan meluncurkan pedoman
kerja
tentang
Koordinasi
Perlindungan
dan
Keamanan Bagi Dunia Usaha untuk Mendukung Kegiatan Investasi di Indonesia. Pedoman kerja ini merupakan guidelines bagi kedua instansi untuk dapat saling membantu guna menggairahkan iklim investasi di Indonesia6. Pedoman kerja ini merupakan tindak lanjut atas penandatanganan nota kesepahaman antara BKPM dengan Polri pada tanggal 22 Februari 2016 lalu. Diharapkan, dengan kerja sama ini, BKPM bersama – sama dengan Polri dapat mengidentifikasi
permasalahan
dan
kendala
gangguan
keamanan yang dihadapi investor maupun calon investor serta saling bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Mengacu pada data debottlenecking (data terkait permasalahan yang difasilitasi), terdapat 95 proyek yang mengalami kendala dalam merealisasikan investasinya, dengan nilai mencapai Rp487 triliun. Namun yang masih difasilitasi oleh BKPM, hanya terdapat 34 proyek dengan nilai mencapai Rp 145 triliun, dan tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Fasilitasi ini dikarenakan sejumlah proyek lainnya dalam bentuk proyek 5 Siaran Pers Kepala BKPM “Kepala BKPM Optimis Kapolri Tito Perkuat Sinergi Dukung Keamanan Investasi”, 14 Juli 2016 6 Siaran Pers Kepaal BKPM “Kerjasama Yang Lebih Erat Antara BKPM Dengan Polri”, 19 September 2016.
154|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 – 2016
infrastruktur yang masih memerlukan penanganan tersendiri serta
proyek-proyek
yang
sudah
dapat
terselesaikan
masalahnya ataupun izinnya sudah dicabut. Nilai komitmen investasi yang sudah mendapatkan Izin Prinsip Penanaman Modal dengan rencana investasi sebesar Rp 1.360,7 triliun untuk periode Januari â&#x20AC;&#x201C; Juli 2016, akan terus dipantau dan difasilitasi oleh BKPM. Apabila ada permasalahan yang
dihadapi
oleh
perusahaan
dalam
merealisasikan
investasinya. Hal ini, termasuk apabila ada masalah gangguan keamanan dalam merealisasikan investasi tersebut, BKPM akan melakukan koordinasi dan bekerja sama dengan pihak Kepolisian RI untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 155
Halaman ini sengaja dikosongkan
156|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Bab 8 Investasi Untuk Rakyat Salah satu latar belakang program investasi untuk rakyat adalah agar investasi tidak hanya memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, namun juga mampu menyentuh langsung dan berperan dalam menyejahterakan masyarakat. Wujud kegiatan dari investasi untuk rakyat; (a) Sinergi Investasi dengan Pesantren; (b) Pendirian Akademi Komunitas Industri TPT di Surakarta, dan; (c) dan Program investasi padat karya. Ketiga program tersebut memiliki tujuan akhir dampak kepada masyarakat berupa penyerapan tenaga kerja. 8.1.
Sinergi Investasi dengan Pesantren Program sinergi investasi dengan pondok pesantren
merupakan bagian dari inisiatif investasi untuk rakyat. Secara lebih konkret kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Agama pada 23 Agustus 2015 tentang peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyerapan tenaga kerja kalangan santri, dan kemitraan antara investor dengan pondok pesantren. Sinergi investasi dengan pesantren hingga saat ini dijalankan sebagai pilot project di tiga kabupaten, yaitu di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kabupaten Boyolali, Jawa
158|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Tengah, dan Kabupaten Majalengka - Jawa Barat. Provinsi Jawa Timur dijadikan provinsi pilot project didasari fakta bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah santri terbanyak di Indonesia, yaitu mencapai 70% dari total santri Indonesia.
Pilot project sinergi investasi dengan pesantren melibatkan tiga perusahaan dengan potensi total penyerapan tenaga kerja ditarget mencapai 21.741 orang ditambah 7000 orang yang berasal dari sembilan pesantren serta satu Madrasah Aliyah. Sinergi ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja yang siapa pakai dalam rangka menunjang kegiatan produksi dalam kawasan industri. Beberapa investor di daerah semisal di Purbalingga, Ungaran-Semarang, Boyolali dan Solo mengeluhkan kurangnya tenaga kerja bisa dijadikan tenaga kerja di pabrik mereka. Terdapat dua alasan, pertama angkatan kerja di sekitar kawasan industri tidak memiliki kualifikasi keterampilan yang diperlukan oleh perusahaan misalnya designer, operator mesin jahit dan operator mesin bordir dalam perusahaan textil dan atau konveksi. Alasan kedua, tenaga kerja yang berada di sekitar perusahaan atau kawasan industri memilih mencari pekerjaan di luar daerah semisal di daerah Jabodetabek yang memiliki UMP (Upah Minimal Provinsi) yang lebih tinggi dibandingkan di daerah. Alasan pertama di atas menjadi salah satu pendorong adanya program investasi yang diperuntukkan untuk rakyat dengan menyiapkan tenaga kerja siap pakai sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 159
Sumber : twitter BKPM
Kepala BKPM November 2014-Juli 2016, Franky Sibarani bersama Menteri Agama Lukman Saefudin dan Menko Perekonomian Darmin Nasution, dalam acara penandatanganan nota kesepahaman BKPM dan Kementerian Agama terkait sinergi kegiatan investasi dengan Pondok Pesantren. Pondok Pesantren Qomaruddin, Gresik, Jawa Timur (23/08/15)
8.2.
Investasi yang Menciptakan Lapangan Kerja Teori pertumbuhan ekonomi menyebutkan bahwa
pertumbuhan memerlukan input berupa modal dan kapital. Dikarenakan peranan kapital yang melebihi peranan tenaga kerja dalam memacu pertumbuhan, terkadang tenaga kerja tidak mendapatkan perhatian lebih. Terlebih ketika teknologi semakin
maju
yang
memungkinkan
proses
produksi
menggunakan robot dan hanya memerlukan beberapa tenaga kerja. Mendasari pada hal tersebut, dan melihat potensi Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang melimpah, maka kegiatan investasi di Indonesia akan dimudahkan dengan melimpahnya
tenaga
kerja.
Wujud
dari
hal
tersebut,
Pemerintah meluncurkan Program Investasi Ciptakan Lapangan Kerja Tahap I hingga Tahap III. 160|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Tabel 8.1. Tahapan Implementasi Investasi yang Menciptakan Lapangan Kerja Tahap I
Peluncuran 5 Okt 2015
Lokasi Balaraja, Provinsi Banten
II
11 Nov 2015
Gresik, Provinsi Jawa Timur
III
22 Jan 2016
Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
Keterangan Diikuti oleh 16 perusahaan, rencana penyerapan tenaga kerja periode 2015-2019 adalah sebesar 121.285 orang. Diikuti oleh 14 perusahaan, rencana penyerapan tenaga kerja periode 2015-2019 sebesar 51.767 orang. Pada periode 20152016 direncanakan akan menyerap 24.955 orang dan hingga saat ini sudah terserap 4.833 orang Diikuti oleh 8 PMA dan 2 PMDN dengan rencana nilai investasi Rp12,5 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 11.727 orang.
Sumber : BKPM Pusat, 2016
Sumber : twitter BKPM
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat acara peluncuran Program Investasi Padat Karya Menciptakan Lapangan Kerja di Balaraja, Banten. (5/10/15)
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 161
Bab 9 Kesimpulan dan Rekomendasi 9.1.
Kesimpulan Peran investasi yang sangat strategis dan penting
dalam
perekonomian
benar-benar
telah
disadari
oleh
pemerintah. Di tengah keterbatasan anggaran pemerintah dan mobilisasi dana tabungan dalam negeri untuk investasi, Pemerintah telah berkomitmen untuk memberikan berbagai kemudahan dan iklim investasi yang lebih kondusif. Indonesia bertekad untuk tidak hanya menjadi salah satu negara tujuan investasi yang menarik. Namun juga akan melakukan berbagai upaya terobosan untuk meningkatkan percepatan dan realisasi investasi. Secara simbolis, hal ini terlihat dari kunjungan pertama kali Presiden Joko Widodo pasca pelantikannya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7 ke kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kunjungan tersebut dimaknai sebagai
bentuk
ikhtiar
yang
sungguh-sungguh
dari
Pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, dalam membenahi iklim investasi di Indonesia. Usaha Pemerintah dalam memberbaiki iklim investasi di Indonesia mulai berbuah hasil. Pada laporan Doing Business 2017, peringkat EODB Indonesia meningkat hingga 15 level dari posisi 106 pada 2016 menjadi 91. Salah satu indikator yang
162|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
peringkatnya meningkat adalah indikator starting a business yang meningkat 16 level dan merupakan terbaik dibandingkan dengan ke sembilan indikator lainnya. Peringkat ease of doing business tidaklah mencerminkan secara
keseluruhan
kinerja
investasi
nasional.
Hal
ini
disebabkan peringkat ease of doing business baru sekadar awal permulaan dari kegiatan investasi. Masih diperlukan kerja lanjutan pasca implementasi proyek investasi di Indonesia. Ibarat, membangun rumah, lebih mudah membangunnya daripada merawatnya. Merawat rumah itulah yang menjadi indikator dalam GCI (Global Competitiveness Index). Terbukti pada 2016, peringkat (GCI) Indonesia turun dari peringkat 34 di GCI 2014-2015 menjadi peringkat 41 di GCI 2016-2017. Meskipun demikian, usaha Pemerintah, dalam hal ini BKPM harus diapresiasi secara standing ovation dalam upayanya meningkatkan peringkat ease of doing business di Indonesia.
Bahkan
pada
EoDB
tahun
2017,
Presiden
menargetkan Indonesia masuk ke dalam peringkat 40. Usaha tersebut telah mulai diupayakan secara serius oleh Pemerintah (BKPM) melalui serangkaian kemudahan dalam memulai investasi di Indonesia. Kemudahan
tersebut
semisal
perizinan
3
jam,
pembentukan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), program KLIK (Kemudahan Langsung Investasi Konstruksi), Jalur hijau untuk kemudahan importasi barang-barang modal, Desk khusus investasi tekstil dan sepatu (DKI-TS) dan jaminan keamanan investasi. Namun demikian, usaha peningkatan iklim investasi tersebut memang tidak mudah. Apalagi dalam kondisi kompetisi global yang sangat terbuka. Tantangan juga datang dari negara-negara kompetitor Indonesia. Contohnya dari Vietnam sebagai negara yang atraktif dalam menarik investasi. INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 163
Terbukti, raksasa elektronik Korea, Samsung, lebih memilih Vietnam dibandingkan Indonesia. Beberapa alasan kenapa Vietnam menarik bagi investor antara lain posisi geografis Vietnam yang dekat dengan Global Supply Chains, pasar konsumen yang semakin berkembang serta kondisi politik dan ekonomi yang relatif stabil. Kondisi di atas menjadikan usaha Indonesia dalam menjadikan Indonesia lebih remarkable bagi investasi menjadi bertambah berat. Namun demikian, hal tersebut tidak berarti menjadikan pemerintah dalam hal ini BKPM menyerah begitu saja. Tantangan tersebut justru harus menjadi pemicu untuk semakin meningkatkan koordinasi dengan semua pemangku kepentingan.
Kementerian
menyamakan
visi
dan
atau strategi
lembaga agar
terkait
terus
meningkatkan iklim investasi yang kondusif.
harus
berupaya Untuk itu,
berbagai upaya, strategi dan terobosan investasi harus dipastikan
terimplementasi secara kongkrit.
Juga harus
menjaga konsistensi berbagai kebijakan yang telah berada on
the
right
track.
Kebijakan
investasi
BKPM
harus
berkesinambungan dari waktu ke waktu.
164|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
9.2.
Rekomendasi Berdasarkan bahasan yang ditulis dalam buku Kinerja
Investasi ini, terdapat beberapa rekomendasi guna perbaikan iklim investasi di Indonesia, yaitu : a. Perbaikan iklim investasi bukan hanya pekerjaan yang melekat pada BPKM saja, namun juga melekat pada kementerian/lembaga lain. Oleh karena itu diperlukan koordinasi antar stakeholder agar kerja perbaikan iklim investasi bisa lebih mudah dan terarah. b. BKPM perlu diberikan pelimpahan kewenangan lebih banyak lagi dalam mengkoordinasikan pemberian izin melalui PTSP agar perizinan semakin mudah, murah dan cepat. Pelimpahan kewenangan tersebut, tentu tetap melibatkan
SDM
yang
berasal
dari
kementerian/lembaga terkait yang ditempatkan di kantor BKPM. c. Meningkatkan koordinasi antara BKPM Pusat dengan BPKM Daerah dalam rangka optimalisasi implementasi kebijakan investasi serta pengawalan investasi di Indonesia. d. Memastikan agar Indonesia tidak kalah dengan negara lain dalam kawasan Asia dalam menarik investasi.
INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 165
Daftar Pustaka Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2016. Laporan Kegiatan Penanaman Modal BKPM 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016, Jakarta _____________________________________________, 2015. Siaran Pers
Investor Padat Karya Antusias Sambut DKT-TS. Semarang (15 Oktober 2015) _____________________________________________,2015. Siaran Pers Percepat Solusi, DKI-TS Konsolidasi. BKPM Jakarta. (17 Desember 2015) _____________________________________________, 2016. Siaran Pers
Presiden RI Luncurkan Program Investasi Ciptakan Lapangan Kerja Tahap III Serap 11.727 Tenaga Kerja, Wonogiri (22 Januari 2016), _____________________________________________, 2016. Siaran Pers
Keamanan Berinvestasi Akan Lebih Ditingkatkan Melalui Kerjasama Yang Lebih Erat Antara BKPM Dengan Polri. (Jakarta, 19 September Jaminan
2016) ____________________________________________, 2015. Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta. ____________________________________________, 2015. Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta. ____________________________________________, 2015. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal . Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta. ____________________________________________, 2015.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan
166|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016
Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta. Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2016. Domestic and Foreign Direct Investment Realization in Quarter IV and January-December 2015. BKPM Badan Pusat Statistik. 2016. Data Ketenagakerjaan 2010-2016, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2016. Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2016. Berita Resmi Statistik No. 103/11/Th. XIX, 07 November 2016 Badan Pusat Statistik. 2016. Perkembangan Ekspor dan Impor Agustus 2016. Berita Resmi Statistik No. 85/09/Th. XIX, 15 September 2016 Badan Pusat Statistik. 2016. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2016. Berita Resmi Statistik No. 74/08/Th. XIX, 05 Agustus 2016 Bank Indonesia. 2016. Bersinergi Mengawal Stabilitas,
Mewujudkan Reformasi Struktural. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2015. Bank Indonesia. Jakarta Bank Indonesia. 2016. Kajian Stabilitas Keuangan Maret 2016. No. 26, Maret 2016. Bank Indonesia. Jakarta Bappenas. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019: Rancangan Teknokratik BP Statistical Review of World Energy. 2016. BP Statistical Review of World Energy June, dalam http://www.bp.com/en/global/corporate/energyeconomics/statistical-review-of-world-energy.html Hermawan et al. 2011. Proyek Riset G-20 Peran Indonesia
dalam G-20: Latarbelakang, Peran dan Tujuan Keanggotaan Indonesia. Friedrich Ebert Stiftung, Kantor Perwakilan Indonesia bekerjasama dengan Departemen Hubungan Internasional Universitas Parahyangan http://statisticstimes.com/ International Monetary Fund. 2016. World Economic Outlook: Update July. www.imf.org Setyawan, Dhani. 2014. Indonesia Dalam Bayang-Bayang Middle Income Trap. Artikel. Kementerian Keuangan INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016| 167
US Bureau of Economic Analysis. 2016.
Gross Domestic Product: Second Quarter 2016 (Second Estimate); Corporate Profit: Second Quarter 2016 (Preliminary Estimate). Bureau of Economic Analysis. US Department
of Commerce US Bureau of Labor Statistics. 2016. Consumer Price Index September 2016. United Stated Department of Labor US Bureau of Labor Statistics. 2016. Unemployment Rate Agustus 2016. United Stated Department of Labor UNCTAD, 2014.World Investment Report 2014: Investing in
the SDGs: An Action Plan UNCTAD, 2015. World Investment Report 2015: Reforming International Investment Governance UNCTAD, 2016. World Investment Report 2016: Investor Nationality: Policy Challenges UNCTAD, 2015. ASEAN Investment Report 2016 : Foreign Direct Investment and MSME Linkages, World Bank. 2016. Data Indonesia-Gross National Income Per Capita. http://data.worldbank.org/country/indonesia World Bank. 2010. Doing Business 2011 : Making a Difference for Entrepreneurs, Washington, D.C, USA World Bank. 2013. Doing Business 2013 : Smarter Regulations for Small and Medium-Size Enterprises. Washington, D.C, USA World Economic Forum. 2016. Global Competitiveness
Report, World Bank. 2016. Cost Doing Business Indonesia 2016. Dalamhttp://www.doingbusiness.org/data/exploreecon omies/indonesia World Economic Forum. 2016. The Global Competitiveness Report 2016-2017. World Economic Forum. Geneve Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal www.bi.go.id, dalam http://www.bi.go.id/id/statistik/seki/terkini/moneter/C ontents/Default.aspx
168|INVESTASI MUDAH? : Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014 â&#x20AC;&#x201C; 2016