ﺳ ْﻮ ِﻟ ِﻪ اﻟ َﻜ ِﺮﻳْﻢ ُ ﻲ ﻋَﻠﻲ َر ِ ﺼّﻠ َ ﻦ اﻟ ﱠﺮﺣِﻴ ِﻢ َو ُﻧ ِ ﺣ َﻤ ْ ﺴ ِﻢ اﻟﱠﻠ ِﻪ اﻟ ﱠﺮ ْ ِﺑ
JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA Badan Hukum Keputusan Menteri Kehakiman RI No. JA/5/23/13 Tgl. 13-3-1953 Jalan Raya Parung-Bogor No. 27, P.O. Box 33/Pru, Bogor 16330. Telp (0251) 614524 E-mail: pb-jai@ indo.net.id
Nomor Lampiran Perihal
: 24/Isy/PB/2004 : 1 (satu) set : SURAT EDARAN KHUSUS
Bogor, 16 Ihsan 1383 HS Juli 2004 M Kepada Yth. Para Pengurus dan Anggota JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA Di tempat.
PENGANTAR Assalamu 'alaykum wr. wb. Assalamu 'alaykum wr. wb. Semoga Saudara-saudara senantiasa ada dalam limpahan rahmat dan karunia dalam melakukan pengkhidmatan di jalan-Nya. Amin. Dalam Darsus ini muat khutbah Jum'ah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba. tgl. 14-52004: "Dewasa ini di dunia terjadi kesulitan-kesulitan dan kekacauan di mana-mana. Setiap hari manusia menderita akibat buruk dari amal-amalnya, muncul kakacauan dan timbul fitnah yang baru. Terlahir sarana/faktor-faktor baru untuk muculnya malapetaka-malapetaka baru. Dalam hal ini setiap orang Ahmadi perlu memberikan perhatian pada istighfar dan doadoa. Untuk menyelamatkan dunia dipikulkan tanggung jawab yang sangat besar pada pundak orang-orang Ahmadi. Semoga Allah menjadikan kita mampu untuk memahaminya. Dan juga menganugerahkan taufik kepada kita untuk banyak berdoa untuk diri kita. Kemudian Hadhrat Masih Mau'ud a.s bersabda: "Tuhan kalian adalah Tuhan yang mengabulkan taubah hamba-hamba-Nya dan memaafkan keburukan-keburukan mereka. Siapapun jangan ada yang terpedaya bahwa di dalam Al-Quran tercantum juga ayat ini: ﻦ ْ َو َﻣ ا َﻳ َﺮ ُﻩﺷ ﺮ َ َﻳ ْﻌ َﻤ ْﻞ ِﻣ ْﺜ َﻘ ﺎ َل َذ ﱠر ٍة- "Dan barangsiapa yang melakukan kenakalan sebesar dzarrah sekalipun, niscaya dia akan mendapatkan balasannya" Al Zilzal 8. Jadi, ingatlah, bahwa di dalam ayat ini dan di ayat lainnya tidak ada kontradiksi, sebab maksud kejahatan/kenakalan itu adalah kenakalan yang manusia tidak mau tinggalkan dan tidak mau berhenti untuk melakukannya serta tidak mau juga untuk melakukan istighfar/bertaubah. Karena itulah di tempat ini digunakan kata syarr bukan kata dzanb supaya dapat diketahui bahwa pada tempat ini yang dimaksud adalah perbuatan licik/nakal yang orang-orang licik tidak ingin tinggalkan. Kalau tidak, seluruh Al-Quran penuh berkaitan dengan bahasan bahwa penyesalan, taubah, meninggalkan sifat pembangkangan dan istighfar dosa-dosa akan dimaafkan, bahkan Allah mencintai orang-orang yang bertaubah.” Chasymai Ma’rifat; Ruhani Khazain dan jilid 23 hlm. 24.
Wassalam, Ttd Anwar Said SE. MSi Sekr. Isyaat PB.
KHUTBAH ________________________________________________ Hadhrat Khalifatul Masih
KHUTBAH JUM'AH HADHRAT KHALIFATUL MASIH V ATBA. Tanggal 14-5-2004 di Baitul-Ftuhuh – Morden, London. Tentang: PENTINGNYA SENANTIASA BERISTISGHFAR
ﻏﻔُﻮرًا َرﺣِﻴﻤًﺎ َ ﺠ ِﺪ اﻟﱠﻠ َﻪ ِ ﺴ َﺘ ْﻐ ِﻔ ِﺮ اﻟﱠﻠ َﻪ َﻳ ْ ﺴ ُﻪ ُﺛﻢﱠ َﻳ َ ﻈ ِﻠ ْﻢ َﻧ ْﻔ ْ ﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ ْﻞ ﺳُﻮءًا َأ ْو َﻳ ْ َو َﻣ (Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Surah An-Nisa 111 )
F
itrat manusia diciptakan sangat cepat cenderung pada kekeliruankekeliruan, kekurangan-kekurangan dan kemalasan-kemalasan; dan orang awam (umum) yang senantiasa terlibat dalam urusan-urusan dunia, yang sedikitpun tidak ada perhatian ke arah ibadah kepada Tuhan, tidak ada perhatian pada permohonan maaf (ampunan) terhadap dosa-dosanya, jelas akan mudah masuk dalam perangkap dan menjadi mangsa kelemahan manusiawi serta menjadi mangsa tuntutan fitrah alami ini. Tetapi orang-orang yang salehpun tidak dapat tidak terpengaruh oleh hal itu sehingga para nabipun tidak luput dari sasaran/gilasan putaran rodanya. Hakikat Istighfar Para Rasul Allah & Manfaatnya Namun sebagaimana Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda bahwa, "Para nabi mengenal betul akan kelemahankelemahan fitrah dan kelemahan alami manusia karena itu mereka berdoa: "Ya Ilahi, lindungilah kami sedemikian rupa
sehingga kelemahan-kelemahan manusiawi itu sama sekali jangan zahir.” Malfuzhat jilid 5 hlm. 607 Cetakan Baru. Oleh karena itu, apabila kondisi para nabi adalah setiap saat beristighfar, senantiasa berdoa kepada Allah untuk senantiasa tetap berada dalam perlindungan-Nya, maka bagi orang-orang awam (umum) betapa pentingnya bagi mereka, yang setiap hari ratusan kali bahkan terdapat ribuan kekeliruankekeliruan atau bisa saja ada yang untuk terhindar dari itu mereka beristighfar atau beristighfar untuk terhindar dari dampakdampak buruknya. Dan jika sebelumnya terdapat perhatian ke arah itu maka manusia dari sejak semula dapat terhindar dari kekeliruan-kekeliruan dan dosa-dosa itu. Oleh karena itu merupakan hal yang sangat penting bagi kita memberikan perhatian ke arah itu. Allah menerima taubah hamba-hamba-Nya yang beriman dan setiap saat siap menciptakan sarana pengampunan. Dan, Al-Quran di puluhan tempat telah menguraikan topik ampunan
1
dengan pelbagai cara, terkadang di suatu tempat diajarkan doa-doa bahwa "Panjatkanlah doa-doa maka kalian akan terhindar dari kelemahan-kelemahan manusiawi", terkadang diajarkan doa-doa bahwa, "Mohonlah ampunan sedemikian rupa maka dengan demikian kalian akan menjadi waris (pewaris) karunia-karunia Allah". Di suatu tempat Dia mendorong bahwa "Mohonlah ampunan seperti ini maka dengan cara itu kalian akan dinyatakan menjadi pewaris dari karuniakarunia Allah". Di satu tempat Dia memberikan khabar suka dan di satu tempat menjanjikan bahwa "Mohonlah ampunan Aku seperti itu maka kalian akan terhindar dari kekotoran-kekotoran dunia dan kalian akan menjadi orang-orang yang meraih surga-surga-Ku. Di suatu tempat terdapat firman-Nya bahwa, "Aku mencintai orang-orang yang memohon ampunan". Arti Istighfar Singkat kata, jika manusia merenungkan maka cinta, kasih-sayang Allah dan pengampunan-Nya seandainya sepanjang umur mereka terus mengucapkan rasa terima kasih (bersyukur) maka tidak akan dapat mereka lakukan. Akan merupakan kemalangan kita apabila kita tidak dapat mengambil bagian dari karunia-karunia Allah, dan sebaliknya daripada kita melaju maju dalam kebaikankebaikan malah kita justru terus menerus terjerumus dalam keburukan-keburukan. Jadi, seharusnya kita senantiasa terus memohon ampunan-Nya supaya Dia terus menyelimuti kita dengan jubah ampunanNya dan melindungi kita dari segenap dosa dan terus senantiasa memaafkan dosadosa kita di masa lalu. Hadhrat Abu Musa Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa, "Allah Ta'ala pada malam hari Allah membentangkan tangan-Nya supaya Dia menerima taubah orang-orang yang bertaubah di malam hari dan pada siang hari Dia membentangkan tangan-Nya
supaya Dia menerima taubah orang-orang yang bertaubah di malam hari. Dan seperti itulah yang Allah senantiasa perlakukan sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya". Muslim. Yakni, ini merupakah hal yang tidak mungkin dari semenjak dunia ini ada Allah tidak senantiasa menyelimuti hambahamba-Nya yang saleh dalam jubah ampunan-Nya. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Arti istighfar adalah memohon perlindungan dari hukuman maksiatmaksiat dan dosa-dosa yang lalu dan memohon perlindungan kepada Allah untuk jangan terjerumus dalam dosa-dosa dimasa yang akan datang. Para nabipun melakukan istighfar/memohon ampun dari dosa-dosa mereka dan orang-orang awampun juga melakukan”. Kemudian beliau bersabda: "Menutup disebut – ﻏﻔ ﺮghafara Pada hakikatnya kekuatan yang terdapat pada diri Tuhan, tidak terdapat dalam nabi manapun, tidak terdapat pada diri wali dan rasul manapun. Tidak ada yang dapat mendakwakan bahwa "saya dengan kekuatan saya sendiri dapat terhindar dari dosa". Jadi para nabipun untuk perlindungan perlu Tuhan. Dengan demikian untuk pernyataan pengabdian/peribadahan, Rasulullah saw. pun senantiasa memohon perlindungannya kepada Tuhan seperti nabi-nabi lainnya". Malfuzhat jilid 5 hlm. 607 Cetakan baru. Tertera dalam hadits, ”Hadhrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah, saya lebih 70 kali mengucapkan istighfar kepada Allah dalam sehari”. Shahih Bukhari Kitabuddakwaat bab istighfar unnabiyyi filyaumi wallailah. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, "Istighfar adalah sepatah kata dalam bahasa Arab yang artinya adalah memohon ampunan bahwa, "Hai Tuhan, lindungilah kami dari akibat-akibat buruk dosa-dosa yang telah kami perbuat sebelumnya, sebab dosa merupakan suatu racun dan pengaruhnyapun pasti akan terlihat dan di
2
masa yang akan datang lindungilah kami sedemikian rupa sehingga kami sama sekali tidak dapat terjerumus dalam dosa". Hanya dengan pengulangan berulang-ulang secara lisan tujuan [istighfar] tidak akan tercapai. Jadi, mengucapkan taubah dan istighfar janganlah seperti membaca ajian-ajian (mantera-mantera), bahkan dengan memperhatikan mafhumnya dengan rasa resah dan dengan rasa haus sejati panjatkanlah doa-doa kepada Tuhan.” Malfuzhat jilid 5 hlm. 607 –608 Cara Istighfar Yang Benar Dalam menafsirkan ayat yang saya tilawatkan ini Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: “Jadi, di dunia terdapat karakteristik-karakteristik semacam itu yang keberadaannya terbukti dengan kesaksian-kesaksian setiap harinya. Pembangkangan egonya dan gejolak amarahnya yang merupakan fitrat tidak dapat berkurang; sebab, apa yang Tuhan telah lekatkan/masukkan siapa yang dapat menjauhkan, namun, ya, Allah telah menyediakan juga untuk formulanya. Apa itu? Taubah, istighfar dan penyesalan, yakni apabila perilaku buruk yang merupakan tuntutan jiwanya itu terjadi atau sesuai dengan fitrahnya yang khas timbul fikiran yang buruk di dalam hati maka apabila dengan taubah dan istighfar dia memohon untuk menjauhkanya maka Tuhan akan memafkan dosa-dosanya. Apabila dengan berkali-kali terpleset/tersandung dia menyesal dan bertaubah maka rasa penyesalan dan taubah itu akan membersihkan kekotoran itu. Inilah kaffarah/penebusan hakiki yang merupakan formula/penawar dosa fitrah alami itu. Ke arah inilah Allah mengisyarahkan: ﺠ ِﺪ ِ ﺴ َﺘ ْﻐ ِﻔ ِﺮ اﻟﱠﻠ َﻪ َﻳ ْ ﺴ ُﻪ ُﺛ ﻢﱠ َﻳ َ ﻈ ِﻠ ْﻢ َﻧ ْﻔ ْ ﺳ ﻮءًا َأ ْو َﻳ ُ ﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ ْﻞ ْ َو َﻣ ﻏﻔُﻮرًا َرﺣِﻴﻤًﺎ َ اﻟﱠﻠ َﻪ "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya atau melakukan suatu kezaliman, kemudian dengan rasa malu dia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". An-Nisa’ 111. Maksud kalimat halus dan penuh hikmah ini adalah bahwa sebagaimana tersandung dan dosa merupakan ciri khas jiwa manusia yang penuh kekurangan dimana dia terlibat di dalamnya, sebagai perbandingannya/kebalikannya adalah adanya sifat ampunan dan kasih-sayang Allah yang kekal dan abadi; dan yang pada Zat-Nya sendiri juga adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Yakni ampunan-Nya bukanlah sepintas dan kebetulan bahkan abadi dari sifat-Nya yang kekal kepada siapa yang Dia jadikan sebagai kawan. Dan Dia merupakan wujud yang menghendaki [turunnya] karunia-Nya pada setiap orang yang selaras untuk itu. Yakni apabila ada seorang/manusia pada saat terjadinya ketersandungan dan perbuatan dosa lalu dengan penuh penyesalan dan taubah Dia kembali/bertaubah kepada Tuhan. Yaitu apabila ada seorang terjerumus dalam dosa terhadap seseorang, lalu timbul rasa penyesalan dan rasa malu atas hal itu, maka beliau bersabda, "Apabila dalam kondisi seperti itu manusia kembali kepada Tuhan“, maka pada pandangan Allah orang tersebut merupakan orang yang layak Allah kembali kepadanya dengan rahmat dan ampunan (mengampuninya), maka Allah pun dengan melihat penyesalan, rasa malu dan istighfarnya akan kembali kepadanya dan akan menciptakan sarana ampunannya. Oleh karena itu beliau bersabda, “Kembali (ampunan) Allah kepada hamba yang menyesal dan ampunan-Nya untuk seorang hamba yang bertaubah tidak terbatas hanya satu dua kali semata, bahkan ini merupakan sifat yang khas dan abadi pada Zat Allah “. Bersabda: ”Sifat Allah yang Maha Pemaaf terhadap hamba-hamba-Nya yang menyesali juga dosa-dosanya yang telah mereka lakukan dan terus memohon juga ampunan-Nya itu tidaklah hanya terbatas sekali dua kali saja. (Apabila) Secara
3
permanent/terus menerus manusia beristighfar, secara terus menerus manusia memohon ampunan-Nya, maka Allah pun dengan melihat niatnya Dia terus menerus memafkan dosa-dosanya. Pentingnya Penyesalan Yang Hakiki Namun bukanlah maksudnya bahwa manusia dengan sengaja terus menerus melakukan dosa demi dosa, bahkan niatnya sedemikian rupa sehingga terdapat rasa penyesalan dan terdapat juga upaya untuk terhindar dari dosa-dosa maka Allahpun akan senantiasa terus memaafkannya. Dan selama ada orang yang berdosa kembali/memohon ampun pada-Nya dalam kondisi berdosa maka secara khusus pasti secara terus menerus Dia akan zahir padanya(memaafkannya)” Barahin Ahmadiyah; Ruhani Khazain jilid I hlm. 186 187 Catatan kaki. Bersumber dari Hadhrat Anas bin Malik bahwa dia mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Seorang yang benar-benar bertaubah dari dosa adalah seperti seorang yang tidak pernah melakukan dosa. Apabila Allah mencintai seseorang maka dosa tidak akan dapat mendatangkan mudharat kepada mereka", yakni faktorfaktor/daya tarik yang menuju ke arah dosa tidak dapat menarik mereka kepada keburukan/kejahatan dan Allah senantiasa melindungi mereka dari dampak-dampak buruk dosa, kemudian Rasulullah saw membaca ayat ini: ﺐ ﺤ ﱡ ِ ﻦ َو ُﻳ َ ﺐ اﻟ ﱠﺘ ﻮﱠاﺑِﻴ ﺤ ﱡ ِ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ُﻳ ِإ ﱠ ﻦ َ ﻄ ﱢﻬ ﺮِﻳ َ ا ْﻟ ُﻤ َﺘ -- "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri". Al-Baqarah 223. Kemudian dimohonkan kepada beliau, "Ya Rasulullah saw., apa alamat (tanda/ciri) taubah itu?" Maka beliau bersabda, "Rasa penyesalan dan adanya perasaan sedih adalah merupakan pertanda taubah" Majalah Qisyiriah bab attaubah. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: “Sesungguhnya dosa-dosa dimaafkan adalah dengan taubah dan istighfar, dan Allah cinta kepadanya
ﻦ َ ﻄ ﱢﻬ ﺮِﻳ َ ﺐ ا ْﻟ ُﻤ َﺘ ﺤ ﱡ ِ ﻦ َو ُﻳ َ ﺐ اﻟ ﱠﺘ ﻮﱠاﺑِﻴ ﺤ ﱡ ِ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ُﻳ ِإ ﱠ (Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang taubat dan menyukai orangorang yang mensucikan diri. Al-Baqarah 223). Orang-orang yang benar-benar bertaubah adalah seibarat orang yang ma'shum/tidak berdosa. Dosa-dosa yang lampau menjadi dimaafkan. Kemudian mereka harus membersihkan urusan dengan Tuhan. Dengan cara demikian mereka masuk dalam kelompok para waliwali Allah dan tidak akan merasa takut dan sedih.” Malfuzhat jilid 3 hlm. 594595. Kemudian beliau bersabda: “Taubah yang hakiki menjadikan manusia sebagai kekasih Allah dan dari itu dapat meraih taufik kebersihan dan kesucian. Sebagaimana terdapat janji Allah ﻦ َ ﻄ ﱢﻬ ﺮِﻳ َ ﺐ ا ْﻟ ُﻤ َﺘ ﺤ ﱡ ِ ﻦ َو ُﻳ َ ﺐ اﻟ ﱠﺘ ﻮﱠاﺑِﻴ ﺤ ﱡ ِ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ُﻳ ِإ ﱠ -"Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang taubat dan juga menjadikan kawan orang-orang yang suci dari tarikan dosa-dosa". Taubah pada hakikatnya merupakan sesuatu perkara yang apabila dilakukan dengan segala macam persyaratannya maka sejalan dengan itulah di dalam diri manusia ditanam bibit kesucian. Yang menjadikannya sebagai pewaris kebaikan-kebaikan. Inilah faktor yang Rasulullah saw. juga telah sabdakan bahwa, "Orang-orang bertaubah dari dosa adalah sama dengan orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa, yakni dosa-dosa yang dilakukan sebelum taubah menjadi dimaafkan, sebelum waktu itu apapun kondisinya dan sepak terjangnya yang tidak benar dan ketidakseimbangan-ketidakseimbangan yang terdapat dalam karakter-karakter mereka, Allah dengan karunia-Nya memaafkan mereka dan dijalin bersama Allah ikatan janji perdamaian dan dimulai hisab yang baru" (Malfuzhat jilid 3 hlm. 432. Kewajiban Seluruh Ahmadi Selanjutnya Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Dengan perantaraan taubah
4
terdapat benih kesucian yang disemaikan di dalam kalbu kita. Oleh karena itu, pada zaman ini pun, sementara di setiap arah di dunia ini telah sedemikian banyak merebaknya kekotoran moral, khususnya bagi kita orang-orang Ahmadi untuk pemeliharaan benih kesucian penting harus banyak upaya dan perlu banyak beristighfar. Supaya Allah menerima taubah kita dan membersihkan hati, selaras dengan itu kita harus menyiapkan tanah kalbu kita dan sambil memohon karunia Allah benih kebaikan tetap harus kita pelihara di dalamnya, sebagaimana seorang petani apabila demi untuk tanamannya dia menaburkan benih di sawah, maka untuk tetap membiarkannya tetap bersih terjaga dari tanaman-tanaman liar,maka sebelum menaburkan benih dia melakukan sesuatu yang terkadang membantu untuk tumbuhnya tanaman-tanaman liar supaya apapun bentuk tanaman-tanaman liar, itu dapat menjadi nampak dengan jelas. Dan tatkala itu nampak maka dia berupaya untuk menghilangkannya. Jadi dengan demikian kita pun harus menzahirkan benih tanaman-tanaman liar dalam kalbu kita kemudian kita seharusnya berupaya untuk melenyapkannya, senantiasa mengintrospeksi diri kita, senantiasa memperhatikan dosa-dosa kita supaya benih kebaikan dapat berkembang dengan baik. Tatkala benih kebaikan itu mulai mekar, mulai tumbuh berkembang maka seperti ini pulalah contohnya, yakni syaitan terkadang melakukan penyerangan, sebab dia pun tengah menebarkan bibitbibit keburukan-keburukannya atau pasti sedikit banyak benih-benih keburukan juga tetap tersisa di dalam hati, karena itulah sebagaimana setelah penanaman tanaman, petani melihat bahwa terkadang beriringan dengan tanamanpun kembali tanamantanaman liar mulai tumbuh, maka petani menggunakan beberapa macam cara. Dia menyemprotkan obat anti tanaman liar atau melakukan pembasmian, membersihkan tanah supaya tanaman-
tanaman liar itu dapat dimusnahkan, maka demikian pula manusia juga sambil menjadikan tetap murni benih kebaikan dalam dirinya harus menyediakan lingkungan untuk tumbuh dan berkembangannya dengan perantaraan istighfar, dengan memohon karunia Allah senantiasa berupaya memeliharanya. Jadi, apabila dengan mekanisme/cara itu kita menyuburkan bibit-bibit kebaikan di dalam diri kita dan kita berupaya untuk menjadikannya tumbuh subur maka dengan karunia Allah ini akan berbuah dan berbunga dan akan tumbuh besar dan cengkeraman kebaikan-kebaikan akan menguasai segenap wujud kita dan dengan karunia Allah segenap keburukan akan berakhir. Tertera dalam sebuah hadits, Hadhrat Ibni Abbas r.a. meriwayatkan bahwa: Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang setiap saat beristighfar maka Dia akan menciptakan jalan keluar dari segenap kesusahan dan akan menyelamatkannya dari segenap kesedihan dan Dia akan menganugarahkan rezeki kepadanya dari jalan yang dia sama sekali tidak dapat bayangkan" Abu Daud kitabulwitir fil-istighfar. Kemudian tertera sebuah riwayat bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa, "Apa yang kalian katakan (bagaimana pendapat kalian) berkenaan dengan rasa gembira orang yang unta betinanya hilang di hutan yang gersang sementara bekal makanan dan minumannya berada di atas punggung unta itu dan dia sedemikian rupa mencari dan mencari hingga dia kelelahan, kemudian dia lewat di ranting sebuah pohon dan melihat bahwa kekang untanya nyangkut tertambat di akar-akar sebatang pohon?". Maka sahabah berkata, "Ya Rasulullah saw., orang itu pasti akan sangat gembira". Maka atas hal itu Rasulullah saw. bersabda, "Demi Allah, Allah lebih gembira pada taubah hambahamba-Nya dari orang yang menjumpai untanya itu". Bukhari Kitabudda'wat babut-taubah.
5
Jadi, inilah kondisi kegembiraan Allah setelah melihat taubah hamba-hamba-Nya dan hadir di hadapan-Nya seraya memohon maaf akan dosa-dosanya. Karena itu apabila Allah sedemikian rupa mempunyai perhatian kepada kita maka betapa lebih dari itu seyogianya kita mencintai-Nya dan tunduk patuh kepadaNya; seharusnya mengamalkan perintahperintah-Nya; seyogianya terus berupaya mengamalkan ajaran para nabi, yakni berupaya mengamalkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.; seyogianya mengamalkan perintah-perintah Al-Quran dan sambil bertaubah seyogianya tunduk taat kepada-Nya. Semoga Allah menganugrahi taufik kepada kita untuk menjadi orang-orang yang mengamalkan semua perkara-perkara itu. Hadhrat Jundub r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seorang berkata bahwa 'Demi Allah, Allah tidak akan memafkan dosa si fulan', maka Allah berfirman, 'Siapa yang telah mengatur Aku bahwa Aku tidak akan memafkan si fulan? Aku telah memaafkan dia, ya, orang yang mengatakan seperti itu sendiri yang amal-amalnya menjadi sia-sia�. Muslim Kitabul birri wassilah baabunnabi’ an taqniithil insaan min rahmatillaah. Jadi, sejumlah orang pada saat berbincang-bincang mereka memiliki kebiasaan karena anggapan yakinnya akan kebaikan-kebaikan dirinya mereka memberikan fatwa si fulan berdosa, atau si anu begini, dan si anu begini dan ini tidak dapat dimaafkan. Jadi memaafkan atau tidak memafkan, ini merupakan pekerjaan Tuhan, bukan perkerjaan manusia. Dan hamba manapun tidak ada hak untuk mengambil alih wewenang Allah di tangannya. Dengan membicarakan hal seperti itu mereka tidak mendapatkan apaapa kecuali menghancurkan akan akibat mereka sendiri. Perjalanan Taubat Seorang Pembunuh
Hadhrat Abu Said Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Bahwasanya diantara kalian ada seorang yang telah membunuh 99 orang. Pada akhirnya timbul rasa penyesalan di dalam hati-nuraninya dan dia menanyakan kepada seorang ulama terbesar di daerah itu berkaitan dengan taubah dari dosa. Maka dia (ulama) memberitahukan berkenaan dengan seorang abid zahid/rahib (yang menjauhkan diri dari urusan dunia), lalu ia datang kepadanya dan memberitahukan bahwa dia telah membunuh 99 orang, apakah taubahnya dapat diterima? Maka abid atau zahid (rahib) itu berkata bahwa taubah orang yang seperti itu bagaimana dapat diterima, dan sedemikian besarnya dosa bagaimana dapat dimaafkan. Maka diapun membunuhnya sehingga genaplah 100 orang yang terbunuh. Dia merasa menyesal dan malu, hingga dia bertanya berkenaan dengan seorang ulama besar, kemudian diberitahukan kepadanya alamat seorang ulama besar [lainnya] dia datang kepadanya dan berkata bahwa "Saya telah membunuh seratus orang, apakah taubah saya dapat diterima?" Dia menjawab, "Ya, kenapa tidak? Pintu taubah bagaimana mungkin dapat tertutup, dan siapakah yang dapat menjadi perintang diterimanya taubat? Engkau pergilah ke daerah anu, di sana pasti akan ada beberapa orang yang tengah sibuk melakukan ibadah dan mereka tengah melakukan perkerjaan agama, engkaupun ikutlah bersama mereka melakukan pekerjaan mulia itu dan bantulah mereka dan kemudian engkau janganlah kembali ke daerah engkau, sebab itu adalah daerah kotor dan sangat penuh dengan fitnah di dalamnya". Untuk itu diapun berjalan ke daerah yang ditunjukkan, tetapi baru saja melewati setengah perjalanan ternyata kematian mendhuluinya. Setelah itu berkenaan dengan dia, malaikat rahmat dan malaikat azab mulai bertengkar, malaikat rahmat berkata bahwa "orang itu telah
6
bertaubah dan di dalam hatinya dia telah kembali tunduk kepada Allah, karena itu kami membawanya ke dalam surga". Malaikat azab memberikan keterangannya bahwa "dia tidak pernah melakukan pekerjaan baik, bagaimana dia dapat dimaafkan?" Maka pada saat itulah seorang malaikat berupa manusia datang dan kemudian mereka menjadikannya sebagai penengah. Setelah mendengarkan alasan-alasan keduanya dia berkata bahwa "Dari tempat mana dia ini datang, dan ke arah mana dia ini tengah pergi, ukurlah jarak tengahtengah di antara keduanya maka dari daerah mana dia lebih dekat jaraknya dia akan terhitung sebagai pemukim wilayah itu. Lalu mereka mengukur jarak, ternyata mereka mendapatkan daerah itu lebih dekat ke daerah yang dia tengah tuju. Atas hal itu malaikat rahmat membawanya ke dalam surga.� Muslim Kitabuttaubah qabul taubatul qaatil wa in katsura qatluhu. Nah, inilah cara pengampunan Allah, yakni melangkahlah maju ke arah-Nya dengan niat yang baik, bertaubahlah beristighfarlah, maka Dia pasti akan menyelimuti Saudara-saudara dengan jubah ampunan-Nya. Keberkatan Majlis Dzikir Hadhrat Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda bahwa para malaikat Tuhan yang mulia senantiasa terus berkeliling mencari majlis-majlis dzikir. Apabila mereka mendapatkan majlis di mana tengah disebut nama Allah, maka mereka duduk disana sambil menutup/menaunginya [orang-orang yang tengah dzikir] dengan sayap-sayapnya. Seluruh udara/kawasan penuh dengan naungan sayap berkahnya. Tatkala orang-orang berdiri dari majlis itu maka mereka (para malaikat) pun naik ke langit. Di sana Allah menanyakan kepada mereka bahwa, "Dari mana kalian datang?" - padahal Dia (Allah Ta'ala) mengetahui segala sesuatunya - maka
malaikat-malaikat menjawab bahwa kami datang dari hamba-hamba-Mu yang mengucapkan tasbih memuji Engkau, sibuk mengagungkan nama Engkau, senantiasa sibuk dalam beribadah kepada Engkau dan lidahnya senantiasa basah dalam mengingat Engkau, dan mereka terus memanjatkan doa-doa kepada Engkau." Atas hal itu Allah berfirman, "Apa yang mereka minta kepada Aku?" Maka atas pertanyaan itu malaikat memberikan jawaban bahwa mereka memohon kepadaMu surga-Mu". Maka Allah berfirman kepadanya, "Apakah dia telah melihat surgaKu? Maka malaikat menjawab, "Tidak, hai Rabb-ku, mereka belum pernah melihat surga Engkau". Maka Allah berfirman, "Bagaimana kondisi mereka apabila mereka melihat surga-Ku?" Kemudian malaikat menjawab, "Mereka menginginkan perlindungan-Mu". Maka atas hal itu Allah berfirman, "Dari hal apa mereka memohon perlindungan kepada-Ku?" Malaikat berkata bahwa "Mereka memohon perlindungan dari api Engkau". Maka Allah berfirman, "Apakah mereka telah melihat api-Ku?" Malaikat berkata, "Mereka tidak pernah melihat Api/neraka Engkau". Maka Tuhan berfirman, "Bagaimana kondisi mereka apabila mereka melihat Api-Ku?" Kemudian malaikat berkata, "Mereka memohon ampunan Engkau". Maka Allah berkata bahwa, Aku telah memaafkannya dan Aku telah menganugerahkan segala sesuatu yang telah Dia mohon kepada-Ku; dan Aku telah memberikan perlindungan kepadanya dari apa yang dia telah mohon kepada-Ku". Atas hal itu malaikat berkata bahwa "Di antara mereka ada orang yang berperangai buruk, dia itu lewat dari sana dan karena melihat mereka tengah berzikir maka dia duduk d sana untuk sekedar melihat pertunjukan". Maka Allah berfirman, "Aku telah memaafkannya. Sebab mereka [yang berdzikir] ini merupakan orang-orang yang mana orang-
7
orang yang duduk bersama merekapun maka orang-orang itu tidak akan menjadi orang sial (mahrum/luput)". Muslim kitabul-dzikr bab fadhlu majaalisul-dzikr. Jadi, pejalan kaki yang hanya akibat duduk bersama mereka di sana untuk sekedar melihat adegan pertunjukan pun Dia ampuni, sebab pada saat itupun sampai di telinga mereka suara dzikir kepada Allah. Di mesjid-mesjid kita dilakukan daras-daras hadits-hadits atau MalfuzhatMalfuzhat dan banyak ijtima’-ijtima' dan pertemuan-pertemuan lainnya, maka untuk itu seyogianya yang hadir harus lebih banyak dari sebelumnya. Siapa tahu bahwa pada saat mana, apa yang Allah sukai sehingga tercipta sarana pengampunan bagi kita. Kemudian hari Juma'ah, demi untuk pekerjaannya sejumlah orang meninggalkan shalat Juma'ah. Nah, ini khusus merupakan hari ibadah yang datang sekali dalam seminggu. Ada khutbah Juma'ah, ada shalat itu harus didengar dan harus melakukan segenap upaya, sebab bagaimana kita mengetahui, dengan sebab/perantaraan apa kita menjadi orang yang dapat meraih ampunan Allah. Hubungan Istighfar dengan Kesuburan Ruhani Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, ”Untuk tetap terjaga utuh kesuburan ruhani dan untuk tetap selamat atau dengan tujuan untuk tumbuh suburnya kemajuankemajuan keruhanian itu adalah dengan senantiasa memohon air keselamatan dari Sumber kehidupan hakiki. Inilah perkara yang dalam kata-kata lain Al-Quran namakan istighfar" (Nurul Anwar; Ruhani Khazain jilid 9 hlm. 357). Bersabda lagi, "Untuk menghindar dari segenap kekotoran, untuk mengamalkan perintah-perintah Allah, untuk mendapatkan kedekatan kepada-Nya seyogianya kita senantiasa terus melakukan istighfar". Kemudian seseorang memohon untuk doa berkenaan dengan
utang bahwa "Utang saya sangat banyak, doakanlah, supaya utang saya lunas" -Kinipun banyak sekali orang-orang terus menerus menulis -- maka beliau bersabda, ”Senantiasa perbanyaklah membaca istighfar, ini merupakan cara/jalan bagi manusia untuk bebas dari kesedihan, juga istighfar merupakan kunci kemajuankemajuan.” Malfuzhat jilid I hlm. 442 Cetakan baru. Kemudian beliau melanjutkan bahwa untuk segenap kemajuan dan untuk terhindar dari utang piutang, untuk tersingkirnya segenap kesedihan istighfar merupakan perantara yang sangat besar, tetapi sebagaimana di tempat lain beliau bersabda bahwa "Bacalah istighfar dengan pemahaman dan pengertian, janganlah hanya mengulang -ulang bacaan yang sudah dihafal mati [seperti burung beo], kemudian seiring dengan itu teruslah mengintrospeksi dan memeriksa keburukan-keburukan yang ada di dalam diri kalian dan teruslah berusaha untuk menghindar dari itu maka pintu kemajuan akan terus dibukakan untuk kalian. Insya Allah". Kemudian beliau bersabda: "Seorang berkata: 'Hudhur, doakanlah untuk saya supaya saya memperoleh anak'. Beliau bersabda, ”Beristighfarlah, maka dengan itu dosa akan dimaafkan dan Allah-pun akan menganugerahkan anak. Ingatlah, keyakinan merupakan sesuatu yang sangat besar. Barangsiapa yang memiliki keyakinan sempurna maka Allah sendiri yang akan memenuhi keperluankeperluannya.” Malfuzhat jilid I hlm. 444 Cetakan baru. Jadi, banyak sekali orang-orangsebagaimana sebelumnya saya telah katakana, mereka terus menerus menulis untuk mendapatkan anak dan untuk mendapatkan hal-hal/barang-barang lainnya. Mereka seyogianya harus menguji formula ini. Tetapi jangan hanya kata-kata yang hanya dihafal mati/tanpa pengertian, bahkan beristighfarlah dengan istighfar yang keluar dari kedalaman hati dan
8
memohon ampun dari dosa-dosanya dan manusia juga berupaya mengamalkan perintah-perintah yang lainnya. Cara Beristighfar Yang Berhasil-guna Nah, kini bagaimana membaca istighfar. Dalam kaitan ini Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, ”Perbanyaklah membaca istighfar. Kondisi manusia ada dua, yaitu dia tidak melakukan dosa atau Allah melindungi dia dari melakukan dosa”. Dengan membaca istighfar atau Allah melindungi dia dari melakukan dosa atau dia sendiri sama sekali tidak terlibat dalam dosa.” Maka pada saat membaca istighfar seyogianya memperhatikan kedua arti itu. Bersabda, ”Pertama, mohonlah supaya Allah menutupi dosadosa yang lalu; dan kedua, memohon taufik dari Allah supaya Dia melindungi dari dosa-dosa yang akan datang. Tetapi istighfar tidak akan sempurna hanya dengan lidah, tetapi dapat dilakukan dengan hati, kalian memohon dalam bahasa sendiri sekalipun, ini penting. Malfuzhat jilid I hlm. 525 Cetakan baru. Kemudian beliau bersabda, ”Ingatlah hanya dengan kata-kata tidak akan ada manfaatnya. Dengan bahasa sendiripun dapat dilakukan istighfar supaya Allah memaafkan dosa-dosa yang akan datang dan melindungi dari dosa-dosa yang akan datang dan menganugerahkan taufik untuk melaksanakan kebaikan; dan inilah hakikat istghfar. Tidaklah penting harus terus menerus mengucapkan اﺳ ﺘﻐﻔﺮاﷲ اﺳ ﺘﻐﻔﺮاﷲ-- astaghfirullah- astaghfirullah, tetapi hatipun sama sekali tidak tergores atau tidak mengerti. Ingatlah, sesuatu yang sampai kepada Tuhan adalah yang keluar dari hati. Seyogianya perbanyaklah membaca doadoa di dalam bahasa sendiri. Dari itu akan tertanam pengaruhnya dalam hari. Lidah hanya memberikan kesaksian hati. Jika di dalam hati sanubari timbul gejolak lalu lidah mengiringi [dengan ucapan istighfar] maka itu merupakan hal yang baik. Tanpa hati hanya doa-doa di lidah belaka itu
menjadi sia-sia.” Yakni tidak ada gunannya. Bersabda lagi, ”Ya, doa yang keluar dari lubuk hati yang dalamlah yang merupakan doa-doa yang hakiki. Apabila sebelum turunnya musibah manusia terus memanjatkan doa di dalam hatinya dan terus melakukan istighfar maka kemudian dengan berkat Allah Tuhan Yang Maha Penyayang dan Mahamulia musibahmusibah itu akan meleset. Tetapi apabila musibah itu telah turun [kemudian barulah beristighfar/berdoa] maka itu tidak dapat terhindar. Sebelum turunnya azab seyogianya terus memanjatkan doa-doa dan memperbanyak membaca istighfar, dengan cara itu Allah akan memberikan perlindungan pada saat turunnya azab". Malfuzhat jilid 5 hlm. 282 Cetakan baru. Jadi, perhatikanlah, dalam kondisi umum, takala manusia menderita suatu penyakit, atau tatkala dalam suatu kesulitan di dunia pun dia menyeru kepada seseorang untuk memberinya pertolongan kepadanya maka diapun (orang yang dimintai pertolongan) datang untuk memberikan pertolongan. Maka apabila dengan tulus seperti itu kita memanggil-Nya maka Dia akan datang. Karena janji Allah tertera bahwa "Selangkah kalian berjalan maka Aku akan berjalan menemui kalian dua langkah, jika kalian datang dengan berjalan kaki maka Aku akan datang dengan berlari-lari kepada kalian". Hakikat Dosa & Penawarnya Kemudian beliau bersabda: ”Hakikat dosa bukanlah bahwa Allah menciptakan dosa lalu kemudian sesudah ribuan tahun -- [sebagaimana ajaran Paulus – Red.] -baru terfikir pengampunan dosa, tidak, tetapi sebagaimana lalat memiliki dua sayap, di satu pihak terdapat penawar dan di sebelahnya tardapat racun, demikian pula pada manusia ada dua sayap, satu sayap maksiat dan yang satu pihak terdapat rasa penyesalan (merasa menyesal atau malu setelah berbuat kesalahan/maksiat).
9
Taubah merupakan bukti perasaan menyesal. Ini sudah merupakan peraturan umum bahwa sebagaimana seorang apabila memukul seorang hamba sahaya, maka sesudahnya dia akan merasa menyesal, seolah-olah kedua sayapnya bergerak/mengepak secara bersamaan, yakni bersama dengan racun terdapat pula penawar/obat. Kini pertanyaannya adalah, kenapa racun dibuat? Jawabannya adalah kendatipun ini merupakan racun namun karena terdapat sifat memotong/mematahkan di dalamnya, maka dia memiliki fungsi sebagai penawar�. Racun juga apabila sudah melalui sebuah proses maka itupun akan berfungsi sebagai obat. Dari racun- racun seperti itu banyak sekali diramu obat-obatan. Bersabda: �Jika tidak ada dosa maka racun keangkuhan akan berkembang di dalam diri manusia dan manusia akan mengalami kehancuran. Jadi taubah akan berfungsi untuk menghilangkannya. Itu menghindari manusia dari bahaya takabbur dan bahaya ujub/pamer. Apabila Nabi saw. yang bersih dari dosa [saja terbukti] 70 kali beristighfar maka apa yang seharusnya kita lakukan? Taubah dari dosa tidak hanya dilakukan oleh yang ridha/senang pada itu (orang yang melakukan dosa itu). Dan bagi yang mengenal dosa itu sebagai dosa, akhirnya dia akan meninggalkan dosa itu.“ Bersabda: "Tertera dalam hadits bahwa apabila manusia berkali-kali dengan menangis memohon ampunan kepada Allah maka pada akhirnya Allah akan memberikan jawaban bahwa "Kami telah memaafkan engkau. Kini apapun yang hati nurani engkau inginkan maka lakukanlah". Artinya ini bukanlah bahwa Allah telah merubah hatinya dan kini dosa akan secara alami terasa buruk baginya, sebagaimana melihat seekor domba memakan kotoran, domba yang lain tidak ingin juga untuk ikut memakannya, demikian pulalah manusia (orang) yang Allah telah maafkan pun tidak akan [ada niat] untuk melakukan dosa.
Orang-orang Islam secara alami tidak menyukai daging babi. Padahal yang lainnya ribuan perbuatan yang terlarang dan haram yang mereka lakukan. Jadi di sini di dalamnya terdapat sebuah hikmah bahwa Dia telah meletakkan sebuah contoh rasa jijik/rasa tidak suka dan Dia memberikan pengertian kepada manusia bahwa manusia seperti itu jijik pada dosa�. Malfuzhat jilid 3 Cetakan baru. Jadi, jika dalam diri manusia tertanam rasa benci pada dosa dan kemudian mulai mengayunkan langkah ke arah perbaikan maka lama kelamaan segenap keburukan akan menjauh. Kini datang sejumlah pengaduan bahwa di kalangan para pemuda dan di sejumlah kalangan tua yang cukup umur pun tidak melakukan kerja sama dengan nizam Jemaat, sangat lemah dari segi tarbiyat, memutar filmfilm yang kotor (porno), di rumah-rumah juga, melalui televisi/TV atau dengan perantaraan internet [mereka melihat filmfilm kotor itu]. Jadi, selama kita tidak menciptakan kesadaran ini di rumah kita, tidak menciptakan kesadaran ini dalam diri anak-anak dan dalam diri kita sendiri, dan selama di dalam ucapan dan amal kita terdapat kontradiksi tidak akan timbul suatu bentuk perbaikan. Sesudah baiat, pendakwaan kita akan menciptakan perubahan suci dalam diri kita merupakan suatu hal yang kropos/kosong melompong. Dengan melihat programprogram kotor itu, selain kerugian akhlak dan kerugian ruhani, dari segi materi pun kita tengah merugi, sebab programprogram seperti itu baru tersedia setelah membelanjakan sesuatu. Jadi, taubah dan istighfar kita seyogianya sedemikian rupa hendaknya sehingga fikiran kita sama sekali tidak tertuju ke arah itu, sama sekali tidak ada perhatian. Kondisi Sempit & Istighfar serta Shalat Hadhrat Masih Mau'ud a.s bersabda: "Kondisi susah dan senang, atau sempit dan lapang, senantiasa terjadi dalam
10
kehidupan manusia. Pada kondisi lapang kesukaan dan semangat menjadi bertambah, di dalam dada terjadi rasa lapang, perhatian kepada Tuhan menjadi bertambah dan terlahir rasa lezat dalam shalat. Tetapi terkadang terlahir juga kondisi dimana rasa suka dan gemar atau semangat menjadi terus menghilang dan lahir rasa sempit di dalam hati. Dan apabila lahir kondisi seperti itu maka obatnya adalah perbanyaklah membaca istighfar dan kemudian perbanyaklah membaca selawat dan lakukanlah shalat berkali-kali. Inilah merupakan formula untuk jauhnya rasa sempit“. Malfuzhat jild I hlm. 194 cetakan baru. Bersabda: ”Andaikata kita ingin menciptakan perubahan ruhani ini di dalam diri kita, ingin menciptakan perubahan suci di dalam diri kita maka seyogianya dengan penuh kesabaran harus senantiasa membaca istighfar. Seyogianya harus ada perhatian terhadap shalat, laksanakanlah shalat dan beristighfarlah maka Allah akan mendatangkan suatu saat dimana manusia akan merasakan suatu perubahan di dalam dirinya. Kemudian pada suatu peluang saat menasihatkan pada seseorang beliau bersabda, “Shalat dan istighfar merupakan penawar yang jitu untuk kalbu yang lalai. Seyogianya memanjatkan doa di dalam shalat, yaitu "Ya Allah, buatlah (jauhkanlah) jarak di antara aku dan dosadosaku. Jika dengan tulus manusia senantiasa memanjatkan doa maka niscaya merupakan hal yang pasti, pada suatu saat itu akan dikabulkan dan mengambil langkah tergesa-gesa bukanlah merupakan hal yang baik. Seorang petani menabur benih maka dia tidak akan memanennya pada saat itu juga. Seorang yang tidak bersabar tidak mendapatkan apa-apa. Pertanda manusia yang saleh adalah dia tidak menampakkan ketidak-sabaran. Orang-orang yang tidak bersabar terlihat banyak menemui kemalangan-kemalangan besar. Jika seorang menggali sumur, menggali 20 hasta dan yang masih tersisa
hanya tinggal sehasta lalu dengan tidak sabar dia meninggalkannya, maka dia menghancurkan segenap jerih-payahnya dan jika dengan sabar menggali lagi sehasta maka dia akan meraih hasilnya yang gemilang. Sudah merupakan sunnah Tuhan bahwa kesukaan dan semangat dan nikmat makrifat senantiasa Dia anugerahkan sesudah kedukaan/kesukaran. Jika segenap nikmat diraih dengan mudah maka tidak akan ada penghargaan pada hal itu”. Malfuzhat jilid II hlm. 552 cetakan baru. Kemudian beliau bersabda, ”Saya ingin memberikan pengertian kepada kalian bahwa orang yang berdoa, beristighfar dan memberikan sedekah sebelum turunnya musibah maka Allah akan mengasihani mereka dan akan melindungi mereka dari azab Ilahi. Janganlah mendengar kata-kata saya ini hanya sekedar sebagai kisah. Saya menasihatkan demi semata-mata karena Allah, bahwa renungkanlah keadaan diri kalian sendiri, dan kepada diri sendiri dan kepada teman-teman kalian pun katakanlah supaya mereka sibuk untuk memanjatkan doa. Istighfar berfungsi sebagai tameng dari azab Ilahi dan musibah-musibah yang dahsyat. Di dalam Al-Quran Allah berfirman: ن اﻟﱠﻠ ُﻪ ُﻣ َﻌ ﱢﺬ َﺑ ُﻬ ْﻢ َ َوﻣَﺎ آَﺎ ن َ ﺴ َﺘ ْﻐ ِﻔﺮُو ْ َو ُه ْﻢ َﻳ-- Dan tidaklah [pula] Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. Al-Anfal 34. Oleh karena itu, jika kalian menghendaki terhindar dari azab Ilahi maka bacalah istighfar sebanyak-banyaknya". Malfuzhat jilid I hlm. 144. Perbedaan Syarr & Dzanb Dewasa ini di dunia terjadi kesulitankesulitan dan kekacauan di mana-mana. Setiap hari manusia menderita akibat buruk dari amal-amalnya, muncul kakacauan dan timbul fitnah yang baru. Terlahir sarana/faktor-faktor baru untuk muculnya malapetaka-malapetaka baru. Dalam hal ini setiap orang Ahmadi perlu memberikan perhatian pada istighfar dan doa-doa. Untuk menyelamatkan dunia
11
dipikulkan tanggung jawab yang sangat besar pada pundak orang-orang Ahmadi. Semoga Allah menjadikan kita mampu untuk memahaminya. Dan juga menganugerahkan taufik kepada kita untuk banyak berdoa untuk diri kita. Kemudian Hadhrat Masih Mau'ud a.s bersabda: "Tuhan kalian adalah Tuhan yang mengabulkan taubah hamba-hambaNya dan memaafkan keburukankeburukan mereka. Siapapun jangan ada yang terpedaya bahwa di dalam Al-Quran tercantum juga ayat ini: ﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ ْﻞ ِﻣ ْﺜ َﻘ ﺎ َل َذ ﱠر ٍة ْ َو َﻣ ا َﻳ َﺮ ُﻩﺷ ﺮ َ - "Dan barangsiapa yang melakukan kenakalan sebesar dzarrah sekalipun, niscaya dia akan mendapatkan balasannya" Al Zilzal 8. Jadi, ingatlah, bahwa di dalam ayat ini dan di ayat lainnya tidak ada kontradiksi, sebab maksud kejahatan/kenakalan itu adalah kenakalan yang manusia tidak mau tinggalkan dan tidak mau berhenti untuk melakukannya serta tidak mau juga untuk melakukan istighfar/bertaubah. Karena itulah di tempat ini digunakan kata syarr bukan kata dzanb supaya dapat diketahui bahwa pada tempat ini yang dimaksud adalah perbuatan licik/nakal yang orangorang licik tidak ingin tinggalkan. Kalau tidak, seluruh Al-Quran penuh berkaitan dengan bahasan bahwa penyesalan, taubah, meninggalkan sifat pembangkangan dan istighfar dosa-dosa akan dimaafkan, bahkan Allah mencintai orang-orang yang bertaubah.” Chasymai Ma’rifat; Ruhani Khazain dan jilid 23 hlm. 24. Bersabda, "Jika manusia menyesal, merasa sedih, malu lalu beristighfar maka Allah akan melindunginya dari konsekwensi-konsekwensi buruk dengan syarat jangan bersikeras tetap melakukan dosa. Dan jika dia tetap bersikeras dan kesadaran tidak ada lagi", maka kemudian Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, "Sesuai dengan ayat itu manusia pasti akan mendapatkan hukuman." Semoga Allah senantiasa menjadikan kita menjadi orang yang senantiasa tunduk
taat kepada-Nya dan menjadi orang yang senantiasa memohon ampun dari dosadosa. Kemudian beliau bersabda, ”Taubah di satu sisi menghendaki kematian, yang sesudahnya manusia dihidupkan dan kemudian tidak mati. Sesudah taubah manusia menjadi sedemikian rupa seolaholah dia telah datang ke dunia setelah mendapat kehidupan baru. Karakternya bukan lagi miliknya [yang dulu], lidah/ucapannya, tangannya dan kakinya sepenuhnya merupakan wujud baru yang nampak tengah bekerja di bawah kendali seseorang. Orang-orang yang melihat dapat mengetahui bahwa ini bukan dia, ini jelas adalah orang lain." Malfuzhat, jilid III hlm. 146-157. Jadi, jika taubah dilakukan seperti itu dan seperti itulah taubah seyogianya dilakukan dan jangan membantah pada hal-hal yang kecil. Terhadap hak-hak saudara-saudara perempuan dan hak-hak saudara-saudara laki-laki seyogianya diberikan perhatian pada penunaiannya. Kemudian kepada hak-hak tetangga harus diberikan perhatian bagaimana pembayaran hak-hak mereka. Kemudian terhadap hak-hak masyarakat seyogianya memberikan perhatian dan senantisa berupaya untuk membersihkan diri dari segenap kekotoran dan seberapa banyak racun-racun masyarakat, seberapa banyak keburukan-keburukan seyogianya senantisa berupaya untuk terhindar dari itu, misalnya, dewasa ini sudah merupakan penyakit umum bahwa di sekoah ditanamkan kebiasaan buruk merokok pada anak-anak berumur 15-16-17 tahun dan kemudian dengan mencampurkan barang-barang lain yang memabukkan ditanamkan kebiasaan buruk pada mereka. Kemudian mereka menularkan kebiasaan buruk itu kepada anak-anak laki-laki lainnya, seperti itulah ini terus berkembang. Dan inilah anak-anak sekolah yang akhirnya menjadi agen mereka [di sekolah-sekolah itu]. Jadi, ibu bapak seyogiannya memberikan perhatian ke arah itu. Supaya corak apapun pengaruh buruk
12
masyarakat jangan menimpa anak-anak kita
kita dan
Berdamai dengan Allah ta'ala Melalui Istighfar Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Singkatnya, yakinlah bahwa di dalam taubah terdapat buah-buah yang besar. Ini merupakan sumber mata air keberkatan. Pada hakikatnya para wali dan orang-orang yang saleh adalah mereka yang bertaubah dan kemudian mereka bersiteguh pada taubahnya. Mereka jauh dari dosa dan terus tambah lebih dekat kepada Tuhan. Orang yang bertaubah dengan sempurna disebut wali Allah, pilihan Allah dan ghauts (yang doadoanya terkabul). Pada kondisi itulah dia menjadi kekasih Allah. Kemudian malapetaka-malapetaka dan musibahmusibah yang sudah ditakdirkan untuk manusia menjadi terelakkan". Malfuzhat jilid III hlm. 146-157. Kemudian bersabda: "Oleh karena itu bangkit dan bertaubahlah dan jadikanlah Pemilik kalian (Allah Ta'ala) ridha dengan amal-amal yang baik, dan ingatlah bahwa hukuman kekeliruan-kekeliruan itkad/keyakinan adalah didapatkan setelah mati dan keputusan menjadi seorang Hindu atau Kristen atau menjadi orang Islam singkatnya - akan terjadi pada hari kiamat, tetapi orang yang aniaya, orang yang sewenang-wenang dalam dosa dan pelanggaran, di dunia ini juga dia akan mendapatkan hukuman, mereka bagaimanapun tidak dapat lari dari hukuman itu.
Jadi, cepatlah jadikan Tuhan kalian ridha sebelum tiba saat datangnya hari yang sangat mengerikan”. – di sini beliau memberikan contoh penyakit pes/kolera -“yakni, hari saat merajalelanya penyakit thaun yang para nabi telah nubuatkan”. Dan kinipun keburukan-keburukan yang tersebar di dunia, di dalam itupun terdapat satu corak tha'un yang tengah tersebar menular di dunia dalam bentuk AIDS. Bersabda, “Sebelum tiba hari yang sangat mengerikan yang para nabi telah nubuatkan hendaklah kalian berdamailah dengan Tuhan, Dia merupakan Wujud Yang Mahamulia. Dengan taubah sedetik yang melelehkan/melarutkan Dia dapat memaafkan dosa selama 70 tahun. Dan janganlah katakan bahwa taubah tidak diterima. Ingatlah bahwa kalian tidak dapat selamat dari amal-amal kalian. Senantiasa fadhal/karunia [Allah] yang menyelamatkan, bukan amal-amal. Wahai Tuhan Yang Maha Mulia Maha Pengasih, Curahkanlah karunia-Mu kepada kami semua sebab kami adalah hamba-hamba-Mu dan kami jatuh larut di hadapan singgasana-Mu". Pidato Sialkot; Ruhani Khazain jilid III. Insya Allah, besok saya akan melakukan tourni ke ijtima’- ijtima’ dan Jalsah-jalsah di Jerman, Holland dll. Untuk itupun mohon doa dari para warga Jemaat. Berdoalah semoga Allah memberkati dari segala segi. Pent. Qomaruddin Shahid
13