CATATAN
Khotbah Jum’at Vol. I, Nomor 12 8 Ihsan/Juni 2007
Diterbitkan oleh Sekretariat Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Badan Hukum Penetapan Menteri Kehakiman RI No. JA/5/23/13 tgl. 13 Maret 1953
28
1
simpati dalam jiwa mereka terhadap Jemaat. Semoga Allah menganugerahkan kehidupan yang sehat dan sejahtera kepada beliau dan semoga Allah memberi taufik kepada putra-putri beliau semua, dimanapun mereka berada untuk mengikuti jejak langkah ayahanda mereka tercinta Hadhrat Mian Sahib. Amin.‡
DAFTAR ISI zKhotbah Jum’at tanggal 4 Mei 2007 Tentang: Keluhuran Akhlak Sahibzada Mirza Wasim Ahmad
2
3 - 27
Alihbahasa: Hasan Basri, Shd.
27
lebih mempererat persaudaraan antara mereka dan akan berlaku saling mencintai dan menghormati satu sama lain lebih dari waktu-waktu sebelumnya. Dan akan meningkatkan kegiatan amal soleh dengan penuh ketaqwaan. Semoga setiap orang Ahmadi yang tinggal di Qadian akan menunaikan hak-hak mereka sebagai putra-putra ruhani Hadhrat Masih Mau’udas. Dan sebagaimana saudara kita yang terhormat ini dimasa hidup beliau senantiasa bersujud ditempattempat dimana Hadhrat Masih-e-Zaman bersujud dan tempat -tempat itu dipenuhi dengan doa-doa. Dan ditempat itu Allah telah menjanjikan kepada beliau kemajuan dan kemenangan Jemaat ini, maka para generasi penerus inipun akan pergi dan akan memenuhi tempat-tempat itu dengan doa-doa lebih dari yang sudah-sudah dan akan berusaha keras untuk meraih karunia Allah. Dan mereka akan menjauhkan kecemasan saya, jangan-jangan orang-orang Ahmadi yang tinggal di Qadian makin berkurang dalam melakukan kebaikan dan ketaqwaan dan semakin berkurang orang-orang yang sungguh-sungguh menunaikan kewajiban-kewajiban mereka. Melainkan orang-orang yang semakin maju dalam ketaqwaan kian meningkat, sehingga menggembirakan saya. Semoga Allah memberi taufiq kepada mereka semua. Penduduk Ahmadi di desa Qadian ini berhak menerima doa-doa dari semua Jemaat di seluruh dunia. Semoga Allah sentiasa menciptakan wujud-wujud yang selalu memenuhi haq-haq dan kewajiban mereka dari penduduk desa Al Masih ini. Berdoalah untuk Begum Sahibah Hadhrat Mian Sahib juga yang sering sakit, semoga Allah memberi keteguhan dan kesabaran kepada beliau dalam menghadapi ujian ini. Beliau juga merupakan wujud yang sangat berharga yang sangat berhasil dalam menghimpun dan mengorganisir kaum Lajnah Immaillah, membina dan menanamkan rasa cinta dan 26
Khotbah Jum’at Hadhrat Khalifatul Masih Vatba Tanggal 4 Mei 2007 Di Masjid Baitul Futuh, London, UK
Setelah mengucapkan tasyahud, ta’awudz dan surah Al Fatihah, selanjutnya Hudhuratba bersabda: Pada hari Juma’at yang lalu saya telah meminta kepada Jemaat untuk berdoa bagi kesehatan Hadhrat Sahibzadah Mirza Wasim Ahmad yang sedang mengalami sakit keras. Kemudian berdatangan surat-surat dari para mukhilisin Jemaat menyambut seruan saya dan sedang mendoakan beliau dengan hati yang luluh. Akan tetapi takdir Tuhan telah memutuskan bahwa dua hari kemudian beliau telah berpulang ke rahmat Allah dan hadir dihadapan Maula Haiqiqinya, ﻮ ﹶﻥ ﺍ ﹺﺟﻌﻪ ﺭ ﻴ ﺍﹶﻟ ﺎﺍﻧ ﻭ ﻪ ﻟ ﱠﻠ ﺎﺍﻧ Berkat semua pengkhidmatan beliau, pengurbanan beliau terhadap Jemaat dan kelebihan beliau yang sangat gemilang, dan doa-doa yang telah beliau panjatkan tentu akan menjunjung tinggi martabat dan derajat beliau yang luhur disisi Allah dihari akhirat nanti, insya Allah! Saya secara pribadi berharap semoga Allah akan berlaku sangat kasih sayang kepada beliau mengingat beliau orang yang telah berkurban tanpa pamrih, berkhidmat tak mengenal waktu, penolong 3
orang-orang miskin dalam setiap kesulitan mereka, pengkhidmat Jemaat dengan penuh ghairat dan pencinta Khilafat. Dan semoga Dia akan menganugerahkan kepada beliau martabat yang tinggi disisi-Nya. Sekarang, saya menerima banyak sekali surat-surat ta’ziyah dari semua lapisan anggota Jemaat dan banyak juga yang datang kepada saya untuk menyatakan belasungkawa mereka. Semoga Allah memberi pembalasan kepada mereka semuanya. Sudah menjadi sunnah Allah, dan sunnah ini akan terus berjalan selama dunia tetap berwujud, bahwa siapapun yang datang ke dunia ini pada suatu hari tentu ia akan meninggalkannya lagi. Akan tetapi, alangkah beruntungnya orang-orang yang menjalani kehidupan mereka untuk meraih keridhaan Allah dan menjalani kehidupan mereka sambil mengkhidmati agama-Nya, dan yang menaruh simpati terhadap makhluk-makhluk-Nya dan untuk itu mereka menunjukkan contoh-contoh yang baik dengan amal perbuatan yang nyata -- sesungguhnya Hadhrat Mirza Wasim Ahmad adalah salah seorang dari antara mereka itu -- semoga Allah menempatkan ruh beliau didalam Surga Firdaus. Amin! Banyak sekali surat-surat berdatangan dari para anggota Jemaat untuk menyatakan belasungkawa atas kewafatan beliau itu. Didalam surat-surat itu ada juga yang menyatakan bahwa beliau adalah salah seorang dari keturunan Hadhrat Masih Mau’udas yang merupakan sebuah tanda Ilahi yang tinggal di dalam Darul Masih Qadian, dengan wafatnya beliau sekarang sudah tidak ada lagi. Benarlah bahwa Hadhrat Mirza Wasim Ahmad Sahib memiliki hubungan yang sangat erat dengan Qadian, dengan orang-orang Ahmadi Qadian khususnya dan dengan para Ahmadi di seluruh tanah Hindustan umumnya. Dan orang-orang merasa sangat puas dengan kehadiran wujud beliau dan mereka sangat menghormati setiap perkataan beliau. Pernah terjadi hubungan lang-
hingga suhu badan beliau mencapai 105 derajat karena demam. Akan tetapi dalam keadaan seperti itu pun beliau memeriksa laporan itu lalu menandatanganinya. Semoga Allah meninggikan derajat dan martabat putra Hadhrat Khalifatul Masih Tsanira ini disisi-Nya, yang telah menunaikan kewajibannya sebagai seorang Darwisy dan beliau telah menunaikannya dengan sungguh-sungguh. Secara alami kewafatan beliau ini membuat saya khawatir. Ruh seorang yang giat bekerja telah berpisah dengan kami. Beliau bukan hanya sebatas paman bagi saya namun beliau sebagai tangan kanan saya juga. Dan Allah telah menjadikan beliau penolong saya. Sekalipun menjadi buah pikiran namun mengingat perlakuan kasih sayang Tuhan dan mengingat janji-janji-Nya kepada Hadhrat Masih Mau’udas maka Tuhan sendirilah yang akan menyediakan gantinya untuk mengisi kekosongan ini. Dan Dia akan memberi penolong lain yang lebih banyak berkurban dari sebelumnya, insya Allah. Semoga Allah memberi taufiq kepada semua anak keturunan para Darwisy dan kepada setiap orang Ahmadi yang tinggal di Qadian untuk selalu ingat dan selalu berusaha menghidupkan semangat pengurbanan para Darwisy itu. Dan semoga Allah memberi taufiq kepada beberapa orang Darwisy yang sekarang masih ada untuk mengkhidmati agama dan semoga semua orang yang tinggal di Qadian menghargai kedudukan mereka sendiri sebagai penghuni Daarul Masih dan semoga menyadari, apabila para senior mereka telah tiada, kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai generasi penerus kian bertambah banyak. Dan bagi satu bangsa yang hidup, generasi penerusnya selalu berusaha untuk melaksanakan kewajiban mereka dengan sebaikbaiknya. Maka saya mengharapkan semoga para penduduk Qadian, para waqifin zindegi dan para petugas Jemaat akan
4
25
tawa beliau berkata kepada insinyur itu, “Laporkanlah tentang saya disini, bahwa sayapun hadir disini. Jangan dikatakan bahwa sekalipun sakit saya sudah datang kesini. Tapi katakanlah sekalipun tidak bisa berjalan tapi saya datang dan berdiri disini. Bukan sebagai ihsan atau kebaikan saya berdiri disini, melainkan supaya saya mendapat berkat dari doadoa Khalifa-e-wakt.” Beberapa bulan yang lalu sekalipun dalam keadaan sakit Hadhrat Mian Wasim Ahmad Sahib mengadakan lawatan ke Kasymir memeriksa keadaan Jemaat-Jemaat disana secara rinci dan teliti. Dan di setiap tempat beliau menganjurkan untuk selalu menjalin hubungan dengan Khilafat. Orangorang banyak menulis surat ditujukan kepada beliau. Namun apabila surat-surat itu ada kaitannya dengan Khalifa-e-wakt maka beliau kirimkan surat-surat itu kesini (London), supaya mereka pun mendapat berkat dari doa Khalifa-e-wakt dan mendapat jawabannya juga dari sini. Beliau menulis surat kepada saya, katanya penyakit saya sekarang terasa lebih keras dari hari-hari sebelumnya sehingga tidak dapat melaksanakan pengkhidmatan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, beliau memohon supaya ditunjuk seseorang menggantikan beliau untuk beberapa waktu lamanya. Saya jawab kepada beliau bahwa tidak perlu menyerahkan jabatan itu kepada seseorang, jika dikehendaki boleh menyuruh seseorang untuk melaksanakan beberapa pekerjaan, tapi jabatan Nazir ‘Ala tetap di tangan beliau. Setelah itu saya pikir beliau sendiri melaksanakan beberapa pekerjaan sekalipun beliau dalam keadaan sakit. Dan beberapa hari sebelum ini saya terima laporan dari beliau tentang sesuatu masalah dan laporan itu saya terima disini setelah beliau wafat. Dan laporan itu beliau tulis pada tanggal 25 April 2007, yakni pada waktu itu beliau sudah masuk rumah sakit dan sedang menderita infeksi yang sangat keras se24
sung antara Pusat Jemaat tempat kedudukan Khilafat dengan Qadian terputus untuk waktu yang cukup lama disebabkan buruknya hubungan politik kedua negara Pakistan dan Hindustan. Pernah juga terjadi dimana keadaan sarana hubungan pun tidak sebaik seperti sekarang dan sarana hubungan yang ada pada waktu itu samasekali terputus, akan tetapi para Darwisy di Qadian telah menunjukkan kecintaaan, ketaatan dan kepatuhan yang luar bisa kepada Jemaat dan Khilafat. Dan mereka merasa puas dan tenteram dengan kehadiran seorang Cucu Hadhrat Masih Mau’udas dan putra Hadhrat Muslih Mau’udra ditengah-tengah mereka. Dan putra ini pun telah menunjukkan contoh secara nyata dalam kecintaan, kesetiaan terhadap Khilafat, terhadap Nizam Jemaat dan terhadap Amir. Beliau telah memperlihatkan kepada para anggota Jemaat teladan secara nyata dan berusaha menanamkan pengertian dan perasaan di dalam kalbu para Ahmadi bahwa Jemaat dan Khilafat adalah segalagalanya bagi kita semua. Melalui hubungan yang erat dengannya kita akan menjadi orang-orang yang mampu memperoleh kecintaan dan keridhaan Allah. Kira-kira 30 tahun lamanya dibawah pimpinan Maulana Abdurrahman Jat sebagai Amir, beliau telah menunaikan kewajiban dengan penuh ketaatan yang tinggi dan dengan sangat merendahkan diri sebagai seorang pegawai selama keamiran beliau itu. Bahkan sejak tahun 1977 ketika Hadhrat Khalifatul Masih III rahimahullah mengangkat beliau sebagai Nazir A’la dan sebagai Amir Maqami, beliau menunaikan semua kewajiban dan tanggung jawab yang sangat penting itu dengan penuh dedikasi semangat dan keikhlasan yang tinggi. Tinggal bersama-sama para Darwisy, beliaupun menjalani kehidupan sebagai seorang darwisy. Sebagai cucu Hadhrat Masih Mau’udas pun beliau tidak menunjukkan suatu gerak-gerik berlebihan. Padahal 5
ketika Hadhrat Mirza Wasim Ahmad datang ke Rabwah untuk mengurus perkawinan beliau sendiri dan beberapa hari setelah menikah dan masih sedang mengurus surat-surat perkawinan beliau, dan hubungan kedua negara Pakistan dan India pun dalam keadaan tidak baik Hadhrat Muslih Mau’udra yakni ayah beliau memerintahkan kepada beliau untuk segera meninggalkan Pakistan dan kembali ke Qadian, karena dengan absennya beliau di Qadian berarti Qadian kosong dari kehadiran wujud keluarga Hadhrat Masih Mau’udas mengingat pada waktu itu keadaan hubungan Pakistan dan India sedang gawat. Oleh karena perjalanan melalui darat tidak terjamin keamanannya, maka beliau diperintahkan untuk segera memesan tiket pesawat menuju Hindustan. Dan seandainyapun tidak ada pesawat berangkat kesana beliau diharuskan segera men-charter sebuah pesawat khusus untuk segera pergi kesana dan terus ke Qadian, karena kehadiran beliau disana sangat diperlukan sekali pada waktu itu. Betapapun sulitnya, keberangkatan beliau kesana dengan segera sangat diperlukan untuk mencegah adanya kesan bahwa sekarang Qadian sudah kosong. Karena dalam situasi gawat seperti itu jika tidak ada seorangpun dari keluarga Hadhrat Masih Mau’udas yang siap memberi contoh berkurban dan berkhidmat pada saat gawat itu, maka bagaimana bisa mengharapkan orang lain akan melakukan pengurbanan seperti itu. Kisah inilah yang Hadhrat Mirza Wasim Ahmad telah menceritakan kepada saya disaat Jalsah Salanah Qadian pada tahun 2005. Pemuda inilah disaat beliau berumur 21 tahun ditinggalkan di Qadian untuk menjaga Daar-e-Masih. Yang menurut pandangan dunia, karena sebagai keluarga dari Hadhrat Masih Mau’udas beliau menjadi Pemilik warisan semua harta kekayaan di Qadian, yang bapaknya seorang Khalifa-e-waqt. Ayahanda beliau itu telah memberi nasihat-nasihat penting
(Hadhrat Mian Sahib) sebagai mujahid ulung telah menjalani kehidupan sebagai darwisy. Dan memang benar apa yang dia katakan ini. Selain itu beliau selalu mengambil bagian didalam setiap anjuran pengurbanan harta. Dalam setiap anjuran pengurbanan yang dilancarkan oleh Khalifa-e-wakt beliau paling awal mandaftarkan diri untuk ikut ambil bagian, kemudian beliau menganjurkannya kepada Jemaat. Beberapa hari sebelum wafat beliau telah menulis surat kepada saya tentang perjanjian dana Jubilee Khilafat yang belum beliau lunasi sebanyak Rupees 100.000. Dengan sangat merendahkan diri beliau memohon maaf atas lambatnya pelunasan itu. Kemudian beliau katakan, sekarang sudah saya lunasi. Jadi pelunasan ini telah beliau lakukan beberapa hari sebelum wafat. Perhitungan wasiyyat juga baik jaidadnya maupun penghasilan wasiyyatnya telah beliau lunasi semuanya. Beliau berwasiyyat 1/9 dari pendapatan dan jaidad (harta benda) beliau. Saya ingin menceritakan sekali lagi tentang hubungan beliau dengan Khilafat. Perintah dan petunjuk apapun yang disampaikan oleh Khalifa-e-wakt, beliau segera melaksanakan atau mengamalkannya dengan sebaik-baiknya. Sekalipun beliau dalam keadaan sakit apabila menerima perintah dari Khalifa-e-wakt untuk pergi atau melakukan sesuatu, beliau segera pergi atau segera melaksanakannya sendiri. Satu setengah tahun yang lalu tatkala terjadi gempa bumi disana, masjid Aqsa pun mendapat kerusakan cukup berat dan disaat perbaikan-perbaikan sedang dilakukan para insinyur berangkat (dari UK) kesana. Dan tapak (lokasi tanah) Masjid itu telah digali untuk diperiksa keadaannya. Cukuplah insinyur yang datang dari London itu untuk melakukannya, tidak perlu kehadiran Hadhrat Mian Sahib ke lokasi itu. Namun beliau sendiri telah datang kesana dan beliau memberi pengawasan dilokasi. Kemudian sambil ter-
6
23
ditulis oleh orang-orang yang mengirim surat ta’ziyah kepada saya. Jika diceritakan semuanya akan menjadi sebuah kisah yang sangat panjang. Kelebihan Hadhrat Mian Sahib lainnya ialah jika beliau berkata tentang sesuatu, beliau sangat berhati-hati sekali dan dipikirkan dahulu baik-baik sebelum berbicara, supaya kemudian jangan menimbulkan sesuatu yang bertentangan dengan peraturan Jemaat supaya jangan timbul suatu hal yang menimbulkan pengertian seakan-akan beliau tidak memahami martabat Hadhrat Masih Mau’udas dan kemuliaan Rasulullahsaw, dan supaya jangan kemudian menimbulkan perasaan takabbur dalam diri beliau, sehingga menghapuskan sifat merendahkan diri sebagai darwisy Qadian, dan hal itu semua dapat menjauhkan karuniakarunia Allah. Pada suatu ketika di Kanada ada seorang yang sangat memuji beliau karena pengurbanan dan pengkhidmatan para Darwisy menjaga dan memelihara Qadian. Maka beliau berkata kepadanya, “lihatlah sebenarnya bukan kami orangorang Darwisy yang menjaga dan memelihara Qadian, melainkan tempat-tempat suci, doa orang-orang yang datang ke Qadian dan doa orang-orang yang tinggal di Qadian yang telah melindungi dan menjaga Qadian.” Itulah cara berpikir seorang Mukmin yang sejati. Apa yang telah terjadi disana, semua terjadi karena karunia dan pertolongan Allah. Untuk itu Allah telah menyediakan kesempatan dan peluang kepada kita untuk berdoa dan desa muqaddas (suci) Hadhrat Masihas tercinta dan setiap orang yang tinggal di Qadian sematamata karena Allah telah menyelamatkannya dari setiap kejahatan. Dengan mengabulkan doa-doa kita Allah telah menyelamatkan tempat-tempat suci dan menolong kita semua. Seorang telah menulis surat ta’ziyah dan menguraikan kata-kata yang saya sukai tentang beliau. Katanya, beliau
kepada beliau (Mian Sahib) bahwa kehadiran Mian Sahib sangat penting untuk menggugah semangat dan meningkatkan keberanian para Darwisy di Qadian. Mian Sahib sangat mematuhi nasihat-nasihat itu dan sangat patuh taat terhadap Amir yang telah ditetapkan pada waktu itu. Bahkan dengan penuh kesadaran dan penuh ketaqwaan Mian Sahib bertekad untuk menunjukkan contoh yang setinggi-tingginya dalam mematuhi dan menaati Amir, supaya para Darwisy dengan melihat contoh beliau ini berlaku lebih patuh dan lebih taat lagi dari sebelumnya kepada Amir. Dan keadaan Mian Sahib seperti itu telah menunjukkan kesan yang sangat baik dari nasihat-nasihat seorang bapak yang berjiwa besar yang telah dilakukan terhadap putra-putra beliaura Hadhrat Mian Wasim Sahib telah dinasihati secara khas oleh beliaura untuk menjaga para Darwisy yang ditinggalkan di Qadian sebagai sya’airullah (tanda-tanda Ilahi). Dan salah satu nasihat yang sangat penting adalah beliau tidak boleh menganggap diri sebagai seorang Nazir (pejabat tinggi di dalam Sadr Anjuman Ahmadiya, seperti Nazir Ta’lim, Nazir Islah-oIrsyad, dsb. pent.) bahkan yang harus selalu beliau ingat di dalam hati adalah kedudukan beliau sebagai salah seorang cucu dari Hadhrat Masih Mau’udas dan sesuai dengan kedudukan itulah beliau harus menjalani kehidupan disana dan itulah nasihat yang paling utama yang harus ditanamkan didalam hati beliau dan kedudukan itulah yang harus beliau fahami dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kedudukan itulah beliau harus menyerahkan diri dalam pengkhidmatan-pengkhidmatan beliau. Setelah menjadi seorang cucu dari Hadhrat Masih Mau’udas perasaan apa yang harus ditimbulkan di dalam hati beliau? Tiada lain ialah beliau harus menjalani kehidupan dengan sangat merendahkan diri. Dan sesungguhnya perasaan seperti itulah bersamaan dengan diutusnya Hadhrat Masih Mau’udas kedunia. Maka perasaan
22
7
seperti itulah pula yang harus beliau (Mian Sahib) lakukan dengan sempurna. Beliau tidak boleh menyia-nyiakan waktu dalam urusan yang remeh tak berarti. Beliau harus mempertahankan dan menegakkan kebesaran Jemaat dan kebesaran Hadhrat Masih Mau’udas. Maka Hadhrat Mian Wasim Ahmad Sahib telah memelihara nasihat-nasihat itu dan mengamalkan semuanya dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sehingga orangorang Jemaat di Qadian dan juga para anggota Jemaat ditanah India merasa tertarik dan berkeinginan untuk meniru gerak-gerik beliau itu. Jadi, sebenarnya semua orang Jemaat, baik yang berada di Qadian, di tanah India atau ditempat lain manapun berada, semua para petugas Jemaat dan juga setiap anggota keluarga Hadhrat Masih Mau’udas harus menunjukkan dan menegakkan contoh dan teladan seperti yang telah beliau tunjukkan kepada kita. Saya ingin menjelaskan sedikit tentang kelahiran beliau. Beliau lahir pada tanggal 1 Agustus 1927. Ibunda beliau bernama Azizah Begum Sahibah binti Hadhrat Sheih Abu Bakar Yusus dari Jeddah. Mula-mula Hadhrat Muslih Mau’udra tidak mempunyai keinginan untuk menikahi beliau bahkan ingin menikah dengan yang lain, namun tadbir Allah menghendaki supaya Hadhrat Azizah harus nikah dengan Hadhrat Muslih Mau’udra. Untuk itu Hadhrat Ummul Mu’minin dan Hadhrat Khalifatul Masih Tsanira juga dan orang-orang lain juga berulang kali melihat dalam mimpi dan berulang kali nampak dengan jelas isyarah dari Allah sehingga terjadilah perkawinan beliau ini. Dan hal ini semua diutarakan oleh Hadhrat Maulana Syarwar Syah Sahib diwaktu beliau membacakan khutbah nikah Hadhrat Muslih Mau’udra ini. Tentang kelahiran Hadhrat Mian Wasim Ahmad ini telah
rumah tamu pun datang. Beliau menyuruh saya supaya segera mengirimkan makanan dan minuman untuk tamu itu. Saya katakan, kepada beliau, kita baru saja sampai ke rumah, belum diperiksa apakah masih ada makanan ataupun tidak. Apa yang harus dikirimkan? Beliau jawab perkataan saya sambil berkata, ”Jangan berkata begitu, carilah dulu, apa saja, tentu masih ada!" Maka dijumpai sedikit biskuit, lalu dikirimkan kepada tamu itu. Pendeknya perhatian beliau sangat cermat sekalipun terhadap perkara-perkara kecil. Hubungan dengan orang-orang luar Jemaat juga sangat baik dan makin sangat luas. Pada tahun 2005 ketika saya pergi mengunjungi beberapa daerah di India, kami pergi ke Gurdaspur. Disanapun karena beliau, masyarakat awampun mengundang kami ke rumah-rumah mereka. Siapapun diantara mereka yang menjumpai kami, baik orang-orang Hindu maupun orang-orang Sikh, mereka sangat memuji dan mengagumi kebaikan Hadhrat Mian Wasim Sahib. Mereka mengakui dan memuji akhlaq dan budi luhur beliau. Sekarang juga ketika beliau wafat, banyak sekali orangorang Hindu maupun Sikh, baik orang-orang biasa, maupun orang-orang kaya-miskin, orang-orang terpelajar, para usahawan, para petugas pemerintah, para anggota parlemen dan juga para ahli hukum datang ke Qadian untuk ta’ziyah (ucapan bela sungkawa). Mereka semua sangat memuji kebaikan sopan-santun, dan budi luhur Hadhrat Sahibzadah Mian Wasim Ahmad Sahib. Mereka mengatakan bahwa beliau seorang yang berpengatahuan tinggi lebih dari yang lain, beliau menjalin hubungan sangat baik dengan kami dan beliau pun mengajar kami untuk menjalin hubungan yang erat dengan setiap lapisan insaniyat (masyarakat) dan harus saling menghargai satu sama lain. Pendeknya, banyak sekali perkara-perkara kecil lainnya yang melukiskan semua kebaikan Hadhrat Mian Sahib, dan
8
21
perbaiki beberapa tempat di penginapan dimana kami tinggal. Padahal beliau sendiri dalam keadaan sedang sakit. Beliau sangat tawakkal terhadap Tuhan dalam melakukan pengkhidmatannya. Beliau sangat mencintai Tuhan dan sangat tawakkal kepada-Nya dan beliau sangat mencintai Rasulullahsaw dan Hadhrat Masih Mau’udas. Karena kecintaannya itulah beliau juga sangat mencintai dan menaati Khilafat. Dan beliau sangat mencintai masyarakat dan mengkhidmati mereka dengan berbagai macam pertolongan kepada mereka. Dan beliau juga sangat menghormati para sahabat Hadhrat Masih Mau’udas. Beliau juga sangat menghormati dan mencintai para Darwisy Qadian, sehingga ketika ada seorang mengeluarkan kata-kata terhadap darwisy yang beliau anggap tidak patut, beliau merasa marah dan langsung menegur orang itu dan menasihatinya supaya jangan mengucapkan kata-kata seperti itu lagi kepada siapapun diantara darwisy Qadian. Beliau sangat menghormati para tamu yang datang ke Qadian. Walaupun tamu datang pada malam yang sudah larut, namun beliau menerimanya dengan penuh hormat dan rasa kasih terhadap mereka. Hadhrat Begum Sahibah sendiri mengatakan bahwa pada kesempatan kedua Hari Idul Fitri dan Idul Adha beliau selalu pergi dengan saya menjumpai para janda dan memberi hadiah-hadiah kepada mereka. Apabila ada orang sakit, laki-laki ataupun perempuan beliau sendiri pergi untuk menengoknya dan jika ada orang yang sakit agak keras beliau sendiri yang mengatur dan mengurus untuk dikirim ke rumah sakit. Begitulah perlakuan beliau yang sangat baik terhadap para Darwisy seperti beliau lakukan dan mengurus anak-anak sendiri. Isteri beliau mengatakan bahwa kami sedang menceritakan bagaimana mengkhidmati para tamu selama tiga bulan, setelah tiga bulan kembali dari luar negeri. Begitu sampai di
diperlihatkan sebelumnya kepada Hadhrat Nawab Mubarakah Begum Sahibah dalam sebuah ru’ya. Hadhrat Nawab Mubarakah Begum Sahibah puteri Hadhrat Masih Mau’udas yang paling besar ini telah menulis surat kepada kakak ipar beliau (Hadhrat Sarah Begum Sahibah, Isteri Hadhrat Fadhli Umar r.a.) katanya, aneh sekali bahwa kehamilan Azizah Sahibah dari sekarang telah diketahui dan saya pada malam ini telah melihat dalam mimpi bahwa seakan-akan saya sedang memberitahukan sebuah mimpi di dalam mimpi ini kepada Hadhrat Bhai Jan (Hadhrat Khalifatul Masih IIra) bahwa Hadhrat Masih Mau’udas sambil memegangi tangan saya memberi khabar suka bahwa dari kandungan Azizah Sahibah akan lahir seorang anak laki-laki (yaitu Hadhrat Mian Wasim Ahmad). Dan setelah mendengar berita ini Hadhrat Bhai Jan sangat gembira, yakni dalam mimipi itu beliau sangat gembira dan berkata, memang saya menginginkan seorang anak laki-laki lahir dari kandungan Azizah Sahibah. Hadhrat Muslih Mau’udra, Khalifatul masih II, pada suatu ketika bersabda tentang beliau (Hadhrat Mian Wasim Ahmad ini) bahwa, saya menempatkan seorang anak di Wadi ghairi dzi zar’in (di sebuah lembah yang tandus), semoga Allah memberi taufiq kepadanya untuk berkhidmat kepada Agama. Sekarang, Qadian secara lahiriyah keadaan penduduknya banyak dan subur, akan tetapi keadaan kehidupan para Darwisy Qadian pada permulaannya sangat susah, serba kekurangan dan dalam keadaan yang menakutkan. Walaupun orang-orang Mukmin tidak merasa takut menghadapi kesulitan apapun, akan tetapi di sekelilingnya tinggal orangorang non Muslim yang kerap menimbulkan keadaan tidak aman dan kerusuhan. Dan hal itu sangat merisaukan pikiran. Bagi orang-orang yang tinggal juga sangat merisaukan pikiran. Mereka selalu berpikir apakah tujuan penugasan dan
20
9
penempatan mereka di Qadian ini bisa ditunaikan atau tidak? Apakah mereka mampu menunaikan kewajiban mereka atau tidak? Hal itu merisaukan pikiran para anggota Jemat di seluruh dunia dan juga pikiran Khalifa-e-wakt. Untuk itu semua Jemaat memanjatkan doa kepada Allah untuk mereka. Supaya jangan ada ketakutan apapun yang membuat hati mereka bimbang dan mengakibatkan janji mereka berubah. Dan semoga mereka yang khusus dikirim untuk menjaga Daarul Masih sebagai Sya’airullah dapat melaksanakan tugas kewajiban mereka sebagaimana mestinya. Pada waktu itu, keadaan mereka yang tinggal di Qadian begitu gentingnya sehingga petugas-petugas pemerintah sering datang mencurigai mereka dan melakukan penyelidikan serta pengawasan yang ketat terhadap mereka. Dan disebabkan orang-orang Hindu maupun orang-orang Sikh di Pakistan telah menjadi sasaran kezaliman sehingga mereka hijrah dari Pakistan ke Hindustan, maka petugas-petugas pemerintah pun mulai memandang orang-orang Qadian dengan rasa benci. Dan mereka mencari-cari peluang untuk menghabisi orang-orang yang tinggal disana: Persediaan makanan pun tidak dapat didatangkan dari luar, untuk keperluan mereka sehari-hari menggunakan bahan makanan dari stock (persediaan) yang sangat terbatas jumlahya; tidak ada penghasilan lain lagi; situasi sekitarpun sangat genting dan menakutkan. Untuk orang Darwisy Qadian yang jumlahnya beberapa ratus orang saja, keadaan seperti itu benar-benar menggambarkan keadaan wadi ghairi dzi zar’in (lembah yang sangat tandus dan gersang). Maka berkat usaha-usaha keras Hadhrat Mian Wasim Sahib dan para Darwisy, dan berkat doa-doa Khalifa-e-wakt dan semua anggota Jemaat dimanapun berada, situasi mulai berobah, hubungan dengan masyarakat luar mulai terjalin dan sikap para pejabat pemerintah pun mulai melunak. Sehingga nafas para Darwisy
sampai disana.’ Itulah bukti bagaimana dalamnya kecintaan dan irfan beliau terhadap Khilafat. Semoga setiap orang dari kita memperoleh kedudukan seperti itu. Beliau juga sering menerima tunduhan palsu di pengadilan yang dilemparkan oleh orang-orang yang memusuhi Jemaat. Dan beliau juga sering menghadapi kesusahan dan kesulitan yang berkaitan dengan diri beliau sendiri. Akan tetapi beliau menghadapinya dengan sangat bijak dan berani disertai kesabaran. Bahkan disaat beliau wafat, para penentang Jemaat juga ada yang datang untuk menyatakan rasa belasungkawa. Beliau sangat giat melakukan pengkhidmatan terhadap Jemaat. Pada peristiwa hari tasyakkur Jemaat, beliau mengunjungi semua Jemaat di India dan memberi semangat kepada para anggota Jemaat disana. Sewaktu Hadhrat Khalifatul Masih lVrh berkunjung ke Qadian hampir semua urusan beliau sendiri yang menanganinya. Kemudian pada tahun 2005 pada waktu saya berkunjung ke Qadian beliau sendiri yang paling sibuk mengurus berbagai macam pengkhidmatan, padahal kesehatan beliau sendiri sangat rawan. Beliau menderita infeksi yang sangat keras sehingga badan beliau sangat lemah dan hanya satu kali saja beliau dapat memimpin acara Jalsah. Pada sesi pertama acara Jalsah beliau sedang sakit demam yang berat namun tetap beliau menjalankan tugas memimpin acara itu. Namun beliau tidak pernah mengatakan bahwa beliau sedang sakit demam yang sungguh keras. Ketika itu keadaan fisik beliau semakin lemah dan tidak tahan untuk duduk lama diatas panggung Jalsah. Beliau menunaikan tugas-tugas dan tanggung jawab Jemaat dengan penuh ketulusan dan keta’atan yang tinggi. Saya melihat sendiri beliau membawa seorang tukang sambil memberi petunjuk apa yang harus dikerjakan olehnya dan mengawasi sendiri pekerjaan tukang itu yang sedang mem-
10
19
Sahibzadah Mian Wasim Ahmad Sahib. Katanya: ketika saya mendapat kesempatan tinggal di Daarul Masih untuk beberapa hari lamanya, seringkali saya melihat Hadhrat Mian Wasim Sahib terbenam di dalam kekhusyuan doa baik di dalam Baitud Do’a maupun di tempat-tempat lainnya di dalam Baitul Masih ini. Sejak tahun 1970 setelah Hadhrat Maulvi Abdurrahman Jat Sahib wafat, Hadhrat Khalifatul Masih IIIrh telah menetapkan beliau (Hadhrat Mian Wasim Sahib) sebagai Amir Maqami dan Nazir Islah-o-Irsyad. Sejak itu beliau semakin banyak menunaikan berbagai macam pengkhidmatan sesuai dengan kedudukan beliau. Pada tahun 1982 ketika Hadhrat Khalifatul Masih IIIrh wafatpun, beliau tidak dapat datang ke Rabwah. Putri-putri beliau yang paling besar sudah berkeluarga, namun seorang putra dan seorang lagi putri tinggal bersama beliau. Putri beliau bernama Ammatur Rauf mengatakan bahwa Abba Jan (Hadhrat Mian Sahib) sangat mencintai Khilafat. Hari kedua setelah Hadhrat Khalifatul Masih IIIrh wafat beliau menulis sepucuk surat dan diberikan kepada Ammi Jan dan kepada saya. Lalu beliau menyuruh kami membacanya dan menanda tanganinya. Dalam surat itu menyatakan tentang bai’at kepada Hadhrat Khalifatul Masih lVrh tanpa menyebutkan siapa nama Khalifatul Masih lVrh itu. Lalu beliau berkata, surat ini akan dikirim hari ini juga. Saya berkata kepada beliau, ‘Wahai Abba, hari ini pemilihan Khalifah juga belum dilaksanakan. Kita belum tahu siapa yang akan menjadi Khalifah ke lV.’ Atas itu beliau berkata, ‘Ayah bukan bai’at karena melihat muka khalifah itu, tapi ayah bai’at kepada Khalifah Hadhrat Masih Mau’udas Siapapun Allah menjadikannya khalifah, kepada beliaulah ayah menyatakan bai’at. Oleh karena itu hari ini juga surat ini akan dikirim. Supaya apabila pemilihan khalifah sudah selesai surat bai’at ini akan
Qadian mulai lega dan pikiran mereka mulai merasa bebas dan tenang. Akan tetapi kemiskinan dan serba kekurangan bahan-bahan pangan tetap berjalan untuk waktu yang cukup lama. Pada zaman itu Jemaat memberi tunjangan kepada para Darwisy Qadian sangat sedikit sekali sehingga mereka mendapat banyak kesusahan. Akan tetapi, Hadhrat Mian Wasim Sahib tidak diberi tunjangan dari dana Jemaat, beliau langsung diberi tunjangan oleh Hadhrat Muslih Mau’udra dari uang beliau sendiri. Tidak lama kemudian keadaanpun sedikit-demi sedikit berubah menjadi baik. Orang-orang mulai mendapat penghasilan sendiri dan Mian Wasim Sahib juga mulai mendapat hasil dari tanah pertanian beliau. Bagaimanapun bagi para Darwisy pada waktu itu merupakan saat-saat yang amat sulit dan setiap hari mereka dicekam oleh rasa takut dan cemas. Dan hal itu merupakan pengurbanan yang sungguh besar bagi mereka. Saya pikir keadaan seperti itu mempunyai suatu hikmah yang sangat dalam dari Allah: bahwa Allah telah memberi kesempatan untuk melakukan pengurbanan dan menjalani kehidupan sebagai darweisy kepada salah seorang putra dari keturunan Hadhrat Muslih Mau’udra yang keluarga neneknya dari keturunan Arab yang berasal dari daerah yang berdekatan dengan tempat dimana Hadhrat Ismail telah dikurbankan di jalan Allah. Dari mimpi Hadhrat Nawab Mubarakah Begum Sahibah juga dapat diketahui bahwa Allah akan memberi suatu pekerjaan yang besarnya bukan kepalang terhadap putra yang dijanjikan itu. Dan pekerjaan itu tiada lain adalah pengurbanan yang sungguh besar. Semoga Allah mengabulkannya. Amin. Pengurbanan itu sangat didambakan oleh Hadhrat Mian Wasim Sahib. Hal itu dapat dinilai dari doa beliau memohon kepada Allah supaya beliau tetap tinggal di Qadian. Karena
18
11
sebelumnya juga telah diatur supaya putra-putra Hadhrat Muslih Mu’ud dan dari keluarga Hadhrat Masih Mau’udas secara bergiliran tinggal di Qadian untuk beberapa bulan supaya setiap waktu salah seorang dari beliau-beliau itu tetap ada di Qadian dan menunaikan tugas-tugas Jemaat disana. Akan tetapi keadaan untuk itu tidak mengizinkan dan kemungkinan untuk pergi bolak balik kesana telah tertutup. Akhirnya diputuskan supaya yang ada di Pakistan tetap tinggal di Pakistan dan yang tinggal di India tetap tinggal di India, tidak boleh keluar dari tempat masing-masing. Hadhrat Mian Wasim Sahib pada suatu hari menjelaskan berkenaan dengan keinginan beliau tinggal di Qadian itu, “Saya sangat menginginkan untuk tinggal di Qadian dan menjalankan pengkhidmatan agama disana. Maka saya mengambil sebuah sajadah dan pergi ke ruangan besar Kasr-eKhilafat Qadian ( Khilafat office) lalu saya sembahyang nafal disana. Pada waktu itu saya mendapat kesempatan berdoa yang sangat khusyu’ sehingga terasa bahwa Allah akan mengabulkan doa itu. Saya berdoa kepada Tuhan, Ya Allah aku tidak akan pergi dari Qadian. Sediakanlah sarana bagiku supaya aku tetap tinggal disini (Qadian).” Selanjutnya beliau jelaskan lagi, “Orang-orang bukan Islam di Qadian mulai mengajukan keberatan kepada pemerintah, katanya banyak kafilah (rombongan) keluar masuk kesini (Qadian). Mereka tinggal juga disini dan mereka setia kepada pemerintah disini; Orang-orang itu pergi dari sini ke Pakistan dan disana mereka setia kepada pemerintah disana. Oleh karena itu Jemaat ini harus ditutup atau dibubarkan. Maka akibatnya pemerintahpun mengeluarkan larangan kepada Jemaat, tidak boleh ada orang keluar masuk Qadian lagi, sehingga Hadhrat Mian Wasim pun tidak boleh keluar dari Qadian, sehingga beliau secara tetap tinggal di Qadian. Demikianlah Allah telah memberi sarana kepada beliau untuk tinggal di Qadian.
mempertahankan tempat ini. Dan kami tidak akan keluar meninggalkan Qadian ini. Ingatlah !! Saya sendiripun tidak akan keluar meninggalkan Qadian. Jika petugas pemerintah menggusur saya keluar dari sini gusurlah saya. Akan tetapi saya tidak akan berjalan keluar dengan kaki saya sendiri. Tuan-Tuan sebagai darwisy dan anak-anak darwisypun semuanya harus bersikap seperti ini! Mungkin saja petugas negara akan berkata, ‘Sekarang Mian Sahib sudah keluar dari sini, maka keluarlah kamu juga semuanya dari sini’ Jika memang mereka membawa saya keluar, tapi kalian jangan keluar dari sini! Hanya satu pernyataan yang harus keluar dari mulut kalian semua, ‘Kami tidak akan meninggalkan tempat ini!” Dalam tulisan itu dikatakan bahwa, “Pada malam itu semua anak-anakpun bangun dan berdoa sambil merebahkan dan melekatkan diri kepada Allah. Doa-doa dipanjatkan disetiap sudut mesjid Mubarak dan ada juga yang berdoa di sekeliling Bahisyti Makbarah. Dan katanya semua dinding rumah menjadi saksi bahwa para Darwisy Qadian menangis tersedu-sedu dan merintih seperti kesakitan mengetukngetuk pintu Istana Ilahi sehingga tempat sujud mereka basah dengan cucuran air mata yang deras. Pada siang haripun mereka lewatkan waktu sama seperti itu. Sehingga Allah mengabulkan doa-doa mereka dan pada hari berikutnya rombongan Jemaat pergi menjumpai para penguasa tinggi pemerintah dan berusaha menjelaskan keadaan yang sebenarnya di Qadian sehingga beberapa petugas tentara datang berkunjung ke Qadian dan memeriksa tempat-tempat suci dan beberapa lokasi lainnya di Qadian. Maka dengan persetujuan dari D.C. (District Commissioner, atau Kepala Daerah) perintah untuk meninggalkan Qadian dibatalkan. Seorang Muballigh yang tinggal di Qadian menulis surat kepada saya tentang maqbulnya doa-doa Hadhrat
12
17
mendapat kesedihan yang sama. Maka kalian semuanya merasakan pedihnya perpisahan dengan beliaura. Maka bersabarlah kalian semua dalam menghadapi perpisahan ini. Semoga keberadaan kalian di Qadian telah memberi kepuasan dan ketenteraman hati beliau.” Pada tahun 1971 keadan hubungan politik kedua negara, Pakistan dan India mulai kacau kembali. Dan beberapa petugas negara datang ke wilayah orang-orang Islam di Qadian dan berusaha untuk mengusir beberapa orang secara paksa untuk meninggalkan Qadian. Petugas-petugas rendahan mengancam para anggota Jemaat. Katanya, kalian menyelenggarakan pengamanan sendiri di Qadian dan kami tidak dapat berlaku apa-apa disini. Maka keluarlah kalian semuanya dari tempat ini dan kosongkanlah Daarul Masih ini. Supaya kalian dapat berkumpul disatu tempat dan kami dapat menjaga kalian semua disana. Masalahnya bukan semata-mata perkara penjagaan sendiri terhadap Qadian oleh Jemaat, tetapi mereka menaruh curiga terhadap orang-orang Jemaat di Qadian dan pihak petugas pemerintah selalu memandang mereka dengan pandangan yang meragukan. Pada saat itu juga Hadhrat Sahibzadah Mian Wasim Sahib mengumpulkan para Darwisy semua di mesjid Mubarak Qadian dan dengan penuh semangat dan berani beliau berpidato dihadapan mereka. Beliau berkata, “Tempat ini adalah Markaz Tetap kita. Apapun yang akan terjadi kita tidak akan beranjak meninggalkan tempat ini. Malam ini kita hanya punya satu malam saja. Kita semua akan berdoa dan akan menggoncangkan Arasy Ilahi supaya Tuhan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita. Jika memang pemerintah sudah memutuskan supaya kita meninggalkan tempat ini, maka jangan ada seorangpun yang keluar dari tempat ini sekalipun seorang budak kecil. Kami bersedia mengurbankan jiwa-raga kami demi
Dalam tahun 1952 banyak dijelaskan tentang pengurbanan. Bagaimana keadaan disana yang banyak mengalami kesusahan. Dan apabila terdapat banyak rintangan Allah memberi taufiq kepada beliau untuk bertahan dan menanggulanginya dengan penuh kesabaran. Misalnya, pada tahun 1952 ketika Ummul Mu’minin, Hadhrat Nusrat Jahan Begum Sahibahra wafat di Pakistan, beliau tidak bisa pergi ke Rabwah, Pakistan. Beliau dalam keadaan menyendiri menelan kesedihan dengan sabar karena tidak mendapat kesempatan pergi ke Rabwah. Pada waktu itu saya pikir beliau tengah berada di Lucknow sedang menuntut ilmu di sekolah. Hadhrat Muslih Mau’udra telah mengirim beliau kesana untuk mempelajari Tafsir Al Quran. Dan beliau belajar dengan penuh semangat disana. Hadhrat Muslih Mau’udra banyak mengadakan kontak dengan beliau disebabkan kedudukan beliau sebagai darwisy dan banyak melakukan pengurbanan. Ketika Hadhrat Mian Wasim Sahib baru beberapa hari saja menikah di Pakistan (Rabwah) mendapat perintah untuk segera pergi ke Qadian India. Hadhrat Mian Sahib telah membeli tiket pesawat namun keberangkatan pesawat itu ditunda dua hari dan terpaksa beliau tinggal di Lahore. Pada waktu itu Hadhrat Muslih Mau’udra tidak memanggil beliau ke Rabwah, akan tetapi Hadhrat Muslih Mau’udra sendiri yang pergi ke Lahore menjumpai beliau. Beliau memberi berbagai macam nasihat kepada Hadhrat Mian Wasim Sahib dan banyak-banyak mendoakan beliau. Hadhrat Muslih Mau’udra sendiri mengantarkan Hadhrat Mian Wasim Sahib ke airport dan mendoakan supaya beliau sampai ke Qadian dengan sehat dan selamat dan supaya beliau dapat melaksanakan tanggung jawab menjaga Daarul Masih, Sya’airullah di Qadian dengan sebaik-baiknya. Hadhrat Aqdas Hasymatullah Sahib memberitahukan kemudian kepada Hadhrat Mian Wasim
16
13
Sahib (Hal ini Hadhrat Mian Sahib sendiri menceritakan kepada saya) bahwa tatkala Hadhrat Khalifatul Masih IIra sampai ke airport untuk mengantar beliau, beliau melepaskan pandangan beliau kearah pesawat yang sudah lepas landas sampai sejauh mata dapat memandang pesawat tersebut sambil memanjatkan doa kepada Allah demi keselamatan Hadhrat Mian Sahib. Selanjutnya bagaimana dalamnya hubungan Hadhrat Khalifatul Masih IIra dengan Hadhrat Mian Wasim Sahib diceritakan oleh Hadhrat Azizah Sahibah Begum Hadhrat Mian Sahib, katanya setahun setelah selesai urusan suratsurat nikah saya diberangkatkan ke Qadian. Secara khusus Hadhrat Khalifatul Masih IIra memberi pesan dan nasihat kepada saya supaya selama di Qadian kami harus tinggal di rumah Hadhrat Ummi Nasirra dimana seringkali Hadhrat Masih Mau’udas melangkahkan kaki mubarak beliau di dalamnya dan di halaman rumah itu Huzur a.s.pun pernah memberi daras juga (mungkin juga Hadhrat Muslih Mau’udra sendiripun sering memberi daras disana). Pengkhidmatan Hadhrat Mian Wasim Sahib sangat gemilang dalam mempertahankan dan menyelamatkan semua harta kekayaan Sadr Anjuman Ahmadiyah. Disebabkan Hadhrat Mian Wasim Sahib salah seorang anggota keluarga Hadhrat Masih Mau’udas bahkan sebagai cucu beliau dan pemerintah pun membenarkan hal ini maka semua harta kekayaan Anjuman Ahmadiyya dapat diperoleh kembali. Padahal dalam situasi negara yang belum menentu dapat saja pihak pemerintah mencari-cari alasan untuk menguasai semua harta itu untuk selama-lamanya. Dengan gigih Hadhrat Mian Wasim Sahib menghubungi para pejabat tinggi negara sampai beliau menjumpai Perdana Menteri Jawaharlal Nehru yang sedang berkuasa di India pada waktu itu. Sehingga dengan karunia Allah semua usaha beliau sangat berhasil
dan sukses. Pada tahun 1963 ibunda beliau Hadhrat Sayyidah Azizah Begum Sahibah wafat. Pada waktu beliau dengan susah payah mendapat izin untuk datang ke Pakistan disebabkan situasi politik kedua negara sedang sangat buruk. Setelah itu pada tahun 1965 terjadi perang antara kedua negara sehingga hubungan kedua negara terputus. Hubungan pos dan telekomunikasi dan lain-lain semuanya terputus dari India dan juga dari Qadian. Sehingga berita sakit keras Hadhrat Khalifatul Masih IIra juga didengar dari radio. Dan berita kewafatan beliaura juga diketahui dari radio Pakistan. Kemudian Hadhrat Mian Wasim Sahib menghubungi Jemaat-Jemaat diluar India yang akhirnya mendapat berita yang pasti tentang wafatnya Hadhrat Khalifatul Masih IIra dari Jemaat Sri Langka. Maka disaat wafat ayahanda beliau yakni Hadhrat Khalifatul Masih IIra Hadhrat Mian Wasim Sahib tetap berada di Qadian, tidak dapat pergi ke Rabwah, Pakistan. Pada hari wafatnya Hadhrat Khalifatul Masih IIra itu beliau mengumpulkan semua para Darwisy dan para anggota Jemaat lainnya di dalam mesjid Mubarak Qadian. Disana beliau berpidato dan memberi nasihat supaya dalam situasi yang menyedihkan ini mereka semua harus bersabar dan banyak-banyak memanjatkan doa kepada Allah. Beliau katakan, “Hati saya selamanya mendambakan dengan gelisah dan berdoa kepada Allah, Ya Allah! Dimanapun dan kapanpun Bapak saya tercinta (yakni Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih IIra) wafat, saya ingin berada didekat beliau! Akan tetapi wafat beliau disaat keadaan kedua negara sedang benar-benar gawat, yang tidak mungkin untuk saya pergi ke sana (Rabwah). Oleh karena itu Allah telah memberi pemahaman kepada saya bahwa semua Ahmadi yang berada di Qadian dan negeri India adalah putra-putra ruhani Hadhrat Muslih Mau’udra dan semuanya
14
15