persyaratan-untuk-wakaf-zindiqi-wakaf-seumur-hidup-dan-wakaf-nou-oktober-22-2010

Page 1

Intisari Khutbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Khalifatul Masih V ayyadahulloohu ta’ala binashrihil ‘aziiz Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Tanggal 22 Oktober 2010 ُ‫ّٰللا َو ْح َدهُ َ​َل ش َِريْكَ لَه‬ ُ ‫أَشْ َه ُد أ َ ْن َ​َل إِ ٰلهَ إِ اَل ه‬ ُ‫َو أَشْ َه ُد أ َ ان ُم َح امدًا عَبْ ُدهُ َو َرسُ ْولُه‬ ‫الر ِجيْ ِم‬ ِ ‫أ َ اما بَعْ ُد فَأَع ُْوذُ بِ ه‬ ‫ان ا‬ ِ َ‫اّٰلل ِم َن الشايْط‬ َ‫) إِيااكَ نَعْبُ ُد َو إِيااك‬٤( ‫) َمالِ ِك يَ ْو ِم ال ِِّديْ ِن‬٣( ‫الر ِحيْ ِم‬ ِّ ‫ّٰلل َر‬ ِ ‫) اَلْ َح ْم ُد ِ ه‬١( ‫الر ِحيْ ِم‬ ِ ‫بِسْ ِم ه‬ ‫الر ْحمٰ ِن ا‬ ‫) ا‬٢( ‫بِ الْعَالَ ِميْ َن‬ ‫الر ْحمٰ ِن ا‬ ‫ّٰللا ا‬ ‫ض ْوبِ عَلَيْ ِه ْم َوَل ال ا‬ ُ ْ‫) ِص َر اطَ الا ِذيْ َن أَنْعَ ْمتَ عَلَيْ ِه ْم غَيْ ِر الْ َمغ‬٦( ‫الص َر اطَ الْ ُمسْتَقِيْ َم‬ ٧( ‫ضالِِّيْ َن‬ ِّ ِ ‫) اِ هْ ِدنَا‬٥( ‫)نَسْت َ ِعيْ ُن‬ Hudhur aba memberikan khutbah tentang persyaratan-persyaratan yang indah dari Wakaf Zindiqi (Wakaf seumur hidup) pada Jum’at siang ini, dan menyoroti aspirasi cita-cita dari skim (scheme) Wakaf Nou. Beliau memulai pemaparannya dengan menilawatkan dua ayat-ayat Kitab Suci Alqur-aan yang berikut: Wal takum minkum ummatuy yad’uuna alal khairi wa ya’muruuna bil ma’ruufi wa yanhauna ‘anil munkari wa ulaa-ika humul muflihuun – Dan hendaklah ada di antaramu segolongan yang mengajak manusia kepada kebajikan, dan menyuruh pada kebaikan dan melarang terhadap keburukan . Dan mereka itulah orang-orang yang berjaya. (Aali ‘Imraan, 3:105) Wa maa kaanal mu’minuuna li yanfiruu kaafatan fa lau laa nafara min kulli firqatim minhum thaa-ifatul li yatafaqqahuu fid diini wa lin yundziruu qaumahum idzaa raja’un ilaihim la’allahum yahdzaruun? – Dan tidaklah mungkin bagi orang-orang mukmin keluar bersama-sama semuanya. Maka mengapa tidak keluar dari mereka satu rombongan supaya mereka memperdalam ilmu agama, dan agar mereka memperingatkan kaum mereka, apabila kembali kepada mereka, supaya mereka terjaga dari keburukan. (At Taubah, 9:122) Hudhur aba menerangkan bahwa ayat-ayat ini menyebutkan dan memuji segolongan orang-orang yang mendedikasikan seluruh hidup mereka untuk agama dan yang dengan karunia Tuhan sejak dari zamannya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. system yang sedemikian sudah lazim berjalan di dalam Jemaat kita Ahmadiyyah. Di zaman Khilafat Ahmadiyyah yang kedua, proses mewakafkan diri untuk seumur hidup itu sudah berjalan dengan memadai. Kemudian didirikanlah dan diorganisirlah Jamiah dan Muballigh-mubaligh pun dikirim ke luar negeri. Para Muballighmuballigh ini telah menjalankan tugasnya dengan hasil prestasi yang besar. Dengan karunia rahmat Tuhan, dengan kegiatan Tabligh dan Tarbiyyat mereka memperkenalkan Jemaat dan pekerjaan ini pun terus berlangsung sampai sekarang ini.


Selain dari Muballigh-muballigh dari India dan Pakistan, orang-orang dari latar belakang lainnya juga ikut dalam system ini, terutama yang dari Indonesian dan Africa. Semoga Allah Taala memberi taufik kepada mereka untuk bsa berkhidmat dengan segala ketulusannya. Ada lagi kelompok lainnya dari Pewakaf seumur hidup itu, di mana orang-orang ini adalah tenaga ahli professional seperti para doctor dan guru-guru. Tepat sebagaimana keperluan Jemaat itu meningkat dan pekerjaan Tabligh pun bertambah luas, maka diperlukan lebih banyak lagi orangorang yang berilmu keagamaan untuk melaksanakan pekerjaan Tarbiyyat dan Tabligh.. Hudhur aba mengatakan, jelas dari ayat-ayat yang disebutkan tadi bahwa tidaklah mungkin bagi setiap orang, setiap individual dari Jemaat untuk secara konstan dan terus-menerus terlibat dalam pekerjaan ini dan itulah sebabnya diperlukan adanya satu grup orang-orang terpisah. Walaupun pada kenyataannya bahwa di tempat lain itu setiap anggota atau Ummat itu telah diberi tanggungjawab, tetapi ada dinyatakan juga bahwa menjalankan perkara-perkara duniawi adalah juga penting. Oleh karena itu, mereka orang-orang yang sibuk itu tidaklah mungkin memberikan seluruh waktu mereka untuk pekerjaan agama. Tambahan pula, tidak setiap orang memiliki tabiat temperamen yang cocok untuk mengerjakan pekerjaan ini dengan secara halus dan baik, dan juga tidak setiap orang memiliki ilmu keagamaan yang diperlukan, dan tidak kepada setiap orang bisa diberikan special training untuk itu. Jadi, harus ada satu Badan dari orang-orang yang bisa mencari ilmu keagamaan dengan penuh konsentrasi dan kemudian menyebarkannya. Hudhur aba mengatakan, masya Allah, ada banyak orang-orang di dalam Jemaat kita yang, walaupun sudah memiliki jabatan-jabatan duniawi, mereka itu masih memiliki semangat yang besar untuk agama; tetapi jadwal merekalah yang tidak memberikan cukup waktu seperti yang mereka kehendaki. Itulah sebabnya mengapa Tuhan menyatakan bahwa harus ada orang-orang yang mendedikasikan seluruh kehidupannya. Karena Islam adalah agama agama global-sedunia, maka Badan ini harus terdiri dari semua bagian orang-orang di dunia. Dijelaskan selanjutnya, setiap bangsa harus memiliki wakil-wakil di dalamnya, karena perangai temperament dan psychology atau ilmu kejiwaan dari bangsa-bangsa itu berbeda, maka orang harus dapat melakukan Tabligh sesuai dengan keadaan ini. Hudhur aba mengatakan, Jemaat kita bekerja dengan prinsip ini dan dengan karunia keberkahan Tuhan, orang-orang dari berbagai bangsabangsa dengan latar belakang berbeda sudah menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang mendedikasikan seluruh kehidupan mereka. Dengan berkembangnya Jemaat, maka juga diperlukan peningkatan dan pengembangan dari Badan ini. Dengan melihat keperluan ini dan dengan petunjuk dari Tuhan, Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h. telah memulai Skim Wakaf Nou, dengan ke-taqw-an yang dijadikan prinsip dasarnya. Hudhur r.h. meminta para orang tua untuk mendedikasikan anak-anak mereka, sebelum anaknya dilahirkan, dan untuk memberi pernyataan seperti yang diucapkan oleh ibunda-nya Hadhrat Maryam: ‘…. Rabbi innii nadzartu laka maa fii bathnii muharraran fa taqqabal minni innaka antas samii’ul ‘aliim’ – ‘Ya tuhan-ku sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau apa yang ada dalam kandunganku untuk berkhidmat kepada-Mu. Maka, terimalah itu dari aku, sesungguhnya, hanya Engkaulah Yang Maha mendengar, Maha Menge tahui.’ (3:36) Hudhur aba mengatakan, bilamana para ibu-ibu mendedikasikan anak-anak mereka dengan doa ini, maka mereka ini memiliki tanggung-jawab yang besar untuk membesarkan anak-anak mereka dengan jalan bahwa mereka itu menjalani kehidupan mereka di jalan Tuhan, sementara mereka menunaikan kewajiban dan tanggung-jawabnya. Mereka harus berdoa sepanjang masa kehamilannya agar anaknya itu jauh dan terbebas dari kekotoran duniawi dan menjadi seorang hamba keimanan yang tulus. Setelahnya anak ini lahir, kemudian Tarbiyyat harus diberikan agar anak-anak ini menyadari tentang Wakaf mereka sejak masih kecil, agar ketika mereka mencapai umur masa remaja, ia, anak itu akan siap mendedikasikan dirinya dengan penuh keikhlasan. Para orang tua haruslah ingat bahwa mereka itulah yang harus mempersiapkan anak ini untuk Wakaf,


sehingga mereka dapat menyerahkan seorang anak muda yang ulung dan terdidik kepada Khalifah Waqt dan kepada Jemaat untuk mengabdi kepada Tuhan. Hudhur aba mengatakan adalah salah untuk beranggapan bahwa karena anak ini adalah anak Wakaf Nou, maka Jemaat-lah yang akan memperhatikan dan mengatur Tarbiyyat anak ini sejak awal. Memang, sudah dibentuk satu Organisasi Wakaf Nou, dan Jemaat memberikan petunjukpetunjuk yang diperlukan. Sebuah Komisi Wakaf Nou sudah dibentuk di Rabwah dan satu Departmen sudah beroperasi di Qadian. Di London, Department ini bekerja di tingkat pusat di bawah bimbingan langsung dari Khalifah Waqt. Di Cabang-cabang Jemaat, Sekretaris Wakaf Nou punya kewajiban tanggung-jawab untuk pendidikan dan pelatihan training dari anak-anak dan juga memberikan nasehat counselling serta bimbingan untuk membuat mereka menjadi anggota-anggota Jemaat yang aktip. Betapa pun demikian, tanggung-jawab yang besar tetap berada di pundahk para orang tuanya. Wakaf Nou merupakan satu skim penting untuk memenuhi kebutuhan Jemaat di masa depan. Dengan mengerti akan keperluan ini, para orang tua dan juga Departemen Wakaf Nou harus semuanya aktip. Di beberapa tempat, ada department yang tidak aktip sebagaimana yang seharusnya. Mereka ini perlu memperbaikinya agar ketika anak-anak ini akan terjun di dalam kehidupan masyarakat nanti, mereka dapat menyelamatkan orang-orangnya masing-masing dan juga meraih kehidupan yang lebih baik bagi mereka sendiri. Memang, sudah sesungguhnyalah tugas dari orang-tuanya itu untuk membesarkan setiap orang anak-nya dalam cara yang bagus; Jemaat tidak menginginkan untuk kehilangan satu orang anak pun. Maka, kepada anak-anak Wakaf Nou ini harus diberitahukan sejak kecilnya bahwa perilaku dan perangai mereka itu harus berbeda dan menonjol dibanding dengan anak-anak lainnya, jangan sampai ada telunjuk yang mengarah kepada mereka karena kesalahannya. Inilah tugas dari para orang tua dan juga Pengurus Jemaat untuk membangkitkan rasa sadar dari para Wakaf Nou dengan rencana pendidikan atau syllabus di antara anak-anak ini sehingga mereka menyadari akan pen-dedikasian mereka untuk agama. Anak-anak ini harus memiliki dorongan di dalam diri mereka untuk belajar agama sendiri, karena belajar dengan secara paksa tidak akan menguntungkan bagi semangat atau jiwa spirit dari Wakaf. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan, diperlukan orang-orang yang dapat men-dedikasikan dirinya untuk agama. Hudhur aba mengatakan, para Wakifin (yang mewakafkan diri semur hidupnya) yang mewakafkan kehidupannya setelah mempelajari agama atau anak-anak Wakaf Nou yang sedang belajar di berbagai Universitas Jamiah harus ingat bahwa agama yang diikuti itu adalah apa yang diajarkan oleh Yang Mulia Rasulullah s.a.w.. Hadhrat ‘Aishah r.a. menerangkan kepada kita bahwa sikap dan perilaku beliau s.a.w. itu adalah satu pengejawantahan dari Kitab Suci Alqur-aan. Walaupun setiap orang itu sudah diperintahkan untuk mengikuti contoh model beberkat dari Yang Mulia Rasulullah s.a.w., bagi mereka yang menjadi Wakifin memiliki tanggung-jawab yang lebih besar lagi akan hal ini. Mereka ini harus memberikan contoh model yang bagus sehingga mereka dapat memanggil orang-orang kepada Tuhan dengan lebih baik lagi. Dalam menguraikan harapannya terhadap orang-orang yang mewakafkan diri mereka untuk agama itu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan mereka itu harus mengamalkan apa yang diucapkan olehnya. Hudhur aba mengatakan, beliau ingin mengatakan hal ini kepada semua Wakifin dan kepada semua yang sedang belajar di Jamiah agar selalu ingat akan hal ini dan harus selalu merenungkan dan memeriksanya bahwa ilmu mereka dan amalan mereka itu sama. Jangan-jangan, sementara kita mengajarkan bahwa melalaikan Shalat itu merupakan dosa, kita sendiri justru santai dan lamban dalam hal ini. Sementara kita memberi nasihat kepada yang lainnya terhadap kebiasaan dan tradisi buruk dalam acara pernikahan, atas bid’ah-bid’ah yang merugikan, yang tentang itu tidak diperbolehkan oleh Khalifah Waqt dan oleh Pengurus, yang tidak diperbolehkan oleh Tuhan, Nabi-Nya dan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s., tetapi kita mengabaikan hal tersebut dalam praktek perkawinan dari


anak-anak kita sendiri dan dari famili kita. Atau kita ikut menghadiri acara pernikahan di mana di sana berlangsung hal-hal yang tidak diperbolehkan itu, serta tidak memberikan nasihat kepada mereka untuk tidak melakukannya, atau tidak keluar dari tempat di mana hal itu sedang terjadi. Jika ilmu agama sudah didapatkan, maka kita harus mem-praktekkannya. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan, para Wakifin itu harus sama sekali terbebas dari kesombongan, keangkuhan dan rasa bangga diri. Hudhur aba mengatakan orang yang Wakaf itu harus memeriksa dan merenungkan dirinya sendiri, ini bagi orang Wakaf yang sudah bekerja dan juga bagi mereka yang masih berada di Jamiah. Tahun ini, Kontingen pertama dari Wakaf Nou akan lulus dari Jamiah Canada. Mungkin juga sudah ada beberapa dri Wakaf Nou di Pakistan yang sudah menjadi Muballigh. Haruslah diingat bahwa kerendahan hati itu adalah merupakan pe rbedaan yang menonjol dari seorang Muballigh; betapa pun, adalah penting juga untuk menjaga dan me mpertahankan martabat dignity sebagai Muballigh. Dalam perintahnya kepada para the Wakifin, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan, mereka itu harus banyak-banyak membaca buku, sehingga tingkatan ilmu mereka itu mencapai tingkatan yang istimewa. Hudhur aba mengatakan ini adalah penting bagi mereka yang sudah bekerja Wakaf di lapangan dan juga bagi mereka yang masih duduk di Jamiah. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan juga penting bagi seorang Muballigh itu untuk bisa berhemat dan cermat atau ekonomis. Beliau mengatakan, jika mereka itu tidak cukup ekconomis sesuai dengan prinsip ini, maka kepada mereka tidak dapat diberikan tanggung-jawab sepenuhnya. Hudhur aba menerangkan bahwa prinsip ini adalah contoh model dari para Sahabat Nabi r.a. yang menjalani hidup mereka dengan kesederhanaan yang amat sangat. Hudhur aba mengatakan Tuhan memberikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Muballigh-muballigh tua yang keberhematannya itu sangat mengirikan hati. Dewasa ini, keuangan Jemaat ada lebih baik dan dengan karunia kemurahan Tuhan usaha-usaha dilakukan untuk mengurus keperluan Muballigh, walaupun kekurangan dan kesukaran masih terjadi di beberapa tempat. Namun, sekali dedikasi seumur hidup sudah diberikan demi untuk agama, maka semua kesulitan-kesulitan itu tidak ada artinya. Ada siswa-siswa Jamiah di UK, Jerman dan Canada yang hampir keluar untuk bekerja di dunia praktek. Mahasiswa-mahasiswa dari Jamiah di Indonesia dan Africa ditempatkan di daerahnya masing-masing, tetapi mahasiswa Jamiah-jamiah di Dunia Barat harus bersiap-siap bahwa mereka itu bisa saja pergi ditempatkan di mana saja. Inilah spirit jiwa dari Wakaf. Mungkin saja bahwa mereka itu akan ditempatkan di Africa dan mendapatkan kesulitan dengan kondisi cuaca yang keras di sana. Sekarang ini sudah ada banyak sarana yang tersedia. Para Muballigh di zaman dulu itu berhadapan dengan banyak-banyak kesulitan. Selanjutnya Hudhur aba menceriterakan kejadian dari beberapa Muballigh di zaman dahulu untuk memberikan gambaran tentang betapa tingkat pengorbanan mereka itu. Hadhrat Syed Shah Muhammad sahib sudah bertugas selama 18 tahun berturut-turut di Indonesia. Beliau hidup dengan gaji allowance yang sangat kecil dan tidak pernah minta pertolongan. Beliau hanya meminta kepada Tuhan untuk semua keperluannya. Pada saat beliau kembali ke Pakistan dari Indonesia melalui jalan laut, beliau hanya memiliki sebuah overcoat dan dua pasang pakaian. Ketika di atas kapal, ada ikiran terlintas di dalam hatinya bahwa ia sedang pulang setelahnya bertugas sekian lamanya (18 tahun), tetapi bahkan beliau sama sekali tidak punya baju baru untuk dipakainya waktu datang ke Rabwah nanti. Beliau kemudian menghapus pikiran keinginannya semacam itu, karena hal itu bertentangan dengan spirit dari Waqaf. Beliau pun menyadarinya. Ketika kapalnya sudah merapat di dermaga di Singapore, dari atas dek beliau melihat ada seseorang yang membawa bungkusan mendekati kapal. Orang tersebut menemui Kapten Kapal dan menanyakan sesuatu, yang kemudian diantar untuk menemui Shah sahib, dan memeluk beliau, mengatakan bahwa ia adalah seorang Ahmadi. Orang tersebut mengatakan bahwa ia


adalah seorang penjahit dan telah membaca dalam Al Fazl tentang perjalanan pulang Shah sahib kembali ke Rabwah melalui Singapore. Ia ingin sekali untuk berjumpa dengan beliau dan memberikan hadiah. Karena ia sudah melihatnya dari potret sehingga ia dapat memperkirakan bagaimana ukuran bajunya yang cocok, maka ia menjahit beberapa buah baju. Hal itu membuat menetesnya air mata Syed Shah sahib, betapa Tuhan telah memberikan pikiran kepada seseorang Ahmadi yang tidak dikenalnya untuk memenuhi keinginannya. Beliau menulis bahwa jika seorang Muballigh itu hanyalah berharap kepada Tuhan untuk meminta pertolongan, dan tidak memintanya kepada siapa pun juga, maka Tuhan akan menyediakan keperluan baginya dari yang ia tidak ketahui. Salah seorang putra dari Maulana Ghulam Ahmad sahib Farrukh menulis bahwa sekembalinya dari bertugas di luar negeri, ayahandanya ditempatkan di Hyderabad. Kepada beliau diberikan rumah yang kecil dan bobrok, tetapi keluarganya merasa senang karena ayahnya itu dekat kepada mereka. Melihat keadaan rumahnya yang hampir roboh itu mereka meminta kepada beliau untuk mengusulkan beberapa perbaikan. Beliau mengumpulkan semua keluarganya dan dengan penuh kecintaan ia menerangkan bahwa menekan setiap keinginan dan tidak mengajukan permintaan adalah sebuah motto dari kehidupan seorang Wakaf. Kesukaran dan kesulitan harus diterima pada setiap langkah demi untuk menyenangkan Tuhan. Satu kali, seorang anaknya yang bekerja sebagai Perwira AB dan anak-anak lainnya yang punya pekerjaan baik, mengusulkan kepada beliau untuk minta pensiun saja, biarlah mereka yang akan mengkhidmati beliau. Ia menjawab akan memberikan balasannya esok hari. Anak-anaknya berpikir ayahnya akan setuju dengan usul mereka itu dan mereka pun merasa senang. Esok harinya beliau duduk bersama-sama anak-anaknya itu dan mengatakan kepada mereka bahwa ia adalah seorang yang sangat sederhana dan merendahkan diri di mana permintaan anak-anaknya itu telah menggetarkan hati dan pikirannya. Ia mengatakan bahwa ia sudah berjanji kepada Tuhan bahwa ia akan menjalani hidupnya sebagai Wakaf dan merasa takut jangan-jangan ia meleset dari janjinya itu. Oleh karena itu, kepada anak-anaknya jangan lagi minta-minta atau usul yang sedemikian itu, sebaliknya berdoa-lah agar beliau bisa menepati janjinya itu. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa seorang Waqaf itu harus sanggup menghadapi penderitaan dalam perjalanan, yang harus pergi berjalan dari kampung ke kampung untuk menyampaikan berita kedatangan beliau. Hudhur aba mengatakan di zaman dahulu para Muballigh di India dan Africa harus menghadapi banyak kesulitan karena dengan dana terbatas dan juga mengahadapi banyak perlawanan. Ada banyak kejadian tentang Maulana Nazir Ahmad Ali sahib di mana orang-orang di sana mengusir beliau dari kampung itu di mana beliau harus bermalam di tengah hutan di Africa. Dewasa ini reputasi baik Jemaat di Africa itu adalah atas hasil kerja keras dari para orang tua ini. Maulwi Sadeeq Amritsari sahib menulis bahwa setelahnya P.D. II, beliau dan Maulana Nazir sahib memutuskan untuk melakukan Tabligh di Sierra Leone. Desa yang mereka akan kunjungi itu ada di seberang sungai, mereka menggunakan sebuah perahu untuk sampai ke sana. Maulana Nazir telah pernah pergi ke sana sebelumnya, jadi sudah ada perlawanan di sana itu. Beberapa orang di sana mengaku keturunan Arab dan menganggap diri mereka adalah sudah sebagai orang Muslim yang benar. Orang-orang ini telah menyebarkan informasi yang keliru tentang Ahmadiyyah di kampung tersebut, oleh karena itu mereka memutuskan tidak akan menyediakan akomodasi pada kunjungan berikutnya ini. Kedua Muballigh ini sebenarnya hanyalah untuk menghilangkan kesalah-fahaman dan menyampaikan pesan amanah Islam Ahmadiyyah di desa tersebut. Meeka berencan untuk tinggal di sana untuk selama beberapa hari. Mereka pergi ke bungalow milik kepala kampung yang sudah biasa menyediakan akomodasi di sana. Kepala kampungnya sedang tidak ada di tempat dan orang-orang lainnya yang bertanggung-jawab di sana bersikap memusuhi sehingga tidak ada orang yang mau menolong. Siswa yang menemani


Muballigh adalah seorang African sehingga mereka mau menyediakan tempat untuknya tetapi kedua Muballigh harus berkelana di hutan. Mereka berjumpa dengan seorang Muslim Libanon yang membawanya ke rumahnya dan memberinya makan. Mereka itu tidak ditanyai dan atau tidak bercerita di mana mereka itu akan tinggal malam itu. Maka, mereka duduk saja di tepi sungai, yang banyak ular berbisanya dan banyak buayanya. Betapa pun, Tuhan telah menyelamatkan mereka. Karena mereka itu tidak dapat tidur maka mereka berjalan di tepian sungai dan duduk di sana. Mereka menilawatkan ayat-ayat Kitab Suci Alqur-aan, berbicara tentang keimanan, dan kemudian Maulana Nazir memimpin Shalat dengan doa yang panjang untuk petunjuk bagi orang-orang penduduk di sana dan untuk kemenangan Ahmadiyyah. Kemudian mereka berjalan lagi, jam 3 pagi datang dan masuk ke Mesjid untuk Shalat Tahajjud. Di dalam kegelapan itu mereka mendengar suara yang aneh dari dalam mesjid dan segerombolan kambing keluar dari mesjid. Begitulah keadaan mesjid mereka yang menamakan diri mereka itu Muslim. Kedua muballigh ini membersihkan Mesjid tersebut dan melakukan Shalat Tahajjud. Kemudian mereka menyerukan Azan untuk Shalat Subuh; dan mendengar suara Azan ini orangorang kampong pun mulai berdatangan ke Mesjid. Ketika mereka itu melihat dan menyaksikan Shalat kita, mereka mengatakan tidak ada perbedaan dalam Shalatnya (kecuali karena mereka dari Mazhab Maliki, mereka tidak melipat tangannya ke perut). Hudhur aba mengatakan, kemudian Ahmadiyyah berkembang di sana. Demikianlah satu demonstrasi kenyataan hakiki dari orang-orang yang mewakafkan seumur hidupnya untuk keimanan. Jadi Hudhur aba mengatakan Wakaf adalah sebuah proses yang di dalamnya itu orang harus melupakan keinginannya dan untuk bertahan dengan kesukaran. Para pendatang baru pada pekerjaan Muballigh dan juga para anggota Wakaf Nou harus selalu ingat akan perkara ini sebelumnya terjun pada praktek di lapangan. Mereka harus menyadari akan isuisu ini selama dalam pendidikan mereka dan bersiap sedia untuk itu. Hudhur aba mengatakan banyak mahasiswa Jamiah yang hadir di hadapan beliau. Mereka harus mulai memikirkan hal-hal ini mulai sekarang dank e depannya. Hudhur aba mengatakan ada beberapa orang yang menarik diri dari Wakaf mereka ketika mendengar ia akan ditempatkan di mana. Oleh karena itu, persiapan harus dibuat sejak awal untuk bisa bertahan terhadap kesulitan dan kesukaran. Hudhur aba mengatakan pesan amanah ini terutamanya adalah untuk para mahasiswa Jamiah. Hudhur aba mengatakan satu jumlah yang besar dari Wakaf Nou sekarang sedang belajar di Jamiah. Mereka itu harus berusaha untuk senantiasa menepati janji-janji yang sudah dibuat oleh orang tua mereka serta melihat betapa pengorbanan para orang tua Jemaat dulu dan harapan dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Hudhur aba mengatakan, seorang Mubaligh itu harus memancarkan rasa kerendahan hati, tetapi pada waktu yang sama, juga harus mejaga dan mempertahankan martabatnya. Mereka itu jangan sampai meng-ekspresikan keinginannya di hadapan orang-orang. Hudhur aba mengatakan beliau ada pengalaman pribadi ketika di Africa, ketika keadaan waktu itu benar-benar sangat sulit. Tetapi kesukaran dan kesulitan itu harus ditahan dengan tidak mengorbankan martabat. Meliau meminta dengan sangat kepada para Muballigh berpengalaman untuk tidak terpengaruh dengan keduniawian. Beliau mengatakan setiap Muballigh itu merupakan wakil dari Khalifah Waqt. Beliau meminta kepada keluarga Muballigh agar tidak mendesakkan keinginan mereka yang tidak selayaknya dalam urusan duniawi. Jemaat sudah berusaha untuk mem-fasilitasi urusan mereka, tetapi krisis ekonomi terus bertambah buruk di seluruh dunia, yang oleh karenanya usaha dan upaya kita itu tidak dapat menandingi inflasi. Martabat seorang Muballigh dan Wakifin itu adalah dengan tidak menceriterakan kesulitan mereka kepada orang-orang. Hanyalah dengan berdoa, bersujud dan meminta kepada Tuhan. Dengan karunia rahmat Tuhan, saat ini kami sudah memiliki contoh-contoh serupa seperti orang-orang tu di zaman dulu, tetapi ada juga yang kurang sabar. Para Wakaf harus hidup sesuai dengan apa yang ada. Hudhur aba mengatakan para isteri Muballigh itu janganlah meminta yang bukan-bukan dan harus menjadi penolong dalam tugas


besar mereka dan menjalankan kegiatan spiritual besar, yang untuk itu mereka telah mendedikasikan diri mereka. Setiap Muballigh dan Wakifin harus ingat akan sabda dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa beliau mengatakan pada saat upacara pembukaan Madrash Ahmadiyyah. Beliau berkata: ‘Madarasah ini harus menjadi sumber sarana untuk menyebarkan Islam. Madrasah ini harus menghasilkan Sarjana dan pemuda-pemuda yang men-dedikasikan hidup mereka serta yang meninggalkan pekerjaan untuk duniawi yang bertujuan untuk menjalankan pengkhidmatan bagi agama’. Hudhur aba menerangjan beberapa perkara administrative mengenai Wakaf Nou. Beliau mengatakan sejumlah besar anggota Wakaf Nou anak laki-laki dan wanita tidak ikut Jamiah untuk pendapatkan pendidikan keagamaan. Mereka memilih lapangan-lapangan kerja lainnya. Jemaat juga memerlukan tenaga-tenaga ahli di bidang-bidang ini. Oleh karena itu, mereka harus mengadakan konsultasi dengan Pusat Jemaat pada setiap tahapan dari studi mereka. Sekarang, sudah ada 14,500 anak-anak Wakaf Nou yang umurnya di atas 15 tahun. Pada umur ini, mereka harus mengisi formulir Wakaf. Mereka itu sekarang sudah berumur dengan penuh kesadaran. Mereka ini harus memutuskan sendiri, apakah mereka ingin meneruskan Wakaf mereka atau tidak. Sungguh penting bagi mereka untuk memberitahukan ke Pusat tantang hal ini. Mereka yang tidak ingin masuk Jamiaha harus menuliskannya, dengan menerangkan bidang apa yang ia tertarik dan meminta musyawarah untuk pendidikan selanjutnya. Jadi bukanlah bagi mereka yang akan memutuskannya sendiri. Sekretaris-sekretaris Wakaf Nou harus lebih aktip. Mereka harus mengumpulkan informasi ini dan meneruskannya ke Pusat. Hudhur aba mengatakan, sampai pada saat ini, anak-anak Wakaf Nour harus memutuskan apakah mereka akan tetap meneruskan sebagai Wakaf atau tidak, pada umur 15 tahun. Tetapi sekarang Hudhur aba memperpanjangannya sampai mereka menyelesaikan studinya. Setelah itu, mereka harus menulis dengan menerangkan tentang pendidikannya, serta apakah ia menginginkan untuk meneruskan bekerja dalam Wakaf skim-nya. Hudhur aba mengatakan, inilah tugas para Sekretaris Wakaf Nou untuk meyakinkan bahwa mereka itu menulis hal ini dan menginformasikannya secara resmi ke Pusat. Ada sebanyak 90% dari anak-anak Wakaf Nou yang berumur di atas 15 tahun menerima pendidikan di luar Jamiah. Laporan resmi harus dibuat tentang hal ini. Apakah mereka itu belajar di Jamiah atau tidak, sangatlah perlu bagi anakanak Wakaf Nou untuk meraih ilmu keagamaan. Sudah ada silabus Wakaf Nou sampai umur 19 tahun yang dapat diperpanjang sampai 20 tahun. Penting untuk mempelajari hal ini dan diadakan ujian. Inilah pekerjaan dari para Sekretaris Wakaf Nou bahwa 100% keikutsertaan anak-anak Wakaf Nou dalam ujian ini dan hasilnya harus dikirimkan ke Pusat. Hudhur aba mengatakan kadang-kadang Surat Edaran dikirimkan tetapi kebanyakan Jama’at tidak me-responnya. Jadi, Hudhur aba menyatakan lagi beberapa perkara ini. Ia mengatakan perlunya bagi para orang tua untuk menulis dan mendaftarkan Wakaf Nou sebelum anaknya itu lahir; jadi tidaklah benar untuk mendaftarkannya setelah anak itu lahir. Ada beberapa orang yang menulis tentang masalah dan kesulitannya ketika mereka mendaftarkan untuk Wakaf Nou. Hudhur aba mengatakan, karena surat-surat itu dikirimkan ke Departmentdepartmen terkait, maka mereka harus menulis tentang persoalan mereka itu dalam surat yang terpisah. Para orang tua juga harus mengirimkan surat pendafataran aplikasinya oleh meeka sendiri dan tidak oleh anggota keluarga yang lainnya, karena tanggung -jawab dari Tarbiyyat-nya terletak di pundak para orang tuanya. Di Africa kadang-kadang instruksiinstruksi itu tidak sepenuhnya diikuti. Kalau tidak ada clearance yang diterima dari Pusat, maka tidak boleh ada anak-anak yang dimasukkan di dalam Wakaf Nou. Aplikasi / pendaftaran dari anak-anak yang diadopsi harus dibuat sebelumnya anak lahir, dan orang tua biologis dari anak tersebut juga harus dicatat dalam record. Perlu agar para orang-orang tua memiliki data-data


tentang anak Wakaf Nou ini yang juga dicatat di Central record dan diminta Nomor Referensinya. Ada orang-orang tua yang lalai untuk melaporkannya selama waktu yang lama, kemudian mereka komplain bahwa tidak ada catatan register untuk anak mereka itu. Ketika anak-anak itu mencapai umur 15 tahun, para Sekretaris Wakaf Nou Jemaat Lokal dan PB harus memperbaharui kesediaan wakaf mereka itu. Sebagaimana yang sekarang sudah diterangkan oleh Hudhur aba, anak-anak ini harus memperbaharui janji wakaf mereka ini setelahnya selesai studinya. Ada keperluan besar untuk memperbaharui catatan record ini, karena kalau tidak, kita tidak memiliki angka-angka ayng pasti tentang keperluan kita mengenai berapa orang yang diperlukan pada masing-masing bidang atau lapangan itu. Kadang-kadang tragis bagi orang tua ketika anak yang dilahirkannya itu invalid, karena anak ini tidak bisa dimasukkan dalam Wakaf Nou, menjadi doble dalam tragisnya itu. Semoga Allah SWT. mengkaruniakan kepada orang tua ini anak yang sehat. Anak-anak yang orang-tuanya dikeluarkan dari Jemaat dikarenakan sesuatu hal, yang kebanyakannya karena mereka itu tidak mentaati apa yang diminta oleh Jemaat, juga akan dikeluarkan dari daftar Wakaf Nou. Ini karena, jika orang tuanya sendiri tidak mentaati system Jemaat, maka pendidikan semacam apa yang dapat mereka berikan kepada anak? Sekretaris Wakaf Nou harus memberitahukan secara persis ke Pusat mengenai hal ini. Anak-anak Wakaf Nou yang sudah menyelesaikan studinya dan sekarang sudah bekerja di tempat lain, harus secara regular mengadakan hubungan contact dengan Pusat. Sekarang ini, kebanyakan kepada mereka diperbolehkan untuk meneruskan dalam pekerjaan mereka, dengan kondisi bahwa Jemaat akan memanggil mereka bila diperlukan nanti. Tetapi, ini adalah tanggung-jawab mereka untuk memberikan informasi terbaru tentang keadaan mereka pada tiap tahunnya. Demikian juga mereka yang sedang menjalani vocational training pendidikan / pelatihan kejuruan, mereka itu harus terus memberitahukan ke Pusat tentang kemajuannya. Hudhur aba berdoa dan mendoakan semoga Allah SWT. memberi taufik dan kemampuan kepada anak-anak Wakaf Nou agar bisa menjadi anggota yang bermanfaat bagi Jemaat semoga Dia memberi taufik kepada kita untuk bisa memberikan Tarbiyyat yang istimewa sebagaimana yang dipercayakan oleh Jemaat dan bisa menolong mereka untuk menjadi anggota-anggota Jemaat yang bermanfaat. Aamiin. PPSi , M ersela – Jak. Bar.; 26 -10- 2010

http://www.alislam.org/archieves/ Friday Sermon 22 October 2010


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.