THE FIRST AIESEC’S MAGAZINE IN AIESEC INDONESIA
APRIL 2015
EASE MAGAZINE
How does it feel to be delegate of
“Global Start Up Youth ASEAN”?
Serunya exchange experience
ke Mauritius
LETTER FROM EDITORIAL
Hello EASE Reader! Bertemu lagi di EASE edisi April! Bulan April terkenal dengan peristiwa bersejarah yang melekat dengan Rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dalam edisi kali ini EASE bakal membahas sedikit seputar peristiwa bersejarah tersebut seperti Konferensi Asia Afrika dan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Gak cuma itu, di edisi kali ini juga EASE akan me-review event-event seru seperti Global Youth Festival dan International Career Day yang diadakan AIESEC bulan maret lalu. Bonus for you, di edisi ini juga kita ada Interview bersama Gratia dan Aldi yang menjadi delegates di Global Youth Start-Up ASEAN. Penasaran? Just flip our pages, and Happy Reading!
Warm regards, Viani Hafiza
1
CONTENT
EASE TEAM
What’s inside?
A letter from editorial | 1
| Content
Viani Hafiza, Manajemen Rekayasa Industri ITB, Editor in Chief
THE T EAM
2
Joana Melias, Fikom Unpad,
EASE Team | 3
| AIESEC Alert
8-11 | Special
Galih Eka Putra, Sastra Inggris UPI, Creative
Issue
Rahmi Qurota Aini, Pendidikan Biologi UPI, Contributor
Focus | |
Wanderlust
Day to Play 2
|
Tasya Setianita, Komunikasi UPI, Contributor
Alief Firmansyah, FMIPA ITB, Layout Designer 3
AIESEC ALERT
Global Youth Festival
Perubahan dunia yang begitu cepat saat ini mendukung adanya kebutuhan pemuda akan pengalaman international. Untuk mendukung kebutuhan tersebut, AIESEC Bandung mengadakan acara Global Youth Festival yang diadakan pada tanggal 20 Maret 2015 di Aula Timur ITB. Acara ini bertema: Creating better you by being a global citizen: Now or Never! Dalam acara ini, peserta diajak untuk menyimak pengalaman-pengalaman yang dibagikan oleh ketiga pembicara tentang seru dan pentingnya menjadi Global Citizen. Ada Sacha Stevenson (YouTuber), Bagus W. Ruswandi (Former Secretary General ALSA National Chapter Indonesia) dan Gisella Thioffany (Exchange Participant returnee from Lithuania). Secara keseluruhan, acara ini sangat menginspirasi pemuda untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat beradaptasi dengan perkembangan dunia saat ini.
4
International Career Day
Indonesia saat ini menghadapi era perubahan baru, terutama bagi pemuda karena terdapat berbagai tantangan yang akan dihadapi Indonesia. Salah satu tantangan tersebut adalah ASEAN Economic Community (AEC) yang akan dimulai pada tahun 2015. Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda saat ini membutuhkan kemampuan berdaptasi dengan berbagai perubahan. Untuk itu, AIESEC mengadakan International Career Day. Dalam acara ini, peserta diajak untuk memahami pentingnya mempersiapkan diri menghadapi AEC 2015 dengan pengalaman kerja yang professional dan multiculture. International Career Day diselenggarakan dua kali dalam bulan Maret ini. Acara yang pertama diselenggarakan di Telkom University pada tanggal 27 Maret 2015. Di hari selanjutnya, yaitu pada tanggal 28 Maret 2015 diselenggarakan International Career Day yang kedua di Universitas Padjadjaran. Sharing session dengan berbagai pembicara yang berpengalaman mengenai self-branding dan high selling point menjadi agenda utama dalam acara ini. Melalui acara ini, diharapkan seluruh peserta dapat membuka wawasannya dan menyadari akan pentingnya pengembangaan kepemimpinan melalui
5
SPECIAL ISSUE
Ibu Kita Kartini Setiap tanggal 21 April, setiap rakyat Indonesia bersuka cita merayakan Hari Kartini. 21 April yang merupakan hari lahirnya Raden Ajeng Kartini ini menjadi simbol kebangkitan kaum wanita di jaman penjajahan belanda. Lalu, Seperti apa kepemimpinan Ibu Kartini dalam membela hak kaum wanita? Asal usul R.A Kartini Lahir sebagai kalangan priyayi dan bangsawan Jawa, Kartini kecil mendapat kesempatan belajar di ELS (Europese Lagere School) hingga umur 12 tahun. Di sana, Kartini belajar bahasa belanda. Dari keterampilannya berbahasa belanda tersebut, Kartini mulai menulis surat kepada teman-teman korespondensinya yang berasal dari Belanda. Kartini juga mulai belajar sendiri dari buku-buku, Koran, dan majalah Eropa. Dari hal tersebut, Kartini tertarik dengan kemajuan berpikir perempuan Eropa sehingga timbul keinginan Kartini untuk memajukan perempuan pribumi yang dilihatnnya masih berada pada status sosial yang rendah. Usahanya dalam membela hak perempuan dimulai ketika ia mulai menuliskan surat-surat untuk temantemanya di Belanda. Surat-surat yang ditulis Kartini berisi pemikiran-pemikirannya tentang kondisi perempuan pribumi saat itu. Menurut Kartini, kungkungan adat seperti ketidakbebasan wanita dalam mengenyam bangku pendidikan menjadi hambatan kemajuan perempuan pribumi. “Kemajuan sebuah negeri tidak akan terjadi jika wanitanya tertinggal� begitulah yang dikatakan Kartini. Dalam suratnya, tertulis juga harapan memperoleh pertolongan dari luar serta keinginan un-
6
tuk melanjutkan studi di Eropa. Namun, keinginan tersebut tak dapat dicapai, ketika kartini harus mengikuti keinginan ayahnya untuk menikah. Menikah tak menjadi hambatan baginya untuk meneruskan cita-citanya. Dengan dukungan suaminya, ia tetap memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan. Kegigihannya tersebut terwujud dalam sekolah-sekolah kepandaian putri yang didirikannya. Salah satu sekolah tersebut adalah sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Meski harus tutup usia di usia yang sangat muda, perjuangan Kartini tidak berakhir begitu saja. Pada tahun 1912, perjuangan Kartini dilanjutkan dengan berdirinya Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang, Yogyakarta, dan berbagai kota lainnya. Setelah wafat, teman korespondensinya, Rose Abedanon juga menerbitkan buku yang berisi surat-surat Kartini yang ia beri judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Pengaruh beliau hingga ke jaman sekarang Perjuangan Kartini tidak hanya berdampak pada perkembangan perempuan di masa penjajahan saja. Kini, terdapat banyak perempuan yang menunjukkan kemampuannya untuk turut serta berkontribusi bagi masyarakat dan negeri. Beberapa pemimpin yang berasal dari kalangan perempuan diantaranya Sri Mulyani direktur bank Dunia dan Megawati Soekarno Putri, presiden perempuan pertama Republik Indonesia. Kedua pemimpin tersebut menjadi inspirasi bagi kita bahwa perempuan juga berhak menunjukkan potensi dirinya untuk berkontribusi bagi masyarakat dan membangun dunia yang lebih baik.
7
FOCUS
Konferensi Asia Afrika Menyambut Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 yang akan dilaksanakan di kota Bandung tanggal 24 April mendatang, EASE akan membahas sejarah dari konferensi yang menjadi reuni bagi negara-negara yang bersatu karena terjajah di masa lalu.
Konferensi Pendahulu 1. Konferensi Kolombo (28 April 1954-2 Mei 1954) Konferensi yang dilakukan di ibukota Srilanka ini membahas masalah Vietnam dalam menghadapi Konferensi Jenewa pada tahun 1954, dan gagasan berkembang setelah Indonesia melontarkan pentingnya menyelenggarakan KAA. Salah satu hasil konferensi ini adalah memutuskan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah KAA. 2. Konferensi Bogor (28-29 Desember 1954) Konferensi Bogor dikenal juga sebagai Konferensi Pancanegara, karena dihadiri oleh lima negara (Indonesia, India, Myanmar, Pakistan, dan Srilanka). Konferensi tersebut membicarakan persiapan-persiapan terakhir pelaksanaan KAA. Hasil dari Konferensi Bogor adalah: - KAA akan diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955. - KAA akan diikuti oleh 30 negara sebagai peserta. - Menetapkan rancangan agenda KAA. - Merumuskan tujuan-tujuan pokok KAA. Pelaksanaan KAA
Bersatunya Negara-Negara Terjajah Sebelum perang dunia II, negara-negara dunia ketiga yang berada di kawasan benua Asia dan Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Di daerah sendiri mereka masih hidup dalam kekurangan, tidak berpendidikan, dan diliputi perasaan rendah diri. Sebagai pemilik sah bumi, alam negerinya sendiri, mereka tidak dapat memanfaaatkan kekayaan tersebut karena mereka dijajah. Selain itu bangsa-bangsa Asia yang sudah merdeka masih belum mendapat kesadaran untuk bersatu. Hal tersebutlah yang menyebabkan timbulnya konflik dan pergolakan di berbagai tempat seperti konflik di Semenanjung Korea, Vietnam, Palestina, Yaman, Daratan China, Afrika, dan Indonesia. Kondisi itulah yang mendorong negara-negara yang baru merdeka untuk menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia dan memelihara perdamaian. Oleh karena itu, lahirlah Konferensi Asia-Afrika ini yang dicetuskan oleh Ali Sastroamidjojo, perdana enteri Indonesia saat itu.
8
Bandung dipilih sebagai kota penyelenggara KAA, bertepatan di Gedung Merdeka pada tanggal 18-25 April 1955. Konferensi yang dibuka secara resmi oleh Presiden Sukarno pada tanggal 18 April 1955 ini dihadiri oleh 29 negara, dan dan 6 diantaranya adalah negara-negara Afrika. Hal-hal yang dibahas dalam KAA saat itu meliputi kerjasama bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hak asasi manusia. Juga mengenai isu rasialisme, masalah konflik senjata, dan masalah Irian Barat. Hasil dari KAA terangkum dalam Dasasila Bandung (Dasa= sepuluh, Sila=dasar) yang di dalamnya tercermin penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia. Dan berikut adalah isi Dasasila Bandung. Isinya yaitu: 1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB. 2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa. 3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil. 4. Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain. 5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif. 6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain. 7. Tidak melakukan agresi terhadap negara lain. 8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai. 9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. 10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
9
FOCUS
Gratia & Aldi, another experience in Global Start Up Youth ASEAN Spesial untuk EASE edisi kali ini, EASE berkesempatan berbincang-bincang dengan kedua AIESECer yang sempat menjadi salah satu delegasi di Global Start Up Youth ASEAN. Penasaran bagaimana pengalaman mereka di acara tersebut? Yuk, simak hasil perbincangan singkat EASE dengan Gratia Wirata Laksmi Menurut kalian berdua, apa sih Global Start Up Youth ASEAN? Aldi & Gratia: Global Start Up Youth ASEAN ini sebenarnya acara yang mengumpulkan pemuda-pemuda ASEAN selama 3 hari dalam intense bootcamp untuk berdiskusi how we solve world’s problem together with ASEAN citizen. Di sana, kita dibagi menjadi kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 2 orang dari negara ASEAN yang berbeda. Dalam mengikuti acara ini, kalian berdua pasti punya motivasi kan? Motivasi apa sih yang sebenernya membuat kalian ingin ikut acara ini? Aldi: Sebenernya iseng sih, coba-coba kesempatan yang ada aja. Semua terjadi begitu cepat, dimulai dari isi form sehari sebelum deadline (isi hari rabu malam, dan deadline hari kamis malam), sabtu pagi pengumuman, minggu di telpon untuk konfirmasi, dan gak kerasa rabu udah berangkat aja ke Kuala Lumpur. Gratia: I always have a dream to own my own consulting firm that focused on tourism development. I wanted to make it happen & start to slow by sure making it happen, then, i believe this program will help my future goal.
Dari pengalaman tersebut, apa nih kira-kira yang bakal kalian lakukan kedepannya? Aldi: Kemungkinan besar akan coba ikut dan cari tau event-event seperti ini lagi karena ternyata seru banget. Gratia: Walaupun proyekku cuman terpilih sampai top 48, I have found those people who believe to make this idea happen together. Untuk itu, apa yang bakal aku lakukan selanjutnya adalah menyelesaikan hasil riset, lalu melakukan perencanaan untuk segera mengeksekusi proyek ini. Wish us luck!
Wah good luck buat kalian berdua ya! Terakhir nih, ada gak pesan-pesan buat seluruh pembaca EASE Magazine? Aldi: Be aware. Because the opportunities might be right around Setelah menjalani konferensi ini, bagaimana kalian terhadap acara ini? you, but you’re not aware enough to realize it. Aldi: Gratia: Karena biasanya selama ini cuma ikut conference AIESEC aja kan ya, this is like something new for me. Aku dapat banyak hal baru, I really endorse those people who have not found what terutama tentang social entrepreneurship. Apalagi acara ini lebih ke arah social business idea competition, di mana sebelumnya they are passionate about to start networking and attend aku gak punya ketertarikan tentang hal itu. Meskipun tim aku gak di tahap kedua dari empat tahap yang ada, but still it’s amazing. the events that interest you to enrich your knowledge. Gratia: Since after visiting this event, I did realize my passion toDari awal aku memang gak berekspektasi tinggi terhadap konferensi ini, apalagi segalanya udah fully funded.Tapi, ternyata acara wards entrepreneurship. One message for you all, you ini emang seru dan bermanfaat banget. Aku bisa bertemu dengan banyak entrepreneur hebat, kementrian keuangan dari seluruh don’t know where, who, or when will help you to find negara di ASEAN, dan juga banyak artis terkenal dari Kuala Lumpur. Selain itu, banyak banget impact yang aku dapatkan dari konyour passion. Passion what makes you alive. Also, there’s ferensi ini. Not only meeting new friends but also I found my supporting system in a very short time, travelling around KL, and a quote from Steve Jobs saying “The only way to do great other very fun things. Dari sini, aku juga bisa menemukan minat aku dan menyadari bahwa itu nyata dan dapat dicapai. work is to love what you do”.
10
11
WANDERLUST
HELLO MAURITIUS!
Keinginan untuk mampu membawa diri ke negara orang lain menjadi motivasi utama untuk pergi Exchange bagi perempuan bernama Para Patataya. Perempuan yang sering disapa Tya itu mengaku bahwa dia ingin dapat belajar dari lingkungan yang berbeda. “Aku berharap bisa banyak lewat obrolan, kebiasaan, dan budaya di negara lain” begitu ujar Tya. Untuk memenuhi keinginannya tersebut, Tya menjatuhkan pilihannya pada salah satu negara dari benua Afrika, yaitu Mauritius. Alasannya sederhana, Tya tidak ingin membuang kesempatan untuk pergi Exchange ke tempat-tempat yang dekat. Tya ingin suatu tempat yang jauh sehingga pilihan pun jatuh pada negara Mauritius. Yes, she do loves challenge! Di Mauritius, Tya menjalankan proyek bernama Enter your future – Teach Mauritius 2014. Projek ini berjalan selama 8 minggu dari Desember 2013 hingga februari 2014. Projek yang melibatkan 20 exchange participant dari berbagai negara ini, mengajak kita untuk mengajar dan berbagi kepada anak-anak yang kurang beruntung. Di sana, anak kurang beruntung adalah anak-anak yang diperlakukan tidak layak oleh
12
orang tuanya seperti disiksa, atau dilecehkan secara seksual. Anak-anak ini dilindungi dan dijauhkan dari orang tuanya oleh pemerintah setempat. Dalam proyek ini, Tya ditugaskan untuk mengajar anak-anak pada Hari Senin-Jum’at dari jam 08.30 hingga pukul 15.00. Dari pukul 08.30 hingga pukul 12.00, Tya mengajarkan materi dasar seperti baca, hitung, dan gambar yang dibagi per tingkat. Setelah itu, kegiatan mengajar dilanjutkan dengan kegiatan seperti menari, menyanyi, dan juga olahraga yang diikuti oleh semua murid. Dari kegiatan mengajar tersebut, yang berkesan bagi Tya adalah antusiasme murid-murid itu sendiri. “Anak-anaknya excited banget sama semua EP! Kita suka dipeluk-peluk sambil diajarin mainan lokal,” ujar Tya.
perancis sedikit demi sedikit. Dalam proses pembelajarannya, Tya pun mulai terbiasa dengan kosa kata yang digunakan oleh anakanak di sana. Dalam menjalankan proyek tersebut, Tya juga mendapat tantangan baru sesaat sebelum dirinya kembali ke Indonesia. Tya harus mengajar anak-anak disana tanpa ditemani EP yang dapat berbahasa perancis. Hal tersebut memang tidak mudah, tapi dengan kondisi tersebutlah Tya menjadi mampu mengembangkan kreativitasnya dalam mengajar anak-anak. Saat itu, Tya akan mengajarkan bahasa Inggris dari berbagai jenis binatang. Dengan segala kreativitas, akhirnya Tya memutuskan untuk mengajarkan hal tersebut melalui permainan acak kata. Tak disangka, semua murid antusias dan mengerti dengan apa yang diajarkan Tya. Tya mengaku bahwa dirinya sangat puas ketika anak-anak yang diajarkannya mengerti. Tak hanya kegiatan mengajar, dalam program Exchange tersebut, Tya mengalami pengalaman-pengalaman menarik seperti saat acara Global Village. Pada awalnya, Tya sempat nervous apalagi setelah tahu bahwa Global Village digelar di tempat umum. Namun, hal tersebut terbayar oleh banyaknya pengun-
jung yang antusias datang ke stand Tya. Bahkan, beberapa dari pengunjung tersebut ada yang mengatakan pernah dan akan ke Indonesia. Pengalaman Exchange juga membuka wawasan Tya tentang negara yang terletak di dekat pulau Madagascar tersebut. Mauritius memiliki pemandangan yang bagus. Banyak tempat wisata yang sangat teratur dan jalan yang rata. Selain itu, orang-orang Mauritius juga ramah banget. Setiap bertemu, Mereka selalu cium pipi kanan kiri tanpa pandang jenis kelamin dan usia. Mauritius juga bersih. Saking bersihnya, mereka mengurangi penggunaan plastic dengan memberi harga tiap pembelian plastik. Dari pengalaman exchange tersebut banyak banget pelajaran yang bisa diambil. Tya mengaku bahwa dirinya jadi lebih bersyukur dan kreatif untuk bisa survive di tempat yang sangat berbeda dengan tempat tinggalnya. Dari proyek yang dijalaninya juga, Tya belajar untuk bekerja sama dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda. “To be honest, exchange mungkin gak secara otomatis mengubah hidup aku, but it does change the way I see life”, ujar Tya seraya menutup perbincangan dengan EASE.
Mengajar anak-anak dengan bahasa yang belum pernah dipelajari menjadi tantangan sendiri bagi Tya. Anak-anak di sana menggunakan bahasa ibu, Creole yang mirip dengan bahasa Perancis. Beruntung dalam setiap tim terdapat exchange participant yang berbahasa perancis, Tya pun dapat belajar bahasa
13
DAY TO PLAY
Eduplex Café
CHANNEL
Eduplex café: Cisangkuy 6 Bandung Kota Bandung memang identik dengan istilah ‘wisata kuliner’. Café yang unik dan makanan yang menarik terus lahir dan berkembang, salah satu café tersebut adalah Eduplex cafe. Tempatnya yang strategis, nyaman, dan desain yang homey menjadi daya tarik sendiri terhadap café ini. Terletak di jalan Cisangkuy no. 6, Eduplex cafe menawarkan beberapa ruangan untuk acara keluarga atau meeting room yang dilengkapi dengan fasilitas seperti televisi, hingga karaoke! Selain itu, Eduplex café juga cocok dijadikan tempat untuk acara nobar, atau sekedar nongkrong bersama teman-teman. Tidak hanya tempat, makanannya pun dapat terbilang lengkap. Mulai dari makanan nusantara, camilan, hingga western food ada di sini. Berbicara harga, harga makanan di sini termasuk ke dalam golongan menengah ke atas. Namun, harga tersebut sesuai dengan ukuran kelengkapan menu dan keunikan tempat yang ditawarkan Eduplex cafe.
14