Nasionalisme, Kemahasiswaaan, Ata u  G lo b a l i s a s i ?
aKemahasiswaan
Oleh: Yorga Permana,ST, Aktivis (Sarjana Manajemen Rekayasa Industri ITB)
Peran Intelektual Dalam Masyarakat “titik pertama gerakan pengkritisan adalah kesadaran itu sendiri” -Antonio Gramsci Sejarah peradaban dunia adalah sejarahnya kaum intelektual. Setiap perjuangan menegakkan kebajikan dari zaman para Nabi hingga era postmodern hari ini tidak lepas dari peran kaum intelektual sebagai minority creative. Merekalah yang menggerakkan masyarakat, entah bermula dari pena yang tajam, orasi yang provokatif, hingga gerakan sosial yang massif. Namun, tidak semua intelektual seperti itu. Selalu saja ada segelintir intelektual yang menghamba pada kekuasaan atau paling tidak bersikap apatis, menyerah kepada keadaan. Hanya intelektual sejatilah yang mau menjadi bagian dari pergerakan sosial di masyarakat. Gramsci menyebut mereka dengan istilah intelektual organik. Berbeda dengan intelektual tradisional yang hanya mengamati kehidupan masyarakat dari kejauhan, intelektual organik justru tampil di depan sebagai penggerak masyarakat. Intelektual organic peduli dan memahami realitas social sedangkan intelektual tradisional berlindung di balik independensi lalu menjauh dari masyarakat. Ali Shariati, seorang intelektual Iran, mengistilahkannya dengan bahasa lain: Rauzan Fiqr. Rauzan fiqr adalah seorang intelektual yang tercerahkan yag tidak menjaga jarak dengan masyarakat. Konsepnya mirip dengan intelektual organik. Namun intelektualnya berbeda dengan ilmuwan. Saat ilmuwan bersikap netral terhadap ilmu pengetahuan dengan menyampaikan fakta sebagaimana adanya, maka rauzan fiqr berani memihak dan bersikap atas dasar kepercayaan yang ia yakini. Saat ilmuwan berbicara dengan bahasa universal, maka rauzan fiqr menyampaikan gagasan dengan bahasa kaumnya. Peran Pendidikan dan Kaderisasi Tujuan pendidikan harus kembali lagi kepada hakikat intelektual organik atau rauzan fiqr. Pendidikan haruslah menghasilkan seorang intelektual yang tercerahkan. Bukan intelektual tradisional yang menjaga jarak dengan realita.
Dalam Sajak Paman Doblang, Rendra mengistilahkannya dengan bahasa lain, yaitu kesadaran Kesadaran adalah matahari Kesabaran adalah bumi Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata Kesadaran akan realita sosial harusnya menjadi sumber energi bagi sarjana terdidik. Kesadaran adalah pemantik bagi obor pergerakkan atau kayu bakar bagi api unggun perubahan. Barangkali benar apa yang dikatakan Muhammad Hatta bahwa tujuan pertama pendidikan tinggi adalah untuk menciptakan sarjana yang memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakatnya. Begitu pun dalam pendidikan kemahasiswaan, atau dikenal dengan istilah kaderisasi. Kaderisasi tidak melulu berbicara tentang softskill yang tidak didapatkan di ruang kuliah. Lebih dari itu kaderisasi harusnya mampu menjawab pertanyaan yang lebih mendasar “Mengapa dan untuk apa seorang manusia harus terdidik?�. Kaderisasi haruslah menularkan kegelisahan dan menumbuhkan kesadaran akan realita sosial terlebih dahulu. Maka hanya tinggal menunggu waktu menara gading itu rubuh dan berubah menjadi jembatan antara kampus dengan realitas sosial. Terakhir, mari renungkan kata Rendra dalam Sajak Sebatang Lisong, semoga kita bisa mencapai predikat intelektual yang tercerahkan! Kita harus berhenti membeli rumus rumus asing Diktat-diktat hanya boleh memberikan metode, tetapi kita sendiri yang mesti merumuskan keadaan Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang nyata. Inilah Sajakku, Pamplet masa darurat Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan
Bagaimana Sikap Nasionalisme itu?
Nasional.is.me
Untuk Asia Raja Oleh: Chairil Anwar Dari buku Dibelakang Kawat Berduri,halaman terakhir, 1942
Dalam kandang kawat berduri Terkurung badan, jiwa meradang Bertanya dimanakah Tuhan yang adil dan kuasa kata orang
Jangan mengeluh, jangan mengaduh Hai pemuda! Gembira dan girang Seharusnja kamu! Zamanmu subuh Yang mendahului siang gemilang
Wajah seorang pahlawan Terbajang senjum dimuka mataku N yata benar matanya bersinar Tunduk aku kerena malu
Perasaan pedih dihitung jangan! Pedih bunda melahirkan anak Pedih benih menembus bumi Pedih hilang datang bagia
* Kita hidup dalam zaman Yang mendidih bagai lautan Jauh masih tepi jang aman
Relakan teman badanmu menjadi Pupuk hancur di lapangan waktu Dari kurban angkatan kini Mewangi nanti bunga restu
Sekitar kita air semata Kapal kecil terombang-ambing Kilat berdenjar, badai gempita
* Gemuruhlah kamu angkatan angka udara Hancurkan bom yang menyerahkan maut Keraskan hati, lawan segala Kamu meriam, gunturkanlah suara Enyahkan perasaan sangsi dan cabar Yang dahsyat diatas bumi dan laut Kita ditangan Allah Ta’ala * * Maraklah api, tinggi dan permai Bagia kita angkatan sekarang Bakarlah, bakarlah seluruh dunia Hidup di zaman pancaroba pan Hancurkan penjara, debukan rantai Dunia raja luas mengembang Jang berabad-abad mengikat Asia! Bagai bumi menanti usaha
InfograďŹ k tentang realitas bangsa Indonesia.
Realitas  Bangsaku
Sudahkah kau menyadari keberadaan bangsamu? 11,37% rakyat miskin
28 706 889 683 USD impor Indonesia
347.605 melakukan tindakan pidana 32 peringkat korupsi dunia
6,25% Pengangguran
15,84% belajar di jenjang kuliah
2.083 rumah sakit di Indonesia 52,81% konsumsi non-pangan 5592,0000 hektar perkebunan kelapa sawit
Globalisasi.
k
Indonesia Di Tengah Arus Globalisasi Oleh: Mochammad Fahlevi
Indonesia merupakan negara multikultural yang kaya akan kebudayaan,ras dan agama,negara yang heterogen ini seharusnya menjadi kelebihan tersendiri bagi indonesia dibandingnegara lainnya, berasaskan atas semboyan “bhineka tunggal ikaâ€? indonesia dapat bersatu di bawah satu pemerintahan dengan beragam perbedaan yang ada, di zaman modern ini dimana zaman yang menganggap ideologi telah mati dan ketinggalan zaman, akan tetapi nasionalismeitu sendiri adalah sebuah ideologi maka dari itu membicarakan perihal nasionalisme dianggap sudah ketinggalan zaman dan seperti menggali kuburan yang cukup jauh dari dataran, karenaideologi bangsa benar-benar telah dikubur rapat-rapat sehingga potensi dari anak bangsa yang bersinar seperti dahulu kala para pemuda-pemuda pendiri bangsa sulit sekali kita menemukan dizaman sekarang. Globalisasi telah menghilangkan batas dan waktu dari setiap invidu di dunia ini,globalisasi merupakan keniscayaan dari kemajuan teknologi dan SAINS, yang berdampak juga pada perwujudan pasar bebas yang katanya dapat menghilangkan ketegangan antara barat dan timur sehingga diharapkan akan menjadikan homogenitas dari setiap individu di dunia ini, akantetapi homogen dalam hal menuju pada hedonisme,materialisme bahkan pragmatisme. Identitas bangsa merupakan hal yang penting disaat globalisasi pada dunia modern seperti ini, kekayaan material maupun kebudayaan adalah nilai lebih dari bangsa kita. Sumber daya alam yang berlimpah, Negara maritim, dan letak geograďŹ s yang strategis seharusnyamenjadikan kita negara kuat yang mandiri yang dapat memenuhi segala kebutuhan bangsa, akantetapi sumber daya manusia yang tunakualitas tidak dapat maksimal memanfaatkan sumber daya tersebut. Sumber daya manusia merupakan isu sentral mengapa negara kita statis disaatnegara yang lain bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Tanah dan bangsa kitahanya menjadi lahan dari pihak asing, sehingga membuat kerugian besar bagi negara ki kita. Sumber daya manusia yang maju adalah sebuah harapan bagi bangsa kita untuk memajukan Indonesia di masa depan, anak bangsa yang kini lebih terpelajar dibandingkangenerasi sebelumnya diharapkan dapat mengambil palajaran dari apa yang terjadi kini. Identitas bangsa yang telah hilang diharapkan dapat kembali bersinar di dunia internasional sebagaimana bangsa Indonesia dulu yang dikenal sebagai bangsa yang merdeka atas usahanya sendiri bukan kemerdekaan sebuah pemberian belaka. Kemajuan dalam sumber daya manusia dan kembali tumbuhnya rasa nasionalisme padaanak bangsa akan membuat generasi sebagaimana generasi perjuangan kemerdekaan dahulu, dan akan membuktikan pada dunia bahwa di era globalisasi dan post modern yang akan datang bahwa bangsa kita tetap akan mempertahankan identitasnya yang berideologikan pancasila. Nasionalisme lahir disaat bangsa kita dijajah oleh kolonialisme akan tetapi kedepan singa yang sedang tidur ini akan bangkit lagi sebagai anti tesis dari globalisasi modern yang mengarah pada materialisme dan konsumerisme semata. Dengan seumber daya manusia yang maju dan sumber daya alam yang kaya akan membuat negara kita bersinar di mata dunia dan kita sebagai penerus bangsa lah yang harus membuktikannya.
0 AKSI Â Konkret. Gerakan Nyata Mahasiswa ITB
Skhole ITB - Mengajar Skhole, yang berarti ‘waktu luang yang digunakan untuk belajar’, merupakan suatu kegiatan pengabdian masyarakat berkelanjutan dalam bentuk mengajar. Skhole atau juga dikenal dengan ITB Mengajar dibentuk pada tahun 2010 sebagai wadah mahasiswa ITB untuk terjun langsung secara rutin mengajar anak-anak di sekitar kampus. Dengan adanya Skhole diharapkan dapat menumbuhkan karakter mahasiswa yang mau berbagi seiring semakin banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh. Gerakan Skhole saat ini berada di bawah naungan Kementrian Pengembangan Komunitas Keluarga Mahasiswa (KM) ITB. Dalam usia keempat tahun Skhole telah memiliki tiga rumah belajar yang berlokasi di Kebon Bibit, Ciumbuleuit, dan Cicaheum. Nilai-nilai yang dibawa untuk adik-adik didik kami adalah ‘Double D Double C’ yaitu dare to dream, do the best, curious, and care. Adapun fokus pengajaran di masing-masing rumah belajar disesuaikan dengan kebutuhan adik didik. Selain belajar mata pelajaran di sekolah yang dirangkum menjadi lima bidang yaitu agama; sains; bahasa; kesenian; dan olahraga, kegiatan di ketiga rumah belajar tersebut juga dikemas dengan kreatif dalam bentuk permainan supaya lebih mudah dipahami terut ama oleh adik-adik usia pra sekolah dan menjadi peluang bagi mahasiswa untuk mengasah kreativitasnya. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut Skhole tentu tidak sendiri melainkan seringkali menjalin kerjasama dengan beberapa pihak yang memberi respon positif baik di dalam kampus yaitu HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan unit kesenian maupun di luar kampus yakni komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pendidikan anak bahkan dengan masyarakat sekitar rumah belajar. Bentuk kerjasama yang dilakukan meliputi pengenalan beberapa jenis kesenian, pengenalan keprofesian, pemberi an motivasi, pagelaran dalam memperingati hari-hari besar, dan pengadaan forum diskusi bersama. Sebagai monitoring kegiatan terdapat lembar catatan perkembangan adik-adik didik yang diisi setiap usai mengajar yang juga berguna sebagai bahan evaluasi metode ajar. Anggota Skhole terdiri dari mahasiswa yang memiliki minat baik di bidang pendidikan maupun anak dan bersedia secara sukarela meluangkan sedikit waktunya untuk mengajar. Dalam kegiatan belajar dan mengajar terdapat beberapa tantangan terutama dalam memahami dan menangani berbagai pola sikap dan karakter adik-adik. Oleh karena itu beberapa tahap pembekalan sangat dibutuhkan oleh setiap anggota supaya menjadi lebih cakap dalam menyalurkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain sebagai wadah aktualisasi mahasiswa di bidang pendidikan, Skhole juga menjadi wahana belajar dan berlibur bagi mahasiswa ITB yang terhimpun di dalamnya. Banyak anggota yang mengaku bahwa bergabung ke dalam Skhole semakin mengasah kreativitas dalam menghasilkan metode serta properti mengajar yang menarik, kami juga banyak belajar dari kisah hidup adik-adik yang tak jarang mampu memberi inspirasi, dan pertemuan dengan adik-adikpun dapat mereduksi segala keletihan walau hanya dengan sebuah senyuman tulus yang dapat disaksikan.
e Sejarah  keahasiswaan. 1908
1945
1966
Dibentuknya “Boedi Utomo� organisasi pertama para peuda seluruh indonesia
Kemerdekaan Indonesia (Dipelopori Kaum Muda)
Permulaan Orde Baru
1998 Tuntutan reformasi
1977 Gerakan protes mahasiswa untuk pemerintah Indonesia
oleh mahasiswa dan akhirnya Indonesia berubah status dari Orde Baru menjadi era reformasi
2003
2014
Penyepakatan negara-negara ASEAN tentang Asian Community
OSKM ITB 2014, Momen untuk mencetak generasi yang siap untuk menghadapi dunia
2015 ASEAN Community, Be Ready!!!
SUDAH PANTASKAH KITA DISEBUT iMAHAwSISWA DENGAN SEMUA YANG KITA LAKUKAN SELAMA INI? SUDAH SIAPKAH KITA MENGHADAPI GLOBALISASI YANG TIDAK MUNGKIN KITA ELAKKAN INI?
Designed By @evtprnmsr