PANGANDARAN-Laporan Kuliah Lapangan

Page 1

Laporan Kuliah Lapangan Sanitasi Makanan dan Sanitasi Berbasis Masyarakat 2015

PANGANDARAN


PENGANTAR Kuliah Lapangan Sanitasi Makanan Indonesia merupakan negara maritim, dengan hampir dua per tiga wilayahnya berupa lautan. Wilayah perairan Indonesia yang begitu luas tersebut dilengkapi dengan garis pantai yang sangat panjang. Kondisi perairan Indonesia juga kaya dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan terutama dalam bidang pariwisata. Salah satu pantai yang terkenal di Jawa Barat adalah Pantai Pangandaran.

PANTAI PANGANDARAN MEMILIKI POTENSI WISATA YANG MAMPU MENARIK WISATAWAN DOMESTIK DAN INTERNASIONAL Pantai Pangandaran memiliki nilai jual dari sisi alam dan sisi kuliner yang bisa dikembangkan sebagai daya tarik pariwisata Jawa Barat, seperti halnya pantai­pantai di Bali. Untuk meningkatkan potensi tersebut, perlu diperhatikan aspek­aspek pendukung sanitasi lingkungan yang meliputi sanitasi penyediaan air bersih, pengelolaan air buangan, pengelolaan sampah, dan sanitasi makanan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, mahasiswa peserta kuliah Sanitasi Makanan dan Sanitasi Masyarakat ingin melakukan kunjungan ke Pantai Pangandaran. Proposal kegiatan ini dibuat agar peserta dapat melihat dan menilai secara langsung sanitasi yang ada di Pantai Pangandaran sebagai tempat wisata. Melalui kuliah lapangan ini, mahasiswa juga diharapkan mampu memberikan rekomendasi terkait sanitasi di Pantai Pangandaran yang nantinya dapat dikembangkan menjadi tempat wisata yang lebih baik. PANGANDARAN

|

JAWA BARAT

|

INDONESIA


DAFTARÂ ISI Pangandaran PENGANTAR Pangandaran

04

Tata Letak

05

Air Bersih

07

www.flickr.com EVALUASI

Rekomendasi

35

Kunjungan Rumah Potong Hewan

39

Sanitasi Umum

12

Sanitasi Hotel

15

Sanitasi Restoran

18

Persampahan

23

Air Limbah

27

Drainase

30

Visit

WWW . MYPANGANDARAN . COM WWW . PANGANDARAN . ORG for further information


The Beauty of

Indonesia PANGANDARAN | WEST JAVA


PANGANDARAN Pangandaran adalah salah satu objek wisata yang dimiliki oleh Jawa barat, khususnya Pemerintah Kabupaten Pangandaran. Terdapat banyak objek wisata favorit baik oleh turis mancanegara maupun domestik. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Pangandaran yaitu pantai pangandaran, taman wisata alam (cagar alam pananjung), pantai batu hiu, pantai batu karas, pantai madasari, pantai karapyak, dan wisata sungai yaitu cukang taneuh (green canyon), citumang, dan santirah. Pangandaran menawarkan pasir pantai hitam dan putih, ombak yang tenang dan pemandangan matahari terbenam yang spektakuler. Resor ini menghadap ke Samudera Hindia, berjarak 223 Km dari Bandung dan 400 km dari Jakarta, dan terletak di pertengahan antara Bandung dan Yogyakarta. Tersedia juga fasilitas hotel dengan kelas yang bervariasi dan cukup lengkap, restoran dan tempat hiburan lainnya.

“Kabupaten Pangandaran Pada tahun 2025 menjadi kabupaten pariwisata yang mendunia, tempat tinggal yang aman dan nyaman berlandaskan norma agama�

MISI KABUPATEN PANGANDARAN

www.javalagoon.com Selain potensi parawisata ternyata Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Pertanian tanaman padi (sawah dan ladang) merupakan komoditas utama di sektor pertanian. Data produksi tanaman padi (sawah dan ladang) tahun 2012 Kabupaten Ciamis tercatat 688.891 ton dan 31 persen disumbang dari produksi Kabupaten Pangandaran atau mencapai 214.044 ton. Sub sektor pertanian palawija Kabupaten Pangandaran juga tidak kalah potensial untuk ditingkatkan dengan jumlah produksi pada tahun yang sama dengan komoditas unggulan jagung 6.152 ton, ubi kayu 11.300 ton, ubi jalar 2.520 ton, kacang tanah 752 ton, kacang kedelai 2.084 ton, kacang hijau 725 ton dan komoditas lainnya. Belum lagi potensi komoditas hortikultura (budidaya tanaman) yang bisa dikembangkan.

Pangandaran juga memiliki potensi perikanan yang menjanjikan untuk dikelola dan mampu meningkatkan taraf hidup penduduk Kabupaten Pangandaran dimana nilai produksi ikan laut hasil penangkapan nelayan yang masuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pada tahun 2012 mencapai 2.220 ton dengan nilai 43,03 milyar. Lalu, populasi ternak besar dan kecil di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2012 terhitung, yaitu sapi 26.807 ekor, kerbau 2.321 ekor, kuda 91 ekor, domba 95.062 ekor, dan kambing 49.438 ekor.

04Â |


Pangandaran

TATA LETAK Dilihat dari daya tariknya, Pangandaran merupakan tempat pariwisata yang berbasis sumber daya alam daratan berupa pantai. Dengan daya tarik berupa pantai, Pangandaran memiliki sarana dan prasarana penunjang untuk kegiatan pariwisata yang berbeda dengan sarana dan prasarana kegiatan di basis sumber lainnya. Fasilitas yang disediakan mencakup akomodasi berupa hotel-hotel, losmen atau home stay, rumah makan, transportasi, dan beberapa fasilitas umum pertokoan lainnya yang langsung terkait dengan wisatawan. Di pantai Pangandaran juga memiliki fasilitas penunjang yang spesifik untuk kegiatan menyelam, seperti kapal, dermaga, tabung oksigen, kompresor dan lain-lain.

Kios makanan sebagian terkumpul di satu tempat namun sebagian lainnya terpencar-pencar diantara kios-kios lainnya seperti kios-kios penjual pakaian dan cinderamata/souvenir.

Belum ada tempat parkir khusus. Umumnya tempat parkir tersedia di bagian depan kios-kios yang berjejer sepanjang jalanan di sekitar pantai.

Pintu masuk menuju daerah wisata pangandaran cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.

Belum ditemukan pusat-pusat infomasi. Namun, sepanjang jalan dapat dijumpai papan-papan penunjuk arah di berbagai bagian perpotongan jalan yang menunjukan tempat wisata beserta arah evakuasi.


Tempat penyewaan seperti papan untuk berenang tertata dipinggiran pantai dimana pengunjung bisa langsung menyewa papan tersebut sesuai dengan tarif yang disepakati..

Keberadaan toilet tidak strategis dan tidak di tempat pusat keramaian. Letak toilet yang ada saat ini pun idak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang.

Pos keamanan ini ada untuk memantau segala aktivitas di pantai Pangandaran dalam menjamin keamanan wisatawan yang datang. Pos ini memiliki posisi yang strategis untuk memantau kondisi pantai

Ada berbagai moda transportasi yang dapat dipilih untuk mencapai spot-spot wisata di daerah pangandaran seperti sepeda mobil, motor, becak dan sepeda. Sayangnya lokasinya kurang strategis

Tempat sampah di daerah wisata Pangandaran menjadi barang yang cukup sulit untuk ditemukan. Hanya warung-warung makan pinggir pantai yang menyediakan tempat sampah, tapi dikhususkan untuk wisatawan yang membeli makanan disana

Hotel/Penginapan cukup memadai dengan range harga yang dapat dipiih sesuai budget, tetapi letak penginapan yang cukup banyak dan bercampur dengan kios-kios menimbulkan kesan kurang rapi bagi pengunjung yang datang.

Restoran dapat ditemukan di berbagai spot di sepanjang kawasan daerah wisata pangandaran. Namun kebanykan restoran berada di sekitar pantai barat pangandaran dan pantai barat pun menjadi lebih ramai.

www.flickr.com

w

though

e travel the

w

orld over to find

,w y w

the beautiful

must carr

or

w -

e

it

ith us

e find it not

-

Ralph W E

06 |


AIRÂ BERSIH Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk komsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

Pelelangan ikan di pesisir pantai Pangandaran menggunakan air PDAM untuk menyalurkan air bersih. Air ini digunakan untuk perendaman serta pembersihan ikan setelah diangkat dari laut. Air hanya bisa dipakai waktu pagi saja,karena sesuai dengan jam kerja mereka. Sumber air tidak memungkinkan didapat dari sumur atau air tanah karena lokasi pelelangan terletak di pesisir. Air yang didapatkan ditampung dalam dua bak. Satu untuk ditampung jika tiba-tiba air tidak datang serta satu bak lainnya untuk langsung memasukkan ikan. Tampak lantai yang kotor dan tidak layak untuk menyimpan ikan dan melelangnya. Padahal dengan sumber air yang ada seharusnya cukup untuk membersihkan lantai. Walaupun begitu, terlihat tidak ada masalah bagi mereka saat ditanyakan perihal kebersihannya. Tampaknya mereka cukup puas dengan kebersihan yang ada. Pengetahuan mereka tentang standar kebersihan masih rendah sehingga tidak tahu bagaimana melakukan proses mengolah ikan yang higienis. Pakaian mereka juga tidak dilengkapi pelindung diri khusus seperti sepatu boots dan sarung tangan. Mereka hanya memakai tangan kosong tanpa mencuci tangannya. Mereka juga seringkali memakai baju tanpa lengan dan mudah berkeringat.

|Â 07


PANGANDARAN

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di beberapa tempat yang ada di Pangandaran, diperoleh bahwa mayoritas sumber air baik untuk kebutuhan pribadi maupun kebutuhan fasilitas umum berasal dari sumur bor atau sumur pompa. Pengguna sumur pompa diantaranya adalah rumah pribadi, kios-kios kecil, penyedia toilet umum, restoran, hotel kecil sampai hotel mewah. Hanya satu dari sampel yang kami observasi yang menggunakan air dari PDAM sebagai sumber airnya, yaitu penyedia jasa isi ulang air minum atau depot air minum. PDAM tersebut mengambil air baku dari Sungai Citumang yang jaraknya 15 km dari Pangandaran. PDAM tersebut melayani daerah Pangandaran dan sekitarnya. Pangandaran sebagai salah satu destinasi wisata di Jawa Barat perlu memerhatikan aspek penyediaan air bersih untuk kenyamanan wisatawan. Adapun observasi air bersih yang dilakukan di beberapa titik antara lain: rumah makan, hotel, toilet umum, kios, tps dekat pesisir, dan depot. Menurut narasumber yang diwawancara, air yang mereka gunakan berasal dari sumur dan PDAM. Dari segi kuantitas, sumber air yang digunakan tidak pernah kurang dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di beberapa tempat yang ada di Pangandaran, diperoleh bahwa mayoritas sumber air baik untuk kebutuhan pribadi maupun kebutuhan fasilitas umum berasal dari sumur bor atau sumur pompa. Pengguna sumur pompa diantaranya adalah rumah pribadi, kios-kios kecil, penyedia toilet umum, restoran, hotel kecil sampai hotel mewah. Hanya satu dari sampel yang kami observasi yang menggunakan air dari PDAM sebagai sumber airnya, yaitu penyedia jasa isi ulang air minum atau depot air minum. PDAM tersebut mengambil air baku dari Sungai Citumang yang jaraknya 15 km dari Pangandaran. PDAM tersebut melayani daerah Pangandaran dan sekitarnya. Pangandaran sebagai salah satu destinasi wisata di Jawa Barat perlu memerhatikan aspek penyediaan air bersih untuk kenyamanan wisatawan. Adapun observasi air bersih yang dilakukan di beberapa titik antara lain: rumah makan, hotel, toilet umum, kios, tps dekat pesisir, dan depot. Menurut narasumber yang diwawancara, air yang mereka gunakan berasal dari sumur dan PDAM. Dari segi kuantitas, sumber air yang digunakan tidak pernah kurang dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.




"Everytime we travel, we become part of a global movement that has the power to drive positive change for our planet and all people."

-Taleb Rifai-


SANITASI UMUM Pangandaran merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Jawa barat. Pangandaran dan daerah sekitarnya memiliki daya tarik khas seperti Pantai Timur dan Pantai Barat, Batuhiu, Pantai Pananjung, Pantai Krapyak, dan Green Canyon. Di Pangandaran, wisatawan pun dapat menyaksikan matahari terbit dan matahari terbenam di masing – masing Pantai Barat dan Pantai Timur. Hanya saja, penataannya masih kurang baik. Banyak hal yang membuat pantai ini menjadi kurang nyaman, oleh karena itu diperlukan manajemen industri pariwisata yang dapat ditinjau dari segi makro dan mikro. Dari segi makro diperlukan pengaturan oleh pihak pemerintah secara keseluruhan. Pemerintah merupakan pihak pengusaha yang menerapkan peraturan-peraturan tentang daerahnya, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sedangkan dari segi mikro, diperlukan manajemen yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang memberikan pelayanan pada wisatawan,

seperti manajemen perhotelan, penginapan, travel biro, usaha di bidang transportasi, dan sebagainya. Pangandaran memiliki lokasi yang sangat strategis mengingat para wisatawannya dapat menikmati matahari terbit dan terbenam pada tempat yang sama. Hanya saja, fasilitas wisata yang tersedia di Pangandaran masih minim. Selain itu, lingkungan di Pangandaran sangat tidak mendukung, hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya sampah yang berserakan di area wisata Pangandaran. Akibatnya, sejak memasuki tahun 2001, sekiranya 20 Biro Perjalanan Wisata (BPW) dari 60 BPW di Jawa Barat yang melakukan inbound (membawa turis asing masuk ke Indonesia) sudah mencoret Pangandaran dari paket wisata yang mereka buat. Pangandaran sebagai daerah yang memiliki potensi pariwisata memegang peran yang cukup signifikan dalam

kerangka otonomi daerah setempat. Hal ini disebabkan pemberlakuan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah memiliki implikasi terhadap pemberdayaan daerah kabupaten/kota sebagai suatu kesatuan administrasi yang otonom. Konsekuensi dari kedua implikasi tersebut adalah pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab atas APBD untuk melaksanakan program-program pembangunannya. Untuk itu, strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam prespektif ekonomi terpadu seyogianya dapat diterapkan secara simultan dari berbagai pihak yang terkait. Strategi ini pada dasarnya merupakan keterpaduan antara kesabijaksanaan, humanis, dan eklogis. Dengan demikian keterpaduan pengelolaan pariwisata yang berbasis ekonomi, masyarakat, dan lingkungan ini dilakukan secara utuh serta menyeluruh. Lebih jauh, hal ini dimaksudkan agar selain nilai

12Â |


SANITASIÂ UMUM ekonomis didapat oleh masyarakat setempat dan pengelola pariwisata, juga kesinambungan pariwisata di Pangandaran dapat berlangsung dengan baik. Pada kegiatan kunjungan lapangan yang dilakukan 27-28 November 2015, kami memiliki kesempatan untuk mewawancara beberapa penduduk setempat dan juga pengunjung. Menurut beberapa pengunjung yang telah kami wawancara, Pangandaran tergolong kumuh dan tidak terawat, terutama di cagar alam. Beberapa mengatakan bahwa Pantai Pangandaran kotor dengan sampah berserakan di mana mana. Akan tetapi, menurut salah satu pengunjung, timbulan sampah di Pangandaran sudah menurun dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, hanya saja tingkat kebersihannya masih kurang. Menurut penduduk setempat yang telah kami wawancara, permasalahan yang muncul di Pangandaran sama dengan yang dikatakan oleh pengunjung, yaitu banyaknya sampah yang berserakan yang umumnya dibuang oleh pada wisatawan. Menurut mereka, para wisatawan sering kali membuang sampah sembarangan yang membuat pantai menjadi kotor dan tidak nyaman untuk dipandang, kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya kebersihan pun dianggap kurang. Selain itu, Dinas Kebersihan yang seharusnya datang setiap hari terkadang tidak terlihat meskipun pedagang sudah membayar untuk kebersihan sehingga timbul bau tidak sedap di pantai. Untuk mengatasinya, pedagang kerap kali membersihkan sampah di sekitar warungnya lalu menguburnya di dalam pasir. Kondisi Sanitasi Daerah Pangandaran Secara Umum 1. Pantai Kondisi sanitasi di area pantai pangandaran yaitu kurangnya tempat sampah di area pantai sehingga pengunjung membuang sampah sembarangan yang menyebabkan pantai menjadi kotor dan kurangnya nilai estetika pantai yang utamanya dijadikan daerah rekreasi oleh para warga yang kebanyakan dari kondisi ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan hasil wawancara kami dengan para warga dulunya di daerah pangandaran terdapat tempat sampah

|Â 13

Cagar Alam

di setiap spot namun diambil lagi tempat sampahnya. Kemudian selain tempat sampah, toilet yang disediakan di dekat pantai pun kurang bersih, bak air penampungannya kotor dan terdapat beberapa toilet di sekitar pantai yang tersumbat yang menyebabkan bau menyengat. Tidak terlihat irigasi air yang memadai sehingga bau yang ditimbulkan tidak enak, serta terdapatnya air menggenang di sekita toilet umum yang merupakan usaha warga menyebabkan ketidak nyamanan dan membuat kotor daerah warung yang menjadikan sebagian warung tidak mampu memiliki sanitasi yang baik. Di daerah pantai, masih terdapat warung – warung warga yang tidak tertata rapi dan menyebabkan daerah pantai menjadi kurang enak dilihat. Selain itu, di daerah panrai masih banyak terdapat banyak kotoran dari hewan yang berasal dari cagar alam sehingga menyebabkan daerah pantai kurang sedap dipandang. 2. Cagar Alam Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, kondisi sanitasi daerah cagar alam di pangandaran masih sangatlah kurang. Kondisi sumur yang tidak terawat lagi, di mana sumur tersebut merupakan salah satu sumber air yang disalurkan ke toilet dan kantor yang terletak di tengah cagar alam. Kemudian keberadaan toilet yang masih sangat sedikit dan kondisinya pun sudah tidak layak pakai karena termakan usia. Toilet umum yang berada di cagar alam sangat tidak terawat dan kotor. Keberadaan tempat sampah di area cagar alam yang kurang banyak sehingga masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan karena kurangnya tempat sampha. Terdapat beberapa tempat sampah yang berada dalam kondisi yang rusak dan sampah yang penuh namun tidak diangkut oleh petugas. Daerah cagar alam kurang diberikan hiasan sehingga kurang menarik untuk dikunjungi. Banyak daun yang berserakan dan tidak disapu rapi di cagar alam yang menyebabkan lingkungan cagar alam menjadi kotor. 3. Hotel Bedasarkan hasil observasi kami, hotel tempat kami menginap di pangandaran sanitasinya sudah baik dari kondisi toilet namun masih perlu tambahan yaitu jumlah tempat sampah yang kurang untuk di setiap kamar.


SANITASIÂ UMUM Selain itu, terdapat banyak hotel baru yang sudah terlihat bersih di sekitar pantai, tetapi masih ada pula hotel yang kurang memadai. 4. Rumah Makan Di daerah Pantai Pangandaran terdapat banyak rumah makan, terlebih lagi rumah makan makanan laut yang makanannya

bersumber langsung dari perairan Pangandaran. Untuk rumah makan, kebanyakan rumah makan terletak di daerah pantai. Secara keseluruhan, rumah makan yang berdiri sendiri dapat dinilai kurang baik dibandingkan dengan rumah makan yang terdapat di hotel.

1 Revitalisasi menjadi salah satu berita hangat di masyarakat Pangandaran. Dari hasil wawancara terhadap masyarakat di pusat area wisata, berita tentang adanya revitalisasi Pangandaran akan dimulai pada tahun 2016. Hasil wawancara dengan masyarakat, pihak masyarakat pun setuju dengan revitalisasi karena kondisi Pangandaran bila tidak di tata dari sekarang, akan semakin kumuh akibat pengunjung yang telah datang. Ada salah seorang warga yang memberikan usul untuk mebuat area area wisata di Pangandaran dengan sistem blok. Yang dimaksud dengan blok adalah pemisahan antara blok kuliner, blok belanja dan lain lain sehingga area lebih teratur.

35

RUNNING TIPS FROM DYLAN HALL

2

3

4 Keterangan gambar: 1. Sumur di Cagar alam yang tertutup sampah 2. Peta Pangandaran 3. Toilet cagar alam yang tidak terawat 4. Hotel tempat kami menginap 5. Pantai dilihat dari cagar alam

5

14Â |


SANITASIÂ HOTEL Sebagai tempat wisata, tempattempat penginapan sangat diperlukan di kawasan Pangandaran. Hotel merupakan salah satu jenis penginapan yang dapat ditinggali orang banyak, dinilai pelayanannya, mutunya, dan harganya dengan cukup konsisten. Pengembangan hotel secara bertahap juga bisa direalisasikan karena adanya sistem manajemen di hotel itu sendiri. Dengan mengembangkan hotel-hotel yang menarik pengunjung, tentu akan membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung. Kualitas pelayanan hotel tidak lepas dari kebersihan lingkungan dan sanitasi di hotel tersebut. Lingkungan yang bersih tentu akan membuat hotel menjadi nyaman untuk ditinggali.

Sanitasi hotel yang mencakup toilet, dapur, dan tempat makan (restoran) yang baik dan tidak berbahaya bagi kesehatan tentu juga meyakinkan pengunjung akan kesehatan mereka ketika tinggal di hotel. Ketentuan umum tentang perhotelan diatur dalam Permenkes no. 80/Menkes/Per/II/1990. Isi dari ketentuan ini menyangkut persyaratan lokasi, kesehatan lingkungan dan bangunan hotel, kesehatan kamar / ruang hotel, dan kesehatan fasilitas hotel. 1. Hotel Pantai Indah Pangandaran Hotel Pantai Indah Pangandaran merupakan hotel bintang 3 dan termasuk ke dalam salah satu hotel terbesar di Pangandaran. Kebersihan di dalam hotel ini terjaga dengan baik. Oleh karena itu, hotel ini memiliki reputasi yang baik di kalangan pengunjung.

Kondisi kamar di Hotel Pantai Indah Pangandaran terjaga dengan baik di lantainya, dindingnya, mau pun di furniturnya. Udara di dalamnya pun sejuk dan tidak bau. Toiletnya bersih, di dalamnya terdapat kloset, bath tub, shower, water heater, wastafel, dan peralatan mandi. Terdapat ventilasi khusus di tiap kamar mandi. Selain fasilitas kamar yang baik, Hotel Pantai Pangandaran juga memiliki restoran yang dibuka dari pagi hingga malam yang dapat dikunjungi baik pengunjung hotel mau pun luar hotel. Berbagai makanan disediakan dalam wadah-wadah yang dapat ditutup untuk menghindari kontaminasi ketika tidak ada pengunjung di restoran. Peralatan makan bersih berupa piring, sendok, garpu, mangkuk, serta gelas disediakan di buffet dan tersusun rapi. Air yang digunakan di dalam hotel ini merupakan air yang didapat dari sumur sehingga tidak berasa asin dan juga tidak lengket. Namun sayangnya, air buangan dari hotel ini langsung dibuang ke laut tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan air laut menjadi tercemar oleh limbah hasil aktivitas manusia yang sulit didegradasi, misalnya sabun. Sebaiknya pihak hotel memperbaiki sistem pembuangan air ini agar mengurangi bahkan menghilangkan pencemaran air laut dari aktivitas manusia. Sehingga, hotel ini tidak hanya memperhatikan kenyamanan pelanggan tapi juga kenyamanan lingkungan. Penanganan sampah di Hotel Pantai Indah Pangandaran sudah cukup baik, dilihat dari adanya tempat sampah di luar setiap kamar, di dalam kamar, serta di dalam kamar mandi. Namun sayangnya tempat sampah yang tersedia hanya satu macam, belum dipilah berdasarkan jenis sampahnya. Alangkah lebih baiknya apabila tempat sampah di hotel ini dapat dipiliah berdasarkan jenisnya sehingga memudahkan proses selanjutnya dalam pengendalian sampah.

Tampak Depan Hotel Pantai Indah Pangandaran


SANITASIÂ HOTEL 2. Sunrise Beach Hotel Sunrise Beach Hotel merupakan hotel berbintang tiga lain yang terdapat di Pangandaran. Secara keseluruhan, Sunrise Beach Hotel ini memiliki tingkat kebersihan yang baik. Selain kamarnya yang bersih, area sekitar hotel juga tidak terlihat adanya sampah berserakan. Di seluruh area hotel, hampir di setiap sudutnya terdapat tempat sampah yang cukup besar. Di bagian dalam dan luar setiap kamar serta di dalam kamar mandi pun disediakan tempat sampah. Tapi sayangnya, hotel ini belum menerapkan pemilahan sampah karena tempat sampah yang disediakan di setiap titik hanya satu buah sehingga berbagai macam sampah dibuang pada satu tempat sampah yang sama.

21 1

36 2

3

6 3. Penginapan De Ibeel Penginapan De Ibeel merupakan salah satu penginapan sederhana di daerah Pangandaran. Berdasarkan beberapa kamar yang kami survey, secara umum kebersihan kamar sudah baik. Namun beberapa kamar terlihat tidak rutin dibersihkan karena terlihat tumpukan debu pada sebagian lantai dan kasur. 4. Hotel dan Resort Bumi Nusantara Suasana hotel sejuk, nyaman, dan disertai dengan pemandangan hijau yang ada dalam kawasan hotel tersebut. Hotel ini memiliki lahan kosong yang cukup luas untuk taman dan area pejalan kaki. Lingkungan kamar dan kamar mandi dinilai cukup bersih karena selalu dibersihkan dan ditata dengan rapi. Selain kamar yang cukup bersih dan rapi, kebersihan lingkungan di sekitar penginapan tersebut juga baik. Tempat sampah diletakkan secara teratur dan terdapat petugas yang membersihkan sampah dedaunan yang ada setiap

harinya demi menjaga kebersihan hotel tersebut. Air yang digunakan oleh hotel bersumber dari PAM sehingga air yang digunakan terjamin kualitasnya. Pada bagian luar hotel, terlihat pipa saluran buangan air yang cukup besar yang berasal dari hotel dan diarahkan ke selokan di depan hotel. Kondisi selokan tergolong kotor karena banyak sampah yang menumpuk. Secara keseluruhan, Hotel & Resort Bumi Nusantara merupakan hotel yang layak untuk dihuni karena kebersihan hotel, baik kamar, kamar mandi, restoran, dan taman yang baik dinilai dari tidak adanya sampah yang bertebaran di kawasan hotel dan juga lingkungan yang tertata dengan rapi. Selain itu air yang digunakan bersumber dari PAM yang dapat dijamin kualitasnya. Namun perlu dilakukan pembenahan terhadap bagian luar hotel terutama pada bagian selokan serta perlunya diterapkan pemilahan sampah, mengingat jumlah sampah yang dihasilkan tidak sedikit.

4

5

Keterangan gambar: 1. Kamar Sunrise Beach Hotel 2. Kamar mandi Sunrise Beach Hotel 3. Kamar Penginapan De Ibeel 4. Kamar Hotel dan Resort Bumi Nusantara 5. Selokan di depan Hotel Bumi Nusantara 6. Halaman Sunrise Beach Hotel


2

3

1

4

5 5. Wisma Leia Berdasarkan hasil observasi, kamar dinilai cukup1 bersih dan rapi sehingga nyaman untuk dihuni. Begitu juga dengan kamar mandi yang dibersihkan dengan baik sehingga kamar mandi terlihat bersih. Air yang digunakan berasal dari PAM (Perusahaan Air Minum) sehingga kualitas dari air yang digunakan dapat dijamin. Lingkungan sekitar Wisma Leia dinilai cukup bersih karena tidak terlihat sampah yang bertebaran di lantai. Namun, tidak disediakan tempat sampah di setiap kamar. Tempat sampah yang disediakan hanya satu yang digunakan untuk menampung seluruh sampah. Pengangkutan sampah dilakukan ketika ada petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah. Secara keseluruhan, Wisma Leia memiliki tingkat kebersihan yang cukup dilihat dari kebersihan kamar, kamar mandi, dapur dan lingkungan sekitar wisma.

Lingkungan Wisma Leia juga tertata rapi dan tidak ada sampah yang bertebaran sehingga tidak mengganggu nilai estetika dari wisma tersebut. Namun, tidak diterapkan pemilahan sampah untuk mengurangi jumlah timbulan sampah yang akan masuk ke TPS atau TPS.

6. Hotel Pamordian Keadaan umum hotel ini cukup baik walaupun beberapa kamar terlihat kurang cahaya matahari langsung. Kebersihan kamar mandi cukup baik walaupun terlihat bercak-bercak cokelat di sekitar dinding kamar mandi, bak mandi, dan langit-langit kamar mandi di salah satu kamar yang kami kunjungi. Selain itu, kebersihan peralatan kamar masih perlu ditingkatkan karena salah satu tirai jendela terlihat kotor. Pada saat kami melakukan kunjungan, kami menemukan bangkai tikus di depan salah satu kamar.

Keterangan gambar: 1. Wisma Leia 2. Kamar Wisma Leia 3. Kamar mandi Wisma Leia 4. Kamar mandi Hotel Pamordian 5. Langit - langit Kamar Hotel Pamordia

Kesimpulan dari observasi dan survey yang dilakukan terhadap beberapa hotel di Pangandaran adalah sebagai berikut: 1. Semakin tinggi kualitas hotel, maka kondisi hotel semakin baik, nyaman, dan saniter. 2. Secara umum, kebersihan hotel dengan kualitas tinggi lebih terjaga, terlihat dari kebersihan area hotel yang baik dan banyaknya tempat sampah di sekitar area hotel, sedangkan kebersihan hotel dengan kualitas rendah kurang terjaga, terlihat dari kebersihan area hotel yang kurang baik dan kurangnya tempat sampah di sekitar area hotel. Saran: 1. Meningkatkan kebersihan hotel dengan cara menyediakan banyak tempat sampah di area hotel dan meningkatkan frekuensi pembersihan area hotel. 2. Memilah sampah dengan menyediakan minimal dua tempat sampah untuk jenis sampah yang berbeda (organik dan non organik). 3. Mengolah air buangan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.


Sanitasi Restoran

RESTORAN BUMI NUSANTARA

DAPUR RESTORAN BUMI NUSANTARA

LANTAI DAPUR BUMI NUSANTARA

RESTORAN SUNRISE BEACH

Sebagai tempat wisata, di kawasan pantai Pangandaran terdapat banyak restoran untuk melayani pelancong yang ingin menikmati kuliner, khususnya makanan laut. Mulai dari restoran tingkat bawah hingga atas. Kualitas makanan tidak lepas dari kebersihan lingkungan dan sanitasi yang diterapkan oleh pengelola restoran. Lingkungan restoran yang bersih tentu akan menghasilkan makanan yang sehat pula. Sanitasi restoran yang mencakup lokasi bangunan, ruang dapur, peralatan masak, bahan makanan, ketenagakerjaan, dll perlu diperhatikan agar makanan yang dibuat tidak terkontaminasi dari luar dan terjaga kualitasnya. Selain itu, pencegahan makanan dari hal-hal yang mengurangi kualitas makanan harus diperhatikan mulai dari pemilihan sumber bahan makanan, penyimpanan, pengolahan hingga penyajiannya. Dasar hukum yang digunakan dalam upaya hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Rumah makan/restoran merupakan salah satu jasa boga yang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman bagi kepentingan umum. Kami melakukan penelitian di beberapa restoran tingkat atas mau pun tingkat bawah, restoran tingkat atas yaitu Restoran Bumi Nusantara Pangandaran dan Restoran Sunrise Beach. Kondisi toilet di Restoran Bumi Nusantara Pangandaran kurang bersih dan toilet tidak dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Di sekitar toilet terdapat washtafel, namun sabun cuci tangan belum diisi ulang. Kondisi dapur tidak terlalu bersih dan tertata rapi, tempat penyimpanan alat-alat masak tidak disimpan pada tempat tertutup dan aman dari binatang serta tidak tertata rapi. Selain itu, terdapat beberapa bagian dapur yang lantainya tidak terbuat dari keramik dan terlihat kotor.

Atap atau langit-langit dapur tidak dibuat tertutup. Makanan berlebih yang tidak disajikan kepada konsumen dibiarkan begitu saja dalam kondisi terbuka. . Kemudian, tempat sampah di dapur ini tidak tertutup dan dibiarkan terbuka. Pekerja yang bekerja dibagian dapur ada dua orang, dan jika kondisi konsumen sedang meningkat, biasanya pihak restoran meminta ibu-ibu yang tinggal sekeliling restoran untuk bekerja membantu memasak dengan bayaran honorer. Namun, dari observasi langsung, untuk pekerja dapur ini tidak memakai perlengkapan memasak seperti celemek, sarung tangan, ataupun topi koki, bahkan terdapat pekerja wanita yang rambutnya terurai begitu saja.

18Â |


Kondisi meja-meja makan di Restoran Sunrise Beach cukup mewah dan terlihat bersih. Mejameja dan kursi-kursi tertata rapi2. Toilet di restoran ini memiliki sistem terpisah antara laki-laki dan perempuan. Selain itu kondisi toiletnya pun terlihat bersih. Tempat sampah yang digunakan baik di ruangan makan maupun di dapur adalah tempat sampah terbuka. Sanitasi Restoran Tingkat Atas Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada Sabtu, 28 November 2015, didapatkan beberapa kondisi eksisting dari Restoran Bumi Nusantara Pangandaran dan Restoran Sunrise Beach. Keduanya mempunyai persamaan yaitu termasuk dalam kategori Restoran dengan harga penjualan yang diatas rata-rata dan juga Restoran yang berada didalam hotel namun terbuka untuk umum. Namun, keduanya memiliki perbedaan berdasarkan penilaian dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003. Dari 11 poin yang sudah dibahas diatas, Restoran Sunrise Beach lebih mendekati persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran.

Berbeda dengan Restoran Bumi Nusantara yang masih kurang dari persyaratan tersebut. Lokasi dan bangunan kedua rertoran terletak pada jarak <100 meter dari jalan raya dan tidak berada pada arah angin sumber pencemar seperti debu, bau, asap dan cemaran alinnya sehingga tidak memungkinkan polusi masuk ke dalam rumah makan. Terlebih pada Restoran Bumi Nusantara memiliki pintu masuk yang tertutup dan dilindungi pagar tembok yang cukup tinggi. Bangunan kokoh, kuat, permanen dan terpisah dengan tempat tinggal. Pembagian ruang terdiri dari dapur, ruang makan, toilet, gudang bahan makanan dan gudang perlatan didekat dapur. Lantai dan dinding sudah memenuhi persyaratan. Ventilator dan pintu sudah memenuhi persyaratan. Ketersediaan air bersih sudah mencukupi yaitu dari sumur dan PDAM. Saluran air limbah terbuat dari bahan kedap air dan dengan sistem yang tertutup. Perbedaannya ada pada toilet. Sudah dibahas pada kondisi eksisting yang menyatakan Restoran Bumi Nusantara yang lebih buruk

dibanding Restoran yang lain. Restoran ini tidak ada batasan pria dan wanita. Keadaannya pun terlalu gelap dengan lampu yang agak redup. Tempat cuci tangan yang tersedia pada Restoran Bumi Nusantara ini menggunakan sabun pencuci piring yang digunakan untuk pencuci tangan. Kondisi dapur pun tidak terawat dengan baik. Kedua restoran ini tidak memberikan fasilitas kesehatan kepada karyawannya baik untuk check up atau pemberian kartu kesehatan serta pemberian vaksin. Pada restoran Sunrise Beach, karyawannya menggunakan seragam yang tiap hari diganti, rapi, bersih menggunakan celemek. Penjamah makanan bagian pengolahan makanan sudah pernah mengikuti kursus (training) yang difasilitasi oleh pihak hotel tiap 1 tahun sekali. Keadaan ini berbanding terbalik dengan Restoran Bumi Nusantara. Kesimpulan dari sanitasi restoran tingkat atas adalah, hasil skor tingkat mutu/ laik hygiene sanitasi Restoran Sunrise Beach Hotel jauh lebih baik dibanding Restoran Bumi Nusantara.


Untuk restoran menengah, penelitian dilakukan pada tiga restoran, yaitu restoran sea food, Nanjung, dan rumah makan padang. Lokasi bangunan di restoran I, II, dan III tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran dan tidak berada pada jarak <100 meter dari sumber pencemaran. Restoran I, II, dan III tempatnya terpisah dengan rumah tinggal, tetapi pada restoran III terdapat suatu ruang istirahat untuk pekerjanya. Lantai, dinding, dan ventilasi ketiga restoran cukup baik, tetapi perlu dilakukan perbaikan karena pada bagian langit-langit terlihat adanya lubang atau bekas kebocoran air.

Sanitasi Rastoran Menengah Pencahayaan di restoran I dan II sudah sangat baik, sedangkan restoran III masih kurang pencahayaan. Hal ini disebabkan karena luas lahan dari restoran III jauh lebih kecil daripada restoran I dan restoran II. Ketiga restoran memiliki ketersediaan air bersih yang banyak. Akan tetapi, pembuangan air limbah dari ketiga restoran kurang diperhatikan. Selain itu, ketiga toilet tampak kurang bersih dan menghasilkan bau. Toilet pria dan wanita di restoran I dan II terpisah, sedangkan pada restoran III hanya ada 1 toilet. Banyaknya tempat sampah yang tersedia di ketiga restoran kurang mencukupi. Hanya terdapat 1 tempat sampah di satu ruangan. Jumlah tempat cuci tangan pada restoran I ada 2, pada restoran II ada 3, dan pada restoran III hanya ada 1.

Kondisi tempat cuci tangan sudah bersih, tersedia air cuci tangan yang mencukupi, tersedia sabun, dan jumlahnya mencukupi. Kondisi tempat mencuci peralatan pada ketiga restoran tidak terdiri dari 3 bilik. Pada restoran kelas menengah yang kami kunjungi, tidak terdapat loker karyawan atau peralatan pencegah masuknya serangga atau tikus. Secara keseluruhan, kondisi sanitasi pada ketiga restoran masih sangat kurang. Kami juga menemukan serangga, yaitu kecoa, pada restoran I. Kecoa merupakan serangga yang menjadi indikator bahwa suatu lingkungan tersebut tidak bersih. Bahan makanan yang diolah di dapur merupakan bahan-bahan segar yang langsung berasal dari hasil tangkapan nelayan untuk restoran seafood. Sebagian besar produk merupakan olahan dari hasil laut. Untuk ke-3 restoran, bahan makanan yang dipakai tidak terdaftar dalam Depkes. RI karena bahan makanan tidak bersal dari sumber yang resmi (swalayan misalnya). Pengolahan makanan dilakukan secara sederhana, tanpa memperhatikan hygiene untuk diri sendiri, seperti pakaian khusus untuk memasak, serta cara-cara memasak yang benar. Hal tersebut belum bisa diterpakan karena restoran merupakan tingkat menengah, dengan kebanyakan pegawai berasal dari penduduk setempat, yang belum mencicipi kelas kursus memasak. Makanan yang disajikan dalam kondisi yang panas, artinya bahan maknan baru akan diolah ketika ada pesanan yang masuk (untuk 2 restoran). Sementara itu, untuk RM Padang, makanan tidak disajikan dalam kondisi panas dikarenakan makanan telah disajikan terlebih dahulu tanpa dipesan oleh pelanggan. Akibatnya, makanan rentan terkena kontaminasi selama beberapa jam setelah makanan disajikan. Untuk personal hygiene ketiga restoran, pemilik RM Padang tidak memiliki sertifikat hygiene dan tidak pernah mengikuti kursus yang berkaitan dengan makanan ataupun pelayanan restoran dan RM Padang tidak memiliki karyawan atau tenaga kerja, hanya mengandalkan pemilik serta kerabat dari pemilik rumah makan tersebut.

20Â |


Restoran Nanjung dan seafood memiliki beberapa karyawan atau tenaga kerja, tetapi seluruh karyawan tidak memakai pakaian kerja khusus, tidak melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di restoran tersebut, dan personal hygiene mereka masih diragukan, melihat cara berpakaian dan perilaku saat bekerja. Hal tersebut dikarenakan restoran menengah tidak mematok harga yang terlalu tinggi / rendah dalam penjualannya, sehingga untung yang diperoleh pun juga tidak akan mampu memenuhi kebutuhan tersier (detail-detail) dari sanitasi restoran yang baik. Rumah makan ini terletak dipinggir pantai dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Bangunan rumah makan tersebut terbuat dari kayu dan seng yang terlihat sudah cukup rapuh. Terlihat di sekitar rumah makan ini terletak banyak gerobak milik nelayan dan beberapa diantaranya sudah tidak dipakai nelayan karena kondisi gerobak yang sudah rusak, namun gerobak-gerobak tersebut dibiarkan begitu saja serta terlihat juga beberapa sampah berserakan di sekitar rumah makan ini. Menurut pemilik dari rumah makan ini di sekitar kawasan tersebut memang tidak ada petugas kebersihan, sehingga sangat bergantung pada kepedulian warga yang tinggal di kawasan tersebut. Rumah makan ini pun tidak memiliki sumber air yang cukup baik, sebab tidak ada kamar mandi (toilet) di rumah makan tersebut, sehingga pemilik dan konsumen dari rumah makan ini hanya mengandalkan toilet umum yang letaknya pun cukup jauh dari letak rumah makan tersebut dan juga memanfaatkan air hujan untuk mencuci peralatan makan. Tempat penyimpanan makananpun sangat meprihatinkan, selain gelap, tempatnya pun terlihat kotor.

|Â 21

Sanitasi Restoran Tingkat Rendah Dari kedua tempat makan lokasi dan banggunan terletak pada jarak < 100 meter dari jalan raya berada pada arah angin dari sumber pencemar seperti debu, bau, asap, dan cemaran lainnya di pinggir pantai sehingga memungkinkan polusi masuk ke dalam rumah makan. Bangunannya semi permanen terbukadan didalamnya ada tempat tinggal. Kondisinya sangat tidak permanen lantainya tidak terbuat dari bahan yang bagus hanya beralaskan tanah. Pembagian ruang terdiri dari dapur, ruang makan, lapak makanan da nada kamar mandi darurat . Lantai dan dinding belum memenuhi persyaratan. Ketersediaan air bersih sudah mencukupi yaitu dari sumur dan PDAM. Tidak terdapat grease trap yaitu tempat penangkap lemak pada setiap tempat pencucian, baik pencucian bahan maupun tempat cuci peralatan. Saluran air limbah terbuat dari bahan kedap air dan dengan sistem yang tertutup. Air limbah dibuang begitu saja ke sungai ( muara sungai) disebelah warung makan. Kebersihannya terjaga dan tersedia air bersih yang cukup. Tempat sampah terdapat pada , di depan warung dan tempat cuci peralatan. Tempat sampah terbuat dari bahan anyaman bambu dan rotan dan tidak mempunyai tutup. Tempat cuci tangan ada satu dan itupun sebenarnya tempat mencuci piring. Pencucian peralatan hanya menggunakan air dingin. Mencuci di tempat bak yang terbuat dari beton yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan baskom-baskom sebagai tempat pembilasan. Menggunakan sumber air sumur yang disalurkan ke rumah makan dan saat menggunakan air sumur tidak terdapat larutan cuci hamanya, kalau ada bisa menimbulkan kontaminasi. Dalam pencegahan masuknya serangga dan tikus, rumah maka ini tidak menutup lubang ventilasi menggunakan kawat kasa ataupun teralis yang memungkinkan menjadi jalan masuknya serangga dan tikus.


Di rumah makan Sederhana tidak terdapat tulisan pesan-pesan hygiene sanitasi bagi penjamah/karyawan. Pada ruang makannya terbuka karena ini sifatnya warung makan terbuka di pinggir pantai, tempat peragaan makanan ada yang terbuka dan tertutup walaupun berada didalam ruangan.. Terdapat rak-rak untuk meletakkan bahan makanan, namun tidak sesuai ketentuan karena tidak digunakan sesuai mestinya. Penjamah makanan tidak memakai pakaian kerja dengan benar karena tidak memakai celemek ataupun penutup kepala bahkan ada penjamah makanan yang memakai aksesoris seperti gelang. Karena warung makan yang bersebaran di sepanjang pantai banyak sekali yang bersifat semi permanen sebaiknya kawasannya diintegrasikan kedalam bangunan yang lebih layak lagi. Perlu dilakukan usahan untuk menata kembali semua bangunan tersebut sehingga kelihatan lebih rapi. Untuk segi hygine makanan jadi tidak disimpan dalam tempat yang tertutup, ini memungkinkan kontaminasi pada makanan baik dari udara maupun vektor penyakit.

Makanan dan minuman yang akan disajikan kepada konsumen tidak di bawa secara tertutup, seharusnya menggunakan penutup untuk menghindari kontaminasi. Penjamah makanan yang sudah lama bekerja pernah mengikuti kursus (training) namun tidak mendapatkan sertifikat, sedangkan penjamah makanan yang baru bekerja belum pernah mengkuti training atau kursus. Penjamah makanan bagian pengolahan makanan tidak menggunakan seragam, tidak rapi, kurang bersih, tidak menggunkan celemek, dan tutup kepala. Sedangkan penjamah makanan bagian penyajian menggunakan seragam, bersih, rapi, tidak menggunakan celemek, dan tutup kepala. Penjamah makanan bagian pengolahan makanan tidak berperilaku bersih dan tidak berpakain rapi, sedangkan bagian penyajian makanan berpakaan rapi dan bersih. Penjamah tidak mencuci tangan sebelum bekerja.

Penjamah makanan kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan, tidak mengetahui pentingnya tempat penyajian makanan yang tertutup karena menurut mereka tempat yang bersih sudah cukup. Secara umum pengetahuan penjamah makanan tentang hygiene sanitasi dari segi makanan, penjamah, peralatan dan tempat masih kurang baik. Kesimpulan 1. Kategori rumah makan yang ada di Pangandaran adalah berdasarkan sanitasinya adalah: Kategori atas, menengah, dan bawah 2. Karakter dari rumah makan atau restoran di tingkat atas adalah letaknya yang berada di dalam hotel dan jauh dari jalan, sehingga bisa mengurangi masuknya kontaminan. Sedangkan bila restoran menengah,biasanya hampir sama dengan restoran tingkat atas, namun terjadi ketidaknyamanan pada fasilitas yang dipakai umum seperti kamar mandi. Pada rumah makan tingkat bawah, sanitasi yang dimiliki sanggat kurang, seperti tidak adanya toilet, tempat cuci tangan pun tidak ada. Saran 1. Sebaiknya rumah makan di berbagai tingkat kategori memperhatikan kualitas sanitasi 2. Sebaiknya pada setiap kategori rumah makan, terdapat toilet beserta tempat untuk mencuci tangab, agar kehigienisan dapat tetap terlaksana.


Persampahan  | 23

Hampir semua kegiatan manusia menghasilkan produk sampingan berupa sampah.Tidak terkecuali di objek wisata Pantai Pangandaran. Sampah di Pantai Pangandaran bersumber dari restauran, sampah hotel dan sampah rumah tangga yang dominan terdiri dari sampah organik. Sampah yang dihasilkan di Desa Pananjung dan Pantai Pangandaran bersumber dari kegiatan domestic (rumah tangga), perhotelan, restoran, aktivitas pasar, dan sampah alami. Jenis sampah yang secara umum ditemui di daerah sekitar pantai Pangandaran adalah sisa makanan, bagian tubuh ikan / seafood yang tidak bisa dikonsumsi lagi, kemasan makanan, kotoran hewan, dan dedaunan yang gugur.

Pengelolaan sampah di daerah pantai Pangandaran mengikuti system kumpul-angkut- buang seperti pada diagram yang dapat dilihat di samping. Masyarakat di daerah pantai Pangandaran memiliki tempat sampah sementara di setiap rumah dan biasanya akan dibuang sendiri ke TPS yang terletak di Pasar Pangandaran, di bagian Utara dari Semenanjung Pangandaran. Jenis penanganan sampah yang paling dasar adalah pewadahan sampah. Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya.


Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam penanganan berikutnya, khususnyadalam upaya daur-ulang. Di samping itu, dengan adanya wadah yang baik, maka bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat diatasi air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat kendalikan, pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari. Wadah sampah yang terdapat di Pantai Pangandaran umumnya berupa barel silinder ataupun keranjang anyaman. Wadah sampah berbentuk barel dinilai lebih efektif apabila dibandingkan dengan keranjang anyam karena dapat mengurangi bau dan mencegah terbentuknya lindi. Masyarakat ada yang menggunakan layanan pengangkutan sampah dengan membayar biaya retribusi namun tidak sedikit masyarakat yang mengantarkan langsung sampahnya ke TPS yang terletak di daerah Pasar Pangandaran. Biaya retribusi yang diberikan bervariasi dengan waktu pengumpulan yang bervariasi pula dari sekali setiap hari sampai sekali dalam tiga hari. Keterlambatan pengumpulan sampah dipengaruhi oleh banyaknya jumlah wisatawan yang datang berkunjung. Keterlambatan pengumpulan ini tentu menimbulkan permasalahan baru seperti bau dan air lindi dari sampah organik yang membusuk. Untuk mengatasi hal ini, tidak sedikit warga yang justru menangani sampahnya sendiri dengan cara membakar sampah.

Pembakaran sampah dilakukan langsung di depan pekarangan yang dapat mengganggu kenyamanan pengunjung dan mengakibatkan pencemaran udara. Perlakuan 3R yang terjadi di daerah Pantai Pangandaran hanya secara umum dilakukan oleh sektor informal yaitu oleh pemulung. Di sekitar pantai Pangandaran dapat ditemui beberapa orang pemulung yang mengambil sampah berupa botol plastik ataupun besi yang dapat dijual ke bandar atau pengepul. Tidak maksimalnya tindakan reduksi sampah menyebabkan beban sampah yang harus ditanggung oleh TPS dan TPA semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan wisatawan di Pantai Pangandaran. Unit pengolahan yang cocok untuk diterapkan di daerah pantai Pangandaran sesuai dengan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan adalah kegiatan composting atau pengolahan pakan ternak. Sisa dapur yang dihasilkan dari rumah warga, hotel, atau restoran apabila diproses dengan benar berpotensi untuk menjadi pakan rusa atau monyet yang banyak berkeliaran di sekitar pantai Pangandaran. Masalah utama yang muncul pada proses penanganan sampah di pantai Pangandaran adalah keberadaan Rusa dan Monyet yang dibiarkan di wilayah wisata. Hewan-hewan ini bebas berkeliaran dan sering kali mencari makanan di tempat sampah yang menyebabkan sampah berserakan.


moc.liamdnaebolgeht ::rebmuS

NARA

Salah satu tempat wisata yang terkenal dengan banyaknya rusa yang dibiarkan hidup di taman kota adalah Prefektur Nara, Jepang. Rusa-rusa ini menjadi ciri khas tersendiri. Meskipun Nara telah menjadi objek wisata yang terkenal dan mendapatkan banyak kunjungan turis setiap tahunnya, sangat sulit untuk menemukan tempat sampah di perfektur Nara, hal ini dilakukan untuk menghindari rusa-rusa tersebut memakan sisa makanan dan plastik pembungkusnya. Tempat sampah hanya dibuat di dalam bangunan yang terlindungi dari rusa. Para pengunjung bisa membeli biskuit untuk rusa-rusa tersebut yang banyak dijual di tepi jalan sekitar taman. Hal ini dapat ditiru untuk meningkatkan daya Tarik pantai Pangandaran.

|Â 25


Everything has BEAUTY, but NOT EVERYONE SEES it


AIRÂ LIMBAH Pantai Pangandaran yang pernah dinobatkan sebagai pantai terbaik di Pulau Jawa oleh AsiaRooms ini memiliki berbagai macam sarana dan prasarana diantaranya adalah hotel dan berbagai jenis penginapan, restoran, kamar mandi umum, dan kolam renang. Keindahan Pantai pangandaran kerap mengundang tanya tentang bagaimana pengelola Pantai Pangandaran menjaga dan melestarikan keadaan Pantai Pangandaran agar tetap indah karena limbah cair dapat dihasilkan dari berbagai sumber khususnya sarana dan prasarana tersebut. Bentuk limbah cair juga bermacam-macam, tergantung pada kegiatan yang menghasilkannya. Limbah cair yang dihasilkan harus ditangani dengan baik agar tidak merusak lingkungan. Observasi dilakukan pada hotel, restaurant/rumah makan, dan wc umum pada kawasan pantai timur, barat, serta belakang. Metode yang digunakan berupa wawancara serta observasi langsung dan diperoleh :

2

PANTAIÂ BARAT

1. Hotel Surya Kencana Seaside Hotel ini memiliki 4 buah septic tank untuk menampung dan mengolah air limbah toilet, air limbah laundry, dan air limbah hasil kegiatan mencuci piring. Tangki untuk menampung air limbah dari toilet dipisahkan dengan air limbah laundry dan hasil kegiatan mencuci piring. Tangki septik biasanya disedot selama 3 bulan sekali oleh pihak hotel. Selain itu, menurut3pernyataan manager hotel, air yang ditampung di selokan hanyalah air hujan. Sumber air hotel ini berasal dari sumur dan PDAM. Hotel ini juga memiliki 4 buah sumur yang berdasarkan observasi, sangat disayangkan jarak antara sumur dengan tangki septik cukup berdekatan dimana dapat mempermudah terjadinya kontaminasi sumber air oleh limbah di dalam tangki septik apabila terjadi kebocoran. 2. Sussan Guest House Penginapan ini memiliki 4 buah tangki septik yang digunakan untuk menampung air limbah yang berasal dari toilet dan air limbah hasil kegiatan cuci piring dimana air limbah toilet dan cuci piringnya dipisah. Proses penyedotan tangki septik dilakukan 4 dalam kurun waktu 3-6 bulan sekali. Menurut pengelola penginapan hal ini disebabkan karena jumlah pengujung yang fluktuatif atau hanya ramai di saat-saat tertentu saja. Sumber air bersih penginapan ini berasal dari sumur dan sangat disayangkan jarak antara sumur dengan tangki septik cukup dekat. 3. Toilet Umum Di pinggir pantai barat terdapat toilet umum yang penulis sebut sebagai Toilet 1. Toilet 1 terdiri dari 4 kamar mandi dengan luas masing-masing 80cmx150cm dan ketinggian plafon 220 cm. Di setiap kamar mandi terdapat kran, gayung, dan ember. Kondisinya cukup bersih namun cat pada dinding sudah mengelupas. Sumber air yang digunakan adalah air sumur dimana digunakan pipa-pipa menyalurkan air. Buangan air dari toilet dari toilet ditampung di tangki septik.. Terdapat dua tangki septik yang digunakan. Dari hasil pengamatan, jarak antara tangki septik dengan sumur cukup dekat. Hal ini berpotensi terjadinya pencemaran sumur oleh 5 tangki septik. Sebaiknya sumber air dan tangki septik diletakkan berjauhan untuk mencegah terjadinya pencemaran. Tidak jauh dari toilet 1, terdapat toilet 2 yang letaknya di dekat jalan raya. Toilet ini terdiri dari 3 kamar mandi. Masing masing kamar mandi memiliki wc, ember, kran dan tempat sampah. Sama halnya dengan toilet 1, toilet ini mengambil air dari sumur dan menyimpan air limbahnya di tangki septik untuk kemudian disedot.


2 4. Rumah Makan Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik rumah makan Kristi, didapatkan keterangan bahwa rumah makan Kristi memiliki dua buah tangki septik yang digunakan dalam penampungan air limbahnya. Tangki septik tersebut digunakan masing-masing untuk limbah dari kamar mandi atau toilet dan limbah hasil kegiatan dapur. Tangki septik tersebut berada dibawah meja makan yang ada diruang tengah dan yang satunya lagi berada dibawah kamar. Jarak antara kedua tangki septik tersebut cukup berdekatan karena luas dari rumah makannya yang tidak begitu besar sehingga memaksa untuk dibuatnya tangki septik yang berdekatan. Setiap 3 bulan sekali tangki septik tersebut disedot oleh petugas kebersihan. Sebaiknya, Jarak kedua tangki septik yang berdekatan perlu diperbaiki atau dipindahkan karena tangki septik yang berfungsi untuk menampung limbah domestik 3 manusia bisa mencemari tangki septik yang satunya lagi bila terjadi rembesan air. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik rumah makan Sago, dijelaskan bahwa rumah makan tersebut memiliki dua buah tangki septik yang digunakan untuk penanganan air limbahnya. Satu tangki septik digunakan untuk limbah toilet sementara yang satunya lagi digunakan untuk limbah dapur seperti air cucian dan air bekas masakan. Pemilik rumah makan tersebut menyatakan bahwa ia sudah memiliki izin dalam pembuatan tangki septiknya dan sudah sesuai regulasi. Tangki septik tersebut disedot setiap 3 bulan sekali. Salah satu tangki septik berada di dekat kamar mandi sedangkan yang satunya lagi berada di dekat pintu masuk. Adapun sumber air dari rumah makan tersebut berasal dari sumur bor dan bukan dari PDAM.

PANTAIÂ TIMUR 4 Observasi di kawasan Pantai Timur Pangandaran dilakukan dengan pengamatan dan wawancara mengenai sanitasi terkait septic tank dan saluran serta pipa-pipa yang mengalir yang berasal perumahan warga dan hotel. Dari hasil wawancara kepada beberapa narasumber mengenai sanitasi pesisir, didapat bahwa pengetahuan warga mengenai sanitasi pesisir masih kurang, terlihat saat ditanya mengenai saluran dan pengolahan buangan domestik, banyak yang tidak tahu. Meskipun pengetahuan masyarakat mengenai sanitasi pesisir kurang, tetapi saat melakukan observasi, didapat suatu tangki pengolahan yaitu septic tank biorich yang akan ditanam di bawah tanah pada suatu gedung yang sedang dibangun. Hal tersebut menandakan bahwa ada upaya untuk mengolah air buangan domestik melalui teknologi tersebut. Tangki tersebut digunakan untuk mengolah limbah domestik seperti urin dan tinja untuk diolah secara kimia dengan ditambahkan desinfektan untuk membunuh bakteri berbahaya dan penjernih agar air yang dibuang ke laut memenuhi standar limbah buangan. Saat melakukan observasi tentang saluran buangan domestik, yang terlihat adalah air buangan domestik dari rumah-rumah warga langsung mengalir pada saluran buangan domestik (sewarage) dan drainase masih menyatu. Air buangan dari rumah warga kemudian mengalir menuju ke saluran yang akhirnya bermuara di laut.

5


BELAKANGÂ PANTAI 1. Toilet Umum Di objek wisata bagian belakang Pantai Pangandaran terdapat banyak tempat kamar mandi umum yang diperuntukan untuk pengunjung dan warga sekitar. Salah satu WC Umum yang diobservasi adalah WC umum yang ada di Jalan Kalen Buaya. Menurut pengelola, semua WC umum yang didirikan oleh para warga sekitar memiliki ketentuan-ketentuan seperti harus membuat septic tank sebagai tempat pembuangan akhir dimana aliran pembuangan dari tiap kamar mandi dibuang secara langsung dengan sistem perpipaan menuju ke septic tank yang dibuat di sekitar WC umum tersebut. Pada WC umum yang diobservasi septic tank ditutupi oleh konstruksi berbahan semen dan diatasnya ditutupi lagi oleh dipan dari bambu yang digunakan oleh pengunjung untuk duduk, WC sedikit berbau, tidak dipisahkan antara WC khusus laki-laki dan perempuan, dinding WC umum terbuat dari material seng dan triplek, lantai WC umum ini terbuat dari materil semen yang keras tanpa diberi keramik sebagai alas, dan sumber air yang digunakan berasal dari sumur yang letaknya sangat berdekatan dengan septic tank. Limbah yang dibuang dari WC umum merupakan limbah hasil buangan metabolisme dari manusia, limbah hasil dari aktivitas mencuci yang menggunakan deterjen sebagai bahan pencuci, dan lain sebagainya. Hasil buangan metabolisme dari manusia mengandung banyak mikroorganisme patogen seperti E. coli, Salmonella, Shigella, dan lain-lain. Selain itu juga mengandung senyawa-senyawa seperti sulfur, amonia, urea, dan lain-lain. Bakteri-bakteri patogen apabila mencemari sumber air bersih dan digunakan oleh manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, thypus, penyakit kulit dan lain sebagainya.

4

2

5

3 2. Rumah Makan Restoran di kawasan obyek wisata Pantai Pangandaran sangat bervariasi dan menyajikan berbagai macam masakan yang didominasi oleh seafood. Dari tempat-tempat makan yang kami observasi yaitu restoran Mega Laut dan rumah makan X, semua restoran tersebut membuang limbah hasil cuci piring melalui pipa menuju ke selokan di depan restoran. Sedangkan limbah dari kamar mandi dibuang ke septic tank. Limbah hasil cuci piring yang dibuang tidak diolah terlebih dahulu. Limbah yang dibuang mengandung zat surfaktan sebagai bahan pencuci piring dan zat organik yang berasal dari pencucian bahan makanan atau bekas-bekas makanan yang terbawa ke saluran dari tempat cuci piring. Limbah organik merupakan limbah yang paling dominan dihasilkan oleh restoran. Limbah organik yang tanpa diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Limbah organik mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit misalnya bakteri E. coli yang menyebabkan diare. Limbah organik pada keadaan anaerob (kondisi tidak adanya O2) akan teroksidasi dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

SARAN 1. Perlu adanya suatu sosialisasi mengenai sanitasi pesisir terhadap warga yang bertempat tinggal di kawasan Pantai Pangandaran 2. Perlu adanya pengolahan lebih lanjut mengenai air buangan domestik, seperti sewarage dan drainase yang terpisah. 3. Perlu pengolahan air buangan domestik secara komunal, agar air buangan domestik dari rumah-rumah warga dapat diolah dan ketika dibuang ke laut tidak mencemari ekosistem laut 4. Jarak kedua tangki septik yang berdekatan dan terlalu dekat dengan sumber air perlu diperbaiki atau dipindahkan.

|Â 29


DRAINASE


Pantai Pangandaran merupakan salah satu obyek wisata alam berupa pantai dan cagar alam di pinggir pantai. Pantai Pangandaran berada pada kedalaman 0-20 m di bawah permukaan laut. Pembagian wilayah di Pangandaran adalah 50% merupakan wilayah Datar, 35% wilayah bukit dan 15% kawasan pegunungan. Adapun luas Pananjung menurut UU no.21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran, ditaksir sekitar 1000 hektar.

Untuk menunjang seluruh kegiatan masyarakat di Pangandaran, infrastruktur drainase merupakan infrastruktur vital yang harus diperhatikan. Drainase berfungsi untuk mengalirkan air hujan sehingga air hujan tidak menggenangi jalan raya. Sayangnya objek wisata Pangandaran belum memiliki sistem drainase yang baik. Masih ditemukan drainase yang tidak layak digunakan karena tersumbat oleh sampah dan telah ditumbuhi tanaman liar. Saluran drainase yang terdapat di bawah hotel yang merupakan tempat menginap wisatawan tidak layak digunakan karena sudah tersumbat oleh sampah dan terdapat endapan yang cukup banyak sehingga tumbuh tanaman liar. Air mengalami kesulitan untuk mengalir dari tempat tinggi menuju tempat rendah Karena terhalang sampah dan tanaman liar. Sumbatan saluran drainase inilah yang dapat menyebabkan banjir ketika musim hujan tiba. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan banjir karena air tersumbat, tetapi juga dapat menjadi sumber penyakit karena genanngan air disertai tumpukan sampah akan membawa bibit penyakit yang berbahaya. Bibit penyakit ini bisa berimbas pada kesehatan masyarakat sekitar dan wisatawan yang menginap di hotel tersebut. Selain itu, Pantai Pangandaran bagian timur merupakan wilayah yang dikhususkan untuk kegiatan nelayan sehingga banyak terdapat permukiman nelayan yang langsung berbatasan dengan pantai. Beberapa saluran drainase bermuara ke pesisir pantai seperti terlihat pada gambar 3.2. Saluran ini menyalurkan segala jenis air yang masuk kedalam selokan baik itu air limbah rumah tangga, air hujan, maupun air hasil mencuci hasil laut yang berhasil ditangkap. Namun aliran air masih dihambat oleh bebatuan besar yang saling berdekatan satu sama lain sehingga aliran air drainase menuju pantai ada yang tertahan pada satu sisi bebatuan dan menimbulkan genangan. Beberapa saluran drainase sengaja ditutup untuk akses jalan. Ada juga beberapa pedagang yang sengaja membuka lapak mereka diatas saluran drainase.

|Â 31

Bahkan lapak mereka menutupi bagian atas saluran drainase.Terdapat pedagang sawo yang berjualan di atas saluran drainase dan beberapa meter setelahnya terdapat warung yang juga dibangun di atas saluran drainase. Di beberapa tempat terdapat yang banyak dilalui orang, drainase dipenuhi sampah yang dibuang oleh masyarakat maupun wisatawan. Salah satu penyebabnya adalah tidak ada tempat sampah di jalan-jalan umum sehingga wisatawan langsung membuang sampah di sembarang tempat. Namun hal ini juga berkaitan dengan kesadaran pribadi untuk membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan. Dalam tata ruang, drainase berperan penting untuk mengatur pasokan air demi pencegahan banjir. Drainase juga bagian dari usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, terutama untuk di daerah yang sangat dekat badan air payau dan asin seperti Pangandaran. Manajemen sampah yang tidak baik dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase, yang berakibat meluapnya air akibat berkurangnya debit yang dapat ditampung dan disalurkan oleh drainase. Peran Aktif masyarakat sangat menentukan keberlangsungan sistem drainase yang digunakan. Dikutip dari Permen PU Nomor 12 /PRT/M/2014 bahwa peran aktif masyakarat yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. menyediakan Sumur Resapan, Kolam Tandon, Kolam Retensi, sesuai dengan karakteristik kawasan, b. mencegah sampah dan air limbah masuk ke saluran, c. melakukan Pemeliharaan dan pembersihan drainase lokal di lingkungannya, d. mencegah pendirian bangunan di atas saluran dan jalan inspeksi, e. mengelola sistem drainase kawasan secara swadaya, f. menyampaikan informasi tentang penanganan drainase kepada pemerintah kabupaten/kota.


Secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi drainase di daerah Pantai Pangandaran belum baik. Masih minimnya kesadaran warga maupun turis yang mengunjungi Pantai Pangandaran untuk menjaga fasilitas drainase adalah salah satu penyebabnya. Dibutuhkan ketegasan hukum untuk pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab karena dampaknya adalah timbul banyak kerugian. Kerugian yang dirasakan langsung antara lain penyakit dan rasa tidak nyaman atau estetika yang kurang.

1

2

3

Keadaan buruk pada sistem drainase di sekitar Pantai Pangandaran membutuhkan perhatian dari berbagai pihak untuk menanggulanginya. Pemberian pendidikan dan penyuluhan terkait drainase dan sanitasi dirasa menjadi solusi yang paling tepat sebagai langkah awal untuk menyelesaikan masalah ini. Keterangan gambar: 1. Pedagang berjualan di atas drainase 2. Kondisi drainase di dekat hotel 3. Jalur drainase yang dibuat di pantai

32Â |Â


LOOK DEEP INTO NATURE


THEN YOU WILL UNDERSTAND EVERYTHING

BETTER


REKOMENDASI INFRASTRUKTUR SAMPAH YANG HARUS DIPERBAIKI

Seperti kenyataan di Indonesia pada umumnya, tempat sampah hanya seperti gundukan terbuka kumpulah sampah. binatang sperti kucing dan rusa sering mengobrak - abrik sehingga lingkungan menjadi kurang estetis dan berpotensi menurunkan tingkat sanitasi sertamenambah vektor penyakit. MEMPERBAIKI MANAJEMEN HUTAN LINDUNG DAN CAGAR ALAM

Rusa seharusnya tinggal di area hutan lindung. kenyataannya rusa berkeliaran di daerah wisata, mengobrak - abrik sampah untuk mencari makanan, tinggal di bangunan lama, atau konstruksi bangunan. sebaikna pengelola lebih peduli terhadap hewan yang seharusnya dilindungi dan dipelihara dengan baik di cagar alam. PENGELOLA ATAU PEMERINTAH HARUS TEGAS DALAM MENGELOLA SAMPAH

Melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat untuk memilah sampah ke dalam setidaknya dua jenis tempat sampah atau lebih. MENGADAKAN KERJA SAMA YANG SINERGIS ANTAR KEMENTRIAN

setiap kementrian memiliki hubungan satu sama lain sehingga semuanya saling mempengaruhi. Maka dari itu diperlukan visi yang jelas untuk menyatukan langkah bersama.

|Â 35


DIADAKANNYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA ASPEK PERATURAN, INSTITUSI, DAN TEKNIS

PERATURAN

Adannya regulasi yang baik dan jelas dan tidak ambigu terkait pariwisata di daerah Pangandaran. Diadakannya peraturan mengenai pengelolaan sampah yang baik khususnnya di daerah pariwisata Pangandaran agar estetika dan sanitasi terjaga INSTITUSI

Pendekatan dari aspek institusi dibutuhkan untuk pengelolaan lingkungan seperti pengangkutan, pemanfaatan, dan pembuangan akhir dari limbah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarkat di Pangandaran

GREEN CANYON

www.javasbeauty.com

CAGAR ALAM

mypangandaran.com

PERATURAN

Pendekatan dari aspek teknis dapat dilakukan dengan membangunan jalan baru dan dapat juga dibuat jalan yang mengelilingi daerah pinggir Pangandaran agar wisatawan dapat menikmati pemandangan keindahan pantai Pangandaran dengan kendaraan maupun berjalan kaki. Pembuatan kompos dari kotoran hewan di sekitar cagar alam dan sampah organik lainnya. Perbaikan sanitasi dan kamar mandi di sekitar pantai dengan system pengelolaan limbah yang baik.

PANTAI BARAT

PANTAI TIMUR

travelpangandaran.com wiranurmansyah.com

 36 |


It is our DUTY

A

to S

A

BE

'

VE environment s

UTY



RUMAH POTONG HEWAN


Sumber air di RPH (Rumah Potong Hewan) berasal dari sumur artesis sedalam 100 meter di bawah tanah yang diambil menggunakan pompa. Kelihatannya tidak ada masalah dalam sumber air karena saat diwawancara, pengurus RPH mengaku tidak mengalami kesulitan dalam ketersediaan air. Hal ini salah satunya disebabkan karena karena masih banyak lahan terbuka yang kosong sehingga daerah resapan air masih luas. Ketersediaan air juga didukung oleh banyaknya tanaman dan pohon yang mengikat air agar tidak langsung terlimpas ke saluran drainase.

Pengurus RPH selaku narasumber menyatakan bahwa sumur milik mereka masih memiliki banyak cadangan air dan bisa digunakan sebebas mungkin. Sayangnya dengan kelimpahan air yang ada, mereka hanya membersihkan kandang satu hari sekali di pagi hari, sementara idealnya kandang dibersihkan setiap sapi selesai membuang air.

tidak cocok untuk dijadikan air minum.karena berwarna (tidak jernih).

Dari segi fisik, air yang digunakan oleh RPH berwarna kuning dan hijau gelap. Mungkin disebabkan oleh lumut atau organisme air yang berwarna hijau. Namun bisa dipastikan air tersebut

Karena kandang yang hanya dibersihkan sehari sekali, banyak sapi dan anak sapi yang berlumuran kotorannya sendiri.

Saluran yang digunakan untuk menyalurkan limbah kotoran sapi tidak memiliki aliran yang baik sehingga limbah tergenang di saluran dan mengundang lalat sehingga membuat lingkungan menjadi kotor.


LAMPIRAN



SUSUNAN PANITIA KULIAH LAPANGAN SANITASI MAKANAN Semester Ganjil 2015/2016

Kelas Ganesha

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS. Kelas Jatinangor Ketua Kelas : Afriana Maharani Puteri Sekretaris : Rohma Toeyiba & Ayuninda Agusandra Bendahara : Roidah Zihni Adzani Kelas Ganesha Ketua Kelas : Faisal Fathoni Sekretaris : Irma Yanti Sepnadi Bendahara : Nova Panggabean Editor : Dhany Alif Prakoso Khalida W Rahadi

DAFTAR NAMA MAHASISWA KULIAH LAPANGAN SANITASI MAKANAN Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Kelas Jatinangor

*BI = Biologi

*BI = Biologi

Kelas Ganesha


*TL = Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.