LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
LAPORAN SURVEI
KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE Thamrin Husain & Fathy Inat Alhadar
Research & Training Center DIAHI Maluku Utara Ternate, 2012 Rumah Damai : Jl. Kayu Manis, Tabahawa, Kelurahan Salahuddin, Ternate, Maluku Utara. www.diahi.or.id, pusatdiahi@gmail.com
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
0
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat kesehatan, keafiatan dan kejernihan pikiran sehingga laporan hasil survei ini dapat diselesaikan. Salawat dan Salam senantiasa dihaturkan kepada Rasul pilihan Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam pemberi syafaat kepada Ummat yang cinta kepadanya dan juga keluarganya di hari pembalasan.
Survei kebutuhan dasar perempuan pelaku usaha mikro-kecil di Kota Ternate ini dilakukan oleh DIAHI Maluku Utara kerja sama dengan Oxfam Hong Kong. Survei ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran nyata kebutuhan utama pelaku usaha perempuan dalam menjalankan usaha di Kota Ternate, Maluku Utara.
Hasil survey ini sekaligus sebagai masukan untuk DIAHI PEKA Maluku Utara (program pengembangan ekonomi rakyat) dan diharapkan bermanfaat untuk semua kalangan yang mencurahkan perhatiannya dalam upaya memperjuangkan hak-hak perempuan sekaligus membangun dan menguatkan ekonomi rakyat khususnya di Kota Ternate dan Maluku Utara umumnya.
Wassalam. Ternate, Oktober 2012 TTD, Tim Peneliti
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
1
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
BAB I Pendahuluan
Indeks Kesenjangan Jender yang merupakan salah satu cara untuk mengukur Indeks Pembangunan Manusia pada Tahun 2011 menggambarkan ketidaksetaraan berbasis jender dalam dimensi kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan kegiatan ekonomi. Indonesia dilaporkan berada pada posisi 100 dari 146 negara pada indeks kesenjangan jender. Ambil contoh mengenai partisipasi perempuan dalam parlemen yang hanya mencapai 18 persen dari 30 persen yang ditargetkan. Atau capaian pendidikan menengah dan tinggi yang diraih perempuan dewasa sejumlah 24.2 persen dibandingkan laki-laki dewasa 31.1 persen, sedangkan dari sisi tenaga kerja, partisipasi perempuan sebesar 52 persen, adapun laki-laki 86 persen (Kompas, Jumat 18/11/2011). Namun, dibalik kesenjangan jender yang nampak tadi, posisi perempuan sebagai pendongkrak perekonomian tetap nyata di masyarakat. Dalam pameran berskala ASEAN dengan tema� Memberdayakan Wanita dalam Inovasi dan Kreativitas� di Jakarta Covention Center, 17-20 November 2011 yang menampilkan berbagai produk yang dihasilkan wanita Indonesia disebutkan bahwa keterlibatan perempuan saat ini dalam mengelola UMKM mencapai 39 persen atau 22.99 juta unit, kata Deputi Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Neddy Rafinaldy (Kompas, Jumat 18/11/2011). Hasil Pendataan yang dilakukan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Centre Kota Ternate pada bulan Februari hingga Maret 2007 menyebutkan bahwa pelaku usaha mikro kecil dan menengah terutama di sektor industri rumah tangga didominasi oleh kaum perempuan. Data tersebut dapat ditelaah melalui keberadaan pemimpin usaha mikro kecil dan menengah di Kota Ternate yang didominasi oleh kaum perempuan sebesar 54% (persen) dan laki-laki sebesar 46% (persen). Dominannya keterlibatan perempuan dalam sektor perdagangan juga didorong oleh beberapa aspek penting diantaranya, melonjaknya harga kebutuhan pokok seiring kenaikan harga BBM, Gaji suami yang berstatus PNS sangat pas-pasan, jajanan anak sekolah perhari yang terbilang cukup merobek kantong, serta biaya kesehatan terutama obat-obatan yang tidak pernah turun. DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
2
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
Beberapa aspek tersebut mau tidak mau mendorong keterlibatan perempuan untuk membantu keuangan keluarga melalui usaha rumah tangga. Sejalan dengan hasil pendataan UMKM Centre Kota Ternate, DIAHI Maluku Utara atas dukungan Oxfam Hongkong telah melaksanakan Program Pengembangan Ekonomi Kerakyatan yang dimulai sejak tahun 2008 hingga 2011. Program ini mengasumsikan bahwa salah satu cara yang mungkin ditempuh guna mewujudkan perdamaian antar komunitas sosial dan agama di wilayah Provinsi Maluku Utara yang pernah mengalami konflik sosial pada tahun 1999 adalah pendekatan ekonomi tanpa menafikan pendekatan hukum, politik dan lainnya. Dan selama tahun tersebut, dana yang tersalurkan ke anggota DIAHI yang melakukan pinjaman sebesar Rp.952.400.000,-. Dana tersebut disalurkan melalui PT BPR Malifut Danatama sebesar Rp. 527.500.000,- dan melalui RUMAH DAMAI sebesar Rp.424.900.000. untuk 165 mitra yang terdiri dari 93 orang laki-laki dan 72 orang perempuan. Untuk mendukung keterlibatan pelaku usaha perempuan dalam berdagang, maka dibutuhkan data mengenai kebutuhan dasar yang menjadi prioritas perempuan dalam berusaha baik ukurannya secara kuantitatif berupa jumlah modal, ketersediaan bahan baku, jumlah tenaga kerja, maupun ukuran kualitatif seperti sertifikasi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia, mutu bahan baku yang diproduksi, sehatnya iklim berusaha yang dijamin oleh Pemerintah Daerah dan lainnya yang nanti didefenisikan sendiri oleh pelaku usaha perempuan. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai kebutuhan dasar pelaku usaha perempuan tersebut, diperlukan survei yang melibatkan pelaku usaha perempuan itu sendiri sebagai responden.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
3
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
BAB II Kerangka Teori
Teori hirarki kebutuhan yang disampaikan oleh Abraham Maslow paling sering menjadi rujukan dalam menggambarkan tingkatan kebutuhan manusia. Daram survei ini, hirarki kebutuhan Maslow akan memberikan gambaran awal fenomena yang melekat pada pelaku usaha perempuan sektor mikro-kecil di Kota Ternate. 2.1. Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow Kebutuhan manusia dapat dijelaskan melalui piramida Maslow. Secara berjenjang Maslow membagi tingkatan kebutuhan manusia menjadi 5 tahapan: (1) Kebutuhan fisiologis (Physiological). Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. (2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs). Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya. (3) Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging needs). Saat kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu. Kebutuhan lanjutan menurut Maslow adalah (4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Maslow membagi dua jenis dalam kebutuhan ini; pertama, Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Kedua, higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior. Jenjang terakhir dalam hirarki kebutuhan Maslow adalah (5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization). Jenis DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
4
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. (Wikipedia Indonesia : 2012) Berangkat dari hirarki kebutuhan Maslow ini, perempuan yang berada dalam sektor usaha mikro-kecil merupakan representasi kebutuhan fisiologis dan Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs). Usaha yang dijalankan sekadar untuk bertahan hidup memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan selanjutnya, setelah terpenuhinya kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan rasa aman dan perlindungan. Dalam budaya patriarki ruang gerak perempuan dibatasi oleh sejumlah nilai yang beredar di dalamnya: anggapan bias seperti inferior dan lain sebaginya yang dilekatkan pada perempuan ikut mempengaruhi lingkungan bisnisnya. 2.2. Definisi Usaha Mikro-Kecil -Menengah Prof Muhammad Yunus secara eksplisit menunjuk pada kekeliruan menganggap pengusaha (entrepreneur) yang bermodal sebagai “kunci� kemajuan ekonomi suatu bangsa, yang tanpa cacat, dan harus “dipuja-puja (Mubyarto : 2004) kenyataannya, saat terjadi krisis ekonomi 1997, kelompok usaha mikro, kecil dan menengah justeru memiliki fleksibilitas sekaligus daya tahan yang kuat (Manggara Tambunan dalam Sulaeman : 2004). Bahkan, jumlah usaha ini terus mengalami peningkatan dan memberikan kontribusi berarti bagi penyerapan tenaga kerja. Hal ini menandakan begitu strategisnya usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomiaan nasional karena menjadi tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hingga tahun 2009, koperasi dan UKM di Maluku Utara telah menyerap 371.405 tenaga kerja atau 20,28 persen dari jumlah tenaga kerja. Jumlah tersebut terserap di bidang unit usaha pertanian, industri, perdagangan dan transportasi. Usaha Mikro (UM) adala usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dengan penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil) Usaha Kecil (UK): Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi; bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Besar; Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. (Menurut UU No. 9/1995, tentang Usaha Kecil). Berdasarkan Kepmenkeu 571/KMK 03/2003 : selama satu tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran brutto dan atau penerimaan brutto tak lebih dari 600 juta. Usaha Menengah : Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi; Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Besar; Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai dengan Rp. 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. (menurut Inpres No. 10/1999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah) DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
5
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
BAB III Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989:1). Penelitian survey adalah jenis penelitian kuantitatif. 3.2. Sampel dan populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha perempuan yang berada dalam klasifikasi mikro-kecil dan menengah yang melakukan usaha di wilayah Kota Ternate berjumlah 1000 orang. Adapun sampelnya berjumlah 400 orang. Survei memiliki margin error +/- 5% pada tingkat kepercayaan 95%. Menurut Yamane, bila ukuran populasi sekitar 1.000 dapat digunakan sampel sebesar 286 orang dengan tingkat kepercayaan 95%. (Yamane, 1967:398-399) dalam Elementary Sampling Theory, Englewood Clifts, Prentice Hall. 3.4. Teknik Penarikan Sampel Sampel dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling atau sampel acak sederhana. Sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda-beda pula. Jelasnya, sampel acak sederhana itu merupakan sampel kesempatan (probability sampling), sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara obyektif. Terpilihnya tetap satuan elementer ke dalam sampel itu harus benar-benar berdasarkan faktor kebetulan (chance), bebas dari subyektifitas si peneliti atau orang lain. Ada dua cara yang digunakan dalam memilih sampel acak sederhana, yaitu melalui undian dan melalui table angka acak. Untuk penelitian ini kami menggunakan teknik undian. (Singarimbun dan Effendi, 1989:155-156). DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
6
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
Dengan menggunakan teknik acak sederhana, sampel akan dipillih dari populasi pengusaha mikro kecil dan menengah yang melakukan usaha di wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Semua sampel adalah sampel homogen sehingga penggunaan cara undian dalam menentukan sampel secara acak dapat dimungkinkan.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
7
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
BAB IV Profil Responden 4.1. Usia Responden
Usia para pelaku usaha perempuan yang disurvei rata-rata berada dalam usia produktif yakni antara usia 25-50 tahun. Untuk usia 25 sampai 29 tahun terdapat 41 orang responden atau 10.25%. Untuk usia 35-39 tahun terdapat 72 responden atau 18.00%. Untuk usia 30-34 tahun terdapat 77 responden atau 19.25%. Untuk usia 40-44 tahun terdapat 78 responden atau 19.50%. Untuk usia 45-49 tahun terdapat 27 responden atau 6.75%. Sedangkan untuk usia 50-54 tahun terdapat 44 responden atau 11.00%. Adapun untuk usia 55 sampai 64 tahun sebanyak 48 responden atau 12%, dan usia di bawah 25 tahun hanya 11 responden atau 2.75%. Data selengkapnya dapat dicermati pada diagram di bawah ini:
4.2. Suku Dari 400 responden yang disurvei, sebanyak 128 responden atau 32% pelaku usaha perempuan berasal dari suku Ternate. 13.00 persen atau 52 orang responden dari suku Jawa, 11.50 persen atau 46 orang responden dari suku Makian, 9.50 persen atau 38 orang responden dari suku Gorontalo/Sulawesi Utara, 7.50 persen atau 30 orang responden dari suku Makassar, 4.75 persen
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
8
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
atau 19 orang responden dari suku Tidore, 4.50 persen atau 18 orang responden dari suku Kayoa, 3.00 persen atau 12 orang responden dari suku Jailolo, 2.25 persen atau 9 orang responden dari suku Ambon, 2.00 persen atau 8 orang responden dari suku Tobelo, 1.75 persen atau 7 orang responden dari suku Morotai, 1.75 persen atau 7 orang responden dari suku Buton, 1.75 persen atau 7 orang responden dari suku Bacan, 1.50 persen atau 6 orang responden dari suku Sanana, 1.50 persen atau 6 orang responden dari suku Arab, dan 1.75 persen atau 7 orang responden tidak menyebutkan asal suku secara jelas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
4.3.
Pendidikan
Tingkat pendidikan para pelaku usaha perempuan pun bervariasi mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Sebanyak 123 responden atau 30.75 persen memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum. 122 responden atau 30.50 persen adalah sarjana strata satu, 91 orang responden atau 22.75 persen memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama, 37 orang responden atau 9.25 persen memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar, 12 orang responden atau 3.00 persen adalah Sarjana Strata Dua, sedangkan 15 orang lainnya tidak menjawab. Data selengkapnya dapat dicermati pada grafik di samping ini. DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
9
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
4.4. Aset Usaha Adapun asset usaha yang dimiliki para pelaku usaha perempuan mulai dari 1 juta sampai lebih dari 10 juta rupiah. Sebanyak 33.75 persen atau 135 orang responden memiliki asset kurang dari 1 juta rupiah, 29.75 persen atau 119 orang responden memiliki asset antara 1-5 juta rupiah, 8.25 persen atau 33 responden memiliki asset antara 6-10 juta rupiah, 16.75 persen atau 67 orang responden memiliki asset lebih dari 10 juta rupiah, sedangkan 11.50 persen atau 46 responden tidak menjawab jumlah asset yang mereka miliki. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
4.5. Pendapatan Perhari Dari aspek pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha perempuan sehari-hari, sebanyak 12% atau 48 responden memperoleh pendapatan kurang dari Rp. 50.000, 38.50% atau 154 responden memperoleh pendapatan Rp.50.000Rp.150.000, dan 48.25% atau 193 responden memperoleh pendapatan lebih dari Rp.150.000.-Selebihnya 1.25% atau 5 orang tidak menjawab secara pasti.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
10
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
4.6. Sektor Usaha Di sektor usaha, para pelaku usaha perempuan terbagi dalam 3 sektor utama yaitu, 48.75% atau 195 responden di sektor perdagangan, 46.25% atau 185 responden di sektor makanan olahan, 3.50% atau 14 responden di sektor Jasa dan 1.50% atau 6 responden tidak memberikan jawaban secara tegas.
4.6. Jenis Usaha Dari aspek jenis usaha, sebanyak 77 responden atau 19.25% pelaku usaha perempuan menekuni usaha dagang kue, 17.50 persen atau 70 responden menekuni uasaha dagang bawang, rica, dan tomat, 15.00 persen atau 60 responden menekuni usaha makanan, 12.50 persen atau 50 responden menekuni usaha air guraka dan pisang goreng, 7.50 persen atau 30 responden menekuni usaha gorengan, 5.50 persen atau 22 responden menekuni jual beli HP/pulsa, 5.00 persen atau 20 responden menekuni usaha depot Bensin, 3.00 persen atau 12 responden menekuni usaha penjualan ikan. 2.75 persen atau 11 responden menekuni usaha makanan lokal ( popeda sagu/ubi), 2.50 persen atau 10 responden menekuni usaha penjualan sayur, 1.75 persen atau 7 responden menekuni usaha sebagai penjahit, 1.25 persen atau 5 responden menekuni usaha warung sembako. Selanjutnya, 0.75 persen atau 3 responden menekuni usaha penjualan buah, 0.75 persen 3 responden lainnya menekuni usaha pangkas rambut, 0.50 persen 2 responden menekuni usaha laudry, 0.50 persen 2 responden menekuni usaha pembuat sagu, 0.25 persen 1 responden penjual minuman teh, 0.25 persen 1 responden lainnya menekuni usaha Ojeg, 0.25 persen 1 responden juga menekuni usaha penjual kenari, 0.25 persen 1 responden lainnya juga menekuni usaha sebagai penjual sagu, 0.25 persen 1 responden yang lain menekuni usaha sebagai penjual telur, 0.25 persen 1 responden yang lain juga menekuni usaha sebagai pekerja salon, sedangkan 1.75 persen 7 responden tidak memberikan jawaban secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini, DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
11
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
Gravik Jenis Usaha
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
12
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
BAB V Pembahasan
5.1. Waktu Usaha Para pelaku usaha perempuan yang berdagang di Kota Ternate memiliki beragam pengalaman, salah satunya dari aspek waktu. Hasil survey menunjukkan bahwa sebanyak 60.50% atau 242 responden merupakan pelaku usaha perempuan yang baru menekuni usaha kurang dari lima tahun, 23.25% atau 93 responden telah menekuni usaha antara 5-10 tahun, 12.25% atau 49 responden telah menekuni usaha antara 11-15 tahun, 1.75% atau 7 responden telah menekuni usaha antara 16-20 tahun, 1.50% atau 6 responden telah menekuni usaha antara 21-25 tahun, serta 0.50% atau 2 responden telah menekuni usaha lebih dari 25 tahun. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
13
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.2. Perlakuan tidak adil Selama menjalankan usaha, para pelaku usaha perempuan yang berdagang di Kota Ternate memiliki pengalaman yang berbeda mengenai perlakuan dari pemerintah kota Ternate yang mereka terima. Hasil survey menunjukkan bahwa sebanyak 30.50 % atau 122 responden pernah mengalami perlakuan yang tidak adil, 68.50% atau 274 responden tidak pernah mengalami perlakuan tidak adil, sedangkan 1% atau 4 responden tidak memberikan jawaban secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
5.3. Jenis Perlakuan tidak adil Adapun jenis perlakuan tidak adil yang dialami oleh 122 responden adalah sebagai berikut: sebanyak 48.76 % atau 59 responden pernah mengalami perlakuan yang tidak adil sewaktu mengurus tempat usaha, 25.62% atau 31 responden pernah mengalami perlakuan yang tidak adil sewaktu mengurus pinjaman modal usaha, 12.40% atau 15 responden pernah mengalami perlakuan tidak adil sewaktu mengurus izin usaha, 9.92% atau 12 responden pernah mengalami perlakuan tidak adil seperti kekerasan dari petugas satuan polisi pamong praja, dan 3.31% atau 4 responden tidak memberikan jawaban secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
14
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.4. Kebutuhan Dasar Hasil survey menunjukkan bahwa yang menjadi kebutuhan dasar dari para pelaku usaha perempuan yang berdagang di Kota Ternate adalah sebagai berikut, 72.25% atau 289 responden membutuhkan modal usaha, 15.75% atau 63 responden membutuhkan ketersediaan bahan baku. 6.75% atau 27 responden membutuhkan iklim usaha yang sehat dan diatur melalui peraturan daerah atau surat keputusan Walikota. 3.00% atau 12 responden membutuhkan informasi atau metode pengelolaan keuangan yang memenuhi standar akuntansi, 1.25% atau 4 responden membutuhkan tenaga kerja, 0.25% atau 1 responden membutuhkan sertifikasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan, serta 0.75% atau 3 responden tidak menjawab secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
5.5. Kebutuhan menurut sektor usaha 5.5.1. Jasa Dari 14 responden yang menekuni sektor jasa, 57.14 persen atau 8 responden membutuhkan modal usaha, 21.43% atau 3 responden membutuhkan informasi atau metode pengelolaan keuangan yang memenuhi standar akuntansi, 14.29% atau 2 responden membutuhkan ketersediaan bahan baku, sedangkan 7.14% atau 1 responden membutuhkan tenaga kerja. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
15
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.5.2. Olahan Dari 46.25% atau 185 responden yang menekuni sektor makanan olahan, 72.43 persen atau 134 responden membutuhkan modal usaha, 11.35 persen atau 21 responden membutuhkan ketersediaan bahan baku, 7.57 persen atau 14 responden membutuhkan iklim usaha yang sehat dan diatur melalui peraturan daerah atau surat keputusan Walikota, 4.86 persen atau 9 responden membutuhkan informasi atau metode pengelolaan keuangan yang memenuhi standar akuntansi, 2.16 persen atau 4 responden membutuhkan tenaga kerja, 0.54 persen atau 1 responden membutuhkan sertifikasi BPOM, sedangkan 1.08 persen atau 2 responden tidak memberikan jawaban secara tegas.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
16
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.5.3. Perdagangan Dari 48.75% atau 195 responden yang menekuni sektor perdagangan, 73.33 persen atau 143 responden membutuhkan modal usaha, 20.00 persen atau 39 responden membutuhkan ketersediaan bahan baku, 6.67 persen atau 13 responden membutuhkan iklim usaha yang sehat dan diatur melalui peraturan daerah atau surat keputusan Walikota. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
5.6. Siapa yang dipercaya? Ketika ditanyakan kepada 400 responden yang disurvey perihal siapa yang dipercaya oleh para pelaku usaha perempuan untuk membantu penyelesaian kebutuhan dasar yang mereka hadapi , 26.50 persen atau 106 responden masih mempercayai pemerintah, 21.25 persen atau 85 responden mempercayai sesama pelaku usaha, 19.50 persen atau 78 responden mempercayai lembaga non pemerintah/NGo, 12.75 persen atau 51 responden percaya pada diri sendiri, 6.75 persen atau 27 responden mempercayai Koperasi, 3.50 persen atau 14 responden mempercayai keluarga atau family mereka, 2.50 persen atau 10 responden mempercayai suami/anak, 2.50 persen atau 10 responden lainnya mempercayai institusi perbankan, serta 3.25 persen atau 13 responden tidak memberikan jawaban yang tegas.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
17
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7. Kenapa pihak tersebut dipercaya 5.7.1. Pemerintah Alasan 106 responden yang memilih pemerintah sebagai pihak yang dipercaya sebagai berikut, 36.79 persen atau 39 orang mempercayai pemerintah karena kewajiban pemerintah dalam mensejahterakan rakyat, 29.25 persen atau 31 orang mempercayai pemerintah karena dapat memberikan kemudahan, 15.09 persen atau 16 orang mempercayai pemerintah karena memiliki program kredit usaha rakyat, 5.66 persen atau 6 orang mempercayai pemerintah karena memahami kebutuhan masyarakat. 2.83 persen atau 3 orang mempercayai pemerintah karena aman dari penipuan. 1.89 persen atau 2 orang mempercayai pemerintah karena tidak mencari keuntungan, 1.89 persen atau 2 orang lainnya mempercayai pemerintah karena punya pengalaman yang baik. 1.89 persen atau 2 orang lainnya mempercayai pemerintah karena memiliki program pemberdayaan perempuan. 0.94 persen atau 1 orang mempercayai pemerintah karena saling memahami, 0.94 persen atau 1 orang mempercayai pemerintah karena professional. Sedangkan 2.83 persen atau 3 orang lainnnya tidak memberikan jawaban secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
18
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
Tak menjawab
5.7.2.
Sesama Pelaku Usaha
Adapun alasan 85 responden memilih sesama pelaku usaha sebagai pihak yang dipercaya sebagai berikut, 74.39 persen atau 61 orang mempercayai sesama pelaku usaha karena adanya saling pengertian/ saling memahami. 13.41 persen atau 11 orang mempercayai sesama pelaku usaha karena dapat memberikan kemudahan, 4.88 persen atau 4 orang mempercayai sesama pelaku usaha karena satu suku, 1.22 persen atau 1 orang mempercayai pemerintah karena cepat dan mudah, 1.22 persen atau 1 orang lainnya mempercayai pemerintah karena bertanggungjawab, dan 1.22 persen atau 1 orang lainnya tidak memberikan jawaban secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
19
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7.3.
Lembaga Non Pemerintah/LSM
Alasan 78 responden yang memilih Lembaga Non Pemerintah sebagai pihak yang dipercaya sebagai berikut, 64.10 persen atau 50 orang mempercayai lembaga non pemerintah karena cepat dan mudah, 32.05 persen atau 25 orang mempercayai lembaga non pemerintah karena memahami kebutuhan masyarakat, 2.56 atau 2 orang mempercayai lembaga non pemerintah karena punya kepedulian, dan 1.28 persen atau 1 orang mempercayai pemerintah karena bertanggungjawab. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
20
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7.4.
Diri sendiri
Alasan 51 responden memilih diri sendiri sebagai pihak yang dipercaya sebagai berikut, 62.75 persen atau 32 orang mempercayai diri sendiri karena lebih mudah dan tidak ada beban, 11.76 persen atau 6 responden mempercayai diri sendiri karena tidak mau bergantung pada orang lain atau ingin mandiri, 9.80 persen atau 5 orang mempercayai diri sendiri karena takut terlitit utang. 3.92% Atau 2 responden mempercayai diri sendiri karena tidak ada yang bisa diandalkan, dan 11.76 persen atau 6 responden tidak memberikan jawaban secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
21
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7.5.
Institusi perbankan
Alasan 10 responden yang memilih institusi perbankan sebagai pihak yang dipercaya sebagai berikut, 40.00 persen atau 4 orang mempercayai institusi perbankan karena mendapatkan modal lebih besar, 20.00 persen atau 2 orang mempercayai institusi perbankan karena cepat dan mudah, 20.00 persen atau 2 orang lainnya mempercayai institusi perbankan karena aman dari penipuan, 10 persen atau 1 orang mempercayai institusi perbankan karena sudah sering bekerjasama, 10 persen atau 1 orang mempercayai institusi perbankan karena pilihan terakhir.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
22
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7.6. Koperasi Alasan 6.75 persen atau 27 pelaku usaha perempuan memilih koperasi sebagai pihak yang dipercaya, 33.33 persen atau 9 orang mempercayai koperasi karena cepat dan mudah, 29.63 persen atau 8 orang mempercayai koperasi karena persyaratan ringan, 22.22 persen atau 6 orang mempercayai koperasi karena cocok dengan usaha kecil. 7.41 persen atau 2 orang mempercayai koperasi karena saling percaya, 3.70 persen atau 1 orang mempercayai koperasi karena dapat memperlancar usaha, 3.70 persen atau 1 orang lainnya mempercayai koperasi karena keadaan terpaksa. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
5.7.7.
Keluarga/Famili
Alasan 14 responden memilih keluarga/family sebagai pihak yang dipercaya yaitu, 64.29 persen atau 9 orang mempercayai keluarga/family karena saling membantu, 14.29 persen atau 2 orang mempercayai keluarga/family karena saling percaya dan pengertian, 7.14 persen atau 1 orang mempercayai keluarga/famili karena takut terlilit utang, 7.14 persen atau 1 orang juga mempercayai keluarga/famili karena berprofesi sama, dan 7.14 persen atau 1 orang lainnya mempercayai keluarga/famili karena tidak ada beban. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
23
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7.8.
Suami/Anak
Alasan 10 responden memilih suami/anak sebagai pihak yang dipercaya sebagai berikut, 60.00 persen atau 6 orang mempercayai suami/anak karena sebagai orang terdekat dan 4 pelaku usaha perempuan atau 40% memilih suami/anak karena takut terlilit utang. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
24
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
5.7.9. Lain-lain Pihak lainnya yang dipercaya adalah rentenir 5 responden dengan penjelasan sebagai berikut, 3 responden memilih rentenir karena cepat dan mudah, 1 orang responden memilih rentenir karena tak ada potongan, sedangkan 1 responden lainnya memilih rentenir karena terpaksa. Selain itu, 1 responden memilih pegadaian karena bisa dipercaya dan mudah dalam mendapatkan modal usaha 5.8. Harapan Harapan 400 responden yang disurvey terhadap pemerintah dalam menjalankan usaha sebagai berikut: 59.25 persen atau 237 responden mengharapkan pemerintah dapat memberikan pinjaman modal usaha tanpa agunan, 19.25 persen atau 77 responden mengharapkan mudah mendapatkan informasi mengenai bantuan modal usaha dan peralatan, 16.75 persen atau 67 responden mengharapkan pengurusan izin usaha tanpa biaya atau gratis, 0.75 persen atau 3 responden mengharapkan tempat usaha yang layak, dan 4.00 persen atau 16 responden tidak memberikan jawababn secara tegas. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
25
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
Kesimpulan & Saran 1.
Kesimpulan a. 30,50% atau 122 pelaku usaha perempuan pernah mendapatkan perlakuan tak adil, utamanya dalam akses tempat usaha, akses modal usaha dan pengurusan izin usaha. b. Hasil survei ini juga menyimpulkan bahwa modal usaha (72,25%) masih menjadi kebutuhan utama pelaku usaha perempuan di samping kebutuhan ketersediaan bahan baku (15,75%), iklim usaha yang mendukung (6.75%) dan pengetahuan pengelolaan keuangan yang baik dan benar (3%). c. Tiga pihak utama yang dipercaya perempuan pelaku usaha mikro-kecil di Kota Ternate dalam membantu menyelesaikan kebutuhan dasar mereka adalah, pemerintah (26,25%), sesama pelaku usaha (21,25%) dan LSM (19,50%).
2. Saran a. Penanganan dan pelayanan terhadap perempauan pelaku usaha mikro-kecil sewajarnya tak membeda-bedakan jenis kelamin dan tidak melibatkan sikap represif. b. Dalam hal pendistribusian bantuan-bantuan modal usaha yang menjadi program nasional, penting untuk benar-benar membuka akses seluas-luasnya dengan menghilangkan segala macam hambatan kaitan dengan persyaratan perizinan dan akses informasi bantuan. c. Kebutuhan dasar yang sekaligus menjadi harapan 400 responden perempuan pelaku usaha mikro kecil terhadap pemerintah dalam menjalankan usaha mereka sebagai berikut: 59.25 % atau 237 responden mengharapkan pemerintah dapat memberikan pinjaman modal usaha tanpa agunan, 19.25 persen atau 77 responden mengharapkan mudah mendapatkan informasi mengenai bantuan modal usaha dan peralatan, 16.75 persen atau 67 responden mengharapkan pengurusan izin usaha tanpa biaya atau gratis, 0.75 persen atau 3 responden mengharapkan tempat usaha yang layak.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
26
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN DASAR PEREMPUAN PELAKU USAHA MIKRO-KECIL DI KOTA TERNATE
REFERENSI Maslow, Abraham http://id.wikipedia.org/wiki /Abraham_Maslow Mubyarto, Prof. Dr., Ekonomi & Kemiskinan, Makalah Seminar Bulanan ke-14 PUSTEP-UGM, Maret 2004 sekaligus sebagai laporan perjalanan dalam rangka menghadiri Asia-Pacific Region Microcredit Summit Meeting of Councils (APRMS), Dhaka, 16-19 Februari 2004. Nawawi, Hadari 2007, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Suhendar Sulaeman, Pengembangan Usaha Kecil & Menengah dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global, Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004. Yamane, Tato 1967, Elementary Sampling Theory, Englewood Clifts, Prentice Hall.
DIAHI Maluku Utara Research & Training Center Ternate 2012
27