ALYA'S COLLECTION WRITINGS

Page 1

HI, WELCOME! THIS ARTICLE IS MY JOURNEY

“Rough writing to make you fall in love

and

together

start towards

the tenderness of the world!”

N U R A L Y A F I R D H A


PUISI & QUOTES

LITERARY NOTES J U A R A

1

Lingkar Waktu Kian Redup Nur Alya Firdha Bumi berevolusi, waktu terus mengikuti Sang akara tetap setia menemani Kehidupan Kian semakin menipis, Terbesit pikir untuk hirap dari asmaraloka ini Asa demi asa telah tergores Bersama aksara terukir indah di atas kertas Atma yang lelah, Sang lintang yang teguh untuk menetap Cerita kemarin telah usai, Cerita hari ini telah etrcipta Akankah hari esok kembali berjumpa? Ini tentang lingkar waktu Sang penentu yang terus berputar Menanti sang pameran gulana untuk berpijak Tergantikan kenangan, dinamakn binasa Sebagai tanda beranjak dan usainya adorasi pada semesta , Berakhir redup bersama gundah.

“”Setiap

orang

punya

kadarnya

masing-

masing, semua orang ingin jadi yang terbaik, tetapi lupa bagaimna menggapai hal baik itu. Jangan malu dengan apa yang tengah dilalui. Sebab manusia tidak melihat bagaimana kau memulai,

tetapi

melihat

bagaimana

kau

berakhir. The ent of your story is a witness to your struggle."


PERANGKAI KATA DI LAUTAN AKSARA P E N U L I S

T E R P I L I H

GALAKSI Nur Alya Firdha

G emetir perih tersayat oleh sang tokoh A ku yang tak lagi berkutik terbalut kain putih bersih

L antunan tangisan dan syair T uhan terdengar begitu nyaring

A kara kian hirap terbang menembus sang lingtang

K eluar dari asmaraloka menuju tempat keabadian

S urga ataupun neraka itulah hasil adorasi selama berpijak di atas tanah

I nilah akhir dari kisahku, terbawa binasa menuju Tuhan sebagai sang pencipta

Makassar, 24 Januari 2021


RINDU TAK BERTITIK P E N U L I S

T E R P I L I H

RINDU Nur Alya Firdha

Bumantara hadir sebagai saksi Alunan syair rindu setia menemani Kicauan sang kukila terdengar begitu nyaring Temaram wajahmu terus terbayang di hati nurani Tawa yang kemarin hadir Hari yang usai dengan kisah berdua Jemari yang saling terkait Langkah kaki yang beriringan Semua itu terulang indah hanya pada ingatan Sesak, pilu, risau tersaji pada dua insan yang menanti temu Derana hadir, namun tersingkir oleh gundah Alunan bait lagu yang kemarin kita senandungkan Kini usai di tengah kata pisah yang terasa perih tak berdarah Ini sangat menyiksaku, sebagai pejuang jarak Jua bertemu terus kunanti Untukmu sang kekasih... Jaga ragamu dengan elok Hingga sang pencipta menggoreskan waktu Untukkembali bertaut mengukir cinta tanpa henti Menyingkirkan berakhir satu.

abjad

rindu,

tergantikan

temu


LINGUA POETICA Kontributor/Penulis buku Antologi Puisi

Dialog Keheningan Oleh: Nur Alya Firdha Disaat luka nestapa datang menerpa Kau tiba dengan sosok gagah memberi lindap Lantas bersenandika pada raga Apakah kau amerta bersama kesembuhan atau penyesalan kepiluan.

Di tengah dersik, tercipta sepercik goresan pena Menyiarkan kisah masa kelam asmaraloka Bukan rasa gundah yang terngiang Hening bersama anila telah nyaman tergenggam

Sebab, tak semua aksara enggan untuk diutarakan Beberapa pemeran hadir hanya sebagai pendengar Sekian banyak tangis, hanya beberapa yang berarti Dan, pada akhirnya semua usai tanpa cerita dan bukti

Hingga pada titik lelah bersama dialog hening ini Kuutarakankobaran cinta yang mengalahkan api Meski tak terlihat oleh mata, walau tak terdengar di telinga Namun ada hati yang tengah bergumam dengan pelan berucap mencintai.

Makassar, 21 Desember 2020


MENDENGAR SUARA SUKMA P E N U L I S

T E R P I L I H

Menguatkan Nur Alya Firdha

“Kita perlu menyusun puzzle kebahagiaan, menyejarahkan kebanggaan untuk merayakannya seorang diri. Kelak disebut kala itu aku pernah bahagia pada dunia yang penuh perihal tipu daya”


MENGULAR SENDU SI PERINDU KONTRIBUTOR/PENULIS

Coklat Pekat Di Lidah sang Pemuda Nur Alya Firdha Katanya semua orang boleh bermimpi, tapi berbeda dengan gadis si pecinta coklat dan es krim yang kini beranjak mengenal banyak tentang kehidupan. “Kau itu harapan dan kebanggaan kita nak,” ujar wanita tua dengan kulit yang semakin hari berkerut.

Hari demi hari terasa begitu menguras energi, mencari celah untuk menatap cerah masa depan. Namun, mengapa dewasa sekarang bak hampa tak ada tujuan? Lantas bertanya pada bangunan kokoh tak bergeming, ingin bersembunyi menolak tuk ditemui. Tapi apalah daya jika semua tumpuan suara kebahagiaan memaksa teliga dan raga untuk menerima. “Kau kuat, kau hebat, bertahan ya!” Kembali kalimat itu tertuju pada kaca yang menampakkan wajah suram dengan senyuman. Ia beranjak dari kursi yang semula didudukinya, membaringkan tubuh pada kasur empuk, berharap ia damai bersama isi kepalanya untuk malam hari ini. Namun, suara ketukan pintu membuyarkan kedamaiannya, seorang bocah dengan coklat yang digenggamnya menghampiri. “Hai kak, aku kangen,” ujarnya sambil memeluk. “Kakak banyak kerjaan dek, jadi jarang pulang ke rumah.” Ia membalas pelukan hangat itu dan menatap adik laki laki yang kini beranjak usia 3 tahun. “Aku pengen cepat kerja juga kak biar dapat uang, belanja semua yang aku mau, bisa main kesana – kemari, pasti seru banget.” Dengan nada yang begitu ceria, anak lelaki itu mengungkapkan keinginannya yang menjadi beban sebagian orang. “Jangan terburu-buru dek seperti kakakmu ini,” ujarnya tanpa eskpresi, “ini sudah malam, kamu tidur yah!” Kali ini ia melemparkan senyuman tipis, dibalas anggukan oleh sang adik lalu beranjak keluar dari kamar meninggalkannya sendiri. Malam semakin larut, mata rasanya enggan untuk tertutup. “Kalau di pikir - pikir, sudah lama sekali aku tidak menikmati setiap detik yang sebenarnya bisa kunikmati dengan susu coklat manis seperti tahun lalu,” gumamnya, menatap langit – langit kamar yang semakin gelap, dan berhasil membuatnya tertidur. Pagi kembali bersua, matahari siap untuk menyinari. “Huft, kapan aku terbangun dengan senyuman?” Tanyanya di balik balutan selimut. “Ketika kau menghargai napas yang baru saja kau hembuskan.” Lengkungan bibir tanpa sadar tercipta. “Ternyata semudah ini ya senyum dengan tulus, kenapa aku baru bisa merasakannya?” ia kembali bertanya. “Sebab kau baru saja bersyukur.” Seperti itulah ketika setiap kecemasan terjawab oleh dinding yang menjadi saksi setiap detik yang berdetak. Awal hari ini ia pakai untuk bertemu dengan seorang wanita yang sudah lama tak dijumpainya. “Disya!” teriak seseorang dari arah belakang berhasil membuatnya menoleh. “Hana,” ucapnya dengan nada pelan.


MENGULAR SENDU SI PERINDU KONTRIBUTOR/PENULIS

Di tengah keramaian kota Jogja membuatnya beralih

Hana paham yang dirasakan oleh gadis kuat di

tempat untuk bercengkrama dengan orang yang

hadapannya “Dewasa bukan masalah, berhenti

sangat ia rindukan kisah ceritanya setiap hari. “Tak

sejenak tak berarti larut untuk mengakhiri. Tak

terasa masa kecil kita telah usai ya, sekarang kamu

apa terkadang lupa akan harapan, ketika dirimu

apa kabar?” Hana bertanya pada Disya yang sedari

tak tau arah, singkirkan usaha untuk menyerah

tadi

istimewa.

Dis. Yakin! kamu akan mewujudkan semua itu

“Disya...” Ia berusaha menyadarkan sahabatnya itu.

dan membuktikan inilah Disya yang berhasil

“Berat ya Han menjadi dewasa, rasanya baru kemarin

melewati proses indah menjadi dewasa bukan

aku tertawa lepas, berjalan sambil tertawa, menangis

sekedar usia.”

menatap

kosong

suasana

kota

karena terjatuh dari sepeda.” Ia memberi jeda, lalu menatap orang yang selalu setia mendengarkan

Mendengar

ucapan

ceritanya, “sekarang, semua itu hilang. Dulu aku

kembali

meminta pada ibu untuk secepatnya Disya menjadi

meneguhkan

bebas seperti orang – orang yang ku lihat dengan

memulai

kesibukan yang dijalaninnya. Tapi, nyatanya 18 tahun

merangkai kembali tujuan berharap hari esok tak

tidak seindah pandanganku semasa kecil,” lanjutnya

lagi mengerikan.

bangkit hati

tekad

Hana,

membuat

Disya

tersenyum

dengan

tulus,

untuk

kembali

menyingkirkan

berjalan, keraguan,

dengan sendu. “Bukan cuma kamu Dis, ketika beranjak dewasa tak tau arah, dan semangat akan patah. Namun, pada akhirnya menyerah bukan jadi tujuan kan?” ujar Hana dengan tulus. “Katanya tuhan tempat meminta, namun kali ini meminta padanya saja aku sudah malu,” setetes cairan bening kembali jatuh membasahi pipi gadis cantik itu “tujuanku besar, mewujudkan semua mimpi dan harapan orang yang berada di rumah. Berat Han, ingin menyerah tak jarang datang untuk menyudahi.” Ungkapnya yang selama ini ia pendam bersama sesak.

Makassar, 17 Oktober 2021


365 Hari yang Berarti PERINGKAT7

Sinar Cantik Untuk Riuh Paling Sederhana Oleh: Nur Alya Firdha “Happy new year…” https://www.olimpiadesastra.com/2023/01/pengumuman-juara-dan-peringkat-lengkap.html

“Boom, dorr, ciiit DORR…” Jua tiba masa dimana lantunan kalimat riuh itu merasuk telinga, hingga dentuman meriah di langit yang berhasil membuat para penikmat kesunyian terasa begitu mengusik malamnya. Begitu terasa bahwa langkah telah jauh membawa raga, hingga pada titik awal untuk kembali merangkai sejuta impian baru. Disaat semua orang berkumpul merayakan pergantian tahun dengan santapan lezat sepanjang malam, namun bagiku malam itu hanya sebuah transisi fase yang kini kunikmati soerang diri pada ruangan tersunyi yang menjadi saksi buaian kegeramanku tahun di hari kemarin. Flaschback on 2022ku… Ribuan rencana indah telah memenuhi dinding kamar untuk melangkah penuh meraih harap yang sesungguhnya, beranjak dengan sumringah untuk membuka tatapan baru pada dunia yang begitu ku-idamkan.

“Kirana!” Begitulah sapaan yang ditujukan padaku.Mendengar sapaan itu, aku lekas menoleh, menatap sosok yang selalu kurindukan. “Hai, Chandra.” Balasku sambil memberikan pelukan hangat padanya. ‘Ya, dia Chandra, lelaki yang selalu mewarnai harihariku. “Hari ini aku mau bawa kamu jalan kaki menyusuri tempat yang indah.” Ujar Chandra bersama senyum tipisnya. Bukan menolak ajakan yang ditawarkan, aku begitu antusias membalasnya dengan anggukan. Aku sangat mencintai hal sederhana di dunia ini, sebab bagiku tak ada yang istimewa sebelum mensyukuri hal sederhana yang ditemui pada setiap sudut pemiliknya. Tak terasa, gandengan tangan dan kaki yang sedari tadi melangkah beriringan menyusuri ramainya kota Bandung kini berhenti pada dua kursi dengan suasana sore hari yang begitu tenang dan betul katanya, indah. Aku menatap penuh sosok lelaki di depanku, ‘ya Chandra yang artinya bulan. Selalu memberiku penerangan dalam sunyi dan gelapnya jalan yang aku daki. “Kenapa Chand?” Tanyaku, yang belum mengetahui alasan dia membawaku ke tempat yang begitu indah hari ini.


365 Hari yang Berarti PERINGKAT7

“Ada beberapa yang harus aku sampaikan sama kamu Kirana,

Namun, inilah Kirana sosok sinar cantik yang tak lagi ingin

sebelum kita merindukan hari ini.” Ujar Chandra bersama

usai menjadi kisah usang tak berarti. Aku mengambil

tatapan sendu dan suara khas miliknya.

banyak langkah, memanfaatkan jutaan waktu yang

“Maksud kamu?” Tanyaku

diberikan walau saat ini belum kuperoleh kekayaan waktu

“Aku

mengenal

kamu

bersama

milyaran

kebahagiaan,

oleh sang semesta.

memberiku sinar tercantik secantik nama dan dirimu. Namun, aku rasa Tuhan punya rencana untuk aku dan kamu jauh lebih indah

“Banyak harap yang harus kuberi sinar. Kuat, ya Kirana.”

dari yang kau anggap indah saat ini.” Tuturnya dengan lembut,

Tuturku untuk diri sendiri yang sudah menghabiskan waktu

namun menusuk kejam jiwaku.

tanpa melihat senja dan sunrise akibat mengunyah banyak

“Aku tak akan merasa kebahagiaan dan menemukan keindahan

berkas dan teori untuk sang mimpi.

lagi, setelah ini. Mungkin.” Balasku dengan melemparkan

“Kirana…ayo, nak sarapan dulu!” Pinta sosok wanita cantik,

tatapan kosong di depan orang yang berlalu-lalang.

yang kerap ku sapa mama.

“Tidak mungkin, kamu sosok hebat yang aku kenal. Aku akan

“Iya, ma.” Aku lekas bangkit dari bangku belajar yang

pergi meraih harap yang kerap dianggap mustahil pada banyak

telah membuatku tidak tertidur seharian.

orang dan betul aku akan meninggalkanmu.” Pungkasnya.

Tibanya di meja makan, aku menikmati santapan lezat yang menjadi incaran cacing—cacing di perut. “Apa yang

Bak disambar petir, aku benar-benar tersungkur mendengar

sedang kau siapkan, nak?” Tanya mama yang mampu

ucapan sialan seperti itu. Bahkan orang yang sangat aku

membuatku

percaya mampu berubah lara menjadi tawa malah memberi

mencerna pertayaannya.

berhenti

mengunyah

sembari

mencoba

tamparan akan kehilangan terbesar dalam kamus kepilauanku. Semenjak ia beranjak pergi meninggalkan ribuan tanya di

Aku yang begitu menutup diri pada siapapun untuk

kepalaku, ia tak lagi menjadi bulan pada kegelapanku dan tak

menyampaikan separuh rencana yang tengah kusiapkan,

lagi menjadi layaknya krayon indah pemberi warna dalam

namun

hidupku. Lantas kini, hari menjadi begitu berat untuk aku jalani.

melemparkan pertanyaan yang begitu kurahasiakan

Ribuan mimpi di tembok hanya menjadi coretan kosong yang

jawabannya. “Banyak hal yang menjadi keharusan untuk

usang termakan waktu.

tetap kusimpan, sebelum ku gapai, ma.” Jawabku dengan

sosok

terpenting

dalam

hidupku

tengah

pelan yang kuakhiri dengan senyuman. Pada nyatanya memang begitu perihalnya, kusadari sudah begitu banyak hari yang terbuang sia-sia untuk menyesali

“Juga banyak hal yang perlu kamu nikmati, nak. Dunia ini

kepergian sosok bulan yang kuanggap penerang hidupku.

luas untuk menjelajah dan kamu punya ruang untuk itu,

Setelah riuhnnya jeritan dan basahnya pipi oleh air mata

ruang dimana kamu menemukan hal yang jauh luar biasa,

sebagai pelakunya. Lalu kembali, aku mencoba bangkit menjadi

bahkan di luar harapmu.” Jelas mama yang kemudian

Kirana yang tak lagi menaruh harapan kepada ciptaannya,

membuatku jauh lebih mengumpulkan pikiran riuh akan

namun lebih jauh penuh pada pencipta segalanya.

perjalananku.

Hari ini ku coba kembali merakit puing-puing harapan yang

Tiba Akhirnya, dimana perjuangan yang telah kutorehkan

tersisa, walau tanpa seorang pun yang menemani. Aku rasa

sepanjang hari dapat ku saksikan hasilnya. Hari ini adalah

lebih baik demikian. Aku membawa beberapa tumpukan berkas

pengumuman kelulusan di Perguruaan Tinggi impianku,

untuk kembali melanjutkan langkah menggapai harapan yang

banyak hal yang menjadi harapku. Namun tidak untuk

mengindahkan dinding kamar, hingga riuhnya isi kepala begitu

beberapa hal yang tidak terbayangkan sebelumnya,

mengguncang jiwa yang kembali menorehkan tanya, ingin

suasana sumringah dan perayaan yang telah ku siapkan

melanjutkan atau berhenti sebentar mengambil jeda dari

dengan baik lantas dipatahkan oleh tangis kencang

perjuangan.

paling dalam bersama kecewa paling dahsyat.


365 Hari yang Berarti PERINGKAT7

“Kenapa? KENAPA HARUS GAGAL LAGI yang kembali aku

Sembari menuju dua pekan memperoleh hasil, aku banyak

dapatkan?”

membawa diri untuk mencari tau pernyataan mama saat di

“Apa aku begitu buruk untuk mendapatkan kebahagiaan dan

meja makan kemarin. Banyak tempat yang kutelusuri, bukan

merayakanannya dengan sederhana?”

hanya tempat baru, kini keberanikan langkah mendatangi

“Aku lelah Tuhan, aku lelaah….” Lirihku yang sangat perih.

tempat kemarin bersama kenangan yang paling memilukan. Namun, Kini kutemukan arti nikmat yang sebenarnya, mengambil

Ting…ting…ting… Satu pesan masuk yang kuharap mampu

gambar setiap sudut yang kudatangi, duduk bersama pikiran

memberiku sedikit ketenangan entah dari siapapun itu. Aku

teduh tanpa kerisauan, menikmati perjalanan yang usang

sangat berharap, untuk kali ini saja aku butuh sosok penguat

namun akhirnya tabu untuk jadi penyesalan. Sudut tempat yang

yang mampu menyingkirkan hal bodoh yang dalam pikiran.

kukunjungi

Namun, lagi-lagi aku kembali dipatahkan oleh harapku, sungguh

porandakan oleh kisah pertama saat mengunjungi bersamanya.

mengerikan. Membuka notifikasi itu kembali membuatku geram

Tempat dimana ia melontarkan kalimat untuk beranjak, akhirnya

pada diri, bagaimana tidak ribuan orang di luar sana tengah

bukan lagi pilu yang berotasi di kepala, senyuman tipis berhasil

merayakan

tercipta. Pada nyatanya pilu itu palsu, Kita hanya butuh waktu

dan

mengirimkan

hasil

kelulusan

dan

kebahagiaannya. Sedangkan aku, masih saja dipeluk oleh

untuk

kesekian

kalinya,

masih

saja

diporak-

untuk menertawakan masa lalu.

kegagalan yang entah kapan akan berakhir dalam langkahku. “Kirana, sosok sinar cantik yang tak akan menyerah untuk

Pada kecewa dan segala pilu yang menemani di hari kemarin,

menemukan sepercik cahaya pada sang harapan.” Aku kembali

kini ku peroleh kata penantian selama ini “SELAMAT ANDA

membaca kalimat yang tertempel di depan cermin tepat di

DINYATAKAN LULUS.” Tumpahan tangis mengiringi hariku, tak

hadapanku.

ada yang dapat kutorehkan pada siapapun selain Tuhan dan untuk diri sendiri pada Kirana, sosok sinar cantik yang telah

Aku menarik napas panjang, untuk deretan mimpi yang telah

mengetahui

rumus

semesta

dan

kebencian

pada

kata

kususun sebelumnya. Bukan menyerah untuk kali ini, akan

menyerah. Aku mencintai sunyi, aku mengangumi sederhana,

kuhabiskan kecewa dan gagalku yang tidak akan kutemui di

kini kutepati janji untuk tetap berada pada riuhan sunyi dan

esok hari. Aku yakin itu. Semua media sosial aku hentikan, semua

sinar paling sederhana untuk merayakannya.

bentuk komunikasi aku hilangkan. Akan kuberikan waktu terbaik

Flashback off….

untuk diriku sendiri, walau tangis masih saja menjadi pengiring setia setiap malamnya.

Setetes cairan bening berhasil jatuh, mengulas pilu tahun lalu. Sekarang Kirana sosok sinar cantik ini menemukan pilar, bahwa

Setelah menghabiskan satu malam bersama sunyi, tangis dan

masa pilu kemarin ialah masa berharga. Tanpa sesak lara di

riuhnya sunyi yang paling pilu, kini aku berada pada ruangan

hari kemarin mungkin raga ini sudah tersungkur tak bergeming,

yang sangat sejuk namun terasa panas bersama puluhan soal

tangisan kencang mengemis simpati, tangan kian terulur untuk

test yang akan mengantarkanku pada satu hasil yang

meminta. Tanpa hari kemarin niscaya sujudku tak sedalam ini,

kunantikan. Aku akan mencoba dan terus mencoba, tidak peduli

doaku tak sekuat hari ini, dan aku akan mati tanpa kesan yang

akan tangis lara atau tangis tawa yang akan kudapatkan. ‘Ya

berarti dan saat ini pahamku akan rencana Tuhan sangat kuat.

betul, aku tengah berada pada fase terbiasa. Terbiasa untuk

Hari kemarin begitu haru, nyatanya mampu menciptakan aku

semua hal yang akan kudapatkan, banyaknya gagal yang Tuhan

yang tak kenal kata kalah, layaknya tanah liat kotor yang

berikan telah membuatku jauh lebih tegar layaknya sang sinar

diproses begitu keras untuk menjadi keramik indah penuh

yang cantik akan kuraih dan menjadi wujud nyata pada diriku.

takjub. Untuk kita yang terus meragukan akan hari esok,

“Huft, aku pasti bisa.” Gumamku dengan pelan. Setelah

jawabannya tak selalu saat itu, hari ini, saat ini, sebab

menghabiskan ribuan menit di dalam bangunan kokoh, kini aku

dikabulkannya pinta ada pada dua kategori; Tepat waktu,

telah melangkahkan kaki untuk menuju tempat pulang terbaik

sesuai rencana manusia; atau di waktu yang tepat sesuai

dalam hidupku, rumah berupa ruang.

kehendak pencipta.


ESSAY : URGENSI ANAK MUDA MENGHAPUS NOMENKLATUR ANARKIS: MENGAMBIL PERAN, MEMAHAMI KEHADIRAN, MEWUJUDKAN SOSOK PENTING PESERTA LOLOS ESSAY PEMBAWA PERUBAHAN

Ingatkah gejolak keriuhan beberapa tahun lalu, pada zaman Indonesia masih digeluti penjajah sebagai tokoh otoriter dan penindas akan hak dan kewajiban manusia? Sejak itu begitu urgensinya peran pemuda untuk mengambil alih mencerminkan esensi akan pertahanan jiwa kebebasan dan merangkak sendiri sekalipun, daripada memeluk kemerdekaan dengan konotasi penghargaan ataupun pemberian belas kasih, bukan hasil kemenangan dari tumpahan darah akan perjuangan kemerdekaan. Lantas kini kedudukan sosok pemimpin melirik penuh pada tokoh postur tegap, urat tertantang, suara lantang meneriakkan kehausan guna penegakan ialah, pemuda. Kemudian sikap yang mereka koar-koarkan kemarin dengan konotasi unjuk anarkis tersebut bernilai apa, bagaimana, mengapa, dan dimana letak esensi dan temporernya? Pada nyatanya perlu disadari bersama, begitu banyak sejarah aksi pemuda yang menjadi sosok pemimpin pembawa perubahan, namun seperti apa spesifikasi pemimpin muda yang dicari? Mari bersama menarik ulur waktu dimasa kemarin, dimana seorang pemimpin bereksistensi akan kesabaran dan integritas yang dimilikinya, ialah Nabi Zulkifli. Ia menyanggupi syarat dari Raja Negeri Syam untuk berpuasa dan sholat tepat waktu menuju ia menjadi sosok raja dan pemimpin suri tauladan, Nabi Zulkifli-lah yang menaklukkan itu diantara banyaknya umat Allah dan Rasulullah. Kemudian terbesit tanya apakah pemimpin ialah sosok yang memiliki ketabahan, kesabaran, serta ketaatan kepada penciptanya itu sudah cukup mengantarkan pada revolusi dan konstruktif? Disamping itu terdapat sosok pemimpin pada tahun 1924 yang dikenal Joseph Stanlin. Selama masa pemerintahannya, Stanlin muncul dengan '5 Years Economic Plans' dan menuntut industrialisasi dan kolektivisasi cepat. Program tersebut terbilang general dari pemimpin untuk negara, namun ambisi dalam perwujudan tujuan dan cita – cita masanya, ia menerapkan sistem kerja paksa, mulai dari petani yang dikuras untuk bekerja hingga mati. Selain kerja paksa, Stalin juga melakukan "Great Purge" atau "Pembersihan Besar-Besaran" pada 1934 yang menyasar kaum intelektual, pegawai pemerintahan, dan angkatan bersenjata yang menentangnya. Kemudian kisah itu menarik ulur pertanyaan apakah pemimpin perlu memiliki khas akan kekerasan sebagai wujud dari pergerakan membangun perubahan? Berdasarkan dua sampel pemaparan tersebut, mengindikasikan bagaimana seyogianya pemimpin itu khususnya di Indonesia, dimana negara yang dikenal oleh tetangga awam akan kekayaan yang dimilikinya. Namun indeks akan keriuhan dan nilai integritas yang dimilikinya begitu minim, berdasarkan Indeks Perilaku Anti kotupsi kita dapat melihat statistik berikut sebagai salah satu visualisasi peran dan konotasi tokoh penggerak tata negara saat ini di Indonesia:


ESSAY : URGENSI ANAK MUDA MENGHAPUS NOMENKLATUR ANARKIS: MENGAMBIL PERAN, MEMAHAMI KEHADIRAN, MEWUJUDKAN SOSOK PENTING PEMBAWA PERUBAHAN Tahun ini, Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2022 sebesar 3,93 pada skala 0 sampai 5. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian 2021 (3,88). Artinya indeks mendekat nilai 5 menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, sebaliknya nilai IPAK yang semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin permisif (bersifat terbuka) terhadap korupsi. Hal tersebut tentunya menyiratkan bahwa Indonesia darurat iman, intelektual serta vibes positif dari sumber daya manusia yang dimiliki. Kini ajuan kembali menang pada kalimat tanya, sudah benarkah hierarki pemimpin yang di implementasikan? Apakah Sumber Daya Manusia yang kiranya butuh perbaikan dan selektif akan kekuasaan? Atau bahkan besar kemungkinan mengarah pada peran pemuda yang menjadi wajah dari negara Indonesia? Istilah pemimpin memiliki urgensi untuk setiap aspek kehidupan, begitu banyaknya masa yang penulis jalani, teori normatif hingga logis akan implementasi mengenai pemimpin selalu menjadi pembahasan. Sejauh ini istilah kata pemimpin jika di alihkan dengan kata dasar yakni 'pimpin' yang berarti 'tuntun.' Begitu banyak pandangan terhadap nomenklatur pemimpin, Namun penulis begitu kagum dan selaras dengan pendapat dari Ken Kesey yang menyatakan “pemimpin bukan ia yang menunjuk dan memberitahu orang - orang pergi kesebuah tempat, tetapi ia memimpin dengan pergi ke tempat itu dan membuat contoh.” Pandangan tersebut membuka ribuan mindset terhadap seorang pemimpin, bahwa ia bukanlah sosok bos yang memberi arah berupa jobdesc untuk kemudian dikerjakan menguras tenaga, mensengsarakan yang kemudian perlahan menghabisi anggotanya demi sebuah kharisma pribadi dan kejayaan notabene suatu kumpulan, negera contohnya. Tetapi pemimpin dialah sosok tokoh yang mengayomi, mentransfer hal positif, bagaimana ia mampu memberikan pelayanan terbaik dan hak yang sesuai untuk menerima feedback yang jauh lebih baik menembus tujuan yang idamkan. Selanjutnya, mari mengukir, menerjemah, serta memahami peran sebagai anak muda calon pemegang estafet dan pemimpin negara. Dr. Yusuf Al-Qardhawi pernah mengatakan “jika ingin melihat masa depan suatu bangsa, maka lihatlah kondisi pemudanya saat ini.” Lantas seindah itu masa yang kini dijalani, orang bijak pun berkata “Syubbanul yaum, rijalul Ghod” yang bermakna pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok.

PESERTA LOLOS ESSAY

Ayo bergegas patahkan mindset akan berubah di hari tua, menunda pergerakan di usia matang dan menunggu siap, ingat di dunia minim orang – orang siap, semua hanya memiliki persiapan untuk memberikan hasil terbaik versi hidupnya. Berdasar pada bonus demografi dari Badan Pusat Statistik Indonesia yang bergumam bahwa, hingga tahun 2030, usia produktif anak bangsa akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usia tidak produktif. Dan hal ini terbukti dengan hasil persentase rasio ketergantungan Indonesia mencapai angka 51,3 dan ketika tahun 2016 yang sudah turun menjadi 48,8 %. Kuantitas persentase tersebut perlu selaras dengan peningkatan kualitas pemuda dan perkembangan bangsa Indonesia. Kini pendangan pada awan kabut dan jalan penuh sorak yang tertuju untuk petinggi dan manusia yang berkedok wakil, pemimpin bahkan tokoh perwujudan aspirasi demi sebuah kesetaraan di negeri sendiri begitu riuh. Tak perlu berlebihan menyudutkan pemimpin, tak perlu kejam mencegah aksi pemuda. Keduanya hanya menjalankan tugas, menjalani peran, walau terkadang lupa siapa yang merasakan impact terbesar dari regulasi minus demikian. Walau hal tersebut, perlu disadari bahwa integritas dan intelektual menjunjung diri menjadi berarti, belajar dari kisah Nabi Zulkifli dan Stanlin di atas, dua tokoh pemimpin yang kemudian membawa rakyatnya pada arah yang begitu transparan untuk ternilai. Lantas tak ada tuntutan yang salah dari sebuah pergerakan, walau kesabaran menjadi nomor satu juga akan memicu gejolak merah dan lirikan mata kecut di luar sana untuk mereka yang sedari awal tak menoleh, ketegasan dan kekejaman juga menampakkan sejarah kolot pada negara. Kemudian masa muda kini membawa selektifitas pada gambaran terbaik sebagai seorang pemimpin di negara penuh kontroversi dan kehausan materil oleh penguasa. Zainuddin Fananie pernah berkata “tenaga pemuda itu memang amat penting apabila digunakan dengan tepat sesuai tempatnya sehingga seakan – akan menjadi perhiasan dunia.” Pemudalah yang kini memiliki peran dan aktor utama dari masa tidur Indonesia yang begitu panjang, mendobrak segala keterpurukan, meningkatkan kolaborasi guna memulihkan segala sektor dan aspek kehidupan bangsa, salah satunya penanganan tindak pidana korupsi oleh tokoh ternama, seyogianya atas barang yang ia miliki bukan untuk dilelang yang besar kemungkinan juga akan dimanfaatkan oleh petinggi yang turut menangani, tetapi perlu untuk dijual yang kemudian rupiahnya didistribusikan kepada yang layak. Kekhawatiran para pendahulu terhadap pemuda sebagai peluncur anarkis, pengantar keriuhan patutlah di singkirkan.


ESSAY : URGENSI ANAK MUDA MENGHAPUS NOMENKLATUR ANARKIS: MENGAMBIL PERAN, MEMAHAMI KEHADIRAN, PESERTA LOLOS ESSAY MEWUJUDKAN SOSOK PENTING PEMBAWA PERUBAHAN Ingat kembali ribuan revolusi dipelopori oleh pemuda, revolusi industri di Inggris ditegakkan oleh pemuda yang berpacu pada teknologi, seperti James Watt, Alexander Graham Bell, revolusi yang juga terjadi di Perancis, dimana para pemuda berjiwa nasionalisme menggerakkan sebuah gerakan besar yang akhirnya mampu menggulingkan Raja Louis XVII, lihatlah Nabi Ibrahim AS ketika melawan raja Namrud menghancurkan berhala. Begitu pun apa yang terjadi di negeri tercinta ini, revolusi kemerdekaan tahun 1945 ditekuni sejak lama oleh pemuda melalui beberapa wadah organisasi. Jika saja pemuda patuh dan menurut kepada Soekarno untuk menunggu Jepang memberi kemerdekaan, maka tak ada rasa kenyang dan rumah bertingkat tercipta di Indonesia. Namun angkatan muda mendorong angkatan tua, membawa paksa Soekarno yang saat itu menjadi pemimpin untuk menyatakan kemerdekaan atas diri berbangsa untuk berdaulat, bukan hadiah dari kekejaman penjajah. Begitu besarnya kobaran api pemuda meneriakkan, mendorong akan melopori kemajuan negara. Dari hal tersebut dapat dipancarkan bahwa pemimpin muda patutnya memiliki perekat antara ia dan para pendahulunya, memberikan goresan sejarah sebagai acuan perwujudan yang jauh lebih baik di masa lampau. Kini indonesia mulai bergerak, melek akan kehadiran pemuda untuk Indonesia gemilang. Ungkapan menyentuh juga datang dari Sy. M. Golayani bahwa “sungguh di tangan kamulah (pemuda) kepentingan umat. Dan, di dalam kemajuan ( keberanian ) kamulah hidupnya.” Lantas dengan segala riuhan dan gejolak panas di Indonesia yang begitu signifikan, di masa kemarin mengantarkan pemuda untuk bergegas mengoptimalkan diri, membuka networking menjadi pemimpin berintelektual, menjunjung tinggi integritas, mewujudkan keadilan di tengah maraknya kobaran penuntut kekuasaan. Anak muda perlu tahu, kekuasaan yang sebenarnya ialah bagaimana ia menguasai diri, mengetahui sekeliling, memanfaatkan apa yang dimiliki untuk membawa perubahan pada yang kemarin dikoarkoarkan akan perwujudan. Pemuda dengan jiwa pemimpin dan kontribusi aktif perlu mendasari perkataan dari Ali Bin Abi Thalib bahwa “bukanlah pemuda seseorang yang membanggakan bapaknya. Tetapi pemuda itu adalah mereka yang menunjukkan inilah aku.” Segala isu negatif mengenai pencapaian instan perlu dikesampingkan, bukankah Indonesia lahir dari perjuangan?

Lantas apa yang perlu dikhawatirkan dari kemampuan diri menuju kolektifitas meraih cita – cita? Jawabannya tidak ada, cukup maju, tunjukkan, ciptakan dan pertahankan. Saat ini Indonesia pantas disebut darurat pemimpin muda, sebab telah terbukti dari pergerakan hebat yang dilahirkan dari para anak muda. Pemimpin muda yang mampu mengantarkan Indonesia bergegas bangun dari tidur panjangnya, bersiap berbenah menyusun naskah revolusi anti pembohongan publik. Pemimpin muda perlu menempatkan diri dan memberi peran layaknya harimau ganas nan bijaksana yang lahir dan tumbuh dengan mengembara dari kaki gunung menuju puncak gunung, bukan harimau ganas keras yang lahir dan tumbuh di puncak gunung, memberi ajuan tangan akan pertolongan, menyediakan wadah terbaik untuk mendengarkan, serta membuka ruang menerima inovasi bahkan menyambung jejaring antar anggotanya guna menciptakan perubahan yang konstruktif, solusi yang solutif bagi Indonesia emas pemilik anak bangsa saat ini. Walau berada di zaman mudah akses menampilkan transparansi isu – isu negatif pada Indonesia, namun perlu juga akan kesadaran bahwa hal tersebut beriringan dengan transisi para pemuda yang memiliki urgensi pada peran agent of change tanpa jarak untuk bergerak. Kesempatan begitu luas kini diberikan negara untuk pemuda, menjadi sosok pemimpin yang tentunya diharapkan membawa revolusi positif serta menjadi jembatan melangkah lebih dekat akan keberhasilan tujuan. Dari rumit, sulit dan riuhnya tulisan yang saya kutipkan, namun inilah bentuk dari langkah kecil kepada sesama pejuang, anak muda, bahkan orang tua hingga negara sekalipun guna memberikan serta menyalurkan kebermanfaatan. Masa terindah ialah masa muda, pemimpin terbaik ialah tokoh muda bersama persiapan sejak awal dan Indonesia gemilang akan lahir dari keyakinan pemuda akan pengisian kursi sebagai pemimpin terbaik dengan ajuan jejak dini yang ia lahirkan versi terbaik dalam sejarah, hingga pada masanya ia mampu menciptakan langkah optimal, menerobos tujuan mulia yang masih setia tertulis rapi yang hingga saat ini masih kerap acak untuk menggapai.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.