Mindfulness Meditation Training for Attention Deficit/Hyperactivity Disorder in Adulthood : Current Empirical Support, Treatment Overview. And Future Directions Oleh : Amalia Paravoti
16. E3. 0051
MASALAH UTAMA Tingkat prevalensi individu dewasa yang memiliki diagnosis ADHD diperkirakan sebanyak 5% dari populasi yang ada di negara Amerika Serikat dan negara lainnya. Kondisi ini seringkali berakibat pada aktivitas keseharian pada bidang akademik, pekerjaan, relasi sosial, kesehatan, hingga konsep diri. Untuk mengurangi adanya keluhan dilakukan farmakoterapi, namun beberapa dari mereka menginginkan dan mengharapkan adanya alternatif lain untuk mengurangi adanya symptom.
TUJUAN PENELITIA N
• Membuktikan ada tidaknya pengaruh pemberian Mindful Awareness Practices (MAPs) untuk individu dewasa yang memiliki diagnosis dengan ADHD
MINDFULNESS IN GENERAL • Mindfulness-based intervention merupakan bagian “generasi ketiga” dari terapi perilaku. • Mindfulness Meditation Training diturunkan dari tradisi lama dari meditasi Vipassana Timur yang sering didefinisikan sebagai adopsi perhatian yang tanpa melakukan penilaian (judgement) dengan memperhatikan pengalaman saat ini (in the present moment) . • Sementara, mindfulness pada bidang psikologi klinis didefinisikan sebagai proses mencapai pengalaman kompleks layaknya seorang Buddhist dengan memperhatikan dua komponen yaitu; mengorientasikan perhatian dan merasakan pengalaman masa kini (present moment) dengan rasa keingintahuan, rasa keterbukaan, dan rasa
penerimaan
THE MINDFUL AWARENE SS PRACTICE S (MAPs)
MAPs program ditujukan untuk ADHD yang didasarkan pada program pelatihan mindfulness termasuk MBSR (Mindfulness based stress reduction), MBCT (Mindfulness based cognitive therapy) dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun. Program MAPs ini terdiri dari 8 minggu dengan durasi 2,5 jam disetiap sesinya. Berikut merupakan urutan sesi yang dilakukan pada program MAPs :
STEP 1 • Peserta diminta untuk merefleksikan tanpa menghakimi symptom yang dialaminya sendiri “being expert in their own ADHD” • Memberikan edukasi kepada peserta bagaimana self awareness dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara lebih positif • Mengajarkan duduk meditasi
STEP 2 • Melakukan evaluasi praktek mindfullness dirumah, dengan mendiskusikan apa saja hambatan dan kesulitan dalam melakukan meditasi mindfulness • Peserta dilatih untuk teknik melakukan meditasi dengan cara counting, imagery, dan walking
STEP 3 • Memperhatikan perbedaan pada breath, body, and mind ketika terjadi awareness dan tidak • Berlatih menjaga awareness dengan menggunakan ”anchor” yaitu bernafas untuk dapat menyatukan mind and body • Melatih awareness disetiap beraktivitas dan disetiap harinya, setidaknya minimal 5 hingga 15 menit dalam sehari
STEP 4 • Hadir sepenuhnya menyatu dengan tubuh • Berlatih menggunakan visualisasi ”langit” dan “awan”
STEP 5 • Pada step ini meditasi mengajarkan ”mengasihi diri sendiri”, melihat pikran secara terbuka dan aware • Mulai mengajarkan judgement terhadap pikirannya
STEP 6 • Merasakan aware pada kondisi emosi • Menumbuhkan emosi positif
STEP 7 • Membuka awareness dengan melakukan observasi pada berbagai aktivitas pada kehidupan sehari-hari • Berlatih melakukan interaksi sosial dengan fully mind (tidak menginterupsi, mendengarkan orang lain, menahan berbicara yang terlalu banyak)
STEP 8 • Membuat mindfulness bagian dari kehidupan sehari-hari dan bagaimana caranya mengambil latihan untuk membangun kesadaran baru menjadi sebuah rutinitas • Melakukan mindfulness buddy untuk saling mengingatkan untuk melakukan meditasi mindfulness setiap harinya
CASE STUDY #1 • Seorang wanita berkulit hitam dengan berusia sekitar 30an, mengeluhkan bahwa ia sulit mengatur waktu di tempat kerja (misalnya, dia sering terlambat dan kesulitan menyelesaikan tugas dengan baik), merasa gelisah dirumah dan memiliki self awareness yang buruk. • Setelah melakukan assesmen, wanita tersebut memenuhi kriteria untuk ADHD, dengan gabungan tipe gangguan depresi. Diagnosis tersebut telah konsisten dengan diagnosis sebelumnya saat pertama kali dirinya didiagnosia ADHD pada saat usia 20-an. Pada awal perawatan dirinya telah menggunakan obat citalopram dan lamotrigine selama setahun dan kemudian saat ini ia menggantinya dengan lisdexamfetamine dimesylate kurang lebih pemakaian sebulan terakhir.
CASE STUDY #2 • Seorang wanita berkulit putih dengan berusia sekitar 40-an, mengeluhkan kesulitan memusatkan perhatian secara terus menerus yang akhirnya berdampak pada pekerjaannya seperti sulit menyelesaikan tugas, membuat kesalahan yang ceroboh, dan buruknya manajemen waktu. Ia telah dipecat dari pekerjaan sebelumnya karena kecerobohannya dan buruknya manajemen waktu karena ia selalu gelisah akan apa yang menimpanya. • Ia juga melaporkan bahwa dirinya merasa kesulitan fokus dalam menyelesaikan tugas dirumah sehingga menghasilkan adu argumen dengan pasangannya yang cukup membuatnya frustrasi. Dari keterangannya, wanita tersebut masuk dalam kategori ADHD terutama tipe inattentive. Selama
MEASURES
• Gejala ADHD diadministrasikan menggunakan self report dengan ADHD Symptomps Scale oleh Barkley dan Murphy 2006 yang telah dimodifikasi dengan penghitungan 0 tidak pernah) hingg 3 ( sangat sering).
HASIL
HASIL • Pada wanita kasus pertama, dirinya mengklaim bahwa ia mampu belajar dengan tidak menanggapi dirinya sendiri dengan kasar serta tidak menghakimi (terkadang pada indiviud ADHD terlalu kritis menilai dirinya sendiri). Ia juga percaya bahwa kekuatan aware akan dirinya mampu membantunya untuk menghadapi symptom yang ada pada dirinya. • Pada wanita kasus kedua, juga mengklaim bahwa ia merasa mindfulness mampu membantu dirinya menjadi lebih sadar akan dirinya sendiri, sehingga jika ia telah sadar, ia menjadi mampu bagaimana merespon dirinya sendiri.
KESIMPULAN • Secara keseluruhan, studi penelitian mengenai penerapan mindfulness terhadap ADHD menunjukkan bahwa intervensi tersebut layak dan dapat diterima dengan baik oleh individu dengan ADHD. • Meski begitu, uji metodologis diperlukan untuk mengetahui efek pada sampel yang lebih terkontrol dan yang lebih besar maupun efek jangka panjangnya. Sehingga, harapan peneliti program mindfulness ini mampu memberikan pilihan pengobatan yang lebih mudah dan efektif.