01. Pendahuluan ..........................................................1 1. Latar Belakang Proyek 2. Tujuan Proyek 3. Deskripsi Umum Proyek
02. Kajian Fungsional ................................................4 1. Analisis Pengguna dan Kegiatan 2. Analisis Tapak Makro 3. Analisis Tapak Mikro 4. Studi Preseden
03. Pemrograman Proyek .........................................10 1. Visi Proyek 2. Tujuan Perancangan 3. Rumusan Isu-Isu Perancangan 4. Program Ruang
04. Konsep dan Strategi Perancangan .....................15
Daftar Isi
1. Konsep Dasar Rancangan 2. Strategi 3. Strategi 4. Strategi 5. Strategi
Pengorganisasian Ruang Gubahan Massa Gubahan Spasial dalam Merespon Isu-Isu Konteks Tapak
6. Strategi Selubung Bangunan 7. Strategi Struktur dan Utilitas
05. Gambar Pra-Rancangan ......................................25 1. Gambar-Gambar Proyeksi Orthogonal 2. Gambar-Gambar Perspektif Bangunan
ii.
01.
Pendahuluan Latar Belakang
Terakota merupakan tembikar yang tidak dilapisi glasir, dibuat dari tanah liat yang dibakar sehingga warnanya merah kecoklat-coklatan, seperti genteng, dan batu bata. Jatiwangi sudah dikenal dengan industri terakotanya sejak zaman kolonial. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah pabrik terakota di Jatiwangi menurun drastis hingga menyisakan 150 pabrik dengan 20% saja dari jumlah tersebut yang masih beroperasi. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya citra negatif akan pabrik terakota itu sendiri yang terbilang kumuh. Selain itu, produk yang diproduksi seperti genteng dan batu bata sudah berkurang peminatnya dan pekerja juga belum menciptakan inovasi baru dan sudah terlanjur nyaman dengan irama lama. Selain itu, pabrik terakota yang ada di Jatiwangi dirasa belum dapat merepresentasikan terakota secara eksploratif dalam perancangannya. Untuk melestarikan kebudayaan tanah di Jatiwangi serta tetap membantu pergerakan roda ekonomi industri terakota. diguguslah sebuah gagasan untuk mengintegrasikan perancangan pabrik dengan pusat riset guna mengkatalisasi proses pengembangan produk terakota di Jatiwangi.
Tujuan Proyek Perancangan bangunan ditujukan untuk menciptakan bangunan dengan fungsi produksi produk terakota yang disertai dengan tambahan fungsi penunjang berupa research and development center yang lebih bersifat seperti workshop dan dibuka untuk umum. Bangunan juga akan merepresentasikan terakota pada unsur bangunan hingga lanskap sehingga dapat menggambarkan kebudayaan lokal belum dapat direpresentasikan pada jebor-jebor (pabrik genteng) sebelumnya. Perancangan bangunan ini pun diharapkan dapat membangun iklim kondusif dan menjaga produktivitas para pekerjanya dan membantu memulihkan roda ekonomi industri terakota. Vista Cerobong
1.
Pemrakarsa Jatiwangi Art Factory (JAF)
Deskripsi Umum Proyek
Proyek ini adalah proyek fiktif yang diusulkan oleh Jatiwangi Art Factory (JAF), sebuah komunitas organisasi nirlaba yang berfokus kepada kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan budaya seperti festival, pertunjukan seni rupa, hingga diskusi bulanan di Jatiwangi, yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Majalengka guna mewujudkan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Terakota untuk Kabupaten Majajengka.
Fungsi Utama Pabrik Terakota Area ini terdiri dari area produksi terakota, mulai dari tempat penyimpanan bahan baku (tanah liat), area penggilingan, area percetakan, area pengeringan, area pembakaran, area pengolahan limbah, dan fasilitas penunjang untuk karyawannya.
Pusat Riset / Workshop
Pusat Riset / Workshop Terdiri dari area makerspace berupa pusat riset dan fasilitas pendukung. Area ini bertujuan untuk membaurkan pengunjung dengan kebudayaan tanah dengan mengikuti workshop. Sebelum mengikuti workshop pengunjung juga disuguhkan untuk mengikuti proses pengolahan terakota melalui elevated walkway.
Konteks Tipologi yang diangkat pada proyek ini merupakan pabrik, yang dalam Draft Revisi RTRW Kabupatem Majalengka (2020) termasuk ke dalam tipologi bangunan industri. Proyek ini bertujuan untuk mengkatalisasi proses pengembangan produk terakota sekaligus melestarikan kebudayaan tanah dengan membaurkan tipologi pabrik, yaitu pabrik terakota. Serta, tipologi yang bersifat lebih edukatif, yakni research and development center berupa workshop terakota yang aksesibel untuk oleh masyarakat umum. Dengan adanya keterpaduan antara fungsi produksi dan edukasi masyarakat, diharapkan kesadaran masyarakat akan kebudayaan tanah akan semakin meningkat.
Area Penggilingan
2.
Deskripsi Umum Proyek Lokasi Jalan Lingkungan (ROW 5 m), 150 m dari Jalan Raya Barat Burujul Kulon, Desa Burujul Kulon, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Delineasi Utara : Persawahan Selatan : Batching Plant Beton
A
B
Barat : Pabrik Genteng, Kebun Timur : Pabrik Genteng
C
D Jalan Kolektor
Peraturan Menurut Draft Revisi RTRW Provinsi Jawa Barat tahun 2020, lahan ini berada pada Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Jatiwangi. Menurut Peta Rencana Kawasan yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pembangunan Daerah, Kabupaten Majalengka lahan yang dipilih berada pada zonasi peruntukkan pabrik genteng dengan persyaratan yang berlaku sebagai berikut:
Permukiman Permukiman
Pabrik Genteng
Asumsi
Tidak Ada
GSB: 10 meter (jalan lingkungan) 3 meter (samping site)
Batasan Anggaran Lahan Telah
KDB: Maksimal 70%
Dibebaskan
KLB: Maksimal 1.4 KDH: Minimal 20%
3.
02.
Kajian Fungsional Kajian Pengguna
01.
Kegiatan Umum
Pekerja Jebor (Pabrik) Usia 21-58 Tahun Jam Kerja Senin-Jum'at 07.00 - 16.00
Sabtu-Minggu 07.30 - 14.30
Parkir / Drop Off
Absensi
Bekerja
Istirahat
Bekerja
Absensi
Pulang
Proses Pengolahan Terakota
Mengambil Stok Tanah Gundukan tanah ini kemudian disiram air dan didiamkan selama 1 hari agar lebih padat, lalu kemudian dipotong menggunakan alat dan digotong oleh tukang secara manual
Penggilingan Tanah Memperoleh tanah liat yang homogen dengan partikelpartikel yang lebih halus dan merata.
Shipping Storage Gudang dimana produk ditumpuk hingga waktu shipping tiba
Pencetakan Tanah
Pengeringan Tanah
Pembakaran Tanah
Tanah liat yang sudah dibentuk kotak-kotak oleh mesin penggiling perlu dipipihkan terlebih dahulu dengan memukul tanah liat untuk memadatkannya dan menyesuaikan dengan ukuran mesin cetak.
Proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan. Dimana genteng hasil percetakan diletakan di dalam rak dalam waktu 2 hari.
Pengeringan terakota selanjutnya berlangsung di dalam tungku. Pengeringan dalam tungku berlangsung selama 2 hari pada suhu konstan 600 °C.
Pengolahan Limbah Penggilingan limbah genteng menjadi agregat menggunakan mesin penggiling, yang kemudian dikemas ke dalam karung
4.
Kegiatan Umum 03.
Pengunjung Keluarga Jam Kunjungan Senin-Minggu 10.00 - 17.00
04.
Parkir / Drop Off
Melihat daftar kegiatan
Tour Pabrik
Makan & Membeli Souvenir
Parkir / Drop Off
Melihat daftar kegiatan
Tour Pabrik
Mengikuti Workshop
Parkir / Drop Off
Absensi
Bekerja
Istirahat
Bekerja
Absensi
Pulang
Parkir / Drop Off
Absensi
Bekerja
Istirahat
Bekerja
Absensi
Pulang
Pulang
Pengunjung Rombongan Akademisi Jam Kunjungan Senin-Minggu 10.00 - 17.00
05.
Makan & Membeli Souvenir
Pulang
Pegawai Administratif Usia 21-55 Tahun Jam Kerja Senin-Jum'at 07.00 - 16.00
06.
Pegawai Workshop dan Servis Usia 21-55 Tahun Jam Kerja (Shift') Senin-Minggu 07.00 - 16.00
5.
Climate Matahari Untuk menjinakkan cahaya matahari terik dari arah barat diperlukan respon berupa fasade yang lebih masif atau berpori.
Angin Suhu pada Majalengka relatif panas, sehingga guna menghadirkan suasana rimbun pada kawasan dapat dilakukan dengan diskontinuitas massa yang memungkinkan angin untuk mengalir diantara massa. Penggunaan material yang berpori juga dapat digunakan sebagai bentuk dari penghawaan udara alami.
Angin Siang
Iklim
C GSB: 2 m
Indonesia merupakan iklim tropis, hal ini membuat arsitektur yang dirancang harus megalirkan air hujan sesegera mungkin ke tanah dengan merancang atap miring. GSB: 2 m
Arah Matahari:
Kecepatan Angin:
Suhu:
Di atas khatulistiwa
2 mph - 12 mph
25 °C - 32 °C
Arah Angin:
Kelembapan:
Siang dari Selatan Malam dari Barat
79% - 93%
GSB: 2 m
SITE Angin
Luas: 1.15 Ha
Siang
KDB: 0,7
A
KLB: 1,4
B
Tinggi Maksimal: 20 m
LAHAN
Zonasi: Industri
EKSPANSI
GSB: 10 m
Natural Features
D
Topografi Kemiringan tanah masih termasuk ke dalam kategori datar dengan kemiringan 5%, hal ini memudahkan mobilisasi pada pabrik karena track jalanan yang rata. Jenis tanah pada tapak merupakan tanah latosol pada ketinggian 47 mdpl - 43 mdpl (Dataran rendah, kontur landai ke arah utara).
U Bangunan Industri
Permukiman
Pertokoan
Arus Kendaraan
Arus Kendaraan
Jalan Aspal
Jalan Tanah
Vegetasi Vegetasi di sekitar site dapat dimanfaatkan sebagai buffer untuk meminimalisir kebisingan pabrik ke area perumahan warga. Hal ini juga dapat diterapkan pada tapak. Ragam vegetasi eksisting pada tapak diantaranya adalah pohon jati (relatif muda), pohon pisang, perdu.
Analisis Tapak 6.
Neighbourhood Pabrik Genteng: Aktivitas : Produksi dan warehouse genteng dan produk lainnya Material
: Struktur kayu, dinding genteng, truss baja
Fasade : Bangunan terdiri dari rangka kayu atau baja yang terbuka di kebanyakan sisi, fasade berupa dinding bata atau genteng exposed Tinggi
Angin Siang
: 10 m (termasuk tower)
C GSB: 2 m
Circulation & Transportation Arus Kendaraan: Jl Raya Barat Burujul Kulon: Lancar Jl. Lingkungan: Lancar
GSB: 2 m
GSB: 2 m
SITE
Jenis Kendaraan:
Angin
Luas: 1.15 Ha
Truk, Mobil Pick-Up, Mobil, Motor, Angkot, Sepeda
Siang
KDB: 0,7
A
KLB: 1,4
Parkir: Jl Raya Barat Burujul Kulon: On-Street Jl. Lingkungan: On-Street
B
Tinggi Maksimal: 20 m
LAHAN
Zonasi: Industri
EKSPANSI
GSB: 10 m D
Angkutan Umum: Melewati Jl. Raya Barat Burujul Kulon, 150 m dari site Angkutan Kota Jurusan Cigasong – Sukaraja – Jatiwangi Angkutan Kota Jurusan Kadipaten – Jatiwangi – Ligung – Ampel Angkutan Kota Jurusan Rajagaluh – Weragati – Palasah – Jatiwangi Angkutan Kota Jurusan Kadipaten – Jatiwangi – Sumberjaya
U Bangunan Industri
Permukiman
Pertokoan
Arus Kendaraan
Arus Kendaraan
Jalan Aspal
Jalan Tanah
Tata Guna Lahan & Ketinggian Bangunan Sekitar Lahan dibatasi dengan batching plant beton pada area selatan, serta pabrik genteng pada bagian timur dan barat. Pada bagian barat site juga terdapat perkebunan dengan tinggi rata-rata 1-2 lantai.
Analisis Tapak 7.
Konteks Sekitar Pekerja jebor (pabrik genteng) memiliki kebiasaan untuk beristirahat di perimeter bangunan pabrik ketika jam istirahat. Bangunan yang dirancang dapat menciptakan ruang-ruang istirahat bagi pekerja. baik pada perimeter ataupun direspon dalam bentuk lain.
Angin Siang
Pabrik genteng kecil-menengah (serupa dengan yang dirancang) memiliki struktur kayu sederhana, dimana struktur ini dapat dikembangkan untuk diaplikasikan pada zona pabrik bangunan dengan massa yang cenderung kontinu.
C GSB: 2 m
GSB: 2 m
GSB: 2 m
Sensory SITE
Best View Perancangan area workshop dapat diorientasikan untuk mengarah ke area persawahan untuk memberikan suasana yang kondusif saat bekerja.
Angin
Luas: 1.15 Ha
Siang
KDB: 0,7
A
KLB: 1,4 Tinggi Maksimal: 20 m
LAHAN
Zonasi: Industri
EKSPANSI
Worst View View batching plant beton akan dihindari, sehingga fungsi-fungsi yang diletakkan merupakan fungsi yang tidak membutuhkan orientasi visual, seperti area parkir dan pabrik.
B
GSB: 10 m D
U
Polusi Suara Polusi suara dari pabrik sekitar dapat diminimalisir dengan menggunakan buffer berupa vegetasi seperti ragam pohon. Bangunan
Polusi Udara
Industri
Permukiman
Pertokoan
Arus Kendaraan
Arus Kendaraan
Jalan Aspal
Jalan Tanah
Perancangan menara membakaran yang tinggi akan mencegah asap hasil pembakaran untuk mengenai area pabrik (karena terlalu rendah).
Analisis Tapak 8.
Studi Preseden
The Brown Sugar Factory by DnA
The Plus by BIG
The Farm 38° 30° by Slash Architects + Arkizon Architects
Terletak di area perdesaan di Cina, bangunan ini merupakan sumber penghidupan dari warga desa setempat. Bangunan ini merupakan pabrik yang juga merangkap menjadi pusat komunitas bagi warganya ketika pabrik tidak beroperasi pada musim dingin.
Pabrik furnitur dan cat yang dirancang oleh BIG ini memiliki pendekatan dimana front of the house dan back of the house kawasan pabrik dileburkan. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan atmosfer baru saat bekerja dan memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk langsung mempelajari proses produksi dari barang yang ada di pabrik.
Walaupun memiliki ukuran yang terbilang kecil untuk sebuah pabrik, pabrik keju yang terletak di Turki ini menawarkan pengalaman ruang panoramik dari titik poros pabrik. Hal ini bertujuan untuk merangkum runtutan ruang yang berada di pabrik agar dapat dipahami hanya dengan beridiri di titik poros dan berputar 360°.
Pemisahan zonasi pekerja dan pengunjung yang ditawarkan oleh BIG melibatkan ramp dan elevated walkway, hal ini dilakukan guna mendapatkan perspektif yang lebih jelas bagi pengunjung dan alur kerja yang lebih efektif bagi pekerja.
Pabrik ini hanya terdiri dari area pabrik dan tidak dirancang khusus untuk mewadahi pengunjung dalam jumlah yang banyak, sehingga zonasi untuk pengunjung hanya terdapat pada area titik poros kawasan berupa ruang terbuka hijau yang dikelilingi oleh massa berbentuk lingkaran yang menjadi ruang-ruang pabrik. Bentuk melingkar juga meningkatkan keamanan pabrik karena memperluas jangkauan visual pekerjanya.
Bangunan dengan 1 lantai ini juga mewadahi turis yang datang ke desa tersebut untuk melihat kegiatan yang ada. Sehingga terdapat pemisahan zonasi antara pengunjung dan pekerja secara horizontal. Pemisahan ini dilakukan agar tidak terdapat intervensi kegiatan dari kedua pengguna bangunan. Pemisahan pekerja pabrik dan pengunjung dilakukan dengan membatasi alur sirkulasi kunjungan (visit flow) dan alur kerja (work flow) dengan partisi kaca yang didekorasi dengan ilustrasi langkah pengolahan gula terkait. Kaca dipilih karena tidak membatasi visibilitas pengunjung yang ingin melihat proses pengolahan gula.
Pabrik memanfaatkan konteks di sekitarnya yang merupakan hutan pinus untuk dilalui oleh elevated walkway, sehingga pengalaman yang ditawarkan untuk pengunjung merupakan alur kerja pabrik yang utuh, dari asal bahan baku hingga pengemasan.
9.
03.
Pemrograman Proyek Visi Proyek
Menciptakan bangunan dengan fungsi produksi produk terakota yang disertai dengan tambahan fungsi penunjang berupa research and development center yang lebih bersifat seperti workshop. Bangunan juga akan merepresentasikan terakota pada unsur bangunan hingga lanskap sehingga dapat menggambarkan kebudayaan lokal belum dapat direpresentasikan pada jebor-jebor (pabrik genteng) sebelumnya.
Tujuan Perancangan Merancang Pabrik Terakota yang memiliki fasilitas penunjang yang dibutuhkan untuk pengembangan diversifikasi produk kawasan industri terakota di Jatiwangi, Majalengka.
Courtyard Pabrik
Menyediakan fasilitas edukasi bagi masyarakat dengan membaurkan pabrik dan area pengunjung tanpa mengintervensi kegiatan penggunanya. Membenahi citra jebor dan terakota yang kumuh dan monoton.
10.
03.
Pemrograman Proyek Rumusan Isu-Isu Utama Perancangan
1. Keterpaduan antar Fungsi Pabrik dan Fasilitas Penunjang berupa Research and Development Center (Workshop) dan Fasilitas Pengunjung Bangunan memiliki fungsi utama pabrik yang terpadu dengan fasilitas research and development yang dibuka untuk umum untuk tujuan mengedukasi. Keduanya memiliki jenis pengguna yang berbeda dengan kepentingan yang berbeda pula. Untuk itu, rancangan harus dapat mengakomodasi ragam kebutuhan tersebut demi efektivitas kerja dan kenyamanan kunjungan dan proses pembelajaran yang baik.
2. Membenahi Citra Jebor dan Terakota
Courtyard Pabrik
Jatiwangi dikenal akan kebudayaan tanahnya, terutama genteng dan batu bata yang kerap diproduksi di pabrik-pabriknya (jebor). Namun, belum terdapat inovasi dari pengaplikasian material ini sehingga material genteng dan batu bata kurang memiliki citra yang baik dan membosankan. Bekerja di jebor juga dianggap pekerjaan yang kotor.
11.
KDB: 9.310 m2 KLB : 1,4 m2 KDH : 2.660 m2
Program Ruang 12.
KDB: 9.310 m2 KLB : 1,4 m2 KDH : 2.660 m2
Fasade Second-Skin
Program Ruang 13.
Diagram Kedekatan Ruang
Program Ruang 14.
04.
Konsep dan Strategi Perancangan
Konsep Dasar Rancangan
Penghadiran Citra Baru pada Kawasan
Keterpaduan Fungsi
Zonasi
Pemisahan Aksesibilitas
Comfort at Work
Materiality
Visitor-Friendly
Implementasi
Bangunan Multi-Massa dan Pemanfaatan Ruang Luar
Eksplorasi Terakota pada Bangunan
Sekuens Kontinu pada Sirkulasi Pengguna
Bangunan dipecah ke dalam 2 kompleks massa utama yang mengakomodasi zonasi kegiatan yang berbeda. Kompleks tersebut merupakan kompleks massa pabrik dan massa pengunjung yang dihubungkan dengan ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan setempat.
Selain sirkulasi, ekspresi bangunan menjadi aspek yang perlu diperhatikan dalam membenahi citra jebor dan terakota itu sendiri. Sehingga, material terakota seperti genteng, batu bata, dan roster menjadi material dominan yang dipilih sebagai ekspresi kawasan, baik lanskap atau bangunan.
Pabrik yang merupakan tipologi utilitarian membutuhkan sirkulasi yang efektif dalam bekerja, sehingga sirkulasi dibuat kontinu. Fasilitas pengunjung juga dibuat kontinu menyusuri pabrik untuk meleburkan batasan back of the house dan front of the house secara visual.
15.
Strategi Pengorganisasian Ruang
Zonasi Horizontal Tapak Organisasi ruang secara horizontal terdiri dari 3 hierarki utama yang dibagi berdasarkan penggunanya, yaitu publik, semi-publik, dan privat. Pemisahan antara area pabrik dan pengunjung dipisahkan secara horizontal dengan adanya plaza sebagai pembatas, dan juga secara vertikal dimana terdapat elevated walkway bagi pengunjung untuk melihat proses pembuatan terakota dengan elevasi yang lebih tinggi.
Sirkulasi Tapak dan Zonasi Vertikal Sirkulasi tapak secara umum dibagi menjadi sirkulasi manusia, kendaraan, dan juga pemadam kebakaran. Sirkulasi manusia berpusat pada bukaan 2 massa pengunjung yang ditunjukkan sebagai titik kumpul sebelum memasuki kawasan. Sirkulasi vertikal pada bangunan pengunjung menggunakan tangga serta ramp untuk sirkulasi manusia. Untuk sirkulasi bahan baku berupa tanah menggunakan mini crane yang berdekatan dengan area pencetakan.
Mini Crane
16.
B Pabrik RTH
Strategi Gubahan Bentuk
T
Sebelum melakukan pengolahan massa dilakukan analisis tapak untuk menentukan orientasi dan peletakkan massa bangunan. Arah angin diutamakan untuk langsung mengarah ke area pabrik guna membantu proses pengeringan terakota.
Membuat massa memanjang yang dominan menghadap ke utara-selatan. Massa bangunan memiliki setback pada timur dan selatan tapak untuk perancangan sirkulasi dan parkir. Bentuk dasar persegi dipilih untuk memaksimalkan ruang pabrik.
Pusat Riset
Membagi zonasi ke dalam fungsi bangunan dengan pola zona mengelilingi area hijau yang berorientasi ke arah sawah. Sedangkan akses masuk pengguna (pengelola dan pengunjung) disesuaikan dengan arah datang kendaraan dengan intensitas tertinggi, yakni dari Jalan Raya Barat Burujul Kulon.
Massa pusat riset di area depan site dirancang sebagai pilotis guna memberikan kesan mengundang untuk pengunjung. Kompleks pabrik dan pusat riset digabungkan dengan elevated walkway yang juga berfungsi sebagai jalur teduh dan menciptakan sekuens siklik.
Perspektif Mata Burung Kawasan
17.
Tradisional x Modern
Strategi Gubahan Bentuk
Komposisi bentuk kompleks pabrik dan pusat riset merupakan perkawinan antara pengaplikasian terakota secara tradisional dan modern. Dimana pada pabrik, terakota diaplikasikan sebagai penutup atap dengan bentuk dasar persegi yang memanjang seperti pabrik terakota tradisional lainnya. Sedangkan pusat riset memiliki impresi yang lebih modern, dimana terakota digunakan sebagai fasade, bukan sebagai penutup atap. Diantara kedua bangunan yang memiliki karakteristik berbeda ini diberi area transisi berupa plaza.
Perspektif Mata Burung Kawasan
Komposisi Bentuk Pabrik
Komposisi Bentuk Massa Pengunjung
Bentuk dasar massa yang dipilih pada kawasan merupakan persegi, dikarenakan pabrik membutuhkan ruang-ruang yang lebih fleksibel dan alur kerja yang ringkas. Untuk menciptakan order yang sama pada kawasan, massa pengunjung yang juga merupakan massa workshop mengadaptasi bentuk yang serupa, yaitu persegi.
Terletak di bagian timur tapak, massa pengunjung yang terdiri dari 2 massa yang menciptakan ruang terbuka diantaranya dianologikan sebagai gapura. Hal ini bertujuan untuk menciptakan akses masuk yang permeabel dan menuju area plaza, Gubahan massa ini juga menciptakan vista terhadap cerobong pembakaran yang digunakan untuk membakar terakota yang sedang diproduksi sehingga memberikan kesan monumental. Massa yang terbelah ini juga dihubungkan dengan jembatan yang langsung mengarah pada kawasan pabrik sehingga pabrik dapat diakses secara visual oleh pengunjung
Susunan massa pada area pabrik disusun dengan aksis linear pada tapak yang membentuk ruang terbuka hijau pada tapak. rupa agar tetap dapat menciptakan area hijau diantara bangunan untuk akses masuk cahaya, udara, juga sebagai ruang-ruang bersosialisasi ketika pekerja sedang beristirahat.
18.
Area Penggilingan dan Pencetakkan
Akses Masuk
Strategi Gubahan Spasial
Amphitheater
Area Pembakaran
Perspektif Mata Burung Kawasan
Elevated Walkway Balkon
Courtyard
Massa Pengunjung Area Pengeringan (Workshop, Toko Souvenir, Restoran)
19.
Strategi Gubahan Spasial
Akses Masuk
Amphitheater
Akses masuk yang menjadi titik kumpul pengunjung pada bangunan menciptakan vista ke arah cerobong pembakaran. Akses masuk juga dilengkapi dengan kursi-kursi pada area tangga masuk.
Area yang menjadi buffer antara perbedaan zonasi ini merupakan ruang yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sebagai ruang interaksi hingga workshop terbuka.
Sirkulasi Pabrik
Elevated Walkway - Balkon
Sirkulasi pada pabrik juga dibuat semi terbuka, dimana hal ini merupakan adaptasi dari pabrik-pabrik sebelumnya, dimana perimeter pabrik dibiarkan terbuka. Sedangkan sisi pabrik yang menghadap massa pengunjung dibatasin dengan elevated walkway, dengan bukaan berupa arch.
Wahana elevated walkway dirancang untuk dapat melihat proses pengolahan terakota dari elevasi yang lebih tinggi, juga mengalami pengalaman ruang keseluruhan kawasan. Elevated walkway akan bermuara pada lantai 2 bangunan pengunjung, dan dari lantai 2 tersebut seluruh proses pengolahan terakota dapat direkam ulang.
20.
Strategi dalam Respon Isu Tapak
Isu-Isu Tapak Relevan Debu
Wayfinding
Tanah yang mengering serta cuaca gersang yang diiringi terpaan angin kerap menghasilkan debu yang beterbangan di sekitar tapak.
Akses menuju tapak tidak langsung berada pada jalan raya, sehingga ddibutuhkan wayfinding yang jelas menuju tapak.
Kawasan Industri Tapak berada pada kawasan industri, sehingga perlu terdapat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan ruang industrial dan pemenuhan RTH.
Akses Pengguna Adanya pemisahan akses sirkulasi kendaraan pengunjung dan pekerja guna memaksimalkan efektivitas sirkulasi work flow, juga kenyamanan pada visit flow.
Pekerasan Berpori Guna memaksimalkan KDH pada kawasan, perkeraan pada tapak menggunakan material berpori, seperti grassblock, paving beton berpori, dan hasil limbah pecahan genteng.
Worst View Minimnya akses visual ke arah selatan yang menghadap ke arah batching plant beton. Sehingga area ini dimanfaatkan sebagai alur sirkulasi pekerja dan servis.
Courtyard Courtyard diantara dua massa pabrik dibentuk guna meneruskan sirkulasi udara pada massa pengeringan sehingga tidak terjadi blocking.. Penghadiran courtyard juga dapat menjadi media interaksi antarpekerja dari gedung yang berbeda, ditambah dengan adanya bangku di sekeliling massa.
Windbreaker Orientasi
Penghadiran Air
Pengikat Lanskap
Amphitheater memiliki orientasi tempat duduk yang mengarah ke area persawahan sebagai best view. Untuk mengikuti order dari amphitheater, elevated walkway juga dibuat melingkar. Dengan demikian, pengguna juga dapat melihat area persawahan sebagai penutup dari tour pabrik sebelum mengikuti workshop.
Majalengka memiliki suhu rata-rata 25-32 °C yang berada di atas suhu kenyamanan manusia. Kawasan pabrik yang cenderung berdebu juga menimbulkan kualitas udara yang kurang baik. Dalam hal ini perancangan pada tapak mengupayakan adanya kolam pada area plaza sebagai pengikat debu. Kolam juga diletakkan di depan area restoran, agar pengalaman bersantap tidak terganggu dengan bulirbulir debu yang beterbangan.
Cerobong diletakkan sejajar dengan akses masuk guna menciptakan koridor visual dengan cerobong pembakaran sebagai vista yang terbentuk dari apitan massa penyambut di bagian depan.
Fasade bangunan pabrik dibuat terbuka guna memasukkan angin ke dalam bangunan dan meneruskannnya ke bangunan yang berda di depannya agar tidak adanya blocking pada sirkulasi udara. Namun, udara yang masuk juga tetap dijinakkan oleh vegetasi di sekeliling tapak. Penutupan sebagian tampak dengan bata susun berpori dimaksudkan untuk meminimalisir debu yang beterbangan ketika tertiup angin dan melewati area pembakaran.
21.
Strategi Selubung Bangunan
Entrance Kawasan
Pabrik
Massa Pabrik Massa Pusat Riset / Workshop Massa bangunan pengunjung yang merupakan massa penyambut merepresentasikan kebaruan tektonika yang dapat diciptakan dari genteng. Fasade di samping merupakan fasade dari tektonika genteng yang diapit oleh plat lantai dan baja hollow sebagai rangkanya. Sambungannya sendiri menggunakan mortar. Variasi lain dari fasade massa pengunjung adalah second-skin dengan menggunakan rangka baja dan memasukkan genteng-genteng dengan sambungan mortar ke dalam tulangan baja. Pengolahan fasade ini diambil karena dapat mengekspresikan genteng secara utuh dan tetap mamasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan. Untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk, jendela yang digunakan menggunakan jendela dengan bukaan kaca yang tinggi.
Fasade Workshop
Fasade Workshop
Keseluruhan massa pabrik memiliki karakteristik fasade yang sama, dimana perimeter bangunan dibuat terbuka, namun untuk menghindari air hujan untuk memasuki area pabrik, atap diberi teritisan. Perimeter bangunan yang terbuka dan menghadap ke area terbuka hijau pabrik kemudian dimanfaatkan sebagai wadah interaksi antar pekerja pabrik ketika sedang beristirahat. Bukaan ini juga melancarkan penghawaan udara pada bangunan, sehingga panas tidak terperangkap di dalam bangunan. Fasade massa pabrik yang menghadap ke arah plaza dan bangunan pengunjung dirancang menjadi jalur teduh area tour pabrik. Adanya jalur teduh berupa arch ini juga memberikan tambahan pengalaman ruang kepada pengunjung. Selain itu, jalur teduh yang kontinu ini menjadi datum yang menyatukan keselurahan kompleks pabrik untuk menghadap area pengunjung. Cerobong pembakaran juga dibuat aksesibel untuk dilihat dari entrance kawasan dan dibuat perhalan mengecil skalanya untuk menciptakan aksen pada cerobong, sehingga dapat memudahkan wayfinding pengunjung yang datang dari jalan utama.
Area Penggilingan
Jalur Teduh Elevated Walkway
22.
Strategi Struktur & Utilitas
Struktur bangunan pengunjung menggunakan sistem kolom-balok dengan material baja dan lantai beton. Atap bangunan berupa dan beton guna mengantisipasi ekspansi bangunan secara vertikal. Sedangkan struktur massa pabrik dengan gubahan massa memanjang menggunakan struktur bentang lebar dengan jarak antar portal sejauh 6 meter.
Area pabrik dan bangunan pengunjung dilindungi oleh proteksi sistem kebakaran aktif berupa sistem sprinkler untuk bahaya kebakaran sedang dengan kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit yang umumnya digunakan untuk industri ringan dimana pabrik terakota termasuk di dalamnya.
Sumber listrik bangunan berasal dari jaringan listrik PLN. Dari gardu, listrik diaalirkan menuju trafo dan diteruskan menuju main distribution panel (MDP). Listrik dialirkan menuju distribution panel yang ada pada masing-masing bangunan.
23.
Strategi Struktur & Utilitas
Ground Water Tank Tangki Air
Instalasi air bersih pada bangunan berasal dari PDAM yang kemudiian ditampung pada tangki air bawah tanah. Air kemudian dipompa menuju tangki air yang berada di atap bangunan. Terdapat 1 tangki air pada atap yang mengakomodasi seluruh kebutuhan air bersih untuk selanjutnya disalurkan kepada ruang yang membutuhkan.
Septic Tank dan Bak Kontrol
Sistem pembuangan air kotor pada bangunan berasal toilet, dapur, hingga kegiatan workshop atau produksi. Aliran air kotor ditampung di septic tank dan bak kontrol sebelum akhirnya dialirkan ke riol kota dan IPAL.
24.
05.
Gambar Prarancangan
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
26.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
16.
27.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
28.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
29.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
VISITOR CENTER
DENAH LANTAI 1 SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
30.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
VISITOR CENTER
DENAH LANTAI 2 SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
31.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
VISITOR CENTER
DENAH LANTAI 3 SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
32.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
33.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
34.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
+13.00
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
35.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
36.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
MASSA PENGGILINGAN. PENCETAKKAN. SERVIS.
DENAH LANTAI 1 SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
37.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
AREA PENGERINGAN DAN PEMBAKARAN
DENAH LANTAI 1 SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
38.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
39.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
40.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
41.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
42.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
R. SAMPAH
R. GENSET
TOILET PEKERJA
MUSHALA
KAFETERIA PEKERJA
MUSHALA
MASSA SERVIS
MASSA SERVIS
POTONGAN A-A’
POTONGAN B-B’
SKALA 1:100
SKALA 1:100
MASSA SERVIS
MASSA SERVIS
TAMPAK UTARA SKALA 1:100
MASSA SERVIS
TAMPAK BARAT SKALA 1:100
TAMPAK TIMUR SKALA 1:100
MASSA SERVIS
TAMPAK SELATAN SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
43.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
AREA PENCETAKAN
KAFETERIA PEKERJA
PANEL LISTRIK
AREA PENYIMPANAN GEROBAK
AREA PENCETAKAN
MASSA PENGGILINGAN DAN PENGECETAN
MASSA PENGGILINGAN DAN PENGECETAN
POTONGAN A-A’
POTONGAN B-B’
SKALA 1:100
SKALA 1:100
ELEVATED WALKWAY PENGUNJUNG AREA PENGERINGAN AREA PENGERINGAN
18000
14
15
MASSA PENGERINGAN
MASSA PENGERINGAN
POTONGAN A-A’
POTONGAN B-B’
SKALA 1:100
SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
44.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
FINISHED PRODUCT STORAGE
AREA PENGOLAHAN LIMBAH
R. BAKAR R. KAYU BAKAR
MASSA PEMBAKARAN
POTONGAN A-A’ SKALA 1:100
FINISHED PRODUCT STORAGE
MASSA PEMBAKARAN
POTONGAN B-B’ SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
45.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
POTONGAN PRINSIP ELEVATED WALKWAY
POTONGAN PRINSIP AREA PENCETAKAN
SKALA 1:30
SKALA 1:30
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
46.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
47.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
AREA PEMBAKARAN AREA PENGOLAHAN LIMBAH
LOADING DOCK
R. BAKAR AREA PENGERINGAN
AREA PENCETAKAN
KETERANGAN AREA PENGGILINGAN
WORKFLOW
R. S A MPA H
VIA ELEVATED WALKWAY
VISITFLOW
ALUR SIRKULASI PEKERJA DAN PENGUNJUNG SKALA 1:250
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
48.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
ARAH EKSPANSI RUANG
AREA FINISHING
ARAH EKSPANSI RUANG WORKFLOW PADA RUANGAN
MASSA VISITOR CENTER
AKSONOMETRI WORKSHOP MODULAR MASSA VISITOR CENTER
DENAH WORKSHOP MODULAR SKALA 1:100
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
49.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR KESELURUHAN
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
50.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR KESELURUHAN
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
51.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR KESELURUHAN
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
52.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
ENTRANCE
DROP OFF
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
ENTRANCE
AMPHITHEATER
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
53.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
ENTRANCE
ELEVATED WALKWAY
PERSPEKTIF MATA BURUNG
PERSPEKTIF EKSTERIOR
ENTRANCE
AMPHITHEATER
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
54.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
ENTRANCE
ENTRANCE
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
AREA PENGUNJUNG
ENTRANCE
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
55.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PLAZA
PLAZA
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PLAZA
PLAZA
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
56.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
BALKON
ELEVATED WALKWAY
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
ELEVATED WALKWAY
PLAZA
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
57.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
AREA PENGERINGAN
VISITOR CENTER
PERSPEKTIF INTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
WORKSHOP
WORKSHOP
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
58.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF INTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
AREA PERCETAKAN
AREA PENGGILINGAN
PERSPEKTIF INTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
AREA PEMBAKARAN
KANTIN PEKERJA
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
59.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR COURTYARD PABRIK
PERSPEKTIF INTERIOR AREA PEMBAKARAN
PERSPEKTIF INTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
AREA PERCETAKAN
JALUR TEDUH ELEVATED WALKWAY
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
60.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF INTERIOR KORIDOR WORKSHOP
PERSPEKTIF INTERIOR BALKON
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
FASADE GENTENG
WORKSHOP
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
61.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi
PERSPEKTIF EKSTERIOR
PERSPEKTIF EKSTERIOR
BALKON
BALKON
PERSPEKTIF INTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
KAFE
WORKSHOP
Reviving Material Consciousness Through Architecture:
62.
Redesain Pabrik Terakota di Jatiwangi