Laporan Riset Kesiapan Obyek Wisata Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu terhadap Bencana
“Kesiasiaan Adalah Pantangan”
DIVISI KARYA RISET DAN INOVASI HIMPUNAN MAHASISWA PLANOLOGI
Daftar Isi
Bencana yang dilihat
GAMBRAN UMUM
Gempa Bumi
Penjelasan Umum Lokasi Riset
Definisi Hazard Definisi Kerentanan Definisi Kapasitas Risk Assesment
Metodologi Penjelasan Metode Penelitian
Analisis
Kebakaran
Penjelasan Metode Analisis Data
Definisi Hazard Definisi Kerentanan Definisi Kapasitas Risk Assesment
simpulan Simpulan Riset
rekomendasi Rekomendasi dan Saran Riset
Taman Wi
Gunung Tangk
isata Alam
kuban Perahu
GAMBRAN UMUM
Kawasan Bandung Utara (KBU) memiliki jenis dan tingkat bencana yang beragam, di antaranya gempa bumi, erupsi, dan tanah longsor. Hal yang kontradiktif dengan hal tersebut justru banyak bangunan permanen yang terbangun di KBU. Selain itu KBU semakin menjadi magnet ekonomi yang bertumpu pada sektor wisatanya yang juga menjadikan KBU menjadi konsentrasi baru kegiatan dan manusia baik bagi penduduk KBU sendiri maupun dari luar KBU. Salah satu tempat wisata favorit yang terdapat pada KBU adalah Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, Kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Menurut Putra Kaban, Direktur Utama PT Graha Rani Putra Persada, mengatakan bahwa pada saat musim libur seperti ini, jumlah pengunjung di Tangkuban Parahu dapat mencapai 6000 pengunjung. Banyaknya pengunjung yang mayoritas bukan merupakan penduduk asli tersebut menyebabkan TWA Gunung Tangkuban Parahu harus siap dan siaga dalam melakukan pengamanan para pengunjung terhadap bencana yang berpotensi terjadi. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi kesiapan obyek wisata terhadap bencana yang berpotensi terjadi di sana. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu terletak di dua kabupaten di mana pintu masuk TWA tersebut terletak pada Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan area wisata atau kawah Tangkuban Parahunya terletak di Kecamatan Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang, dengan koordinat 6°45'41.8"S 107°37'04.3"E. Gunung Tangkuban Parahu tersebut memiliki ketinggian mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter dan merupakan gunung berapi tipe Stratovolcano yang masih aktif.
1
peta kerentanan gerakan tanah kab. subang
Sumber : Badan Geologi dan Tata Lingkungan
Peta Potensi BEncana Gempa Bumi JAwa Barat
Sumber : Badan Geologi dan Tata Lingkungan
Berdasarkan kedua peta tersebut, TWA Gunung Tangkuban Parahu terletak di wilayah yang mayoritas rentan gerakan tanah menengah hingga tinggi dan di wilayah yang rawan terjadi gempabumi tinggi.
2
Metodologi Metode yang digunakan dalam penulisan studi ini dilakukan melalui studi literature serta eksplorasi data serta informasi dan penerapan metode mountain watching untuk memahami berbagai macam elemen yang ada di pegunungan yang terkait dengan bencana.
analisis Dalam analisis yang dilakukan, assessment yang dilakukan hanya terhadap bencana gempabumi dan kebakaran dikarenakan untuk bencana erupsi gunung berapi memang tidak dapat terhindarkan namun peningkatan aktivitas gunung berapi secara bertahap dan dapat terdeteksi sehingga dapat melakukan evakuasi sebelum erupsi terjadi. Sedangkan untuk bencana longsor tidak terlalu rentan untuk terjadi karena tebing-tebing yang ada hanya di sekitar jalan utama dan tebing tersebut cenderung pendek dan terdapat banyak vegetasi seperti pada gambar tersebut. Namun walaupun tidak rentan terhadap longsor, jalan tersebut rentan terhadap pohon tumbang karena banyaknya dahan-dahan pohon yang panjang dan menggantung di atas jalan.
kondisi tebing sepanjang jalan menuju tangkuban perahu
Sumber : Dokumentasi 2016
3
gempa bumi
Sumber : ilmupengetahuan.org
DESKRIPSI GEMPA BUMI Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan. Gempa bumi juga memiliki beberapa karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan bencana alam lainya. Seperti terjadi dalam waktu yang sangat singkat, lokasi kejadian tertentu, berpotensi untuk terulang lagi atau terjadi gempa susulan, belum dapat diprediksi dan dicegah dan yang paling penting berpotensi menyebabkan bencana lainya yang bukan gempa bumi seperti gunung meletus, tanah longsor, likuifasi, tsunami dan lain sebagainya. DESKRIPSI KERENTANAN Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kerentanan suatu wilayah terhadap bencana gempa bumi adalah kekuatan dari gempa bumi, kedalaman lokasi terjadinya gempa bumi, jarak hiposentrum gempa bumi, lama terjadinya gempa bumi, kondisi tanah, lingkungan dan kondisi bangunan atau infrastrujtur fisik yang ada pada wilayah yang terkena gempa bumi.Sehingga pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu terdapat beberapa kerentanan yang cukup tinggi jika terjadi bencan gempa bumi. Pertama Kawasan Gunung Tangkuban Perahu yang masih aktif sehingga sangat besar kemungkinan terjadi gempa bumi secara tiba-tiba akibat aktifitas gunung berapi. Untuk kondisi wilayah dan lingkungan sekitar juga terdapat beberapa kerantanan seperti kondisi jalan di dekat pusat perbelanjaan yang berbatu dan berbahaya jika terjadi kepanikan, kondisi beberapa tangga yang terlalu curam dan kondisi anak tangga yang terlalu tinggi antara satu dengan yang lainya. 5
Kondisi jalan yang berbatu dan curam berbahaya jika terjadi kepanikan
Sumber : Dokumentasi 2016
Kondisi tangga yang terlalu curam berbahaya jika terjadi kepanikan
Sumber : Dokumentasi 2016
6
Kondisi Bangunan pertokoan dari material sederhana dan berdempetan
Sumber : Dokumentasi 2016
Kondisi bangunan pada wilayah Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban masih banyak yang kurang kokoh seperti kondisi pertokoan pada pusat oleh-oleh. Beberapa shelter yang ada di lokasi juga memiliki kondisi yang kurang baik yang hanya terbuat dari material sederhana dan tidak dirawat dengan baik. Hal ini tentunya meningkatkan kerentanan baik dari segi fisik maupun ekonomi dimana dampaknya tidak akan hanya dirasakan oleh pihak pengelola tapi pengunjung dan masyarakat yang beraktifitas di Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Dari segi kapasitas manusia juga masih banyak pengunjung atau penjaga toko yang memiliki tingakat pengetahuan akan mitigasi bencana yang minim sehingga hal ini meningkatkan kerentanan jika terjadi gempa bumi secara mendadak pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. DESKRIPSI KAPASITAS Meskipun terdapat berbagai kerentanan terhadap bencana gempa bumi seperti yang sudah di terangkan diatas. Terdapat beberapa fasilitas yang dapat digunakan untuk mengurangi kerentanan dan dampak yang mungkin dialami akibat gempa bumi. Seperti banyaknya ruang terbuka yang dapat digunakan untuk tempat berkumpul sementara dan menunggu bantuan dan instruksi dari petugas ketika terjadi bencan gempa bumi.
7
Parikaran mobil yang cukup luas untuk menjadi assembly point
Sumber : Dokumentasi 2016
Pada keadaan terjdai bencana gempa bumi parikiran ini cukup untuk menampung sekitar 2000 orang sementara untuk menunggu instruksi selanjutnya dari petugas setempat. Namun parkiran ini juga akan berkurang fungsinya jika keadaan tempat wisata sangat ramai seperti pada weekend dan saat hari libur yang berkebalikan dengan penambahan jumlah pengunjung. RISK ASSESMENT Tingkat resiko pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu terhadap bencana gempa bumi dapat dilihat dengan membandingkan antara kerentanan yang ada dan kapasitas yang dimiliki atau yang sudah tersedia di Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu memiliki tingkat kerentanan terhadap bencan gempa bumi yg cukup tinggi karena jumlah kerentanan lebih banyak dari pada kapasitasnya. Rendahnya kualitas material bangunan pertokoan dan kurangnya fasilitas untuk early warning system menjadi perhatian utama ketika melakukan risk assesment. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa jika bencana gempa bumi terjadi di Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, akan berdampak yang besar dan diraskan oleh banyak pihak. Terutama masyarakat yang berkegiatan dan mencari penghasilan di Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Namun hal ini masih dapat di antisipasi melalui pembenahan yang bertahap dari aspek yang paling kecil sampai dengan aspek yang paling fital. Melalui peningkatan kapasiatas dan pengontrolan wilayah guna memasitikan semua infrastruktur yang ada berada pada kondisi siap dan tahan terhadap bencana gempa bumi. 8
“Legenda munculnya Gunung Tangkuban Perahu berasal dari cerita Sangkuriang� Dahulu kala diceritakan bahawa terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu adalah akibat sebuah kapal yang terbalik akibat ditendang olehSangkurang. Kejadian itu berawal dari kegagalan Sangkuriang dalam membangun sebuah kapal dalam semalam demi mendapatkan cinta dari Dayang Sumbi
Kebakaran
Sumber : bbc.com
DESKRIPSI KEBAKARAN Bahaya kebakaran, menurut SNI 03-1736-2000 adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hinga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan. Potensi bahaya kebakaran akan semakin besar ketika terdapat material-material yang bersifat mudah terbakar, faktor cuaca, struktur dan letak bangunan, serta minimnya kesiapan. Kebakaran dianggap sebagai bencana karena kejadiannya yang bersifat tiba-tiba dan merugikan. Kerugian yang ditimbulkan bisa berupa kehilangan harta benda, bahkan nyawa, maupun gangguan kesehatan. DESKRIPSI KERENTANAN Salah satu bagian yang rentan terhadap kebakaran di Kawasan Wisata Alam Tangkuban Perahu berada di pusat oleh-oleh. Dari gambar disamping dapat dilihat pusat oleh-oleh tersebut beratapkan ijuk kering, sehingga sangat rentan terhadap api. Selain itu, atapnya pun saling menyambung antar kios, sehingga jika terjadi kebakaran disatu titik akan terus menyebar ke seluruh pasar. Selain itu, gambar disamping menunjukkan kios yang menempel satu sama lain menyebabkan penjalaran api akan semakin mudah jika terjadi kebakaran. Ditambah lagi, barang-barang yang dijual juga terbuat dari bahan yang mudah terbakar. Hal ini akan mengakibatkan penjalaran api semakin mudah dan dapat menambah kerugian pedagang. Material kios yang terbuat dari kayu juga menjadi penyebab kerentanan pusat oleh-oleh di Tangkuban Perahu. Selain itu, banyaknya kios yang berupa warung makan dapat menjadi sumber api dari kompor-kompor yang ada di warung. Sebagai Pusat Oleh-oleh untuk Kawasan Wisata Alam Tangkuban Perahu, area ini tentunya menjadi salah satu pusat keramaian pengunjung, terutama pada saat peak season. Hal ini menambah kerentanan area ini jika suatu saat terjadi kebakaran, karena sulit untuk evakuasi. 11
Kondisi pasar oleh-oleh di taman wisata gunung tangkuban perahu
Sumber : Dokumentasi 2016
12
Kondisi jalan yang memudahkan evakuasi pada kondisi darurat
Sumber : Dokumentasi 2016
DESKRIPSI KAPASITAS Meskipun terdapat berbagai kerentanan terhadap kebakaran di Pusat Oleh-oleh, namun ada pula berbagai fasilitas yang dapat digunakan untuk mengurangi resiko kerugian terhadap kebakaran. Jalan akses yang berada diantara kios-kios terbilang cukup lebar, sekitar 3-4 meter. Hal ini akan memudahkan saat terjadi keadaan darurat.
Kondisi jalan yang memudahkan evakuasi pada kondisi darurat
Sumber : Dokumentasi 2016
Selain itu, ada pula ruang terbuka dan shelter yang dapat digunakan sebagai tempat aman. Lokasinya pun terpisah dari kios-kios. Disamping itu, dilokasi tersebut masih terdengar suara dari pusat informasi sehingga pengunjung dapat mengetahui jika terjadi bencana. Akan tetapi, terkadang suara yang terdengar tidak jelas 13
Ditambah lagi, di area sekitar pusat oleh-oleh tidak ditemukan alat pemadam kebakaran maupun sumber air yang dapat digunakan dengan mudah jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran. RISK ASSESMENT Tingkat resiko dapat diketahui dengan membandingkan besarnya hazard dan kerentanan dengan besar kapasitas yang dimiliki. Jika ditinjau dari kondisi fisik dan kelengkapan sarana-prasarana penunjang, area Pusat Oleh-oleh Tangkuban Perahu sangat beresiko terhadap bencana kebakaran. Hal ini karena tingkat kerentanan dan besar bencana yang mungkin terjadi jauh lebih besar dibandingkan kapasitas yang dimiliki. Padatnya pengunjung, terutama saat peak season tidak diikuti dengan kondisi jalan yang mencukupi untuk evakuasi, bahkan tidak dilengkapi dengan penunjuk arah ke lokasi aman. Bukan tidak mungkin jika terjadi kepanikan hingga menyebabkan korban luka yang besar. Selain itu, kerugian semakin diperbesar karena banyaknya barangdagangan yang ditaksir nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Ketidaklengkapan sarana dan prasarana penunjang untuk memadamkan api menjadi penyebab tingginya resiko area ini terhadap bencana kebakaran.
14
REKOMENDASI Untuk mengurangi kerentanan yang ada pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu perlu ditingkatkan kapasitas yang sudah ada dan melakukan penambahan beberapa infrastruktur yang dapat membantu proses mitigasi ketika terjadi bencana gempa bumi. Hal yang dapat dan perlu untuk dilakukan diantaranya adalah : 1. Membuat evacuation map dan meletakkan pada tempat-tempat tertentu. 2. Menambah signage untuk mengarahkan pengunjung atau masyarakat yang beraktifitas di Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu untuk berkumpul di assembly point yang sudah disediakan jika terjadi gempa bumi. 3. Menambah jumlah pengeras suara dan meletakkanya pada wilayah yang belum terjangkau guna meningkatkan performa early warning system yang sudah ada. 4. Meningkatkan kapasitas maswarakat atau pemilik toko serta pedagang di sekitar Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu dengan melakukan penyuluhan berkala. 5. Memperbaiki infrstruktur fisik yang masih kurang layak dan berpotensi menjadi penghambat saat evakuasi ketika terjadi bencan gempa bumi. Seperti memperbaiki tangga yang terlalu curam dan berbatu, memperluas jalan dan melarangadanya benda-benda berbahaya yang dipasang di 6. langit-langit jalan diantara pusat perbelanjaan dan lain sebagainya. Dapat dilakukan juga pembatasan penggunaan kendaraan pribadi sampai dengan puncak atau lokasi wisata agar jumlah kendaraan yang berada di lokasi dapat di kontrol dan ruang yang ada dapat digunakan sebagai assembly point untuk menghindari kepanikan akibat adanya gempa bumi dan resiko adanya korban luka-luka akibat berdesak-desakan. Dan untuk mengurangi resiko terhadap kebakaran, hal yang dapat dilakukan diantaranya: 1. Membangun bangunan yang tahan api, serta memberikan jarak antar bangunan 2. Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) untuk setiap kios. 3. Membangun penunjuk arah ke lokasi aman, sehingga pengunjung tidak bingung ketika menyelamatkan diri. 4. Memasang repeater untuk memperjelas suara dari pusat informasi. 5. Meningkatkan kesiapsiagaan, baik pedangang maupun pengunjung terhadap bencana.
15