KAJIAN
ARSITEKTUR
KOTA
PEMBANGUNAN SEKOLAH LUAR BIASA TIPE A DI JAKARTA SEBAGAI APLIKASI ARSITEKTUR DALAM MEWUJUDKAN KESETARAAN PENDIDIKAN
SCHOOL FOR THE BLIND
ANGIE ABIGAIL 315170144 KARINA ARDELIA 315170132 MARCELLUS LUCKY 315170069
1
THE TEAM Nama / NIM: ANGIE ABIGAIL 315170144 KARINA ARDELIA 315170132 MARCELLUS LUCKY 315170069 Dosen Kelas: DJAUHARI SUMINTARDJA
Ark.Dipl.Bldg.Sc. Dosen Pembimbing:
Dr.Ir. SAMSU HENDRA SIWI , M.Hum
2
TABLE OF CONTENTS ABSTRAK
04
PENDAHULUAN
05
KAJIAN TEORI
07
Asal Mula Sustainable Development Goals
07
Pendidikan Berkualitas
10
Studi Preseden TKLB-SLB di Surabaya
11
KONSEP PERENCANAAN
23
Analisis Alternatif Program SLB - A
23
Respon Arsitektur Terkait kebutuhan ABK terhadap SLB - A
25
KESIMPULAN
28
PEMBAHASAN
15
Pengertian Penyandang Disabilitas
15
Pengertian SLB dan Jenisnya
18
Mekanisme Penyelenggaraan SLB
19
Prosedur Pengusulan Sekolah Inklusif
20
Data Eksisting Terkait SLB di Jabodetabek
20
Pengertian Tunanetra dan Klasifikasinya
KAJIAN ARSITEKTUR KOTA
SUSTAINABLE DEVELOPMENT Pembangunan Sekolah Luar Biasa Tipe A Di Jakarta sebagai Aplikasi dalam Mewujudkan Kesetaraan Pendidikan
21
3
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “PEMBANGUNAN SEKOLAH LUAR BIASA TIPE A DI JAKARTA SEBAGAI APLIKASI ARSITEKTUR DALAM MEWUJUDKAN KESETARAAN PENDIDIKAN�. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Djauhari Sumintaradja Ark. Dipl. Bldg. Sc sebagai dosen kelas dan Ibu Dr.Ir.Samsu Hendra Siwi, M.Hum sebagai dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini kami rancang dengan tujuan mewujudkan salah satu visi dari Sustainable Development Goals yaitu dalam aspek pendidikan. Kami berharap bahwa di Indonesia, pendidikan merupakan hak yang bisa dimiliki oleh segala kalangan masyarakat dan dalam hal ini termasuk anak-anak tunanetra. Kami sadar bahwa mereka memiliki kebutuhankebutuhan khusus untuk bisa mendapatkan pendidikan yang bisa dibantu melalui arsitektur karena itu dalam makalah kali ini kami ingin membangun sekolah luar biasa untuk mengakomodasi pendidikan tersebut. Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan karya kami. Semoga karya ilmiah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang pembangunan sekolah luar biasa.
Jakarta, 10 Mei 2020 Penulis
4
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu poin penting dalam pencapaian sasaran global tentang Sustainable Development Goals sampai tahun 2030. Hal ini karena pendidikan menjadi jembatan penting yang menghubungkan manusia dan kehidupan sosialnya. Di Indonesia, pendidikan yang setara bagi penyandang difabilitas kurang menjadi perhatian. Hal ini terlihat dari minimnya sekolah-sekolah inklusi yang dapat mewadahi para penyandang difabilitas untuk mengembangkan potensi dan kemampuan mereka. Banyak hal yang dapat menjadi penghambat dalam penyetaraan pendidikan para penyandang difabilitas dalam mengemban ilmu. Beberapa di antaranya antara lain: kurangnya jumlah sekolah yang dikhususkan untuk para penyandang difabilitas, sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, juga termasuk stigma masyarakat pada para penyandang difabilitas. Sebagai bentuk arsitektur yang merespon kesetaraan pendidikan bagi semua orang tanpa terkecuali, pembangunan sekolah luar biasa (SLB) dapat menjadi pilihan dengan memperhatikan tiap-tiap kebutuhan para penyandang difabilitas. Baik itu dari segi material, penataan ruang, pencahayaan, dan luasan ruang. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai respon arsitektur dalam membangun Sekolah Luar Biasa type A yakni SLB untuk para tunanetra yang telah dikaji berdasarkan standard dan studi kasus SLBA di Surabaya. Kata kunci : Sustainable Goals , pendidikan, penyandang difabilitas.
Education is one of an Development important points
in
achieving
global
targets
about
Sustainable Development Goals in 2030. This is caused by education that connects human with their social life. In Indonesia, education equality for disabled genes
is
drawing
comprehensive
attention.
schools
that
can
It
lacks
be
fully
protected and has the potential to develop their potential and capabilities. Many things can be a barrier when it comes to the welfare of the disabled involved in the scientific
community.
Some
of
the
students
present study for older students. Facilities and infrastructure schools also include branding for disabled societies. As an architectural style that forms educational equality, it became an election in consideration of the special education (SPED) for everyone and all
disabled
people
without
exception.
It
is
agglomeration, great properties, and accuracy in terms of materials. In this papers, we will be discussing more about architectural
responses
for
designing
extraordinary school type A, which is for the disabled.
The
design
has
already
been
standardized and compared with the case study from SLB-A in Surabaya. Key : Sustainable Development Goals, education, disable genes.
5
PENDAHULUAN
Equality Education Sustainable Development Goals (SDGs)
Latar Belakang
Pendidikan dan pengetahuan merupakah sebuah aspek yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat pada masa modern ini. Masyarakat dunia sudah sadar betapa pentingnya pendidikan untuk memajukan kualitas hidup manusia, ekonomi dunia, dan juga menyelesaikan permasalahan-permasalahan lainnya. Namun terkadang aspek pendidikan ini kurang menyentuh beberapa golongan masyarakat yang tingkat ekonominya rendah serta merupakan penyandang difabilitas, sehingga terjadi ketidaksetaraan dalam standar pendidikan. Akibat negatif dari kurangnya pendidikan bagi para penyandang difabel ini sangatlah banyak, tetapi hal utama menyangkut langsung ke aspek ekonomi dan juga sosial. Masyarakat yang tidak memiliki pendidikan formal akan sangatlah sulit mendapat pekerjaan terutama di konteks kota yang sangatlah ketat akan persaingan. Mereka akan sulit untuk menghidupi diri sendiri. Lalu permasalahan ekonomi dan juga kurangnya pendidikan juga memberikan efek yang sangat penting bagi karakter orang tersebut. Efek tersebut bisa berupa rasa stres, emosi yang tidak stabil, dan terkucilkan di kalangan masyarakat secara umum. Dari hal ini bisa dilihat bagaimana pendidikan tiap-tiap individu sangatlah penting untuk keberlangsungan dirinya sendiri.
6
Membahas mengenai pendidikan dan keberlangsungan hidup warga, maka topik pendidikan termasuk salah satu aspek dalam Sustainable Development Goals (SDGs) , yaitu point ke-4 yang berjudul “ Quality Education �. Tujuan utama dari bagian ini adalah meningkatkan pendapatan bagi penduduk miskin, menjamin akses terhadap pelayanan dasar, dan melindungi seluruh masyarakat dari segala bentuk bencana. Berdasarkan laporan pendidikan dunia atau World Education Ranking yang diterbitkan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) , pada tahun 2017 Indonesia masuk dalam peringkat 57 dari 65 negara dalam segi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar hasil pendidikan itu dikarenakan masih tingkat kesetaraan pendidikan yang rendah sehingga menurunkan nilai pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kesetaraan pendidikan di Indonesia, terutama bagi para penyandang difabel, maka kesetaraan pendidikan bagi seluruh warga Indonesia baik lakilaki maupun perempuan akan tercapai. Berdasarkan data yang ada, Penanganan sumber daya manusia (SDM) penyandang disabilitas masih menjadi isu besar bagi dunia pendidikan dan profesional Indonesia meski pemerintah telah mendorong secara aktif inklusivitas bagi penyandang keterbatasan tersebut melalui berbagai kebijakan. Fokus pada kaum disabilitas ini penting, mengingat data Biro Pusat Statistik (BPS) 2017 mencatat, saat ini baru 18% dari 1,6 juta anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan layanan pendidikan inklusi (sekolah luar biasa ataupun sekolah inklusi). Dari 18% tersebut terdapat 115,000 anak bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 299.000 lainnya bersekolah di sekolah reguler pelaksana sekolah inklusi yang ditunjuk pemerintah. Dan hingga tahun 2010, jumlah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan Inklusif sebanyak 814 sekolah dengan jumlah siswa mencapai 15.181. Keterbatasan para penyandang difabel untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari mulai dari kurangnya jumlah sekolah inklusi bagi penyandang difabelitas tertentu, kurangnya infrastruktur sekolah yang memadai, kurangnya tenaga pengajar khusus, dan juga stigma masyarakat terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Rumusan Masalah Apakah arti kesetaraan pendidikan? Bagaimana kesetaraan pendidikan terhadap seluruh masyarakat bisa dicapai tanpa terkecuali untuk para penyandang difabel di Jakarta? Bagaimana peran arsitektur dalam mewujudkan kesetaraan pendidikan? Bagaimana ciri arsitektur yang sesuai untuk menyokong tujuan kesetaraan pendidikan?
Tujuan Penelitian Mengetahui lebih dalam makna kesetaraan pendidikan. Mengetahui konteks permasalahan pendidikan di Jakarta. Mempelajari peran arsitektur dalam aspek pendidikan. Mempelajari adaptasi arsitektur untuk mengatasi permasalahan kesetaraan pendidikan.
7
KAJIAN TEORI
Asal Mula Sustainable Development Goals
Pembangunan berkelanjutan ( sustainable development ) adalah pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumberdaya alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung bumi. Tujuan tersebut bisa dicapai melalui empat elemen tujuan pembangunan berkelanjutan: 1. Pertumbuhan dan keadilan ekonomi. 2. Pembangunan sosial. 3. Konservasi sumberdaya alam (perlindungan lingkungan). 4. Pemerintahan yang baik ( good governance ). Keempat elemen tersebut saling mendukung satu dengan lainnya, menciptakan tujuan pembangunan yang berkaitan dan berkelanjutan. Dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diadakan di Rio de Janeiro (Brasil) pada Juni 2012 dibahas agenda pembangunan berkelanjutan yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs merupakan seperangkat tujuan, sasaran, dan indikator pembangunan yang berkelanjutan yang bersifat universal. SDGs merupakan kelanjutan dan perluasan dari Mi llennium Development Goals (MDGs) yang telah dilakukan oleh negara-negara sejak 2001 hingga akhir 2015.
8
Meskipun beberapa target MDGs berhasil dicapai, banyak tujuan dan target lainnya dinilai belum tercapai. MDGs bertujuan mengurangi kemiskinan, tetapi gagal memperhatikan dan mengatasi akar masalah kemiskinan. MDGs tidak secara khusus memperhatikan pentingnya mencapai tujuan perbaikan pembangunan ekonomi. MDGs kurang memperhatikan sifat holistik, inklusif, dan keberlanjutan pembangunan. Demikian juga MDGs dinilai kurang memperhatikan kesetaraan gender dan hak azasi manusia. Secara teoretis, MDGs ingin diterapkan di semua negara, tetapi kenyataannya MDGs hanya diterapkan pada negara berkembang atau miskin, dengan bantuan pendanaan dari negara Beberapa masalah utama yang belum bisa diatasi sampai dengan berakhirnya era MDGs (UN, 2016) sebagai berikut: Masih terdapat jurang yang lebar antara rumahtangga yang miskin dan rumahtangga, antara daerah pedesaan dan perkotaan. Masih terdapat ketidaksetaraan gender. Banyak terjadi konflik (peperangan dsb,) yang merupakan ancaman nyata bagi pembangunan manusia. Jutaan orang miskin hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, tanpa akses terhadap pelayanan dasar. Perubahan iklim dan degradasi lingkungan merongrong kemajuan yang diperoleh, dan kelompok masyarakat miskin terkena dampak yang paling besar. Karena MDGs yang kurang berhasil, pada pertemuan tingkat tinggi di markas PBB pada September 2015, sebanyak 193 negara anggota PBB sepakat untuk menjadikan SDGs sebagai kerangka agenda pembangunan dan kebijakan politis selama 15 tahun ke depan mulai 2016 hingga 2030.
8 MDGs Mengurangi kemiskinan dan kelaparan Mencapai pendidikan yang universal Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan Mengurangi kematian anak Meningkatkan kesehatan maternal Membasmi HIV, malaria, dan penyakit lainnya Menjamin keberlanjutan lingkungan Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
9
Adapun daftar 17 tujuan dalam SDGs sebagai berikut: 1. Kemiskinan (Poverty) – Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di setiap tempat. 2. Pangan (Food) – Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan gizi, dan meningkatkan pertanian yang berkelanjutan. 3. Kesehatan (Health)– Menjamin hidup yang sehat dan meningkatkan kesehatan / kesejahteraan bagi semua pada semua usia. 4. Pendidikan (Education) –Menjamin pendidikan yang berkualitas, inklusif dan adil, meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua. 5. Perempuan (Women) – Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan gadis. 6. Air (Water)– Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan bagi semua. 7. Energi (Energy) – Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau (terbeli), andal, berkelanjutan, dan modern, bagi semua. 8. Ekonomi (Economy) – Meningkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif; partisipasi penuh dalam pekerjaan yang produktif, jenis pekerjaan yang layak bag semua. 9. Infrastruktur (Infrastructure) – Membangun infrastuktur (prasarana) yang awet/ kuat, meningkatkan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, mendukung inovasi. 10. Ketidaksetaraan (Inequality) – Mengurangi ketidaksetaraan (inequality) dalam dan antar negara. 11. Pemukiman (Habitation) – Membangun kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, awet/ kuat, dan berkelanjutan. 12. Konsumsi (Consumption) – Menjamin pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. 13. Iklim (Climate) – Mengambil langkah-langkah tindakan yang segera untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. 14. Ekosistem Kelautan (Marine Ecosystem)– Melindungi dan menggunakan lautan, laut, dan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan untuk pembangunan yang berkelanjutan. 15. Ekosistem (Ecosystem) – Melindungi, memulihkan, dan meningkatkan penggunaan ekosistem bumi secara berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, menghentikan dan membalik degradasi (kerusakan) tanah, dan kehilangan biodiversitas (keragaman hayati). 16. Kelembagaan (Institutions) – Menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan yang berkelanjutan, memberikan akses terhadap keadilan bagi semua, membangun lembaga yang efektif, akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan), dan inklusif, pada semua level. 17. Keberlanjutan (Sustainability)– Memperkuat cara implementasi dan merevitalisasi (menghidupkan kembali) kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan. Pada bahasan makalah ini, kami akan mendalami poin 4 yakni tentang pendidikan.
10
Pendidikan Berkualitas
Pendidikan dewasa ini merupakan hak mendasar di dalam nilai kehidupan manusia. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari pendidikan. Implementasi dan pengembangan kajian pendidikan juga harus disesuaikan dengan kondisi serta situasi sosial yang ada di masyarakat. Sebab, pendidikan laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif. Pendidikan tidak hanya berperan menciptakan generasi muda sebagai agent of change yang membawa perubahan, namun generasi muda harus bisa menjadi agent of producer yang mampu menciptakan perubahan yang nyata. Selain itu, diharapkan pendidikan yang berkualitas dan inovatif dapat mendorong kreativitas dan daya inovatif bangsa. Di dunia internasional, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 120 negara diseluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan pendidikan untuk semua ( Education for All Development Index , EDI) Indonesia berada pada peringkat ke-57 dari 115 negara pada tahun 2015. Dalam laporan terbaru program pembangunan PBB tahun 2015, Indonesia menempati posisi 110 dari 187 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,684. Dengan angka itu Indonesia masih tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia (peringkat 62) dan Singapura (peringkat 11). Berdasarkan hal diatas, tujuan pendidikan pun akan menjadi tumpuan upaya pemerintah untuk mendorong pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan dalam era Sustainable Development Goals (SDGs) hingga 2030 berdasarkan arahan dari Forum PBB yang telah disepakati pada tanggal 2 Agustus 2015.
11
Adapun beberapa poin yang menjadi titik utama yaitu: 1. Pada tahun 2030, menjamin semua anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah gratis, setara, dan berkualitas. 2. Pada tahun 2030, menjamin semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap pengembangan masa kanak-kanak awal yang berkualitas, pengasuhan dan pendidikan prasekolah. 3. Pada tahun 2030, menjamin akses yang setara bagi semua perempuan dan laki-laki terhadap pendidikan tinggi, teknis, dan kejuruan yang berkualitas dan terjangkau, termasuk universitas. 4. Pada tahun 2030, meningkatkan secara substantial jumlah remaja dan dewasa yang memiliki keahlian yang relevan, termasuk keahlian teknis dan kejuruan, untuk mendapatkan pekerjaan yang layak serta dapat berwirausaha. 5. Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan dan menjamin akses yang sama terhadap semua tingkatan pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi mereka yang rentan, termasuk penyandang disabilitas, masyarakat adar dan anak-anak yang berada dalam situasi rentan. 6. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua pelajar mendapatkan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, mementingkan budaya perdamaian dan antikekerasan, kependudukan global serta apresiasi terhadap keragaman budaya dan kontribusi budaya. 7. Membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif terhadap gender, anak, dan disabilitas serta menyediakan lingkungan belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif, dan efektif bagi semua.
Studi Preseden TKLB-SDLB di Surabaya
Studi preseden ini merupakan hasil saduran kajian dari internet mengenai TKLB-SDLB di Surabaya. TKLB -SDLB merupakan sekolah yang dibuat khusus untuk 60 siswa-siswi tunanetra jenjang kelas TK hingga SD. Pendidikan pada tahap ini bertujuan untuk mengajarkan pendidikan layaknya anak-anak pada usia mereka dan juga membantu mereka dalam melatih mobilitas dan orientasi, dimana lebih terfokus untuk pembentukan karakter, bersosialisasi, dan belajar tentang lingkungan.
Environment Pada area lingkungan sekolah, kebisingan juga merupakan faktor penting yang bisa mengganggu kegiatan pembelajaran karena itu dibuat ruang transisi agar tidak bising. Perbatasan antara area indoor dan outdoor dibedakan dengan perbedaan ketinggian lantai, yaitu dengan ramp . Ramp lebih sesuai digunakan untuk anak-anak tunanetra dibandingkan dengan menggunakan tangga. Lalu ruang outdoor bisa dimanfaatkan sebagai ruang bermain ataupun sarana edukasi. Denah SLB-A di Surabaya
12
Penataan Ruang Ruang dibagi menjadi 2 zona dengan penandaan berbentuk 2 pola penataan ruang yang berbeda, yaitu linear dan radial. Pola penataan ruangan yang mudah membantu anak-anak untuk lebih mudah mengakses satu ruangan ke ruangan yang lainnya. Kedua pola ini merupakan pola yang paling sering diajarkan pada lembaga-lembaga penggerak tunanetra. SLB tunanetra di Surabaya telah menerapkan pembangunan fisik bangunan yang memudahkan para siswa/i yang belajar di dalamnya.
Cahaya Pencahayaan di sekolah untuk anak-anak tunanetra juga sangatlah penting. Sekolah ini lebih mengutamakan penggunaan pencahayaan alami untuk menemani aktifitas pembelajaran. Namun, pencahayaan alami yang ada tidak boleh terlalu menyilaukan dan masuk secara langsung karena akan mengganggu aktifitas pembelajaran anak-anak tunanetra. Skema pencahayaan yang baik untuk ruang kelas
Salah satu cara untuk mengatasi cahaya yang terlalu silau bisa dengan roller-blind yang bisa diatur.
Lantai Lantai bangunan bisa sangat membantu maupun mengganggu anak-anak tunanetra tergantung dari penerapan desainnya. Lantai yang baik tidak membuat perbedaan ketinggian lantai seperti di gambar agar anak-anak tidak tersandung. Permainan tekstur atau pola lantai di bangunan bisa membantu memberikan informasi kepada anak-anak tunanetra seperti arah jalan yang benar atau akses pintu masuk yang benar. Pengaplikasian tekstur ini bisa menggunakan tekstur krikil untuk menunjukan arah jalan menuju ke toilet agar dapat mempermudah akses menuju ke ruang-ruang.
13
Akses Pintu dan Sirkulasi Anak-anak tunanetra memerluang ruang sirkulasi yang cukup luas untuk bergerak sehingga jalur-jalur sirkulasi haruslah cukup lebar, hal ini juga termasuk dalam hal bukaan berupa pintu. Pintu geser merupakan salah satu alternatif pintu yang cocok dan sesuai untuk penyandang tunanetra karena tidak banyak memakan ruang sirkulasi dan mudah untuk dibuka tutup.
Pintu pada SLB-A di Surabaya
Dinding Pemisah ruang seperti dinding memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada anak-anak murid tunanetra. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan warna-warna cat yang kontras sehingga para penyandang low vision masih bisa membedakan ruangan-ruangan yang ada karena mereka masih bisa membedakan warna-warna yang kontras. Penggunaan tekstur pada dinding juga bisa membantu memberikan arahan pada murid-murid.
Pola Ruang di Kelas Pola tempat duduk murid tetap harus disesuaikan menurut tingkat jenjang pendidikan yang mereka tempuh sehingga terbentus aktifitas belajar yang efektif. Untuk pola penataan perabot berbentuk lingkaran dimaksimalkan untuk ruang kelas TK, lalu pola perabot “U� digunakan untuk siswa-siswa SD hingga SMP sedangkan pola perabot tradisional untuk siswa-siswi SMA. Untuk pola perabot SMA mengikuti standar sekolah pada umumnya karena mengikuti standar sistem pembelajaran anak-anak SMA yang sudah harus belajar mandiri.
Design pola ruang kelas
Pola ruang kelas yang sesuai dengan kebutuhan tunanetra
14
TKLB-SDLB di Surabaya
15
PEMBAHASAN Pengertian Penyandang Difabilitas dan Data Eksisting Jumlah Penyandang Disabilitas di Jabodetabek
Sumber : file:///C:/Users/ASUS/Downloads/infodatindisabilitas.pdf Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan HakHak Penyandang Disabilitas).
16
Jenis-jenis Penyandang Disabilitas Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Penyandang Disabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut: Cacat Fisik Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara. Cacat fisik antara lain: a) cacat kaki, f) cacat netra, b) cacat punggung, g) cacat rungu, c) cacat tangan, h) cacat wicara, d) cacat jari, i) cacat raba (rasa), e) cacat leher, j) cacat pembawaan. Cacat tubuh atau tuna daksa berasal dari kata tuna yang berarati rugi atau kurang, sedangkan daksa berarti tubuh. Jadi tuna daksa ditujukan bagi mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna. Cacat tubuh dapat digolongkan sebagai berikut: - Menurut sebab cacat adalah cacat sejak lahir, disebabkan oleh penyakit, disebabkan kecelakaan, dan disebabkan oleh perang. - Menurut jenis cacatnya adalah putus (amputasi) tungkai dan lengan; cacat tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan; cacat tulang punggung; celebral palsy; cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh orthopedi; paraplegia. Cacat Mental Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b) gangguan psikiatrik fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik dan epilepsi. Cacat Ganda atau Cacat Fisik dan Mental Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus. Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu penyandang cacatnya.
CACAT
CACAT
CACAT
fisik
mental
ganda
17
Bagi pemerintah, berbagai kebijakan diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan bagi para penyandang disabilitas, seperti aksesibilitas untuk pelayanan publik hingga fasilitas sarana transportasi. Pendataan terhadap kaum disabilitas dibatasi dari usia 10 tahun ke atas, karena di usia tersebut masyarakat dinilai sudah bisa mengidentifikasi dirinya sendiri.
Sumber: databoks/katadata.co.id Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, pada 2015 tercatat jumlah penyandang disabilitas di Ibu Kota mencapai 6.003 jiwa. Jakarta Selatan menjadi daerah dengan penyandang disabilitas terbanyak, yakni berjumlah 2.290, disusul oleh Jakarta Barat 1.155 jiwa. Kepulauan Seribu menjadi wilayah yang paling sedikit dengan 69 penyandang disabilitas.
Ketimpangan partisipasi sekolah antara penyandang disabilitas dan yang bukan disabilitas masih terjadi pada 2018. Berikut data yang dapat dilihat dari skema diagram di samping.
Sumber: databoks/katadata.co.id Berdasarkan Statistik Pendidikan 2018, persentase penduduk usia 5 tahun ke atas penyandang disabilitas yang masih sekolah hanya 5,48%. Persentase tersebut jauh dari penduduk yang bukan penyandang disabilitas, yaitu mencapai 25,83%. Penyandang disabilitas yang belum atau tidak pernah bersekolah sama sekali mencapai 23,91%. Adapun penduduk usia 5 tahun ke atas yang bukan disabilitas dan belum sekolah hanya 6,17%. Sementara itu, penyandang disabilitas yang tidak bersekolah lagi sebesar 70,62%. Semakin tinggi kelompok umur, semakin rendah pula angka partisipasi sekolah (APS). APS tertinggi terjadi pada kelompok umur 7-12 tahun, yaitu sebesar 91,12% untuk penyandang disabilitas dan 99,29% untuk bukan penyandang disabilitas. Sementara itu, APS terendah terjadi pada kelompok umur 19-24 tahun, yaitu 12,96% untuk penyandang disabilitas dan 24,53% untuk penyandang bukan disabilitas. Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Sekolah Luar Biasa (SLB) masih kurang jumlahnya untuk dapat memenuhi standar pendidikan yang menunjang bagi para penyandang difabilitas.
18
Pengertian Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Jenisnya
Sekolah luar biasa atau SLB adalah sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi orang berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa membantu mendapatkan akses pendidikan. Dengan jenis yang berbeda, berbeda pula strategi pembelajaran serta fasilitas yang dimiliki. Meskipun sekolah luar biasa selama ini dianggap sebagai sekolah dengan keterbelakangan pendidikan dan memiliki metode belajar yang tertinggal dibanding sekolah umum, sekolah luar biasa mengajarkan anak mengenai berbagai keterampilan dan kemampuan dasar agar dapat mengikuti kurikulum pendidikan di sekolah umum. Adapun jenis Sekolah Luar Biasa (SLB) antara lain : • SLB A: Sekolah yang diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape recorder. • SLB B: Sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung dengan cued speech yaitu geraka tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir. Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu conchlear implant. • SLB C: Sekolah yang ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan. • SLB D: Sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka. • SLB E: Sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi sosialisasi. • SLB G: Sekolah yang diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa meningkatkan rasa mandiri anak tersebut.
19
Mekanisme Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa
Pendidikan Inklusif sangat diperlukan adanya di setiap wilayah di Indonesia. Sesuai dengan Permendiknas RI No. 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif Pasal 6, yaitu : Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya sumber daya pendidikan inklusifpada satuan pendidikan yang ditunjuk. Pemerintah dan pemerintah provinsi membantu tersedianya sumber daya pendidikan inklusif. Dari peraturan di atas, pemerintah di seluruh daerah di Indonesia harus menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif di daerahnya. Minimal terdapat satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam satu kota. Hal ini mengingat pendidikan sangat penting bagi semua kalangan. Untuk melakukan penjaringan anak berkebutuhan khusus mutlak diperlukan, apabila seseorang atau suatu lembaga mempunyai keinginan mendirikan suatu SLB. Penjaringan bias dilakukan dengan berbagai cara, misalnya : 1. Melakukan sensus kepada masyarakat Sensus yang dilakukan biasa melalui RT/RW disuatu kelurahan/Desa dalam satu Kecamatan. Setelah mendapat izin dari pemerintah setempat mulai dari RT, RW, Kelurahan/Desa yang diketahui oleh Kecamatan, pertama-tama yang harus ditemui adalah para tokoh masyarakat di lingkungan yang akan disensus untuk meminta informasi dimana siapa penduduk yang memiliki ABK, dan meminta informasi bagaimana menghadapi orang tua yang memiliki ABK tersebut agar mereka mau menerima kedatangan kita yang akan melakukan penjaringan ABK di tempat tersebut. Baru kita memberikan informasi dan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan bagi ABK, dengan bahasa yang luwes , lugas, dan sikap yang santun sehingga orang tua yang memiliki ABK merasa Prosedur Mendirikan SLB. Pengelolaan Pendidikan ABK tertarik untuk menyekolahkan anaknya dalam kontek pendidikan bagi anak luar biasa. 2. Melakukan sensus ke sekolah-sekolah reguler Sensus yang dilakukan di sekolah-sekolah reguler (Sekolah Dasar Negeri / Swasta) dalam lingkungan Kecamatan tertentu. Setelah mendapat izin dari Kantor dinas pendidikan setempat, baru kita menghubungi Kepala sekolah tersebut untuk memastikan apakah ada anak yang dicurigai sebagai ABK. Bila dipastikan ada, maka sebaiknya kita komunikasikan dengan guru yang bersangkutan yang dilanjutkan mengkomunikasikan dengan orang tuanya. Setelah semuanya memungkinkan dan dipastikan baru membuat rekomendasi apakah anak tersebut mau dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) atau masuk ke sekolah Inklusif di salah satu SD yang siap untuk menyelenggarakan sekolah inklusif.
20
Prosedur Pengusulan Sekolah Inklusif
Izin dan meyelenggarakan SLB. Untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang diakibatkan oleh kelainan melalui satuan pendidikan SLB, penyelenggara pendidikan (SLB) harus memenuhi beberapa ketentuan yang berlaku. Salah satunya dengan mempunyai izin operasional penyelenggaraan SLB.
Data Eksisting Terkait Sekolah Luar Biasa di Jabodetabek
Pemerintah membuat kebijakan program pendidikan untuk penyandang disabilitas melalui Pendidikan Luar Biasa atau Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun demikian, hingga 2016, keberadaan SLB di DKI Jakarta hanya berjumlah 90 unit di seluruh wilayah. Jakarta Selatan menjadi kota terbanyak dengan 32 unit SLB, disusul oleh Jakarta Timur dengan 23 unit. Di Kepulauan Seribu, belum tersedia sekolah untuk kaum disabilitas ini. Pengembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus melalui SLB adalah bentuk aksi untuk mewujudkan “Pendidikan untuk Semua� atau Education for All. Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana membangun 11 unit Sekolah Luar Biasa (SLB) pada tahun ini. Pembangunan SLB sebagai wujud perhatian pemerintah dalam percepatan dan perluasan akses untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Kriteria operasional yang harus dipenuhi agar SLB dapat didirikan antara lain : Pemohon izin OP SLB harus mempersiapkan fasilitas sarana & prasarana antara lain : 1. Lahan 2. Gedung 3. Rencana Kerja 4. Visi dan Misi 5. Siswa 6. Guru
Berdasarkan data ini, dapat dilihat bahwa jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Jakarta masih kurang, terutama pada Kawasan Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu.
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/02/10/sekolah-untukdisabilitas-hanya-tersedia-90-unit
21
Pengertian Tunanetra dan Klasifikasinya
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu : - Buta total (total blind) - Buta Sebagian (Low Vision) Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tunanetra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horisontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan.
22
Colorblind Vision
23
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Analisis Alternatif Program Sekolah Luar Biasa - A
Pelayanan
Penyandang difabilitas, khususnya untuk usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus tentunya mengharuskan Lembaga Pendidikan untuk memiliki kurikulum pengajaran yang berbeda dari Lembaga Pendidikan biasanya. Hal ini bertujuan agar siswa-siswi dapat memahami pelajaran-pelajaran tanpa harus merasa kesulitan terkait dengan keterbatasan yang mereka miliki. Anak tunanetra membutuhkan metode pembelajaran khusus. Prinsip-prinsip pembelajaran pada anak tunanetra yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Prinsip Individual Prinsip individual yakni suatu kondisi dimana guru harus memperhatikan setiap perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik tunanetra. Seperti perbedaan umum, mental, fisik, kesehatan dan tingkat ketunanetraan masing-masing siswa.
Prinsip Totalitas Prinsip totalitas maksudnya pembelajaran yang diterapkan pada siswa tunanetra hendaknya menggunakan seluruh fungsi indra yang masih berfungsi dengan baik pada diri mereka. Indra ini digunakan oleh guru untuk mengenali objek yang dipelajari siswa secara utuh dan menyeluruh. Misalnya seorang tunanetra ingin mengenali bentuk burung, pembelajaran yang diterapkan harus dapat memberikan informasi yang utuh dan baik mengenai bentuk, ukuran, sifat permukaan, kehangatan, suara dan ciri khas burung tersebut. Sehingga anak mampu mengenali objek secara sempurna
Prinsip Pengalaman Pengindraan Pengalaman pengindraan siswa tunanetra sangat penting bagi pemahaman yang akan mereka peroleh. Siswa membutuhkan pengalaman nyata dari apa yang mereka pelajari. Dengan demikian strategi pembelajaran guru harus memungkinkan adanya pengalaman langsung siswa tunanetra terkait materi yang mereka pelajari.
Prinsip Aktivitas Mandiri (Selfactivity) Dalam proses pembelajaran guru dapat menjadi fasilitator dan motivator anak untuk dapat belajar secara aktif dan mandiri. Dalam prinsip ini proses pembelajaran bukan sekedar mendengar dan mencatat, akan tetapi juga ikut merasakan dan mengalaminya secara langsung
24
Media-media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pendukung proses belajar mengajar bagi anak penyandang tunanetra
- Huruf Braille. Huruf braille digunakan untuk keperluan membaca dan menulis bagi anak tunanetra. Huruf braille merupakan kumpulan titik-titik timbul yang disusun untuk menggantikan huruf biasa. Huruf braille tersusun dari enam buah titik, dua dalam posisi vertikal, dan tiga dalam posisi horizontal. Semua titik yang ditimbulkan dapat ditutup oleh satu jari sehingga memudahkan anak dalam membaca ataupun menulis braille.
- Kamera Touch Sight. Kamera ini memiliki layar braille fleksibel yang menampilkan gambar tiga dimensi dengan gambar timbul di bagian permukaan. Kamera diletakkan di kening pengguna untuk merekam suara selama tiga detik yang menjadi petunjuk user untuk mengatur foto.
- Mesin baca Kurzweil. Mesin ini dapat membaca suatu buku yang tercetak, hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bentuk suara. Mesin dapat membaca buku dari awal sampai akhir atau mengulang-ulang kata, kalimat, paragraf dengan terus menerus, bahkan mesin juga dapat mengeja kata.
- Optacon. Optacon (Optical-to-Tactile converter) berfungsi untuk mengubah tulisan menjadi getaran. Optacon terdiri dari satu kamera dengan elemen photosensitive yang dihubungkan ke susunan sandi raba yang sesuai dengan huruf tertentu. Satu huruf yang dipindai oleh kamera akan menghasilkan pola getaran tertentu yang bisa dirasakan dengan meraba.
. - Reglet. Untuk keperluan menulis anak tunanetra memerlukan alat khusus untuk memudahkannya. Alat khusus ini dikenal dengan sebutan reglet.
- Mesin ketik braille. Mesin ketik braille lebih dikenal dengan keyboard khusus untuk tunanetra. Ketrampilan menggunakan keyboard ini sangat berguna untuk proses pembelajaran dan keahliannya.
- Papan hitung dan sempoa. Untuk belajar menghitung anak tunanetra biasanya menggunakan papan hitung khusus ataupun sempoa. Bulir-bulir pada sempoa memudahkan indra anak untuk belajar matematika
25
Respon Arsitektur Terkait Kebutuhan ABK terhadap Sekolah Luar Biasa – A Sekolah Luar Biasa – A merupakan sekolah yang dikhususkan untuk para tunanetra (tidak bisa melihat). Elemen yang diidentifikas untuk mendirikan sekolah yang memadai bagi tunanetra yaitu; Elemen ruang yang meliputi : a. bentuk ruang b. besaran ruang, c. warna, d. pencahayaan, e. dan sistem akustik, lantai, dinding, pintu, jendela, plafond dan perabot dan ruang sirkulasi.
Konsep Sudut Ruang dan Alur Jalan Konsep ruang bagi tunanetra berhubungan dengan konsep gerak dan konsep arah belok. Konsep gerak bagi tunanetra yang telah mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas adalah: bergerak, loncat, merangkak, membungkuk, terlentang, duduk, berdiri, berjalan, lari, lompat, memanjat, bergerak maju, bergerak mundur, bergerak ke samping, bergerak ke bawah, bergerak ke atas, simpan, tempatkan, kepal, dorong, tarik, dan ayun. Dengan memperhatikan mobilitas yang terbatas akan berpengaruh kepada pemilihan pola organisasi ruang, pengorganisasian ruang yang sederhana, yaitu dengan pola organisasi linier dan bila terdapat arah belok, maka belokan tersebut berbelok 45º, berbelok 1/4, berbelok 90º, menghadap ke arah kanan, berputar 180º, berbalik arah, berputar 360º, berputar penuh, dan berbelok U. Hubungan ruang secara horisontal digunakan pola yang sederhana, yaitu linier perubahan arah ke ruang lainnya sebaiknya digunakan sudut 90º untuk memudahkan mobilitas bagi tunanetra.
26
Bentuk Transisi Antar Ruang
Karena mobilitas tunanetra yang terbatas, maka pembeda level ruang dalam bentuk perbedaan peil lantai sangat tidak dianjurkan. Pembeda level ruang hanya diperbolehkan dalam bentuk tangga yang memadai ( antrede 30 cm) dan optrade 17 cm). Jika perlu, dapat ditambahkan braile pada railing tangga sebagai bentuk informasi penunjuk jalan
Luas Ruangan Belajar dan Sirkulasi Bagi Tunanetra Tunanetra kadang melakukan pergerakkan tubuhnya dengan dibantu oleh tongkat yang diayunkan ke kiri-kanan agar tidak terbentur dengan obyek di depannya. Perilaku tunanetra tersebut juga akan memerlukan ruangan yang lebih luas bila dibandingkan dengan orang awas. Luas ruang bagi tunanetra dapat ditambah 30% .
27
Material Dinding dan Lantai Untuk Sekolah
Tunanetra tidak hanya merasakan perubahan tekstur di lantai ubin,tetapi mendengar perubahan suara saat tongkat dibenturkankan ke lantai dan menimbulkan gema berbeda pada permukaan yang berbeda. Kepastian tentang lingkungannya dapat memberi rasa percaya diri dalam mengeksplorasi lingkungannya. Pada lantai menghindari bentuk yang memiliki perbedaan ketinggian agar tidak menyebabkan tersandung. Berbagai macam bahan lantai seperti keramik, kayu atau parkit, terracotta, vinyl dan lainnya akan memberikan suara gema yang berbeda, tunanetra dapat mengoptimalkan pendengarannya untuk menandai ruang dengan perbedaan material lantai. Material lantai alami, misalkan : batu candi, batu sikat, batu andesit, batu lempengan dan sebagainya. Pasangan kerikil dapat digunakan pada area sirkulasi. Pasangan kerikil merupakan pasangan batu kecil atau kerikil, diameter batu berkisar antara 2,5 cm sampai dengan 4 cm yang diatur pada area sirkulasi, dapat menggunakan pola untuk menyusun krikil tersebut. Lantai dari kerikil menimbulkan tekstur yang dapat dirasakan oleh kaki tunanetra hal ini dapat dipergunakan sebagai pengarah mobilitasnya.
Mengoptimalkan indra perabaan pada tangan melalui cara pada sisi dinding ruang didesain dengan trail rail atau dinding bertekstur setinggi lengan yang membantu tunanetra menuju ke ruang lain untuk mobilitas. Ujung jalur dengan tekstur yang berbeda yang memberitahu kepada tunanetra bahwa mereka sudah dekat dengan ruang berikutnya atau ruang dengan fungsi lain. Setiap ruang dapat menggunakan tektsur yang berbeda agar tunanetra dapat membedakan ruang.
Pemilihan Warna untuk Interior Bangunan Warna merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah desain. Warna mampu mempengaruhi suasana, perasaan, dan kepribadian manusia. Warna-warna tertentu dapat memberi pengaruh yang berbedabeda, misalnya biru menunjukan rasa tenang dan nyaman, merah menimbulkan kesan berani, dan lain sebagainya. Tunanetra low vision lebih peka terhadap rangsang cahaya daripada totally blind, dimana pemakaian warna kontras akan membantu gerak.
28
KESIMPULAN Penyandang tunanetra adalah orang yang hanya mengalami cacat penglihatan, tidak cacat kepribadian dan tidak pula cacat dalam kemauan. Bahkan dibalik cacat penglihatan mereka, banyak potensi yang terpendam dan sulit untuk diaktualisasikan karena minimnya aksesibilitas yang bisa mereka peroleh. Oleh karena itu, alangkah bijaknya apabila lembaga pemerintah/swasta lebih peduli dan perhatian terhadap masalah ini. Penyandang tunanetra sebagai, bagian dari masyarakat Indonesia harus dibawa keluar dari kemiskinan yang membelenggu kehidupannya. Hal Ini berarti bahwa mereka diberi kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan keikutsertaannya dalam pendidikan dan pelatihan sehingga mereka bisa menjadi tenaga profesional dan dapat diandalkan. Dengan demikian, pemberdayaan penyandang tunanetra merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat tertentu agar dapat lepas dari keterbatasan mereka. Berikut design skematik isometri rancangan kami terkait pembangunan Sekola Luar Biasa (SLB) yang memadai dari segi bangunan dan desain interiornya.
29
DAFTAR PUSTAKA “Sustainable Development Goals”. sdg2030indonesia.org. 2017. Diakses pada 28 April 2020 https://www.sdg2030indonesia.org/ “Apa itu SDGs?”. Sdgsindonesia.or.id. 2017. Diakses pada 28 April 2020. http://sdgsindonesia.or.id/ “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Yang Perlu Diketahui Oleh Pemerintah Daerah.” Issuu.com. 9 Januari 2018. Diakses pada 24 April 2020. https://issuu.com/uclgcglu/docs/tujuan-sdgs “Sustainable Development Goals.”. theicph.com. 13 Februari 2018. Diakses pada http://theicph.com/id_ID/id_ID/icph/sustainable-development-goals/
28
April
2020.
“Kata Psikolog, Begini 5 Dampak Negatif Anak Putus Sekolah”. Popmama.com. 6 November 2019. Diakses pada 30 April 2020. https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/fx-dimas-prasetyo/dampak-negatif-anak-putussekolah/full “Tunanetra”. Wikipedia.org. 2016. Diakses pada 30 April 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Tunanetra “Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Mandikdasmen Departemen Pendidikan National Tahun 2007”. Hanswdi.wordpress.com. 2007. Diakses pada 30 April 2020. https://hansdwi.wordpress.com/rosedur-operasi-standar-pendidikaninklusi-direktorat-pembinaan-sekolah-luar-biasa-direktorat-jenderal-mandikdasmen-departemenpendidikan-national-tahun-2007/ “Penyandang Disabilitas di Jakarta 6 Ribu Jiwa”. Databoks.katadata.co.id. 9 Februari 2017. Diakses pada 30 April 2020. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/02/09/jelang-debat-iii-jumlah-penyandang-disabilitas-didki-jakarta-capai-6-ribu-jiwa “Prosedur Mendirikan Sekolah Luar Biasa”. File.upi.edu. 2018. Diakses pada 30 http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195603221982031DEDY_KURNIADI/MAKALAH/PENGELOLAAN_PENDIDIKAN_ABK/BAB_VIII.pdf
April
2020.
“Pada 2018, Hanya 5,48% Penyandang Disabilitas yang Masih Sekolah. Databoks.katadata.co.id. 29 Agustus 2019. Diapkses pada 30 April 2020. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/08/29/pada-2018-hanya548-penyandang-disabilitas-yang-masih-sekolah
30
DAFTAR PUSTAKA “Lulusan SMK Mendominasi Tingkat Penggangguran Terbuka”. Databoks.katadata.co.id. 7 Mei 2019. Diakses pada 30 April 2020. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/07/lulusan-smk-mendominasi-tingkatpengangguran-terbuka “Sekolah Luar Biasa”. Wikipedia.org. 2017. Diakses pada 30 April 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_luar_biasa “Pengertian, Jenis dan Hak Penyandang Disabilitas”. Kajianpustaka.com. 30 Juli 2018. Diakses pada 30 April https://www.kajianpustaka.com/2018/07/pengertian-jenis-dan-hak-penyandang-disabilitas.html “8 Fungsi Unit Layanan Disabilitas di Lembaga Pendidikan”. Tempo.co. 11 Mei 2020. Diakses pada https://difabel.tempo.co/read/1340880/8-fungsi-unit-layanan-disabilitas-di-lembagapendidikan/full&view=ok
3
Mei
2020.
2020.
“Studi Lingkungan Perilaku Tunanetra Guna Mencari Konsep Perancangan Arsitektur”. Eprints.itn.ac.id. Juli 2012. Diakses pada 3 Mei 2020. http://eprints.itn.ac.id/3215/1/614-61-994-1-10-20170619.pdf “Sekolah Reguler, Tempat Terbaik bagi Anak-anak Tunanetra untuk Belajar”. Pertuni.or.id. 21 Juli 2015. Diakses pada 12 Mei 2020. https://pertuni.or.id/sekolah-reguler-tempat-terbaik-bagi-anak-anak-tunanetra-untuk-belajar/ “Ini Fakta Mencengangkan Kaum Disabilitas di Pendidikan”. Cnbcindonesia.com. 15 Desember 2019. Diakses pada 12 Mei 2020. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20191215080742-33-123181/ini-fakta-mencengangkan-kaumdisabilitas-di-pendidikan “Mekanisme Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif”. Rinitarosalinda.blogspot.com. 13 Oktober 2015. Diakses pada 12 Mei 2020. http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/mekanisme-penyelenggaraan-pendidikan.html “Disabilitas”. Kemkes.go.id. 3 Desember 2018. Diakses pada 12 Mei 2020. file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-disabilitas.pdf
https://www.kemkes.go.id/download.php?
“Sekolah Berkebutuhan Khusus, Ini 6 Jenis SLB yang Harus Kamu Ketahui”. 20 Januari 2020. Diakses pada 12 Mei 2020. https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/20/22101771/sekolah-berkebutuhan-khusus-ini-6-jenis-slb-yangharus-kamu-ketahui?page=all
KAJIAN
ARSITEKTUR
KOTA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA
SCAN! bit.ly/schoolfortheblindkak