Risalah Kesepakatan dan Rekomendasi Sarasehan Pendidikan Kristen

Page 1


KATA PENGANTAR Menurut sejarah, pendidikan Kristen mulai berkiprah di Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Kristen ke Nusantara pada abad ke-17. Pada mulanya pendidikan Kristen diarahkan murni sebagai sarana Pekabaran Injil. Beberapa waktu kemudian, melalui pembelajaran ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, pengetahuan umum, pertanian, pertukangan, administrasi dan budaya, sekolah-sekolah Kristen juga memfasilitasi peserta didik untuk memaksimalkan potensi unik yang dikaruniakan kepadanya. Sejak saat itu, penyelenggaraan pendidikan Kristen ditujukan untuk membentuk manusia yang kristiani dan sekaligus berguna bagi masyarakat. Jika kualitas pohon dilihat dari buahnya, maka kualitas pendidikan terlihat dari lulusannya. Sejarah mencatat tidak sedikit buah [baca: alumni] sekolah Kristen yang turut berperan sebagai founding fathers Negara Kesatuan Republik Indionesia. Alumni yang berkontribusi dalam mempertahankan maupun mengisi kemerdekaan Indonesia juga cukup banyak. Fakta sejarah tersebut adalah bukti keunggulan kualitas pendidikan Kristen pada masa itu. Pasca 1970-an, walaupun secara kuantitas meningkat, pendidikan Kristen terus merosot di sisi kualitas. Kondisi ini tentu saja sangat merugikan, karena umat Kristen menjadi kehilangan sarana utama untuk membantu generasi mudanya mencapai tujuan Allah bagi hidup mereka. Suka atau tidak suka, kemunduran pendidikan Kristen membuat umat Kristen kehilangan kesempatan mendidik generasi mudanya menjadi insan yang saleh dan sekaligus menjadi garam dan terang dunia—manusia yang kristiani dan sekaligus mampu memerangi kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan/keterbela- kangan, kekerasan, korupsi, ketidak-adilan dan in-toleransi di lingkungannya.

i


Sarasehan Pendidikan Kriten yang diselenggarakan di kampus UKI Cawang, Jakarta Timur, pada tanggal 29-30 Oktober 2014 lalu adalah salah satu langkah pertama dari upaya mengembalikan dan meningkatkan kualitas pendidikan Kristen di Indonesia. Sarasehan yang dihadiri oleh sekitar 60 peserta ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menghimpun pokokpokok pikiran dan informasi tentang hambatan, tantangan pendidikan Kristen di Indonesia saat ini dan solusi mengatasinya. Mewakili penyelenggara, saya menyampaikan penghargaan setinggi-tinginya kepada semua peserta yang telah menyumbangkan pokok-pokok pikiran masing-masing dengan sangat antusias. Antusiasme tersebut merupakan ungkapan kerinduan kepada pendidikan Kristen yang berkualitas. Selain itu, beragamnya lembaga dan institusi asal peserta menunjukkan bahwa semua pemangku kepentingan pendidikan Kristen samasama merindukan pendidikan Kristen berkualitas. Kerinduan bersama ini, pada hakikatnya dapat ditransformasi dan disinergikan menjadi kekuatan yang besar untuk mewujudkan pendidikan Kristen berkualitas. Meskipun hanya berlangsung dua hari, sarasehan ini berhasil menghimpun berbagai pokok pikiran dan informasi yang cukup komprehensif (para peserta mengungkapkan pokok pikiran sesuai dengan latar belakang masing-masing). Ide-ide tersebut diharapkan dapat menggugah kesadaran para pemangku kepentingan pendidikan Kristen. Salah satu poin mengungkapkan bahwa semua elemen yang terlibat dalam pembelajaran (kurikulum, interaksi, dan sebagainya) harus dilandaskan pada kebenaran Firman Allah. pendidikan Kristen. Kemudian, semua pemangku kepentingan (gereja, keluarga, sekolah, dan pemuka masyarakat) harus bersinergi. Jika umat Kriten menganggap pendidikan hanyalah tanggungjawab sekolah, pendidikan Kristen akan semakin terpuruk. Selain itu, karena guru merupakan faktor

ii

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


terpenting dalam pendidikan, LPTK-LPTK Kristen harus diberdayakan untuk mempersiapkan guru-guru yang kristiani, berkualitas, berintegritas, dan transformatoris. Guru-guru seperti ini akan terpanggil mengajar tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah-daerah terpencil. Karena pokok-pokok pikiran yang terhimpun dalam risalah ini dimaksudkan sebagai titik tolak, masih banyak yang harus dilakukan, termasuk doa, kerja keras, diskusi, seminar, pelatihan, evaluasi, dan sebagainya, untuk mewujudkan pendidikan Kristen yang berkualitas. Berbagai tantangan tentu saja akan timbul. Namun, jika semua pemangku kepentingan “bertolong-tolongan menanggung beban” maka Allah akan turut bekerja dalam upaya untuk mendatangkan kebaikan yang kita rindukan—mewujudkan pendidikan Kristen berkualitas untuk membentuk manusia yang kristiani dan sekaligus berguna bagi masyarakat. “Let’s do our best and God will do the rest!”

Jakarta, 10 November 2014

Parlindungan Pardede

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

iii


DAFTAR ISI RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN “Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya” A. KATA PENGANTAR ...........................................................................1 B. JALANNYA SARASEHAN ...................................................................6 1. Pembukaan ....................................................................................6 a. Ibadah .......................................................................................6 b. Menyanyikan lagu Indonesia Raya ........................................7 c. Sekapur Sirih dan Ucapan Selamat Datang .........................7 d. Sambutan Ketua Lembaga Indonesia Cerdas ......................9 e. Sambutan dan Pengarahan Rektor UKI ............................. 10 2. Sarasehan ................................................................................... 11 a. Kenangan Masa Lalu dan Keadaannya Sekarang ............ 13 1)

Masa lalu ........................................................................ 13

2)

Kondisi Sekarang ........................................................... 20

b. Hambatan .............................................................................. 24 c. Tantangan .............................................................................. 25 d. Solusi ...................................................................................... 31 e. Antisipatoris........................................................................... 36 3. Kesepakatan ............................................................................... 40 4. Rekomendasi .............................................................................. 42 a. Kepada

Lembaga-lembaga

Gerejawi

dan

Lembaga-

lembaga Keumatan Bidang Pendidikan ............................ 42

v


b. Kepada LPTK (FKIP) Kristen ................................................. 43 c. Perguruan-perguruan Tinggi Kristen ................................. 47 d. Kepada BK-PTKI ..................................................................... 48 e. Kepada MPK .......................................................................... 48 f. Kepada Gereja-gereja........................................................... 48 g. Kepada Lembaga-lembaga Gerejawi ................................. 49 h. Kepada Lembaga-Lembaga Keumatan Bidang Pendidikan ................................................................................................. 49 C. PENUTUP........................................................................................ 50 1. Pembacaan Kesimpulan............................................................ 50 2. Ucapan Terima Kasih ................................................................. 50 3. Penutupan Sarasehan ............................................................... 51 4. Doa Penutup ............................................................................... 51 5. Makan Siang dan Sayonara ...................................................... 51 6. Akhir Kata .................................................................................... 52

vi

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN “Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya” Hari/Tanggal

:

Rabu-Kamis/29-30 Oktober 2014

Tempat

:

Video Conference Room UKI, Gedung A Lt. 2 Kampus UKI, Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Cawang, Jakarta Timur

A. PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Raja dan Kepala Gereja yang adalah Guru Agung dan Gembala Baik yang memperkenankan kami dapat bersekutu, berdoa dan berdiskusi dalam sarasehan pendidikan Kristen, 29-30 0ktober 2014, di Video Conference Room UKI, Kampus UKI Cawang, Jakarta Timur. Kami merasakan sukacita dalam suasana kekeluargaan

yang

sangat

familiar

selama

sarasehan

berlangsung.

Kami curhat-curhatan mengenai banyak hal

tentang pendidikan Kristen, masalah dan tantangan yang dihadapinya, termasuk usul dan saran mengenai solusi mengatasinya. Kami pun sharing tentang pengalamanan masing-masing dalam pelayanan dan kesaksian di bidang pendidikan

Kristen

setelah

kami

mengenang

kembali

“kenangan masa lalu” dan mempercakapan keadaannya sekarang.

1


Merupakan fakta yang tidak dapat dipungkuri bahwa kehadiran Kristen adalah sekaligus kehadiran pendidikan Kristen yang mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan; pendidikan yang mentransfer ilmu, pengetahuan, dan teknologi serta nilai-nilai (values) dan norma (norms); pendidikan yang membarui dan memanusiakan manusia yang adalah imago Dei; pendidikan yang menyatakan kebenaran dan keadilan TUHAN Allah dalam kehidupan-bersama; pendidikan yang memberitakan Kabar Baik, Kabar Kesukaan bagi sekalian yang menderita (perh. Yes. 61: 1-3 “Roh TUHAN Allah ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain sabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka “pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman TUHAN” untuk memperlihatkan keagungan-Nya”. Kemudian Tuhan Yesus mengucapkannya sesuai kesaksian Lukas 4:18-19). Suatu kenyataan universal bahwa kehadiran Gereja dan umat Kristen di Indonesia adalah buah pekerjaan TUHAN Allah yang di dalamnya TUHAN Allah menggunakan orang-orang beriman di Indonesia mendirikan sekolah-sekolah & perguruan-

2

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


perguruan tinggi Kristen sebagai salah satu wujud ketaatan kepada Tuhan Yesus Kristus. Pemberitaan firman dalam ibadah pembukaan yang dilayani oleh Pdt. Stephanus, M.Th., Ketua Program Studi PAK (Pendidikan Agama Kristen) FKIP-UKI, dan penelaahan/ pendalaman Alkitab pada hari kedua yang difasilitasi oleh Pdt. Hendrik Ongirwalu, M.Th., Direktur Persetia (Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia) menyegarkan ingatan kami mengenai berbagai hal tentang keadaan di sekitar kami dan tuntutan imaniah untuk kami memberi respon terhadap lingkungan sekitar kami. Ada 2 (dua) hal yang kami catatkan di sini: Pertama, bahwa suara yang berseru dari “Makedonia” dan mengatakan “tolonglah kami” (Kis 16:9) bergema kembali kepada kami peserta sarasehan. Kami merenungkannya bersama-sama dan sekaligus mencari tahu bagaimana implementasinya secara riel sekarang ini, kini dan di sini. Sekarang ini, saat ini, seruan itu terdengar dari berbagai pihak yang “merasakan sengsara” yang menurut mereka, akibat ketidak-hadiran Tuhan dalam kehidupan mereka, warga masyarakat (baca: Kristen) yang berada dalam kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan/ keterbelakangan, kekerasan, ketidakadilan, radikalisme, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Mereka membutuhkan segera pertolongan, pencerahan dan pemberdayaan ilahi;

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

3


Kedua, bahwa kami bersama-sama rekan-rekan sekerja di bidang pendidikan Kristen serta gereja-gereja, lembagalembaga gerejawi, lembaga-lembaga keumatan dan umat Kristen lainnya mesti merespon seruan itu dan mengatakan: “Utuslah kami TUHAN!” (perh. Yes. 6:9). Nabi Yesaya menegaskan kepada Yehuda dan juga Israel bahwa keadaan mereka “menjadi susah” dan tidak stabil adalah akibat dari ketidak-setiaan mereka kepada TUHAN Allah. Tetapi ia juga menanamkan pengharapan dengan datangnya keselamatan melalui Immanuel. Dalam rangka membangun masa depan, tugas missioner mesti direalisasikan, antara lain, melalui pendidikan! Pendidikan dengan identitas dan ciri khas Kristen yang berintikan nilai-nilai Kristen yang bersumber dari ajaran Tuhan Yesus berdasarkan kesaksian Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, berintisarikan ajaran kasih agape, yang adalah halaman dan dalam tanggung-jawab Gereja, sebagai respon pada panggilan Tuhan Yesus dan realisasi amanat-Nya “pergilah, ajarlah mereka ...” (Matius 28:18-20). Sarasehan yang berlangsung baik dan sukses ini dihadiri berbagai komponen terkait dengan pendidikan Kristen dalam jumlah yang relatif kecil. Selain Pengurus Yayasan dan Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan pejabat aras universitas, pejabat Program Pasca Sarjana UKI, pejabat struktural dan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan UKI, serta pengurus Lembaga Indonesia Cerdas selaku penyelenggara, sarasehan ini dihadiri beberapa utusan Sinode Gereja yang menyelenggarakan lembaga pendidikan Kristen, lembagalembaga gerejawi seperti PGI (Persekutuan Gereja-gereja di

4

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Indonesia), PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta di Indonesia)

dan

PGLII

(Persekutuan

Gereja-gereja

dan

Lembaga-lembaga Injili Indonesia) pada aras nasional dan wilayah

terdekat,

lembaga-lembaga

keumatan

bidang

pendidikan seperti Perhimpunan Sekolah-sekolah Theologia di Indonesia (PERSETIA), Badan Kerjasama Perguruan-Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia (BK-PTKI), dan MPK (Majelis Pendidikan Kriten di Indonesia) pada aras nasional dan wilayah

terdekat

(dan

Sumatera

Selatan)

dan

beberapa

penyelenggara dan pengelola pendidikan Kristen (sekolah & perguruan tinggi) di wilayah terdekat, lembaga-lembaga keumatan

Kristen

lainnya

seperti

PIKI

(Perhimpunan

Inteligensia Kristen Indonesia), Akademi Keperawatan (AKPER) PGI Cikini, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri, Forum Komunikasi Politik Umat Kristen di Indonesia (FORKRIST), Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT), serta sejumlah pakar, praktisi dan pemerhati pendidikan Kristen dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, Salatiga, Palembang, Papua, Pematang Siantar. Tidak terkecuali “peserta inti” yaitu dekan FKIP Kristen dari seluruh Indonesia, antara lain, Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Universitas HKBP Nommensen (UHN) dan Universitas Advent Indonesia (UNAI). Sarasehan berlangsung dalam bentuk “percakapan dari hati ke hati” tanpa ada yang dianggap “paling tahu”. Semua peserta berkedudukan sama dan berkesempatan sama untuk menyampaikan pokok-pokok pikirannya masing-masing. Proses berlangsungnya sarasehan dan hasil yang diperoleh diuraikan

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

5


di bawah ini, setelah dikembangkan sedemikian rupa oleh Tim Perumus.

B. JALANNYA SARASEHAN Pembawa acara/M.C.

: 1. Familia Novita Simanjuntak, M.Si. 2. Stevi Natalia, S.Pd.

1. Pembukaan a. Ibadah Ibadah pembuka dilayani oleh Kaprodi PAK FKIP-UKI, Pdt. Stephanus, M.Th. Dalam khotbahnya yang didasarkan pada Kis. 16: 9. Dibagian akhir ayat itu ada kalimat: “Menyeberanglah

ke

mari

dan

tolonglah

kami”.

Kalimat

itu

mengindikasikan bahwa seruan dari Makedonia itu perlu ditanggapi sebab di sana ada orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan. Seruan tersebut bukanlah hanya seruan pada masa lalu, tapi seruan itu juga bergema pada masa kini. Makedonia itu bisa juga berarti wilayah Bekasi, Jakarta, Medan dan daerah-daerah lainnya di Indonesia yang membutuhkan pertolongan. Pdt. Stephanus menegaskan bahwa seruan “Tolonglah kami!” Dari Makedonia tidak hanya bergema di masa lalu. Hal itu juga diserukan oleh saudara-saudara kita yang masih tertinggal, terpinggirkan, dan jauh dari layanan pendidikan, khususnya saudara-saudara yang tinggal di kantong-kantong Kristen di

6

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


daerah-daerah terpencil. Hari-hari ini, seruan Makedonia cukup banyak dan sangat mendesak! Sayang sekali, karena minat yang kurang atau kekurang pedulian kita, seruan-seruan itu semakin sayup atau malah tidak terdengar. Kita harus memohon Tuhan menggerakkan serta menambahkan semangat kita untuk lebih banyak mengunjungi orangorang disekitar kita dan menyampaikan kabar baik kepada mereka. Selain itu pikiran kita perlu diperbarui di dalam Roh supaya perasaan di dalam kita menjadi peka dan peduli, dapat merasakan keperluan yang mendesak dari orang-orang yang membutuhkan kehidupan yang diterangi Injil Kristus.

b. Menyanyikan lagu Indonesia Raya Dirigen: Dra. Erni Murniarti Simalango, M.Pd.

c. Sekapur Sirih dan Ucapan Selamat Datang Sekapur sirih disampaikan oleh Dekan FKIP-UKI, Parlindungan Pardede, S.S., M.Hum. Dalam sekapur sirih ini, selain menyampaikan selamat datang kepada peserta sarasehan, Pak Dekan menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Lembaga Indonesia Cerdas, mitra FKIP-UKI menyelenggarakan sarasehan ini, atas seluruh dukungan yang memungkinkan sarasehan ini terlaksana. Selain itu, Dekan FKIP UKI juga mengatakan antara lain: a.

sejarah menunjukkan bahwa hingga tahun 1970-an pendidikan/persekolahan Kristen di Indonesia merupa-kan

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

7


“yang terbaik”. Namun kondisi saat ini sangat kontra-diktif. Kebanyakan sekolah Kristen menjadi “pilihan terakhir”. Banyak sekolah Kristen di berbagai daerah yang terpuruk dan “megap-megap”. Bahkan, tidak sedikit yang gulung tikar; b.

keprihatinan mendalam juga dipicu oleh kecenderungan guru-guru Kristen. Meskipun fenomena ini perlu diteliti untuk memperoleh informasi empiris, ada indikasi bahwa kebanyakan alumni LPTK Kristen cenderung tidak memiliki perbedaan orientasi yang nyata dibandingkan dengan kolega mereka lulusan non-LPTK Kristen. Bekerja di sekolah-sekolah sekuler yang menawarkan penghasil-an yang lebih tinggi jauh lebih menarik bagi kebanyakan alumni lulusan LPTK Kristen daripada bekerja di sekolah yang memungkinkan bagi mereka menjadi guru dan saksi Kristus sekaligus;

c.

fenomena di atas berlangsung paralel dengan semakin menguatnya materialisme dan hedonisme di kalangan masyarakat. Walaupun belum diteliti secara empiris, kebanyakan lulusan LPTK Kristen cenderung memilih bekerja di sekolah-sekolah yang berlokasi di kota besar. Persentase yang bersedia memenuhi panggilan untuk berbakti di sekolah di daerah terpencil, termasuk “kantong-kantong Kristen” jauh lebih kecil. Jika bukan alumni LPTK Kristen, siapa lagi yang bisa diharapkan mendidik generasi muda Kristen di daerah-daerah terpencil tersebut agar mereka tumbuh menjadi warga negara dan

8

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


warga dunia yang berbakti namun tetap selaku warga “Kerajaan Surga”? d.

fenomena di atas memperlihatkan kemungkinan “ada yang salah” dalam pengelolaan perguruan-perguruan tinggi Kristen, dan ada unsur yang “hilang” dalam proses penyiapan guru-guru Kristen di LPTK Kristen. Sehubungan dengan itu, menjadi tugas bersama umat Kristen untuk memperbaiki kesalahan dan menemukan serta mengaplikasikan kembali unsur yang “hilang” tersebut. Sarasehan ini dimaksudkan sebagai langkah awal menjalankan tugas tersebut.

d. Sambutan Ketua Lembaga Indonesia Cerdas Dalam sambutannya, Ketua Lembaga Indonesia Cerdas, Pdt. Dr. Shepard Supit mengatakan bahwa dalam pandangan beliau sebagai seorang “praktisi” yang berkesempatan ber-kunjung ke berbagai pelosok Nusantara, pendidikan Kristen sangat dibutuhkan oleh anak-anak Kristen yang berada di berbagai kawasan Indonesia yang masih terbelakang atau kurang tersentuh pembangunan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak keluarga di kantong-kantong Kristen tersebut menanggalkan iman mereka (menjadi mualaf) oleh karena faktor-faktor dari luar. Fenomena inilah yang mendorong terbentuknya Lembaga Indonesia Cerdas, yang mengemban misi: (1) memenuhi kebu-

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

9


tuhan tenaga pendidik di seluruh pelosok Nusantara, (2) memberdayakan masyarakat setempat sesuai dengan poten-sinya, (3) membentengi iman dan melaksanakan Amanat Agung. Untuk merealisasikan misi tersebut, setelah setahun berkiprah, Indonesia Cerdas telah mengutus lebih dari 100 guru muda lulusan perguruan tinggi dan STT ke NTT dan Papua. Sebelum diutus, para guru tersebut dibekali dengan berbagai materi pelatihan atau persiapan, seperti materi dasar, materi spiritualitas, survival, sosial dan lainnya. Diyakini, guru Kristen merupakan jawaban yang paling tepat untuk membangun anak-anak Kristen di wilayah-wilayah tersebut dan sekaligus membentengi iman percaya mereka dan masyarakat. Pak Ketua mengakhiri sambutannya dengan menyampaikan terima kasih kepada UKI secara umum, dan FKIP-UKI secara khusus atas kerjasama menyelenggarakan sarasehan ini. Beliau juga menyampaikan penghargaan yang tulus kepada seluruh peserta sarasehan.

e. Sambutan dan Pengarahan Rektor UKI Dalam sambutannya, Rektor UKI, Dr. Maruarar Siahaan, S.H., mengungkapkan dukungannya terhadap forum sarasehan ini. Beliau menekankan sudah saatnya umat Kristen, khususnya akademisi dan tokoh-tokoh Kristen mengidentifikasi, men-cermati, dan menganalisis fakta-fakta atau masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan Kristen. Mencermati fenomena yang ada saat ini, secara serius, perlu diteliti apakah sekolahsekolah Kristen atau perguruan-perguruan tinggi Kristen di In-

10

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


donesia masih betul-betul merupakan lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai Kristen. Tidak tertutup kemungkinan bahwa

permasalahan

dan

kemunduran

pendi-

dikan/persekolahan Kristen disebabkan oleh memudarnya nilai-nilai Kristen dalam kehidupan masing-masing sekolah atau perguruan tinggi tersebut. Jika demikian halnya, perlu dirumuskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengembalikan pendidikan Kristen pada jalur yang benar, untuk mengembalikan kejayaannya. Pak Rektor berharap agar pemikiran-pemikiran yang dihasilkan melalui sarasehan ini bisa disinergikan dengan gereja-gereja dan unsur-unsur Kristen lainnya untuk memperoleh dukungan dalam rangka membangun kembali pendidikan Kristen. Sebelum menutup sambutannya, Pak Rektor menegaskan, “Mari kita berhenti mengeluh dan saling menyalahkan. Sebaliknya, mari kita bahu membahu dan melakukan peran masing-masing.� Kemudian Pak Rektor membuka sarasehan secara resmi.

2. Sarasehan Pemandu

:

Drs. Jerry Rudolf Sirait.

Sekretaris

:

Dra. Erni M. Simalango, M.Pd.

Notulis

:

1. Chandra Ditasona M.Pd. 2. Lamhot Naibaho, M.Pd. 3. Samuel Gideon, M.Pd.

Pemandu sarasehan, Jerry Rudolf Sirait, mengawali diskusi dengan menjelaskan prosedur sarasehan. Pemandu mene“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

11


gaskan bahwa setiap peserta diberi kesempatan seluasluasnya untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran masingmasing. Adapun kontributor selama sarasehan berlangsung, antara lain: Pdt. Stephanus, M.Th., Parlindungan Pardede, M.Hum., Dr. Maruarar Siahaan, S,H., Pdt. Dr. Shepard Supit, Pdt. Debbie Supit S.Th., S.Kom., Reinhard Sopaheluwakan, S.H., MBA., Ir. S.M. Doloksaribu, M.Eng., Dr. Hotmaulina Sihotang, M.Pd., Ir. Lolom Hutabarat, M.T., Pdt. Caroline Pattiasina, M.Th., Drs. Kerdit Simbolon, M.Pd., Dra. Erni Simalango, M.Pd., Dr. Hotner Tampubolon, M.Pd., Dr. Binur Panjaitan, M.Pd., Louise M. Saija, M.Pd. Prof. Dr. Theresia K. Brahim., Familia Novita Simanjuntak, M.Si., Lamhot Naibaho, M.Pd., Bitman Manullang, M.Pd., Drs. Horas Hutabarat, M.Hum., Drs. Togap P. Simanjuntak, M.Psi., Dr. E. Handayani Tyas, M.Pd., Pdt. Juliman Harefa, Th. M., Situjuh Nazara, S.Pd., Metallika Samosir, S.Pd., Dr. Mompang L. Panggabean, M.H., Ir. Tahan Tobing, M.T., Pdt. Ch. Naray, M.Th., Drs. Tongko Sitorus Pane, M.Pd., Aartje Tehupeiory, S.H., M.H., Manogari Sianturi, M.Si., Sri Nuhun Widiastuti, M.Kep, Sp. Kep.J., Dra. Julinda Siregar, M.Pd., Lia Angelinawati, M.Pd., Dra. Herlina Sianipar, M.Pd., Drs. Petrus Refassie Mike, M.Si., Pdt. Daniel Budi Utomo, S.Th., Cornelius Ronowidjojo, Jurisman Naz, Atiek Situmorang, Ir. Lucas B. Sihasale, Dra. Yari Dwikurnianingsih, M.Pd., Herry Soroto, S.Si., M.Pd., Pdt. Dwi Widodo, S.Th., Sri Astiti, Ir. Alex Paath, Pdt. Dantje Wulur, M.A., Pdt. Hendrik Ongirwalu M.Th., Ekodes L. Tobing, Drs. Benny Nawa, St. Ev. Elly C. Tampubolon-Silitonga,

12

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Chrishandoyo Budi S, S.H., M.H. Drs. Maruap Siahaan, MBA., Itamari Lase, S.H., M.H., dan Prof. Dr. Albert Hutapea. Peserta sarasehan juga memperoleh pengembangan wawasan atas paparan Prof. Dr. Abraham dari Amerika Serikat sebagai pembicara tamu, terutama dalam meneguhkan kesetiaan kepada Yesus Kristus—yang adalah TUHAN, Allah dan Juruselamat—dan bagaimana menyikapi anti-Kristus yang semakin “menggila” akhir-akhir ini. Berita mengembira-kan disampaikan beliau bahwa cerdik cendekia yang beragama bukan Kristen semakin banyak yang beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus di seantero dunia. Setelah dikelompokan maka percakapan selama 2 (dua) hari ini mencatat 5 (lima) hal-hal pokok sebagaimana diuraikan di bawah ini:

a. Kenangan Masa Lalu dan Keadaannya Sekarang 1) Masa lalu (1)

Kehadiran pendidikan Kristen dan kesehatan dipahami sebagai kehadiran Gereja. Pendidikan dan kesehatan adalah tanggung jawab Gereja sebagai gelanggang kesaksian dan pelayanannya, seperti dua sisi mata uang yang bisa dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Di mana ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Gereja, simultan dengan itu diselenggarakan pula usaha kesehatan. Hal itu sudah berlangsung sejak Gereja ada berada di Nusantara pada abad ke-16/17 sampai pada dan pasca Indonesia

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

13


merdeka, baik di Indonesia bagian timur mau pun di Indonesia bagian barat. (2)

Sebagian pelaku utama peristiwa monumental oleh Budi Utomo tahun 1908, selain yang beragama Kristen, sebagian lain adalah lulusan dari pendidikan yang diselenggarakan oleh Gereja.

Demikian pula pelaku Soempah Pemoeda 28

Oktober 1928, Proklamasi RI 17 Agustus 1945 sampai pada masa-masa berikutnya. (3)

Sekitar

tahun

1930-an,

yayasan-yayasan/badan-badan

penyelenggara pendidikan Kristen (sekolah-sekolah Kristen) sudah berhimpun secara nasional dalam Schoolraad voor Christelijke Scholen in Nederlandsch-Indië, yang tahun 1950 berganti nama menjadi Majelis Pusat Pendidikan Kristen di Indonesia (MPPK) yang kemudian disempurnakan menjadi MPK pada tahun 2000. Sekitar tahun 1960-an perguruanperguruan tinggi Kristen (non teologi) sudah memiliki wadah berhimpun secara nasional yaitu BK-PTKI. Demikian pula perguruan-perguruan teologi memiliki wadah berhimpun secara nasional sesuai dengan “mashab” masing-masing: PERSETIA, PASTI dan PESATPIN. BK-PTKI dan PERSETIA adalah pengembangan kemudian dari BAPTKI (Bandan Antar Perguruan Tinggi Kristen Indonesia) yang didirikan dalam Musyawarah Pendidikan Tinggi Kristen pada 12-13 Desember 1958 di Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat. Musyawarah ini diselenggarakan oleh Badan Pekerja DGI bersama-sama dengan STT Jakarta, UKI, Akademi Sosial

14

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Widuri (kemudian berkembang menjadi STISIP Widuri), Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (kemudian berkembang menjadi UKSW) dan Universitas HKBP Nommensen. Sejumlah tokoh masyarakat Kristen turut menghadirinya. (4)

Selaku orang beriman, umat Kristen terpanggil untuk saling memperhatikan dalam mengemban amanat penginjilan, pelayanan dan kesaksian, baik bagi sesama maupun dalam lingkungan yang lebih luas. Umat Kristen mengimani bahwa Roh Kudus menghimpun umat dari segala suku, bangsa, kaum dan bahasa ke dalam suatu persekutuan orang-orang beriman yang di dalamnya Yesus Kristus adalah Kepala (Efesus 4: 29 dan Wahyu 7: 9).

(5)

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI, Gereja-gereja dan tokoh-tokoh masyarakat yang beragama Kristen sudah menggagas

perlunya

perguruan

tinggi

Kristen

untuk

menyiapkan cerdik cendikia guna mengisi kemerdekaan RI. (Perlu dicatat bahwa setelah Ki Hadjar Dewantara, yang menjadi menteri pendidikan dan pengajaran adalah Dr. Todung Sutan Gunung Mulia Harahap–aktivis gerakan oikumenis tingkat internasional dan nasional). Permusyawaratan Gereja-gereja pada November 1949 sudah berketetapan hati untuk memndirikan Universiteit Christen dan dipertegas pada persidangan pembentukan Dewan Gerejagereja di Indonesia (DGI) pada Mei 1953. Sejak itu, berdirilah kursus-kursus yang menyiapkan guru-guru berkualitas yang sangat terkenal pada masa itu. Atas nama persidangan DGI pada Mei 1953, Prof. Dr. Todung Sutan Gunung Mulia

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

15


Harahap, Drs. Philips Sigar, dan Mr. Yap Thian Hien menghadap Universitas

Notaris Kristen

untuk Indonesia

memcatatkan (UKI)

pada

berdirinya Juli

1953.

Peresmiannya ditandai dengan kuliah perdana pada 15 Oktober1953. (6)

Selain UKI, pada tahun 1950-an berdirilah UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga, dan UHN (Universitas HKBP Nommensen) di Medan/ Pematang Siantar. Lalu kemudian berdirilah perguruan-perguruan tinggi Kristen lainnya di hampir seluruh pulau di Indonesia, baik yang umum maupun teologi. Sekarang ini sudah lebih dari 40 perguruan tinggi yang umum, ratusan perguruan tinggi teologi, antara lain: UKI Tomohon, UNKRIP Palangka Raya, UMI Medan, UPH Tangerang, UKM Bandung, UKDW Jogjakarta, UKP Surabaya, UKCW Malang, UKI Paulus Makasar, UKI Toraja, UKIM Ambon, UKAW Kupang, STIE Gideon Jakarta, STISIP Widuri Jakarta, STITEK Darma Yadi Makasar, STIE Ottow & Geissler Jayapura, AMI & ASMI Jakarta, AKPER PGI Cikini Jakarta, UKS Surakarta, STP Dhayana Pura Denpasar, AP-YUKI Jakarta, Akper YUKI Jakarta, STBA Methodis Palembang, dan UNAI Bandung. Pada umumnya tujuan didirikannya perguruan tinggi Kristen ialah: 1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) membangun, membarui dan mempersatukan Gereja (tentu dengan rumusan dan penekanan yang mungkin berbeda-beda). Masing-masing perguruan tinggi Kristen berada pada posisi dan hakikatnya sebagai 1) universitas / perguruan tinggi, lembaga keilmuan, academia, 2) Kristen sebagai identitas dan

16

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


ciri-khasnya, 3) di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945 dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan dalam semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. (7)

Salah satu fakultas yang didirikan pertama sekali di lingkungan perguruan-perguruan tinggi Kristen

adalah

Fakultas Paedagogik yang kemudian menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang dikenal juga sekarang ini sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Bahkan UKSW pada mulanya adalah lembaga pendidikan yang khusus mendidik calon-calon guru, yakni Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). FKIP didirikan secara khusus mendidik/menyiapkan calon-calon guru yang berada dalam spirit di atas: demi Indonesia Raya dan Gereja Tuhan. Dalam kesaksian dan pelayanan/pengabdian-nya, para guru/dosen yang dihasilkan FKIP memikul tugas dan tanggung-jawab konstitusional (mencerdaskan kehidupan bangsa) dan tanggung-jawab moral imaniah (berkaitan dengan identitas dan ciri khas-nya sebagai Kristen) selain tugas dan tanggung-jawab keilmuannya, untuk menyiapkan guru/dosen yang berkualitas (tinggi ilmu, tinggi iman, tinggi semangat melayani), berintegritas (kehendak luhur tampak pada sikap, perbuatan dan kinerja) dan transformatoris (membawa perubahan). Para guru/dosen tersebut, selain mendidik/mengajar peserta didiknya di sekolah & perguruan tinggi, turut-serta juga menampak-nyatakan dan memfungsi-

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

17


tindakkan kehadiran Kristen di lapangan pekerjaannya sebagai murid Tuhan Yesus Kristus – yang adalah Raja dan Kepala Gereja, Guru Agung dan Sang Gembala Baik. (8)

Sampai akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an hampir semua sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi Kristen termasuk “favorit” di Republik ini, baik yang ada di kota-kota besar mau pun di desa-desa dan daerah-daerah pinggiran lainnya.

Lulusan/alumninya pun berprestasi di

mana-mana dan dengan berbagai prestise yang berbagai macam ragamnya. Selain guru/dosen dan pengusaha, PNS dan non-PNS, banyak diantaranya pejabat tinggi di birokrasi pemerintahan, wakil rakyat di DPR dan DPRD / DPD bahkan sampai di luar negeri. Contoh kecil: dokter-dokter dan guruguru teladan pada masa itu banyak diantaranya lulusan perguruan tinggi Kristen. (9)

Organisasi penyelenggara pendidikan Kristen aras nasional (MPPK) serta organisasi penyelenggara pendidikan swasta lainnya (Tamansiswa, Dikdasmen Muhammadiyah dan KWI Bagian Pendidikan) mendirikan Musyawarah Perguruan Swasta (MPS) pada 7 November 1971. MPS didirikan di Ruang Perpustakaan UKI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. MPS disempurnakan menjadi BMPS (Badan Musyawarah Per-guruan Swasta) pada Juli 1995. Pada Munas pertama MPS tahun 1972 hadir beberapa perguruan tinggi Kristen.

(10) Konsultasi Nasional Pendidikan Kristen pada Agustus 1992, di Kinasih, Bogor, yang diselenggarakan oleh PGI dan lembaga-

18

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


lembaga keumatan bidang pendidikan, atas amanat Sidang Raya PGI, mendirikan Badan Koordinasi Lembaga-lembaga Pendidikan Kristen di Indonesia (Bakor LPKI) yang kemudian pada Juni 1996 dilembagakan menjadi Yayasan Bakor LPKI. Lembaga ini beranggotakan: Departemen Pembinaan dan Pendidikan PGI, MPK, BK-PTKI, Persetia (dan Yayasan Bina Darma). Lembaga ini diberi mandat untuk menyusun dan mengkoordinasikan strategi bersama pendidikan Kristen dengan masalah-masalah pokok yang meliputi regionalisasi, profesionalisasi, kualitas, manajemen dan ciri-khas pendidikan Kristen. Bakor LPKI adalah pengembangan dari Sekretariat Bersama Lembaga-lembaga Pendidikan Kristen di Indonesia (Sekber LPKI) yang didirikan pada September 1985 di Salatiga. Prestasi Yayasan Bakor LPKI luar biasa. Sangat disayangkan, yayasan ini sudah “almarhum”. (11) Oleh Pemerintah, perguruan-perguruan swasta (didalamnya sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen) didukung melalui guru dan dosen PNS yang diperbantukan. Bahkan tidak satu-dua sekolah Kristen yang guru-gurunya mayoritas guru PNS. Perlahan-lahan, Pemerintah pun mengurangi dukungan ini (bahkan hendak “menyudahinya”). (12) Guru-guru berkualitas di sekolah-sekolah swasta, manakala lulus seleksi menjadi PNS, oleh Pemerintah (sebagian Pemerintah Daerah) mengalihkan guru yang bersangkutan ke sekolah negeri.

Hal ini membuat sekolah-sekolah swasta

(termasuk sekolah-sekolah Kristen didalamnya) menjadi

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

19


kalang-kabut mencari penggantinya, terutama guru-guru mata pelajaran ilmu-ilmu dasar.

2) Kondisi Sekarang (1)

Dilihat dari sisi kuantitas, keberadaan sekolah & perguruan tinggi Kristen di Indonsia masih cukup menggembirakan. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 40 perguruan tinggi Kristen yang berafiliasi ke Kemendikbud dan 250 STT yang berafiliasi ke Kemenag c.q. Ditjen Bimas Kristen. Namun kuantitas yang cukup menggembirakan itu tidak selalu disertai oleh kualitas. Dilihat dari peringkat akreditasi nasional yang diselenggarakan oleh BAN-PT, kebanyakan dari perguruan tinggi Kristen belum mampu menjadi yang terbaik. Mayoritas masih

“terengah-engah”

untuk

memperoleh

peringkat

akreditasi “B”. Selain itu, STT yang berafiliasi ke Ditjen Bimas Kristen masih banyak yang kesulitan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan minimal. (2)

Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, kondisi sekolah Kristen ini cukup variatif. Sebagian sekolah, khususnya yang berlokasi di kota-kota besar, menamai diri sekolah “nasional plus” atau “internasional”, dan melayani siswa dengan orang tua yang status sosial ekonominya termasuk golongan atas, muncul sebagai sekolah favorit. Jumlah sekolah tipe ini lebih terbatas dibandingkan dengan sekolahsekolah

Kristen

yang

telah

cukup

lama

didirikan,

menggunakan kurikulum nasional dan melayani siswa

20

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


dengan latar belakang status sosial ekonomi menengah. Sekolah Kristen tipe ketiga pada umumnya melayani masyarakat menengah ke bawah. Sekolah-sekolah itu berlokasi di pedesaan dan telah berdiri sejak lama, namun saat ini sedang menghadapi berbagai kesulitan untuk bertahan hidup dan apalagi berkembang. (3)

Kehadiran sekolah & perguruan tinggi Kristen sekarang ini tidak lagi selalu “atas nama Gereja”. Sekolah & perguruan tinggi Kristen ada yang didirikan oleh komunitas atau lembaga keumatan Kristen dan ada pula yang didirikan pribadi lepas pribadi. Sekolah & perguruan tinggi Kristen tidak lagi selalu kental dengan “kekristenan”nya, bahkan diduga ada yang mengunakan label “K” tetapi sesungguhnya tampak

sebagai

“industri

pendidikan”.

Itu

sebabnya

ditemukan adanya sekolah & perguruan tinggi yang terkesan menjadi mercu suar, maju sendiri tanpa peduli pada sekolah & perguruan tinggi Kristen yang lain. (4)

Sudah sejak lama terjadi, alumni pendidikan Kristen (katakanlah kader Kristen) tidak lagi berkesempatan luas menjadi pimpinan di birokrasi pemerintahan. Hal itu terjadi bersamaan dengan istilah dan pertimbangan politis yang tidak pantas disebut-sebut dalam konteks bhinneka tunggal ika: mayoritas dan minoritas! Sejak bangsa ini dilahirkan, 28 Oktober 1928 sampai pada bangsa ini diproklamasikan, 17 Agustus 1945, sampai puluhan tahun setelah Indonesia merdeka, istilah itu “tidak muncul” dan “dianggap haram”. Yang terjadi kemudian adalah “tirani mayoritas” yang dampak

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

21


negatifnya menyedihkan dan menyusahkan banyak orang/ pihak, terutama mereka yang disebut “minoritas”. (5)

Sekolah & perguruan tinggi Kristen tidak banyak lagi yang “favorit”,

bahkan sudah banyak sekolah yang “mati” (bu-

bar),“mati suri” atau megap-megap dengan berbagai alasan. Tampaknya “kekristenan” tidak lagi menampak-nyata dan berfungsi tindak dalam proses dan out-put pengelolaan atau pun dalam sikap dan perbuatan/kinerja lulusan/alumni-nya. (6)

Tidak satu-dua sekolah & perguruan tinggi Kristen yang “bermasalah besar” yang semestinya tidak perlu terjadi, antara lain, hubungan antara penyelenggara dan pengelola seringkali tidak harmonis (berantam?). Tidak lagi banyak orang

yang

mengurus

penyelenggaraan

pendidikan

(yayasan/perhimpunan) dengan tanpa pamrih. Tawuran dan patologi sosial lainnya masih sering terjadi di beberapa sekolah & perguruan tinggi Kristen. Tidak sedikit pengurus yayasan di sekolah & perrguruan tinggi Kristen yang tampaknya tidak peduli lagi mengenai idealisme dan sejarah serta visi dan misi semula sekolah & perguruan tinggi yang bersangkutan didirikan. (7)

Spirit kekristenan tampaknya tidak selalu melekat lagi pada sikap dan tindakan lulusan sekolah & perguruan tinggi Kristen. Suasana kekristenan pun seringkali tidak menyatu dengan suasana dan kondisi di sekolah dan kampus Kristen; seringkali tidak beda lagi dengan sekolah dan kampus sekuler.

22

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


(8)

Ada kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit lulusan sekolah Kristen atau peserta didik beragama Kristen pindah agama dan keyakinan hanya karena alasan “roti saja”. Ada kesan bahwa Gereja-gereja, lembaga-lembaga gerejawi dan lembaga-lembaga keumatan Kristen, termasuk tokoh-tokoh Kristen tampak tidak peduli akan masalah tersebut.

(9)

Keluarga-keluaga Kristen memilih sekolah & perguruan tinggi Kristen sebagai tempat studi putera-puterinya, sering sekali sebagai pilihan terakhir setelah

“mentok” dari sekolah &

perguruan tinggi dan swasta “bergengsi” lainnya. (10) Ada gerakan yang menaruh peduli kembali terhadap pendidikan Kristen: (a)

Program TRAMPIL (TRAnsformasi Melalui Pendidikan dengan e-Learning) yang didirikan untuk mensegerakan peng-S-1-an dan peningkatan kualitas guru-guru Kristen. Program ini merupakan pengembangan dari diskusi yang diselenggarakan oleh FKIP-UKI dan Transformation Connection Indonesia (TCI) education sphere dipresentasikan

di

NTC

(National

lalu

Transformation

Conference) tanggal 26-29 Oktober 2009 di Jakarta; (b)

Gerakan Indonesia Cerdas menyiapkan sejumlah guru yang dikirimkan ke daerah-daerah. Selain mengajar di kelas, guru-guru yang bersangkutan diberi pembekalan untuk berkemampuan turut-serta meguatkan iman

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

23


percaya para peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Ratusan guru, yang direkrut dari alumni sejumlah LPTK Kristen dan sekolah tinggi teologi, telah dikirim ke Papua dan NTT. Program ini masih terus berlanjut. Selain kedua gerakan tersebut, pastilah ada gerakan/program lain yang ditujukan untuk memajukan pendidikan Kristen yang tidak dicatat di sini. (11) Ada kesan bahwa gereja-gereja tidak banyak yang peduli terhadap pendidikan Kristen. Bahkan ada sinode gereja yang menjadikan lembaga pendidikan yang didirikannya sebagai “sumber pemasukan anggaran”, bukan justru mengembangkannya (“ibu menyusu dari anak”)

b. Hambatan 1) Berbagai regulasi terkait dengan pendidikan menghimpit dan mengancam bubar perguruan-perguruan swasta (termasuk didalamnya sekolah & perguruan tinggi Kristen). 2) Masih cukup sering terdengar suara-suara yang melarang orang studi di sekolah & perguruan tinggi Kristen dari pihakpihak yang anti kepelangian/kemajemukan dan in-toleransi. Di beberapa daerah, pengurusan izin mendirikan sekolah atau perguruan tinggi Kristen mengalami kesulitan besar (yang luar biasa). 3) Dikotomi dan perlakuan diskriminatif sangat dirasakan perguruan-perguruan

24

Kristen

dan

perguruan-perguruan

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


swasta lainnya walau undang-undang (UU Sisdiknas dan lainlain) sudah menegaskan “tidak ada dikotomi negeri dan swasta” 4) Biaya pendidikan di beberapa sekolah & perguruan tinggi Kristen amatlah mahal sehingga banyak orang miskin yang tidak diterima di sana. 5) Gaji guru/dosen di sekolah & perguruan tinggi amat bervariasi. Gaji besar terdapat di sekolah & perguruan tinggi Kristen yang elit, sementara gaji kecil masih ditemukan di banyak sekolah & perguruan tinggi yang alit. 6) Disadari atau tidak, di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang terkenal dengan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila-nya masih terdapat orang-orang yang “anti Kristen”. Negara yang seharusnya mengayomi semua warga negara Indonesia seringkali terkesan gagal atau terlambat menjalankan fungsi tersebut.

c. Tantangan 1) Kita patut bergembira atas perhatian Pemerintah terhadap pendidikan

yang

telah

mencanangkan

dan

berupaya

mewujudkan program “wajib belajar“. Bahkan Pemerintah memberikan dukungan biaya operasional (dalam bentuk BOS dan sebagainya). Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah

Kristen

yang

mengurus

sepenuhnya

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

25


keperluan penyelenggaraan dan pengelolaan-nya (berbeda dengan sekolah negeri yang diurus sepenuhnya oleh Pemerintah dari kebutuhan a sampai z). Sangat disayangkan adanya istilah “pendidikan gratis”. Selain merupakan kebohongan publik, istilah “gratis” tidak berdampak positif bagi warga masyarakat. Yang benar adalah “biaya wajib belajar merupakan tanggungjawab negara”. 2) Sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen tidak selalu berkemampuan finansial yang memadai untuk menyediakan fasilitas pendukung yang mutakhir dan meningkatkan kemampuan guru/dosen-nya. Akibatnya, akreditasinya tidak selalu naik tingkat: baik dan terbaik. Dalam konteks ini, sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan yang sama dengan tuntutan pada sekolah & perguruan tinggi negeri. Padahal, sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen memiliki sumber dana yang relatif terbatas (berbeda dengan sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi negeri yang didanai dengan pajak rakyat). 3) Sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen tidak lagi selalu dengan sungguh-sungguh dan simultan menampaknyatakan dalam penyelenggaraan dan pengelolaannya posisi dan hakikatnya sebagai: 1) lembaga keilmuan, academia, 2) identitas dan ciri khas Kristen, 3) berada di Indonesia, NKRI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945 dengan semboyan Bhineka

26

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Tunggal Ika dan dalam semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dalam berbagai aspeknya. 4) Terkesan bahwa institusi pendidikan Kristen dan alumninya tidak berdaya kuat untuk turut serta mengubah wajah Indonesia yang kental dengan kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan/keterbelakangan, kekerasan dan ketakutanketakutan lainnya, serta amat terbatas untuk turut mengatasi korupsi, ketidak-adilan dan in-toleransi. 5) Yang dulu disebut “kantong-kantong Kristen” karena umat Kristen berdomisili sejak lama di sana dan populasinya memang “terbanyak”, sekarang ini keadaannya berubah. Wilayah-wilayah tersebut sekarang ini seolah-olah “diserang” oleh kekuatan lain dan mengubahnya menjadi lain. Hal ini pun tampak tidak merisaukan Gereja-gereja dan umat Kristen. 6) Tayangan-tayangan di televisi banyak sekali bertolak-belakang dengan nilai-nilai kristiani. Hal itu amat mempengaruhi perkembangan anak-anak dan generasi muda lainnya. Tayangan-tayangan itu dikelola oleh “kelompok tertentu” yang sering kali luput dari pengawasan negara. Produsennya tampak tidak peduli lagi dengan etika/moralitas dan budaya bangsa Indonesia. 7) Sekolah & perguruan tinggi negeri dan swasta lainnya, di luar sekolah & perguruan tinggi Kristen, berkembang di manamana. Perguruan-perguruan swasta (beragama) semakin banyak yang dinegerikan.

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

27


8) Di mana-mana ada sekolah & perguruan tinggi swasta yang biaya pendidikannya murah, kuliahnya gampang, dan lulusnya cepat. Ijazah aspal tampaknya masih ada di mana-mana sehingga banyak orang yang memiliki gelar akademik tanpa susah payah (sampai gelar akademik magister dan doktor). Anehnya, Pemerintah terkesan tidak serius menanganinya. Bahkan pendeta dan anggota majelis jemaat ada juga menggunakan gelar demikian. 9) Keteladanan dari pimpinan dan guru/dosen tidak selalu tampak dalam sikap dan kinerja mereka. Keteladanan sudah hamper “punah”. Padahal, metode pembentukan watak dan karakter terefektif adalah dengan cara “penularan” melalui keteladanan, bukan dengan cara mengajarkannya sebagai ilmu atau mata kuliah (bukan retoris). 10) Kecerdasan yang ditanamkan kepada anak-anak dan generasi muda lainnya acap kali hanya sekedar kecerdasan intelektual, tidak lagi berupa “kecerdasan paripurna” (yang juga mencakup kecerdasan spiritual, emosional dan sosial). Seharusnya sekolah & perguruan tinggi Kristen turut bertanggungjawab dalam pembinaan watak dan karakter bagi peserta didiknya. 11) Salah satu tantangan utama yang harus dijawab perguruanperguruan tinggi Kristen adalah menyiapkan “sarjana plus” yang berkarakter dan berintegritas. Penguasaan ilmu dan keterampilan yang dipelajari secara mumpuni saja tidak memadai bagi para lulusan perguruan-perguruan tinggi Kristen. Mereka

28

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


juga harus menjadi agen transformasi. Untuk itu, mereka harus menjadi warga yang berintegritas, berkarakter Kristiani, dan transformatoris. 12) Tantangan khusus kepada Perguruan Tinggi Kristen dan LPTK Kristen: (1) Apakah perguruan-perguruan tinggi Kristen (didalamnya FKIP) masih berkesadaran tinggi mengenai posisi dan hakikatnya

(sebagai

universitas/FKIP,

berciri

khas

Kristen, di Indonesia)? Ataukah berkesadaran tinggi hanya untuk aspek tertentu saja? (Contoh: mencerdaskan kehidupan bangsa, yes!; membangun, memperbarui dan mempersatukan Gereja, no!. (2) Apakah FKIP Kristen sebagai LPTK masih sungguhsungguh serius mempersiapkan calon-calon guru/dosen yang tetap setia pada tujuan, posisi dan hakikat almamaternya sebagaimana diuraikan di atas dengan tetap berkualitas tinggi? Dapatkah diterima jika FKIP Kristen mengurangi bobot misinya untuk menghasilkan guru-guru Kristen yang sungguh-sungguh setia pada identitasnya selaku warga Kerajaan Allah dan sekaligus sebagai warga negara Indonesia (garam dan terang) sebagai justifikasi upaya memenuhi berbagai regulasi dari pemerintah? (3) Apakah ada kiat-kiat jitu (dan dengan cara bagaimanakah) membekali

guru-guru/dosen-dosen

yang

beragama

Kristen agar tetap setia pada tanggung jawab kekristenan

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

29


dan sekaligus tanggung-jawab kebangsaannya inherent dengan tanggung-jawab keilmuan dan profesinya? (4) Apakah

gereja-gereja,

lembaga-lembaga

lembaga-lembaga

keumatan

Kristen

(di

gerejawi, dalamnya

lembaga pendidikan Kristen) dan orang-orang Kristen masih turut terbeban dan bertanggung-jawab merespon “mereka

yang

berseru-seru

di

Makedonia:

menyeberanglah, tolonglah kami� (perh. Kis 16:9) dan menampak-nyatakannya dalam tindakan konkret (perh. Yes 6:8)? (5) Apakah kurikulum FKIP Kristen masih cocok dengan kebutuhan masa kini, terutama dalam hubungan dengan ke-universitas-an/ke-FKIP-an, kekristenan dan kebangsaan Indonesia diperhadapkan pada perkembangan ilmu dan teknologi dan perkembangan peradaban mondial? Sudahkah FKIP Kristen menginspirasi mahasiswanya menjadi guru-guru yang mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pelayanan dan pembelajaran yang efektif? (6) Bagaimanakah memampukan/memberdayakan sekolah & perguruan tinggi Kristen agar tetap setia pada tugas dan tanggung-jawanya dengan sekaligus menyadari betulbetul kehadirannya sebagai mitra Yesus Kristus di dunia untuk memberitakan Kabar Baik Kabar Kesukaan itu: keselamatan dunia dan manusia? Memampukannya menjadi semakin berkembang (dalam kualitas dan

30

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


kuantitas), maju/modern, kuat/kokoh/kukuh, terpercaya, berwibawa dan admired. (7) Tantangan utama lainnya yang harus direspon oleh LPTK Kristen adalah menyiapkan guru/dosen yang sungguhsungguh mendemonstrasikan kejujuran, akuntabilitas, transparansi, kepedulian terhadap lingkungan hidup, kemampuan memecahkan masalah, anti korupsi, dan anti kekerasan.

d. Solusi 1)

Sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen mesti tetap setia pada idealisme dan visi/misi masing-masing sesuai “khittoh” sewaktu lembaga itu didirikan dengan selalu tanggap melihat “tanda-tanda zaman” dan perkembangan peradaban mondial (inclusive social development, inclusive economic development, environmental sustainability, peace and security).

2)

Bersama mitra layanannya,

Yayasan Indonesia Cerdas

menyiapkan guru-guru Kristen dengan prinsip 6 (enam) m: memilih, melatih, mengutus, mentransformir, melengkapi dengan keterampilan terkait (bertani, tanggap bencana, dan lain-lain). 3)

Lembaga-lembaga keumatan bidang pendidikan mesti bekerja sama dengan

gereja-gereja, lembaga-lembaga

gerejawi dan keumatan lainnya serta Pemerintah dalam rangka memajukan pendidikan Kristen.

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

31


4)

Baik FKIP secara khusus maupun sekolah-sekolah & perguruan tinggi Kristen pada umumnya perlu meninjau kembali kurikulumnya. Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan memecahkan masalah harus mendapat porsi yang memadai dalam pembelajaran. Membanjirnya informasi melalui mass media, baik cetak maupun elektronik, membuat masyarakat saat ini hidup dalam “lautan informasi”. Melalui internet, misalnya, seseorang dapat mengakses informasi tentang apa saja. Masalahnya adalah sebagian dari informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan, tidak bermanfaat bagaikan “sampah” (junks) dan tidak sedikit yang menyesatkan. Hanya dengan kemampuan berpikir kritislah seseorang terhindar dari penyesatan informasi. Esensi pengembangan keterampilan berpikir kreatif tidak terlepas dari fenomena yang menunjukkan bahwa dunia saat ini sudah memasuki era ekonomi kreatif yang mengandalkan gagasan kreatif sebagai modal utama. Menyadari betapa strategisnya ekonomi kreatif, negara-negara maju telah mulai mengembangkannya sejak akhir abad 20. Pemerintah Indonesia saat ini juga kelihatannya juga sudah memberi perhatian besar terhadap perekonomian yang dilandaskan pada kemampuan berikir kreatif tersebut. Oleh karena itu, sekolah-sekolah & perguruan tinggi Kristen perlu menga-lokasikan program-program pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam kurikulumnya.

32

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


5)

Militantia Christi yang sekarang ini sudah memudar perlu “dipompakan” kembali kepada setiap peserta didik dan guru/dosen dengan tetap menyadari kehadirannya di Indonesia sebagai masyarakat majemuk.

6)

Dianjurkan kepada gereja-gereja agar memanfaatkan lulusan Prodi

PAK

sebagai

pendamping

pendeta

di

bidang

pembinaan warga jemaat. Setiap gereja perlu mendirikan PAUD/Taman Kanak-Kanak. 7)

Setiap

sekolah

&

perguruan

tinggi

Kristen

mesti

memperhatikan secara serius gaji guru/dosen dan tenaga kependidikan lainnya. Selain itu, masing-masing perlu membentuk Panitia Beasiswa untuk membantu siswa dan mahasiswa yang berkemampuan finansial terbatas (catatan: Glorya Ministry bergerak dibidang penggalangan beasiswa). 8)

Suasana kekristenan di setiap sekolah & perguruan tinggi Kristen perlu dibenahi dan ditingkatkan. Setiap sekolah & perguruan tinggi Kristen mestinya dijadikan sebagai “rumah Tuhan”,

“kampus

Kasih”

dan

“pusat

transformasi”.

Kembalilah kepada Alkitab dan takutlah akan Tuhan! 9)

Pengalaman Finlandia,

Korea Selatan, Singapura dan

berbagai negara yang terkenal dengan sistem pendidikan terbaik di dunia menunjukkan bahwa guru merupakan faktor terpenting yang menjamin keberhasilan pendidikan. Guru berkualitas

bahkan

menjadi

syarat

utama

untuk

melaksanakan pendidikan berkualitas. Sehubungan dengan

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

33


itu, sebagai “produsen” guru, LPTK Kristen, harus segera berbenah diri. Untuk mengakselerasi pembenahan-pembenahan tersebut, peningkatan kualitas dosen dan kerjasama sinergistik antar LPTK Kristen menjadi keharusan. Oleh karena itu, gagasan membentuk Asosiasi Nasional LPTK Kristen perlu segera direalisasikan. 10)

Asosiasi Nasional LPTK Kristen perlu membangun hubungan dan

jejaring

dengan

yayasan-yayasan/badan-badan

penyelenggara sekolah Kristen di seluruh Indonesia dalam rangka

peningkatan

kualitas

penyelenggaraan

dan

pengelolaan sekolah yang bersangkutan. Sekarang waktunya LPTK Kristen bekerjasama dengan sekolah-sekolah Kristen untuk menyiapkan guru-guru berkualitas. Yayasan pendidikan dan sekolah-sekolah Kristen dapat menyediakan bantuan studi (dalam bentuk ikatan dinas) kepada calon guru (lulusan SLTA yang berminat menjadi guru atau mahasiswa LPTK yang sudah aktif), sedangkan LPTK “menempa” si calon guru menjadi guru Kristen yang profesional. 11)

Asosiasi Nasional LPTK Kristen juga diharapkan dapat membuat terobosan untuk meng-S-1-kan guru-guru Kristen yang belum S-1 maupun memfasilitasi program yang memungkinkan guru-guru lulusan S-1 non-kependidikan memperoleh NUPN dan sertifikasi guru.

12)

Sekolah & perguruan tinggi Kristen mesti membangun dan memelihara

hubungan

baik

dengan

Pemerintah

dan

masyarakat sekitarnya.

34

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


13)

Kiranya

setiap

sekolah

&

perguruan

tinggi

Kristen

membangun komunikasi dan menghimpun potensi dan energy positif lulusan/alumni-nya sebagaimana yang sudah terjadi di beberapa sekolah & perguruaan tinggi Kristen yang sarana/prasarana-nya dibangun/dibiayai oleh lulusan/alumninya. Berbagai ikatan alumni bahkan menjadi orang tua asuh bagi peserta didik yang berekonomi lemah. 14)

Guru/dosen non-Kristen di sekolah & perguruan tinggi Kristen, sama dengan guru/dosen Kristen, selain benarbenar

berkualitas

mestinya

turut

memahami

dan

mendaratkan nilai-nilai Kristen serta sejarah, visi, dan misi sekolah & perguruan tinggi Kristen yang bersangkutan kepada peserta didik. Oleh sebab itu, sebelum menjadi guru/dosen, mereka itu mesti dibekali dengan nilai-nilai Kristen. 15)

Dosen Penasihat Akademik (PA) di setiap perguruan tinggi Kristen mesti berkemampuan dan berketerampilan sebagai “gembala” bagi mahasiswa bimbingannya. Mereka mesti turut memperkenalkan “Tuhan Yesus” kepada mahasiswa bimbingannya. Adalah tanggung jawab sekolah & perguruan tinggi Kristen mendemonstrasikan “wajah Yesus Kristus” dan “surat yang terbuka” bagi dunia sekelilingnya.

16)

Bagi setiap sekolah & perguruan tinggi Kristen mesti memahami sungguh-sungguh apa yang dimaksud “cerdas” dalam hubungan dengan pendidikan/pengajaran yang

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

35


dilayankannya. Cerdas ada pada konstitusi (pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945) dan ada pula dalam Alkitab (kecerdasan remaja Yesus yang membuat para ahli di bait suci terheran-heran menyaksikan kecerdasan-Nya). 17)

Sekolah & perguruan tinggi Kristen terpanggil untuk mengembangkan budaya dan kearifan lokal.

e. Antisipatoris 1)

Mesti diperjuangkan agar UU Sisdiknas diperbarui dengan beberapa alasan, antara lain: 1) beberapa pasal dan ayat didalamnya sudah dinyatakan “dicabut” oleh Mahkamah Konstitusi; 2) perlu memasukkan istilah “swasta” sebagai payung hukum bagi perguruan-perguruan swasta (tidak dengan istilah “diselenggarakan oleh masyarakat”; 3) tujuan pendidikan nasional dikembalikan pada amanat dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945: mencerdaskan kkehidupan bangsa; 4) keharusan untuk menyesuaikan diri dengan

perkembangan

peradaban

dengan

tetap

mempertahankan kebangsaan Indonesia. Ketentuan lainnya yang diturunkan dari UU Sisdiknas mesti “tidak bertentangan dengan UUD Negara RI Tahun 1945’. Perjuangan ini perlu dilakukan bersama-sama dengan pemangku kepentingan pendidikan nasional lainnya. 2)

Patut disyukuri terobosan kebijakan bidang pendidikan Presiden Joko Widodo dengan menerbitkan “Kartu Indonesia

36

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Pintar� agar semua anak-anak Indonesia yang masih dalam fase wajib belajar dapat belajar di sekolah, baik negeri mau pun swasta. Perguruan-perguruan swasta (di dalamnya sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen) perlu mengadakan studi tentang kebijakan tersebut dalam hubungan

dengan

implementasinya

pada

perguruan-

perguruan swasta. 3)

Mesti diperjuangkan agar peserta didik yang beragama Kristen

berkesempatan

memperoleh

pelajaran

PAK

(Pendidikan Agama Kristen) di sekolah-sekolah negeri dan swasta lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku (jika ada 10 orang atau lebih peserta didik beragama Kristen, wajib memperoleh PAK). 4)

Mengingat semakin banyaknya persoalan-persoalan yang dihadapi perguruan-perguruan swasta (didalamnya sekolahsekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen), hubungan antar

penyelenggara

dan

pengelola,

persoalan

guru,

termasuk persoalan pertanahan, maka dianjurkan kepada para penyelenggara dan pengelola sekolah & perguruan tinggi Kristen agar membentuk Lembaga Advokasi Hukum dan HAM yang disinergikan di tingkat pusat/nasional. Sesungguhnya persoalan guru/dosen bukanlah persoalan buruh. 5)

Setiap keluarga Kristen mesti berkesadaran tinggi mengenai posisi dan tanggung jawabnya sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama. Untuk itu Gereja-gereja didorong untuk melaksanakan konseling pra-nikah yang cukup (bukan

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

37


sekedar formalitas) bagi setiap calon pengantin dengan memasukkan materi yang berkaitan dengan pendidikan Kristen dalam keluarga. 6)

Gereja-gereja, lembaga-lembaga gerejawi dan lembagalembaga

keumatan

Kristen

lainnya

didorong

untuk

merangkul lembaga-lembaga pengaderan generasi muda Kristen seperti GMKI dan GAMKI. Seiring dengan itu, setiap Gereja

didorong

untuk

secara

serius

melaksanakan

pengaderan bagi warga mudanya. Amat diharapkan agar setiap lembaga pengaderan generasi muda Kristen menata kelembagaan dan materi pengaderannya dengan pendekatan paradigma baru. Gereja juga didorong untuk bermitra dengan LPTK dalam kegiatan pembinaan remaja, sekolah minggu, maupun lansia dan kategorial lainnya. 7)

LPTK-LPTK Kristen didorong untuk membentuk wadah berhimpun (Asosiasi Nasional LPTK Kristen) sebagai tempat bermusyawarah dan forum komunikasi dan konsultasi yang pada satu sisi sebagai sesama beridentitas dan berciri-khas Kristen dan di sisi lainnya sebagai bagian integral dari Asosiasi LPTK Swasta dimana LPTK-LPTK Kristen turut-serta sebagai anggotanya.

8)

Asosiasi Nasional LPTK Kristen perlu mengantisipasi kritik mengenai Kurikulum 2013. Pemerintah didorong untuk mengadakan pengkajian terhadap Kurikulum 2013, termasuk dalam hubungannya dengan revolusi mental dan bonus demografi.

38

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


9)

Asosiasi Nasional LPTK Kristen atau masing-masing LPTK Kristen perlu mempertimbangkan pembentukan suatu tim yang secara khusus mengadakan pengkajian mengenai regulasi dan kebijakan Pemerintah di bidang pendidikan. Contoh: apakah UN masih perlu dipertahankan?

10)

Institusi pengadaan calon guru diserahkan kepada LPTK, dan LPTK harus benar-benar berkomitmen menghasilkan calon guru yang menguasai substansi materi pelajaran dan metodologi pembelajaran dengan baik. Selain itu, setiap alumnus juga perlu menguasai keterampilan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta kemampuan berbahasa Inggris agar mampu bersaing dalam kehidupan bersama ASEAN dan internasional.

11)

Dalam konteks penyiapan guru, harus diperjuangkan agar PPG melekat pada LPTK, termasuk LPTK Kristen. Sangat diharapkan agar Asosiasi Nasional LPTK Kristen menyuarakan hal ini dalam forum Asosiasi LPTK Swasta Indonesia.

12)

LPTK Kristen, sekolah-sekolah & perguruan-perguruan tinggi Kristen lainnya mesti mampu menangkap gagasan Jokowi dan Jusuf Kalla dalam kampanye pilpres 2014 lalu sebagaimana diuraikan dalam buku “Jalan Perubahan untuk Indonesia yang berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian”, khususnya gagasan yang menyangkut pendidikan dan pelatihan

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

39


dan serta revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan

kembali

kurikulum

pendidikan

nasional

dengan

mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, budi pekerti, patriotisme, evaluasi terhadap model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional, jaminan hidup yang memadai para guru yang ditugaskan di daerah terpencil, pemerataan fasilitas pendidikan di seluruh wilayah, dan sebagainya.

3. Kesepakatan Peserta sarasehan bersepakat : 1. Perlu segera mengadakan pemetaan dan penataan kurikulum pendidikan agama Kristen (PAK) dari jenjang Taman Kanakkanak (PAUD), Sekolah Dasar dan Menengah sampai pada Perguruan Tinggi. Gereja mestinya terlibat dan berkontribusi terhadap rancangan content PAK. Bahkan, content PAK adalah tanggung jawab Gereja. 2. Di pergurun tinggi, mata kuliah PAK (Pendidikan Agama Kristen) mestinya lebih menekankan pendekatan etis, pendekatan pendidikan nilai-nilai Kristiani, bukan pendekatan dogmatik semata 3. Setiap sekolah & perguruan tinggi Kristen mesti memberi perhatian secara khusus mengenai pembinaan spiritualitas warga kampus (spiritual formation). Gereja-gereja mesti terlibat dan melibatkan diri dalam program pembinaan spiritualitas

40

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


warga kampus dengan menghadirkan Pendeta Sekolah dan Pendeta Perguruan Tinggi yang berkelayakan sebagai gembala dan panutan pada sekolah/peguruan tinggi tersebut. Pendeta yang bersangkutan hendaknya bukan karyawan sekolah atau perguruan tinggi yang dilayaninya. Pendeta yang bersangkutan berstatus layaknya “Nabi Natan” yang terpanggil menyatakan kebenaran dan keadilan TUHAN Allah kepada raja. 4. Mendukung program Indonesia Cerdas dengan pembagian tugas : 1) Perguruan tingi Kristen, khususnya LPTK menyiapkan guruguru yang diutus ke daerah-daerah dalam rangka mengajar/mendidik dengan menguatkan iman pecaya peserta didik dan masyarakat sekitar. 2) Indonesia Cerdas menyiapkan guru-guru yang diutus itu dan membangun jejaring dalam rangka fundraising dengan tetap transparan dan akuntabel. 3) Pemerintah, gereja-gereja, lebaga-lembaga gerejawi dan lembaga-lembaga Kristen sebagai “mitra layanan”. 4) Program

Indonesia

Cerdas

diharapkan

mengadakan

mapping dan memandang belahan Indonesia bagian timur dan Indonesia bagian barat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Mentawai dan Nias di belahan Indonesia barat mestinya termasuk daerah sasaran Indonesia Cerdas, selain Papua dan NTT). 5. Pimpinan FKIP Kristen bersepakat membentuk “Asosiasi Nasional LPTK Kristen” yang merupakan wadah berhimpun dan bermusyawarah LPTK Kristen seluruh Indonesia. Untuk itu:

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

41


1) Pimpinan FKIP UKI dipercayakan sebagai Konvokator Tim, yang merumuskan draf Pedoman Kerja Asosiasi Nasional LPTK Kristen yang akan dibahas dan ditetapkan pada musyawarah nasional (munas) yang akan datang dan sebagai pengundang peserta munas. 2) Munas Asosiasi Nasional LPTK Kristen direncanakan pada Pebruari

2015

Universitas

di

HKBP

Medan/Pematang Nomensen

Siantar

bertindak

(FKIP sebagai

Tuan/Nyonya Rumah). Konvokator Tim bersama-sama dengan Tuan/Nyonya Rumah merumuskan kerangka acuan munas tersebut. 6. Asosiasi Nasional LPTK Kristen bersama-sama pemangku kepentingan pendidikan Kristen lainnya membicarakan perlunya ada semacam asosiasi perhimpunan bagi guruguru/dosen-dosen Kristen secara nasional.

4. Rekomendasi a. Kepada Lembaga-lembaga Gerejawi dan Lembaga-lembaga Keumatan Bidang Pendidikan Agar membentuk lembaga koordinasi pelayanan pendidikan Kristen pengganti (atau semacam) Yayasan Bakor LPKI dengan dimensi lintas denominasi. Untuk itu, dimohon kepada PGI, PGPI, dan PGLII mengambil prakarsa bersama-sama Asosiasi Nasional LPTK Kristen.

42

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


b. Kepada LPTK (FKIP) Kristen Agar meninjau kembali kurikulum masing-masing dengan memperhatikan tuntunan peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap setia pada: 1) ke-Universitas-an/ke-FKIP-an 2) ke-Kristen-an 3) ke-Indonesia-an Ad 1)

Dalam hubungan dengan ke-Universitas-an: FKIP mesti menyajikan mata kuliah Logika dan Filsafat Ilmu, selain mata-mata kuliah wajib nasional yang di-tentukan pemerintah. Dalam hal ini matakuliah dimaksud dapat juga berupa filsafat pendidikan, atau matakuliah filsafat dan logika. Sesungguhnya matakuliah ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sistemik, mendasar dan menyeluruh, termasuk di dalamnya berpikir kritis-analitis. Agar matakuliah ini dapat “bekerja” sesuai dengan harapan, penyelenggaraannya perlu dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centred Learning/SCL), bukan yang berpusat pada guru/dosen (teacher centered). Untuk menjamin kemampuan kompetitif alumninya, FKIP Kristen juga perlu difasilitasi agar segera menerapkan Kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Kurikulum ini didisain berlandaskan kompetensi (KBK), bukan berbasis isi (KBI) serta telah mengadopsi empat pilar pendidikan versi UNESCO—learning to know, learning to

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

43


do, learning to be and learning to live together. Dengan demikian, kurikulum itu telah memuat lima elemen kompetensi yang digariskan oleh SK Mendiknas No. 45/U/2002, yakni: landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap dan perilaku berkarya, dan pemahaman kaidah berkehidupan bersama. Selain itu dalam rangka membekali alumni kemampuan memecahkan masalah yang urgen dan mendesak yang ditemui ketika menjalankan tugasnya sebagai pendidik, LPTK Kristen harus membekali mahasiswanya dengan kemahiran melaksanakan kajian tindakan kelas (classroom action research). Praktik penyiapan guru di LPTK Finlandia dan negara-negara lain yang terkenal dengan kualitas guru-gurunya membuktikan bahwa kajian tindakan kelas sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan guru memecahkan masalah. Para mahasiswa keguruan di negara-negara tersebut secara berkelanjutan dilibatkan dalam kelompok-kelompok kerja untuk memecahkan masalah melalui siklus-siklus action research. Dengan keterampilan itu, mereka mampu melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai guru. Tidak kalah pentingnya, alumni LPTK Kristen juga perlu dibekali dengan kemampuan mengembangkan teknik berpikir kritis-analitis serta kreatif-inovatif di kalangan siswa. Ad 2)

44

Dalam hubungan dengan ke-Kristen-an:

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Kekristenan mesti tampak pada pengelolaan akademik, semangat kekeluargaan dan kebersamaan mewujudkan visi dan melaksanakan misi. Hirarkhi memang ada, tetapi hal itu difungsikan untuk membedakan hak dan kewajiban. FKIP mesti menyajikan mata kuliah (a) Pendidikan Agama Kristen yang intinya pada pendidikan nilai-nilai Kristiani, (b) Pendidikan Etika Kristen dan Etika Profesi, serta (c) Kepemimpinan Kristen (Christian Leadership). Selain itu, kekristenan mesti diimplementasikan melalui ekstra-kurikuler. Catatan pentingnya adalah, bahwa semua matakuliah tersebut harus diupayakan sedemikian rupa agar berhasil menumbuhkan kompetensi moral (kejujuran, kerendahan hati, profesionalisme, disiplin, tanggungjawab, dan sebagainya) dalam diri peserta didik, yang dirasakan semakin memudar dalam diri generasi muda. Adalah petaka jika pengembangan nilai-nilai moral tanpa disadari ditukar dengan pengembangan kemampuan kognitif semata. Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Agama, Etika, Kepemimpinan Kristen adalah untuk membantu generasi muda semakin

mengenal

dan

mengasihi

Kristus

serta

melaksanakan perintahNya. Jika tidak demikian, maka semua

matakuliah

tersebut

hanyalah

kesia-siaan.

Matakuliah Kepemimpinan Kristen akan dicap gagal jika hanya melahirkan generasi muda yang mampu menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan dengan baik tetapi tidak dapat bertindak sebagai pemimpin yang melayani seperti telah diteladankan Tuhan Yesus. Ad 3)

Dalam hubungan ke-Indonesia-an:

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya�

45


Makna kehadiran Pendidikan Kristen dalam konteks NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang di-proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan dalam semangat (spirit) Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 mesti ditanamkan secara serius. Oleh karena itu, FKIP mesti menyajikan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Bahasa Indonesia. Asosiasi Nasional LPTK Kristen diharapkan dapat menggagas dan merealisasikan perumusan mata kuliah “Kebangsaan Indonesia�. Makna ke-Indonesiaan dapat juga dilihat pada kurikulum yang

mengkontektualisasikan

pembelajaran

dengan

konteks ke-Indonesiaan. Artinya kurikulum LPTK Kristen haruslah memfasilitasi peserta didik untuk memaksimalkan potensi unik yang dikaruniakan kepadanya sebagai putra dan putri Indonesia. Kurikulum berlabel internasional, kurikulum impor, dan guru-guru berkebangsaan asing memang efektif untuk menarik minat orang tua. Hingga pada tahap tertentu, unsur-unsur yang diimpor dari luar negeri itu bisa meningkatkan kualitas sekolah. Namun, dilihat dari sudut pandang teori pengembangan kurikulum, hanya sebagian kecil siswa yang benar-benar memerlukan elemenelemen impor tersebut. Latar belakang peserta didik dan situasi apa yang akan mereka hadapi di masa depan harus menjadi pertimbangan utama. Dalam konteks kehidupan bernegara, misalnya, kurikulum pendidikan Kristen harus menanamkan sikap demokratis.

46

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Tidak ada yang lebih demokratis daripada aktualisasi perintah “kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (Lukas 10: 27). Kurikulum juga wajib menanamkan sikap menentang intoleransi, karena Yesus Kristus, melalui perintah untuk untuk mengasihi setiap orang, bahkan musuh atau orang berdosa, mengharuskan umatNya menjadi orang orang yang toleran. Yang harus dicegah melalui kurikulum adalah toleransi terhadap dosa—termasuk penyalahgunaan narkoba, plagiarisme, tindakan asusila, berbuat curang, dan sebagainya. Sedangkan penghargaan terhadap prinsip Bhinneka Tunggal Ika dapat ditanamkan melalui praktik kerjasama antar seluruh denominasi dalam rangka mengembangkan nilai-nilai kristiani, seperti kejujuran, tanggung-jawab, kerja keras, akuntabilitas, anti korupsi dan sebagainya. Bila FKIP Kristen dapat mengaktualisasikan rekomendasi di atas, harapan untuk memproduksi guru-guru yang sungguh-sungguh beriman, kompeten, berintegritas, dan transformatif akan menjadi kenyataan.

c. Perguruan-perguruan Tinggi Kristen Agar dengan sungguh-sungguh menanamkan visi dan misi perguruan masing-masing kepada setiap guru/dosen/karyawan sebelum diterima sebagai guru/dosen/karyawan tetap. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembinaan kerohanian warga kam-

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

47


pus, perlu diadakan kembali workshop campus ministry secara nasional sebagaimana berkali-kali dilakukan oleh Yayasan Bakor LPKI dulu.

d. Kepada BK-PTKI BK-PTKI didorong untuk mengadakan rekonsolidasi dan penguatan kelembagaan dalam rangka menangani peran-peran strategisnya ke depan sebagai wadah berhimpun perguruanperguruan tinggi Kristen di Indonesia. Selain menjadi “milik bersama�, BK-PTKI diharapkan memberikan sumbangsih pada semua anggotanya, baik yang elit maupun yang alit. Kiranya semua perguruan tinggi Kristen sudah menjadi angota BK-PTKI.

e. Kepada MPK MPK didorong untuk semakin giat memberdayakan yayasanyayasan/ badan-badan penyelenggara dan pengelola sekolahsekolah Kristen. Kiranya yayasan-yayasan/ badan-badan penyelenggara sekolah Kristen sudah menjadi anggota MPK

f. Kepada Gereja-gereja Gerja-gereja perlu menggerakkan kembali setiap warga supaya sungguh-sungguh menyadari dan menjalankan peran setiap keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama. Setiap jemaat diharapkan benar-benar serius melaksanakan pelayanan anak-anak dan sekolah minggu. Fasilitas dan program pelayanan anak-anak dan remaja hendaknya dipersiapkan dengan

48

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


baik, bahkan secara professional, sebagaimana halnya mempersiapkan pelayanan dewasa. Untuk itu dianjurkan untuk memanfaatkan lulusan program studi PAK yang dihasilkan LPTK Kristen sebagai tenaga fungsional di jemaat-jemaat.

g. Kepada Lembaga-lembaga Gerejawi Kiranya setiap lembaga gerejawi (PGI, PGLII, PGPI) menaruh peduli pada Pendidikan Kristen yang diwujudkan melalui pembentukan Komisi Pendidikan pada setiap aras.

h. Kepada Lembaga-Lembaga Keumatan Bidang Pendidikan 1) Bersama-sama Asosiasi Nasional LPTK Kristen, lembaga-lembaga gerejawi dan lembaga-lembaga keumatan bidang pendidikan menyelenggarakan suatu konsultasi nasional untuk mempercakapkan kembali “kehadiran Pendidikan Kristen di Indonesia.” Untuk merealisasikannya, pengurus Asosiasi Nasional LPTK Kristen mengambil prakarsa dalam kebersamaan dengan Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI. 2) Memperjuangkan revisi UU Sisdiknas dan PP tentang Pendanaan Pendidikan hingga selaras dengan: (1) UUD Negara RI tahun 1945, dan (2) keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah mengabulkan uji materi terhadap Pasal 55 ayat (4) Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 sehingga lembaga Pemerintah

Pusat

maupun

Pemerintah

Daerah

wajib

membantu pembiayaan teknis di lembaga pendidikan tanpa diskriminasi, baik negeri maupun swasta terutama di pendidikan dasar. “Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

49


3) Memperjuangkan agar besaran BOS di sekolah swasta dibedakan dari sekolah negeri, sebab biaya operasional sekolah swasta jauh lebih besar ketimbang sekolah negeri. 4) Memperjuangkan peningkatan anggaran negara di semua aras (pusat dan daerah) untuk pendidikan non-formal dan informal. LPTK Kristen didorong untuk menjadi pendamping bagi pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal di lingkungannya.

Bahkan

LPTK

dianjurkan

untuk

“memiliki”

PAUD/TK untuk warga di lingkungannya. Selain sebagai wujud pelayanan, sekolah-sekolah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai “lab-schools”.

C. PENUTUP 1. Pembacaan Kesimpulan Butir-butir kesimpulan sarasehan dibacakan oleh Pemandu. Pimpinan FKIP-UKI bersama dengan Panitia diberi kepercayaan untuk

merampungkan

dan

mengembangkan

risalah

sarasehan.

2. Ucapan Terima Kasih Dekan FKIP-UKI kembali menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan mendukung sarasehan ini. Dalam sambutan ini, Dekan FKIP-UKI menyampaikan bahwa sarasehan ini sedikit atau banyak berhasil mencerahkan para peserta tentang kondisi pendidikan Kristen saat ini dan apa yang harus dilakukan untuk menjadikannya menjadi the best.

50

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Untuk mencapai harapan itu, pemikiran-pemikiran yang dihimpun harus diimplementasikan. Hendaknya seluruh pemangku kepentingan, termasuk gereja, tokoh-tokoh Kristen, pengusaha-pengusaha Kristen, LPTK Kristen, dan organisasi keumatan lainnya bersinergi. Khusus kepada pimpinan LPTK Kristen, Dekan FKIP-UKI mengungkapkan rasa syukur atas keterbukaan dan kesehatian untuk membentuk asosiasi nasional yang akan menjadi wadah LPTK Kristen se-Indonesia saling asih, asah, dan asuh. “Berjalan sendiri, kita memiliki banyak keterbatasan; berjalan bersama, kita kuat. Sampai bertemu lagi di FKIP UHN, Medan/Siantar)”, ucap beliau mengakhiri sambutan penutup tersebut.

3. Penutupan Sarasehan Bapak Reinhard Sopaheluwakan, S.H., MBA, mewakili penyelenggara, menutup sarasehan secara resmi.

4. Doa Penutup Prof. Dr. Albert Hutapea, Guru Besar Ilmu Pendidikan di UNAI (Universitas

Advent

Indonesia),

menutup

keseluruhan

sarasehan dengan doa syukur sekaligus doa menjelang makan siang.

5. Makan Siang dan Sayonara

“Hambatan dan Tantangan Pendidikan Kristen Dewasa Ini dan Solusi Mengatasinya”

51


6. Akhir Kata Demikian risalah sarasehan ini dirumuskan oleh Pimpinan FKIP-UKI dan Panitia. Jika ternyata ada kekurangan, bahkan mungkin kesalahan, mohon dimaafkan. Hasil sarasehan ini mesti ditindaklanjuti, sebab “huruf-huruf mati” dalam risalah ini mesti “dihidupkan” dalam rangka memajukan Pendidikan Kristen, demi hormat dan kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus dan demi kesejahteraan umat. Kiranya Asosiasi Nasional LPTK Kristen, dengan dukungan para pemangku kepentingan pendidikan Kristen, mampu dan sukses memosisikan diri sebagai pionir untuk merealisasikan berbagai kesepakatan dan rekomendasi sebagaimana diuraikan di atas. Dengan pertolongan Yesus Kristus, TUHAN, Allah dan Juruslamat dalam pemeliharaan Roh Kudus, kita mampu memajukan pendidikan Kristen, memberdayakan setiap LPTK Kristen sebagai pusat penyiapan guru/dosen yang berkualitas, berintegritas, dan transformatoris.

Jakarta, 10 November 2014

52

Dekan FKIP-UKI,

Ketua Panitia,

Parlindungan Pardede, S.S., M.Hum.

Drs. Jerry Rudolf Sirait

RISALAH, KESEPAKATAN DAN REKOMENDASI SARASEHAN PENDIDIKAN KRISTEN


Lampiran

Struktur dan Susunan Personalia Panitia Penasihat

:

Rektor UKI

Penanggung Jawab

:

Dekan FKIP-UKI Ketua Lembaga Indonesia Cerdas

Ketua

:

Jerry R.H. Sirait Kerdid Simbolon

Sekretaris

:

Erni Murniarti Dessi Datang

Bendahara

:

Stevi Natalia Yudith Nalle

Kesekretariatan

:

Luh Angelianawati

Seksi Acara

:

Ika Efendy Familia Novita Simanjuntak Hendrikus Male Lamhot Naibaho

Seksi Adm & Peserta

:

Candra Ditasona Christina Metalica Adisti Ratna Puri

Seksi Perlengkapan & Publikasi

:

Situjuh Nazara Jitu Halomoan Laurencius Sihotang Samuel Gideon

53



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.