Ganto Edisi 166

Page 1

CMYK

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari - Februari 2011

Desain Cover / Foto : Anshar / Jefri

ISSN: 1412-890X


2

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari - Februari 2012

Fajar

Saripati

Sebab Ormawa ‘Lengang’ Puluhan ribu mahasiswa aktif UNP ternyata belum cukup banyak untuk menyemarakkan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang hanya berjumlah belasan. Sebabnya bermacam-macam. Ada mahasiswa ketika telah bergabung dalam sistem organisasi malah mundur perlahan dengan alasan sibuk kuliah, tidak tahu apa yang harus dilakukan, merasa tidak cocok dengan minat, dan alasan-alasan lain. Akibatnya, program kerja yang telah disusun tidak bisa dilaksanakan karena kehilangan. Ormawa menjadi ‘lengang’; tidak hanya secara kuantitas tetapi juga kualitas. Banyak alasan mengapa ini terjadi. Semua pihak terlibat, baik mahasiswa sebagai pengurus organisasi dan ‘orang atas’ sebagai penyedia dan pendukung yang memayungi organisasi-organisasi di universitas. Bila salah satu tidak jalan, wajar bila Ormawa menjadi tidak bercakar dan mengaum. Secara kuantitas, ‘sunyi’nya Ormawa disebabkan aktivitas perkuliahan padat yang harus dilakoni mahasiswa setiap hari. Kebijakan standarisasi jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) sebanyak minimal 144 SKS yang harus diselesaikan mahasiswa secara normal selama empat tahun dan mindset betapa prestisiusnya lulus tiga setengah tahun bagi mahasiswa S1 adalah pemicunya. Mahasiswa diberi kesempatan mengambil 24 SKS tiap semester. Tiap mata kuliah mempunyai tugas yang tidak sedikit. Bahkan di beberapa jurusan menambahkan jadwal praktikum setiap sore, yang semakin mempersempit waktu mahasiswa untuk sekadar berinteraksi dengan orang lain di luar jadwal kuliah. Tiap hari ada jadwal kuliah, jadwal praktikum, dan tugas-tugas dari masing-masing dosen. Jangankan berorganisasi, mahasiswa seolah hanya dijadikan budak tugas dan teori belaka. Tidak mengherankan, bila hanya sedikit mahasiswa mau menyisihkan waktu untuk menjadi penggerak Ormawa sebab yang lain sibuk dengan orientasi perkuliahan yang padat. Kuantitas yang kurang walaubagaimanapun dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Alasan lain menyatakan dukungan tidak optimal dari pihak kampus juga ‘menghantui’ para calon-calon regenerasi pengurus organisasi. Hal ini terbukti dari salah satu UKM UNP yang telah berdiri sejak 2008 hingga kini belum memiliki sekretariat. Ketersediaan fasilitas yang belum memadai, pengawasan yang kurang dan minimnya pengharagaan yang diberikan kepada aktivis organisasi hendaknya ditanggapi secara serius agar terciptanya wadah yang kondusif untuk mengembangkan kemampuan, minat dan bakat mahasiswa, hingga apa yang diharapkan dari sebuah Ormawa bisa didapatkan sebagaimana mestinya. Tidak bisa dipungkiri, satu-dua Ormawa bisa menjadi pengibar bendera kampus di dunia, tak ada salahnya bila diberikan apresiasi yang cukup, tidak hanya secara materil, tetapi juga moril. Misalnya di UNP, beberapa fakultas memberikan penghargaan kepada mantan pengurus organisasi yang tengah diwisuda. Namun, hal ini tampaknya belum berlaku di tingkat universitas. Padahal, penghargaan seperti itu, akan menampakkan pihak kampus menghargai orang-orang yang telah mampu membagi waktu antara kuliah –teoritis- dan berorganisasi –praktis-. Beberapa alasan di atas, hanyalah segelintir dari dalih yang dikemukakan mahasiswa mengapa enggan bergabung dengan Ormawa. Semuanya harus berbenah bila tidak ingin Ormawa hanya menjadi ruang untuk kongkow-kongkow. Apalagi, sejak tahun lalu, program inisiasi resmi untuk mahasiswa baru telah ‘direvisi’ ke arah pemberian materi academic-oriented. Ruang gerak untuk bersosialisasi dengan mahasiswa baru diciutkan. Bukan tidak mungkin, makin lama mahasiswa tidak akan tahu apa itu organisasi mahasiswa.

Gantole

+ Menilik Peran Penting Ormawa - Perannya apa, ya???

+ Apresiasi untuk mahasiswa berprestasi - Jangan dibeda-bedakan ya, Pak + Keluarga Baru UKM UNP - Selamat datang di UKM UNP

Revitalisasi Kepemimpinan dan Organisasi Mahasiswa Pada dasarnya kampus tidak hanya dimaksudkan sebagai wadah pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) bagi mahasiswa. Akan tetapi fungsinya lebih jauh dari itu, kampus juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah pengembangan keterampilan berorganisasi dan keterampilan memimpin. Jika aspek kesuksesan mahasiswa dalam bidang IPTEKS digabungkan dengan kesuksesan mahasiswa dalam bidang organisasi/kepemimpinan,makakualitasmahasiswaitudapat diurutkan sebagai berikut; Pertama, mahasiswa yang paling sukses adalah mahasiswa yang berhasil dalam penguasaan IPTEKSdansekaligusberhasildalamberorganisasi/kepemimpinan. Kedua, mahasiswa yang sukses (bukan paling sukses) adalah mahasiswa yang berhasil pada salah satu aspek saja yakni berhasil dalam bidang IPTEKS saja atau berhasil dalam bidang organisasi/ kepemimpinan saja. Artinya, kemampuan dan keberhasilan mahasiswa dalam bidang organisasi/ kepemimpinan adalah aspek yang juga sangatmenentukankeberhasilanmahasiswadalamkehidupan kampus dan kualitas lulusan dalam bermasyarakat kelak. Berkaitan dengan itu, pembinaan dan pengembangan mahasiswa dalam berorganisasi harus terarah dan diarahkan. Beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan untuk pengembanganorganisasimahasiswatersebut.Jumlahorganisasi harus diseimbangkan dengan jumlah mahasiswa universitas. Dana pengembangan organisasi mahasiswa juga harus diseimbangkandenganjumlahmahasiswauniversitas.Dengan demikian, kampus (dalam hal ini UNP) perlu merevitalisasi kepemimpinandanorganisasimahasiswasecaraterus-menerus atau berkelanjutan. Agar kegiatan berorganisasi menjadi kebutuhan mahasiswa, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk revitali-

sasi kepemimpinan dan organisasi mahasiswa. Pertama, universitas perlu melakukan latihan kepemimpinan mahasiswa tingkat dasar dan tingkat lanjut. Latihan kepemimpinan mahasiswa ini perlu dilakukan di berbagai level, dimulai dari organisasi mahasiswa tingkat jurusan, tingkat fakultas, dan tingkat universitas. Kedua, universitas perlu mengembangkan berbagai organisasi yang dapat mewadahi berbagai bakat dan minat sesuai dengan jumlah mahasiswa kita. Ketiga, universitas perlu merevitalisasi bangunan untuk organisasi mahasiswa tersebut. Jika perlu, universitas perlu membuat bangunan yang khusus untuk pengembangan organisasi mahasiswa di semua level yang telah disebutkan sebelumnya. Agaknya, gedung dan ruang pertemuan untuk organisasi mahasiswa sudah tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang jauh meningkat dibandingkan lima belas tahun lalu. Dengan demikian, jika mahasiswa yang tidak peduli dengan kegiatan organisasi mahasiswa sangat dominan dan mahasiswa yang peduli dengan kegiatan organisasi mahasiswa sangat sedikit, maka hal itu mungkin saja disebabkan layanan universitas terhadap hal itu masih terbatas. Untuk menata, mengembangkan, dan merevitalisasi organisasi mahasiswa tersebut dapat saja dimulai dari penelitian yang komprehensif terhadap hal itu. Dalam penelitian itu perlu dikaji tanggapan mahasiswa terhadap kebutuhan organisasi, kebutuhan mahasiswa, dan lain yang berkaitan dengan pengembangan organisasi mahasiswa tersebut. Singkatnya, revitalisasi kepemimpinan dan organisasi mahasiswa perlu dilakukan oleh universitas dan hal ini adalah bentuk pelayanan maksimal untuk meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa. (Eto)

Pokok Padang Teruslah bermimpi jangan berhenti, percayalah lelah ini hanya sebentar saja. Jangan menyerah walaupun tak mudah meraihnya. Inilah lirik lagu Ipang yang menjadi Original Soundtrack film Sang Pemimpi. Meresapi makna lagu tersebut, Ganto akhirnya sampai pada Edisi 166 yang merupakan edisi perdana kepengurusan periode 2012. Jika Ganto diibaratkan sebagai sebuah kapal, sekarang Ganto tengah ditunggangi oleh awak-awak kapal yang baru. Semangat baru dengan tampilan baru, Ganto berusaha lebih dekat dengan pembaca. Salah satunya kami menghadirkan surat pembaca yang akan langsung dijawab oleh pihak Rektorat. Besar harapan kami, dengan hal ini Ganto semakin bisa menyuarakan aspirasi mahasiswa UNP. Laporan Utama tetaplah menjadi rubrik yang Ganto hadirkan ke tengah pembaca setia. Pada edisi perdana ini, Ganto mencoba melaporkan bagaimana geliat Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada beberapa universitas khususnya di Kota Padang. Ada apa dengan Ormawa? Benarkah ada beberapa yang mati suri? Ada apa sebenarnya dibalik itu semua? Apa penyebab mati suri Ormawa ini? Pembaca dapat mengetahui secara lengkap di Laporan Utama. Kemudian rubrik Laporan Khusus juga salah satu rubrik yang tetap akan mengisi ruang pembaca selama 2012 ini. Benarkah mahasiswa berprestasi UNP minim akan apresiasi dari pihak kampus? Apa saja prestasi mahasiswa yang dapat apreasiasi dari pihak kampus? Silahkan pembaca temukan jawabannya di Laporan Khusus kali ini. Rubrik-rubrik lain seperti Artikel Umum, Artikel Pendidikan, Artikel Agama, Artikel Politik, dan Refleksi juga masih dapat pembaca nikmati. Pada rubrik Teropong Ganto mencoba menceritakan kenapa UPT MKU dipindahkan ke gedung baru? Kemudian UNP sekarang mempunyai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baru, apakah nama UKM tersebut?. Ganto akan tetap hadir dengan informasi-informasi seputar kampus yang sayang sekali jika pembaca lewatkan. Kemudian suguhan sastra budaya, resensi, cerpen, dan puisi juga akan tetap menemani pembaca setia Ganto. Di tengah kesibukan kepengurusan baru Ganto bekerja sama dengan Event Organizer Lentara Padang mengadakan Talkshow Raditya dika dengan tema Kiat Sukses Menjadi

Kenang-kenangan: Pemimpin Umum SKK Ganto periode 2011 menyerahkan kenang-kenangan kepada Pemimpin Umum periode 2012 diakhir acara Musyawarah Besar yang diadakan Minggu (27-11-2011) di lokal T24. f/ Jefri

Penulis. Kemudian Ganto juga tengah melakukan Open Recruitment anggota magang angkatan ke-17. Bagi mahasiswa UNP angkatan 2010 dan 2011 silahkan bergabung di Ganto. Pendaftaran dibuka sampai 2 Maret 2012. Pembaca setia tentu juga dapat menikmati berbagai berita di www.ganto.web.id yang terus kami update per harinya. Kemudian pembaca yang beminat yang ingin tulisannya diterbitkan di Ganto juga dapat mengirim tulisannya ke redaksiganto@gmail.com, atau pembaca dapat langsung mengantarnya ke sekretariat Ganto. Tanpa pembaca apalah artinya kami, besar harapan kami, Ganto bisa menjadi lebih baik dengan kehadiran pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih atas kesetiaan pembaca selama ini. Walaupun Ganto sering terlambat sampai ke tangan pembaca. Pembaca tetap setia menunggu. Akhir kata, kami segenap kru SKK Ganto periode 2012 memohon doa dan dukungan pembaca sekalian agar dapat menjalankan amanah dan menyuarakan aspirasi mahasiswa UNP selama satu tahun ke depan. Kami tentu tidak akan bosan-bosannya mengharapkan kritik dan saran pembaca. Karena dengan kritik dan saran itulah koran kampus kita ini dapat menjadi yang terbaik, selamat membaca. Viva Persma

Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP, Penasehat: Pembantu Rektor III UNP, Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M. Hum, Dewan Ahli: Sari Fitria, Afdhal Ade H, Priondono, Qalbi Salim, Yudhi Irvan Syah, Heri Faisal, Rahma Dania, Arda Sani, Windy Ocse M, Staf Ahli; Konsultasi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd. Kons, Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A, Konsultasi Kesehatan: dr. Elsa Yuniarti, dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: Mohammad Isa Gautama, M.Si, Kritik Puisi: Zulfadhli, S.S, M.A, Pemimpin Umum: Diana Besni, Pemimpin Redaksi: Dedi Supendra, Pemimpin Usaha: Mardho Tilla, Bendahara Umum: Fitria Ridhaningsih, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Dwi Utari Kusuma, Sekretaris: Ismeirita, Redaktur Pelaksana: Dila Monisa, Meri Maryati, Redaktur Berita: Aai Syafitri, Redaktur Tulisan: Ariyanti, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Elvia Mawarni, Redaktur Artistik dan Online: Anshar Firman Haryadi, Layouter: Faeza Rezi S, Fotografer: Jefri Rajif, Reporter: Astuni Rahayu, Azizah Pratiwi, Siti Nurasyiyah, Staf Penelitian dan Pengembangan: Rahmi Jaerman, Sirkulasi dan Percetakan: Hasduni, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Wezia Prima Zolla, Bagian Iklan: Winda Yevita Dewi, Penerbit: SKK Ganto Universitas Negeri Padang, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.web.id, Post-el: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,-(full colour), Iklan Baris Rp1.000,- perbaris. Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.


3

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Surat Pembaca SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampiri kartu identitas: KTP atau KTM.

Bagaimana Pengelolaan Bus Kampus? Beberapa minggu yang lalu, teman sekelas saya meninggal dunia. Kami (saya dan teman sekelas lainnya) berencana untuk menjenguk bersama-sama ke rumah duka yang letaknya di luar kota Padang. Kami bingung bagaimana caranya mau pergi ke sana. Bukan karena tidak tahu jalan menuju ke sana, tapi karena tidak ada alat transportasi yang akan digunakan. Sebagai mahasiswa UNP, kami berinisiatif meminjam bus kampus yang sedang beroperasi. Tapi, kami tidak mendapat pinjaman. Beberapa teman menjadi dongkol, masa’ mahasiswa UNP sendiri tidak bisa menggunakan bus kampusnya? Sebenarnya bagaimana aturan dan pengelolaan bus kampus UNP? Haruskah mahasiswa juga membayar setiap akan meminjam untuk keperluan penting semacam itu? Maafkan kelancangan saya. Saya hanya bermaksud untuk mencari kejelasan karena saya bisa dibilang juga baru di kampus ini. Terimakasih. DMW – Mahasiswa UNP Jawaban: Mahasiswa tentunya diperbolehkan memakai fasilitas yang ada di UNP. Untuk pemakaian bus selama ada surat yang jelas dan bus yang dimaksud tersedia, mahasiswa tentu saja bisa menggunakannya. Ada biaya yang perlu dibayarkan oleh mahasiswa yang ingin mempergunakan bus tersebut yaitu; biaya supir, bensin dan biaya administrasi. Surat yang jelas maksudnya adalah surat yang menyatakan keperluan penggunaan bus tersebut yang ditandatangani oleh penanggung jawab atau pihak yang berkepentingan. Misalnya mahasiswa mengadakan suatu kegiatan dengan persetujuan dekan, maka untuk meminjam bus perlu adanya surat yang ditandatangani oleh dekan tersebut. Rektor UNP

Keabsahan Pungutan Ujian Kompre Di salah satu fakultas di UNP, setiap mahasiswa yang akan mengikuti ujian kompre (ujian skripsi) harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya; membayar uang lebih dari Rp.70ribu ke bagian keuangan fakultas, yang bukti pembayarannya diserahkan kepada ketua jurusan/prodi untuk mendapatkan jadwal kompre. Sementara, mahasiswa yang pernah gagal ujian kompre diharuskan membayar uang sebanyak ratusan ribu agar dapat melaksanakan ujian skripsi sekali lagi. Apakah ada peraturan resmi dari Rektor atau pihak berwenang mengenai keabsahan fakultas atau pun jurusan/ prodi memungut biaya pelaksanaan ujian skripsi terhadap mahasiswa? Terimakasih. Vero, Mahasiswa UNP Jawaban: Tidak ada biaya yang dipungut dari mahasiswa untuk melaksanakan kompre, mahasiswa hanya diwajibkan untuk melunasi SPP. Semua biaya yang dipungut dari mahasiswa harus ada surat keputusan yang jelas. Jika di fakultas ada pungutan seperti itu perlu ditanyakan kepada pihak fakultas apa kepentingannya. Jika tujuan dananya jelas maka mahasiswa harus membayarnya, karena terkadang ada kebijakan dari fakultas untuk memungut biaya tersebut untuk kepentingan tertentu. Selama tidak menyalahi aturan, hal tersebut boleh saja dilaksanakan. Namun mahasiswa berhak menolak jika pungutan tersebut dirasa tidak jelas atau pungutan liar. Rektor UNP

Drainase di PKM Pusat Kegiatan Mahasiswa merupakan salah satu tempat utama mahasiswa berkumpul karena di sana berpusat hampir semua kegiatan ekstrakurikuler kemahasiswaan. PKM juga bisa dikatakan sebagai salah satu sumber belajar mahasiswa, selain kelas perkuliahan. Sewajarnya, tempat yang digunakan untuk berkegiatan haruslah nyaman dan kondusif. Namun, apa yang terdapat di PKM sungguh miris sekali. Sampah berserakan karena tong sampah berwarna biru yang biasanya ada di depan PKM sudah hancur dan sampai sekarang tidak ada gantinya. Apalagi bila hujan cukup lama, maka parit yang ada di sepanjang PKM akan melimpah. Airnya yang kotor akan menggenang dan mengalir ke beberapa sekretariat unit kegiatan. Sampah juga akan mengambang di atas permukaan air yang tergenang. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dan terkesan tidak bersih. Drainase di depan PKM seperti tidak terawat. Mohon perhatian bersama. Terimakasih. DS, Mahasiswa UNP

Refleksi

Menelisik Akar Konflik Aktual Republik Oleh: Dasman Lanin (Dosen Jurusan Ilmu Sosial Politik FIS UNP).

Tulisan ini sengaja tidak menggunakan term Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi menggunakan term Republik. Ini tidak berarti ingin menghilangkan nilai kesatuan (unity) yang sedang dipromosikan kembali menjadi salah satu dari empat pilar negara pasca kegagalan nilai kesatuan (unity) dipraktekkan dalam konteks kesatuan di bidang Ipoleksosbudhankamnas masa Orde Baru. Di bidang ekonomi misalnya, terbangun ekonomi yang sentralistik. Semua kekayaan alam dikendalikan oleh pusat dengan konsep satukesatuan dalam bidang ekonomi. Pada budaya mengarah pada satu kesatuan budaya yang mengecilkan nilai egalitarian, kebhinekaan, keragaman, pluralistik budaya dan mengentalnya proses Jawanisasi budaya, seperti Bapakisme dan ABS (Asal Bapak Senang) yang berbasis feodalistik. Semua doktrin tersebut masih terasa dalam birokrasi sampai saat sekarang, yang menyuburkan KKN, yang kita tanggung akibatnya sampai hari ini. Praktek Good Governance (GG) yang didiktekan oleh PBB kepada negara-negarayangmengalamikrismon 1997, pada hakekatnya menyelipkan sistemik kepentingan korporasi transmultinasional dan kapitalistik yang liberalis. Dengan berbagai protokoler, regulasi dan aturan yang mereka pesan melalui penerapan konsep GG PBB itu, menompanglah kepentingan korporasi trans-multinasional dan kapitalistik seperti politicing Belanda dengan NICA masa lalu (Tjahjanulin, 2010). Reformasi kita mengalir deras ke kepentingan mereka (lembaga multitransnasional), maka terabaikanlah empat pilar yang dipromosikan sekarang. Sekedar contoh, pasal 33 UUD RI 1945 yang memberikan kekuasaan tertinggi tentang bumi, air dan kekayaan alam kepada negara dan negara wajib memberikan manfaat atau kesejahteraan dan kemakmuran sebesarbesarnya kepada publik atau rakyat

Indonesia. Dengan demikian, perilaku manajemen negara yang menyerahkan kekuasaan atas kekayaan sumber daya alam pada multi-transnasional adalah kekeliruan konstitusional (inkonstitusional) yang nyata. Kita tidak boleh terjebak pada lorong yang merobekrobek konstitusi yang mengerikan itu atas nama konsep GG. Barangkalikasus-kasuskonflikyang berkenaan dengan perebutan mata pencaharian (ekonomi) antara rakyat dengan perusahan atau korporasi asing

Konflik di Papua, Bima, Lampung, Pasaman Barat dan lainnya adalah ujung yang tak pernah selesai dan akan muncul lagi di tempat lain bila kita tidak mencari resolusi secara radikal, mendasar dan adil sesuai konstitusi. seperti di Papua dengan freeportnya, kasus Bima dan kasus Mesuji Lampung, Maligi di Pasaman Barat dan kasuskasus lainnya adalah ujung-ujung konflik yang aktual terjadi, yang bila kita telisik lebih dalam adalah konflik yang bersumber dari konflik potensial dan laten di negara tercinta ini. Dengan menggunakan konsepsi GG, kita nyaris berdemokrasi liberalis di bidang ekonomi. Karena korporasi memiliki kekuasaan uang (kapital) yang lebih besar dibanding kapital yang dimiliki negara dan rakyat, akibatnya korporasi menjadi penentu kebijakan negara. Sama dalam cabang eksekutif, legislatif atau yudikatif, yang kondisi ketiganya memang berbudaya ‘mataduitan’. Dikarenakan indeks anti korupsi kita baru pada level 3,0, menurut Transparansi Internasional, artinya sebanyak 70% pejabat kita masih berbhineka-tunggal-ika dalam korupsi (walaupun berbeda-beda partai dan cabang kekuasaan; legislatif, eksekutif, yudikatif—namun tetap satu untuk korupsi).

Konflik di Papua, Bima, Lampung, Pasaman Barat dan lainnya adalah ujung yang tak pernah selesai dan akan muncul lagi di tempat lain bila kita tidak mencari resolusi secara radikal, mendasar dan adil sesuai konstitusi. Aksi massa tersebut sebenarnya adalah bentuk perlawanan ril rakyat secara alamiah terhadap ketidakadilan, terhadap tidak tegaknya pilar keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia (sila kelima Pancasila). Bolehkah kita menyalahkan rakyat, karena berkarakter yang berpihak pada pilar Pancasila, UUD RI 1945 secara autentik dan nyata? Masih bisakah dikatakan negara dan pemerintah berpihak ke konstitusi yang nota-bene kepada rakyat? Masih bisakah Indonesia disebut menganut negara kesejahteraan (welfare state) yang ditekadkandalampembukaanUUDRI1945? Sebenarnya hal ini telah terjadi hampir satu abad mendominasi politik, ekonomi serta budaya bangsa berkembang melalui intervensi teknologi, politik, ekonomi dan bahkan militer. Menurut Farazmand Ali dalam buku Sound Governance Policy and Administrative Innovation tahun 2004, ia melengkapi tiga kekuatan GG dengan kekuatan yang sangat menentukan yaitu kekuatan internasional yang secarakenyataanmemangmendominasi ketiga kekuatan tersebut. Dengan alasan itu, GG mestinya dilengkapi dengan kekuatan keempat yang secara malu-malu dan tersembunyi menutup peran dominannya. Ini oleh Farazmand disebut Sound Governance. Konsep Sound Governance mencoba menawarkan untuk mengurangi peranan lembaga internasional seperti korporasi transnasional dalam menentukan kebijakan negara, sama pada cabang legislatif, eksekutif dan yudikatif, supaya kedaulatan negaranegara berkembang dihormati, tidak terjajah secara sistematik. Bila akar konflik yang laten ini dapat dikongkritkan resolusinya dalam manajemen publik kita, maka ada harapan konflik-konflik aktual seperti yang terjadi di Papua, Bima, Lampung, Maligi dan yang akan muncul di tempat lain, dapat secara sistematik berakhir.


4

Laporan Utama

Tetap Aktif dalam Kekurangan Menjadi pelaksana upacara setiap kali adanya peringatan hari besar nasional di Universitas Negeri Padang (UNP) sudah menjadi agenda rutin Kopaster (Komando PasukanTeratai)UNP.Kopastermerupakan Unit Kegiatan Mahasiswa UNP yang sudah didirikan sejak 1990 lalu. Kegiatan rutin yang dilaksanakan Kopaster setiap tahun adalah menjadi pengibar bendera pada peringatan hari pendidikan Nasional setiap 2 Mei dan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus. Untuk melaksanakan kegiatan ini universitaslah yang langsung memberi instruksi kepada Kopaster untuk melaksanakannya. Namun demikian, sampai sekarang Kopaster masih belum memiliki sekretariat. Seperti dijelaskan Sekretaris Kopaster, Ayu Ningsih Almirus, Kopaster telah terdaftar sebagai salah satu UK di BAAK sejak 2008 lalu. Tapi sampai sekarang keberadaan Kopaster masih mengambang dengan tidak adanya sekretariat yang jelas untuk mereka. “Kami sudah berkali-kali mengajukan permintaan pengadaan sekretariat, tapi sampai sekarang kami masih saja dijanjikan tanpa kepastian,” ujarnya, Selasa (24/1). Ayu juga menjelaskan selama ini pertemuan atau agenda rapat lainnya hanya dilakukan Kopaster di halaman gedung rektorat dan hal ini menyebabkan Kopaster kesulitan untuk mengumpulkan anggotanya yang berjumlah 30 anggota aktif dari 130 anggota. “Sangat susah untuk mengumpulkan semua anggota untuk mengadakan rapat, karena tidak ada tempat yang jelas,” lanjutnya. Ayu juga mengeluhkan akibat ketiadaan sekretariat ini membuat pengurus menjadi susah memberikan pengumuman dan informasi yang diperlukan para anggota Kopaster. Tak hanya sekretariat, dana juga menjadihalangan.“Tidakadadanakhusus,” kata Ayu. Padahal meskipun tidak mengadakan kegiatan, pengurus tetap perlu dana administrasi. Selama ini pengurus hanya mendapat dana apabila telah selesai menjadi pelaksana upacara yang diperoleh dari Fakultas Ilmu Pendidikan. Namun, kekurangan ini tidak membuat Kopaster berhenti menjalankan kegiatan. Ketika akan latihan, tak jarang masingmasing anggota menyumbang untuk menunjang proses kelancaran kegiatan. Meski masih memiliki banyak kekurangan, Kopaster tetap melakukan perekrutan anggota baru dan direncanakan akan dilakukan pada awal Maret nanti. Harapan mendapatkan sekretariat tetap menjadi keinginan utama mereka, “Semoga universitas bisa memenuhi janji, sehingga nantinya kegiatan kami bisa berjalan lebih lancar,” tutup Ayu.

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Menilik Peran Penting Ormawa

Sekre: Sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang. BEM merupakan salah satu Lembaga Tinggi Mahasiswa di bawah Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM).Jum’at (17/2). f/Jefri.

Oleh: Dila Monisa

Mahasiswa tidak hanya harus pintar secara akademis, namun juga mesti berwawasan dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat Dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/ 1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi dijelaskan bahwa organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Sedangkan organisasi kemahasiswaan antar perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sifat ilmiah, pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama, serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan. Hal inilah yang menjadi landasan utama bagi universitas untuk mendirikan berbagai

macam organisasi kemahasiswaan (Ormawa) di lingkungan kampus supaya dapat menghasilkan lulusan dengan wawasan yang luas dan berkepribadian yang baik. Universitas menyediakan fasilitas bagi seluruh mahasiswa agar dapat mengembangkan bakat dan minatnya sehingga nantinya tidak hanya fokus pada kegiatan reguler perkuliahan di kelas. Hampir semua universitas mempunyai Ormawa berupa lembaga tinggi dan unit kegiatan mahasiswa. Di Universitas Negeri Padang (UNP), hingga saat ini setidaknya memiliki 14 unit organisasi tingkat universitas. Mulai dari Majelis Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), seperti: Unit Kegiatan Kerohanian (UKK), Unit Kegiatan Olahraga (UKO), Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK), Unit Kegiatan Kesenian (UKKes), Unit Kegiatan Perfilman dan Fotografi (UKFF), UK Pramuka, Resimen Mahasiswa (Menwa), Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH) dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Untuk dapat menjalankan kegiatannya universitas telah memberikan dana untuk organisasi mahasiswa ini. Dana yang diberikan kepada masing-masing ormawa ini sesuai dengan proposal kegiatan yang mereka ajukan. Dijelaskan oleh Kepala Bagian Kemahasiswaan UNP, Drs.

SudiroSembiringJumat(17/2),danayangdiberikan kepada ormawa adalah dana yang mereka butuhkan untuk mengangkat kegiatan dengan kata lain tidak ada dan yang diberikan bagi organisasi mahasiswa yang tidak menjalankan kegiatannya. “Pertanggung jawaban kegiatan akan dimintakan kepada organisasi tersebut pada akhir kepengurusan,” ujar Sudiro. Jadi setiap ormawa berkewajiban untuk membuat laporan pertanggung jawaban atas kegiatan yang telah mereka laksanakan dan penggunaan dana selama periode kepengurusan tersebut. Tidak hanya di UNP, beberapa universitas lain yang berada di Kota Padang juga memiliki organisasi kemahasiswaan sejenis. Universitas Andalas (Unand) dan Universitas Islam Negeri Padang, misalnya. Selain memiliki organisasi kemahasiswaan seperti yang ada di UNP, Unand juga memiliki beberapa lain dengan jenis kegiatan yang beragam. Namun demikian, apapun jenis organisasinya tujuan universitas untuk mendirikan Ormawa tetap sama yaitu sesuai dengan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 158/U/1998. Keberadaan organisasi mahasiswa di universitas juga akan membantu mengembangkan tiga hal yang sangat penting bagi mahasiswa. Tiga hal penting tersebut yaitu organisasi, kepemimpinan dan intelektualitas. Hal ini disampaikan oleh Pembantu Rektor III Unand Prof. Dr. Novesar Jamarun. Pembantu Rektor yang khusus menangani masalah kemahasiswaan ini juga menjelaskan, ilmu-ilmu yang diperoleh mahasiswa dari pengalaman berorganisasi ini nantinya akan sangat berguna bagi mereka ketika terjun kemasyarakat nantinya. “Semua keuntungan tersebut tentunya akan didapat jika mereka menjalankan organisasi sesuai dengan tugas pokok organisasi yang telah ditetapkan,” ujarnya, Kamis (9/10). Untuk setiap Ormawa diberikan kewenangan kepada pengurus untuk menunjuk seorang pembina organisasi. Ormawa bisa mengajukan permintaan kepada dosen yang mereka anggap bisa membantu mereka untuk menjalankan kegiatannya. Seorang pembina berguna untuk mengarahkandanmemantauorganisasiagardapat berjalan dengan baik. “Pembina tidak hanya menunggu laporan dari ketua Ormawa saja,” jelas Drs. Abdul Maujud, M.Pd. Menurut Pembina Kopma UNP ini, seorang pembina juga harus memantau kegiatan ormawa di lapangan dan memberikan solusi apabila terdapat kekurangan. Pembinaan yang dibutuhkan oleh setiap Ormawa itu berbeda, tambah Maujud, disinilah diharapkan agar pembina untuk mampu berkomunikasi dengan baik dengan Ormawa. Laporan : Tari, Aai, Zolla, Ami, Rita, Faeza, Rian, Nunung, Winda, Jefri.

Antara Kuliah dan Organisasi Terganggunya prestasi akademik seringkali menjadi alasan bagi mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan organisasi. Nola Gustiarina, Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP) lebih memilih untuk hanya mengkonsentrasikan diri pada kegiatan perkulihan daripada bergabung dalam sebuah organisasi. Sejak awal masuk UNP pada 2008 lalu, ia sudah bertekad untuk mencapai prestasi akademik yang bisa membanggakan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ia memilih untuk tidak mengikuti satupun organisasi yang ada di universitas. Alasannya, ia takut organisasi akan mempengaruhi efektifitas waktu belajarnya. Tidak hanya Nola, masalah terganggunya prestasi akademik karena bergabung di organisasi kampus seringkali dijadikan alasan oleh para mahasiswa untuk tidak mengikuti Ormawa baik ditingkat fakultas maupun universitas. Bahkan tidak hanya di UNP, dalih seperti ini juga disampaikan oleh mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, Yandri,

Jurusan Pendidikan Agama Islam TM 2009. Ia mengaku selama ini sering melihat banyak mahasiswa yang terlalu asyik dengan kegiatan organisasi dan cendrung kurang memperhatikan perkuliahan. Takut hal ini juga akan menimpa dirinya Yandri memutuskan untuk sama sekali tidak mengikuti organisasi di kampusnya. Meski memiliki ketakutan serupa dengan Nola dan Yandri, tapi Ervina Oktavia tetap menyadari banyaknya manfaat yang akan ia peroleh dengan aktif dalam kegiatan berorganisasi di kampus. Mahasiswa Universitas Andalas (Unand) ini mengaku pernah berencana untuk mengikuti salah satu organisasi di kampusnya ketika awal masuk universitas dulu. “Saya membatalkannya karena padatnya jadwal kuliah dan saya takut perkulihan saya terganggu jika saya juga aktif di organisasi,” ujarnya, Minggu (22/1). Di tengah banyaknya mahasiswa yang merasa

takut perkuliahan terganggu oleh kegiatan organisasi, ternyata masih banyak mahasiswa yang mampu tetap berprestasi dengan menjalankan keduanya. “Itu semua tergantung pada masing-masing individu yang menjalankannya,” ujar Rahmat Dito, Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris UNP, Sabtu (21/1). Rahmat yang bergabung dengan UKFF UNP ini berpendapat, jika pandai mengatur waktu maka semuanya akan lancar tanpa membawa efek negatif pada perkulihaan dan prestasi akademik. Selain bisa menambah wawasan, ia merasa organisasi mahasiswa bisa menjadi tempat pengembangan bakat mahasiswa. Keuntungan lain yang bisa didapatkan bila bergabung dalam sebuah organisasi adalah banyaknya pengalaman yang akan diperoleh yang nantinya akan diperlukan setelah menamatkan perkuliahan. Pengalaman tersebut tentunya tidak akan diperoleh jika tidak pernah mengikuti organisasi. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Siska Angraini dalam memutuskan untuk bergabung dengan organisasi mahasiswa di universitas. Mahasiswa administrasi pendidikan UNP ini memilih untuk bergabung dengan Unit

Kegiatan Kerohanian (UKK) UNP. Siska yang di wawancarai pada hari Kamis (26/1) ini malah mengaku semakin bersemangat untuk kuliah ketika kegiatan berorganisasinya juga bertambah sibuk. Adanya kesadaran untuk tetap menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa dan kebutuhan untuk ikut berorganisasi inilah yang bisa mahasiswa untuk tetap berprestasi. “Prestasi akademik saya malah semakin meningkat ketika saya mulai ikut bergabung dengan orgnisasi kampus,” ujar Febriza Harini, Selasa (24/1). Menurut Febriza yang merupakan salah seorang anggota Unit Kegiatan Koperasi Mahasiswa (Kopma) UNP, kebanyakan mahasiswa selama ini telah salah berpresepsi dengan mengatakan organisasiakanmenggangguperkuliahan.Padahal dengan berorganisasilah prestasi akademik juga akan meningkat. Hal ini telah dibuktikan oleh Rini, di tahun kedua kuliahnya Rini tetap bisa mempertahankan prestasi yang baik ditengah kesibukannya di KOPMA UNP. Laporan: Zolla, Ami, Faeza, Rita, Rian, Nunung, Tari.


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

5

Laporan Utama

Geliat Ormawa di Universitas

Workshop: Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa untuk menunjukkan eksistensi mereka adalah dengan mengadakan seminar, workshop, pelatihan dan sebagainya. Seperti yang diadakan oleh Unit Kegiatan Fotografi dan Perfilman pada Sabtu, 12 November 2011. f/Jefri

Oleh: Dila Monisa

Universitas telah memberikan kebebasan bagi Ormawa untuk menjalankan organisasinya, tantangannya adalah bagaimana mereka bisa memanfaatkan kebebasan tersebut dan menghasilkan kegiatan yang bermanfaat. Disediakannya berbagai macam Organisasi Mahasiswa di Universitas, memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat memilih untuk bergabung dengan organisasi yang sesuai dengan keinginan serta bakat dan minatnya. “Saya

tertarik di bidang Perfilman dan Fotografi sehingga memutuskan bergabung dengan UKFF,” ujar Zulfikar, Sabtu (21/1). UKFF adalah unit kegiatan yang kegiatannya bergerak dalam bidang perfilman dan fotografi, berbagai kegiatan yang pernah mereka lakukan adalah: workshop fotografi, pameran, pembuatan film, workshop film, sharing besar dengan fotografer Ebi Febi Adrian. Saat ini unit kegiatan ini telah memiliki 50 orang anggota yang memiliki ketertarikan terhadap dunia film dan fotografi. Mahasiswa yang berminat pada bidang ini bisa bergabing dengan UKFF yang akan melakukan Open Recruitment pada November 2012 mendatang. Sedangkan bagi mahasiswa yang berminat di bidang komunikasi dan penyiaran bisa memilih bergabung dengan Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK). Unit kegiatan ini bergerak dalam bidang penyiaran dan komunikasi, salah satu bentuk kegiatan nyatanya adalah penyiaran radio kampus yang diberi nama

Sigma FM. “Selain kegiatan Penyiaran, UKKPK juga bergerak dibidang komunikasi yang mendidik anggotanya untuk menjadi pembicara yang baik,” ujar Boy Candra, Selasa (24/1). Ketua UKKPK periode 2011 ini juga menjelaskan, sudah banyak alumni UKKPK yang bekerja dibidang penyiaran dan jurnalistik setelah keluar dari universitas. Hal ini disebabkan karena UKKPK memang menyiapkan anggotanya untuk bisa terjun ke dunia kerja nantinya. Boy menjelaskan, selama ini UKKPK dapat menjalankan kegiatannya karena adanya bantuan dana dari Universitas yang akan diterima apabila telah mengajukan Program Kerja (proker) sebelumnya. Tidak hanya UKKPK, seluruh Ormawa di UNP diharuskan untuk mengajukan proposal kegiatan untuk dapat memperoleh dana. “Dana yang diberikan kepada setiap Ormawa sesuai dengan proposal kegiatan yang mereka ajukan,” ujar Drs. Sudiro Sembiring Kamis, (16/2). Kepala Bagian Kemahasiswaan ini juga menjelaskan Organisasi Mahasiswa yang tidak mengajukan proposal tidak akan diberikan dana dengan anggapan tidak akan ada acara yang akan diangkat. Dengan adanya dukungan yang diberikan oleh Universitas ini diharapkan organisasi mahasiswa ini dapat menjalankan kegiatan yang bermanfaat yang dapat mendukung pengembangan wawasannya. Namun demikian tidak semua Organisasi Mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh Universitas untuk mereka secara maksimal. Beberapa organisasi mahasiswa hanya melaksanakan sedikit sekali kegiatan dibandingkan dengan yang seharusnya dapat mereka lakukan. Untuk periode 2011 lalu, seperti yang dijelaskan oleh Kabag. Kemahasiswaan UNP, ada salah satu Unit Kegiatan yang hanya mendapatkan sedikit dana dari Universitas. Hal ini terjadi karena memang tidak ada acara yang diangkatkan. Salah satunya adalah Unit Kegiatan Olahraga (UKO). Diakui oleh pembina UKO Drs. Yendrizal, selama ini memang terjadi sedikit masalah di internal UKO. Masalah yang terjadi tersebut menyebabkan terganggunya kinerja organisasi sehingga sedikit sekali kegiatan yang bisa diangkat. “Saat ini tengah dilakukan pembenahan dan sudah menunjukkan perubahan

kearah yang lebih baik,” ujar Yendrizal Selasa, (31/1). Sekian banyak organisasi mahasiswa yang ada di Universitas, berbagai macam pula prestasi yang diukir. Prestasi yang berhasil ditorehkan pun beragam. Bahkan ada yang berprestasi sampai pada tingkat nasional. Beberapa di antaranya adalah PPIPM dan UKKes. PPIPM UNP pernah menjadi pemenag perlombaan peneliti muda se Indonesia, “Kami juga pernah menjadi finalis 10 besar lomba MITI (Masyarakat Ilmuan dan Teknologi) seIndonesia,” tutur Riyeni Dwi Elfani yang kini menjabat sebagai Bendahara PPIPM, Selasa (24/1). Setiap Ormawa tingkat Universitas tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Satu organisasi kadang harus bekerjasama dengan organisasi lainnya agar bisa menjalankan kegiatan dengan lebih baik. Hal ini menjadi perhatian Muhammad Bunga Ashab, anggota UKKes sebab akhir-akhir ini kerjasama yang terjalin antar sesama Ormawa di UNP tidak berjalan dengan baik. “Termasuk juga UKKes,” katanya, Sabtu (21/1). Selain itu, Ashab juga mengharapkan setiap Ormawa di UNP dapat mengangkatkan acara yang beragam. “Saya juga berharap, Universitas selalu mendukung setiap kegiatan yang UK adakan,” tambahnya. Adanya kerjasama antar UK juga menjadi harapan Menwa dan MPALH UNP, diakui oleh Tunjung Budi Utomo, Kaur Diklat Menwa, hubungan yang terjalin antar UK selama ini cukup baik. Namun sampai saat ini masih sedikit sekali kegiatan yang diangkat secara bersama oleh UK- UK yang ada di UNP. Harapannya semoga dengan adanya kerjasama antara UK dalam menganngkat kegiatan bisa menjadikan mahasiswa lainnya lebih mengenal UK dan menjadi berminat untuk mengikutinya. Davit Riyadi juga memiliki harapan serupa, selain itu Anggota MPALH ini juga berharap agar seluruh Organisasi mahasiswa yang ada di UNP bisa mengangkatkan kegiatan yang bermamfaat bagi seluruh mahasiswa. Laporan: Zolla, Ami, Faeza, Rita, Rian, Nunung, Tari.

Aktivis Lingkungan Hidup, Reki Kardiman, S.Si, M.Si

Organisasi Mahasiswa Dulu dan Kini Banyak keuntungan yang akan didapat ketika seorang mahasiswa memutuskan untuk bergabung dengan organisasi intra universitas ataupun organisasi antar universitas. Keuntungan tersebut tidak hanya didapat ketika dibangku perkuliahan tetapi juga setelah ia keluar dari dunia pendidikan tinggi dan mulai bergabung dengan masyarakat luas. Hal ini dirasakan langsung oleh Reki Kardiman, M.Si seorang mantan mahasiswa yang dulunya aktif berorganisasi. Berikut adalah hasil wawancara reporter Ganto Faeza Rezi S dengan aktivis yang merupakan Alumni Universitas Andalas ini Jumat, 27 Januari 2012. Adakah kegiatan yang tengah anda dilakukan saat ini dan seperti apa kegiatannya? Ada, kegiatan ini tergabung dalam organisasi Natura Conservada, sebuah NGO yang bergerak dalam bidang penelitian ilmiah untuk flora unik. Meskipun baru diresmikan 2010 kemarin, tetapi kegiatan penelitian dan observasi telah dilakukan sejak 2000 lalu. Apakah kegiatan yang Anda ikuti di kampus dulu berhubungan dengan kegiatan saat ini? Iya, dulu saya tergabung dalam Komunitas Cinta Alam-Lingkungan Hidup (KCA-LH)

Rafflesia FMIPA Unand. Visi dan Misi dari organisasi ini adalah Konservasi dan Cinta Lingkungan. Hingga saat ini KCA-LH Rafflesia FMIPA Unand telah membukukan setidaknya 60% data biodiversity flora dan fauna gununggunung di Sumatera Barat, dan sekitar 75% informasi mengenai keanekaragaman flora dan fauna di goa-goa Sumatera Barat lengkap dengan peta bentuk goa.

lebih ramai dan bergairah. Hanya saja, dulu itu kurang mendapat dukungan dari pihak kampus, misalnya: dana yang minim, sekretariat tidak ada, dll. Bisa dikatakan, kegiatan yang dilakukan murni hasil kreativitas mahasiswa sendiri.

Apa keuntungan yang Anda rasakan ketika dan setelah bergabung dalam sebuah organisasi? Tentu saja, ada. Keuntungan paling mendasar adalah perubahan pola pikir dan kemandirian dalam berbuat serta keteguhan dalam mencapai suatu tujuan. Dalam konteks organisasi kita hari ini mencerminkan kita yang telah lalu. Hasil dari berorganisasi akan dirasakan setelah berada di lingkungan masyarakat.

Bagaimana anda menilai organisasi dan aktivis mahasiswa saat ini? Kegiatan yang dilakukan cukup bagus. Namun, antusiasme mahasiswa sangat rendah sekali untuk berorganisasi. Sistem kampus yang mewajibkan mahasiswa untuk berorganisasi tidak berdampak baik terhadap kemajuan mereka di dalam berorganisasi, karena aktivitas tersebut tidak didasari oleh hobi dan kemauan dari diri sendiri. Tetapi, lebih banyak karena terpaksa. Kondisi tersebut juga berdampak buruk bagi organisasi.

Bagaimana gambaran organisasi kemahasiswaan pada waktu itu? Secara garis besar cukup bagus karena setiap organisasi berlomba-lomba untuk berkegiatan. Walaupun beberapa organisasi memiliki jumlah kegiatan yang lebih banyak tetapi tidak serta merta menganggap rendah organisasi lain. Pada waktu itu animo mahasiswa yang tinggi untuk ikutbergabungkedalamorganisasi,sehinggaterasa

Apa harapan Anda tentang organisasi mahasiswa di masa mendatang? Saya berharap, Ormawa saat ini lebih kreatif dan bersahabat. Kreatif dalam menyikapi dan menyampaikan sesuatu yang membangun eksistensi organisasi. Bila belakangan, Ormawa lebih sering melakukan kegiatan sendiri-sendiri, sehingga booming kegiatannya tidak terlalu besar. Arif-lah dalam melihat perubahan dan berhati-

hatilah dalam bertindak, sebab nilai yang ditampilkan sekarang adalah cerminan untuk kondisi masa mendatang. Selain itu, setiap Ormawa harus melakukan regenerasi karena regenerasilah yang akan meneruskan perjuangan organisasi di masa depan.


6

Laporan Utama

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Artikel

Pudarnya Budaya Pergerakan Aktif Mahasiswa Agseora Ediyen (Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Unand TM 2009)

Kebanyakan milioner mendapat nilai B atau C di kampus. Mereka membangun kekayaan bukan dari IQ semata, melainkan kreativitas dari akal sehat. (Thomas Stanley) Mahasiswa “kupu-kupu� (kuliah pulangkuliah pulang) semakin menjamur di tengahtengah kehidupan kampus. Kebanyakan mahasiswa juga kadang seolah acuh tak acuh dengan keadaan sosial atau apa yang terjadi di sekitarnya. Jelas saja, hal tersebut akan semakin mempersulit seorang mahasiswa untuk bisa menjadi kritikus nan akademis jika mahasiswa itu sendiri tidak ingin tahu-menahu dengan kehidupandisekelilingnya.Bagaimanamahasiswa mampu menyuarakan aspirasi pribadi dan orang lain yang akhirnya mampu mengubah sebuah kebijakan jika mahasiswa sendiri tidak peduli dengan keadaan di luar dirinya. Mahasiswa menjadi apatis dan tidak berhasrat untuk melakukan apapun selain berkuliah dengan baik. Kurangnya minat terhadap hal sosial membuat mahasiswa semakin kehilangan identitasnya. Bagaimana tidak, jika mahasiswa tidak tanggap dengan fenomena kehidupan sosial, dengan cara apa lagi mahasiswa memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat? Walaupun banyak wadah yang tersedia untuk menampung segala potensi yang ada pada diri mereka, toh mahasiswa juga tidak melirik dan memilih untuk bergerak statis, tidak produktif, tidak kritis, dan akhirnya kehilangan esensi sebagai seorang mahasiswa. Tampak nyata sekali, dari waktu ke waktu, budaya pergerakan aktif mahasiswa semakin memudar. Sebenarnya, mahasiswa secara kodratnya difungsikan sebagai motor penggerak. Sejarah mencatat, mahasiswa sebagai generasi muda telah melahirkan pergerakan yang mewujudkan kebangkitan nasional. Budi Utomo adalah bukti konkrit pergerakan generasi muda yang dicatat sejarah Indonesia. Ia lahir dari tangan pemuda pelajar-mahasiswa STOVIA yang kritis terhadap intelektualitas bangsa. Budi Utomo menjadi

wadah perjuangan yang bertujuan untuk kemajuan bangsa khususnya dalam bidang pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan. Setelah berhasil membentuk sebuah wadah aspirasi yang merefleksikan krisis generasi muda, mulailah terjadi kebangkitan nasional. Generasi muda yang diwakili pemuda, pelajar dan mahasiswa, bergerak aktif mewujudkan keadaan yang lebih baik. Sejarah mengungkap, ada kekuatan dari generasi muda yang mampu mendobrak keadaan sosial untuk kemajuan bangsa. Mahasiswa sebagai generasi muda secara hakekatnya mampu memberi sumbangsih lebih untuk kemajuan bangsa. Sumbangsih kecil berdampak besar yang dapat dilakukan yaitu dengan mengikuti wadah-wadah pengembangan softskill yang tersedia di kampus. Wadah ini berupa organisasi-organisasi kampus, baik dalam lingkup jurusan, fakultas, maupun dalam lingkup universitas. Selain itu, organisasi kemahasiswaan (ormawa) adalah sebuah wadah pengembangankepribadian yang dapat menjadi modal penting dalam kehidupan bermasyarakat pada masa kini dan mendatang, sekaligus memberi kontribusi di dalamnya. Keberadaan organisasi mahasiswa merupakan wahana dansaranapengembangan

pengalaman dan juga mengembangkan kepribadian ke arah yang lebih baik dan matang. Contohnya kemampuan kepemimpinan (leadership). Selain itu sikap sosial seperti; kerjasama tim, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan memiliki rasa kebersamaan juga akan semakin meningkat seiring mengikuti kegiatan dalam berorganisasi. Ormawa mengajarkan banyak hal pada anggota organisasi tersebut. Selain dapat mengembangkan kemampuan yang difokuskan oleh organisasi, mahasiswa juga dapat mengembangkan interaksi sosial yang tidak diajarkan di bangku perkuliahan. Pengalaman intelektual yang di dapat dari dosen dalam kelas belumlah cukup untuk bekal di masa depan. Untuk melengkapi kesempurnaan itu, mahasiswa dapat berpartisipasi aktif dalam melakukan berbagai kegiatan untuk masyarakat melalui organisasi kemahasiswaan. Tidak hanya dari segi mahasiswa yang enggan bergabung dalam sebuah organisasi, faktor ormawa yang kurang menampakkan geliat dan pesona yang menarik kadang juga mengurangi daya pikat organisasi itu sendiri di mata mahasiswa biasa. Masih banyak mahasiswayangmenjauhkanpandangan mereka pada organisasi. Akibat pasifnya peran serta mahasiswa dalam berkreativitas, serta tidak adanya kegiatan-

diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan kecendekiawanan, integritas, kepribadian, menanamkan sikap ilmiah, dan pemahaman tentang arah profesi sekaligus meningkatkankerjasamasertamenumbuhkanrasa persatuan dan kesatuan. Ormawa tidak hanya mampu memberi ruang kreativitas pada mahasiswa, tetapi juga turut serta dalam ajang mengembangkan jati diri mereka. Artinya, dengan melaksanakan kegiatan organisasi, mahasiswa dapat menambah kerabat,

kegiatan yang menunjang kreatifitas mahasiswa mengakibatkan gagalnya perwujudan pergerakan sebagai jati diri generasi muda. Keadaan yang terjadi saat ini, hanya sedikit sekali mahasiswa yang terlibat aktif dalam wadah organisasi kemahasiswaan. Fenomena yang ironis. Padahal apabila melirik satu per-satu organisasi kemahasiswaan, mahasiswa memiliki banyak pilihan jenis organisasi yang menawarkan pengembangan bakat dan kemampuan yang bervariatif. Dari segala aspek minat dan bakat

tersedia seperti wadah penyampaian aspirasi, jurnalistik, olahraga, agama, kesenian, kewirausahaan, petualangan, teknologi, dan lainlain. Mahasiswa bebas memilih organisasi apapun yang paling diminati dan yang paling disuka sesuai bakat dan minat. Wadah organisasi sudah ada, begitu juga dengan pihak kampus yang memotivasi mahasiswa dengan syarat kredit sebelum diwisuda (peraturan di beberapa universitas). Upaya-upaya tersebut masih saja tidak memancing keinginan mahasiswa untuk berorganisasi dan bergerak aktif. Mahasiswa masih ogah-ogahan untuk mengikuti salah satu organisasi dengan member alasan agar lebih fokus untuk mengikuti rutinitas perkuliahan. Kebanyakan mahasiswa lebih suka mengejar IP (Indeks Prestasi) setinggi-tingginya. Padahal, keberhasilan seorang mahasiswa tidak hanya dilihat dari tingginya nilai, softskill juga penting. Melalui kegiatan organisasilah kita mendapatkannya. Satu pendapat dengan Thomas Stanley di awal, kecerdasan IQ menyumbang enam sampai lima belas persen dan maksimal dua puluh persen untuk keberhasilan hidup. IQ berkembang melalui proses berfikir, menggunakan hitungan, dan melakukan penyelesaian masalah. Namun hal itu tidaklah cukup untuk menghadapi dunia kerja kelak. Nilai yang didapat selama kuliah tidak menjamin keberhasilan seseorang. Tetapi sofskill mengambil peranan yang sangat penting sebagi modal hidup kelak. Softskill didapat melalui kegiatan berorganisasi sekaligus berperan aktif sebagai mahasiswa. Selain softskill, kegiatan berorganisasi juga berfungsi agar mahasiswa dapat berbuat banyak untuk kemajuan sosial. Mahasiswa mendapat pengembangan wawasan melalui interaksi sosial, menjadi lebih peka terhadap kehidupan sosial, serta memperoleh ilmu melalui kegiatan rutinitas organisasi. Mahasiswa yang seharusnya berperan sebagai motor penggerak yang mampu memberi kontribusi nyata dalam kehidupan bermasyarakat seolah kehilangan jati dirinya. Mahasiswa terlalu terfokus dengan akademik dan cenderung melupakan fungsi mahasiswa yang juga sebagai pengawal sosial dan agent of change. Fenomena UKM sebagai oraganisasi kemahasiswaan yang kurang diminati menjadi potret nyata partisipasi mahasiswa yang kurang peduli dengan sosial. Alangkah lebih maksimalnya kemampuan mahasiswa jika dapat mengibarkan kemampuan akademik sekaligus kreatif dalam berkarya dan inovatif dalam membangun dan mengadakan perubahan. Dengan begitu, mahasiswa menjadi kritis terhadap gejala sosial dan pergerakan mahasiswa dapat berkibar lagi.

Apa Kata Mereka

Menilik Eksistensi Lembaga Tinggi dan Unit kegiatan Mahasiswa * Sampel 350 orang mahasiswa perfakultas

Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan apa yang anda rasakan: 1. Apakah anda merasakan peran dari organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus ini? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

Ragu-ragu, 21.26 %

2. Menurut anda apakah organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus ini sudah berjalan sesuai dengan semestinya? a. Sudah b. Belum c. Tidak tahu Tidak Tahu 13.58 % Sudah, 16.48 %

Ya, 36.21 %

Tidak, 42.53 %

3. Apakah selama ini anda ingin bergabung dalam sebuah organisasi kemahasiswaan? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

Ragu-ragu 15.28 % Tidak, 27.09 %

Belum, 69.94 %

4. Apakah anda mengetahui semua organisasi yang ada di kampus ini? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

Ragu-ragu 18.89 % Ya, 57.63 %

Ya, 31.4 %

Tidak, 49.71 %

5. Adakah organisasi yang ada di UNP ini sesuai dengan harapan anda? a. Ada b. Tidak c. Ragu -ragu

Ragu-ragu 29.85 %

Ada, 37.4 %

Tidak, 32.75 %

Grafis: Faeza


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

7

Laporan Utama

Ormawa Butuh Dukungan Oleh: Dila Monisa

Ormawa bukanlah organisasi yang bisa berdiri sendiri, selain membutuhkan usaha yang keras, mereka juga membutuhkan dukungan dari universitas untuk dapat bergerak maju.

“Organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa”. Hal ini tertulis dengan jelas dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi. Dari keputusan tersebut bisa dilihat bahwa mahasiswa mempunyai keleluasaan untuk menjalankan Organisasi Mahasiswa yang mereka ikuti selama hal tersebut bisa mencapai tujuan didirikannya Organisasi Mahasiswa. Pelaksanaannya di universitas juga mengacu kepada keputusan menteri tersebut. Dijelaskan oleh Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., Kamis (23/2), organisasi mahasiswa diselenggarakan oleh universitas berdasarkan kepada kebutuhan mahasiswa dan mahasiswa diberikan kebebasan untuk menjalankan organisasi. Tujuan dari diadakannya organisasi mahasiswa ini adalah untuk mengembangkan wawasan mahasiswa diluar kegiatan kurikuler perkuliahan. Namundemikian,banyakpengurusorganisasi tidak mampu memanfaatkan kebebasan yang diberikan dengan baik, misalnya: menjalankan program kerja dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan bidang organisasi tersebut.

Favorit: Area parkiran di belakang rektorat lama tetap menjadi tempat favorit bagi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa dalam melakukan aktivitasnya kendati telah memiliki sekretariat di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa, Senin (27/2). f/Jefri.

Akan tetapi, “Tidak ada sanksi langsung yang diberikan kepada organisasi yang seperti itu,” jelas Mawardi. Menurutnya selama ini Organisasi Mahasiswa tersebut diberi fasilitas apabila mereka menjalankan kegiatannya, jika tidak ada kegiatan maka tidak ada bantuan yang diberikan. Hal ini didukung pula oleh Pembantu Rektor III UNP, Drs. Alizamar, M.Pd.Kons. Meskipun tidak ada sanksi yang diberikan untuk Ormawa yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, menurut Alizamar, Ormawa tetap diberikan nasehat dan motivasi melalui pembinanya masingmasing. Selain membutuhkan kesadaran dari anggota ormawa untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, koordinasi antar Ormawa juga dibutuhkan untuk kemajuan organisasi yang tengah digeluti.

Idealnya, sebuah ormawa harus bisa mandiri dalam menjalankan kegiatannya. Ormawa seharusnya tidak terlalu bergantung dengan bantuan yang diberikan oleh universitas karena tidak semua kegiatan yang diinginkan bisa diberi fasilitas oleh universitas. Menurut M. Isa Gautama, SPd, MSi, Ormawa harus tetap bisa berjalan meskipun bantuan dan yang diberikan universitas kurang mencukupi. Para pengrus harus lebih kreatif agar rencana kegiatan tetap bisa terlaksana. Dosen Fakultas Ilmu sosial yang juga pernah menjadi pembina salah satu Unit Kegiatan di UNP ini juga berharap agar ormawa bisa merangkul seluruh mahasiswa secara keseluruhan sesuai dengan jenis kegiatannya masing-masing. “Ormawa tidak hanya berperan untuk orang perorangan melainkan seluruh mahasiswa yang

ada di universitas,” ujarnya, Jumar (10/2). Namun begitu, Ormawa bukan pula suatu organisasi yang bisa berdiri sendiri. Mereka membutuhkan dukungan yang cukup dari universitas. Ketika dukungan dari universitas kurang maka juga akan berpengaruh buruk terhadap kinerja ormawa tersebut. Selama ini universitas selalu berusaha memberikan dukungan bagi setiap Ormawa untuk dapat menjalankan kegiatannya dengan baik. Tidak hanya memberikan dukungan dana, universitas juga memberikan penghargaan bagi Ormawa yang berprestasi. Dijelaskan oleh Pembantu rektor III UNP, Drs. Alizamar MPd. Kons, Ormawa yang berprestasi akan diberikan kesempatan untuk dapat mengadakan acara yang lebih baik lagi. Sedangkan untuk mahasiswa yang aktif berorganisasi akan diberikan kesempatan untuk memperoleh beasiswa khusus untuk aktivis mahasiswa seperti Beasiswa Supersemar. Di universitas, selain unit kegiatan mahasiswa juga terdapat lembaga tinggi mahasiswa. Lembaga tinggi mahasiswa ini terdiri dari Majelis PerwakilanMahasiswa(MPM)danBadanEksekutif Mahasiswa (BEM), kedua lembaga ini memiliki fungsi sebagai pengawas bagi ormawa lainnya. MPMbertugasmengawasiBEMdanBEMBertugas Mengawasi kinerja unit kegiatan mahasiswa. Agar lembaga tinggi tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka diharapkan mahasiswa dapat memilih Pemimpin (presiden)mahasiswayangbaik.“Mahasiswaharus bisa memilih pemimpin yang dirasa bisa mengayomi semua Ormawa yang ada di universitas,” ujar Alizamar. Alizamar memandang sejauh ini memang masih ada Ormawa yang belum mampu menjalankan kegiatannya secara maksimal tapi usaha mereka untuk menuju kearah tersebut sudah terlihat. “Semoga organisasi mahasiswa ini lebih mampu menampakkan perannya di masa yang akan datang,” tutup Alizamar, Jumat (24/2). Laporan: Tari, Faeza, Zolla, Ami, Rian Rita.

M. Isa Gautama, S.Pd, MSi

Peran Penting Organisasi Mahasiswa Selain untuk pengembangan wawasan, pengalaman berorganisasi akan memberikan keuntungan berupa peningkatan softskill dan sebagai modal dasar ketika terjun ke masyarakat. Tujuan ini akan tercapai jika pengurus organisasi dapat menjalankan tugas dengan baik. Tugas yang dimaksud adalah tugas untuk mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan bidang masing-masing sehingga bisa membuka kesempatan bagi mahasiswa lain untuk dapat turut berperan. Namun demikian, hal ini baru dapat terlaksana apabila ada dukungan yang maksimal dari universitas untuk Ormawa ini. Berikut adalah hasil wawancara reporter Ganto Siti Nurasyiyah dengan M. Isa Gautama SPd. MSi., seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Padang yang turut memperhatikan perkembangan organisasi mahasiswa di UNP, Jumat (10/2). Apakah peranan Lembaga Tinggi (LT) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada sebuah universitas? Pada dasarnya, jika ditilik secara individual Lembaga Tinggi dan Unit Kegiatan Mahasiswa berperan sebagai sarana mahasiswa untuk belajar, melatih, membina keahlian yang dimiliki. Ketika seorang mahasiswa bergabung dalam organisasi berarti ia memulai untuk melatih dan mengembangkan sofskill yang dimilikinya. Selanjutnya, keberadaan LT dan UKM secara tidak langsung juga berperan sebagai pembentuk mahasiswa aktif dan cerdas yang berpengaruh

pada kegiatan akademiknya. Selain itu, LT dan UKM harus bisa mengayomi mahasiswa secara keseluruhan berdasarkan fungsi dan tujuan dari organisasi tersebut. Sejauh ini, apa peranan itu sudah dijalankan? LT dan UKM telah berusaha keras melaksanakan peranannya. Hanya sebagian kecil Ormawa yang belum bisa memfungsikan peranannya dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan adalah LT dan UKM bukan lembaga yang bisa berdiri sendiri. Walau bagaimanapun ia berada dalam sebuah sistem yang mengatur. Ketika sistim tersebut tidak bisa berintegritas dengan baik, maka hal tersebut memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja LT dan UKM di sebuah universitas. Misalnya, kurangnya dukungan pihak universitas terhadap kelangsungan LT dan UKM. Akibatnya, menghambat kinera LT dan UKM untuk melaksanakan program kerja yang telah direncanakan. Bagaimanakahmerekaseharusnyamenjalankan kegiatannya? Idealnya, mereka harus kreatif dan berusaha mandiri. Hal itu menjadi solusi agar tetap maju. Tidak terlalu berharap mendapatkan perhatian penuh dari kampus. Banyak organisasi yang tidak mendapatkan bantuan material dari pihak universitas namun masih bisa berkreasi dan terdengar gaungnya. Sementara, di UNP, masing-masing LT dan UKM sudah mendapatkan bantuan dari

pihak universitas. Oleh karena itu, mestinya program kerja yang direncanakan harus bisa terlaksana. Menurut Anda, bagaimana dukungan Universitias terhadap LT dan UKM yang ada di UNP? Meskipun pihak universitas sudah memberikan anggaran dana ke masingmasing UK, namun sejauh ini belum bisa memenuhi kebutuhan LT dan UKM. Pemerataan dana anggaran untuk setiap LT dan UKM akan membuat kesenjangan karena tiap-tiap ormawa memiliki kadar kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, seharusnya anggaran dana harus didasarkan kepada seberapa banyak dana yang dibutuhkan oleh LT dan UK. Peranan PR III sebagai penanggung jawab kemahasiswaan masih belum maksimal. Seharusnya, PR III tidak hanya mengurus pendanaan kemahasiswaan, namun sekaligus pengawas dan pembinan menyeluruh untuk LT dan UKM di UNP. Alangkah lebih baik, bila PR III dapat sesekali mengunjungi LT dan UKM. Ibaratnya Pembina dan PR3 menjadi ayah untuk anak binaanya. Hal ini yang masih belum tampak di UNP. Sehingga,

wajar saja jika kebayakan mahasiswa tidak kenal dengan PR3.


8

Artikel Umum

Konsultasi Kesehatan Jika Anda mengalami masalah kesehatan, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Diasuh oleh:

dr. Pudia. M Andika

Silau Melihat Cahaya Saya memiliki keluhan pada mata saya. Akhir-akhir ini mata saya sangat sensitif terhadap cahaya. Ketika melihat lampu atau matahari pandangan menjadi kabur. Tak jarang ketika saya paksakan, akan muncul kabut yang mengganggu menghalangi pandangan. Kadang-kadang keadaan samar itu diikuti rasa nyeri yang luar biasa kemudian merembet ke kepala. Apa yang menyebabkan semua itu? Bagaimana cara mengatasinya? Luna, Mahasiswa UNP TM 2007 Keluhan mata silau yang berlebihan disebut Photophobia, yaitu sensitivitas berlebihan dan rasa tidak nyaman pada penglihatan. Seseorang yang memilki keluhan tersebut sama halnya dengan orang normal saat keluar dari ruangan gelap seperti dari dalam bioskop menuju ke ruang terang, yang akan menimbulkan rasa sakit dan silau. Photophobia bukanlah suatu penyakit tetapi gejala dari berbagai kondisi seperti infeksi dan peradangan. Penyebab Photophobia Ada beberapa penyebab Photophobia antara lain: 1. Peradangan pada bagian mata depan (kornea), yang disebut dengan keratitis ataupun pengikisan lapisan kornea (abrasi kornea). 2. Pupil tidak dapat berkontraksi yang menimbulkan sakit pada saat melihat cahaya terang. Jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata diatur oleh pupil. Konstraksi (pengecilan) dan dilatasi (pembesaran) dari pupil tergantung dari kekuatan otot iris. Bila terdapat peradangan pada iris, pupil tidak dapat berkontraksi. 3. Ganguan sistem saraf pusat misal akibat peradangan pada selaput otak (meningitis) 4. Iritasi pengunaan lensa kontak akibat tidak sterilnya cara pemakaian lensa kontak 5. Terjadinya kekeruhan pada lensa mata (katarak). Katarak umumnya terjadi pada usia tua, dapat juga terjadi katarak pada usia muda karena faktor genetik (katarak juvenile) atau karena trauma (benturan) pada mata dan sekitarnya 6. Seseorang dengan warna mata terang juga mungkin mengalami kepekaan cahaya yang lebih besar karena warna mata gelap mengandung lebih banyak pigmen untuk melindungi dari silau cahaya. Stimulasi yang berlebihan pada sel-sel fotoreseptor di retina yang kemudian dihantarkan pada saraf optik dapat menimbulkan refleks keengganan untuk menerima cahaya sehingga menyebabkan rasa sakit pada mata bahkan ada yang sampai mengalami migraine (sakit kepala). Penanganan Photophobia 1. Menggunakan pelindung kepala seperti; topi saat berjalan pada siang hari yang berguna melindungi mata dari cahaya matahari. 2. Menggunakan kacamata hitam dengan lapisan UV Protection saat beraktivitas di tempat terang. 3. Dalam kasus akut, beberapa orang disarankan memakai lensa kontak prostetik dengan warna tertentu yang lebih gelap dari warna mata asli. Lensa kontak ini dapat mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan membuat mata lebih nyaman. 4. Konsultasikan segera dengan Dokter Spesialis Mata anda.

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Transportasi Praktis & Egoisme Kaum Hedonis Oleh : Mardho Tilla (Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2010)

Era semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Kebutuhan manusia semakin bertambah karena keinginan mendapatkan kehidupan yang lebih mudah dan praktis dalam menjalani aktivitas. Setiap detik yang berlalu sangat berharga, sementara jarak sering menjadi penghambat. Kebutuhan menjalankan semua kegiatan dengan lebih mudah dan cepat membuat masyarakat Indonesia membutuhkan alat transportasi baik berupa transportasi darat, air, bahkan udara. Terutama Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang saling berjauhan dibutuhkan transportasi praktis untuk menjangkaunya. Namun masalah tranportasi di Indonesia memang memerlukan perhatian. Mulai dari pengaturan berkendaraan yang tidak tegas menyebabkan masyarakat lebih senang memiliki kendaraan pribadi. Lalu banyaknya kendaraan bermotor yang diimpor dengan harga yang murah meriah membuat daya tampung dari akses kendaraan tidak memadai. Akibatnya kemacetan timbul dimana-mana dan waktu masyarakat menjadi tidak efektif dan produktif. Masalah kemiskinan juga ditimbulkan akibat kendaraan umum yang sepi penumpang sehingga menyebabkan tingkat pengangguran semakin bertambah. Tidak hanya itu, kerugian lain yang ditimbulkan karena masalah transportasi ini adalah borosnya pemakaian BBM. Negara Indonesia memiliki Sumber Daya Alam pembuat bahan bakar yang berlimpah. Sayangnya negara yang kaya ini belum bisa mengolah sendiri hasil alamnya. Indonesia harus menjualnya dalam keadaan mentah terlebih dahulu, kemudian bahan bakar yang sudah siap pakai dibeli lagi dengan harga yang lebih mahal dibandingkan bila diolah sendiri. Tapi karena pendapatan per kapita masyarakat yang rendah, harga BBM disubsidikan oleh pemerintah. Tidak heran, kerugian negara mencapai triliunan karena pemakaian dalam jumlah besar sedang pemasukannya hanya sedikit terlebih lagi sumber daya tersebut terbatas. Ditinjau dari masalah lingkungan, polusi yang dihasilkan oleh mesin kendaraan juga sangat mengganggu, diantaranya menyebabkan polusi udara, polusi suara, kecelakaan lalu lintas, dan lain-lain. Polusi udara yang terjadi karena gas hasil pembakaran mesin kendaraan yang beracun yaitu gas CO (Carbon monoksida), Pb (Timbal), dan gas beracun lainnya berdampak pada gangguan kesehatan dalam jangka panjang yang bisa mengakibatkan penurunan daya refleks dan kemampuan visual. Dalam jangka pendek, ini berpengaruh pada pernapasan, menyebabkan sakit kepala, kerusakan fungsi paru-paru, dan iritasi penglihatan. Kehidupan dan tingkah laku masyarakat juga dipengaruhi oleh polusi udara. Penelitian menunjukkan bahwa timbal (Pb) yang terhisap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Sederhananya, semakin banyak jumlah timbal yang tersebar di udara maka semakin besar pula resiko anak keracunan timbal yang IQnya menjadi rendah. Kita tahu, Bangsa Indonesia sebernarnya dianugrahi otak yang cerdas walau tidak dimanfaatkan secara maksimal, tapi tentu tidak mungkin negara ini akan selamat dan sejahtera apabila diteruskan oleh generasi yang telah keracunan timbal. Mungkin akan terulang tragedi

menakutkan tiga abad silam, di mana Indonesia harus hidup dalam penjajahan orang-orang yang mengincar kekayaan kita. Belum lagi pemanasan Global yang merupakan isu publik saat ini juga disebabkan oleh peran aktif dari senyawa karbon, diantaranya karbon monoksida. Semakin besar konsentrasi karbon di udara maka lapisan rumah kaca juga semakin tebal dan bumi akan semakin mendidih. Apabila dikaji lebih jauh maka keberadaan transportasi praktis juga akan mempercepat penuaan bumi dan akhirnya kiamat. Kemudian ada polusi suara yang bersumber dari kebisingan yang ditimbulkan mesin kendaraan. Semakin kuat kebisingan yang terjadi maka semakin tidak menyenangkan. Bayangkan apabila harus menjalani aktivitas di tempat yang ribut dan penuh suara bising, pasti konsentrasi akan berkurang dan semangat kerja akan menurun. Seandainya tempat yang dibuat bising juga area menuntut ilmu, seperti kampus atau sekolah, belajar dalam suasana yang sangat tidak nyaman tentu akan membuyarkan konsentrasi dan timbul rasa jenuh untuk belajar. Inilah salah satu bom atom yang akan menghancurkan Indonesia kelak saat generasi muda sudah malas belajar. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu kurangnya tanggung

jawab para pengendara kendaran bermesin ini di jalan raya. Kesadaran untuk menjaga keselamatan diri dan orang lain yang minim menyebabkan masalah lalu lintas yang disebut kecelakaan. Semua jenis kecelakaan tentunya sangat merugikan meski kecelakaan terkecil sekalipun. Mulai dari cat kendaraan yang lecet sampai puluhan nyawa harus kembali kepada Sang Pencipta sebagai korban keegoisan transportasi. Perbandingan dari efek kecelakaan ini adalah ketika kaum hedonis harus mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk memuluskan cat mobilnya yang lecet, rakyat proletar hanya bisa pasrah melihat jasad keluarganya terbujur tak bernyawa direnggut kejamnya jalan raya. Salah satu kasus kecelakaan yang populer dibicarakan hingga hari ini yaitu keegoisan Afriani Cs yang ngebut-ngebutan sehingga menabrak puluhan pejalan kaki dan menewaskan sembilan orang. Begitu mudah memisahkan nyawa dari raga seseorang di jalan raya. Apabila tetap dibiarkan, kematian-kematian akan terus terjadi akibat kecelakaan ini. Tahu sendiri, hukum di Indonesia ini dapat dibeli. Setelah membunuh banyak nyawa, Afriani hanya dituntut enam tahun penjara. Itu juga baru tuntutan awal, setelah disidang dan naik banding beberapa kali ada kemungkinan Afriani cuma dituntut satu tahun atau enam bulan penjara bahkan mungkin memperoleh pengampunan. Dari desas

desus terbaru kasus ini akan diselesaikan dengan jalan damai dimana Afriyani mengeluarkan sejumlah dana duka cita dan kasus selesai. Sejak tragedi maut dari kasus Afriyani ini, hampir setiap hari muncul kecelakaan-kecelakaan maut dalam berbagai versi mulai dari kecelakaan kapal, mobil dan sepeda motor. Dalam setiap kecelakaan setidaknya ada satu nyawa yang melayang. Kecelakaan ini seakan seperti trend tahun 2012 dimana kecelakaan tanpa merenggut nyawa terlihat tidak menarik untuk diperbincangkan. Seperti kecelakaan mobil yang dikendarai siswa SMA, kecelakaan bus Karunia Bakti di Jalur Puncak, Bogor yang menewaskan 14 orang dan kecelakaan maut spektakuler lainnya. Sudah saatnya permasalahan transportasi ini mendapat perhatian dari semua pihak. Kunci dari permasalahan ini adalah kesadaran masyarakat untuk menjagalingkungandanmenghilangkan semua keegoisan. Indonesia perlu bercermin pada negara-negara maju yang malu bilamenggunakankendaraan pribadi ke kantor. Ada juga negara yang mengunakan transportasi ramah lingkungan atau green transport yang merupakan suatu gerakan yang mendorong pengurangan kebutuhan perjalanan dan ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Salah satu transportasi ramah lingkungan adalah sepeda. Untuk cerminan, negara yang bisa diteladani sebagai Negara yang mencintai lingkungan adalah Jepang, dimanakendaraanterpopuler di negara ini adalah sepeda, kereta dan busway. Dibandingkan menggunakan kendaraan bermotor yang akan menimbulkan kebisingan, sebaiknya di lingkungan pendidikan seperti sekolah atau kampus digalakkan pemakaian sepeda. Selain menghindari terjadinya polusi juga dapat membuat suasana menjadi tenang sehingga pelajar dapat menuntul ilmu dengan nyaman. Selain itu sudah saatnya kita lebih memprioritaskan menggunakan kendaraan umum. Transportasi publik seperti bus atau kereta api akan lebih baikdibandingkanmenggunakansepeda motor. Banyak masalah yang dapat dihindari apabila masyarakat menghilangkan egonya karena gengsi. Dengan menggunakan kendaraan umum, kemacetan dapat berkurang karena jumlah kendaraan di jalanan berkurang, dapat menghemat BBM sehingga mengurangi kerugian negara. Dan yang paling penting, apabila kendaraan telah berkurang, maka polusi udara berkurang dan kita dapat menyelamatkan generasi penerus bangsa dari kebodohan. Apabila sudah ada niat untuk membuat perubahan ini, maka perubahan akan membawa kesejahteraan untuk semua masyarakat. Untuk mendukung semua itu perhatian pemerintah juga sangat diperlukan. Perbaikan sarana dan prasarana transportasi harus ditingkatkan dan pembangunan transportasi publik, seperti busway dan kereta api listrik. Apabila pemerintah telah menyediakan sarana yang cepat dan nyaman, maka masyarakat juga akan sadar dengan sendirinya. Selain itu pemerintah juga harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, jangan hanya menghimbau masyarakat untuk menggunakan kendaran umum dan hemat BBM, sedangkan mereka sendiri menyimpan puluhan mobil mewah dalam garasi rumah masing-masing.


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

9

Artikel Pendidikan

Belajar Bukan Sekadar Formalitas Oleh Faeza Rezi S (Mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan TM 2010)

Hakikat belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk merobah perilakunya menuju ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari pembelajaran maupun pendekatan dengan lingkungan. Perubahan yang dikehendaki dari proses belajar tersebut adalah menjadikan individu berpendidikan guna mematangkan persiapan diri menuju masa depan yang penuh tantangan. Tak adayangtahu,bagaimanakehidupanpadasepuluh maupun dua puluh tahun kedepan. Salah satu yang harus dipersiapkan menuju masa tersebut hanyalah belajar sebanyak-banyaknya untuk mendapatkanpengalamansertapendidikansebagai modal. Banyak sekali orang-orang berpendidikan saat ini yang memiliki kehidupan yang layak dan tidak sedikit juga orang-orang yang tidak mau belajar akan terlunta-lunta dalam kemiskinan. Mungkin ada juga diantara sekian orang yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting melainkan semuanya akan terpenuhi dengan uang yang dimilikinya. Hal ini harus juga diketahui bahwa uang akan memperbudak tuannya, bukan seperti pendidikan yang menjadikan tuannya sebagai raja. Selama ini yang menjadi permasalahan bagi banyak orang adanya anggapan bahwa belajar hanya dilakukan di lingkungan formal seperti sekolah dan kampus saja. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak bisa mengenyam pendidikan seperti itu? Inilah yang menjadi dinding pemisah yang selama ini berada di dalam benak sekian banyak orang untuk selalu belajar dan belajar. Sistem pendidikan seperti inilah yang membentuk masyarakat tersendiri dalam proses pendidikan dan memisahkan diri dari orangorang yang sedang belajar. Seolah-olah pagar sekolah, usia tertentu dan waktu tertentu membatasi pemikiran mereka untuk selalu belajar. Dengan kata lain proses belajar di sekolah membentuk orang-orang khusus yang terampil dengan pembekalan berbagai ilmu dan keterampilan tertentu. Maka dengan itu orangorang yang tidak berada didalamnya akan merasa tidak percaya diri dalam belajar. Menanggapi hal itu sudah seharusnya semua

orang mengetahui akan arti dari long life education yang bermakna pendidikan dan pembelajaran dilakukan seumur hidup. Mengenai hal ini pemerintah juga mencanangkan dalam kebijakan Negara Tap MPR No. IV/MPR/1970 JO. Tap No. IV/MPR/1978 Tentang GBHN yang menetapkanprinsip-prinsippembangunannasional yang salah satu isinya bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Tak hanya itu, 14 abad yang lalu Rasulullah Muhammad SAW juga mengatakan bahwa proses belajar itu harus dimulai dari ayunan sampai nanti masuk liang lahat. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain, pendidikan merupakan bagian integral dari hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti ini mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia. Dengan pendidikan manusia dapat terus menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi dorongandorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar yang selalu berubah. Sepanjang hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu keadaan yang vakum. Mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara

aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman. Pendidikan seumur hidup tak sesulit yang dibayangkan karena dalam kegiatan sehari-hari manusia senantiasa untuk belajar. Belajar dari alam, dari orang lain, dari pengalaman dan belajar dari semua hal yang dapat dijadikan pengetahuan dan pemahaman baru. Untuk menerapkan

pendidikan seperti itu ada empat cara belajar yang mesti kita lakukan. Pertama, Learning to know. Ini berarti manusia memulai pembelajaran dengan tahap awal untuk mengetahui. Tuhan saja mengajarkan manusia untuk pertamakalinya mengetahui siapa Tuhan yang menciptakan manusia dan Tuhan yang wajib disembah. Manusia dalam proses belajarnya dituntut untuk mengetahui. Namun, perlu dipahami dorongan manusia untuk mengetahui ada batasannya. Ada beberapa yang harus diketahui oleh manusia. Manusia harus mengetahui siapa pencipta dirinya. Setiap manusia harus bisa berfikir jernih untuk belajar mengetahui aturanaturan yang digariskan Tuhan untuk dirinya, karena keberadaan manusia di dunia berbeda dengan makluk lain selain manusia. Setiap

manusia yang mempunyai akal juga harus mengetahui seluk beluk dirinya; Siapa aku, darimana aku, dan hendak kemana aku. Manusia harus belajar untuk mengetahuinya supaya bisa hidup dengan mematuhi aturan yang telah digariskan. Setiap manusia harus pula mengetahui bahwa dirinya tidak bisa hidup di dunia sendirian. Ia harus menyadari bahwa dirinya membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia diharuskan mengetahui makluk lain di

luar dirinya. Selain itu, ada juga yang tidak boleh untuk diketahui oleh manusia, misalnya; mencari tahu zat Tuhan, mencari tahu keburukan orang lain, dan perbuatan buruk lainnya yang tidak sesuai dengan norma. Kedua, Learning To Do, merupakan belajar untuk melakukan apa-apa yang awalnya diketahui. Dalam hal ini manusia diharuskan untuk bisa beraktivitas dan berbuat. Manusia yang lahir sudah diharapkan untuk berbuat walaupun dengan menangis itu berarti ia telah berbuat yang bisa dia perbuat. Manusia yang dewasa sekalipun diharuskan untuk terus berbuat. Namun, tak semua perbuatan yang boleh dilakukan manusia, ada juga yang terlarang. Oleh sebab itu manusia harus belajar apa yang harus dilakukan dan apa yang terlarang untuk dilakukan. Ketiga, Learning To Be, mengharuskan manusia untuk menjadi sesuatu. Menjadi yang bagaimana? Tentunya menjadi sesuatu yang diridhoi oleh Tuhan yang menciptakn manusia. Manusia yang percaya dan beriman pada tuhannya akan senantiasa mematuhi peraturan yang telah digariskan agamanya. Dalam menjadi (to be), manusia telah dikadarkan ketentuannya untuk menjadi laki-laki ataupun perempuan. Dalam hal itu manusia menerima ketentuan Tuhan untuk bekerja menjadi petani, buruh, pegawai, nelayan dan sebagainya dalam batasan tertentu untuk menentukan nasibnya. Keempat, Learning To Live Together, berarti mengharuskan manusia untuk belajar untuk hidup bersama dengan makluk lain yang berdampingan dengan dirinya. Oleh sebab itu, manusia disebut dengan makluk sosial. Ia tidak akan jadi manusia yang sesungguhnya jika tidak hidup berdampingan dengan sesama manusia dan makluk tuhan lainnya. Maka setiap individu harus bisa bekerja sama dan memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Empat proses pembalajaran di atas menuntun untuk bisa belajar di manapun dan kapanpun kita berada. Sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup bahwa pendidikan sebenarnya bukan hanya dalam lingkup sekolah. Jadi proses belajar sudah lumrah terjadi walaupun bukan dalam ruangan kelas. Pendidikan akan menjadi lentera pencerah kehidupan di masa yang akan datang baik dunia maupun di akhirat kelak. Sukses hidup di dunia hanya dengan ilmu, sukses hidup di akhirat juga dengan ilmu. Siapa yang ingin sukses kedua-duanya juga dengan ilmu. Mari terapkan belajar seumur hidup.

Konsultasi Psikologi Jika Anda mengalami masalah psikologi, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP atau kirim ke email redaksiganto@gmail.com. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Susah Melupakan Kawan Baik

Diasuh oleh

Dr. Marjohon, M.Pd. Kons. Assalamualaikum, Pengasuh Rubrik Konsultasi Psikologi Ganto, Saya adalah mahasiswa tahun tiga UNP. Dahulu, saya punya teman baik. Kami sudah berkawan sejak masih di sekolah tingkat pertama. Bahkan ketika SMA pun kami sekelas. Namun sejak berbeda universitas, bisa dikatakan kami sangat jarang berkomunikasi. Untuk tetap menjalin silaturahmi, saya ada mengirim pesan singkat. Tapi, jarang sekali dibalas. Kalaupun dibalas, dia jawab seadanya, seolah kami tidak pernah berteman dekat sebelumnya. Saya tahu, semua orang berubah. Mungkin dia sudah menemukan dunia baru yang lebih menyenangkan. Tapi, saya berharap perubahan dia juga tidak merubah pertemanan kami. Sayangnya sekarang, kami sudah seperti dua orang asing. Apa yang harus saya lakukan? Apakah ini wajar? Mohon penjelasannya. Terimakasih. Indra, Mahasiswa UNP TM 2009 Sdr. Indra yang terhormat, Membaca surat Anda kami memahami

bahwa Anda ingin mempertahankan persahabatan dengan teman lama Anda yang telah terbina sejak SMP dahulu, meskipun dia menuntut ilmu di Perguruan Tinggi lain. Anda telah berusaha mengontaknya dengan cara mengirim pesan singkat tetapi jarang dibalas atau kalau dibalas hanya direspon dengan jawaban yang seadanya saja. Sebagai makhluk sosial Anda memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi, berhubungan dan berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan demikian mempunyai banyak teman baru atau terus menjalin persahabatan dengan teman-teman lama adalah merupakan hal yang wajar pada diri anda. Agar maksud anda untuk tetap menjalin pershabatan dengan teman lama waktu di SMP tersebut terwujudkan, anda perlu bersikap positif terhadap teman itu. Ada beberapa kemungkian yang dapat terjadi pada teman anda tadi dan bagaimana anda bersikap terhadap hal tersebut. Pertama, ketika anda ber “sms� dengannya, anda tidak menyebutkan identitas anda dengan lengkap, karena nama anda tidak ada pada daftar

handphone, atau kalau pernah ada barangkali nama itu terhapus oleh karena beberapa sebab yang tidak dapat diatasinya. Apabila kondisi ini yang terjadi wajar saja ia jarang menjawab atau merespon sms Anda dengan seadanya saja karena alamat sipengirim tidak diketahuinya dengan jelas. Akan sangat berbeda apabila dia mengetahui bahwa Anda adalah teman baiknya waktu di SMP dan di SMA dulu. Oleh karena itu memberikan identitas dengan jelas siapa Anda dan bagaimana hubungan Anda dengannya dulu, kalau perlu diselingi dengan cerita-cerita yang mengingatkan kepada masa-masa emas dalam persahabatan masa dulu kiranya akan mendorongnya untuk membalas dengan responrespon yang hangat dan akrab pula. Kedua, bisa saja kawan anda tersebut sedang sibuk menghadapi tugas-tugas perkuliahannya waktu anda mengirim sms tersebut, sehingga ia tidak sempat atau hanya merespon dengan jawaban yang singkat. Apalagi program studi yang diikutinya program studi yang menuntut tugas dan kerja laboratorium yang banyak. Apabila kondisi ini yang terjadi pada dirinya

Anda sebaiknya mengerti kondisi itu dan tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut. Malahan anda dituntut untuk membangkitkan motivasinya agar ia bersemangat menghadapi tugas-tugas berat perkuliahan yang dijalaninya itu. Ketiga, dapat saja terjadi perubahan pada diri teman anda baik perubahan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap, karena dia belajar pada perguruan tinggi yang berbeda dengan anda yang boleh jadi kota tempat ia menuntut ilmu tidak sama dengan kota anda. Apabila kondisi ini yang terjadi kiranya anda tidak usah risau karena manusia dapat saja berubah oleh karena pengalaman hidupnya. Anda sebaiknya menyikapi perbedaan tersebut secara wajar dan terus berusaha menjalin kontak dengannya dengan cara dan bahas yang santun. Mudah-mudahan dia menyadari bahwa anda adalah teman terbaik yang pernah ada dalam hidupnya dan pada suatu saat datang meminta maaf atas kekhilafannya. Semoga saja, Amin.


10

Laporan Khusus

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Apresiasi Mahasiswa Berprestasi

Apresiasi Kampus Kepada Edec

Oleh: Meri Maryati

Di Universitas Negeri Padang, tidak semua mahasiswa berprestasi bisa diapresiasi.

Mahasiswa di Universitas Negeri Padang (UNP) yang memiliki prestasi tingkat Nasional dan Internasional boleh gembira sebab adanya Surat Keputusan (SK) Rektor yang dikeluarkan 10 Januari 2012 kemarin. Pasalnya, di dalam SK Rektor yang bernomorkan 10/UN35/KP/2012 itu dijelaskan UNP akan memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang memperoleh medali pada kejuaraan di bidang olahraga, seni, dan MTQ tingkat Nasional maupun Internasional tahun 2011. Pada butir pertama dituliskan, bagi mahasiswa yang memperoleh medali emas/piagam juara I tingkat nasional dibebaskan SPP dua semester (semester Januari-Juni 2012 dan Juli-Desember 2012). Jika berprestasi di tingkat ASEAN, maka akan dibebaskan SPP selama tiga semester. Sedangkan pada butir kedua tertera, bagi mahasiswa yang memperoleh medali perak atau perunggu tingkat nasional dibebaskan SPP satu semester dan tingkat ASEAN dibebaskan dua semester. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kepala Bagian (Kabag) Minat, Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan UNP, Herman, ada 40 mahasiswa berprestasi yang akan menerima penghargaan sesuai yang disebutkan pada SK Rektor. Dua mahasiswa dari FT dan 38 mahasiswa dari FIK. Dua mahasiswa FT tersebut berhasil meraih prestasi di MTQ tingkat nasional tahun lalu. Mereka adalah M.Wahyu Hosen (Juara II Cabang Tilawah Al-quran) dan Rian Vebriona (Juara II Cabang Tartil Al-quran). Sementara di FIK, salah satunya adalah Vonny Suhendra. Ia berhasil mendapatkan medali emas cabang olahraga Kempo, ketika SEA Games di Palembang tahun 2011 kemarin. Medali emas juga diraih Gisca Dewi ketika mengikuti kejuaraan Gulat antar perguruan tinggi se-Indonesia di tahun yang sama. Sebenarnya,mahasiswayangmemilikiprestasi tidak hanya berasal dari FT dan FIK. Tetapi, karena prestasi yang diraih tidak termasuk ke dalam kategori yang disyaratkan SK Rektor,

Mengaharumkan nama universitas :Muhammad Wahyudi Hosen dan Rian Vebriona, mahasiswa j u r u s a n Te k n i k E l e k t r o n i k a ya n g m e w a k i l i U N P d a l a m M T Q t i n g k a t n a s i o n a l d i U n i ve r s i t a s Malikussaleh, Makassar, 14 juli 2011. Mereka berhasil mengharumkan nama UNP dengan menjadi juara I bidang Tartil Putra dan juara II bidang Tilawah putra. f/ist.

maka mereka tidak mendapat apresiasi yang sama. DiFakultasMatematikadanIlmuPengetahuan Alam (FMIPA) misalnya. Robi Jaya Putra, Mahasiswa Pendidikan Biologi TM 2008 berprestasi hingga tingkat Internasional, seperti: menjadi sukarelawan di Museum Sains dan Teknologi China ketika mengikuti program Exchange yang diadakan AIESEC tahun 2011. Ia mengatakan ketika ke China, tidak mendapatkan bantuan dari pihak kampus meskipun sudah mengusahakannya. “Saya akhirnya meminta bantuan kepada pemerintah di kampung,” ungkapnya, Senin, (20/2). Sedangkan Ciptro Handrianto, Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah TM 2009 lain pula prestasinya. Ia mampu mempertahankan Indeks Prestasi sempurna selama empat semester. Ia juga meraih juara kedua dalam MTQ UNP. Tidak hanya itu, ia adalah mahasiswa berprestasi pilihan UNP tahun lalu. Namun, apresiasi yang didapatkan dari pihak kampus tidak begitu memuaskan. “Saat menang MTQ dan menjadi Mapres UNP, saya hanya dapat piagam,” jelas Ciptro, Minggu (12/2) Ketika ditanya perihal perbedaan apresiasi

yang diterima oleh mahasiswa berprestasi UNP, Kabag. Minat, Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan, Herman mengatakan ada aturan khusus yang mengatur jenis apresiasi yang akan diterima oleh mahasiswa berprestasi. Seperti aturan yang dituangkan dalam SK Rektor. “Kita akan dapat masalah jika tidak mengikuti prosedur,” ungkapnya, Kamis (16/2). Apabila ada mahasiswayangmengikutipertukaranmahasiswa atau perlombaan ke luar negeri, pihak kampus tidak bisa sepenuhnya membantu. “Kita hanya membantu sedikit karena keuangan juga terbatas,” katanya. Hal ini diperkuat Pembatu Rektor II UNP, Prof.Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed. Ia mengatakan tidak semua prestasi mahasiswa bisa diapresiasi. Ketika mahasiswa menang lomba harus dilihat dulu apakah perlombaan itu diagendakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) atau tidak. “Perlombaan yang masuk dalam agenda Dikti seperti olimpiade sains dan pekan kreativitas mahasiswa,” jelasnya, Sabtu, (18/2). Laporan: Winda, Via, Duni, Azizah.

Komunitas English Debate Club (Edec) kini mampu menghidupkan kembali komunitas debat Bahasa Inggris di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris yang sempat mati suri. Wilda Hidayati bersama lima orang rekannya; Salam Mairi, Nurul Huda, Ronni Nanda Putra, Dia Anggraini, Deni dan Setiawan menggagas Edec pada 2009 yang berawal dari kesamaan hobi bidang debat dan alumni English Debate dalam kelas Spoken English Activity (SEA). Kegiatan rutin Edec dilaksanakan dua kali seminggu, setiap Rabu dan Kamis sore. Di sana, anggota Edec yang saat ini berjumlah 70an mahasiswa mengasah kemampuan berpikir kritis dengan membahas dan berbagi tentang isu-isu Global. Hal ini mengajarkan kepada mereka tentang segala sesuatu dari dua sisi yang berbeda dan belajar bekerja dalam kelompok. “Juga memiliki teman baru,” kata Wilda, Rabu (22/2). Berkat ketekunan dan kerja keras anggota, Edec berhasil unjuk gigi dalam berbagai perlombaan debat baik dalam negeri maupun Internasional. Selama dua tahun ini, Edec pernah dua kali ke luar negeri untuk mengikuti lomba debat, seperti ke Malaysia dan Filipina. Sedangkan di dalam negeri, Edec pernah menjadi runner up pada acara EFL NUEDC 2010 di Yogyakarta serta best speaker ROXED2011 di Universitas Andalas. Sedangkan untuk luar negeri, Edec pernah ikut lomba debat ke Malaysia. Akhir desember tahun lalu, Edec berhasil mengirim anggotanya ikut dalam perlombaan debat World Universities Debating Championship (WUDC) di Manila, Filiphina. Saat itu, Wilda, Nurul dan Roni yang berkesempatan ikut. Ia mengaku pihak kampus membantu pembiayaan ke Filiphina untuk biaya transportasi dan uang saku. “Kita dibantu pendanaan sekitar 47 % dari total biaya yang diperlukan,” jelasnya. Lebih lanjut, meminta bantuan ke pihak kampus harus mengikuti prosedur yang ada. Pihak kampus akan memberikan bantuan jika pihak penyelenggara acara mengundang kampus secara resmi dan undangannya langsung diberikan kepada Rektor.

Anggota Komunitas Debat Edec Roni Nanda Putra.

Wadah dan Apresiasi itu Perlu Berprestasi bukan sesuatu yang mudah. Apalagi bila prestasi itu didapatkan oleh mahasiswa mengingat mahasiswa juga harus dihadapkan dengan tugas kuliah yang banyak. Manajemen waktu

yang layak untuk menampung itu semua. Lantas, bagaimana seharusnya pihak kampus merangsang mahasiswanya untuk berprestasi dan apresiasi seperti apa yang seharusnya diberikan untuk mahasiswa berprestasi? Berikut hasil wawancara Winda Yevita Dewi dengan Roni Nanda Putra, Mahasiswa FMIPA, Anggota Komunitas Debat Edec dan pernah mengikuti lomba debat ke Filipina (2011), Senin (30/1) . Bagaimana kriteria mahasiswa berprestasi? Sebenarnya banyak parameter yang bisa digunakan untuk mengatakan mahasiswa itu berprestasi. Mahasiswa berprestasi tidak harus menang ini dan menang itu. Saya pikir, aktivis kampus juga mahasiswa berprestasi. Ia harus pintar mengatur waktu antara organisasi dan kuliah. Saya juga apresiatif dengan aktivis di luar kampus seperti menjadi coach atau mereka yang mempunyai pekerjaan sampingan.

adalah kuncinya. Siapa yang tidak kecewa ketika dirinya merasa memiliki talent yang bisa menjadi cikal bakal prestasi, ternyata tidak ada wadah

Apa saja upaya yang anda lakukan untuk menggapai prestasi tersebut? Saya mengawalinya dengan motivasi, baik akademik maupun non akademik. Lalu kerja keras, ketekunan dan disiplin waktu. Jika tidak ada motivasi, kerja keras dan disiplin waktu, tentu tidak akan mendapatkan apa-apa. Saya

melihat, banyak mereka gagal yang tidak tekun. Akibatnya, tanpa berpikir panjang cepat saja beralih ke bidang lain. Padahal, saya pikir tekun itu adalah kunci sukses. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan keberhasilan, maka akan banyak mendapatkan kegagalan terlebih dahulu. Bak kata orang bijak, keberhasilan adalah setitik dari setumpuk kegagalan. Apa saja kendala yang anda hadapi untuk berprestasi di kampus ini? Salah satunya, finansial. Saya beruntung, di FMIPA dosennya bisa dikatakan pengertian dan tidak berpikiran sempit. Mereka mendukung kemajuan mahasiswa. Tetapi jika dilihat kepada fakultas lain, ada mahasiswa yang tidak bisa mengikuti kompetisi hanya gara-gara masalah absen dengan dosennya saja. UNP harus mensosialisasikan lagi kepada tenaga pendidik supaya berpikiran luas demi kemajuan mahasiswanya. Selain itu kendala dalam hal birokrasi. Hal ini terlihat di saat kami berencana mendirikan UKM di bidang debat. Dibutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk dapat merealisasikannya. Kita harus mempunyai event selama 2 tahun dan mempunyai andil bagi universitas, serta banyak lagi yang harus dipertimbangkan untuk membentuk suatu UKM.

Menurut anda, apa saja yang perlu dipersiapkan pihak kampus untuk melahirkan mahasis wa berprestasi? Kampus harus menyediakan wadah sesuai dengan bidangnya. Kampus masih sedikit menyediakan wadah untuk mahasiswa agar bisa berprestasi. Debat Bahasa Inggris saja misalnya, dilaksanakan secara swadaya. Walaupun kami tidak menapikkan ada beberapa dari dosen yang care dengan Bahasa Inggris. Justru yang menyedihkan, dosen yang berasal dari bahasa Inggris sendiri tidak peduli. Selain itu, apresiasi dari kampus masih kurang. Menurut anda, dari fasilitas atau upaya yang sudah dilakukan , apa saja yang perlu diperbaiki pihak kampus kedepannya? Salah satunya adalah beasiswa. Atau mungkin bagi mahasiswa yang IPK nya tinggi, nantinya bisa menjadi tenaga pendidik di UNP sendiri. Selain itu, diharapkan kampus bisa lebih mendukung mahasiswanya untuk berprestasi. Hal ini dikarenakan dari fakta yang ada, kampus hanya mendukung debat yang hanya diadakan oleh Dikti saja yaitu English The Beijing Championship. UNP ketinggalan untuk mengikuti event-event di luar karena kurangnya dukungan tadi.


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

11

Laporan Khusus

Menyandingkan Kendala dengan Upaya Oleh: Meri Maryati

Untuk berprestasi, mahasiswa UNP masih harus berhadapan dengan keterbatasan sarana dan prasarana. Meskipun telah menggapai beberapa prestasi, Robi merasa masih ada kekurangan yang dimiliki kampus untuk membantu mahasiswa mengembangkan bakatnya. Ia mencontohkan, di FBS ada wadah untuk meng-upgrade kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa, sedangkan di FMIPA belum ada. Mahasiswa berprestasi UNP tahun 2008 ini juga mengatakan wadah pengembangan pengetahuan Informasi dan Teknologi (IT) juga diperlukan oleh mahasiswa. “Kita belum memiliki tutor untuk mengajar IT,” katanya, Minggu (29/1). Selain itu, Robi menambahkan, organisasi kemahasiswaan UNP perlu memiliki link yang luas hingga tingkat Internasional. “Kalau di UNP, paling cuma sebatas BEM,”jelasnya. Di tempat terpisah Mahasiswa Berprestasi 2011, Ciptro juga mengungkapkan hal yang berbeda. Ia beranggapan fasilitas yang disediakan kampus sudah cukup bagus. kadang kebanyakan mahasiswa cenderung acuh tak acuh dengan fasilitas tersebut. Hanya saja, Ciptro menyesalkan sikap kampus terhadap para alumni mahasiswa berprestasi UNP. Ia mengatakan tidak adanya tindak lanjut dari pihak kampus. “Seharusnya kami diberi suatu wadah untuk mengarahkan potensi ini, namun kenyataannya sekarang adalah kami tidak memiliki arahan yang jelas mau kemana,” ungkapnya, Kamis (2/2). AldilaRahayu,MahasiswajurusanPendidikan Fisika TM 2010, mengkritisi tentang kurangnya perhatian dosen kepada mahasiswa seperti ketika

Lain Kampus, Lain Strategi Pembantu Rektor III Unand, Prof. Dr. Novesar Jamarun mengatakan ketika awal perkuliahan, mahasiswa baru dibekali kegiatan pengembangan bakat untuk berprestasi, seperti: mengadakan ESQ training, Bakti Mahasiswa dan Bina Bakat MahasiswadanKepemimpinan.“Kamijuga menyarankan mahasiswa untuk melatih SQ, IQ dan EQ mereka,” ujarnya, Kamis (9/2). Tidak hanya itu, berbagai pelatihan dan pembinaan diberikan jurusan atau fakultas kepada mahasiswa yang akan mengikuti perlombaan. Untuk mahasiswa yang telah berprestasi, lanjut Novesar, pihak kampus berusaha selalu memberikan apresiasi walaupun prestasi mahasiswa tidak mewakili universitas secara langsung, seperti pertukaran mahasiswa ke luar negeri. “Besarnya bantuan disesuaikan dengan negara tujuan,” katanya. Tapi, Novesar tidak menampikkan usaha yang dilakukan pihak kampus belum maksimal terkait perhatian kepada mahasiswa yang berprestasi. Hal ini salahsatunya disebabkan karena belum adanya dana khusus untuk itu. “Tapi, kampus akan berusaha membantu mahasiswa semampunya,” tambahnya. Adanya perhatian kepada mahasiswa untuk pengembangan prestasi ini diakui Heldessasnur, mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi TM 2009. Ia mengatakan mahasiswa berprestasi di Unand dimanjamanja. “Bisa dikatatan tidak ada kendala yang begitu berarti,” jelasnya, Jumat (27/ 1). Ia menambahkan, jika terkendala dana dari universitas maka pihak fakultas sangat terbuka dan bersedia membantu.

mengikuti perlombaan. Hal tersebut ia rasakan ketika mengikuti perlombaan Sains Nasional cabang fisika. “Tidak ada perhatian dosen untuk membimbing mahasiswa ketika hendak mengikuti lomba tersebut”, ungkapnya, Jumat, (31/2). Terkait hal tersebut, Pembantu Rektor II, Prof. Dr. Niswardi Jalinus, M.Ed., ikut berkomentar. Ia tidak menapikkan perihal upaya yang dilakukan UNP belum maksimal dalam hal penyediaanfasilitasuntukmenciptakanmahasiswa berprestasi. Hal ini disebabkan upaya perbaikan di segala bidang masih sedang dilakukan hingga 2015 mendatang. Mulai dari perencanaan pembangunan tujuh gedung fakultas baru yang akan dilaksanakan pada 2013 berkat kerjasama dengan Islamic Development Bank. Selain itu, pihak kampus telah menghabiskan dana sebesar Rp.2.4 miliar untuk menambah perluasan bandwith jaringan internet di UNP mencapai 100 megabyte. Sementara Unand baru 60 megabyte. Bertambahnya kapasitas bandwith ini dapat digunakan mahasiswa untuk mengakses internet hampir di setiap sudut kampus. “Internet kan juga salah satu fasilitas untuk menciptakan mahasiswa berprestasi,” katanya, Sabtu (18/2). Sedangkan dari segi fasilitas perkuliahan, Niswardi menambahkan, UNP tetap melakukan perbaikan dan pembangunan. “Seperti gedung Micro teaching yang saat ini sudah dapat digunakan,” ujarnya. Gedung yang terdiri dari 36 lokal juga dilengkapi dengan pendingin untuk masing-masing lokal. Pendingin ruangan juga sudah dipasang di beberapa ruang belajar Fakultas Teknik. Kondisi tersebut jauh lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan kelas perkuliahan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Bahasa dan Seni. “Di fakultas tersebut masih diperlukan upaya perbaikan dengan segera,” katanya. Niswardi juga menjelaskan tentang perbaikan laboratorium yang ada di FMIPA yang rusak akibat gempa besar 2009 lalu. “Kami sedang berusaha melengkapi peralatan yang diperlukan,” tegasnya. Meskipun telat, kata Niswardi, tetapi

Student Exchange: Salah satu mahasiswa berprestasi dari FMIPA U N P, Ro b i Jaya Putra (duduk) ketika di Xianmen U n i v e r s i ty, China, dalam rangka pertukaran pelajar program AISEC, 28 Februari 2011. f/dok. pribadi

pihak kampus akan mengupayakan peningkatan kualitas laboratorium yang ada di UNP. Disamping itu, kualitas tenaga pengajar juga perlu ditingkatkan. Saat ini baru sekitar tiga ratus dosen yang sudah mengambil Strata dua (S2) dan Strata tiga (S3). “ Sedangkan sekitar 154 orang lagi belum mengambil S2”, jelasnya. Sebagian dari mereka beralasan tidak berminat lagi untuk melanjutkan S2 berhubung umur yang sudah tua. Selain itu, masih menurut Niswardi, mahasiswa yang memiliki minat dan bakat dalam bidang tertentu, dapat mulai memberdayakannya

melalui krida yang dilaksanakan di tiap fakultas tiap tahunnya. Kemudian, di UNP juga tersedia UK-UK yang bisa menampung minat dan bakat mahasiswa. “UKM diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya secara kontinyu,” katanya. Hal ini disebabkan karena paradigma study oriented mahasiswa yang membuat mereka jarang mengembangkan kemampuan di bidang lain. Niswardi juga berpesan kepada mahasiswa agar dapat menyeimbangkan waktu antara berkuliah dan berorganisasi agar keduanya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Laporan: Winda, Anshar, Tilla. Pakar Pendidikan Prof. Dr. Eri Barlian, MS

Memang ada Perbedaan Apresiasi Lima atau sepuluh tahun mendatang, masa depan Indonesia ditentukan oleh kualitas generasi yang ada sekarang. Pemasok terbesar untuk menghasilkan generasi berkualitas adalah mahasiswa. Mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa yang berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Bagaimana upaya kampus dalam menghadapi hal tersebut untukmenghasilkanmahasiswaberprestasi?Simak hasil wawancara reporter Fitria Ridha Nengsih dan Astuni Rahayu dengan Pakar Pendidikan Prof.Dr.Eri Barlian, MS, Senin (27/1). Saat ini, apakah jumlah mahasiswa berprestasi sudah sebanding dengan mahasiswaUNP? Saya rasa belum. Kita bisa melihat ketika ada

ajang di luar kampus maka tidak banyak mahasiswa UNP yang muncul atau ikut serta di dalam ajang tersebut. Hal ini tidak sebanding jika dilihat dari jumlah input atau mahasiswa yang masuk di UNP sendiri. Jumlah mahasiswa UNP sudah bisa dikatakan setara dengan jumlah mahasiswa di universitas-universitas terkemuka di Indonesia, yaitu sekitar 30.000 mahasiswa. Apakah upaya yang telah dilakukan pihak kampus sudah bisa dikatakan maksimal? Saya menilai belum. Fakta mengatakan, fasilitas seperti ruang atau wadah mahasiswa untuk berprestasi masih terbatas, seperti wadah untuk mahasiswa belajar berorganisasi. Sebagai perbandingan saja, di Unand misalnya. Di sana sudah ada sebuah gedung khusus bagi mahasiswa untuk berorganisasi dengan fasilitas yang cukup. Alhasil, mereka bisa mengembangkan bakat dan minatnya sehingga bisa menghasilkan prestasi baik bagi dirinya maupun untuk kampusnya sendiri. Apa saja yang perlu dipersiapkan pihak kampus untuk melahirkan mahasiswa berprestasi? Selain ketersediaan fasilitas yang memadai juga diharapkan sumbangsih pemimpin untuk mengarahkan mahasiswa agar bisa beraktifitas dengan lancar. Lagi-lagi, di Unand memiliki sebuah ajang pemilihan mahasiswa berprestasi dari berbagai macam keterampilan dan pengetahuan umum. Mereka diseleksi mulai dari tingkat fakultas, dan acara ini

diadakan setiap tahun. Apresiasi yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi bisa berupa pemberian beasiswa serta dijadikan sebagai duta mahasiswa. Hal ini tentulah akan memacu semangat mahasiswa untuk dapat berprestasi. Bagaimana seharusnya pihak kampus mengapresiasi mahasiswa berprestasi? Apakah perlu anggaran khusus? Membantu secara materi bagi mahasiswa yang mengikuti ajang diluar kampus yang akan membawa harum nama kampus. Sebenarnya, pos anggaran untuk mahasiswa berprestasi sudah ada, namun tidak termanfaatkan dengan baik. Apakah perlu dibedakan apresiasi yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi baik mewakili UNP secara langsung maupun tidak langsung? Pertama kita lihat dulu apa jenis prestasinya. Kalau ia secara langsung mewakili UNP maka perlu kita apresiasi karena memberikan dampak yang langsung bagi nama baik UNP sendiri. Sedangkan kalau ia secara tidak langsung mewakili UNP, maka kita tidak bisa memberikan apresiasi. Hal ini dikarenakan sudah ada aturan tentang itu dan statusnya sebagai mahasiswa hanya kebetulan saja. Kemudian, apabila seorang mahasiswa mengukir prestasi walaupun di tingkat regional, saya rasa juga perlu diberi apresiasi seperti pembebasan SPP. Hal ini dikarenakan apapun tingkat prestasi yang diperoleh baik Regional, Nasional maupun Internasional, yang jelas sama-sama membutuhkan usaha untuk menggapainya. Mengingat saat ini, kita baru bisa memberikan penghargaan di tingkat Nasional dan Internasional saja.


Meri Maryati, “Jika tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka bersiaplah menanggung pahitnya kebodohan.” Gadis kelahiran 3 Februari 1991 ini mencoba untuk melakukan rutinitas sehari-harinya berbekalkan semangat yang ia sedot dari sepenggal kalimat tersebut. Walaupun sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menempa ilmu di Jurusan Kimia TM 2009, ia tetap saja memiliki waktu untuk meng-upgrade diri melalui organisasi yang dipilihnya yaitu Ganto. Berbekal keinginan untuk terus belajar dan memperbaiki diri itu, lantas ia dipercaya menjadi Redaktur Pelaksana Ganto setahun ke depan.

Aai Syafitri, sekilas kelihatan boyish dan sulit didekati. Namun, jika sudah dekat dengannya baru terasa sisi feminimnya. Kerja kerasnya dalam mencari dan menyelesaikan berita membuat Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2009 ini dipercaya sebagai Redaktur Berita SKK Ganto periode 2012. Demi keprofesionalan, jangan heran bila ada reporter yang stress ketika datang ke Ganto karena ditagih berita oleh gadis pecinta Detective Conan ini.

Rahmi Jaerman, mengaku hanya mahasiswa biasa ketika belum bergabung dengan SKK Ganto. Tantangan yang disuguhkan Ganto menjadikan mahasiswi Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2010 ini merasa berbeda dengan yang lainnya. Berbekal semangat dan kemauan tinggi membawa gadis kelahiran Padang, 2 Januari 1992 ini belajar segala hal di Ganto. Dengan motto hidup “Berteman dengan siapa saja” membuat Ami dipercaya sebagai Staf Penelitian dan Pengembangan SKK Ganto Periode 2012.

Anshar Firman Haryadi menganggap browsing dan design bukan lagi sebagai sekadar hobi, tapi sudah menjadi kebiasaan, pekerjaan dan teman. Bahkan, bila sudah di depan komputer, ia sampai lupa waktu. Untuk itu, ia sekarang ditunjuk sebagai Redaktur Artistik dan Online SKK Ganto. Biasa dipanggil Anshar, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Informatika TM 2010 ini terbilang cukup pendiam tetapi serius dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya. “Lakukan yang diinginkan, dan rasakan apa yang orang inginkan,” itulah yang menjadi dasar dari setiap kegiatannya.

Dila Monisa, mempunyai kedisiplinan dan ketangguhan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kepadanya. Tak banyak bicara, namun Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi TM 2008 ini mampu mendapatkan informasi dari narasumber dengan baik. Untuk satu tahun ke depan, Dila akan mempertanggungjawabkan laporan SKK Ganto setiap edisinya sebagai Redaktur Pelaksana.

Faeza Rezi S, “Lakukan yang terbaik dengan ikhlas dan sungguh-sungguh niscaya Tuhan tidak akan melepaskan keberhasilan dari kita”. Selain menjadi seorang jurnalis di SKK Ganto, Faeza juga dituntut memberikankeceriaanpada wajah Ganto setiap edisinya. Berposisi sebagai Layouter, mahasiswa Jurusan Kurikulun dan Teknologi Pendidikan TM 2010 ini dikenal bertanggung jawab terhadap tugas yang diembankan padanya. “Selagi saya mampu, akan saya lakukan dengan sebaik-baiknya,” itulah kata-kata yang selalu diyakininya.

Elvia Mawarni, setelah diterima sebagai kru, ia menambah kata-kata penyemangat dalam hidupnya. “Jangan pernah tanyakan apa yang Ganto berikan untuk Anda, tapi tanyakan apa yang bisa Anda berikan untuk Ganto,”. Mahasiswa tahun ketiga Jurusan Kimia ini hobi bermain kata-kata dalam tulisan. Menulis puisi adalah salah satu keahliannya. Via akhirnya diembankan sebuah tanggung jawab sebagai Redaktur Bahasa, Sastra dan Budaya SKK Ganto.

Fitria Ridhaningsih, boleh dibilang adalah kru yang paling tidak banyak bicara di antara kru Ganto lainnya. Namun ketika sudah mengenalnya lebih dekat, ia bisa juga diajak bicara dan ceria. Sebagai Bendahara Umum Ganto, Ia termasuk murah hati. Mahasiswa Ekonomi Pembangunan TM 2008 ini hanya tak ingin kinerja Ganto terganggu gara-gara sulitnya dana yang diturunkan dari Bendum. Ambisinya cuma satu dan simple, Semoga menjadi orang sukses. Amin.

Azizah Pratiwi, bercita-cita menjadi seorang penulis sukses yang bermanfaat dan juga berprofesi sebagai Dosen. SKK Ganto dijadikan sebagai pelabuhan untuk mewujudkan obsesinya itu. Gadis jilbaber ini akan menjabat sebagai Reporter untuk satu periode ke depan. “Insya Allah, tidak ada yang tidak mungkin,” prinsip yang selalu dipercaya oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2010 ini.

Jefri Rajif, bertanggung jawab atas seluruh foto yang terdapat dalam SKK Ganto, membuatnya harus ulet sebagai Fotografer dalam menentukan foto yang layak muat. Jefri, begitu ia biasa dipanggil, lahir di Baso, 06 Januari, 20 tahun yang lalu. Berusaha selalu memberikan yang terbaik kepada Ganto dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. “It’s not how life treat you, but it’s how you treat a life,” menjadi kalimat inspiratif baginya.


Astuni Rahayu, gadis yang ulet dan mau bekerja keras dalam setiap liputan yang ia emban membuatnya terus berusaha untuk menjalani semuanya dengan sebaik mungkin. “Selalu ingin tahu adalah kuncinya,” Itulah kata yang melecut semangat Mahasiswa Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan TM 2010 ini. Tuni tumbuh menjadi gadis yang selalu ingin tahu dan berusaha menggapai apa yang diinginkan. Kini, ia diamanahkan jabatan Reporter. Sebab itu, membuat berita adalah obsesi terbesarnya di setiap edisi Ganto.

Assalamualaikum, Wr.Wb Hari ini adalah lanjutan dari masa lalu. Setiap masa lalu selalu meninggalkan pesan yang harus disampaikan ke generasi mendatang. Kini, tibalah masa bagi kami meneruskan perjuangan pengurus Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto UNP periode lalu untuk tetap menjadi penerus suara mahasiswa kepada pembuat kebijakan kampus. Kami bukanlah apa-apa tanpa mahasiswa dan pembaca. Maka, melalui kesempatan ini, ijinkan kami memperkenalkan awak-awak baru kapal kecil yang akan berlayar selama satu tahun ke depan.

Diana Besni, Pemenang adalah orang yang bertahan, kata motivasi inilah yang selalu dipegang mahasiswa Teknologi Pendidikan TM 2008. Kepengurusan tahun 2012 ini Ibes begitu ia akrab disapa, dipercaya menjadi Pemimpin Umum SKK Ganto. Amanah besar yang dititipkan padanya membuatnya terus belajar untuk menjadi pemimpin yang siap menjadi pelayan.

Hasduni, berpenampilan apa adanya dan pantang menyerah merupakan karakter khas mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2010 ini. Pemuda yang lahir di Muba (Sumsel) 10 Juni 1992 lalu ini akrab dipanggil Duni. Sampai atau tidaknya Ganto di tangan pembaca merupakan tanggung jawab yang harus diemban seorang Sirkulasi dan Percetakan ini. Berprinsip “Lebih baik mati dari pada tidak berusaha,” merupakan pegangan Duni dalam kesehariannya.

Ismeirita merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap surat menyurat yang keluar-masuk di SKK Ganto sebab sekarang ia diembankan amanah sebagai Sekretaris Ganto selama satu tahun ke depan. Baginya selain berkuliah di Jurusan Pendidikan Ekonomi, juga harus mengimbanginya dengan organisasi. “Tak ada kesuksesan tanpa pengorbanan” itulah motto hidupnya. Aktif menulis dan mencari berita tetap menjadi kewajibannya, namun tak terlewatkan juga waktunya untuk terus tertawa dan tetap ceria.

Mardho Tilla, “Tuhan terkadang mengizinkan seseorang berbuat salah agar ia sadar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama”, sebuah kalimat sederhana yang mampu memotivasi Tilla. Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2010 ini kini menjabat sebagai Pemimpin Usaha di SKK Ganto periode 2012. Bermodal semangat dan keyakinan bahwa tidak ada yang tak mungkin, Tilla terus berusaha memproses ketatausahaan Ganto demi kesejahteraan anggota. Moody dan tergila-gila pada cerita fantasi seperti One Piece merupakan karakter utama seorang Tilla.

Siti Nurasyiyah, memiliki motto yang menjadikannya tetap optimis dan semangat dalam beraktivitas. “Memulai dengan apa yang ada, karena dengan apa yang ada saya siap memulai”. Kegigihan mencari dan mendekati narasumber, kini ia dipercaya sebagai Reporter Ganto. Menurut Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2010 ini, kesuksesan yang sejati adalah bangkit dari kegagalan.

Ariyanti, selalu berusaha mengoptimalkan waktu untuk kuliah dan organisasi. Mahasiswa Ilmu Sosial Politik TM 2010 ini dipercaya sebagai Redaktur Tulisan. Bagi Rian, menulis adalah usaha untuk mengabadi-kan diri. Dengan menulis, ia berusaha bertindak persuasif orang lain ke arah yang lebih baik. Menurutnya, tidak ada yang lebih buruk dari pura-pura baik dan segala jenis kepura-puraan lainnya. Satu prinsip yang ia pegang, “Lebih baik dibenci, tapi menjadi diri sendiri daripada disuka tapi menjadi orang lain”.

DediSupendra,sempatmengundurkandiriketikapertama kali mendaftar di SKK Ganto. Namun tahun berikutnya, lelaki kelahiran Pekanbaru, 22 tahun lalu ini kembali membulatkan tekad untuk kembali bergabung. Semangat juangnya yang tinggi, jiwa kompetitif, dan keteguhan hati menghantarnya menjadi salah seorang kru dan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Periode 2012. “Selain menjadi Tuhan, kita bisa menjadi apapun yang kita mau,” Kata mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan TM 2008 ini.

Winda Yevita Dewi, senang bertemu dan mencari sesuatu hal yang baru mengantarkan mahasiswa Jurusan Kimia TM 2010 menjadi salah seorang yang paling dicari-cari di Ganto.”Tak ada logika tanpa logistik” itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Bagian iklan. Lets’be brave to make dream be come true in your live satu kalimat yang membuat ku tetap bertahan di dunia kampus ini. Dwi Utari Kusuma, tetap bersiteguh-diri untuk bertahan di Ganto di tahun keduanya meskipun memiliki jadwal kuliah yang sangat padat. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika ini selalu tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi di Ganto membuat ia dipercaya sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan periode 2012. Tekadnya adalah menyebarkan semangat kepada semua orang yang berada di dekatnya.

Wezia Prima Zolla, percaya hal-hal besar harus diawali dengan hal-hal kecil. Begitu juga ketika ia melakoni tanggung-jawabnya sebagai Bagian Kesekretariatan dan Perlengkapan. Dalam sebuah organisasi, kerapian dan kebersihan sekreatariat juga akan menentukan kinerja anggotanya. Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara TM 2010 ini berprinsip “Jika ingin mewujudkan mimpi, maka bangunlah mimpi itu,”


14

Artikel Agama

Konsultasi Agama Jika Anda mengalami masalah keagamaan, silahkan manfaatkan Jika Anda masalah agama, silahkan manfaatkan rubrik rubrik ini. mengalami Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. dengan identitas.

Mindset Dzikir dan Ibadah Oleh Priondono

Diasuh oleh:

Dr. Ahmad Kosasih,M.A.

Menikah Beda Agama Assalamualaikum, wr.wb. Terima kasih kepada Ganto yang telah memuat surat saya ini. Saya mempunyai seorang teman. Ia mengaku pernah mencintai laki-laki, teman sekolahnya dulu, yang beda agama dengannya. Sampai sekarangpun ia mengatakan sangat sulit untuk melupakan laki-laki itu. Hal yang ingin saya tanyakan adalah apa yang harus dilakukan teman saya itu? Ia sebenarnya paham bahwa dalam Islam, menikah dengan orang beda agama itu haram. Namun dibalik itu semua, bukankah cinta datangnya dari Allah? Lalu saya juga pernah mendengar, jika yang berbeda agama adalah calon istri sementara suami Islam, pernikahan boleh dilakukan. Jadi bagaimana sebenarnya? Jika memang dibolehkan, seperti apa pernikahannya? Sekian dari saya, terima kasih Aisya, Mahasiswa FBS TM 2009 Waalaikumsalam, wr.wb. Ananda Aisya, pertama yang ingin saya garisbawahi di sini adalah kepahaman teman ananda tentang haramnya menikah dengan orang yang berbeda agama. Itu merupakan modal utama baginya untuk keluar dari dilema yang sedang dihadapinya sebagaimana yang diungkapkan di atas. Menikahi orang musyrik, baik musyrik itu dipihak laki-laki maupun perempuan jelas diharamkan oleh Islam. Berdasarkan firman Allah: “Dan janganlah kamu nikahi wanitawanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik walau dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan laki-laki musyrik (dengan wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebik baik dari laki-laki musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke syurga dan ampunan dengan izin-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran” (Q.S. Al-Baqarah:221). Nah, bila teman ananda tersebut sudah memahami hal itu, tinggal lagi usaha untuk menghindar dari teman lelaki yang beda agama tersebut sehingga keinginan untuk menikah dengannya dapat diredam. Benar bahwa yang menanamkan rasa cinta kepada manusia adalah Allah, tapi bukan berarti Dia mengizinkan kita untuk menikah dengan orang yang tidak seiman (seagama). Ramburambunya sudah cukup jelas seperti yang dikemukakan di atas. Usaha yang dimaksud misalnya: (1) Kurangi berkomunikasi dengan dia, (2) Berusaha mengalihkn perhatian kepada yang lain (3) Sedapat mungkin jangan layani “sms” nya atau panggilan telepon yang mengarah kepada perasaan mencintai atau kalimat-kalimat “curhat”. Memang ada pendapat ulama tentang bolehnya seorang Muslim menikahi perempuan Ahli Kitab, dan yang dimaksud kaum Ahli Kitab di sini adalah golongan Yahudi dan Nasrani. Hal ini didasarkan atas firman Allah dalam Surat Al-Maidah: 5 yang cuplikannya sebagai berikut: “….makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu dan makanan kamu halal bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita Ahli Kitab yang menjaga kehormatan, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak pula menjadikannya gundik…”. Cara pernikahannya tentu menurut cara-cara Islam dan walinya adalah Wali Hakim. Sehubungan dengan hal ini Mufassir Ahmad Musthafa alMaraghi mengemukakan hikmahnya antara lain untuk memperlihatkan keindahan pergaulan (mu’amalah) Islam serta kemudahan yang diberikan oleh syari’at. Namun, si laki-laki (sang suami) harus mampu memimpin istrinya sehingga dia dapat melindungi dan menguasainya. Jadi, pergaulan yang indah itu dapat menjadi bukti bahwa agama Islam mampu menarik garis moderat dalam pergaulan serta toleransi di antara pasangan yang berbeda agama (Tafsir Al-Maraghi, Jld.I, Beirut: Darul Fikri, hlm.211). Sementara itu, Buya Hamka berkomentar bahwa kebolehan itu dipandang sebagai sebuah keringanan yang diberikan Islam, sebab perempuan Ahli Kitab itu ada titik pertama pokok dasar dengan laki-laki Islam, ajaran asli agama mereka mengakui Tuhan Yang Satu (Allah). Namun pada bagian lain beliau berkomentar pula, “Perkawinan campuran yang kita dapati di zaman sekarang hanyalah karena bebasnya pegaulan, memperturutkan rayuan cinta asmara, yang berakhir dengan kocar kacirnya agama kedua belah pihak, dan munculnya anak-anak mereka yang tidak menentu lagi agamanya” (Tafsir Al-Azhar Juz II, hlm. 212). Camkanlah! Wallahu a’lam.

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

(Mahasiswa Pendidikan Sejarah TM 2007 FIS UNP)

Dalam novel Negeri Lima Menara (2009) karya A. Fuadi terdapat sepotong adegan yang menarik bagi penulis dan mungkin merupakan salah satu pesan yang hendak disampaikan si pengarang kepada pembaca. Keputusan Alif memilih pesantren di Pulau Jawa sebagai ‘pelarian’ sebab tak dapat bersekolah di SMA mengantarkannya pada sebuah pemahaman yang berbeda. Awalnya, Alif terikat pada mindset bahwa Pesantren adalah sebuah kungkungan kreatifitas yang penuh dengan peraturan-peraturan agama yang mengikat dan katrok. Hari-harinya akan dihabiskan dengan hafalan ayat-ayat sepanjang waktu. Namun, betapa Alif sangat terkejut sesaat setelah ia tiba di Gontor melihat ‘kecanggihan’ pelayanan yang diberikan pesantren. Ia semakin ‘geleng-geleng kepala’ ketika telah benar-benar merasakan kehidupan di dalam pesantren. Keadaan ini pula yang akhirnya membuka mata Alif, bahwa pesantren bisa juga berskala modern dengan berbagai fasilitas yang tak kalah dari hebat dari sekolah umum. Tidak hanya secara teori, pesantren yang ia masuki dengan setengah hati itu, bahkan juga menyediakan sarana pengembangan keterampilan semisal olahraga, diskusi, kesenian, dan perlombaan. Saat itu muncul pertanyaan dari Alif, ayahnya dan oleh si penulis sendiri. Bagaimana pengajaran agama di pesantren ini? A. Fuadi lantas menjawabnya dalam novel tersebut. Pendidikan agama terletak di hati dan dijalankan dengan ridha Allah SWT. Pendidikan agama tidak hanya dengan sekedar berdiam atau melakukan aktivitas taqarub di tempat ibadah saja. Namun agama juga bisa diwujudkan dalam aktivitas keseharian. Setidaknya potongan adegan cerita dalam novel ini mencoba menjawab dan mempertajam kepercayaan bahwa agama memang berfungsi sebagai oksigen yang urgen demi kelangsungan hidup secara utuh. Keberadaan agama tidak hanya terbatas dengan tempat tertentu dalam menjalankannya, namun juga dalam kehidupan yang luas. Dalam kehidupan sehari-hari petikan kata-kata dzikir dan ibadah seolah menjadi sebuah sekat yang hidup-tumbuh-bersemi dalam pikiran di kalangan awam. Sekat itu berupa mindset bahwa ibadah hanya berpahala bila diaplikasikan dengan dudukdiam di masjid dan dzikir hanya dengan kalimat-kalimat Alqur’an. Pemikiran itu pun semakin mengungkung diri dengan menyempitkan arti kata ibadah itu sendiri. Ibadah masih dianggap sebagai ritual shalat saja sedangkan dzikir dengan cara hanya melafazkan kalimat thayyibah. Pembatasan inilah yang akhirnya memberikan batasan kepada kehidupan saat ini bahwa ibadah dan dzikir hanya terbatas pada satu tempat saja. Dalam Q.S. Adzariyat:56, Allah SWT. Berfirman, “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembahku”. Firman Allah SWT. lainnya dalam Q.S. Al Baqarah:152 berbunyi, “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. bersyukurah kepada-Ku dan jangan ingkar kepada-Ku”. Dua firman Allah SWT di atas merupakan himbauan Sang Pencipta kepada para hamba-Nya dalam hal ibadah maupun dalam dzikir. Keduanya ternyata memiliki makna yang lebih luas daripada

pemahaman yang tampak saja. Memaknai konsep yang pertama tentang ibadah, seperti tertulis dalam surat Adzariyat di atas bahwa penciptaan mahluk di bumi ini adalah untuk menyembah kepada sang pencipta yakni Allah SWT. Kata-kata menyembah dalam artian yang lebih luas merupakan perbuatan ibadah sejak membuka mata hingga kembali tidur. Rentang waktu yang tak akan pernah lupa dicatat oleh kedua malaikat. Secara terminologi, ibadah itu sendiri terbagi atas tiga pokok utama, yaitu ibadah hati, ibadah secara lisan, dan ibadah anggota badan. Selain itu, tidak hanya Hablumminallah , Hablumminannas juga termasuk beribadah kepada Allah. Jika Ibadah hanya dikategorikan sebagai perbuatan di dalam mesjid dan shalat saja, tentu itu hanya baru memahami Ibadah dari satu sisi saja; Hablumminallah. Padahal, Hablumminannas juga diperlukan. Penulis teringat dengan sentilan ibadah seperti ini halnya karya Robohnya Surau Kami yang ditulis oleh sastrawan dari ranah Minang, A.A. Navis. Dalam

cerita ini AA Navis membuka sebuah paradigma berfikir dalam hal beribadah kepada Sang Pencipta. Ia mencoba memperumpamakan kehidupan orang yang taat beribadah dalam masjid, namun menelantarkan kewajiban duniawinya; si tokoh menelantarkan keluarga, dan hubungan sosialbermasyarakatnya. Bahkan, secara tidak langsung, ia tidak acuh mengurus diri sendiri. Ia menyerahkan semuanya kepada Allah. Ia seperti sudah hidup dalam menjalin hubungan dengan Allah, tapi memutuskan tali silaturahim dengan sesama manusia. A.A Navis dengan berani mengakhiri nasib tokoh di dalam neraka dan membangun sebuah ending yang menarik; pembicaraan si Ahli Ibadah dengan Tuhan sebab mempertanyakan kesalahan Tuhan karena telah memasukkan ia ke dalam neraka. Jawabannya ada pada hadits Nabi yang artinya, “Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim,” (HR. Bukhari dan Muslim). Di dalam cerita ini, jelas sekali memperlihatkan betapa sempitnya pikiran si Ahli Ibadah dalam memaknai Ibadah itu sendiri. Selanjutnya konsep dzikir dalam surat Al-Baqarah di atas. kata-kata dzikir mempunyai arti mengingat Allah SWT. Secara umum, dzikir biasa dilakukan melalui lafadz takbir, tahmid, tasbih dan

tahlil. Tak alain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, apakah pemaknaan dzikir menjadi sesempit itu? Rasanya tidak, dzikir adalah hati yang selalu terpaut dengan Tuhannya dan selalu merasa di dekat-Nya. Misalnya, mahasiswa yang tengah mengikuti ujian semester akan berusaha jujur dalam mengerjakan soal, juga bisa dikategorikan sebagai bentuk dzikir, sebab ia merasa Allah dekat dengannya dan malu kepada Allah bila melakukan kecurangan. Tidak hanya itu, dzikir kadang identik dengan keadaan duka dan murung. Bila sudah sedih dan kekurangan, baru manusia akan berdzikir kepada Allah. Seharusnya, dzikir dilakukan hampir di semua situasi dan waktu, dan dalam kegiatan apapun. Hal ini bisa memberi energi positif bagi kehidupan. Dalam pelaksanaan Ibadah, umat muslim mempunyai target yang mesti dicapai untuk bekal di akhirat, yaitu pahala yang cukup untuk melancarkan jalannya di jembatan sirathal mustakim menuju surga. Namun kadang, target inilah yang akhirnya membuat sebagian umat muslim takut untuk berimprovisasi macam-macam. Mereka cenderung menelan bulat-bulat sebuah pemaknaan tanpa mempelajari lebih lanjut, apakah maksud yang ingin disampaikan oleh Allah itu hanya berkisar dalam skala kecil atau bisa lebih luas. Pemahaman yang jelas akan menambah ruang bagi umat muslim untuk mengumpulkanpundi-pundi pahala sebanyak-banyaknya. Mereka tidak terkungkung pada sebuah ajaran yang sempit. Dzikir dan ibadah memang lazim dilakukan di tempat ibadah kerana di tempat etrsebut ia akan mendapatketenangansecara spiritual. Walaupun begitu, bukan berarti bahwa ketika keluar dari bilik tempat Ibadah ia akan pula kehilangan esensi untuk melakukan sebuah kegiatan yang mampu menghasilkan pahala. Artinya, tidak hanya di tempat Ibadah, dimanapun umat bisa saja beribadah asalkan dilakukan dengan etika dan pemahaman yang benar. Pemahaman ini pula yang akhirnya mampu membawa seorang muslim untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan di dunia dan akhirat tanpa ada yang terlupakan dan dirugikan. Amal untuk akhirat tersimpan, hidup di dunia juga nyaman. Konsep agama yang hidup dalam kehidupan manusia adalah sebuah pendekatan emo-spiritual. Dimana pendekatan emosi ini akan memberikan sebuah ketenangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Agama itu tidak statis, tetapi dinamis dengan batasanbatasan yang jelas sesuai dengan pedoman yang telah ditinggalkan Nabi SAW; Alquran dan Sunnah. Sebuah ajaran tidak bisa dimaknai sepotongpotong. Mereka saling berhubungan dan melengkapi. Begitu pula konsep Ibadah dan dzikir. Mereka tidak bisa diartikan dalam keadaan sebagaimana adanya. Tapi, perlu penelusuran mendalam agar tidak terjebak pada mindset ketaklidan. Taklid ini bisa menjadi salah satu penyebab manusia lupa untuk berusaha mendapatkan yang lebih baik. Mereka lupa bahwa bekal di dunia tidak hanya berdasarkan hubungan dengan Allah saja, tapi juga dengan manusia. Akhirnya, mereka menjadi orang yang terpinggirkan dalam kehidupan sosial dan merugi pula di hadapan Tuhan.


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

15

Artikel Politik

Politisi Bunglon dan Ideologi Partai Politik Oleh : Edi Saputra (Dosen PKn MKU FIS UNP)

Sejak Muhammad Nazaruddin diberhentikan sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), kabur ke Singapura, tertangkap di Kolombia oleh Interpol, dan terakhir jadi tersangka dan disidangkan pada kasus korupsi wisma atlet, pada masa-masa itulah M. Nazarruddin tak hentihentinya “bernyanyi�. Nyanyian itu menyeret para petinggi Partai Demokrat mulai dari para ketua sampai pada ketua umum Anas Urbaningrum. Hal ini membuat ketua pembina partai gerah dan sebagian pengamat politik mengatakan panik. Kasus hukum yang diduga melibatkan Nazaruddin dalam proyek wisma atlet Sea Games di Palembang sebenarnya bukan pertama kali dialami PD. Sebelumnya, Jhonny Allen Marbun, anggota DPR yang juga Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PD, diduga terlibat kasus suap dana stimulus fiskal Kementerian Perhubungan pada 2009, tetapi hingga kini tidak ada tindak lanjutnya. Jauh sebelum itu, Aziddin, anggota DPR dari Fraksi PD bahkan dipecat dari partai dan keanggotaan Dewan karena terlibat kasus calo katering haji pada 2006. Belum lagi kasus-kasus korupsi APBD yang diduga melibatkan kepala-kepala daerah asal PD. Kasus-kasus serupa sebenarnya tak hanya dialami parpol yang diprakarsai oleh Presiden Yudhoyono ini. Parpolparpol lain, ketika berkuasa atau menjadi bagian dari kekuasaan, juga sarat dengan kasus suap dan korupsi. Hanya saja persoalannya, tidak semua kasus hukum itu terungkap secara publik, baik karena “kecanggihan� parpol menutup aib mereka maupun lantaran kentalnya perselingkuhan antara parpol dan aparat penegak

hukum. Jika kita tinjau dari perspektif peranan ideology dalam partai politik, maka dapat dikatakan bahwa partai politik itu tidak memiliki ideology yang kuat dan mapan untuk diperjuangkan sehingga tidak mampu mengikat apa yang jadi tujuan partai. Ideology tidak hanya sekedar pengikat lahir dan batin antara para anggotanya, tetapi merupakan rohnya suatu partai poitik untuk mencapai suatu tujuan besar, bukan tujuan pribadi atau golongan yang sesaat (istilah sekarang pragmatis). Tidak adanya ideologi partai-partai politik sekarang ditunjukkan juga oleh adanya segelintir dari kaum intelektual yang dengan mudahnya berpindahpindahnya partai (dikenal dengan bunglon), yang tidak pernah terjadi pada masa lalu. Fenomena kutu loncat parpol yang dilakukan para elite dalam perpolitikan Indonesia telah membuat rakyat bosan untuk menyimaknya. Hanya karena tak mendapat jabatan tertentu, seorang politisi ngambek dan ujung-ujungnya pindah partai atau memilih membuat parpol baru yang tak ubahnya seperti bunglon berubah warna, pribadi, ideology dan mungkin bisa agamanya ditempat partai yang disinggahinya. Hal inilah yang menunjukkan longgarnya ikatan ideology dalam suatu partai politik. Meskipun sejumlah politisi bunglon tersebut membela diri, namun yang tampak di hadapan masyarakat semua itu sungguh-sungguh hanya kamuflase. Selain krisis identitas, sebagian besar parpol di Indonesia tidak memiliki ideologi. Kalaupun ada, yang disebut ideologi itu tak lebih hanya aksesori, tidak menjadi acuan dalam tingkah laku para elite dan dalam perjuangan politik partai bersangkutan. Dengan demikian, keberadaan ideologi itu hanya simbolis. Dengan situasi politik tanpa ideologi di kalangan elite (politisi bunglon), wajar seandainya jika kita bertemu orang-orang awam yang sikap politiknya juga oportunistik dan pragmatis. Kelonggaran afiliasi politik

adalah ciri utama sikap politik yang oportunis sekaligus pragmatis. Sikap politik tidak dibentuk oleh kesamaan ideologi atau cara pandang tentang garis besar kebijakan yang harus dilaksanakan, akan tetapi oleh kepentingan-kepentingan sesaat. Banyak para pakar mengatakan kemenangan Partai Demokrat berakar pada ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Partai Demokrat hanya mengambil keuntungan dari status SBY sebagai pendiri partai tersebut dan sebagai presiden. Bahkan beberapa kepala-kepala daerah yang dulunya sudah punya partai rela pindah ke PD, dengan harapan bisa jadi kepala daerah lagi karena jadi kader elite di PD. Ini telah membuktikan pada bahwa ideologi adalah sesuatu yang tak pernah benar-benar menjadi penting. Partai itu tak pernah benarbenar punya ide besar yang dijual, ini sesuatu yang juga terjadi di partaipartai lainnya. Yang sangat kentara hanyalah menjual tokoh, termasuk para artis dan pelawak. Ini menunjukkan kita tak pernah benar-benar berpolitik secara dewasa. Bagaimanapun, tokoh adalah sesuatu yang selalu rawan sebagai sandaran dalam ihwal politik tetapi sebuah lembaga dengan ideologi yang baik akan menjadi sandaran yang jauh lebih baik. Dengan ideologi akan lebih memungkinkan adanya regenerasi secara baik. Sedangkan seorang tokoh tak akan selalu bisa diharapkan bersikap baik dan bijaksana. Tak heran juga bila sebuah partai ada pertarungan internal yang saling menjatuhkan, sebagaimana yang dimuat oleh media-media saat ini bahwa di dalam tubuh Partai Demokrat ada faksi-faksi yang saling menjatuhkan, yaitu faksi pro Anas dan kontra Anas sebagai ketua umum. Krisis Inilah gambaran dari parpol di Indonesia dewasa ini. Krisis identitas dan tak adanya ideologi ini membuat arah partai tak jelas dan sulit membedakan partai satu dengan yang lain. Para tokoh dan elite parpol pun tak mampu memberikan contoh

panutan yang baik bagi kader dan masyarakat. Mereka justru sibuk berkelahi dan ujung-ujungnya rebutan kekuasaanketimbangmengembangkan konsep pemikiran alternatif mengenai bagaimana memperjuangkan bangsa agar menjadi lebih baik. Inilah yang membuat kegelisahan banyak orang saat ini yang melihat partai hanya sebagai alat untuk memupuk kekuasaan tanpa adanya kewajiban untuk mendidik konstituen agar lebih paham tentang keadaan dan cita-citanya. Akar permasalahannya adalah banyaknya ideologi partai yang tidak jelas atau bahkan tidak mempunyai ideologi. Sementara itu bukankah cita-cita lahirnya sebuah partai politik (parpol) sebenarnya merupakan mimpi indah tentang keinginan dan kemauan yang mengkristal dalam jiwa sehingga membentuk suatu ideology dalam dirinya. Pemahaman ini juga bisa dimilik oleh sekelompok orang atau golongan yang diizinkan secara konstitusional. Sehingga impian tersebut haruslah diperjuangkan secara bersama-sama, dengan daya dan upaya serta kerja keras. Namun, tampaknya keadaan tersebut tidaklah dapat dilihat pada kondisi bangsa saat ini. Yang tampak secara kasat mata hanyalah upaya parpol untuk saling menjegal di level kekuasaan. Membangun Partai Politik yang Berideologi Dari uraian diatas dapat dikatakan Partai politik tanpa ideologi hanya memberikan ruang gagap bagi kader parpol saat memegang kekuasaan. Sehingga wajarlah bila parpol perlu menanamkan ideologi politik kepada para kadernya, bukan hanya sebatas pada pemasangan bendera. Harapannya, para kader berideologi akan melahirkan sosok yang punya citacita politik. Sehingga ideologi dapat dijadikan bekal dan arah kebijakan politik sewaktu memegang kekuasaan. Setelah ideologi partai tertanam dalam kader politik, maka selanjutnya melakukan kerja-kerja politik. Dalam hal ini, para kader politik harus mulai

mengimplementasikan ideologi ke dalam praktik berpolitik melalui tahapan pembuatan kebijakan serta melakukan banyak program yang nyata untuk rakyat. Sehingga ada program nyata politik dan bukan hanya sebatas seremonial pengibaran bendera politik yang setinggi-tingginya dan sebanyak-banyaknya. Cita-cita politik dari parpol adalah membangun sebuah struktur negara untuk menggerakkan dan menciptakan kebaikan bersama. Jika dalam benak kader terdapat cita-cita politik maka kekuasaan tidak lebih hanya sebagai alat semata. Karena makna tertinggi adalah perwujudan cita-cita politik yang merupakan tujuan utamanya. Sehingga jika menjadi penguasa maka akan mempunyai kerangka yang mendasar dan terarah untuk menciptakan kebaikan bersama. Dalam sebuah gerakan ideologi, merupakan sebuah amunisi yang luar biasa. Dengan ideologi, anggota atau simpatisan dapat digerakkan ke manapun sang pemimpin kehendaki. Dengan ideologi juga, anggota atau simpatisan yang berada pada level bawah, menerimanya dengan sukarela terhadap penundukan tersebut. Parpol tanpa ideologi yang memihak aspirasi dan kepentingan rakyat banyak ibarat makhluk tanpa jiwa. Target perjuangannya tidak jelas. Ironisnya, ideologi sederet parpol besar di tanah air nyaris serupa. Setiap parpol harus membekali diri dengan ideologi yang kuat dan dijalankan konsisten dengan pendekatan yang mengarah pada pembelaan rakyat banyak. Dalam konteks ini, betapa pentingnya kaderisasi ideologi, yaitu proses internalisasi nilai pada kader parpol. Kaderisasi adalah fungsi pendidikan politik agar kelak mampu melakukan fungsi pendidikan politik kepada masyarakat dan menjual nilai ideologi kepada masyarakat. Proses kaderisasi tidak bisa berjalan instan. Proses itu harus berjenjang. Mulai dari simpatisan, kader biasa, kader lanjutan, sampai pimpinan cabang, daerah, wilayah, dan pimpinan pusat.

Gantopedia

Koran Bekas Penjerat Emas Banyak barang-barang bekas yang pada umumnya tidak dilirik bisa menjadi sesuatu yang amat berharga jika dikelola dengan baik dan kreatif. Misalkan saja koran bekas. Biasanya koran-koran yang sudah kita baca akan ditumpuk dalam kardus, rak atau tempattempat lain sampai suatu saat ada pedagang rongsokan datang mencari koran bekas. Atau bahkan sebelumsempatdidatangipedagang sudah dibakar terlebih dahulu. Bagi kebanyakan orang koran bekas mungkin tidak ada harganya karena informasi yang diberikan sudah usang dan tidak diperlukan lagi. Namun jika koran bekas sudah disulap menjadi sesuatu yang lebih berguna, tentu semua orang akan berubah pikiran. Orang yang jeli dan kreatif, koran bekas telah menjadi berkah tersendiri. Ternyata, koran bisa dimanfaatkan untuk beberapa hal, bahkan untuk daur ulang logam mulia. Barang yang biasa dianggap sampah ini ternyata bisa digunakan untuk mendulang emas. Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan Jepang, koran bekas

merupakan salah satu bahan ramuan gel ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk memisahkan emas dari sampah elektronika. Sebagaimanayangdiketahuiselama ini, bahwa komputer bekas, televisi, dan ponsel mengandung logam mulia pada sebagian komponennya. Logam mulia ditemukan hampir pada semua komponen komputer, prosesor, motherboard, kartu grafis, DIMM memori, dan lain sebagainya. Khusus untuk emas, dapat ditemukan di berbagai tempat pada motherboard seperti: konektor IDE, slot PCI Express, PCI, AGP, ISA, dan port2 lain, pin jumper, soket prosesor, dan slot DIMM (SIMM di motherboard yang lebih tua). Semua konektor ini sering ditutupi dengan lapisan emas beberapa mikron tebalnya, disimpan dengan cara flashing atau pelapisan. Namun selama ini limbah elektronika sering dibiarkan begitu saja. Pemulungbiasanyasekadarmengambil logam seperti besi atau aluminium saja. Mereka umumnya tidak tahu kalau ada sebagian komponen elektronika yang mengandung emas. Kalaupun ada yang tahu, tak mudah untuk

memisahkan emas dari komponen limbah elektronika tersebut. Beberapa orang yang tahu biasanya juga menggunakan zat kimia berbahaya yang dapat merusak lingkungan. Sekarang, permasalahan itu telah terpecahkan dan telah ditemukan sebuah solusi bijak. Dengan koran bekas, para ilmuwan dari Universitas Saga, Jepang tidak hanya membuat proses tersebut menjadi lebih mudah, namun juga murah dan ramah lingkungan. Tim ilmuwan yang dipimpin Katsutoshi Inoue menghancurkan koran bekas menjadi bubur dan membersihkannya dengan mencampurkan ke dalam cairan klorin. Bubur kertas tersebut kemudian dicampur dengan senyawa kimia bernama dimethylamine (DMA) dan formaldehid sehingga membentuk senyawa dalam bentuk gel. Kemudian, gel dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk. Bubuk tersebut diuji untuk mengikat atau menyerap logam dari sampah elektronika yang telah dicairkan dengan asam hidroklorik. Cairan beracun tersebut mengandung logam berat seperti tembaga, seng, dan besi

yangmasing-masing berkonsentrasiantara 190-840 bagian per mil. Namun, sekitar 250 bagian per mil adalah emas dan antara 11-16 bagian per mil adalah platina dan palladium. Bubuk gel tersebut ternyata efektif memanen logam mulia. Senyawa gel mengikat sekitar 90 persen emas, platina, dan palladium, namun tembaga, seng, dan besi tidak terkat. Satu kilogram gel dapat mengikat 906 gram emas. Untuk mengikat secara sempurna, gel harus dibiarkan pada larutan selama sekitar lima jam. Kertas bekas yang menjadi komponen utama gel tersebut berasal dari kayu sehingga memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi. Sifat alami selulosa yang fleksibel memudahkan zat kimia menembus matrik larutan logam dan mengikatnya. Satu kilogram gel dapat mengikat 906 gram emas.

Hal tersebut mungkin kurang efektif jika dipakai pada skala industri.Namun,setidaknyatemuan ini telah menjanjikan senyawa yang murah dan lebih ramah lingkungan untuk memanen logam-logam mulia dari sampah elektronika. Hebatnya, menurut Chaitanya Raj Adhikari, peneliti lain dalam proyek tersebut, gel ini dapat digunakan kembali setelah memisahkan logamnya. Meski demikian, proses ini memang sangat lama, yakni gel harus dilarutkan selama sedikitnya lima jam. (Elvia Mawarni/berbagai sumber)


16

Teropong

Edisi No. 166/Tahun XXII/Januari-Februari 2012

Surat Edaran Rektorat Sebatas Himbauan Sehubungan dengan akan dilaksanakannya pembangunan gedung-gedung pendidikan UNP yang bekerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB) 2012, sejak 17 Oktober 2011 pihak rektorat telah mengeluarkan surat edaran nomor 2353/UN35/PS/2011mengenaiLarangandanSangsi Pemanfaatan Lingkungan Kampus dan Aset Negara yang Tidak Sesuai Fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan suasana kampus dan suasana akademik yang lebih kondusif bagi mahasiswaUNP. Beberapa hal yang terdapat dalam surat edaran tersebut berupa larangan parkir sembarangan, larangan berjualan di area lingkungan kampus, larangan bus umum masuk ke dalam kampus, dan larangan terlibat langsung dalam kegiatan sewa menyewa rumah dinas negara yang berada di sekitar kampus. Surat ini disebarkan kepada tiap-tiap fakultas, lembaga tinggi mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa UNP. Tidak hanya itu, sosialisasi surat edaran ini juga dilakukan dengan cara ditempel di mading-mading setiap fakultas dan di beberapa tempat lainnya. Namun tidak semua civitas akademika menanggapi surat edaran ini dengan baik, bahkan beberapa mahasiswa mengaku tidak tahu sama sekali dengan beredarnya surat tersebut. Rina Hasti Ariyani, mahasiswa Sosiologi Antropologi TM 2009 mengaku belum pernah membaca surat edaran dari rektorat tersebut. Menurut Rina, ada atau tidaknya surat edaran itu pun mahasiswa seharusnya mampu berlaku tertib. “Seharusnya dengan kesadaran sendiri, tidak perlu diperingatkan,” ungkapnya, Jumat (27/1). Hal

Tetap ada: Meskipun surat edaran rektor yang berisi larangan dan sangsi atas penggunaan aset negara yang tidak sesuai fungsi telah lama beredar, namun pedagang kaki lima masih saja banyak terlihat di pinggir jalan dekat Fakultas Ilmu Sosial, Jum’at (17/2) . f/Jefri

serupa juga diutarakan Widya Putri Ningsih, mahasiswa Fakultas Ekonomi TM 2011. Meskipun juga tidak mengetahui adanya surat edaran ini, Widya mengatakan sudah seharusnya semua sivitas akademika mematuhinya demi kenyamanan semua warga kampus. Ditemui di tempat yang berbeda, Weni, salah seorang pedagang di sekitar kampus mengaku sudah tahu dengan surat edaran dari rektorat tersebut. Namun ia tetap berdagang karena sudah mendapat izin dari pihak Balai Bahasa, tempat ia berdagang. “Kalau saya tidak berdagang di

Keberadaan Simpanan Pokok Mahasiswa Semua mahasiswa UNP merupakan anggota pasif dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa (Kopma). Hal ini ditandai dengan penyetoran awal terhadap Kopma sebesar Rp10.000,00 per-kepala ketika pendaftaran ulang mahasiswa baru. Dana tersebut dijadikan simpanan pokok bagi setiap mahasiswa di Kopma. Namun banyak mahasiswa yang tidak menyadari hal tersebut. Shanti Fani, mahasiswa Manajemen Perhotelan TM 2010 mengaku tidak menyadari penyetoran dana tersebut. Bahkan, ia juga tidak mengetahui keberadaan Kopma di UNP. “Saya tidak tahu Kopma,” ungkapnya, Kamis (2/2). Bahkan, adapula mahasiswa yang tidak menyadari telah membayar sejumlah dana untuk Kopma ketika pendaftran ulang. Ia hanya mengikuti prosedur pembayaran dan tidak mengetahui tujuan penyetoran itu. “Disuruh bayar, saya bayar saja, tetapi saya tidak tahu gunanya,” ungkap Mahasiswa Kepelatihan Olahraga TM 2007, Heri Adnan, Selasa (24/1). Dalam aturan koperasi, simpanan pokok yang diberikan ketika mendaftar sebagai anggota harus dikembalikan pada saat anggota keluar dari koperasi. Begitu pun dengan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) juga dikembalikan pada anggota dengan pertimbangan melihat partisipasi mereka terhadap koperasi. Hal ini dijelaskan oleh salah seorang Dosen Fakultas Ekonomi, Prof.Dr. Yunia Wardi, M.Si. “SHU ini dibagikan atau tidak tergantung kebijakan bersama anggota koperasi,” tuturnya, Senin (27/2). Ia menambahkan jika tidak dibagikan, SHU harus menjadi dana cadangan sosial sebagai persiapan modal pada masa yang akan datang. Pada kenyataannya, banyak mahasiswa yang tidak mendapatkan kembali uang yang telah disetor tersebut. Loly Fianda, mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang telah diwisuda pada Oktober lalu menyatakan tidak mendapatkan pengembalian simpanan wajib tersebut dan tidak ada pengumuman dari Kopma sendiri. “Saya tidak mendengar pengumumannya,” terangnya, Minggu(18/2). Menanggapi hal ini, Desnaldi, Ketua Umum Kopma menjelaskan setoran awal tersebut terdiri dari Rp5000,00 sebagai simpanan pokok dan Rp5000,00 lagi sebagai simpanan wajib mahasiswa

untuk dua bulan. Di samping mahasiswa yang tidak mengetahui tentang simpanan wajib tersebut, Kopma pun tidak mampu melanjutkan penyetoran tersebut setiap bulan. “Tidak mungkin kami meminta dana itu kepada semua mahasiswa tiap bulan,” jelasnya, Sabtu (18/2). Selain sebagai simpanan wajib, lanjutnya, Kopma juga menjadikan setoran awal tersebut sebagai modal untuk kegiatan usahanya. Desnaldi menambahkan, pengembalian dana simpanan wajib biasanya dilakukan tiga kali dalam setahun, tepatnya dua minggu sebelum perayaan wisuda dengan membuka stan dan menempel pengumuman. Namun, tidak banyak wisudawan yang meminta kembali dana tersebut. Menurut Desnaldi hal ini juga disebabkan kurangnya sosialisasi dari Kopma. “Untuk selanjutnya, kami akan berusaha untuk lebih gencar lagi melakukan sosialisasi,” terangnya, Sabtu (18/2). Akhirnya dana tersebut digunakan untuk membeli inventaris yang diperlukan Kopma yang juga dapat disewakan nantinya. Ditemui di tempat berbeda, Pembina Kopma, Drs. Abdul Maujud menjelaskan penyetoran sebesar Rp10.000,00 tersebut merupakan modal awal bagi Kopma untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Lebih lanjut Maujud menyatakan para wisudawan memang diperbolehkan untuk meminta dana itu kembali. Namun jika semua mahasiswa meminta dana tersebut, akan mengganggu kelancaran kegiatan Kopma sendiri. “Dana tersebut juga merupakan sumber kas bagi Kopma,” terangnya, Selasa (21/ 2). Untuk ke depannya, tambahnya, Kopma diharapkan mampu untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa lebih mengenal Kopma dengan baik. Setelah mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Kopma, Desnaldi menyatakan Kopma mengalami peningkatan terhadap dana Sisa Hasil Usaha (SHU). Setiap tahunnya, pembagian dana SHU tersebut sudah diatur dengan perincian, 40% untuk dana anggota, 30% dana cadangan, 6% dana pengurus, 3% dana pengawas, 6% dana karyawan, 5% dana pendidikan, 5% dana sosial, dan 5% dana pembangunan. “Hasil yang memuaskan,” tutupnya, Sabtu (18/2). Faeza, Rita

sini, saya dapat uang dari mana,” ungkapnya, Jumat (27/1). Sampai sekarang pun, lanjutnya, pihak kampus belum memberi teguran atau sanksi terhadap dirinya karena berdagang di area lingkungan kampus. Menanggapi surat edaran tersebut, pihak fakultas juga telah berusaha agar semua civitas akademika mematuhinya. Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Prof. Dr. Syafri Anwar, M.Pd. menyatakan fakultas sudah melaksanakan peraturan di surat edaran tersebut dengan mengerahkan satpam fakultas. “Melalui satpam,

pelanggar langsung ditegur saja,” jelasnya, Selasa (21/2). Untuk memberi sanksi kepada para pelanggar, tambahnya, fakultas belum bisa dan hanya sebatas peringatan saja. Hal ini disebabkan proses pembangunan di FIS yang belum terlaksana. Syafri menyatakan sanksi tegas akan berlaku jika pembangunan IDB tersebut dimulai. “Terutama kepada para pedagang, nantinya pihak kampus akan bertindak tegas,” katanya. Sampai saat ini, surat edaran tersebut masih sebatas pemberitahuan saja. Hal ini diutarakan Zulkifli Syakha, Kepala Satpam UNP yang mengaku cukup sulit untuk memberi peringatan kepada para pelanggar karena tak jarang pelanggar itu dari dosen sendiri. “Saya terkadang agak segan juga,” akunya, Jumat (27/1). Selain itu, tambahnya, pelanggaran bus umum masuk ke lingkungan kampus juga sering terjadi. Namun tetap saja Zulkifli sulit untuk menegurnya karena mahasiswa beralasan hal itu untuk kegiatan kampus. Kendala lain yang membuat surat edaran tersebut tidak direspon baik, juga disebabkan oleh pengawasan yang kurang dari pihak universitas. Hal ini disampaikan Kepala Bagian (Kasubag) Rumah Tangga UNP, Nasarudin H. Seperti para pedagang, Nasaruddin mengungkapkan pihak universitas tidak bisa terus-menerus memantau ke lapangan. “Kalau tidak ada yang memantau, mereka akan berjualan lagi,” jelasnya, Jumat (3/2). Lebih lanjut, Nasaruddin mengharapkan agar semua civitas akademika mampu berlaku tertib meskipun tanpa surat edaran tersebut. Tilla, Duni

Esensi Karya Tulis Ilmiah dalam PPA Untuk membedakan proses pengajuan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), pihak rektorat Universitas Negeri Padang (UNP) telahmemberlakukansyarattambahan.Mahasiswa yang ingin mengajukan permohonan beasiswa PPA diwajibkan menulis karya tulis ilmiah sesuai dengan program studinya. Hal ini diungkapkan Kepala Sub Bagian Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa, Syafarnil, S.Sos. Ia menyatakan syarat PPA harus melampirkan karya tulis ilmiah karena beasiswa tersebut berkaitan dengan akademik mahasiswa. Lagipula, karya ilmiah yang masuk akan diseleksi untuk dikirim ke Dikti. Jika lulus seleksi di Dikti, lanjutnya, akan mendapatkan bantuan dana untuk melanjutkan penelitian tersebut. “Jadi jangan asal tulis saja,” ungkapnya, Rabu (8/2). Namun, beberapa mahasiswa penerima PPA menyatakan karya tulis ilmiah yang dilampirkan hanya dimaksudkan sebagai syarat saja. Belum ada konfirmasi lebih lanjut, apakah karya tulis ilmiah tersebut akan dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi atau tidak. Seperti yang diungkapkan Mahasiswa penerima PPA dari Fakultas Ilmu Sosial, Irma. “Tidak ada tindak lanjutnya,” terangnya, Kamis (2/2). Ia mengharapkan, mahasiswa sebaiknya diwawancarai mengenai karya tulis ilmiah yang telah ditulis. Dengan demikian, dapat dilihat penguasaan mahasiswa terhadap makalah tersebut. “Jadi mahasiswa bisa mempertanggungjawabkan beasiswa yang diterima,” jelasnya, Jumat (27/1). Menanggapi hal ini, Pembantu dekan III Fakultas Ilmu Sosial, Drs. Ikhwan, M.Si, membenarkan pembuatan karya tulis ilmiah untuk beasiswa PPA di FIS masih sebatas syarat yang harus dipenuhi mahasiswa. Ikhwan menjelaskan, saat ini pihak fakultas tengah mengusahakan proses tindak lanjut terhadap karya ilmiah tersebut. “Pelaksanaannya akan dilakukan pada periode depan saja,” jelasnya, Rabu (22/2). Tindak lanjut yang diberikan, tambahnya, berupa evaluasi terhadap karya ilmiah tersebut agar bisa diteruskan menjadi skripsi atau tugas akhir. Berbeda dengan fakultas lain, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) mempunyai kebijakan sendiri. Setiap mahasiswa yang menerima beasiswa PPA

diwajibkan oleh Pembantu Dekan III untuk mengikuti Workshop Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Salah seorang penerima beasiswa PPA, Venty Ade Vega, mahasiswa Teknologi Pendidikan TM 2008. Ia mengatakan semua penerima beasiswa PPA dikumpulkan untuk membahas makalah ilmiah yang telah dikumpulkan saat mengajukan permohonan. “Namun sampai saat ini, belum ada tindak lanjut untuk kegiatan itu,” kata Venty, Jumat (27/1). Workshop PKM di FIP yang wajib diikuti oleh penerima PPA diadakan selama dua hari. Pada workshop tersebut dibahas tentang teknik penulisan dan informasi yang menyangkut tentang penulisan karya ilmiah, hal ini akan dipandu oleh mentor yang telah disediakan oleh fakultas. Lokakarya juga dilakukan guna membahas karya ilmiah yang telah dibuat oleh mahasiswa untuk mengidentifikasi apakah karya tulis ilmiah tersebut tergolong kepada penelitian, pengabdian atau karya ilmiah. Setelah PKM, ada rentang waktu dua minggu untuk penyelesaian karya sebelum dikirim ke Dikti. Tahun lalu, ada sekitar 20-an karya mahasiswa yang dikirim ke Dikti. “Tahun ini, saya kurang tahu jumlahnya, karena sudah tidak menjabat lagi,” kata Pembantu Dekan (PD) III FIP periode lalu, Drs. Setyawati, M.Pd. Setyawati mengatakan jika ada mahasiswa penerima PPA tidak mengikuti PKM tersebut, maka untuk penerimaanan berikutnya akan dipertimbangkan dulu. Ketika dikonfirmasi kepada PD III FIP yang baru, Drs.Syahril M.Pd mengemukakan pendapat yang sama. Syahril tidak bisa memberikan informasi terlalu banyak karena baru diangkat menjadi PD III. “Tetapi, sebaiknya memang ada tindak lanjut sebab banyak mahasiswa yang menjadikan tugas kuliah yang tidak selesai sebagai karya tulis ilmiah yang diajukan untuk syarat beasiswa,” katanya, Jumat (9/2). Lebih lanjut, Syafarnil menjelasakan karya ilmiah mahasiswa tersebut perlu ditindaklanjuti agar tidak hanya menjadi prasyarat pengajuan beasiswa. “Bagus kalau seandainya mahasiswa memang menginginkan hal itu. Nantinya jika ada lomba karya ilmiah, maka pihak kampus tinggal memilih karya ilmiah yang bagus dan pantas,” tutupnya, Jum’at (9/2). Jefri


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Keluarga Baru UKM UNP November lalu, sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang Bimbingan dan Konseling diresmikan Pembantu Rektor III UNP di Gedung Serba Guna Fakultas Teknik UNP. Unit kegiatan ini bernama Pusat Informasi Konseling Mahasiswa Penyiapan Kehidupan Bekeluarga bagi Remaja (PIKM PKBR) Alam Takambang Jadi Guru. MuhammadSugeroMahasiswaAkuntansiUNP TM 2009, pelopor berdirinya PIKM PKBR di UNP mengatakan unit kegiatan ini merupakan perpanjangan tangan dari Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)CemaraPerkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Padang yang bergerak di bidang penyuluhan tentang masalah remaja. Gero menuturkan hadirnya Unit Kegiatan PIKM PKBR di UNP menempuh beberapa tahap. Dimulai dengan menemui Rektor UNP, menghadap bagian Kemahasiswaan di BAAK, dan terakhir ke Pihak UPBK (Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling). Sebagai organisasi yang terbilang baru di ranah UKM, PIKM telah memulai open recruitment (OR) pada minggu kedua Desember 2011 lalu. Namun terkendala ujian akhir semester, kegiatan OR ditangguhkan sementara. “Saya berencana akan mengumpulkan peserta OR dalam waktu dekat, dan mempersiapkan OR kedua,” ungkapnya, Kamis(26/1). Beberapa universitas di Kota Padang telah mendirikan PIK-M, seperti Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta, Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang, dan Institut Taman Siswa. “Saya pikir, kenapa UNP tidak mendirikan pula,” katanya, Kamis (26/1). Gero menjelaskan UKM ini sudah mulai dibentuk oleh mahasiswa sejak 2009 lalu. Namun pihak universitas belum memberikan izin karena di UNP

sudah ada organisasi yang bergerak di bidang bimbingan dan konseling, seperti UPBK. Dua tahun setelahnya, PIKM kembali didirikan Gero. Ia beralasansebenarnyaUPBKmerupakan wadah yang sempurna, namun yang menjadi kendala, UPBK tidak melibatkan mahasiswa. “PIKM didirikan dari mahasiswa, oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa,” tuturnya, Kamis (26/1). Menganggapi hal ini, Pembina PIKM, Dr. Marjohan, M.Pd, Kons menjelaskan PIKM adalah organisasi yang khusus membantu mahasiswa memberikan pengetahuan dan mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan UPBK merupakan organisasi yang memberikan pelayanan secara umum yang menyangkut masalah bimbingan dan konseling. Marjohan menuturkan PIKM menjadi bagian dari UPBK. Nantinya mahasiswa dilatih dan dididik untuk menjadi tutor sebaya bagi temantemannya. Menurutnya PIKM merupakan organisasi yang bagus dan akan membuat ramai UPBK nantinya karena didatangi mahasiswa. Namun ia menyayangkan sejak diresmikannya organisasi ini, belum terlihat aktivitasnya. “Saya lihat PIKM ini belum ada kegiatannya, tidak ada mahasiswayangbertugas,”ungkapnya, Rabu (8/2). Selain itu Marjohan juga berharap PIKM bisa menjadi tempat praktek bagi mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling terhadap teori yang dipelajari di kelas. Gero menegaskan UKM ini terbuka untuk seluruh mahasiswa UNP. Ia berharap PIKM bisa membesarkan nama UNP sampai ke tingkat nasional. Ia mengharapkan animo mahasiswa terhadap UKM ini sama besarnya dengan PIKM yang ada di kampus-kampus lain. AmiJaer

Tidak Mampu Bangkit Memasuki akhir kepengurusan, kinerja Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah masih dirasa kurang oleh mahasiswa. Hingga 2 Februari 2012, program kerja yang berhasil dilaksanakan hanya Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) dan mengirim utusan ke beberapa kegiatan yang ada di luar kampus. Yuli Kusuma Wati, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengaku tidak terlalu merasakan peran HMJ di jurusan. Menurutnya HMJ tidak menunjukkan kinerja yang baik. “Saya pikir kinerja HMJ lemah sehingga tidak mampu berperan dengan baik,” ungkapnya, Rabu (2/2). Ia menyatakan HMJ seharusnya mampu menjadi wadah aspirasi, pengembangan bakat dan minat, serta pemersatu mahasiswa di jurusan. Hal yang sama juga dirasakan Lemharmadeni, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2007. Menurutnya, HMJ saat ini hanya menjadi tempat berkumpul pengurus, tidak jelas apa yang dilakukan. “Seperti tempat nongkrong saja,” terangnya, Kamis (12/1). Lemahnya kinerja HMJ semakin terasa setelah lengsernya Ketua HMJ, Leo Fandi. Hal ini diungkapkan Monika Ardi, ketua HMJ yang dilantik September lalu. Sepuluh pengurus mengundurkan diri. Hal ini menyebabkan HMJ harus menyusun kembali sistemkepengurusandenganmembuka pendaftaran pengurus baru. Tetap saja

HMJ kesulitan meningkatkan kinerja. “Kami kurang mendapatkan dukungan lagi dari mahasiswa,” ujarnya, Kamis (2/2). Salah seorang pengurus yang mengundurkan diri dari HMJ, Reza Suhanda menerangkan selama di HMJ ia tidak merasakan koordinasi yang baik antarpengurus. Pengurus sama sekali tidak menunjukkan sikap yang demokratis ketika mengambil keputusan. “Progress-nya pun tidak jelas, jadi saya mengundurkan diri saja,” akunya, Jumat (13/1). Menanggapikondisitersebut,Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS, Amar Salahuddin menyatakan selama ini koordinasi yang dilakukan antara BEM dan HMJ berupa pemberitahuan tertulis mengenai kegiatan yang dilaksanakan HMJ. BEM juga mengikutsertakan HMJ di beberapa kegiatan fakultas. Namun untuk mengawasi HMJ secara penuh, BEM tidak terlalu bisa. “BEM juga tidak berhak iku campur,” ungkapnya, Senin (20/2). Pembina HMJ, Drs. Amril Amir, M.Pd. menjelaskan lemahnya kinerja HMJ tidak terlepas dari kepemimpinan dari ketua sendiri. “Seharusnya seorang ketua itu harus mampu memimpin,” ungkapnya, Sabtu (14/1). Disamping memiliki kemauan, lanjutnya, seorang pemimpin harus mempunyai pengalaman berorganisasi. Dengan demikian, segala sistem dalam organisasi dapat dikontrol dengan baik. Nunung

17

Teropong

Gedung Baru, Keluhan Baru Sejak diresmikan pada 20 Januari lalu, kelas belajar Mata Kuliah Umum (MKU) telah dipindahkan ke gedung baru yang terletak di Jalan Gurami. Pemakaian gedung ini diresmikan secaa simbolis oleh Rektor UNP, Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., beserta pihak rektorat lainnya. Mawardi menerangkan dalam waktu dekat di SMA Laboratorium Pembangunan akan dibangun Lab School, sehingga gedung MKU yang lama akan digunakan oleh pihak SMA selama proses pembangunan. “Belum tahu kapan dimulai, tetapi akan diusahakan dalam tahun ini juga,” jelasnya, Kamis (23/2). Lebih lanjut Mawardi menjelaskan dari awal pembangunan, gedung baru tersebut memang diperuntukkan untuk kelas MKU dan Labor Micro Teaching. Namun belum bisa ditentukan apakah untuk sementara atau selamanya. Hal itu tergantung pada proses pembangunan nantinya. Dua gedung dengan empat lantai ini terdiri dari 32 kelas, 8 kelas digunakan untuk praktik MicroTeaching dan 24 kelas lainnya untuk ruang kuliah. Namun terdapat masalah baru mengenai gedung ini. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan gedung ini karena tidak memiliki lahan parkir. Mahasiswa dan dosen diminta parkir di lahan parkir SMA Laboratorium Pembangunan. Seperti yang diungkapkan Eri Yadi Setiawan, mahasiswa Teknik Sipil TM 2011. Ia merasa tidak aman jika memarkirkan motornya di SMA Laboratorium Pembangunan. “Lagipula, terlalu jauh,” terangnya, Jumat (27/1). Menurutnya gedung ini lebih baik disediakan lahan parkir dulu sebelum digunakan karena tidak sedikit juga mahasiswa yang nekad parkir di pinggir jalan dan mengganggu lalu lintas. Hal serupa juga dirasakan Nofadila Karmila,mahasiswaPendidikanBahasa dan Sastra Indonesia TM 2009, lebih memilih menitipkan motornya di lahan parkir Fakultas Ekonomi (FE). Ia tidak mau parkir di SMA Laboratorium Pembangunan karena terlihat sepi dan

Gedung baru: Mulai semester genap tahun ajaran 2011/2012, pelaksanaan perkuliahan matakuliah umum (MKU) untuk sementara diadakan di gedung baru yang terdapat di jalan Gurami. Foto diambil Jum’at (17/2). f/Jefri

merasa tidak aman. “Di FE saya lihat masih ramai parkirannya, jadi di situ saja,” terangnya, Sabtu (25/2). Banyak mahasiswa yang menyesalkan gedung baru ini tidak memiliki lahan parkir. Ada juga mahasiswa yang tetap memarkir kendaraan di dalam pagar gedung baru. Namun, mereka mendapati ban kendaraan mereka dalam keadaan kempes. Hal ini dialami Isra Miharti, Mahasiswa Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan TM 2010. Ia awalnya tidak tahu ada larangan parkir di dalam area gedung baru. “Banyak yang parkir di sana, makanya saya juga parkir,” ujarnya, Jumat (27/1). Ia terkejut ketika mengetahui ban motornya kempes. “Ternyata satpam yang melakukan hal itu,” tambahnya. Ia mengetahui hal ini setelah satpam datang memperingatinya agar tidak parkir lagi di area gedung. Berbeda lagi bila sore hari, mahasiswa diperbolehkan parkir di area gedung. Fandi Ahmad, mahasiswa IIPK TM 2009 itu pernah memarkirkan motornya di area gedung ketika mengikuti perkuliahan di sana. Waktu itu, lanjutnya, ia kuliah pada sore hari

dan mahasiswa diperbolehkan parkir di area gedung. “Kalau kuliah pagi, saya memang parkir di SMA LaboratoriumPembangunan,”ungkapnya, Sabtu (25/2). Menurutnya, sistem parkir di SMA Laboratorium Pembangunan itu teratur, namun memang jauh dari gedung perkuliahan. “Jadinya harus bolak-balik,” lanjutnya. Ketika dikonfirmasi mengenai masalah ini, Nasaruddin. H, Kepala Bagian Rumah Tangga UNP, sangat menyayangkan sikap mahasiswa yang menginginkan lahan parkir harus di lokasi perkuliahannya. “Seharusnya mahasiswa patuh saja terhadap peraturan,” terangnya, Kamis (26/1). Lebih lanjut ia menjelaskan lahan parkir di SMA Laboratorium Pembangunan bagi mahasiswa dan dosen yang kuliah di gedung baru tersebut hanya sementara. Sampai saat ini, tambahnya, pihak universitas tengah mengusahakanpembuatanlahanparkir di belakang kedua gedung baru tersebut. “Saya harap mahasiswa bisa mematuhi dulu peraturan yang telah ditetapkan,” ungkapnya, Kamis (26/1). Astuni, Zolla

Kesenjangan Empat Pilar Kehidupan Bernegara Keempatpilarkehidupanbernegara perlu diimplementasikan secara serempak dan konsisten oleh semua komponen bangsa. Itulah yang disampaikan Prof. Dr. Prayitno, M.Sc. Ed., selaku pemateri Seminar Nasional Empat Pilar Kehidupan Bernegara sebagai Solusi Harmonisasi Hubungan Antara Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia,Selasa(28/ 2). Prayitno menjelaskan bentuk implementasi itu berupa pola hidup dan perilaku yang dibangun atas dasar nilai karakter yang bersumber pada empat pilar tersebut. (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Seminar ini merupakan hasil kerja sama Universitas Negeri Padang (UNP) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia. Bertempat di Aula Hotel Basko, seminar dibuka langsung oleh Wakil Ketua MPR, Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA. Dalam sambutannya, Pembantu Rektor I UNP, Prof .Dr. Phil. Yanuar Kiram menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada pimpinan MPR yang telah hadir. Yanuar mengatakan berbagai tindakan anarkis dan korupsi masih saja terjadi di Indonesia yang

merupakan negara yang memiliki institusi pengawasan. Hal itu disebabkanrendahnyapemahamandan komitmen warga Indonesia terhadap empat pilar kehidupan bernegara. “Mudah-mudahan ada jalan keluar untuk permasalahan ini,” tuturnya, Selasa(28/2). Sementara itu, menurut Hajriyanto, saat ini tengah terjadi kesenjangan terhadap apa yang telah direncanakan dan dicitakan empat pilar kehidupan bernegara. Seperti yang terjadi pada Pancasila, Sila Kelima, Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, masyarakat bertanya-tanya tentang pelaksanaan sila tersebut. Kemiskinan di Indonesia semakin meningkat, berarti nilai keadilan yang disebut-sebut belum tercapai. Selain itu, tambahnya, korupsi semakin marak terjadi. “Korupsi itu musuh utama nilai keadilan,”ungkapnya,Selasa(28/2).Hal itu bisa terjadi tidak terlepas dari tindakan pejabat yang sudah antiPancasila. Lebih lanjut Hajriyanto menambahkan sekarang ini sudah saatnya melakukan konsolidasi terhadap komisi-komisi atau pun badan-badan negara. Banyak komisi negara yang

mengalami tumpang tindih dan gagal melakukan sosialisasi kepada masyarakat. “Masyarakat jadinya tidak tahu dengan komisi-komisi negara,” tambah Hajriyanto. Untuk konsoilidasi, jelasnya, perlu meliputi tiga aspek. Dalam suatu komisi atau badan negara perlu ditinjau lagi apakah fungsi dan tujuan komisi sudah jelas, apakah terjadi tumpang tindih antarkomisi atau badan negara, dan berkemungkinan untuk melakukan pengorganisasian kembali terhadap komisi atau badan negara tersebut. Sebagai pemateri, hadir juga Afriva Khaidir, MAPA, Ph.D. (Pakar Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara UNP), Yahdil Abdi Harahap, SH., MH. (MPR-RI), Ir. H. Muhammad Lukman Edy, M.Si. (MPR-RI), Yuslim, SH., MH. (Pakar Hukum Tata Negara Universitas Andalas), dan Nurbaeti, SH., MH. (Wakil Dekan Fakultas Hukum UBH). Turut hadir Gubernur Sumatera Barat diwakili Staf Ahli Bidang Tata Pemerintahan, Rosman Effendi. Tidak hanya dihadiri oleh para pejabat tinggi, kegiatan ini juga diikuti oleh sejumlah aktivis dari beberapa universitas di Kota Padang, seperti: UNP dan Unand. Aai


18

Inter

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Kimia UNP

UKK UNP

UKK dan Kegiatan Syariah Untuk mendukung visi Universitas Negeri Padang (UNP) menjadi kampus yang religius, beberapa mahasiswa pada 1989 membuat sebuah organisasi yang berlandaskan nilai-nilai syariah Islam. Organisasi itu dinamai Unit Kegiatan Kerohanian (UKK). UKK melakukan kegiatan di bidang sosial dan penyuluhan tentang agama Islam. Tahun-tahun berikutnya, UKK terus mengembangkan bidang kegiatandenganmelakukan penggalangan dana untuk membantu korban bencana, seperti pengumpulan sumbangan untuk korban bencana banjir di Sumatera Barat yang belum lama ini terjadi. Tidak hanya di Indonesia, cakupan bantuan ini juga merambah ke Negaralain,semisalpenggalangan dana untuk Somalia dalam bentuk seminar Kick UKK yang bertema Dari UKK ke Somalia. Kegiatan ini diadakan sebagai ungkapan rasa simpati untuk kemanusiaan, khususnya Somalia. Penggalangan dana terus berlanjut ketika UKK membantu pendirian Rumah Sakit Indonesia di Gaza bersama MER-C Sumatera Barat. “ Bukankah saudara kita tak hanya yang ada dinegara sendiri, tetapi mereka juga ada dibelahan dunia lainnya” ujar Rina selaku selaku

Ketua bidang keputrian UKK. Sedangkan di dalam universitas sendiri UKK telah memebentuk kajian rutin UKM (Kantin UKM UNP) dan UKK ikut mengusung program pendidikan berkarakter melalui program seminar dan program mentoring dalam kegiatan intern UKK sendiri. Lewat berbagai kegiatan tersebut kini UKK semakin melebarkan sayapnya. Tak hanya sebatas UNP, tapi namanya sudah bergaung di Sumatera Barat. Bahkan UKK dipercaya sebagai pusat komunikasi lembaga dakwah kampus di Sumbar. Februari 2012 ini, UKK dan kawan-kawan dari Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Sumbar menggalakkan Hari Gerakan Menutup Aurat Internasional tanggal 14 Februari. Mereka melakukan kegiatan ini dengan alasan untuk mengurangi hal-hal negatif dari Valentine day dan isi dari gerakan ini memang positif untuk membangun kembali moral bangsa, mengingat banyaknya tindak asusila yang diawali karena terbukanya. Tidak hanya UKK, Negara seperti: Malaysia, Hongkong, Macau, London juga menggelar longmarch untuk mengajak masyarakat menutup aurat. Zolla

WP2SosPol UNP

Mubes WP2SosPol Tingkatkan Eksistensi Unit Kegitan Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SosPol)mengadakanMusyawarah Besar untuk kedua kalinya di T12, Sabtu (25/2). Mengangkat tema Bangkit dan terus bangkit sampai domba berubah menjadi singa, menjadi motivasi WP2SosPol untuk melakukan perubahan lebih baik dan mampu menunjukan eksistensinya bagi masyarakatkampus.Halinidikarenakan WP2SosPol, yang merupakan wadah pengkajian dan pengembangan sosial politik ini, sempat mengalami masa vakum hingga tahun 2009 namun sejak diadakannya penerimaan anggota baru pada 2010 lalu, WP2SosPol kembali melakukan pembinaan internal dan melakukan pengkaderan sebagai bakal penerus organisasi tersebut. Febria, Ketua Pelaksana Mubes mengatakan, diadakan Mubes diharapkan WP2SosPol bisa melakukan perbaikan dalam sistim birokrasi kepengurusan, Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga. Sehingga, pengurus lebih bertanggungjawab dalam mengemban amanah. Ia menambahkan, organisasi yang tidak tertata rapi akan menpengaruhi kinerjanya dalam melaksanakan Programn kerja. “Memiliki sistim koordinasi dan progres yang jelas, sehingaa Wp2SosoPol bisa dirasakan keberadaanya” ungkap Febria, Sabtu (25/02). Lebih lanjut Dewan Formatur Legislatif dan Konsultan WP2SosPol, Ahmad Badaruddin mengatakan, setelah Mubes dan terbentuknya kepengurusan baru, kedepan diharapkan WP2SosPol harus lebih resposif terhadap permasalahan sosial dan politik dilingkungan UNP. Bersikap kritis terhadap kebijaksanaan rektorat, dengan melakukan diskusi, lobi, orasi dan demontrasi. “Berkontribusi untuk menetralisir permasalahan sosial dan politik, menjadi tugas penting yang mesti dicapai,” tegasnya, Sabtu (25/2). Nunung

UKK UNP

Pekan Ilmiah Kimia (PIK) Kebanjiran Peserta Sebanyak 1086 siswa SMA dari berbagai sekolah di Sumatera Barat, Riau dan Jambi memenuhi Aula Gelanggang Olahraga UNP untuk mengikuti Pekan Ilmiah Kimia (PIK). Acara yang diadakan selama tiga hari (18 dan 25-26/2) merangkap acara seminar nasional untuk guru-guru kimia dengan mengusung tema MelaluiPekan Ilmiah Kimia 2012 Kita Tingkatkan Pemahaman dan Aplikasi Ilmu Kimia Guna Membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berkarakter. Jumlah peserta melebihi kapasitas, sehingga sebagian peserta terpaksa ujian di ruang kuliah FMIPA UNP. Pekan Ilmiah Kimia ini merupakan program kerja tahunan Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) yang bertujuan mencetak generasi muda yang memahami Ilmu Kimia dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Menurut ketua pelaksana PIK,

Muhammad Sobri, acara ini membawa hasil positif karena dapat membuktikan bahwa siswa SMA telah memiliki jiwa kompetitif yang tinggi dalam pendidikan. PIK yang juga diringi seminar nasional ini juga diharapkan dapat menambah kemampuan siswa. Kemudian guru juga mendapat tambahan bekal ilmu untuk mendidik siswanya. “Setelah acara ini, diharapkan semakin banyak bermunculan para Chemist baru dan juga bermunculam guru-guru yang menanamkan nilai karakter kepada siswa,” ujarnya, Sabtu (18/2). Salah seorang peserta, Detia Alfadenata yang berasal dari SMA-BI 3 Padang. Ia mengaku gugup mengikuti lomba kimia ini karena selain saingan yang banyak dan juga soal-soal yang menantang kerja otak. “Acaranya meriah, peserta tak hanya dari dalam Kota Padang, tapi banyak luar kota,” Ade, Sabtu (18/2). Tilla

KSR PMI UNP

KSR PMI Galang Donor Darah Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) unit UNP kembali mengadakan acara donor darah dengan tema “Setetes Darah Anda, Menyelamatkan Nyawa Mereka”. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, SelasaRabu (21-22 Februari) di dua tempat, yaitu Lapangan Rektorat dan halaman Perpustakaan Pusat UNP. Acara ini juga termasuk ke dalam program kerja tahunan KSR PMI yang diadakan tiga kali dalam setahun. Salah satu sukarelawan KSR PMI unit UNP, Rahmanita yang juga selaku Ketua I bidang Pengembangan SDM, mengatakan acara ini dilakukan dengan

kerjasama antara KSR PMI UNP dengan Unit Donor Darah Padang. “Selain melaksanakan proker, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi temanteman mahasiswa yang ingin mendonorkan darah mereka,” jelasnya, Selasa (21/2). Nita juga mengatakan antusias mahasiswa terhadap aksi donor darah ini meningkat dari tahun ke tahun. Salah seorang mahasiswa jurusan Ilmu Keolahragaan TM 2010, Syafri Rais mengaku pertama kali ikut mendonorkan darah. “Saya ingin merasakan bagaimana rasanya donor darah,” katanya, Selasa (21/2). Jefri

FMIPA UNP

Krida Efektif dari FMIPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNP memulai pembukaan Krida di lapangan Perpustakaan Pusat UNP, Sabtu (25/ 2). Kegiatan ekstrakurikuler wajib bagi mahasiswa baru ini rencananya akan dilaksanakan selama delapan kali pertemuan, yaitu setiap Sabtu. Acara yang dibimbing langsung oleh Pembantu Dekan III FMIPA ini memiliki 17 bidang kegiatan penyaluran minat dan bakat yang dapat dipilih oleh peserta Krida, diantaranya: bulutangkis, bola voli, teater, desain grafis, terapan ilmu, musik, dan lain-lain. Ada yang berbeda dari pelaksanaan

Krida FMIPA tahun ini. Ketua pelaksana, Angga Perdana menuturkan pengembangan bakat dan minat dalam Krida kali ini mengangkat tema-tema yang lebih variatif tiap minggunya. “Kami berencana akan mengangkat tema pendidikan karakter untuk minggu depan,” katanya, Sabtu, (25/ 2). Sedangkan untuk minggu berikutnya, panitia akan mengangkatkan tema penghijauan dan juga bahaya narkotika. Angga menambahkan setiap koordinator bidang pengembangan harus memiliki program kerja yang jelas. “Setiap evaluasi, harus ada satu penampilan bakat,” ujarnya. Ryan

ASPEM BEM FIP

Bernyanyi bersama BEM FIP Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) kembali mengadakan acara tahunan DekanCup 2012. Acara yang diadakan selama sepuluh hari (6-16/2) ini biasanya hanya mengangkat lomba bidang olahraga sepak bola, basket dan voli, namun tahun ini panitia menambahkan lomba baru, yaitu solo song. Lomba menyanyi antar jurusan se-FIP ini diadakan di Ruang Sidang PKM UNP, Rabu (15/2). Dari delapan jurusan yang ada, hanya empat jurusan yang mengirim utusannya dengan total peserta 12 orang. Koordinator acara, Alfila Monica Jency mengatakan antusias mahasiswa FIP untuk mengikuti acara ini cukup meriah. Sejak acara dimulai pada pagi hingga sore, mahasiswa masih banyak yang menyaksikan acara itu. “Hanya saja karena kebetulan sore ini ada fi-

nal sepak bola dan basket di lapangan rektorat serta lapangan SMA Pembangunan, maka mahasiswa terbagi-bagi,” ujarnya, Rabu (15/2). Salah satu peserta lomba, Wahyu Fitrina Devi, mahasiswa Adiminstrasi Pendidikan 2011 menyambut baik kegiatan ini karena dapat mengubah cara pandang orang lain tentang mahasiswa FIP yang hanya berkutat di bidang pendidikan. “Anak FIP juga hebat di bidang seni,” ujarnya, Rabu (15/2). Rina mengaku agak grogi ketika tampil di depan juri dan penonton. “Soalnya kurang hapal lirik lagunya,” ucapnya sambil tersenyum. Adapun pemenang pertama dari acara solo song ini adalah Satrio dari jurusan BK, diikuti Rindi Kartika PS dari jurusan PGSD pada urutan kedua dan Rila dari PG-PAUD di posisi ketiga. Jefri

ASPEM Jalin Kerja Sama dengan Padang TV Asosiasi Pers Mahasiswa (ASPEM) Sumatera Barat yang terhimpun dari sepuluh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Perguruan Tinggi se-Sumatera Barat mengadakan kerja sama dengan Padang TV. Kerja sama itu berbentuk liputan berita se-lingkungan kampus untuk disiarkan di Padang TV. Secara resmi, kerjasama itu dimulai sejak diadakannya pertemuan di Kantor Padang TV, Minggu (26/2). Manajer Padang TV, Fadil mengatakan dengan diadakan kerja sama ini diharapkan kegiatan-kegiatan kampus bisa diekspos sehingga diketahui masyarakat. Dalam pembuatan berita, antara media cetak dengan media televisi terdapat perbedaan. Media cetak lebih menekankan kemampuan mengolah data untuk menghasilkan tulisan, sedangkan TV mengutama-

kan keterampilan pengambilan gambar berbentuk video dan keserasian antara narasi dengan gambar dalam penyiaran berita. “Meski berbeda, pada dasarnya masih sama-sama mengandung nilai 5W+1H,” tambahnya. Sementara itu, Ketua ASPEM, Hendra mengatakan tujuan diadakan kerja sama ini untuk menambah pengalaman di bidang broadcasting bagi seluruh anggota ASPEM. “Sekaligus menyalurkan bakat,” ujarnya, Minggu (26/2). Hendra menambahkan, masingmasing LPM supaya mempersiapkan berita yang akan disiarkan pada jadwal yang telah ditetapkan. Hasil liputan berupa bahan mentah diberikan ke padang TV maksimal pada hari Rabu. “Hasil liputan akan disiarkan pertama kali pada Sabtu (3/3) pukul 16.30,” terangnya. Nunung, Duni

Mentoring Khatulistiwa LRAI Sebanyak 1.296 mahasiswa UNP yang mengambil mata kuliah Agama semester genap 2011/2012 mengikuti kegiatan Mentoring Khatulistiwa yang diadakan Lembaga Responsi Agama Islam, Sabtu-Minggu (18-19/2). LRAI adalah sebuah lembaga keislaman khusus menangani mentoring mahasiswa, selain lembaga keislaman seperti Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) yang ada di UNP. Kegiatan mentoring yang dijadwalkan setiap semester ini diadakan di Gedung Olahraga (GOR) Pembangunan UNP. Adapaun tujuan dari acara ini yaitu mengenal lebih jauh tentang pemahaman mentoring. “Kita berupaya untuk memberi motivasi kepada rekanrekan untuk mengikuti acara mentoring,” ujar salah satu panitia, Rani Ardesi Pratiwi, Minggu (19/2). Adapun fakultas yang mengikuti mata kuliah agama semester ini yaitu Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dan Fakultas Ekonomi (FE). 700 mahasiswa hadir pada hari Sabtu dan 596 pada keesokan harinya. Salah seorang peserta dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Delfitriana mengatakan kegiatan ini sangat berguna untuknya. “Saya menjadi lebih mengerti tentang agama Islam melalui mentoring ini,” ujarnya, Minggu (19/2). Azizah.

FT UNP

Kuliah Umum Bersama Wamen ESDM PerhimpunanMahasiswaPertambangan (Permata) Indonesia bekerjasama dengan Permata UNP dan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (HIMATA STTIND) mengadakan acara Pekan Ilmiah dan Rapat Presidium. Acara yang diadakan di gedung LPMP tersebut berlangsung selama dua hari, (14-15/2). Ketua Organizing Comitee, Putra Zudiansyah menjelaskan acara ini diharapkan dapat menghasilkan suatu bentuk solusi bagi semua pihak mengenai peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia terutama di bidang pertambangan Indonesia. “Semoga mampumewujudkanIndonesiamandiri dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada,” ungkap Putra (14/2). Wakil Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo selakupemateriutamamemberikanmateri tentang MenciptakanSumberDaya Manusia yang Berkompeten dan Bertanggung Jawab Terhadap Pembangunan serta Kemandirian Bangsa. Widjajono menjelaskan kalau jangan pernah berhenti untuk bekerja dan berkreatifitas, karena tidak ada yang tidak mungkin. Sebelum dunia kiamat manusia akan tetap terus bisa mengembangkan potensi yang telah diberikan sang pencipta. “Sumber daya alam terbatas, namun kreatifitas manusia tiada batas,” jelasnya. Wamen mengatakan pertambangan yang benar harus mempertimbangkan keuntungan kontraktor dan pendapatan pemerintah serta kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan tersebut juga dihadiri delegasi-delegasi Permata seluruh Indonesia. Delegasi dari ITM, Muhammad Isnaini mengatakan acara seperti ini sangat bermanfaat, mengingat saat ini masih banyak perusahaan-perusahaan tambang yang mengadopsi karyawan dari luar. “Semoga bisa benar-benar menciptakan SDM berkualitas,” ungkapnya, Selasa (14/2). Duni


Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

19

Feature

Mengintip Bule Belajar Bahasa Indonesia Ditengah tren masyarakat Indonesia yang gemar menggunakan bahasa asing, ternyata orang asingpun gemar mempelajari bahasa Indonesia.

Oleh Dwi Utari Kusuma Di Ruang Sidang Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang (UNP), sembilan orang mahasiswa Universitas Deakin Australia tengah belajar bersama seorang dosen. Pagi itu, Selasa (17/1), saat seorang lelaki berperawakan tinggi dan berkulit putih masuk ke dalam kelas, seorang mahasiswa berkulit putih lainnya tengah berdiri di depan kelas dengan memegang sebuah spidol. Dia berusaha menggambar pancuran dan kotak kecil yang ditulisi Soap. Lalu, Ia bertanya pada rekanrekannya, “Sedang apa?” Setelah hening sebentar, satu diantara mereka menjawab, “Mandi,”. Ketika gambar yang dibuat mampu ditebak oleh temannya, Ia kembali ke tempat duduk. Seseorang yang lain maju ke depan kelas dan melakukan hal yang sama. Meskipun berasal dari negara yang berbahasa Inggris, namun tidak terdengar sekalipun katakata dalam bahasa asing. Mereka murni berbahasa Indonesia. Selama empat hari dalam seminggu yang sudah di mulai sejak 15 desember lalu, mereka belajar Intensif Bahasa Indonesia bersama dosen-dosen dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mereka adalah Michael Filius; Breanna

Diskusi bersama: Beberapa mahasiswa dari Deakin University, Australia ketika berkunjung ke sekretariat Ganto, Kamis (12/1) untuk berdiskusi. Mereka belajar Bahasa Indonesia di jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni dari 15 Desember-27 Januari 2012. f/Aai.

Funston; Erin Mc’ Lean; Eloise Clarke; Clover Hart; Stephanie Cowdy; Jessica Capkin; Aimee Mc’ Leahlian dan Alexandra Everard. Mahasiswa yang berjumlah sembilan orang ini berlatar belakang studi yang beragam, ada yang berasal dari jurusan kesehatan (Health science), ekonomi (finance) dan lain sebaginya. Di Australia, mereka berasal dari latar belakang jurusan yang berbeda. Ada yang dari jurusan Kesehatan, Ekonomi, dan sebagainya. Namun, di UNP mereka dipertemukan dalam sebuah kelas mata kuliah Umum Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh peraturan kampus setempat yang memberi pilihan kepada

mahasiswa untuk belajar di Negara asli pemilik bahasa tersebut atau menambah waktu belajar satu tahun lagi untuk belajar bahasa indonesia yang diajar oleh dosen di sana. “Akhirnya, kami memilih untuk belajar di sini,” ujar Stephanie, mahasiswa Deakin University, Kamis (12/1). Tidak hanya belajar Bahasa Indonesia, para bule dari Tanah Kangguru itu juga mempunyai tiga kegiatan lainnya, yaitu; kegiatan budaya sehari-hari di mana mereka harus belajar bagaimana cara membuat janur, menari tarian tradisional dan mengenal batik Indonesia. Selanjutnya, kegiatan studi lapangan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, seperti;

PadangEkspres, Dinas Pariwisata, Puskesmas dan Home Industri. Setelah berkunjung ke tempat tersebut, mereka juga diharuskan membuat laporan sepanjang 1000 kata dalam bahasa Indonesia. “Hal ini berlaku untuk semua tempat yang kami kunjungi,” ujar Stephani. Ketua Pelaksana Program Pertukaran Mahasiswa Asing di Fakultas Bahasa dan Seni UNP, Dra. Emidar M.Pd., menjelaskan kedatangan mahasiswa dari luar negeri adalah tantangan yang menarik sekaligus memicu kebanggaannya sebagai orang Indonesia. Apalagi, Emidar juga terlibat langsung dalam proses mengajar bule tersebut. “Bangga, karena orang asing menghargai dan mau belajar bahasa dan budaya Indonesia,” ujarnya, Kamis (19/1). Dosen lain yang juga ikut terlibat dalam progam ini yaitu Dra. Ermawati Arif M.Pd., dan Drs. Amril Amir M.Pd. Program ini bernama Kursus Intesif Bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Deakin University, sedangkan di Australia sendiri program ini disebut In Country Study Program. Program ini telah terlaksana selama beberapa tahun belakangan. Tiap tahun, selalu ada mahasiswa dari Deakin University yang belajar bahasa indonesia di UNP. “Dua bulan rasanya mungkin belum cukup untuk mempelajari bahasa Indonesia dan juga budayanya tapi kami harus segera kembali ke australia untuk melanjutkan study,” ujar Fany. Sejak 21 Januari 2012, proses belajar Bahasa Indonesia bagi mereka telah berakhir. Sedangkan perpisahan secara resmi dilakukan seminggu kemudian di ruang serba guna (RSG) Fakultas Teknik, Jumat (27/1). Acara perpisahan yang bertemakan malam kesenian tersebut menyajikan atraksi seni dari kesembilan bule itu dengan menampilkan berbagai macam budaya indonesia khusus sumatera barat yang telah dipelajarinya selama kuliah di UNP, seperti tari persambahan minangkabau, berpidato dalam bahasa indonesia, menayangkan video yang berisikan semua kegiatan mereka. Kemudian acara ditutup oleh Rektor UNP.

Menggali Motivasi dari Raditya Dika Ketika semua hal tidak bisa lagi diungkapkan secara lisan, tulisan menjadi salah satu solusi yang dapat membuatmu merasa “ada”.

Oleh: Rahmi Jaerman dan Elvia Mawarni Dari lantai bawah, suara teriakan dan hentakan kaki yang berlari perlahan-lahan terdengar, seperti gemuruh. Suara-suara itu semakin dekat. Tak beberapa lama, dari mulut jenjang, puluhan remaja laki-laki dan perempuan keluar bagai semut yang keluar dari sarang. Mereka semakin banyak memburu meja panitia pendaftaran. Teriakan dan hentakan kaki itu tak berhenti hingga setengah jam kemudian, setelah sebarisan panjang peserta Talkshow Bersama Raditya Dika mengantri di sepanjang lantai empat Gedung Laboratorium Terpadu Fakultas Ekonomi UNP, Minggu siang (5/2). Satu jam kemudian, setelah kursi merah di ruangan acara penuh, Raditya dika keluar dari belakang panggung. Teriakan menggema dari penggemar setia pengarang buku komedi Kambing Jantan ini. Ketika Raditya menyapa, pekikan itu semakin riuh dan dibarengi dengan tepuk tangan yang berbalas-balas dari satu sudut ruangan ke sudut yang lainnya. Raditya Dika dikenali khalayak ramai ketika buku pertamanya Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005) terbit di pasaran. Buku tersebut merupakan intisari dari berbagai pengalaman hidup yang awalnya ia tuliskan di blog pribadi. Buku itu menjadi best seller . Kemudian, berturut-turut Raditya

Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang (2008), Marmut Merah Jambu (2010) dan Manusia Setengah Salmon (2011). Raditya memiliki penggemar tersendiri yang semakin lama semakin banyak. Hal ini terbukti dari jumlah peserta yang hadir pada saat Talkshow lebih dari 600 peserta. Namun, semua keberhasilan yang ia raih saat ini bukanlah sesuatu yang mudah dan instan. Ia bahkan pernah ditolak berkali-kali oleh penerbit yang berbeda. “Mungkin mereka pikir, buku pertama saya itu bercerita tentang hewan jadi dianggap kurang menarik,” ujarnya, Minggu (5/2). Ketika ada satu penerbit yang mau menerbitkan bukunya, ia harus berjuang keras mempresentasikannya agar bisa diterima. Akhirnya buku itu tersebar di toko buku. “Kita memang tidak boleh menyerah bila ingin sukses,” tambahnya. Meskipun bergaya komedi, semua bukunya selalu menampilkan dan membukapandanganbaru terhadap suatu pengalaman. Kejadian yang kecil Talkshow: Penulis dan Blogger, Raditya Dika menjadi pemateri dalam dan biasa saja, bisa acara Talkshow Nasional yang diadakan oleh SKK Ganto dan Event Organizer Lentera, Minggu (5/2) di Auditorium FE UNP. f/Jefri menjadi unik dan mengmenerbitkan buku masih dengan personal-es- gelitik oleh Raditya. Ia mengaku, banyak say-comedy, yaitu: Cinta Brontosaurus (2006), pengalaman yang ia tuliskan berdasarkan RadikusMakankakus:BukanBinatangBiasa (2007), kegelisahannya terhadap suatu hal. “Menulis

merupakan cara untuk mengungkapkan kegelisahan,” katanya. Kegelisahan yang bisa dijelaskan dengan cara komedi dan menertawakan diri sendiri. Menurutnya, setiap kegelisahan bisa dilihat dari berbagai sisi. Selain itu, Ia tetap ingin menampilkan kesan santai namun berisi dari setiap buku yang ditulisnya. Raditya yang tak pernah memikirkan akan menjadi penulis terkenal ini menjelaskan sebuah karya itu tidak bisa langsung menjadi besar. Untuk mencapai semua itu butuh proses. Seseorang harus menyenangi dunia tulis menulis, bukan karena terpaksa. “Ketika kamu telah lupa waktu dalam menulis, berarti saat itulah kamu mulai mencintainya,” tegasnya. Ia berpesan, bila ingin menjadi penulis hebat, perbanyak membaca. Tidak hanya menjadi penulis, Raditya juga terkenal karena keahliannya dalam Stand Up Comedy, yaitu seni berkomedi yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Ia adalah salah seorang yang kembali mempopulerkan aksi tersebut di Indonesia. Biasanya, Raditya menyampaikan cerita bertemakan ‘protes’ terhadap hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Namun, semua itu disampaikan dengan gaya bercerita yang lucu dan menggelitik. Ia sempat melakukan Stand Up Comedy di hadapan peserta talkshow. Ia juga menantang peserta untuk menampilkan Stand Up Comedy di atas panggung. Seorang siswa maju ke depan. Siswa itu tampil dengan percaya diri dengan tema yang telah dipersiapkan. Setelah 5 menit berlalu, Raditya mengomandoi seluruh peserta memberikan applause. Selanjutnya Ia memberikan masukan-masukan positif. “Kalau Stand Up Comedy, ambil materi yang dekat dengan lingkungan kamu saja. Jangan ambil materi yang tidak kamu kuasai sehingga membuat kamu menjadi tidak nyaman” ujarnya. Tepuk tangan menggema lagi. Satu setengah jam berlalu. Acara selesai. Peserta bubar. Tapi, ada beberapa peserta yang masih bertahan di dalam ruangan. “Saya ingin meminta tanda tangan Raditya Dika,” katanya. Tapi, ia telah pergi ke Bandara dan kembali ke Jakarta.


20

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Resensi

Harapan Itu Selalu Ada Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

:2 : Donny Dirgantoro : Kompas Gramedia : Juni 2011 : 418 Halaman

Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi pola pikir seseorang. Kebiasaan yang tertanam dalam keluarga akan melekat dalam benak seorang anak. Kemudian kebiasaan ini akan mendarah daging sebagai bagian dari kehidupan dan menjadi cerminan masa depannya kelak. 2 merupakan novel kedua Donny Dhirgantoro yang mengisahkan perjuangan seorang anak yang tumbuh dalam keluarga pecinta bulutangkis dan demi membuat bahagia kedua orang tuanya, ia akhirnya berupaya menjadi pemain bulutangkis hebat. Anak itu bernama Gusni Annisa Puspita. Terlahir dengan ukuran tubuh yang terlalu besar ternyata merupakan kelebihan sekaligus keterbatasandalammewujudkan impiannya. Namun hidup dalam keluarga yang sangat luar biasa dengan ayah yang sangat tangguh, ibu yang memiliki ketabahan dan kekuatan untuk keluarga, dan kakak yang berani dan sangat penyayang membuat Gusni tumbuh menjadi anak yang tegar dan selalu bahagia. Walau impiannya selalu kandas, Gusni tetap yakin bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tidak ada yang tak mungkin asalkan terus berusaha. Dan suatu malam sebuah kenyataan yang tidak pernah Gusni duga terjadi pada dirinya. Ukuran tubuh Gusni yang sangat berbeda dengan keluarganya ternyata merupakan penyakit turunan keluarga. Obesitas, yang akan merenggut kebahagiaannya dan membuat Gusni harus melupakan impiannya. Kenyataan pahit yang harus ia terima seakan meneriakkan bahwa bermimpi saja tidak akan pernah cukup. Namun, Gusni lalu tersadar harapan itu selalu ada. Gusnipun akhirnya bangkit untuk terus mengejar impiannya dan melawan penyakitnya. Bermodal keyakinan dan semangat untuk terus hidup, Gusni berlatih keras setiap hari.

Setiap pukul 05.00 pagi ia berlari menuju GOR yang berjarak 5 km dari rumahnya untuk pergi latihan bulu tangkis. Di GOR Gusni dibantu pak pelatih yang melatih Gusni sangat tegas dan tanpa kompromi. Hingga suatu hari Gusni melakukan pertandingan pertamanya dan dari sana diketahui bahwa ia memiliki bakat yang menarik. Bakat inilah yang terus diasah sampai membawa Gusni menuju kejuaraan bulutangkis yang membawa nama baik Indonesia. Ini bulutangkis, dan ini Indonesia.... Gusni terus berpacu dengan semangatnya yang untuk mengikuti Khatulistiwa Terbuka, kejuaraan bulutangkis internasional bersama enam putri Indonesia lainnya. Gusni bersama kakak kandungnya, Gita menjadi satu tim yang akan menentukan nasib akhir dari pertandingan tersebut. Semua itumembutuhkanbanyakpengorbanan. Penderitaan yang harus ditahan Gusni di detik-detik terakhir pertandingan terasa menyesakkan dada pembacanya. Hingga akhirnya pencapaian terbesar itu terwujud dan membuncahkan bulir-bulir bening di pelupuk mata. Segala sesuatu diciptakan 2 kali. Dalam dunia imajinasi bersama fikiran dan dalam dunia nyata bersama perjuangan. Begitulah pesan yang ingin disampaikanpenulismelalui tokoh dalam cerita ini. Seperti hidup yang tidak sempurna, seseorang mencintai dengan tidak berputus asa. Setiap kerja keras seseorang tidak akan pernah sia-sia bagi Sang Pencipta. Dibalik tema yang sederhana namun penuh makna ini, juga tercermin kepribadian bangsa Indonesia. Pembaca dibuat terhanyut dengan alur cerita yang ringan namun mampu menguras emosi . Novel yang sangat menggugah ini mengajarkan kepada kita bagaimana menghargai hidup. Dan mensyukuri segala kekurangan sebagai suatu anugerah yang harus disyukuri. Resensiator: Mardho Tiila Mahasiswa Kimia TM 2010

Dibalik Kegagahan Sahabatku, Merapi Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: Anak-Anak Merapi 2 : Bambang Joko Susilo : Republika : Juli 2011 : X + 227 Halaman

Nyaman, damai dan bersahabat, itulah yang dirasakan penduduk sekitar terhadap Gunung Merapi. Selain udaranya yang sejuk, ia juga menjadi tempat bagi penduduk mencari nafkah. Mereka memanfaatkan kesuburan tanah Merapi dengan berkebun salak pondoh yang selama ini memberikan penghasilan yang cukup. Namun, persahabatan itu telah disulap menjadi genangan air mata ketika Merapi tak lagi bisa diajak berkompromi. November 2010 lalu merupakan masa paling pedih yang dirasakan sahabat-sahabat Merapi yang senantiasa tidur di kaki dan lerengnya. Kenapa tidak, kali ini di saat mata mulai terpejam, tubuhnya yang besar menggeliat membuat bumi di sekitarnya ikut bergetar. Mulutnya menganga besar mengeluarkan gumpalan awan hitam yang disusul luapan lahar panas. Luapan yang disebut masyarakat sebagai wedhus gembel itu menyapu perkampungan dan tak menyisakan apapun. Ratusan orang meninggal dunia, ratusan mengalami luka-luka, dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Mereka kehilangan anggota keluarga, rumah, hewan ternak dan harta benda lainnya. Jeritan pilu mengema dimana-mana, menyisakan kepedihan mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Terlebih lagi menyaksikan anak-anak yang menangis histeris karena kehilangan orang tuanya dan orang tua yang kehilangan anaknya. Mereka itu adalah warga Umbulharjo yang persis berada di bawah Gunung Merapi. Salah satu saksi kemarahan Merapi ini adalah Pak Widodo, beserta istri dan 3 orang anaknya Yudhistira, Bimo serta Jono. Saat terjadi letusan mereka mencoba untuk menyelamatkan diri dan menjauh dari kaki Merapi. Istri dan 3 anak Pak Widodo menaiki truk bersama-sama

dengan penduduk lainnya tapi tidak dengan Pak Widodo. Ia menggunakan sepeda motor nekat memutar balik arak ke arah puncak Merapi untuk menjemput Mbah Kakung dan Mbah Putri. Kenekatan Pak Widodo menimbulkan keresahan bagi istri dan 3 anaknya. Mengapa tidak, wedhus gembel yang sangat ditakuti akan menyapu apapun yang ia lalui. Keresahan ini makin menjadi-jadi setelah mereka sampai di pengungsian dan setelah malam itu Pak Widodo tidak juga menampakkan batang hidungnya. Hingga akhirnya, anak-anak Pak Widodo memutuskan untuk mencari dimana keberadaan ayahnya. Dengan gaya penceritaan penulis, perjuangan “ Anak-anak Merapi “ ini dalam menemukan ayahnya seakan membawa pembaca pada situasi yang dialami tokoh-tokoh dalam novel. Rasa gundah dan pikiran yang berkecamuk hingga Pak Widodo ditemukan turut mengiringi perjalanan mereka. Cerita mengalir begitu indah. Pembaca bisa merasakan bagaimana keadaan yang dialami anak-anak dan warga yang berdiam seputaranGunung Merapi. Novel karangan Bambang Joko Susilo ini lahir karena adanya kecintaan dan empati penulis pada anak-anak, khususnya mereka para korban amukan Merapi. Dengan segala kemampuan yang dimiliki penulis ia berusaha untuk menyajikan cerita yang bermanfaat bagi pembaca. Banyak pesan moral yang terdapat di dalam novel ini. Salah satu diantaranya adalah penulis mengimbau para pembaca untuk selalu berserah diri pada Allah SWT dan semua yang ada adalah miliknya. Selain itu, novel ini mendidik bagaimana hubungan yang harus dilakukan oleh manusia dengan alam. Bagaimana anak-anak belajar berbagi dan berempati dengan sesamanya. Serta bagaimana bersikap dalam menerima cobaan dari Tuhan. Resensiator: Faeza Rezi S Mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNP TM 2010

Bertualang di Dunia Imajinasi Djokolelono Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: Anak Rembulan: Negeri Misteri di Balik Pohon Kinari : Djokolelono : Mizan : Oktober 2011 : 350 halaman

Djokolelono adalah penulis novel produktif di era 70-80an. Novel debutannya yang berjudul “Jatuh ke Matahari” merupakan novel fiksi ilmiah paling awal yang ditulis oleh penulis Indonesia dimana materi kisahnya dianggap jauh melebihi jaman ketika novel itu dibuat. Sekarang ia hadir kembali dengan kehebatan imajinasinya yang dituangkan dalam novel “Anak Rembulan”. Dikisahkan,Nonoyangmengharapkanliburan menyenangkan di kampung halaman, malah terjebak di tempat asing dan belum pernah ia temui sebelumnya. Kehidupan Nono berubah setelah ia terjebak di dalam batang pohon kenari tua. Bagaikan sebuah lorong waktu, pohon tua itu telah membawa Nono tiba masa lampau, tepatnya di zaman Belanda. Banyak peristiwa dan kejadian aneh yang dialami Nono. Hal pertama yang di temui Nono adalah terjebak

dan dikepung pasukan Belanda. Setelah berhasil lolos dari pasukan Belanda, Nono malah terjebak di sebuah desa dimana ia tiba-tiba saja menjadi pelayan di warung makan milik Mbok Rimbi, seorang wanita penganut aliran Dewi Kali. Di warung tersebut Nono mendapatkan perlakuan kasar oleh Mbok Rimbi, ia dipaksa kerja rodi melayanai para pembeli yang datang, jika tidak tamparan keras harus diterima Nono. Keanehan demi keanehan terus menghantuinya. Meskipun pada akhirnya Nono berhasil melarikan diri dari jeratan Mbok Rimbi, namun Nono belum juga berhasil pulang ke”dunia”nya. Petualangan lainnya berlanjut, Nono berada di sebuah kerajaan aneh yang dipimpin oleh ratu bernama Sri Ratu Merah yang kejam dan ternyata sebaya dengan Nono. Di sana ia terperangkap

dalam peristiwa peperangan yang tidak hanya perang fisik saja namun juga perang melawan kekuatan-kekuatan mistis untuk memperebutkan kerajaan Sri Ratu Merah. Bagi penyuka cerita petualangan dan fantasi lokal, karya terbaru dari Djokolelono ini wajib menjadi santapan bacaan. Dengan kekuatan imajinasinya yang tinggi, Djokolelono berhasil menceritakan setiap detil suasanadari“duniakhayal”yang diciptakannya sehingga mampu membuat pembacanya larut kedalam alur ceritanya dan menyelesaikan bacaan hingga akhir. Selain cerita yang seru novel ini juga menghadirkan 2 tokoh legenda Gunung Kelud yaitu Pangeran Mahesasuro dan Lembusuro. Imajinasi penulis yang kuat dalam membangun plot cerita fantasi dengan setting kerajaan di Jawa masa lampau, kedatangan bangsa

Belanda di Jawa, ditambah dengan sedikit legenda Gunung Kelud membuat novel ini memiliki keunggulan sendiri sebagai sebuah novel fantasi lokal yang dengan gagah hadir untuk bersaing ditengah gempuran berbagai novel fantasi terjemahan karya penulis-penulis luar. Kehadiran novel ini tentunya juga bisa membuktikan bahwa tak hanya penulis-penulis luar saja yang mampu membuat sebuah kisah fantasi yang bagus. Malah dengan kisah fantasi bernuansa lokal seperti ini budaya dan legenda lokalpun turut terangkat kembali sehingga membuat para pembaca kita, khususnya generasi muda semakin mengenal dan menghargai budaya dan legendanya. Resensiator: Fitria Ridhaningsih Mahasiswa Ekonomi Pembangunan TM 2008


21

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Seputar Mahasiswa

Sosok

Mahasiswa dan Jaket Almamater Jaket Almamater tentu begitu lekat dengan Mahasiswa. Pasalnya inilah yang menjadi ciri khas mahasiswa yang membedakannya dengan mahasiswa lainnya. Setiap mahasiswa wajib mempunyai jaket almamater yang didapat sejak awal menjadi Mahasiswa. Di Perguruan Tinggi umummnya jaket almamater hanya wajib dikenakan mahasiswa pada hari-hari penting saja seperti masa pengenalan kampus, wisuda dan kegiatan resmi organisasi mahasiswa. Tetapi ada juga Universitas yang mewajibkan mahasiswanya memakai almamater dalam setiap aktivitas mahasiswa, mulai dari masuk area kampus, kegiatan perkuliahan, dan setiap kegiatan akademis lainnya maupun ekstrakurikuler. Bagaimana dengan UNP Sendiri? Untuk itu Ganto edisi 166 kali ini mengangkatkan tentang apa arti Jaket almamater ini bagi mahasiswa UNP? Apakah hanya sebagai pelengkap saja atau memang menjadi sebuah kebanggaan? Dibawah ini beberapa pertanyaan seputar mahasiswa dan jaket almamater, tandai jawaban berdasarkan pengalaman anda.

3.5 % 22.34 %

1. Kapan anda memakai jaket almamater? a. Pada saat kuliah b. Saat upacara di universitas c. Menghadiri acara organisasi kemahasiswaan d. Ketika masuk kantor jurusan/ dekanat e. Tidak pernah memakainya 2. Mengapa mahasiswa wajib mempunyai Jaket almamater? a. Sebagai lambang Universitas b. Untuk mengikat kebersamaan sesama mahasiswa c. Sebagai bukti kecintaan terhadap universitas d. Hanya sebagai pelengkap dan atribut saja e. Almamater tida k begitu penting 3. Apakah alasan yang membuat anda memakai Jaket almamater ke kampus? a. Karena disuruh atau diwajibkan dosen b. Karena memang bangga memakainya c. Untuk menunjukkan identitas sebagai mahasiswaUNP d. Untuk melindungi tubuh dari dingin ketika dikampus e. Karena ingin memakainya saja. 47.9 %

1. Kapan anda memakai jaket almamater?

2. Mengapa 21.62 % mahasiswa wajib mempunyai Jaket 21.93 % almamater?

58.06 % 7.3 %

4.1 % 12.71 %

12 %

1.28 %

18.42 % 64.95 % 1.51 % 2.41 %

3. Apakah alasan yang membuat anda memakai Jaket almamater ke kampus?

*Sampel 350 orang perfakultas

Kolom

Berbahasa Inggris Tidak Nasionalis (?)

Oleh Ariyanti

Dalam tatanan kehidupan global, tidak bisa dipungkiri, penggunaan bahasa Inggris lebih mendominasi dalam perkembangan informasi, komunikasi, dan IPTEK. Bahasa Inggris yang diakui sebagai bahasa resmi dunia, mau tak mau harus digunakan oleh masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, bila tak ingin ketinggalan informasi yang disiarkan oleh Negara-negara maju pengguna bahasa Inggris. Pengaruh globalisasi adalah salah satu alasan mengapa bahasa Inggris itu penting. Khusus untuk Indonesia, letak geografis Nusantara yang strategis juga menjadi salah satu faktornya. Bahasa, sebenarnya bukan lagi ukuran seseorang untuk mencintai negaranya apalagi ukuran untuk mempertahankan kedaulatan negaranya (nasionalisme). Banyak yang harus ditakdirkan berada di luar negeri, tapi belum tentu didalam dirinya melupakan bangsa aslinya. Mayoritas public figure dan juga para pejabat negara sering terdengar menyelipkan Bahasa Inggris dalam liputan pemberitaannya di media televisi. Tak luput juga para remaja, yang memang lebih dominan menggunakan bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Jika dikaitkan kembali dengan pernyataan bahwa yang tidak menggunakan bahasa Indonesia dianggap tidak nasionalis, bagaimana dengan masyarakat-masyarakat yang masih terbelakang. Masyarakat pelosok yang karena kurangnya pendidikan tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan lebih nyaman menggunakan bahasa daerah masing-masing, apa mereka juga dianggap tidak nasionalis? Bahasa Indonesia, bahasa yang lahir 28 oktober 1928 silam, tidak dapat dipungkiri merupakan suatu kebanggan atas semangat pemuda. Untuk dapat menyatukan beragam

(Mahasiswa Ilmu Sosial Politik TM 2010)

suku, etnik, dan budaya maka lahirlah kesatuan “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Namun, menyangkut-pautkan ketidaknasionalisan seseorang karena tidak menggunakan bahasa Indonesia sepertinya dangkal sekali. Seseorang yang berbahasa Indonesia dengan fasih belum tentu punya nasionalisme yang tinggi terhadap identitas negaranya. Para founding father tentu tidak menginginkan bangsa yang mereka perjuangkan terbelakang dalam hal kemajuan IPTEK. Mereka juga tentu tidak menuntut perjuangannya “didiamkan” dan hanya dirayakan ketika tanggal 17 Agustus saja. Perlu tindakan dinamis untuk perubahan. Tuntutan global memaksa setiap orang untuk mampu bertindak kreatif, dinamis, dan tentu sebuah bangsa yang ingin maju harus mampu menerima perkembangan baru. Dengan proses yang disebut filtrasi kebudayaan, di mana setiap “pembaharuan” yang masuk harus disesuaikan dengan budaya asli, dan tanpa menghilangkan kebudayaan asli tersebut. Nasionalisme seharusnya bukan lagi permasalahan teritorial, dimana sesorang yang jauh dari Indonesia yang harus berbahasa Inggris dianggap tidak nasionalis. Nasionalisme adalah permasalahn pribadi masing-masing. Ia tidak bisa dipaksakan dan juga belum tentu tampak. Hal-hal kecil seperti halnya berkarya dengan jujur, tanpa harus takut dinilai tidak nasionalis adalah wujudnya. Jadi, tidak perlu repot menilai kadar nasionalis seseorang melalui konsep-konsep jadul.

Bermanfaat bagi Orang Lain Ramah dan cerdas itulah kesan pertama kali bertemu dengan Afriva Khaidir , SH.,M.Hum.,MAPA saat ditemui di ruang kerjanya digedung rektorat. Meski ditemui di tengah kesibukannya dosen jurusan Ilmu Politik Sosial di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini tak terlihat keberatan. Kerja keras dan jangan pernah membuangbuang waktu, prinsip inilah yang dipegang teguh pria berusia 45 tahun dalam mengerjakan semua pekerjaannya. Sebagai seorang dosen, sejak awal pria yang diakrab dipanggil Pak Af ini memang dikenal sebagai dosen yang aktif dalam berbagai penelitian dan kegiatan kemanusiaan. “Pak Af adalah salah satu dosen yang sangat menonjol, tak hanya karena keintelektualannya tapi juga karena hubungannya yang baik dengan dosen ataupun masyarakat luar,” ujar salah seorang rekan sesama dosen di Fakultas Ilmu Sosial, Yasril Yunus M.Si, Kamis (23/2). Tak heran jika ia mendapatkan penghargaan sebagai Dosen Berprestasi Unggulan I di Universitas Negeri Padang (UNP) tahun 2010 lalu, Di tahun yang sama, ia juga menjadi finalis dosen berprestasi di tingkat nasional. Di tahun 2011, Bapak yang mempunyai dua anak ini dipercaya menjadi salah satu peloporpensosialisasianmahasiswaberkarakter di UNP. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan tentang pendidikan berkarakter, Ia telah menulis beberapa buku, diantaranya dua buku yang ia rilis bersama Prof. Dr. Prayitno, M.Sc. Ed tahun 2010 yaitu; “Model Pendidikan Karakter-Cerdas” dan “Wujud Penghayatan dan Pengamalan Nilai-nilai Karakter Cerdas FormatPembelajaranKlasikaldanNonklasikal” yang diterbitkan oleh UNP Press. Ia juga sering diminta untuk menjadi pembicara di seminartentangpendidikankarakterdiPadang.

Selain mengajar dan melakukan penelitian, sosok yang bercita-cita menjadi seorang guru besar ini juga sedang bergiat dalam proyek pembangunanIslamicDevelopmentBank(IDB) di UNP dan melakukan kegiatan penyuluhanpenyuluhan di bidang politik dan administrasi Negara seperti; Penyuluhan Penataan Administrasi Pemerintahan di Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar dan Penyuluhan dan Pelatihan Pendidikan Politik bagi Generasi Muda di Kota Padang. Namun siapa sangka, dibalik prestasi akademik yang dimilikinya, dosen lulusan S2 Universitas Utara Malaysia adalah seorang yang multi talented. Tak hanya jempolan dalam bidang sains tapi Ia juga jempolan dalam bidang seni. Bahkan semasa kuliah S1 di Universitas Andalas, Ia ikut aktif Dalam vocal group dan sempat menambah uang jajannya lewat dunia melukis yang sangat ia gemari. “Mungkin setelah pensiun, saya akan jadi pelukis,” ujarnya sambil tertawa, Selasa (24/1). Di akhir perbincangan Ia berpesan untuk para mahasiswa. “Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Bangunlah karakter yang benar-benar mencerminkan keintelektualan dari seorang mahasiswa,” tutupnya. Zolla Afriva Khaidir, SH, M.Hum, MAPA, P.hD


22

Sastra dan Budaya

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Cerpen

Ketika Oleh Andre Febra Rilma (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2009)

Senja kian menguap. Berganti malam yang menghitam. Hanya gelap yang tampak dari jendela kaca kamar kos-kosanku. Sesekali pendaran cahaya buram mobil-mobil dinas yang lewat menerawang masuk. Empat tahun sudah aku merantau ke negeri orang. Mengejar citacitaku sejak kecil. Ya, aku menjadi penghuni salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia. Orang-orang sering menyebutnya Kampus Ganesha. Masuk dalam keramaian salah satu provinsi dengan penduduk terpadat di Indonesia. Kota Kembang merupakan nama lain dari kota tempat aku berjuang saat ini. Untuk memperoleh selembar kertas sebagai syarat agar bisa diterima bekerja di seluruh perusahaan di Indonesia ini. Badanku menggigil hebat. Rasanya besok akan terasa begitu berat bagiku. Hanya bagiku mungkin.Karenateman-temanyangseperjuangan denganku justru akan merasakan hal yang berbanding terbalik denganku. Mereka pasti akan tertawa renyah, bersiul-siul dan tersenyum manis menatap lensa kamera. Dandanan yang elegan dan menor pasti akan menghiasi hari esok di audiotorium. Wajar saja hari spesial seperti ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Harusnya aku gembira esok hari. Tapi menjelang esok datang seolah membuka kembali lembaran kelamku. Lembaran masa lalu yang akhirnya membuatku merasa teramat sangat sedih saat ini. Malam ini jam terasa berjalan begitu lambat. Krek.krek..krek. Ku kunyah biskuit yang ku beli di swalayan sepulang dari kampus tadi, sembari menyeruput segelas teh panas. Ku coba menenangkan pikiranku. Menunggu esok kan datang. Tapi tetap saja aku merasakan gelisah. Sesal lebih tepatnya. Teringat kata-kata dosenku beberapa waktu lalu: “Penyesalan akan selalu mengikuti seumur hidup, maka berhati-hatilah dalam bersikap”. Ironis, pesan itu membuat dadaku sesak. Pendek, namun begitu berarti buatku. Malahan terasa begitu dekat denganku. *** Pagi itu, aku berangkat dengan penuh semangat. Seperti biasa dengan setelan baju wajib

anak SMA. Putih abu-abu. Baju putih celana abu-abu, ikat pinggang hitam, sepatu hitam. Agar terkesan sedikit lebih casual, aku memakai baju lampis kaos putih. Biar lebih keren tepatnya. Biasalah kebiasaan anak muda. Selalu ingin tampil keren agar jadi perhatian lawan jenisnya. Tak terkecuali juga aku. Aku yang juga menjabat sebagai ketua kelas merangkap ketua osis pastinya harus menjaga penampilan agar tampil rapi, sopan tetapi tidak culun. Aku melangkah dengan pasti menuju sekolah tercinta. Setelah memadatkan perut dengan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Pamit dan salaman dengan orangtuaku, aku menggeber sepeda motorku dengan kecepatan sedang ke arah sekolah. Segarnya udara pagi. Tak hanya sehat, udara pagi yang bersih ini juga membuatku tambah bersemangat untuk menuntut ilmu. Aku sangat menikmati setiap perjalanan menuju ke sekolah. Bagiku ini sangat menyenangkan. Melewati jalanan yang tenang, melintasi persawahan yang hijau. Anak-anak kecil yang mengggemaskan memakai baju seragam putih-merah. Lucu sekali melihat ada yang bajunya kebesaran. Mungkin untuk menghemat biaya oleh orangtuanya. Bajunya dibelikan dua kali lebih besar ukurannya agar bisa dipakai untuk setahun berikutnya. Inilah Indonesia, Sumatera Barat tepatnya. Selalu ada cerita dibalik fenomena-fenomena dari hal sederhana di sekitar kita. Sampailah aku di sekolah kebanggaan masyarakat Kabupaten Agam. SMA Negeri 2 Lubuk Basung. Salah satu dari dua sekolah yang dipercayai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Agam sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Begitu membanggakan mendengarnya. Selama ini yang terpikir olehku sekolah seperti ini hanya ada di Ibukota Provinsi yaitu Padang. Aku merasa beruntung jadi bagian dari sekolah ini dan lebih beruntungnya lagi aku termasuk dalam kelas rintisan tersebut. Kelas dengan kualitas pembelajaran dan standar paling tinggi di sekolahku.

Sekolah berjalan lancar seperti biasanya, Matematika, Fisika dan Bahasa Indonesia ku lalui dengan tenang. Alan teman sebangkuku tiba-tiba lari tergopoh-gopoh mengejarku yang sudah sampai di parkiran sekolah. “Ndre, Bapak Kepala Sekolah memanggilmu. Di tunggu diruang Kepsek, ada sesuatu yang penting” ujarnya. “Oke. Aku kesana sekarang Lan” jawabku “Sip “ katanya sembari berlalu keluar gerbang sekolah. Aku bergegas menuju ruangan Kepala Sekolah, disana beliau sudah menunggu dengan wajah penuh senyum. Senangnya hatiku. Senyum berarti kabar bahagia. Aku jadi tak sabar

mendengar berita gembira apa yang akan disampaikan beliau. “Andre, Bapak punya kabar gembira untukmu. Sekolah kita mendapat formulir PMDK dari ITB. Suatu kesempatan yang sangat berharga jika dibiarkan begitu saja. Bapak telah mendiskusikan hal ini dengan majelis guru, dan kami sepakat kalau formulir itu diserahkan pada siswa terbaik SMA kita yaitu kamu. Bagaimana ndre? “ kata beliau “Alhamdulilah, saya mau pak. Dari dulu saya memang mengidamkan untuk masuk ITB. Saya tidak akan menyiakan peluang ini. Saya

Kritik Cerpen

Realisme Tragis Hidangan Andre

tua. Sebagai orang tua, seorang bapak wajib memenuhi (segala) kebutuhan anaknya, apalagi Oleh: yang berkaitan dengan pendidikan sebab dengan M. Isa Gautama, M.Si. pendidikanlah masa depan ditata dengan baik, sebagai modal intelektual-sosial yang tak ternilai harganya. Namun, seorang bapak tetap seorang manusia. Membaca fiksi juga dapat jadi terapi jiwa. Ketika kenyataan begitu angkuh sebenarnya Manusia yang sadar dengan tanggung jawab ia tengah membawa misi untuk menguji sesuai peran dan fungsinya, yaitu menjadi ayah manusia, bahwa hidup memang harus bagi semua anak-anaknya. Manusia yang diperjuangan, dengan penuh kehati-hatian berpotensi sakit, berpotensi melemah, secara fisik sebab kealpaan mengintai di segenap arah. dan nonfisik. Manusia yang menyadari bahwa Jika salah, maka penyesalan akan ia hidup dan tumbuh di atas pertolongan orang menggantung selamanya di benak si penyesal. lain yang dekat dengannya, significant others Cerpen Andre mencoba menyuarakan (istilah sosiologi-komunikasi untuk para manusia kealpaan manusia. Hidup memang perlu terdekat, terutama secara keturunan dan relasi ambisi, karena justru ambisilah yang membuat sosial) adalah individu yang selalu mengukur eksistensi manusia dapat direalisasikan. Ambisi dan menakar gerak-geriknya, prilaku, sikap, seolah bahan bakar mengejar cita-cita, bahkan perasaan dan monolog dalam dirinya. Tokoh aku, yang bernama Andre (mirip menjadikan target sebagai sesuatu yang layak direngkuh. Namun ambisi yang terlalu dengan nama pengarangnya) adalah insan yang ambisius menjadikan manusia lupa, bahwa polos menjalani hidup. Baginya, seorang bapak seluruh ambisi dan cita-cita tetap berakar yang baik adalah yang mau berkorban apa pun dari sekumpulan relasi dengan manusia lain. demi dirinya sebagai anak yang sedang menuntut Ambisi ternyata berelasi dengan pola dan ilmu di negeri seberang. Di sini, ketokohan cara berinteraksi dengan siapa pun, termasuk yang kuat antara Andre di satu sisi dan sang Bapak si sisi lain, telah berhasil menjadikan orang tua kita. Cerpen Ketika menyorot betapa tragisnya cerpen ini sarat dengan konflik yang sangat kealpaan manusia dengan cara yang (lumayan) masuk akal dan menjadi roh cerpen ini. Suasana yang dibangun melalui teknik surut memikat. Sebagai sebuah refleksi, cerpen ini mencoba meninjau ulang arti cita-cita jika balik ( flash-back ) menjadikan cerpen ini dikonfrontasikan dengan nilai-nilai dan bernuansa diakronis, sekaligus sinkronis. kewajiban seorang anak. Kewajiban juga Diakronis karena ada retropeksi ke akar bersanding dengan hak dan kewajiban orang kronologis cerita. Sinkronis karena ada refleksi

ke sisi sosiologis tema. Tema penyesalan seumur hidup tersebab kekhilafan bertindak dan bersikap terhadap orang tua sendiri adalah tema klise sepanjang sejarah fiksi terbentang. Namun dengan cara yang tidak biasa ditempuh oleh para cerpenis Ganto. Andre telah mencatatkan namanya sebagai salah seorang cerpenis Ganto yang paling otentik lewat karya, dan orisinil lewat usaha penulisan cerita (pendek). Adapun kekurangan yang mungkin dapat ditakar adalah tentang logika tidak diinformasikannya tentang kewafatan ayahanda sang tokoh. Di dunia nyata, rasanya sangat susah dicari momen di saat sang ibu dengan teganya tidak menginformasikan berita berpulangnya si ayah kepada anaknya di rantau, betapapun dan berapapun tingginya potensi konflik di antara mereka berdua. Pada titik ini, Andre (sang cerpenis) memang harus belajar dan hati-hati menyusun dan merangkai logika cerpennya. Di lain sisi, cerpen ini menyiratkan usaha untuk menampilkan realitas Indonesia, meski secara selintas. Tengoklah di dunia nyata, betapa sangat tidak beruntungnya kalau kita sakit dan mesti berurusan dengan dunia medis. Betapa susah dan mahalnya biaya kesehatan, manakala kesejahteraan rata-rata manusia Indonesia masih sangat jauh dari cita-cita para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan. Cerpen ini tanpa disadari telah memuat kritik sosial yang terjalin rapi di balik tirai cerita. Teruslah berkarya, Andre!

akan bicara langsung dengan orangtua saya pak” jawabku menahan haru. “Baik. Kamu langsung saja mengurus semua sarat pendaftaran ke bidang kesiswaan ya” “Baik pak. Terimakasih atas kepercayaan yang telah Bapak berikan kepada saya” Aku menyampaikan kabar gembira ini di rumah. Semuanya begitu senang mendengarnya. Kedua adik perempuanku Dhita dan Indri. Bangganya aku. Akhirnya bisa juga aku kuliah di kampus impianku sejak masih basalemo dulu. Hari ini begitu indah. Waktu berlalu. Hingga sampai hari keberangkatanku ke Bandung. Namun malang menimpa. Adikku jatuh sakit dan harus di operasi. Biayanya begitu mahal. Orangtuaku terpaksa memakai uang yang tadinya untuk keberangkatanku ke Bandung untuk biaya operasi adikku. Entah setan apa yang merasuki, aku marah dan sakit hati atas perlakuan itu. Padahal sebentar lagi perkuliahan akan dimulai. Ayah marah akan sikapku. Aku bertengkar hebat dengannya. “Kamu benar-benar tidak punya perasaan. Adikmu sakit tapi kau malah marah uang itu dipakai untuk biaya pengobatannya. Berangkat sajalah kau dari rumah ini. Kuliah dengan biayamu sendiri. Anakku tidak sekejam kau yang tega membiarkan adiknya menderita!!” “Baik hari ini juga aku berangkat. Aku benci kau lelaki tua. Harusnya kau memprioritaskan aku, karena aku anak pertama dan laki-laki pula. Jika aku berhasil, akulah yang akan menopang keluarga ini! Mulai hari ini ayahku tlah mati!!” sengitku dengan amarah yang meledak-ledak. Aku memutuskan tetap berangkat ke ITB dengan membawa kemarahan. Ibu sempat memberikanku sedikit ongkos dan jajan seminggu. Aku tak sudi pamit pada ayah. Hatiku sakit. Berangkatlah aku dengan kapal “Ombak Baguluang’” menuju Jakarta. Selama 3 tahun lebih aku kuliah sambil membanting tulang setiap hari. Aku tak sudi meminta dana dari ayah. Sesekali ibu mengirimkanku uang dan sambal rendang. Keluargaku memang tidak terlalu kaya. Hingga pada suatu waktu aku benar-benar kehabisan dana. Untuk meminjam uang pada teman sekamar rasanya aku malu karena terlalu sering. Aku butuh uang membeli laptop untuk menyelesaikan skripsiku. Karena tak ada pilihan lain aku menelepon ibu ke rumah. Dan ibu menyanggupinya untuk meminjam uang di bank untuk membeli laptopku. Aku sudah mengatakan tak mau uang dari ayah. Seminggu kemudian, uang sudah aku terima dan laptop langsung ku beli. Skripsiku selesai lebih cepat. Aku ingin segera wisuda dan membuktikan pada ayah bahwa aku bisa tanpa uang darinya. Anak kampung dari Cacang Tinggi, desa kecil di Sumatera Barat bisa menaklukkan kerasnya Kampus Ganesha. Saat aku menelpon ke kampung untuk mengajak amak jo ayah agar hadir ke acara wisudaku. Ibuku terisak. “Ayahmu sudah meninggal nak. Sebulan yang lalu. Gagal ginjal. Terlambat melakukan operasi. Ibu tak bisa mengabarimu karena kamu sedang ujian. Ibu takut mengganggu konsentrasimu. Sebenarnya ibu tidak meminjam uang ke bank untuk membeli laptop untukmu. Itu uang dari ayahmu. Ia bilang ke ibu ia dapat gaji tambahan dari direkturnya. Ibu tidak curiga sedikitpun. Dan keadaanmu juga mendesak saat itu. Makanya segera ibu terima dan ibu kirimkan padamu. Tapi akhirnya ibu tahu uang itu sebenarnya untuk biaya operasi ginjal ayahmu. Ayahmu selalu merindukanmu nak. Berulang kali ia berkata hal tersebut pada ibu dan adik-adikmu. Ia rela uang operasinya dipakai untuk kesuksesanmu bahkan tanpa memberitahu kami. Dan akhirnya, ayahmu meninggal karena keterlambatan operasi. Biaya yang menjadi kendalanya nak. Ketahuilah nak ayahmu sangat menyayangimu”. Kata-kata ibu kembali terngiang di telingaku. Kata-kata itu pulalah yang membuatku merasa hampa menghadiri wisuda besok. Ayah tak akan datang. Tak akan pernah datang. Meski ratusan kali aku mengutuki diriku. Senyumannya empat tahun lalu tak akan pernah lagi kulihat. Kata maaf atas kedurhakaanku juga tak akan pernah aku dapatkan. Kelu dan pilu malam yang dingin membungkus kesedihan hatiku.


Sastra dan Budaya

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012

Sajak

23

Kritik Sajak

Cermin Oleh: Zulfadhli, S.S, M.A

Serpihan cermin berserakan di tepian halaman Sisa keangkuhan masa lampau Ia terlantar, bak sampah dikhianati zaman Disini hanya ada cerita tentang yang kelam Karena Tak ada cahaya disini Wujud jelas frustasi Kugambar dalam diksi Aku tak pernah mengerti Hanya cerita menyayat hati Yang selalu tertulis dalam bilik kertas ini Cermin nyata namun maya asli tapi palsu, palsu tapi asli inilah aku! sekeping cermin di lautan sunyi!

Puisi dan Kekuatan Imajinasi

Andre Febra Rilma Mahasiswa Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia TM 2009

Ibu Renyuh hati, Menumpuk iba di tiap detak nadi Menambah ngilu bathin renta Apa yang paham? Semilir tawa menjadi tirai isak Seujar tidak, mewakili kata aduh Apa yang paham? Pipit lumpuh malang dalam rumpun ilalang Menanti puyuh hendak terbang Novi Yenti Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2011

Sebagai Dedaun Ketika gerimis Bergegas pergi tanpa pamit Kau datang bagai angin yang ranum Menerbangkanku sebagai dedaun Di sudut lengang tamanmu Aku terjatuh luruh Sementara kau terus saja berbisik “terbanglah lagi, Terbanglah sekali lagi� Syukrya ningsih Mahasiswa Kimia TM 2009

Puisi adalah karya yang padat makna. Hal ini berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam puisi merupakan simbol-simbol dan kode-kode makna yang harus diinterpretasikan oleh pembaca. Aspek bunyi, diksi, gaya bahasa, citraan, dan tipografi merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam rangka memahami makna sebuah puisi. Kekuatan puisi terletak pada kemampuan penyairnya dalam memberdayagunakan segala unsur yang ada untuk membangun puisi tersebut. Sebagai sebuah karya fiksi, kemampuan berimajinasi dan mengaplikasikannya melalui katakata merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh seorang penyair. Hal ini dapat dilihat pada puisi-puisi yang diterbitkan Ganto edisi kali ini. Puisi Sebagai Dedaun yang ditulis oleh Syukrya Ningsih memperlihatkanbahwakemampuan imajinasi akan menghadirkan suasana dan kesan tertentu, meskipun hanya dituangkan dalam diksi yang sederhana. Puisi ini menggambarkan tentang si aku yang menyimbolkan dirinya dengan dedaun. Si aku ditinggal pergi secara tiba-tiba oleh seseorang yang sangat ia cintai. Di tengah kesendirian si aku, kau datang bagai angin yang ranum yang memberikan sejuta harapan kebahagiaan kepada si aku. Si (kau) juga datang dengan memberikan panorama keindahan yang menjanjikan. Hal ini tampak pada larik //menerbangkanku sebagai dedaun di sudut lengang tamanmu//. Meskipun si aku berada dalam kesulitan, kesusahan, si kau terus memberi semangat untuk tetap bertahan dalam meraih kebahagiaan. //Aku terjatuh luruh, sementara kau terus saja berbisik// terbanglah lagi, terbanglah sekali lagi. Melalui puisi Sebagai Daun, penyairnya mampu memberikan pesan kepada pembaca

bahwa dalam kondisi dan situasi seperti apa pun, kita harus tetap berusaha dalam mencapai apa yang telah dicita-citakan. Puisi Ibu yang ditulis oleh Novi Yenti menggambarkan suasana hati seorang anak yang teringat akan kasih sayang dari sang Ibu. Melalui diksinya, penulis mampu menyampaikankesandanperasaannyaketika sang ibu tidak berada di dekatnya. Hal ini terlihat pada larik //Renyuh hati, menumpuk iba di tiap detak nadi, menambah ngilu bathin renta. Tapi, tak ada yang mengerti dan paham tentang perasaan dan kesendiriannya. Ia hanya bisa berharap suatu ketika nanti dapat bertemu dengan sang ibu. Hal ini dikiaskan dengan //Pipit lumpuh malang dalam rumpun ilalang// menanti puyuh hendak terbang//. Begitu pula dengan Puisi Cermin yang ditulis oleh Andre Febra Rilma. Dalam puisi ini Andre mengemukakan tentang kenangan kelam masa lalu yang terus membayangi si aku. Kenangan itu selalu hadir seolah-olah tersimpan dalam sebuah cermin. Kenangan itu diibaratkan sebagai sisakeangkuhan masa lampau. Si aku tak pernah mengerti dengan catatan kelam masa lalu itu, yang ada hanya cerita yang menyayat hati yang selalu tertulis di bilik kertas. Kebenaran akan catatan kelam itu selalu menjadi pertanyaan tak berkesudahan. Hal ini terlihat pada larik / /cermin/nyatanamunmaya/aslitapi palsu, palsu tapi asli//inilah aku..! sekeping cermin di lautan sunyi. Ketiga puisi yang dimuat Ganto edisi kali ini memperlihatkan betapa kekuatan imajinasi pengarang merupakan salah satu aspek penting yang ada dalam proses penciptaan sebuah puisi, meskipun hanya ditungakan dalam diksi yang sederhana: Dedaun, Ibu, Cermin. Selamat untuk Syukrya Ningsih, Novi Yenti, dan Andre Febra Rilma. Teruslah berimajinasi, ekspresikan dalam puisi. Salam.

Catatan Budaya

Individualis Oleh Ariyanti (Mahasiswa Ilmu Sosial Politik TM 2010)

Kehidupan ala komplek perumahan terlihat seperti terkotak-kotak. Mereka dibatasi pagar dalam kehidupan sendiri-sendiri. Kadang terlihat seolah tidak peduli, bahkan mungkin tanpa sosialisasi. Apa ini yang dinamakan individualis? Realita individualis kerap disamaartikan dengan tingkah egois. Jika dirujuk dalam kehidupan di Indonesia, cap individualis sering dianggap negatif. Kehidupan metro yang sibuk, macet, serta sistem kerja lembur kerap membuat sosialisasi ataupun temu ramah antar tetangga sulit terjadi. Padahal, sebenarnya telaah arti individualisme (paham untuk orang-

orang individualis) dalam The Oxford dictionary of Philosophy lebih memiliki makna positif, dimana individualisme adalah pahambahwa perseorangan adalah unit dasar dari suatu uraian kehidupan, dengan keseluruhansosialmenjadikonstruksi logis pendukungnya, atau jalan yang membicarakan jumlah dari individuindividu yang ada dan hubungan diantara mereka. Pandangan ini melihat bahwa masyarakat adalah koleksi (kumpulan) dari individuindividu, tidak lebih dan tidak kurang. Individualisme meyakini setiap orang merupakan “akhir� dalam dirinya sendiri, dan tidak perlu ada orang yang dikorbankan untuk kepentingan orang lainnya. Segala kompleksitas akan pengertian individualis ini membentuk paham mayoritas (kebanyakan) masyarakat menjauhi sifat

individualis. Namun, kenyataannya individualis bukanlah suatu hal yang patut dinilai buruk. Bila mencontoh pada tata kehidupan di Amerika yang terkenal individualis, di sana bisa dibilang lebih rapi, dibanding tata kehidupan Jakarta. Sebagai contoh, dalam hal lalu lintas Amerika tidak mengenal keriuhan bunyi klakson ketika macet, hampir tidak ada yang memaksa untuk menggunakan bahu jalan. Jika ada pejalan kaki, pengendara mobil hampir selalu mengalah terhadap mereka. Di setiap perempatan yang tidak ada lampu lalu lintas, dengan sendirinya para pengendara mobil akan berhenti dan menunggu giliran. Sulit ditemukan orang yang main menyelonong. Mungkin karena paham individualis ini juga maka masyarakat Amerika mampu menjalankan demokrasi dengan baik. Dengan sikap ini setiap

masyarakatnya tidak lagi mengeluhkan nasib seutuhnya pada pemerintah, serta tidak melulu menyalahkan pemerintah dalam segala kegagalan aspek hidup bernegara. Kesimpulannya adalah dengan mampu memaksimalkan kemampuan sendiri serta mandiri maka akan mengurangi beban pemerintah, apalagi hanya untuk mengurusi masalah-masalah kecil seperti halnya lalu lintas, bukankah setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Satu hal yang dapat dipastikan lagi, bahwa individualisme bukan berarti tidak toleransi. Pada dasarnya setiap individu adalah toleran, tidak ada yang ingin sengaja merusak kepentingan orang lain bukan? Individualis menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Individualis merupakan suatu bentuk tanggungjawab penuh atas diri

sendiri dan yang paling penting adalah suatu pencapaian yang seorang individualis inginkan tidak mengganggu individu lain. Dengan kata lain, ia memaksimalkan kemampuan pribadinya dengan mandiri, tanpa harus membebankan kepentingannya tersebut kepada orang lain. Bukan suatu perbuatan yang bijaksana untuk menjelekkan negara sendiri dan meninggikan negara lain. Individualis mungkin bertentangan dengan kehidupan timur yang menuntut kebersamaan di atas segalanya (kolektivisme), namun perlu satu mental yang harus dihilangkan dalam kehidupan bernegara, khususnya Indonesia yaitu mental pengemis, dimana semua urusan dikeluhkan pada pemerintah.


24

Edisi No. 166/Tahun XXII/ Januari-Februari 2012


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.