Epitope vol. 4

Page 1

EPITOPE Edisi IV

Energi Terbarukan yang Sudah Ada

Majalah Keilmuan Mikrobiologi

Rhamcolipid untuk Peningkatan Produksi Minyak Dunia

MEOR Bagaimana persediaan minyak bumi nasional pada masa mendatang?

Bakteri Sebagai Sidik Jari?



Epitope Ed. IV

1


Epitope Ed. IV

2


Epitope Ed. IV

1

6

EDITORIAL’S NOTE

SAMBUTAN

3

TABLE OF

CONTENTS

7 PERINGATAN HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

12

iGEM 2015

Rhamcolipid untuk Peningkatan Produksi Minyak Dunia

8

BIOHIDROMETALURGI

3 TABLE OF CONTENTS

Evolusi Penambangan Berkelanjutan

14 MICROBIAL FUEL CELL

15 DICTIONARY MEOR


Epitope Ed. IV

4

16

19 Dictionary

MEOR

20 BIOFUEL MICROALGAE

24 Cerpen

Mikroalga

22

ENHANCING SHALE GAS PRODUCTION A better energy future in Indonesia

26

DIAN

OPINI Akselerasi Perjalanan Biofuel 3G

27

30

FUN FACTS

Bakteri Sidik Jari? Microbes Sleeping Beauty

KEGIATAN HIMPUNAN

Gebrak Warjabakti dengan Jamur Tiram

32 Mycoexpo


Epitope Ed. IV

5

34

GALLERY

38

40

MAKANAN FERMENTASI

INSPIRATIONAL MICROBIOLOGIST Arekha Bentangan, Microbiologist dibalik GROWBOX

42

TESTIMONI PKM

43 GLOSSARY

44

KONTAK ARCHAEA


Epitope Ed. IV

6


Epitope Ed. IV

7

28 ~Hari Jadi Pertambangan dan Energi ~

September


Epitope Ed. IV

8


Epitope Ed. IV

9


Epitope Ed. IV

10


Semarak merupakan acara seminar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi ARCHAEA ITB. Pada tahun 2016 ini, Semarak akan bertemakan mengenai “Microbial Energy Present and Future� yang akan membahas mengenai peran mikrobiologi dalam bidang energi di masa kini dan bagaimana mikrobiologi dapat menjawab tantangan krisis energi di masa depan. Semarak : Microbial Energy Present and Future akan menghadirkan b erbagai p embicara yang komp eten dalam p emanfaatan mikroorganisme di bidang energi, seperti Dr. Dea I. Astuti dan Prof. Drs. Nyoman K. Kabinawa, MM., APU.

20 Februari 2016


Epitope Ed. IV

12


Epitope Ed. IV

13



Epitope Ed. IV

15

MEOR Microbial Enchanced Oil Recovery/ 1. Teknologi berbasis biologis yang terdiri dalam fungsi dan/atau struktur memanipulasi lingkungan mikroba yang ada dalam reservoir minyak.


Epitope Ed. IV

16

MEOR

DAN MASA DEPAN RESERVOAR ‘TUA’ MINYAK BUMI INDONESIA

Ratna Eka Puteri

W

orld Energy Scenario telah memprediksikan bahwa hingga tahun 2050 mendatang bauran energi dunia tetap akan didominasi oleh bahan bakar fosil termasuk minyak bumi dengan proporsi mencapai 50-77%. Bahan bakar fosil ini masih akan digunakan secara konsisten untuk kegiatan industri dan transportasi. Di Indonesia sendiri sejak tahun 2011, minyak bumi digunakan dalam share total energi sebanyak 35% hal dan pada tahun 2013 jumlah konsumsi minyak mentah per harinya telah melebihi jumlah yang mampu diproduksi sebanyak lebih dari 2 kali lipat. Jika hal ini terus berlanjut, Indonesia akan mengalami ketergantungan yang berlebihan pada impor minyak bumi dalam jangka waktu 20 tahun mendatang. Hal ini mendorong perlunya pengembangan dan implementasi diversifikasi energi termasuk dari sumber nonkonvensional seperti CBM, Shale dan Metana Hidrat. Namun, akibat keterbatasan teknologi, infrastruktur dan ekonomi, sumber energi ini kemungkinan masih tidak dapat tersedia dalam waktu dekat. Oleh karena itu, solusi yang paling feasible adalah melakukan optimalisasi pada sumur-sumur tua dan lapangan kecil yang ada di Indonesia.


Epitope Ed. IV

17 Ada sebuah pernyataan yang menarik dari Kepala Divisi Kajian dan Pengembangan, SKK Migas, Ibu Ira Miriawati dalam Event Biannual Oil and Gas Recovery for Indonesia, sebuah konsorsium penelitian yang terdiri dari berbagai industri minyak dan gas nasional dengan Teknik Perminyakan ITB pada November 2015 lalu. Beliau dengan jelas menekankan bahwa masa depan persediaan minyak bumi kita terletak pada 'heavy' dan 'extra heavy' oil reservoir. Berdasarkan studi literatur, jumlah cadangan potensial minyak terbesar yang dimiliki Indonesia masih terletak di Wilayah Indonesia bagian barat, khususnya pada Lapangan-lapangan di Pulau Sumatera. Meskipun data ini sifatnya relatif dan masih dapat berubah-ubah karena dipengaruhi kondisi ekonomi dan geopolitik. Setidaknya hal ini memberikan secercah harapan bahwa

sumur-sumur tua yang kita miliki masih dapat dieksploitasi dan dioptimalisasi dengan kandungan cadangan potensial dari total Original-oil in place (OOIP) sebanyak 55%. Metode Enhanced Oil Recovery atau EOR dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dari sumur-sumur tua ini. Dari sekian banyak teknologi EOR yang bisa d i t e r a p k a n , c o s t d a n operasional/keekonomisan tetap menjadi dasar pertimbangan implementasi di lapangan yang paling utama. Kedua, melihat dunia yang semakin 'concern' pada sustainability maka predikat teknologi yang 'ramah lingkungan' menjadi sebuah keharusan. Salah satu sub-metode EOR, yakni Microbial Enhanced Oil Recovery dapat menjadi jawaban yang tepat.


Epitope Ed. IV

18 Microbial Enhanced Oil Recovery atau MEOR merupakan pemanfaatan aktivitas mikroba dan bioproduk yang dihasilkan seperti bio-gas, bioasam, bio-surfaktan dan bio-polimer untuk meningkatkan perolehan minyak bumi. MEOR memiliki keunggulan dibandingkan metode EOR lainnya karena dapat diaplikasikan pada sumur minyak yang sudah tidak dapat diproduksi secara efisien dan ekonomis dengan metode lain, ramah lingkungan, biaya operasional murah serta dapat diaplikasikan pada berbagai sumur dengan jenis minyak mulai dari fraksi berat hingga ringan akibat adanya diversitas metabolisme biodegradasi hidrokarbon yang dimiliki mikroba. Aplikasi MEOR dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yakni: (1) Biostimulasi atau injeksi nutrisi dan (2) Bioaugmentasi atau injeksi mikroba lokal(indigen) yang telah dikayakan di sebuah bioreaktor. Pemilihan dari kedua teknologi MEOR ini biasanya bergantung pada sifat dan karakteristik reservoar minyak bumi terpilih dimana MEOR akan diaplikasikan

(e.g. porositas, permeabilitas dan wettability) sehingga metode MEOR umumnya bersifat site specific. Keberhasilan penerapan teknologi MEOR dalam skala lapangan telah dibuktikan oleh Advanced Technology yang mana sejak tahun 1993 telah dilakukan injeksi mikroba ke lebih dari 2500 sumur minyak di Danau Maracaibo dan menghasilkan peningkatan produksi sebesar 80-300% pada 86% dari jumlah sumur total yang diaplikasikan (Yen, 1990). Kedepan, kebutuhan mengenai investigasi dan penelitian lebih lanjut mengenai detail mekanisme (up-scaling dan 3DModelling) dan metabolisme mikroba pendegradasi minyak bumi di dalam resevoar, pengaruh mikroba terhadap perubahan karakteristik batuan dan faktor lingkungan yang mengontrol kondisi mikroba masih menjadi tantangan yang harus dijawab oleh Petroleum, Reservoir engineer dan Microbiologist sehingga teknologi MEOR menjadi sebuah metode yang reliable dan well-established.


Epitope Ed. IV

19

MIKROALGA Mikro – alga/ 1. Alga berukuran mikro yang biasa dijumpai di air laut maupun di air tawar, dapat hidup soliter atau berkoloni serta memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber.


Epitope Ed. IV

20


Epitope Ed. IV

21


Epitope Ed. IV

22 ENHANCING SHALE GAS PRODUCTION A BETTER ENERGY FUTURE IN INDONESIA

Ratna Eka Puteri

I

ndonesia is one of many nations

that possesses enormous

conventional

and

unconventional gas resources. Shale gas has a significant advantage over coal as its utilization for electricity production results in fewer carbon emissions and decreases energy costs. With lower costs and lower emissions, shale gas can become one of the most important energy sources in Indonesia. Microbial-enhanced shale gas production stands to fulfill this impending demand for unconventional gas. Shale is a sedimentary rock that was once deposited as mudcombination of water, clay and siltand is generally a combination of clay, silica (quartz), carbonate (calcite or dolomite), and organic material. Shale may also have thin beds or laminae of sandstone, limestone, or dolostone. The mud was deposited in deep, static water such as in large lakes or deep seas and oceans. Picture : Frackpool, by jasonlamb.co.uk


Epitope Ed. IV

23 becoming what we know as

different microorganisms acting as

conventional gas, but some gas is

a team or consortium.

usually still trapped in the micro

The methods that can be used

pore spaces or attached to the

for enhancing microbial methane

organic matter within the shale.

production from shale includes

This is where we find shale or

adding nutrients such as acetate,

unconventional gas.

H2 or CO2 to enhance the activity

Fractures method is already

of native populations of

available and can act as a

microorganisms (biostimulation),

conduit for the movements natural

adding microorganisms to enhance

gas from shale and increase its

methane

permeability. This method was

(bioaugmentation), and altering

production

The organic matter in the mud was

called hydraulic fracturing or

the chemical and physical

algae, plant matter, or plankton that

fracking. Hydraulic fracturing is the

properties of the shale to increase

died and sank to the sea floor or

process of transmitting pressure by

its availability for microbial

lake bed before being buried

fluid or gas to create cracks or to

degradation using various

(Blatt and Tracy, 2000).

open existing cracks in

combinations of these

hydrocarbon bearing rocks

approaches.

In the shallow burial or a few hundred meters deep, mud will turn

underground.

Three shale basins in Sumatera

into shales where bacteria can

The fracking method in

(Baong shale, Telisa shale and

feed on the available organic

extracting shale gas can be

Gumai shale), two basins in Jawa,

matter and release biogenic

improved by microbial-enhanced-

two basins in Kalimantan and

methane as a byproduct. In several

shale gas generation. The principal

Classafet formation of potential

kilometers deep burial, heat and

component in microbial natural gas

shale gas resources has been

pressure can crack the organic

generation is methane gas (CH4),

identified. Total potential of all

matter and turn it into thermogenic

and the overall biodegradation

these shale gas reservoirs are

methane. The methane will escape

process called methanogenesis.

about 574 tscf, making Indonesia

and migrate into the more porous

Biodegradation pathways in

one of the ten largest nations of

methanogenesis are complex as

unconventional gas producers. RE

rock of conventional reservoirs,

can be seen in figure 1 and involve


Epitope Ed. IV

24

DIAN Lulu Nur Afifah

D

ebu dan asap hasil pembakaran kendaraan bertebaran di mana-mana. Angin sepoi-sepoi yang seharusnya menyejukan malah menyesakan dada. Kupercepat tanganku untuk mencari benda itu, benda yang dapat menyelamatkanku dari kesesakan ini dan dengan cepat menggunakannya sehingga menutupi sebagian wajahku. Aku berjalan dengan mantap memasuki pintu bangunan ini menuju bagian belakang dan menunggu keretaku. Puluhan orang berdesak-desakan membawa box-box dan tas besar mereka. Beberapa berebut tempat duduk yang sudah penuh. Tak hanya pemandangan itu, teriakan penjual asongan sayupsayup juga menyapa telingaku, “Air, Pak!”, “Gorengannya, Bu,” “Ya, risolnya...risolnya...risolnya cuma 2000.”


Epitope Ed. IV

Pemandangan yang begitu padat dan menyesakan. Aku memang sudah terbiasa ke sini setiap hari libur menyapa, untuk kembali ke kampung halamanku, akan tetapi ini pertama kalinya aku melihat pemandangan sepadat ini. Tiba-tiba seseorang menarik bagian bawah bajuku, aku menoleh. Pandangan tegasku seketika melembut. “Kak, tisunya satu kak, cuma 3000,” ujar anak kecil di depanku pelan. Rambutnya keriting, bajunya lusuh, tingginya sekitar pinggulku, ia menggendong sebuah keranjang yang lebih besar dari lebar tubuhnya yang berisi tisu. Angin sepoi-sepoi memainkan rambut ikalnya. Aku mendekat padanya. “Mau tisunya, kak?” tanyanya. Saat dia mendekat, kusadari bibirnya pucat pasi. Mataku dengan cepat melirik pada tisu di keranjangnya dan mengangguk mantap. “Mau berapa kak?” tanyanya tanpa ekspresi apapun yang kuartikan sebagai ekspresi lelahnya. Matanya yang bening dan polos menatapku, seperti menancapkan sebuah pisau ke ulu hatiku, anak sekecil ini… “Adek namanya siapa?” tanyaku mengalihkan pertanyaan anak polos ini. “Dian, kak,” jawabnya singkat. “Sekolah nggak? Kelas berapa?” tanyaku lagi. Tiba-tiba Dian tersenyum dan bersemangat, “Sekarang aku masih belum sekolah, kak. Tapi kata mama tahun depan aku boleh masuk SD.” Ia terbatuk lagi di tengah antusiasme dan senyumnya yang tiba-tiba membuat mataku panas. “Dian pengen banget sekolah, ya? Kenapa?” tanyaku penasaran “Iya kak, soalnya kalo sekolah banyak teman, terus pakai baju bagus. Makanya Dian bantu mama cari uang biar bisa sekolah tahun depan.” ujarnya penuh energi yang kutaktahu ia dapatkan darimana. Wajahnya yang sedikit pucat, rambutnya yang lucu dan senyumannya yang manis membuat Dian terlihat energik di sore yang sesak ini.

“Oh iya, kakak jadinya mau beli berapa tisu?” tanyanya. Tanganku dengan cepat membentuk angka sepuluh, dengan cerdik iapun memisahkan satu tisu untuk satu jariku, maklum ia belum bisa berhitung, dan setelah ia selesai memisahkan sepuluh tisu, matanya membelalak, “Sebanyak ini kak?”tanyanya. Aku mengangguk cepat. “Yeaaay!” teriaknya spontan yang berhasil membuatku ikut bersemangat. Ia memasukkan sepuluh tisu itu ke dalam keresek lalu memberikannya padaku, terlihat wajahnya yang lega karena berat keranjang yang dibawanya sudah banyak berkurang. “Dian, ini uang buat bayar tisunya,” ujarku sambil memberikan 30 ribu ke tangannya. “Dan ini uang buat Dian sekolah,” bisikku sambil menyelipkan uang kedalam tas kecil yang dibawanya, kepalanya yang mungil mengikuti pergerakan tanganku. “Dan ini….” ujarku sambil mengeluarkan sebuah roti dan lima butir permen dari dalam tas dan memberikannya pada Dian. Wajahnya biasa saja saat melihat roti namun langsung berbinar saat melihat permen. Ia mengambil permen-permen itu dengan semangat dari tanganku tanpa sedikitpun menyentuh rotinya. “Loh, nggak mau rotinya?” “Dian diajarkan buat nggak jadi peminta-minta sama mama,” jawabnya murung. Aku bingung, lalu kenapa ia menerima uang dan permenku dengan polos sebelumnya? “Aku suka liat bapak-bapak di pinggir jalan dikasih roti,” tambahnya. Aku spontan tersenyum. Jawabannya yang lugu menunjukkan betapa polosnya ia, betapa tidak mengertinya ia dengan hidup yang ia jalani, dan betapa kejamnya dunia pada anak sekecil Dian. Tanpa sadar aku memeluknya. Sambil memeluknya, aku berbisik, “Kalau kamu nggak mau dianggap sebagai peminta-minta, kamu beli rotinya dari kakak

aja gimana?” Dian langsung melepaskan pelukanku, “Aku kan nggak punya uang kak.”

25

“Nggak usah pake uang kok,” jawabku. “Pakai apa kak?” tanyanya polos sambil menegakan kepalanya untuk menatapku. Mata polosnya menusuk mataku dan membuatku mati-matian menahan cairan yang mendesak mataku, “Senyum.” Secepat kilat, ia mengangguk dan tersenyum kepadaku. Kuselipkan roti itu di antara tumpukan tisunya. Tiba-tiba Dian menolehkan kepalanya dariku. Beberapa meter di sebelah kananku, berkumpul segerombol anak kecil lain yang membawa keranjang yang sama seperti Dian. Beberapa di antara mereka memanggil Dian dengan lantang dan menyuruhnya untuk bergegas. Sebelum pergi, aku memegang tangan kecil Dian. “Dian, jangan lupa rotinya dimakan, ya! Jangan suka main jauh-jauh dari Mama dan kalau Dian sudah sekolah, belajar yang rajin ya!” Dian hanya mengangguk dan dengan tiba-tiba ia mencium pipiku. “Makasih kakak baik,” ujarnya sebelum ia berlari ke arah teman-temannya dengan ceria tanpa sekalipun menoleh padaku lagi. Dian berlarian bersama temannya. Aku ditinggal sendiri di sini, terdiam membisu. Aku hanya bisa menatap punggung-punggung itu menjauh dengan kaki-kaki kecilnya. Di hari yang penuh sesak dengan segala kepadatan yang ada, mereka masih bisa berlari, berjuang mencari uang, demi menggapai impian kecil mereka, bersekolah. Air mata yang sejak tadi kutahan akhirnya menetes, Ya Tuhan, maka nikmat dari-Mu yang mana lagikah yang aku dustakan? LNA


Epitope Ed. IV

26

AKSELERASI PERJALANAN BIOFUEL 3G Firda Fadhilah

B

ahan bakar nabati (BBN atau biofuel) kian marak dikembangkan seiring fluktuasi harga minyak bumi dan kekhawatiran perubahan iklim. BBN telah mengalami metamorfosis mulai dari generasi pertama hingga ketiga. BBN generasi pertama (1G) diproduksi dari sumber makanan. Proses pembuatannya cenderung mudah, namun menuai kontroversi 'energi versus pangan' dan perubahan tata guna lahan yang berujung pada deforestasi hutan serta emisi gas rumah kaca. BBN generasi kedua (2G) memanfaatkan tanaman berkayu (lignocellulosic) dan limbah pertanian, namun proses pembuatannya lebih kompleks dan mahal dibanding BBN G1. Saat ini sedang dikembangkan BBN generasi ketiga (3G) yang berbasis alga. BBN 3G sungguh menakjubkan. Seluas 1 hektar ladang minyak bumi hanya mampu menghasilkan 0,83 barel minyak per hari, sedangkan budidaya mikroalga dapat menghasilkan 2 barel minyak per hari. Mikroalga juga memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi dibanding dengan kelapa sawit. Perolehan minyak dari mikroalga dapat mencapai 40-85 persen per berat kering mikroalga, sedangkan kelapa sawit hanya 20%. Budidaya mikroalga tidak terkendala cuaca dan lahan untuk produksi bahan baku seperti dua generasi sebelumnya. Alga mampu dibudidaya di perairan termasuk lautan atau bahkan air limbah, selama

terdapat cahaya matahari dan oksigen. BBN 3G di Indonesia sudah dikembangkan dan diaplikasikan oleh Prof. I Nyoman K. Kabinawa, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Beliau menggunakan 2 liter mikroalga sebagai 40% campuran solar. Hasil penelitian tersebut terbukti menghasikan pembakaran efisien dan bersih, serta mesin tetap berjalan stabil ketika digunakan dalam perjalanan Bogor-Jakarta. Potensi laut dan iklim Indonesia yang disinari matahari sepanjang tahun mampu mendukung budidaya mikroalga. Dukungan pemerintah Indonesia juga telah ditunjukkan dengan adanya Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN atau biofuel). Sayang sekali jika potensi dan keunggulan ini hanya dikembangkan sampai di sini. Tantangan di depan masih banyak terutama mengenai penelitian optimasi mikroalga dan pengembangan teknologi untuk menurunkan biaya pengolahan. Apa kita memilih untuk menunggu perkembangan teknologi atau menjadi bagian dari perubahan? The choice is yours. FF


Epitope Ed. IV

27 FUN FACT OF MICROBES

BAKTERI SIDIK JARI?

P

enelitian terbaru di Portland, Oregon menemukan bahwa setiap orang dapat diidentifikasi

berdasarkan bakteri yang ada pada orang tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena setiap

orang membawa bakteri-yang berbeda-beda. Perbedaan kebiasaan dan karakteristik gen

setiap oranglah yang membuat bakteri yang menempel pada setiap orang berbeda-beda.

Sumber : http://mentalfloss.com/article/68941/we-all-have-unique-clouds-bacteria-following-us-around-study-finds.


Epitope Ed. IV

28

FUN FACT OF MICROBES

MICROBES SLEEPING beauty Pada tahun 2000, para ilmuwan menemukan versi mikroba dari dongeng ini, mereka mengumumkan bahwa mereka telah menghidupkan kembali bakteri yang mati suri selama 250 juta tahun, terbungkus dalam kristal garam jauh di dalam bumi. Para ilmuwan percaya bahwa bakteri tersebut terperangkap dalam kristal garam, yang terkubur 1.850 kaki di bawah Carlsbad , New Mexico, di barat daya Amerika Serikat .

Sleeping Beauty tidur selama 100 tahun di sebuah kastil yang dilindungi oleh duri raksasa dan kemudian dihidupkan kembali oleh ciuman dari seorang pangeran .

Sumber : http://www.microbeworld.org/interesting-facts/microbial-record-holders/ oldest-living-microbes

Lalu, bagaimana ia bisa tertidur? Bakteri ini tertidur dalam bentuk endospora yakni jenis cangkang pelindung tangguh yang melindungi gen dan bagian sel dasar dalam keadaan tidak aktif, dengan kata lain mereka sedang tertidur. Endospora merupakan struktur yang sangat tangguh, ia bahkan dapat bertahan dari ledakan radiasi dan tetap hidup tanpa air atau nutrisi namun bisa membuat bakteri aktif kembali bila keadaan sekitarnya sudah mendukung bakteri ini untuk hidup. 250 juta tahun? Ya, para ilmuwan percaya bahwa bakteri ini merupakan bakteri perintis yang ada sebelum dinosaurus hidup di bumi.



Epitope Ed. IV

30



Epitope Ed. IV

32

MYCOEXPO

MycoExpo merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh perhimpunan Mikologi Indonesia. mikoINA) Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap pergantian kader. Pada tahun 2014,

(mikoINA) bekerja sama dengan Perhimpunan

Mikrobiologi Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi (ARCHAEA) ITB dalam menyelanggarakan kegiatan MycoExpo. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2014 yang bertempat di Aula Barat dan Aula timur ITB. Pameran dilaksanakan di Aula Barat ITB, sementara pertemuan para anggota dan kader mikoINA dilaksanakan di Aula Timur ITB. Myco Expo ini terdiri atas 7 subkegiatan, yaitu 1. Pemeran Teknologi Kultivasi Jamur, 2. Mushroom Art and Merchandise, 3. Mushroom Innovation, 4. Mushroom Theater, 5. Mushroom Culinary, 6. Edukasi seputar jamur, 7. Stan menarik dari perusahaan yang berpartisipasi.


Epitope Ed. IV

33 Acara MycoExpo kali ini merupakan sebuah pameran yang di dalamnya dipamerkan berbagai jenis jamur dengan pensuasanaan yang sangat menarik dan elegan . Desain interior Aula barat yang merupakan tempat pameran dilakukan dengan bantuan para seniman yang berasal dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Ada beberapa stan yang tersedia, di antaranya adalah stan kultivasi dan stan edukasi. Pada stan kultivasi terdapat pameran jamur budidaya yang meliputi jamur tiram, merang, kuping, dan berbagai jenis jamur budidaya lainnya. Pada stan ini disediakan tutorial untuk membudidayakan jamur tersebut. Ada pula baglog (medium dan bibit jamur) bagi pengunjung yang ingin menikmati jamur edible langsung dari tempat tumbuhnya. Pada stan edukasi, terdapat pameran mengenai beberapa spesies fungi mikroskopis seperti Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Saccharomyces cerevisiae, Trichoderma sp., dll. Ada juga informasi mengenai perbedaan jamur beracun dan tidak beracun, cara membuat spore print, dan lain sebagainya. Acara MycoExpo kali ini mengundang siswa-siswi SMA di beberapa sekolah di Bandung untuk mengunjungi pameran dan turut serta meramaikan acara ini. Banyak sekali siswa-siswi yang datang dan antusias dengan acara ini. Bagian yang tak kalah menarik adalah perform yang dibawakan oleh para mahasiswa ARCHAEA ITB yang membawakan beberapa lagu saat itu. Ayo datang ke acara MycoExpo selanjutnya!. CSD


Epitope Ed. IV

34

MRSA Medium. Biotec, Thailand. Photo by : Mandala Ajie

PHOTO GALLERY


Epitope Ed. IV

35

DNS Assay. Biotec, Thailand. Photo by : Mandala Ajie


Epitope Ed. IV

36

Photos by : Rika Handaruni

PHOTO GALLERY


Epitope Ed. IV

37


Epitope Ed. IV

38


Epitope Ed. IV

39


Epitope Ed. IV

40


Epitope Ed. IV

41


Epitope Ed. IV

42


Epitope Ed. IV

43

GLOSSARY Algae Blooming Fenomena pertumbuhan alga yang sangat berlimpah yang akan berdampak besar terhadap lingkungan perairan tersebut karena dapat menyebabkan kematian masal ikan dan mengontaminasi biota lainnya dengan toksik.

NET ENERGY RATIO (NER) Salah satu teknik evaluasi sistem energi dengan membandingkan keseluruhan energi yang dihasilkan dengan energi yang diperlukan dalam suatu proses produksi.

SISTEM BIOREAKTOR Sistem tertutup untuk reaksi biologis dari suatu proses bioteknologi.



Himpunan Mahasiswa Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung ARCHAEA Basement Gedung TVST Jalan Ganeca 10 Bandung archaea.itb@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.