Koran Bestari Edisi 317

Page 1

No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

UMM Award

ISSN:0215-206X

STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987

Anugerahi 8 Tokoh Muhammadiyah

Pernik Malang

Suara Kampus

Bangkitkan Sarjana Membangun Desa Hal. 8

Bernilai Seni Tinggi dengan Barang Bekas

Hal. 16


2

Jendela

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Salam Redaksi

Akhiri Tahun 2014 dengan Totalitas Karya Menyambut kegiatan akhir tahun, segenap sivitas akade­mika UMM telah disibukkan dengan rencana pera­ yaaan menyambut tahun baru 2015. Beberapa mahasiswa ma­sih terlihat fokus dan bersemangat dalam menjalankan kegiatan perkuliahan. Begitu juga dengan dosen maupun staf/karyawan UMM yang terus bekerja demi menunaikan tugasnya sembari untuk beribadah. Hal tersebut tak membuat seluruh Kru Redaksi Bestari untuk diam tanpa ber­karya. Mengakhiri tahun 2014, Kru Redaksi Bestari te­tap melakukan kewajibannya semata-mata demi tersa­ lurkannya informasi bagi segenap sivitas akademika UMM. UMM sebagai universitas swasta terkemuka terus me­ lenggangkan karya di berbagai bidang. Kini kampus putih ini memiliki Unit Riset dan Pengembangan Jamur yang di­ naungi oleh Jurusan Agroteknologi, Program Studi (Prodi) Agronomi Fakultas Perta­nian dan Peternakan (FPP). Unit riset tersebut menjelaskan inovasi baru dari karya-karya mahasiswa maupun dosen dalam melakukan penelitian hingga berhasil memroduksi jamur baik dari jenis medicinal mushroom maupun edible mushroom. Informasi selengkapnya dapat disimak di Rubrik Serambi Kampus pada halaman 3. Kami menyajikan informasi tentang wa­cana pengurangan jam kerja bagi wanita pada Rubrik Laporan Utama. Informasi tersebut mengulas tentang keingi­nan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berencana untuk memberikan waktu lebih banyak kepada wanita agar mampu mendidik anak bangsa menjadi generasi pene­rus yang lebih baik. Kami memberikan kilasan tersebut dari berbagai pihak terkait efektivitas wacana itu apabila diterapkan. Berita selengkapnya hadir pada halaman 11-12. Pada Rubrik Pernik Malang, kami mencoba meng­ hadirkan informasi tentang kerajinan unik khas Kota Malang. Kerajinan unik tersebut berupa karya yang di­ha­silkan dari barang bekas. Terdapat informasi tentang inovasi baru dari kardus, kelobot jagung, pelepah pi­sang, dan ban bekas yang dapat menghasilkan rupiah. Terdapat pula komunitas yang bergerak dalam bidang pen­dayagunaan limbah yang selain berkreasi melalui sam­pah juga melakukan pelatihan kepada masyarakat. Seleng­kapnya ada pada halaman 16-17. Selain beberapa informasi yang telah dijelaskan di atas, kami masih memiliki informasi lain yang dapat menam­ bah wawasan. Kami berharap, di akhir tahun 2014 ini te­tap dapat memberikan informasi yang berguna bagi kita se­ mua. Semoga, dengan berakhirnya tahun 2014 tidak men­ja­ dikan berakhirnya semangat kita dalam berkarya. Akhir­nya, selamat membaca suguhan informasi Bestari edisi 317. Redaktur Pelaksana

Dapur Redaksi

novi/Bestari

Kesempatan Langka: Kru Redaksi Bestari saat mewawancarai dr. Boyke di Hall Dome UMM.

Perwakilan: Penerima penghargaan duduk berjajar di acara Milad UMM ke-50 tahun.

Cover Design : Aris Khoironi Yusuf Foto Cover : Muhammad Rifky Edgar

BESTARI

T

Tera

Bentuk Perwujudan Peran “Ibu” dan “Wanita”

Penghormatan sekaligus penghar­ ga­an terhadap Ibu oleh negara kita te­ ra­sa hanya “singgah” dibenak saat kita memperingati hari ibu setiap tang­ gal 22 Desember. Pernyataan de­ngan kata “singgah” merujuk pada hi­lang­ nya momentum hari Ibu sebagai ge­ ra­kan. Oleh karena itu, Hari Ibu ha­ nya menjadi sebuah cerita tentang ke­nangan peristiwa, bukan menjadi se­buah manifestasi. Menurut tokoh after postmo Alain Beadoue, peristiwa ada­lah saat sebuah kelompok sosial mengam­bil alih untuk mengukuhkan iden­titas gerakannya. Cerita tentang Ibu pada akhirnya hanyalah kekaguman akan kemuliaan bekerja dan mengasuh anak. Ada dekonstruksi liyan (lain) yang semakin terasa ruhnya saat ibu mengisi ruang-ruang relasi di sektor domestik mau­pun publik. Narasi berikut memberi gam­baran cukup timpang manakala ibu me­rela­sikan diri di dua ruang tersebut. Kata “ibu” jika ditafsir secara sosiolo­gis sejatinya memberikan pemaknaan ten­tang konteks domestifikasi peran. Peran-peran dalam koridor rutinitas (me­ma­sak, mencuci, menyetrika) tan­pa efek daya kreatif pada akhirnya ada­lah kealamiahan peran yang me­ngris­ tal­kan pola-pola oposisi biner anta­ ra pria dan wanita. Padahal konteks oposisi biner menurut Fuco ti­dak lebih tentang relasi yang saling me­ ni­dak­kan antara satu kelompok so­ sial dengan kelompok sosial yang lain. Kondisi tersebut, menurut Fuco akan menimbulkan kelompok sosial yang ter-liyan-kan (kelompok yang ti­dak mempunyai power karena tidak pu­nya kemampuan mendelegasikan diri di ruang relasi). Kita lihat dalam ke­se­ha­rian wanita, begitu seorang

wani­ta pekerja memproklamirkan diri da­lam ruang pernikahan, dua arena ten­tang domestik dan publik menjadi mata rantai yang tidak pernah putus mengu­lar sebagai siklus keseharian. Mulai belajar memasak jika tidak bisa mema­sak, nasehat-nasehat tentang kemuliaan “ibu” yang seringkali hanyalah ana­sir tentang kooptasi yang bersifat ideo­lo­gis. Sementara hal yang hampir sa­ma tidak termanifestasikan dalam ruang calon suaminya. Sebagai contoh, apa­kah banyak pria yang mulai belajar me­ma­sak atau memahami ruang-ruang do­mes­tik saat akan masuk dalam jenjang per­ni­ kahan, sementara calon suami ter­se­ but paham benar bahwa calon istrinya ada­lah wanita pekerja. Pada saat yang sama, kata “ibu” se­ring­kali diapresiasi pada gambaran ten­tang kelembutan, ketelitian, dan kete­kunan tanpa syarat. Menurut Sausure, ka­ta “ibu” adalah tanda tentang produk re­lasi yang mengkonstruksi wanita pa­da tataran yang seringkali tidak punya power. Pun demikian, saat terjadi peru­ba­han relasi yaitu saat muncul gerakan fe­mi­ nis­me tahun 1960 dan 1970an, gai­rah gerakan wanita masih bukan sebagai ma­ni­festasi. Gerakan tersebut hanya la­hir sebagai pernyataan sesaat bahwa wanita diberi ruang untuk hadir. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari persepsi yang dikotomis saat gerakan wanita me­mi­sahkan diri secara frontal dari ter­mi­nologi “ibu” menjadi terminologi “wanita”. Talcott Parsons adalah tokoh yang men­dapat kecaman luar biasa dari ge­ra­kan feminisme di Amerika Serikat ka­rena gagasan konservatifnya tentang re­la­si dikotomis pria

(publik) dan wa­nita (domestik). Fase radikalisasi wani­ta dengan meninggalkan terminologi ibu, justru menempatkan pernyataan “wanita” menjadi sangat ideologis. Ini­lah fase tentang gerakan yang justru ti­ dak embaded (terlekat) dengan ni­ lai-nilai wanita. Kata “wanita” pada akhir­nya menjadi pernyataan sikap tentang “radikalisasi”. Merujuk pernyataan Robert King Merton, ada fase dimana pemberontakan menjadi magma utama da­lam melawan dominasi patriarki. Detik berikutnya, sejarah mengular ten­ tang gerakan persamaan hak antara pria dan wanita. Berhasilkah wanita mengu­kuhkan diri dalam ruang yang diko­tomis. Dinamisasi sosial yang berujung pada fase post modern justru melibatkan dan menempatkan wanita pada etalase ten­tang kata “ibu” dan “wanita”. Sangat gamblang di depan kita, eta­ lase tentang “ibu” menyeruak le­wat imaji iklan dalam penampilan “ibu” yang menyuapi anak, mengepel, mem­buat­kan sarapan, menyetrika dan gairah domes­ tik yang lain. Sementara etalase tentang “wanita” menggelegar dalam domain wa­nita bekerja yang harus cantik pe­nuh pesona dan selalu wangi. Ruang terse­ but justru akhirnya menghilangkan je­jak tentang manifestasi “ibu” dan “wanita”. Dengan adanya Hari Ibu maka di­ha­rap­kan semakin menutrisi kita (pria dan wanita) untuk meletakkannya ti­dak hanya sebatas refleksi tetapi mani­ festasi. Ada gairah tentang jejak “wanita” tan­­pa meninggalkan kontemplasi ten­ tang “ibu’. Muhammad Hayat Dosen Sosiologi FISIP UMM

Penanggungjawab: Muhadjir Effendy. Pengarah: Bambang Widagdo, Fauzan. Pemimpin Redaksi: Diah Karmiyati. Pemimpin Usaha: Agus Santoso. Wakil Pemimpin Redaksi: Nurudin. Sidang Redaksi: Santi Prastiyowati, Cekli Setya Pratiwi, Moch. Wakid, Warsono, Hany Handajani, Azhar Muttaqin, M. Salis Yuniardi, Nur Alif M, Djoni Djunaedi, Indah Dwi Pratiwi. Redaktur Pelaksana: Heny Maslukhah, Wahyoe Darmawan, Wien Hesthi Rahayu, Yogie Prasetyo Adi. Staf Redaksi/Reporter: Aulia Risqi Rohmatin, Diana Puspita Sari, Nurisna Kurniawati, Resty Nesfiawati, Revina Violet. Fotografer: Herdyani Kusuma Sari, Hikmah Mardini. Setting Lay-Out/Desain Grafis & Karikatur: Ardi Dwi Argadinata. Tata Usaha/Sirkulasi: Siswanto. Redaksi menerima tulisan para akademisi mahasiswa dan praktisi melalui karya tulis secara bebas dan kreatif. Tulisan tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah isi. Pengiriman tulisan paling lambat tanggal 10 tiap bulan. Iklan baris Rp.5000/brs, maksimal 5 baris. Iklan Kolom: minimal 1/16 halaman Rp. 155.000 (bw). Ukuran lain, silahkan datang ke Kantor Redaksi Bestari. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Biaya ganti cetak Rp. 1.750/eks.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ISSN:0215-206X

STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987

Gedung Student Center Lt. 1 Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang Telp. (0341) 464318 Psw. 199 Fax. (0341) 464320 e-mail: redaktur_bestari@yahoo.com, homepage: bestari.umm.ac.id


Serambi Kampus

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

3

UMM Miliki Unit Riset dan Pengembangan Jamur

Banyak Manfaat: Hasil panen jamur yang dikembangkan Unit Riset dan Pengembangan Jamur selain dijual mentah juga dihasilkan produk olahan lainnya. herdyani/Bestari

Di bawah Program Studi (Prodi) Agronomi Fakultas Per­­ tanian dan Peternakan (FPP), Unit Riset dan Pengembangan Jamur dalam Pusat Pengembangan Bioteknologi (Pusbangtek) menjadi salah satu instrumen pi­li­han yang ada di UMM. Jenis yang dikembangkan ada­lah edible mushroom (jamur yang dapat dimakan) dan medicinal mushroom (jamur untuk pengobatan). Berawal dari penelitian dan di­­aplikasikannya pengembangan edible mushroom, Unit Riset dan Pe­ngembangan Jamur didirikan. Peng­gagas sekaligus pengelola Wardi menjelaskan, mulanya unit ja­mur hanyalah sebuah kumbung ke­cil (tempat untuk meletakkan backlock) hingga manfaat dari pame­ran pada peresmian Taman Kri­da Budaya yang diikuti. Untuk me­nin­daklanjutinya, penelitian dan pengembangan jamur dipilih da­lam mengembangkan kumbung ke­­cil. Peluang saat itu, pemroduksi ja­mur masih sedikit. Bila dilihat da­ri kandungan protein tinggi dan rendahnya kolesterol, usulan akan adanya unit kerja penelitian dan pembedahan jamur pun di­ lakukan. Riset Jamur Hingga 2014 Hingga 2014, terdapat 16 macam jamur yang su­dah dikembangkan. Edible mushroom yaitu jamur tiram dan ku­ping, sedangkan medicinal mushroom seperti jamur ling­zhi. Penelitian yang sudah dila­kukan berhubungan

E

Ali Ikhwan hikmah/Bestari

dengan pem­bibitan, pengamatan jamur dari si­klus hidup, karakter, bentuk mor­fologi, media tumbuh, dan sup­lemen jamur, serta kandungan yang terdapat pada jamur. Ha­sil dari penelitian tersebut di­publikasikan dan dilakukan in­ven­­tarisasi. Riset yang berjalan saat ini ada­lah berupa pengembangan me­ dia jamur. Riset tersebut men­cari alternatif lain untuk tumbuh kem­ bang jamur, seperti daun-daun yang dikeringkan untuk meng­ gantikan serbuk kayu. “Di sam­ ping untuk mengurangi sam­pah organik di kampus, kita dapat me­ manfaatkan daun-daun sebagai me­dia penanaman jamur kalau di­ rasa media tersebut berhasil,” ung­ kapnya. Sementara itu, Kepala Pusbang­ tek Syarif Husein menjelaskan, unit tersebut akan mencoba mengem­ bangkan jamur tiram berbagai war­na yang juga dapat dikonsumsi. Hal itu masih dalam tahap percobaan un­ tuk mendapatkan jamur dengan ke­ tahanan yang baik. Bagi Syarif, sam­pai saat ini pertumbuhan ja­mur masih belum maksimal dan ma­sih butuh

riset lanjutan untuk men­dapatkan ketahanan yang co­cok. Selain menghasilkan jamur, pi­haknya akan mengembangkan bi­bit kentang bebas virus. Alat yang dibutuhkan dalam riset dan pe­ngembangan jamur sudah cukup cang­gih dengan adanya ruang ste­rilisasi dengan setting tertentu.

Metode Pengembangan Jamur Kultur jaringan dan generatif di­ gunakan untuk mengembangkan ha­ sil jamur. Kultur jaringan yaitu ca­ra memperbanyak jamur dengan meng­ isolasi bagian tertentu ja­mur, sedang generatif yaitu meng­gunakan spora jamur. “Dalam pem­buatan bibit kita menggunakan ke­duanya dengan membutuhkan wak­tu kurang lebih delapan hari,” ung­kapnya. Lanjutnya, ada tahapan setelah mem­peroleh bibit F0, pertama, di­ turunkan atau diperbanyak menjadi F1. Kedua, bibit yang tidak bisa dita­ nam langsung harus diturunkan lagi ke F2 yakni bibit yang dipersiapkan un­tuk ditanam dalam media kayu. Un­tuk menghasilkan buah jamur per­tama dibutuhkan waktu sekitar 36 hari tetapi disesuaikan juga de­ ngan jenis jamur. Diperkuat oleh Syarif, Pusbang­tek belum melakukan penelitian trans­­ genik pada jamur. Pada umum­nya, untuk mendapatkan ja­mur dengan kualitas sama dari se­belumnya yaitu F0, spora harus di­ambil dari bibit yang pertama ka­li muncul. Sedangkan jamur yang berasal dari potongan

badan buah­nya dinamakan F1, F2, F3, dan sete­rusnya akan menghasilkan kualitas yang menurun. “Pusbangtek ber­usaha untuk mengembalikan gene­rasinya agar kualitas yang dihasilkan te­tap bagus,” papar pria asal Solo itu.

Hasilkan Beragam Produk Olahan Jamur Nazilatul Fajriyah, pengelola ha­sil produk jamur menyatakan, ja­mur yang saat ini dibudidayakan te­lah diuji coba untuk kelayakan da­lam olahan yang dikonsumsi nan­ tinya. Tambahnya, bahan dasar bi­bit jamur mudah didapat yakni me­ dia jamur ditambah Triple Super Phosphate (TSP) yakni jenis pupuk nu­trient anorganik, digunakan un­ tuk memperbaiki hara tanah pada per­tanian. Menurut Nazilatul, jenis olahan yang telah dikembangkan antara lain kerupuk jamur dan jamur segar ane­ ka jenis. Produk olahan itu di­pasarkan ke masyarakat memalui website serta dari mulut ke mulut. Pro­duk olahan yang diminati oleh ma­syarakat adalah jamur segar ter­utama jamur tiram yang memiliki ba­nyak jenis. “Jamur segar terkemas da­lam plastik menjadi produk yang diminati oleh masyarakat se­kitar,”tuturnya.

Unit Riset sebagai Sarana Edukasi yang Menarik Wardi mengungkapkan, ba­ nyak pengunjung yang datang da­ri

berbagai kalangan baik dari Pen­ di­dikan Anak Usia Dini (PAUD), per­guruan tinggi, Dinas Pertanian, Lem­baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan pengunjung dari negara-ne­gara lain seperti Australia, Thai­land, Sudan dan Korea. “Tiap-tiap pe­ngunjung mempunyai tujuan se­perti, ingin lebih mengenal jenis ja­mur atau membangun relasi,” ung­kapnya. Bagi Hasim Ibnu Latif, mahasiswa Prodi Agronomi, adanya unit jamur sangat mendukung maha­siswa untuk mengembangkan po­tensi terutama dalam agrikultur. Se­lain itu keterampilannya dapat di­ terapkan apabila pulang ke dae­rah asal. “Seperti di Sumatera sen­diri harga jamur sangat mahal,” ung­ kapnya. Selain itu, unit produksi tersebut ju­g a menjadi tempat belajar budi da­ya jamur. Setiap libur sekolah ada delegasi siswa luar Jawa yang bela­j ar tentang budi daya jamur. Siti Musliyani, salah satu pengunjung me­n gaku, proses pembibitan dan ste­r ilisasi yang baik membuat unit pro­ duksi itu menjadi menarik. Unit pro­d uksi jamur itu juga sebagai sa­rana edukasi bagi mahasiswa mau­p un siswa sekolah yang datang. “Pa­d a saat berkunjung saya diper­kenankan masuk dan memilih ja­m ur dibeli,” ujar mahasiswa asal Sum­b awa itu. 1m_jen/p_okt/ais

Cari Alternatif Media, Hasilkan Jamur Berkualitas

FPP kembali lagi memfasilitasi mahasiswa serta pengajar da­lam mengembangkan ilmu pengetahuan. Berdasar akan pe­nelitian yang dilakukan secara berkala dan sayang bila ti­dak dilanjutkan, Unit Riset dan Pengembangan Jamur di­dirikan. Di bawah Prodi Agronomi FPP unit tersebut di­kembangkan hingga menghasilkan produk olahan jamur. Apa manfaat adanya unit tersebut? Riset dan harapan apa yang ingin dicapai selanjutnya? Berikut hasil wawancara re­porter Bestari Diana Puspitasari kepada Ali Ikhwan, Ketua Jurusan (Kajur) Agroteknologi, Prodi Agronomi, FPP. Apa latar belakang ber­dirinya Unit Riset dan Pengembangan Jamur? Didirikannya Unit riset dan pengem­ bangan ja­mur merupakan bentuk dari realisasi penelitian yang dilakukan oleh dosen dan maha­siswa. Berjalannya waktu yang lama de­ngan hasil pene­ muan tek­nologi pengembangan jamur. Sa­yang bila ti­dak dilanjutkan hingga akhir­nya berdirilah Unit Riset dan Pe­ ngembangan Jamur yang dikelola oleh Prodi Agronomi. Pada saat itu, tek­­­nologi yang ditemukan yaitu per­tama, komposisi media yang tepat untuk jamur. Kedua, budi daya jamur se­­perti pengaturan kelembaban, in­tensitas sinar, dan temperatur udara.

Riset apa saja yang telah dilakukan? Beberapa riset telah dilakukan se­be­lum dibentuknya unit tersebut. Na­mun, sejalan dengan perkembangan waktu terdapat kesulitan ya­itu media jamur yang sebelumnya me­­makai serbuk gergaji. Dari situlah ha­­rus dilakukan riset baru mengenai me­dia atau komposisi alternatif. Se­lain itu, riset lainnya yang harus di­­lakukan yaitu mengembangkan ja­­mur tiram yang sebenarnya tidak ha­­nya berwarna putih.

Apa tujuan dibentuknya Unit Ri­set dan Pengembangan Jamur? Selain untuk melanjutkan hasil pe­­ nelitian yang pernah dilakukan, tu­­juan adanya unit produksi jamur ada­­lah bisa menjadi profit center. Pro­fit center yang berkembang di tingkat fakultas maupun universitas ber­­main di dalam hulu dan hilir. Hulu ber­­arti pada penjualan backlock dan hi­­lir yakni panen jamur hingga jadi pro­­duk olahan.

Manfaat apa yang muncul dari Unit Riset dan Pengembangan Jamur? Sebagai sarana prasarana untuk ma­ hasiswa dapat mengembangkan di­ri dalam melakukan penelitian khu­­sus­nya jamur. Sehingga maha­sis­­wa dapat menemukan teknologi ba­­ru akan komposisi media dan bu­di daya. Kelebihan jamur yaitu me­mi­ liki nilai gizi yang tinggi terlihat da­­ri 30%

kandungan protein dan ka­­dar serat, serta fungsinya sebagai de­toksifikasi.

Produksi apa yang diharapkan pada unit tersebut? Peluang pasar terhadap jamur di­nilai semakin besar, sehingga per­lu meraihnya. Beberapa etnis ter­tentu tidak bisa lepas dari ja­mur untuk dikonsumsi, layaknya Ci­ na. Saat ini jamur tidak hanya di jual dalam bentuk mentah tetapi ju­ga olahan. Namun yang perlu di­kembangkan seperti di Taiwan de­ngan menjadikan jamur sebagai ola­han maka­nan mo­de­­ren yaitu ham­burger. Ti­dak hanya bentuk te­tapi rasa yang di­ciptakan sama de­ngan aslinya.

Apa harapan Anda terhadap Unit Riset dan Pengembangan Jamur? Harapannya unit produksi ja­mur dapat menghasilkan produk science dengan teknologi yang me­­miliki aksesibilitas mudah dan ter­­jangkau. Mengemas teknologi yang mu­rah dan mudah untuk di­gunakan oleh se­mua kalangan ter­masuk ma­sya­­rakat. Se­ hingga, man­faat yang di­hasilkan bisa le­ bih luas pu­la. Hal itu masuk da­lam stan­dar pengab­dian pada masya­rakat. Se­­dang­kan ha­ra­­­pan untuk mo­del pem­­­­belajaran, ya­itu sebagai tu­gas dosen men­jadi fasi­litator da­­­­ lam memuaskan rasa ingin ta­hu dan latihan pada mahasiswa. Se­­lain itu, mahasiswa dapat men­jadi kreatif dalam keilmuannya hingga meng­hasilkan kapasitas intelektual.


4

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

FPP UMM dan NPUST Taiwan Segera Jalin Kerja Sama

nunung/Bestari

Menjelaskan: Mei-Jen Lin, Head of Department Animal Science NPUST Taiwan menjelaskan prosedur student exchange dan keunggulan NPUST kepada mahasiswa FPP.

Mei-Jen Lin, Head of De­part­ ment Animal Science National Ping­tu­­ng University of Science and Technology (NPUST) Taiwan me­­­­ngun­­jungi UMM terkait pem­ ba­­­ha­san Memorandum of Under­ stan­­ding (MoU). Pem­ba­ha­san MoU dilakukan di Ruang Sidang Pem­­­bantu Rektor (PR) I. Sebagai tin­­dak lanjut kerja sama, Mei-Jen Lin memberikan sosialisasi stu­dent exchange pada sejumlah ma­ha­­­siswa Fakultas Peternakan dan Perikanan (FPP) di Aula BAU (18/11). Mengawali sosialisasinya, Mei-Jen Lin mengungkapkan sa­ lah satu keunggulan NPUST yak­

ni sektor tropical Agriculture-nya yang berkembang dengan baik. Lan­ jut­­nya, NPUST memiliki pro­gram per­tu­karan pelajar, yaitu colleges agri­culture. “Terdiri dari sem­bi­lan departemen, yang mana bisa men­ ja­di sasaran pertukaran pelajar dari UMM,” terangnya. Lebih lanjut, Mei-Jen Lin me­ngu­­ ngkapkan alasannya bekerja sama dengan UMM. Jelasnya, UMM, sa­lah satu universitas swasta yang me­ mi­li­ki kualitas dan integritas baik di In­­donesia. Selain itu, baik NPUST dan UMM sama-sama memiliki pera­ latan yang cukup canggih dan kondisi universitas yang sangat baik, sehingga

herdyani/Bestari

Hasil Belajar: Salah satu mahasiswa asing dari program Dharmasiswa menunjukkan kemampuan berbahasa Indonesianya kepada tim monev sebagai hasil belajarnya selama tiga bulan.

ajar, pengajar, dan proses belajar mengajar. Mahasiswa yang me­ nyam­­pai­kan evaluasinya berasal dari Universitas Negeri Malang (UM), Politeknik Negeri Malang (POLINEMA), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo, dan Vocational Education De­ve­lop­ ment Center (VEDC), termasuk UMM. Menurut Koordinator Program Bea­siswa Dharmasiswa Irwan Luswandi, beasiswa Dharmasiswa yang merupakan aset untuk me­ ning­katkan kerja sama luar negeri di­peruntukkan bagi mahasiswa asing yang ingin mempelajari ba­­hasa dan budaya Indonesia. “Sehingga, sepulang dari Indonesia,

"UMM Tanamkan Nilai Islam Kepada Mahasiswa"

Koordinasi Dakwah Indo­ne­ sia (KODI) dari DKI Jakarta me­ ngun­ju­ngi UMM. Hadir di acara itu Ke­tua Umum KODI Sukamta, Asis­ten Rektor Bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan Moh. Nurhakim, Sekretaris Hubungan Mas­ya­rakat (Humas) UMM Rina Wahyu Setyaningrum, ser­ta se­ jumlah mahasiswa dari Pen­di­di­ kan Kader Mubaligh (PKM). Aca­ra berlangsung di Ruang Sidang Senat (12/11). Mengawali dialognya, Sukamta mengatakan, UMM me­ru­pa­kan salah satu kampus yang me­na­nam­ kan nilai Islam kepada para ma­ ha­siswa. Harapannya, para ka­der mubaligh bisa belajar banyak dari berbagai pengalaman UMM da­­lam menanamkan nilai Islam se­­­hing­ga bisa menanggulangi ke­di­namisan

para mahasiswa Dharmasiswa di­ ha­rap­kan dapat mempromosikan In­donesia di negara mereka secara obyektif dan benar,” ungkap Irwan. Georgijs Dunajevs, mahasiswa Dharmasiswa UMM mengaku senang mendapatkan kesempatan mem­pelajari budaya yang ada di Negara Indonesia. Selama tiga bulan dia sudah lancar berbahasa Indo­nesia dan memperoleh pengalaman hidup serta temante­man baru. “Setelah program Dharmasiswa selesai, Saya akan mengamal­kan ilmu yang Saya da­pat di negara Saya agar tidak terbuang secara sia-sia,” tutur Magister Ilmu Asia itu. p_jay

perkembangan umat Is­lam sendiri. Sementara itu, Moh. Nurhakim menjelaskan beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak UMM dalam memperkuat aspek keislaman. UMM mewajibkan mahasiswanya un­­­tuk mengikuti mata kuliah ke­is­la­ man. Para mahasiswa juga dibe­kali de­ngan pelatihan-pe­la­ti­han un­tuk menunjang skill ke­pe­mi­m­pi­nan. Lebih lanjut, Nurhakim men­­ je­laskan hal-hal lain yang me­­nye­­ bab­­kan kampus UMM ber­kem­ bang pe­sat. Salah satunya ada­lah ker­ja sama antara para pen­didik di kam­pus dengan tugas uta­ma­ nya ada­lah membimbing umat. Nurhakim menegaskan bahwa para dosen di UMM akan siap berperan sebisa mungkin un­tuk membantu tercapainya tujuan pen­di­di­kan.p_hen

Career Day, Kenali Potensi Diri dan Karier

bisa saling memberikan ke­untungan dalam menjalin kerja sama. Asmah Hidayati selaku Ketua Pro­gram Studi (Prodi) Peternakan men­­jelas­kan, sebagai persiapan kerja sama, pihaknya sudah me­ngi­ rim surat dan mengunjungi NPUST se­jak Agustus yang lalu. Pi­hak NPUST melakukan kunjungan ba­la­ san pada UMM dalam rangka mem­ be­rikan sosialisasi serta membahas MoU. “MoU antara UMM dengan NPUST diharap menjadi kesempatan ma­ha­siswa untuk magang, maupun dosen untuk berkolaborasi riset meningkatkan jurnal publikasi inter­nasional,” harapnya. p_ria

Lagi, BIPA UMM Tuan Rumah Monev Dharmasiswa

Kepala Bahasa Indonesia Pe­ nu­tur Asing (BIPA) UMM Arif Budi Wurianto merasa bangga UMM di­ per­caya sebagai tuan rumah mo­ni­ toring dan evaluasi (monev) pro­ gram Dharmasiswa selama tiga tahun berturut-turut. Kegiatan di­­se­­leng­garakan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Ke­men­terian Pen­di­dikan dan Ke­bu­ dayaan (Kemdikbud) Republik In­do­ nesia (RI). Bertempat di Ruang Si­ dang Pem­bantu Rektor (PR) I, tu­rut hadir 50 mahasiswa asing ser­ta pe­ nge­lola dari masing-masing Per­gu­ ruan Tinggi (PT) se-Malang (2/12). Arif mengungkapkan, aspek yang dievaluasi meliputi bahan

­

Suara Kampus

novi/Bestari

Mencoba: Pengunjung Career Day mencoba "Mirror drawing", salah satu alat eksperimen psikologi.

Unit Pelaksana Teknis Bim­bi­ ngan Konseling (UPT-BK) UMM me­nga­dakan Career Day. Bertujuan membekali dan mengarahkan karir mahasiswa setelah lulus. Career Day terdiri dari psikotes dan workshop, diselenggarakan di Lorong dan Aula Lantai I Masjid A.R. Fachruddin (20-21/11). Terkait dengan pengenalan karier, Kepala UPT-BK Muhammad Shohib menerangkan, seseorang harus mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh pekerjaan yang akan atau sedang dijalaninya. Setiap orang harus bisa menyesuaikan antara karakteristik dan tuntutan kerja yang berbeda agar tidak menimbulkan hambatan dalam pekerjaan itu. “Satu atau dua tahun sebelum lulus, mahasiswa harus

mempersiapkan segala sesuatu demi karir yang diinginkan,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan (PD) II Fakultas Psikologi (Fapsi) itu. Sementara itu, ketua pelaksana Novia Sherlyana menjelaskan, agenda Career Day diisi dengan psikotes dan penilaian tentang hasil tes, juga seminar dan Forum Group Discussion (FGD) yang membahas isu-isu seputar karir. Career Day dikhususkan kepada mahasiswa UMM semester akhir. Sasarannya adalah mengetahui ke mana arah karier mereka setelah lulus. Namun, ada juga mahasiswa baru yang turut berpartisipasi di Career Day sebagai motivasi terkait dengan tujuan mereka kuliah. p_jay

Sebanyak 4.425 mahasiswa UMM yang lulus dari program Eng­ lish for Specific Purposes (ESP) me­­ngi­kuti wisuda di Hall Dome UMM (15/12). Terbaik pertama dan kedua universitas akan men­da­ pat­kan fasilitas mengikuti kegiatan studi komparatif ke Singapura. Pada kesempatan itu, Diah Karmiyati, Pembantu Rek­tor (PR) III UMM memberikan sam­butan dan ucapan selamat ke­pa­da para wisudawan yang telah me­nye­ lesaikan program ESP. Diah me­ nyam­paikan, kemampuan bahasa Ing­gris dapat membantu setiap as­pek di bidang akademis maupun ko­mu­­­nikasi. “Saya yakin dengan ke­mampuan itu, kalian bisa saja men­daftarkan diri untuk studi di luar negeri,” ujarnya. Direktur

Language Center (LC) Masduki menerangkan, pihak LC memilih sepuluh wisudawan ter­baik dari setiap fakultas, dan tiga wi­­su­ dawan terbaik di tingkat uni­ver­ sitas. Masduki melanjutkan, ia menaruh harapan besar ter­ha­dap seluruh wisudawan ESP mau­pun yang sedang melakukan pro­gram ESP. “Kami ingin me­na­nam­kan pa­da mahasiswa rasa out world looking tentang ke­ma­juan yang ter­ ja­di di dunia luar, jadi yang paling di­­perlukan ada­lah kemampuan berbahasa,” ung­kap­nya. Wisudawan terbaik adalah Archimeido Kusnadi dari Program Stu­di (Prodi) Teknik Informatika dan Annisa Dyah Pusparini dari Prodi Ilmu Teknologi Pangan (ITP). p_hen

Wisuda ESP, Ajak Bangun Outlooking Dunia Luar


Suara Kampus

Apresiasi Prestasi Mahasiswa dengan Pembebasan SPP

herdyani/Bestari herdyani/Bestari

Berprestasi: (dari kiri ke kanan) Rajih Arraki', Dadang Fredianto, dan Cita Teranisa menunjukkan penghargaan yang mereka raih dari lomba penulisan karya ilmiah.

UMM kembali memunculkan ma­ha­siswa berprestasi. Beberapa di­antaranya, Cita Teranisa dari Program Studi (Prodi) Ilmu Hu­ bu­ngan Internasional yang me­raih runner-up dalam lom­ba pe­ nulisan artikel tingkat na­sio­nal yang diselenggarakan Ke­men­te­rian Lingkungan Hidup dan Ke­hu­­ta­nan, bertempat di Lombok (2-5/12). Selain itu, ada Dadang UMM mengungkap­kan, pada ta­­ Fredianto dan Rajih Arraki’ dari hun 2014, lebih dari 250 maha­­­ Pro­­di Sosiologi yang meraih juara sis­­wa berprestasi di ber­­ba­­gai 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Ma­ bidang, baik penelitian, seni, ha­­sis­­wa (LKTIM) Tingkat Jawa maupun olahraga. Jelasnya, itu Timur. "Ma­ha­siswa akan selalu adalah catatan terba­nyak se­ teringat pres­ta­si­nya sepanjang di­ panjang sejarah UMM. Diah ber­ha­ bebas­kan dari SPP,” je­lasnya. Diah rap, dengan banyaknya contoh ma­ Karmiyati, Pembantu Rektor III hasiswa berprestasi, mahasiswa

nunung/Bestari

Serah-Terima: Ahmad Basarah (kiri), Ketua Badan Sosialisasi MPR menyerahkan cendramata kepada Muhadjir Effendy (tengah) selaku rektor UMM.

sirannya adalah pilar bukan ha­ nya penyangga namun hal yang fun­da­mental dalam suatu ba­ngu­ nan. Dengan demikian, empat pilar sangatlah memegang peranan penting membangun sendi-sendi demokrasi,” jelas Wakil Sekretaris Jen­de­ral (Sekjen) Partai Demokrasi Indo­nesia Perjuangan (PDIP) itu. Lebih lanjut Ahmad Basarah ber­pen­dapat, MPR RI perlu mela­ ku­kan reformulasi Garis Besar Ha­ luan Negara (GBHN) agar mam­ pu berperan strategis dalam pem­­­bangunan ketatanegaraan jang­­ka panjang. “Pada tahun 2015, baik MPR, Mahkamah Konstitusi (MK), Mah­kamah Agung (MA),

HMJ PGSD Gelar Kajur Cup

Mahasiswa dituntut untuk kre­ atif dan mengeluarkan bakat-ba­kat terbaik yang dimiliki dalam me­ ngi­kuti setiap kompetisi. Begitulah pen­jelasan Ichsan Anshory selaku Ketua Program Studi (Prodi) Pen­ didikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dalam pembukaan kegiatan ta­hu­ nan Kajur Cup 2014 (14-20). Kajur Cup merupakan acara tahunan yang terprogram setiap tahun, di­ ge­lar oleh Himpunan Mahasiswa Ju­rusan (HMJ) PGSD UMM. Lanjutnya, selain untuk me­ nun­juk­kan bakat, kegiatan Kajur Cup bisa dimanfaatkan mahasiswa un­tuk belajar organisasi juga be­la­ jar mengenai kepemimpinan. Ma­ ha­siswa harus mengembangkan po­ten­si diri dengan cara mengikuti ke­gia­tan ekstra di lingkup kampus atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di UMM. “Jangan

5

ha­nya kuliah-pulang. Mahasiswa ha­rus ‘hidup’ di kampus. Untuk itu, per­lu adanya regenerasi di setiap ang­katan agar bakat yang dimiliki mahasiswa tidak akan putus. Hal ini juga sangat bermanfaat sebagai bekal penagalaman yang berguna ketika di dunia kerja,” jelasnya. Dwi Ajeng Veny, ketua pe­lak­ sana, mengungkapkan alasan pe­ mi­li­han tema. Melalui tema itu, pi­haknya ingin mahasiswa tidak hanya sekadar berkompetisi, tetapi harus bisa menjaga sikap fair play dan juga kreatif. Lanjutnya, ter­ da­pat sembilan jenis lomba yang akan digelar, diantaranya adalah olah­raga, kesenian, debat bahasa In­donesia dan bahasa Inggris. Dwi menambahkan, peserta yang di­ per­bo­lehkan mengikuti Kajur Cup adalah mahasiswa angkatan 2012 hingga 2014. p_las

Peringati Harkannas, FPP Gelar Pameran Perikanan

lain bisa ikut termotivasi. Sementara itu, Cita me­n gu­n g­ kap­k an dirinya tidak menyangka kar­­ya tulisnya meraih runner-up. Cita mengaku tidak mengalami ke­­su­­li­t an selama proses penuli­ san, hanya saja memang harus lebih ba­nyak membaca. Harapan­ nya, tu­l i­s an-tulisan yang pernah dibuatnya bi­­sa ber­m an­faat bah­ kan idenya bisa di­t in­d ak lanjuti. "Semoga perwakilan dari UMM terus mendapatkan prestasi," tuturnya.m_mar

Seminar Kebangsaan, MPR Perlu Reformulasi GBHN

Ahmad Basarah, Ketua Ba­dan Sosialisasi Majelis Per­mus­­ya­­­wa­ ra­tan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) menegaskan, empat pilar ne­gara adalah Pancasila sebagai ideo­logi, UUD 1945 sebagai kons­ ti­tu­si, Negara Kesatuan Republik Indo­nesia (NKRI) sebagai bentuk ne­gara, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu bang­sa. Hal itu disampaikan dalam Se­minar Kebangsaan MPR-RI yang be­ker­ja sama dengan UMM. Ahmad Basarah menjelaskan, Lem­­baga Pengkajian dan Pe­ ngem­­bangan Kehidupan Ber­ne­ ga­ra (LPPKB) mengkaji lebih jauh definisi dari empat pilar. “Pe­naf­

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Dewan Per­wakilan Rakyat (DPR), akan me­nyam­paikan laporan kinerja se­­lama setahun secara terbuka ke­pa­ da rakyat. Hal itu bertujuan me­re­vi­ talisasi kedaulatan rakyat,” paparnya di Hall Dome UMM (23/12). Sulardi Wijaya, Dekan Fakultas Hukum (FH) UMM menjelaskan se­ suai dengan sila keempat, maka de­ mo­krasi di Indonesia adalah demo­ krasi pemusyawaratan. “Tugas MPR ada­lah mendedikasikan demokrasi yang sesuai dengan budaya bang­sa Indonesia, yaitu demokrasi pan­ca­ sila. Bukan demokrasi dalam sis­tem pemerintaha n sekarang yang cen­ de­rung mengadopsi budaya barat,” ujar­nya.p_nji

novi/Bestari

Antusias: Pengunjung dari kalangan mahasiswa UMM melihat salah satu produk perikanan yang ditampilkan pada pameran.

Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) UMM menggelar Pameran Pe­ri­ka­nan dan Teknologi Pe­nge­lo­ la­an Ikan. Pameran berlangsung di Lantai 3,5 GKB I (17/11). Ke­pa­ la Program Studi (Kaprodi) Pe­ri­ kanan Riza Rahman Hakim mem­ bu­ka pameran itu. Riza Rahman Hakim me­ma­ parkan, acara itu diselenggarakan untuk menambah wa­wasannya ten­tang dunia pe­ri­kanan, mulai dari perikanan tangkap, peri­ka­­­nan budidaya, dan ca­ra pengelolaan­ nya,” harapnya. Marits selaku ketua pelaksana men­jelaskan, acara itu memang di­konsep untuk memperkenalkan lebih jauh tentang Prodi Pe­ri­ka­ nan. “Konsep pameran dengan tek­ no­logi seperti ini akan membuat ma­hasiswa yang mengunjungi

ini tertarik akan inovasi, mu­lai pengelolaan ikan atau pem­bu­di­da­ yaan ikan,” ungkapnya. Bukan hanya itu, tambahnya, acara tersebut diselenggarakan juga untuk menarik minat para maha­ siswa baru agar lebih paham akan tata kelola dan pembudidayaan ikan. "Diharapkan, melalui pameran ini mahasiswa baru mengerti akan pem­budidaaya­an ikan yang baik dan benar," tuturnya. Adapun teknologi yang di­per­ kenalkan adalah resirkulasi air di bidang pembudidayaan ikan de­ ngan menggunakan seperangkat pipa. Marits menambahkan, se­lain memamerkan teknologi pe­ri­kanan, juga terdapat produk ma­ka­nan ikan atau berbagai bahan yang me­ nun­jang peningkatan pem­bu­di­da­ yaan ikan. p_hen

Program Studi (Prodi) Teknik Hasil Pertanian (THP) Universitas Se­marang (USM) mengunjungi Prodi Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) UMM. Sejumlah mahasiswa USM dan pembimbing studi ban­ ding disambut oleh jajaran dekanat dan dosen FPP di Ruang 507 GKB I (18/10). M. Wachid, Ketua Prodi ITP me­nuturkan, studi banding pada ha­kikatnya adalah mempelajari kelebihan pihak lain dan nantinya dapat diterapkan di daerah sendiri. Sehingga, per­gu­ruan ting­ gi ataupun instansi dapat ter­mo­ ti­vasi untuk memperbaiki ke­ku­ rangan. “Maka dari itu, kita ha­­rus mengambil sisi positif da­ri objek

banding agar demi kemajuan dalam lembaga sendiri,” te­rang­nya. Setelah adanya kunjungan itu, Wachid berharap akan ada ko­la­ borasi antara UMM dan USM, ter­ le­bih dalam hal penelitian. Selain itu hubungan dan kerja sama UMM dan USM tetap terjaga baik. Herri Cahyono, mahasiswa THP USM menjelaskan, pihaknya be­la­jar banyak terkait pengelolaan admi­ nis­trasi, fasilitas, serta pengelolaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang diterapkan di UMM. “UMM dipilih karena kemajuan UMM yang sa­ngat pesat dan unggul dari ber­­bagai aspek. Semoga setelah kun­jungan ini, USM dan UMM bisa men­jalin kerja sama,” tuturnya. m_cha

Pererat Hubungan, USM Kunjungi Prodi ITP UMM


6

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Prediksikan Indonesia dari Perspektif Militer dan Energi

Melalui perspektif militer, Totok Imam Santoso selaku Ko­ man­­dan Korem 083/Baladhika Jaya menjelaskan, upaya memiliki ke­ta­­hanan nasional yakni de­ngan mengenali dahulu posisi Indo­

nesia. Pertama, mengetahui sejarah per­juangan kemerdekaan. Kedua, me­ngenali Indonesia sebagai golden state. Ketiga, mewaspadai ancaman per­­se­teruan. Keempat, harapan be­­­bas dari kemiskinan. Kelima, im­

plementasi perwujudan kejayaan na­sio­nal. Melalui prospek energi, Totok Daryanto dari Komisi VII Dewan Per­wakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) meyakini beberapa re­siko. Pertama, implementasi ke­ bi­jakan pemerintah. Terutama sejak naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi pada Oktober lalu, serta kemungkinan naiknya harga Liquivied Petroleum Gas (LPG) dan tarif listrik. Kedua, resiko domestik. “Dam­pak pelemahan nilai tukar ru­­ piah yang belum sepenuhnya di­­rea­­ lisasikan pada tahun 2014 ber­po­ ten­si mendorong tingkat har­ga pada ta­hun 2015,” ungkapnya di Ruang Teater Dome. Lanjutnya, yang ketiga, dampak tidak dapat diimplementasikannya Un­dang–Undang (UU) Mineral dan Batubara terutama kebijakan pem­­bangunan smelter yang tidak se­suai dengan yang direncanakan. “Ke­bu­tu­han Indonesia 1300 ri­bu barel per-hari, sedangkan pro­ duksi hanya 800 ribu barel perhari. Indonesia harus menjadi ne­ gara mandiri dari sum­ber energi,” pungkasnya.p_ria

Galuh Alamsyah, Pimpinan Ca­ bang Bank Muamalat Kepanjen ha­ dir dalam acara kuliah tamu yang di­gelar Program Studi (Prodi) D3 Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Galuh memaparkan, tantangan perbankan dalam meng­ hadapi AEC adalah ba­gai­ma­na cara yang digunakan untuk mengambil pasar dari luar negeri juga dalam negeri. Lanjutnya, Indonesia memiliki modal penduduk terbesar di Asso­ ciation of Southeast Asian Na­tions (ASEAN), yaitu 43% pen­du­duk ASEAN merupakan pen­du­duk Indonesia. “Ini adalah pe­luang, sehingga perbankan harus bisa

mengeksplorasi dan me­mak­si­mal­ kan potensi yang ada untuk meng­ hadapi AEC 2015 itu,” tegasnya di Ruang Teater Dome, (8/12). Galuh menjelaskan persiapan dari Bank Muamalat untuk meng­ha­ dapi AEC 2015. Pertama, melakukan per­baikan dari sistem teknologi se­hingga bisa menciptakan ke­mu­ dahan pada nasabah dalam meng­ akses produk-produk muamalat. Kedua, Bank Muamalat juga me­ la­ku­kan perbaikan Sumber Daya Manusia (SDM). Terakhir, lebih ba­ nyak melakukan fungsi Corporate Social Responsibility (CSR). Pe­ning­ katan fungsi sosial dengan me­la­ kukan pendampingan kepada Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM). Muhammad Sri Wahyudi se­la­ ku ketua panitia menuturkan, pe­ milihan tema yakni “Kesiapan Indus­ tri Perbankan Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015” merupakan respon jurusan dalam menghadapi Masyarakat Eko­nomi ASEAN (MEA) yang akan da­tang. Kegiatan itu diharapkan bisa mem­ bu­ka wawasan mahasiswa ke depan, ser­ta memberi bekal khususnya un­ tuk mahasiswa D3 Perbankan yang akan memasuki dunia perbankan. “Tan­tangan ke depan akan lebih berat sehingga harus disiapkan, baik tentang keilmuan maupun bahasa,” pesannya. m_mar

maulyadiBestari

Evaluasi: Totok Imam Santoso (dua dari kanan) selaku Komandan Korem 083/Baladhika Jaya menjelaskan masa depan Indonesia dari perpektif militer.

Kolonel Arm. Totok Imam Santoso dan politisi Totok Daryanto mendiskusikan masa depan Indonesia melalui perspektif militer dan kebutuhan energi dalam Dialog Akhir Tahun Kenusantaraan (18/12). Rektor UMM Muhadjir Effendy menghadiri acara yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMM itu.

­

Suara Kampus

Kuatkan Bisnis Syariah Untuk Hadapi MEA 2015

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi mengadakan kuliah tamu bertajuk “Peran Ekonom i Islam Sebagai Penguat Perekonomian Bangsa dalam Menghadapi MEA 2015”. Mendatangkan Tjiptohadi Swarjuwono, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, serta Masiyah Kholmi, Dosen Ekonomi Islam UMM. Acara dihadiri 345 mahasiswa (8/12), bertempat di Ruang Teater Dome. Menurut Tjipto, upaya me­ nguat­kan perekonomian nasional an­tara lain dengan berbisnis se­ cara konvensional maupun sya­ ri­ah. Tetapi di Indonesia, bisnis se­cara syariah belum menjadi lan­ da­san, hanya terbatas pada bisnis keuangan, asuransi, dan gadai. Etika bisnis syariah bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan perusahaan. Tjipto berpendapat, peme­rin­ tah seharusnya mendukung bisnis

Isla­mi dengan cara membuat pe­ ra­tu­ran-peraturan yang pro. Lan­ jutnya, be­berapa contoh ke­bi­ jakan yang bisa diterapkan yakni hanya mem­­per­bolehkan produk yang mem­per­hatikan alam serta ti­dak membahayakan umat dan me­ng­gu­­na­kan produk-produk yang dapat di­daur ulang. Sementara itu, Masiyah me­ma­ parkan lima pilar pencapaian MEA 2015, yaitu aliran bebas, ba­rang, jasa, investasi, tenaga kerja ter­di­ dik dan aliran modal yang bebas. Titik beratnya adalah kerja sama ekonomi dan peningkatan kua­li­ tas komoditi dari setiap negara ang­­go­ta. Tantangan persoalan eko­­no­mi na­sio­nal di antaranya, pro­duk impor dari negara ASEAN, standarisasi mu­tu produk na­sio­nal, kemampuan Sum­ber daya Ma­nu­ sia (SDM), serta da­ya saing produk barang atau jasa.p_yun

UMM FM Rayakan 24 Tahun Mengudara

Perbankan Siapkan Mahasiswa Hadapi MEA 2015

Sertifikasi, Kunci Pengakuan Pekerja Sosial

Dian Purwasantana, Ketua Bi­ dang Peningkatan Kapasitas di Pusat Pembinaan Jabatan Fung­sio­ nal Pekerja Sosial dan Penyuluhan Sosial Kementrian Sosial (Kemen­ sos) Republik Indonesia (RI) hadir da­lam Workshop dan Musyawarah Daerah (Musda) I Ikatan Pekerja So­­sial Profesional Indonesia (IPSPI). Acara digelar oleh Program Studi (Prodi) Ilmu Kesejahteraan So­sial (IKS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Dian menerangkan, akreditasi ba­gi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) merupakan kunci agar pro­ fesi pekerja sosial (peksos) men­ dapatkan pengakuan. Peksos menjadi faktor strategis dalam peru­bahan sosial masyarakat.Se­ hing­ga, dalam pergaulan global yang difasilitasi organisasi inter­ nasional telah mendorong pen­ didikan peksos melibatkan diri dalam perubahan tersebut. Im­bas­ nya, Lembaga Donor Internasional akan mewajibkan setiap Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki ser­ti­fikat. “Sertifikasi bertujuan men­­jawab kebutuhan pangsa pa­ sar dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” terangnya di Ruang Tea­ter Dome (4/12).

novi/Bestari

Drama: Anggota muda UMM FM menampilkan drama putri tidur dalam perayaan ulang tahun ke- 24.

Radio UMM FM menggelar Dies Na­talis ke-24 di Aula BAU (3/12). UMM FM mengundang per­wakilan da­ri Persatuan Radio Ko­mu­nitas Malang (PRKM), Ba­ dan Eksekutif Ma­ha­siswa (BEM), Lembaga Semi Oto­nom (LSO) ser­ta Unit Kegiatan Ma­hasiswa (UKM). Turut hadir pula sejumlah alum­ni maupun pen­de­ngar setia UMM FM. Pembina UMM FM Muhammad Hayat menyampaikan, pe­ngor­ba­­nan dan kerja keras dari para alum­­ni serta seluruh kru yang mem­­buat radio itu tetap bertahan sam­­pai sekarang. “Saya berharap da­lam pencapaian yang ke-24 ini men­ja­di­kan umur emas buat Radio UMM FM dan seluruh kru tidak ma­in-main ber­komitmen untuk men­ja­dikan UMM FM lebih baik ke de­pannya,” jelasnya. Romi Iriandi Putra, General Ma­

nager UMM FM mengungkapkan ha­­ra­pannya agar UMM FM bisa mak­simal dalam mempublikasikan se­luruh informasi yang ada di kampus. Jelasnya, UMM FM sendiri te­lah bekerja sama dengan berbagai UKM, LSO, dan pihak fakultas da­ lam mendapatkan informasi yang ha­rus dipublikasikan. “Melalui pen­­­­ca­paian yang ke-24 ini, ber­ ha­­­rap Radio UMM FM bisa lebih ber­­­manfaat bagi wilayah seputar kam­­pus maupun juga bermanfaat ba­gi seluruh masyarakat di Kota Ma­­lang,” pungkasnya. Prasetyani Ayu Zaprikasari se­­­­la­­ku ketua pelaksana men­je­las­­­­ kan, pihaknya sengaja me­ngam­­bil kon­sep prom night. Me­nurutnya, kon­­sep itu sesuai de­ngan seg­ men­tasi pendengarnya se­hing­ga akan menarik minat para tamu un­dangan. p_uqi

Bertempat di Ruang Sidang Pem­­bantu Rektor (PR) III, UMM mendapat kunjungan dari Uni­ver­­si­ tas Pattimura Ambon (18/11). Ber­ tu­juan melihat ba­gai­­mana sistem pengelolaan bi­da­ng kemahasiswaan di UMM, rom­bongan disambut oleh PR III Diah Karmiyati, Kepala Bi­ro Kemahasiswaan Jainuri, dan se­ge­nap staf dari Biro Ke­ma­ha­sis­waan. Diah menjelaskan, UMM yang berada dalam Pimpinan Pu­sat Muhammadiyah. UMM te­tap memiliki kewenangan se­­ca­­­ra otonom untuk mengelola pe­ma­­sukan sesuai aturan yang su­dah ditetapkan pimpinan pusat. Itu­lah yang membedakan UMM de­ngan universitas swasta lainnya yang mayoritas memiliki yayasan dan pembagian saham. Lebih lanjut, Diah menjelaskan, pen­da­naan yang diberikan uni­ver­

sitas untuk kegiatan mahasiswa ha­rus melalui prosedur yang sudah di­tetapkan, yaitu menggunakan pro­posal. “Walaupun begitu, uni­ versitas tidak menyulitkan jum­ lah pendanaan, justru akan mem­ bantu setidaknya setengah dari pendanaan kegiatan yang di­bu­tuh­ kan,” jelasnya. Muhammad Bugis, PD III Fa­ kul­tas Ekonomi Universitas Pat­ ti­mura Ambon menerangkan, pi­­ hak­nya berupaya mempelajari sis­­tem pengelolaan bidang ke­ma­ ha­­siswaan di Universitas Brawijaya (UB) dan di UMM. “UMM me­ru­pa­ kan salah satu universitas swas­ta terkemuka, dan kami pu­nya ke­pen­ tingan untuk datang dan mem­ban­ ding­kan sistem pe­nge­lo­la­an antara universitas swasta dengan negeri,” jelasnya. m_mar

Universitas Pattimura Ambon Kunjungi UMM

maulyadi/Bestari

Menerangkan: Dian Purawsantana saat memberikan materi tentang pentingnya akreditasi bagi LKS agar peksos mendapatkan pengakuan.

Lanjutnya, peksos jangan ber­kip­ rah karena ingin diangkat men­jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tetapi untuk mendapatkan pe­nga­la­man memberikan pelayanan terkait de­ ngan program-program yang ada di Kemensos. Pemerintah membantu pek­sos dengan membuatkan media on­line sehingga mereka bisa dengan mu­dah mengakses informasi ten­ta­ ng sertifikasi. Asep Nurjaman selaku Dekan

FISIP UMM menuturkan, peksos di luar negeri merupakan pekerjaan pa­ling bergengsi. Se­ba­lik­­nya, masyarakat Indonesia be­r­ang­ gapan jika peksos hanya me­na­ nga­ni masalah yang berkaitan de­ngan tunadaksa ataupun tuna so­sial. “Padahal, persoalan sosial tidak hanya itu. Pembuatan kebijakan-kebijakan populer juga membutuhkan pertimbangan dari peksos,” ujarnya. m_mar


Suara Kampus

7

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

BEM UMM Peringati Hari Ibu

maulyadi/Bestari

Berbagi: Endang Pujiastuti berbagi pengamalamannya tentang cara memahami seorang anak dengan cara mengetahui pribadi dan kepribadiannya dalam acara Woman Day yang bertajuk "Jalan Cinta Para Bunda".

Memperingati Hari Ibu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMM Ke­men­terian Pemberdayaan Pe­ rem­puan menggelar Womanday Spe­cial Mother’s Day. Acara ber­lang­sung di Hall Rusunawa II UMM (21/12). Menurut Rossita Martha Rahayu selaku Head of Markomm and Re­ la­tionship Grasia School Ma­la­ng, ba­nyak yang tidak me­nya­dari bahwa men­jadi ibu ada­lah pe­ker­ ja­an yang memiliki be­ban ekstra, namun merupakan pe­ker­jaan

yang mulia. “Pekerjaan ibu rumah tangga merupakan pen­ca­pa­ian tertinggi dalam kehidupan, ka­re­ nanya perempuan harus tang­guh, kuat dan selalu meng-upgrade di­ri­ nya,” ujarnya. Rita Sugiartiningsih selaku staf Unit Pelayanan Terpadu (UPT)­ Per­pus­takaan Masjid A.R. Fachruddin menjelaskan, setiap ibu per­lu me­nge­valua­si apa saja yang te­lah dilakukannya. “Ibu penentu ka­rak­ter bangsa, jika karakter ibu sa­ lihah, cerdas, punya visi misi hi­dup ke depan, berilmu mengerti za­man, ten­tu

negara akan baik,” paparnya. Selain itu, Endang Pujiastuti, Pe­gawai Negeri Sipil (PNS) di Ba­ dan Karantina Ikan, Pengendali Mu­tu dan Keamanan (BKIPM), me­nyam­paikan di balik kehebatan anak ada ibu hebat. Jelasnya, dalam me­mahami seorang anak, ibu per­lu mengetahui kepribadiannya, apa­ kah melankonis, sanguin, pleg­ma­ tis, dan koleris. “Kenali lalu apli­ka­ si­kan. Belajar apapun, lalu berlatih, dan kemudian berdoa merupakan kunci suksesnya,” ujarnya.p_ria

“Kreativitas adalah ujung pe­ re­konomian dunia!” tegas Untung Santoso selaku pemateri da­lam So­ sia­lisasi dan Workshop Pro­gram Kre­atifitas Mahasiswa (PKM) yang me­rupakan rangkaian aca­ra Student Day. Kegiatan yang ter­se­lenggara berkat kerja sama pa­ni­tia Student Day dan Staf Biro Kemahasiswaan itu oleh Pem­ban­tu Rektor (PR) III UMM Diah Karmiyati. Untung menyampaikan, ke­mun­­ culan ide kreatif dimulai dari me­lihat lingkungan sekitar dan dari menggali permasalahan. Se­la­in itu, tetap butuh ketekunan dan tindak lanjut dari krea­

tifitas. “Ja­di­kan kreatif sebagai na­fas hidup, du­nia sudah dipenuhi dengan krea­ti­fitas, jika tidak kreatif maka akan ter­makan oleh kreatif itu sendiri,” ung­ kapnya di Ruang Teater Dome (15/11). Menurutnya, untuk mencetak lu­lusan yang kreatif dan inovatif, UMM belum memiliki program yang benar-benar berjalan dengan baik. Ung­kapnya, Gerakan Kampus Krea­ tif (GKK) yang sekarang sedang da­­lam perintisan diusahakan bisa men­jadi ruh kreativitas di kampus. “Pro­gram itu nantinya diharapkan bisa membentuk pola pikir maha­sis­ wa menjadi bangga jika kreatif dan

malu jika tidak kreatif,” terangnya. Koordinator seksi acara Henik Sukorini memaparkan, maba yang hadir dalam sosialisasi sudah harus membawa executive summary pro­ po­sal tentang PKM jenis apa yang ingin dibuatnya. Setelah maba men­ da­patkan materi, mereka dibagi men­jadi tiga kelompok sesuai PKM yang diminati. “Strategi itu secara tidak langsung akan memaksa para maba untuk mencari tahu tentang PKM terlebih dahulu sebelum mengikuti acara,” tandas Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) itu. m_mar

7-10 September 2013

BEM FEB Refleksikan Hari

Pahlawan dengan Lomba Gambar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bis­nis (FEB) menggelar Refleksi Hari Pah­ la­wan yang dikemas dalam bentuk lom­ba menggambar pahlawan serta mewadahi tulisan para ma­ha­ sis­wa tentang harapan dan cita-cita bangsa. Acara berlangsung di Lan­ tai I GKB II (10/11). Muhajirin, Wakil Gubernur Ma­ hasis­wa menjelaskan, BEM FEB be­rupaya mengingatkan kembali se­­ja­rah Hari Pahlawan dengan me­­ ng­gelar lomba menggambar pah­la­­ wan. Hasil karya akan di­tam­pil­kan di dinding-dinding fakultas. “Pe­ni­­ lai­an lomba dili­hat dari se­be­ra­pa ba­nyak mahasiswa yang me­li­hat kar­ya itu. Pemenangnya akan men­ da­pat hadiah sebagai ben­tuk apre­ sia­si,” jelasnya. Adapun menurut Mohammad

Asep Irawan selaku Kepala Divisi So­sial Politik BEM FEB sekaligus ketua pelaksana, tidak sedikit ma­ ha­sis­wa yang apatis terhadap hari yang bersejarah. Sebagai upaya mengurangi sikap apatis itu, BEM FEB sering mengadakan agenda diskusi rutin. Selain itu, melalui acara pe­ ri­­ngatan Hari Pahlawan, Asep Irawan berharap para mahasiswa khu­­susnya mahasiswa FEB dapat me­­ngingat kembali jasa para pah­ la­wan yang berjuang demi ke­mer­­ dekaan dan dapat menjadi te­la­dan bagi para mahasiswa. “Kami ber­ ha­rap dapat menemukan se­pu­luh ma­hasiswa yang diidam-idam­kan ba­pak pendiri bangsa ya­itu Bapak Ir. Soekarno untuk mengubah ne­ ga­ra ini menjadi lebih baik ke depannya,” tandasnya. p_uqi

UMM Terapkan Strategi Kantong untuk Tarik Maba

Kreatif, Butuh Ketekunan dan Tindak Lanjut

Fiksi Islami, Manusiawikan Karakter Tokoh

“Fiksi Islami terjebak pada la­bel Islamnya saja. Karakter to­koh selalu digambarkan seperti ma­lai­kat,” ujar Puspita RM, penulis fik­si Islami dalam workshop yang me­ru­pakan rangkaian Alquran Road­show. Acara itu digelar oleh Lem­baga Sosial Otonom (LSO) Fo­rum Studi Islam Fakultas Ilmu So­sial dan Ilmu Politik (FISIP) Al Faruq, bekerja sama dengan UMM Menghafal Alquran (UM3Q), program kerja Jama’ah A.R. Fachruddin (JF). Puspita mengungkapkan, fiksi islami adalah cerita yang isi­nya sesuai dengan nilai-nilai keis­ laman, sedangkan karakter to­koh sebaiknya dimanusiawikan saja. “Pembaca sekarang sudah se­ma­ kin kritis. Mereka lebih me­nga­ gumi cerita islami dengan ka­rak­ter tokoh kaum muslim pada umum­ nya,” ujarnya di Aula Lantai III Per­ pus­takaan Pusat UMM (22/11). Lebih lanjut, Puspita me­ma­ par­kan kunci menjadi penulis fik­si Islami. Pertama, berguru pa­da karya-karya fiksi populer. Kedua, membangun kerja sama de­ngan menggunakan media so­ sial. “Semoga teman-teman tidak pe­r­nah lelah untuk menulis sejak

novi/Bestari

Bertanya: Salah satu siswa SMA Negeri 2 Krakatau Stell (KS) Cilegon menanyakan terkait dengan alur penerimaan mahasiswa baru di UMM.

SMA Negeri 2 Krakatau Stell (KS) Cilegon mengunjungi UMM da­­­ lam rangka program Tour Campus. Kunjungan itu terdiri dari 273 siswa kelas XII dan 40 gu­ru pen­damping. Penyambutan di­se­leng­garakan di Ruang Teater Dome (9/12) oleh pihak Unit Pelayanan TerpaduPenerimaan Mahasiswa Baru (UPTPMB). Pada kesempatan itu, Moh. Mahfud Effendi selaku Sekretaris UPT-PMB menjelaskan profil UMM ke­pada para siswa. Menurutnya, se­ lain sebagai ajang promosi juga me­ ru­pakan kesempatan baik untuk men­jalankan strategi kantong, ya­ itu menjaring calon mahasiswa da­ri daerah tertentu. “Jika jumlah pen­ daftar di UMM semakin ba­nyak, akan memudahkan pihak PMB mencari

dan memilih calon ma­ha­sis­wa yang berkualitas terbaik,” jelasnya. Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kesiswaan Ahmad Farih Wibowo memaparkan, pro­gram Tour Campus sekolahnya te­lah berjalan selama dua ta­hun, bertujuan memberikan pe­­ma­ha­man terkait universitas ber­ kualitas di Indonesia. Salah sa­tu­nya adalah UMM. Petrus Edison Simatupang, salah satu siswa SMA Negeri 2 KS Cilegon menilai UMM memiliki daya tarik tersendiri terkait de­ngan green campus-nya. Petrus me­ngu­ ng­kapkan, setelah mengikuti Tour Campus selama tujuh hari mulai dari Surabaya, Jogjakarta, Bandung, dan Malang, dirinya mantap untuk memilih kuliah di Malang, terutama di UMM.p_ria

Menyambut bulan penerimaan ma­ha­siswa baru tahun akademik 2015/2016, Unit Pelaksana Teknis Pe­nerimaan Mahasiswa Baru (UPTPMB) menerima kunjungan dari SMA Negeri 1 Godang, Nganjuk. Se­ ba­nyak 50 siswa kelas XII serta 7 gu­ ru mendapatkan sosialisasi dari Ke­ pala UPT-PMB Ermanu Azizul Hakim di Ruang Teater Dome (7/11). Ermanu menjelaskan beasiswa yang dapat diterima oleh calon atau mahasiswa UMM. Beberapa di antaranya adalah beasiswa pres­­tasi, beasiswa anak yatim, ser­­ta Erasmus Mundus. “Khusus be­asiswa ­­ anak yatim adalah bea­sis­­wa penuh sampai selesai yang diberikan kepada beberapa ma­ha­siswa yatim yang ada di UMM,” ungkapnya. Ermanu menyampaikan, tidak

perlu kebingungan jika ingin men­ daf­tar menjadi mahasiswa UMM, karena pendaftaran dapat di­la­ku­kan secara online di daerah asal ma­singmasing calon mahasisiwa. “UMM menggunakan sistem on­li­ne untuk pendaftaran calon ma­hasisiwa yang nantinya akan di­tes dan disaring untuk menjadi ma­hasiswa umm secara resmi,” pa­parnya. Pujiono, Wakil Kepala SMA Negeri 1 Gondang menerangkan, UMM sangat cocok jika dijadikan re­fe­rensi dalam memilih kampus yang baik untuk pendidikan se­ lan­­­jut­nya. “Keunggulan-ke­ung­gu­ lan kampus UMM ini tidak bisa d­iragukan lagi karena telah ter­ buk­ti menerima Anugrah Kampus Unggul (AKU) 7 kali berturutturut,”tuturnya. m_jen

SMA Negeri 1 Godang Kunjungi UMM

herdyani/Bestari

Pemateri: Puspita (kanan) sebagai pemateri yang sudah berpengalaman di bidang penulisan fiksi islami berbagi tips dalam pembuatan tokoh cerita.

da­ri bangku kuliah. Jadilah rumput liar, menulis harus seulet rumput, se­besar apapun kritikan dan te­ka­ nan dari editor harus pantang me­ nyerah,” pesannya. Sementara itu, Ketua Bidang Syiar Al Faruq Ade Chandra me­ne­ rangkan, Alquran Road Show me­ ru­pakan kegiatan workshop dan mem­bagi-bagikan Alquran di setiap

unit yang ada di FISIP. Gerakannya di­sebut one day one page, ajakan me­mbaca Alquran minimal satu ha­ la­man di kampus. “Mari membaca Al­quran, karena Alquran seperti cermin. Semakin banyak interaksi, maka bisa jadi cerminan iman kita sudah baik atau belum,” ajak mahasiswa Ilmu Komunikasi itu. m_mar


8

Suara Kampus

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

UMM Kembali Anugerahi Delapan Tokoh Muhammadiyah

Lagi, delapan tokoh Muhammadiyah mendapatkan penganugerahan UMM Award. Penganugerahan itu secara resmi menutup perayaan milad UMM ke-50 tahun, sekaligus menandai perayaan Milad Persyarikatan Muhammadiyah ke-102 dalam rangkaian tabligh akbar. Hadir di acara itu Rektor UMM Muhadjir Effendy, serta seluruh tokoh dari Pimpinan Pusat (PP) dari Jakarta, Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Daerah (PD) dan Pimpinan Cabang (PC) Muhammadiyah di Jawa Timur. Acara berlangsung di Hall Dome UMM (7/12). Pihak rektorat mengumum­ kan, delapan tokoh yang men­ dapatkan UMM Award berkat pengabdiannya. Pertama, Amien Rais selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 19941998. Kedua, Muhammad Dasron Hamid, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ketiga, Rosyad Sholeh yang mengabdi di PP Muhammadiyah lebih dari 35 tahun. Keempat, Muhammad Muchlas Abror, mantan Ketua Badan Pembina harian (BPH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kelima, Abdul Malik Fadjar, Menteri Agama era Presiden BJ Habibie. Keenam, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 1998-2005. Ketujuh, Siti Chamamah Soeratno, Guru Besar Kesusastraan Melayu dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Terakhir, Elyda Djazman yang pernah menjabat sebagai Ketua PP Aisyah selama tiga periode. Salah satu tokoh yang men­­­da­­­patkan UMM Award, Muhammad Muchlas Abror, ber­ pe­­san kepa­d a­ seluruh sivitas

UMM agar terus-­m enerus me­­­ ning­­­kat­k an mutu pen­d i­d i­k an. Muchlas menyam ­pai­k an, mes­k i­­ pun UMM sudah menjadi kam­ pus yang besar, jangan se­k a­l ikali ber­p uas diri. “UMM ada­l ah salah satu per­g uruan ting­g i Muhammadiyah yang bisa diper­ hitungkan dan mampu mem­p er­ tahankan apa yang sudah dida­ pat,” ujarnya. Pria yang mengawali peng­ abdi­an­nya sebagai Sekretaris Pim­pinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Tegalrejo tahun 1964 itu kembali berpesan, UMM harus memegang teguh ayat ketujuh dan kedelapan dari Surah Asy-syarh. “Ayat tersebut inti­ nya berpesan apabila kamu te­lah selesai dari sesuatu urusan, kerja­ kanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Ini merupakan pe­mi­cu bagi UMM untuk terus maju,” jelasnya. Sementara itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Natsir berpendapat, tin­ da­k an UMM dalam memberi peng­a ­n u­g erahan kepada to­ koh-tokoh yang berjasa di

Kesepakatan: Siti Chamamah Soeratno (kiri) salah seorang tokoh yang menerima 50 Tahun UMM Award yang diserahkan oleh Muhadjir Effendy Rektor UMM edgar/Bestari

Muhammadiyah merupakan suatu inovasi baru. “Tokoh yang men­­­da­p atkan anu­g erah dari UMM ini merupakan tokoh yang telah memberikan jasa yang luar biasa untuk Persyarikatan Muhammadiyah, bangsa dan umat tercinta,” jelasnya. Haedar me­n am­­bah­k an, tradisi baru dari UMM dalam memberikan peng­ har­g aan merupakan sebuah tra­ disi rif ’ah. Menurutnya, tra­d isi rif ’ah itu adalah tradisi membe­ rikan penghargaan terhadap sesua­t u yang utama.

Sarjana Harus Berperan Membangun Desa UMM menggelar Wisuda ke-72 Periode IV Tahun 2014 sekaligus penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemdes PDT dan Trans) serta Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Menghadirkan Sudarsono, Bupati Seruyan, dan Deputi I Pengembangan Sumber Daya Kemdes PDT dan Trans Suprayoga Hadi selaku perwakilan MoU sekaligus orator ilmiah. Rektor UMM Muhadjir Effendy juga turut hadir dalam pengukuhan 1.015 wisudawan yang berlangsung di Hall Dome itu (29/11). Suprayoga Hadi menjelaskan, pem­bangunan Indonesia semesti­ nya berawal dari membangun desa. Pembangunan desa itu disebut dengan pembangunan ‘desa ber­ budi’. Desa Berbudi adalah desa yang dibangun dan bertumpu pada nilai-nilai budaya desa se­ tem­­pat serta mampu menjadi de­ sa berdikari. “Pembangunan de­ sa juga merupakan bentuk ge­rak utama Kabinet Kerja dalam upaya meningkatkan pemerataan kese­

jah­­teraan masyarakat Indonesia,” terang­nya. Lebih lanjut, pembangunan ‘desa berbudi’ akan terwujud apa­ bila ada kerja sama antara penduduk setempat yang juga mau bergerak bersama pemerintah, termasuk para sarjana. Suprayoga berharap, pe­nan­datangan MoU kerja sama de­ngan UMM akan berlanjut da­ lam pembangunan Indonesia, khu­ sus­nya pembangunan desa. “Bagi para sarjana yang baru lu­lus ini

akan sangat di­ha­ rap­kan sumbangsihnya da­lam mewujudkan program dari peme­ rin­tah ini,” ujarnya. Sementara itu, Sudarsono alum­ni UMM menuturkan, ia me­ ne­rapkan ilmu-ilmu yang dida­ pat­kan semasa kuliah dalam me­ mimpin daerahnya. Pria yang juga men­jabat sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Kabupaten Seruyan itu me­na­ruh harapan kepada UMM untuk ikut memajukan Seruyan. “Melalui adanya MoU ini Saya tantang kampus UMM untuk bisa menciptakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Kabupaten Seruyan,” ungkapnya. Adapun Muhadjir Effendy menyampaikan, 13 alumni UMM sudah menjadi pemimpin di daerah masing-masing. Seperti halnya ke13 alumni itu, lulusan sekarang juga harus mengaplikasikan ilmu yang didapat semasa kuliah untuk agama, bangsa, dan negara. Selain

Selanjutnya, ucapan selamat atas Miladnya UMM dan Muhammadiyah disampaikan oleh PW Muhammadiyah Jawa Timur Thohir Luth. “Semoga Muhammadiyah tetap jaya dan te­r us berbakti untuk bangsa dan ne­g a­ra. Mudah-mudahan UMM juga lebih maju, lebih membe­ rikan kontribusi untuk bangsa dan negara,” ungkapnya. Thohir Luth menghimbau kepada warga Muhammadiyah yang hadir untuk terus meningkatkan militansi, istiqamah, dan keikhlasan da­l am

rangka mewjudkan tujuan uta­ ma Muhammadiyah didi­r ikan yaitu berdakwah amal ma’ruf nahi munkar. Adapun Muhadjir Effendy se­­la­ku Rektor UMM meng­u cap­ kan rasa terima kasih ke­p ada Muhammadiyah yang telah mem­p ercayai UMM men­j adi tuan rumah perayaan miladnya. “Melalui kepercayaan itu, sam­p ai saat ini UMM dapat me­­­ma­­suki usia yang ke-50 da­ lam keadaan yang baik,” jelas­ nya. p_hen

Kesepakatan: Muhadjir Effendy (kanan) Rektor UM menandatangani MoU ker M ja sama dengan Kemdes PDT dan Trans kerja sama dengan UMM disaksikan Sudars ono (dua dari kanan) selaku sebaga i Bupati Seruyan. edgar/Bestari

itu, Muhadjir berpesan agar para wisudawan selalu menjaga nama b aik almamater. Muhadjir mengungkapkan, kebanggaan UMM lainnya yakni menjadi kampus swasta pertama yang meraih akreditasi A di tingkat nasional. Menurutnya, prestasi yang didapatkan bukan hanya hasil kerja keras dari pihak birokrasi kampus semata, namun juga hasil kerja sama dan dukungan dari mahasiswa UMM. “Semoga ini akan terus terjadi di kampus ini agar terwujud kampus yang lebih baik lagi,” harapnya. Sementara itu, Mohammad Najih selaku Ketua Wisuda ke-74 Periode IV tahun 2014, mengungkapkan alasannya mengundang Kemdes PDT dan Trans. Jelasnya, hal itu merupakan sebuah wacana untuk memberikan motivasi kepada wisudawan dan wisudawati secara keseluruhan. “Dengan begitu

mahasiswa yang telah lulus itu sadar akan visi dan misi universitas serta Muhammadiyah yang amar maruf, nahi mungkar,” jelas Dosen Program Studi Ilmu Hukum itu. Moh. Najih berharap para wisudawan bisa mengembangkan karya-karya mereka seperti alumni yang lain. Aida Nur Aini, wisudawan terbaik dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengungkapkan kiat-kiat yang ia lakukan dalam meraih prestasi. Salah satunya adalah belajar dengan tekun. Sebab ketika belajar secara mendadak, hasilnya tidak akan maksimal. Menurutnya, tidak terlalu penting merayakan penghargaan atas sebuah prestasi. “Bagi Saya yang terpenting itu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya yang menjadikan kita pantas menjadi yang terbaik,” ujarnya.p_hen


Sketsa

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

9

Meraih Impian dengan Berilmu “Berpikir besar, mulai dari yang kecil, bergerak sekarang,” jawab Pradana Boy Zulian Thohibul Fata atau yang lebih akrab disapa Pak Boy, saat ditanya tentang moto hidupnya. Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Program Studi (Prodi) Syariah itu telah membuktikan bahwa seorang anak desa pun mampu ‘naik kelas’ sosial, jika mau beraksi dan bekerja keras. Jadikan Hinaan dan Cemooh Sebagai Motivasi Lahir dari sebuah keluarga petani di Desa Brondong, Lamongan, tidak membuat Boy berkecil hati. Boy pun memiliki anganangan untuk melanjutkan sekolahnya di UMM pun disindir. Terlebih lagi di daerah Lamongan Utara, tempat Boy tinggal, UMM me­mi­liki predikat sebagai universitas yang mahal dan hanya orang kaya saja yang bisa menyekolahkan anak di sana. “Secara mental ba­nyak yang meremehkan karena dianggap bagaikan pungguk merindukan bulan,” terang dosen yang baru menyelesaikan pendidikan doktornya di National University of Singapore (NUS) pada tahun 2013 silam. Pria kelahiran 37 tahun silam itu me­­­miliki prinsip yaitu satu perbuatan mengalahkan seribu perkataan. Biarkanlah orang lain menggunjing dan mencibir te­tapi kita tetap berproses. Ketahuilah bahwa orang lain tidak tahu pilihan hidup apa yang sedang dihadapi oleh seseorang dan waktu terus berjalan. Sehingga, ketika sese­orang tersebut sudah berada di salah satu titik kesuksesannya, mereka yang meng­gun­jing akan tetap menggunjing. “Saya per­­caya bahwa menggunjing, menyindir, dan sebagainya adalah tindakan yang siasia,” tandas Koordinator Nasional Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) itu.

Pernah Dianggap sebagai Seorang Sosiolog Di luar UMM, banyak orang yang mengira Boy adalah seorang sosiolog. Bahkan ada seorang wartawan dari media cetak ternama

di Indonesia yang menduga bahwa Boy adalah lulusan Ilmu Hubungan Internasional. Hal tersebut terjadi bukanlah tanpa alasan, Boy kerap menulis opini di media cetak terkait dengan permasalahan sosial. Novel yang berjudul Sang Penakluk Ombak, yang ditulis oleh Boy pun bagi pembaca dan juga pengamat sastra menilai sebagai novel sosiolog. Ketertarikan Alumni Prodi Syariah UMM itu terhadap sosiologi salah satunya berdasarkan pengalaman hidup. Boy berpendapat, belajar

“Saya percaya bahwa menggunjing dan menyindir adalah tindakan yang sia-sia ”

agama itu tidak cukup hanya mempelajari agama itu sendiri, tetapi harus diikuti dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Contohnya saja, ketika terjadi kekerasan yang mengatas namakan agama. Bila ditelaah dari pendekatan agama sudah pasti jawabannya agama melarang tindakan kekerasan. Di sinilah peran ilmu yang lain, yakni sebagai perangkat untuk membantu menyelesaikan persoalan masyarakat. “Sehingga tidak serta-merta menyalahkan tin­dakan tersebut, tetapi juga memahami penyebab terjadinya masalah masyarakat de­ ngan menggunakan ilmu sosial,” ungkap Pria yang menyelesaikan pendidikan magisternya di Australian National University itu.

Pentingnya Mengembangkan Kapasitas Diri Pria yang pernah berprofesi sebagai wartawan Malang Post itu mengungkapkan,

Sosok Idealis dan Kritis Muhammad Subhan Setowara, Alumni UMM Prodi Syariah tahun 2005 itu memandang Boy sebagai seseorang yang idealis dan kritis. Pria kelahiran Kupang, 32 tahun silam itu menceritakan saat Boy akan melanjutkan kuliah S3, Boy mendapatkan berbagai tawaran beasiswa dari beberapa univer­sitas di dunia. “Tetapi Ia lebih memilih bersekolah di Singapura, atas dasar substansi pen­didikan serta peringkat universitas NUS yang memang diakui du­nia,” papar Pria yang akrab disapa Hans itu. Hans juga mengungkapkan terkait dengan pola pemikiran Boy yang idealis dan juga kritis tersebut, tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa Boy adalah seorang yang liberal. Hans pun mengakui jika pola pikir Boy cenderung liberal. Hanya saja, Hans yang kini bekerja sebagai protokoler Hubungan Masyarakat UMM itu tidak memandang bahwa liberal adalah sesuatu yang negatif jika seseorang mampu melihatnya dari sudut padang yang berbeda. m_des

Pradana Boy ZTF novi/Bestari

Hidup adalah Kompetisi untuk Raih Kemenangan kita. Peraih Juara III dalam International Open di Universitas Brawijaya tahun 2014 Canangkan Serius Saat Latihan itu mengatakan selalu berusaha keras Atlet andalan Kelas B UKM Tapak Suci diberbagai kesempatan agar tidak lengah. UMM itu, mengungkapkan tidak suka ber­ Fahru pernah joging dari Kampus II menuju canda ketika latihan. Pemilik tinggi badan Kampus III UMM untuk melatih kemampuan 165cm itu memiliki kenangan buruk fisik dan juga mentalnya saat pertandingan. dikarenakan tidak serius saat latihan. “Tidak dapat dipungkiri dalam pertandingan apapun kemampuan fisik dan Menurutnya, tidak serius dan fokus saat latihan akan “..disaat latihan janganlah mental seorang atlet adalah bergurau” modal utama untuk meraih ber­dampak buruk saat kemenangan,” ujar peraih turun ke arena. Akibat­ nya, Fahru mengalami fraktur pada jari Juara I Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di telunjuk­nya melawan atlet dari Perguruan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu. Setiap manusia pastilah memiliki mimpi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Universitas Negeri Malang (UM) itulah hal diyakini oleh Pria yang pernah saat Kejuaraan Ikatan Pencak menjabat sebagai Pimpinan Ranting Ikatan Silat Seluruh Indonesia (IPSI) Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) itu. Peraih di Universitas Gadjah Mada Juara II dalam Pekan Olahraga Mahasiswa (UGM), Yogyakarta. “Penga­ Daerah Se-Jawa Timur itu meyakini bahwa la­man tersebut menjadi kekuatan mimpi dapat menjadi motivasi peri­nga­tan tersendiri, jika terkuat bagi seseorang untuk meraih disaat latihan janganlah kesuksesan. Saat ditanyai tentang mimpi bergurau,” ungkap maha­ terbesarnya saat ini, Fahru dengan tegas siswa yang juga aktif di menjawab, “Mampu mengharumkan nama Himpunan Maha­siswa bangsa dalam pertandingan pencak silat Keperawatan (HIMAKA) D3 internasional, adalah impian terbesar saat ini,” ujarnya. UMM. itu merestuinya untuk tetap berlatih dan berprestasi pencak silat.

Kegigihan dan konsistensi se­orang Fahru yang kini sebagai Maha­siswa Program Studi (Prodi) D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kese­hatan berhasil mengantarkan­nya mendulang prestasi. Berkat kerja kerasnya, Mahasiswa Angkatan 2012 itu pun berhasil meraih ju­ara pencak silat tingkat daerah bahkan inter­nasional. Meski harus bolak-balik dari Kampus II dan Kam­pus III untuk kuliah dan berlatih, Fahru tetap ber­semangat untuk berlatih dan mencetak pres­ tasi kembali. Sempat Tak Dapat Restu Orang Tua Berawal dari mengikuti ekstra­­ kurikuler satu-satunya di sekolah­ nya, Fahru terjun di dunia silat saat duduk di Kelas 2 SMP. Keikutsertaan­ nya dalam kegiatan persilatan pun sempat ditentang oleh kedua orang tuanya. Pasalnya, Pria kelahiran Kota Bima, 20 tahun silam ini pernah mengalami kecelakaan saat Kelas 3. Hal itu pun sempat membuat Fahru harus fakum dari dunia persilatan. Kedua orang tua Fahru pun luluh saat mengetahui anaknya berhasil meraih medali perak dalam Kejuaraan Pencak Silat Antar Pelajar Se-Kota Bima, kala duduk di bangku Kelas 2 Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK). Alumni SMK Kesehatan Aisyiyah itu memang nekat untuk kembali menggeluti pencak silat saat SMK tanpa sepengetahuan kedua oang tuanya. Sejak saat itu, kedua orang tua Ketua Bidang (Kabid) Keilmuan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci UMM Periode 2012-2013

untuk apa takut bermimpi besar, toh mimpi itu gratis. Namun yang harus diingat adalah mimpi hanya akan menjadi mimpi ketika kita tidak bergerak atau berusaha untuk mewujudkannya. Kini, mimpi Boy adalah menjadi guru masyarakat dan mendirikan sekolah berkualitas bagi kaum marjinal. Dosen yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Center for Religious and Social Studies (RëSIST) Malang itu, selalu mengingatkan kepada kader-kader JIMM dengan pesan dari Ali Bin Abi Thalib, yakni untuk selalu mengejar ilmu, bukan harta. Maknanya adalah ilmu dapat digunakan untuk mengembangkan dan menjaga diri. Sedangkan jika mengejar harta, hanyalah lelah dan rasa takut yang didapat karena kita yang menjaga harta.

Fahru nunung/Bestari

Hadapi Kehidupan dengan Kewaspadaan Ketika ditanyai moto hidupnya, Fahru menegaskan bah­wa hidup adalah kompetisi, barang siapa yang lengah maka akan mengalami kekalahan. Anak ketiga dari empat saudara itu mengatakan bahwa sejak dalam kandungan pun manusia sudah berkompetisi untuk menjadi pemenang. Oleh karena itu, jangan pernah lengah dalam menghadapi hidup, sedikit saja lengah maka akan terkalahkan dengan orang lain yang memiliki semangat juang lebih besar dari diri

Percaya Diri Menjadi Pemenang Ria Resti Fatmawati, teman seperguruan Fahru, menilai sosok Fahru adalah seseorang yang disiplin, tegas, dan memiliki semangat juang yang tinggi. Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Angkatan 2013 itu juga menambahkan bahwa Fahru adalah seseorang yang ambisius. Setiap kali mengikuti kejuaraan, Fahru pasti menargetkan untuk mendapatkan gelar juara. “Hasilnya juga memuaskan su­dah banyak gelar juara yang diraihnya selama ini. Mulai dari tingkat daerah bahkan inter­nasional pun disabetnya,” terang asal Kota Kediri itu. p_nji


10

Internasional

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Brunei Darussalam, Negara Kecil yang Kaya nan Damai dok. Internet

Megah: Masjid dengan kubah emas merupakan ikon dari Negara Brunei Darussalam.

M

embayangkan negara Brunei Darussalamseperti membayangkan pulau di Sumatera Barat dan Utara, serta Kalimatan di negara Indonesia yang garis pantainya menyentuh Laut Cina Selatan. Negara dengan pulau yang kecil ini terletak di pantai utara Kalimantan. Negara maju ini ternobatkan sebagai negara dengan indeks pembangunan manusia tertinggi kedua setelah negara Singapura di Asia Tenggara. Pertambangan minyak terbesar ini juga memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia, sehingga tak heran jika Brunei Darussalam adalah negara yang kaya dan menyejahterahkan rakyatnya. Selain itu, budaya Melayu Islam yang kental di sana menegaskan bahwa penduduk Brunei dominan dengan syariat Islam. Brunei Darussalam, Budaya Melayu Islam Diraja Negara kesultanan ini menggu­ nakan bahasa Melayu asli yang kental. Bahasa Melayu Brunei lebih ke budaya Islam Diraja. Hal ini disampaikan Luluk Nasifah, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris angkatan2011, UMM yang ber­ kesempatan ke Brunei selama 2,5 tahun. Luluk mengatakan bah­ wa ada pelbagai macam agama di Brunai, mulai dari agama Cina yang Kristiani, India yang Hindu, ada pula yang tidak beragama seperti orang Iban (orang pedalaman). Akan tetapi,mayoritas penduduk Brunei beragama Islam, sehingga bentuk keberagamaan Islam di sana juga begitu kuat. Pemerintah tidak mengizinkan pembangunan tempat peribadatan selain masjid, hal itu telah menjadi kebijakan. “Aturan-aturan Islam seperti hu­ kum disebat atau dicambuk

juga sangat diberlakukan di sana,”tuturnya. Bahasa Melayu Islam Diraja ini dijelaskannya memakai tiga penu­ lisan pertama, bahasa Inggris, kedua bahasa Melayu huruf romawi, ketiga bahasa melayu dengan huruf Jawi (Arab Gundul). Tulisan-tulisan tersebut sering dijumpai di wilayah Brunei, seperti di rambu-rambu lalu lintas. Kemudian, istimewanya Islam di sana, orang-orang selalu di­ tegur sapa oleh papan-papan yang tertulis bacaan zikir di tepian jalan. Fungsinya, setiap hululalang yang berjalan dapat selalu mengingat untuk berdoa dan zikir. Ada bacaan Subhanalloh, Alhamdulillah, La Ilahaillalloh Allohuakbar. Hal yang sama juga diceritakan oleh Mawarita Rasyid, mahasiswa Pendidikan Matematika yang juga pernah tinggal di Brunei Darussalam selama 8 tahun. Mawar menuturkan, cara berpakaian masyarakat secara umum di Brunei Darussalam amat berbeda dari masyarakat Indonesia. Di sana mereka memakai pakaian yang cukup lebar dan tertutup. Wanitanya memakai pakaian kurung, yakni jubah panjang dan sesekali dipadu dengan kerudung lebar. Pakaian untuk lelaki sebenarnya hampir sama dengan pakaian lelaki pada umumnya di Indo­nesia, tetapi ada satu yang membedakannya. Yakni, pemakaian Sinjang se­perti kain sarung tapi Berpose: Luluk Nasifah, sedang hanya seperempat saja. Pe­ berfoto di salah satu tepian sungai makaian­nya sama seperti Brunei Darussalam. memakai sarung hanya saja ter­lihat seperempat.

Tempat Istimewa dan Tradisi Unik Masjid dari kubah emas menjadi salah satu ikon dan tempat yang sering dikunjungi di Brunei. Masjid tersebut adalah masjid Umar Ali Syaifuddin di Bandar Sri Begawan dan ada pula kampung air. Kemudian ada lagi masjid yang baru dibangun, yaitu Masjid Jami Ashar Hasanal Bolkiah di Gadong. Masjid tersebut di­bangun untuk mengenang nama raja yang bernama Hasanal Bolkiah. Luluk menjelaskan, perlu diketahui bahwa Brunei bukanlah negara penghasil emas,namun mampu mem­buat kubah dari emas. Hal ini karena Brunei merupakan negara dengan penghasil minyak terbesar. Sehingga, negara ini memanfaatkan hasil kekayaan minyaknya untuk membuat masjid dengan kubah emas. Keunikan lainnya, hari Jumat dan Minggu menjadi hari yang istimewa karena di setiap pelosok kota akan ramai. Hal ini dikarenakan segala macam perayaan peraturannya ha­ rus diselenggarakan pada hari libur, sedangkan hari lain masya­rakat fokus dengan kegiatan pekerjaan. Jadi, dari hari senin sampai dengan Kamis ditambah hari Sabtu adalah hari kerja, hal itu telah menjadi tradisi masyarakat di Brunei. Selain itu, orang-orang Brunei juga mem­ budayakan salam-salaman, kecuali dengan bukan mahramnya. “Budaya bersalaman di sana harus menggu­ nakan dua tangan, jika satu tangan saja maka dianggap sombong,” jelasnya.

Tidak Sembarang Menolong Orang di Jalan Lanjut Luluk, orang-orang Brunei memanglah ramah-tamah, dan hangat, akan tetapi satu hal yang perlu diketahui di sana, bahwa di jalanan jarang sekali dijumpai orang-orang yang tegur sapa, apalagi dengan orang yang tidak di­kenal­nya. Hal ini dikhawatirkan akan terjadi kriminalitas dan se­ jenis­nya. Alasan lainnya, sistem keama­ nan negara di Brunei diakui telah integrated. Karena, jika masya­­ rakat menghadapi berbagai ma­ cam masalah di jalan ataupun yang berkaitan dengan teknisi di tem­

pat umum dapat diatasi dengan sangat cepat oleh aparat keamanan. “Berbagai jenis macam kendala boleh dilaporkan, bahkan sampai masalah ban bocor atau pipa bocor akan dilayani,” tegasnya. Mawar pun juga mengungkap­ kan hal yang sama. Masyarakat Brunei Darussalam cenderung indi­vi­dual dan kurang bersosia­ lisasi. Hal itu ditambah kare­na letak rumah yang agak berjau­ han serta berpagar tinggi menye­ babkan antar warga ja­rang saling ber­komunikasi. Selepas be­kerja atau beraktivitas pun masing-ma­ sing individu me­milih lang­sung ma­suk ke rumah masing-masing. “Dahulu Saya dan guru Saya ber­te­ tang­ga, tapi kami pun jarang ber­ komunikasi ketika di rumah,” tu­ tur Mawar lagi. Kesejahteraan dan Pendidikan Terjamin Negara Brunei yang bertajuk sebagai negara dengan indeks pem­bangunan manusia tertinggi itu sudah jelas menyejahterakan rakyat­nya. Bagaimana tidak, pen­­­dapatan per kapita produk domestik­­nya kelima terbesar di dunia. Begitu juga dengan pen­da­ patan per kapita masyarakat di sana juga cukup tinggi. Mahasiswa semester VII UMM itu menjelaskan bahwa warga negara Brunei men­ dapatkan kiriman uang dari Raja di tiap bulannya. Mulai dari umur 12 tahun, setiap warga negara diwajibkan memiliki Identity Card (IC), melalui IC pihak kerajaan akan mengirimkan uang. “IC ibaratnya seperti kartu sakti Jokowi apabila di Indonesia, yakni semacam bantuan langsung kepada masyarakat,” ujarnya. Begitu pula dengan pendidikan, Luluk mengungkapkan bahwa kua­litas pendidikan diutamakan, hubungan pembelajaran dan guru sangat diperhatikan bahkan ha­ rus profesional dan diakui ahli di bidangnya. Misalnya, guru bahasa Inggris didatangkan dari England. Sama halnya bagi pelajar yang ingin bersekolah di luar atau ingin mendapatkan beasiswa pun di­ biayai total oleh pemerintah Brunei. Bahkan di sana, lanjutnya, layanan kesehatan dan pendidikan di semua

tempat dibebasbiayakan alias gra­ tis. “Pernah dengar di Brunai ti­dak bekerja tetapi bisa dapat uang, itu karena mereka mendapat jatah uang dari raja,” ulasnya. Di lain sisi, sistem pendidikan di Brunei Darussalam cukup ber­ beda dengan Indonesia. Untuk SMP berdurasi tiga tahun, SMA dua tahun. Lalu dilanjutkan Pra Universitas selama 2 tahun, yakni pro­gram persiapan untuk menuju univer­sitas. Selanjutnya baru tingkat perkuliahan yang berdurasi em­pat tahun. “Perbedaannya cukup kentara mengingat durasi SMA hanya dua tahun, dan dilanjutkan de­ngan dua tahun lagi untuk menuju universitas,” tuturnya.

Makanan Pesisir Ciri Khas Brunei Dilihat dari letak strategisnya, negara Brunei termasuk sebagai negara pesisir, jadi makanan khasnya tidak jauh dari seafood. Luluk menjelaskan, bumbu-bum­ bu makanan yang disukai orang Brunei itu seperti sambal blacan atau sambal terasi, okra atau kacang dan daun pegagang biasa digunakan sebagai lalapan. Maka­ nan khas Brunei hampir miripmirip dengan negara India, rempahrempah yang digunakan sama dengan makanan India. “Menu makanan orang Brunei biasanya, di pagi hari ada sandwich, mi goreng, atau roti kosong sedangkan menu makan siang dan malam sudah bebas, tetapi biasanya mereka suka makan bebeque, sate, dan ikan bakar untuk menu makan malam,” paparnya. Sedangkan menurut Mawar, di Brunei masih banyak ditemukan ma­kanan yang tergolong murah seperti nasi ayam atau nasi ikan dengan harga yang murah sama seperti di Indonesia, tetapi ma­ kanan yang mahal di sana juga banyak. Salah satu makanan khas Brunei Darussalam yang cukup mu­rah adalah Ambuyat, makanan dengan tepung sagu yang diolah seperti bubur serta diberi taburan ikan di atasnya. “Ambuyat merupakan makanan yang di­ sajikan pada saat perayaan atau makanan sehari-hari,” tuturnya me­ngakhiri. m_faj/p_rin


Iptek

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

11

Inovasi Sistem Keamanan Sepeda Motor

Saatnya Ganti yang Baru dan Tinggalkan yang Lama Nama : Hendy Setya Permana Jurusan : Teknik Elektro Judul Skripsi : Perencanaan dan Pembuatan Sistem Pengaman

pada Sepeda Motor dengan Sensor Accelerometer dengan Sistem Informasi SMS Via Modem Berbasis Atmega 64

Pembimbing : Ir. Nur Kasan, MT dan Ir. M. Irfan, MT

S

epeda motor meru­­pakan alat transpor­­­tasi yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Seiring dengan bertambah­nya jumlah sepeda motor, kasus pencurian juga terus mengalami kenaikan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya antisipasi terhadap tindakan pencurian. Dengan mem­berikan pengamanan ter­hadap sepeda motor maka tindakan-tindakan pencurian akan dapat diatasi ataupun dicegah. Pengamanan Standard Sudah Tak Aman Maraknya kasus-kasus pen­c urian saat ini salah satunya diakibat­k an karena dorongan ekonomi yang membuat sese­ orang mela­kukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Sehingga, tidak mengherankan se­o rang pen­c uri memiliki cara-cara tersendiri dalam melakukan bebe­rapa aksinya. Pencurian terhadap sepeda motor ada­ lah yang paling sering sekali terjadi, hal tersebut dikarenakan salaa satunya ka­ rena pengamanan motor yang masih standard. Salah satu modus pencurian yang sering terjadi adalah merusak kunci kontak sepeda motor. Setelah merusaknya maka mesin dapat dihidupkan meskipun tanpa kunci aslinya. Kemudian, pencuri dapat dengan leluasa membawa motor hasil curiannya tersebut. Saat sepeda motor sudah jauh, maka akan sangat sulit menemukannya, apalagi jika tampilan sepeda motor sudah diubah. Sehingga, menghilangkan tanda atau identitas sepeda motor tersebut. Keamanan dan Kenyamanan Harus Terjamin Penggunaan teknologi yang terus ber­ kembang membuat banyak­nya inovasiteknologi terbaru yang semakin canggih. Tidak terkecuali pada perkem­bangan

LiputanKhusus

teknologi pada sistem penga­ma­nan. Sistem pengaman yang banyak beredar di pa­ saran saat ini adalah berupa alarm yang berbunyi. Cara kerjanya ke­tika pencuri telah memasukkan kunci perusaknya atau bunyi karena getaran pada sepeda yang diakibatkan oleh pelaku pencurian. Sistem pengaman seperti ini dapat dengan mudah dimatikan dengan cara memutus jalur kabel sirene. Selain itu, dengan cara memutus aki atau mengangkut kendaraan tersebut dan memasukkannya ke dalam mobil box. Kadangkala sistem seperti itu mengganggu aktivitas warga sekitarnya karena tersenggol sedikit alarm akan berbunyi.

Layanan Pesan Singkat Otomatis Pada zaman modern seperti sekarang ini teknologi mobile atau telepon genggam merupakan teknologi yang sangat digemari oleh masyarakat. Kebanyakan masya­ rakat menjadikan telepon genggam se­ bagai kebutuhan utama mereka untuk

berkomunikasi. Hampir setiap orang me­ miliki telepon genggam, bahkan memiliki lebih dari satu telepon genggam. Layanan Pesan Singkat merupakan salah satu fitur yang disediakan dalam telepon genggam, selain karena murah juga dapat termasuk la­yanan yang praktis. Praktisanya bisa dibaca kapan saja sehingga tidak hilang saat terlambat mem­ baca­nya. Perancangan sistem penga­­man sepeda motor ini, juga memanfaatkan Layanan Pesan Singkat sebagai bentuk notifi­kasi kepada pemilik. Notifikasi ter­jadi perpindahan ter­hadap su­dut kemiringan sepeda mo­tor. Kemudian, sistem akan menghubungkan ke modem dan mengirim notifikasi kepada pe­­milik. Modem dalam hal ini bertugas mengirim pesan singkat berupa data peringatan bagi pemilik kendaraan saat pen­curian terjadi bersamaan dengan derajat posisi kendaraan. Penggunaan GPS dan sensor akselerometer, pengamanan ken­daraan akan lebih akurat. Karena jika ada perubahan letak posisi dan perubahan po­sisi kemiringan kendaraan akan mem­ berikan informasi kendaraan tersebut. Data diolah oleh: Ardi Dwi Argadinata

Smartphone Sebagai Sistem Pelacak Sensor akselerometer meru­pakan sensor yang biasa digunakan untuk mengukur percepatan, de­­rajat kemiringan, getaran, dan jarak. Sensor akselerometer dapat mengukur percepatan secara dinamis maupun statis. pengukuran dinamis merupakan pengukuran percepatan terhadap objek bergerak. sedangkan statis adalah pengukuran ber­dasar­kan sudut kemiringan atau gravitasi bumi. Sering kali kita menjumpai penggunaan sensor akselerometer terutama terhadap penggunaan smartphone khususnya android. Penggunaan sensor ini pada smartphone tersebut seperti saat merubah tampilan layar dari potrait menjadi

Melenggang Ke Ibu Kota, Ikuti Pelatihan Jurnalistik se-Indonesia

Menulis bukanlah sebuah bakat yang ada semenjak manusia dilahirkan. Seperti ungkapan “Pisau diasah akan menjadi lebih tajam” begitu pula menulis, semakin sering dilatih maka akan menjadi terlatih. Sehingga jurnalis kampus pun akan menjadi haus mengikuti pelatihan jurnalistik, sebuah langkah pengembangan diri dan penyaluran ilmu pada media kampus yang membesarkannya. Jemput bola merupakan cara kerja kami. Pada Hari Ulang Tahun (HUT) Gatra Grup ke 20, salah satu majalah mingguan, Kru Bestari mendapat kesempatan untuk mengikuti Pelatihan Jurnalistik se Indonesia. Pelatihan itu dihadiri sebanyak 25 mahasiswa yang tergabung dalam jurnalis kampus dari berbagai daerah. Acara yang menyajikan meteri sekitar media dikemas secara apik dengan pemateri handal di bidangnya itu diadakan selama tiga hari (16-18/12) di Kota Jakarta. Di sini Kru Bestari akan mengajak Anda untuk menyimak perjalanan Pelatihan Jurnalistik yang akan memberikan wawasan dan pengetahuan lebih tentang jurnalistik khususnya media. Hari pertama, agenda kami adalah mengenal lebih dekat Gatra Grup, diawali

landscape. Selain itu, Sensor tersebut juga mendukung aplikasi yang tertanam di perangkat tersebut. Pada perancangan sistem pengaman sepeda motor ini, menggunakan penerapan sensor accelerometer pengukuran secara dinamis. Sensor dilekatkan pada kendaraan, kinerjanya ketika kendaraan mengalami perpindahan terhadap sudut kemiringannya akan dapat diketahui dengan mudah. Global Positioning System (GPS) meru­pakan sistem pe­lacak yang dapat menemukan posisi seseorang menggunakan satelit. Pada masa sekarang ini penggunaan GPS sudah banyak dilakukan hampir di seluruh dunia dalam beberapa bidang. Selain untuk menemukan posisi, GPS juga dapat digunakan sebagai alat untuk menemukan kecepatan, percepatan, maupun waktu dengan ketelitian yang cukup beragam tanpa terpengaruh oleh cuaca.

dengan pembukaan dan perkenalan pimpinan hingga awak media. Selanjutnya kesempatan bagi kami untuk berkeliling melihat aktivitas dari kantor media tersebut. Pertama, di lantai satu kami menjumpai perpustakaan yang merupakan tempat Kru Gatra untuk mencari bahan riset beritanya untuk menghasilkan berita yang berbobot. Kedua, bagian pemasaran, di bagian inilah para kru bekerja untuk memproses layanan iklan berupa promosi tempat, barang, dan jasa. Ketiga, bagian sirkulasi. Beralih ke lantai dua, tempat di mana para Kru Gatra mengolah berita tanpa mengenal adanya jam kerja. Bahkan, terdapat kru yang menjadikan meja kerja tempat menyimpan kasur lipat. Di tempat ini, dikenalkannya proses pembuatan berita dan bagian

peliputan yang mereka sebut kompartemen. Terdiri atas kompartemen nasional, hukum, dan ekonomi, layaknya bagian yang di dalamnya terdapat beberapa rubrik. Kami melanjutkan perjalanan menuju PT. Enka Parahiyangan di Jakarta Selatan, tempat majalah Gatra dicetak sehingga nantinya dapat dinikmati khalayak umum. Sungguh menarik melihat malam di Kota Jakarta, berbeda pula dengan malam di Kota Malang. Lalu lintas kala itu, padat merayap dengan disuguhi lampu jalanan dan pedagang pinggir jalan. Tidak ada ampun bagi trotoar, di lahap oleh pedagang dan pengguna transportasi roda dua. Sesampainya di sana, Anda akan mendapati penjelasan mengenai proses percetakan, mulai dari format penyimpanan, warna, pembuatan plat, hingga pengemasan. Selama berkeliling di tempat percetakan, aroma tinta dan mesin tidak akan lepas dari indra penciuman, terlebih suara mesin yang bekerja juga mengiri setiap langkah anda. Setiap dari penginapan menuju Gedung Gatra kami menjumpai Patung Tugu Pancoran yang berdiri kokoh dengan petunjuk suhu udara di sampingnya. Hal yang menarik adalah ketika kami diajak untuk mengikuti rapat kompartemen yang ternyata bukan simulasi, dan nantinya akan diangkat ke rapat

lintas kompartemen. Tidak hanya lulusan jurusan tertentu saja, namun terdapat pula lulusan filsafat, ekonomi, bahasa, yang akan mempertajam pembahasan tema pada kompartemen. Selanjutnya, yakni acara puncak yang paling ditunggu, dengan didatangi oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Perjalanan dari penginapan menuju salah satu hotel mewah di Jakarta Pusat, membutuhkan waktu kira-kira satu jam dengan kepadatan lalu lintas Ibu Kota. Para peserta yang memang berasal dari luar Kota Jakarta tentu saja menikmati perjalanan itu. Ketika melewati tol tengah kota, kami dibuat takjub oleh gedung-gedung tinggi menjulang dengan arsitektur dan ornamennya yang terlihat indah dari luar. Angin senja Ibu Kota kala itu menjadi hari dan malam terakhir Bestari di Kota Jakarta. Benar adanya, malam itu, Jokowi hadir sebagai Icon of The Year Gatra dengan memberikan sepatah dua patah sambutan. Demikian perjalanan Kru Bestari mengikuti Pelatihan Jurnalistik se-Indonesia di Kota Jakarta. Sungguh ini merupakan pengalaman langka yang begitu banyak manfaat dan ilmu. “Raih Asamu dengan Semangat Mentari”. pit


12

Laporan Utama

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Pekerja Wanita, Antara Pendidik Anak dan Pencari Nafkah Pemerintahan Indonesia di bawah Kepemimpinan Pre­ siden Joko Widodo terus berupaya melakukan berbagai ge­­­brakan demi kemajuan bangsa, meski beberapa di an­ taranya mendapat penolakan. Kali ini giliran gagasan Wa­­­kil Presiden Jusuf Kalla yang menuai kontroversi, yaitu wa­­­­cana pengurangan dua jam waktu kerja bagi wanita yang memiliki anak usia nol sampai tujuh tahun. Meskipun wa­cana tersebut bertujuan agar para ibu memiliki lebih ba­­nyak waktu bersama anak-anaknya, tetap saja wacana ter­­sebut menuai kecaman dari para aktivis wanita ka­rena dinilai mencederai semangat kesetaraan gender. La­lu, bagaimana sebenarnya efektivitas wacana ini ji­ka direalisasikan? Berikut ulasan Tim Laporan Utama (Laput) Bestari. Seiring menguatnya semangat eman­sipasi wanita, para wanita Indo­nesia kini semakin banyak yang terjun ke dunia kerja. Diku­ tip dari hasil Survei Angkatan Ker­ja Nasional (Sakernas) Bulan Agutus Tahun 2012 yang dilaku­ kan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), persentase wanita yang be­ kerja sebesar 47,91% sementara per­sen­tase wanita yang mengurus ru­mah tangga lebih rendah yaitu 36,97%. Sementara data BPS ta­ hun 2006 menunjukkan jumlah ibu atau istri bekerja mencapai angka 52,28%. Untuk Kota Malang sen­diri, Kepala Dinas Ketena­ gakerjaan dan Transmigrasi (Dis­ nakertrans) Kota Malang Kusnadi me­ne­rangkan setidaknya ada 40% wa­nita yang bekerja baik di sektor pe­me­rintahan maupun swasta. Tingginya angka wanita yang be­kerja tersebut menurut Kusnadi me­mang perlu mendapat perhatian khu­sus. Oleh karenanya, ia men­ du­kung wacana pengurangan jam kerja yang digagas oleh Jusuf Kalla itu. Ia mengakui hal tersebut me­ mang patut dipertimbangkan me­ ngingat tugas pokok seorang ibu bukanlah bekerja, melainkan me­ ngurus rumah tangga. Terlebih ba­gi mereka yang memiliki anak yang masih kecil, perannya di ru­ mah sangat diperlukan dalam me­nunjang pendidikan anakanak mereka. “Tidak hanya anak, suami sebagai kepala rumah tang­ga juga membutuhkan is­tri untuk menyiapkan segala ke­per­

luan rumah tangga, termasuk mem­ persiapkan perlengkapan sebelum sua­minya berangkat kerja,” ujarnya. Pria yang juga pernah menjabat se­bagai Camat Lowokwaru itu me­ maparkan, di Indonesia telah ada beberapa peraturan khusus un­tuk tenaga kerja wanita terkait ke­bu­ tuhan-kebutuhan khususnya. Di anta­­­­ranya adalah peraturan me­ ngenai shift malam bagi wanita, cuti ha­mil dan melahirkan, cuti haid, dan lain­nya. Pengaturan khu­­­­­­­­sus tersebut berbeda-beda di se­tiap instansi, selama te­tap mengacu pada undangundang yang berlaku.

Aturan Keringanan untuk Pekerja Wanita Ada beberapa undang-undang dan peraturan menteri terkait peng­ aturan khusus bagi tenaga kerja wa­nita. Pertama, Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 81 yang meng­atur bahwa pekerja wanita yang se­dang menstruasi diizinkan tidak be­kerja pada hari pertama dan kedua dan wajib memberitahukannya ke­pada mana­ je­men perusahaan. Ke­dua, UU Nomor 13 Tahun 2003 pa­sal 82 yang mengatur hak cuti ha­mil dan cuti melahirkan sehingga pe­kerja wanita memperoleh hak isti­rahat selama 1,5 bulan sebelum dan setelah melahirkan. Ketiga, UU No­ mor 13 Tahun 2003 Pasal 82 Ayat 2 dinyatakan bahwa pekerja wa­nita yang mengalami keguguran kan­ dungan berhak memperoleh isti­ rahat 1,5 bulan atau sesuai dengan

su­rat keterangan dokter kandungan atau bidan yang menangani kasus ke­gu­guran tersebut. Keempat, UU No­mor 13 Tahun 2003 Pasal 83 dan Konvensi International Labour Orga­nization (ILO) Nomor 183 Ta­ hun 2000 Pasal 10 yang mengatur bah­wa pekerja wanita yang masih me­nyusui anaknya harus diberi ke­ sempatan untuk memberi Air Susu Ibu (ASI) pada waktu jam kerja. Sementara Kepala Bidang Kese­ jahteraan dan Pembinaan Disiplin Pe­gawai Negeri Sipil (PNS) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Ma­lang Latifah Hanum menjelaskan sebe­narnya pekerja wanita telah banyak mendapat keistimewaan yang ti­dak dimiliki pekerja pria. Namun da­lam segi pemenuhan hak dan ke­wajiban, tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Ji­ka keistimewaan tersebut ditam­ bah lagi dengan adanya wacana pe­ ngurangan jam kerja untuk wanita yang memiliki anak, pihaknya pun ti­dak akan menolak mengingat posi­ sinya sebagai pelaksana keputusan pe­me­rintah. Berbicara mengenai kiner­ ja wanita, Latifah menilai perma­ salahan gender tidak memengaruhi pres­tasi kerja seseorang. Namun ti­dak dapat dipungkiri, masing-ma­ sing memang memiliki kelebi­han dan kekurangannya sendiri teruta­ ma di bidang-bidang pekerjaan ter­ ten­tu.

Antara Perlindungan Wanita dan Kebutuhan Perusahaan Salah satu sektor yang cen­­­ derung lebih memberi peluang ba­ gi pekerja wanita adalah pabrik ro­kok. Dwi Bagus, Staf Hubungan Ma­syarakat (Humas) Umum salah sa­tu pabrik rokok di Kota Malang me­maparkan, ada 2000 pekerja wa­nita dari 2750 tenaga kerja yang dimiliki perusahaannya. Se­ bagian besar pekerja wanita di­ tempatkan di bagian penggilingan ro­kok, sementara yang lainnya men­ duduki beberapa posisi di ba­gian administrasi dan akuntansi. Sedang­ kan pekerja pria ditempatkan di bi­ dang yang membutuhkan tenaga fi­ sik. “Masalah gender memang tidak bi­sa lepas dalam pertimbangan saat rek­rutmen dan penempatan kerja,”

Peran Ganda: Selain menjadi ibu bagi anak-anak, wanita saat ini juga banyak yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Ilustrasi: maulyadi

pa­par pria asli Malang tersebut. Pria yang meraih gelar sarja­ nanya di Universitas Merdeka (Unmer) Malang itu mengakui me­ mang ada perbedaan kinerja an­ tara pekerja wanita dengan pria. Pas­al­nya, pekerja wanita memiliki ke­terbatasan dari segi fisik. Selain itu, wanita juga memiliki beberapa kebu­tuhan dan perlindungan yang tidak dimiliki pria sehingga ada beberapa keistimewaan cu­ ti dan perlindungan berupa fasili­ tas antar jemput bagi mereka yang bekerja pada shift malam. “Peru­ sahaan memberikan beberapa ke­ isti­mewaan cuti untuk pekerja wa­nita, namun karena mayoritas pe­kerja adalah wanita dan yang me­ngambil cuti juga cukup ba­nyak maka imbasnya pun tidak ke­cil. Secara tidak langsung hal ter­sebut mengganggu kinerja dan pro­ duktivitas pabrik,” ujarnya.

Pendidikan Anak Adalah Tanggung Jawab Bersama Perbedaan kinerja antara pria dan wanita pun juga ditekankan oleh Lem­baga Pengkajian Pemberdayaan Wa­nita dan Anak (LP3A) UMM Nurul Asfiah. Nurul menjelaskan hal tersebut dipengaruhi oleh pola pi­­kir keduanya yang pada dasarnya me­mang berbeda. Dilihat dari cara ker­janya wanita lebih berhati-hati, te­liti, dan menjaga hubungan baik. Se­dangkan pria lebih terburu-buru, ku­rang memperhatikan detail, dan cen­derung egois. Lanjutnya, stigma kinerja ter­ sebut akhirnya membuat wanita le­­bih fokus untuk mengurus rumah tangga karena dianggap ku­­ rang cakap di dunia kerja. Pada­­ hal faktanya adalah wanita mam­­­ pu bekerja keras bahkan sam­­­­bil membagi waktunya untuk keluar­­ ga. Sayangnya, pola pikir yang bias gender di masyarakat telah meng­ akar kuat. Salah satunya ter­lihat pada wacana pengurangan jam ker­­ ja wanita yang memiliki anak. Dosen Program Studi (Prodi) Ma­ najemen UMM itu menuturkan pan­ dangan bahwa wanita bertanggung ja­wab pada area domestik dan kaum pria berada pada area publik inilah yang menjadikan pokok perjuangan da­ri aktivis gender. Tanggung ja­wab

pada area domestik adalah tang­ gung jawab bersama baik wanita se­bagai ibu dan istri maupun juga tang­gung jawab pria sebagai ayah dan suami. “Baik dari segi kinerja mau­pun urusan rumah tangga, ti­dak ada penilaian yang mutlak ka­rena itu semua tergantung pola pi­kir masing-masing,” tandasnya. Sistem tanggung jawab ber­ sama dalam mengurus rumah tang­ga juga disetujui oleh Ni’matuzahroh, Pembantu Dekan (PD) II Fakultas Psikologi UMM. Ter­ang­nya, peran seorang ibu sa­ ngat besar pengaruhnya dalam tum­buh kembang anak. Kehadiran se­orang ibu sangat menjamin pendidikan anak dapat berjalan dengan baik. Kon­trol yang dimaksud adalah me­mastikan kapan waktu anak be­lajar dan bagaimana ia menaati ajaran agama sehingga anak tetap ter­ kendali kehidupannya. Akan tetapi, lanjutnya, pada era moderen seperti sekarang su­ dah tidak relevan jika tanggung ja­wab tersebut hanya dibebankan pa­da peran ibu. Saat ini banyak wa­nita yang memilih menjalani pe­ran ganda sebagai ibu sekaligus se­bagai wanita karier. Hal tersebut ti­dak dilarang, selama yang ber­ sangkutan mampu membagi wak­­ tu antara pekerjaan dan ke­luarga. “Pembagian tugas ketika di rumah un­tuk memberikan per­ha­tian pada anak, serta pola ko­mu­nikasi demo­kratis perlu di­terapkan jika me­mang ingin mem­bentuk pen­ didikan karakter yang baik untuk anak,” ujarnya. Ni’matuzahroh juga meng­­ ingatkan pentingnya orang tua khususnya ibu untuk terus mem­ beri motivasi. Meskipun ter­lihat sepele, namun justru hal itu poin kunci keberhasilan pen­didikan anak. Menurutnya ti­dak masalah jika ibu bekerja di luar rumah asalkan hal tersebut dibi­carakan dengan anak sehingga ter­jalin pengertian di antara ke­duanya dan motivasi anak tetap ter­jaga. “Waktu yang tepat untuk mem­ be­rikan motivasi adalah pa­gi hari, se­belum anak-anak berangkat se­ kolah,” te­rangnya. 1fia/m_nyi/p_ las/wid


Laporan Utama

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Pemerintah Perlu Gunakan Banyak Pertimbangan

13

Pro kontra wacana pengurangan jam kerja bagi wa­nita yang memiliki anak terus berlanjut. Mereka yang pro menggunakan pertimbangan pendidikan anak seba­ gai landasan. Sedangkan yang kontra mendasarkan ala­ sannya pada kesetaraan gender dan emansipasi wanita. La­lu, alasan apa saja yang diungkapkan oleh masing-ma­ sing pihak? Berikut penelusuran Tim Laput Bestari. Budi Susilo, salah satu ang­gota Lembaga Pengkajian Kemasyaraka­ tan dan Pembangunan (LPKP) Ma­lang, menegaskan pihaknya men­­­dukung adanya wacana yang di­cetuskan oleh Wakil Pre­siden (Wapres) Jusuf Kalla itu. Menu­ rutnya realisasi wacana tersebut akan cenderung mengarah pada dam­­pak positif dibanding dampak ne­gatif. Hal itu dikarenakan berkaca pa­da kondisi saat ini. Para ibu yang bekerja sering kali lalai akan tang­ gung jawab utamanya untuk men­ dampingi dan memastikan men­tal anak berkembang ke arah yang positif. “Jika para ibu lebih ba­nyak menghabiskan waktu di tempat kerja, dikhawatirkan pen­di­­dikan karakter atau akhlak untuk ge­ nerasi yang akan datang semakin me­ngenaskan,” terang alumni Uni­ versitas Negeri Malang (UM) itu. Meski begitu, Budi meng­ ingatkan ada beberapa hal yang ha­ rus diperhatikan. Pertama, target pe­laksanaan wacana kebijakan. Ke­dua, perkiraan waktu yang tepat un­tuk pemberlakuannya. Ketiga, ha­rus ada pembicaraan lebih lanjut an­tara pemerintah dengan pihak swas­ta sehingga tidak ada pihak yang keberatan. “Pemberlakuan wa­cana kebijakan ini akan ber­ dampak luas dan menuai berbagai kon­troversi. Terutama dari pihak swas­ta karena dinilai tidak efisien dan mengharuskan adanya peng­ aturan ulang jadwal bagi para pe­ ker­ja wanita,” ujar pria asal Kediri itu. Bahkan, lanjut Budi, kebijakan

Eksklusif

ini tidak dapat dipungkiri berpotensi mem­pertajam kesenjangan antara pe­kerja pria dengan pekerja wanita. Se­hingga masyarakat yang kritis sa­ ngat diperlukan untuk mengawal dan memberikan masukan yang da­pat menyempurnakan realisasi ke­bijakan tersebut. ”Harapannya, reali­sasi wacana pengurangan jam kerja bagi wanita itu dapat be­narbenar efektif memperbaiki pen­ didikan generasi bangsa. Sehingga nan­tinya dapat melahirkan calon pe­mimpin bangsa yang sukses di ma­sa mendatang,” pungkasnya.

Keluarga Adalah Tanggung Jawab Bersama Pendapat berbeda dilontarkan oleh Vera Diah Syavitri, anggota Ga­bungan Organisasi Wanita (GOW), me­nurutnya jika ditelaah dari sisi kese­taraan gender maka sudah je­las bahwa wacana ini tidak adil ba­gi pria. Meskipun tugas wanita ada­lah merawat anak, namun suami pun juga mempunyai kewajiban yang sama untuk mengurus rumah tang­ga. Sebab, hal itu merupakan tang­ gung jawab bersama. Selanjutnya dari segi efektivitas ki­ner­ja, pemotongan tersebut me­ mang tidak terlalu berpengaruh ka­rena hanya dua jam. Terlebih un­tuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki banyak waktu luang. Namun jika diterapkan di sek­tor swasta, pemotongan jam ker­ja itu justru akan terasa berat ka­rena waktu yang dimiliki untuk menye­ lesaikan pekerjaan akan lebih sedi­ kit. Sementara bagi para wanita yang ingin mengejar karier, wacana

ilustrasi: hasan

ini justru akan terasa menghambat se­hing­ga otomatis akan banyak me­ nuai penolakan.

Penilaian Masyarakat Tergantung Sudut Pandang Senada dengan Vera, Saraswati yang merupakan ibu dari dua orang anak yang juga bekerja di salah sa­tu perusahaan swasta di Kota Malang, menilai pengurangan jam ker­ja hanya akan menambah beban ker­ja bagi wanita yang bekerja di sek­­tor swasta. Hal itu dikarenakan me­reka akan mendapat tuntutan be­­kerja lebih besar dari atasannya. Im­bas­nya, justru para ibu akan me­ rasa kelelahan sesampainya di ru­ mah. “Saya akui waktu bersama anak memang kurang, namun pe­ ngurangan jam kerja dua jam dalam se­hari saya rasa juga tidak akan

anak dan tidak melebar pa­da halhal yang sebenarnya ti­dak ber­hu­ bungan,” tandas alumni Fakul­tas Hukum Universitas Islam Malang (Unisma) itu. Adi Pranata Putra, mewakili pa­ra suami yang istrinya bekerja, ber­usaha membuka diri terhadap pen­da­pat mereka yang pro mau­pun yang kontra terhadap wacana ter­ sebut. Menurutnya setiap wacana ke­bi­jakan yang dirumuskan peme­ rintah tentu memiliki niat awal yang baik, persoalan bagaimana me­nanggapi wacana tersebut ha­ nyalah tentang sudut pandang ma­ sing-masing pihak. “Sejauh ini Sa­ya dan istri tidak mengalami masalah yang ber­arti dalam mengurus anak walaupun istri sa­ya adalah wanita karier,” tuturnya. 1fia/m_nyi/p_ las/wid

perlu diperpanjang hingga ha­rus memotong jam kerja yang dam­ paknya akan melebar ke mana-ma­ na. Selain itu, dari segi operasional ti­dak akan optimal. Pasalnya realisasi ter­­sebut tidak hanya menyangkut ten­tang wanita dan anak, tetapi juga ber­imbas pada pekerja pria maupun pi­hak perusahaan. Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam meng­ atur shift kerja pekerja wanita. Tidak he­ran jika nantinya mereka lebih me­milih pekerja pria yang berujung pa­da diskriminasi.

karyawan atau lebih wajib menyediakan tempat penitipan anak bagi karyawannya. Maksimalisasi penerapan UU inilah yang perlu dilakukan pemerintah jika memang ingin memastikan pendidikan yang baik bagi anak-anak yang ibunya bekerja. Selain itu, sebaiknya pemerintah juga merumuskan UU baru yang mengatur jaminan kesehatan dan jaminan sosial yang lebih bagi pekerja wanita.

Masih Ada Opsi Alternatif Selain Jam Kerja

Wacana pengurangan jam kerja bagi wanita yang bersumber dari kekhawatiran ku­rangnya peran ibu dalam membesarkan anaknya. De­ngan memperlambat satu jam waktu keberangkatan dan kepulangan ibu yang bekerja, pemerintah berharap dapat mencegah penu­runan moral generasi penerus. Apakah Wacana tersebut me­rupakan solusi terbaik? Berikut wawancara eksklusif Re­porter Bestari Nyimas Nindya P. dengan Jabal Tarik Ibrahim selaku Kepala BPSDM UMM. Bagaimana tanggapan Anda ter­kait wacana pengurangan jam kerja bagi wanita? Sebenarnya wacana pengu­ rangan jam kerja wanita mence­ derai emansipasi wanita. Realisasi wacana tersebut akan mem­­ pertajam permasalahan gen­der. Dikhawatirkan, pola pi­kir patriarki yang mengarah pa­da dominasi pria terhadap wa­nita akan kembali tumbuh da­lam masyarakat kita. Mengurus anak baik masalah kese­ hatan ataupun pendidikannya ada­ lah tugas bersama antara suami dan istri.

Jabal Tarik Ibrahim herdyani/Bestari

mem­beri perubahan yang berarti,” ujar­nya. Ida Sri Wahyuni, salah seorang PNS di lingkup pemerintahan Kota Malang, mengatakan ide awal mun­ culnya wacana pengurangan jam ker­ja bagi wanita yang memiliki anak telah sesuai dengan kodrat dan mar­tabat wanita. Walaupun wanita me­miliki hak untuk bekerja namun me­reka punya tugas utama, yaitu me­ng­urus keluarga. Menurutnya wa­cana kebijakan tersebut ha­rus disikapi positif, bukannya dikem­ bangkan hingga melebar pada isu yang tidak begitu relevan seperti gen­deritas dan diskiriminasi. “Jika di­­beri pilihan, Saya yakin para ibu akan lebih memilih keluarga da­ ri­pada prestasi kerja. Maka, fo­kus pembahasan wacana ini hen­daknya tetap pada masalah pen­didikan

Lalu, seberapa efektif wacana tersebut jika direalisasikan? Selama para pekerja wanita itu bisa menyeimbangkan perannya di tempat kerja maupun sebagai ibu, maka masalahnya selesai. Ti­dak

Adakah opsi lain untuk mengganti wacana tersebut? Saya yakin masih ada opsi lain yang lebih efektif untuk men­jamin pendidikan yang baik ba­gi generasi penerus bangsa. Perlu disadari bahwa pe­kerja wanita justru lebih mem­butuhkan perlindungan diban­ ding pengurangan jam kerja. Ma­ka, sebaiknya jam kerja mereka bu­ kan dikurangi melainkan diadakan pe­nyesuaian dalam beberapa hal. Misalnya mendirikan tempat pe­ nitipan anak dan sekolah di dekat pe­rusahaan. Pengaturan seperti itu sebenar­ nya sudah tercantum da­lam UndangUndang (UU) Ketenagakerjaan No. 13 Thn 2003 di mana perusahaan yang mempekerjakan 100 orang

Apa yang perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan bagi wanita? Semestinya tidak ada pengecualian terhadap peraturan jam kerja baik bagi pekerja pria atau wanita. Yang sepatutnya menjadi perhatian adalah perlindungan dan penyesuaian kebijakan untuk pekerja wanita. Pihak perusahaan dan pemerintah harus paham bahwa ada waktu-waktu tertentu di mana wanita kurang cocok dan produktif untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya saat haid dan shift malam. Meskipun kebutuhan pria dan wanita hampir sama, namun wanita memiliki beberapa kebutuhan khusus. Misalnya, kondisi hamil dan melahirkan yang memang telah menjadi kodratnya.


14 BESTARI

Polling

No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Polling

Jumlah Responden

Populasi

300

Mahasiswa

Taraf Signifikasi

95%

Area Sampel:

Taraf Kesalahan

UMM, Unitri, Akbid WHN, Unisma, UIN, Poltek, UB, UM, ITN, Poltekes, Unmer, dan Unikan

5%

15 - 20 Desember 2014

Kecepatan Kunci Berkembangnya Isu Nasional Media sosial (medsos) men­ ja­di hal yang dekat dengan kaum mu­da. Menjadi jejaring sosial un­ tuk menyampaikan unek-unek atau sekadar berbagi aktivitas. Medsos juga bisa menjadi alat de­­mokrasi, karena semua ma­sya­­rakat bisa menjadikannya tem­­pat mencurahkan kritik atau­pun tanggapan tentang apa yang se­dang terjadi pada suatu ne­ gara bah­kan dalam jangkauan glo­bal. Me­nang­gapi hal tersebut, tim Polling Bestari melakukan sur­vei untuk me­ ­ ngetahui pe­ran media sosial terhadap isu na­sional di beberapa kampus di Malang.

Hasil Polling menunjukkan se­ba­ nyak 61,3% responden sering men­ dapatkan informasi dari Medsos. Salah satunya Yeasyca Berta Purnama, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMM, ia se­ring mendapatkan berita tentang isu nasional di Medsos. Menurutnya ak­ses yang cepat mem­ buat be­be­ra­pa isu nasional cepat sam­pai ke ma­syarakat lewat berbagi media. “Berita atau isu yang masuk ha­rus te­tap dilihat sumbernya, karena ba­nyaknya sumber yang kurang te­ per­ca­ya,” ujarnya. Peran medsos dalam pem­be­

PAKAR

Cermati Akurasi Berita Melalui Durasinya

ri­taan mengenai isu nasional akan mem­berikan pengetahuan se­cara global, ditunjukkan oleh 43,5% res­ pon­den. Menurut Ni Putu Febby, Ak­ses medsos yang ha­nya hitungan detik, membuat pem­beritaan me­nye­ bar secara me­nye­luruh. Maka, dengan ban­tuan Medsos pula semua orang bisa mem­berikan aspirasinya tentang isu tersebut. Semua orang pun bisa men­­dapatkan pengetahuan akan isu yang berkembang. “Masyarakat saat ini memiliki akses bebas untuk me­­nyampaikan dan menerima in­ for­masi lebih cepat dan bervariasi, ” ungkap mahasiswa Jurusan Psikologi

Universitas Merdeka (Unmer) itu. Selain memberikan informasi se­cara global, Medsos juga mem­be­­ rikan peran sebagai update in­for­­­ masi pemerintah. Sebanyak 23,6% responden sepakat akan hal itu. Menurut Maria Ulfa ber­ba­­gai ke­bi­ jakan pemerintah yang ba­­ru, akan cepat terakses oleh ma­sya­ra­kat. Masyarakat akan man­diri dan me­nge­ ta­hui kebijakan apa saja yang akan ber­langsung pa­­da pemerintahan saat itu. “Ka­re­­na sudah saatnya masyarakat juga melek dengan kebijakan pe­me­­ rin­tah, tetapi juga harus tetap se­­lektif me­milih informasi yang di­da­pat, ” ujar

jarang 61,3%

Memberi pengetahuan secara global 43,5% Update informasi peme­rintah 23,6%

mahasiswa Akuntansi Universitas Widyagama Malang itu. Terkait frekuensi mahasiswa me­­nyampaikan kritik atas isu na­sio­­ nal, sejumlah 13,7% mengaku se­ ring menyampaikan kritik atas isu na­­­sional. Salah satu responden itu ada­­­lah Julia Kartika Sari Mahasiswa Unmer. Kartika menyampaikan so­ sial media dimanfaatkan pula un­tuk me­nyampaikan aspirasi ter­hadap isu nasional. Hal itu adalah salah sa­tu bentuk demokrasi. Dengan me­nyam­ paikan aspirasi terkait isu nasional dengan baik juga bisa memberikan pengetahuan secara luas. m_ida Seberapa sering Anda menyampaikan kritik atas isu nasional pada Medsos?

tidak pernah 24%

Feedback masyarakat dan pemerintah 15,3 %

sering 13,7%

Sebagai wadah berkomentar secara bebas 16,7%

abstain 1%

Menurut anda apakah peran medsos dalam pemberitaan?

Jamroji novi/Bestari

Media sosial (medsos) mem­be­rikan ruang kepada masyarakat umum secara tidak terbatas. Setiap orang bisa memanfaatkan dan me­ ngak­ses segala macam berita di media online. Selain itu, masyarakat pun juga dapat berperan aktif da­lam menggunakan haknya untuk ber­ suara dalam perkembangan isu nasional. Jamroji, dosen Prodi Ilmu Komunikasi (Ikom) UMM me­ma­par­ kan, ada syarat yang harus diterapkan untuk mengakses se­gala macam informasi yang ter­da­pat di media online yaitu tidak mu­dah memercayainya. Informasi yang disebarluaskan di Medsos merupakan informasi tanpa sensor sama sekali. Tidak ada tahapan-tahapan yang ketat dan rumit yang diterapkan. Berbeda dengan media cetak yang memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas, yaitu mulai dari teknik peliputan, penulisan berita, hingga pencetakan. Internet merupakan media yang bersifat konvergen. Setiap orang bisa membuat dan melampirkan apapun. Namun, yang jadi masalah adalah akurasi berita. Banyak isu-isu penting yang bermula dari Medsos. “Begitu ramai diperbincangkan, isu itu akan dilebih-lebihkan sehingga banyak orang yang memancing isu tersebut keluar melalui medsos”, ujarnya. Adanya hubungan sinergi antara medsos dan media konvensional, lanjut dosen yang pernah menempuh pendidikan Magister di Edithcowan University Australia itu, yakni dapat memberikan pe­ nga­r uh yang cukup besar terhadap perkembangan isu nasional. Tidak semua isu yang berkembang di Medsos merupakan isu yang sebenarnya. Ada beberapa isu yang memang sengaja dimunculkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Apabila isu tersebut memiliki durasi waktu yang relatif lama di medsos, maka dapat dikatakan benar. “Namun bila dalam waktu 1-2 minggu saja isu tersebut mulai tenggelam, bisa jadi isu isu yang dibuat-buat,” pungkasnya. “Media berfungsi sebagai katalisator yang artinya media sosial menyediakan ruang bagi seseorang untuk menyampaikan se­s uatu di mana orang tersebut tidak bisa mengekspresikannya di dunia nyata. Misalnya, karena orang tersebut pemalu, kurang berani, dan takut salah dalam mengeritik sehingga memilih un­ tuk menyampaikannya melalui medsos,” papar lulusan S1 UMM tersebut. Menyampaikan kritik merupakan hak setiap individu. Namun cara menyampaikan kritik harus dengan santun, mengikuti norma dan kaidah yang berlaku. Secara hukum yang diterapkan di Indonesia, siapa pun tidak diperkenankan menggunakan medsos untuk menghina orang lain dan sebagainya. “Kita boleh ber­­sikap kritis namun tetap santun dan menggunakan identitas asli. Karena dengan itu, maka orang tersebut akan terkontrol dan tidak melakukan sesuatu yang melampaui batas,” jelas dosen asal Solo tersebut. p_put

Grafis : Model : Luken Yanuar Kusuma Rini Aris Khoironi Yusuf Fotografer : Novi Handayani Grafis : Fitriana Dewi

Kampanye Hitam, Risiko Berita di Medsos hiruk-pikuk segala macam be­ ri­ta terhangat nasional menjadi isu utama media di Indonesia, khu­ sus­nya medsos. Medsos memiliki pe­ran penting bagi penyebaran be­rita karena kecepatannya dan ke­mudahan akses pengguna in­ter­ net. Isu nasional yang beredar di­ man­faatkan secara maksimal oleh peng­guna medsos. Selain untuk me­naik­kan jumlah rating, membaca dan berbagi berita dari situs online ada­lah bentuk pemanfaatannya. Peng­­guna Medsos seperti facebook dan twitter akan secara berantai me­­lakukan penyebaran berita isu na­­sional. Demikian pula dengan blogger, dengan cepat mengutip atau sekedar menyalin berita dari me­­dia online. Berdasarkan hasil survei tim Polling Bestari, sebanyak 38% res­ ponden mengatakan politik ada­ lah isu nasional yang paling se­ring di­tanggapi. Rivan Ade Kusuma, Ma­hasiswa Universitas Gajayana mengatakan, isu nasional ter­ha­ngat di medsos dapat juga men­ja­di wa­ ca­na atau bahan diskusi ko­mu­ni­tas dan organisasi di kampus. Ba­han dis­kusi tersebut kebanyakan diam­ bil dari politik seperti menggali ke­ bi­­jakan Presiden Joko Widodo. Sementara itu, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)

Malang Lailatun Nadhifah me­wa­ 42,3% res­pon­den lainnya kili 34,2% responden lainnya me­ mengatakan tidak efektifnya nga­takan turut berkomentar di sta­ tersebut dapat ter­li­hat secara jelas tus teman atau grup, merupakan karena medsos ma­sih memerlukan ben­­tuk partisipasi mahasiswa proses untuk mendapatkan da­lam menanggapi isu yang ada. tanggapan, berbeda ­de­ngan diskusi Me­nurutnya, medsos dirasa ku­ secara tatap muka. “Ja­di kurang rang efektif dalam menyebarkan yakin apakah berita di Medsos be­­rita. Kebiasaan para pengguna dapat berpengaruh atau ti­dak dalam Med­sos yang melakukan sharing keputusan selanjutnya.” ung­kapnya. dan forward berita, baik dari situs p_yun online maupun dari akun pengguna lain dapat berisiko adanya kam­pa­ Menurut Anda efektifkah nye hitam. Kemudahan membuat melakukan kritik isu nasiwebsite menyebabkan munculnya onal melalui Medsos? situs-situs berita yang hanya ber­tu­ juan untuk melakukan kampanye hi­ 42,3% Efektif tam. “Belum tentu berita di medsos 42,0% Ragu-ragu itu benar secara keseluruhan. Wong 15,3% Tidak efektif ter­kadang mereka hanya asal me­ 0,3% Abstain nulis dan menyantumkan be­­ri­ ta,” tegasnya. Bentuk kritikan apa yang sering anda Sedangkan Anindita lakukan? Dwi, Mahasiswa Universitas Berbagi situs isu nasional Brawijaya (UB) yang mewakili (22,7%) Isu nasional apa yang sering anda kritisisi?

Politik Pendidikan Kebudayaan Kesehatan lainnya Abstain

38,4% 30,9% 12% 11,3% 6,1% 1,3%

Menulis status di medsos

(24,4% )

Komentar di status teman/grup (34,2%)

Ikut meramaikan dengan menggunakan hastag (10,1%) Lainnya (7,5%) Abstain

(1,1%)

Grafis: Fitriana


Polling

BESTARI

No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

15

Pemanfaat Medsos yang Baik, Bentuk Demokrasi Nyata Medsos memang su­dah tidak asing lagi ham­pir di setiap kalangan me­­mi­li­kinya seperti, facebook dan twitter. Hal itu dapat ber­dam­pak positif dalam me­ngikuti per­kem­ ba­ngan isu nasional yang ber­mun­­ culan, dengan tang­ga­pan dan kri­ ti­kan yang ber­beda pula. Dalam me­­nang­gapinya, tidak jarang kaum mu­da menuangkan as­pirasinya da­ lam ben­tuk kritikan terhadap be­ri­ ta maupun isu yang ber­kem­bang di medsos saat ini. Berdasarkan hasil polling mahasiswa di Kota Malang, sebanyak 42,7% ber­pendapat, ada­ nya kri­tik berita isu nasional di­ra­ sa memiliki pengaruh. Kri­tikan di medsos da­pat dijadikan acuan per­ kem­­bangan terhadap isu na­sio­nal yang menjadi topik pem­beritaan. De­ngan kata lain, peran masyarakat da­­­lam menanggapi atau meng­­kritik isu nasional le­wat medsos dapat ber­­ja­lan efek­tif karena akan ber­pe­ nga­ruh dalam per­kem­bangan dan pe­­nye­le­saian­nya. Esti Raftiarin, Mahasiswa

Universitas Negeri Malang (UM) mengungkapkan, meng­kri­tik isu nasional me­ru­pakan ben­tuk pe­ran po­sitif masyarakat yang me­nun­ jukkan ke­pe­du­lian­nya. ‘’De­ngan ada­­nya kri­tik dapat mem­be­ri­kan ke­ sa­daran kepada pe­me­rin­tah tentang cara me­nanggapi ka­sus yang men­­ jadi isu nasional dan men­je­las­kan­ nya ke masyarakat,’’ tutur ma­ha­ siswi Jurusan Sastra Indonesia. Berbanding terbalik dengan 38,3% responden yang mengatakan, dengan mengkritik isu nasional di medsos tidak akan sepenuhnya da­ pat mengubah perkembangan isu nasional tersebut. Itu dikarenakan peran pemerintah yang selalu mengabaikan masukan dan kritikan dari masyarakat yang diung­ kapkan oleh Didit Irwan Fauzi, ma­ ha­siswa STIE Malang Kucecwara. ’’Terkadang pemerintah merasa mengabaikan kritikan masyarakat ti­­dak merespons dengan baik kri­ti­ kan yang ditujukan pada isu na­sio­ nal tersebut’’, tutur mahasiswa Ju­ru­ san Akuntansi.

Sementara itu, Melkhior G.A Toro, Mahasiswa Universitas Apakah ada pengaruh dari kritik tersebut terhadap Tribhuwana Tungga Dewi (Unitri) perkembangan isu nasional tersebut? Ju­­rusan Teknik Sipil mewakili 28,6% res­­ponden mengatakan, seharusnya Lainnya 1,6% med­sos dapat dimanfaatkan sebagai pe­nyaluran aspirasi yang baik. Agar Tidak ada penyalahgunaan 12,1% setiap masyarakat khususnya ma­ hasiswa dapat menyalurkan as­pi­ Berita menjadi jelas tidak simpang siur 17,4% ra­sinya dan kritiknya terhadap isu na­sional. Itu merupakan bentuk Bentuk domokrasi melalui Medsos 17,6% de­mokrasi yang sesungguhnya. 22,7% “Se­tiap warga negara berhak me­ Adanya tanggapan yang bersangkutan nya­­lurkan aspirasinya terhadap se­ Menjadi wadah aspirasi yang baik 28,6% tiap kebijakan pemerintah dan isu na­sional yang banyak berkembang dan menjadi perbincangan hangat,” ujarnya. p_uqi 20,3%

65,3%

2,3%

Relevan

Cukup relevan

Abstain

12%

Tidak relevan

Apakah kritik yang biasa disampaikan relevan dalam menanggapi isu nasional tersebut?

uneg-uneg

Grafis: Fitriana

Kritik di Medsos Harus Beretika Walaupun di medsos kita semua bebas mengekspresikan pendapat, namun harus sopan dong.

Fetty Rahayu Sri Mulyani Fakultas Ekonomi-Unisma syauqi/Bestari

Masduki Zakaria

Sastra Indonesia-UM Kritik dalam medsos cukup relevan karena kritikan haruslah dilandasi oleh teori atau fakta yang aktual. Secara otomatis itu akan memberikan efek dan solusi atas kelemahan dan kesenjangan di pemerintah. Kritikan akan susah diterima pemerintah dan terkadang kritik dalam Medsos hanya sebagai bahan bacaan untuk evaluasi. Sedangkan pemanfaatan Medsos untuk menanggapi isu nasional memberikan informasi pada semua masyarakat khususnya mahasiswa sebagai agen of change. p_uqi

Mayoritas pengguna Medsos masih menyampaikan kritik terhadap isu nasional tanpa diimbangi dengan wawasan yang mendetail mengenai isu tersebut. Sehingga, mereka hanya ditelan secara mentah tanpa mengetahui. Sebaiknya kita sebagai mahasiswa harus memiliki modal pengetahuan untuk menanggapi dan memberikan komentar pada isu tersebut. p_put

Grafis: Hasan

putri/Bestari

­

Simpul

Achmad Habib

novi/Bestari

Benar sekali Pak Bes. Bebas, namun juga harus beretika. Karena sejatinya kebebasan pasti dibatasi dengan norma.

/Bestari

Luluk Krisdiana

Fakultas Kebidanan-Akbid WHN Peran Medsos dalam menampung kritik dan memang dinilai efektif, terutama jika disampaikan melalui akun sosial milik pemerintah. Harapannya agar aspirasi masyarakat dapat tersampaikan secara langsung dan mendapat tanggapan dari Pemerintah. Namun, dalam penyampaiannya haruslah memerhatikan etika dan sopan santun serta komentar yang membangun tanpa perlu mencela atau menjatuhkan. p_put

syauqi/Bestari

Moh Ludfi

ManajemenUniversitas Tribhuwana Tungga Dewi Menanggapi isu di berbagai Medsos merupakan kebebasan dalam menyalurkan aspirasi. Meskipun isu tersebut belum dapat dipastikan sumber yang jelas, namun dapat dijadikan bahan diskusi. Banyak sekali komentar di Medsos yang bersifat kritikan pedas, itu menjadi sangat tidak etis, dikarenakan kebudayaan kita yang sangat sopan. Hal terpenting adalah bagaimana kritikan bersifat konstruktif, sehingga bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan info informasi terkait isu nasional tersebut. p_uqi

putri/Bestari /Bestari

Peran Medsos Latih Pemikiran Kritis Mahasiswa Medsos kian berkembang pesat dalam penggunaannya. Masyarakat pa­da umumnya harus mengambil ba­gian untuk memanfaatkan dengan bi­jak. Achmad Habib, Praktisi Media so­sial mengungkapkan, fenomena ra­­ mainya medsos harus diikuti un­­tuk menunjang banyak hal po­si­tif. Semua orang dengan mudah mendapatkan berbagai informasi tentang isu nasional. Salah satu hal yang sering dilakukan adalah me­nang­gapi apa yang sedang menjadi per­bincangan atau yang disebut isu nasional. Frekuensi mahasiswa men­da­ pat­kan pemberitaan tentang isu na­sional tidak bisa disangsikan la­ gi. Medsos saat ini sangat dekat de­ ngan kehidupan mahasiswa. Dari be­berapa portal berita baik online mau­pun cetak dengan mudah be­ra­ lih ke medsos. Hal itu sangat mem­ bantu dalam menyebarnya isu na­ sio­nal yang sedang berkembang.

Maka, tidak heran jika 61,3% res­ ponden mengatakan sering men­da­ pat­kan berita mengenai isu nasional di media sosial. Banyaknya pemberitaan ten­ tang isu nasional, membuat isu tersebut men­jadi besar dan selanjut­nya akan memberikan dampak. Hasil survei menunjukkan 43,5% mengatakan pe­ran medsos dalam pemberitaan isu nasional adalah memberikan pe­ngetahuan secara global. “Saya se­pakat de­ ngan hal itu Karena de­ngan media sosial banyak belajar be­rinteraksi dengan banyak orang ma­ka saling menghargai dan me­ma­ha­mi menjadi penting,” lanjut Dosen Pengantar Antropologi UMM. Efek meluas dan menyebar akan memicu banyak orang untuk tu­rut serta mengutarakan komentar bah­ kan kritikan. Mahasiswa menjadi sa­ lah satu lini kaum muda yang pa­ling

sering melakukannya. Da­lam hasil Polling 13,7% sering dan sebanyak 61,3% mengatakan ja­rang melakukan kritik. Hal itu men­jadi wajar karena medsos juga men­jadi wadah pem­be­ lajaran bagi ma­hasiswa untuk me­ nyam­paikan as­pirasinya. Mereka bi­ sa belajar me­nulis gagasannya, dan sa­ling ber­diskusi, serta menghargai ba­­nyak orang. “Pemikiran in­te­lek­tual b­erawal dengan mereka ber­dis­kusi de­ngan menyampaikan pe­mikiran kri­tis mereka tentang per­kembangan isu di sekitarnya, ” ujar Direktur American Corner UMM. Doktor lulusan Universitas Airlangga itu me­ngung­kap­­kan, selain sebuah fenomena, po­­litik juga akar dari berbagai per­ma­salahan seperti topik per­ma­sa­la­han pendidikan, kebudayaan, ke­se­­hatan dan lainlain. Terlihat dari ha­sil polling tentang banyaknya sua­ra ter­ha­dap permasalahan po­litik yakni se­banyak

38,4% res­ponden. Seiring ber­ jalannya wak­tu, fenomena itu akan reda de­ngan sendirinya. Se­dang­kan ben­tuk kritik yang paling se­ring di­ sampaikan oleh responden ada­­lah dengan komentar di status te­man atau grup yakni sebanyak 34,2%. Berbicara tentang tingkat efek­­tif penyampaian kritik di me­­ dia sosial, sebanyak 42,35% res­­ ponden mengatakan hal ini efek­­ tif. Mes­ki­pun ti­dak sedikit dari mereka yang me­nyam­paikan kritik kurang re­levan dengan topik. Harapan pengguna agar medsos dapat sebagai wadah aspirasi yang baik, diutarakan sebanyak 28,6%. Menurut dosen yang menempuh S2 di University Of Michigan Amerika Serikat, dengan menyampaikan aspirasi secara bebas di medsos akan menjadikan salah satu implementasi demokrasi bagi masyarakat Indonesia. m_ida


16

Pernik Malang

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Metamorfosa Sampah:

Barang Unik nan Kreatif yang Bernilai Seni Tinggi

Miniatur Vespa: Salah satu karya Unik dari Komunitas Rongsocraft Malang.

edgar/Bestari

S

ering kali kita meremehkan sebuah barang yang sudah tidak terpakai. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita membuangnya bersama tumpukan sampah lainnya. Pemikiran bahwa barang bekas adalah sampah kini harus segera kita enyahkan. Karena, barang bekas merupakan harta karun yang dapat diproduksi ulang hingga menjadi barang unik bernilai seni dan ekonomis yang tinggi. Sedikit sekali dari kita yang mau memutar otak guna mem­berdayakan sam­ pah. Tidak bisa dibayangkan, apabila tum­ pu­kan sampah semakin menggunung dan tidak ada yang mau memperhatikannya. Eko Srilaksono adalah salah satu pe­mer­ha­ ti lingkungan yang kreatif mendaur ulang kar­dus­men­jadi mainan anak-anak.

Sampah Bekas Menjadi Barang Berkelas Di Sabtu pagi yang cerah, kedatangan Tim Pernik men­da­pat sambutan hangat dari Eko di kediamannya Jalan Mer­tojoyo Blok I Nomor 12 Malang. Di istananya itu­lah, ia me­ nyu­lap mainan kuda-kudaan yang lazimnya berbahan dasar kayu atau rotan menjadi mainan berbahan dasar kar­dus bekas yang awet, unik, dan aman. “Ide awalnya adalah pada tahun 2010 ke­tika Saya resah melihat tumpukan kardus tidak terpakai. Lalu, spontan Saya langsung ter­pi­kir untuk membuat mainan kuda-kudaan yang ramah lingkungan dan cocok untuk anak,” ungkap pemilik toko Galeri of Art ter­sebut. Rasa penasaran Tim Pernik terhadap kreasi dari limbah se­makin membuncah ketika pria yang memiliki satu orang putri itu menceritakan filosofi dari mainan tersebut. Baginya, mem­buat mainan untuk anak harus meng­gunakan hati agar ma­i­nan tersebut da­pat benar-benar bermanfaat. Kuda-ku­da­an dari kardus tersebut diciptakan untuk me­num­buhkan rasa cinta dan kedekatan orang tua terhadap anak. Dikatakan de­mikian, ka­re­na kuda-kudaan dari kardus itu dapat di­tung­ga­ngi berdua bersama anak. Sehingga, apabila mereka jatuh dan tertimpa tidak akan cedera karena mainan telah terbuat dari bahan yang aman tanpa berpotensi melukai.

novi/Bestari

Kreatif: Tumpukan kardus bekas yang dapat di manfaatkan menjadi barang lucu dan menarik.

Tidak hanya kardus, kulit jagung pun tidak boleh dianggap remeh. Tanaman ja­ gung yang biasanya hanya dimanfaatkan bu­ahnya saja, kini tidak berlaku bagi Nanik Sriwahyuningsih. Perempuan yang telah men­dapat gelar S1 dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Malang tersebut me­ man­faatkan kulit jagung atau dalam bahasa Jawa disebut kelobot menjadi ber­bagai hiasan cantik. “Selain itu, Saya juga memanfaatkan ko­ran bekas, pelepah pisang, kulit lamtoro, serta batang bambu,” tambahnya. Rangkaian bunga yang cantik, vas unik, bros, hiasan din­ding, hiasan kulkas, gantungan kunci, serta lukisan tiga dimensi adalah va­ri­a­si dari alih fungsi limbah tanaman kar­ya­nya. Bagi Nanik yang telah memulai usahanya sejak tahun 2008 tersebut, turut membantu mengurangi gunungan lim­bah rumah tangga adalah salah satu misinya. Sehingga, Alumni Pasca-Sarjana Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) tersebut tidak asal-asalan dalam mengreasikan limbah. “Memang tidak sulit membuat ke­ra­ji­nan dari limbah tanaman. Namun, yang susah dan menjadi ber­nilai itu adalah kreativitasnya,” ungkapnya. Sebuah kreativitas dapat menuntun kita untuk me­man­fa­atkan barang bekas se­ba­­ gai fungsi yang baru. Ungkapan ter­se­but di­sepakati pula oleh Suheri Purnomo, se­o­ rang wi­ra­usahawan tempat sampah dari ban bekas. Banyak yang me­nganggap sampah adalah masalah. Terlebih sampah ban motor, mobil, dan truk yang sudah tergeletak tidak dapat di­gu­nakan dan tidak berfungsi kembali. Namun, di tangan Suheri ban bekas dapat be­rubah menjadi tempat sampah dengan gambar kartun lucu yang banyak diminati konsumen. Berbeda dengan kerajinan limbah

edgar/Bestari

Variasi: Berbagai macam tempat sampah Ban yang telah siap untuk dipasarkan.

sebelumnya, untuk mem­buat tempat sampah dari ban bekas pengrajin harus se­nantiasa berhati-hati. Hal tersebut dikarenakan pro­ses pe­­ngolahan serta modifikasi bannya cu­kup rumit dan meng­gu­nakan benda tajam. “Mes­ ki­pun ban bekas ini di daur ulang menjadi tempat sampah, ketelitian serta kerapian pro­ duk harus tetap yang utama,” tutur alumni Program Studi pen­di­di­kan Biologi UMM tahun 1992 tersebut.

Mengintip Dapur Sang Kreatif Ada beberapa tahapan yang diperlukan untuk mengolah ban bekas menjadi lembaran ban yang dapat dibentuk men­ja­di tempat sampah. Mula-mula ban dibelah menjadi dua. Ke­mudian, ban yang telah dibelah tersebut di balik sehingga bagian yang awalnya berada di luar menjadi di dalam. Agar ban yang telah dibalik tidak kembali pada bentuk semula, maka harus diikat menggunakan kawat. “Se­telah dikira ban tidak dapat kembali ke bentuk semula, ban mulai diambil la­pisanlapisannya. Untuk membentuk lapisan ban menjadi tem­pat sampah dibutuhkan silet, paku, dan kawat,” jelas pria dengan sapaan akrab Heri tersebut. Yang unik dari kerajinan tempat sampah dari ban bekas ini adalah keawetan serta motif-motifnya yang kreatif. Biasanya, Heri me­nambahkan gambar kartun seperti Hello Kitty, Teddy Bear, Spongebob, dan lain-lain agar menarik. Gambar tersebut dibuatnya dengan menggunakan pewarna cat sesuai dengan permintaan konsumen. “Konsumen banyak yang tertarik karena tempat sampah dari ban ini cenderung tahan lama dibanding tem­pat sampah yang terbuat dari plastik,” ungkapnya. Sama halnya dengan produk kerajinan lim­bah di Garuda Jaya gerai milik Nanik yang me­merlukan beberapa tahap pengolahan. Pertama, pemilihan kulit jagung yang tua dan muda. Kulit jagung yang digunakan adalah yang tidak terlalu kaku, sehingga saat proses kreatif tidak mudah pecah. Tahap kedua, pe­ mu­tihan kulit jagung menggunakan la­ru­tan H2O2 dengan perbandingan air 1:10. Langkah selanjutnya, membilas kulit jagung. Langkah ini bertujuan agar pemutih tidak tercampur dengan pewarna, sehingga akan dihasilkan warna yang diinginkan. Ke­ mu­­­dian, proses pewarnaan dengan pe­war­ na tekstil. Lalu, pengeringan dengan cara diangin-anginkan. “Setelah kering klobot jagung diseterika dan dikelompokkan ber­da­­­ sarkan ukurannya. Proses ini adalah proses yang terakhir. Setelah itu klobot ja­gung siap dirangkai menjadi berbagai ma­cam produk kesenian yang berkelas,” tutur pe­­rempuan yang mempunyai satu orang putri tersebut.

Pemilihan jenis bahan dasar juga di­la­ kukan pada mainan yang terbuat dari kar­ dus. Kardus yang digunakan harus double wall. Kardus double wall adalah kardus yang me­miliki dua gelombang di antara ker­tas, yang artinya kardus ini memiliki lima la­pi­ san. “Contoh kardus double wall itu ada­lah kar­dus bekas wadah mesin cuci atau ro­kok,” jelas Eko alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut. Untuk membuat kuda-kudaan dari kar­ dus sebenarnya sangat sederhana. Se­telah me­­milih kardus yang sesuai dan belum ba­ nyak lekukannya, langkah se­lan­jut­nya ada­lah memotong kardus se­suai pola dengan meng­ gu­nakan mesin pres. Ke­mu­dian, di­la­ku­kan pe­rekatan meng­­­­gu­na­kan lem kayu. “Tunggu sampai lem benar-benar ke­ring, se­te­­­lah itu baru pem­be­rian busa dan kain sesuai bentuk yang dipesan,” te­rang­nya.

Sampah Hasilkan Pundi-Pundi Rupiah Bagi Eko, usaha ini benar-benar memiliki prospek yang cerah. Dari modal awal yang hanya 100 ribu rupiah, kini telah me­­miliki omzet 20 juta rupiah per bulan. Pada awalnya, mainan kuda-kudaan ini di­ ang­­gap remeh oleh masyarakat. Namun, Eko tidak menyerah dan membuat inovasi pa­da produknya. Lambat laun dengan me­ man­­­­faatkan media sosial, respons baik dari ma­syarakat meningkat. “Dalam satu bulan, Saya menerima pesanan 30 sampai 40 mai­ nan kuda-kudaan. Pemesan sendiri di­do­mi­ nasi oleh orang luar Jawa,” ungkap pria be­ ru­sia 53 tahun itu. Antusiasme dari masyarakat yang luar biasa juga dirasakan oleh Nanik. Bahkan, ia telah mendapat dukungan penuh dari Ke­ men­trian Koordinator Bidang (Kemenko) Pe­re­ko­nomian untuk membina masyarakat guna bersaing dalam AEC 2015 melalui ke­ ra­ji­nan uniknya. “Hanya dengan satu karung kulit jagung seharga 75 ribu rupiah, dapat dihasilkan keuntungan hingga 5 juta rupiah. Tidak hanya itu, produk daur ulang limbah ini kini sudah banyak diminati warga Spanyol dan Thailand,” ungkapnya. Keuntungan dari mengolah sampah sudah tidak bisa diragukan lagi. Pundi-pundi rupiah pun kini juga menyambangi usaha tempat sampah dari ban bekas milik Heri. Salah satunya adalah sisa-sisa pemotongan ban dapat dijual kembali dengan harga 80 ribu tiap kwintalnya. Ban dalamnya dapat digunakan untuk tali. Besi yang ada pada bagian tengah ban juga dapat dijual kembali. “Alhamdulillah, tempat sampah Saya ini sudah keliling nusantara bahkan negara tetangga seperti Malaysia,” tukasnya. p_dwi/aga


Pernik Malang

17

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Terampil Ciptakan Karya Bersama Komunitas

h

Menjahit: Pak Eko sedang melakukan proses pembuatan miniatur Jok Vespa. edgar/Bestari

H

ingga saat ini, di Indonesia sampah masih menjadi persoalan serius. Pengolahan sampah yang efektif adalah sinergitas yang melibatkan semua pihak. Melalui daur ulang, permasalahan sampah yang kian menggunung dapat diminimalisir. Dengan banyaknya komunitas yang bergerak di bidang sosial serta pelestarian lingkungan, sampah yang tadinya menjadi masalah dapat menjadi celah usaha yang menguntungkan. Keberhasilan Malang dalam menyabet penghargaan Adipura Kencana 2014 kategori Kota Besar dalam keberhasilannya menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan, tidak lepas dari peran masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan oleh Komunitas Kreatip–Primitip Rosokcraft. Diharapkan, warga Malang mampu terinspirasi untuk berpikir kreatif dalam mengelola sampah, terutama sampah dari limbah korek api gas bekas. Komunitas yang mempunyai basecamp di Jalan Imam Bonjol II/458 Karangjati, Ardimulyo, Singosari ini memanfaatkan korek api gas bekas menjadi miniatur alat transportasi, replika hewan, robot, dan aneka benda unik lainnya. Sekitar empat tahun yang lalu, Okta Deddie, ketua dari komunitas tersebut iseng membongkar korek kemudian dirakit seadanya menjadi miniatur vespa. “Dari sinilah Saya semakin penasaran hingga lama kelamaan menjadi hobi. Kemudian, Saya tekuni dengan mempercantik karya tersebut menggunakan ornamen tambahan serta cat agar lebih awet,” ungkap pria berusia 31 tahun tersebut. Karya-karya fantastis yang setiap harinya menghiasi etalase di basecamp komunitas ini menjadi daya tarik masyarakat untuk turut bergabung. Rosokcraft membuka pintu secara gratis bagi siapapun yang ingin berkarya bersama. “Yang telah bergabung dan aktif saat ini sudah ada sekitar 20 orang dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda. Sebagian dari kami ada yang pengangguran, kuli bangunan, tukang bengkel, buruh, karyawan, pelajar, maupun anak-anak,” tukasnya. Perbedaan latar belakang itu tidak menyurutkan semangat komunitas ini untuk terus menggeluti seni instalasi serta menciptakan karya unik lainnya. Bagi Okta, kreativitas tidak bisa dibatasi oleh latar belakang profesi maupun usia. “Semua orang bisa membuat apapun dari korek api gas bekas. Selain bertujuan untuk memberdayagunakan sampah, dengan rutin membuat kerajinan seperti ini akan mampu mengasah kreativitas kita,” ujar pria yang hobi travelling itu. Komunitas Pelangi Nusantara (Pelanusa) yang berdiri pada tahun 2011 pun turut

serta dalam memberdayakan masyarakat untuk berkarya melalui sampah. Pelanusa berdiri berdasarkan inspirasi dan keinginan Noor Suryanti bersama anaknya Achmad Fajiul untuk melatih perempuan membuat kerajinan berbahan dasar perca. “Dulu Ibu Saya sudah merintis usaha kreatif ini sendiri. Kemudian, ia semakin bersemangat melatih dan memotivasi masyarakat karena antusiasme mereka untuk belajar membuat keterampilan juga besar,” tutur Achmad, Mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) itu. Visi dan misi Pelanusa adalah memberdayakan perempuan di masyarakat serta mengubah persepsi dan ekspektasi terhadap perempuan. Meskipun seorang perempuan tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi, perempuan masih berkesempatan untuk berkarya. “Anggota Pelanusa didominasi oleh perempuan putus sekolah, pengangguran, dan menikah muda. Oleh karena itu, diharapkan setelah bergabung dengan komunitas ini, perempuanperempuan tersebut dapat mandiri. Sehingga, perekonomian keluarga juga meningkat,” tukas pria berusia 21 tahun tersebut. Kegiatan Pelanusa tidak hanya sekadar membuat karya seperti tas, bantal, selimut, tempat mukena, karpet, lukisan, dan lainlain. Tetapi juga melakukan pelatihan teknologi atau lebih tepatnya memasarkan produk melalui internet atau media sosial. Oleh sebab itu, di setiap pertemuan pasti ada produk kreatif baru yang tercipta. Agar menguntungkan, pengrajinnya boleh memasarkan produknya di internet atau dititipkan melalui gerai Pelanusa yang berada di Jalan Wijaya Barat No 84, Singosari dengan kisaran harga 10 ribu rupiah hingga 5 juta rupiah.

edgar/Bestari

s Gagah: Berbahan beberapa korek beka t. Robo atur Mini ah sebu ikan bisa dijad

Berbicara mengenai produk yang dihasilkan, hasil karya dari komunitas ini tidak kalah dari produksi pabrik tekstil besar lainnya. Karena, produk-produk Pelanusa mayoritas dibuat dengan tangan dengan motif yang beraneka ragam. “Untuk bahan baku kita tidak khawatir, karena di Malang dan Pasuruan banyak terdapat pabrik tekstil. Jadi, kami menerima dan memanfaatkan pasokan sisa-sisa dari pembuatan tekstil tersebut,” ungkap pria asli Malang tersebut. Keterampilan dari kain perca ini ternyata tidak hanya diminati masyarakat sekitar Malang saja, namun kini komunitas tersebut merambah ke berbagai kota seperti Pasuruan dan Tulungagung. Eksisnya Pelanusa dalam membuat produk ramah lingkungan ternyata membuat ketuanya, Yanti, mendapat penghargaan di ajang Community Enterpreneurs Challenge (CEC) untuk kategori pemula (start-up) yang diselenggarakan oleh Arthur Guinnes Fund dan British Council, London. Kompetisi tersebut diselenggarakan untuk mendukung komunitas yang mampu dan mempunyai ide brilliant dalam memelopori serta mengelola secara mandiri sebuah usaha. Tujuan dari usaha tersebut adalah mengatasi persoalan sosial dan lingkungan di setiap daerah masing-masing. “Hadiah dengan total seratus juta yang kami dapatkan waktu itu digunakan untuk menyelenggarakan pelatihan desain produk dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung dan Institut Teknologi Sepuluh November,” ungkapnya. Di lain sisi, Komunitas Rosokcraft juga sering mengikuti pameran, baik yang diadakan pemerintah maupun mahasiswa. Sejak saat itu, komunitas ini menjadi terkenal dan banyak yang mengikuti jejaknya. Bagi Okta, tidak masalah apabila masyarakat banyak yang berinisiatif menciptakan karya baru dari korek api gas bekas. “Toh dampak yang dihasilkan positif, yaitu ikut mendaur ulang sampah. Alhamdulillah jika sampai dapat menghasilkan rupiah,” ujarnya. Okta mengaku, dukungan masyarakat adalah tenaga bagi komunitas ini untuk bertahan. Terbukti dengan seringnya Komunitas Rosokcraft diundang untuk menjadi bintang tamu di acara televisi seperti Hitam Putih, Laptop si Unyil, Peppy and the Explorer, dan masih banyak

edgar/Best ari tari

edgar/Bes Teliti: Okta terlihat sangat teliti seka li dalam membuat miniatur mainan.

lagi. Selain itu, mereka juga pernah mengisi acara workshop atau seminar kewirausahaan di berbagai kota. Kedatangan mereka ke sana adalah untuk mengajarkan pesertanya membuat miniatur atau replika dari korek api gas bekas. “Karya siap jual kami banderol paling tinggi dengan harga 150 ribu rupiah. Bayangkan saja keuntungannya, apabila sehari kita semua mampu menghasilkan berpuluh-puluh karya dari bahan dasar barang bekas,” terangnya. Ketenaran komunitas ini sudah sampai hingga ke luar negeri seperti Thailand dan Singapore. Banyak warga negara asing yang berlibur ke Indonesia menyempatkan diri mengunjungi basecamp mereka hanya untuk sekadar belajar atau memesan produknya. “Suatu kebanggaan bagi kami apabila karya Komunitas Rosokcraft banyak peminatnya. Hal tersebut membuktikan bahwa barang bekas kini sudah mampu bersaing dengan produk-produk berkelas lainnya,” pungkas Okta. Memang, sampah akan selamanya tak berguna jika tidak dimanfaatkan. Namun, berbeda halnya jika sampah tersebut diolah oleh tangan-tangan handal. Melalui jiwa-jiwa kreatif, sampah yang mulanya merupakan barang bekas disulap menjadi berkelas, hingga bernilai ekonomis tinggi. Lantas, bagaimanakah dengan Anda, apakah ikut memanfaatkan sampah sebagai cara untuk mendulang rupiah? nur/p_aga/dwi

edgar/Bestari

Indah: Salah satu varian motif batik yang dihasil dari barang bekas.

edgar/Bestari

Bervariasi: macam macam Bantal yang siap untuk dipasarkan.

edgar/Bestari

agai Kreatif: Miniatur Vespa dengan berb unik. at sang yang uk bent m maca


18

Polemik

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Diabaikan: Masih banyak mahasiswa UMM yang tidak mematuhi tata tertib yang berlaku untuk parkir di tempat yang sudah disediakan. herdyani/Bestari

Himbauan Tak Diindahkan, Beri Sanksi Tegas Bagi Pemarkir Liar Dalam upaya meningkatkan ketertiban di wilayah UMM, pihak Satuan Pengamanan (Satpam) dan Juru Parkir (Jukir) UMM telah menghimbau kepada seluruh mahasiswa agar memarkir kendaraannya di tempat parkir yang telah disediakan. Namun dalam penerapannya, masih terdapat mahasiswa yang memarkir kendaraannya di tempat yang tidak seharusnya. Lantas, apa yang melatarbelakangi hal tersebut? Bagaimana upaya dari pihak Satpam dan Jukir meminimalisir hal tersebut? Berikut penelusurannya. Mahasiswa melakukan tin­ da­kan parkir liar pasti didasari de­ngan alasan yang kuat, tidak ha­nya sekadar memarkirkan ken­daraannya tanpa alasan. Hal tersebut di­ung­kapkan oleh Fandi Wijaya, ma­hasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) men­ jelaskan beberapa alasan me­la­ku­ kan parkir liar. Pertama, dekat de­ ngan Gedung Kuliah Bersama (GKB). Kedua, saat hendak memarkirkan ken­da­raan, antrean di tempat parkir cu­kup panjang dan hanya satu par­ kiran saja yang dibuka. Ketiga, saat tempat parkir semua ditutup, ke­ mu­dian dialihkan ke tempat parkir rusunawa. Kapasitas parkir UMM, lanjut

Fandi, saat jam awal per­kuliahan, pergantian mata ku­liah, dan sehabis jam istirahat siang, sering terlihat tempat parkir di­penuhi oleh mahasiswa. “Saya pribadi pernah dihadapkan de­ngan situasi itu. Oleh ka­renanya, Saya berpikiran untuk me­mar­kirkan kendaraan tidak di tem­pat parkir,” jelasnya. Dewi Sulastri, mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) me­ngaku terganggu dengan sistem bu­ka tutup parkiran di lingkungan UMM. Menurutnya, sistem buka tu­tup tempat parkir itu meng­ham­bat waktu. Hal tersebut dapat mem­perlambat waktu mahasiswa un­tuk masuk ke kelas. Karena, harus ber­balik mencari parkiran yang bu­ka ketika beberapa tempat parkir di­tutup. Novalia Pebriani, mahasiswa

Eksklusif

Kelalaian Memicu Tindak Pencurian Di sisi lain, Novian Arif, Koordinator Jukir UMM menga­­­ ta­­kan, apapun alasan yang melatarbelakangi mahasiswa me­­ lakukan parkir liar, dapat meng­­gang­ gu ketertiban dan dapat me­ngun­ dang tindakan pencurian ken­daraan. Dirinya me­nam­­bahkan, kendaraan yang di­­tinggal pemiliknya dalam rentang waktu satu atau dua jam bi­sa memancing pelaku pencurian di lingkungan universitas. “Pe­la­ku bia­sanya berasal dari luar ling­ku­ ngan universitas dan mereka me­ nga­wasi situasi di dalam lingkungan universitas,” ungkapnya. Kami beserta pihak Satpam,

lan­jut Arif, telah melakukan ber­ ba­gai upaya untuk mengurangi tin­­dakan parkir liar. Di antaranya de­ngan memasang tulisan atau pem­­beritahuan dilarang parkir di be­berapa tempat, me­ngurangi te­ kanan volume angin ban kendaraan, hing­ga mem­­buat surat pernyataan de­ngan mencantumkan materai. Na­mun, upaya tersebut ma­sih saja belum diindahkan oleh be­be­rapa mahasiswa hingga saat ini. Senada dengan Arif, Kusmanadi, Wakil Komandan Sat­ pam kam­pus III UMM menyatakan, him­­bauan dan sanksi sudah sering di­­be­rikan kepada mahasiswa yang me­lakukan parkir liar. Jika ma­ hasiswa beralasan se­lu­ruh lahan par­kir su­dah penuh, maka ma­ hasiswa akan dialihkan ke parkiran ru­­su­nawa dengan pe­nga­­­manan ser­ ta pengawasan dari pe­­tugas kea­ma­ nan. Hal ter­se­but di­lakukan agar ken­­da­raan ma­ha­siswa masih tetap dalam pe­ngawasan. Tingkatkan Kepekaan Terhadap Himbauan Muslimin Machmud, kepala Biro Administrasi Umum (BAU) me­ maparkan, pihak universitas se­lalu melakukan upaya persuasif ke­pada

mahasiswa agar bisa me­ner­tib­ kan kendaraannya. Baik secara personal, maupun himbauan melalui spanduk. Muslimin juga menambahkan, untuk mengantisipasi ma­­raknya par­kir liar, petugas ti­dak segan melakukan pe­ngem­pesan ban ken­ da­raan. Menurutnya, pihak kampus ti­dak hentinya untuk melakukan pem­benahan fasilitas area parkir, yakni dengan menambah lahan par­kir baru. "Pengerjaan area par­ kir baru direncanakan selesai pada Februari 2015 mendatang, yang bertempat di depan GKB III," ujarnya. Ditemui di kantornya, Diah Karmiyati, Pembantu Rektor (PR) III menyatakan, teguran, dan sank­ si tegas wajib ditegakkan oleh pe­ tu­gas keamanan bagi mahasiswa yang parkir liar. Menurutnya, kon­ sistensi petugas keamanan dalam mem­beri sanksi kepada ma­ha­ sis­wa harus diperkuat sehingga akan me­nimbulkan efek jera bagi pe­langgar. “Konsistensi itu di­per­lu­ kan untuk memberi tanda bahwa pe­­raturan yang ditetapkan wajib di­patuhi oleh mahasiswa demi men­­jaga keamanan kendaraan pri­ ba­dinya,” ujarnya. aul/m_tri/p_ mah/saf

Perlunya Sinergikan Peran Mahasiswa dan Pihak Keamanan

Maraknya parkir liar di lingkungan UMM sering men­da­pat­kan tanggapan yang negatif dari seluruh pihak civitas aka­de­mika. Pa­ da­hal, telah ada peraturan dari pihak keamanan agar ma­hasiswa dapat tertib me­ngamankan kendaraan ber­mo­tor­nya. Pe­rilaku par­kir liar yang dilakukan mahasiswa tentu mengganggu ke­tertiban dan merusak kein­­dahan kampus. Lalu, bagaimana him­bauan dan so­lusi dari pihak kampus menanggapi hal ini? Berikut wa­wancara re­ por­ter Bestari Andina Safitri dengan Rachmad Setya Budi Utomo selaku Komandan Satuan pengamanan (Satpam) UMM. Menurut Anda bagaimana sistem parkir di UMM? Beberapa sistem yang se­­ harusnya bisa dipatuhi oleh mahasiswa yakni, pertama, ma­­ hasiswa wajib mem­ba­­wa Surat Tanda Nomor Kendaraan ber­motor (STNK) ke­ti­ka memasuki wi­la­yah parkir kam­pus. Ke­dua, ma­ ha­siswa ha­rus mem­ bawa kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Ketiga, ma­ha­siswa mendapatkan karcis par­kir dari ju­r u

Rachmad Setya B. herdyani/ Bestari

Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengungkapkan hal yang ber­beda. Dirinya menyatakan, parkir liar dapat memicu tindak pencurian. Ji­ka antre karena lahan parkir yang tidak memadai membuat ma­ha­ siswa terlambat, maka bisa disiasati de­ngan berangkat lebih awal untuk meng­hindari antrean parkir. “Saya le­ bih memilih antre panjang dari pa­da parkir liar dan menimbulkan ri­siko kehilangan," ung­kapnya.

parkir (Jukir) sebagai jaminan kea­ ma­nan ken­daraannya. Sebetulnya, sistem buka tutup pin­­tu parkiran kami berlakukan ha­­nya ketika lahan parkir sudah pe­­nuh atau overload. Lahan par­kir yang sering penuh adalah par­ki­ ran utama. Sehingga, ketika la­han par­kir tersebut telah penuh, ka­mi alih­kan ke lahan parkir di sam­ping lapangan basket atau di par­ki­­ran masjid lantai satu.

Tanggapan Anda mengenai parkir liar di lingkungan UMM? Mahasiswa seharusnya ti­dak melakukan parkir liar atau sem­ba­ rangan. Karena, tindakan ini me­ man­cing para pelaku Curanmor. Ter­kadang, parkiran penuh atau antre panjang dijadikan alasan un­ tuk memarkir kendaraannya di sem­barang tempat. Padahal, para pe­tugas keamanan juga tidak bisa mem­batasi ribuan mahasiswa yang ku­liah di jam yang sama. Petugas par­kir sudah memberlakukan sis­ tem buka-tutup pintu parkir untuk me­minimalisir antri yang panjang, na­mun tetap saja tidak cukup. Adakah himbauan mengenai permasalahan ini? Kami pihak keamanan sudah

me­masang rambu-rambu larangan un­tuk tidak parkir sembarangan. Himbauan-himbauan berupa ban­ ner dan rambu-rambu yang te­ lah kami pasang. Himbauan dari Polres dan Dinas Keamanan juga te­­lah kami pasang dibeberapa titik di lingkungan UMM. Kami pasang him­bauan tersebut di parkiran uta­ ma, di samping masjid, di Kam­pus 1, dan Kampus 2 pun juga su­dah kami pasang. Upaya-pupaya ter­ se­but telah kami lakukan untuk me­nertibkan kendaraan bermotor ma­hasiswa. Bia­sanya petugas pe­ nga­manan yang me­nemukan pe­ mi­lik kendaraan yang diparkir liar mem­beri peringatan agar tidak me­ la­kukan parkir liar lagi.

Adakah sanksi kepada pelaku parkir liar? Kami memberikan sebuah te­ gu­ran kepada pemilik kendaraan yang par­kir liar. Terkadang, kami juga mem­berikan peringatan keras be­­rupa pengempesan ban motor yang diparkir liar agar memberi efek jera kepada pelakunya. Pem­ ber­­lakuan sanksi lebih lanjut di­ ra­sa sulit. Mengingat yang parkir di lingkungan UMM tidak hanya ma­hasiswa UMM, melainkan juga ma­syarkat umum yang memiliki

ke­pentingan di UMM. Jadi, kami ha­nya mengempesi ban-ban ken­ daraan yang diparkir liar, agar da­ pat mencegah terjadinya tin­da­kan curanmor. Namun, tindakan se­­ perti itu tidak bisa maksimal un­ tuk membuat mahasiswa me­ma­ tuhi peraturan. Selanjutnya, pi­hak keamanan kampus tetap me­ngu­ sa­hakan dalam waktu dekat agar ma­hasiswa tertib dalam hal parkir di lingkungan UMM.

Apa solusi untuk mengatasi permasalahan ini? Solusi mengenai permasa­ la­han ini, pertama melakukan pe­­nga­­ra­han dan himbauan me­ nge­nai tem­pat parkir kepada maha­siswa. Di­khawatirkan, ma­ ha­­­siswa khu­sus­nya maha­sis­ wa semester awal ma­sih belum paham mengenai sis­tem par­kir di lingkungan UMM ini. Kedua, pihak keamanan akan te­­rus meningkatkan tindakan tegas dan pemberlakuan sanksi, mulai dari teguran hingga denda kepada pelaku parkir liar. Hal tersebut di­harapkan dapat mencegah mahasiswa melakukan parkir di­sem­barang tempat dan dapat men­cegah terjadinya curanmor di lingkungan UMM. p_saf


Kata Mereka

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Tentukan, Sekularis atau Islam! Pasca berbagai kejahatan oleh Nazi Jerman pada Perang Dunia II, terdapat sebuah konsensus umum di komunitas dunia bahwa Piagam PBB tidak secara penuh me­nyebutkan hak-hak yang telah di­sebutkan. Sebuah pernyataan umum yang menjelaskan hak-hak in­dividual diperlukan. John Peters Humphrey seorang Sarjana Hukum Kanada dipanggil oleh Sekretariat PBB untuk bekerja dalam sebuah proyek dan menjadi penyusun per­ nya­taan umum tersebut. Hingga lahirlah Pernyataan Umum tentang Hak Asasi Manusia (HAM) atau Universal Declaration of Human Right.

19

Info Bestari

Indonesia adalah negara hu­ kum seperti yang tertera pada pa­ sal 1 ayat 3 UUD 1945. Dengan pen­ duduk mayoritas Islam, Indonesia seringkali kehilangan ken­dali atas HAM. HAM diklaim ben­tuk sekularis untuk mengatur ma­ nusia, padahal manusia telah me­ mi­liki agama sebagai peran untuk dan kehormatanmu haram atas me­ngatur dirinya. Seolah HAM kamu”, maka Islam pun telah ada­lah agama tanpa Tuhan yang mengatur bahwa negara untuk se­gala definisi di dalamnya disusun menjaga dan menjamin hak warga oleh manusia itu sendiri. negaranya. Ini membuktikan Islam Padahal telah bersabda sebagai tandingan HAM. Rasulullah, “tuntutlah ilmu hingga ke liang lahat”, yang menunjukkan Yusuf Afrizal obsesi pendidikan tanpa batas Mahasiswa Fakultas Agama Islam hidup. Dan sabda beliau lagi, Angkatan 2013 “Sesungguhnya darahmu, hartamu

Tindak Tegas Pelanggar HAM

Tepat 10 Desember, masyarakat di seluruh dunia memperingatinya se­bagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional. Di negara ki­ta, peringatan secara nasional di­selenggarakan di Yogyakarta de­ngan dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo tanggal 9 Desember atau sehari lebih awal. Dalam po­dium kehormatan, Presiden Jokowi berjanji akan berkomitmen me­ nun­­taskan semua kasus HAM di

ma­sa lampau. Hal ini dikarenakan nama-nama pelanggar HAM sudah ada di tangan beliau. Beliau juga ber­janji akan membentuk badan re­konsiliasi kebenaran atau pe­nga­ di­lan adhoc untuk mengadili kasus HAM. (Kompas, 10/12) Sebagai mahasiswa, yang ten­tu­ nya dituntut kritis terutama dalam ka­sus pelanggaran HAM. Kawan, ma­ri kita kawal janji pemerintah ter­sebut. Presiden Joko Widodo yang sejak dilantik pada 20 Oktober lalu, rakyat Indonesia menaruh ha­ ra­pan besar padanya terutama pa­ da kasus penegakan Ham. Beliau me­mang dicintai rakyat karena ke­jujuran dan kesederhanaannya. Namun, hal itu belum cukup, ke­te­ ga­san beliau yang ditunggu.

“Siapa yang mati karena mem­per­ tahankan agamanya maka ia mati syahid, Siapa yang mati ka­re­na mempertahankan darahnya ma­ka ia mati syahid, Siapa yang mati karena mempertahankan ke­luar­ga­ nya maka ia mati syahid” Manusia, makhluk Tuhan yang mempunyai tugas sebagai khalifah di bumi. Khalifah untuk me­mimpin diri sendiri, keluarga, dan menjaga muka bumi ini. se­hing­ga, setiap perbuatan yang mem­bawa perbaikan oleh manusia mem­punyai nilai kebaikan dan keseluruhan kos­ mis serta ma­sya­ra­kat. Sehing­ ga, manusia memikul tang­ gung jawab sebagai individu di hadapan Tuhan kelak, tanpa me­

negasikan tanggung jawabnya de­ ngan hubungan sesama manusia. HAM dalam islam didasarkan pada Alquran dan Hadist yang me­ngatur pola-pola kehidupan ma­nusia sebagai individu dan ma­syarakat. Ketika individu me­ lak­sanakan perannya dengan be­ nar dan menjaga hak-hak orang lain maka, HAM akan terpenuhi. Oleh sebab itu, syariat yang diajarkan Allah dalam Alquran dan Hadist sangat jelas mengandung pembelaan terhadap individu dan masyarakat seperti adanya qishos, rajam, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hukum preventif untuk mencegah terjadinya kejahatan karena ada efek jera

Laporan dari The Wahid Institute (dilansir dari tempo.co) me­nyebut­kan praktek intoleransi beragama sepanjang tahun 2013 sebanyak 245 kasus. Kebanyakan dialami oleh kelompok-kelompok mino­ritas seperti pengikut agama non-Islam. Kebanyakan, konflik di Indonesia didasari masalah aga­ ma. Padahal Bhinneka Tunggal Ika berarti menoleransi perbedaan dan kemajemukan yang dianut Indo­nesia.

Salah satu bentuk Hak Asasi Ma­ nusia (HAM) ialah berkeyakinan dan beragama. Setiap individu ber­hak mendapatkan jaminan melaksanakan ajaran praktek ke­agamaan­nya sesuai dengan keyaki­nan­nya masing-masing. Isu-isu in­tole­­ran kerap hangat bahkan bisa sampai panas menjelang hari-hari perayaan enam agama yang diakui di Indonesia. Contohnya, perayaan Natal dan Tahun Baru, pengucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru” men­ jadi perdebatan. Padahal dari pihak pusat golongan mayo­ritas Islam (Muhammadiyah dan NU) sudah menetapkan bah­wa mengucapkannya tak ma­sa­lah selama mereka tidak tu­rut merayakan dan tergeser keyakinannya. Sikap intoleran muncul karena

Kawan, menuntut saja bukanlah mahasiswa tanpa kita berbuat nyata untuk negara kita. Salah satu aksi nyata yang dapat kita tunjukan adalah mengingatkan kepada pemerintah bahwa sudah saatnya pemerintah menindak tegas mereka. Ketegasan tersebut maka efek jera akan timbul kepada pelakunya dengan berbagai cara yang kita bisa, karena dengan hal itu kasus pelanggaran HAM akan berkurang ke depannya. Ingat, rakyat yang memilihnya menjadi pemimpin rakyat juga siap menindak lanjuti pilihannya itu! Sunandar Mahasiswa Agroteknologi-FPP Angkatan 2013

HAM dalam Kacamata Islam

setelahnya. Sehingga tidak benar, ketika dikatakan syariat islam itu mengindahkan HAM, karena pada dasarnya hukum islam itu bertujuan untuk menjamin terjadinya penjaminan HAM secara preventif.

Rita Anggun Pertiwi Fakultas Ekonomi Bisnis Angkatan 2012

Junjung Kemanusiaan dalam Toleransi Beragama merasa paling benar sendiri. Sikap tersebut akan menimbulkan eksklusivisme yang berarti tidak menerima pendapat atau kebenaran selain dari kelompoknya sendiri. Maka muncullah berbagai sentimen dan timbul kekacauan. Padahal agama hadir untuk kedamaian, tidak kekacauan. Intoleransi beragama adalah sikap yang bertentangan dengan ajaran Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin dan juga martabat manusia. Menjunjung tinggi nilai-nilai agama berarti juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang secara otomatis juga mampu menerima semua perbedaan dan kemajemukan. Abdul Hafidz Ahmad Fakultas Psikologi Angkatan 2011

Tema Kata Mereka edisi Januari 2015:

"Kondisi Pangan dan Gizi Masyarakat Indonesia" Jumlah 2.000 karakter with space beserta identitas diri dan foto (min. 450x450 pixel) dengan pose yang wajar dan sopan.

Tema Grafis edisi Januari 2015:

"Sehat dengan Makanan Bernutrisi" Pengiriman naskah/grafis paling lambat tanggal 16 Januari 2015. Naskah/grafis diterima di Kantor Redaksi Bestari atau melalui email: redaktur_bestari@yahoo.com.

Pojok Kampus Seminar HKI 2015 Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) UMM menggelar Sosialisasi HKI pada Kamis, 22 Januari 2015 untuk bidang eksakta, dan Jumat, 23 Januari 2015 untuk bidang sosial. Sosialisasi tersebut bertujuan memberikan pemahaman kepada dosen, maupun mahasiswa yang sedang atau sudah menempuh skripsi, terkait cara mendaftarkan hak paten karya ilmiah mereka. Acara akan digelar di Ruang Sidang Senat UMM, mulai pukul 08.00-11.00 WIB. Sebelumnya, peserta harus mendaftar terlebih dahulu di Kantor Sentra HKI (GKB 1 Lantai 1) pada jam kerja.

FDI Gelar Workshop PKM-GT Forum Diskusi Ilmiah (FDI) menggelar Workshop Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Tertulis (GT), bertajuk “Libur Telah Tiba, Saatnya Berkarya”. Kegiatan bertujuan mengajak mahasiswa untuk mengetahui dan memahami bagaimana membuat PKM yang baik. Kegiatan diadakan pada tanggal 17 Januari 2015, mulai pukul 09.00 WIB, bertempat di Aula BAU. Peserta yang mengikuti acara akan mendapatkan sertifikat, seminar kit, materi bermanfaat, free “klinik PKM”, dan akan didampingi sampai PKM-GT selesai. Peserta individu dengan HTM 20k, tim (3 orang) 50k, dan tim (4 orang) 60k.

Selamat menempuh Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Akademik 2014/2015

BESTARI

Berita Ralat Pada daftar nama Wisudawan UMM Periode Ke-74 Tahun 2014 yang termuat dalam Edisi November (316) halaman 14, terdapat kesala­ han penulisan gelar. Prodi Ilmu Komunikasi tertulis S. Sos., seharusnya bergelar S.Ikom.

“Atas hal tersebut, Redaksi Bestari memohon maaf”


20

Grafis

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014 Tema: Hak Asasi Manusia

Rahadita Nais Larasati Teknik Informatika 2012

Ardi Dwi Argadinata Teknik Informatika 2011

BIDIK

Wirausaha Mahasiswa

Gemulai: Tarian Dayak sebagai salah satu hiburan untuk pengunjung pada Pekan Wirausaha Mahasiswa.

Sibuk: Tampak seorang pembeli memilah dan menawar barang di salah satu stan wirusausaha.

Serius: Sekelompok mahasiswa sibuk merapikan pernak-pernik dan barang dagangannya.

Penjurian: Para dewan juri mengunjungi stan mahasiswa untuk melakukan penilaian.


Konsultasi

BESTARI

Biro Konseling

Waalaikumussalam Wr.Wb Senang bisa mengenal Anda, Saudari CC. Hal pertama yang perlu Saudari CC sadari adalah, bahwa memang tidak mudah bagi setiap orang untuk move on dari suatu peristiwa yang menyakitkan dalam hidupnya. Namun, setiap orang bisa mengupayakannya secara maksimal. Sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa

Assalamualaikum Wr, Wb. Pengasuh Rubrik Konsultasi Hukum yang Saya hormati, Saya Ardianti Rahayu, seorang Ibu ru­ mah tangga yang berdomisili di Kabupaten Kediri. Saya ingin me­ ngonsultasi­kan masalah hukum yang sedang dialami oleh anak Saya. Sekitar lima bulan lalu, Saya dan anak Saya Fahdian (22) tahun datang liburan ke Kota Malang. Ketika menginap di Hotel, Anak Saya mengalami pemukulan. Ceritanya berawal dari adanya Standar Operasional Pelayanan (SOP) Hotel yang di abaikan oleh karyawan hotel. Sehingga, anak Saya bermaksud untuk me­nyampai­kan keluhan atas pelayanan dari karyawan hotel yang mengabaikan SOP tersebut ke manajernya. Setelah bertemu dan di mediasi oleh manajer ho­ tel, pada mulanya komunikasi un­tuk menyampaikan keluhan

Kenali Rasa Nyeri Anda

tidak akan mungkin ada manusia yang semuanya memiliki sifat dan karakter yang sama. Masing-masing di antara kita tumbuh dan berkembang dari ber­ bagai lingkungan serta pola asuh yang beragam. Sehingga, mem­ pengaruhi pembentukan sifat dan karakter yang kita miliki. Meru­ pakan suatu kodrat manusia untuk hidup berpasang-pasangan dengan lawan jenisnya, merasakan cinta, kasih sayang, hingga akhirnya me­ nikah, dan berkeluarga. Saudari CC telah berniat berubah untuk tidak menghakimi dan menganggap semua laki-laki memiliki sifat dan karakter yang sama. Bahkan, hingga saudari memberanikan diri untuk melanjutkan niat tersebut dengan mencari bantuan jawaban melalui konsultasi ini. Itu lah yang disebut sebagai upaya yang Saudari lakukan untuk dapat move on. Mungkin Saudari CC bisa melakukan kelanjutan dari upaya yang telah Saudari lakukan di atas. Pertama, dengan mulai mem­ perhatikan hal-hal sederhana yang ada di lingkungan sekitar Saudari. Perhatikan, Apakah benar, tidak ada seorang pun yang berbaik budi kepada kita? Bagaimana jadinya bila kita hanya hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain? Jika Saudari menemukan jawabannya,

maka berusahalah untuk meyakin­ kan jawaban tersebut, hingga akhirnya membawa Saudari ke arah perubahan yang lebih baik. Kedua, cobalah untuk menjalin dan meningkatkan hubungan so­ sial dengan semua teman, teru­ tama teman laki-laki yang ada di kampus atau di manapun Sau­dari berada. Karena, selama ini Saudari jarang berinteraksi dengan me­ reka. Jika Saudari kem­bali ber­ pikir bahwa nantinya hanya akan tersakiti, ingat-ingatlah kem­bali jawaban baik yang telah Saudari temukan dari beberapa per­ tanyaan sederhana di atas. Coba bangun kembali niat awal Saudari untuk berubah. Berinteraksi bukan serta merta menerima mereka langsung se­ bagai kekasih. Itulah sebabnya, lanjutkan perjuangan yang telah Sau­dari lakukan selama ini untuk berubah. Memang bukan hal yang mudah bagi seseorang un­tuk langsung berubah, tapi ingat­lah kembali bahwa setiap orang bisa mengupayakan banyak hal semak­ simal mungkin untuk bisa move on dari peristiwa menyakitkan. Se­ lamat berjuang.

ter­sebut berjalan dengan suasana kekeluargaan. Tetapi, tan­pa di­ sadari setelah 30 menit menyam­ pai­kan keluhan tersebut, anak Saya mendapat pukulan secara tiba-tiba dari salah satu karyawan hotel ter­ sebut. Anak saya mengalami luka di bibir dan pelipis kanan. Singkat cerita, akhirnya kami melaporkan kejadian tersebut ke pi­hak kepolisian dengan tuduhan tin­dak pidana penganiayaan. Te­ tapi, oleh Manajer hotel tersebut kami di tawarkan jalan damai de­ ngan mengganti seluruh biaya pengo­batan anak Saya. Yang mau saya tanyakan, apakah dibenarkan ka­sus pemukulan anak Saya ini di hentikan proses penyidikannya di kepolisian karena adanya bi­aya ganti rugi pengobatan? Demikian­ lah pertanyaan Saya, atas jawaban pengasuh, Saya sampaikan terima kasih. Waalikumussalam Wr. Wb.

Kami sampaikan terima kasih atas kepercayaan Ibu Ardianti Rahayu dengan mengonsultasikan yang sedang anak ibu alami de­ngan kami. Ibu Ardianti Rahayu yang kami hormati, perlu kami sampai­ kan bahwa tindakan pemukulan termasuk dalam tindak pidana penganiayaan yang dalam sistem hukum pidana dikategorikan se­ bagai delik biasa, yang tidak dapat di hentikan proses penyidikannya oleh kepolisian, meskipun telah ada upaya pemberian ganti rugi oleh pelaku. Pemberian ganti rugi untuk kor­ban tindak pidana pada dasar­ nya dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, melalui penggabu­ ngan perkara ganti rugi, yang di­atur dalam Bab XIII Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 98 hingga Pa­sal 101. Pasal 98 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa, “Jika

BKBH

21

Info Kesehatan

Putus Cinta Hingga Berujung Trauma Assalamualaikum Wr.Wb Perkenalkan nama Saya CC, mahasiswi semester lima dan saat ini berusia 21 tahun. Satu ta­ hun yang lalu, Saya pernah men­ jalin hubungan dengan laki-laki yang lebih tua dari Saya. Umur kami selisih enam tahun. Pada awalnya, hubungan kami ber­ langsung baik dan kami pun telah berkomitmen untuk melanjutkan­ nya ke arah yang lebih serius. Sampai akhirnya laki-laki tersebut tidak menghubungi Saya sama sekali. Terakhir kali menghubungi Saya adalah untuk memutuskan hubungan. Saya bertanya alasan­ nya, dan ternyata ia telah di­­jodoh­ kan oleh kedua orang tuanya. Alhasil, hubungan kami yang berlangsung selama empat ta­hun itu pun harus kandas. Itu adalah pengalaman per­ tama Saya berpacaran. Setelah Saya putus, Saya merasa bahwa se­mua laki-laki sama, yakni hanya mempermainkan hati perempuan. Terdapat beberapa laki-laki yang men­coba mendekati Saya, namun Saya merasa bahwa berhubungan dengan laki-laki hanya akan melukai hati. Sejak saat itu pun, Saya mulai membenci laki-laki. Namun, belakangan ini Saya menyadari bahwa itu salah. Saya tidak ingin nantinya berakhir men­jadi seorang lesbian. Saya ingin berubah, tapi bayangan me­ ngenai masa lalu masih sering menghantui. Saya tidak tahu harus bagaimana dan memulainya dari mana. Mohon bantuannya kepada Tim BK untuk memberikan saran terkait dengan masalah yang Saya alami.

No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Tim UPT BK Masjid AR Fachruddin Lantai I Kampus III UMM Penanggungjawab : Hudaniah, M.Si.,P.Si konseling_bk@yahoo.com Telp : 0341-464318 ext 180

Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri. Nyeri merupakan gangguan yang bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Timbulnya nyeri adalah sebuah pertanda bagi pemilik tubuh bahwa ada sesuatu yang salah pada tubuh. Sehingga, nyeri sesungguhnya merupakan alarm atau pemberitahuan serta merupakan salah satu sistem dari perlindungan tubuh. Seseorang patut bersyukur karena dapat merasa nyeri. Namun, gangguan kesehatan yang satu ini sering dianggap sebagai gangguan sepele pada kebanyakan orang. Padahal, nyeri juga bisa mendatangkan rasa sakit yang parah dan dapat mengganggu kegiatan dalam beraktivitas sehari-hari. Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang muncul akibat adanya kesalahan yang terjadi di dalam tubuh kita. Kesalahan pada tubuh yang mengakibatkan terjadinya nyeri pada umumnya disebabkan oleh kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Berdasarkan jurnal kedokteran yang ditulis oleh Smeltzer Suzanne, jika dibandingkan dengan penyakit mana pun, nyeri lebih menyulitkan banyak orang karena sifatnya yang sangat mengganggu. Kebanyakan orang yang menderita nyeri cenderung langsung menanganinya dengan meminum obat pereda nyeri. Hal demikian sesungguhnya tidak boleh dilakukan. Sebab, seseorang perlu mengenali jenis nyeri yang sedang dideritanya. Menurut dr. Gabrielle J. Hartono, nyeri dapat dibedakan ke beberapa jenis. Berdasarkan intensitasnya, nyeri dibedakan menjadi nyeri ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan waktu terjadinya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut bisa terjadi secara tiba-tiba serta sering berhubungan dengan cedera spesifik. Nyeri ini umumnya terjadi dari beberapa detik hinggan enam bulan. Adapun nyeri kronis adalah nyeri yang menetap pada suatu periode waktu. Nyeri kronis terjadi diluar adanya cedera spesifik dan berlangsung lebih dari enam bulan.

Adapun menurut dr. Sendjaja Muljadi dari Rumas Sakit Medistra, Jakarta menyatakan, terdapat tiga jenis utama nyeri, yaitu nyeri nosiseptif akut, peradangan, dan neuropatik. Contoh nyeri nosiseptif adalah disengat lebah atau pergelangan kaki yang terkilir. Nyeri ini sering terjadi pasca adanya kerusakan tulang, kulit atau jaringan lunak. Sedangkan nyeri peradangan terjadi akibat rheumatoid arthritis atau radang sendi. Radang sendi biasanya terjadi pada tangan, bahu, pergelangan kaki, atau lutut. Orang yang menderita radang sendi akan merasakan nyeri pada saat gejalanya muncul. Gejala yang timbul dari radang sendi adalah berupa bengkak dan kaku di persendian. Adapun nyeri neuropatik cenderung terjadi tanpa sebab spesifik. Nyeri ini terjadi setelah adanya kerusakan jaringan saraf, seperti nyeri kepala. Di samping itu, ada pula nyeri yang terdapat pada punggung. Nyeri punggung terjadi akibat kebiasaan dalam beraktivitas sehari-hari yang menyebabkan kesalahan terjadi di bagian tubuh. Kegiatan seperti duduk terlalu lama di depan komputer, mengemudi, serta sering mengangkat beban berat dapat mengakibatkan nyeri punggung. Nyeri punggung juga sering disepelekan sebagian besar orang, karena dianggap sebagai hal ringan. Nyeri punggug dapat ditangani dengan memakai obat penghilang nyeri serta mengubah kebiasaan buruk dalam berativitas sehari-hari. Berolahraga juga dapat membantu menghilangkan nyeri punggung. Adapun penanganan pada nyeri secara umum dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Karena, tidak semua obat pereda nyeri dapat bekerja secara efektif. Sebab, setiap orang memiliki riwayat kecocokan atau ketidakcocokan terhadap suatu obat.

su­atu perbuatan yang menjadi da­ sar dakwaan di dalam suatu pe­ merik­saan perkara pidana oleh pengadilan negeri menimbulkan ke­ ru­gian bagi orang lain, maka hakim ketua sidang atas permintaan orang itu dapat menetapkan untuk meng­ ga­bungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara pidana itu.” Kedua, melalui gugatan perdata bi­asa dengan model gugatan perbuatan melawan hukum. Dalam gu­gatan ini, penggugat, dalam hal ini korban tindak pidana, tentu harus menunggu adanya putusan Pengadilan yang telah memutus perkara pidana yang dilakukan oleh Pelaku (tergugat). Ketiga, sementara tersedia juga mekanisme lain yaitu menga­ jukan permohonan restitusi yang diajukan berdasarkan keten­ tuan UU No. 13 Tahun 2006 ten­ tang Perlindungan Saksi dan Kor­

ban, PP No. 44 Tahun 2008 ten­tang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban, dan Peraturan LPSK No. 1 Tahun 2010 tentang Stan­dar Operasional Prosedur Permoho­ nan dan Pelaksanaan Restitusi. Jadi jelas, dapat kami sampai­ kan bahwa ganti rugi tidak dapat menghentikan proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian. Tetapi dalam prakteknya, ganti rugi yang diberikan oleh pelaku akan digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh hakim peme­ riksa perkara dalam memutus perkara tersebut. Demikianlah, jawaban yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Wien Hesthi Rahayu Data diolah dari berbagai sumber

Proses Penyidikan Dihentikan, Karena Biaya Ganti Rugi?

Tim UPT BKBH Jika pembaca menghadapi kasus hukum, bisa berkonsultasi dengan datang ke Kantor BKBH. Masjid AR Fachruddin Lt. I Kampus III UMM bkbh_unmuh@yahoo.com Telp : 0341-464318 ext 193


22 BESTARI Corak

Opini

No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Awal Aksi di Akhir Tahun Bagi Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa In­­do­­nesia, Desember adalah bulan ke-12 atau bulan terakhir dalam tahun Masehi. Di Bulan Desember inilah, se­ mua orang ramai memperbincangkan atas segala hal yang pernah terjadi dari awal tahun yaitu di Bulan Januari hingga pada Desember. Sebagian besar kegiatan berupa refleksi akhir tahun banyak dilakukan di bulan ini. Ber­ba­ga­i lembaga dan instansi juga turut me­lakukan kegiatan semacam ini, ber­tujuan untuk melihat pencapaian yang telah diraih, serta bisa juga di­gu­nakan untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari kejadian selama se­ta­ hun. Melihat kondisi di pemerintahan da­lam negeri, telah diketahui bersama bahwa Indonesia memiliki pemimpin ba­ru. Pemimpin baru ini membawa war­ na baru di panggung pemerintahan In­­donesia. Joko Widodo terpilih sebagai Pre­siden Republik In­do­ne­ sia bersama wa­kilnya M. Jusuf Kalla. Mereka berdua res­­mi dilantik pada 20 Oktober 2014. Se­lama lima tahun mendatang, mereka be­kerja bersama menterimen­teri yang di­namai sebagai Menteri Kabinet Kerja dan telah dilantik pada 27 Oktober 2014. Pada awal masa kerja, pe­me­rin­ta­han ini telah mendapatkan pe­ker­jaan ru­mah dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Banyak masalah yang terjadi di In­do­ne­sia, salah satu masalah tenar dan tak asing adalah mengenai korupsi. Seperti di­be­ ritakan oleh Harian Kompas 19 Desember 2014, telah terjadi praktik po­litik uang yang paling brutal pada Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 menurut Burhanuddin Muhtadi, Di­rektur Eksekutif Indikator Politik Indonesia. Hal lain yang terjadi adalah menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat. Terjadinya penguatan do­ lar tersebut menyebabkan nilai tu­kar rupiah mencapai lebih dari dua be­las ribu per dolarnya. Bahkan me­nu­rut informasi yang dilansir industri.bisnis.com (2014), pelaku ekspor dan im­por di Jawa Tengah menghentikan ak­tivitas produksinya. Kekhawatiran ma­syarakat juga muncul jika In­do­ne­sia mengalami krisis mo­neter seperti yang pernah ter­­jadi pada masa di bawah ke­pe­mim­pi­nan Presiden Soeharto. Kejadian lain yang cu­kup mengejutkan adalah adanya bencana tanah longsor yang menimpa masyarakat Banjarnegara pada Desember ini. Adanya bencana tersebut seolah men­jadi peringatan kepada semua lapisan masyarakat untuk berhati-hati dalam men­ja­ga ke­lestarian alam. Selama ini banyak hutanhutan di Indonesia yang kehilangan ekosistemnya karena ulah oknum-oknum nakal. Sebagian juga be­ralih fungsi untuk pembangunan. Wa­lau­pun kekayaan alam kita melimpah, namun kita harus tetap dapat menggunakannya secara efisien serta tidak menggunakan dengan semena-mena. Dari beberapa permasalahan di atas, tidak sepatutnya sebagai warga negara hanya me­ngan­dal­ kan pemerintah untuk mengatasinya. Sesungguhnya, hal demikian tidak melulu tentang peran pemerintah. Segala permasalahan di In­donesia juga melibatkan peran masyarakatnya dalam penyelesaiannya. Menanggapi berbagai hal yang ada di Indonesia, sudah tentu pemerintah berperan penting dalam menyelesaikannya. Namun, perlu disadari bahwa pekerjaan rumah pemerintah tidak hanya segelintir saja, tetapi ada banyak hal yang harus ditangani. Sehingga, sesekali sebagai rakyat perlu mendukung pemerintah dan percaya. Sikap kritis tetap diperlukan, namun tidak melulu berkomentar buruk dan memandang negatif atas segala kebijakan yang ada. Ada baiknya jika rakyat dapat menghargai keputusan pemerintah. Begitu juga sebaliknya, ketika rakyat telah memberi kepercayaan, maka sudah seharusnya pemerintah tidak mengkhianatinya. Wien Hesthi Rahayu Redaktur Pelaksana

Menakar Posisi HAM dan Pidana Mati Kasus Narkoba Belum lama ini presiden Joko Widodo menegaskan pro­ble­ma yang dialami bangsa In­do­nesia dalam kasus narkotika se­hing­ga pemerintah mengambil ke­pu­tusan tegas dalam kasus nar­koba ini. Sekian banyak pe­ ngedar narkoba masih ber­ke­li­a­ran di negeri ini. Apabila tidak di­basmi secara tegas, maka pe­nge­dar akan terus melanjutkan pe­ kerjaanya. Belum lagi hasil yang didapatkan dari pengedar nar­koba bisa mengalahkan gaji para wirausahawan dan pejabat eli­te. Logikanya, semakin tegas pe­merintahan da­lam menegakan hu­kum, maka semakin ke­cil pe­lu­ang bagi pengedar narkoba untuk melanjutkan misi kejinya. Jika tidak di­te­ gak­kan, lantas untuk apa UU No 35 tahun 2009 pasal 114 dibuat? Didalam pasal 114 ayat 1 dan 2 undangun­dang tersebut me­nya­takan bahwa: (1) Setiap orang yang tanpa hak atau me­la­ wan hukum menawarkan un­tuk dijual, men­jual, membeli, me­ne­rima, menjadi pe­ rantara dalam jual beli, menukar, atau me­ nye­rahkan Narkotika Go­lo­ngan I, dipidana de­ngan pidana pen­jara seumur hidup atau pi­da­na penjara paling singkat 5 ta­ hun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling se­dikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Lalu di­jelaskan pada ayat ke-2 yang ber­bunyi: Dalam hal perbuatan me­ na­warkan untuk dijual, men­jual, membeli, menjadi pe­­rantara dalam jual beli, me­nu­kar, me­nyerahkan, atau me­ne­rima Narkotika Golongan I se­bagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk ta­na­man be­ rat­nya melebihi 1 ki­lo­gram atau melebihi 5 batang po­hon atau dalam bentuk bukan ta­­na­­man beratnya 5 gram, pelaku di­pidana de­ngan pidana mati, pi­da­na penjara seumur hi­dup, atau pi­dana penjara paling singkat 6 ta­hun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda maksimum se­ba­gaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3. Berkaca dari isi UU ter­se­but di atas,

Oleh: Fika Andriyani*

pe­nulis secara lan­tang mendukung sikap Pre­siden Jokowi yang enggan me­maafkan ke­salahan para pe­nge­dar narkoba yang sedang me­ngajukan grasi pada beliau. Alasan kuat Jokowi enggan me­nye­tujui gra­si tersebut adalah ka­rena ia dilema saat melihat la­po­ran bahwa sedikitnya 4,5 juta ma­syarakat Indonesia positif men­jadi peng­guna narkoba. Dari jum­lah itu, 1,2 juta sudah tak bisa direhabilitasi karena sudah sangat parah. Sehingga kisaran 30 hingga 40 orang setiap ha­ri­nya meninggal dunia aki­bat narkoba. Dilema HAM Narapidana Narkoba Secara universal HAM ada­lah hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir sam­­pai mati sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang memiliki hak untuk men­ja­lankan kehidupan dan apa yang dikendakinya selama tidak melanggar nor­ma dan tata nilai dalam masyarakat. Dilihat dari UU no 39 tahun 1999 tentang HAM pasal 18 ayat 2 menjelaskan bahwa, “Setiap orang tidak boleh dituntut untuk di­hukum atau dijatuhi pidana, kecuali ber­ dasarkan suatu peraturan perundang-un­ da­ngan yang sudah ada sebelum tindak pi­

da­na itu dilakukannya”. Jika berpatokan pada definisi kriteria di atas, hukuman mati bagi bandar nar­ko­ba jelas tidaklah melanggar HAM sebab ma­sa­ lah ini sudah termaktub dalam UU tersebut di atas. Jika semua akibat kejahatan di­ ban­tah untuk tidak hukuman mati dengan alasan HAM, lalu kapan para pelaku ke­ja­ hatan akan isyaf, dan kapan Indonesia ada perubahan? Toh selama ini memang nar­ ko­ba menjadi salah satu pembunuh paling kejam sedunia. Menurut hemat penulis, memang saat ini kejahatan narkoba sudah sangat me­ ngancam generasi muda. Salah satu yang menolak dengan tegas kebijakan Jokowi tersebut adalah Haris Azhar selaku ko­or­ di­nator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Dalam hal ini, Haris mengemukakan, hukuman mati bukanlah hal yang efektif untuk mem­ be­ri­kan efek jera pada para bandar narkoba, hu­ku­man yang tepat untuk bandar narkoba adalah hukuman seumur hidup. Namun realitas yang terjadi selama ini bukan sesimpel itu. Sebagaimana kita ke­ta­ hui dari berbagai media, para bandar nar­ koba tersebut masih bisa menjalankan bis­ nis dari dalam penjara, mereka mendapat fa­si­litas di dalam penjara, jika seumur hidup me­reka dihukum, maka selama itu pula me­ re­ka tetap bisa menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu, untuk menghentikan aksi keji itu lebih pantas mereka dihukum ma­ti. Selain untuk menghentikan aksi keji para pengedar, juga setidaknya bisa mem­ be­ri­kan rasa takut bagi masyarakat lainnya agar tidak semudah itu terjun di dunia bis­ nis haram itu. Dan kemudian, mari kita me­nung­gu langkah apa yang akan diambil pre­siden kita Jokowi, apakah melanjutkan ke­te­gasannya itu atau putar balik karena ta­ kut dianggap melanggar HAM. *Staff Laboratorium Bahasa Arab UMM

Mafia Peradilan Memvonis Koruptor

Negeri ini memang lucu, seperti ne­ ge­ri para dongeng yang menceritakan ber­bagai cerita unik dan lucu. Negeri dongeng memang sekadar cerita yang me­­ ngutamakan keindahan kata-kata te­tapi tidak mengutamakan realitas dan ke­nya­ta­ annya di lapangan. Begitulah sekilas gam­ ba­ran negeri dongeng yang mengulas cerita rak­yat yang penuh dengan mitos dan andaian­dai. Dari negeri dongeng ini kita dapat me­lihat seperti apa sebenarnya Indonesia yang kita banggakan selama ini. Kita mengenal Indonesia kaya dengan alam­nya, kaya keberagamannya, dan kaya orang-orang hebatnya namun, mis­kin dalam moralitasnya. Berbagai per­ma­sa­la­ han terjadi di Indonesia ini. Permasalahan ke­miskinan, kesenjangan sosial, ke­ti­dak­ adilan pemimpin, serta Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) semakin men­ja­ mur seperti tidak terkendali lagi oleh ne­ gara melalui lembaga pengawas dan pe­ ra­dilannya. Hampir setiap hari ada pelaku atau oknum baru yang melakukan tindakan ko­rupsi. Baik itu dari pihak kementerian bah­­kan sampai kepala desa. Selain itu, lembaga legislatif juga sering me­lakukan tindakan korupsi. Mereka adalah orang-orang kepercayaan rakyat untuk me­ wa­kili rakyat dalam menyampaikan aspirasi. Namun, kepercayaan rakyat tersebut sering dia­baikan. Mereka lebih mengutamakan ke­pentingan pribadi dan partai pengusung daripada rakyat yang telah memilihnya. Indonesia juga memiliki lembaga pe­ra­ di­lan seperti Pengadilan Negeri, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipercaya oleh ma­sya­rakat. Lembagalem­baga tersebut di­agung­kan untuk me­ nim­­­bang kesalahan manusia di Indonesia. Se­hingga, tidak berlaku lagi ma­syarakat meng­­­hakimi sendiri orang yang bersalah di ne­geri ini. Di sinilah pe­ran lembaga peradilan un­tuk memvonis pe­laku atau oknum yang telah melakukan ko­rupsi. Lembaga ini berhak mem­berikan hu­ku­man yang ringan, sedang,

Oleh: Ramli Prayoga*

bah­kan berat se­ka­li­pun. Namun, dari semua vonisan hakim me­ la­lui lembaga peradilan tidaklah semua ber­jalan dengan baik dan adil. Artinya, ha­ kim melalui lembaga peradilannya sering ter­libat dalam kasus penyogokan oleh para ko­­ruptor. Sehingga, keputusan peradilan dapat berubah seiring adanya sogokan. Salah satu contoh adalah Hakim Syarifuddin yang disogok 250 juta rupiah dan dituntut 20 tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hakim di Indonesia bukan hanya se­ ba­gai penegak kebenaran dan keadilan. Namun, mereka juga memiliki fungsi ganda sebagai pihak yang mengadili atau mem­vo­nis dan menjadi mafia peradilan bagi pelaku tin­­dakan kejahatan korupsi. Mafia peradilan adalah sekelompok advokat atau oknum apa­rat penegak hukum yang melakukan prak­tik KKN secara sistematis dan rapi. Be­ra­gam cara atau modus diterapkan, mulai dari jual beli pasal, manipulasi proyek, pe­ng­

gelapan dana, hingga penyalahgunaan ja­ batan dan wewenang. Namun, pada ha­ki­ kat­nya semua bermuara pada satu tujuan, ya­itu memeroleh uang meski dengan cara yang haram. Secara normatif, aparat penegak hu­ kum adalah orang-orang pilihan yang di­ percaya masyarakat untuk menjaga te­gak­ nya keadilan. Namun, tak jarang aparat pe­­ne­gak hukum justru menjadi oknum mafia peradilan. Hampir semua unsur pe­ ne­gak hukum seperti hakim, jaksa, polisi, ad­vokat, panitera, pegawai peradilan, ma­ kelar perkara, pihak yang beperkara hingga ahli hukum dari perguruan tinggi te­lah terkotori oleh perilaku korup. Bagi Denny Indrayana, hal ini merupakan bukti nyata judicial corruption telah mewabah dan menimbulkan wajah bopeng lembaga pe­ra­ di­lan di Indonesia. Wajah bopeng lembaga peradilan di In­ do­nesia kian lengkap tatkala para ko­rup­ tor yang menjarah uang milliaran bahkan tri­­­liunan rupiah diberikan sanksi ringan atau malahan dibebaskan secara mudah. Laporan MA pada tahun 2006 misalnya, me­­­nunjukkan bahwa sepanjang tahun 2006 ha­nya 33 hakim yang mendapat sanksi atau hu­­­kuman dari MA. Padahal, total hakim di In­­donesia berjumlah lebih dari 6000 orang. Iro­­­nisnya lagi, hukuman itu anya sekadar te­­guran tertulis yang sifatnya ringan dan tidak menjerakan. Dengan demikian, lembaga peradilan di Indonesia tidak lebih dari mafia yang berkeliaran. Mereka hanya menekankan pada pencarian ke­ka­ya­an dengan berbagai macam cara yang harus mengorbankan ke­ percayaan rakyat. Dengan pemerintahan yang baru, lembaga pe­radilan yang bersih, adil, dan komitmen pimpinan lembaga anti korupsi yakni KPK dapat memberikan angin segar untuk meng­op­ti­mal­kan pemberantasan korupsi di negeri ini. * Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan, FISIP Angkatan 2012


Humaniora

BESTARI No. 317/TH.XXVII/Desember/2014

Merindu Kau yang Dulu Cih! Mengapa kata itu melekat erat di lisanmu Kau pandai mengumpat kini Menggertak, menggebrak, menghancurkan apa saja Hanya ingin didengar? Mungkin kecewa bertumpuk Mengendap di hati suci Mengikis dinding-dinding sabarmu Maafkan, karena kubiarkan orang serakah menjajah Mempreteliku untuk dinikmati sendiri Maafkan aku berangsur lemah Memintamu membela tanpa kuberi apaapa Tapi, harus selalu kau ingat Betapa sopan kau dulu Meminta dengan tutur santun rona wajah damai

Puisi Oleh : Siti Wahyuni*

Gigit dan Gigit Lagi Percayalah, ini adalah makanan terlezat Meski rasanya akan membuat dahimu berdenyit Gigit dan gigit lagi, ini bergizi dan baik untuk pertumbuhan otakmu Mungkin akan ada sedikit pahit di lidahmu Telan saja, jangan meludah Nanti, kau akan lupa rasa buruknya Kau akan mencanduinya Meski tak sampai ke perut Makanan ini mengendap di otak Kita tahu, otak tak akan pernah merasa kenyang Makanya, gigit dan gigitlah lagi

Bilur di Hatimu Matahari pun belum bangun, kau sudah melangkah Meninggalkan kepul kopi hitam Cangkul kaupikul, topi memahkotaimu Kau celupkan badan legammu ke dalam lumpur Panas, hujan, bahkan guntur tak pernah menciutkanmu Kau asyik mencumbui tanah basah Entah keringat, entah darah, entah nanah Atau campuran dari ketiganya Menjelma butir putih Dipuja orang kota Didandani lauk-pauk kualitas langit Dolar berhambur ke meja kasir Malam hari kau terkapar lelah Pada sebuah tikar pandan berduri Tubuhmu penuh cakar beban kehidupan Kau tetap miskin Yang kaudapati hanya bilur Bilur yang memenuhi tubuh dan hatimu

Kabupaten Malang, 26 Nopember 2014

Kabupaten Malang, 26 Nopember 2014

23

Kabupaten Malang, 25 Nopember 2014 *Fakultas Agama Islam Angkatan 2011

Judul : Komik Corat Coret: Made In Indonesia Penulis : Wahyu Aditya, dkk. Penerbit : Bentang Komik (PT. Bentang Pustaka) Tahun Terbit : Cetakan 1, November 2014 Tebal : 216 halaman ISBN : 978-602-1383-28-5 Peresensi : Khairul Amin, Prodi Agroteknologi, FPP, angkatan 2010.

Membedah Indonesia Melalui Kreator Seni Buku ini menyampaikan aspirasi dan kritik terhadap segala hal berkaitan dengan negara tercinta, Indonesia. tidak hanya terbatas melalui aksi turun jalan maupun lewat tulisan. visualisasi ide, gagasan, maupun semua kegelisahan tentang Indonesia dalam bentuk gambar menjadi jalan baru penyampai kritik konstruks efektif. Visualisasi gagasan dalam gambar memerlukan kelugasan dalam berpikir, kreatif, dan imaginatif, serta perlu kelihaian dalam penyelarasan gambar dan teks. Berkaitan dengan hal tersebut, Wahyu Aditya, dkk. Melalui Komik CoratCoret:Made In Indonesia, menghimpun segala gagasan ke Indonesia-annya lewat gambar. Hasil kreator para Gembolers, nama khas partisipan Kementrian Desain Republik Indonesia memberi penyadaran tentang realitas Indonesia masa kini. Buku ini memvisualisasikan gagasan ke Indonesia dalam lima tema umum; 100% Indonesia, Tanah Air Saat Ini, I Love Indonesia, Indonesia (belum) Merdeka, Save Indonesia, Save Earth, dan Semangat Persatuan. Pada tema 100% Indonesia, para kreator menyinggung hal umum yang menjadi ciri khas negeri ini. Seperti pada komik Bayi ala Indonesia (hal 2) yang memvisualisasikan tentang adat Jawa, “turun tanah.” Dalam adat ini anak akan diberikan pilahan barangbarang yang akrab dalam kehidupan, seperti cermin, sisir, mainan, dan lain sebagainya. Barang yang diambil memiliki makna dan arti tersendiri di mana menunjukkan minat, bakat anak tersebut kelak. Namun menariknya, pada komik

ini memvisualisasikan anak mengambil remote televisi, kemudian menonton sinetron. Sebuah auto kritik menggelitik tentang kegemaran masyarakat Indonesia menonton sinetron pada hampir setiap waktu. Realitas ini menjadi justifikasi acara televisi di Indonesia yang masih didominasi oleh tontonan hiburan semata, acara edukatif masih sangat minim dan kalah pamor dengan acara hiburan dan sinetron. Pada tema Indonesia (belum)Merdeka (hal 107) menyinggung terkait kegemaran masyarakat bahasa dan budaya asing di mana tidak diimbangi dengan pelestarian budaya lokal. Hal lainnya adalah tema komik Suap dan Sogokan (hal 116) yang memvisualisasikan perilaku koruptif para pejabat yang suka memeras rakyat kecil dengan dialog kucing dengan ikan. Sedangkan pada tema Seve Indonesia, Save Earth (hal 135), para komikis mengajak pembaca untuk sama-sama melestarikan lingkungan dan binatang asli Indonesia. Pada tema Semangat Persatuan (hal 161) komikus menyiratkan pesan tentang semangat persatuan dengan mengesampingkan perbedaan, Indonesia sebagai bangsa yang multikultural harus menjunjung tinggi toleransi. Buku hasil para kreator seni menggambar ini hadir sebagai diktum baru peran komik sebagai media aspirasi dan kreasi yang aktif produktif, karya ini menegaskan komik hanya sebagai hiburan, namun sudah menjadi bagian dari fragmen kehidupan sosial-politik masyarakat Indonesia. Selamat menyimak setiap gambar yang penuh makna!

Gapai Kesuksesan Melalui Doa Ibu Sukses merupakan keadaan yang didambakan oleh setiap manusia. Ukuran sukses tidak hanya materi saja, kenikmatan yang bukan materi juga bisa masuk ke dalam kategori sukses. Perlu berbagai usaha untuk mencapai sukses. Banyak manusia dalam menuju kesuksesan diwarnai dengan usaha yang keras. Namun, terkadang manusia lupa akan satu potensi menuju kesuksesan, yaitu doa ibu. Memanfaatkan potensi ibu untuk meraih kesuksesan hidup dapat mengubah mindset “banting tulang” menuju “kerja efisien”. Arti “kerja efisien” yaitu kerja sewajarnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kerja efisien akan membuat kita banyak bersyukur dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab, kerja efisien adalah kerja yang dihiasi dengan ibadah. Salah satu ibadah yang bisa dilakukan adalah meminta doa ibu. Seorang ibu merupakan sosok yang memiliki banyak kekuatan untuk membantu anaknya dalam menggapai kesuksesan. Hadis Bukhari dan Muslim juga pernah meriwayatkan mengenai perintah Rasulullah untuk berbakti kepada ibu yang mengungguli bakti kita kepada ayah. Doa ibu yang baik bisa menjadi sebuah anugerah bagi anaknya. Adapun doa ibu yang buruk bisa menjadi kutukan bagi anaknya. Doa ibu ibarat sebilah pisau yang bisa bermanfaat jika digunakan dengan baik dan bisa membunuh saat doa itu buruk. Apabila kita bisa meminta restu kepada ibu, tentu akan sangat signifikan pengaruhnya bagi kesuksesan kita. Namun, tak jarang muncul hambatan dalam perjalanan menuju sukses. Hal tersebut terjadi karena beberapa hal. Pertama, kita jarang meminta doa ibu. Ada beberapa hal yang membuat kita jarang meminta doa ibu. Perasaan sungkan, malu, takut, atau bahkan tidak suka keinginan kita diketahui oleh ibu adalah hal yang patut dibuang. Kita harus membuat kebiasaan baru untuk belajar terbuka dan meminta ibu untuk mendoakan yang terbaik. Nilai kekuatan doa ibu tidak akan berkurang atau hilang. Jadi, bagaimanapun hubungan kita dengan ibu, hendaknya mulai membangun hubungan

Nurani komunikasi yang baik. Lebih utama lagi, selalu meminta doa untuk segala hal yang hendak kita lakukan. Sehingga, kemudahan-kemudahan akan tampak pada usaha kita. Kedua, doa kita tidak sama dengan doa ibu. Kita sering berdoa siang dan malam untuk kesuksesan usaha kita. Ibu juga demikian, selalu mendoakan kesuksesan hidup kita dalam setiap sujudnya. Namun, pernahkah kita merasa biasa saja bahkan usaha kita tidak terasa keberhasilannya? Mungkin, hal tersebut bisa disebabkan oleh doa kita dengan doa ibu tidak sama, meskipun maksudnya sama. Dalam mengharap untuk memeroleh kesuksesan antara ibu dengan anak pasti berdoa dengan maksud yang sama. Sama artinya adalah baik kita maupun ibu memiliki keinginan agar kita sukses. Adapun yang tidak sama adalah persepsi kesuksesan kita dengan persepsi kesuksesan ibu. Jadi, kita perlu mengomunikasikan persepsi kita dengan persepsi ibu agar dapat menemukan kesamaan. Sehingga, keinginan kita akan dapat diterima baik oleh Allah bahkan segera dikabulkan oleh Dia. Ketiga, ibu tidak mau mendoakan karena tidak setuju dengan keinginan atau pilihan anaknya. Suatu hal yang wajar apabila antara kita dan ibu terdapat perbedaan dalam menyikapi sesuatu. Namun, hal tersebut jangan dibiarkan larut terlalu lama. Sehingga, dalam hal ini diperlukan kunci untuk menjadikan hubungan antara ibu dan kita menjadi baik. Kunci utama dalam menengahi perbedaan keinginan atau pilihan adalah dengan komunikasi. Jika orang tua berpikir bahwa sesuatu itu akan buruk dan tidak baik untuk kita, maka diskusikanlah alasannya dan apakah bisa ditanggulangi dan dicarikan solusinya. Iftitah Riadiana Faradilah Prodi Tarbiyah/ FAI Angkatan 2011



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.