2 minute read

05UTAMA

Next Article
RESENSI BUKU

RESENSI BUKU

LAPORAN UTAMA

SETELAH PANDEMI BISA TERATASI, SUJARWANTO BERNIAT MENERAPKAN KONSEP BLENDED (50% DARING, 50% TATAP MUKA) DI BIDANG KERJA SAMA. TIDAK HANYA ITU, KE DEPAN IA BERHARAP AGAR PRODI/JURUSAN DI UNESA JUGA AKTIF MENJALIN KERJA SAMA DENGAN INSTANSI/INDUSTRI YANG SELARAS DENGAN RUMPUN ILMUNYA.

Advertisement

untuk pemeringkatan kampus yang diselenggarakan Kemendikbud.

“Kalau penilaian tahun lalu kan dihitung berdasarkan jumlah MoU yang dilakukan, tapi sekarang tidak. Yang lebih penting, setelah MoU bagaimana outcome-nya, itu yang lebih besar penilaiannya,” imbuhnya.

Untuk implementasi terkait kerja sama, kata dia , karena tidak memungkinkan untuk mengirimkan mahasiswa mengikuti summer camp atau pertukuran mahasiswa, solusi yang dilakukan tentu dengan mengadakan webinar secara daring. Menurutnya, secara daring tidak perlu ada penundaan implementasi kerja sama. Apalagi di tengah kondisi pandemi seperti ini.

“Kita upayakan presentasi mahasiswa dilakukan secara virtual. Webinar pun juga demikian, ketika kedua belah pihak sepakat mengadakan webinar maka MoU yang sudah terjalin tersebut bisa dikatakan sudah diimplementasikan. Kalau secara virtual tidak ada tundamenunda. Ini sudah kita buktikan dengan membuat proyek bersama The Open University terkait profil video komunikasi untuk anak-anak tuna rungu,” kata Sujarwanto.

Ia mengaku, pelaksanaan kerja sama secara daring dirasa sangat efektif dari segi anggaran dan waktu. Namun secara kedekatan emosional, Sujarwanto merasa kurang dengan konsep daring seperti ini.

“Sebenarnya lebih gampang dan efisien dengan konsep virtual, satu hari selesai. Lalu untuk draft secara fisik kita kirim menggunakan ekspedisi. Namun dengan tatap muka, kedekatan emosional itu akan terbangun. Ketika kita datang ke suatu lembaga/industri, kita

bisa mendapatkan feedback dengan melihat kondisi di lapangan secara langsung,” jelas Sujarwanto.

Setelah pandemi ini bisa teratasi, Sujarwanto berniat menerapkan konsep blended (50% daring, 50% tatap muka) di bidang kerja sama. Tidak hanya itu, ke depan ia berharap agar prodi/jurusan di Unesa juga aktif menjalin kerja sama dengan instansi/industri yang selaras dengan rumpun ilmunya. Pasalnya, konsep kampus merdeka yang dicanangkan Kemendikbud seharusnya bisa menjadi trigger untuk tiap prodi.

“Maka ini (kerja sama) harus tumbuh dari bawah juga. Tapi tentu dari bidang 4 juga, sekaligus mengkoordinir. Kalau sifatnya MoU itu dilakukan dengan rektor, tapi jika sudah IA sudah masuk ranah prodi/jurusan,” imbuhnya.

Selain itu, banyaknya kegiatan webinar yang dilakukan oleh prodi/ jurusan/lembaga di Unesa saat pandemi seperti ini bisa menjadi peluang agar berlanjut pada kerja sama. Ia juga mengatakan, seharusnya webinar tidak hanya sekadar webinar saja, tapi harus menjadi jembatan untuk mengundang agar mau diajak kerja sama.

“Saya berharap kepada penyelenggara webinar di Unesa, narasumber itulah orang-orang yang punya kunci. Sebisa mungkin setelah webinar selesai kita tawarkan untuk melakukan MoU dengan Unesa,” pungkasnya. n (SUR) Dr. Sujarwanto, M.Pd WR Bidang Perencanaan dan Kerja Sama

This article is from: