28 juli - 18 Agustus 2017
Seniman
Aprilia Apsari Daniella F. Praptono Hauritsa Henry Foundation Mushowir Bing Putri Ayu Lestari Reza ‘Asung’ Afisina
1 Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Yes,The Future Has Been Sold
YES, THE FUTURE HAS BEEN SOLD Seniman Aprilia Apsari Daniella F. Praptono Hauritsa Henry Foundation Mushowir Bing Putri Ayu Lestari Reza ‘Asung’ Afisina KURATOR Asep Topan Bagus Purwoadi Ibrahim Soetomo Syaiful Ardianto 2
3 Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
4
Yes,The Future Has Been Sold
Sambutan Galeri Nasional Indonesia oleh Tubagus ‘Andre’ Sukmana
memajukan, dan menginspirasi para pelaku seni
Pendidikan dan Kebudayaan— menyambut baik
rupa tanah air, khususya di bidang seni grafis.
atas terselenggaranya pameran grafis bertajuk
Bagi publik, ini dapat menjadi media untuk
“Yes, The Future Has Been Sold” pada 28 Juli –
mengenal lebih dekat serta memperoleh inspirasi
18 Agustus 2017 di Galeri Nasional Indonesia.
dan motivasi dari perjalanan kreatif para perupa
Perhelatan yang diinisiasi oleh kelompok seni
peserta pameran ini. Semoga ajang ini juga dapat
grafis Refreshink! Printmaking bekerja sama
memberikan kesempatan pada publik luas untuk
dengan Galeri Nasional Indonesia ini menjadi
terus mengasah dan meningkatkan daya apresiasi
media yang positif dalam mempererat hubungan
seni, khususnya di bidang seni rupa.
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Galeri Nasional Indonesia—Kementerian
baik antara lembaga budaya pemerintah dengan kelompok seni rupa yang bertujuan
Kami mengucapkan terima kasih kepada para
untuk memfasilitasi, menghidupkan, dan
perupa yang terlibat, kurator, dan seluruh
mengembangkan geliat praktik seni grafis agar
pihak yang telah membantu serta mendukung
terus eksis serta sejajar dengan perkembangan
terwujudnya pameran ini. Selamat berpameran,
dunia rupa tanah air.
selamat mengapresiasi!
Pameran grafis “Yes, The Future Has Been Sold”
Jakarta, Agustus 2017
terbentuk dari gagasan mengenai future atau masa depan dan upaya-upaya sebagai bagian dari sikap penolakan terhadap modernisme. Pameran ini mencoba melihat gambaran tentang masa depan yang tidak hanya diartikan sebagai waktu yang akan datang, melainkan juga sebuah gagasan atau konstruksi kebudayaan. Gagasan mengenai masa depan yang lahir dari modernitas atau situasisituasi yang saat ini terjadi di masyarakat pada akhirnya mampu menciptakan imajinasi manusia tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan. Melalui pameran ini, diharapkan dapat membawa nuansa segar yang mampu memperkaya, 5
6
Yes,The Future Has Been Sold
Pengantar Pameran
The future, atau masa depan, tidak hanya dapat
Interpretasi para seniman akan masa depan
diartikan sebagai waktu yang akan datang, tetapi
pada akhirnya beragam. Aprilia Apsari, misalnya,
juga gagasan atau konstruksi kebudayaan yang
mengambil inspirasi dari aktivitas di sosial media,
diimajinasikan. Situasi-situasi yang telah atau
terutama di Instagram, tepatnya ketika semua
sedang terjadi mampu menciptakan imajinasi
orang mengunggah kesenangan dan kegiatan
manusia akan kemungkinan-kemungkinan yang
bertamasya. Masyarakat kota, khususnya Jakarta,
terjadi di masa depan. Dalam seni dan budaya,
sibuk berlembur mencari nafkah setiap harinya
konsep mengimajinasikan masa depan dapat
agar di pengujung tahun mereka dapat menikmati
kita tarik ke awal abad 20 di Italia, ketika gerakan
hasilnya dengan berlibur. Melalui karya cetak
Futurisme menolak apa yang terjadi di masa
saring ‘Dana Express’, Sari memandang masa
lalu, dan mengglorifikasi konsep kecepatan,
depan melalui sudut pandang tradisional, yaitu
akselerasi, produktivitas, serta istilah-istilah
suatu masa yang akan datang, atau berada di
lain yang merepresentasikan kejayaan teknologi
depan. Berdasarkan pengamatannya melalui media
dan industrialisasi saat itu. Artinya, masa depan
sosial, ia memandang bahwa liburan menjadi
akan selalu berkaitan dengan perkembangan-
salah satu tujuan masyarakat kota ketika mereka
perkembangan yang terjadi baik dari segi budaya,
bekerja dan mengambil jam lembur. Sari kemudian
sosial, sampai kehidupan sehari-hari.
mengimajinasikan sebuah masyarakat “kejar setoran” yang mendambakan suatu masa di depan
Pameran ‘Yes, The Future Has Been Sold’
sana, di mana mereka bisa terbebas dari pekerjaan
mengolah istilah the future atau masa depan
dan suasana kota. Dengan fethisisme semacam
sebagai gagasan juga konsep waktu. Pameran
itu, capaian kerja potensial akan dinomorduakan
kelompok ini hadir dengan eksplorasi kekaryaan
selama itu tak mengurangi jumlah nominal gaji
yang beragam dan didasari oleh prinsip-prinsip
yang akan diterima, sebab mereka memandang
seni grafis, sebagai sebuah cabang seni yang
pekerjaan, yang telah menjadi rutinitas yang
tidak lepas dari pengaruh perkembangan
membosankan, sebagai jeda dari satu liburan ke
gagasan mengenai teknologi. Para seniman yang
liburan berikutnya. ‘Dana Express’, dalam bentuk
berpartisipasi dalam pameran ini berasal dari
iklan pariwisata, memperlakukan yang sekarang
Jakarta, dan memiliki latar belakang pendidikan
(the present) sebagai momentum sekunder, dan
seni grafis, atau sering menerapkan teknik seni
dengan demikian karya ini pun bisa dipandang
grafis pada karya-karyanya. Pameran ini mencoba
sebagai kritik atas perilaku masyarakat pemuja
mempertemukan isu-isu terkini, prinsip-prinsip
liburan.
seni grafis, dan imajinasi mengenai masa depan. 7
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
oleh Refreshink! Printmaking
Yes,The Future Has Been Sold
Sementara ‘Dana Express’ menjual imajinasi
Pengalaman tentang kematian tak pernah dialami
tentang hari esok (hari libur yang berada di
oleh mereka yang pergi, melainkan oleh mereka
pengujung tahun), karya cetak saring ‘Siasat’
yang ditinggalkan. Melalui ‘Warisan’, Putri Ayu
menawarkan percepatan untuk mengatasi yang
Lestari meramalkan masa depannya sendiri.
sekarang. Sama halnya dengan ‘Dana Express’,
Ramalan tersebut bertolak dari pengalamannya
karya Mushowir Bing ini pun mengadopsi
tentang ibu dan neneknya yang meninggal
gaya bahasa iklan—dalam hal ini adalah iklan
dunia karena mengidap kanker payudara. Karya
kendaraan bermotor. Ia mengamati budaya visual
video dan sablon ‘Warisan’ mengilustrasikan
iklan mobil dan sepeda motor zaman dulu, dan
perempuan yang mengidap kanker payudara.
beranggapan bahwa saat itulah awal mula orang-
Dengan ‘Warisan’, Ayu berusaha untuk berdamai
orang mulai membeli kendaraan pribadi. Sebagai
dengan masa lalunya, sebab seperti mereka yang
pengendara roda dua, ia bertanya-tanya mengenai
membutuhkan reklame pariwisata atau kendaraan
awal mula produsen kendaraan mengiklankan
bermotor, perdamaian itu pun Ayu butuhkan dalam
produk-produknya, hingga pada akhirnya orang-
usahanya untuk melampaui yang sekarang.
orang dapat membelinya. Sebagai konsep yang berkaitan dengan imajinasi tentang suatu budaya
Tiga karya tersebut di atas mengolah ide tentang
yang dikonstruksikan cepat, praktis, dan mudah,
masa depan dalam kaitannya dengan yang
“masa depan” telah menyediakan ruang bagi
sekarang. Dalam hal ini masa depan digagas
produsen otomotif untuk menjual produk-produk
untuk melampaui yang sekarang. ‘Dana Express’
mereka. Mobil, dan sepeda motor adalah dua
seperti seikat rumput di depan moncong keledai,
dari sekian produk yang dapat mempermudah
agar si keledai terus bergerak maju, sementara
masyarakat commuter menjalani rutinitas mereka.
‘Siasat’ seperti roda pada gerobak yang harus
Melalui iklan, produsen-produsen itu pun membuat
ia tarik, agar beban yang ia tanggung tak terlalu
produk-produk mereka menjadi representasi
berat. Sementara itu, ‘Warisan’ tak ubahnya takdir
masa depan itu sendiri sehingga mereka yang
baginya. Ia harus menghadapi siapa dirinya setiap
tak mampu memilikinya akan dipandang atau
hari; seekor keledai yang harus menarik beban
merasa terbelakang. Besarnya jumlah pengguna
setiap hari.
kendaraan pribadi di Jakarta pada akhirnya membuat ‘Siasat’ seolah menggarisbawahi judul
Sementara itu, Daniella Fitria Praptono
pameran ini, yes, the future has been sold.
beranggapan bahwa masa depan adalah anak-anak. Kini, tumbuh kembang anak-anak dipengaruhi oleh teknologi, pendidikan, dan
8
Pesimisme terkait masa depan juga bisa dibaca
yang terpenting bagi mereka. Karya ‘Agreement
pada karya Hauritsa, yang mengangkat konsep
of Hopes and Dreams’ dibagi menjadi dua. Karya
tentang yang tersembunyi melalui karyanya yang
pertama menggabungkan drawing dan etsa,
berjudul ‘...Lalu Aku Harus Percaya?’ dan ‘Beri
sedangkan karya kedua bersifat interaktif dan
Aku Tanda...’. Karya ini ia presentasikan dengan
dihasilkan melalui kegiatan lokakarya. Masih
media cukilan (cetak tinggi) yang kemudian dicetak
membicarakan anak-anak, Henry Foundation
tanpa tinta (blind emboss), di mana gambar
mencoba membongkar dan merangkai ulang
yang tercetak akan nampak samar-samar. Karya
koleksi doodling anak-anaknya menjadi bentuk-
ini mengetengahkan keinginan tersembunyi
bentuk visual baru. Bagi Henry, gambar atau
seseorang ketika ia membantu sesamanya.
doodling mengungkap proses perkembangan
Keinginan tersebut tak lain adalah pamrih. Dengan
kemampuan imajinasi anak-anak dalam
demikian, ia memandang bahwa tidak ada yang
menggambar dan menulis. Karya ‘Ibuh Philo Miro
cuma-cuma di masa depan.
KO’ merupakan seri sablon yang ia dedikasikan untuk anak-anaknya jika sudah besar nanti.
Pada akhirnya, imajinasi akan masa depan dapat menjadi sebuah kepastian, harapan, juga usaha
Dua karya seniman yang disebut belakangan ini
pencegahan atas situasi-situasi yang telah atau
memperlakukan masa depan sebagai sesuatu yang
sedang terjadi di sekitar kita. Kemungkinan-
harus dipersiapkan dari sekarang. Hal serupa juga
kemungkinan tersebut didasari oleh pengamatan
dilakukan oleh seniman berikutnya, Reza ‘Asung’
dan pengalaman manusia dalam melihat kondisi
Afisina, yang mengolah ilustrasi proses sterilisasi
pribadi dan sosialnya. Melalui karya-karya para
manusia atau vasektomi (pria), dan tubektomi
seniman dalam pameran ini didapati bahwa masa
(perempuan), dua proses yang mencegah
depan tak bisa meng-ada tanpa adanya masa lalu
terjadinya pembuahan pada manusia. Tapi
(the past), dan yang sekarang.
berbeda halnya dengan ‘Agreement of Hopes and Dreams’-nya Daniella dan ‘Ibuh Philo Miro KO’-nya Henry, yang cenderung optimis dalam merancang masa depan, Asung, dalam karya yang kemudian ia beri judul ‘Dalam Upaya Mengurangi Individu dan Mencegah Lahirnya Senjata Masa Depan’ ini, memandang masa depan dengan sudut pandang yang pesimistis. 9
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
lingkungan. Ia beranggapan bahwa pendidikanlah
10
Yes,The Future Has Been Sold
11
SENIMAN Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
12
Yes,The Future Has Been Sold
Aprilia Apsari : Dana Express : Cetak digital di atas kertas : 118.9 cm x 84.1 cm : 2017
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Judul Medium Ukuran Tahun
13
14
Yes,The Future Has Been Sold
Daniella F.Praptono
Ukuran Tahun
: Agreement of Hopes and Dreams : Etsa, digital print, stampel, charcoal & conte : 150 cm x 120 cm : 2017 Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Judul Medium
15
16
Yes,The Future Has Been Sold
Judul Medium Ukuran Tahun
: ...Lalu Aku Harus Percaya? : Blind emboss di atas kertas : Beragam : 2017
Judul Medium Ukuran Tahun
: Beri Aku Tanda... : Blind emboss di atas kertas : 42 cm x 30 cm : 2017
Judul Medium Ukuran Tahun
: Untitled But I Want To : Performance :: 2017
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Hauritsa
17
Yes,The Future Has Been Sold
Henry Foundation Judul Medium Ukuran Tahun 18
: Ibuh Philo Miro KO (serial) : Cetak saring di atas cyanotype : 12 panel @ 12.7 cm x 17.8 cm : 2017
Judul Medium Ukuran Tahun
: Ibuh Philo Miro KO : Cetak saring di atas cyanotype : 2 panel @ 36 cm x 50 cm : 2017
19 Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
20
Yes,The Future Has Been Sold
Judul Medium Ukuran Tahun
: Siasat : Cetak saring di atas kertas : 270 cm x 300 cm : 2017
Judul Medium Ukuran Tahun
: Siasat : Cetak saring di atas kertas : 200 cm x 300 cm : 2017
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Mushowir Bing
21
22
Yes,The Future Has Been Sold
Putri Ayu Lestari : Warisan : Video & sablon di atas kertas : Beragam : 2017
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Judul Medium Ukuran Tahun
23
24
Yes,The Future Has Been Sold
Judul
Medium Ukuran Tahun
: Dalam Upaya Mengurangi Individu dan Mencegah Lahirnya Senjata Masa Depan : Carbon-copy di atas kertas & etsa : Beragam : 2017
25
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Reza ‘Asung’ Afisina
26
Yes,The Future Has Been Sold
27
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
PROFIL SENIMAN
Profil Seniman
Yes,The Future Has Been Sold
Aprilia Apsari
aprilia.apsari@gmail.com
Daniella Fitria Praptono
ibudisko@gmail.com
Biasa dipanggil Sari, lahir di Surabaya 18 April
Lahir di Jakarta, 7 Oktober 1975. Menamatkan
1981. Menyelesaikan studi S1 di Fakultas Seni
pendidikan seni grafis di Institut Kesenian
Rupa Institut Kesenian Jakarta pada tahun
Jakarta pada 1998. Mendirikan dan mengelola
2004. Kesibukannya sehari-hari bekerja sebagai
RURUkids, subdivisi ruangrupa yang fokus pada
ilustrator, pelukis mural dan seniman cetak saring.
pendidikan seni untuk anak-anak, pada 2010,
Ia juga bermusik dengan grup White Shoes &
dan aktif menyelenggarakan lokakarya seni rupa
The Couples Company. Terakhir berpameran di
untuk anak-anak dan pelajar sampai kini. Terakhir
RRRecfest at The Museum, Museum Nasional
ikut serta dalam pameran Proyek Seni Perupa
Indonesia, Jakarta.
Perempuan pada 2016.
Hauritsa
haorits@gmail.com
Henry Foundation henry_foundation@yahoo.com
Lahir, sekolah dan bekerja di Jakarta. Mulai
Lahir di Jakarta pada 1977. Menyelesaikan kuliah
berkesenian dan berpameran sejak kuliah di
jurusan Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa, Institut
Institut Kesenian Jakarta. Salah satu kolaborator
Kesenian Jakarta tahun 2000. Perupa yang
ruru ARTLAB dan manajer program RURUradio.
menggeluti seni grafis, seni video, performans
Membentuk Jakarta Wasted Artists bersama
dan seni interaktif ini juga mengerjakan sejumlah
tiga rekan seniman lainnya. Fokus dalam isu
proyek seni dalam format musik. Selain sering
sosial urban dalam karya-karyanya. Bekerja
terlibat dengan beberapa proyek seni ruangrupa,
dengan semua medium untuk berkarya, termasuk
ia juga bekerja sebagai sutradara video bersama
performance art. Aktif sebagai desainer grafis
Anggun Priambodo dan mendirikan rumah
lepas untuk tetap bertahan hidup. Proyek
produksi musik video The Jadugar pada tahun
performance art terakhirnya adalah bersama
2002. Mendirikan Goodnight Electric, sebuah grup
69 Performance Club dengan tajuk ‘Of Horizon
musik pop elektronik yang menghasilkan beberapa
Landscape’ di Gudang Sarinah Ekosistem.
single dan 2 rilisan album penuh, juga menjalankan proyek musik eksperimen bersama grup Frigi Frigi. Kini ia bekerja sebagai video director, perupa, musisi dan DJ. Terakhir berpameran bersama di ‘Rendering Rezime: Pameran Besar Seni Lukis Jakarta’ pada 2015.
28
Mushowir Bing
mushowirbing@gmail.com
Putri Ayu Lestari
putriayukobel@gmail.com
Lahir di Jakarta, 28 Juli 1991. Lulus kuliah pada
Seni Grafis di Institut Kesenian Jakarta pada 1997.
tahun 2013 dari Institut Kesenian Jakarta, jurusan
Berkarya dengan medium seperti video, seni
seni grafis. Biasa membuat karya dengan media
digital, mural, dan instalasi. Sebagai penduduk
cetak dan kolase. Aktif mengikuti pameran
Jakarta, ia sering mengeksplorasi kehidupan
bersama. Terakhir ikut serta di pameran “Kitab
sehari-hari. Ia merupakan anggota Jakarta Wasted
Visual Ianfu” pada 2016 di Galeri & Museum
Artists. Telah mengikuti beberapa pameran dan
Cemara 6, Jakarta.
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Lahir di Palembang. Ia menyelesaikan pendidikan
proyek seni. Terakhir mengikuti pameran bersama, ‘Mereklamekan Pelem’, di APA Space, Jakarta, pada 2016.
Reza ‘Asung’ Afisina
jungle.squad@gmail.com
Lahir di Bandung tahun 1977. Seorang seniman performance dan visual. Pada karya-karyanya, Reza Afisina memiliki pendekatan yang banyak menggunakan tubuh dan riset sederhana akan keseharian sebagai bahasa ekspresi untuk menyampaikan gagasan pada setiap karyanya. Selain, performance art, karya-karya Reza Afisina menggunakan beragam pendekatan medium lain seperti instalasi dan pendekatan medium audio/ visual lainnya. Terakhir ikut serta dalam ‘Pekan Seni Media’, Pekanbaru. Kini tinggal di Depok dan bekerja di Jakarta.
29
30
Yes,The Future Has Been Sold
31
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
PROFIL penyelenggara
Profil Penyelenggara
Yes,The Future Has Been Sold
Asep Topan
mail.aseptopan@gmail.com
Bagus Purwoadi
yanginibagus@gmail.com
Asep Topan (lahir 1989) adalah seorang kurator
Bagus Purwoadi adalah seorang pengajar di
independen dan penulis berasal dari Jakarta,
Institut Kesenian Jakarta, dan asisten pribadi
Indonesia. Ketertarikan utamanya dalam
seniman/aktivis, Dolorosa Sinaga. Pernah
berkesenian adalah pada praktik kekuratoran
mengikuti lokakarya penulisan kreatif di ruang
seni rupa kontemporer, sejarah pameran, dan
rupa, dan kontributor berita di rumahpemilu.org,
kaitan antara seni dan praktik-praktik sosial.
periode 2012-2014. Pada 2016, ia terlibat dalam
Sebelumnya, ia pernah tinggal di Amsterdam
proyek pameran para perupa asal Polandia, Social
untuk berpartisipasi dalam de Appel Curatorial
Design For Social Life, di Galeri Nasional Indonesia.
Programme, di de Appel arts center, Amsterdam,
Sejak 2011 terlibat aktif dalam penyelenggaraan
pada 2015-16. Sejak 2012 ia merupakan salah
proyek seni di Refereshink!
satu pendidik di Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta. Pada 2014 ia menerbitkan sebuah buku berisi kumpulan tulisannya mengenai
Chuwalid Awaluddin chuwalid.awaludin@yahoo.co.id
pameran dan praktik-praktik seni rupa secara umum. Aktifitasnya saat ini meliputi bekerja
Chuwalid “Chua� Awaludin, kuliah di Institut
sebagai wakil direktur Jakarta Biennale, dan
Kesenian Jakarta jurusan Seni Murni tahun 2012.
bekerja secara independen sebagai kurator. Saat
Mulai menggeluti seni grafis semenjak awal
ini, ia tinggal dan bekerja di Jakarta.
perkuliahan. Masuk seleksi dan berpameran di Festival Kesenian Indonesia #8 di Yogyakarta dan pameran Archipelago di Galeri Nasional Indonesia. Terakhir lolos pameram Asean Graphic Art #2 di Vietnam pada Desember 2016. Karyanya kerap menangkat budaya di luar rasional masyarakat perkotaa,n yaitu tentang klenik dan tema pesugihan dengan warna-warna pop art, sehingga mengubah kesan mistik yang menyeramkan menjadi ‘pop mistik’. Sejak kecil terinspirasi oleh komik-komik Tatang S.
32
kokonemuikan@gmail.com
Ilham Kholid
ilhamkholidski@gmail.com
Geo Ferdias atau biasa dipanggil kokorumit lahir
Ilham Kholid adalah seorang perancang grafis
di Solo, 6 februari 1991. Sempat menempuh
lepas yang masih berkuliah di Fakultas Seni Rupa
pendidikan seni di Institut Kesenian Jakarta.
Institut Kesenian Jakarta dengan peminatan Desain
Aktif dan terlibat di kegiatan-kegiatan pameran
Grafis. Aktif menjadi perancang grafis di Jakarta
di Jakarta. Menjadi salah satu anggota Street
32 ºC sejak 2016. Pada 2017, sudah merancang
Printing , juga penggagas proyek seni grafis Harian
identitas visual untuk pameran ‘Labour Cultural
Cetak. Tertarik di bidang seni grafis, seni patung,
Exhibition’ dan ‘Field Trip Project Asia (Departure
mural dan bidang artistik penyelenggaraan seni
Edition)’, serta berbagai pameran seni rupa lainnya.
rupa. Sudah berpameran di Jakarta, Solo dan
Pada 2016 menjadi partisipan dalam perancangan
Yogyakarta. Kini tinggal dan berkarya di Jakarta.
identitas visual poster di Graphic Design Festival Scotland 2016.
Ibrahim Soetomo
ibambaik@gmail.com
Syaiful Ardianto
jahipul@gmail.com
Ibrahim Soetomo adalah penulis lepas dan
Syaiful Ardianto, lahir di Jakarta pada tahun 1984.
pemimpin redaksi situs jejaring Jakarta 32 °C,
Menyelesaikan pendidikan di Fakultas Seni Rupa
komplotan yang fokus pada pengembangan
Institut Kesenian Jakarta dengan mayor Seni Grafis
jejaring mahasiswa dalam lingkup kesenian
pada tahun 2011. Aktif berpameran dan berkarya
dan kebudayaan kontemporer, sejak 2017. Ia
dengan teknik cetak saring, kolase dan photo copy.
merupakan Duta Muda S. Sudjojono Center untuk
Sering terlibat dalam beberapa art project bersama
pameran ‘Seabad S. Sudjojono’ pada 2013 dan
ruangrupa. Pada tahun 2011 bersama Godit
‘Hidup Mengalun Dendang’ pada 2017. Sejak
membuat proyek Cut and Rescue, sebuah platform
2016, ia bertindak sebagai kurator dan penulis di
berkarya yang fokus pada kerja-kerja penyalinan
Gerakan Seni Rupa Bogor, kolektif yang fokus pada
dan copy culture. Pada 2015 mengikuti program
pengembangan iklim seni rupa di Bogor, dan telah
residensi di TIFA (Talera Institute of Fine Arts)
menyelenggarakan beberapa pameran. Pada 2014,
dan KHOJ, Pune, India. Kini tinggal dan bekerja di
ia mengikuti ‘Lokakarya Penulisan dan Kuratorial
Jakarta sebagai seniman.
Seni Rupa’ oleh ruangrupa dan Dewan Kesenian Jakarta. Kini masih berkuliah di Institut Kesenian Jakarta dengan program studi Seni Murni.
33
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Geo Ferdias
34
Yes,The Future Has Been Sold
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
Ucapan Terimakasih Galeri Nasional Indonesia Citra Smara Dewi Dolorosa Sinaga Grafis Huru Hara Agung Triwidjaya Lilia Nursita Percetakan Gajah Hidup dan segenap pihak yang telah membantu terselenggaranya pameran ini
35
36
Yes,The Future Has Been Sold
Gedung d, GALERI NASIONAL INDONESIA
“This is the next century Where the universal’s free You can find it anywhere Yes, the future has been sold” -The Universal, Blur
37
Yes,The Future Has Been Sold
Ketua Syaiful Ardianto Kurator Asep Topan Bagus Purwoadi Ibrahim Soetomo Syaiful Ardianto Editor Bagus Purwoadi Perancang Grafis Ilham Kholid Percetakan Gajah Hidup Diterbitkan oleh Refreshink! Printmaking Cetakan pertama, Jakarta, Juli 2017 500 eksemplar Refreshink! Printmaking Jl. Cikini Raya no. 73, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat 10330 38