![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810032453-2bc2f5fd9d78a9f70bb590afca38f4b7/v1/0bc75d3bbde99a331ebccf24b94e9c4f.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
15 minute read
KATA PENGANTAR
from Optimalisasi Kegiatan Serah Terima Jaga Antar Petugas di Laboratorium Sentral RSUP dr. Hasan Sadikin
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan Laporan Aktualisasi ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II tahun 2022.
Laporan Aktualisasi ini berisi kegiatan yang akan dilakukan saat aktualisasi di Laboratorium Sentral RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, yang seluruh kegiatannya mengacu pada Nilai – Nilai Dasar ASN yaitu BerAkhlak, Visi Misi serta Nilai dari Instansi.
Advertisement
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan banyak pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Dr. Delita Prihatni,dr.,Sp.PK(K).,M.Kes. sekaligus sebagai mentor kami yang senantiasa membimbing, memberikan dukungan dan arahan dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi
2. Dr. Fajar Wasilah, Sp.PK,MMRS selaku Co Mentor yang selalu memberikan dukungan dan arahan dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi
3. Bpk Rosmananda, SKM, MTP, selaku coach dan tutor agenda 1 dan 4 yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya serta mendampingi, membimbing dan memberikan nasihat serta arahan terkait Laporan Aktualisasi.
4. Bpk. Drs. Suherman,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan kegiatan aktualisasi
5. Bpk. Yugi Mugi Rahayu, S.Psi, MM.RS selaku tutor pada agenda 2 yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama proses pembelajaran distance learning untuk kami internalisasi dan aktualisasikan di Instansi kami masing-masing
6. Bpk. Mhd. Rusydi. SPd., SKp.,MH.Kes selaku tutor pada agenda 3 yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama proses pembelajaran distance learning untuk kami internalisasi dan aktualisasikan di Instansi kami masing-masing
7. Ibu Ati Murniati selaku Koordinator Laboratorium Sentral dan seluruh rekan kerja di laboratorium yang dengan senang hati membantu proses penyusunan laporan ini
8. Seluruh panitia penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Kementrian Kesehatan Tahun 2022
UPTD Pelatihan Dinas Kesehatan Jawa Barat
9. Seluruh rekan – rekan CPNS Golongan II angkatan 1 tahun 2022
Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh dari nilai sempurna, maka penulis akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan saran yang membangun. Semoga Laporan Aktualisasi yang telah dibuat ini memberikan manfaat untuk setiap pembaca dan juga menambah ilmu bagi penulis sendiri. Terima kasih.
Bandung, 01 Juli 2022
Ade Ayu Puspita
Bab I Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan. Implementasi terhadap prinsipprinsip tersebut diwujudkan dengan meningkatan kepedulian dan partisipasi untuk meningkatkan kapasitas organisasi dengan memberikan penguatan untuk menemu-kenali perubahan lingkungan strategis secara komprehensif pada diri setiap PNS.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 1 (satu) tahun masa percobaan. Tujuan Pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan demikian Undang-Undang ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam mencetak PNS. Pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal dan non klasikal di tempat kerja, yang memungkinkan peserta mampu untuk menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS yang profesional sebagai wujud nyata bela negara. Untuk itu pada tanggal 27 Juli 2021 Presiden RI Bapak Joko Widodo telah meluncurkan Core Values ASN “BERAKHLAK” dan Employer Branding ASN “ Bangga Melayani Bangsa “.
Dalam kegiatan pelatihan inilah nilai – nilai tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi setiap peserta. Yang diwujudkan dalam kegiatan aktualisasi di lingkungan bekerja setiap peserta. Namun sebelumnya peserta diwajbkan untuk membuat sebuah Rancangan Aktualisasi yang didasarkan pada Core Values ASN yang terdiri dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Dan Kolaboratif. Selain itu rancangan aktualisasi juga berdasarkan kepada kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yang berkaitan dengan manajemen ASN dan Smart ASN.
Resiko adalah sesuatu yang belum terjadi akan tetapi ada kemungkinan untuk dapat terjadi, akibat yang ditimbulan peristiwa itu akan mengganggu tujuan, strategi dan target yang akan kita capai. Setiap Rumah Sakit memiliki panduan dalam menangani sebuah kejadian atau tindakan yang disebut Manajemen Resiko Rumah Sakit, tujuannya adalah meminimalkan kemungkinan kejadian yang memiliki konsekuensi negatif bagi konsumen/pasien, staf dan organisasi. Implementasi Manajemen Resiko di laboratorium adalah dengan mengidentifikasi siapa saja yang harus dilibatkan dalam penilaian resiko sebagai dasar dalam membuat keputusan dan alasan dilakukannya suatu tindakan agar kegiatan tepat sasaran. Salah satu resiko yang terjadi di Laboratorium kegiatan sederhananya adalah serah terima jaga, yang bila tidak terlaksana dengan baik dapat mengakibatkan terhambatnya pelayanan dan pemeriksaan pemeriksaan laboratorium. Oleh karena itu penulis akan mencoba mengangkat isu terkait kegiatan serah terima jaga di unit laboratorium.
1.2Tujuan dan Manfaat
A. Tujuan
Tujuan dari Rancangan Aktualisasi ini yaitu :
1. Dapat mengidentifikasi dan menetapkan coreissue
2. Melakukan analisis penyebab coreissue,dan
3. Menentukan gagasan kreatif penyelesaian coreissuebeserta tahapan kegiatannya
4. Dapat mengaktualisasi nilai-nilai dasar PNS BerAKHLAK serta kedudukan dan peran PNS dalam pelaksanaan tugas dan jabatan.
B. Manfaat
1. Manfaat dari rancangan aktualisasi untuk penulis adalah lebih memahami dan berpikir kreatif dalam menginisasi kegiatan untuk menginternalisasi nilai-nilai dasar ASN serta peran dan kedudukan ASN di unit kerja.
2. Manfaat bagi organisasi sendiri yaitu untuk meningkatkan pelayanan publik agar lebih efektif dan efisien.
1.3 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup atau batasan dalam rancangan aktualisasi ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan yang dilaksanakan harus berpatokan pada Internalisasi nilai-nilai dasar profesi ASN - BerAKHLAK, yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. b. Waktu pelaksanaan aktualisasi akan dilaksanakan mulai tanggal 6 Juli - 16 Agustus c. Subjek kegiatan adalah seluruh petugas Laboratorium Sentral ( ATLM ) d. Output yang diharapkan dari rancangan aktualisasi ini yaitu penerapan nilai-nilai dasar ASN dalam kegiatan aktualisasi.
2022 di Unit Laboratorium Sentral Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Bab Ii
Profil Instansi Dan Peserta
Profil Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) merupakan rumah sakit milik Kementerian Kesehatan, dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuijs”. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaannya berpindah ke pemerintah daerah yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan sebagai rumah sakit provinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan.
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung berlokasi di Jl. Pasteur No. 38 Bandung, berdiri di atas tanah seluas 85.687 m2 dengan luas bangunan mencapai 101.035 m2 yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Sejalan dengan perkembangan IPTEKDOK dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat terhadap mutu pelayanan yang lebih baik, RSHS telah memiliki Master Plan yang dibuat pada tahun 1995. Master Plan tersebut memperhitungkan kebutuhan pelayanan medis dan pendidikan untuk 25 tahun ke depan, yang memuatIntegratedPhysical BuildingandManagementConceptuntuk Model Rumah Sakit Pendidikan. Pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak saat itu pula RSHS digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Selanjutnya karena kemampuannya dalam memberikan pelayanan spesialistik dan subspesialistik luas, pada taggal 18 Oktober 2004 RSHS ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan sebagai Rumah Sakit Kelas A. Tahun-tahun berikutnya adalah tahun dimana RSHS semakin berkembang. Ditengah-tengah pertumbuhannya ini RSHS ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Rujukan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, kini RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir dan Transplantasi Ginjal.
1. Visi RSHS Bandung
VISI PEMERINTAH KABINET INDONESIA MAJU 2020 - 2022
Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong
2. Misi RSHS Bandung
Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi, Maju, dan Sejahtera
Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami
“Pamingpin Pituin” : Kepemimpinan, Profesional, Inovatif, Tulus, Unggul, Integritas
• Kepemimpinan: Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik di bidangnya
• Professional: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui penjalinan kemitraan
• Inovatif: Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan
• Tulus: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif
• Unggul: Keinginan untuk menjadi yang terbaik menghasilkan kualitas prima
• Integritas: Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas
5. Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung
Gambar 1.1 Struktur Organisasi RSHS
Instalasi Laboratorium Klinik
Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan salah satu unit pelayanan yang berfungsi sebagai unsur penunjang dalam penegakan diagnostik klinik bagi para klinisi di lingkungan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Instalasi Laboratorium Klinik sudah berstandar ISO 15189, memiliki kebijakan-kebijakan dan prosedur yang di terapkan di lingkungan Instalasi Laboratorium Klinik yaitu memiliki komitmen perbaikan berkelanjutan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM), sarana prasarana dan alat yang diperlukan untuk menjamin mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan. Untuk menunjang kegiatan pelayanan, Laboratorium di RSUP dibagi menjadi beberapa bagian.
Instalasi Laboratorium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terdiri dari :
1. Laboratorium Anggrek (Laboratorium khusus phlebotomypasien rawat jalan)
2. Laboratorium Teratai
3. Laboratorium Mikrobiologi
4. Laboratorium Biomolukuler
5. Laboratorium Sentral terdiri dari beberapa Unit diantaranya :
- Unit Hematologi Rutin
- Unit Kimia Klinik
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810032453-2bc2f5fd9d78a9f70bb590afca38f4b7/v1/e35c46c6f88162fe580cd216e2b61f39.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
6. Unit Pelayanan Darah ( UPD )
7. Laboratorium Patologi Anatomi
8. Laboratorium Skrining Bayi Baru Lahir (SBBL)
• Dengan total karyawan sampai dengan 2021 :
- 15 Dokter Konsulen
- 97 orang Pranata Laboratorium
Kesehatan
- Unit Klinik Rutin
- Unit Imunoserologi
- 31 Petugas Administrasi
- 16 orang pekarya
- 7 orang Cleaning service b. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Laboratorium Klinik
1. Tugas Pokok a. Menyediakan fasilitas baik sarana maupun prasarana dan sumber daya manusia untuk proses pelayanan laboratorium b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan Laboratorium Klinik untuk menunjang pelayanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Instalasi Laboratorium menyelenggarakan fungsi : a. Fungsi pelayanan Laboratorium b. Fungsi administrasi dan pelaporan kegiatan c. Fungsi penjaminan mutu pelayanan ( Quality Assurance ) d. Fungsi Pendidikan dan Penelitian profesi dan non-profesi
Profil Peserta
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810032453-2bc2f5fd9d78a9f70bb590afca38f4b7/v1/7f96f6d0f3e30d202273122d6c7635ed.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Peserta merupakan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dari Kementerian
Kesehatan. Adapun profil lengkap adalah sebagai berikut :
Nama : Ade Ayu Puspita
NIP : 198910192022032002
Pangkat/Gol Ruang : Pengatur / IIc
Jabatan : Pranata Laboratorium Kesehatan
Terampil
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810032453-2bc2f5fd9d78a9f70bb590afca38f4b7/v1/7f6127aebb3b509b49fdd72b8ee74816.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Unit Kerja : Laboratorium Sentral
Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Dalam pelaksanaan aktualisasi, kegiatan yang dilakukan oleh peserta latsar mengacu pada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), inovasi, perintah dan/ atau tugas dari atasan. Sebagai
Pranata Laboratorium Kesehatan Terampil, peserta memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Melakukan penerimaan sampel dan verifikasi persyaratan sampel
2. Melakukan Pemantapan Mutu Internal dan pemeliharaan alat
3. Melaksanakan pengambilan sampel/ Phlebotomidi Ruang RIK (Paviliun Parahiyangan)
4. Melakukan analisis sampel secara manual
5. Melakukan analisis sampel secara semi manual
6. Melakukan analisis sampel secara otomatis
7. Melakukan verifikasi hasil pemeriksaan
8. Mengarsipkan sampel yang sudah diperiksa
Role Model
Dr. Lie Agustinus Dharmawan, Ph.D,Sp.B,Sp.BTKV, yang bernama Tionghoa Lie Tek
Bie lahir pada tanggal 16 April 1946 di Padang, Sumatera Barat adalah seorang ahli kesehatan atau dokter ahli bedah Indonesia. Beliau dikenal sebagai pendiri Rumah Apung dr.Lie
Dharmawan ( floating hospital) swasta pertama di Indonesia. Di bawah Yayasan doctorSHARE, Rumah Sakit Apung dr.Lie memberikan pelayanan secara cuma- cuma kepada masyarakat di daerah miskin dan terpencil di Indonesia yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan secara reguler. Rumah Sakit Apung adalah program doctorSHARE yang dimulai pada 2013 untuk mengatasi kebutuhan masyarakat yang kekurangan akan fasilitas kesehatan di pulaupulau terpencil Indonesia. Permasalahan kesehatan yang terkendala masalah geografis dan kondisi ekonomi. Dibangun dari sebuah kapal kayu kecil, RSA dr. Lie Dharmawan telah berlayar melayani masyarakat di pulau-pulau kecil terpencil mulai dari barat sampai timur Indonesia, melakukan ratusan operasi mayor dan minor, serta memberikan pemeriksaan dan perawatan kesehatan untuk ribuan penduduk lokal.
Bakti kemanusiaan awak kapal RSA dr. Lie Dharmawan memulai pelayaran perdananya pada 2013 lalu dari Kepulauan Seribu, Belitung Timur, dan Kalimantan Barat. Adapun sepanjang 2018, rumah sakit apung telah berlayar ke delapan daerah yang minim fasilitas kesehatan, seperti wilayah barat daya Maluku, Sulawesi Tenggara, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara pada 2020, mengutip laman doctorShare, RSA dr. Lie Dharmawan memberikan pelayanan ke Riau, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Maluku, hingga Papua.
Selayaknya fasilitas kesehatan, rumah sakit apung ini dilengkapi dengan fasilitas medis yang menyerupai rumah sakit darat Tipe D. Sehingga di rumah sakit ini dapat memberikan pelayanan medis dasar dan lanjut, mulai dari pemeriksaan kesehatan umum, operasi kecil & besar, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk jantung, pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk kehamilan atau tumor, rontgen, pemeriksaan gigi, hingga laboratorium untuk pemeriksaan darah. Tak hanya itu, para tenaga medis di rumah sakit apung ini juga turut memberikan pendidikan dan pelatihan kesehatan dasar bagi penduduk di wilayah 3T. Mengutip portal doctorshare.org, rata-rata ada 18-22 tenaga medis dan non-medis, 16-18 sukarelawan, beserta 2 karyawan tetap yang ikut berlayar memberikan pelayanan medis di rumah sakit apung ini.
Kini dalam operasionalnya, rumah sakit apung yang didirikan dokter Lie telah berkembang menjadi tiga kapal yaitu RSA dr. Lie Dharmawan, RSA Nusa Waluya I, RSA Nusa Waluya II, hingga layanan flyingdoctoratau dokter terbang yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah yang hanya bisa diakses melalui udara atau jalan kaki.
Rata-rata rumah sakit apung dokter Lie melakukan pelayaran medis sekitar 8 kali setiap tahun, di mana setiap perjalanan layanan medis memiliki durasi 7 hingga 10 hari. Sebagaimana dikutip dari laman Kitabisa.com,setelah 10 tahun pelayarannya RSA dr. Lie Dharmawan telah melayani 13.368 pasien rawat jalan dan konsultasi kehamilan, 643 operasi kecil, hingga 385 operasi besar. Kisah Inspiratif dr. Lie membuat saya ingin mengikuti jejak beliau, dengan memberikan sumbangsih pada bangsa dan negara khususnya masyarakat luas.
Nilai-nilai Dasar ASN BerAKHLAK
Core Values “BerAKHLAK” dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara ( ASN )
“ Bangga Melayani Bangsa” resmi diluncurkan oleh Presiden Repubik Indonesia Bapak a. Berorientasi Pelayanan b. Akuntabel c. Kompeten
Joko Widodo. Peluncuran Core Values ini bertujuan untuk menyeragamkan nilai – nilai dasar ( core values ) bagi seluruh ASN di Indonesia sehingga dapat menjadi fondasi budaya kerja ASN yang profesional. Core Values BerAKHLAK yang dimaksud merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Berorientasi pelayanan adalah tindakan atau perilaku yang mencerminkan komitmen untuk memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Inti dari pelayanan prima yaitu dengan memahami kebutuhan dan mengutamakan kepuasan masyarakat, melayani dengan sikap hormat, sopan, cepat, ikhlas, dan sigap, serta melakukan perbaikan terus menerus dalam memberikan pelayanan.
Secara definisi, akuntabilitas ASN merupakan kewajiban untuk memenuhi tanggung jawab atas tindakan atau perilakunya sebagai pelayan publik dengan menerapkan aspek integritas, konsisten, transparan, dan terpercaya. Akuntabilitas dalam pelayanan publik memiliki fungsi yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Untuk mewujudkan ASN yang profesional, setiap ASN perlu memiliki latar belakang kualifikasi (pendidikan, pengalaman, dan pelatihan) dan kompetensi (kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural) serta memiliki kepatuhan pada etika kerja (nilainilai dasar ASN dan kode etik ASN). ASN perlu memiliki semangat kompeten agar dapat belajar terus menerus dengan kepekaan yang relevan terhadap dinamika lingkungan strategis (vuca) dan disrupsi teknologi serta aspek lingkungan strategis lainnya. Bentuk perilaku kompeten diantaranya meningkatkan 8 kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar, dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. d. Harmonis
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman baik dari suku, budaya, bahasa dan adat istiadatnya. ASN sebagai abdi negara yang melayani masyarakat perlu memahami adanya keanekaragaman bangsa Indonesia serta dampaknya. Hal ini bertujuan agar setiap ASN dapat menerapkan nilai harmonis sesuai kode etik ASN secara konseptual teoritis dengan cara saling peduli dan menghargai perbedaan, memberikan contoh perilaku menghargai setiap orang apapun latar belakangnya, dan suka menolong orang lain, serta membangun lingkungan kerja yang kondusif. e. Loyal
Loyal yang dimiliki seorang PNS merupakan sikap perilaku berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang PNS. Panduan perilaku penanaman nilai loyal diantaranya yaitu memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik f. Adaptif g. Kolaboratif
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah, menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, negara serta menjaga rahasia jabatan dan negara.
Lingkungan strategis di semua tingkat baik nasional maupun global terus mengalami perubahan sehingga menjadi tantangan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat terus menemukan banyak pendekatan dalam menjawab tantangan isu yang ada. Panduan perilaku nilai adaptif diantaranya yaitu cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas, dan bertindak proaktif.
Banyaknya tantangan dan perubahan yang dihadapi, birokrasi Indonesia masih bersifat fragmentasi dan silo mentality. Kolaborasi menjadi solusi untuk menghadirkan birokrasi yang optimal. Kolaborasi merupakan sikap atau perilaku membangun kerja sama yang sinergis. Panduan perilaku nilai kolaboratif yaitu dengan memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, dan menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
Bab Iii
Rancangan Aktualisasi
Deskripsi Isu
Ada beberapa isu yang saya dapatkan selama bertugas kurang lebih 4 bulan di Intalasi
Laboratorium Klinik RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, berikut adalah isu – isu yang saya dapat dari hasil pengamatan selama bertugas.
Isu ke-1 : Belum berjalannya kebijakan Paperless
- Pemeriksaan laboratorium masih menggunakan formulir
- Beberapa alat masih menggunakan print out untuk hasil pemeriksaan
Dampak yang bisa terjadi :
• Pasien kehilangan berkasnya saat proses pemeriksaan, sehingga harus mengeprint ulang
• Berkas Pasien dan hasil menjadi menumpuk
Isu ke-2 : Belum Optimalnya Pelayanan Pasien yang menerapkan 5 S
Sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, baik dari keramahan dalam menyambut pasien, cara berkomunikasi sampai tindakan yang diberikan tidak hanya harus sesuai kode etik tapi juga norma yang berlaku di masyarakat. Tapi pada kenyataannya masih ditemukan nakes yang belum menerapkan aturan tersebut.
Isu ke-3 : Belum Optimalnya kegiatan serah terima jaga saat pergantian shift
Meski terlihat sederhana kegiatan serah terima yang tidak terlaksana dengan baik dapat menimbulkan misscommunication/missinformation, karena dalam kegiatan serah terima terdapat pelimpahan tugas dan tanggung jawab dari petugas shift sebelumnya kepada petugas selanjutnya. Dampak bila tidak terlaksana dengan baik diantaranya :
1. Ada sampel pasien yang terlewat
2. Waktu pemeriksaan ( TAT ) memanjang
3. Tertundanya tindakan pemeriksaan/pengobatan pada pasien
4. Tidak terlaporkannya masalah mengenai alat atau kendala di shift jaga sebelumnya
Penetapan CoreIssue
Setelah mengindentifikasi isu, selanjutnya diperlukan analisis lanjutan pada isu-isu tersebut. Analisis dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas isu sehingga mendapatkan kualitas isu yang paling tepat untuk diijadikan bahasan dalam rancangan aktualisasi. Teknik tapisan isu yang saya gunakan adalah analisis USG ( Urgency, Seriousness, Growth) USG adalah salah satu metode untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki skor tertinggi merupakan isu prioritas.
a. Urgency b. Seriousness c. Growth
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Adapun perhitungannya menggunakan skala likert, yaitu:
Nilai Indikator
5 sangat besar/tinggi pengaruhnya.
4 besar/tinggi pengaruhnya
3 sedang/cukup pengaruhnya
2 kecil pengaruhnya
1 sangat kecil/rendah pengaruhnya
Tabel 3.1. Skala Likert
Setelah terkumpul semua isu yang akan ditindaklanjuti, kemudian dilakukan scoring menggunakan metode USG
1 Belum berjalannya kebijakan Paperless 3 3 3 9 III
2
Belum Optimalnya Pelayanan Pasien yang menerapkan 5 S ( Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun )
3 4 3 10 II
3 Belum Optimalnya kegiatan serah terima jaga saat pergantian shift 4 4 3 11 I
Berdasarkan hasil analisis isu dengan menggunakan teknik USG, maka diperoleh peringkat kelayakan dari isu-isu yang telah ditemukan. Isu yang menduduki peringkat pertama atau core isu yang perlu dipecahkan solusinya adalah ”Belum Optimalnya kegiatan serah terima jaga saat pergantian shift” .
Analisis Faktor Penyebab CoreIssue
Berdasarkan 3 isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan USG dan dilanjutkan dengan analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria USG tersebut menggunakan alat bantu diagram fishbone. Analisis terhadap core issue dilakukan untuk menggambarkan permasalahan atau akar isu sehingga dapat dirumuskan alternatif pemecahan isunya. Pendekatan fishbone diagram juga berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu berdasarkan cabang-cabang terkait. Namun demikian fishbone diagram atau diagram tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat, sehingga seringkali juga disebut sebagai Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247).
Gagasan Kreatif Penyelesaian CoreIsu
Setelah diperoleh akar masalah dari isu yang terpilih, maka gagasan yang didapatkan untuk pemecahan core isu tersebut adalah “Optimalisasi Buku Operan dan WA Grup Dalam Kegiatan
Serah Terima Jaga”
Gagasan tersebut terkait dengan kriteria Smart ASN yaitu seorang ASN harus mempunyai integritas, jiwa nasionalisme, profesional, keramahtamahan, berwawasan global, bahasa asing, IT, serta jejaring kerja alias networking entrepreneurship. Dan lebih mendetailnya adalah mengenai digital skills mengenai pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi dan berinteraksi
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810032453-2bc2f5fd9d78a9f70bb590afca38f4b7/v1/3a4a162a7e12cc220ba0d3ccb72abcc9.jpeg?width=720&quality=85%2C50)