LA CPNS Gol.III: Optimalisasi Pemberian Nesting Sebagai Bag. Dari Developmental Care Pada Bayi BBLR

Page 1

LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 1

OPTIMALISASI PEMBERIAN NESTING SEBAGAI BAGIAN DARI

DEVELOPMENTAL CARE PADA BAYI BBLR DI RUANG ANTURIUM LEVEL 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH : AGUSTIN RAHAYU PURNAMASARI NIP. 199208172020122009

BAPELKES CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021


LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKTUALISASI OPTIMALISASI PEMBERIAN NESTING SEBAGAI BAGIAN DARI

DEVELOPMENTAL CARE PADA BAYI BBLR DI RUANG ANTURIUM LEVEL 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Telah di seminarkan Tanggal 05 Agustus 2021, di Bapelkes Cikarang

Mentor

Coach

Fatrisia Madina, S.Kp, MM NIP. 196303091988032003

Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH NIP. 196509141992032004

Penguji

Verawati Lenny, SKM, MKM NIP. 197706112005012001

i


KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan aktualisasi yang berjudul “Optimalisasi Pemberian Nesting Sebagai Bagian dari

Developmental Care pada bayi BBLR di Ruang Anturium Level 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” di Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Latihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1. Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan saran, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada kepada : 1. Fatrisia Madina, S.Kp, MM selaku mentor yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga rancangan aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH selaku coach yang selalu memberikan ilmu, arahan, masukan, dan bimbingan selama proses penyusunan rancangan aktualisasi ini. 3. Enung Rina Susanti, S.Kp selaku Kepala Ruangan Anturium yang banyak memberikan arahan dan saran. 4. Seluruh Widyaiswara yang telah memberikan ilmunya selama kegiatan Pelatihan Dasar 5. Rekan – rekan Ruang Anturium di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 6. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III khususnya Angkatan 1 atas inspirasi, bantuan, dan kekompakannya. 7. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah terlibat dalam proses penyusunan rancangan aktualisasi. Penulis menyadari dalam laporan aktualisasi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan juga kritik yang membangun untuk penyempurnaan aktualisasi ini. Semoga aktualisasi ini dapat memberikan manfaat dan dapat diterapkan di lingkungan kerja dengan sebaik-baiknya, serta dapat dikembangkan lebih lanjut. Cikarang, 4 Agustus 2021 Penulis Agustin Rahayu P. S.Kep., Ns. NIP 199208172020122009

ii


DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ........................................................................................i Kata Pengantar .............................................................................................. ii Daftar Isi ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan ............................................................................................... 2 1.3 Manfaat .............................................................................................. 2 1.4 Ruang Lingkup .................................................................................... 3 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Profil RSUP Dr. Hasan Saadikin Bandung .............................................. 4 2.2 Profil Ruang Anturium ......................................................................... 8 2.3 Nilai-Nilai Dasar ASN ............................................................................ 9 2.4 Peran dan Kedudukan ASN dalam NKRI................................................ 13 2.5 Nesting .............................................................................................. 14 BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1 Identifikasi Isu .................................................................................. 17 3.2 Penapisan Isu ................................................................................... 23 3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu .............................................................. 25 3.4 Analisis Isu ....................................................................................... 27 3.5 Gagasan Pemecahan Isu .................................................................... 28 3.6 Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi .............................................. 31 3.7 Waktu dan Tempat Aktualisasi ............................................................ 40 BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ........................................................ 41 4.2 Uraian Kegiatan ................................................................................. 42 4.3 Pencapaian Penyelesaian Isu .............................................................. 89 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 93 5.2 Saran ............................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iii


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri atas profesi (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat berdasarkan peraturan perundangundangan. Aparatur Sipil Negara adalah bagian dari sumber daya manusia yang wajib ada karena dibutuhkan dalam menjalankan fungsi negara dengan menempatkan pada tugas, fungsi dan perannya masing-masing. Sebagai fungsi dan tugas utama dari ASN berkewajiban dalam melaksanakan kebijakan publik, sebagai pelayan publik serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Berperan sebagai perencana, pelaksana, dam pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini tercantum dalam UU No. 5 Tahun 2014 pasal 10, 11 dan 12. Maka untuk memaksimalkan fungsi, tugas dan peran tersebut maka perlu diberikan pembekalan untuk meningkatkan potensi sumber daya yang ASN miliki. Dalam Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan Aparatur Sipil Negara (Pegawai Negeri Sipil), antara lain ditetapkan jenis-jenis diklat ASN/PNS. Salah satu jenis diklat adalah Latsar CPNS (Golongan I, II, atau III) yang merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk menjadi ASN. Latsar CPNS menjadi solusi untuk membentuk PNS yang professional dan berkarakter.

Latsar

CPNS

dilaksanakan

untuk

memberikan pengetahuan untuk

pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil, pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas dan budaya organisasinya supaya mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat. Sebagai seorang perawat memiliki tugas yaitu melakukan kegiatan pelayanan keperawatan yang meliputi asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan. Asuhan keperawatan yang dimaksud adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya. Perawat dalam melaksanakan tugasnya memberikan asuhan keperawatan yang bersifat holistic.

1


Latsar CPNS bertujuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau disingkat menjadi ANEKA. Untuk mewujudkan kelima nilai dasar ANEKA, Penulis membuat rancangan kegiatan yang mengandung unsur ANEKA dalam pelaksanaannya. Selain itu penulis juga mencari isu yang ada di tempat kerja agar isu tersebut dapat diselesaikan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. 1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Membentuk PNS yang profesional dan berkarakter melalui kegiatan aktualisasi yang dibentuk oleh sikap perilaku bela negara, penerapan nilai-nilai dasar PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi), pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI, serta menguasai bidang tugas, sehingga mampu melaksanakan tugas, kewajiban dan peran di lingkungan kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung secara profesional sebagai bentuk pelayanan publik kepada masyarakat. 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan rancangan aktualisasi adalah: a. Mampu menjelaskan identifikasi isu dan penetapan isu prioritas di unit keja. b. Mampu menjelaskan gagasan pemecahan isu prioritas dengan menyusun rencana, tahapan kegiatan, dan output kegiatan c. Mampu menjelaskan penerapan materi mata kuliah dalam pelatihan dasar CPNS, yaitu nilai-nilai dasar PNS serta kedudukan dan peran PNS dalam KNRI dalam melaksanakan tahapan kegiatan d. Mampu menjelaskan rencana kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian visi dan misi organisasi serta penguatan terhadap nilai-nilai organisasi e. Penulis mampu menciptakan inovasi dalam mewujudkan visi dan misi melalui analisis dampak dan identifikasi isu di lingkungan kerja. 1.3 MANFAAT RANCANGAN AKTUALISASI 1. Bagi penulis Penulis dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan menganalisis dan mengaktualisasikan kegiatan pemecahan masalah yang didasari nilai-nilai dasar ASN serta kedudukan dan peran ASN dalam NKRI sehingga akan terbentuk ASN 2


yang memiliki jiwa nasionalisme, profesional, dan berkarakter dalam melayani masyarakat sehingga terciptanya peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. 2. Bagi Unit Kerja Meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya perawat di ruang Anturium dengan selalu mengikuti perkembangan IPTEK dalam memberikan pelayanan yang prima dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Membentuk lingkungan kerja yang kondusif dan mampu bekerjasama secara tim dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 3. Bagi Institusi Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dengan mengoptimalkan proses asuhan keperawatan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan rumah sakit untuk mewujudkan visi misi. Meningkatkan mutu dan mewujudkan citra lembaga yang baik yaitu instansi Rumah Sakit yang unggul dalam memberikan pelayanan prima. 1.4 RUANG LINGKUP Pendidikan dan pelatihan dasar Golongan III diselenggarakan dari tanggal 29 April 2021 sampai dengan 5 Agustus 2021. Kegiatan Latsar ini dilakukan baik secara daring maupun luring di Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) Cikarang. Ruang lingkup aktualisasi oleh Penulis mencakup tugas pokok sesuai sasaran kinerja pegawai (SKP), penugasan pimpinan, dan kegiatan inovasi untuk memecahkan isu yang ada pada unit kerja. Pada setiap kegiatan akan dipaparkan tahapan kegiatan dan hasil yang diharapkan. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Ruang Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kegiatan dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS ANEKA.

3


BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 2.1.1 Profil Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene

Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah Indonesia merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan merupakan awal kerjasama antara Rumah Sakit Ranca Badak dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, kini RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir dan Transplantasi Ginjal. Fungsi, Klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4, maka tugas pokok dan fungsi BP4 tidak hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru lainnya.

4


2.1.2 Lokasi dan Denah

Gambar 2.1 Lokasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Gambar 2.2 Denah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 2.1.3 Tugas dan Fungsi Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1673/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSHS merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dikategorikan sebagai Rumah Sakit Kelas A dan berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Puncak untuk Provinsi Jawa Barat. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung juga berfungsi sebagai Pusat Unggulan Nasional (National Centre of

5


Excellence) dalam bidang Kedokteran Nuklir dan ditetapkan sebagai satu-satunya penyelenggara Pendidikan Spesialis Kedokteran Nuklir di Indonesia.

1. Tugas Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, pendidikan, dan penelitian serta upaya lainnya sesuai kebutuhan.

2. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok di atas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi: a. Pelayanan Medik Dan Penunjang Medik b. Pelayanan Keperawatan Dan Asuhan Keperawatan c. Pelayanan Rujukan d. Pelayanan Umum Dan Operasional Penunjang Non Medik e. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit f.

Pelayanan Administrasi Dan Keuangan

g. Pendidikan Dan Pelatihan Di Bidang Kesehatan Serta Pengembangan Sumber Daya Manusia h. Penelitian Dan Pengembangan 2.1.4 Visi, Misi, Moto dan Tata Nilai Visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” Misi Untuk mewujudkan visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang sejalan dengan Visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 tersebut dirumuskan misi yang merupakan langkah-langkah dalam pencapaian visi, yaitu “Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia” Moto Adapun moto yang digunakan di RSUP Dr. Hasan Sadikin, yaitu ”Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”

6


Tata Nilai Tata nilai-nilai filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu: PAMINGPIN PITUIN • Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya • Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan • Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan • Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive • Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima • Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu PRIMA P : Profesional Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang mendasarinya R : Respek Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan I : Integrasi Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi. M : Manusiawi Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi. A : Amanah Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.

7


2.1.5 Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit 2.2 Profil Ruang Rawat Inap Anturium 2.2.1 Profil Ruang rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit, dimana penderita tinggal setidaknya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi obervasi, diagnosis, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap yang karena oleh penyakitnya penderita harus dirawat. Salah satu failitas ruang rawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah ruang rawat inap Anturium. Ruang rawat inap Anturium merupakan ruangan yang memberikan pelayanan perinatologi yaitu pelayanan pasien pada neonatus atau bayi baru lahir baik dengan kondisi sehat (observasi pasca persalinan section cesaria) maupun kondisi tidak sehat (perlu observasi dan pengawasan ketat). Ruang rawat inap Anturium terdiri dari 2 level, yaitu level 1 dan level 2. Level 1 digunakan untuk bayi sehat (observasi pasca persalinan sebelum rawat gabung). Level 2 digunakan untuk bayi sakit yang memerlukan observasi dan pengawasan

8


ketat bahkan sampai menggunakan alat bantu nafas. Level 2 terbagi menjadi 2 ruangan yaitu, level 2 infeksi dan level 2 non infeksi. 2.2.2 Tujuan 1) Tujuan Umum : Menyelenggarakan

kegiatan

pelayanan

keperawatan,

pendidikan

dan

penelitian keperawatan serta mengikuti perkembangan IPTEK Keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien, keluarga dan masyarakat. 2) Tujuan Khusus : Terlaksananya pelayanan asuhan keperawatan secara cepat, tepat dan bermutu kepada bayi baru lahir, post natal dan bayi-bayi yang bermasalah. 2.2.3 Struktur Organisasi Kepala Ruangan

Wakil Karu I

Katim Level I Perawat Pelaksana

Wakil Karu II

Katim Level II non infeksi

Katim Level II infeksi

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Ruang Anturium 2.3 Nilai-Nilai Dasar ASN Sebagai abdi negara, menurut UU nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, PNS mempunyai hak-hak antara lain gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi. Sementara itu kewajiban seorang PNS meliputi: 1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; 9


5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; 6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai-nilai dasar terdiri dari 5 nilai, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau yang disingkat dengan ANEKA. Masingmasing nilai dasar memiliki indikator yang menggambarkan nilai tersebut. 1. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain: a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi; b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis; c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan Sementara itu tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan meliputi akuntabilitas

personal,

akuntabilitas

individu,

akuntabilitas

kelompok,

akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder. Dalam pekerjaannya, PNS diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel yaitu dengan kejujuran, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi. 2. Nasionalisme Nasionalisme pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai 10


Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Nasionalisme adalah: a. Cinta tanah air b. Rela berkorban c. Tidak diskriminatif d. Kerjasama e. Menghormati orang lain f.

Tenggang rasa

g. Teloransi h. Kepentingan umum 3. Etika Publik Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Nilai-nilai dasar etika publik seperti yang tercantum dalam UU ASN: 1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila. 2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. 3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak. 4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian. 5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif. 6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur. 7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik. 8.

Memiliki

kemampuan

dalam

melaksanakan

pemerintah.

11

kebijakan

dan

program


9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun. 10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi. 11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama. 12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai 13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan 14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam etika publik adalah: a. Ramah b. Sopan santun c. Rapi d. Tanggung Jawab e. Patuh f.

Menghormati orang lain

g. Peduli h. Menghargai orang lain 4. Komitmen Mutu Komitmen mutu merupakan janji atau kesepakatan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Terdapat lima nilai-nilai komitmen mutu yaitu efektivitas, efisiensi, inovasi, mutu, dan kepuasan pelanggan. Prinsip efektivitas, efisiensi, dan inovasi dilakukan dalam setiap tugas PNS untuk mencapai mutu, sehingga pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan PNS. Beberapa metode perbaikan mutu yang dapat dilakukan ASN antara lain metode Plan Do Check Act (PDCA), dan diagram sebab dan akibat. Dalam membangun komitmen mutu, seorang ASN diharapkan mampu berfikir kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah di instansi. Sehingga mutu dari sebuah instansi dapat meningkat dan diperhatikan yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap ASN dan instansi. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam komitmen mutu adalah: a.

Efektif

b.

Efisien

c.

Bermutu 12


d.

Cepat

e.

Tanggap

5. Anti Korupsi Anti korupsi merupakan pernyataan sikap untuk melawan korupsi. Korupsi itu sendiri berasal dari bahasa latin corruptio dengan kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, atau menyogok (KPK, 2014). Menurut UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 21 tahun 2001, terdapat tiga puluh jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindak korupsi. Tindakan-tindakan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kerugian keuntungan Negara, suapmenyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Nilai-nilai anti korupsi yang harus dimiliki oleh ASN adalah Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung jawab, Kerja keras, Sederhana, Berani, Adil. 2.4 Peran dan Kedudukan ASN dalam NKRI

1. Manajemen ASN Manajemen

ASN

adalah

pengelolaan

ASN

untuk

menghasilkan

pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman. Peran ASN adalah perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik. Tugas ASN ada 3 yaitu melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Whole of Government (WoG)

Whole

of

Government

(WoG)

merupakan

sebuah

pendekatan

penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif 13


pmerintahan dari seluruh sektor dalam ruang lingkup komunikasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusanurusan yang relevan. Selain itu, WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya

3. Pelayanan Publik Pelayanan publik merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilakukan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat (LAN, 2015). Adapun prinsip-prinsip pelayanan publik adalah sebagai berikut:

a. Partisipatif b. Transparan c. Responsif d. Tidak diskriminatif e. Mudah dan murah f. Efektif dan efisien g. Aksesibel h. Akuntabel i. Berkeadilan 2.5 Nesting Nesting adalah salah satu bentuk developmental care yang coba diterapkan di beberapa negara maju untuk mendukung pertumbuhan bayi prematur. Prinsip perawatan pada bayi prematur diantaranya adalah mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dengan keadaan imaturitas organ bayi prematur maka bayi prematur memerlukan banyak energi untuk mengoptimalkan tugas perkembangannya. Posisi bayi mempengaruhi banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Posisi terbaik bagi bayi prematur adalah melakukan posisi fleksi karena akan menurunkan metabolisme dalam tubuh. Tujuan nesting sebagai salah satu bentuk intervensi

developmental care untuk mempertahankan konservasi energi sebagai hasil dari

14


adaptasi bayi prematur dalam menghadapi kondisi ekstrauterin bisa dicapai sehingga bayi pada akhirnya dapat menjalankan pertumbuhan dan perkembangannya dengan optimal. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa developmental care telah berhasil membantu bayi berat lahir rendah melewati proses perawatan dan dapat pulang dalam kondisi yang sehat. Metode nesting atau sarang yang mengelilingi bayi dan posisi fleksi merupakan salah satu aspek dari pengelolaan lingkungan perawatan dalam

developmental care. Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang perinatologi terbuat dari bahan phlanyl dengan panjang sekitar 121cm–132cm, dapat disesuaikan dengan panjang badan bayi yang diberikan pada bayi prematur/BBLR. Perilaku bayi berat badan rendah dan premature cenderung pasif dan malas. Perilaku ini dapat diamati dari ekstermitas yang tetap cenderung ektensi dan tidak berubah sesuai dengan posisi yang diberikan (Wong, et all, 2009). Perilaku ini ternyata berbeda dengan bayi yang lahir cukup bulan yang menunjukan perilaku normal fleksi dan aktif. Oleh karenanya, nesting sebagai salah satu aspek dalam developmental care, merupakan asuhan yang memfasilitasi atau mempertahankan bayi berada dalam posisi normal fleksi. Hal ini dikarenakan nesting dapat menopang tubuh bayi dan juga sekaligus memberi bayi tempat yang nyaman (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Nesting dapat memfasilitasi perkembangan normal bayi prematur berupa kondisi fisiologis dan neurologis (Goldsmith & Karotkin, 2003). Penggunaan nesting ini bertujuan untuk menstabilkan postur tubuh, membantu posisi kepala ke arah garis tengah, dan memfasilitasi untuk posisi fleksi atau semifleksi kepala. Nesting juga berguna untuk mencegah gerakan tiba-tiba pada bayi.

Nesting ini berbentuk oval dan terbuat dari kain (bisa menggunakan gulungan selimut) dan diletakan di dalam inkubator (Ferrari et all, 2007). Saat bersarang, posisi bayi diubah agar tidak selalu dalam posisi terlentang yang dapat meningkatkan kompresi diafragma. Bayi diposisikan secara fleksibel sehingga dapat mengoptimalkan fungsi sistem pernafasan bayi (Zahra, et. Al., 2018) Pemberian nest merupakan sebuah paket intervensi untuk membentuk posisi dengan kokoh. Intervensi pemberian posisi merupakan intevensi yang penting bagi optimalisasi fungsi sistem organ pada bayi prematur. Intervensi posisi yang diberikan pada bayi dapat berupa posisi supinasi, pronasi, dan lateral kanan dan kiri (Sandie & Foster, 2012), dan modifikasi posisi prone berupa posisi semi prone (Yin, Yuh, Liaw, Chen, & Wang, 2016). 15


Gambar 2.5 Ilustrasi pemberian posisi pada bayi prematur Aplikasi penggunaan nest di Indonesia umumnya menggunakan modifikasi dari potongan beberapa kain yang digulung. Modifikasi ini dapat digunakan selama memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1. kain yang digunakan merupakan kain yang lembut dan mampu menyerap keringat dengan baik 2. kain tidak berserabut sehingga menimbulkan risiko terhadap gangguan pernapasan bayi 3. nest yang dibuat cukup kokoh untuk mempertahankan posisi bayi 4. nest dibuat minimal setinggi tebal tubuh bayi agar dapat memberikan efek “containment” pada bayi. Nest modifikasi ini pada umumnya membutuhkan bantuan beberapa lipatan kain yang digunakan untuk membantu memperkuat penataan posisi pada bayi. Berdasarkan penelitian terdapat pengaruh nesting terhadap suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada BBLR. Disarankan bagi perawat untuk melaksanakan penggunaan nesting secara berkelanjutan pada BBLR diruangan agar pemulihan dan kestabilan tanda vital bayi BBLR bisa dilaksanakan dengan tepat dan cepat (Saprudin, 2018).

16


BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1. IDENTIFIKASI ISU Identifikasi isu dilakukan dengan melihat sasaran kinerja perawat dan mengamati serta membandingkan kondisi yang sekarang terjadi saat melakukan tugas tersebut dengan kondisi yang diharapkan. Berikut penjelsdsn setiap butir SKP: Tabel 3.1 Penjabaran Sasaran Kinerja Perawat (SKP) No

Poin SKP

Kondisi saat ini

1

Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu, keluarga Merumuskan diagnose keperawatan pada individu Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif

Sesuai dengan SPO

Kondisi yang diharapkan Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Salah satu upaya stimulasi yang dilakukan adalah dengan memberikan developmental care, diantaranya, pemberian nesting, penutup inkubator dan perawatan metode kanguru (PMK) Kegiatan pemberian nesting sudah ada SPO nya, namun dalam pelaksanaannya masih belum seragam baik dari segi pemahaman maupun pemberian nesting. Sudah dilakukan

Tersedianya SPO terbaru tentang kegiatan tersebut, sehingga dalam pemberian asuhan dapat lebih dipertanggungjawabkan dan lebih seragam.

2 3

4

Melakukan case finding/penemuan kasus baru pada individu

17

Meningkatkan penemuan kasus baru, salah satunya dengan meningkatkan kerjasama dengan rekan sejawat dari profesi lain dalam


5

6

Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

Sudah dilakukan

Telah dilakukan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien. Namun masih belum sepenuhnya optimal karna ada beberapa edukasi yang hanya dilakukan secara verbal, belum didukung dengan media edukasi seperti leaflet atau lembar balik terutama dalam hal edukasi tentang perawatan di rumah bayi baru lahir dengan BBLR. Sudah dilaksanakan

7

Melakukan manajemen inkontinen urin

8

Melakukan manajemen inkontinen faecal

Sudah dilaksanakan

9

Melakukan upaya membuat pasien tidur

Telah diupayakan dengan membuat lingkungan yang nyaman. Namun belum dilaksanakan secara maksimal, seperti untuk pencahayaan, kebisingan suara alat di ruangan.

18

meberikan pelayanan kepada pasien. Melakukan follow up terhadap pasien terkait intervensi yang dilakukan Tersedianya media edukasi yang sesuai dengan kebutuhan keluarga pasien (lembar balik, leaflet, video, banner, running text, himbauan audio visual)

Meningkatkan kolaborasi dengan sejawat dari profesi lain dalam memberikan asuhan Meningkatkan kolaborasi dengan sejawat dari profesi lain dalam memberikan asuhan Memaksimalkan usaha dengan mengatur pencahayaan yang sesuai, mengukur tingkat kebisingan dan membuat suasana di ruangan lebih hening.


10

Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan

11

Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care)

12

13

Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman

14

Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonal arteri, CVP Memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi Melakukan resusitasi bayi baru lahir

15 16 17

18

Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi Melakukan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal

Selalu dilakukan perawat saat berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga Belum dapat dilaksanakan

Dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan

Sudah dilaksanakan

Dapat mempertahankan kegiatan yang telah dilakukan Membuat pengecekan secara berkala untuk kunci roda box bayi yang mengalami kerusakan. Mengurangi kebisingan yang ditimbulkan dari roda trolley tindakan saat dijalankan. Melakukan pengukuran tingkat kebisingan ruangan secara berkala.

Telah diupayakan membuat lingkungan yang nyaman dan tenang. Namun belum dilaksanakan secara maksimal, seperti untuk pencahayaan, kebisingan suara alat di ruangan. Ada beberapa box bayi yang salah satu roda nya tidak dapat dikunci. Belum dilaksanakan

Belum dapat dilaksanakan

Belum dilaksanakan

Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Sesuai dengan SPO

Sudah dilaksanakan dengan memenuhi kebutuhan psikologis pasien dan keluarga saat proses menjelang ajal berlangsung

Mempertahankan kegiatan yang telah dilakukan

19


19

20

21

22

Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu Melakukan dokumentasi asuhan keperawatran

Menyusun laporan pelaksanaan tugas

Sudah dilaksanakan

Sesuai dengan SPO

Untuk pendokumentasian pelaporan nilai kritis hasil laboratorium belum terlaksana secara optimal. Pendokumentasian pelaporan nilai kritis belum didokumentasikan pada lembar terintegrasi pada status rekam medic pasien saat perawat menerima laporan nilai kritis. Laporan pelaksanaan tugas mandiri telah terlaksana dengan baik

Mempertahankan kegiatan yang telah dilakukan Sesuai dengan SPO

Pelaporan nilai kritis laboratorium dapat terdokumentasi dengan baik dan aktual pada status rekam medik pasien

Laporan pelaksanaan tugas mandiri tetap terlaksana dengan baik

Dari penjabaran ssetiap SKP tersebut, dapat dilakukan identifikasi isu diantaranya : 1. Belum optimalnya pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR. Data bayi dengan BBLR di ruangan Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung cukup besar. Untuk bulan April 2021, didapatkan bayi BBLR sebanyak 51 orang dari 132 jumlah kelahiran hidup (tanpa IUFD). Data tahun 2020 menyebutkan bayi BBLR sebanyak 1009 orang dari 2074 jumlah kelahiran hidup (tanpa IUFD). Untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan khususnya pada bayi BBLR dilakukan asuhan keperawatan developmental care. Dari hasil observasi selama 1 bulan, penerapan developmental care telah dilaksanakan seperti pengaturan pencahayaan, pemberian nesting dan Perawatan Metode Kanguru (PMK). Pengaturan cahaya dilakukan dengan pemberian kain penutup pada bagian atas inkubator. PMK

20


sendiri telaah dilakukan dengan memfasilitasi ibu bayi untuk melakukan skin to skin dengan bayinya selama tidak ada kontraindikasi. Pemberian nesting telah dilakukan dengan memberikan nest yang terbuat dari selimut yang digulung dan diletakkan pada bayi seperti posisi bayi dalam Rahim ibu. Pemberian nesting yang dilakukan dirasakan masih belum optimal terlihat dari belum seragamnya pemberian posisi pada bayi di dalam nest. Dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada perawat Anturium, menyebutkan 87,2% memposisikan normal fleksi pada bayi saat dipasangkan nesting dan 12,8% memposisikan normal lurus. Selain itu, 64,1% perawat menjawab posisi bayi harus diubah maksimal 3 jam, 25,6% diubah maksimal 2 jam dan 5,1% mengatakan tidak perlu diubah. Keberhasilan penerapan developmental care ditunjang dengan adanya perawat yang memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan professional. Hal ini tentu harus ditunjang dengan adanya pedoman (SPO) sehingga tindakan yang dilakukan dapat

dipertanggungjawabkan

dan

dipertanggunggugatkan

serta

terjadi

keseragaman dalam memberikan layanan. SPO pemasangan nesting telah terdapat dan telah direvisi terakhir tahun 2018. Dari hasil Kuisioner juga menyebutkan 25% dari perawat tidak mengetahui apa itu developmental care. Namun 100% perawat mengetahui apa itu nesting. 30,8% perawat mengetahui nesting dari membaca

literature, 33,3% dari teman sejawat, 23,1% dari internet dan 12,8% dari membaca SPO. 2. Belum optimalnya media edukasi tentang perawatan bayi baru lahir dengan BBLR di rumah pada keluarga pasien . Salah satu peran perawat adalah sebagai edukator yaitu malakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pendidikan kesehatan menjadi penting untuk diberikan untuk mendukung asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu dengan memberikan pendidikan kesehatan diharapkan terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dalam menjaga kesehatan. Data bayi dengan BBLR di ruangan Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung cukup besar. Untuk bulan April 2021, didapatkan bayi BBLR sebanyak 51 orang dari 132 jumlah kelahiran hidup (tanpa IUFD). Setelah bayi BBLR mendapat perawatan dan dinyatakan boleh pulang ke rumah. Perawat akan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga bayi agar dapat melakukan perawatan bayi baru lahir dengan BBLR di rumah. 21


Pendidikan kesehatan telah diberikan kepada keluarga pasien tentang perawatan bayi BBLR di rumah. Namun masih belum sepenuhnya optimal karna ada beberapa edukasi yang hanya dilakukan secara verbal, belum didukung dengan media edukasi seperti leaflet, lembar balik maupun video edukasi. Padalah media edukasi seperti leaflet sangat berguna untuk dibekalkan kepada keluarga bayi, karna keluarga dapat mengingat kembali edukasi yang diberikan dengan membaca leaflet. 3. Belum optimalnya proses memfasilitasi suasana yang tenang dan aman. Perawat telah mengupayakan membuat lingkungan yang nyaman dan aman. Namun dalam pelaksanaannya belum dilakukan secara maksimal, seperti untuk pencahayaan dan kebisingan suara alat di ruangan. Penilaian kebisingan dilakukan pada tahun 2019 dan didapatkan hasil bahwa kebisingan di Anturium sebesar 47 dari batas normal 45. Kebisingan berasal dari suara alat monitoring yang terdapat di ruang anturium serta dari aktivias perawat dalam meberikan asuhan keperawatan. Aktivitas perawat meliputi pemakaian trolley tindakan, dimana jika dijalankan dengan cepat dan tidak hati-hati akan menimbulkan bunyi yang keras. Pemberian rasa aman juga belum maksimal, terlihat dari ada beberapa box bayi yang salah satu roda nya tidak dapat dikunci. Yang mengakibatkan posisi box dapat bergeser dengan mudah sehingga menimbulkan potensi bahaya pada bayi. 4. Belum optimalnya pendokumentasian pelaporan nilai kritis laboratorium pada status rekam medis pasien. Akhir dari proses pemberian asuhan keperawatan adalah dokumentasi. Untuk pendokumentasian pelaporan nilai kritis hasil laboratorium belum terlaksana secara optimal. Pendokumentasian pelaporan nilai kritis belum didokumentasikan secara langsung pada lembar terintegrasi pada status rekam medik pasien saat perawat menerima laporan nilai kritis. Di ruang anturium, saat perawat menerima pelaporan nilai kritis akan ditulis di buku nilai kritis dan dilaporkan kepada dokter. Sedangkan untuk pendokumentasian pelaporan nilai kritis akan dilakukan oleh beberapa orang yang telah ditunjuk untuk menulis pelaporan tersebut pada status rekam medis. Sedangkan seyogyanya penulisan pelaporan nilai kritis harus dilakukan setelah kita menerima pelaporan nilai kritis dan melaporkan hal tersebut ke DPJP. Pelaporan nilai kritis akan diverifikasi paling lambat 24 jam. Pendokumentasian yang tidak aktual dapat mengakibatkan 22


terjadinya kesalahpahaman karna ada informasi yang terlewat akibat tidak didokumentsaikan. 3.2 PENAPISAN ISU Dalam proses penetapan isu digunakan alat bantu penetapan kriteria isu yaitu dengan menggunakan metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Layak). Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematika yaitu isu tersebut memiliki dimensi dimana masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusi secara komprehesi. Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah. Berikut ini merupakan hasil penetapan isu dengan menggunakan metode AKPL, yaitu:

No

1

2

3

4

Tabel. 3.2 Penapisan Isu Dengan Metode AKPL Kriteria ISU ISU A K P L Belum optimalnya pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care + + + + pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 Belum optimalnya pemberian edukasi tentang perawatan bayi baru lahir dengan BBLR di rumah pada keluarga pasien di ruang Anturium level 1 Belum optimalnya upaya untuk memfasilitasi pasien suasana yang nyaman dan aman Belum optimalnya pendokumentasian pelaporan nilai kritis laboratorium pada status rekam medis pasien.

Terpilih/tidak

Terpilih

+

+

+

+

Terpilih

+

-

-

+

Tidak Terpilih

+

+

+

+

Terpilih

Keterangan: A : Aktual K : Kekhalayakan P : Problematika L : Layak Setelah dilakukan penetapan isu yang berkualitas dengan metode AKPL didapatkan 3 isu prioritas, kemudian isu tersebut diprioritaskan kembali. Penetapan isu yang akan dijadikan bahasan dalam rancangan aktualisasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa metode USG. USG adalah salah satu metode yang digunakan untuk

23


menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Metode ini menitik beratkan pada 3 faktor yaitu : •

Urgency yaitu seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.

Seriousness yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan.

Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Berikut ini merupakan hasil analisis isu menggunakan metode USG yaitu :

Tabel 3.3 Analisis USG No ISU U 1 Belum optimalnya pemberian nesting 4 sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 2 Belum optimalnya pemberian edukasi 4 tentang perawatan bayi baru lahir dengan BBLR di rumah pada keluarga pasien di ruang Anturium level 1 3 Belum optimalnya pendokumentasian 4 pelaporan nilai kritis laboratorium pada status rekam medis pasien Keterangan:

S 4

G 5

Total 13

Peringkat I

3

4

11

III

4

4

12

II

U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth Adapun perhitungannya menggunakan skala likert, yaitu: 1 = sangat kecil/ rendah pengaruhnya 2 = kecil pengaruhnya 3 = sedang/cukup pengaruhnya 4 = besar/tinggi pengaruhnya 5 = sangat besar/tinggi pengaruhnya Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USG, maka diperoleh peringkat dari isu-isu yang telaah ditemukan. Isu yang menjadi peringkat pertama atau

core issue adalah isu “Belum optimalnya pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2”, Dari segi urgency, isu ini penting untuk dibahas karna isu ini akan berpengaruh terhadap kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Sedangkan dari segi seriousness dan growth, apabila isu ini tidak ditindak lanjuti akan menimbulkan

24


akibat pemberian developmental care tidak akan maksimal. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada lama rawat bayi yang akan memanjang karna bayi belum dapat beradaptasi dengan lingkungan luar, karna stimulus tumbuh kembang yang diberikan belum maksimal dan sesuai. Hal ini tentu juga akan berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit yang dinilai kurang maksimal. Selain itu, indeks kepuasan masyarakat juga akan turun. Perawatan yang lama juga berdampak pada keluarga seperti biaya yang dikeluarkan bertambah banyak. 3.3 LATAR BELAKANG PEMILIHAN ISU Kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR)/prematur menyumbang angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia. Kelahiran BBLR/prematur merupakan penyebab kematian nomor dua pada bayi baru lahir usia 0-7 hari (kematian perinatal) yaitu sebesar 32,3% (Kemenkes 2018 dalam Taurina 2021). Usia BBLR 7 hari pertama merupakan periode kritis dimana bayi harus melalui berbagai penyesuaian kehidupan di luar kandungan. Penatalaksanaan segera setelah lahir yang mencakup dukungan respirasi, kehangatan, dan pencegahan infeksi memegang peranan penting dalam memfasilitasi proses adaptasi bayi (Sonoda 2019 dalam Taurina, 2021). Data bayi dengan BBLR di ruangan Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung cukup besar. Untuk bulan April 2021, didapatkan bayi BBLR sebanyak 51 orang dari 132 jumlah kelahiran hidup (tanpa IUFD). Data tahun 2020 menyebutkan bayi BBLR sebanyak 1009 orang dari 2074 jumlah kelahiran hidup (tanpa IUFD). Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan umur 28 hari, dimana terjadi perubahan sangat besar dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Masa perubahan paling besar terjadi pada jam ke 24 sampai 72 jam pertama, bayi terus beradaptasi namun kondisi ini lebih sulit pada bayi dengan resiko tinggi seperti bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi khususnya BBLR memerlukan stimulus yang adekuat dari lingkungan untuk tumbuh dan berkembang (Utami, 2015) Salah satu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada BBLR adalah dengan memberikan stimulus tumbuh kembang agar bayi BBLR dapat beradaptasi

dengan

lingkungan.

Salah

satunya

adalah

dengan

memberikan

developmental care. Developmental care adalah asuhan keperawatan yang diberikan secara mandiri bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi

25


sesuai dengan proses yang ada selama bayi dirawat (Rustina 2015 dalam Hotmayda, 2019). Penerapan teknik developmental care diantaranya dengan cara memodifikasi dan penataan lingkungan dengan memfasilitasi tidur, kebisingan, pencahayaan, pemberian posisi/ positioning dengan pemberian nesting, minimal handling dan asuhan berpusat pada keluarga dengan cara mengorientasikan ruangan dan melibatkan orangtua bayi sejak awal kelahiran, kunjungan seoptimal mungkin dan termasuk pemberian skin to

skin contact

dengan mempergunakan metode kanguru (PMK). Menurut penelitian

Horner, (2010) mengatakan bahwa bayi menerima tindakan developmental care di ruang NICU akan cepat pulih dan memiliki hasil yang lebih baik secara jangka pendek maupun jangka panjang jika dibandingkan dengan hasil bayi prematur yang tidak mendapatkan tindakan developmental care. Dari hasil observasi selama 1 bulan, penerapan developmental care telah dilaksanakan seperti pengaturan pencahayaan, pemberian nesting dan Perawatan Metode Kanguru (PMK). Pengaturan cahaya dilakukan dengan pemberian kain penutup pada bagian atas inkubator. PMK sendiri telaah dilakukan dengan memfasilitasi ibu bayi untuk melakukan skin to skin dengan bayinya selama tidak ada kontraindikasi. Pemberian nesting di ruang Anturium telah dilakukan dengan memberikan nest yang terbuat dari selimut yang digulung dan diletakkan pada bayi seperti posisi bayi dalam Rahim ibu. Pemberian nesting yang dilakukan dirasakan masih belum optimal terlihat dari belum seragamnya pemberian posisi pada bayi di dalam nest. Nesting sebagai salah satu aspek dalam developmental care, merupakan asuhan yang memfasilitasi atau mempertahankan bayi berada dalam posisi normal fleksi. Hal ini dikarenakan nesting dapat menopang tubuh bayi dan juga sekaligus member bayi tempat yang nyaman (Lissauer & Fanaroff, 2009). Posisi fleksi sendiri merupakan posisi terapeutik karena posisi ini bermanfaat dalam mempertahankan normalitas batang tubuh (Kenner & McGrath, 2004) dan mendukung regulasi diri karena melalui posisi ini bayi difasilitasi untuk meningkatkan aktivitas tangan ke mulut dan tangan menggenggam (Kenner & McGrath, 2004; Wong et al, 2009). Dalam Bobak, Lowdemilk dan Jensen (2005) disebutkan pula bahwa posisi fleksi bayi baru lahir diduga berfungsi sebagai sistem pengamanan untuk mencegah kehilangan panas karena sikap ini mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu lingkungan. Dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada perawat Anturium, menyebutkan 87,2% memposisikan normal fleksi pada bayi saat dipasangkan nesting dan 12,8% 26


memposisikan normal lurus. 64,1% perawat menjawab posisi bayi harus diubah maksimal 3 jam, 25,6% diubah maksimal 2 jam dan 5,1% mengatakan tidak perlu diubah. Saat bersarang, posisi bayi diubah agar tidak selalu dalam posisi terlentang yang dapat meningkatkan kompresi diafragma. Bayi diposisikan secara fleksibel sehingga dapat mengoptimalkan fungsi sistem pernafasan bayi (Zahra, et. Al., 2018). Pemberian posisi yang salah dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. (Efendi, dkk. 2019) Dari hasil kuisioner juga menyebutkan 28,9% dari perawat tidak mengetahui apa itu developmental care. Namun 100% perawat mengetahui apa itu nesting. 33,3% perawat mengetahui nesting dari membaca literature, 30,8% dari teman sejawat, 23,1% dari internet dan 12,8% dari membaca SPO. SPO mengenai pemasangan nesting telah dibuat dan direvisi paling terbaru tahun 2018. Hasil kuisioner menyebutkan, 56,4% perawat mengatakan ada SPO mengenai nesting di Anturium, 33,3% mengatakan belum pernah melihat SPO tersebut dan 10,3% mengatakan tidak ada SPO mengenai nesting. Dari hasil review terhadap SPO pemasangan nesting dirasakan masih perlu dilakukan revisi karna ada beberapa langkah tindakan yang memerlukan penjabaran lebih lanjut atau lebih spesifik. Keberhasilan penerapan developmental care ditunjang dengan adanya perawat yang memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan profesional. Pengetahuan perawat tentang developmental care sangat mendukung agar dapat menerapkan atau mengaplikasikan developmental care secara tepat pada bayi berat badan lahir rendah (Hotmayda, 2019). Hal ini tentu harus ditunjang dengan adanya pedoman (SPO) yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan tindakan sehingga tindakan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan serta terjadi keseragaman dalam memberikan layanan. Selain itu, sosialisasi dan pelatihan juga penting untuk dilakukan demi meningkatkan kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. 3.4 ANALISIS ISU Setelah melakukan identifikasi terhadap prioritas isu yang akan diselesaikan, maka digunakan diagram fishbone atau diagram tulang ikan. Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-

Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7

basic quality tools). 27


Tabel 3.4 Diagram Fishbone Penyebab

Core Isu Man

Material

Pemberian nesting yang dilakukan oleh perawat masih beragam.

Nesting di ruang Anturium menggunakan selimut yang digulung

Belum samanya pemahaman perawat tentang pemberian nesting

Belum tersedianya panduan untuk pemberian nesting

SPO pemasangan nesting sudah ada, namun perlu direvisi

Belum tersedianya anggaran untuk pembelian nesting buatan pabrik Belum optimalnya penggunaan media edukasi bagi perawat seperti penggunaan video edukasi

Money

Belum optimalnya pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2

SPO nesting belum tersosialisasi dengan baik

Method

Machine

3.5. GAGASAN PEMECAHAN ISU Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari SKP (sasaran kinerja pegawai), perintah atasan, dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar aparatur sipil negara (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi), prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Keterkaitan dengan prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of

Government adalah antara lain:

28


Tabel 3.5 Tabel Keterkaitan Nilai Dasar ASN Nilai Dasar

Keterkaitan Subtansi Mata Pelatihan

Manajemen ASN

a. Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional b. Melaksanakan tugas dengan jujur bertanggung jawab dan berintegritas tinggi.

Pelayanan Publik

a. Prosedur pelayanan b. Kejelasan petugas pelayanan c. Kedisiplinan petugas pelayanan d. Tanggung jawab petugas pelayanan e. Kemampuan petugas pelayanan f. Kenyamanan pelayanan g. Keamanan pelayanan

Whole

of

a. Kerjasama

Government

b. Kolaborasi c. Koordinasi

Unit Kerja

: Ruang Anturium

Identifikasi Isu

:

1. Belum optimalnya pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 2. Belum optimalnya pemberian edukasi tentang perawatan bayi baru lahir dengan BBLR di rumah pada keluarga pasien di ruang Anturium level 1 3. Belum optimalnya pendokumentasian pelaporan nilai kritis laboratorium pada status rekam medis pasien Isu yang diangkat : Optimalisasi pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 tahun 2021. Gagasan Pemecahan Isu : Rancangan kegiatan yang dibuat untuk pemecahan isu terpilih tercantum pada Tabel 3.6

29


Tabel 3.6 Gagasan Pemecahan Isu No 1

Kegiatan Gagasan Pemecahan Isu Menyampaikan rancangan aktualisasi kepada mentor/

Sumber SKP

kepala ruangan 2

Melakukan pengkajian pengetahuan perawat tentang

SKP

nesting melalui kuisioner 3

Melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting sesuai

SKP

dengan update literature terbaru 4

Membuat materi dan media edukasi (video) untuk sosialisasi

Inovasi

5

Melakukan sosialisasi antar perawat untuk berbagi informasi

SKP

tentang pemberian nesting 6

Evaluasi hasil kegiatan pemberian nesting

30

SKP


3.6 MATRIKS RANCANGAN AKTUALISASI Tabel 3.7 Tabel Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisasi No

Uraian

Tahapan Kegiatan

Output/Hasil

Keterikatan Subtansi Mata

Kontribusi

Penguatan Nilai

Pelatihan

Terhadap Visi Misi

Organisasi

Kegiatan

Organisasi 1.

Menyampaikan 1) Menyiapkan

Rancangan

Mengawali

rancangan

rancangan

kegiatan

dengan

aktualisasi

aktualisasi

membuat

aktualisasi

kepada mentor/

kegiatan

aktualisasi Sesuai dengan visi Nilai

filosofi

RSHS

rancangan RSHS yang sejalan (Pamingpin pituin),

dengan

penuh dengan

visi yaitu:

tanggung jawab dan memberikan Pemerintah Kabinet Integritas : nilai yang 2) Membuat

janji Kesepakatan

kepala

betemun

ruangan

mentor/kepala

dengan waktu pertemuan

ruangan

data

secara

transparan Indonesia

(Akuntabilitas)

serta

literatur

yang

terbaru

(Komitmen

mencari yaitu

terpecaya

Maju

2 menggambarkan

Terwujudnya kejujuran,

amanah

dan Indonesia Maju yang dan menjunjung etika

Mutu). Berdaulat,

Mandiri yang

tinggi

dalam

Menggunakan bahasa Indonesia dan Berkepribadian menjalankan tugas. 3) Bertemu

dan Rancangan

mengonsultasikan tentang

rancangan

aktualisasi akan dilakukan

yang

disetujui

yang

baik

dan

benar

dalam Berlandaskan

penulisan rancangan aktualisasi Gotong (Nasionaliasme)

Profesional

:

nilai

Royong. yang

berorientasi

Sejalan dengan misi pada

pencapaian

Membuat janji bertemu dengan RSHS

untuk kinerja

melalui

mentor dan menepati janji datang peningkatan kualitas perjalanan kemitraan tepat

waktu

31

(Etika

Publik). manusia Indonesia.


4) Memohon

arahan Saran tercatat Kemudian

dan

masukkan di

terkait

rancangan observasi

mengonsultasikan

lembar rancangan

yang disampaikan

aktualisasi

Tulus

:

keinginan

dengan

untuk memberi tampa

sopan dan santun bersama mentor

pamrih, proaktif dan

(Etika

responsif

Publik)

mengutamakan jawab

dan

serta

rasa

tanggung

integritas

menjelaskan

kepada

dalam mentor

(Akuntabilitas) Menghormati dan mau menerima masukkan

dari

mentor

dan

mencatat hal-hal penting (Etika publik) serta memperbaiki bila ada kesalahan (Akuntabilitas) 2.

Melakukan

1) Membuat kuisioner Link

pengkajian

dalam

pengetahuan

google form

google Menyusun

bentuk form kuisioner

perawat tentang

2) Membagikan

nesting melalui

google

kuisioner

kuisioner

tentang

daftar

berdasarkan

literature

terpercaya

dan

kepada kuisioner

perawat Anturium

Mutu)

yang dengan

form

Membuat Indonesia

sehingga

Maju

:

nilai

2 yang

berorientasi

Terwujudnya pada

pencapaian

dalam Indonesia Maju yang kinerja

pelaksanaan pengisian kuisioner Berdaulat,

32

RSHS

visi yaitu:

terbaru Pemerintah Kabinet Profesional

kuisioner tersebut dalam bentuk yaitu

google

filosofi

nesting RSHS yang sejalan (Pamingpin pituin),

pemberian

link Perawat telah (Komitmen

form mengisi

pertanyaan Sesuai dengan visi Nilai

melalui

Mandiri perjalanan kemitraan


dapat menghemat kertas, waktu dan Berkepribadian Tulus 3) Melakukan

Hasil

rekapitulasi

hasil rekapitulasi

kuisioner

Dalam

membuat

mengutamakan

kuisioner Gotong

rasa

pengetahuan tahuan

perawat

terhadap perawat

nesting

(Akuntabilitas). Kemudian

keinginan

untuk memberi tampa

Royong. pamrih, proaktif dan

tanggung Sejalan dengan misi responsive

pengkajian tentang penge jawab, trasnparansi dan kejelasan RSHS

hasil awal

sebagai kuisioner

dan tenaga (Komitmen Mutu). Berlandaskan

:

untuk Unggul : Keinginan

peningkatan kualitas untuk menjadi yang

meminta

kepada manusia Indonesia.

terbaik

dan

terhadap

perawat anturium dengan ramah

menghasilkan kualitas

nesting

dan menggunakan bahasa yang

prima

sopan dan santun untuk mengisi kuisioner (Etika Publik). Melakukan

rekapitulasi

hasil

kuisioner dengan penuh tanggung jawab, kejujuran, tidak ada data yang dikurangi atau ditambahkan dan mengulasnya dengan bahasa yang

sederhana

dan

mudah

dimengerti (Anti Korupsi) 3.

Melakukan revisi SPO

pada

1) Menyiapkan

SPO, SPO

literature dan bahan pemasangan tentang nesting

Mencari dan menyiapkan bahan Sesuai dengan visi Nilai literature

dari

berbagai

RSHS

media RSHS yang sejalan (Pamingpin pituin),

nesting, jurnal, yang tersedia, dengan kriteria dengan

33

filosofi

visi yaitu:


pemasangan

guideline, dan terbaru/update (maksimal 5 tahun Pemerintah Kabinet Integritas : nilai yang

nesting

buku

terakhir), diakui, terpercaya, dapat Indonesia

2) Membuat draf revisi Draf SPO SPO

SPO

yaitu

(Komitmen mutu).

Indonesia Maju yang dan menjunjung etika

nesting

draf mudah

berdasarkan

kepada

revisi

Terwujudnya kejujuran,

SPO Berdaulat,

Mandiri yang

amanah

tinggi

dalam

menggunakan bahasa yang jelas dan Berkepribadian menjalankan tugas. dan

pemasangan

2 menggambarkan

dipertanggungjawabkan Membuat

3) Mendiskusikan draf Hasil diskusi

Maju

dimengerti Berlandaskan

literature

terbaru Gotong

Profesional

:

nilai

Royong. yang

berorientasi

Sejalan dengan misi pada

pencapaian

kepala ruangan dan

(Komitmen Mutu)

mentor

Mendiskusikan draf revisi SPO RSHS

untuk kinerja

melalui

dengan bahasa yang sopan santun peningkatan kualitas perjalanan kemitraan 4) Meminta persetujuan SPO

SPO draf pemasangan

pemasangan nesting

nesting

kepada disetujui

dan hormat kepada mentor dan manusia Indonesia.

Inovatif : nilai yang

kepala ruangan (Etika Publik)

menggambarkan

Menerima arahan dan masukkan

keinginan

untuk

menghasilkan

suatu

dan yang diberikan oleh mentor dan

mentor,

kepala ditandatangani

kepala ruangan (Etika Publik)

yang

ruangan

NICU,

Meminta

senantiasa melakukan

kepala

ruangan

pemasangan

persetujuan

nesting

SPO setelah

dan

melakukan perbaikkan pada draf

bidang keperawatan

revisi SPO sesuai arahan dan

Anturium

masukkan yang diberikan dan

34

baru

perbaikan

dan secara

berkesinambungan.


sesuai alur dan prosedur yang berlaku (Komitmen Mutu, Etika Publik) 4.

Membuat materi

1) Mengumpulkan dan

Guideline,

bahan

materi jurnal

media edukasi

pembuatan

media buku

(video) untuk

sosialisasi

sosialisasi

Nesting

Mencari dan menyiapkan bahan Sesuai dengan visi Nilai dan literature

tentang

dengan

RSHS

dari berbagai media RSHS yang sejalan (Pamingpin pituin),

yang tersedia, dengan kriteria dengan

visi yaitu:

terbaru, diakui dan terpercaya Pemerintah Kabinet Integritas : nilai yang (Komitmen mutu). Menyusun Indonesia materi sosialisaasi dengan jujur yaitu

2) Melakukan

filosofi

Maju

2 menggambarkan

Terwujudnya kejujuran,

amanah

diskusi Hasil diskusi

bersumber dari literatur terbaru Indonesia Maju yang dan menjunjung etika

kepala

dan terpercaya (Anti Korupsi, Berdaulat,

Mandiri yang

ruangan, dan senior

Komitmen Mutu).

untuk materi yang

Berdiskusi dengan kepala ruangan Berlandaskan

telah disusun

dan senior dengan ramah, sopan Gotong

3) Membuat ppt untuk PPT tersedia edukasi nesting

tinggi

dalam

dan Berkepribadian menjalankan tugas. Profesional

:

nilai

Royong. yang

berorientasi

dan santun mengenai materi yang Sejalan dengan misi pada

pencapaian

akan diberikan saat sosialisasi RSHS (Etika

Publik)

mengutamakan

melalui

serta peningkatan kualitas perjalanan kemitraan tanggung manusia Indonesia.

Inovatif : nilai yang

dan

integritas

menggambarkan

tentang pemberian

(Akuntabilitas).

Menghormati

nesting

dan mau menerima masukkan dan

4) Membuat

video Video tersedia

jawab

35

rasa

untuk kinerja

keinginan

untuk

menghasilkan

suatu


mencatat hal-hal penting (Etika

yang

baru

publik).

senantiasa melakukan

Membuat ppt yang mudah singkat

perbaikan

padat dan jelas serta mudah

berkesinambungan

dipahami (Komitmen Mutu)

Tulus

Membuat video sebagai inovasi

untuk memberi tampa

yang dinilai lebih efektif dan efisien

pamrih, proaktif dan

sebagai media tambahan dalam

responsive

:

dan secara

keinginan

penyampaian materi (Komitmen Mutu) 5.

Melakukan

1) Membuat

janji Jadwal

sosialisasi

dengan

mentor/ terbentuk

dengan

antar perawat

kepala

ruangan

(Akuntabilitas)

untuk berbagi

untuk

informasi

melakukan

komunikasi

tentang

sosialisasi

publik), menghormati dan mau yaitu

izin

tanggung

berkonsultasi

pemberian

nesting

Merencanakan janji dengan atasan Sesuai dengan visi Nilai

filosofi

jawab RSHS yang sejalan (Pamingpin pituin), dan dengan

visi yaitu:

menggunakan Pemerintah Kabinet Inovatif : nilai yang yang

baik

(Etika Indonesia

Maju

2 menggambarkan

Terwujudnya keinginan

menerima saran yang diberikan Indonesia Maju yang menghasilkan 2) Mengajukan materi Materi dan

jadwal

sosialisasi

untuk jadwal

dan mentor/ kepala ruangan (Etika Berdaulat, Publik)

Mandiri yang

baru

untuk suatu dan

dan Berkepribadian senantiasa melakukan

sosialisasi

Memastikan materi dan jadwal Berlandaskan

disetujui

disetujui. Kemudian membuat dan Gotong

36

RSHS

perbaikan

secara

Royong. berkesinambungan.


3) Melakukan

Sosialisasi

memberikan

undangan Sejalan dengan misi Unggul : Keinginan

sosialisasi

tentang terlaksana

menggunakan komunikasi yang RSHS

pemberian

nesting

baik,

melalui

zoom

meeting

menghargai

kegiatan sosialisasi

efisien peningkatan kualitas terbaik

dan

(Etika Publik, Akuntabilitas, manusia Indonesia.

menghasilkan kualitas

Komitmen Mutu)

prima

Melakukan perawat

4) Mendokumentasikan Foto

dan

untuk untuk menjadi yang

sosialisasi

dengan

kepada

Integritas : nilai yang

menggunakan

menggambarkan

pelaksanaan

komunikasi yang baik, sopan dan

kejujuran,

sosialisasi

santun

dan menjunjung etika

(Etika

publik),

menghormati

dan

mempertahankan (Komitmen

mutu)

bertanggung materi

jawab

yang

yang

amanah

tinggi

dalam

mutu

menjalankan tugas.

serta

Profesional

:

nilai

terhadap

yang

berorientasi

disampaikan

pada

pencapaian

(Akuntabilitas)

kinerja

melalui

perjalanan kemitraan 6

Melakukan evaluasi kegiatan

1) Melakukan evaluasi Petugas pada petugas

mengerti

Melakukan evaluasi pemahaman Sesuai dengan visi Nilai dan dan

perilaku

petugas

dapat

bentuk

tanggung

melaksanakan

(Akuntabilitas)

nesting sesuai meningkatkan

37

kualitas

filosofi

RSHS

sebagai RSHS yang sejalan (Pamingpin pituin), jawab dengan

visi yaitu:

dan Pemerintah Kabinet Integritas : nilai yang petugas Indonesia

Maju

2 menggambarkan


SPO. Evaluasi (Komitmen dengan

pasien Evaluasi dilakukan dengan Berdaulat, dan keras,

pelayanan

Terwujudnya kejujuran,

memberikan

test

jawab,

amanah

kepada Indonesia Maju yang dan menjunjung etika

jujur,

Mandiri yang

tinggi

dalam

kerja dan Berkepribadian menjalankan tugas.

(Akuntabilitas,

Anti Berlandaskan

dijadikan Gotong

Profesional

:

nilai

observasi

Korupsi),dapat

Royong. yang

berorientasi

kesesuaian

referensi yang efektif (Komitmen Sejalan dengan misi pada

pencapaian

perilaku

Mutu).

dengan

Menyajikan data hasil kuisioner peningkatan kualitas perjalanan kemitraan

checklist

adan

tindakan

penuh tanggung jawab, kejujuran,

untuk memberi tampa

SPO tidak ada data yang dikurangi atau

pamrih, proaktif dan

sesuai

evaluasi

dalam yaitu

dilakukan

kuisioner post tanggung

2) Merekap

mutu)

RSHS hasil

observasi

dengan manusia Indonesia.

pemberian

ditambahkan

nesting.

dengan bahasa yang sederhana

hasil Data berupa kuisioner

hasil dan

dan

mudah

mengulasnya dimengerti

dan (Akuntabilitas, Anti Korupsi)

hasil kuisioner dan hasil observasi

Membuat kesimpulan secara benar

hasil observasi

dan

objektif

dihasilkan

38

agar

untuk kinerja

data

yang dapat

Tulus

melalui :

responsif

keinginan


3) Membuat

simpulan Kesimpulan

dari hasil evaluasi dari kegiatan

dipertanggungjawabkan

evaluasi publik

yang dilakukan Publik)

39

(Akuntabilitas,

kepada Etika


3.7 WAKTU DAN TEMPAT AKTUALISASI Judul Aktualisasi

: Optimalisasi pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Waktu pelaksanaan

: 29 Mei 2021 s.d 5 Juli 2021

Tempat pelaksanaan

: RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tabel 3.8 Time Table Rencana Aktualisasi

No 1 2 3 4 5 6

Mei

KEGIATAN

4

Menyampaikan laporan rancangan kepada mentor / kepala ruangan Melakukan pengkajian pengetahuan perawat tentang

nesting melalui kuisioner Melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting sesuai dengan update literature terbaru Membuat materi dan media edukasi (video) pemasangan

nesting Melakukan sosialisasi antar perawat untuk berbagi informasi tentang pemberian nesting Evaluasi hasil kegiatan pemberian nesting

40

Juni 1

2

Juli 3

4

1

Ket


BAB 4 PELAKSANAAN AKTUALISASI 4.1 PELAKSANAAN KEGIATAN AKTUALISASI Aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) pada Pelatihan Dasar Golongan III angkatan 1 tahun 2021 telah dilaksakan pada tanggal 29 Mei - 05 Juli 2021 di Ruang Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Berdasarkan rancangan aktualisasi yang telah diseminarkan, penulis merencanakan 7 kegiatan yang akan dilakukan selama masa aktualisasi. Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan berdasarkan rencana aktualisasi serta penerapan dari nilai-nilai ANEKA selama kegiatan dilaksanakan. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut : Tabel 4.1 Status Realiasasi Kegiatan No. 1.

Kegiatan Penyampaian laporan rancangan

Status Realisasi

Sumber

Terlaksana

SKP

Terlaksana

SKP

Terlaksana

SKP

Terlaksana

Inovasi

Terlaksana

SKP

Terlaksana

SKP

aktualisasi kepada mentor / kepala ruangan 2.

Pengkajian pengetahuan perawat tentang nesting melalui kuisioner

3.

Revisi pada SPO pemasangan nesting sesuai dengan update literature terbaru

4.

Pembuatan materi dan media edukasi (video) pemasangan nesting

5.

Sosialisasi antar perawat untuk berbagi informasi tentang pemberian

nesting 6.

Evaluasi hasil kegiatan pemberian

nesting

41


Tabel 4.2 Tahapan Kegiatan Aktualiasasi No.

Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Tanggal Pelaksanaan

1.

Penyampaian laporan rancangan aktualisasi kepada

1. Menyiapkan rancangan

10 Mei – 28 Mei 2021

aktualisasi 2. Membuat janji betemun dengan mentor/kepala ruangan 3. Bertemu dan mengonsultasikan

mentor/kepala

tentang rancangan aktualisasi

ruangan

yang akan dilakukan 4. Memohon arahan dan masukkan terkait rancangan yang disampaikan

2.

Pengkajian pengetahuan

1. Membuat kuesioner dalam bentuk google form

perawat

2. Membagikan link google form

tentang

kuesioner kepada perawat

nesting melalui

Anturium

kuisioner

20 Mei – 28 Mei 2021

3. Melakukan rekapitulasi hasil kuesioner sebagai hasil pengkajian awal pengetahuan perawat terhadap nesting

3.

Revisi pada SPO

1. Menyiapkan SPO, literature dan tentang nesting

pemasangan

2. Membuat draf revisi SPO

nesting sesuai

3. Mendiskusikan draf SPO

dengan update

pemasangan nesting kepada

literature

kepala ruangan dan mentor

terbaru

4. Meminta persetujuan draf SPO pemasangan nesting kepada mentor, kepala ruangan NICU, kepala ruangan Anturium dan bidang keperawatan

42

30 Mei – 1 Juli 2021


4.

Pembuatan

1. Mengumpulkan bahan materi 28 Mei -12 Juni 2021

materi dan

pembuatan

media edukasi

tentang Nesting

(video)

media

sosialisasi

2. Melakukan diskusi dengan

pemasangan

kepala ruangan, dan senior

nesting

untuk materi yang telah disusun

3. Membuat ppt untuk edukasi

nesting 4. Membuat video tentang pemberian nesting 5.

Sosialisasi

1. Membuat janji dengan mentor/ 13 Juni 2021

antar perawat

kepala

untuk berbagi

melakukan sosialisasi

informasi tentang pemberian

nesting

ruangan

untuk

izin

2. Mengajukan materi dan jadwal untuk sosialisasi

3. Melakukan sosialisasi tentang pemberian nesting melalui

zoom meeting 4. Mendokumentasikan kegiatan sosialisasi 6.

Evaluasi hasil kegiatan pemberian

nesting

1. Melakukan evaluasi pada petugas 2. Merekap hasil evaluasi berupa hasil kuisioner dan hasil observasi 3. Membuat simpulan dari hasil evaluasi kegiatan

43

14 Juni – 3 Juli 2021


4.2 URAIAN KEGIATAN Kegiatan 1 Penyampaikan laporan rancangan aktualisasi kepada mentor / kepala ruangan Tanggal

10 Mei - 28 Mei 2021

Tahapan Kegiatan

1. Menyiapkan rancangan aktualisasi 2. Membuat janji betemun dengan mentor/kepala ruangan 3. Bertemu dan mengonsultasikan tentang rancangan aktualisasi yang akan dilakukan 4. Memohon arahan dan masukkan terkait rancangan yang disampaikan

Daftar Lampiran

Lembar konsultasi, foto dokumentasi

Kegiatan 1 ini yaitu penyampaikan laporan rancangan kepada mentor dan kepala ruangan. Kegiatan ini telah terealisasi pada tanggal 10 Mei – 29 Mei 2021. Kegiatan ini dimulai dari menyiapkan rancangan aktualisasi, membuat janji bertemu dengan mentor dan kepala ruangan, dan melakukan konsultasi terkait rancangan. Berikut penjelasan mengenai tahapan kegiatan : A. Tahapan Kegiatan 1. Menyiapkan rancangan aktualisasi

Output : rancangan kegiatan Kegiatan menyiapkan rancangan aktualisasi telah dimulai dari minggu ketiga bulan Mei 2021. Kegiatan diawali dengan melakukan analisis terkait isu dan gagasan pemecahan masalah pada ruang Anturium. 2. Membuat janji betemu dengan mentor/kepala ruangan

Output : Kesepakatan waktu bertemu Kesepakatan bertemu dengan Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) pada tanggal 17 Mei 2021. Kesepakatan dilakukan secara verbal untuk bertemu dengan Kepala Ruang Anturium pada tanggal 10 Mei 2021.

44


Gambar 4.1 Percakapan melalui Whatsapp dalam rangka membuat kontrak waktu untuk bertemu dengan Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp, MM) pada tanggal 17 Mei 2021 3. Bertemu dan mengonsultasikan tentang rancangan aktualisasi yang akan dilakukan

Output : rancangan kegiatan aktualisasi disetujui oleh kepala ruangan Anturium (Ibu Enung Rina, S.Kp.) dan mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM)

Gambar 4.2 Saat penulis berkonsultasi dengan kepala ruangan Anturium (Ibu Enung Rina, S.Kp) tentang rancangan aktualisasi tanggal 18 Mei 2021 45


4. Memohon arahan dan masukkan terkait rancangan yang disampaikan

Output : saran dan arahan dari mentor tercatat di lembar konsultasi Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) memberikan masukkan untuk menguatkan di latar belakang yang mendasari dan pemilihan gagasan pemecahan isu yang diangkat.

Gambar 4.3 lembar konsultasi bersama mentor Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas Kegiatan aktualisasi ini diawali dengan membuat rancangan aktualisasi dengan penuh tanggung jawab dan memberikan data secara transparan. Kemudian saat menjelaskan kepada mentor mengutamakan rasa tanggung jawab dan integritas, serta bersedia memperbaiki rancangan apabila ditemukan adanya kesalahan. 2. Nasionalisme Penulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan rancangan aktualisasi. 3. Etika Publik Dalam menyampaikan laporan rancangan aktualisasi kepada mentor dan kepala ruangan, penulis terlebih dahulu meminta izin dan membuat janji bertemu agar rencana pertemuan tersebut tidak mengganggu jadwal baik mentor atau kepala ruangan. Kemudian penulis juga menggunakan bahasa yang sopan dan santun serta penuh hormat saat bertemu dan berkonsultasi mengenai rancangan aktualisasi yang akan dilakukan. Penulis juga menghormati dan bersedia menerima masukkan dari mentor dan kepala ruangan demi perbaikkan rancangan aktualisasi ke arah lebih baik 46


4. Komitmen Mutu Dalam kegiatan mempersiapkan rancangan aktualisasi, penulis mencari literatur yang terpecaya dan terbaru dalam menyusun gagasan pemecahan isu yang diangkat sehingga hal ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang berjalan sesuai dengan kemajuan IPTEK. C. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Memberikan pelayanan yang prima merupakan kewajiban penulis sebagai seorang perawat yang bekerja di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Untuk menunjang hal tersebut

maka diperlukan

Menyampaikan

gagasan

pelaksanan asuhan

optimalisasi

pemberian

keperawatan yang berkualitas.

nesting sebagai bagian dari

developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium merupakan kegiatan yang dapat mendukung mendukung peningkatan kualitas hidup manusia dan meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. D. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan menyampaikan rancangan aktualisasi terkait optimalisasi pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR meliputi persiapan rancangan, membuat janji bertemu sampai berdiskusi mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu Integritas, profesional dan tulus. Penulis dengan penuh tanggung jawab dan memberikan data secara transparan ketika membuat rancangan aktualisasi. Hal ini menguatkan nilai intergritas yaitu nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas serta nilai professional yaitu nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan. E. Analisis Dampak Kegiatan penyampaian ide gagasan ini menerapkan nilai-nilai ANEKA dalam pelaksanaannya. Dengan adanya penerapan tersebut diharapkan dapat terjadi keselarasan pandangan terhadap isu dan gagasan pemecahan yang akan dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan bersama yaitu mengoptimalkan pemberian nesting. Apabila nilai-nilai ANEKA dan pemahaman peran dan kedudukan ASN tidak diterapkan dalam kegiatan penyampaian rancangan aktualisasi ini maka akan menyebabkan gagasan tidak tersampaikan dengan baik dan koordinasi dengan atasan menjadi kurang

47


baik. Jika hal ini terjadi maka akan berdampak pada kegiatan yang telah dirancang tidak berjalan dengan baik. Kegiatan 2 Pengkajian pengetahuan perawat tentang nesting melalui kuesioner Tanggal

20 Mei – 28 Mei 2021

Tahapan Kegiatan

1. Membuat kuesioner dalam bentuk google form 2. Membagikan link google form kuesioner kepada perawat Anturium 3. Melakukan rekapitulasi hasil kuesioner sebagai hasil pengkajian awal pengetahuan perawat terhadap nesting

Daftar Lampiran

link google form, foto Screenshot Kuesioner, data rekapitulasi

Kegiatan pengkajian pengetahuan perawat tentang nesting melalui kuesioner telah terealisasi pada tanggal 20 Mei – 28 Mei 2021. Kegiatan ini diawali dengan membuat kuesioner dalam bentuk google form, kemudian meminta masukkan dan izin kepada Ibu Enung Rina, S.Kp. selaku kepala ruangan Anturium untuk dapat membagikan kuesioner kepada perawat ruang Anturium dan melakukan rekapitulasi data kuesioner. Adapun penjelasan dari tahap kegiatan adalah sebagai berikut : A. Tahapan Kegiatan 1. Membuat kuesioner dalam bentuk google form

Output : Link google form kuesioner penggunaan nesting

Gambar 4.5 Tampilan kuesioner penggunaan nesting pada google form

48


Link: https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSeMKBy_vhU0nrLYmgk4NIJYaulk6PUOiYRd 5Foeaje5SX-Lbg/viewform?usp=sf_link

2. Membagikan link google form kuesioner kepada perawat Anturium

Output : Perawat telah mengisi kuesioner yang dibagiakan melalui link google form. Sebelum membagikan link google form, penulis meminta persetujuan terlebih dahulu kepada kepala ruangan (Ibu Enung Rina, S.Kp) untuk dapat membagiakan kuesioner pada whatsapp grup ruang Anturium. Setelah mendapatkan persetujuan, pada tanggal 24 Mei 2021 penulis membagikan link google form pada whatsapp grup ruang Anturium dan meminta kepada perawat untuk mengisi kuesioner tersebut.

Gambar 4.6 Percakapan melalui whatsapp dengan kepala ruang Anturium Ibu Enung Rina S.Kp. untuk berkoordinasi terkait pembagian link google form kuesioner pemasangan Nesting pada tanggal 22 Mei 2021

49


Gambar 4.7 percakapan whatsapp grup ruang Anturium terkait pembagian link google form kuesioner pemasangan Nesting pada tanggal 24 Mei 2021

Gambar 4.8 Respon perawat dalam pengisian kuesioner pada google form 3. Melakukan rekapitulasi hasil kuesioner sebagai hasil pengkajian awal pengetahuan perawat terhadap nesting

Output : Hasil rekapitulasi kuesioner tentang pengetahuan perawat terhadap nesting 50


a. Pertanyaan 1 Apakah anda mengetahui apa itu developmental care? Tidak 29% Ya 71%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 71% perawat menjawab ya untuk pertanyaan apakah anda mengetahui tentang developmental care. b. Pertanyaan 2 Pertanyaan kedua berupa pertanyaan terbuka yaitu jika iya, apakah itu

developmental care. Sebagian besar perawat menjawab benar, developmental care adalah asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan proses yang ada selama bayi dirawat. c. Pertanyaan 3 Apakah anda mengetahui apa itu nesting? Tidak 0%

Ya 100%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 100% perawat menjawab ya untuk pertanyaan apakah anda mengetahui tentang nesting. d. Pertanyaan 4 Pertanyaan keempat berupa pertanyaan terbuka yaitu jika iya, apakah itu nesting. Sebagian besar perawat menjawab benar, nesting adalah suatu alat yang digunakan untuk menjaga posisi bayi seperti posisi dalam Rahim ibu yang digunakan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. 51


e. Pertanyaan 5 Dari mana anda mengetahui tentang nesting? Menbaca litelatur 31%

Teman Sejawat 33%

Membaca SPO 13%

Dari Internet 23%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 33% perawat menjawab mengetahui tentang nesting dari teman sejawat. f. Pertanyaan 6 Pernahkah anda melakukan nesting pada bayi? tidak pernah 0%

pernah 100%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 100% perawat menjawab pernah melakukan nesting pada bayi. g. Pertanyaan 7 Pada pasien apakah pemasangan nesting dilakukan? Bayi < 2500 gr 13% Bayi premature ≤ 34 minggu atau Bayi Bayi < 2500 gr 74%

Bayi premature ≤ 34 minggu 13%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 74% perawat menjawab benar yaitu pemasangan nesting dilakukan pada bayi premature ≤ 34 minggu atau bayi < 2500gr.

52


h. Pertanyaan 8 Bagaimana pemasangan nesting pada bayi? Bayi diletakkan di atas nest 2%

Mengelilingi bayi 3% Bayi diletakkan dalam nest 95%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 95% perawat menjawab benar yaitu bayi diletakkan di dalam nest saat pemasangan nesting. i. Pertanyaan 9 Bagaimana posisi bayi saat dipasangkan nesting? Normal lurus 13% Normal flexi 87%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 87% perawat menjawab benar yaitu posisi bayi saat dipasangkan nesting adalah normal flexi. j. Pertanyaan 10 Bagaimana Nest dibuat? Tidak tahu 3%

Tidak ada patokkan khususnya 15%

Minimal setinggi tebal tubuh bayi 41%

Minimal selebar tubuh bayi 13% Minimal ½ tebal tubuh bayi 28%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 41% perawat menjawab benar yaitu

nest dibuat minimal setinggi tebal tubuh bayi.

53


k. Pertanyaan 11 Posisi apa saja yang bisa diberikan saat bayi menggunakan nesting? Supine, side-lying 5%

Prone, side-lying 13%

Prone, supine, side-lying 82%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 82% perawat menjawab benar yaitu posisi yang bisa diberikan saat bayi menggunakan nesting adalah prone, supine,

side-lying. l. Pertanyaan 12 Saat memakaikan nesting pada bayi, pernahkah anda mengubah posisi bayi? tidak pernah 0%

pernah 100%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 100% perawat menjawab pernah mengubah posisi bayi saat memakaikan nesting. m. Pertanyaan 13 Pernahkah anda memberikan posisi prone atau side lying pada bayi saat menggunakan nesting? Tidak Pernah 3%

Pernah 97%

54


Dari diagram di atas diketahui sebanyak 97%% perawat menjawab pernah memberikan posisi prone atau side lying pada bayi saat menggunakan nesting. n. Pertanyaan 14 Saat bayi terpasang nesting, apakah posisi bayi harus diubah? Tidak perlu diubah 5%

Dipertahankan supinasi 5%

Diubah maksimal 2 jam 26%

Diubah maksimal 3 jam 64%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 64% perawat menjawab benar yaitu posisi bayi harus diubah maksimal 3 jam saat bayi terpasang nesting. o. Pertanyaan 15 Pentingkah nesting diberikan pada bayi? cukup penting 10%

Penting 90%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 90% perawat menjawab penting nesting diberikan pada bayi. p. Pertanyaan 16 Adakah SPO mengenai nesting di Anturium? Belum pernah lihat 33% Ada 57% Tidak ada 10%

55


Dari diagram di atas diketahui sebanyak 57% perawat menjawab ada pada pertanyaan adakah SPO mengenai nesting di Anturium. q. Pertanyaan 17 Menurut anda, perlukah diadakan sosialisasi tentang nesting? Lain kali saja 0%

Tidak perlu 0%

Perlu 100%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 100% perawat menjawab perlu diadakan sosialisasi tentang nesting. B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas Dalam membuat kuesioner, penulis mengutamakan rasa tanggung jawab, transparansi dan kejelasan agar kuesioner yang dibuat dapat dimengerti oleh perawat Anturium, sehingga kuesioner yang dibagiakan dapat diisi tanpa ada kebingungan dari perawat terhadap pertanyaan yang ditanyakan. 2. Etika Publik Penulis terlebih dahulu meminta izin kepada kepala ruangan untuk membagikan kuesioner. Setelah mendapatkan izin, penulis kemudian membagikan link google

form kuesioner melalui whatsapp grup dan meminta kepada perawat anturium dengan ramah dan menggunakan bahasa yang sopan dan santun untuk mengisi kuesioner yang telah dibuat. 3. Komitmen Mutu Menyusun daftar pertanyaan tentang pemberian nesting berdasarkan literature yang terpercaya dan terbaru. Membuat kuesioner tersebut dalam bentuk google

form sehingga dalam pelaksanaan pengisian kuesioner dapat menghemat kertas, waktu dan tenaga.

56


4. Anti Korupsi Melakukan rekapitulasi hasil kuesioner dengan penuh tanggung jawab, kejujuran, tidak ada data yang dikurangi atau ditambahkan dan mengulasnya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. C. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Melakukan pengkajian pengetahuan perawat tentang nesting melalui kuesioner diharapkan dapat mengetahui sejauh mana perawat memahami tentang nesting tersebut dan hasil kuesioner dapat dijadikan sebagai bahan masukkan untuk peningkatan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama pemberian nesting sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. D. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Dalam melaksanakan kegiatan pengkajian awal pengetahuan perawat tentang pemberian nesting menguatkan nilai-nilai organisasi RSHS yaitu nilai professional. Dimana diharapkan dengan adanya pengkajian pengetahuan perawat dapat mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan perawat tentang nesting sehingga dapat dijadikan bahan masukkan untuk perbaikkan pelayanan di masa yang akan datang. Selain inu menguatkan nilai organisasi RSHS yaitu unggul dan tulus yaitu keinginan untuk memberi tampa pamrih, proaktif dan responsif. E. Analisis Dampak Salah satu manfaat dari dilakukan pengkajian awal pengetahuan perawat terhadap pemberian nesting adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman perawat dalam memberikan tindakan nesting kepada pasien. Dalam pelaksaaan kegiatan ini tentu harus memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN agar kegiatan ini dapat berjalan secara optimal. Apabila nilai-nilai ANEKA dan pemahaman peran dan kedudukan ASN tidak diterapkan dalam kegiatan pengkajian pengetahuan awal perawat melalui kuesioner ini maka akan menyebabkan koordinasi antara penulis dan perawat yang akan dikaji kurang berjalan dengan baik. Hal ini akan berdampak pada kegiatan yang telah dirancang tidak berjalan dengan baik.

57


Kegiatan 3 Melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting Tanggal

30 Mei – 1 Juli 2021

Tahapan Kegiatan

1. Menyiapkan SPO, literature dan jurnal tentang nesting 2. Membuat draf revisi SPO 3. Mendiskusikan draf SPO pemasangan nesting kepada kepala ruangan dan mentor 4. Meminta persetujuan draf SPO pemasangan nesting kepada mentor, kepala ruangan NICU, kepala ruangan Anturium dan bidang keperawatan

Daftar Lampiran

Verbal konsep SPO, draf SPO, foto kegiatan

Kegiatan melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting ini dilakukan mulai dari 30 Mei – 1 Juli 2021. Kegiatan ini mengalami revisi jadwal dari yang sebelumnya ditargetkan. Adapun penjelasan dari tahapan kegiatan ini adalah sebagai berikut : A. TAHAPAN KEGIATAN 1. Menyiapkan SPO, literatur dan bahan tentang nesting

Output : SPO pemasangan nesting, jurnal, guideline, dan buku Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan literature terkait

nesting, positioning dan developmental care. Penulis mengumpulkan bahan dari sumber yang dapat dipercaya dan terbaru.

Gambar 4.9 Daftar literature dan jurnal tentang nesting

58


2. Membuat draf revisi SPO

Output : draf SPO pemasangan nesting Setelah semua bahan terkumpul, kemudian penulis melakukan review dan telaah jurnal-jurnal tersebut dan membandingkan dengan SPO pemasangan nesting yang sudah ada. Kemudian penulis membuat draf revisi SPO sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Gambar 4.10 Verbal konsep SPO Pemasangan Nesting

Gambar 4.11 Draf SPO Pemasangan Nesting 3. Mendiskusikan draf SPO pemasangan nesting kepada kepala ruangan

Output : hasil diskusi diaplikasikan untuk perbaikkan pada draf SPO. 59


Penulis mengkonsultasikan draf revisi SPO tersebut kepada Ibu Enung Rina, S.Kp. selaku kepala ruangan Anturium. Beliau setuju dengan langkah-langkah yang terjabar di SPO. Beliau menyarankan agar pada bagian waktu dan output pada mutu baku SPO harus terisi semua. Beliau juga menyarankan untuk menambahkan gambar untuk setiap langkah agar memperjelas maksud dari langkah yang dijabarkan tersebut. Penulis juga melakukan konsultasi kepada mentor melalui whatshapp. Kemudian penulis melakukan perbaikkan sesuai dengan arahan dan masukkan dari kepala ruangan.

Gambar 4.12 Draf SPO Pemasangan Nesting yang telah direvisi sesuai dari Kepala Ruangan Anturium 4. Meminta persetujuan draf SPO pemasangan nesting kepada mentor, kepala ruangan NICU, kepala ruangan Anturium dan bidang keperawatan

Output: SPO pemasangan nesting disetujui dan ditandatangani Kemudian penulis mengajukan draf SPO tersebut kepada Ibu Yani Setiasih, S.Kep., Ners selaku perwakilan dari ruang NICU dan pembuat SPO Pemasangan

Nesting sebelumnya. Pada saat mengajukan draf penulis terkendala karena pada saat itu Ibu Yani sedang cuti. Penulis menitipkan hardcopy draf SPO pada ruangan NICU dan dibantu oleh kepala ruang Anturium untuk mengirimkan softcopy kepada beliau melalui whatshapp.

60


Setelah membuat kontrak bertemu, penulis berkonsultasi dengan Ibu Yani. Beliau menambahkan di beberapa bagian untuk memperjelas lagi maksud dari langkahlangkah yang ada di SPO. Kemudian beliau menyarankan untuk menggunakan gambar bayi yang asli pada draf SPO tersebut, mengurutkan kembali perpindahan dari satu posisi ke posisi lain pada langkah SPO tersebut. Kemudian penulis melakukan perbaikkan SPO sesuai dengan arahan dan masukkan dari beliau.

Gambar 4.13 percakapan melalui whatsapp dengan Ibu Yani Setiasih, S.Kp. untuk berkoordinasi terkait revisi SPO tanggal 11 Juni 2021

Gambar 4.14 draf SPO pemasangan Nesting yang diberi masukkan oleh Ibu Yani Setiasih, S.Kp

61


Gambar 4.15 Draf SPO Pemasangan Nesting yang telah direvisi sesuai arahan dari Ibu Yani Setiasih, S.Kp. Setelah mendapat persetujuan dari kepala ruangan Anturium dan NICU, kemudian penulis mengajukan draf SPO pemasangan nesting ke bidang keperawatan. Bidang Keperawatan (Bapak Arif) menyarankan untuk menebalkan (Bold) bagian langkah yang direvisi pada SPO yang baru. Kemudian penulis melakukan perbaikkan. Draf SPO disetujui oleh bidang keperawatan dan akan segera diteruskan untuk mendapat tanda tangan dari direktur.

Gambar 4.16 Penulis meminta persetujuan kepada Ruang NICU (Ibu Yani Setiasih, S.Kp) tanggal 14 Juni 2021

62


Gambar 4.17 Penulis meminta persetujuan kepada Bidang Keperawatan (Bapak Arif Hidayat S.Kep,Ns. Dan Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) tanggal 17 Juni 2021

Gambar 4.18 verbal SPO dan draf SPO yang disetujui oleh bidang keperawatan

Gambar 4.19 SPO Pemasangan Nesting revisi 2021 yang telah di tanda tangani direktur dan di upload pada laman web arsip RSHS tanggal 1 Juli 2021 63


B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Etika Publik Ketika berdiskusi tentang draft revisi SPO menggunakan bahasa yang sopan santun dan hormat kepada mentor dan kepala ruangan. Kemudian menerima arahan dan masukkan yang diberikan oleh mentor dan kepala ruangan. Meminta persetujuan SPO pemasangan nesting setelah melakukan perbaikkan pada draft revisi SPO sesuai arahan dan masukkan yang diberikan dan sesuai alur dan prosedur yang berlaku. 2. Komitmen Mutu Dalam melakukan revisi SPO menggunakan literature dari berbagai media yang tersedia, dengan kriteria terbaru/update (maksimal 5 tahun terakhir), diakui, terpercaya, dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian membuat draft revisi SPO menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti berdasarkan literatur terbaru tersebut. C. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat pedoman tindakan yang mengikuti perkembangan IPTEK sehingga dapat dijadikan acuan dalam melalukan tindakan kepada pasien. Dengan adanya SPO tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama pemberian nesting sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. D. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting ini mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu Integritas, profesional dan inovatif. Dimana dalam proses revisi SPO tersebut menggambarkan kejujuran, amanah serta menjunjung etika dalam menjalankan tugas. Selain itu kegiatan merevisi SPO juga menggambarkan inovatif yaitu keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan. E. Analisis Dampak Dalam memberikan tindakan kepada pasien, perawat berpedoman pada SPO sebagai acuan yang digunakan di rumah sakit. Dengan adanya SPO diharapkan perawat akan satu pandangan dalam memberikan tindakan kepada pasien sehingga terjadi 64


keseragaman dalam memberikan pelayanan. Oleh karena itu, kegiatan revisi SPO merupakan kegiatan yang penting untuk menghasilkan pedoman yang dapat diaplikasikan oleh perawat dalam memberikan tindakan. Apabila nilai-nilai ANEKA dan pemahaman peran dan kedudukan ASN tidak diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan revisi SPO, maka akan menyebabkan kegiatan yang telah dirancang tidak berjalan dengan baik. Jika hal ini terjadi maka SPO yang dihasilkan pun akan menjadi kurang maksimal yang akan mempengaruhi standar pemberian pelayanan. Kegiatan 4 Membuat materi dan media edukasi untuk sosialisasi Tanggal

28 Mei -12 Juni 2021

Tahapan Kegiatan

1. Mengumpulkan bahan materi pembuatan media sosialisasi tentang Nesting

2. Melakukan diskusi dengan kepala ruangan, dan senior untuk materi yang telah disusun

3. Membuat ppt untuk edukasi nesting 4. Membuat video tentang pemberian nesting Daftar Lampiran

Foto kegiatan, PPT dan video tentang nesting

Kegiatan membuat materi dan media edukasi untuk sosialisasi direncanakan dilaksanakan pada minggu kedua sampai minggu ketiga bulan Juni 2021. Kegiatan ini dimulai seminggu lebih awal dari waktu rencana kegiatan aktualisasi. Hal ini dikarenakan setelah berdiskusi dengan kepala ruangan Anturium, rencana kegiatan sosialisasi akan diadakan di minggu kedua bulan Juni sehingga penulis mengerjakan lebih awal seminggu agar dapat memenuhi deadline waktu yang telah disepakati. Adapun penjelasan dari tahap kegiatan ini adalah sebagai berikut : A. Tahapan Kegiatan 1. Mengumpulkan bahan materi pembuatan media sosialisasi tentang Nesting

Output : Guideline, jurnal dan buku tentang nesting, positioning, dan developmental care

65


Gambar 4.20 bahan literature dalam proses pembuatan PPT dan Video 2. Melakukan diskusi dengan kepala ruangan dan senior untuk materi yang telah disusun

Output : Hasil diskusi dengan kepala ruangan dan senior. Pada saat melakukan kegiatan diskusi dengan kepala ruangan Anturium (Ibu Enung Rina, S.Kp), beliau menyarankan untuk lebih membahas tentang ketentuan pembuatan nesting dan posisi apa saja yang dapat diberikan kepada bayi sesuai dengan indikasi dan kontra indikasinya.

Gambar 4.21 Penulis sedang berdiskusi dengan kepala ruangan Anturium Ibu Enung Rina, S.Kp. tentang materi PPT dan video edukasi tentang nesting pada tanggal 10 Juni 2021

66


Pada saat berdiskusi dengan perawat senior (Teh Diar) memberi masukkan untuk lebih fokus dan terarah, beliau akan menyampaikan materi Developmental Care secara umum dan menyarankan kepada penulis untuk menyampaikan tentang

nesting dan positioning secara lebih detail. Selain itu beliau juga menyarankan untuk mengulas dari jurnal-jurnal terbaru terkait materi yang akan diberikan.

Gambar 4.22 Percakapan whatsapp dengan Teh Diar terkait koordinasi untuk materi dan teknis saat sosialisasi 3. Membuat ppt untuk edukasi nesting

Output : PPT tentang nesting tersedia

Gambar 4.23 PPT tentang nesting

67


4. Membuat video tentang pemberian nesting

Output : Video tentang pemberian nesting tersedia Pada saat membuat video tentang pemberian nesting ini penulis mendapat masukkan dari wakil kepala ruangan (Ibu Tuti Hastuti, S.Kep, Ns) untuk membuat 2 versi video, yaitu versi menggunakan boneka peraga dan versi pada pasien bayi. Beliau menyarankan demikian dengan maksud jika video pemberian nesting ini akan di upload ke media sosial, maka dapat menggunggah video yang menggunakan boneka peraga. Sedangkan video pada pasien bayi digunakan untuk edukasi saat sosialisasi. Sebelum melakukan pengambilan video pemasangan nesting pada pasien bayi, penulis meminta izin terlebih dahulu kepada kepala ruangan dan kepada perawat yang berjaga pada saat itu. Kemudian penulis memilih bayi dengan kondisi yang cukup stabil untuk dilakukan perekaman pemasangan nesting dengan berbagai posisi. Pada saat melakukan perekaman video menggunakan boneka peraga, penulis mengalami kesulitan dalam memposisikan boneka peraga sesuai dengan SPO. Hal ini dikarenakan bentuk boneka peraga kaku dan tidak fleksibel sehingga sulit untuk memberikan berbagai posisi yang dihendaki. Penulis merasa jika menggunakan boneka peraga, output yang dihasilkan menjadi kurang maksimal karna sulit untuk mengaplikasikan pemasangan nesting yang sesuai dengan paduan dan detail-detail yang diharapkan tidak dapat dimunculkan. Akhirnya penulis memilih untuk menyelesaikan editing video pemberian nesting yang dilakukan pada pasien bayi. Harapan penulis video yang dihasilkan dapat memberikan gambaran lebih jelas dan detail kepada perawat sehingga dapat mengaplikasikan pemasangan nesting sesuai dengan SPO yang telah dibuat.

Gambar 4.24 Saat penulis melakukan pemasangan nesting pada boneka peraga

68


Gambar 4.25 Saat penulis melakukan pemasangan nesting pada bayi

Gambar 4.26 file video yang direkam dan proses editing video edukasi tentang pemasangan nesting pada berbagai posisi

B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Komitmen Mutu Pada kegiatan mengumpulkan bahan materi pembuatan media sosialisasi tentang

nesting, penulis mencari dan menyiapkan bahan literatur dari berbagai media yang tersedia seperti guideline, jurnal dan buku, dengan kriteria terbaru, terpercaya dan dikeluarkan oleh lembaga/institusi yang terpercaya. Hal ini dilakukan penulis demi menjaga kualitas materi yang akan disampaikn dalam. Bahan yang telah terkumpul kemudian disusun menjadi meteri dalam bentuk

power point. Dalam membuat power point penulis menerapkan prinsip komitmen

69


mutu yaitu efektif dan efisien dimana penulis membuat ppt yang singkat padat dan jelas serta mudah dipahami. Selain itu, penulis juga membuat media edukasi dalam bentuk video sebagai bentuk inovasi yang dinilai lebih efektif dan efisien sebagai media tambahan dalam penyampaian materi tentang nesting, dimana kita perlu mencontohkan atau mempraktekkan tindakan pemberian nesting tersebut. Dengan adanya video tentang pemasangan nesting dan positioning diharapkan peserta sosialisasi mampu mendapat gambaran serta pemahaman bagaimana cara pemberian nesting yang sesuai dengan pedoman (SPO) yang telah dibuat. 2. Etika Publik Ketika berdiskusi dengan kepala ruangan dan senior tentang materi yang akan disampaikan pada saat sosialisasi, penulis menyampaikannya dengan ramah dan menggunakan bahasa yang sopan dan santun serta penuh rasa hormat. Kemudian menerima arahan dan masukkan dari senior dan kepala ruangan mengenai poin-poin penting

mana

yang

harus

disampaikan

dan

diberikan

penekanan

saat

menyampaikannya. 3. Anti korupsi Dalam rangkaian kegiatan membuat materi tentang nesting dari menyiapkan hingga menyusun materi, penulis menerapkan sikap jujur dengan mengambil materi dari literatur yang terbaru dan terpercaya, tanpa mengurangi maupun menambahkan isi dari literatur tersebut. 4. Akuntabilitas Pada kegiatan membuat materi dan media sosialisasi tentang nesting, penulis mengutamakan rasa tanggung jawab dan integritas, memberikan yang terbaik untuk menghasilkan ppt dan video yang bermanfaat bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pemberian nesting. C. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Membuat materi dan media edukasi untuk sosialisasi tentang nesting merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan perawat sehingga diharapkan mampu berkontribusi dalam proses peningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama pemberian nesting sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,

70


Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. D. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan membuat materi dan media edukasi untuk sosialisasi mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu integritas, professional, inovatif dan tulus. Dimana dalam proses membuat materi dan media edukasi tersebut menggambarkan kejujuran, amanah serta menjunjung etika. Selain itu kegiatan membuat media edukasi berupa video pemberian nesting juga menggambarkan inovatif yaitu keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan, dimana diharapkan dengan adanya video pemasangan nesting tersebut dapat membantu perawat untuk mendapatkan gambaran tentang seperti apa tindakan pemasangan nesting yang sesuai dengan pedoman (SPO). Dalam proses kegiatan ini, penulis juga berkontribusi dengan menerapkan nilai organisasi tulus yaitu keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif. E. Analisis Dampak Kegiatan membuat materi dan media edukasi ini penting dilakukan sebelum melakukan sosialisasi. Dimana dalam rangkaian kegiatan tersebut, penulis menerapkan nilai-nilai ANEKA. Apabila nilai-nilai ANEKA dan pemahaman peran dan kedudukan ASN tidak diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan membuat materi dan media edukasi untuk sosialisasi, maka akan menyebabkan kegiatan yang telah dirancang tidak berjalan dengan baik. Jika hal ini terjadi maka PPT maupun video yang dihasilkan akan menjadi kurang maksimal yang akan mempengaruhi materi dan media yang akan disampaikan tidak memenuhi tujuan. Kegiatan 5 Melakukan sosialisasi antar perawat untuk berbagi informasi tentang pemberian nesting Tanggal

13 Juni 2021

Tahapan Kegiatan

1. Membuat janji dengan mentor/ kepala ruangan untuk izin melakukan sosialisasi 2. Mengajukan materi dan jadwal untuk sosialisasi 3. Melakukan sosialisasi tentang pemberian nesting melalui

zoom meeting 4. Mendokumentasikan kegiatan sosialisasi

71


Daftar Lampiran

Foto dokumentasi kegiatan sosialisasi via zoom meeting, absensi kegiatan

Kegiatan sosialisasi antar perawat untuk berbagi informasi tentang pemberian

nesting merupakan kegiatan kelima yang dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2021. Kegiatan ini dimulai dengan membuat janji dengan kepala ruangan untuk melakukan sosialisasi

dan

mengajukan

materi.

Kemudian

melakukan

sosialisasi

dan

mendokumentasikan kegiatan. Adapun penjelasan dari setiap tahapan kegiatan adalah sebagai berikut : A. Tahapan Kegiatan 1. Membuat janji dengan kepala ruangan untuk izin melakukan sosialisasi

Output : Jadwal kegiatan terbentuk Untuk kegiatan ini, penulis sebelumnya telah berkoordinasi dengan kepala ruangan dan disarankan untuk sosialisasi pada minggu kedua bulan Juni 2021 mengikuti jadwal DRK ruang Anturium yang itu pada minggu kedua dan keempat pada setiap bulan. Beliau memberi saran untuk sosialisasi minggu kedua karena tema DRK pada minggu kedua selajan dengan aktualisasi yang akan penulis lakukan yaitu tentang

developmental care, dimana salah satu bagian dari developmental care adalah nesting. Penulis disarankan berkolaborasi dengan senior diruangan yang akan memberikan materi tentang developmental care.

Gambar 4.27 Percakapan melalui whatsapp dengan Ibu Enung Rina, S.Kp. yang berisi saran untuk waktu sosialisai pada tanggal 23 Mei 2021

72


2. Mengajukan materi dan jadwal untuk sosialisasi

Output : Materi dan jadwal sosialisasi disetujui Pada tanggal 5 Juni 2021 penulis mengkonfirmasi kembali kepada kepala ruangan untuk jadwal sosialisasi yang telah disepakati sebelumnya dan disepakati akan dilakukan sosialisasi pada tanggal 12 Juni 2021. Kemudian penulis melanjutkan berkoordinasi dengan kepala ruangan untuk mendapatkan persetujuan terhadap materi yang akan disampaikan. Penulis mengkonfirmasi kembali untuk pelaksanaan sosialisasi dan mendapatkan jawaban sosialisasi diundur tanggal 13 Juni 2021. Setelah materi dan jadwal disepakati, kemudian dilakukan pembagian link zoom

meeting di grup whatsapp DRK ruang Anturium.

Gambar 4.28 percakapan melalui whatsapp dengan Ibu Enung Rina, S.Kp. tentang kesepakatan jadwal sosialisasi pada tanggal 5 Mei dan 10 Mei 2021

Gambar 4.29 percakapan whatsapp grup DRK ruang Anturium untuk pembagian link zoom meeting sosialisasi Developmental Care dan Nesting

73


3. Melakukan sosialisasi tentang pemberian nesting melalui zoom meeting

Output : Sosialisasi terlaksana Pada tanggal 13 Juni 2021 dilakukan sosialisasi pemberian nesting kepada perawat di ruang Anturium melalui media zoom meeting. Sosialisasi ini dihadiri oleh 43 orang termasuk di dalamnya penulis dan pengawas Ruang Anak (Ibu Masriah). Pada kegiatan sosialisasi tersebut diawali dengan pemaparan Teh Diar tentang

developmental care. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan penulis tentang nesting menggunakan media power point dan dibantu dengan video tentang pemasangan nesting. Penulis juga menyampaikan tentang draf revisi SPO pemasangan nesting. Setelah pemaparan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan masukkan dari kepala ruangan. Pada akhir kegiatan sosialisasi penulis juga membagikan link google form untuk kuesioner evaluasi tentang pemaparan nesting. Kemudian kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama.

Gambar 4.30 zoom meeting kegiatan sosialisasi developmental care dan nesting pada tanggal 13 Juni 2021

74


4. Mendokumentasikan kegiatan sosialisasi

Output : Foto pelaksanaan sosialisasi Kegiatan sosialisasi ditutup dengan foto bersama seluruh peserta DRK.

Gambar 4.31 zoom meeting foto bersama kegiatan sosialisasi developmental care dan nesting pada tanggal 13 Juni 2021

Gambar 4.32 Absensi kegiatan sosialisasi yang diisi melalui link google form B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas Penulis memulai melaksanakan kegiatan sosialisasi dengan menepati janji yang dibuat dengan kepala ruangan dengan penuh tanggung jawab untuk melaksanakan sosialisasi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kemudian penulis juga

75


menyampaikan dengan penuh rasa tanggung jawab atas materi yang dipaparkan pada kegiatan sosialisasi. 2. Etika Publik Dalam rangkaian kegiatan sosialisasi ini dimulai dari berkonsultasi dengan kepala rungan tentang jadwal, penulis berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik. Selain berkonsultasi tentang jadwal, penulis juga meminta persetujuan kepada kepala ruangan tentang materi yang akan disampaikan. Dalam kegiatan tersebut penulis menggunakan bahasa yang santun dan menghormati serta mau menerima masukkan dan saran yang diberikan. Penulis juga berkoordinasi dengan perawat senior untuk teknis penyampaian materi pada saat DRK. Pada saat melakukan sosialisasi penulis menggunakan bahasa yang sopan, santun dan mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu menyampaikan dengan penuh rasa menghormati kepada perawat dimana merupakan rekan sejawat yang lebih senior daripada penulis. 3. Komitmen Mutu Pada saat penyampaian materi, penulis berusaha untuk menyampaikan materi dengan komunikasi yang baik, menggunakan bahasa yang padat dan jelas sehingga sosialisasi yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien, sesuai jadwal yang telah disepakati agar tidak menyita banyak waktu dari perawat. C. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Pelaksanaan kegiatan sosialisasi pemberian nesting ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengupdate kembali pemahaman dan pengetahuan perawat sehingga diharapkan mampu berkontribusi dalam proses peningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan terutama pemberian nesting sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. D. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan sosialisasi pemberian nesting ini mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu inovatif, unggul, integritas dan professional. Kegiatan sosialisasi pemberian nesting menggambarkan nilai unggul yaitu keinginan untuk menjadi yang terbaik dan mengasilkan kualitas prima dengan terus mengupdate kemampuan sehingga dapat terus berinovasi tentang perubahan kearah yang lebih baik. Selain itu dimana 76


diharapkan dengan adanya adanya sosialisasi ini menguatakan nilai integritas dan professional yang harus selalu dijaga oleh perawat dalam memberikan pelayanan. E. Analisis Dampak Kegiatan sosialisasi di ruangan anturium merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dua kali sebulan yang diagendakan dalam kegiatan DRK (Diskusi Refleksi Kasus). Pelaksanan sosialisasi pemberian nesting sendiri dilakukan mengikuti jadwal DRK diruangan. Dalam pelaksanaan sosialisasi ini, diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik, jika penulis tidak menerapkan nilai-nilai ANEKA pada proses ini maka sosialisasi yang dihararapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas pemberian asuhan menjadi tidak optimal yang akan mengakibatkan pelayanan prima yang ingin didicapat belum terlaksana. Kegiatan 6 Evaluasi hasil kegiatan pemberian nesting Tanggal

13 Juni – 3 Juli 2021

Tahapan Kegiatan

1. Melakukan evaluasi pada petugas 2. Merekap hasil evaluasi berupa hasil kuisioner dan hasil observasi 3. Membuat simpulan dari hasil evaluasi kegiatan

Daftar Lampiran

Rekapan hasil kuisioner dan hasil observasi, jadwal dinas perawat, Foto dokumentasi

Kegiatan evaluasi hasil kegiatan pemberian nesting dilakukan dari tanggal 13 Juni – 3 Juli 2021. Kegiatan ini dimulai dari melakukan evaluasi pada petugas, merekap hasil evaluasi berupa hasil kuesioner dan hasil observasi serta membuat simpulan dari hasil evaluasi kegiatan. Adapun penjelasan dari setiap tahap kegiatan ini adalah sebagai berikut : A. Tahapan Kegiatan 1. Melakukan evaluasi pada petugas

Output : Evaluasi dilakukan dengan kuisioner post test dan observasi kesesuaian perilaku dengan checklist tindakan sesuai SPO pemberian nesting. Kegiatan evaluasi ini dilakukan dari tanggal 13 Juni 2013 – 3 Juli 2021. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana petugas mengerti dan dapat

77


melaksanakan pemberian nesting sesuai dengan SPO. Evaluasi dilakukan dengan kuisioner post test yang dibagikan setelah sosialisasi dilakukan serta dengan melakukan observasi (pengamatan) kesesuaian perilaku dengan checklist tindakan yang disusun berdasarkan SPO pemberian nesting. Evaluasi berupa kuesioner post test berisi 8 pertanyaan dan diberikan setelah kegiatan sosialisasi dilakukan. Kuesioner post test dibuat dalam bentuk google form.

Link google form dibagikan kepada perawat pada saat sosialisasi dilangsungkan, dibagikan melalui kolom chat zoom meeting. Selain itu link google form kuesioner

post test juga dibagikan pada whatsapp grup DRK ruang Anturium.

Gambar 4.33 kegiatan pembagian link kuesioner evaluasi sosialisasi pada kolom chat zoom meeting dan whatsapp grup DRK Anturium serta tampilan kuesioner post

test

78


Kegiatan observasi (pengamatan) pemberian nesting yang dilakukan oleh perawat dilakukan saat penulis berdinas. Penulis melakukan pengamatan kepada perawat dalam melakukan pemberian nesting kepada bayi yang dirawat selama jam dinas.

Gambar 4.34 Daftar dinas perawat ruangan Anturium selama penulis melaksanakan Aktualisasi mulai 1 Juni – 5 Juli 2021

Gambar 4.35 saat perawat sedang melakukan pemasangan nesting pada bayi selama masa aktualiasi penulis di ruang Anturium tanggal 13 Juni – 3 Juli 2021

79


2. Merekap hasil evaluasi berupa hasil kuisioner dan hasil observasi

Output : Data hasil kuisioner dan hasil observasi Hasil Kuesioner Penulis melakukan rekapitulasi terhadap hasil kuesioner post test. Hasil dari kuesioner disajikan dalam bentuk diagram berikut ini : a. Pertanyaan 1

Pada pasien apakah pemasangan nesting dilakukan? bayi <2500gr 19% bayi prematur ≤ 34 minggu atau bayi <2500gr 81%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 81% perawat menjawab benar yaitu pemasangan nesting dilakukan pada bayi prematur ≤ 34 minggu atau bayi <2500gr b. Pertanyaan 2 Bagaimana pemasangan nesting pada bayi? bayi diletakkan di atas nest 5% bayi diletakkan di dalam nest 95%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 95% perawat menjawab benar yaitu pemasangan nesting pada bayi adalah bayi diletakkan di dalam nest.

80


c. Pertanyaan 3 Bagaimana posisi bayi saat dipasangkan nesting? normal lurus 3%

normal flexi 97%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 97% perawat menjawab benar yaitu posisi bayi saat dipasangkan nesting adalah normal flexi. d. Pertanyaan 4

Bagaimana nest dibuat? minimal selebar tubuh bayi 8%

tidak ada patokkan khususnya 3%

minimal ½ tebal tubuh bayi 35%

minimal setinggi tebal tubuh bayi 54%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 54,1% perawat menjawab benar yaitu

nest dibuat minimal setinggi tebal tubuh bayi. e. Pertanyaan 5 posisi apa saja yang bisa diberikan saat bayi menggunakan nesting? pronasi dan supinasi 5%

pronasi, supinasi dan lateral 95%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 95% perawat menjawab benar yaitu posisi yang bisa diberikan saat bayi menggunakan nesting yaitu pronasi, supinasi dan lateral.

81


f. Pertanyaan 6 bayi premature dengan RDS sebaiknya diberikan posisi apa? lateral 5%

supinasi 38% pronasi 57%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 56% perawat menjawab benar yaitu bayi premature dengan RDS sebaiknya diberikan posisi pronasi. g. Pertanyaan 7 Bayi dengan Gastroesofageal refluks sebaiknya diberikan posisi apa? lateral kiri 5%

supinasi 14%

pronasi 16%

lateral kanan 65%

Dari diagram di atas diketahui sebanyak 56% perawat menjawab benar yaitu bayi dengan Gastroesofageal refluks sebaiknya diberikan posisi lateral kanan. h. Pertayaan 8

saat menggunakan nesting, apakah posisi bayi harus diubah tidak perlu dirubah. 3%

diubah 4 jam sekali 17%

diubah 3 jam sekali 80%

82


Dari diagram di atas diketahui sebanyak 80% perawat menjawab benar yaitu saat menggunakan nesting, posisi bayi harus diubah 3 jam sekali. Hasil Observasi Observasi pemberian nesting yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dilakukan dengan mengamati kesesuaian perilaku dengan checklist tindakan SPO pemberian nesting. Selama penulis berdinas, penulis melakukan observasi kepada 27 perawat dari total 46 perawat. Hal ini terjadi karena penulis tidak melakukan observasi kepada kepala ruangan dan wakil kepala ruangan yang total berjumlah 3 orang. Kemudian penulis juga tidak melakukan observasi kepada 8 perawat yang berdinas di level 1, karena bayi yang dirawat di level 1 tidak ada yang menggunakan nesting. Selebihnya selama melakukan kegiatan evaluasi, penulis tidak melakukan observasi kepada perawat karena alasan: pindah ke ruang Asnawati (3 perawat), menjalani isolasi mandiri (4 orang) dan tidak pernah sedinas (1 perawat). Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil observasi pemasangan nesting yang dilakukan perawat Langkah SPO Pemasangan Nesting

Inisial

No.

Perawat

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1.

NW

2.

EY

3.

ID

4.

DJ

5.

AI

6.

MV

7.

RY

8.

NK

9.

HA

10.

FY

11.

SI

12.

ISi

13.

ND

14.

CL

15.

SY

16.

RW

17.

SP

18.

AF

83

√ √

√ √


19.

FA

20.

NS

21.

SH

22.

DK

23.

NA

24.

EF

25.

IS

26.

TS

27.

PP

TOTAL

√ √

27

27

27

27

19

8

3

19

27

Keterangan : 1 : Melakukan hand hygiene (lihat SPO handwash dan SPO handrub) 2 : Mempersiapkan nesting yang terbuat dari selembar selimut atau beberapa lembar kain pernel ditumpuk kemudian digulung sampai kain pernelnya habis di atas meja yang telah didekontaminasi 3 : Memasang nesting melingkari badan bayi dengan posisi seperti di dalam kandungan (fleksi/semua badan mengarah ke tengah) 4 : Memposisikan neonatus (supine) 5 : Memposisikan neonatus (side-lying atau lateral) 6 : Memposiskan neonatus (Quarter Prone) 7 : Memposisikan neonatus (prone) 8 : Merubah posisi neonatus maksimal setiap 3 jam 9 : Memastikan bayi merasa nyaman di dalam nesting Sebelum dilakukan sosialisasi, melalui hasil observasi bayi yang diberikan nesting sebagian besar hanya diposisikan supinasi. Selain itu posisi kaki dari bayi saat diberikan nesting pada posisi supinasi masih kurang tepat (belum berada dalam posisi normal fleksi yang sempurna) Saat dilakukan evaluasi dengan mengobservasi pemberian nesting didapatkan hasil sebagian perawat telah benar dalam memberikan nesting dan memposisikan bayi. Bayi sudah mulai dirubah posisinya (tidak hanya posisi supinasi). Selain itu detail-detail posisi pada saat pemberian nesting juga lebih diperhatikan. Pemberian posisi pada bayi sendiri harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi pemberiannya, dan sebagian perawat telah memahami hal tersebut.

84


Namun untuk memposiskan bayi dalam posisi pronasi dan quarter prone hanya dilakukan oleh sebagian kecil perawat. Hal ini disebabkan karna untuk memberikan posisi ini harus diiringi dengan pemasangan monitor kardiorespiratori untuk memantau status oksigenasi

Gambar 4.36 pemberian nesting kepada bayi yang dilakukan oleh perawat sebelum sosialisasi tanggal 13 Juni 2021

Gambar 4.37 pemberian nesting kepada bayi yang dilakukan oleh perawat setelah sosialisasi tanggal 13 Juni 2021) 3. Membuat simpulan dari hasil evaluasi kegiatan Output : kesimpulan dari evaluasi yang dilakukan Dari rekapitulasi hasil kuesioner didapatkan kesimpulan terjadi peningkatan pengetahuan perawat. Peningkatan yang ditunjukkan dalam rentang 10-20%. Hal ini dapat terlihat dari perbandingan berikut ini : • Perawat telah mampu mengidentifikasi pada pasien apa saja pemberian nesting dilakukan yaitu bayi prematur ≤ 34 minggu atau bayi < 2500 gr. Dari kedua diagram di bawah ini dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 7%.

(diagram hasil kuesioner Pengkajian awal (kiri) dan post test (kanan)) 85


• Perawat mampu mengidentifikasi bagaiman pemasangan nesting pada bayi yaitu bayi diletakkan di dalam nest. Dari kedua diagram di bawah ini dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 0,3% dan tidak ada ada yang menjawab nesting dipasang mengelilingi bayi.

(diagram hasil kuesioner Pengkajian awal (kiri) dan post test (kanan)) • Perawat mengetahui bagaimana posisi bayi saat dipasangkan nesting yaitu posisi normal fleksi. Dari kedua diagram di bawah ini dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 10,1%.

(diagram hasil kuesioner Pengkajian awal (kiri) dan post test (kanan)) • Perawat mengetahui bagaimana nest dibuat yaitu setinggi tebal tubuh bayi. Dari kedua diagram di bawah ini dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 13,1%.

(diagram hasil kuesioner Pengkajian awal (kiri) dan post test (kanan)) • Perawat mengetahui posisi apa saja yang dapat diberikan saat bayi menggunakan

nesting yaitu posisi pronasi, supinasi, side lying. Dari kedua diagram di bawah ini dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 12,5%.

86


(diagram hasil kuesioner Pengkajian awal (kiri) dan post test (kanan)) • Perawat mampu mengidentifikasi apakah posisi bayi harus diubah saat terpasang

nesting yaitu diubah maksimal 3 jam. Dari kedua diagram di bawah ini dapat diketahui terjadi peningkatan sebesar 16,5%.

(diagram hasil kuesioner Pengkajian awal (kiri) dan post test (kanan)) Berdasarkan hasil kuesioner post test, selain terjadi peningkatan, sebagian perawat juga sudah mampu mengidentifikasi pemberian posisi sesuai dengan indikasi. Sebanyak 56,8% perawat menjawab dengan benar akan memposisikan pronasi pada bayi prematur dengan RDS dan 64,9% perawat akan memposisikan lateral kanan pada bayi dengan gastroesofageal refluks. Berdasarkan

rekapitulasi

hasil

observasi

(pengamatan)

penulis

terhadap

kesesuaian perilaku perawat dengan SPO pemasangan nesting dapat disimpulkan bahwa belum tercapai sepenuhnya pemasangan nesting yang sesuai SPO. Hal ini terlihat dari ada 2 langkah dari SPO pemasangan nesting yang hanya mendapatkan nilai 70,37% yaitu pada langkah mengubah posisi bayi maksimal 3 jam dan memberikan posisi lateral. Kemudian untuk langkah pemberian posisi quarter prone dan pronasi yang masih sedikit dilakukan. Hal ini disebabkan karna untuk memberikan posisi ini harus diiringi dengan pemasangan monitor kardiorespiratori untuk memantau status oksigenasi. Selain itu, untuk pemberian posisi sendiri tidak bisa dilakukan sama rata atau dilakukan semua pada bayi pada saat pemasangan nesting. Karena untuk pemberian

87


posisi pada bayi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi dari setiap posisi yang diberikan. Selain itu, kegiatan evaluasi observasi kepada satu orang perawat dilakukan sesaat pada saat penulis dan perawat yang diobservasi berdinas bersama. B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas Penulis melakukan kegiatan evaluasi pemahaman dan perilaku petugas sebagai bentuk tanggung jawab dalam menjaga kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pelayanan kepada pasien. Evaluasi dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan dilakukan secara jujur. Kemudian penulis juga menyajikan data hasil kuisioner adan hasil observasi dengan penuh tanggung jawab, kejujuran, tidak ada data yang dikurangi atau ditambahkan. 2. Etika Publik Dalam membuat kesimpulan dari hasil evaluasi penulis membuat secara benar dan objektif berdasarkan hasil yang didapatkan agar semua data yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. 3. Komitmen Mutu Kegiatan evaluasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas petugas. Selain itu, dalam pengulasan evaluasi penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga diharapkan nantinya dapat lebih efektif untuk dijadikan referensi. 4. Anti Korupsi Dalam hal menyampaikan hasil evaluasi, penulis menjabarkan data apa adanya tanpa menambahkan maupun mengurangi. C. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Hasil pelaksanaan evaluasi pemberian nesting yang dilakukan diharapkan dapat menjadi bahan masukkan untuk perbaikkan dimasa yang akan dating sehingga dapat meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. D. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan evaluasi pemberian nesting ini mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu integritas, professional dan tulus. Dimana dalam rangkaian 88


kegiatan evaluasi ini penulis menerapkan nilai integritas yaitu nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas. Selain itu juga menggambarkan nilai professional yaitu nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan serta menerapkan nilai tulus yaitu keinginan untuk memberi tampa pamrih, proaktif dan responsif E. Analisis Dampak Dengan melakukan kegiatan evaluasi ini, maka dapat diketahui sejauh mana dampak dari implementasi yang dilakukan. Hasil tersebut tentu akan menjadi masukkan dan rencana tindak lanjut untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi ini, diperlukan penerapan nilai-nilai ANEKA

agar evaluasi yang

dilakukan dapat berjalan secara optimal sehingga hasil yang didapatkan diharapkan bisa menjadi gambaran untuk meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan. 4.3 PENCAPAIAN PENYELESAIAN ISU Kegiatan aktualisasi ini dilakukan sebagai bagian dari menyelesaikan isu yang diangkat penulis yaitu optimalisasi pemberian nesting sebagai bagian dari developmental

care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 tahun 2021. Adapun gagasan pemecahan isu yang dilakukan penulis terangkum dalam matriks rancangan aktualisasi. Kegiatan gagasan pemecahan isu tersebut meliputi penyampaian rancangan, melakukan pengkajian pengetahuan awal perawat, melakukan revisi pada SPO Pemasangan

Nesting, membuat media edukasi (video) pemasangan nesting, melakukan sosialisasi kepada perawat dan melakukan evaluasi. Semua kegiatan dalam aktualisasi ini dapat terlaksana. Revisi SPO pemasangan

nesting telah terupload di laman arsip RSHS. Media edukasi berupa video pemasangan nesting telah tersedia dan sosialisasi serta evaluasi pemasangan nesting telah terlaksana. Secara keseluruhan berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan terhadap pengetahuan dan pemahaman perawat terhadap pemasangan nesting. Peningkatan yang ditunjukkan dalam rentang 10-20%. Penulis memaksimalkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara membagikan link materi dan media edukasi video kepada peserta melalui kolom chat

zoom meeting maupun chat secara pribadi. Dengan dibagikannya link tersebut diharapkan perawat dapat mereview kembali materi yang ditelah disampaikan.

89


Berdasarkan hasil observasi perilaku perawat dalam kegiatan pemasangan nesting dapat dilihat bahwa tindakan pemasangan nesting sesuai SPO pemasangan nesting revisi yang terbaru, belum sepenuhnya tercapai. Hal ini terlihat dari ada 2 langkah dari SPO pemasangan nesting yang hanya mendapatkan nilai 70,37% yaitu pada langkah mengubah posisi bayi maksimal 3 jam dan memberikan posisi lateral. Kemudian untuk langkah pemberian posisi quarter prone dan pronasi yang masih sedikit dilakukan. Hal ini dapat terjadi karna untuk pemberian posisi sendiri tidak bisa dilakukan sama rata atau dilakukan semua pada saat pemasangan nesting. Karena untuk pemberian posisi pada bayi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi dari setiap posisi yang diberikan. Kegiatan pemasangan nesting merupakan kegiatan keperawatan yang dilakukan oleh perawat kepada bayi-bayi yang lahir usia kehamilan ≤34 minggu (prematur) dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Kegiatan pemasangan nesting sendiri setiap hari dilakukan oleh perawat di ruang anturium. Dalam kegiatan aktualisasi ini diharapkan mampu mengoptimalkan pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care. Diharapkan terjadi perubahan perilaku yaitu dapat memberikan nesting secara optimal dan sesuai dengan pedoman (SPO) yang berlaku. Salah satu strategi yang dilakukan dalam perubahan perilaku adalah dengan edukasi. Strategi perubahan perilaku ini dilakukan dengan pemberian pengajaran, informasi, atau penyuluhan. Pelaksanaan strategi ini memakan waktu yang cukup banyak namun dapat menghasilkan perubahan perilaku yang tahan lama. Penulis juga menyadari untuk mengubah perilaku yang merupakan kebiasan lama akan memerlukan waktu. Penulis berkoordinasi dengan kepala ruangan untuk dapat lebih mengoptimalisasikan pemberian nesting tersebut. Kepala ruangan menyarankan agar penulis memberikan contoh pada saat berdinas dengan memberikan nesting dan posisi yang sesuai pada bayi sehingga dapat menjadi contoh bagi teman-teman perawat yang lain. Selain itu penulis juga membuat tempelan dinding yang berisi penjelasan mengenai

nesting dan positioning. Tempelan dinding tersebut ditempel pada meja perawat yang ada di setiap ruangan dengan harapan perawat akan membaca dan dapat memberikan nesting dan posisi yang sesuai indikasi dan kontraindikasi kepada bayi saat berdinas. Tempelan dinding berfungsi sebagai pengingat perawat.

90


Gambar 4.38 tempelan dinding tentang nesting dan positioning) Manfaat yang didapatkan dengan terpecahkannya isu yang diangkat dalam aktualiasasi ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Individu Peserta Penulis sebagai peserta latsar mendapatkan manfaat yaitu dapat berkontribusi dalam membantu menyelesaikan isu yang berkembang di ruangan tempat penulis berdinas. Selain itu penulis juga mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan nilai-nilai PNS ANEKA dan peran serta kedudukan ASN dalam kegiatan pemecahan isu tersebut sehingga diharapkan dapat membentuk penulis sebagai PNS yang berkarakter. b. Pimpinan Langsung/Unit Kerja Dengan terselesaikannya masalah optimalisasi pemberian nesting, pimpinan langsung penulis mendapat manfaat yaitu membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman perawat yang bekerja di ruang Anturium tentang pemberian nesting sehingga diharapkan pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas dan paripurna dapat dirasakan oleh bayi. Selain itu, output yang dihasilkan dari kegiatan aktualisasi ini dapat dijadikan pedoman untuk pemberian pemberian nesting (SPO) dan media untuk edukasi dan review bagi perawat (materi dan video pemberian nesting)

91


c. StakeHolder Dengan terselesaikannya isu tersebut diharapkan perawat dalam memberikan asukan keperawatan terutama pemberian nesting dapat dilakukan sesuai dengan SPO yang ada. Dengan begitu diharapkan perkembangan dan pertumbuhan bayi dapat optimal sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian pada bayi.

92


BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Nilai -Nilai PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) merupakan nilai yang membentuk seorang PNS yang professional dan berkarakter. Implementasi nilai ANEKA dalam masa aktualisasi ini memberikan dampak yang besar. Dengan dilandasi nilai ANEKA, setiap tahapan kegiatan aktualisasi dapat berjalan dengan lancar. Mengintegrasikan nilai ANEKA dalam kegiatan aktualisasi sangat penting untuk membentuk pribadi penulis agar menjadi PNS yang professional dan berintegritas tinggi dalam melayani publik serta mampu menerapkan prinsip whole of

government. Kegiatan aktualisasi ini dilakukan sebagai bagian dari menyelesaikan isu yang diangkat penulis yaitu optimalisasi pemberian nesting sebagai bagian dari developmental

care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 tahun 2021. Gagasan yang diangkat untuk mengoptimalisasikan pemberian nesting diantara adalah melakukan revisi pada SPO pemasangan nesting, membuat materi dan media edukasi berupa video pemasangan nesting serta melakukan kegiatan sosialisasi pemasangan nesting kepada perawat. Revisi SPO Pemasangan nesting diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang professional kepada pasien. Pada SPO pemasangan nesting telah dilengkapi dengan gambar pada setiap langkah tindakan. Dengan adanya gambar diharapkan dapat membantu perawat dalam memahami lebih jelas tentang langkah tindakan yang akan diberikan sehingga tindakan yang diberikan dapat dilakukan secara benar dan seragam. Inovasi berupa media edukasi video pemasangan nesting dan pemberian berbagai posisi dapat membantu perawat untuk lebih memahami dan memberikan contoh bagaimana langkah-langkah pemasangan nesting. Bentuk video sendiri memudahkan perawat sehingga dapat diputar berulang kali. Dengan adanya SPO dan media edukasi tersebut diharapkan perawat dapat lebih optimal lagi dalam memberikan tindakan nesting kepada bayi khususnya bayi BBLR dan prematur. Pemasangan nesting dan pemberian posisi yang tepat dapat membantu bayi untuk beradaptasi, bertumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan demikian diharapkan angka kesakitan dan angka kematian neonatal dini dapat diturunkan.

93


Pelaksanaan aktualisasi ini mendukung SKP penulis yaitu melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif. Selain itu, pelaksanaan aktualisasi ini juga berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS. Selain itu dapat memperkuat nilai-nilai organisasi RSHS yaitu kepemimpinan, professional, inovatif, tulus, unggul dan integritas. 5.2 Saran Berdasarkan pelaksaaan aktualisasi yang telah dilakukan diharapkan peserta dapat mengimplementasikan nilai-nilai ANEKA saat bekerja di unit kerja maupun diluar pekerjaan. Selain itu diharapkan peserta mampu memahami pera dan kedudukan ASN dalam managemen ASN, Whole of Government dalam memberikan pelayanan publik sehingga dapat menjadi PNS yang professional dan berkarakter. Untuk bidang keperawatan diharapkan mengoptimalisasi penerapan SPO pemasangan nesting pada ruang perawatan Anturium dan NICU. Hasil inovasi berupa media video edukasi pemasang nesting diharapkan dapat digunakan sebagai media edukasi kepada perawat yang tidak hanya di ruang Anturium tetapi juga di ruangan lain di lingkungan RSHS maupun di luar lingkungan RSHS.

94


DAFTAR PUSTAKA Eliyanti, Yeni. Nasaratri Hasta Noeraini. 2020. Pengaruh Nesting Terhadap Perubahan Fisiologis Bayi Prematur di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Media Kesehatan Volume 13 Nomor 2, Desember 2020 Efendi, Defi. Dian sari, dkk. 2019. Pemberian Posisi (Positioning) dan Nesting pada Bayi Prematur: Evaluasi Implementasi Perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 22 No.3, November 2019, 169-181 Hotmayda, Hertaty. Tuti Asrianti, dkk. 2019. Pengetahuan Perawat Tentang

Developmental Care pada Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana Vol. 2 No. 2, 31 Agustus 2019 Komisi Pemberantasan Korupsi. 2021. Anti Korupsi. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Lembaga Administrasi Negara. 2019. Analisis Isu Kontemporer. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2019. Akuntabilitas. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2019. Nasionalisme. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2019. Etika Publik. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.


Lembaga Administrasi Negara. 2019. Komitmen Mutu. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Pelayanan Publik. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Goverment. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Utami, Tri Andar. 2015. Pengaruh Penerapan Developmental Care Terhadap Stres Fisiologis Pada BBLR di Ruang Perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta. Surakarta: Stikes Kusuma Husada Saprudin, Nanang, dkk. 2018. Pengaruh Penggunaan Nesting Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Saturasi Oksigen Dan Frekuensi Nadi Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Kota Cirebon. Jurnal Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal, Vol. 09 No. 02, Desember 2018 Utama, Rahma Widya. 2019. Analisis Praktek Klinik Keperawatan Penerapan

Developmental Care Terhadap Status Oksigenasi Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Padang: Stikes Perintis Padang Taurina, Joni Haryanto, dkk. 2021. Strategi Perawatan Mandiri Pada Bayi Berat Lahir Rendah pada Tatanan Komunitas: A Systematic Review. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol. 12 No. 2, April 2021


LAMPIRAN 1. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)


2. SPO Pemasangan Nesting










3. PPT pemasangan nesting



4. Link video pemasangan nesting https://drive.google.com/file/d/1KttSn4cuToovMaWsOojvAlruwTy4Eyxq/view?usp=s haring Link video pemasangan nesting di instagram promkes.rshs https://www.instagram.com/tv/CSLK1yZlLze/?utm_source=ig_web_copy_link


5. Absensi Sosialisasi


6. Form Pengendalian Aktualisasi oleh Coach Nama NIP Unit Keja Instansi Jabatan Isu Coach

: : : : : :

Agustin Rahayu Purnamasari, S.Kep., Ns. 199208172020122009 Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung Perawat Ahli Pertama Optimalisasi pemberian nesting sebagai bagian dari developmental care pada bayi BBLR di ruang Anturium Level 2 : DR. drg. Siti Nur Anisah, MPH

Pertemuan 1 Penyelesaian Kegiatan • Tahapan kegiatan • Output kegiatan terhadap pemecahan isu • Keterkaitan substansi mata pelatihan • Kontribusi terhadap visi-misi organisasi • Penguatan nilai organisasi

Catatan Coach

Waktu dan Media 19 Mei 2021 Zoom Meeting

Paraf


• •

• • •

Pertemuan 2 Penyelesaian Kegiatan Tahapan kegiatan Output kegiatan terhadap pemecahan isu Keterkaitan substansi mata pelatihan Kontribusi terhadap visi-misi organisasi Penguatan nilai organisasi

Catatan Coach Ada gagasan kreatif, nilai aneka ada yang harus disesuaikan”

Waktu dan Media 29 Mei 2021 Website Kolabjar

Paraf

Masukkan melalui catatan di kolabjar 29-05-2021 11:37

Pertemuan 3 Penyelesaian Kegiatan Catatan Coach 1. Untuk evaluasi • Tahapan kegiatan sudah benar • Output kegiatan dengan melakukan terhadap pemecahan observasi isu (mengamati) • Keterkaitan apakah tindakan substansi mata yang dilakukan pelatihan telah sesuai • Kontribusi terhadap 2. Untuk jumlah perawat yang visi-misi organisasi dievaluasi adalah • Penguatan nilai yang mengikuti organisasi sosialisasi

Waktu dan Media 18 Juni 2021

Whatsapp

Paraf


• •

• • •

Pertemuan 3 Penyelesaian Kegiatan Tahapan kegiatan Output kegiatan terhadap pemecahan isu Keterkaitan substansi mata pelatihan Kontribusi terhadap visi-misi organisasi Penguatan nilai organisasi

Catatan Coach 1. Untuk nilai aneka di PPT dinarasikan 2. Beri tanggal pada setiap keterangan gambar

Waktu dan Media 27 Juli 2021

Zoom Meeting

Paraf


Pertemuan 4 Penyelesaian Kegiatan • Tahapan kegiatan • Output kegiatan terhadap pemecahan isu • Keterkaitan substansi mata pelatihan • Kontribusi terhadap visi-misi organisasi • Penguatan nilai organisasi

Catatan Coach 1. Menyepakati outline laporan dan PPT 2. Judul pada PPT diatur kembali 3. Beri pembeda pada SKP yang dijadikan dasar dalam aktualisasi 4. Setiap kendala, pastikan ada solusi yang diberikan 5. Pada kesimpulan dipersingkat lagi 6. Perbaikkan di saran untuk siapa

Waktu dan Media 3 Agustus 2021

Zoom Meeting

Paraf


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.