
4 minute read
3.2 Latar Belakang Pemilihan Isu
from Optimalisasi Tindakan Keperawatan Metal Care Pada Pasien Yang Terpasang Kateter Urin DiRuang Fresia
Tingkat prioritas dari metode ini ditentukan dengan menggunakan skala penilaian 1-5, nilai 1 berarti paling rendah sedangkan nilai 5 berarti paling tinggi. Isu dengan nilai total yang paling besar adalah isu yang memiliki prioritas paling tinggi. Berikut ini merupakan hasil analisis isu menggunakan metode USG yaitu :
No Tabel 3.3 Penapisan Isu Dengan Metode USG ISU U S G Total
Advertisement
1 Belum optimalnya kepatuhan pasien dan keluarga pasien dalam melakukan pemilahan sampah. 2 Belum optimalnya tindakan keperawatan meatal care pada pasien yang terpasang kateter urin 3 Belum optimalnya edukasi cuci tangan pada keluarga pasien. 3 4 4 11
3 3 4 10
4 4 5 13
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USG diketahui core issue adalah isu ―Belum optimalnya tindakan keperawatan meatal care pada pasien yang terpasang kateter urin di ruang rawat inap fresia 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung‖.
3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu
Rumah sakit merupakan tempat untuk mencari kesembuhan namun juga merupakan sumber infeksi. Infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan menyerang pasien yang sedang dalam proses perawatan, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk rumah sakit. Kejadian HAIs juga merupakan indikator mutu dari sebuah rumah sakit.
Terdapat lima jenis HAIs yang paling sering terjadi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung diantaranya yaitu BSI (Bloodstream Infections)/IADP (Infeksi Aliran Darah Primer), CAUTI (Catheterassociated Urinary Tract Infections) / ISK (Infeksi Saluran Kemih), VAP (Ventilator-associated Pneumonia), HAP (Hospital-asociated Pneumonia), dan SSI (Surgical Site Infections)/IDO (Infeksi Daerah Operasi).
23
Catheter Associated Urinary Tract Infection (CAUTI) merupakan salah satu dari infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit yang disebabkan oleh penggunaan kateter urin. Survey CDC 2021 pada tahun 2015 kasus CAUTI (Catheter Assosiated Urinary Tract Infection) merupakan kasus infeksi nosokomial ke 5 yang paling sering dilaporkan dengan estimasi kasus sebanyak 62.700 kasus. 12%-16% pasien dewasa di RS mendapatkan tindakan pemasangan kateter selama masa perawatan di RS, dan pemsangan kateter urin pada pasien dapat meningkatkan 3%-7% resiko terjadinya ISK.
Hasil penelitian yang dilakukan di RSU Haji Surabaya oleh Sari dan Satya Bakti menemukan 15% pasien yang terpasang kateter urin terdiagnosa infeksi saluran kemih akibat kateterisasi urin pada hari ke-7 (Sari and Satyabakti, 2015).
Di RSUP Dr. Hasan Sadikin tindakan pemasangan kateter urin merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga terdapat resiko terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data yang didapat dari PPI RSHS, pada tahun 2020 didapatkan data jumlah total hari terpasangnya kateter pada pasien yaitu 21.357 dan Ruang Fresia 1 jumlah pasien terpasang kateter urin adalah 748 hari. Total laporan kejadian ISK di RSUP Dr. Hasan Sadikin selama tahun 2020 ada 6 pasien (0,28%). Walaupun hasilnya sudah melampaui target dengan angka target yaitu <4,7% akan tetapi masih terdapat kasus ISK.
CAUTI dapat menyebabkan terjadinya beberapa komplikasi seperti prostatitis, epididymitis, dan orchitis pada laki-laki dan cystitis, pyelonephritis, gram-negative bacteremia, vertebal oestomyelitis, septic arthritis, endophthalmitis dan meningitis pada pasien. Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan dari infeksi saluran kemih adalah meningkatkan angka kesakitan, meningkatkan biaya kesehatan, waktu dan tenaga yang akan dapat membebani pemerintah dan rumah sakit, petugas, pasien, keluarga, serta dapat memengaruhi citra rumah sakit (indikator mutu) (Scott R 2009 dalam CDC 2021). Telah dilaporkan setiap tahun terdapat lebih dari 13.000 kasus kematian yang berhubungan dengan ISK (Klevens etall, 2007 dalam CDC 2021).
Melihat dampak yang ditimbulkan maka dilakukanlah upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang terintegrasi seperti program (penggunaan sarung tangan dalam tindakan aseptik, membatasi transmisi organisme, sterilisasi dan disenfeksi) dan monitoring. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya CAUTI yaitu berupa penyusunan sebuah pedoman pencegahan dan pengendalian CAUTI atau yang disebut 24
bundle ISK di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Didalam bundle tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada pasien yang terpasasang folley cathether atau kateter urin diantaranya adalah meatal care.
Berdasarkan hasil observasi dan telaah RM pasien didapatkan hasil bahwa pelaksanaan meatal care sudah dilakukan atau terlaksana akan tetapi pada pelaksanaan dan pendokumentasiannya belum optimal (konsistensi dan ketidakseragaman). Berdasarkan hasil kuisioner yang diisi oleh perawat fresia 1 hal ini dapat disebabkan oleh beban kerja yang tinggi dan ketidaktahuan perawat mengenai prosedur. Belum adanya SPO tersendiri mengenai meatal care menjadi salah satu penyebab hal tersebut sehingga adanya gap atau ketidakseragaman dalam deskripsi tindakan meatal care seperti contoh pemakaian desinfektan pada saat melakukan meatal care. Selain itu beban kerja perawat yang tinggi bisa menjadi salah satu penyebab belum optimalnya tindakan keperawatan meatal care pada pasien yang terpasang kateter urin (data didapat dari hasil sebaran kuisioner).
Pentingnya adanya pembuatan sop mengenai meatal care juga sebagai dasar justifikasi pelaksanaan tindakan keperawatan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan kepada pasien. Tidak sedikit kasus yang melibatkan tenaga kesehatan akibat tindakan yang diberikan seperti contoh kasus pasien wanita yang merasa dilecehkan oleh tenaga kesehatan ketika berada di RS untuk melakukan pemeriksaan sehingga tenaga kesehatan tersebut dibawa ke ranah hukum (kasus februari 2021 di Surabaya). Hal ini dapat dihindari jika terdapat dasar hukum atau kebijakan atas tindakan yang kita lakukan dalam kasus ini yaitu SPO.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara kepada keluarga pasien didapatkan data bahwa edukasi telah diberikan tentang perawatan kateter akan tetapi tidak ada media spesifik bagaimana cara melakukan meatal care, hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian dengan apa yang telah diedukasikan.
Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka penulis sebagai seorang perawat yang bertugas memenuhi kebutuhan dasar manusia diantaranya rasa nyaman dan menghindarkan pasien dari bahaya mengambil isu mengenai belum optimalnya pelaksaan meatal carepada pasien yang terpasang kateter di ruang rawat inap fresia 1.
25