LAPORAN SEMINAR RANCANGAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 7
OPTIMALISASI PENATALAKSANAAN KECEMASAN PADA PASIEN PALIATIF
DENGAN TEKNIK NONFARMAKOLOGI MELALUI PEMBUATAN SOP DAN MEDIA
EDUKASI VIDEO TERAPI SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE)
DI RUANG RAWAT INAP OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
TAHUN 2022
DISUSUN OLEH :
Aresta Prasiwi Abrar, S.Kep.,Ns
NIP. 199407202022032002
BAPELKES CIKARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
OPTIMALISASI PENATALAKSANAAN KECEMASAN PADA PASIEN PALIATIF DENGAN TEKNIK
SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) DI RUANG RAWAT INAP OBSTETRI
DAN GINEKOLOGI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
TAHUN 2022
Telah diseminarkan, Tanggal 25 JuLI 2022, di Bapelkes Cikarang
Coach Mentor
Agus Dwinanto, SAP, MM
NIP.197708282003121003
Titin Mulyati,Skp,M.Kep
NIP. 199601021990032001
Penguji Erlinawati Pane, SKM, MKM
NIP. 19722022011994022001
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat, rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan seminar rancangan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Penatalaksanaan Kecemasan Pada Pasien Paliatif dengan Terapi
Nonfarmakologi Melalui Pembuatan SOP dan Media Edukasis Video Teknik SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022” . Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan seminar rancangan aktualisasi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak dr. Azhar Jaya, SKM., MARS selaku Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM selaku Kepala Bidang Perawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
3. Ibu Windy Natasya Al Baihaqi,M.Kep,Ns.,Sp.Kep.,Mat S.Kep., Ners selaku Kepala Ruangan Obstetri dan Ginekologi Alamanda RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
4. Ibu Titin Mulyati, S.Kp, M.kep selaku Mentor yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, motivasi, dan bimbingannya selama proses kegiatan aktualisasi ini.
5. Bapak Agus Dwinanto,SAP, MM selaku Coach yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, motivasi, dan bimbingannya selama proses kegiatan aktualisasi ini.
6. Rekan-rekan yang senantiasa memberikan dukungannya kepada penulis.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan rancangan seminar aktualisasi.
Semoga segala bimbingan, bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini dibalas dengan beribu kebaikan dan ridha dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bandung, 22 Juli 2022
Penulis,
Aresta Prasiwi Abrar, S.kep.,Ns
NIP. 199407202022032002
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aparatur pemerintah atau ASN merupakan figur sentral dan mengemban peran penting dalam pelaksanaan pelayanan publik maupun kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Dalam menjalankan fungsinya, ASN berkedudukan sebagai unsur
aparatur negara, Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan dan Harus bebas dari pengaruh atau intervensi golongan/partai politik. Fungsi dan peran
tersebut dilaksanakan oleh seluruh ASN tidak terkecuali di lingkungan Kemeterian Kesehatan.
Berdasarkan UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara di jelaskan
bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri atas Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) yang bekerja pada instansi pemerintah.
Aparatur sipil negsrs (ASN) memiliki peran mulai dari perumusan kebijakan sampai
dengan implementasi kebijakan dari berbagai sektor pembangunan. Untuk
menjalankan peran tersebut perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan
sesuai dengan UU No. 5 tahun 2014,yang menyebutkan bahwa calon PNS wajib
menjalani masa percobaan, masa percobaan yang dimaksud dilaksanakan melalui
proses pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat nasionalisme dan kebangsaan, serta membentuk karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab serta profesionalisme pada kompetensi bidang yang di miliki dalam menjalankan tugasnya.
Pelatihan dasar CPNS menuntut setiap peserta untuk dapat
mengaktualisasikan materi pembelajaran nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAkhlak
(Berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, harmonis dan kolaboratif) dan Mewujudkan Smart Governance yaitu tata kelola pemerintahan
yang cerdas bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kinerja pelayanan publik, kinerja birokrasi pemerintah, dan kinerja efisiensi kebijakan publik. Setiap peserta
pelatihan dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran
yang telah dipelajari tersebut melalui proses pembiasaan diri dalam pembelajaran
agenda habituasi, yang termasuk di dalamnya kegiatan aktualisasi. Melalui kegiatan
aktualisasi ini diharapkan dapat membentuk kemampuan peserta pelatihan dasar dalam melihat isu-isu atau masalah dengan perspektif luas serta mewujudkan
gagasan-gagasan/ ide kreatif yang berlandaskan SMART ASN pada masing-masing instansi dan satuan kerja.
Laporan kegiatan rancangan aktualisasi ini bersumber dari sasaran kerja
pegawai (SKP), Yaitu penugasan khusus dari atasan atau kegiatan lain yang mendapatkan persetujuan dari atasan langsung dan atau kombinasi diantaranya.
Kegiatan yang dilakukan bersumber dari identifikasi suatu kondisi yang terjadi di satuan kerja sebagai isu yang harus ditemukan penyelesaiannya melalui gagasangagasan/ ide kreatif dan inovatif.
1.2 Tujuan
1.2.1.Tujuan Umum
Peserta mampu memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu
BerAkhlak (Berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, harmonis dan kolaboratif). Serta dapat mengetahui kedudukan, peran dan fungsi ASN dalam
NKRI sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan, serta perekat dan pemersatu bangsa dalam mewujudkan SMART Governance. Melakukan habituasi melalui kegiatan pembuatan prosedur SOP terhadap optimalisasi penatalaksanaan pasien paliatif di Ruang Rawat Inap Obstetri Dan Ginekologi RSU Dr. Hasan Sadikin bandung Tahun 2022.
a. Mampu mengidentifikasi isu-isu yang ada di unit dan lingkungan kerja.
b. Mampu menganalisis dan melakukan penapisan isu dengan metode AKPL atau USG.
c. Mampu menganalisis dampak apabila masalah tidak terselesaikan.
d. Mampu merancang gagasan-gagasan dan kegiatan yang inovatif dan kreatif dalam pemecahan isu yang diprioritaskan dengan mengimplementasikan nilai-nilai BerAkhlak yaitu dengam membuat prosedur SOP Teknik seft dalam
penatalaksanaan kecemasan pasien paliatif di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin bandung Tahun 2022.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini meliputi kegiatan Perawat Ahli-Pertama di Rumah Sakit Umum Pusar Dr Hasan Sadikin Bandung sebagai CPNS (Calon pegawai
negeri sipil) dilingkungan Kementerian Kesehatan dengan menerapkan nilai-nilai
dasar ASN yaitu yaitu BerAkhlak (Berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, harmonis dan kolaboratif) dan mewujudkan SMART Governance yang berumber dari SKP dan atau penugasan atasan dan program yang menjadi inovasi.
1.4 Manfaat RancanganAktualisasi
1.4.1 Bagi Penulis
Penulis dapat mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN, kedudukan dan peran ASN
dalam NKRI yang akan menciptakan ASN yang professional dengan mengutamakan
pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif. Sehingga
dengan internalisasi tersebut diharapkan tercipta peningkatan mutu pelayanan dan kepercayaan masyarakat.
1.4.2
Meningkatkan sumber daya manusia khususnya perawat di di Ruang Rawat Inap
Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan dengan selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi dan memberikan pelayanan prima dan mempu memenuhi
kebutuhan masyarakat. Membentuk unit kerja yang kondusif dalam melayani
masyarakat serta meningkatkan lingkungan kerja yang akuntabel yang
memungkinkan satuan kerja dapat mencapai visi, misi, memberikan inovasidan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
1.4.2 Bagi Instansi
Dengan tersusunnya rancangan aktualisasi diharapkan dapat menambah
kepustakaan Bapelkes, khususnya sebagai bukti terselenggaranya pelatihan dasar
CPNS Kementerian Kesehatan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
BAB II PROFIL INSTANSI
2.1 Profil RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin bandung adalah rumah sakit tipe A dan merupakan
rumah sakit rujukan nasional di Provinsi Jawa Barat. Sebagai Rumah Sakit kelas A dan terbesar di Jawa Barat, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki fungsi sebagai Rumah Sakit Rujukan
Nasional yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. HK.02.02/MENKES/390/2014
tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional, menampung tujuh Rumah Sakit
Regional di Jawa Barat dan menjadi Rumah Sakit Rujukan Bencana Nuklir Nasional. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung berlokasi di Jalan Pasteur No. 38 Kota Bandung. Saat ini, RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung memiliki enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir, dan Transplantasi Ginjal (Kanal RSHS, 2021).
2.2 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2.2.1
Visi
Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin mengacu pada visi Pemerintah Kabinet Indonesia maju yaitu
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong.
2.2.2
Misi
Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera
2.3 Nilai-nilai organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin memiliki nilai-nilai organisasi yaitu “PAMINGPIN PITUIN” dengan penjelasan sebagai berikut :
Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talentatalenta terbaik di bidangnya
Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan dan menguasai standar.
Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif.
Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.
Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.
Selain tata nilai filosofis, RSHS memiliki janji pelayanan kesehatan yaitu SIGAP:
a. Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun (5S)
b. Inovatif dalam berkarya
c. Gelorakan Semangat Pelayanan Prima
d. Amanah Menjaga Keselamatan Pasien
e. Peduli, Perhatian dan Perasaan
Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu
PRIMA:
P : Profesional
Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang mendasarinya
R : Respek
Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satuprofesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan.
I : Integrasi
Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi.
M : Manusiawi
Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.
A : Amanah
Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.
Adapun motto pelayanan pada RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu:
“Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”
2.4 Tugas dan Fungsi Organisasi.
Tugas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna. Dalam hal ini, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu danberkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, pendidikan dan penelitian serta upaya lainnya sesuai kebutuhan. Fungsi dari RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu
1. Pelayanan medis dan penunjang medis.
2. Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan.
3. Pelayanan rujukan.
4. Pelayanan umum dan operasional penunjang non medis.
5. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
6. Pelayanan administrasi dan keuangan.
7. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia
8. Penelitian dan pengembangan.
2.5 Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu :
Gambar
2.1 Struktur organisasi RSUP Dr. hasan Sadikin Bandung
2.6 Profil Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi Alamanda
Ruang rawat inap alamanda terdiri dari dua tempat perawatan, yaitu ruang rawat inap alamanda A dan ruang rawat inap alamanda B. Ruang rawat inap Alamanda A merupakan ruang perawatan khusus ibu hamil dan melahirkan dengan berbagai indikasi pada kehamilannya. Selain itu, bayi yang diroominginbersama ibunya akan di rawat di ruangan ini. Ruang rawat inap Alamanda B merupakan ruang perawatan khusus pasien-pasien dengan kelainan sistem reproduksi. Ruang Alamanda B juga
memfasilitasi perawatan bagi pasien-pasien paliatif dan pasien-pasien yang memerlukan perawatan kemoterapi. Ruang perawatan ini terdiri dari ruang
pelayanan kelas I, II, dan III serta ruang highcareunit. Masing-masing Ruangan terbagi benjadi 2 wing yaitu untung pasieng obstetri dan ginekologi. Adapun fasilitas
ruangan terdiri dari nursestation, toilet untuk staff, ruang status, dispensing, ruang tindakan/ ruang observasi, ruang alat, gudang, dan ruang kepala serta wakil kepala ruangan.
2.7 Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi Alamanda
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Alamanda
Kepala Instalasi Rawat Inap
KA Sub Instalasi Rawat Inap Pengawas Pelayanan Perawatan
Kepala Ruangan
Kepala Bidang Keperawatan
TIM 1
Wakil Kepala Ruangan
TIM 2
Pekarya Penata Jasa
2.8 Profil Peserta dan Rincian Tugas Peserta
Nama : Aresta Prasiwi Abrar, S.Kep.,Ns
NIP : 199407202022032002
Jabatan/ Golongan : Perawat Ahli Pertama / IIIb
Unit Kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Instansi : Kementerian Kesehatan RI
Saat ini, peserta terdaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan pada unit kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Bandung terhitung mulai
tanggal 01 Maret 2022 sebagai Perawat Ahli Pertama di bawah Bidang Keperawatan dan
sekarang bekerja di unit kerja Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi Alamanda.
Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta mengacu kepada Sasaran Kinerja Pegawa (SKP)i meliputi :
1. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi
2. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan
3. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan
keperawatansebagai ketua tim/perawat
4. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan
fungsiketenagaan perawat
5. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu
6. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
7. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjutan
8. Merumuskan diagnosa keperawatan kepada individu
9. Membuat prioritas diagnose keperawatan dan masalah keperawatan
10. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu
11. Melakukan komunikasi therapeutic dalam pemberian asuhan keperawatan
12. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area
medikal bedah
13. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu
14. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi
gawatdarurat/bencana/kritikal
15. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan,berduka atau menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan
16. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
17. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi
18. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
19. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
20. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
21. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu
22. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks
23. Melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan komunikasi
24. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukantindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien
25. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
26. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala
27. Melakukan perawatan luka
28. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan padaindividu
29. Melaksanakan manajemen surveilans HAIs sebagai upaya pengawasan resikoinfeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan
30. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitaskesehatan
31. Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter
32. Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar padapasien/petugas/pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi
33. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu.
2.9 Nilai-nilai dasar ASN
Nilai-nilai dasar ASN jika diakronimkan menjadi BerAKHLAK, yaitu Berpartisipasi
pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (LAN,2021). Dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Berpartisipasi Pelayanan
Nilai Berorientasi pelayanan merupakan kemampuan yang harus dimilikisebagai seorang ASN dalam upaya memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, mempunyai sikap ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan,serta melakukan perbaikan tiada henti. Sesuai dengan tugas dan fungsi ASN dalam undang-undang
no.5 tahun 2014 yaitu seorang ASN mempunyai fungsi sebagai pelayan pubik.
Dalam memberikan pelayanan public, seorang ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya secara profesioanl dan berkualitas sesuai kode etik dan kode perilaku ASN (LAN
RI, 2021).
2. Akuntabel
Nilai Akuntabel merupakan nilai seorang ASN dalam menjalankan tugasnya Dalam
konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi; Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya (LAN RI, 2021)
3. Kompeten
Nilai kompeten dalam core values ASN BerAKHLAK yaitu kemampuan untuk meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar serta selalu melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Dalam meningkatkan kompetensi diri seorang ASN, diantaranya mampu
memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan yang dimiliki diunit kerja maupun tempat lain, merubahn mindset dan pola pikir serta melakukan jejaring formal/informal didalam maupun diluar organisasi. Membantu orang lain belajar sebagai contoh aktif dalam mengakses dan mentransfer pengetahuan serta aktif dalam knowledge fairs and open forums serta semangat berkarya untuk melaksanakan tugas terbaik (LAN RI,2021).
4. Harmonis
Nilai Harmonis pada ASN, dapat ditunjukan dengan menghargai setiap orang apapun latar belakangnya,suka menolong orang lain, dan membangun lingkungan kerja yang kondusif. Dalam melayani seorang ASN dituntut harus menjalankan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan serta menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya (LAN RI, 2021).
5. Loyal
Loyal dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku dalalm berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Panduan perilaku sikap loyal yaitu dengan memegang teguh ideology pancasila, UUD 1945, setia kepada NKRI
serta pemerintahan yang sah, menjaga nama baik sesama ASN pimpinan instansi dan Negara, serta menjaga rahasia jabatan dan Negara. Nilai loyal sebagai ASN dapat dimaknai dengan komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian (LAN RI, 2021).
6. Adaptif
Adaptif dapat dimaknai sebagai adaptasi yaitu suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi yang berubah-ubah agar tetap bertahan. Nilai adaptif sebagai ASN diantaranya adalah cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas dan bertindak secara proaktif (LAN RI, 2021).
7. Kolaboratif
Kolaboratif adalah nilai yang dihasilkan dari dua atau lebih banyak aliansi yang bertujuan untuk menjadi lebih kompetitif dengan mengembangkan rutinitas
secara bersama. Nilai kolaboratif sebagai seorang ASN dapat ditunjukkan dengan memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam
bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah serta mampu menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama (LAN RI, 2021).
2.10 Peran dan Kedudukan ASN
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pegawai ASN berkedudukan sebagai
aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka
Pegawai ASN berfungsi sebagai Pelaksana kebijakan publick, Pelayan publik dan Perekat dan pemersatu bangsa. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel. Profesi ASN berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam menyelenggarakan tugasnya pada birokrasi pemerintahan.
2. Smart ASN
Dalam rangka mewujudkan smart Governance, Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk menjadi seorang SMART ASN. Kriteria Smart ASN adalah
mempunyai integritas, jiwa nasionalisme, profesional, keramahtamahan (Hospitality), berwawasan global, bahasa asing, Kemampuan IT, serta jejaring kerja alias networking dan enterpreneurship. Sesuai dengan visi presiden dalam
pembangunan SDM dengan percepatan peningkatan kualitas SDM demi terwujudnya smart governance. Smart governance adalah mewujudkan tata kelola
ASN menuju pegawai ASN yang mempunyai wawasan literasi digital dengan birokrasi bertaraf dunia. Sebagai seorang ASN dituntut untuk memiliki kecakapan literasi digital yang bagus, tidak hanya mampu mengoperasikan gawai melainkan juga mampu mengoperasikan perangkat digital serta bermedia digital dengan
memperhatikan etika dalam penggunaan teknologi dan komunikasi. Dalam menggunakan media digital beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kemampuan dalam menyadari, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika bermedia social dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety (LAN R1,2022).
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 Identifikasi Isu
Berikut ini beberapa isu yang ditemukan penulis dalam melakukan tugas jabatan sebagai perawat ahli pertama di Ruang Rawat inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Tabel 3.1 Penjelasan butir Tugas dan Fungsi sesuai SKP No. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
1. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post Operasi
2. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan
3. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat
4. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat
5. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu
6. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
Kondisi saat ini Kondisi yang
diharapkan
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan secara EMedical Record
Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Tidak ada data
Tidak ada data
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
7. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjutan
8. Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu
9. Membuat prioritas diagnosa keperawatan dan masalah keperawatan
10 Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu (merumuskan, menetapkan)
Tindakan
11 Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
12 Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medical
Bedah
13 Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
14 Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi
gawat darurat/bencana/kritikal
15 Memberikan dukungan/fasilitasi
kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan, berduka atau
menjelang ajal dalam pelayanan
Keperawatan
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Belum dilakukan secara optimal, terutama terkait penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif.
Dilakukan optimalisasi penatalaksanaan kecemasan dengan identifikasi tingkat kecemasan pasien.
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Tidak ada data Tidak ada data
16
Melakukan tindakan
keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
17 Melakukan tindakan
keperawatan pemenuhan
kebutuhan eliminasi
18 Melakukan tindakan
keperawatan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi
19 Melakukan tindakan
keperawatan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur
20 Melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri
21 Melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Belum dilakukan secara optimal terkait penatalaksaan kecemasan pasien.
Tersedianya terapi nonfarmakologi Teknik
22 Melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi kompleks
23 Melakukan komunikasi dengan
klien dengan hambatan
Komunikasi
24 Melakukan pemantauan atau
penilaian kondisi pasien selama
dilakukan tindakan keperawatan
spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien
25 Melakukan evaluasi tindakan
keperawatan pada individu
26 Melakukan penatalaksanaan
manajemen gejala
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah silakukan
Dilaksanakan sesuai SOP
27 Melakukan perawatan luka Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
28 Melakukan support kepatuhan
terhadap intervensi kesehatan
pada individu
29 Melaksanakan manajemen
surveilans HAIs sebagai upaya
pengawasan resiko infeksi
dalam upaya preventif pada
pelayanan keperawatan
30 Melakukan pengorganisasian
pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan
31 Melakukan konsultasi
keperawatan dan kolaborasi dengan dokter
32 Melakukan upaya peningkatan
kepatuhan kewaspadaan
standar pada
pasien/petugas/pengunjung
sebagai upaya pencegahan
Infeksi
33 Melakukan pendidikan
kesehatan pada
individu, kelompok dan masyarakat.
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilakukan Dilaksanakan sesuai SOP
Belum adanya media
edukasi terkait
Terapi
nonfarmakologi
Teknik SEFT
terhadap
penatalaksanaan
kecemasan pasien.
Terdapat media edukasi
Teknik seft dalam
bentuk video terkait
penatalaksanaan
kecepamasan pada pasien.
Berdasarkan environmental scanning di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tanggal 27 Mei - 20 Juni Tahun 2022 didapatkan beberapa rumusan identifikasi isu sebagai berikut :
1. Belum optimalnya penatalaksaan kecemasan dengan terapi nonfarmakologi teknik seft pada pasien paliatif di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
Data:
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya (NANDA 2015).
Kecemasan pada pasien paliatif salah satunya dengan penyakit kanker serviks yaitu muncul akibat perasaan yang tidak pasti akan prognosa penyakit, keluhan nyeri yang dirasakan, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan, dan pengobatan yang dijalani terhadap pemulihan kondisi terutama pada pasien stadium lanjut (Wulandari, Effendy, & Nisman, 2017).
Prevalensi terkait gangguan kecemasan di Indonesia menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
sebanyak 6% populasi usia 15 tahun ke atas sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang bermanifestasi
sebagai gangguan kecemasan dan depresi. Salah satu penyakit yang
diketahui dapat menyebabkan gangguan cemas adalah kanker. Gangguan
cemas pada pasien kanker dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup.
Keluhan yang sering ditemukan pada seseorang yang mengalami ansietas/kecemasan antara lain sebagai berikut : khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah tesinggung, Merasa tegang, tidak
tenang, gelisah, dan mudah terkejut,Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan, Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala (Universitas Indonesia, 2016).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pasien di Ruang Rawat
Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin bandung pada tanggal 20 Juni- 23 Juni Tahun 2022 didapatkan data bahwa 5 dari 8 pasien pasien paliatif mengalami gangguan kecemasan.
2. Belum optimalnya perawat dalam memberikan edukasi alur perawatan pasien paliatif di RuangRawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
Data :
Pada pelayanan paliatif, pasien memiliki peran yang penting dalam membuat keputusan yang akan diambil. Tujuan pelayanan paliatif bagi setiap pasien berbeda dan dibuat dengan memperhatikan hal yang ingin dicapai oleh pasien bila memungkinkan, hal ini biasanya disampaikan dalam bentuk fungsi tubuh misalnya “Aku ingin bisa melakukan….atau kejadian penting misalnya Aku ingin melihat anakku menikah”. Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan gejala lain, meningkatkan kualitas hidup, memberikan dukungan psikososial dan spiritual serta memberikan dukungan kepada keluarga selama pasien sakit dan selama masa dukacita.
Pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan bila didapatkan satu atau lebih kondisi di bawah ini :Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi ,Stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi kanker, Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya, Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan atau sedang dilakukan, Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%, metastasis otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena cava superior sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang belakang,
bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada pasien kanker anak.
Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif pasien kanker, yaitu mengurangi penderitaan pasien , beban keluarga, serta mencapai kualitas hidup yang lebih baik, diperlukan sebuah tim yang bekerja secara terpadu Berdasarkan hasil observasi di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin bandung pada Bandung tanggal 20 Juni- 23 Juni Tahun 2022 Tahun 2022 didapatkan data bahwa terdapat leaflet mengenai alur perawatan pasien palliative,namun terkadang perawat kurang memberikan penjelasan terkait isi leaflet kepada pasien dan keluarga.
3. Belum optimalnya sosialisasi dan edukasi kepada keluarga sebagai support system pada pasien paliatif dengan penyakit kanker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
Data :
Perawatan paliatif adalah perawatan yang berpusat pada pasien dan keluarga dengan pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dengan penyakit yang mengancam
jiwa.(Steele & Davies, 2015; WHO, 2018) Perawatan ini mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi awal, penilaian yang benar dan perawatan rasa sakit dan masalah lain, baik fisik, psikososial atau spiritual. (WHO, 2018).
Pada ranah global, setiap tahun diperkirakan 40 juta orang membutuhkan
perawatan paliatif, 78% di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, hanya sekitar 14% orang yang membutuhkan
perawatan paliatif saat menerimanya.(WHO, 2018) Orang yang membutuhkan
perawatan paliatif adalah orang yang mempunyai penyakit yang mengancam
jiwa, diantaranya meliputi kanker, penyakit neuron motorik, multiple sclerosis, advanced demensia, penyakit jantung, paru-paru atau ginjal tahap akhir, dan diagnosis lain yang mempunyai batas perkiraan hidup.(Hammill, 2018).
The Psychosocial Collaborative Oncology Group (PSYCOG) mengidentifikasi
gangguan psikiatri pada penderita kanker sebesar 47% yang meliputi depresi dan ansietas (68%), depresi major (13%), gangguan mental organik (8%), dan gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari penderita kanker serviks yang
depresi dan ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga kali lipat menjadi tidak
patuh berobat dibanding penderita yang tidak depresi. Penderita yang tidak
patuh berobat apalagi sampai putus pengobatan akan berdampak buruk bagi
kesehatannya bahkan berakibat kematian, oleh karena itu diperlukan adanya
dukungan keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien di Ruang Rawat Inap
Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin bandung pada Bandung
tanggal 20 Juni- 23 Juni Tahun 2022 Tahun 2022 didapatkan data bahwa 3 dari
5 keluarga pasien tidak mengetahui pentingya dukungan keluarga dan bentuk dukungan yangharus diberikan pada pasien paliatif dengan penyakit kanker
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.
3.2 Dampak Isu
Berdasarkan isu yang telah teridentifikasi, apabila isu tersebut tidak ditangani maka akan berdampak sebagai berikut :
Tabel 3.2 Dampak Isu
No. Isu Dampak apabila isu tidak ditangani
1. Belum optimalnya penatalaksanaan
kecemasan pada pasien paliatif dengan
terapi nonfarmakologi tekhnik Seft di Ruang
Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022.
- Pada pasien paliatif dengan
penyakit penderita kanker
kecemasan memiliki beberapa
pengaruh yang sangat
merugikan antara lain, meningkatkan kejadian
insomnia, berkurangnya rasa
percaya terhadap kemampuan
fisik, dan rendahnya partisipasi
dalam pengobatan yang
menyebabkan rendahnya
kualitas hidup pasien, sehingga
membuat waktu rawat pasien
menjadi lebih lama.
2. Belum optimalnya perawat dalam memberikan edukasi alur perawatan pasien paliatif kepada pasien dan keluarga di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. HasanSadikin Bandung Tahun 2022
3. Belum optimalnya sosialisasi dan edukasi kepada keluarga pasien sebagai support system pada pasien paliatif dengan penyakit kanker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
- Pasien dan keluarga kurang informasi mengenai pentingnya konseling dalam perawatan paliatif, sehingga membuat pasien dan keluarga kurang berpartisipasi pelayanan perawatan paliatif.
- Pasien paliatif dengan penyakit kanker pada umumnya menjalani terapi pengobatan kemoterapi, kurangnya dukungan keluarga akan membuat pasien kurang motivasi dalam melakukan pengobatan.
3.3 Keterkaitan Isu terhadap pembelajaran agenda 3
Keterkaitan isu terhadap pembelajaran agenda 3 yaitu sebgai berikut :
1. Belum optimalnya peatalaksaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologi Teknik seft di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Berdasarkan hasil observasi selama periode environmental scanning Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, perawat kurang awarenens (kesadaran) terhadap gangguan kecemasan yang dialalmi pasien, sehingga berdampak pada kualitas hidup pasien yang ditandai dengan perasaan gelisah, peningkatan rasa nyeri dan gangguan tidur (insomnia). Sebagai seorang ASN yang bertugas sebagai perawat sudah seharusnya melaksanan berbagai pelayannan keperawatan yang tidak hanya berfokus terhadap Kesehatan fisik klien, tetapi juga memperhatikan psikologis klien agar terwujudnya pelayanan keperawatan biopsikospiritual yang komprehensif sesuai dengan tugas jabatan dan fungsi perawat dalalm melakukan asuhan keperawatan sebagai wujud ASN yang professional dan berdedikasi tinggi
2. Belum optimalnya perawat dalam memberikan edukasi alur perawatan pasien paliatif di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022. Pelayanan paliatif adalah bagian penting dalam pelayanan keperawatan . Pada pelayanan paliatif, pasien memiliki peran yang penting dalam membuat keputusan yang akan diambil. Belum optimalnya informasi yang jelas terhadap pelayanan paliatif tentunya akan berdampak pada tidak terealisasinya pelayanan paliatif pada pasien. Berdasarkan hasil observasi selama periode environmental scanning Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, perawat memberikan leaflet terkait pelayanan paliatif namun tidak memberikan informasi yang jelas terhadap pasien terkait materi yang terdapat pada leaflet. Sebagai seorang ASN, terutama perawat pemberian informasi yang jelas dan terarah sesuai prosedur mencerminkan sikap seorang ASN yang berintegritas dalalm memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Belum optimalnya perawat dalam memberikan edukasi Belum optimalnya edukasi kepada keluarga pasien sebagai support system pada pasien paliatif dengan penyakit kanker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin bandung Tahun 2022.
Pada perawatan paliatif, peran keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan dukungan kepada pasien terkait proses pengobatan yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil observasi selama periode environmental scanning Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, terdapat beberapa keluarga pasien yang tidak berpartisipasi dallam memberikan dukungan kepada pasien, hal itu disebabkan karena belum adanya form kebutuhann edukasi pada keluarga pasien, sehingga keluarga pasien kurang mengetahui pentingnya dukungan keluarga dan bentuk dukungan yang harus diberikan pada pasien. Dalam hal ini, perawat memegang peranan penting melakukan pendidikan kesehatan pada individu, kelompok dan masyarakat. . Sebagai seorang ASN, terutama perawat memberikan Pendidikan Kesehatan merupakan salah satu sasaran kerja pegawai yang harus dilakukan sebagai wujud seorang ASN yang responsif dalam menjawab berbagai kebutuhan masyakarakat, dalam hal ini pasien dan keluarga pasien.
3.4 Pemilihan dan penapisan isu Berdasarkan isu yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukaan proses pemilihan/penapisan isu dengan Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
Tabel 3.3 Analisis Isu Berdasarkan Metode USG
1. Belum optimalnya peatalaksaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologi Teknik seft di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
2. Belum optimalnya perawat dalam memberikan edukasi alur perawatan pasien paliatif di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022.
3. Belum optimalnya edukasi kepada keluarga pasien sebagai support system pada pasien paliatif dengan penyakit kanker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin bandung Tahun 2022.
Keterangan :
Urgency : Seberapa Mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan
dengan waktu yangtersedia serta seberapa keras tekanan
waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tersebut.
Seriousness : Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yangtimbul dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah lain jika
masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Growth : Seberapa kemungkinan – kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan makinmemburuk jika dibiarkan.
Keterangan Interval Penentuan Prioritas:
- Nilai 1 = Sangat tidak mendesak/gawat dan dampak
- Nilai 2 = Tidak mendesak/gawat dan dampak
- Nilai 3 = Cukup mendesak/gawat dan dampak
- Nilai 4 = Mendesak/gawat dan dampak
- Nilai 5 = Sangat mendesak/gawat dan dampak
Berdasarkan hasil analisa dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth), dan setelah berdiskusi dengankepala ruangan serta berkonsultasi dengan mentor, maka dipilihlah isu mengenai ”Belum optimalnya penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologi teknik Seft di Ruang Rawat
Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022”.
3.5 Latar Belakang Pamilihan Isu
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan
penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana
penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup (Robert 2003). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).
Perawatan paliatif salah satunya yaitu pada pasien kanker. Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2018, prevalensi kanker teritinggi adalah 1,4 juta per 1.000 penduduk. Kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker leher rahim pada perempuan, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal. The Psychosocial Collaborative Oncology Group (PSYCOG)
mengidentifikasi gangguan psikiatri pada penderita kanker sebesar 47% yang
meliputi depresi dan ansietas (68%), depresi major (13%), gangguan mental organik (8%), dan gangguan kepribadian (7%).
Proses keperawatan dalam menangani tingkat kecemasan pada keluarga
pasien di Rumah Sakit adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah,sistematis,dinamis,kontinu,dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien Dalam proses keperawatan dalam menangani kecemasan pada keluarga pasien. Intervensi yang diberikan pada pasien paliatif dapat berupa terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologis berupa analgesik yang dapat menimbulkan efek samping lain dan memperparah kondisi apabila diberikan terus menerus (Maryani, 2009). Pengobatan terhadap keluhan pada pasien paliatif juga dapat dilakukan dengan terapi komplementer. Salah satu terapi komplementer yang dapat dilakukan adalah Teknik SEFT.
Salah satu penatalaksanaan penurunan tingkat kecemasan pada pasien paliatif yaitu dengan terapi nonfarmakologis/komplementer, salah satunya yaitu terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan perpaduan teknik yang menggunakan energi psikologis dan kekuatan spiritual serta doa untuk mengatasi emosi negatif.
Teknik SEFT berhubungan sistem energy tubuh yang efektif mengatasi stress karena didalamnya terdapat beberapa teknik terapi yang terangkum dan di praktikan secara sederhana, terapi tersebut meliputi doa, NLP (Neuro Linguistic Programming) hypnotherapy, visualisasi, meditasi, relaksasi, imagery dan desensitisasi (Zainudin, 2008). Teknik SEFT merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan emosi negatif dengan memadukan spiritualitas yang menggunakan tapping di beberapa titik tertentu pada tubuh.
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh Racmania Juniar Nur (2018) dalam
Penerapan Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) pada pasien dengan kanker servkis dengan masalah keperawatan kecemasan di RS
Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya menyimpulkan bahwa masalah kecemasan pasien berkurang setelah pemberian Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).
Penelitian yang dilakukan oleh Sugih Wijayati dkk (2020) menyimpulkan
bahwa Ada pengaruh terhadap penurunan terapi SEFT terhadap tingkat depresi pada pasien kanker serviks. Penelitian lain menyimpulkan bahwa pemberian
Terapi SEFT memiliki pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tingkat
stres pasien kanker payudara pada kelompok intervensi (Riska Mariani Nasution dkk, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Maryatun (2017) menunjukkan terdapat perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan SEFT pada kelompok intervensi (p-value = 0,000). Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan SEFT (p-value = 0,0561), sedangkan untuk tingkat stres sesudah dilakukan SEFT antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol terdapat perbedaan penurunan tingkat stres antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan (p-value = 0,000). Rekomendasi penelitian diharapkan perawat dapat melaksanakan SEFT dilanjutkan supportive therapy dalam pemberian asuhan keperawatan pasien paliatif untuk menurunkan tingkat stres pasien kanker serviks.
Berdasarkan data pada tanggal 18Mei -23 juni di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung terdapat 102 pasien paliatif dengan penyakit kanker, berdasarkan hasil wawancara 20 juni-23 juni didapatkan data bahwa 5 dari 8 pasien paliatif mengatakan sulit tidur, gelisah dan peningkatan rasa nyeri akibat kecemasan terhadap penyakitnya dan proses pengobatan yang akan dijalani.
Kecemasan dapat timbul secara otomatis, hal ini diakibatkan oleh oleh pikiran yang terlalu berat sehingga melampaui kemampuan dan cara berpikir pasien.
Perubahan pada pasien paliatif, contohnya pasien kanker dengan perjalanan penyakit yang kronik dan efek samping pengobatan dapat mempengaruhi penilaian negatif pasien terhadap dirinya sendiri sehinggan dapat menurunkan kualitas hidup pasien dan kemampuan pasien dalam berpartisipasi terhadap pengobatan.
3.6 Penyebab Isu
Perawat belum mengetahui Teknik Seft
Man
Penilaian tingkat kecemasan pasien belum teridentifikasi dengan optimal
Kurangya awareness perawat terhadap gangguan kecemasan pasien
Mother of nature
Method
Belum adanya cara edukasi yang aplikatif
Belum optimalnya
penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologi di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung Tahun 2022 Belum adanya Sop Teknik Seft
Material
Gambar 3.1 Diagram Fishbone
3.7 Gagasan Pemecahan Isu
Gagasan pemecahan isu berdasarkan analisis isu yaitu Optimalisasi penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologis Teknik SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) di Ruang Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung Tahun 2022 dengan pembuatan prosedur SOP. Gagasan pemecahan isu dilakukan bersumber dari SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar ASN BERAKHLAK (Berorientasi pada pelayanan, adaptif, kompeten, harmonis, loyal, akuntabel dan kolaboratif), prinsip manajemen ASN, dan SMART
ASN serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Dengan tahapan sebagai berikut :
1. Konsultasi dan koordinasi terkait rancangan SOP Teknik seft dan video kepada kepala ruangan dan mentor.
2. Mengumpulkan informasi dan literatur serta referensi terkait penyusunan draft prosedur sop Teknik seft.
3. Penyusunan draft sop dan dan pembuatan video sosialisasi Teknik seft.
4. Konsultasi prosedur draft sop Teknik seft kepada mentor, kepala ruangan dan bidang keperawatan.
5. Sosialisasi prosedur SOP Teknik seft kepada perawat.
6. Membuat laporan evaluasi hasil kegiatan sosialisasi SOP Teknik seft.
3.8 Keterkaitan penyebab isu dengan kedudukan dan peran asn untuk mendukung terwujudnya Smart Governance.
Manajemen ASN
1. Melaksanan kebijakan dan pelayanan publik yang professional dan holistic.
2. Memberikan asuhan keperawatan dengan penuh pengabdian, kesadaran, kejujuran dan tanggung jawab.
Smart ASN Memanfaatkan dan menggunakan teknologi digital dalam
memberikan sosialisasi dan edukasi dengan membuat media edukasi video penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologi dengan Teknik seft yang dapat di scanQR
barcodesehingga dapat langsung terhubung pada smartphone perawat dan pasien sebagai wujud menerapkan kecakapan literasi digital yang baik yaitu mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab dengan mengutaman empat pilar literasi digital yaitu digitalskills,digitalethics,digitalculture,dan digitalsafety sebagai perwujudan dari SMART ASN.
Unit kerja: Ruang Alamanda
Isu yang diangkat : Belum optimalnya penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif
dengan terapi nonfarmakologi Teknik Seft di Ruang Rawat Inap Obstetric dan Ginekologi
RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung Tahun 2022.
Gagasan pemecahan isu: Optimalisasi penatalaksanaan kecemasan pada pasien paliatif dengan terapi nonfarmakologi melalui pembuatan sop dan video Teknik Seft (Spritual Emotional Freedom Technique) di Ruang Rawat Inap Obstetric dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung Tahun 2022 dengan pembuatan prosedur teknik SOP .
Alternatif Pemecahan Masalah Sebagai Gagasan kreatif Tabel 3.4 Gagasan pemecahan isu
No. Gagasan pemecahan Isu Keterangan
1. Konsultasi dan koordinasi terkait rancangan draft SOP SKP
2. Analisis kebutuhan informasi dan referensi terkait Teknik seft. SKP
3. Konsultasi prosedur draft sop kepada mentor, kepala ruangan dan bidang keperawatan SKP
4. Penyusunan sop dan dan pembuatan video sosialisasi Inovasi
5. Sosialisasi prosedur sop kepada perawat. SKP
6. Membuat laporan evaluasi kegiatan SKP