3 minute read

3.2 Latar Belakang Pemilahan ISU

Next Article
kelamin

kelamin

3.2 Latar Belakang Pemilihan Isu

Pasien yang mengalami penyakit kritis dan menggunakan ventilator mekanik di ICU mempunyai peningkatan resiko untuk mengalami ventilator associated pneumonia (VAP) yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di ICU serta menyebabkan pemanjangan lenght of stay dan peningkatan biaya rumah sakit. Pasien kritis memiliki refleks yang terganggu dan cenderung mengalami aspirasi paru sehingga berisiko mengalami infeksi pernafasan salah satunya VentilatorAssociated Pneumonia (VAP) (Gaddey, 2017). Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu penyakit pneumonia nosokomial yang berkembang setelah pasien menerima 48 jam pemasangan intubasi ventilasi mekanik. VAP menimbulkan berbagai permasalahan bagi pasien kritis di ICU seperti perpanjangan waktu rawat dan lamanya waktu penggunaan ventilator, peningkatan biaya perawatan, dan peningkatan risiko kematian. Perawatan mulut (oral hygiene) yang tepat dan efektif menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dapat mengurangi insiden VAP. Perawatan mulut (Oral hygiene) yang dilakukan pada pasien kritis khususnya pada pasien yang terintubasi dan menerima ventilasi mekanik memiliki efek yang signifikan pada pencegahan kejadian VAP. Perawatan mulut (oral hygiene) yang tepat berperan penting dalam mengurangi terjadinya VAP. Dalam penelitian menunjukkan bahwa risiko terjadinya VAP di ICU menurun dari 24% menjadi 18% setelah perawat menerapkan intervensi perawatan mulut (oral hygiene) (Hua et al., 2016). Oleh karena itu, oral hygiene menjadi salah satu tindakan keperawatan yang dilaksanakan secara rutin dalam pelayanan keperawatan di ruang ICU. Hasil observasi penulis selama 3 bulan di satuan kerja ruang GICU A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung , pelaksanaan oral hygiene sudah cukup baik, namun masih ada yang dapat ditingkatkan. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2021 didapatkan hasil, pelaksanaan oral hygiene pada pasien dewasa dengan ventilator sudah dilaksanakan sudah rutin 2 kali sehari, namun hal ini belum dilaksanakan secara optimal hal ini terlihat dari belum adanya keseragaman mengenai teknik pelaksanaan oral hygiene (alat yang digunakan, jenis cairan, dan frequensi), hal ini didukung dengan belum adanya SPO Oral Hygiene Pada Pasien dewasa yang terpasang ETT dengan ventilator atau tanpa Ventilator Di Ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung .

Advertisement

Hasil observasi pada tanggal 19 Mei 2021 terhadap 5 pasien yang dirawat didapatkan hasil pelaksanaan oral hygiene sudah dilahsanakan, namun alat yang digunakan masih beragam. Alat yang dilakukan saat melakukan oral hygiene 3 pasien menggunakan sikat gigi dewasa, 2 pasien menggunakan sikat gigi anak. Untuk penggunaan cairan saat melakukan oral hygiene, 4 dari 5 pasien sudah menggunakan cairan Clorhexidine namun 3 pasien masih dikombinasikan dengan pasta gigi dan 2 pasien dikombinasikan dengan cairan listerin. Hasil wawancara terhadap terhadap 4 perawat yang dinas pagi terkait frequensi pelaksanaan oral hygiene sudah dilakukan minimal 2 kali sehari, namum belum ada assessment khusus untuk mengkaji frequensi oral hygiene dilakukan. Hal ini terjadi karena belum adanya SPO khusus terkait SPO oral hygiene pada pasien dewasa dengan ventilator. Pelaksanaan oral hygine untuk pencegahan VAP sudah tertuang dalam SPO pencegahan infeksi akibat penanggulangan ventilator (VAP) di unit pelayanan intensif. Tapi, belum ada SPO yang menjabarkan lebih khusus terkait SPO oral hygiene pada pasien dewasa yang terpsang ETT dengan ventilator atau tanpa Ventilator. Hal ini menyebabkan perbedaan persepsi atar perawat dalam hal melakukan oral hygiene yang sesuai standar rumah sakit dan mengakibatkan kondisi kesehatan mulut belum optimal. Dari hasil review Jurnal Nindya (2020) disebutkan bahwa peralatan perawatan mulut (oral hygiene) yang efektif dan signifikan terhadap pencegahan insiden VAP adalah penggunaan gabungan sikat gigi pediatrik dan swab. Chlorehexidin (CHX) 0,2% menjadi larutan yang paling berpengaruh. Sedangkan frekuensi perawatan mulut (oral hygiene) yang paling efektif merupakan frekuensi yang menyesuaikan hasil pengkajian BOAS yang dilakukan setiap 12 jam pada pasien tanpa disfungsi oral, setiap 8 jam pada pasien dengan disfungsi ringan, setiap enam jam pada pasien dengan disfungsi sedang, dan setiap empat jam pada pasien dengan disfungsi berat.

This article is from: