ANALISISISUDALAMPELAKSANAANTUGASDANFUNGSI
3.1 IdentifikasidanAnalisisIsuAktual
Ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan ruang perawatan neonatus. Di dalamnya, ruang anturium terbagi lagi menjadi ruang perawatan neonatus sehat atau perawatan level 1, highcareunit(HCU level 2) non infeksius dan high careunit(HCU level 2) infeksius. Kriteria bayi yang dirawat di ruang anturium mulai dari bayi sehat hingga bayi sakit dengan kondisi prematur maksimal usia gestasi 32 minggu.
Sebagai ahli pertama perawat di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, saya memiliki tugas dan fungsi untuk menjalankan pelayanan keperawatan, termasuk di dalamnya ikut berupaya menurunkan angka kematian neonatal dini (AKND). Selama berdinas di ruangan, saya menemukan tiga masalah yang menjadi perhatian saya. Ketiga masalah atau isu tersebut adalah terkait dengan belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus pada saat tindakan pengambilan sampel darah, belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi pada neonatus dengan ikterik akibat hiperbilirubinemia, dan belum optimalnya pencegahan komplikasi akses intravena sentral dan perifer. Secara lebih rinci, saya uraikan ketiga isu tersebut sebagai berikut.
Isu 1: Belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandungtahun2022
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial (Gardner et al., 2016). Namun pada neonatus, mereka tidak dapat mengkomunikasikan sensasi nyeri tersebut secara langsung. Hal ini menjadi tantangan bagi perawat dalam mengidentifikasi dan mengintervensi nyeri tersebut.
Berdasarkanobservasiselamaberdinasdiruang Anturium,neonatusseringmengalami nyeri diakibatkan oleh tindakan invasif seperti pengambilan darah dan pemasangan akses intravena. Tindakan pengambilan sampel darah merupakan yang paling sering dilakukan. Pengambilan darah biasa dilakukan pada 6 jam setelah lahir, saat skrinning hipotiroid kongenital, evaluasi hari ke 3, 7, dan 10 pada neonatus yang mendapatkan antibiotik, saat bayi tampak ikterik, dan pada kondisi dimana terjadi perubahan kondisi klinis bayi.
Berdasarkan penelusuran retrospektif maupun prospektif pada bayi yang dirawat tanggal 1 Juli 2022, rata-rata pengambilan sampel darah sebanyak 5 kali dalam 14 hari awal kehidupan.
BABIII
Penilaian nyeri pada bayi didasarkan pada Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) yang dinilai berdasarkan ekspresi wajah, tangisan, pola napas, kondisi lengan, kaki, dan stateof arousal. Berdasarkan observasi pada salah satu neonatus yang dilakukan tindakan pengambilan darah, perawat melakukan manajemen nyeri dengan memberikan kassa yang telah dilembabkan dengan cairan dextrose ke mulut bayi agar dihisap, kemudian perawat melakukan tindakan pengambilan darah. Saat pengambilan darah dilakukan, bayi tampak meringis, menangis kuat, napas lebih cepat dan irregular, kedua lengan dan kaki kaku, dan gelisah, sehingga didapatkan nilai NIPS maksimal yaitu 7/7. Selain itu neonatus juga mengalami peningkatannadihingga25%daribaseline.Adapunhasilobservasipada neonatus yanglain,setelahdiberikankassadengancairandextroselaludilakukantindakanpengambilan darah, bayi tampak menangis kuat sesekali, meringis, napas lebih cepat dan irreguler, namun kedua lengan dan kaki tidak kaku, dan tampak gelisah, dengan skor NIPS 4/7.
Sesuai dengan SPO pengambilan darah pada neonatus di RSUP Dr. Hasan Sadikin, terdapat poin dimana perlu dilakukan manajemen nyeri sebelum dilakukan tindakan pengambilan darah. Namun hingga saat ini belum terdapat standar prosedur operasional manajemen nyeri khusus untuk pasien neonatus, sehingga manajemen nyeri yang dilakukan perawatdi ruangan tidakseragamdan pelaksanaannya hanyaberdasarkanpada pengetahuan masing-masing perawat. Berdasarkan kondisi tersebut, maka efektivitas manajemen nyerinya pun dapat berbeda-beda seperti hasil observasi yang telah diuraikan sebelumnya.
Manajemen nyeri merupakan hal yang sangat penting selama hospitalisasi. Menurut Gardner et al., (2016) pelepasan hormon stress akibat nyeri yang tidak ditangani dapat mengakibatkan perburukan kondisi pada neonatus, menghambat penyembuhan luka, meningkatkan resiko infeksi, memperpanjang waktu hospitalisasi, hingga dalam tahap lebih lanjut dapat menyebabkan kematian. Di ruang anturium sendiri pada bulan April 2022, persentase kematian neonatal mencapai 18,39% dari total keseluruhan bayi yang dirawat di ruang anturium.
Paparan terhadap stress akibat nyeri yang terus menerus juga dapat memicu kondisi allostatis yang menyebabkan tubuh mempersepsikan sedang berada dalam kondisi stress sekalipun mendapat stimulus sensori yang tidak menyebabkan nyeri, seperti saat tindakan penggantian popok, atau penimbangan berat badan. Kondisi ini sering ditemui pada bayi prematur di ruang anturium yang selalu menangis sekalipun hanya disentuh oleh perawat.
Selain itu paparan nyeri berulang saat bayi dapat mengakibatkan hipersensitivitas terhadap nyeri pada usia 18 bulan dan seterusnya (Grunau et al., 2006)
Eksperimen terhadap hewan percobaan menunjukkan bahwa pengalaman positif atau negatif pada awal masa kehidupan dapat mempengaruhi perkembangan fungsi dan struktur
otak, termasuk di dalamnya jumlah dan pola koneksi synaptic, jumlah glia, dan jumlah pembuluh kapiler yang mendukung suplai oksigen dan darah ke otak (Grunau et al., 2006). Penelitian dari Duerden et al. (2022) juga menyatakan bahwa paparan terhadap nyeri pada awal kehidupan dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap masalah sensori pada anak dengan riwayat lahir sangat prematur. Mengingat dampak ketidakefektivan nyeri yang sangat besar, dan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman merupakan sasaran kinerja perawat, maka sebagai perawat ASN sangat perlu untuk memaksimalkan upaya manajemen nyeri pada neonatus.
Isu 2: Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaanfototerapipadaneonatusdenganikterikakibathiperbilirubinemiadi ruangperinatologiAnturiumRSUPDr.HasanSadikinBandungtahun2022
Hiperbilirubinemia merupakan kondisi yang sering ditemui pada neonatus. Secara fisiologis, konsentrasi serum bilirubin setelah lahir mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan drastis produksi bilirubin dan kondisi imaturitas hati yang belum mampu mengekskresikan bilirubin dari darah dengan sempurna. Diperkirakan 60-80% neonatus secara klinis tampak ikterik akibat hyperbilirubinemia (Gardner et al., 2016) Berdasarkan observasi,diruangAnturiumRSUPDr.HasanSadikinBandung,diperkirakan70%bayidengan berat badan lahir rendah (BBLR) mengalami hiperbilirubinemia dan membutuhkan fototerapi.
Meskipun fototerapi merupakan standar penatalaksanaan pada kasus hiperbilirubinemia, namun tentunya penggunaan fototerapi tidak lepas dari resiko efek samping. Efek samping tersebut di antaranya yaitu ketidakstabilan suhu, dehidrasi, bronze baby syndrome, dan luka bakar (Korkmaz & Esenay, 2019). Oleh karena itu, durasi penggunaan fototerapi harus diberikan seminal dan seefektif mungkin.
Selama berdinas di ruang anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, fototerapi merupakan satu-satunya intervensi yang diberikan pada neonatus ikterik akibat hiperbilirubinemia. Fototerapi biasanya diberikan selama 24 jam, atau disesuaikan dengan kondisi klinis bayi. Saat berdinas di ruang Anturium pada bulan Juli 2022, saya mendapati salah satu neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami penurunan suhusaatdipasangfototerapi.Halinidisebabkanbayidirawatdalamboxdanselamadilakukan fototerapi, seluruh pakaian bayi harus dilepaskan, dengan tujuan memperluas paparan sinar.
Karena suhu tubuh yang menurun dan akral neonatus dingin, pemberian fototerapi dihentikan sementara, dan bayi dihangatkan terlebih dahulu sebelum kemudian dipasang fototerapi kembali.
Salah satu sasaran kinerja perawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah melakukan tindakan pengaturan suhu sehingga suhu tubuh neonatus selalu berada di rentang normal. Termoregulasi pada neonatus memegang peranan yang sangat penting. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki jaringan lemak yang lebih sedikit, sehingga lebih mudah mengalami hipotermia. Selanjutnya jika tidak ditangani dengan segera, hipotermia dapat mengakibatkan akrosianosis dan distress pernapasan, yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi oksigen sebagai upaya untuk meningkatkan suhu tubuh (Gardner et al.,2016).Olehkarenaitu,diperlukanintervensi keperawatan tambahan yangberfungsiuntuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi.
Isu 3: Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruanghighcareunit(HCU)perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan SadikinBandungtahun2022
Pemasangan akses intravena merupakan prosedur yang sangat umum dilakukan di ruanghighcareunit(HCU)neonatus.Pemasanganaksesintravenaditujukanuntukpemberian medikasi, cairan, dan nutrisi. Akses intravena ini dapat berupa akses intravena perifer ataupun akses intravena sentral Akses intravena sentral biasa digunakan untuk neonatus yang membutuhkan pemberian totalparenteralnutrition(TPN) dengan osmolaritas tinggi dalam jangkawaktuyanglebihlama,sedangkanaksesintravenaperiferlebihseringdigunakanuntuk pemberian cairan atau medikasi dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek (Ratchagame & Prabakaran, 2021). Di ruang HCU perinatologi Anturium sendiri, terdapat 85-95% bayi yang terpasang akses intravena. Pada tanggal 20 Juli 2022, persentase bayi yang terpasang akses intravena sentral sebanyak 45% dan akses intravena perifer sebanyak 50%.
Pemasangan akses intravena memang sangat diperlukan untuk menunjang pengobatan neonatus. Namun tentunya, pemasangan akses intravena tidak lepas dari resiko terjadinya komplikasi. Berdasarkan penelitian, 95% akses intravena perifer yang dipasang pada neonatus perlu dilepas dikarenakan adanya sumbatan, infiltrasi, atau rembesan. Insidensi infiltrasi pada neonatus sangat tinggi, yaitu mencapai 57-70% dengan 11-23% di antaranya disertai dengan ekstravasasi (Mccullen & Pieper, 2006). Komplikasi ini lebih sering terjadi dikarenakan neonatus yang sakit dan prematur memiliki struktur kulit yang belum matur, ukuran pembuluh darah yang kecil, dan integritas vena yang masih buruk (Beall et al., 2013).
Pada bulan Juni 2022, di ruang HCU anturium terdapat satu kasus komplikasi ekstravasasi akses intravena perifer yang menyebabkan kulit bayi mengalami luka disertai dengan bullae dan edema pada seluruh lengan kiri bayi. Akses intravena tersebut digunakan
untuk pemberian cairan nutrisi dan medikasi. Pasien tersebut kemudian dikonsultasikan ke bagian bedah vaskuler untuk diberikan tata laksana lebih lanjut.
Luka akibat ekstravasasi dapat menimbulkan kerusakan jaringan lokal dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Timbulnya luka ini dapat mengakibatkan nyeri dan menjadi entry pointmicroorganisme, yang pada akhirnya meningkatkan resiko terjadinya infeksi (Mccullen & Pieper, 2006). Potensi terjadinya infeksi akan semakin meningkat bila neonatus merupakan bayi prematur dengan sistem imunitas yang belum sempurna.
Sementara itu, penggunaan akses intravena sentral juga memiliki resiko mengalami komplikasi. Penelitian Ratchagame & Prabakaran (2021) menunjukkan bahwa insidensi infeksi aliran darah atau sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus yang menggunakan akses intravena sentral daripada kelompok neonatus yang menggunakan akses intravena perifer. Infeksi dapat terjadi akibat adanya kontaminasi kateter intravena yang disebabkan oleh migrasi organisme yang ada di permukaan kulit ke dalam pembuluh darah saat insersi, kontaminasi langsung dari catheter hub yang kontak dengan alat atau cairan yang terkontaminasi microorganisme, dan pada kondisi langka juga dapat disebabkan oleh migrasi microorganisme dari organ tubuh lain yang terinfeksi, atau dari cairan infus yang terkontaminasi oleh microorganisme (Garland et al., 2017).
Berdasarkan data rekapitulasi ruang Anturium pada bulan April 2022, infeksi aliran darah atau sepsis menjadi penyebab kematian pada 59% neonatus dari total 32 neonatus yang meninggal pada bulan yang sama. Meskipun sumber infeksi pada neonatus seringkali sulitdiketahuisecarapasti.Namuninfeksipadaneonatussalahsatunyadapatdisebabkanoleh komplikasi akses intravena atau dikenal dengan catheter-related bloodstream infections (CrBSI).
Berdasarkan observasi selama berdinas dan hasil wawancara dengan kepala ruangan, tindakan pencegahan komplikasi akses intravena yang biasa dilakukan di ruangan adalah dengan menggunakan VIP (Visual Infussion Phlebitis) score. Namun, penilaian VIP score belumtercantumpadalembarobservasiharianpasien,sehinggatidakdapatdipastikanapakah perawat melakukan observasi atau tidak.
Standar prosedur operasional monitoring akses intravena yang sudah tersedia juga masih secara umum untuk seluruh populasi pasien. Sementara salah satu poin penting dalam monitoring gejala awal terjadinya komplikasi akses intravena adalah nyeri, yang mana nyeri merupakan gejala subjektif dan pada neonatus, mereka belum dapat mengekspresikan nyeri secara verbal Oleh karena itu tentu akan terdapat perbedaan dalam melakukan monitoring akses intravena pada anak atau dewasa dengan monitoring akses intravena pada neonatus.
Salah satu sasaran kinerja perawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah
melaksanakan manajemen surveilans HAIs (Hospital Acquired Infections) sebagai upaya
pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan. Berdasarkan
sasaran kinerja tersebut, maka sebagai perawat yang mengutamakan pelayanan terbaik bagi
pasien, sudah seharusnya untuk mengoptimalkan pencegahan komplikasi akses intravena dengan rutin melakukan monitoring akses intravena sehingga nantinya dapat menurunkan kejadian infeksi dan menurunkan angka kematian neonatal.
Adapun rangkuman dari ketiga isu yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut.
1 Melakukan tindakan keperawatan
pemenuhan
kebutuhan
rasa nyaman
- Neonatus mengalami nyeri yang berulang selama hospitalisasi akibat tindakan pengambilan sampel darah, penerapan manajemen nyeri di ruangan belum seragam dan hanya berdasar pengetahuan masing-masing perawat.
- SPO manajemen nyeri yang spesifik pada neonatus belum tersedia
- Adanya SPO
manajemen
nyeri khusus
untuk neonatus
- Manajemen
nyeri pada
neonatus
prematur dapat
dilaksanakan
sesuai dengan
SPO
Belum
optimalnya
manajemen
nyeri pada
neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang
perinatologi
Anturium RSUP
Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2022
2 Melakukan tindakan keperawatan pengaturan suhu
Terdapat neonatus yang mengalami penurunan suhu saat dilakukan fototerapi dan belum ada tindakan keperawatan untuk membantu mengurangi durasi penggunaan fototerapi untuk meminimalisir terjadinya ketidakstabilan suhu.
Suhu neonatus selalu berada dalam rentang normal selama perawatan
Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi di ruang perinatologi
Anturium RSUP
Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2022
surveilans
HAIs sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya
- Terdapat 45% neonatus dengan akses intravena sentral dan 50% neonatus dengan akses intravena perifer.
- Adanya kasus komplikasi akses intravena perifer yang mengakibatkan
- Adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada
neonatus
- Gejala
komplikasi akses
Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi
KondisiSaatIni Kondisiyang Diharapkan Isu
No. Uraian Tugas
3. Melaksanakan manajemen
preventif pada
pelayanan keperawatan
kerusakan integritas kulit yang berpotensi menjadi entrypointmicroorganism
- 59% kematian neonatus disebabkan oleh infeksi aliran darah atau sepsis
- Belum adanya kolom monitoring akses intravena pada lembar observasi harian pasien, sehingga tidak dapat dipastikan apakah perawat melakukan monitoring atau tidak.
- Belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer spesifik untuk neonatus
intravena dapat
diketahui lebih
dini sehingga tidak
menyebabkan
komplikasi akses
intravena grade
tinggi
Anturium RSUP
Dr. Hasan
Sadikin
Bandung tahun
2022
Sebagai perawat ASN, sudah merupakan kewajiban untuk memberikan pelayanan publik terbaik, dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Berbekal kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang sesuai di bidangnya, maka sudah seharusnya ketika dihadapkan pada
berbagai masalah tersebut, seorang ASN berupaya untuk melakukan perbaikan dengan mengerahkan segala potensi yang dimiliki. ASN tidak hanya dituntut untuk mengidentifikasi masalah namun juga solutif, inovatif, dan kreatif dalam menemukan alternatif penyelesaian.
Namun tentunya, karena adanya keterbatasan waktu dan sumber daya sebaiknya dipilih masalah paling prioritas, agar proses perbaikan terarah dan optimal.
Metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas dan penapisan masalah salah satunya dengan Teknik APKL. Teknik APKL ini diuraikan sebagai berikut.
- aktual (A), artinya isu yang diangkat benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di instansi.
- problematik (P), artinya isu tersebut memiliki dimensi yang kompleks, sehingga solusinya perlu dicarikan segera secara komprehensif.
- kekhalayakan (K), artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
- Kelayakan (L), artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Penapisan isu dilakukan melalui diskusi dengan mentor, kepala ruangan, perawat ahli neonatologi dan teman sejawat. Penerapan Teknik APKL terhadap ketiga masalah yang dibahas, diuraikan sebagai berikut
Isu 1: Belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022
Isu 2 : Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi di ruang perinatologi Anturium RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022
Isu 3 : Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
tahun 2022
3 3 4 5 15 II
2 3 3 5 13 III
5 4 3 4 16 I
Setelah didapatkan prioritas isu pertama, yaitu belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruang highcareunit(HCU) perinatologi
Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022, maka perlu dilakukan analisis untuk memetakan faktor-faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Adapun metode yang dipilih adalah dengan membuat diagram fishbone sebagai berikut.
Isu A P K L Jumlah Prioritas
Berdasarkan diagram fishbone di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus. Secara garis besar faktor tersebut dibagi menjadi faktor man,method,motherof nature, dan material Adapun uraian dari setiap faktor utama tersebut, dijelaskan sebagai berikut.
- Manfactors, yaitu faktor terkait dengan orang yang terlibat di dalam proses terjadinya masalah. Dalam hal ini orang yang terlibat langsung adalah perawat. Perawat di ruang HCU Anturium memiliki pengalaman kerja di populasi neonatus yang sangat beragam. TerdapatbeberapaperawatyangbarumasukkeruangHCUAnturiumpadatahun2021 dan sebelumnya belum pernah menangani pasien neonatus. Hal tersebut berpengaruh kepada keterampilan dan pengetahuan dalam memonitoring akses intravena pada neonatus.
- Method factor, merupakan metode atau cara yang digunakan dalam menjalankan proses.Dalam hal ini, method yang dimaksud adalah tidak tersedianya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, yang mengakibatkan perawat tidak tahu standar yang seharusnya dilakukan dan hanya melakukan monitoring sesuai kesadaran masing-masing.
- Materialfactor, merupakan semua alat yang dibutuhkan untuk menjalankan proses. Dalam hal ini material yang dimaksud adalah alat atau bahan yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya monitoring akses intravena perifer yang terstandar yaitu adanya kolom khusus monitoring akses intravena sentral dan perifer pada lembar observasi harian pasien atau bundle khusus monitoring akses intravena sentral dan perifer
- Mother of nature factor, merupakan faktor yang tidak dapat diprediksi atau dikendalikan, yaitu kesadaran atau awareness perawat terhadap pentingnya melakukan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus.
Setelah diketahui secara umum faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kondisi belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruanghigh careunit(HCU)perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022, maka dapat diidentifikasi alternatif solusi dari permasalahan yang terjadi. Alternatif solusi tersebut dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut.
1 Man Belum semua perawat memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus
2 Method Belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus
3. Materials Belum adanya lembar observasi harian atau bundle yang mencantumkan monitoring akses intravena sentral dan perifer
4 Motherof nature Kesadaran atau awareness perawat terkait pentingnya melakukan monitoring akses intravena perifer pada neonatus
Mengikutsertakan perawat pada pelatihan terkait akses intravena pada neonatus
Pembuatan SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus
Penambahan kolom monitoring akses intravena sentral dan perifer di lembar observasi harian pasien atau pembuatan bundle khusus monitoring akses intravena sentral dan perifer
Sosialisasi dampak negatif akibat tidak dilakukannya monitoring akses intravena secara rutin
Berdasarkan tabel solusi alternatif di atas, dapat diuraikan alternatif penyelesaian isu terbagi menjadi mengikutsertakan perawat pada pelatihan akses intravena, pembuatan SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, revisi lembar observasi harian pasien atau pembuatan bundle monitoring akses intravena sentral dan perifer, dan sosialisasi dampak negatif akibat tidak dilakukannya monitoring akses intravena secara rutin. Solusi melalui mengikutsertakan perawat pada pelatihan akses intravena membutuhkan biaya yang besardanmemerlukanpengajuanterlebihdahulu.Olehkarenaitu,solusialternatifyangpaling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan pembuatan SPO baru mengenai monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, yang kemudian disosialisasikan kepada perawat di ruangan sekaligus menjelaskan terkait dampak negatif dari nyeri yang tidak tertangani pada neonatus. Solusi alternatif dengan merevisi lembar observasi harian pasien berupa penambahan kolom monitoring akses intravena atau pembuatan bundle monitoring
No
RincianFaktor SolusiAlternatif
Faktor Utama
akses intravena sentral dan perifer memerlukan pengajuan dan pengesahan dari atasan, sehingga tidak dilakukan dikarenakan keterbatasan waktu.
3.2 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk MendukungTerwujudnyaSmartGovernance
Seorang pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah. Sesuai dengan perannya, ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Selanjutnya dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut perawat ASN diberikan tugas dan fungsi sesuai dengan sasaran kinerja pegawai yang telah ditetapkan oleh instansi tempat ASN menjalankan tugas.
Ketiga isu yang diambil ada kaitannya dengan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya SmartGovernance. Hal tersebut dikarenakan ketiga isu yang diambil merupakan hasil telaah dari sasaran kinerja sebagai perawat Secara lebih mendetail, keterkaitan antara ketiga isu yang diambil dengan kedudukan dan peran PNS dijelaskan pada tabel sebagai berikut.
Isu DatadanFakta Keterkaitandenganperandan kedudukanASN
Isu 1: Belum
optimalnya
manajemen nyeri
pada neonatus saat tindakan
pengambilan darah di ruang
perinatologi
Anturium RSUP Dr.
Hasan Sadikin
Bandung tahun 2022
- Bayi yang dirawat di ruang anturium setidaknya menjalani prosedur pengambilan darah yang menyebabkan nyeri sebanyak 5 kali dalam 14 hari awal kehidupan
- Manajemen nyeri saat prosedur pengambilan darah oleh setiap perawat tidak seragam
- Manajemen nyeri yang dilakukan adalah dengan memasukan kassa yang telah diberi dextrose ke mulut bayi untuk dihisap, namun terkait berapa cc dan interval pemberian dengan tindakan tidak seragam antara perawat yang satu dengan yang lainnya, sehingga keefektivannya pun berbeda
- Peran ASN adalah sebagai pelayan publik. Dalam hal ini populasi pasien yang dilayani adalah neonatus. Sebagai ASN yang professional dan berintegritas, perawat harus memaksimalkan manajemen nyeri (Profesionalisme) dan memiliki awareness bahwa bayi juga dapat merasakan sakit namun tidak seperti dewasa atau anak yang dapat mengekspresikannya secara verbal. Perawat ASN harus tetap ramah dan memahami bahwa neonatus juga adalah manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan diperhatikan kenyamanannya (Hospitality).
- Sebagai ASN yang SMART, perawat ASN harus menyikapi kondisi tidak tersedianya SPO manajemen nyeri khusus neonatus dengan melihatnya sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri (Entrepreneurship). ASN yang SMART akan termotivasi untuk melakukan perubahan dengan
Isu 2 : Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi
penggunaan fototerapi di ruang perinatologi
Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2022
- Belum adanya SPO manajemen nyeri khusus neonatus
mengajukan draft SPO. Dalam pembuatannya membutuhkan kemampuanITdanbahasaasing (IT danbahasaasing) yang baik agar dapat meninjau literatur terbaru dengan hasil yang paling efektif (Wawasanglobal).
- Berdasarkan observasi, diperkirakan 70% bayi dengan berat badan lahir rendah mengalami hyperbilirubinemia yang membutuhkan fototerapi.
- Durasi penggunaan fototerapi harus seminimal dan seefektif mungkin karena dapat menimbulkan ketidakstabilan suhu
- Terdapat kasus bayi yang mengalami penurunan suhu saat dilakukan fototerapi
- Belum adanya intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi
- Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat ASN sudah seharusnya memiliki karakteristik entrepreneurship yang termasuk di dalamnya kreatif dan inovatif (Entrepreneurship). Perawat ASN dapat menjadi pembawa perubahan dengan merekomendasikan atau mempraktekkan asuhan keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi (Prosionalisme). Dengan durasi fototerapi yang lebih singkat resiko ketidakstabilan suhu dapat diminimalisir dan penggunaan alat juga lebih efisien dan menghemat penggunaan daya (Entrepreneurship)
- Untuk dapat menemukan intervensi keperawatan yang sesuai, maka perawat ASN harus berwawasan global, memahami penggunaan IT, dan bahasa asing. Dengan demikian dapat memperoleh dan memahami jurnal penelitian terkait sebagai dasar proses adopsi intervensi keperawatan ke dalam pelayanan sehari-hari.
Isu 3: Belum
optimalnya
monitoring akses
intravena sentral dan perifer di ruang
HCU perinatologi
Anturium RSUP Dr.
Hasan Sadikin
Bandung tahun
2022
- Di ruang HCU perinatologi anturium sendiri 85-95% neonatus terpasang akses intravena
- Pada tanggal 20 Juli 2022, terdapat 45% neonatus terpasang akses intravena sentral, dan 50% terpasang akses intravena perifer.
- Pada bulan Juni 2022, terdapat kasus komplikasi akses intravena hingga neonatus tersebut perlu dikonsulkan ke bagian bedah vaskuler
- Sebagai perawat ASN, sudah seharusnya ikut melaksanakan rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2020-2024, yang salah satunya berfokus pada penurunanangkakematianneonatal. Kematian neonatal dapat diminimalisir dengan mencegah terjadinya infeksi pada neonatus, termasuk di dalamnya dengan melakukan monitoring akses intravena (Profesionalisme).
- Monitoringyangdilakukanolehharus benar-benar dilakukan agar dapat mencegah kejadian infeksi. Hal tersebut sebagai contoh penerapan
- 59% kematian neonatus pada bulan April 2022 disebabkan oleh sepsis
- Komplikasiaksesintravena dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
- Belum terdapat kolom monitoring akses intravena di lembar observasi harian, sehingga tidak dapat dipastikan perawat melakukan monitoring atau tidak
- Belum tersedia SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus
- Belum tersedianya kolom monitoring akses intravena pada lembar observasi harian ataupun adanya bundle khusus monitoring akses intravena
ASN yang professional dan berintegritas tinggi.
- Menyikapi kondisi belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, maka perawat ASN harus kreatif, inovatif, dan solutif (Entrepreneurship) dengan cara menyusun SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer.
- Untuk membuat rancangan SPO tersebut perlu dilakukan literature review. Sebagian besar literatur saat ini tersedia dan dapat diakses secara online, sehingga membutuhkan kemampuan penggunaan IT dan bahasa asing yang baik, sesuai dengan karakter SMART ASN.
- Selain itu untuk target perbaikan jangka panjang dan agar lebih memudahkan dalam pengisiannya, bundle atau poin-poin monitoring akses intravena perifer dapat dimasukkan ke dalam rekam medis elektronik sebagai adaptasi perkembangan digitalisasi.
3.3 AlternatifPemecahanMasalahsebagaiGagasanKreatif
Gagasan kreatif terkait dengan isu yang diambil adalah optimalisasi monitoring akses intravena melalui pembuatan standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di Ruang HCU perinatology Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Gagasan ini direalisasikan dengan pembuatan SPO baru terkait dengan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus. Proses pembuatan SPO mengikuti kebijakan yang berlaku di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Selanjutnya setelah SPO disahkan, maka SPO akan disosialisasikan kepada perawat di ruang Anturium dengan menggunakan media kreatif berupa video yang dapat diakses oleh seluruh perawat Anturium. Selanjutnya dilakukan evaluasi berupa observasi dengan lembar checklist pada beberapa sampel perawat saat melakukan monitoring akses intravena pada neonatus, rekap data insidensi komplikasi akses intravena, dan rekap data kejadian infeksi.
-
4.1 RancanganAktualisasiNilai-NilaiDasarPNS
Secara garis besar pelaksanaan aktualisasi gagasan optimalisasi monitoring akses intravena melalui pembuatan standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terbagi ke dalam enam kegiatan utama. Keenam kegiatan tersebut yaitu konsultasi terkait rencana pembuatan SPO dan menentukan garis besar SPO dengan kepala ruangan, dan perawat ahli neonatologi, penyusunan draft SPO, pengesahan SPO, pembuatan media sosialisasi SPO, pelaksanaansosialisasiSPOmelaluivideo,danevaluasisertaperumusanrencanatindaklanjut. Diharapkanmelaluiaktualisasiini,dapatmenjadilangkahawaluntukmendukungterwujudnya visi misi rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta secara umum dapat mewujudkan pelayanan publik yang lebih optimal.
Proses aktualisasi terkait optimalisasi monitoring akses intravena melalui pembuatan standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022, juga tidak lepas dari implementasi nilai-nilai BerAKHLAK. Secara lebih rinci tahapan serta implementasi nilai-nilai
BerAKHLAK pada aktualisasi ini, dituangkan ke dalam matriks sebagai berikut.
BABIV RANCANGANAKTUALISASI
Nama : Mia Yuliati, S.Kep., Ners
Jabatan : Ahli Pertama Perawat
Unit Kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Identifikasi Isu :
1. Di ruang HCU perinatologi anturium 85-95% neonatus terpasang akses intravena.
2. Pada tanggal 20 Juli 2022, terdapat 45% neonatus terpasang akses intravena sentral, dan 50% terpasang akses intravena perifer.
3. PadabulanJuni2022,terdapatkasuskomplikasiaksesintravenahingganeonatustersebutperludikonsulkan ke bagian bedah vaskuler
4. 59% kematian neonatus pada bulan April 2022 disebabkan oleh sepsis
5. Komplikasi akses intravena dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
6. Belum terdapat kolom monitoring akses intravena di lembar observasi harian pasien ataupun bundle khusus monitoring akses intravena, sehingga tidak dapat dipastikan perawat melakukan monitoring atau tidak
7. Belum tersedia SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus
Isu yang Diambil : Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di Ruang HCU Perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022
Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus dengan pembuatan standar prosedur operasional di Ruang HCU Perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022
konsultasi
terkait
perencanaan
pembuatan
SPO dan
menentukan
poin-poin garis
besar yang
akan
dimasukkan ke
dalam SPO
Outline poinpoin yang akan
dimasukkan ke
dalam SPO
KeterkaitanSubstansiMata
Pelatihan
Kontribusi
terhadapVisi
MisiOrganisasi
Proses konsultasi
rencana
pembuatan draft
SPO ini merupakan
langkah awal untuk
dapat melakukan
perubahan ke arah
pelayanan yang
lebih baik,sehingga
nantinya dapat
berkontribusi
mewujudkan
Indonesia maju.
Penguatan Nilai Organisasi
Proses konsultasi
rencana
pembuatan draft
SPO ini juga
dapat
meningkatkan
nilai organisasi
profesionalitas.
Perawat yang
professional memiliki
kemampuan
untuk melakukan
kolaborasi dan membangun
hubungan
interpersonal yang baik.
No. Kegiatan Tahapan Output/Hasil
1. Melakukan
Menghubungi
kepala
ruangan
anturium
untuk
menjadwalkan
konsultasi
Adanya jadwal
konsultasiyang
telah
disepakati
bersama
Saya menghubungi kepala ruangan
anturium melalui pesan whatsapp
dengan sopan dan menerapkan
etika sesuai dengan pengamalan
sila ke 2 Pancasila, yaitu cakap
berbudaya digital dengan tidak
menggunakan kata-kata kasar
dalammenggunakanmediadigital
(Loyal). Apabila kepala ruangan
memiliki halangan atau kepentingan
sehingga tidak dapat melakukan
konsultasi pada hari dan jam tertentu,
maka saya akan menghargai hal
tersebut dan membuat janji pada
waktulainyangdisetujuibersama
(Harmonis).
Melakukan
konsultasi
bersama
dengan kepala
ruangan
anturium
Notulensi hasil
konsultasi
Saya menerapkan disiplin waktu
dengan tidak datang terlambat
(Akuntabel) pada saat melakukan
konsultasi dengan kepala ruangan.
Sayamelakukankonsultasidengan
cara diskusi dan bertukar pikiran
Menghubungi
perawat ahli
neonatologi
Adanya jadwal untuk melakukan konsultasi
(Kolaborasi). Selama sesi konsultasi
saya menghargai apabila ada
perbedaan pendapat antara saya
dan kepala ruangan (Harmonis).
Menyikapi berbedaan pendapat
tersebut, kemudian saya mengabil
sikapsolutif (Berorientasi pelayanan)
dengan mengambil titik tengah atau
menganalisis alternatif lain yang dapat disepakati bersama.
Saya menghubungi perawat ahli melalui
pesan whatsapp terlebih dahulu, dan
tidak langsung datang ke ruangan
tempat perawat yang bersangkutan
berdinas. Hal tersebut sebagai bentuk
menghargai waktu orang lain (Harmonis) dan agar tidak
mengganggu pelayanan (Berorientasi pelayanan). Apabila
perawat yang bersangkutan tiba-tiba
mengubah jadwal konsultasi
dikarenakan hal tertentu, maka saya
2 Pembuatan
draft SPO monitoring akses
intravena
sentral dan
perifer pada
neonatus
Melakukan
konsultasi
dengan
perawat ahli
neonatologi
Notulensi
berupa outline
draft
menyesuaikan dengan waktu
beliau (Adaptif).
Selama sesi konsultasi, sayajugasiap
belajar menerima ilmu baru dari
perawat ahli neonatologi
(Kompeten) dan bersikap proaktif
serta antusias saat beliau
memberikan penjelasan dan
masukan (Adaptif). Saya bersikap
menghargai apabila terdapat
perbedaan pendapat selama
konsultasiberlangsung (Harmonis).
Draft SPO monitoring akses
intravena
sentral dan
perifer pada
neonatus yang
telah direvisi
Draft SPO yang
dihasilkan dari
proses ini
merupakan tahap
lebih lanjut dalam
rangka
menciptakan
standardisasi
monitoring akses
intravena, yang
Pencarian literatur terbaru dapat
meningkatkan
nilai Unggul, karena pelayanan yang diberikan
selalu berbasis
penelitian yang
sesuai dengan
Melakukan
pencarian literature
terkait monitoring
akses
intravena
sentral dan
perifer pada
neonatus
Daftar literatur
terkait monitoring akses intravena
sentral dan
perifer pada
neonatus
Saya melakukan pencarian literatur
terkait dengan monitoring akses
intravena sentral dan perifer pada
neonatus dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat
(Berorientasi Pelayanan) yang dalam
hal ini adalah neonatus. Pencarian
literatur juga sebagai media untuk
meningkatkan kompetensi diri
(Kompeten)untukmenjawabtantangan
kedepannya akan
mampu
memperbaiki
kualitas neonatus
penerus bangsa
sesuai dengan misi
rumah sakit, yaitu
untuk mewujudkan
kualitas manusia
Indonesia yang
tinggi, maju, dan
sejahtera.
pengembangan
pengetahuan
Melakukan review terhadap literatur yang
telah didapatkan
Tabel resume
setiap literatur yang ditinjau
atau masalah yang terjadi di lingkungan tempat bekerja.
Sayamelakukanreviewdarisetiap
literatur dengan cermat dan jujur
(Akuntabel) sesuai dengan hasil
penelitian yang didapatkan dan tidak
memaksakan kehendak pribadi terkait
dengan hasil yang dituangkan pada
tabel resume.
Menyimpulkan
rekomendasi
prosedur
berdasarkan
tabel resume
Rekomendasi prosedur monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus
Saya membaca kembali resume hasil
tinjauan literatur untuk dapat
menyimpulkan rekomendasi prosedur
sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan. Saya berusaha untuk
terusbelajardanmengembangkan
diri (Kompeten) agar dapat menyajikan
hasil rekomendasi prosedur yang
bermanfaat dan mampu mencegah
terjadinya komplikasi akses
intravena pada neonatus
(Berorientasi pelayanan)
Memasukkan
rekomendasi
prosedur ke
dalam draft
SPO monitoring
akses intravena
sentral dan perifer pada
neonatus
Melakukan
konsultasi
draft SPO kepada
perawat yang
memiliki
keahlian di
bidang
neonatologi
Draft SPO monitoring
akses intravena
sentral dan
perifer pada
neonatus
Dalam menyusun draft SPO yang belum
pernah disusun sebelumnya, saya
berartitelahberupayauntukterus
berinovasi dan mengembangkan
kreativitas (Adaptif), serta
melakukan perbaikan tiada henti (Berorientasi Pelayanan1).
Notulensi
rekomendasi
revisi draft
Ketika melakukan konsultasi saya
memberikan kesempatan kepada
pihak lain untuk berkontribusi, terbukadalambekerjasamauntuk
menghasilkan draft SPO yang
memiliki nilai tambah (Kolaboratif).
Selama proses konsultasi saya juga
menghargai adanya perbedaan
pendapat yang salah satunya
dipengaruhi oleh latar belakang
individu (Harmonis), serta
Melakukan
revisi terhadap
draft SPO
Revisi draft SPO monitoring
akses
intravena
sentral dan perifer pada
neonatus
memegang teguh ideologi
Pancasila melalui diskusi untuk
mencapai suatu kemufakatan
(Loyal). Termasuk juga di dalam sesi
konsultasi tersebut saya melakukan
transfer ilmu untuk membantu
oranglainbelajar (Kompeten).
Saya mencoba menyesuaikan draft
yang telah dibuat sebelumnya
dengan masukan dan saran dari
perawat ahli (Adaptif). Saya
melakukan revisi pada draft SPO
dengantujuanuntukmenghasilkan SPO
yang lebih baik agar nantinya dapat
digunakan dan meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan
(Berorientasi pelayanan).
3.
draft SPO SPO monitoring
akses intravena sentral dan
Sahnya SPO baru
tentunya dapat
memberikan
manfaat sebagai
panduan dalam
Nilai organisasi yang
terealisasikan
dalam kegiatan
pengesahan SPO
Pengesahan
Mencetak draft
SPO yang akan
diajukan untuk
pengesahan
perifer pada
neonatus yang
telah disahkan
Draft SPO
dalam bentuk
hardcopy
SayamencetakdraftSPOmenggunakan
printer milik sendiri, meskipun printer
tersedia di setiap ruangan rawat tempat
saya bekerja. Hal tersebut sebagai
bentuk upaya menggunakan
kekayaandanbarangmiliknegara
secara bertanggung jawab
pelaksanaan
tindakan pelayanan
pasien. Dengan
adanya panduan
ini, besar
kemungkinan
kualitas pelayanan
semakin baik, sehingga ikut
berkontribusi
mewujudkan
kualitas manusia
Indonesia yang
tinggi, maju, dan
sejahtera.
ini adalah nilai
inovatif, dimana
output yang
dihasilkan adalah
terbentuknya
SPO baru yang
mampu digunakan dalam proses pelayanan.
Menghubungi
pihak-pihak
terkait yang
memiliki
wewenang
dalam
mengesahkan
SPO
Melakukan
konsultasi SPO
dengan pihak
terkait
Adanya jadwal
untuk
melakukan
konsultasi dan pengesahan.
(Akuntabel), serta mengedepankan
kepentingan bangsa dibanding
kepentinganpribadi (Loyal).
Saya menghubungi atasan saat
jam kerja dengan memperhatikan
etika dan sopan santun sesuai
denganpengamalannilaiPancasila (Loyal)
Notulensi sesi
konsultasi
Saya datang tepat waktu sesuai
dengan perjanjian yang telah
dibuat sebelumnya (Akuntabel), sehingga tidak membuat atasan
menunggu. Dalam melakukan sesi
konsultasi saya menghargai
perbedaan latar belakang dan
spesialisasi bidang kerja
(Harmonis). Saya mendengarkan
masukkan dan saran dari atasan, bekerjasamauntukmembuatSPO
Melakukan revisi ulang
bila diperlukan
semakin baik dan dapat
diaplikasikan (Kolaboratif), sehingga
nantinya dapat mencegah
komplikasi akses intravena pada
neonatus dengan optimal (Berorientasi pelayanan). Selama sesi
konsultasi saya juga bersikap
proaktif, dan antusias ketika
atasan menyarankan adanya
perubahan atau revisi pada draft (Adaptif). Dalam proses konsultasi, saya juga secara tidak langsung
telah membantu belajar
menambah wawasan atasan
terkaitintervensimonitoringakses
intravenasentraldanperiferpada
neonatus (Kompeten).
Draft SPO hasil
revisi
Saya melakukan perbaikan dalam
draft SPO dengan tujuan
menghasilkan SPO yang lebih
aplikatif dan mudah digunakan
(Berorientasi pelayanan) sesuai dengan
4. Sosialisasi SPO yang telah
disahkan
melalui media
video kreatif
Mengajukan
pengesahan
draft yang
telah direvisi
SPO yang telah
disahkan dan
ditandatangani
masukkan sesi konsultasi dan kerja
sama bersama atasan.
Saya menghadap kembali ke atasan
dengan membawa draft SPO yang telah
direvisi. Saya datang tepat waktu
(Akuntabel), dan mengajukan
pengesahan SPO dengan sopan dan sesuai ketentuan yang berlaku.
Terisinya
daftar perawat
yang telah
mengakses link
video
SPO baru tidak
akan mampu
menimbulkan
perubahan apabila
tidak
disosialisasikan
dengan baik
kepada petugas
pelaksana. Oleh
karena itu kegiatan
sosialisasi ini
menjadi sangat
penting agar
terlaksananya
Nilai organisasi yang tercermin
dari kegiatan
sosialisasi SPO ini
adalah nilai
inovatif, karena sosialisasi
dilakukan dengan
memanfaatkan
perkembangan
teknologi
sehingga mampu
menjangkau
seluruh perawat
Membuat script video sosialisasi
Script video sosialisasi yang
sudah selesai
Media sosialisasi SPO berupa video
dipilih agar lebih menarik dan sebagai
bentuk penyesuaian terhadap
perubahanyangserbadigitalsaat
ini (Adaptif). Dalam pembuatan script, digunakan bahasa yang mudah
dipahami dan interaktif. Selain materi
terkait SPO dijelaskan juga dampak
komplikasi akses intravena, dengan
harapan dapat meningkatkan
awereness perawat untuk lebih
pelayanan yang
lebih baik dan
berkontribusi
terhadap visi
terwujudnya
Indonesia maju
yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan
gotong royong.
dengan waktu
yang fleksibel.
Menyusun form evaluasi
pemahaman
terhadap
materi
sosialisasi
Melakukan
konsultasi script video dengan kepala
ruangan
Link form evaluasi
sosialisasi
memahamipentingnyamonitoring
akses intravena (Berorientasi
pelayanan)
Penggunaangoogleformsebagaimedia
evaluasi merupakan bentuk
penyesuaian terhadap perubahan
zamanyangsemakinserbadigital (Adaptif).
Notulensi hasil
konsultasi script video dengan kepala
ruangan
Sayamelakukankonsultasidiluar
jamdinassayauntukmenjalankan
tugas,haltersebutsebagaibentuk
pelaksanaan tugas yang jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan
berintegrasi tinggi (Akuntabel).
Konsultasi dengan kepala ruangan
sangat diperlukan, agar mendapatkan
video sosialisasi yang sesuai. Selama
sesi konsultasi saya menghargai
ketika terdapat perbedaan
pendapat (Harmonis), kemudian
bekerja sama melalui diskusi
Melakukan
revisi terhadap
script video
sebelumnya
Script video yang telah
direvisi sesuai
masukan
kepalaruangan
untuk mengoreksi script yang
telahdibuat (Kolaboratif).
Dalam melakukan revisi script video, saya juga menjadi terus belajar
danmeninjaukembaliscriptuntuk
melakukan perbaikan (Kompeten).
Diharapkan dengan script yang lebih
baik sesuai dengan saran dari kepala
ruangan, akan lebih mudah dipahami
dan tetap melindungi privacy
pasien sehingga tidak terjadi
kebocoran data pasien yang
bersifat rahasia kepada publik (Loyal).
Mengajukan
permohonan
izin kepada
kepala
ruangan untuk
shooting video
di ruangan
Jadwal shooting video
sosialisasi yang
telah disetujui
oleh kepala
ruangan
Agar lebih mudah dipahami, video
sosialisasi SPO harus menunjukkan
aplikasilangsungkepada bayi,sehingga
pembuatan video perlu dilakukan di
ruangan anturium sendiri. Oleh karena
itu perlu kerjasamadengankepala
ruangan terkait perizinan
penggunaanruangan (Kolaboratif)
Melakukan shooting video
sosialisasi di ruangan
Potongan video-video untuk sosialisasi
Pengambilan video untuk
sosialisasiinisayalakukandiluar
jam kerja sebagai bentuk
tanggungjawabdandisiplindalam
menjalankan tugas (Akuntabel).
Saya juga meminta kerja sama
dengan teman sejawat untuk
membantu dalam proses
perekamanvideo (kolaboratif).
Melakukan editing video sosialisasi
Video sosialisasi final
Editing video merupakan hal yang
masih baru bagi saya. Namun melalui
kegiatan aktualisasi ini, sayamenjadi
belajar hal baru dan berusaha
mengembangkan kapabilitas (Kompeten). Kemampuan editing video
juga merupakan kemampuan yang
pentingdimilikikarenaakanbermanfaat
kedepannya untuk melakukan edukasi
kepada pasien. Hal tersebut merupakan
bentuk penyesuaian terhadap
perubahan dan tuntutan
Melakukan upload video dan pembuatan QR code
Video sosialisasi yang
telah diupload
danlinkberupa
qr code
perubahan zaman yang serba
digital (Adaptif).
Pemilihan media sosialisasi berupa
video dalam bentuk QR code
merupakan penyesuaian terhadap
perkembangan zaman yang serba
digital (Adaptif) dan dapat
menjangkau semua perawat yang
bertugas di anturium. Hal tersebut
dikarenakan dari pengalaman
sebelumnya, dimana tim perawat di ruanganseringmelakukandiskusikasus
melalui zoom namun tidak semua
perawat dapat hadir karena perbedaan
jadwal shift. Dengan video sosialisasi
yang mampu mencapai seluruh
perawat, maka diharapkan
pengaplikasian SPO nantinya juga
dilakukan oleh semua perawat,
sehingga mampu memberikan
perbaikan kualitas pelayanan
Membagikan
QR code
kepada
seluruh
perawat dan
memasang
stiker QR code
di ruangan
Daftar absensi
pengakses
video terisi
oleh seluruh
perawat
pelaksana di
anturium
kepada pasien (Berorientasi
pelayanan)
Penggunaan media sosialisasi melalui
video dalam QR code memudahkan
perawat dalam mengakses video
dimana pun dan kapanpun, sehingga
sosialisasitidakakanmengganggu
pelayanan (Berorientasi pelayanan).
Dengan demikian sosialisasi yang saya
lakukan tidak mengganggu
pelaksanaan tugas perawat yang
bertanggung jawab dan tidak
berpotensi menimbulkan korupsi
waktu (Akuntabel)
Dengan adanya
rencana tindak
lanjut, kesempatan
untuk melakukan
perubahan ke arah
yang lebih baik
tidak berhenti
sampai disini,
Nilai organisasi yang tercermin
pada kegiatan
evaluasi ini
adalah
integritas, dimana dalam
menjalankan
penerapan SPO Resume evaluasi
5. Evaluasi
penerapanSPO
Meninjau pemahaman perawatterkait
sosialisasi SPO
dari google form
Rangkuman poin-poin
pemahaman perawat
Saya melakukan peninjauan hasil
pengisian evaluasi sosialisasi dari
google form dan membuat
rangkumannya dengan jujur
berdasarkan data aktual
(Akuntabel). Kegiatan melakukan
evaluasi juga menjadi bahan
pembelajaran bagi saya untuk
mengidentifikasi hal-hal yang
perlu diperbaiki ke depannya
namun dapat
dilanjutkan hingga
menghasilkan
perbaikan yang
berkesinambungan.
Tujuannya tidak
lain adalah untuk
mewujudkan
kualitas manusia
Indonesia yang
tinggi, maju, dan
sejahtera.
suatu kegiatan
harus dilakukan
secara utuh
hingga sampai
pada tahap
evaluasi. Selain
itu juga jujur
dengan segala
hasil yang
didapatkan.
Membuat form
checklist untuk
observasi
penerapan
SPO di
ruangan
Melakukan
observasi
kepada
perawat yang
melakukan
tindakan monitoring akses
intravena
Form checklist
untuk observasi
penerapanSPO
(Kompeten) terkait dengan penyajian
materi sosialisasi.
Saya membuat form checklist sesuai
dengan panduan yang tertuang dalam
SPO. Formchecklistdicetakdengan
printer sendiri dan tidak
menggunakan printer milik
ruangan (Akuntabel)
Form checklist yang sudah terisi
Sebelum melakukan observasi saya
melakukan informed consent dengan
perawat yang akan melakukan
tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk
menghargai hak autonomy
perawat dan agar tidak
mengganggu kondisifitas
lingkungankerja (Harmonis). Dalam
melaksanakan observasi ini tentu tidak
lepas dengan kerja sama meminta
izin kepada PJ shift dan kepala
ruangan dengan bahasa yang
sopan (Kolaboratif).
Melakukan pendataan
kejadian
komplikasi
akses
Jika memang ada tindakan lain
yang harus dilakukan lebih dulu
oleh perawat, saya menunggu
hinggaperawatselesaimelakukan
tindakan tersebut. Hal itu sebagai
bentuk dedikasi mengutamakan
kepentingan bangsa (Loyal) yang
dalam hal ini adalah pelayanan perawat
kepada pasien, daripada kepentingan
pribadi, yang dalam hal ini adalah
kebutuhan saya untuk mengisi lembar form checklist. Sambil melakukan
observasi, saya mengisi form checklist
dengan jujur sesuai dengan
keadaan sebenarnya dan tidak
melakukan manipulasi data (Akuntabel)
Rekap data
kejadian
komplikasi
akses
Evaluasi tentunya tidak hanya berfokus
pada perawat sebagai pelaksana SPO,
namun juga dilakukan evaluasi pada
neonatus. Monitoring akses intravena
bertujuan untuk mencegah komplikasi
intravena pada
neonatus
intravena pada
neonatus
dansebagai bentukperbaikanuntuk
pelayanan (Berorientasi pelayanan).
Dari pendataan kejadian komplikasi
akses intravena ini dapat dilihat
apakah intervensi efektif atau
masih kurang, sehingga dapat
dijadikan pembelajaran (Kompeten), dan kesempatanuntuk
melakukaninovasilain (Adaptif).
Menyusun
rencana tindak
lanjut
Rekomendasi
tindak lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan
SPO diruangan, saya dapat
mengidentifikasi kekurangan dan
kelebihan dari SPO yang telah dibuat, sehingga saya mampu menyusun
rancangan rekomendasi tindak lanjut
apa yang diperlukan untuk
memaksimalkan monitoring akses
intravena pada neonatus
(Berorientasi pelayanan). Melalui
rekomendasi tindak lanjut ini saya
memberi peluang bagi berbagai
pihak untuk dapat berkontribusi
dalam memaksimalkan upaya
pencegahan komplikasi akses
intravena pada neonatus (Kolaboratif), dan memberikan dasar
untuk melakukan inovasi dan mengembangkankreativitasuntuk
penentuan langkah selanjutnya yanglebihbaik (Adaptif).
4.2 Penjadwalan
Rancangan aktualisasi tersebut selanjutnya perlu dimasukkan kedalam time table agar
lebih terjadwal dan terlihat target yang harus dicapai per minggunya. Hal ini diperlukan agar pelaksanaan aktualisasi nantinya dapat selesai tepat waktu. Adapun penjadwalan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut.
No Kegiatan/ Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Aktualisasi Keterangan/ Tanggal Kegiatan Ming gu ke-1
1. Melakukan konsultasi terkait perencanaan pembuatan SPO dan menentukan poin-poin garis besar SPO
1.1 Menghubungi kepala ruangan anturium
1.2 Melakukan konsultasi dengan kepala ruangan anturium
1.3 Menghubungi perawat ahli neonatologi
1.4 Melakukan konsultasi dengan perawat ahli neonatologi
2 Pembuatan draft SPO
2.1 Melakukan pencarian literature
2.2 Melakukan review literatur
2.3 Menyimpulkan rekomendasi prosedur
2.4 Memasukkan rekomendasi prosedur ke dalam draft SPO
2.5 Melakukan konsultasi draft SPO kepada perawat yang memiliki keahlian di bidang neonatologi
2.6 Melakukan revisi terhadap draft SPO
3 Pengesahan draft SPO
3.1 Mencetak draft SPO yang akan diajukan untuk pengesahan
3.2 Menghubungi pihak-pihak terkait yang memiliki wewenang dalam mengesahkan SPO
3.3 Melakukan konsultasi SPO dengan pihak terkait
3.4 Melakukan revisi ulang bila diperlukan
3.5 Mengajukan pengesahan draft yang telah direvisi
Ming gu ke-2
Ming gu ke-3
Ming gu ke-4
Ming gu ke-5
4 Sosialisasi SPO yang telah disahkan melalui media video kreatif
4.1 Membuat script video sosialisasi
4.2 Melakukan konsultasi script video dengan kepala ruangan
4.3 Melakukan revisi terhadap script video sebelumnya
4.4 Mengajukan permohonan izin kepada kepala ruangan untuk shooting video di ruangan
4.5 Melakukan shooting video sosialisasi di ruangan
4.6 Melakukan editing video sosialisasi
4.7 Melakukan upload video dan pembuatan QR code
4.8 Membagikan QR code kepada seluruh perawat dan memasang stiker QR code di ruangan
5 Evaluasi penerapan SPO
5.1 Meninjau pemahaman perawat terkait sosialisasi SPO dari google form
5.2 Membuat form checklist untuk observasi penerapan SPO di ruangan
5.3 Melakukan observasi kepada perawat yang melakukan tindakan monitoring akses intravena
5.4 Melakukan pendataan kejadian komplikasi akses intravena pada neonatus
5.5 Menyusun rencana tindak lanjut
4.3 ParaPihakyangTerlibatdanPerannyadalamAktualisasi
Adapun peran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan aktualisasi ini dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.
No. Para Pihak Peran dalam Aktualisasi Keterangan
1. Mentor Membimbing untuk menentukan isu, membantu memvisualisasikan rencana gagasan, memberikan masukan terkait penulisan di laporan, memberikan masukan terkait dengan draft SPO
2. Coach
Membimbing dalam perencanaan aktualisasi, memberikan motivasi, meluruskan hal-hal yang keliru selama perencanaan kegiatan aktualisasi, memberikan masukan dan saran perbaikan penulisan pada laporan,
3. Kepala ruangan
Memberikan informasi terkait data yang diperlukan dalam mendeskripsikan isu, membantu melakukan penapisan isu, memberikan masukan terkait rancangan kegiatan, draft SPO, proses pembuatan video sosialisasi, meneruskan informasi sosialisasi kepada perawat ruangan lainnya
4. Perawat ahli neonatus
Membantu penapisan isu, memberikan masukan terkait dengan gagasan kreatif yang akan dilakukan, memberikan ilmu terkait dengan monitoring akses intravena, memberikan masukan dan saran terkait dengan draft SPO, memberikan dukungan dan motivasi
5. Kepala pokja PAP, komite keperawatan, kepala instalasi, bidang keperawatan
6. Rekan sejawat di ruangan
Memberikan masukan terkait dengan draft SPO, mengesahkan SPO
Membantu proses pembuatan video sosialisasi, sebagai partisipan dalam kegiatan sosialisasi, pelaksana SPO, membantu kegiatan bertukar ilmu, sebagai partisipan dalam kegiatan evaluasi, memberikan masukan terkait SPO dan rencana tindak lanjut.
Beall, V., Hall, B., Mulholland, J. T., & Gephart, S. M. (2013). Newborn & Infant Nursing Reviews Neonatal Extravasation: An Overview and Algorithm for Evidence-based Treatment.NewbornandInfantNursingReviews, 13(4), 189–195.
https://doi.org/10.1053/j.nainr.2013.09.001
Duerden, E. G., Mclean, M. A., Chau, C., Guo, T., Mackay, M., Chau, V., Synnes, A., Miller, S. P., & Grunau, R. E. (2022). Neonatal pain, thalamic development and sensory processing behaviour in children born very preterm.EarlyHumanDevelopment, 170.
https://doi.org/10.1016/j.earlhumdev.2022.105617.
Gahlot, R., Nigam, C., Kumar, V., Yadav, G., & Anupurba, S. (2014). Catheter ‑ related bloodstream infections.InternationalJournalofCriticalIllnessandInjuryScience, 4(2).
https://doi.org/10.4103/2229-5151.134184
Gardner, S. L., Carter, B. S., Hines, M. E., & Hernandez, J. A. (2016). Merensteinand Gardner’sHandbookofNeonatalIntensiveCare(8th ed.). Elsevier Inc.
Garland, J., Heard, S. O., Lipsett, P. A., Masur, H., Mermel, L. A., Sc, M., Pearson, M. L., Issam, I., Randolph, A., Sc, M., Rupp, M. E., & Saint, S. (2017). Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter-Related Infections , 2011 Oklahoma Foundation for Medical Quality. CDCGuideline, October
Grunau, R. E., Holsti, L., & Peters, J. W. B. (2006).Long-termconsequencesofpainin humanneonates. 268–275. https://doi.org/10.1016/j.siny.2006.02.007
Korkmaz, G., & Esenay, F. I. (2019). Effects of Massage Therapy on Indirect Hyperbilirubinemia in Newborns Who Receive Phototherapy. JournalofObstetricand NeonatalNurses, December, 1–10. https://doi.org/10.1016/j.jogn.2019.11.004
Mccullen, K. L., & Pieper, B. (2006).ARetrospectiveChartReviewofRiskFactorsfor ExtravasationAmongNeonatesReceivingPeripheralIntravascularFluids. 48306(April), 133–139.
Ratchagame, V., & Prabakaran, V. (2021). Comparison of Risks from Central Venous Catheters and Peripheral Intravenous Lines among Term Neonates in a Tertiary Care Hospital ,. JournalofCaringScience, 7(3), 113–117.
https://doi.org/10.15171/jcvtr.2015.24
DaftarPustaka
Latsar CPNS 3.7 Bapelkes Cikarang Aktualisasi Rancangan
iptimalisasi
toring Akses
Intravena Melalui
Pembuatan
danHabituasi
SPO
Monitoring Akses
Intravena Sentral dan Perifer pada
Neonatus di Ruang
HCU
Dr. Hasan
Anturium RSUP
Sadikin
Bandung
Disusun oleh : Mia Yuliati, S.Kep., Ners.
Mentor : Titin Mulyati, S.Kp., M.Kep.
Coach : Agus Dwinanto, SAP, MM
25 Juli 2022
Latsar CPNS 3.7 Bapelkes Cikarang