Monitoring Akses Intravena Melalui Pembuatan SPO Monitoring Akses Intravena Sentral Dan Perifer

Page 1

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 7

OPTIMALISASIMONITORINGAKSESINTRAVENAMELALUIPEMBUATAN STANDARPROSEDUROPERASIONALMONITORINGAKSESINTRAVENASENTRAL DANPERIFERPADANEONATUS

DIRUANGHCUPERINATOLOGIANTURIUMRSUPDR.HASANSADIKINBANDUNG

DISUSUN OLEH:

Mia Yuliati, S.Kep., Ners.

NIP. 199601192022032002

BAPELKES CIKARANG

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

TAHUN 2022

LEMBARPERSETUJUAN

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

OPTIMALISASI MONITORING AKSES INTRAVENA MELALUI PEMBUATAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL MONITORING AKSES INTRAVENA SENTRAL DAN PERIFER PADA

NEONATUS

DI RUANG HCU ANTURIUM RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Telah diseminarkan

Tanggal 25 Juli 2022 di Bapelkes Cikarang

NIP.196601021990032001 PENGUJI

COACH MENTOR AgusDwinanto,SAP,MM TitinMulyati,S.Kp.,M.Kep. NIP.197708282003121003
ErlinawatiPane,SKM,MM
NIP.197202201994022001

SURATPERNYATAANORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

nama : Mia Yuliati

NIP : 199601192022032002

pangkat/golongan : Penata Muda Tk. I /IIIb

jabatan : Ahli Pertama Perawat

unit kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Kertas Kerja Laporan Aktualisasi saya adalah asli dan belum pernah diajukan pada Pelatihan

Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil di mana pun. Kertas Kerja Laporan Aktualisasi Pelatihan

Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Angkatan 7 Tahun 2022 ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, sesuai arahan coachdan mentor. Kertas Kerja Laporan Aktualisasi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali mencantumkan sumber referensi secara jelas dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku di Bapelkes Cikarang.

Bandung, 21 Juli 2022

Yang membuat pernyataan, Mia Yuliati, S.Kep., Ners.

NIP. 199601192022032002

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) merupakan serangkaian kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh CPNS. Selama pelatihan dasar ini, peserta diberikan pembelajaran yang terbagi ke dalam beberapa agenda yang saling terkait satu sama lain.

Agenda pembelajaran tersebut meliputi wawasan kebangsaan dan sikap perilaku bela negara, nilai-nilai dasar PNS, manajemen ASN, SMART ASN, kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan SmartGovernance, serta kegiatan aktualisasi.

Melalui agenda terakhir yaitu aktualisasi, peserta pelatihan dasar CPNS dilatih untuk mengaplikasikan materi dari ketiga agenda sebelumnya ke dalam bentuk kegiatan nyata. Kegiatan nyata tersebut mulai dari melakukan environmentalscanninguntuk mencari isu, mendeskripsikan isu, melakukan penapisan, menganalisis isu utama, merumuskan penyelesaian masalah, merancang rencana aktualisasi, dan melaksanakan aktualisasi di unit kerjamasing-masingdisertaidenganpenerapannilai-nilaidasarPNSdalamsetiaptahapannya. Kegiatan aktualisasi ini merupakan langkah awal bagi CPNS untuk membiasakan diri bersikap solutif dan inovatif dalam menghadapi berbagai masalah yang akan datang. Diharapkan melalui serangkaian kegiatan tersebut, dapat menghasilkan PNS yang mampu mengaktualisasikan nilai BerAKHLAK sebagai upaya membangun ASN yang berkarakter dan profesional, sesuai dengan tujuan utama pelatihan dasar CPNS.

Perkembangan zaman yang terus berubah senantiasa menimbulkan berbagai tantangan dan ancaman baru bagi kesehatan bangsa. Tidak dapat dipungkiri, perubahan yang terus menerus terjadi juga membawa tantangan tersendiri bagi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dalam mencapai misinya. Sejalan dengan itu, sebagai salah satu instansi kesehatan pemerintah, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung juga dituntut untuk ikut berkontribusi dalam meningkatkankesehatanmasyarakatIndonesia sesuaidenganRencanaPembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN).

Salah satu indikator program kesehatan masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPN) adalah angka kematian neonatal. Pada bulan April 2022 di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, persentase kematian neonatal mencapai18,36%daritotalkeseluruhanbayiyangdirawatdiruangAnturium.Angkakematian tersebutharusterusdiupayakanagartidakbertambah,sehinggadapatberkontribusi terhadap tercapainyatargetangkakematianneonataltahun2024 yaitu10neonatusper1.000kelahiran hidup.

BABI

Berdasarkan Lampiran Permenkes RI No.21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, infeksi masih termasuk ke dalam lima penyebab utamakematianpadaneonatus.Infeksipadaneonatusdapatdisebabkanolehberbagaifaktor. salahsatunyayaituakibatdarikomplikasiaksesintravena,baikperifermaupunsentral(Gahlot et al., 2014). Di ruang High Care Unit (HCU) perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, hamper semua neonatus terpasang akses intravena, persentase neonatus yang menggunakan akses intravena berkisar 85-95%. Pada tanggal 20 Juli 2022, persentase bayi yang terpasang akses intravena sentral sebanyak 45% dan akses intravena perifer sebanyak 50%.

Sesuai dengan sasaran kinerja pegawai, perawat bertugas untuk melaksanakan

manajemen surveilans HAIs (Hospital Acquired Infections) sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan. Perawat yang berada di samping pasien selama 24 jam, memiliki peranan penting dalam melakukan monitoring akses intravena untuk meminimalisir terjadinya komplikasi. Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, standar proseduroperasionalterkaitmonitoringaksesintravena periferdansentralyangspesifikuntuk neonatus belum tersedia Spesifikasi ini menjadi sangat penting, mengingat salah satu tanda awal adanya komplikasi akses intravena adalah nyeri, dan pada pasien neonatus gejala nyeri tidak dapat dikomunikasikan secara verbal. Selain itu, persentase bayi yang dirawat di ruang highcareunit dengan kondisi prematur mencapai 55% dari total keseluruhan bayi. Hal tersebut semakin meningkatkan resiko infeksi akibat sistem imunitas yang belum sempurna.

Berdasarkan kondisi tersebut, saya sebagai CPNS ahli pertama perawat mengusulkan judul

Optimalisas Monitoring Akses Intravena melalui Pembuatan Standar Prosedur Operasional Monitoring Akses INtravena Sentral dan Perifer pada Neonatus di RuangHighCareUnit(HCU)

Perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022” . Diharapkan dengan adanya standar prosedur operasional monitoring akses intravena pada neonatus ini dapat meminimalisir kejadian komplikasi akses intravena, menurunkan kejadian infeksi, dan secara umum mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik, memberikan kontribusi terhadap pencapaian target pembangunan, sekaligus sebagai upaya mewujudkan pemerintahan berkelas dunia.

1.2Tujuan TujuanUmum

Tujuan umum dalam kegiatan aktualisasi ini adalah untuk menghabituasi nilai-nilai dasar

BerAKHLAK ke dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di unit kerja, guna menjadi PNS yang professional dan berkarakter demi mewujudkan SmartGovernance.

TujuanKhusus

Adapun tujuan khusus dari kegiatan aktualisasi ini adalah sebagai berikut.

a. CPNS mampu mengidentifikasi isu yang ada di unit kerja

b. CPNS mampu melakukan penapisan isu untuk menentukan isu prioritas

c. CPNS mampu menganalisis penyebab dari isu yang diangkat

d. CPNS mampu merancang kegiatan inovatif untuk mengatasi penyebab isu

e. CPNS mampu melaksanakan rancangan kegiatan sekaligus menerapkan nilai dasar

BerAKHLAK

f. CPNS mampu mengevaluasi dan menyusun rencana tindak lanjut dari kegiatan yang dilakukan

1.3Manfaat

ManfaatBagiIndividu

Manfaat kegiatan aktualisasi bagi individu di antaranya sebagai berikut.

a. Sebagai media untuk lebih mengenal dan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) sebagai PNS

b. Sebagai media untuk meningkatkan kompetensi diri melalui peningkatan pengetahuan terkait dengan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

ManfaatBagiOrganisasi

Manfaat bagi organisasi atau unit kerja di antaranya sebagai berikut.

a. Tersedianya standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus yang dapat menjadi panduan perawat dalam melaksanakan tugasnya

b. Meningkatkan pengetahuan perawat di ruangan terkait monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien neonatus

ManfaatBagiMasyarakat

Manfaat kegiatan aktualisasi bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya neonatus, melalui peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

BABII PROFILINSTANSI

2.1 Visi

Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong royong.”

2.2Misi

Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu “Mewujudkan kualitas manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.”

2.3Nilai-nilaiOrganisasi

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki nilai-nilai organisasi yaitu “PAMINGPIN PITUIN” yang merupakan singkatan dari nilai Kepemimpinan, Profesional, Inovatif, Tulus, Unggul, dan Integritas”

2.4TugasOrganisasi

Tugas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna

2.5FungsiOrganisasi

Fungsi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung di antaranya yaitu sebagai berikut.

a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran

b. Pengelolaan pelayanan medis dan penunjang medis

c. Pengelolaan pelayanan keperawatan

d. Pengelolaan pelayanan non medis

e. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan

f. Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi di bidang pelayanan kesehatan

g. Pengelolaan keuangan dan barang milik negara

h. Pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa

i. Pengelolaan sumber daya manusia

j. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat

k. Pelaksanaan kerja sama

l. Pengelolaan sistem informasi

m. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

n. Pelaksanaan urusan administrasi rumah sakit

2.6Uraian/RincianTugasPeserta

Uraian tugas CPNS Ahli Pertama Perawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung di antaranya sebagai berikut.

a. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi

b. Melakukan pendokumentasian kegiatan

c. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat

d. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat

e. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu

f. Melakukan pengkajian lanjutan pada individu

g. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjutan

h. Merumuskan prioritas diagnosa keperawatan pada individu

i. Menyusun rencana tindakan keperwatan pada individu

j. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan

k. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medical bedah

l. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu

m. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawar darurat/bencana/kritikal

n. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan, berduka, atau menjelang ajak dalam pelayanan keperawatan

o. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

p. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi

q. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi

r. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

s. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

t. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu

u. Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

v. Melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan komunikasi

w. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien

x. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu

y. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala

z. Melakukan perawatan luka

aa. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu

bb.Melaksanakan manajemen surveilans HAIs sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan

cc. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan

dd.Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter

ee. Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada pasien/petugas/pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi

ff. Melakukan Pendidikan kesehatan pada individu

gg.

ANALISISISUDALAMPELAKSANAANTUGASDANFUNGSI

3.1 IdentifikasidanAnalisisIsuAktual

Ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan ruang perawatan neonatus. Di dalamnya, ruang anturium terbagi lagi menjadi ruang perawatan neonatus sehat atau perawatan level 1, highcareunit(HCU level 2) non infeksius dan high careunit(HCU level 2) infeksius. Kriteria bayi yang dirawat di ruang anturium mulai dari bayi sehat hingga bayi sakit dengan kondisi prematur maksimal usia gestasi 32 minggu.

Sebagai ahli pertama perawat di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, saya memiliki tugas dan fungsi untuk menjalankan pelayanan keperawatan, termasuk di dalamnya ikut berupaya menurunkan angka kematian neonatal dini (AKND). Selama berdinas di ruangan, saya menemukan tiga masalah yang menjadi perhatian saya. Ketiga masalah atau isu tersebut adalah terkait dengan belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus pada saat tindakan pengambilan sampel darah, belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi pada neonatus dengan ikterik akibat hiperbilirubinemia, dan belum optimalnya pencegahan komplikasi akses intravena sentral dan perifer. Secara lebih rinci, saya uraikan ketiga isu tersebut sebagai berikut.

Isu 1: Belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandungtahun2022

Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial (Gardner et al., 2016). Namun pada neonatus, mereka tidak dapat mengkomunikasikan sensasi nyeri tersebut secara langsung. Hal ini menjadi tantangan bagi perawat dalam mengidentifikasi dan mengintervensi nyeri tersebut.

Berdasarkanobservasiselamaberdinasdiruang Anturium,neonatusseringmengalami nyeri diakibatkan oleh tindakan invasif seperti pengambilan darah dan pemasangan akses intravena. Tindakan pengambilan sampel darah merupakan yang paling sering dilakukan. Pengambilan darah biasa dilakukan pada 6 jam setelah lahir, saat skrinning hipotiroid kongenital, evaluasi hari ke 3, 7, dan 10 pada neonatus yang mendapatkan antibiotik, saat bayi tampak ikterik, dan pada kondisi dimana terjadi perubahan kondisi klinis bayi.

Berdasarkan penelusuran retrospektif maupun prospektif pada bayi yang dirawat tanggal 1 Juli 2022, rata-rata pengambilan sampel darah sebanyak 5 kali dalam 14 hari awal kehidupan.

BABIII

Penilaian nyeri pada bayi didasarkan pada Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) yang dinilai berdasarkan ekspresi wajah, tangisan, pola napas, kondisi lengan, kaki, dan stateof arousal. Berdasarkan observasi pada salah satu neonatus yang dilakukan tindakan pengambilan darah, perawat melakukan manajemen nyeri dengan memberikan kassa yang telah dilembabkan dengan cairan dextrose ke mulut bayi agar dihisap, kemudian perawat melakukan tindakan pengambilan darah. Saat pengambilan darah dilakukan, bayi tampak meringis, menangis kuat, napas lebih cepat dan irregular, kedua lengan dan kaki kaku, dan gelisah, sehingga didapatkan nilai NIPS maksimal yaitu 7/7. Selain itu neonatus juga mengalami peningkatannadihingga25%daribaseline.Adapunhasilobservasipada neonatus yanglain,setelahdiberikankassadengancairandextroselaludilakukantindakanpengambilan darah, bayi tampak menangis kuat sesekali, meringis, napas lebih cepat dan irreguler, namun kedua lengan dan kaki tidak kaku, dan tampak gelisah, dengan skor NIPS 4/7.

Sesuai dengan SPO pengambilan darah pada neonatus di RSUP Dr. Hasan Sadikin, terdapat poin dimana perlu dilakukan manajemen nyeri sebelum dilakukan tindakan pengambilan darah. Namun hingga saat ini belum terdapat standar prosedur operasional manajemen nyeri khusus untuk pasien neonatus, sehingga manajemen nyeri yang dilakukan perawatdi ruangan tidakseragamdan pelaksanaannya hanyaberdasarkanpada pengetahuan masing-masing perawat. Berdasarkan kondisi tersebut, maka efektivitas manajemen nyerinya pun dapat berbeda-beda seperti hasil observasi yang telah diuraikan sebelumnya.

Manajemen nyeri merupakan hal yang sangat penting selama hospitalisasi. Menurut Gardner et al., (2016) pelepasan hormon stress akibat nyeri yang tidak ditangani dapat mengakibatkan perburukan kondisi pada neonatus, menghambat penyembuhan luka, meningkatkan resiko infeksi, memperpanjang waktu hospitalisasi, hingga dalam tahap lebih lanjut dapat menyebabkan kematian. Di ruang anturium sendiri pada bulan April 2022, persentase kematian neonatal mencapai 18,39% dari total keseluruhan bayi yang dirawat di ruang anturium.

Paparan terhadap stress akibat nyeri yang terus menerus juga dapat memicu kondisi allostatis yang menyebabkan tubuh mempersepsikan sedang berada dalam kondisi stress sekalipun mendapat stimulus sensori yang tidak menyebabkan nyeri, seperti saat tindakan penggantian popok, atau penimbangan berat badan. Kondisi ini sering ditemui pada bayi prematur di ruang anturium yang selalu menangis sekalipun hanya disentuh oleh perawat.

Selain itu paparan nyeri berulang saat bayi dapat mengakibatkan hipersensitivitas terhadap nyeri pada usia 18 bulan dan seterusnya (Grunau et al., 2006)

Eksperimen terhadap hewan percobaan menunjukkan bahwa pengalaman positif atau negatif pada awal masa kehidupan dapat mempengaruhi perkembangan fungsi dan struktur

otak, termasuk di dalamnya jumlah dan pola koneksi synaptic, jumlah glia, dan jumlah pembuluh kapiler yang mendukung suplai oksigen dan darah ke otak (Grunau et al., 2006). Penelitian dari Duerden et al. (2022) juga menyatakan bahwa paparan terhadap nyeri pada awal kehidupan dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap masalah sensori pada anak dengan riwayat lahir sangat prematur. Mengingat dampak ketidakefektivan nyeri yang sangat besar, dan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman merupakan sasaran kinerja perawat, maka sebagai perawat ASN sangat perlu untuk memaksimalkan upaya manajemen nyeri pada neonatus.

Isu 2: Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaanfototerapipadaneonatusdenganikterikakibathiperbilirubinemiadi ruangperinatologiAnturiumRSUPDr.HasanSadikinBandungtahun2022

Hiperbilirubinemia merupakan kondisi yang sering ditemui pada neonatus. Secara fisiologis, konsentrasi serum bilirubin setelah lahir mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh peningkatan drastis produksi bilirubin dan kondisi imaturitas hati yang belum mampu mengekskresikan bilirubin dari darah dengan sempurna. Diperkirakan 60-80% neonatus secara klinis tampak ikterik akibat hyperbilirubinemia (Gardner et al., 2016) Berdasarkan observasi,diruangAnturiumRSUPDr.HasanSadikinBandung,diperkirakan70%bayidengan berat badan lahir rendah (BBLR) mengalami hiperbilirubinemia dan membutuhkan fototerapi.

Meskipun fototerapi merupakan standar penatalaksanaan pada kasus hiperbilirubinemia, namun tentunya penggunaan fototerapi tidak lepas dari resiko efek samping. Efek samping tersebut di antaranya yaitu ketidakstabilan suhu, dehidrasi, bronze baby syndrome, dan luka bakar (Korkmaz & Esenay, 2019). Oleh karena itu, durasi penggunaan fototerapi harus diberikan seminal dan seefektif mungkin.

Selama berdinas di ruang anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, fototerapi merupakan satu-satunya intervensi yang diberikan pada neonatus ikterik akibat hiperbilirubinemia. Fototerapi biasanya diberikan selama 24 jam, atau disesuaikan dengan kondisi klinis bayi. Saat berdinas di ruang Anturium pada bulan Juli 2022, saya mendapati salah satu neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengalami penurunan suhusaatdipasangfototerapi.Halinidisebabkanbayidirawatdalamboxdanselamadilakukan fototerapi, seluruh pakaian bayi harus dilepaskan, dengan tujuan memperluas paparan sinar.

Karena suhu tubuh yang menurun dan akral neonatus dingin, pemberian fototerapi dihentikan sementara, dan bayi dihangatkan terlebih dahulu sebelum kemudian dipasang fototerapi kembali.

Salah satu sasaran kinerja perawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah melakukan tindakan pengaturan suhu sehingga suhu tubuh neonatus selalu berada di rentang normal. Termoregulasi pada neonatus memegang peranan yang sangat penting. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki jaringan lemak yang lebih sedikit, sehingga lebih mudah mengalami hipotermia. Selanjutnya jika tidak ditangani dengan segera, hipotermia dapat mengakibatkan akrosianosis dan distress pernapasan, yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi oksigen sebagai upaya untuk meningkatkan suhu tubuh (Gardner et al.,2016).Olehkarenaitu,diperlukanintervensi keperawatan tambahan yangberfungsiuntuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi.

Isu 3: Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruanghighcareunit(HCU)perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan SadikinBandungtahun2022

Pemasangan akses intravena merupakan prosedur yang sangat umum dilakukan di ruanghighcareunit(HCU)neonatus.Pemasanganaksesintravenaditujukanuntukpemberian medikasi, cairan, dan nutrisi. Akses intravena ini dapat berupa akses intravena perifer ataupun akses intravena sentral Akses intravena sentral biasa digunakan untuk neonatus yang membutuhkan pemberian totalparenteralnutrition(TPN) dengan osmolaritas tinggi dalam jangkawaktuyanglebihlama,sedangkanaksesintravenaperiferlebihseringdigunakanuntuk pemberian cairan atau medikasi dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek (Ratchagame & Prabakaran, 2021). Di ruang HCU perinatologi Anturium sendiri, terdapat 85-95% bayi yang terpasang akses intravena. Pada tanggal 20 Juli 2022, persentase bayi yang terpasang akses intravena sentral sebanyak 45% dan akses intravena perifer sebanyak 50%.

Pemasangan akses intravena memang sangat diperlukan untuk menunjang pengobatan neonatus. Namun tentunya, pemasangan akses intravena tidak lepas dari resiko terjadinya komplikasi. Berdasarkan penelitian, 95% akses intravena perifer yang dipasang pada neonatus perlu dilepas dikarenakan adanya sumbatan, infiltrasi, atau rembesan. Insidensi infiltrasi pada neonatus sangat tinggi, yaitu mencapai 57-70% dengan 11-23% di antaranya disertai dengan ekstravasasi (Mccullen & Pieper, 2006). Komplikasi ini lebih sering terjadi dikarenakan neonatus yang sakit dan prematur memiliki struktur kulit yang belum matur, ukuran pembuluh darah yang kecil, dan integritas vena yang masih buruk (Beall et al., 2013).

Pada bulan Juni 2022, di ruang HCU anturium terdapat satu kasus komplikasi ekstravasasi akses intravena perifer yang menyebabkan kulit bayi mengalami luka disertai dengan bullae dan edema pada seluruh lengan kiri bayi. Akses intravena tersebut digunakan

untuk pemberian cairan nutrisi dan medikasi. Pasien tersebut kemudian dikonsultasikan ke bagian bedah vaskuler untuk diberikan tata laksana lebih lanjut.

Luka akibat ekstravasasi dapat menimbulkan kerusakan jaringan lokal dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Timbulnya luka ini dapat mengakibatkan nyeri dan menjadi entry pointmicroorganisme, yang pada akhirnya meningkatkan resiko terjadinya infeksi (Mccullen & Pieper, 2006). Potensi terjadinya infeksi akan semakin meningkat bila neonatus merupakan bayi prematur dengan sistem imunitas yang belum sempurna.

Sementara itu, penggunaan akses intravena sentral juga memiliki resiko mengalami komplikasi. Penelitian Ratchagame & Prabakaran (2021) menunjukkan bahwa insidensi infeksi aliran darah atau sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus yang menggunakan akses intravena sentral daripada kelompok neonatus yang menggunakan akses intravena perifer. Infeksi dapat terjadi akibat adanya kontaminasi kateter intravena yang disebabkan oleh migrasi organisme yang ada di permukaan kulit ke dalam pembuluh darah saat insersi, kontaminasi langsung dari catheter hub yang kontak dengan alat atau cairan yang terkontaminasi microorganisme, dan pada kondisi langka juga dapat disebabkan oleh migrasi microorganisme dari organ tubuh lain yang terinfeksi, atau dari cairan infus yang terkontaminasi oleh microorganisme (Garland et al., 2017).

Berdasarkan data rekapitulasi ruang Anturium pada bulan April 2022, infeksi aliran darah atau sepsis menjadi penyebab kematian pada 59% neonatus dari total 32 neonatus yang meninggal pada bulan yang sama. Meskipun sumber infeksi pada neonatus seringkali sulitdiketahuisecarapasti.Namuninfeksipadaneonatussalahsatunyadapatdisebabkanoleh komplikasi akses intravena atau dikenal dengan catheter-related bloodstream infections (CrBSI).

Berdasarkan observasi selama berdinas dan hasil wawancara dengan kepala ruangan, tindakan pencegahan komplikasi akses intravena yang biasa dilakukan di ruangan adalah dengan menggunakan VIP (Visual Infussion Phlebitis) score. Namun, penilaian VIP score belumtercantumpadalembarobservasiharianpasien,sehinggatidakdapatdipastikanapakah perawat melakukan observasi atau tidak.

Standar prosedur operasional monitoring akses intravena yang sudah tersedia juga masih secara umum untuk seluruh populasi pasien. Sementara salah satu poin penting dalam monitoring gejala awal terjadinya komplikasi akses intravena adalah nyeri, yang mana nyeri merupakan gejala subjektif dan pada neonatus, mereka belum dapat mengekspresikan nyeri secara verbal Oleh karena itu tentu akan terdapat perbedaan dalam melakukan monitoring akses intravena pada anak atau dewasa dengan monitoring akses intravena pada neonatus.

Salah satu sasaran kinerja perawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah

melaksanakan manajemen surveilans HAIs (Hospital Acquired Infections) sebagai upaya

pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan. Berdasarkan

sasaran kinerja tersebut, maka sebagai perawat yang mengutamakan pelayanan terbaik bagi

pasien, sudah seharusnya untuk mengoptimalkan pencegahan komplikasi akses intravena dengan rutin melakukan monitoring akses intravena sehingga nantinya dapat menurunkan kejadian infeksi dan menurunkan angka kematian neonatal.

Adapun rangkuman dari ketiga isu yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut.

1 Melakukan tindakan keperawatan

pemenuhan

kebutuhan

rasa nyaman

- Neonatus mengalami nyeri yang berulang selama hospitalisasi akibat tindakan pengambilan sampel darah, penerapan manajemen nyeri di ruangan belum seragam dan hanya berdasar pengetahuan masing-masing perawat.

- SPO manajemen nyeri yang spesifik pada neonatus belum tersedia

- Adanya SPO

manajemen

nyeri khusus

untuk neonatus

- Manajemen

nyeri pada

neonatus

prematur dapat

dilaksanakan

sesuai dengan

SPO

Belum

optimalnya

manajemen

nyeri pada

neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang

perinatologi

Anturium RSUP

Dr. Hasan Sadikin

Bandung tahun 2022

2 Melakukan tindakan keperawatan pengaturan suhu

Terdapat neonatus yang mengalami penurunan suhu saat dilakukan fototerapi dan belum ada tindakan keperawatan untuk membantu mengurangi durasi penggunaan fototerapi untuk meminimalisir terjadinya ketidakstabilan suhu.

Suhu neonatus selalu berada dalam rentang normal selama perawatan

Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi di ruang perinatologi

Anturium RSUP

Dr. Hasan Sadikin

Bandung tahun 2022

surveilans

HAIs sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya

- Terdapat 45% neonatus dengan akses intravena sentral dan 50% neonatus dengan akses intravena perifer.

- Adanya kasus komplikasi akses intravena perifer yang mengakibatkan

- Adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada

neonatus

- Gejala

komplikasi akses

Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi

KondisiSaatIni Kondisiyang Diharapkan Isu
No. Uraian Tugas 3. Melaksanakan manajemen

preventif pada

pelayanan keperawatan

kerusakan integritas kulit yang berpotensi menjadi entrypointmicroorganism

- 59% kematian neonatus disebabkan oleh infeksi aliran darah atau sepsis

- Belum adanya kolom monitoring akses intravena pada lembar observasi harian pasien, sehingga tidak dapat dipastikan apakah perawat melakukan monitoring atau tidak.

- Belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer spesifik untuk neonatus

intravena dapat

diketahui lebih

dini sehingga tidak

menyebabkan

komplikasi akses

intravena grade

tinggi

Anturium RSUP

Dr. Hasan

Sadikin

Bandung tahun

2022

Sebagai perawat ASN, sudah merupakan kewajiban untuk memberikan pelayanan publik terbaik, dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Berbekal kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang sesuai di bidangnya, maka sudah seharusnya ketika dihadapkan pada

berbagai masalah tersebut, seorang ASN berupaya untuk melakukan perbaikan dengan mengerahkan segala potensi yang dimiliki. ASN tidak hanya dituntut untuk mengidentifikasi masalah namun juga solutif, inovatif, dan kreatif dalam menemukan alternatif penyelesaian.

Namun tentunya, karena adanya keterbatasan waktu dan sumber daya sebaiknya dipilih masalah paling prioritas, agar proses perbaikan terarah dan optimal.

Metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas dan penapisan masalah salah satunya dengan Teknik APKL. Teknik APKL ini diuraikan sebagai berikut.

- aktual (A), artinya isu yang diangkat benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di instansi.

- problematik (P), artinya isu tersebut memiliki dimensi yang kompleks, sehingga solusinya perlu dicarikan segera secara komprehensif.

- kekhalayakan (K), artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.

- Kelayakan (L), artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Penapisan isu dilakukan melalui diskusi dengan mentor, kepala ruangan, perawat ahli neonatologi dan teman sejawat. Penerapan Teknik APKL terhadap ketiga masalah yang dibahas, diuraikan sebagai berikut

Isu 1: Belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Isu 2 : Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi di ruang perinatologi Anturium RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Isu 3 : Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

tahun 2022

3 3 4 5 15 II

2 3 3 5 13 III

5 4 3 4 16 I

Setelah didapatkan prioritas isu pertama, yaitu belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruang highcareunit(HCU) perinatologi

Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022, maka perlu dilakukan analisis untuk memetakan faktor-faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Adapun metode yang dipilih adalah dengan membuat diagram fishbone sebagai berikut.

Isu A P K L Jumlah Prioritas

Berdasarkan diagram fishbone di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus. Secara garis besar faktor tersebut dibagi menjadi faktor man,method,motherof nature, dan material Adapun uraian dari setiap faktor utama tersebut, dijelaskan sebagai berikut.

- Manfactors, yaitu faktor terkait dengan orang yang terlibat di dalam proses terjadinya masalah. Dalam hal ini orang yang terlibat langsung adalah perawat. Perawat di ruang HCU Anturium memiliki pengalaman kerja di populasi neonatus yang sangat beragam. TerdapatbeberapaperawatyangbarumasukkeruangHCUAnturiumpadatahun2021 dan sebelumnya belum pernah menangani pasien neonatus. Hal tersebut berpengaruh kepada keterampilan dan pengetahuan dalam memonitoring akses intravena pada neonatus.

- Method factor, merupakan metode atau cara yang digunakan dalam menjalankan proses.Dalam hal ini, method yang dimaksud adalah tidak tersedianya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, yang mengakibatkan perawat tidak tahu standar yang seharusnya dilakukan dan hanya melakukan monitoring sesuai kesadaran masing-masing.

- Materialfactor, merupakan semua alat yang dibutuhkan untuk menjalankan proses. Dalam hal ini material yang dimaksud adalah alat atau bahan yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya monitoring akses intravena perifer yang terstandar yaitu adanya kolom khusus monitoring akses intravena sentral dan perifer pada lembar observasi harian pasien atau bundle khusus monitoring akses intravena sentral dan perifer

- Mother of nature factor, merupakan faktor yang tidak dapat diprediksi atau dikendalikan, yaitu kesadaran atau awareness perawat terhadap pentingnya melakukan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus.

Setelah diketahui secara umum faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kondisi belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruanghigh careunit(HCU)perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022, maka dapat diidentifikasi alternatif solusi dari permasalahan yang terjadi. Alternatif solusi tersebut dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut.

1 Man Belum semua perawat memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

2 Method Belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

3. Materials Belum adanya lembar observasi harian atau bundle yang mencantumkan monitoring akses intravena sentral dan perifer

4 Motherof nature Kesadaran atau awareness perawat terkait pentingnya melakukan monitoring akses intravena perifer pada neonatus

Mengikutsertakan perawat pada pelatihan terkait akses intravena pada neonatus

Pembuatan SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

Penambahan kolom monitoring akses intravena sentral dan perifer di lembar observasi harian pasien atau pembuatan bundle khusus monitoring akses intravena sentral dan perifer

Sosialisasi dampak negatif akibat tidak dilakukannya monitoring akses intravena secara rutin

Berdasarkan tabel solusi alternatif di atas, dapat diuraikan alternatif penyelesaian isu terbagi menjadi mengikutsertakan perawat pada pelatihan akses intravena, pembuatan SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, revisi lembar observasi harian pasien atau pembuatan bundle monitoring akses intravena sentral dan perifer, dan sosialisasi dampak negatif akibat tidak dilakukannya monitoring akses intravena secara rutin. Solusi melalui mengikutsertakan perawat pada pelatihan akses intravena membutuhkan biaya yang besardanmemerlukanpengajuanterlebihdahulu.Olehkarenaitu,solusialternatifyangpaling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan pembuatan SPO baru mengenai monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, yang kemudian disosialisasikan kepada perawat di ruangan sekaligus menjelaskan terkait dampak negatif dari nyeri yang tidak tertangani pada neonatus. Solusi alternatif dengan merevisi lembar observasi harian pasien berupa penambahan kolom monitoring akses intravena atau pembuatan bundle monitoring

No
RincianFaktor SolusiAlternatif
Faktor Utama

akses intravena sentral dan perifer memerlukan pengajuan dan pengesahan dari atasan, sehingga tidak dilakukan dikarenakan keterbatasan waktu.

3.2 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk MendukungTerwujudnyaSmartGovernance

Seorang pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah. Sesuai dengan perannya, ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Selanjutnya dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut perawat ASN diberikan tugas dan fungsi sesuai dengan sasaran kinerja pegawai yang telah ditetapkan oleh instansi tempat ASN menjalankan tugas.

Ketiga isu yang diambil ada kaitannya dengan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya SmartGovernance. Hal tersebut dikarenakan ketiga isu yang diambil merupakan hasil telaah dari sasaran kinerja sebagai perawat Secara lebih mendetail, keterkaitan antara ketiga isu yang diambil dengan kedudukan dan peran PNS dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Isu DatadanFakta Keterkaitandenganperandan kedudukanASN

Isu 1: Belum

optimalnya

manajemen nyeri

pada neonatus saat tindakan

pengambilan darah di ruang

perinatologi

Anturium RSUP Dr.

Hasan Sadikin

Bandung tahun 2022

- Bayi yang dirawat di ruang anturium setidaknya menjalani prosedur pengambilan darah yang menyebabkan nyeri sebanyak 5 kali dalam 14 hari awal kehidupan

- Manajemen nyeri saat prosedur pengambilan darah oleh setiap perawat tidak seragam

- Manajemen nyeri yang dilakukan adalah dengan memasukan kassa yang telah diberi dextrose ke mulut bayi untuk dihisap, namun terkait berapa cc dan interval pemberian dengan tindakan tidak seragam antara perawat yang satu dengan yang lainnya, sehingga keefektivannya pun berbeda

- Peran ASN adalah sebagai pelayan publik. Dalam hal ini populasi pasien yang dilayani adalah neonatus. Sebagai ASN yang professional dan berintegritas, perawat harus memaksimalkan manajemen nyeri (Profesionalisme) dan memiliki awareness bahwa bayi juga dapat merasakan sakit namun tidak seperti dewasa atau anak yang dapat mengekspresikannya secara verbal. Perawat ASN harus tetap ramah dan memahami bahwa neonatus juga adalah manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan diperhatikan kenyamanannya (Hospitality).

- Sebagai ASN yang SMART, perawat ASN harus menyikapi kondisi tidak tersedianya SPO manajemen nyeri khusus neonatus dengan melihatnya sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri (Entrepreneurship). ASN yang SMART akan termotivasi untuk melakukan perubahan dengan

Isu 2 : Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi

penggunaan fototerapi di ruang perinatologi

Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung tahun 2022

- Belum adanya SPO manajemen nyeri khusus neonatus

mengajukan draft SPO. Dalam pembuatannya membutuhkan kemampuanITdanbahasaasing (IT danbahasaasing) yang baik agar dapat meninjau literatur terbaru dengan hasil yang paling efektif (Wawasanglobal).

- Berdasarkan observasi, diperkirakan 70% bayi dengan berat badan lahir rendah mengalami hyperbilirubinemia yang membutuhkan fototerapi.

- Durasi penggunaan fototerapi harus seminimal dan seefektif mungkin karena dapat menimbulkan ketidakstabilan suhu

- Terdapat kasus bayi yang mengalami penurunan suhu saat dilakukan fototerapi

- Belum adanya intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi

- Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat ASN sudah seharusnya memiliki karakteristik entrepreneurship yang termasuk di dalamnya kreatif dan inovatif (Entrepreneurship). Perawat ASN dapat menjadi pembawa perubahan dengan merekomendasikan atau mempraktekkan asuhan keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi (Prosionalisme). Dengan durasi fototerapi yang lebih singkat resiko ketidakstabilan suhu dapat diminimalisir dan penggunaan alat juga lebih efisien dan menghemat penggunaan daya (Entrepreneurship)

- Untuk dapat menemukan intervensi keperawatan yang sesuai, maka perawat ASN harus berwawasan global, memahami penggunaan IT, dan bahasa asing. Dengan demikian dapat memperoleh dan memahami jurnal penelitian terkait sebagai dasar proses adopsi intervensi keperawatan ke dalam pelayanan sehari-hari.

Isu 3: Belum

optimalnya

monitoring akses

intravena sentral dan perifer di ruang

HCU perinatologi

Anturium RSUP Dr.

Hasan Sadikin

Bandung tahun

2022

- Di ruang HCU perinatologi anturium sendiri 85-95% neonatus terpasang akses intravena

- Pada tanggal 20 Juli 2022, terdapat 45% neonatus terpasang akses intravena sentral, dan 50% terpasang akses intravena perifer.

- Pada bulan Juni 2022, terdapat kasus komplikasi akses intravena hingga neonatus tersebut perlu dikonsulkan ke bagian bedah vaskuler

- Sebagai perawat ASN, sudah seharusnya ikut melaksanakan rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2020-2024, yang salah satunya berfokus pada penurunanangkakematianneonatal. Kematian neonatal dapat diminimalisir dengan mencegah terjadinya infeksi pada neonatus, termasuk di dalamnya dengan melakukan monitoring akses intravena (Profesionalisme).

- Monitoringyangdilakukanolehharus benar-benar dilakukan agar dapat mencegah kejadian infeksi. Hal tersebut sebagai contoh penerapan

- 59% kematian neonatus pada bulan April 2022 disebabkan oleh sepsis

- Komplikasiaksesintravena dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi

- Belum terdapat kolom monitoring akses intravena di lembar observasi harian, sehingga tidak dapat dipastikan perawat melakukan monitoring atau tidak

- Belum tersedia SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

- Belum tersedianya kolom monitoring akses intravena pada lembar observasi harian ataupun adanya bundle khusus monitoring akses intravena

ASN yang professional dan berintegritas tinggi.

- Menyikapi kondisi belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus, maka perawat ASN harus kreatif, inovatif, dan solutif (Entrepreneurship) dengan cara menyusun SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer.

- Untuk membuat rancangan SPO tersebut perlu dilakukan literature review. Sebagian besar literatur saat ini tersedia dan dapat diakses secara online, sehingga membutuhkan kemampuan penggunaan IT dan bahasa asing yang baik, sesuai dengan karakter SMART ASN.

- Selain itu untuk target perbaikan jangka panjang dan agar lebih memudahkan dalam pengisiannya, bundle atau poin-poin monitoring akses intravena perifer dapat dimasukkan ke dalam rekam medis elektronik sebagai adaptasi perkembangan digitalisasi.

3.3 AlternatifPemecahanMasalahsebagaiGagasanKreatif

Gagasan kreatif terkait dengan isu yang diambil adalah optimalisasi monitoring akses intravena melalui pembuatan standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di Ruang HCU perinatology Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Gagasan ini direalisasikan dengan pembuatan SPO baru terkait dengan monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus. Proses pembuatan SPO mengikuti kebijakan yang berlaku di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Selanjutnya setelah SPO disahkan, maka SPO akan disosialisasikan kepada perawat di ruang Anturium dengan menggunakan media kreatif berupa video yang dapat diakses oleh seluruh perawat Anturium. Selanjutnya dilakukan evaluasi berupa observasi dengan lembar checklist pada beberapa sampel perawat saat melakukan monitoring akses intravena pada neonatus, rekap data insidensi komplikasi akses intravena, dan rekap data kejadian infeksi.

-

4.1 RancanganAktualisasiNilai-NilaiDasarPNS

Secara garis besar pelaksanaan aktualisasi gagasan optimalisasi monitoring akses intravena melalui pembuatan standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terbagi ke dalam enam kegiatan utama. Keenam kegiatan tersebut yaitu konsultasi terkait rencana pembuatan SPO dan menentukan garis besar SPO dengan kepala ruangan, dan perawat ahli neonatologi, penyusunan draft SPO, pengesahan SPO, pembuatan media sosialisasi SPO, pelaksanaansosialisasiSPOmelaluivideo,danevaluasisertaperumusanrencanatindaklanjut. Diharapkanmelaluiaktualisasiini,dapatmenjadilangkahawaluntukmendukungterwujudnya visi misi rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta secara umum dapat mewujudkan pelayanan publik yang lebih optimal.

Proses aktualisasi terkait optimalisasi monitoring akses intravena melalui pembuatan standar prosedur operasional monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022, juga tidak lepas dari implementasi nilai-nilai BerAKHLAK. Secara lebih rinci tahapan serta implementasi nilai-nilai

BerAKHLAK pada aktualisasi ini, dituangkan ke dalam matriks sebagai berikut.

BABIV RANCANGANAKTUALISASI

Nama : Mia Yuliati, S.Kep., Ners

Jabatan : Ahli Pertama Perawat

Unit Kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Identifikasi Isu :

1. Di ruang HCU perinatologi anturium 85-95% neonatus terpasang akses intravena.

2. Pada tanggal 20 Juli 2022, terdapat 45% neonatus terpasang akses intravena sentral, dan 50% terpasang akses intravena perifer.

3. PadabulanJuni2022,terdapatkasuskomplikasiaksesintravenahingganeonatustersebutperludikonsulkan ke bagian bedah vaskuler

4. 59% kematian neonatus pada bulan April 2022 disebabkan oleh sepsis

5. Komplikasi akses intravena dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi

6. Belum terdapat kolom monitoring akses intravena di lembar observasi harian pasien ataupun bundle khusus monitoring akses intravena, sehingga tidak dapat dipastikan perawat melakukan monitoring atau tidak

7. Belum tersedia SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

Isu yang Diambil : Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di Ruang HCU Perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus dengan pembuatan standar prosedur operasional di Ruang HCU Perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

konsultasi

terkait

perencanaan

pembuatan

SPO dan

menentukan

poin-poin garis

besar yang

akan

dimasukkan ke

dalam SPO

Outline poinpoin yang akan

dimasukkan ke

dalam SPO

KeterkaitanSubstansiMata

Pelatihan

Kontribusi

terhadapVisi

MisiOrganisasi

Proses konsultasi

rencana

pembuatan draft

SPO ini merupakan

langkah awal untuk

dapat melakukan

perubahan ke arah

pelayanan yang

lebih baik,sehingga

nantinya dapat

berkontribusi

mewujudkan

Indonesia maju.

Penguatan Nilai Organisasi

Proses konsultasi

rencana

pembuatan draft

SPO ini juga

dapat

meningkatkan

nilai organisasi

profesionalitas.

Perawat yang

professional memiliki

kemampuan

untuk melakukan

kolaborasi dan membangun

hubungan

interpersonal yang baik.

No. Kegiatan Tahapan Output/Hasil 1. Melakukan

Menghubungi

kepala

ruangan

anturium

untuk

menjadwalkan

konsultasi

Adanya jadwal

konsultasiyang

telah

disepakati

bersama

Saya menghubungi kepala ruangan

anturium melalui pesan whatsapp

dengan sopan dan menerapkan

etika sesuai dengan pengamalan

sila ke 2 Pancasila, yaitu cakap

berbudaya digital dengan tidak

menggunakan kata-kata kasar

dalammenggunakanmediadigital

(Loyal). Apabila kepala ruangan

memiliki halangan atau kepentingan

sehingga tidak dapat melakukan

konsultasi pada hari dan jam tertentu,

maka saya akan menghargai hal

tersebut dan membuat janji pada

waktulainyangdisetujuibersama

(Harmonis).

Melakukan

konsultasi

bersama

dengan kepala

ruangan

anturium

Notulensi hasil

konsultasi

Saya menerapkan disiplin waktu

dengan tidak datang terlambat

(Akuntabel) pada saat melakukan

konsultasi dengan kepala ruangan.

Sayamelakukankonsultasidengan

cara diskusi dan bertukar pikiran

Menghubungi

perawat ahli

neonatologi

Adanya jadwal untuk melakukan konsultasi

(Kolaborasi). Selama sesi konsultasi

saya menghargai apabila ada

perbedaan pendapat antara saya

dan kepala ruangan (Harmonis).

Menyikapi berbedaan pendapat

tersebut, kemudian saya mengabil

sikapsolutif (Berorientasi pelayanan)

dengan mengambil titik tengah atau

menganalisis alternatif lain yang dapat disepakati bersama.

Saya menghubungi perawat ahli melalui

pesan whatsapp terlebih dahulu, dan

tidak langsung datang ke ruangan

tempat perawat yang bersangkutan

berdinas. Hal tersebut sebagai bentuk

menghargai waktu orang lain (Harmonis) dan agar tidak

mengganggu pelayanan (Berorientasi pelayanan). Apabila

perawat yang bersangkutan tiba-tiba

mengubah jadwal konsultasi

dikarenakan hal tertentu, maka saya

2 Pembuatan

draft SPO monitoring akses

intravena

sentral dan

perifer pada

neonatus

Melakukan

konsultasi

dengan

perawat ahli

neonatologi

Notulensi

berupa outline

draft

menyesuaikan dengan waktu

beliau (Adaptif).

Selama sesi konsultasi, sayajugasiap

belajar menerima ilmu baru dari

perawat ahli neonatologi

(Kompeten) dan bersikap proaktif

serta antusias saat beliau

memberikan penjelasan dan

masukan (Adaptif). Saya bersikap

menghargai apabila terdapat

perbedaan pendapat selama

konsultasiberlangsung (Harmonis).

Draft SPO monitoring akses

intravena

sentral dan

perifer pada

neonatus yang

telah direvisi

Draft SPO yang

dihasilkan dari

proses ini

merupakan tahap

lebih lanjut dalam

rangka

menciptakan

standardisasi

monitoring akses

intravena, yang

Pencarian literatur terbaru dapat

meningkatkan

nilai Unggul, karena pelayanan yang diberikan

selalu berbasis

penelitian yang

sesuai dengan

Melakukan

pencarian literature

terkait monitoring

akses

intravena

sentral dan

perifer pada

neonatus

Daftar literatur

terkait monitoring akses intravena

sentral dan

perifer pada

neonatus

Saya melakukan pencarian literatur

terkait dengan monitoring akses

intravena sentral dan perifer pada

neonatus dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat

(Berorientasi Pelayanan) yang dalam

hal ini adalah neonatus. Pencarian

literatur juga sebagai media untuk

meningkatkan kompetensi diri

(Kompeten)untukmenjawabtantangan

kedepannya akan

mampu

memperbaiki

kualitas neonatus

penerus bangsa

sesuai dengan misi

rumah sakit, yaitu

untuk mewujudkan

kualitas manusia

Indonesia yang

tinggi, maju, dan

sejahtera.

pengembangan

pengetahuan

Melakukan review terhadap literatur yang

telah didapatkan

Tabel resume

setiap literatur yang ditinjau

atau masalah yang terjadi di lingkungan tempat bekerja.

Sayamelakukanreviewdarisetiap

literatur dengan cermat dan jujur

(Akuntabel) sesuai dengan hasil

penelitian yang didapatkan dan tidak

memaksakan kehendak pribadi terkait

dengan hasil yang dituangkan pada

tabel resume.

Menyimpulkan

rekomendasi

prosedur

berdasarkan

tabel resume

Rekomendasi prosedur monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus

Saya membaca kembali resume hasil

tinjauan literatur untuk dapat

menyimpulkan rekomendasi prosedur

sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan. Saya berusaha untuk

terusbelajardanmengembangkan

diri (Kompeten) agar dapat menyajikan

hasil rekomendasi prosedur yang

bermanfaat dan mampu mencegah

terjadinya komplikasi akses

intravena pada neonatus

(Berorientasi pelayanan)

Memasukkan

rekomendasi

prosedur ke

dalam draft

SPO monitoring

akses intravena

sentral dan perifer pada

neonatus

Melakukan

konsultasi

draft SPO kepada

perawat yang

memiliki

keahlian di

bidang

neonatologi

Draft SPO monitoring

akses intravena

sentral dan

perifer pada

neonatus

Dalam menyusun draft SPO yang belum

pernah disusun sebelumnya, saya

berartitelahberupayauntukterus

berinovasi dan mengembangkan

kreativitas (Adaptif), serta

melakukan perbaikan tiada henti (Berorientasi Pelayanan1).

Notulensi

rekomendasi

revisi draft

Ketika melakukan konsultasi saya

memberikan kesempatan kepada

pihak lain untuk berkontribusi, terbukadalambekerjasamauntuk

menghasilkan draft SPO yang

memiliki nilai tambah (Kolaboratif).

Selama proses konsultasi saya juga

menghargai adanya perbedaan

pendapat yang salah satunya

dipengaruhi oleh latar belakang

individu (Harmonis), serta

Melakukan

revisi terhadap

draft SPO

Revisi draft SPO monitoring

akses

intravena

sentral dan perifer pada

neonatus

memegang teguh ideologi

Pancasila melalui diskusi untuk

mencapai suatu kemufakatan

(Loyal). Termasuk juga di dalam sesi

konsultasi tersebut saya melakukan

transfer ilmu untuk membantu

oranglainbelajar (Kompeten).

Saya mencoba menyesuaikan draft

yang telah dibuat sebelumnya

dengan masukan dan saran dari

perawat ahli (Adaptif). Saya

melakukan revisi pada draft SPO

dengantujuanuntukmenghasilkan SPO

yang lebih baik agar nantinya dapat

digunakan dan meningkatkan

kualitas pelayanan keperawatan

(Berorientasi pelayanan).

3.

draft SPO SPO monitoring

akses intravena sentral dan

Sahnya SPO baru

tentunya dapat

memberikan

manfaat sebagai

panduan dalam

Nilai organisasi yang

terealisasikan

dalam kegiatan

pengesahan SPO

Pengesahan

Mencetak draft

SPO yang akan

diajukan untuk

pengesahan

perifer pada

neonatus yang

telah disahkan

Draft SPO

dalam bentuk

hardcopy

SayamencetakdraftSPOmenggunakan

printer milik sendiri, meskipun printer

tersedia di setiap ruangan rawat tempat

saya bekerja. Hal tersebut sebagai

bentuk upaya menggunakan

kekayaandanbarangmiliknegara

secara bertanggung jawab

pelaksanaan

tindakan pelayanan

pasien. Dengan

adanya panduan

ini, besar

kemungkinan

kualitas pelayanan

semakin baik, sehingga ikut

berkontribusi

mewujudkan

kualitas manusia

Indonesia yang

tinggi, maju, dan

sejahtera.

ini adalah nilai

inovatif, dimana

output yang

dihasilkan adalah

terbentuknya

SPO baru yang

mampu digunakan dalam proses pelayanan.

Menghubungi

pihak-pihak

terkait yang

memiliki

wewenang

dalam

mengesahkan

SPO

Melakukan

konsultasi SPO

dengan pihak

terkait

Adanya jadwal

untuk

melakukan

konsultasi dan pengesahan.

(Akuntabel), serta mengedepankan

kepentingan bangsa dibanding

kepentinganpribadi (Loyal).

Saya menghubungi atasan saat

jam kerja dengan memperhatikan

etika dan sopan santun sesuai

denganpengamalannilaiPancasila (Loyal)

Notulensi sesi

konsultasi

Saya datang tepat waktu sesuai

dengan perjanjian yang telah

dibuat sebelumnya (Akuntabel), sehingga tidak membuat atasan

menunggu. Dalam melakukan sesi

konsultasi saya menghargai

perbedaan latar belakang dan

spesialisasi bidang kerja

(Harmonis). Saya mendengarkan

masukkan dan saran dari atasan, bekerjasamauntukmembuatSPO

Melakukan revisi ulang

bila diperlukan

semakin baik dan dapat

diaplikasikan (Kolaboratif), sehingga

nantinya dapat mencegah

komplikasi akses intravena pada

neonatus dengan optimal (Berorientasi pelayanan). Selama sesi

konsultasi saya juga bersikap

proaktif, dan antusias ketika

atasan menyarankan adanya

perubahan atau revisi pada draft (Adaptif). Dalam proses konsultasi, saya juga secara tidak langsung

telah membantu belajar

menambah wawasan atasan

terkaitintervensimonitoringakses

intravenasentraldanperiferpada

neonatus (Kompeten).

Draft SPO hasil

revisi

Saya melakukan perbaikan dalam

draft SPO dengan tujuan

menghasilkan SPO yang lebih

aplikatif dan mudah digunakan

(Berorientasi pelayanan) sesuai dengan

4. Sosialisasi SPO yang telah

disahkan

melalui media

video kreatif

Mengajukan

pengesahan

draft yang

telah direvisi

SPO yang telah

disahkan dan

ditandatangani

masukkan sesi konsultasi dan kerja

sama bersama atasan.

Saya menghadap kembali ke atasan

dengan membawa draft SPO yang telah

direvisi. Saya datang tepat waktu

(Akuntabel), dan mengajukan

pengesahan SPO dengan sopan dan sesuai ketentuan yang berlaku.

Terisinya

daftar perawat

yang telah

mengakses link

video

SPO baru tidak

akan mampu

menimbulkan

perubahan apabila

tidak

disosialisasikan

dengan baik

kepada petugas

pelaksana. Oleh

karena itu kegiatan

sosialisasi ini

menjadi sangat

penting agar

terlaksananya

Nilai organisasi yang tercermin

dari kegiatan

sosialisasi SPO ini

adalah nilai

inovatif, karena sosialisasi

dilakukan dengan

memanfaatkan

perkembangan

teknologi

sehingga mampu

menjangkau

seluruh perawat

Membuat script video sosialisasi

Script video sosialisasi yang

sudah selesai

Media sosialisasi SPO berupa video

dipilih agar lebih menarik dan sebagai

bentuk penyesuaian terhadap

perubahanyangserbadigitalsaat

ini (Adaptif). Dalam pembuatan script, digunakan bahasa yang mudah

dipahami dan interaktif. Selain materi

terkait SPO dijelaskan juga dampak

komplikasi akses intravena, dengan

harapan dapat meningkatkan

awereness perawat untuk lebih

pelayanan yang

lebih baik dan

berkontribusi

terhadap visi

terwujudnya

Indonesia maju

yang berdaulat, mandiri, dan

berkepribadian, berlandaskan

gotong royong.

dengan waktu

yang fleksibel.

Menyusun form evaluasi

pemahaman

terhadap

materi

sosialisasi

Melakukan

konsultasi script video dengan kepala

ruangan

Link form evaluasi

sosialisasi

memahamipentingnyamonitoring

akses intravena (Berorientasi

pelayanan)

Penggunaangoogleformsebagaimedia

evaluasi merupakan bentuk

penyesuaian terhadap perubahan

zamanyangsemakinserbadigital (Adaptif).

Notulensi hasil

konsultasi script video dengan kepala

ruangan

Sayamelakukankonsultasidiluar

jamdinassayauntukmenjalankan

tugas,haltersebutsebagaibentuk

pelaksanaan tugas yang jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan

berintegrasi tinggi (Akuntabel).

Konsultasi dengan kepala ruangan

sangat diperlukan, agar mendapatkan

video sosialisasi yang sesuai. Selama

sesi konsultasi saya menghargai

ketika terdapat perbedaan

pendapat (Harmonis), kemudian

bekerja sama melalui diskusi

Melakukan

revisi terhadap

script video

sebelumnya

Script video yang telah

direvisi sesuai

masukan

kepalaruangan

untuk mengoreksi script yang

telahdibuat (Kolaboratif).

Dalam melakukan revisi script video, saya juga menjadi terus belajar

danmeninjaukembaliscriptuntuk

melakukan perbaikan (Kompeten).

Diharapkan dengan script yang lebih

baik sesuai dengan saran dari kepala

ruangan, akan lebih mudah dipahami

dan tetap melindungi privacy

pasien sehingga tidak terjadi

kebocoran data pasien yang

bersifat rahasia kepada publik (Loyal).

Mengajukan

permohonan

izin kepada

kepala

ruangan untuk

shooting video

di ruangan

Jadwal shooting video

sosialisasi yang

telah disetujui

oleh kepala

ruangan

Agar lebih mudah dipahami, video

sosialisasi SPO harus menunjukkan

aplikasilangsungkepada bayi,sehingga

pembuatan video perlu dilakukan di

ruangan anturium sendiri. Oleh karena

itu perlu kerjasamadengankepala

ruangan terkait perizinan

penggunaanruangan (Kolaboratif)

Melakukan shooting video

sosialisasi di ruangan

Potongan video-video untuk sosialisasi

Pengambilan video untuk

sosialisasiinisayalakukandiluar

jam kerja sebagai bentuk

tanggungjawabdandisiplindalam

menjalankan tugas (Akuntabel).

Saya juga meminta kerja sama

dengan teman sejawat untuk

membantu dalam proses

perekamanvideo (kolaboratif).

Melakukan editing video sosialisasi

Video sosialisasi final

Editing video merupakan hal yang

masih baru bagi saya. Namun melalui

kegiatan aktualisasi ini, sayamenjadi

belajar hal baru dan berusaha

mengembangkan kapabilitas (Kompeten). Kemampuan editing video

juga merupakan kemampuan yang

pentingdimilikikarenaakanbermanfaat

kedepannya untuk melakukan edukasi

kepada pasien. Hal tersebut merupakan

bentuk penyesuaian terhadap

perubahan dan tuntutan

Melakukan upload video dan pembuatan QR code

Video sosialisasi yang

telah diupload

danlinkberupa

qr code

perubahan zaman yang serba

digital (Adaptif).

Pemilihan media sosialisasi berupa

video dalam bentuk QR code

merupakan penyesuaian terhadap

perkembangan zaman yang serba

digital (Adaptif) dan dapat

menjangkau semua perawat yang

bertugas di anturium. Hal tersebut

dikarenakan dari pengalaman

sebelumnya, dimana tim perawat di ruanganseringmelakukandiskusikasus

melalui zoom namun tidak semua

perawat dapat hadir karena perbedaan

jadwal shift. Dengan video sosialisasi

yang mampu mencapai seluruh

perawat, maka diharapkan

pengaplikasian SPO nantinya juga

dilakukan oleh semua perawat,

sehingga mampu memberikan

perbaikan kualitas pelayanan

Membagikan

QR code

kepada

seluruh

perawat dan

memasang

stiker QR code

di ruangan

Daftar absensi

pengakses

video terisi

oleh seluruh

perawat

pelaksana di

anturium

kepada pasien (Berorientasi

pelayanan)

Penggunaan media sosialisasi melalui

video dalam QR code memudahkan

perawat dalam mengakses video

dimana pun dan kapanpun, sehingga

sosialisasitidakakanmengganggu

pelayanan (Berorientasi pelayanan).

Dengan demikian sosialisasi yang saya

lakukan tidak mengganggu

pelaksanaan tugas perawat yang

bertanggung jawab dan tidak

berpotensi menimbulkan korupsi

waktu (Akuntabel)

Dengan adanya

rencana tindak

lanjut, kesempatan

untuk melakukan

perubahan ke arah

yang lebih baik

tidak berhenti

sampai disini,

Nilai organisasi yang tercermin

pada kegiatan

evaluasi ini

adalah

integritas, dimana dalam

menjalankan

penerapan SPO Resume evaluasi
5. Evaluasi
penerapanSPO

Meninjau pemahaman perawatterkait

sosialisasi SPO

dari google form

Rangkuman poin-poin

pemahaman perawat

Saya melakukan peninjauan hasil

pengisian evaluasi sosialisasi dari

google form dan membuat

rangkumannya dengan jujur

berdasarkan data aktual

(Akuntabel). Kegiatan melakukan

evaluasi juga menjadi bahan

pembelajaran bagi saya untuk

mengidentifikasi hal-hal yang

perlu diperbaiki ke depannya

namun dapat

dilanjutkan hingga

menghasilkan

perbaikan yang

berkesinambungan.

Tujuannya tidak

lain adalah untuk

mewujudkan

kualitas manusia

Indonesia yang

tinggi, maju, dan

sejahtera.

suatu kegiatan

harus dilakukan

secara utuh

hingga sampai

pada tahap

evaluasi. Selain

itu juga jujur

dengan segala

hasil yang

didapatkan.

Membuat form

checklist untuk

observasi

penerapan

SPO di

ruangan

Melakukan

observasi

kepada

perawat yang

melakukan

tindakan monitoring akses

intravena

Form checklist

untuk observasi

penerapanSPO

(Kompeten) terkait dengan penyajian

materi sosialisasi.

Saya membuat form checklist sesuai

dengan panduan yang tertuang dalam

SPO. Formchecklistdicetakdengan

printer sendiri dan tidak

menggunakan printer milik

ruangan (Akuntabel)

Form checklist yang sudah terisi

Sebelum melakukan observasi saya

melakukan informed consent dengan

perawat yang akan melakukan

tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk

menghargai hak autonomy

perawat dan agar tidak

mengganggu kondisifitas

lingkungankerja (Harmonis). Dalam

melaksanakan observasi ini tentu tidak

lepas dengan kerja sama meminta

izin kepada PJ shift dan kepala

ruangan dengan bahasa yang

sopan (Kolaboratif).

Melakukan pendataan

kejadian

komplikasi

akses

Jika memang ada tindakan lain

yang harus dilakukan lebih dulu

oleh perawat, saya menunggu

hinggaperawatselesaimelakukan

tindakan tersebut. Hal itu sebagai

bentuk dedikasi mengutamakan

kepentingan bangsa (Loyal) yang

dalam hal ini adalah pelayanan perawat

kepada pasien, daripada kepentingan

pribadi, yang dalam hal ini adalah

kebutuhan saya untuk mengisi lembar form checklist. Sambil melakukan

observasi, saya mengisi form checklist

dengan jujur sesuai dengan

keadaan sebenarnya dan tidak

melakukan manipulasi data (Akuntabel)

Rekap data

kejadian

komplikasi

akses

Evaluasi tentunya tidak hanya berfokus

pada perawat sebagai pelaksana SPO,

namun juga dilakukan evaluasi pada

neonatus. Monitoring akses intravena

bertujuan untuk mencegah komplikasi

intravena pada

neonatus

intravena pada

neonatus

dansebagai bentukperbaikanuntuk

pelayanan (Berorientasi pelayanan).

Dari pendataan kejadian komplikasi

akses intravena ini dapat dilihat

apakah intervensi efektif atau

masih kurang, sehingga dapat

dijadikan pembelajaran (Kompeten), dan kesempatanuntuk

melakukaninovasilain (Adaptif).

Menyusun

rencana tindak

lanjut

Rekomendasi

tindak lanjut

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan

SPO diruangan, saya dapat

mengidentifikasi kekurangan dan

kelebihan dari SPO yang telah dibuat, sehingga saya mampu menyusun

rancangan rekomendasi tindak lanjut

apa yang diperlukan untuk

memaksimalkan monitoring akses

intravena pada neonatus

(Berorientasi pelayanan). Melalui

rekomendasi tindak lanjut ini saya

memberi peluang bagi berbagai

pihak untuk dapat berkontribusi

dalam memaksimalkan upaya

pencegahan komplikasi akses

intravena pada neonatus (Kolaboratif), dan memberikan dasar

untuk melakukan inovasi dan mengembangkankreativitasuntuk

penentuan langkah selanjutnya yanglebihbaik (Adaptif).

4.2 Penjadwalan

Rancangan aktualisasi tersebut selanjutnya perlu dimasukkan kedalam time table agar

lebih terjadwal dan terlihat target yang harus dicapai per minggunya. Hal ini diperlukan agar pelaksanaan aktualisasi nantinya dapat selesai tepat waktu. Adapun penjadwalan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut.

No Kegiatan/ Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Aktualisasi Keterangan/ Tanggal Kegiatan Ming gu ke-1

1. Melakukan konsultasi terkait perencanaan pembuatan SPO dan menentukan poin-poin garis besar SPO

1.1 Menghubungi kepala ruangan anturium

1.2 Melakukan konsultasi dengan kepala ruangan anturium

1.3 Menghubungi perawat ahli neonatologi

1.4 Melakukan konsultasi dengan perawat ahli neonatologi

2 Pembuatan draft SPO

2.1 Melakukan pencarian literature

2.2 Melakukan review literatur

2.3 Menyimpulkan rekomendasi prosedur

2.4 Memasukkan rekomendasi prosedur ke dalam draft SPO

2.5 Melakukan konsultasi draft SPO kepada perawat yang memiliki keahlian di bidang neonatologi

2.6 Melakukan revisi terhadap draft SPO

3 Pengesahan draft SPO

3.1 Mencetak draft SPO yang akan diajukan untuk pengesahan

3.2 Menghubungi pihak-pihak terkait yang memiliki wewenang dalam mengesahkan SPO

3.3 Melakukan konsultasi SPO dengan pihak terkait

3.4 Melakukan revisi ulang bila diperlukan

3.5 Mengajukan pengesahan draft yang telah direvisi

Ming gu ke-2

Ming gu ke-3

Ming gu ke-4

Ming gu ke-5

4 Sosialisasi SPO yang telah disahkan melalui media video kreatif

4.1 Membuat script video sosialisasi

4.2 Melakukan konsultasi script video dengan kepala ruangan

4.3 Melakukan revisi terhadap script video sebelumnya

4.4 Mengajukan permohonan izin kepada kepala ruangan untuk shooting video di ruangan

4.5 Melakukan shooting video sosialisasi di ruangan

4.6 Melakukan editing video sosialisasi

4.7 Melakukan upload video dan pembuatan QR code

4.8 Membagikan QR code kepada seluruh perawat dan memasang stiker QR code di ruangan

5 Evaluasi penerapan SPO

5.1 Meninjau pemahaman perawat terkait sosialisasi SPO dari google form

5.2 Membuat form checklist untuk observasi penerapan SPO di ruangan

5.3 Melakukan observasi kepada perawat yang melakukan tindakan monitoring akses intravena

5.4 Melakukan pendataan kejadian komplikasi akses intravena pada neonatus

5.5 Menyusun rencana tindak lanjut

4.3 ParaPihakyangTerlibatdanPerannyadalamAktualisasi

Adapun peran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan aktualisasi ini dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.

No. Para Pihak Peran dalam Aktualisasi Keterangan

1. Mentor Membimbing untuk menentukan isu, membantu memvisualisasikan rencana gagasan, memberikan masukan terkait penulisan di laporan, memberikan masukan terkait dengan draft SPO

2. Coach

Membimbing dalam perencanaan aktualisasi, memberikan motivasi, meluruskan hal-hal yang keliru selama perencanaan kegiatan aktualisasi, memberikan masukan dan saran perbaikan penulisan pada laporan,

3. Kepala ruangan

Memberikan informasi terkait data yang diperlukan dalam mendeskripsikan isu, membantu melakukan penapisan isu, memberikan masukan terkait rancangan kegiatan, draft SPO, proses pembuatan video sosialisasi, meneruskan informasi sosialisasi kepada perawat ruangan lainnya

4. Perawat ahli neonatus

Membantu penapisan isu, memberikan masukan terkait dengan gagasan kreatif yang akan dilakukan, memberikan ilmu terkait dengan monitoring akses intravena, memberikan masukan dan saran terkait dengan draft SPO, memberikan dukungan dan motivasi

5. Kepala pokja PAP, komite keperawatan, kepala instalasi, bidang keperawatan

6. Rekan sejawat di ruangan

Memberikan masukan terkait dengan draft SPO, mengesahkan SPO

Membantu proses pembuatan video sosialisasi, sebagai partisipan dalam kegiatan sosialisasi, pelaksana SPO, membantu kegiatan bertukar ilmu, sebagai partisipan dalam kegiatan evaluasi, memberikan masukan terkait SPO dan rencana tindak lanjut.

Beall, V., Hall, B., Mulholland, J. T., & Gephart, S. M. (2013). Newborn & Infant Nursing Reviews Neonatal Extravasation: An Overview and Algorithm for Evidence-based Treatment.NewbornandInfantNursingReviews, 13(4), 189–195.

https://doi.org/10.1053/j.nainr.2013.09.001

Duerden, E. G., Mclean, M. A., Chau, C., Guo, T., Mackay, M., Chau, V., Synnes, A., Miller, S. P., & Grunau, R. E. (2022). Neonatal pain, thalamic development and sensory processing behaviour in children born very preterm.EarlyHumanDevelopment, 170.

https://doi.org/10.1016/j.earlhumdev.2022.105617.

Gahlot, R., Nigam, C., Kumar, V., Yadav, G., & Anupurba, S. (2014). Catheter ‑ related bloodstream infections.InternationalJournalofCriticalIllnessandInjuryScience, 4(2).

https://doi.org/10.4103/2229-5151.134184

Gardner, S. L., Carter, B. S., Hines, M. E., & Hernandez, J. A. (2016). Merensteinand Gardner’sHandbookofNeonatalIntensiveCare(8th ed.). Elsevier Inc.

Garland, J., Heard, S. O., Lipsett, P. A., Masur, H., Mermel, L. A., Sc, M., Pearson, M. L., Issam, I., Randolph, A., Sc, M., Rupp, M. E., & Saint, S. (2017). Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter-Related Infections , 2011 Oklahoma Foundation for Medical Quality. CDCGuideline, October

Grunau, R. E., Holsti, L., & Peters, J. W. B. (2006).Long-termconsequencesofpainin humanneonates. 268–275. https://doi.org/10.1016/j.siny.2006.02.007

Korkmaz, G., & Esenay, F. I. (2019). Effects of Massage Therapy on Indirect Hyperbilirubinemia in Newborns Who Receive Phototherapy. JournalofObstetricand NeonatalNurses, December, 1–10. https://doi.org/10.1016/j.jogn.2019.11.004

Mccullen, K. L., & Pieper, B. (2006).ARetrospectiveChartReviewofRiskFactorsfor ExtravasationAmongNeonatesReceivingPeripheralIntravascularFluids. 48306(April), 133–139.

Ratchagame, V., & Prabakaran, V. (2021). Comparison of Risks from Central Venous Catheters and Peripheral Intravenous Lines among Term Neonates in a Tertiary Care Hospital ,. JournalofCaringScience, 7(3), 113–117.

https://doi.org/10.15171/jcvtr.2015.24

DaftarPustaka

Latsar CPNS 3.7 Bapelkes Cikarang Aktualisasi Rancangan

iptimalisasi

toring Akses

Intravena Melalui

Pembuatan

danHabituasi

SPO

Monitoring Akses

Intravena Sentral dan Perifer pada

Neonatus di Ruang

HCU

Dr. Hasan

Anturium RSUP

Sadikin

Bandung

Disusun oleh : Mia Yuliati, S.Kep., Ners.

Mentor : Titin Mulyati, S.Kp., M.Kep.

Coach : Agus Dwinanto, SAP, MM

25 Juli 2022

Latsar CPNS 3.7 Bapelkes Cikarang

Profil Instansi

Visi : "Terwujudnya Indonesia maju yang

berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong royong "

Miai : "Mewujudkan kualitas manusia

Indonesia yang tinggi, maju, dan

sejahtera"

Nilai-nilai Organisasi : "PAMINGPIN

PITUIN" (Kepemimpinan, Profesional, Inovatif, Tulus, Unggul, dan Integritas)

25 Juli 2022

Ruang Anturium

Ruang perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung merupakan ruang

perawatan neonatus. Di dalamnya, ruang

anturium terbagi lagi menjadi ruang

perawatan neonatus sehat atau perawatan

level 1, high care unit (HCU level 2) non

infeksius dan high care unit (HCU level 2)

infeksius. Kriteria bayi yang dirawat di ruang

anturium mulai dari bayi sehat hingga bayi

sakit dengan kondisi prematur maksimal

usia gestasi 32 minggu.

Latsar CPNS 3.7 Bapelkes Cikarang

Pelaksanaan LatsarCPNS

UU No. 14 Tahun 2022

Instansi Pemerintah wajib memberikan

Peraturan LAN No. 1 Tahun 2021

Latsar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan

secara terintegrasi. Kompetensi diukur berdasarkan kemampuan menunjukkan

sikap perilaku bela negara; mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam

pelaksanaan tugas dan jabatannya; mengaktualisasikan peran dan kedudukan

PNS dalam kerangka NKRI; dan menunjukkan penguasaan Kompetensi Teknis

yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas.

25 Juli 2022
1
2

Latsar CPNS 3.7 Bapelkes Cikarang

Akuntabel

Kompeten

Harmonis Loyal

Nilai-Nilai Dasar PNS

Adaptif

Berorientasi

Pelayanan

Kolaboratif

25 Juli 2022

Identifikasi dan Analisis Isu

Isu 1: Belum optimalnya

manajemen nyeri pada

neonatus saat tindakan

pengambilan darah di ruang

perinatologi

Anturium RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung tahun

2022

Isu 2 : Belum adanya

intervensi keperawatan

untuk mengurangi

durasi penggunaan

fototerapi di ruang

perinatologi Anturium

RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung

tahun 2022

Isu 3 : Belum optimalnya monitoring akses

intravena sentral dan

perifer di ruang HCU

perinatologi Anturium

RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung tahun 2022

Sumber : Google Image Sumber: Google Image Sumber: Google Image

Penapisan Isu

Isu 1: Belum optimalnya manajemen nyeri pada neonatus saat tindakan pengambilan darah di ruang perinatologi Anturium

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Isu 2 : Belum adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi durasi penggunaan fototerapi di ruang perinatologi

Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Isu 3 : Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral dan perifer di ruang HCU perinatologi

Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Isu A P K L Jumlah Prioritas
3 3 4 5 15 II
2 3 3 5 13 III
5 4 3 4 16 I

Belum optimalnya monitoring akses intravena sentral

dan perifer di ruang HCU perinatologi Anturium RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2022

Pada tanggal 20 Juli, terdapat

45% neonatus dengan akses

intravena sentral dan 50% neonatus dengan akses intravena perifer.

Pada bulan Juni, terdapat kasus

komplikasi akses intravena perifer berupa ekstravasai yang mengakibatkan kerusakan

integritas kulit yang berpotensi menjadi entry point microorganism

1 Sebagai instansi kesehatan

pemerintah, RSHS dituntut ikut serta

dalam menyukseskan RPJMN

2 Salah satu indikator kesehatan

masyarakat adalah AKN

3 infeksi masih menjadi 5 faktor utama

penyebab kematian neonatus

59% kematian neonatus

pada bulan April 2022

disebabkan oleh infeksi

aliran darah atau sepsis

4 Komplikasi akses intravena dapat

mengakibatkan infeksi

Belum adanya SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer spesifik untuk

neonatus

indakan 1 Tindakan 2 ndakan 3 Tindakan 4

Gagasan Pemecahan Isu

Optimalisasi monitoring akses intravena melalui

pembuatan SPO monitoring akses intravena sentral dan perifer pada neonatus di ruang HCU Anturium RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Rancangan Kegiatan

1

Melakukan konsultasi terkait

perencanaan pembuatan SPO

3

Pengesahan draft SPO

2

Pembuatan draft SPO

video kreatif 4 Evaluasi penerapan SPO

Sosialisasi SPO melalui media

5

Melakukan Konsultasiterkait perencanaan pembuatanSPO

1.Menghubungi kepala

ruangan anturium (Loyal, Harmonis)

2.Konsultasi dengan

kepala ruangan

anturium

(Akuntabel, Kolaborasi

Harmonis, Berorientasi

Pelayanan)

3.Menghubungi

perawat ahli

neonatologi

(Harmonis, Berorientasi

Pelayanan, Adaptif)

4.Konsultasi dengan

perawat ahli

neonatologi

(Kompeten, Adaptif, Harmonis)

1.

2.PembuatandraftSPO

1 2 3

Melakukan pencarian literature (Berorientasi Pelayanan, Kompeten)

Melakukan review terhadap literatur (Akuntabel)

Menyimpulkan rekomendasi prosedur (Kompeten, Berorientasi Pelayanan)

4 5 6

Memasukkan rekomendasi prosedur ke dalam draft SPO (Adaptif, Berorientasi Pelayanan)

Konsultasi draft SPO kepada perawat ahli (Kolaboratif, Harmonis, Loyal, Kompeten),

Revisi terhadap draft SPO (Adaptif, Berorientasi Pelayanan)

Sumber: Google Image

3.PengesahanSPO

1.Mencetak draft SPO (Akuntabel, Loyal)

2.Menghubungi pihakpihak terkait (Loyal)

3.Melakukan konsultasi dengan pihak terkait (Akuntabel, Harmonis, Kolaboratif, Berorientasi pelayanan, Adaptif, Kompeten)

4.Melakukan revisi ulang (Berorientasi Pelayanan)

5.Mengajukan pengesahan draft (Akuntabel)

Sumber: Google Image

4.SosialisasiSPOdengan

menggunakanmedia videokreatif

Membuat script video

sosialisasi (Adaptif, Berorientasi Pelayanan)

Menyusun form evaluasi pemahaman terhadap materi sosialisasi (Adaptif)

Melakukan konsultasi script video dengan kepala ruangan (Akuntabel, Harmonis, Kolaboratif)

Melakukan revisi terhadap

script video sebelumnya (Kompeten, Loyal)

5. Mengajukan permohonan izin kepada kepala ruangan untuk shooting video (Kolaboratif)

6. Melakukan shooting video sosialisasi di ruangan (Akuntabel, Kolaboratif)

7. Melakukan editing video sosialisasi (Kompeten, Adaptif)

8. Melakukan upload video dan pembuatan QR code (Adaptif, Berorientasi Pelayanan)

9. Membagikan QR code kepada seluruh perawat dan memasang stiker QR code di ruangan (Berorientasi pelayanan, akuntabel)

1. 2. 3. 4.

5.EvaluasiPelaksanaan SPO

1.Mereview hasil evaluasi gform

(Akuntabel, Kompeten)

2.Membuat form checklist

(Akuntabel)

3.Melakukan observasi tindakan

(Harmonis, Kolaboratif, Loyal, Akuntabel)

sumber : Google Image

5.Menyusun rencana tindak lanjut

(Berorientasi pelayanan, Kolaboratif, Adaptif)

4.Melakukan pendataan kejadian

komplikasi akses intravena (Berorientasi

Pelayanan, Kompeten, Adaptif)

Time table

Kegiatan

1.Melakukan konsultasi terkait perencanaan

pembuatan SPO dan menentukan poin-poin

garis besar SPO

2.Pembuatan draft SPO

3.Pengesahan draft SPO

4.Sosialisasi SPO yang telah disahkan melalui

media video kreatif

5.Evaluasi penerapan SPO

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Keterangan

kasih! Terima

Apakah ada pertanyaan?

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.