LAPORAN SEMINAR RANCANGAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 6
PEMBERIAN EDUKASI MEDIA VIDEO TENTANG GEJALA PENURUNAN KONDISI
PASIEN SAAT PERAWATAN PADA PASIEN DAN KELUARGA DI GEDUNG
PERAWATAN 2 LANTAI 3 RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA
Disusun oleh:
DEVY OKTAVIA ANISA
NIP. 199710102022032008
BAPELKES CIKARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
PEMBERIAN EDUKASI MEDIA VIDEO TENTANG GEJALA PENURUNAN KONDISI
PASIEN SAAT PERAWATAN PADA PASIEN DAN KELUARGA DI GEDUNG
PERAWATAN 2 LANTAI 3 RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA
Telah di seminarkan (secara daring)
Tanggal 14 Juli 2022
Mengetahui, Menyetujui, Coach Mentor
Aulia Fitriani, ST, MKM
NIP. 197508142006042001
Arnianty Vidya Wisnasari, S.Kep, Ners
NIP. 197406232001122001
Penguji, Dr. Atiq AR Palupi,MKKK
NIP. 197803272009122002
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
PEMBERIAN EDUKASI MEDIA VIDEO TENTANG GEJALA PENURUNAN KONDISI
PASIEN SAAT PERAWATAN PADA PASIEN DAN KELUARGA DI GEDUNG
PERAWATAN 2 LANTAI 3 RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA
Telah di seminarkan (secara daring)
Tanggal 14 Juli 2022
Mengetahui, Menyetujui, Coach Mentor
Aulia Fitriani, ST, MKM
NIP. 197508142006042001
Arnianty Vidya Wisnasari, S.Kep, Ners
NIP. 197406232001122001
Penguji, Dr. Atiq AR Palupi,MKKK
NIP. 197803272009122002
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi yang berjudul “Pemberian Edukasi
Media Video tentang Gejala Penurunan Kondisi Pasien saat Perawatan pada
Pasien dan Keluarga di Gedung Perawatan 2 Lantai 3 Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita” untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil tahun 2022 di Badan
Pelatihan Kesehatan Cikarang. Penulisan rancangan aktualisasi ini tidak lepas dari bimbingan banyak pihak. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada:
1. Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang beserta seluruh tutor dan panitia penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS 2022
2. Ibu Aulia Fitriani, ST, MKM selaku coach yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan laporan aktualisasi
3. Ibu Arnianty Vidya Wisnasari, S.Kep., Ners, selaku mentor, yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dari awal hingga akhir Pelatihan Dasar CPNS 2022
4. Rekan-rekan peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan VI terutama kelompok D
5. Orang tua tercinta, adik dan kakak, beserta keluarga besar, yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, dukungan serta doa untuk kelancaran pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS 2022
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada rancangan aktualisasi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga rancangan aktualisasi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak dan proses aktualisasi dapat terlaksana sesuai denganrancangan yang telah dibuat.
Jakarta, 14 Juli 2022
Peserta Pelatihan Dasar CPNS Bapelkes Cikarang
Devy Oktavia Anisa
BAB I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Menurut UU ASN Nomor 5 Tahun 2014, aparatur sipil negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja di instansi pemerintah. Pegawai ASN diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Setiap pegawai ASN memiliki peranan dan fungsi tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 2014, ASN memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, sebagai pelayan publik sertasebagai perekat dan pemersatu bangsa. Sebagai pelayan publik, pegawai ASN memiiliki kewajiban untuk bersikap profesional dalam memberikan pelayanan publik yang prima, salah satunya adalah pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan jantung di rumahsakit.
Kesehatan jantung merupakan salah satu komponen kesehatan yang sangat pentinguntuk dijaga. Setiap tahunnya kematian akibat penyakit jantung masih menujukkan angkayang tinggi. Berdasarkan data WHO pada tahun 2019, penyakit jantung menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Diperkirakan sekitar 17,9 juta atau sekitar 32% orang didunia meninggal dunia akibat penyakit jantung. Hal ini serupa dengan yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2020, penyakit jantung juga menjadi penyebab kematian utama di Indonesia dengan jumlah sekitar 259.297 atau sekitar 15,33% dari total kematian di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya penanganan penyakit jantung yang tepat untuk menurunkan angka mortalitas akibat penyakit jantung.
Rumah sakit sebagai unit penyelenggara kesehatan memiliki peranan penting dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan di masyarakat adalah pelayanan kesehatan jantung. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita (RSJPDHK) sebagai rumah sakit pusat rujukan jantung nasional
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan jantung
yang optimal kepada masyarakat. Saat ini, RSJPDHK telah mengembangkan
berbagai macam pelayanan kesehatan jantung untuk berbagai masalah
kesehatan jantung di Indonesia. Pelayanan kesehatan jantung bagi masyarakat
Indonesia salah satunya rawat inap dewasa.
Ruangan gedung perawatan 2 lantai 3 merupakan ruangan yang
digunakan untuk pelayanan pasien dewasa dengan masalah jantung yang sudah
tidak memerlukan monitoring yang ketat, baik pasien medical atau pasca bedah, tingkat ketergantungan pasien rendah, pasien sudah mulai mobilisasi untuk
persiapan pulang. Kondisi perburukan akut dapat terjadi pada berbagai waktu
termasuk saat menjalani perawatan di ruang rawat inap. Perburukan pasien
adalah abnormalitas tanda-tanda vital pasien dan tanda-tanda klinis lainnya (Jones et al ., 2013).
Berdasarkan data pasien dengan penyakit jantung terbanyak di gedung
perawatan 2 lantai 3 di bulan Juni 2022 ialah pasien gagal jantung dan jantung
koroner akut. Sebanyak 77 pasien gagal jantung dan 23 pasien jantung koroner
akut. Berdasarkan jumlah pasien yang dipindahkan ke ruangan lain karena
perburukan dari bulan Januari – Juni 2022 adalah 20 pasien dan di bulan Juni 2022 sebanyak 6 pasien. Pasien dipindahkan ke ruang intermediet dan ruang intensif, dimana ruangan tersebut digunakan pada pasien dengan masalah jantung yang memerlukan monitoring yang ketat baik pasien medikal atau pasca bedah. Menurut Heng et al (2020) mengatakan bahwa diperkirakan 14–
28% dari pasien yang masuk ICU adalah perpindahan yang tidak direncanakan ke ICU. Tingginya angka kematian dan perpindahan tersebut menandakan
bahwa ada sebuah kejadian yang menandai adanya gangguan klinis sebelum pasien meninggal ataupun sebelum pasien dipindah ke ICU.
Dalam hal ini pasien dan keluarga membutuhkan edukasi media video
tentang pengenalan gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan untuk
meningkatkan pengetahuan. Perawat dalam tugas dan fungsinya memiliki
banyak kewajiban terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Salah satu
kewajibannya adalah memberikan informasi kesehatan (pendidikan kesehatan)
yang diperlukan pasien atau dalam hal ini perawat berperan sebagai educator.
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga bisa terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah diberikan pendidikan kesehatan (Hidayat, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 29 pasien bahwa hanya 10% yang memahami gejala penurunan kondisi dan harus dilaporkan kepada perawat. Melihat adanya isu terkait dengan belum pahamnya pasien dan keluarga dalam tentang gejala penurunan kondisi saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Rencana gagasan yang ingin diaktualisasikan yaitu pembuatan edukasi media video tentang pengenalan gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan.
1.2Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar berAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) serta kedudukan dan fungsi ASN dalam setiap kegiatan penyelesaian isu di gedung perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
2. Tujuan Khusus
a) Bagi organisasi, merealisasikan visi dan misi RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sehingga seiring sejalan dengan nilai-nilai dasar ASN
b) Bagi diri sendiri, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN serta kedudukan dan peran ASN selama Pelatihan Dasar agar terbentuk karakter ASN yang berintegritas dan professional dalam melayani masyarakat.
c) Bagi pegawai lain, mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN dalam lingkungan kerja, sehingga terwujudnya
fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekatdan pemersatu bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Manfaat
Manfaat rancangan aktulisasi ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan jantung di RSJPDHK
2. Memudahkan perawat dalam melakukan edukasi gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan melalui media video
3. Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengenalan gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3
4. Meningkatkan kepuasan pasien
BAB II. PROFIL INSTANSI DAN PESERTA
2.1Profil Instansi
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK)
merupakan rumah sakit khusus yang menjadi pusat rujukan nasional untuk
penanganan masalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di Indonesia. Rumah sakit ini didirikan oleh Yayasan Harapan Kita dengan luas tanah
22.389 m2 di Jalan Letjend S. Parman Kavling 87 Slipi, Jakarta Barat. RSJPDHK
diresmikan pada tanggal 9 November1985. Pada tanggal 27 Maret 1985 Yayasan
Harapan Kita melalui Surat Keputusan No.02/1985 menyerahkan kepemilikan rumah
sakit ini kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan, tetapi
pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Harapan Kita berdasarkan SK No.
57/Menkes/SK/II/1985. Kemudian pada tanggal 31 Juli 1997 Yayasan Harapan Kita
menyerahkan kembali RSJPDHK kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dan selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah nomor 126 tahun 2000,status Rumah
Sakit Jantung Harapan Kita pun berubah menjadi Perusahaan Jawatan dibawah
naungan Kementerian BUMN. Pada tanggal 13 Juni 2005, ditetapkan Peraturan
Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, yang menyebutkan perubahan status rumah sakit yang semula berstatus Perusahaan Jawatan (Badan Usaha Milik Negara) menjadi Badan Layanan
Umum (pasal 37 ayat 2). Dengan demikian, RSJPDHK berubah status dari
perusahaan jawatan dibawahkemeterian BUMN menjadi BLU-RSJPD Harapan Kita, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan RI sebagai Unit Pelaksanaan Teknis
dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Sebagai Pusat Jantung Nasional (NationalCardiovascularCentre), RSJPDHK
tidak hanya menyediakan pelayanan kesehatan jantung, namun juga berkembang
sebagai tempat pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam bidang kesehatan
kardiovaskular. RSJPDHK telah melakukan upaya untuk menciptakan GoodCorporate
Governance, yakni: transparansi, kemandirian, akuntabel, pertanggung jawaban dan kewajaran. Salah satu wujud pelaksanaannya adalah senantiasa meningkatkan mutu
layanan yang dibuktikan melalui program akreditasi pelayanan kesehatan baik tingkat
nasional maupun internasional. Selain itu RSJPDHK juga turut ikut serta dalam
akreditasi dibidang pendidikan sebagai salah satu rumah sakit pendidikan dibidang
kardiovaskular. Beberapaakreditasi yang telah didapatkan oleh RSJPDHK diantaranya
adalah akreditasi rumah sakitpendidikan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun
2014, Akreditasi KARS Paripurna pada tahun 2018, Akreditasi KARS Internasional pada tahun 2019, serta Akreditasi InternasionalJointCommissionInternational(JCI)
pada tahun 2019.
2.2 Visi, Misi dan Nilai-Nilai RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
a. Visi RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
“Menjadi Pusat Kardiovaskular Berkualitas Setara Asia”
b. Misi RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
“Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan serta penelitian dan pengembangan kardiovaskular berkualitas”
c. Nilai Budaya RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita memiliki nilai budaya “I CARE”
untuk mendukung tercapainya visi, misi serta tujuan
1. Integrity,Kesesuaian komitmen dan tindakan akan menjadi tolok ukur penilaian dari jasa yang ditawarkan oleh RSJPDHK
2. Competence,Sebagai rumah sakit rujukan terakhir kardiovaskular, RSJPDHK harus memilliki dan mengembangkan kompetensinya di bidang kardiovaskular lewat pelayanan, pendidikan dan riset yang berkualitas tinggi
3. Accessibility,RSJPDHK berupaya keras membuka pintu pelayanan selebarlebarnya kepada seluruh pihak yang membutuhkan tanpa terkecuali
4. Reliability,Sebagai rumah sakit dengan kompetensi utama di bidang kardiovaskular, RSJPDHK akan mengedepankan kualitas demi menjadi rumah sakit yang paling dipercaya oleh seluruh pihak
5. Excellence,Selain kompetensi medis yang unggul, RSJPDHK berkomitmen memberikan pelayanan unggul yang berorientasi pada kebutuhan pasien
2.3 Tugas dan Fungsi RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
1. Tugas RSJPDHK
a. Berdasarkan Permenkes RI No. 2357/MENKES/PER/XI/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta, maka RSJPDHK mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan melalui
peningkatan kesehatan dan pencegahan serta upaya rujukan.
b. Berdasarkan SK Men-Kes No.HK.01.07/MENKES/602/2017 Tanggal 13
November 2017 RSJPDHK ditetapkan sebagai Pusat Jantung Nasional yang mempunyai tugas : (a) Memberikan pelayanan kardiovaskuler
tersier khusus; (b) Melakukan pengampuan jejaring rujukan kardiovaskuler; dan (c) Rujukan nasional di bidang kardiovaskuler.
c. Berdasarkan SK Men-Kes No.333/MenKes/SK/V/2011, pada Tanggal 7
Mei 2011 RSJPDHK ditetapkan sebagai RS khusus kelas A.
d. Berdasarkan SK Men-Kes RI No.119/Menkes/SK/IV/2014 pada tanggal
21 April 2014 ditetapkan sebagai RS Pendidikan Afiliasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Fungsi RSJPDHK
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, RS jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menyelenggarakan fungsi :
a. Upaya pencegahan terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Upaya pelayanan dan penyembuhan bagi pasien penyakit jantung dan pembuluh darah.
c. Upaya rehabilitasi terhadap pasien penyakit jantung dan pembuluh darah.
d. Upaya menjalankan pelayanan berjenjang melalui rujukan yang efektif.
e. Pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia.
f. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dalam bidang ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).
g. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam bidang ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).
h. Pelaksanaan urusan administrasi umum dan keuangan
a. Profil Peserta
Nama : Devy Oktavia Anisa
NIP : 199710102022032008
NDH : 04
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Instansi : RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
b. Uraian Tugas Peserta (SKP)
Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta mengacu pada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). SKPpeserta dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.4 Sasaran Kinerja Pegawai
No
Tugas Pokok Jabatan
Sumber
1. Pemulangan pasien ≤ jam 12.00 SKP
2. Kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan di Unit-Unit GP II SKP
3. Pemahaman pasien tentang tujuan identitas pasien SKP
4. Kepatuhan melakukan handoverantar perawat SKP
5. Pemahaman pasien tentang upaya pencegahan Jatuh SKP
6. Angka kejadian dekubitus SKP
7. Angka infeksi aliran darah perifer (plebitis) SKP
8. Kepatuhan cuci tangan di Unit-Unit GP II SKP
9. Pelaksanaan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan staf sesuai tupoksi 20 JPL/tahun SKP
10. Pelaksanaan program pembelajaran internal untuk peningkatan pengetahuan 1x per 2 minggu SKP
11. Efisiensi sumber daya di Unit-Unit GP II SKP
12. Efisiensi terhadap clinicalpathwaydi Unit-Unit GP II SKP
BAB III.
3.1Identifikasi Isu dan Analisis Isu Aktual
Identifikasi isu dilakukan berdasarkan data-data aktual yang terdapat di Gedung Perawatan 2 Lantai 3 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita. Berdasarkan hasil Environmental Scanning yang dilakukan penulis selama
bekerja di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK), ditemukan beberapa isu yang terjadi di gedung perawatan 2 lantai 3, antara lain :
3.1.1 Isu Ke-1 : Kurangnya kepatuhan pasien dalam upaya pencegahan resiko
jatuh pada pasien dengan resiko jatuh tinggi di gedung perawatan 2 lantai
3 RSJPDHK
Salah satu kebutuhan pasien dalam menjalani rawat inap adalah kebutuhan
keselamatan. Kebutuhan akan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam seperti resiko jatuh.
Risiko jatuh pada pasien yang berisiko untuk jatuh umumnya disebabkan
oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera. Risiko jatuh
dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya salah memperkirakan jarak dari
tempat tidur ke lantai, merasa lemah atau pusing pada saat mencoba untuk bangun, merubah posisi terlalu cepat dan kehilangan keseimbangan ketika mencoba untuk bangun dari kursi. Hal ini umum terjadi khususnya pada pasien usia lanjut, penyebab lain meliputi tidak mengenal lingkungan sekelilingnya, meminum obat yang membuat kesadaran mereka terhadap lingkungan berkurang, berada di tempat gelap, gangguan status mental (misalnya: bingung atau disorientasi), gangguan mobilitas (misalnya: gangguan berjalan, kelemahan fisik, menurunnya mobilitas tungkai bawah, gangguan keseimbangan), riwayat jatuh sebelumnya, obat-obatan (sedatif dan penenang, obat-obatan yang berlebihan), berkebutuhan khusus dalam hal toileting (memerlukan bantuan untuk buang air, mengalami inkontinensia, diare, tidak dapat menahan keinginan buang air) dan usia lanjut (Agency for Healthcare Research and Quality, 2013).
Bedasarkan data pasien dengan resiko jatuh tinggi pasien dari bulan Januari
– Juni 2022 yaitu 38 pasien. Pada bulan Juni 2022 data pasien dengan resiko jatuh
tinggi yaitu 12 pasien, 6 diantaranya pasien usia lanjut. Dimana pasien usia lanjut tidak sepenuhnya memahami apa yang dikatakan oleh perawat. Berdasarkan hasil
pengamatan pada pasien dengan resiko jatuh tinggi bahwa tempat tidur pasien
tinggi, siderail tidak dipasang setelah ke kamar mandi, dan pasien usia lanjut
memiliki gangguan keseimbangan saat mobilisasi. Edukasi yang diberikan oleh perawat terhadap pasien dengan resiko jatuh tinggi berupa edukasi verbal. Dalam
hal ini pasien dan keluarga masih tidak patuh terhadap edukasi yang diberikan oleh perawat. Oleh sebab itu dengan keterbatasan waktu perawat harus mengulang kembali edukasi yang diberikan. Selain itu media edukasi yang tidak variatif menyebabkan pasien dan keluarga pasien kurang antusias menerima edukasi.
Perlunya untuk memberikan edukasi pada pasien dan keluarga dengan media video diharapkan bahwa dengan media tersebut pasien dan keluarga dapat mudah
mengakses edukasi tersebut. Dampak jika pasien dan keluarga tidak patuh dalam
pemberian edukasi yaitu dapat meningkatnya pelaporan insiden jatuh.
Adapun keterkaitan isu ini dengan Manajemen ASN yaitu dari nilai akuntabel
kita harus bertanggung jawab memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga agar mencegah terjadinya jatuh. Memberikan pelayanan pada pasien dengan cara memahami kebutuhan pasien dan solutif dalam menangani masalah terkait meminimalisir terjadinya jatuh, hal ini mencerminkan nilai dari berorientasi pelayanan.
3.1.2 Isu Ke-2:Kurangnya perilaku handhygiene pada pasien dan keluarga di gedung perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita
Hand hygiene adalah kegiatan mencuci tangan menggunakan antiseptik pencuci tangan. Perilaku hand hygiene merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs (Susilo, 2015). Dampak Health-care Associated Infections (HAIs) yaitu meningkatkan lama perawatan, tertundanya kepulangan, kehilangan waktu tidur dan pendapatan, meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Weston, 2013). Kontak secara langsung dari keluarga pasien saat rawat inap di rumah sakit yang tidak cuci tangan dapat membahayakan kesehatan bagi pasien yang bersangkutan. Bentuk pencegahan HAIs pada Ruang Rawat Inap
Gedung Perawatan II Lantai 3 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita diantaranya telah tersedia handrub dibeberapa tempat seperti didepan pintu kamar pasien, disetiap bed tempat tidur, dan wastafel cuci tangan yang berada di masing-masing kamar pasien. Edukasi yang diberikan perawat terhadap pasien dan
keluarga yaitu berupa verbal dan media poster langkah cuci tangan yang tertempel di setiap ruangan, namun pemahaman pasien dalam pemberian edukasi dan demonstrasi langkah cuci tangan masih kurang. Dibuktikan dengan pasien dan keluarga pasien masih salah dalam langkah mencuci tangan dan memerlukan pengulangan kembali sampai pasien dan keluarga paham. Dalam hal ini dikarenakan pasien dan keluarga belum terbiasa dan belum beradaptasi pada lingkungan untuk mencuci tangan dengan benar.
Berdasarkan data pada tanggal 01 Juli 2022 di gedung perawatan 2 lantai 3 total pasien 29 pasien, formulir edukasi mencuci tangan pada pasien terdapat 20 pasien dengan tingkat pemahaman yang baik, 9 pasien dengan tingkat pemahaman yang cukup. Selain itu, hasil pengkajian ulang terhadap 29 pasien diantaranya 3 pasien baru tentang mencuci tangan dengan benar adalah 3 pasien baru dapat mengikuti langkah mencuci tangan dengan benar setelah diberikan edukasi serta demonstrasi, sementara 26 pasien lainnya mengatakan bahwa pasien dan keluarga lupa cara mencuci tangan dengan benar, terlihat pasien dan keluarga mencuci tangan hanya menggosokan dan mengusap kedua pergelangan tangan, dan keluarga pasien belum menerapkan hand hygiene terutama saat mamasuki ruangan pasien.
Oleh karena itu perlunya edukasi media video tujuannya agar pasien dan keluarga bisa mengulangi kembali video edukasi tersebut tanpa didampingi oleh perawat, bisa mengulangi kembali jika pasien sedang dalam kondisi stabil dan lebih mudah bagi pasien untuk menerima edukasi tersebut.
Adapun keterkaitan isu ini dengan manajemen ASN yaitu berorientasi pelayanan yang dimana berarti berkomitmen untuk memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat, selain itu jugamenggambarkan nilai loyal yang dimana berarti berdedikasi demi kepentingan umum karena dengan pasien dan keluarga melakukan cuci tangan dapat mencegah untuk terjadinya infeksi dan bahkan kematian.
3.1.3 Isu Ke-3 : Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Bentuk gangguan itu sendiri bermacam-macam, bisa berupa gangguan pada pembuluh darah jantung, katup jantung, atau otot jantung. Penyakit jantung juga dapat disebabkan oleh infeksi atau kelainan lahir. Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah
satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya.
Ruangan perawatan 2 lantai 3 adalah ruangan yang digunakan untuk pelayanan rawat inap pasien dewasa dengan masalah jantung yang sudah tidak memerlukan monitoring yang ketat, baik pasien medical dan pasca tindakan, tingkat ketergantungan pasien rendah, pasien dengan keadaan stabil dan mulai mobilisasi untuk persiapan pulang. Perburukan kondisi pasien bisa dapat terjadi setiap saat. Oleh karena itu, pasien dan keluarga harus mengetahui gejala dalam perburukan kondisi. Misalnya seperti rasa nyeri didada, sesak nafas, lemas, kurang asupan maupun kurang bereaksi, tangan dan kaki terasa dingin, keringat dingin pada tubuh, pucat, biru, demam dan gelisah. Gejala tersebut harus diperhatikan oleh pasien dan keluarga pasien.
Pasien dengan penyakit jantung terbanyak di gedung perawatan 2 lantai 3 di bulan Juni 2022 ialah pasien gagal jantung dan jantung koroner akut. Sebanyak 77 pasien gagal jantung dan 23 pasien jantung koroner akut. Berdasarkan jumlah pasien yang dipindahkan ke ruangan lain karena perburukan dari bulan Januari –
Juni 2022 adalah 20 pasien dan di bulan Juni 2022 sebanyak 6 pasien. Salah satu pasien yang ditemukan perburukan adalah pasien yang mengalami kejang, gambaran EKG bradikardi, kemudian pasien tidak sadar, irama monitor menunjukan irama VT, nadi tidak teraba kemudian dilakukan RJP, setelah 1 menit RJP dan tersisa
2 siklus pasien sadar kembali dan bernapas spontan. Setelah itu persiapan pindah ke ruang ICVCU.
Edukasi yang dijelaskan oleh perawat di gedung perawatan 2 lantai 3 pada pasien baru masuk yaitu tentang tata tertib di ruangan, resiko jatuh, mencuci tangan dan pengenalan gejala perburukan pada pasien. Pasien dan keluarga baru masuk di ruangan belum sepenuhnya memahami semua edukasi yang diterima karena belum beradaptasi pada lingkungan baru, pasien yang masih berfokus pada keluhannya. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap 29 pasien tanggal 01 Juli 2022 di gedung perawatan 2 lantai 3 bahwa hanya 10% yang memahami gejala penurunan kondisi dan harus dilaporkan kepada perawat. Pasien dan keluarga belum memahami gejala perburukan kondisi pada pasien.Oleh sebab itu dengan keterbatasan waktu perawat harus mengulang kembali edukasi yang diberikan. Selain itu media edukasi yang tidak variatif menyebabkan pasien dan keluarga pasien kurang antusias menerima edukasi.
Dalam hal ini pasien dan keluarga butuh edukasi media video tentang pengenalan gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan karena lebih mudah dipahami, bisa mengakses atau mengulang kembali penjelasan tersebut tanpa didampingi oleh perawat, bisa mengulangi kembali jika pasien sedang dalam kondisi stabil dan lebih mudah bagi pasien untuk menerima edukasi tersebut. Keluarga maupun pasien harus memahami tanda dan gejala kondisi perburukan karena jika pasien ditemukan dalam kondisi perburukan dan langsung melapor ke perawat, pasien segera mendapatkan pertolongan. Dampak jika keluarga pasien tidak memahami kondisi perburukan adalah kematian karena keterlambatan pertolongan pertama.
Adapun keterkaitan isu ini dengan Manajemen ASN yaitu berorientasi pelayanan, yang dimana sebagai seorang ASN harus memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Nilai akuntabel yaitu bertanggung jawab untuk memberikan edukasi terkait kondisi perburukan pada pasien dan harus melaporkan kepada perawat. Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dalam memberikan edukasi pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuannya termasuk dalam nilai kompeten.
3.1.4 Tapisan Isu
Pada tahapan ini, isu hasil environmental scanning di analisis dengan menggunakan APKL (Aktual, Problematik, Kelayakan, Kekhalayakan). Analisis APKL merupakan alat bantu untuk menilai dan menganalisis ketepatan dan kualitas isu dengan memperhatikan tingkat aktual, problematik, kelayakan dan kekhalayakan dari isu isu yang terdapat di Gedung Perawatan 2 Lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita. Indikator perhitungan APKL berdasarkan kriteria berikut :
1. Aktual (A)
Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat
2. Problematik (P)
Isu yang memiliki masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya
3. Kekhalayakan (K)
Isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak
4. Kelayakan (L)
Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Tabel 3.1.3 Analisis isu dengan kriteria APKL
No. Isu
1. Kurangnya kepatuhan pasien dalam upaya pencegahan resiko jatuh pada
pasien dengan resiko jatuh tinggi di gedung perawatan 2 lantai 3 RS
Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
2. Kurangnya perilaku hand hygiene pada pasien dan keluarga di gedung
perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita
3. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang gejala penurunan
kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 RS
Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
Keterangan:
SkalaLikert
5: sangatbesar
4: besar
3: sedang
2: kecil
1 : sangat kecil
5 4 4 4 17 II
5 4 3 4 16 III
5 4 5 5 19 I
Berdasarkan hasil analisis isu pada tabel 1, dapat disimpulkan isu “Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengenalan gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita” memiliki peringkat tertinggi dengan skor APKL sebesar 19 poin
dijadikan sebagai isu utama untuk diselesaikan dan dicari solusinya.
3.1.5 Penyebab Isu
Metode analisis penyebab isu prioritas yaitu menggunakan fishbonedengan kategori
(Man, Method, Material). Metode fishbone merupakan diagram yang menunjukan
sebuah dampak atau akibat darisebuah permasalahan dengan berbagai penyebabnya.
Berikut diagram fishbone yang core isu yang terpilih.
Gambar 3.1.5 Diagram Fishbonedalam pengambilan keputusan
METHOD
MAN
Kurang mencari informasi, tingkat pendidikan kurang
Pengetahuan kurang tentang gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan
Cukup banyak edukasi yang diberikan pada pasien baru masuk
Pasien belum beradaptasi pada lingkungan, fokus pada keluhannya
Tidak ada media video tentang gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan
Keterbatasan media edukasi
Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Beban kerja perawat yang tinggi untuk melakukan asuhan keperawatan
Banyaknya pasien di gedung perawatan 2 lantai 3
Waktu pelayanan terbatas
MATERIAL
3.1.6 Gagasan Kreatif Penyelesaian Isu
Prioritas isu sudah ditentukan melalui metode APKL dengan isu utama yaitu
“Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengenalan gejala
penurunan kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 RS
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita” yang perlu segera dicarikan pemecahan isunya. Dari permasalahan tersebut muncul gagasan untuk memecahkan isu serta mengurangi dampak yang ditimbulkan yakni melalui berjudul “Pemberian
Edukasi Media Video tentang Gejala Penurunan Kondisi Pasien saat
Perawatan pada Pasien dan Keluarga di Gedung Perawatan 2 Lantai 3 Rumah
Sakit Jantung & PembuluhDarahHarapanKita”.
3.2Keterkaitan Penyebab isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung
Terwujudnya SmartGovernance
Setelah menentukan komponen mengenai penyebab isu kemudian penulis menganalisis keterkaitan penyebab isu dengan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya Smart Governance. Dalam melaksanakan peran dan kedudukannya, ASN memiliki 3 fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan, pelayanan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengenalan gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan di gedung perawatan 2 lantai 3 merupakan merupakan suatu kendala yang berdampak pada pelayanan publik, dimana pasien dan keluarga harus memahami edukasi yang telah diberikan perawat. Media edukasi merupakan hal yang penting dalam pemberian edukasi. Keterbatasan media menjadi penghambat bagi perawat dalam memberikan edukasi pada pasien dan keluarga. Oleh karena itu perlu adanya inovasi untuk mengatasi penghambat tersebut. Pemberian edukasi melalui video kepada pasien dan keluarga tentang gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan.
Pemberian edukasi tentang gejala perburukan kondisi pasien merupakan salah satu bentuk pelayanan publik, yang dimana kita sebagai pemberi pelayan harus bersikap responsive terhadap keluhan yang dialami oleh klien agar dapat memberikan pelayan secara cekatan hal ini sesuai dengan nilai-nilai dasar ASN berorientasi pelayanan. Selain itu dengan nilai akuntabel seorang perawat harus bertanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan pasien sebagaimana pasien dan keluarga dapat memahami edukasi yang diberikan, serta meningkatkan kompentensi diri dengan cara mempunyai wawasan yang luas untuk mengedukasi pasien dan keluarga yang merupakan nilai kompeten.
Ditinjau dari Smart ASN dengan pemberian edukasi melalui media video tentang
gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan, perawat harus memiliki sikap
profesionalisme yaitu membangun hubungan yang profesional pada pasien dan keluarga, berwawasan global dengan senantiasa meningkatkan pengembangan diri
dalam pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga dan hospitality dengan
menerapkan 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan. Dengan demikian pemberian edukasi melalui media video tentang
gejala penurunan kondisi pasien saat perawatan merupakan salah satu bentuk ASN
dalam mendukung terwujudnya SmartGovernancemelalui pemanfaatan digital.