Dengan visi mulia dan pengamatan yang jeli dalam menangkap peluang, Yayasan Oikoumene berhasil memecahkan problem yang dihadapi oleh masyarakat mis kin sekaligus melestarikan alam dan memberdayakannya. Boleh dibilang, inilah solusi jitu dalam mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan sumber daya alam. Salut! — A.A. Yewangoe, Ketua Umum PGI Buku yang inspiratif dan sangat menarik dengan banyak contoh pengalaman. Kita diingatkan untuk memakai segala kemampuan dan bekerja sama dengan Sang Pencipta dalam hal menyikapi dan mengolah lingkungan demi kesejahteraan ma syarakat. Selamat atas terbitnya buku ini! — Komisaris Jenderal Togar Sianipar Buku ini adalah bukti nyata keberhasilan program yang tidak eksklusif. Kolam tadah hujan telah membuat Desa Karangduwet di Paliyan menjadi juara na sional lomba ”Hatinya PKK” (halaman tertata indah nyaman dan peningkatan kesejahteraan keluarga). Sekarang, makin banyak saja keluarga di desa itu yang memiliki kolam tadah hujan dengan kebun sayur dan buah-buahan di halaman rumah mereka. Proficiat! —Titus K. Kurniadi Hal yang hebat dari buku ini bukan saja ilmu dan pengalaman yang mau ditular kan kepada masyarakat lebih luas, melainkan juga tokoh utamanya: Pak Uripto Widjaja. Ia menggagas teknik sederhana: kolam tadah hujan dengan menggunakan lembaran plastik geomembran. Teknologi sederhana ini membantu banyak petani untuk mengatasi kekeringan. Ini langkah kecil berdampak besar. Sebetulnya, ba nyak masalah di negeri kita bisa diatasi dengan teknik sederhana yang saya sebut Teknik Uripto”— supaya ringkas: ”Teknik Urip”. Ini teknik yang bisa dilahirkan sendiri oleh masyarakat, tak perlu investasi besar—cukup pikiran inovatif, kreatif, dan mandiri, serta keberanian untuk mencoba, seperti dicontohkan oleh Pak Uripto. Pak Uripto, you’ve set up a great role model!
— Ulil Abshar Abdalla, Aktivis Dialog Antaragama
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotocopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. (sesuai Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 49 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2002) Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau men足 jual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Yayasan Oikoumene
Imprint BPK Gunung Mulia Jl. Kwitang 22-23 Jakarta 10420
Imprint BPK Gunung Mulia
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan Copyright © 2012 oleh Yayasan Oikoumene Diterbitkan oleh Penerbit Libri PT BPK Gunung Mulia Jl. Kwitang 22–23, Jakarta 10420 E-mail: publishing@bpkgm.com Website: www.bpkgm.com Anggota IKAPI Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang Cetakan ke-1: 2013 Editor : Staf Redaksi BPK Gunung Mulia Setter : Staf Redaksi BPK Gunung Mulia Desain Sampul : Staf Redaksi BPK Gunung Mulia Katalog dalam terbitan (KDT) Yayasan Oikoumene Menambah penghasilan berkat kolam tadah hujan/ oleh Yayasan Oikoumene. – Cet. 1. – Jakarta : Penerbit Libri, 2013. viii, 64 hlm. ; 21 cm. 1. Keterampilan. I. Oikoumene, Yayasan. II. Judul. 639.31 ISBN 978-979-687-xxx-x
daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................ vii Ide ”Gila”: Menampung Air Hujan untuk Meningkatkan Penghasilan Rakyat.................................... 1 Mewujudkan Kolam Kehidupan di Gunungkidul................ 7 Cara Membuat Kolam Tadah Hujan........................................ 11 Budi Daya Ikan di Kolam Tadah Hujan.................................. 17 Pola Kemandirian....................................................................... 25 Analisis Usaha............................................................................. 29 Impian yang Terwujud.............................................................. 33 Kesaksian Pemilik Kolam.......................................................... 37 Menghidupkan yang Mati–Konsep Tadah Hujan bagi Telaga-Telaga di Gunungkidul.................................. 49 Lampiran 1: ldpe dalam Pembuatan Kolam Penampungan Air Hujan dalam Pertanian dan Peternakan Rumah-Tangga (Homestead Farming) secara Terpadu (Integrated).................................................. 56 Lampiran 2: Menggali Nilai Tambah dari Kekeringan......... 59 Daftar Pustaka............................................................................. 63
v
Kata Pengantar
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, atas tersusun nya buku berjudul Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan yang diterbitkan oleh Yayasan Oikoumene dan Libri. Buku ini merupakan kompilasi dari proses awal langkah yang penulis dan rekan-rekan lakukan serta pengalaman pen duduk yang telah memanfaatkan kolam tadah hujan di Gu nungkidul, wilayah yang dikenal sebagai daerah kering dan tandus di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada umumnya, kemiskinan di daerah tandus terjadi karena kekeringan. Penduduk di wilayah itu hanya dapat bertani atau bercocok tanam selama musim hujan. Kelangkaan air selama musim kemarau karena mengeringnya sumber-sumber air membuat petani tidak bisa bercocok tanam. Akibatnya, mereka hanya bisa panen paling banyak dua kali dalam setahun. Namun, dengan adanya kolam tadah hujan, petani bisa menambah satu kali panen dalam satu tahun. Pengalaman Bapak Budi Darmawan, pemilik kebun buah di Kendal, Jawa Tengah, dan pengamatan pada penampungan air hujan di area golf di Magelang, telah menerbitkan inspirasi untuk membuat kolam tadah hujan di wilayah Gunungkidul yang kering. Kami berharap buku ini dapat bermanfaat, menginspirasi masyarakat, serta dapat menjadi contoh bagi daerah kering lainnya di Indonesia. Melalui kolam tadah hujan dan usaha vii
yang baik, kami percaya langkah yang dilakukan akan dapat meningkatkan gizi dan memberi tambahan penghasilan bagi masyarakat. Bahkan para petani yang telah berhasil mendapatkan nilai tam足bah dari membuat kolam tadah hujan di area Gunungkidul sa足ngat terbuka untuk membantu saudara-saudara dari daerah lain untuk membuat kolam yang sama. Dampak positif lain dengan adanya air hujan yang ditam足 pung, petani dapat menambah kesibukan bertani pada musim kemarau, sehingga tidak perlu masuk kota mencari nafkah. Dengan demikian, problem urbanisasi dapat berkurang. Kiranya Tuhan memberkati segala upaya dan kerja yang di足lakukan anak bangsa. Jakarta, Desember 2012 Uripto Widjaja
viii
Ide ”Gila” Menampung Air Hujan untuk Meningkatkan Penghasilan Rakyat
A
ir…, air…, air! Ada air ada kehidupan: pertanian, peter nakan, perikanan, dan banyak lagi. Air adalah asal-muasal kemakmuran maupun modal dasar kesejahteraan manusia. Pertanian perlu air. Pohon hanya bisa tumbuh jika tersedia air yang cukup. Beternak pun perlu air jika manusia tidak ingin ternak mati kehausan. Demikian juga memelihara ikan. Tidak terbayangkan ada kolam ikan tanpa air. Kesejahteraan umat manusia bergantung pada air. Hal pertama yang ditilik antariksawan ketika berburu planet bagi kemungkinan membangun koloni baru manusia di luar angkasa adalah ketersediaan air di planet tersebut. Tuhan menyediakan air berlimpah di Bumi ini: air laut, air sungai, air hujan, dan lain-lain. Manusia hanya perlu mengatur, mengurus, dan mengelolanya dengan benar, sehingga karunia Ilahi itu menjadi berkat. *** Saat bermain golf di Gunung Geulis, mata Uripto Widjaja, pemilik PT Galva, sebuah perusahaan elektronika terkemuka di Indonesia, tertumbuk pada sebuah danau buatan di atas bukit. 1
Aneh. Sudah beberapa kali ia bermain golf di tempat itu dan belum pernah menemukan danau tersebut kering, bahkan pada musim kemarau sekalipun. Memperhatikan dengan sungguhsungguh, ia menemukan bahwa air danau itu tidak pernah kering karena dasar dan pinggirannya dilapisi plastik. Luas danau itu kira-kira 1.000 meter persegi. Bagian dasar dan pinggirannya dilapisi lembaran plastik geomembran. Curah hujan sepanjang tahun tertampung di kolam itu, tidak pernah pergi dan berkurang. Dari sana, air kemudian dialirkan untuk memenuhi kolam-kolam di seluruh padang golf. Uripto tersentak karena teringat pada pemandangan sama yang juga pernah ia jumpai di padang golf Borobudur, Mage lang. Kiat itu pasti sudah teruji, karena diterapkan di banyak tempat. Apakah itu hanya berguna mengairi padang golf? Tidak adakah tempat lain yang cocok menerima aplikasinya dan bahkan menghasilkan kegunaan yang lebih banyak? Ia kemudian menerima kabar lain tentang Bapak Budi Darmawan di Kendal, Jawa Tengah, yang membuat kolam tadah hujan berlapiskan plastik seluas 7.000 meter kubik untuk mengairi kebun buahnya yang luasnya 200 hektar maupun ratusan hektar kebun penduduk di sekitarnya pada musim kemarau. Mata Uripto sulit terpejam. Terbayang jika kiat serupa dite rapkan di perkebunan atau persawahan yang terletak di ka wasan miskin air. Ya Tuhan, para petani itu pasti akan bersorak penuh sukacita karena tak ada lagi hambatan yang diakibatkan musim kemarau. Kolam yang dibangun akan menampung curah hujan dalam setahun dan siap mengalirkannya untuk mengairi sawah saat hujan tak turun dan sumber air mengering pada musim kemarau. Jumlah panen, sedikitnya, bisa bertam
2
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
bah sekali dalam setahun. Itu peningkatan yang setara dengan 50 persen dari hasil panen per tahun pada masa sebelumnya. Uripto kemudian mengajak beberapa rekan untuk segera melakukan percobaan: membuat kolam tadah hujan dengan sangat sederhana di sekitar rumah. Mereka membeli plastik geomembran dalam ukuran serupa untuk melapisi kolam yang masing-masing berukuran kira-kira 10 x 10 meter di kawasan pabrik Uripto di Cimanggis, Bogor. Kolam tersebut kemudi an mereka isi dengan air sumur. Hasilnya cukup memuaskan, tidak bocor sama sekali. Timbul ide kreatif untuk memanfaatkan keberadaan air di kolam tersebut dengan beternak udang galah dan ikan mas. Ha silnya mengejutkan, karena ternyata lumayan bagus. Namun, di kemudian hari, mereka menghentikan kegiatan beternak udang galah karena sulit untuk mendapatkan bibit yang baik. Mereka kemudian menggantinya dengan ikan nila. Percobaan di Cimanggis membuat Uripto yakin bahwa teknologi kolam tadah hujan itu akan menemukan daya ubah yang luar biasa jika ia punya nyali menerapkannya di kawasan yang memiliki kekeringan ekstrem. Dalam ingatan orang tua seperti Uripto, tidak ada kawasan lain di Indonesia yang memi liki ”kemasyhuran” karena kekeringannya melebihi apa yang dimiliki kawasan Gunungkidul. Ke sanalah ingatannya tertuju. Ke sana pula damba dan gairah sang pengusaha berpacu. *** Gunungkidul adalah daerah perbukitan kapur, suatu daerah yang minim air di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketika mu sim hujan datang, air hujan segera terserap tanah dan hanya sedikit yang menjadi air tanah. Musim hujan di Gunungkidul
Ide ”Gila” Menampung Air Hujan ...
3
berlangsung enam bulan, dengan curah hujan yang relatif sedikit. Menurut data potensi daerah yang dikeluarkan oleh Uni versitas Gadjah Mada Yogyakarta (potensidaerah.ugm.ac.id), curah hujan di Gunungkidul hanya kurang dari 1.750 mm per tahun, dibandingkan dengan Kabupaten Sleman yang men capai 2.500–3.000 mm per tahun. Akibatnya, Gunungkidul menjadi daerah yang tandus, kering, dan gersang. Pada musim kemarau, sumber-sumber air, seperti waduk, mengering. Waduk di desa Kemadang, contohnya, pada saat memasuki musim kering 2012 telah mengering sejak beberapa bulan sebelumnya. Padahal, menurut Christiono Riyadi dari Kemadang, waduk di desanya tidak pernah kering sebelum peristiwa gempa bumi 2006 yang melanda sebagian Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Baru sejak peristiwa gempa bumi itu, waduk mengering pada musim kemarau. Untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan seharihari, sebagian dari warga harus membeli air dari mobil tangki air. Untuk satu mobil tangki air berkapasitas 5.000 liter, warga harus rela mengeluarkan uang Rp100.000. Air satu tangki itu hanya cukup untuk satu minggu. Jadi, bisa dihitung, untuk ke butuhan air selama satu bulan saja, warga harus mengeluarkan biaya sebesar Rp320.000–Rp400.000. Di tengah kesulitan dan kelangkaan air, ide Uripto untuk memelihara ikan di kolam adalah sesuatu yang janggal, kalau tidak mau dikatakan ”gila”. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari saja sulit, apalagi harus menyiapkan air untuk ko lam ikan? Namun, itulah yang diungkapkannya di sebuah per temuan di lapangan golf Borobudur di Magelang yang berjarak 60–70 km dari Gunungkidul. 4
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Sebagai ketua Yayasan Oikoumene, sebuah organisasi sosial nirlaba, Uripto memiliki tangan-tangan yang mampu men jangkau orang di berbagai wilayah Indonesia. Melalui rekannya yang bernama Bambang Herdiono, Uripto mengundang dua tokoh masyarakat dari Gunungkidul, Yusak Sumardiko dari Desa Paliyan dan Christiono Riyadi dari Desa Kamadang, untuk menikmati jamuan makan siang di lapangan golf Borobudur, Magelang. Sungguh acara makan siang yang menyenangkan, terutama karena Uripto dan rekan-rekannya berkesempatan mendengar beberapa kisah menggetarkan dari kedua kawan yang hidup di sebuah kawasan yang lumayan sulit jika dite ropong melalui lensa ekonomi. Seusai jamuan yang menyenangkan itu, Uripto mengajak kedua orang tamunya itu mengelingi padang golf, dengan tak lupa memperlihatkan kolam-kolam di sana yang airnya tak pernah kering sepanjang tahun. Dalam jamuan makan siang, ia kemudian melontarkan idenya tentang sebuah kolam dengan dasar dilapisi plastik yang bisa diterapkan di Gunungkidul seba gai kolam ikan. Bisa dimaklumi kalau Yusak, sebagai seorang warga Gunungkidul, menganggap ide membuat kolam plastik untuk ikan di daerah yang sulit air itu sebagai ide ”gila”! Namun Uripto tidak patah semangat. Pengusaha senior itu kemudian menyelipkan cerita tentang apa yang sudah dilaku kannya bersama beberapa rekan lain dengan 10 kolam seru pa di kawasan Cimanggis dan bagaimana senangnya ia meli hat ikan mas berkecipak di sana. Uripto tak bisa melupakan pendar-pendar di mata kedua kawan barunya itu. Tidak perlu menunggu lama, Uripto menyampaikan pertanyaan kunci: bagaimana jika mereka melakukan hal serupa di kawasan Gu nungkidul? Ide ”Gila” Menampung Air Hujan ...
5
Dengan bersemangat, Uripto menyatakan bersedia menye diakan bahan plastik yang dibutuhkan berikut lemnya. Jika usaha ini berhasil dijalankan di Gunungkidul, penghasilan masyarakat setempat akan meningkat dengan nyata. Mereka kemudian dapat menjadikan penerapan di kawasan itu seba gai success model untuk dicontoh banyak daerah kering lain di negeri ini. Bagi peminat yang mampu, lanjut Uripto, diharapkan mereka dapat membiayai sendiri pengadaan plastik berikut perekatnya. Para pionir ini sepakat bahwa pada pelaksanaan nya nanti, perbedaan latar belakang agama dan golongan harus nyata-nyata dikesampingkan. Hari-hari berikutnya mereka tenggelam dalam kesibukan masing-masing sehingga Uripto cukup terkejut ketika sepe kan setelah pertemuan tersebut, Yusak dan Christiono mengi rimkan kabar bahwa ada lebih dari sepuluh orang yang ingin ikut serta melaksanakan program itu. Namun, mereka tidak memiliki kesanggupan finansial untuk memenuhi pengadaan bahan-bahan yang diperlukan. Tak tunggu lama, Uripto kemu dian mengirimkan 10 rol plastik geomembran, masing-masing berukuran 50 x 1,20 meter, dan dua kaleng lem plastik, dengan isi masing-masing seberat 5 kg. ***
6
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Mewujudkan Kolam Kehidupan di Gunungkidul
B
agi masyarakat Gunungkidul yang tinggal di daerah ger sang, air menjadi barang yang sangat berharga. Apa pun dapat diupayakan jika memiliki air, tetapi dari mana air di peroleh? Kebutuhan air untuk masyarakat yang disediakan peme rintah daerah (PDAM) belum mencukupi. Program peme
7
rintah dengan pengeboran sungai bawah tanah juga belum menjangkau seluruh wilayah. Cara yang paling mudah didapat masyarakat dan yang murah harganya adalah air hujan. Jadi, menampung air hujan sebanyak mungkin menjadi kebiasaan dari masyarakat Gunungkidul. Penampungan air hujan yang biasa dipakai masyarakat adalah bak permanen yang terbuat dari semen. Setelah diajak Uripto melihat kolam buatan di sebuah pa dang golf di Magelang, Yusak dan Christiono memperbincang kan kemungkinan membuat penampungan air hujan dari plastik. Bagi keduanya, hal itu seperti main-main saja. Mereka masih bertanya-tanya setelah mendengar bahwa penampungan itu nantinya tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga untuk menambah pendapatan petani di musim kemarau. Namun, sekalipun agak aneh dan asing, karena tidak biasa, kedua tokoh masyarakat Gunungkidul tersebut tetap menerima gagasan itu. Prinsipnya: ada baiknya ide baru dicoba.
Uji Coba Sebagai langkah awal, Yusak dan Christiono membuat penam pungan atau kolam berukuran 5 x 5 x 1,5 meter. Lubang kolam digali sesuai ukuran. Plastik geomembran yang dikirimkan oleh Uripto dipotong dan disambung-sambung dengan lem khusus menjadi lembaran yang sesuai ukuran. Lalu, mereka menyambung plastik dengan panjang 8,5 m sebanyak 8 lembar. Kolam yang sudah digali terlebih dahulu dialasi dengan sekam, mengingat tanahnya berbatu tajam. Hal itu dilakukan untuk mencegah agar plastik tidak berlubang/bocor karena terkena batu kerikil. Setelah semua siap, plastik dihamparkan dan di
8
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
masukkan untuk melapisi kolam. Bagian atas pinggir kolam ditutupi dengan tanah agar plastik tidak melipat turun. Cara itu cukup sederhana. Biayanya relatif murah diban dingkan dengan membuat bak penampungan dari semen. Begitu kolam selesai, atas berkat Tuhan, hujan pun langsung turun. Dalam waktu singkat, air kolam penuh. Namun, apa yang dikhawatirkan Yusak dan Christiono terjadi. Air kolam yang tadinya penuh menjadi berkurang dan terus berkurang. Ada apa gerangan? Mereka segera memeriksa. Ternyata, ada bagian yang bocor. Penyebabnya mungkin ada dua. Pertama, pada dinding kolam tanah masih terdapat kerikil-kerikil pecahan batu yang tajam. Ketika tertekan air, pecahan batu menusuk plastik, menimbulkan lubang kecil di sana-sini. Lubang-lubang itu sedikit banyak berpengaruh terhadap isi kolam sehingga air berkurang. Kedua, dasar kolam yang dilapisi sekam ternyata berdam pak terjadinya fermentasi pada sekam yang masih mengandung unsur-unsur tertentu (bekatul dan menir), sehingga ketika ter tutup plastik, bagian bawahnya lembap, lalu terjadi proses fer mentasi. Demikian pula akibat dari proses pemasangan plastik yang masih meninggalkan udara di bawah permukaan plastik. Udara yang ada di bawah plastik menimbulkan keluarnya gas dan plastik menjadi mengembang, bahkan bisa meledak. Akibat ledakan itu, plastik menjadi pecah sehingga air pun keluar. Banyak pertanyaan muncul dari warga Gunungkidul saat Yusak dan Christiono membuat kolam pertama. Untuk apa ko lam sebesar itu? Keduanya menjawab untuk menampung air hujan. Masyarakat masih penasaran juga, sehingga Yusak dan Christiono kemudian menceritakan kolam itu adalah kolam penampungan air hujan yang dapat dipakai untuk kebutuhan Mewujudkan Kolam Kehidupan di Gunungkidul
9
sehari-hari, untuk menyiram tanaman, atau untuk memelihara ikan. Mendengar penjelasan tersebut, banyak warga yang ter tarik membuatnya. Akhirnya, dari kolam yang tadinya hanya satu buah di Paliyan, kini sudah berkembang menjadi puluh an kolam. Bahkan saat ini di wilayah kediaman Yusak dan Christiono sudah ada ratusan kolam penampungan air hujan.
10
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Cara Membuat Kolam Tadah Hujan
Bahan dan Alat yang Diperlukan 1. Plastik geomembran (daÂlam bentuk guÂlungan/rol). 2. Lem (khusus plastik). 3. Minyak tanah/bensin. 4. Meteran. 5. Gunting. 6. Kain lap. 7. Kayu/besi/cetok untuk meratakan lem. 8. Cangkul/perlengkapan penggalian tanah.
Memilih Lokasi ď ˇ Pilih lokasi untuk pembuatan kolam penampungan air hujan, yaitu lahan yang tidak produktif untuk pertanian. 11
Lokasi juga dipilih dengan mempertimbangkan tempat yang memungkinkan air hujan dapat masuk dengan mudah ke dalamnya atau dialirkan ke dalamnya. Kondisi lokasi akan menentukan ukuran kolam yang akan dibuat.
Menggali Kolam Galilah kolam sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Usahak an dinding kolam tanah tersebut tidak tegak lurus tetapi agak miring 80 derajat. Rapikan sisinya. Pastikan dinding dan lantai kolam be bas dari serpihan batu atau akar pohon, karena serpihan batu dan akar bisa merusak plastik.
1
2
Kemudian lapisi lantai kolam 3 dengan sekam tipis saja, ku rang lebih 1 cm, untuk me ngurangi terjadinya risiko tertusuk sisa serpihan batu. Dinding kolam dipadatkan dengan tetap memperhati kan keamanan. Bersihkan batu dan akar-akar yang akan mengganggu. Akan lebih aman jika dinding terlebih dahulu dilapisi dengan karung/bagor/kantong plastik.
12
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Menghitung Kebutuhan Bahan Setelah lokasi ditentukan dan dibuat lubang galian atau pena taan modifikasi sedemikian rupa, panjang, lebar dan kedalam an kolam dapat diketahui.
Memotong dan Menyambung Plastik Untuk mengelem plastik, buatlah sambungan selebar 10 cm agar lebih kuat. Caranya adalah potong plastik sepanjang kebutuhan: ukuran T/D x 2 + L + 2 x 30 cm (tinggi/dalam x 2 + lebar/panjang kolam + 2 x 30 cm untuk lipatan di bibir kolam sebagai pengunci). Plastik yang sudah dipotong dihamparkan di atas tanah/lantai yang rata. Sedikit demi sedikit, tuangkan lem kurang lebih sepanjang 30 cm. Ratakan dan tempelkan plastik lainnya yang masih dalam bentuk gulungan, digelundungkan dan digosok dengan kain supaya halus tidak terlipat. Demiki an seterusnya sampai selesai, kemudian dipotong rata. Setelah selesai, biarkan beberapa saat. Baru setelah itu lipat plastik de ngan hati-hati. 1. Siapkan tempat yang rata dan luas untuk pengeleman/ penyambungan. Jika tidak ada tempat yang rata dan luas, yang penting dialasi dengan papan yang rata. 2. Potong plastik sesuai dengan kebutuhan. 1
2
Cara Membuat Kolam Tadah Hujan
13
3. Tuangkan lem kurang lebih sepanjang 30 cm. Lalu rata kan dengan lebar sambungan antara 10–15 cm. 4. Rekatkan plastik segera sete lah lem diratakan, jangan me nunggu kering. 5. Tekan dan ratakan sambung an dengan kain supaya hasil sambungan lebih kuat dan rapi. 6. Lakukan terus penyambung an hingga sambungan sele sai. Jangan berhenti sebelum selesai satu lembar.
3
4
5
7. Ulangi terus hingga sesuai dengan ukuran yang diper lukan. 8. Bersihkan lem yang tercecer dengan kain dan minyak/ben sin. Diamkan hasil penyam bungan minimal satu jam su paya sambungan benar-benar menyatu, lalu dilipat untuk menghindari sambungan le pas. Baru kemudian siap di pasang. Akan lebih baik jika dibiarkan agak lama, sehingga sambungan akan makin kuat.
14
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
6
7
Memasang Plastik Memasang plastik pada kolam sebaiknya dilakukan oleh lebih dari empat orang. Caranya, dua orang masing-masing me megang ujung yang sebelah dan dua orang lagi melakukan hal serupa di sisi lainnya. Buka perlahan-lahan lipatan plastik dan dimasukkan ke dalam kolam. Hindarilah menginjak plastik. Jadi, usahakan jangan ada yang masuk ke dalam kolam. Agar plastik menempel rata maka perlu ditekan perlahanlahan dengan penekan bambu/kayu berbentuk T, sehingga plastik akan turun menempel rata di dinding dan lantai kolam. Usahakan jangan ada permukaan yang terlipat karena lipatan akan berdampak pada munculnya rongga yang dapat diisi gas, yang akan menimbulkan gelembung udara sehingga plastik akan pecah. Setelah plastik terpasang, tahap akhir adalah penguncian bibir kolam dengan sisa plastik 25–30 cm tadi. Setelah itu, tutup dengan tanah dan padatkan. 1. Hamparkan plastik di atas ko lam yang sudah digali dengan hati-hati. 2. Rapikan dan pastikan bahwa semua tertata dengan baik, ti dak ada yang terlipat. 3. Kuatkan bagian bibir atas de ngan tanah. 4. Segera isi kolam dengan air. Teliti dengan baik ada atau ti daknya kebocoran. Jika terjadi kebocoran, dapat ditambal dengan mengelem kembali. Syarat menambal, plastik yang akan dilem tersebut harus dikeringkan dulu. Cara Membuat Kolam Tadah Hujan
15
Mengisi Air Kolam Berikut ini adalah tiga cara mengisi air ke kolam, yang dise suaikan dengan kondisi masing-masing. 1. Mengandalkan air hujan. 2. Membuat saluran air, sehingga ketika hujan air dari tanah dapat masuk. Untuk itu, kolam dibuat lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya sehingga semua air akan masuk. 3. Membuat talang dari rumah-rumah yang dialirkan ke dalam kolam.
16
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Budi Daya Ikan di Kolam Tadah Hujan
Mengenal Plastik Geomembran Geomembran adalah ma terial sintetis dari plastik atau karet berupa lembar an-lembaran polimeric con tinuous flexible (dari material thermoplastic dan thermoset) yang dibuat dengan reaksi kimia (polimerisasi) sehing ga menjadi ”kedap air”. Material ini termasuk golongan impermeable geosintetik, yang umumnya terbuat dari HDPE (High Density Polyethylene)— sejenis polymer dengan ketebalan rata-rata 1 mm atau lebih. Geomembran berwujud plastik warna hitam. Geomembran sendiri memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut. 1. Tahan terhadap korosi, minyak, asam, dan panas tinggi. 2. Tahan terhadap elongasi/kemuluran akibat deformasi tanah dasar. 3. Tahan terhadap retak/pecah dan anti-UV. 4. Indeks leleh yang relatif tinggi. 17
5. Dapat dikombinasikan dengan berbagai desain struktur. 6. Dapat bertahan puluhan tahun. Sekalipun demikian, geomembran juga rentan terhadap ke rusakan fisik akibat penetrasi benda tajam, seperti batu/ke rikil, api, dan kesalahan instalasi/perawatan akibat alat berat. Kerusakan ini dapat menimbulkan lubang atau sobek pada bagian-bagian tertentu. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan pelindung yang sesuai. Geomembran banyak digunakan untuk menampung cair an, menggantikan fungsi beton untuk penampungan air, dan melindungi tanah dari polusi air limbah—di mana kemudi an air limbah tersebut dialirkan ke IPAL. Selain itu, material ini juga sudah mulai banyak digunakan di kolam-kolam pe nampung air, seperti Fire Hidran, Kolam Balong Pertamina, Spillway, waduk, embung,TPA sampah, tambak ikan/udang, dan sebagainya. Geomembran memiliki ukuran ketebalan yang berbedabeda, yaitu 0,5 mm; 0,75 mm; 1 mm; 1,5 mm; 2 mm; dan 2,5 mm. Harga geomembran cukup tinggi. Pada saat ini, geomembran merupakan barang impor yang didatangkan dari Thailand.
Memelihara Ikan Lele Mengenal Ikan Lele Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tu buh memanjang dan kulit licin tak bersisik. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan em pat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk 18
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasÂan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Konon, patil ini tidak hanya tajam tetapi juga beraÂcun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkeÂna patil tersebut. Lele hidup di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah yang tergenang air. Bahkan, lele bisa hiÂdup pada air yang tercemar, misalnya di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanÂan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berÂlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Lele adalah ikan budi daya air tawar yang sangat populer di Indonesia. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Ikan ini juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah, dan lain-lain. Selain untuk konsumsi, lele juga dikembangbiakkan di Indonesia untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Sering kali, ikan ini ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempattempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok berarti: lele dipelihara dalam air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya. Ikan lele yang dipelihara di sawah juga bermanfaat un tuk memÂÂberantas hama padi berupa serangga air, karena me Budi Daya Ikan di Kolam Tadah Hujan
19
rupakan salah satu makanan alami ikan lele. Selain itu, ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias. Dari sisi budi daya, lele sendiri relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Di Indonesia, ada enam jenis lele yang biasa dikem bangkan, yaitu sebagai berikut. 1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan ka lang (Sumatra Barat), ikan maut (Sumatra Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). 2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat), kalang putih (Padang). 3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatra Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatra Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatra Barat), ikan penang (Kalimantan Timur). 6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo (lele domba), king catfish, berasal dari Afrika.
Mempersiapkan Kolam Ikan 1. Siapkan kolam yang ukurannya sesuai dengan kondisi lahan. 2. Isi kolam dengan air, dengan tinggi kurang lebih 50 cm. 3. Biarkan beberapa hari. 4. Tabur pupuk pada kolam dengan kotoran cacing secara merata, kemudian siram dengan tetes tebu yang sudah di encerkan, dengan perbandingan 5 cc/10 liter air.
20
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
5. Biarkan selama satu minggu. Jika tumbuh plankton (hewan dan tumbuhan), artinya kolam siap untuk ditaburi benih. 6. Pilihlah benih yang sehat. Hindari risiko kematian di jalan akibat pengangkutan. Berdasarkan pengalaman, dari 1.000 ekor benih yang sehat biasanya hanya empat yang mati. 7. Selama 1–2 hari pertama, benih cukup diberikan plankton yang sudah tersedia di kolam. Pakan pelet tidak perlu ditam bahkan. 8. Umur tiga hari dan seterusnya, benih dapat diberikan pelet. Jika memungkinkan, ketersediaan pakan alami akan lebih baik. Jumlah pakan kira-kira 3% dari berat ikan. 9. Pemberian pakan harus ajek setiap hari, dengan frekuensi tiga kali (pukul 6, 12, 18). 10. Pakan alami dari luar yang dapat diberikan adalah bekicot, belatung, dan cacing. Pakan ini dapat diusahakan sendiri. 11. Untuk mengurangi bau, perlu dilakukan penebaran kotoran cacing dan penyiraman dengan tetes tebu secara merata de ngan dosis seperti pemupukan, setiap satu minggu sekali. 12. Setelah berumur 70–80 hari, ikan sudah siap dipanen. Ikan dipilih berdasarkan ukuran layak konsumsi. Ada pun yang beratnya belum ideal bisa dipanen pada tahap berikutnya.
Memelihara Ikan dengan Sistem Plankton 1. Isi kolam dengan air sampai memenuhi 2/3 kolam. 2. Taburi kolam dengan pupuk kandang (kalau ada kotoran cacing) dengan dosis minimal 1 kg/m2. 3. Siram kolam dengan larutan tetes tebu (molase) dengan dosis: setiap 10 m2 kolam disiram dengan 10 liter air larutan tetes tebu (10 liter air dicampur dengan 30 ml tetes tebu).
Budi Daya Ikan di Kolam Tadah Hujan
21
4. Tebarkan ke dalam kolam tersebut kutu air/plankton dan biarkan selama 15 hari supaya berkembang. 5. Kolam siap ditaburi benih ikan. Keuntungan atau kelebihan sistem ini adalah sebagai berikut. 1. Air kolam dapat dicek, apakah sudah siap atau belum de ngan memperhatikan perkembangan plankton/kutu air yang ditaburi. Jika plankton/kutu air selama 15 hari sudah berkembang memenuhi kolam berarti air kolam sudah siap ditebari benih ikan. 2. Air yang sudah siap dengan sistem plankton akan mengu rangi, bahkan menekan, angka kematian bibit ikan menjadi 2% saja. 3. Plankton yang berkembang otomatis menjadi sumber ma kanan alami ikan sehingga akan menghemat pemberian pakan pada awal pemeliharaan. 4. Jika pemupukan dan penyiraman kolam dengan larutan te tes tebu dilakukan seminggu sekali seperti pada tahap pe nyiapan kolam, maka hal ini akan menghemat pakan pelet dan mengurangi bau air kolam.
Memperoleh Belatung Salah satu upaya mengurangi penggunaan pelet adalah dengan mencari alternatif pakan tambahan. Namun, pakan tambahan itu juga harus berupa makanan yang mengandung kadar protein tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan ikan. Di lingkungan sekitar kita sering dijumpai sisa-sisa limbah dapur yang kalau dibuang sayang dan jika langsung diberikan kepada ikan kadar proteinnya masih rendah. Sisa limbah dapur itu perlu diubah
22
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
menjadi pakan ikan yang memiliki kadar protein tinggi dengan cara membuat makan itu menjadi belatung. Berikut ini adalah cara memperoleh belatung. 1. Kumpulkan sisa makanan/limbah dapur berupa ampas kelapa. 2. Campur ampas kelapa tadi dengan bekatul atau dedak halus dengan perbandingan kira-kira 2 ampas : 1 bekatul. Buat lah menjadi adonan tetapi tidak terlalu lembek dan tidak kering. Lebih baik jika adonan tadi dicampuri tetes tebu. 3. Alternatif: Buat campuran ampas kelapa dengan konsentrat bebek. Beri sedikit air sehingga nyemek (basah-basah ke ring). 4. Masukkan adonan itu ke dalam ember/wadah yang rapat dan tutup dengan strimin. Letakkan di tempat yang terlin dung dari panas dan hujan. Biarkan kurang lebih lima hari, maka adonan tadi sudah penuh dengan belatung. 5. Belatung tadi dapat dipanen (disaring dengan saringan) dan selanjutnya dapat diberikan kepada ikan.
Berburu Rayap Alternatif lain yang dapat dilakukan dalam rangka menekan biaya pakan dalam pemeliharaan ikan adalah dengan memberi makanan berupa rayap. Lalu, bagaimana cara mendapatkan rayap? Berikut cara mudah untuk mendapatkan rayap. 1. Siapkan bumbung (bambu yang dipotong kedua ruasnya). 2. Isi bumbung bambu itu dengan rumput kering atau sabut kelapa. 3. Siram lubang bambu itu dengan air sehingga menjadi lem bap.
Budi Daya Ikan di Kolam Tadah Hujan
23
4. Selanjutnya, taruhlah bambu-bambu itu pada pangkal pohon (pohon jati) dan biarkan 5–7 hari. 5. Setelah 5–7 hari, pastikan bahwa bambu itu sudah dipenuhi dengan rayap. Keluarkan rayap dan dapat berikan kepada ikan sebagai makanan tambahan.
24
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Pola Kemandirian
P
ertanian yang berkelanjutan merupakan salah satu contoh kemandirian. Di sana ada ketersediaan tenaga kerja diri sendiri. Pupuk dari kandang, pakan ternak yang berasal dari tanaman yang ditanam. Pakan ikan dari hasil pertanian dan kotoran kandang. Setiap keluarga memiliki lahan, entah sempit atau luas. Da ri lahan tersebut ada sebagian lahan yang tidak produktif, te tapi ada pula yang produktif. Untuk lahan yang tidak produk tif dapat dipakai sebagai kandang dan kolam ikan. Adapun lahan yang produktif dapat ditanami sayuran serta tanaman lainnya. Kandang dapat menghasilkan pupuk untuk tanaman. Kan dang juga dapat menghasilkan pupuk untuk memupuk kolam ikan sebelum ditaburi benih.
Pemanfaatan Kolam, Kandang dan Tanaman Pada umumnya, masyarakat mengenal perpaduan kolam dengan kandang, yaitu memelihara ikan dalam kolam dan di atasnya didirikan kandang ayam. Itu merupakan sebuah kombinasi yang menguntungkan karena satu lokasi atau tempat yang sama dapat menghasilkan dua hasil sekaligus. Namun ada ide yang patut dikembangkan seperti yang sudah dilakukan oleh Yusak di Gunungkidul, yaitu perpaduan 25
antara kolam, kandang, dan tanaman. Sistemnya hampir sama dengan pertanian pada umumnya, hanya saja pengaturan dan penempatannya yang berbeda. Kalau selama ini di atas kolam dibuatkan kandang, hal yang dilakukan oleh Yusak adalah di atas kolam dibuatkan kandang dan di atas kandang ditanami sayur-sayuran dengan menggunakan polybag (pot) sebagai atapnya. Tentu saja kandang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dimodifikasi dan tidak perlu menggunakan atap lagi.
Berkebun di Lahan Sempit Untuk memulai sebuah karya yang kreatif diperlukan kebe ranian dan kemauan. Pengalaman ini sudah dicoba oleh Yusak. Menyadari tempat tinggalnya Gunungkidul hanya memiliki lahan terbatas, bahkan lahan berbatu, keadaan ini mengin spirasinya untuk membuat sebuah karya kreatif, berkebun dengan cara vertikal. Keuntungan dari berkebun dengan cara vertikal adalah men jadikan lahan yang sempit menjadi efektif dan terkesan luas, menghemat penggunaan air, tanaman lebih bersih dan teratur dan dapat menjadi hiasan yang indah dipandang mata. Berikut adalah cara pembuatannya. 1. Siapkan pot dengan ukuran 30 cm dan batang pipa PVC sepanjang 150 cm, serta selang air sepanjang 150 cm. 2. Isi pot dengan batu kerikil atau pecahan batu bata sebanyak 1/3 bagian bawah. 3. Tancapkan pipa PVC tadi ke dalam pot dan isi dengan cam puran tanah dan pupuk serta pasir (1:1:1). Sekeliling pipa tadi dipadatkan sehingga pipa dapat berdiri dengan tegak. 4. Sambil mengisi pipa PVC dengan campuran media di atas, masukkan selang air yang sudah dilubangi dengan jarum 26
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
pada sisi-sisinya, sambil ditimbun dengan tanah. Selang air berfungsi untuk menyiram tanaman dan memberikan pupuk sehingga dapat dirasakan merata oleh semua ta naman. 5. Lubangi pipa PVC tadi sedemikian rupa sehingga akan di peroleh lubang-lubang untuk tempat menaruh tanaman. 6. Tanami lubang pada sisi pipa tersebut dengan tanaman yang diinginkan (contohnya sawi).
Pola Kemandirian
27
Analisis Usaha
Analisis Usaha 1. Pendapatan Untuk kolam ukuran 2 x 5 x 0,5 m, kapasitas 1.000 ekor menghasilkan panenan 75–80 kg ikan. Harga jual per kilogram adalah Rp12.000. sehingga pendapat an setiap panen adalah Rp900.000–Rp960.000. Asumsinya, 10% untuk angka kematian atau dimakan pre dator, 10% tidak bisa bertumbuh normal/kerdil. 2. Waktu panen Waktu pemeliharaan dari benih ukuran 35 adalah antara 90–100 hari. 3. Biaya (untuk sekali pemeliharaan ikan lele 1.000 ekor) 1. beli bibit : Rp 95.000 2. pupuk kandang (20 kg) : Rp 20.000 3. tetes tebu (1 botol) : Rp 8.000 4. kotoran puyuh : Rp 30.000 5. pelet (pf 1.000) (1 kg) : Rp 12.500 6. pelet pertumbuhan i (1 sak) : Rp 214.000 7. pelet pertumbuhan ii (1 sak) : Rp 210.000 ________________________________________ biaya yang dikeluarkan : Rp 589.500
29
4. Analisis Usaha a. Modal Awal 1. gali kolam : Rp 125.000 2. sprayer : Rp 35.000 3. plastik untuk kolam hitungan harga jadi : Rp 150.000 ________________________________________________ total modal awal : Rp 310.000 b. Biaya Produksi Biaya tetap : penyusutan modal awal dihitung 20% : Rp 62.000
Biaya variabel : 1. bibit ikan : Rp 95.000 2. pupuk kandang : Rp 20.000 3. kotoran puyuh : Rp 30.000 4. tetes tebu : Rp 8.000 5. pakan/pelet : Rp 436.500 ________________________________________________ total biaya variabel : Rp 589.500 total biaya produksi (biaya tetap + variabel) : Rp 651.500
5. Penerimaan 1. dari 1.000 ekor menghasilkan 2. harga jual per kilogram 3. penerimaan
: 75–80 kg : Rp 12.000 : Rp 960.000
a. Keuntungan (penerimaan – biaya produksi) Rp960.000 – Rp651.500 = Rp308.500
30
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
b. Break event point/titik impas BEP (unit) = biaya produksi/harga jual = Rp651.500/Rp12.000 = 54,3 kg Kondisi disebut tidak untung dan tidak rugi jika pro duksinya 54,3 kg. Padahal, nyatanya produksi mencapai antara 75–80 kg yang berarti ada keuntungan. BEP (harga) = biaya produksi/ jumlah produk = Rp651.500/80 kg = Rp8.144 atau = Rp651.500/75 kg = Rp8.690 Kondisi disebut tidak untung atau tidak rugi jika harga jual Rp8.690. Padahal, harga jual antara Rp11.500–Rp12.000, yang berarti masih ada keuntungan.
Hasil Tanaman Selain ikan, tanaman yang ada di sekitar kolam juga mampu menopang kebutuhan keluarga. Setidaknya, adanya tanaman di sekitar kolam mampu mengurangi belanja keluarga 15 hari selama satu bulan. Jika satu hari belanja sayur-mayur Rp5.000, tanaman yang ditanam menghasilkan tambahan penghasilan Rp5.000 x 15 = Rp75.000.
Kesimpulan Kolam penampungan air hujan yang dikembangkan di Gu nungkidul sangat berarti dan sangat bermanfaat. Keberadaan Analisis Usaha
31
kolam memberikan nilai tambah terhadap penghasilan para petani. Nilai tambah itu antara lain membuat tanah yang tidak produktif menjadi produktif, memberikan tambahan peng hasilan, mengurangi belanja keluarga. Bahkan, jika diman faatkan dengan benar, setiap lahan 3 x 6 m (18 m2) dapat mem berikan hasil tambahan, yang jika dirupiahkan berkisar antara Rp1.620.000–Rp2.200.000.
32
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Impian yang Terwujud
P
ekan demi pekan yang berlalu kemudian justru menum buhkan perasaan harap-harap cemas. Apa yang sedang terjadi di sana? Cukup telitikah mereka menutup kolam dengan rapat sehingga tidak membiarkan adanya celah tersisa yang memungkinkan air melesat pergi? Selanjutnya, ikan apa yang mereka ternakkan di kolam-kolam itu? Berhasilkah? Sudah sebesar apa sekarang? Uripto tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sekaligus tidak mampu menanggung rasa penasar an lebih lama. Tepat sebulan setelah ke-10 rol plastik berikut perekat dikirimkan Uripto, kawasan Gunungkidul memasuki ujung musim penghujan. Saatnya untuk menyaksikan karya mereka dengan mata kepala Uripto sendiri. Di Desa Paliyan dua kolam berisi campuran air PAM dan air hujan ternyata sudah dibuat dengan rapi. Di beberapa tempat yang berada tak jauh dari kedua kolam tersebut sudah digali dan disiapkan beberapa calon kolam lain. Yang menggetarkan hati, di salah satu kolam diperlihatkan kepada Uripto ternak ikan lele, yang saat itu sudah berukuran sebesar jari tangan. Kolam tersebut rupanya juga mengairi sebidang tanah berisi tanaman sayuran caisim dan kangkung yang siap dipanen, di samping beberapa sayuran lain seperti cabai dan terong.
33
Di Desa Kamadang, baru selesai digali dua kolam yang be lum berisi air. Uripto dan rekan-rekan pionirnya kembali ke Jakarta dengan dada mengembang oleh harapan. *** Dua bulan berlalu. Uripto dan rekan-rekan pionir memutus kan kembali berkunjung dan tiba di Desa Paliyan pada saat jam makan siang. Tuan rumah mengajak mereka bersantap dengan hidangan yang dimasak penduduk setempat. Dada mereka terguncang ketika menatap apa yang tersaji di piring: lele goreng yang baru dipanen dari kolam tadah hujan! Melalui perbincangan sambil makan, mereka mendapat penjelasan bahwa dari kolam yang berukuran 5 x 5 x 1 meter dapat dipa nen ikan lele sejumlah 80 kg setelah melalui masa pemeliharaan tiga bulan dan berkemungkinan dijual dengan harga Rp11.000
34
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
per kilogram. Selain itu, ikan lele tersebut, ditambah sayurmayur hasil kebun yang dimungkinkan karena pengairan dari kolam tadah hujan, dapat menjadi penganan warga sehari-hari. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Pada pertengahan April 2011, dengan dada bergelora, Ya yasan Oikoumene kembali berkunjung ke Gunungkidul. Me nurut laporan, sudah dibuat 123 kolam yang sebagian besar sudah terisi air hujan. Ratusan ikan lele berkecipak di sana. Ada satu kolam yang agak besar, berukuran 20 x 5 x 1 m, berisi ratusan ikan nila siap panen. Saat makan siang, selain lele goreng yang memang sudah dibayangkan sejak dalam perjalanan, mereka disuguhi nila goreng. Itu makan siang paling nikmat. Beternak ikan nila ternyata lebih menguntungkan diban dingkan dengan ikan lele. Pertama, harga jual lebih mahal: ikan nila dihargai Rp14.000 per kg, sementara ikan lele hanya Rp11.000 per kg. Kedua, ikan nila bisa berkembang biak, ber telur, dan memelihara anak sendiri, sementara ikan lele kadang kala berkelahi dan membunuh keturunannya. Uripto dan rekan-rekan juga melihat ada 65 kolam baru yang sedang dipersiapkan. Jika semuanya selesai, jumlah kolam secara keseluruhan akan mencapai 180 buah. Sejak kolam-kolam tadah hujan tersebut hadir, masyarakat di sana tak lagi menemukan kesulitan dalam memenuhi ke butuhan lauk-pauk sehari-hari. Ikan dan sayur-mayur tersedia secara cuma-cuma. Pengeluaran untuk biaya dapur berkurang drastis hingga mencapai 70 persen. Tidak hanya itu, masingmasing keluarga memiliki penghasilan tambahan sebanyak Rp800.000 setiap empat bulan sekali dari panen lele. Belum lagi dari panen nila maupun sayur-mayur.
Impian yang Terwujud
35
Uripto dan rekan-rekan pionirnya lalu membayangkan la hirnya ribuan keluarga sejahtera di kawasan yang tadinya ter kenal karena kesengsaraan dan kemiskinan akibat kemarau panjang dan ketidaktersediaan air yang cukup bagi kebutuhan bercocok tanam. Kemiskinan dan kesejahteraan ternyata hanya dipisahkan oleh sebuah kolam tadah hujan berukuran 20 x 8 x 0,8 meter.
36
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Kesaksian Pemilik Kolam
S
ampai akhir Desember 2011, sudah ada puluhan pemilik kolam tadah hujan di wilayah Kecamatan Panggang, Pali yan, Playen, dan Patuk, di Gunungkidul, serta beberapa tempat lainnya di luar Gunungkidul. Berikut ini adalah kesaksian beberapa orang yang dapat dihimpun.
1. Yusak Sumardiko Saya tinggal di pastori, yang tidak memiliki lahan karena tempatnya dikelilingi sekolah. Hanya ada sedikit halaman di depan rumah dan sedikit halaman sekolah di samping rumah. Tanah itu juga tidak produktif karena tidak memiliki lapisan tanah. Yang ada hanya batu sehingga tidak dapat ditanami. Namun saya mencoba sesuatu yang lain. Ketika tanah berbatu itu disiasati dengan cara tertentu, pasti tanah itu akan mem berikan hasil. Jadi, saya membuat kolam dengan ukuran 5 x 1,7 m di atas lahan tadi. Adapun bibir kolam saya berikan polybag untuk menanam sayuran kangkung, sawi, cabai, dan terong. Demikian juga halaman depan saya tanami bunga-bunga dalam pot, sayuran pare, dan buah anggur. Jadi, dengan adanya penampungan air hujan, saya memiliki halaman yang hijau dengan tanaman bunga-bunga, pohon anggur dan pare, serta sayur-sayuran dalam polybag. Di samping itu, saya juga memiliki kolam ikan lele 1.000 ekor. 37
Pemanfaatan lahan tidak produktif menjadi kolam lele.
Terong dan anggur yang ditanam mulai berbuah.
38
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Pare berbuah dengan subur.
Memanen terong dan sawi di kebun sendiri, asyik sekali.
Kesaksian Pemilik Kolam
39
2. Sarjono Saya pensiunan pegawai, sekarang tinggal dengan istri karena anak dan cucu pergi merantau. Kemauan berkarya masih ada, tetapi secara fisik saya sudah tidak berdaya. Ketika melihat kolam di tempat Pak Yusak, saya tertarik dan ingin membuatnya. De ngan bantuan tetangga dan Pak Yusak, akhirnya saya memiliki dua kolam dengan ukuran 2,5 x 4 x 0,75 m dan 2,5 x 5 x 0,75 m. Kolam yang satu saya isi dengan ikan nila, dan yang satunya lagi ikan lele. Banyak manfaat yang saya peroleh dari kolamkolam itu. Selain untuk aktivitas olahraga/gerak badan saat memberi makan ikan pagi dan sore, juga sebagai hiburan di kala sepi karena tidak ada anak dan cucu di rumah. Kolam ini dapat menambah penghiburan bagi jiwa dan gizi bagi keluar ga, serta arena keakraban ketika anak cucu pulang ke rumah kami dan ramai-ramai memancing.
40
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
3. Andreas Suharto Saya seorang pegawai negeri sipil di puskesmas, tertarik untuk membuat kolam karena hobi memelihara ikan. Melihat lahan yang tidak produktif karena berada di bawah pohon jati dan mangga yang tidak mungkin dapat ditanami, saya memutuskan membuat kolam. Ukuran kolam 3,5 x 6 x 0,75 m dan saya isi dengan 2.000 ekor ikan. Air kolam juga dimanfaatkan untuk menyirami tanaman dalam polybag di tepi kolam. Ada banyak manfaat yang saya rasakan. Salah satunya bagi anak kedua saya yang bermasalah dengan kesehatan. Ia susah makan sehingga berat badannya di bawah standar. Sebagai pegawai puskesmas, saya malu karena anak saya tidak sehat, beratnya di bawah standar. Saya bersyukur, ketika iseng-iseng memancing di kolam sendiri, ternyata anak saya senang sekali dengan ikan lele. Sejak saat itu, begitu ia sulit makan, saya tidak Kesaksian Pemilik Kolam
41
bingung lagi sebab ia sangat menyukai ikan lele yang saya masak. Ia pun makan dengan lahap. Sekarang berat badan anak saya sudah normal. Sungguh saya merasakan besar manfaatnya kolam yang dibuat bagi keluarga kami. Selain memanfaatkan lahan tidur, kolam ini juga memperbaiki kesehatan keluarga.
Kolam ikan yang dikelilingi oleh tanaman dalam polybag.
4. Rehobot Saya pegawai negeri sipil yang bekerja di Puskesmas Paliyan. Hobi memancing bersama anak, saya rasakan bisa memboros kan uang. Ketika Pak Yusak menawari saya membuat kolam, saya tertarik. Pertimbangannya, lahan depan rumah, jika dita nami, tidak banyak menghasilkan karena ketika hujan menjadi tempat genangan air. Jadi, saya memutuskan membuat kolam dengan ukuran 3,5 x 6 x 0,75 m. Kolam ini saya isi dengan ikan 2.500 ekor. Lahan yang tadinya menjadi tempat genangan air di waktu hujan sekarang berubah menjadi kolam ikan. Meskipun 42
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
kadang hobi memancing di kolam dengan membayar sejumlah rupiah masih saya lakukan, setelah memiliki kolam sendiri. Hal ini berkurang ka足rena ada arena mancing beramai-ramai di kolam sendiri.
Ikan di kolam ini baru saja dipanen dengan dikuras. Airnya belum bisa penuh kembali karena mungkin ada yang bocor.
5. Ngadilah/Nano Saya Nano. Pekerjaan saya tukang las, sementara istri bekerja sebagai tenaga honorer di bagian tata usaha sebuah sekolah swasta. Kami memiliki satu anak. Rumah yang kami tempati masih me足numpang. Pada saat tragedi bencana alam gempa bumi, semua hancur. Kami tinggal di tempat yang sederhana. Ada kerinduan untuk bisa hidup mandiri sebagai pasangan keluarga muda. Ketika melihat prospek pembuatan kolam penampungan air hujan, kami tertarik. Puing-puing rumah sisa gempa kami buat
Kesaksian Pemilik Kolam
43
menjadi kolam ikan. Kami belum pernah panen karena masih tahap uji coba, walaupun tampaknya ada peluang. Orangtua kami berjualan, membuka warung makan. Setidaknya, nanti kami dapat menumpang berjualan ikan yang dipanen. Jadi, kami dapat memanfaatkan reruntuhan rumah akibat gempa menjadi kolam-kolam, yang mudah-mudahan dapat menambah penghasilan keluarga dan gizi bagi keluarga kami tercinta.
Memanfaatkan reruntuhan rumah menjadi kolam ikan.
6. Purwaningsih Saya ibu rumah tangga, baru saja ditinggal suami tercinta menghadap Tuhan. Tidak ada pekerjaan yang dapat saya lakukan karena berbagai keterbatasan. Anak saya dua orang, keduanya laki-laki. Yang satu merantau ke Jakarta dan yang satu lagi mencoba usaha bengkel motor. Keduanya belum me nikah. Untuk mengusir rasa sepi dan mencoba mencari peng hasilan sehingga tidak bergantung pada orang lain, saya men coba membuat kolam. Dengan bantuan Pak Yusak, saya dapat memiliki kolam dan memelihara 3.000 ekor ikan lele. Saya 44
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
belum tahu bagaimana nanti hasilnya, tetapi saya yakin, usa足ha yang kami lakukan akan diberkati Tuhan. Memang kami hanya punya lahan sempit di dekat rumah. Jika harus mencangkul dan menanam, saya tidak mampu. De足 ngan dibuatnya kolam, lahan yang selama ini menganggur itu mudah-mudahan dapat menghasilkan nilai tambah.
Memberi makan ikan di kolam.
7. Ibu Sri Dibyo Saya janda pensiunan, hidup dengan anak yang juga sudah menjanda. Kalau hidup sendiri tanpa aktivitas, sepertinya saya malah merasa tidak enak. Lahan kami dekat dengan ke足 bun jati milik tetangga. Jika ditanami, lahan itu tidak akan menghasilkan, karena kalah bersaing dengan pohon jati. Ketika jalan-jalan pagi dan mampir di pekarangan Pak Yusak, saya tertarik memanfaat足kan lahan di bawah kebun jati. Dengan
Kesaksian Pemilik Kolam
45
bantuan Pak Yusak dan Pak Sunardi, akhirnya saya memiliki dua kolam yang sudah terisi 4.000 ekor ikan lele. Manfaat kolam bagi saya, selain sebagai hiburan bagi orang tua dan memanfaatkan lahan tidak produktif, mudah-mudah足 an ini juga menjadi tambahan penghasilan bagi kami jika nanti panen ikan.
Ibu Sri Dibyo sedang memberi makan ikan peliharaannya.
8. Ngatiyo Saya seorang petani, memiliki lahan maupun ternak. Menurut cerita dan melihat dari tempat Pak Yusak, sebenarnya saya punya potensi yang besar. Ada lahan sempit dekat rumah dan kandang yang dapat dimanfaatkan daripada dibiarkan menganggur. Dari sanalah kami mencoba membuat kolam. Anak kami dua orang, yang satu masih SD dan yang satu korban PHK dari tempat kerjanya di Jakarta. Untuk memberikan semangat kepada anak, saya memberikannya kepercayaan untuk mencoba memelihara ikan lele dengan kolam plastik.
46
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Kotoran sapi dapat kami manfaatkan menjadi media pupuk alami kandang dan pakan tambahan bagi ikan.
Salah satu kolam memanfaatkan pekarangan di dekat kandang sapi. Kotoran sapi juga dapat menjadi pupuk kolam yang menghasilkan pakan alami.
Jadi, sekarang wawasan kami dapat terbuka. Lahan se足 sempit apa pun dapat dimanfaatkan menjadi lebih berguna dan menghasilkan. Kami sudah sempat panen, tetapi hasilnya be足l足um optimal, baik jumlah panenan maupun harga pasar yang tidak stabil. Meskipun demikian, kami terus mencoba, tidak menyerah, memanfaatkan potensi menjadi sesuatu yang lebih berdaya. Saya yakin Tuhan menolong kami.
9. Sunardi Saya dulu sopir angkutan perdesaan, tetapi kini sudah ber足 henti karena hasilnya kecil sementara risikonya besar. Kini saya hanya bekerja serabutan. Kami tidak memiliki lahan, hanya tanah yang dipakai untuk rumah dan tritisan rumah samping Kesaksian Pemilik Kolam
47
dan belakang. Atas ajakan dari Pak Yusak, saya membuat ko足 lam dengan memanfaatkan tritisan air hujan. Sekarang saya memiliki dua kolam dengan kapasitas 1.000 ekor dan 2.500 ekor. Dengan bantuan pendampingan dari Pak Yusak, saya su足dah panen beberapa kali. Meskipun tidak memiliki lahan yang memadai, tetapi dengan kolam dan ikan, ada nilai tambah yang kami dapatkan, yaitu peningkatan ekonomi keluarga dan terpenuhinya kebutuhan gizi. Masyarakat dan tetangga juga sudah banyak yang tahu bahwa kami memelihara ikan sehingga banyak warung dan masyarakat yang membeli ikan dari kami.
48
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Menghidupkan yang Mati— Konsep Tadah Hujan bagi Telaga-Telaga di Gunungkidul
S
etelah sukses dengan proyek pengembangan dan pem berdayaan kolam-kolam tadah hujan di kawasan Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Uripto Widjaja dan Yayas an Oikoumene mengembangkan konsep tadah hujan ini ke tingkat yang lebih luas. Tercatat, setidaknya ada tiga telaga atau waduk di wilayah Gunungkidul yang sedang digarap, yaitu Telaga Depok di Desa Kemadang, Telaga Padangan (luas , Desa Banjarejo, dan Telaga Motoindro di Desa Girisuko. Keberadaan telaga di wilayah-wilayah tersebut sangat membantu masyarakat dalam hal pengadaan air bersih. Namun, problem yang dihadapi oleh masyarakat di ketiga lokasi itu adalah fakta bahwa setelah gempa bumi menimpa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, banyak telaga yang berubah menjadi ”telaga mati”. Ini juga menimpa ketiga telaga tersebut. Hal itu mengakibatkan masyarakat setempat kehilangan sumber air bersih utama. Masyarakat harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli air demi mempertahankan hidup. Sebagai gambaran, untuk musim kemarau pada tahun 2012 ini, masyarakat di sekitar Telaga Motoindro sudah menghabiskan 7 tangki air dengan harga 49
rata-rata Rp130.000/tangki untuk masing-masing keluarga. Hal yang kurang lebih sama terjadi pula pada masyarakat di sekitar telaga yang lain. Tentu saja, masyarakat setempat sudah meminta permohon足 an bantuan kepada pemerintah dan pihak-pihak lain yang ter足 kait. Namun, sampai bulan Oktober 2012, mereka belum menda足 pat tindak lanjut yang berarti. Atas inisiatif beberapa warga dan masukan dari banyak pihak, para pemuka desa di sekitar telaga itu mengajukan proposal kepada Yayasan Oikoumene untuk membuat suatu program yang bertujuan menghidupkan kembali telaga-telaga mati itu serta memberdayakannya bagi masyarakat setempat. Konkretnya, mereka berharap, dengan kerja sama antara masyarakat setempat dan Yayasan Oikou足 mene, mereka dapat membangun dan merehabilitasi telagatelaga tersebut.
Telaga Motoindro di Desa Girisuko yang telah mengering. 50
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Telaga Padangan di Desa Banjarejo.
Di dalam proposal mereka, mereka bahkan berpikir lebih jauh. Sebagai indikator keberhasilan, mereka berharap agar telaga-telaga tersebut bukan hanya berfungsi kembali seperti sedia kala, sehingga tersedia air bagi masyarakat di musim ke marau, melainkan juga telaga-telaga itu dapat dimanfaatkan demi pengembangan pertanian dan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, mereka juga memikirkan bagaimana kerada an telaga-telaga tersebut dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya lingkungan yang hijau. Dengan begitu, mereka pun sudah berpikir secara ekologis. Ini merupakan hal yang menarik dan tantangan yang benar-benar menggairahkan, baik bagi masyarakat setempat dan Yayasan Oikoumene sendiri. Bagi Yayasan Oikoumene, permintaan bantuan ini adalah bukti bahwa proyek ”kolam tadah hujan” mereka di Gunungkidul tidak saja berhasil, tetapi Menghidupkan yang Mati–Konsep Tadah Hujan ...
51
ju足ga membuka perspektif dan kemungkinan yang baru bagi pemberdayaan masyarakat demi kesejahteraan masyarakat sendiri. Bagi masyarakat, kondisi telaga yang mati justru mem足 buka kemungkinan untuk berkreasi dalam upaya mencari solusi bagi tantangan hidup yang mereka hadapi. Untuk selanjutnya, Yayasan Oikoumene hendak bekerja sama dengan semua pihak yang ingin membantu masyarakat menghidupkan lagi telaga-telaga yang mati ini. Biaya yang diperlukan tidak sedikit, kemungkinan mencapai Rp2 miliar. Kami semua mengharapkan adanya donatur yang bersedia me足 nyumbang untuk mewujudkan rencana menghidupkan kem足 bali waduk atau telaga-telaga itu. Dengan saling membantu, kita semua optimis untuk mewujudkannya. ***
Telaga Depok di Desa Kemadang yang telah mengering. 52
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Lampiran 1
LDPE dalam Pembuatan Kolam Penampung Air Hujan dalam Pertanian dan Peternakan Rumah-Tangga (Homestead Farming) secara Terpadu (Integrated)
A
ir merupakan suatu kebutuhan utama dalam pengadaan dan pengembangan ’homestead farming’ (Pertanian dan Pe ternakan Rumah-Tangga). Di wilayah-wilayah dengan curah hujan yang relatif rendah, hal pengadaan air tersebut me rupakan kendala yang utama. Air hujan yang sedikit itu dapat ditampung dalam ’KOLAMKOLAM’ yang digali dalam tanah, namun rembesan dan penyerapan air dalam tanah biasanya membuat kolam-kolam tersebut tidak efektif dalam waktu lama. Besaran kecepatan serapan air dalam tanah dengan ’tanah-liat’ sampai tanah yang ’berpasir’ berkisar antara 1,2–10,5 liter/detik/1000 m2. Jadi, sebuah kolam dalam tanah liat dengan ukuran 10 x 10 x 2 m (luas permukaan tanah 180 m2) yang terisi air akan kosong dalam waktu hanya 3 hari. Kebutuhan air dipenuhi dengan membuat kolam-kolam penampungan air-hujan dalam tanah dan melapisinya dengan suatu lapisan (film) PLASTIK yang cukup lentur (fleksibel).
56
Plastik yang paling banyak dipergunakan adalah dari jenis bahan PE atau LDPE (low density polyethilene) yang cukup tahan menghadapi cuaca dan penyinaran matahari (UV). Keuntungan melapisi kolam dengan film plastik antara lain: 1. Mencegah/mengurangi penyerapan air (hingga 95%) dalam tanah. 2. Penampungan air-hujan dari awal hingga akhir musim hujan. 3. Tersedia cukup air (hujan) selama musim kering. 4. Cara yang efektif dan ekonomis untuk penampungan air (dibandingkan dengan pembuatan kolam dengan semen/ beton). 5. Mencegah kontaminasi air dengan bahan-bahan dari dalam tanah (intrusi) seperti garam (kalau dekat pantai) atau bahan limbah industri lainnya. 6. Teknik ini dapat juga dipergunakan untuk melapisi ’kolamlimbah’ dan saluran pembuangan limbah untuk mencegah kontaminasi tanah. 7. Cara melapisi kolam dalam tanah dengan film plastik ini dapat juga dipakai dalam produksi ’garam’ dari air laut supaya meningkatkan effisiensi dan mutu. Di bawah ini disajikan suatu gambaran tentang pertanian dan budi daya dalam skala rumah-tangga secara terpadu (inte grated).
Lampiran 1
57
58
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Sayuran
Buah
Produksi Tanaman
Sapi
Tanaman obat
Bebek
Produksi Ternak
Produksi Ikan
Pembenihan ikan dan ikan dewasa siap jual
Ayam
Pertanian Rumah Tangga Terpadu (Dikelola dengan air tadah hujan)
Lampiran 2
Menggali Nilai Tambah dari Kekeringan (Suara Pembaruan, Minggu, 13 Juni 2010)
H
ijau di kiri-kanan jalan, hijau yang menghampar di de pan mata. Pemandangan seperti itu yang mendominasi sepanjang perjalanan Yogyakarta–Paliyan di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akhir pekan lalu. Jati, turi, bambu, sengon, menaungi tanaman palawija di bawahnya. Di beberapa wilayah, terlihat tumpukan batang kacang tanah yang baru saja dipanen. Onggokan batang kacang ta nah itu menunggu diangkut ke rumah, untuk pakan ternak. Gunungkidul sedang memasuki panen kacang tanah. Beberapa petani yang ditemui di wilayah Kecamatan Paliyan dan Tanjungsari mengatakan hasil panen kali ini tidak sebagus panen sebelumnya. ”Terlalu banyak hujan. Ukuran butir ka cangnya tidak penuh,” kata Mbah Sastro, di Kemadang. Hujan yang masih turun hingga menjelang pertengahan Juni ini membuat pemandangan di Gunungkidul masih tampak hijau. ”Coba datang ke wilayah ini pada puncak kemarau. Pe mandangan berubah menjadi cokelat, gersang, dan tanah ber bongkah-bongkah di beberapa tempat,” kata Ir. Gideon Sulistio, dari Yayasan Oikoumene.
59
Mei sebenarnya sudah memasuki musim kemarau. Namun, karena hujan masih terus turun, hingga akhir pekan lalu, Gu nungkidul yang identik dengan kekeringan, masih menyo dorkan pemandangan indah, terutama bagi orang kota yang setiap hari disodori pemandangan kemacetan arus lalu lintas. Di halaman rumah Yusak Sumardiko, di sebelah Gereja Kristen Jawa Paliyan di Karangduwet, bahkan dijumpai tanaman ang gur yang dirambatkan ke atap rumah. ”Kami punya tandon (penampungan air, Red.) air,” kata Yusak, sambil menunjukkan permukaan atas tandon yang di tanam di halaman di antara bangunan gereja dan rumahnya. Menghadapi kelangkaan air pada musim kemarau mem buat warga Paliyan membangun penampungan air di halaman rumah. Kapasitas tandon air bergantung pada kemampuan keuangan, dan jumlah anggota keluarga. Belakangan peme rintah daerah setempat berhasil membangun sumur bor untuk penyediaan air bersih warga. ”Tetapi, karena banyak yang di layani, distribusinya digilir. Air PAM itu mengalir tiga bulan sekali selama tiga sampai tujuh hari,” Yusak menjelaskan. Kalau masih tidak mencukupi, warga akan membeli air ber sih. Mereka harus mengeluarkan uang Rp100.000 untuk satu tangki air. Dan, air bersih itu khusus untuk keperluan seharihari, terutama untuk memasak. ”Warga bertani hanya pada musim penghujan. Begitu ada air mereka menanam entah kacang tanah, entah jagung. Setelah itu, bero. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena ketiadaan air, padahal air adalah sumber kehidupan,” kata Uripto Widjaja, dari Yayasan Oikoumene.
60
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Berkelanjutan Kenyataan itu yang mendorong Uripto dan kawan-kawan di Yayasan Oikoumene mengulurkan tangan, berbuat sesuatu bagi warga Gunungkidul. Uripto (88), pendiri Galva Group, perusahaan teknologi informasi, audio video system, komponen elektronik, dan sound communication, tergerak untuk berbagi ilmu kewirausahaan di Gunungkidul. Beberapa bulan belakangan ini, ia mengirimkan bergulunggulung plastik berketebalan 0,5 dan lem ke beberapa tempat di Gunungkidul. Uripto mengajak warga untuk membuat pe nampungan air hujan bagi keperluan pertanian. ”Supaya war ga bisa menanam palawija satu kali musim tanam lagi,” ia menjelaskan dasar pemikirannya. Kini, sekitar 200 kolam aneka ukuran bisa dijumpai di dua wilayah, di Paliyan dan di Tanjungsari, mulai dari yang terkecil 1,5 x 3 meter, hingga ukuran 5 x 7 meter. Galian tanah aneka ukuran calon kolam itu kemudian dilapisi plastik, menjadi kolam penampungan air hujan. Beberapa kolam sudah berisi air, seperti bisa dijumpai di halaman rumah Yusak dan di rumah Siswosumarto di Kemadang. Di kolam berukuran 1,5 x 3 meter, Yusak mencoba ”bertanam” lele. Lele yang sebulan lagi siap dipanen itu ber ukuran optimal. Yusak memberi makanan tambahan bekicot. Kolam Siswosumarto yang berukuran 5 x 6 meter juga di tanami lele. Merasakan manfaatnya, tetangganya mengajukan permohonan untuk bisa mendapatkan bantuan plastik untuk kolam penampungan air. ”Ada 15 warga lagi di Kemadang ini yang ingin membuat kolam penampungan seperti ini. Mungkinkah mereka men dapatkan bantuan plastik dan lem?” kata Siswo. Lampiran 2
61
Uripto menyanggupi permintaan Siswosumarto. Ia mene gaskan siapa pun, asal dilandasi keinginan sungguh-sungguh, bisa mendapatkan bantuan itu. Baik Yusak maupun Siswosumarto, secara terpisah, menga takan pasar ikan lele masih terbuka luas di Gunungkidul. Budi daya lele memberikan peluang lebih besar daripada menambah satu kali musim tanam palawija. Pemikiran lain muncul untuk mencoba menanami kolam penampungan air hujan itu dengan nila yang relatif lebih mudah beradaptasi dengan keadaan. Uripto dan rekan-rekannya memberikan kebebasan warga untuk menggali kreativitasnya. Yang terpenting, ada nilai tambah yang diperoleh warga. Ia berharap bantuan itu bisa permanen. ”Bukan seperti kegiatan amal, sekali memberikan langsung selesai, memberi pancing bukan ikan,” kata Uripto. Bantuan itu akan berkelanjutan. Yang lebih penting, harus ada yang berdiri di depan sebagai pemimpin, seperti Yusak, contohnya. Tidak tertutup kemungkinan, Uripto dan rekanrekan bekerja sama dengan pemimpin agama yang lain untuk bersama-sama mengerjakan kegiatan seperti itu. ”Tuhan memberikan kepada kita talenta. Tidak cuma-cuma, bukan? Kalau talenta itu kita biarkan saja, seperti kisah orang yang menanam uang yang dititipkan majikannya di Alkitab, ya akan percuma selamanya,” ujar Uripto tentang aktivitasnya. [SP/Sotyati]
62
Menambah Penghasilan Berkat Kolam Tadah Hujan
Daftar Pustaka
F. Rahardi. 1993. Agribisnis Perikanan. Jakarta: Penerbit Swadaya. H. Susanto. 1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Jakarta: Penerbit Swadaya. Indomigas Team, ”Geomembran (Geomembrane)”, http://indomigas. wordpress.com/geosintetik-geosynthetic/geomembran/, diakses tanggal 19 Oktober 2012. Isparmo Seo, ”Geomembrane”, http://geotextiledistributor.blogspot. com/2010/02/geomembrane-hdpe.html, diakses tanggal 19 Oktober 2012. Marjorie Tatra dan Ana Erawati, ”Pemakaian Geosynthetics dalam Rekayasa Geoteknik”, Skripsi S-1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra, 1998. Muhammad Yusuf, ”Aplikasi Geomembrane”, http://soapli.blogspot. com/2012/06/aplikasi-geomembrane.html, diakses tanggal 19 Oktober 2012. Poelongs, ”Budidaya Ikan Lele”, http://budidayanews.blogspot. com/2011/03/budidaya-ikan-lele.html, diakses tanggal 19 Oktober 2012. Surya Gunawan. 2009. Kiat Sukses Budi Daya Lele di Lahan Sempit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Zainal Abidin. ”Perikanan–Budidaya Ikan Lele”, http://www.scribd. com/doc/3267464/Perikanan-Budidaya-Ikan-Lele, diakses tanggal 19 Oktober 2012. Zulkifli Jangkaru. 2007. Memelihara Ikan di Kolam Tadah Hujan. Jakarta: Penerbit Swadaya. 63
MEWUJUDKAN KOLAM KEHIDUPAN
A
pabila saudara-saudara telah me luangkan waktu untuk membaca buku kecil ini dan merasakan kegu naannya, kami berharap saudara-saudara bersedia meneruskannya kepada pembaca yang lain. Saudara-saudara juga dapat berpar tisipasi dalam program/proyek/usaha me nampung air hujan untuk meningkatkan penghasilan rakyat yang dikelola Yayasan Oikoumene ini dengan mengirimkan donasi melalui nomor rekening: 1. BCA nomor rekening 2623008444 atas nama Yayasan Oikoumene. 2. Bank Ina nomor rekening 001.00.02.4000.1 atas nama Yayasan Oikoumene. Atas partisipasi, ketulusan hati, dukungan doa dan bantuan materi yang telah saudara-saudara berikan un tuk program peningkatan penghasilan rakyat ini, kami mengucapkan terima kasih. Yayasan Oikoumene