SUSUNAN PENGURUS Pelindung Sekretaris Jendral Ikatan Lembaga Mahasiswa Kebidanan Indonesia (IKAMABI)
Penasehat Bambang Purwanto, Dr. M.Kes. Universitas Airlangga
Ivon Diah Wittiarika, S.Keb., Bd. Universitas Airlangga
Tri Novi Kurnia, Sst, M.Kes. Universitas Brawijaya
Pimpinan Umum Khoiriyah Noviastuti Universitas Airlangga
Pimpinan Redaksi Denny Koesumarini
Penyunting Ahli Ivon Diah Wittiarika, S.Keb., Bd. Universitas Airlangga
Tri Novi Kurnia, Sst, M.Kes. Universitas Brawijaya
Penyunting Pelaksana Risya Secha Primindari Universitas Airlangga Fatimah Nuril Alifah Universitas Airlangga Santi Anggraeni Universitas Brawijaya Debrina Candra Mardy Q. Universitas Brawijaya
Humas dan Promosi Diana Pratiwi Universitas Airlangga Himmatul Inayah Universitas Airlangga Winda Rinawan Universitas Brawijaya Syefi Barirotul Muna Universitas Brawijaya
Universitas Airlangga
Sekretaris
Tata Letak dan Layout
Lila Ranaya Widyadari
Ade Septiari Rahman Universitas Airlangga Romadhinniar Febriana Universitas Airlangga Bintang Dwita Dewantari Universitas Airlangga
Universitas Brawijaya
Bendahara Harrizky Prima An-Nisa Akademi Kebidanan Mitra Husada
i BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
DAFTAR ISI
ISSN : 2338-6460
Susunan Pengurus................................................................................................................................... i Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii Petunjuk Penulisan ‌‌......................................................................................................................... iii Sambutan Pimpinan Umum................................................................................................................ viii
Penelitian Pengetahuan Remaja Putri Tunadaksa Tentang Menarche Di YPAC Surakarta Dwi Endah Tresnawati ..................................................................................................................................................................................................................................
1
Hubungan Antara Karateristik Ibu Dan Pola Asuh Nutrisi Dengan Status Perkembangan Anak Bawah Tiga Tahun (Batita) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Yasintha Kurnia, Budiono dr., M. Kes ..................................................................................................................................................................................................................................
6
Hubungan Pengetahuan Sadari Dengan Minat Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Remaja Puteri Kelas XI Di SMAN 1 Karangdowo Klaten Tri Ambarwati ..................................................................................................................................................................................................................................
16
Perbedaan Percepatan Pengeluaran ASI Antara Perawatan Payudara Dan Masase Punggung Pada Ibu Postpartum Di BPS Ny. Dilah Sobirin, Amd.Keb Kabupaten Malang Alifia Candra Puriastuti ..................................................................................................................................................................................................................................
22
Hubungan Antara Presentasi Sungsang (Dengan Komplikasi Dan Tidak Komplikasi) Dengan Sectio Caesaria Di Rsud Wates Kabupaten Kulon Progo Clara Muktiyan Hadi, Khoiriyah Noviastuti ..................................................................................................................................................................................................................................
28
Penyegar Lotus Birth Luthfiana Husnaini Utami ..................................................................................................................................................................................................................................
39
ii BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia (Bimabi) Indonesian Midwifery Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia (BIMABI) adalah publikasi tiap enam bulanan yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peerreviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMABI menerima artikel penelitian asli yang berhubungan dengan bidang ilmu kebidanan, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa kebidanan. Ketentuan umum : 1.
BIMABI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain.
2.
Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan.
3.
Penulisan naskah : a.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas.
b.
Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2,5 cm.
4.
c.
Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.
d.
Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman.
Naskah dikirim melalui email ke alamat bimabi_ikamabi@yahoo.com dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Ketentuan menurut jenis naskah : 1
Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kebidanan. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan isi (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2
Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kebidanan, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.
3
Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi kebidanan. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
4
Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kebidanan atau kesehatan, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca.
iii BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
5
Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kebidanan dan kesehatan, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kebidanan, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kebidanan. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kebidanan.
6
Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (kebidanan).
7
Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kebidanan dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
Ketentuan khusus : 1.
Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.
Judul karangan (Title)
b.
Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c.
Abstrak (Abstract)
d.
Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan vi. Saran vii. Ucapan terima kasih
e. 2.
Daftar Rujukan (Reference)
Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.
Judul
b.
Nama penulis dan lembaga pengarang
c.
Abstrak
d.
Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas) ii. Pembahasan iii. Kesimpulan iv. Saran
e. 3.
Daftar Rujukan (Reference)
Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan subjudul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis italic.
4.
Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan katakata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.
iv BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
5.
Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
6.
Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
7.
Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).
8.
Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis.
9.
Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian
v BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860.
vi BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
b. Diterbitkan oleh unit pelaksana Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
3. Materi elektronik i. Naskah journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
vii BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Assalamu’alaikum wr. Wb. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang atas ridhoNya BIMABI vol. 2 no.2 dapat terbit. Tak terasa selama pengerjaannya yang tidak sedikit halangan serta rintangan dapat teratasi dengan bantuan berbagai pihak yang tak pernah berhenti. BIMABi merupakan berkala ilmiah mahasiswa kebidanan indonesia yang hadir secara resmi menjadi satu-satunya berkala ilmiah khusus memuat hasil tulisan, penelitian dan karya ilmiah mahasiswa kebidanan. Tujuan mulia dari berkala ini adalah dapat menumbuhkan budaya menulis dan publikasi ilmiah dikalangan mahasiswa kebidanan. Tulisan yang termuat dalam bimabi merupakan tulisan yang telah melalui hasil serangkaian seleksi dari tim redaksi dan mitra bestari yang diharapkan dapat menjaga kualitas tulisan. Walaupun dalam pengumpulan maupun penerimaan naskah tulisan banyak hal yang terjadi, jajaran pengurus telah melakukan tugasnya dengan baik. Untuk, itu saya sampaikan terima kasih atas usaha keras dari para pengurus dan pihak-pihak yang telah membantu atas terbitnya bimabi ini. Besar harapan saya untuk bimabi ini dapat bertahan tetap konsisten menerbitkan hasil tulisan mahasiswa kebidanan ditengah kegersangan minat publikasi tulisan mahasiswa kebidanan sendiri. Semoga dengan terbitnya BIMABI vol. 2 no.2 ini kesadaran maupun partisipasi aktif mahasiswa kebidanan dalam menulis maupun mempublikasikan tulisannya dapat meningkat. Dengan adanya peningkatan itu saya yakin bahwa mahasiswa kebidanan dapat turut andil dalam peningkatan ilmu pengetahuan. Terakhir dari saya, mohon maaf jika dalam terbitan ini terdapat kesalahan baik dalam penulisan mauun pemilihan kata. Kami jajaran pengurus sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran guna membuat BIMABI menjadi lebih baik. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum wr.wb Surabaya, 26 Mei 2014 Khoiriyah Noviastuti (Pimpinan Umum)
viii BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Penelitian
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TUNADAKSA TENTANG MENARCHE DI YPAC SURAKARTA
Dwi Endah Tresnawati Mahasiswa Kebidanan Politeknik Kesehatan Surakarta
ABSTRAK Menarche adalah perdarahan dari rahim yang terjadi pertama kali pada perempuan dengan rentang usia 10 - 16 tahun. Pengetahuan tentang menarche sangat penting dibutuhkan terutama untuk perempuan muda yang tunadaksa. Keterbatasan fisik dan kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi terutama tentang menarche yang dialami oleh perempuan muda yang tunadaksa akan banyak mempengaruhi pengetahuan dan perilaku kebersihan perorangan pada saat menarche.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan menarche yang dimiliki oleh perempuan muda yang tunadaksa di YPAC Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi 28 pertanyaan yang valid. Subyek penelitian adalah 20 perempuan muda yang tunadaksa di YPAC Surakarta pada tanggal 27 April 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 responden (50 %) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang menarche, dan 3 responden ( 15 % ) yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang menarche. Kesimpulan: sebagian besar responden atau sekitar 50 % memiliki pengetahuan yang cukup tentang menarche. Kata kunci: pengetahuan, perempuan muda tunadaksa, menarche
ABSTRACT Menarche is the first time bleeding from uterus occuring to women that commonly happens within range of age 10 – 16 years old. The knowledge of menarche is needed very much especially for young female quadriplegic. With the physical limitations and lack of information about reproductive health particularly in menarche which is experienced by young female quadriplegic will influence much in the knowledge and personal hygine behaviour at the time of menarche. The purpose of this study was to find out about the knowledge of menarche owned by the young female quadriplegic in YPAC Surakarta. The method used in the research is descriptive quantitative. The sampling gain technique is using purposive sampling. The data gathering is done by distributing questionaires with 28 valid questions. The research subjects are 20 young female quadriplegics in YPAC Surakarta on April 27 2013. The result of the research shows that there are 10 respondents (50%) who has enough knowledge about menarche, and 3 respondents (15%) who have less of it. Conclusion: most of the respondents or about 50% have sufficient knowledge about menarche. Keywords: knowledge, young female quadriplegic, menarche
1
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
1. PENDAHULUAN
Remaja tunadaksa memiliki keterbatasan
Masa remaja adalah masa yang penting karena merupakan masa peralihan ke masa dewasa (Proverawati, 2009). Masa remaja identik dengan masa pubertas. Pubertas merupakan satu titik dalam masa adolesen adalah
waktu
seorang
anak
pada emosi yang labil dan keterbatasan fisiknya. Selain itu dilihat dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya. Pengetahuan tentang menarche sangat
perempuan
dibutuhkan oleh remaja putri tunadaksa.
mampu mengalami pembuahan atau konsepsi
Masalah yang mungkin timbul dari kurangnya
yaitu dengan terjadinya menarche atau haid
pengetahuan itu adalah kurangnya personal
yang pertama kali (Sayoga, 2006). Menarche
hygiene
merupakan
suatu
tanda
adanya
terjadinya Infeksi Pada Saluran Kemih (ISK).
perubahan
fisik
seperti
pertumbuhan
Dengan keterbatasan fisik dan kurangnya
payudara,
rambut
dan
informasi
awal
pubis
aksila
(Prawirohardjo, 2007).
nyaman saat mengalami menarche sering oleh
tentang
dapat
beresiko
kesehatan
untuk
reproduksi
khususnya menarche yang dialami remaja
Perasaan bingung, gelisah dan tidak
dialami
sehingga
remaja
normal
tetapi
tunadaksa
sangat
berpengruh
terhadap
pengetahuan dan prilaku personal hygine
juga
Dengan bertambahnya usia, insiden ISK
dirasakan oleh remaja tunadaksa, bahkan
pada masa sekolah pada anak perempuan
dengan kekurangan fisik yang dimilikinya
3%, sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden
mengakibatkan perasaan bingung, cemas dan
ISK ini pada remaja perempuan meningkat
tidak nyaman yang lebih besar. Namun hal ini
3,3% sampai 5,8% (Purnomo, 2009).
akan berdampak buruk apabila pengetahuan remaja putri tundaksa mengenai haid pertama kali (menarche) kurang, ditambah pendidikan dari orang tua yang minim karena anggapan orang
tua
yang
merupakan
hal
salah
bahwa
yang
hal
tabu
ini
untuk
diperbincangkan dan menganggap bahwa anak akan tahu dengan sendirinya. Selain itu tidak
didapatkannya
reproduksi
di
pelajaran
bangku
sekolah
kesehatan membuat
remaja putri kekurangan sumber informasi mengenai menarche. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi
kurangnya
Dari
hasil
studi
pendahuluan
yang
dilakukan peneliti kepada beberapa remaja putri tunadaksa Di YPAC Surakarta tahun 2013 jumlah
remaja putri tunadaksa
yaitu sebanyak 54 orang dari total siswa tunadaksa sebanyak 110 orang di YPAC Surakarta pada tanggal 26 Februari 2013, didapatkan bahwa dari 5 remaja putri hanya 3 yang mengtahui tentang menarche. 2. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian
informasi
ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian
diantaranya lingkungan, intelegensi, sosial
deskriptif adalah suatu metode penelitian
ekonomi.
Dengan
sumber
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
informasi
tersebut
mempengaruhi
melihat gambaran atau deskripsi tentang
tingkat pengetahuan remaja putri tentang
suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo,
menarche.
2010).
kurangnya maka
2
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Dalam
penelitian
ini
populasi
yang
Teknik
pengambilan dalam
sampel
penelitian
ini
yang
diambil peneliti adalah semua remaja putri
digunakan
adalah
tunadaksa di YPAC Surakarta pada bulan
Sampling Purposive. Sampel yang digunakan
Februari hingga Juni 2013. Dengan jumlah
adalah remaja putri tunadaksa di YPAC
remaja putri tunadaksa yaitu sebanyak 54
Surakarta sebanyak 20 orang.
orang. Tabel.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Pengetahuan remaja
Hasil Ukur
kemampuan responden untuk
a.
bila skor
atau nilai ≼ 75%
putri tunadaksa tentang menjawab dengan benar menarche
Pengetahuan baik
pertanyaan dalam kuesioner
b.
tentang menarche
Pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56–74 %
c.
Pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 55 %
Pengumpulan data diperoleh dengan
kuisioner
atau
angket
tersebut
dibuat
memberi kuesioner kepada remaja putri.
sedemikian rupa sehingga responden hanya
Dalam pengisian kuesioner, menggunakan
tinggal memilih atau menjawab pada jawaban
kuesioner tertutup atau berstruktur dimana
yang sudah ada.
Tabel.2 Kisi â&#x20AC;&#x201C; Kisi Soal Kuesioner Pengetahuan Remaja Putri Tunadaksa tentang Menarche di YPAC Surakarta No Soal No
Jml soal
Keterangan Favorable
Unfavorable
1.
Pengertian menarche
1,2
3,22
4
2.
Pengertian menstruasi
4
18,26
3
3.
Usia menarche
4.
Perubahan fisik pada saat menarche
5.
Perawatan menstruasi
organ
5,23
intim
saat
2
8,9,16
14, 15
5
7,21
10,19
4
11,20
6, 13,25
5
6.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche
7.
Reaksi Psikis
24
12,17
3
8.
Gangguan menstruasi
27
28
2
Jumlah Total
14
14
28
3
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Perhitungan kuantitatif
dengan
yang
tehnik
dinyatakan
dalam
deskriptif
pendidikan dasar yang terdiri dari siswa SMP
bilangan
sebanyak 12 responden (60%) dan SD
prosentase. Adapun cara perhitungan yang
sebanyak 8 responden (40%).
digunakan adalah:
p=
f N
Tabel.4
x 100%
Tunadaksa
No
Keterangan : P
: prosentase.
x
: jumlah jawaban benar.
n
: jumlah seluruh item pertanyaan. dilakukan
prosentasinya,
untuk
tentang
Remaja
Menarche
Putri
di
YPAC
Surakarta
(Notoatmodjo, 2010)
Setelah
Pengetahuan
Kategori
Frekuensi
Prosentase
Mean
1
Baik
7
35%
81,7%
2
Cukup
10
50%
64,2%
3
Kurang
3
15%
46,3%
Jumlah
20
100%
68%
penghitungan
mengetahui
gambaran
pengetahuan remaja putri tunadaksa tentang
Sumber : Data Primer. Dari tabel.4 didapatkan hasil sebagai
menarche diukur dengan menggunakan rentang
berikut
nilai menurut Arikunto (2006), yaitu:
pengetahuan cukup sebanyak 10 responden
a. Pengetahuan baik bila skor atau nilai â&#x2030;Ľ 75% b. Pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 â&#x20AC;&#x201C;
(50%),
yaitu
dan
responden
yang
yang
memiliki
memiliki
pengetahuan
kurang sebanyak 3 responden (15%). Nilai rata-rata pengetahuan remaja putri tunadaksa
74 % c. Pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 55
tentang menarche di YPAC Surakarta sebesar (68%).
%
Dengan
demikian
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa pengetahuan remaja putri 3. HASIL
tunadaksa
Tabel.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Surakarta termasuk dalam kategori cukup. 4. BAHASAN
No
Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1.
SD
8
40%
Dari
SMP
12
hasil
Pengetahuan tentang
2.
tentang menarche di YPAC
60%
penelitian
Remaja
Menarche
di
Putri YPAC
mengenai Tunadaksa Surakarta
didapatkan hasil yaitu jumlah responden sebanyak 20 orang dimana responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 50%.
Jumlah
20
100 %
Dari hasil tersebut dapat menjelaskan bahwa sebagian
Sumber : Data Primer.
besar
pengetahuan cukup
responden
memiliki
tentang menarche. Hal
Dari tabel.3 dapat diketahui bahwa dari
ini berbeda dengan hasil penelitian yang
20 responden, seluruh responden dalam
dilakukan oleh Wiwit (2012) yang menunjukan
penelitian
bahwa
ini
mempunyai
latar
belakang
sebanyak
45,5%
remaja
putri
4
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
mempunyai
pengetahuan
baik
tentang
menarche. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwit (2012)
personal hygine sehingga beresiko terjadinya Infeksi Saluran Kemih (Proverawati, 2009). 5. KESIMPULAN
terdapat pada responden. Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri tunadaksa
Berdasarkan
penelitian
pengetahuan
sedangkan responden penelitian pada Wiwit
remaja putri tunadaksa tentang menarche di
(2012) adalah remaja putri tidak berkebutuhan
YPAC
khusus. Sehingga dapat diartikan bahwa
kesimpulan bahwa sebagian besar responden
remaja putri tunadaksa mempunyai tingkat
dalam kategori cukup yaitu sebanyak 10
pengetahuan yang lebih rendah daripada
responden
remaja putri pada umumnya.
seluruh responden sebesar 68%.
Lebih rendahnya tingkat pengetahuan remaja putri tunadaksa dikarenakan remaja putri
tunadaksa
memiliki
karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan remaja putri pada umumnya yaitu pada remaja putri tunadaksa
akan
mengalami
gangguan
psikologis yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari lingkungannya (Santoso, 2012).
Surakarta
maka
(50%)
dapat
dengan
nilai
DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta 2. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 3. Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka 4. Proverawati. 2009. Menarche Menstruasi
Medika
remaja putri tunadaksa tentang menarche
5. Santosa.
2012.
Cara
dalam kategori cukup, pengetahuan remaja
Mendidik
Anak
Berkebutuhan
dapat
Yogyakarta: 2012
ditingkatkan.
Pengetahuan
tentang menarche sangat dibutuhkan oleh remaja putri agar pada saat menarche, remaja putri tidak mengalami perasaan
bingung,
Menghadapi
yang
yaitu
Khusus.
7. Suharni, W. 2012. Hubungan Pengetahuan
putri tunadaksa tidak mengalami permasalah
Menarche
Dengan
Menarche
Dukuh
I
Pada
dari
kurangnya
Negeri
misalnya
kurangnya
Kabupaten Sragen tahun 2012
timbul
dan
EGC
Tentang
pengetahuan,
Memahami
6. Sayogo. 2006. Gizi Remaja Putri. Jakarta:
gelisah dan tidak nyaman. Sehingga remaja
mungkin
rata-rata
Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha
Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan
lebih
ditarik
Kecamatan
Kesiapan Siswi
SD
Tangen
5
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Penelitian
HUBUNGAN ANTARA KARATERISTIK IBU DAN POLA ASUH NUTRISI DENGAN STATUS PERKEMBANGAN ANAK BAWAH TIGA TAHUN (BATITA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIWATES
Yasintha Kurnia1, Budiono dr., M. Kes2 1Program
ABSTRAK
2Ilmu
Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Perkembangan adalah peningkatan kemampuan struktur dan fungsi tubuh. Di Indonesia ditemukan gangguan perkembangan pada bayi sebanyak 5 %. Perkembangan batita dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk pola asuh gizi dan karakteristik ibu. Hasil dari studi awal menunjukkan dari 12 batita, 50% dari mereka memiliki keraguan tentang status perkembangan dan diduga memiliki gangguan perkembangan, di mana batita tersebut mendapatkan pola asuh nutrisi yang kurang benar dari ibu atau pengasuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara karakteristik ibu dan pola asuh nutrisi pada perkembangan batita . Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 96 orang dari dengan proporsional random sampling. Data yang diperoleh dari wawancara, kuesioner dan observasi, dan dianalisis menggunakan chi square dan korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pertama kali memberikan makanan padat dengan status perkembangan batita ( p = 0,000 , cc = 0.576 ) dengan korelasi moderat, ada hubungan antara usia ibu ( p = 0,002; r = 0,312 ), pekerjaan ( p = 0,029 , cc = 0.262 ), jumlah anak ( p = 0,000; cc = 0379 ) , ASI ( p = 0,034 ; koef.phi = 0.266 ) , makanan balita ( p = 0,005 ; koef.phi = 0.335), dan frekuensi pemberian makan ( p = 0,001; koef.phi = 0.384 ) dengan status perkembangan batita, tetapi korelasi lemah. Sedangkan pada pendidikan ( p = 0,745 ) dan riwayat pemberian makanan atau minuman pre laktal ( p = 0,064 ) menunjukkan tidak ada korelasi. Berdasarkan hasil ini, petugas kesehatan disarankan untuk lebih aktif meningkatkan cakupan SDIDTK dan melakukan pemantauan rutin perkembangan balita dengan anggota keluarga yang terlibat, terutama ibunya. Kata kunci: perkembangan batita, karakteristik ibu, pola asuh nutrisi ABSTRACT The development is the increased ability of the structure and function of the body. In Indonesia found developmental disorders in infants as much as 5%. The development of toddlers is influenced by many factors including nutrition parenting and maternal characteristics. The results of a preliminary studies show from 12 toddlers, 50% of them had doubts about the development status and are suspected to have developmental disorders, where the toddler is getting the nutrients that parenting is less true of the mother or caregiver. The purpose of this research was to study the relationship between maternal characteristics and nutritional status of parenting a toddler's development. This study is an observational analytic study with cross sectional design. The samples in this study were 96 peoples from by proportional random sampling. Data obtained from interviews, questionnaires and observation, and the analyzed using chi square and spearman correlation. The result showed there was correlation between the first time giving solid foods with the toddler developmental status (p=0,000 ; cc=0,576) with the moderate correlation, there was correlation between maternal age (p=0,002 ; r=0,312), occupation (p=0,029 ; cc=0,262), number of children (p=0.000 ; cc=0,379), breastfeeding (p=0,034 ; koef.phi=0,266), toddler foods (p=0,005 ; koef.phi = 0,335), and frequency of feeding (p=0,001; koef.phi=0,384) with the toddler's developmental status, but the correlation was weak. While on education (p=0,745) and history of the provision of food or drink pre laktal (p=0,064) showed no correlation. Based on these results suggested a more active health workers to improve the coverage SDIDTK and put through routine monitoring of the development of toddlers with involved family members, especially mothers Keywords: toddlers development, maternal characteristics, nutrition parenting
6
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
1. PENDAHULUAN
yang tidak mendukung seperti asupan gizi
Keberhasilan
dan
kualitas
pembangunan suatu negara dilihat dari Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM).
Indeks IPM bangsa Indonesia tahun 2007
tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.3 Perkembangan
batita
dipengaruhi
totalnya 0,734 dan ditempatkan pada urutan
banyak faktor, faktor-faktor tersebut dibagi
ke 111 dari 182 negara, bangsa kita masih
dalam dua golongan, yaitu: faktor genetik
tertinggal dari
IPM negara Singapura,
dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan
Brunai Darussalam dan Malaysia (Human
terdiri dari faktor pra natal dan post natal.
Development Report, 2009), penting bagi
Faktor
pemerintah memperhatikan pembangunan
sembilan, yaitu: gizi ibu pada waktu hamil,
bangsa
mekanis, toxin/zat kimia, endokrin, radiasi,
Indonesia,
keberhasilan
pembangunan
bangsa
tergantung
keberhasilan
infeksi,
natal
stress,
dibagi
lagi
imunitas,
dan
menjadi
anoksia
tumbuh
embrio. Pada faktor post natal, dibagi lagi
bangsa.1
menjadi beberapa bagian, yakni: lingkungan
Penyimpangan perkembangan dapat terjadi
biologis, faktor fisik, faktor psikososial dan
pada setiap anak, di Amerika terdapat 1
faktor keluarga/adat istiadat.4
kembang
dari
Indonesia
pra
generasi
penerus
dari 100 balita mengalami penyimpangan perkembangan, di Asia 0,25% balita yang mengalami penyimpangan perkembangan, ditemukan 5% dari jumlah balita yang mengalami penyimpangan perkembangan
Gangguan
pada
masa awal kehidupan anak antara lain disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi, ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif
di Indonesia.2
tumbuh kembang
kepada
bayinya,
pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu Tiga tahun pertama kehidupan anak
dini, MP-ASI tidak cukup mengandung
merupakan masa golden periode, pada
energi dan zat gizi mikro terutama mineral
masa ini pertumbuhan yang pesat dan
besi, dan perawatan bayi yang kurang
proses pematangan berlangsung secara
memadai.5
kontinyu terutama meningkatnya sistem saraf dan peningkatan kemajuan dalam perkembangan motorik. Tiga tahun pertama kehidupan anak penting karena merupakan masa
emas
(golden
period),
jendela
kesempatan (window opportunity) tetapi juga masa kritis (critical period) karena plastisitas
otak
anak
pada
masa
ini
mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif otak pada masa ini lebih terbuka untuk proses pembelajaran, namun sisi negatif otak lebih peka terhadap lingkungan
RSCM (data departemen rehabilitasi medik) 2006, dari 1.125 jumlah kunjungan pasien anak, 10,13% anak mengalami gangguan perkembangan. Data RSUD. Dr. Soetomo, tahun 2010 dari 38.377 total kunjungan pasien anak di poli anak, 2,6% mengalami
gangguan
perkembangan,
sedangkan pada tahun 2011 dari 37.960 total kunjungan pasien anak di poli anak 2,22%
mengalami
gangguan
perkembangan, untuk wilayah jember tidak
7
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
ada
data
tentang
jumlah
gangguan
menggunakan
perkembangan pada anak.
wawancara
dengan
menggunnakan kuisioner dan melakukan skrining
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
perkembangan
dengan
menggunakan lembar KPSP (Kuisioner Pra
mempelajari hubungan antara karateristik
Skrining Perkembangan). Data kemudian
ibu dan pola asuh nutrisi dengan status
dianalisis menggunakan Spearman dengan
perkembangan anak Batita (Bawah tiga
level signifikansi <0,05 dan chi square.
tahun).
3. HASIL 2. METODE Penelitian dilaksanakan di kelurahan Rancang bangun penelitian ini adalah
Tegal besar yang terletak di kecamatan
penelitian analitik observasional dengan
Kaliwates kabupaten Jember. Kelurahan
menggunakan pendekatan cross sectional.
6
Tegal Besar
merupakan wilayah kerja
Populasi target dalam penelitian ini adalah
puskesmas Kaliwates kabupaten Jember.
semua anak Batita yang ada di wilayah
Kelurahan Tegal Besar. Jumlah penduduk
kerja
kabupaten
di kelurahan tegal besar sebanyak 24.212
Jember pada bulan Juni 2012. Pengambilan
jiwa dan terdiri dari 8.079 KK, dengan
sampel
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 11.859
puskesmas
Kaliwates
menggunakan
proporsi
random
sampling dengan besar sampel adalah 96 responden.
Data
jiwa dan penduduk perempuan 12.353 jiwa.
dikumpulkan
Tabel 1. Karakteristik Responden Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
<20
2035
>35
SD
SMP
SMA
PT
Bekerja
Tidak Bekerja
primi
multi
glande
9,4%
75%
16,6%
24%
19,8%
40,6%
15,6%
47,9%
52,1%
24%
75%
1%
Karakteristik responden berdasarkan umur berumur
menunjukkan 20-35
responden.
tahun
sebagian
besar
40,6% Karakteristik berdasarkan pekerjaan
75%
menunjukkan sebagian besar tidak bekerja
sebanyak
Karakteristik
sebagian besar berpendidikan SMA yaitu
berdasarkan
pendidikan menunjukkan menunjukkan
yaitu
52,1%..
Responden
berdasarkan
paritas sebagian besar adalah multipara sebanyak 75% responden.
8
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Tabel 2 Distribusi hubungan usia ibu dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Kelompok usia ibu
Normal
Meragukan
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
N
%
< 20 tahun
2
22,20%
4
44,40%
3
33,30%
9
100,00%
20-35 tahun
50
69,40%
12
16,70%
10
13,90%
72
100,00%
>35 tahun
13
86,70%
1
6,70%
1
6,70%
15
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
13,50%
96
100,00%
0,003
Nilai r= 0,298
Tabel 3. Distribusi hubungan pendidikan ibu dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Penggolongan pendidikan
Normal N
%
Meragukan
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
Pendidikan rendah
28 66,70%
10
23,80%
4
9,50%
42
100,00%
Pendidikan menengah
28 74,80%
3
7,70%
8
20,50%
39
100,00%
Pendidikan tinggi
9
60,00%
4
26,70%
2
13,30%
15
100,00%
Total
65 67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,754
Nilai r= -0,32
Tabel 4. Distribusi hubungan pekerjaan ibu dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Penggolongan pekerjaan
Normal
Meragukan
Total
Nilai p
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
N
%
Bekerja
26
56,50%
9
19,60%
11
23,90%
46
100,00%
Tidak bekerja
39
78,00%
8
16,00%
3
6,00%
50
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,029
Nilai koefisien kontingensi = 0,262
9
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Tabel 5. Distribusi hubungan jumlah anak ibu dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Jumlah anak
Normal
Meragukan
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
N
%
â&#x2030;Ľ3
14
42,40%
12
36,40%
7
21,20%
33
100,00%
Kurang dari 3
51
81,00%
5
7,90%
7
11,10%
63
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,000
Nilai koefisien kontingensi = 0,379
Tabel 6. Distribusi hubungan pemberian makanan/minuman prelaktal dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Riwayat pengasuhan
Normal
Meragukan
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
N
%
Baik
35
79,50%
5
11,40%
4
9,10%
44
100,00%
Kurang baik
17
54,80%
7
54,80%
7
22,60%
31
100,00%
Tidak baik
13
61,90%
5
23,80%
3
14,30%
21
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,064
Nilai r= 0,189
Tabel 7 Distribusi hubungan pemberian ASI dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Pemberian ASI
Normal
Meragukan
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
N
%
Baik
51
75,00%
8
11,80%
9
13,20%
68
100,00%
Kurang baik
14
50,00%
9
32,10%
5
17,90 %
28
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,034
Nilai koefisien phi = 0,266
10
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Tabel 8 Distribusi hubungan pemberian MPASI dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Pemberian MPASI
Normal
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
Meragukan
N
%
N
%
N
%
N
%
Baik
57
89,10%
5
7,80%
2
3,10%
64
100,00%
Kurang baik
5
17,90%
12
42,90%
11
39,30%
28
100,00%
Total
62
67,40%
17
18,50%
13
14,10%
96
100,00%
0,000
Nilai koefisien kontingensi = 0,576
Tabel 9. Distribusi hubungan jenis makanan batita dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Jenis makanan
Normal
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
Meragukan
N
%
N
%
N
%
N
%
Tidak lengkap
6
35,30%
7
41,20%
4
23,50%
17
100,00%
Lengkap
59
74,70%
10
12,70%
10
12,70%
79
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,005
Nilai koefisien phi = 0,335
Tabel 10. Distribusi hubungan frekuensi makan dengan status perkembangan batita di wilayah kerja Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 24 Mei-10 Juni 2012. Status Perkembangan Frekuensi makan
Normal
Meragukan
Nilai p
Total
Curiga Penyimpangan
N
%
N
%
N
%
N
%
Baik
60
75,90%
11
13,90%
8
10,10%
79
100,00%
Kurang baik
5
29,40%
6
35,30%
6
35,30%
17
100,00%
Total
65
67,70%
17
17,70%
14
14,60%
96
100,00%
0,001
Nilai koefisien phi = 0,384
11
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
4. BAHASAN
mayoritas terdapat pada ibu yang tidak
Batita
yang
perkembangan
mempunyai
status
meragukan
banyak
ditemukan pada ibu yang berusia < 20 tahun, sebanyak 44,40% dari ibu yang berusia <20 tahun dan batita yang dicurigai ada penyimpangan banyak ditemukan pada ibu yang berusia < 20 tahun sebanyak 33,30% dari ibu yang berusia <20 tahun. Hal ini sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan, bahwa ada hubungan usia ibu dengan status perkembangan anak, jadi semakin tinggi usia ibu semakin
bekerja
dan
persentase
batita
yang
dicurigai memiliki penyimpangan, paling banyak ditemukan pada ibu yang bekerja sebanyak 23,90%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinambella tahun 2005 dan Mahlia tahun 2009 yang memperlihatkan hasil bahwa anak yang tumbuh
kembangnya
baik
banyak
ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%) dibandingkan ibu yang bekerja (40,54%), karena wanita yang memasuki lapangan
kerja
dengan
sendirinya
mengurangi waktu untuk mengurus rumah
baik status perkembangan anaknya.
tangga, anak bahkan suaminya.10 Usia
adalah
umur
individu
yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.7 Semakin cukup umur, tingkat
kematangan,
seseorang
akan
dan
lebih
kekuatan
matang
dalam
berpikir dan bekerja.8 Segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan semakin dewasa untuk menentukan sikap. Meskipun usia bukan
hal
yang
mutlak
menentukan
kematangan dan kedewasaan seseorang.9 Penelitan ini sesuai dengan penelitian Sinambela
tahun
2005,
yang
memperlihatkan hasil semakin tua usia ibu makan semakin baik pola pengasuhan dan perkembangan anak, namun berbeda pada penelitan yang dilakukan oleh Mahlia tahun 2009,
menunjukkan
bahwa
tidak
ada
hubungan yang signifikan antara usia ibu
Mayoritas status perkembangan batita normal mayoritas terdapat pada ibu yang mempunyai anak kurang dari tiga, dan jumlah
batita
yang
dicurigai
memiliki
penyimpangan sama pada yang anaknya kurang dari 3 dengan ibu yang anaknya â&#x2030;Ľ 3, meskipun prosentasenya berbeda, pada ibu yang anaknya kurang dari 3 sebesar 21,20% dan pada ibu yang anaknya â&#x2030;Ľ 3 sebesar 11,10%. Hasil
penelitian
selaras
dengan
penelitan yang dilakukan Almatsier (2004) yang dikutip oleh Mahlia (2009), ibu yang mempunyai
banyak
anak
akan
menimbulkan
banyak
masalah
bagi
keluarga tersebut, jika penghasilan tidak mencukupi
kebutuhan.
Indonesia
membuktikan,
Penelitian jika
di
keluarga
mempunyai anak hanya tiga orang, maka
dengan perkembangan anak.10
dapat mengurangi 60% angka kekurangan Status perkembangan batita normal mayoritas
terdapat
berpendidikan
pada
menengah
ibu
gizi anak. Ibu yang mempunyai banyak
yang
anak juga menyebabkan terbaginya kasih
(tamat
sayang dan perhatian yang tidak merata
SMA/SMK/SLTA) sebesar 74,80%. Batita
pada setiap anak.11
dengan status perkembangan batita normal 12
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Hasil penelitian Zeitlin, et al (1990) yang dikutip oleh Mahlia (2009), banyaknya anak
dalam
keluarga
sosial,
bayi sampai bayi berusia 2 tahun.10
mengakibatkan
beratnya beban tanggungan keluarga baik secara
itu ibu harus tetap memberikan ASI kepada
maupun
ekonomi
yang
selanjutnya berpengaruh terhadap status gizi anak.10
Mayoritas
batita
memiliki
status
perkembangan normal mayoritas terdapat pada ibu yang memberikan MPASI dengan baik yaitu pada saat anak berusia enam bulan, sebesar 89,10% dari ibu yang
Mayoritas
batita
status
memberikan MPASI dengan baik dan batita
perkembangan batita normal mayoritas
yang dicurigai ada penyimpangan juga
terdapat
memberikan
paling banyak ditemukan pada ibu yang
pengasuhan baik yaitu sebanyak 79,50%,
memberikan MPASI kurang baik yaitu,
dan
ada
39,30% dari ibu yang memberikan MPASI
penyimpangan paling banyak ditemukan
kurang baik. Bayi yang berusia usia enam
pada ibu yang riwayat pengasuhannya
bulan, sejalan dengan bertambahnya usia,
kurang baik sebanyak 22,60%. Pencernaan
kebutuhan
bayi baru lahir belum siap jika diberikan
maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi
makanan/minuman selain susu, jika zat-zat
oleh hanya ASI, selain itu keterampilan
gizi yang diberikan kurang karena tidak
makan (oromotor skills) terus berkembang
langsung
dan
pada
batita
ibu
yang
memiliki
yang
dicurigai
diberikan
mengakibatkan
ASI
gangguan
akan
pertumbuhan
dan perkembangan jika hal tersebut terus
tumbuh kembang pada satu aspek, akan mempengaruhi aspek lainnya. Mayoritas
batita
bayi mulai
terhadap
baik
makanan
Mayoritas
makronutrien
memperlihatkan minat lain
berbentuk susu (ASI ataupun
dilanjutkan. Dampaknya akan lebih sulit ditanggulangi, karena jika terjadi kegagalan
nutrisi
batita
selain
yang
formula).12
memiliki
status
perkembangan normal mayoritas terdapat pada
ibu
yang
memberikan
makanan
dengan lengkap sebesar 74,70% dari ibu
memiliki
status
yang
memberikan
makanan
dengan
perkembangan normal mayoritas terdapat
lengkap, dan batita yang dicurigai ada
pada ibu yang memberikan ASI dengan
penyimpangan paling di temukan pada ibu
baik sebanyak 75%, dan batita yang
yang
dicurigai ada penyimpangan juga paling
lengkap, sebanyak 12,70% dari ibu yang
banyak
ditemukan
memberikan
ASI
memberikan
makanan
dengan
pada
ibu
yang
memberikan makanan dengan lengkap.
dengan
baik
yaitu,
Mayoritas
batita
yang
status
13,20%. Hasil penelitian tersebut sesuai
perkembangannya normal terdapat pada
dengan pendapat Winarno yang dikutip
ibu yang memberikan makanan dengan
Mahlia tahun 2009 bahwa ASI merupakan
frekuensi baik, yaitu 75,90%. Mayoritas
makanan bagi bayi yang terbaik pada saat
batita yang memiliki status perkembangan
usia bayi 0-6 bulan. ASI sangat dibutuhkan
meragukan sebagian besar terdapat pada
dalam masa tumbuh kembang bayi agar
ibu yang memberikan makanan dengan
kebutuhan gizinya tercukupi, oleh karena
frekuensi kurang baik, yaitu sebanyak
13
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
35,30% dan batita yang dicurigai memiliki
pemberian
penyimpangan sebagian besar terdapat
perkembangan batita, terdapat hubungan
pada
makanan
bermakna antara jenis makanan dengan
35,30%.
status perkembangan batita, dan terdapat
ibu
dengan
yang
memberikan
kurang
Pengetahuan
baik,
dan
yaitu
cara
pemberian
hubungan
MPASI
dengan
bermakna
antara
status
frekuensi
makanan tentang jenis makanan batita dan
makan batita dengan status perkembangan
pengolahannya
batita.
yang
rendah
akan
berpengaruh terhadap asupan gizi anak maka akan menyebabkan anak tumbuh
dan
terhambat.13 sesuai
perkembangannya
Frekuensi makan anak yang
usia
merupakan
. Penelitian
gagal
kesehatan
diharapkan
kontribusi terutama
bagi
dapat petugas
bidan
dalam
yang
mendeteksi secara dini adanya gangguan
tumbuh
tumbuh kembang pada anak terutama
kembang, dari frekuensi makan anak orang
batita. Bukan hanya pertumbuhannya saja
tua juga bisa melihat seberapa banyak
yang dipantau secara rutin tetapi penting
jumlah yang dimakan anak dalam sehari
juga
agar
kembang yang rutin agar tumbuh kembang
menentukan
keberhasilan
kebutuhan
sehingga
faktor
memberikan
ini
nutrisinya
terpenuhi,
tidak
mengalami
anak
disertakan
pemantauan
tumbuh
anak dapat optimal.
kekurangan zat energi dan proses tumbuh Saran bagi institusi kesehatan perlu
kembangnya terjadi dengan baik.12 lebih
aktif
lagi
dalam
melakukan
pemantauan perkembangan anak dengan melibatkan anggota keluarga terutama ibu
5. KESIMPULAN Berdasarkan sebelumnya bahwa
pembahasan
dapat
terdapat
antara
usia
ditarik
kesimpulan
hubungan ibu
bermakna
dengan
status
perkembangan batita, tidak ada hubungan antara
pendidikan
ibu
dengan
status
perkembangan batita, terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan status
perkembangan
batita,
terdapat
dengan memberikan konseling kepada ibu tentang perkembangan anak dan lebih aktif lagi
memberikan
masyarakat pentingnya
penyuluhan
terutama persiapan
ibu pranikah
kepada tentang yang
meliputi usia yang baik untuk menikah dan informasi tentang persiapan jika memiliki anak. Ibu
diharapkan
lebih
aktif
dalam
hubungan bermakna antara jumlah anak
keikutsertaannya dalam posyandu untuk
ibu dengan status perkembangan batita,
memantau
tidak ada hubungan antara pemberian
apabila terjadi gangguan supaya dapat
makanan/minuman prelaktal dengan status
dideteksi secara dini dan segera di tindak
perkembangan batita, terdapat hubungan
lanjuti oleh tenaga kesehatan.
bermakna dengan terdapat
antara status
Pemberian perkembangan
hubungan
bermakna
ASI
tumbuh
kembangan
anak,
ibu
batita, antara
14
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta:
PT
Gramedia
Pustaka
Utama. 2. Arikunto, Penelitian
Suharsmi. Suatu
2010.
Prosedur
Pendekatan
Praktik.
3. Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Kembang
Anak
Ditingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
dan
Intervensi
Dini
2009.
Pengaruh
Karateristik Ibu dan Pola Asuh Makan Pertumbuhan
Perkembangan Pangkalan
Bayi
Susu
Skripsi.
Medan:
tanggal
23
di
dan Kecamatan
Kabupaten USU.
Langkat.
Diakses
pada
2012,
dari
Maret
http://www.usu.ac.id 9. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
4. Depkes RI. 2010. Pelayanan Stimulasi, Deteksi
Yamnur.
terhadap
Jakarta: Rineka Cipta.
Tumbuh
8. Mahlia,
Tumbuh
Jakarta : Salemba Medika. 10. Santrok,
John
W.
2011.
Masa
Kembang Anak. Diakses 31 Maret 2012,
Perkembangan Anak, ed 11. Jakarta:
dari http://depkes.go.id
Salemba Humanika.
5. Depkes RI. 2010. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Diakses
31
Maret
2012,
dari
http://depkes.go.id. 6. IDAI. 2011. Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolisme. Jakarta: Seagung Seto. 7. Krisnatuti, D. 2006. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara
11. Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. 12. Suharjo,. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. 13. UNICEF,
2001.
Early
Childhood
Development. Diakses tanggal 30 Maret 2012,
dari
http://www.unicef.org/dprk/ecd.pdf
15
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Penelitian
HUBUNGAN PENGETAHUAN SADARI DENGAN MINAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA REMAJA PUTERI KELAS XI DI SMAN 1 KARANGDOWO KLATEN
Tri Ambarwati DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Surakarta ABSTRAK Kanker payudara merupakan kanker penyebab kematian kedua pada kaum wanita setelah kanker leher rahim dan merupakan kanker paling banyak ditemui di antara wanita. Kurang lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini tiap tahun di seluruh dunia. Minat masyarakat untuk melakukan sadari masih sangat rendah, hal itu banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan perempuan tentang bahaya kanker payudara. Berdasarkan data pra survei yang dilakukan pada 25 remaja puteri kelas XI di SMAN 1 Karangdowo Klaten, hanya terdapat 2 remaja puteri yang pernah mendengar tentang sadari.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan sadari dengan minat deteksi dini kanker payudara pada remaja puteri kelas XI di SMAN 1 Karangdowo Klaten Metode yang digunakan yaitu analitik dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik quota sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan. Responden dalam penelitian yaitu siswi kelas XI SMAN 1 Karangdowo Klaten, sebanyak 44 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang pengetahuan dan minat sadari. Pengetahuan remaja puteri tentang sadari termasuk dalam kategori baik 93,18 % dengan responden 41 orang, kategori kurang 6,82 % dengan responden 3 orang. Minat remaja puteri kategori sedang yaitu 52,27 % dengan responden 23 orang, kategori tinggi 47,73 % dengan responden 21 orang. Uji statistik menunjukan ρ hitung -0,046 < ρ tabel 0,305 pada α 5%. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan sadari dengan minat deteksi dini kanker payudara. Kata kunci: Pengetahuan sadari, kanker payudara
ABSTRACT Breast cancer is the second cancer that cause death in women after cervical cancer and the most common cancer among women. Approximately 465,000 women die from this disease each year worldwide . The public interest to do sadari (examine own breast) is still low, it is heavily influenced by the ignorance of women about the dangers of breast cancer. Based on the pre- survey data conducted on 25 girls in the 11th class of SMAN 1 Karangdowo Klaten, there are only 2 girls who ever heard of sadari. The purpose of this study is to determine the relationship between knowledge of Sadari with the interest in early detection of breast cancer in young girls of 11th class SMAN 1 Karangdowo Klaten. This study uses an analytical method with cross sectional approach, the sampling technique used in this study is quota sampling technique, that is a technique for determining sample of the population that have certain characteristics to the desired amount. The respondents are 44 girl students of 11th class SMAN 1 Karangdowo Klaten. Collecting data using a questionnaire about their knowledge and interest in Sadari. Girls knowledge about Sadari divided into some categories, first category is enough knowledge about Sadari that is 41 people (93.18%), second is less knowledge that is 3 people (6.82%). The girls interest in average category was 23 respondents (52.27%) , high category with 21 respondents (47.73%) . The statistic shows ρ count -0.046 < ρ table 0.305 at α 5 %. The results showed no significant relationship exists between knowledge of Sadari with the interest in the early detection of breast cancer. Keywords : examine own breast knowledge, breast cancer
16
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
1. PENDAHULUAN
10 jenis kanker terbanyak yang tercatat di rumah sakit, diikuti kanker leher rahim.
Kanker mengancam
merupakan jiwa
penyakit
masyarakat
yang
terutama
kaum wanita di seluruh negara sampai sekarang ini. Menurut Yayasan Kesehatan Payudara Jawa Barat, wanita memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap kanker, terutama beberapa jenis kanker paling mematikan seperti kanker payudara dan kanker kulit. (www.ykpjabar.org)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan sekitar 60 persen kasus kanker payudara justru terjadi pada wanita muda di negara-negara berkembang dan separuhnya berakhir meninggal dunia (www.ykpjabar.com). Menurut DR Sutjipto Sp.B (K) Onk (2008), saat ini banyak penderita kanker payudara berusia muda, bahkan tidak sedikit yang baru berusia 14
Kanker payudara merupakan kanker
tahun.
Walaupun
penyebab kematian kedua pada kaum
penyebab
pastinya,
wanita setelah kanker leher rahim dan
terjadinya
kanker
merupakan kanker paling banyak ditemui di
terjadinya
antara
payudara,
wanita.
Berdasarkan
data
dari
belum ada
diketahui
faktor
payudara.
penurunan
Pemicu
usia
disebabkan
oleh
risiko
kanker perubahan
American Cancer Society (Rasjidi, 2009:
gaya hidup, seperti konsumsi makanan
50),
cepat saji serta kurang konsumsi sayur dan
diperkirakan
1,3
juta
wanita
terdiagnosis menderita kanker payudara. Kurang lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini tiap tahun di seluruh dunia. Menurut Ferlay et al (Rasjidi, 2009: 52) seorang wanita di negara yang sudah maju kemungkinan untuk menderita kanker payudara adalah sebesar 4,8%, sedangkan untuk negara yang sedang berkembang adalah 1.8%. Di Indonesia, berdasarkan data
dari
Global
burdenof
cancer
(Globocan) (dalam Rasjidi, 2010: 125), kanker
payudara
merupakan
kanker
buah. (www.bascometro.com) Kesadaran
akan
pentingnya
memahami apa dan bagaimana penyakit kanker payudara menjadi sangat penting supaya wanita mampu mendeteksi dini setiap gejalanya sehingga kanker tersebut bisa ditangani sejak dini. Jika kanker tersebut
terdeteksi
sejak
dini,
penanganannya pun efektif dan efisien sehingga tidak terlalu membahayakan dan bahkan
bisa
ditangani
secara
tuntas
adanya
kanker
(Diananda, 2009).
terbanyak pada perempuan dengan angka kejadian 26 per 100.000 diikuti kanker leher
Untuk
mendeteksi
rahim dengan angka kejadian 16 per
payudara dapat dilakukan dengan cara
100.000. Menurut Sistem Informasi Rumah
yang mudah dan bisa dilakukan sendiri di
Sakit (SIRS) (dalam Rasjidi, 2010: 125),
rumah
dalam kurun waktu 2004-2007 kanker
Payudara Sendiri (SADARI). Tindakan ini
payudara menempati tempat pertama dari
sangat benjolan
yaitu
penting
dengan
karena
payudara
Pemeriksaan
hampir
ditemukan
85
% oleh
17
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
penderita sendiri (Dyayadi, 2009). Namun minat
masyarakat
untuk
melakukan
SADARI masih sangat rendah, hal ini banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan perempuan
tentang
bahaya
kanker
payudara, sedangkan pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun sosial ekonomi.
Selain
itu
masih
adanya
anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada rasa takut untuk melakukan SADARI. Adanya cerita yang disampaikan oleh orang lain bahwa SADARI tidak cukup berguna dan hanya membuang
waktu.
2. PEMBAHASAN
Tidak
adanya
Pada bab ini akan dibahas hubungan antara pengetahuan SADARI dengan minat remaja puteri terhadap deteksi dini kanker payudara melalui SADARI yang meliputi karakteristik responden (berdasarkan umur dan
informasi
pengetahuan
yang
remaja
diperoleh),
puteri
tentang
SADARI, minat remaja puteri terhadap deteksi
dini
SADARI
kanker dan
pengetahuan
payudara
melalui
hubungan
SADARI
antara
dengan
minat
remaja puteri terhadap deteksi dini kanker payudara melalui SADARI.
perempuan yang ingin melakukan SADARI karena bisa muncul suatu bayangan yang menakutkan menemukan suatu benjolan
1. Karakteristik Responden a. Karakteristik
atau sesuatu yang tidak dimengerti apa itu
Responden
Berdasar
hasil
penelitian
Umur
maknanya (Eliyani, 2011). Berdasarkan Berdasarkan data pra survei berupa
didapatkan bahwa mayoritas responden
pertanyaan langsung tentang pengetahuan
berusia 16 tahun (90,91), responden yang
SADARI yang dilakukan peneliti pada 25
berusia 17 tahun (6,82%) dan responden
remaja puteri kelas XI di SMA N 1
yang berusia 15 tahun (2,27%). Menurut
Karangdowo Klaten, hanya terdapat 2
Notoatmodjo (2010), semakin tua umur
remaja puteri yang pernah mendengar
seseorang
tentang SADARI namun kurang mengerti
perkembangan mentalnya bertambah baik,
maksud dari SADARI itu sendiri. Bagi
akan
mereka SADARI masih kurang begitu
bertambahnya
diminati. Hal itu dipengaruhi oleh faktor
mental ini tidak secepat seperti ketika
ketidaktahuan
kanker
berumur belasan tahun. Hasil penelitian
penyebarluasan
sesuai dengan teori yang dikemukakan
akan
payudara
sehingga
informasi
mengenai
bahaya
tetapi
proses-proses
pada
umur
proses
tertentu,
perkembangan
perlu
oleh (Hurlock 2004) bahwa umur juga
digalakkan guna meningkatkan kesadaran
mempegaruhi indeks yang menempatkan
siswi
individu-individu
melakukan
SADARI
maka
deteksi
dini
kanker
dalam
urutan
payudara. Oleh karena itu, peneliti tertarik
perkembangan.Umur
untuk mengetahui hubungan pengetahuan
tingkat pengetahuan seseorang, semakin
SADARI dengan minat deteksi dini kanker
bertambah
umur
payudara pada remaja puteri kelas XI di
bertambah
pula
SMA N 1 Karangdowo Klaten.
pengetahuan
mempengaruhi
seseorang
semakin
pengalaman seseorang
dan yang
diperolehnya. 18
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
b. Karakteristik Responden Berdasar Informasi Yang Diperoleh
23 responden (52,27%) sudah pernah mendapatkan informasi tentang SADARI baik dari media elektronik, media cetak, orang
lain
maupun
dari
penyuluhan dan 21 responden (47,73%) belum
pernah
BKKBN
mendapatkan
(2008)
informasi
informasi.
menyatakan
akan
semakin
bertambah
pula
pengalaman dan pengetahuan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
pengalaman
seseorang
bahwa
berpengaruh
pada
yang
diperolehnya.
penelitian
ini
pengetahuan responden tentang SADARI tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi
juga
dipengaruhi
dari
kegiatan
penyuluhan, media cetak seperti leaflet dan majalah ataupun media elektronik seperti internet,
televisi
dan
radio
serta
pengalaman orang lain. Sedangkan masih ada
responden
mempunyai
pengetahuan seseorang.
Dari
sebanyak
pengetahuan
6,82
yang
%
kurang
karena berdasarkan penelitian sebanyak 3 orang 2. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang SADARI
(Pemeriksaan
Payudara
Sendiri) Di SMA N 1 Karangdowo Klaten
belum
pernah
mendapatkan
informasi tentang SADARI. Hasil ini sesuai dengan
pendapat
Notoatmodjo
(2005),
keterpaparan seseorang terhadap informasi
penelitian,
dapat merubah pengetahuan, sikap dan
sebagian besar remaja puteri di SMA N 1
perilaku yang dimiliki seseorang. Semakin
Karangdowo
mempunyai
banyak sumber informasi yang didapat
pengetahuan baik tentang SADARI dengan
semakin baik pula pengetahuan remaja
jumlah 41 orang (93,18 %). Pengetahuan
puteri tentang SADARI. Seseorang yang
remaja yang baik ini dipengaruhi oleh
lebih sering terpapar media massa akan
beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut
memperoleh
menurut Notoatmojo (2010) diantaranya
dibanding orang yang tidak terpapar media
umur,
massa. Ini berarti, paparan media massa
Berdasarkan
hasil
Klaten
intelegensi,
budaya,
lingkungan,
pendidikan,
pengalaman
sosial dan
informasi
mempengaruhi
tingkat
lebih
banyak
pengetahuan
seseorang.
informasi. Umur merupakan salah satu faktor
1. Minat
Remaja
Puteri
Terhadap
yang mendukung seseorang untuk memiliki
Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui
pengetahuan
SADARI Di SMA N 1 Karangdowo
yang
baik.
Dari
hasil
penelitian sebagian besar umur responden 16 tahun mempunyai pengetahuan baik tentang SADARI sebanyak 41 responden (93,18%). Menurut Hurlock (2004) bahwa umur
mempegaruhi
menempatkan urutan
yang
individu-individu
dalam
perkembangan.
mempengaruhi seseorang,
indeks
tingkat
semakin
Umur pengetahuan
bertambah
umur
Klaten Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar minat remaja puteri terhadap deteksi dini kanker payudara melalui SADARI yaitu sedang (52,27 %). Menurut
Barokah
(2011)
ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat antara lain: motivasi, keluarga, teman 19
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
pergaulan,
lingkungan,
cita-cita,
bakat,
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
hobi, media massa, dan fasilitas. Dari hasil
didapatkan hasil bahwa Ď hitung -0,046 < Ď
penelitian 52,27 % responden mempunyai
tabel
minat yang sedang karena 47,73% remaja
Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan
puteri
bahwa
belum
pernah
mendapatkan
0,305 pada Îą 5% maka H0 diterima dan
tidak
ada
hubungan
informasi tentang SADARI dari berbagai
pengetahuan
media massa baik dari media elektronik,
remaja puteri terhadap deteksi dini kanker
media cetak, pengalaman orang lain serta
payudara melalui SADARI di SMA N 1
penyuluhan tentang pemeriksaan payudara
Karangdowo.
sendiri. Menurut Barokah (2011), media
didapatkan hasil thitung 7,76 > t
massa
minat
pada Îą 5%. Karena t hitung lebih besar dari
seseorang karena dengan melihat dan
t tabel yaitu 7,76 > 0,305 maka H0 diterima
mendengar orang akan tertarik dan merasa
yang berarti tidak ada hubungan yang
senang. Sedangkan 47,73 % mempunyai
signifikan antara pengetahuan SADARI
minat yang tinggi karena 52,27% pernah
dengan
minat
mendapatkan informasi tentang SADARI.
deteksi
dini
Seharusnya
informasi
SADARI di SMA N 1 Karangdowo Klaten.
SADARI yang didapat maka pengetahuan
Koefisien korelasi yaitu - 0,046 maka arah
juga semakin baik sehingga minat terhadap
korelasi hubungan tersebut bersifat negatif
deteksi dini kanker payudara juga semakin
yang berarti jika pengetahuan remaja puteri
tinggi. Minat yang tinggi terhadap deteksi
di SMA N 1 Karangdowo Klaten tentang
dini
dapat
mempengaruhi
semakin
banyak
SADARI
antara
dengan
Untuk
remaja kanker
minat
signifikasinya tabel
puteri
0,305
terhadap
payudara
melalui
kanker
payudara
belum
dapat
SADARI tinggi maka minat remaja puteri
memunculkan
keinginan
remaja
puteri
terhadap deteksi dini kanker payudara
untuk melakukan SADARI. Hal itu dapat
melalui SADARI rendah.
disebabkan karena remaja puteri merasa takut
dengan
kenyataan
jika
setelah
melakukan SADARI ternyata ditemukan adanya
kelainan
pada
payudaranya.
Sumarny (2003) menjelaskan bahwa masih adanya persepsi bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan menyebabkan tidak adanya minat wanita untuk melakukan SADARI. 2. Analisa
Hasil penelitian ini ternyata tidak sesuai
dengan
disebutkan
Azwar
teori
(2007)
yang bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
minat
seseorang
terhadap sesuatu hal yang diketahuinya. Dari
hasil
bahwa
penelitian
responden
pengetahuan Hubungan
tinjauan
baik
didapatkan
hasil
yang
memiliki
tentang
SADARI
Pengetahuan
(93,18%) dengan minat sedang (52,27%).
SADARI Dengan Minat Remaja Puteri
Dengan pengetahuan yang baik terhadap
Terhadap
Kanker
SADARI ternyata belum mampu membuat
Payudara Melalui SADARI di SMA N 1
remaja puteri mempunyai minat yang tinggi
Karangdowo Klaten
untuk
Deteksi
Dini
melakukan
deteksi
dini
kanker
payudara melalui SADARI. Hal itu dapat disebabkan
karena
adanya
anggapan 20
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
bahwa
penyakit
kanker
tidak
bisa
http://eprints.uny.ac.id/7781/3/bab%202%
disembuhkan sehingga ada rasa takut
20-%2008108249137.pdf.
untuk melakukan SADARI. Remaja merasa
Juni 2013]
takut
dengan
kenyataan
jika
setelah
melakukan SADARI ternyata ditemukan adanya
kelainan
pada
payudaranya.
[Diakses
18
3. Diananda R. 2007. Kanker Payudara Cara Pengobatan Alternatif. Jakarta: PT Indeks 4. Dyayadi. 2009. Kanker Payudara. Dari:
Sumarny (2003) menjelaskan bahwa masih
Digilib.unimus.ac.id/download.php?id=546
adanya persepsi bahwa penyakit kanker
8 [Diakses 12 April 2012]
tidak bisa disembuhkan menyebabkan tidak
5. Eliyani S. 2011. Pengaruh Pemberian
adanya minat wanita untuk melakukan
Penyuluhan
SADARI.
Pemeriksaan Payudara Sendiri terhadap Minat
3. KESIMPULAN
Kesehatan
melakukan
Tentang
SADARI
pada
Perempuan di Glagahsari RT 23 RW 05 Berdasarkan
tujuan
dan
hasil
penelitian tentang hubungan pengetahuan SADARI dengan minat terhadap deteksi dini kanker payudara melalui SADARI remaja puteri di SMA N 1 Karangdowo Klaten, maka dapat disimpulkan:
Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah.STIKES AISYIYAH, Yogyakarta. 6. Hurlock,
EB.
2004.
Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 7. Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
1. Sebagian besar pengetahuan SADARI pada remaja puteri kelas XI di SMA N
Cipta. 8. Rasjidi, dkk. 2009. Deteksi Dini dan
1 Karangdowo Klaten berpengetahuan
Pencegahan
baik dengan presentase 93,18 %.
Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Sebagian besar minat deteksi dini kanker payudara pada remaja puteri kelas XI di SMA N 1 Karangdowo Klaten
berminat
sedang
dengan
terdapat
Kanker
Pada
Wanita.
9. Rasjidi, dkk. 2010. Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV Sagung Seto. 10. Sumarny. 2003.
Paradigma Pengobatan
Kanker.
Dari:
http://rudyct.tripod.com/sem2.012/rossuma
presentase 52,27 %. 3. Tidak
Psikologi
hubungan
yang
signifkan antara pengetahuan SADARI
rny.htm. [Diakses: 18 Juni 2013] 11. Sutjipto. 2008. Kanker Payudara. Dari:
dengan minat deteksi dini kanker
http://www.bascommetro.com/2009_11_0
payudara pada remaja puteri kelas XI
1_archive.html [Diakses 12 April 2013] 12. Yayasan
di SMA N 1 Karangdowo Klaten.
Kesehatan
Payudara.
2013.
Penyebab Kanker Payudara Lebih Ganas. DAFTAR PUSTAKA
Dari:http://ykpjabar.org/artikel/penyebab-
1. Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori Dan
kanker-payudara-lebih-ganas/
Pengukurannya. Pustaka Pelajar Offset:
[Diakses
12 April 2013]
Yogyakarta. 2. Barokah,Dinar.
2011.
Faktor
Yang
Mempengaruhi
Minat
Belajar.
Dari:
21
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Penelitian
PERBEDAAN PERCEPATAN PENGELUARAN ASI ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DAN MASASE PUNGGUNG PADA IBU POSTPARTUM DI BPS NY. DILAH SOBIRIN, AMD.KEB KABUPATEN MALANG Alifia Candra Puriastuti Program Studi Pendidikan Bidan, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
ABSTRAK Proses menyusui bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan keterampilan yang perlu diajarkan dan dipersiapkan. Agar kesulitan selama laktasi dapat diatasi, perlu dilakukan perawatan payudara. Pelaksanaan perawatan payudara postpartum dimulai 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Namun, sering kali ibu postpartum merasa tidak nyaman karena rasa nyeri dari perawatan payudara. Kini ada teknik baru dalam perawatan payudara, yaitu dengan masase punggung yang selama ini efektif dilakukan pada ibu menyusui dengan kondisi payudara bermasalah. Hal ini dikarenkan dengan melakukan masase punggung sebelum menyusui dapat merangsang refleks oksitosin Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan percepatan pengeluaran ASI antara perawatan payudara dan masase punggung pada ibu postpartum di BPS Ny. Dilah Sobirin, Amd.Keb Pakis Kabupaten Malang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian praeksperimental dengan pendekatan One Shot Case Study, dengan jumlah populasi ibu bersalin primipara sebanyak 38 orang, dalam menentukan sample peneliti menggunakan teknik acidental sampling dengan jumlah sample 18 orang ibu postpartum yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, kemudian data di analisa dengan dengan uji Independent T- Test dalam Îą =0,05, didapatkan nilai T hitung (0,194) < T tabel (1,794) maka Ho diterima dan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan percepatan pengeluaran ASI antara perawatan payudara dan masase punggung pada ibu postpartum di BPS Ny. Dilah Sobirin, Amd.Keb Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian diatas, bidan dapat melaksanakan kedua cara stimulasi ASI berdasarkan kondisi ibu postpartum yang dihadapi. Kata Kunci: perawatan payudara, masase punggung, percepatan pengeluaran ASI
ABSTRACT Breastfeeding is not something that happens by itself, but it is a skill that needs to be taught and prepared. In order to overcome the difficulties during lactation, breast care needs to be done. Implementation of postpartum breast care begins 1-2 days after the baby is born and is done twice a day. However, postpartum women often feel uncomfortable because of the pain from breast care. Now there is a new technique of breast care,by doing back massage which has been effectively done to breastfeeding women with breast problem. This is because performing back massage before breastfeeding can stimulate the oxytocin reflex, thus, the objective of this study was to determine the difference of milk production acceleration between breast care and back massage on postpartum women in BPS Ny. Dilah Sobirin, Amd.Keb, Pakis Malang. The design used in this research is to pra experimental research with One Shot Case Study approach, with a population of primiparous women were 38 people, the researchers used acidental sampling technique with sample number 18 postpartum women who met the inclusion criteria. The instrument used in this study is the observation sheet, then the data were analyzed by the Independent T - Test in Îą = 0.05, obtained T values ( 0.194 ) < T table ( 1.794 ) then Ho is accepted and concluded that there was no difference of milk production acceleration between breast care and back massage on postpartum women in BPS Ny. Dilah Sobirin, Amd.Keb, Malang. Based on the results, the midwife may carry out both ways stimulation of breastfeeding depends on condition of postpartum women. Keywords : breast care, back massage, milk production acceleration
22
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
1. PENDAHULUAN
punggung berhasil dilakukan pada ibu menyusui
dengan
kondisi
bermasalah,
Proses menyusui tidak selalu berjalan
diharapkan tindakan ini dapat berhasil pula
baik karena menyusui bukanlah sesuatu
pada ibu postpartum yang ASI nya belum
yang terjadi dengan sendirinya, tetapi
keluar.
merupakan
keterampilan
yang
perlu
2. TINJAUAN PUSTAKA
diajarkan dan dipersiapkan. Pada saat hamil, ukuran payudara membesar karena
Dalam fisiologi laktasi terdapat dua
bertambahnya saluran-saluran air susu,
refleks hormonal yang berpengaruh dalam
sebagai
produksi dan pengeluaran ASI, yaitu refleks
payudara
persiapan pada
laktasi.
ibu
Perawatan
postpartum
akan
memudahkan bayi mengkonsumsi ASI.1 Perawatan
payudara
menyusui
dapat
oksitosin
sehingga
menyusui
dapat
ibu
Prolaktin adalah hormon esensial
refleks
untuk penyempurnaan lobulus-alveolus
fisiologi
dalam kehamilan dan memulai sekresi
meningkatkan
berjalan
1. Produksi ASI (Refleks Prolaktin)
pada
proses
prolaktin dan oksitosin.
baik
dan
menghindari masalah-masalah yang dapat
air susu melalui reseptor pada dinding alveolus.4
timbul saat proses menyusui. Pelaksanaan perawatan payudara postpartum dimulai
Rangsangan isapan bayi melalui
sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi
serabut syaraf akan memacu hipofise
dilahirkan. Hal itu dilakukan dua kali
anterior
sehari.2 Namun, sering kali ibu postpartum
prolaktin kedalam aliran darah. Prolaktin
merasa tidak nyaman karena rasa nyeri
memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI.
dari perawatan payudara. Karena pada hari-hari pertama payudara sering terasa
untuk
pengeluaran
hormon
3
2. Pengeluaran ASI (Refleks Oksitosin)
penuh dan nyeri sebab aliran darah ke Dalam proses pengeluaran ASI
payudara bersamaan dengan ASI mulai
atau refleks oksitosin terdapat dua faktor
diproduksi dalam jumlah banyak.3
yang terlibat dalam mengalirkan air susu Kini ada teknik baru dalam perawatan payudara, yaitu dengan masase punggung. Masase punggung pada ibu postpartum sebelum refleks
menyusui oksitosin.3
dapat Sesuai
merangsang kenyataan
dari
sel-sel
sekretorik
ke
papilla
mammae, yaitu5: ď&#x201A;ˇ Tekanan dari belakang Tekanan
globuli
yang
baru
dalam
sel
akan
dilapangan, selama ini masase punggung
terbentuk
dilakukan
dengan
mendorong globuli tersebut ke dalam
masalah payudara bengkak, harapannya
tubulus laktifer dan pengisapan oleh
dengan meningkatkan refleks oksitosin ASI
bayi akan memacu sekresi air susu
dapat keluar dari kelenjar susu yang
lebih banyak.
pada
ibu
menyusui
tersumbat. Bila selama ini tindakan masase
di
ď&#x201A;ˇ Refleks neurohormonal 23
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Apabila bayi disusui, maka gerakan
mengisap
yang
berirama
tiga
menit
dapat
meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi klien serta
akan menghasilkan rangsangan saraf
memiliki
yang
glandula
kardiovaskuler, seperti tekanan darah,
pituitaria posterior. Akibat langsung
frekuensi denyut jantung dan frekuensi
refleks
pernafasan.7
terdapat
ini
di
dalam
adalah
dikeluarkannya
efek
oksitosin dari pituitaria posterior: hal ini
akan
menyebabkan
sel-sel
mioepitel (sel keranjang atau sel labalaba)
di
sekitar
alveoli
akan
berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke pembuluh laktifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu
yang
ampullae.
mengalir
Sekresi
ke
dalam
oksitosin
yang
sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium
positif
Dalam
materi
Breastfeeding; Kesehatan
parameter
Seminar
Peran dalam
Tenaga Mendukung
Pemberian ASI oleh dr. Nugrahanti Prasetyarini,
Sp.OG(K)
diuraikan
perawatan payudara dengan masase punggung merupakan cara menstimulasi refleks oksitosin pada awal laktasi. Dilakukan
dengan
gerakan
memijit
secara berputar pada punggung di tepi tulang belakang ke atas dan ke bawah, masing-masing minimal 10 kali.8
(masa nifas). 2. Pelaksanaan Masase Punggung Pada pengeluaran meningkat
permulaan
isapan,
oksitosin
dapat
sehingga
dapat
Sebelum
melaksanakan
perawatan payudara, alat yang perlu disiapkan antara lain: minyak gosok
menimbulkan dua hal6 :
secukupnya, handuk bersih 1 buah, dan
ď&#x201A;ˇ ASI
keluar
sampai
menetes
bra yang sesuai ukuran.
umumnya pada payudara yang tidak /
belum
mendapat
bagian
memberikan ASI ď&#x201A;ˇ Rangsangan
Persiapan bagi ibu yaitu: baju ibu
giliran
terhadap
uterus
depan
bersandar
dibuka,
kedepan,
minta
melipat
ibu
lengan
sehingga lokia / gumpalan darah
diatas meja didepannya, meletakkan
dapat keluar dan timbulnya rasa
kepala diatas lipatan tangan sehingga
sakit.
kepala
tergantung.
Tahapan
pelaksanaan masase punggung antara Konsep Masase Punggung
lain9:
1. Pengertian
ď&#x201A;ˇ Gosok kedua sisi tulang belakang bahwa
menggunakan kepalam tinju kedua
masase punggung memiliki kemampuan
tangan dan ibu jari menghadap kearah
untuk menghasilkan respons relaksasi.
atas atau depan.
Riset
menunjukkan
Hasil riset yang lain menyatakan bahwa gosokan punggung sederhana selama 24
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
ď&#x201A;ˇ Tekan
dengan
kuat,
membentuk
gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jari. ď&#x201A;ˇ Gosok kearah bawah di kedua sisi
lambat seluruhnya berasal dari responden perawatan payudara (100%). 5. PEMBAHASAN Selama
tulang belakang. ď&#x201A;ˇ Lakukan
pada
saat
yang
bersamaan,dari leher ke arah tulang
perawatan
payudara
terbukti dapat mempercepat pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan dengan melakukan perawatan
belikat.
ini
payudara,
maka
akan
merangsang peningkatan refleks oksitosin.
ď&#x201A;ˇ Lakukan selama 2 atau 3 menit
Masase punggung merupakan salah satu 3. PENGUMPULAN DATA
cara baru dalam menstimulasi pengeluaran
Klien yang terpilih yaitu Ibu bersalin
ASI. Tujuan inti dari perlakuan ini adalah
primipara bulan April-Juni 2011 sejumlah
dengan
38 orang, dibagi menjadi 2 kelompok.
diharapkan
Kelompok I dilakukan perawatan payudara.
meningkat.
Dan
kelompok
II
dilakukan
masase
punggung.
Hasil
ibu
refleks
dari
lebih oksitosin
observasi
nyaman dapat
menunjukkan
bahwa dari 9 orang responden yang dilakukan perawatan payudara terdapat
4. HASIL PENELITIAN Responden dengan perlakuan perawatan payudara : sebagian besar responden pengeluaran ASI cepat (hari ke 0-1 postpartum) yaitu 4 orang (44%) dan sebagian kecil responden pengeluaran ASI lambat (lebih dari 3 hari) yaitu 1 orang (12%).
44%
yaitu
responden
4 yang
atau
sebagian
pengeluaran
besar ASInya
dalam kategori cepat atau kurang dari hari ke-2 postpartum. Sedangkan untuk kategori pengeluaran ASI lambat atau lebih dari 3 hari hanya 1 orang atau 12,5% dengan kausa putting susu ibu masuk. Banyak faktor yang memepengaruhi pengeluaran
Responden
yang
diberi
perlakuan masase punggung dengan hasil: sebagian
membuat
besar
responden
dengan
pengeluaran ASI normal (hari ke 2-3 postpartum) yaitu 5 orang (56%) dan tidak ada responden dengan pengeluaran ASI lambat (lebih dari 3 hari). Persentase
ASI salah satunya adalah faktor anatomi. Hasil observasi selanjutnya, adalah kelompok masase punggung yang terdiri dari 9 orang responden terdapat sebagian besar responden dalam kategori normal atau pengeluaran ASI pada hari ke 2-3 postpartum yaitu 56% (5 orang) dan tidak
responden
ada responden dengan pengeluaran ASI
kategori pengeluaran ASI normal relatif
lambat. Maka secara empiris berdasarkan
banyak diperoleh dari perlakuan masase
uraian diatas, tidak terdapat perbedaan
punggung
(56%)
percepatan
pengeluaran
responden
dari
perawatan
payudara
dibanding perlakuan
dengan perawatan
ASI dan
antara masase
payudara (44%). Sedangkan presentase
punggung. Perbedaan yang ada pada
responden
kategori normal tidaklah signifikan.
kategori
pengeluaran
ASI
25
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Hasil
pengujian
hipotesis
antara perawatan payudara dan masase
menggunakan uji T-Test, didapatkan hasil,
punggung, sehingga kedua cara stimulasi
dalam Îą =0,005 nilai Thitung (0,194) < Ttabel
ASI tersebut sama-sama efektif dalam
(1,794) maka Ho diterima dan dapat
mempercepat pengeluaran ASI. Akan tetapi
disimpulkan
bila ditinjau dari segi kenyaman, masase
tidak
ada
percepatan
pengeluaran
perawatan
payudara
perbedaan ASI
antara
dan
masase
punggung pada ibu postpartum. Tidak
adanya
punggung tidak menimbulkan keluhan pada ibu. 6. PENUTUP
perbedaan
antara
Kesimpulan
kelompok perawatan payudara dan masase punggung dapat disebabkan oleh faktor-
Setelah dilaksanakan penelitian dapat
faktor yang mempengaruhi pengeluaran
diambil kesimpulan sebagai berikut :
ASI
1. Responden
pada
pendapat
kedua
kelompok.
Ambarwati
(2009)
Merujuk beberapa
perawatan
yang
telah
payudara
dilakukan
dan
masase
faktor yang mempengaruhi pengeluaran
punggung bahwa masih ada responden
ASI antara lain: faktor anatomis payudara,
dalam
fisiologi, nutrisi, istirahat, isapan anak dan
lambat. Hal ini bisa dikarenakan oleh
psikologis. Berdasarkan data diatas, tidak
faktor-faktor
terdapat perbedaan pada hasil pengkajian
produksi dan keluarnya ASI.
faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi
kategori
2. Setelah
pengeluaran
yang
ASI
memengaruhi
pengujian
hipotesis,
antara ibu dengan perawatan payudara dan
didapatkan penerimaan Ho yaitu tidak
ibu dengan masase punggung. Sehingga
ada
percepatan pengeluaran ASI pada kedua
pengeluaran ASI antara perawatan
kelompok juga tidak jauh berbeda.
payudara dan masase punggung.
perbedaan
percepatan
Selain pengkajian faktor-faktor yang
3. Kedua cara stimulasi adalah efektif,
mempengaruhi pengeluaran ASI, peneliti
namun perlu diperhatikan juga keadaan
juga mengkaji keluhan ibu saat dilakukan
nyaman responden.
perawatan
payudara
punggung.
Hasil
maupun dari
masase
Saran
pengkajian
didapatkan 4 dari 9 orang kelompok
1. Institusi
kesehatan
perawatan payudara mengeluh sakit pada
meningkatkan
payudara ibu ketika dilakukan perawatan
promosi
payudara, yaitu ketika payudara terasa
denganpersiapan laktasi.
penuh. Sedangkan tidak ada responden
kualitas
kesehatan
2. Diharapkan
hendaknya asuhan
yang
adanya
dan
berkaitan
penelitian
dari kelompok masase punggung yang
selanjutnya untuk meninjau kembali
mengalami keluhan.
jumlah
responden
atau
mengembangkan penelitian ini dengan Memperhatikan pada seluruh hasil penelitian
diatas
bahwa
tidak
ada
membandingkan kuantitas pengeluaran ASI.
perbedaan percepatan pengeluaran ASI 26
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
5. Restu K. Perawatan Higiene. [internet] Nop 2011. [disitasi Feb 2011] tersedia
DAFTAR PUSTAKA
dalam 1. _______. Perawatan Payudara. [internet] Mei 2005. [disitasi Jan 2011] tersedia dalam
format
http://creasoft.wordpress.com/2008/05. 2. Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan
Masyarakat.
Manajemen
Laktasi : Buku Panduan bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan
di
Puskesmas.
Jakarta : Departemen Kesehatan, 2005. 42, 43, 17.
format
http:///kevinrestu.blogspot.com/2010/11/pk ddk-klpok5-perawatan-hygiene.html. 6. Saryono.
Perawatan
Payudara.
Jogjakarta: Mitra Cendekia, 2009. 57, 59, 63-65. 7. Suherini.
Perawatan
Masa
Nifas.
Jogjakarta: Fitramaya, 2009. 45 8. Varney H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC, 2007. 985.
3. Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, 2007. 375.
9. Verrals S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC, 2003.
4. Prasetyorini N. Seminar Breastfeeding: Peran
Tenaga
Kesehatan
Mendukung ASI. [seminar]
dalam
Jul 2010.
[disitasi Jan 2011].
27
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI SUNGSANG (DENGAN KOMPLIKASI DAN TIDAK KOMPLIKASI) DENGAN SECTIO CAESARIA DI RSUD WATES KABUPATEN KULON PROGO Clara Muktiyan Hadi, Khoiriyah Noviastuti Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
ABSTRAK Presentasi sungsang merupakan salah satu indikasi relatif tindakan sectio caesaria. Angka kejadian presentasi sungsang adalah 3-4% dari jumlah kelahiran normal. Sepertiga dari presentasi sungsang harus dilahirkan dengan sectio caesaria. Masalah dari penelitian ini yaitu meningkatnya presentasi sungsang sebanyak 1,3%, meningkatnya tindakan sectio caesaria sebanyak 1,07% dan kenaikan presentasi sungsang yang dilanjutkan dengan tindakan sectio caesaria sebanyak 1,08% antara tahun 2009-2010 di RSUD Wates di Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara presentasi sungsang dengan sectio caesaria di RSUD Wates di Kulon Progo. Metode yang digunakan adalah pendekatan analitik cross sectionaluntuk seluruh populasi perempuan dengan presentasi sungsang di rumah sakit bersalin di Ruang Bersalin RSUD Wates Kulon Progo selama bulan Januari sampai dengan Desember 2011. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang pasien bersalin. Variabel bebasnya adalah presentasi sungsang dan variabel terikat adalah tindakan sectio caesaria. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian lembar pengumpulan data. Sumber data berasal dari buku register pada 2011 dan rekam medis periode Januari-Desember 2011. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square (X2) diikuti dengan perhitungan koefisien kontingensi. Hasil uji statistik diperoleh p-value= 0,019, karena p <Îą (0,019 <0,05), maka hipotesis diterima, yang berarti ada hubungan antara presentasi sungsang dengan sectio caesaria di RSUD Wates di Kulon Progo. Kekuatan ini bersifat subyektif yang terlihat pada koefisien kontingensi = 0,22, berarti ada hubungan yang lemah, tapi jelas dengan arah yang positif. Presentasi bokong dengan komplikasi memiliki 3 kali kesempatan lebih besar untuk dilakukan sectio caesaria daripada presentasi sungsang tanpa komplikasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa meskipun lemah, tetapi ada hubungan antara presentasi bokong dengan tindakan sectio caesaria di RSUD Wates di Kulon Progo. Untuk mengurangi risiko sectio caesaria dalam presentasi sungsang, pelatihan berkelanjutan diperlukan sebagai asisten pembantu yang kompeten untuk persalinan pervaginam presentasi sungsang. Kata Kunci : Presentasi sungsang, sectio caesaria
ABSTRACT Breech presentation is one relative indication of the sectio caesaria action. Itâ&#x20AC;&#x2122;s 3-4% incidence of breech presentation of the number of normal births. A third of breech presentation should be born by sectio caesaria. Problem of this study is increasing of breech presentation instance as much 1,3%, increasing of sectio caesaria's action as much 1,07% and increases of breech presentations that did by sectio caesaria's action as much 1,08 % among 2009 - 2010 at RSUD Wates in Kulon Progo. The purpose of this study was to determine the relationship between the breech presentation with sectio caesaria at RSUD Wates in Kulon Progo. The method used is cross sectional analytic approach to the entire population of women with breech presentation at maternity hospitals at VK RSUD Wates KulonProgo's during the month of January to December 2011. The samples used as many as 100 maternity patients. Independent variable is breech presentation and the dependent variable is the act of sectio caesaria. The sampling technique used was simple random sampling. Data was collected using a research instrument of data collection sheet. Data source came from book register in 2011 and medical record the period January to December 2011. Statistical tests used were Chi Square (X2) followed by calculation of the coefficient of contingency.
28
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
The results of statistical tests obtained p-value = 0.019, because of p<Îą (0.019 < 0.05), then there search hypothesis acceptable, which means there is a relationship between breech presentation with sectio caesaria action at RSUD Wates in KulonProgo. Itâ&#x20AC;&#x2122;s strength is subjective being seen on contingency coefficient = 0.22, it means there is allowed weak relationship, but definitely with a positive direction. Breech presentation with complications had 3 times greater chance to do sectio caesaria than breech presentation without complications. The conclusion of this study was that there was a weak but definite between breech presentation with sectio caesaria action at RSUD Wates in KulonProgo. To reduce the risk of maternal sectio caesaria in the breech presentation, continuously training is required for assistant helper competent to vaginal delivery of breech presentation. Key words :breech presentation, sectio caesaria
1. PENDAHULUAN
terlambat
Gambaran
AKI
di
Indonesia,
menunjukkan penurunan dari 307/100.000
membawa,
terlambat
mendapatkan pelayanan). Prawirohardjo
menyebutkan
kelahiran hidup pada tahun 2002-2003,
malpresentasi atau kelainan presentasi
sebanyak 262/100.000 kelahiran hidup di
adalah bagian terendah janin yang berada
tahun 2005 menjadi 228/100.000 kelahiran
di segmen bawah rahim, bukan belakang
hidup pada tahun 2007, namun tidak
kepala.
Malpresentasi
adanya perubahan yang signifikan pada
tunggal
terdiri
rasio
presentasi
kematian
dengan target
ibu
bila
dibandingkan
Millenium Developments
Goals (MDGs) untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH pada tahun Penyebab
utama
20151.
kematian
ibu
disebabkan oleh penyebab langsung yang erat kaitannya dengan kondisi kesehatan ibu sejak proses kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Data
BPS,
Statistik
Kesra dan BKKBN menunjukkan penyebab langsung kematian ibu tahun 2007 meliputi:
dari
dahi,
pada
kehamilan
presentasi
presentasi
muka,
majemuk,
presentasi letak lintang, dan presentasi sungsang2.
Di
presentasi
bokong
merupakan
malpresentasi
Indonesia, atau
insidensi sungsang
yang
paling
sering dijumpai yaitu 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup
bulan
mempunyai
(>
37
angka
minggu), morbiditas
dan dan
mortalitas janin yang tinggi3. Pertolongan
persalinan
presentasi
perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi
sungsang melalu jalan vaginal memerlukan
11%, komplikasi puerperium 8%, abortus
perhatian
5%,
komplikasi
partus
macet/lama
5%,
trauma
karena
kesakitan,
obstetrik 5%, emboli obstetrik 3%, dan lain-
sampai
lain
Memperhatikan
11%.
langsung
Sedangkan lebih
dengan
tidak
dengan
menimbulkan
cacat
permanen
kematian
komplikasi
bayi.
pertolongan
kondisi
persalinan presentasi sungsang melalui
sosial, ekonomi, geografis dan perilaku
jalan vaginal, maka sebagian pertolongan
budaya masyarakat yang terangkum dalam
persalinan presentasi sungsang dilakukan
4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu
dengan sectio caesaria. Sepertiga (33,3%)
banyak,
3
dari presentasi sungsang harus dilahirkan
terlambat (terlambat mengambil keputusan,
lewat abdomen atau disebut dengan sectio
terlalu
terkait
penyebab
dapat
sering/rapat)
dan
29
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
caesaria.
Bukan saja akibat langsung
Penelitian ini merupakan penelitian
kelahiran vaginal terhadap janin lebih buruk
korelasional analitik dengan pendekatan
pada presentasi bokong dibanding pada
cross
presentasi kepala,
hubungan
tetapi
juga terbukti
sectional
untuk
antara
mengetahui
kejadian
presentasi
adanya pengaruh jangka panjang sekalipun
sungsang dengan sectio caesaria di RSUD
kelahiran tersebut tanpa abnormalitas4.
Wates Kabupaten Kulon Progo. Populasi
Mengacu
Indonesia
yang diteliti adalah seluruh ibu bersalin
mempunyai kriteria angka sectio caesaria
dengan diagnosa presentasi sungsang di
standar
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
pada
15%
WHO,
untuk
RS
rujukan milik
pemerintah dan 20% untuk RS swasta.
periode
Data RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 menunjukkan tindakan sectio
caesaria
(31,36%)
dari
sebanyak 1588
498
jumlah
kasus
kelahiran.
Sedangkan tahun 2010 tindakan sectio caesaria sebanyak 544 kasus (32,43%) dari
1677
jumlah
kelahiran
sehingga
peningkatannya sebanyak 1,07%. Tahun 2009-2010
jumlah
tahun
2011
sejumlah 134 kasus. Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo dengan tidak memandang umur kehamilan. Teknik sampling
yang
pengambilan
digunakan
sampel
acak
(simple-randomsampling)
adalah sederhana
dengan
cara
undian.
presentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan
sungsang adalah 103 kasus (6,5%) dari
menggunakan data sekunder yaitu rekam
1588
dan
medik dan buku register persalinan di VK
meningkat menjadi 131 kasus (7,8%) dari
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
1677
Data
periode Januari sampai Desember 2011
kejadian presentasi sungsang di VK RSUD
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan
Wates Kabupaten Kulon Progo tahun 2009
pengumpulan data untuk setiap variabel
dan 2010 menunjukkan tingginya kejadian
penelitian, namun sebelum pengumpulan
presentasi sungsang melebihi insidennya
data, rekam medik
3-4% dari jumlah kelahiran normal3.
berdasarkan
jumlah
jumlah
kejadian
Januari-Desember
kelahiran
kelahiran
Berdasarkan
normal
normal.
peningkatan
kejadian
presentasi sungsang, peningkatan tindakan sectio caesaria dan peningkatan presentasi sungsang yang diterminasi dengan sectio caesaria, maka peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut
presentasi
apakah
sungsang
ada dengan
hubungan tindakan
sectio caesaria di RSUD Wates Kabupaten
teknik
simple
random
sampling. Pengambilan data untuk variabel independen
yaitu
diagnosa
presentasi
sungsang yang tertulis di rekam medik sedangkan untuk variabel dependen yaitu sectio
caesaria
pelaksanaan
SC
yang
tertulis
atau
tanggal
laporan
sectio
caesaria Metode pengumpulan data yang digunakan adalah checklist.
Kulon Progo. 2. METODE
yang telah dipilih
Untuk
mencari
hubungan
antar
variabel digunakan uji statistik Chi-square (Ď&#x2021;2)
dan
untuk
menghitung
besarnya
30
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
korelasi digunakan analisis korelasi yaitu
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
koefisien kontingensi (C), sedangkan untuk
berdasarkan
estimasi risiko relatifnya dinyatakan dengan
Kabupaten Kulon Progo periode Januari-
rasio prevalens (RP). Pada penelitian ini
Desember 2011
taraf kemaknaan yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Jika p > Îą maka H0 diterima, artinya
tidak
presentasi
ada
hubungan
sungsang
antara
dengan
tindakan
sectio caesaria. Jika p < Îą maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara presentasi sungsang dengan tindakan sectio caesari.
di
RSUD
Wates
Gravida
Frekuensi
Presentase (%)
Primigravida
38
38
Multigravida
57
57
Grandemultig ravida
5
5
Jumlah
100
100
Sumber : buku register persalinan tahun 2011
3. HASIL Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel
gravida
adalah
sebagian
ibu
Pada tabel 2 diatas menunjukkan
bersalin
bahwa sebagian besar (57%) ibu bersalin
dengan diagnosa presentasi sungsang di
dengan presentasi sungsang merupakan
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
multigravida.
Periode Januari-Desember 2011. 1) Distribusi
frekuensi
Untuk penyajian hasil yang diukur:
responden
berdasarkan umur
Wates Kabupaten Kulon Progo
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur
di
RSUD
Wates
Kabupaten Kulon Progo periode JanuariDesember 2011 Frekuensi
Presentase (%)
< 20 tahun
4
4
20-35 tahun
79
79
> 35 tahun
17
17
Jumlah
100
100
Sumber : buku register persalinan tahun 2011
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa seluruhnya
bersalindengan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Presentasi Sungsang di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo Periode Januari-Desember 2011
Umur
hampir
1) Kejadian Presentasi Sungsang di RSUD
(79%)
presentasi
ibu
sungsang
Kejadian presentasi sungsang
Frekuensi
Presentase (%)
Presentasi sungsang dengan komplikasi
33
33
Presentasi sungsang tanpa komplikasi
67
67
Jumlah
100
100
Sumber: buku register persalinan tahun 2011
berusia antara 20-35 tahun. Berdasarkan tabel 3 di atas, sebagian 2) Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan gravida
besar (67%) ibu bersalin dengan presentasi sungsang tanpa disertai komplikasi lain.
31
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
2)
Kejadian Presentasi Sungsang dan
komplikasinya di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo. Tabel 4 Distribusi frekuensi presentasi
Tabel
5
Distribusi
frekuensi
responden
sungsang dengan komplikasinya di RSUD
berdasarkan tindakan Sectio Caesaria di
Wates Kabupaten Kulon Progo Periode
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo Periode
Januari-Desember 2011.
Januari-Desember 2011
Frekuensi/ Presentase (%)
Indikasi SC (Ya/Tidak)
Kejadian
Frekuensi
Presentase (%)
DKP dan KPD
1/3,03
Ya
66
66
Postdate
2/6.06
Ya
Sectio caesaria
Re-SC
8/24,24
Ya (â&#x2030;¤2 tahun)
Tidak sectio caesaria
34
34
Tidak (â&#x2030;Ľ 2 tahun)
Jumlah
100
100
Komplikasi
Gemelli
6/18,18
Ya
Sumber : buku register persalinan tahun
DKP
3/9.09
Ya
2011
KPD
5/15,15
Ya
Preterm
1/3,03
Ya
Preeklamsi
3/9,09
Ya
Oligohidroamni on
1/3,03
Ya
Mioma
1/3,03
Ya
Plasenta Previa Totalis
1/3,03
Ya
Tali Pusat Menumbung
1/3,03
Ya
Total
33/100
Berdasarkan tabel 5, sebagian besar jumlah ibu bersalin presentasi sungsang yang diterminasi dengan tindakan sectio caesaria sebanyak 66 orang (66 %). Hubungan
presentasi
sungsang
dengan tindakan Sectio Caesaria di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo periode Januari-Desember 2011 Tabel
6
Hubungan
Antara
Presentasi
Sungsang dan Sectio Caesaria (SC) di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
Sumber: buku register persalinan tahun 2011
Periode Januari-Desember 2011 Berdasarkan
tabel
4
di
Tindakan SC
atas,
komplikasi terbanyak ibu bersalin dengan presentasi
sungsang
adalah
Tidak SC
27
6
33
(81,82%)
(18,18%)
100%
39
28
67
(58,21%)
(41,79%)
100%
66
34
100
Re-SC
(24,24%).
3) Kejadian Sectio Caesaria pada indikasi
Kejadian Presentasi Sungsang
Dengan Komplikasi
Tanpa Komplikasi
presentasi sungsang di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
Total
Total
SC
32
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
đ?&#x2018;Ľ 2 = 5,492
Dari hasil penelitian pada tabel 3
p = 0,019 (p < 0,05)
Berdasarkan
tabel
6,
kejadian
presentasi sungsang dengan komplikasi hampir
seluruhnya
sebanyak
mengalami
81,82%
dan
yang
SC tidak
mengalami SC sebanyak 18,18%. Kejadian presentasi sungsang tanpa komplikasi yang mengalami SC sebagian besar 58,21% dan
Berdasarkan analisis dengan uji Chi Square (X2), p = 0,019 dan Îą = 0,05 maka (p < Îą) sehingga Ho ditolak, dan H1 berarti
presentasi
ada
hubungan
sungsang
dengan
antara tindakan
sectio caesaria.
diuji
dengan
uji
koefisien
kontingensi yang kemudian dibandingkan dengan tabel kekuatan hubungan, didapat nilai koefisien kontingensi (C) = 0,228 berarti
hubungan
rendah
atau
ada
hubungan yang lemah tapi pasti dengan arah positif yang berarti semakin besar kejadian
presentasi
komplikasi
sungsang
semakin
kemungkinan
untuk
dengan
besar
pula
tindakan
sectio
caesaria.
bersalin
yang
mengalami presentasi sungsang dengan komplikasi
adalah
33
orang
(33%).
Sebagian besar (67%) ibu bersalin dengan diagnosa
sungsang
tidak
mengalami
komplikasi. Angka kejadian persalinan sungsang
20 minggu, 6-8% pada umur kehamilan 34 minggu dan 3-4% pada kehamilan aterm 5. Manuaba
menyebutkan
bahwa
pada
kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi sungsang atau letak lintang3. Dalam
penelitian
ini,
presentasi
sungsang sebagian besar terjadi pada multigravida (n=57; 57%). Faktor yang dapat menyebabkan presentasi sungsang, diantaranya paritas ibu. Angka kejadian presentasi dengan terbanyak
sungsang paritas
ibu
adalah
jika
dihubungkan
maka
pada
kejadian
ibu
dengan
multigravida dibanding pada primigravida
Untuk resiko prevalensnya dengan interval
kepercayaan
prevalensnya
adalah
95% 3,23,
banyak anak membuat rahimnya elastis
berarti
sehingga janin berpeluang besar untuk
mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar dilakukan
sectio
karena pada ibu yang telah melahirkan
rasio
presentasi sungsang dengan komplikasi
untuk
ibu
dengan leluasa. Dengan demikian janin
Selanjutnya, kuatnya hubungan antara keduanya
jumlah
bervariasi yaitu 40% pada umur kehamilan
sisanya 41,79% tidak mengalami SC.
diterima
didapatkan
caesaria
dibandingkan presentasi sungsang tanpa komplikasi 4. BAHASAN
berputar hingga minggu ke-37. Komplikasi presentasi
lain
yang
menyertai
sungsang
yang
ditemukan
dalam penelitian ini adalah KPD, CPD, postdate,
Re-SC,
gemelli,
preterm,
oligohidramnion, preeklamsia, mioma uteri,
Kejadian Presentasi Sungsang di RSUD
plasenta praevia totalis, dan tali pusat
Wates Kabupaten Kulon Progo
menumbung.
Hal
ini
ada
kesesuaian 33
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
dengan teori yang menyebutkan bahwa
sungsang ada beberapa diagnosa lain yang
faktor resiko yang menyebabkan presentasi
menyertai seperti CPD, oligohidramnion,
sungsang dibedakan menjadi 2 faktor yaitu
Re-SC,
faktor ibu dan faktor janin yaitu pada faktor
menumbung, dan gemelli.
ibu masih dibedakan dalam 3 kedaan yaitu keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada
rahim,
uterus
dupleks,
mioma
bersama kehamilan), keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa) dan keadaaan jalan lahir (kesempitan rahim, deformitas tulang panggul, terdapat tumor). Pada faktor janin yaitu tali pusat pendek atau lilitan tali pusat, hidrosefalus atau
anesefalus,
kehamilan
gemelli,
hidramnion dan oligohidramnion3.
plasenta
previa,
tali
pusat
Malposisi dan malpresentasi dapat menyebakan SC pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan pervaginam. Bagian terbesar dari peningkatan insidensi SC dalam kelompok ini berkaitan dengan presentasi
sungsang.
sefalopelvik
absolute
Disproporsi (cephalopelvic
disproportion, CPD) adalah kondisi klinis ketika janin terlalu besar dibandingkan dengan rongga tulang panggul sehingga tidak
dapat
dilakukan
persalinan
4.1 Kejadian Sectio Caesaria di RSUD
pervaginam bahkan dalam kondisi paling
Wates Kabupaten Kulon Progo
optimum sekalipun. CPD relatif adalah
Dari hasil penelitian pada tabel 4, jumlah
ibu
bersalin
dengan
diagnosa
presentasi sungsang yang mengalami SC adalah 66 orang (66%). Sisanya (34%) ibu bersalin dengan presentasi sungsang tidak mengalami SC. Dalam penelitian ini, jumlah persalinan
dengan
SC
lebih
banyak
sectio
caesaria
terbagi
menjadi tiga yaitu indikasi ibu (induksi persalinan yang gagal, persalinan yang tidak maju, diproporsi sefalopelvik, bedah sesar
elektif
berulang,
penyakit
ibu),
indikasi uteroplasenta (sesar klasik, riwayat RUI, obstruksi jalan lahir, plasenta previa, abrupsio
plasenta,
miomektomi,
dan
presentasi tali pusat sebelumnya), dan indikasi
janin
(gawat
janin,
gemelli,
malpresentasi janin termasuk didalamnya presentasi sungsang, makrosomia, dan kelainan
janin)5.
Dalam
panggul
karena
malpresentasi. mencakup
adanya
kondisi
Disproporsi
panggul
sempit
fetopelvik (contracted
pelvis), fetus yang tumbuhnya terlampau besar, atau adanya ketidakseimbangan relative antara ukuran bayi dan ukuran pelvis.
daripada persalinan tidak SC. Indikasi
ketika janin terlalu besar bagi tulang
penelitian
ini,
indikasi SC selain diagnosa presentasi
Secara umum, oligohidramnion yang terjadi
pada
awal
kehamilan
jarang
dijumpai dan sering memiliki prognosis buruk,
sebaliknya
berkurangya
volume
cairan mungkin cukup sering ditemukan pada kehamilan yang berlanjut melewati aterm. Risiko penekanan tali pusat dan pada gilirannya distress janin meningkat akibat berkurangnya cairan amnion pada semua
persalinan,
apalagi
persalinan
postmature6. Pada persalinan dengan bekas sectio caesaria alasan
(Re-SC), atau
harus
sebab
diperhatikan
dilakukan
SC3. 34
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Pertolongan
SC
janin; memerlukan penanganan segera.
didasarkan pada evaluasi panggul dan
Jika ibu pada persalinan kala I dan atau
bishop score. Jika hasil panggul normal,
letak lintang jika ibu pada persalinan kala II,
maka indikasi SC adalah plasenta previa,
segera lakukan sectio caesaria2. karena
letak sungsang, dan letak lintang, serta
bahaya tali pusat menumbung dengan
berat janin normal. Jika hasil evaluasi
akibat
didapatkan panggul sempit, kelainan letak
kebanyakan orang tidak lagi mengikuti
janin, hamil ganda/perut pendular, kepala
kebijakan
tinggi, berat janin diatas 4000 gram, dan
berlangsung terus dengan harapan akan
nilai bishop score, maka persalinan diakhiri
tercapai pembukaan lengkap, pada saat
SC3.
mana Plasenta
persalinan
previa
bekas
adalah
implantasi
plasenta di sekitar ostium uri internum yang dapat
berakibat
perdarahan
pada
kehamilan diatas 22 minggu. Perdarahan pada
plasenta
previa
janin
yang
membiarkan
dilakukan
versi
tinggi,
persalinan
ekstraksi.
Bila
ketuban telah lama pecah dan air ketuban sudah habis maka versi sangat berbahaya dan lebih baik dilakukan sectio caesaria4. Adapun komplikasi kehamilan ganda
dapat
atau gemelli berkaitan dengan indikasi SC
menimbulkan perdarahan massif karena
yaitu bahwa pada trimester kedua/ketiga
saat
sirkulasi
dapat terjadi preeklamsia, kelainan letak,
berhadapan
plasenta previa/solusio plasenta. Dan saat
Perdarahan
inpartu,
pembentukan
retroplasenter dengan dapat
totalis
kematian
SBR,
langsung servikalis3.
kanalis berulang,
plasenta yang lepas dan lingkar lumen
memerlukan
ostium
oleh
prolapsus tali pusat, persalinan sulit sampai
plasenta dapat menimbulkan kelainan letak
interlocking; pada persalinan anak kedua
janin berupa letak sungsang, letak lintang,
terjadi kelainan letak sehingga memerlukan
dan kepala belum masuk PAP atau miring.
tindakan operasi3.
SBR
Indikasi terminasi kehamilan dengan SC pada plasenta previa adalah plasenta previa pada primigravida, plasenta previa
kelainan
letak
persalinan
memanjang,
Tertutupnya
dari
terjadi
luas
uteri.
tergantung
dapat
tindakan
janin,
operasi;
dan
terjadi
4.2 Hubungan Presentasi Sungsang dan Sectio Caesaria (SC) di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
totalis, plasenta previa dengan perdarahan banyak(minimal perdarahan kelas II), gagal tindakan
pemecahan
ketuban
Dari tabel 5, didapatkan jumlah ibu bersalin
yang
mengalami
presentasi
dengan/tanpa diikuti drip oksitosin dalam
sungsang dengan komplikasi sebanyak 33
bentu : rupture uteri imminens, gawat janin,
orang, 27 orang diantaranya (81,83%)
dan perdarahan tidak berhenti3.
mengalami SC dan sisanya 6 orang ( 18,18%) tidak mengalami SC. Dari 67
Tali pusat menumbung adalah tali pusat keluar di vagina segera setelah ketuban
pecah.
Keadaan
ini
sama
orang
ibu
bersalin
dengan
diagnosa
presentasi sungsang tanpa komplikasi, 39 orang (58,21%) diantaranya mengalami SC
bahayanya dan mengancam kehidupan
35
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
dan sebagian lagi 28 orang (41, 79%) tidak mengalami SC.
presentasi
Berdasarkan analisis dengan uji Chi Square, karena p = 0,019 dan Îą = 0,05 maka p < Îą sehingga Ho ditolak, dan H1 diterima.
Secara
Hubungan
antara
keduanya
bermakna.
teori
keterkaitan
sungsang
dengan
antara tindakan
sectio caesaria dijelaskan oleh Manuaba bahwa
ibu
sungsang
hamil
dengan
presentasi
resiko
tinggi
terdapat
kecenderungan untuk melahirkan secara sectio caesaria , jika dipaksakan untuk dilahirkan secara pervaginam maka angka
Selanjutnya, kuatnya hubungan antara
mortalitas dan morbiditasnya tinggi. Resiko
keduanya diuji dengan uji kontingensi
tinggi ini meliputi terdapat kemungkinan
(p=0,019), Îą = 0,05 jadi p < Îą, sehingga
panggul sempit, pada primigravida, riwayat
signifikasinya bermakna, nilai kontingen
obstetrik
koefisiensi
hubungan
antepartum, kehamilan ganda, terdapat
rendah atau ada hubungan yang lemah tapi
hipertensi, terdapat bekas sectio caesaria
pasti).
atau operasi didaerah uterus, presentasi
0,228
(kekuatan
Hal tersebut menunjukkan besarnya hubungan antara presentasi sungsang dan SC adalah lemah. Hal ini berarti hubungan
sungsang
disertai
(ketuban
pecah
tidak
perdarahan
penyulit
langsung
dini,
kehamilan
Komplikasi
persalinan
akibat
mempengaruhi
presentasi sungsang meliputi morbiditas
terjadinya SC, demikian pula sebaliknya.
dan mortalitas bayi yang tinggi, dapat
Presentasi sungsang bukan merupakan
menurunkan IQ bayi3. Komplikasi segera
prediktor untuk terjadinya SC. Presentasi
pada
sungsang dapat menjadi prediktor SC jika
perdarahan, trauma persalinan, infeksi.
ada tambahan komplikasi lain.
Sedangkan komplikasi segera pada bayi
Rasio
bisa
terdapat
prematuritas)3.
tersebut tidak erat, maksudnya presentasi sungsang
buruk,
prevalens
dapat
dihitung
dengan membandingan antara 2 variabel dari variabel presentasi sungsang. Rasio prevalens presentasi sungsang dengan komplikasi presentasi
bila
dibandingan
sungsang
tanpa
dengan komplikasi
adalah sebesar RP = 3,231 dengan IK 95% (1,178-8,862)
yang
artinya
presentasi
sungsang dengan komplikasi mempunyai kemungkinan 3 kali mengalami persalinan dengan
tindakan
sectio
caesaria
dibandingkan dengan presentasi sungsang tanpa komplikasi.
(trias
ibu
(trias
komplikasi)
(intrakranial,
komplikasi)
meliputi
asfiksia,
dan
meliputi
perdarahan aspirasi
air
ketuban), infeksi pascapartus (meningitis dan infeksi lain), trauma persalinan yang mencakup kerusakan alat vital di daerah medulla (dislokasi
oblogata,
trauma
persendian
ekstremitas
dan
fraktur
ekstremitas) dan trauma alat visera (ruptur hati dan limpa). Sectio caesaria dilakukan untuk mempersingkat waktu persalinan dan bila tingkat komplikasi semakin parah. Penanganan terhadap presentasi sungsang dengan komplikasi sebaiknya dilakukan tindakan sectio caesaria untuk menghindari komplikasi persalinan diatas. 36
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Diperlukan solusi untuk meminimalkan
(67%) ibu bersalin dengan presentasi
kejadian presentasi sungsang tanpa atau disertai
komplikasi
dan
meminimalkan
sungsang tanpa disertai komplikasi. 2) Dari
100
persalinan,
34
(34%)
tindakan sectio caesaria untuk mengurangi
diantaranya tidak mengalami sectio
angka morbiditas dan mortalitas. Empat
caesaria.
strategi utama untuk menurunkan kesakitan
melahirkan melalui tindakan sectio
dan
caesaria.
kematian
meminimalkan sungsang
ibu
terutama
kejadian
dan
presentasi
hubungan
antara
(66%)
presentasi
sungsang dengan sectio caesaria.
diterapkan oleh tenaga kesehatan didaerah
Besarnya hubungan antara presentasi
dan
serta
sungsang dan sectio caesaria lemah
diperlukan peran serta masyarakat untuk
tapi pasti. Ibu dengan presentasi
tanggap serta peduli terhadap kesehatan
sungsang disertai komplikasi memiliki
ibu hamil yang ada di wilayahnya. Deteksi
resiko lebih besar
untuk
dini sejak awal kehamilan dan mengadakan
melalui
sectiocaesaria.
promosi kesehatan untuk ibu hamil perlu
Presentasi
dilakukan agar ada antisipasi dini terhadap
komplikasi mempunyai kemungkinan 3
presentasi
kali lebih besar untuk dilakukan sectio
yang
caesaria
3) Ada
besar
perlu
dipusat
sectio
untuk
Sebagian
berkompeten
sungsang
di
dalam
umur
sungsang
caesaria
kehamilan aterm.
pengamatan
atau
dengan
dibandingkan
presentasi
sungsang tanpa komplikasi
Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya
tindakan
bersalin
observasi
terhadap prosedur tetap maupun SOP
Saran
untuk tindakan sectio caesaria di RSUD Dengan
Wates Kabupaten Kulon Progo. Apabila
memperhatikan
hasil
ada kasus presentasi sungsang diharapkan
penelitian tersebut diatas, maka diajukan
adanya evaluasi dengan menggunakan
saran sebagai berikut :
skor Zachtuchni Andros, mengingat pada
1)
sectio caesaria, komplikasi lebih banyak
Bagi VK RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
dan penyembuhan lebih lama daripada Evaluasi
persalinan pervaginam.
diperketat
pengambilan 3. Kesimpulan dan Saran
tindakan
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
Kulon Progo, dapat disimpulkan bahwa : 1) Dari
100
diantaranya
persalinan, presentasi
33
(33%)
caesaria
sungsang
agar
untuk pada tidak
berlebihan.
yang
dilakukan di VK RSUD Wates Kabupaten
keputusan
sectio
presentasi
dalam
2)
Bagi Dokter, Bidan dan Perawat Hasil penelitian ini dapat membantu dokter,
bidan,
perawat
dalam
sungsang
mengetahui sedini mungkin komplikasi
dengan komplikasi. Sebagian besar
selain presentasi sungsang. Dengan 37
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
mengetahui sedini mungkin komplikasi
Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-
yang menyertai presentasi sungsang
2010.
maka
keadaan
patologis
dapat
NF, et all, 2009, Obstetri william
ditangani secepatnya. 3)
3. Leveno, KJ, Cunningham, FG, Gant,
panduan ringkas, Jakarta: EGC
Bagi peneliti lain
4. Manuaba,
IBG,
Manuaba,
C,
Melakukan penelitian lebih lanjut untuk
Manuaba, F, 2010, Ilmu kebidanan,
menyempurnakan
penyakit kandungan, dan KB, Jakarta:
penelitian
ini
dengan menggunakan penelitian ini sebagai inspirasi atau dasarnya. DAFTAR PUSTAKA
EGC 5. Oxorn, H dan Forte, WR, 2010, Ilmu kebidanan:
patologi
persalinan, 1. Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom,
dan
fisiologi
Yogyakarta:Yayasan
Essentia Medica.
SL, Houth, Rouse, et all, 2010, William
6. Prawirohardjo
Obstetrics 23rd edition, New York: Mc
Yayasan
Grawhill Medical Publishing Division.
Prawirohardjo, Edisi keempat, Jakarta,
2. Dinas Kesehatan, Laporan LB3 KIA
Bina
S,
Ilmu Pustaka
Kebidanan, sarwono
2009.
Sie Kesga Dinas Kesehatan Propinsi
38
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
LOTUS BIRTH
Editorial
Luthfiana Husnaini Utami Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Persalinan adalah proses pengeluaran
3-5 hari2. Dalam jurnal kebidanan lainnya
hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
dijelaskan bahwa Lotus Birth adalah metode
cukup
luar
persalinan tanpa memotong tali pusat setelah
kandungan melalui jalan lahir atau melalui
bayi lahir dan membiarkan tali pusat keluar
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
secara utuh. 3. Lotus Birth jarang dilakukan di
(kekuatan sendiri)1. Persalinan aktif dibagi
rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik
menjadi tiga kala, di antaranya kala satu yang
dan rumah bersalin, sampai saat ini di
diawali dengan pendataran dan dilatasi serviks
Indonesia baru dilakukan di Bali (Yayasan
sampai
Bumi Bali Sehat, Nyuh Kuning, Ubud).
bulan
atau
serviks
dapat
membuka
hidup
10
di
cm
untuk
memudahkan janin keluar, kala dua persalinan yang diawali dengan tanda-tanda persalinan (dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol, vulva membuka) sampai ekspulsi kepala, setelah itu kala III persalinan atau biasa disebut dengan kala uri, dan yang terakhir kala IV persalinan atau dua jam setelah keluarnya plasenta.
Lotus Birth sangat menguntungkan bayi karena bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Plasenta merupakan toko darah bagi bayi yang mengandung sel-sel induk, besi, oksigen, hormon dan enzim. 1/3 dari total suplai darah bayi berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat. Darah transfusi ini
Dalam Asuhan Persalinan Normal (APN)
mengandung zat besi, sel darah merah,
telah dijelaskan langkah-langkah penanganan
keping darah dan bahan gizi lain, yang akan
disetiap kala persalinan. Lotus birth mengubah
bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama.
konsep kala III persalinan yang telah ada
Asuhan persalinan umum dengan pemotongan
dalam Asuhan persalinan normal. Dalam kala
tali
III terdapat pemotongan tali pusat yang
memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60
seharusnya dilakukan setelah denyut berhenti,
mL darah, yang setara dengan
akan tetapi lotus birth merupakan cara untuk
darah orang dewasa. Resiko infeksi pada bayi
membiarkan tali pusat tidak dipotong. Tali
yang tidak dipotong tali pusatnya juga lebih
pusat tersebut tetap menempel pada tubuh
rendah, karena pada metode Lotus Birth tidak
bayi sampai tali pusat kering dan melepas
ada pemotongan tali pusat menggunakan alat
dengan sendirinya.
yang bisa menyebabkan bayi terkena infeksi.
Lotus
birth
adalah
praktek
tidak
memotong tali pusat pada waktu lahir dan tetap membiarkan plasenta menyatu dengan bayi sampai plasenta tersebut lepas dengan
pusat
sebelum
berhenti
berdenyut
1200 mL
Selain itu Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang
lebih
lama
untuk
bounding
attachment.
sendirinya dari bayi yang berlangsung sekitar
39
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Dibalik manfaat tersebut, Lotus Birth juga
sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk
perlu diwaspadai karena perlu perawatan
mempercepat
ekstra. Apabila tindakan pengeringan plasenta
dengan menaburkan garam pada bagian
tidak diterapkan dengan baik plasenta akan
plasenta. Bayi dengan Lotus Birth dapat mandi
memiliki bau yang berbeda. Bau tersebut
seperti bayi pada umumnya dengan plasenta
dapat
didekatnya.
diatasi
dengan
pemberian
minyak
esensial, seperti lavender, atau bubuk tumbuhtumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan
lavender
juga
digunakan
untuk
tambahan antibacterial. Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan
dalam
mangkuk
atau
waskom
terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan untuk menutupi
plasenta
atau
wadah
yang
digunakan harus memungkinkan terjadinya pertukaran
udara,
sehingga
plasenta
mendapatkan udara dan mulai mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan
untuk
mempercepat
proses
pengeringan plasenta. Dalam Lotus Birth dibutuhkan waktu sekitar 3-7 hari sampai tali pusat kering Cara melakukan Lotus Birth sangatlah mudah. Ketika bayi lahir tali pusat harus dibiarkan utuh sambil menunggu lahirnya plasenta secara alami. Ketika plasenta lahir,
pengeringan
plasenta
yaitu
Metode baru ini memang bisa dilakukan oleh siapapun, asalkan bayi berada dalam kondisi stabil dan tidak sedang menderita penyakit apapun. Akan tetapi, seorang ibu harus tetap mendiskusikan metode ini dengan tenaga kesehatan sebelum melakukannya. Lotus birth tidak berbahaya untuk bayi, akan tetapi sebagai metode yang belum dikenal banyak
orang
sehingga
sering
terjadi
kesalahan persepsi dalam pelaksanaanya. Oleh karenanya, diperlukan persiapan dengan tenaga kesehatan terlatih untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Yang terpenting adalah merencanakan kelahiran dengan baik dan biarkan proses
tersebut
berjalan
dengan
semestinya karena keturunan adalah anugrah terindah yang tidak semua orang dapat memiliki, maka syukurilah. DAFTAR PUSTAKA 1. Manuaba, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan,
siapkan mangkuk kosong yang ukurannya
Penyakit
kandungan,
cukup untuk tempat plasenta didekat ibu.
Pendidikan
Setelah itu, tunggu transfusi penuh darah dari
Kedokteran EGC.Jakarta
Bidan.
dan
KB
Penerbit
untuk Buku
pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
2. Publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/xmlui/hand
Plasenta dicuci dengan hati-hati menggunakan
le/123456789/3721 diakses tanggal 26
air hangat dan tepuk-tepuk sampai kering.
Mei 2014 pukul 15.00 WIB
Plasenta yang telah bersih dan kering harus
3. www.sheacaplice.com/content/articles/arti
ditempatkan di tempat yang kering pula
cles/lotusbirth.pdf diakses tanggal 26 Mei
dengan diberi alas kain kering yang mudah
2014 pukul 15.00 WIB
menyerap air. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika
40
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
Airlangga
BIMABI Volume 2 No.2 | Januari-Juni 2014
41