daftar isi Assalaamu’alaikum wr. Wb Penghujung 2010 merupakan awal tahun 1432 Hijriyah. Karena itu, perkenankan kami mengucapkan Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1432 Hijriyah. Semoga di tahun mendatang keberkahan Allah senantiasa menaungi kita. Utamanya Allah SWT menjauhkan negeri ini dari bencana. Doa khusus agar Indonesia dijauhkan dari bencana rasanya cukup relevan. Betapa tidak, justru di akhir tahun ini bencana demi bencana secara beruntun melanda Indonesia. 3 serangkai bencana yang sampai saat ini masih memelukan perhatian kita adalah Wasior – Mentawai – Merapi. Di tiga lokasi tersebut, BSMI telah berkomitmen untuk berkhidmat dan memberikan pelayanan selama 1 tahun ke depan. Sementara itu, para dokter Palestina yang sejak 3 bulan yang lalu telah memulai kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, telah menjalani ujian. Sehingga dengan demikian mereka akan segera melanjutkan ke program adaptasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada. Kita doakan agar proses pendidikan dokter spesialis yang mereka tempuh atas bea siswa BSMI dapat berjalan dengan lancar dan aman. Di Jakarta, tepatnya di Galeri Foto Antara, telah berlangsung pameran foto “Gaza Perkasa”. Pameran yang diprakarsai oleh BSMI bekerja sama dengan Antara Foto ini dibuka tepat pada Hari Solidaritas Internasional. Sang fotografer adalah bung Ismar Patrizki, yang pada misi kemanusiaan BSMI ke Gaza turut serta mengabadikan gerak langkah BSMI. Pameran foto ini rencananya akan diadakan juga di beberapa kota cabang BSMI. Sehingga akan lebih banyak lagi warga Indonesia yang merasakan aura keperkasaan Gaza. Dan, kami akan berbahagia apabila kita semua dapat bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita ini.
Tausiyah Hal. 2
BERKURBAN UNTUK MERAIH KEBERKAHAN HIDUP Laporan Utama Hal. 5-8
Pray for Indonesia Artikel Hal. 3-4 Menumbuhkan Semangat Beribadah Disaat Kesulitan Berita Cabang Hal 9 Deklarasi BSMI Cabang Mataram Album BSMI Hal 10 - 11 Kiprah Hal. 12 BSMI - Antara Pamerkan Foto “Gaza Perkasa” Beasiswa Palestina Hal. 13 Testimoni Gaza oleh Dokter Palestina di Cirebon
Wassalaamu’alaikum wr. Wb
Profil 15 Dr. M. Bambang Edi S, SpA, M.Kes Berusaha Memahami Perasaan Korban Merapi
Dr. Prita Kusumaningsih, SpOG (Pemred)
Cerpen 18-19 Kakek Tua dan Tikus
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Surat Pembaca
Dengan hormat, Bersama surat ini, kami ingin mengajukan kerja sama dalam bidang kemanusiaan dan kesehatan. Lembaga/institusi kami adalah lembaga yang bersifat kemanusiaan dan terbuka untuk umum. Kami berkeinginan untuk bergabung dengan lembaga BSMI untuk membuka BSMI cabang baru di wilayah kami yakni di provinsi Sulawesi Barat. Kami juga ingin memajukan provinsi kami dalam hal kemanusiaan dan sosial, dimana wilayah kami juga rawan terhadap gempa. Kami pun memiliki potensi SDM yang sesuai bidang kesehatan. Kami mohon untuk informasi selanjutnya. Terimah kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pengurus Harian Jari Manis, Sulawesi Barat
Foto Cover
Jawaban dari Redaksi Yth. Pimpinan Lembaga/Institusi di Sul-Bar Kami sangat menghargai itikad dan kesungguhan Anda dan lembaga tempat Anda bernaung yang ingin mengembangkan potensi diri untuk bergabung degan BSMI untuk mengabdi kepada negeri. Memang, selama ini keberadaan cabang BSMI yang tersebar di seluruh Indonesia memiliki pengaruh positif dalam upaya membantu permsalahan kemanusiaan dan sosial. Anda bisa menghubungi Kantor Pusat BSMI no telp (021)80876527 untuk informasi lebih lanjut dan akan kami tindak lanjuti keinginan Anda untuk mendirikan cabang baru di provinsi Sulawesi Barat. Selain itu, Anda bisa manghubungi dr. Andi Qoyyim Munarka (Koord. Regional Sulawesi dan Papua) no HP 0811-4669-87. Semoga Allah SWT memberikan keridhaan dalam setiap langkah dan gerak kita dalam membantu sesama.
Bulan BulanSabit SabitMerah MerahIndonesia Indonesia Volume VolumeVII VIINo.11/Januari-Februari/2011 No.11/Januari-Februari/2011
11
tausiyah
BERKURBAN UNTUK MERAIH KEBERKAHAN HIDUP
D
Oleh : H. Iman Santoso, Lc. **
alam memperingati hari raya Idul Adha selalu mengingatkan kita tentang kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as dan keluarganya. Kisah yang sangat heroik tentang keimanan, ketaaatan, dakwah, perjuangan dan pengorbanan. Kisah yang diabadikan Al-Qur’an untuk menjadi pelajaran umat manusia sepanjang zaman. Pelajaran yang mengantarkan pada kesuksesan dunia dan akhirat. Ibrahim as adalah pemimpin keimanan dan tauhid. Dalam setiap kisah tentang Ibrahim dan keluarganya menyataan bahwa Ibrahim adalah hanif (bersih dan lurus), bebas dari kemusyrikan dan selalu memperjuangkan keimanan dan tauhid. Berkata Ibnu Abbas ra, “Belum ada para nabi yang mendapatkan ujian dalam agama kemudian menegakkannya dengan sempurna melebihi Ibrahim as.” Sahabat Ibnu Abbas ra banyak menyebutkan riwayat tentang ujian yang dilaksanakan Ibrahim as, diantaranya, manasik atau ibadah haji. Kemudian kebersihan yang meliputi, lima pada bagian kepala dan lima pada tubuh. Lima di bagian kepala yaitu mencukur rambut, berkumur, membersihkan hidung, siwak dan membersihkan rambut. Pada bagian tubuh yaitu, menggunting kuku, mencukur rambut bagian kemaluan, khitan, mencabut rambut ketiak dan istinja. Ketaatan yang paling pertama dilakukan dan sangat utama yang dicontohkan Ibrahim as adalah dalam menegakkan shalat. Pelajaran dari Pengorbanan Ibrahim as dan keluargaanya Suatu ketika Ibrahim as. akan meninggalkan putranya Ismail as dan istrinya Hajar, saat itu dalam kondisi menyusui. Dan ketika Ibrahim as meninggalkan keduanya dan memalingkan wajah dari keduanya, Hajar bangkit dan memegang baju Ibrahim as. dan berkata, “ Wahai Ibrahim mau pergi kemana, engkau meninggalkan kami disini dan tidak ada yang mencukupi kebutuhan kami ?” . Ibrahim tidak menjawab, dan ketika Hajar terus-menerus memanggil sedang Ibrahim tidak menjawab, Hajar berkata, “ Apakah Allah yang menyuruhmu seperti ini ?, Ibrahim as menjawab, “Ya’. Hajar berkata, “ Kalau begitu pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita”. Dan puncak dari pengorbanan itu, manakala datang perintah yang lebih tidak masuk akal lagi dari sebelumnya, yaitu perintah untuk menyembelih Ismail as.
Berkahnya Pengorbanann Kisah dan keteladanan Ibrahim as memberikan pelajaran yang sangat mendalam kepada kita, yaitu bahwa pengorbanan akan melahirkan keberkahan. Ibrahim as. menjadi orang yang paling dicintai Allah SWT, (khalilullah), imam, Abul Anbiya, hanif, sebutan yang baik, kekayaan harta yang melimpah ruah dan banyak lagi. Bahwa hanya dengan pengorbananlah kita meraih keberkahan. Negara Indonesia ini tidak akan mungkin ada di muka bumi tanpa perjuangan dan pengorbanan dari para pendahulu kita. Mereka adalah para ulama, kyai dan santri yang meneriakkan kalimat takbir “Allaahu Akbar” dalam mengusir penjajah. Lihatlah catatan sejarah, betapa darah mengalir, nyawa melayang demi tegaknya sebuah negeri kaum muslimin yang bernama “Indonesia”. Siapa yang mengingkari keislaman Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponogoro, dan Imam Bonjol yang melihat penampilannya saja sudah jelas kealiman dan keulamaannya. Bahkan ternyata hasil penelitian sejarah yang jujur menyatakan bahwa Sisimangaraja di Tanah Batak dan Patimura di Maluku adalah pahlawan Islam yang bertempur melawan penjajah. Perubahan-perubahan yang terjadi di negeri ini juga sarat dengan contoh-contoh pengorbanan para pemuda Islam. **Ketua Yayasan Hidayatul Islam Jakarta. Disarikan pada Khotib Sholat Idul Adha 1431 H di RS Jakarta Islamic Hospital. Rabu, 17 November 2010
Visi BSMI: Menjadi lembaga kemanusiaan nasional di Indonesia dan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan lain di tingkat nasional, regional dan internasional Misi: 1. Kemanusiaan dan Perdamaian 2. Melindungi kehidupan akibat korban konflik dan situasi lain 3. Mencegah penderitaan dengan meningkatkan dan menguatkan hukum hukum kemanusiaan dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal 4. Memberikan pelayanan terbaik bagi kemanusiaan dan perdamaian 5. Menjalin kerjasama dengan lembaga kemanusiaan dan lembaga lainnya ditingkat nasional, regional, dan internasional, dalam mencapai tujuannya Prinsip Dasar: 1. Keikhlasan 2. Amanah 3. Profesionalitas 4. Kemanusiaan 5. Kesamaan 6. Kenetralan 7. Kemandirian 8. Kesatuan 9. Kesemestaan
2
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
artikel
Menumbuhkan Semangat Beribadah Di Saat Kesulitan Oleh: Dr. Bambang Edi Susyanto, SpA**
N
amanya Arzaky, anak lelaki itu berusia 8 tahun, namun membuat kesan khusus yang mendalam. Dia sorang pasien saya di salah satu rumah sakit tempat bekerja sebagai dokter anak. Menjelang Ramadhan, dia saya rawat karena serangan asma berat. Dua hari sebelum Ramadhan dia sudah membaik dan saya pulangkan. Setelah kurang lebih seminggu atau tepatnya 4 Ramadhan, dia kembali kontrol sambil membawa rasa takut atau khawatir untuk bertemu dengan saya, dokternya. Menarik sekali, Arzaky takut bertemu saya bukan karena takut disuntik, tetapi khawatir tidak diperbolehkan puasa. Subhanallah! Rupanya sepulang dari perawatan di rumah sakit, dua hari kemudian dia berpuasa karena mendapati bulan Ramadhan. Puasanya sampai maghrib sebagaimana keluarganya. Dia khawatir disalahkan karena sudah mulai berpuasa dan dia lebih kuatir lagi jika pada hari selanjutnya dilarang puasa. Kisah Arzaky adalah kisah sebuah semangat beragama yang indah. Rasanya sebagai orang dewasa kita perlu merasa malu melihat semangat beribadah seorang anak berusia 8 tahun dan baru saja dirawat inap. Sebagai dokter muslim saya mendorong agar dia tetap berpuasa sembari mengingatkan perlunya menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Untuk anak sekecil dia, saya juga menyarankan makan kudapan (snack) menjelang tidur. Dengan cara itu, Insya Allah puasanya akan sukses dan status gizinya tidak akan terganggu. Semangat beragama yang tinggi
juga pernah saya jumpai pada sejumlah warga Kepakisan sekitar tahun 1988, sebuah desa di atas dataran Dieng. Mereka bersemangat membayar zakat pertanian, bahkan dalam kondisi paceklik, karena memegang motto yang sangat menarik. Jika di dunia rugi,
muslimah (berjilbab) ketika bertani di sawah mereka. Sebuah pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya, kecuali pada sebuah foto tentang wanita petani di Iran. Puasa jika dilaksanakan dengan baik, dengan memperhatikan rambu-
Di desa Kepakisan pula saya menyaksikan semangat ibuibu petani untuk konsisten mengenakan busana muslimah (berjilbab) ketika bertani di sawah mereka
kami tak mau merugi di akhirat! Di desa Kepakisan pula saya menyaksikan semangat ibu-ibu petani untuk konsisten mengenakan busana
rambu dan sunnah-sunnahnya tidak akan menggangu kesehatan. Puasa juga relatif tidak menambah angka morbiditas dan mortalitas, bahkan
PENANGGUNG JAWAB: dr. Basuki Supartono, SpOT, FICS, MARS. PEMIMPIN UMUM/ PEMIMPIN REDAKSI: dr. Prita Kusumaningsih, SpOG. REDAKSI: Pardian Sulaiman, S.Sos & Panca Okta Hutabrina, S.Sos KEUANGAN: Joko Harsono, SE DISTRIBUSI & SIRKULASI: Syekh Abdul Qodir, S.Sos ARTISTIK: Sugeng Sugiyanto ALAMAT REDAKSI: Jl. Dewi Sartika 19 Cililitan Jakarta Timur 13460 Fax/Telp: 80876527 REKENING BSMI: Bank Syariah Mandiri Jakarta Cab. Jatinegara No. Rekening: 0660000885 a.n. Bulan Sabit Merah Indonesia Web: www.bsmi.or.id E-mail: humas@bsmi.or.id Mailinglist: yahoogroups: bsmi_pusat@yahoogroups.com
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
3
artikel untuk beberapa macam penyakit atau kondisi, semisal dislipidemia (profil lemak darah yang tidak ideal), puasa justru akan berdampak positif. Barangkali isu ini berlawanan dengan fenomena maraknya iklan obat sakit maag (gastritis) menjelang dan selama Ramadhan. Iklan obat maag semacam itu dapat dikatakan merupakan hal yang salah kaprah, untuk tidak menyatakan suatu kesalahan besar.
Ramadhan yang umumnya meningkatkan ketenangan pelakunya justru akan memperbaiki (menyembuhkan) sakit maag. Akan jadi masalah bila sakit maag yang diderita seseorang sudah cukup parah. Dalam situasi demikian, maka ulama menganjurkan agar sebelum memutuskan untuk berpuasa atau tidak, orang tersebut perlu berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis yang beragama Islam. Lebih baik lagi
Ulama menganjurkan agar sebelum memutuskan untuk berpuasa atau tidak, orang tersebut perlu berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis yang beragama Islam
menjaga semangat puasanya anak saya yang berusia 7 tahun. Saya berkeyakinan, jika dia sukses puasa pada hari pertamanya, maka pada hari-hari selanjutnya akan terasa mudah. Dalam hal ini saya bersyukur, bahwa pada hari pertama puasa, kantor dimana saya bekerja, meliburkan pegawainya. Libur itu ternyata sangat bermanfaat, bukan untuk meringankan puasa para pegawai, tetapi dengan libur itu saya mendapat kesempatan untuk mendampingi anak-anak untuk melampaui hari pertama puasa mereka. Anak-anak memang membutuhkan pendampingan, bukan hanya sekedar motivasi belaka. **Penulis adalah Ketua BSMI Cabang Yogyakarta
Gastritis atau sering disebut sakit maag umumnya disebabkan oleh meningkatnya sekresi asam lambung akibat kecemasan atau keterburuburuan (grusa-grusu), sehingga puasa
apabila dicari pendapat dokter kedua sebagai pembanding. Kembali pada puasanya anak-anak. Di awal Ramadhan ini saya juga mempunyai pengalaman berharga untuk
BSMI On Line Website: www.bsmi.or.id Facebook: mabes_bsmi@yahoo.co.id bulansabitmerahindonesia@gmail.com Twitter: twitter.com/B_S_M_I
Blogger: www.redcrescent.multiply.com www.indonesianredcrescent.wordepress.com www.indonesianredcrescent.blogspot.com YouTube: indonesiaredcrescent
Pengurus Pusat dan Seluruh Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia & Segenap Redaksi Majalah Bulan Sabit Mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA “IDUL ADHA 1431 H� 17 NOVEMBER 2010 Jadikan Momentun Hari Raya Kurban Sebagai Sarana Menumbuhkan Rasa Berbagi Antar Sesama 4
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
laporan utama
Pray For Indonesia
(Duka Atas Bencana Wasior, Mentawai & Merapi)
D
uka mendalam disertai rintihan tangis belum juga mereda di banjir bandang Wasior Papua Barat yang menewaskan 154 jiwa, 120 orang hilang dan sekitar 700 orang luka-luka. Kembali negeri tercinta Indonesia dilanda lagi kepedihan mendalam. Bencana menimpa dan memakan korban di pulau Sumatera dan Jawa. Sepertinya alam sedang menunjukkan keperkasaannya kepada makhluk lainnya di bumi nusantara. Indonesia memang sedang diuji oleh Sang Maha Kuasa. Usai banjir bandang di Wasior, Pulau Mentawai di goncang Gempa 7,2 SR dan tsunami, ditemukan 413 mayat, 163 orang hilang, 267 orang luka berat dan 142 orang luka ringan. Korban tewas gempa dan tsunami di Mentawai ini dikebumikan secara massal. Berbagai organisasi pemerintah, swasta maupun LSM memberikan bantuan ke Mentawai Semua bantuan yang berbentuk barang telah dikumpulkan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) Padang, termasuk Lembaga Kemanusiaan Bulan sabit Merah Indonesia (BSMI) beserta lembaga kemanusian yang lain dan sejumlah ormas Islam. Namun, cuaca buruk di perairan Mentawai menghambat penyaluran bantuan yang akan dikirimkan ke Mentawai. Sebelum tsunami mengempaskan ratusan korban tewas serta ratusan lainnya hilang yang didahului gempa tektonik berkekuatan 7,2 Skala Richter. Lima tahun
belakangan ini Kepulauan Mentawai memang selalu dilanda gempa secara berturut-turut dengan guncangan tertinggi pernah mencapai 7,9 Skala Richter. Namun korban tewas terbanyak ditimbulkan dari gempa kali ini. Bantuan kemanusiaan terus berdatangan ke bumi Mentawai. Namun tiba-tiba Gunung Merapi di Jawa Tengah menunjukkan keperkasaannya dengan melontarkan debu dan awan panas yang pengaruhnya sampai berkilo-kilometer jaraknya dari Gunung Merapi. Kepanikan warga sekitar Merapi semakin membesar saat kepulan awan panas yang mencapai 800 derajat celcius. Letusan awan panas karena suplai magma dari bawah ke atas berlangsung cepat, dimulai dari Sabtu 23 Oktober suara ledakan keras Gunung Merapi membuat warga panik. Mereka langsung berbondong-bondong menuju tempat-tempat pengungsian. Puncaknya tepat pada Selasa 26 Oktober 2010 Gunung berapi aktif di Indonesia ini meletus dengan mengeluarkan awan panas terus muncul susul menyusul hingga sekitar satu-dua pekan. Total pengungsi korban bencana letusan Gunung Merapi yang sudah di evakuasi mencapai 224 ribu jiwa, 178 orang tewas dan 81 orang luka berat akibat terbakar awan panas Pepohonan, binatang, dan tubuh manusia dibuat gosong akibat pancaran panas yang dikeluarkan awan Merapi menim-
bulkan ratapan tangis yang saat itu masih terus bersahutan. Bahkan sang juru kunci Merapi yang dikenal dengan nama Mbah Marijan, turut tewas. Sang Mbah yang sempat memerankan bintang iklan salah satu produk minuman suplemen ditemukan tewas di dalam kamarnya dalam posisi bersujud dengan tubuh yang kaku. Alam boleh saja dilawan oleh manusia. Tetapi alam belum dapat ditaklukkan sepenuhnya oleh manusia. Bukti-bukti keperkasaan alam telah ditunjukkan dalam banyak peristiwa yang sangat tragis. Mestinya alam dimanfatkan untuk kemaslahatan manusia, namun tidak sedikit pula alam dieksploitasi secara serampangan sehingga menimbulkan bencana bagi manusia itu sendiri. Peristiwa ini harusnya kita tarik sebagai pelajaran besar agar alam dijadikan sebagai sahabat yang baik, bukan sebaliknya dirusak oleh nafsu keserakahan manusia. [dian]
Bulan BulanSabit SabitMerah MerahIndonesia Indonesia Volume VolumeVII VIINo.11/Januari-Februari/2011 No.11/Januari-Februari/2011
55
laporan utama
Banjir Bandang di Pulau Cinderawasih
L
BSMI Kirimkan Bantuan Alat Berat
embaga Kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menerjunkan tim relawan beserta bantuan alatalat berat dan logistik ke salah satu daerah di Pulau Cinderawasih yakni Wasior, Papua Barat, Jumat (8/10). Relawan yang diterjunkan terdiri dari BSMI Pusat, Surabaya, Makasar, Ambon dan Manokwari. Bantuan yang berhasil disalurkan ke Wasior diantaranya alat-alat berat yang berupa ekskavator, buldoser, truk tangki air, dan dua mobil untuk operasional. Sedangkan logistik yang dibawa berupa beras, mie instan, air minum, dan pakaian. “Bantuan tersebut kami bawa dari Manokwari dengan kapal komersial setempat dengan 16 relawan BSMI beserta relawan Kerukunan Keluarga Sulawesi-Selatan (KKSS) Papua Barat. Alat-alat berat itu akan digunakan untuk membantu evakuasi mayat yang masih tertimbun atau terjepit reruntuhan bangunan dan pohon yang tumbang, serta membersihkan kota Wasior dari sampah pasca banjir,” ujar Amir koordinator relawan BSMI Cabang Papua Barat. Rentang tiga hari sejak pengiriman bantuan pertama, BSMI kembali mengirmkan alat-alat berat untuk membantu proses evakuasi mayat dan membersihkan sampah yang sulit dibersihkan dengan tenaga manusia. Saat itu, daerah Wasior dan sekitarnya masih dipenuhi lumpur dan sampah bangunan maupun pohon besar dan batu-batu dari pegunungan
66
yang menghalangi jalan. “Waktu itu, Wasior seperti kota mati diakibatkan karena listrik masih belum berfungsi dan korban selamat pun sudah mengungsi ke kota-kota terdekat seperti Manokwari, Biak dan Nabire. Meskipun demikian, para pengungsi tersebut masih menumpuk di Dermaga Kuripasai karena transportasi laut belum lancar. Oleh sebab itu, kami fokus mengevakuasi mayat di beberapa desa yang masih terisolir seperti Suobei dan Wasior Kampung. Di dua desa tersebut bau mayat sangat menyengat karena masih banyak mayat yang belum dievakuasi,” ungkap Amir. Selain mengevakuasi mayat, BSMI juga telah mendirikan posko kesehatan bagi dua ribu pengungsi di lapangan Kodim Manokwari karena junlah posko kesehatan masih sangat minim dan belum bisa diakses dengan mudah oleh para korban selamat. Beragam penyakit mudah dikenali oleh tim relawan medis BSMI seperti diare, ispa (infeksi saluran pernafasan akut), dan gatal-gatal. Sementara itu, pada pekan kedua pasca terjadinya banjir bandang di Wasior, gejala malaria telah menjangkiti 10 warga pengungsi dan relawan yang tersebar di beberapa titik pengungsian. Sulfiadi, salah seorang relawan BSMI di Wasior, mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi diperkirakan akibat kondisi dan stamina tubuh yang mulai menurun. Tak hanya itu,
BulanSabit SabitMerah MerahIndonesia Indonesia Volume VolumeVII VIINo.11/Januari-Februari/2011 No.11/Januari-Februari/2011 Bulan
kondisi cuaca, debu jalanan, dan adanya nyamuk yang mengandung parasit malaria juga menjadi penyebab penyebab penyebaran malaria di Wasior. “Kondisi ini diketahui, setelah BSMI menerjunkan mobile klinik (pelayanan kesehatan dengan mobil yang dilengapkapi dengan peraltan medis lengkap) di beberapa titik pengungsian dan posko relawan, polisi serta posko utama BSMI di Masjid Al Falah Wasior,” ujarnya. Untuk menangani masalah tersebut, lanjut Sulfiadi, BSMI telah melakukan mobile klinik dengan memberikan obat anti malaria kepada seluruh warga Wasior yang dijumpai. [rina]
laporan utama
Tsunami Terjang Mentawai, BSMI Terjunkan Relawan
S
ebanyak enam relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) diberangkatkan ke Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dari Jakarta untuk membantu korban gempa dan tsunami, Senin (1/11). Enam relawan tersebut adalah dr Basuki Supartono SpOT FICS MARS (dokter spesialis bedah tulang), dr Ki Agus Erik SpAN (dokter spesialis anastesi), dr Aronica Tounso (dokter umum), Br Muhammad Riski (perawat), Syekh Abdul Qodir (humas), dan Suloso (logistik). Pengiriman relawan BSMI ke lokasi bencana Mentawai ini merupakan yang kesekian kalinya dari BSMI setelah relawan dari BSMI cabang Padang, Medan, dan Lampung terlebih dahulu berada di lokasi bencana untuk membantu evakuasi dan memberikan pelayanan kesehatan. Menurut Ketua Umum BSMI, dr. Basuki Supartono SpOT FICS MARS, pengiriman tim relawan medis dan logistik bertujuan untuk menyelamatkan sembilan korban patah tulang yang terlantar karena minimnya pelayanan kesehatan dan obatobatan serta perlengkapan operasi di Mentawai. “Kami juga membawa peralatan operasi lengkap dengan mesin bius dan autoklaf untuk mensterilkan instrumen
operasi. Selain itu, kami juga membawa obat-obatan, pakaian, peralatan shalat, dan makanan untuk para korban,” ujarnya. Selain mengirimnkan bantuan obat dan bahan makanan, BSMI berupaya mendirikan Rumah Sakit Lapangan (RSL) di Mentawai untuk memudahkan para korban mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, keberangkatan para relawan ini tidak hanya membawa obatan-obatan dan logistik, tapi juga perlengkapan pendirian RSL. Sejumlah relawan BSMI yang sudah berada di Mentawai sebelumnya juga telah mempersiapkan pendirian RSL. Selama di Mentawai, relawan BSMI tak hanya membantu melakukan evakuasi tapi juga melakukan pemeriksaan kesehatan melalui mobile klinik kepada para korban selamat yang mengalami luka-luka.
12 pasien patah tulang di operasi
Sementara itu, pada Kamis (4/11) pagi sekitar pukul 09.30 WIB, dua belas pasien patah tulang berhasil dioperasi oleh Tim Medis BSMI, bekerja sama dengan TNI Yonkes dan Semen Padang di RSL TNI di Sikakap. Keduabelas pasien tersebut terdiri dari usia 4 tahun dan paling tua 65 tahun. Pasien patah tulang tersebut diakibatkan benturan dengan benda keras akibat gulungan ombak ketika tsunami melanda kawasan Kepulauan Mentawai.
“Walaupun sedikit terlambat dalam melakukan operasi terhadap korban karena keterbatasan sarana dan sulitnya trasportasi, pasien patah tulang mampu dioperasi semuanya. Hanya ada 4 pasien yang kami rujuk ke RS.Muhamad Jamil – Padang, karena harus memperoleh penanganan yang harus didukung oleh peralatan medis yang memadai”, kata dokter BSMI dr. Ki Agus Erick, SpAn. Penanganan kepada korban anakanak dipengungsian juga menjadi prioritas kami. Tim medis BSMI selain melakukan operasi pasien patah tulang, juga melakukan pengobatan umum di pengungsian baik melalui darat dan laut. Perjalanan melalui darat dengan ojek sepeda motor cukup efektif contohnya disekitar dusun Bulak Monga yang pengungsinya berasal dari dusun Rua Monga di Kecamatan Pagai Utara. Sedangkan melalui laut Tim medis BSMI melakukan pelayanan medis dan trauma healing di desa Monte Baru -Baru. Adapun kebutuhan yang masih sangat diperlukan para korban gempa dan tsunami Mentawai adalah selain sembako, yakni kebutuhan wanita dan balita. Hal ini dipicu karena anak-anak sangat resisten terhadap perubahan cuaca dan kurangnya makanan sehingga penyakit seperti ISPA dan kurang gizi masih terjadi di sebagian besar pengungsian. [rina]
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
7
laporan utama
Pengungsi Merapi Pulang, BSMI Bantu Bersih-bersih Desa
S
ejak Sabtu (20/11) lalu, para pengungsi korban letusan Gunung Merapi mulai meninggalkan posko pengungsian dan pulang ke rumahnya masing-masing meskipun kondisi rumah dan kampungnya masih tertutup debu vulkanik. Padahal, dengan kondisi lingkungan yang seperti ini, wabah penyakit dapat dengan cepat menyebar. Untuk mencegah hal tersebut, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menerjunkan 40 relawan yang tergabung dalam Tim Asistensi Kebersihan dan Fogging untuk membantu warga membersihkan kampung dan pengasapan (fogging) pada bakteri dan DBD. “Bersih-bersih kampung ini sudah kami lakukan sejak hari pertama pengungsi pulang, Sabtu (20/11) lalu, di Desa Jetis dan Wonokerto Kecamatan Turi Sleman, serta di Dusun Blumbang, Desa Mardikorejo, Kec. Tempel, Sleman. Bersih-bersih kampung dan foging ini akan kami lakukan hingga pekan depan di lokasi lain,” kata koordinator tanggap bencana Merapi, dr Bambang Edi Susanto SpA. Selain bersih-bersih kampung, lanjutnya, BSMI juga tetap melakukan mobile klinik sebagai pelayanan kesehatan bagi warga korban letusan merapi. Sebab, kondisi rumah dan lingkungan yang tertutup debu vulkanik dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti ispa, sakit tenggorokan, mata, dan kulit. “Sedangkan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup para pengungsi yang telah kembali pulang, BSMI juga menyalurkan logistik kepada warga saat mobile klinik,” ujarnya.
Hindari Terjangkitnya Penyakit, BSMI Galakkan Kampanye Kebersihan
Untuk menghadang berbagai penyakit yang menjangkiti para pengungsi letusan gunung merapi, BSMI menggalakkan kampanye kebersihan di sejumlah posko pengungsian di Masjid Agung Sleman dan di Desa Caturharjo Sleman pada SabtuMinggu (13-14/11). Kampanye kebersihan tersebut antara lain dilakukan dengan memasang poster-poster kesehatan di MCK posko pengungsian, pemberian paket kebersihan diri (sabun mandi, sikat gigi dan pasta gigi), edukasi mengenai personal hygiene (kebersihan diri), serta gerakan cuci tangan dan sikat gigi bersama. Selain kampanye kebersihan, BSMI juga mengajak para pengungsi untuk senam gembira bersama, minum susu, memberikan suplementasi zat besi, dan pemeriksaan mata. Menurut Dr. Bambang yang juga sebagai Ketua BSMI Cabang Yogyakarta, mengatakan rangkaian kegiatan tersebut selain untuk menjaga kebersihan posko pengungsian, juga untuk menghibur para pengungsi yang mulai mengalami depresi. “Senam gembira ini kami adakan sepekan sekali untuk menghibur para pengungsi. Banyak dari para pengungsi yang antusias mengikuti senam gembira, karena gerakan-gerakan dalam senam ini mengundang tawa. Apalagi bagi pengungsi yang lanjut usia. Adapun anakanak, dihibur dengan permainan, brain gym, serta dongeng,” ujarnya. Sedangkan kampanye kebersihan dilakukan untuk tetap menjaga standar kesehatan di posko pengungsian dan menghindari terjadinya wabah penyakit seperti diare, ISPA dan campak. Mengingat, sudah ada beberapa pengungsi yang terjangkit diare dan campak karena kondisi sanitasi yang buruk.
8
Adapun ISPA, masih menempati posisi penyakit terbanyak yang dialami pengungsi. Tak hanya itu, para pengungsi juga diberi siraman rohani melalui acara Nada dan Dakwah oleh Ustadz Zulkarnain di Masjid Agung Sleman. Acara tersebut diisi pula dengan hiburan nasyid oleh kelompok musik Ali Sahaja dari Bantul dengan aransemen musik campuran tradisional Jawa dan modern. “Kami juga membuka warung gratis yang menyediakan susu, buah-buahan, dan bubur kacang hijau. Upaya ini terus kami lakukan untuk mempertahankan daya tahan tubuh para pengungsi agar tidak mudah terjangkit penyakit,” ungkap dr Bambang Edi. Sementara itu, tim psikososial dan trauma healing BSMI kembali melakukan assesment BDI (Back Depression Inventory) untuk mengukur secara kuantitatif tingkat stress yang dialami oleh pengungsi. Selain itu tim psikososial BSMI juga mulai melakukan pendampingan untuk pengungsi dengan cara SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) setiap harinya dengan mobile ke posko-posko pengungsian. [rina]
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
berita cabang
D
Deklarasi BSMI Cabang Mataram
ari sekian banyak peresmian cabang BSMI, mungkin baru di Mataram inilah yang dihadiri oleh lebih dari 400 orang. Itulah sebabnya, gedung Pasareang, di kantor gubernur Nusa Tenggara Barat pagi itu, 28 November 2010, tampak penuh sesak. Bahkan, menurut dr. Asep Nashrullah, sang ketua cabang, hadirin datang dari seluruh wilayah pulau Lombok! Dari pengurus pusat, hadir ketua umum BSMI, dr. Basuki Supartono, SpOT, sekretaris umum M. Jazuli Ambari, Msi, dan ketua bidang Pelayanan Kesehatan dr. Prita Kusumaningsih, SpOG. Dari aparat pemda, hadir bapak H. Surahman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB yang sekaligus meresmikan acara tersebut. Sesuai prosedur standar deklarasi cabang, maka setelah dibacakan Surat Keputusan Pendirian Cabang oleh Ketua Umum, maka dilantiklah jajaran kepengurusan yang diketuai oleh dr. Asep Nashrullah. Sesuai tradisi BSMI pula, pelantikan ditandai dengan serah terima bendera BSMI dari ketua umum ke ketua cabang. Namun pada kali ini ketua umum mendaulat Tuan Guru, yang hadir sebagai sesepuh masyarakat, untuk menyerahkan bendera BSMI kepada ketua cabang.
Acara yang ditunggu-tunggu oleh hadirin setelah deklarasi ini adalah “Seminar Nasional Basic Life Support- Waspada dan Tanggap Bencana”. Acara berjudul megah tersebut telah berhasil menyedot perhatian sekitar 700 peserta (menurut pendaftaran). Banyaknya calon peserta ini sempat membuat ketar ketir panitia, mengingat kapasitas gedung yang terbatas. Acara terbagi menjadi 2 sesi, dimana sesi pertama merupakan presentasi dari BPBD dan SAR, sedangkan sesi kedua adalah pelatihan BLS itu sendiri. Antusiasme peserta tampak dari ramainya pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing pembicara. Banyak di antara pertanyan tersebut merupakan pertanyaan yang cerdas dan kritis. Sesi kedua, selain BLS diberikan juga pre-
sentasi tentang trauma oleh dr. Rudi Febrianto, SpOT serta penjelasan tentang BSMI oleh dr. Basuki. Untuk pelatihan BLS, langsung diberikan oleh pakarnya, yaitu dr. Arief Basuki, SpAn. Dr. Arief yang juga Ketua BSMI cabang Surabaya ini dibantu oleh beberapa asisten dari BSMI Mataram. Sebuah manekin (boneka seukuran manusia dewasa) untuk pelatihan resusitasi bernama Anne, khusus didatangkan dari Jakarta untuk demo memberikan bantuan hidup dasar ini. Dari materi BLS tersebut, ada sebuah hitung-hitungan matematika sederhana yang menyadarkan kita akan kasih sayang Allah SWT kepada manusia. “Manusia bernafas sebanyak 10-20 kali dalam 1 menit. Sehingga dalam 1 jam, sudah 10 x 60 nafas kita hembuskan. Maka dalam 1 tahun sebanyak 12 bulan x 30 hari x 24 jam x 60 menit x 10 nafas yang kita hembuskan”. Silakan dihitung sendiri dan jangan terkejut dengan angka fantastis yang kita dapatkan. Hembusan nafas sebanyak itu, hanya sedikit yang kita benar-benar sadari. 90% kita hembuskan nafas secara refleks. Itulah kasih sayang Allah, yang telah memelihara kehidupan manusia, ciptaanNya yang paling mulia. Maka, tidakkah kita tergerak untuk menyayangi dan mempertahankan kehidupan manusia lain. (nin)
Memanjakan Ibu Hamil Pengungsi Merapi “Saya tidak terbiasa tinggal bersama dengan banyak orang, bu”, ujar Parni saat saya tanyakan perasaannya selama tinggal di penampungan pengungsi. Sambil memeriksa kehamilannya yang berusia 28 minggu dengan USG, kami sedikit mengobrol. Tinggal di penampungan pengungsi, siapa pula yang suka. Tapi suka tak suka, mau tak mau, hal itu harus dijalani ribuan orang warga kabupaten Sleman, Boyolali, Magelang, dan DIY yang harus meninggalkan rumah dan harta benda mereka demi menghindari semburan awan panas gunung Merapi yang gambarannya mirip biri-biri (wedhus gemnbel). Perasaaan semakin tidak menentu manakala keberadaan di penampungan tersebut tidak jelas sampai kapan. Perasaan yang sama dialami juga oleh para ibu, terutama yang sedang butuh perhatian lebih karena hamil. Dalam keadaan hamil, sejumlah wanita di pengungsian ini sedikit banyak merasa gundah. Terutama yang kehamilannya sudah mendekati cukup bulan. Kegundahan tersebut selain menyangkut kondisi janin yang dikandungnya, juga gundah dengan bagaimana seandainya terpaksa harus melahirkan saat berada di penampungan. Namun demikian, untuk masalah nutrisi mereka menganggapnya cukup. “Saya disini minum susu hamil, kok bu dokter, “ kata bu Dewi sambil menyebut satu merk susu yang cukup terkenal. Tentu saja susu tersebut berasal dari sumbangan. Untuk mengurangi kegundahan tersebut, maka BSMI datang dengan seperangkat USG untuk melakukan pemeriksaan terhadap para ibu hamil di 2 lokasi pengungsian. Lokasi pertama di posko Kepuh Harjo. Di sini ada 15 orang bumil yang terdaftar. Pemeriksaan berlangsung lancar, meskipun di dalam ruang periksa terasa gerah. Para bumil tersebut kesemuanya sudah pernah periksa kehamilan di bidan atau puskesmas setempat. Namun untuk pemeriksaan dengan USG, semuanya mengatakan “baru pertama kali ini”. Karenanya, mereka sangat senang tatkala menerima selembar foto USG disertai keterangan singkat. Pemberian hasil pemeriksaan USG memang merupakan prosedur standar agar informasi teresebut dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa selanjutnya. Selain itu, kepada mereka diberikan pula sejumlah tablet zat besi dan kalsium. Di posko Kepuh Harjo ini saya temukan 1 kasus kehamilan kembar, yang disambut oleh sang ibu dengan binar-binar keterkejutan. Seusai sholat Jum’at, pemeriksaan pindah ke lokasi Masjid Agung Sleman (MAS). Bidan Diah yang menjadi asisten dengan sigap membereskan peralatan USG, mengepaknya, dan merakit kembali di lokasi baru. Salah satu pasien di MAS ini adalah ibu Dina, yang sedang hamil kedua. Beliau seorang guru SMK yang juga seorang pengungsi mandiri. Tentang pengungsi mandiri, bu Dina menjelaskan, bahwa keluarganya tidak bergabung dengan keluarga pengungsi lain di posko, melainkan mengontrak sebuah rumah sederhana. Namun mereka tetap terdaftar sehingga dapat memperoleh hak-hak sebagai pengungsi. Hal penting yang disampaikan bu guru Dina adalah adanya beberapa siswa SMK yang mengalami stress berat (gangguan jiwa). Para siswa yang mengalami gangguan jiwa tersebut (baca : Post Trauma Stress Disorder/PTSD) berasal dari desa Kepuh Harjo, salah satu desa yang bisa dikatakan hancur dan tak layak huni. “Apakah BSMI bisa membantu mereka, bu? ”, harap bu Dina. Saya tak menjajikan, namun setelah saya catat alamat dan nomor kontak beliau, rencananya akan dikoordinasikan oleh ketua BSMI cabang DIY agar tim psikososial untuk Merapi segera menindaklanjutinya. Yang unik, di antara pasien bumil di MAS ini saya temukan 1 kasus hamil kembar lagi! (nin)
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
9
album
Keluarga asli Papua di wasior memeriksakan kondisi kesehatan di posko medis BSMI
Anak-anak korban tsunami Mentawai sejenak melupakan kesedihan bencana karena dihibur oleh relawan trauma healing BSMI
Dalam masa tanggap bencana tsunami Menatawai, BSMI selalu siap bekerjasama dan berkoordinasi dengan semua pihak termasuk PMI
Sebelum menembus daerah bencana di Mentawai, Dr. Basuki Supartono, SpOT berkoordinasi dengan gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno
Dapur umum BSMI selalu memastikan kesejahteraan para korban Merapi di posko pengungsi dengan pengadaan makanan setiap harinya
Tim kebersihan BSMI membersihkan fasilitas jalan umum dari pepohonan dan pasir yang tebal
Bulan SabitSabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 Bulan Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 10 10
album
Dr. Basuki Supartono, SpOT bersama dokter Palestina penerima beasiswa BSMI beradiensi dengan pejabat Kementrian Kesehatan RI untuk membahas program bantuan untuk Palestina
Menteri Sosial RI Salim Segaf Al Jufrie beramah tamah dengan relawan BSMI di stand informasi BSMI saat pembukaan HKSN
Untuk meningkatkan kepedulian sesama, BSMI menyembelih hewan kurban di RS JIH untuk disalurkan kepada warga yang tidak mampu
Menteri Komunikasi dan Informatika RI Ir. Tifatul Sembiring menerima audiensi dari Pengurus Pusat BSMI beserta dokter Palestina penerima beasiswa BSMI
Muhammad, putra Gaza yang telah lahir di Indonesia dari pasangan Dr. Ameen Al Nawjha (dokter Palestina penerima beasiswa BSMI) dan Niveen Al Nawjha
Suasana pameran foto “Gaza Perkasa� yang diselenggarakan oleh BSMI-Antara selalu ramai dihadiri oleh para pengunjung
Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 BulanBulan SabitSabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 11 11
kiprah
Buka Puasa Bersama dengan Keluarga Gaza Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pengurus Pusat Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) dan segenap para relawan kembali menyelenggarakan silaturahmi sekaligus buka puasa bersama di Hotel Bidakara Jakarta, Sabtu (28/9). Acara buka puasa saat itu terasa spesial karena para dokter Palestina dan keluarganya memberikan testimoni tetang pengalamannya selama di Indonesia. Selain itu, juga diserahkan pula santunan kepada puluhan anak yatim piatu dan dhuafa binaan ZISKES (Zakat dan Infaq Kesehatan) BSMI. Sebagian besar tampak para tamu undangan yang hadir adalah pejabat pemerintahan, donatur tetap, perwakilan mitra kerja BSMI dan ratusan relawan. Mengawali sambutannya, Ketua Umum BSMI Dr. Basuki Supartono, SpOT sangat bersyukur kemeriahan buka puasa kali ini dengan bersama dengan keluarga dokter-dokter Gaza. Para dokter Palestina yang baru pertama kali ke Indonesia sedang melanjutkan studi spesialis kesdokteran melalui beasiswa dari BSMI. Saat ini, sejumlah rumah sakit di Gaza Palestina kekurangan dokter ahli sehingga bantuan beasiswa ini akan mampu menambah SDM ahli di Gaza. Selain itu, diharapkan dengan pemberian bantuan beasiswa ini dapat meningkatkan hubungan Indonesia dan Palestina dalam bidang sosial dan kemanusiaan. Rangkaian acara yang mengambil tema ”Berkah Buka Puasa Bersama Keluarga Gaza” diantaranya dengan penyerahan piagam penghargaan kepada para sebanyak 18 relawan medis dan non medis yang ikut dalam tim kemanusiaan ke Gaza Palestina pada Juli-Agustus 2010. Penyerahan piagam tersebut diserahkan oleh Ketua Umum BSMI. Kemudian acara buka bersama ditutup dengan testimoni para dokter Palestina yang dipandu oleh Ust. Khoiron. Dalam testimoninya, mereka sangat terkesan dengan keramahan orang Indonesia yang turut membantu proses adapatasi di Indonesia. Tidak ketinggalan, mereka mengungkapkan ucapan terima kasih kepada BSMI yang telah meberikan bantuan beasiswa spesialis kedokteran. Halal Bi Halal BSMI Sementara itu, usai Hari Raya Idul Fithri 1431 H, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Pusat menggelar halal bihalal bersama para pengurus pusat dan relawan di RS Jakarta Islamic Hospital, Kamis (16/9). Dalam acara tersebut sejumlah pengurus pusat dan para relawan dapat berkumpul untuk berjabat tangan dengan mengucapkan kalimat ‘Minal Aidzin wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Bathin’. Acara yang di hadiri oleh sekitar ratusan puluhan relawan BSMI yang tergabung di RS Jakarta Islamic Hospital dan Klinik Al Fauzan Condet berlangsung khidmat dan saling memaafkan satu sama lain. Acara tersebut di dimulai dengan adanya siraman rohani dari Ust. Khoiron dan sambutan dari Ketua Umum Dr. Basuki Supartono, SpOT. Dalam sambutannya, Dr. Basuki berharap dengan diselenggarakannya halal bi halal antara pengurus pusat dan relawan dapat mempererat tali persaudaraan sehingga terjalin kebersamaan untuk menjadikan BSMI menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. [dian]
BSMI-ANTARA Pamerkan Foto “Gaza Perkasa” Bertepatan dengan Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) bekerjasama dengan Antara Foto menyelenggarakan Pameran Fotografi Kemanusiaan di Galeri Foto Jurnalistik Antara Pasar Baru Jakarta dari 29 November s.d 10 Desember 2010. Pameran Foto yang bertema “Gaza Perkasa” secara resmi dibuka oleh Ketua Umum BSMI Dr. Basuki Supartono, SpOT, Perwakilan Dubes Palestina dan Kurator Antara Foto, Senin (29/11). “Saya mengucapkan terima kasih kepada Antara Foto atas terselenggaranya pameran foto untuk kemanusiaan ini yang dapat mempererat persahabatan antara Indonesia dan Palestina,” kata first secretary kedutaan Palestina Taher Ahmed pada pembukaan acara pameran Foto. Sementara itu Dr. Basuki Supartono, SpOT dalam pidato sambutannya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang menyelenggarakan Foto Kemanusiaan di Gaza. “Pameran Foto ini dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya kehidupan masyarakat Gaza. Diharapkan masyarakat yang melihat foto-foto ini akan menumbuhkan solidaritas kepada warga Palestina yang saat ini masih tertindas oleh kekejaman pemerintah Israel. Semoga kita bisa segera mendengar kemerdekaan yang sesungguhnya untuk Palestina,” kata Dr. Basuki yang ditemani oleh dua dokter Palestina penerima beasiswa BSMI Dr. Moin Al Shurafa dan Dr. Ameen Al Najhwa. Pameran Foto Kemanusiaan ini di dokumentasikan oleh Wartawan Foto Antara Ismar Patrizki yang turut serta dalam tim kemanusiaan BSMI ke Gaza Palestina. Ismar mengungkapkan bahwa keterbatasan ruang dan waktu membuatnya hanya bisa memotret lebih banyak dari balik kendaraan. Ada satu hal yang menurut dia sangat mengesankan yaitu masyarakat Palestina yang selalu bangkit meski terus menerus dibombardir oleh tentara Israel. “Foto yang ada di sini menggambarkan kuatnya semangat mereka untuk bertahan,” tuturnya. Foto-foto yang dipamerkan, lanjut Ismar, tercetak di atas bahan metal dan merupakan pertama kalinya di Galeri Foto Jurnalistik Antara. Foto tersebut diantaranya berjudul “Gaza women di Gaza city” , “Playing Ground”, “Kunanti di Gerbang Mural Jalur Gaza” dan “Generasi Penerus”. Pameran foto itu juga membuka donasi untuk rakyat Palestina. Pengunjung yang menyumbang sebesar 20 ribu akan mendapat katalog foto pameran. [dian]
Bulan SabitSabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 Bulan Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 12 12
beasiswa Palestina
Testimoni Gaza oleh Dokter Palestina di Cirebon Konflik di Palestina dan Israel di jalur Gaza tidak pernah berhenti. Meski demikian, rakyat Palestina tetap memperjuangkan wilayahnya yang diblokade Israel. Untuk memperjuangkan kedaulatan Palestina, Ahada (29/8) di Aula IPHI Kabupaten Cirebon, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) dan Yayasan Bina Ummah (Yabinu) menggelar ”Tabligh Akbar dan Penggalangan Dana”. Acara ini dibuka oleh ketua BSMI Pusat dr Basuki Supartono SpOT FICS MARS, Ketua IPHI Kabupaten Cirebon H Syurif Abdul Mukti dan Pengurus Yabinu Ahmad Priyatna Ak. Pada acara puncak, digelar testimoni dan dialog langsung dari para dokter Palestina penerima beasiswa BSMI yakni dr Ameen An Nawjha, dr Moin ZR Al Shurafa dan dr Hani Hamad E Habib. Dr Ameen An Nawjha mewakili dokter Palestina yang lainnya mengucapkan terima kasih atas perhatian masyarakat Indonesia khususnya umat Islam di Indonesia yang telah memberikan perhatiannya atas perjuangan bangsa Palestina. Menurut Ameen, persoalan bangsa Palestina dengan Zionis Israel tidak sematamata tentang wilayah, akan tetapi persoalan kemanusiaan dan agama. Yang perlu diingat, disana bediri masjid pertama umat Islam yakni masjidil Aqso, tempat tersebut selama ini yang menjadi rebutan antra umat Islam dengan zionis Yahudi. “Zionis Israel berusaha menghancurkan umat Islam, untuk itu bangsa Palestina tetap melakukan perlawanan,” ujar Dr. Ameen disambut gemuruh dan takbir oleh warga Cirebon yang memadati aula. Sedangkan dalam sambutan pembukaanya, Dr. Basuki Supartono, SpOT mengatakan bahwa BSMI sebagai lembaga kemanusiaan tergerak untuk membantu Palestina yang kesulitan akibat embargo Israel. Termasuk pembangunan rumah sakit di sana kesulitan akibat seluruh fasilitas umum dilarang untuk dibangun tidak terkecuali pembangunan rumah sakit dan pengembangan dunia kedokteran. Oleh karena itu, kata Dr. Basuki, BSMI membiayai pendidikan dokter umum dari Palestina untuk melanjutkan pendidikan spesialis di Indonesia. Mereka antara lain dr Ameen An Nawjha untuk studi bedah bedah syaraf (UI), dr Moin ZR Al Shurafa menempuh spesialis anestesi (UGM).
Ujian Bahasa Indonesia
Sementara itu, para dokter Palestina sejak 3 bulan yang lalu telah memulai kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia sebagai salah satu syarat untuk menempuh pendidikan kedokteran spesialis bagi mahasiswa asing. Kini, mereka akan menjalani ujian Bahasa Indonesia untuk meraih nilai maksimal agar bisa membuktikan bahwa para dokter Palestina sangat serius dalam program beasiswa BSMI. Selain itu, dengan kelulusan itu, mereka akan segera melanjutkan ke program adaptasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada. Diharapkan proses pendidikan dokter spesialis yang mereka tempuh atas bea siswa BSMI dapat berjalan dengan lancar dan aman. [dian]
Segenap Pengurus Pusat, Cabang dan Relawan BSMI Mengucapkan: Selamat Atas Kelahiran Putra ke-4 Muhammad (7 Desember 2010) Dari pasangan Dr. Ameen An Nawjha (Dokter Palestina Penerima Beasiswa BSMI)
& Neevin An Nawjha Semoga Kelak Menjadi Anak yang Sholeh Amiin..
Bulan SabitIndonesia Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 Bulan Sabit Merah Volume VI No.10/Agustus-September /2010 13 13
laporan keuangan
Laporan Keuangan BSMI
Bulan SabitSabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 Bulan Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 14 14
profil Dr. M. Bambang Edi Susyanto ,Sp.A, M.Kes
Berusaha Memahami Perasaan Korban Merapi Itulah penggalan singkat yang meluncur dari Dr. M. Bambang Edi Susyanto ,Sp.A, M.Kes (44 thn) saat ditemui di lokasi pengungsian korban letusan gunung Merapi Yogyakarta. Sebagai ketua BSMI cabang Yogyakarta dan dosen di FK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sudah tentu kegiatan sehari-harinya makin menumpuk. Belum lagi tugas mulia sebagai penanggung jawab tanggap darurat di seluruh posko-posko pengungsi korban Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ayah dari empat anak ini telah lama menggeluti organisasi kemanusiaan sejak mahasiswa karena alasan untuk saling menolong dan berbagi sesama manusia. Pengalamam berorganisasi semasa duduk di bangku kuliah telah menumbuhkan sifat empati dan sesitivitas terhadap berbagai permasalahan sosial. Saat diamanahkan sebagai koordinator tanggap bencana musibah letusan gunung Merapi, Dr. Bambang seakan totalitas kesehariannya langsung terjun di posko-posko pengungsi. Tugasnya sangat super sibuk saat itu yang diantaranya beroordinasi dengan sejumlah relawan, mengatur bantuan yang baru datang dan kemana harus didistribusikan. Walaupun dirinya sempat terbaring di rumah sakit beberapa waktu yang lalu akibat kelelahan, suami dari Dra Awang Murtiningsih,Apt masih terus berkoordinasi dengan para relawan untuk membantu para pengungsi yang masih dalam keadaan ketakutan. Pengalaman yang sangat mengesankan menurut Dr. Bambang adalah bagaimana saat itu ia harus berpindahpindah dari posko-posko pengungsi karena mobilitas pengungsi yang cukup tinggi. Ia bisa mencoba memahami perasaan para pengungsi yang mau tidak mau harus merelakan meninggalkan seluruh rumah berikut harta benda dan ternaknya. Wajar saja, ketika para warga di sekitar lereng Merapi banyak yang menjadi korban letusan Merapi karena keengganannya harus meninggalkan harta bendanya. Selain itu, hikmah dari musibah Merapi, yaitu Dr. Bambang dapat berinteraksi dengan para relawan BSMI yang datang dari seluruh Indonesia untuk membantu korban Merapi. Menurutnya relawan BSMI sungguh mulia dan kreatif dalam menjalankan tugasnya menolong sesama yang sedang kesusahan. Ia berharap seluruh relawan di seluruh Indonesia harus hidup dengan penuh makna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas. Sesuai motto hidupnya, yakni “keindahan motivasi ada pada pengabdian kepada-Nya�. [dian] Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
15 15
konsultasi kesehatan
Bersin: Kesehatan dan Rasa Syukur “Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas...”
Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung, sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri itu. Syarafsyaraf yang terdapat di hidung dan mata itu sebenarnya saling bertautan, sehingga pada saat kita bersin, maka secara otomatis mata kita akan terpejam. Hal ini untuk melindungi saluran air mata dan kapiler darah agar tidak terkontaminasi oleh bakteri yang keluar dari membran hidung. Selain itu, pada saat kita bersin, secara refleks maka otot-otot yang ada di muka kita menegang, dan jantung kita akan berhenti berdenyut atau berhenti berdetak untuk sementara (baca=sekejap,red). Setelah selesai bersin maka jantung akan kembali lagi berdenyut alias berdetak kembali. Oleh karena itu, dalam agama Islam kita disarankan untuk mengucapkan kalimat pujian kepada Tuhan yaitu “Alhamdulillah” yang artinya “Segala Puji bagi Allah”, karena jantung kita sudah berfungsi lagi normal seperti biasanya, setelah istirahat sejenak disebabkan oleh bersin kita tadi. Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah mencintai orang yang bersin “. Imam Ibn Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits
16
di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas . Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut. Rasulullah bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum” (HR. Bukhari, 6224) Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap. Maka dari itu, berdoa setelah bersin adalah wujud sykur kita kepada Allah dan jangan lupa setelah bersin jangan lupa cuci tangan dengan sabun. [dari berbagai sumber]
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
CABANG-CABANG BSMI
cabang bsmi Sumatera; Kota Banda Aceh: Heri Riswandi (081360052554), Kab Meulaboh*: Zainal Abidin, S.Si (081360044747), Kab Pidie*: Abdul Aziz (081360114888), Kab Pidie Jaya: Hamzah(081560603475), Kab Pidie: Eriyana (085377333574), Kota Lhokseumawe: Daniel Mas (08116701406), Kab Nagan Raya*: Abdi Yusriza (081360396490), Kota Langsa*:Wahyu, SE (081318340340), Kab Simeulue*: Rasmanudin R,SE (081534005526), Kota Bandar Lampung: N.S. Miiroji, S.Kep (081279624602), Lampung Selatan: Suprianto S.Si (081369002524), Lampung Tengah: Rohmat Susanto (085269940825), Tenggamus: Budi M. Ghozali (08136968408), Kota Duri: Ir. H. Abdul Gaffar (0816379012), Kota Medan: dr. Nuryunita Nainggolan (08126523047), Kota Padang: Hisyam Tsanudi (081363099700), Kab Bengkalis: dr. Fidel Fuadi (081175577), Kota Pariaman: Armedyan Dasmar (081363466733), Kota Palembang: Zaenal (07117713041), Kota Pekanbaru: Arisman Adnan (08126874505), Kab Solok*: Ilzan Sumarta (085263919432), Kota Pariaman*: Armedyan Dasamar (081363466733). Jabodetabek; Jakarta Barat: Djoni Siswoyo (08561855956), Jakarta Utara: Taufik (08128711382), Jakarta Timur: dr. Jupriyah (0816855229), Jakarta Pusat*: dr. Ahmad Jamaluddin (081510346343), Jakarta Selatan: Arfan Mapalihu SpS (08161889193) Kota Bogor*: dr. Ferry Haki (08163293666), Kabupaten Bogor*: Imran (085719284514) Banten; Kota Serang: dr. Slamet (08129353844), Kota Cilegon: Putut, SKM (08129621829), Kota Tangerang: Taufik Jursal Efendi (08561230842), Kota Tangerang Selatan: Sarprihanto (08568913424), CP Lebak: Dedi, Amd (0888121009). Jabar; Kota Bandung: dr. Dany Erlangga (081321378910), Kab Bandung*: dr. Guntur (08122302661) Kota Kuningan: Aria Pranata, S. Kep (081804633000), Kota Garut: Karnoto, S.Kp (081323166688), Kota Bogor: Muhammad Imron (085719284514), Kota Banjar: Rusyono (081548831392), Kota Ciamis: Rudi Kurniawan, S.Kep (081323944146), Kota Tasikmalaya Yanyan Bahtiar, SKM (085223816882), Kabupaten Tasikmalaya dr. Husen Rahman . A (085221617213), Kota Sumedang*: Husen Rahman (085221617213), Kota Sukabumi Asa Fernando, AmdRad (08164636421), Kab Sukabumi Ir. Sopian (085723076801), Kota Indramayu* Khairul Naim, SKep, Mepid (08122200104), Kota Indramayu: Mohamad Abduh (081321280490), Kota Indramayu: Robani Hendra P (085220541980), Kota Cirebon dr. Wizhar Syamsuri, SpPD (08112400601) Jateng; Kota Tegal dr. Desi Nuraini Yustika (085869152692), Kota Yogyakarta dr. Bambang (081227496659) Kota Mojokerto* dr. Sri Harnowo (08123111648), Kab Semarang*: Adil Zulkarnaen (081325212444), Kota Semarang dr. Osmana Sutedja (085290099802), Kab Ungaran: Adil Zulkarnain (081325212444), Kota Surakarta dr. Annang Giri M (08122680984), Karang Anyar: Heri Dwi Purnomo (08179436405), Jatim; Kota Surabaya dr. Arief Basuki, SpAn (08123003473), Kota Surabaya: Eko A. Subagio (0818304413), Kota Surabaya: Fitranti Suciati Laitupa (08123415606), Kab Bojonegoro: Arif Jaya Saputra (081359660998), Kab Bangkalan* dr. Nuri Effendi (031-70194352), Kota Madiun* dr. Suyoso K (08123182692), Kab Madiun* dr. Andi (08123078936) Kab Jember* dr. Ari (0336-882950), Kota Lamongan* dr. Wulyanto, Kota Kediri: dr. Agung Wibowo (08123417783), Kab Jombang*: Moh. Wachid (081553191647), Kab Blitar*: Muchdianto, Amk, S,Sos, M.Kes, Kota Blitar: dr. Azwar Anwar, MM (08123396388) Kota Pamekasan* Muzairi (0818326596), Kab Nganjuk* dr. Suwito, Kota Trenggalek Prastowo (081933190114), Kota Demak* dr. Yuniati (0291-685553), Kabupaten Tulung Agung dr. Moch. Mundir Arif (081335445077) Kalimantan; Kota Balikpapan dr. Hadi Yuniarko (0816200356), Kab Bontang* dr. Suhardi (081545064382), Kota Samarinda dr. H. Abdul Haris, MM (0811591772), Kota Samarinda: Evi Fitriany (081346297462), Kota Banjarmasin: Iwan Aflanie, SpF, M.Kes (085251256276), Kab Sintang: Erliansyah (08125777166), Kota Pontianak: Izzuddin Fathoni (08152200024), Kab Paser Penajam Utara*: dr. Jaya Muallimin SpKJ Sulawesi; Kota Makassar: dr. H. Andi Qayyim Munarka (0811466987), Kota Manado* Awaludin Pangkey (08565701246) Bali: Kota Denpasar dr.Chalwan (08174700957) Nusa Tenggara Barat: Kota Mataram: Asep Nasrullah (081803654794) Papua; Kota Nabire*: Susianto Mannuke,ST (081344055645), Kab Manokwari*:Amir Habbe (08124886508) * Cabang Persiapan
Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 BulanBulan SabitSabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011 17 17
cerpen
Kakek Tua & Tikus Oleh: Afifah Afra**
A
da satu titik hitam yang membuatku berantipati terhadap lelaki tua itu. Kakekku, dia adalah pecinta tikus. Padahal, semua orang tahu, aku sangat benci tikus. Ketika celana monyet masih membungkus tubuh kecilkuku, tatkala teman-teman terbahak menonton aksi jenaka Micky Mouse, kebencian itu sudah tertanam. Bagiku, tikus hanyalah binatang kotor, menjijikan, sumber penyakit yang harus dijauhi. Kakek penggemar tikus. Ia senantiasa menangkapi tikus-tikus, baik yang berada di sawah, pasar, kantor, juga di rumah-rumah. Begitu tertangkap, tikus itu tidak dibinasakan, namun dimasukkan ke dalam sebuah ruang tanpa jendela, yang menyita hampir separuh rumah kakek yang tak terlalu besar. Ruang itu terbuat dari anyaman kawat yang cukup untuk sirkulasi udara, namun tidak cukup bagi tikus-tikus itu untuk meloloskan diri. Tetapi aku yakin, meskipun tidak dibatasi pagar kawat sekalipun, tak akan ada tikus yang berniat melarikan diri, sebab segala kemewahan pertikusan tersedia di sana. Untuk belanja berkilo-kilo ikan asin, beraneka umbi-umbian, kainkain perca yang nyaman untuk alas tidur, serta aneka kebutuhan pertikusan lainnya, kakek mendermakan lebih dari separuh uang pensiunnya. Ruang tersebut, bukanlah sebuah kurungan, tetapi surga! Surga bagi para tikus. Bagi kami, alur pikiran kakek mirip sungai Mahakam yang mendangkal, sedangkan kami adalah kapal-kapal yang terpaksa harus parkir di muara sebab tak sanggup mengarunginya. Teguran bukan tak pernah terlontarkan, justru semakin hari semakin gencar bak berondongan pelor pasukan Israel yang menghujani kaum sipil Lebanon. Mulai dari keborosan anggaran, kelakuan yang sia-sia, hingga ancaman kesehatan, karena surga tikus tersebut memancarkan bau tak sedap, membuat makanan yang tertelan tak betah berada di lambung dan harus dimuntahkan, terutama jika kakek tidak sempat membersihkannya. Dan mana kakek sempat? Setiap hari, waktunya habis untuk menambah koleksi penghuni surganya. Yang sanggup ia kerjakan secara rutin hanyalah memandangi tikus-tikus itu dengan penuh seri, memberi makan, serta
18
tambahan kain perca. ***** Jika anjing atau kucing, bisa menjadi peliharaan yang menyenangkan, tentu tidak dengan tikus. Siapa yang suka tikus di dunia ini? Jika ada tikus-tikus yang mengukir prestasi dengan kelucuannya, barangkali hanya Jerry dan Micky Mouse dalam legenda Walt Disney. Lainnya, semua kotor, biang penyakit. Orang yang menggemari tikus, bisa dipastikan ada bagian sarafnya yang konsleting. Jadi, pasti kakek telah mengidap sakit jiwa. Aku mengusulkan agar kakek dibawa ke psikiater. Akan tetapi, ibu tak sepakat.
“Kakekmu waras. Seratus persen waras!” tegasnya. “Tetapi, lihatlah apa yang ia lakukan? Ia menangkapi tikus, mengurung, mengoleksinya, memberinya kemewahan... ia tak punya pekerjaan selain itu,” sergahku, tak mau kalah. “Kakekmu sudah mulai menangkap tikus sejak kau belum lahir. Sewaktu ia masih seorang jaksa yang berwibawa,” sergah ibu. “Jadi, sejak masih menjadi seorang jaksa, kakek sudah gila?” “Bukan begitu maksud ibu!” Aku tak bisa diyakinkan bahwa kakekku waras. Kakekku gila! Sudah banyak bukti, salah satunya kejadian sore kemarin, ketika
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011
kakek memaksaku mengantar berbelanja kebutuhan tikus-tikus itu ke pasar. Entahlah, pernah adikku, Cita merengek minta dibelikan es krim yang hanya seharga 2 ribu rupiah, namun hingga menangis bergulingan, kakek tetap bersikukuh untuk tidak memberikannya. Rupanya, di mata kakek, tikus-tikus itu lebih berharga dibanding dengan cucunya sendiri. “Kakek sudah menangkap lebih dari seribu tikus. Prestasi yang hebat, bukan?” kakek membulatkan matanya yang keriput, menatapku yang hanya bisa menyeringai, menahan rasa sebal yang meluap-luap. “Kemarin, tikus yang hidup tinggal 734. Berarti, seharian berburu kemarin, Kakek berhasil menangkap 9 ekor tikus. Kebutuhan makan mereka bertambah banyak. Kau tahu, tikus juga butuh makan. Jika tidak diberi makan, tikus itu akan berusaha sebisa mungkin untuk kabur,” lanjut kakek. Aku pun mencoba memadankan cengiranku dengan senyuman kuda lewat kaca spion di depanku. “Kau tunggu saja di sini, ya?” ujar Kakek, ketika aku menghentikan laju sepeda motorku di tempat parkir. “Los pasar tempat ikan asin, baunya sangat amis. Kau pasti tidak suka menciumnya.” Aku melengos. Bau ikan asin, bagiku seribu kali lebih harum daripada busuk aroma tikus! Ingin kusemburkan kata-kata itu, tetapi akhirnya kuputuskan untuk tetap menyimpan dalam batin. Aku tak mau ribut. Namun, justru kakeklah yang memicu keributan itu. Bukan denganku, akan tetapi dengan semesta pasar yang beraneka ragam jenisnya. Berawal dari penglihatan kakek yang masih tajam, meskipun usianya sudah cukup lanjut. Ketika melintas di los dekat tempat parkir, kakek melihat seekor makhluk berlarian menuju got. “Tikus! Tikus gemuk!” teriak kakek sembari sontak mengejar tikus tersebut. Ia pasti bermaksud menangkapnya. Hanya saja, karena ia tidak mempersiapkan sebelumnya, maka di dalam tasnya tak tersedia peralatan berburu tikus. Akan tetapi, ia memutuskan untuk berburu dengan tangan kosong. Sayang, tikus tersebut sangat lincah. Ia berlari, berzig-zag, menyelinap ke sana kemari, seakan tengah mengajak kakek
cerpen bermain petak umpet, atau setidaknya, menari Kuch-kuch Hota Hai. Kakek berkali-kali harus menubruk tempat kosong. Namun, tak peduli dengan pelototan para penghuni pasar yang sangat terganggu dengan aksi perburuan itu, Kakek tetap bersemangat. Barangkali, tikus itu telah menjelma menjadi gadis India yang jelita, sehingga kakek begitu bergairah menaklukkannya. ***** Pasar hiruk pikuk. Dan betapa dahsyat aksinya, baru Kakek sadari ketika sejam kemudian, setelah ia kelelahan dan tikus itu ternyata tak bisa ditangkapnya. Seorang pedagang telur meminta ganti rugi, karena satu kotak telurnya tertabrak dan isinya pecah berleleran. Seorang bakul jamu meradang, karena hampir seluruh botolbotolnya remuk dan jamu yang menjadi penopang hidupnya bercampur dengan air comberan. Kemudian seorang penjual buah. Lantas penjual es dawet. Kakek pun harus membayar sejumlah besar uang. Entah berapa yang ia keluarkan. Yang jelas, ketika terpaksa harus pulang, ia tidak membawa 10 kilogram ikan asin dan beberapa barang yang bermaksud ia beli. Akan tetapi, kakek tidak mengeluhkan sejumlah uang yang ia keluarkan. Yang justru ia sesalkan adalah, karena ia gagal memburu tikus itu. “Sayang sekali, tikus bahenol...,” desisnya berkali-kali. Aku tak tahu, harus tertawa geli atau menangis sedih melihat kejadian itu. Namun aku memutuskan untuk tetap bungkam. Apalagi, Kakek sendiri tak berminat mengajakku berbicara. Yang pasti, keyakinanku bahwa kakek mengidap kelainan jiwa, semakin kuat. “Kakek harus dirawat di RSJ, Bu! Bayangkan, ia memburu seekor tikus di pasar yang padat pengunjung, dan menjadi objek kemarahan para pedagang.” Ibu termenung mendengar ceritaku tersebut. Seakan banyak hal berat yang ia pikirkan. “Dulu, kakekmu adalah seorang jaksa yang hebat. Begitu banyak orangorang jahat yang ia jebloskan ke penjara.” “Ya. Itu dulu. Sekarang, ia hanya seorang pengidap sakit jiwa,” gerutuku. “Tahukah kau? Ia sebenarnya masih tetap ingin menjadi jaksa. Akan tetapi, usianya tidak memungkinkan. Ia harus pensiun.” “Dan itulah yang membuatnya menjadi gila!” simpulku. “Tetapi, ibu tidak yakin jika kakek gila...” Terserah apa pendapat Ibu. Yang jelas, tingkah kakek sudah sangat keterlaluan. Maka, ketika kakek kemudian sakit keras dan dirawat di rumah sakit, aku pun kembali memproklamirkan usulan itu. “Hancurkan kandang tikus! Usir semua tikus!” teriakku. “Kakek sakit jantung. Bukan karena tikus. Dan ia juga tidak mengidap sakit jiwa,” kilah Ibu. “Tetapi, kandang dengan ratusan tikus yang bau busuk, jelas bukan sebuah lingkungan yang sehat buat seorang manula.”
“Ibu tahu itu. Tetapi, bisakah kakekmu bahagia tanpa tikus-tikus di sisinya?” Kupandangi ibu dengan seksama. “Kakek hidup di alam fatamorgana. Ia harus disadarkan bahwa kelakuannya itu sebuah anomali!” tegasku. Karena ayah juga mendukung, akhirnya Ibu pun sepakat. Kandang harus dihancurkan. Tikus-tikus itu wajib diusir. Rumah kakek harus dibersihkan, agar menjadi tempat peristirahatan yang layak. Ketika kami memasuki rumah tersebut, suasana sangat sepi. Kakek tinggal sendiri di rumah tersebut. Pernah ada, satu dua pembantu, namun bau busuk tikus membuat mereka tak betah dan terpaksa mundur. Hanya orang gila yang bisa hidup serumah dengan ratusan ekor tikus! Penuh semangat, kudobrak pintu kandang. Keheranan terpancar ketika tikus itu ternyata tak mau keluar, meski pintu sudah kubuka lebar-lebar. Mungkin, mereka merasa tenteram tinggal di dalamnya. Maklum, tempat tersebut adalah sebuah istana, di mana segala kebutuhan telah disediakan. Kakek adalah kasim teladan bagi mereka. Tersulut amuk, cepat aku meraih sebatang kayu, kusodok-sodokkan dengan kalap ke tubuh mereka. Setelah ketentraman itu terusik, mereka beringsut bergerak. Dan setelah teror yang kuberikan sudah melewati ambang, satu persatu, puluhan, dan ratusan tikus itu pun terbirit-birit keluar. “Pergi!! Pergi kaliaaaan!” teriakku, murka. Selama ini, aku dibebat selaksa kecemburuan, karena kakek lebih menaruh perhatian kepada tikus-tikus itu dibanding kepadaku dan Cita, cucu-cucunya. Kelegaan memberkas. Setelah bekerja keras beberapa saat, rumah kakek akhirnya terbebas dari tikus. Kini, aku membersihkan kandang tersebut, kusingkirkan segala kain perca, kubakar habis. Sisa-sisa makanan kuhimpun dan kulempar ke bak sampah. Kawat-kawat pembatas kugulung dan kukubur di kebun belakang rumah. Lantas, ruangan yang ada aku pel dan kusemprot dengan obat pembasmi kuman. Selesai sudah! Dengan seperangkat kursi antik, beberapa pot bunga, tirai berwarna merah jambu dan karpet warna senada, serta alunan musik yang lembut... sebuah tempat yang nyaman pun tercipta. Ayah dan Ibu memuji hasil kerjaku. Cita terlonjak-lonjak kegirangan ketika kuajak menikmati hasil karyaku. “Kau memang pakar desain interior yang hebat!” Aku sudah menduga, sepulang dari rumah sakit, Kakek tentu akan terkejut melihat apa yang terjadi di rumahnya. Namun bahwa reaksi yang terjadi ternyata begitu dahsyat, aku benar-benar tak memperkirakan. Begitu turun dari mobil dan melihat kandang dan ratusan koleksi tikusnya itu telah lenyap, tubuh Kakek kejangkejang. Matanya melotot, sakit jantungnya kambuh. Panik, kami pun membawanya kembali ke rumah sakit.
Hampir satu minggu kakek tergeletak, tak sadarkan diri di ruang ICCU. Aku sangat terpukul. Sehebat itukah arti makhluk bernama tikus bagi Kakek? Rasa bersalah mendadak memenuhi seluruh ruang batinku. Mungkinkah aku terlalu egois karena tidak memahami apa yang beliau kerjakan selama ini? “Kakek ingin bicara denganmu!” kata ibu. “Jadi, kakek sudah tersadar?” tanyaku. “Begitu beliau tersadar, yang ia sebut pertama kali adalah namamu. Datanglah, Nak! Siapa tahu, itu akan membuatnya sembuh.” Tergesa, aku pun memasuki ruang ICCU. Kakek, dengan sepasang mata yang letih, menatapku, nanar. Namun, kemarahan itu masih jelas tersirat, tak lekang oleh ketidakberdayaan fisiknya. Kutundukkan dalam-dalam kepalaku, untuk menghindari tikaman pandangannya. “Mengapa... mengapa kau lepas tikustikus itu?” Aku diam, tak mampu menjawab. Dadaku terasa sesak. “Kau harus tahu, mengapa kakek menangkapi tikus itu. Jika tikus itu tidak ditangkap dan kakek bina di suatu tempat khusus, maka tikus itu akan bergentayangan di kantor-kantor, di pabrik-pabrik, di bank-bank. Ia akan menggerogoti kekayaan yang semestinya bukan menjadi haknya. Dia akan menimbulkan bencana yang sangat besar. Kakek berkewajiban untuk menangkapi tikus-tikus, kalau perlu... seluruh tikus di negeri ini, agar negeri ini bisa menjadi negeri yang makmur. Jika mereka berkeliaran di tempat yang basah, mereka akan menjadi begitu rakus, tak pernah kenyang...” Sepasang mataku terbuka lebar. “Sekarang, tikus-tikus itu telah kau lepas. Mereka pasti sudah mulai kembali beraksi. Ini semua tanggung jawabmu! Tanggungjawabmu! Jika negeri ini kemudian menjadi hancur, kau harus ikut memikul beban tanggungjawab itu!” Gemetar, tangan keriput itu terangkat. Jarinya menuding ke arahku. Aku merasa sebuah belati telah ia tancapkan ke ulu hatiku. Saat itulah, beberapa orang berseragam putih, mendekat ke arah kami. Rombongan dokter dan perawat. Aku tersenyum kepada mereka dan menepi ke sudut ruang untuk memberi tempat bagi mereka. Namun, melihat kedatangan mereka, wajah kakek mendadak menegang. Lantas, jemari tangannya yang semula menuding ke arahku, kini berganti ke arah rombongan berseragam putih itu. “Tikus... itu tikus! Tangkap... tangkaaaap!” ***** **Penulis dan Pengurus FLP Pusat
Bulan Bulan Sabit Sabit Merah Merah Indonesia Indonesia Volume Volume VII VII No.11/Januari-Februari/2011 No.11/Januari-Februari/2011
19 19
kisah GAKIN
Kebahagiaan Yulianti & Nurhasanah Berkat Bantuan ZISKES Yulianti (27 thn) sangat bersyukur kepada Allah SWT karena BSMI mampu membantu saya saat melahirkan anak pertama saya. Suami dari Surya Prianto ini memeriksakan masa kehamilan di klinik BSMI di Jl. Dewi Sartika No. 19 Jakarta Timur. Saat itu, Yulianti menggunakan kartu Gakin (keluarga miskin) dan diterima oleh BSMI dalam membantu keringanan biaya pemeriksaan kehamilan. Tidak selesai sampai disitu, BSMI pun membantu persalinan Yulianti yang saat itu ditangani oleh Dr. Prita Kusumaningsih, SpOG dan para sejumlah perawat di RS Jakarta Islamic Hospital (RS JIH). “Alhamdulillah, atas rahmat dan izin Allah SWT, anak saya lahir pada 24 November 2010 pukul 11.58 (BB 2,5 kg dan TB 46 cm) yang akhirnya bersama dengan suami sepakat memberikan nama anak kami, Dwi Tegar Syahidin,” ujar Yulianti dengan penuh rasa syukur. Menurut pandangan Yulianti, pelayanan di klnik BSMI dan RS JIH tempat dirinya melakukan persalinan sangat sabar dan berkesan Islami. Cara perawatan serta penanganannya sungguh berbeda dibandingkan dengan rumah sakit atau klinik yang lain. Meskipun kami menggunakan kartu Gakin, tapi dalam melayani pasien sangat ramah dan profesional. Kepedulian yang ditunjukkan kepada warga tidak mampu seperti dirinya patut dicungi jempol. “Saya berharap BSMI tetap senantiasa sukses dan langgeng serta selalu peduli kepada kesehatan masyarakat luas khususnya kepada warga miskin. Semoga hal ini mampu mengetuk seluruh pemimpin di pemerintahan agar selalu membantu dan mendukung BSMI sebagai lembaga sosial yang terbukti sangat peduli untuk bangsa dan negara terutama untuk kesehatan dan sosial,” ujar Yulianti. Hal senada juga diungkapkan oleh Nur Hasanah (30 thn) yang telah dibantu persalinannya oleh BSMI di RS JIH. Ia bersyukur kelahiran putrinya yang bernama Ifara Nur Aulia berkat dari bantuan BSMI yang mampu meringankan beban hidup Nur Hasanah. Tidak lupa, keluarga Nur Hasanah turut mengucapkan rasa terima kasih kepada BSMI yang telah memberi bantuan yang tak terhingga dan sangat bermanfat. Mereka berharap, BSMI selalu menjadi lembaga kemanusiaan yang terbaik untuk mansyarakat seluruh Indonesia. [dian]
BSMI Kembalikan Kepercayaan Diri Afrida Ucapan rasa syukur kepada Allah SWT dan terimakasih yang tak terhingga kepada BSMI juga meluncur dari ibunda dari Afrida (7thn). Bantuan dari BSMI yakni pemberian sebuah bola mata palsu kepada Afrida. Pemberian tersebut bagi Afrida dan ibunya sangat bernilai karena mampu mengembalikan rasa percaya diri bagi Afrida sehingga tidak lagi merasakan rendah diri dihadapan teman-temannya. Kini, Afrida bisa bermain dengan teman-teman sebayanya tanpa rasa taku dan khawatir akan cemoohan waktu semasa memiliki satu bola mata saja. [dian]
Kisah-kisah diatas hanyalah sebagian dari sekian banyak warga Dhuafa akan mendapatkan pelayanan medis dari BSMI. Anda ingin agar BSMI bisa dapat membantu lebih banyak orang dhuafa lagi? Salurkan Donasi Anda ke lembaga ZISKES BSMI ke No Rek. 086.003.3500 Bank Sayriah Mandiri a.n ZISKES BSMI
20
Bulan Sabit Merah Indonesia Volume VII No.11/Januari-Februari/2011