Catatan SCL Karya Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) Indonesia - Dibimbing oleh ISLI
Edisi I, Mid Semester I (Maret) Tahun 2017
MEMO MAHASISWA: SUPPLY CHAIN & LOGISTIK KITA Kekuatan & peluang sudah ada di depan mata. Tinggal kemauan dan kolaborasi yang kita butuhkan untuk mengatasi kelemahan & ancaman pengelolaan supply chain & sistem logistik serta berlabuh memperkuat daya saing industri nasional kita
INISIATIF KOLABORASI USAHA MEMBUDAYAKAN KOLABORASI SEJAK DINI
POST CALL MARKETING INOVASI TELKOM GROUP DENGAN BIG DATA ANALYTICS
UAV, TREN BARU DALAM MODA LOGISTIK POTENSI HALAL TRACEABILITY PELUANG UNTUK AKADEMISI & PRAKTISI INDONESIA
MEMPERKUAT SUPPLY CHAIN KOMODITAS PERTANIAN SALAM DARI PRESIDEN ISLI
URGENSI SCM, INOVASI & OPTIMASI INFRASTRUKTUR
Institut Supply Chain & Logistik Indonesia - Indonesian Supply Chain & Logistics Institute (ISLI )
ISLI & MAHASISWA SCL 03 Editorial Catatan SCL Ulasan Edisi Pertama 04 Tentang Mahasiswa SCL
06
Perkenalan Singkat Mahasiswa SCL Salam dari Presiden ISLI Pesan dari Prof. Nyoman Pujawan
SCL & PERTANIAN 08 Tantangan Supply Chain
Komoditas Pertanian
12 Potret Sistem Logistik
Polandia & Indonesia
16 Mengurai Kompleksitas dengan
Pemodelan Lokasi
TEKNOLOGI SCL 26 Drone yang Fenomenal UAV, Tren Moda Baru Logistik
INISIATIF KOLABORASI 30 Gap Akademisi & Praktisi Inekuitas Industri & Intelektual 32 Kolaborasi Akademisi Bagaimana Menginisiasi Kolaborasi Penelitian?
36 Acara Dosen & Mahasiswa SCL
Seminar Agri-Supply Chain Pertama di Jawa Timur
AKADEMISI & PRAKTISI 24 Membongkar Mitos Rasionalitas
Manusia dalam Supply Chain
38 Post Call Marketing 42 Halal Traceability System pada
Supply Chain makanan
44 Ivan Kristianto Singgih: Pakar Baru
Logistik Maritim
KAMPUS MAHASISWA SCL 11 Prodi Teknik Logistik di Univ. Pertamina 15 Sekilas tentang Warsaw University of
Science and Technology
28 Profil Teknik Industri Unhas
2 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
EDITORIAL CATATAN SCL Catatan SCL Edisi 1 dengan tema “Memo Mahasiswa: Supply Chain & Logistik Kita� ini dibuka oleh pengenalan komunitas Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) Indonesia dan sambutan dari asosiasi akademisi supply chain dan logistik Indonesia, ISLI (Institut Supply Chain & Logistik Indonesia).
Tulisan dari Apri di IPB, Indonesia mengawali pembahasan tentang karakteristik khusus produk pertanian yang sangat membutuhkan kehandalan sistem logistik dan integrasi supply chain untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan petani. Ulil di Warsaw, Polandia melengkapi pandangan ini dengan memberikan gambaran bagaimana transportasi dan integrasi supply chain menunjang peningkatan pesat sektor industri produk mudah rusak (perishable) di Polandia, seperti komoditas pertanian yang di bahas di awal. Selanjutnya catatan kuliah dari Mansur di Michigan, Amerika Serikat menyajikan pemahaman mengenai permodelan lokasi fasilitas dan relevansinya dengan sebaran komoditas pertanian dan infrastruktur pendukungnya di Indonesia. Catatan tersebut berusaha memperkecil gap teoritis dan praktis serta mengajak komunitas Mahasiswa SCL untuk memanfaatkan data-data yang dipublikasikan oleh instansi dalam negeri untuk digunakan sebagai contoh kasus dan diskusi di kelas. Di lingkup yang lebih luas, ada banyak teknologi modern yang berpotensi membawa inovasi di sektor logistik dan supply chain yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di tanah air. Drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV), misalnya, yang sedang marak diulas oleh berbagai media, baik di dalam maupun di luar negeri. Khara di Cheng Kung, Taiwan membahas penerapan, kendala, dan potensi teknologi ini untuk mengubah proses bisnis dalam sistem logistik dan pengelolaan supply chain. Tentu, hal ini tidak bisa serta merta diterapkan karena membutuhkan proses serta kolaborasi yang baik dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). Berbicara tentang kolaborasi, kita banyak menghadapi kendala karenanya. Masalah klasik ada di ketimpangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri. Ivana di NTNU, Norwegia berbagi tentang contoh ketimpangan ini - melihat kemajuan teknik peramalan yang belum diikuti oleh prediksi permintaan yang akurat dalam praktiknya seharihari. Salah satu penyebabnya adalah manusia selalu diasumsikan berpikir rasional dalam pengambilan keputusan. Kartika di TU Delft, Belanda memberi pandangan yang sangat menarik mengenai rasionalitas manusia dalam supply chain. Selain itu, ada yang berpendapat, ini terjadi juga karena melibatkan lintas profesi. Namun, kolaborasi sesama profesi juga mengalami masalah serupa, sehingga budaya kolaborasi sangat perlu dibiasakan sejak dini. Ivan dari Pusan, Korea berbagi tentang tips membangun kolaborasi penelitian baik untuk sesama akademisi maupun untuk gabungan akademisi, praktisi, dan pemerintah. Di tingkat mahasiswa, Vania di ITS, Indonesia berbagi tentang praktik menginisiasi kolaborasi di tingkat mahasiswa dengan harapan usaha ini kelak dapat mempermudah terciptanya kolaborasi dan koordinasi di tingkat supply chain yang kerap penuh dengan konflik kepentingan. Di Bagian akhir, Prof. Iwan Vanany (pakar dan peneliti aktif di bidang SCM) berbagi pendapat bahwa Indonesia sebagai negara dengan pasar produk halal terbesar di dunia selayaknya mampu menjadi pemrakarsa supply chain untuk produk halal. Apalagi, kebutuhan tracking produk halal di lingkup nasional maupun global makin mendesak - menciptakan peluang dan potensi riset yang besar. Potensi lain dari Indonesia dikemukakan oleh Hasyim (praktisi big data analytics di Telkom Group). Ia berbagi tentang inovasi post-call marketing yang memadukan konsep pemasaran, model supply chain untuk jasa, serta analytics untuk menggali manfaat dari perilaku konsumen di Indonesia. Tentu ada banyak hal lain yang bisa lahir dari kesadaran kita tentang konteks permasalahan yang ada di tanah air. Pemahaman kontekstual ini kerap tidak diperoleh dari materi kuliah dengan contoh-contoh kasus buku teks yang banyak diambil dari luar negeri. Penerbitan Catatan SCL ini adalah upaya untuk membumikan kembali konteks permasalahan supply chain dan logistik yang relevan dan terkini dengan yang dihadapi oleh berbagai stakeholder tanah air. Selain itu, Catatan SCL juga menjadi inisiasi dan stimulus kolaborasi mahasiswa baik tingkat internal maupun dengan berbagai pihak eksternal untuk menghadapi tantangan supply chain dan logistik di masa kini dan masa-masa yang akan datang. Kritik, saran, dan kontribusi lain dari pembaca sangat diharapkan oleh tim redaksi Catatan SCL melalui email mahasiswa.scl@gmail.com agar kesalahan yang ada dapat diperbaiki, kekurangan yang ada dapat dilengkapi, dan tujuan yang ingin dicapai dapat segera diwujudkan bersama.
Penasihat Prof. I Nyoman Pujawan, CSCP (ITS, Presiden ISLI) Penyunting & Peninjau Senior Dr. Gede Agus Widyadana (UK Petra) Dr. Asep Ridwan (Untirta) Dr. Magdalena Wullur (Unsrat) Penyunting & Peninjau Sebaya Misbahul Munir (ITS) Penanggung Jawab Redaksi Mansur Maturidi Arief Kontributor & Dewan Redaksi Edisi I Muh. Ulil Albab Dwi Apriyani Ivan Kristianto Singgih Khara Karisia Dimpudus Ivana Irene Adam Vania Alodia Nasution Kartika Nurhayati Kontributor Tamu Prof. Iwan Vanany (ITS) Hasyim Yusuf Asjari (Telkom) Dr. Eng. Muhammad Rusman (Unhas) Yelita Anggiane Iskandar, S.T., M.T. Penata Letak & Grafik Komunitas Kreasi Pelajar (KASPER) Pemasaran & Distribusi Divisi Marketing Mahasiswa SCL
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 3
TENTANG MAHASISWA SUPPLY CHAIN & LOGISTIK (SCL) Mahasiswa SCL adalah komunitas mahasiswa Indonesia di bidang keilmuan manajemen dan rekayasa supply chain dan logistik. Dari hasil survei sementara, Mahasiswa SCL sedang menjalani pendidikan diploma, sarjana, master, doktoral, dan post-doc di 52 kampus di berbagai negara di dunia. Potensi SDM ini diharapkan mampu berkontribusi menjawab tantangan supply chain & logistik nasional.
4 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Perkenalkan saya Mansur, salah satu anggota Mahasiswa SCL yang sedang melanjutkan studi - mempelajari kembali konsep dan penerapan riset operasi dan management science untuk permasalahan supply chain dan logistik. Studi saya disponsori oleh beasiswa LPDP, dan saya berterima kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang telah diberikan. Saya berharap dapat menuntaskan studi saya dengan baik serta menerapkan hasilnya di Indonesia kelak. Saya teringat pertanyaan terakhir yang menutup sesi wawancara saat seleksi substansi calon penerima beasiswa LPDP. “Ini tidak memengaruhi hasil seleksimu ya. Menurutmu, kenapa dengan banyaknya doktor dan profesor di Indonesia, kita masih sulit untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada dengan teori-teori yang sudah berkembang?”, kurang lebih seperti itu pertanyaan dari Prof. Misri Gozan, salah satu reviewer yang juga Guru Besar Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Saya terdiam dan bingung untuk menjawab apa. Pertama, saya belum tahu banyak tentang dunia akademisi dan permasalahan yang terkait dengannya. Kedua, saya tidak ingin menyinggung para reviewer yang juga berprofesi sebagai dosen. Terakhir, saya tidak ingin menjanjikan banyak – khawatir bahwa saya tidak akan mampu memenuhinya nanti. Salah satu pengalaman saya yang melibatkan banyak akademisi adalah pertemuan pertama ISLI di Surabaya pada Maret 2016. Saat itu, Prof. I Nyoman Pujawan dan beberapa akademisi dari kampus lainnya dibantu teman-teman Chainers (asisten lab Logistics & Supply Chain Management, LSCM Departemen Teknik Industri ITS) sedang sibuk mempersiapkan berbagai hal untuk memfasilitasi pertemuan yang menjadi cikal bakal berdirinya ISLI tersebut. Pengalaman ini kemudian membuat saya memberikan jawaban “Mungkin, inisiatif kolaborasinya yang masih kurang
Mendunia. Lokasi studi Mahasiswa SCL tersebar di kawasan Eropa, Amerika Utara, Asia Timur dan Asia Tenggara. Sumber: Pendataan Mahasiwa SCL
Pak�. Jawaban saya ini membuat saya mengingat juga beberapa masalah yang ada di perusahaan yang pernah saya kunjungi selama menjadi asisten lab LSCM. Permasalahan tersebut di antaranya seperti kurangnya koordinasi lintas departemen atau tidak lancarnya kolaborasi antar perusahaan dalam satu supply chain yang akhirnya membuat performa pelayanan tidak maksimal. Jauh dari bayangan saya waktu itu tentang perlunya kolaborasi di tingkat mahasiswa. Sampai kemudian saya melihat asosiasi profesi yang terkait dengan studi saya seperti INFORMS (the Institute for Operations Reseach and the Management Sciences) dan IISE (Institute of Industrial and Systems Engineers). Keterlibatan mahasiswa di masing-masing student chapter asosiasi-asosiasi tersebut di kampus masingmasing serta networking yang terbentuk sejak dini memudahkan mereka untuk mengadakan agenda dengan skala besar yang melibatkan berbagai kampus serta praktisi industri. Selain itu, mahasiswa yang menjadi pengurus di student chapter juga cenderung mudah untuk bekerjasama dengan pihak-pihak luar dan
kenal-mengenal satu sama lain, bahkan dengan dosen dari institusi lain. Menurut saya, ini memberi mereka keunggulan dibanding yang lain - mereka terbiasa untuk berkolaborasi dengan berbagai kalangan, menembus temboktembok almamater bahkan asal negara. Komunitas Mahasiswa SCL merupakan inisiasi awal dari usaha serupa. Karya awal berupa Catatan SCL yang sedang Anda baca ini adalah manifestasi kolaborasi serta bentuk dukungan mahasiswa terhadap ISLI dan pengembangan keilmuan supply chain dan logistik yang relevan di Indonesia. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh rekanrekan yang menjadi editor dan kontributor di edisi pertama ini serta seluruh pihak yang telah mendukung Mahasiswa SCL. Saya berharap komunitas ini dapat terus aktif, berkembang, dan dapat menjangkau lebih banyak mahasiswa di bidang keilmuan supply chain dan logistik. Lebih jauh lagi, harapan kita bersama adalah kolaborasi ini menjadi budaya bagi para akademisi, praktisi, pemerintah, dan masyarakat Indonesia.
Biografi Penulis: Mansur M. Arief Mansur adalah Awardee LPDP PK-67 dengan tempat tujuan studi Industrial & Operations Engineering, University of Michigan (UM). Ia menyelesaikan studi S1-nya di Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 2014 melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama. Meneruskan aktivitasnya selama menjadi asisten lab LSCM, saat ini Mansur turut membantu pengelolaan jurnal internasional Operations and Supply Chain Management: An International Journal. Selain itu, ia juga aktif sebagai salah satu board members di INFORMS UM Student Chapter dan PERMIAS Michigan.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 5
SALAM DARI PRESIDEN ISLI
Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D., CSCP (Presiden ISLI, 2016-2019)
S
aya menyambut sangat gembira terbitnya Catatan SCL ini. Dikemas dalam bentuk majalah, Catatan SCL ini diinisiasi oleh para mahasiswa yang memiliki minat pada bidang supply chain dan logistik dengan supervisi beberapa pengurus Indonesian Supply Chain & Logistics Institute (ISLI). Para mahasiswa ini memiliki idealisme yang tinggi dan energi yang luar biasa untuk mewujudkan media komunikasi yang sangat bagus ini. Melihat isinya, majalah ini tidak sekadar menyajikan informasi kegiatan atau berita, namun juga materi-materi berupa pengetahuan sebagai hasil dari penelitian atau pemikiran dan dikemas dalam bahasa populer. Ini tentu memberikan banyak pencerahan bagi pembaca dan menjadi pemicu diskusi/ debat keilmuan yang produktif. ISLI memang terbentuk pada ranah keilmuan yang bermaksud untuk meningkatkan pemahaman dan menawarkan solusi terhadap berbagai persoalan supply chain dan logistik khususnya untuk konteks Indonesia. Sebagai catatan, ISLI baru terbentuk tahun 2016. Anggotanya terutama
6 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
adalah akademisi, peneliti, mahasiswa, maupun profesional yang memiliki track record inovasi dan penelitian pada bidang ilmu supply chain dan logistik. Para anggota ISLI adalah mereka-mereka yang terdepan dalam pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ilmu, dan inovasi bidang supply chain dan logistik di Indonesia. Sampai saat ini anggota ISLI tersebar di berbagai organisasi dan berbagai belahan wilayah Indonesia. Banyaknya anggota ISLI dari akademisi memberikan indikasi banyaknya perguruan tinggi di Indonesia yang mengajarkan kuliahkuliah pada bidang supply chain dan logistik. Namun di sisi lain, disadari bahwa diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian baik dalam kaitannya dengan kurikulum, proses pengajaran, penelitian dan publikasi, serta interaksinya dengan dunia industri. Saya yakin Catatan SCL ini akan menjadi katalisator dalam menuju perbaikan tersebut. Saya sangat berharap Catatan SCL ini bisa terbit secara teratur dan berkesinambungan. Kontribusi berbagai pihak sangat ditunggu.
... Namun di sisi lain, disadari bahwa diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian baik dalam kaitannya dengan kurikulum, proses pengajaran, penelitian dan publikasi, serta interaksinya dengan dunia industri. Saya yakin Catatan SCL ini akan menjadi katalisator dalam menuju perbaikan tersebut.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 7
TANTANGAN SUPPLY CHAIN PRODUK PERTANIAN URGENSI SCM UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING & PENDAPATAN PETANI DI UJUNG HULU SUPPLY CHAIN Sumber: Pixabay
P
ertanian merupakan salah satu sumber utama devisa negara. Pergerakan ekonomi dalam sektor pertanian akan sangat menentukan stabilitas nasional. Naik turunnya pergerakan ekonomi memiliki keterkaitan erat dengan arus distribusi barang dari produsen ke konsumen. Pergerakan barang melibatkan beberapa pemain supply chain yang memiliki peran dan fungsi yang belum tentu sama. Panjang pendeknya suatu supply chain akan memengaruhi nilai jual suatu barang. Hal ini terjadi karena setiap pemain akan melakukan proses yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Namun, perlu diketahui bahwa supply chain yang pendek tidak selalu berarti lebih baik dari supply chain yang panjang. Efisien atau tidaknya suatu supply chain sangat ditentukan oleh efisiensi keseluruhan proses di sepanjang alur perjalanan produk. Pergerakan distribusi produk pertanian di Indonesia selama ini masih dihadapkan pada beberapa kendala, di antaranya dari sifat-sifat produk pertanian, transportasi, dan sarana prasarana jalan. Salah satu kendala utama dalam distribusi produk pertanian adalah karakter produk pertanian yang sifatnya musiman dan mudah rusak (perishable). Karena bersifat musiman dan mudah rusak, maka produk pertanian tidak selalu tersedia dengan jumlah yang cukup memadai. 1
8 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Hal ini kerap menimbulkan kelangkaan, yang kemudian berdampak pada macetnya proses produksi di tahapan supply chain berikutnya. Selain itu, kelangkaan juga membuat harga meningkat dan daya beli konsumen menurun. Karakter lain dari produk pertanian adalah membutuhkan ruang pengangkutan dan penyimpanan yang luas (bulky). Produk pertanian sebagian besar memiliki volume besar namun nilai jualnya cenderung lebih rendah jika dibanding produk lain. Kondisi ini memaksa distributor untuk menyediakan armada transportasi yang sesuai dan tentunya akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain itu, produk pertanian juga membutuhkan tempat penyimpanan yang layak agar mampu bertahan lebih lama sebelum sampai ke tangan konsumen. Singkatnya, usaha penanganan produk pertanian tersebut harus didukung dengan fasilitas publik yang memadai, misalnya jalan raya yang dapat diakses dengan beberapa jenis kendaraan dan lalu lintas yang lancar agar dapat meningkatkan daya saing supply chain produk pertanian dari sisi distribusinya. Tujuan proses distribusi adalah menyalurkan barang atau jasa sampai ke tangan konsumen dengan tepat, baik dari segi jumlah, harga, waktu, kualitas, maupun lokasinya. Ketepatan kehadiran produk di tangan konsumen akan sangat ber-
Kutipan & Referensi Lainnya: Nurmalina, R. 2014. Pemasaran (Konsep dan Aplikasi). IPB Press Printing. Bogor
pengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen dan lebih lanjut, daya saing supply chain itu sendiri. Istilah supply chain menggambarkan suatu jaringan perusahaan yang bekerjasama menciptakan dan mengantarkan produk sampai ke tangan konsumen akhir1. Tujuannya tentu tidak terlepas dari peningkatan efisiensi. Oleh karena itu,
pengelolaan supply chain (SCM) sangat diperlukan di bidang pertanian. Produsen akan memperoleh profit, sedangkan konsumen mendapatkan produk yang sesuai dengan ekspektasinya. Pendekatan sistemik ala SCM dipandang tepat untuk memahami aspek
Meski tergolong salah satu pemain dalam supply chain komoditas pertanian dengan usaha yang paling besar, margin keuntungan yang diperoleh petani termasuk yang paling kecil
Sumber: Pixabay
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 9
pemasaran atau distribusi produk pertanian. Prinsip pendekatan ini meninjau peran para pemain di setiap mata rantai supply chain-nya. Dalam kasus pertanian, petani sebagai pemain di ujung hulu, dapat memperoleh manfaat sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya. Lebih lanjut, SCM juga ingin melihat perubahan nilai produk dalam setiap proses akibat fungsi dari masing – masing pemain beserta kesenjangan manfaat yang diterima di antara semua pemain supply chain yang terlibat. Sering terjadi fenomena di mana margin dari profit yang diterima petani jauh lebih rendah dari yang diterima pedagang, padahal masih dalam satu supply chain dengan jenis dan bentuk komoditas yang sama. Dengan perspektif SCM, ketimpangan ini akan ditinjau dari aspek bisnis dan keterlibatan berbagai stakeholder supply chain produk pertanian, di antaranya petani, pedagang kecil, pedagang besar, perusahaan, pedagang pengecer, pemerintah, dan konsumen. Petani adalah pemain di ujung hulu karena berperan sebagai produsen, yaitu pencipta barang yang dikehendaki konsumen, sedangkan konsumen adalah pemain di ujung hilir, yaitu pihak yang akan memanfaatkan, menggunakan, dan mengonsumsi nilai produk. Dalam interaksinya, produsen mendapatkan informasi dari berbagai pihak mengenai produk yang sesuai dengan selera dan keinginan konsumen. Setelah berhasil menciptakan produk sesuai dengan preferensi konsumen, produsen mengirimkan produk supaya sampai di tangan konsumen dibantu oleh distributor. Distributor meliputi entitas bisnis yang berada di antara produsen dan konsumen, serta di luar pemerintah sebagai regulator. Distributor ada banyak jenisnya namun secara umum memiliki fungsi yang sama yaitu pertukaran dan transportasi. Dalam fungsi
10 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
pertukaran dan transportasi, seringkali distributor dapat berperan sebagai pedagang dan melakukan proses yang dapat meningkatkan nilai jual produk. Dengan demikian, sungguh wajar ketika harga yang diterima pedagang lebih besar dibandingkan dengan harga yang diterima petani. Meskipun demikian, jika pedagang mengambil margin yang terlalu tinggi dan berlipat ganda dari harga awal yang berlaku di petani, maka kesenjangan akan muncul yang bisa merusak koordinasi dan kolaborasi supply chain. Sebuah supply chain dikatakan terkoordinasi manakala semua pemain dalam supply chain tersebut menjalankan fungsinya masing-masing dengan efisien tanpa mengganggu performa pemain lain. Dengan koordinasi, sebuah supply chain akan mampu menjalankan operasinya dengan efisien dan efektif. Adanya gangguan seperti margin yang timpang dan tidak merata akan mengganggu terciptanya koordinasi ini. Merata di sini belum tentu sama, namun sebaiknya selisihnya tidak jauh beda dan sesuai dengan perlakuan yang dilakukan oleh masing masing pemain supply chain. Selanjutnya, pemerintah sebagai regulator juga memiliki peranan yang vital dalam kegiatan SCM. Pemerintah harus membenahi supply chain dengan cara memetakan potensi utama komoditas yang menjadi andalan suatu daerah. Selain itu, pemerintah juga harus melakukan analisis dan pemantauan mengenai peran dan fungsi dari masing-masing pemain supply chain. Analisis harus dilakukan terus menerus dan jelas hasilnya di setiap tahap evaluasi. Ini akan membantu pemerintah merumuskan kebijakan yang implementatif dan efektif untuk membangun lingkungan pengelolaan supply chain yang efisien. Sejauh ini, kebijakan pemerintah masih banyak bertumpu pada proses produksi. Untuk itu, ke depan, arah
kebijakan harus menyentuh sampai ke proses pemasaran bahkan distribusi untuk menghantarkan produk hingga ke tangan konsumen dengan tepat. Koordinasi dan integrasi antara semua pihak yang terlibat yaitu petani, pedagang/distributor, perusahaan, konsumen, dan pemerintah akan mempercepat pencapaian tujuan supply chain, yaitu meningkatkan efisiensi dan daya saing industri.
Biografi Penulis: Dwi Apriyani Apri adalah mahasiswi Master dengan program studi Agribisnis di Institut Pertanian Bogor. Ia telah menyelesaikan studi S1 di program studi yang sama, yaitu Agribisnis, di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Saat ini, Apri aktif di organisasi Bogor Science Club (BSC) dan menjadi salah satu mentor dalam program Bidik Mimpi Indonesia. Gadis Jawa ini sangat tertarik untuk mendalami bidang logistik dan SCM, terutama untuk komoditas pertanian.
PRODI TEKNIK LOGISTIK DI UNIVERSITAS PERTAMINA Oleh: Yelita Anggiane Iskandar, S.T., M.T.
Program Studi (Prodi) Teknik Logistik Universitas Pertamina (UP) pertama kali menerima mahasiswa pada pertengahan 2016 lalu. Sebanyak 65 mahasiswa saat ini aktif menjalani perkuliahan. Prodi Teknik Logistik UP merupakan prodi Teknik Logistik ke-2 yang dibuka di Indonesia namun yang pertama dan satu-satunya yang berbasis teknologi dan bisnis energi. Universitas Pertamina sendiri sebagai perguruan tinggi yang baru berumur 1 tahun pada Februari 2017 lalu, masih dan terus berbenah mengembangkan infrastruktur dan fasilitas pendukung kampus demi menyambut mahasiswa angkatan ke-2 yang akan dijaring melalui Ujian Masuk gelombang 1 di 9 kota di Indonesia pada 15-April ini. Meskipun perkiraan jumlah mahasiswa yang diterima, khususnya di Prodi Teknik Logistik, tidak akan banyak berbeda dengan tahun lalu namun persaingan masuk UP tahun ini dipastikan lebih ketat dengan semakin luasnya UP dikenal oleh masyarakat. Mahasiswa yang masuk di Prodi Teknik Logistik UP akan belajar mengenai perancangan dan pengaturan aliran barang, informasi, modal, dan uang agar berada pada tempat dan waktu yang tepat dengan jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum prodi disusun menurut aturan akreditasi nasional dan internasional yaitu ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology) dan ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programmes in Engineering, Informatics, the Natural Sciences and Mathematics), disesuaikan juga dengan kebutuhan global, di-review oleh akademisi senior yaitu Dr. Akhmad Hidayatno dari Teknik Industri UI dan Prof. Dr. Senator Nur Bahagia dari Teknik Industri ITB; dan juga oleh praktisi industri di lingkungan Pertamina yaitu Bapak Kiagus Muhammad Syahid Nurhaznan yang merupakan Asisten Manajer Fuels Supply Planning, Integrated Supply Chain PT Pertamina (Persero) dan Bapak Budi Sampurno, Vice President Fleet Management PT Pertamina Patra Niaga. Saat ini ada enam dosen tetap yang mengajar di Prodi Teknik Logistik UP yaitu Anisha Maharani, S.T., M.Sc. (lulus S1 dari Teknik Industri ITB dan S2 dalam bidang Supply Chain Management, University of Groningen, Belanda); Gita Kurnia, S.T., M.Sc. (mendapatkan gelar sarjana dari Teknik Pekapalan Universitas Indonesia dan master dari Department of Maritime Studies, Hochschule Wismar, Jerman); Harummi Sekar Amarilies, S.T., M.B.A. (menyelesaikan S1 di Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan S2 dalam bidang administrasi bisnis di Universitas Gadjah Mada de-
ngan konsentrasi pada manajemen operasional); Nur Layli Rachmawati S.T., M.T. (menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister dari Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember); Rio Turnadi, S.T., M.Sc. (lulus S1 dari Teknik Industri Univesitas Andalas dan S2 dari Department of Systems Engineering, King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM), Saudi Arabia); dan Yelita Anggiane Iskandar, S.T., M.T. (memperoleh gelar sarjana dari Teknik Industri Universitas Indonesia dan magister dari Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember dalam bidang Logistik dan Manajemen Rantai Pasok). Terkait dengan kegiatan kemahasiswaan, selain belajar di kampus, mahasiswa Teknik Logistik UP juga belajar mengenai dunia kelogistikan melalui kuliah lapangan di berbagai tempat yaitu di pabrik PT Unilever Indonesia Tbk di Cikarang, PT Pertamina Patra Niaga dan Terminal BBM Depot Plumpang, dan perusahaan 3PL: PT Linfox Logistics Indonesia. Selain kuliah lapangan, mahasiswa juga mengikuti kuliah tamu yang salah satunya disampaikan oleh Mr. Kayuza Osako dari Shimizu Corporation yang berbicara mengenai proses dan progress proyek Jakarta Mass Rapid Transit (MRT). Mahasiswa Teknik Logistik bisa memperoleh pengetahuan mengenai peran seorang logistician dalam suatu proyek seperti di Jakarta MRT ini melalui pemaparan oleh praktisi yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Ke depannya akan ada banyak kegiatan baik untuk internal maupun eksternal yang akan diselenggarakan oleh Prodi Teknik Logistik UP dengan harapan ilmu Logistik dan Manajemen Rantai Pasok dapat semakin dikenal dan diterima oleh dunia pendidikan dan tentunya dunia industri yang merupakan pengguna lulusan UP nantinya. Lulusan Program Studi Teknik Logistik UP nantinya dapat bekerja di berbagai bidang seperti perusahaan transportasi dan distribusi (termasuk di pelabuhan, bandara, terminal, dan stasiun), pergudangan, ekspor, impor, minyak dan gas, manufaktur, jasa pelayanan logistik, lembaga konsultasi, atau procurement and sales, baik sebagai pegawai operasional maupun planner yang kemudian dapat menjajaki karir hingga menjadi manajer dan menempati posisi puncak perusahaan. Selain itu, lulusan Teknik Logistik juga bisa menjadi peneliti atau pengajar di lembaga penelitian ataupun di universitas.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 11
POTRET SISTEM LOGISTIK POLANDIA & INDONESIA POLANDIA: LUMBUNG PANGAN EROPA YANG UNGGUL DENGAN SCM-NYA
S
ebagai negara yang memproklamasikan diri sebagai negara republik pada tahun 1989, Polandia mampu memosisikan dirinya sebagai negara dengan Gross Domestics Products (GDP) dan standar hidup yang terus meningkat secara signifikan pada dekade terakhir. Ekonomi di negara dengan penduduk tidak lebih dari 40 juta orang ini merupakan yang paling stabil. Resesi yang menimpa di beberapa negara tetangga tidak berdampak secara signifikan terhadap ekonominya sehingga tidak salah jika McKinsey, salah satu lembaga konsultan terkemuka dunia, memproyeksikan Polandia sebagai salah satu negara terkuat yang akan menjadi mesin pendorong perekonomian di kawasan Eropa. Salah satu sektor andalan Polandia adalah pertanian. Polandia seringkali disebut sebagai lumbung pangan Eropa dengan nilai ekspor untuk produk dan jasa pada kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2015, peningkatannya mencapai 48% dari total GDP (Gambar 1). Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama Indonesia hanya mampu membukukan angka sebesar 21,1%.
1. Pembagian jalur yang sesuai. Sepanjang pengamatan penulis, otoritas setempat memberlakukan kebijakan mengenai moda transportasi yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas jalan. Perusahaan wajib mengganti jenis truk dengan ukuran yang lebih kecil untuk mendistribusikan barang ke retailer yang ada di pusat kota. Kondisi pusat kota yang cenderung lebih padat dengan jalan makin menyempit membuat moda truk yang lebih kecil dapat melaju dengan lebih cepat sehingga kecepatan pengiriman meningkat. 2. Waktu operasi. Truk besar juga hanya diperkenankan untuk beroperasi pada malam hari untuk memasuki pusat kota. Pembagian waktu operasi ini tentunya akan memiliki dampak yang sangat signifikan bagi kecepatan pengiriman komoditas. 3. Perencanaan perjalanan. Setiap moda transportasi barang yang akan beroperasi telah memiliki jadwal yang tetap sehingga pengiriman akan lebih mudah diprediksi. Selain itu
Pencapaian ini banyak didorong oleh pengelolaan produk pertanian sebagai perishable goods (barang yang mudah rusak). Barang dengan jenis yang mudah rusak perlu perlakuan khusus mulai dari pengepakan, transportasi serta sistem penyimpanan. Sistem logistik yang baik akan menunjang kelancaran distribusi produk hingga ke tangan konsumen. Bank Dunia juga menempatkan Polandia pada urutan ke-33 dari 160 negara berdasarkan Logistics Performance Index (LPI), sedangkan Indonesia ada pada urutan ke-63. Parameter penilaian yang digunakan antara lain: infrastruktur, kepastian hukum, sistem tracking, serta pengiriman internasional. Dalam rangka menekan biaya logistik yang ada di Polandia, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain:
12 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Gambar 1: Ekspor barang dan jasa Polandia
Gambar 2: Perbandingan Biaya Pengiriman
dukungan dengan adanya teknologi berupa GPS juga sangat membantu untuk melacak pergerakan truk. 4. Aturan lalu lintas yang unik. Selain beberapa kebijakan di atas, pemerintah juga memberlakukan kebijakan unik, yaitu truk yang berjalan di jalan bebas hambatan dilarang saling mendahului. Hal ini dimaksudkan agar tipe kendaraan lain dapat melaju dengan bebas dan tidak terjadi penumpukan. Kereta sebagai Alat Angkut Selain menggunakan transportasi melalui jalan raya, Polandia juga memanfaatkan rel sebagai jalur transportasi dengan moda kereta. Produkproduk dari manufaktur atau industri berat didistribusikan melalui kereta logistik. Sistem informasi digunakan untuk memberikan informasi kepada calon konsumen mengenai perusahaan penyedia jasa angkut. Adanya kepastian informasi ini menjadikan persaingan antar perusahaan menjadi lebih kompetitif. Panjang rel yang mencapai 19.599 km menjadi keuntungan tersendiri yang pada akhirnya mampu menekan biaya logistik dengan cukup signifikan.
Dukungan dari moda transportasi lain yang berfungsi sebagai feeder juga menjadi faktor penunjang lain. Ketersediaan feeder di setiap stasiun pemberhentian kereta logistik ini berfungsi untuk mengumpulkan atau mendistribusikan barang dari atau ke lokasi lainnya. Kepastian peraturan serta biaya yang transparan juga menjadi faktor lain yang mendukung baik tidaknya sistem logistik suatu negara. Di Polandia, tarif yang dibebankan kepada perusahaan logistik juga sangat transparan. Semua informasi tersedia secara daring (online) dan dapat diakses siapa pun. Tingkat kriminalitas yang relatif rendah juga membuat pengusaha semakin yakin dalam menjalankan bisnisnya tanpa khawatir terdapat gangguan eksternal yang tidak diinginkan. Adapun hasil dari terintegrasinya sistem logistik adalah biaya logistik yang rendah. Sebagai gambaran, pembelian barang dari negara lain dengan jarak yang sama antara Jakarta ke Surabaya hanya membutuhkan biaya tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Hal yang tentunya berbeda jika dibandingkan dengan apa yang ada di Indonesia.
Sistem Logistik Indonesia Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo dengan memberlakukan BBM satu harga untuk wilayah Indonesia Timur patut diapresiasi. Adanya kebijakan ini diharapkan dapat menekan biaya logistik sehingga arus pertukaran barang menjadi lebih cepat. Selain itu pembangunan jalan raya trans-Papua sepanjang 3.720 kilometer diharapkan mampu membuka akses ke kawasan Indonesia Timur agar perekonomian dapat tumbuh lebih cepat. Permasalahan yang umum ada di Indonesia adalah belum terintegrasinya transportasi intermodal & interkoneksi antara infrastruktur di pelabuhan dan transportasi yang digunakan. Data yang dirilis Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok ITB menunjukkan rasio antara biaya logistik terhadap GDP mencapai 27%. Selain itu, tantangan luasnya wilayah Indonesia menyebabkan infrastruktur yang telah ada saat ini belum memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tidak terintegrasinya infrastruktur logistik nasional menyebabkan rendahnya tingkat efektivitas dan efisiensi sistem logistik nasional.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 13
Di sisi lain, terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang logistik juga menjadi kendala tersendiri. Terbatasnya lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang logistik yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan menjadi tantangan yang harus segera dijawab. Dari sisi regulasi, kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral sehingga antara satu kebijakan dengan kebijakan lain masih saling tumpang tindih. Ketidakpastian lain yang ada di Indonesia baik untuk wilayah Pulau Jawa maupun luar Jawa adalah kemacetan dan tidak meratanya infrastruktur. Jika di pulau Jawa, kemacetan pada beberapa kota besar menjadi kendala yang belum bisa diselesaikan. Adapun untuk luar Jawa, kendala ada pada tidak meratanya infrastruktur yang dibangun. Meskipun pemerintah telah meningkatkan anggaran belanja untuk infrastruktur sebesar Rp. 387 triliun pada APBN 2017 atau naik Rp. 74 triliun jika dibandingkan pada tahun 2016, hal ini belum sepenuhnya mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia mengingat pemerintah masih mengalami defisit anggaran sebesar Rp. 330 triliun seperti yang dilansir Kompas. Berbagai kendala yang ada di atas dapat segera diatasi dengan melakukan kolaborasi antar sektor baik pemerintah sebagai pemegang kebijakan maupun para pengusaha sebagai pelaku industri. Integrasi antar departemen dapat dilakukan dengan melakukan pertukaran data atau dibentuk suatu lembaga yang menjadi inter-connector dengan lembaga lain. Adapun asosiasi pengusaha di bidang logistik harus lebih diperhatikan dengan mendengar apa yang dibutuhkan dan mengakomodasi masukan yang diberikan untuk pemerintah dalam penyusunan regulasi atau teknis pelaksanaan sistem logistik nasional. Indonesia juga dapat memosisikan dirinya sebagai lumbung pangan kawasan Asia Tenggara dengan menggenjot tar-
14 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
get produksi di sektor pertanian maupun peternakan. Hal ini mengingat potensi yang dimiliki sangatlah besar. Pembangunan pusat gudang penyimpanan untuk rantai dingin (cold chain) haruslah menjadi prioritas utama. Saran dari para akademisi serta praktisi dapat dijadikan pertimbangan lain untuk memastikan kebijakan yang diambil sesuai dengan kondisi yang ada.
Biografi Penulis: Muhammad Ulil Albab program Ulil adalah alumnus sarja-na Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia. Kontributor di Supply Chain Indonesia serta anggota Data Science Indonesia ini tertarik pada bidang mana-jemen logistik dan logistik untuk perta-nian. Saat ini, Ulil sedang melanjutkan studi master dengan bidang yang sama. Ulil dapat dihubungi melalui nomor seluler +48574322648 atau alamat email ulilalbabtiuii@gmail.com.
Listing Beasiswa Tahun 2017 Australia Awards Scholarships‘17 Jenjang: Master Negara tujuan: Australia Batas akhir pendaftaran: 30 April 2017 Arsip PDF: bit.ly/PDF-SCL-AAS2017 URLsingkat: bit.ly/SCL-AAS2017 Website resmi: http://dfat.gov.au/people-to-people/ australia-awards/Pages/australiaawards-scholarships.aspx CP: info@australiaawardsindonesia.org
LPDP Tahun 2017 Jenjang: Master/Doktor Negara tujuan: Indonesia & luar negeri Batas akhir pendaftaran • Tujuan dalam negeri: 3 April 2017 • Tujuan luar negeri: 7 Juli 2017 Website resmi: http://www.lpdp.kemenkeu.go.id/ CP: cso.lpdp@kemenkeu.go.id Master Mind Scholarships 2017 Jenjang: Master Negara tujuan: Belgia Batas akhir pendaftaran: 30 April 2017 Arsip PDF: bit.ly/PDF-SCL-MMS2017 URL singkat: bit.ly/SCL-MMS2017 Website resmi: http://www.studyinflanders.be/en/ scholarship-programmes/master-mindscholarships/ CP: : mastermind@vluhr.be Taiwan Government Scholarships 2017 Jenjang: Master/Doktor Negara tujuan: Taiwan Batas akhir pendaftaran: 31 Maret 2017 Arsip PDF: bit.ly/PDF-SCL-TGS2017 Url singkat: bit.ly/SCL-TGS2017 Website resmi: http://edu.law.moe.gov.tw/EngLawContent.aspx?Type=E&id=122 University of Westminster Scholarship 2017 Jenjang: Master Negara tujuan: Inggris Batas akhir pendaftaran: 4 Mei 2017 URL singkat: bit.ly/SCL-UWS2017 Website resmi: https://www.westminster.ac.uk/study/ prospective-students/fees-and-funding/ scholarships/international-postgraduatescholarships/vice-chancellor-scholarship CP: scholarships@westminster.ac.uk Punya info beasiswa untuk Mahasiswa SCL?Kirim ke mahasiswa.scl@gmail.com.
SEKILAS TENTANG WARSAW UNIVERSITY OF SCIENCE & TECHNOLOGY Kampus yang terletak di ibu kota Polandia, Warsawa ini menjadi salah satu kampus terbesar di kawasan Eropa tengah dengan jumlah profesor mencapai 357 orang. Didirikan pada tahun 1826, kampus ini setiap tahunnya meluluskan lebih dari 5.000 mahasiswa. Universitas ini memiliki 17 fakultas dengan berbagai disiplin keilmuan. Penelitian unggulan di universitas ini difokuskan untuk menjawab kebutuhan industri seperti adanya pusat studi serta pusat inkubasi bisnis. Global Production Engineering and Management Global Production Engineering and Management merupakan program yang diluncurkan untuk menjawab kebutuhan perusahaan multi-nasional dan usaha kecil menengah secara global. Lulusan dari program ini diharapkan memiliki kemampuan mengintegrasikan produksi secara teknis dengan management yang ada di dalamnya. Mahasiswa juga memiliki kesempatan untuk terlibat secara langsung dengan perusahaan multi-nasional dan juga merasakan atmosfer global dengan mengikuti kegiatan pertukaran pelajar di Technical University of Milan (Politecnico di Milano). Secara umum kurikulum pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu teknik produksi dan manajemen industri. Selain itu, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya khususnya dalam bidang penelitian. Misalnya mahasiswa dapat dengan bergabung dengan institusi atau pusat
penelitian yang ada seperti Institute of Organization of Production Systems atau Institute of Manufacturing. Mahasiswa juga bisa mengaktualisasikan dirinya dengan ikut berbagai kegiatan di luar kampus/kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni dan juga wirausaha. Lingkungan akademis yang kondusif serta tenaga pengajar yang profesional menjadi kelebihan tersendiri dari Warsawa University of Science & Technology.
Biografi Penulis: Muhammad Ulil Albab Ulil adalah alumnus program sarjana teknik Industri, Universitas Islam Indonesia. Kontributor di Supply Chain Indonesia serta anggota Data Science Indonesia ini tertarik pada bidang manajemen logistik dan logistik untuk pertanian. Saat ini, Ulil sedang melanjutkan studi master dengan bidang yang sama. Ulil dapat dihubungi melalui email ulilalbabtiuii@gmail.com atau nomor seluler +48 574 322 648.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 15
MENGURAI KOMPLEKSITAS DENGAN PEMODELAN LOKASI MODEL LOKASI DAN POTENSI PENERAPANNYA DI INDONESIA Penentuan lokasi fasilitas termasuk salah satu keputusan strategis yang perlu dibuat oleh para pembuat kebijakan baik di industri manufaktur, jasa, di sektor pemerintahan. Ini karena keputusan lokasi fasilitas terkait dengan biaya yang besar, horizon yang panjang, dan tingkat kepentingan yang tinggi. Permasalahan ini sering dibahas di kuliah-kuliah manajemen logistik, tata letak dan fasilitas, serta SCM. Contohnya adalah penentuan lokasi yang terkait dengan distribusi fisik barang jadi seperti gudang utama (distribution center), lokasi pabrik, dan lokasi toko ritel. Contoh lain yang bisa ditinjau adalah lokasi untuk sektor pertanian. Saat ini distribusi lokasi kawasan pertanian masih belum merata. Kawasan seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan sebagian besar pulau Sumatera mempunyai rumah tangga dengan usaha pertanian yang cukup tinggi. Namun, distribusi lokasi rumah tangga yang melakukan usaha pertanian, apalagi penyedia jasa pendukungnya, tidak mengikuti pola ini berdasarkan hasil Survei Pertanian Tahun 20131. Ini mengakibatkan infrastruktur pendukung pertanian perlu ditempatkan di lokasi yang strategis agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani secara lebih luas. Jika keputusan ini tidak dioptimalkan, maka infrastruktur pertanian yang dibutuhkan bisa jauh lebih besar dari yang seharusnya. Lebih lanjut, penentuan lokasi di sektor jasa tidak kalah penting untuk dioptimalkan. Sebut saja pada suatu waktu Pak Kapolres ingin menentukan lokasi patroli anggotanya sehingga mampu menjangkau semua area kota K dalam waktu 7 menit perjalanan. Atau KPU ingin menentukan jumlah dan lokasi TPU yang optimal di Kabupaten L sehingga jarak terbobot antara setiap
Gambar 1: Distribusi kawasan pertanian dan rumah tangga dengan usaha pertanian
warga dengan TPU terdekat tidak lebih dari 5 menit jalan kaki, namun juga tidak terlalu dekat sehingga membutuhkan terlalu banyak TPU dan warga bingung untuk memilih TPU yang mana. Atau dalam konteks yang lebih besar, Anggota DPRD Provinsi M ingin mengusulkan pembangunan stasiun ambulans di beberapa titik sehingga waktu respons permintaan bantuan medis darurat bisa mencapai rata-rata 5 menit dengan alokasi dana secukupnya. Atau Kementerian Keuangan ingin menen-
tukan jumlah dan lokasi Kantor Pajak yang optimal sehingga masyarakat yang ingin membayar pajak merasa dipermudah. Keputusan-keputusan ini bisa disuplai dengan rekomendasi berbasis optimasi model lokasi sehingga keputusan yang diambil dapat menyediakan layanan masyarakat yang lebih baik dan berpotensi meningkatkan performa layanan instansi dalam negeri. Konsep Model Lokasi Model lokasi termasuk salah satu per-
Kutipan & Referensi Lainnya: 1 https://st2013.bps.go.id 2 http://daskin.engin.umich.edu/network-discrete-location/ 16 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Gambar 2: Lokasi optimal fasilitas untuk kawasan yang berbentuk wajik/intan (diamond)4
Penentuan lokasi dan penugasan pemenuhan permintaan yang optimal untuk kawasan yang berbentuk wajik memberi insights untuk model yang lebih kompleks: lokasi optimal ada di median permintaan
masalahan optimasi yang seringkali terdiri dari banyak variabel dan banyak fungsi kendala. Belum lagi, fungsi tujuan yang sangat bergantung pada perancang model dan kebutuhan yang ingin dipenuhi membuat pemodelan lokasi fasilitas serta teknik penyelesaiannya bukan hal yang sepele. Prof. Mark S. Daskin, ketua jurusan Industrial & Operations Engineering di University of Michigan sekaligus penulis buku Discrete Location Models2 dan Service Science3, merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh di bidang pemodelan lokasi. Bahkan, baru-baru ini Prof. Daskin diangkat menjadi salah satu anggota National Academy of Engineering, salah satu otoritas berpengaruh bidang keteknikan dan sains di Amerika Serikat yang berwenang memberi saran dan nasihat ke pemerin-tah pusat Amerika Serikat. Ia diangkat berkat kontribusinya di bidang pemodelan lokasi dan metode pengajaran yang inovatif Di kelas yang diampunya, Prof. Daskin
3 4
kerap menyelesaikan masalah penentuan lokasi dengan memodelkannya sebagai pemrograman linier kemudian mencari solusinya dengan OpenSolverÂŽ (versi open source dari SolverÂŽ di Excel dengan batasan variabel yang jauh lebih besar). Selain itu, ia juga sering menggunakan model analitis kemudian membandingkan hasilnya dan menjelaskan insight yang bisa diterapkan di kasuskasus lain. Sebagai contoh, salah satu hal sederhana yang dijelaskan adalah bahwa untuk meminimalkan jarak rata-rata terbobot dari suatu fasilitas ke titik-titik permintaan yang lokasinya tersebar di garis lurus (bahkan di diagram jaringan sekalipun) adalah tepat di median dari titik-titik tersebut, yaitu di lokasi yang membagi dua jumlah permintaan dengan sama rata. Hal ini berlaku bagaimana pun distribusi lokasi titik-titik permintaannya. Di kasus yang lebih umum, ketika permintaan tersebar di area dua dimensi, hal ini masih berlaku namun tidak semudah dengan kasus di garis lurus. Gambar 2 mem-
http://daskin.engin.umich.edu/service-science/ Location on A Diamond - Empirical & Theoretical Result (Mark S. Daskin). Salinan PDF tersedia di folder: http://bit.ly/RefLOKSCL Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 17
area kompleks Kampus ITS untuk beberapa contoh sebaran permintaan yang dihasilkan menggunakan pemrograman linier di OpenSolver. Contoh kasus di atas tentu masih sederhana dan mengandung banyak asumsi untuk menyederhanakan model tersebut. Misalnya lokasi penempatan fasilitasnya seringkali terbatas, tidak bisa ditempatkan di mana pun atau prioritas setiap titik permintaan tidak sama. Jika ini diakomodasikan, maka dari area Kampus ITS yang luasnya sekitar 180 hektare saja, model yang dibutuhkan bisa menjadi sangat kompleks.
Gambar 3: Penerapan model lokasi untuk kawasan ITS
beri ilustrasi untuk konsep ini dengan menunjukkan lokasi optimal yang memiliki beragam jumlah fasilitas untuk 10.000 permintaan yang tersebar merata di area berbentuk intan/ wajik. Menggunakan konsep di atas, jika jumlah fasilitas 1, 4, atau 9, maka penempatan lokasi fasilitas akan membagi area intan tersebut ke area-area kecil yang juga berbentuk intan. Jika jumlah fasilitas selain angka-angka ini, maka penentuan lokasinya (serta penugasan pemenuhan permintaannya) tidak mudah untuk dilakukan. Memodelkan Permasalahan di Indonesia Untuk memahami dan menerapkan konsep ini di konteks permasalahan Indonesia, kita perlu mempertimbangkan area yang bentuknya tidak beraturan dan tidak kontinyu - melambangkan batas kota atau pulau yang dipisahkan oleh kawasan perairan. Pemodelan lokasi yang mempertimbangkan hal ini tentu lebih kompleks, dan untuk mampu menerapkannya dalam membuat keputusan lokasi di kasus nyata, kita perlu menelaah konsep ini lebih dalam. Ini adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh komunitas Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) Indonesia, yang kemudian diwujudkan dalam diskusi di modul daring Piazza5 berupa kuis yang terkait dengan keilmuan supply chain dan logistik. Salah satunya adalah model lokasi – dengan kode kuis LOK. Pembaca yang tertarik disarankan untuk turut bergabung dalam diskusi tersebut sehingga akhirnya bisa bersama-sama menelaah permasalahan lokasi untuk konteks Indonesia. Sebagai contoh awal, Gambar 3 menunjukkan peta kasar kompleks kampus ITS yang diambil dari samping titik-titik ujung kawasan ITS menggunakan GoogleMaps. Selanjutnya di-generate 17.625 titik permintaan yang tersebar merata di area ini. Anggap saja tiap titik melambangkan mahasiswa ITS tahun 2016 yang berbaris rapi dan memenuhi seluruh area kompleks Kampus ITS Sukolilo. Jika dicari lokasi suatu fasilitas yang meminimalkan jarak total dari setiap titik permintaan ke lokasi tersebut adalah di lintang dan bujur (112,7951 , -7,2827) atau area sekitar kantor BAAK ITS. Jika titik-titik permintaan tersebar tidak merata, maka lokasi ini pasti akan berubah. Gambar 3 berikut menunjukkan lokasi optimal satu dan dua fasilitas di
Jika dibawa ke level Indonesia dengan kondisi geografi yang jauh lebih kompleks, sebaran demografi yang tidak merata, kendala infrastruktur, keragaman budaya serta berbagai variabel lainnya, maka model yang diperlukan tentu sangat kompleks. Di konteks nasional, kita bisa membuat peta Indonesia (dengan sampling titik-titik terluar pulau-pulau utama, mi-salnya) dan menggunakan data hasil panen setiap provinsi dari Survei Pertanian Tahun 2013 sebagai distribusi sumber daya dan distribusi lokasi penduduk dari BPS6 sebagai data permintaan. Dengan ini, kita bisa mencoba mencari di mana lokasi gudang Bulog utama di setiap pulau-pulau utama di Indonesia. Lebih lanjut lagi, kita bisa menentukan di mana sebaran gudang cadangan pangan darurat nasional sebaiknya disebarkan untuk menangani kasus-kasus kritis. Kita tentu tidak ingin menempatkan gudang-gudang cadangan untuk kondisi darurat ini di satu tempat yang berdekatan sehingga sangat mudah untuk dirusak, namun juga tidak ingin terlalu jauh sehingga sulit untuk dijangkau. Menggunakan mekanisme serupa dengan kasus Kampus ITS di atas, kita bisa membuat beberapa ilustrasi permasalahan supply chain dan logistik di Indonesia atau bahkan meneliti potensi optimasi infrastruktur yang akan dicanangkan pemerintah atau industri dalam waktu dekat. Sebagai Mahasiswa SCL, ini adalah salah satu objek kajian awal untuk berusaha memahami kompleksitas permasalahan nyata yang dihadapi oleh pemerintah, praktisi, dan akademisi kita saat ini.
Biografi Penulis: Mansur Maturidi Arief Mansur adalah Awardee LPDP PK-67 dengan tempat tujuan studi Industrial & Operations Engineering, University of Michigan (UM). Ia menyelesaikan studi S1-nya di Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 2014 melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama. Meneruskan aktivitasnya selama menjadi asisten lab LSCM, saat ini Mansur turut membantu pengelolaan jurnal internasional Operations and Supply Chain Management: An International Journal. Selain itu, ia juga aktif sebagai salah satu board members di INFORMS UM Student Chapter dan PERMIAS Michigan.
5
18 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
http://bit.ly/ISLI-SCL101 6 https://www.bps.go.id/
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 19
AGENDA ISLI ME
W O R K S H O P, S E M I N A R , P E L AT I H A N , S E R TA A G E N D A L A I N N YA DA R I I N D O N E
Workshop Penelitian dan Penulisan Artikel untuk Publikasi Jurnal ISLI – UGM, Yogyakarya | 9–10 Mei 2017 Workshop penelitian dan penulisan artikel untuk publikasi jurnal yang diselenggarakan oleh ISLI dan UGM akan memberikan wawasan tentang perkembangan penelitian di bidang supply chain dan logistik dan juga pemahaman mengenai jurnal publikasi baik nasional maupun internasional. Kegiatan ini tidak terlepas dari pelatihan teknik penulisan artikel untuk publikasi jurnal, termasuk di dalamnya fasilitas untuk mereview bersama draft artikel. Selain itu untuk mendukung riset-riset di bidang supply chain dan logistik, kegiatan ini akan menjadi sarana untuk dapat memetakan penelitian yang saat ini ada di Indonesia, dengan harapan agar apat terjadi sharing knowledge maupun kolaborasi penelitian.
Timeline Pendaftaran Online (25 Maret 2017 – 14 April 2017) Link pendaftaran : https://form.jotform.me/scilogugm/pendaftaran-Workshop-ISLI Bagi peserta yang memiliki draft artikel untuk publikasi jurnal, dianjurkan untuk dapat meng-upload file draft artikelnya saat proses pendaftaran. Pembayaran (14 April – 5 Mei 2017) Biaya pendaftaran : Rp 500.000,- (non-member ISLI) Rp 350.000,- (member ISLI) No rekening : Bank Mandiri 9000018231820 Atas nama Stella Nadya Arvita Bukti pembayaran dikirimkan ke scilog.ugm@gmail.com. Bukti pembayaran dikirim dengan mencantumkan nama lengkap dan asal instansi. Workshop
(9 – 10 Mei 2017)
Pembicara
More Information
1. Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D., CSCP (ITS) 2. Bertha Maya Sopha, S.T., M.Sc., Ph.D. (UGM) 3. I Gede Agus Widyadana, S.T., M.Eng., Ph.D. (Universitas Kristen Petra) 4. The Jin Ai, S.T., M.T., Dr.Eng. (UAJY)
Phone/WA/Line : Saras (0852 9034 0223) Elok (0822 3638 8477) Email : scilog.ugm@gmail.com
P U N YA A G E N D A U N T U K D I P U B L I K A S I K A N D I M A J A L A H C ATATA N S C L ATA U M E D I A P U B L I K A 20 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
ENDATANG
E S I A N S U P P LY C H A I N & LO G I S T I C S I N S T I T U T E ( I S L I )
Seminar Nasional Supply Chain dan Logistik Indonesia 2017 ISLI – UNHAS, Makassar | 17 – 20 September 2017 Seminar Nasional ini merupakan agenda pertama dari Institut Supply Chain dan Logistik Indonesia (ISLI) yang terbentuk sejak tahun 2016. Seminar ini akan dilaksanakan di Universitas Hasanuddin Makassar dengan tema “Peluang dan Tantangan Logistik Maritim di Indonesia”. Kami mengundang peserta dan pemakalah yang menyajikan berbagai topik pada bidang Supply Chain dan Logistik.
Conference Programs
Critical Dates
17-18 September 2017 Lolai Toraja “Negeri di atas Awan” 19 September 2017 Seminar Nasional ISLI Pertama 2017 Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin - Gowa 20 September 2017 Site Visit “Makassar New Port -Pelindo IV (Persero)”
30 April 15 Mei 15 Juni 30 Juni 31 Juli 19 – 20 September
Contact Person
Information
Syarifuddin M. Parenreng Muhammad Rusman Naniek Utami Handayani
(0811 4159 25) (0812 4141 2828) (0815 7108 659)
Batas akhir pemasukan Abstrak Notifikasi Abstrak diterima Makalah Lengkap Notifikasi Makalah diterima Batas Akhir pendaftaran Pelaksanaan conference
Web : http://conference.unhas.ac.id/isli2017 Email : isli2017@tiunhas.net
A S I M A H A S I S WA S C L L A I N N YA ? H U B U N G I M A H A S I S WA S C L D I M A H A S I S WA . S C L @ G M A I L . C O M Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 21
HARAPAN MAHASISWA SCL
Semoga grup ini dapat konsisten dan terus berlanjut. Semoga grup ini dapat memberi sumbangsih pada ilmu pengetahuan di Indonesia bahkan dunia. Semoga forum ini dapat membangun perkembangan teknologi supply chain ke arah yang lebih baik lagi. Terbaik buat forum SCL Indonesia. Event-event berhubungan dengan SCL bisa dimasukkan ke milis/newsletter. Semoga publikasi bisa semakin luas. Diskusi aplikasi keilmuan untuk selesaikan masalah riil Indonesia. Saya siap berkontribusi bagi perkembangan keilmuan di bidang logistic dan transportasi. Semoga dengan adanya kolaborasi ini mampu memberikan pandangan baru untuk menyelesaikan persoalan Indonesia di bidang logistik. Pengembangan keilmuan SCM di Indonesia Timur harus didukung penuh. Jika ada sebuah website yang dapat memberikan peluang teman-teman untuk menulis rasanya akan jauh lebih greget :)
22 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Semoga dapat bermanfaat dan berperan aktif dalam bidang logistic dan supply chain. Semoga upaya ini menjadi integrasi profesional SCM2 Indonesia & dapat memberdayakan calon profesional SCM lainnya. Sangat menarik dan perlu dishare ke temanteman! Semoga bisa bermanfaat dan berguna untuk mahasiswa yang konsen di bidang supply chain management Sebaiknya diadakan kelas khusus untuk belajar teori hingga langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah menggunakan metode yg ada di SCL. Tingkatkan studi tentang supply chain. Pengembangan keilmuan SCM di Indonesia Timur harus didukung penuh. Perbanyak info tentang SCL mengenai lomba, berita dan bacaan lainnya. Semoga baik untuk diskusi mengenai supply chain dan sharing pengalaman mengenai aspek supply chain. Semoga program ini semakin baik dan berkembang.
Selain memberikan informasi, saya berharap diadakan seminar dan pelatihan agar mahasiswa logistik berkompeten Akan lebih baik jika menggunakan platform yang lebih interaktif kepada anggota untuk mempermudah akses informasi. Mungkin bisa dibuatkan forum di grup Whatsapp Buat grup Line/FB. Diharapkan informasi-informasi berkaitan SCM bisa rutin disampaikan. Adanya kajian/diskusi ttg kelogistikan di indonesia yg dilakukan setiap beberapa bulan sekali, bagaimana langkah riset/ penelitian, sharing ilmu logistik dr negara lain dr mahasiswa yg sedang study di LN. Ada diskusi bulanan, penelitian bersama. Mungkin bagi mahasiswa saat pendaftaran bisa bikin sedikit artikel tentang SCM di daerah asalnya. Inisiasi yang bagus sekali. Semoga sukses :) Mungkin diperjelas maksud dan tujuan, serta bagaimana hak dan kewajiban anggota ini supaya kami lebih muda untuk mengajak orang2 untuk bergabung.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 23
MEMBONGKAR MITOS RASIONALITAS MANUSIA DALAM SUPPLY CHAIN
M
anusia adalah pusat dari roda penggerak sistem logistik dan supply chain. Mereka adalah aktor perencana dan pengambil setiap keputusan strategis dalam supply chain. Sayangnya, hingga saat ini, kita masih jarang menemui penelitian supply chain yang mengadopsi pendekatan dimensi perilaku manusia. Berbagai model analitis dan alat optimasi telah dikembangkan untuk membuat keputusan supply chain seharusnya lebih mudah dan lebih akurat. Namun, sebagian besar penelitian normatif ini masih berasumsi bahwa para pelaku supply chain selalu mengambil keputusan dengan rasional, objektif dan konsisten. Pada prakteknya, asumsi ini kurang realistis. Kemampuan kognitif dan komputasi manusia memiliki keterbatasan dalam mengakses semua informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan membuat berbagai keputusan secara transparan (Simon 1955).
Sumber: The Economist
Misalnya, metode pemilihan supplier mempertimbangkan beberapa kriteria kuantitatif untuk mengevaluasi semua calon supplier secara sistematis. Kriteria tersebut dapat mencakup harga produk, masalah kualitas, dan kecepatan pengiriman. Metode ini umumnya berdasarkan pada asumsi bahwa supply chain adalah soulless machine dan keputusan yang dibuat di dalamnya berada dalam social vacuum. Artinya, intervensi perilaku manusia belum dipertimbangkan dan tidak diasumsikan akan berdampak pada proses pengambilan keputusan supply chain. Sebagai contoh kasus, setelah melalui serangkaian evaluasi, seorang manajer supply chain perusahaan A memenangkan lelang ke supplier B untuk menyuplai komponen utama. Akan tetapi, supplier B selalu terlambat dalam mengirim komponen sehingga berdampak pada kerugian finansial perusahaan A. Jika harus memilih supplier pengganti, kemungkinan sang
24 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
manager perusahaan A akan lebih berhati-hati. Secara konsekuen, ia akan menaksir probabilitas risiko keterlambatan dari para calon supplier pengganti lebih tinggi. Meminjam istilah cognitive psychology, hal ini merupakan contoh postdecision regret, salah satu elemen kognitif manusia yang dapat mengaburkan penilaian dalam proses pengambilan keputusan (Sagi & Friedland 2007). Dalam skenario lainnya, pemilihan supplier juga tak hanya diwarnai oleh adanya prasangka namun juga koneksi pribadi manajer supply chain dengan calon supplier. Karena manajer perusahaan A berasal dari daerah C, ia akan memprioritaskan supplier yang berasal dari daerah C. Ia mungkin juga akan memprioritaskan kriteria cost di atas quality demi mencondongkan kemenangan lelang ke supplier C. Kita menyaksikan fenomena ini secara luas dalam berbagai industri. Dalam mengambil keputusan, ada kalanya bobot seluruh informasi yang ada melebihi kapasitas pemrosesan informasi manusia. Ketika kelebihan beban, manusia cenderung membatasi jumlah informasi yang mereka pertimbangkan. Akibatnya, manajer supply chain dapat menyederhanakan analisis pemilihan supplier mereka dengan berfokus pada beberapa kriteria saja, atau mengabaikan saran yang dibuat oleh model kuantitatif dan memilih supplier yang mereka pribadi lebih sukai. Sepasang sahabat Daniel Kahneman dan Amos Tversky (1973) dalam karya seminalisnya di bidang behavioural economics menjelaskan persis mengapa asumsi rasionalitas manusia tidak berlaku. Keputusan manusia tidak rasional, melainkan didorong oleh faktor-faktor seperti endowment effect, penghindaran risiko (risk aversion), penyesalan (regret), dan penilaian yang berat sebelah (bias and judgment). Oleh karenanya, sangat wajar jika dalam mengambil keputusan, manusia terpengaruh mind tricks yang bersumber dari preferensi dan pengalaman pribadi di samping hasil analisis kuantitatif. Memetakan Arah Penelitian Supply Chain Supply chain adalah sistem sosio-teknis yang kompleks yang melibatkan unsur-unsur kognitif dan dipengaruhi oleh interaksi antar-manusia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa manusia memiliki karakteristik governance dan influence dalam supply chain (Tangpong et al. 2014). Hasil pengamatan tersebut mengajak para peneliti supply chain untuk menggali lebih dalam peran aktor individu dalam model pengambilan
Referensi: Boyer, K. & Swink, M., 2008. The Operations & Supply Management (OSM) Forum—A New Feature. Journal of Operations Management, 26(3), pp.337–348. Croson, R. & Donohue, K., 2009. Impact of Pos Data Sharing on Supply Chain Management: An Experimental Study. Production and Operations Management, 12(1), pp.1–11.
Sumber: The Economist
keputusan supply chain. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan Wieland et al. (2016), topik penelitian yang paling jarang disoroti dalam ranah supply chain adalah dimensi perilaku manusia. Dari empat jurnal populer supply chain, yakni Journal of Business Logistics, Journal of Operations Management, Journal of Supply Chain Management, dan Production and Operations Management, terdapat tren penelitian yang membahas topik yang sedang hype seperti big data & analytics, information security, dan risk management. Melalui behavioural experiments, peneliti dapat mengikutsertakan komponen kognitif seperti bias dan judgment dalam mempelajari realitas supply chain (Knemeyer & Naylor 2011). Behavioural experiment juga dapat berfungsi sebagai salah satu bagian dari proses triangulasi yang sangat penting untuk menguatkan validitas teori perilaku pengambilan keputusan dalam supply chain (Croson & Donohue 2009; Boyer & Swink 2008). Meskipun relatif baru di bidang supply chain, para akademisi di bidang ekonomi, kedokteran, psikologi dan sosiologi telah menggunakan behavioural experiment selama bertahuntahun. Behavioural experiment juga banyak digunakan dalam bidang yang mendukung keberlangsungan supply chain, yakni bidang akuntansi, pemasaran, dan strategi (Stanovich & West 1998; Tokar 2010). Tentu saja, peneliti dapat menciptakan cara-cara baru untuk untuk lebih memahami bagaimana isu-isu perilaku manusia dapat mempengaruhi keberhasilan keputusan supply chain.
Rekomendasi Bacaan Lebih Lanjut: The Handbook of Behavioral Operations Management: Social and Psychological Dynamics in Production and Service Settings (2015) edited by Bendoly, Wezel, Bachrach. Oxford University Press. Journal of Industrial Marketing Management
Knemeyer, A.M. & Naylor, R.W., 2011. Using Behavioral Experiments to Expand Our Horizons and Deepen Our Understanding of Logistics and Supply Chain Decision Making. Journal of Business Logistics, 32(4), pp.296–302. Pettit, T.J., Fiksel, J. & Croxton, K.L., 2010. Ensuring Supply Chain Resilience: Development of A Conceptual Framework. Journal of Business Logistics, 31(1), pp.1–21. Sagi, A. & Friedland, N., 2007. The cost of richness: The effect of the size and diversity of decision sets on post-decision regret. Journal of Personality and Social Psychology, 93(4), pp.515–524. Simon, H.A., 1955. A Behavioral Model of Rational Choice. The Quarterly Journal of Economics, 69(1), p.99. Stanovich, K.E. & West, R.F., 1998. Individual differences in rational thought. Journal of Experimental Psychology: General, 127(2), pp.161–188. Tangpong, C., Hung, K.-T. & Li, J., 2014. Agent-system codevelopment in supply chain research: Propositions and demonstrative findings. Journal of Operations Management, 32, pp.154–174. Tokar, T., 2010. Behavioural research in logistics and supply chain management. The International Journal of Logistics Management, 21(1), pp.89–103. Tversky, A. & Kahneman, D., 1973. Availability: A heuristic for judging frequency and probability. Cognitive Psychology, 5(2), pp.207–232. Wieland, A., Handfield, R.B. & Durach, C.F., 2016. Mapping the Landscape of Future Research Themes in Supply Chain Management. Journal of Business Logistics, 37(3), pp.205– 212. Biografi Penulis: Kartika Nurhayati Kartika adalah alumnus program studi S1 Teknik Industri Universitas Indonesia. Selepas S1, ia kemudian melanjutkan studi S2 Engineering Systems and Services di Sorbonne Universités - Université de Technologie de Compiègne, Perancis, melalui program Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BU-BPKLN) Kemendikbud. Ia pernah mengerjakan beberapa proyek industri, di antaranya Schlumberger, Toyota, dan PPM Manajemen. Saat ini ia adalah awardee PK-56 LPDP dan menjalani program doktor Engineering Systems and Services di Technische Universiteit Delft, Belanda. Fokus risetnya yaitu pengambilan keputusan dalam Supply Chain. Untuk berkolaborasi, ia dapat dihubungi melalui email k.nurhayati@tudelft.nl
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 25
UNMANNED AERIAL VEHICLE, TREN MODA BARU LOGISTIK Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang biasanya kita kenal dengan drone, banyak digunakan dalam bidang militer, medis, pertanian, keamanan maupun media. UAV terbukti sangat berguna untuk logistik pada daerah terpencil yang belum mempunyai infrastruktur jalan yang baik. Namun, dalam dua tahun terakhir ide penggunaan UAV sebagai moda transportasi logistik sangat gencar dikembangkan oleh beberapa perusahaan komersial maupun perusahaan logistik. Implementasi UAV pada bidang logistik sendiri selain dengan adanya perkembangan teknologi, juga ditujukan untuk menghadapi kenaikan international freight volumes yang diprediksi oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) akan mencapai empat kali lipat volume sekarang di tahun 2050. Kapasitas menjadi kendala yang perlu dipertimbangkan, belum lagi pengaruh terhadap kepadatan penggunaan jalan. Hal ini mendorong munculnya ide penggunaan moda transportasi baru.
Gambar 1: Penggunaan UAV atau drone untuk kepentingan komersial
Pada tahun 2013, dikutip dari CBS News, CEO dari Amazon, Jeff Bezos menarik perhatian banyak orang dengan mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaannya akan membuat armada UAV untuk pengiriman paket kecil. pernyataan tersebut ditindaklanjuti dengan pengembangan rencana pengiriman barang langsung dari gudang kepada pelanggan yang dikenal dengan Amazon’s Prime Air. Tidak hanya Amazon yang mengembangkan ide ini tetapi grup pos dan logistik asal Jerman, DHL juga mengembangkan proyek pengiriman menggunakan UAV yang dikenal dengan Parcelcopter. Selain itu, perusahaan distributor buku teks dari Australia, Zookal juga telah memulai menguji delivery-by-drone di Australia, Singapura dan Malaysia. Setelah mengeluarkan Waymo, self-driving cars, Google juga mengumumkan proyek terbarunya yaitu Project Wing - ide dengan konsep yang sama dengan PrimeAir dan Parcelcopter. Dalam laporan dari BI Intelligence tentang kesempatan bisnis komersial yang dimiliki teknologi drone, didapati bahwa peramalan tren
Gambar 2: Contoh pengiriman paket menggunakan drone oleh DHL dan Zookal
26 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
pasar dari drone akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Walaupun pengunaannya masih kebanyakan pada bidang militer, tetapi penggunaan komersial juga menunjukkan peningkatan yang baik seperti yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini menunjukkan bahwa peluang bisnis pengembangan UAV juga sangat menjanjikan. Selain itu, peluang ini didukung juga oleh dikeluarkannya peraturan pengecualian bagi beberapa perusahaan tentang penggunaan UAV untuk kepentingan komersial pada bulan Agustus 2016 oleh Federal Aviation Administration (FAA). Dengan demikian, penggunaan UAV sebagai moda transportasi logistik sudah tidak terkendala oleh regulasi. Namun, regulasi tetap merupakan hal yang sangat krusial dalam pengadopsian UAV untuk keperluan logistik dan butuh dikaji secara berkelanjutan. Riset dari National Aeronautical Centre (NAC) juga mengungkapkan bahwa 42% dari perusahaan logistik berencana untuk menggunakan UAV untuk distribusi kargo di masa
yang akan datang. Keuntungan dari penggunaan UAV juga patut dipertimbangkan. Walaupun biaya investasi UAV terbilang cukup mahal, tetapi dalam jangka panjang, biaya operasional UAV akan lebih murah dikarenakan UAV membutuhkan biaya bahan bakar yang lebih sedikit dibanding moda transportasi yang ada (e.g: truk, kereta). Pada umumnya, biaya bahan bakar merupakan pengeluaran terbesar pada sektor logistik. Untuk aplikasi jangka mene-ngah, dengan pertumbuhan e-commerce yang ada, penggunaan UAV sebagai moda pengiriman paket akan sangat membantu dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, waktu pengirim-an yang singkat dan juga mengurangi kemacetan di jalan. Namun, dalam pengembangan UAV selain teknologi diperlukan perencanaan dalam pengoperasian UAV untuk moda transportasi, sama halnya dengan moda transportasi lainnya yang telah ada, dibutuhkan proses optimasi dalam hal penentuan rute dan biaya. Selain itu, juga diperlukan perencanaan terkait keamanan pengoperasian UAV itu sendiri, dikarenakan masih ada probabilitas dari UAV untuk mengalami kegagalan mesin dan kesalahan teknis lainnya. Masih ada beberapa implikasi dalam penerapan UAV pada bidang logistik. Sebagai contoh, pengiriman dari luar kota dipilah di dalam gudang, dan pengiriman dengan kriteria tertentu dipisahkan secara otomatis. Tiap UAV akan membawa paket yang sudah diassign dan langsung membawa paket tersebut sesuai dengan data yang ada
(barcode). Dengan panduan GPS, UAV akan mengirimkan paket ke alamat yang dituju. Hal ini dapat mengurangi waktu tunggu dari paket kilat, yang tadinya 1 hari menjadi 30 menit saja. Tetapi hal yang patut dikhawatirkan adalah apabila GPS mendadak kehilangan sinyal dikarenakan terhalangi oleh gedung tinggi ataupun pohon. Selain itu, apabila pelanggan tidak memiliki landing port yang memadai maka akan menambah implikasi dari penggunaan UAV itu sendiri. Ditambah lagi dengan peraturan FAA sekarang yang melarang UAV untuk terbang di daerah padat penduduk ataupun memiliki banyak gedung tinggi. Sehingga untuk sekarang yang sangat mungkin adalah pengiriman paket di pinggir kota yang memiliki lahan luas sebagai landing port dari drone tersebut. Ide lain dalam penerapan drone pada bidang logistik adalah intra-logistik yaitu digunakan di dalam gudang khususnya pada high-bay storage yang lebih mudah diakses dan fleksibel. Sebagai contoh yaitu proyek riset dari Fraunhofer IML yang menggunakan konsep Internet of Things. Dalam kosep ini, UAV dapat dikendalikan di dalam warehouse, mencari objek yang berhubungan dengan logistik dan juga melakukan pengecekan persediaan. Informasi yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam sistem thirdparty melalui intelligent interfaces dan services. Akan tetapi, penggunaan drone pada bidang logistik yang sangat mungkin dilakukan untuk sekarang adalah pemantauan infrastruktur (surveillance of infrastructure). UAV dapat membantu dalam pengawasan keamanan pada fasilitas-fasilitas seperti gudang dan dock, seperti yang dilakukan oleh British Petroleum (BP) untuk mengawasi lahan minyak di Alaska. Mereka memakai UAV untuk memonitor aktivitas perbaikan jalan, pipa minyak dan infrastruktur lain yang berpotensi menyebabkan bahaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan BP, kru manual membutuhkan satu minggu untuk melakukan pengecekan 2 mil pipa. Dengan menggunakan UAV, pengecekan 2 mil pipa tersebut hanya dilakukan dalam waktu 30 detik.
bahwa penggunaan UAV dalam bidang logistik sedang mengalami kemajuan dalam hal riset dan peluang bisnis yang ada. UAV sebagai moda transportasi ataupun alat dalam bidang logistik juga memiliki potensi yang menguntungkan. Potensi tersebut ialah pengiriman yang cepat, meminimalkan waktu tunggu, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan juga memungkinkan pengiriman di daerah yang memiliki infrastruktur yang kurang memadai. Selain itu, penggunaan UAV sebagai moda transportasi logistik juga dapat membantu dalam mengurangi polusi udara, kemacetan jalan, dan secara tidak langsung mengurangi delay dalam pengiriman. Meskipun demikian, masih ada beberapa tantangan mendasar dalam penerapan UAV di bidang logistik, yaitu masalah regulasi, privasi, dan integrasi dengan jaringan infrastruktur yang sudah ada. Selain itu, tantangan lain juga muncul dari terbatasnya ukuran paket yang diantar. Terlepas dari implikasi tersebut, dengan pengembangan teknologi yang ada sekarang, sangatlah mungkin untuk mengatasi keterbatasan dari teknologi UAV dalam beberapa tahun mendatang.
Biografi Penulis: Khara Karisia Dimpudus Khara lahir di Malang, 24 Agustus 1995. Ia mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Januari 2016, dari Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, dalam bidang logistics & SCM. Khara pernah bergabung di Laboratorium Logistics & Supply Chain Management (LSCM) sebagai asisten laboratorium dan membantu beberapa proyek dosen dengan industri. Saat ini, ia melanjutkan studi S2 di National Cheng Kung University, Taiwan jurusan Aeronautics & Astronautics dalam bidang control dan civil aviation.
Maka dari itu, dapat disimpulkan
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 27
Kampus Baru Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa
PROFIL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS HASANUDDIN Program Studi Teknik Industri Universitas Hasanuddin (PSTIUNHAS) terbentuk diawali sebagai konsentrasi teknik industri di bawah jurusan Mesin sejak tahun 1995 sebagai respons atas meningkatnya kebutuhan SDM di bidang teknik industri khususnya di Indonesia Timur. Pada tahun 2002, PSTI UNHAS resmi menjadi Program Studi dan menerima mahasiswa baru melalui jalur ujian masuk perguruan tinggi negeri setelah mengantongi izin pe-nyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 1874/D/T/2002 tertanggal 3 September 2002.
Saat ini di PSTI-UNHAS menerapkan LBE (Laboratory-Based Education) seiring dengan berpindahnya ke kampus baru Teknik UNHAS di kabupaten Gowa, sekitar 30 km dari pusat kota Makassar. Kampus baru ini dirancang dengan tata-letak mengikuti suatu konsep pendidikan baru yang disebut LBE, yang pada dasarnya merupakan pendidikan yang berbasis penelitian dan pengembangan (R&D). Dengan konsep ini, diharapkan kurikulum yang diterapkan pun berubah dari yang selama ini berorientasi pada pengajar-an (teaching-oriented) menjadi kurikulum yang berbasis R&D.
Dari Gambar 1 terlihat fenomena menarik dimana terlihat peningkatan dari tahun – ke tahun jumlah mahasiswa perempuan yang masuk ke program studi teknik industri. Saat ini jumlah keseluruhan mahasiswa sebanyak 258 orang dan setiap tahun menerima 50 orang mahasiswa. Jumlah dosen pengajar berjumlah 14 orang yang terdiri dari 1 orang profesor dan 7 orang doktor dan 6 orang master yang berasal dari lulusan dalam dan luar negeri
Di PSTI-UNHAS ada tiga bidang kajian berbasis laboratorium antara lain:
Gambar 1. Distribusi jumlah mahasiswa per tahun
Gambar 2. Tenaga Pengajar di PSTI-UNHAS
28 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
1. Rekayasa dan Manajemen Bisnis. Ilmu kerekayasaan manajemen bisnis menjadi isu strategis karena berkait-an dengan kinerja strategis dalam pengelolaan industri. Perekayasaan manajemen bisnis mencakup strategi, ki-nerja, pemasaran dan manajemen proyek. Tinjauan utama dari bidang kajian ini
adalah manajemen bisnis, rekayasa produktifitas, dan kewirausahaan. 2. Manufaktur dan Manajemen Logistik. bidang kajian ini mencakup pengembangan mutu dan kualitas produk, SCM, sistem distribusi dan transportasi dan manufaktur yang berkelanjutan serta kajian lainnya yang relevan. Tinjauan utama dari bidang kajian ini adalah pengendalian persediaan, logistik, supply chain, pemodelan, serta optimasi. 3. Ergonomi Kerja dan Desain Produk. Bidang kajian ergonomi kerja akan dititikberatkan pada peningkatan kenyamanan sumber daya manusia dalam beraktivitas, baik di lingkungan domestik maupun di lingkungan kerja mereka sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya alam. Tinjauan utama dari bidang kajian ini adalah perancangan sistem kerja, ergonomi industri, dan desain produk. Ada lima laboratorium riset yang mendukung kajian penelitian di PSTI-UNHAS, yaitu Laboratorium Manajemen Mutu (Quality Management Lab), Laboratorium Ergonomi dan Perancangan (Ergonomics and Design Lab), Laboratorium Manufaktur (Manufacturing Lab), Laboratorium Optimasi dan Rekayasa Sistem Industri (Optimation and Industrial Systems Engineering Lab), serta Laboratorium Manajemen Industri dan Bisnis (Industrial Management & Business Lab). Kelima laboratorium ini aktif menjalankan riset untuk mengembangkan dan menerapkan keilmuan teknik industri di Kampus Teknik UNHAS.
Selain itu, dialog akademik rutin dilakukan untuk memberikan gambaran rencana perkuliahan dan membangun komunikasi yang efektif antara mahasiswa dan dosen di lingkungan PSTIUNHAS. Kerja sama PSTI-UNHAS telah banyak membangun kerjasama dengan berbagai intitusi baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu di antara kerja sama tersebut adalah riset bersama dengan The Logistics Institute-Asia Pasific, National University of Singapore (TLIAP-NUS). Topik riset yang dilakukan adalah optimalisasi distribusi beras di Indonesia. Baru-baru ini, dilaksanakan sharing riset di kampus Teknik UNHAS Gowa. Agenda ini melibatkan PSTI-UNHAS dan TLIAP-NUS dengan beragam kegiatan, termasuk simulasi Supply Chain Game oleh Kummara Game Designer. Selain itu, telah dilaksanakan juga kerja sama dengan CRECPI ITB dan UNIDO dalam hal penyediaan tenaga ahli dalam pendampingan penerapan produksi bersih (cleaner production) di Kawasan Industri Makassar. Alumni PSTI-UNHAS mengarahkan alumni setelah menyelesaikan bangku kuliah agar memiliki kemampuan merancang, meningkatkan, mengoperasikan, dan memelihara peningkatan produktifitas dan kualitas dari sistem melalui proses pemecahan masalah yang terstruktur. Hampir 43% alumni langsung bekerja setelah menyelesaikan kuliah. Saat ini, lulusan PSTIUNHAS tersebar di berbagai industri baik sektor jasa maupun manufaktur, serta di lembaga pemerintahan maupun swasta di seluruh Indonesia. Narasumber: Dr. Eng. Muhammad Rusman, S.T., M.T.
Gambar 3. Kuliah tamu adalah salah satu agenda rutin mahasiswa
Kemahasiswaan Mahasiswa PSTI-UNHAS cukup aktif dalam berbagai macam kegiatan kemahasiswaan baik secara lokal maupun nasional. Salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah kuliah tamu. Umumnya, kuliah tamu dilakukan setiap awal semester dengan mengundang alumni atau praktisi yang bekerja di berbagai bidang untuk memberikan gambaran dunia kerja.
Narasumber saat ini menjabat sebagai ketua Program Studi Teknik Industri di Universitas Hasanuddin periode 2016-2020. Ia menyelesaikan pendidikan Doktor dari Toyohashi University of Technology di Jepang dengan topik penelitian tentang optimasi pada supply chain dengan mempertimbangkan faktor resiko. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pengabdian masyakat terkait dengan pengembangan jaringan logistik dan distribusi bertingkat khususnya komoditas pangan di Sulawesi Selatan. Koresponesi penulis di email rusman@tiunhas.net.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 29
Inekuitas Industri dan Intelektual
Sumber: Pixabay
“Saya bekerja di kafe. Pada suatu hari saya (harus) membuang 15 kantong penuh makanan segar” Aftenposten.no, 20171
K
utipan itu adalah judul sebuah artikel dalam sebuah koran nasional Norwegia, Aftenposten, bertanggal 3 Februari 2017. Selain menekankan pada isu lingkungan dan etika, penulis juga menanyakan “Apakah tidak bisa perusahaan memesan dengan jumlah yang lebih sedikit?”. Yang membuat artikel ini sangat menarik perhatian saya karena di saat yang sama, saya sedang melakukan pencarian literatur untuk tesis saya yang memang berhubungan dengan peramalan produk mudah rusak (perishable product forecasting). Saya menemukan banyak istilah metode peramalan yang terdengar begitu maju, mulai dari moving average, damped trend, ARIMA hingga neural network 1
dan artifical neural network. Masingmasing pencetus model tersebut ‘mengagung-agungkan’ model mereka dan menunjukkan keterbatasan model yang lain. Ini meninggalkan saya dalam pertanyaan besar “Di mana peran metode forecasting level ‘dewa’ tersebut bagi industri?”, “Mengapa topik forecasting yang sampai saat ini masih aktif digeluti oleh banyak akademisi sangat terbatas penerapannya dalam menangani kasus nyata?”. Saya kembali mengingat, bukan hanya di topik forecasting saja hal ini terjadi. Bartunek dan Rynes dalam editorial tamu berjudul “Academics and Practitioners Are Alike and Unlike: The Paradoxes of Academic–Practitioner Relationships” pada tahun 2014 juga menunjukkan ketidakmerataan antara
jumlah riset empiris dan non-empiris pada Management Journals (lihat Gambar 1). Terlihat jelas bahwa riset yang melibatkan data dari dunia nyata tidak pernah melebihi 20 persen dari total riset keseluruhan. Sisanya, sebagian kecil merupakan jurnal penyusunan teori dan lainnya merupakan opini normatif. Untuk mengantar pembaca ke dalam keseriusan masalah ini, perlu diketahui bahwa Norwegia bukanlah negara yang tidak mengutamakan nilai sebuah ilmu pengetahuan. Hubungan antara dunia akademis dan industri terjalin erat menghasilkan jenjang yang tidak begitu jauh antara keduanya. Ini terbukti dari pengamatan saya selama 1,5 tahun terakhir. Dalam perkuliahan, tugas dan ujian, dosen-dosen selalu memberi
Kutipan & Referensi Lainnya: http://www.aftenposten.no/meninger/sid/Jeg-jobber-pa-kaf-Pa-n-dag-har-jeg-kastet-15-fulle-sekker-av-dagsfersk-mat-614211b.html
30 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Persentase riset yang menggunakan data empiris masih relatif sangat sedikit, namun trennya meningkat Gambar 1: Perbandingan jumlah riset dengan (merah) dan tanpa (biru) contoh empiris pada Management Journals2
contoh kasus dari industri. Termasuk saat saya melakukan kunjungan perusahaan ke sebuah pabrik pipa. Tiga manajer perusahaan dari masingmasing departemen memberi presentasi tentang apa yang mereka kerjakan. Sangat dapat dimengerti bahwa ketiga manajer tersebut merupakan orang yang memiliki latar belakang akademis sesuai dengan bidang yang mereka geluti. Hal ini juga terjadi pada kunjungan perusahaan lainnya di sebuah pabrik sensor dan gudang supermarket nasional. Dengan latar belakang tersebut, masalah ketimpangan hasil riset dunia akademik dan aplikasinya ke dalam industri juga terjadi pada negara maju seperti Norwegia. Bagaimana dengan negara-negara berkembang? Bagaimana dengan negara-negara yang belum begitu mengapresiasi pentingnya nilai sebuah pengetahuan? Sementara pertanyaan-pertanyaan tersebut masih menjadi misteri dalam
benak saya, beberapa hari kemudian percakapan saya dengan dosen ko-pembimbing saya sedikit banyak memberikan pencerahan mengapa hal ini terjadi. Saat itu kami sedang menyelesaikan model matematis untuk tesis saya yang rencananya akan dipublikasikan pada konferensi tentang manajemen operasi di Eropa. Saat model matematis tersebut terselesaikan, dosen ko-pembimbing saya tersenyum dengan sedikit ketidakpuasan. Beliau menjelaskan model ini sudah benar dan memberikan hasil yang optimal, akan tetapi ‘kurang menjual’ bagi para panelis konferensi. Alasannya adalah model matematisnya terlihat sangat ‘sederhana’ untuk menyelesaikan masalah kompleks dalam riset kami. Sejenak saya terdiam dan ingatan saya melayang ke artikel yang saya baca beberapa hari sebelumnya. Ini toh kata kunci masalah itu! Sebuah jurnal ‘harus’ dikemas dengan kompleksitas, khususnya model matematis, walau-
pun sebenarnya dapat diselesaikan dengan metode yang lebih sederhana. Gengsi akademisi dan tingginya persyaratan juri konferensi dan jurnal internasional menghasilkan karya yang terlihat ‘wow’ tetapi tidak dapat dimengerti oleh aktor industri, apalagi masyarakat awam. Miris! Opini ini saya tutup dengan kalimat John Ford: “There is still a gap between academia and practice. I hope to put things in terminology that is accessible. Besides, if the practitioner can’t make use of the information, then what have we done?” (Masih ada ketimpangan antara akademisi dan praktis. Saya berharap untuk menggunakan istilah yang dapat dimengerti. Selain itu, jika praktisi tidak dapat menggunakan informasi tersebut, terus apa yang telah kita lakukan?)
Catatan: Tulisan ini sepenuhnya merupakan opini mahasiswa sebagai bentuk dari refleksi akan ketimpangan industri dan akademisi.
Penulis: Ivana Irene Helen Adam Ivana sedang menempuh semester akhir pada program studi master Global Manufacturing Management di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Norwegia. Sebelumnya, ia menyelesaikan program S1 Teknik Industri di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya pada tahun 2015. Saat ini, Ivana sedang menyusun tesis dengan judul “Improving Newsvendor Model with Censored Demand using Customer Visit Data”. Selain topik mengenai manajemen operasi, logistik dan supply chain, penulis juga tertarik pada topik dari masalah sosial: isu pengungsi, kesetaraan gender, hingga topik jalan-jalan dan memasak. Penulis menyambut penuh kritik, saran ataupun ajakan diskusi di ivanaireneadam@gmail.com. 2 Bartunek & Rynes, 2014, Journal of Management online appendix, doi:10.1177/0149206314529160 - http://blogs.lse.ac.uk/impactofsocialsciences/2014/05/23/the-paradoxes-of-academic-and-practitioner-relationships/
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 31
BAGAIMANA MENGINISIASI KOLABORASI PENELITIAN?
K
olaborasi penelitian merupakan kerja sama antar beberapa pihak untuk melakukan sebuah penelitian. Kolaborasi bisa dilakukan antara para akademisi, yang berasal dari bidang keilmuan yang sama, namun dengan penguasaan metode riset atau kepemilikan data yang berbeda satu sama lain. Bisa juga oleh mereka yang berasal dari bidang keilmuan berbeda, tetapi saling melengkapi. Dalam artikel ini, akan dibahas strategi yang bisa dipakai untuk menginisiasi kolaborasi penelitian secara efektif baik antar akademisi maupun gabungan pemerintah, peneliti, akademisi, dan praktisi. Kolaborasi Penelitian Antar Akademisi Kolaborasi tipe pertama adalah yang dilakukan antar para akademisi. Secara lebih detail, bentuk kolaborasi antar para akademisi dengan bidang keilmuan yang sama adalah pencarian solusi sebuah masalah tertentu dengan menggunakan lebih dari satu metode dan pelaksanaan riset oleh seorang peneliti. Hasilnya kemudian dikoreksi dan ditambahkan oleh peneliti lainnya, yang sudah cukup berpengalaman di bidang tersebut. Model yang lain adalah kolaborasi antar para akademisi dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Ini bisa dilakukan dengan menyelesaikan sebuah masalah yang merupakan integrasi dari masalah kecil lain yang pada mulanya adalah masalah independen dalam suatu bidang ilmu tertentu, namun berkaitan satu sama lain. Masalah-masalah kecil ini perlu diselesaikan secara bersamaan agar dapat menghasilkan solusi yang lebih baik, dibandingkan ketika diselesaikan secara terpisah dan independen satu sama lain. Kolaborasi tipe pertama ini dapat dilakukan melalui beberapa cara. Cara pertama adalah pertemuan secara langsung melalui konferensi domestik dan internasional. Pada umumnya, kolaborasi lebih mudah dimulai ketika kita mengikuti konferensi yang spesifik untuk bidang keahlian khusus. Tahap awal adalah dengan mengenal peneliti yang akan diajak untuk kolaborasi, dan kemudian memperkenalkan diri, baik secara langsung maupun tidak, kepada peneliti lainnya. Upaya mengenal peneliti lain dapat dilakukan dengan mencari nama dosen atau mahasiswa yang bersangkutan dalam proceeding konferensi sebelum konferensi dimulai. Ini yang jarang dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti baru. Jika telah membuat daftar peneliti yang bidang minatnya
32 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
sesuai, ketika datang mendengarkan presentasi peneliti ybs., kita bisa menindaklanjuti dengan memberikan kartu nama kita sebagai bentuk perkenalan diri sehingga interaksi jangka panjang bisa dimulai dengan efektif. Perkenalan diri sendiri kepada peneliti lain akan sangat efektif untuk dilakukan ketika kita melakukan presentasi hasil riset kita. Pada saat presentasi, kita akan dapat melihat beberapa peneliti yang tertarik memperhatikan presentasi atau bahkan bertanya. Setelah presentasi, kita bisa mengenalkan diri kepada beliau, sambil meminta masukan lebih jauh tentang materi riset yang telah kita presentasikan. Ada kalanya, lewat saat makan pun, kita bisa bertukar kartu nama, dan kemudian mencari profil peneliti tersebut di situs riset seperti ResearchGate atau Academia.edu. Informasi lebih lanjut mengenai riset beliau dapat dilihat, dan diskusi untuk memulai kolaborasi pun dapat dilakukan melalui situs tersebut. Cara kedua adalah pengenalan secara tidak langsung melalui situs riset seperti ResearchGate dan Academia.edu. Dalam situs ini, kita dapat melihat nama, afiliasi, pendidikan terakhir, dan keaktifan para peneliti yang terdaftar. Tentu saja, daftar semua paper konferensi dan jurnal yang telah dipublikasikan pun bisa dilihat. Beberapa kolaborasi riset sedang saya mulai dengan dua cara berikut. Pertama, menjawab pertanyaan peneliti lain mengenai desain metode pencarian solusi yang diajukan dalam situs ResearchGate. Saya menawarkan kerja sama dengan mengajarkan dasar metode tersebut, lalu mendesain dan mengimplementasikan metode tersebut dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu, sehingga bisa berkontribusi dalam paper jurnal yang sedang beliau tulis. Selanjutnya, kita juga bisa belajar dari peneliti lain yang sudah mempunyai publikasi dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Hal ini bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan paper yang diunggah, membaca paper tersebut, lalu menanyakan beberapa hal detail tentang paper tersebut. Saya pernah mendapatkan respons yang sangat positif dari metode ini . Peneliti yang saya hubungi tadi meminta mahasiswa S3-nya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan sangat terperinci. Pada saat itu saya yakin bahwa dengan memahami metode dan jenis penelitian yang ia lakukan, akan membuka peluang kolaborasi di masa mendatang, yang tentunya perlu saya imbangi dengan perkembangan kualitas riset saya.
Cara ketiga adalah membentuk atau bergabung dengan komunitas riset dan berdiskusi atau berkontribusi secara aktif di dalamnya. Contohnya seperti yang sedang dilakukan dalam komunitas Mahasiswa SCL ini. Latar belakang dan lingkungan riset para peneliti yang beragam dalam sebuah komunitas akan memperkaya solusi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tertentu yang didiskusikan secara bersama-sama. Beberapa hal yang saya rasa akan sangat bermanfaat untuk memulai kolaborasi dalam suatu komunitas adalah menyajikan profil peneliti
Upaya mengenal peneliti lain dapat dilakukan dengan mencari nama dosen atau mahasiswa yang bersangkutan dalam proceeding konferensi sebelum konferensi dimulai. Ini yang jarang dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti baru. secara berkala dengan tujuan untuk mengenalkan peneliti satu sama lain, dan mempermudah pengenalan bidang riset satu sama lain. Cara lain untuk memulai kolaborasi adalah membahas permasalahan aktual yang sedang terjadi, contohnya di masalah nasional, atau perkembangan aplikasi keilmuan di luar negeri, yang dapat menjadi masukan berarti bagi perkembangan peneliti para anggota, juga dapat mendorong munculnya ide penelitian baru. Kolaborasi dari Berbagai Pihak Kolaborasi tipe kedua adalah yang dilakukan antar pemerintah, peneliti, para akademisi, dan praktisi. Secara umum, kerja sama seperti ini perlu ditingkatkan, karena adalah sangat umum bagi para akademisi untuk mengembangkan metode yang dapat mencari solusi terhadap masalah dengan sangat baik. Namun solusi terse-
but tidak banyak diimplementasikan untuk menyelesaikan masalah riil. Seperti yang pernah saya amati ketika mempelajari metode penjadwalan yang digunakan dalam sebuah BUMN di Indonesia, 5 tahun silam. Secara umum, tiap pihak mempunyai peran yang sangat penting. Pemerintah berperan sebagai pemberi dana penelitian dan pengawas perkembangan riset. Peneliti, yang tergabung dalam sebuah badan pusat riset, berperan sebagai pelopor dan penanggung jawab kolaborasi. Para akademisi, sebagai pelaksana penelitian yang berhubungan dengan aplikasi teori untuk penyelesaian masalah riil, melaksanakan peran yang umumnya berkaitan dengan desain sistem dan penggunaan software. Terakhir peran yang tidak kalah penting adalah praktisi yang berperan sebagai pemberi informasi mengenai kondisi nyata sistem Selain itu, praktisi juga krusial sebagai pembuat prototipe alat yang dikembangkan dalam penelitian ybs. Di Korea Selatan, kolaborasi ini dilakukan dalam bentuk proyek berjangka lebih dari empat tahun, dengan periode evaluasi perkembangan proyek yang berkala, hingga bisa tiap satu atau tiga bulan. Beberapa kolaborasi riset juga diinisiasi dalam skala lebih kecil antara perusahaan swasta, sebagai praktisi, dan para akademisi saja, dalam jangka waktu yang lebih pendek. Upaya yang dapat dilakukan untuk memulai kolaborasi tipe ini antara lain dengan diskusi informal, penyusunan proposal riset, promosi hasil riset, dan penawaran kolaborasi. Diskusi secara informal antara para akademisi dengan pihak pemerintah juga dapat dilakukan dalam kunjungannya ketika menemui kelompok atau individu mahasiswa yang sedang menjalani studi di negara tertentu. Penyusunan proposal riset oleh para akademisi, yang diawali dengan diskusi internal untuk menye-lesaikan masalah riil tertentu atau mengembangkan teori tertentu yang sudah ada. Promosi hasil riset secara umum melalui situs pribadi oleh para akademisi. Hasil riset ini perlu
diimplementasikan dengan pembuatan software oleh para akademisi, yang dapat dimanfaatkan secara mudah oleh para praktisi, tanpa perlu memahami detail metode yang digunakan. Terakhir, penawaran kolaborasi oleh pihak akademisi kepada praktisi yang sedang menjalani studi di universitas. Ide untuk menginisiasi kolaborasi secara nyata melalui komunitas Mahasiswa SCL, dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama, Pemetaan bidang penelitian beserta metode riset yang dikuasai oleh setiap anggota. Kedua, penawaran topik kolaborasi secara terbuka kepada anggota lain, agar kolaborasi dapat dimulai dalam bentuk tim-tim kecil. Ketiga, pencarian kesempatan untuk publikasi di konferensi, jurnal, atau kegiatan lomba esai mahasiswa, dengan topik yang umum, seperti strategi perkembangan kualitas studi mahasiswa di dalam dan luar negeri, ataupun topik lebih khusus, yang menyesuaikan bidang penelitian yang telah dipetakan sebelumnya. Keempat, penyelenggaraan konferensi atau pertemuan tatap muka ataupun daring antar anggota. Kegiatan ini dapat diisi dengan presentasi materi riset tiap anggota secara bergantian, atau bahkan yang dilakukan untuk mempelajari materi riset atau artikel mengenai proyek penyelesaian masalah riil yang sedang berlangsung. Pada kesempatan ini, contoh beberapa topik kolaborasi yang dapat saya tawarkan adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan strategi kolaborasi antara pihak akademisi, pemerintah, dan praktisi di Indonesia. Riset ini membahas bentuk kerja sama secara umum yang telah dilakukan, merinci kebutuhan setiap pihak dalam kolaborasi, dan mengevaluasi efek dari kolaborasi yang telah dihasilkan bagi kemajuan tiap pihak, dan dapat diakhiri dengan usulan untuk memperbesar peluang inisiasi kolaborasi antara ketiga pihak tersebut. Studi perbandingan antara kolaborasi yang telah dilakukan di Indonesia dengan luar negeri akan dilakukan,
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 33
sehingga Indonesia dapat belajar dari negara lain yang telah melaksanakan kolaborasi ini secara lebih efektif.
Konsep Tol Laut sangat berpotensi untuk menjadi topik kolaborasi penelitian untuk akademisi, praktisi, & pemerintah Indonesia
34 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
2. Studi mengenai peran Indonesia dalam rantai supply chain dan logistik negara-negara ASEAN. Dalam studi ini, perlu dilakukan analisis posisi Indonesia dan tiap negara ASEAN lainnya dalam bidang logistik, sebagai produsen, pemasok, konsumen, dsb. Identifikasi posisi ini diperlukan agar Indonesia dapat mengenal negara lain, yang mempunyai peran sama, agar dapat dijadikan benchmark bagi perkembangan layanan logistik Indonesia. Selain itu, hal ini juga penting agar Indonesia mengetahui negara
yang menjadi komplementer atau perlu saling melengkapi dalam pelaksanaan kegiatan logistik. Hal ini tentu perlu disertai dengan analisis kebutuhan layanan logistik Indonesia bagi negara ASEAN lainnya, yang masih perlu dikembangkan. 3. Analisis peran Indonesia dalam aktivitas logistik antara Asia Timur & Timur Tengah (Korea Selatan, dan sekitarnya serta India dan negara lain di sisi barat). Secara khusus, mengenai kemampuan pelabuhan Indonesia untuk berkompetisi dengan Singapura sebagai pelabuhan transit, beserta dengan upaya yang perlu dilakukan untuk mengembangkan daya saing Indonesia.
4. Pemetaan masalah logistik, yang secara resmi dirumuskan oleh pemerintah Indonesia, contohnya dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), beserta analisis langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah, maupun pihak lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan ini, peluang riset dapat diidentifikasi, yang kemudian tentunya akan dapat melahirkan hasil riset yang bermanfaat bagi Indonesia. Analisis serupa dapat dilakukan dengan mengacu pada permasalahan yang dikemukakan oleh pusat riset atau pengamat logistik lainnya.
Topik penelitian kolaborasi ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Mahasiswa SCL diharapkan bisa menjadi bagian yang integral terhadap perbaikan sistem logistik dan pengelolaan supply chain di tanah air.
Biografi Penulis: Ivan Kristianto Singgih Ivan telah menyelesaikan studi S1 dan S2 di Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, dan studi S3 Jurusan Teknik Industri, Pusan National University, Korea Selatan. Saat ini, ia sedang menempuh program Post-Doktoral di Pohang University of Science and Technology, Korea Selatan. Bidang penelitiannya mencakup sistem logistik, operasional terminal peti kemas, dan penjadwalan proses manufaktur. Daftar penelitiannya dapat diakses di www.researchgate. net/profile/Ivan_Singgih
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 35
SEMINAR AGRI-SUPPLY CHAIN PERTAMA DI JAWA TIMUR
U
ntuk kali pertama, seminar agri-supply chain bertajuk LSCamp 2017 berhasil diselenggarakan di Jawa Timur. Seminar tersebut dihelat oleh kerja sama antara Laboratorium Logistics and Supply Chain Management (LSCM) Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Indonesian Supply Chain and Logistics Institute (ISLI). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24-26 Februari 2017 di Departemen Teknik Industri ITS (DTI-ITS), Surabaya dan Royal Caravan Hotel & Outbound, Trawas. Dihadiri oleh 64 akademisi dan sembilan pembicara dari 30 universitas di Indonesia, kegiatan ini juga terbuka untuk mahasiswa yang berasal dari jurusan teknik industri, manajemen bisnis, agrobisnis, dan jurusan-jurusan lain yang berkaitan dengan bidang logistik dan SCM. Melalui dua tema yang berbeda, LSCamp 2017 membagi kegiatan mereka menjadi Teaching Workshop Camp yang dikhususkan untuk para akademisi, dan Student Fun Gathering Camp untuk para mahasiswa. Pada hari pertama, kegiatan dimulai dengan pembukaan dan pemaparan gambaran kegiatan LSCamp 2017 oleh Kepala Laboratorium LSCM, Dr. Ahmad Rusdiansyah, CSCP, CLTD. yang diikuti dengan sambutan dari Presiden ISLI, Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, CSCP. Menyusul itu adalah sambutan dari Rektor ITS, Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D., dilanjutkan dengan materi dari Dr. Tomy Perdana, S.P., M.M.. Acara selanjutnya adalah kunjungan ke Eco Urban Farming ITS dan Kebun Sayur Surabaya, untuk mengetahui proses bisnis pada urban farming tersebut. Kegiatan pada hari pertama diakhiri dengan perjalanan menuju lokasi seminar utama, yaitu Royal Caravan Hotel & Outbound.
36 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Kegiatan pada hari kedua dilaksanakan terpisah antara mahasiswa dan akademisi. Pada teaching workshop untuk akademisi, tema yang diusung adalah “Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif di Bidang Logistics and Supply Chain Management” dengan mengundang sejumlah pembicara yang handal di bidangnya. Kegiatan dibuka dengan materi tentang Body of Knowledge (BOK) dan kurikulum inti yang dibawakan oleh Prof. Dr. Senator Nur Bahagia. Kemudian dilanjutkan dengan materi seputar benchmarking kurikulum oleh Dr. Andi Cakravastia Arisaputra Raja. Selain mengundang para akademisi, kegiatan workshop ini juga mengundang Titok Kurniawan, M.T., M.BA., praktisi PT. Beiersdorf, yang memberikan gambaran tentang kebutuhan industri terhadap kompetensi logistik dan SCM. Agenda berikutnya dilanjutkan dengan materi tentang pembelajaran inovatif melalui aplikasi spreadsheet dan pembelajaran berbasis sertifikasi internasional. Materi tersebut dipaparkan oleh Dr. Ahmad Rusdiansyah, CSCP, CLTD. Seluruh kegiatan workshop akademisi ini ditutup dengan materi seputar pengajaran berbasis studi kasus yang disampaikan oleh Prof. I Nyoman Pujawan, CSCP. Untuk mahasiswa, kegiatan tidak hanya berisi pemaparan materi seputar agro-supply chain, tetapi mereka juga diajak untuk memahami lebih lanjut proses yang terjadi pada bidang tersebut melalui permainan yang dinamakan Veggie Game. Permainan ini dirancang oleh tim asisten Laboratorium LSCM yang dibimbing oleh salah satu dosen DTI-ITS, yaitu Niniet Indah Arvietrida, Ph.D., dan merupakan pengembangan dari Beer Game. Pada permainan ini, terdapat beberapa aktor yang terlibat, yaitu petani, seeder, staf marketing, dan retailer. Keempat aktor tersebut harus berkoordinasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya sembari memenuhi permintaan pasar. Pada saat memainkan Veggie
Game, seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berisi minimal lima orang. Kriteria penilaian dalam permainan ini adalah banyaknya keuntungan yang didapat, sehingga kelompok yang memiliki keuntungan terbesar adalah kelompok yang menjadi pemenang. Selain bermain, setiap kelompok juga harus mempresentasikan hasil dan perbaikan permainan mereka. Serangkaian kegiatan LSCamp 2017 diakhiri dengan kunjungan ke Kaliandra Eco Resort & Farm. Peserta dapat melihat secara langsung proses bisnis, mencoba menanam bibit dan berbelanja berbagai buah dan sayuran organik dari kebun sayur organik Kaliandra.
Biografi Penulis: Vania Alodia Nasution Vania memiliki ketertarikan pada bidang logistik dan SCM. Perempuan kelahiran Bontang, 7 Februari 1997 ini sedang menempuh semester ke-6 di Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Selain aktif mengikuti berbagai organisasi maupun kepanitiaan di kampusnya, ia juga merupakan seorang asisten laboratorium di Laboratorium Logistics and Supply Chain Management (LSCM) di jurusannya.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 37
POST CALL MARKETING
New Way of Targeted Advertising
B
isnis mobile advertising masih merupakan bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia. Menurut data statistik, pada tahun 2015 bisnis ini diproyeksikan akan menyerap anggaran USD 30.3 juta, kemudian naik menjadi USD 54.6 juta pada tahun 2016 dan tahun 2017 mencapai USD 97.1 juta. Tren ini menunjukkan potensi yang cukup menggiurkan. Mobile advertising dan industri telekomunikasi saat ini telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Telkom Group dengan kekuatan platform yang dimilikinya merupakan enabler untuk membuka keran baru dalam bisnis mobile advertising, khusus dengan memadukan unsur kreativitas di dalamnya. Salah satu kreativitas yang akan dikembangkan adalah layanan advertising berbasis event-based yang ditrigger oleh platform Telkom. Telecom Guangdong yang telah menjalankan bisnis post-call advertising serupa berhasil menggandeng 5.328 bisnis customer yang terbagi dalam 6 segmen besar yaitu hotel & restoran, life service, keuangan, perumahan, bisnis ritel dan otomotif. Pencapaian pendapatan Telecom Guangdong dari bisnis ini adalah 3,205,783 USD/bulan - suatu angka fantastis yang sangat potensial untuk dimasuki Telkom dan penggiat industri telekomunikasi tanah air. Hal ini sejalan dengan roadmap pengembangan bisnis yang telah dirancang oleh Proyek Bisnis Big Data Analytics. Selain pengembangan bisnis yang berbasis data
38 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
offline, pengembangan bisnis berbasis real-time/event based analytics juga diperlukan untuk menjawab kebutuhan pasar. Solusi iklan atau promosi secara targeted yang dipicu oleh aktivitas pelanggan dalam menggunakan jasa telekomunikasi yang juga merupakan fokus utama Telkom Group Tentang Post Call Marketing Post Call Marketing adalah layanan berbasis event (event based service) dalam penyediaan campaign platform yang memungkinkan perusahaan klien melakukan marketing campaign dan survei kepada pelanggan yang telah melakukan panggilan ke call center yang dikelolanya. Contohya layanan call center McD, 14045. Pelanggan yang telah menghubungi call center ini kemudian dimasukkan dalam catatan untuk menjadi target campaign dan survei McD berikutnya. Setelah pelanggan melakukan panggilan, maka pelanggan akan diberikan campaign sesuai yang direkomendasikan oleh luaran analisis informasi. Ini untuk memastikan campaign yang diberikan tepat sasaran. Targeted Campaign dilakukan setelah pelanggan melakukan call atau trigger lain yang berkaitan dengan behaviour pelanggan. Dengan layanan ini, pengguna dapat melakukan semi real-time SMS secara lebih presisi dengan parameter kota, hari dan jam tertentu untuk melakukan SMS campaign. Layanan ini dapat difungsikan untuk menjalankan program retensi pelanggan yang mencakup ucapan terima kasih, info menu/ produk baru, info program cross selling & bundling dan customer feedback/survei. Model ini juga sangat berpotensi untuk program akuisisi pelanggan baru yang mencakup awareness produk, penawaran promosi, dan info diskon. Sebagai ilustrasi, sebelum interaksi antara ‘caller’ dan ‘called agent’ terjadi, maka secara umum pihak yang terlibat hanya customer personal atau ‘caller’ sebagai klien perusahaan telekomunikasi yang kemudian tercatat sebagai ‘A-number’. Setelah proses pemanggilan berlangsung dan terjadi interaksi, pihak yang terlibat adalah ‘caller’ sebagai personal yang melakukan ‘call’. Telkom sebagai pihak yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi (termasuk pencatatan data trunk, ‘A-number’ dan ‘B-number’, serta informasi terkait lainnya), serta ‘called agent’ sebagai pihak yang ditelpon, diasumsikan dalam hal ini mewakili suatu enterprise tertentu.
Inovasi ini telah berhasil diimplementasikan sebagai event-based marketing dengan tidak hanya menggunakan location-based services yang telah ada, namun juga mampu memanfaatkan penggunaaan data sentral trunk dan weblog sebagai dasar profiling maupun event trigger-nya. Fungsi data analytics secara real-time kemudian dilakukan untuk menentukan tawaran kepada pelanggan segera setelah pelanggan selesai melakukan panggilan ke nomor tertentu. Dengan real-time data analytics ini maka pelanggan dapat memperoleh tawaran yang tepat dan sesuai dengan konteks situasi pada saat itu. Ini adalah keunggulan utama dari Post Call Marketing. Penggunaan aksi post-call yang digabungkan dengan big data insights ini merupakan inovasi dan pemanfaatan praktis kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, meski mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai pihak. Salah satunya dipaparkan di “Telco’s Unfair Advantage Through Big Data Analytics” yang menekankan big data insights memberi manfaat yang tidak sama, bergantung pada kemampuan dan peran dari tiap industri.
Catatan: Big data insights adalah hasil pengolahan sumber data dan informasi terkait sehingga didapatkan insights yang relevan, dalam hal ini sampai ke tingkat individu/device tanpa dilakukan sampling.
Narasumber: Hasyim Yusuf Asjari Narasumber adalah alumnus dari program sarjana Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Ia bekerja di PT Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom) dan merupakan anggota dari Data Science Indonesia. Setelah dua tahun terlibat di Technical Big Data PT Telkom, kini narasumber bertugas di bagian Digital Strategic Planning tempat ia bekerja.
Dari sisi enterprise yang ditelepon, dicatat bahwa telah terjadi event atau interaksi dengan pelanggannya (customer touch point). Dapat dikatakan ‘caller’ adalah customer enterprise tersebut (sebagai pihak yang dituju) sekaligus customer Telkom (sebagai penyedia layanan komunikasi).
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 39
SCL CHALLENGE Tantangan Trivia untuk Anggota Komunitas Mahasiswa SCL
TRIVIA SCL (DEADLINE 31 APRIL 2017)
Supply chain itu .... A. gabungan pemasok & pabrik di suatu area B. kumpulan pemasok yang bekerja sama C. pemasok, pabrik & distributor serta pelaku usaha lain yang bekerjasama mengantarkan produk sampai ke pelanggan D. hubungan antara pabrik dengan pelanggannya Input jawabanmu di: bit.ly/TriviaSCL-101
Jumlah order pelanggan (atau persentase order pelanggan) yang tertunda pemenuhannya disebut ...
Istilah intermoda berarti ...
A. postponement B. line fill C. backorder D. lost sales
A. fasilitas handling yang digunakan untuk pengiriman internal perusahaan B. moda transportasi yang hanya digu nakan untuk menangani inbound logistics C. penggunaan kombinasi lebih dari dari satu moda transportasi D. jasa pengiriman barang lintas daerah
Input jawabanmu di: bit.ly/TriviaSCL-102
Input jawabanmu di: bit.ly/TriviaSCL-201
Tertarik untuk belajar lebih? Ikuti kursus online SCM yang dibawakan oleh Prof. Nyoman Pujawan, CSCP di IndonesiaX, GRATIS! Daftar di www.indonesiax.co.id Copyright by Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) Indonesia ~ mahasiswa.scl@gmail.com
Tambal Express Ban (TAMPAN) di Jalan Kaliurang Jogja
KUIS SCL LOK101 (DEADLINE MEI Kode: #LOK101 | Kata Kunci: model4 lokasi, model2017) analitis, logistik
Kak Nas adalah yang mahasiswa yang mandiri. Mau diskusi lebihSCLteknis? Coba tantangan LOK 101: Sebagai anak generasi millenial, ia membuat usaha Tambal Ekspress Ban di Jalan Kaliurang Jogja. Deskripsi kasus yang Tambal Express Ban (TAMPAN) di sepanjang Jalan lengkap bisa diakses di Folder GoogleDrive Referensi Mahasiswa Kaliurang. Iya, di sepanjang jalan panjang tersebut SCL bit.ly/RefLOKSCL. (sekitar 12.2 km menurut Google), bukan di satu titik. Bagaimana caranya? Kak Nas membuat TAMPAN yang dapat bisa Pertanyaan untukaplikasi klarifikasi kasus dikirimkan ke email diunduh gratis serta menyiapkan hotline SMS yang mahasiswa.scl@gmail.com atau diskusi online di kelas Piazza di aktif 24 jam. Jadi kalau ada yang tiba-tiba bannya bit.ly/ISLI-SCL101 bocor atau gembos, bisa langsung mengirimkan permintaan tambal ban melalui aplikasi tersebut
Sumber: Google Maps
atau SMS ke hotline-nya dan kurang darimendapatkan bingkisan Tiga solusi pertama TAMPAN yang terbaik akan lima menit kemudian (jauh lebih cepat dari mobil menarik dari Mahasiswa SCL. biasa – maklum, anak millenial) Kak Nas akan datang dan siap membantu.
Tidak hanya sampai disitu, Kak Nas juga rutin bersepeda sehat (ketika lagi tidak kuliah, belajar, dan nongkrong, tentunya) di sepanjang Jalan Kaliurang untuk mempromosikan TAMPAN atau memenuhi panggilan pelanggannya. Sepeda yang dipakai oleh Kak Nas adalah sepeda listrik ramah lingkungan, yang sumber energinya dari kombinasi panel surya mini, dinamo dan berbagai mekanisme lainnya sehingga ketika diperlukan, sepeda tersebut bisa melaju dengan cepat (dan cukup reliable) memenuhi pelanggan sepanjang 40 panggilan • Catatan SCL • MahasiswadiSCL Indonesia -Jalan ISLI Kaliurang. Semua perkakas TAMPAN dimuat di sepeda ini dengan praktis. Anggap lokasi permintaan TAMPAN berdistribusi merata (a.k.a uniform) setiap saat di sepanjang Jalan
Manfaatkan kursus online Supply Chain Management (ITS101) dari IndonesiaX! Tentang Kursus ITS101 Supply Chain Management (SCM) adalah disiplin yang mempelajari pengelolaan aliran barang dari hulu (sumber) sampai ke hilir (pelanggan). Efektif tidaknya SCM suatu perusahaan akan menentukan apakah mereka akan unggul atau kalah dalam persaingan. SCM yang efektif membutuhkan kolaborasi antar pihak, membutuhkan visibilitas informasi di sepanjang supply chain. Di samping itu, efektivitas supply chain juga membutuhkan dukungan pemerintah berupa penyediaan infrastruktur yang memadai serta regulasi yang mendukung kelancaran pergerakan barang. Kuliah ini akan membekali peserta dengan berbagai konsep dan metode yang bisa digunakan untuk mengelola supply chain. Dalam empat minggu peserta akan diajak untuk mengulas apa itu supply chain, kenapa SCM penting, apa saja indikator keberhasilan SCM, strategi supply chain, berbagai aspek dalam pengelolaan permintaan, konsep collaborative planning, strategi distribusi, dan isu-isu transportasi. Untuk info lebih lanjut, kunjungi www.indonesiax.co.id .
Baru saja saya menyelesaikan kursus online MOOC dari IndonesiaX “ITS101 Supply Chain Management” dari Profesor Nyoman Pujawan. Kursus online MOOC ini memberikan pengertian dasar tentang supply chain (SC), dengan durasi selama kurang lebih 1.5 - 2 jam setiap module nya yang mana menurut saya cukup pas untuk memberikan dasar cakupan SC ataupun merefresh pengertian tentang SC. Terima kasih Pak Nyoman atas sharing nya, usulan saya untuk masa mendatang di tambah lagi modul nya seperti warehouse management, transportation management, inventory control dan sebagainya.” - Soerjo Winarto, Direktur Supply Chain di Johnson & Johnson, Indonesia Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 41
HALAL TRACEABILITY SYSTEM PADA SUPPLY CHAIN MAKANAN Isu makanan halal semakin mengemuka karena besarnya pasar makanan halal seiring dengan pertumbuhan masyarakat muslim. Hal ini terjadi tidak hanya di negara mayoritas muslim, tetapi juga di negara minoritas muslim. Memastikan dan menjamin kehalalan produk makanan dalam supply chain-nya menjadi hal yang penting untuk dikelola. Dalam konteks food safety, traceability system (sistem penelusuran) menjadi tool yang efektif untuk mengelola kepastian dari produk makanan dalam supply chain makanan. Apakah traceability system juga cukup efektif digunakan untuk menjamin kehalalan dari produk makanan menjadi bahasan dari artikel ini. Artikel ini diawali dengan menguraikan prospek produk makanan halal. Selanjutnya menguraikan traceability system pada supply chain makanan halal. Terakhir, memberikan kemungkinan penelitian ke depannya yang masih perlu dikaji Prospek Produk Makanan Halal Terjadi peningkatan permintaan produk makanan halal yang cukup signifikan tidak hanya di negara-negara Islam (seperti Indonesia dan Pakistan) tetapi juga di negara-negara non-Islam (seperti Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat) beberapa tahun
42 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
terakhir ini (Bruil, 2010). Keadaan ini didorong adanya peningkatan pertumbuhan populasi Muslim tidak hanya di negara-negara Islam, tetapi juga negara-negara non-Islam. Diprediksi tahun 2030, populasi Muslim meningkat sebesar 30% sedangkan pertumbuhan penduduk dunia hanya 23% (1,8 Milyar orang). Pasar makanan halal mencapai 16% dari perdagangan makanan dunia
dan diestimasikan bernilai lebih dari USD 500 Miliar per tahun
system yang sudah ada (food safety) dan sistem jaminan kualitas
(Omar & Jaafar, 2011). Di Indonesia sendiri di tahun 2010, popu-
perusahaan sehingga dapat diterapkan secara luas.
lasi Muslim mencapai 204,6 jiwa atau 88% penduduk Indonesia beragama Islam (LPPOM-MUI, 2010). Indonesia adalah pasar makanan halal terbesar di dunia dengan nilai USD 157,6 Miliar. Akan tetapi indikator makanan halalnya (halal food indicators) berada di ranking ke-11 dunia (State of Global Islamic Economy, 2015). Indikator tersebut menunjukkan bahwa regulasi, sistem jaminan halal, dan pengelolaan jaminan kehalalan produk makanan perlu ditata dan dibuat. Belum tertatanya regulasi dan sistem jaminan halal dan belum adanya tool/ perangkat lunak yang memastikan kehalalannya menjadi masalah dan agenda yang perlu diselesaikan. Kesulitan mengelola untuk memastikan halal dalam perspektif supply chain mengemuka karena rantai makanan halalnya menjadi lebih panjang dan kompleks mulai dari produsen hingga konsumen. Melibatkan beberapa pelaku supply chain yang memiliki tingkat kepentingan dan tujuan yang berbeda agar jaminan halal dari produk makanannya terjaga menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Traceability System untuk Supply Chain Makanan Halal Traceability system adalah sistem penelusuran yang populer digunakan oleh para pelaku usaha dan industri makanan untuk memastikan bahwa produk makanannya aman (food safety). Banyak peneliti yang telah berhasil membuat traceability system termasuk perangkat lunaknya untuk menjamin keamanan produk makanan (misalnya Hsu et al, 2008 dan Xinting et al, 2008). Dalam konteks di Indonesia pun, beberapa artikel telah berhasil membuat rancangan desain sistem dari perangkat lunaknya (Vanany et al, 2015) dan mengimplementasikannya pada supply chain mangga di Indonesia (Vanany et al, 2016). Hasilnya menunjukkan bahwa kemanfaatan dari traceability system tidak hanya didapat dari pelaku utama tetapi juga para pelaku rantai makanan lainnya. Ke Depannya Kajian traceability system dalam konteks supply chain makanan halal menjadi salah satu isu yang menarik bagi akademisi dan praktisi. Beberapa penelitian yang bersifat exploratory telah dilakukan. Zailani et al (2010) mengulas halal traceability untuk
DAFTAR REFERENSI Bruil, R., Halal logistics and the impact of consumer perceptions, in School of Management and Governance2010, University of Twente: Enschede. Hsu, Y.-C., Chen, A.-P., & Wang, C.-H. (2008). A RFID-enabled traceability system for the supply chain of live fish. Paper presented at the Automation and Logistics, 2008. ICAL 2008. IEEE International Conference on. Omar, E.N. and H.S. Jaafar. Halal supply chain in the food industry - A conceptual model. In Business, Engineering and Industrial Applications (ISBEIA), 2011 IEEE Symposium on. 2011. Poniman, D., Purchase, S., & Sneddon, J. (2015). Traceability systems in the Western Australia halal food supply chain. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, 27(2), 324-348. Samsi, S. Z. M., Tasnim, R., & Ibrahim, O. (2011, March). Stakeholders’ role for an efficient traceability system in halal industry supply chain. In Annual International Conference on Enterprise Resource Planning and Supply Chain Management (ERP-SCM 2011) (pp. 14-15). State of the global Islamic economy report (2015), http://www. halalbalancing.com/ Downloads/Events/2015/SGIEReport2015. pdf Vanany, I., Andri, K. B., Mardiyanto, R., Puspita, N. F., & Winarsih, W. H. (2015). An Electronic Traceability System for an Indonesian Fresh Fruit Supply Chain. IPTEK Journal of Proceedings Series(1). Vanany, I., Mardiyanto, R., Ijtihadie, R. M., Andri, K. B., & Engelseth, P. (2016). Developing electronic mango traceability in Indonesia. Supply Chain Forum: An International Journal, 1-13. Xinting, Y., Jianping, Q., Chuanheng, S., Chunjiang, Z., Junying, W., Shehong, T., & Yanlin, H. (2008). Design and application of safe production and quality traceability system for vegetable. Transactions of the Chinese society of agricultural engineering, 2008(3). Zailani, S., Arrifin, Z., Abd Wahid, N., Othman, R., & Fernando, Y. (2010). Halal traceability and halal tracking systems in strengthening halal food supply chain for food industry in Malaysia (a review). Journal of food Technology, 8(3), 74-81.
memperkuat supply chain makanan halal di Malaysia. Samsi et al (2011) mengulas literatur terkait traceability system di supply chain untuk memahami bagaimana praktik terbaik pembagian peran stakeholder agar traceability system yang ada dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Poniman et al (2015) juga telah mengeksplorasi perlunya aplikasi traceability system diimplementasikan di supply chain makanan halal untuk negara bagian Australia Barat. Akan tetapi, peluang kajian traceability system untuk menunjang pengelolaan supply chain makanan halal masih cukup terbuka. Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dimunculkan seperti (1) bagaimana framework yang tepat untuk mendesain traceability system untuk supply chain makanan halal, dan (2) bagaimana mengintegrasikan traceability system halal dengan traceability
Narasumber: Prof. Iwan Vanany, S.T., M.T., Ph.D. Narasumber adalah salah pakar dan peneliti yang sangat aktif di bidang food supply chain khususnya traceability. Beliau aktif melakukan riset yang melibatkan praktisi dan akademisi dari berbagai kalangan dengan hasil yang terpublikasi di berbagai jurnal internasional. Selain mengajar, narasumber sering menjadi pembicara di berbagai pertemuan SCM baik tingkat regional, nasional, maupun konferensi internasional.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 43
IVAN KRISTIANTO SINGGIH: PAKAR BARU LOGISTIK MARITIM Nama Peneliti : Ivan Kristianto Singgih, S. T., M. T., Ph.D. E-mail : ivanksinggih@gmail.com Tempat/Tgl. lahir : Surabaya, 12 April 1988 Daftar Publikasi : https://www.researchgate.net/profile/Ivan_Singgih Posisi saat ini : Peneliti (Post-doc) Institusi : Dept. Teknik Industri, Pohang University of Science & Tech., Korea Selatan Peneliti baru saja menyelesaikan program S3 di Departemen Teknik Industri, Pusan National University, Korea Selatan, dengan topik disertasi: “Optimasi Operasi Kapal pada Terminal Peti Kemas Otomatis berbasis Sistem Rel”. Untuk menyelesaikan studinya, peneliti didukung oleh dana beasiswa penuh dari National Institute of International Education, Korea Selatan. Bidang penelitiannya mencakup sistem logistik sistem operasional terminal peti kemas, terminal peti kemas otomatis, dan riset operasional. Selama menjalani proses studi S3, peneliti terlibat secara aktif dalam proyek: “Pengembangan Teknologi Terminal Peti Kemas Otomatis yang Meminimasi Emisi Karbon”, yang dibiayai oleh Kementerian Perairan dan Perikanan Korea Selatan. Sistem pengangkutan kontainer ini dirancang untuk beroperasi secara otomatis, karena automasi meningkatkan akurasi proses transportasi sehingga proses transportasi kontainer di terminal dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Dalam proyek yang diinisiasi oleh badan riset Korea Maritime Institute (KMI) dan beranggotakan peneliti (dosen dan mahasiswa) dari beberapa universitas di Korea dan praktisi (perusahaan pembuat peralatan untuk terminal peti kemas), peneliti berperan sebagai penyusun aliran data yang dibutuhkan antara para manajer yang mengatur proses transportasi dan penyimpanan kontainer, dan pengembang algoritme yang dipakai untuk melaksanakan proses pengangkutan kontainer. Secara lebih detail, penelitian yang dilakukan adalah mengenai:
44 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Desain sistem pengoperasian terminal, mencakup fungsi yang perlu dilakukan dalam pengoperasian terminal peti kemas, seperti penentuan lokasi pe-nyimpanan kontainer, penentuan posisi transfer kontainer, penjadwalan gerak alat angkut, dsb. Dalam sistem yang dikembangkan, setiap jenis alat angkut diatur oleh seorang manajer. Oleh karena itu, jenis informasi dan waktu penyampaian informasi yang dibutuhkan antar manajer, juga dipelajari.
1. Singgih, I. K. Hong, S., and Kim, K. H. “Flow Path Design for Automated Transport Systems in Container Terminals Considering Traffic Congestion”, Industrial Engineering & Management Systems, Vol 15, No 1, pp. 19-31.
Penentuan arah gerak alat angkut di terminal. Untuk memudahkan pengoperasian alat angkut, setiap rel vertikal dan horizontal ditentukan untuk hanya memperbolehkan gerak alat angkut dalam satu arah. Oleh karena itu, sebuah algoritme dikembangkan untuk menentukan arah setiap bagian rel, dengan upaya meminimalkan total waktu yang diperlukan untuk transportasi kontainer.
4. Singgih, I. K. and Lee, G. M., 2014, “Lower and Upper Bounds for Military Deployment Planning Considering Combat”, International Journal of Industrial Engineering, Vol. 21, No. 6, pp. 408-420 (SCIE; Impact Factor: 0.385).
1. 2.
Proses loading kontainer ke atas kapal secara fleksibel. Saat ini, urutan loading kontainer ke atas kapal sudah ditentukan dari hasil penjadwalan tertentu. Pada pelaksanaannya, jika pengoperasian terminal peti kemas otomatis mengikuti urutan ini, maka waktu yang dibutuhkan akan panjang karena ada ketidakpastian dalam waktu transportasi yang dibutuhkan dalam sistem berbasis rel ini. Dalam penelitian ini, sistem loading kontainer yang fleksibel dikembangkan, untuk mengatasi ketidakpastian jadwal tiba kontainer dan menyelesaikan proses loading dalam waktu sesingkat mungkin.
3.
Pengecekan status deadlock alat angkut. Karena ketidakpastian jadwal tiba alat angkut pada sistem rel, alat angkut mungkin akan memasuki area untuk loading kontainer, tanpa mengikuti urutan yang telah direncanakan. Hal ini dapat mengakibatkan tidak ada kontainer yang dapat dinaikkan ke atas kapal, yang disebut dengan status deadlock. Sebuah algoritme dikembangkan untuk mendeteksi status deadlock sebelum tiap alat angkut memasuki area loading kontainer. Algoritme ini kemudian juga diintegrasi dengan algoritme loading kontainer secara fleksibel yang telah dikembangkan sebelumnya.
4.
Metode penelitian yang digunakan adalah penyelesaian dengan model matematis (LINGO), heuristik (pemrograman dengan bahasa Java), dan simulasi (Tecnomatix Plant Simulation). Peneliti juga ikut serta dalam kegiatan kunjungan ke Busan New Port di Korea Selatan, untuk mengamati proses pengendalian transportasi kontainer dari ruang kontrol dan belajar dari praktisi di terminal peti kemas mengenai cara menentukan posisi peletakan kontainer di atas kapal, cara mengencangkan penempatan kontainer dengan menggunakan alat penyangga dan penghubung peti kemas, dsb. Beberapa publikasi peneliti selama studi S3 adalah sebagai berikut:
2. Singgih, I. K. Jin, X., Hong, S., and Kim, K. H., “Architectural Design of Terminal Operation System for Container Terminal Based on New Concept”, Industrial Engineering & Management Systems, Vol 15, No 3, pp. 278-288. 3. Singgih, I. K. and Kim, K. H., “ Flexible Load Sequencing in Container Terminals”, Journal of the Korean Society of Supply Chain Management, Vol 16, No 2, pp. 93-104.
Penghargaan yang pernah diterima oleh peneliti adalah: 1. Best Student Paper Award: Singgih, I. K. and Lee, G. M., “Lower and Upper Bounds for Military Deployment Planning Considering Combat”, 17th International Conference on Industrial Engineering Theory, Applications and Practice (IJIE 2013), Busan, South Korea (October 2013) 2. Korean Government Scholarship Program: Excellent Academic Achievement (December 2014) 3. Best Paper Award: Singgih, I. K. and Kim, K. H., “ Flexible Load Sequencing in Container Terminals”, Korean Society of Supply Chain Management Conference, Busan, South Korea (November 2016) Untuk mendukung penelitiannya, peneliti mengikuti beberapa seminar yang diadakan oleh Pusan National University, Korea Maritime Institute, dan Busan Port Association. Dalam seminar yang diadakan oleh Pusan National University, peneliti domestik dan internasional diundang untuk membagikan pengalaman riset kepada mahasiswa, sedangkan dalam seminar yang diadakan oleh Korea Maritime Institute dan Busan Port Association, sebagian besar mengundang peneliti yang sudah memiliki kesepakatan atau sudah mulai kerja sama riset bersama, yang berasal dari Jerman, Indonesia, Jamaika, Jepang, dsb. Selain kegiatan riset, peneliti berupaya untuk secara aktif membagikan informasi mengenai kesempatan studi ke luar negeri karena melihat bahwa kesempatan untuk belajar dengan standar kualitas riset yang baik bisa dilakukan. Selain itu, peneliti berupaya membagikan pengalaman riset, demi kemajuan kualitas sistem belajar siswa sekolah dan riset peneliti di Indonesia. Harapan peneliti ke depannya adalah bisa menginisiasi penelitian yang memiliki kualitas baik dari sisi teoretis, tetapi juga bermanfaat secara nyata bagi para pengguna hasil riset. Untuk itu, peneliti sedang memulai kerja sama riset dengan peneliti Indonesia maupun asing di berbagai negara. Peneliti juga terus mempelajari masalah riil dan penting, terutama di Indonesia, dan diharapkan dapat diselesaikan sehingga membantu kemajuan bidang pendidikan dan perekonomian Indonesia nantinya. Peneliti berharap agar ilmu yang dipelajari dapat membawa manfaat bagi sekitar, dan pengalaman studi yang diperoleh dapat memotivasi para peneliti lainnya untuk terus mengembangkan diri, bukan hanya demi karir pribadi, tetapi untuk kemajuan Indonesia.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 45
GAMBARAN UMUM MAHASISWA SCL BERDASARKAN DATA 165 MAHASISWA SCL YANG TELAH TERDAFTAR
1. LOKASI STUDI Lokasi studi anggota Mahasiswa SCL tersebar di 52 kampus di berbagai belahan dunia.
2. JENJANG STUDI Sebagian besar anggota Mahasiswa SCL adalah mahasiswa sarjana. Di peringkat kedua adalah program Master, disusul Ahli Madya, Doktor, dan Post-Doctoral.
3. BIDANG STUDI
Kategori grafik di samping berturut-turut dari atas adalah: (1) Operations,/Manufacturing/ Production; (2) Service Management; (3) Logistics/ Transportation/ Dist; (4) Business Adm. & Strategies; (5) Economics/Applied Econ; (6) Math/Stats/OR; (7) Data Science, Analytics, Simulation
4. ASAL DAERAH
46 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
5. ESTIMASI WAKTU LULUS
6. TOPIK RISET
Ukuran relatif dari tiap kata di word cloud di atas mewakili frekuensi munculnya kata tersebut di judul atau topik riset anggota Mahasiswa SCL yang telah/sedang melakukan riset. 7. MINAT KONTRIBUSI Sebagian besar anggota Mahasiswa SCL menunjukkan minat untuk berkontribusi dalam majalah Catatan SCL.
BELUM TERDAFTAR? AYO BERGABUNG DENGAN MAHASISWA SCL!!! Caranya sangat mudah, cukup dengan isi formulir online di bit.ly/GabungMahasiswaSCL atau scan QR code di samping.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 47
ISLI AWARD 2017 ISLI mengundang seluruh Mahasiswa SCL untuk berpartisipasi dalam nominasi ISLI AWARD 2017 Kategori Mahasiswa. Untuk berpartisipasi, Mahasiswa SCL diminta mengirimkan makalah (paper) dan poster yang berisi rangkuman penelitian atau project selama kuliah. Para finalis akan diundang menghadiri Seminar Nasional Supply Chain & Logistik di Universitas Hasanuddin, 17-20 September 2017. Ketentuan lebih lanjut akan dipublikasikan di media publikasi Mahasiswa SCL
NOMINASI PENGURUS MAHASISWA SCL Komunitas kita makin berkembang! Saatnya kita melangkah maju ke tahap selanjutnya, membagi tugas dan membentuk Executive Committee Mahasiswa SCL untuk memaksimalkan potensi yang ada, menjalin networking sejak dini, membudayakan kolaborasi ala Mahasiswa SCL, dan meraih banyak manfaat lainnya. Peluang ini terbuka untuk semua teman-teman mahasiswa di bidang keilmuan supply chain & logistik (semua jenjang pendidikan) di mana pun berada. Posisi yang tersedia: • Student-President • VP Internal Relations • VP External Relations • VP Academic & Research Affairs • VP Career & Personal Development • VP Marketing & Publication • General Secretary & Treasurer Bagi yang berminat, silakan isi form nominasi Mahasiswa SCL di bit.ly/Nominasi1MahasiswaSCL. Poll akan ditutup pada 16 April 2017 23:59 WIB. Seluruh Executive Committee Mahasiswa SCL diajak untuk turut hadir dan meramaikan Seminar Nasional Supply Chain & Logistik Indonesia di Universitas Hasanuddin, tanggal 17-20 September 2017. Info lebih detail akan dikirimkan ke Executive Committee yang terpilih.
HUBUNGI MAHASISWA SCL • • •
Kotak saran untuk Mahasiswa SCL atau Catatan SCL dapat diakses di bit.ly/KotakSaranSCL Ingin berkontribusi untuk Mahasiswa SCL? Kirimkan email untuk berdiskusi lebih lanjut tentang peluang yang ada ke mahasiswa.scl@gmail.com Divisi Marketing Mahasiswa SCL membuka peluang untuk pihak yang ingin beriklan di berbagai media publikasi Mahasiswa SCL email melalui marketing.mahasiswa.scl@gmail.com.
JOIN MAHASISWA SCL! w w w.bit .ly/G abungMa hasis waSCL
MEDIA PUBLIKASI & KOMUNIKASI MAHASISWA SCL Majalah Mahasiswa SCL Fanpage Facebook Mahasiswa SCL Channel Telegram Mahasiswa SCL Milis Mahasiswa SCL & SCL Digest
: Catatan SCL : www.facebook.com/MahasiswaSCL : t.me/MahasiswaSCL : mahasiswa.scl@gmail.com