Catatan SCL Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) Indonesia/Anggota Muda ISLI
Edisi II, Mid Semester Ganjil (Oktober) Tahun 2017
KEKHASAN SISTEM LOGISTIK INDONESIA
Menilik Permasalahan Logistik di Indonesia Pelabuhan Kering (Dry Port): Opsi Realistis Fasilitas Konsolidator Kota di Indonesia Timur
Kondisi Supply Chain & Logistik Hortikultura di Indonesia
Pembelajaran Just-In-Time: Upaya Membangun Salience Isu Logistik Nasional
PENGUMUMAN JUARA ISLI AWARD 2017 Institut Supply Chain & Logistik Indonesia - Indonesian Supply Chain & Logistics Institute (ISLI )
Institut Supply Chain & Logistik Indonesia - Indonesian Supply Chain & Logistics Institute (ISLI)
ISLI & MAHASISWA SCL 03 Editorial Catatan SCL Kekhasan Logistik Indonesia 04 ISLI & Mahasiswa SCL Sambutan dari Presiden ISLI dan Perkembangan Mahasiswa SCL 42 Kongres I & Seminar Nasional ISLI 09 Member News
LOGISTIK INDONESIA 06 Menilik Permasalahan Logistik di Indonesia 10 Pelabuhan Kering (Dry Port): Opsi Realistis Fasilitas Konsolidator Kota di Indonesia Timur 30 Kondisi Supply Chain & Logistik Hortikultura di Indonesia
KEILMUAN SCL 22 Aplikasi Simulasi dalam Konteks SCM 40 Membangun Daya Saing Bisnis Online dengan Integrasi SCM 28 Workshop Penelitian dan Penulisan Artikel untuk Publikasi Jurnal
BERKARYA BERKOLABORASI 16 Pembelajaran Just-In-Time: Upaya Membangun Salience Isu Logistik Nasional 36 Mengatasi Gap Antara Akademisi dan Praktisi 44 Sistem Transportasi Tanpa Awak: Potensi dan Tantangan Kolaborasi
KAMPUS MAHASISWA SCL 34 Prodi Manajemen Logistik di Politeknik Negeri APP Jakarta
2 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
EDITORIAL CATATAN SCL Berangkat dari kesadaran bahwa isu supply chain dan logistik nasional yang kita hadapi bukanlah hal yang trivia untuk diselesaikan, Catatan SCL Edisi II ini dirangkai dengan tema Kekhasan Sistem Logistik Indonesia. Tujuannya adalah agar Catatan SCL dapat memberi stimulus agar mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi, politisi, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya dapat berkolaborasi bersama untuk menyelesaikan beragam tantangan pengelolaan supply chain dan logistik yang ada di tanah air. Ulasan tentang kekhasan sistem logistik Indonesia dimulai dengan penjabaran isu supply chain dan logistik nasional dari Ivan, yang kemudian diikuti oleh paparan dari Pak Saut tentang teknologi dry port yang sangat berpotensi untuk menjawab permasalahan keterbatasan infrastruktur kepelabuhanan dan menstimulus perkembangan sentra-sentra komoditas Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain itu, artikel menarik dari Apri melengkapi diskusi ini, khususnya dengan memberi gambaran model supply chain hortikultura yang efektif dan efisien. Dengan infrastruktur yang memadai, komoditas yang melimpah serta sistem yang efektif, kita berharap isu ketimpangan komoditas yang saat ini menjadi salah satu penghambat sistem logistik nasional dapat teratasi sehingga arus barang menuju dan dari KTI menjadi seimbang. Dari sisi teoritis, Bu Niniet berbagi insights tentang penerapan simulasi dalam konteks SCM. Simulasi yang digunakan untuk memodelkan sistem yang kompleks dan dinamis merupakan tool yang efektif untuk mengevaluasi ide-ide solusi masalah logistik. Melengkapi itu, Ary memaparkan idenya untuk mengadopsi pendekatan SCM ke dalam pengelolaan bisnis online, yaitu mengintegrasikan strategi pemasaran, pengiriman, dan layanan pelanggan. Pengambilan keputusan yang didukung oleh pemodelan sistem yang baik serta terintegrasi diharapkan dapat memberi jawaban atas berbagai permasalahan yang kerap dijumpai di lapangan. Lebih lanjut, untuk meningkatkan partisipasi aktif masyarakat serta komitmen pemerintah dalam menyelesaikan isu-isu logistik, Mansur memberi pandangan tentang penerapan konsep just-in-time dalam konteks pembelajaran untuk meningkatkan kepedulian publik. Selain itu, argumen dan penjelasan tentang upaya meningkatkan kolaborasi antara akademisi dan praktisi juga dijabarkan oleh artikel dari Ivan, "Mengatasi Gap Antara Akademisi dan Praktisi". Kolaborasi antara berbagai stakeholder di bidang logistik dianggap sebagai salah satu komponen penting dalam menyikapi kekhasan sistem logistik yang ada di Indonesia.
Penasihat Prof. I Nyoman Pujawan, CSCP (ITS, Presiden ISLI) Penyunting & Peninjau Sebaya Mushonnifun Faiz Sugihartanto (ITS) Suherman Juhari (UB) Penanggung Jawab Redaksi Mansur Maturidi Arief (UMICH) Kontributor & Tim Redaksi Edisi II Ivan Kristianto Singgih (POSTECH) Dwi Apriyani (IPB) Gilang Yandeza (UMM) Sheila Putri Mauludina (Poltek APP) Achmad Asqarye (UNHAS) Kontributor Tamu Dr. Niniet Indah Arvitrida (ITS) Dr. Saut Gurning (ITS) Dr. Anna Maria Sri Asih (UGM) Penata Letak & Grafik Komunitas Kreasi Pelajar (KASPER) Pemasaran & Distribusi Divisi Marketing Mahasiswa SCL
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 3
DARI MEJA PRESIDEN ISLI Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D., CSCP (Presiden ISLI)
ISLI
baru berusia sekitar satu
ISLI juga telah menyediakan keanggotaan non
tahun. Dalam usianya yang
akademisi. Para praktisi yang memenuhi syarat tertentu
masih sangat muda, berbagai
dipersilahkan untuk bergabung sebagai anggota dengan
kegiatan telah dilaksanakan. Salah satu kegiatan
cara mengisi form pendaftaran anggota yang telah
perdana yang telah sukses dilaksanakan adalah teaching
tersedia. Bergabungnya para praktisi yang memenuhi
workshop yang digabungkan dengan camp mahasiswa.
syarat-syarat tertentu akan sangat penting artinya bagi
Kegiatan tersebut berlangsung di Kota Surabaya dan
misi ISLI yang ingin meningkatkan kualitas pendidikan
Trawas dengan host Lab LSCM ITS, kemudian research
dan penelitian, dimana dua hal ini tidak akan pernah
workshop yang membahas area penelitian dan penulisan
bisa memenuhi kriteria relevansi kecuali ada kedekatan
artikel untuk publikasi di jurnal yang diadakan di
dengan para praktisi pada bidang yang terkait.
UGM dengan host Teknik Industri UGM. Kegiatan yang terakhir adalah seminar nasional dan Kongres I yang berlangsung di Makassar dengan tuan rumah Teknik Industri UNHAS. Pada acara tersebut juga dilangsungkan pemberian 'ISLI Award' untuk karya tulis mahasiswa tingkat sarjana (S1), Magister (S2), serta karya dalam bentuk poster. Perekrutan anggota terus berlangsung terus sehingga sampai saat ini sudah ada sekitar 240-an yang bergabung di mailing list ISLI. Seiring dengan itu juga dilakukan pendataan anggota dan penerbitan kartu anggota. Untuk komunikasi yang lebih cepat, para anggota juga bisa bergabung di grup Whatsapp anggota ISLI. Anggota mahasiswa juga cukup aktif melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satunya adalah penerbitan Catatan SCL, majalah keilmuan Supply Chain
dan
Logistik yang sudah terbit pada semester 1 tahun 2017 dan sudah diluncurkan di Jakarta (dengan host Universitas Trisakti), di Yogyakarta (dengan host UGM), di Makassar (dengan host UNHAS), di Surabaya (dengan host ITS), dan di Bandung (dengan host STIMLOG). ISLI Award yang diberikan untuk karya-karya mahasiswa terbaik untuk strata S1 maupun S2 juga diorganisir oleh anggota mahasiswa ISLI walaupun proses penjuriannya dilaksanakan oleh para dosen.
4 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Di tahun 2018 nanti kita akan menyelenggarakan berbagai kegiatan, antara lain Student Camp, Teaching Workshop, dan Seminar Nasional serta Kongress kedua yang akan diselenggarakan di IPB. Harapan saya, ISLI akan terus berjaya untuk memberikan kontribusi pada dunia pendidikan dan riset pada bidang ilmu logistik dan supply chain di Indonesia.
SALAM DARI PENGURUS KOMUNITAS MAHASISWA SCL Komunitas Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) alias Anggota Muda ISLI saat ini sedang berbenah. Setelah kurang lebih satu semester mengumpulkan personel, ide, dan dukungan dari berbagai pihak, saat ini Mahasiswa SCL memperbaiki pengelolaan komunitasnya dengan membentuk pengurus (board member). Tujuannya adalah selain agar Mahasiswa SCL dapat memfasilitasi berbagai kalangan mahasiswa, juga agar Mahasiswa SCL dapat berkolaborasi membangun kompetensi dan berkarya bersama, menjembatani hubungan antara mahasiswa dengan para pakar dari akademisi dan praktisi (ISLI), serta menjalin relasi dengan berbagai komunitas, institusi, serta pemangku kepentingan lainnya. Dukungan dari ISLI berupa kepercayaan kepada Mahasiswa SCL terkait segala hal-hal teknis dalam pelaksanaan segala program atau acara merupakan suatu bentuk amanah sekaligus momen untuk mempererat solidaritas Mahasiswa SCL. Meski dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kekurang-an, Mahasiswa SCL berkomitmen untuk terus bekerjasama dengan berbagai berbagai pihak untuk berkontribusi membudayakan kolaborasi dan koordinasi berbagai pihak untuk menunjang pengembangan keilmuan supply chain dan logistik. Programprogram Mahasiswa SCL dalam waktu dekat antara lain: Studi Wisata SCM (Chapter Makassar), Talkshow Anggota Muda ISLI (Chapter Jakarta), Kopdar SCL (Chapter Bogor), Mentoring (Diskusi Lintas Jenjang) SCL, Trivia SCL, serta Pembuatan Katalog Resume Anggota Muda ISLI. Teman-teman mahasiswa di mana pun berada, yuk sini gabung :). Salam kolaborator!
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 5
MENILIK PERMASALAHAN LOGISTIK DI INDONESIA
D
alam PP Nomor 26 Tahun 2012, panduan pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dijabarkan. Sislognas adalah salah satu prasarana untuk mendukung pelaksanaan Masterplan Pecepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Panduan di atas dirumuskan untuk menekankan arah pengembangan Sislognas, yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Kementrian/Lembaga setiap tahunnya. Dalam artikel ini, beberapa arah pengembangan yang dibahas dalam panduan di atas akan diterjemahkan ke dalam masalah riset yang sudah dikenal dan didefinisikan oleh para peneliti. Deskripsi masalah beserta dengan penjabaran fungsi tujuan, variabel keputusan, dsb akan disampaikan. Tujuannya adalah untuk menjabarkan dan memperjelas keterkaitan antara penelitian yang sedang berkembang, dengan isu penting yang saat ini perlu dan mendesak untuk diselesaikan. Selain itu, tujuan lain yang ingin dicapai adalah menyampaikan beberapa penelitian dasar mengenai topiktopik pilihan yang dapat digunakan oleh para peneliti untuk memahami bagaimana masalah riil tersebut dimodelkan dan diselesaikan. Di samping itu, penjabaran secara detail juga dimaksudkan untuk memaparkan penelitianpenelitian terbaru di bidang-bidang yang terkait dengan sistem logistik Indonesia. Hasil yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya minat para peneliti Indonesia untuk melakukan riest lanjutan yang dapat digunakan untuk menjawab kebutuhan riil, khususnya untuk pengembangan dan pelaksanaan Sislognas.
6 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Oleh: Ivan Kristianto Singgih Referensi yang digunakan dalam artikel ini adalah paper jurnal dengan kualitas publikasi sebaik mungkin yang memiliki banyak sitasi atau yang merupakan publikasi terbaru, yang diperoleh dari www. sciencedirect.com. Sebagai bahan rujukan utama, PP Nomor 26 tahun 2012 dikutip secara langsung di setiap isu untuk menunjukkan relevansi dan rencana pemerintah yang terkait langsung dengan setiap isu yang dipaparkan. Isu 1: Sistem pelabuhan hub-and-spoke kapal “Permasalahan utama pelabuhan menyangkut 3 (tiga) hal pokok, yaitu belum tersedianya pelabuhan hub internasional, rendahnya produktivitas dan kapasitas pelabuhan, dan belum terintegrasinya manajemen kepelabuhanan.” (hlm. 35) “Sementara itu, keberadaan pelabuhan hub internasional merupakan prasyarat bagi peningkatan daya saing nasional. Pemerintah telah merencanakan untuk menetapkan dua alternatif pelabuhan hub internasional di kawasan Barat dan Timur Indonesia.” (hlm. 29)
Sumber: PIxabay
Masalah yang terkait dirangkum sebagai berikut.
Masalah
Penjelasan
Referensi
Penentuan rute dan ukuran armada kapal
Variabel keputusan: • Rute kapal dalam setiap perjalanan • Jumlah kapal untuk setiap tipe
•
Perbandingan konsep multi-port dengan pelabuhan hub-and-spoke
•
Imai et al. (2009), 142 sitasi
•
Sistem multi-port digunakan oleh kapal kecil, sedangkan pelabuhan hub-and-spoke oleh kapal besar Evaluasi dilakukan dengan membandingkan ongkos yang dibutuhkan dalam transportasi kontainer kosong dalam kedua jaringan
•
Fagerholt (1999), 221 sitasi Fagerholt (2004), 150 sitasi
Desain jaringan Variabel keputusan: Zheng et al. (2015), pelabuhan hub-and- • Alokasi pelabuhan hub 33 sitasi spoke • Alokasi spoke kepada pelabuhan hub terpilih • Alokasi kapal yang akan melayani rute • Jumlah kapal dengan setiap tipe untuk setiap rute • Jumlah kontainer yang dikirim melalui setiap rute
Masalah yang dijumpai terkait isu ini adalah penjadwalan armada kapal pengangkut kendaraan dan manajemen persediaan di pelabuhan. Model yang dikembangkan menggunakan variabel keputusan berupa rute setiap kapal dan jumlah barang yang diangkut dan diturunkan dari kapal di setiap pelabuhan (Chandra et al., 2016). Selain itu, masalah lain yang kerap muncul terkait penjadwalan armada kapal (Fischer et al., 2016) dan penentuan penempatan muatan dalam kapal (Øvstebø et al., 2011a; Øvstebø et al., 2011b). Variabel keputusannya berupa alokasi kapal (Fischer et al., 2016) serta jumlah tiap jenis muatan dan urutan pemuatannya (Øvstebø et al., 2011a; Øvstebø et al., 2011b). Isu 4: Sistem pelayaran jarak pendek (short sea shipping) “…optimalisasi angkutan perintis untuk mendukung kelancaran arus barang di daerah terpencil, termasuk short sea shipping,” (hlm. 78)
Isu 2: Transportasi multimoda dan intermoda “Namun, kelemahannya antara lain adalah biaya angkutan truk relatif tinggi untuk per ton kilometer dibandingkan dengan kereta api, kapasitas yang terbatas, sehingga penggunaan truk tidak bisa menjadi jawaban untuk semua kebutuhan angkutan.” (hlm. 30) Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki konsep transportasi intermoda dan multimoda. Regulasi yang ada belum mengatur bagaimana prosedur dan dokumen bagi barang yang berpindah moda transportasinya. Sebagai contoh, proses perpindahan kargo dari vessel ke truk atau ke kereta api di pelabuhan laut Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Belawan belum terlaksana dengan baik dalam memenuhi kaidahkaidah intermoda dan multimoda. (hlm 34) Transportasi multimoda adalah transportasi dengan menggunakan lebih
dari satu moda transportasi secara berurutan dari titik asal ke titik tujuan1. Unit transportasi yang digunakan bisa berupa kotak, kontainer, kendaraan, dsb. Contohnya adalah pengiriman dalam skala regional dan nasional, dan juga jasa pengangkutan jarak jauh. Transportasi intermodal adalah bagian dari transportasi multimodal yang menggunakan unit transportasi yang sama sehingga tidak perlu melakukan transfer komoditas antar moda transportasi2. Makalah review yang sangat baik terkait isu ini adalah Crainic & Kim (2007), 441 sitasi dan SteadieSeifi et al. (2014. Isu 3: Transportasi dengan kapal “Roro” (kapal pengangkut kendaraan) “…pulau, mendorong penggunaan kapal Ro-Ro (short sea shipping) di sepanjang Pantura untuk mengurangi beban jalan.” (hlm. 78)
Terkait short sea shipping, yang sangat banyak dipraktikkan di Indonesia, masalah yang kerap ditemukan terkait dengan penentuan skala dan jenis moda yang dapat digunakan. Metode yang digunakan mengacu pada estimasi besaran uang yang mau dibayar konsumen berdasarkan jumlah frekuensi pengiriman yang bisa dilakukan (Pucket et al, 2011). Isu 5: Jaringan pipa untuk distribusi minyak “Terbangunnya sistem pengangkutan untuk komoditas curah gas (gas bulk commodities) melalui sistem pipanisasi di daratan, yang meliputi jalur pipanisasi…” (hlm. 105) Masalah utama yang dihadapi adalah desain jaringan pipa dan jalan untuk transportasi dan pendistribusian minyak. Faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dan dicari keseimbangannya adalah risiko kecelakaan pada setiap jalur serta biaya instalasi fasilitas yang dibutuhkan.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 7
Isu 6: Transportasi intermodal dengan jaringan rel kereta api “Namun demikian, angkutan kereta api harus didukung dengan angkutan moda lainnya, seperti truk, karena aksesibilitasnya yang terbatas.” (hlm. 30) Strategi yang diperlukan adalah konektivitas kereta barang dengan terminal kontainer di pelabuhan laut, pelabuhan udara dan Inland Logistics Center. (hlm 33) Perencanaan transportasi barang ‘berbahaya’ (dangerous goods) dengan menggunakan kereta api menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi terkait dengan isu ini. Selain aspek safety, kompleksitas muncul akibat adanya kendala berupa batas waktu untuk pemenuhan sejumlah target volume pengiriman. Variabel keputusan biasanya berupa jumlah barang yang dikirim melalui setiap rute, jenis barang ‘biasa’ (common goods) yang dikirim melalui setiap rute, serta jumlah kereta intermoda yang digunakan (Verma & Verter, 2010; Verma et al., 2012). Makalah review terkait isu intermoda yang melibatkan jaringan kereta api adalah Bontekoning et al. (2004). Isu 7: Sistem rel dobel kereta api (double track train) “Perkeretaapian nasional masih menghadapi berbagai permasalahan, seperti jalur kereta api yang masih menggunakan single track,…” (hlm. 36)
Penentuan jadwal kereta dengan kombinasi jaringan rel tunggal dan rel dobel menjadi salah satu masalah terkait dengan isu double track train, khususnya dengan tujuan meminimasi total waktu tempuh dengan mempertimbang-kan jadwal keberangkatan sesuai prefe-rensi penumpang (Castillo et al., 2011). Selain itu, masalah lain seperti alokasi penggunaan rel berdasarkan arah dan kecepatan kereta yang diselesaikan de-ngan menentukan alokasi penggunaan lajur yang ada (Mu & Dessouky, 2013; Xu et al., 2015). Selanjutnya, masalah yang tidak kalah penting adalah penjadwalan kereta pada sistem double track train dengan mempertimbangkan pengurangan kapasitas karena kecelakaan kereta (Yang et al., 2014).
Daftar Referensi: bit.ly/DaftarReferensi-MenilikMslhLogIndo
Isu 8: Kolaborasi supply chain “Dari sisi pelaku usaha, penyedia jasa kegiatan logistik di Indonesia umumnya masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional atau setidaknya oleh perusahaan-perusahaan nasional yang berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Penyedia jasa logistik di Indonesia pun terfragmentasi dalam sebaran kegiatan logistik mulai dari transportasi, pergudangan, freight forwarding, kargo, kurir, shipping, konsultansi, dan sebagainya, sehingga tidak ada satu perusahaan pun yang menguasai pasar secara dominan.” (hlm. 67)
Orientasi transportasi multimoda (diambil dari: PP nomor 26 tahun 2012)
8 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Salah satu isu terkait kolaborasi supply chain adalah tentang analisis performansi kolaborasi supply chain. Metode yang digunakan berupa simulasi untuk menganalisis pengaruh jumlah anggota rantai pasok pada performansi sistem (Ramanathan, 2014). Masalah lain yang seringkali dianalisis adalah terkait pengaruh perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan bersama pada keberhasilan kolaborasi rantai pasok (Ramanathan & Gunasekaran, 2014). Review tentang isu ini dipaparkan oleh Hudnurkar et al. (2014).
Biografi Penulis: Ivan K. Singgih Ivan telah menyelesaikan studi S1 dan S2 di Jurusan Te k n i k Industri, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, dan studi S3 Jurusan Teknik Industri, Pusan National University, Korea Selatan. Saat ini, ia sedang menempuh program Post-Doktoral di Pohang University of Science and Technology, Korea Selatan. Bidang penelitiannya mencakup sistem logistik, operasional terminal peti kemas, dan penjadwalan proses manufaktur. Daftar penelitiannya dapat diakses di www. researchgate.net/profile/Ivan_Singgih
MEMBER NEWS (RMIT), Dr. Eugene Sebastian (RMIT), Professor Nyoman Pujawan (ITS), dan Professor Zagloel (UI). ALI diwakili oleh Ir. Mahendra Rianto.
Ketua Umum ISLI Menyampaikan Keynote Speech di di ASEAN Warehousing Conference, Bangkok
K
etua Umum ISLI, Professor Nyoman Pujawan, diundang untuk menyampaikan keynote speech di acara ASEAN Warehousing Conference di Bangkok pada tanggal 27 April 2017. Acara ini dihadiri oleh lebih seratus peserta dari berbagai negara di sekitar Asia Tenggara. Topik yang disampaikan adalah Supply Chain Landscape in ASEAN Region. Pada presentasi ini disampaikan konfigurasi logistik di Asia Tenggara, roadmap pengembangan logistik dan supply chain beberapa negara ASEAN, serta trend terbaru terutama kaitannya dengan e-commerce di negara-negara ASEAN. Acara ini merupakan bagian dari “Warehousing and Cold Chain Show” yang menampilkan berbagai teknologi terbaru untuk penyimpanan dan rantai pendingin.
Studi dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama adalah wawancara dengan sejumlah narasumber dari professional logistic / supply chain di Indonesia khususnya di Jakarta dan Surabaya. Tahap kedua adalah mengadakan FGD di Jakarta dan Surabaya dengan mengundang sejumlah narasumber tersebut. Dari tahap kedua dan ketiga ini diperoleh gambaran awal yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk merancang kuisioner yang digunakan untuk melakukan survey. Tahap survey dilakukan dengan pengisian kuisioner yang intinya mengidentifikasikan gap yang dirasakan oleh pengguna tenaga kerja pada lima area kompetensi yaitu: (i) general thinking and learning, (ii) inter-personal skills, (iii) customer service and business management skills, (iv) technological/ ICT/ analytical skills, dan (v) logistics, transport and supply chain management specific skills. Dari hasil sementara diperoleh gambaran adanya gap yang cukup signifikan antara apa yang diharapkan dengan apa yang selama ini diperoleh. Namun pada saat ini kegiatan survey masih berlangsung sehingga hasil yang komprehensif masih akan dianalisis dalam beberapa pekan ke depan.
Menutup Gap Kompetensi Bidang Logistik di Indonesia
M
endapatkan pelamar kerja yang sesuai dengan kebutuhan dalam bidang pekerjaan logistik / supply chain masih dianggap sulit bagi banyak pengguna tenaga kerja di Indonesia. Pada level pekerjaan yang bisa diisi oleh lulusan baru, ini tentu saja terkait dengan sistem pendidikan di perguruan tinggi atau di sekolah menengah. Namun untuk pekerjaan manajerial atau senior, tentu hal ini banyak kaitannya dengan sistem pengembangan diri para pegawai di tempat kerja. Berangkat dari permasalahan ini, sebuah konsorsium yang terdiri dari RMIT University (Australia), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Indonesia (UI), dan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) sedang melakukan kajian tentang gap yang terjadi. Riset ini dipimpin oleh Professor Caroline Chan (RMIT) dengan anggota Professor Shams Rahman (RMIT), Associate Professor Victor Gekara
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 9
PELABUHAN KERING (DRY PORT): OPSI REALISTIS FASILITAS KONSOLIDATOR KOTA DI INDONESIA TIMUR Oleh: Saut Gurning
Sumber: PIxabay
P
elabuhan kering atau yang lebih dikenal dengan istilah dry port merupakan fasilitas yang relatif baru diterapkan di Indonesia. Pelabuhan kering diprediksi akan terus berkembang karena potensi fungsinya yang dapat meningkatkan aksesibilitas sumber kargo melalui dukungan angkutan multimoda yang dapat membantu pelaku usaha, khususnya
10 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
pemilik kargo, operator pengangkutan barang (truk dan kereta api), operator pelabuhan, serta operator pergudangan. Adapun bentuk dari peningkatan tersebut yaitu dapat menyediakan jasajasanya secara terpadu menggunakan fasilitas pelabuhan kering. Pelabuhan kering diperkirakan menjadi opsi menarik dan murah dikarenakan persyaratan fisik dan operasinya yang
lebih sederhana jika dibandingkan dengan pelabuhan laut ataupun sungai. Kedua jenis pelabuhan konvensional kerap berkaitan dengan tuntutan persyaratan kapital dan pola jasa yang relatif lebih kompleks sehingga biayanya lebih tinggi. Selain daripada itu, skala dan volume perdagangan sebuah daerah yang terbatas misalnya saja di bawah 100.000
ton per tahun akan sangat efisien jika hanya dilengkapi dengan sebuah pelabuhan kering saja, dibandingkan sebuah pelabuhan laut/sungai dengan kapasitas minimum yang mencapai 500.000 ton akibat besaran investasinya. Karenanya, pilihan untuk menyediakan pelabuhan kering secara faktual telah menjadi opsi konsolidator yang saat ini menjadi primadona di sejumlah negara. Bahkan, telah menjadi lebih populer lagi di kota dengan tingkat perdagangan yang terbatas akibat relatif kecilnya demografi serta alokasi pendanaan infrastrukturnya. Memang, aplikasi pelabuhan kering di Indonesia tidak begitu banyak diterapkan. Salah satu penyebabnya adalah karena pemahaman penerapan dan persyaratan pengelolaan pelabuhan kering belum begitu dikenal, sehingga belum bisa optimal. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan stimulan awal bagaimana pelabuhan kering dapat menjadi opsi utama, sebelum memilih untuk menyediakan pelabuhan laut atau sungai pada suatu daerah. Selain dari pada itu, keberadaan pelabuhan kering juga berpotensi menjadi komplementer fasilitas pelabuhan yang sudah ada, khususnya
sebagai fasilitas konsolidator barang yang dapat secara realistis dterapkan di berbagai kota di Indonesia Timur, khususnya pusat-pusat perdagangan potensial yang berada di luar kawasan pelabuhan. Konsep dasar pelabuhan kering Menurut United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 1991, pelabuhan kering adalah kawasan pelabuhan darat yang berada di wilayah hinterland (sumber kargo) yang melayani berbagai kawasan industrial/ komersial serta terkoneksi dengan satu atau beberapa pelabuhan melalui angkutan darat, kereta api, angkutan sungai atau multimoda. Berbagai negara menunjukkan bahwa pelabuhan kering telah berhasil menyediakan layanan yang memuaskan untuk memperlancar aliran barang-barang tujuan internasional dan domestik. Dalam berbagai implementasi empiriknya, sebuah pelabuhan kering paling tidak dapat melakukan kegiatan penyimpanan/pergudangan, pembongkaran serta pengepakan barang, pengiriman/pengangkutan dan pendistribusian, penyediaan layanan IT serta pengaturan dan penyediaan layanan kepabeanan dan
karantina pertanian. Luasnya bidang cakupan operasi yang dapat dilakukan di pelabuhan kering membuat sarana infrastruktur yang sering dijumpai di lapangan juga beragam. Fasilitas pendukung utama pelabuhan kering umumnya merupakan kombinasi dari truk (jalan raya) dan kereta api. Jadi, pelabuhan kering secara praktis juga dapat difungsikan sebagai sebuah terminal multimoda dengan area emplasemen kereta api, fasilitas bongkar-muat kargo/kontainer, wilayah penumpukan, wilayah gudang dan kawasan industri. Untuk aplikasi yang lebih maju, sebuah kawasan pelabuhan kering juga menyediakan jaringan aksesibilitas darat yang menuju dan dari kawasan pelabuhan kering, fasilitas pengelolaan limbah, serta faslitas pemeriksaan kepabeanan dan kekarantinaan yang didukung infrastruktur ICT (Information and Communication Technology) yang handal. Kehandalan sistem ICT sangat penting agar proses pemasaran, penagihan, penjadwalan dan pemantauan jasa serta kinerja dapat diakses oleh pengguna jasa secara online sehingga mudah, transparan dan memuaskan.
Gambar 1 Pelabuhan kering sebagai model fasilitas komplementer atau substitusi sementara untuk fasilitas pelabuhan yang lebih kompleks
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 11
Gambar 2 Skema proses operasi yang melibatkan pelabuhan kering
Namun, pelabuhan kering bukanlah sebuah depo petikemas. Peran pelabuhan kering lebih luas dari sebuah depo. Ini dikarenakan pelabuhan kering dilengkapi dengan koneksi layanan angkutan dan fasilitas penyimpanan atau penumpukan baik yang secara terbuka (open-yard) ataupun tertutup (closed yard/shed). Jadi seperti halnya operasi dasar sebuah pelabuhan laut, dimana terdapat fungsi fungsi pemuatan/pembongkaran (stevedoring), pemindahan barang (cargo-dooring) serta fungsi pengiriman atau penerimaan (delivering/receiving), maka sebuah pelabuhan kering juga perlu memenuhi tiga fungsi dasar tersebut
dengan dukungan jaringan angkutan, khususnya angkutan darat (inlandtransport). Dalam proses perdagangan, pelabuhan kering secara praktis harus terkoneksi dengan pelabuhan laut khususnya untuk sebuah proses perdagangan melalui jalur laut atau antar pulau (sea-borne trade) seperti yang terlihat pada skema aliran sebagaimana yang diilustrasikan Gambar 2 di atas. Koneksi pelabuhan kering dan pelabuhan laut/sungai Pelabuhan kering jelas perlu berkoneksi dengan fasilitas pelabuhan konvesional baik pelabuhan laut maupun pelabuhan sungai yang telah tersedia di sekitar
Gambar 3 Skema proses operasi yang melibatkan pelabuhan kering
12 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
zona dari kawasan pelabuhan kering yang direncanakan tersebut. Pola konektivitasnya tentu dapat berbedabeda, bergantung pada kualitas perdagangan yang telah berkembang di sebuah daerah dan tingkat ketergantungan perdagangan lewat laut dari sebuah wilayah tertentu. Wilayah yang hanya memiliki satu pelabuhan laut/sungai biasanya akan memiliki pola dimana fasilitas depo kontainer/ Inland Container Depo-ICD (terminal wilayah daratan - inland terminal) akan berkoneksi langsung dengan pelabuhan laut/sungai yang tersedia di sekitarnya. Namun, kondisi ini bersifat terbatas dari sisi jaringan transportasi (karenanya
sumber kargo akan terbatas) serta volume kargonya karena keterbatasan wilayah serta jasanya (layaknya sebuah depo petikemas). Selanjutnya bilamana fungsi terminal wilayah daratan atau depo petikemas ini beralih fungsi menjadi sebuah pelabuhan kering maka fungsi kawasan akan berubah tidak hanya sebagai lokasi pemuatan/penumpukan saja, tapi juga berubah menjadi kawasan yang memiliki tiga fungsi dasar yaitu fungsi stevedoring, cargo-dooring dan receiving/delivering, layaknya sebuah pelabuhan namun berada di hinterland yang kemudian ditetapkan sebagai pelabuhan kering. Bila sebuah wilayah memiliki beberapa zona perdagangan yang unik antara satu dengan lainnya, misalnya saja dari segi tipe komoditas yang diperdagangkan, pola perdagangan, atau tipe angkutannya, maka sejumlah pelabuhan kering (multi dry-ports) dapat disediakan di sekitar pelabuhan yang terdekat dari wilayah tersebut. Opsi penggunaan pelabuhan tersebut didominasi oleh pertimbangan jarak, biaya, serta aksesibilitas menuju dan dari pelabuhan; atau juga didominasi oleh preferensi pemilik atau penerima barang. Namun, pola koneksi lain dapat terjadi apabila sebuah pelabuhan kering menjadi sumber kargo penting dari berbagai pelabuhan di sekitarnya. Hal ini bisa saja terjadi akibat daya konsolidasi pelabuhan kering menjadi sentra komoditas unggulan tertentu dari berbagai sumber produksi komoditas tersebut. Atau dengan kata lain, pelabuhan kering memberikan layanan inventori, konsolidasi dan terminalisasi yang efisien dan efektif sehingga mampun menjadi pusat barang atau pengumpul barang sebelum diangkut menuju dan dari beberapa pelabuhan pilihan (multi-ports) baik untuk orientasi perdagangan domestik maupun internasional. Terkait dengan kegiatan kepabeanan atau kekarantinaan, bila pelabuhan kering yang dijadikan sebuah lokasi konsolidator untuk berbagai pelabuhan maka biasanya pelabuhan kering tersebut memiliki kapasitas atau memiliki fungsi sebagai tempat penimbunan sementara (TPS), kawasan kepabeanan atau pusat logistik berikat, kawasan/balai/gudang karantina, instalasi karantina tumbuhan/hewat (IKT/IKH) atau kawasan/ tempat pemeriksaan fisik terpadu (TPFT). Parameter Empiris
pelabuhan kering di suatu wilayah, sebuah studi yang dilakukan Gurning dan Vanany di tahun 2015 merrekomendasikan sebuah parameter empiris terkait fasilitas pelabuhan kering yang dapat diterapkan berdasarkan tiga kategori yaitu skala ideal, skala menengah dan skala kecil seperti yang ditunjukkan di Tabel 1 di atas. Dapat dikatakan sebagai skala ideal dikarenakan oleh tuntutan pengguna jasa yang mengharapkan parameter fisik dan layanan sebuah kawasan pelabuhan kering yang dapat memberi manfaat biaya dan kelancaran arus barang. Selanjutnya, nilai tambah perdagangan yang diharapkan, serta faktor nilai investasi dan besaran volume perdagangan yang tidak terlalu besar. Khususnya bila pola perdagangan dilakukan dengan tipe petikemas. Mengacu pada berbagai bahan diskusi yang telah dipaparkan di atas, maka secara umum dapat direkomendasikan bahwa pelabuhan kering dapat menjadi opsi realistis sebagai fasilitas konsolidator barang di sejumlah kota di Indonesia Timur. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pengadaan pelabuhan dan skala perdagangan yang kecil namun optimal untuk mendukung penanganan barang.
Biografi Narasumber: Dr. Saut Gurning
Penulis sehari-hari adalah pengajar bisnis maritim, manajemen operasi pelabuhan, ekonomi maritim dan perencaan rencana umum kapal di jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya. Saat ini bertugas sebagai ketua pasca sarjana teknologi kelautan ITS. Topik riset, pengajaran, bimbingan serta pengabdian masyarakatnya terkait pada manajemen dan bisnis maritim, logistik maritim serta manajemen resiko operasi supply chain maritim.
Sebagai langkah praktis untuk proses perencanaan sebuah
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 13
RELIES ON SUPPLY CH
AS AN INTEGRATED ECONOMIC COMMUNITY RELIES ON A WELLMANAGED SUPPLY CHAIN AND LOGISTICS OPERATIONS
HAIN AND LOGISTICS O
PEMBELAJARAN JUST-IN-TIME: UPAYA MEMBANGUN SALIENCE ISU LOGISTIK NASIONAL Oleh: Mansur M. Arief We ’re drowning in information and starving for knowledge —Rutherford D. Rogers
A
sosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan bahwa sekitar 25% dari 132,7 juta pengguna internet aktif pada tahun 2016 memanfaatkan jaringan internet untuk meng-update informasi baik dari media sosial maupun sumber-sumber informasi lain seperti aplikasi, video, musik, artikel blog, dan tulisantulisan di web informatif lainnya. Akses internet yang begitu mudah dan tren penggunaan smartphone yang makin meluas membuat pengguna internet semakin mudah mengakses informasi yang melimpah di dunia maya. Melimpahnya informasi (information abundance) yang dapat diakses oleh setiap orang dengan mudah tentu dapat dipandang sebagai potensi peningkatan kualitas SDM. Kemudahan mencari informasi, berbagi informasi serta kelancaran komunikasi adalah beberapa manfaat positif dari information abundance yang berpotensi mendorong pembelajaran (learning) seseorang. Namun, di sisi lain, ada beragam potensi kerugian yang disebabkan oleh information abundance sehingga ada syarat-syarat yang perlu dikaji dengan lebih seksama. Salah satu syarat yang dibutuhkan adalah kemampuan pengguna internet untuk memilah informasi yang akurat dan relevan. Tanpa kemampuan memilah informasi, maka seseorang akan mengalami ketagihan informasi (information addiction), bahkan information overload, kewalahan akibat harus memproses informasi yang berlebihan. Information overload diestimasi telah membawa kerugian bernilai US $900 miliar terhadap ekonomi dunia akibat waktu produktif yang menurun, inovasi yang terhambat, tingkat stress yang meningkat, serta berbagai bentuk kerugian lainnya (Harvard Business Review). Hal senada diungkapkan oleh Jon Spira dalam bukunya Overload: How Too Much Information is Hazardous to Your Organization. Ia mengemukakan bahwa 25-30 persen waktu waktu seseorang hilang (red: menjadi tidak produktif) akibat information overload. Forbes mengungkapkan hal yang sama dan mengajak pengguna internet untuk menekan jumlah email, chat atau berbagai notifikasi elektronik lainnya yang dikirimkan, khususnya yang ditujukan ke channel-channel yang menjangkau orang banyak sekaligus agar menekan biaya tak terduga akibat information overload. Analogi information overload cost dan inventory holding cost Dr. Jon Miller, salah satu peneliti senior di bidang informasi,
16 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
pendidikan sains dan teknologi, serta partisipasi publik di University of Michigan, berpendapat bahwa model pembelajaran masyarakat sedang beralih dari sistem gudang (warehouse) ke sistem just-in-time. Dulunya, seseorang harus mampu mengingat segudang informasi untuk digunakan sewaktu-waktu ketika diperlukan. Seiring dengan semakin mudahnya akses terhadap informasi yang melimpah, dewasa ini informasi dapat dicari saat dibutuhkan saja. Model pembelajaran just-in-time yang dikemukakan Dr. Miller berpotensi untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat information overload, bila diterapkan secara optimal. Tentu kita familiar dengan ide bahwa menyimpan persediaan yang terlalu banyak mengakibatkan biaya persediaan (inventory holding cost) yang semakin besar namun dengan kompensasi risiko shortage yang kecil. Sebaliknya, beroperasi dengan inventory yang terlalu sedikit memungkinkan inventory holding cost ditekan, namun risiko shortage yang ditanggung akan jauh lebih besar. Tingkat inventory yang optimal menyeimbangkan biaya persediaan dan risiko shortage yang harus ditanggung. Dengan analogi informasi sebagai persediaan, kerugian akibat information overload (information overload cost) identik dengan inventory holding cost sedangkan risiko akibat kurangnya informasi identik dengan risiko shortage. Model pembelajaran just-in-time bertujuan menentukan dan memenuhi tingkat informasi optimal yang dibutuhkan sesuai dengan kemudahan akses informasi dari berbagai sumber pembelajaran. Konsepkonsep lean dalam pengelolaan operasi logistik kemudian dapat diterjemahkan ke konteks pengelolaan informasi serta sistem pelatihan dan pembelajaran. Lebih lanjut, Dr. Miller mengemukakan bahwa penerapan model warehouse konvensional dalam pengelolaan informasi membuat sistem tidak relevan lagi di lapangan. Fasilitasfasilitas publik seperti museum, perpustakaan, bahkan sekolah yang cenderung menyodorkan se-abreg informasi sekaligus ke para ‘pengunjung’-nya kini makin sepi pengunjung. Artinya, pengunjung cenderung lebih menyukai mengakses informasi yang menarik saja. Ini mendorong penyedia jasa layanan publik harus berinovasi dan mempertimbangkan model justin-time di sektor jasa. Di level yang lebih tinggi, masyarakat seringkali disuguhi berita politik, ekonomi, sosial-budaya, dan informasi berat lainnya sehingga tidak sedikit yang overload dan mengacuhkan
Sumber: researchfeatures.com
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 17
banyak isu-isu penting lainnya. Ini sedikit banyak menjelaskan mengapa banyak lapisan masyarakat yang acuh tak acuh dengan kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah, elit politik, serta tokoh masyarakat lainnya terkait isu-isu tertentu. Penyebabnya, lanjut Miller, adalah kurangnya ‘popularitas’ isuisu yang teracuhkan tersebut sehingga tidak lagi menarik bagi masyarakat. Istilah popularitas ini kemudian disebut sebagai ‘arti penting’ (salience) olehnya. “Untuk dapat membangun, salience dari suatu isu, masyarakat perlu paham isu tersebut. Salah satu cara membangun salience di era sekarang ini adalah melalui pembelajaran just-in-time”, terang Dr. Miller di salah satu artikelnya. Isu-isu logistik nasional Saat ini, isu-isu logistik di Indonesia masih belum terbilang salient. Meski istilah ‘tol laut’ dan ‘dwelling time’ sempat mengapung di permukaan diskusi publik, respons yang muncul segera teralihkan ke isu-isu yang lain. Konsep Sislognas yang telah dirancang, serta model integrasi supply chain nasional yang tertuang dalam MP3EI tidak mengundang partisipasi aktif publik untuk segera merealisasikannya. Meski pemerintah telah berusaha cukup baik untuk membangun infrastruktur pendukung dan memfasilitasi sistem pendukung lainnya, kendala-kendala yang dihadapi masih sangat banyak. Bahkan, pembangunan infrastruktur yang giat dicanangkan oleh pemerintah akhir-akhir ini dipandang belum tepat sasaran, dibuktikan dengan penurunan kualitas performa infrastruktur nasional serta penurunan ranking Indonesia berdasarkan indeks performa logistik (World Bank). Adanya partisipasi aktif dari publik yang sadar dan memahami ‘arti penting’ isu logistik tentu akan mempercepat perbaikan sistem logistik di Indonesia. Mengadopsi pandangan Dr. Miller yang telah dibahas sebelumnya, para stakeholder supply chain dan logistik Indonesia - mereka yang sangat giat menjalankan operasi supply chain-nya, yang melakukan riset, mengkaji berbagai solusi permasalahan logistik dan konektivitas, serta yang mendalami ilmu-ilmu pengelolaan supply chain dan logistik di bangku-bangku perkuliahan - perlu berefleksi sejenak. Apakah publik secara umum dapat mengikuti diskusi terkait isu-isu penting tentang supply chain dan logistik yang rasarasanya telah gencar kita adakan? Apakah isu-isu supply chain dan logistik sudah cukup ‘salient’ bagi masyarakat? Usaha apa yang telah dilakukan untuk membangun ‘salience’ dari isu-isu padat berbobot ini? Di Amerika Serikat, salah satu isu penting yang saat ini dianggap kurang salient adalah isu terkait sains dan teknologi (saintek). Isu saintek seringkali ‘dikalahkan’ oleh isu-isu besar seperti kesehatan (healthcare), keamanan tanah air (homeland security), sosial ekonomi dan lain sebagainya. Professor James Duderstadt, salah satu dosen sekaligus politisi senior di bidang teknologi nuklir dan kebijakan publik membahas hal ini dengan detail di bukunya Tilting at Windmills: Policy Battles Won, Lost, or Long Since Forgotten. Prof. Duderstadt menceritakan ‘kisah’ berbagai ilmu sains dan teknologi, termasuk nuklir,
18 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
yang sejak dulu diperjuangkan oleh para saintis dan teknokrat di Amerika Serikat agar terus mendapat sokongan dana penelitian yang memadai dari pemerintah federal. Meski peran saintek pernah diakui sangat signifikan, khususnya setelah Perang Dunia II, isu saintek makin kehilangan salience-nya. Sebagaimana Dr. Miller, Prof. Duderstadt juga menekankan arti penting salience dari suatu isu untuk membangun urgensi permasalahan, mendapatkan perhatian pemerintah, dan memperoleh dukungan aktif dari masyarakat. “Tanpa salience, publik seakan-akan tidak peduli terhadap suatu isu, bahkan memusuhinya”, pesannya. Para stakeholder supply chain dan logistik seyogyanya turut menyuarakan isu logistik dan membangun salience-nya di masyarakat. Alih-alih membombardir publik dengan semua aspek supply chain dan logistik yang kompleks, sebaiknya informasi yang disebar hanya yang ringan, menarik, dan paling relevan. Potensi information abundance selayaknya dapat kita dengan baik, sehingga publik bisa diajak menjadi lebih salient terhadap isu logistik nasional. Upaya-upaya seperti penerbitan newsletter ringan, penyebaran info-info ringkas berupa pertanyaan trivia, infografis, dan posterposter menarik, penyelenggaraan webinar singkat dengan target audiens yang spesifik, pengelolaan kursus MOOC dan sertifikasi, dan lain sebagainya yang menargetkan komponen publik atau pengambil kebijakan yang relevan dapat menjadi beberapa alternatif upaya membangun salience terhadap isu-isu logistik nasional. Just-in-time, meski berisiko mengakibatkan shortage, namun bila diterapkan secara tepat, bukankah akan memaksimalkan ‘keuntungan’?
Biografi Penulis: Mansur M. Arief Mansur adalah Awardee LPDP PK-67 yang sedang menjalankan studi di Industrial & Operations Engineering, University of Michigan (UM). Ia menyelesaikan studi S1-nya di Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 2014 melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama. Meneruskan aktivitasnya selama menjadi asisten lab LSCM, saat ini Mansur membantu pengelolaan jurnal internasional Operations and Supply Chain Management: An International Journal. Selain itu, ia juga aktif sebagai salah satu board members di INFORMS UM Student Chapter, PERMIAS Michigan, dan Komunitas Mahasiswa SCL (Anggota Muda ISLI).
Manfaatkan kursus online Supply Chain Management (ITS101) dari IndonesiaX! Tentang Kursus ITS101 Supply Chain Management (SCM) adalah disiplin yang mempelajari pengelolaan aliran barang dari hulu (sumber) sampai ke hilir (pelanggan). Efektif tidaknya SCM suatu perusahaan akan menentukan apakah mereka akan unggul atau kalah dalam persaingan. SCM yang efektif membutuhkan kolaborasi antar pihak, membutuhkan visibilitas informasi di sepanjang supply chain. Di samping itu, efektivitas supply chain juga membutuhkan dukungan pemerintah berupa penyediaan infrastruktur yang memadai serta regulasi yang mendukung kelancaran pergerakan barang. Kuliah ini akan membekali peserta dengan berbagai konsep dan metode yang bisa digunakan untuk mengelola supply chain. Dalam empat minggu peserta akan diajak untuk mengulas apa itu supply chain, kenapa SCM penting, apa saja indikator keberhasilan SCM, strategi supply chain, berbagai aspek dalam pengelolaan permintaan, konsep collaborative planning, strategi distribusi, dan isu-isu transportasi.
Ayo bergabung dengan lebih dari 5.000 siswa dan alumni ITS101 lainnya! Untuk info lebih lanjut, kunjungi www.indonesiax.co.id !
IndonesiaX merupakan organisasi non-profit yang menawarkan platform Massive Open Online Course (MOOC). IndonesiaX menawarkan berbagai topik program studi online menarik dari dosen perguruan tinggi terbaik serta manajemen eksekutif perusahaan ternama baik di dalam maupun luar negeri. Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 19
Kursus Online Lainnya di Bidang Supply Chain dan Logistik Program MicroMasters bidang SCM dari MITx di EdX MicroMasters is a professional and academic credential for online learners from anywhere in the world. Learners who pass an integrated set of MITx graduate-level courses on edX.org, and one or more proctored exams, will earn a MicroMasters credential from MITx, and can then apply for an accelerated, on campus, master’s degree program at MIT or other top universities. MicroMasters courses offer the same learning and challenge as MIT courses. (https://www.edx.org/micromasters/mitx-supply-chain-management) Kelas gratis tersedia melalui mode audit di edx.org
Spesialisasi SCM dari Rutgers University di Coursera The Supply Chain Management Specialization is an introduction to the fascinating world of Supply Chain Management. When you complete the Supply Chain Management Specialization you will have a richer understanding of the complexities that companies are facing in today’s global networked economy.The specialization is for you, if (i) you are looking to start a career in Supply Chain Management, but lack the basic background; (ii). you are working with people in Supply Chain Management and want to understand their daily challenges better; (iii) you are fascinated by how the global economy is linked together by the flow of products, information, and finances. (https://www.coursera.org/specializations/supply-chain-management) Kelas gratis tersedia melalui fitur audit di coursera.org
DAFTAR KURSUS-KURSUS TERSEBUT? Mari bergabung dengan grup belajar/diskusi Mahasiswa SCL di Facebook: https://www.facebook.com/groups/DiskusiMahasiswaSCL/
20 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
THE 8TH INTERNATIONAL CONFERENCE ON OPERATIONS AND SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (OSCM) Cranfield University, UK (9-12 September 2018)
The OSCM Forum invites papers for the 8th International Conference on Operations and Supply Chain Management (OSCM) hosted by Cranfield University, UK. Previous OSCM conferences were held in Bali, Indonesia (2005), Thailand (2007), Malaysia (2009), Maldives (2011), New Delhi, India (2013), Bali, Indonesia (2014), and Phuket, Thailand (2016). The theme of the 2018 conference is “The buzz of recent supply chain movement and its potential for the industry and academia”. TOPICS OF INTEREST • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Demand management Product design and comercialization Production planning and scheduling Quality engineering and management Service parts logistics and maintenance Product service systems Operations / supply chain strategy Sustainable production and logistics Purchasing / supply management Inventory planning and control Warehousing & material handling Transportation management Distribution management Closed-loop supply chain Maritime logistics Airline logistics Retail& City logistics Management of logistics services Supply Chain relocation
• • • • • • • • • • • • • • • • • •
Digital Supply Chain Industry 4.0 and its impacts to Supply Chain Information systems and technology Global supply chain Human factors in logistics and supply chain Supply chain social responsibility Organization issues in logistics and supply chain Humanitarian / disaster relief supply chain Healthcare supply chain Supply chain risk and uncertainty Agricultural supply chain Food supply chain Supply chain for project context Operations & SCM for Asian context Cost analysis in operations and logistics Pedagogical issues in SCM Research methodology in SCM Entrepreneurial Supply Chain
IMPORTANT DATES • • • • •
HOSTED BY
Submission of abstract 10 April 2018 Notification of Acceptance 30 April 2018 Submission of full paper 15 June 2018 Acceptance of full paper 10 August 2018 Conference 9-12 September 2018
Submission Link : https://easychair.org/conferences/?conf=oscm2018 Conference Email : oscm2018@gmail.com Conference Website : http://oscm-forum.org/oscm-2018 Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 21
APLIKASI SIMULASI DALAM KONTEKS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Oleh: Niniet Indah Arvitrida
We shape our tools and then our tools shape us — Marshall McLuhan Saya mulai belajar simulasi sejak di bangku kuliah sarjana (undergraduate) dan sejak saat itu saya memiliki ketertarikan khusus mengenai simulasi. Salah satu hal yang membuat saya tertarik dengan pendekatan simulasi adalah kemampuan pendekatan tersebut untuk mengakomodasi kompleksitas permasalahan yang tidak dapat dimodelkan dalam model matematis. Selain itu, pendekatan simulasi dapat menghilangkan resiko dan isu etis melakukan eksperimen untuk menjawab pertanyaanpertanyaan what-if. Pendekatan simulasi yang pertama kali saya kenal adalah simulasi kejadian diskrit (discrete event simulation/DES) yang digunakan untuk memodelkan sistem antrian. Dalam DES, sebuah sistem direpresentasikan sebagai entitas-entitas yang mengalir dari aktivitas/proses satu ke aktivitas/proses lainnya, dan masing-masing aktivitas/
22 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
proses tersebut terpisahkan oleh antrian. Secara sekilas, aplikasi DES terkesan sangat terbatas karena tidak semua sistem dapat didefinisikan dari perspektif sistem antrian. Namun pada kenyataannya, aplikasi DES semakin berkembang, khususnya di bidang supply chain management (SCM). Permasalahan yang dimodelkan tidak hanya berkaitan dengan antrian pada manusia, namun juga dapat mencakup aliran barang dan aliran informasi dalam konteks pengambilan keputusan. Pada saat yang sama, saya juga mulai mengenal pendekatan simulasi lainnya yang juga sering diaplikasikan dalam studi-studi SCM, yaitu simulasi Monte Carlo. Nama Monte Carlo diambil dari nama sebuah kasino yang sangat terkenal di Monaco. Pemilihan nama tersebut dianggap dapat merepresentasikan kemampuan utama dari pendekatan simulasi Monte Carlo, yakni untuk memodelkan resiko dimana outcome
dari model tersebut dikendalikan oleh probabilitas munculnya kejadian atau outcome tersebut. Beberapa aplikasi simulasi Monte Carlo yang populer dalam konteks SCM antara lainnya berkaitan dengan kebijakan pengendalian persediaan dan penjadwalan pengadaan dan produksi. Sistem dinamik sebagai pemodelan simulasi berkelanjutan (continue) Seiring dengan berjalannya waktu, saya juga belajar pendekatan sistem dinamik (system dynamics/SD). Berbeda dengan pendekatan simulasi lainnya, SD merupakan sebuah pendekatan simulasi kontinyu dengan merepresentasikan sistem sebagai sebuah kumpulan stocks dan flows. Stocks merupakan representasi dari akumulasi entitas (misal, barang, manusia/penduduk, dan uang) dan flows berfungsi untuk mengatur level akumulasi dari sebuah stock. Salah satu aplikasi SD di SCM yang sangat populer adalah Beer Distribution Game, yang
mensimulasikan pentingnya koordinasi dan information sharing untuk mereduksi ketidakpastian permintaan di sepanjang rantai pasok. Sebagaimana DES dan simulasi Monte Carlo, aplikasi SD sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk permasalahan operasional sudah sangat populer dalam berbagai studi SCM. Sebagai pengalaman pribadi, saya pernah meng-aplikasikan pendekatan tersebut untuk kasus perencanaan produksi di sebuah perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) di Jawa Timur, dan untuk pembuatan konsep pengadaan di sebuah rantai pasok pisang Mas di Jawa Timur. Pendekatan SD juga cukup efektif untuk mengkonsolidasikan konsep transportation demand management dengan city logistics untuk studi kasus Surabaya Metropolitan Area. Pendekatan simulasi lainnya yang relatif baru dalam studi SCM adalah agent-based simulation (ABS), atau juga sering dikenal dengan agent-based modeling and simulation (ABMS). Pendekatan ini dipopulerkan oleh Santa Fe Institute dan telah banyak diaplikasikan di berbagai disiplin ilmu, antara lainnya biologi, fisika, sosiologi, politik, manajemen strategi, dan SCM. Pendekatan ABMS berbeda dengan pendekatan simulasi lainnya karena ABMS menggunakan bottom-up modeling approach, dimana sistem didefinisikan sebagai kumpulan agent yang memiliki kemampuan individu dalam pengambilan keputusan dan berinteraksi dengan agent-agent lainnya. Meskipun agent tersebut memiliki kemampuan mengambil keputusan (dengan kata lain, intelligent), setiap agent selalu boundedrational atau memiliki kemampuan yang terbatas untuk mendapatkan informasi yang lengkap dalam proses pengambilan keputusan. Perilaku individu dan interaksi antar agent tersebut terakumulasi dan muncul sebagai perilaku sistem. Dalam ABMS, struktur sistem juga didefinisikan berdasarkan emergent outcome dari perilaku individual agent yang terdapat dalam sistem. Hingga saat ini, cukup banyak studi SCM yang menggunakan pendekatan
ABMS. Namun, sebagian besar studi tersebut masih fokus pada konteks pengembangan software architecture dibandingkan untuk membantu supply chain analysis. Sejauh ini, seluruh pendekatan simulasi tersebut (DES, Monte Carlo, SD, dan ABMS) digunakan sebagai alat bantu (tools) dalam melakukan eksperimentasi dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman sistem yang lebih baik dan/atau merancang perbaikan untuk sistem yang diamati. Namun, beberapa pionir di bidang simulasi, antara lainnya Michael Pidd, mengindikasikan bahwa pendekatan simulasi memiliki potensi yang lebih besar dari sekedar alat bantu untuk memahami sistem dan mengambil keputusan. Pendekatan simulasi dapat digunakan sebagai alat bantu untuk generalisasi dan pengembangan teori, khususnya untuk fenomena berulang yang sulit dieksplorasi dan dijelaskan melalui studistudi analitis dan empiris. Beberapa contoh model simulasi yang populer digunakan untuk memahami fenomena kompleks yang sulit dijelaskan secara empiris dan matematis adalah Beer Distribution Game dan Schelling model. Beer Distribution Game, atau Beer Game, dapat disimulasikan dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik (SD) maupun ABMS. Dalam model tersebut disimulasikan bahwa jika pelaku rantai pasok mengambil keputusan secara independen (tanpa koordinasi), maka perilaku individual ini akan menyebabkan ketidakpastian permintaan yang semakin meningkat di sisi hulu rantai pasok, atau yang dikenal sebagai the bullwhip effect. Lain halnya dengan Beer Game yang populer di kajian SCM, Schelling model merupakan model simulasi yang digunakan untuk menjelaskan proses segregasi rasial dan sosial dalam masyarakat, dalam konteks ilmu sosial. Model tersebut dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi, Thomas Schelling, pada tahun 1971, dengan menggunakan pendekatan ABMS. Schelling model menjelaskan bahwa segregasi sosial, baik yang
ditentukan oleh, misal, suku, agama, dan ras, merupakan hal yang tidak dapat terelakkan oleh manusia. Saya tidak akan menjelaskan mekanisme detail dari Beer Game simulation dan Schelling model dalam tulisan ini. Disini saya hanya menyampaikan bahwa kedua model tersebut dapat digunakan contoh bagaimana simulasi dapat diaplikasikan sebagai alat bantu untuk membuat suatu generalisasi terhadap suatu fenomena yang kompleks, termasuk dalam konteks SCM. Akhir kata, simulasi memang sebuah tool. Namun jika digunakan secara tepat, simulasi dapat menjadi alat bantu yang sangat efektif. Sebagaimana tools lainnya, setiap pendekatan simulasi memiliki karakteristik yang berbeda. Tidak semua kasus dapat dimodelkan dengan menggunakan DES, Monte Carlo simulation, SD, dan ABMS. Pemilihan pendekatan simulasi yang tepat harus mempertimbangkan kesesuaian antara tujuan studi (problem solving, system design, atau generalization) dan karakteristik permasalahan dengan fitur pemodelan dari pendekatan simulasi yang dipilih. Biografi Narasumber: Dr. Niniet Indah Arvitrida Niniet Indah Arvitrida adalah seorang dosen di Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Indonesia. Niniet mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (PhD) di bidang Pemodelan Simulasi dari Loughborough University, UK. Dia juga memiliki gelar Magister Teknik (MT) untuk bidang keahlian supply chain management (SCM) dan Sarjana Teknik (ST), yang keduanya diperoleh dari Jurusan Teknik Industri ITS. Saat ini Niniet memiliki minat riset di bidang pemodelan sistem dan simulasi, manajemen logistik dan rantai pasok, serta manajemen produksi dan material.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 23
Beastudi Master/PhD & Peluang Post-Doc PhD di Nanyang Technological University (Singapura) [Lulusan S1 boleh mendaftar] We invite applications for PhD Scholarship at the Nanyang Technological University, under the supervision of Dr. Okan Duru. The successful candidate will be involved in various projects developing computer intelligence for financial and economic phenomenon in the transportation context. Applicants should have (minimum) a bachelor of science degree in Transportation Engineering, Computer Science, Electrical & Electronics Engineering, Mathematics, Econometrics or a related field. Candidate should have computing skills particularly in modelling and simulation with MATLAB. Experience in financial and economic modelling is not essential, but experienced candidate will be preferred. Closing date: Applications are open until the positions are filled. Contact: Qualified applicants are invited to email their CV and supporting documents to: Dr. Okan Duru, email: okanduru@ntu.edu.sg PhD di University of Málaga (Spanyol) The research group OASYS (Optimization and Analytics for Sustainable EnergY Systems) at the University of Málaga (Málaga, Spain) is currently looking for talented and entrepreneurial candidates to fill a PhD position on the topic “Advanced Analytics to Empower the Small Flexible Prosumption of Electricity.” The PhD candidate must possess a master degree in computer science, control/electrical engineering, applied mathematics and/or statistics, engineering, or equivalent academic qualifications. Preference will be given to candidates with skills in statistical and mathematical modeling, big data management techniques, optimization and software development. Knowledge of data-handling and programming software (Python, R, Matlab, etc.) is an advantage. Furthermore, good command of the English language (orally and in writing) is clearly a plus. (https://sites.google.com/site/jnmmgo/ recruitment/phd1) PhD di Emory Business School (USA) Goizueta Business School at Emory University invites applications to the Operations Management track of the ISOM PhD program. Students interested in conducting academic research in Operations Management are encouraged to apply. (bus.emory.edu/nosadch/ omphd) PostDoc di Lancaster University (Inggris) For a postdoctoral position in an externally funded research project, we seek applicants with research interest and expertise combining simulation modeling and meta-heuristics, machine learning, or computational intelligence in the context of management science, operational research, or operations management. You should have, or be close to completing, excellent Masters and PhD degrees in management, engineering or computer science (or
24 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
in a related subject area), with initial publications in preparation for leading scholarly journals. Corporate experience from applied research and consultancy projects is valued, particularly in the domains of revenue management and/or logistics and transport. You should have excellent verbal/written communication skills, a strong quantitative background, and computer programming experience (e.g. Java, R, Python, etc.). You will be expected to primarily work in an externally funded project on calibrating and validating agent-based simulations for business decision support. There will be opportunities to develop further research projects within the Department Management Science. (https://hr-jobs.lancs.ac.uk/Vacancy.aspx?ref=A2079)
Lomba/Kompetisi Syngenta Crop Challenge (Deadline: 11 Januari 2018) Corn is one of the world’s most important crops. Each year corn breeders create new products known as experimental hybrids by finding the best combination of genes that result in high yielding hybrids. These experimental hybrids are planted in a diverse set of locations where their performance is measured over several years. The best hybrids are advanced each year to be tested again. However, there is a limit to the number of testing locations, causing uncertainty in choosing the best hybrids. If corn breeders could accurately predict the performance of each individual hybrid in untested environments, they could make better decisions on which hybrids to move forward and provide to growers, increasing productivity to meet the world’s growing food demands. (https://www. ideaconnection.com/syngenta-crop-challenge/) Simulink Student Challenge (Deadline: 8 Desember 2018) MathWorks celebrates the talent, creativity, and spirit of students using Simulink. Enter the Simulink Student Challenge for your chance to win up to $1000 by submitting your original video that shows what you’ve accomplished using Simulink. (https://www. mathworks.com/academia/student-challenge/simulink-studentchallenge-2017.html) IISE Student Case Competition (Deadline: 16 Maret 2018) The Logistics and Supply Chain Division of IISE invites nominations for the Student Case Competition. Any team with three to four student members can attend the competition to showcase their problem solving capability and analytical skills on a related LSC case. The winning teams, first, second and third places, of the competition will be recognized at the LSC Town Hall Meeting to be held at the IISE Annual Conference & Expo in Pittsburgh, May 20-23. (http:// www.iise.org/Details.aspx?id=35291)
TALKSHOW MAHASISWA SCL (ANGGOTA MUDA ISLI) REGIONAL GREATER JAKARTA
... mempersiapkan kompetensi menghadapi isu logistik nasional, membangun networking ala generasi milenial
STAY TUNED!
Info lebih lanjut, hubungi Niko (mahasiswa.scl@gmail.com)
CALL FOR ENTRIES
CONSTRAIN 2017 HMTI FT-UH invites industrial engineering undergraduate students of any colleges in the country to participate in this entertainingly challenging competition. Register now, at
bit.ly/Constrain2017
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 25
PEMENANG KATEGORI KARYA TULIS JENJANG S1 JUARA I: SEKAR SAKTI (UNIVERSITAS GADJAH MADA) Pembimbing: Bertha Maya Sopha, S.T., M.Sc., Ph.D. Judul Karya: Pengembangan Model Optimasi Jaringan Rantai Pasok Sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Pendekatan Location Routing Problem JUARA II: ALESSANDRA LUPITA (UNIVERSITAS SEBELAS MARET) Pembimbing: Dr. Wahyudi Sutopo, S.T., M.SI; Yuniaristanto, S.T., M.T. Judul Karya: Model Kebijakan Alokasi Investas untuk Perbaikan Rantai Pasok dengan Metode Goal Programming: Studi Kasus
PEMENANG KATEGORI KARYA TULIS JENJANG S2 JUARA I: GUSTAV ALBERTZETH (INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER) Pembimbing: Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D. Judul Karya: Cost-Effective Strategy to Mitigate Transportation Disruptions in Supply Chain JUARA II: HIJRAH SAPUTRA (HULL UNIVERSITY BUSINESS SCHOOL) Pembimbing: Dr. Alesandro Creazza Judul Karya: An Examination of Logistics Capabilites and Deficiencies: Evidence from Indonesia
PEMENANG KATEGORI POSTER TERBAIK NASIONAL JUARA I: LALA AYU KANTARI (INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER) Pembimbing: Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D. Judul Karya: Simulation Study of Cement Distribution Considering Stock Criticality of Each Distributor JUARA II: FIRSTYAN A. SYARIFUDDIN (UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG) Pembimbing: Annisa Kesy Garside, S.T., M.T. Judul Karya: Integrasi Metode Analytical Hierarchy Process dan Goal Programming dalam Penentuan Supplier dan Kuantitas Pesanan
26 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
PENASIHAT Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng, Ph.D. Dr. Ivan Kristianto Singgih Dr. Syarif M. Parenreng
TIM PENILAI/JURI Dr. Anna Maria Sri Asih (Universitas Gadjah Mada) Dr. Niniet Indah Arvitrida (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Dr. Agung Sutrisno (Universitas Sam Ratulangi) Dr. Emirul Bahar, ACSI (Universitas Gunadarma) Dr. Eric Wibisono (Universitas Surabaya) Dr. I Gede Agus Widyadana (Universitas Kristen Petra) Dr. Rika Ampuh Hadiguna (Universitas Andalas) Dr. Naniek Utami Handayani (Universitas Diponegoro) Oki Anita Chandra Dewi, S.T., M.T. (Universitas Internasional Semen Indonesia) Dr.-Ing. Asep Ridwan (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
PANITIA Gilang Yandeza (Universitas Muhammadiyah Malang) Dwi Apriyani (Institut Pertanian Bogor) Sheila Putri Mauludina (Politeknik APP Jakarta) Suardi Hasjum (Universitas Hasanuddin) Mansur Maturidi Arief (University of Michigan)
AWARD DIPERSEMBAHKAN OLEH INSTITUT SUPPLY CHAIN & LOGISTIK INDONESIA (ISLI)
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 27
WORKSHOP PENELITIAN DAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK PUBLIKASI JURNAL ISLI – UGM 2017 Oleh: Anna Maria Sri Asih
S
etelah sukses dengan peluncuran catatan Supply Chain dan Logistik “Catatan SCL” pada bulan Maret 2017, Institut Supply Chain dan Logistik (ISLI), sebagai perkumpulan akademisi, peneliti, maupun praktisi pada bidang supply chain dan logistik kembali menghadirkan Workshop Penelitian dan Penulisan Artikel untuk Publikasi Jurnal, bekerja sama dengan Laboratorium Scilog, UGM sebagai penyelenggara pada tanggal 9-10 Mei 2017. Acara yang diselenggarakan selama dua hari ini diawali dengan sharing wawasan tentang perkembangan penelitian di bidang supply chain dan logistik oleh Prof. Nyoman Pujawan dari ITS dan Ibu Bertha Maya Sopha, S.T., M.Sc., Ph.D. dari UGM. Teknik penulisan artikel serta tips dan trik untuk publikasi jurnal juga dibahas secara lebih detil dan menarik oleh Prof. Nyoman, Bapak I Gede Agus Widyadana, S.T., M.Eng., Ph.D. dari Universitas Kristen Petra, dan juga Bapak The Jin Ai, S.T., M.T., Dr.Eng. dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selain itu, kegiatan yang diikuti oleh 41 akademisi dari 28 Universitas dari seluruh Indonesia ini juga memfasilitasi review paper bagi peserta yang memiliki tulisan yang akan dipublikasikan. Berbagai macam hal dibahas di dalam kegiatan workshop ini, seperti beberapa area penelitian di bidang supply chain dan logistik, jurnal nasional maupun internasional yang terkait, tips di dalam memilih jurnal publikasi, struktur penulisan publikasi jurnal, di mana termasuk di dalamnya kesalahan mendasar yang dilakukan ketika menulis artikel publikasi jurnal, current issues dan tools serta peluang penelitian di bidang supply chain dan logistik. Acara ini juga dilengkapi dengan adanya diskusi peserta untuk memetakan riset grup di bidang supply chain dan logistik. Peserta terlihat sangat antusias pada acara ini karena masing-masing dapat mengenal dan berdiskusi dengan rekan peneliti dari instansi lain yang memiliki ketertarikan di bidang penelitian yang sama. Diskusi ini memunculkan beberapa grup riset seperti halal supply chain, risk supply chain, green supply chain, food supply chain, persediaan, pengukuran kualitas kinerja supply chain, city logistics, healthcare supply chain/humanitarian logistics, supply chain di bidang energi, dan juga supply chain di bidang maritim. Terbentuknya grup riset ini diharapkan dapat bermanfaat
28 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
bagi para peneliti untuk dapat bekolaborasi lebih lanjut dan berbagi ilmu di bidangnya. Rangkaian acara diakhiri dengan kunjungan ke Museum Gunung Merapi, Ullen Sentalu dan Lava Tour, untuk mengenalkan potensi pengelolaan supply chain di bidang kebencanaan dan humanitarian logistics, terutama di kota Yogyakarta. Harapan ke depannya setelah acara ini, akan semakin banyak manfaat yang diberikan oleh ISLI baik berupa kegiatan workshop maupun seminar seperti kegiatan Seminar Nasional Supply Chain dan Logistik 2017 yang diselenggarakan bersama dengan Universitas Hasanuddin pada tanggal 19-20 September 2017. Kami berharap dapat bertemu kembali dengan rekan semua di acara-acara ISLI mendatang.
Biografi Narasumber: Dr. Anna Maria Sri Asih Anna Maria Sri Asih adalah salah seorang staf pengajar di Program Studi Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada. Selepas dari studi doktoralnya di bidang Engineering and Industrial Sciences, Swinburne University of Technology, Australia, alumni dari Otto-von-Guericke University Magdeburg, Germany di bidang Quality, Safety and Environment ini menekuni bidang Supply Chain Engineering and Logistics serta System Modeling and Simulation. Sebagai bagian dari tugas sebagai pengelola Laboratorium Supply Chain Engineering and Logistics (Scilog) UGM, penelitian yang dikembangkan saat ini lebih banyak berfokus di bidang City Logistics dan Humanitarian Logistics.
IMPRESS AND IMPACT ARE DIFFERENT Don’t try to impress people, focus to impact people. That’s important, because in the end..., impress will be lost, but the impact will survive. Maybe you are impressive, but ARE YOU IMPACTFUL? ~Dr. Gamal Albinsaid (George Washington University), from Baya
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 29
KONDISI SUPPLY CHAIN & LOGISTIK HORTIKULTURA DI INDONESIA
H
Oleh: Dwi Apriyani
ortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki kontribusi nyata terhadap peningkatan perekonomian Indonesia. Sektor ini bersifat padat karya sehingga berjasa dalam proses penyerapan tenaga kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa setidaknya lebih dari tiga juta jiwa penduduk Indonesia di tahun 2010–2014 mencari nafkah dan menggantungkan hidup pada subsektor hortikultura. Sebagai subsektor primer, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap sektor hortikultura melalui Rencana Kerja Pembangunan Hortikultura 2016, di mana pemerintah menyatakan untuk siap mendukung agenda aksi Nawacita yang berupa perluasan lahan kering hortikultura di luar Pulau Jawa, pembangunan gudang dengan fasilitas pascapanen di sentra produksi, dan pengembangan desa organik berbasis hortikultura. Perhatian pemerintah semata bertujuan untuk meningkatkan produksi hortikultura agar mampu memenuhi permintaan domestik maupun manca negara.
30 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Menurut Data indikator Pertanian 2015/2016 BPS RI, Produktivitas subsektor hortikultura selalu mengalami pe-ningkatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2016, yaitu dimulai dari 1.405,39 Kw/Ha pada tahun 2011 meningkat tajam menjadi 1.677,09 Kw/Ha dan tahun 2016 kembali meningkat menjadi 1.842.30 Kw/Ha. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketersediaan hortikultura baik sayur maupun buah di Indonesia melimpah dan semakin bertambah setiap tahunnya. Namun anehnya, ketersediaan tersebut seringkali tidak merata. Ada beberapa tempat yang kebutuhan konsumsi hortikulturanya tidak terpenuhi. Terjadi kelangkaan di suatu tempat, di saat tempat lain mengalami penurunan kualitas komoditas karena resiko tidak segera dikonsumsi. Seiring dengan meningkatkan kesadaran penduduk tentang pentingnya budaya hidup sehat, semakin banyak pula penduduk yang mengkonsumsi sayuran. Data Konsumsi Buah dan Sayur Susenas Maret 2016 menunjukkan bahwa seba-
nyak 97,29% penduduk Indonesia telah terbiasa mengkonsumsi sayuran dan sekitar 73.59% penduduk Indonesia terbiasa mengkonsumsi buah–buahan. Tentu ini menjadi peluang bisnis yang luar biasa jika intensif untuk dikembangkan. Tantangan utama yang harus dipenuhi dalam pasar hortikultura Indonesia setidaknya terdapat tiga hal, yaitu kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Ketiganya sulit dipenuhi karena komoditas hortikultura bersifat perishable atau mudah rusak dan belum tentu dapat diproduksi di setiap tempat. Sebagai produk yang tidak tahan lama dan hanya terdapat di daerah–daerah tertentu saja, komoditas hortikultura membutuhkan penanganan khusus dalam supply chain-nya supaya dapat terdistribusikan secara tepat, baik tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran.
Karakteristik supply chain dan sistem logistik produk hortikultura Menurut Christopher, supply chain diartikan sebagai jaringan organisasi yang melibatkan sektor hulu hingga hilir dalam aktivitas berbeda yang menghasilkan nilai dalam bentuk produk dan jasa yang diberikan kepada konsumen. Pengelolaan supply chain membutuhkan keterpaduan antara perencanaan, koordinasi, dan kendali pada seluruh proses dan aktivitas bisnis rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen seefektif mungkin. Salah satu bagian dari supply chain yang penting untuk diperhatikan adalah logistik. Sistem perlogistikan hortikultura di Indonesia sangat kompleks, melibatkan banyak pihak dan rentan terhadap berbagai hambatan. Karakteristik supply chain produk hortikultura di Indonesia sebagian besar masih melibatkan banyak stakeholder dan cenderung berbeda antara satu produk dengan produk yang lainnya. Beberapa lembaga supply chain yang terlibat antara lain petani, pedagang kecil, pedagang besar (pengepul), perusahaan, pengecer, retail, dan konsumen. Masing–masing lembaga supply chain memiliki fungsi dan peran yang
mendukung proses penciptaan nilai produk hortikultura. Keterlibatan banyak stakeholder membuat supply chain hortikultura di Indonesia tidak efisien. Di sektor logistik, tingginya biaya transportasi dan kondisi infrastruktur yang masih minim menjadi hambatan utama produk hortikultura Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya. Kondisi jalan yang buruk disertai kondisi transportasi yang tidak memenuhi standar membuat banyak produk hortikultura yang diangkut rusak. Semakin banyak produk yang rusak, semakin tinggi biaya logistik karena banyak sayur yang tidak dapat dijual. Hambatan implementasi supply chain dan logistik hortikultura di Indonesia Pengelolaan supply chain dan logistik hortikultura di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai hambatan atau permasalahan yang tak kunjung berakhir. Hambatan pengelolaan terjadi pada berbagai lini dalam supply chain yang menyebabkan perjalanan produk tidak lancar. Pertama, infrastruktur disebut sebagai hambatan utama dalam supply chain hortikultura di Indonesia. Hortikultura Indonesia memiliki potensi produksi yang tinggi namun sulit menembus pasar asing karena belum efektifnya transportasi intermoda dan interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan dan transportasi yang menyediakan fasilitas penyimpanan pendingin (cooling) untuk menjaga daya tahan produk hortikultura tersebut. Kondisi ini diperparah dengan adanya infrastruktur logistik nasional seperti pelabuhan, bandara, stasiun, pergudangan, dan sebagainya yang belum dikelola secara terintegrasi, efektif, dan efisien. Hambatan dari sudut pandang sumber daya manusia yaitu rendahnya kompetensi dan manajemen dari stakeholder yang terlibat dalam supply chain sehingga kinerja supply chain masih terlihat lemah. Manajemen supply chain (supply chain management/SCM) merupakan strategi yang dipercaya ampuh untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya, namun tidak setiap orang atau manajer memahami dan mengusai kompetensi yang kompleks tersebut. Sementara itu, tidak banyak lembaga pendidikan dan pelatihan yang khusus bergerak di bidang supply chain dan logistik yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi seseorang. Perkembangan pengelolaan supply chain hortikultura di Indonesia masih berjalan pelan karena semua stakeholder berjalan sendiri–sendiri, masih mengutamakan kepentingan masing–masing dan belum fokus untuk mencapai kebaikan bersama, bahkan yang terjadi adalah bersaing untuk mendapatkan margin yang lebih tinggi. Hal ini membuat hubungan kerjasama atau kemitraan dalam supply chain tidak dapat berjalan lama. Pemutusan kerjasama sering terjadi karena munculnya masalah ketidakpuasan antara lembaga supply chain. Misalnya standar produk hortikultura yang diterapkan terlalu tinggi sehingga banyak produk petani yang tidak memenuhi standar quality control perusahaan. Hal
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 31
Sumber: Fizzanty, T. dan Kusnandar. Pengelolaan Logistik dalam Rantai Pasok Produk Pangan Segar di Indonesia. Makalah. Pusat Penelitian Perkembangan IptekLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
ini mendorong petani untuk beralih memasok ke perusahaan lain yang mau menerima produknya dengan standar yang lebih rendah supaya produknya bisa habis terjual. Pada kasus lain, perusahaan melakukan pola pembayaran bulanan yang membuat petani sulit untuk melakukan produksi kembali karena tidak memiliki modal untuk operasional produksi. Kasus Kegagalan Pengelolaan Supply Chain dan Logistik di Sektor Hortikultura Banyak pengelolaan supply chain dan logistik pada produk hortikultura di Indonesia yang belum bisa dikatakan berhasil, misalnya pada manajemen supply chain mangga di Jawa Timur. Penelitian Fizzanty (2009) pada pengelolaan mangga di Jawa Timur menunjukkan bahwa produsen produk hortikultura yang memasok ke ritel modern bertanggung jawab dalam distribusi produk segar ke pergudangan yang dimiliki pasar ritel modern. Menurut Fizzanty, ada banyak faktor yang menyebabkan kegagalan pengelolaan supply chain mangga tersebut, antara lain: masih rendahnya kualitas produk dari petani yang tidak dapat diandalkan, adanya sistem “coba– coba” yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan konsumen, besarnya resiko yang berkaitan dengan distribusi dan logistik produk, minimnya aliran informasi dan komunikasi antar lembaga supply chain, rendahnya
32 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
tingkat kepercayaan atas kerjasama kemitraan, dan penerapan harga jual yang lebih tinggi dari pasar sehingga tidak berdaya saing dari segi harga. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa motivasi petani dalam sistem supply chain ini masih cukup rendah sehingga pengelolaan supply chain belum maksimal. Kasus tersebut menyiratkan pesan bahwa pengelolaan logistik dalam rantai pasok harus mempertimbangkan karakteristik produk pertanian. Selain itu kepercayaan antar lembaga rantai pasok juga perlu dilakukan untuk mendorong kelancaran hubungan kerjasama dan kemitraaan. Kepercayaan merupakan bagian yang penting dalam rantai pasok karena berkaitan dengan berbagi pengetahuan, yang diperlukan untuk integrasi kegiatan dan pengembangan praktik kunci rantai pasok. Kepercayaan yang tinggi akan terbentuk ketika informasi dan komunikasi yang efektif dapat terserap di sepanjang rantai pasok. Namun kasus kegagalan tersebut tidak selalu berlaku pada setiap pengelolaan rantai pasok, ada pula manajemen rantai pasok yang berhasil karena didukung oleh sumber daya bisnis yang dikelola secara efektif dan efisien. Berhasil atau tidaknya pengelolaan rantai pasok ditentukan oleh banyak faktor. Maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengelola titik–titik kritis dalam rantai pasok dengan baik supaya berjalan dengan optimal.
Biografi Penulis: Dwi Apriyani Apri adalah mahasiswi Master dengan program studi Agribisnis di Institut Pertanian Bogor. Ia telah menyelesaikan studi S1 di program studi yang sama, yaitu Agribisnis, di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Saat ini, Apri aktif di organisasi Bogor Science Club (BSC) dan menjadi salah satu mentor dalam program Bidik Mimpi Indonesia. Gadis Jawa ini sangat tertarik untuk mendalami bidang logistik dan SCM, terutama untuk komoditas pertanian.
POSTER TERBAIK NASIONAL MAHASISWA ISLI AWARD 2017 (PENULIS: LALA AYU KANTARI, ITS SURABAYA)
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 33
P
PROFIL MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA DI POLITEKNIK NEGERI APP JAKARTA
oliteknik Negeri APP Jakarta merupakan institusi yang berstatus Negeri dan berada di bawah naungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Program studi Manajemen Logistik Industri Elektronika di Politeknik Negeri APP Jakarta ini, baru ada pada tahun 2015 se-bagai respon terhadap kebutuhan sektor Industri di bidang logistik. Untuk menjadi mahasiswa prodi tersebut, calon mahasiswa dapat mengikuti jalur PPKA (Program Penelusuran Kemampuan Akademik), Ujian Saringan Masuk yang biasanya dilakukan tiga kali, baik secara online maupun offline bertempat di Politeknik Negeri APP Jakarta dan hanya menampung 160 mahasiswa per prodi.
Gambar 1 Praktik perancangan tata letak
Program studi ini pun memiliki karakteristik yang khas dalam sarana prasarananya, yaitu memiliki 2 sarana pembelajaran praktikum yaitu material handling yang dilengkapi dengan konveyor dan beberapa alat produksi lainnya, serta memiliki gudang tersendiri yang telah dilengkapi dengan system ERP (Enterprise Resource Planning) untuk menambah wawasan mahasiswa dalam bidang teknologi untuk mencapai kemampuan pengoperasian sistem informasi dalam pengelolaan bidang logistik. Saat ini Politeknik Negeri APP Jakarta memiliki 3 pembidangan yaitu Manajemen Logistik Industri Elektronika, Perdagangan Internasional Wilayah ASEAN RRT dan Manajemen Pemasaran Industri Elektronika. Selain itu, terdapat juga unit Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk memudahkan mahasiswa menguji kemampuan kompetensi profesi yang akan dimiliki nantinya. Pada program studi Manajemen Logistik, kampus ini mengacu pada Australian Government, Department of Education, Employment and Workplace Relations ISC (Industry Skills Council) sebagai kompetensi yang disiapkan untuk mahasiswa yang nantinya akan menjadi SDM Logistik.
34 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Gambar 2 Studi lapangan pengelolaan bisnis logistik
Gambar 3 Suasana Malam Keakraban mahasiswa
Mahasiswa-mahasiswa memiliki ketertarikan di pengembangan organisasi yang cukup aktif baik, terlihat dari aktifnya kegiatan-kegiatan di bidang olahraga, komunikasi, diskusi, dan lain sebagainya. Beberapa kegiatan yang melibatkan mahasiswa antara lain praktik perancangan tata letak, observasi langsung peningkatan kualitas pengelolaan bisnis logistik, malam keakraban, pelatihan software, dan lain-lain. Salah satu kompetensi yang dianggap sangat penting untuk dimilki oleh SDM logistik adalah perancangan tata letak. Untuk memahamkan pentingnya merancang tata letak dengan baik, mahasiswa kerap diajak untuk melakukan observasi langsung tentang praktik perancangan tata letak (Gambar 1). Tujuannya adalah agar mahasiswa mampu merancang dan memperbaiki tata letak yang sudah ada agar posisi suatu barang dan material handling lebih efektif dan efisien, sehingga dapat mengurangi pergerakan barang. Berkurangnya pergerakan diharapkan berdampak pada pengurangan waktu operasi sehingga mengakibatkan penghematan sumber daya. Kegiatan lainnya adalah studi lapangan untuk mempelajari pengelolaan bisnis logistik (Gambar 2). Mahasiswa diarahkan untuk melakukan observasi untuk memperlajari bagaimana melakukan perbaikan di sistem bisnis logistik. Lebih detail lagi, mahasiswa diajak untuk mengamati sistem logistik yang beroperasi dalam skala global agar dapat melihat lebih jelas perkembangan sektor logistik yang sangat pesat dan mendapatkan stimulus untuk mengembangkan sistem logistik di Indonesia sehingga dapat melayani pasar e-commerce dan pemindahan barang baik untuk tingkat lokal maupun manca negara. Di bidang kemahasiswaan, ada kegiatan Malam Keakraban, yang diadakan sebagai momen mempertemukan mahasiswa dengan alumni-alumninya. Menjalin relasi dengan alumni dianggap sangat penting agar mahasiswa dapat mempelajari pengalaman praktik pengelolaan logistik yang ditangani oleh para alumni, yang telah banyak menduduki posisi penting di sektor logistik.
Gambar 4 Pelatihan software untuk mahasiswa
Selain itu, mahasiswa diberikan pelatihan beberapa software penting di bidang logistik. Agar mahasiswa mendapat memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari kegiatan pelatihan ini, trainer dan asesor eksternal seringkali diundang untuk memfasilitasi diskusi dan pendampingan. Dengan pelatihan ini, mahasiswa lulusan program Manajemen Logistik diharapkan telah siap untuk terjun langsung untuk mengelola proses logistik yang dijalankan di lapangan.
Biografi Penulis: Sheila Putri Mauludina Sheila Putri Mauludina seorang mahasiswa di Politeknik Negeri APP Jakarta dengan jurusan Manajemen Logistik Industri Elektronika. Pengalaman dalam kepanitiaan keuangan (bendahara) sangat disenangi agar rencana pengeluaran dapat efisien, sehingga ia menyukai analisis biaya terutama di bidang logistik. Gadis berkerudung ini memiliki moto “Man Jadda Wajada� dalam hidupnya, yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil. Maka dari itu hingga semester akhir ini, ia masih bersungguh-sungguh belajar untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang analis logistik dan membantu bidang publikasi di Komunitas Mahasiswa SCL.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 35
MENGATASI GAP ANTARA AKADEMISI DAN PRAKTISI Oleh: Ivan Kristianto Singgih
S
tudi atau penelitian tentang suatu hal bisa dilakukan oleh pihak akademisi ataupun praktisi. Pada umumnya kedua pihak memiliki tujuan tertentu yang agak berbeda, yang mengakibatkan keduanya bisa mendapatkan hasil studinya yang juga berbeda satu sama lain dan adanya ketidakselarasan dalam arah studinya. Dalam artikel ini, gap antara studi yang dilakukan oleh pihak akademisi dan praktisi dijabarkan beserta dengan berbagai alasan yang mendasarinya, lalu solusi untuk mengatasi gap tersebut juga dijelaskan, berdasarkan analisis dan ulasan dalam beberapa jurnal paper yang telah dipublikasikan.
Arah studi pihak akademisi dan praktisi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) dalam bentuk kolaborasi, yaitu melakukan penelitian dan diskusi bersama dan (2) saling mengoreksi. Ilmu pengetahuan yang diteliti oleh para akademisi bisa berfungsi untuk mengkritisi apa yang sedang dilakukan oleh para praktisi. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan perlu menjaga jarak dari hal yang dilakukan oleh para praktisi, seperti yang dijelaskan oleh Kieser & Leiner (2009). Burgoyne & Reynold (1997) menyebutkan bahwa para praktisi membutuhkan teori untuk membentuk ilmu yang mereka miliki dan gunakan saat ini, sedangkan teori yang dipelajari oleh para akademisi perlu diuji dan dikembangkan berdasarkan pengalaman dari para praktisi. Gap yang ada di antara para akademisi dan praktisi diidentifikasi oleh Bartunek (2007), yang menyebutkan bahwa di antara 59 artikel yang dipublikasikan di Academy of Management Journal pada tahun 2006, hanya 38 artikel yang mengandung implikasi langsung bagi para praktisi dan solusi
36 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
yang disampaikan tersebut tidak disesuaikan dengan konteks masalah riil, bahkan seringkali sulit diimplementasikan. Alasan timbulnya gap antara para akademisi dan praktisi disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, para akademisi mengungkapkan hasil penelitiannya dengan menggunakan bahasa yang cukup kompleks, tidak langsung berkaitan dengan masalah riil, dan tanpa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan para praktisi. Di sisi lain, Panda & Gupta (2014) menyampaikan bahwa para praktisi mencari pengetahuan yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan kasus riil. Faktor kedua yang mengakibatkan gap atara akademisi dan praktisi adalah penelitian yang dilakukan oleh para akademisi diawali dengan mengidentifikasi masalah setelah melakukan studi literatur yang cukup banyak, seperti yang disampaikan oleh Strasser & Bateman (1984), sembari mengasumsikan kebutuhan para praktisi. Adapun faktor ketiga, yaitu penelitian para akademisi biasanya lebih mengutamakan kebutuhan untuk mengembangkan sebuah metode riset tertentu, seperti yang disebutkan dalam Campbell, et al (1982) atau publikasi di jurnal yang bereputasi, selaras temuan Daft (1983), lebih daripada kebutuhan untuk menyelesaikan masalah riil, yang dihadapi para praktisi. Odiorne (1966) menjelaskan bahwa bagi para akademisi, pada saat hasil penelitiannya diuji sebelum dipublikasikan di jurnal, evaluasinya cenderung ditekankan pada baiknya metode yang digunakan, yang justru dapat mengorbankan kesesuaian dengan masalah yang sesungguhnya terjadi. Stephan (2006) menyampaikan bahwa setelah menjadi conference chair di bidang ilmu sosial,
Sumber: Pixabay
beliau menyimpulkan bahwa hasil penelitian para akademisi biasanya lebih dianggap bernilai ketika berkontribusi dalam sisi teori daripada aplikasinya. Akibat yang timbul dari adanya gap ini adalah para praktisi jarang menggunakan hasil penelitian para akademisi sebagai referensi studi mereka, seperti yang diulas dalam Panda & Gupta (2014) dan Belli (2010) karena hasil penelitian para akademisi tidak bermanfaat dan tidak dapat diimplementasikan, juga telah pula menuai kritik. Dengan kata lain, para akademisi tidak bisa menjadi konsultan, hal tersebut kemudian menutup salah satu moda transfer ide penelitian dan masukan bagi para praktisi. Bentuk kolaborasi para akademisi dan praktisi dapat dilakukan dan dikembangkan dengan cara:
1
Para akademisi bisa membantu para praktisi untuk merumuskan masalah yang sedang mereka hadapi, seperti yang disampaikan oleh Kieser & Leiner (2009) sehingga para akademisi tidak semata-mata menentukan topik penelitiannya berdasarkan hasil studi literatur saja, melainkan hasil diskusi dengan para praktisi .
2
Merumuskan agenda penelitian bersama-sama, sesuai usulan Abrahamson (1996). Dalam hal ini, para akademisi berkolaborasi dengan para praktisi untuk menghasilkan solusi yang bisa langsung diimplementasikan dan menjawab kebutuhan sebenarnya dari para praktisi. Panda & Gupta (2014) menyatakan bahwa para akademisi bisa hanya fokus mempelajari variabel atau komponen masalah yang sebenarnya sulit dikendalikan oleh pada praktisi. Para
akademisi perlu melakukan studi tentang pemilihan variabel masalah yang terukur dan dapat dikendalikan oleh para praktisi, seperti yang disampaikan oleh Rudolph & Peluchette (1992). Selain itu, Cheng & McKinley (1983) mengungkapkan bahwa para praktisi fokus pada ukuran tingkat produktivitas, kualitas, jumlah penjualan, dan biaya, yang penting bagi keberlangsungan dan kemampuan kompetisi perusahaan. Hal inilah yang perlu dipertimbangkan para akademisi ketika melakukan penelitiannya.
3
Menurut Panda & Gupta (2014), para praktisi perlu menyediakan masalah riil untuk para akademisi. Para akademisi didorong untuk melihat kasus riil sebagai sumber masalah dasar dan sumber data bagi penelitian mereka, sebagaimana yang disampaikan dalam Simon (1967).
4
Para akademisi dengan keahliannya perlu menyampaikan solusi yang berarti dan relevan bagi para praktisi, seperti yang disampaikan juga oleh Panda & Gupta (2014) melalui pendefinisian masalah yang tepat dan penyampaian solusi dengan bahasa yang dimengerti oleh para praktisi, hal tersebut selaras dengan jabaran Hirschkorn & Geelan (2008). Penyampaian solusi yang jelas dan terukur secara kuantitatif oleh para akademisi akan dimengerti dengan lebih mudah oleh para praktisi. Beer (2001) memberi saran kepada para akademisi agar menjelaskan cara untuk mengimplementasikan temuan yang telah mereka dapatkan agar dapat membantu para praktisi untuk mengerti dengan mudah dan menerapkan solusi tersebut. Latham (2007) menyarankan agar para akademisi menggunakan pilihan kata yang tepat untuk menyampaikan hasil penelitiannya.
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 37
Sumber: Pixabay
“Teori” perlu ditulis sebagai “konsep berpikir”; “penelitian” ditulis sebagai “proyek”, dst. Lebih dari sekedar menyediakan solusi yang sesuai, studi oleh para akademisi akan menjadi sangat bermanfaat dan dinantikan oleh para praktisi ketika bisa menyediakan masukan yang baru, dalam bentuk teori ataupun informasi, yang melebihi intuisi para praktisi.
5
Penelitian yang dilakukan oleh para akademisi ini perlu diperhatikan masa berlakunya (karena penelitian tersebut bisa bergantung pada data yang diperoleh pada masa tertentu). Menurut Panda & Gupta (2014), bila waktu evaluasi untuk publikasi jurnal membutuhkan waktu yang cukup lama, dapat diagendakan pertemuan khusus agar para akademisi bisa membagikan hal yang telah diperoleh kepada para praktisi, sebelum temuan tersebut tidak relevan lagi.
6
Pertemuan dan diskusi antara para praktisi dan akademisi dalam seminar dapat dilakukan agar kedua pihak bisa saling berbagi pengalaman maupun ide seperti yang diusulkan oleh Coghlan & Brannick (2005).
mengenai dampak penelitian ini memiliki bobot sekitar 20% dari nilai total, selain nilai yang diperoleh dari evaluasi kualitas penelitian itu sendiri. Dampak yang dimaksud ini mencakup perubahan atau manfaat yang diberikan kepada kegiatan, kebiasaan, kesadaran, performasi, kebijakan dari pihak konsumen, komunitas, organisasi atau individual, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, atau internasional, dalam waktu 5 tahun penelitian, tanpa mengikutsertakan dampak pada bidang akademis. Berdasarkan Parker & van Teijlingen (2012), REF mensyaratkan universitas-universitas di Inggris untuk menuliskan sejumlah kasus riil yang dipelajari sebagai bagian dari penelitian mereka. Salah satu cara untuk memahami besarnya dampak sebuah penelitian, studi mengenai kondisi sebelum dan sesudah implementasi hasil penelitian, dapat dilakukan.
7
Institusi akademis perlu mengizinkan para akademisi untuk melakukan kegiatan cuti tahunan atau kunjungan dalam industri, sebagaimana saran Nonaka & Takeuchi (1995) sehingga mereka dapat berperan sebagai karyawan biasa. Hal ini dapat membantu para akademisi untuk mempunyai gambaran yang jelas mengenai bagaimana hal-hal terjadi pada kondisi riil.
8
Panda & Gupta (2014) menyatakan pula bahwa para eksekutif perusahaan bisa dilibatkan sebagai tim penguji tesis dan disertasi mahasiswa agar mereka dapat membagikan cara pandang yang realistis ke dalam penelitian para akademisi.
9
Evaluasi hasil penelitian para akademisi perlu mempertimbangkan faktor dampak penelitian dalam penyelesaian masalah riil. Salah satu contohnya adalah Research Excellence Framework (REF). Dalam REF, evaluasi
38 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Biografi Penulis: Ivan K. Singgih Ivan telah menyelesaikan studi S1 dan S2 di Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, dan studi S3 Jurusan Teknik Industri, Pusan National University, Korea Selatan. Saat ini, ia sedang menempuh program Post-Doktoral di Pohang University of Science and Technology, Korea Selatan. Bidang penelitiannya mencakup sistem logistik, operasional terminal peti kemas, dan penjadwalan proses manufaktur. Daftar penelitiannya dapat diakses di www.researchgate.net/profile/Ivan_ Singgih
B
uku ini telah beredar selama lebih dari 12 tahun. Edisi Pertama yang terbit tahun 2005 dan edisi kedua yang terbit tahun 2010 mendapat sambutan yang sangat luas dari masyarakat. Buku ini telah digunakan oleh para dosen untuk keperluan mengajar mata kuliah Supply Chain Management (SCM) maupun para praktisi yang sedang mempelajari pengetahuan mengenai SCM ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa dewasa ini Supply Chain Management menjadi hal yang sangat populer baik di dunia pendidikan maupun di kalangan praktisi. Tidak ada perusahaan yang bisa kompetitif tanpa mempraktekkan prinsipprinsip SCM secara efektif.
versi yang lebih baru. Pada bab mengenai Teknologi Informasi ditambahkan berbagai hal mengenai digital supply chain termasuk sedikit bahasan mengenai SCM 4.0. Dengan pembaharuan dan pengkayaan ini diharapkan buku ini tetap menjadi referensi utama dalam pembelajaran mengenai SCM di Indonesia.
Pada edisi ke-3 ini ada berbagai penambahan dan penyempurnaan. Jumlah bab tetap 12 dan setiap bab sekarang memuat tujuan pembelajaran maupun soal-soal untuk latihan. Di samping itu di hampir semua bab ada pengkayaan materi terutama untuk mengakomodasikan hal-hal baru yang dianggap perlu dalam memberikan pengantar mengenai ilmu SCM. Sebagai contoh, pada bab mengenai Demand Management ditambahkan materi mengenai Sales and Operations Planning (S & OP). Pada bab mengenai Pengukuran Kinerja Supply Chain ada pengkayaan model SCOR dan pembaharuan disesuaikan dengan
INFO BUKU Pengarang
: Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, Mahendrawathi Ph.D
Judul
: Supply Chain Management - Edisi 3
Kategori
: Business & Economics
Hal./Ukuran
: 384 hlm, 17,5 x 24,5 cm
ISBN
: 978-979-29-6664-0
Penerbit
: Andi (2017)
Buku dapat dipesan via •
Online: http://andipublisher.com/produk0917006408-supply-chain-management-edisi-3. html
•
SMS/WA/Telegram: 0856 4014 8879
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 39
MEMBANGUN DAYA SAING BISNIS ONLINE DENGAN INTEGRASI SCM
D
Oleh: Achmad Asqarye
i era digital dewasa ini, teknologi di dunia sudah semakin canggih. Internet sudah menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat. Pada tahun 2017, perkembangan internet di Indonesia sangatlah pesat. Tercatat sejak tahun 2013 pengguna internet bertambah sebanyak 74,6 juta, lalu bertambah lagi menjadi 83,6 juta di tahun 2014, 93,4 juta ditahun 2015, dan pada akhir tahun 2016 kemarin, diperkirakan pengguna internet mengalami peningkatan mencapai 132,7 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta (www.pikiran-rakyat.com). Seiring perkembangan teknologi dan semakin pesatnya perkembangan internet, media sosial pun hadir sebagai wadah komunikasi virtual di dunia maya yang menghubungkan orang di seluruh dunia tanpa harus bertemu secara langsung. Media sosial sudah menjadi primadona di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial. Media sosial dijadikan wadah bertukar pikiran, menambah wawasan dan tentunya memperluas pertemanan (networking). Tercatat beberapa media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia, yaitu Facebook, Whatsapp Messenger, Twitter, Line, Telegram, Instagram, Wechat, Snapchat, LinkedIn, BBM, Pinterest, Skype, Youtube, dll. Selain digunakan sebagai wadah komunikasi dan bertukar informasi, ternyata sangat banyak masyarakat yang memiliki jiwa entrepreneur, yaitu menggunakan media sosial sebagai wadah untuk mencari nafkah dengan berjualan secara online bahkan membuat toko online di berbagai platform. Media sosial merupakan pasar yang sangat luas bagi para pemilik
toko online untuk meraup keuntungan tersebut. Seiring berjalannya waktu, melihat peluang bisnis yang sangat menguntungkan di sektor digital ini, mulai-lah bermunculan satu persatu e-commerce sebagai wadah baru pelaku bisnis online untuk mendapatkan keuntungan. Diantaranya adalah marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Matahari Mall, Lazada, Zalora, dan sebagainya. Selain itu, muncul juga beberapa model e-commerce yang memiliki produk tersendiri seperti Traveloka, Tiket.com, dan sebagainya. Bahkan internal pemerintah Indonesia pun menyambut positif perkembangan teknologi ini dengan bermunculnya e-commerce BUMN yang memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Respon terhadap antusiasme berkembangnya toko online dan e-commerce di Indonesia sangat beragam. Tidak sedikit masyarakat pengguna sosial media (netizen) yang antusias dan tertarik untuk mencoba berbelanja online karena sangat memudahkan dalam bertransaksi. Tanpa harus ke toko ataupun mall, cukup menggunakan smartphone atau laptop di rumah, barang dapat dikirim ke alamat masingmasing. Apalagi bagi masyarakat yang sibuk bekerja dan tidak punya waktu berbelanja ke lokasi pembelian, belanja online merupakan solusi yang terbaik untuk tetap memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, melakukan belanja online, khususnya di marketplace dan toko-toko online yang ada di sosial media memiliki resiko yang cukup besar, misalnya barang yang diperoleh tidak sesuai dengan gambar yang dicantumkan, ukuran barang tidak sesuai, warna barang yang tidak sesuai,
Katalog (Marketing) Sumber: PlasaIndo
40 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Vendor Jasa Pengirima
adanya kecacatan produk ketika sampai di pelanggan akibat kelalaian dari jasa pengiriman, bahkan keterlambatan barang pesanan untuk sampai kepada pelanggan. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran para pelanggan untuk melakukan pembelian secara online. Jika hal ini terjadi pada proses belanja online, pelanggan akan merasa dirugikan dan tentunya akan berdampak langsung terhadap rating atau review yang akan diberi kepada penjual produk tersebut. Akibatnya, kepercayaan akan menurun dan dampak word of mouth ini bisa membuat pemilik produk kehilangan keuntungan (profit loss). Hal ini menjadi stimulus tersendiri bagi para peneliti di bidang pengelolaan bisnis, industri, supply chain, dan lainlain. Peneliti-peneliti dari berbagai bidang keahlian, mulai dari mahasiswa hingga para ahlinya, kerap membahas tentang strategi pemasaran (marketing), pengiriman (shipment), dan layanan pelanggan (customer relations). Salah satu aspek yang penting untuk dikaji adalah terkait dengan strategi pemasaran. Pemasaran perlu mendapat perhatian lebih karena sudah menjadi PR bagi pelaku bisnis online untuk memutar otak dalam merumuskan strategi pemasaran seperti apa yang bisa membuat pelanggan merasa nyaman, merasa diuntungkan berbelanja online, serta tidak merasa dikecewakan. Untuk mengurangi masalah terkait ketidaksesuaian ekspektasi pelanggan dengan kondisi barang yang diterima, aspek pemasaran berupa desain katalog menjadi sangat krusial. Katalog sebagai salah satu bagian pemasaran yang menjadi ujung tombak berinteraksi langsung dengan pelanggan sekiranya di desain dengan baik, mulai dari gambar yang sesuai hingga deskripsi yang singkat namun jelas. Selain itu, strategi pengiriman juga sangatlah penting untuk menunjang profitabilitas dalam bisnis online. Keterlibatan pihak ketiga, yaitu penyedia jasa pengiriman juga selalu menjadi masalah, yang terkadang membuat barang yang dikirim oleh penjual sampai di tangan pelanggan dalam
an (Shipment)
keadaan cacat, bahkan sampai hilang dalam proses pengirimannya. Pemakaian asuransi terhadap barang yang dikirim kiranya perlu untuk dilakukan, namun harus secara ‘cerdas’, karena akan ada tambahan dalam biaya pengirimannya. Terkait hal ini juga, pelaku bisnis online sangat perlu untuk memilih jasa pengiriman yang memiliki rating dan kualitas pengiriman yang bagus, meskipun harga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan jasa sejenis lainnya. Layanan pelanggan juga tidak kalah penting untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dalam berbelanja online. Alternatif-alternatif layanan pelanggan pun perlu dipersiapkan bilamana terjadi kasus ketidakpuasan pelanggan atapun kekecewaan dalam berbelanja. Pemberian insentif seperti, hadiah berupa voucher belanja, pulsa, potongan harga atau discount pun dianggap perlu untuk mengkompensasi ketidakpuasan pelanggan tersebut, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap rating toko online. Namun sekali lagi, pemberian insentif seperti ini perlu dipertimbangkan dengan matang karena tentunya akan menimbulkan biaya tambahan. Kemampuan mengintegrasikan strategi pemasaran, pengiriman, dan layanan pelanggan dinilai akan meningkatkan daya saing bisnis online, serta meningkatkan keuntungan finansial. Pendekatan sistemik ala SCM yang menggabungkan sisi vendor (pengiriman), operasi internal (pemasaran), dan customer (layanan pelanggan) serta menentukan tradeoff antara biaya dan kualitas layanan diharapkan mampu mendukung proses pengambilan keputusan yang lebih baik. Data-data berupa historis penjualan, pengiriman, dan testimoni pelanggan akan menjadi input sistem penunjang dalam pengambilan keputusan untuk menentukan strategi pemasaran, pengiriman, dan layanan pelanggan yang memaksimalkan laba dan daya saing toko online tersebut.
Biografi Penulis: Achmad Asqarye Ary merupakan mahasiswa semester akhir program sarjana di Departemen Teknik Industri, Universitas Hasanuddin (Unhas). Sebagai mahasiswa yang mempunyai ketertarikan di dunia bisnis, ia mulai mendalami praktik dan strategi bisnis online. Selain itu, laki-laki kelahiran Makassar ini juga mulai mendalami bidang logistik dan SCM, khususnya pada sektor bisnis online. Saat ini, Ary aktif sebagai anggota Pusat Studi Logistik dan Supply Chain Kawasan Timur Indonesia (Puschati) Departemen Teknik Industri Unhas, dan anggota Komunitas Mahasiswa SCL (Anggota Muda ISLI) Chapter Makassar.
Layanan Pelanggan (Customer Relations)
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 41
KONGRES I DAN SEMINAR NASIONAL ISLI Oleh: Gilang Yandeza
P
ada tanggal 18-19 September 2017, Departemen Teknik Industri Universitas Hasanuddin mengadakan Seminar Nasional dan Kongres I ISLI. Seminar nasional ini merupakan seminar pertama dari ISLI (Institut Supply Chain dan Logistik Indonesia (ISLI) sejak terbentuk pada tahun 2016. ISLI adalah perhimpunan profesi dari para akademisi, peneliti dan pakar di bidang Supply Chain dan Logistik. Tema seminar yang diangkat adalah tentang Peluang dan Tantangan Logistik Maritim di Indonesia. Seminar dilaksanakan di Auditorium Center Scientific Acitivity (CSA), Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa. Seminar dibuka oleh Presiden ISLI Prof. I Nyoman Pujawan dan Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Hasanuddin, Dr.Eng. Muhammad Rusman. Seminar dibagi 2 sesi, yaitu keynote session yang diisi oleh Erwin Raza, Asisten Deputi Pengembangan Logistik Nasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan sesi diskusi panel. Erwin Raza menyampaikan materi tentang Kebijakan Pengembangan Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS) berdasarkan Perpres No. 26 Tahun 2012. Beberapa poin utamanya adalah menurunkan biaya logistik terhadap PDB sebesar 5% dari tahun berjalan, dengan target pada tahun 2025 sebesar 13,98%. Untuk itu mencapai target tersebut, pemerintah menggalakkan integrasi tol laut (konektivitas kapal secara rutin dari Barat ke Timur Indonesia ataupun sebaliknya), gerai maritim (Program Kemendag untuk distribusi barang ke daerah terpencil), jembatan udara (perpaduan tol laut dan angkutan udara untuk menurunkan disparitas harga di wilayah pegunungan tengah Papua) dan rumah kita (sentra logsitistik untuk mengoptimalkan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk tol laut). Erwin Raza mengatakan bahwa integrasi ini masih dalam tahap implementasi awal, tapi mempunyai sasaran untuk menjamin ketersediaan barang dan mengurangi disparitas
42 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
harga bagi masyarakat serta menjamin kelangsungsan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan. Setelah pemaparan oleh Erwin Raza, dilanjutkan sesi diskusi panel. Pada sesi ini menghadirkan 3 pembicara, yaitu Asep Ridwan selaku akademisi dari UNTIRTA Banten yang menyampaikan tentang Logsitik Pelabuhan dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Sektor Kemaritiman, Raja Oloan Saut Gurning dari Teknik Sistem Perkapalan ITS yang menyampaikan materi tentang Potensi Intervensi Pengurangan Ketidakseimbangan Kargo Logsitik BaratTimur Indonesia dan Doso Agung sebagai Driektur Utama Pelindo IV yang menyampaikan materi tentang Program Strategis PT Pelindo IV. Pada diskusi panel tersebut, menurut Doso Agung, jika membicarakan persoalan maritim bukanlah sebuah masalah yang sederhana, terutama jika dilihat posisi Indonesia sebagai negara kepulauan. Doso mencontohkan pengalaman sebelumnya ikan-ikan yang diekspor ke Jepang membutuhkan perjalanan selama 28 hari. “... karena dari Makassar harus ke Surabaya lagi, disana menunggu kapal, sehingga ketika sampai di Jepang ikannya sudah tidak segar lagi. Jadinya yang masuk ke Minimarket adalah dengan harga sale karena kelamaan diperjalanan”.
Kantari dari ITS dengan judul karya Simulation Study of Cement Distribution Considering Stock Critically of Each Distributor. Pada tanggal 19 Oktober 2017, kegiatan Seminar Nasional ISLI dilanjutkan dengan melakukan kunjungan (site visit) ke Pelindo IV Makassar. Kegiatan yang merupakan penutup dari serangkaian acara wajib di Seminar ISLI ini, diawali dengan mengunjungi tempat bongkar muat kontainer dan diakhiri dengan berkunjung ke terminal keberangkatan penumpang. Biografi Penulis: Gilang Yandeza Gilang Yandeza adalah awardee dari Toyota-Astra Scholarship 2015. Ia telah menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang. Topik penelitian yang pernah diangkat adalah manajemen persediaan dan simulasi. Saat ini, ia aktif di gerakan start-up proyekkebaikan.com sebagai influencer.
Setelah sesi paralel, peserta seminar yang tergabung sebagai anggota ISLI berkumpul kembali di auditorium CSA untuk mengadakan Kongres I ISLI. Kongres secara resmi dibuka oleh Prof I Nyoman Pujawan. Sesi kongres diawali dengan pemaparan tentang Mahasiswa SCL oleh Dwi Apriyani, Mahasiswa Magister IPB didepan seluruh peserta kongres. Pemaparan berupa penjelasan kegiatan Mahasiswa SCL yang telah dilaksanakan dan rencana pengembangan organisasi kedepannya, yang dilakukan guna menarik minat dosendosen untuk membentuk kegiatan penelitian supply chain mahasiswa di kampus masing-masing. Poin utama dari Kongres ISLI adalah meresmikan IPB sebagai tuan rumah Seminar Nasional dan Kongres II ISLI 2018, juga meresmikan Mahasiswa SCL sebagai Anggota Muda dari ISLI serta pemaparan dari Prof. Senator Nur Bahagia yang menjelaskan bahwa prinsip dasar dari ISLI adalah kolaborasi dan penelitian bersama. Rangkaian acara seminar pada tanggal 18 Oktober 2017 ditutup dengan acara Gala Dinner. Acara ini diisi dengan penampilan paduan suara dan tarian khas dari mahasiswa Universitas Hasanuddin. Pada acara ini juga diumumkan para juara untuk kompetisi ISLI Award. ISLI Award adalah penghargaan kepada mahasiswa untuk level strata S1 dan S1, dalam bidang karya tulis ilmiah dan Poster. Para pemenang untuk karya tulis S1 adalah Sekar Sakti dari UGM dengan karya yang berjudul Pengembangan Model Optimasi Jaringan Rantai Pasok Sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di DIY dengan Pendekatan Location Routing Problem, jenjang S2 dimenangkan oleh Gustav Albertzeth dari ITS dengan judul karyanya adalah Cost Effective Strategy to Mitigate Transportation Disruptions in Supply Chain dan kategori Poster terbaik nasional yang dimenangkan oleh Lala Ayu
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 43
SISTEM TRANSPORTASI TANPA AWAK: POTENSI DAN TANTANGAN KOLABORASI
T
ahun 2017 diwarnai dengan beragam peluncuran teknologi inovatif oleh berbagai kalangan di hampir semua sektor, tidak terkecuali sektor transportasi. Perusahaanperusahaan raksasa multinasional dari berbagai domain keahlian seperti Google, Uber, Tesla, Ford, dan lainlain mulai menguji coba kehandalan sistem kendaraan-kendaraan ‘cerdas’nya. Mobil-mobil tanpa awak mulai dilepas untuk ‘belajar’ beroperasi di tengah-tengah para pengguna lalu lintas jalan-jalan beberapa kota di Amerika Serikat seperti Pittsburg, New York, San Fransisco, dan lain-lain. Kompetisi uji coba kehandalan sistem mobil tanpa awak di level terotomasi penuh (fully-automated) ini didorong oleh potensi permintaan mobil tanpa awak dalam beberapa tahun ke depan yang diprediksi akan terus melonjak. Ramainya peluncuran uji coba mobil tanpa awak ini juga dapat dianggap sebagai usaha awal untuk menstimulasi permintaan dan membangun brand di mata publik. Respon terhadap antusiasme perusahaan dalam merancang sistem mobil tanpa awaknya sangatlah beragam. Tidak sedikit juga masyarakat yang antusias dan tertarik untuk mencoba teknologi cerdas ini. Namun, ada juga yang khawatir terhadap aspek keamanannya. Kalau hendak dipikir-pikir, kekhawatiran ini cukup berdasar dan juga sangat rasional. Mobil tanpa awak yang dilepas di jalan akan berinteraksi langsung dengan pengguna jalan seperti pengemudi dan penumpang bus/mobil, pengendara motor, pejalan kaki, orang yang bersepeda, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kesalahan kecil dalam sistem navigasi tidak hanya mengakibatkan risiko keselamatan
44 • Catatan SCL • Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI
Oleh: Mansur M. Arief
bagi pengguna mobil tanpa awak tersebut, melainkan juga berpotensi membahayakan keselamatan banyak pengguna jalan lainnya. Oleh karena itu, sangat wajar jika ada tuntutan agar operasional mobil tanpa awak di jalanjalan harus mendapatkan pengaturan dan pengawasan yang lebih. Tuntutan pengaturan izin operasional mobil tanpa awak menjadi dilema pemerintah di berbagai tempat, termasuk Uni-Eropa, Amerika, Serikat, Jepang, China, dan lain sebagainya. Pada satu sisi, menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan merupakan salah satu prioritas utama regulator di bidang transportasi. Namun di sisi lain, regulasi yang dibuat juga tidak sepatutnya menjadi beban berlebihan dan faktor penghambat inovasi dalam mengembangkan suatu teknologi. Pemerintah Amerika Serikat, misalnya, baru-baru ini meluncurkan A Vision for Safety 2.0 yang memberi arahan terkait standar keamanan yang harus dipenuhi oleh mobil tanpa awak yang ingin diuji coba di kawasan kota. Namun, dalam arahan tersebut, pelaksanaan teknis dan ukuran performa yang harus digunakan masih belum dirumuskan. Upaya merumuskan standar teknis pelaksanaan dan ukuran performa yang dianggap ‘fair’ kemudian muncul dari pemangku-pemangku kepentingan mobil tanpa awak. Tim peneliti dari berbagai kampus berkolaborasi dengan divisi riset dari dunia industri dan pemerintah regional dan federal untuk menentukan standar baku kehandalan sistem, memformulasikan risiko keselamatan, serta merancang mekanisme sertifikasi sistem mobil tanpa awak. UMTRI, adalah salah satu institut penelitian di bidang transportasi
yang berdomisili di kawasan kampus University of Michigan, Ann Arbor, misalnya, membentuk beberapa lini riset untuk merealisasikan misi ini, diantaranya: (i) Enabling Technology, (ii) Planning and Policy, (iii) Human Factors, (iv) Infrastructure Design and Management, (v) Control and Operations, serta (vi) Models and Implementation. Peran penting kolaborasi penelitian Contoh-contoh lini riset yang disebutkan sebelumnya bersifat multidisiplin. Ide-ide yang muncul tentunya masih harus dikaji dari berbagai sudut pandang keilmuan serta dari berbagai sudut pandang pemangku kepentingan sehingga ga-gasan yang dihasilkan dapat dilanjutkan untuk diterapkan di lapangan. Oleh karena itu, para peneliti harus dapat menginisiasi dan menjalin kolaborasi yang baik dengan berbagai pihak. Salah satu topik yang tengah dikaji di UMTRI, adalah terkait pe-rencanaan rute komuter bis tanpa awak yang akan diluncurkan di area kampus University of Michigan. Peneliti-peneliti yang dilibatkan berasal dari berbagai bidang keahlian dan profesi, seperti praktisi dari Ford, regulator dari Department of Transportation, dan akademisi dari berbagai departemen seperti Mechanical Engineering, Robotics, Industrial & Operations Engineering, Statistics, Computer Science, Civil Engineering, Urban & Regional Planning, serta Public Policy. Keterlibatan berbagai pihak ini juga memungkinkan muncul sumber dana penelitian dari berbagai sponsor, selain daripada itu, tentu untuk memfasilitasi diskusi yang lebih komprehensif dan pendekatan yang lebih holistik. Diskusi-diskusi yang ada membahas berbagai tema antara lain metode dan
praktik pengumpulan data, pemodelan machine learning dan learning theory, optimasi percepatan proses sampling, simulasi risiko, dinamika dan robotika kendaraan, keamanan data dan stabilitas jaringan, infrastruktur dan aliran lalu lintas, perilaku pengguna jalan, dan lain sebagainya. Potensi kendaraan tanpa awak Sebagai teknologi inovatif di bidang transportasi, kendaraan tanpa awak juga memiliki potensi dalam menjawab permasalahan untuk konteks wilyaha Indonesia. Bis tanpa awak sangat berpotensi dipadukan dengan (i) teknologi bahan bakar ramah lingkungan (atau bahkan sumber energi listrik) serta (ii) teknologi GPS untuk tracking posisi bis secara real time untuk diterapkan sebagai sarana komuter bagi mahasiswa dan masyarakat di sekitar kampus. Mobil tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle/drone) dapat juga digunakan untuk mengumpulkan data-data yang sulit diukur atau dikumpulkan oleh operator manual serta menguji kehandalan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam berinteraksi dengan manusia. Pengiriman barang jarak dekat (misal
untuk area kampus) yang bersifat rutin dapat diotomasikan dengan bantuan kendaraan tanpa awak. Kapal mini tanpa awak dapat ditugaskan untuk menebar pakan untuk ikan dan menjalankan fungsi monitoring. Berbagai proses sederhana yang repetitif yang saat ini dilakukan secara manual, khususnya dimana proses pergerakan (movement) menjadi komponen utamanya, pun dapat dialihkan ke kendaraan tanpa awak sehingga SDM yang ada dapat ditugaskan untuk hal-hal yang lebih esensial. Penerapan-penerapan ini diharapkan dapat me-ngurangi biaya, polusi, dan kebutuhan energi serta meningkatkan kualitas layanan yang dapat diberikan. Dalam konteks logistik, aplikasi serupa di fungsi pergudangan telah cukup banyak juga diterapkan. Di beberapa gudang-gudang modern, proses putaway dan order picking yang kontribusinya terhadap biaya pergudangan paling besar mulai diefisienkan dengan menggunakan robot, yang dalam arti luas dapat dianggap sebagai salah satu moda kendaraan tanpa awak. Proses inventory opname, pemeriksaan kualitas fisik dan persediaan produk curah,
serta pengawasan terhadap keamanan gudang cukup banyak ditangani oleh sistem tanpa awak. Adapun kelebihan utama dari penerapan sistem ini dalam pergudangan adalah kemampuannya untuk diintegrasikan dengan basis data terpusat, sensor-sensor yang handal (radar, lidar, dll), serta pencatatatan secara real time. Jika dite-rapkan secara optimal, maka berbagai kesulitan pengelolaan gudang seperti akurasi catatan, tata letak gudang, kerusakan barang akibat multi-handling, waktu pemenuhan order, dan lain-lain dapat dikurangi sehingga efisiensi yang diperoleh membuat penerapan sistem ini menguntungkan secara finansial, membangun daya saing, serta mempromosikan aspek kelestarian (sustainability) bisnis. Adapun dalam konteks yang lebih luas, seperti penerapan mobil tanpa awak sebagai sarana transportasi publik di kota-kota besar Indonesia besar perlu adanya persiapan yang lebih intensif. Meski potensi kendaraan tanpa awak, khususnya yang berupa transportasi umum, untuk mengurai kemacetan, mengurangi polusi, dan meningkatkan keamanan
Mahasiswa SCL Indonesia - ISLI • Catatan SCL • 45
berkendara sangat tinggi, mengatasi berbagai tantangan transportasi saat ini bukanlah perkara mudah. Tingkat kemacetan yang tinggi, infrastruktur lalu lintas yang belum terstandar, serta perilaku pengguna lalu lintas yang sulit ditebak membawa tantangan tersendiri sehingga kompleksitas model learning, sampling, dan dynamics dari sistem ken-daraannya jauh lebih tinggi pula. Ini tidak berarti penerapan kendaraan tanpa awak di ruas jalan di kota-kota di Indonesia tidak mungkin dilakukan. Hanya saja, tingkat kolaborasi pene-liti, praktisi, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lain harus lebih intensif serta komitmen untuk merea-lisasikannya harus lebih tinggi lagi.
Biografi Penulis: Mansur M. Arief Mansur adalah Awardee LPDP PK-67 yang sedang menjalankan studi di Industrial & Operations Engineering, University of Michigan (UM). Ia menyelesaikan studi S1-nya di Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada tahun 2014 melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama. Meneruskan aktivitasnya selama menjadi asisten lab LSCM, saat ini Mansur membantu pengelolaan jurnal internasional Operations and Supply Chain Management: An International Journal. Selain itu, ia juga aktif sebagai salah satu board members di INFORMS UM Student Chapter, PERMIAS Michigan, dan Komunitas Mahasiswa SCL (Anggota Muda ISLI).
Tentang ISLI ISLI (Institut Supply Chain dan Logistik Indonesia / Indonesian Supply Chain and Logistics Institute) merupakan perhimpunan profesi peneliti di bidang Supply
Chain dan Logistik yang terbentuk sejak tahun 2016. Awalnya, ISLI hanya beranggotakan akademisi dari berbagai kampus di Indonesia. Saat ini, ISLI menerima anggota profesional / praktisi yang pernah menyajikan makalah di seminar atau mempublikasikan tulisan di jurnal ilmiah dalam 3 tahun terakhir. Mahasiswa dapat bergabung sebagai Anggota Muda ISLI, dengan menjadi anggota komunitas Mahasiswa Supply Chain & Logistik (Mhs SCL).
BELUM TERDAFTAR? AYO BERGABUNG DENGAN ISLI Isi formulir online di https://form.jotform.me/isli/formanggota-isli atau scan QR code di samping.
MAHASISWA, GABUNG DENGAN MAHASISWA SCL YOK! Form online dapat diakses di bit.ly/GabungAnggotaMudaISLI atau dengan QR code di samping.
HUBUNGI MAHASISWA SCL (ANGGOTA MUDA ISLI) • • •
Kotak saran untuk Mahasiswa SCL atau Catatan SCL dapat diakses di bit.ly/KotakSaranSCL Ingin berkontribusi untuk Mahasiswa SCL? Kirimkan email untuk berdiskusi lebih lanjut tentang peluang yang ada ke mahasiswa.scl@gmail.com Divisi Marketing Mahasiswa SCL membuka peluang untuk pihak yang ingin beriklan di berbagai media publikasi Mahasiswa SCL email melalui marketing.mahasiswa.scl@gmail.com.
MAHASISWA SCL/ ANGGOTA MUDA ISLI Join at: www.bit.ly/GabungAnggotaMudaISLI
MEDIA PUBLIKASI & KOMUNIKASI MAHASISWA SCL (ANGGOTA MUDA ISLI)
Majalah Mahasiswa SCL Instagram Mahasiswa SCL Fanpage Facebook Mahasiswa SCL Channel Telegram Mahasiswa SCL Milis Mahasiswa SCL & SCL Digest
: Catatan SCL : www.instagram.com/mahasiswa_scl : www.facebook.com/MahasiswaSCL : t.me/MahasiswaSCL : mahasiswa.scl@gmail.com