New Member Project - SCORE CIMSA UNS

Page 1

SCORE CIMSA UNS

NEW MEMBER PROJECT 3 BEST ARTICLES



CONTENT CONTENT

2

ARTIKEL 1: DIA TIDAK GILA!

3

ARTIKEL 2: LET’S BEAT NCDS

5

ARTIKEL 3: KEGAGALAN BUKANLAH SUKSES YANG TERTUNDA

7

DAFTAR PUSTAKA

9

2


DIA TIDAK GILA! Oleh Ignes Widowati Mungkin kita kerap kali menjumpai orang yang suka berbicara sendiri sambal tersenyum dan tertawa atau bahkan orang yang sangat takut karena telah “melihat dan mendengar sesuatu�. Bahkan ada yang ingin mencoba untuk bunuh diri atau melukai oranglain. Biasanya kita jadi merasa takut untuk bersosialisasi dengannya. Bahkan kebanyakan orang dengan cepat menyebutnya “gila�. Namun pernahkan muncul di benak kalian apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Sesungguhnya banyak penyebab seseorang melakukan tindakan yang kurang sewajarnya secara tiba-tiba dan gejalanya pun berbeda. Salah satunya yaitu penyakit Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku..

3

Penderita skizofrenia sulit membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri Penyakit neurologic ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pad ausia lebih muda yaitu 15-25 tahun, sedangkan pada perempuan sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003). Skizofrenia ini bukan penyakit menular, namun dapat bersifat menurun (genetic) dan dikelompokkan dalam NonCommunicable Disease (NCDs). Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia disebabkan aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagianbagian tertentu otak (Durand, 2007). Selain itu bisa disebabkan oleh trauma kejiwaan (Wiraminaraja & Sutardjo, 2005).


Nah, apa saja sih tanda-tanda penderita Skizofrenia? Berikut gejalanya:  Mengalami halusinasi, delusi, bicara meracau, dan terlihat datar secara emosi  Mengalami penurunan secara signifikan dalam melakukan tugas sehari-hari, termasuk penurunan dalam produktivitas kerja dan prestasi di sekolah akibat gejala-gejala di atas  Gejala-gejala di atas bukan disebabkan oleh kondisi lain, seperti gangguan bipolar atau efek samping penyalahgunaan obat-obatan. Sekarang yang menjadi permasalahan yaitu banyak orang menyalahartikan penderita skizofrenia sebagai orang “gila”. Ini suatu kesalahan besar. Mereka bukanlah orang “gila”. Dalam kesehariannya mereka tetap bertingkah normal seperti layaknya orang biasa dan dalam keadaan sadar. Namin di waktu tertentu secara mendadak mereka bisa mengalami halusinasi, delusi, ilusi, dan penderita merasa seperti ada pihak lain yang mengancamnya meski pada kenyataanya itu tidak benar. Maka, mereka bisa bicara sendiri, teriak, menangis, tertawa, datau bahkan melakukan tindakan yang negatif.

Sehingga kerap penderita skizofrenia semakin merasa tertekan dan berujun melakukan tindakan bunuh diri. Jadi kawan-kawan, mari kita lebih membuka pikiran kita. Janganlah kita serta merta dan menciptakan stigma bahwa mereka buruk di masyarakat. Justru, penderita skizofrenia butuh untuk didekati, didengar keluh kesahnya, dan didampingi agar mereka tidak semakin tertekan dan merasa dikucilkan. Karena sesungguhnya para penderita Skizofrenia pun merasa sedih akan keadaan yang menimpanya. ~Karena tindakan sekecil apapun itu bisa berarti lebih bagi mereka~

Penderita Skizofrenia di Indonesia cukup banyak jumlahnya. Namun, memang penyakit ini sulit dikenali. Banyak diantara penderitanya dikirim ke rumah sakit jiwa untuk tindakan yang lebih lanjut, tetapi banyak pula dari mereka yang malah mendapat perlakuan negatif dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

4


TOGETHER LET’S BEAT NCDS Oleh Rakabayu Oetama Beberapa tahun belakangan, dunia tengah diguncangkan oleh sebuah kondisi kesehatan global yang sangat mengejutkan. Mengapa? Karena dewasa ini, Penyakit Tidak Menular atau NonCommunicable Diseases (NCDs) mulai kembali menjadi perhatian global setelah sebelumnya teralihkan oleh Penyakit Menular atau Communicable Diseases (CDs). Sebenarnya apa itu NCDs? Non-Communicable Diseases (NCDs) atau dikenal juga dengan istilah penyakit kronis adalah kelompok penyakit yang bersifat tidak menular kepada orang lain. NCDs merupakan penyakit yang cenderung bersifat muncul dalam jangka waktu lama dan hasil dari kombinasi faktor genetic, psikologis, pengaruh lingkungan dan perilaku. Terdapat 4 golongan besar penyakit yang termasuk dalam NCDs, yaitu penyakit kardiovaskuler (serangan jantung dan stroke),

5

kanker, penyakit pernapasan kronis (chronic obstructive pulmonary disease dan asma), serta diabetes. NCDs dapat menyerang siapa saja, umur berapapun, dan dari negara manapun. NCDs biasanya dikaitkan dengan kelompok usia yang lebih tua, namun bukti-bukti dilapangan menunjukkan bahwa 15 juta kematian akibat NCDs terjadi pada range umur 30-69 tahun. Delapan puluh persen dari data tersebut diperkirakan terjadi pada negara dengan pemasukan kecil sampai menengah. NCDs juga mengakibatkan kematian sebanyak 40 juta orang per tahun, atau setara dengan 70% dari seluruh kematian global. NCDs didorong paksa oleh beberapa faktor, meliputi urbanisasi yang tidak terencana, gaya hidup tidak sehat yang mendunia, dan populasi yang menua.


Ada dua faktor risiko dari NCDs, yaitu faktor risiko dari perilaku yang bisa diubah dan faktor risiko metabolic. Faktor risiko dari perilaku yang bisa diubah meliputi perilaku merokok, kurangnya aktivitas fisik, asupan makanan yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan risiko

Semoga kita semua terhindar dari penyakit tidak menular, terutama penyakit kardiovaskular. Jaga kesehatan dan lakukanlah hal yang menyehatkan. Semangat!!

NCDs. Yang kedua, yaitu faktor risiko metabolic. Faktor risiko ini menyumbangkan risiko karena perubahan 4 hal ini, yaitu naiknya tekanan darah, obesitas, hiperglikemia (level gula darah tinggi), hyperlipidemia (level lemak yang tinggi dalam darah). Naiknya tekanan darah merupakan faktor yang paling berperan dalam kematian global (19%). Salah satu dari kelompok NCDs ini adalah penyakit kardiovaskuler (CVDs). CVDs adalah suatu kelainan jantung dan pembuluh darah, meliputi penyakit jantung coroner, penyakit pembuluh darah di otak, rematik jantung, dan kondisi lainnya. Empat dari lima kematian akibat CVD disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Individu yang berisiko terkena CVD kemungkinan bertambah tekanan darah, kadar glukosa, dan kadar lemak, serta obesitas. CVDs menyebabkan paling banyak kematian di antara penyakit lainnya yang tergolong NCDs, sekitar 17.7 juta orang per tahun. Untuk mencegah dan meminimalisir penyakit kardiovaskuler, lakukanlah CHOM!! C= cek dan control risiko kardiovaskuler di diri Anda

penyakit

H= Hindari rokok dan asapnya O= Olahraga dan aktivitas fisik diperbanyak M= Makan-makanan sehat harus banyak dikonsumsi

6


KEGAGALAN BUKANLAH SUKSES YANG TERTUNDA Oleh Shafira Yasmin Kalian pasti sering mendenga kata-kata mutiara tentang kegagalan. Salah satu contohnya, “kegagalan adalah sukses yang tertunda.� Namun, kata mutiara tersebut tidak berlaku di tubuh kita. Apalagi jika yang mengalami kegagalan adalah organ jantung. Akibatnya bisa sangat fatal. Contoh penyakitnya biasa kita kenal dengan nama “Gagal Jantung.� Apa sih gagal jantung itu? Gagal Jantung/Payah Jantung (fungsi jantung lemah) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan: 1. Sesak napas pada saat aktifitas dan tidur terlentang tanpa bantal 2. Kapasitas aktivitas fisik menurun/mudah lelah 3. Tungkai bawah bengkak

7

Apa sih penyebab gagal jantung? Gagal Jantung didasari oleh suatu beban atau penyakit jantung yang menyebabkan remodeling struktural (sebagai bentuk mekanisme kompensasi). Namin, progresivitas beban atau penyakit jantung tersebut terus berlanjut hingga akhirnya jantung tidak mampu mengompensasi. Akhirnya terjadilah gagal jantung. Infeksi, aritmia, infark jantung, anemia, hipertiroid dan kehamilan, aktivitas berlebihan, emosi, konsumsi garam berlebihan, emboli paru, hipertensi, miokarditis, virus, demam reuma, endocarditis infektif merupakan beberapa contoh beban atau penyakit jantung yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung.


Bagaimana cara mencegah penyakit gagal jantung? Upaya pencegahan gagal jantung dapat meliputi empat tingkat pencegahan yaitu: 1.

Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap terjadinya gagal jantung dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko gagal jantung. Dapat dilakukan dengan cara mengajak masyarakat untuk menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

2.

Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan gagal jantung sebelum seseorang menderita. Pencegahan primer ditujukan pada pencegahan penyakit jantung secara umum. Dapat dilakukan dengan cara: berolahraga secara rutin, membiasakan diri makan makanan yang bergizi, mengatur pola makan agar mendapatkan asupan gizi seimbang, menghindari rokok, dan menghindari konsumsi alkohol.

3.

Pencegahan sekunder, yaitu upaya mencegah gagal jantung yang sudah pernah terjadi untuk tidak terulang atau menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan-perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat.

4.

Pencegahan tersiser, yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian.

Karena prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur ada baiknya kita melakukan tindakan pencegahan sedari dini. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Setelah membaca artikel ini pengetahuan kalian tentang gagal jantung semakin bertambah bukan?

8


DAFTAR PUSTAKA

Alwi I, Sudoyo AW, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid 3). 4th edition. Fakultas Kedokteran Indonesia, hal:1513 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Diakses di http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskes das%202013.pdf. Diakses pada tanggal 28 November 2017 Mortensen, Preben Bo.2014. Epidemiological Evidence For A Role Of Developmental Stress Nuraini I, Nurhayati E. 2010. Gambaran Faktor Resiko pada Pasien Penyakit Gagal Jantung Kongestif di Ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Diakses di http://stikesayani.ac.id/publikasi/ejournal/filesx/2010/201004/201004-004.pdf. Diakses pada tanggal 13 Januari 2018 Tandon,Rajiv. 2013. Definition and Description of Schizophrenia in The DSM-5 World Health Organization. 2017. Schizophrenia. Diakses di: http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/ Diakses pada 13 Januari 2018 World Health Organization. 2015. Online Q&A: What Can I do to Avoid a Heart Attack or a Stroke? (online) http://www.who.int/features/qa/27/en/ Diakses 13 Januari 2018

9



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.