MEDIA SOSIAL Masa Depan Media Komunitas? Media komunitas sesungguhnya menyediakan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan akses informasi yang lebih seimbang di tengah terpaan media arus utama yang kental nuansa kapital dan kekuasaan politik. Namun kehadiran media komunitas justru belum mendapat perhatian yang layak. Berbekal semangat kerelewanan, para pegiat media komunitas rupanya tidak sekadar duduk diam menyesali buruknya “nasib�. Mereka menyiasati beragam keterbatasan itu, antara lain dengan memanfaatkan media sosial. Media sosial dinilai menjadi strategi yang paling murah sekaligus ampuh untuk memperluas isu yang diangkat media komunitas. Gaung yang lebih besar diharapkan berdampak pada meluasnya dukungan terhadap upaya advokasi terkait permasalahan yang dialami komunitas. Buku ini berisi paparan pengalaman langsung dari para pegiat media komunitas dalam memanfaatkan media sosial. Tulisan yang terangkum dalam buku ini menunjukkan bahwa media komunitas mampu bertahan bahkan berkembang di tengah pembatasan dan tekanan yang dialami. Dan semua dilakukan dengan semangat kerelawanan.
Lisensi
Siapa pun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan mencantumkan jenis lisensi yang sama pada karya publikasi, kecuali untuk kepentingan komersil.
Akhmad Rofahan Anton Muhajir Bayu Sapta Nugraha Hernindya Wisnuadji
Media SoSiaL: MaSa depan Media KoMunitaS? penulis Akhmad Rofahan Anton Muhajir Bayu Sapta Nugraha Hernindya Wisnuadji penyunting Imung Yuniardi Idha Saraswati Sampul dan tata letak MS Lubis penerbit COMBINE Resource Institution (CRI) Jl KH Ali Maksum RT 06 No 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia 55188 Tel/Fak: 0274 – 411123 Website: www.combine.or.id Cetakan pertama, April 2014 ISBN 978-602-14967-2-5
Daftar Isi
Dari Penerbit ~ 6 Pengantar Media Sosial: Menggali Ruang-ruang Alternatif ~ 9 Oleh Dina Listiorini Media Sosial untuk Menggemakan Suara Perlawanan ~ 17 Oleh Anton Muhajir Menarik Perhatian Publik Luar, Mengetuk Kepedulian Komunitas di Sekitar “K” FM ~ 25 Oleh Bayu Sapta Nugraha Mengelola Media (Prestasi) Sosial: Pengalaman RADEKKA FM dan HANCARAKA FM Gunungkidul ~ 31 Oleh Hernindya Wisnuadji Strategi Pemanfaatan Media Sosial oleh Media Komunitas ~ 37 Oleh Akhmad Rofahan Tentang Penulis ~ 47
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 5
Dari Penerbit
T
idak dapat dimungkiri, sekarang di negeri ini media sosial ada di mana-mana, dengan jutaan informasi yang berkeliaran setiap saat, baik oleh rema-
ja di desa hingga akun resmi perusahaan multinasional di ibukota. Media sosial menjadi fenomena luar biasa di Indonesia. Di jagad media sosial, Indonesia sangat diperhitungkan bahkan termasuk ke dalam jajaran elit dunia, misalnya dalam hal jumlah pengguna. Secara umum dan gampang disebut penyebabnya adalah paduan jumlah penduduk yang memang banyak dengan karakter masyarakat, seperti kebutuhan akan ruang katarsis dan eksistensi, yang menghasilkan angka pengguna dan lalu lintas yang luar biasa. Acara semacam Indonesia Idol saja bisa menjadi trending topic di Twitter. Di luar keriuhan kajian positif dan negatif baik secara keilmuan hingga kebijakan, secara sederhana media sosial sebenarnya merupakan senjata paling murah namun bisa amat ampuh untuk menggenjot keterlibatan orang lain. Karena ujung keterlibatan tersebut bermacam-macam, mulai dari sekadar persetujuan ide hingga aksi jual beli, maka hampir semua pihak kini menggarap media sosial secara 6 I
ANTON MuHAJIR DKK
serius sebagai bagian dari strategi komunikasi politik hingga pemasaran. Inilah salah satu alasan COMBINE setidaknya selama lima tahun terakhir mendorong pemanfaatan media sosial oleh media komunitas. Selama ini media komunitas akrab dengan keterbatasan (dalam arti sumber daya) dan pembatasan (oleh kebijakan). Meski bukan satu-satunya jawaban, setidaknya media komunitas bisa memanfaatkan media sosial sebagai strategi menyiasatinya. Media sosial dapat menjadi alat untuk memperluas isu yang diangkat media komunitas. Gaung yang lebih besar diharapkan berdampak langsung terhadap meluasnya dukungan pada advokasi masalah yang dialami komunitas. Media komunitas sendiri sesungguhnya merupakan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan akses informasi yang lebih seimbang, di tengah terpaan media arus utama yang kental nuansa kapital dan kekuasaan politik. Sifatnya yang mempunyai kedekatan kultural dengan komunitasnya menjadi kekhasan sekaligus kelebihan. Namun hal itu pulalah yang membuat tidak sedikit pegiat media komunitas maupun yang mempunyai perhatian terhadapnya menyangsikan dampak penggunaan media sosial. Meski dinilai efektif untuk meresonansi isu, namun dikhawatirkan pula justru memunculkan jarak baru dengan komunitasnya. Ada kecemasan penggunaan media sosial yang makin aktif oleh media komunitas justru menjadikan intensitas dan kualitas komunikasi personal dengan komunitasnya di dunia nyata justru menurun. Bila itu yang terjadi, maka hilanglah satu kelebihan media komunitas dibandingkan media komersial.
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 7
Lewat buku ini COMBINE mencoba menggali pengalaman beberapa pegiat media komunitas yang telah menggarap media komunitas sebagai strategi komunikasi. Tentu bukan sebagai usaha menyediakan jawaban yang pasti, tunggal apalagi final. Konvergensi adalah bagian dari dialektika kehidupan media komunitas yang begitu dinamis mengikuti jaman. Imung Yuniardi
8 I
ANTON MuHAJIR DKK
PENGANTAR
Media Sosial: Menggali Ruang-ruang Alternatif Oleh DINA LISTIORINI Staf Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP universitas Atma Jaya Yogyakarta
M
asyarakat Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam cara berkomunikasi terkait dengan penggunaan media. Situs Techinasia (Enriko)
melalui risetnya mencatat bagaimana perubahan perhatian dari media tradisional ke media online. Riset tersebut mencatat bahwa radio, tabloid dan majalah saat ini tidak lagi menjadi pusat perhatian dibandingkan televisi dan internet. Internet diakses oleh 97,8 persen penduduk (dengan sampel sejumlah 2.150 orang), jauh lebih tinggi dibanding surat kabar, majalah, radio, dan tabloid. Jumlah ini nyaris sebesar akses terhadap media televisi. Meski demikian para responden mengaku bahwa perhatian mereka lebih banyak ditujukan untuk mengakses internet dibandingkan televisi. Situs ini juga menunjukkan bahwa hingga tahun 2013, tercatat sekitar 74,6 juta penduduk Indonesia mengguna-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 9
kan internet, dan sekitar 32 persen dari jumlah tersebut menggunakannya selama lebih dari 3 (tiga) jam. Sedangkan situs di internet yang paling banyak diakses adalah facebook, diikuti oleh twitter, google sebagai mesin pencari, lalu instagram. Dari data yang dikemukakan oleh situs Techniasia tersebut dapat dilihat bahwa media sosial terutama facebook dan twitter merupakan situs yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Dalam era perubahan sosial masyarakat ini, facebook dan twitter tidak hanya digunakan sebagai jejaring pertemanan individual, namun juga digunakan untuk menggerakkan dan memobilisasi massa. Hal ini dapat dilihat pada kasus “Koin Untuk Prita”, sebuah gerakan kepedulian pada kasus Prita Mulyasari1. Gerakan yang dilakukan melalui media sosial terutama pada facebook dan twitter menghasilkan koin sejumlah 650 juta rupiah (Viva news, 2009). GERAKAN SOSIAL MEDIA KOMUNITAS DI MEDIA SOSIAL Media sosial dewasa ini juga banyak digunakan untuk “mendampingi” atau “memperkuat” jaringan media main stream seperti surat kabar cetak, radio atau televisi. Meskipun industri media tradisional seperti media cetak, televisi dan radio sudah memiliki versi online serta streaming se-
1
Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga yang pada 2009 dijerat dengan undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) karena menuliskan keluhannya terkait pelayanan Rumah Sakit Omni Internasional di maillist. Prita ditahan dan diharuskan membayar sejumlah uang. Kasus ini memunculkan gelombang protes serta dukungan terhadap Prita dari para blogger, praktisi teknologi informasi, hukum, hingga politisi (ed).
10 I
ANTON MuHAJIR DKK
perti www.kompas.com, www.tempo.co.id, www.elshinta. com serta www.elshinta.com/v2003a/elshinta-broadcaststreaming.htm atau http://www.rcti.tv/streaming dan www. rcti.tv, namun mereka juga “bermain” di media sosial dengan menggunakan akun twitter atau facebook. Media komunitas di Indonesia lebih banyak ditemukan melalui keberadaan radio komunitas yang mulai banyak bermunculan di Indonesia sejak UU Penyiaran No 32/2002. Sama halnya dengan media mainstream atau swasta, media komunitas terutama radio juga mulai banyak menggunakan media sosial untuk mendukung keberadaan mereka. Salah satu alasan yang digunakan adalah menguatkan jaringan sosial dan keberadaan radio komunitas, mengingat aturan yang ada tentang radio komunitas (misalnya tentang jumlah frekuensi yang tersedia bagi radio komunitas) dianggap tidak cukup memberikan ruang bagi radio komunitas untuk menjalankan fungsi mereka sebagai media komunikasi bagi komunitasnya. Tiga tulisan dalam buku ini dibuat oleh rekan-rekan yang berkecimpung di media komunitas, dua di antaranya terkait dengan keberadaan radio komunitas yakni Bayu Sapta Nugraha, pegiat radio komunitas “K” FM di Desa Dukun, Kecamatan Muntilan, Jawa Tengah, serta Hernindya Wisnuadji, koordinator Saluran Informasi Akar Rumput (SIAR) Yogyakarta. Tulisan ketiga oleh Anton Muhajir, pegiat Sloka Institute, sebuah komunitas yang didirikan oleh wartawan, blogger, praktisi media relations dan aktivis di Bali. Bayu Sapta Nugraha dalam tulisannya menjelaskan bahwa keberadaan media sosial seperti facebook dan twitter dimanfaatkan oleh radio “K” FM untuk memperkuat ek-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 11
sistensi radio komunitas tersebut dalam banyak keterbatasannya sebagai sebuah media komunitas. Penggunaan dua jenis media sosial tersebut menurut Bayu digunakan untuk mengangkat isu yang sedang berkembang di sekitar Desa Dukun dan untuk memberikan informasi yang bermanfaat sesuai kebutuhan warga, terutama untuk masalah kebencanaan mengingat lokasi desa tersebut hanya berjarak 12 kilo meter dari puncak gunung Merapi. Baik isu maupun informasi masyarakat Desa Dukun yang diangkat di media sosial dianggap mampu menjembatani komunikasi antara pihak pemerintah dengan masyarakat. Hampir sama dengan radio “K� FM dalam mengelola media sosial bagi radio komunitasnya, begitu pun dengan pengalaman Radekka FM dan Hancaraka FM Gunung Kidul dalam memanfaatkan internet dan media sosial. Model ra dio streaming, akun facebook, twitter serta pembuatan blog dan web www.gdhe.web.id merupakan beberapa bentuk integrasi dengan radio komunitas di Gunung Kidul tersebut. Pengalaman Radekka FM dan Hancaraka FM ini menjadi lebih menarik ketika mereka berhasil mengajak 4 (empat) radio komunitas lain di Gunung Kidul untuk berkolaborasi dalam Jaringan Media Komunitas Gunung Kidul (JMKGK) dan membuat sebuah program berjaringan berbentuk radio talkshow dan sekaligus mengelolanya ke dalam fanpage dan twitter. Tidak hanya radio komunitas, radio swasta Argososro FM juga diajak bekerja sama dalam produksi berjaringan tersebut. Alasan yang sedikit berbeda terungkap dari pengalaman yang dipaparkan oleh Anton Muhajir, pegiat Sloka Institute Bali. Digunakanya media sosial seperti youtube, twitter 12 I
ANTON MuHAJIR DKK
dan facebook merupakan upaya perlawanan simbolis yang dilakukan melalui media virtual untuk membentuk sebuah opini publik. Perlawanan ini dilakukan untuk melindungi daerah konservasi di dua kabupaten yakni Badung dan Denpasar, yang sebagian dari wilayah tersebut akan dieksploitasi untuk kepentingan proyek megabisnis milik konglomerat terkemuka, Tommy Winata. Ketiga pengalaman para penggiat media komunitas dalam menggunakan media sosial menunjukkan tindakan yang oleh Nico Carpentier dkk (dalam Fuller, 2007) disebut sebagai menghubungkan masyarakat sipil dalam elemen, tingkatan dan tujuan yang berbeda-beda. Keterhubungan ini menurut Carpentier diharapkan dapat menguatkan keberadaan media komunitas yang seringkali memiliki kerentanan dalam konstelasi di antara kubu pasar dan negara. Penggunaan media sosial dalam proses menghubungkan elemen masyarakat sipil ini merupakan bukti bahwa media komunitas mempunyai strategi untuk membentuk ruang publiknya sendiri demi kepentingan komunitasnya. Pengalaman ketiga penulis memperlihatkan bahwa media sosial mempunyai kekuatan untuk menunjang kepentingan media komunitas. Para penggiat media komunitas menyadari bahwa perubahan teknologi komunikasi telah mengubah cara berkomunikasi masyarakat (Couldry and Curran: 2003), yakni pertama: ada cara baru mengkonsumsi media, dimana masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi melalui internet dan media sosial; kedua: produksi pesan media bisa lebih diarahkan pada esensi dan tujuannya dalam sebuah keterhubungan, dengan menyadari bahwa telah terbentuk model penyebaran pesan yang lebih cepat,
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 13
efektif, dan tidak harus menggunakan saluran-saluran tradisional yang birokratis. DAFTAR PUSTAKA Carpentier Nico, Rico Lie, and Jan Servaes Multitheoretical Approaches to Community Media: Capturing Speciicity and Diversity in Fuller, Linda K. Ed. (2007). Community Me dia: International Perspectives. New York : Palgrave MacMillan. Couldry, Nick and James Curran (2003), Contesting Media Power: Alternative Media in a Networked World. Oxford: Rowman and Littlefield Publishers, Inc. Lukman, Enriko (2013) Report: Indonesia now has 74.6 million internet users; this is what they do online http:// www.techinasia.com/indonesiainternetusersmarkplus insight/ diakses 24/3/2014 Vivanews, Koin Peduli Prita Terkumpul Rp 650 Juta dari http:// metro.news.viva.co.id/news/read/114454_koin_peduli_pri ta__terkumpul_rp_650_juta diakses 24/3/2013
14 I
ANTON MuHAJIR DKK
Media Sosial untuk Menggemakan Suara Perlawanan Oleh ANTON MuHAJIR Pegiat Sloka Institute Bali
R
encana megaproyek mengancam kawasan konservasi di Teluk Benoa, Bali. PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI), milik taipan Tommy Wina-
ta akan membangun fasilitas pariwisata ambisius di kawasan ini. Perusahaan properti yang berkantor di Kuta, Bali ini akan membangun hotel, tempat pertemuan, tempat pertunjukan, pusat perbelanjaan, kampus, rumah sakit, lapangan golf, dan lain-lain. Fasilitas pariwisata baru ini konon akan dirancang serupa Pulau Sentosa di Singapura. Untuk itu, mereka akan membuat pulau baru dengan cara melakukan reklamasi hingga seluas 838 hektar. Lokasi rencana pembangunan ini sangat strategis secara ekonomis. Teluk Benoa merupakan titik temu dari tiga kawasan pariwisata ternama di Bali: Sanur, Kuta, dan Nusa Dua. Sanur bisa disebut sebagai perintis pariwisata di Bali. Sejak tahun 1960-an, tempat ini menjadi tujuan turis man-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 17
canegara maupun domestik. Hingga saat ini Sanur masih menjadi salah satu pusat pariwisata. Adapun Kuta, sejak 1970-an terus berkembang hingga sekarang menjadi ikon pariwisata Bali. Kuta adalah tempat tujuan utama turis domestik dan mancanegara. Lalu, Nusa Dua adalah pusat konvensi utama di Bali. Berbagai pertemuan penting baik skala nasional maupun internasional diadakan di sini. Teluk Benoa, secara administratif masuk daerah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, dua daerah terkaya di Bali. Tempat ini pun persis berada di seberang Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, dan kini dilewati jalan tol di atas laut pertama di Bali. Intinya, Teluk Benoa adalah daerah yang menggiurkan dari sisi geografis. Maka berbagai investor yang memuja ekonomi pun mengincarnya. PT TWBI termasuk satu di antaranya. Tapi, Teluk Benoa bukanlah daerah untuk dieksploitasi. Secara ekologi, daerah ini merupakan rumah dari berbagai ekosistem seperti hutan bakau, padang lamun, ikan, terumbu karang, dan lain-lain. Secara legal, ada aturan-aturan yang melindungi kawasan ini sebagai daerah konservasi dan tidak boleh dieksploitasi. Misalnya Peraturan Presiden (Perpres) No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita). Menurut Perpres ini, perairan Teluk Benoa merupakan Kawasan Konservasi Perairan. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Teluk Benoa juga salah satu jenis Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Oleh karena itulah, rencana pembangunan fasilitas pariwisata di Teluk Benoa oleh PT TWBI pun ditentang habis18 I
ANTON MuHAJIR DKK
Beranda Situs www.forbali.org yang dikelola oleh Forum Rakyat Bali Menolak Reklamasi.
habisan oleh masyarakat di Bali. Beberapa kelompok warga membuat aliansi atau koalisi menolak rencana reklamasi Teluk Benoa itu. Salah satu di antara mereka adalah Forum Rakyat Bali Menolak Reklamasi yang lebih dikenal dengan nama ForBali. Forum ini beranggotakan berbagai kelompok warga di Bali seperti kalangan lembaga swadaya masyarakat, musisi, jurnalis, peneliti, dan lain-lain. MEDIA SOSIAL Secara umum, penggerak ForBali adalah kelas menengah perkotaan terdidik. Mereka tinggal di Denpasar dengan akses informasi lebih banyak daripada daerah lain, katakanlah Karangasem dan Buleleng. Oleh karena itu, aktivis-aktivis ini juga melek informasi, termasuk media sosial. Hal ini serupa gerakan-gerakan sosial di Indonesia se-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 19
lama sepuluh tahun terakhir yang memakai media sosial sebagai salah satu katalisator. Oleh karena itu, sejak awal pun ForBali sadar betul untuk menggunakan media sosial tak hanya sebagai alat komunikasi internal tapi juga menyebarluaskan ide dan menggerakkan massa. Penggunaan media sosial disesuaikan dengan fungsinya masing-masing. Misalnya YouTube untuk mengunggah video-video aksi maupun dukungan. Twitter untuk berita-berita singkat dan cepat. Adapun Facebook lebih banyak untuk diskusi meskipun agak terbatas penggunaannya dibandingkan dua jenis media sosial lainnya, YouTube dan Twitter. Semua jenis media sosial tersebut kemudian berlabuh pada satu tempat, yakni website (laman). Laman ini pula yang menjadi media utama dalam penyampaian sikap, berita-berita aksi maupun kegiatan lain, foto-foto, ajakan untuk terlibat, suara dukungan, dan lain-lain. Dengan beragam media tersebut, maka isu yang diangkat dan sikap yang dibuat pun lebih mudah menyebar. Media sosial memperluas jangkauan suara tersebut sehingga bisa lebih menjangkau banyak orang. Media sosial membuat suara perlawanan forBali lebih bergema. Dari sisi agenda publik, gerakan ini mendapat perhatian cukup besar bagi publik di Bali baik pro maupun kontra. Media lokal menjadikan isu ini sebagai berita utama, DPRD dan Gubernur Bali memberikan kesempatan dialog, perlawanan dari kelompok yang setuju reklamasi pun tidak sedikit. Hari-hari ini, rencana reklamasi Teluk Benoa dan pro kontranya masih menjadi salah satu topik hangat dan laris dalam diskusi di Bali, baik di media arus utama maupun media sosial. 20 I
ANTON MuHAJIR DKK
Pro kontra ini belum berakhir. Masih ada proses panjang karena hingga saat ini pun rencana reklamasi tersebut belum jelas. Namun, bagaimana perlawanan oleh para penggerak ForBali termasuk dalam penggunaan media sosial tersebut tetap menarik. PELAJARAN Dari konteks media komunitas dan media sosial, ada beberapa catatan kenapa kasus ini bisa jadi bahan pelajaran. Pertama tentang media komunitas yang kian hari kian mengalami bentuk atau platform. Saya ingat saat zaman mahasiswa, media komunitas perlawanan masih berupa pamflet dan selebaran. Media propaganda biasanya dibuat dalam bentuk ringkas, misalnya satu lembar bolak-balik, dengan materi yang juga padat. Materi propaganda ini digandakan dalam jumlah ratusan untuk kemudian disebarkan. Kini, seperti juga media arus utama, media cetak kian ditinggalkan. Media-media perlawanan seperti itu beralih ke media dalam jaringan (daring) atau online. Internet menjadi tempat di mana media-media itu dibuat dan disebarkan. Tentu saja media cetak seperti pamflet memang masih ada, namun media utama tetap media daring. Pengerjaan media daring, bisa berupa website ataupun blog ini, secara umum lebih mudah dan cepat. Kedua, karena platform足nya daring, maka satu bentuk informasi saja tidak cukup. Perlu ada konvergensi. Tak hanya dalam bentuk teks, tulisan monoton, tapi juga foto dan video. Dalam kasus ForBali, para penggerak perlawanan ini membuat video-video berdurasi antara 3-5 menit berisi suara-suara penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 21
Benoa. Selain rekaman-rekaman aksi juga ada video musisi-musisi yang menolak, seperti Superman is Dead, Iwan Fals, Sawung Jabo, Glenn Fredly, dan lain-lain. Video-video tersebut diunggah melalui media sosial YouTube untuk kemudian dimasukkan dalam website. Maka, dengan mudah, video itu pun menyebar di internet secara intensif, melewati batas-batas teritori dan status sosial. Video klip Tolak Reklamasi, yang dibuat musisi Bali lintas aliran musik, di YouTube sebagai contoh, sudah ditonton hampir 100.000 kali dalam waktu sekitar dua bulan sejak diunggah. Itulah kemudian pelajaran ketiga, media sosial menjadi faktor penting dalam media-media perlawanan, media advokasi, ataupun media komunitas warga saat ini. Media sosial tak lagi hanya sebagai pelengkap tapi juga media perlawanan itu sendiri. Bentuk dan fungsi media ini beragam. Blog bisa menjadi semacam pelabuhan utama (landing page) dari semua media sosial tersebut. Flickr menjadi tempat untuk menyimpan foto-foto kegiatan. Twitter untuk menyampaikan kabar cepat dan singkat. Misalnya perkembangan kasus ataupun ajakan kepada publik untuk terlibat. Dengan bahasa-bahasa lugas, media yang disebut juga microblogging ini membuat pesan bisa disampaikan (dan semoga juga ditangkap) dengan jelas. Kemudian Facebook, dengan beragam fungsi seperti teks, video, dan foto juga bisa jadi media penyimpan sekaligus penyebar informasi terbaru itu. Adapun YouTube adalah media untuk menyimpan dan menyebarkan video. Karena tiap media sosial punya fungsi utama dan kekuatan masing-masing, maka sangat penting untuk mema22 I
ANTON MuHAJIR DKK
hami cara kerja masing-masing jenis media sosial tersebut. Dengan begitu, pesan yang akan disampaikan akan lebih efektif, tepat, dan mengena. Dari konteks media komunitas, media sosial ini sangat penting. Sesuai alasan keberadaannya, media komunitas mesti mengabdi kepada komunitas, publik dalam skala lebih kecil. Oleh karena itu, informasi yang dimuat media tersebut pun tak akan berkhianat dari kepentingan publik. Di sisi lain, tak ada lagi pemegang hak tunggal atas informasi seiring hadirnya media sosial, bahkan oleh media arus utama sekalipun. Media sosial membuat informasi tak lagi harus mengalir lewat satu pintu, termasuk media propaganda, media komunitas, media arus utama, dan seterusnya. Media sosial adalah pertukaran informasi secara langsung antarwarga. Karena itu, media sosial akan semakin memberikan napas dan nyawa untuk media komunitas. Dalam contoh kasus penolakan oleh ForBali terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa, misalnya, penggerak gerakan ini senantiasa menjaga napas tersebut dengan tetap melaporkan perkembangan-perkembangan singkat mengenai rencana ini maupun isu lingkungan Bali secara umum. Laporan singkat lewat media Twitter ini semacam alarm pengingat untuk terus menjaga ingatan publik agar mengawasi rencana tersebut. Saya tak yakin media arus utama akan tetap menjaga ingatan tersebut selain karena terhalang aktualitas berita juga karena isu-isu baru senantiasa bermunculan. Media sosial juga memberikan peluang dan ruang bagi publik untuk terlibat. Kunci media sosial adalah partisipasi publik. Karena itu, dia harus memberikan ruang seluas-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 23
luasnya kepada warga untuk terlibat. Melalui media sosial ini, publik bisa langsung terlibat dalam pengelolaan media. Tidak hanya sebagai konsumen tapi juga pemberi komentar, informasi tambahan, atau bahkan produsen informasi itu sendiri. Karena itulah, pada akhirnya, media sosial dan media komunitas bisa menjadi senyawa. Ketika media sosial terbukti menjadi ancaman bagi media arus utama, maka sebaliknya, dia justru memberikan nyawa dan nyala untuk media-media komunitas warga.
24 I
ANTON MuHAJIR DKK
Menarik Perhatian Publik Luar, Mengetuk Kepedulian Komunitas di Sekitar “K” FM Oleh BAYu SAPTA NugRAHA Pegiat Radio Komunitas “K” FM
S
eperti media komunitas lainnya, berdirinya Radio Komunitas “K” FM juga dilatarbelakangi semangat mendorong masyarakat di sekitarnya untuk
saling berbagi informasi. Selain itu juga sebagai wadah para remaja berkreasi dan belajar banyak hal. Di sisi lain, karena terletak di Desa Dukun Kecamatan Muntilan, 12 km dari puncak Gunung Merapi, rakom ini juga sebagai media sosialisasi isu kebencanaan. Beragam cara dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, baik on air maupun of air. Para remaja belajar pub lic speaking melalui siaran di radio, dan mereka juga belajar terlibat dalam forum-forum warga. Masyarakat secara umum juga mulai bersemangat menyuarakan masalah yang dihadapi dengan harapan bisa secara langsung ditindaklanjuti oleh para pengambil keputusan. Potensi-potensi yang
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 25
ada di desa pun secara bertahap terus dioptimalkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Semuanya sudah mulai ada di jalurnya. Namun radio komunitas di negara ini mesti hidup dengan segala keterbatasan dan pembatasan. Sementara di sisi lain, masalah dan kebutuhan masyarakat yang “dititipi” melalui radio komunitas semakin kompleks. Inovasi selalu dipompa, namun kadang benturan dengan keterbatasan dana tak dapat dimungkiri. Selama ini biaya operasional didapat dari iuran pengurus, anggota dan simpatisan (masyarakat), serta kerja sama program dengan instansi pemerintah maupun LSM. Padahal keinginan untuk melangkah lebih maju tentu ada, terlebih mulai banyak isu komunitas yang butuh diperhatikan publik yang lebih luas. Tentu tak mungkin hanya berdiam diri menyesali segala keterbatasan. Perkembangan teknologi informasi membuat awak Rakom “K” FM tetap bersemangat menyiasati situasi. Para pegiat mulai berinisiatif menggunakan media sosial sebagai sarana penyebaran konten siaran radio yang butuh diperluas sebarannya karena membutuhkan perhatian publik. Media sosial yang digunakan oleh “K” FM adalah Facebook, Twitter, dan website. Strategi penggunaan media sosial berbeda-beda tergantung pola kebutuhan dan tujuan yang sedang diangkat. Namun secara umum terbagi dua, pertama dengan mengangkat isu di radio komunitas baru kemudian berita tersebut disusun kembali menjadi konten media sosial. Cara kedua sebaliknya, mengolah informasi yang ada di media sosial sesuai kebutuhan dan kultur masyarakat di Dukun untuk kemudian disiarkan di radio. 26 I
ANTON MuHAJIR DKK
PUNCAKNYA SAAT ERUPSI MERAPI Perkenalan awal “K” FM dengan media sosial justru dimulai oleh pegiatnya secara individual. Saya misalnya, mulai memanfaatkan akun Facebook pribadi untuk menyebarkan informasi tentang komunitas. Sebaliknya saya juga mulai mencari informasi yang kemungkinan dibutuhkan oleh komunitas, bahkan mulai mendiskusikannya bersama beberapa teman yang telah terhubung melalui Facebook. Saat erupsi Merapi 2010, seiring makin banyaknya informasi tentang komunitas yang saya sebarkan lewat Facebook, makin banyak pula jaringan yang terhubung. Respons positif dari para netizen ini makin menyulut semangat para pegiat rakom untuk aktif mencari informasi di lapangan dan sesegera mungkin mengunggahnya di Facebook. Media sosial lain yang digunakan “K” FM adalah Twitter. Penggunaan Twitter pertama kali dilakukan ketika terjadi erupsi Merapi pada 2010 karena terdorong kebutuhan menyebarkan informasi tentang bencana Merapi dengan cepat. Sama seperti Facebook, lalu lintas komunikasi di Twitter kami juga mengalami puncak saat erupsi tersebut. Sampai saat ini, akun twitter “K” FM sudah memiliki 1.052 followers (pengikut). Selain berisi perkembangan situasi sekitar Merapi, usai erupsi Twitter dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi mengenai isu kebencanaan secara umum hingga undang-undang penyiaran. Dengan sistem membuat kultwit (kuliah twit), kami menguraikan beberapa pokok bahasan yang dirangkum dalam chipstory supaya dapat terbaca dengan lebih mudah. Selain kedua media sosial tersebut, kini “K” FM juga mulai berbagi informasi berupa berita tertulis, audio mau-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 27
pun video melalui aplikasi 4share maupun Dropbox. Untuk berita audio, kami menyebarkan tautan dengan disertai narasi berita agar bisa tersebar dengan cepat. Harapannya agar segera mendapat respons balik dari audiens serta bisa disiarkan ulang oleh media komunitas lainnya. Sedangkan tulisan berita yang ditransfer dari konten siaran radio diunggah ke http://rakomkfm.blogspot.com. Jumlah pengunjung laman tersebut saat ini sudah mencapai 10.000 orang. Selain diunggah di blog tersebut, materi berita itu juga diunggah ke laman berita komunitas lain yang menjadi jaringan “K” FM, seperti www.jrkjateng.or.id, www. pasarkomunitas.net, www.suarakomunitas.net, dan www. sangkalajrki.net. Respons balik yang didapatkan sudah cukup baik secara kuantitas maupun kualitas. MANFAAT DAN TANTANGAN Secara sederhana, manfaat penggunaan media sosial oleh media komunitas ini adalah memerkuat eksistensi komunitas. Artinya keberadaan komunitas bisa dilihat lebih luas oleh dunia luar, mulai dari potensi ekonomi hingga budaya, serta masalah yang sedang dihadapi. Selain itu, ada perubahan pola pikir komunitas yang semakin terbuka akibat wawasan pengetahuan dan informasi dari luar. Masyarakat juga lebih kritis dalam menanggapi kebijakan publik dan lebih peduli terhadap keadaan di sekitar. Pemanfaatan media sosial oleh “K” FM juga memunculkan dampak positif dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah daerah. Misalnya pihak instansi di daerah makin terbuka kepada masyarakat dalam hal birokrasi, transparansi dan akuntabilitas. Media komunitas dapat menjadi 28 I
ANTON MuHAJIR DKK
Berita-berita “K� FM secara teratur diunggah ke rakomkfm. blogspot.com. pengunjungnya mencapai 10 ribu orang.
penghubung bagi kedua pihak yang terkadang saling memberi atau membutuhkan informasi yang bisa bermanfaat oleh keduanya. Semua itu bisa dilakukan tanpa meninggalkan kultur budaya lokal yang selalu dijaga dan dilestarikan. Selain berfungsi sebagai penyambung lidah komunitas, media sosial bisa menjadi kontrol dan penetralisir pemberitaan media arus utama yang terkadang memberikan informasi berlebihan tentang keadaan lapangan. Tapi bagaimanapun, menggunakan media sosial merupakan strategi media komunitas untuk menjangkau publik yang lebih luas. Dengan begitu, tantangannya adalah menjaga agar konten yang dibagikan melalui media sosial tetap terkontrol dan sinergis. Di sisi lain, secara internal jangan sampai media sosial justru menjadi media komunikasi utama di komunitas karena akan menggerus kultur berdiskusi
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 29
dan berkomunikasi langsung secara verbal yang masih dibutuhkan di komunitas. Tantangan lain terkait dengan urusan teknis. Beberapa tahun lalu, ketika akan mencari dan menyebarkan informasi, para pengelola “K” FM harus pergi ke warung internet dengan uang sendiri. Kini dengan adanya perangkat internet di rakom, situasi menjadi lebih mudah. Meski begitu koneksi internet di rakom tetap tergantung pada ketersediaan anggaran, sehingga ketika tidak ada anggaran untuk membayar biaya berlangganan internet, jaringan internet pun mati. Tantangan ini tidak bisa lepas dari karakter rakom yang bersifat sukarela termasuk dari sisi biaya operasional. Secara umum radio komunitas yang berdiri sejak tahun 2004 ini masih terbentur beberapa hambatan klasik khas media komunitas. Pertama terkait dengan kesediaan komunitas untuk menjadi pengelola karena sifatnya memang sukarela. Bila terus bergantung pada beberapa gelintir orang yang sama, maka selain tidak sehat juga akan menimbulkan hambatan kedua yaitu tersendatnya proses regenerasi. Dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat secara umum, baik dari sisi kesediaan berbagi informasi hingga sekadar biaya operasional memang dibutuhkan. Saat erupsi Merapi 2010, sudah terbukti bahwa peran “K” FM cukup signifikan bagi komunitas di sekitarnya. Dukungan dan perhatian dari publik luar melalui media sosial diharapkan mampu menggelorakan kembali semangat masyarakat di sekitar “K” FM untuk bersama-sama memajukan radio komunitas ini.
30 I
ANTON MuHAJIR DKK
Mengelola Media (Prestasi) Sosial PENGALAMAN RADEKKA FM DAN HANCARAKA FM GUNUNGKIDUL Oleh HERNINDYA WISNuADJI Koordinator Saluran Informasi Akar Rumput (SIAR) Yogyakarta
A
nugerah Kalpataru 2013 untuk kategori Perintis Lingkungan yang diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ke-
pada komunitas Desa Kawasan Konservasi Semoyo, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta pada 10 Juni 2013 menjadi coretan sejarah baru baik dalam sejarah Kalpataru, sejarah media komunitas, maupun sejarah media sosial di Indonesia. Komunitas Desa Kawasan Konservasi Semoyo (DKKS) berhasil memberi warna baru dalam gerakan lingkungan dengan memanfaatkan media komunitas berupa radio, serta media sosial berupa facebook, microblog twitter, dan blog. Prestasi yang dianugerahkan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup 2013 tersebut bukanlah prestasi yang datang tiba-tiba, namun merupakan serangkaian prestasi
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 31
yang ditorehkan mulai di tingkat kabupaten, tingkat DI Yogyakarta, hingga akhirnya pada tingkat nasional. Rangkaian prestasi tersebut mengidentifikasi tiga pembeda yang berhasil DKKS sajikan bagi Indonesia, yakni pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat, pengelolaan media komunitas sebagai instrumen kampanye isu lingkungan, dan desa penghitung karbon pertama di dunia. Tidak berhenti di pencapaian prestasi Kalpataru saja, Radio Desa Kawasan Konservasi (Radekka FM) yang juga mengembangkan Jaringan Media Komunitas Gunungkidul (JMKGK) sejak pertengahan 2013 menginisiasi lahirnya Komunitas Wonosari Kota Hijau (WKH) dengan mereplikasi proses komunitas DKKS dan memperluas sasaran dari desa hijau ke green city atau kota hijau. Penggunaan radio komunitas dan media sosial tetap menjadi instrumen kunci dalam pengorganisasian dan pengelolaan pengetahuan. MENGAPA RADIO KOMUNITAS DAN MEDIA SOSIAL? Memulai proses pengorganisasian sejak 2004, Komunitas DKKS melakukan “move on�. Dari desa yang terkungkung masalah sumber daya alam dan sumber daya manusia, dilabeli miskin, desa tertinggal, serta diperparah dampak gempa 2006, warga desa sepakat menjadi komunitas pembelajar. Berelasi dengan banyak pihak, mereka menyelenggarakan puluhan kelas pembelajaran dan melakukan studi banding ke berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat semenjak 2004 hingga 2008. Pembelajaaran yang menjadi prioritas adalah pertanian berkelanjutan. Mereka mendapatkan energi besar untuk semakin mengembangkan pembelajaran takala mereka kehilangan lebih dari 50 sumber 32 I
ANTON MuHAJIR DKK
mata air di desa akibat gempa 27 Mei 2006. Isu konservasi lingkungan menjadi “trending topic” bagi mereka. Sepulang belajar dari Serikat Petani Pasundan di Garut, mereka sepakat membentuk komunitas Desa Kawasan Konservasi Semoyo dengan kepengurusan yang bernama Serikat Petani Pembaharu Gunungkidul. Daur belajar “refleksi – rencana – aksi - evaluasi” benar-benar mereka terapkan untuk mengembalikan sumber mata air melalui penerapan desain pertanian lestari. Pembelajaran advokasi pun mereka terapkan dengan cara membangun relasi dengan pemangku kebijakan di Kabupaten Gunungkidul. Alhasil, pada 18 Agustus 2007 Bupati Gunungkidul saat itu, Suharto, mencanangkan Desa Semoyo sebagai Desa Kawasan Konservasi. Bagi orang jawa, titah dari raja/pemimpin akan dijaga oleh kawulanya sepanjang hayat. Momen pencanangan tersebut telah menjadi daya dorong besar bagi segenap elemen desa. Pengurus SPP kemudian menyusun rencana strategis tiga tahunan DKKS (Renstra DKKS). Momen ini menjadi babak baru bagi komunitas DKKS, karena di sinilah mereka mulai berkenalan dengan media komunitas berupa radio komunitas, dan kemudian media sosial. Adalah Radio Desa Kawasan Konservasi/ Radekka FM yang kemudian lahir pada 17 Maret 2008. Komunitas DKKS sepakat membangun sebuah radio untuk mengelola segenap pengetahuan yang pernah dan akan menjadi pembelajaran dan studi banding. Melalui radio dengan 18 jam siar tiap harinya, mereka dapat mengevauasi dan membagikan pengetahuan yang telah didapat, serta menghadirkan pengetahuan baru yang dapat menjangkau semakin banyak orang seluas jangkauan siar. Melalui radio, kelas pembelajaran
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 33
yang dulu hanya mampu menampung maksimal 40 orang kini bisa menjangkau ratusan orang. Hadirnya layanan pesan pendek (sms) via radio semakin mempermudah warga dalam berinteraksi dengan nara sumber yang hadir. Pengelolaan program siar Radekka FM pun semakin berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Bukan hanya para lelaki dewasa, para perempuan, remaja, hingga anak pun seakan berlomba menciptakan program radio. Radekka FM juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas siaran. Hingga akhir 2013, ratusan talkshow lokal dan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) berhasil diproduksi. Melalui radio, komunitas DKKS mampu mentrasformasi kelas pembelajaran yang semula dalam bentuk “copy darat� dengan jumlah orang terbatas menjadi kelas udara dengan jumlah ratusan orang. Transformasi ini semakin maksimal ketika Radekka FM mulai streaming di akhir 2010. Transformasi terus menggelinding ketika komunitas DKKS mengenal jejaring sosial facebook pada 2009. Kini relasi pembelajaran tidak lagi dibatasi oleh jam siar radio. Melalui akun facebook (FB) Desa Kawasan Konservasi Semoyo, komunitas DKKS dapat berelasi dengan semakin banyak orang selama 24 jam sepanjang tahun. Dengan jumlah teman lebih dari 2.100 orang, pengelolaan pengetahuan melalui akun FB DKKS menjadi semakin kaya dengan aplikasi seperti foto, video, link literatur dan lain sebagainya. Komunitas DKKS pun menerbitkan blog Desa Kawasan Konservasi di alamat www.desakawasankonservasi.blogspot. com untuk merawat dokumentasi kegiatannya. Desain transformasi yang sama kembali diterapkan ketika pada 2013 ko34 I
ANTON MuHAJIR DKK
Laman depan www.desakawasankonservasi.blogspot.com milik Komunitas desa Kawasan Konservasi Semoyo.
munitas DKKS membuka akun twitter DKKS Kalpataru 2013 di @RadekkaFM. Komunitas DKKS ingin memperluas kelas pembelajaran menjadi lintas desa, lintas daerah, hingga lintas negara melalui pengelolaan media sosial. MENTRADISIKAN PRESTASI Melalui Jaringan Media Komunitas Gunungkidul (JMKGK), Radekka FM memperkenalkan desain pengelolaan media komunitas dan media sosial untuk rekayasa sosial. Semenjak 2009, Radekka FM mengajak empat radio komunitas yakni RAG FM, RKSM FM, Intan FM, dan Mahardika FM untuk berkolaborasi dalam JMKGK. Satu program radio talkshow yang diberi nama Gunungkidul di Hari Esok (GdHE) disepakati sebagai jejaring siaran mingguan. Format radio pool yang mempermudah proses produksi GdHE pun ditem-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 35
puh dengan menggandeng radio swasta Argososro FM. GdHE berhasil diproduksi sebanyak 160 edisi. Hal yang menarik, dalam proses produksi GdHE, pengelolaan akun facebook Redaksi GdHE berkembang dengan lahirnya fanspage Gunungkidul di Hari Esok. GdHE juga mendapatkan “teman baru” yakni akun twitter Kabar Gunungkidul @kabargunkid yang hingga awal 2014 telah memiliki lebih dari 11.000 pengikut (followers). Seluruh interaksi dalam talkshow dan proses mengelola JMKGK melibatkan pengelolaan situs jejaring sosial dan website. www. gdhe.web.id menjadi situs artikel yang menyajikan potret praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan oleh segenap elemen warga Gunungkidul. Prestasi yang diraih komunitas DKKS kini diadaptasi oleh komunitas Wonosari Kota Hijau (WKH). Dengan mengangkat isu green city , komunitas WKH mengelola radio komunitas Hanacaraka FM yang bersinergi dengan pengelolaan jejaring sosial facebook dan twitter dengan nama akun Wonosari Kota Hijau. Ditopang dengan pengalaman JMKGK, komunitas WKH berharap dapat meneruskan tradisi prestasi yang telah ditorehkan oleh “saudaranya” komunitas DKKS. Bukan hanya menggunakan media sosial yang telah populer, komunitas WKH pun sedang mengembangkan GreenLink, sebuah sistem informasi Wonosari Kota Hijau yang akan menghubungkan delapan atribut greencity dengan 10.000 warga. Proses dan kejutannya seperti apa, mari kita nantikan bersama.
36 I
ANTON MuHAJIR DKK
Strategi Pemanfaatan Media Sosial oleh Media Komunitas Oleh AKHMAD ROFAHAN Ketua Jaringan Radio Komunitas Cirebon
I
nternet merupakan produk teknologi informasi paling maju saat ini. Internet berawal dari diciptakannya teknologi jaringan komputer sekitar tahun
1960. Pada awalnya, jaringan komputer tersebut dimanfaatkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Setelah itu internet banyak digunakan di universitas-universitas di Amerika Serikat dan terus berkembang hingga kini. Pada 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World Wibe Web, yaitu semacam program yang memungkinkan data multimedia (teks, suara, gambar, film, musik) ditampilkan dalam internet. Penemuan itu membuat masyarakat semakin tertarik menggunakan internet. Seiring perkembangan teknologi, saat ini internet bisa diakses menggunakan saluran telepon, modem, serta telepon seluler. Perkembangan internet kemudian juga memunculkan apa yang disebut sebagai media sosial. Media sosial memi-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 37
liki peranan penting dalam perkembangan pengguna internet di seluruh dunia. Pemanfaatan media sosial yang cukup mudah menjadikan media sosial sebagai primadona di dunia internet. Beragamnya fitur yang ada dalam media sosial juga menjadi daya tarik bagi pengguna internet. OPTIMALISASI MEDIA SOSIAL OLEH MEDIA KOMUNITAS Media komunitas merupakan media yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat itu sendiri. Masyarakat membutuhkan saluran akses atas informasi agar bisa menggunakan informasi itu untuk mengambil keputusan yang baik bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis, memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya, serta terlibat dalam proses-proses sosial dan politik di komunitasnya. Pascareformasi, media komunitas di wilayah Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini merupakan salah satu bentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi. Saat ini, media informasi yang ada di Indonesia masih belum banyak yang mewakili suara dari masyarakat bawah sehingga sudah sepatutnya masyarakat mendirikan media sendiri yaitu media komunitas. Bagi lembaga penyiaran komunitas, munculnya Undangundang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran menjadi tonggak awal berkembangnya media penyiaran komunitas. Dalam UU ini, penyiaran komunitas yang sebelumnya dianggap ilegal sudah diakui keberadaannya oleh negara. Berbagai bentuk media komunitas baik cetak maupun elektronik sudah mulai banyak ditemui di Indonesia, seperti radio komunitas, televisi komunitas, koran komuni38 I
ANTON MuHAJIR DKK
tas, website komunitas dan lainnya. Media-media ini cukup membantu pemenuhan informasi di wilayah yang cukup sulit mengakses informasi. Selain itu, media komunitas juga berperan dalam menginformasikan potensi maupun perkembangan wilayahnya ke dunia luar. Perkembangan internet beserta kehadiran media sosial menjadi pendukung bagi media komunitas. Pada 2012 www. wearesocial.sg merilis bahwa pengguna internet di Indonesia berjumlah sekitar 55 juta jiwa. Dari jumlah itu, 43 juta di antaranya adalah pengguna media sosial. Dalam beberapa rilis lain, Indonesia menduduki peringkat tertinggi pengguna beberapa media sosial yang tengah menjadi tren saat ini. Data ini membuktikan bahwa salah satu media komunikasi berbasis internet yang paling diminati adalah media sosial. Peluang ini seharusnya bisa ditangkap oleh para pegiat media komunitas. Ketika media komunitas memiliki kendala dalam upaya penyebaran informasi, maka konvergensi media merupakan salah satu solusinya. Apalagi saat ini media sosial bagaikan candu yang hampir meracuni seluruh pengguna internet di dunia. Seperti dikutip dari The Next Web, pada September 2013 pengguna aktif bulanan facebook sudah melewati angka 1,19 miliar. Dari angka tersebut, 874 juta pengguna mengakses facebook dari perangkat mobile. Memilih media sosial sebagai mitra media komunitas merupakan pilihan yang sangat tepat. Pasalnya, di samping mempunyai pengguna terbanyak di dunia, media sosial juga memiliki kemudahan dalam penggunaannya, sehingga dapat dimanfaatkan dan diakses oleh semua kalangan. Kenyataan ini sesuai dengan tujuan dari keberadaan media ko-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 39
munitas, yaitu untuk memberdayakan masyarakat melalui informasi. Ketika media sosial sudah hampir disamakan dengan sebuah kebutuhan primer, maka di situlah terdapat peluang untuk bisa memanfaatkannya guna menyerbarkan informasi. Dengan media sosial, informasi akan lebih mudah tersebar tanpa harus melalui informan utama. KELEBIHAN PENYEBARAN INFORMASI MELALUI MEDIA KOMUNITAS a. Berbiaya Murah Berbeda dengan media cetak dan media lain yang pembuatannya membutuhkan biaya cukup besar, penyebaran informasi melalui media sosial berbiaya cukup murah. Dengan adanya perang inovasi antarperusahaan penyedia jasa internet, tarif murah bahkan gratis diberlakukan untuk menarik minat para konsumen. Namun harus diingat bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga media komunitas harus bisa menggunakan media sosial dengan bijak. b. Penggunaan dan Akses Mudah Salah satu alasan banyaknya masyarakat yang menggunakan media sosial adalah karena cara penggunaannya yang mudah. Sebelum teknologi berkembang seperti saat ini, pengguna internet di Indonesia hanya bisa menggunakan jaringan telepon kabel, dan itupun terbatas pada wilayah yang memiliki infrastruktur telepon. Namun perkembangan teknologi menjadikan internet lebih mudah digunakan. 40 I
ANTON MuHAJIR DKK
Selain komputer dan laptop, telepon seluler juga sudah bisa digunakan untuk mengakses internet dan membuka media sosial. Selain itu, akses internet juga sudah bisa digunakan menggunakan modem ataupun jaringan wifi. c. Pengguna Cukup Banyak Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, saat ini pengguna internet didominasi oleh pengguna media sosial. Banyaknya pengguna menjadikan peluang teraksesnya informasi yang kita sebarkan cukup tinggi. Selain itu, media sosial juga memungkinkan penyebaran informasi lebih cepat karena tidak sedikit pengguna media sosial yang kembali menyebarkan informasi tersebut menggunakan akun pribadi mereka. Dengan pola semacam itu, maka informasi bisa tersebar lebih luas dan efektif. d. Efisien Waktu Ketika menggunakan media konvensional seperti cetak, penyebaran informasi yang kita lakukan harus door to door agar informasi itu benar-benar bisa sampai. Tapi dengan media sosial, kita hanya menentukan akun atau grup mana yang akan bagi informasi. Cara seperti ini sangat mengefisienkan waktu. Walaupun jarak pemberi informasi dengan penerima informasi cukup jauh, namun dengan kelebihan yang dimiliki oleh fasilitas internet penyebaran informasi tidak akan menemui kendala. e. Mudah Menentukan Target Informasi Informasi yang akan diberikan oleh media komunitas sudah barang tentu beragam, karena informasi tersebut ber-
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 41
sumber dari warga yang cukup majemuk. Bisa saja informasi tersebut berupa potensi wilayah, atau juga informasi berupa permasalahan masyarakat yang perlu dicarikan solusi secepatnya. Dua informasi ini sangat berbeda dan tentu targetnya juga berbeda. Bila yang berkaitan dengan potensi wilayah seperti pertanian dan lainnya, maka informasi ini lebih tepat untuk disampaikan ke dinas pertanian, pengusaha pertanian, atau masyarakat yang membutuhkan informasi tentang pertanian. Namun jika informasi yang akan disebarkan adalah permasalahan buruh migran, misalnya, maka sangat tidak tepat jika disebarkan ke dinas pertanian. Melalui media sosial, penyebaran informasi tersebut dapat langsung diarahkan ke pihak-pihak yang berkaitan dengan informasi tersebut. Dalam kasus buruh migran, maka informasi seharusnya dibagikan ke akun milik Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), dinas tenaga kerja, dan semacamnya. f.
Bisa Langsung Mendapatkan Respons Informasi yang disebarkan melalu media sosial tak ja-
rang langsung mendapatkan tanggapan, baik dari masyarakat maupun dari instansi pemerintah yang akunnya kita beri informasi. Misalnya ketika salah satu pegiat media komunitas di Cirebon, Jawa Barat, menyebarkan informasi tentang penyiksaan salah satu tenaga kerja wanita asal Sumedang di Abu Dhabi. Informasi tersebut selain dimasukkan dalam website komunitas juga disebarkan ke akun-akun media sosial milik lembaga pemerintahan yang terkait dengan buruh migran, salah satunya adalah BNP2TKI. Setelah memperoleh informasi tersebut, BNP2TKI melalui akun res42 I
ANTON MuHAJIR DKK
minya langsung memberikan respons dan akan menindaklanjuti laporan yang sudah masuk. Ini menunjukkan bahwa informasi tersebut benar-benar sampai dan mendapatkan respons yang bagus. CARA PENYEBARAN INFORMASI MELALUI MEDIA KOMUNITAS Menyebarkan informasi melalui media sosial memang mudah, namun para pegiat media komunitas juga harus memiliki cara-cara tertentu agar penyebaran informasi ini bisa maksimal dan tepat sasaran. Selain itu, informasi yang disebarkan melalui media sosial tidak hanya berupa informasi yang secara langsung ditulis dalam akun pribadi, namun bisa juga dengan menyebarkan informasi yang bersumber dari website komunitas dan disebarkan ulang menggunakan media sosial. Ada beberapa cara agar penyebaran informasi melalui media komunitas bisa maksimal. a. Gunakan Akun yang Resmi dan Formal Untuk menyebarkan informasi melalui media sosial, hal pertama yang harus diperhatikan adalah akun yang akan kita gunakan. Saat ini banyak sekali pengguna media sosial yang menggunakan nama akun tidak mendidik atau terkadang ‘lebay’. Penggunaan nama akun seperti itu akan berpengaruh terhadap kepercayaan dari penerima informasi, karena penggunaan nama akun yang lebay dan tidak sopan akan memberikan anggapan bahwa pemilik akun ini hanya main-main dan tidak serius. Jika penyebaran informasi itu bukan menggunakan akun pribadi, lebih baik mengunakan akun resmi, seperti nama
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 43
organisasi/lembaga atau nama lembaga pemerintahan seperti pemerintahan desa dan lainnya. b. Sebarkan Informasi dengan Menggunakan Link atau Menulis Ulang Menyebarkan informasi yang sebelumnya sudah dikemas oleh para pegiat komunitas bisa dilakukan dengan berbagai cara. Selain menulis ulang dan meringkas informasi yang ada di akun media sosial, para pegiat media komunitas yang memiliki website komunitas juga bisa menyebarkannya dengan mencantumkan link website tersebut dalam informasi yang akan disebarkan. Dengan cara ini, selain penyebarannya lebih mudah, pengelola akun juga sekaligus bisa mengenalkan media komunitas yang sudah ada. Selain itu, jika menggunakan media sosial yang karakternya terbatas, tulislah status pendek yang menarik dan bisa menyimpulkan inti dari informasi yang akan disampaikan. Jika hal tersebut masih belum mencukupi atau masih banyak data dan informasi yang perlu disebarkan, maka pegiat komunitas dapat juga menggunakan status bertahap, yang bisa ditulis dalam beberapa status. c. Pengelompokan Informasi Bila akan menyampaikan informasi dan data yang cukup panjang pada media sosial yang memiliki keterbatasan karakter seperti twitter, maka pegiat komunitas disarankan menggunakan status yang bertahap. Selain itu, untuk memudahkan pengelompokan informasi dan pencarian, gunakanlah tanda pagar (#) dan isu informasi yang sedang dibahas. Contohnya: #Rakom. 44 I
ANTON MuHAJIR DKK
Pengelompokkan informasi ini akan mempermudah pihak lain yang ingin mencari atau berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat atau informasi yang berkaitan dengan isu yang sama. d. Membuat atau Bergabung ke Dalam Grup Jenis informasi yang akan disebarkan cukup banyak dan beragam, sehingga sasaran penerimanya dapat dipastikan beragam pula. Agar tepat sasaran, pegiat media komunitas perlu memprioritaskan ke mana informasi harus diberikan. Untuk memudahkan penyebarannya, pegiat yang menggunakan facebook bisa membuat grup sesuai sasaran informasinya. Misalnya, jika ada media komunitas yang banyak memberi informasi tentang perkembangan desanya, pegiat media komunitas tersebut bisa membuat grup, fans page, dan sejenisnya dengan nama yang bisa mewakili informasi yang akan disampaikan. Selain membuat grup, pegiat media komunitas juga bisa bergabung ke dalam grup yang sudah terbentuk. Bergabung dengan lebih banyak grup akan memaksimalkan penyebaran informasi, karena di grup-grup itulah informasi media komunitas bisa disebarkan. e. Berteman Agar informasi tepat sasaran, pegiat media komunitas perlu berteman dengan akun-akun media sosial yang berkaitan dengan informasi yang akan disebarkan. Beberapa yang perlu diikuti antara lain akun milik lembaga pemerintah, milik aktivis atau perorangan yang pro rakyat, dan milik organisasi yang mendukung informasi yang disebarkan. Cara ini bertujuan mempermudah penyebaran informasi.
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 45
f.
Menandai Akun-akun Terkait Pegiat media komunitas yang mengikuti dan berteman
dengan akun-akun terkait bisa menandai akun tersebut saat mengunggah sebuah informasi di media sosial. Misalnya saat menggunakan facebook, selain menuliskan atau menyebarkan link informasi di akun komunitas, pegiat media komunitas juga disarankan untuk menandai akun-akun tertentu yang terkait dengan informasi. Dengan ditandainya akun-akun tersebut, maka pemberitahuan akan informasi yang kita sebarkan akan muncul dalam dinding facebook pemilik akun. Cara ini hampir bisa dikatakan “memaksa� pemilik akun untuk membaca informasi yang kita sebarkan. Sedangkan jika pegiat media komunitas menggunakan twitter, akun-akun twitter yang terkait dengan informasi perlu di-mention agar informasi tersebut masuk dalam bagian pemberitahuan dan bisa dibaca pemilik akun. DAFTAR PUSTAKA Suparyo, Yossy. Artikel Televisi Komunitas dan Keberaksara an Media diakses melalui http://tvkomunitas.wordpress. com/ Rachman, Zulfikar Mochamad. 2007. Memberdayakan Masyarakat dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta: Pe-PP, Bappenas, dan UNDP Kompas Tekno diakses melalui www.kompas.com www.wearesocial.sg e-penyiaran.kominfo.go.id
46 I
ANTON MuHAJIR DKK
Tentang Penulis
AKHMAD ROFAHAN Aktif sebagai pengurus Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat, Ketua JARIK Cirebon, Direktur Program Jingga Media Cirebon, dan Ketua Radio Komunitas Best FM Buntet Pesantren. Ia tinggal di Buntet Pesantren Astanajapura Cirebon, dan bisa dihubungi melalui rovahan@gmail.com. ANTON MUHAJIR Jurnalis lepas dan editor. Tinggal di pinggiran Denpasar Utara, Bali. Bekas Koresponden GATRA di Bali (2001-2006). Tulisan-tulisannya telah dimuat di beragam media massa cetak maupun buku. Salah satu perintis Sloka Institute, komunitas pegiat jurnalisme warga di Bali yang lahir untuk memperjuangkan hak warga atas informasi. Hingga sekarang masih tercatat sebagai anggota Bali Blogger Community (BBC) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). BAYU SAPTA NUGRAHA Lelaki kelahiran Magelang, Jawa Tengah, ini adalah pewarta warga sekaligus aktivis di Radio Komunitas “K” FM, Dukun, Magelang. Beragam pelatihan pewarta warga dan broadcast
MEDIA SOSIAL: MASA DEPAN MEDIA KOMuNITAS?
I 47
ing telah dijalani, antara lain yang diadakan oleh VHR Media maupun COMBINE. Kini selain mengelola konvergensi media Rakom “K” FM, dia menjadi Sekretaris Redaksi Sang kala, siaran radio berjaringan radio komunitas milik Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) sekaligus Wakil Sekjen JRK Jateng. HERNINDYA WISNUADJI Pegiat Media Desa Kawasan Konservasi Semoyo yang merupakan komunitas penerima anugerah pelestarian lingkungan Kalpataru 2013. Peraih Top 10 SOLUSIMU Open Government Indonesia 2014, serta pernah belajar Audit Sosial di Hyderabad India pada 2011. Saat ini masih menjadi koordinator Saluran Informasi Akar Rumput (SIAR) Yogyakarta.
48 I
ANTON MuHAJIR DKK