Penguatan demokrasi deliberatif yossy

Page 1

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

1


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PENGUATAN DEMOKRASI DELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

2


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.

3


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PENGUATAN DEMOKRASI DELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

YOSSY SUPARYO

SEKRETARIAT NASIONAL Kaukus 17++ 2010

4


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PENGUATAN DEMOKRASI DELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN INFORMASI WARGA Penulis Yossy Suparyo Tataletak Fathulloh Edisi 1, Juni 2010 Penerbit Sekretariat Nasional Kaukus 17++ Jl. Sam Ratulangi Nomor 54A, Manahan, Surakarta (0271) 711061 E-mail: seknas@kaukustujuhbelas.org Website: http://kaukustujuhbelas.org dan COMBINE Resource Institution Jl. KH Ali Maksum No 183 Pelemsewu, Panggugharjo, Sewon, Bantul Telp/Fax. (0274) 411123 Website: http://combine.or.id

BUKU PANDUAN INI TIDAK DIPRODUKSI UNTUK UMUM HANYA DIPERGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI

5


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

MENGAPA BUKU INI DITULIS

Buku ini ditulis sebagai pedoman kerja para pewarta warga yang melakukan pewartaan di lingkungan tempat tinggalnya. Pewarta warga merupakan bentuk peran serta warga untuk menyebarluaskan informasi untuk mengarusutamakan peristiwa dan permasalahan masyarakat akar rumput ke ranah publik. Mengapa Kaukus 17++ perlu mengusung pewartaan warga? Kaukus 17++ menaruh perhatian pada peningkatan peran serta warga untuk memengaruhi kebijakan publik. Media massa mampu menyebarluaskan gagasan warga, sekaligus menyuarakan menenggelamkan aspirasi warga dengan pemberitaan yang berkutat pada aktivitas elit. Bukan rahasia lagi, selama ini warga seringkali ditempatkan pada posisi objek pemberitaan oleh media massa arus utama. Akibatnya, hasil-hasil pemberitaan media massa lebih mewakili cara pandang elit dibanding cara pandang warga. Pewartaan warga muncul sebagai gerakan atau cara pandang pewartaan baru yang menempatkan warga sebagai subjek dan objek pemberitaan. Warga bisa berperan 6


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

dalam memproduksi berita, baik berupa teks, foto, suara, dan gambar bergerak. Lebih dari itu, pewartaan warga menggeser perilaku dalam bermedia. Hasilnya, pembaca mendapatkan informasi dari sudut pandang warga sendiri. Secara definitif, pewarta warga adalah warga biasa yang menyebarluaskan informasi di lingkungannya dengan memperhatikan kaidah-kaidah dalam dunia pewartaan. Kegiatan pewarta warga tetap mengacu pada tatacara dan prosedur pewartaan yang diatur dalam Undang-undang No 40 tentang Pers. Dengan kata lain, pewarta warga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan pewarta umum di depan hukum. Permasalahan utama dalam pewartaan warga adalah rendahnya kemampuan para pewartanya. Pelatihan ini merupakan usaha serius Kaukus 17++ untuk mendorong kerja pewartaan warga ke arah yang lebih baik. Pewartaan warga merupakan salah satu bentuk nyata dari konsep deliberatif demokrasi yang menempatkan warga dalam posisi penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Seknas Kaukus 17++ memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya pada seluruh peserta yang telah rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berbagi dan bertukar pengalaman dalam pelatihan ini. Jadikan, kesempatan ini sebagai media untuk belajar, berbagi, dan saling melindungi. Seknas Kaukus 17++ 7


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Daftar Isi

Mengapa Buku ini Ditulis ~ 6 BAB 1 KEPEWARTAAN WARGA ~ 10 Definisi Pewarta Warga ~ 10 Pewarta Warga dan Perubahan Sosial ~ 13 Kelola Pengetahuan Lokal ~ 16 Pelihara Politik Ingatan ~ 19 BAB 2 KELAYAKAN BERITA ~21 Kedekatan ~ 22 Berakibat Pada Banyak Orang ~ 23 Kebaruan ~ 24 Manusiawi ~ 25 Hiburan ~ 25 Tindakan dan Pengembangan Diri ~ 25 BAB 3 PELIPUTAN ~ 27 Pertanyaan Peliputan ~ 28 Cara Peliputan ~ 31 8


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Pahami Ragam Peristiwa ~ 33 Saat Peliputan ~ 35 Menghadapi Pihak-pihak dalam Peliputan ~ 37 BAB 4 TEKNIK WAWANCARA ~ 41 Persiapan Wawancara ~ 42 Saat Wawancara ~ 44 BAB 5 PENULISAN BERITA ~ 48 Judul Berita ~ 48 Teras Berita ~ 49 Tubuh Berita ~ 53 Penutup ~ 54 Berita Langsung ~55 Berita Ringan ~ 59 Berita Kisah ~ 61 BAB 6 PENYUNTINGAN ~ 63 Bahasa Pewartaan ~ 65 Ekonomi Kata ~ 67 Bahasa Baku dan Tidak Baku ~ 69 Pilihan Kata Sesuai Fakta ~ 72 BAB 7 ETIKA PEWARTA WARGA ~ 75 Daftar Bacaan ~ 78 Tentang Penulis ~ 80

9


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 1 KEPEWARTAAN WARGA

Definisi Pewarta Warga Pewarta warga merupakan sebutan bagi warga yang secara sukarela menyusun, mengemas, dan menyebarluaskannya informasi ke publik dengan memperhatikan prinsip-prinsip kepewartaan. Secara bahasa, pewartaan warga merupakan alihbahasa dari citizen journalism. Citizen Journalism adalah peran serta warga dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis, serta penyampaian informasi dan berita (Wikipedia: 2010). Kegiatan warga untuk membuat, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi daerahnya merupakan perkembangan baru dalam dunia kepewartaan. Sebelumnya pengelolaan terpusat di tangan media massa arus utama. Kini, warga pun mampu melakukan hal yang serupa, bahkan warga dapat menjadi anjing penjaga (watchdog) saat media arus utama tidak berfungsi. Pewartaan warga dapat dimaknai sebagai bentuk desentralisasi informasi. Dewi (2008) berpendapat kegiat10


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

an pewartaan warga memiliki dampak positif. Pertama, pewartaan warga memberikan ruang bagi peran serta warga dalam pengelolaan informasi. Keterlibatan warga dalam dunia pewartaan membuktikan adanya hubungan dinamis antara pelaku media dan pembacanya. Kedua, bagi media arus utama, pewartaan warga meningkatkan hubungan saling percaya antara media dan pembacanya. Ketiga, pewartaan jenis ini mampu memberikan ruang bagi warga untuk menegakkan hak-hak informasi mereka. Perkembangan pewartaan warga meningkat seiring tumbuhnya kemampuan keberaksaraan media (media literacy) warga. Meski sebagian besar pewarta warga awalnya sekadar iseng, lama-kelamaan mereka menyadari kegiatan pengelolaan dan berbagi informasi sebagai sebuah pilihan. Apabila warga mampu berbagi informasi, maka pengetahuan dan kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan hidup juga akan meningkat. Hermanto (2008) berpendapat kemunculan pewartaan warga mampu menggeser cara pandang dunia perwartaan (Hermanto, 2008). Dalam pewartaan media arus utama, warga hanya menempatkan sebagai objek pemberitaan. Lewat pewartaan warga, warga tak sekadar objek, sekaligus subjek pemberitaan. Pewartaan warga menjadi genre pewartaan baru di tengah kegersangan dunia pewartaan media massa arus utama. Di Indonesia, pewartaan warga dipengaruhi oleh kegiatan radio siaran. Pada 1983, Radio Suara Surabaya 11


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

(SS) memiliki program siaran informasi lalu-lintas. Lalu, program itu berkembang menjadi konsep interaktif. Konsep ini mengubah cara kerja radio, bila sebelumnya komunikasi yang bersifat satu arah, yaitu radio ke pendengar, konsep interaktif memberikan kesempatan pada pendengar untuk aktif memberikan informasi dan menyampaikan pendapatnya. Konsep interaktif menciptakan hubungan dua arah, yaitu antara pendengar dengan penyiar dan pendengar dengan pendengar. Siapapun pendengar bisa memberi tanggapan atau komentar dari pernyataan narasumber maupun pendengar lainnya. Itulah yang disebut dengan demokrasi dalam siaran radio. Kegiatan serupa dipopulerkan oleh Radio Elshinta Jakarta, melalui program laporan pendengar. Pendengar bisa menyampaikan informasi melalui telepon ke radio layaknya seorang pewarta. Program ini mendapat respon bagus para pendengarnya. Sembari menunggu kemacetan lalu-lintas, warga saling bertukar informasi mengenai situasi lalu-lintas di sekitarnya. Dari sanalah ragam berita mulai berkembang luas, dari pewartaan peristiwa yang bersifat lokal hingga peristiwa-peristiwa nasional. Kelahiran radio komunitas di sejumlah daerah semakin menguatkan posisi pewartaan warga. Lalu, setelah pengguna internet makin meluas, warga yang memunyai akses makin menemukan saluran untuk menyampaikan pendapatnya. Lantas bermunculan blog atau web yang menerapkan model pewartaan warga. 12


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Pesatnya inovasi di bidang teknologi informasi juga memengaruhi minat warga pada kegiatan peliputan atau pewartaan. Kapan pun dan di mana pun, semua orang dapat merekam dan mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ada teknologi kamera dijital, kamera tangan (handycam), telepon seluler, perekam suara, yang mampu merekam pelbagai peristiwa dan dibagikannya pada warga lainnya.

Pewarta Warga dan Perubahan Sosial Apakah pengelolaan informasi memiliki dampak pada warga? Tentu, lewat pewartaan warga hubungan antara pewarta dan pembacanya tak sekadar sebagai produsen dan konsumen, tapi solidaritas sosial. Hermanto (2008) menjelaskan dampak pewartaan warga sebagai berikut: Sukiman, pegiat Radio Komunitas Lintas Merapi tampak sumringah. Ia baru saja menerima surat elektronik dari sejumlah warga negara Indonesia yang tinggal di Jepan. Mereka bersedia menggelontorkan dana untuk kegiatan penanaman pohon di desanya, Sidorejo, yang habis terlibas awan panas dan lahar saat kawah Gunung Merapi aktif pada pertengahan 2006. Awalnya ia iseng mengunggah tulisan tentang kegiatan penanaman pohon untuk penyelamatan sumber air di lereng Gunung Merapi dalam portal Jalin Merapi Ia tak menyangka tulisannya ditanggapi oleh pembaca. Ada yang menyumbang bibit, uang, maupun tenaga. Idenya pun cukup ‘nakal’, setiap keluarga di sepanjang jalan yang ditanami pohon berkewajiban untuk merawat pohon itu.

13


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Hal serupa dialami oleh Muhdi, pegiat Radio Komunitas Jaringan Tani Mandiri (JTM FM) di Andong, Boyolali. Pria lulusan sekolah lanjutan pertama ini menyebarluaskan hasil wawancara dengan kepala desanya perihal kondisi jalan desa yang rusak. Imbasnya warga sadar bahwa mereka berhak untuk meminta pelayanan fasilitas umum yang layak pada pemerintah daerah. Sekarang kondisi jalan raya Andong telah beraspal mulus dan nyaman dilalui. Pewartaan warga tidak perlu risau dengan tekanan kepentingan ekonomi, kekuasaan, ideologi, maupun tiras. Pewarta dapat merekam peristiwa apapun yang ada di daerahnya, lalu menyebarkannya. Kontrol utama dari pewartaan warga hanya pada aturan dan perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan pers dan penyiaran. Keunggulan pewarta warga ada pada sudut pandang pemberitaan yang berpihak ke warga. Perhatikan contoh tulisan sebagai berikut: “Juli tahun lalu, Radisem meninggalkan tanah air dengan perasaan bangga. Ia akan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia yang nantinya bisa membawa pulang Ringgit dalam jumlah banyak. Sayang, bukan Ringgit yang didulang, justru nasib buruk yang ia diterima. Beberapa hari yang lalu Radisem pulang dalam kondisi mengenaskan.�

Peristiwa tragis di atas tidak diliput oleh media arus utama. Berita itu justru ditulis oleh pewarta warga yang kebetulan tetangga korban. Lalu, tulisan di atas memun14


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

culkan solidaritas warga lainnya. Mereka menggelar malam keprihatinan, diskusi, tuntutan, dan dialog publik yang melibatkan banyak pihak, seperti warga, mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, dan lain-lain. Kisah menarik diwartakan Nurhadi, pewarta warga di Indramayu. Dia menulis keluhan warga atas Peraturan Daerah (Perda) Pendidikan di daerah itu. Pemerintah Kabupaten Indramayu mewajibkan warga untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Siapapun yang melanggar aturan ini akan dikenakan sanksi kurungan penjara 5 tahun atau denda 50 juta rupiah (17/11/2008). Perhatikan paragraf berikut ini: Awalnya, warga Indramayu berbondong-bondong menyekolahkan anaknya. Namun, di tengah jalan warga merasa terjebak. Mereka dihantui tagihan biaya sekolah yang semakin mahal. Sementara itu, jaminan akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu tidak bisa ditepati pemerintah, anak-anak miskin pun tidak terbebas dari biaya sekolah.

Hal serupa dituliskan oleh Ibe, pewarta dari Kowane, Sulawesi Tenggara. Dia menceritakan nasib para siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap Saponda, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, yang kekurangan guru. Siswa kelas 1-3 tak belajar matematika karena gurunya pergi mendulang emas. Selama ini, kegiatan belajar-mengajar difasilitasi oleh 5 guru yang semuanya berstatus honorer. Pemerintah Kabupaten Konawe seharusnya menambah tena15


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

ga pengajar dan mengubah status honorer menjadi pegawai negeri bagi para pengajar di sekolah ini.

Tiga bulan setelah berita ini disebarluaskan, Pemkab Kowane mengangkat para guru honorer di Saponda menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Pewartaan warga mampu menggeser dunia pewartaan menjadi alat perubahan sosial.

Kelola Pengetahuan Lokal Konsumen media cenderung memiliki informasi global dibanding informasi lokal. Mereka mampu menyebutkan nama sungai terbesar di dunia dibanding nama sungai di desanya. Lalu, lahirlah generasi yang tercerabut dari pengetahuan lokalnya. Kenyataan ini digambarkan secara apik oleh W.S. Rendra dalam puisinya Sajak Seonggok Jagung yang ditulisnya pada 1975. ................ Aku bertanya: Apakah gunanya pendidikan bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya? Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibukota kikuk pulang ke daerahnya? Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata: “Di sini aku merasa asing dan sepi!�

..............

16


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Sejumlah simulasi yang dilakukan penulis menunjukkan sebagian besar warga mulai acuh dengan lingkungannya. Pewartaan warga mengajak warga menengok kembali pengetahuan-pengetahuan yang dekat dengan lingkungan mereka. Lewat pewartaan warga, banyak khasanah lokal muncul ke ruang publik. Widarto menulis makanan tradisional Gholak. Kini, makanan khas Desa Serut, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen hanya tersedia di satu tempat. Perhatikan kutipan berikut ini: Makanan yang berbentuk angka delapan dengan panjang 12-15 cm dan diameter 4-6 cm ini terbuat dari tepung krekel. Tepung krekel adalah sebutan untuk tepung singkong yang telah dijemur. Tepung krekel dicampur dengan parutan kelapa, dibentuk angka delapan, lalu digoreng. Gholak cocok dimakan dengan gethuk dan secangkir teh atau kopi panas. Rasanya yang gurih membuat lidah terus bergoyang. Apalagi ditemani dengan alunan macapat di pagi hari.

Mia adalah pewarta warga Desa Kertosari yang sering mengunggah kegiatan adat di desanya. Kertosari yang terletak di lereng Gunung Semeru, masuk wilayah Kecamatan Pasrujambe, Lumajang, tidak pernah melepaskan adat istiadat nenek moyangnya. Keseharian mereka diwarnai beragam ritual adat yang diwariskan secara turun-menurun. Simak petikan tulisan warta sedekah desa berikut ini:

17


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Ritual sedekah desa ini diawali dengan kenduri oleh seluruh warga di perempatan jalan desa. Esok harinya diadakan ruwatan sehari penuh, lalu ditutup dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Warga desa membuat kue untuk memeriahkan acara itu. Kue dikumpulkan di rumah ketua Rukun Tetangganya masingmasing. Setelah terkumpul. kue-kue diarak ke balai desa dengan menggunakan amben atau dipan tempat tidur dan dikumpulkan di balai desa. Saat sedekah desa segala kegiatan warga sehari-hari dihentikan. Sekedah desa menjadi hari libur bagi warga Desa Kertosari.

Berita menarik disampaikan oleh pewarta warga Lombok. Ia menulis perayaan Maulid Adat Wetu Telu yang dilakukan di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Perayaan maulid adat ini dilaksanakan pada Mei minggu kedua, bertepatan dengan 15 Rabi’ul Awal 1430 Hijriyah. Acara ini disemarakkan oleh permainan Perisaian (temetian dalam bahasa Bayan) yang berlangsung di masjid kuno, seperti di halaman masjid kuno Dusun Barung Birak, Desa Sambik Elen; masjid kuno Desa Bayan; masjid kuno Desa Sukadana dan Desa Anyar. Perhatikan kutipan berikut ini: Permainan tradisional Suku Sasak ini dilakukan oleh dua petarung yang menggunakan rotan sebagai pemukul lawan serta perisai (ende) terbuat dari kulit kerbau. Sementara itu, pekembar berfungsi sebagai wasit sekaligus pendukung bagi petarung.

18


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Acara perisaian berlangsung semalam suntuk dalam suasana temaram sinar bulan purnama. Suasana menjadi semakin hidup oleh iringan musik gamelan yang ditabuh bertalu-talu. Beberapa wanita membimbing bocah kecil dan gadis remaja memukul dua gong musik tradisional, lalu melamparkan ayam baker dan sejumlah uang ke arah sekaha (penabuh).

Kepewartaan warga menjadi alat untuk menggali segala potensi yang ada di sekeliling warga. Kepewartaan warga juga melatih orang untuk perhatian pada pengembangan pengetahuan lokal.

Pelihara Politik Ingatan Tanpa dukungan dokumentasi, pelbagai peristiwa cepat terlupakan. Akibatnya kehidupan warga, seperti keledai sebab dia sering terjatuh dalam lubang yang sama. Pewartaan warga merupakan metode mendokumentasikan peristiwa yang ada di masyarakat. Pewartaan warga menjadi penjaga ingatan sehingga warga mampu mengkritisi peristiwa-peristiwa yang memiliki kecenderungan yang sama. Meminjam istilah Milan Kundera, pewartaan warga adalah politik memelihara ingatan dan melawan lupa. Pewarta warga korban lumpur PT Lapindo di Sidoarjo yang tergabung dalam Radio Komunitas Suara Porong (RSP) memiliki cara unik untuk menjaga ingatan warga atas tragedi bencana lumpur yang menimpa warga Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jambon. Mereka menamai program siaran dengan istilah mengingatkan 19


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

pendengarnya pada biang kerok bencana lumpur, yakni Lapindo. Seperti terpampang di jadwal siaran, ada program siaran bernama Lapindo, singkatan dari Lagu Pop Indonesia. Program ini berisi siaran musik pop terkini diselingi dengan pembacaan pesan dari pendengar lewat layanan pesan pendek (short messeage service atau sms). Lapindo disiarkan pukul 08.00-10.00 dari Senin sampai Jumat. Tina, pewarta warga Gentasari menuliskan nasib desanya, Gentasari, Kecamatan Kroya, Cilacap, dengan gaya satir (28/11/2008). Reputasi jamu asal Desa Gentasari hancur oleh ulah sejumlah orang yang berlaku lancung. Mereka menggunakan aneka obat kimia agar jamu buatannya bereaksi cepat pada pemakainya. Umumnya, peramu obat kimia menggunakan obat penghilang pusing, memacu nafsu makan, dan obat tidur. Cara ini terbukti menghancurkan tradisi meramu jamu tradisional yang telah berlangsung ratusan tahun. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Kini, tradisi dan pondasi usaha jamu tradisional warga Desa Gentasari hancur oleh segelintir orang yang ingin mengeruk kekayaan secara cepat.

Pewartaan warga mampu menjadi alat memelihara ingatan warga. Warga bisa melakukan temu kembali informasi sehingga pelbagai kejadian masa lalu bisa diingat kembali secara mudah[::]

20


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 2 KELAYAKAN BERITA

Sebelum menerbitkan sebuah berita, pewarta harus bertanya pada dirinya, apakah berita yang ingin ia tulis dibutuhkan oleh pembaca? Setiap pewarta paham tidak semua peristiwa layak diberitakan. Dalam dunia pewartaan warga sekalipun ada ukuran yang harus dipenuhi supaya suatu peristiwa layak diberitakan. Ukuran layak atau tidak suatu peristiwa diberitakan sering disebut dengan kriteria kelayakan berita. Pada dunia pewartaan warga sepakat hanya peristiwa publiklah yang boleh disebarluaskan. Peristiwa publik adalah peristiwa yang memiliki keterkaitan dengan khalayak umum, seperti kecelakaan lalu-lintas akibat jalan yang licin, kenaikan harga bahan pokok, dan penyebaran penyakit yang berbahaya. Lawan kata dari peristiwa publik adalah peristiwa privat. Peristiwa privat adalah peristiwa yang tidak berhubungan dengan publik, seperti rahasia pribadi 21


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

seseorang, perselisihan dalam rumah tangga, kesukaan, dan peristiwa lain yang tak berhubungan dengan kepentingan publik. Hubungan suami-istri di keluarga adalah masalah privat. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara si suami dan si istri itu urusan pribadi mereka. Namun, apabila si suami melakukan penyekapan, pemukulan, dan kekerasan terhadap istrinya, maka peristiwa itu berubah menjadi peristiwa publik. Tindakan pemukulan termasuk tindakan yang dikategorikan melawan hukum. Tidak semua peristiwa publik layak diberitakan. Suatu peristiwa layak diberitakan apabila peristiwa tersebut mengandung sesuatu yang penting atau sesuatu yang menarik. Ukuran mengenai apa yang penting atau apa yang menarik bisa berbeda bagi setiap pewarta, komunitas, maupun pembaca. Namun, secara umum peristiwa yang dianggap memiliki nilai berita adalah yang mengandung salah satu atau beberapa unsur berikut ini:

Kedekatan Peristiwa yang dekat dengan pewarta atau khalayak media layak disebarluaskan. Kedekatan peristiwa bisa diukur secara fisik maupun emosional. Kedekatan secara fisik diukur dari jarak geografis, peristiwa yang dekat dapat dirasakan secara langsung oleh pembaca. Kedekatan emosional diukur lewat hubungan ketertarikan, minat, dan kepedulian. Kedekatan emosional bisa mengabaikan jarak geografis, biasanya kedekatan 22


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

jenis ini terbentuk karena persamaan dan solidaritas kepercayaan, kebudayaan, kesukuan, profesi, minat, dan kepentingan. Perhatikan contoh berikut ini: KEDEKATAN PENJELASAN Jarak

Kebakaran yang terjadi di Kampung Cilimus, Desa Hurun bagi pewarta Radio Gema Lestari, Pesawaran, Lampung memiliki lebih memenuhi kriteria kedekatan dibanding kebakaran yang menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta.

Emosional

Perampasan peralatan siar milik Radio Ninanta di Dusun Montong Gedeng, Desa Ketangga, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur oleh Balai Monitoring setempat lebih memiliki kedekatan dibanding perampokan yang menimpa Camat sebab jaringan Suara Komunitas terdiri dari radio-radio komunitas.

Berakibat Pada Banyak Orang Peristiwa yang akan menimbulkan dampak pada orang banyak layak diberitakan. Kenaikan harga bahan bakar minyak dan pemberlakuan undang-undang perpajakan yang baru memiliki dampak langsung pada kehidupan khalayak sehingga penting diberitakan. Selain itu, berita adanya bahaya yang mengancam kehidupan manusia, seperti tindak kekerasan, bencana alam, dan penyakit juga layak diberitakan.

23


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

DAMPAK

PENJELASAN

Fisik

Peristiwa kecelakaan, kebocoran reaktor nuklir, wabah penyakit, banjir, gempa bumi, demam berdarah, penggusuran, dan lain-lain

Ekonomi

Peristiwa kemiskinan, kenaikan bahan bakar minyak, pemutusan hubungan kerja, kenaikan harga, nilai tukar rupiah, penjualan aset negara, dan lain-lain.

Budaya

Peristiwa upacara adat, dialog antarbudaya, kolaborasi pertunjukan, dan lain-lain.

Sosial

Peristiwa diskriminasi keagamaan, konflik sosial, dan lain-lain.

Psikis

Peristiwa trauma, kecemasan, teror, konflik, dan lain-lain.

Kebaruan Peristiwa yang baru terjadi atau diketemukan penting disebarluaskan. Kriteria baru bisa berbeda-beda tergantung periode terbit media, seperti harian, mingguan, dwimingguan, dan bulanan. Peristiwa lampau juga layak dianggap baru bila memiliki keterkaitan yang erat dengan kondisi kekinian. Misalnya, pada pemberitaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Pemilu 2004, dan Pemilu 1999. Ketiganya memiliki hukungan, yaitu Pemilu yang diselenggarakan setelah kejatuhan kepemimpinan Soeharto.

24


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Manusiawi Peristiwa yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca penting diberitakan. Peristiwa yang memancing empati biasanya menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa. Pemberitaan peristiwa ini akan menyentuh perasaan kemanusiaan khalayak pembaca untuk berempati pada subjek berita. Hiburan Hiburan diperoleh dari pemberitaan tentang peristiwa yang menggugah perasaan karena sifat manusiawi yang terkandung di dalamnya. Sesuatu yang menggugah perasaan itulah yang menyebabkan berita menarik dibaca sekalipun tidak bermanfaat langsung bagi kepentingan pembaca. Tindakan dan Pengembangan Diri Peristiwa yang menambah pengetahuan pembaca untuk memperbaiki kedudukan ekonomi atau sosial, semacam peluang akibat perkembangan perdagangan, peluang lapangan pekerjaan, atau petunjuk untuk menambah pendapatan. Suatu berita tidak harus memenuhi semua kriteria di atas. Namun, semakin banyak unsur yang melekat dalam suatu peristiwa, maka nilai beritanya semakin tinggi. Peristiwa sebaiknya dikemas secara menarik, misalnya ditulis dengan gaya bercerita, baik yang lucu atau meng-

25


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

harukan, sehingga mengundang minat banyak orang. Ada beberapa hal yang direkomendasikan sebagai pertimbangan dalam penentuan kelayakan berita, yaitu: 1. Tulisan pewarta bukan hasil plagiat; 2. Pewarta harus menghindari penggunaan sumber anonim; 3. Pewarta dilarang melakukan tindakan pelecehan, baik dalam kegiatan pewartaan maupun kegiatan nonpewartaan; 4. Kerja pewartaan sebesar-besarnya untuk peningkatan mutu kehidupan warga atau komunitas.

26


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 3 PELIPUTAN

Peliputan adalah salah satu kegiatan pewartaan yang paling penting. Lewat kegiatan peliputan, pewarta mencari fakta, baik peristiwa yang dapat ia saksikan sendiri maupun peristiwa yang tidak dapat dia disaksikan. Saat peliputan, pewarta mengumpulkan fakta-fakta yang bertebaran, lalu memilahnya, mana yang penting dan mana yang tidak penting. Berhasil atau tidaknya suatu peliputan peristiwa tergantung cara pengumpulan fakta, pengenalan ragam peristiwa, serta bagaimana menghadapi objek liputan. Ketika mengumpulkan fakta di lapangan, pewarta warga harus bertanya apakah fakta yang diperolehnya dapat dipercaya? Pewarta perlu mempunyai alat agar ia tidak begitu saja beranggapan setiap fakta yang ia peroleh itu telah benar atau lengkap. Alat itu adalah sikap skeptis. Menurut Ishwara (2005:2), pewarta harus menerapkan sikap skeptis agar mampu memilah fakta-fakta yang 27


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

mereka temui di lapangan. Sikap skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Pewarta warga adalah mata dan telingga publik, ia melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan warga. Pewarta warga berusaha mendorong terciptanya perubahan sosial sebab dirinya bukan sekadar penyalur informasi, tapi juga menjadi fasilitator, penyaring, dan pemberi makna atas informasi.

Pertanyaan Peliputan Setiap berita selalu mengungkap fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi di tengah kehidupan pembaca. Peristiwa itu sendiri selalu menyangkut manusia dan alam. Peristiwa bisa terjadi karena interaksi antarmanusia, seperti antarindividu, antara individu dan kelompok, antarkelompok atau karena interaksi antara manusia dan alam. Berita mengungkap fakta-fakta tentang interaksi tersebut, seperti apa peran, tindakan, dan reaksi terhadap tindakan manusia atau alam di dalam suatu peristiwa. Pembaca bersedia membaca berita yang disebarluaskan oleh pewarta karena mereka memercayai pewarta. Berita dianggap menarik apabila pewarta menyajikan fakta sebagai jawaban atas pertanyaan tentang peristiwa yang muncul dibenak pembaca. Oleh karena itu, saat meliput peristiwa pewarta harus mengajukan pertanyaan pokok seperti yang diandaikan oleh pembaca. 28


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Secara umum, pertanyaan-pertanyaan yang penting ingin didapatkan oleh pembaca antara lain: 1. Apa yang terjadi? Jelaskan apa yang peristiwa yang terjadi secara gamblang. Peristiwa harus kongkret, hindari penyebutan peristiwa yang bersifat umum. Contoh: Kecelakaan lalu-lintas (salah) Sepeda motor menabrak sepeda (benar). 2.

Siapa-siapa saja yang terlibat dalam peristiwa? Dapatkan nama lengkap dari orang-orang yang terlibat, jangan lupa cek ejaannya untuk ketelitian. Contoh: Soekarno apa Sukarno Dandi apa Dandy Akhmad apa Ahmad Sumawikarta apa Sumowikarto

3.

Kapan peristiwa terjadi? Catatlah hari dan waktu terjadinya peristiwa secara rinci. Contoh: Senin, 17 Januari 2009 pukul 15.30 (benar) Senin, 17 Januari 2009 sore (salah)

4.

Di mana peristiwa terjadi? Dapatkan lokasi kejadian dan gambarkanlah. 29


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Contoh: Timbulharjo, Sewon, Bantul Karangbajo, Bayan, Lombok Utara 5.

Mengapa atau apa sebab peristiwa terjadi? Carilah data penyebab kejadian secara lengkap. Bila perlu temui narasumber-narasumber yang paham atas peristiwa untuk mendapatkan penyebab yang sahih, bukan sekadar kira-kira.

6.

Bagaimana peristiwa terjadi? Cari lebih banyak informasi tentang bagaimana peristiwa terjadi. Biasakan Anda membuat catatan urutan peristiwa atau kronologisnya.

Pertanyaan-pertanyaan di atas digunakan oleh pewarta warga untuk mengumpulkan fakta seluasluasnya. Setiap peristiwa biasanya mengandung informasi yang menjawab keenam pertanyaan di atas. Setiap fakta yang diperoleh sebagai jawaban atas salah satu pertanyaan tersebut sebaiknya selalu diuji kelayakannya oleh pewarta. Misalnya, ada peristiwa kecelakaan. Informasi semacam itu tidak jelas, sebab menimbulkan pertanyaan baru, kecelakaan apa? Kalau dijawab kecelakaan lalu-lintas, masih kurang jelas, kecelakaan lalulintas apa? Lebih informatif kalau jawaban yang diperoleh adalah tabrakan bus dan sepeda motor atau bus menyerempet sepeda motor. 30


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Cara Peliputan Cara meliput ada bermacam-macam, seperti pengamatan, wawancara, dan penelitian dokumen. a.

Pengamatan. Pengamatan dipakai bila pewarta warga menyaksikan peristiwa secara langsung. Ia berada secara fisik di lokasi kejadian. Pewarta biasanya menggunakan ketajaman inderawinya untuk mengungkap fakta. Pewarta mengumpulkan fakta yang bisa dilihat, didengar, dibaui, dirasa, diraba, ataupun dikecap. Misalnya, pewarta harus menggambarkan postur, wajah, warna kulit, rambut, dan sebagainya yang berkaitan dengan kesan penglihatan si jurnalis. Suara ditangkap dengan kesan pendengaran. Rasa air dikenali dengan pengecapan (pencicipan). Kesan yang diungkapkan disebut paparan faktual. Hindari penilaian subjektif yang dilukiskan dengan kata sifat, misalnya cantik, pemarah, gagah, dan lain sebagainya. Kesan yang digambarkan harus benar-benar mengungkapkan fakta. Pewarta juga perlu mendapatkan informasi dengan cara membuka kembali catatan-catatan, dokumentasi, buku, dan sebagainya, yang ada hubungannya dengan peristiwa yang tengah diliput. Persiapan ini penting agar pewarta tidak sekadar pasif mencatat saja. b. Wawancara Wawancara artinya pertemuan tatap muka. Wawancara melibatkan interaksi verbal antara dua orang atau 31


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

lebih. Wawancara digunakan untuk memperoleh fakta tentang apa yang dialami, apa yang dilihat, atau apa pendapat maupun harapan seseorang berkaitan dengan suatu peristiwa. Wawancara selalu dilakukan terhadap beberapa pihak. Misalnya, pada peristiwa penggusuran pedagang kaki lima, ada pihak yang menggusur (Satuan Polisi Pamong Praja), ada pihak yang digurus (pedagang kaki lima), dan pembeli atau warga sekitar kejadian. Untuk memperoleh fakta yang lengkap tentang penggusuran maka pewarta perlu mewawancarai ketiga pihak tersebut. Saat wawancara ada tiga hal pokok yang perlu ditanyakan oleh pewarta, yaitu kesan indrawi, atribut, dan pendapat narasumber. Kesan indrawi diperlukan sebab pewarta belum tentu menyaksikan peristiwa secara langsung. Atribut seseorang diperlukan untuk memberikan gambaran pada pembaca sehingga siapa narasumber yang diwawancarai dan di mana posisi narasumber saat terjadi peristiwa. Atribut yang umum digunakan adalah nama, usia, status , dan hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan peristiwa. Pendapat narasumber bisa berbentuk opini, harapan, cita-cita, dan aspirasi. Semua itu dapat digali saat wawancara. Misalnya pada peristiwa penggusuran, apakah pedagang nasi gudeg lesehan akan mengadu ke kepolisian atau tidak, apa harapan pelanggan nasi gudeg setelah peristiwa penggusuran, apa pendapat warga setempat, bagaimana pendapat Satuan Polisi Pamong Praja. 32


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

c.

Penelitian Dokumentasi Penelitian dokumen digunakan untuk mendapatkan fakta tertulis, baik berupa angka (jumlah, besaran), tabel, bagan, maupun teks (tulisan, surat perjanjian, surat keputusan). Fakta seperti ini akan digunakan untuk memperjelas atau sebagai bukti pendukung dalam pengungkapan peristiwa. Fakta-fakta dokumen tidak bisa digunakan begitu saja. Misalnya, data berbentuk tabel perlu diinterpretasikan lebih dahulu. Pada dokumen teks perlu diperhatikan sumbernya. Sumber harus harus memiliki otoritas atas fakta itu.

Pahami Ragam Peristiwa Agar pewarta mudah mengumpulkan dan mencari fakta tentang suatu peristiwa maka ia harus memahami ragam peristiwa. Pengetahuan ragam peristiwa akan memudahkan bagaimana teknik meliput yang diterapkan. Peristiwa dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu peristiwa momentum, peristiwa teragenda, dan peristiwa fenomena. 1.

Peristiwa Momentum Peristiwa momentum adalah peristiwa yang terjadi tiba-tiba, tidak disangka-sangka. Nilai aktualitas peristiwa jenis ini tinggi karena ciri-cirinya yang terjadi secara tibatiba. Apabila peristiwa itu penting diketahui oleh pembaca maka pewarta harus meliput dan memberitakannya sesegera mungkin. Meskipun peliputan dilakukan dengan 33


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

tergesa-gesa. Namun, pewarta harus tetap cermat, contohnya, kecelakaan, banjir, perampokan, tabrakan, sakit, dan lain-lain. Peristiwa momentum menjadi andalan bagi pewarta warga. Jumlah pewarta media arus utama sangat terbatas. Mereka tidak memiliki pewarta maupun kontributor berita di setiap kota. Akibatnya, pewarta media arus utama selalu datang beberapa saat setelah peristiwa terjadi. Sebaliknya, pewarta warga ada di mana-mana. Mereka dapat mendokumentasikan dan menuliskan kejadian sesegera mungkin dengan alat-alat yang tersedia. Dalam banyak peristiwa, video amatir lebih mampu merekam peristiwa dibanding pewarta media arus utama. 2.

Peristiwa teragenda Peristiwa teragenda adalah peristiwa yang kapan terjadinya telah diketahui sebelumnya. Meliput peristiwa teragenda memberi peluang bagi jurnalis untuk melakukan persiapan. Contoh peristiwa teragenda adalah lomba melukis di balai desa, pertandingan sepakbola antarkampung, pelatihan internet di radio komunitas, dan lain-lain. Pada peliputan peristiwa teragenda, penulisan berita tidak semata secara kronologis tapi bisa dilakukan dengan memilih segi (angle) yang menarik. 3.

Peristiwa fenomena Peristiwa fenomena terdiri atas sejumlah kejadian yang menggejala. Belum tentu antara satu peristiwa dan 34


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

peristiwa lainnya tampak pertautan yang jelas. Peristiwa bisa bermunculan di sejumlah tempat yang tersebar dan mencuat pada waktu yang berbeda sehingga seolah berdiri sendiri. Setelah frekuensi kemunculannya semakin tinggi, baru mudah melihatnya sebagai fenomena. Sering kali gejala itu berlangsung tanpa pertanda yang tegas karena terabaikan. Pewarta warga harus menafsirkan hubungan antarperistiwa sebelum dapat memahaminya sebagai suatu fenomena. Meliput fenomena memerlukan pendalaman masalah, kesabaran, kecermatan, kepekaan, dan sikap kritis. Oleh karena itu, peliputan peristiwa fenomena sering menghasilkan laporan mendalam.

Saat Peliputan Agar mendapat hasil liputan yang baik, pewarta harus memperhatikan langkah-langkah berikut ini: 1. Membuat garis besar liputan Membuat garis besar liputan (outline) adalah langkah penting sebelum meliput. Garis besar liputan membantu pewarta untuk fokus pada penelusuran sumber utama peristiwa. Apapun teknik liputan yang digunakan—pengamatan, wawancara, maupun penelitian dokumentasi— garis besar liputan membimbing pewarta dari kebingungan akibat terlalu banyak fakta dan dokumen yang ia kumpulkan. Pewarta tidak akan kehabisan kata-kata dan tulisannya enak dibaca dan mudah dicerna.

35


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

2.

Mengecek peralatan liputan Sebelum melakukan peliputan, pewarta perlu mengecek kembali apakah peralatan dan fungsi alat masih baik. Kata pepatah, “peristiwa yang sama tidak muncul dua kali�. Sangat disayangkan apabila pewarta menyianyiakan peristiwa karena alat yang dibutuhkan lupa terbawa atau tidak bisa bekerja sesuai dengan fungsinya. 3.

Kumpulkan informasi dengan tepat Kesalahan dalam dunia pewartaan disebabkan oleh kelalaian atau kesembronoan yang tidak disengaja. Seorang pewarta tidak punya waktu cukup untuk mengecek informasi yang tuliskannya sehingga ia salah menulis sumber berita. Bujono dan Hadad [ed.] (1996: 25-26) memberikan trik untuk mencegah dan menghindari kesalahan-kesalahan saat mengumpulkan fakta sebagai berikut: a. Bila Anda mewawancarai seseorang, tanyakan namanya, umurnya, alamatnya, dan nomor teleponnya. Setelah menumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakanlah alamat dan nomor teleponnya sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam cerita, tapi pewarta harus mempunyainya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita itu. b. Bila nama, umur, dan alamat dari tangan kedua, harap dicek pada buku telepon. Anda harus mengeja namanya, menyebut umurnya, tanyakan pada 36


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

c.

d.

sumber berita untuk membetulkannya. Jangan sekali-kali beranggapan Anda mengetahui semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap informasi yang penting. Misalnya, karena dekat dengan narasumber di kantor desa, Anda tentu hafal dengan gelar dan jabatan seseorang di kantor itu. Tapi apabila Anda ragu, maka hubungilah nara sumber secara langsung. Bila tulisan Anda menyangkut materi yang rumit, pastikan dulu Anda mengetahui hal itu. Jangan sampai pewarta menulis suatu istilah teknis sedangkan dirinya tidak tahu.

Menghadapi Pihak-pihak dalam Peliputan Di setiap peristiwa ada pihak-pihak yang berhubungan. Semua pihak berkepentingan dalam situasi tersebut, sebab kepentingan pihak-pihak itulah yang antara lain menyebabkan terjadinya peristiwa. Saat peliputan, pihakpihak itu sering menjadi sumber informasi. Sebagai contoh, jika ada pemukulan, maka pewarta akan berhubungan dengan pihak pemukul, korban, dan saksi. Ada kemungkinan saat diwawancarai, baik si pemukul maupun korban, cenderung akan memberi jawaban yang membela kepentingan masing-masing. Di satu sisi mereka akan membela diri, di sisi lain menyalahkan pihak lain. Saksipun mungkin saja cenderung membela salah satu pihak. Bahkan bukan mustahil salah satu pihak akan mempengaruhi pewarta agar menulis berita yang 37


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

membela kepentingan sendiri Kondisi semacam ini harus disikapi oleh pewarta secara cermat. Pewarta dituntut memberitakan secara objektif. Karena itu, pewarta harus menerapkan prinsip meliput tanpa pandang bulu, kejujuran, keseimbangan, tidak memihak, menjunjung tinggi etika profesi, dan memegang teguh janji. 1.

2.

Tanpa pandang bulu Pewarta warga harus meliput kedua belah pihak tanpa pandang bulu (cover both side). Cara ini menghasilkan fakta yang lengkap, objektif, dan benar. Fakta suatu peristiwa yang melibatkan dua pihak atau lebih dapat disebut lengkap apabila fakta dari setiap pihak ditampilkan. Teknik ini membuka peluang bagi pewarta untuk melakukan cek dan cek ulang. Fakta yang diperoleh dari pihak pertama tidak hanya dicek ulang pada pihak tertentu, tapi dibandingkan dan dicek ulang terhadap fakta yang diberitakan pihak lain. Kejujuran Kejujuran artinya saat meliput pewarta harus menjaga kejujuran baik terhadap fakta maupun pihak-pihak yang berinteraksi dalam suatu peristiwa. Jika fakta yang diperoleh tentang satu pihak memang menggambarkan sisi negatif atau sisi positif keberadaaan pihak tersebut, semuanya harus diberitakan. Pewarta tidak boleh memberitakan secara sepihak, misalnya fakta positif atau fakta negatif saja. 38


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

3.

4.

5.

6.

Keseimbangan Keseimbangan berarti memberikan kesempatan yang sama. Kesempatan wawancara tidak hanya diberikan kepada satu pihak saja, melainkan kepada semua pihak. Keseimbangan tidak boleh dimaknai secara sempit, dalam pengertian kalau yang satu diwawancarai satu jam atau hasil wawancara ditulis satu alenia, maka yang lain demikian pula. Keseimbangan merupakan upaya untuk memberikan kesempatan yang adil. Tidak Memihak Tidak memihak berarti pewarta tidak boleh memasukkan pendapat pribadi, emosi (dalam pengertian rasa suka atau rasa tidak suka terhadap seseorang atau kelompok). Kemukakan informasi secara objektif berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Menjunjung etika profesi Menjunjung etika profesi merupakan hal yang perlu selalu ditanamkan sebagai sikap pewarta saat peliputan. Etika profesi yang berasal dari kode etik pewartaan yang disusun oleh profesi pewarta. Memegang teguh janji Ada kalanya sumber informasi tidak ingin namanya disebut meskipun yang bersangkutan bersedia memaparkan fakta yang dimiliki. Dalam dunia perwartaan disebut dengan istilah not for atribution. Sejauh alasan itu dapat diterima, misalnya bisa membahayakan 39


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

dirinya (bisa ancaman kehidupan atau karir), permintaan itu harus dipenuhi. Demikian pula permintaan tidak untuk diberitakan atau off the record. Namun pewarta harus bersikap kritis terhadap permintaan semacam itu, mempertanyakan sungguh-sungguh alasan di balik permintaan itu.

40


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 4 TEKNIK WAWANCARA

Selain pengamatan peristiwa di lapangan, informasi bisa didapatkan dari kegiatan wawancara. Wawancara digunakan dalam meliput peristiwa-peristiwa yang bersifat momentum. Pada peristiwa jenis ini, pewarta kadang tidak menyaksikan detik-detik peristiwa berlangsung atau menyaksikannya tetapi tidak secara utuh. Biasanya, pewarta melakukan serangkaian wawancara untuk mengetahui urutanperistiwa atau untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari sumber lain yang sesuai. Melalui wawancara, pewarta memperoleh informasi atau keterangan yang berupa pendapat, kesan, pengalaman, dan pikiran. Informasi tersebut digunakan untuk melengkapi tulisan sehingga pewarta bisa menyajikan berita yang memadukan antara fakta dan pendapat. Untuk menggali keterangan atau informasi dari narasumber, wawancara tidak bisa dianggap sekadar sambil lalu. Wawancara yang direncanakan secara khusus

41


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

akan memberikan nilai tambah, terlebih apabila sumbernya memiliki keistimewaan atau pendapat yang dikemukakannya memberikan pemahaman baru.

Persiapan Wawancara Untuk melakukan wawancara, pewarta perlu mempersiapkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sebelum melakukan wawancara, pewarta warga harus menguasai persoalan yang akan dibicarakan. Bila perlu, buatlah daftar pertanyaan dari yang bersifat umum hingga pertanyaan yang sangat rinci. 2. Setelah yakin menguasai persoalan, tentukan arah permasalahan yang akan digali. Lengkapi bahan wawancara dengan sejumlah informasi yang terkait dengan tema wawancara. 3. Setelah menentukan permasalahan, tetapkan siapa saja yang akan menjadi narasumber untuk diwawancarai. Jelaskan, alasan mengapa pewarta harus mewawancarai narasumber tersebut. 4. Kenali sifat-sifat narasumber sebelum wawancara. Untuk mengenali lebih dekat narasumber, bertanya kepada orang lain yang tahu atau dekat dengan narasumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup, termasuk kegemaran, keluarga, dan lainnya. 5. Sebelum bertatap muka, buatlah janji dahulu untuk meminta dan menentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena 42


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

6.

7.

biasanya sumber berita memiliki kesibukan yang tidak bisa diganggu. Siapkan mental untuk mengadakan wawancara karena setiap individu memiliki sifat-sifat yang berbedabeda sehingga diperlukan membaca sifat-sifat calon narasumber sebelum melakukan wawancara. Persiapan peralatan yang diperlukan antara lain, buku tulis, pena, perekam suara, dan kamera bila diperlukan.

Persiapan-persiapan di atas sebaiknya mendapat perhatian serius dari pewarta. Melalui persiapan yang matang, ia akan mampu menggali sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pewarta harus menemukan orang yang memiliki keahlian dengan permasalahan yang akan menjadi tema wawancara. Misalnya, untuk menggali informasi radio komunitas tidak bisa mengambil narasumber dari praktisi radio niaga. Cara pandang pegiat radio komunitas dan niaga jelas berbeda. Kalau sudah ada janji wawancara dan waktunya sudah ditentukan maka pewarta harus menepatinya. Wawancara bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun, asalkan dalam kondisi yang serba mendadak. Penguasaan masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita yang diharapkan.

43


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Saat Wawancara Pada saat wawancara, pewarta perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Menjaga Suasana Saat wawancara ciptakanlah suasana santai sehingga komunikasi tidak terkesan kaku. Meskipun tema yang dibahas serius, suasana nyaman harus tetap dijaga. Sebelum memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak kalau dibuka dengan hal-hal yang umum, misalnya, soal keadaan narasumber, baik itu masalah kesehatan, kegemaran, dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati. Lakukan basa-basi secukupnya untuk menarik simpati agar narasumber tidak terlalu pelit dengan pernyataan. Namun, apabila waktu untuk wawancara sangat terbatas, pewarta bisa mengabaikannya. Itu pun harus dibicarakan sebelum wawancara. 2.

Bersikap Wajar Pewarta bisa berhadapan dengan narasumber yang benar-benar pakar, namun tidak jarang yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Pewarta tidak perlu rendah diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber. Pewarta harus bisa mencegah supaya narasumber tidak berceramah, karena itu ia perlu persiapan menghadapi pelbagai sifat ini. Selain persiapan wawancara, pewarta juga perlu menguasai materi. Pandai-pandailah membawakan diri agar tidak direndahkan. Apabila menghadapi narasumber 44


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

yang tidak menguasai masalah, pewarta bisa mengarahkan tetapi tanpa harus menggurui sehingga inti persoalan bisa tergali. 3.

Memelihara Situasi Dalam wawancara pewarta harus pandai memelihara situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan. Hindari situasi perdebatan dengan narasumber, apalagi kesan menginterograsi atau menghakimi. Misalnya, ada wawancara dengan kepala desa yang diduga menyelewengkan dana bantuan desa. Pewarta tidak boleh langsung bertanya, apakah narasumber melakukan korupsi? Itu akan menimbulkan ketegangan, cobalah bertanya, jelaskan bagaimana Anda membelanjakan dana bantuan desa? Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus mampu mencari celah agar mendapatkan informasi yang lebih jelas. 4.

Menjaga Pokok Persoalan Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam setiap wawancara agar mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya. Untuk menjaga situasi ada anjuran pewarta harus mengikuti apa yang dikatakan narasumber. Meski harus mengikuti pembicaraan narasumber, diharapkan tidak lari dari pokok persoalan. Berusahalah mempertajam pokok masalah agar tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 45


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya memang bercerita tentang lingkungan tetapi di tengahtengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan. 5.

Kritis Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara agar mendapat informasi yang lebih rinci dan lengkap. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap persoalan yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli dan kritis berkaitan dengan kemampuan pewarta menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan oleh narasumber. Kekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok persoalan, tetapi juga menangkap gerakan-gerakan narasumber. Pewarta bisa meluruskan data bila narasumber salah mengungkapkannya, baik itu tentang angka, tempat kejadian, dan sebagainya. Kalau perlu ketika narasumber sedang memberikan keterangan dalam keadaan gelisah, hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering. 5.

Sopan Santun Dalam wawancara, sopan santun perlu dijaga, karena 46


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

ini menyangkut etika pergaulan di dalam masyarakat yang harus diperhatikan dan dipegang teguh. Kendati sudah mengenal betul narasumber, pewarta dilarang bersikap sembarangan, sombong, atau perilaku yang tidak simpatik lainnya. Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada narasumber. Karena telah memberikan kesempatan dan mendapatkan informasi dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara pesanlah kepada narasumber untuk tidak keberatan dihubungi bila ada data masih kurang.

47


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 5 PENULISAN BERITA

Menulis berita merupakan kegiatan utama pewarta warga. Untuk mempelajari teknik penulisan dapat dimulai dengan mengenali unsur-unsur yang membangun sebuah tulisan. Tulisan terdiri judul, teras berita, tubuh berita, dan penutup. Namun, belajar menulis berita itu seperti belajar naik sepeda. Pewarta warga tidak sekadar belajar teorinya, tapi harus mencoba dan terus mencobanya. Bahan baku berita adalah hasil peliputan. Fakta-fakta yang diperoleh dari peliputan dituliskan secara runtut sehingga enak dibaca. Kriteria enak dibaca harus dipenuhi agar seluruh berita dibaca oleh pembaca.

Judul Berita Judul biasanya terdiri atas satu klausa yang mengandung sari informasi yang akan dipaparkan pada tulisan. Apabila diperluka, judul bisa didampingi informasi tam-

48


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

bahan berupa subjudul. Biasanya subjudul ditempatkan sesudah judul. Berikut ini pertimbangan-pertimbangan untuk membuat judul: (a) Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca; (b) Utamakan kalimat aktif dengan menghilangkan awalan. Kata-kata berbentuk pasif tidak boleh dihilangkan awalannya sebab akan bermakna sebaliknya. (c) Jangan berupa kalimat, karena judul bukanlah kalimat melainkan klausa. (d) Hindari penggunaan singkatan yang belum akrab di masyarakat. Contoh : Warga Bandar Lampung Dirikan Forum RW untuk Mengawasi Pelayanan Publik (Berbentuk kalimat dan terlalu panjang, Forum RW bisa dimaknai forum rukun warga—karena ini yang lebih dikenal pembaca) Awasi Pelayanan Publik Lewat Forum Rembug Warga. (Berbentuk klausa, singkat).

Teras Berita Teras berita merupakan bagian penting dalam penulisan berita. Teras berita harus memikat pembaca. Tanpa itu, berita tidak menarik perhatian pembaca untuk melahapnya. Kegagalan menulis teras berita berarti kehilangan daya pikat. Pembaca tidak akan membaca tulisan. 49


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Oleh karena itu, pewarta warga harus pandai membuat dan menyusun kalimat saat membuat teras berita. Tak ada teori yang baku bagaimana menulis teras berita. Semua teknik yang diajarkan dalam ilmu jurnalistik hanya berdasarkan pengalaman dan perkembangan media massa. Apapun metode yang Anda gunakan harus menggunakan bahasa yang rapi. Gunakan teknik pancingan yang jitu. Untuk membantu para pewarta warga menulis berita, perhatikan contoh-contoh teras berita yang dikutip dari Suara Komunitas Ringkasan Materi yang ditulis adalah inti berita. Teras berita jenis ini paling banyak digunakan, terutama untuk berita-berita langsung. Misalnya: Pagi ini (16/4), warga kampung Pekandangan, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah, dikejutkan oleh temuan bangkai kambing di kandang milik Salim. Kondisi bangkai kambing sangat mengenaskan akibat luka cabikan dan gigitan dari seekor harimau Sumatera.

Setelah pembaca teras berita, pembaca sudah bisa menebak isi tulisan. Pembaca yang berminat bisa meneruskan membaca, sedangkan yang tak berminat bisa melewatkan begitu saja. Teras berita rangkuman efektif digunakan untuk menulis berita langsung. Teras berita jenis ini membantu para pembaca ingin mengetahui informasi dalam waktu yang singkat. 50


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Bercerita Teras berita bercerita menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya. Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Misalnya: Warga Kampung Cilimus, Desa Hurun, Kecamatan Krui, terlihat cemas. Ada lima ekor ayam dari empat pemilik yang berbeda mati mendadak sehingga tersebar desas-desus ayam tersebut terjangkit virus flu burung.

Deskriptif Teras berita deskriptif memberikan gambaran pada pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis profil seseorang. Misalnya: Namanya Kartowinangun, Laki-laki ini berumur 53 tahun. Dia adalah salah satu pengrajin atap daun rumbia di Desa Ciklapa, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap. Bersama istrinya, sejak 1985 ia menggeluti pekerjaan itu sebagai penghasilan utama keluarga.

Pertanyaan Teras berita pertanyaan menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. teras berita ini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misalnya: Masih ingat Sumanto? Pria yang pernah mendapat julukan ‘manusia kanibal’ tersebut terlihat di sebuah pameran lukisan di Purwokerto. Tidak sekadar hadir, Soemanto bahkan didapuk untuk membuka acara tersebut.

51


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Menuding Teras berita ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda” atau “Saudara”. Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan. Misalnya: Gagasan otonomi desa yang digembor-gemborkan banyak kalangan sejak adanya Undang-Undang Pemerintah Daerah Nomor 32 Tahun 2004, belum menyentuh substansi yang sesungguhnya.

Penggoda Teras berita ini berfungsi untuk sekadar menggoda dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris berikutnya.Teras berita ini juga tidak memberi tahu, cerita apa yang disuguhkan karena masih teka-teki. Misalnya: Rumah Sarwa selalu ramai, jika sebelumnya dipadati oleh para pendengar, sekarang warga berjubel memintanya maju dalam Pemilihan Kuwu.

Pembaca mulai menebak isi berita. Isi dibuat seperti teka-teki yang dijabarkan dalam alinea-alinea berikutnya. Nyentrik Teras berita nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya. Misal: “Awas banjir dan penyakit musiman datang.”

52


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Membaca teras berita di atas, pembaca tidak bisa menebak apa isi tulisan. Mereka harus membaca alenia selanjutnya hingga sampai akhir. Gabungan Teras berita gabungan adalah gabungan dari beberapa jenis teras berita di atas. Misalnya: “Selamat datang para tamu, terimakasih atas doa restu yang Anda berikan pada pasangan mempelai.� Seorang penyiar radio Kemayu FM, Losarang, tengah melakukan siaran dari rumah warga yang mengadakan hajatan pesta pernikahan. Acara itu direlai ke studio yang berjarak 2 km untuk disiarkan secara langsung.

Ini gabungan teras berita kutipan dan deskriptif. Teras berita apa pun bisa digabung-gabungkan.

Tubuh Berita Tubuh berita merupakan tempat di mana berita terletak. Dalam tubuh beritalah pembaca dapat mengetahui berita yang sesungguhnya, dalam arti bukan rangkuman. Karena tubuh berita menyimpan informasi yang penting, tubuh berita hendaknya ditulis semenarik mungkin, sehingga mampu membuat pembaca terus membaca berita tersebut, namun dengan tetap menjaga keringkasan berita (karena ruang yang terbatas dalam surat kabar). Setiap pokok pikiran dipaparkan pada tubuh berita, didukung alasan yang diperkuat dengan bukti atau contoh. Tubuh berita terdiri atas sejumlah alinea. Alinea

53


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

disusun runtut, yang berarti ada keterkaitan antara informasi yang disampaikan pada satu alinea dengan apa yang disampaikan pada alinea sesudahnya. Keterkaitan antaralinea itu biasanya dijembatani melalui kata kunci atau kalimat. Tubuh berita dapat disusun dengan susunan piramida terbalik, dengan susunan kronologis, maupun dengan susunan di mana informasi penting diletakkan di belakang. Selain teknik penyusunan tubuh berita, membuat berita yang baik juga dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kesatuan tubuh berita. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulangi kata-kata kunci; memakai kata maupun frase transisi yang tepat serta menyusun struktur berita dengan benar dan mengalir. Di samping itu kekuatan tubuh berita dapat pula dibangun dengan menyertakan kutipan, baik langsung maupun tidak langsung, dari sumber berita; menyertakan nama atau jabatan sumber berita; memberi identifikasi yang jelas tentang siapa sumber berita serta menyertakan latar belakang berita.

Penutup Penutup berita merupakan bagian akhir tulisan. Pada bagian penutup informasi paling akhir disampaikan. Penutup disusun dalam nada tulisan yang menggambarkan pembaca bahwa tidak ada lagi yang disampaikan. Pada artikel ilmiah atau populer, penutup bisa berupa kesimpulan atau saran.

54


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Berita Langsung Penulisan berita dilakukan dalam format piramida terbalik. Informasi yang paling penting dituliskan pada bagian awal, sedang rincian informasi dituliskan pada bagian sesudahnya. Berita harus menginformasikan sesuatu yang penting dan perlu sesegera mungkin diketahui pembaca sehingga cara penulisannya harus langsung ke persoalan, ringkas, jelas, dan bergaya lugas. PALING PENTING PENTING KURANG PENTING

Untuk membuat berita langsung yang cepat dan lengkap, biasakan Anda menulis garis besar berita dengan teliti. Berbekal garis besar berita pewarta selalu memperhatikan unsur apa yang terjadi, di mana kejadiannya, kapan terjadinya, siapa yang terlibat dalam kejadian, mengapa peristiwa itu terjadi, dan bagaimana kejadiannya. Untuk menyusun fakta-fakta yang Anda temui saat peliputan, ikutlah 5 LANGKAH berikut ini:

55


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

LANGKAH 1 Paragraf pertama disebut dengan teras berita. Teras berita berisi materi yang paling penting dari peristiwa. Buatlah paragraf berisi 2-3 kalimat yang memuat unsur apa kejadiannya, di mana kejadiannya, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut dan kapan kejadiannya. Misalnya:

Diskusi Kampung (Diskam) menjadi ajang berbagi cerita bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di luar negeri. Di Kecamatan Kroya, Cilacap ada 30 TKI bercerita suka dan duka mereka saat bekerja di luar negeri (13/9/2009). Apa kejadiannya = Diskusi Kampung Di mana kejadiannya = Kroya Cilacap Kapan kejadiannya = 13/9/2009 artinya 13 September 2009 Siapa yang terlibat = TKI di Kroya

LANGKAH 2 Paparkan informasi dalam paragraf pertama dengan kalimat pernyataan. Lalu, tulislah atribut narasumber dan pendapatnya. Misalnya: Diskam adalah kegiatan dua bulanan yang diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnetik Cilacap. Menurut Koordinator PTK Mahnetik Cilacap, Akhmad Fadli (32), lewat Diskam para TKI belajar bersama pelbagai teknik mengatasi masalah saat di luar negeri.

56


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

LANGKAH 3 Tulislah kutipan langsung dari narasumber yang ditemui pada saat peliputan. “Isu kekerasan, penipuan, pemerasan, dan tindakan diskriminatif yang dialami oleh para TKI bukan isapan jempol. Lebih dari 80 prosen TKI yang mengikuti Diskam memiliki pengalaman langsung dengan kondisi itu,� ungkapnya.

LANGKAH 4 Buatlah paragraf penutup. Setelah Diskam para TKI dan calon TKI diajarkan beragam teknik menggunakan peralatan komunikasi untuk berbagi cerita. LAKPESDAM berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian para TKI yang akan berangkat ke luar negeri.

LANGKAH 5 Lalu buatlah judul yang tepat. TKI Berbagi Cerita Lewat Diskusi Kampung

Lalu, susunlah paragraf yang telah dibuat berdasarkan urutannya. Maka akan jadi berita seperti berikut ini:

57


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

TKI Berbagi Cerita Lewat Diskusi Kampung Diskusi Kampung (Diskam) menjadi ajang berbagi cerita bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di luar negeri. Di Kecamatan Kroya, Cilacap ada 30 TKI bercerita suka dan duka mereka saat bekerja di luar negeri (13/9/2009). Diskam adalah kegiatan dua bulanan yang diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnetik Cilacap. Menurut Koordinator PTK Mahnetik Cilacap, Akhmad Fadli (32), lewat Diskam para TKI belajar bersama pelbagai teknik mengatasi masalah saat di luar negeri. “Isu kekerasan, penipuan, pemerasan, dan tindakan diskriminatif yang dialami oleh para TKI bukan isapan jempol. Lebih dari 80 prosen TKI yang mengikuti Diskam memiliki pengalaman langsung dengan kondisi itu,� ungkapnya. Setelah Diskam para TKI dan calon TKI diajarkan beragam teknik menggunakan peralatan komunikasi untuk berbagi cerita. LAKPESDAM berharap kegiatan ini akan meningkatkan kemampuan dan keahlian para TKI yang akan berangkat ke luar negeri. (YS)

58


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Berita Ringan Penulisan berita ringan tak jauh beda dengan berita langsung. Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berita ini biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting. Kejadian yang penting tersebut dituliskan sebagai berita langsung, sedang yang menyangkut unsur manusiawi ditulis sebagai berita ringan. Berdasarkan kejadiannya, berita ringat dibedakan atas dua jenis. Pertama, berita ringan yang kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberitakan lewat berita langsung. Kedua, berita ringan yang kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu peritiwa penting yang bisa dituliskan sebagai berita langsung. Berita ringan jenis kedua dapat “bertahan� lebih lama, tidak terikat pada aktualitas. Jenis berita ini memberikan ganjaran psikologis langsung bagi pembacanya, misalnya keterharuan, kegembiraan, dan sebagainya. Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian pada permukaan saja, tidak perlu melacak latar belakangnya. Apa saja unsur menarik yang dapat dijadikan materi untuk penulisan berita ringan? Unsur menarik ini, karena bukan sesuatu yang penting dan berdampak langsung kepada kehidupan pembaca, semata-mata hanya memberi sentuhan emosional bagi pembaca. Hal-hal semacam itu terdapat dalam kejadian-kejadian yang mencerminkan 59


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

kekonyolan (komedi), dramatis, kontroversial, tragis, atau unik (di luar kebiasaan, atau jarang terjadi). Seorang tokoh terkenal yang selama ini diketahui selalu bersantap di restoran mewah, tiba-tiba terlihat menikmati makan siang disebut warung di pinggir jalan. Unsur ketenaran tokoh tersebut, dan juga tindakannya di luar kebiasaan, dapat menjadikan peristiwa itu ditulis sebagai berita ringan yang menarik. Contohnya

Nikmatnya Wedang Uwuh Pernah lihat wedang uwuh? Konon, wedang uwuh merupakan minuman khas raja-raja Mataram yang terkenal di Imogiri. Di Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul wedang uwuh juga sangat populer. Apabila Anda berkunjung ke sana akan menemukan penjual-penjual wedang uwuh yang menawarkan dagangannya. Minuman ini terbuat dari bahan-bahan yang diambil dari alam, yaitu daun manis jangan, jahe, kayu secang, gula batu, dan lain-lain. Minuman ini tak jauh beda dengan wedang jahe, berwarna merah, mempunyai harum yang khas (pedas, agak menthol). Orang-orang yang telah meminum wedang ini mengatakan kalau minuman ini banyak manfaatnya, dapat menghilangkan rasa dingin, pusing, mual, bahkan ketika sedang meriang. Cara pembuatannya sangat mudah. Tinggal masukkan bahan-bahan wedang uwuh pada air mendidih, berikan gula batu sesuai selera untuk mendapatkan rasa manis yang disukai. Minum kala hangat. Segar.

60


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Berita Kisah Berita kisah adalah berita yang ditulis dengan cara bertutur. Berita kisah digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat manusiawi dan perasaan, misalnya penderitaan atau informasi tentang suka duka itulah yang menggugah perasaan, pembaca akan merefleksikan pengalaman orang tersebut ke dalam pengalamannya sendiri. Penulisan berita kisah tidak tergantung pada peristiwa momentum, sekalipun itu memungkinkan. Apabila berita kisah diangkat dari peristiwa momentum, berarti ada seseorang atau sekelompok orang mengamati suka duka dalam peristiwa itu. Informasi yang penting dari peristiwa momentum itu tetap biasa diberitakan dalam format berita langsung, sedang suka duka dikisahkan melalui berita kisah. Contoh:

Rumbia Ciklapa Makin Merana Namaku Kartowinangun. Aku salah satu pengrajin rumbia di Desa Ciklapa. Dua puluh empat tahun menganyam atap warga. Sejak 1985, Kartowinangun (53) memenuhi kebutuhan hidupnya berbekal keterampilan menganyam daun rumbia. Anyaman daun rumbia dapat dugunakan sebagai atap rumah. Tanaman rumbia dikenal dengan sebuat daon atau kajang. Daon hidup sumbur di sepanjang pinggir rawa yang mengepung Desa Ciklapa.

61


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Ciklapa merupakan salah satu desa di kawasan Kecamatan Kedungreja, Cilacap. Desa Ciklapa dikenal sebagai desa yang kaya akan daun rumbia. Di sepanjang anak Sungai Ciberem yang membelah desa tumbuh daun rumbia, Banyak warga yang menjadi pengrajin rumbia. Namun, sebagian besar pengrajin sudah lanjut usia, seperti Kartowinangun. Bapak dari 9 anak ini mengaku bisnis rumbia ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan. Suatu kali, dia coba beralih ke beberapa pekerjaan, seperti nelayan dan pekerja bangunan. Tapi lama kelamaan ia merasa bahwa jalan hidupnya tetap ada di bisnis atap rumbia. Menurut Karto, para pembeli atap rumbia adalah pengrajin batu bata. Mereka menggunakan daun rumbia untuk atap gubuk pembakaran batu bata. Pembeli lainnya datang dari Jogjakarta, mereka manfaatkan atap rumbia untuk hiasan pesta-pesta perkawinan. Kartowinangun sadar lambat laun kebutuhan akan atap daun rumbia semakin kecil. Dunia modern lebih mengenal bahan-bahan atap yang terbuat dari beton dan seng. Tapi dengan pelbagai keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya, Karto tetap menjalani bisnis alam yang telah diturunkan keluarganya.

62


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 6 PENYUNTINGAN

Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Jadi, penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan suntingmenyunting. Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sembari menemukan kesalahankesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya dilakukan oleh penulis terhadap tulisannya sendiri atau penyunting terhadap tulisan orang lain. Bagi penulis pemula, kegiatan penyuntingan sering disepelekan, padahal para penulis besar berpendapat proses penyuntingan adalah sebuah tahapan yang menjadi kunci sukses mereka. 63


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Untuk mengetahui kesalahan, baik ejaan, gaya, maupun pemakaian kata, pewarta harus membaca dan membaca tulisannya. Bila perlu bacalah dan cek ejaan atau kata yang meragukan dengan membuka kamus berkali-kali. Namun, hindari mengecek ejaan atau pemakaian kata pada saat menulis. Membuka kamus atau buku pedoman pada saat Anda tengah menulis akan menghambat kelancaran kreativitas dan memakan waktu. Setelah selesai menulis, segeralah memeriksa ulang tulisan. Pemeriksaan ulang akan mengurangi kesalahan. Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pakai, tulislah dalam buku catatan Anda. Jangan malu menyimpan daftar kata yang membingungkan agar selalu bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar dengan cepat. Belajar mengeja kata-kata itu akan sangat membantu. Terlebih bila si pewarta memahami tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pengalaman menyunting memberikan banyak keuntungan pada pewarta. Pesan yang disampaikan pewarta dapat ditangkap dengan baik oleh penyunting dan pembaca. Pewarta juga menjadi lebih disiplin dalam menulis sehingga fakta yang diungkap tidak kabur. Penyuntingan tulisan perlu mempertimbangkan aspek pembaca. Tulisan pewarta akan dibaca oleh pelbagai kalangan, dengan umur, taraf hidup, dan pendidikan yang berbeda-beda sehingga saat menyunting pewarta perlu menyesuaikan gaya tulisannya dengan latar belakang pembaca. 64


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Secara garis besar kegiatan penyuntingan meliputi: Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata. Menghilangkan kontradiksi yang ada dalam tulisan sebelumnya. Menyesuaikan gaya bahasa. Meringkas beberapa kalimat atau dua kalimat yang memiliki makna serupa. Menghilangkan arti ganda yang membuat tulisan jadi membosankan. Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul. Memperbaiki judul supaya menarik. Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait dengan tulisan yang disunting. Menelaah kembali hasil tulisan, mungkin masih terdapat kesalahan secara redaksional atau substansial.

Bahasa Pewartaan Ciri bahasa pewartaan adalah hemat, ringkas, jelas, dan langsung ke persoalan. Umumnya, surat kabar dibaca sekali saja dan sesudah itu selesai. Penggunaan bahasa yang bertele-tele harus dihindari saat menulis berita. Pembaca tak perlu mengerutkan dahi untuk memahami kata, kalimat, paragraf dalam tulisan berita. Sekali baca, berita sudah dapat dipahami. Apabila pembaca berhenti membaca karena kurang paham maka dapat katakan pewarta telah gagal menulis berita. 65


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Untuk keperluan di atas, pewarta warga perlu menguasai cara penggunaan bahasa berdasarkan kaidah standar berbahasa. Salah satu keahlian bahasa yang harus kuasai adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Penggunaan ejaan dan tanda baca yang salah akan mengganggu pembaca. Persoalan ejaan mencakup bagaimana menggunakan huruf besar, imbuhan (seperti awalan, sisipan, dan akhiran), singkatan, dan penulisan kata asing baik dalam bentuk asli maupun serapan. Tanda baca mencakup penggunaan koma, tanda seru, tanda penghubung, tanda kutip, dan sebagainya. Rujukan pewarta Suara Komunitas adalah pedoman bahasa yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Nasional, Departemen Pendidikan Nasional. Secara umum, bahasa pewartaan memiliki sifat khas, antara lain: 1. Singkat. Bahasa pewartaan menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele. 2. Padat. Bahasa pewartaan yang singkat mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Buanglah kata-kata mubazir dan terapkan ekonomi kata. 3. Sederhana. Memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya. 4. Lugas. Bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga. 66


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

5.

Menarik. Penggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

Ekonomi Kata Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (Sugono, 2003:91-92). Lawan kata efektif adalah pemborosan atau menghamburhamburkan kata. Pemborosan kata tak menyebabkan pelakunya menjadi miskin, tapi tulisan menjadi susah dipahami. Kata-kata yang tidak perlu sebaiknya dihilangkan agar kalimat yang Anda buat menjadi kalimat yang efektif. Bagaimanakah cara mengetahui tulisan kita mengandung pemborosan atau tidak? Cara pertama, setiap kalimat minimal terdiri dari subjek dan predikat. Banyak jurnalis pemula yang menulis tanpa subjek, predikat ganda, dan lain-lain. Misalnya: Saya mencoba mengharapkan kehadiran teman lama saat ini. Bandingkan dengan: Saat ini, saya berharap kehadiran teman lama. Cara kedua, periksalah jumlah kata di setiap kalimat. Apabila jumlah kata yang digunakan lebih dari 12 kata, maka Anda telah menggunakan kalimat yang rumit. 67


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Kalimat rumit biasanya terdiri lebih dari satu kalimat. Maka periksalah apakah susunan induk kalimat dan anak kalimat sudah benar. Cara ketiga, periksalah tulisan Anda, apakah masih mengandung kata atau frase boros. Berikut adalah daftar kata atau frasa yang sering dipakai tidak hemat tetapi banyak dijumpai penggunaannya. BOROS 1. sejak dari 2. agar supaya 3. demi untuk 4. adalah merupakan 5. seperti … dan sebagainya 6. misalnya … dan lain-lain 7. antara lain … dan seterusnya 8. tujuan daripada 9. mendeskripsikan tentang 10.pelbagai faktor-faktor 11.daftar nama-nama 12.mengadakan penelitian 13.dalam rangka untuk 14.berikhtiar dan berusaha untuk memberikan pengawasan 15.mempunyai pendapat 16.melakukan pemeriksaan 17.menyatakan persetujuan 18.apabila …, maka 19.Walaupun …, namun 20.Berdasarkan …, maka 21.Karena … sehingga 22.Namun demikian, 23.sangat … sekali 68


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

HEMAT 1. sejak atau dari 2. agar atau supaya 3. demi atau untuk 4. adalah atau merupakan 5. seperti atau dan sebagainya 6. misalnya atau dan lain-lain 7. antara lain atau dan seterusnya 8. tujuan tanpa daripada 9. mendeskripsikan tanpa tentang 10.pelbagai faktor 11.daftar nama 12.meneliti 13.untuk (tanpa dalam rangka) 14.berusaha mengawasi 15.berpendapat 16.memeriksa 17.menyetujui 18.Apabila …, tanpa kata penghubung 19.Walaupun …, tanpa kata namun 20.Berdasarkan …, tanpa maka 21.Karena … tanpa sehingga, atau sehingga tanpa karena .. 22.Namun, tanpa demikian atau Walaupun demikian 23.Sangat tanpa sekali, atau sekali tanpa sangat

Bahasa Baku dan Tidak Baku Bahasa yang digunakan oleh pewarta Suara Komunitas mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa Indonesia. Penggunaan kata dan istilah menggunakan metode sebagai berikut:

69


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

1. 2. 3. 4.

Mencari kata umum pada bahasa Indonesia terlebih dahulu Kalau tidak ada mencari kata umum dipakai di bahasa daerah Kalau masih tidak berhasil, lakukan alihbahasa, misalnya white collar menjadi kejahatan kerah putih, Kalau ini juga gagal memakai bahasa Inggris. Bila perlu, kata pinjaman ini dimodifikasi ejaan maupun lafadnya seperti ini akan membawa kita ke masa depan yang menjanjikan.

Maraknya penggunaan bahasa asing dalam komunikasi menyebabkan banyak kata dalam bahasa Indonesia yang mulai hilang. Warga lebih memilih kata dari bahasa asing, baik secara langsung ataupun dalam bentuk serapan. Salah satu tujuan pewartaan warga adalah mengembalikan kata-kata yang jarang digunakan agar kosakata tersebut tidak dihapus dari pengetahuan generasi yang akan datang. Berikut ini contoh bahasa yang jarang digunakan karena tergantikan dengan kata serapan. TIDAK DISARANKAN aksi akuntabilitas argumen aktivitas badminton contreng

DISARANKAN tindakan tanggung gugat alasan kegiatan bulutangkis centang

70


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

good governance keyboard klasifikasi kontinyu kultur list mouse ndownload notes notebook, laptop partner observasi realitas riset training upload

pemerintahan yang baik papan ketik pengelompokan berkelanjutan budaya daftar tetikus unduh catatan komputer jinjing mitra pengamatan kenyataan penelitian pelatihan unggah

Selain itu. biasakan menggunakan kata baku dalam Bahasa Indonesia sehingga pesan yang Anda sampaikan lebih gamblang. Berikut ini adalah contoh kata baku dan tidak baku: KATA BAKU apotek kreativitas produktif analisis asas telentang pelbagai sistem november

KATA TIDAK BAKU apotik kreatifitas produktiv analisa azas terlentang berbagai sistim nopember 71


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

hakikat roboh isap subjek objek standar standardisasi legalisasi menyukseskan antarnegara memukul memproduksi risiki sekadar

hakekat rubuh hisap subyek obyek standard standarisasi legalisir mensukseskan antar negara mempukul memroduksi resiko sekedar

Pilihan Kata Sesuai Fakta Tulisan yang baik mampu membawa pembacanya seolah-olah berada dalam peristiwa yang diwartakan. Karena itu, pewarta warga harus jujur dalam berbahasa, sesuaikan bahasa dengan peristiwanya. Pewarta tidak diperbolehkan memutarbalikan fakta dengan memilih kata yang gagal menunjukkan peristiwa yang sesungguhnya. Ungkapkan secara fakta secara rinci, baik dengan kata konkret, kutipan, statisik, dan catatan. Biarkan fakta yang bercerita sebab arti akan muncul dari hubungan antara potongan-potongan informasi, bukan hubungan antara kata-kata. Contoh: Polisi mengamankan sepuluh Pedagang Kali Lima (PKL) dalam operasi penertiban di Taman Kota Depok. Kepala Polisi Sektor Depok, Hermanto, mengatakan anggotanya telah

72


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

menyita gerobak dan peralatan dagang lainnya sebagai barang bukti. Setelah dilakukan pemeriksaan, para pedagang serahkan pada Dinas Sosial untuk dibina selama satu minggu.

Bandingkan dengan paragraf berikut: Sepuluh pedagang kali lima ditangkap polisi dalam operasi penggusuran di Taman Kota Depok. Menurut Parjiyem (45), salah satu PKL, Kepolisian Sektor Depok mengambil gerobak dan peralatan dagang miliknya. Pedagang selanjutnya diperiksa dan dikurung di Dinas Sosial selama satu minggu.

Sepintas tidak ada yang perlu dipermasalahkan dalam paragraf pertama. Paragraf seperti ini sering muncul dalam pemberitaan di media massa arus utama. Setelah membaca paragraf kedua perbedaannya cukup terasa. Pemilihan kata pada paragraf pertama mewakili kepentingan arus besar dengan pemilihan kata-kata yang mengaburkan fakta yang sesungguhnya. KATA KONKRET penggusuran ditangkap menyita dikurung

KATA UBAHAN penertiban diamankan mengambil dibina

Paragraf kedua mewartakan peristiwa sesuai dengan fakta, misalnya penertiban adalah kata yang digunakan penguasa untuk melakukan tindakan penggusuran. Kata diamankan jelas tidak tepat, sebab PKL merasa lebih aman 73


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

berada di rumah mereka dibanding di kantor polisi, kata penangkapan jelas lebih tepat. Menyita adalah tindakan pengambilan setelah adanya keputusan pengadilan. Kata penyitaan dalam paragraf satu tidak tepat sehingga gunakan kata yang sesuai dengan fakta, yaitu mengambil. Kata dibina lebih tepat diganti dengan kata dikurung sebab kenyataannya para PKL tidak diperbolehkan meninggalkan Dinas Sosial selama satu minggu.

74


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 7 ETIKA PEWARTA WARGA Etika pewartaan bisa diartikan sebagai nilai yang menjadi pedoman para pewarta dalam melaksanakan tugas. Etika pewartaan merupakan aturan main yang dibuat sendiri oleh para pewarta—melalui suatu organisasi profesi—dan media massa untuk menjaga agar pewarta dan media massa tetap berjalan sesuai fungsinya. Kebebasan kepewartaan bukan berarti memberi kesempatan kepada pewarta dan media massa untuk melakukan tindakan sewenang-wenang. Namun, kebebasan pewartaan berupa kebebasan untuk melakukan proses kepewartaan secara leluasa demi penyajian fakta yang akurat melalui pemberitaan. Kerja pewarta warga mampu memengaruhi dan membentuk opini publik. Pengaruh itu bisa baik tapi juga bisa buruk. Salah satu pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan media adalah merugikan pembaca dengan memberikan informasi yang salah. Etika diperlukan untuk menjamin berita diliput dan disampaikan dengan cara yang benar. Artinya, tidak menipu pembaca maupun 75


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

sumber berita. Etika mengatur tata cara wartawan baik saat melakukan liputan, sampai menuliskannya menjadi berita. Berikut ini adalah beberapa pedoman etika yang harus diperhatikan: 1. Mengaku sebagai pewarta. Jangan menyamar atau berpura-pura. Narasumber harus diberi kesempatan untuk tahu bahwa dia sedang berbicara dengan seorang wartawan. Reaksi orang akan berbeda saat tahu bahwa dia menghadapi wartawan. 2.

Melindungi narasumber rahasia. Ada kemungkinan seorang narasumber kunci mau memberikan informasi, tapi tidak mau disebutkan identitasnya. Mungkin dia takut, sungkan atau demi keamanan. Tapi sebelum memberi jaminan kerahasiaan, wartawan harus berusaha untuk diijinkan menyebut identitas narasumber.

3.

Mencari narasumber yang benar-benar cocok. Pilih narasumber yang benar-benar sesuai dengan tema berita. Bila kita salah memilih narasumber maka informasi yang kita dapatkan kemungkinan akan melenceng dari yang sebenarnya.

4.

Tidak menerima suap, hadiah, atau fasilitas lain dari narasumber. 76


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Bagaimanapun juga seorang wartawan yang telah ‘diberi sesuatu’ oleh narasumber, akan cenderung berpihak kepada pihak pemberi. Tentu saja hal ini akan memengaruhi isi berita yang ditulis oleh si wartawan. 5.

Memperhatikan keakuratan data. Jangan percaya begitu saja dengan informasi yang datang dari satu pihak. Setiap informasi harus di cek kebenarannya.

77


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

DAFTAR BACAAN

Bujono, Bambang. dkk (peny.).1997. Seandainya Saya Wartawan Tempo. Jakarta: ISAI dan Yayasan Alumni Tempo Harsono, Andreas. “Sembilan Elemen Jurnalisme� dalam http://andreasharsono.blogspot.com pada 1 December 2001 Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Kridalaksana, Harmurti. 1988. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Nusa Indah. Pamungkas. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Surabaya: Penerbit Giri Surya. Rennie, Ellie. 2006. Community Media: A Global Introduction. Oxford: Rowman & Littlefield Publishers. Sabarianto, Dirgo. 2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Jogjakarta:Penerbit MGW Soedjarwo. 1994. Beginilah Menggunakan Bahasa Indonesia. Jogjakarta: GMU Press. 78


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Sugono, Dendy. dkk. (peny.). 2003. Buku Praktis Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Pusat Bahasa ----------. 2003. Buku Praktis Berbahasa Indonesia II. Jakarta: Pusat Bahasa Suparyo, Yossy. 2009. Radio Komunitas dan Pelayanan Publik. Yogyakarta: CRI ______. 2010. Pewartaan Warga: Teori dan Praktik. Yogyakarta: CRI

79


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

TENTANG PENULIS

YOSSY SUPARYO Aktif menulis karya jurnalistik, sinema, korespondensi, dan pengembangan perangkat lunak yang berbasis sumber terbuka (open source). Riwayat pendidikan (1) Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi-Universitas Islam Negeri Yogyakarta (2002); (2) Jurusan Teknik Mesin-Universitas Negeri Yogyakarta (1997). Pengalaman organisasi yang dimiliki antara lain: (1) Staf Manajemen Pengetahuan CRI (2007-sekarang); (2) Dewan Pengarah Infest Yogyakarta (2009-sekarang); (3) Koordinator Pokja Migran Worker Resource Center of Indonesia (2009-sekarang); (4) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (2002-2004); (5) Litbang Presidium Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (2001-2002); (6) Pimpinan PSDM LPM EKSPRESI Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) (1999-2001); (7) Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY (19981999). Tulisannya banyak tersebar di suratkabar, jurnal, dan media virtual. 80


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

CATATAN

81


PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

82


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.