A
pa yang membuat saya tahan memotret berjamjam? Apa yang membuat saya belum berhenti sebelum mendapat foto bagus? Apa yang membuat saya nggak bosan meskipun setiap Minggu mengisi workshop? Passion! Mungkin absurd, tapi ya, passion! Saya sepakat dengan Oprah Winfrey, passion adalah energi. Tanpa energi, sejepret dua jepret saya akan merasa lelah. Tanpa passion, durasi pemotretan yang panjang akan membuat saya merasa bosan. Passion tidak terlihat, tapi bisa kita rasakan.
Tahun 2012, saya memulai belajar motret. Ketika itu, saya merasa passion saya di bidang tulis menulis. Saya membuat blog, mengambil foto untuk blog, lalu menemukan dunia lain yang tak kalah asyik dari menulis, dunia melukis dengan cahaya. Saat ini, memotret bukan cuma keahlian, tapi juga kebutuhan. Dahsyatnya pengaruh internet membuat kebutuhan akan foto sangat tinggi. Swafoto alias foto selfie menjadi populer. Foto pula yang memicu munculnya tren endorse. Foto-foto-foto, belajar mengambil foto yang baik bukan lagi kebutuhan, tapi keharusan.
1
Basic Food Photography
Inilah foto pertama saya. Foto abon ini bersejarah sekali. Sangat sederhana, dengan properti foto seadanya tanpa tahu tentang lighting, segitiga eksposure, dan tetek bengek foodphotography lainnya. Kemampuan saya saat itu cuma dua, teriak ke suami dan rewel nanyain bagaimana mengoperasikan kamera lalu mencet tombol shutter. Alhamdulillah udah tau letak tombol shutter plus bisa nyalain dan matiin sendiri hahahah.. Beberapa tahun ke belakang, kamera semakin canggih. Kualitas kamera handphone pun meningkat pesat, bisa bokeh (ngeblur) di belakang, bahkan muncul teknologi empat kamera di satu handphone. Buat apa? Ya pasti karena semua orang ingin membuat foto yang bagus. Foto yang indah adalah kebutuhan, keharusan, dan keniscayaan,
2
masalah rasa boleh dipikir belakangan hehehe... Kini siapapun bisa menghasilkan foto yang indah dan memanjakan mata. Nggak perlu susahsusah lagi atur ini itu, pakai auto aja udah oke banget saking canggihnya fitur kamera. Semakin lama, kamera pun semakin mudah dioperasikan, setiap tombol bisa di-custom sesuai kenyamanan penggunanya. Lalu apa yang penting? Kenali kamera sampai tak ada lagi yang bisa dieksplore sambil kenalilah cahaya, media kita untuk melukis makanan dengan sempurna. Basic Food Photography
Mastering Your Tools
1.
Baca manual book kamera
2.
Pakai kamera setiap ada kesempatan
3. Pelajari, pelajari, pelajari dan jepret, jepret, jepret 4. Jauhkan diri dari rasa malas 5. Nggak usah takut rusak 6. Nikmati setiap momen bersama kamera
3
Basic Food Photography
BASIC APHY R G O T O PH Kalau boleh dilewat, saya akan melewati bagian ini. Sayangnya, bagian ini nggak boleh sama sekali dilewatkan. Mungkin segitiga eksposure kadang tak diperlukan ketika kita memakai mode auto. Namun, kita harus tahu prinsipnya agar bisa membuat foto sesuai mood yang kita inginkan. KNOW THE RULES, AND THEN BREAK THE RULES!
Source https://petapixel.com/assets/uploads/2017/03/exposuretrianglediagram-800x713.jpg
4
Basic Food Photography
Foto Esposure ISO, apperture, dan shutter speed ini dikenal sebagai Trio Macan, eh segitiga eksposure. Versi gampangnya, meski sesungguhnya nggak gampang juga, adalah sebagai berikut:
5 1.
ISO (International Organization for Standardization) adalah sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. ISO dilambangkan dengan angka 100, 200, 400, dan seterusnya.
2. Apperture adalah seberapa besar lensa terbuka ketika kamera mengambil gambar. Apperture ini berhubungan dengan deep of field atau ruang tajam dalam gambar, istilah ngetrennya bokeh alias ngeblur belakang. 3. Shutter speed adalah kecepatan jendela di depan lensa membuka/menutup. Sederhananya, waktu yang dibutuhkan oleh tombol shutter untuk kembali ke posisi semula setelah kita pencet. Angka shutter dilambangkan dengan S atau SS dengan angka 1/2, Âź, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/125 dan seterusnya. Trio eksposure ini berefek pada satu hal, banyak sedikitnya cahaya yang diterima kamera. Ketiganya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan (cieee...). Jika ISO dinaikkan, akan ada kompensasi pada apperture dan shutterspeed, begitupun sebaliknya. Nggak perlu pusing, semakin sering belajar dengan mode manual, semua akan semakin mudah. PONSELICIOUS
Snap Your Food Deliciously
Basic Food Photography
LIGHTING Food Photography
Samping
Basic Food Photography
Belakang
Samping
6
Apalah arti foto cake kalau tidak bisa menggambarkan tekstur yang sebenernya. Empuknya chiffon, nyoklatnya brownies, atau lembutnya cheesecake harus bisa disampaikan dalam sebuah foto. Foto makanan yang berhasil harus bisa menceritakan segala kelezatan makanan dan tujuan akhirnya membuat orang ingin memakannya. Bagi penjual kue, tentu tujuan akhirnya adalah closing, dagangannya dibeli karena fotonya benar-benar menerbitkan air liur.
Foodphotography menggunakan sumber cahaya dari belakang (backlight) dan dari samping (sidelight) saja. Tidak ada cahaya dari depan karena akan membuat makanan tampak flat dan tidak berdimensi. Cahaya dari depan juga menghilangkan tekstur makanan, padahal justru teksturlah yang ingin dimunculkan agar makanan terlihat lezat dan ngilerable.
Depan
7
Cahaya Samping Cahaya Samping + Belakang Cahaya Belakang Basic Food Photography
hting
Istilah yang mendukung dalam Lig Diffuser: Berfungsi untuk melembutkan cahaya yang datang bila cahaya terlalu keras. Diffuser bisa berupa vitrase, kertas kalkir, atau kain tipis. Blocker: berfungsi untuk menghentikan atau memblok cahaya yang jatuh ke objek. Blocker bisa berupa apa saja, seperti buku tebal, loyang, badan
8
Basic Food Photography
manusia, atau styrofoam berwarna gelap. Blocker bisa diletakkan berlawanan dengan arah cahaya atau sejajar dengan cahaya sesuai kebutuhannya. Blocker yang diletakkan berlawanan dengan arah cahaya juga disebut reflektor hitam. Reflektor : berfungsi memantulkan cahaya kembali ke objek. Tempatnya berlawanan dengan arah datangnya cahaya. Reflektor bisa berupa styrofoam, cermin, kertas putih, alumunium foil, alas kue, loyang, atau kain putih.
Angle Eye level adalah sudut pengambilan foto ketika kamera dan benda berada dalam garis sejajar.
Eye Level
Kapankah angle foto ini digunakan? Ketika kita ingin mengekspos tinggi makanan yang kita foto. Cake bertumpuk, segelas besar Milo Dinosaurus, atau souffle yang mengembang tinggi.
9
Basic Food Photography
Above Eye Level (30-40 derajat) Angle foto ini cocok untuk hampir semua jenis makanan. Bila makanan diletakkan di piring, volumenya bisa terekspos maksimal. Dengan angle ini, memotret latte art di kopi juga memungkinkan mengeksplor dua hal sekaligus, keindahan latte art sekaligus seberapa besarnya mug.
10
Bird Eye View
Basic Food Photography
Pizza, makanan ini paling cocok difoto dari angle atas (Bird eye view). Topping yang beragam, irisan yang membentuk segi tiga, mozarella yang mulur membuat pizza terekspos maksimal dan layak mendapatkan predikat MENGILERKAN. Selain pizza, cupcake dengan hiasa fondan dua dimensi dan pie yang dipotong pun cocok di foto dari atas. Angle bird eye view inilah yang melahirkan tren flatlay, mengatur berbagai macam properti foto di permukaan yang datar, lalu memotretnya dari atas. Cobalah sesekali memotret makanan dengan gaya ini, gunakan properti foto dengan beragam bentuk dan ukuran, lalu tekan tombol kamera.
Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/ dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolaholah mata penonton mewakili mata kodok.
11
Below Eye Level (Angle Mata Kodok)
Basic Food Photography
Rule of Third
12
Empat titik yang diwarnai merah di atas bisa disebut sebagai empat titik mata. Bila kita menempatkan point of interest (POI) alias bagian paling menarik dari sebuah foto di salah satu titik tersebut, maka secara keseluruhan foto akan menjadi lebih enak dilihat karena sejalan dengan cara mata kita melihat benda. Teori rule of third ini tidak hanya berlaku di fotografi saja, tapi juga dipakai dalam ilmu desain dan arsitektur. Bagaimana memunculkan garis imajiner ini di ponsel Anda? Atur di pengaturan (setting), pastikan tombol show gridline/show guideline/ display gride lines/ tampilkan garis kisi diaktifkan.
Basic Food Photography
Rule of third adalah garis imajiner yang membantu membagi frame foto menjadi sembilan bagian yang sama besar, dengan menarik dua garis sejajar secara horisontal dan vertikal. Aturan komposisi ini menjadi dasar bagi keseimbangan elemen foto sehingga foto lebih sedap dipandang.