BULETIN RUMAH QURAN EDISI JUNI 2013

Page 1

Halaman 1

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Tafsir Al Quran AL QURAN DAN BANI ISRAIL (Rakhmat Hidayat) Bani Israil, adalah nama sebuah kaum yang sangat akrab di telinga kita. Bani Israil berasal dari kata bani (anak-anak) dan Israil yaitu nama lain Nabi Ya‟qub. Kata Israil sendiri berasal dari kata isra (hamba) dan iil (Allah) atau dalam bahasa Arab sama dengan Abdullah. Begitu banyak ayat yang menceritakan sepak terjang mereka terutama dalam memperlakukan perintah Tuhan serta para utusan-Nya hingga kita patut bertanya : “Mengapa Allah memasukkan begitu banyak kisah hidup mereka dal am kitab Muhammad saw?”.”Apakah hikmah Al Quran memasukkan kisah hidup kaum terdahulu dalam banyak ayat yang turun kepada kita, umat Muhammad?”. Adalah tidak mungkin Allah yang Maha Hakim (bijaksana) memasukkan kisah mereka hanya untuk menjelaskan bahwa kaum seperti itu pernah ada dalam kehidupan umat manusia karena Quran bukanlah kitab dongeng dan hikayat. Sesungguhnya Allah banyak menyebutkan kisah Bani Israil kepada umat ini sebagai peringatan keras agar tidak mengalami nasib yang sama dengan kaum yang satu ini, mengingat kedua umat ini (Bani Israil dan umat Muhammad) pernah mendapatkan janji Allah yang sama yaitu untuk menjadi umat termulia yang diciptakan Allah. Bukankah kepada kaum Bani Israil Allah berfirman :

...dan kami unggulkan kalian atas seluruh alam

Kaum Bani Israil, karena kesombongannya, terbukti gagal mewujudkan nilai-nilai kelayakan akan janji itu sehingga mereka jatuh dari puncak kemuliaan kedalam jurang kehinaan. Akankah umat Muhammad mengalami nasib yang sama…? Semua terpulang kepada umat ini untuk mengumpulkan nilai-nilai kelayakan sebagai umat tertinggi dan termulia. Tentunya dengan belajar dari kisah kaum pendahulu. Ketaatan mutlak kepada Rasul Allah Setiap manusia muslim hendaknya meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala tindakan yang dilakukan, kalimat yang disabdakan dan kecenderungan yang disepakati oleh para nabi termasuk Rasulullah Muhammad saw. pastilah merupakan manifestasi wahyu ilahi yang diembankan kepada beliau. Rasul Allah adalah manusia ilahiyah yang tidak berbicara kecuali atas landasan wahyu yang diturunkan kepadanya. Wahyu yang terjamin kemurnian dan keutuhan isi dan susunan bahasanya. Sehubungan dengan hal ini Allah berfirman :

“Kawanmu (Muhammad) tidaklah keliru atau tersesat (2) Dan ia tidak berbicara berdasarkan dorongan nafsu (3) Setiap yang ia sampaikan adalah wahyu (4)” (Q.S. An Najm)

Dan kepada umat Muhammad Ia berfirman:

…kalian adalah umat terbaik yang diciptakan Allah Halaman 2

“Aku akan bacakan kepadamu dan kamu tidak akan lupa” (Q.S. Al A‟la) E D I S I J U NI 2 0 1 3


Tafsir Al Quran Maka segala perlakuan Rasulullah saw. kepada seseorang bukanlah tindakan yang berlandaskan dorongan hawa nafsu atau motifasi emosional manusiawi. Bukan pula perlakuan yang berlandaskan kepentingannya pribadi dan keuntungan subyektif. Berdasarkan keyakinan akan kemaksuman para Nabi, apa yang datang dari mereka hendaknya kita ikuti dan taati sepenuh hati sebagai pedoman keselamatan. Ketaatan itu haruslah mutlak karena otoritas yang diberikan kepada mereka adalah otoritas ilahiyah yang bersifat mutlak. Ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepada Allah, Sang pencipta dan pengatur alam semesta.

“…apapun yang datang dari Rasul ambillah dan apa yang dilarangnya jauhilah. Bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah amat dahsyat siksaNya” (Q.S. Al Hasr) Ketaatan mutlak ini juga berlaku kepada khalifah-khalifah Rasul pilihan Allah melalui lisan suci Nabi saw. Manusia-manusia suci yang memegang otoritas ilahi setelah Rasul saw. ini adalah para khalifah maksum yang telah disebutkan jumlah dan nama mereka dalam kitab-kitab mu‟tabar (diperhitungkan). Ijtihad ra’yu sumber kehancuran umat manusia Setelah kita melihat beberapa ayat diatas maka sangat disayangkan jika kita melihat kecenderungan sebagian kaum muslimin menggunakan ijtihad ra‟yu yang bersifat subyektif untuk melakukan takwil atas sunnah Rasul yang dilandasi oleh semangat kemadzhaban serta eksklusifisme. Sebagian mengatakan E D I S I J U NI 2 0 1 3

bahwa kecintaan Rasulullah kepada Husein -misalnya- adalah bentuk manusiawi dari kasih sayang seorang kakek kepada cucunya. Penakwilan ini sebagai usaha – menurut mereka- untuk menghindarkan kaum muslimin dari tindakan pengkultusan manusia atas manusia yang lain yang pada puncaknya akan menciptakan kemusyrikan. Tanpa berniat melakukan tasybih (penyamaan), tindakan ini mengingatkan kita kepada keengganan Iblis untuk sujud kepada Adam as. dengan alasan bahwa ia ingin mengikhlaskan ibadah dengan hanya sujud kepada Allah sehingga ia mengatakan “…sejak kapan ikhlas itu dosa”. Sekilas logika ini benar dan meyakinkan sehingga banyak akal yang lalai terkecoh olehnya. Padahal sangat jelas bahwa apa yang dilakukan Iblis adalah pelanggaran atas perintah Allah (sujud kepada Adam as.) dengan dalih keikhlasan sebagai sebuah pembenaran bagi pelanggaran itu. Jika tradisi ini dibiarkan berkembang bahkan terbina dalam masyarakat muslim kita maka akan menciptakan karakterkarakter kaum Bani Israil yang mewakili kaum yang dimurkai Allah karena selalu mentakwil perintah Allah sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka. Dibawah ini beberapa kasus yang termaktub dalam Quran untuk memberikan gambaran tentang tradisi takwil ra‟yu yang dilakukan kaum Bani Israil sebagai pembenaran atas keingkaran mereka: 

Setelah melakukan keingkaran dan dosa, mereka enggan bertaubat dengan banyak alasan misalnya setelah melihat wujud Allah dengan jelas barulah mereka bertaubat. Padahal mereka tahu bahwa hal itu mustahil .

Halaman 3


Tafsir Al Quran

“Dan ingatlah ketika kalian berkata : “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepada (ajaran)mu hingga kami melihat Allah dengan jelas. Maka (karena hal itu) petir menyambar mereka dan kalian melihat (hal itu)” (Q.S. Al Baqarah) 

Pada peristiwa dimana Musa as. menyuruh mereka untuk menyembelih anak sapi untuk membuktikan kasus pembunuhan. Mereka melontarkan begitu banyak pertanyaan tentang kriteria sapi yang dimaksud dengan tujuan untuk tidak melaksanakannya. Sehingga meski pada akhirnya mereka melaksanakan perintah itu, Allah berfirman :

“Dan ketika datang kepada mereka sebuah kitab dari sisi Allah dimana kitab itu membenarkan isi kitab sebelumnya. Sebelumnya mereka memohon pertolongan dari Allah untuk melawan orang-orang kafir. Maka ketika sang penolong datang dalam keadaan yang telah mereka ketahui, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah ditimpakan atas orang-orang kafir”. (Q.S. Al Baqarah)

“…akhirnya mereka menyembelih dan hampir-hampir mereka tidak melaksanakannya”. (Q.S. Al Baqarah) 

Tidak bersedia mengikut ajaran Musa as. karena kekafiran dengan menunjukkan seakan-akan mereka sadar dan menyesal atas ketertutupan hati mereka.

“Mereka berkata: “Hati kami memang tertutup”, tapi sesungguhnya Allah melaknat mereka karena kekufuran maka sedikit sekali yang beriman”. (Q.S. Al Baqarah) 

Selalu menggunakan hilat (muslihat) untuk tidak melaksanakan perintah Allah seperti pelanggaran atas larangan berburu ikan pada hari Sabat dengan meng-

Halaman 4

gunakan muslihat melemparkan jaring pada hari Sabat dan mengangkatnya pada hari berikutnya. (lihat tafsir Kasyif tulisan Syeikh Jawad Mughniyah, tafsir surat Al Baqarah : 65). Menolak kenabian Nabi Muhammad dengan banyak alasan padahal penolakan itu berdasarkan hawa nafsu. Mereka memandang Nabi Muhammad bukan sebagai utusan yang harus diikuti tapi sebagai orang Arab, orang dari bangsa yang, secara turun temurun, sangat mereka benci. Padahal dalam hal ini mereka yang meminta agar Allah mengutus juru selamat untuk menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka.

Selalu meminta segala sesuatu, baik berupa makanan, minuman atau barangbarang lain yang tidak ada di hadapan mereka. Mereka selalu meminta lebih, bukan karena kekurangan akan tetapi karena hilangnya rasa syukur dalam hati mereka. Mereka merasa menjadi umat paling mulia diatas umat-umat yang lain. Perasaan ini yang menjadikan mereka menyombongkan diri bahkan terhadap Tuhan. Hal ini menjadikan Nabi Musa E D I S I J U NI 2 0 1 3


Tafsir Al Quran as. marah dan melaknat mereka.

“Dan ingatlah ketika kalian berkata : “Wahai Musa, kami tidak sabar (cukup) dengan satu jenis makanan saja. Berdoalah kepada Tuhanmu agar memberikan apa yang tumbuh di bumi termasuk sayuran, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya. (Musa) berkata: “Apakah kalian hendak menukar sesuatu yang baik dengan sesuatu yang buruk?”, “Turunlah ke kota disana kalian akan mendapat apa yang kalian inginkan!”, dan mereka ditimpa kenistaan dan kehinaan serta ditimpa kemurkaan Allah…(Q.S. Al Baqarah) Sehingga banyak ayat yang berhubungan dengan mereka diawali dengan kalimat : “…wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat yang telah Kuanugerahkan kepada kalian…!” untuk menunjukkan betapa nikmat yang mereka terima sangat banyak dan betapa syukur sangat sedikit. Beberapa kasus diatas hanya sebagian kecil saja dari karakter Bani Israil yang selalu ingkar kepada perintah Tuhan mereka. Mereka menggunakan ra‟yu subyektif untuk menghindarkan diri dari perintah Tuhan. Mereka berusaha mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan agar yang bathil terlihat haq atau sebaliknya. Mereka seperti orang-orang yang menuhankan diri mereka sendiri. Tidak ada yang mereka jadikan sandaran kebenaran kecuali diri dan hawa nafsu mereka. Mereka tidak punya syariat, tidak punya nabi bahkan tidak E D I S I J U NI 2 0 1 3

punya Tuhan kecuali diri mereka sendiri. Tindakan keingkaran mereka terwujud dalam bentuk usaha untuk mendustakan dan membunuh para nabi dan utusan jika risalah Tuhan yang dibawa tidak sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini diabadikan dalam Al Quran:

“…Apakah setiap kali datang kepada kalian seorang utusan yang risalahnya tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu, kalian menyombongkan diri. Sebagian kalian bunuh dan sebagian kalian dustakan?”. (Q.S. Al Baqarah:87) Hal ini harus menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi umat Muhammad. Umat yang telah dianugerahkan kepada mereka potensi untuk menjadi umat tertinggi dengan adanya risalah yang paling sempurna. Semakin sempurna fasilitas yang dimiliki, semakin besar tanggung jawab yang harus diemban. Ironisnya, meskipun kita bukan umat yang membunuh para nabi secara fisik akan tetapi kita cenderung menjadi umat yang membunuh ajaran-ajaran dan asas-asas yang dibangun oleh para Nabi dan para Imam itu. Amarah kita memuncak saat mendengar berita bahwa mushaf Al Quran yang merupakan kumpulan tulisan firman diatas kertas, diinjak-injak atau dinodai hurufhurufnya akan tetapi, pada saat yang sama, ketika syari‟at Islam diinjak-injak kita berdiam diri, bahkan bersuka cita atau ikut menginjak-injaknya. Kita berdiam diri ketika didekat masjid-masjid kita dibangun klap-klap malam, rumah perjudian dan bentuk-bentuk aktivitas maksiat yang lain Halaman 5


Tafsir Al Quran tanpa ada usaha sedikitpun untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Kita selalu menilai kebaikan agama dari sudut keuntungan kita yang subyektif. Kita akan menganggap agama baik jika menguntungkan kita dan demikian pula sebaliknya. Itulah yang terjadi pada Bani Israil. Keingkaran mereka (Bani Israil) terhadap syari‟at Muhammad saaw. bukan karena syari‟atnya menyimpang akan tetapi karena mereka sudah terhinggapi fanatisme maslahat golongan. Mereka hanya akan mengikuti agama yang mendukung kepentingan nafsu mereka.

belum masuk Islam secara kafah (total). Kita tidak menjadikan agama sebagai petunjuk dan pedoman hidup, tapi kita menjadikannya sebagai alat untuk mewujudkan setiap keinginan kita. Tanyakan pada diri kita, meskipun secara aqidah kita bukan termasuk orang-orang kafir akan tetapi, pada kenyataannya, sifatsifat kita seringkali menyerupai sifat-sifat mereka.

“…kamu beri peringatan atau tidak sama saja, mereka tetap tidak akan beriman…”(Q.S. Al Baqarah) “Berimanlah kepada kitab yang diturunkan Allah !”, mereka mengatakan : “Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”, tapi mereka mengingkari yang turun pada selain mereka, padahal (kitab) yang diturunkan adalah sama dengan keyakinan (kitab) mereka sebelumnya ”. Katakanlah wahai Muhammad : “Mengapa kamu membunuh nabi-nabi Allah sebelumnya (meskipun berasal dari Bani Israil) jika kamu memang beriman?” (Q.S. Al Baqarah).

“…Allah menutup hati, pendengaran dan penglihatan mereka…” Semoga kita menjadi umat yang mampu memikul tanggung jawab agung ini dengan selalu berusaha mengumpulkan nilai-nilai kelayakan sebagai umat termulia di muka bumi.

Kita memang bukan Bani Israil, akan tetapi kita seringkali akrab dengan karakter mereka. Kita lebih mencintai agama hanya karena didalamnya terdapat praktek-praktek yang menguntungkan, menyenangkan dan dapat dieksploitasi untuk kepentingan hawa nafsu kita. Logikanya, kita akan mencela dan mempertanyakan hukum agama jika bertentangan dengan kemauan kita. Itu artinya kita Halaman 6

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Syarah Hadits Apakah Hadits Kisa Itu? (Oleh : Muhammad Mahdi Alaydrus, M.Ag) Ya Allah mereka inilah Ahlu Baitku. Maka hapuskanlah kotoran

Hadits Kisa adalah hadits shahih yang mutawatir dan sangat masyhur serta disebut-

dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-

kan oleh hampir setiap buku sumber Islam

sucinya

yang kredibel dan diakui, baik di kalangan Syiah maupun Ahlussunnah, baik buku-buku taf-

Demikianlah secara singkat hadits

sir, maupun hadits dan sejarah. Bisa dikatakan

tersebut,

yang

tak ada seorang pun yang meragukan kebena-

"Haditsul

ran hadits ini dari Rasul Allah saw.

mengerudungkan

dikenal

Kisa"

dengan

karena kisa

atau

Nabi

nama saw

jubahnya

kepada mereka yang kemudian disebut seHadits Kisa adalah hadits yang berkai-

bagai Ahlul Bait itu.

tan erat dengan tafsir Ayat 33 Surat Al-Ahzab, Tak sedikit ulama yang menyatakan

yang bebrunyi sebagai berikut:

kesahihan hadits yang berbicara tentang ‫إِنَّم‬

kesucian Ahlul Bait Nabi saw ini. Ibnu Taimiyah, dalam bukunya Minhaj As-

Yang artinya: Sesungguhnya Allah berkehen-

Sunnah 3/3, berkata, “Adapun hadits Kisa

dak untuk menhapuskan kotoran dari kalian,

adalah shahih, diriwayatkan oleh Ahmad

Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-

dan Turmudzi dari Ummu Salamah, dan

sucinya.

diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dari Aisyah.”

Begitu Ayat ini turun, Rasul Allah saw mengumpulkan Imam Ali, Sayidah Fatimah

Hadits Kisa diriwayatkan dengan teks

dan kedua putra mereka, yaitu Hasan dan

yang berbeda-beda akan tetapi semua isi

Husein alaihimussalam, dan mengerudungkan

dan kandungannya menuju kepada satu

jubah beliau kepada mereka itu lalu beliau ber-

makna, yaitu bahwa Rasul Allah saw mene-

kata:

gaskan bahwa Ahlul Bait yang dimaksud dalam Ayat 33 Surat Al-Ahzab, yang dibersihkan oleh Allah dari segala kotoran dan

E D I S I J U NI 2 0 1 3

Halaman 7


Syarah Hadits disucikan sesuci-sucinya, itu adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husein as. Hadits ini sekaligus menegaskan bahwa kedudukan mulia di sisi Allah ini hanya milik mereka dan tak ada siapa pun menyertai mereka dalam hal ini. Untuk melihat berbagai riwayat hadits Kisa dan kaitannya dengan Ayat Tathir (33 Al-Ahzab) dapat dilihat di Shahih Muslim jilid 7 halaman 130, bab Fadloil Ahlu Baitin Nabi. Juga kitab Mustadrak Shahihain jilid 3 halaman 147, dan tafsir Ayat tersebut dalam kitab tafsir Thabari dan Durrul Mantsur, serta tafsir Ayat Mubahalah dalam kitab Tafsir Zamakhsyari dan Tafsir Ar-Razi, juga Sunan Baihaqi jilid 2 halaman 149, dan masih banyak lagi.

perayaan penduduk bumi yang didalamnya terdapat para syiah dan pecinta, kecuali Allah akan menurunkan rahmat kepada mereka. Malaikat juga akan mengitari mereka dan memohonkan ampun bagi mereka hingga mereka berpisah”. Ali as. berkata : “Jika demikian maka beruntunglah kami dan syiah kami demi Tuhan pemilik Ka‟bah! Ayahku, Rasulullah berkata: “Wahai Ali, demi Dzat yang mengutusku sebagai nabi dan memilihku sebagai penyelamat dengan risalah-Nya, tidak disebutkan khabar ini dalam majlis-majlis perayaan dimana didalamnya para syiah dan pecinta kami, kecuali jika diantara mereka ada yang sakit maka Allah akan menyembuhkannya, jika ada yang bersedih maka Allah akan mengangkat kesedihannya dan tidak ada pemohon hajat kecuali Allah penuhi hajatnya”. Ali as. berkata: “Jika demikian, beruntung dan berbahagialah kami juga syiah kami. Mereka mendapat keberuntungan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, demi Tuhan pemilik Ka‟bah”

KEUTAMAAN HADITS KISA (Rakhmat Hidayat) Setelah Rasulullah saw. menutupkan kisa (kain) kepada Ali, Fathimah, Hasan dan Husein dan berikrar bahwa mereka adalah ahlul Bait yang disucikan sesuci-sucinya, Fathimah berkata: “Kemudian Ali berkata kepada ayahku: “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku keutamaan apakah yang akan kami peroleh di sisi Allah dari keberadaan kita di tempat ini?”, Nabi saw. bersabda: “Demi Dzat yang mengutusku sebagai nabi dan memilihku sebagai penyelamat dengan risalah-Nya, Tidak disebutkan berita ini dalam setiap Halaman 8

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Syarah Hadits UJIAN ADALAH HAKIKAT KEHIDUPAN (Rakhmat Hidayat)

‫هلل ِبكِبَا ِرهَا‬ ُ ‫الهُ ا‬ َ ‫صغَارَ الْصَائِبِ ابْ َت‬ ِ َ‫مَنْ عَظَّم‬ (Barangsiapa yang membesar-besarkan musibah kecil maka Allah akan mendatangkan musibah yang bebar-benar besar) Obyektifitas dan subyektifitas penderitaan. Secara lughawi musibah berasal dari kata kerja “ashaaba” yang berarti menimpa. Secara istilah, bencana adalah segala kondisi menyulitkan (masyaqqah) yang menimpa manusia atau mukallaf secara umum. Sampai disini, musibah belum dapat dihukumi dengan baik dan buruk. Karena, meski diperlukan sikap arif dan perenungan, tidak setiap kesulitan melahirkan keburukan dalam kehidupan manusia. Bahkan sebaliknya, banyak manusia yang menjadi maju dan berhasil dalam hidup setelah melalui banyak rintang dan uji. Dalam bukunya “Silsilat Ad Durus fil „aqidah Al Islamiyah”, Ayatullah Makarim Syiraziy mengatakan: “Salah satu hikmah dari musibah yang menimpa manusia adalah kenyataan bahwa banyak manusia tumbuh dan berkembang dalam pangkuan berbagai musykilat (kesulitankesulitan) yang dihadapi”. Meskipun banyak juga orang yang gagal dalam usaha menghadapi musibah yang datang kepadanya. Mereka kerap memenuhi hidup dengan keluh kesah, ratapan serta cacian kepada kehidupan, nglokro (kemalasan berjuang) atau bahkan mengingkari kenikmatan hidup yang sebelumnya pernah dan sedang ia rasakan. Sungguh sebuah kenyataan yang mengajak kita merenung akan hakikat hidup, bahwa ketika sebagian orang yang tertimpa berbagai bencana hidup masih bisa menyunggingkan senyum di bibir mereka, sementara tidak sedikit orang yang kehilangan keceriaan Halaman 9

hidup dan seakan kehilangan segalanya hanya karena sakit gigi. Kenyataan diatas memberikan kesimpulan lebih jelas dan gamblang kepada kita akan hakikat setiap musibah yang mendera kita. Kesimpulan itu adalah bahwa musibah bersifat obyektif sedangkan duka dan gembira bersifat subyektif. Hakikat hidup adalah ujian Dalam hidup ini, manusia dihadapkan kepada segudang pertanyaan hidup yang, disadari atau tidak, senantiasa membutuhkan jawaban dengan segera. Dari mana asal wujudnya, apa yang harus ia lakukan, kemana perjalanan hidup akan berakhir adalah pertanyaan-pertanyaan pokok yang selalu menuntut jawaban dengan segera. Sedemikian pentingnya memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sehingga langkah manusia menuju kebahagiaan dan hakikat keberadaannya ditentukan olehnya. Dengan segala penampakan kehidupan duniawi yang terkadang menampakkan dirinya sebagai hiburan yang melalaikan meski tidak sedikit yang menampakkan wujud tragis mengiris. Kehidupan terasa indah dan memberikan kenikmatan tiada tara dan beberapa detik kemudian kehidupan berubah menjadi sedemikian menghimpit dan menyesakkan dada. Pantaslah jika Al Quran menyifati kehidupan sebagai permainan yang melalaikan. Disebut permainan karena yang dihidangkan dalam nampan duniawi bukanlah hakikat kehidupan melainkan nina bobo dan ketenangan yang menipu serta ketakutan akan kehilangan kenikmatan semu dan disebut melalaikan karena sedemikian indah bentuk lahir hiasan duniawi sehingga mampu menghipnotis setiap mata lahiriyah yang tidak dituntun cahaya hati sebagaimana mampu menciptakan tangisan atas sesuatu yang terlalu remeh untuk ditangisi. Sesungguhnya setiap detik dari waktu yang kita lalui dalam hidup ini sepenuhnya adalah ujian Allah bagi kita. Bukankah Allah E D I S I J U NI 2 0 1 3


Syarah Hadits Berfirman: “...dan tiada Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah” Jadi tujuan dasar penciptaan manusia adalah ibadah (dengan maknanya yang luas) . Ibadah adalah melaksanakan setiap taklif (kewajiban) makhluk terhadap Sang Khaliq. Taklif sendiri mengandung arti masyaqqah (kesulitan). Jadi tujuan mendasar penciptaan manusia adalah mengalami kesulitan untuk mencapai ridha-Nya. Karena itu, manusia tidak pernah lepas dari ujian kehidupan. Bahkan ketika kita menyangka telah lepas dari ujian, sebenarnya kita hanya berpindah dari satu ujian ke ujian dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, saat manusia terlepas dari belenggu kemiskinan setelah ia mendapatkan harta, sebenarnya ia sedang berpindah dari ujian kemiskinan menuju ujian kekayaan bahkan bisa kita katakan bahwa ia masuk ke dalam ujian yang lebih berat dari sebelumnya.

orang lain) suatu saat. Ingat pula bahwa setiap badai pasti berlalu”

BAGAIMANA MENYIKAPI UJIAN KEHIDUPAN?

Semakin dekat dengan ridha Allah, akan semakin berat ujian yang harus dijalani.

Manusia selalu terombang-ambing oleh arus kehidupan yang tiada tentu arahnya. Saat mendapatkan kenikmatan ia tertawa terbahak dan saat kehilangan ia menangis meraung. Fluktuasi spiritual yang extrim dan tiba-tiba menciptakan gangguan dalam jiwa manusia berupa ketakutan akan kehilangan sesuatu yang ia peroleh. Padahal naik-turunnya grafik kehidupan adalah konsekwensi dari sifat dunia yang memperdaya dan mempermainkan. Untuk menjaga agar hati kita selalu stabil dan tidak dipermainkan oleh ujian kehidupan, Imam Ali as. memberikan terapi mujarab. Imam berkata: “Saat engkau merasakan kelezatan, ingatlah bahwa kelezatan itu akan segera hilang. Saat engkau mendapat kenikmatan, ingatlah bahwa itu akan berpindah (kepada

“Sesungguhnya seorang mukmin bagai dua sisi timbangan yang selalu seimbang. Setiap kali keimanannya bertambah maka bala (ujian) yang dihadapi semakin berat”.

Halaman 10

Terapi yang hampir sama juga pernah disampaikan oleh Imam Husein as. Dalam bait-bait syairnya: Jika suatu hari, setiap amalan dikembalikan kepada pelakunya sebagai kesempurnaan, maka akhlak mulia adalah yang tersempurna Jika tubuh ini tercipta hanya untuk kematian, maka mati seseorang di jalan Allah adalah yang terindah Jika harta dunia dikumpulkan hanya untuk ditinggalkan, mengapa kita harus kikir ? Jika rejeki adalah bagian yang telah ditentukan maka tidak rakus dalam mencari adalah yang terbaik

Semoga Allah menjaga kita dari ketergelinciran hati.

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Kisah Qurani DERITA AYYUB AS. “Dan ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu syetan dengan kepayahan dan siksaan”. Allah berfirman: “Hantamkanlah kakimu!, inilah sejuk untuk engkau mandi dan untuk diminum”. (Q.S. Shad : 41-42) Allah meletakkan cobaan dan bencana sebagai cobaan bagi hamba-hamba-Nya. Hamba yang bersyukur akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat sedang yang kufur akan menerima azab yang kekal. Karena itu banyak kita temukan dalam sejarah perjalanan manusia, semakin tinggi kedudukan seorang hamba di hadapan Allah, akan semakin besar pula ujian yang akan diterima. Nabi Ayyub adalah seorang nabi utusan dan duta Allah yang mengalami penderitaan dan kepahitan dunia. Dengan tulus dan ikhlas ia terima semua ujian. Dialah manusia yang menjadi symbol kesabaran. Nabi Ayyub ditinggalkan oleh harta kekayaan dan anaknya. Lebih menyakitkan lagi bahwa mereka meninggalkan Ayyub karena keadaan Ayyub yang serba kekurangan dan menderita luka di sekujur tubuhnya. Meski demikian, Ayyub tetap melantunkan pujian dan syukur bagi Sang Pencipta. Sampai akhirnya Ayyub diusir oleh penduduk tempat tinggalnya yang mencampakkannya keluar desa. Dalam pengasingan, isterinya yang setia selalu mengirimkan makanan apa adanya. Hanya dia yang masih sabar dan setia menjalani hidup bersama Ayyub as. Nampaknya Iblis tidak rela dengan keadaan ini. Ia dikuasai iri dan dengki hingga akhirnya Iblis mendatangi isteri Ayyub dan menampakkan diri sebagai orang yang bermuka masam. Iblis menggodanya agar meninggalkan Ayyub. Namun, isteri shalihah ini tidak bergeming karena godaan Iblis bahkan ia segera menemui E D I S I J U NI 2 0 1 3

suaminya dan memberitahukan akan apa yang dilakukan Iblis terhadapnya. Ayyub berkata: “Sesungguhnya yang berkata kepadamu adalah Iblis. Ia ingin mencelakakan dan membunuhku. Tapi aku bersumpah demi Allah, aku akan mencambuku seratus kali jika Allah telah memberikan kesembuhan padaku!, karena engkau telah mau mendengar kata-katanya”. Makin hari ujian dan cobaan dan rasa sakit semakin berat. Hinaan dan cacian dari musuh-musuh Ayyub menjadikannya semakin terasing dan terkucil. Akhirnya, sebagaimana tersebut dalam Al Quran) ia mohon kepada Tuhannya: “...Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa dan Engkaulah Tuhan yang maha penyayang diantara semua penyayang “ (Q.S. Al Anbiya : 83) Beberapa saat kemudia seseorang yang berseru: “Angkat kepalamu, doamu telah dikabulkan. Hantamkanlah kakimu!, inilah air sejuk untuk engkau mandi dan untuk diminum!” Nabi Ayyub segera menuju sumber air yang mengalir di dekatnya. Ia mandi dan meminum airnya dan dengan ijinnya Allah hilanglah segala penyakit yang dideritanya. Ayyub seperti kembali pada masa mudanya. Bahkan lebih tampan daripada sbelumnya. Bahkan isterinya tidak mengenali ketika ia pulang kerumah. Dunia menjadi bersinar indah di mata isterinya setelah ia yakin bahwa yang datang adalah suaminya. Nabi Ayyub mengambil onggokan ranting ranting kayu kecil sebanyak seratus batang. Kemudian Ayyub melaksanakan sumpahnya untuk mencambuk isterinya seratus kali yang disimbolkan dengan seratus ikatan batang-batang kecil.

Halaman 11


Kisah Qurani Karena kesabaran hatinya maka Allah menjulukinya awwab yang berarti orang yang sering kembali kepada Allah. NABI ISA AS. DAN TANTANGAN IBLIS (Rakhmat Hidayat) Pada suatu hari, Iblis mendatangi Isa as. Ia berkata: “Wahai Isa, bikankah engkau adalah kekasih Allah dan manusia yang dekat dengan-Nya”. “Memang demikian keadaannya”, jawab Isa. Iblis berkata: “Jika memang demikian, buktikan ucapanmu!”, “Bagaimana?”, Tanya Isa. Iblis menjelaskan: “Naiklah ke atas bukit itu dan jatuhkan dirimu menuju dasar dibawahnya. Jika memang benar bahwa engkau kekasih Allah, pastilah Dia akan menolongmu. Jika tidak maka engkau tidak lebih dari seorang pembohong!”

Meski lisan kita berikrar : La haula walaa quwwata illah billah (tiada daya dan upaya selain dengan kekuatan Allah), pada prakteknya kita masih mendahulukan kepentingan diri kita daripada kepentingan Allah. Kita lebih takut kepada makhluk daripada kepada Sang Khaliq. Sudah saatnya kita selalu melantunkan syukur dan berdoa: Ya Muqallibal quluubi Tsabbit qalbii „alaa diinika (Wahai Dzat yang mampu membolakbalikkan hati, tetapkan hatiku pada agamaMu…!)

Apakah Isa as. akan melompat sebagai pembuktian dan jawaban atas tantangan Iblis? Ternyata nabi Allah itu tidak melompat seperti isi tantangan Iblis. Isa as. dengan tenang berkata: “Sesungguhnya hanya Tuhan yang berhak menguji hamba-Nya bukan hamba yang berusaha menguji Tuhannya”. (tafsir Kasyif ; Syeikh Jawad Mughniyah) Jika Isa as. melaksanakan tantangan Iblis dan menjatuhkan diri dari atas bukit sebagai pembuktian maka runtuhlah bangunan pada dirinya. Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa diatas adalah bahwa keimanan kita akan senantiasa menghadapi tantangan. Terkadang saat kita melaksanakan tuntunan agama sebagai sebuah solusi kehidupan, yang ada dalam diri kita adalah niat cobacoba tanpa adanya keyakinan di dalamnya. Halaman 12

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Quran menjawab Kemestian Mengamalkan Al-Quran

Quran,

yang

juga

mesti

diperhatikan

Sebagai sebuah kitab samawi paripurna, Al-

adalah, bagaimana kita menerjemahkan

Quran memiliki kedudukan khas di tengah

nilai-nilai qurani dalam keseharian kita

umat Islam. Apalagi, kitab ini memang dipe-

dan menjaganya tidak tergerus oleh peny-

runtukkan bagi mereka. Beragam bidang ilmu

impangan.

terkait Al-Quran sudah dirintis oleh para

Suatu kali, saat berada di Arab Saudi,

ulama, meliputi tafsir, pengenalan mufradat-

Syaikh Qira`ati (ahli tafsir kontemporer

nya, `ulum al-Quran, dan selainnya. Pengha-

Iran) ditanya seseorang, dengan nada

palan Al-Quran, seni qira`ah dan tilawah juga

meremehkan, apakah beliau hapal Al-

termasuk upaya muslimin untuk melestarikan

Quran atau tidak? Beliau dengan tangkas

kitab suci ini.

menjawab,”Yang lebih penting dari men-

Hanya saja, kita justru melupakan bentuk pe-

jadi hafidh (penghapal) Al-Quran, adalah

lestarian yang lebih penting, yaitu pengamalan

menjadi muhafidh (penjaga)-nya.” Beliau

nilai-nilai qurani. Kita mesti mengingat bahwa

mencontohkan, mungkin ada beberapa

Al-Quran diturunkan untuk memberi hidayah

orang yang, menurut kaidah tajwid, keliru

kepada manusia; supaya ia menjadi pemandu

membaca sebagian ayat-ayat Al-Quran. Na-

dalam setiap langkah manusia dalam ke-

mun, orang-orang ini tidak surut langkah

hidupannya.

dalam membela nilai-nilai Al-Quran dan

Kenyataannya,

falsafah

ke-

beradaan kitab samawi ini malah sering dia-

melindunginya dari musuh.

cuhkan. Benar bahwa kebanyakan dari kita

Alhasil, Al-Quran jangan sekedar menjadi

membaca Al-Quran tiap hari, bahkan juga

penghias interior rumah-rumah kita, tapi

menghapalkannya. Tapi, apakah Allah rela kita

lebih dari itu, seyogianya menjadi penghias

hanya cukup membaca dan menghapalkannya

hati dan perilaku kita. Jangan lupakan

saja? Jelas tidak, sebab dua hal ini saja tidak

wasiat Imam Ali as,”Amalkanlah Al-Quran,

bisa membuat pelakunya memperoleh hidayah

sebelum orang lain mendahului kalian

Al-Quran. Orang kafir bisa saja membaca dan

mengamalkannya.” (Nahjul Balaghah, su-

menghapalkan Al-Quran sama baiknya dengan

rat no 37).”[Darut Taqrib, Jepara]

seorang muslim, tapi dia tetap berada dalam kesesatannya. Maka itu, selain kita berusaha menabung pahala dengan cara membaca Al-

E D I S I J U NI 2 0 1 3

Halaman 13


Quran menjawab KEPEMIMPINAN LAKI-LAKI ATAS PEREMPUAN DALAM AL QURAN (Rakhmat Hidayat)

hamil, menyusui, mengalami menstruasi dan sebagainya. Para fuqaha juga mengatakan bahwa lakilaki tidak memiliki hak atas perempuan kecuali dalam dua hal: 1. Hubungan seksual 2. Kewajiban isteri meminta ijin suami sebelum keluar rumah

“Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Dan karena harta yang telah mereka nafkahkan” (Q.S. An Nisa : 34) Kepemimpinan dalam konteks ayat diatas adalah management kehidupan suami isteri. Artinya, laki-laki adalah yang paling bertanggung jawab dalam masalah pengaturan kelangsungan sebuah rumah tangga. Karena itu Allah berfirman “….dan karena harta yang telah mereka nafkahkan”. Karena itu laki-laki yang harus membayar mahar, nafkah kehidupan dan segala bentuk kebutuhan rumah tangga. Ayat diatas hanya berhubungan dengan masalah rumah tangga karena hanya pada ranah itulah laki-laki (sebagai laki-laki) harus menjadi pemimpin bagi kaum wanita. Akan tetapi Sayyid Thabathabai dalam kitabnya Al Mizan fi tafsir al quran berpendapat bahwa kepemimpinan tersebut bersifat umum dan dalam segala bidang kehidupan, seperti kepemimpinan ayah bagi anak atau kepemimpinan Rasulullah atas umat. Akan tetapi jika kita melihat susunan ayat, maka kita akan menemukan beberapa petunjuk bahwa hal itu berhubungan dengan lakilaki sebagai kepala dalam sebuah rumah tangga. Petunjuk itu adalah “...dan karena harta yang telah mereka nafkahkan” yang mana hal itu sejalan dengan tugas perempuan secara natural dalam rumah tangga seperti E D I S I J U NI 2 0 1 3

Menurut Ayatullah Sayyid Khui, hukum keluarnya perempuan dari rumahnya harus seijin suami berlaku dalam konteks maksiat dan penentangan terhadap syariat. Jika isteri keluar rumah ketika suami ada di tempat kerja atau dalam perjalanan jauh (yang tidak mungkin dihubungi) maka tidak wajib meminta ijin suami. Ayatullah Sayyid Husein Fadhlullah mengatakan: “Dalam masalah hubungan suami isteri, sebagaimana seorang isteri wajib menyambut ajakan suami maka suamipun wajib menyambut permintaan isteri. Bukankah Allah berfirman: “Dan bagi mereka (perempuan) memiliki hak secara ma‟ruf sesuai yang telah mereka lakukan” (Q.S. Al Baqarah:228)

Halaman 14


Quran menjawab MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT

“Dialah yang menurunkan kitab kepadamu. Didalamnya ada yang muhkamat dan itulah ummul kitab dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang yang menyimpang hatinya lebih memilih mutasyabihat hanya untuk menciptakan fitnah dan pemakwilan …” (Q.S. Ali Imran : 4) Ayat muhkamat adalah ayat yang menunjukkan makna yang jelas dan tidak menimbulkan keraguan serta memunculkan kemungkinan makna lain. Ayat mutasyabihat adalah ayat yang maknanya berbeda dengan dhahir kalimatnya. Beberapa contoh ayat mutasyabihat :

jah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui” (Q.S. Al Baqarah: 115)

“Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”. Tangan mereka yang terbelenggu dan mereka terlaknat karena ucapan mereka kerena kedua tanganNya selalu terbuka menafkahi siapapun yang dikehendaki” (Q.S. Al Maidah:64)

“...tangan Allah diatas tangan mereka” (Q.S. Al Fath :10) Secara dhahir beberapa ayat diatas menunjukkan bahwa Allah punya tangan dan wajah yang tidak lain adalah sebagian ciri-ciri fisik. Akan tetapi saat kita membaca ayat lain:

“Janganlah kamu menyeru tuhan yang lain selain Allah karena tiada tuhan selain-Nya. Segala sesuatu akan binasa kecuali wajahNya. Dialah pemilik hukum dan kepada-Nya engkau dikembalikan” (Q.S. Al Qashash:88)

“Allah adalah pemilik timur dan barat. Dimanapun kalian menghadap, disitulah waE D I S I J U NI 2 0 1 3

“Tiada sesuatupun yang menyerupaiNya” Kita menjadi yakin bahwa kata tangan berarti pemberian, kekuatan dan kekuasaan. Sedangkan makna wajah pada ayat diatas berarti dzat-Nya. Jadi ayat mutasyabihat harus dimaknai dengan selain makna dhahirnya sedang ayat muhkamat bersifat nash fil ma‟na atau maknanya adalah nash yang jelas dan dijadikan sandaran hujjah dan tidak boleh dimaknai dengan makna lain dalam bentuk majaz atau selainnya. Halaman 15


Biografi Ulama Ayatollah Syeikh Ja’far Subhani

Ayatullah Syeikh Ja‟far Subhani lahir pada tanggal 28 Syawal tahun 1347 H. di kota Tabriz. Keluarga beliau terkenal sebagai keluarga alim ulama yang terpandang. Ayah beliau, Almarhum Ayatullah Syeikh Muhammad Husein Subhani Khiyabani adalah salah seorang ulama dan fuqaha Tabriz yang terkenal dengan ketakwaan dan kezuhudan. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar, beliau masuk ke sekolah agama tradisional di bawah pengawasan Almarhum Mirza Mahmud Fadhil, putra Fadhil Muraghi, salah seorang murid Syeikh Anshari. Di sekolah agama yang lazim disebut dengan "Maktab" ini, beliau belajar sastra Persia. Di antara buku-buku yang beliau pelajari di "Maktab" ini adalah Gholestan, Bustan, Tarikh-e Mu‟jam, Nishabus Shibyan, Abwabul Jinan dan yang lainnya. Setelah menginjak usia empat belas tahun, pada tahun 1361 H., Subhani muda masuk ke Madrasah Ilmiah Thalibiyah kota Tabriz unHalaman 16

tuk menimba dasar-dasar ilmu agama Islam sampai ke tingkat Suthuh. Ilmu tata bahasa Arab beliau timba dari guru -guru besar seperti Syeikh Hasan Nahwi dan Syeikh Ali Akbar Nahwi. Sebagian dari kitab Muthawwal, Mantiq-e Manzhumah dan Lum‟ah beliau pelajari di bawah bimbingan Allamah Mirza Muhammad Ali Mudarris Khiyabani (wafat tahun 1373 H.), penulis kitab Raihanatul Adab. Lima tahun lamanya beliau mempelajari kitab-kitab tersebut. Kegiatan tulis-menulis beliau mulai sejak usia tujuh belas tahun. Dua kitab pertama yang beliau tulis pada masa itu yang hingga kini masih bisa kita temukan adalah Mi‟yarul Fikr yang membahas tentang ilmu logika dan Muhadzdzabul Balaghah mengenai ilmu Ma‟ani, Bayan dan Badi‟. Subhani muda masuk ke Hauzah Ilmiah Qom pada tahun 1367 H. dan melanjutkan pendidikan tingkat suthuh hauzah di sana. Bagian akhir dari kitab Fara`idul Ushul beliau baca di bawah bimbingan Ayatullah Mirza Muhammad Mujtahidi Tabrizi (13271379 H.) dan Ayatullah Mirza Ahmad Kafi (1318-1412 H.). Kitab Kifayatul Ushul beliau pelajari di bawah asuhan Ayatullah AlUzhma Gulpaiqani (wafat tahun 1414 H.). Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat Suthuh pada tahun 1369 H., beliau masuk ke jenjang Bahtsul Kharij ilmu fiqih dan ushul. Pada jenjang ini beliau berguru pada ulamaulama besar seperti: 1. Ayatullah Al-Uzhma Burujerdi (1292-1380 H.) bab waktu shalat. 2. Ayatullah Sayid Muhammad Hujjat Kuhkamari (1301-1372 H.) bab Bai‟. 3. Ayatullah Al-Uzhma Imam Khomeini (1320-1409 H.) bab Istishhab dalan bidang ushul fiqih. Syeikh Subhani dengan tekun mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Imam Khomeini r.a. sampai beliau untuk pertama kalinya menyelesaikan satu paket penuh ilmu ushul fiqih tingkat tinggi. Seluruh pelajaran yang diberikan oleh Imam Khomeini beliau tulis E D I S I J U NI 2 0 1 3


Biografi Ulama berlanjut saat beliau datang ke kota Qom dan tidak berapa lama kemudian beliau mulai mengajar di tingkat Suthuh. Beliau telah mengajar kitab Muthawwal selama tujuh tahun, beberapa kali kitab Ma‟alim dan Lum‟ah secara sempurna, tujuh kali kitab Faraid karya Syeikh Anshari (selama 21 tahun), beberapa kali kitab Makasib dan Kifayah, dan lima kali kitab Syarah Manzhumah. Pada tahun 1394 H., beliau mulai mengajar ilmu fiqih dan ushul untuk jenjang bahtsul kharij yang berlanjut hingga hari ini. Selain mengajar ilmu fiqih, ushul dan filsafat secara rutin, beliau juga mengadakan kajiankajian mengenai teologi, ilmu Rijal, Dirayah, sejarah Islam dan Syi‟ah, Milal wa Nihal, tafsir, dan sastra Arab yang menghasilkan banyak karya tulis yang berharga bagi dunia Islam. Ayatullah Syeikh Ja‟far Subhani termasuk salah seorang pencetus berdirinya majalah Maktab-e Islam. Sejak pertama kali diterbitkannya majalah ini, Syeikh Ja‟far Subhani meluangkan waktunya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah agama yang diajukan oleh para pembacanya dari kalangan remaja dan mahasiswa dalam kolom khusus yang disediakan untuk ini. Beliau mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Muasseseh-e Ta‟limati-Tahqiqati-e Imam Ja‟far Shadiq a.s. dengan tujuan membangun sebuah perpustakaan khusus bagi para peneliti dan pengkaji ilmu-ilmu Islam. Aktifitas asli dari yayasan ini lama-kelamaan bertambah dengan banyak kegiatan lainnya. Antara lain, dibukanya pusat studi teologi Islam yang dibimbing langsung oleh beliau. Selain itu, beliau juga merupakan perintis majalah ilmiah Teologi Islam yang merupakan salah satu kegiatan ilmiah besar di dunia majalah.

E D I S I J U NI 2 0 1 3

Ayatollah Syeikh Ibrahim Amini

Beliau lahir pada tahun 1925 di kota Najaf Abad, Ishfahan. Beliau menamatkan pendidikan dasar di kota kelahirannya dan pada tahun 1941, beliau masuk ke Hauzah Ilmiah Ishfahan untuk menimba ilmu agama Islam. Di sanalah beliau belajar tata bahasa Arab dan pendidikan tingkat Suthuh, seperti logika, ushul fiqih dan fiqih. Pada tahun 1946, Amini muda pergi ke kota Qom dan melanjutkan studinya di sana. Beliau menyelesaikan pendidikan tingkat Suthuh ilmu fiqih, ushul fiqih, filsafat, teologi dan tafsir di Qom di bawah bimbingan guru-gurunya. Baik di Hauzah Ishfahan maupun di Hauzah Qom, beliau aktif mengajar tata bahasa Arab, fiqih dan ushul fiqih, sekaligus mengadakan pengkajian berbagai masalah dan menulis buku. Setelah Revolusi Islam Iran mencapai kemenangan, beliau menjadi anggota Jami'atul Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom. Kini, selain bertugas sebagai imam Jumat di kota Qom Ayatullah Amini juga menjadi anggota Dewan Pengasuh Universitas Imam Ja‟far Shadiq a.s.

Halaman 17


Akhlaq Al Quran BOHONG (Ust. A. Shomad)

10. Q.S. Al Maidah 11. Q.S. An Naba

: 41 : 35

Bohong dan akibatnya

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang merangkai kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, tanpa pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim” (Q.S. Al An‟am : 144) Ada satu akhlaq dzamimah (tercela) dalam Islam yang sering dipraktekkan oleh masyarakat dalam segala lapisannya dan bahkan menjadi budaya dan dibudayakan. Akhlaq tercela itu adalah kidzb (bohong). Dari kalangan terbawah, menengah hingga kalangan elit masyarakat. Muslim maupun non muslim atau yang tidak beragama sekalipun senantiasa membudidayakan tumbuhan beracun yang satu ini. Bohong, telah menjadi tradisi umat manusia sejak jaman terdahulu. Pada jaman risalah Islam, sebagaimana disebutkan Al Quran, kebohongan menjadi penyakit yang menggerogoti umat Muhammad saw. dari dulu hingga kini. Berikut beberapa ayat yang berbicara tentang bohong : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Q.S. Al An‟am Q.S. Al Haj Q.S. An Nahl Q.S. Az Zumar Q.S. Ghofir Q.S. At Taubah Q.S. Ali Imran Q.S. Ash Shafat Q.S. Anbiya

Halaman 18

: 144 : 30 : 105 : 3 dan 60 : 28 : 77 : 78 : 88 : 63

Berbohong adalah sebuah usaha yang dilakukan manusia untuk menutupi kekurangannya. Bohong adalah perbuatan yang tidak hanya merugikan diri tapi juga orang lain. “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang merangkai kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, tanpa pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang zalim” (Q.S. Al An‟am : 144) Sumber dari kebohongan adalah lisan yang menjadi juru bicara bagi hati yang terkotori. Kebohongan akan mengalir dengan deras dalam pembicaraan saat kita tidak mampu menahan lisan kita daripadanya. Rasulullah bersabda:

“Kesalahan terbesar adalah kebohongan lisan” ( Al Hujjah Al Baidha juz:5 hal.243) Akibat dusta adalah neraka. Sebagaimana yang disabdakan:

“Waspadalah terhadap bohong. Sesungguhnya ia menyeretmu kepada kejahatan dan keduanya menyeret ke neraka” (Targhib wa Tarhib juz:3 hal. 592)

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Aqidah Al Quran MA’RIFAT SEBAGAI SARANA TAUHID (Sayyid Ahmad Al Muhdhor) Didalam kehidupan ini manusia sering menjumpai kejadian-kejadian. baik lahir maupun batin. yang menyangkut diri kita. Terkadang kita ingin menyampaikan sesuatu yang kita alami kepada orang lain dan oleh karena itu dibutuhkan bahasa. Maksudnya, lewat bahasa tersebut kita menyampaikan informasi yang tersusun dalam kalimat-kalimat yang mempunyai makna. Tetapi terkadang informasi yang kita sampaikan melalui kalimat tersebut tidak seperti kejadian yang sesungguhnya atau hal-hal yang kita maksudkan. Misalnya kita menceritakan tentang musibah yang kita alami kepada orang lain, cerita tersebut kadang dapat mewakili apa yang kita alami, tetapi sesungguhnya tidak mutlak atau tidak persis. Hal lain yang dapat disebutkan disini seperti musibah-musibah yang menimpa kaum Muslimin dipenjuru dunia. Penderitaan-penderitaan kaum muslimin tersebut dapat kita rasakan, tetapi yang kita rasakan dari penderitaan mereka sesungguhnya sangat jauh dari apa yang mereka alami. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kepekaan kita terhadap penderitaan kaum muslimin, yang disebabkan pengetahuan (ma‟rifat) terhadap kejadian atau musibah tersebut. Pengetahuan (ma‟rifat) merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakan dan imformasi yang kita sampaikan kepada orang lain mempunyai makna dasar yang kuat [berbobot] . sehingga kita dapat melihat bahwa syiar yang disampaikan oleh mukminin dan muslimin mempunyai kadar dan bobot yang berbeda, disebabkan oleh tingkat ma‟rifat yang berbeda pula. Kalau kita kembalikan pada diri kita, kita dapat mengatakan bahwa diri kita adalah seorang muslim, tetapi belum tentu sebagai seorang muslim, sebab untuk menentukan bahwa seseorang itu muslim atau tidak, E D I S I J U NI 2 0 1 3

sulit dilakukan, karena keimanan seseorang menyangkut masalah hati. Akan tetapi terkadang kita dapat menentukan bahwa seorang itu beriman atau tidak dengan melihat amal perbuatannya, yang merupakan cermin dari keimanannya. Seseorang untuk dapat dikatakan sebagai seorang muslim cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Secara lahir atau makna bahasa, dua kalimat sayahadat yang diucapkan oleh Imam Khomeini-rahmatullah „alaihi mempunyai arti bahasa yang sama dengan syahadat yang diucapkan oleh Salman Rushdie. Jika seseorang menilai syahadat dari segi arti bahasa, maka ia dapat mengecam tindakan Imam Komeini yang memfatwakan hukuman bagi Salman rushdie atau mengecamnya karena menulis buku ayat-ayat syetan. Namun yang jelas makna dan bobot dari ucapan syahadat keduanya tentu saja berbeda. Hal ini dapat kita lihat dari posisi yang dimilki Imam khomeini yang bertentangan dengan posisi Salman Rushdie. Sekarang marilah kita melihat diri kita masing masing. Apakah syahadat yang kita ikrarkan maksa dan bobot tertentu atau hanya sekedar memiliki arti bahasa. Sebernaya yang paling penting dari syahadat kita adalah laa ilaaha illahllah, karena dari dasar ibadah adalah ma‟rifat, sedangkan asal dari ma‟rifat adalah tauhid. Makna dari tauhid disini adalah meniadakan batasan-batasan terhadap Allah SWT, sebab kita semua mengetahui bahwa segala sesuatu yang terbatas itu bukan khaliq melainkan makhluq.

Halaman 19


Aqidah Al Quran Kalau kita kembalikan pada diri kita, kalimat tauhid memliki dua makna, yaitu makna nazhar atau argumentasi akal dan tauhid amal atau yang berhubungan dengan amal. Tauhid terbagi menjadi empat bagian : 1. Tauhid Dzat, yaitu bahwa ALLAH SWT itu esa, artinya semua hikmah apabila dikembalikan kepada Allah SWT , maka ia kembali kepada Dzat-Nya (bukan selain-Nya) 2. Tauhid Sifat, yaitu semua sifat Allah SWT itu kembali kepada Dzat-Nya. 3. Tauhid Ibadah‟Amali, yaitu menyangkut amaliah atau perbuatan kita. Artinya bagaimana semua amal kita tunjukkan kepada Allah SWT. Tauhid Dzat dan tauhid sifat mempunyai sifat yang tetap [statis]. Sedangkan tauhid ibadah mempunyai sifat dinamis, seperti yang difirmankan Allah SWT dalan Al-Qur‟an surat Fathir 35:10 yang artinya “ Bahwa sesungguhnya semua kalimat thayyibah kembali kepada Allah SWT dan amal sholeh yang mengangkatnya. 4. Tauhid Afali. Tujuan dari tauhidiyyah yang merupakan asal dari ma‟rifat. Adalah mencintai dan membenci karena AllahSWT, seperti sabda Rasulullah saaw : “Tidaklah didalam islam kecuali dua perkara, yaitu mencintai karena Allah dan membenci karena Allah”. Seorang saat bertauhid, dia harus memiliki daya tarik dan daya tolak terhadap dirinya. Sehingga pada saat kita mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, berarti kita meniadakan semua yang dipertuhan oleh nafsu kita. Berkata imam Ali bin Abi Thalib A.S : “Cukuplah kebodohan seseorang itu ketika dia tidak mengenal kadar dirinya”. Karena jika kita tidak mengenal diri kita posisi kita atau dimana kita harus menempatkan diri kita. Semakin seseorang itu pandai tetapi tidak tahu dimana posisinya, maka semakin jauh ia E D I S I J U NI 2 0 1 3

akan tersesat. Salah satu contoh seseorang yang tidak mengenal posisinya ialah ketika ia tidak mengenal siapa lawan dan siapa kawan, siapa yang harus kita tarik dan siapa yang harus kita tolak. Kalau kita mau menyadari, sesungguhnya lawan kita adalah Yahudi, karena mereka ini sangat pandai membuat ungkapan-ungkapan yang dapat membuat orang tertarikpadahal ungkapan tersebut berbeda jauh dari aslinya (tahrif). Itu sifat asli kaum yahudi sejak zaman Nabi Adam as sampai jaman Rosulullah saaw. Oleh sebab itu pada saat Rosulullah saw. hijrah ke Madinah, yang pertama dilakukan adalah mempersaudarakan kaum muslim. Hal ini disebabkan banyak orang yahudi yang tinggal dipinggiran kota madinah. Oleh sebab itu berapa banyak hadist yang menganjurkan kita untuk menjalin persaudaraan [mawaddah] diantara kaum muslimin. Dan ironisnya kadang-kadang nazhar [akal] kita mendukung tetapi amaliah kita tidak mendukung, sehingga kita tidak peka, batiniah kita tidak peka. Oleh karena itu kita sering terpengaruh oleh hembusan-hembusan harum yahudi yang mematikan. Mereka kaum yahudi selalu memunculkan perbedaan diantara kaum muslimin dan mematikan persamaannya. Oleh sebab itu Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah 28 yang artinya “ Sesungguhnya kaum musrikin itu najis ”. Hal ini mempunyai hikmah supaya kita menjaga jarak terhadap mereka karena mereka tidak akan pernah puas sebelum kaum Muslimin sebelum menjadi pengikut mereka.

Halaman


Aqidah Al Quran Pengikut disini bukan hanya berarti menjadi pemeluk agama mereka, tetapi pemikiranpemikiran dan perbuatan-perbuatan kita mencerminkan keinginan mereka. Sehingga tidak jarang kaum yahudi menjadi kawan kita, sedangkan kaum muslimin malah menjadi musuh kita, seperti makna ucapan Amirul Mukminin Imam Ali as diatas. Hal itulah yang menyebabkan kita berkewajiban mencari ma‟rifat. Pada saat kita mendengar panggilan ma‟rifat dan kita mempunyai kekuatan, maka kita wajib menyambutnya. Dalam hal ini tidak ada hujjah bagi yang mengatakan bahwa kita hanya mengikuti orang tua kita, karena kebenaran datangnya tidak harus dari orang tua kita. Biarkan akal kita ini mengembara atau berhijrah. Seandainya kita sudah mendapatkan suatu kebenaran, marilah kita coba untuk beramal. Kesimpulan dari pembicaraan ini adalah dalam kita bertauhid, kita harus mengenal diri kita, seperti sabda rosulullah saw : Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Rabb-Nya. Ini disebut tauhid nazhar. Sedangkan bentuk tauhid „amali ialah dengan mengenal diri kita, kita akan tahu siapa yang harus kita singkirkan dan siapa yang harus kita rangkul. Akhirnya kita akhiri bahasan ini dengan mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Muhammad saw beserta keluarganya. Alhamdulillahi rabbil „alamin. TANDA-TANDA CINTA ALLAH SWT. (Rakhmat Hidayat) Setelah kita mengaku mencintai Allah , perlu kiranya kita mengenal tanda-tanda cinta itu. Sehingga kita mengetahui apakah kita termasuk kedalam orang-orang yang mencintai atau sekedar menjadi orang-orang yang mengaku mencintai. Beberapa tanda dibawah ini barangkali dapat dijadikan cermin untuk kita melakukan muhasabah nafsiyah: E D I S I J U NI 2 0 1 3

1. Keinginan yang besar untuk senantiasa bertemu dan bersatu dengan yang dicintai. Allah berfirman :

“Wahai orang-orang Yahudi, jika kalian mengaku sebagai kekasih-kekasih Allah, maka jadikanlah kematian sebagai harapan jika kamu memang benar. Mereka tidak akan pernah mengharapkan itu untuk selamanya karena apa yang telah mereka lakukan, sesungguhnya Allah maha mengetahui orang-orang yang zalim”. (QS Al Jumuah : 6-7) Merupakan kebohongan besar jika seseorang mengatakan bahwa ia mencintai tapi ia enggan bertemu dengan yang dicintainya. 2. Mencintai sesuatu/seseorang berarti mencintai segala yang berhubungan dengannya dan membenci segala yang yang dibenci. Dalam kaidah disebutkan:

“Mencintai sesuatu berarti mencintai setiap yang berhubungan dengannya dan membenci sesuatu berarti membenci setiap yang berhubungan dengannya”.

Halaman 21


Aqidah Al Quran Dalam haditsnya, Imam Ali as. berkata :

‫ صديقك وصديق صديقك وعدو‬: ‫اصدقاءك ثالثة‬ ‫عدوك‬ ‫ عدوك وعدو صديقك وصديق‬: ‫اعداءك ثالثة‬ ‫عدوك‬

Nya. Mereka adalah pasukan Allah, ketahuilah sesungguhnya pasukan Allah pasti berjaya. (QS Mujadalah : 22) Pada suatu hari majnun terlihat sedang menyandarkan tubuhnya ke sebuah rumah sambil menciumi dindingnya. Semua yang melihat merasa heran atas apa yang dilakukan. Salah seorang dari mereka bertanya tentang apa yang ia lakukan. Dengan ringan ia menjawab dengan syairnya: Aku lalui banyak dinding hingga sampai di dinding rumah Laila Aku ciumi dinding itu dengan penuh gelora Bukan cintaku kepada dinding yang telah memenuhi jiwaku Tapi cintaku kepada yang ada dibalik dinding ini

“Temanmu ada tiga : Temanmu, temannya temanku dan musuhnya musuh kamu. Musuhmu ada tiga : Musuhmu, musuhnya temanmu dan temannya musuh kamu”. Sehubungan dengan hal ini Allah berfirman : ”Engkau tidak akan mendapati satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir selama mereka berkasih-kasih dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Meskipun mereka adalah ayahayah mereka, anak-anak mereka, saudarasaudara mereka atau keluarga mereka. Merekalah orang-orang yang Allah telah tanamkan keimanan dalam hati mereka dan dikuatkan dengan ruh darinya. Mereka akan dimasukkan kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha kepadanya dan merekapun ridha kepadaHalaman 22

Karena itu, untuk membuktikan cinta kita kepada Allah dengan banyak mencintai apa yang Dia cinta dan menghindari apa yang tidak Dia sukai. Karena itu kita tidak hanya berusaha untuk membuktikan cinta kita kepada-Nya tapi juga menunjukkan ketidak relaan kita akan perbuatan musuh-musuhNya, karena dalam sebuah hadits disebutkan :

‫من رضي بفعل قوم اشرك فوهم‬ “Barangsiapa yang rela atas perbuatan suatu kaum maka ia termasuk didalamnya” 3. Orang yang mencintai akan rela mengorbankan segala yang ia miliki. E D I S I J U NI 2 0 1 3


Aqidah Al Quran 4. Banyak mengingat (dzikir) nama orang yang ia cintai. Seorang yang mencintai akan senantiasa mengingat kekasihnya, dalam tidur atau terjaga. Dalam tidurpun ia sebut namanya. Hatinya tergetar saat mendengar namanya disebut. Bahkan dalam segala sesuatu ia melihatnya.

‫ما شوعتنا اال من اتقى اهلل واطاعه وال يعرفون‬ ‫بالتواضع والتخشع واداء االمانة وكثرة ذكر‬ ‫اهلل‬ “Tidak termasuk syiah kami kecuali orang yang bertaqwa kepada Allah dan menaatinya. Mereka tidak dikenal kecuali dengan sifat tawadhu‟, kekhusyuan dan banyak mengingat Allah”

Sesungguhnya segala sesuatu yang berhubungan dengan yang ia cintai akan terasa indah dan manis. 6. Menuruti kata-kata kekasihnya. Jika seorang laki-laki mencintai kekasihnya maka setiap permintaan merupakan kehormatan baginya. Ia bahkan merasa kebingungan ketika kekasihnya tidak meminta sesuatu. Ia akan senantiasa merasa kurang melayani kekasihnya. Cinta Allah pun sama adanya. Jika kita mencintai Allah maka kita akan senantiasa menuruti apa yang diperintahkan apalagi jika hal itu untuk kepentingan yang kembali kepada kita. Kita seringkali mengaku mencintai Allah, tapi perintahnya kita tinggalkan, larangannya kita lakukan

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda :

“Orang yang paling kikir adalah orang yang jika namaku disebut, ia tidak bershalawat kepadaku” 5. Tidak melihat dari kekasihnya selain keindahan.

“Tidak kulihat daripadaNya selain keindahan” E D I S I J U NI 2 0 1 3

Halaman 23


Bahasa Arab Pelajaran I

KAMU (PR) 1 ORANG KALIAN (LK) 2 ORANG

(KATA GANTI PELAKU)

KALIAN (PR) >2 ORG

Bahasa Arab memiliki tata bahasa yang sedikit lebih rumit dari bahasa Indonesia, dimana perubahan pelaku mempengaruhi perubahan kata kerja. Sementara dalam bahasa Indonesia hal itu tidak terjadi. Dibawah ini daftar kata ganti beserta perubahan kata kerjanya. Kita mengambil kata kerja dasar lampau:

(menulis) HASIL

KATA KERJA

MAKNA DIA (LK) 1 ORANG DIA (LK) 2 ORANG

KATA GANTI

SAYA KAMI

Dalam pembahasan ini, kita menggunakan contoh fi‟il madhi (kata kerja lampau) karena ia adalah bentuk paling dasar dalam bahasa Arab. Sementara fi‟il-fi‟il lain adalah pengembangan darinya. Seperti: Dari dapat berkembang menjadi ,

,

dan lain sebagainya. Semua itu

akan kita pelajai dalam ilmu sharaf.

MEREKA (LK)

Kosa kata DIA (PR) 1 ORANG DIA (PR) 2 ORANG

menaiki

Menyem bunyikan

belajar

kembali

Mengam puni

mencoba

melalui

melihat

datang

menarik

memukul

Tertawa

sayang

tidur

pergi

minum

MEREKA (PR) KAMU (LK) 1 ORANG KALIAN (LK) 2 ORANG KALIAN (LK) >2 ORG

Halaman 24

E D I S I J U NI 2 0 1 3


DARI MURID DARUL QURAN WAL HADITS BENARKAH NABI BUTA HURUF? SEBUAH HASIL DISKUSI (Murid-murid Rumah Quran Wonosobo) Pertanyaan diatas muncul karena adanya kata ummiy yang tersebut dalam Al Quran. Dimana kata tersebut kemudian dinisbahkan kepada Rasulullah saw. Tidak ada yang menolak bahwa Nabi Muhammad adalah an nabiyyul ummiy. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah makna dari kata ummiy itu sendiri. Makna terdekat untuk kata ummiy dalam kamus bahasa memang buta huruf. Tapi mungkinkah Nabi Muhammad saw. seperti itu?. Karena itu diskusi tidak berputar pada masalah bahwa Nabi Muhammad ummy atau tidak, tapi lebih kepada makna dari kata ummy itu sendiri. Dari sini muncul 2 pendapat : 1. Rasul buta huruf, dengan alasan: A. Untuk menjaga kemurnian risalah, Rasulullah dibutahurufkan oleh Allah. Kalimat dibutahurufkan menjadikan buta hurufnya Rasulullah saw. bukan merupakan kekurangan tapi kehendak Allah untuk maslahat yang lebih besar yaitu terjaganya risalah dari tuduhan bahwa semua itu buatan dan rekayasa Rasulullah saw. B. Buta hurufnya Rasulullah saw. tidak mengandung konotasi kekurangan tapi lebih kepada pengertian bahwa ilmu Rasulullah saw. melebihi baca dan tulis. Bukankah yang diucapkan Nabi semuanya adalah wahyu yang tidak mungkin salah. Bukankah Allah membacakan kepada Nabi dan beliau tidak akan lupa?. 2. Rasulullah saw. tidak mungkin buta huHalaman 25

ruf dengan alasan: A. Apapun alasannya, buta huruf adalah ketidakmampuan dan ketidak mampuan adalah nilai kurang. “apakah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu?”. Maka keutamaan Rasulullah saw. menuntut pengetahuan akan segala hal, apalagi hal-hal yang orang lain tahu seperti baca dan tulis. B. Meskipun Rasulullah bisa baca dan tulis, tidak ada alasan menuduh bahwa Al Quran adalah rekayasa beliau kerena dengan kandungannya yang tinggi dan tak tertandingi tidak ada yang mampu mengatakan bahwa Al Quran adalah buatan manusia. Allah sendiri telah menyampaikan hujjah dalam bentuk tantangan untuk membuat satu surat seperti Al Quran. Bahkan Walid bin Mughirah (seorang pemuka kafirin Quraisy) ketika menyuruh Rasulullah saw. untuk membuktikan ajarannya, ia menyuruh Nabi membaca beberapa ayat dari Al Quran, setelah dibacakan beberapa ayat, Walid berkata: “Sungguh ini bukan ucapan manusia bahkan bukan pula ucapan malaikat…” C. Kata ummiy juga memiliki makna lain selain buta huruf. Yaitu nisbah sesuatu kepada umm (ibu) dari segala sesuatu, pusat dan sumber segala sesuatu. Contohnya: ummul qura, ummul kitab dan sebagainya. Masing-masing dari 2 pendapat memiliki hujjah dan pertimbangannya sendiri. Ini bukan masalah benar dan salah, bukan pula masalah hitam dan putih yang bisa disimpulkan dalam sekali dua kali pertemuan. Karena itu kesimpulan kembali kepada anda untuk menelaah. Wassalam E D I S I J U NI 2 0 1 3


Doa dan munajat yang melukai-Mu

(MUNAJAT ORANG-ORANG YANG BERTAUBAT)

Aku memohon kepada-Mu, wahai pengampun dosa besar, wahai “penyambung yang retak”

Anugerahkanlah kepadaku hati yang membenci keburukan Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang

Ya Tuhanku, kesalahan telah memakaikan baju kehinaan padaku

Jauhnya aku dari-Mu telah melekatkan kesusahan pada diriku

Besarnya maksiat telah mematikan hatiku

Tutuplah dariku rahasia-rahasia kejelekanku Jika kau tunjukkan kiamat padaku, jangan jauhkan aku dari sejuknya maaf dan ampunan-Mu Jangan “telanjangi” aku dengan kau lepas indahnya kasih yang menutupi tubuhku Ya Tuhanku, bersihkan dosaku dengan naungan kasih sayan-Mu

Maka hudupkanlah aku dengan taubat-Mu !

Wahai harapan, sumber permintaan dan impianku

Kirimkan awan rahmat-Mu untuk menutupi aibaibku

Demi „izzat-Mu, tidak kudapatkan pengampun dosaku selain-Mu

Ya Tuhanku, tidak mungkin kembali seorang hamba yang lari kecuali kepada tuannya

Aku tujukan perhatianku untuk mencapai ketenangan dengan-Mu

Mungkinkah untuk menghindari murka (tuan)nya ia lari kepada selainnya?

Jika Engkau usir aku dari pintu-Mu kepada siapa aku mengadu? Jika tolak kehadiranku di sisi-Mu kepada siapa aku berlindung ? Sungguh malangnya aku dengan segala keburukan yang menjadikanku malu menghadapMu

Ya lahi, jika penyesalan dari dosa dapat menjadi taubat maka aku –dengan kemuliaan-Mu- termasuk orang-orang yang menyesal

Jika istighfar dari dosa adalah pintu keselamatan maka aku termasuk orang-orang yang beristighfar kepada-Mu hingga Engkau ridha padaku

Sungguh sialnya aku dengan kebusukan amal Halaman 26

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Doa dan munajat Aku berwasilah dengan keembutan dan kasih sayang dari sisi-Mu Ilahi, dengan qudrat-Mu atasku terimalah taubatku

Dengan kasih lembut-Mu maafkan aku!, dengan ilmu-Mu tentangku kasihani aku !

Kabulkanlah doaku dan jangan Kau kecewakan harapanku

Terimalah taubatku, hapus semua kesalahanku!

Ilahi, telah Kau buka bagi hamba-hamba-Mu sebuah pintu menuju maaf-Mu yang Kau sebut taubat

Dengan karunia dan kasihmu wahai yang paling mengasihi

Engkau berfirman: “Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha!� Tidak ada alsan bagi yang lalai memasukinya setelah pintu terbuka

Ilahi, jika buruknya dosa terletak pada hamba-Mu maka letaknya kebaikan maaf hanya ada pada-Mu Ilahi, aku bukan yang pertama melakukan maksia kepada-Mu dan Engkau memaafkannya

Yang mengharapkan kemurahan-Mu dan kaupun memberikan kebaikan padanya

Wahai yang menjawab (rintihan) orang yang terjepit, wahai penyingkap bencana, wahai yang memiliki kebaikan yang agung Wahai yang mengetahui rahasia, wahai yang menutupinya dengan keindahan

Aku memohon syafaat kepada-Mu dengan segala kemurahan dan kedermawanan-Mu

Halaman 27

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Kegiatan Rumah Quran Wonosobo Forum Silaturahmi Antar Majlis Ta’lim Rumah Quran

Peringatan Wiladah Imam Ali bin Abi Thalib as.

Forum pertemuan antar majlis taklim yang berada dibawah binaan Rumah Quran Wonosobo diadakan pada tanggal 13 Januari 2013 di Wonosobo. Majlis yang dilaksanakan di gedung yayasan Al Mujtaba Wonosobo ini dihadiri oleh : Majlis Al Muttaqin-Ngadirejo, Majlis Temanggung, Majlis Fatimah Az ZahraMagelang, Majlis Al Mawaddah-Weleri, Majlis Kendal dan tentunya Majlis Rumah Quran Wonosobo selaku tuan rumah. Dengan adanya majlis seperti ini diharapkan akan tercipta hubungan koordinatif dalam pelaksanaan dan pengembangan Majlis Ta‟lim sebagai asset umat menuju ridha Allah swt.

Peringatan ini dihadiri oleh beberapa Majlis ta‟lim binaan Rumah Quran Wonosobo. Majlis yang dilaksanakan pada 23 Mei 2013 dan bertempat di gedung Yayasan Al Mujtaba ini diisi dengan berbagai acara seperti:

E D I S I J U NI 2 0 1 3

   

Lantunan shalawat bagi Amirulmukminin as. Doa Nudbah Ceramah : Ali Sang Putera Ka‟bah Ziarah Amirulmukminin as.

Dengan majlis ini diharapkan akan tercipta pemahaman yang lebih baik akan hakikat wilayah ilahiyah para Imam Ahlul Bait terutama wilayah Ali bin Abi Thalib as.

Halaman 28


Kegiatan Darul Quran wal Hadits

LAPORAN KEUANGAN RUMAH QURAN WONOSOBO PER MEI 2013 NO.

MASUK

KELUAR

SALDO

KETERANGAN

1

6,955,600

6,955,600

SALDO BULAN MARET

2

300,000.00

7,255,600

INFAQ RUMAH QURAN

3

50,000

7,305,600

DANA OTA

4

1,340,000

8,645,600

INFAQ PERINGATAN WILADAH IMAM ALI AS.

5

2,009,150

6,636,450

KONSUMSI PERINGATAN WILADAH IMAM ALI AS.

3

100,000

6,536,450

INTERNET

Halaman 29

E D I S I J U NI 2 0 1 3


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.