Alam, budaya, dan arsitektur

Page 1

Alam, Budaya, dan

ARSITEKTUR


DEO DEMAI KOPABA 03111406042

2 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Architecturally, exposure to the local architecture, and traditional architecture using NATURAL MATERIAL is very interesting”

“Arsitektur yang dibangun RUMAH INTARAN berasal dari penglihatan dan pemahaman yang utuh, yang berasal dari KESEHARIAN dan KESEDERHANAAN”

“Kata mereka, ini kantor arsitek YANG LAIN. Jauh dari hiruk pikuk kota, mengasing dalam obrolan alam di desa. Riuh didalamnya hanya kami, yang mereka sebut KELUARGA”

“RUMAH INTARAN is an architectural studio that focuses a lot of effort on community with its SUSTAINABILITY and human works”

“Sebuah tempat belajar yang menyenangkan. Kita bisa belajar tentang arsitektur, budaya, Dan terutama kehidupan. Bagaimana kita sebagai manusia perlu menjaga KESELARASAN hubungan dengan alam, sesama manusia, Dan akhirnya Tuhan”

“Mendesain bukan sekedar “berarsitektur’. Pemahaman ‘berarsitektur’, gagasan dan semangat ‘berarsitektur’ menjadi IDEALIS”

3 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


4 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


(DOKUMENTASI RUMAH INTARAN) 5 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Daftar Isi 6

dAFTAR ISI 9 KATA PENGANTAR 12 CATATAN KECIL 18 RUMAH PERLAWANAN 29 INTERNATIONAL INTERNSHIP 128 project 130 MUNDUK 162 WARUNG RETRO 188 PROject lainnya 193 catatan penulis

6 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


7 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Dimana hati diletakkan, disitu proses belajar dan maju dimulai�. -Y.B. MANGUNWIJAYA-

8 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Kata Pengantar

Alhamdulillah,

Akhirnya buku ini dapat selesai sesuai target yang ditentukan. Buku ini dibuat sebagai persyaratan laporan hasil praktek profesi yang dilakukan oleh mahasiswa selama melakukan kegiatan di instansi atau perusahaan tempat dimana mahasiswa tersebut belajar untuk berpraktek profesi di dunia kerja yang sesngguhnya. Kenapa laporan saya berupa buku? Laporan hasil praktek profesi ini bersifat khas, jadi format dan isi laporan sesuai dengan format yang lebih bebas. Saya mencoba untuk membuat suatu yang berbeda dari mahasiswa lain, tentu ini telah saya diskusikan dan saya konsultasikan dengan dosen pembimbing serta Pak Gede Kresna selaku pemimpin dari konsultan tempat saya melaksanakan praktek profesi ini. Dan apa yang coba saya lakukan?, saya mencoba untuk melanggar kebiasaan dalam artian bahwa laporan hasil praktek profesi yang saya kerjakan bukan laporan yang pada umumnya yang telah menjadi budaya dikampus berupa laporan berbentuk makalah dengan bab-bab yang begitu kaku. Harus saya akui bahwa mulanya saya juga membuat laporan seperti mahasiswa lain pada umumnya, terus apa yang membuat laporan saya sekarang menjadi berbeda. Pada mulanya cukup berat buat saya untuk

melaksanakan praktek profesi (magang) di Rumah Intaran selama kurang lebih 6 bulan, dimana saya harus cuti selama 1 semester masa perkuliahan dan meninggalkan mata kuliah wajib studio perancangan yang bila mana ditinggalkan harus mengambil mata kuliah tersebut di 2 semester selanjutnya. Dengan konsekuensi itu saya harus rela terlambat 1 tahun dalam urusan lulus menjadi sarjana. Tapi semua konsekuensi itu akan saya ambil demi belajar dan mengambil pengalaman di Bali, tepatnya di Rumah Intaran, Desa Bengkala, Buleleng, Bali. Magang yang saya lakukan sungguh beda dari kebanyakan mahasiswa lainnya, jadi laporannya juga harus beda. Karena laporan hasil magang sifatnya khas, sesuai apa yang dilakukan, saya memutuskan untuk “melanggar aturan� dengan membuat buku sebagai laporan hasil magang saya. Penulisan buku ini memakan waktu yang lumayan panjang, yakni sekitar 3 bulan. Karena semua cerita, gambar, informasi, semua saya kumpulkan secara bertahap dengan menjalani hari-hari selama kurang lebih 6 bulan berada di Bali. Meskipun begitu saya sangat bersyukur karena bisa menyelesaikan buku ini, tidak mudah bagi saya, karena awal mulanya saya tidak memiliki basic untuk menulis dan kurang tertarik untuk menulis.

9 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Saya menyadari buku ini sangat jauh dari kata sempurna, banyak sekali kekurangan yang dapat ditemui di buku ini. Tapi saya berharap dengan adanya buku ini, akan banyak mahasiswa lain yang berani untuk keluar dari kebiasaan dan membawa angin segar untuk membangun integritas mahasiswa dan mengeluarkan gagasan-gagasan yang bermanfaat dan menjadi karya yang bernilai. Saya tidak pandai bikin prakata. Tapi karena saya tetap harus bikin, maka saya akan mengisinya dengan ucapan terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan oleh orang-orang hebat ini. Mama, Papa, dan ketiga saudara laki-laki saya yang selalu mundukung setiap langkah yang saya ambil. Keluarga besar yang mendukung dan selalu memberi semangat tambahan untuk terus berjuang. Keluarga kecil di Rumah Intaran, Pak Gede, Bu Ayu, Mbak Lintang, Mbak Cela, Mbak Ira, Kak Ros, Kak Faris, terima kasih atas ilmu, wawasan, pandangan, gagasan, dan kasih sayang yang diberikan. Buat Bapak Gede dan Ibu Ayu, selamanya kalian menjadi orang tua ku. Dosen pembimbing magang saya Pak Johannes Adiyanto yang selalu siap membantu sampai saya selesai magang. Pak iwan Muraman Ibnu yang pertama sekali memberi tau dan meyakinkan saya untuk magang di Rumah Intaran.

10 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Teman-teman arsitektur 2011. Kita tumbuh bersama, bermimpi bersama, dan bersama setapak demi setapak kita wujudkan mimpi dan terus berkarya! untuk Indonesia! Jiwa dan raga, muara kebahagiaan dan kesedihan. Kita berhasil melalui satu lagi tantangan. Saatnya bertekun kembali.

Desa Bengkala, November 2014

Deo Demai Kopaba


“Pemuda tanpa keberanian adalah ternak�. -Pramoedya Ananta Toer-

11 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Catatan Arsitek Rumah Intaran Deo. Anak ini punya potensi besar. Namun juga punya persoalan besar. Sebenarnya saya tidak tertarik untuk membahas persoalannya, namun karena saya harus menangani Deo dengan maksimal, kali ini harus dibongkar untuk menemukan inti persoalannya, sehingga kita menemukan cara terbaik untuk mengatasi persoalanpersoalannya tersebut. Pertama, Deo memiliki rekam jejak menempuh kelas akselerasi yang dengan berat hati harus kami sampaikan di sini sangat bertentangan dengan semangatnya Rumah Intaran. Bagi kami, memotong proses-proses alamiah hanya untuk menaikkan kelas adalah sebuah kerugian besar karena kita kehilangan banyak kesempatan untuk melakukan kesalahan. Bukankah kesalahan adalah investasi terbaik untuk mematangkan jiwa dan pikiran Anak-anak Muda? Kedua, dari sebuah pengamatan singkat atas perilaku, Deo adalah seorang tipe penyangkal. Tipe penyangsi yang dalam beberapa aspek cenderung berakibat merugikan dirinya sendiri. Seberapapun besarnya serangan terhadap dirinya, selalu bisa dialihkan menjauhi dirinya. Di satu sisi itu modal yang bagus namun di sisi lain saat serangan tersebut berupa sebuah kritikan yang konstruktif, Deo lagi-lagi akan mengalami sebuah kerugian besar karena tidak ikut terbangun dari perkuatan-perkuatan orang lain. Bukankah sangat disayangkan ketika kita menyianyiakan perkuatan cuma-cuma dari orang-orang yang di sekitar kita?

12 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Atas dua persoalan besar ini, kami memberikan Deo sebuah tugas khusus. Pertama, terhadap mereka yang gemar memotong proses, kami hanya memberikan lebih banyak kesempatan untuk merenung. Memberi banyak kesempatan untuk merasakan apa yang dilakukannya dan menjauhkannya dari gangguan. Singkat kata, memberinya pekerjaan yang membosankan. Dan pekerjaan membosankan itu adalah menyiram halaman belakang Rumah Intaran yang memang sangat kering, setiap pagi dan sore. Tidak boleh absen. Kedua, atas sikap penyangsi Deo, kami hanya ingin melakukan apapun dengan sungguh-sungguh sehingga bisa menjadi pelajaran yang tak harus dikatakan kepada anak-anak muda seperti Deo. Selebihnya, keseharian hanyalah bagaimana menjalaninya dengan gembira. Jika dari tadi sama sekali kita tidak bicara tentang Arsitektur, itu semata hanya karena demikianlah adanya posisi arsitektur dalam semesta keseharian kita. Arsitektur, karena telah menjadi pilihan profesi kita di Rumah Intaran, terlarut dalam kehidupan keseharian kita. Dan jikalaupun harus ada penilaian terhadap keberadaan Deo di Rumah Intaran, saya hanya ingin mengatakan bahwa Deo telah menjalani semua terapi atas kekurangan-kekurangan mendasarnya. Meskipun sebagai manusia dan juga anak muda yang memang harus selalu diberikan banyak ruang untuk melakukan kesalahan, saya lebih tertarik untuk melihat Deo sebagai seseorang yang selalu berani menerima tantangan. Kami tahu, Deo telah berusaha keras untuk membuktikan sesuatu. Persoalan itu belum sepenuhnya berhasil, kami hanya ingin mengatakan dengan bangga bahwa Deo telah menjadi semakin dewasa bersamanya. Akhir kata dari saya adalah kalimat yang sama dengan kalimat pertama di atas : Anak ini punya potensi besar. Kami hanya bisa berharap siapapun yang berkepentingan dan terlibat dengan Deo di kemudian hari bisa melihat dan tidak menyia-nyiakan potensi besar ini. Dan jika harus ada satu kalimat untuk menggambarkan Deo hari ini, saya hanya ingin mengatakan bahwa : Deo adalah anak muda yang bisa diandalkan. GEDE KRESNA

13 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Catatan Desainer Interior Rumah Intaran

Rumah Intaran adalah ruang bagi bertemunya energi-energi positif; ruang bagi bertemunya energi-energi kreatif; ruang bagi setiap orang yang punya keinginan besar untuk belajar walau itu dari hal sederhana; ruang yang menenrima segala perbedaan, baik itu asal negara, bahasa, usia, agama, bahkan selera. dan dengan keragaman itu, kitapun belajar. Buat saya, semua abak mahasiswa / mahasiswi yang pernah dan sedang mengikuti program internship disini adalah anak-anak yang spesial. Termasuk Deo. Deo adalah salah seorang mahasiswa yang punya potensi dan punya banyak waktu untuk “membentuk diri�, menjadi seorang yang genuine, karena kemauannya belajar dari banyak hal sederhana yang dilihat, dilakukan setiap hari di Rumah Intaran. Terima kasih Deo, sudah memberi kesempatan kami belajar juga bebagai hal. AYU GAYATRI

14 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Catatan Arsitek Muda Rumah Intaran Rumah Intaran adalah ruang berkehidupan baik. Dari tempat ini, ruang dan waktu terbentuk atas pemandangan, kegiatan dan keseharian yang menakjubkan, yang seringkali amat sederhana. Sungguh tidak mudah memahami desa sebagai ruang berkualitas, lengkap dengan sepi, keheningan, jauh dari kemudahan, fasilitas, dan sarana akomodasi. Desa mengajarkan hidup sehat, dari ruang yang hening, akan lebih banyak pikiran jernih yang melahirkan ide dan karya yang baik. Deo telah melaluinya dengan baik. LINTANG REMBULAN

15 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Catatan Arsitek

Saya mendengar nama Rumah Intaran (RI) sekitar 3 tahun lalu lewat facebook. Tempat itu terdengar menarik, karena info-info menarik yang kerap diberikan lewat statusnya Bli Gede Kresna dan juga status akun Rumah Intaran. Menarik, karena bahasannya tidak seperti status kawan-kawan arsitek saya atau info-info dari situssitus arsitektur. Terasa sangat lokal dan membumi. Saya sempat menceritakan ke istri saya tentang tempat itu, dan ia juga tertarik. Sebenarnya sejak 2011 saya berminat berkunjung ke tempatnya Bli Gede Kresna yg ramah itu. Rumah Intaran terbuka untuk kawan-kawannya, termasuk saya yang hanya kenal lewat facebook. Terus terang, penasaran juga seperti apa Rumah intaran. Ketika awal Juli lalu saya dan keluarga main ke sana, ada yang sama dengan yang terbayangkan sebelumnya, ada yang ternyata berbeda.

Yang sama: • Pak Gede Kresna dan Ibu Ayu Gayatri benar orang yang ramah. Walaupun pertemuannya singkat, kami sekeluarga senang bertemu dengan orang-orang yang punya visi yang jauh ke depan seperti mereka. Mungkin tidak semua orang bisa menikmati kondisi dan suasana Rumah Intaran, tapi kami menikmatinya. Mungkin karena sehari-harinya kami juga tinggal di desa di Bandung Utara, walaupun dengan situasi yang berbeda. • Di Rumah Intaran banyak benda-benda lokal Bali. Yang berbeda: • Bayangan saya Rumah Intaran itu ada di dalam sebuah kampung, bertetangga langsung dengan penduduk, bukan di pinggir jalan. • Ternyata ada beberapa mahasiswa yang magang bahkan tinggal di sana selama beberapa bulan. Saya kira mereka orang yang beruntung bisa magang di Rumah Intaran yang tidak biasa itu. Aktivitas magang yang disiapkan oleh Pak Gede dan dilakukan oleh mahasiswa, buat saya menakjubkan: menyiram tanaman, membuat cincau, dll. Saya yakin “lulusan” magang Rumah Intaran akan jadi orangorang yang rendah hati dan hebat. Terlepas dari semua itu, saya berharap Pak Gede Kresna sekeluarga diberi kesehatan, agar terus bisa menjalankan Rumah Intaran dengan visinya yang jauh ke depan. ERWINTHON P. NAPITUPULU 16 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


CATATAN PERJALANAN MENUJU RUMAH INTARAN Dari Palembang menuju ke Bali bukanlah perjalanan yang singkat. Karena jarak tempuh yang sangat jauh menggunakan jalur darat. Melewati 2 selat, dan menjelajahi pulau jawa dari pangkal sampai akhir pulau. Merasakan betapa susah dan lelahnya menuju pulau dengan seribu pura ini.

saya sama sekali tidak mengerti percakapan dan bahasa yang dituturkan oleh penduduk asli Bali ini.

Butuh waktu 3 hari 2 malam untuk tiba dari Palembang ke Ibukota Provinsi Bali, Denpasar. Namun tidak seketika saya sudah sampai di Rumah Intaran. Karena sebenarnya Rumah Intaran berada di utara Pulau Bali, tepatnya 3 jam perjalanan darat dari Kota Denpasar.

Dari Denpasar menuju Rumah Intaran, perjalan harus melewati jalan aspal tertinggi di Pulau Bali, yaitu melewati daerah Kintamani. Hamparan pemandangan dari atas sini begitu menakjubkan, terdapat Gunung Agung dan Gunung Batur serta Danau yang sangat besar di kedua kaki gunung ini. Setelah melewati daerah kintamani sampai ke Rumah Intaran yang terletak di Desa Bengkala, jalan begitu berliku tajam tanpa henti.

Hanya bermodalkan nekad dan kemauan belajar, tanpa tahu arah dan jalan, saya menaiki bus yang bernama Bali Perdana di terminal Batubulan. Bali perdana adalah bus yang bertujuan ke Kota Singaraja. Kebutulan bus Bali perdana ini melintas di Desa Bengkala, tepat di depan Rumah Intaran.

Acuan saya untuk turun ketika sampai di Desa Bengkala, ialah sebuah rumah seorang bidan yang tepat bersebelahan dengan Rumah Intaran. Begitu sampai di Rumah Intaran, 2 orang pria dan 2 perempuan dewasa dengan senyuman hangat yang begitu ramah dan tulus menyambut kedatangan pertama saya di kehidupan baru di Desa!.

Bus ini diisi oleh ibu-ibu yang menuju ke desa-desa kecil di sepanjang jalan Kintamani - Singaraja. Sebagai orang yang baru pertama datang menginjakkan kaki di Pulau Bali, dan apalagi harus menuju ke desa yang sangat jauh dari pusat kota, saya sedikit gugup. Terlebih lagi

1 LAGI POTONGAN PUZZLE KEHIDUPAN AKAN DILENGKAPI


“RUMAH PERLAWANAN� Rumah Intaran adalah RUMAH PERLAWANAN Saat menggunakan produk-produk instan menjadi hal yang biasa, saat penilaian-penilaian lebih banyak terpaku pada kulit luarnya saja, saat kita tak bisa membedakan racunkah atau obat-obatankah yang dimasukkan kedalam tubuh, saat kita sudah terlalu malas menggali ke dalaman pemahaman, saat itulah kita sudah masuk ke alam pragmatisme yang sedikit demi sedikit akan merampas kemampuan tangan-tangan kita, pikiran kita, dan keseluruhan anggota tubuh kita dari kemampuan alaminya. Kemampuan Terbaiknya. Untuk alasan melawan kesementaraan itulah Rumah Intaran ada. Untuk memberikan lebih banyak apresiasi pada usaha, kerja keras, ketekunan, gaya hidup sehat, dan penyelaman ke dasar-dasar pemahaman.

18 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Rumah Intaran adalah konsultan arsitek yang berada di Desa bagian utara Bali. Tepatnya di Desa Bengkala, Buleleng, Bali. Konsultan ini dibentuk pada tahun 2010. Gede Kresna selaku pendiri dan arsitek Rumah Intaran dulunya tidak langsung terjun dalam berarsitektur melainkan lebih fokus ke dunia material. Gede Kresna lahir di Singaraja, 15 Agustus 1974. Semasa dan seusai menempuh pendidikan di Departemen Arsitektur Indonesia, ia aktif di Konsultan Arsitektur The Style yang didirikannya di Jakarta. Setelah 5 tahun berarsitektur ia mulai merasa tidak menemukan jawaban dari sejumlah pertanyaan tentang arsitektur itu sendiri. “Saatnya merenung kembali”, katanya diakhir 2003 dan memutuskan dan meninggalkan Jakarta dan mencari spirit baru di Bali. Di Bali Gede Kresna memutuskan “bertapa” dari hingar-bingar dunia arsitektur. “Tidak ada niatan saya untuk meninggalkan arsitektur, tapi ada kalanya kita mesti sedikit melangkah mundur untuk melihat dunia yang kita geluti dari kejauhan, dari perspektif yang sama sekali berbeda dengan apa yang selama ini kita lihat”, katanya. Di tengah pertapaanya, Gede Kresna memfokuskan diri mengeksplorasi material arsitektur yang ada di bali, mulai dari ujung lantai hingga ujung atap. “Bali sangat kaya akan material arsitektur lokal. Mulai dari belantara geologis hingga hamparan floranya, adalah bahan mentah yang potensial”, katanya seraya menyebut ‘import’ material dari luar lebih merupakan

sekedar gaya-gayaan daripada memenuhi kebetuhan estetik dan fungsi. “Import merupakan keharusan jika kita memang tidak punya”, tambahnya. Jadilah dia begitu intensif bersentuhan dengan para tukang, pengrajin serta seniman arsitektur Bali. Bersama mereka, Gede Kresna mendirikan sebuah wadah yang dinamakan Komunitas Pengrajin Material Arsitektur Bali. Di komunitas, ia menemukan sedikit jawaban dari salah satu pertanyaan yang dulu kerap menghantuinya. Bahwasanya mengetahui karakter bahan yang digunakan adalah awal untuk menjiwai disain arsitektur. Perkara ia yang dulu lebih banyak menjadi penjual batu alam, penjual terrakotta, dan penjual alang-alang hasil produksinya, Gede Kresna hanya berkata singkat, “Arsitektur memang membutuhkan proses”. “Jika saatnya tiba, saya akan kembali berarsitektur. Dengan spirit yang baru. Arsitektur yang murah, Arsitektur yang berkarakter dan Arsitektur yang berpijak pada bumi”. Dan pada tahun 2010 Gede Kresna mulai kembali mendesain di bawah bendera konsultan baru yang didirikannya yaitu Rumah Intaran. Dengan gagasan yang pro akan alam dan lingkungan sekitar. Rumah Intaran lebih berfokus kepada desain yang menggunakan material kayu, dan kebanyakan merupakan material kayu bekas-bekas dari bangunan yang telah dibongkar dan kayu-kayu bekas kapal.

19 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Gambaran Rumah Intaran Rumah Intaran merupakan laboratorium hidup, dimana bahan yang digunakan sebagai material bangunan didapat dari mengumpulkan berbagai bongkaran bangunan lama yang terdiri dari kerangka atap, atap sirap, papan lantai, sampai jendela bekas, dan lain-lain. Untuk mengetahui situasi dan keadaan Rumah Intaran disini akan ditampilkan dan mengupas apa-apa yang ada di dalam “laboratorium hidup� yang bernama Rumah Intaran.

Bangunan utama yang menjadi kantor arsitek junior sekaligus sebagai ruang serbaguna. situasi selasar didepan dengan barang-barang antik.

Gambar awal masuk Rumah Intaran dan papan nama Rumah Intaran

Tumpukan-tumpukan kayu bekas yang akan menjadi materia utama pembuatan rumah kayu

20 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Foto ini paling sering dipajang. salah satu dinding kantor yang memanfaatkan kurungan bambu

Sulit menemukan jendela berdaun di rumah-rumah di sini. adanya lubang yang dimodifikasi, sehingga kerap disebut ‘rumah berpori


Rumah utama Joglo

Suasana halaman Rumah Intaran

Rumah anak magang laki-laki

Rumah Bayung, Rumah adat Bali berumur 80 tahun

21 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Rumah tempat anak magang wanita tinggal sekaligus kamar untuk tamu

Kamar mandi belakang yang sangat unik

Workshop para artisan Rumah Intaran

22 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Suasana kamar mandi depan

Dapur Rumah Intaran


Dewasa ini pembangunan sedang pesatpesatnya terjadi di setiap sudut-sudut kota, dengan pembangunan yang merajalela tanpa memikirkan efek dari pembangunan tersebut terhadap lingkungan dan alam sekitar. Mulai dari bangunan pencakar langit hingga bangunan pabrik-pabrik industri. Material yang digunakan untuk bangunan tersebut juga sangat tidak ramah lingkungan, sebagai contoh ialah material baja, bahan material industri ini dibuat melalui cara mengeruk isi perut bumi untuk mendapatkan bahan mentah dari dasar pembuatan baja ini, setelah mendapat bahan mentahnya akan diolah di pabrik-pabrik yang mengolah bahan mentah baja tesebut menjadi material industrial yang siap untuk digunakan. Kalau dipikir berapa jejak karbon yang dilakukan demi mendapat baja sebagai material bangunan? Berapa pengrusakan terhadap bumi untuk mendapat bahan mentah dari baja tersebut?. Semua bangunan yang di desain dan di buat oleh Rumah Intaran kesemuanya berbahan atau bermaterialkan kayu-kayu bekas. Pertanyaan semua orang yang mengetahui Rumah Intaran pasti bertanya mengapa harus kayu? dan mengapa harus kayu bekas?. Menggunakan kayu jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan material lain. Dan penggunaan kayu-kayu bekas lebih menegaskan hal tersebut. Segala yang hidup lebih mudah meregenerasi diri. Hanya saja, semua itu tidak lepas dari tanggungjawab yang harus kita bayar. Konsekuensinya dari penggunaan kayu, Rumah Intaran harus “memaksa� semua klien membayar HUTANG OKSIGEN kepada bumi berupa penanaman kembali.

Alam memberi semua yang kita butuhkan, mulai dari sandang, pangan dan papan, tidak terkecuali kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan material bangunan. Kayu merupakan material alami yang dapat kita temui di semua daerah, keberadaan kayu yang mudah didapat dan ramah akan lingkungan menjadi jawaban selanjutnya dari pertanyaan setiap orang terhadap Rumah Intaran, mengapa harus kayu?. Apabila kita berpikir sejenak, kayu merupakan material yang “tuntas� dalam artian kayu menjadi material yang diberi oleh alam ini, tidak merusak alam, dan mudah atau dapat diperbarui. Memang butuh proses dalam memperbarui atau untuk menunggu pohon tersebut tumbuh besar. Bayangkan, betapa banyak Hutang oksigen Rumah Intaran karena dalam berarsitekturnya Rumah Intaran lebih banyak menggunakan material kayu, meskipun kayu-kayu tersebut merupakan kayu bekas. Bukankah kayu bekas dulunya juga merupakan kayu-kayu baru?. Untuk itu, Rumah Intaran membayar dengan cara yang sederhana, dimana setelah melakukan penghitungan, untuk setiap 50 meter persegi rumah kayu, digunakan kurang lebih 5 buah pohon yang umurnya lebih dari 30 tahun. Karena pohon-pohon tersebut tidak langsung tumbuh besar, sehingga Rumah Intaran menambahkan lagi 3 buah pohon sehingga totalnya menjadi 8 pohon besar. Dari perhitungan itu, Rumah Intaran bebankan biaya oksigen sebesar 2% dari total nilai bangunan kepada klien, untuk membeli sekitar 2000 buah bibit pohon yang akan di tanam sendiri dan bersama-sama dengan 23 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


komunitas-komunitas yang ada di Bali, dan berharap 30 tahun kemudian akan ada minimal 8 pohon yang tumbuh selama lebih dari 30 tahun.

50 METER PERSEGI RUMAH 24 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

8 BUAH POHON BESAR

Dulu kami mendatangkan material bekas dari Jawa. Tapi sekarang, kami lebih memilih material dari Bali. Ada banyak bangunan yang dibongkar dan materialnya masih sangat layak untuk digunakan kembali. Dan kami memberikan “nyawa� baru untuk material-material mengagumkan ini.

(PASPOR Rumah Intaran)


Arsitektur Indonesia, Arsitektur kayu. Apabila kita lihat, kita perhatikan, dan kita pelajari, semua rumah tradisional Indonesia dari Sabang sampai Merauke menggunakan material kayu sebagai material bangunan rumah tradisional. Selain karena material kayu mudah untuk didapatkan, kayu juga material yang hangat. Mengacu terhadap arsitektur Indonesia adalah arsitektur kayu, sebuah renungan muncul dari penulis. Bagaimana nenek moyang kita yang tanpa ada latar pendidikan yang tinggi, tanpa pernah tau akan ilmu mengenai arsitektur dan ilmu struktur konstruksi, tanpa adanya teknologi yang canggih dan memadai, tanpa adanya informasi yang banyak dapat membuat atau membangun sebuah karya yang sangat mengagumkan dengan detail-detail sambungan, ukiran, ornamen yang begitu menawan. Dan semua bahan didapat dan memanfaatkan alam. Begitu menakjubkan!. Kesimpulan dari renungan tadi bahwa, orang pada zaman dahulu punya pola pikir dan kecenderungan untuk menyelesaikan masalah. Sebagai contoh ketika mereka memikirkan supaya bangunan tersebut tidak kehujanan mereka menciptakan pentup bangunan yaitu atap, dan apabila dicermati hampir semua bentuk atap di nusantara berbentuk segita, mengapa bisa? padahal jarak antara tempat satu dan tempat lainnya sangat jauh, dan tidak adanya informasi yang cukup. Dan hampir disetiap negara didunia bentuk atapnya juga sama, ini karena semua kecendrungan yang sama untuk menyelesaikan satu masalah.

Rumah Tradisional Joglo

Rumah Tradisional Limas

Rumah Tradisional Nias

Rumah Tradisional Sumba

Semua rumah tradisional yang ditampilkan merupakan rumah tradisonal yang letak nya satu sama lain sangat jauh dan berbeda pulau, tapi kecendrungan bentuk atap persis sama dan semua material bangunan ialah kayu. Asitektur Indonesia adalah Arsitektur Kayu.

Rumah Tradisional Banjar

Rumah Tradisional Tambi 25 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Tahan Gempa. Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat resiko terhadap gempa bumi yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena wilayah kepulauan Indonesia berada di antara 4 (empat) sistem tektonik yang aktif. Yaitu tapal batas lempeng Eurasia, lempeng IndoAustralia, lempeng Filipina dan lempeng Pasifik. Saat gempa bumi, bangunan mengalami gerakan vertical dan horizontal. Struktur umumnya jarang sekali runtuh akibat gaya gempa vertikal, Sebaliknya gaya gempa horizontal menyerang titik – titik lemah pada sruktur yang kekuatannya tidak memadai.

terhadap rasio berat, oleh karena itu bangunan kayu cenderung lebih ringan dari jenis bangunan lain. Berbeda dengan material yang bersifat kaku seperti beton. Apabila ada gaya gempa horizontal maka beton akan retak dan pecah karena sifat material yang kaku dan tidak fleksibel.

Struktur umumnya akan mampu bertahan terhadap deformasi yang besar dengan menyerap energi melalui deformasi elastis jika memiliki kemampuan berubah bentuk (berdeformasi). Berdasarkan karakteristik ini dapat di simpulkan bahwa hal utama dalam perancangan struktur tahan gempa adalah struktur harus kuat dan mampu berubah bentuk. Material kayu merupakan material bangunan yang mampu berubah bentuk (deformasi) jika terjadi gempa bumi dan material kayu mampu bertahan sampai ratusan tahun. Bukan hanya indonesia yang menggunakan material kayu sebagai struktur bangunan, di seluruh belahan dunia juga menggunakan kayu sebagai struktur. Perumahan Amerika utara hampir identik dengan kayu konstruksi rangka. Energi ringan dan tinggi kemampuan kayu menyerap sistem cukup kuat untuk menahan efek gempa bumi. Kayu memiliki kekuatan yang tinggi 26 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Gambar struktur kayu dan sambungan tahan gempa


Rumah Intaran Architecture Studio Kepada semua klien kami harus katakan bahwa : 1. Hal terbaik yang bisa dilakukan di atas site adalah : Tidak melakukan apa-apa. 2. Arsitektur adalah awal dari

serangkaian pengrusakan terhadap tatanan yang sudah ada.

27 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Bersawah, belajar bertanggung jawab. Memiliki sawah di Bali bukanlah sekedar gaya-gayaan untuk hidup di tengah-tengahnya dari menikmati udara pedesaaan setiap hari. Memiliki sawah adalah alasan utama untuk belajar bertanggung jawab. Jika tidak siap untuk bertanggung jawab, siap-siaplah untuk merasa bersalah dan tinggal di lingkungan yang mati. Jauh dari gerak hidup masyarakat. Palsu. Sawah dan manusia, saling bertanggung jawab untuk saling menghidupi. Padi yang kita olah menjadi makanan setiap hari, dikembalikan dalam bentuk solidaritas-solidaritas bersama menjaga kelangsungan kesuburan tanah dengan penegasan-penegasan etaka yang terkomitmenkan dalam upacara persembahan kepada ilahi. Manusia juga bertanggungjawab pada manusia lainnya untuk salinh memberikan kegembiraan dalam bentuk perayaan-perayaan yang melibatkan semua elemen masyarakat tanpa kekecualian. Saya, Anda, Kita, mungkin saja bisa membeli sawah, tinggal di dalamnya, menghirup udara segarnya dan tetap menghasilkan bahan makanan, namun siapkah kita belajar bertanggung jawab? Terlibat dalam keseluruhan gerak solidaritas masyarakatnya, dan memberi kegembiraan untuk semua?.

28 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Membangun di Bali tidak pernah mudah. Setengah dari pekerjaannya adalah pertimbangan-pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan “Apakah yang kita lakukan berguna untuk klien, untuk tetangga terdekat klien, untuk masyarakat dan juga pulau alam ini?. Bersyukur, saat mempertimbangkan, alam memberikan banyak sekali tanda-tanda, sehingga menjadi arsitek hanyalah menjalani kehendak warna, sebagaimana mereka yang memang dilahirkan dengan tugastugasnya di dunia. Dan jika kemudian Rumah Intaran menolak untuk mendisain kondotel, menolak membangun di atas tanah sawah, dan melawan pembangunanpembangunan yang justru akan menjauhkan masyarakat dari kualitaskualitas terbaik yang dimilikinya kita sebagia arsitek : MENJAGA!.


INTERNATIONAL INTERNSHIP Rumah Intaran

29 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


International Internship Rumah Intaran adalah program magang yang dipelopori oleh Rumah Intaran sebagai konsultan arsitek yang fokus menggunakan material bekas. Program magang ini diperuntukan untuk para mahasiswa yang ingin belajar dan terjun langsung kedunia arsitektur yang sebenarnya. Mengapa program magang yang dibuat oleh Rumah Intaran juga merekrut mahasiswa dari luar negeri untuk belajar disini. Ternyata di luar negeri mahasiswa lebih di dorong untuk magang di luar negeri dan belajar arsitektur yang berbeda dari lingkungan sekitar mereka, ini dimaksudkan agar wawasan arsitektur yang mereka pelajari tidak terbatas hanya bangunan disekitar mereka tapi juga dapat membawa pandangan baru terhadap bangunan dan cara desain yang baru. Karena banyaknya permintaan dari universitas di luar negeri untuk belajar langsung di sini, Rumah Intaran membuat program magang untuk mahasiswa dalam maupun luar negeri. Tidak mudah untuk magang di Rumah Intaran, program ini menjadi alat seleksi bagi mahasiswa untuk menyeleksi dirinya sendiri untuk pergi dan menetap di desa selama kurang lebih 5 bulan untuk belajar arsitektur di desa dengan segala keheningan dan kesunyian malam nya. Sebelum memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam program magang ini, mahasiswa harus tau, bahwa untuk magang disini dianjurkan untuk cuti pada proses belajar di kampus nya masing-masing, ini adalah upaya penyeleksian dan proses belajar yang intensif selama berada di desa. 30 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Disini kita tidak hanya murni belajar tentang arsitektur tapi juga diperkenalkan dengan gaya hidup yang lebih baik lagi, kita dapat belajar banyak dari gaya hidup orang-orang yang tinggal di desa. Karena arsitektur adalah gaya hidup!. Semua hal positif dapat kita ambil dan kita tuangkan sebagai penyelesaian dalam masalah dalam kaidah-kaidah arsitektur. Karena sesungguhnya arsitektur yang baik adalah bagaimana arsitektur itu sendiri memberikan dampak positif kepada lingkungan alam dan masyarakat sekitar. Banyak yang didapat dalam proses belajar disini, pengalaman untuk terjun langsung dalam mendesain menjadi hal yang luar biasa untuk di pahami. Keluarga kecil yang membuat kita bahagia dan selalu ada untuk kita, saudara tempat kita bertukar pikiran, sahabat tempat kita berbagi cerita, alam yang menyuguhkan segalanya, semuanya saya dapatkan disini, semuanya!.


CATATAN PAK GEDE KRESNA

Satu hal yang kami percaya, siapapun yang telah merelakan untuk melewatkan satu semester kuliahnya untuk magang di Rumah Intaran adalah orang-orang yang istimewa. Orang-orang yang telah berhasil menyeleksi dirinya sendiri.

Bagi sebagian orang mungkin tidak mudah untuk memilih datang ke desa, tinggal di desa, dan belajar dari keseharian kita yang teramat biasa. Hidup dan beraktivitas di tanah yang jauh dari derap budaya di tempat asal. Mudah-mudahan ini akan menjadi tempat yang baik untuk melihat diri sendiri dan melihat seperti apa tindak-tanduk kita sebelumnya dari kejauhan. Dari Rumah Intaran. Selamat datang Deo, Arnida, Stefany, Faris dan Marcelina.

31 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“An invisible thread connects those who are destined to meet, regardless of time, place or circumstance. the thread may sketch or tangled, but it will never break�. -CHINESE PROVERB-

32 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PASPOR

33 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Paspor ini digunakan untuk memasuki luasnya samudera ilmu pengetahuan yang maha tak terbatas. Menyelami kedalamannya, dan memetik saripati yang berguna untuk mengarungi kehidupan. Sebagai buku catatan atas begitu banyaknya keindahan yang akan disimpan dalam ingatan-ingatan kita nanti. Sebagai jawaban-jawaban kecil atas begitu banyak persoalan akan mendewasakan diri kita di kemudian hari. Paspor ini diberikan kepada setiap anak magang dihari pertama mulai magang di Rumah Intaran. Paspor ini menjadi buku resmi untuk memasuki dan memulai pelajaran di Desa.

34 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Kami semua diwajibkan untuk membaca dan memahami isi yang terkandung di dalam buku paspor ini. Sebelum mengetahui terlalu dalam mengenai Rumah Intaran, buku paspor ini akan membuka mata kita mengenai alam, budaya, dan arsitektur yang saling berterkaitan. Isi yang dibahas di dalam buku ini semuanya merupakan gagasan yang sangat mendasar, namun memiliki makna yang sangat dalam, banyak sekali catatan -catatan kecil yang mungkin selama ini belum kita ketahui dan membuata kita semua tersadar dari ketidaktahuan kita akan hal kecil itu. Buku ini juga menjadi buku catatan garis besar dari kegiatan magang yang akan kami lakukan selama masa magang di Rumah Intaran


INISIASI Mendengarkan suara-suara alam

35 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Menjalin komunikasi adalah hal yang utama dalam kehidupan bersosial, begitu juga dengan berarsitektur, mendesain bukan sekedar “berarsitektur� banyak nilainilai dan pemahaman yang perlu diperhatikan dalam setiap goresan dan tarikan garis dalam desain. Mendengar adalah kunci utama, bagaimana kita mendengar kehendak site dan lingkungan kita, bagaimana kita mendengar dan menggunakan material dengan hakikat dan prinsip alami dari material tersebut. Dalam inisiasi yang dilakukan, kami diminta hanya berdiam diri sambil mendengarkan suara-suara alam, dan setiap mahasiswa magang yang mengikuti inisiasi ini akan mendapat tempat mendengar yang berbeda dan jauh dari mahasiwa lainnya. Karena tempat yang berjauhan maka akan berbeda apa yang didengar, ditangkap, direkam oleh setiap masing-masing mahasiswa yang ada. Kami diberikan waktu sekitar kurang lebih 2 jam untuk berdiam diri dan mendengar suara-suara alam, hal yang cukup aneh bagi setiap orang untuk melakukan suatu hanya dengan diam. Setelah sekitar 2 jam mendengar suara-suara alam semua mahasiswa magang berkumpul dan mendengarkan maksud dari apa yang kita lakukan ditempat inisiasi tersebut, karena inisiasi dilakukan selama 3 hari dan ditempat yang berbeda-beda, maka makna dan maksud dari mendengar berbeda-beda di setiap tempatnya. Setelah mendengar pencerahan dari Bapak, kami semua mendapat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan 36 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

dengan apa yang kami dengar tadi. Ada sekitar 5 pertanyaan yang diajukan olah Bapak kepada kami, dan 5 rekaman apa yang kami dengar, total ada 10 pertanyaan yang diajukan oleh Bapak. Mendengar sebagai tema inisiasi mungkin hal yang cukup aneh bagi sebagian orang, termasuk para mahasiswa yang magang di Rumah Intaran, tapi hal tersebut berdampak positif bagi kita semua, disini kita banyak sekali dapat mengambil pelajaran dan makna dalam setiap tindakan yang kita lakukan.


37 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INISIASI 1 Sungai

38 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Inisiasi pada hari pertama akan dilaksanakan di sungai yang berada di Desa Tamblang, untuk menuju ke lokasi kita semua harus melewati rute yang cukup sulit, karena dataran Desa tamblang yang cukup tinggi kita harus menuruni anak tangga yang cukup jauh karena letak sungai berada didataran yang lebih rendah. Butuh sekitar 15 menit kita sudah sampai ke lokasi inisiasi pertama. Warga desa menyebut sungai ini dengan nama sungai Tukadaye, sungai ini memiliki debit air yang cukup besar, dan arus sungai nya juga sangat kencang. Batu-batuan besar yang terletak disungai menjadi pemandangan yang sangat eksotis bagi kami semua. Gemercik arus air yang terbelah oleh bebatuan menjadi suara yang sangat bising terdengar di telinga. Setelah sampai disana, Bapak menyampaikan beberapa instruksi kepada kami sebagai bekal untuk melaksanakan inisiasi di hari pertama. Dalam proses mendengar ini semua yang “menggangu� di sita oleh Bapak, semua handphone, gadget, alat-alat komunikasi lainnya termasuk kamera semua disita, karena dianggap akan mengganggu proses mendengar alam tersebut.

Setelah pembagian tempat, saya mendapat bagian yang paling jauh, dengan rute yang paling sulit, yaitu di hilir sungai. Bapak menempatkan saya diujung karena kata beliau saya yang paling besar dan kuat badannya. Untuk mencapai lokasi tempat saya mendengar, saya harus menyebrangi sungai yang arus nya sangat deras, meloncati bebatuan yang licin serta melewati semak-semak yang tinggi. Proses mendengar pun dimulai, suara derasnya air mengisi semua pendengaran saya, hanya sesekali kicauan burung terdengar membelah berisiknya suara air. Fokus utama adalah mendengar, mendengar dan melihat sekeliling menjadi kegiatan saya selama kurang lebih 2 jam. Apabila kita diam dan memperhatikan suatu objek, maka perhatian kita akan meningkat, itu yang saya alami selama melihat dalam diam. Dihari pertama ini diam 2 jam terasa sangat lama dan melelahkan, sesekali saya merebahkan badan diatas batu yang besar, dan melempar serpihan-serpihan kayu ke derasnya arus sungai. Semua begitu membosankan. Hanya mendengar dan memperhatikan burung-burung yang terbang menjadi aktivitas saya, banyak pikiran-pikiran yang berlalu-lalang melintas dikepala dalam diamnya saya. Setelah menerima kode dari Bapak bahwa waktu mendengar telah selesai, kami semua kembali berkumpul ditempat semula kita diberikan instruksi. Setelah semua tiba Bapak memberikan kami beberapa pertanyaan, dan jawaban dari pertanyaan Bapak kami catat di buku masing-masing. Pertanyaan bapak yang pertama adalah satu kata yang akan kamu sebutkan setelah melihat dan mendengar suara-suara alam. 39 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Jawaban dari setiap kami akan menjadi tema bagi tulisan dan folder album di facebook. Dan untuk pertanyaan selanjutnya ada 5 pertanyaan, semua pertanyaannya menyangkut rekaman-rekaman mengenai apa yang kita dengar dan lihat selama proses inisiasi tersebut. Untuk pertanyaan 6 sampai 10 adalah foto yang mewakili pertanyaan 1 sampai 5 tadi. Dan semua itu ditutup dengan kesimpulan berupa sketsa dan tulisan.

40 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INISIASI 2 Sawah

41 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Hari ke 2 inisiasi ini berlangsung di sawah. Terik matahari membakar kulit, namun semua itu tidak menghalangi untuk melaksanakan inisiasi hari kedua bersama keluarga ku di desa, bersama Bapak, Ibu Mbak Lintang, Mbak Cela, Mbak Ira, Kak Ros, dan Kak Faris. Sama halnya dengan hari pertama inisiasi, hari kedua ini kami juga mendapat tugas yang sama, yaitu mendengar!. Rute ke Sawah cukup jauh dengan jalan yang menanjak dan menurun, tapi semua itu tidak menyurutkan semangat unuk melaksanakan inisiasi kedua ini. Bau khas kotorah sapi menyambut kedatangan kami di sawah milik orang-orang desa. Sebelum memulai aksi kami, Bapak seperti inisiasi pertama kemarin, memberikan “tausyiah� dan pencerahan singkat kepada kami. Setelah pengarahan selesai, kami mendapat tempat-tempat dimana kami akan mengeksekusi dengan mendengar. Tidak ada rasa lelah ataupun bosan yang menerpa pada hari kedua ini. Waktu berjalan begitu cepat. Saya mendapat posisi untuk mendengar tepat di depan kandang sapi, aroma khas sawah bercampur dengan aroma sapi ditambah terik matahari yang menyengat, menjadi teman untuk berdiam diri dan mendengar. Suara hembusan angin dan suara sapi menjadi suara yang paling dominan yang saya dengar pagi itu, semua nya indah dan alami. Waktu 2 jam berlalu begitu cepat, berbeda dengan inisiasi pertama, di inisiasi kedua ini semua lebih mengerti dan memahami makna, tanpa ada tidur-tiduran 42 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

ataupun bosan yang menerpa. Setelah kode dari bapak kami terima, kami semua berkumpul di depan pura, di ujung jalan setapak dari sawah. Disana bapak kembali memberi tau penjelasan mengenai makna dan mengapa inisiasi kedua dilaksanakan di sawah. Kembali bapak memberikan 10 pertanyaan yang hampir sama ketika waktu inisiasi pertama berlangsung, semua pertanyaan kami jawab dengan sigap, dan semua pertanyaan itu di tutup dan kami simpulkan melalui sebuah tulisan. Kesimpulan yang kami tulis, kami bacakan dan di dengar oleh teman-teman beserta bapak dan ibu. Hal yang saya renungkan dan saya dapat adalah mengenal akan alam yang harus kita jaga. Di sawah merupakan awal mula dari makanan pokok yang kita makan, dimana kita harus tau dan menghargai makanan sehat yang selama ini masuk kedalam tubuh kita. Untuk berpikir sehat diperlukan badan dan jiwa yang sehat, dan semua itu bermula dari makanan sehat yang kita konsumsi yang diberikan oleh alam ini. Jadi, pertanyaan yang dapat kita lontarkan ke pada diri kita. apa yang telah kita berikan ke pada alam ini?


43 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INISIASI 3 Pantai

44 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Menyingsir pagi, melihat pantai dengan air yang tak berujung. Ya itulah pandangan awal melihat pantai lovina, lokasi terakhir inisiasi bersama keluarga besar Rumah Intaran. Seperti kemarin, mendengar suara alam adalah poin utama dalam inisiasi ini. Tepat pukul 5 pagi kami semua berangkat ke pantai lovina, karena jarak yang cukup jauh dari Desa Bengkala. Dingin pagi yang menyelimuti udara tidak menciutkan semangat kami semua. Sampai di lokasi terhampar pantai yang menghadap utara, begitu indah dan tenang. Tidak ada bunyi ombak yang terdengar karena air yang begitu tenang. Banyak nelayan yang menawarkan jasa untuk membawa kita semua ketengah laut untuk melihat sekolompok lumba-lumba. Ya di pantai ini terkenal akan ketenangan dan kedamaiannya serta ikan lumba-lumba yang selalu absen disana. Seperti biasa setelah mendapat arahan kami langsung menuju tempat masing-masing yang telah ditentukan, saya mendapat jatah yang paling ujung di dekat dermaga. Pertama saya duduk di pasir di bibir air laut, namun setalah sekitar 30 menit saya pindah dan duduk di tangga dermaga tersebut.

Di bawah jembatan, riak air terdengar diiringi ikan-ikan kecil yang berlululalang menjadi pemandangan utama yang terlihat. Dorongan semangat seorang pria menggiring kapalnya ke bibir pantai menjadikan pemandangan betapa banyak energi mentari pagi memberikan kekuatan untuk melakukan aktivitas seharihari. Seorang pemuda yang fokus menunggu tangkapan ikan di bawah dermaga tersebut. Hanya diam dan mendengar. Setelah waktu selesai, kami diminta untuk menuliskan 2 sampai 3 paragraf tulisan tentang apa yang kami rasakan dan apa yang kami dengar serta kami lihat. Semua tulisan kami pastilah berbeda, apa yang saya tangkap dan apa yang teman-teman lain rekam semua berbeda. Setelah semuanya selesai, satu persatu dari kami membacakan tulisan kami tersebut kepada semua nya, semuanya menyambut antusias dan bersemangat. Semua 3 edisi inisiasi ini adalah rangkaian untuk kita semua belajar dan berlatih kepekaan terhadap suara-suara alam, apa yang dikehandaki oleh alam. Karena sesungguhnya arsitek hanya akan merusak sebagian tatanan alam ini, dan klien sesungguhnya dari kita semua adalah alam itu sendiri. Gapailah mentari pagi karena energi mentari memberikan semangat baru, tenanglah seperti air, dan kuatlah seperti batu karang, sekuat apapun ombak menerjang dia tetap bertahan.

45 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


CATATAN PAK GEDE KRESNA

Hari ketiga, atau hari terakhir inisiasi untuk Anak-anak Mahasiswa Magang di Rumah Intaran adalah momen untuk mendengarkan suara-suara alam sambil bergembira.

46 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


47 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“ Bukan nilai bagus, bukan bukti ijazah, tapi tempaan proses yang kita lalui selama pembelajaran yang membuat kita menjadi lebih baik�. -GEDE KRESNA-

48 | Alam, Budaya, dan Arsitektur



KEDALUMAN Melatih kekuatan dan Sensitifitas Tangan

50 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Pagi yang cerah dengan suara burung merpati yang menyanyi menemaniku disaat mendapat arahan dan pembelajaran pertama di Rumah Intaran dari Pak Gede Kresna. dan satu kalimat dari arahan Pak Gede yang paling saya ingat pada pagi itu “ bukan nilai bagus, bukan bukti ijazah, tapi tempaan proses yang kita lalui selama pembelajaran yang membuat kita menjadi lebih baik�. Sepatah kalimat ini membuat pandangan saya terhadap hasil yang instan tidak akan memberikan manfaat yang baik atau pembelajaran yang bagus bagi kita. Contoh sederhana ialah dalam hal konsumsi yang kita lakukan sehari-hari. Begitu mudahnya kita memasak mie apabila kita merasa lapar dan ingin makan, tapi apabila di pelajari kandungan yang terdapat dalam mie sangatlah tidak sehat bagi tubuh kita. Makanan yang berasal dari alam dengan proses pembuatan yang alami jauh lebih baik dan sehat ketimbang makanan yang instan dalam pembuatannya. Sebagai seorang arsitek, aset utama yang dimiliki ialah tangan yang digunakan untuk menggambar. Pagi ini saya dilatih merelaksasi serta merenggangkan otototot tangan dengan cara mengulek dan meremas daun daluman untuk dijadikan makanan sehat yang berasal dari alam. Dengan di bantu Pak Gede dan arahan darinya, saya mulai beraksi mengoyaki dan meremas daun daluman di dalam air matang. Namun sebelum proses ini saya harus mencuci tangan sampai bersih dengan sabun, belum selesai hanya mencuci tangan menggunakan sabun, saya harus mencuci tangan lagi dengan lerak. Lerak ini

merupakan sabun alami yang dapat menghilangkan sisisisa deterjen yang ada di tangan sehabis mencuci tangan menggunakan sabun. Lanjut dalam proses pembuatan cincau dari daun daluman. setelah kurang lebih 40 menit air dari daun tersebut belum juga mngental, ini dikarenakan air yang terlalu banyak dan pengalamanku yang baru mencoba pertama sekali. Kurang lebih satu jam akhirnya air perasan dari daun daluman siap untuk disaring dan didiami supaya air perasan mengental seperti jelly lalu siap untuk disajikan. Daluman ini disajikan dengan campuran santan yang kelapa nya di bakar terlebih dahulu, kemudian ditambah gula merah yang telah dicairkan. Banyak hal yang dapat saya ambil dari proses sederhana pembuatan makanan alami ini, perasaan sabar dan ketekunan dalam semua proses akan menghasilkan suatu yang baik.

51 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


52 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


TANAH POLPOLAN

53 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Membuat tanah di Rumah Intaran untuk dijadikan bahan mentah dari terracota. Ini adalah ilmu yang sangat mahal, di Bali tradisi membuat dinding dari tanah sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Fermentasi tanah yang dilakukan membuat tanah yang lembek dan belum menyatu sempurna menjadi keras dan dapat dibangun menjadi dinding maupun pagar rumah. Di desa adat di bali, masih sangat banyak rumahrumah adat yang menggunakan material tanah sebagai material lantai, dinding, pagar, dll. Tanah yang didapat juga merupakan tanah yang ada di lingkungan rumah mereka sendiri, tidak perlu mencari tanah atau membeli ditempat lain, cukup dengan hanya menggali dan memfermentasikan sendiri tanah tersebut.

54 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Membuat tanah fermentasi ini tidaklah sulit, pertama kita membutuhkan tanah di lingkungan sekitar rumah, kemudian mulai mencangkul, sehingga tanah menjadi pecahan kecil-kecil. Bikin tempat yang dicangkul seperti kubangan sehingga mudah saat proses selanjutnya. Setelah pecahan tanah cukup banyak, siram dengan air secara bertahap sampai tanah bercampur rata dengan air tersebut, jangan lupa sambil terus diaduk menggunakan cangkul. Setelah semuanya merata, diamkan tanah tersebut selama 1 hari dan ditutup menggunakan duan pisang ataupun pelepah kelapa. Setelah didiamkan selama 1 hari, proses selanjutnya adalah kembali mencangkul tanah menjadi pecahan-pecahan kecil, karena tanah yang didiami sudah mengeras. Kemudian lanjut dengan disiram air secara bertahap hingga merata. Kemudain menginjakinjak tanah adalah proses selanjutnya, menginjak tanah dilakukan sampai tanah sudah mulai sedikit mengeras, dan dapat dipegang serta dibentuk.


Tanah yang sudah siap, dapat dibentuk sesuai keinginan ataupun dicetak dengan motif-motif yang menarik. Ini adalah ilmu arsitektur yang sangat tidak ternilai harganya. Proses yang ramah lingkungan, murah, dan tidak mebuat kerusakan menjadikan proses ini sebagai proses yang “TUNTAS�. Semua dapat dimaksimalkan dan dimanfaatkan tanpa harus merusak tatanan yang ada.

55 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INTARAN Pohon surgawi di tanah surga

56 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


POHON SOEKARNO (Indonesia : Nimba/Mimba, Jawa : Imbo, Bali : Intaran, Latin : Azadirachata indica)

“Sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden Soekarno yang berhasil menghijaukan Padang Arafah dengan Pohon Intaran, di Arab Saudi Pohon Intaran dinamakan POHON SOEKARNO. Di Bali, banyak orang mengaku pengikut Soekarno, mengaku Soerkanois, namun dengan mudah dan tanpa berdosa menebang Pohon Soekarno ini�. Padahal Pohon Soekarno atau Pohon Intaran adalah pohon yang luar biasa. Pohon ini tergolong pohon evergreen (selalu hijau baik di musim penghujan maupun di musim kemarau). Rilis oksigennya sangat baik. Kandungan nitrogennya juga tinggi sehingga daunnya bagus untuk pupuk. Pohon Intaran juga merupakan Wind Breaker (Penahan dan pemecah angin) yang sempurna karena akarnya menghujam kedalam tanah dan daunnya yang kecil dan batangnya yang kuat serta lentur mampu menahan dan memecah angin. Daun Intaran ini juga disebut dengan “Panacea� atau dalam bahasa Indonesia berarti penyembuh segala penyakit. Di india tanaman ini sudah banyak digunakan sebagai obat-obatan. Bahkan sudah diproduksi masal disana. Selain di pakai obat, banyak penduduk India juga mengkonsumsi langsung daun dari pohon intaran ini sebagai sayuran dan pelengkap makanan mereka (seperti daun kemangi untuk lalapan di Indonesia).

Sekarang kita bahas khasiat dari tanaman ini. Intaran telah lama digunakan sebagai bahan obat. Hal ini dibuktikan dengan disebutkannya nama intaran dalam kitab Ayurveda. Daun intaran berkhasiat sebagai antibakteri, antiviral ,antidiuretic, antifungal, dan anti sedative. Selain itu intaran juga bisa digunakan untuk obat berbagai macam penyakit seperti : alergi, asma,radang sendi ,obat batuk, kencing manis (diabebtes), mencret, amandel, ambeien, dll. Pada dasarnya seluruh bagian tumbuhan ini berguna bagi manusia, tetapi yang paling sering digunakan adalah bagian daun. Daun intaran atau neem memiliki rasa yang pahit. Dengan mengkonsumsi daun ini kurang lebih 5 gram seharai(dilarutkan ke dalam air) sudah bisa menurunkan gula darah. Di Rumah Intaran, ada kebiasaan yang sangat menarik dan menjadi pola keseharian kami. Setiap pagi kami selalu memakan sehelai daun intaran yang ditemani dengan pisang rebus sebagai sarapan pagi. Dan salah satu kegunaan yang paling krusial adalah penggunaan bijinya sebagai PESTISIDA ALAMI, yang secara perlahan akan mengurangi ketergantungan kita akan penggunaan pestisida kimia yang bukan saja sangat merugikan, namun juga sangat memantikan.

57 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


MORINGA/KELOR Melawan radiasi ke mata dengan cara alami

58 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Setiap hari banyak pengetahuan yang kami dapat disini, dari kehidupan sehari-hari sampai belajar gaya hidup atau konsep orang dulu. salah satu konsep yang kami pelajari yaitu obat adalah makanan dan makanan adalah obat. Terdengar begitu simpel sekali pemikiran ini, namun banyak fakta berbicara bahwa dengan konsep tersebut kehidupan para orang tua kita jauh lebih berkualitas dari pada kehidupan kita sekarang. Belajar langsung dengan memanfaatkan yang ada di alam, adalah pelajaran yang paling berharga yang kami dapat disini. Tidak terkecuali belajar akan manfaat dan khasiat dari Daun Kelor. Sudah terlalu banyak artikel yang membahas betapa dahsyatnya kegunaan ataupun manfaat daun kelor ini, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan bayi dan balita mengonsumsi daun kelor untuk masa pertumbuhan mereka. Selain itu, WHO juga menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah melakukan studi dan menemukan bahwa kelor berjasa sebagai penambah kesehatan murah selama 40 tahun di negara-negara termiskin di dunia. Dan ternyata di Indonesia sendiri terdapat mitos tentang hal-hal gaib mengenai daun kelor ini, sungguh sangat disayangkan.

daun kelor. Terlebih batang Kelor sangat banyak di halaman belakang Rumah Intaran. Membuat endapan air kelor cukup mudah, setelah menebang batang kelor yang cukup muda sebanyak 3 batang. Kemudian batang tersebut kita tumbuk hingga cukup hancur dan halus, lalu dimasukkan ke segelas air dan ditunggu sampai mengendap. Mengkompres mata bisa menggunakan kapas dan sejenisnya, kompres sekitar 15-20 menit. Makin lama makin dingin dan menyegarkan. Daun kelor mengandung vitamin C 7 kali lipat dibanding buah jeruk dan vitamin A 4 kali lipat dibanding wortel. Sayur daun kelor jika dimakan rutin setiap hari bisa menyembuhkan batu ginjal. Di sini kami sangat sering membuat sayur dari daun kelor, daun kelor yang diurap menjadi andalan sayur disini.

Sebagai anak magang di Rumah Intaran, kami juga banyak bekerja dan belajar melalui laptop dan komputer, karena dari pagi sampai sore mata selalu melihat ke layar monitor, bisa kita bayangkan berapa banyak radiasi yang telah masuk ke mata kita. Untuk mengurangi dari dampak radiasi ke mata, kami rutin melakukan terapi mata menggunakan air endapan dari 59 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


60 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


LERAK Tugas Arsitek bukan hanya mendesain, tapi juga mengurangi beban lingkungan

61 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Pertama sekali saya diperkenalkan akan lerak, sewaktu saya akan menggunakan tangan saya untuk membuat daluman. Disitu saya disuru mencuci tangan dengan menggunakan sabun biasa, setelah itu saya disuruh kembali untuk mencuci menggunakan lerak, karena kata bapak lerak berfungsi untuk mengilangkan deterjen ditangan saya. Lerak atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional. Batik biasanya dianjurkan untuk dicuci dengan lerak karena dianggap sebagai bahan pencuci paling sesuai untuk menjaga kualitasnya (warna batik). Biji lerak mengandung saponin, suatu alkaloid beracun, saponin inilah yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci, dan dapat pula dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai, bahkan memandikan dan membersihkan binatan peliharaan. Kandungan racun biji lerak juga berpotensi sebagai insektisida. Kulit buah lerak dapat digunakan sebagai wajah untuk mengurangi jerawat dan kudis.

62 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Karena sesungguhnya tugas arsitek adalah merusak tatanan lingkungan. Mendesain sesuatu boleh jadi menciptakan tempat yang nyaman, namum tidak bisa dipungkiri kita juga merusak. Tugas kita juga bukan hanya mendesain, melainkan mengurang beban lingkungan juga, dengan menggunakan bahan yang tidak mencemari alam dalam kehidupan sehari-hari, kita telah membantu mengurangi dampak dari rusaknya alam tersebut. Lerak yang telah terbukti tidak merusak alam, karena tidak adanya kandungan kimia lainnya, sangat cocok dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Ketika seorang perempuan perkasa singgah di Rumah Intaran, dia mengajari kami bagaimana memanfaatkan lerak dengan sebaik-baiknya. Ibu Ary Hana sapaan kami kepadanya, mengajari kami proses pembuatan deterjen, sampo, dan sabun cuci yang semua nya berasal dari lerak tersebut. Begitu besarnya ilmu alam yang kami dapat dari beliau. Beliau adalah seorang penulis yang selalu berpetualang untuk mencari jawaban-jawaban sebagai bahan tulisannya. Sungguh luar biasa bagi saya.


PROSES PEMBUATANNYA

63 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


CATATAN PAK GEDE KRESNA

Tinggal di desa, bukan berarti tidak bisa bergaya. Namun gaya-gayanya tentu saja gaya-gaya ala desa. Bukan pada hasil akhirnya, melainkan pada setiap tahapan pekerjaannya. Membuat deterjen alami dan membuat pencuci rambut alami barangkali merepotkan, namun itu yang dilakukan Ibunya Anak-anak. Bukan untuk bergaya dengan rambutnya, melainkan melakukan semuanya dengan “style�. Saat itu kemudian sedikit berkontribusi untuk tidak merusak tanah karena cairan Buah Lerak langsung diresap dan menutrisi tanah, itu hanya bonus hari ini karena di masa lalu ini semua adalah hal yang biasa. Hal biasa ala desa.

64 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Setiap kali berhadapan dengan site yang bagus, selalu saja merasa seberapa pun bagusnya seorang arsitek, tetap tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah disediakan oleh alam semesta. Arsitek hanya akan berperan merusak tatanan untuk menukarnyadengan rasa nyaman pemberi tugasdan sedikit embelembel kelakuan. Atas dasari itu, arsitek yang baik pastilah yang paling sedikit merusak tatanan, dan yang karnyanya paling banyak berguna untuk kemanusiaan. Dan arsitek terbaik itu juga, pastilah bukan Rumah Intaran. -Paspor Rumah Intaran-

65 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Bahkan menjadi perusak tatanan sekalipun adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Sebagaimana Tukang Sampah melaksanakan kewajiban di tengah kekotoran, sebagaimana Jagal melaksanakan tugasnya sebagai pembunuh hewan untuk dikonsumsi manusia lainnya. Karena menjadi apapun kita, lakukan kewajiban sebaik-baiknya. Menjadi Tukang Sampah, penting. Menjadi Presiden, penting. Menjadi Tukang Jagal, penting. Menjadi Arsitek yang sedikit banyak pasti merusak pun penting, untuk alasan-alasan yang jauh lebih besar dan sebisa mungkin memberi dampak baik bukan hanya bagi klien pemberi tugas, melainkan juga bagi lingkungan semesta alam

Karena sebenar-benarnya Klien adalah ALAM itu sendiri -Paspor Rumah Intaran-

66 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


SARAPAN Menu sehat ala Desa

67 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


yang diambil di halaman belakang Rumah Intaran. Makan makanan yang bergizi adalah hal yang selalu ingin dilakukan oleh setiap orang, namun makanan yang berlabel dengan tulisan begizi terkadang hanya sebuah tulisan. Banyak orang yang tidak tau akan kemasan yang menjual dengan isi yang hanya katanya begizi. Di Rumah Intaran tidak hanya belajar akan pola hidup yang sehat kami juga mengenal dan melakukan pola kehidupan yang sehat setiap harinya. Dimulai dari sarapan yang kami makan setiap harinya. Pisang yang direbus ataupun dikukus, manjadi menu wajib dan menu utama sarapan sehat ala desa di Rumah Intaran. Sehari-harinya kami memakan pisang rebus ditemani sehelai daun intaran yang rasanya cukup pahit atau boleh dibilang sangat pahit. Sekiranya pisang rebus tidak ada, ataupun stok pisang sudah habis, sarapan pagi biasanya berupa ubi, kedelai, ketela, yang semuanya direbus ditambah sukun yang dibakar. Hal yang sangat luar biasa karena ini mungkin kebiasaan orang yang sangat jarang untuk ditemui sekarang, Sarapan nasi yang merupakan makanan utama masyarakat Indonesia mungkin merupakan kebiasaan kita semua. Namun disini kita merubah kebiasaan untuk sarapan yang semuanya direbus. Semua makanan yang disajikan disini merupakan makanan sehat yang diolah tanpa menggunakan pemanis ataupun MSG sebagai penyedap rasanya, semua dibuat dan dimasak dengan cara direbus. Makanan sehat ini selalu disajika dengan ataupun dibungkus dari dedaunan 68 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Setiap orang yang ada di Rumah Intaran sudah terbiasa untuk tidak makan-makanan cepat saji maupun makanan instan, dibekali pembelajaran betapa tidak sehatnya makanan yang diolah secara instan dan cepat.


69 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


70 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Menyiram Halaman Tugas dan Kewajiban

71 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Mengeluh adalah tanda kelemahan jiwa�. Begitu Soekarno pernah berkata. Pagi di Rumah Intaran adalah saat di mana semua orang membuat KARYA BERSAMA. Mbak Cela membersihkan dapur dan membuat sarapan pisang kukus dan singkong rebus. Mbak Ira memberi makan burung-burung merpati langsung dengan jagung di tangannya. Saya menyiram halaman dan juga lantai dapur yang setiap hari pasti berdebu karena keringnya udara di tanah Bengkala. Sementara itu, Mbak Lintang tetap setia dengan pekerjaannya mengasuh anak-anak anjing dan tidak pernah memberinya makan sebelum mereka duduk dengan tertib. Kak ros sebagai petugas kebersihan dan menyapu halaman Rumah Intaran dibantu oleh Mbok Wayan. Kak Faris adalah petugas berbelanja ke pasar untuk kebutuhan sehari-hari, walaupun tidak sendirian, salah satu dari kami pasti menemani Kak Faris untuk berbelanja. Semua yang dilakukan adalah karya-karya besar yang tidak pernah tercatat. Sebuah karya bersama yang dilakukan tanpa beban. Tinggal di desa, bagi sebagian orang kota mungkin adalah mimpi buruk karena keterbatasan fasilitas yang biasa dinikmati, namun saya dan semuanya telah membuktikan semua bisa dilalui dengan gembira. Karena kami disini didasari oleh rasa kekeluargaan. Arsitektur bukan hanya soal mendesain dan menggambar, melainkan juga soal bekerja sama 72 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

melakukan hal-hal kecil yang tanpa kita sadari akan menjadi karya-karya besar. Dan ketika semua itu dilakukan dengan gembira tanpa ada keluhan, ini pasti sebuah penanda bahwa semaunya punya jiwa-jiwa yang besar untuk membangun diri sendiri, dan juga membangun bangsa ini. Semua mahasiswa magang, mendapat mandat menjadi “hulu� masing-masing, hulu merupakan sebutan bapak untuk petugas atau menteri di bidang masing-masing. Saya menjadi hulu air, dan oleh karena itu hal yang mengenai air, menyiram, menghidupkan dan mematikan mesin air merupakan tanggung jawab saya. Setiap pagi tugas saya menghidupkan air supaya air mau naik ke atas dan digunakan untuk kegiatan seperti mandi dan mencuci serta memasak. Mbak Ira merupakan hulu lampu, petugas yang menghidupkan dan mematikan lampu, serta mengecek pulsa listrik rumah. Mbak Cela membantu Mbok wayan memasak, Kak Ros Kebersihan dan tanaman, Kak Faris petugas belanja, dan Mbak Lintang petugas yang memberikan makan anak anjing dirumah. Semua mendapatkan tanggung jawabnya masing-masing dan dilaksanakan dengan sebaiknya, kalaupun ada yang lupa dengan tugasnya, semua saling membantu dan menutupi tugas hulu-hulu yang lain.


AKTIVITAS PAGI

73 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Saat matahari terbit menyinari bumi, saat kokok ayam membangunkan tidur, saat itu adalah waktu untuk dari setiap kami bertemu dan berkarya sebagai “hulu� yang ditunjuk untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab yang ada. Saat yang begitu istimewa, saat yang begitu dinikmati.

74 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Penanganan Sampah Hal Kecil Berakibat Besar

75 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Sudah sejak lama penanganan sampah menjadi masalah yang tidak terselesaikan secara tuntas dimana-mana. Fakta bahwa sampah menjadi salah satu faktor pengrusakan alam dan lingkungan telah diketahui semua orang. berbagai cara penanggulangan dan inovasi pun tercipta, namun tidak semua orang peduli dengan sampah. Masih banyak sekali orang yang tidak mengerti mana sampah yang dapat di daur ulang dan sampah yang tidak bisa diurai lagi. Kesadaran masyarakat tahun ke tahun memang semakin tinggi akan sampah, namun masih banyak juga oknum-oknum yang membuang sampah sembarangan, membuang sampah ke sungai, membuang sampah tidak pada tempat yang telah disediakan. Membedakan sampah menjadi 2 macam yaitu sampah organik dan anorganik telah dikenalkan sejak kita dibangku sekolah. Namun penerapan hanya dilakukan disekolah sedangkan dirumah masing-masing masih sangat minim dalam memilah sampah sehari-hari. Kebiasaan yang baik ini juga diterapkan di Rumah Intaran. Disini sampah dibagi menjadi 2 macam, setiap orang yang membuang sampah telah terkoneksi dengan sendiri nya untuk memilah sampah yang akan dia buang, karena sudah terlatih dan terbiasa. Sampah organik yang telah penuh di keranjang sampah akan dimasukkan kedalam komposter yang ada dan dibuat sendiri untuk dijadikan pupuk cair yang baik buat tanaman yang. Sedangkan untuk sampah anorganik, belum ada pengolahan yang baik, sehingga sampah anorganik yang telah penuh di keranjang akan di buang di TPS Desa. 76 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Hal menarik yang dapat ditemui disini adalah daun-daunan kering yang dibiarkan ditumpuk di bawah pohon dan tanaman yang ada di halaman. Karena setiap harinya banyak daun kering yang berjatuhan di halaman, daun kering tersebut akan menjadi kompos alami yang akan terurai secara alami. Disini tidak diperkenankan dan dilarang keras untuk membakar sampah, karena faktor kesehatan dan lingkungan. Kelapa yang berjatuhan akan dibuat menjadi minyak kelapa yang menyehatkan, minyak kelapa memiliki manfaat jauh lebih baik dari minyak kelapa sawit yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Sabut atau batok kelapa tidak serta merta menjadi sampah, sabut akan dimanfaatkan menjadi alat bakar untuk memanggang makanan ataupun memasak makanan lain yang menggunakan tungku bakar.


SISTEM PENANGANAN SAMPAH

77 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Bertukang Belajar Dari Guru di Lapangan

78 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Selepas pulang dari Solo dalam rangka belajar mengenai instalasi bambu di event 2 tahunan Bamboo Biennale 2014, saya mendapat tugas baru yaitu BERTUKANG !!. Sebenarnya saya sudah pernah berbicara kepada Mbak Lintang perihal saya ingin terlibat dalam pembangunan yang dilakukan di workshop Rumah Intaran. Saya memiliki pandangan tersendiri yang cukup berbeda, melihat dengan turun langsung belajar dari guru sesungguhnya dalam hal membangun akan membuat pemahaman kita menjadi lebih tajam. Para artisan selaku guru dilapangan membuat saya paham dan mengerti bagaimana proses pengerjaan yang hanya berupa gambar diatas kertas putih hingga menjadi bangunan yang berdiri kokoh untuk di tempati. Belajar detail-detail dalam pengerjaan bangunan akan menambah wawasan kita untuk mendesain dan mempermudah artisan untuk membaca gambar kerja yang nantinya akan menjadi acuan.

paku yang kurang lebih sebesar ibu jari dengan panjang berkisar 10 hingga 20 Cm. Selain saya tidak ada yang tukang yang menggunakan sarung tangan ataupun alat keamanan yang sesuai dengan standarisasi kerja, padahal keselamatan merupakan hal yang utama. Semua tukang sebenarnya sudah dianjurkan menggunakan, namun semua tukang merasa risih apabila menggunakan peralat keamanan pada anggota tubuhnya. Ada hal menarik yang saya temukan dan saya pelajari ketika memperhatikan para artisan bekerja. Ketika kami saling membantu untuk mengangkat kolom yang besar untuk dipasang. Untuk melihat as kolom sudah lurus 90 derajat atau masih miring, para artisan menggunakan benda yang bernama LOT. Lot adalah alat untuk melihat kelurusan dari tiang supaya mengetahui apakah kelurusan dan kestabilan kolom sudah stabil dan tegak lurus. Lot hanya tali yang diberi pemberat di ujung dan diletakkan ditengah kayu kecil.

Pengalaman saya yang selama ini saya punya belum cukup membuat saya dikategorikan sebagai tukang dalam pengerjaan bangunan, karena tidak sembarang orang dapat menjadi tukang, tentu ada klarifikasi dan kemampuan khusus supaya dapat menjadi tukang yang benar. Karena kemampuan saya yang sangat minim, saya mendapat tugas sebagai kenek bangunan yang bertugas menjadi asisten dan membantu para tukang yang bekerja. Tugas pertama yang dilakukan ialah mencabut paku-paku yang masih tertancap di kayu-kayu bekas kapal. Butuh usaha yang cukup keras untuk mencabut 79 | Alam, Budaya, dan Arsitektur



81 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali!�. -TAN MALAKA-

82 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Angkat Kayu Waktunya Pembersihan

83 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Dalam rangka membersihkan workshop yang dipenuhi kayu-kayu bekas kapal yang sangat banyak, ditambah datangnya pasokan kayu bekas yang baru saja tiba, suasana workshop sangat penuh dan sumpek. Kemudian semua artisan termasuk saya memilah dan memindahkan kayu-kayu bekas sesuai dengan ukuran dan besar kayu. Dari sekian banyak kayu yang ada di workshop, terdapat 3 kayu ulin bekas kapal yang berukuran super besar. kayu yang biasanya sanggup diangkat hanya 2 sampai 3 orang, ini harus mengerahkan semua personil untuk mengangkut kayu tersebut. Tidak kurang dari 16 orang termasuk saya didalamnya. Kayu ulin berukuran 40x50x430 Cm harus diangkut dari workshop ke halaman depan dapur untuk dijadikan tempat duduk. Butuh tenaga ekstra untuk mengangkatnya, telebih karena bobot kayu yang sangat berat, medan yang ditempuh juga susah, karena jalan yang menanjak cukup curam dari workshop menuju halamn depan dapur. Tidak ada satu artisanpun yang mengeluh selama mengangkat kayu tersebut, hanya candaan dan tawaan yang terdengar. Senyum mengembang di setiap wajah para artisan, menandakan hal yang sulit pun dapat dilalui bersama dengan perasaan senang, sungguh menakjubkan. Tidak ada ruang untuk berkeluh kesah, karena semua dilakukan dengan sungguh-sungguh dan senang hati.

84 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


85 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


86 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


87 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Bambu Ada Untuk Menjaga

88 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


harus mempertanyakan pada diri kita sendiri : “Sudahkah kita bisa memetik bambu dengan benar?�. Material bambu hingga hari ini masih lebih banyak di hayati secara visual dalam keseharian masyarakat Indonesia, padahal setiap bagian dari tanaman bambu, baik mentah maupun setelah diolah, menghasilkan kekhasan suara, bau, tekstur, bahkan rasa. Potensi khas bambu yang belum banyak ditangkap ini dapat menjadi sebuah entrance point bagi masyarakat, yang sangat dekat dengan keberadaan bambu, untuk lebih menyadari bambu sebagai salah satu sumber kehidupan utama di Indonesia. Dewasa ini bambu terus digali dan dimaksimalkan melalui keterampilan para pengrajin bambu yang berkarya memaksimalkan daya tektonika dan sensasi kebambuan sambil melestarikan sebuah kultur, hingga akhirnya menghidupkan bambu dalam keseharian. Dibidang arsitektur, bambu masih banyak mengisi pos sebagai material pelengkap, padahal bambu dapat menjadi struktur utama yang sangat kuat. Dan jika kita masih berpikir bahwa bambu adalah material pelengkap pada material lainnya, mungkin ada baiknya kita membuka ensiklopedia perbambuan kita, dan temukan satu halaman yang dengan jelas menerangkan bahwa ada masa di mana bambu bisa menjadi struktur utama, mengatasi material-material lainnya.

Sudah banyak sekali event-event besar yang menggunakan bambu sebagai poin utama dalam event tersebut, mulai dari event dengan lingkup kampus hingga lingkup Internasional. Semua ini bertujuan agar masyarakat mampu dan dapat memaksimalkan bambu sebagai karya yang dapat menjaga alam dan ramah akan lingkungan. Karena banyak sekali kelebihan dan keunggulan bambu sebagai material yang ramah akan lingkungan. Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi. Bambu juga mempunyai ketahanan yang luar biasa. rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih dapat bertahan hidup. Bambu juga mempunyai kekuatan cukup tinggi dan luar biasa, kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. Sekalipun demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena biasanya batang-batang struktur hanya dirangkaikan dengan pasak atau tali yang kekuatannya rendah.

Jika hari ini kita masih mengkatagorikan bambu sebagai material sekunder yang mudah lapuk sehingga peruntukannya pun hanya sebagai material medioker yang memang disiapkan untuk diganti, barangkali kita 89 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


NILAI EKONOMIS BAMBU Dari segi ekonomis bambu sangat menguntungkan, demikian bambu yang ditanam tumbuh menjadi rumpun, selanjutnya rumpun bambu akan berfungsi sebagai bank. Setiap kali diperlukan, batang bambu dapat ditebang seperti halnya orang mengambil bunga deposito. Lebih dari itu, sekalipun seluruh rumpun ditebang, rumpun baru dapat tumbuh lagi. Hal ini berarti bahwa sekali tanam bambu, hasilnya dapat diambil terus-menerus. 90 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Permintaan bambu di Indonesia kini semakin meningkat. Kalau dulu orang memakai bambu karena kurang mampu, sekarang sedikit demi sedikit bambu telah bergeser menjadi barang seni yang dibeli karena keindahannya. Perlengkapan rumah seperti meja, kursi, dipan, sekat dari bambu sudah masuk ke hotel-hotel berbintang dan bangunan,-bangunan wisata. Lebih dari itu perabot rumah dari bambu juga mulai menjadi komoditi ekspor. Perajin bambu sudah mulai merasakan kesulitan dalam membeli bambu dengan umur yang cukup, karena budidaya bambu di Indonesia masih sangat langka. Budidaya ini hanya dijumpai di beberapa daerah, antara lain di Bengkulu dan Lampung.


PELUANG BAMBU SEBAGAI PENGGANTI KAYU Perkembangan jumlah penduduk mengakibatkan naiknya kebutuhan perumahan, yang juga berarti meningkatnya kebutuhan kayu, apalagi kalau dilihat bahwa kayu dalam bentuk kayu lapis juga dipakai sebagai sumber devisa negara. Kebutuhan kayu yang berlebihan akan dapat mangakibatkan penebangan kayu hutan dalam jumlah banyak dan membahayakan kelestarian hutan. Untuk kelestarian hutan, kiranya perlu dicari bahan bangunan lain sebagai pengganti kayu hutan.

Dengan memperhatikan kekuatan bambu yang tinggi, dan bambu dengan kualitas yang baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun, suatu kurun waktu yang relatif singkat, serta mengingat bahwa bambu mudah ditanam, dan tidak memerlukan perawatan khusus, bahkan sering dijumpai di desa-desa, rumpun bambu yang sudah dibakar pun masih dapat tumbuh Iagi, maka bambu mempunyai peluang yang besar untuk menggantikan kayu yang baru siap ditebang setelah berumur sekitar 30 – 50 tahun. 91 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


BAMBOO BIENALLE 2014

92 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Maket Acuan Untuk Para Artisan

93 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Pada saat dikampus, maket menjadi persyaratan untuk mengumpulkan tugas mendesain, banyak mahasiswa menganggap remeh maket yang akan dikumpul, karena ada gambar kerja yang telah dibuat dengan detail yang lebih lengkap. Di Rumah Intaran sekecil apapun bangunan yang di desain, selalu akan dibuat maketnya. Setelah terjun langsung ke lapangan, banyak hal yang membuka mata. Tidak semua para artisan yang bisa atau mampu membaca gambar kerja yang telah dibuat oleh arsitek, hanya satu atau dua orang artisan yang bisa membacanya. Peran maket yang dibuat adalah untuk mempermudah artisan bekerja karena maket yang dibuat akan menjadi acuan real dalam membangun bangunan. Maket skala 1:10 memungkinkan para artisan membuat detail pertemuan konstruksi sebagaimana detail aslinya. Artisan yang membuat maket memiliki tanggung jawab yang cukup besar, hanya 1 artisan yang sanggup untuk mengerjakan maket, karena membuat maket butuh ketekunan dan maket harus, benar-benar detail dalam pengerjaannya. Terlebih kayu-kayu yang dibuat kecil, sangat rawan patah ketika akan dipotong menjadi material maket.

94 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Maket memudahkan saat persentasi kepada klien yang ratarata lebih bisa berimajinasi dengan bentukan-bentukan tiga lebih memudahkan saat perhitungan anggaran biayanya. dimensional yang real dibandingkan dengan simbol-simbol di dalam gambar.

Sebagai arsitek, jauh lebih mudah mendelegasikan pekerjaan kepada tukang dengan menggunakan maket dibandingkan dengan gambar kerja.

Maket sangat memudahkan tukang dalam pemilihan material dan menghindari kejadian salah potong atau salah penggunaan kayu, karena tukang bisa membayangkan di mana material itu akan digunakan.

95 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DETAIL MAKET

96 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Tenganan Perang Pandan

97 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Setiap penghujung minggu, kami semua disuruh keluar untuk melihat, dan belajar hal baru yang terdapat di lingkungan luar. Kali ini Desa Tenganan menjadi tujuan untuk melihat kualitas apa saja yang disuguhkan disana.

98 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Mungkin beberapa orang sudah sering berlibur dan berwisata di pulau Bali, namun sebagian besar turis atau pelancong yang datang ke Bali hanya tertarik datang ketempat yang sudah familiar seperti kuta, sanur, nusa dua, seminyak, ubud, dan lain-lain. Bali memang tidak pernah kehabisan pesona nya untuk ditawarkan kepada setiap orang yang menjejakan kakinya dipulau yang nan indah ini. Mulai dari perpaduan budaya dan agama Hindu yang sangat kental, hingga toleransi beragama yang berjalan dengan sangat baik. Tidak lupa juga keindahan alam yang ditawarkan kepada setiap pengunjung yang berlibur disini. Baik itu alam pengunungan dengan udara sejuknya maupun suasana pantai yang santai. tidak salah maka dalam tahun 2014 ini bali di tunjuk sebagai tuan rumah 3 sampai 5 kegiatan internasional, eventevent tahun biasanya mulai digelar pada bulan-bulan penghunjung tahun, seperti Sanur village festival, kuta karnival, nusa dua fiesta, ubud jazz festival dan lainlain. tapi kali ini saya akan mencoba membahas tentang sebuah PERANG yang ada dibali, tepatnya beradanya dibali bagian timur yaitu desa Tengganan, kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem.


MASYARAKAT DAN WISATAWAN

99 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Tiga jam berkendara dari Rumah Intaran bersama Mbak Lintang menuju desa Tengganan yang berada dibagian Timur Pulau Bali, capek, lelah, letih, dan lesu bercampur ketika harus berkendara sekian lama, namun semua itu sirna ketika tampak pemandangan yang menemani kami disepanjang jalan, mulai dari daerah pesisir pantai, pegunungan, hingga daerah persawahan yang memiliki kontur yang sangat menarik. Tepat pukul 12 WITA kami tiba di festival perang pandan. Kerumunan orang menyambut kedatangan kami disana, di salah satu sisi kerumunan merupakan tempat permainan tradisonal 100 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

di sana, permainan ini dimainkan dengan cara menebak gambar yang akan keluar dengan menaruh uang taruhan diatas gambar. Namun dari sekian banyak bangunan yang ada di desa, ada dua bangunan yang serupa yang membuat saya terpukau, sebuah permainan asli dari desa tersebut berupa ayunan raksasa yang berada di tengah lapangan yang memiliki struktur dan konstruksi dari kayu yang sangat mengagumkan. Dan di sisi keramaian yang lain ialah para pemuda yang bersiap untuk turun sebagai petarung di acara perang pandan tersebut.


Perang ini bukan seperti perang pada umumnya, dimana perang pada umumnya seseorang membunuh atau melukai lawannya demi suatu tujuan, namun tujuan perang yang satu ini adalah memberikan penghormatan kepada bhatara Indra (dewa perang). dimana perang ini bersenjatakan tameng atau penangkis dan seikat pandan sebagai senjatanya. perang ini bukan perang keroyokan dimana semua orang bisa saling gosok, dalam perang ini peraturannya hanya ada 2 orang laki-laki yang saling menggosokan pandan di punggung lawannya, tanpa ada perasaan dendam dan ingin menyakiti lawannya setelah perang.

Sebelum acara puncak digelar, ada sebuah iringiringan/pawai yang merupakan para petarung dengan gadis-gadis desa yang cantik memakai pakaian adat dipimpin seorang pria tua mengelilingi desa sebanyak 3 kali. Di setiap mereka melewati panggung arena perang, pemimpin pawai yang merupakan pria tua menunjukan aksi kekuatan tubuh dengan menusuk-nusukan semacam keris ke dada, tangan leher dan anggota tubuh lainnya. Setelah aksi pawai keliling sebanyak 3 kali, dengan diawali suara musik dari atas panggung acara perang pandan pun dimulai. 101 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Satu persatu pemuda-pemuda desa mulai naik silih berganti untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini, dengan bekal sebuah perisai rotan ditangan kiri dan seikat pandan ditangan kanan sebagai senjata, mereka mulai “menari� memainkan senjata mereka ke musuh yang ada di hadapan mereka. Hanya pemuda yang berani, dan tidak menimbulkan kerusuhan yang dapat bermain di atas panggung. Tidak ada perasaan dendam yang terlintas di wajah setiap para pemuda yang sudah terluka dan berlumuran darah yang diakibatkan oleh serangan-serangan dari musuh, hanya senyuman dan tawa yang menghias di wajah mereka. Pertempuran ini tidak berlangsung lama, mungkin kurang dari 1 menit. Selesai satu pertandingan langsung disambung dengan pertandingan lainnya, ini dilakukan secara bergilir (kurang lebih 3 jam). Selesai acara utama semua pemuda yang terluka akan dioles dengan ramuan khusus berwarna kuning yang sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. Adat istiadat harus kita junjung tinggi karena merupakan citra diri juga melambangkan harga diri akan suatu negeri. Adat istiadat jangan sampai hilang agar orang tahu dari mana kita berasal. Bali pulau dewata menampilkan berbagai macam keindahan nan menawan.

102 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


103 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Arsitektur adalah wahana dan ekspresi suatu kebudayaan” -Y.B. MANGUNWIJAYA-

104 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Pura Mengenal Arsitektur Bali Utara

105 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Tepat di pinggir belokan tajam di kecamatan Kubutambahan, terdapat sebuah pura yang sedang dalam proses pengerjaan. Dengan menggunakan pakaian adat Bali lengkap dengan sarung, lapisan sarung yang di ikat kencang serta udeng yang menghiasi kepala. Semua siap menuju tempat sakral tersebut bagi umat Hindu Bali. Di Pura ini semua personil di ajak Bapak untuk mengamati, mendokumentasikan, dan belajar serta kemudian mengerti arsitektur Bali Utara dan apa perbedaannya dengan tempat-tempat lainnya di Bali. Perlu diketahui bahwa gaya atau macam ornamen dari arsitektur Bali Utara paling banyak jenisnya. Setelah masuk kedalam pura ada seorang pengrajin yang bekerja dengan sangat tekun. Pengrajin tersebut sedang membuat ornamen berupa patung yang akan diletakkan di gerbang utama pada pura tersebut. Hebatnya desain yang rumit dengan setiap detail yang dibuat sedemikian rapi tanpa ada gambar contoh, hanya mengingat dan berimajinasi didalam kepala yang menjadi gambaran bagi artisan tersebut dalam membuat patung tersebut. Patung tersebut dibuat dari material tanah yang dicampur dengan semen dan langsung di eksekusi menggunakan perkakas-perkakas yang dibuat sendiri oleh artisan tersebut sebelum adonan patung mengeras. Patung yang dibuat memiliki besar yang bervariasi, sehingga patung yang cukup besar akan dibuat dengan 106 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

sistim bongkar pasang, hal ini dikarenakan patung yang berat tersebut akan di pasang/diangkat ke atas gerbang pura yang sangat tinggi dan metode bongkar pasang dapat membuat bobot yang akan diangkat menjadi lebih ringan.


BANGUNAN DIDALAM PURA

107 | Alam, Budaya, dan Arsitektur



Lanjut ke tujuan selanjutnya ialah pura Beji yang berada di Desa Sangsit. Pura Beji ini punya keunikan tersendiri. Pura ini memiliki gugus-gugus massa bangunan suci sangat massif dan sarat dengan ukiran khas gaya Buleleng. Ketika masuk melewati gerbang pura yang sangat besar, tergambar jelas tempat yang begitu sakral, tenang, sejuk dan damai. Hanya ada seorang pemangku beserta istri nya yang sedang berdoa di dalam pura tersebut. Setelah memerhatikan, kembali bapak menunjukan gayagaya khas dari arsitektur Bali Utara dengan perbedaan dari gaya arsitektur daerah lainnya. Menggali lagi sejarah, menggali lagi nilai-nilai yang disampaikan melalui simbol-simbol dari setiap ornamen di dalam pura tersebut. Setiap simbol, setiap patung satupersatu dijelaskan oleh Bapak beserta filosofi-filosofi yang memaknai setiap sudt pura. Satu hal yang paling menarik ialah terdapat ornamen berbentuk wajahwajah penguasa pada setiap zamannya. Ini menandakan bahwa gaya arsitektur pura pun dapat dipengaruhi oleh setiap penguasa yang berkuasa didaerahnya.

109 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


110 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


111 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Semua ini bukan soal Arsitektur Bali, melainkan kita dilatih kepekaan mata dan intuisi dalam melihat Arsitektur yang tumbuh dari konteks-konteks LOKALnya


Sanur Village Festival

113 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Sanur Village Festival adalah ajang festival budaya, untuk mengenalkan budaya, hasil bumi, dan segala keindahan akan tanah Sanur, Bali. Ajang seni budaya dan kreativitas Sanur Village Festival tahun ini mengangkat tema “Morning of the World “. Acara ini memberi branding baru pariwisata Bali di mana Sanur melambangkan pusat dimulainya aktivitas kehidupan masyarakat di Pulau Dewata. Sanur Village Festival 2014 akan mengkemas rangkaian festival yang secara berkelanjutan mewadahi kreativitas masyarakat Sanur. Keterlibatan dialog budaya dari daerah luar Sanur secara nasional maupun international telah membuktikan bahwa SVF mampu mengkemas festival dengan bahasa universal melalui seni dan budaya. Pelaksanaan Sanur Village Festival ke sembilan tahun ini akan merangkai kegiatan yang lebih terbuka dengan tetap menjaga semangat kreativitas yang bersumber dari warisan budaya leluhur. Sanur Village Festival hadir menjadi jantung atau magnet kreativitas masyarakat dalam menghadapi perkembangan global yang tetap berpijak pada terbukanya pikiran secara luas dengan tetap menjalankan kreativitas yang harus dijalankannya Diajang festival ini kami mendapat tugas untuk mengkritik dengan pandangan masing-masing dari kami, semua anak magang ikut mengamati dan mencatat apaapa saja yang kami lihat dan kami rasakan. Ada beberapa 114 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

catatan yang ditulis dan dirangkum oleh kami. Sesuai dengan nama dari festival ini, ekspetasi dari setiap kami bahwa festival ini akan diberlangsungkan dipesisir pantai dengan stan-stan yang berjejer menghadap ke arah datangnya ombak. Namun acara ini dilaksanakan di sebuah lapangan yang cukup luas dengan stan-stan yang melingkar mengelilingi lapangan. Terdapat pameran agrowisata dari setiap instansi pemerintah dari setiap provinsi yang ada di Indonesia. Dari penataan hingga pameran yang dipamerkan, terlihat jelas bahwa pameran ini tamapak biasa dan sama dengan pameran-pameran pemerintah yang lainnya. Dan yang paling memprihatinkan adalah masalah kamar mandi yang sangat kurang bagus dengan pelaksanaan event yang sangat besar ini. hanya ada 2 kamar mandi dan dibatasi oleh papan triplek di sisi kanana dan kirinya. Makanan yang di sajikan di setiap stan lebih cenderung ke makanan-makanan bergaya Eropa, sangat disayangkan, semestinya makanan yang dipamerkan dan diperjualakan seharusnya merupakan makanan tradisional yang khas dari daerah-daerah sanur dan sekitarnya. Mengingat festival ini adalah festival budaya, dan untuk lebih mengenalkan makanan khas kepada orang luar yang hadir di ajang event sebesar ini. Namun secara keseluruhan festival ini sangat menarik dan sangat bagus untuk didatangi, banyak kegiatan-kegiatan positif yang dilaksanakan pada event ini.


115 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


SANUR VILLAGE FESTIVAL 2014

116 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Villa K

117 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Di rumah ini, di kamar ini, semua mimpi-mimpi dipikirkan. Villa K adalah nama kamar ini, dimana kamar ini menjadi kamarnya saya dan kamar Kak Faris selama belajar dan magang di Rumah Intaran. Ketika pertama datang ke Rumah Intaran, kami tidak langsung tidur di Villa K ini, melainkan dikamar yang berada di belakang area Rumah Intaran. Awal datang ke Rumah Intaran Villa K sudah berdiri namun hanya sebagai rangkaian struktur dari villa ini.

118 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Kamar ini menjadi ujian pertama saya mendesain bangunan yang akan saya tempati sendiri. Dimana saya disuruh oleh Om Ajo selaku senior Arsitek di Rumah Intaran untuk menggambar fasade dan interior di dalam villa ini. Ukuran yang cukup kecil menjadi kendala tersendiri untuk 2 orang didalamnya, termasuk ketinggian pintu dan balok yang harus menyesuaikan struktur yang ada dan tinggi badan penghuni kamar.


PROSES VILLA K

119 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Kurang lebih satu minggu akhirnya rumah ini terpasang semua elemenya dan bisa ditiduri. 3 orang artisan yang bertanggung jawab menyelesaikan ini, dan saya juga ikut membantu dalam proses pemasangan dinding dan pintu. Semua bahan dirakit di workshop di bawah, setelah itu baru dibawa dan dipasang. Hawa didalam cukup panas, karena daerah Desa Bengkala, sangat jarang turun hujan, dan sifat material kayu yang panas. Namun apabila pagi menjelang, desiran angin yang dingin masuk melalui lubang-lubang kecil di antara papan kayu, menjadi suasana sejuk dan nyaman. Kamar ini menjadi tempat yang sangat spesial buat saya, dimana disetiap pikiran dituangkan dan ditulis kedalam buku ini terjadi di kamar ini, setiap gagasan yang ingin saya buat dan konsep-konsep untuk kedepannya semua saya pikirkan dan saya bayangkan di kamar ini, VILLA K.

120 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


121 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Rumah Segi Enam Eksplorasi Bangunan

122 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Form follow The Materials. Bentuk mengikuti material. Karena memiliki banyak sekali kayu-kayu papan lebar yang cukup tebal dan cukup panjang, maka dibuatlah sebuah disain rumah kayu yang bentuknya menyesuaikan dengan keberadaan materialnya. Setelah melalui pemikiran singkat dan terburuburu karena takut jika berlama-lama terlalu banyak aspek yang dipikirkan dan membuat apa yang dipikirkan tidak jadi dikerjakan, maka Bapak meminta saya untuk menggambar dan mendesain bangunan yang sesuai dengan material yang ada. Beberapa jam kemudian rancangan awal sudah selesai, meskipun masih banyak kekurangan. Setelah kemudian maket punya kesempatan diwujudkan, barulah saya belajar kembali perihal sistem konstruksi dan detail-detai teknisnya. Kelihatannya sederhana, tapi ini termasuk salah satu maket yang sulit untuk dibuat. Karena bentuk yang cukup rumit untuk ditegakkan dengan potongan-potongan kayu yang kecil sebagai bahan daari pembuatan maket. Namun justru bangunan aslinya diperkirakan akan lebih mudah dibuat daripada maketnya.

123 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Ini adalah kesempatan belajar yang sangat bagus buat saya dan juga buat Artisan yang tidak biasa mengerjakan maket-maket yang tidak biasa. Karena mendisain apapun yang mengikuti material-material yang sudah ada selalu menawarkan tingkat kesulitan baru, menawarkan tantangan, sekaligus memberikan kesenangan. Dengan kesulitan ini, saya dan artisan belajar dan menemukan sistem yang sesuai agar aliran beban dari atas kuat untuk ditopang oleh kolom yang dibawah. 124 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Struktur utama dari bangunan ini ialah papan berukuran 5x22x500 cm, papan kayu setebal ini merupakan kayu-kayu bekas dari sebuah kapal yang telah dibongkar.


Mengapa Segi 6? Karena kita mendesain berdasarkan ketersediaan material. Kebetulan ada balok-balok cukup lebar dan panjang, akhirnya kita buat konstruksi yang menerus, tanpa kuda-kuda. Sebenarnya bisa saja membuat segi lima atau segi delapan, tapi melihat segi enam lebih menarik. Ruang yang dihasilkannya masih baik, mudah diolah, dan sensasi tinggal di dalamnya sambil melihat ke atas juga bagus sekali

Segi enam itu dalam budaya Cina [TAO] “Liuk Swie� [enam mata air] mengalir saling mendukung satu dengan yang lainnya. Demikian juga waktu penggarapan interiornya otomatis akan tercipta keterkaitan juga selaras bersama alam lingkungan disekitarnya.

125 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Gambar Rumah Segi Enam

126 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES MAKET

127 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROJECT Rumah Intaran

128 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Disini akan dijelaskan mengenai beberapa project dari Rumah Intaran yang sempat saya bantu dan saya pelajari. Ada banyak project yang dikerjakan oleh Rumah Intaran. Namun hanya ada 2 project yang akan dijelaskan. Karena di 2 project ini saya mulai mengikuti dari awal sampai sekarang saat penulisan mengenai project tersebut, dan menurut saya banyak sekali pengetahuan baru yang saya dapat dari ke 2 project ini. Penulisan mengenai project ini mencakup tahapan-tahapan kerja dan proses lainnya. Project pertama yang akan dijelaskan adalah sebuah resort bernama Melanting, project ini ialah project penyegaran atau renovasi terhadap resort ini. Setelah direnovasi resort ini akan berganti nama menjadi Seven Sense Restaurant and Munduk Falls. Selanjutnya adalah project sebuah restoran yang cukup besar di tengah kota Singaraja. Restoran ini adalah restoran 2 lantai yang berada di dekat Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Munduk Project

Warung Retro Project 129 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Project Munduk

130 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Sekilas tentang Desa Munduk Desa Munduk menjadi sebuah idaman bagi wisatawan yang membutuhkan sebuah ketenangan, pemandangan sekelilingnya betul-betul asri serta alam dalam balutan hawa sejuk pegunungan. Lokasinya di Kecamatan Banjar, Kab. Buleleng kawasan Bali Utara, desa ini terletak pada ketinggian 800 mdpl, sehingga suhunya berkisar antara 20-25 째C, tergolong sejuk. Menjadi tempat wisata ideal untuk melepaskan penat, men-refresh kembali pikiran dari rutinitas sehari-hari. Kawasan sekitarnya asri dan hijau, bagi yang sudah bosan dengan suasana pesisir/ pantai tempat ini akan menjadikan suasana liburan anda teras berbeda.

Untuk menuju lokasi, dari arah Denpasar butuh waktu sekitar 2.5 jam perjalanan melewati beberapa objek wisata di Bali , seperti Bedugul, danau Buyan dan Tamblingan, melintasi kelokan serta tanjakan, jalanan relatif masih sepi, diwarnai pemandangan lembah dan bukit, sawah serta perkebunan penduduk sungguh suguhan pesona, jarang bisa ditemukan di tempat lainnya. Pemandangan indah terhampar di depan mata, perkebunan penduduk yang terdiri dari kopi, cengkeh serta kebun kakao dalam suasana lembah serta latar belakang perbukitan selalu tampak menghijau, rumah-rumah penduduk terlihat terletak agak berjauhan antara satu dengan lainnya, suasana sepi, tenang serta menyuguhkan kedamian.pandan pun dimulai. 131 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Munduk adalah salah satu dari empat desa pakraman di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng yang terbagung dalam satu institusi lama bernama Catur Desa, yaitu : Desa Munduk, Desa Umajero, Desa Gesing dan Desa Gobleg. Keempat desa tersebut dulu dibuat untuk menjaga keberadaan dan kelangsungan ekosistem setempat yang menjadi sumber air banyak desa-desa di bawahnya. Munduk sendiri berada diantara Danau Tamblingan dan Danau Buyan. Munduk yang jauh dari pusat kota Denpasar dan juga pusat-pusat wisatawan di Nusa Dua, Kuta dan Sanur, bukan berarti juga jauh dari tempat-tempat wisata lainnya. Menghabiskan waktu beberapa malam di Munduk tidak akan pernah membosankan karena di sekitarnya juga banyak tempat-tempat yang menarik yang bisa dikunjungi. Penggemar Golf, penggemar Diving, penggemar Agrotourism, semua terakomodir karena semua itu ada di sekitar Desa Munduk.

132 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Penjelasan Tentang Project

(Jawaban atas Bali yang sudah over-developed)

Mulanya Melanting Resort ini merupakan hotel yang sudah tidak laku lagi dengan jumlah pengunjung yang sangat minim. Dikarenakan lokasi site dari resort ini begitu bagus dan masih sangat baik, maka klien dari Rumah Intaran mengambil alih kepemilikan dari Resort ini. Melanting resort ini sendiri berada di Desa Munduk, dimana Desa Munduk merupakan Desa terbaik di Bali dalam pengembangan pariwisata desanya. Mengingat perkembangan pembangunan yang sangat pesat di bali, dan semakin sesaknya Bali dengan pertumbuhan kondotel-kondotel yang tidak terkendali, inilah adalah salah satu bentuk jawaban Rumah Intaran terhadap Bali yang sudah over-developed. Dalam project ini Rumah Intaran tidak membangun melainkan memperbaiki atau merenovasi kembali bangunanbangunan yang sudah ada, ditambah dengan sentuhansentuhan gagasan dari Rumah Intaran. Beberapa dari bangunan yang sudah ada, akan dirubuhkan untuk mendapat ruang yang baru, ruang yang dapat dimanfaatkan lebiah baik lagi. Semua bangunan yang akan dibuat, akan menggunakan material-material yang ramah lingkungan. Kembali kayu bekas, menjadi material utama dalam proses penyegaran Melanting Resort ini.

133 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Konsep Desain Secara Menyeluruh

Pariwisata Desa Di Desa Munduk, kepariwisataan membentuk ruang edukasi baru. Antara wisatawan dan masyarakat tumbuh rasa saling pengertian, saling menaruh rasa hormat, dan saling mempelajari kehidupan budaya yang lain. Semua saling memperkaya pengetahuan. Sesuatu yang membuat kepariwisataan di desa ini menjadi sangat berbeda. Dengan berkembangnya pariwisata yang pesat, maka akan tumbuh persaingan. Fokus utama adalah mengangkat sosial ekonomi dengan bayaran yang mahal, supaya dampaknya orang-orang desa terangkat dalam segi ekonominya. 134 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Gagasan desain yang dibawa oleh Rumah Intaran ialah pembangunan kepariwisataan Desa Munduk semestinya adalah kepariwisataan yang fokus pada kualitas. Bukan mass tourism. Kepariwisataan yang tidak berorientasi pada produk melainkan experience. Kepariwisataan yang tidak mendorong pelakupelaku dan tamu-tamunya untuk menjadi tidak GREEDY, melainkan membangun dan menumbuhkembangkan semangat GREEN serta memberikan respect terhadap sesama manusia, alam, dan budaya setempat.


Kebun Permakultur Hal yang paling menarik dari konsep keseluruhan yang di gagas oleh Rumah Intaran ialah kebun permakultur nya. Kebun ini menjadi desain landscape yang sangat menarik, dan tepat berada di restoran utama serta bangunan bar and lounge. Gagasan ini didasari dan mengingat pentingnya tanah di desa untuk selalu produktif, dan untuk menambah lapangan pekerjaan di desa. Tanaman yang ditanam berupa sayur-sayuran dan tanaman organik lainnya.

Dan semua hasilnya akan menjadi bahan masakan yang akan dihidangkan oleh resort. Semua tanaman dibiarka tumbuh dan dinikmati sebagai sebuah pemandangan alami. Tanaman seperti kopi dibiarkan tumbuh untuk dinikmati hasilnya, dan dapat dihidangkan kepada pengunjung. Semua tanaman, baik yang ada di kebun permakultur maupun tanaman lain yang berada di dalam site, akan dikelola dengan cara organik, tanpa penggunaan pestisida maupun bahan kimia lainnya.

135 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Lokasi site berada di Desa Munduk, dan berada sekitar 800-1000 meter diatas permukaan laut. Site ini memiliki luas lahan kurang lebih 30.000m2.

136 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Kondisi Site Letak Site yang berada di ketinggian 800-1000 diatas permukaan laut, membuat tanah yang dimiliki di lokasi site, merupakan tanah yang berkontur, dengan kontur berkisar 2-4 meter. Dengan kondisi tanah yang seperti ini, site berbatasan langsung dengan sebuah sungai yang masih sangat alami dengan 3 buah air terjun di sepanjang alirannya yang tepat berada di dalam site

137 | Alam, Budaya, dan Arsitektur



EKSISTING BANGUNAN

139 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Rencana Pengembangan Awal

140 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Rencana Pengembangan Sekarang

Banyak perubahan terjadi dari rencana pengembanagan awal hingga rencana pengembangan yang sekarang. Salah satunya ditiadakannya chapel pada rencana pengembangan yang sekarang. Penyegaran dilakukan dibanyak titik tempat penginapan ini. Dan setiap bangunan villa di renovasi menggunakan material bekas.

141 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Munduk Project Project di Munduk ini merupakan project jangka panjang. Setelah dulu Rumah Intaran pernah melakukan beberapa renovasi dan penyegaran terhadap beberapa villa di Melanting Resort ini. Sekarang Rumah Intaran akan merenovasi secara menyeluruh Melanting Resort ini, mulai dari desain villa, konsep resort, hingga Bar And Lounge yang akan ada di Melanting Resort ini.

142 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Ada banyak desain yang telah dibuat dan di desain oleh Rumah Intaran untuk desain villa dan desain Bar and Lounge Melanting Resort ini. Sekitar 8 desain villa yang akan diajukan untuk beberapa titik yang akan dibangun diatas site.


Gambar Perspektif Kawasan

143 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Gambar Perspektif Kawasan

144 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Gambar Perspektif Kawasan

145 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DESAIN VILLA

146 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DESAIN VILLA

147 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBANGUNAN Kedatangan Kayu Semua bangunan yang akan dibuat oleh Rumah Intaran akan menggunakan kayu-kayu bekas, dan untuk kayu pada proses project ini menggunakan kayu bekas dari kapal yang telah dibongkar. Kayu-kayu ini didatangkan dari asal tempat kapal ini karam dan di bongkar, kemudian dibawa ke workshop Rumah Intaran.

148 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBANGUNAN

Pengukuran dan Pembersihan kayu Setelah proses kedatangan kayu ke workshop maka selanjutnya ialah proses pengukuran dan pembersihan kayu. Pengukuran kayu akan dilakukan sesuai kebutuhan kayu pada gambar kerja yang telah dibuat. Setelah mendapatkan kayu sesuai dengan ukuran untuk dibangun, maka selanjutnya proses yang dilakukan ialah pembersihan dan pencabutan paku-paku yang masih menempel pada kayu-kayu bekas ini.

Proses pencabutan dan pembersihan merypakan proses yang dilakukan oleh asisten tukang atau biasa di sebut kenek. Sedangkan tukang akan membuat struktur konstruksi untuk bangunan yang akan dibangun menggunakan kayu yang telah dibersihkan oleh kenek sebelumnya. Proses pembuatan dan proses pembersihan cukup memakan waktu yang lama.

149 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PENGUKURAN DAN PEMBERSIHAN

150 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBANGUNAN

Pembuatan Di Workshop Setelah semua proses awal, mulai dari kedatangan kayu, sampai pembersihan dan pengukuran kayu telah selesai dilakukan. Maka proses selanjutnya ialah proses pembuatan di workshop. Setelah mencari material kayu yang pas untuk kolom, maka pemasangan kolom menjadi pemasangan awal dari pengerjaan bangunan villa ini. Kolom yang memiliki ukuran 15x15x300cm ini akan dipasang ke balok induk untuk lantai 2 yang telah dibuat sebelumnya. Untuk menyesuaikan lubang yang ada di balok untuk sambungan terhadap kolom, maka pemasangan kolom dipasang secara terbalik terlebih dahulu. Ini dimaksudkan untuk mempermudah pertemuan congkakan dari kolom dan lubang pada balok yang digunakan untuk sambungan dan sistem Knock down pada bangunan. Setelah Semua Kolom besar yang berjumlah 4 terpasang semua, dan sudah sesuai, serta kelurusan telah didapat, proses selanjutnya ialah pelepasan kembali kolom, dan membalik seperti keadaan yang sebenarnya. Butuh hampir semua tukang dan kenek untuk menyeimbangkan dan mengangkat kembali balok serta kolomnya, butuh koordinasi yang sangat baik, karena kesemua pengerjaan dan pengangkatan kayu yang sangat berat ini tidak menggunakan alat-alat berat.

151 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PEMASANGAN KOLOM DAN BALOK

152 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Salah satu pembuatan kuda-kuda atap, beberapa gambar sambungansambungan yang digunakan pada satu kuda-kuda

153 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBANGUNAN DI WORKSHOP

154 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBANGUNAN DI WORKSHOP Proses pembangunan apapun akan dilakukan di workshop Rumah Intaran sebelum dibangun di lokasi site. Pikiran saya pertama sistem kerja seperti ini sangat merugikan dan sangat tidak efisien terhadap waktu. Karena harus membangun 2 kali ditempat yang berbeda. Namun seiring saya belajar dan mengamati setiap proses pembangunan dan pengerjaan oleh para artisan. Proses seperti adalah proses yang paling pas, karena pengerjaan bangunan yang bermaterialkan kayu sangat berbeda dengan pengerjaan bangunan yang menggunakan material batu bata dan semen. Di Workshop terdapat mesin yang dapat memotong dan membantu membuat ornamen dari kayu. Apalagi bahan kayu tersedia di workshop, dan apabila pengerjaan langsung dilakukan di site, tingkat kesulitan dalam membangun jauh lebih sulit dan rumit, selain tidak mungkinnya mesin yang membantu pengerjaan dibawa ke lokasi, apabila kayu yang sebagai bahan kurang akan sulit membawa, karena lokasi workshop cukup jauh. 155 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DETAIL- DETAIL

156 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBOKARAN

Setelah selesai pembuatan bangunan villa ini di workshop, proses selanjutnya adalah pembokaran terhadap bangunan ini. Proses pembokaran ini berjalan sangat cepat, hanya butuh waktu 1 hari, bangunan pun telah selesai dibongkar. Pembokaran bangunan ini dilakukan oleh 11 orang artisan yang sebelumnya baru selesai mengerjakan project di Kota Singaraja. Setelah selesai membongkar, kayu-kayu ini akan dibawa menggunakan truk ke Desa Munduk untuk dibangun di lokasi site.

157 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBONGKARAN DAN PENGANGKUTAN KE LOKASI

158 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN DI LOKASI

Setelah selesai pembokaran, dan semua kayu dibawa ke lokasi, proses selanjutnya pemasangan bangunan di lokasi site. Bangunan yang akan dibangun ini merupakan bangunan Bar And Lounge yang berada di dekat kebun permakultur dari Melanting resort ini. Ada beberapa kendala yang terjadi di site, salah satunya ialah perubahan pondasi yang pada awalnya hanya 40cm muncul di permukaan tanah, berubah menjadi 120cm, ini dikarenakan bangunan akan menyesuaikan dengan keadaan tanah, dan akses para pengunjung yang akan datang ke bangunan

159 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN DI LOKASI

160 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Desain 1

Desain 2

Desain 3

PROSES DESAIN Awalnya desain bangunan Bar And Lounge untuk Melanting Resort ini, berbeda jauh dengan desain yang telah dibuat dan dibangun sekarang. Desain pertama sekali lebih mirip bangunan tradisional jawa dengan atap joglo, mirip resto utama yang ada di sebelah site Bar And Lounge ini. Kemudian owner memilih salah satu desain yang Rumah Intaran ajukan sebagai unit villa untuk dimodifikasi dan dibuat menjadi bangunan Bar And Lounge seperti sekarang. Sudah 3 kali terdapat perubahan dari desain awal untuk menjadikan bangunan yang awalnya di desain sebagai villa menjadi sebuah Bar. Penyesuaian akan fungsi ruang, site, dan lain-lain menjadi faktor utama perubahan desain. Pada perubahan desain pertama, kolam dan ruangan di lantai 2 dirubah agar sesuai dan menunjang fungsi dari bar, penambahan teras yang mengelilingi bangunan menjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap bangunan. Penggunaan material atap berupa alang-alang direvisi dan digantikan dengan material sirap kayu. Desain final yang telah disetujui oleh owner, adalah desain yang ke 3, penambahan teras sebesar 150 cm disekililing dan 300 cm pada teras depan ditambah teras yang menyerupai jembatan. Desain ini menyesuaikan keadaan tanah dan kondisi site yang ada di lokasi.

161 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Project Warung Retro

162 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Penjelasan Tentang Project

(Membangun Pemahaman Makanan Sehat)

Di Singaraja, tempat Project ini berada, telah banyak sekali muncul tempat makan fast food di setiap sudut kota. Seiring dengan berkembangnya zaman, makanan pun berkembang dengan sendirinya. Dizaman sekarang, hal apapun dituntut untuk cepat, tidak terkecuali makanan. Mobilitas seseorang yang sangat padat membuat waktu untuk menunggu makanan yang dimasak terlebih dahulu akan banyak menyita waktu. Padahal perlu kita ketahui, makanan yang berlabel fast food bukanlah makanan yang sehat untuk kesehatan apabila di konsumsi secara terus-menerus. Peran Rumah Intaran dalam project ini selain mendesain restoran ini, Rumah intaran membawa gagasan untuk membangun pemahaman pada setiap orang tentang kesehatan, dan itu bermula dari apa yang kita makan dan kita konsumsi sehari-hari. Warung Retro ini menjadi restoran yang nantinya akan menandingi restoran-restoran fast food di kota Singaraja dengan membawa gagasan kepada setiap orang yang datang.

163 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Konsep Desain Secara Menyeluruh

Memanfaatkan Material Yang Ada Restoran ini dibangun karena melihat tidak adanya tempat untuk makan sekaligus Hangout untuk orang-orang yang ada di Kota Singaraja. Desain bangunan restoran ini akan menjadi model tempat makan yang belum ada di Kota Singaraja yang lebih berkelas dan lebih sehat dari restoran-restoran fastfood yang ada di sekitarnya.

164 | Alam, Budaya, dan Arsitektur

Semua material bangunan ini, berasal dari kayukayu bekas yang masih sangat banyak di workshop Rumah Intaran. Dengan tema “retro�, restoran ini akan memadukan interior yang bernuansa retro, ditemani bangunan megah yang semua nya bermaterialkan material yang ramah lingkungan.


Lokasi Dan Kondisi Site Lokasi site berada tepat di tengah Kota Singaraja, tepatnya di Jalan Kartini, dekat dengan Universitas Pendidikan Ganesha. Site berbentuk persegi panjang dengan site yang memanjang ke belakang. Site sendiri memiliki panjang 31 meter dan lebar 11 meter. Kondisi tanah site, relatif datar dan sangat baik, masih terdapat pohon yang cukup besar di depan site, serta terdapat pohon pisang yang berada di bagian belakang site. 165 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DESAIN AWAL Restoran ini awalnya memiliki desain yang sangat sederhana, bentukan dari bangunannya sangat mirip dengan rumah tradisional jawa, yaitu Rumah Joglo. Namum karena pelaksanaan di lapangan dengan di rencana gambar sangat berbeda, sangat mungkin sekali terjadi perubaahan yang sangat signifikan terhadap desain bangunan.

166 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DESAIN FINAL Setelah terjadi perubahan terhadap desain, desain restoran berubah menjadi restoran yang memiliki 2 lantai. Desain restoran yang awalnya terlihat sangat tradisional, sekarang dengan desain baru terlihat lebih modern namun tidak meninggalkan kesan keNUSANTARAAN.

167 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


ANALISIS PERUBAHAN DESAIN Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa terjadi perubahan desain pada restoran ini. Perubahan desain ini tidak lepas dari kondisi yang terjadi di lapangan dan lingkungannya. Pertama desain restoran ini sangat sederhana, dan hanya memiliki 1 lantai saja. Karena project ini sempat berhenti setelah di desain dan belum dibangun, terjadi beberapa perubahan di lingkungan site. Tepat disamping site, sebelumnya terdapat tanah kosong, namun karena proyek ini sempat berhenti sejenak, tanah kosong disebelah site telah dibangun sebuah kantor notaris. Dimana massa bangunan ini sangat maju kedepan, sehingga menutupi view dari arah jalan ke bangunan restoran. Disamping itu juga, karena lokasi site yang sangat strategis, sangat dekat dengan kampus terbesar di Kota Singaraja, dan dengan membawa konsep yang baru, Rumah Intaran ingin menciptakan sebuah restoran yang menjadi icon dan sebagai tempat berkreasi anak-anak muda di Kota Singaraja. Konsep dan desain pun dirubah, luasan massapun diperbesar, sehingga dapat menampung lebih banyak tamu serta dapat mengakomodir beberapa kegiatan di resroran ini.

168 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


ZONING AREA MAKAN

ZONING AREA DAPUR, RETAIL, DAN KANTOR

ZONING AREA MEETING, AND PRIVATE PARTY

SIRKULASI MASUK

Warung Retro ini memiliki 3 massa bangunan. Massa pertama ialah massa bangunan kayu yang menjadi area makan bagi setiap tamu, desain dari massa pertama sangatlah menarik, terdapat ketinggian lantai yang berbeda pada area makan dilantai atas. Massa kedua ialah area retail yang dan dapur yang terdapat di lantai 1, dan untuk di lantai 2 adalah ruang kantor bagi pemilik dan pegawai retoran ini nantinya. Dan untuk massa yang terakhir yang letaknya di belakang, akan menjadi tempat meeting dan private party. 169 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


MASSA 1 (AREA MAKAN)

170 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


MASSA 2 (AREA RETAIL, DAPUR, DAN KANTOR)

171 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


MASSA 3 (AREA MEETING DAN PRIVATE PARTY)

172 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INTERIOR MASSA 1

173 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INTERIOR KANTOR MASSA 2

174 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


INTERIOR MASSA 3

175 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBUATAN MATERIAL KOLOM, DAN MATERIAL LAINNYA Kurang lebih 2 minggu pengerjaan struktur dan konstruksi warung retro dilakukan di workshop Rumah Intaran. Project ini merupakan project pertama Rumah Intaran yang tidak dibangun terlebih dahulu di workshop, melainkan langsung di bangun di lokasi site. Karena waktu yang sangat minim serta tenaga artisan yang kurang pasca libur lebaran, sehingga project ini langsung dibangun disite, dan juga tidak dibikinkan maketnya. Karena proses pembuatan maket yang detail serta rumit, akan memakan waktu yang cukup lama untuk menunggu maket jadi. Namun semua pengerjaan struktur dan konstruksi dibuat dan di realisasikan di workshop. Adakalanya material yang dibutuhkan tidak ada, misalnya ketika membutuhkan kolom yang sebesar 20 x 20 cm, kayu yang tersedia untuk ukuran segitu sudah habis dipakai. Dengan ketersediaan material yang ada, modifikasi struktur pun dibuat dengan detai-detail yang harus diperhatikan. Untuk memenuhi kolom yang sebesar 20 x 20 cm tadi, maka kayu yang ukuran 10 x 10 cm sebanyak 2 buah disatukan menjadi satu bagian dengan sistem kunci yang dipasak tanpa menggunakan paku, hanya menggunakan kayu kecil yang diberi motif sebagai pengunci.

176 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMBANGUNAN

Pemasangan Kolom dan Balok Terik matahari yang menyengat di Kota Singaraja tidak mengahalangi semangat para artisan bekerja dengan sepenuh hati. Setelah proses pembuatan semua struktur yang diperlukan di workshop, pekerjaan lanjut ke tahap pembangunan. Seperti setiap pengerjaan rumah kayu, pemasangan pertama ialah kolom dengan balok lantai 2. pemasangan dilakukan secara terbalik terlebih dahulu, untuk menyesuaikan sambungan lubang cokakan dari kolom ke balok.

Butuh setiap artisan untuk turun langsung dalam mendirikan kolom dan pemasangan balok lantai 2, karena beban kayu yang begitu hebatnya. Semua pengerjaan ini dikerjakan langsung dilokasi site. Pekerjaan yang begitu menguras tenaga, fisik serta pikiran, namun semua itu dilalui bersama oleh para artisan. Salut buat para setiap artisan!.

177 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN KOLOM DAN BALOK

178 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN STRUKTUR BAWAH

179 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN STRUKTUR DEPAN

180 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN STRUKTUR ATAS

181 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN PLAFOND

182 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROSES PEMASANGAN LANTAI KAYU

183 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


DETAIL- DETAIL

184 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


LANJUT KERJA MAS

185 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


186 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Kita sering lupa bahwa yang tak terlihat itulah justru hakikat arsitektur yang sesungguhanya�. -Avianti Armand-

187 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


PROJECT LAINNYA

188 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


RUMAH SENI III Bali Pulina Tegalalang BALI

189 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


RUMAH TEPI SAWAH Singaraja BALI

190 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


BALE AJAR Pemenang Lomba Sayembara Rumah Kayu BALI

191 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


LUMBUNG MIMPI Singaraja BALI

192 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Catatan Penulis

“Ayo ke desa!� semestinya diikuti kesadaran dan pemahaman tersendiri tentang bagaimana hidup di desa, lebih

dalamnya lagi bagaimana menjadi orang desa. Dalam perjalanannya, romantisme desa semerbak dicari oleh banyak orang kota akhir-akhir ini. Setelah beberapa diantaranya merasa cukup dengan hiruk pikuk kota, kepenatan dan polusi, semoga gerakan hidup hijau ini bukan latah dan hanya dilihat kulitnya saja. Hidup di desa adalah tentang hidup bersama, sederhana dan bahagia. Desa, awal mula produksi pangan, akan selalu hidup bersanding dengan kota, saling memberi, saling memenuhi. Keseharian orang desa yang hidup berdampingan dengan sawah, petak kebun, sungai dan hutan, pemandangan keseharian dan terus menerus inilah yang membawa pemahaman bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Pangan dan papan yang disediakan dengan murah hatinya oleh alam, sebutir nasi yang dimakan pun bisa menjadi meditasi tersendiri bagaimana perjalanannya disentuh dan ditumbuhkan oleh tangan-tangan orang desa. Namun seperti halnya koin memiliki dua sisi, dalam kesehariannya pula orang desa mesti menyediakan kesempurnaan yang dikehendaki kota. Bahan pangan diupayakan untuk tumbuh tanpa cacat, tanpa lubang-lubang untuk dibagikan kepada para cacing yang telah menggemburkan tanah, sehingga penggunaan pestisida dan rekayasa pangan telah menggeser ilmu-ilmu pertanian nenek moyang yang sebenarnya telah memberikan jawaban. Sisi romantisme desa kali ini ada di Desa Bengkala yang segala perjuangannya tak lepas dari keinginan untuk menjaga alam dan tanah Bali, Rumah Intaran sadar betul untuk tak hanya menikmati suasananya, namun juga menghadirkannya dalam keseharian. Berusaha memiliki petak kebun pangan mandiri, menjaga tanamantanaman yang tumbuh dan mengolahnya menjadi pemenuh kebutuhan sehari-hari. Terus mencari kekayaan-kekayaan tersembunyi masyarakat desa dan meyakinkan mereka bahwa semua itu harus dijaga kelestariannya. 193 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


Inilah perjalanan, yang sesungguhnya adalah belantara dari segala keterkaitan. Pertanyaan saya terus diusik ketika saya membaca konsep Rumah Intaran lewat laman Facebook bahwa hal terbaik yang dilakukan di atas site adalah : tidak melakukan apa-apa, karena arsitektur adalah awal dari serangkaian pengrusakan terhadap tatanan yang sudah ada. Rumah Intaran adalah rumah di mana saya diajak memiliki sahabat yang lebih besar lagi, yaitu alam semesta. Membentuk pemahaman saya bahwa arsitek bukan hanya mendesain dalam batas-batas meter persegi, namun dedikasi untuk menciptakan ruang hidup yang berkualitas dan tidak meninggalkan alam sebagai pemilik terbesar sumber daya. Rumah Intaran membangun bersama-sama dengan alam lewat karya rumah-rumah dari kayu bekas beserta kesadaran penuh akan hutang oksigen yang harus dibayar dengan menanam kembali pohon. Membicarakan perjuangan Rumah Intaran justru bukan dari sisi arsitekturnya, namun semangat untuk hidup di desa, hidup berkualitas dan dekat dengan alam. Hidup di desa adalah tentang hidup bersama, sederhana dan bahagia. Keseharian orang desa yang hidup berdampingan dengan sawah, petak kebun, sungai dan hutan, pemandangan keseharian dan terus menerus inilah yang membawa pemahaman bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Rumah Intaran sadar betul untuk tak hanya menikmati suasananya, namun juga menghadirkannya dalam keseharian. Berusaha memiliki petak kebun pangan mandiri, menjaga tanaman-tanaman yang tumbuh dan mengolahnya menjadi pemenuh kebutuhan sehari-hari. Terus mencari kekayaan-kekayaan tersembunyi masyarakat desa dan meyakinkan mereka bahwa semua itu harus dijaga kelestariannya. Desa juga menghasilkan pemahaman konsumsi yang berkualitas dan hemat energi. Rumah Intaran sungguhsungguh dalam menjaga makanan yang dikonsumsi bersama lewat memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan, mengurangi konsumsi daging dan ayam, berhenti mengkonsumsi makanan berbahan pengawet dan pewarna, memperbanyak minum air kelapa muda, berhenti minum soda, mengurangi minyak dan memperbanyak masakan segar atau rebus serta tak lupa memakan sehelai daun intaran setiap pagi. Pada akhirnya, arsitektur yang dibangun Rumah Intaran berasal dari penglihatan dan pemahaman yang utuh, yang berasal dari keseharian dan kesederhanaan. Bukan saja gelisah akan pembangunan yang massif di luar sana, namun berkarya karena ingin menjaga sekaligus mengembalikan keindahan-kekayaan yang membahagiakan tadi setiap waktu, untuk orang lebih banyak dan lebih banyak lagi.

Selamat datang untuk semua orang yang ingin berbuat baik, sebaik mungkin. Deo Demai Kopaba 194 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


ASIK-ASIK AJA

195 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


196 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


197 | Alam, Budaya, dan Arsitektur


“Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu-membahu mewujudkannya�. -Ir. Soekarno-

198 | Alam, Budaya, dan Arsitektur



Mari Bertekun Kembali Desa Bengkala, Singaraja Bali - INDONESIA












Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.