jurnal convention center

Page 1

ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

SISTEM AKUSTIK DAN LIGHTING PADA GEDUNG BALAI SIDANG JAKARTA CONVENTION CENTER Endang Sri Lestari1), Abdul Yasir2) , Desta Pratiwi3) 1)

Staff Pengajar Program Studi Arsitektur Universitas Indo Global Mandiri 2) Program Studi Arsitektur Universitas Indo Global Mandiri Email : Endangsrilestari2002@yahoo.com1), ab.yasir04@gmail.com2), destapratiwi.dp@gmail.com3) ABSTRAK Perkembangan budaya dan peradaban yang semakin meningkat pada abad 21 ini, menimbulkan sejumlah penemuan dan permasalahan beserta penyelesaiannya yang perlu diketahui dan diatasi oleh umat manusia. Penyebaran dan pertukaran informasi maupun hal-hal baru beserta masalah-masalah yang sifatnya universal terhadap kepentingan manusia selain melalui media massa, dapat juga dilakukan melalui pertemuan dan konvensi baik bersifat internasional, nasional dan regional. Ini menyebabkan menurunnya nilai - nilai budaya luhur, ditambah lagi kurangnya fasilitas yang diperlukan bagi pembinaan dan pengembangan masalah tentang konvensi. Berasal dari bahasa latin yaitu Con/Co yang berarti berkumpul, serta Ferre yang berarti masalah. Conference mengandung arti berkumpul untuk membicarakan masalah. Di Indonesia sendiri perkembangan konvensi bukan merupakan hal baru lagi. Untuk membangun sebuah gedung Convention Center, diperlukan kinerja akustik dan lighting yang baik, dikarenakan gedung Convention Center digunakan untuk menampung pengunjung yang jumlahnya tidak sedikit. Balai Sidang Jakarta Convention Center merupakan Balai Sidang internasional yang terletak di ibukota Jakarta. Penelitian ini dilakukan di Main Lobby Balai Sidang Jakarta Convention Center. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem akustik dan lighting pada gedung Balai Sidang Jakarta Convention Center. Karena gedung tersebut memiliki cukup ruang yang menggunakan sistem akustik dan lignting. Dari hasil penelitian bahwa setiap ruang yang ada di gedung tersebut menggunakan bahan material dan sistem pencahayaan yang baik dan sesuai dengan standarisasi untuk ruang yang kedap suara. Kata Kunci : Convention Center, sistem akustik, sistem lighting ABSTRACT The growing development of culture and civilization in the 21st century has led to a number of discoveries and problems and solutions that need to be known and addressed by humanity. The dissemination and exchange of information as well as new matters and issues of a universal nature to the interests of humans other than through the mass media, may also be conducted through meetings and conventions, both international, national and regional. This leads to a decline in noble cultural values, plus the lack of necessary facilities for coaching and developing the problem of conventions. Derived from the Latin language ie Con / Co which means gathering, as well as Ferre which means trouble. Conference means gathering to talk about problems. In Indonesia alone the development of the convention is not a new thing anymore. To build a Convention Center building, good acoustic and lighting performance is needed, because the Convention Center building is used to accommodate the number of visitors. Jakarta Convention Center Convention Center is an international Convention Center located in the capital city of Jakarta. This research was conducted at Main Lobby Convention Center Jakarta Convention Center. This study aims to examine the acoustic and lighting systems at the Jakarta Convention Center Convention Hall. Because the building has enough space that uses acoustic and lignting systems. From the results of research that every space in the building using materials and lighting systems are good and in accordance with standardization for soundproof space. Keyword : Convention Centre, Acoustic System, Lighting System

pertemuan dan konvensi baik bersifat internasional, nasional dan regional. Dalam lingkup yang lebih kecil dapat juga dilakukan seperti pada perusahaan, kantor pemerintah dan lain sebagainya. Ini menyebabkan menurunnya nilai - nilai

PENDAHULUAN Penyebaran dan pertukaran informasi maupun hal-hal baru beserta masalah masalah yang sifatnya universal terhadap kepentingan manusia selain melalui media massa, dapat juga dilakukan melalui 1


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

orang – orang untuk sebuah tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat dan informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan bersama dari sebuah kelompok. Convention pada umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau eksibisi di dalamnya. Seiring diadakannya kegiatannya pameran sebagai penunjang kegiatan pokok. Dalam Bahasa Indonesia gedung konvensi dikenal dengan istilah Balai Sidang yang berarti bangunan besar tempat bersidang. Menurut asal katanya, kata konferensi/conference berasal dari bahasa latin : con/co yang berarti berkumpul dan ferre yang berarti masalah. Jadi conference berarti kegiatan berkumpul untuk membicarakan suatu masalah. 2.2 Fungsi Convention Center  Sebagai media komunikasi untuk sebuah kelompok untuk membahas permasalahan, memprensentasikan karya/produk, untuk bertukar pikiran dan saling tukar menukar informasi.  Upacara - upacara kenegaraan: peringatan hari raya keagamaan dan hari nasional  Wisuda dan upacara penghargaan lainnya  Pertunjukan musik  Perkawinan dan ulang tahun (perorangan maupun golongan)  Pameran Kegiatan – kegiatan yang terjadi pada gedung konvensi: 1. Kegiatan konferensi, kegiatan pertemuan beberapa orang dalam melakukan musyawarah dan rapat baik dalam bidang ekonomi, teknologi, maupun bidang lainnya.

budaya luhur, ditambah lagi kurangnya fasilitas yang diperlukan bagi pembinaan dan pengembangan masalah tentang konvensi. Penyelenggaran pertemuan atau konvensi diharapkan dapat menjadi dinamisator bagi perkembangan industri ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan seperti pariwisata, hiburan, transportasi dan sebagainya. Dari konteks hubungan diatas, dapat dilihat bahwa kegiatan konvensi merupakan perpaduan antara kegiatan bisnis (meeting, congresses) dan rekreasi. Melalui kegiatan konvensi tersebut para peserta disamping mengikuti siding/pertemuan, sebagian waktu dapat dimanfaatkan untuk menikmati produkproduk wisata didaerah tempat kegiatan konvensi diselenggarakan (Direktorat Bina Hubungan Lembaga Wisata Internasional, 1988, Petunjuk penyelenggaraan Konvensi di Indonesia, Depparpostel, Jakarta,). Menurut Fred Lawson, (1981) Convention didefinisikan sebagai pertemuan oleh orang – orang untuk sebuah tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat dan informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan bersama dari sebuah kelompok. Convention pada umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau eksibisi di dalamnya. (Lawson, Fred, Confernce, Convention and Exhibition Facilities, The Architecture press, London, (1981)). Menurut Cyril M. Harris dalam bukunya yang berjudul Dictionary of Architecture and Construction (1975) bahwa Centre adalah core atau inti dari sebuah konstruksi. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Convention Center Menurut Fred Lawson, (1981) Convention didefinisikan sebagai pertemuan oleh 2


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

Kegiatan ini membutuhkan suatu ruangan tertentu yang kedap suara. Kegiatan seminar, kegiatan memberikan suatu pengarahan topik tertentu, dimana di dalam kegiatan ini juga dilakukan kegiatan diskusi tanya jawab antar pembicara dengan pendengar. Kegiatan ini membutuhkan suatu ruang khusus yang menyediakan sound system. Alat photo slide dan proyektor. Workshop: pertemuan yang bertujuan untuk melatih para pemula untuk dapat saling bertukar ilmu. Acara ini biasanya dihadiri antara 30-35 orang. Simposium: adalah diskusi panel para ahli yang terdapat pula pendengar yang berjumlah besar. Panel: terdapat 2 atau lebih pembicara yang saling berdiskusi yang dipimpin oleh moderator. Forum: Suatu diskusi panel yang mempertemukan antara 2 kubu yang berbeda pendapat, dan dipimpin oleh seorang moderator. Ceramah: yaitu dengan 1 pembicara seorang ahli yang menjelaskan tentang materinya. Institusi: yaitu terdiri dari kursus dan kegiatan tatap muka antar kelompok untuk membahas masalah atau materi. Kegiatan istirahat, makan, minum adalah kegiatan penunjang kegiatan konvensi. Yang mana menyediakan tempat bagi para pengunjung yang telah berkeliling melihat pameran kemudian beristirahat makan dan minum.

yang merupakan hasil dari getaran yang merambat melalui medium dan dapat merangsang indra pendengeran manusia (Handoko Susanto, 2015). Suara dapat mencapai penerimanya melalui media perantara. Media/medium dari bunyi/suara ini dapat berupa udara/gas, benda padat, dan zat cair/fluida. Umumnya medium dari bunyi/suara ini berupa udara. Jika medium ini tidak ada, misalnya di ruangan yang tidak ada udara atau ruang hampa udara suara tersebut tidak mungkin akan dapat di dengar. Dalam ilmu akustik (khususnya dalam sebuah ruangan tertutup), dapat terjadi hal-hal yang sama sekali berbeda dari peristiwa yang secara umum terjadi. Sebuah berkas suara yang menerpa bidang-bidang permukaan dalam sebuah ruang, selain akan mengalami peristiwa refleksi, absorbs, dan transmisi suara juga bias mengalami peristiwa-peristiwa yang berbeda, antara lain: 1. REFRAKSI Peristiwa terjadinya pembelokan/ penyimpangan dari berkas suara yang di transmisikan melalui bidang permukaan. Penyimpanan suara tersebut dapat mendekati atau menjauhi garis normal, tergantung pada perbedaan jenis atau kepejalan/ kepadatan dari zat perantaranya.

2.3 Pengertian Bunyi dan Suara Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal

2. DIFUSI Sebagian dari berkas suara yang datang akan disebarkan / diolah dan dilarutkan,

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Gambar 1. Peristiwa terjadinya refraksi suara dari media 1 ke media 2 Sumber: Susanto, 2015

3


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

kemudian dipecahkan oleh bentukan desain bidang permukaan dari suatu ruangan sehingga suara yang meninggalkan bidang permukaan itu akan menjadi berkas suara yang baur, yang disebarkan ke segala arah dengan energi pantul yang berbeda-beda dan terpecahpecah menjadi berkas-berkas suara pantulan yang lebih kecil.

arsitektur, cakupan akustik tersebut berkaitan secara langsung dengan :  Pengondisian lingkungan dan tapak  Estetika bentuk dari ruang atau bangunan  Desain bangunan pelingkup ruang  Bentuk-bentuk dan dimensi ruangan (terutama konfigurasi ruang dalam / interior), serta bangunan  Pola-pola desain / bentuk da besaran dari bidang - bidang yang secara khusus didesain untuk mengolah, merefleksikan, mengabsorbsikan, dan mentransmisikan suara (yang meliputi keseluruhan bidang pelingkup dari interior ruangan, dalam segala posisinya baik horizontal, miring, maupun yang kedudukannya vertikal dari suatu ruang akustik yang dikondisikan suaranya).  Upaya penanganan dan penanggulangan dari penetrasi / gangguan dari efek - efek suara (yang tidak diinginkan), yang dimungkinkan dapat terjadi dalam ruangan itu sendiri (kebisingan internal) atau antar ruangan, antar bangunan, ataupun antar lingkungan (kebisingan eksternal).  Upaya-upaya pengondisian pada keseluruhan isi dari ruangan (termasuk perabot, dekorasi/aksesori-aksesori dalam ruangan, penghuni / pengguna ruangan, pementas - pementas, para audience dan lain sebagainya). 2.5 Pencahayaan Buatan 2.5.1 Sejarah Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan diperlukan ketika sumber cahaya alami yaitu matahari tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pencahayaan. Setelah matahari terbenam, api adalah sumber pencahayaan buatan pertama yang dikenal oleh manusia. Menurut Binggeli (2003), lampu minyak dari batu adalah lampu pertama buatan

Gambar 2. peristiwa pemantulan suara yang baur. Sumber: Susanto, 2015

3 DIFRAKSI Difraksi merupakan terjadinya peristiwa pembelokan / penyimpangan arah dari suatu berkas suara yang lewat melalui celah - celah sempit / lubang atau rintangan pada suatu bidang permukaan di mana berkas suara tersebut diterima.

Gambar 3. Terjadinya difraksi suara Sumber: Susanto, 2015

2.4 Akustik Akustik berasal dari istilah bahasa Yunani akoustikos yang berarti of atau for hearing, ready to hear, siap untuk mendengar. Istilah ini berasal dari kata akoustos (yang berarti heard, audible = dapar di dengar). Istilah ini diturunkan dari bahasa Yunani akouo, yang memiliki arti = I hear. Akustik adalah cabang ilmu Fisika yang mempelajari tentang suara. Dalam

4


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

manusia yang dibuat oleh suku CroMagnon 50.000 tahun yang lalu. Sumber pencahayaan buatan pertama yang paling terang ditemukan oleh Leonardo da Vinci yang memasukkan lampu minyak ke dalam silinder kaca berisi air dan air di dalamnya melipatgandakan pencahayaan yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Dalam pengumpulan data, peranan instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh data-data yang diperlukan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data adalah:  Jenis-jenis data.  Tempat diperolehnya data.  Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai (cukup, seimbang, dan akurat). Untuk mengindentifikasi dan menganalisa taman hiburan tematik, diperlukan sejumlah data yang didapat dari objek terkait, serta data penunjang lainnya. Pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut: a. Data-data yang dikumpulkan  Data primer, berupa data yang didapatkan dari studi banding objek sejenis (kebutuhan ruang, organisasi ruang serta pola sirkulasi).  Data sekunder, berupa data yang didapatkan dari studi kepustakaan/literatur mengenai standar-standar bangunan sejenis dan pendukungnya.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari data tertulis/ studi literatur, survey dan observasi objek sejenis dan wawancara. 1. Studi literatur Studi literatur adalah mencari referensi teori dan persyaratan mengenai permasalahan yang dijadikan penelitian. Referensi tersebut terdiri dari:  Pengertian convention center  Pengertian akustik dan cahaya (lighting)  Data-data lainnya Referensi ini didapatkan dari bukubuku literatur, artikel, laporan penelitian serta situs-situs internet. 1. Survey dan observasi objek sejenis Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Survey atau observasi dilakukan agar penulis dapat mengetahui secara langsung aktivitas-aktivitas yang terjadi pada objek yang diteliti. Survey dan observasi dilakukan pada objek sejenis, yaitu:  Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta 2. Wawancara Pada laporan ini penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dan memahami bidangnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Akustik Pada Ruangan Pada setiap ruang di Balai Sidang Jakarta Convention Center memiliki karakteristik akustik ruang yang berbeda. Dimana pada setiap ruang memiliki standarisasi dan fungsi sesuai kebutuhan ruang masing-

b. Teknik pengumpulan data

5


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

masing. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana sistem akustik yang ada di ruang Balai Sidang Jakarta Convention Center. Antara lain :  Plenary Hall Dengan lantai dasar dan Balkon untuk tempat duduk 5000 tamu, dan berbagai poin jalur masuk dan keluar, Plenary Hall menyediakan ruang bergaya teater sebagai tempat rapat internasional. Plenary Hall adalah ruang yang digunakan pada zaman perserikatan bangsa–bangsa. Ruang ini juga digunakan untuk musyawarah daerah di Pembangunan Asian - African yang puncaknya pada tahun 2005, asosiasi minyak bumi Indonesia, konvensi tahunan dan pameran, pertemuan APEC, khusus para pemimpin ASEAN pada tahun 2007, pada pertemuan setelah gempa bumi dan tsunami, dan konser oleh Divo ii , Julio Iglesias, Mariah Carey, Toto, Lionel Richie, yang dipopularkan oleh Al Jerrau dan Sting. Plenary Hall dipasang dengan peralatan canggih audio visual yang menampilkan sebuah pertunjukan di stage dengan layar 6.72 m x 4.80 m, konferensi digital yang dilengkapi dengan mikrofon dan simulasi interpretasi sistem.

mempunyai karakteristik penyerapan bunyinya lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah. Pada lantai dasar ruang Plenary Hall ini lapisan pertamanya menggunakan yumen board. Setelah lapisan pertama yumen board baru ditutupi dengan karpet. Biasanya karpet yang digunakan menggunakan bahan polypropylene. Teknik membuatnya juga menggunakan mesin merumbai.

Gambar 5. Lantai dasar Plenary Hall Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015

 Exhibiton Hall Terdapat pintu masuk lobi dan pilihan akses masuk. Balai kedua Exhibition Hall A sepenuhnya dilengkapi dengan tempat untuk menampung dari segala macam pameran produk. Sebuah Hall mencakup luasan 3.060 m2 dengan lantai beban 1.200 kg / m2. Sementara Hall B mencakup 6.075 m2 dengan lantai beban 1.500 kg/m2. Kedua balai memiliki tinggi 9 m, dan juga dilengkapi dengan gerai telepon dan komunikasi. Hall A memiliki distribusi frame yang mampu menangani 450 pasang saluran telepon, sementara Hall B menangani hingga 500 pasang. Kedua audio balai dipasang dengan visual poin, kotak akses saluran listrik, saluran telepon, air dan udara. Kedua ruang tersebut dapat dihubungkan melalui sebuah koridor berluasan 450 m2 dan langsung diakses oleh mobil truk untuk memfasilitasi kemudahan loading in dan loading out peralatan berat.

Gambar 4. Denah dan ruangan Plenary Hall Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015

Plenary Hall ini lantainya menggunakan bahan berpori-pori yang memiliki karakteristik dasar yang saling berhubungan dengan energi bunyi yang datang menjadi energi panas dalam pori – pori lantai. Penyerap berpori 6


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

menonjolkan struktur space frame dan menonjolkan utilitas pada struktur space frame. Pada ruangan ini penggunaan material penutup atap / plafon tidak di gunakan. Karena berguna untuk meminimalisir suhu panas pada ruangan. Gambar 6. Denah dan gambar ruang Exhibition Hall A dan B, Pre-Function Lobby Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015

Plafon pada ruang Exhibition Hall A membentuk pola grid. Plafon yang digunakan yaitu plafon gypsum. Keunggulan, dapat meredam suara sehingga untuk kebutuhan ruangan tertentu banyak dipakai oleh masyarakat. Bobotnya relatif ringan sehingga mudah untuk perbaikan atau diganti dan proses pengerjaannya cepat. Kelemahan, plafond gypsum ini adalah tidak tahan air. Sebelum dioptimalkan dengan material gypsum, tulangan pada bidang atap ruangan ini menggunakan space frame.

Gambar 9. Plafon Exhibition Hall B Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015

 Assembly Hall Assembly Hall ini memiliki luas 3.921 m2. Balai ini merupakan bagian terbesar dari ruang perjamuan di Indonesia. Terdapat 2.500 tempat duduk untuk tamu dan untuk makan malam, serta 4.500 bufet untuk tamu, dan resepsi. Hall ini cocok untuk konferensi, acara bola, resepsi pernikahan, kuliah umum dan kelas umum, makan malam dan acara makan siang, produksi teater, mode pertunjukan, pertunjukan musik dan tari, pameran, peluncuran produk, upacara dan penghargaan. Ukuran yang minimalis dari Assembly Hall memberikan ruang gerak yang besar dan fleksibilitas. Partisi yang dapat membagi aula menjadi tiga ruang terpisah, ruang ganti pakaian untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.

Gambar 7. Plafon Exhibition Hall A Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015

Gambar 8. Plafon Pre-Function Exhibition Hall A Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015

Ruangan Exhibition Hall B yang biasa digunakan untuk loading in dan loading out untuk sebuah acara di Balai Sidang Jakarta Convention Center lebih

Gambar 10. Denah dan gambar ruang Assembly Hall Sumber: Dokumentasi Penulis, 2015 7


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

benda-benda yang berada dalam jangkauan lampu.

Lantai pada ruang Assembly Hall ini menggunaan karpet yang hampir sama dengan ruang Plenary Hall yaitu menggunakan bahan yang memiliki kelebihan tahan api, menyerap debu dan meredam suara. Plafonnya juga menggunakan space frame dan dilapisi dengan gypsum yang membentuk pola grid. Dinding ruangan ini di lapisi dengan kayu agar suara – suara dari dalam ruang Assembly Hall ini dapat diredam oleh serat kayu yang menjadi pelapis pada dinding dan pintu ruangan tersebut. 2. Pencahayaan Buatan Ruang Plenary Hall Sistem pencahayaan pada Plenary Hall ini menggunakan lampu cannon light, moving head light, downlight. Digunakan lampu – lampu tersebut karena masing – masing lampu memiliki fungsi tersendiri. Lampu cannon light memiliki fungsi fixture yang kompak, dan biasanya bertugas menghasilkan beam yang terpusat dengan output yang besar untuk memberikan efek aerial pada light show. Biasanya mempunyai beam angle yang kecil tidak seperti PAR, tetapi juga tidak mempunyai batasan jelas seperti spot light. Lampu moving head light salah satu yang paling sering dijumpai selain PAR, adalah fixture yang mempunyai head/kepala yang dapat bergerak karena terdapat motor di dalamnya yang mengatur posisi, arah, dan kecepatan gerakan. Lampu downlight memiliki fungsi secara lebih sempurna serta terfokus untuk menerangi daerah yang berada dibawahnya langsung. Manfaat lain dari lampu downlight adalah memberikan efek detail yang lebih jelas terhadap

b

a

c Gambar 11. a. Moving head light, b. Downlight, c. Cannon light

Ruang Exhibition Hall Pencahayaan pada ruang Exhibiton Hall menggunakan sistem downlight yang disusun dengan pola grid. Dari jarak setiap lampu terdapat bidang plafon. Di setiap sisi bidang plafon tersebut menonjol kedalam yang berfungsi sebagai peredam suara dari ruang Exhibition Hall. Bidang plafon tersebut memisahkan titik koordinat lampu downlight yang berpola grid dan juga untuk menghasilkan cahaya buatan yang terlihat mewah dan memanjakan mata pengguna di ruangan tersebut agar dapat melihat secara jelas objek yang ada pada ruangan tersebut.

Gambar 12. Downlight yang diberi titik koordinat tertentu. Sumber: Dokumentasi penulis, 2015

Selain sistem lampu downlight pada ruangan Exhibiton Hall A, di ruangan Exhibition Hall B menggunakan sistem pencahayaan buatan yang mengikuti titik struktur bidang atap space frame pada 8


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

ruangan tersebut. Sistem struktur pada bidang atap ruangan ini cenderung memperlihatkan jalur sirkulasi utilitas udara yang sebagian besar berfungsi mengatur suhu di dalam ruangan. Kemudian pada titik koordinat tertentu diletakan pencahayaan buatan. Ruangan ini memakai jenis lampu pendant, dengan teknik pengikat yang di pasang pada struktur space frame.

Gambar 13. Lampu Pendant yang terikat pada struktur atap. Sumber: Dokumentasi penulis, 2015

-

Kedua ruang Exhibition Hall tersebut langsung terhubung dengan ruangan PreFunction Lobby. Ruangan ini bersifat fleksibel sama seperti ruangan Assembly Hall. Namun dilihat dari pola hubungan antara ruangan yang lainya, ruangan PreFunction Lobby memiliki jalur yang hampir terhubung kesemua ruangan yang ada didalam Balai Sidang Jakarta Convetion Center. Karena karakteristik ruang yang berbeda aktifitas dari ruangan Pre-Function Lobby ini juga lebih banyak digunakan untuk event space seperti, bazzar produk, gathering event perusahaan, dan booth show.

Pre-Function Lobby pada bagian tengah juga memiliki sistem pencahayaan buatan yang unik, karena memanfaatkan jalur pipa spinkler yang sistem pengikatnya bergantung pada bidang plafon di ruangan tersebut. Pencahayaan buatan tersebut menimbulkan effect yang menunjukan bahwa arsitek yang merancang Balai Sidang Jakarta Convention Center memiliki karakteristik desain yang menonjolkan pola grid pada sistem pencahayaan di ruangan Pre-Function Lobby. Namun pada saat pagi hingga sore hari Pre-Function Lobby pada gambar 1 dan 2 memiliki ketergantungan dengan sistem pencahayaan alami. Ruang Assembly Hall Sistem pencahayaan pada ruang Assembly Hall ini menggunakan lampu downlight dan lampu pendant classic. Karena ruangan ini sering digunakan untuk acara pernikahan, maka lampu yang digunakan sedikit mewah dari ruang – ruang yang lain. Dan juga lampu yang digunakan dapat memberikan kesan hangat pada ruangan Assembly Hall tersebut.

Gambar 15. Jenis lampu downlight dan pendant yang terletak di Assembly Hall Sumber: Dokumentasi penulis, 2015

KESIMPULAN 1. Setiap ruang yang ada di Balai Sidang Jakarta Convention Center menggunakan material akustik yang baik, yang tahan pada tingkat kebisingan yang tinggi, kedap suara, dan menggunakan bahan material

Gambar 14. a. Downlight pada ruang PreFunction Lobby bagian depan. b. Downlight pada ruang Pre Function Lobby

Sumber: Dokumentasi penulis, 2015 9


ISSN 2338-6762 Jurnal Tekno Global, Vol. IV No. 1, Desember 2015 (73-86) Fakultas Teknik UIGM

yang berstandarisasi. Pada setiap ruang, bahan material yang digunakan pada lantai menggunakan polypropylene dan dilapisi dengan karpet. Plafon yang digunakan di Plenary Hall menggunakan composite planel. Alumunium composite planel (ACP). 2. Setiap ruang yang ada di Balai Sidang Jakarta Convention Center menggunakan sistem pencahayaan buatan. Dikarenakan ruangan yang dominan tertutup. Lampu yang digunakan kebanyakan menggunakan lampu downlight dan lampu pendant. Karena lampu tersebut mampu memberikan kesan hangat dan mewah pada setiap ruangan. DAFTAR PUSTAKA Binggeli Corky. 2003. Building Systems For Interior Designers, John Wiley & Sons, New Jersey. Doelle Leslie L. 1993. Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Egan M. David, 1972. Concepts In Architectural Acoustics. New York Frick Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan, Penerbit Kanisus, Yogyakarta. Karlen, Mark. 2004. Dasar – Dasar Desaign Pencahayaan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Harris Cyril. M, 1975. Dictionary of Architecture and Construction, Penerbit Mc Graw Hill Book Company, New York. Kuttruff Heinrich. 2004, Acoustics an Introduction Lawson Fred. 1981, Conference, Convention and Exhibition Facilities, The Architecture press. London. Susanto Handoko. 2015,XI Prinsip – Prinsip Akustik Dalam Arsitektur 10


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.