Apresiasi Arsitektur
M MA AS S JJ II D D A A LL -- II R RS SY YA AD D S SA AT TY YA A
Data Bangunan Arsitek : Urbane/Ridwan Kamil Lokasi : Kota Baru Parahyangan Padaralang, Kab. Bandung Barat, Indonesia. Luas Tapak : 8000 m² Luas Bangunan : 970 m² Tinggi bangunan : 1 tingkat (11.5 m) Tahun : 2010 Penghargaan : Futurarc Green Leadership Award 2011 from BCI Asia, Top 5 Best Building of the Year 2010 from ArchDaily. Dewanty Syafena Putri
MASJID TAK BERKUBAH
Masjid merupakan tempat beribadah bagi kaum muslim. Mereka dapat berdoa, bersujud, serta melakukan kegiatan ketuhanan lainnya kepada Yang Mahakuasa di tempat ini.
Suatu tempat keagamaan tentunya memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan bangunan lain. Ketika membicarakan ciri khas dari suatu masjid, yang teringat dibenak kita adalah kubah dan menaranya. Menara Masjid merupakan bangunan tinggi yang menjulang keatas dan berfungsi untuk mengumandangkan suatu perihal yang berkaitan dengan keagamaan agar kaum muslim dapat mendengar seruan tersebut. Sedangkan, Kubah juga sudah menjadi identitas yang kuat untuk Arsitektur Islam di dunia. Namun pada kasus Masjid AlIrsyad Satya, kubah yang menjadi identitas dari suatu masjid justru tidak ada. Lalu, bagaimana cara sang arsitek menunjukkan bahwa bangunan tersebut ialah masjid?Atau pernahkah terpikir oleh kalian, apakah pemberian kubah pada masjid merupakan budaya dari arsitektur Islam sejak dahulu? Dewanty Syafena Putri
SEJARAH KUBAH PADA MASJID Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa awal mula keberadaan kubah terdapat pada kuil Pantheon di Roma pada tahun 120 SM, kemudian muncul kembali bangunan yang memiliki kubah berada di Turki pada tahun 523 M yaitu pada bangunan Gereja St. Sophia yang berubah fungsi menjadi masjid Hagia Sophia. Pada tahun 688 M muncul bangunan yang disebut Dome of the Rock atau Kubah Shakhrah di Jarusalem. Bentuk kubah bukanlah semata-mata berasal dari bangunan Islam, tetapi ada jauh sebelum Islam muncul. Adanya masjid berkubah pada awalnya terdapat pada bangunan gereja St. Sophia yang beralih fungsi menjadi Masjid melalui peristiwa (1) peperangan pada masa itu.
Sang arsitek, Ridwan Kamil telah menginformasikan bahwa kubah bukanlah identitas budaya/agama, sehingga bukan keharusan dalam mendesain tempat ibadah Islam.(2) Dengan pernyataan-pernyataan tersebut, dapat kita ketahui bahwa hilangnya kubah pada suatu masjid bukan berarti menghilangkan unsur keislaman pada masjid tersebut sebab awal keberadaan masjid di dunia tidak memiliki kubah. Masjid Al-Irsyad ini juga membuka wawasan semua orang akan persepsi "masjid harus memiliki kubah". Masjid Al-Irsyad tak memiliki kubah, lalu bagaimana cara sang arsitek membuat bangunan ini layaknya masjid di mata umat Islam?
Dewanty Syafena Putri
Ventilasi Penuh Makna Ventilasi pada Masjid ini bukan sekadar sebagai lubang angin agar udara dapat masuk dan keluar dengan bebas. Ventilasi ini merupakan konsep besar desain bangunan ini. Pada dindingnya terdapat ventilasi yang didesain khusus membentuk kalimat tauhid yaitu “Lâ Ilâha illallâh Muhammadur Rasûlullâh”
Sang arsitek menunjukkan bahwa bangunan ini adalah masjid melalui ventilasi yang disusun membentuk kalimat tauhid. Susunan ventilasi ini menjadikan tubuh bangunan seperti sebuah seni kaligrafi tiga dimensi dengan ukuran yang sangat besar. Hal ini juga membuat orang yang melihat dari jauh, dapat terpanggil untuk sholat. Ide sang arsitek sangatlah cemerlang dengan menggunakan ventilasi yang memiliki 2 fungsi sekaligus, simbol akan keberadaan masjid itu dan saat orang melakukan shalat, mereka tidak akan kepanasan karena udaranya mengalir, natural, tanpa AC. Dewanty Syafena Putri
Masjid yang berbentuk kubus ini terinpirasi dari bentuk Ka'bah. sedangkan, garis lingkaran di sekeliling bangunan terinspirasi dari tawaf, kegiatan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran. Garis lingkaran tersebut seolah -olah merupakan lingkaran yang terbentuk dari orang-orang yang sedang mengelilingi Ka'bah. Makna yang saya rasakan dari filosofi desain bangunan ini cukup dalam. Tawaf dan Ka'bah yang menjadi simbol kegiatan ibadah haji atau umrah. Mimpi dari semua kaum muslim untuk dapat beribadah ke tanah suci cukup memberi kesan yang mampu dihayati oleh setiap individu yang tahu akan filosofi dari bangunan ini. Seperti pernyataan sang arsitek, Ridwan Kamil bahwa setiap masjid harus berbeda dan tidak mengulang konsep yang sama. Dengan itu setiap pengalaman yang dirasakan ketika berada di Masjid itu juga berbeda. Ia menyebutnya “Berpuisi dengan cahaya” Dewanty Syafena Putri
Masjid Al-Irsyad ini berorientasikan ke arah kiblat dengan pemandangan gunung dan batu bola besar dengan tulisan Allah. Saat malam, batu itu mengeluarkan cahaya seolah menunjukkan bahwa cahaya datangnya dari Allah. Gunung-gunung sebagai pemandangan, kolam air di sekitar masjid dapat merelaksasi pikiran supaya ibadah yang kita lakukan tidak sekadar memenuhi kewajiban beribadah tapi juga untuk memuji kebesaran tuhan yang menciptakan hal-tersebut.
Dewanty Syafena Putri
Seakan tak kehabisan ide, pada desain interior bangunan, sang arsitek juga membuat 99 lampu dengan nama-nama Allah yang berbeda-beda. Ketika lampu itu menyinari orang yang sedang beribadah dibawahnya, yang terjadi adalah seolah-olah tuhan sedang menyinari kita dengan cahaya saat kita sedang beribadah kepada-Nya.
Dewanty Syafena Putri
Tampilan ruang dalam masjid di Indonesia umumnya memiliki tampilan langit-langit tinggi dan detail-detail ornamen gaya klasik atau khas timur tengah pada kolom maupun 2 dindingnya. Bentuk yang diterapkan masjid-masjid ini tentu memiliki makna tersendiri, namun kemiripan bentuk masjid seolah membuat adanya kemiripan makna yang dimiliki. Desain bentuk Masjid Al-Irsyad yang berbeda dari masjid lain menimbulkan makna yang berbeda pula. Penyampaikan makna kepada penggunanya sangat menarik dan tidak terpikirkan karena selama ini kita salah menduga bahwa desain masjid harus seperti masjid pada umumnya yaitu memiliki kubah dan menara. Sang Arsitek, Ridwan Kamil, bukan hanya mendesain masjid yang berbeda dengan masjid lain, tetapi ia juga menginginkan agar pengguna dapat merasakan pengalaman yang berbeda dengan pengalaman saat berada di masjid lain.
Dewanty Syafena Putri
TERIMA TERIMA KASIH KASIH
Referensi (1) ARSITEKTA: Jurnal Arsitektur dan Kota Berkelanjutan. 2020. Volume 02. No.01 (2) Archdaily: Al-Irysad Mosque / Urbane Adinda, Annisa. 2018. MAKNA BENTUK MASJID AL-IRSYAD BERDASARKAN SEMIOTIKA.
Dewanty Syafena Putri