Undergraduate Final Assignment Report

Page 1

Laporan Mata Kuliah DP4099 Tugas Akhir Desain Produk SARANA TERAPI UNTUK MEMINIMALKAN CEDERA OTOT, TENDON, DAN JARINGAN LUNAK PADA DAERAH ALAT KELAMIN WANITA PASCA BERSEPEDA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir Desain Produk (DP4099) Semester II – 2010/2011

Oleh: Dina Tika Dwiputri NIM. 17507007

Pembimbing Dr. Dwinita Larasati, MA

Program Studi Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung 2011


Laporan Mata Kuliah DP4099 Tugas Akhir Desain Produk SARANA TERAPI UNTUK MEMINIMALKAN CEDERA OTOT, TENDON, DAN JARINGAN LUNAK PADA DAERAH ALAT KELAMIN WANITA PASCA BERSEPEDA

Oleh: Dina Tika Dwiputri NIM. 17507007

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai bagian dari Tugas Mata Kuliah DP4099 Semester II – 2010/2011

Mengetahui,

Pembimbing Tugas Akhir,

Koordinator Tugas Akhir,

Dr. Dwinita Larasati, MA

Dr. Deddy Wahjudi, M. Eng

Ketua Program Studi Desain Produk,

Dr. Andar Bagus Sriwarno, M.Sn


ABSTRAK

Olahraga bersepeda ialah sebuah olahraga yang universal, dalam artian tidak hanya dilakukan oleh suatu golongan tertentu saja, melainkan semua golongan. Termasuk di dalamnya ialah kaum wanita. Wanita sebagai pelaku olahraga bersepeda, memiliki daerah sensitif yang harus dijaga kondisinya, yaitu daerah alat kelamin. Olahraga bersepeda dekat hubungannya dengan masalah kesehatan daerah alat kelamin wanita, karena daerah tersebut memiliki kontak langsung dengan salah satu komponen sepeda yaitu sadel. Pada rutinnya, sepeda sebagai suatu alat olahraga telah memiliki komponenkomponen yang disesuaikan dengan penggunanya yang memiliki beragam sifat. Salah satu penyesuaian komponen tersebut ialah pada sadel khusus untuk wanita, dengan ukuran sadel yang lebih lebar apabila dibandingkan dengan sadel uniseks atau sadel khusus pria. Sadel tersebut selain diberi penyesuaian pada ukuran, juga pada desain keseluruhan yang memungkinkan sirkulasi udara sekitar daerah alat kelamin mengalir lancar. Penyesuaian-penyesuaian tersebut dinilai tidak cukup untuk mendukung kesehatan daerah alat kelamin wanita karena penurunan kondisi di daerah tersebut terjadi pada saat bersepeda dan tidak diberi pemulihan pada saat setelah selesai bersepeda. Para wanita pengguna sepeda seringkali tidak memperhatikan masalah tersebut, padahal apabila dibiarkan dapat mengakibatkan efek buruk, salah satunya ialah hilangnya sensitivitas pada daerah tersebut. Maka dari itu dibuatlah suatu sarana terapi yang berfungsi untuk meminimalkan masalah pada daerah alat kelamin wanita, yang digunakan pasca bersepeda. Produk ini merupakan produk yang memanfaatkan teknologi ultrasonik yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah di daerah alat kelamin wanita, sehingga dapat mengembalikan kondisi jaringan yang rusak di daerah tersebut. Pada penelitian ini, target pengguna difokuskan kepada atlet putri sepeda road race di Indonesia, dengan pertimbangan bahwa atlet road race pada kelas maraton menempuh jarak yang paling jauh apabila dibandingkan dengan atlet sepeda gunung downhill dan cross country. Dengan jarak yang paling jauh tersebut, atlet putri ini mengalami kontak antara daerah alat kelamin dengan sadel sepeda yang paling lama.

i


PRAKATA

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur pada Tuhan Yang Mahaesa karena atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah DP4099 Tugas Akhir Desain Produk ini. Adapun maksud dari pembuatan laporan ini ialah sebagai salah satu kelengkapan yang harus dibuat dan diserahkan mahasiswa mengenai hasil kerjanya pada mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk, yang dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2010/2011. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya sehingga memungkinkan saya menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk ini. Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada: -

Ibu Dwinita Larasati selaku dosen pembimbing Tugas Akhir Desain Produk.

-

Bapak Andar Bagus Sriwarno selaku Ketua Program Studi Desain Produk FSRD ITB.

-

Bapak Deddy Wahjudi dan Ibu Nedina Sari selaku dosen koordinator mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk.

-

Dosen program studi Desain Produk: Bapak Oemar Handojo, Bapak Muhammad Ihsan, Bapak Bismo Djelantik.

-

Bapak Hanan, staf tata usaha Program Studi Desain Produk FSRD ITB.

-

Bapak Samsul Bachri, ketua Mata Kuliah Olahraga TPB ITB.

-

Dr. Lucky Angkawidjaja R., dosen ilmu fahal FPOK UPI.

-

Dr. Mira, SpKK dan dr. Linda Astari, SpKK.

-

Bapak Noval Teja, wakil Ikatan Sport Sepeda Indonesia di Bandung.

-

Bapak Rudy Dwi Yanuar, pelatih atlet women elite cabang sepeda road race Indonesia.

-

Atlet women elite cabang sepeda road race dari Jawa Barat: Yanthi Fuchianty, Haryati, Wahyuti Sri Rahayu, serta atlet women elite cabang sepeda road race dari Malang dan Kalimantan Barat.

-

Bapak Amoranto Trisnobudi, dosen Ultrasonik, Teknik Fisika, ITB.

-

Bapak Ian, workshop Teknik Fisika ITB.

-

Bapak Emon.

ii


-

Mommy, Daddy, Nadia, Anna, dan Adhi, keluarga saya, yang senantiasa mendukung dan mendorong saya sehingga akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

-

Krisna Ardika W.

-

Rekan-rekan Desain Produk FSRD ITB: Nindya N., Rahel T. M., Maria Y., I. Dina

-

Rekan-rekan Desain Produk FSRD ITB 2007 dan rekan-rekan INDDES ITB.

-

Serta pihak-pihak lain yang telah sangat membantu saya namun tidak dapat disebutkan satu per satu namanya di sini. Saya menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari

sempurna. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kurang berkenan. Semoga apa yang saya hasilkan dalam mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk ini dapat bermanfaat bagi institusi di mana saya menimba ilmu khususnya, yaitu Institut Teknologi Bandung, serta semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas pada umumnnya, baik yang berhubungan dengan bidang ini secara langsung maupun tidak langsung.

Bandung, Juni 2011

Dina Tika Dwiputri

iii


DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ......................................................................................................................... i PRAKATA ........................................................................................................................ ii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1 1.2. Batasan Masalah ...................................................................................................... 2 1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 2 1.4. Metode dan Pendekatan yang Digunakan ............................................................... 2 1.5. Pernyataan Masalah ................................................................................................. 2 1.6. Asumsi ..................................................................................................................... 2 1.7. Alternatif Gagasan yang Ditawarkan ...................................................................... 3

BAB II WANITA DAN SEPEDA .................................................................................... 4 2.1

Wanita dan Sepeda .................................................................................................. 4 2.1.1 Sejarah Masuknya Wanita ke Dalam Dunia Sepeda ...................................... 4 2.1.2 Definisi Sepeda Khusus Wanita ..................................................................... 4

2.2

Olahraga Bersepeda dan Daerah Kewanitaan ......................................................... 8 2.2.1 Mitos Seputar Olahraga Sepeda Dalam Kaitannya dengan Kewanitaan Beserta Faktanya ............................................................................................ 8 2.2.2 Produk Khusus Wanita dalam Bidang Olahraga Sepeda yang Sudah Ada di Pasaran ......................................................................................................... 10

BAB III ANALISA PERMASALAHAN PADA DAERAH KEWANITAAN AKIBAT OLAHRAGA BERSEPEDA .......................................................................................... 22

iv


BAB IV PROSES DESAIN ............................................................................................ 27 4.1. Konsep Desain ....................................................................................................... 31 4.2. Alternatif pemecahan yang dikembangkan .......................................................... 34 4.3. Analisa alternatif pemecahan yang dikembangkan ............................................... 42

BAB V KEPUTUSAN DESAIN .................................................................................... 46 5.1. Uraian pemecahan desain yang dipilih beserta argumennya ................................. 46 5.2.

Teknologi ultrasonik ............................................................................................. 48

5.3. Keterangan proses desain ...................................................................................... 49 5.4. Hasil studi model ................................................................................................... 50 5.5. Proses prototyping ................................................................................................. 53

BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 57 6.1. Kesimpulan tentang hasil desain akhir .................................................................. 57 6.2. Pelaksanaan tugas akhir ......................................................................................... 59 6.3. Saran untuk pengembangan hasil tugas akhir ....................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 61

LAMPIRAN A Lembar hasil kuisioner atlet ........................................................... xii-xiii LAMPIRAN B Gambar Tampak Posisi Lipat ............................................................... xiv LAMPIRAN C Gambar Tampak Posisi Terbuka .......................................................... xv LAMPIRAN D Gambar Ungkah ................................................................................... xvi LAMPIRAN E Foto Produk ......................................................................................... xvii LAMPIRAN F Foto Detail Penempatan Ultrasonik .................................................... xviii LAMPIRAN G Skenario Penggunaan Produk .............................................................. xix

v


DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar2. 1 Anatomi Sepeda ............................................................................................ 4 Gambar2. 2 Rentang cockpit ............................................................................................. 5 Gambar2. 3 Top tube pada rangka sepeda ........................................................................ 5 Gambar2. 4 Rentang SO (Stand Over Height).................................................................. 6 Gambar2. 5 Perbandingan lebar handlebar untuk pria dan wanita .................................. 7 Gambar2. 6 Sepeda Scott Genius (kiri); sepeda Scott Contessa Genius (kanan) warna putih .................................................................................................................................. 8 Gambar2. 7 Sepeda Scott Genius (kiri); sepeda Scott Contessa Genius (kanan) warna hitam ................................................................................................................................. 8 Gambar2. 8 Perbandingan lebar tulang pelvis wanita dan pria ...................................... 11 Gambar2. 9 Perbandingan aliran darah ke arah alat kelamin pada pria dan wanita ....... 12 Gambar2. 10 Sadel seri Vitesse warna pink oleh perusahaan sadel Fi'zi:k................... 12 Gambar2. 11 Sadel seri Urban Moderate oleh perusahaan sadel Selle Royal ................ 13 Gambar2. 12 Sadel seri Rokky Gel oleh perusahaan sadel Selle Royal .......................... 13 Gambar2. 13 Sadel seri SMP Lady Pro oleh perusahaan sadel Selle Italy ..................... 13 Gambar2. 84 Teknologi yang diterapkan pada saddle cover produksi perusahaan sadel Velo ................................................................................................................................. 14 Gambar2. 95 Saddle cover seri Plush dari vendor Velo ................................................. 15 Gambar2. 106 Celana pendek untuk bersepeda oleh Evolution Shorty .......................... 16 Gambar2. 117 Padding yang terdapat pada celana pendek untuk bersepeda dari Evolution Shorty.............................................................................................................. 16 Gambar2. 128 Celana panjang untuk bersepeda seri Thermal Tights oleh Sheila Moon 17 Gambar2. 19 Padding yang terdapat pada Thermal Tights by SheilaMoon ................... 17 Gambar2. 20 Radang pada kulit...................................................................................... 18 Gambar2. 21 Area pada kulit yang biasa mengalami peradangan .................................. 19 Gambar2. 22 Lancane,dari USA, salah satu produk krim anti radang ........................... 19 Gambar2. 23 OGT-15 Gynecological Ozone Therapeutic Instrument Standard model of Gynecologic Therapy Unit Gynecopathy with Oxygen-Ozone Unit ............................... 20 Gambar2. 24 Sex-mag ..................................................................................................... 20

vi


Gambar2. 135. Ultrasound therapy ................................................................................ 21 Gambar2. 146 UV Therapy Hand Lamp UV 109 ............................................................ 21 Gambar 4. 1. Sepeda BMX ............................................................................................. 28 Gambar 4. 2. Sepeda road............................................................................................... 29 Gambar 4. 3. Sepeda downhill ........................................................................................ 29 Gambar 4. 4. Olahraga sepeda BMX ............................................................................. 29 Gambar 4. 5. Olahraga sepeda road................................................................................ 30 Gambar 4. 6. Olahraga sepeda cross country ................................................................. 30 Gambar 4. 7. Olahraga sepeda downhill ........................................................................ 30 Gambar 4. 8. Macam-macam kursi santai ..................................................................... 31 Gambar 4. 9. Image board untuk kesan feminin, kuat, dan sporty ................................. 32 Gambar 4. 10. Image board untuk kesan 'medical'......................................................... 33 Gambar 4. 11. Image board yang mencakup kesan feminin, rileks, sporty, dan medical ......................................................................................................................................... 34 Gambar 4. 12. Desain alternatif A .................................................................................. 35 Gambar 4. 13. Yoga ball ................................................................................................. 35 Gambar 4. 14. Uap herbal ............................................................................................... 36 Gambar 4. 15. Panty liners herbal ................................................................................. 36 Gambar 4. 16. Kayu putih (kiri), daun sirih (kanan) ...................................................... 36 Gambar 4. 17. Desain alternatif A saat dibawa .............................................................. 37 Gambar 4. 18. Desain alternatif B .................................................................................. 37 Gambar 4. 19. Sistem lipat desain alternatif B ............................................................... 38 Gambar 4. 20. Desain alternatif B dalam tas .................................................................. 38 Gambar 4. 21. Gambar ungkah desain alternatif B ......................................................... 39 Gambar 4. 22. Desain alternatif C .................................................................................. 39 Gambar 4. 23. Sketsa desain alternatif C ........................................................................ 40 Gambar 4. 24. Posisi tubuh ............................................................................................. 40 Gambar 4. 25. Desain alternatif D .................................................................................. 41 Gambar 4. 26. Sketsa desain alternatif D ........................................................................ 41 Gambar 4. 27. Desain alternatif E ................................................................................... 41 Gambar 4. 28. Sketsa render desain alternatif E ............................................................ 42 Gambar 5. 1 Sketsa desain final ...................................................................................... 46

vii


Gambar 5. 2 Sketsa desain final tampak atas ................................................................. 47 Gambar 5. 3 Sketsa desain final tampak samping .......................................................... 47 Gambar 5. 4 Garis horizontal untuk kesan sporty........................................................... 47 Gambar 5. 5 Kombinasi warna untuk desain final .......................................................... 48 Gambar 5. 6 Studi bentuk A ........................................................................................... 50 Gambar 5. 7 Studi bentuk B ............................................................................................ 50 Gambar 5. 8 Studi bentuk dudukan kursi........................................................................ 51 Gambar 5. 9 Desain kursi terbuka tampak samping ....................................................... 51 Gambar 5. 30 Desain kursi terbuka tampak atas............................................................. 51 Gambar 5. 41 Desain kursi lipat tampak atas ................................................................. 52 Gambar 5. 52 Desain kursi lipat tampak samping .......................................................... 52 Gambar 5. 63 Desain kursi lipat tampak depan .............................................................. 52 Gambar 5. 74 Desain kursi lipat tampak perspektif ........................................................ 52 Gambar 5. 85 Blue print desain ...................................................................................... 53 Gambar 5. 96 Rangka besi ............................................................................................. 54 Gambar 5. 107 Pola dari kertas Koran ............................................................................ 54 Gambar 5. 118 Proses pelapisan busa ............................................................................. 55 Gambar 5. 19Backrest kursi dalam proses dilapis busa .................................................. 55 Gambar 5. 120 Bagian engsel kursi ................................................................................ 55 Gambar 5. 131 Bagian engsel kursi yang dilapis busa ................................................... 56 Gambar 5. 142 Seluruh bagian kursi selesai dilapis busa ............................................... 56 Gambar 5. 153 Kursi yang telah dibungkus cover kursi ................................................. 56

viii


DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2. 1 Indeks ukuran tubuh manusia .......................................................................... 6 Tabel 2. 2 Perbandingan geomteri frame sepeda Scott Genius dengan Scott Contessa Genius ............................................................................................................................... 7 Tabel 4. 1. Jenis-jenis olahraga sepeda ........................................................................... 28

ix


DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 3. 1. Sudah berapa lama anda bersepeda ............................................................. 23 Grafik 3. 2. Mengapa tidak menggunakan sadel khusus wanita pada sepeda yang digunakan ........................................................................................................................ 24 Grafik 3. 3. Setelah berapa lama bersepeda keluhan/ masalah tersebut muncul ............ 25 Grafik 3. 4. Apakah pernah mengalami siklus haid tidak teratur karena kegiatan bersepeda......................................................................................................................... 26 Grafik 4. 1 Analisa desain alternatif A .......................................................................... 43 Grafik 4. 2 Analisa desain alternatif B.......................................................................... 43 Grafik 4. 3 Analisa desain alternatif C.......................................................................... 43 Grafik 4. 4 Analisa desain alternatif D ......................................................................... 44 Grafik 4. 5 Analisa desain alternatif E .......................................................................... 44 Grafik 4. 6 Analisa desain keseluruhan .......................................................................... 45

x


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A Lembar hasil kuisioner atlet ........................................................... xii-xiii LAMPIRAN B Gambar Tampak Posisi Lipat ............................................................... xiv LAMPIRAN C Gambar Tampak Posisi Terbuka .......................................................... xv LAMPIRAN D Gambar Ungkah ................................................................................... xvi LAMPIRAN E Foto Produk ......................................................................................... xvii LAMPIRAN F Foto Detail Penempatan Ultrasonik .................................................... xviii LAMPIRAN G Skenario Penggunaan Produk .............................................................. xix

xi


BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Berdasarkan berbagai artikel mengenai wanita dan olahraga sepeda, kebanyakan wanita merasa takut untuk bersepeda dan menghindari olahraga ini karena adanya mitos yang tersebar. Salah satu mitos yang ada ialah bahwa olahraga bersepeda dapat menghilangkan keperawanan seorang wanita. Menurut kepala dokter di New York Hospital, New York, USA, tidak pernah ada kasus kerusakan atau kelemahan secara fisik yang terjadi karena olah raga bersepeda. Namun kesalahan pada pemilihan sadel maupun pakaian saat melakukan olahraga sepeda dapat menyebabkan cedera ringan maupun serius terhadap para pengendara sepeda. Tema kesehatan kewanitaan ini diangkat menjadi tema dalam penelitian tugas akhir karena dalam dunia olahraga sepeda, khususnya pada wanita, daerah alat kelamin sebagai daerah yang sensitif merupakan bagian tubuh yang memiliki kontak langsung dengan salah satu komponen sepeda, yaitu sadel. Kegiatan bersepeda dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari 10 jam per minggunya, menyebabkan tekanan pada daerah tersebut. Gesekan oleh padded pants terhadap kulit bagian dalam paha dan sekitar area alat kelamin seringkali menyebabkan lecet pada daerah tersebut. Para wanita pengendara sepeda seringkali melupakan hal-hal yang berkaitan seputar masalah kewanitaan mereka setelah selesai bersepeda. Walaupun mereka merasa sudah menggunakan pakaian yang layak untuk bersepeda, dan sadel yang tepat sesuai bentuk tubuh mereka, namun cedera atau luka ringan yang terjadi seringkali diabaikan, padahal hal tersebut dapat berakibat fatal. Sedangkan, sampai saat ini, belum ada perhatian khusus terhadap masalah-masalah seputar kesehatan daerah kewanitaan tersebut. Produk yang sudah ada ialah untuk pengembalian kondisi punggung yang membungkuk selama bersepeda, berupa suatu bantalan yang didesain sesuai ergonomi tulang belakang manusia. Maka dari itu, diperlukan adanya suatu rancangan produk yang ditujukan khusus untuk masalah seputar daerah alat kelamin wanita pasca bersepeda, yang berfungsi untuk mengembalikan kondisi yang menurun akibat tekanan daerah alat kelamin wanita

1


terhadap sadel sepeda, dan juga gesekan kulit paha dalam dan daerah alat kelamin wanita terhadap padded pants, menjadi kondisi yang normal.

1.2.Batasan Masalah -

Cakupan bidang: 

Olahraga  sepeda  road race

Kesehatan  alat kelamin  daerah permukaan

-

Pengguna: wanita  atlet

-

Teknologi: ultrasonik

1.3.Tujuan -

Mencari peluang penyelesaian masalah yang menjadi tema dalam mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk.

-

Merancang produk yang berfungsi untuk meminimalkan masalah pada daerah alat kelamin wanita pasca bersepeda.

-

Memberikan kontribusi dalam dunia desain produk, dunia olahraga dan kesehatan wanita melalui produk hasil rancangan dalam mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk.

1.4.Metode dan Pendekatan yang Digunakan Metoda yang dilakukan dalam proses pengerjaan tugas akhir ini ialah dengan cara studi literatur, melakukan survey dan wawancara langsung terhadap atlet women elite sepeda road race nasional, wawancara langsung terhadap dosen ilmu fahal, dokter spesialis kulit dan kelamin, dan juga dosen spesialis ultrasonik.

1.5.Pernyataan Masalah Perlu adanya perhatian khusus berupa produk sebagai sarana pemulihan kondisi pada daerah alat kelamin wanita pasca bersepeda.

1.6.Asumsi

2


Dengan adanya produk ini diharapkan masalah pada daerah alat kelamin wanita baik berupa lecet maupun lebam dapat diterapi sehingga kondisi pada daerah tersebut kembali ke keadaan normal.

1.7.Alternatif Gagasan yang Ditawarkan Sebuah sarana terapi berbentuk tempat duduk, yang menggunakan teknologi ultrasonik sebagai bentuk terapi terhadap daerah alat kelamin wanita. Bentuk tempat duduk ini dipilih karena produk terapi terhadap daerah kewanitaan merupakan hal yang sensitif, sehingga dibuat produk yang dirancang serileks dan senormal mungkin agar pengguna tidak merasa aneh dan malu untuk menggunakannya. Selain itu, tempat duduk tersebut dirancang senyaman mungkin sesuai ergonomi wanita agar pengguna merasa rileks duduk di atas produk tersebut saat bersepeda. Teknologi ultrasonik merupakan teknologi yang diterapkan dengan fungsi memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat perbaikan jaringan halus yang rusak pada tubuh. Teknologi ini aman digunakan pada daerah alat kewanitaan yang sangat sensitif, sesuai dengan pengaturan kadarnya.

3


BAB II WANITA DAN SEPEDA

2.1 Wanita dan Sepeda 2.1.1 Sejarah Masuknya Wanita ke Dalam Dunia Sepeda Pada tahun 1817, sepeda pertama kali diproduksi di Amerika. Dengan cepat, para wanita saat itu mulai bereksperimen dengan mengendarai kendaraan personal tersebut. Kemudian, para ahli medis dan mode menyatakan bahwa mengendarai sepeda adalah sebuah ide yang buruk bagi seorang wanita. Hal ini dikarenakan pakaian wanita saat itu berupa rok bervolum yang menutupi mata kaki, dan tidak aman bagi wanita saat mengendarai sepeda. Namun pada tahun 1894, wanita kembali bersepeda dengan mengadaptasi kostum bersepeda mereka. (1998, artikel Women and Bicycle, http://womenshistory.about.com, diakses pada September 2010)

2.1.2 Definisi Sepeda Khusus Wanita Pada dasarnya, tidak banyak perbedaan antara sepeda wanita dan pria dari segi komponen sepeda maupun material frame sepeda, perbedaan yang ada ialah pada geometri frame sepeda.

Gambar2. 1 Anatomi Sepeda (Sumber: pribadi)

4


Pada panjang top tube, pada sepeda wanita, pada umumnya top tube lebih pendek dibandingkan dengan pada sepeda pria. Panjang top tube ini mempengaruhi luas cockpit yaitu rentang tangan pengendara dari posisi ia duduk sampai menyentuh handle bar karena pengaruh panjang torso wanita dan pria. Pada umumnya panjang torso wanita lebih pendek daripada panjang torso pria.

Gambar2. 2 Rentang cockpit (Sumber: pribadi)

Gambar2. 3 Top tube pada rangka sepeda (Sumber: pribadi)

Kemudian pada stand over height, yaitu tinggi frame sepeda yang dihitung dari tanah sampai persis di depan seat tube, yaitu posisi di mana pengendara biasa berdiri santai apabila tidak sedang melaju. Stand over height ini dipengaruhi oleh panjang inseam wanita dan pria, yaitu jarak pada tungkai kaki yang dihitung dari

5


tanah sampai dengan selangkangan. Pada wanita panjang inseam cenderung lebih pendek apabila dibandingkan dengan pada pria sehingga top tube diletakkan lebih rendah.

Gambar2. 4 Rentang SO (Stand Over Height) (Sumber: pribadi)

Tabel 2. 1 Indeks ukuran tubuh manusia

(Sumber: Rocky Mountain Bicycles 2008 International)

6


Lebar handlebar, pada sepeda wanita lebih sempit apabila dibandingkan dengan pada sepeda pria. Hal ini dipengaruhi oleh lebar bahu. Bahu wanita pada umumnya lebih sempit apabila dibandingkan dengan lebar bahu pria. Handlebar merupakan salah satu komponen sepeda yang dapat dipilih secara bebas dan memiliki berbagai ukuran. Pada sepeda wanita biasanya handlebar yang dipakai ialah yang ukuran kecil, yaitu 38-40 cm sedangkan pada sepeda pria, handlebar yang biasa digunakan ialah ukuran 42-44 cm, diukur dari tengah handlebar, di mana stem dipasang.

Gambar2. 5 Perbandingan lebar handlebar untuk pria dan wanita (Sumber: pribadi)

Selain dari geometri frame sepeda, aspek yang membedakan sepeda wanita dan sepeda pria ialah dari segi desain. Desain ini meliputi warna frame sepeda, warna komponen sepeda, dan decal sepeda, yaitu stiker berisi grafis yang dipasang pada badan frame sepeda. Beberapa vendor sepeda bahkan tidak memberikan perbedaan geometri terhadap sepeda untuk wanita dan sepeda untuk pria. Perbedaan yang dilakukan hanya pada decal dan warna komponen sepeda. Contohnya ialah sepeda seri Genius yang diproduksi oleh merk Scott Bicycles tahun 2007. Tabel 2. 2 Perbandingan geomteri frame sepeda Scott Genius dengan Scott Contessa Genius

(Sumber: Scott Bicycles, 2008)

7


Gambar2. 6 Sepeda Scott Genius (kiri); sepeda Scott Contessa Genius (kanan) warna putih (Sumber: www.scott-sports.com, diakses pada Juni 2010)

Gambar2. 7 Sepeda Scott Genius (kiri); sepeda Scott Contessa Genius (kanan) warna hitam (Sumber: www.scott-sports.com, diakses pada Juni 2010)

2.2 Olahraga Bersepeda dan Daerah Kewanitaan 2.2.1 Mitos Seputar Olahraga Sepeda Dalam Kaitannya dengan Kewanitaan Beserta Faktanya Terdapat berbagai ketakutan di kalangan wanita mengenai olahraga bersepeda. Tidak sedikit di antaranya bahkan menjadi larangan bagi para wanita untuk melakukan olahraga bersepeda. Kebanyakan dari mereka tidak menilik ulang mengenai kebenaran dari pernyataan-pernyataan yang mereka dengar, padahal hal-hal tersebut ternyata hanya mitos belaka. Berikut ini ialah mitos-mitos yang beredar di kalangan masyarakat mengenai olahraga bersepeda, beserta fakta yang menyertainya. Mitos pertama ialah bahwa bersepeda dapat mengakibatkan kemandulan. Dr. Marsha Guess, asisten profesor bidang obstetri and ginekologi pada Yale School of Medicine, USA tahun 1998 mengatakan bahwa ditemukan efek negatif pada wanita yang bersepeda apabila mereka melakukannya seperti kekuatan yang dilakukan oleh seorang pria. Hal ini berkaitan dengan riset terhadap 48 orang wanita yang secara rutin bersepeda (menyamai kekuatan pria) dibandingkan dengan 22 orang yang rutin melakukan olahraga

8


lari. Di mana dari keduanya ditemukan gesekan (friction) pada alat kelamin mereka. Pada wanita yang berlari tidak ditemukan adanya pengaruh yang berarti, sementara pada wanita bersepeda terjadi penurunan sensitivitas pada alat kelamin, namun sejauh ini tidak ditemukan adanya gangguan pada fungsi seks. (2008, artikel Benarkah Bersepeda berhubungan dengan Kesuburan, http://www.citracyclingclub.multiply.com, diakses pada September 2010). Hanya, memang wanita memerlukan perhatian serius terhadap "kewanitaannya", khususnya yang berkaitan dengan kebersihan tubuh mereka. Para ahli kesehatan menganjurkan agar wanita segera membersihkan badannya setelah bersepeda untuk menghindarkan mereka dari jamur dan kuman yang dapat masuk ke "area kewanitaan" apalagi sehabis melakukan olahraga sepeda gunung. Selain itu hendaknya tetap menghindari kegiatan sepeda ekstrim seperti downhilling dan freeriding, karena hentakan pada sadel sangat berpengaruh pada alat kelamin dan alat peranakan (2008, artikel Benarkah Bersepeda berhubungan dengan Kesuburan).

Kemudian mitos lain ialah bahwa bersepeda dapat menyebabkan hilangnya keperawanan. Selaput dara telah lama di jadikan sebagai tanda keperawanan seorang wanita. Kepercayaan yang mengatakan bahwa selaput dara tetap harus utuh dan terjaga, karena bisa robek oleh hubungan seks, hingga waktu perkawinan tiba hingga kini masih dipegang oleh sebagian besar masyarakat. Padahal fakta ilmiah menyebutkan selaput dara dapat terpisah karena alasan alasan yang tidak ada hubungannya dengan hubungan seksual. Selaput ini dapat terkoyak bila tubuh di regangkan secara berlebihan. Selaput dara yang tidak utuh bukan merupakan indikasi pasti wanita itu pernah melakukan hubungan seks (2010, artikel Mitos Keperawanan Takut). Selaput dara atau hymen adalah suatu lipatan selaput lendir yang menutupi pintu liang senggama (introitus vagina), bentuknya biasanya bulat sebagaimana bentuk liang vagina, tetapi ada juga yang seperti bulan sabit (semilunar), bahkan ada yang mempunyai septum (pemisah). Konsistensi selaput dara pun berbedabeda ada yang kaku sampai yang lunak sekali. Letaknya hanya sekitar 1-2 cm dari bibir vagina. Lubang selaput dara yang masih utuh hanya bisa dilalui oleh jari kelingking (2008, artikel Selaput Dara). Selaput dara atau hymen terdiri atas berbagai tipe berdasarkan bentuknya. Annular hymen ialah bentuk selaput melingkari lubang vagina. Septate hymen

9


ialah bentuk selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka, Cibriform hymen ialah bentuk selaput yang juga ditandai beberapa lubang yang terbuka, tapi lebih kecil clan jumlahnya lebih banyak. Introitus, pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual, bisa saja lubang selaputnya membesar. namun masih menyisakan jaringan selaput dara (2008, artikel Selaput Dara).

2.2.2 Produk Khusus Wanita dalam Bidang Olahraga Sepeda yang Sudah Ada di Pasaran Terdapat berbagai produk komponen sepeda di pasaran saat ini yang didesain khusus untuk wanita, yang memiliki pertimbangan khusus anatomi tubuh wanita dan bertujuan memaksimalkan kenyamanan wanita saat berkendara. Komponen tersebut ialah women specific saddle, saddle cover, dan cycling tights/ shorts. Selain itu juga ada produk universal yang terdapat di pasaran, yang berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang biasa terjadi pada kulit ketika bersepeda atau melakukan aktivitas olahraga lainnya, yaitu chafing cream. Women specific saddle adalah sadel atau jok sepeda yang didesain khusus untuk wanita. Aspek desain yang dipertimbangkan ialah dari bentuk alat kelamin wanita yang memiliki efek aliran udara yang berbeda dari yang ditimbulkan oleh alat kelamin pria terhadap sadel. Selain dari itu, lebar tulang pelvis wanita dan pria juga berbeda. Pada umumnya, median tulang pelvis wanita berukuran lebih lebar daripada pria, yaitu 130 cm pada wanita sedangkan pada pria 118 cm.

10


Gambar2. 8 Perbandingan lebar tulang pelvis wanita dan pria (Sumber: www.selleroyal.com, diakses pada September 2010)

Pertimbangan terhadap tulang pelvis ini ialah untuk menopang sacrum atau tulang duduk manusia agar dudukannya pas di tulang duduk dan tidak menyebabkan fatigue karena letak penopang yang salah. Kemudian aliran darah yang diakibatkan oleh kedua alat kelamin wanita dan pria, yaitu vagina dan penis, adalah berbeda sehingga memerlukan anatomi khusus yang mendukung keduanya. Pada pria, aliran darah yang masuk ke arah sadel akan bergerak paralel melalui penis, sedangkan pada wanita, aliran darah yang terjadi berujung pada klitoris.

11


Gambar2. 9 Perbandingan aliran darah ke arah alat kelamin pada pria dan wanita (Sumber: www.selleroyal.com, diakses pada September 2010)

Sadel khusus wanita sudah diproduksi oleh berbagai perusahaan dan dikembangkan dengan berbagai teknologi. Salah satu teknologi yang diterapkan ke dalam produk sadel khusus wanita ini ialah teknologi Royalgel oleh perusahaan Italia, Selle Royal. Teknologi Royalgel ini memungkinkan bentuk permukaan sadel mengikuti permukaan bentuk yang mendudukinya sehingga pengendara merasa nyaman. Royalgel berbasis poliuretan, yang tidak mengeras maupun berubah bentuk dari waktu ke waktu.

Gambar2. 10 Sadel seri Vitesse warna pink oleh perusahaan sadel Fi'zi:k (Sumber: http://www.fizik.it/, diakses pada September 2010)

12


Gambar2. 11 Sadel seri Urban Moderate oleh perusahaan sadel Selle Royal (Sumber: www.selleroyal.com, diakses pada September 2010)

Gambar2. 12 Sadel seri Rokky Gel oleh perusahaan sadel Selle Royal (Sumber: www.selleroyal.com, diakses pada September 2010)

Gambar2. 13 Sadel seri SMP Lady Pro oleh perusahaan sadel Selle Italy (Sumber: http://www.selleitalia.com/eng/index.html, diakses pada September 2010)

13


Saddle cover adalah produk pelapis sadel yang terbuat dari kain berisi gel. Saddle cover ini bersifat universal, yaitu dapat digunakan pada hampir semua jenis sadel dan berfungsi untuk melapisi sadel yang keras agar pengendara merasa nyaman terutama apabila berkendara dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari 1 jam.

Gambar2. 84 Teknologi yang diterapkan pada saddle cover produksi perusahaan sadel Velo (Sumber: www.velosaddles.com, diakses pada September 2010)

14


Gambar2. 95 Saddle cover seri Plush dari vendor Velo (Sumber: www.velosaddles.com, diakses pada September 2010)

Cycling tights/ shorts adalah celana khusus berspeda, dapat berupa celana pendek (shorts) maupun celana panjang (tights) yang didesain ketat, pas dengan besar kaki untuk kenyamanan dan efisiensi pengendara saat bersepeda. Cycling

15


shorts mengurangi hambatan angin dan meningkatkan efisiensi aerodinamis, melindungi kulit dari gesekan berulang antara kaki dengan sadel atau frame sepeda, menyerap keringat yang keluar dari kulit secara langsung sehingga menghindari terjadinya radang dan ruam pada kulit, juga mendinginkan tubuh pengendara saat proses evaporasi, menekan kaki agar dapat membantu mencegah fatigue pada otot, dan mengurangi bobot pakaian pengendara (dibandingkan dengan memakai jeans, celana olahraga, atau celana longgar biasa).

Gambar2. 106 Celana pendek untuk bersepeda oleh Evolution Shorty (Sumber: www.teamestrogen.com, diakses pada September 2010)

Gambar2. 117 Padding yang terdapat pada celana pendek untuk bersepeda dari Evolution Shorty (Sumber: www.teamestrogen.com, diakses pada September 2010)

16


Gambar2. 128 Celana panjang untuk bersepeda seri Thermal Tights oleh Sheila Moon (Sumber: www.teamestrogen.com, diakses pada September 2010)

Gambar2. 19 Padding yang terdapat pada Thermal Tights by SheilaMoon (Sumber: www.teamestrogen.com, diakses pada September 2010)

17


Chafing cream ialah krim anti radang yang ditujukan bagi para olahragawan yang seringkali mengalami radang dan ruam pada kulitnya. Chafingsendiri merupakan nama lain dari iritasi dan luka lecet pada permukaan kulit yang diakibatkan oleh gesekan berulang. Paling sering terjadi pada daerah pangkal paha, ketiak, daerah sekitar putting dan daerah lain dari tubuh yang

bersinggungan. Misalnya pada pelari,

biasanya kedua paha bergesekan terus menerus, kemudian pada pesepeda, biasanya kulit paha bagian dalam bergesekan secara berulang terhadap sadel maupun rangka sepeda. Chafing cream ini berguna untuk meredakan radang yang terjadi pada kulit.

Gambar2. 20 Radang pada kulit (Sumber: www.lanacane.co.uk, diakses pada September 2010)

18


Gambar2. 21 Area pada kulit yang biasa mengalami peradangan (Sumber: www.lanacane.co.uk, diakses pada September 2010)

Gambar2. 22 Lancane,dari USA, salah satu produk krim anti radang (Sumber: www.lanacane.co.uk, diakses pada September 2010)

OGT-15 Gynecological Ozone Therapeutic Instrument Standard model of Gynecologic Therapy Unit Gynecopathy with Oxygen-Ozone Unit ialah produk yang berfungsi untuk mengobati penyakit kelamin seperti herpes, Vaginitis, cervicitis, dan cervical erosion.

19


Gambar2. 23 OGT-15 Gynecological Ozone Therapeutic Instrument Standard model of Gynecologic Therapy Unit Gynecopathy with Oxygen-Ozone Unit (Sumber: www.worth4u.com, diakses pada September 2010)

SEX-MAG adalah magnet yang digunakan hanya dengan cara menaruhnya di saku celana, dan berfungsi untuk meningkatkan suplai darah dan oksigen pada daerah alat kelamin.

Gambar2. 24 Sex-mag (Sumber: www.bestmedisrael.com, diakses pada September 2010)

Ultrasound Therapy merupakan terapi yang berfungsi untuk mengurangi peradangan, nyeri pada jaringan lunak (otot, tendon, ligamen, saraf, dan jaringan ikat), kerusakan yang terjadi pada paha dalam (aduktor) dan nyeri pinggul fleksor yang mungkin terjadi karena hernia akibat berolahraga.

20


Gambar2. 135. Ultrasound therapy (Sumber: www.mendmeshop.com, diakses pada September 2010)

UV Therapy Hand Lamp UV 109 merupakan produk yang berfungsi untuk perawatan kulit kepala, daerah kecil kulit, ketiak dan daerah alat kelamin. Produk ini menggunakan teknologi cahaya ultraviolet sebagai sarana pengobatannya.

Gambar2. 146 UV Therapy Hand Lamp UV 109 (Sumber: www.waldmann.com, diakses pada September 2010)

21


BAB III ANALISA PERMASALAHAN PADA DAERAH KEWANITAAN AKIBAT OLAHRAGA BERSEPEDA

Berdasarkan wawancara dengan dr. Lucky Angkawidjaja, dosen ilmu fahal Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, masalah terjadi pada daerah kewanitaan hanya terdapat pada olahraga bersepeda. Kasus serupa ditemukan dalam cabang olahraga lain, yaitu berkuda, namun dengan cakupan masalah yang berbeda dengan yang terjadi dalam olahraga bersepeda. Masalah pada daerah kewanitaan, baik permukaan maupun organ dalam alat kelamin wanita, hampir tidak terjadi dalam olahraga lain seperti tae kwon do, berenang, panah, dayung, dan lain sebagainya. Dalam upaya pemenuhan dan validitas data tugas akhir, dilakukan wawancara dan survey langsung terhadap atlet women elite nasional Indonesia, cabang olahraga sepeda road race. Wawancara dan survey ini dilakukan di base camp latihan para atlet, yaitu di Hotel Sindang Heula Abah pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011. Jumlah atlet sebagai responden ialah sebanyak sembilan orang, berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Bandung, Jakarta, Malang, dan Kalimantan Barat. Hal-hal yang dibahas dalam survey dan wawancara tersebut antara lain mengenai durasi atlet bersepeda dalam seminggu, penggunaan sadel khusus wanita pada sepeda yang mereka gunakan, penggunaan padded pants, dan juga pengalaman para atlet mengenai masalah pada daerah kewanitaan pasca bersepeda. Berikut akan diuraikan mengenai hasil survey dengan para atlet.

22


SUDAH BERAPA LAMA ANDA BERSEPEDA?

11% 33%

56%

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun

Grafik 3. 1. Sudah berapa lama anda bersepeda

Sebanyak 56% responden mengaku telah menekuni olahraga bersepeda selama 1-5 tahun, sedangkan 33% telah menekuni olahraga ini selama 6-10 tahun, dan 11% lainnya telah menekuni olahraga bersepeda selama 11-15 tahun. Dalam seharinya mereka menghabiskan waktu sebanyak 3-5 jam untuk latihan bersepeda, dan latihan yang dilakukan dalam seminggu ialah penuh dari hari Senin sampai dengan Jumat sehingga apabila diakumulasi, dalam seminggu mereka menghabiskan waktu sekitar 21-35 jam untuk bersepeda. Kemudian didapat data bahwa dari 9 orang responden, hanya 11,1% yang menggunakan sadel khusus wanita.

23


MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN SADDLE WANITA PADA SEPEDA ANDA

38%

KHUSUS

37% belum beli

25%

sama saja cari yang paling nyaman

Grafik 3. 2. Mengapa tidak menggunakan sadel khusus wanita pada sepeda yang digunakan

Alasan responden yang tidak menggunakan sadel khusus wanita pada sepeda mereka ialah 38% menjawab mereka mencari sadel yang paling terasa nyaman saja, 37% menjawab ingin menggunakan namun tidak memprioritaskan untuk membeli, sedangkan 25% lainnya menjawab antara sadel wanita, sadel khusus pria, maupun sadel uniseks, semuanya sama saja. Walaupun demikian, sebesar 100% responden mengaku menggunakan padded pants baik saat latihan, maupun saat pertandingan. Penggunaan padded pants ini tidak diiringi dengan penggunaan pakaian dalam karena penggunaan pakaian dalam justru dapat membuat kulit daerah alat kelamin menjadi terkikis. Material padded pants merupakan material yang lembut dengan pori-pori kecil sehingga meminimalkan gesekan dengan kulit. Kemudian sebanyak 88,9% responden mengaku mengalami permasalahan pada daerah kewanitaan setelah bersepeda. Berdasarkan wawancara dengan para responden, masalah yang banyak terjadi ialah area selangkangan yang lecet akibat gesekan berulang dengan pakaian bersepeda. Gesekan tersebut juga dapat terjadi karena kualitas padded pants yang kurang baik, misalnya pori-pori materialnya yang besar, sehingga besar gesekan yang terjadi antara padded pants dengan kulit. Masalah lain yang biasa terjadi ialah daerah permukaan alat kelamin yang bengkak akibat tekanan dari komponen sepeda yang mengalami kontak langsung dengan daerah tersebut. Hal ini terjadi karena dalam cabang olahraga sepeda road race, jarak yang ditempuh ialah sebesar lebih dari

24


40 km per harinya, sehingga tekanan yang terjadi pun tidak dapat dihindari. Selain itu, daerah alat kelamin wanita memiliki cairannya sendiri yang mengandung bakteri untuk perlindungan alami pada daerah tersebut. Saat bersepeda dengan jarak yang lama, daerah kewanitaan akan menjadi lebih lembab daripada biasanya karena udara yang tidak mengalir di sekitar daerah tersebut selama bersepeda. SETELAH BERAPA LAMA BERSEPEDAKAH KELUHAN/ MASALAH TERSEBUT MUNCUL?

13%

25% 30 menit - 1 jam

62%

> 1 jam tidak menjawab

Grafik 3. 3. Setelah berapa lama bersepeda keluhan/ masalah tersebut muncul

Sebanyak 62% dari responden yang mengaku pernah mengalami masalah pada daerah kewanitaan pasca bersepeda mengalami keluhan/ masalah pada daerah kewanitaan mereka setelah lebih dari 1 jam bersepeda, sedangkan 25% lainnya setelah 30 menit sampai dengan 1 jam bersepeda, dan 13% lainnya tidak menjawab karena ia tidak ingat akan lamanya waktu bersepeda sampai ia merasakan masalah pada daerah kewanitaannya pasca bersepeda. Para atlet tersebut mengaku sudah biasa dengan masalah yang terjadi pada daerah kewanitaan mereka. Solusi yang biasa dilakukan ialah berupa usaha preventif dan juga pengobatan. Usaha preventif untuk mengatasi masalah pada daerah kewanitaan tersebut ialah penggunaan padded pants dengan kualitas yang baik, yaitu material padding yang lembut dengan pori-pori kecil, dan juga mengoleskan minyak pelican seperti baby oil maupun lotion di daerah sekitar alat kelamin yang biasa terkena gesekan. Para atlet juga seringkali mengubah posisi duduk mereka dan juga berdiri di atas pedal sepeda saat sedang bersepeda. Sedangkan untuk pengobatan yang dilakukan ialah dengan mengoleskan Garamycin, yaitu krim untuk penyembuhan kulit yang lecet.

25


Pertanyaan lainnya ialah mengenai teratur atau tidaknya siklus haid responden akibat olahraga bersepeda. APAKAH ANDA PERNAH MENGALAMI SIKLUS HAID YANG TIDAK TERATUR (KARENA KEGIATAN BERSEPEDA)?

33%

67% pernah

tidak

Grafik 3. 4. Apakah pernah mengalami siklus haid tidak teratur karena kegiatan bersepeda

Sebanyak 67% responden mengaku mengalami siklus haid yang tidak teratur akibat kegiatan bersepeda, sedangkan 33% lainnya mengaku tidak pernah. Namun, dalam perancangan tugas akhir ini, pengaruh lancar atau tidaknya siklus haid responden tidak menjadi pertimbangan karena daerah yang mengalami masalah sudah berbeda, yaitu pada organ reproduksi wanita, dan memiliki penanganan yang lain lagi, sedangkan yang menjadi fokus dalam tugas akhir ini ialah pada daerah permukaan alat kelamin wanita. Walaupun mengaku sudah biasa dengan masalah-masalah yang terjadi, namun 100% responden merasa perlu adanya perawatan khusus terhadap daerah kewanitaan mereka terutama sesudah bersepeda sehingga perancangan produk khusus untuk meminimalkan masalah pada daerah alat kelamin wanita pasca bersepeda tetap dirasa perlu.

26


BAB IV PROSES DESAIN

Dalam kegiatan olahraga bersepeda, terdapat tiga kegiatan utama di dalamnya. Tanpa disadari pelaku, mereka melalui tahap sebelum bersepeda, tahap bersepeda, dan tahap setelah bersepeda. Pada tahap sebelum bersepeda, para pesepeda melakukan berbagai rutinitas yang disebut persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa pemilihan pakaian yang tepat, penggunaan krim matahari atau yang juga disebut sunblock untuk melindungi kulit dari sinar matahari, pengecekan komponen sepeda, serta peregangan otot tubuh yang juga disebut pemanasan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pelaku mendapatkan kesiapan untuk menjalani kegiatan olahraga bersepeda. Tahap bersepeda, merupakantahap yang paling dinikmati para pesepeda. Dalam tahap ini para pesepeda dapat mengekspresikan berbagai hal yang menjadi kesenangan mereka dalam bersepeda. Bagi yang menyukai olahraga bersepeda yang memacu adrenalin dan menyukai turun bukit, dapat melakukan berbagai aksi pada olahraga sepeda downhill. Mereka dapat melakukan berbagai lompatan dan jatuhan, serta tikungan tajam yang terdapat dalam jalur downhill tempat mereka bermain. Kemudian bagi para penyuka jalanan yang rata dan senang melatih otot paha, dapat melakukan olahraga sepeda maraton dengan menggunakan sepeda road. Mereka dapat menempuh jarak sampai dengan di atas 50 km sehari untuk mencapai kepuasan mereka dalam bersepeda. Bagi yang menyukai sepeda gunung namun tidak ingin terlalu memacu adrenalin ataupun menyukai jalanan rata namun juga ingin menikmati keindahan alam dan menempuh jarak antarkota, dapat melakukan olahraga sepeda cross country dengan menggunakan sepeda gunung hardtail, sepeda road hybrid, ataupun sepeda dengan suspensi ganda khusus cross country. Kemudian bagi yang senang bersepeda gaya bebas, dapat melakukan olahraga sepeda BMX. Apapun kegiatan bersepeda yang diminati, sudah ada berbagai tipe sepeda untuk menunjang kegiatan tersebut.

27


Tabel 4. 1. Jenis-jenis olahraga sepeda

(Sumber: 2008.I Am Specialized.Netherlands: Specialized Europe.)

Gambar 4. 1. Sepeda BMX (sumber: www.bmx.transworld.net, diakses pada Mei 2011)

28


Gambar 4. 2. Sepeda road (sumber: www.roadbikereview.com, diakses pada Mei 2011)

Gambar 4. 3. Sepeda downhill (sumber:www.norco.com, diakses pada Juni 2010)

Gambar 4. 4. Olahraga sepeda BMX (sumber: www.bmx.transworld.net, diakses pada Mei 2011)

29


Gambar 4. 5. Olahraga sepeda road (sumber: www.roadcycling.com, diakses pada Mei 2011)

Gambar 4. 6. Olahraga sepeda cross country (sumber: www.biketouring.net, diakses pada Mei 2011)

Gambar 4. 7. Olahraga sepeda downhill (sumber: www.bikeradar.com, diakses pada Mei 2011)

Terakhir ialah tahap sesudah bersepeda. Setelah bersepeda, biasanya tubuh pesepeda merasa panas. Mereka juga mengalami pegal-pegal maupun fatigue pada otot. Daerah yang mengalami fatigue ini terjadi paling banyak di daerah paha, punggung, dan pinggang. Pada saat bersepeda otot paha melakukan gerakan repetitif mengayuh sepeda. 30


Kemudian pada olahraga sepeda road khususnya, geometri sepeda mengakibatkan posisi menunduk oleh punggung sehingga otot terbiasa berada pada posisi tersebut dan akan terasa tidak nyaman saat dikembalikan ke posisi yang seharusnya. Penurunan kondisi tubuh tidak hanya terjadi pada otot saja. Salah satu efek yang diterima tubuh ialah pada daerah alat kelamin, terutama karena daerah inilah yang juga memiliki kontak langsung dengan komponen sepeda, yaitu sadel, dan juga mendapat tekanan minimal seberat tubuh bagian atasnya. Dalam tugas akhir ini, masalah yang menjadi fokus ialah kesehatan daerah alat kelamin wanita, khususnya setelah kegiatan olahraga bersepeda.

4.1. Konsep Desain Daerah alat kelamin wanita merupakan daerah yang sensitif, baik secara fisik maupun sosial. Masyarakat seringkali merasa tabu untuk membicarakan daerah tersebut. Maka dari itu, untuk perancangan tugas akhir ini, dibuat sarana terapi dengan bentuk yang tidak terlihat khusus untuk pengobatan daerah alat kelamin. Selain itu, setelah bersepeda, otot-otot tubuh akan merasa lelah sehingga penggunaan alat terapi ini juga harus mendukung dan mengembalikan kondisi otot, tidak dengan adanya produk ini pengguna harus melakukan hal khusus dan berada dalam posisi khusus. Dengan pertimbangan hal-hal tersebut, maka akan dibuat suatu sarana duduk sehingga para pengguna terapi hanya tinggal duduk dan menikmati terapi yang ada dalam produk ini.

Gambar 4. 8. Macam-macam kursi santai (Index IBCC Bandung, 25 Mei 2011)

31


Dalam perancangan produk, terdapat berbagai pertimbangan yang dapat membuat produk tersebut terlihat sesuai seperti fungsinya. Pertimbangan ini berhubungan dengan target pengguna, yang menghasilkan imej produk yang berbeda dengan produk dengan target pengguna yang lain. Maka dari itu, disusun suatu image board yang akan menjadi batasan dalam perancangan produk ini. Produk ini ialah produk dengan target pengguna wanita pesepeda. Dalam kata ‘wanita pesepeda’ tersebut terdapat gambaran yang menunjukkan kesan feminin, kuat, dan sporty. Sehingga kata-kata sifat tersebut akan menjadi salah satu kata sifat yang menjadi batasan dalam perancangan produk. Berikut ialah gambar-gambar yang menunjukkan kesan feminin, kuat, dan sporty.

Gambar 4. 9.Image board untuk kesan feminin, kuat, dan sporty

Kemudian selain daripada kata sifat yang berhubungan dengan target pengguna, terdapat unsur lain yang harus dapat menunjukkan fungsi dari produk ini. Produk yang akan dirancang berhubungan dengan kesehatan dan berfungsi sebagai alat terapi, hal tersebut menjadikan produk ini bersifat medis sehingga kata sifat yang digunakan ialah medical.

32


Gambar 4. 10. Image board untuk kesan 'medical'

Tubuh yang lelah akibat kegiatan bersepeda harus didukung dengan spesifikasi yang terdapat pada produk ini, sehingga produk ini harus terkesan santai dan rileks. Maka kata ‘relax’ juga menjadi salah satu nilai dalam perancangan produk. Kata-kata sifat tersebut dapat digunakan untuk menjadi batasan dalam perancangan produk, yang dapat dituangkan melalui bentuk, kombinasi warna, dan tekstur produk. Apabila disusun menjadi satu, maka image board yang terjadi ialah seperti berikut ini.

33


Gambar 4. 11. Image board yang mencakup kesan feminin, rileks, sporty, dan medical.

Lokasi pertandingan maupun latihan para atlet selalu berpindah-pindah, sehingga produk terapi ini harus bersifat portable untuk dapat digunakan setiap selesai kegiatan bersepeda. Selain itu, produk ini bersifat individualis, yaitu satu produk untuk satu pengguna, dan dapat diletakkan di mana saja sesuai keinginan pengguna.

4.2. Alternatif pemecahan yang dikembangkan Dalam perancangan produk, terjadi proses desain yang menghasilkan berbagai sketsa alternatif desain dengan pertimbangannya masing-masing. Desain yang terjadi dapat merupakan perkembangan dari desain yang sudah ada sebelumnya, dan juga dapat berupa suatu desain yang benar-benar baru. Berikut ialah sketsa-sketsa alternatif desain beserta deskripsi dan analisanya. 

Desain alternatif A

34


Gambar 4. 12. Desain alternatif A

Desain alternatif A merupakan tempat duduk dengan permukaan yang mengadaptasi bentuk dari yoga ball, yaitu bola yang biasa digunakan untuk yoga maupun olahraga lainnya. Pertimbangan penggunaan bola ini ialah karena yoga ball memiliki bentuk yang dapat menyesuaikan dengan permukaan benda yang menempel terhadapnya.

Gambar 4. 13. Yoga ball (sumber: www.thisnext.com, diakses pada September 2010)

Kemudian teknologi yang digunakan ialah dengan memanfaatkan kandungan herbal, yang diaplikasikan dengan cara menguapinya. Kandungan herbal ini diadaptasi dari pantyliners herbal yang seringkali dimanfaatkan oleh para atlet yang menggunakannya pada saat keputihan.

35


Gambar 4. 14. Uap herbal

Gambar 4. 15. Panty liners herbal (sumber: www.anionsanitarynapkin.com, www.wellnessocean.com, www.carefree.hu, diakses pada Februari 2011)

Gambar 4. 16. Kayu putih (kiri), daun sirih (kanan) (sumber:www.udechi.blogspot.com, diakses pada Maret 2011)

Kemudian, salah satu konsep desain yang ditetapkan ialah bahwa produk ini harus bersifat portable, yaitu dapat dengan mudah dibawa ke mana saja, karena tempat latihan dan tempat pertandingan para atlet selalu berpindah-pindah sehingga produk ini harus dapat dipindahkan dengan mudah juga. Maka, kursi ini dirancang dapat memiliki tali seperti tas punggung sehingga dapat dengan mudah dibawa ke mana saja.

36


Gambar 4. 17. Desain alternatif A saat dibawa



Desain alternatif B

Gambar 4. 18. Desain alternatif B

Desain alternatif B ialah sebuah kursi lipat dengan senderan dan kaki yang dapat dilipat dan menjadi sebuah kotak. Permukaan dudukan kursi ini mengadaptasi tekstur permukaan alat akupuntur, dengan lubang di tengahnya sebagai tempat keluar uap herbal yang menjadi terapi terhadap daerah kewanitaan.

37


Gambar 4. 19. Sistem lipat desain alternatif B

Gambar 4. 20. Desain alternatif B dalam tas

Kursi ini dapat dilipat-lipat dan digunakan dalam berbagai posisi. Apabila sedang dilipat, terdapat tas sebagai bungkusnya, untuk memudahkan membawa ke mana saja. Berikut ialah gambar ungkah dudukan kursi. Pada bagian paling atas, digunakan sensor PIR yaitu sensor deteksi suhu tubuh, yang digunakan sebagai sumber listrik produk ini. Sensor tersebut dipasang pada permukaan dudukan yang mengadaptasi tekstur permukaan alat akupuntur. Di bawah lapisan permukaan tersebut terdapat lembaran herbal sebagai sarana terapi, yang ditiup dengan blower yang terdapat di bawahnya.

38


Gambar 4. 21. Gambar ungkah desain alternatif B



Desain alternatif C

Gambar 4. 22. Desain alternatif C

Desain alternatif C ialah sebuah kursi yang menopang titik-titik lelah pada manusia pasca bersepeda. Desain ini memungkinkan ditopangnya dagu dan siku tangan, dan juga bentuknya memungkinkannya membalikkan kondisi punggung pengguna yang membungkuk selama bersepeda.

39


Gambar 4. 23. Sketsa desain alternatif C



Desain alternatif D

Gambar 4. 24. Posisi tubuh

Pada desain alternatif D, dirancang sebuah kursi santai, masih dengan sistem dapat dilipat, dengan memperhatikan titik-titik tubuh yang harus ditopang, yaitu siku, leher bagian belakang, dan posisi punggung yang dibalikkan kondisinya.

40


Gambar 4. 25. Desain alternatif D

Pada bagian tengah kursi terdapat system ultrasound yang diletakkan di bagian dalam bungkus kursi. Berikut merupakan sketsa-sketsa desain kursi tampak atas dalam upaya memperkuat kesan feminin.

Gambar 4. 26. Sketsa desain alternatif D



Desain alternatif E

Gambar 4. 27. Desain alternatif E

41


Desain alternatif E ialah kursi yang didesain dengan imej kelopak bunga, yang memiliki kesan feminin. Di bagian tengah dudukannya terdapat rangkaian ultrasonik yang menjadi media terapi untuk daerah kewanitaan. Kursi ini tidak memiliki kaki karena pengkompresan ukuran sehingga tetap dapat dibawa-bawa ke mana saja.

Gambar 4. 28. Sketsa render desain alternatif E

4.3. Analisa alternatif pemecahan yang dikembangkan Menurut konsultasi dengan dr. Linda Astari, SpKK. (April 2011), penggunaan kandungan herbal sebagai terapi untuk daerah kewanitaan tidak baik karena sifatnya yang iritan, sehingga dapat merubah kondisi normal daerah vagina yang telah memiliki cairan alami untuk membunuh bakteri di sekitarnya. Menurutnya juga, sebenarnya penggunaan panty liners dengan kandungan herbal tidak dianjurkan digunakan oleh para wanita, walaupun pemakaiannya akan membuat daerah kewanitaan terasa sejuk dan kering. Karena hal tersebut, maka rencana penggunaan uap herbal sebagai media terapi tidak dilanjutkan. Sebagai gantinya, digunakan teknologi ultrasonik. Teknologi tersebut telah diterapkan pada suatu alat pengobatan yang memiliki fungsi sama dengan yang dirancang dalam tugas akhir ini, sehingga yang dilakukan ialah penerapan teknologi yang sudah ada. Berdasarkan konsep desain, imej yang ingin dibangun dalam produk ini ialah kesan feminin, rileks, medical, dan sporty. Dari parameter-parameter tersebut, akan dibahas desain yang tidak memenuhi semua parameter sampai dengan yang hampir memenuhi semua parameter satu persatu.

42


Pada desain alternatif A, didapat dalam grafik bahwa desain tersebut berada di titik tengah antara masculine dan feminine yang berarti desain tersebut kurang menampilkan kesan feminin. Kemudian desain tersebut kurang menampilkan kesan rileks, kurang sporty, namun sudah menampilkan kesan medical.

Grafik 4. 1 Analisa desain alternatif A

Pada desain alternatif B, desain yang dibuat terlalu menampilkan kesan masculine, yang didapat dari bentuk kursi yang geometris, kurang rileks, kurang sporty, namun sudah terlihat medical karena adanya suatu kompleksitas pada bagian dudukan kursi yang menunjukkan ada suatu fungsi di dalamnya.

Grafik 4. 2 Analisa desain alternatif B

Pada desain alternatif C, desain kursi belum menampilkan kesan feminin, kemudian terlihat kurang rileks dan kurang sporty, namun desain ini sudah menampilkan kesan medical.

Grafik 4. 3 Analisa desain alternatif C

43


Pada desain alternatif D, desain kursi terkesan masculine karena garisannya yang geometris, kemudian menampilkan kesan rileks namun belum sepenuhnya, masih terkesan kurang sporty namun sudah menampilkan kesan medical.

Grafik 4. 4 Analisa desain alternatif D

Pada desain alternatif E, desain telah menampilkan kesan feminin, kemudian terlihat rileks walaupun belum sepenuhnya, masih terkesan kurang sporty, namun sudah menampilkan kesan medical.

Grafik 4. 5 Analisa desain alternatif E

44


Dari analisa seluruh desain alternatif tersebut, dibuat gabungan grafik menjadi sebagai berikut. Pada grafik ini dapat dilihat bahwa desain yang paling menampilkan kesan feminin ialah desain alternatif E, kemudian desain alternatif D dan E sama-sama telah menampilkan kesan rileks. Dari seluruh desain alternative tersebut belum ada desain yang menampilkan kesan sporty, namun hampir semuanya telah menampilkan kesan medical, terutama pada desain alternatif A, B, dan C.

Grafik 4. 6 Analisa desain keseluruhan

45


BAB V KEPUTUSAN DESAIN

Dalam mendesain suatu produk yang ditujukan untuk suatu golongan pengguna, harus diperhatikan berbagai aspek yang membentuk kesan visual suatu produk, yang dapat mempengaruhi ketertarikan calon pengguna terhadap produk tersebut. Untuk itu dalam memilih suatu desain final, pertimbangan pemilihan desain dari segi bentuk, warna, maupun material, dilakukan dengan penyesuaian terhadap target golongan pengguna. Dari seluruh proses desain yang dilakukan, akhirnya diambil keputusan desain sebagai berikut, dengan berbagai pertimbangan yang akan dibahas dalam bab ini.

5.1. Uraian pemecahan desain yang dipilih beserta argumennya Dari parameter yang ditetapkan dalam konsep desain, maka dirancang suatu arat terapi untuk meminimalkan masalah pada daerah alat kelamin wanita pasca bersepeda, dengan imej utama yaitu feminism, relax, sporty, dan medical. Berikut ialah desain final yang dibuat dengan mengacu pada imej-imej tersebut.

Gambar 5. 1 Sketsa desain final

Bentuk desain ini diambil dari bentuk kelopak bunga, yang melambangkan sifat feminin. Bentuk kelopak bunga yang organis menjadi dasar garisan desain.

46


Gambar 5. 2 Sketsa desain final tampak atas

Selain menunjukkan sifat feminin, bentuk organis yang didapat dari image board yang terdapat pada Gambar4.11. Image board yang mencakup kesan feminin, rileks, sporty, dan medical.pada halaman 34, juga menimbulkan kesan santai dan nyaman apabila dibandingkan dengan garis yang geometris dan kaku. Melalui garis organis ini, kesan ‘rileks’ didapatkan.

Gambar 5. 3 Sketsa desain final tampak samping

Kemudian dua garis lurus sejajar dengan beda ketebalan yang menjadi aksen pada daerah kepala, mesin ultrasonik, dan sekeliling kursi menimbulkan kesan sporty.

Gambar 5. 4 Garis horizontal untuk kesan sporty

Warna putih menimbulkan kesan bersih sedangkan warna biru menimbulkan kesan menenangkan. Maka kombinasi warna biru dan putih dipilih agar produk ini terkesan santai dan tidak menyeramkan, karena peruntukannya ialah untuk daerah kewanitaan yang sensitif. Selain itu, dari warna putih dan biru ini, juga didapatkan kesan medical, yang dominan dengan warna biru dan putih. 47


Gambar 5. 5 Kombinasi warna untuk desain final

5.2.

Teknologi ultrasonik Ultrasonik ialah gelombang suara dengan frekuensi di atas batas pendengaran

manusia, yaitu di atas 20.000Hz. Teknologi ultrasonik telah diterapkan dalam produkproduk terapi otot dan jaringan. Cara kerjanya ialah dengan menstimulasi jaringan di bawah permukaan kulit. Frekuensi yang digunakan dalam ultrasonik untuk terapi sangat tinggi, yaitu antara 800.000Hz sampai dengan 2.000.000Hz. Gelombang frekuensi yang tinggi ini mempengaruhi jaringan pada lapisan seluler, memberi energi kepada jaringan tersebut untuk bervibrasi, sehingga penyerapan nutrisi dan sirkulasi darah pada area tersebut meningkat. Besar frekuensi dari gelombang ultrasonik berbanding terbalik dengan jauhnya gelombang tersebut dapat masuk ke bawah permukaan kulit. Ultrasonik dengan panjang gelombang 1MHz dapat masuk ke bawah permukaan kulit sampai dengan 4 inci, sedangkan ultrasonik dengan panjang gelombang 2MHz hanya masuk ke bawah permukaan kulit sampai dengan 2 inci. Untuk penggunaan pada terapi, ultrasonik dengan panjang gelombang 1MHz ialah paling efektif, baik untuk efek yang dihasilkan maupun untuk penetrasi. Teknologi ini dipilih untuk diterapkan sebagai sarana terapi untuk meminimalkan cedera pada daerah alat kelamin wanita, karena penggunaannya yang paling higienis apabila dibandingkan dengan rencana sarana terapi sebelumnya, yaitu dengan menggunakan uap herbal. Kemudian teknologi ultrasonik memiliki rangkaian komponen yang sederhana dengan ukuran yang minim, yaitu berdimensi 8 cm x 5 cm x 3 cm untuk kotak rangkaian komponen, dan diameter transduser ultrasonik sebesar 3 cm. Dengan ukuran tersebut, teknologi ultrasonik mudah diaplikasikan dalam suatu produk yang berkonsep portable.

48


5.3. Keterangan proses desain

Skema 5. 1 Keterangan proses desain

49


5.4. Hasil studi model Studi model yang dilakukan bertujuan untuk memvisualisasikan sketsa desain yang dibuat dengan cara membuatnya ke dalam bentuk nyata tiga dimensi. Studi yang dilakukan ialah berupa studi bentuk 1:10 yang dibuat dengan menggunakan kawat dan busa lapis, dan juga studi bentuk dudukan kursi yang juga merupakan studi ergonomi 1:1, yang dibuat dengan menggunakan material sebenarnya, yaitu busa ati, busa spons, dan busa lapis.

Gambar 5. 6 Studi bentuk A

Studi bentuk 1:10 dibuat sebanyak dua buah, dengan desain yang berbeda, sehingga dari studi tersebut, dapat dibandingkan kelebihan dan kekurangan masingmasing desain.

Gambar 5. 7 Studi bentuk B

Studi bentuk dudukan kursi dilakukan untuk memberi gambaran bentuk final desain karena dalam sketsa tidak semua kesan yang ingin disampaikan dapat ditampilkan.

50


Gambar 5. 8 Studi bentuk dudukan kursi

Selain pembuatan studi bentuk nyata tiga dimensi, juga dilakukan pembuatan model digital tiga dimensi untuk melihat proporsi bentuk desain dengan simulasi digital. Pembuatan model digital ini dilakukan dengan menggunakan software Autodesk 3dsMax.

Gambar 5. 9 Desain kursi posisi terbuka tampak samping

Gambar 5. 30 Desain kursi posisi terbuka tampak atas

51


Gambar 5. 41 Desain kursi posisi lipat tampak atas

Gambar 5. 52 Desain kursi posisi lipat tampak samping

Gambar 5. 63 Desain kursi posisi lipat tampak depan

Gambar 5. 74 Desain kursi posisi lipat tampak perspektif

52


5.5. Proses prototyping Prototype produk yang dibuat ialah dengan membuat rangka besi kemudian dilapis dengan busa. Sebelum pembuatan rangka besi dilakukan, dibuat blue print desain 1:1 yang digunakan sebagai panduan pembuatan rangka besi.

Gambar 5. 85 Blue print desain

Pembuatan rangka kursi dilakukan dengan merangkai pipa besi yang dibengkokkan (bending), dengan panduan gambar kerja sebesar 1:1.

53


Gambar 5. 96 Rangka besi

Kemudian dibuat pola dengan bentuk menyesuaikan rangka besi di atas kertas koran, yang kemudian menjadi panduan untuk memotong busa. Busa yang digunakan terdapat 3 macam, yaitu busa ati dengan tebal 6 mm sebagai dasar, busa spons dengan tebal 30 mm, dan busa lapis dengan tebal 5 mm. Untuk memotong busa-busa tersebut, digunakan pola dari kertas koran sebagai mal.

Gambar 5. 107 Pola dari kertas koran

Setelah memotong busa, dilakukan penempelan busa ke rangka kursi dengan menggunakan lem fox kuning.

54


Gambar 5. 118 Proses pelapisan busa

Gambar 5. 19Backrest kursi dalam proses dilapis busa

Gambar 5. 120 Bagian engsel kursi

55


Gambar 5. 131 Bagian engsel kursi yang dilapis busa

Gambar 5. 22 Seluruh bagian kursi selesai dilapis busa

Setelah melapisi seluruh permukaan rangka dengan busa sampai dengan desain yang dibuat, dibuatlah cover kursi dengan menggunakan bahan kain may. Pemasangan cover ke kursi dilakukan hanya dengan cara memasukan ke dalamnya karena adanya resleting yang mengelilingi cover tersebut.

Gambar 5. 23 Kursi yang telah dibungkus cover kursi

56


BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan tentang hasil desain akhir Dalam mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk, dilakukan serangkaian proses desain yang terdiri dari pemilihan tema tugas akhir sampai dengan ke pembuatan prototip produk, yang dapat dilihat dalam Skema 5.1 Keterangan Proses Desain. Peluang masalah didapat dalam bidang olahraga bersepeda, khususnya pada cabang sepeda road race dengan subjek atlet wanita. Kemudian dilakukan spesifikasi masalah ke lingkup kesehatan kewanitaan pasca bersepeda. Dari tema tersebut, dilakukan pencarian data dengan cara studi literatur, survey dan wawancara, serta mencari data produk yang sudah ada di pasaran dalam kaitannya dengan kesehatan kewanitaan. Untuk pencarian data melalui survey dan wawancara, dilakukan terhadap atlet women elite cabang olahraga sepeda road race nasional, yang berjumlah total 9 orang. Dari hasil survey tersebut didapat bahwa atlet sepeda memang mengalami keluhan pada daerah kewanitaan pasca bersepeda dan walaupun hal tersebut telah menjadi hal yang biasa dan selalu terjadi, mereka mengaku tetap memerlukan adanya suatu produk khusus untuk daerah kewanitaan pasca bersepeda. Dari hasil pencarian data tersebut, mulai dirancang suatu konsep desain dengan target pengguna atlet road race wanita yang selalu berpindah tempat pertandingan dari suatu event ke event lainnya. Hal ini akan mempengaruhi dimensi produk dan skenario cara kerja produk, yaitu harus dirancang agar dapat dipakai dengan optimal, dengan ukuran yang pas agar mudah dibawa ke mana saja. Kemudian dari segi visual produk, karena target pengguna produk ini ialah wanita, maka produk ini harus menarik perhatian wanita agar tertarik membelinya. Untuk memenuhi hal tersebut, terdapat berbagai kata sifat yang dapat digunakan untuk proses perancangan produk. Pada umumnya wanita tertarik pada sesuatu yang bersifat feminin. Dari kata sifat tersebut, dapat dianalisa bahwa garis-garis yang dibentuk dalam produk ialah sesuatu yang organis, lembut, dan tidak kaku. Produk yang dirancang dalam tugas akhir ini ialah alat terapi, maka produk ini harus menampilkan kesan medical untuk menunjukkan fungsi dari produk ini. Kesan

57


tersebut dapat ditampilkan dalam suatu kompleksitas yang terdapat pada salah satu bagiannya. Atlet sepeda wanita ialah subjek yang selain memiliki kesan feminin, juga memiliki kesan sporty, dan karena produk ini ditujukan untuk atlet sepeda wanita khususnya cabang olahraga sepeda road race, maka produk ini harus menampilkan kesan sporty, yang juga menunjukkan letak penggunaan produk tersebut. Selain itu, daerah kewanitaan merupakan daerah yang sensitif sehinggasuatu produk yang ditujukan untuknya, harus terkesan higienis untuk meyakinkan pengguna untuk menggunakannya. Pemilihan warna menjadi sangat penting untuk dapat menampilkan kesan bersih tersebut. Seiring dengan dilakukannya survey dan wawancara langsung terhadap target pengguna, yaitu atlet women elite cabang olahraga sepeda road race nasional, juga dilakukan pencarian data lain, yaitu dengan mencari data produk yang sudah ada di pasaran yang berkaitan dengan terapi cedera otot, tendon, dan jaringan halus di daerah alat kelamin wanita. Dari pencarian data tersebut, didapat suatu teknologi ultrasonik yang telah dimanfaatkan sebagai sarana terapi untuk cedera otot, tendon, dan jaringan halus, yang sering terjadi pada daerah alat kelamin wanita pasca bersepeda. Dari seluruh proses pencarian data dan penyusunan konsep desain tersebut, maka dirancang suatu kursi lipat dengan mengaplikasikan teknologi ultrasonik di dalamnya. Bentuk kursi mengambil imej kelopak bunga yang menunjukkan kesan feminin. Kemudian untuk menampilkan kesan sporty, dibuat dua garis sejajar yang mengelilingi sisi kursi, dan juga terdapat di bagian senderan kursi bagian kepala, untuk menunjukkan posisi dan arah kursi. Kombinasi warna biru dan putih dipilih untuk menampilkan kesan medical, yang dominan dengan dua warna tersebut. Selain itu dominasi warna putih pada cover kursi dipilih untuk menampilkan kesan higienis. Bentuk kursi lipat dengan senderan setinggi leher pengguna, yaitu setinggi 60 cm dari panggul sampai dengan leher, dipilih dengan pertimbangan produk ini juga dapat menjadi alat penunjang kegiatan pasca bersepeda atlet, yang mengalami lelah otot punggung akibat bersepeda, sehingga bentuk senderan kursi dibuat untuk membalikkan kondisi tersebut. Dalam desain final yang dipilih dalam Tugas Akhir Desain Produk ini masih terdapat banyak kekurangan, baik pada desain kursi maupun pada cara kerja produk.

58


Dalam pemanfaatan ultrasonik, media perantaranya masih terlalu berjarak sehingga teknologi tersebut dapat berjalan tidak efektif. Kemudian dari segi ukuran dan bobot produk, masih terlalu berat dan terlalu besar untuk dapat dikategorikan sebagai produk yang portable. Untuk pengembangan produk ke depannya, dua faktor tersebut yang menjadi perhatian utama untuk diberi perbaikan.

6.2. Pelaksanaan tugas akhir Mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk dilaksanakan selama 5 bulan pada semester 2 tahun ajaran 2010/2011, dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011, dengan jadwal sebagai berikut: Pertemuan pendahuluan dengan koordinator TA. 26 Januari 2011

Materi: penjelasan tentang persyaratan, tata tertib, dan proses TA.

2 Februari 2011

Batas waktu penyerahan sinopsis usulan judul TA.

4 Februari 2011

Rapat penentuan dosen pembimbing TA. Evaluasi Tugas Akhir 1 (Preview Kemajuan Studi) Yang dievaluasi adalah tahap Programming: 1. Kejelasan judul dan kesesuaian dengan topik kolokium. 2. Kejelasan latar belakang dan batasan masalah.

3-4 Maret 2011

3. Paparan data-data pendukung dan hasil observasi. 4. Paparan hasil analisis data: problem desain, diagram pemetaan masalah, dll. 5. Kejelasan arah dan proses analisis desain. 6. Penyampaian konsep perancangan produk. Catatan: telah melakukan minimal 2 kali konsultasi/ bimbingan. Evaluasi Tugas Akhir 2 (Preview Kemajuan Studi) Yang dievaluasi adalah tahap Designing: 1. Kejelasan analisis dan hasil keputusan desain (antara

4-5 April 2011

lain: sketsa alternatif desain serta deskripsinya, analisis detail produk, alternatif sistem yang digunakan). 2. Hasil studi yang dilakukan (misalnya: analisis ergonomi, market positioning, skenario alur kerja, penyelesaian

59


aspek engineering, dsb.) 3. Hasil studi model (3D): bentuk, warna, image, struktur, dsb. Catatan: telah melakukan minimal 2 kali konsultasi/ bimbingan. 6 Juni 2011 9-10 Juni 2011

Evaluasi kelayakan sidang.. Sidang mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk.

6.3. Saran untuk pengembangan hasil tugas akhir Dalam mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk, dilakukan proses desain yang melibatkan penggunaan seluruh ilmu yang telah didapat selama kegiatan perkuliahan di Program Studi Desain Produk ITB, antara lain ilmu semantika produk, teknik presentasi, permodelan digital, ergonomi, dan ilmu-ilmu lain yang didapat dalam kuliah mayor studio, maupun kuliah pilihan yang diambil masing-masing mahasiswa. Seluruh ilmu tersebut menjadi bekal yang digunakan mahasiswa tugas akhir untuk merancang produk tugas akhirnya. Walaupun dalam tugas akhir ini telah dikerahkan seluruh pengetahuan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhirnya, namun tidak berarti produk yang dirancang berhenti sampai dengan kuliah tugas akhir selesai. Produk yang dirancang dalam tugas akhir dapat dikembangkan baik oleh mahasiswa, maupun oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembuatan produk tugas akhir. Untuk pengembangan desain tugas akhir, terdapat berbagai hal yang dapat menjadi pertimbangan utama, antara lain: a.

Dari segi material rangka produk, dapat digunakan material yang lebih ringan untuk mengurangi bobot produk, seperti pipa alumunium atau pipa karbon. Pemilihan material tentunya akan mempengaruhi biaya produksi produk.

b.

Dari segi ukuran produk, dapat ditentukan ukuran yang lebih efisien untuk menopang kegiatan atlet pasca bersepeda, namun juga sebagai produk yang portable.

c.

Dari segi efisiensi kerja ultrasonik, dapat digunakan material bantalan gel sebagai perantara antara transduser ultrasonik dengan daerah kewanitaan yang akan diterapi.

60


DAFTAR PUSTAKA

Wiyancoko, Dudy. 2010. Desain Sepeda Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta. 2008. Citra Cycling Club – Benarkah, Bersepeda Berhubungan dengan Disfungsi Ereksi?. http://citracycling.multiply.com/journal/item/24, diakses pada 7 November 2010. 2008, artikel Selaput Dara, http:www.f-buzz.com, diakses pada September 2010. 2010, artikel Mitos Keperawanan Takut, http://www.kesehatan.kompas.com, diakses pada September 2010 Bicycle

Statistical

Data

Usage,

Production,

and

Sales.

http://www.ibike.org/library/statistics-data.htm, diakses pada 13 Oktober 2010. Difference in mens and womens sit bones. http://www.selleroyal.com, diakses pada September 2010. The

Bicycle

and

Health

(1894)

–

Woman

and

http://womenshistory.about.com/od/bicycling/a/women_bicycles_health.htm,

Bicycles. diakses

pada 7 November 2010. Ultrasound therapy. http://www.mendmeshop.com, diakses pada September 2010. Women and Bicycles - Fashion for the Active Woman, 1894 Style. http://womenshistory.about.com/od/bicycling/a/women_bicycles_fashion.htm,

diakses

pada 7 November 2010.

61


LAMPIRAN A: Lembar Hasil Kuisioner Atlet



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.