TERALI JIWA

Page 1


TERALI JIWA H. Ahmad Heryawan, Lc dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M.

Editor: Gani Yordani


TERALI JIWA

Penulis H. Ahmad Heryawan, Lc dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K)., M.M. Editor Gani Yordani Desain Cover GaN ‘n Box Visual Communication

ii

Terali Jiwa


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN Kesehatan adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Tentunya kesehatan yang dimaksud tak hanya berkaitan dengan masalah fisik, tetapi juga mencakup kesehatan yang berhubungan dengan kejiwaan atau psikis. Kedua hal tersebut berkaitan erat dengan kesehatan secara keseluruhan. Di dalam Lapas, masalah kesehatan fisik dan psikis tersebut tentunya harus mendapat perhatian ekstra. Dengan kondisi ruang yang sangat terbatas, penularan penyakit menjadi sangat mudah. Di samping itu, ketahanan mental yang rapuh sering berakibat pula pada ketidakpedulian terhadap kesehatan diri. Akan menjadi sangat ironis bila seseorang mendapat ujian Allah dengan harus masuk Lapas, kemudian Terali Jiwa

iii


ketika bebas malahan menjadi tidak sehat akibat penyakit yang didapatnya selama pembinaan di Lapas. Buku terali Jiwa yang ditulis oleh H. Ahmad Heryawan, Lc dan dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K),M.M. ini pada dasarnya adalah bentuk kepedulian terhadap sesama manusia. Juga memiliki tujuan agar warga binaan dapat menjalani kehidupan di dalam Lapas dengan hal-hal yang bermanfaat, termasuk di dalamnya menjaga kesehatan sebagai modal utama dalam beraktivitas. Saya menyambut baik diterbitkannya buku ini sebagai bentuk kepedulian yang sangat tinggi pada warga binaan. Semoga buku ini dapat membuk a wawasan, mencerahkan, sekaligus memberikan spirit kepada warga binaan untuk menatap masa depan yang lebih baik. Selain itu, semoga dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat/ pihak-pihak lain untuk turut serta dalam proses pembinaan, sehingga warga binaan merasa terayomi. Jakarta, Agustus 2008 Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) iv

Terali Jiwa


SAMBUTAN Saya menyambut baik diterbitkannya buku “Terali Jiwa� karya Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan, Lc dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M. ini. Buku ini bak oase di tengah padang pasir. Ketika fokus masyarakat lebih tertuju pada ingar bingar kehidupan luar yang glamour dan penuh dengan kebisingan, buku ini membawa kita pada keheningan untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Bagi warga binaan, buku ini merupakan penuntun pada secercah harapan untuk tetap optimis dalam mengharap ampunan Allah swt. dan kembali ke jalan yang benar. Buku ini mencoba memasuki sisi jiwa warga binaan khususnya dan kita umumnya untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran dan tetap kembali pada-Nya jika melakukan kekeliruan. Terali Jiwa

v


Rasulullah saw. bersabda bahwa Alinsaanu mahallu al-khatho wa an-nisyaan, “manusia adalah sarangnya khilaf dan salah.� Tidak ada manusia sempurna yang luput dari kesalahan, bahkan Nabi sekalipun. Kesempurnaan manusia terbentuk manakala ia berbuat dosa kemudian segera menyadari, memperbaiki, bertaubat mensucikan jiwa dan berikrar untuk tidak mengulangi. Manusia dicipta untuk berbuat kebajikan tetapi ia kerap licik; dicipta sebagai pendamai tetapi ia penumpah darah; dicipta untuk patuh tetapi ia menjauh; dicipta dalam ikrar tetapi ia ingkar. Diberi kunci pembuka pintu taubat, tetapi justru mematahkannya. Terkadang sebagai manusia yang pernah melakukan dosa besar berulang-ulang, kita menjadi ragu, akankah Tuhan masih memberi kesempatan pada kita untuk kembali kepada jalan yang benar? Ada sebuah jaminan pasti dari Allah swt. bahwa pintu taubat-Nya selalu terbuka, bahwa kasih sayang-Nya jauh lebih besar daripada amarah-Nya. Sebesar apapun dosa tercipta, selama kembali dan bertaubat pada-Nya, maka Tuhan akan selalu memaafkan. Allah swt. berfirman: “Katakanlah: hai hamba-hambavi

Terali Jiwa


Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. S e s u n g g u h n y a D i a l a h Ya n g M a h a Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar: 53) Sebesar apapun dosa kita, kesempatan untuk bertaubat pada-Nya selalu ada. Taubat an-nashuha adalah kunci bagi pembersihan jiwa. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran: 133). “Tangisan seorang pendosa yang bertaubat lebih Allah cintai daripada tasbih para wali,” demikian sabda Nabi saw. Ada banyak metode bagaimana cara kita bertaubat. Metode yang dibentuk oleh negara, salah satunya adalah dengan mendirikan lembaga pemasyarakatan sebagai wadah pembinaan bagi warga negara yang pernah melakukan kesalahan. Tentu saja, secanggih apapun sistem lembaga pemasyarakatan, keefektifannya tidak akan pernah bisa berjalan optimal manakala tiadanya dukungan dari masyarakat. Terali Jiwa

vii


Stigma yang terjadi dalam masyarakat bahwa kaum narapidana adalah kelompok parasit dan akan selamanya menjadi sosok penjahat adalah penilaian yang sangat keliru dan harus diluruskan. Penilaian seperti itu justru sangat kontra produktif dengan apa yang telah dilakukan lembaga pemasyarakatan. Dalam banyak kasus, banyaknya warga binaan yang kembali memilih jalan keliru adalah karena lingkungan masyarakat tidak pernah memberikan kesempatan baginya untuk berbenah diri dan selalu ditatap dengan mata curiga. Penyebaran buku ini yang dibagikan secara gratis kepada warga binaan adalah bagian dari wujud kepedulian masyarakat kepada warga binaan. Secara materi, isi buku ini disajikan dengan ringan dan ti d a k m e nggu r u i , seh in gga mudah dicerna dan enak dibaca. Kecil memang, jika dibandingkan dengan buku-buku keagamaan yang lain. Tetapi layaknya kaum sufi berkata: qoliilun qarr, katsirun far. Lebih baik sedikit tapi mantap daripada banyak tapi mengambang. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para penulis viii

Terali Jiwa


dan juga pihak-pihak yang mau menyisihkan sebagian rizkinya dalam penerbitan buku ini sehingga dapat dibagikan secara cuma-cuma kepada warga binaan. Saya berharap akan ada lebih banyak pihak-pihak di luar lembaga pemasyarakatan yang bersimpati dan berempati terhadap warga binaan sehingga program pemerintah dapat dilaksanakan secara maksimal dan optimal. Semoga segala kepedulian kita akan dicatat oleh Allah swt. sebagai amal ibadah yang diridhoi-Nya, Aamiin.

Terali Jiwa

ix


x

Terali Jiwa


SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh, Istilah “Pemasyarakatan” secara resmi menggantikan istilah kepenjaraan sejak tanggal 27 April 1964 melalui amanat tertulis Presiden Soekarno yang dibacakan pada konferensi Dinas Para Pejabat Kepenjaraan di Lembang Bandung. Di dalam sistem Pemasyarakatan disebutkan bahwa keberhasilan pembinaan warga binaan ditentukan oleh tiga aspek, yaitu warga binaan itu sendiri, peran petugas pemasyarakatan, dan peran serta masyarakat untuk turut ambil bagian dalam membina d a n m e m b i m b i n g m e re k a m e n j a d i manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang bertanggung jawab.

Buku berjudul “TERALI JIWA” ini, Terali Jiwa

xi


merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap pembinaan warga binaan pemasyarakatan. Untuk itu, saya menyambut baik, sekaligus menyampaikan apresiasi serta ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada H. Ahmad Heryawan, Lc dan dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).M.M. yang telah tergerak hatinya, di samping kesibukan sehari-hari, namun masih peduli dan menyempatkan diri memberikan sebuah pencerahan bagi warga binaan pemasyarakatan. Buku ini pantas dan layak dibaca oleh para warga binaan pemasyarakatan dalam menghadapi hari-hari di balik jeruji serta mempersiapkan masa yang akan datang bila bebas nanti. Makna filosofis di balik judul buku ini, ingin meneguhkan makna religius bahwa sesungguhnya warga binaan pemasyarakatan adalah juga makhluk Tuhan yang perlu mendapat perhatian kita semua. Warga binaan pemasyarakatan adalah mereka yang sedang mengalami keretakan hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan sehingga mereka ditempatkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Mereka bukan penjahat, hanya tersesat, belum terlambat untuk bertaubat. xii

Terali Jiwa


Banyak kisah yang dituangkan dalam buku ini dapat menjadi perenungan bagi para warga binaan bahwa hikmah menjalani kehidupan di balik tembok yang tebal dengan jeruji besi yang kokoh, tersimpan suatu kekuatan semangat untuk selalu introspeksi diri, menjadi manusia yang selalu sabar dan beryukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpikir positif dan berjiwa besar. Jeruji besi bisa mengurung raga, akan tetapi tidak bisa menjadi terali jiwa. Sudah banyak contoh mereka yang pernah menjalani kehidupan dari balik jeruji, namun dalam dirinya tertanam sikap optimis dan mampu menghasilkan karya cipta yang bermanfaat. Sebut saja Nelson Mandela, yang pernah dipenjara puluhan tahun akhirnya tampil sebagai Presiden Afrika Selatan, dan kemudian terkenal sebagai “Bapak Perdamaian Abadi�. Demikian juga mendiang sastrawan Pramoedya Ananta Toer menciptakan novel legendaris tetralogi Pulau Buru, justru ketika ia berada dalam penjara. Akhirnya, sekali lagi saya menyampaikan apresiasi yang tinggi serta ucapan selamat atas terbitnya buku ini. Terali Jiwa

xiii


Semoga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh siapa saja yang berkepentingan, terutama bagi warga binaan pemasyarakatan sebagai bekal hidup hari ini dan hidup di masa-masa mendatang. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh, Jakarta, 29 Agustus 2008 Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Untung Sugiyono

xiv

Terali Jiwa


SAMBUTAN KEPALA KEJAKSAAN TINGGI JABAR Adalah menarik bila kita mencermati makna pemasyarakatan. Dari sisi kebahasaan, pemasyarakatan mengandung makna proses menjadik an seseorang atau sekelompok orang menjadi bermasyarakat. Berangkat dari definisi tersebut, lembaga pemasyarakatan memiliki fungsi yang sangat penting dalam membina manusia berkaitan dengan hubungan sosial kemasyarakatan. Pembinaan yang dimaksud mencakup berbagai aspek dan metode. Kata “hukuman” yang disandingkan pada para tersangka pada dasarnya memiliki tujuan pembinaan (dalam hal ini yang dikedepankan adalah menciptakan efek jera). Namun, hukuman –dalam hal ini berupa hukuman penjara— tentunya tidaklah menyelesaikan masalah untuk kedepannya (setelah hukuman tersebut selesai dijalani), bila tidak diiringi dengan pembinaan-pembinaan selama menjalani masa hukuman. Karena itulah narapidana kemudian kita sebut sebagai Warga Binaan. Banyak ragam pembinaan yang dilakukan di dalam Lapas. Namun, yang terpenting adalah menanamkan fondasi Terali Jiwa

xv


bagi para warga binaan dengan melakukan empowering pada diri mereka, yaitu memberikan pemahaman kepada mereka bahwa mereka memiliki masa depan, bahwa diri mereka sangatlah berarti dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Buku ini adalah salah satu upaya empowering tersebut. Karenanya, saya menyambut baik ide pembuatan buku ini. Semoga hal ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi munculnya kreasi-kreasi lainnya dari berbagai pihak dalam rangka turut serta melakukan pembinaan terhadap saudara-saudara kita, warga binaan.

Bandung, Agustus 2008, H. Kamal Sofyan Nasution, S.H.

xvi

Terali Jiwa


SAMBUTAN KEPALA PENGADILAN TINGGI JABAR Saat kita berbicara keadilan, artinya kita tengah membahas sesuatu hal yang sangat subjektif bila ditinjau dari sudut manusia sebagai perseorangan ataupun kelompok. Suatu tindakan atau kebijakan boleh jadi dipandang adil oleh seseorang atau suatu kelompok, tapi tidak bagi orang atau kelompok lain. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu manusia. Betapa pun inginnya seseorang berbuat adil dalam membuat suatu keputusan, ia tetap akan berbenturan dengan pandangan subjektif dari individu atau kelompok yang merasa bahwa keputusannya tidaklah adil. Meskipun demikian, kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk bertindak seadil-adilnya dengan jalan mengikuti koridor yang telah ditetapkan, sambil mengasah ketajaman nurani tentunya. Buku Terali Jiwa yang ditulis oleh H. Ahmad Heryawan, Lc dan dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M. ini, berisi hal-hal yang dapat menuntun kita ke arah perenungan-perenungan yang sangat Terali Jiwa

xvii


dalam, tak terkecuali perenungan atas konsep keadilan hakiki yang mungkin selama inilepas dari perhatian kita, yaitu bahwa kondisi apa pun yang kita alami saat ini, bila dilihat dari sisi yang positif, kelak akan memberikan keuntungan kepada kita karena akhirnya kita akan menghadap Sang Penguasa Yang Maha Adil dan Dialah yang kemudian memiliki hak mutlak untuk menentukan di mana tempat kediaman kita kelak di kampung akhirat, apakah di surga atau neraka. Karena itulah, saya menyambut baik terbitnya buku ini. Semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin.

Bandung, Agustus 2008

xviii

Terali Jiwa


SAMBUTAN KAPOLDA JABAR Memasyarakatkan istilah warga binaan bagi saudara-saudara kita yang kini tengah berada di Lapas adalah suatu keharusan. Tentunya, upaya yang dilakukan tidak hanya terpaku pada memasyarakatkan istilahnya saja. Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta melakukan pembinaan adalah upaya lanjutan yang harus dilaksanakan sekarang juga. Pembinaan merupakan keniscayaan dalam segala hal, juga dalam segala kondisi. Tanpa adanya pembinaan yang berkesinambungan, sesuatu yang lebih baik mustahil dicapai. Bila demikian, yang harus selalu kita pikirkan dan kita lakukan adalah mengupayakan langkah-langkah pembinaan dengan cara dan metode terbaik. Buku ini merupakan bentuk kepedulian terhadap warga binaan. Selain sebagai sarana pembinaan mental bagi warga binaan, semoga buku ini dapat menjadi “alat pancing� bagi tumbuh suburnya kepedulian dari berbagai pihak terhadap warga binaan yang saat ini tengah menghabiskan hariharinya di dalam Lapas. Bandung, Agustus 2008 Drs. Susno Duadji, S.H., M.Sc., Inspektur Jenderal Polisi Terali Jiwa

xix


xx

Terali Jiwa


Sambutan Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Advokat Indonesia Jawa Barat Menilik keadaan saudara-saudara kita warga binaan di dalam Lapas, membuat kita prihatin. Mereka tengah menjalani situasi yang serba sulit. Hari-hari mereka dijalani dengan keterbatasan ruang dan informasi. Dalam keadaan demikian, peluang terjadinya stres dan depresi sangat terbuka. Belum lagi kondisi fisik mereka yang sangat rentan terkena dan tertular berbagai penyakit. Adalah tugas kita bersama untuk memperhatikan keadaan mereka, karena mereka adalah saudara-saudara kita yang juga membutuhkan bimbingan, dorongan semangat, serta pengakuan dan apresiasi. Banyak cara yang dapat kita lakukan sebagai bentuk kepedulian dan sikap empati. Buku karya Bapak Gubernur Jawa Barat dan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat ini, adalah salah satu bentuk sikap peduli terhadap saudarasaudara kita warga binaan. Buku ini berisi berbagai hal yang dapat diaplikasikan secara praktis oleh saudara-saudara warga binaan, sekaligus mengajak kita semua menemukan makna kehidupan serta berjuta hikmah di balik Terali Jiwa

xxi


cobaan yang telah dan sedang dijalani. S e m o g a b u k u i n i d a p at k i t a manfaatkan sebaik mungkin, mempelajarinya dengan saksama, merenungkannya, serta berupaya menemuk an hik mah yang terkandung di dalamnya.

Bandung, Agustus 2008 Dr. Djamal S.H., M.Hum Sekretaris Umum

xxii

Terali Jiwa


SAMBUTAN ESQ LEADERSHIP CENTER Kepedulian dan sikap empati adalah bagian dari kecerdasan emosi dan spiritual yang bila terus diasah akan menciptakan kebahagiaan yang tak bisa diungkap dengan kata-kata. Sebuah kebahagiaan hakiki karena merasakan betapa memberi jauh lebih nikmat daripada meminta. Namun, terkadang sikap tersebut sering terbelenggu oleh keegoisan kita dengan hanya memikirkan diri sendiri, keluarga, atau pun golongan. Celakanya lagi, belenggu tersebut sering kita rawat dengan membuat pembenaran-pembenaran atas tindakan kita yang sangat jarang memperhatikan keadaan saudara-saudara kita. Bila selama ini ada program ESQ Peduli Warga Binaan, yaitu Training ESQ gratis untuk teman-teman Warga Binaan, maka buku ini adalah bentuk Total Action dari saudara kita dalam hal berbagi wawasan dan pencerahan dengan teman-teman Warga Binaan. Dalam buku ini, kita dapat melihat betapa harapan akan masa depan yang lebih baik sangat terbuka bila masa-masa sekarang kita manfaatkan sebaik mungkin. Selain itu, teman-teman Warga Binaan Terali Jiwa

xxiii


pun dapat melihat bahwa sangat banyak perhatian dari saudara-saudara kita kepada teman-teman. Tetap optimis, belajar, berkarya, dan berdo’a, adalah benang merah yang dapat ditarik dari untaian kalimat yang mengisi lembar demi lembar buku ini. Karenanya saya sangat menyambut baik penerbitan buku yang kemudian dibagikan secara cumacuma kepada teman-teman Warga Binaan. Semoga teman-teman dapat mengambil saripati hikmah, baik yang tersurat maupun tersirat dalam buku ini. Selamat membaca‌. Agustus 2008, Ary Ginanjar Agustian

xxiv

Terali Jiwa


PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ide pembuatan buku ini berawal dari keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan Saudara-Saudara yang kini tengah berada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Ide tersebut kemudian segera kami realisasikan dengan menuangkan pemikiranpemikiran kami dalam untaian tulisan setelah merenungkan makna istilah “Warga Binaan�. Singkatnya, kami ingin turut andil dalam proses pembinaan tersebut dengan cara berbagi pengetahuan (dengan segala keterbatasan kami) kepada Saudara sekalian. Saudara-saudara yang kini tengah berada di Lapas bukanlah sampah masyarakat. Saudara sekalian adalah insaninsan yang memiliki potensi yang harus digali dan diarahkan dengan baik sehingga dapat mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Memberikan pencerahan dan kesadaran tentang besarnya potensi yang ada dalam setiap diri manusia merupakan kewajiban bersama. Adalah sebuah kesalahan fatal bila kita menilai bahwa pembinaan terhadap Saudara sekalian hanyalah tugas Kepala Lapas semata. Setiap kita tentunya memiliki kewajiban Terali Jiwa

xxv


memberikan hal-hal yang bermanfaat. Pembinaan haruslah dilakukan dari berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek yang berhubungan dengan kesadaran akan hakikat diri. Buku kecil ini berisi halhal yang berkaitan dengan pemahaman tentang siapa diri kita, mengapa kita berbuat kesalahan, besarnya rahmat dan ampunan Allah, bagaimana menyikapi kondisi yang tak diinginkan, sabar dan syukur, pentingnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin, pembelajaran mengkaji diri dan hubungan sosial, pentingnya menjaga kesehatan, pentingnya memahami bahwa penjara yang hakiki bukanlah jeruji besi yang membatasi gerak langkah, melainkan kungkungan nafsu yang membuat nurani menjadi membeku (betapa banyak orang yang gerak langkahnya tidak terbatas oleh ruang yang sempit tetapi batinnya terpenjara oleh nafsu yang telah ia jadikan sebagai tuhan). Terima kasih kami ucapkan kepada para guru, ulama, dan tokoh masyarakat yang telah mengirimkan SMS-nya untuk dicantumkan pada lembar-lembar buku ini. Sangat mengharukan. Ternyata, sangat banyak yang bersimpati pada SaudaraSaudara Warga Binaan. Kepada Saudara-Saudara Warga Binaan, terima kasih karena telah bersedia mencermati kalimat demi kalimat yang kami xxvi

Terali Jiwa


tulis sebagai bentuk dialog kami kepada Saudara-Saudara sekalian. Untaian kalimat yang kami tulis janganlah diartikan sebagai sebuah pengajaran karena ilmu kami pun masih sangat terbatas, tetapi maknailah rentetan kata tersebut sebagai sebuah obrolan dari hati ke hati. Terima kasih kami sampaikan pula kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, hingga buku ini dapat sampai ke tangan SaudaraSaudara kita, warga binaan. Jazakumullaahu khairan katsiraa. Marilah kita buka lembar demi lembar buku kecil dan sederhana ini dengan niat yang tulus untuk memahami siapa diri kita, untuk apa kita hidup, dan ke mana kita akan kembali.

Bandung, Penulis

Sya’ban, 1429 H Agustus 2008

Terali Jiwa

xxvii


xxviii

Terali Jiwa


UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, izink an k ami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Menteri Kesehatan RI, Ibu Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)., 2. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Bapak Andi Mattalatta, 3. Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Bapak Untung Sugiyono, 4. Kepala Kejaksaan Tinggi Jabar, Bapak H. Kamal Sofyan Nasution, S.H., 5. Kepala Pengadilan Tinggi Jabar, Bapak H. Sofjan Zen, S.H., M.Hum. 6. Kapolda Jabar, Bapak Inspektur Jenderal Polisi Drs. Susno Duadji, S.H., M.Sc., 7. Sekretaris Umum DPD Asosiasi Advokat Indonesia Jawa Barat, Bapak Dr. Djamal, S.H., M.Hum., 8. Pimpinan ESQ Leadership Center, Bapak Ary Ginanjar Agustian. yang telah berkenan memberikan sambutan pada buku ini. Terima kasih pula kami sampaikan kepada : 1. G uru- Guru k ami, alim ulama, cendekia, dan akademisi yang telah turut andil memberikan pencerahan kepada Saudara-Saudara kita Warga Terali Jiwa

xxix


Binaan melalui SMS-SMS-nya. 2. Tokoh-tokoh masyarakat yang mengirimkan kata-kata bijak penuh hikmah melalui SMS. 3. Teman-teman yang berkecimpung di dunia entertainment yang juga mengirimkan SMS-SMS yang sangat menyentuh. 4. Sahabat-sahabat sekalian yang tak dapat kami sebutkan satu per satu di dalam buku ini. Jazakumullaahu khairan katsiraa. Semoga perhatian dan kepedulian yang tulus dari kawan-kawan semua menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir hingga hari hisab kelak. Aamiin.

Wassalam, H. Ahmad Heryawan, Lc. dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M.

xxx

Terali Jiwa


Kawan-Kawanku Di Sana Terpekur aku memandang nasibmu Berlinang air matakumengenangnya Demikian berat beban hidupmu Sepadankah dengan ikhtiarmu? Kami bicara Hak Asasi Manusia Apakah kau bukan manusia? Kami bicara soal keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia Apakah kau bukan masyarakat Indonesia? Adakah daya manusia ‘tuk membantumu? Mungkinkah kumenghiburmu? Sungguh terbatas daya yang Allah serahkan pada kita! Agar kita mengenal batas… Kau mungkin jujur hingga ke sana Kau mungkin terperosok hingga ke sana Kau mungkin terpedaya hingga ke sana Bahkan mungkin kau difitnah hingga ke sana Pasti hati panas membara Pasti nyeri hati di dada Pasti berontak seluruh daya Kebebasan…. Sungguh kau digjaya… Namun, Apakah daya seorang hamba Menghadapi cobaan-Nya Menyikapi Qadha danQadar-Nya Terali Jiwa

xxxi


Sabarlah saudaraku Keadilan akhir nan sempurna Ketidakadilan dunia Pasti diperhitungkan di hari hisab Bila ikhlas kau jalani Pasti ampunan kauterima Pantanglah berputus asa Dekatlah diri pada-Nya Hidup hanya sementara‌ Bandung, Agustus 2008

xxxii

Terali Jiwa


DAFTAR ISI

Sambutan Menteri Kesehatan......................................

iii

Sambutan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

v

Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ....

xi

Sambutan Kepala Kejaksaan Tinggi Jabar .............

xv

Sambutan Kepala Pengadilan Tinggi Jabar ............

xvii

Sambutan Kapolda Jabar ..............................................

xix

Sambutan DPD Asosiasi Advokat Indonesia Jawa Barat .....................................................

xxi

Sambutan ESQ Leadership Center ...........................

xxiii

Prakata ............................................................

xxv

Ucapan Terima Kasih ................................

xxix

Daftar Isi ...........................................................

xxxiii

Bagian I Manusia ............... ............................................

1

Bagian II Mengapa Aku Berbuat Salah? ...............

5

Terali Jiwa

xxxiii


Bagian III Allah Maha Pengampun .............................

9

Bagian IV Aku Tak Bersalah ............................................

17

Bagian V Sabar dan Syukur .........................................

25

Bagian VI Demi Waktu .....................................................

31

Bagian VII Mengkaji Diri dan Hubungan Sosial ....................................

35

Bagian VIII Menjaga Kesehatan ......................................

41

Bagian IX Jangan Penjarakan Jiwamu .......................

47

Bagian X Mempersiapkan Kehidupan Mendatang .................................. 50 Bagian XI Mempersiapkan Akhir yang Husnul Khatimah ..................... Tentang Penulis ............................................... 65

xxxiv

Terali Jiwa

59


PERSEMBAHAN Untuk : Ayahanda dan Ibunda kami K.H. Ali Imran (alm) K.H. Muslim Zaenuddin (alm) K.H. Dudung Abdullah M.A, Kawan-kawan yang sedang diuji kesabaran oleh Allah swt. Semoga kawan-kawan dapat mengambil hikmah dari cobaan ini.

Terali Jiwa

xxxv


“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.� (Q.S. Al Baqarah 2: 155)

xxxvi

Terali Jiwa


BAGIAN I MANUSIA Pagi hari, saat melihat sekawanan burung mengepak-kepakkan sayapnya terbang lepas di bawah arakan awan perak lalu menukik dan hinggap di ranting-ranting pepohonan sambil berkicau riang, hati kita berbisik, “Ah.., kalau saja aku jadi burung…” Namun, apa yang ada dalam benak kita ketika beberapa saat kemudian kita melihat burung yang tengah meronta-ronta di dalam sangkar? Masihkan kita berandaiandai menjadi seekor burung? Rangkaian kalimat di atas dapat kita jadikan sebagai pintu gerbang memasuki perenungan tentang diri kita sebagai manusia, makhluk Allah yang memiliki banyak potensi dan kelebihan bila dibandingkan d e n g a n m a k h l u k- m a k h l u k l a i n ny a . Apa saja sih potensi dasar manusia itu? Dalam hidup kita, semua adalah pilihan. Namun Allah yang mengatur keberhasilan dan kegagalan setiap harinya, untuk mengukur tingkat keimanan kita, bagaimana kita bersyukur dan tak sombong pada keberhasilan serta bersabar dan tak putus asa pada kegagalan. Untuk itu, pilihlah jalan yang lebih dekat dengan keridhoan-Nya, agar keberhasilan senantiasa didekatkan pada kita.” (H.Dede Yusuf – Wakil Gubernur Jawa Barat) Sesungguhnya kejujuran itu adalah sumber kehidupan yang akan membimbing ke arah kebenaran dan kebahagiaan. (Ibnu Khuldun – KaLapas Paledang Bogor) Terali Jiwa

1


Pertama, manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Kedua, manusia diberikan nafsu atau kehendak sehingga dapat mengeluarkan dan memanfaatkan potensi berupa bakat dan kemampuan yang telah diberikan Allah sebagai bekal untuk hidupnya di dunia ini. Ketiga, manusia diberikan nurani atau perasaan untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Keempat, manusia diberikan akal untuk dapat mengolah dan mengatur ketiga hal tersebut (keadaan fisik yang baik, nafsu, dan nurani) sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Subhanallah. Allahu Akbar. Begitu sempurnanya manusia. Namun sayang, seringkali kita tak menyadarinya sehingga seringkali kita berkeluh kesah. Dan bila sikap keluh kesah itu terus kita rawat, ia akan selalu muncul dalam setiap tarikan napas. Saat itu terjadi, kita akan semakin asing dengan diri kita sendiri untuk akhirnya kita tak mengenal siapa diri kita. Ketika itu pula, kita takkan mengenal siapa Tuhan kita. Maka, tak ada cara lain selain berupaya mengenal diri kita Sesungguhnya beserta kesulitan selalu ada kemudahan. Semua dosa akan dimaafkan sepanjang bertaubat dan mohon ampunan. Minta tolonglah kepada Allah dengan sabar dan shalat. Penderitaan yang disikapi dengan sabar menjadi penghapus dosa dan kesalahan. (K.H. Miftah Faridl)

2

Terali Jiwa


dengan cara menggunakan sebaik mungkin potensi yang telah Allah berikan pada kita. “Man ‘arofa nafashu fa qod ‘arofa Robbahu, Barangsiapa mengenal dirinya, tentu ia akan mengenal Tuhannya,” demikian kata-kata hikmah Ali bin Abi Thalib. Benarlah adanya bahwa di samping potensi dan sifat-sifat positif, manusia pun terlahir dengan membawa sifat-sifat negatif seperti tergesa-gesa, sering berkeluh kesah, tamak dan bakhil. Namun, sifat-sifat negatif tersebut bukanlah untuk dirawat sehingga mendarah daging dan menjadi karakter yang melekat dalam diri, melainkan harus diperangi dengan selalu berupaya memelihara dan menonjolkan sifat hanif (cenderung pada kebaikan) dan fitrah iman (keyakinan dan kesaksian bahwa Allah adalah Tuhannya) yang telah tertanam sejak berada di alam rahim. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Hidup ini adalah ujian yang akan menentukan nasib kita di kemudian hari. (Ust. Mumuh Muhtadin) Terali Jiwa

3


“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al A’raaf: 172) “Mak a hadapk anlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum: 30). Potensi yang diberikan Allah serta sifat-sifat positif yang telah diberikan Allah tersebut semestinya dapat mengantarkan manusia pada kebahagiaan. Namun, mengapa kita kadang –atau bahkan sering— terperosok pada kesalahan sehingga membuat kita makin jauh dari kebahagiaan tersebut? Mengapa sifat-sifat negatif malah menjadi lebih menonjol dalam hidup keseharian kita? Kita telusuri jawabannya pada Bagian Kedua buku ini.

Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. Persiapkanlah dirimu untuk menghadapi gangguan dari mereka yang memusuhi setiap orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemunkaran. Kebenaran tidak dapat dipertahankan kecuali dengan kesabaran. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (Prof. Dr. H. Gunarso Darmadi – ITB) 4

Terali Jiwa


BAGIAN II MENGAPA AKU BERBUAT SALAH? Allah menciptakan manusia lengkap dengan fitrah keimanan, berbagai potensi, sifat baik dan sifat buruk. Karena itulah manusia diamanahi oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Allah menyediakan surga bagi mereka yang dapat mengemban amanah tersebut dengan baik dan penuh tanggung jawab. Timbul pertanyaan, “Mengapa Allah menciptakan sifat buruk di dalam diri manusia? Bukankah manusia takkan berbuat salah bila ditanamkan sifat-sifat yang baik saja?” Jawaban atas pertanyaan itu sederhana: justru dengan nafsu dan sifat buruk yang ditanamkan Allah tersebutlah manusia berkesempatan mencapai derajat yang sangat tinggi, melebihi derajat malaikat, bila manusia bisa mengendalikannya. Mengapa harus kita bela perasaan dan hawa nafsu, padahal dia tak pernah membela kita? Belalah Allah dengan keimanan, karena Dia membela kita. (K.H. Dudi Muttaqien - Bandung) Di antara ciri orang bertaqwa adalah “Bila berbuat keji atau berbuat zhalim segera ingat Allah swt. kemudian memohon ampun atas kesalahannya dan tidak secara sengaja mengulangi kesalahan tersebut.” (Q.S. Ali Imran: 135) Orang yang bertaqwa dikasihi Allah dan dibimbing Allah dalam mencari solusi berbagai permasalahan kehidupan. (H. Nurmahmudi – Walikota Depok) Terali Jiwa

5


Begini, di dalam jiwa manusia ada tiga nafsu. Pertama, nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang mengajak pada kebaikan. Kedua, nafsu lawwamah yaitu nafsu yang memberikan peringatan. Ketiga, nafsu amarah, yaitu nafsu yang mengajak pada keburukan. Ketiga nafsu tersebut hidup dalam jiwa manusia sambil memainkan fungsinya masing-masing. Kita lihat contoh berikut. Suatu waktu kita berniat berbohong untuk yang pertama kalinya. Nafsu lawwamah mengingatkan: “Bohong itu nggak baik, dosa.” Kemudian nafsu muthmainnah berkata, “Makanya, jangan bohong!”. Tapi nafsu amarah berkata sebaliknya: “Sekali-sekali mah nggak apaapa bohong!” Maka, terjadilah tarik menarik antara nafsu muthmainnah dengan nafsu amarah. Dalam peperangan antara kedua nafsu tersebut, malaikat membantu nafsu muthmainnah dan setan membantu nafsu amarah dengan kekuatan yang sama. Di sinilah akal memainkan perannya. Karena dibantu oleh pertimbangan akal, semestinya Semua anak Adam pasti pernah berdosa. Sebaik-baik pendosa adalah yang mau bertaubat. Tatkala manusia jatuh dalam perjalanan hidupnya, cepatlah bangun karenan Allah masih menyediakan karunia yang banyak baginya. (Hj. Lenny Umar - Ustadzah) 6

Terali Jiwa


nafsu muthmainnah yang menang. Namun, akal kita sering tak berfungsi karena kita memperturutkan nafsu amarah. Saat nafsu amarah menang dalam pertempuran tersebut dan kita berbohong untuk pertama kalinya, kita akan menyesal, gelisah, tidak bisa tidur, tidak enak makan, takut ketahuan, dan takut dosa. Perasaan ini dimunculkan oleh nafsu lawwamah yang tadi telah memberi peringatan bahwa bohong itu nggak baik. Namun, bila pada masa-masa selanjutnya nafsu amarah selalu menang dan kita berbohong untuk kedua kalinya, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai menjadi kebiasaan, perasaan menyesal dan gelisah semakin berkurang. Saat bohong sudah menjadi karakter, perasaan menyesal akan berubah menjadi rasa bangga karena kita menganggap telah berhasil mengelabui orang. Ini terjadi karena nafsu lawwamah sudah sangat lelah memberikan peringatan pada kita. Sekarang kita lihat bagaimana bila nafsu muthmainnah yang menang dalam pertempuran tersebut. Saat nafsu muthmainah menang, hati kita akan merasa Setiap muslim itu bersaudara. Nabi bersabda, “Tidak dibenarkan seorang muslim memandang saudaranya dengan pandangan yang menyakitkan hatinya.� (Mawardi Hasyim SH)

Terali Jiwa

7


sangat lega dan perasaan menjadi tenang walaupun harus menghadapi risiko dengan berkata jujur. Akal kita pun dapat berfungsi dengan baik sehingga berhasil mengontrol nafsu amarah. Nah, pada saat seperti inillah nilai kita sebagai manusia di hadapan Allah menjadi sangat tinggi, melebihi derajat para malaikat. Mengapa demikian? Karena kita telah bersusah payah bertempur melawan nafsu amarah untuk dapat berjalan di atas rel kebenaran dan patuh terhadap ketentuan dari Sang Pencipta. Sedangkan para malaikat, mereka tidak memerlukan perjuangan sedikit pun untuk patuh kepada Allah karena mereka tidak memiliki nafsu. Artinya, proses perjuangan manusia dalam menekan sifat-sifat buruk yang ada dalam dirinya sangat dihargai oleh Allah, sehingga Ia menjanjikan Surga di alam akhirat, sebuah kenikmatan tak berujung, kebahagiaan abadi. Lantas, bagaimana bila kita telanjur memperturutkan nafsu amarah? Masihkah ada kesempatan untuk memperbaikinya? Bagaimana caranya? Mari kita kupas Buat teman-teman yang sedang mendapat cobaan kehidupan, sabar dan cobalah melihat cobaan ini sebagai satu sekolah untuk meningkatkan derajat keimanan pada Allah swt. Ingat, keterbatasan hanya pada fisik, karena akal dan pikiran tidak pernah dapat dibatasi. Tetap berkarya dan wujudkan ketika fisik sudah tak terbatasi. (Lula Kamal - Artis)

8

Terali Jiwa


BAGIAN III ALLAH MAHA PENGAMPUN Hidup yang kita jalani –siapa pun kita dan apa pun profesi kita— adalah ujian dan cobaan. Nilai kita di hadapan Allah ditentukan oleh bagaimana kita menyikapi ujian dan cobaan tersebut. Saat mengarungi belantara kehidupan yang fana ini, perjalan penuh liku, bersemak, dan terjal harus kita lalui. Dan adakalanya kita salah melangkah, sehingga kaki kita terperosok. Saat ini terjadi, akankah kita menyerah kalah dan semakin menjerumuskan diri ke dalam jurang yang lebih dalam? Tidak! Kita tak boleh menyerah. Kita harus berupaya mengangkat kaki yang terperosok untuk melanjutkan perjalanan sampai Sang Pencipta sendiri yang menentukan akhir perjalanan kita di alam yang fana ini.

Aku lebih mencintai rintihan para pendosa daripada gemuruh suara tasbih. Gemuruh tasbih memuja kebesaran-Ku. Rintihan pendosa menyentuh kasih sayang-Ku. (Hadis Qudsi) (H. Jalaluddin Rakhmat) Melalui kesabaran dan ketaqwaan, jadikan LP sebagai tempat melebur dosa menuju perilaku dan kehidupan yang lebih baik. Janganlah patah semangat, dengan sabar dan shalat, jadilah manusia yang bertobat. Tiada kata terlambat untuk bertobat dan membangun diri agar bisa berguna bagi masyarakat. (H. Dada Rosada – Walikota Bandung) Terali Jiwa

9


Kalimat “Telanjur Basah” harus kita coret dari dari buku harian kita. Kata-kata “Kepalang Salah” atau “Kagok Borontok” harus kita enyahkan dari benak kita. Kalau kaki kiri kita terperosok ke dalam lumpur, kita harus berupaya mengangkat dan membersihkannya, bukan malah sekalian menceburkan kaki kanan. Bahkan, kalaupun seluruh badan kita telah masuk ke dalam kubangan lumpur, kita harus berupaya berenang ke tepian dan menyirami tubuh kita dengan air bening yang bersih dan sejuk. Kalaulah lumpur itu diibaratkan sebagai kesalahan dan dosa, maka upaya kita untuk keluar dari lumpur tersebut adalah taubat, dan air bening yang sejuk itu adalah kasih sayang dan ampunan Allah. Tak ada alasan bagi kita untuk berputus asa dari rahmat dan ampunan-Nya, karena Ia adalah Sang Maha Pengampun. Kasih sayang-Nya jauh lebih besar daripada murkaNya, ampunan-Nya jauh lebih luas daripada siksa-Nya. Ia membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat hamba-hamba-Nya yang berbuat dosa di Seruan kasih sayang Allah bagi yang berbuat dosa: Bertaubatlah, Aku akan mengampuni. Kalau dosamu sekujur badanmu, ampunan-Ku lebih besar dari rumahmu. Kalau dosamu sebesar rumah, ampunan-Ku lebih besar daripada gunung yang paling besar. Walhasil, tidak ada dosa yang melebihi besarnya ampunan Allah. (K.H. Irfan Q)

10

Terali Jiwa


waktu siang, dan Ia pun membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat hamba-hamba-Nya yang berbuat dosa pada waktu malam. Berikut kisah menarik tentang upaya seorang hamba menggapai rahmat dan ampunanNya. Dari Abu Sa’id bin Malik bin Sinan Al Khudriy ra, Nabi saw.bersabda, “Sebelum kalian, ada seorang laki-laki membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk sekitar tentang seorang yang alim. Maka ia ditunjukkan kepada seorang Rahib (pendeta Bani Israil). Setelah mendatanginya, ia menceritakan bahwa ia telah membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada pendeta itu, “Apakah saya bisa bertaubat?” Pendeta itu menjawab, “Tidak.” Maka pendeta itu pun dibunuh sehingga genaplah 100 orang yang dibunuhnya. Kemudian ia bertanya lagi tentang seseorang yang paling alim di atas bumi ini. Ia ditunjukkan kepada seorang alim. Saat bertemu, laki-laki itu pun bercerita bahwa dirinya telah membunuh seratus Sebaik-baik amal adalah yang rutin walau sedikit. Barangsiapa yang rendah hati, akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Sebaliknya, yang sombong akan dihinakan. (Ust. H. Abdul Chobir MT -- Pontren Cipasung) Terali Jiwa

11


orang. Kemudian ia bertanya, “Bisakah saya bertaubat?” Orang alim itu menjawab, “Ya, bisa. Siapakah yang akan menghalangi orang yang akan bertaubat? Pergilah kamu ke kota ini (sambil menggambarkan ciri-ciri kota yang dimaksud) sebab di sana terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke kotamu karena kotamu telah jelek.” Laki-laki itu pun berangkat. Ketika menempuh separuh perjalanan, maut menghampirinya. Kemudian timbullah perselisihan antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab tentang siapakah yang lebih berhak membawa roh laki-laki tersebut. Malaikat Rahmat beralasan bahwa orang ini datang dalam keadan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah. Tiada dosa tanpa ampunan bagi yang bertaubat. Semua manusia pernah salah. Yang baik adalah yang tidak mengulangi kesalahan. Allah swt. menerima taubat hambaNya sebelum ruh sampai di tenggorokan. Rasa bersalah mesti disertai harap akan ampunan. Anda boleh cemas takut siksa, tapi mesti optimis atas rahmat Allah. Jangan putus asa atas rahmat-Nya. Kita sadar banyak dosa, tapi ampunan Allah tidak terbatas. Ujian hidup adalah baik, yang tidak baik adalah yang tidak berhasil menempuh ujian. Kesetiaan bukan menaati perintah yang menyenangkan, tapi taat pada perintah yang kurang disenangi. Penuhilah apa yang dibutuhkan, jangan penuhi segala yang diinginkan (Ust. H. U Saefuddin)

12

Terali Jiwa


Sedangkan Malaikat Azab beralasan bahwa laki-laki tersebut tidak pernah melakukan amal baik. Kemudian Allah swt. mengutus malaik at yang menyerupai manusia mendatangi keduanya untuk menyelesaikan masalah itu. Malaikat yang menyerupai manusia itu berkata, “Ukurlah jarak kota tempat ia meninggal antara kota asal dengan kota tujuan. Mana yang lebih dekat, maka itulah bagiannya.� Para malaikat itu lalu mengukur jaraknya. Ternyata mereka mendapati laki-laki tersebut meninggal pada tempat yang lebih dekat dengan kota tujuan. Maka Malaikat rahmatlah yang berhak membawa roh laki-laki itu.� (H.R. Bukhari dan Muslim) Begitulah kasih sayang dan ampunan Allah. Kita lihat, walaupun lakilaki tadi tak pernah berbuat kebaikan, tetapi karena ia telah bertekad untuk bertaubat, Allah mengampuninya dengan memberi ketetapan bahwa ia berada dalam lindungan dan rahmat-Nya. Berikut ayat Al Quran dan hadis qudsi yang menjelaskan betapa besarnya ampunan Allah. Allah swt. Mahaluas pintu ampunan-Nya, jangan pernah putus asa dari rahmat-Nya. Sahabat Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar, Abdurrahman bi Auf, dan yang lainnya, sebelumnya adalah penyembah berhala, tapi kemudian dijanjikan menjadi ahli surga setelah bertaubat dan menjadi muslim yang ta’at. (K.H. Shiddiq Amin - Ketua PP Persis) Terali Jiwa

13


“Katakanlah (wahai Muhammad): “ Wahai hamba-hamba-Ku yang telah berlebih-lebihan merugikan diri sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa karena Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar: 53) “Wahai Bani Adam! Apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepada-Ku, Ku-ampuni segala yang ada padamu tanpa perduli. Wahai Bani Adam! Sekalipun dosa-dosamu bertumpuk-tumpuk hingga setinggi langit, tapi kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dosamu. Wahai Bani Adam! Sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang bumi, kemudian engkau menemui Aku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku kurniakan ampunan setimbang dosa itu.” (HQR Turmudzi yang bersumber dari Anas r.a.) Apa dan Bagaimana Taubat Itu? Manusia yang baik buk anlah manusia yang tak pernah berbuat salah, “Dan orang-orang apabila mengerjakan perbuatan keji/ menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun, siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?” (Al Anfal : 45) Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, asal tinggalkan lingkungan maksiat, tujulah lingkungan taubat. (K.H. Hafid Sayuti) 14

Terali Jiwa


karena tak seorang pun manusia yang luput dari kesalahan dan dosa. Manusia yang baik adalah manusia yang ketika ia berbuat kesalahan, ia menyesali kesalahannya, bertekad untuk tidak mengulanginya, memohon ampun kepada Allah, dan mengiringi kesalahan tersebut dengan banyak berbuat kebaikan. Bila kesalahan tersebut menyangkut hak orang lain, maka meminta maaf adalah suatu kemestian. Demikianlah Rasulullah saw. memberikan bimbingan kepada kita. Bila hal ini dapat kita laksanakan, maka kita sudah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertaubat. Apa yang harus kita lakukan setelah bertaubat? Menjaga diri dengan sebaikbaiknya agar tak mengulangi kesalahan yang sama adalah sebuah kemestian agar dosa-dosa kita diampuni Allah. Untuk itu, kita harus semakin mendekat kepada Allah dengan melaksanakan amal-amal saleh, baik yang bersifat hubungan langsung kepada Allah (hablum min Allah) maupun yang bersifat hubungan dengan sesama manusia (hablum min an-naas). “Sesungguhnya Aku benar-benar Maha Menyayangi sesama makhluk Allah, salah satu jalan diterima taubat oleh Allah. Seorang wanita pezina mendapat ampunan Allah karena menolong anjing yang kehausan dengan melepas sepatunya untuk mengambil air dari sumur yang tak ada embernya. (K.H. Irfan Q -- Cimahi)

Terali Jiwa

15


Pengampun bagi orang yang taubat, beriman dan beramal saleh, kemudian ia mengikuti petunjuk.� (Q.S. 20 Thaahaa: 82) Maka, selama kita masih diberikan napas oleh Allah dan matahari belum terbit dari sebelah barat, kesempatan bagi kita untuk bertobat terbuka lebar. Masalahnya adalah, kita tak tahu sampai kapan kita diberikan kehidupan dan kapan tibanya hari kiamat. Sangat mungkin usia kita tinggal beberapa hari lagi, bahkan mungkin beberapa menit lagi. Karenanya, tak ada alasan untuk menunda-nunda taubat. “Sesungguhnya allah Yang Maha Agung akan menerima taubat seseorang sebelum nyawanya sampai di tenggorokan (sebelum sekarat)� (H.R. Tirmidzi) “Siapa saja yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah menerima Tidak setiap orang yang berada di balik terali besi itu bersalah. Bisa jadi mereka tengah menerima musibah, cobaan atau ujian karena khilaf atau terpaksa. Bahkan tak sedikit karena korban fitnah. Nun di luar sana, banyak orang-orang berdosa berkeliaran menikmati alam bebas. Bagi mereka yang yakin dan bertawakal atas keagungan dan kekuasaan Allah swt., serta senantiasa bersujud berserah diri ke hadirat-Nya, pasti akan menerima rahmat, barokah, dan rido, dan maghfirohNya. Jadikan lingkungan terali besi sebagai tempat tadarus dan tarbiyyah untuk menimba ilmu dan mendekatkan diri ke haribaan-Nya. Banyak orang yang keluar dari terali besi menjadi tokoh nasional (Soekarno, Hamka, Natsir, AM Fatwa, dsb.) (H. Idad Soemarta)

16

Terali Jiwa


BAGIAN IV AKU TAK BERSALAH ! Dalam mengarungi kehidupan di alam fana ini, ada kalanya kita dianugerahi berbagai kemudahan dan kita merasa bahagia karenanya. Namun, adakalanya kita mengalami masa-masa yang sangat sulit. Misalnya saja saat kita dianggap bersalah atas sesuatu hal, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Atau mungkin kita memang bersalah, namun ganjaran yang harus kita terima sangat tak sebanding dengan kesalahan yang kita perbuat. Misalnya saja kesalahan yang kita lakukan adalah kesalahan kecil, tetapi mendapatkan hukuman yang sangat berat. Dalam kondisi seperti ini, rasa marah akan merasuki hati, dan perasaan sedih menyelimuti batin. Rasa marah dan sedih yang muncul, hendaknya harus segera kita kendalikan dengan bertafakur, merenungkan segala Kegagahan sejati adalah saat Anda bisa memaafkan orang lain. (K.H. Ade Bunyamin) Pengalaman hidup yang tidak baik ini adalah cobaan dari Yang Maha Kuasa. Bila kita bisa menerima dengan tulus dan memohon ampunan kepada Yang Maha Kuasa, Insya Allah setelah cobaan ini selesai, kehidupan yang lebih baik menanti kita. (Drs. H. Eddy Rakhmat – Wakil Walikota Cimahi)

Terali Jiwa

17


hal yang telah kita perbuat sambil berupaya berpikir positif atas hikmah yang ada di balik musibah tersebut. Bisa jadi, pada masamasa lalu kita pernah berbuat kesalahan yang menyakitkan atau merugikan orang lain tetapi saat itu kita tak mendapat ganjaran yang setimpal atas kesalahan yang kita perbuat tersebut. Ganjarannya malah menimpa diri kita pada saat kita tak melakukan kesalahan. Kalau toh kita merasa bahwa selama ini pun kita tak pernah berbuat kesalahan yang merugikan orang lain namun kemudian kita diberikan ganjaran hukuman, berpikir positif terhadap rencana Allah di balik semua musibah adalah jauh lebih baik daripada meluapkan rasa marah dan memendam kesedihan berkepanjangan. Marah dan sedih yang berkepanjangan sama sek ali tak k an mengubah keadaan. Adalah jauh lebih baik dan bermanfaat bila dalam keadan terzalimi, kita makin mendekat kepada Allah, memanjatkan do’a dalam setiap kesempatan kepada Allah Al ‘Adlu, Sang Hakim yang paling Adil. Yakinlah, Allah akan mendengar dan menjawab do’a yang kita panjatkan. Adapun waktu pengabulannya, Perbuatan maksiat yang menimbulkan taubat lebih baik daripada perbuatan baik yang menimbulkan kesombongan. (H. R. Sulaiman – Kandepag Cimahi) 18

Terali Jiwa


Allah-lah yang paling mengetahui saat yang paling tepat. Karenanya, berpikiran positif kepada Allah merupakan keniscayaan. Jangan sampai bibir kita berdo’a tetapi hati menggerutu karena do’a yang kita panjatkan belum dikabulkan-Nya. Ilmu Allah Mahaluas, dan yakinlah ia pasti memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba yang dicintaiNya. Yang juga harus kita perhatikan adalah isi do’a. Saat kita dizalimi, do’akan orang yang menzalimi kita agar menyadari kesalahan dan kekeliruannya sambil berupaya memaafkannya dan menghilangkan rasa dendam yang berkecamuk di dalam dada. Memang, untuk memaafkan dan mendo’akan yang baik-baik bagi orang yang menzalimi kita sangatlah sulit. Biasanya kita akan merasa sangat puas bila menyumpah serapah orang tersebut dan mendo’akannya dengan keburukan-keburukan. Namun, bila ini yang kita lakukan, secara tak sadar kita telah meminta kepada Allah untuk membalaskan dendam kita. Padahal, Allah lebih menyukai orang yang memaafkan. Adapun bentuk hukuman Allah bagi mereka yang berbuat zalim bukanlah urusan kita. Allahlah yang Jiwa yang lapang tak surut dilecut, hati yang teduh tak gersang dikekang, pikiran merdeka melintas batas Lapas. (Prof. DR. Melani Budianta -- UI) Terali Jiwa

19


kelak lebih berhak memberikan hukuman tersebut. Kita simak penjelasan Rasulullah (berkaitan dengan orang yang berbuat zalim) berikut. Kelak pada hari kiamat, hambahamba Allah akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang bulat dan tak beralas kaki, benar-benar dalam keadaan polos. Kami (para sahabat) bertanya: “Apakah polos itu?” Nabi saw. menjawab: “Tidak ada sesuatu pun pada tubuhnya.” Dalam keadaan itulah mereka mendengar suara panggilan yang dapat didengar orang-orang yang jauh dan dekat: “Akulah Daiyyan, Akulah Raja. Tidak selayaknya ahli neraka masuk neraka selama masih mempunyai hak pada ahli surga sebelum Aku selesaikan haknya. Dan tidak sepantasnya ahli surga masuk surga selama ahli neraka masih mempunyai hak padanya sebelum Aku selesaikan lebih dahulu, sekalipun hanya satu tamparan.” Para sahabat bertanya: “Bagaimana cara membayarnya sedangkan kita telanjang dan polos?” Nabi saw. menjawab dengan ringkas: “Pahala kebaikan dan dosa kejahatan”. Orang yang disebut muflis (bangkrut/ Sebuah kesadaran sejati lahir dari kesucian jiwa yang menyadari bahwa kehidupan dunia ini tidaklah abadi. Persiapan diri dengan pengabdian tiada henti itulah perbekalan hakiki untuk menghadap Illahi. (Ust. Abu Robbani)

20

Terali Jiwa


pailit) dari golongan umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat membawa amal ibadahnya berupa shalat, shaum dan zakat, tapi di samping itu ia membawa dosa karena pernah memaki, menuduh, memakan harta orang tanpa hak, menumpahkan darah dan memukul. Orang yang pernah dianiaya diberi pahala dari amal perbuatan yang menganiayanya. Demikian seterusnya. Apabila amal kebaikannya telah habis, diambilkan dosa orang yang dianiaya itu dan dibebankan kepadanya sehingga ia berhak dimasukkan ke dalam neraka dan kemudian dilaksanakan hukuman baginya. Karenanya, berpikir positiflah selalu kepada Allah. Ia adalah Hakim yang paling baik dan paling adil. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.� (Q.S. Al Zalzalah 99: 7-8) Karenanya, jangan jadikan Orang yang baik bukanlah orang yang tak pernah berbuat salah, akan tetapi orang baik adalah orang yang sadar akan kesalahannya dan berjanji untuk memperbaikinya. Manusia berada pada dua kutub yang bertolak belakang, antara malaikat yang taat dan iblis yang selalu berbuat dosa. Manusia tak mungkin menjadi malaikat, tapi jangan menjadi iblis. Jadikanlah dirimu sebagai manusia yang baik. (K.H. Muhaimin Lufti -- Kakanwil Depag Jabar). Terali Jiwa

21


kesusahan dan penderitaan kita sia-sia. Jadikanlah ia sebagai peluntur dosa, anak tangga mencapai derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah Sang Maha Pencipta, serta sarana menggapai surga yang penuh kenikmatan. Sangat mungkin, tanpa ujian ini kita takkan pernah dapat mencium harumnya surga karena amal-amal kita selama ini (baik kepada Allah maupun kepada sesama) tidak mencukupi untuk mendapatkan “tiket� menuju surga. “...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.� (Q.S. Al Baqarah 2: 216) Kita harus yakin bahwa Allah Maha Melihat. Hakim, jaksa, pengacara, dan polisi hanya memiliki dua mata dengan sedikit ilmu yang terkadang tak cukup tajam untuk melihat suatu kebenaran. Akan tetapi Allah Maha Melihat. Seluruh penderitaan Ada tiga kiat menghadapi suatu cobaan: 1. Bertobat, ambil wudhu dan shalat tobat dua rakaat. 2. Menerima, tiada semata-mata cobaan ini diberikan kecuali dengan izin dan kehendak-Nya. 3. Bersabar, karena cobaan diberikan pada orang yang terpilih dan akan ada akhirnya. Man Propose, God Dispose. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. (Prof. Firman F. wirakusumah -- Unpad)

22

Terali Jiwa


akan dicatat di dalam buku amal yang sangat akurat dan akan sangat bermanfaat untuk mensucikan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Berikut ringkasan kisah Nabi Yusuf a.s. yang mendekam di dalam penjara bukan karena berbuat kejahatan, namun justru karena ia tak mau mengikuti ajakan seseorang yang berpengaruh untuk berbuat tidak benar. Setelah dibuang oleh saudarasaudaranya ke dasar sumur dan ditemukan oleh para musafir, Yusuf dijual oleh para musafir tersebut kepada Menteri Raja Mesir yang bernama Qitfir. Qitfir ini memiliki istri bernama Zulaikha. Yu s u f p u n b e ra n j a k d e wa s a . Allah memberinya ketampanan dan ilmu pengetahuan. Karena ketampanan Yusuf, Zulaikha kemudian jatuh hati dan mencintai Yusuf. Ketika suami Zulaikha tengah bertugas ke istana kerajaan, Zulaikha menggoda Yusuf Lapas adalah rumah pendidikan untuk mengggali kesadaran nurani untuk bisa menuntun emosi ke arah yang lebih berhati-hati. Dalam hening kesendirian, sedih sepi, nyeri dan iri, kumpulkan dalam hati, jadikan potensi agar berani mendekat ke hadirat Ilahi Rabbi. Di luar tembok rumah pendidikan, tidak mudah kita merenung mencari jati diri. Manfaatkan sisa waktu Anda untuk yakin bahwa Tuhan selalu ada dengan kasih sayangNya. (DR.Terry Sriwana - UIN Bandung) Terali Jiwa

23


dengan memperlihatkan tubuhnya dan mengunci semua pintu seraya berkata, “Hai Yusuf, kemarilah!” Hampir saja Yusuf tergoda, namun Yusuf berhasil mengendalikan dirinya dan berkata, “Aku berlindung kepada Allah, dan sesungguhnya tuanku (Qitfir) telah memperlakukan aku dengan baik.” Zulaikha yang telah dikuasai oleh syahwatnya menjadi sangat marah terhadap penolakan Yusuf. Ia pun menarik baju Yusuf yang berlari menuju pintu hendak keluar, sehingga baju Yusuf pun sobek. Kemudian keduanya mendapati Qitfir di depan pintu dan Zulaikha lantas menghampiri suaminya tersebut dan memfitnah Yusuf. Ia berkata pada suaminya, “Apakah balasan terhadap orang yang hendak berbuat serong pada istrimu selain dipenjarakan?” Yusuf pun berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Singkat cerita, penolakan Yusuf ter ha d ap a jak a n Zulaik h a terseb ut menyebabkan Yusuf harus mendekam di dalam penjara. Yusuf berkata, “Wahai Tuanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakannya.”

Mengaji adalah modal dari taqwa. Kerjakan sekarang juga, jangan tunggu esok. (Ust. Hari Moekti) Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu. (Q.S. 14: 7) (Prof. Rohim Suratman – Kopertis IV) 24

Terali Jiwa


BAGIAN V SABAR DAN SYUKUR Bagaimana pun kondisi dan keadaan kita, kita harus tetap menyikapinya dengan tegar dan selalu berpikir positif. Sabar dan syukur adalah kuncinya. Cara memperoleh kunci itu adalah dengan memahami bahwa : a. Dunia ini hanyalah sementara dan permainan belaka. Yang abadi adalah kehidupan di alam akhirat. Maka, jadikanlah dunia ini sebagai ladang untuk menyemai amal sehingga kita dapat menuai hasilnya di kampung akhirat kelak. b. Penderitaan yang dirasakan saat ini harus dijadikan sebagai sarana untuk bermuhasabah/ introspeksi diri. Jangan menambah derita di atas derita dengan keluh kesah berkepanjangan. Peristiwa adalah suatu kepastian, tetapi sikap kita atas peristiwa tersebut adalah pilihan. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukpkan pahala mereka tanpa batas.� (Az-Zumar : 10) Bagi mereka yang sabar dalam menghadapi penderitaan, surgalah imbalannya. (Ali Imran: 142, Al Baqarah; 214) (H. D.Sukma W – Bupati Sukabumi) Terali Jiwa

25


Dengan sangat cerdas dan bijak Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika engkau bersabar, takdir akan tetap berlaku bagimu, dan engkau akan mendapatkan pahala. Jika engkau berkeluh kesah, takdir juga akan tetap berlaku bagimu, dan engkau akan mendapatkan dosa.” c. Waktu yang kita lalui bukanlah untuk disia-siakan dengan hanya meratapi nasib yang menimpa, tetapi untuk diisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi diri dan untuk sesama. Banyak hal yang dapat kita perbuat untuk mengisi waktu. Membaca adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan. Dengan banyak membaca, pemahaman kita akan makna kehidupan akan semakin terasah, sehingga kita pun bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat kepada teman-teman kita. d. Hukuman yang dijalani adalah untuk “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah 2: 153) Sabar sesaat dari godaan melakukan kejahatan, pelanggaran, dan kemaksiatan jauh lebih ringan daripada harus sabar setelah melakukan semua itu yang menuntut kesabaran lebih lama, lebih berat, dan lebih menyakitkan…(Ibnul Qoyyim) (K.H. Tajuddin Noor)] 26

Terali Jiwa


memperbaiki diri, bukan untuk membuat kesalahan-kesalahan baru. Adalah sebuah kerugian yang luar biasa bila kita menjadikan hukuman yang dijalani sebagai ladang tempat menyemai kesalahan. e. Hukuman yang dijalani dapat menjadi kifarat (penebus) atas dosadosa yang telah diperbuat bila dijalani dengan ikhlas, sehingga pada saat hari hisab kelak dosadosa tersebut telah terhapus dari buku catatan amal. Kita simak kisah berikut. Dari Abu Nujaid Imran bin Al Husain Al Khuza’iy r.a., ia berkata: “Ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah saw. Saat itu ia sedang hamil karena berzina. Ia berkata, “Ya Rasulullah, saya telah melakukan kesalahan dan saya harus dihukum, maka laksanakanlah hukuman itu atas diri saya. Kemudian Rasulullah saw. “Sesungguhnya Allah gembira menerima tobat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian ketika menemukan kembali untanya yang hilang di padang yang luas.” (H.R. Bukhari) Lepaskan jiwamu dari belenggu, dan bermunajatlah pada Sang Pencipta. Niscaya akan kau rasakan tetes embun pagi merambati palung hatimu. (Asep Tatang, SH. -- Pengacara) Terali Jiwa

27


f.

memanggil walinya seraya berkata, “Perlakukanlah baik-baik wanita ini. Apabila sudah melahirkan, bawalah ia kemari.” Maka dilaksanakanlah perintah itu oleh walinya. Setelah wanita itu melahirkan, dibawalah ia ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian, diikatkanlah pakaiannya dan dirajam. Setelah meninggal, Rasulullah saw. menyalatkannya. Umar berkata kepada Rasulullah saw.,” Ya Rasulullah, mengapa engkau menyalatkan wanita itu, padahal ia telah berzina?” Rasulullah saw.menjawab, “Wanita itu benarbenar bertaubat, dan seandainya taubatnya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Pernahkan kamu mendapatkan orang yang lebih utama daripada seseorang yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung?” (H.R. Muslim) Sikap putus asa hanya akan membuat diri semakin menderita. Banyak hal bermanfaat yang dapat dilakukan.

Obat yang mujarab untuk orang yang sedang “sakit”, baik fisik maupun psikis adalah vitamin: 1.Shabar 2.Shalat 3.Semangat dalam menghadapi cobaan/ujian. (Prof. DR. dr. Rully Roesli, Sp.PD(K) – RSHS) 28

Terali Jiwa


Kalaulah saat ini badan terkungkung, bukan berarti harapan menjadi musnah dari dalam jiwa. Harapan akan kehidupan yang lebih baik harus selalu menyala, sehingga usia dipenuhi berkah. Lawanlah bisikanbisikan setan yang dapat membuat pikiran menjadi stres. Untuk lebih memantapkan sikap kita yang berkaitan dengan sabar dan syukur, berikut petikan kisah Nabi Ayub a.s. Nabi Ayub a.s. adalah hamba Allah yang terkenal sabar dan penyayang. Karenanya Allah membanggakan Ayub kepada segenap makhluknya. Mendengar pujian Allah terhadap Ayub, setan berkata, “Allah, Engkau tak perlu membanggakan Ayub. Dia sabar dan baik budi karena hidup serba berkecukupan. Aku sangsi apakah Ayub tetap memperlihatkan sikap terpuji jika Engkau menimpakan ujian kemelaratan dan kenistaan.” Jatuh bangun kehidupan akan berharga, jika 1. Ketawakalan tumbuhkan cinta bagi sesama, 2. Keikhlasan suburkan hati yang bertaqwa, 3. Kebaikan sinari jiwa, 4. Kesabaran sehatkan jasmani dan rohani. Maka motto kehidupan adalah “Kerja keras bagi kemaslahatan sesama dengan ketulusan dan rasa syukur.” (Prof. DR. Srihadi Sudarsono -- ITB)

Terali Jiwa

29


Menanggapi kesangsian setan, Allah lantas membuktikan keutamaan Ayub. Ayub pun kemudian menjadi bangkrut, putra-putranya meninggal, dan ia ditimpa penyakit. Badannya membusuk, belatung pun menempel pada tubuhnya. Satu per satu istri-istrinya meninggalkannya, hanya satu yang setia. Namun, dalam keterpurukan tersebut, Ayub tetap ingat dan patuh kepada Allah. Ia selalu berdo’a agar diberi ketabahan dalam menjalani segala ujian dan cobaan. Setelah sangat lama berada dalam penderitaan dan telah nyata bahwa Ayub tidaklah menjadi ingkar karena semua ujian itu, Allah pun kemudian memberi kesembuhan padanya.

Jangan buang waktu untuk berkeluh kesah. Tuhan pasti memberi jalan pada kita yang mau berjuang keras untuk mengubah nasib. Keadaan sulit adalah tempat terbaik untuk kita sekolah. Makin berat pelajarannya, tapi makin berani dan rajin kita menghadapinya, maka kesuksesan dapat diraih. (Prof. Dr. Didi T -- Rektor Unpas) Hidup ini pilihan. Terali besi atau kebebasan adalah kondisi yang mengingatkan manusia akan sebuah permainan hidup. Perjalanan tanpa batas yang selalu mengajak manusia untuk berpikir dengan menggunakan akal sebagai proses penemuan jati diri yang sesungguhnya. (Soraya Haque – Artis, model) 30

Terali Jiwa


BAGIAN VI DEMI WAKTU “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al ‘Ashr 103: 1-3) Di negeri ini pernah hidup seorang ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Sangat banyak karyanya yang menjadi sumber inspirasi bagi manusia. Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk adalah karyanya yang sangat terkenal di samping seabrek karya lainnya. Mungkin, di antara kita ada yang berkata, “Ya jelas dong, beliau kan punya banyak waktu dan kesempatan untuk menghasilkan karya Hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Besok harus lebih mulia daripada hari ini. Orang yang bertaubat dari dosa, tak ubahnya dengan orang yang tak pernah berbuat dosa. Orang yang paling mulia bukan yang tidak pernah berbuat dosa dan salah, tetapi yang mau bersegera menuju ampunan Allah swt. (Intisari Q.S. Al Hujuraat: 13, Ali Imran: 133) (K.H. Athian Ali) Harta utama manusia adalah kesehatan. Kehancuran utama manusia adalah keputusasaaan. (H. Abubakar – Bupati Bandung Barat) Terali Jiwa

31


seperti itu!� Betul! Beliau memang punya banyak waktu dan kesempatan karena beliau begitu menghargai detik demi detik waktu dalam hidupnya, mengisinya dengan hal-hal bermanfaat. Karena tak ada waktu yang disiasiakannya itulah yang membuatnya seperti memiliki banyak waktu. Terlebih ketika beliau berada di dalam jeruji besi. Di dalam tahanan itulah beliau menulis dan menyelesaikan karya terbesarnya yaitu “TAFSIR AL AZHAR�. Sebuah karya monumental yang sampai saat ini menjadi rujukan banyak orang. Ulama itu biasa disapa dengan Hamka, singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Jeruji besi bisa mengurung tubuhnya, tetapi tidak menjadi terali bagi jiwanya. Ia tak mau merugi demi waktu. Waktu akan terus mengalir, takkan surut ke belakang, dan tak dapat diputar ulang. Karenanya, beliau memanfaatkan detik demi detik dengan sebaik-baiknya di dalam ruang sempit yang dibatasi jeruji besi. Hasilnya adalah terciptanya karya yang sangat bermanfaat bagi sesama dan menjadi jariyah yang pahalanya akan terus mengalir, menembus alam barzah, walau saat ini tubuhnya telah Jika Allah memerintahkan untuk bersyukur dan bersabar, karena itulah jiwa dari kehidupan. Tapi syukur dan sabar baru bermakna bila dilandasi keikhlasan karena Allah dan tawakal. (Ust. Syakir Jamaluddin, MA) 32

Terali Jiwa


kembali lebur menjadi tanah. Andai kondisi yang serba terbatas membuat tak bisa istirahat (tidur), shalat dan bezikirlah kepada Allah. Hanya dengan shalat dan berzikir/ingat kepada Allah-lah hati menjadi tentram. Banyak hal yang dapat kita contoh dari Rasul dan para sahabatnya. Mereka menyengaja mengurangi tidur dan menggantinya dengan melakukan shalat. Dalam sejumlah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah saw. sampai bengkak kakinya karena selalu melakukan shalat malam/shalat tahajud. Hal lainnya yang bisa dilakukan adalah membaca dan menghafal ayat-ayat suci. Jangan sampai ada sedetik pun waktu yang dilewati dengan sia-sia. Dengan membaca dan menghafal firmanfirman Allah, kelak akan muncul semangat untuk memahaminya lebih dalam lagi untuk selanjutnya berupaya mempraktekkannya dalam setiap gerak langkah.

“Tetesan air mata adalah rahmat yang dikaruniakan Allah Ta’ala ke dalam hati hamba-hamba-Nya.� (Al hadits) (Ust. Aang Umansyah, S.Ag -- Kepala Instalasi Binroh RSUD Cibabat)

Terali Jiwa

33


“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.� (Q.S. Ibrahim 14: 24-25)

“Sangat menakjubkan orang mukmin itu. Segala urusannya sangat baik baginya. Bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik baginya. Bila ia tertimpa kesukaran ia bersabar, dan itu pun sangat baik baginya.� (H.R. Muslim)

34

Terali Jiwa


BAGIAN VII MENGKAJI DIRI DAN HUBUNGAN SOSIAL “IQRA! (BACALAH!)” adalah perintah pertama dari Allah kepada Rasulullah Muhammad saw. yang disampaikan melalui perantaraan Malaikat Jibril. “Membaca” pada hakikatnya tidak hanya terbatas pada cara memahami rentetan huruf, tetapi juga meliputi upaya memahami segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kita. Bila demikian, kita harus berupaya untuk memahami dan memaknai dengan benar setiap hal yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan, tak terkecuali ketika cobaan dan penderitaan tengah mendera diri kita. Bahkan pada saatsaat seperti inilah kepekaan kita untuk dapat ‘membaca’ sangatlah tajam. Jangan lewatkan masa-masa ini untuk : 1. Membaca diri. Kita harus mampu membaca kelemahankelemah-an yang ada di dalam diri, sehingga kedepannya kita mampu memperbaikinya. Konon, sahabat adalah mereka yang menghampiri kita ketika seluruh dunia menjauh, karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Saat mata menangis, tangan menghapusnya. (dr. H. Judi Endjun, Sp.OG) Terali Jiwa

35


M i s a l ny a s a j a s e l a m a i n i kelemahan kita terletak pada ketidakmampuan mengendalikan emosi. Setelah kelemahan itu ter baca dengan jelas, tentunya kita akan berupaya mengubahnya menjadi sikap yang baik. Terlebih Rasulullah saw. telah mengingatkan kita bahwa orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat ototnya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan emosinya. Selain membaca kelemahankelemahan, kita pun harus mampu membaca kekuatan/ potensi yang ada di dalam diri kita. Biasanya, saat seseorang sedang kepepet, potensi yang tadinya terpendam mendadak keluar. Potensi itu harus terus kita pupuk hingga mendatangkan manfaat. Kita ambil contoh sederhana. Saat kita dikejar seekor anjing, mendadak kita Pujian itu bangaikan minyak wangi. Hanya baik untuk dicium dan jika diminum bisa memabukkan. Cacian bagaikan angin busuk. Dengan dibiarkan, akan hilang sendiri. (K.H. Alan Nur Ridwan) 36

Terali Jiwa


dapat berlari dengan sangat cepat dan menempuh jarak yang cukup jauh, padahal kalau dalam kondisi normal, berlari sedikit saja napas kita sudah kembang kempis. 2. M e m b a c a k a ra k te r i s t i k keluarga dan teman-teman k ita. Ak an sangat banyak orang yang mendekat kepada kita saat kita tengah bahagia dan mendatangkan manfaat bagi mereka. Apalagi kalau kita tengah berada di puncak kesuksesan, orang-orang yang selama ini tak kita kenal pun mendadak datang dan mengaku sebagai saudara. Nah, saat kita tengah berada dalam kesusahan, kita bisa membaca karakter asli mereka. Kalau kita memiliki istri, kemudian dalam derita yang tengah kita jalani sang istri tetap setia, berarti ia adalah istri sejati. Selain itu, dari sekian banyak teman dan sahabat, kita bisa melihat mana Berbuat jahat baiknya hanya sekali. Berbuat baik jangan sekali. Sebaik-baik guru adalah yang sudah tidak terpakai lagi karena hasil didikannya sudah bisa menggantikannya. (K.H. Djaelani M.Pd) Terali Jiwa

37


di antara mereka yang tetap setia menjadi sahabat. Benarlah kata pepatah, teman sejati itu ada dalam derita. Lantas, manfaat apa yang dapat kita ambil dari membaca k arakteristik keluarga dan teman-teman kita itu? Jelas bukan untuk membenci mereka yang menjauhi kita, tapi sebagai cermin bahwa dunia ini penuh dengan kepalsuan. Saat kita bisa menyelami makna kepalsuan itu dengan pengalaman, artinya kita telah pula memahami dengan baik firman Allah yang mengatakan bahwa dunia ini hanyalah permainan belaka. Pemahaman tersebut tentunya a k an s e mak in men amb ah keimanan kita sekaligus menjadi bekal dalam pergaulan hidup pada masa-masa mendatang. Yve s S aint Laurent ( YSL), Lapas bukanlah tempat yang hina. Tidak semua orang yang berada di Lapas bersalah di mata Tuhan. Banyak orang yang sukses berawal dari lapas. Lihat kisah orang-orang terdahulu, para nabi dan para sahabat. Mereka malah memilih penjara untuk menempa keimanan. Anda jangan merasa hina karena Anda ada di dalam Lapas, malah Anda adalah orang yang beruntung karena dosa Anda telah Anda tebus. Mudahmudahan kelak Anda menghadap Tuhan sudah tanpa dosa. (Ust. Sya’ban) 38

Terali Jiwa


perancang mode terkenal Perancis, sebelum tutup usia sempat menulis tentang kegersangan hidupnya yang bergelimang pujian. Begini k a t a ny a , “ S a y a m e n g e n a l ketakutan dan kesendirian. Obat-obatan dan teman-teman palsu itu. Penjara depresi dan rumah sakit. Saya berhasil keluar dari itu semua, silau tetapi sadar.” Tulisan yang menggambarkan kekecewaan yang sangat dalam pada kepalsuan di sekelilingnya yang menyeretnya pada penderitaan batin.

“Wahai dunia! Berkhidmatlah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepadamu.” (Hadits Qudsi) Mengharapkan perubahan tanpa mau mengubah diri adalah kesia-siaan. (Prof. DR. H. Ganjar K – Rektor Unpad) Terali Jiwa

39


“Sesungguhnya orang yang tunduk patuh berserah diri kepda qodloKu, rido dengan hukum-Ku, dan bersabar atas ujian dan cobaan-Ku, niscaya Aku bangkitkan dirinya pada hari kiamat kelak bersamasama dengan orang-orang yang mempunyai martabat Shiddiqin.� (Hadits Qudsi)

Ya Allah..., perbaikilah urusan dunia kami karena di sinilah kami hidup, dan perbaikilah urusan akhirat kami karena ke sanalah kami akan kembali. (Al Hadits)

40

Terali Jiwa


BAGIAN VIII MENJAGA KESEHATAN Seburuk apa pun episode kehidupan yang kita jalani, kita harus senantiasa memanfaatkan celah yang mendatangkan manfaat positif untuk jiwa dan raga kita. Berikut kiat-kiat praktis dalam upaya menjaga kesehatan: 1. Berolahraga setiap pagi di bawah sinar matahari. Kegiatan ini akan membuat otot-otot berfungsi dengan baik, aliran darah akan menjadi lancar, sinar matahari pagi dapat diserap dengan baik, dan merangsang terbentuknya selsel baru di dalam tubuh. 2. Selalu aktif sehingga tak ada waktu untuk melamun. Dengan mengaktifkan diri, kita akan menjadi sehat. Kita lihat saja bagaimana perbandingan air yang mengalir dengan air yang tergenang. Air yang tergenang akan lebih cepat kotor dan menampung berbagai penyakit. Demikian pula dengan diri kita. Hiduplah dengan mencontoh teratai. Walaupun di comberan ia tidak tenggelam, bahkan memberikan pemandangan yang indah. (Prof. Dr. Sudigdoadi – Komisi X DPR RI) Terali Jiwa

41


Bila waktu luang kita isi dengan hanya berdiam diri, berbagai penyakit (baik itu yang sifatnya fisik atau psikis/kejiwaan) akan cepat hinggap di dalam diri kita. 3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan merupakan pangkal dari kesehatan. Karenanya, upayak an kebersihan dir i dan lingkungan semaksimal mungkin. Mulailah dari diri sendiri, sehingga orang-orang di sekitar kita akan mencontoh sikap dan perilaku kita. 4. Buanglah dahak pada tempat yang telah disediakan untuk menghindari penularan penyakit (TBC misalnya). Di dalam dahak terdapat sangat banyak kuman yang bisa terhirup lewat udara. Bila kita sehat, kita tentunya tak ingin tertular penyakit. Karenanya, ketika tengah mengidap penyakit, selain mengupayakan kesembuhan untuk diri sendiri, kita Runtuhnya hidup seseorang adalah ketika dia tidak lagi punya harapan untuk bangkit. Harapan itu dapat dihadirkan dengan mengingat kasih sayang dan pemberian Allah yang mungkin selama ini disia-siakan. (Ust. Asep Dudi -- Unisba)

42

Terali Jiwa


hendaknya memikirkan pula kesehatan orang lain. Bila tidak, penyakit akan terus berputarputar di lingkungan sekitar dan mengancam hidup kita. Atau bisa juga penyakit tersebut menulari orang-orang yang kita sayangi (keluarga dan sahabat) yang menjenguk kita. Walaupun kita tak divonis sakit, adalah lebih baik untuk membuang dahak pada tempat yang telah disediakan. 5. Tidak mengenakan pakaian orang lain untuk menghindari terkena penyakit kulit. Penyakit kulit sangat mudah menular. Karenanya, biasakan mengenak an pak aian dan handuk sendiri. Jangan meminjam atau meminjamkan pakaian dan handuk kepada orang lain. Penyak it kulit hendaknya jangan dianggap remeh. S eringan apa pun penyakit, tetap harus dihindari. 6. Melaporkan kepada petugas bila Rasul bersabda, “Manusia itu ibarat barang tambang. Barang tambang emas atau perak di masa jahiliyah akan dilanjutkan pada masa Islam apabila mereka paham terhadap Al Islam.� (Ust. M. Kariem Abdullah) Terali Jiwa

43


ada keluhan. Bila merasa sakit, hendaknya langsung melaporkan kepada petugas agar segera dilakukan pemeriksaan. Demikian pula bila kita melihat ada teman yang tengah sakit. Kita harus melaporkan sesegera mungkin kepada petugas. 7. Tidak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan narkoba. Narkoba itu awalnya dari ramuan Indian, satu keluarga dengan teh, kopi, coklat, dan tembakau. Ramuan tersebut digunakan untuk pengobatan atau bagian dari ritual. Bangsa barat kemudian mengambil kekayaan tradisional bangsa Indian ini tanpa mengetahui efek sampingnya, sehingga kemudian terjadi penyimpanganpenyimpangan, misalnya saja untuk menghilangkan stres. Penggunaan narkoba (apapun Hormatilah dia tapi jangan lupa keburukannya. Berilah dia tapi jangan lupa kebaikannya. Raihlah semangat istigfar. Reguklah hangatnya Suhanallah, Alhamdulillah, Allaahu Akbar. Capailah pelukan rido Ilahi. Kepakan sayap rahmat Allah, taburkan benih kesejukan hati. Gapai keridoan Allah duia dan akhirat (K.H. Endang Djadjuli) 44

Terali Jiwa


bentuknya) hanya akan merugikan diri kita. Ingat, bahwa hukuman yang dijalani adalah untuk memperbaiki diri, bukan untuk menambah-nambah kesalahan dan dosa. 8. Tidak menggunakan jarum suntik atau tato untuk menghindari penularan HIV/AIDS. HIV/AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Maka, waspada terhadap penyakit ini adalah suatu kemestian yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Penularan tertinggi penyakit ini adalah melalui jarum suntik. 9. Tidak melakukan anal seks. Selain berdosa, hubungan seks tersebut dapat menyebabkan timbulnya penyakit kelamin dan penularan HIV/AIDS. Jangan sia-siakan tubuh kita. Allah masih memberikan kita napas. Artinya, harapan masih terbentang luas. Bila saat ini kita tidak berupaya menjaga kesehatan, berarti kita telah membunuh harapan dan masa depan. Kesuksesan seorang manusia hanya satu kata: “Ikhlas� (Prof. Dr. H.M. Nurhalim Shahib -- FK Unpad) Terali Jiwa

45


Ingat, masa depan bukan untuk dibunuh, tetapi dicita-citakan agar dapat lebih baik dan dan kita harus mengupayakannya dengan penuh perjuangan.

“…dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri. Berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al Baqarah 2: 195) Allah berfirman dalam hadis qudsi, “Wahai hamba-hambaKu! Sesungguhnya rahmat-Ku telah mendahului murka-Ku. Telah Aku penuhi permintaanmu sebelum kamu meminta. Telah Aku ampuni dirimu sebelum kamu meminta ampun. Barangsiapa di antara kalian menemuiku dalam keadaan bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba-Ku dan rasul-Ku, niscaya aku masukkan dia ke dalam surga-Ku. (H.R. Abu Nu’aim) (Ust. Fathurohman)

46

Terali Jiwa


BAGIAN IX JANGAN PENJARAKAN JIWAMU! Penjara yang hakiki bukanlah jeruji besi yang membatasi gerak langkah. Penjara yang hakiki adalah kungkungan nafsu yang membuat nurani menjadi membeku. Betapa banyak orang yang gerak langkahnya tidak terbatas oleh ruang yang sempit tetapi batinnya terpenjara oleh nafsu yang telah ia jadikan sebagai tuhan. Ketika nafsu amarah (nafsu yang mengajak pada keburukan) selalu memenangk an per tempuran dalam melawan nafsu muthmainnah (nafsu yang mengajak pada kebaikan); ketika akal tak lagi dimanfaatkan untuk mengontrol nafsu; ketika nafsu lawwamah (nafsu yang mengingatkan) telah semakin lemah tak berdaya; ketika fisik yang sempurna digunakan untuk mengelabui sesama, ketika itulah sifat hanif (sifat dasar manusia yang cenderung pada kebaikan) telah dipasung oleh nafsu amarah yang telah menjadi raja di dalam diri. Itulah Terali Jiwa yang kelak akan menjerumuskan manusia pada kesesatan. Bila hal ini terjadi, ruang gerak Ruang yang sempit dapat membatasi gerak langkah, tapi tak bisa mengurung jiwa dan pemikiran. (Gani Yordani --editor) Terali Jiwa

47


yang luas hanya akan menambah banyak keburukan dalam hidup. Sangat mungkin dari luar seseorang terlihat sangat bahagia dengan gelimang harta, namun sebenarnya sang jiwa tidak tumbuh dengan subur dan baik. Kebebasannya untuk melakukan apa pun dengan tanpa batas pada hakikatnya merupakan terali bagi jiwanya, sehingga sang jiwa menjadi kerdil, terkungkung nafsu yang telah memenjarakannya. Na’udzubillaahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari keadaan jiwa yang demikian. Jeruji besi memang dapat membatasi gerak langkah, namun ia tak dapat memasung jiwa yang merindukan kebenaran dan kebahagiaan hakiki. Mereka yang selalu berupaya untuk menghiasi jiwanya dengan kebaikan, itulah golongan orang-orang yang beruntung. Allah telah menunjukkan jalan kefasikan dan ketakwaan kepada sang jiwa. Tak ada batasan ruang bagi jiwa untuk menempuh kedua jalan tersebut. Semuanya diserahkan pada kita, apakah akan menempuh jalan kefasikan atau ketakwaan. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang Kemarin aku bersalah, hari ini aku belajar, esok hari aku turut membangun. Bahagia dunia dan akhirat akan kugapai. (K.H. Iyep N. Tho’at -- Cimahi)

48

Terali Jiwa


mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syams 91: 8-10) Marilah kita berupaya melepaskan jiwa dari terali yang memenjarakannya berupa nafsu amarah yang menimbulkan keburukan dan kerusakan. Mari kita sucikan jiwa dengan terus memperbaiki diri ke arah yang lebih baik, sehingga kelak kita dapat menghadap-Nya dengan berbekal jiwa yang tenang serta dinaungi oleh rahmat dan cinta-Nya. Kembali ke haribaan-Nya bersama golongan orang-orang yang beroleh ampunan-Nya, memasuki pintupintu surga yang dipenuhi kenikmatan dan kebahagiaan.

“Seandainya seseorang mempunyai satu lembah emas, niscaya ia ingin mempunyai lembah yang kedua, dan ia tidak akan pernah merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya. Dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (H.R. Bukhari dan Muslim) Kita bisa cemas karena apa yang orang pikirkan tentang kita daripada yang Allah pikirkan tentang kita. Padahal Allah berfirman, “Jika kamu malu terhadap-Ku, Aku akan malu terhadapmu.” (H. Harry Suherman – Psikolog) Terali Jiwa

49


BAGIAN X MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN MENDATANG Perjalanan panjang menjalani masamasa hukuman hendaknya tidak dimaknai sebagai sebuah perjalanan yang hampa. Perjalanan ini mesti dimaknai dan disikapi sebagai sebuah proses penempaan mental dan keahlian untuk bekal kehidupan kelak setelah bebas melangkah, mengarungi dunia luar. Perhatian kita harus benar-benar dipusatkan pada persiapan untuk kehidupan setelah menjalani masa-masa hukuman, sehingga kelak kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Pengulangan kesalahan lebih disebabkan ketidaksiapan menghadapi kondisi yang akan datang. Tidak hanya godaan untuk mengulangi kesalahan, cacian pun harus siap dihadapi. Ketegaran dan ketahanan mental sangat dibutuhkan dalam menghadapi hal-hal Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemiskinan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari lilitan utang dan intimidasi orang. (Do’a Rasulullah saw.) Jatuh bangun adalah biasa. Manusia tiada yang sempurna. Manusia berbuat salah adalah dosa, karenanya jangan sampai terulang kembali, dan mohon ampunlah pada Allah swt. Lapas adalah tempat menempa diri. Belajarlah, dan yakinlah ini adalah musibah. (H. Osin – Mantan Wakil Bupati Kabupaten Sumedang) 50

Terali Jiwa


tersebut. Karenanya, menutup celah-celah bagi masuknya pengaruh-pengaruh negatif memang harus dipersiapkan dengan baik. Kebulatan hati untuk benar-benar bertobat dan tidak mengulangi kesalahan adalah modal utama untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sikap optimis harus selalu hidup di dalam jiwa. Tidak ada istilah “Tak ada jalan� bagi orang-orang yang mau berusaha. Pepatah klasik “di mana ada kemauan, pasti ada jalan� haruslah selalu didengungkan di dalam hati dan pikiran. Kita diwajibkan untuk berikhtiar, dan yakinlah Allah akan membukakan jalan, asalkan ikhitar tersebut berada dalam rel yang benar dan menepis rasa putus asa yang seringkali ditiupkan setan saat kita tengah menjalani proses ikhtiar tersebut. Berusalaha menciptakan pekerjaan yang mandiri dengan mengembangkan bakat /potensi yang dimiliki, misalnya saja dengan membuka pangkas rambut/salon, membuka bengkel, menekuni pertukangan, membuat kerajinan tangan, membuka reparasi elektronik, melukis, menulis, dan pekerjaan-pekerjaan mandiri lainnya. Janganlah menggantungkan hidup dan nasib pada manusia. Bergantunglah hanya Kegagalan itu hal biasa dalam hidup ini, karena setiap orang pasti punya masalah dan masa lalu. (KH. Ade Bunyamin) Terali Jiwa

51


pada Allah Ar-Razaq, karena dialah yang mengatur rezeki hamba-hamba-Nya. “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.� (Q.S. At-Taubah 9: 105) Berikut kisah singkat Karl May yang sukses menjadi penulis terkenal justru karena ia banyak membaca ketika di dalam penjara serta kisah Anton Medan yang berhasil membuka lapangan kerja selepas bebas dari penjara. Karl May Karl Friedrich May (HohensteinErnstthal, Chemnitzer Land, 25 Februari 1842 - Radebeul, Meissen, 30 Maret 1912) adalah penulis Jerman yang sangat populer. Ia merupakan penulis Jerman yang karyanya terlaris sepanjang masa. Buku-buku yang ia tulis bertema petualangan, seperti Winnetou, Kara Ben Nemsi, dan Raja Minyak. Renungan: Dalam kehidupan, dari satu kesusahan selalu ada kesusahan lain. Maka, jagalah Qolbumu dengan sabar dan ikhlas. Moralnya: Dalam kesusahan, yakinlah bahwa selalu ada harapan, namun jika dalam kesenangan, jangan lupa tujuan hidup. Maka Allah berikan kebahagiaan dan kearifan. (Farida Srihadi) 52

Terali Jiwa


Karl May lahir tahun 1842. Sejak lahir, Karl kecil menderita cacat buta karena kekurangan gizi. Untungnya, saat ia berumur 5 tahun, Karl kecil dioperasi sehingga ia bisa melihat lagi. Kira-kira umur 27 tahun, Karl dipenjara selama 7 tahun karena dituduh mencuri. Hebatnya, selama di penjara, Karl banyak membaca, terutama buku geografis. Dari itulah Karl mendapat ilham untuk menulis buku petualangan. Ia pun menjadi terkenal. Penggemar karyanya antara lain Adolf Hitler, Albert Einstein, Hermann Hesse dan Bertha von Suttner. Konon, remaja Indonesia tahun 30-an (yang kemudian dikenal sebagai perintis kemerdekaan) mengenal arti kemerdekaan setelah membaca buku-buku Karl May. Buku Karl May yang paling populer adalah Winnetou. Buku itu menceritakan orang Eropa yang ingin berpetualang. Tanpa sengaja, ia bertemu Winnetou, seorang kepala suku Indian Apache. Karena kekuatan pukulan tangan orang Eropa tersebut cukup kuat, ia disebut Old Shatterhand (yang mempunyai arti “Tangan Menghancurkan�). (Sumber: “http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_May�) Tatkala banyak orang baik-baik berada dalam penjara, maka yang di luar penjara pastilah banyak orang-orang jahat, dan sebaliknya pula. Maka lebih baik tidak menghukm orang yang salah daripada menghukum orang yang baik-baik. (H. Hasballah M. Saat -- Mantan menteri) Terali Jiwa

53


Anton Medan Menyandang status bekas narapidana bukan berarti tertutup sudah kesempatan untuk bermasyarakat dan bekerja. Di kawasan Kampung Sawah, Cibinong, Bogor Jawa Barat bekas narapidana Tan Kok Liong alias Anton Medan menempa keterampilan dan kepercayaan diri mereka yang pernah mendekam di penjara alias narapidana. Lewat Rumah karya atau semacam Balai Latihan Kerja di bawah yayasan At Ta’ibin, lebih dari ribuan lulusannya kini hidup mandiri dan kembali mendapat kepercayaan untuk ber-masyarakat. Sejauh apa peran “Rumah Karya� dalam mengembalikan kehidupan bekas narapidana? Apa yang mendorong Anton Medan menarik mereka? Menurut dia, Rumah Karya didirikan untuk mengembalikan kepercayan diri bekas narapidana agar mampu bersaing dalam dunia kerja. Modal awalnya didapat dari hasil ceramah di 400 lebih penjara di seluruh Indonesia. Ditambah hasil keuntungan saat dipercaya empat partai politik besar untuk Yang menjadi masalah dalam hidup kita bukanlah masalahnya melainkah sikap terhadap masalah. Maka, cepat kembalikan kepada Allah, sering ingat Allah, dan bulatkan keyakinan akan pertolongan-Nya. Insya Allah, Allah akan membimbing, memberi jalan keluarnya. (Aa Gym) Optimislah akan segala kebaikan dari Allah bagi kita, karena Allah akan memperlihatkan pada kita berdasarkan sangkaan kita. (Hj. Lenny Umar -- Ustadzah) 54

Terali Jiwa


membuat atribut dan spanduk saat Pemilu 2004. Setidaknya butuh waktu dua tahun untuk mendidik bekas narapidana jadi terampil sebelum boleh keluar untuk mandiri. Syarat lain harus memiliki tabungan tiga juta rupiah untuk modal membuka usaha. Bekas narapidana yang telah membuka usahanya secara mandiri di antaranya Ace. Dia kini memiliki usaha perbengkelan di Cirebon Jawa Barat. Di At-Ta’ibin dia menimba ilmu selama lima tahun. (Sumber: www.kabarindonesia.com)

Dari dua kisah di atas, banyak pelajaran yang kita petik. Intinya, jadikan masa-masa di dalam tahanan memiliki makna dan manfaat, untuk kehidupan kini dan masa mendatang. Betapa banyak teman di dalam tahanan yang dapat dijadikan tempat bertanya dan menggali ilmu. Maka, Allah tidak akan mengubah nasib seseorang selama orang tersebut tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri. (Prof. DR. H. Djamhoer Martaadisoebrata, Sp.OG(K), MSPH) Hidup adalah kumpulan kekalahan dan kemenangan. Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Jangan berputus asa, kemenangan pasti datang bagi mereka yang sabar dan percaya kepada Allah, hanya saja sering tak kita sadari dan syukuri. Bila kita mencintai Allah, Allah pasti akan lebih mencintai kita. (Rida RSD – Artis) Terali Jiwa

55


banyaklah menimba ilmu dari para cendekia yang berada dalam tahanan bersama Anda, belajarlah tentang spiritual pada teman yang lebih paham mengenai agama (Anton Medan salah satu contohnya. Ia mempelajari Islam di dalam penjara dengan bertanya pada teman-temannya), galilah ilmu wirausaha dari teman Anda yang berprofesi sebagai pengusaha. Ingatlah selalu bahwa setiap manusia pasti memiliki sisi-sisi positif. Galilah sisi-sisi positif itu sehingga dapat menjadi potensi yang besar bagi Anda serta mendatangkan manfaat yang besar pula. Setelah menghirup udara bebas, halhal yang mesti selalu diingat dan diupayakan untuk dilakukan secara optimal antara lain: 1. Jangan melakukan kesalahan yang lama. 2. Jangan menggantungkan nasib pada orang lain, percayalah pada kemampuan sendiri. 3. Bersabarlah, karena tak mungkin kehidupan berubah dalam sekejap. Berhati-hatilah terhadap berbagai godaan yang datang untuk kembali berbuat kesalahan. Godaan itu pasti Lebih berharga menjadi tuan kecil daripada menjadi budak besar. (Prof. Rohim Suratman – Kopertis IV) 56

Terali Jiwa


4. 5.

6.

7. 8.

akan datang (biasanya dari teman). Pertahanan diri sangat diperlukan untuk mengatasi godaan tersebut. Pe r t a j a m k e t e r a m p i l a n , c a r i pengalaman sebanyak mungkin. Bekerja keras dengan niat ibadah kepada Allah. Tanggalkan sikap pamrih. Yakinlah, Allah pasti akan membukakan jalan. Kendalikan nafsu yang sifatnya konsumtif. Belajarlah menabung bila penghasilan telah didapat. Gunakan uang yang terkumpul untuk hal-hal yang diperlukan (untuk kemajuan pekerjaan misalnya), bukan untuk hal-hal yang diinginkan. Jaga kesehatan, karena hal itu adalah karunia Allah swt. yang sangat mahal. Isilah waktu sebaik mungkin untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga. Tanamkan pemahaman tentang hikmah yang diperoleh dari musibah yang menimpa sehingga dapat menjadi bekal bagi kehidupan mereka kelak.

Memberi lebih baik daripada meminta. Berusaha dan berdo’a agar Allah swt memberi jalan rezeki, agar kita mampu memberi kepada orang-orang yang memerlukan bantuan kita, baik dari moril maupun materil. (Sam Bimbo – Seniman)

Terali Jiwa

57


9. Persiapk an ak hir hidup yang gemilang, yaitu kematian dalam keadaan husnul khatimah.

“Untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh, Aku sediakan kesenangan-kesenangan yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah sedikit pun terlintas dalam hati manusia.� (Hadits Qudsi) Kepada-Mu, wahai Ilahi, bukan manusia tempat aku meminta pertolongan saat jiwa ini ditimpa oleh risau yang menakutkan. Wahai Dzat yang mengetahui luka hatiku, aku mendekat dan membungkuk, aku sempurnakan mohon maafku, aku berlutut dan rukuk, aku bersujud dengan iman, cinta, dan takut hatiku, bertaubat dan tunduk di hadapan-Mu. Aku lepaskan bebanku, mengalirlah air mataku. Jika hati ini telah sempit, tak kutemukan di sekitarku kecuali Allah yang belas dan mendengar. Pintu-pintu menjadi kecil walau pun ia luas di mataku. Tapi pintu Allah lebih dekat dan lebih luas. Milik-Mu kerajaan itu, wahai Tuhan seluruh langit, dan aku di pintumu dalam kesulitan meminta dan tunduk patuh. (Hj. Dorce Gamalama – artis, entertainer). 58

Terali Jiwa


BAGIAN XI MEMPERSIAPKAN AKHIR YANG HUSNUL KHATIMAH Husnul khatimah adalah suatu keadaan ketika seorang hamba menghadap pencipta-Nya dalam keadaan yang baik. Tentunya husnul khatimah ini harus dipersiapkan. Allah-lah yang kemudian akan menilai seberapa serius persiapan kita dalam menggapai kematian yang husnul khatimah tersebut. Saat cobaan dan ujian mendera, ada sejumlah fase yang akan dilalui. Pertama kita akan melalui fase denial, yaitu fase penolakan. Pertanyaan maupun pernyataan seperti “Mengapa ini terjadi” atau “Aku tak percaya ini terjadi” adalah ciri-ciri bahwa kita tengah mengalami fase ini. Setelah fase ini lewat, kita akan memasuki fase anger, yaitu fase marah. Pada fase ini, kita telah percaya bahwa hal yang tak diinginkan tersebut Yang harus kita takuti bukanlah keterbatasan ruang, tetapi betapa terbatasnya waktu kita sebelum ajal menjemput dengan tiba-tiba. (Ust. Sukma Budi - SIM RS Cibabat) Harapan adalah awal kehidupan. Ujungnya hanyalah kematian. Kehidupan adalah sebuah perjalanan, pada waktunya pasti akan pulang. Kehidupan tentu saja akan membawa kenangan. Manusia penuh keterbatasan. Saat pulang yang indah berteman yang setia. Puncak kebahagiaan manakala disambut kekasih Yang Maha Sejati. Kita hanyalah manusia. (K.H. Hafidz Utsman - MUI Jabar)

Terali Jiwa

59


memang terjadi pada diri kita, dan kita pun menyikapinya dengan perasaan jengkel, emosi, dan marah. Fase ini ditandai dengan menyalahkan orang lain atas kondisi yang terjadi. Bila fase tersebut telah dilewati, tibalah masanya fase bargaining, yaitu mencari alternatif-alternatif yang sekiranya dapat mengubah keadaan. Bila alternatif tersebut tak ditemukan, akan tercipta fase depresi, yaitu fase hilangnya kontrol diri, putus asa, dan memikirkan hal-hal yang negatif. Kalau fase ini berhasil diatasi, akan muncul fase acceptance, yaitu menerima keadaan. Pada fase ini, kita cenderung dapat berpikir positif sehingga dapat menyiasati keadaan yang tidak diinginkan tersebut menjadi keadaan yang mendatangkan manfaat. Bila menginginkan husnul khatimah, kita harus berupaya melewati fase pertama sampai fase keempat dengan sangat cepat. Kita harus segera sadar bahwa semua datang dari Allah dan kemudian akan kembali kepada Allah. Intinya adalah bagaimana kita bisa lebih cepat masuk pada fase kelima dan melakukan hal-hal yang bermanfaat sehingga sisa hidup kita memiliki makna. Di mana letak hubungan upaya Dengan berserah diri kepada Allah sambil berusaha dengan kesungguhan hati, insya Allah kita akan terhindar dari kesulitan hidup. (Prof. E Saefullah – Rektor Unisba) 60

Terali Jiwa


melewati keempat fase tersebut dengan husnul khatimah? Begini, kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput kita. Kalau kita berlama-lama berada pada fase pertama yaitu fase penolakan, dan Malaikat Ijrail keburu menjemput, artinya kita meninggal dalam keadaan tidak ikhlas atas apa yang sedang menimpa kita. Bila maut menghampiri saat kita berada pada fase kedua yaitu fase marah, artinya sama saja, hati kita dalam keadaan tidak rido. Demikian pula bila Malaikat Ijrail menjemput kita saat berada pada fase ketiga (bargaining) dan keempat (depresi). Karena itu, tak ada jalan lain untuk secepat mungkin melewati fasefase tersebut. Inilah makna sejati Inna lilaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Semuanya datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam yang menggambarkan kepasrahan total pada Sang Maha Kuasa atas segala “Yaa ayyatuhan-nafsul muthmainnah. Irji’ii ilaa Robbiki rodhiyatam-mardhiyyah. Fadkhulii fii ‘ibadii. Wadkhulii jannatii. (Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah dengan hati yang rido dan diridoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku)” (Q.S. Al Fajr 89 : 27 – 30) Bukakanlah pintu hati hita untuk memasuki pintu rahmat yang Maha Pemurah. Orang yang husnul khatimah adalah orang yang sangat beruntung. (K.H. Aceng Zakaria -- Pesantren Persis Rancabango) Terali Jiwa

61


keadaan yang dialami. Karenanya, hendaklah kalimat inna lillaaahi wa inna ilaihi raaji’uun tidaklah hanya diucapkan ketika ada yang meninggal, tetapi ketika kita menghadapi setiap ujian dan cobaan.

Menjalani hidup itu seperti kita berperan dalam lakon sandiwara. Sang Sutradara mempunyai hak penuh atas peran kita. Semoga kita tunduk patuh dan ikhlas dalam menjalankan setiap peran dari-Nya. (Ratih Sang. Top model era 90, pemilik Lembaga Pengembangan Kepribadian Muslimah LPRS, Penulis). Setiap kita diberikan potensi oleh Sang Pencipta sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan ini. Maka, galilah potensi itu dengan berbekal ketekunan dan kesabaran. (Dewi RSD – Artis, Penulis) 62

Terali Jiwa


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Resapi dan renungkanlah ‘Ummul Qur’an ini, karena semua inti dari kebijakan Islam ada di dalamnya. Semoga do’a ini bisa menyelamatkan kita dari api neraka. Amiin.

Terali Jiwa

63


Dari Anas r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Bantulah saudara muslim dalam segala keadaan, baik ia zhalim atau dizhalimi.” Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, aku akan menolong orang yang dizhalimi, tapi bagaimana aku menolong orang yang zhalim?” Rasulullah saw. menjawab, “Engkau mencegahnya dari berbuat zhalim. Itulah bantuanmu kepadanya.” (H.R. Bukhari)

64

Terali Jiwa


TENTANG PENULIS H. Ahmad Heryawan, Lc., lahir di Sukabumi, 19 Juni 1966. Jabatan beliau saat ini adalah Gubernur Jawa Barat. Sebelum menjabat sebagai gubernur, jebolan Fak. Syariah LIPIA ini, memiliki riwayat pekerjaan yang cukup panjang, antara lain sebagai dosen di Universitas Ibnu Khaldun Bogor (1994-1995), Dosen tidak tetap di ekstension FE UI (19941995). Dosen di Pusat Studi Islam Al Manar (1996-1999), Pembimbing haji Ummul Quro (2000-2005), Anggota DPRD DKI (1999-2008). Pengalaman organisasi suami Hj.Netty Prasetiani ini pun cukup banyak, antara lain: Ketua Majelis Pemuda PP PUI (1991-1999), Ketua Umum DPW Partai Keadilan DKI Jakarta (1999-2004), Ketua PP PUI, Koordinator Panita Anggaran DPRD DKI Jakarta (2004), dan Anggota Khusus Lingkungan (2006).

dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K)., M.M. Lahir di Harleem-Belanda, 26 September 1953. Jabatan beliau saat ini adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dosen Luar Biasa di Univesitas Padjadjaran, Ketua ARSADA Jabar (2003-2007 & 2007-2010), Konsultan Obstetri Sosial, Pengurus Besar Terali Jiwa

65


Persatuan Judo Seluruh Indonesia (20072012), Ketua ICMI Orda Kota Cimahi (20062011), dan Ketua ESQ Peduli Kesehatan Wilayah Jawa Barat. Di sela kesibukannya, suami dr. Hj. Ina Rosalina Sp.A(K),M.Kes dan bapak dari Ayu, Putri, dan Doddy ini, masih menyempatkan diri mengisi acara “Buka Pintu� di Radio Maragitha FM setiap Selasa pukul 22.00-24.00 WIB.

66

Terali Jiwa


Ruang sponsor :

Terali Jiwa

67


68

Terali Jiwa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.