Majalah Digital Lamban Baca Edisi Kemerdekaan, Agustus 2020

Page 1

JEJAMA Majalah Digital Lamban baca

Edisi Kemerdekaan Agustus 2020

Edisi Kemerdekaan

Literasi + Kemerdekaan Literasi yang Memerdekakan Kisah Heroik Perang Gerilya Gele Harun di Lampung Barat Rini: Mengisi Kemerdekaan dengan Lamban Baca Literasi Konseptual yang Memerdekakan Konservasi Lamban Baca : 1 Anak, 1 Pohon

USD 4.99

https://lambanbacalambar.wordpress.com/


Admin JEJAMA Majalah Digital Lamban Baca "Jejama" akhir nya bisa turut serta meramaikan perayaan HUT RI ke 75 ini dengan tema "Literasi dan Kemerdekaan". Dua kata yang menjadi fondasi maju dan berkembang nya sebuah bangsa. Kali ini admin coba mengangkat jejak Pejuang Kemerdekaan Gele Harun di Lampung Barat. Perang Gerilya Ratusan kilometer Tentara dan Rakyat melawan Agresi Militer Belanda II Tahun 1949. Pahlawan kemerdekaan RI yang tak juga diberi tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional. Miris kan... Lalu dalam Tulisan Literasi yang Memerdekakan dan Literasi Kontekstual yang Memerdekakan kita akan disuguhi penjelasan detail hubungan literasi dan kemerdekaan dalam konteks inovasi sosial dan kemampuan berpikir luas terkait apapun.

Dukung Gele Harun Jadi Pahlawan Nasional

Selanjut nya Admin, mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu terbit nya Majalah Digital Lamban Baca "Jejama" agar dapat terus terbit berkala sepanjang masa.. Hahahah.. Lebay.. Oh ya.. Jejama terbit 1 bulan sekali aja ya. Jangan 2 minggu sekali. Gak kuat.. Bisa Tifus Admin.. Hahahaha.. Ok deh.. Lanjut... Donna Sorenty Moza Admin Sementara

https://lambanbacalambar.wordpress.com/


"JEJAMA" MAJALAH DIGITAL LAMBAN BACA

DAFTAR ISI PELATIHAN MENULIS KREATIF LAMBAN BACA RINI : MENGISI KEMERDEKAAN DENGAN LAMBAN BACA LAMBAN BACA: 1 ANAK, 1 POHON BUAH MURBEI HUTAN LITERASI KONTEKSTUAL YANG MEMERDEKAKAN

LITERASI YANG MEMERDEKAKAN

KISAH HEROIK PERANG GERILYA GELE HARUN DI LAMPUNG BARAT

BELAJAR DI KEBUN KOPI BUKU NGUPI PAY

LITERASI KAKTUS: DARI HOBI MENJADIÂ BISNIS

3



Pelatihan Menulis Kreatif Lamban Baca Kordinator Kabupaten Lamban Baca mengelar acara Pelatihan online “Menulis Kreatif” bagi pengelola Lamban Baca, penggiat literasi dan masyarakat umum pada, Rabu 22 Juli 2020, Pukul 13.30 s/d selesai. Hadir sebagai pembicara Sylvie Tanaga, penulis Buku Best seller “Dokter di Jalan Kemanusiaan” sekaligus Pembina Lamban Baca.

Al Hal itu dilakukan agar peserta mudah untuk mengerti.

Gelaran acara ini dimeriahkan puluhan peserta yang berasal dari dalam dan luar Lampung Barat. Diantara nya: perwakilan pengelola Lamban Baca se Lambar, Ibu Enni Amalia (Ketua Forum Literasi Lampung), Penggiat Gempa Literasi Lampung, Jurnalis dan lain sebagai nya. Bahkan, beberapa peserta berasal dari Pulau Jawa.

Silvie memberikan waktu 7 hari bagi peserta untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dan diserahkan kepada panitia acara.Gelaran acara ini merupakan tindak lanjut dari rangkaian acara sebelum nya “Pelatihan Blog Pemula” yang juga dialaksana Koordinator Kabupaten Lamban Baca di Kecamatan Way Tenong dan Sekincau.

Sylvie Tanaga memaparkan berbagi tekhnik menulis kreatif beserta contoh nya secara detail kepada peserta.umni Magister Komunikasi Universitas Indonesia ini juga meminta peserta menjelaskan beberapa pertanyaan dan contoh soal yang disajikan nya melalui media tulisan dan gambar.

Diakhir acara, Sylvie memberikan Pekerjaan Rumah Menulis Kreatif bagi peserta dengan tema “Literasi di Masa Pandemi Covid 19”. Peserta diminta menulis sekreatif mungkin mengenai aktivitas Literasi dan hambatan nya selama berlangsung nya Covid 19.

Harapan nya, gelaran acara ini menjadi stimulus pengembangan literasi baca tulis dan Literasi Digital bagi pengelola Lamban Baca, pengiat literasi dan khalayak ramai. Panitia mengatakan, kegiatan seperti ini akan menjadi agenda rutin Lamban Baca kedepan nya

TIM LAMBAN BACA


Literasi Kaktus: Dari Hobi Menjadi Bisnis Peluang usaha bisa datang dari mana saja, salah satu nya melalui hobi. Diah Febriani, penggiat literasi Lampung Barat menjadi contoh nya. Kini, kecintaan nya terhadap tanaman Kaktus tak ayal membuahkan hasil. Toko Tanaman Hias yang dibuka nya menjadi angin segar ditengah lesu nya perekonomian. “Kaktus itu mudah merawatnya. Tadinya

hanya punya beberapa jenis kaktus.

Karena banyak yang tertarik, kenapa tidak dibisniskan saja. Maen dong ke Toko ada banyak jenis Kaktus, mau yang lokal dan impor ada. Murah kok, paling mahal 125.000,” ujar Diyah. Menurut Diah, penjualan tanaman Kaktus yang dilakukan nya kini sudah menembus pasar luar Lampung Barat. Perlahan omzet penjualanpun merangkak naik setiap hari nya. “Alhamdullilah ya. Rezeki mah ada aja. Untuk pembeli lokal Lampung Barat kita bisa antar cepat. Tapi harga diluar ongkir ya. Untuk luar Lambar, pengiriman melalui ekpedisi.,” tambah nya. Untuk

jenis

tanaman

kaktus

dan

sekulen

lokal,

Diah

sebisa

mungkin

memberdayakan warga lokal Lambar sebagai penyuplai nya. Jadi, harapa nya, usaha yang dibangun berdampak terhadap peningkatan ekonomi warga sekitar. Amien.. .

6


LITERASI YANG MEMERDEKAKAN *“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” ― Mohammad Hatta Oleh: Sylvie Tanaga ***Sylvie Tanaga adalah penulis dan penyunting lepas, saat ini tinggal di Kota Bandung.

Bung Hatta tak sedang berpuisi manakala melontarkan kalimat ini.Di tengah kesibukan, beliau menggumuli buku saban hari selama berjam-jam. Ketika bepergian, kopernya pasti penuh buku. Dalam jeruji sel yang mengekang raga, buku jadi teman hidup yang membebaskan jiwa dan pikirannya –dan akhirnya membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu kolonialisme lewat ikrar Proklamasinya bersama Bung Karno. Saat pandemi Covid-19 menyergap dan memaksa dunia “diam sementara di rumah”, banyak orang merasa terpenjara, termasuk saya. Ruang gerak untuk melakukan ini dan itu begitu terbatas. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan…. saya mulai mengerti bagaimana rasanya di penjara. Dalam penat yang menguji akal sehat, saya melirik kembali buku-buku di pojok rumah yang beberapa di antaranya belum dibaca sama sekali..

7


Saya pun berpikir keras kapan pernah membeli buku-buku tersebut dan mengapa tak kunjung tersentuh. Kesibukan selama ini rupanya membuat saya pongah. Saya berpikir membaca buku adalah kegiatan “sampingan” jika ada waktu lebih. Bukan makanan pokok yang menutrisi jiwa dan pikiran. Saya cuma lapar mata saat membelinya.

Kedua, ternyata tak semua orang bisa mengakses buku karena ketiadaan fasilitas (toko buku, perpustakaan, taman baca) ataupun akibat kendala geografis dan finansial. Beberapa hari lalu, saya baru menonton sebuah film berjudul The Platform. Singkatnya, film tersebut menceritakan sebuah penjara vertikal dimana semua penghuninya hanya boleh mengajukan satu barang untuk dibawa ke dalam sel, apapun jenisnya.

Dalam “penjara” inilah saya baru sadar betapa berharganya arti sebuah buku. Ia bukan sekadar goresan tinta dalam gelai-helai kertas. Ia menjelma ruh yang hidup manakala saya membacanya. Ia membawa pikiran bertualang bebas ke mana pun saya inginkan. Saat merenungkannya, ia menimbulkan gado-gado rasa yang menghujam empati dan kesadaran saya sebagai manusia yang kompleks. Singkatnya, buku memerdekakan saya.

Seorang penghuni sel yang juga tokoh utama dalam film ini, meminta buku Don Quixote. Tapi kondisi penjara yang brutal karena minimnya makanan menyadarkan sang tokoh utama bahwa ia mungkin telah membuat pilihan keliru. Pada satu titik tak tertahankan, sang tokoh utama terpaksa melahap halamanhalaman bukunya demi bertahan hidup.

Demikianlah, akhirnya saya kecanduan menyantap buku dengan rakus tiap hari, menekuri kata demi kata sembari menangis atau terbahak. Di halaman rumah, di kamar, di toilet, buku jadi sahabat paling setia yang membunuh sepi. Tak pernah protes meski terus-menerus dijamah hingga lecek, tak bosan jadi sarana refleksi dan curahan hati.

Meski adegan tersebut mungkin hanya dimaksudkan sebagai simbol, saya melihatnya sangat mungkin terjadi dalam realita. Ketika saya menganggap buku sebagai “makanan pokok” pembebas jiwa, banyak orang di luar sana masih harus berjuang menghadirkan makanan pokok yang sesungguhnya untuk bertahan hidup, hari demi hari. Merdeka jadi sebentuk kata tak terjangkau, bahkan kian terdengar asing di telinga.

Kemudian, saya sadar bahwa “santapan” harian ini adalah sebuah kemewahan. Pertama, saya membaca karya yang mungkin telah ditulis bertahun-tahun hanya dalam satu sampai tiga hari. Seorang teman pecinta buku berceloteh bahwa perjuangan bertahun-tahun sang penulis telah memampukan kita, sang pembaca, melompat menuju masa depan tanpa perlu mengalami sendiri perjalanan yang berdarah-darah.

Buku dan kehidupan literasi jadi urusan nomor sekian yang sama sekali tak terasa genting, segenting perut yang berteriak nyaring minta diisi. Ironisnya, sejumlah anggota dewan terhormat dan tokoh publik justru menyalahgunakan

8


kemerdekaan yang mereka miliki untuk sekali lagi merebut kemerdekaan saudaranya sendiri, sembari leluasa menenar dusta penuh sensasi demi menangguk pundi sebesar-besarnya.

Aktivitas literasi untuk mendokumentasikan sajian lokal juga berkontribusi melahirkan aneka kreasi pangan yang memberi pemasukan finansial untuk warga. Pun demikian halnya dokumentasi sejarah dan budaya yang memampukan warga Mollo menjadi penyedia jasa wisata minat khusus yang kompeten dan tak sekadar berorientasi uang.

Tak ada cara lain untuk merebut kembali kemerdekaan kecuali melalui literasi. Di tengah segala tekanan, denyut literasi yang masih terus dipertahankan segenap tenaga oleh rekan-rekan pegiat literasi lokal membawa secercah harapan. Meski kamera lebih suka menyorot si pendusta dan kroni-kroninya, para pegiat literasi tak putus asa menempuh jalan sunyi memperjuangkan kemerdekaan jiwa dan pikiran warganya meski tahu hasilnya tak bisa dipetik dalam jangka pendek.

Jika sebuah komunitas literasi lokal saja mampu menunjukkan hasil yang luar biasa menggembirakan dan memerdekakan warganya dari ketergantungan, bayangkan apa yang bisa dilakukan puluhan lamban baca yang tersebar di seantero Lampung Barat.Bayangkan jika denyut literasi di Lampung Barat bisa berjalan seiring identitas lokal. Literasi kopi, misalnya, jika terus dikembangkan dengan konsisten dan terencana akan sangat berpotensi melestarikan budaya lokal sekaligus menghidupi para petani kopi. Storystory bersejarah bukanlah label yang bisa ditempel paksa demi menggenjot angka penjualan melainkan identitas khas bernilai tinggi yang tak bisa ditiru begitu saja.

Komunitas Lakoat Kujawas di Timor Tengah Selatan yang digagas oleh Dicky Senda, misalnya, membuktikan bagaimana literasi bukan pepesan kosong untuk menghibur jiwa-jiwa yang sepi. Perpustakaan yang mereka dirikan bukanlah ruang mati berisi tumpukan buku tapi sungguh “hidup” dengan aneka aktivitas di dalamnya.

Anak-anak juga bisa didorong untuk memahami potensi kopi dengan memperkenalkan mereka pada buku atau dongeng tentang kopi Lampung Barat. Mereka juga bisa diajak berkolaborasi menyusun cerpen, puisi, ilustrasi atau foto-foto bertema kopi, bahkan berkreasi dengan biji atau ampas kopi. Siapa tahu akan lahir karya-karya inovatif yang melestarikan budaya Lampung Barat sekaligus memberi nilai tambah ekonomi.

Anak-anak bukan obyek yang dipaksa membaca. Mereka bersukacita terlibat dalam kegiatan berliterasi. Mereka mendengarkan dongeng-dongeng tetua yang arif dalam memandang diri dan lingkungannya, lalu menulis cerpen, dongeng, dan puisi. Generasi muda Mollo bukan hanya bangga terhadap identitasnya namun juga berusaha sekuat tenaga melindungi kebebasan yang mereka miliki sebagai warga adat.

9


Ini belum termasuk potensi-potensi Lampung Barat lainnya yang tak kalah unik dan menarik seperti makanan, tarian, alat musik, dan arsitektur tradisional –termasuk nilainilai harmoni yang selama ini berhasil menyatukan warga Lampung Barat yang latar belakang warganya sangat beragam.

Kita tahu bahwa penjara terbesar masyarakat abad ini bukan semata maraknya kabar burung di dunia maya ataupun pandemi Covid-19, tapi terutama kebodohan dan pembodohan (baca: penindasan struktural), situasi dimana bangsa ini kerap merampas kemerdekaan saudaranya sendiri.

Kita tahu bahwa nilai-nilai semacam ini begitu penting artinya di tengah kondisi bangsa yang saat ini terbelah begitu tajam.Potensi-potensi lokal ibarat benih. Jika bertemu lahanlahan literasi yang subur (misalnya lewat Lamban Baca), bukan tak mungkin akan tumbuh dan berbuah lebat yang hasil akhirnya tak sebatas festival rutin atau kegiatan pengisi kalender pariwisata tanpa makna. Seperti yang dialami warga Mollo, literasi bisa menjadi nadi yang menyuntikkan darah segar bagi upaya pemberdayaan warga jangka panjang.

Para pegiat literasi lokal adalah agen penting untuk melawan setiap upaya pembodohan yang bertujuan merampas kemerdekaan warga dengan berbagai wujudnya, mulai dari eksploitasi alam tanpa batas yang memiskinkan hingga penindasan hak asasi manusia. Aktivitas literasi dapat menghidupi warga tanpa mengorbankan jati diri mereka sebagai manusia bermartabat. Menurut saya, inilah esensi dari literasi yang memerdekakan .

Bung Hatta memandang buku sebagai agen pembebas pikiran. Tapi dampaknya ternyata lebih dari yang beliau bayangkan. Buku-buku tersebut menjadi agen yang benarbenar menghantar negeri ini pada kemerdekaannya 75 tahun silam. Sebabnya, beliau tak sekadar membaca aneka bacaan bergizi tapi juga merefleksikan dan mempraktikannya bersama para founding fathers lain yang juga membaca buku. Dialektika berpikir disertai langkah nyata yang dilakukan bersama-sama adalah kunci yang bisa menerobos berbagai penjara.

10


Kisah Heroik Perang Gerilya Gele Harun di Lampung Barat “Anak-anakku,

Tentara

kamu

Perang Gerilya Gele Harun semasa Agresi

bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit

Militer Belanda II dilakukan setelah Tanjung

yang berideologi, yang sanggup berjuang dan

Karang sebagai Ibukota dan kota-kota penting

menempuh maut untuk keluhuran Tanah

lain nya berhasil ditaklukan oleh Belanda.

Airmu.

bahwa

Strategi ini juga sesuai perintah kilat No.1

kemerdekaan suatu negara yang didirikan di

Panglima Besar Jendral Sudirman kepada

atas timbunan runtuhan ribuan jiwa harta

seluruh pejuang kemerdekaan Indonesia.

Percaya

dan

Indonesia,

yakinlah,

benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapa pun

Adapun rute perang Gerilya Gela Harun

juga.” Jendral Sudirman

dimulai

dari

Kota

Bandar

Lampung

Pringsewu – Talang Padang – Ulu Belu – Way Kutipan amanat Jendral Soedirman diatas

Tenong – Bukit Kemuning dan Kembali ke

seolah menggambarkan kisah heroik perang

Bandar Lampung. Hal itu dilakukan dalam

gerilya Ratusan Kilometer yang dilakukan

medan

Gele Harun Nasution beserta bala tantara nya

perbukitan dan rimbun nya Taman Nasional

menghadapi Agresi Militer Belanda ke dua di

Bukit

Lampung pada Januari-Agustus1949.

mengunakan Google Map, perkiraan jarak nya

perang Barisan

yang

Selatan.

sulit Saya

menembus coba

hitung

312.1 KM. Ini baru perkiraan lho.. Dalam buku “Pokok-pokok Gerilya” yang ditulis Jendral Besar AH Nasution Perang

Kepercayaan

Gerilya Adalah Perang Rakyat Semesta. Ide

sebagai

dasarnya

segala

(kepala pemerintahan darurat) menggantikan

kekuatan (sumber daya) untuk mengalahkan

Residen Rukadi pada 5 Januari 1949 dibayar

musuh yang lebih kuat. Dan fondasi utama

dengan

strategi ini adalah pada kekompakan serta rasa

ditengah terbatas nya peralatan tempur dan

saling percaya antara militer dan rakyat. Che

fasilitas medis.

adalah

menggunakan

Guevara, Mao Tse Tung dan Jendral Sudirman menjadi sosok yang berhasil menerapkan strategi Perang Gerilya.

11

yang

diberikan

kepada

nya

sebagai Acting Residen Lampung

keberanian

dan

semangat

juang


Namun patut disayangkan, generasi penerus di Provinsi Lampung khusus nya Lambar banyak tak mengetahui peristiwa heroik 71 tahun yang lalu itu. Bahkan, di Kecamatan Way Tenong pun, tak banyak warga mengetahui sosok Gele Harun dan kisah perang gerilya yang terjadi di tanah tempat mereka dilahirkan. Sungguh patut disayangkan, rendah nya tingkat literasi sejarah

menjadi

problem

yang

mesti

diselesaikan. Karena selain Nasionalisme, jejak Gele

Harun

juga

menjadi

potensi

wisata

sejarah dan edukasi yang dapat menambah nilai ekonomi masyarakat setempat. Melihat kondisi objektif yang ada, tentu sosok Gele Harun sangat layak menyandang status Pahlawan Nasional. Namun, fakta dilapangan tak berbanding lurus dengan harapan kita semua. Perjuangan menjadikan Gele Harun dan rekan seperjuangan nya KH. Ahmad Tak ayal, dia pun harus kehilangan putri kesayangan nya Herlinawati dalam perang gerilya yang dikebumikan di Pekon Sukaraja Kecamatan Way Tenong. Sebuah pukulan berat yang harus diterima dengan keikhlasan demi berkibar nya sang saka merah putih.

sosok pejuang kemerdekaan yang pernah menapakan kaki nya di Lampung Barat. Bahkan, Gele Harun menjadikan Bumi Skala Brak sebagai benteng pertahanan terakhir mempertahankan

kemerdekaan

RI

semasa Agresi Militer Belanda II di Provinsi Lampung.

Ya,

Kondisi

geografis

alam

Lampung Barat mendukung taktik perang Gerilya. Jadi, kita sebagai warga Lampung Barat patut berbanga hati, dimana tanah tempat kita berpijak menjadi bagian penting perjuangan kemerdekaan republic Indonesia. Ya gak sih‌.

menjadi

pahlawan

nasional

bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan. Sejak Tahun 2013 hingga kini, status Pahlawan Nasional berdua.

belum Segala

juga upaya

disandang sudah

mereka

dilakukan.

Keterangan ahli, saksi mata dan setumpuk dokumen perjuangan Gele Harun dan KH.

Jadi, selain Bung Karno, Gele Harun menjadi

dalam

Khanafiah

Ahmad Khanafiah tak juga meluluhkan hati pihak terkait untuk menyandangkan status Pahlawan Nasional. Saya, sebagai Warga Lampung Lampung Barat sangat berharap pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 75 tahun ini. Gele Harun dan KH. Ahmad Khanafiah dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Karena menurut Bung Karno “Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa pahlawan nya. Semoga.. Ya.. Donna Sorenty Moza

12


33 | TRIPMAG.COM

RINI: MENGISI KEMERDEKAAN DENGAN LAMBAN BACA


Rini: Mengisi Kemerdekaan dengan Lamban Baca Banyak cara yang bisa dilakukan 1 9 generasi muda dalam rangka mengisi hari kemerdekaan, salah satunya adalah menjadi Pengelola Lamban Baca seperti yang di Lakukan oleh Rini Angraini, Gadis Lajang 25 Tahun asal Sebarus Balik Bukit ini. Ya, Jalan sunyi yang tak banyak dipilih untuk anak seusia nya. Menjadi pengiat Literasi. Harapan nya, kehadiran Lamban Baca dapat bermanfaat sebagai sumber pengetahuan dan jendela informasi bagi masyarakat khusus nya anak-anak di kampung halaman nya itu. “Maju dan berkembang nya peradaban sebuah bangs itu tercermin dalam geliat literasi nya. Jadi, menjadi pengelola Lamban Baca itu arti nya bekerja untuk peradaban ya,”

LAMBAN BACA KITA Sebarus, balik bukit, Lampung Barat

14


KOLOM KAK ESTER

LITERASI KONTEKSTUAL YANG MEMERDEKAKAN ESTER JUSUF

Kita sering mendengar pertanyaan yang

Terjerat

sama:”Apakah

merdeka bertindak. Namun seringkali masalah

merdeka?”.

kita

(Indonesia)

Biasanya

dilanjutkan

dengan

sudah

pertanyaan

paparan

ini

panjang

hutang

membuat

orang

tak

lagi

inti jerat hutang ada dalam diri sendiri: tidak ada

keinginan

sungguh-sungguh

untuk

tentang kondisi yang jauh dari ideal di

menyelesaikan dan menghentikan kebiasaan

Negara

belum

berhutang. Orang tak mampu menghadapi

atau

dirinya sendiri yang lengkap dengan keinginan-

kita

terpenuhinya

terkait

kemiskinan,

hak-hak

masyarakat

pelanggaran Hak Asasi Manusia. Keadaan itu memang

bertolak

belakang

keinginannya sendiri.

dengan

gambaran ideal tentang kemerdekaan.

Lantas bagaimana bisa menjadi manusia yang merdeka, yang berdaulat secara sosial, ekonomi

De jure (berdasarkan hukum) Indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Ini tidak perlu

dipertanyakan

lagi. De

facto (pada

kenyataannya) struktur, kultur maupun realitas Indonesia memang belum sesuai gambaran ideal tentang kemerdekaan. Saya jadi ingat percakapan saya tahun lalu dengan seorang petani kopi. Wajahnya muram. Petani ini mengeluh panjang tentang kesulitan ekonomi yang dialaminya. Ternyata masalahnya adalah ia terjerat hutang lintah darat, pinjol dan kreditnya di BPR macet. Menurutnya banyak petani singkong yang hidupnya selalu gali

dan moral? John Dewey

jelas menunjuk

kuncinya adalah pendidikan kontekstual, yaitu sistem pendidikan yang

membuat manusia

bisa membangun mekanisme adaptasi dan menyesuaikan diri (Self Renewing Process). Kemampuan beradaptasi ini bukanlah bentuk kepasrahan

untuk

terjerat,

namun

bergerak

dan

Wlodkowski

menerima

nasib

yang

kemampuan

untuk

terus

lepas.

inti

dari

Menurut

Raymond

pendidikan

adalah

motivasi yang kuat untuk belajar. Rachel Kessles menyebut inti pendidikan dengan “Spiritualitas Pendidikan”.

lubang – tutup lubang. Panen kopi kerap melimpah tapi tingkat ekonomi seperti tak ada kemajuan. “Begini-begini saja”, ujar petani itu.

15


Riset dari James Dale Davidson membuktikan

TSalah satu fungsi pendidikan kontekstual

bahwa semua masyarakat yang kuat ternyata

adalah

memiliki basis moral yang kuat.

Risetnya

memandang masalah secara parsial, terkotak-

membuktikan bahwa ada korelasi signifikan

kotak. David Orr menyatakan bahwa kita sering

antara

atau

gagal memandang dan menilai suatu masalah

selalu

karena kita terbiasa berpikir secara terkotak-

moral

kelompok terkoneksi

dan

yang

ekonomi. sukses

dengan

Negara

ternyata

faktor

menghindarkan

diri

kita

etika,

spirit

kotak, bukan melihat dan berpikir

sikap

keseluruhan

kemandirian

dan

kerja

keras,

bertanggung

jawab

pada

keluarga

dan

masalah

keterkaitannya.

Sebagai

untuk

tentang

dan

saling

contoh

adalah

masyarakat, perilaku hemat, suka menabung

masalah prediksi akan terjadinya kelangkaan

dan kejujuran.

pangan dunia pada tahun yang akan datang. Kelangkaan

pangan iklim

ini

Faktor-faktor di atas ini baik, namun mesti

perubahan

yang

dilengkapi dengan pemahaman tentang norma

kemarau sangat panjang.

terutama akan

akibat

membawa

atau hukum. Pemahaman ini menjadi pondasi dalam bersikap tindak. Etika, semangat, kerja

Jika melihat masalah ini secara fragmentatif,

keras, sikap bertanggung jawab pada keluarga

mungkin kita akan puas jika disodori jumlah

dan

data

masyarakat,

perilaku

menabung dan kejujuran

hemat,

suka

harus dilengkapi

dalam

Undang

dengan pengetahuan hukum.

konteks

Undang

Ketahanan

Nomor

18

Pangan.

tahun

2002

mengatur bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi

terpenuhinya

Pangan

bagi

negara

Saya beri contoh. Ada sekelompok pegiat

sampai dengan perseorangan, yang tercermin

literasi yang sangat gembira dan bangga

dari tersedianya Pangan yang cukup, baik

karena

wilayah

jumlah maupun mutunya, aman, beragam,

mereka sangat baik. Seorang aparat Negara

bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak

memberikan sebuah motor untuk membantu

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

kerja pendidikan literasi kontektual anak-anak

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,

desa. Namun ketika mereka mempelajari ilmu

aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

kemajuan

masyarakat

di

hukum banyak pertanyaan lantas bermunculan ke benak mereka: Apa status kepemilikan

Unsur paling pokok dalam Ketahanan Pangan

sepeda motor? Bagaimana jika sepeda motor

adalah

itu ternyata hanya dipinjamkan? Jika sepeda

Ketahanan

motor rusak, siapa yang harus membayar biaya

Kemandirian

bengkel? Jika motor itu hilang di lokasi Taman

Ketahanan Pangan tidak menjadi masalah

Baca, siapa saja yang harus ikut bertanggung

ketersediaan pangan itu adalah hasil impor

jawab? Pendidikan hukum kontekstual dalam

atau berhutang dari pihak lain. Hal ini jauh

hal ini telah menghindarkan para pegiat literasi

berbeda

itu dari masalah.

Pangan.

16

ketersediaan Pangan

pangan berbeda

Pangan.

dengan

yang

cukup.

jauh

dengan

Dalam

pengertian

konteks

Kemandirian


Kemandirian

Pangan

adalah

Negara

bangsa

dalam

dan

kemampuan

Kemungkinan krisis pangan dapat berdampak

memproduksi

pada

konflik

sosial,

bahkan

suksesi

pada

Pangan yang beraneka ragam dari dalam

beberapa negara pada masa lalu. Tahun 2008

negeri

pemenuhan

terjadi krisis pangan di 36 negara dunia dan 12

kebutuhan Pangan yang cukup sampai di

diantaranya berdampak konflik sosial; tahun

tingkat perseorangan dengan memanfaatkan

2011

potensi sumber daya alam, manusia, sosial,

berdampak

ekonomi,

termasuk

yang

dapat

dan

menjamin

kearifan

lokal

secara

bermartabat.

kembali

terjadi

konflik

krisis sosial

pangan di

pergantian rezim

15

yang

negara,

di beberapa

negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. (Santosa, DA 2020)

Dalam

keadaan

‘normal’

di

mana

efek

perubahan iklim yaitu kemarau panjang belum

Terkait

terjadi

tak

pangan dan dampaknya pada masyarakat kita

merisaukan masalah pangan. Namun jika kita

diprediksi berpotensi akan mengalami konflik

mau mencermati literatur terkait krisis pangan

sosial. Dari data Statistik Kriminal Indonesia

ke depan, maka pilihan paling logis adalah

kita dapati bahwa tahun 2018 jumlah kejahatan

bersiap menghadapi kemungkinan kekurangan

yang dilaporkan ada 34.655 kejadian; sedang

pangan. Korelasi terintegrasinya rantai pasok

jumlah konflik massal ada 3100 di berbagai

pangan kita dengan dunia internasional adalah

desa. Angka itu belum termasuk kejadian yang

bahwa jika ada gangguan pada rantai pasok

tidak dilaporkan, kejadian konflik sosial masa

pangan internasional, misal pada satu negara

lalu yang belum tuntas penyelesaian sosialnya

lain di dunia, pasti akan berdampak pada pasok

maupun

pangan Indonesia juga.

disintegrasi bangsa. (Statistik Kriminal, 2018)

David Beasley, Kepala Program Pangan Dunia

Setidaknya

World Food Programme memprediksi bahwa

sesegera harus kita lakukan jika mau merdeka

akan ada kenaikan jumlah kelaparan dunia

dari masalah kelangkaan pangan: Bertanam

menjadi

pangan, diversifikasi pangan dan mempererat

maka

250

terlihat

juta

banyak

orang,

yang

orang

mencakup

setidaknya negara Yaman, Kongo, Afganistan, (David Beasley, 2020). Rantai pasok pangan dan

dunia

internasional

terpengaruh dengan kebijakan ekspor

pangan

beberapa

akan

pembatasan

negara

kemungkinan

berkembangnya

ada

beberapa

kelangkaan

paham-paham

langkah

relasi dengan komunitas terdekat. **

Venezuela, Ethiopia, Sudan, Nigeria dan Haiti. Indonesia

prediksi

seperti

Kazakhtstan dan Vietnam.

17

yang


LAMBAN BACA: 1 ANAK, 1 POHON Komitmen Kabupaten Lampung Barat menjadi kabupaten konsevasi, terus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti saat ini dukungan dari Lamban Baca, Kecamatan Waytenong yang melakukan penanaman pohon Satu Anak, Satu Pohon di Cekdam Babakan, di Kelurahan Pajarbulan Way Tenong Lampung Barat. Hal tersebut sebagai wujud dari menjaga kelestarian alam di Bumi Beguai Jejama Sai Betik yang memang dikenal salah satunya berkat kekayaan hutan yang dimiliki.”Ini agenda pertama. Insyaallah kedepan kita ajak kawan-kawan yang lain untuk terlibat,” ujar Ibu Dwi

Dona Sorenti Moza penggiat literasi lambar menyebutkan, penanaman pohon Satu Anak Satu Pohon tersebut merupakan inisiatif para tunas bangsa dalam mendukung program pemerintah. “Iya ini merupakan salah satu bentuk dukungan masyarakat tentang Kabupaten Konservasi milik Kabupaten Lampung Barat,” ungkapnya. Pihaknya berharap aksi serupa juga digerakkan organisasi-organisasi diluar organisasi pemerintahan, serta masyarakat pada umumnya. Karena tujuan dari konservasi bukan hanya bermanfaat untuk Kabupaten lambar tapi untuk dunia.

Dan untuk mendukung kabupaten konservasi tersebut kini bukan hutan atau areal perkebunan saja yang menjadi sasaran penanaman pohon yang menghasilkan seperti jenis pohon buahbuah melainkan juga lokasi strategis lainnya seperti tempat wisata atau lahanlahan kosong.

18


Buah Lokal Lampung Barat

Murbei Hutan Tanaman Buah murbei hutan atau mulberry merupakan jenis tumbuhan yang unik dan berkarakteristik, salah satunya dilihat dari rasa, bentuk buah, warnanya. Buah murbei Hutan merupakan salah satu tanaman asli Lampung Barat. Meskipun konon Murbei berasal dari daratan Tiongkok.

Buah murbei adalah buah majemuk dengan panjang 2-3 cm. Biasa berwarna merah saat muda dan ungu tua saat masak. Murbei cocok tumbuh di habitat dengan cuaca dingin. Oleh sebab itu, sebaran murbei di Indonesia hanya ada di kawasan pegunungan. Agar dapat tumbuh dengan baik, murbei harus ditanam pada ketinggian diatas 700 mdpl. Wah sama kan seperti di Lambar.

"Udah pada nyobain Murbei Hutan belum Sobat Lamban ??

Diolah dari berbagai sumber

19


BELAJAR DI KEBUNÂ KOPI ZULFA Panen Kopi tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelum nya. Kami, petani kopi Lampung Barat, dipaksa hidup berdampingan dengan virus licik Corona. Bahkan belajarpun, harus dilakukan di Kebun, bersama ibu dan keluarga lain nya sambil memanen Kopi. Namun, hal tersebut tidak mengurangi semangat Muhammad Rifqil Wafa, siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Air Hitam Lampung Barat untuk bersekolah daring dan menyelesaikan tugas dari para guru di sekolah nya.

Wafa berharap Virus Licik Corona segera pergi dan diri nya dapat segera bersekolah kembali seperti sedia kala. Semoga apa yang dilakukan Wafa menjadi inspirasi untuk adik-adik lain nya di negeri ini. Bahwa keterbatasan tidak menghalangi kita untuk terus bersekolah dan meraih prestasi.


Buku "Ngupi Pay" Buku “Ngupi Pai” 2019 diterbitkan diluar agenda Lomba Menulis yang digelar Forum Literasi Lampung Barat dan Lamban Baca setiap tahun nya. “Ngupi Pai – Sesobek ulun Lampung. Buku berisi tulisan Udo Z karzi yang tercecer di Lampung Post, Fajar Sumatera, Kompasiana, blog Udo Z Karzi, Instagram, dan Facebook dalam rentang 2010–2019. Buku ini diterbitkan atas kerjasama Forum Literasi Lampung Barat, Lamban Baca, Pustaka Labrak, Udo Karzi dan Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung Barat dalam rangka Festival Kopi Lampung Barat ke dua Tahun 2019 di Kampung Kopi Rigis Jaya. Harapan nya Buku Ngupi Pai menjadi unsur baru dalam merebranding Kopi Robusta Lampung Barat yang berkorelasi terhadapa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi.

“NGUPI pai. ” Ini bukan gaya hidup yang baru. Sebab, sedari doeloe orang Lampung memang lekat tradisi dengan kopi, mulai dari menanam, memanen, mengolah, menjual, termasuk menikmatinya.

21





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.