DREAD #2

Page 1



26 74 22 NOTE FROM HELL POSTAL ZONE DREADLINE Letter from fans, readers and weirdos News Highlight, horror happenings

4 5 6 10 12

DREAD TOP 10 Top 10 Movie You Must See DREADIRECTOR Brian De Palma DREADSTAR Sissy Spacek

42 46 49 72 56 58

DREADASIA Rigor Mortis

60 64 68 66

DREADINDONESIA Kemasukan Setan

DREADGAME DREADCLASSIC Carrie (1976)

CORONERS REPORT DREADTHINGS Must Collect Them Movie review

Amnesia, Ku-On, Alone in The Dark

Weird Stats, Morbid Facts, Sick Top Six

DREADGORE

Canniball Holocaust, Naked Blood

DREADCOMIC

DREADVIEW

50

Uzumaki, Velvet, The Other Dead Maddah

NATURUM DE MONTUM


NOTE FROM HELL Sebelumnya, team DREAD Magazine mau minta maaf sebesar-besarnya ke para gilahorror karena sudah lancang meletakan draft edisi kedua ini di folder sampai berdebu. Maaf banget yah, kebetulan team DREAD Magazine pada sibuk semua. Kali ini dengan kuasa dewa-dewa neraka... :D, akhirnya DREAD #2 bangkit dari api neraka dan mulai menghantui para manusia penggila horror. Kemunculan CARRIE di awal bulan November kemarin menimbulkan reaksi yang beragam. Membanding-bandingkan film karya Kimberly Peirce dengan karya Brian De Palma sudah jadi diskusi utama. Tapi ada diskusi lain yang membuntuti release CARRIE ini yaitu “Film horror mana lagi yang akan mereka remake?” Nah, di DREAD Magazine edisi 2 ini akan membahas tentang Horror remake. Best and Worst Horror Remake serta Upcomming Horror Remake. Selain itu ada juga Dreadirector Brian De Palma, artis The Bloofy Prom Queen - Sissy Spacek dan juga banyak artikel-artikel lain. So, Are You still exciting with Horror Remake? Let’s Check it Out! Oh yah MERRY CHRISTMAS 2013 and HAPPY NEW YEAR 2014 (Sigilahoror - DREADMagazine Editor)

DREADMAGZ TEAM

Editor @sigilahoror DESIGNER Wildboart Studio Kontributor: @nontonfilm @rioaditomo @raditherapy @hafilova @ririnceu @ssetiawan @Sir_AmirSyarif @ainkbreakstuff @danieldokter

DREAD

4

NOTE FROM HELL


bravo, mantap, salut, luar biasa‌.aduh-aduh bagoes banget mak, selalu menanti dan berharap edisi selanjutnya mau mencetaknya dengan baik dan benar dalam bentuk majalah yang disimpan disamping tumpukan CINEMAGS ku - HADI Hahahaha... kalau Lucifer merestui semoga kedepan bisa dicetak.

Keren‌ Thanks banget yah bro.. sebagai sesama pencinta film horor anda memberi kontribusi yang luar biasa melalui majalah ini.. Terus berkarya bro.. -Nurhadi Terima Kasih, kritikan dan saran buat DREAD supaya lebih bagus selalu kami terima. Ditunggu edisi-edisi berikutnya yah. gue mau usul. Buat dreadmagz

weekly on our facebook page

#WouldYouDo waktu bangun, tiba2 Toshio diri di samping tempat tidur sambil ngeliatin kamu?

keren bang. ada rencana mau nyumbang tulisan, tapi belum jadi :D - Dede Silahkan bro dede kalau mau nulis. Kirim ke helloblack87@gmail.com

selanjutnya tiap bln lo tentuin tema aja di TL/blog. Biar yg mau nulis bisa riset2 dl :) - @ririnceu Oke sip, nanti mau share dulu tema untuk edisi-edisi selanjutnya yah. - Told him to put on his pajamas and go back to sleep. He looks pale, must be sleep deficiency. Poor kid. @ssetiawan - Suruh tidur biar besok ga kesiangan. @AlYippies - Ketawa ngakak ngliat bocah imut itu, tp dalam ati mah takut setengah mati @bagusnesia - ane cubit pipitnya @dwiwiranugraha

Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, maka DREAD menerima segala jenis kritik dan masukan. Yang punya kritik dan masukan buat DREAD bisa kirim SMS ke 081 339 652 689 Atau bisa follow kami di Twitter @sigilahoror dengan hashtag #MasukanDread

POSTAL ZONE

5

DREAD


DREADLINE Horror Highlights Horror Happenings Creepy Annabelle Doll From ‘The Conjuring’ Gets Her Own Spin-off Yang sudah menonton The Conjuring sudah tidak asing lagi dengan boneka kutukan Anabelle ini. Salah satu kasus yang ditangani oleh duo Warren’s ini akan dibuatkan filmnya. Sampai berita ini ditulis, New Line/Warner Bros masih belum memberitahu siapa yang akan duduk sebagai sutradara tapi yang jelas, Director of Photography The Conjuring, John R. Leonetti akan berada di balik kamera untuk Annabelle. New Line/Warner Bros berusaha mengajak James Wan di prequel The Cinjuring tapi sepertinya James Wan Menolak. Film tentang Annabelle yang masih belum tahu kapan rilisnya akan akan memulai syutingnya Spring tahun 2014. (source: bloodydisgusting.com)

‘Jeepers Creepers 3’ Is Happening...Soon Siapa penggilahoror yang tidak tahu sosok pembunuh di Jeepers Creepers ini. Sosok The Creepers ini akan muncul lagi di sekuel keduanya. Shock Till You Drop beberapa waktu lalu sempat mengabarkan The Creepers akan kembali lagi di Jeepers Creepers 3 dengan judul sementara Jeepers Creepers 3 : Cathedral. Berita tentang Jeepers

DREAD

6

DREADLINE


Creepers ini tentu membuat para pecinta The Creepers berteriak kegirangan. Belum diketahui kapan jadwal release sekuel keduanya ini. Kabar baiknya adalah Victor Salva yang juga menyutradarai film pertama dan kedua akan kembali duduk sebagai sutradara. Selain itu, Ray Wise akan

kembali di film ini sebagai Jonathon Breck, karakter yang dia perankan juga di film sebelumnya dan Gina Phillips yang bermain sebagai Patricia Jenner di film pertama Jeepers Creepers 3 akan fokus ke tokoh Trish Jenner yang memiliki seorang putra setelah kakaknya Daryl dibunuh oleh

The Creeper. Jeepers Creepers 3 juga dikabarkan akan menguak asal usul The Creepers sekaligu menampilkan aksi balas dendam Patricia Jenners atas kematian kakaknya. So Are you excited with this movie? (source: shocktillyourdrop.com)

‘Paranormal Activity’ Producer Sets Supernatural Horror ‘Mara’ Myles Nestel dari The Solution Entertainment Group’ dan Steven Schneider (Paranormal Activity, Insidious) baru-baru ini mengabarkan akan memproduseri film terbaru mereka yaitu Mara dimana mereka kali ini akan berkolaborasi dengan Man Made Films dan James Edward Barker. Clive Tonge akan menyutradarai film supernatural ini. Sedangkan sebagai writer akan diserahkan sepenuhnya dengan Jonathan Frank (The Tournament). “MARA” yang berdasarkan mitos tentang Sleep Paralyis atau yang disebut juga dengan Sudden Unexpected Nocturnal Death Syndrome (SUNDS) akan memulai syutingnya tahun depan.

Olga Kurylenko dikabarkan akan bergabung dalam proyek film ini. Myles Nestel mengatakan kalau MARA sangat berpotensi sebagai sebuah film horror yang kesuksesannya menyamai Insidious karena pengaruh Olga Kurylenko, Clive Tonge dan James Edward Barker. Mara bercerita tentang Kate Fuller (Kurylenko) seorang criminal psychologist. yang ditugaskan untuk mengungkap pem-

bunuhan seorang pria yang dicekik istrinya saat tertidur, saksi mata satu-satunya adalah sang anak Sophie. Kate sampai menggali misteri dibalik iblis kuno yang membunuh orang dalam tidur mereka karena Kate mengalami gejala sama pada setiap korban di kasus yang dia selidiki. Kate mencoba menyelamatkan dirinya dan Sophie sampai dia berani untuk tidur lagi. (source: comingsoon.net)

DREADLINE

7

DREAD


Get First Taste Of The Raid 2: Berandal teaser trailer. Iko Uwais akan kembali melancarkan pukulan-pukulannya di tahun 2014 nanti lewat sequel film dari Gareth Evans, The Raid 2: Berandal. Teaser trailer dari sequel The Raid: Redempetion yang tahun lalu sukses menggemparkan dunia ini berhasil membuat penonton merasakan tinju Iko Uwais yang dihantamkan ke tembok. dalam The Raid: Redemption kita hanya disaikan aksi laga dalam satu lokasi. The Raid 2: Berandal menawarkan cerita yang

baru dan memperluas ruang lingkupnya baik lokasi, skala, karakter dan tentu saja adegan laganya. Iko Uwais, Arifin Putra, Alex Abad, Oka Antara, Tio Pakusade-

wo, Julie Estelle, Cecep Arif Rahman, Cok Simbara, Yayan Ruhian, Matsuda Ryuhei, Endo Kenichi, dan Kazuki Kitamura akan bergabung di film ini. (source: Twitchfilm.net)

Entrails THE ABCs OF DEATH 2 mengumumkan 12 finalist dari 541 entries dari 40 negara dalam kontes mencari film untuk huruf “M” yang akan dimaksudkan untuk film keduanya ini. Pemenang kontes ini akan bergabung dengan 25 sutradara lainnya mengisi huruf “M”. Salah satu sutradara yang masuk dalam sekuelnya ini adalah Julien Maury and Alexandre Bustillo (INSIDE, LIVID). Leigh Whannell, actor yang bertransformasi menjadi penulis (Insidious, Saw) bergabung ke dalam film terbaru Home Invasion dari Voltage Pictures dan Zinc Entertainment. Masih belum diketahui Leigh Whannel akan berperan sebagai siapa di film yang disutradarai Sean Carter ini. Kabarnya dia akan menjadi seseorang tamu misterius yang memasuki sebuah rumah. is he becomes a killer? FilmDistrict dan Sony Pictures sepertinya tidak puas meraup keuntungan dari 2 film saja. INSIDIOUS: Chapter 3 resmi menetapkan jadwal rilis 3 April 2015. Lin Shaye dan 2 pemburu hantunya akan kembali di chapter 3. Kursi sutradara dipastikan tidak lagi diduduki James Wan karena James Wan mengatakan akan beristirahat sejanak dari genre yang menaikkan namanya ini.

DREAD

8

DREADLINE



Ketika syuting “Black Sunday”, Mario Bava menolak untuk memperlihatkan naskah kepada Barbara Steel. Mario Bava hanya memperlihatkan naskah pada saat syuting dan Barbara Steel hanus bekerja keras menghafal naskah pada hari itu juga. Berpakaian hitam saat pemakaman menunjukkan rasa hormat terhadap orang mati, tapi ada pula yang mengatakan kalau berpakaian hitam bertujuan menyembunyikan para pelayat dari para hantu ketika berada di pemakaman. Batuk terlalu keras dapat menyebabkan limpa anda pecah atau menyebabkan bola mata anda keluar. Jubah The Killer di film Scream sebenarnya berwarna putih, tapi sutradara menggantinya dengan hitam karena takut mirip dengan jubah KKK. Rambut merah Pennywise di film “IT” adalah rambut asli Tim Curry yang berperan sebagai si badut Pennywise. Penis terpanjang yang pernah tercatat di antara semua makhluk hidup yang pernah hidup adalah Tyrannosaurus Rex dengan ukuran penis 4 meter

1. 2. 3. 4. 5. 6.

HIGH TENSION BEHEADED PERE ON THE STAIR

THE HILL HAVE EYES (2006) MUTANT MAKE BIG BOB-B-Q

FATHER’S DAY BEGETTER BEATEN, RAPED AND BURNED

RE-ANIMATOR MEGHAN’S OLD MAN REBORN AND RIPPED APART

THE DESCENT PIPES POP POP’S TOP

THE HOUSE BY CEMETERY FREUDSTEIN WRECKS NORMAN‘S NECK

DREAD TAGLINE A NIGHTMARE ON THE ELM STREET (1968) “ONE, TWO, FREDDY’S COMING FOR YOU. THREE, FOUR, BETTER LOCK YOUR DOOR. FIVE, SIX, GRAB YOUR CRUCIFIX. SEVEN, EIGHT, GONNA STAY UP. NINE, TEN, NEVER SLEEP AGAIN”

MEMORABLE HORROR SCENE CARRIE (1976) Carrie White dijahili teman-temannya pada saat prom nite. menuangkannya darah babi dan melumuri seluruh tubuhnya. Carrie pun marah dan membuat prom nite berubah jadi pesta kematian. Scene ini adalah salah satu scene paling memorable dalam sejarah perfilman horror.

DREAD

10

CORONER REPORT



1. Blood Pool Chopping Board Talenan dengan desain super keren berbentuk genangan darah ini cocok banget untuk penggilahoror yang suka masak. Tapi ingat, motong dagingnya jangan sambil nonton horror ntar tanganmu ikut kepotong. Get more gore stuff at mzube.co.uk

1

2. Lil’ Vampire Pacifier Bermimpi punya anak seorang vampire? ehm, mungkin dot bayi yang didesain mirip gigi vampire ini cocok dipakai ke bayi anda. Selain lucu dilihat juga menyeramkan. Menyeramkan karena jangan-jangan bayi anda jadi vampire beneran.

2

3. Blood Bath Bloody Hand Towel Habis mandi ternyata handuk anda penuh darah. Mengerikan tapi tidak dengan handuk ini. Handuk yang bermotifkan handprint dan splatter darah ini cocok banget buat penggila horor terutama yang suka sama slasher movie. cek this at www.thinkgeek.com

4 3

4. Zombie Pajama Asalkan kalian tidak bermakeup zombie waktu memakai piyama ini, kalian ga bakalan ditembak kepalanya saat tidur. Zombie fans kayaknya bakalan bangga banget pakai piyama dengan ilustrasi kulit terkelupas plus motif darah ini. Get more at www.thinkgeek.com

DREAD

12

DREADTHINGS



“The other kids, they think I’m weird. But I don’t wanna be, I wanna be normal. I have to try and be a whole person before its to late.” - Carrie White

iapa yang tak kenal Stephen King? Termasuk golongan “memalukan” jika seorang penggila horror tidak mengenal nama ini. Stephen King dianggap salah satu orang yang berjasa pada genre horror terutama karya sastra. Begitu banyak novel bergenre horror yang dia hasilkan sekaligus menarik minat sineas untuk mengadaptasinya. Novel karya Stephen King banyak diadaptasi ke media film dan sebagian besar adaptasi novelnya sukses secara kualitas maupun komersil.

S


Dari sekian banyak novel Stephen King yang diadaptasi jadi film, Carrie adalah novel pertama beliau yang diadaptasi pada tahun 1976. Carrie yang disutradarai Brian de Palma dan Sissy Spacek berperan sebagai Carrie White mencapai kesuksesan yang luar biasa dengan keuntungan 30 kali lipat dari budget yang dikeluarkan. Bahkan Carrie jadi salah satu film yang wajib tonton bagi para penggila horror. Dan 36 tahun kemudian muncullah kabar yang memberitakan kalau Carrie ini akan dibuat kembali dengan Kimbelry Peirce yang sebelumnya menyutradarai film Boy’s Don’t Cry (1999) dan Stop-Loss (2008), menggantikan peran Brian De Palma sebagai sutradara. Lalu siapakah yang akan menjadi Carrie White? Poster remake Carrie yang tersebar dengan tagline “You Will Know Her Name” memberi gambaran kalau Chloe Grace Moretz akan berperan sebagai Carry White. Banyak yang meragukan Chloe Grace Moretz bisa sekeren Sissy Spacek sebagai Carrie. Alasan yang paling banyak terlontar itu kalau Chloe G Moretz terlalu cantik sebagai cewek yang dibully. But, give her a chance. Chloe Grace Moretz sebelum Carrie berperan sangat apik di Kick Ass, sebagai vampir di Let Me In dan sosok gadis gothic di

Dark Shadow-nya Tim Burton. Jadi, remake ini masih menyimpan harapan jadi lebih baik dari sosok Chloe Grace Moretz. Selain dia, aktor senior Julianne Moore yang berperan sebagai Margareth White pun akan jadi faktor kesuksesan Carrie. Carrie White (Chloe Grace Moretz) , seorang gadis lemah yang tinggal bersama ibunya, Margareth White (Julianne Moore). Gadis pemalu ini sering menjadi bahan gunjingan dan dijauhi para murid-murid perempuan di sekolahnya. Tidak hanya di sekolah,

Shailene Woodley, Emily Browning, Lili Collins and Bella Heatcote sebelumnya sempat diaudisi untuk memerankan sosok Carrie White, sampai akhirnya Kimberly Peirce memilih Chloe Grace Moretz sebagai sosok gadis pemalu ini.

DREADSCREEN

15

DREAD


Director: Kimberly Peirce Writers: Lawrence D. Cohen, Roberto Aguirre-Sacasa Stars: ChloĂŤ Grace Moretz, Julianne Moore, Gabriella Wilde

perlakuan ibunya di rumah pun membuat Carrie merasa tertekan. Margareth terlalu konsevatif dan relijius menjaga anaknya dari segala ancaman dengan cara yang tegas dan kasar terhadap Carrie. Hingga suatu saat Carrie menyadari bahwa dirinya memiliki kekuatan supernatural dimana dia bisa mengendalikan benda dengan pikirannya atau disebut Telekinensis. Carrie yang dari sosok pemalu pun berubah perlahan menjadi sosok yang lebih ceria. DREAD

Chris Hargeson, gadis nakal yang dihukum tidak boleh ikut Prom Nite karena ulah Carrie berncana mengerjai Carrie di malam prom. Dan malam prm yang seharusnya jadi malam paling bahagia akan berubah jadi malam paling mengerikan dalam hidup muridmurid di sekolah Carrie. Tentu saja remake tidak akan berbeda jauh dari versi aslinya. Tapi ada perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok Carrie versi modern dengan versi

De Palma. Ada adegan-adegan yang tidak diperlihatkan De Palma di versi 1976nya. Maklum saja karena Kimberly Peirce mengadaptasi langsung dari Novelnya. Contoh adegan kelahiran Carrie sebagai adegan pembuka film ini. Lalu seperti apa remake dari sutradara wanita ini? Kehawatiran para fans Carrie terjadi di remake ini. Peran Chloe G Moretz memang tidak cocok untuk karakter wanita yang dibully. She’s to pretty to be bullied. Aktinya pun

16

DREADSCREEN


tidak sekeren ketika dia sebagai hit girl di Kick Ass atau Abby di Let Me In. Sebagai Carrie, Chloe Grace Moretz terlihat terlalu kaku walau dia berusaha untuk tampil meyakinkan. Yang mencuri dari Carrie ini justru dari sosok Margareth White yang diperankan dengan apik oleh Julianne Moore. Penampilan sangat ampuh memaksa penonton untuk bangga sekaligus benci melihat sosok ibu yang terlalu mengekang anaknya ini. Satu lagi yang jadi kesalahan yang dilakukan Kimberly Peirce disini yaitu membuat film ini terlihat seperti sebuah film superhero. Peirce terlalu mengumbar kekuatan telekinensis yang dimiliki Carrie. Oke, itu semua dilihat dari pandangan orang yang sudah menonton versi De Palma. Terus apakah film ini membuat Fun penonton awam? Jawabannya

iya. Film yang naskahnya ditulis oleh Lawrence D. Cohen dan Roberto Aguirre Sacasa ini sangat Fun. Apalagi Carrie remake dibuat seperti sebuah teenlit movie. Remake ini memang bukan tergolong bagus dan juga gagal. Carrie is fun. Pesan Dread, jangan pernah menganggap orang yang lemah itu diam saja, mereka bisa jauh lebih kejam dari pembunuh. [@sigilahoror]

“Jodie Foster sebelumnya sempat dipertimbangkan untuk peran Margaret White. Tetapi kemudian digantikan oleh Julianne Moore. Sebelumnya Moore juga pernah menggantikan posisi Foster mengisi peran Clarice Starling dalam film Hannibal.�

DREADSCREEN

17

DREAD


11 BIG

Differences Between The Book And Movie oleh Sue Snell sendiri (“My Name is Sue Snell”). Bila film-film Carrie adalah pembingkaian cerita, inside looking out, novel “Carrie” adalah upaya pemahaman dengan cara outside looking in.

3 Bila film “Carrie” (1976) merupakan horror klasik, “Carrie” (2013) merupakan kesempatan yang dilewatkan dengan sia-sia. Kisah legendaris yang diangkat dari novel karya Stephen King in isebenarnya punya potensi cerita yang kaya dan bias diangkat dari banyaksisi yang berbeda.Tetapi, Kimberly Peirce dan timnya terasa kurang berani mengambil resiko sehingga remake-nya terasa repetitive dan mudah dilupakan. Yang juga disesalkan, tentu saja, karena Peirce gagal menangkap esensi dari cerita King yang bukan hanya tentang masalah remaja. Ingin tahu apa saja perbedaan dari film dan novel “Carrie”? Mari kita simak dalam daftar berikut: 18

1. Novel “Carrie” yang diterbitkan di tahun 1974 mengambil latar di tahun 1979. Bila film “Carrie” dari Brian De Palma menggunakan latar waktu yang kurang lebih sama, film “Carrie” dari Kimberly Peirce memindahkan kisah mengenai gadis berkekuatan telekinetic ini ke jaman modern.

Tidak seperti dalam dua versi filmnya, Stephen King dalam bab-bab awal menjelaskan dengan tegas bahwa penampilan Carrie secara fisik sama sekali tidak menarik. Dalam bab-bab setelahnya, tersirat bahwa Carrie sebenarnya punya potensi untuk tumbuh menjadi seorang gadis yang manis. Tetapi, tekanan psikologis yang disebabkan oleh ibunya dan membuat Carrie mencoba mengisi kekosongan hidupnya dengan makanan membuat penampilannya saat menginjak usia puber (di awalbuku) bias dikatakan jauh dari kesan ideal. Dalam duaversi filmnya yang diperankan oleh Sissy Spacek dan Chloë Grace Moretz, Carrie tidak bias dibilangjelek. Kesan yang ditangkap dari kehadiran Spacek

2 Novel “Carrie” dibuat dengan struktur mirip film dokumenter, dengan kutipan berita, laporan polisi, testimony warga, sampai buku-buku mengenai bencana ini – yang salah satunya ditulis

DREAD

DREADSCREEN


dengan baju kunonya danMoretz dengan pakaiannya yang berwarna janggal adalah kedua Carrie ini sebenarnya merupakan wanita muda yang manis, hanya saja kurang terawat.

Versi novelnya sendiri lebih dekat dengan milik De Palma.

tetangganya.

6 Manifestasi terbesar dari kekuatan telekinesis Carrie dalam film terjadi setelah dirinya mengalami menstruasi. Tetapi, dalam bukunya, dijelaskan bahwa sejak kecil Carrie sudah memiliki kekuatan ini meski hanya muncul pada saat-saat tertentu. Dalam dua versi filmnya, cerita diakhiri dengan hancurnya kediaman keluarga White karena dihujani batu dari langit. Dalam bukunya, hujan batu ini terjadi ketika Carrie masih kecil. Karena dimarahi ibunya setelah bicara dengan tetangga yang dianggap Margaret berperilaku tak layak, rasa takut Carrie kecil pun memuncak dan menghasilkan fenomena yang sempat disaksikan oleh tetangga-

7 Kedua film “Carrie� memilih untuk mengakhiri ceritanya dengan konfrontasi puncak antara Margaret dan Carrie. Dalam filmnya, Margaret meninggal setelah disalib dengan benda-benda tajam kedinding oleh putrinya. Sementara itu, dalam versi bukunya, Carrie menghentikan Margaret yang berusaha untuk membunuhnya dengan mengakhiri hidup sang ibu secara perlahan dengan cara menghentikan degup jantungnya.

4 Melalui pendekatan semidokumenter yang diambil oleh novelnya, fenomena telekinesis dibahas lebih dalam sebagai sesuatu yang dapat dikupas secara akademis. Dalam filmnya, kekuatan yang dimiliki Carrie merupakan sesuatu yang terisolasi tanpa penjelasan yang cukup. Satu-satunya penjelasan yang diberikan adalah dialog singkat Carrie yang mencurigai bahwa kekuatannya merupakan implikasi dari bakat tersembunyi yang diturunkan secara turuntemurun dalam keluarganya.

8 Setelah membunuh ibunya, Carrie pergi kesebuah kedai minum bernama The Cavalier, dimana Margaret mengklaim bahwa dirinya diperkosa oleh ayah Carrie se-

5 Dalam film “Carrie�milik De Palma dan Peirce, adaperbedaan yang cukupbesardalamkarakterisasi Chris Hargensen. Bila dalam film lawasnya, Chris masih punya sisi yang menunjukkan rasa takut dan ragu-ragunya, versi Peirce membuat Chris menjadi gadis yang lebih proaktif dalam merencanakan kejahatannya dengan demikian membuatnya menjadi karakter dengan ruan geksplorasi terbatas.

DREADSCREEN

19

DREAD


hingga akhirnya hamil dengan bayi yang tak diinginkannya. Berbeda dengan versi filmnya dimana Carrie mengejar Chris Hargensen dan Billy Nolan yang merupakan otak dari usaha untuk mempermalukan Carrie, dalam buku ketiganya baru bertemu lagi setelah Carrie sampai di tempat parkir kedai tersebut. Dalam bukunya, Chris dan Billy adalah orang-orang terakhir yang nyawanya melayang di tangan Carrie.

ungan Sue sebagai rasa terimakasih sekaligus kasihan – terutama karena ayah sang bayi, Tommy Ross, terbunuh dalam pesta prom malam itu.

yang hamper mati di akhir cerita. Poin yang dicobauntuk disampaikan Sue Snell dalam bukunya juga member penjelasan (yang mungkin diterima dan mungkintidak) bahwa pada saat bencana ini terjadi, mereka yang beperilaku kejam terhadap Carrie di sekolah sesungguhnya tak sepenuhnya mengerti apa yang mereka lakukan. “Setelah dua ratus kematian dan kehancuran satu kota, sanga tmudah melupakan satuhal: Kami masih anak-anak. Kami masih anak-anak. Kami masihanak-anak, berusaha berbuat sebaik mungkin…,”ungkap Sue. Melalui kutipan kata-kata Sue, novel “Carrie” juga mengangkat sisi sensasionalisme dari media yang justru berdampak negative dan mengalihkan perhatian dari isu utama, yaitu Carrie punya suara yang perlu didengar supaya tragedy seperti ini tak perlu terulang lagi. [@ssetiawan]

10 Ada isu sosial yang lebih besar dalam buku Stephen King dan tidak ditampilkan dengan penuh dalam filmnya. Tak hanya berkisah mengenai bullying, “Carrie” menawarkan jendela untuk melihat kedalam masalah pengabaian dar iseluruh lapisan sosial yang ada di kota Chamberlain. Karena itu, sebagai pembalasan final, selain menghabisi muridmurid Ewen Consolidated High School, Carrie juga membumihanguskan sebagian dari kota Chamberlain dan mengakibatkan korban jiwa yang jauh lebih besar. Dengan trauma yang dideritakotai ni, Chamberlain yang sulit bertahan pun digambarkan sebagai kota

9 Orang terakhir yang melihat Carrie dalam keadaan hidup adalah Sue Snell. Dalam buku dan filmnya, Sue sama-sama bergelut dengan masalah kehamilan remaja. Tetapi, dalam film “Carrie” milik Peirce, Carrie meninggalkan Sue yang hamil dengan janinnya yang masih hidup. Dalam bukunya, tersirat bahwa Sue akhirnya kembali mendapatkan menstruasinya karena Carrie mengugurkan kand-



enda-benda melayang kesana kemari mengikuti amarah Carrie yang terkhianati oleh teman-temannya, mulai dari kabel listrik yang menyala-nyala hingga meja-meja di aula prom. Tanpa satu sentuhan pun dari jari Carrie, barang-barang tersebut berterbangan menerjang semua orang di aula pesta dansa tanpa terkendali. Pada akhirnya, korban-korban pun berjatuhan dan lantai aula pesta dansa menjadi berlumur darah dan serat-serat daging manusia yang terpanggang, terkukus dan tersengat listrik. Mungkin Carrie memiliki takdir sebagai penghancur, mungkin juga kejadian tersebut hanya secuil bagian dari beberapa kejadian dimana pesta berakhir dengan kejadian tragis, dan Carrie hanyalah kambing hitam. Mungkin juga Carrie adalah anak yang ditakdirkan memiliki gift, sehingga mampu mewujudkan apa yang ada di

B

dalam pikirannya tanpa harus bersusah payah. Bicara masalah takdir agaknya terlalu naif, jika kita tidak mengupas bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi. Fenomena yang kemudian disebut dengan Telekinesis atau Psikokinesis ini adalah sebuah peristiwa yang dapat dibuktikan secara empiris dan memiliki dasar-dasar alasan yang kuat kenapa hal tersebut bisa terjadi. Jadi mari kita kesampingkan dulu masalah takdir yang membuat pembahasan hal ini menjadi less interesting, right?

Kenapa bisa terjadi telekinesis? Telekinesis diartikan secara harfiah yaitu sebuah kemampuan untuk memanipulasi hal-hal melalui kekuatan pikiran. Sebagai contoh dari aktivitas telekinesis adalah obyek


atau benda yang bergerak, melayang bahkan berpindah tempat (teleport). Lalu kenapa bisa terjadi telekinesis? Sebagian besar ilmuwan berpendapat kalau telekinesis merupakan pengaruh dari kondisi kesadaran (trance) dan kekuatan pikiran seseorang. Hingga saat ini belum ada pembuktian secara ilmiah kalau telekinesis adalah fenomena yang nyata. Kebanyakan pembuktian mengenai eksistensi telekinesis sangat dipengaruhi oleh keyakinan / subyektifitas dari masing-masing subyek percobaan, sehingga dikritik oleh berbagai pihak karena tidak valid. Namun demikian, dalam salah satu cabang ilmu psikologi yaitu parapsikologi (ilmu yang mencakup psikologi ke-paranormalan), telekinesis merupakan suatu fenomena yang nyata dan layak untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian telekinesis saat ini telah bergeser dari pembuktian telekinesis sebagai sebuah fenomena skala besar, menjadi perubahan-perubahan aktivitas skala kecil melalui pikiran, seperti upaya untuk mempengaruhi dadu dan nomor acak di mesin casino. Secara teoritis, pembuktian mengenai telekinesis pernah dilakukan oleh para peneliti. Di awal abad ke 20, beberapa peneliti awal seperti Camille Flammarion dan William Crookes memiliki hipotesis bahwa didalam tubuh manusia terdapat cairan tak dikenal bernama “psychode�. Cairan ini dipercaya mampu mempengaruhi aktivitas materi di sekitar tubuh manusia. Namun demikian, keberadaan Eksperimen Flammari- zat ini di dalam tubuh on & Crookes

Alexander Aksakov, seorang Telekinetik dan Meja yang melayang (1890)

masih menjadi sebuah pertanyaan besar hingga sekarang.

Sejarah Dalam Alkitab, Yesus digambarkan memiliki berbagai mukjizat yang menggambarkan kemampuan psiko/ telekinesis, seperti mampu merubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit dan melipatgandakan makanan. Dalam mitologi dan cerita rakyat kuno, telekinesis digambarkan melalui peran penyihir, yang mampu melayang di udara serta menggerakkan benda-benda. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda King Arthur, yang menggambarkan penyihir Merlin sebagai tokoh yang memiliki banyak kekuatan telekinesis, sepeti mampu melihat tembus pandang, DREADLEGEND

23

DREAD


berpindah tempat dan mampu menggerakkan benda-benda dengan mantra. Sedangkan, istilah telekinesis baru mulai digunakan pada tahun 1890, oleh peneliti psikologi dari Rusia Alexander N. Aksakov. Di awal kemunculannya, telekinesis kerap dikaitkan dengan kekuatan supernatural yang muncul sebagai akibat dari pengaruh iblis, malaikat, hantu orang yang meninggal, dan arwah yang usil. Baru kemudian pada abad ke-20, telekinesis mulai merujuk pada kemampuan yang dimiliki manusia hidup. Fenomena telekinesis mulai dilaporkan sekitar setengah abad yang lalu, yaitu sejak peristiwa yang dilaporkan oleh Robert M.Schoch. Schoch menceritakan lewat bukunya, bahwa dia me-

Sathya Sai Baba nyaksikan ada buku yang keluar sendiri dari raknya, seiring dengan kehadiran orang yang dapat melakukan telekinesis. erti membengkokkan sendok dan gelas kaca. Psychokenesis party ini merupakan sebuah trend budaya di akhir tahun 1980-an. Trend ini dicetuskan oleh Jack Houck, yang memandu sekelompok orang melalui ritual dan nyanyian untuk membangkitkan kekuatan pikiran kolektif. Orang-orang ini kemudian didorong untuk berteriak pada alat-alat logam yang ingin mereka manipulasi. Secara ilmiah, cara tersebut diyakini untuk membentuk pola pikir sugesti tingkat tinggi. Sebagai hasilnya, sebanyak ribuan orang menghadiri Psychokenesis party ini, dan mengaku telah dapat membengkokkan peralatan logam dengan kekuatan pikiran mereka. Kemunculan tokoh yang memiliki kemampuan telekinesis dijumpai pada akhir tahun 2000an, ketika fenomena telekinesis mulai tenggelam oleh perkembangan ilmu teknologi. Tokoh tersebut adalah Sai Baba (memi-

The Happening Peristiwa yang berkaitan dengan telekinesis yang sempat menghebohkan dunia diantaranya adalah kemunculan “PsychoKenesis Party�, yaitu sekumpulan orang yang berusaha melakukan upaya telekinesis bersama-sama dalam suatu tempat. Penulis novel terkenal, Michael Crichton mengakui bahwa PsychoKenesis Party dapat menghasilkan kekuatan pikiran yang besar dalam mempengaruhi benda-benda, sep-

Jack Houck the Spoon Bender

DREAD

24

DREADLEGEND


liki nama asli Sathya Sai Baba), seorang tokoh keagamaan, sosial dan masyarakat di India Selatan. Sai Baba merupakan salah satu tokoh paling kontroversial dan paling sering dibicarakan di internet sepanjang dekade 2000-an. Sai Baba memiliki berbagai mukjizat yang berkaitan dengan telekinesis, seperti mampu memproduksi barang-barang melalui lambaian tangannya, sepeti beras, permata, dan logam-logam. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab munculnya kontroversi di internet. Walaupun tidak memiliki penjelasan ilmiah, Sai Baba menegaskan bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari sifat-sifat ketuhanan, sehingga mampu mewujudkan apa yang dikehendakinya.

Budaya Pop Telekinesis memiliki popularitasnya sendiri dalam mendongkrak rating dalam industri yang menggunakan budaya populer.

Beberapa muncul dalam film, serial televisi, permainan komputer, sastra dan lain-lain. Kemampuan telekinesis di budaya pop ini juga sering digunakan sebagai simbol kekuatan adidaya yang dimiliki oleh tokoh atau pemeran utama. Kemunculan awal telekinesis adalah pada Novel “Telek” oleh Jack Vance pada tahun 1952, melalui karakter yang memiliki kemampuan telekinesis. Kemunculan berikutnya adalah pada film “Carrie” (1976) yang diangkat dari Novel Stephen King dengan judul yang sama, yang menceritakan seorang siswi yang bermasalah dengan kemampuan telekinesis. Kemunculan lainnya adalah pada karakter Ellen Burstyn sebagai penyembuh pada film “Ressurection” (1980), Para Jedi dan Sith di Film Star Wars (1980-1990-an), dan Jean Grey dan Magneto di komik dan film Marvel’s “X-Men”. Konsep telekinesis paling marak digunakan dalam cerita superhero seperti X-Men, yang menggam-

Chloe G Moretz in CARRIE (2013)

barkan bahwa kekuatan telekinesis adalah kekuatan yang paling dahsyat. Karakter Jean Grey dikisahkan memilliki kekuatan untuk melindungi dan menghancurkan apapun dengan menggunakan kekuatan pikirannya. Sedangkan karakter Magneto memiliki kemampuan memanipulasi segala benda logam, bahkan yang berjarak ratusan mil jauhnya. Dua karakter ini merupakan dua karakter kunci dalam serial X-Men, yang secara tidak langsung menegaskan peran kekuatan telekinesis diantara kekuatan-kekuatan super lain. Di Amerika pernah diadakan sebuah survei tentang peristiwa yang berkaitan dengan kepercayaan dan agama, dan salah satunya menyangkut fenomena telekinesis. Survei ini mewakili persentase penduduk di Amerika, yang menyatakan bahwa sekitar 30% populasi menyetujui keberadaan telekinesis sebagai fenomena yang nyata. Sedangkan di Inggris pernah juga dilakukan survey yang serupa, bertajuk “Magic and Paranormal: A Survey”. Survey yang digelar oleh psikolog dan skeptisis aktivitas paranormal Richard Wiseman ini, berkebalikan dengan hasil survey di amerika, menunjukkan bahwa hanya 9% dari populasi inggris yang percaya dengan fenomena telekinesis. Bagaimana dengan anda? (@ainkbreakstuff) DREADLEGEND

25

DREAD


Horror Movie Remake Membuat ulang sebuah film klasik yang sudah punya penggemar khusus adalah pekerjaan paling berat untuk semua sutradara. Kebanyakan remake yang sudah dibuat tidak bisa menyamai kesuksesan film aslinya bahkan cenderung merusak filmnya sendiri. Sebut saja A Nightmare on The Elm Street yang dengan “kurang ajar” membuat Freddy Krueger jadi melempem disini. Masih banyak remake horror klasik yang jatuh jadi film membosankan, tapi ada juga remake yang hampir menyamai kesuksesan film aslinya. Dawn of The Dead (2004), The Ring (2002), The Hill Have Eyes (2006), The Crazies (2010) adalah sebagian film remake yang sukses. “Don’t Fuck with The Original” salah satu quote di Scream 4 mungkin salah satu cara untuk meremake film untuk jadi lebih baik. Nah, di Dread edisi 2 ini, kami akan membahas 7 Best Horror Remake dan 7 Worst Horror Remake.

t s e 7B

DREAD

26

DREADFOCUS


Best Horror Remake

erita tentang remake film klasik arahan Sam Raimi memunculkan banyak komentar terutama dari fans film ini. Banyak yang menilai kalau meremake The Evil Dead adalah hal yang membuang-buang waktu saja. Apalagi di remakenya ini tokoh ASH tidak akan dimunculkan, komentar pesimis kembali bermunculan. Ash itu The Evil Dead dan The Evil Dead itu Ash, dua hal ini memang tidak bisa saling lepas menurut para fans The Evil Dead. Sama halnya dengan itu, ada yang pesimis ada juga yang optomis kalau remake yang disutradarai Fede

B

Alvarez asal Uruguay. Optimis karena Sam Raimi, Bruce Campbell, dan Robert G, Tampert yang berada di balik The Evil Dead merestui remake ini dan turut jadi produser di film ini. Hal yang jarang untuk sebuah remake mendapat restu dari orang-orang lama. Apalagi dengan kemunculan trailernya yang semakin menggoda penonton untuk melihatnya sendiri di bioskop, menyaksikan kembali Angry Molesting Tree, suara mematikan gergaji mesin yang dibawa Ash dan tentu saja sajian penuh darah tanpa ampun. EVIL DEAD arahan Fede Alvarez

ga akan jauh beda dari segi cerita, tetap membawa sekelompok pemuda ke sebuah cabin jauh dari hingar bingar kota besar. Yang sedikit berbeda adalah motif mereka ke cabin ini sedikit lebih masuk akal daripada apa disajikan Sam Raimi. Dalam usaha untuk menyembuhkan ketergantungan narkoba yang dialami Mia (Jane Levy) oleh sahabat-sahabatnya, Eric (Lou Taylor Pucci), Olivia (Jessica Lucas), Natalie (Elizabeth Blackmore) serta kakak laki-lakinya, David (Shiloh Fernandez). Kemudian mereka melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh mereka

DREADFOCUS

27

DREAD


lakukan. Naturum Demonto, buku kematian yang mereka temukan di ruang bawah tanah cabin ini dibaca dan membuat roh jahat merasuki mereka serta membuat misi menyembuhkan MIA berubah menjadi misi untuk lari dari neraka. Fede Alvarez tahu kalau membuat sebuah remake yang bagus, dia tidak boleh terlalu kurang ajar dengan versi alinya. Alvarez masih tahu diri, menghormati dan tidak durhaka terhadap versi Sam Raimi. Dari segi naskah memang ada sedikit perubahan, membuat cerita lebih masuk akal dari versi aslinya. Tidak ada karakter yang menonjol seperti layaknya Ash yang diperankan Bruce Campbell, menghilangkan black comedy DREAD

yang jadi ciri khas The Evil Dead. Ya, dari segi ini Alvarez bisa disebut lancang mengobrak abrik ceritanya tapi kelancangannya ini adalah kelancangan yang tetap tahu diri. Alvarez tetap memasukkan unsur-unsur yang ada di The Evil Dead yang akan membuat fans versi aslinya tersenyum seperti Angry Molesting Tree yang terlihat lebih garang, kemunculan Oldsmobile Delta 88 keluaran 1973, gergaji mesin bahkan teknik kamera yang berlari yang ada di scene awal The Evil Dead tetap dia masukan. Evil Dead pun lahir sebagai remake memuaskan, sebuah kisah klise yang tampil lebih suram dan serius dari The Evil Dead, plus disajikan dengan momen-

momen penuh kesadisan frontal nan brutal dan hujan darah dalam balutan scoring dari Roque Banos. Dan kelancangan Fede Alvarez pun berbuah manis, selama satu setengah jam penonton yang berjiwa lemah akan dibuat tersiksa dengan momen gore yang katanya minim CGI. Komentar-komentar diehard fans dari The Evil Dead pun menelan ludah mereka yang mengatakan kalau Fede Alvarez tidak akan bisa membuat remakenya ini lebih bagus atau paling tidak menyamai kesukseskan yang telah didapatkan oleh SAM RAIMI. Jadi ga salah kalau kami memasukkan Evil Dead jadi salah satu remake horor terbaik versi DreadMagazine.

28

DREADFOCUS


Best Horror Remake

P

ada tahun 2008 penggila horror terutama yang suka sama makhluk penghisap darah Vampir disajikan sebuah film vampir yang bisa dibilang beda dari film vampir kebanyakan. Let The Right One In, judul film vampir asal spanyol ini menawarkan kisah dua bocah berbeda takdir. Bocah laki-laki bernama Oskar (K책re Hedebrant) yang hidupnya selalu menjadi korban bullying anak-anak seumuran yg merasa paling hebat kedatangan tetangga baru di apartemen tempat tinggalnya, seorang gadis yang terlihat misterius bernama

Eli (Lina Leandersson) dan tinggal dengan ayahnya. Hari-hari berlalu dan persahabtan mereka semakin erat hingga akhirnya Owen mengetahui kalau gadis misterius ini berbeda dengan gadis-gadis yang pernah dia temui. Let The Right One In menjadi salah satu film vampir terbaik yang harus penggila horor tonton. Kesuksesan Let The Right One in yang meraih banyak penghargaan ini, membuat studio besar Hollywood berinisiatif untuk membuat kembali kisah 2 bocah ini dalam balutan yang lebih modern. Ditunjuklah Matt Reeves sebagai sang

sutradara. Dari jajaran cast nya terpilih Chloe Grace Moretz untuk berperan sebagai Abby dan aktor muda Kodi Smit-McPhee yang memerankan bocah korban bullying, Owen. Namanya juga remake, secara garis besar cerita akan mirip dengan pendahulunya. Dalam Let Me In, sang sutradara merubah nama karakternya serta lokasi tempat kisah ini terjadi. Jika di Let The Right One In berlangsung di kota kecil bernama Blackeberg , di Let Me In lokasi berubah di kota Los Alamos, Ne Mexico. Nama 2 bocahnya berubah dari Eli dan Os-

DREADFOCUS

29

DREAD


kar menjadi Abby dan Owen. Serta penggantian karakter tetangga owen yang menyelediki siapa gadis misterius ini digantikan oleh seorang detektif yang diperankan oleh. Kami memasukkan Let Me In menjadi salah satu dari jajaran best horror remake karena kami masih merasakan ikatan yang sama dengan apa yang kami rasakan ketika menonton Let The Right One In. Chloe Grace Moretz tampil memukau sebagai seorang gadis vampir walau masih berada di bawah Lina Leandersson yang memerankan tokoh yang sama. Begitu juga dengan aktor muda yang menjadi Kodi Smit-McPhee sukses memerankan sosok bocah korban bullying. Sangat lancang kalau kami tidak memasukkan Let Me In ke daftar ini. Sang sutradara mampu

menghadirkan kisah cerita yang sama tapi dengan feel yang berbeda. Let The Right One In menghadirkan kesan dingin hubungan bocah manusia dengan vampir sedangkan Let Me In yang naskahnya ditulis oleh Matt Reves sendiri mampu menghadirkan kesan yang lebih hangat dari presedornya tapi tetap mengerikan.

LET ME IN Trivia: Dari awal sampai akhir film, kata “VAMPIRE� hanya terucap satu kali.

DREAD

30

DREADFOCUS


Best Horror Remake

Tidak banyak film remake yang berani untuk lancang terhadap versi aslinya. Yah, kelancangan ini bagi para filmmaker akan berakibat buruk terhadap filmnya, tapi kalau kelancangan ini dibuat dengan niat yang baik tentu saja akan akan berbuah manis. Seperti itulah yang ditawarkan Zack Snyder dalam remake film masterpiece sang Father of Zombie, George A Romero ini. James Gunn yang bertindak sebagai penulis naskah mengkompres habis-habisan cerita yang ada dalam Dawn Of The Dead versi Romero tapi tetep dalam batas-batas kewajaran. Ana (Sarah Polley) mendapati dirinya berada dalam situasi kekalutan kota. Penduduk kota berubah men-

jadi beringas, membunuh dan mencobik satu sama lain. Ana berusaha melarikan diri dari kekalutan kota ini dan bergabung dengan kelompok survivor di pusat perbelanjaan. Tidak seperti kelompok survivor di 28 Days Later dimana kita dibuat perduli dengan semua survivor, Dawn of The Dead mengekspansi kita pada titik dimana kita tidak peduli banyak pada beberapakarakter. Konflik pun terjadi diantara para survivor ini. Banyak sekali perbedaan yang ada antara Dawn of The Dead versi Snyder dengan Romero tapi tidak serta merta membuat Dawn of The Dead jadi sebuah remake yang gagal. Perbedaan yang cukup kontras antara keduanya adalah konflik antar para survi-

DREADFOCUS

31

DREAD


vornya. Di versi 1979 jelas sekali konflik antara para survivornya diceritakan sangat detail dengan balutan humor pedas ala Romero dan konfliknya sedikit menyindir perilaku masyarakat pada saat itu. Sedangkan di versi remakenya, konflik yang ditawarkan tidak sedalam apa yang sudah diperlihatkan Romero. Tidak ada character development yang cukup sehingga film tersebut terasa sedikit hambar dan penonton tidak peduli pada karakternya. Tapi untungnya beberapa karakter sudah punya dasar karakterisasi yang cukup seperti Kenneth atau C.J. Tidak ada konflik nyata antara kebaikan dan kejahatan dalam versi baru Zack Snyder , hanya sebatas manusia yang berusaha hidup dari serangan Zombie. Hal ini terjadi mungkin karena durasi waktu versi remake tidak sepanjang versi Romero, sehingga Snyder berpikir daripada terlalu fokus pada character development membuat filmnya akan jadi membosankan. Dan sepertinya Zack Snyder sadar akan hal ini, maka dari itu dia mengubah zombienya dari lambat

menjadi zombie berlari. Zombie yang bergerak cepat memang banyak diprotes dan dicela oleh para pemuja zombie termasuk George Romero sang kreator film aslinya. Tapi harus diakui zombie yang bergerak cepat itu menyeramkan. Melihat zombie dengan makeup yang seram ditambah anggota tubuh yang tidak lengkap berlari dengan sangat cepat memang menegangkan. Dawn of The Dead menjadi jajaran film yang masuk kategori remake memuaskan. Cukup menegangkan, meskipun karakternya kurang menarik dan masih banyak potensi yang bisa lebih digali.

DREAD

32

DREADFOCUS


Best Horror Remake

B

icara mengenai horror remake yang jauh lebih bagus dari versi aslinya, The Thing karya John Carpenter ini adalah jawabannya. Yah, remakenya ini justru lebih bagus dan lebih terkenal dari versi aslinya. Bahkan banyak yang tidak tahu kalau The Thing ini adalah sebuah remake dari film tahun 1951 berjudul The Thing from Another World. The Thing mengadaptasi novel Who Goes There? karya John W. Campbell, Jr. Film adaptasi pertama The Thing from Another World di tahun 1951 yang disutradarai oleh Howard Hawks dan Christian Nyby kurang mendapat respon positif. Ehm, mungkin hal ini yang membuat John Carpenter mengadaptasi ulang kisah novel ini. The Thing berada di posisi 8 pada saat penayangannya di 840 bioskop. Hal ini sebenarnya jauh dibawah ekspektasi yang disebabkan oleh banyak faktor

salah satunya adalah rilis bersamaan dengan E.T. the Extra-Terrestrial dari Steven Spielberg. Rupanya pada saat itu, keluarga yang mendapat kunjungan Alien lebih ngetop daripada Alien yang mencoba meniru bentuk manusia. Film science fiction horror ini menceritakan sekelompok ilmuwan yang mengalami kejadian yang diluar perkiraan mereka. Diawali dengan jatuhnya sebuah helikopter dari kamp Norwegia yang menewaskan 2 penumpangnya. MacReady dan Copper ditugaskan menyelidiki kamp dimana helikopter ini berasal. Kamp didapati sudah hancur dengan penghuni yang tewas dan menemukan mayat dengan 2 wajah. Para ilmuwan ini lalu menyelediki mayat berwajah 2 ini. Membawa mayat ini adalah kesalahan terbesar bagi mereka. Terror pun menghantui kumpulan ilmuwan ini. Pembunuh mengerikan muncul diantara mereka. Ya, diantara mereka karena pembunuh ini adalah


alien imitator yang mengambil bentuk makhluk hidup lain dengan sempurna. Film yang naskahnya ditulis oleh Bill Lancaster pasti ada dalam daftar Best Horror Movies para penggila horror. Hal mengerikan yang ditawarkan The Thing justru bukan dari sosok monster atau setan didalamnya tetapi rasa penasaran siapa sebenarnya dari kumpulan ilmuwan yang alien. Selain tebak-menebak siapa yang Alien, scoring yang dibuat Ennio Morricone juga memberikan efek mengerikan di film ini. Kalau pernah menonton Dunia Lain pasti hafal dengan scoring ketika para peserta uji nyali. yup, mereka mengambil scoring itu dari film ini. Selain scoring, rasa penasaran yang ditawarkan plus bentuk monster-monster yang dibuat dengan sistem robotik, kemam-

puan akting dari para actor yang didominasi pria juga menambah nilai lebih di film ini. Kurt Russell, Wilford Brimley, Keith David, T.K. Carter, Donald Moffat dan yang lainnya semuanya berakting luar biasa tanpa harus ada siapa yang menonjol diantaranya. Film berstatus cult inipun layak masuk Best Horror Remake. Tidak salah jika Universal Pictures akhirnya membuat prekuel beraroma remake film yang dulu mereka produseri dengan Matthijs van Heijningen Jr sebagai sutradara dan Mary Elizabeth Winstead salah satu castnya tahun 2011 kemarin.

DREAD

34

DREADFOCUS


Best Horror Remake

emunculan sebuah remake selalu dibarengi dengan komentar-komentar para diehard fans versi aslinya. Kebanyakan yang muncul adalah ketidakyakinan para fans kalau remakenya ini akan berhasil sebaik versi aslinya. Dalam track record remake film horror mayoritas memang kurang memuaskan tak heran banyak yang pesimis dengan horror remake. Tapi dari gundukan worst remake horror itu ada beberapa yg tergolong best, salah satunya The Last House on The Left. Penonton dibuat terkejut dengan kemunculan remake yang hasilnya sama bagus dengan versi aslinya yang disutradarai Wes Craven. Tidak hanya melampaui, The Last House on The Left versi Dennis Iliadis bahkan mampu berdiri sendiri dalam genrenya secara keseluruhan. Akting yang memukau, sinematografi bernuansa kelam yang mengagumkan plus visualisasi yang mengerikan serta sukses membuat penonton merasakan tensi ketegangan saat para penjahat ini memasuki rumah keluarga Collingwood. Sara Paxton berperan apik sebagai Mari Collingwood. Begitu Monica Potter dan Tony Goldwyn sebagai orang tuanya , keduanya sangat baik. dan Garret Dillahunt, Aaron

K

Paul dan Riki Lindhome sebagai trio preman , Krug , Francis dan Sadie mampu membuat emosi. Semuanya tampil baik sebaik apa yang telah dilakukan cast di versi aslinya. Kalau sudah menonton versi Wes Craven pasti ingat ade-gan pemerkosaan Krugs Family terhadap Mari yang lumayan panjang, brutal dan vulgar bahkan menjadi topik pembicaran kala itu. Dan agak terkejut juga ternyata Dennis Iliadis ternyata membuat adegan di remake sebrutal aslinya. Yah memang tidak sevulgar predesesornya, tapi versi modernnya mampu mengobrak abrik emosi penonton saat melihat Krug memperkosa Mari. Versi Wes Craven adalah film yang kontroversial dan menjadi cult classic bagi penggila horror dan remakenya pun jadi horor terbaik yang pernah dibuat dan berani keluar jalur film horror Hollywood pada saat itu. Good Job Dennis Illiadis.

DREADFOCUS

35

DREAD


Best Horror Remake

3

3 tahun yang lalu, ada satu film slasher kecil bagus yang kurang mendapat perhatian berjudul MANIAC dari William Lustig. MANIAC itu film slasher yang berbeda dari kebanyakan slasher yang ada. Kebanyakan film slasher melihat dari sudut pandang korban, tapi tidak bagi MANIAC. William Lustig justru membuat film slasher dari sudut pandang si pembunuh. Sayangnya banyak fans horror sekarang yang tidak tahu slasher klasik ini. Beruntung tiga dekade kemudian ada Alexandre Aja, sineas spesialis horor remake yang pernah menghadirkan versi daur ulang The Hill Have Eyes, Mirrors dan Piranha 3D memperkenalkan kembali sosok Frank Zito, psikopat sinting pemilik toko reparasi mannequin di siang hari dan pembunuh sadis di malam hari. Franck Khalfoun yang ditunjuk Aja sebagai sutradara berhasil menghadirkan sebuah remake yang bagus. Duo yang dulu pernah berkolaborasi dalam P2, sukses memindahkan setting kota New York klasik ke Los Angeles modern tanpa harus kehilangan ciri khas gloomy versi aslinya termasuk scoring jadulnya yang mendapatkan sedikit polesan. Franck Khalfoun menggunakan sudut pandang orang pertama dalam remakenya ini. Hal serupa juga 36 DREADFOCUS

dilakukan oleh William Lustig pada versi aslinya. Ini dilakukan supaya penonton ikut merasakan apa yang dirasakan Frank Zito -yang versi modernnya diperankan Elijah Wood- ketika membunuh korbannya. Tidak seperti Lustig yang menggunakan sudut pandang ini hanya di beberapa adegan. Di versi Khalfoun, sudut pandang yang dikenal Point of View ini digunakan hampir 70%. Penggunaan sudut pandang orang pertama yang berlebihan ini imbasnya membuat wajah Elijah Wood jarang kelihatan, tapi sisi baiknya membuat setiap adegan gore and bloodnya terlihat lebih nyata. Penggunaan POV di remakenya inipun menambah kesan yang ingin ditampilkan William Lustig yang memang tidak begitu dapat tersampaikan. Kita dihadapkan dengan masa kecil nan kelam Frank Zito, bagaimana hubungannya dengan sang ibu yang membuatnya menjadi psikopat seperti sekarang ini, semua tersaji dengan baik. Akting, sinematografi bahkan scoring tampil sangat memuaskan. Versi daur ulang yang segar lebih segar dengan sentuhan sentuhan modern yang membuatnya memiliki ciri khas sendiri tanpa harus kehilangan DNA milik Bill Lustig.

DREAD


Tahun 1985, Tom Holland sempat menghadirkan sebuah kisah vampir yang dibalut dalam bentuk komedi horror berjudul FRIGHT NIGHT. Film tentang seorang pemuda yang memiliki tetangga seorang vampir ini sempat menjadi Hits pada tahun itu sampai dibuatkan sekuelnya yang ternyata tidak seberhasil film pertamanya. Nah, ditahun 2012 kemarin, Craig Gillespie (Lars and The Real Girl) menghadirkan kembali kisah vampir ini dalam kemasan yang lebih modern. Ed Thompson (Christopher Mintz-Plasse) tidak pernah mengira akan memiliki tetangga yang seorang pembunuh berantai. Ya, pembunuh berantai tapi bukan dalam bentuk manusia melainkan dalam bentuk makhluk penghisap darah yang dikenal dengan sebutan Vampir. Ed pun mencoba untuk memperingati sahabatnya Charley Brewster (Anton Yelchin) dan ibunya tentang tetangga vampirnya yang bernama Jerry (Collin Farrel). Charley Brewster awalnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ed, sampai akhirnya dia mengetahui sendiri bahwa semua cerita Ed itu benar. Inilah saatnya Charley untuk menghindar dari ancaman sang tetangga vampir berumur 400 tahun.

Di saat serbuan film Twilight yang membuat sosok vampir tidak lagi tampak menyeramkan, remake FRIGHT NIGHT ini seolah-olah jadi angin segar tentang sosok vampir sebenarnya. Craig Gillespie seperti mengatakan “Kayak ini lho sebenarnya vampir itu�. Banyak unsur-unsur tradisional tentang vampir di film ini seperti salib, sinar matahari yang membuat mereka terbakar, barang dari perak, air suci, ijin memasuki rumah sampai bawang putih. Fright Night seperti film aslinya memang memiliki plot yang sangat dangkal dan dipenuhi rangkain plot hole di dalamnya. Siapa yang perduli karena Fright Night memang bukan hadir sebagai film vampir yang kelewat serius. Semua tampil memuaskan untuk kategori remake. Pemain bermain sesuai porsinya. Collin Farrel sebagai vampir tampil cukup meyakinkan. Tidak terlalu jatuh jadi komedi horror yang jayus dan tidak pula jadi kisah vampir yang kelewat serius. Semua tampil imbang sesuai porsinya. Yah, Fright Night adalah remake yang memang tidak terlalu dianggap tapi untuk kategori sebuah remake yang memuaskan, Fright Night ada dalam daftar film remake yang lumayan bagus.

DREADFOCUS

37

DREAD


Meskipun remake kerap mendapat kecaman dari fans setia film aslinya karena kebanyakan film remake terlalu lancang untuk tidak setia terhadap film aslinya, membuat ulang film yang sudah punya penggemar cukup banyak tetap jadi pilihan para filmaker terutama Hollywood. Antara tidak mempunyai ide lagi dalam membuat film atau ingin mengenalkan kembali sebuah film (terutama Horror) klasik yang susah dinikmati fans horror era sekarang, memang nggak bisa dipungkiri ketika meremake film akan mendatangkan penonton 2 kali lebih besar. Satu penonton baru yang belum mengenal film aslinya dan satu lagi fans setia film lama yang pengen tahu seperti apa film remakenya dibuat. Jadi, lewat artikel ini DREADMagz akan membahas beberapa film klasik yang direncanakan akan dibuat versi daur ulangnya.

DREAD

38

DREADFOCUS


POLTERGEIST Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Poltergeist yang keluar di Tahun 1982 sering dianggap sebagai salah satu film horor paling fenomenal oleh fansnya. Sekarang film ini akan di-remake kembali oleh Ghost House Picture. Ada Sam Raimi (Evil Dead, Spiderman 1-2-3) sebagai Produser, dan Gil Kenan (Monster House) sebagai Sutradaranya. Kisahnya masih tetap sama, sebuah keluarga kecil yang hidup di pinggir kota harus berjuang melawan kekuatan jahat yang menghantui rumah mereka. Kejadian menjadi semakin kacau ketika para arwah jahat ini kemudian merasuki putri termuda mereka. Keluarga ini pun gak

punya pilihan lain selain harus bersatu untuk melawan! Beberapaperubahan dilakukan untukt remake Poltergeist. Tokoh utama kini bernama Eric Bowen (dulu Steve Freeling), dan istrinya, Amy bisa berkomunikasi dengan arwah yang telah meninggal.Di satu sisi Poltergeist sudah cukup baik di versi yang asli, apa perlu di-remake ? Di sisi lain ada Sam Raimi sebagai Produser. Kayaknya bakal keren nih. Kita tunggu saja saat rilis 2014.

HELLRAISER

Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Pinhead kembali ! Dan siapa lagi yang paling keren mengumumkan jika film ini bakal di-remake, kalau enggak dari mulut sang kreatornya, Clive Barker. Hellraiser, sebuah horor klasik keluaran 1987 akan dibuat ulang, dan sang sutradara film pertamanya, Clive Barker akan kembali sebagai penulis naskahnya. Lalu aktor yang paling cocok memerankan Pinhead

? Siapa lagi kalau bukan aktor aslinya ! Doug Bradley ! Hellraiser sendiri akan kembali ke akarnya, yaitu melalui cerita pendek “The Hellbound Heart� dimana visi Barker mengenai Hellraiser sesungguhnya terjadi. Kenapa gitu ? karena Barker sendiri merasa bahwa banyak proyek Hellraiser remake yang selama ini akan dikerjakan selalu kandas karena ketidakcocokan satu dan lain hal. Kembalinya Barker diharapkan mampu mengembalikan masa jaya para Malaikat Kematian / Cenobites di hellraiser. Lewat akun Facebooknya, Clive Barker memberikan cerita singkat bagaimana proyek Hellraiser bisa hidup kembali, dan ia yang kemudian menanganinya. Clive Barker juga berjanji, bahwa Hellraiser remake ini bakal minim dalah hal CGI / Animasi Komputer. Barker akan kembali menggunakan make-up dan cara tradisional dalam menghidupkan para Cenobites. DREADFOCUS

39

DREAD


PET SEMATARY Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Stephen king, Pet Sematary, Remake ? Yes Please. Film klasik tahun 1989 yang diangkat dari novel dengan judul yang sama ini akan disutradarai oleh Juan Carlos Fresnadillo (28 Weeks Later). Dan naskahnya akan dikerjakan oleh Matt Greenberg (1408) dan David Kajganich (The Invasion). Pet Sematary bercerita tentang keluarga Creed yang baru saja pindah ke rumah baru mereka di Ludlow, Maine dari Chicago. Lokasi yang berdekatan dengan sebuah komplek kuburan misterius menambah kesan seram bagi lingkungan rumah mereka. Apalagi ada keanehan setiap mayat yang dikubur pasti akan bangkit kembali. Pet Sematary yang asli disutradarai oleh Mary Lambert. Walau para kritikus banyak yang tidak terlalu

menyukai film ini, uniknya Pet Sematary mampu meraih pendapatan kotor yang cukup besar saat itu ($57 juta) dengan nilai produksi yang hanya $11,5 juta. Paramount sebagai studio yang memegang lisensi Pet Sematary awalnya kesulitan menemukan ide yang pas untuk remake. Berbagai sutradara sudah masuk untuk mencoba konsep remakenya, termasuk sutradara Alexandre Aja (Piranha 3D, Mirrors) namun batal. Kita tunggu aja rilis film ini di bioskop.

SUSPIRIA

Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Di Tahun 1977, sutradara terkenal dari Italia, Dario Argento pernah membuat sebuah film horror yang dianggap salah satu film terbaik karyanya. Suspiria dibintangi oleh Jessica Harper dan Stefania Casini. Bercerita tentang seorang siswi balet dari Amerika, Suzy Bannion yang pindah ke sebuah sekolah balet prestisius di Jerman. Yang sialnya sekolah ini ternyata dikendalikan oleh kelompok penyihir.

Suspiria remake rencananya akan disutradarai oleh David Gordon Green (The Sitter, Pinneapple Express, Your Highness) , namun kelihatannya akan ditunda untuk waktu yang belum ditentukan. Green sendiri sudah merencanakan kalau remake ini bakal mengulang segi artistik film aslinya. Bahkan akan menambah kesan teatrikal yang lebih megah. Namun sayangnya harus dipendam sementara, karena terdapat masalah legal/hukum yang belum bisa dijelaskan. Suspiria dikenang karena Argento saat iru berhasil menggabungkan seni visual dan gaya khas kepada filmnya. Penggunaan warna-warna yang berani (kala itu) dilengkapi dengan soundtrack yang baik membawa Suspiria masuk nominasi Saturn Awards dan Best DVD rilis di 1992. Suspiria sudah masuk kategori film kult klasik. Apakah akan ada kejelasan mengenai remake-nya ? Kita tunggu aja yuk!

DREAD

40

DREADFOCUS


THE BIRD Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Pindah dari Dario Argento, kita punya Master lain solah ngubek-ngubek rasa takut manusia. Gak lain gak bukan, Opa Alfred Hitchcock. Salah satu mahakarya beliau yang hingga kini masih dikenang adalah Film ‘The Birds’ , sebuah film dengan genre suspense/horror yang diangkat dari cerita karya Daphne du Maurier. Ceritanya cukup sederhana, mengambil latar daerah Bodega Bay, di California, yang secara tetiba mengalamai serangan oleh burung-burung secara masiv. Kekuatan cerita ‘The Birds’ serta talenta Hitchcock, mampu menghasilkan sebuah film klasik yang cukup mengerikan. Beberapa ide untuk menghidupkan kembali The Birds dengan gaya modern pernah dilontarkan, termasuk salah satunya oleh Universal Studios dengan Martin

Campbell (Green Lantern) sebagai sutradaranya, dan Naomi Watts (KingKong) sebagai aktris utama. Namun rencana ini gagal karena Martin kemudian lebih fokus kepada proyek lainnya. Nama baru muncul, Dennis Iliadis (The Last House on the Left) . Cuma masih banyak keraguan akan kelanjutan film ini. Karena gaya Dennis yang suka memasukkan unsur Gore sedangkan The Birds terkenal dengan suspensenya. Bukan Berdarah-darah. Kita tunggu aja kelanjutan beritanya. Sementara masih ada di meja Universal.

Film-film yang dibahas tadi adalah beberapa film yang kabarnya akan dibuat versi ulangnya. Masih banyak film yang rencananya akan diremake, sebut saja An American Werewolf in London dimana Dimension Films di bulan Juni 2009 kemarin memberitakan tentang upaya meremake film ini. Ada juga The Crow yang juga akan diremake. Film supernatural klasik tahun 1994 ini rencananya akan diperankan Mark Wahlberg, Bradley Cooper dan Luke Evans. Tahun 2011, Juan Carlos Fresnadillo (28 Weeks later) dikabarkan akan menyutradarai remake The Crow ini tapi akhirnya mundur dan digantikan oleh F.Javier Guierez (Befor the Fall). Jika tanpa halangan, proses syuting akan berlangsung di tahun 2014. Masih ada SleepAway Camp dimana produser David Katz ter-

tarik menyajikan kembali dalam bentuk yang lebih modern. Selain itu ada Martyrs, Little Shop of Horror, Rosemary Baby, They Live dan banyak lainnya. Dari sekian banyak rencana remake itu yang sudah pasti akan tayang adalah GODZILLA yang akan rilis tahun 2014 ini. ehm... banyak juga yah. Yaa... kita berharap saja film-film yang rencananya akan dihidupkan lagi ini hadir dengan kualitas yang sama bagusnya dengan versi aslinya atau bahkan melebihi kejayaannya. Tunggu saja berita lengkapnya nanti.. [@nontonfilm]

DREADFOCUS

41

DREAD


S DREAD

osok Vampir jadi populer sejak novel Dracula karya Bram Stoker diterbitkan kembali pada tahun 1897. Novel Dracula Bram Stoker adalah novel pertama yang menyajikan stereotip vampir favorit seperti kebencian mereka terhadap sinar matahari, kebiasaan mereka tidur di peti mati dan yang paling penting, nafsu mereka terhadap darah manusia. Ada banyak versi dari vampir yang telah dibuat termasuk versi dari Stephenie Meyer dalam saga Twilight, yang telah mengubah pandangan pada sosok vampir yang tidak lagi menyeramkan tetapi ganteng dan penuh sensualitas. Belakangan ini, sosok vampir memang tidak banyak hadir ke dalam genre horror seperti di era kemunculan DRACULA tahun 1931 yang diperankan Bela Lugossi. Nah, bagi kalian penggila horror yang kangen dengan sosok vampir ini, Sigilahoror menghadirkan 10 film vampir (disusun secara random) yang mungkin luput dari pandangan kalian. Tanpa berpanjang lebar lagi, inilah 10 Alternatif Vampire Movies You Need To See dan tentu saja kalian tidak akan menemukan vampir yang akan berkilau jika terkena mataari.

42

DREADTOP10


BYZANTIUM 2012/USA/118 Min Neil Jordan pernah menyutradarai film vampir berjudul Interview with a Vampir, jadi kita tahu kalau dia tahu bagaimana membuat sebuah film vampir yang memuaskan. Nah sekarang dia kembali membuat sebuah film vampir berjudul Byzantium. Film vampire terbarunya ini fokus ke sosok vampir ibu dan anak yang berburu sekaligus menyembunyikan rahasia mereka sebagai vampir di sebuah kota pinggiran. Sihir utama dalam kisah yang terurai indang dengan scene-scene yang memukau tentu saja darah yang mengucur layaknya air terjun. Byzantium lebih merupakan seni film untuk para penggemar european movie seperti Let The Ring One In. Terlalu cepat memang kalau menyebut Byzantium klasik, tapi film Neil Jordan ini tetap sebuah sebuah film vampir indah layaknya sebuah permata yang berlumuran darah.

keabadian melalui ilmu aklemis. Judulnya mengacu kepada benda yang disebut Cronos, sebuah benda yang mampu membuat penggunanya abadi sekaligus merasakan sakit yang luar biasa. Tentu saja Cronos ini tidak sama dengan benda yang ada dalam HellRaiser. Cronos akan membuat si pengguna bertingkah layaknya vampire. Abadi tapi terobsesi dengan darah manusia. Cronos ini dianggap sebagai film yang akan mempengaruhi film-film dia selanjutnya seperti desain creature yang tidak biasa dan penggunaan Ron Perlman dalam setiap film-filmnya (disini dia berperan sebagai Angel). Yah, Cronos adalah film vampir yang unik yang sepertinya luput dari pandangan penggila horror.

jadi perbincangan ke depannya, anda mungkin harus memutar balikkan detail-detail yang biasanya ada dalam film vampir. Hal inilah yang dilakukan Peter dan Michael Spiering di film vampirnya ini. Di Daybreakers, vampir justru menjadi kaum mayoritas sedangkan manusia adalah minoritas. Manusia dianggap hewan ternak penghasil darah untuk para kaum vampir. Ditempatkan di suatu bangunan, diambil darahnya dan disebarkan layaknya fast food lengkap dengan label harganya. Sebuah ide luar biasa yang unik yang seperti satu-satunya di genre horror terutama vampir. Ide luar biasa sutradara australia ini membuat Daybreakers yang dibintangi Ethan Hawke dan Willem Dafoe ini jadi Best of Vampire movie all of time.

DRACULA

1931/USA/104 Min Tunggu dulu dan tolong dicatat, judul yang barusan anda baca bukanlah film DRACULA yang dibintangi oleh the most vampire Bela Lugossi version dari Bram Stoker’s gothic horror novel. Dracula yang dimaksud adalah film tentang

DAYBREAKERS 2009/australia/98 Min Jika ingin membuat sebuah film vampir yang terkenal bahkan men-

CRONOS

1993/Mexico/94 Min Sebelum Guilermo del Toro membuat salah satu film vampir terbaik sepanjang sejarah lewat Blade II, dia pernah menulis dan menyutradarai sebuah film Mexico yang quietly disturbing tentang

BYZANTIUM DREADTOP10

43

DREAD


vampire versi Spanyol yang samasama diproduksi Universal Picture. Pada saat itu, era dimana teknologi dubbing belum dikenal, studio menggunakan set dan property film yang sama untuk membuat foreign language version. Jadi, ketika kru Dracula versi Tod Browning selesai syuting, sutradara versi Spanyol, George Melford beserta para cast memulai syuting pada malam hari di lokasi yang sama. Semua yang ada di Dracula versi Tod Browning tersampaikan dengan baik juga di tangan George Melford. Begitu juga dengan para cast spanyolnya seperti Lupita Tovar sebagai Eva, Pablo Alvarez Rubio as the-over-the-top madman Renfield dan yang sudah pasti Carlos Villarias sebagai Count Dracula atau versi spanyol disebut el Conde Dracula.

VAMP

si Miss Lucy played by Tara Birtwhistle. Surealis dan sexy itu yang ditangkap dari film ini. Dracula: Pages from A Virgin’s Diary may be the dreamiest Dracula movie for me. Cocok jadi alternative dracula films yang bisa kalian tonton.

for her climactic destruction scene. VAMP ini film vampir alternatif yang surprisingly fun apalagi jika melihat budgetnya yg minim.

THIRST

Dracula: Pages from A Virgin’s Diary 2003/Canada/73 Min Guy Maddin. Bagi penggemar silent movie pasti mengenal sosok sutradara asal Canada ini. Sutradara The Saddest Music in the World ini pernah membuat sebuah film bertema Dracula. Pernahkah para penggilahoror nonton Dracula in silent movie? pasti dan sudah banyak, Nosferatu salah satunya. Tapi dalam balutan pertunjukkan Balet? Sangat jarang memang dan Guy Maddin mempersembahkan film bergaya ini lewat Dracula: Pages from A Virgin’s Diary yang dibintangi The Royal Winnipeg Ballet. Tokoh Dracula diperankan penari Zhang Wei-Qiang tapi yang paling mencuri perhatian disini itu DREAD

VAMP

2009/KOREA/134 MIN Bercerita tentang gejolak yang dialami pendeta -yang suka dengan istri temannya- berubah jadi Vampire karena eksperimen medis yang gagal. THIRST karya Park Chan-Wook ini meskipun mainly themenya tentang Vampir tapi film ini bukan semata-mata bercerita vampire but more of that. Its about Passion and love triangle. Sebuah kisah yang vampir yang tergolong unik, lebih dari sekedar horror movie, thriller movie tapi juga tentang kisah cinta yang sangat rumit. Film vampir asal negeri ginseng ini memenangkan Jury Prize di ajang Cannes Film Festival tahun 2009. Seperti inilah seharusnya cinta dalam kisah vampir bukan seperti kisah twilight yang vampirnya tiba-tiba bersinar terkena matahari. Kalian penyuka vampire movie wajib nonton film ini. HORROR OF DRACULA 1958/UK/82 MIN

1986/USA/93 MIN Jika kalian suka dengan style horror comedy di era 1980-an seperti Fright Night, mungkin kalian juga bakalan suka sama film vampir berjudul VAMP di era yang sama. VAMP bercerita tentang dua orang pemuda yang menyewa seorang penari striptis di sebuah nightclub tapi mereka tidak tahu kalau nightclub itu dipenuhi para vampir haus darah. The secret weapon in Vamp is the star: androgynous, alien-esque singer Grace Jones. As Vampire Queen Katrina, dia bikin tokoh ini jadi one of the best vampire of any vampire movie, berakting apik sebagai penari striptease covered in body paint. Sedikit jijik, terkadang lucu tapi ketika taring vampir dan naluri haus darahnya keluar, you won’t be laughing :D. Grotesquely creepy effect makeup

44

DREADVIEW


HORROR OF DRACULA 1958/UK/82 MIN Sepertinya harus minta maaf sebesar-besarnya sama Bela Lugosi karena the most wicked Count Dracula versi saya jatuh pada Christoper Lee, star of horror flicks by Britain’s Hammer Studio di tahun 1950-an sampai 1970an. Gelar ini dimulai sama film yang disutradarai Terence Fisher dan dikenal dengan judul Dracula di UK. Horror of Dracula adalah the first full color adaptation dari kisah tentang dracula, darah, aksi heroic dari Peter Cushing sebagai sang pemburu vampir Van Helsing dan sebuah original screenplay psychosexual drama yang ada di novelnya. Lee berperan sebagai Count dengan ganas dan menurut saya, akting lee membuat film ini sebagai adaptasi dari Bram SToker’s Novel yang benar-benar menunjukkan taringnya. THE HUNGER

Shadow of the Vampire 2000/USA/92 MIN Siapa yang tak mengenal film NOSFERATU. Film bisu yang diang-

gap sebagai film vampir pertama yang mengadaptasi novel Bram Stoker ini. Tahun 2000, dibuat sebuah film dark comedy berjudul Shadow of the Vampire yang bercerita tentang proses pembuatan film bisu Nosferatu itu. E. Elias Merhige di film ini membuat si pemeran utama di NOSFERATU Max Schreck (diperankan apik oleh Willem Dafoe) yang berperan sebagai count orlock adalah seorang vampir asli. F.W Murnau (John Malkovic) mengatakan bahwa Max Schreck ditemukan di kastil dan hanya boleh terlihat oleh kru dalam balutan make up seorang Count Orlock. Murnau menjadi gila berusaha menyelesaikan film ini dan selalu menjaga Orlock membunuh semua orang dalam set. Murnau: “Why him, you monster? why not...the script girl?” Schreck: “ohh, the script girl. I’ll eat her later”. Marvellous dan membuat penonton percaya kalau Schreck is the real vampir. SHADOW OF THE VAMPIRE

THE HUNGER 1983/USA/97 MIN Seperti halnya saya, semua penggila horor mungkin kurang tahu judul film dari Tony Scott ini. Film yang termasuk Best di genrenya yaitu Vampire movie. Bukan karena film ini dibuka dengan opening Sequence band gothic Bauhaus yang menyanyikan lagu “Bela Lugosi’s Dead”, bukan juga karena David Bowie berperan sebagai vampir dan bukan juga karena scene hubungan sex lesbian Catherine Denevue dan Susan Sarandon. Bukan, The Hunger bagus bukan karena itu melainkan karena cerita tentang cinta segitiga antara dokter specialises in sleep and ageing research Dr. Sarah Robert dengan pasangan vampire Miriam Baylock dan John Baylock. The Hunger menyajikan atmospher yang menyeramkan sekaligus indah dan adegan gore yang efektif dan tidak terumbar ganas dan yang pasti The Hunger is truly haunting form start and finish. You must see this one of best vampire movie. itu 10 Alternatif Vampire Movies You Need To See yang bisa jadi pilihan anda. Enjoy dan selamat menonton. [@sigilahoror] DREADTOP10

45

DREAD


Brian De Palma

“Suspense-king Hitchcock is dead. Long live the new King, De Palma.�

B

rian de palma lahir di Newark, New Jersey, USA, 11 september 1940.Sempat menempuh pendidikan di jurusan fisika, Columbia University, lulus pada tahun 1962 serta melanjutkan master degree di Sarah Lawrence College. Semasa kuliah di Columbia University, ia mulai memiliki minat pada dunia film, sehingga ia bergabung dalam teater kampus dan mulai membeli peralatan keperluan pembuatan film.Karirnya sebagai sutradara diawali dengan karya film pendek nya semasa mahasiswa yang berjudul Icarus (1960), menggunakan kamera 16 mm dan yang terlibat di dalam nya adalah teman-teman kuliahnya. Dua tahun kemudian ia memenangkan penghargaan dari Rosenthal Foundation dalam kategori film terbaik untuk film nya yang berjudul Woton’s Wake (1962). Brian de palma dikenal sebagai sutradara yang memiliki ciri khas unsur gory dalam setiap karya-karya nya. Bahkan ia juga dijuluki sebagai the next alfred hitchcock. Hal ini dikarenakan pengaruh dari ayahnya yang seorang orthopedic surgeon. Semenjak remaja, Brian tertarik dengan peker46 DREADIRECTOR

DREAD


di box office seperti scarface, the untochables, dan mission : impossible. Sepanjang tahun 80-an dan 90-an , Brian De Palma mengalami kesuksesan dan kegagalan yang fluktuatif . Meskipun banyak dari film-filmnya menggunakan teknik pengarahan kamera yang tak tertandingi oleh sutradara lainnya , film-film karyanya sendiri telah menerima kritikan secara konstan dan secara komersial relatif tidak berhasil. Seringkali jaan ayahnya, sehingga ia sudah terbiasa melihat kegiatan operasi pembedahan tulang seperti amputasi. Apalagi ia pernah bekerja part time di laboratorium rumah sakit, yang tentu saja darah serta kegiatan pembedahan merupakan hal yang menjadi makanan seharihari. Film carrie (1976), adaptasi dari novel karya stephen king, masih diingat dengan adegan penuh darah serta klimaks nya yang iconic. Film ini sukses pada masanya, ditambah lagi dengan aktrisnya, laurie serta spacek, menjadi nominasi oscar berkat carrie. Carrie merupakan awal gebrakan dalam karir Brian karena dalam film carrie, brian mampu meyuguhkan adaptasi novel yang apik dipadukan denganteknik pengambilan gambar yang tergolong unik di jamannya(split-screen and DREADIRECTOR

slow motion camera work, counterclockwise circle of the camera). Kesuksesan Brian tidak hanya sampai situ, pada tahun 1980 ia merilis dressed to kill, film dengan genre thriller ini berkisah seorang pembunuh yang menggunakan razor sebagai senjata utama. Dressed to kill terinspirasi oleh psycho, dan berkat film ini lah brian di juluki the next alfred hitchcock. Karya-karya nya yang lain juga memperoleh kesuksesan

ketika film De Palma mencapai keberhasilan, film selanjutnya akan mengalami kegagalan box office , sesuatu yang telah menjangkiti De Palma dari awal karirnya. Kehidupan pribadi brian de palma juga mengalami pasang surut seperti karya-kaya nya. Ia mengalami perceraian sebanyak riga kali. Pernikahan pertamanya adalah dengan aktris Nancy Allen yang berperan dalam banyak film-filmnya. Pasangan ini menikah selama empat tahun, 1979-

47

DREAD


1983 . Istri keduanya , produser Gale Anne Hurd , melahirkan anak pertama Brian ,Lolita , tapi pernikahan itu berakhir dengan perceraian juga. Kemudian brian de palmamenikah sekali lagi pada tahun 1995 dengan Darnell De Palm, yang melahirkan seorang putri bernama Piper , namun pernikahan itu hanya berlangsung 7 bulan , dan pada bulan April 2012, Brian De Palma bercerai untuk ketiga kalinya . Brian De Palma suka mengambil risiko , bekerja keras hingga menuju batas kemampuannya dalam membuat film, dan ini mungkin salah satu dari banyak alasan mengapa begitu banyak

aktor terkenal yang bekerja sama dengannya. Brian De Palma telah mengarahkan semua namanama aktor terkenal seperti Tom Cruise , Nicolas Cage , Gary Sinise dan Tim Robbins dalam 5 tahun

terakhir. Bahkan dengan semua pasang surut nya , Brian De Palma terus bekerja keras dan berusaha menjadi pelopor dalam dunia penyutradaraan film. [@ririnceu]

DREAD

48

DREADIRECTOR


SISSY SPACEK Birth Name: Mary Elizabeth Spacek Occupation: Actress, singer Active: 1970–present Selected Filmography: Carrie (1976), Coal Miner’s Daughter(1980), In The Bedroom (2001), The Help (2011) Award: National Society of Film Critics Award for Best Actress 1976 (Carrie), Academy Award for Best Actress 1980 (Coal Miner’s Daughter), New York Film Critics Circle Award for Best Actress 2001 (In The Bedroom)

sebagai the queen of country, Loretta Lynn kepada penonton serta juri Oscar. Maka sudah sepantasnya piala Oscar dipegang oleh Sissy Spacek. Lewat Carrie dan Coal Mine’s Daughter, karir Sissy Spacek semakin mengkilap dan nominasi Best Actress Academy Awards kerap menghampirinya. Di usianya yang kini sudah tidak muda lagi, Sissy Spacek tetep mengabdikan dirinya di jalur akting yang dibuktikan lewat peran June di film Deadfall tahun 2013 kemarin. Tonton kembali aktingnya sebagai Carrie. [@sigilahoror]

Wanita kelahiran 25 September 1949 ini merupakan salah satu bintang tersohor yang dikenal di genre horror. Lahir di Quitman, Texas, Sissy mengawali karirnya sebagai penyanyi dengan berkeliling mendendangkan lagu di coffeshop di Greenwich Village. Karirnya sebagai aktris mulai mendapat khalayak dunia saat bermain di film Terence Malik berjudul Badlands sebagai Holly Sargis dimana Spacek mendapat nominasi sebagai Best Newcomer di ajang BAFTA Award. Tapi penampilannya sebagai Carrie di film arahan Brian De Palma menjadi penampilan yang paling dikenal terutama bagi penggemar

genre horror. Lewat perannya inilah, Spacek mendapat nominasi sebagai Best Actress di ajang Academy Award walaupun harus dengan rela menyerahkan piala Oscar ke Faye Dunaway (Network). Spacek yang menikah dengan Jack Fisk di tahun 1974 dan dikaruniai 2 anak, ini akhirnya berhasil memegang piala Oscar di tahun 1980 lewat perannya sebagai Loretta Lynn di film Coal Mine’s Daughter. Spacek berhasil memberikan chemistry yang baik

DREADSTAR

49

DREAD


THE CONJURING Starring Patrick Wilson, Vera Farmiga, Ron Livingston, Lili Taylor. Directed by Jame Wan Written by Chad Hayes, Carey Hayes New Line Cinema

Beberapa momen menakutkannya mungkin sudah pernah kamu lihat; pintu berderit dan terbuka sendiri, suara-suara misterius sampai bayangan-bayangan hitam mengerikan, tetapi tenang saja, dengan sedikit kreatifitas Wan memodifikasi semuanya. Ia tahu benar bagaimana mempermainkan imajinasi terliarmu ketika membayangkan hal-hal mengerikan yang tidak bisa kamu lihat. Dengan cerdas DREAD

ia menarik ulur temponya, tidak mau sampai The Conjuring terjerumus menjadi horor murahan yang hanya mengobral penampakan, termasuk menempatkan semua kengerian itu baik CGI maupun non-CGI pada tempattempat yang mungkin tidak kamu duga, dan kemudian BOOOO! Jeritan mengerikan itu akhirnya datang tanpa kamu sadari. Menonton The Conjuring itu sama seperti memasuki wahana rumah hantu yang dipenuhi dengan jeritan-jeritan mengerikan dan momen jump-scares, tetapi The Conjuring jelas jauh lebih baik dari wahana manapun yang pernah

kamu masuki. The Conjuring memang sajian menakutkan, dan James Wan sukses mendaramatisasi kisah nyatanya menjadi sajian horor supranatural seru dan cerdas yang nantinya bakal dikenang cukup lama. [@hafilova]

INSIDIOUS Chapter 2 Stars: Patrick Wilson, Rose Byrne, Barbara Hershey Director: James Wan Writers: Leigh Whannell (screenplay), James Wan (story) Blumhouse Productions

Bumbu-bumbu horror dan jump scre moment yang ada di Inisidious dan The Conjuring ala James Wan masih akan sama di sequel Insidious ini. Meski mengulang aura creepy yang sudah pernah James Wan lakukan di Insidious dan The Conjuring tidak membuat dia untuk melupakan ceritanya. James Wan mengisi

50

DREADVIEW


naskah garapan Leigh Whannel ini dengan kedalaman cerita yang lebih dari sekedar terror rumah berhantu. Penonton akan melihat masa lalu Josh, mengetahui siapa hantu nenek berjubah hitam serta memasukkan unsur time travel ke dalamnya. Bukan James Wan namanya kalau tidak bisa mengolah semua itu menjadi baik. Insidious Chapter yang lebih kuat dari segi cerita tampil sama maksimalnya dengan seri pertamanya di tahun

We Are What We Are Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

2011. Mungkin tidak lebih baik, tetapi ini masih sama menakutkannya dengan Insidious. Endingnya menjelaskan bahwa akan ada seri berikutnya di masa depan, namun mengingat pernyataan Wan yang emoh menggarap horor lagi, kita hanya bisa berharap franchise ini masih tetap kuat tanpa campur tangan seorang James Wan. [@hafilova]

We Are What We Are arahan sutradara Jim Mickle (Mulberry Street, Stake Land) merupakan versi remake dari film Meksiko, Somos lo que hay 2011 lalu. Banyak penyesuaian yang dilakukan Jim Mickle di remake tentang keluaga kanibalisme ini. Mulai dari perpindahan set, menghilangkan tema provokatif seperti homoseksual da incest serta penambahan karakter seorang dokter. Hasilnya menjadi lebih baik dari versi Meksikonya. Tanpa harus jauh-jauh melenceng, We Are What We Are versi Mickle masih mampu menghadirkan sebuah kengerian sebuah horor indie dengan sedikit nada arthouse di pembuluh darahnya. Alurnya bergerak perlahan, namun bersama kombinasi kekuatan visualnya

yang kelam dan penampilan apik para aktris perempuanya. Mickle tahu benar bahwa ini bukan hanya sekedar sajian horor semata, drama dan kengeriannya harus bisa berjalan seimbang sama kuat. Jadi selain melihat sebuah kisah tentang keluarga yang berjuang bertahan hidup dengan pilihan-pilihan sulit dari agama yang mereka percayai, sebuah cerita pencarian identitas dari dua gadis remaja yang galau akan posisi mereka di dalam keluarganya, We Are What We Are juga menawarkan momen blood & gore-nya yang meskipun tidak banyak tetapi muncul pada saat-saat yang tepat sehingga secara tidak langsung mampu menghadirkan efek kejut dan brutal tersendiri, lihat saja endingnya yang mengerikan itu, adegan the last supper itu seperti sebuah klimaks dari segala ketenangan dan kegelisahan di sepanjang filmnya. [@hafilova] DREADVIEW

51

DREAD


V/H/S/2

V/H/S/2 Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Setelah dimanjakan dengan kumpulan video found footage di V/H/S tahun 2012 lalu yang diproduseri Brad Miska dari Bloody Disgusting, tahun ini penggila horror kembali dimanjakan dengan sajian mocku-horror yang sedap. Sama seperti film sebelumnya, kali ini akan disajikan 5 horror found footage dengan Tape 49 sebagai main storynya yg berkisah pencarian gadis hilang sampai menemukan kumpulan video yang mengerikan. Dilanjutkan dengan cerita pertama dari Adam Wingard yaitu Clinical Trials. Film yang cukup sukses memberikan kengerian sebagai menu pembuka V/H/S 2. Beralih kemudian ke cerita A Ride in The DREAD

Park dari duo sutradara The Blair Witch Project, Eduardo SĂĄnchez dan Gregg Hale yang memasukkan tema zombie yang mengasyikkan lengkap dengan adegan gore yang lezat. Kemudian sampai ke segmen tergila dari V/H/S/2 ini. SAFE HAVEN, garapan duo sutradara Indonesia, Gareth Evans dan Timo Tjahjanto yang menawarkan kisah bertema Demonic Cult atau Sekte pemuja setan. Kisah yang menarik plus gila ditambah akting pemain luar biasa terutama Epi Kusnandar sebagai The Father. Inilah segmen terbaik dari 5 segmen disini. Nasib sial dialami Jason Eisener. Cerita tentan alien abduction Eisener sebenarnya menarik, sangat disayangkan karena filmnya hadir setelah segmen gila Safe Haven. Itulah yang menyebabkan

Slumber Party Alien Abduction seperti jatuh ke kubangan danau penuh lumpur. Kasihan.... Secara garis besar, V/H/S/2 ini dari segi kualitas jauh melebih seri pertamanya. Dari segi cerita yang lebih menarik, teknis yang baik plus akting yang sangat apik. Ehm, apakah akan ada V/H/S/3? Tentu saja, karena masih banyak video aneh yang belum mereka putar. [@sigilahoror]

You’re Next Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Setelah menunggu hampir 2 tahun lamanya, penggila horror Nusantara akhirnya bisa menonton film Adam Wingard ini di bioskop. Cerita Home Invasion orang-orang bertopeng binatang ke rumah keluarga Davison ini menampilkan formula slasher yang sangat menyenangkan bagi fans slasher movie. Adam Wingard tak hanya menyajikan sayatan demi sayatan dan bacokanbacokan yang membuat layar memerah

52

DREADVIEW


darah, ada sisipan black comedy yang kemudian membuat film ini kocak. Akhirnya jadi wajar ketika ada adegan yang seharusnya mengerikan justru saya respon dengan ketawa-ketiwi, karena Adam Wingard memang sengaja membuat adegan-adegan berdarahnya tercampur dengan komedi yang membalut film ini sedari awal tadi. Porsi komedi yang disiapkan pun cukup pintar dan ditempatkan di titik yang tepat. Diiringi oleh “Looking for the Magic”-nya The Dwight Twilley, “You’re Next” tahu bagaimana menjaga momentumnya dan tidak terlalu terburu-buru untuk urusan melepas satu-persatu “binatang buasnya”. Membiarkan penonton untuk bernafas dan bersantai, sambil berkenalan dengan para calon korbannya, termasuk final girl di film ini yaitu Erin Harson yang diperankan oleh Sharni Vinson (Bait 3D) Dituliskan oleh Simon Barrett, “You’re Next” memang tak banyak basa-basi sekaligus sabar dalam mengesekusi tiap adegannya, di beberapa bagian memang dirasa hambar dan perlu revisi ulang, tapi kemudian saya dengan cepat lupa dengan beberapa “bolong”-nya karena di adegan berikutnya saya sudah disuguhi aksi berdarah-darah yang menyenangkan. Yah saya akui “You’re Next” memang bisa lebih baik lagi,

potensinya cukup besar untuk menjadi film slasher yang istimewa. Tapi apa yang sudah disuguhkan oleh Adam Wingard untuk saat ini cukup baik.[@raditherapy]

MAMA Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Membuka presentasi ceritanya dengan kalimat “Once upon a time…”, Mama jelas berusaha membedakan dirinya dari horor kebanyakan dengan menghadirkan elemen penceritaan serta visualisasi a la kisahkisah dongeng di dalam jalan ceritanya. Walau secara visual Mama mampu melakukannya dengan baik, namun ketika berhubungan dengan usaha untuk memberikan rasa takut kepada penonton, Mama justru lagi-lagi terjebak sebagai sebuah film horor kebanyakan yang menghandalkan kehadiran adegen-adegan penuh kejutan,

musik yang secara tiba-tiba hadir dalam tingkatan yang lebih kuat serta karakter-karakter yang sepertinya terus menerus mengambil keputusan yang begitu bodoh. Meskipun berusaha tampil beda dalam penyajian kisah yang bernuansa dongeng serta tampilan visual yang banyak dilakukan dengan efek khusus, Mama akhirnya justru hadir dengan jalinan penceritaan horor yang tradisional lengkap dengan deretan karakter yang memang seperti di-desain khusus untuk hadir dalam film-film sejenis. Bukan sebuah kemasan yang mengesankan memang, namun Andrés Muschietti setidaknya mampu menerapkan visinya yang kuat tentang jalan penceritaan Mama untuk menghadirkan sebuah jalinan kisah horor yang mampu beberapa kali hadir menakutkan serta tetap berhasil menyajikan elemen emosional di beberapa bagian kisahnya. [@Sir_AmirSyarif]

MAMA DREADCOMIC

53

DREAD


FRANKENSTEIN ARMY

berjari-jari pisau. Untuk sebuah film dengan gaya mokumenter, saya akui Richard Raaphorst mampu memanipulasi penonton untuk percaya dengan apa yang dia tampilkan, tidak berlebihan dan membiarkan semua terekam apa adanya. [@raditherapy]

FRANKENSTEIN ARMY Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

senjata, dari gergaji mesin sampai baling-baling pesawat. Ya, usut punya usut mahkluk-mahkluk ini adalah hasil eksperimen seorang dokter gila bernama Victor Frankenstein. Membungkus “Frankenstein’s Army” menjadi sajian mokumenter tampaknya sih pilihan yang tepat, horor dalam film Richard Raaphorst jadi semakin real walau kita tahu sejak awal semua bohong-bohongan. Dengan dukungan kamera oldskul yang sok asyik, makin menambahkan kesan historik di film ini, apalagi ditambah efek-efek yang menjadikan “Frankenstein’s Army” layaknya sebuah dokumenter perang dunia ke-2 yang baru saja direstorasi. Yah, seperti saat menonton film dokumenter “The Second World War in Colour” tapi disini pasukan Nazi diubah jadi monster-monster mengerikan

EMERGO Stars: Bill Sage, Ambyr Childers, Julia Garner, Jack Gore Director: Jim Mickle Writers: Nick Damici, Jorge Michel Grau (an original screenplay) Belladonna Productions

Berangkat memikul misi untuk menolong sesama comrade (sebutan teman atau rekan pasukan di Rusia), sekelompok tentara merah Rusia berkelana menyisir sisi timur Jerman berbekal sebuah kordinat yang dikirimkan oleh pasukan Rusia bersandi “Tiger Bear 303”. Misi yang awalnya terkesan normal, kemudian balik berubah menjadi sangat aneh, tak pernah menemukan jejak pasukan yang ingin ditolong, Dimitri dan kawan-kawan justru menemukan mahkluk-mahkluk yang mengerikan. Berbadan manusia tapi sudah ditempeli oleh mesin dan bermacam-macam alat sebagai DREAD

Emergo berkisah mengenai Alan White (Kai Lennox) yang merasa bahwa ia dan kedua anaknya, Caitlin (Gia Mantegna) dan Benny (Damian Roman), berada dalam ancaman teror dari arwah almarhumah istrinya, Cynthia (Laura Martuscelli), yang meninggal karena sebuah penyakit beberapa waktu yang lalu. Gangguan supranatural tersebut secara perlahan mulai mempengaruhi kehidupan Alan dan kedua anaknya.

54

DREADVIEW


Potensi cerita menarik yang digarap Cortés untuk Emergo tidak pernah benar-benar mampu berkembang dengan baik di sepanjang 80 menit presentasi film ini. Deretan konflik dan karakter yang hadir dalam jalan cerita gagal untuk tergali dan membuat Emergo berjalan monoton. Pendekatan sains yang dihadirkan oleh Cortés juga cenderung membingungkan daripada memberikan penonton sebuah cara pandang yang baru. Hasilnya, tidak hanya Emergo gagal untuk menakuti penontonnya, film ini juga tidak mampu menghadirkan daya tarik yang kuat dalam jalan ceritanya. Kelemahan yang terdapat dalam naskah cerita Emergo juga mendapatkan eksekusi yang lemah dari sutradara Carles Torrens. Pemilihan Torrens untuk menghadirkan jalan cerita Emergo dengan ritme penceritaan yang terlalu lamban membuat film ini kehilangan begitu banyak sentuhan emosionalnya. Penggunaan kamera yang menghasilkan gambar-gambar dari berbagai sudut apartemen juga kurang mampu membentuk atmosfer horor yang mencekam. Emergo bukanlah sebuah presentasi akhir yang benarbenar buruk… namun jelas masih sangat jauh dari memuaskan. [@Sir_AmirSyarif]

OVERLOOKED, FORGOTTEN and DISMISSED THIS ISSUE: SOME KOOKY KILLER MY STEPDAD’S A FREAKIN VAMPIRE! Level 33 Entertainment

Terlalu biasa seorang ayah tiri itu berubah jadi pembunuh seperti Terry O’Quiin as Jerry Blake di The Stepfather (1987). Itulah alasan sang sutradara mengubah ayah tiri menaikkan level menjadikannya seorang vampire. Not a ordinary, he is the King of Vampire. Seorang pemuda mendapati ayah tirinya adalah vampire. Awkward title dan premis yg biasa membuat penggilahoror enggan untuk menontonnya. Tapi film ini punya spesial efek menarik. Tanpa nudity dan bahasa kasar, film ini recomended buat Twilight fans yang percaya vampire itu bling-bling. :D

THANKSKILLING MVD Visual

Move over, Freddy. Take a hike, Jason. Get lost, Leatherface because a new killer has moved onto the block and he’ll knock the stuffing out of you. Thanskilling bercerita tentang steoreotypical pemuda di kebanyakan film horror yang berusaha kabur dari serangan pembunuh berwujud demonic ayam kalkun (hahaha, si kalkun malas dendam di malam Thanksgiving). Meski jauh dari kesan bagus dengan kualitas buruk sekali, film ini cocok jadi penghibur dari segala stress. Gimana tidak happy melihat ayam kalkun jadi pembunuh. Bagi yang suka makan ayam goreng, berhati-hatilah. Sewaktu-waktu mereka bisa membalas kekejian anda.

kolom yang berisi film-film yang terlupakan atau menghilang dari peredaran karena saking jelek judul, poster bahkan plot tapi ternyata tidak sejelek apa yang dipikirkan. Dont Judge a Movie by Its title

DREADVIEW

55

DREAD


UZUMAKI Terror Spiral Mematikan Nama-nama artis komik amerika terkenal macam Mike Mignolia (HellBoy), Peter Milligan (penulis komik Sandman), Garth Ennis (Crossed) dan Al Fieldstein (Tales From The Crypt) mungkin dah gak aneh bagi penikmat komik horror. Kalau Junji Ito ? Ini yang paling spektakuler yang dimiliki Jepang. Berangkat dari kegemarannya menikmati karya-karya Kazou Umezu dan H.P.Lovecraft, Junji muda menebarkan horror melalui manga yang kemudian menjadi ciri khas Junji Ito. Salah satu yang cukup terkenal selain kisah mbak Tomie ~ adalah Uzumaki . Uzumaki bercerita tentang keanehan yang terjadi di sebuah kota kecil di Jepang, Kurôzu-cho, ketika kejadian-kejadian aneh hingga berkaitan dengan supranatural muncul serta mulai DREAD

WRITTEN BY: Junji Ito ART BY: Junji Ito PUBLISHER: Big Comic Suprise

mengganggu kehidupan warga kotanya. Terror yang terjadi selalu berhubungan dengan bentuk ‘Spiral’ (dalam bhs.Jepang : Uzumaki). Terror bendabenda/gambar/ citra berbentuk ‘Spiral’ ini menghampiri para penduduk satu persatu. Yang ujungnya udah pasti kematian atau manusia yang kemudian berubah menjadi bentuk mengerikan. Kisah dibuka ketika Kirie Goshima (seorang pemudi asli kota itu) bertemu dengan ayah dari sang pacar, Suichi Saito sedang asyik mengamati keong yang menempel pada dinding sebuah rumah dengan sangat serius. Suichi sebenarnya sudah merasa sang ayah menjadi aneh sejak beberapa waktu kebelakang. Apalagi kegemaran

ayahnya yang semakin menjadi, mengkoleksi apapun yang memiliki bentuk seperti spiral. Dari sini Suichi mulai dihadapkan kepada kejadian-kejadian yang tidak masuk akal, seperti mata sang ayah yang bisa berputar dengan arah yang berbeda, lidah yang panjang dan menggulung layaknya spiral, sampai pada akhirnya sang ayah ditemukan meninggal dengan keadaan yang sangat mengerikan; tubuhnya melar seakan tanpa tulang dan melingkar berbentuk spiral! Mulailah kutukan yang tak berujung dari ‘Spiral-spiral’ setan ini. Apakah Kirie dan Suichi bisa lepas dari Uzumaki dan kemudian melarikan diri dari kota itu?

56

DREADCOMIC


Uzumaki adalah manga horror yang dibuat ke dalam 3 volume (dengan 20 bab di dalamnya) jadi cukup panjang kalau mau diterawang. Apalagi setiap bab memiliki cerita serta kejutan tersendiri di dalamnya. Selain komik, Uzumaki pernah dibuat ke dalam versi Film dengan pemeran manusia (Live Action). Dengan durasi yang Cuma 90 menit, sayangnya Uzumaki versi film belum bisa menangkap panjangnya cerita Uzumaki versi man-

ga. Apalagi art yang mengerikan milik Junji Ito memang agak susah diterjemahkan kedalam video. Satu kata yang boleh digaris bawahi, Uzumaki itu disturbing! Gambaran yang sangat absurd dari mahluk jadi-jadian dan kematian yang mengenaskan benar-benar melekat di kepala. Manusia siput, rumah deret dengan RIBUAN manusia spiral di dalamnya, nyamuk-nyamuk setan yang menanamkan bayi iblis di pe-

rut ibu-ibu hamil adalah sebagian ‘momen’ mengerikan yang lebih baik dibaca komiknya daripada diperdengarkan dari orang lain. Di penghujung cerita, Uzumaki justru akan membuat pembaca semakin bingung dan unrest kalau bahasa prokemnya. Karena Junji berhasil membawa kesan misteri dari awal hingga akhir dengan kesimpulan yang enggak tertebak oleh penikmat komiknya. Silahkan dicari dan dibaca. [@nontonfilm]

QUICKVIEW VELVET #1 WRITTEN BY: Ed Brubaker ART BY: Steve Epting PUBLISHER: Image Comics

The Other Dead #1 WRITTEN BY: Joshua Ortega ART BY: Qing Ping Mui PUBLISHER: IDW Publishing

Ketika agen rahasia terbaik di dunia dibunuh , Velvet Templeton , be the Personal Assistant to the Director of the Agency kembali ke lapangan untuk pertama kalinya setelah hampir 20 tahun berhenti sebagai mata-mata. Velvet pun segera terjebak dalamjaringan misteri , pembunuhan dan tindakan aksi tingkat tinggi. Itulah cerita yang ditawarkan comic yang ditulis oleh Ed Brubaker dimana Steve Epting bertugas mewujudkannya dalam bentuk gambar. Membaca Velvet seperti memakan kue lapis dimana tiap lapisnya memberikan kepuasan sehingga anda tidak berhenti untuk menghabiskannya. Sexy dan Provokatif, itulah yang ditawarkan Ed Brubaker dan Steve Epting dalam kisah mata-mata feminim yang dibalut dalam sentuhan dark.

The world’s first Zombie Animal epic is here! Badai mematikan mengancam New Orleans sebagai wabah menakutkan dan misterius. Kevin Eastman ( Teenage Mutant Ninja Turtles ), Joshua Ortega ( Gears of War ), dan Digger T. Mesch ( Agent 88 ) untuk awal yang paling diantisipasi seri horor baru tahun ini. Kisah yang ditulis Joshua Ortega dan Digger T.Mesch ini menyajikan kisah Zombie tapi berbeda dari yang lainnya karena tidak hanya manusia yang terjangkit melainkan semua makhluk yang pernah hidup akan berubah menjadi makhluk yang mengerikan. Mereka ingin menyajikan kisah zombie yang berbeda dari yang lainnya dan lumayan berhasil. Art yang digarap Qing Ping Mui pun disajikan dengan apik dan penuh dengan darah serta zombiezombie yang menjijikkan. DREADCOMIC

57

DREAD


Mampu melihat dan berinteraksi dengan makhluk astral merupakan suatu hal yang mengerikan untuk se¬bagian dari kita namun tidak bagi mereka yang dianugerahi indera keenam oleh Tuhan Yang Maha Esa, salah satunya adalah Risa Saraswati. Mojang asal Bandung ini sudah cukup dikenal khalayak sejak sukses membuat bulu kuduk berdiri lewat tulisan di Blog-nya yang kemudian berkembang dalam bentuk karya musik ber¬sama Band-nya, Sarasvati, dan buku bertajuk Danur. Dalam Danur, Risa Saraswati mencurahkan kisah hidupnya yang tidak biasa setelah bertemu dan bersaha¬bat dengan lima sosok hantu kecil: Peter, Hans, William, Hendrick, dan Janshen. Danur DREAD

juga menuturkan pergulatan batin yang Risa rasakan sebagai seorang yang ‘berkemampuan khusus’. Buku pertama Risa ini disambut baik oleh masyarakat dan paska kesuksesan tersebut akh¬irnya Risa Saraswati menerbit¬kan buku keduanya yang diberi judul

Maddah medio November 2012 lalu. Peluncuran buku Maddah sekaligus bertepa¬tan dengan peluncuran Mirror, album kedua Sarasvati. Lalu bagaimana dengan Maddah? Sesuai arti kata Mad¬dah yang disadur dari bahasa Arab yakni perpanjangan, buku tersebut memuat rangkaian cerita yang merupakan perpan¬jangan dari kisah Risa Saraswa¬ti dalam Danur. Maddah masih menyimpan cerita persahabat antara Risa Saraswati dan kelima sahabat kecilnya dit¬ambah dengan tokoh–tokoh baru yang semakin membuat buku setebal 246 halaman ini menjadi begitu menarik untuk dibaca. Tidak hanya kisah Risa Saraswati saja yang diangkat

58

NATURUM DE MONTUM


tetapi juga masih ada cerita pengalaman kehidupan yang menggetarkan dari arwah–arwah yang dite¬mui Risa. Menikmati rentetan cerita dalam Maddah selaksa mengarungi sebuah perjala¬nan yang begitu mengesankan dengan dihiasi senyum, gelak tawa, ketegangan, kengerian, hingga tetesan air mata. Gaya bercerita Risa Saraswati tidak berubah, masih santai dengan bahasa yang mudah dicerna sehingga setiap bab mengalir dengan renyah. Jika dibanding¬kan dengan Danur, jujur saya lebih menikmati Maddah karena ketika membaca Danur saya merasa jengah setelah membaca separuh dari isi buku tersebut namun tidak saya rasakan ketika membaca Maddah. Konflik yang lebih beragam dengan balutan penuturan yang lugas dari Risa Saras¬wati mampu membuat saya terpaku hingga penghujung buku ini. Kelebihan dari Maddah adalah buku kedua ini memuat lebih banyak ruang bagi ke¬empat karakter lainnya untuk bersinar dan bercerita tentang perkembangan konflik masing–masing. Alhasil Risa pun sukses membuat tokoh-tokoh lain

ikut dikenal dan disayangi seperti halnya saya jatuh cinta dengan tokoh Janshen dan juga William setelah mem¬baca Maddah. Buku ini juga menyelipkan beberapa cerita yang begitu menyentuh dan mampu memberikan nilai tersendiri untuk pembaca dalam me¬mandang arti kehidupan. Salah satu cerita yang mampu membuat pembaca mengharu biru adalah kisah bertajuk Tarian Canting di bab keenam. Maddah yang dilengkapi dengan ilustrasi indah karya Isa Panic Mon¬sta ini pada dasarnya

adalah karya yang digarap dengan sepenuh hati se¬hingga mampu menghad¬irkan sajian yang menyentuh dan berhasil memanusiawikan mereka yang gaib sampai akhirnya mampu membuat saya meng¬enyampingkan sisi seram yang terkandung di buku ini. Semoga buku ketiga Risa, Sunyaruri, yang konon menjadi akhir trilogi kisah Risa dengan sahabatsahabat hantunya dapat memenuhi ekspektasi pembaca yang begitu menikmati karya tulis dari Risa Saras-wati. [@rioaditomo]

NATURUM DE MONTUM

59

DREAD


REINVENTION OF GEUNG SI GENRE Director: Juno Mak Writers: Lai-yin Leung (script), Philip Yung (script) Star: Anthony Chan, Siu-hou Chin, Kara Hui, Lo Hoi-pang, Paw Hee-ching, Country: Hongkong Language: Cantonese Tak banyak mungkin yang tahu istilah Rigor Mortis. Dalam forensic terms, secara definitif, Rigor Mortis dikenal juga dengan sebutan kaku mayat, salah satu tanda fisik kematian dimana kekakuan otot-otot di tubuh manusia terjadi secara bertahap atas hilangnya proses metabolisme dan ikatanikatan kimiawi otot sejak pasca kematian hingga 24 jam setelahnya. Oleh Juno Mak, seorang artis multitalenta Hong Kong yang selama ini dikenal lewat kiprahnya sebagai penyanyi dan aktor (Revenge : A Love Story dan film DREAD

superhero Asia Let’s Go), istilah ini menjadi inspirasi bagi debutnya sebagai sutradara. Membidik

genre favoritnya, Geung Si (Chinese Vampire), yang sejak lama hilang dari sinema mereka, Rigor Mortis sekaligus merupakan homage bagi genre itu. Marak di sinema Hong Kong era ’70 ke ’80-an, genre Geung Si atau Jiangshi ini punya template unik dalam kombinasi horor, komedi dan terkadang juga diwarnai martial arts. Berbeda dengan sosok vampire sinema lain yang lebih sering divisualisasikan sebagai penghisap darah, ia sekaligus menggambarkan budaya dan folklor Cina yang sangat kental

60

DREADASIA


terhadap hantu atau zombie yang mengambil energi dari qi, sumber kehidupan manusia, lengkap dengan karakter-karakter pendeta atau pemilik kekuatan supranatural hingga objek-objek amukannya. Begitupun, Juno tak bekerja seorang diri. Ia membawa amunisi ampuh untuk mewujudkan ambisi ini dibawah nama Takashi Shimizu (Ju-On : The Grudge), master J-horror sebagai produsernya. Walau awalnya dikabarkan sebagai unofficial remake dari Mr. Vampire, salah satu pionir maraknya genre itu di sinema Hong Kong ’80-an, apalagi dengan deretan cast yang diisi aktor-aktor lawas yang dulu juga malang-melintang di genre-nya, Juno ternyata muncul dengan konsepnya sendiri. Hasilnya bukan saja menjadi salah satu blockbuster Asia paling ditunggu untuk tahun ini bahkan merambah ke festival-festival internasional dari Venice (World Premiere), Toronto, BFI London,

Sitges, Tokyo (Asian Premiere) dan banyak lagi, rilis publiknya yang digelar mulai Halloween barusan di Hong Kong dan Cina juga sudah mencetak perolehan box office cukup luarbiasa. Tampil memerankan dirinya sendiri sebagai mantan aktor dan pemburu vampir terkenal yang frustrasi karena kehilangan segalanya, Chin Siu-ho (juga bermain dalam Mr. Vampire), yang kini menghuni sebuah flat kumuh mencoba mengakhiri hidupnya pada seutas tali gantungan. Tak lama setelah usahanya yang berakhir gagal,

Siu-hou mulai menemukan banyak keanehan. Bersama pemilik flat yang punya kekuatan supranatural (Anthony Chan-Yau), janda beranak satu Feng Yeung (Kara Hui) dan pasangan suami istri Uncle Tung (Richard Ng) dan Auntie Mui (Hee Ching Paw), seketika mereka menemukan dirinya berada di tengah-tengah amukan vampirvampir mengerikan. Dalam wujudnya sebagai genre movie, walau tetap terasa sebagai homage terhadap genre Geung Si lewat atmosfernya, Rigor Mortis tak lantas menjiplak template-nya mentah-mentah. Atmosfer itu dikombinasikan Juno bersama dark ambience dan tampilan creatures ala J-Horror Takashi Shimizu dengan taktis menjadi satu kesatuan baru yang sangat solid. Tak ada lagi Chinese vampire atau zombie berkostum konvensional yang mungkin jadi terasa konyol untuk trend DREADASIA

61

DREAD


sekarang, namun walau digantikan dengan sosok hantu dalam pakem horor kontemporer, feel ke homage-nya tetap terasa penuh respek. Lewat skrip yang ditulis Juno bersama Phillip Yung dan Jill Leung, satu unsur paling penting dalam fondasi genre itu bahkan dihilangkannya sama sekali tanpa jejak, dari komedi berganti pada dramatisasi terhadap interkoneksi personal para karakter-karakternya secara menyayat, termasuk lovestory dengan kedalaman emosi yang tak pernah terbayangkan bakal ada di genre semacam ini. Scoring yang dipenuhi denting piano dan gesekan cello dari Nath Connely pun bekerja dengan sangat baik menggabungkan romantisme dengan frightfestnya. Efek dan visualnya memang serba modern, termasuk sound

design yang diakui Juno dipenuhi sentuhan style Shimizu, tapi bukan lantas jadi distraksi ke bangunan plot dan subplotnya yang sudah terbentuk dengan kuat. Padahal, deretan cast-nya terdiri dari para oldcrack comedians, termasuk Siu-ho dan Kara Hui yang juga kerap membawa sisi komedik ke dalam film-film terdahulu di genre sejenis. Ada Anthony Chan Yau, Billy Lau dan Richard Ng yang sukses menanggalkan atribut lucu-lucuan mereka, memberikan sentuhan humanisme yang kuat bersama aktor-aktor senior seperti Hoi-Pang Lo, Yam Yam Siu, Chung Fat serta Hee Ching Paw yang bermain paling memikat dalam chemistry-nya bersama Richard Ng. Begitulah, pada akhirnya, Rigor Mortis bukanlah lagi hanya berupa sebuah homage ataupun re-imag-

ining kosong terhadap genrenya. Membawa pemirsanya seakan menaiki sebuah rollercoaster of fear namun dipenuhi heart factor yang menyeruak sama kuat ke tengah-tengahnya, Rigor Mortis has succesfully reinventing the genre. Dan mereka tak pernah melupakan akarnya. Meninggalkan kita lewat sebuah catatan kecil yang menyematkan nama dua mendiang aktor legendaris genrenya, ‘to Lam Ching-ying and Ricky Hui – In Your Footsteps’, Rigor Mortis adalah sebuah selebrasi solid, terutama bagi fans Geung Si movies yang sudah lama menantikan kembalinya genre ini ke sinema Hong Kong. It might just be a directing debut from Juno Mak, but the result, already a masterpiece. [@danieldokter]



Director: Muhammad Yusuf Writers: Muhammad Yusuf Star: Aldi Taher, Vivi Sofia Yofani, Farah Diba Yofani Country: Indonesia Language: Indonesia

Sikap skeptis terhadap film Horror Indonesia sudah terpatri. Sepertinya sikap skeptis ini harus dihilangkan saat anda akan menonton film Kemasukan Setan garapan Muhammad Yusuf (The Witness) Apa yang digulirkan oleh Kemasukan Setan adalah mengeDREAD

nai Eddy Arwana (Aldi Taher), yang tidak memercayai keberadaan setan hingga dia dapat membuktikannya dengan mata kepalanya sendiri. Bermodalkan handycam, dia menjelajahi berbagai wilayah di Pulau Jawa yang disinyalir angker. Sialnya, sekalipun telah mengunjungi banyak tempat seram

dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun, pencarian ini senantiasa berakhir dengan hasil nihil. Eddy nyaris mencapai titik putus asa dan hendak menarik kesimpulan bahwa setan itu bualan belaka, memutuskan untuk bertindak ekstrim sebagai upaya terakhirnya dalam membuktikan eksistensi

64

DREADINDONESIA


dari makhluk tak kasat mata tersebut. Kesan low budget filmmaking-nya sungguh kentara sepanjang film berjalan, sedikit banyak mengingatkan saya dengan Bunian. Sesekali agak mengganggu, namun lantaran masih ‘mentah’ inilah yang justru sanggup menciptakan aura kengerian dan ketegangan yang lebih nyata. Alih-alih menggeber penampakan dengan scoring yang berdentum nyaris setiap menit layaknya film horor Indonesia kebanyakan, M.Yusuf justru memilih untuk menyembunyikan para memedi. Kemunculan mereka dimaksudkan untuk menimbulkan efek kejut dan takut secara bersamaan. Dan ya, saya akui itu terbilang berhasil. Kemasukan Setan pun turut menghadapi permasalahan. M. Yusuf luput memerhatikan naskah. Jalinan penceritaan sebetulnya berjalan dengan lancar untuk paruh pertama, namun ketika

menginjak pertengahan film... permasalahan dimulai. Salah satu pemicunya adalah tiga tokoh perempuan yang mendadak menyelinap masuk ke dalam kehidupan Eddy, sang tokoh utama. Mengesampingkan betapa skrip tidak tertata dengan rapi dengan masih menyimpan inkonsistensi dalam penceritaan, beberapa permasalahan teknis dan kesalahan di sana sini, Kemasukan Setan adalah sebuah sajian yang mampu mengobati kerinduan saya akan tontonan seram murni tanpa bumbu komedi garing dan eksploitasi tubuh perempuan dari Indonesia. Muhammad Yusuf

yang mereduksi kemunculan para makhluk halus dan scoring dari Izzal Peterson yang lumayan menghantui serta melebur sempurna ke dalam sejumlah adegan, sanggup menciptakan aura yang menyeramkan dan membangkitkan bulu kuduk seketika. Seandainya si pembuat film sepenuhnya mengarahkan film ke ranah found footage dan satu dua adegan yang kehadirannya mengganggu nan dipaksa dilenyapkan, Kemasukan Setan mungkin akan lebih menggigit dan menjelma sebagai sajian horor yang benar-benar asyik. [@cinetariz]

DREADINDONESIA

65

DREAD


CARRIE Brian De Palma - 1976 Carrie adalah Novel pertama Stephen King yang diadaptasi menjadi sebuah film. Brian De Palma memegang peranan penting untuk memvisualisasikan naskah novel Carrie Stephen King ini. Carrie memulai filmnya dengan adegan berani pada jamannya. Carrie White, gadis lugu dengan seorang ibu yang terlalu terobsesi dengan agama selalu menjadi bahan olok-olok gadis-gadis popular di Bates High Scholl. Satu yang tidak diketahui teman-temannya adalah bahwa dia memiliki kekuatan Telekinensis yang dapat menggerakkan benda-benda disekitarnya dengan kekuatan pikirannya. Penghinaan, caci maki dari teman-temannya disekolah mengendap dan perlahan-lahan mencapai puncak. Kemarahan yang telah mencapai puncak pada malam prom nite pun membuat Carrie kehilangan control atas pikirannya. Novel horror karya Stephen King kebanyakan membangun aura horrornya secara psikologikal ketimbang aspek fisikal seperti film-film horror yang kebanyakan saya tonton. Nah, hal itu akan didapatkan ketika menonton Carrie yang lebih menunjukkan sisi psikologis Carrie dengan sedikit adegan berdarah yang memorable di endingnya. Plot Cerita Carrie sendiri sangatlah simple. Seorang gadis lemah, diolok-diolok, berada di bawah tekanan ibunya yang obesesi pada agama, dan menginginkan dirinya diterima lebih dimata teman-temannya. Brian DePalma dengan cerdik mengarahkan penonton untuk bersimpati pada sosok karakter Carrie yang dikucilkan. Sama halnya dengan dendam dan kemarahan tertahan dalam diri Carrie yang akhirnya memuncak, DePalma pun di filmnya menahan diri untuk tidak langsung menunjukkan adegan pamungkasnya. DePalma sukses melakukan ini, dan ketika adegan pamungkas yang berdurasi 20menitan itu pun sukses menjadi adegan Prom Nite berdarah yang mungkin sangat memorable dan membuat sosok Carrie yang berlumuran darah Babi disini menjadi terkenal. Carrie’ is very well directed, with a superb screenplay from Larry Cohen and featuring two of the greatest performances in horror



AMNESIA The Dark Descent Publisher: Frictional Games Developers: Frictional Games Platform: Microsoft Windows, Mac OS X, and Linux

G

ame Amnesia : The Dark Descent (atau dikenal dengan nama Lux tenebras /Unknown) . Game dengan mode First Person Shooter (sudut pandang orang pertama) ini pas banget menangkap kesan / atmosfer horror yang sebenarnya. Mengambil tempat di Kastil Brennenburg di Prussia, Amnesia: The Dark Descent ngikutin kisah seorang pemuda bernama Daniel di tahun 1893. Daniel terbangun dengan ingatan yang terhapus, yang ia miliki hanya petunjuk berupa secarik catatan yang ia tulis sebagai pengingat; bahwa misi utama dirinya adalah membunuh Baron dari Kastil itu, Alexander. Amnesia: The Dark Descent mempersembahkan genre horror di game dengan cara kem68 DREADGAME

bali ke dasar. Back to Basic. Kalau Resident Evil sudah mulai bergeser dari Survival Horror ke arah Full Action, maka Amnesia kembali ke arti ‘survival’ sesungguhnya. Takutlah akan kegelapan. Itu yang coba dikembalikan oleh Amnesia. Dan pada dasarnya, hampir semua orang punya ketakutan yang beragam akan tempat gelap. Walau enggak ada apa-apa, sering pikiran kita sendiri yang berimajinasi bahwa ada bahaya di kegelapan. Sistem kendali Amnesia berusaha mendekati tindakan nyata, maksudnya mekanisme membuka, menggerakkan sesuatu dibuat layaknya kita berlaku sebenarnya. Contoh membuka pintu harus dilakukan dengan menggeser mouse ke depan lalu kebelakang.

Memutar tuas dilakukan dengan klik kiri lalu memutar mouse searah yang diperlukan agar tuas bergerak. Dan memang Cuma keyboard serta mouse bekal kita bermain Amnesia hehe. Dan ini juga yang jadi bagian dari kelemahan bermaiin Amnesia, contohnya ada kala dimana kita dikejar oleh monster dalam lorong panjang, untuk menghindar maka kita harus masuk ruangan dan mengunci pintunya. Kebayang saat terror mendekat dan waktu Cuma sedikit, tarik mouse, lalu dorong untuk menutup pintu kesannya repot banget yah? Lingkungan dalam game Amnesia ini selalu berada dalam kegelapan. Hampir seluruh penjuru kastil yang dijelajahi oleh Daniel pasti minim penerangan. Ini semakin menambah kesulitan kita dalam bermain. Satu yang menarik, ada yang disebut San-

DREAD


ity level. Dan Sanity / kewarasan daniel akan terus turun jika Ia berlama-lama dalam ruang gelap. Ketika sanity level Daniel turun, ini akan mempengaruhi permainan dan kendali kita akan si protagonis. Mungkin ada yang nanya , kenapa Daniel enggak pergi ke tempat terang, di kamar yang penuh lampu atau keliling kastil membawa obor / sejenisnya? Salah besar, karena berada di tempat terang justru akan mem-

buat Daniel mudah diserang oleh mahluk2 menyeramkan. Maka kita harus me�nyembunyikan’ Daniel di kegelapan, sembari sesekali membawanya ke tempat terang agar tingkat Sanity /Kewarasan Daniel gak terus turun‌ Susah banget! Perjalanan Daniel semakin memusingkan ketika harus mencapai lantai terbawah kastil. Selain enggak ada lift jaman itu, maka tangga yang panjang, gelap serta tak tentu ujungnya semakin

menambah kenikmatan bermain. Salah satu bagian dari game , yaitu teka-teki / Puzzle yang tersebar jadi variasi yang enggak membuat game ini tambah gampang. Amensia secara gampang sukses membuat para pemainnya harus duduk ketakutan. Tips bermain game ini : Matikan lampu, pastikan sendirian di ruangan, tancap headphone terbaik anda, dan mulai bermain. Selamat bermain ! [@nontonfilm]

KUON Publisher: From Software, AGETEC Developers: From Software Platform: PlayStation 2

uon adalah sebuah game Horor keluaran From Software dari Jepang. Rilis tahun 2004 untuk sistem Playstation 2, Kuon berlatar Kota Kyoto, Jepang, di Jaman Heian (794-1185 masehi). Udah kebayang lah, betapa misteriusnya Jepang kala itu. Apalagi banyak mahluk-mahluk gaib yang cukup membuat merinding yang kemudian menjadi bagian dari legenda horor Jepang. Game dimulai saat kita memilih sebagai seorang cewek bernama Utsuki

K

(kekuatan Yin) dalam misi mencari sang ayah, Doman, seorang pengusir setan yang membelot. Atau berperan sebagai Sakura, seorang cewek (yang juga) pengusir setan, salah satu murid Doman yang mewakili kekuatan Yang. Setelah melewati fase pertama dan kedua, muncul tokoh baru di fase ketiga, seorang Pengusir Setan tingkat Master bernama Abe No Seimei, mewakili fase Kuon. Sepanjang

fase berjalan, pemain akan dihadapkan kepada sosok kembar misterius, yang perlahan akan membuka misteri di kota itu. Kuon memiliki atmosfer yang cukup seram. Apalagi jalan-jalan di kegelapan, bertemu dengan penampakan2 yang bakal bikin bulu kuduk merinding boleh jadi bikin kita makin penasaran. Tokoh di kuon sendiri harus berjalan dengan pelan karena gerakan yang cepat akan mengundang musuh. Makin sulit kan? [@nontonfilm] DREADGAME

69

DREAD


Alone in The Dark

Alone in The Dark mungkin

Publisher: Infogrames Developers: Infogrames, Krisalis Platform: MS Windows

kalah populer dibanding waralaba lainnya. Namun Game inilah yang kemudian dianggap sebagai “kakek�nya game-game genre horror.Dengan latar tahun 1925, kita mengendalikan 2 tokoh, Erdward Carnby atau Emily Hartwood. Bertugas menyelidiki kematian keponakannya yg bernama Jeremy, kita diajak mengelilingi semua rumah tua di Louisiana, Amerika.Setibanya di lokasi, kita akan dihadapkan dengan suasana menyeramkan dan kehadiran kekuatan jahat. Ternyata rumah besar ini sudah

dipenuhi oleh mahluk-mahluk mengerikan yang tidak akan segan menghabisi kita. Walau jadul, Alone in The Dark adalah satu dari sedikit game yang sudah tampil dengan full 3D. Kendali penuh kepada karakter utama diberikan, apalagi kemampuan sang tokoh untuk berinteraksi dan mengendalikan objek sekitar. Puzzle pastinya ada dan tersebar di sekitar rumah. Untuk melawan mahluk-mahluk yang mema-

tikan, tokoh kita diberikan senjata mulai dari pedang hingga senjata api. Alone in The Dark pada jamannya bisa dibilang karya gemilang dunia game PC. Inspirasi dari novel-novel H.P.Lovecraft cukup kental disini. Banyak pihak yang kemudian memberikan poin sangat baik bagi game ini. Belum pernah genre horror di tuangkan dalam software komputer dengan sangat mengerikan. Keluar untuk PC dan Mac, Game lawas ini bisa dimainkan di PC modern via GOG.com [@nontonfilm]

DREAD

70

DREADGAME



C

annibal Holocaust adalah film exploitasi dari Italia yang disutradarai oleh Ruggero Deodato. Film yang naskahnya ditulis oleh Gianfranco Clerici ini mengambil lokasi pembuatan di sungai Amazon. Sesuai dengan judulnya, film ini menceritakan tentang suku kanibal. Film akan fokus ke tokoh Harold Monroe yang mencoba mengungkap hilangnya kru film yang terdiri dari Alan Yates (Gabriel Yorke) sutradara, Faye Daniels (Francesca Ciardi) pacar Alan sekaligus sebagai scriptgirl serta Jack Anders (Perry Pirkanen) dan Mark Tomaso (Luca Giorgio Barbareschi) yang bekerja sebagai juru kamera. di tengah hutan amazon. Namanya juga film exploitasi ya tentu saja film ini menyajikan kekerasan, darah dan nudity secara berlebihan. Film yang sebagian menggunakan gaya found footage mulai memeperlihatkan kegilaan setelah 72 DREADGORE

Director: Ruggero Deodato Writers: Gianfranco Clerici Stars: Robert Kerman, Francesca Ciardi, Perry Pirkanen

Monroe dan kru penjelajahnya mulai memasuki belantara hutan barulah sisi exploitasinya kelihatan. Adegan pemerkosaan yang dilakukan anggota suku laki-laki dengan dildo kayu terus membunuhnya dengan memukul kepalanya dan merusak vaginanya dan tentu saja hampir semua wanita disini bertelanjang dada . Adegan menjijikkan lebih diperlihatkan ketika Monroe mulai memutar rekaman dari kru yang hilang tersebut ke tiga orang eksekutif. Di video itu diperlihatkan para kru membantai seekor

kura-kura (adegan ini cukup lama dan cukup membuat jijik bagi yang pertama kali menontonnya), terus ada adegan pemerkosaan yang dilakukan para kru terhadap wanita suku Yamamomo yang ternyata pemerkosaan ini membuat sukusuku yang lain marah dan tentu saja yang paling mengerikan disini ketika para suku Yamamomo ini mulai membunuh satu persatu para kru. Fim Cannibal Holocaust sejak pertama kali dirilis mendapat banyak kecaman karena menyajikan kekerasan yang berlebih. Adegan pembantaian terhadap beberapa binatang secara terang-terangan di film ini banyak mendapat kecaman berbagai pihak. Dan ada satu yang menyebabkan film ini dilarang keras

DREAD


beredar. Adegan penyulaan satu wanita suku dimana kayu ditancapkan dari pantat sampai tembus ke mulut yang paling mendapat kecaman. Mereka yang mengecam menganggap bahwa sang sutradara sengaja membunuh wanita ini untuk adegan ini. Saya juga heran dengan gambar ini, gambar ini

sangat terlihat nyata untuk film pada tahun 1980. Ruggero Deodato bahkan capek untuk membuktikan kalau adegan ini benar-benar hanyalah efek film. Film Cannibal Holocaust ini sebagai film exploitasi sukses membuat penontonnya merasa

kagum, baik dari segi cerita bahkan efek yang dipakai saat itu benar-benar terlihat nyata bahkan jika dilihat sekarang pun banyak orang menganggap adegan penyulaan itu benar-benar nyata. [@sigilahoror]

NAKED BLOOD Director: Hisayasu Sato Writers: Taketoshi Watari Stars: Misa Aika, Yumika Hayashi, Mika Kirihara

Seorang ilmuwan bernama Eiji, mengembangkan sebuah cairan baru yang diberi nama My Son dimana cairan berwarna biru ini dapat mengubah rasa sakit menjadi sebuah kenikmatan. Ibu Eiji sedang melakukan experimen medis terhadap tiga orang wanita. Eiji memutuskan untuk mencampur serum buatannya dengan produk yang sedang ibunya kerjakan. Sementara itu, Eiji naksir salah seorang gadis, Rika. ‘MySon’

mempengaruhi ketiga perempuan secara bertahap. Tiga wanita yang menjadi objek eksperimen ibunya ini benar-benar memiliki karakter masing-masing yang menarik. Wanita pertama sangat terobsesi dengan makan dan obsesinya yang ingin mencicipi makanan terlezat didunia membuatnya menjadi kanibalisme dan memakan bagian tubuhnya sendiri. Wanita kedua terobsesi dengan bentuk tubuh yang indah, obsesi yang membuat dia dengan

segala resiko membantuk tubuhnya menjadi langsing walapun dengan mengiris tipis kulitnya. Sedangkan wanita ketiga mempunyai Insomnia berat dan sepertinya serum My Son tidak berakibat buruk terhadap wanita bernama Rika ini. Naked Blood adalah sebuah film yang bergerak sangat lambat tapi penuh dengan adegan gore yang ditampilkan secara ekstrem dan membuat penontonnya bergidik ngeri. Adegan paling kontroversial disini adegan dimana salah satu wanita memakan sendiri puting serta matanya. Naked Blood ini cukup sulit untuk dipahami. Hisayasu Sato banyak menghadirkan metafora-metafora yang membuat penonton kebingungan. Jadi buat penggemar horor mainstream Hollywood akan kurang menikmatinya. [@sigilahoror]

DREADGORE

73

DREAD


- trolling your mind with - black metal punk erbicara skeMa musik Norwegia, apa yang terbesit di pikiran saya adalah Black Metal, tentu saja alasannya karena negeri para Viking tersebut identik dengan band-band ber-stempel penyembah setan. Sejak era second wave di tahun 1990-an, Norwegia memang sudah terkenal sebagai pengekspor black metal, tidak saja ke negara-negara tetangga di Eropa sana, tapi juga menyeberang jauh sampai ke Amerika. Nama-nama seperti Mayhem, Burzum, Darkthrone, Immortal, Emperor, bahkan Dimmu Borgirpun menjadi langganan festival-festival musik cadas dunia termasuk “Wacken Open Air” dan “Ozzfest”. Tapi tidak semua band Norwegia itu berstatus satanic atau seluruh personilnya penuh dempulan corpse paint, salah-satu band “normal” tersebut adalah Kvelertak. Ketika semua remaja di Norwegia punya cita-cita untuk punya band black metal sendiri, Erlend Hjelvik dan kawan-kawan justru ingin tampil beda

B

DREAD

74

DREADBAND


dan tidak terbawa arus, walaupun ketika kuping ini mendengarkan lagu-lagu mereka, masih berasasekali bumbu black metal di musik mereka, teraduk dengan baik bercampur dengan rock and roll dan punk. Terbentuk pada tahun 2007, Kvelertak jelas bukan band sembarangan yang jual skill bermusik tanggung, itu dibuktikan sejak album pertama mereka,self-titled,rilis di 2010. Responnya pun positif, tidak saja terjual hingga 15.000 kopi, namun berkat album tersebut pada 2011 Kvelertak mendapatkan 2 Spellemann Awards (bisa dibilang setara dengan Grammy Award di Amerika sana), untuk band rock dan band pendatang baru terbaik. Kualitas Kvelertak dalam menghasilkan musikcadascihuy-ciamik yang enak didengar pun konsisten di album kedua, bahkan “Meir” (2013) bisa dibilang melompat ke level berikutnya.

Di masa ketika banyak band-band sejenis muncul saling berebut pecinta musik cadas, Kvelertak sudah jelas punya kelebihan yang tidak dimiliki band-band pendatang baru lain, sejak awal saya mendengarkan band yang di awal tahun 2013 tekan kontrak dengan record label legendaris Roadrunner Records ini, Kvelertak memiliki identitasnya sendiri.Suara yang berkoar-koar darigitarMaciek Ofstad, gebukan drumKjetil Gjermundrød yang menggebu-gebu, serta lantunan vokal membentakbentak Erlend Hjelvik, telah memberikan ciri khas tersendiri untuk Kvelertak. Pokoknya hanya dengan mendengarkansaja, saya tahu jika itu adalah Kvelertak. Mungkin jika saya takmenonton “Troll Hunter”, film ber-genredark-fantasyyangsama-sama berasal dari Norwegia, saya tak akan pernah tahu ada band fantastik bernama Kvelertak. Lagu “Mjød”yang ditempatkan di akhir

credit film tersebut, memperkenalkan saya dengan band yang tak hanya punya kreatifitas mumpuni dalam soal bermusik, tapi juga memiliki citarasa yang tinggi untuk urusan seni, itu terlihat dari cover album-album mereka. Musiknya asyik di dengar, kemasan albumnya pun sedap dipandang. Paling mengejutkan adalah saat Kvelertak punapik dalam menggarap video klip, khususnya untuk lagu “Månelyst”, disutradarai oleh Fredrik Hana, video berdurasi 3 menitan tersebut layaknya sebuah tribute untuk film-film horor. Zombie, manusia serigala, adegan pengusiran setan, well bagi penggemar film horor, pastinya akan langsung bisa menebak darimana saja si sutradara yang memang penggila horor tersebut mendapatkan referensinya. [@raditherapy]

DREADBAND

75

DREAD



THANKS FOR DOWNLOAD & READ

Halo... buat kalian yang pengen tulisannya nampang di majalah DREADMagz, silahkan kirim tulisannya ke team DREADMagz Karena ini majalah Horror tulisannya harus yang berhubungan dengan dunia perhorroran yah. Boleh tulisan tentang review film horror, komik horror, game horror, cerita horror di daerah kamu, fan art film-film horror. Apa aja deh yang ada hubungannya sama horror. SAMPAI JUMPA DI DREADMAGZ Edisi #3. NB: tulisan yang kalian kirim maksimal 700kata. Kirim ke helloblack87@gmail.com dengan subjek “artikel DreadMgz�

Source: wikipedia.org, bloody-disgusting.com, horror-movies.ca, twitchfilm, upcomminghorrormovis, rue-morgue magazine, horror-about.com



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.